industri
DESCRIPTION
industriTRANSCRIPT
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompetensi Guru
2.1.1 Definisi Kompetensi
Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, kompetensi diartikan sebagai
kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan sesuatu. Istilah kompetensi
memiliki beragam makna, di bawah ini terdapat beberapa definisi kompetensi
yang diutarakan oleh para ahli diantaranya:
Muhaimin (2004:151) menjelaskan bahwa: “ kompetensi adalah
seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki sebagai
syarat untuk dianggap mampu dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang
pekerjaan tertentu.”
Stephen Robbin (dalam Nia Dinar 2007:20) menyebutkan bahwa
“kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seorang individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan”. Selanjutnya ia menyatakan bahwa
“kemampuan individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu kamampuan intelektual
dan kemampuan fisik”.
Muhibin Syah (2004:132) mengemukakan “ kompetensi adalah
kemampuan, kecakapan, keadaan, wewenang, atau memenuhi syarat menurut
ketentuan hukum”.
17
Spencer & Spencer sebagaimana dikutip oleh Nia Dinar (2007:21)
menyatakan bahwa ” competency is a underlying characteristic of an individual
that is causally related to criterion – reference effective or / and superior
performance in a job situation” .
Pernyataan diatas mengandung makna bahwa kompetensi adalah
karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan
atau unggul dalam suatu pekerjaan situasi tertentu. Kompetensi dikatakan
karakteristik mendasar (underlying characteristic) karena karakteristik merupakan
bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang dan dapat
memprediksi berbagai jenis situasi dan jenis pekerjaan. Kemudian dikatakan
berkaitan antara perilaku dan kinerja, karena kompetensi menyebabkan atau
memprediksi perilaku dan kinerja. Selanjutnya dikatakan berkriteria karena
kompetensi benar-benar memprediksi siapa-siapa yang kinerjanya baik atau
buruk, berdasarkan kriteria-kriteria atau standar tertentu.
Sementara itu kompetensi menurut Kepmendiknas 045/U/2002 (dalam
Kunandar, 2007:52) adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.
Berdasarkan uraian diatas, maka kompetensi dapat didefinisikan sebagai
penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap
yang menunjukkan kinerja dan direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak dalam menjalankan profesinya.
18
2.1.2 Definisi Guru
Banyak ahli pendidikan yang mengartikan istilah guru, diantaranya :
Mulyasa (2005:37) mengemukakan bahwa ”guru adalah pendidik yang menjadi
tokoh panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh
karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Abdul Majid (2007:123) menyatakan bahwa: ” guru adalah orang yang
bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya”
Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa: ” Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dari definisi yang telah diungkapkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
guru merupakan seorang pendidik yang dituntut untuk memiliki kemampuan
dalam membantu peserta didik untuk mendapat pengetahuan sehingga ia dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
19
2.1.3 Definisi Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kenerjanya secara tepat dan efektif
(Kunandar.2007:55).
Sejalan dengan pengertian diatas, menurut Baedhowi (2006:230)
Kompetensi guru ialah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus ada pada
diri seseorang agar dapat menunjukkan perilakunya sebagai guru.
Gordon dalam Mulyasa (2005:53) mengemukakan bahwa kompetensi
terdiri dari beberapa aspek atau ranah yang meliputi pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap dan minat.
Aspek atau ranah yang ada dalam konsep kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.
Misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan
belajar terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
2. Pemahaman (understansing), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik
dan kondisi peserta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
3. Kemampuan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya
20
kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana
untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
4. Nilai yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam
pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain).
5. Sikap yakni perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang
dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap
kenaikan gaji, dan sebagainya.
6. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
guru merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki oleh seorang pendidik
dalam menjalankan tugasnya yaitu mendidik, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik.
21
2.1.4 Jenis-Jenis Kompetensi Guru
Untuk menjadi guru yang memiliki kompetensi, maka diharuskan
memiliki kemampuan untuk mengembangkan tiga aspek kompetensi yang ada
pada dirinya, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi
kemasyarakatan (Piet.A Sahertian dalam Kunandar,2007:56)
Lebih lanjut Kunandar (2007:58) menyebutkan bahwa Piet.A dan Ida
Alaida Sahertian mengemukakan pendapat berkaitan dengan kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru yakni : pertama, kemampuan menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan. Kedua, kemampuan mengelola program belajar
mengajar. Ketiga, kemampuan mengelola kelas. Keempat, kemampuan
menggunakan media/sumber belajar. Kelima, kemampuan menguasai landasan-
landasan pendidikan. Keenam, kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar.
Ketujuh, kemampuan menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran.
Kedelapan, kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan. Kesembilan, kemampuan mengenal dan menyelenggarakan
administrasi pendidikan. Kesepuluh, kemampuan memahami prinsip-prinsip dan
menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan mengajar.
Charles E.Johnson (Wina Sanjaya, 2005:145) membagi 3 kompetensi
sebagai berikut: “ (1) kompetensi pribadi yaitu sebagai seorang model guru harus
memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian
(personal competencies), (2) kompetensi profesional yaitu kompetensi atau
kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. (3)
22
kompetensi sosial kemasyarakatan, kompetensi ini berhubungan dengan
kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial.
Menurut Kunandar (2007:55) kompetensi guru meliputi:
1. Kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru
2. Kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi
3. Kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri.
4. Kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif.
5. Kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengamalan kaidah-kaidah keagamaan.
Sedangkan Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru
meliputi (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi
sosial, dan (4) kompetensi profesional.
Jenis-jenis kompetensi guru berdasarkan pemaparan diatas, dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Kompetensi Profesional
Menurut penjelasan Undang-undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
23
Kompetensi profesional menurut Uzer Usman (2007:17) meliputi: (1)
Penguasaan terhadap landasan kependidikan, dalam kompetensi ini termasuk (a)
memahami tujuan pendidikan, (b) mengetahui fungsi sekolah di masyarakat, (c)
mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan; (2) menguasai bahan pengajaran,
artinya guru harus memahami dengan baik materi pelajaran yang diajarkan.
Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum maupun bahan
pengayaan; (3) kemampuan menyusun program pengajaran, kemampuan ini
mencakup kemampuan menetapkan kompetensi belajar, mengembangkan bahan
pelajaran dan mengembangkan strategi pembelajaran; dan (4) kemampuan
menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran.
Menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi profesional terdiri dari:
a. Menguasai materi, struktur, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
c. Mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri
24
2. Kompetensi Pedagogik
Menurut penjelasan Undang-undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik.
Pengertian kompetensi pedagogik menurut Trianto (2007:85) adalah
kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelolaan
pembelajaran yang mendidikdan dialogis.
Menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi pedagogik terdiri dari:
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komukasi untuk kepentingan
pembelajaran
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
i. Memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pembelajaran
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
25
Secara subtantif Trianto (2007:85) mengemukakan bahwa kompetensi
pedagogik mencakup kemampuan pemahaman peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Secara lebih rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut
dijabarkan menjadi subkompetensi sebagai berikut:
1. Kemampuan guru dalam memahami peserta didik, dikembangkan
berdasarkan beberapa subkompetensi: (1) memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; (2)
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik; (3) memahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian untuk memahami
peserta didik.
2. Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran, dikembangkan
berdasarkan subkompetensi : (1) menerapkan teori belajar dan
pembelajaran; (2) menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik; (3) menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang telah sipilih.
3. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dikembangkan
berdasarkan subkompetensi : (1) menata latar atau setting pembelajaran;
(2) melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4. Kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar,
dikembangkan dalam subkompetensi : (1) melaksanakan penilaian atau
26
assessment proses dan hasil belajar secara secara berkesinambungan
dengan berbagai metode; (2) menganalisis hasil penilaian proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level); (3)
menggunakan informasi ketuntasan belajar untuk merancang program
remedial atau pengayaan (enrichment); (4) memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas pembelajaran secara umum.
5. Kemampuan guru dalam pengembangan peserta didik, dikembangkan
berdasarkan subkompetensi : memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi akademik.
3. Kompetensi Kepribadian
Menurut penjelasan Undang-undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan bijaksana serta menjadi
teladan bagi peserta didik.
Menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi kepribadian terdiri dari:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat
27
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Uzer Usman (2007:16) menjabarkan bahwa kemampuan pribadi yang
harus dimiliki oleh seorang guru meliputi; (1) kemampuan mengembangkan
kepribadian, (2) kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, (3) kemampuan
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
4. Kompetensi Sosial
Menurut penjelasan Undang-undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan siswa,
sesama guru, kepala sekolah,orangtua / wali siswa, dan masyarakat sekitar.
Bersumber pada Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat
Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas dengan modifikasi Kunandar
(2007:77) merinci subkompetensi dari kompetensi sosial yaitu: (1) mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, (2) mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan, (3) mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua / wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
28
Menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi sosial terdiri dari:
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan
status sosial ekonomi
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain
2.1.5. Hubungan Kompetensi Guru dengan Prestasi Belajar Siswa
Guru sebagai komponen pendidikan memiliki peran yang sangat penting
dalam penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Suroso
(2002:7) bahwa:
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan, tak akan pernah ada konstribusi dan inovasi dalam sistem pendidikan apabila guru tidak diberdayakan dan dianggap komponen maha penting. Karena itu, profesionalisme guru yang tinggi niscaya menjadi salah satu kunci untuk keberhasilan pendidikan Kehadiran guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak dapat digantikan
oleh benda atau alat tertentu, sebagaimana dijelaskan bahwa:
29
Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder, ataupun komputer yang paling canggih sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan, dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. (Nana Sudjana, 2002:12) Peranan guru dalam proses belajar-mengajar tersebut merupakan bagian
yang sangat menentukan tingkat keberhasilan dan dapat dijadikan sebagai
barometer kualitas anak didiknya. Belajar merupakan suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku
dan atau kecakapan. Berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada
macam-macam faktor. Salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya
belajar adalah kualitas guru, sebagaimana dijelaskan bahwa:
Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan berhasil tidaknya belajar siswa. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. (Ngalim Purwanto,2006:104) Penentuan proses belajar dan hasil belajar sebagian besar ditentukan oleh
kompetensi guru, sebab guru yang kompeten akan membantu siswa melaksanakan
proses belajar secara optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik
(2002 : 36) yang menyatakan bahwa:
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saatnya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulum, melainkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga siswa belajar pada tingkat optimal.
30
Hasil dari proses pendidikan menurut Muhibbin (2004:142), antara lain
terdiri dari perubahan sikap, perluasan wawasan, serta tingkat pengetahuan dan
keterampilan. Kualitas hasil pendidikan bisa diukur dari tinggi rendahnya prestasi
belajar.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa guru memiliki
peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Proses belajar dan hasil
belajar siswa ditentukan oleh guru yang membimbingnya, oleh karena itu seorang
guru harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
2.2 Prestasi Belajar
2.2.1 Definisi Belajar
Para ahli memiliki keragaman cara dalam menjelaskan makna belajar,
akan tetapi definisi tersebut bermuara pada kesamaan makna. Hal ini diungkapkan
oleh Abin Syamsuddin (2002:157) sebagai berikut:
Dikalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning), namun baik secara ekspilisit maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan makna bahwa definisi manapun tentang konsep belajar itu adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Slameto (2003:2) mengemukakan definisi belajar sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
31
Sejalan dengan pendapat diatas, Oemar Hamalik (2002:21) menyatakan
bahwa “ belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.
Muhibbin Syah (2004:92) menyimpulkan secara umum bahwa belajar
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang berdasarkan
pengalaman atau latihan tertentu.
2.2.2 Teori-Teori Belajar
Dalam pendidikan telah banyak ahli yang mengemukakan berbagai teori
mengenai belajar. Berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini,
penulis menggunakan dua teori sebagai dasar pemikiran yaitu:
a) Teori Belajar Konvergensi
Teori ini dikemukakan oleh William Stern. Menurut teori konvergensi,
perkembangan anak tidak hanya ditentukan oleh lingkungan saja tetapi ditentukan
oleh adanya kerjasama antara kedua faktor yaitu bakat atau pembawaan dan
lingkungan.
32
Lingkungan memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak, sedangkan
besar kecilnya pengaruh tersebut ditentukan oleh lingkungan itu sendiri. Adapun
pengaruh lingkungan itu bisa positif dan negatif. Suatu lingkungan dapat
berpengaruh positif jika lingkungan tersebut memberikan kesempatan yang luas
dan menyeluruh terhadap kemampuan dasar anak dan memberikan dorongan dan
motivasi terhadap pembentukan dan perkembangan anak. Sebaliknya lingkungan
dapat memberikan pengaruh negatif jika tidak memberikan kesempatan yang baik
dan menghambat terhadap pelaksanaan pendidikan.
b) Teori Belajar Behaviouristik
Teori ini memandang manusia sebagai makhluk yang dipengaruhi oleh
stimulus dari lingkungan. Teori belajar behavioristik berasumsi bahwa belajar
dapat dibentuk oleh lingkungan melalui serangkaian perilaku pembiasaan. Teori
ini menegaskan bahwa hasil belajar merupakan perilaku baru sebagai akibat
adanya stimulus yang dibiasakan. Analisis perubahan perilaku mendasari metode
perancangan pembelajaran, seperti pada pembelajaran terprogram. Strategi
pemberian kebalikan dan penguatan juga merupakan komponen strategi belajar
yang dihasilkan kelompok behavioristik.
Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori belajar behavioristik, yaitu
diantaranya teori connectionism (koneksionisme) yang dikembangkan oleh
Thorndike sekitar tahun 1913 . Ia berpendapat bahwa yang menjadi dasar belajar
adalah asosiasi antara kesan panca indera (sense impression) dengan impuls untuk
33
bertindak (impuls to action). Asosiasi yang demikian itu disebut bond atau
connection. Asosiasi atau koneksi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah
dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan.
2.2.3 Definisi Prestasi
Bentuk fokus pada prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie
yang pada bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Pengertian
secara bahasa, prestasi adalah hasil yang dicapai atau diperoleh. Selanjutnya
prestasi mengandung 2 pengertian yang berkaitan dengan belajar dan akademis,
seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:707), yaitu :
1. Prestasi yang berkenaan dengan akademis, yaitu hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi yang dimaksud biasanya dapat diketahui setelah siswa melakukan ujian akhir dari program pengajaran.
2. Prestasi yang berkenaan dengan belajar, yaitu penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi ini disebut juga hasil yang dicapai oleh siswa setelah melalui proses belajar mengajar di sekolah agar bisa mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru yang dinyatakan dengan nilai-nilai.
Dari pengertian tentang prestasi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan
bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai dari kegiatan tertentu yang
menunjukkan tingkat keberhasilan dari kegiatan tersebut.
34
2.2.4 Definisi Prestasi Belajar
Ada beberapa pengertian prestasi belajar menurut para ahli, yaitu sebagai
berikut:
Nana S. Sukmadinata (2005:102) mengemukakan bahwa “prestasi belajar
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang”.
Abu Ahmadi dan Widodo.S (2004:138) mengemukakan bahwa “prestasi
belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik
dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu”.
WS. Winkel (dalam Indra M. Ghazali 2007:25) menyatakan bahwa
“prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai dalam
kegiatan atau proses belajar. Tentu saja untuk mencapai pada tingkat keberhasilan
dari proses belajar ini diperlukan suatu rentang waktu tertentu dan diperoleh
setelah mempelajari materi pelajaran yang diperlukan”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran, setelah menempuh rentang waktu tertentu yang terwujud dalam bentuk
angka-angka, nilai-nilai atau simbol tertentu yang diperoleh dari hasil tes atau
pengukuran dalam suatu bentuk evaluasi.
35
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Berhasil tidaknya seorang siswa dalam proses belajar tercermin dari
prestasi belajar yang diraihnya. Hal ini tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti yang dijelaskan oleh beberapa ahli berikut ini:
Menurut teori taksonomi yang dikembangkan oleh Bloom sekitar tahun
1956, terdapat dua faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap hasil belajar
yaitu: Pertama, karakteristik siswa itu sendiri yang meliputi minat, kemampuan,
motivasi belajar, serta hasil belajar yang dicapai sebelumnya. Kedua, karakteristik
guru dan fasilitas belajar. Selain itu hasil belajar juga dipengaruhi oleh
kompetensi profesional guru, tersedianya buku-buku pengajaran, karakteristik
kelas dan karakteristik sekolah.
John M.Keller merumuskan sebuah formula tentang pencapaian hasil
belajar seperti yang dikemukakan dalam Mulyono (2003:38), yaitu sebagai
berikut:
Hasil belajar dalam suatu bentuk formula B = f (P,E) yaitu hasil belajar (behaviour) merupakan fungsi dari masukan pribadi (personal inputs) dan masukan yang berasal dari lingkungan (enviromental inputs). Masukan pribadi terdiri dari : 1) motivasi atau nilai-nilai; 2) harapan; 3) integensi dan penguasaan awal dan; 4) evaluasi kognitif terhadap kewajaran atau keadilan konsekuensi.Masukan yang berasal dari lingkungan terdiri dari : 1) rancangan dan pengelolaan motivasional, 2) rancangan dan pengelolaan kegiatan belajar, dan 3) rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan (reinforcement). Secara teoritis M.R Loore (Abin Syamsudin, 2002:165) mengungkapkan
bahwa secara sistematik komponen utama dari proses belajar mengajar yaitu
expected output (hasil belajar yang diharapkan), raw input (karakteristik siswa),
36
instrumental input (guru,metode, teknik, media, bahan dan sumber, program dan
tugas) environmental input (lingkungan) akan mempengaruhi performance dan
outputnya.
Komponen-komponen utama yang mempengaruhi PBM ini dapat dilihat
dalam gambar beriku ini:
Gambar 2.1 Komponen Utama Proses Belajar Mengajar (M.R.Loore)
Sumber : Abin Syamsudin, 2002:165)
P B M
Expected Output (hasil
belajar yang
diharapk
Raw Input
(siswa)
Instrumental Input (sarana)
Environmental Input (Lingkungan)
Kapasitas (IQ) Bakat Khusus Motivasi n-Ach Minat Kematangan/kesiapan Sikap/ kebiasaan
- Prilaku kognitif
- Prilaku
afektif - Prilaku
psikomotor
Sosial
Fisik
Cultural,dll
Guru, dll.
Metode, teknik, media
Bahan, sumber.
Program tugas
37
Gambar diatas menunjukkan bahwa keempat komponen utama dari PBM
mempengaruhi performance dan output yaitu:
a). The expected output merupakan hasil proses yang menunjukkan tingkat
kualifikasi ukuran baku (standar norms) akan menjadi daya penarik
(insentive) dan motivasi (motivating factor);
b). Karakteristik siswa (raw input) merupakan bahan baku yang harus diolah,
yang menunjukkan pada faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu
yang akan memberikan fasilitas atau pembatas sebagai faktor organismik
disamping menjadi faktor motivasi dan stimulus.
c). Instrumental input menunjukkan kualifikasi serta kelengkapan sarana yang
diperlukan untuk dapat berlangsungnya proses belajar mengajar. Jadi jelas
bahwa guru, media, teknik, metode, sumber, bahan, program dan tugas
sebagai Instrumentasl input akan menentukan proses belajar mengajar.
d). Environmental input menunjukkan situasi dan keadaan fisik (sekolah),
hubungan antar instansi (human relationship) baik dengan teman maupun
guru dan orang-orang lainnya akan menjadi faktor penunjang atau
penghambat proses belajar mengajar.
38
Muhibbin Syah (2004:139) mengkatagorikan tiga faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Ragam Faktor dan Elemen Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar
1. Aspek Fisiologis - Tonus Jasmani - Mata dan Telinga 2. Aspek Psikologis - Intelegensi - Sikap - Minat - Bakat - Motivasi
1. Lingkungan sosial - keluarga - guru dan staf - masyarakat - temat 2. Lingkungan Non Sosial - rumah - sekolah - peralatan - alam
1. Pendekatan Tinggi - speculative - achieving 2. Pendekatan Sedang - analitical - deep 3. Pendekatan Rendah - Reproductive - Surface
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan
faktor eksternal, yaitu faktor di luar dirinya atau faktor lingkungan yang turut
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa.
39
2.3 Kajian Hasil Penelitian Empirik
Nama
peneliti
Judul penelitian Variabel penelitian Hasil penelitian
Yulia Ratna
Skripsi UPI
2002
Hubungan antara
kompetensi guru,
latar belakang
pendidikan guru,
pengalaman guru
dengan prestasi
belajar siswa
- Kompetensi guru
- latar belakang
pendidikan
- pengalaman
- prestasi belajar
Kompetensi guru,
latar belakang
pendidikan guru,
pengalaman guru
berhubungan
positif terhadap
prestasi belajar
Rani
Andriyani
SKRIPSI UPI
2005
Identifikasi
kompetensi guru
ekonomi dan
implikasinya
terhadap prestasi
belajar siswa di
SMA Negeri se-
Kota Bandung
- kompetensi guru
dalam penguasaan
materi pelajaran
- kompetensi guru
dalam pengelolaan
program belajar
mengajar
- kompetensi guru
dalam pengelolaan
kelas
- kompetensi guru
dalam penggunaan
media/sumber belajar
- kompetensi guru
dalam penguasaan
landasan kependidikan
- kompetensi guru
dalam pengelolaan
interaksi belajar
Dari sepuluh
kompetensi guru,
hanya kompetensi
guru dalam
penguasaan
materi dan
kompetensi guru
dalam pengenalan
dan
penyelenggaraan
adinistrasi
sekolah yang
berpengaruh
terhadap prestasi
belajar
40
mengajar
- kompetensi guru
dalam evaluasi
pembelajaran ekonomi
- kompetensi guru
dalam pengelolaan
fungsi dan program
pelayanan bimbingan
dan penyuluhan
- kompetensi guru
dalam pengenalan dan
penyelenggaraan
administrasi sekolah
- kompetensi guru
dalam pelaksanaan
administrasi sekolah
- prestasi belajar
Mokhamad
Ikhsan R
SKRIPSI UPI
2007
Identifikasi
kompetensi guru
dan pengaruhnya
terhadap prestasi
belajar siswa
dalam mata
pelajaran
ekonomi (suatu
kasus pada SMA
Pasundan di Kota
Bandung)
- Kompetensi pedagogik
- Kompetensi
kepribadian
- Kompetensi sosial
- Kompetensi
profesional
- Prestasi belajar
Dari empat
variabel yang
diteliti, hanya
kompetensi
profesional yang
tidak berpengaruh
terhadap pretasi
belajar dalam
mata pelajaran
ekonomi pada
SMA Pasundan di
Kota Bandung
41
Rosalina
Yulianti
SKRIPSI UPI
2007
Pengaruh
motivasi belajar
siswa dan
kompetensi guru
terhadap prestasi
belajar siswa pada
mata pelajaran
akuntansi di
SMAN I
Sukaresmi
Cianjur
- Motivasi
- Kompetensi Guru
Motivasi belajar
siswa dan
kompetensi guru
berpengaruh
positih terhadap
prestasi belajar
siswa