indonesia translation adult official positions bmd

21
Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien DEWASA) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang di keluarkan tahun 2013.Ketetapan2 yang baru atau di ubah sejak 2007 lalu ditulis dalam huruf tebal. Indikasi pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD) Perempuan usia 65 tahun keatas Untuk perempuan pasca menopause usia dibawah 65 tahun, dapat dilakukan pemeriksaan BMD bilamana ada factor resiko terjadinya penurunan massa tulang seperti: Berat badan rendah Ada riwayat patah tulang Pengguna obat resiko tinggi Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan massa tulang Perempuan peri-menoapause dengan faktor resiko patah tulang seperti berat badan rendah, riwayat patah tulang, atau pengguna obat resiko tinggi. Pria usia 70 tahun keatas Untuk pria usia dibawah 70 tahun, dapat dilakukan pemeriksaan BMD bilamana ada faktor terjadinya penurunan massa tulang seperti : Berat badan rendah Ada riwayat patah tulang Pengguna obat resiko tinggi Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan massa tulang. Pasien dewasa dengan kerapuhan tulang (fragile) Pasien dewasa dengan penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan massa tulang Pasien dewasa menggunakan obat yang menimbulkan kehilangan massa tulang Seseorang yang dipertimbangkan pengobatan anti osteoporosis

Upload: ahmad-hariri

Post on 09-Nov-2015

289 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

BMD

TRANSCRIPT

  • Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien DEWASA)

    Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang di keluarkan tahun 2013.Ketetapan2 yang baru atau di ubah sejak 2007 lalu ditulis dalam huruf tebal.

    Indikasi pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD)

    Perempuan usia 65 tahun keatas Untuk perempuan pasca menopause usia dibawah 65 tahun,

    dapat dilakukan pemeriksaan BMD bilamana ada factor resiko terjadinya penurunan massa tulang seperti:

    Berat badan rendah Ada riwayat patah tulang Pengguna obat resiko tinggi Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan

    massa tulang Perempuan peri-menoapause dengan faktor resiko patah tulang

    seperti berat badan rendah, riwayat patah tulang, atau pengguna obat resiko tinggi.

    Pria usia 70 tahun keatas Untuk pria usia dibawah 70 tahun, dapat dilakukan pemeriksaan

    BMD bilamana ada faktor terjadinya penurunan massa tulang seperti :

    Berat badan rendah Ada riwayat patah tulang Pengguna obat resiko tinggi Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan

    massa tulang. Pasien dewasa dengan kerapuhan tulang (fragile) Pasien dewasa dengan penyakit atau kondisi yang menimbulkan

    kehilangan massa tulang Pasien dewasa menggunakan obat yang menimbulkan kehilangan

    massa tulang Seseorang yang dipertimbangkan pengobatan anti osteoporosis

  • Seseorang yang memerlukan evaluasi hasil pengobatan Seseorang tanpa pengobatan namun ada tanda2 kehilangan massa

    tulang yang membutuhkan pengobatan selanjutnya.

    Perempuan berhenti minum estrogen harus di lakukan pemeriksaan BMD sesuai dengan indikasi diatas.

    Data Referensi untuk nilai T-score:

    Gunakan normative database perempuan Kaukasia untuk semua pasien perempuan dari berbagai etnik*

    Gunakan normative database wanita Kaukasia untuk semua pria dari berbagai etnik*

    Mesin BMD harus menggunakan NHANES III sebagai data referensi untuk T-score leher Femur dan total Femur

    Mesin BMD harus menggunakan data referensi mereka sendiri untuk T-score vertebra lumbalis

    Jika ada data referensi setempat (Indonesia), hanya digunakan untuk mnghitung nilai Z-score bukan T-score

    *Catatan : penggunaan rekomendasi ini mungkin berbeda sesuai kebutuhan setempat.

    Sentral DXA untuk diagnosa

    Standar referensi WHO untuk diagnosa osteoporosis adalah nilai T-score lebih kecil atau sama dengan -2.5 SD pada leher femur

    Standar referensi yang digunakan oleh WHO untuk menghitung T-score perempuan kulit putih usia 20 29 tahun adalah NHANES III

    Diagnosa osteoporosis pada perempuan dan pria usia 50 tahun keatas ditegakkan berdasarkan nilai T-score sama atau diatas -2.5 SD.*

    Pada beberapa keadaan 33% radius (1/3 radius) dapat digunakans ebagai acuan.

  • *Catatan : Area femur yang lain seperti Ward dan trochanter mayor tidak digunakan untuk diagnosa. Penggunaan rekomendasi ini mungkin berbeda sesuai kebutuhan setempat.

    Daerah tulang yang perlu di ukur Hitung BMD baik PA Spine maupun femur pada semua kasus Hitung forearm bilamana :

    ! Spine dan atau femur tidak dapat di ukur atau di interpretasikan

    ! Hyperparathyroidism ! Sangat gemuk (melebihi batas aman meja BMD)

    Region of interest (ROI) dari Spine Ukur BMD L1-L4 PA spine Bilamana ada kelainan atau artifact gunakan 3 atau 2 buah

    lumbal yang diukur Diagnosa tidak dapat di tegakkan berdasarkan BMD 1 buah

    vertebra lumbal Dalam keadaan seperti ini, diagnosa ditegakkan dari hasil BMD

    daerah tulang yang lain. Vertebra yang abnormal tidak di hitung seperti :

    Jelas ada kelainan dan tidak dapat dinilai dari resolusi alat atau

    Terdapat perbedaan lebih dari 1.0 SD T-score dibandingkan dengan vertebra yang lain.

    Bilamana ada vertebra yang dihilangkan maka sisa vertebra yang lain dihitung T-scorenya

    Lateral spine tidak dipakai dalam diagnosa namun mungkin bisa untuk monitoring

    Region of interest (ROI) dari Femur Ukur leher femur atau total femur, gunakan yang terendah T-

    scorenya. Ukur salah satu femur, kiri atau kanan Belum ada data yang cukup untuk bilateral femur digunakan

    dalam diagnosa

  • Untuk monitoring, dianjurkan menggunakan total femur Region of interest (ROI) dari Forearm

    Gunakan 33% radius (1/3 radius) dari forearm yang non-dominan untuk diagnosa. ROI forearm yang lain tidak dapat digunakan.

    Perhitungan resiko patah tulang

    Ada perbedaan yang tajam antara klasifikasi diagnosa dan perhitungan resiko patah tulang menggunakan nilai BMD

    Untuk perhitungan resiko patah tulang, semua tehnik yang valid dapat dipakai termasuk pengukuran lebih dari satu daerah tulang asalkan dapat meningkatkan pemilaian tersebut.

    Penggunaan istilah Osteopenia

    Istilah Osteopenia tetap dapat digunakan, namun lebih dianjurkan memakai istilah low bone mass atau low bone density

    Seseorang dengan low bone mass atau density tidak harus memiliki resiko patah tulang yang tinggi

    Laporan diagnosa BMD pada perempuan dan pria usia 50 tahun keatas

    Ukur nilai T-score Gunakan klasifikasi densitometry WHO

    Laporan diagnosa BMD pada perempuan pre-menopause dan pria sebelum usia 50 tahun

    Gunakan Z-score, bukan T-score. Ini terutama penting untuk anak2 Nilai Z-score sama atau dibawah -2.0 SD disebut dalam batas

    dibawah normal bila dibandingkan dengan parameter usia , dan nilai Z-score diatas -2.0 SD disebut dalam batas normal bila dibandingkan dengan parameter usia

    Diagnosa osteoporosis pada pria dibawah 50 tahun tidak dapat hanya berdasarkan penilaian BMD saja.

  • Diagnosa berdasarkan kriteria WHO mungkin bisa dipakai pada perempauan perimenopause

    Data referensi Z-score

    Nilai Z-score harus menggunakan data penduduk setempat bilamana data tersebut tersedia. Untuk itu pasien harus menyebutkan data etniknya.

    Pengukuran BMD ulangan

    BMD perlu diulang pada pasien yang belum di terapi dan saat ini ada kemungkinan terjadi kehilangan massa tulang yang bermakna sehingga perlu diberikan pengobatan

    Ulangan BMD penting untuk mengetahui apakah hasil terapi meningkatkan nilai BMD atau tidak ada perubahan nilai BMDnya

    Dapat juga digunakan untuk evaluasi pasien yang tidak respons terhadap terapi, sehingga perlu dilakukan re evaluasi terapi dan kemungkinan adanya osteoporosis sekunder.

    BMD perlu diulang pada jangka waktu dimana diharapkan hasil terapi sama atau melebihi LSC nya ( perubahan yang bermakna)

    Jangka waktu BMD ulangan tergantung pada status klinis masing2 individu : umumnya 1 tahun setelah terapi pertama atau ada perubahan terapi, selanjutnya dapat diulang beberapa tahun kemudian.

    Pada kondisi dimana terjadi kehilangan massa tulang yang cepat seperti pada pemberian kortikosteroid, pemeriksaan BMD ulangan dapat di percepat.

    Phantom scanning dan kalibrasi

    Program kualitas kontrol (QC) pada mesin BMD dilakukan secara berkala untuk menjamin kesempurnaan sistemnya. Bilamana tidak ada petunjuk dari pihak pabrik maka dianjurkan:

    Lakukan paling sedikit seminggu satu kali spine phantom scan pada semua mesin DXA

  • Semua data yang didapat dari phantom scan maupun kalibrasi alat harus dapat dibaca dan dianalisa dengan baik.

    Verifikasi nilai rata-rata spine phantom BMD sesudah pemeliharaan alat

    Lakukan koreksi bila ada masalah dan bila gagal segera panggil teknisi

    Memiliki buku pemeliharaan mesin Patuhi peraturan pemerintah, survey radiasi dan inspeksi pihak

    berwenang

    Penilaian presisi

    Setiap fasilitas DXA harus menetapkan kesalahan presisi (PE) dan angka minimum perubahan bermakna (LSC)

    PE dari pihak pabrik tidak boleh digunakan Jikalau ada beberapa technologist dalam satu fasilitas DXA, maka

    masing2 harus menghitung PE nya dan kemudian diambil angka rata-rata untuk menentukan nilai LSC nya

    Setiap technologist harus menghitung nilai presisi berdasarkan representasi pasien di klinik tersebut

    Setiap technologist harus melakukan perhitungan PE setelah memeperoleh pendidikan dasar dan telah melakukan pemeriksaan BMD sebanyak minimum 100 pasien

    Pengukuran PE di ulang bila ad apenggantian sistem mesin DXA Juga lakukan ulangan bila ketrampilan technologist berubah Untuk melakukan perhitungan presisi analisa:

    Ukur 15 pasien 3 kali atau 30 pasien 2 kali, reposisi setiap kali scan ulang

    Hitung RMS-SD((angka akar rata-rata standar deviasi) pada kelompok pasien tersebut

    Hitung LSC dengan tingkat kepercayaan 95% Angka presisi minimum untuk setiap technologist

    Lumbar Spine: 1.9% (LSC = 5.3%) Total Hip: 1.8% (LSC = 5.0%) Femoral Neck: 2.5% (LSC = 6.9%)

  • Lakukan pelatihan ulang bila tidak mencapai angka minimum tersebut

    Perhitungan presisi termasuk prosedur klinik, bukan sebagai penelitian dan berguna demi kepentingan pasien. Tidak diperlukan ijin khusus namun perlu dilengkapi dengan inform consent. Taati peraturan tentang keselamatan radiasi

    Kalibrasi silang sistem DXA

    Bila ada pergantian perangkat keras, namun bukan seluruh sistem atau mengganti sebuah sistem dengan technologi yang sama (baik pabrik maupun model), lakukan kalibrasi silang oleh setiap technologist sebanyak 10 kali phantom scan baik sebelum maupun sesudah pergantian tersebut.

    Jika terjadi perbedaan BMD rata-rata lebih dari 1%, panggil teknisi untuk lakukan koreksi.

    Bila pergantian itu meliputi seluruh sistem dari pabrik yang sama namun berbeda tehnologinya atau berasal dari pabrik yang lain maka kalibrasi silang dilakukan sbb:

    Scan 30 pasien dari klinik anda sekali sebelum pergantian sistem dan dua kali setelahnya dalam waktu 60 hari

    Ukur BMD Spine dan Femur, sesuaikan dengan ketentuan klinik anda

    Klinik harus patuh dan memenuhi standar peraturan setempat Ukur BMD rata-rata dan LSC sebelum dan sesudah pergantian

    mesin menggunakan perangkat kalibrasi silang dari ISCD DXA (www.iscd.org)

    Gunakan LSC sebagai pembanding baik sebelum maupun sesudah pergantian sistem, Perbandingan kuantitatif ini dapat dilakukan menggunakan kalibrasi silang pada masing-masing daerah tulang yang umumnya kita lakukan (Spine dan Femur)

    Bila presisi baru telah ditetapkan maka selanjutnya semua scan baru harus dibandingkan dengan menggunakan LSC yang baru tersebut.

  • Jika kita tidak melalukan kalibrasi silang, maka kita tidak dapat melakukan perbandingan kuantitatif dengan data lama. Akibatnya kita harus menggunakan baik BMD maupun LSC yang baru.

    Membandingan BMD antar mesin

    Tidak mungkin kita melakukan perbandingan nilai BMD atau menghitung besarnya LSC antar fasilitas tanpa kalibrasi silang

    Istilah Vertebra Fracture Assessment

    Istilah Vertebra Fracture Assessment (VFA) yang resmi dipakai untuk mengetahui adanya patah tulang vertebra dengan mesin BMD

    Indikasi untuk VFA

    Pemeriksaan lateral Spine dengan standar radiologi atau densitometry VFA dapat dilakukan bila T-scorenya < -1.0 SD disertai salah satu dari hal berikut ini :

    Perempuan usia 70 tahun dan pria usia 80 tahun Penurunan tinggi badan > 4 cm (> 1.5 inci ) Laporan pasien namun tidak terdokumentasi adanya patah

    tulang belakang Penggunaan terapi glukokortikoid 5 mg prednisolone

    atau yang setara per hari selama 3 bulan

    Metode pelaporan patah tulang pada VFA

    Metode pelaporan kasus patah tulang vertebra harus sama dengan laporan standar radiologi

    Diagnosa patah tulang harus berdasarkan penglihatan kita disertai tingkat gradasinya. Morfometry tidak dapat digunakan dalam hal ini

    Metode semi-kuantitatif dari Genant saat ini sebagai pilihan terbaik untuk diagnosa patah tulang vertebra dengan VFA

    Beratnya kerusakan badan vertebra mungkin bisa di konfirmasi dengan pemeriksaan morfometry bila diinginkan.

  • Indikasi pemeriksaan tambahan VFA dengan modalitas lain

    Keputusan menggunakan modalitas tambahan harus berdasarkan status klinis pasien termasuk hasil VFA

    Indikasinya termasuk antara lain: Ada 2 atau lebih patah tulang vertebra grade 1 tanpa disertai

    adanya kelainan yang lebih berat (grade 2 atau 3) Adanya lesi pada vertebra yang tidak termasuk kasus jinak Kelainan vertebra dengan riwayat adanya keganasan Equivokal fractures ( tidak jelas / keraguan adanya patah

    tulang) Kemungkinan adanya patah tulang diluar T7-L4 Perubahan sklerotik atau lytic, atau kondisi lain yang bukan

    karena osteoporosis

    Catatan : VFA dimaksudkan untuk mendeteksi patah tulang belakang dan bukan yang lain

    Laporan dasar DXA : kebutuhan minimum

    Data pribadi pasien (nama, nomer medical record, usia, jenis kelamin)

    Permintaan dokter pengirim Indikasi untuk testing Jenis dan tipe alat yang di gunakan Alasan mengapa tulang atau ROI tertentu tidak di masukkan dalam

    analisanya Nilai BMD dalam g/cm2 Sebutkan daerah tulang, ROI dan sisi mana yang diperiksa (kiri apa

    kanan) Laporkan nilai T-score dan atau Z-score, pilih yang sesuai Untuk perempuan menopause dan pria usia 50 tahun keatas,

    gunakan WHO kriteria untuk diagnosa Semua factor resiko termasuk adanya patah tulang non traumatic Pernyataan tentang resiko patah tulang. Kalau menggunakan resiko

    relative cantumkan diperbandingkan dengan populasi yang mana

  • (usia muda atau usia yang sama dengan usia pasien). ISCD lebih menyukai prediksi resiko absolut bila datanya sudah tersedia

    Pernyataan umum tentang evaluasi medis untuk BMD yang rendah mungkin di perlukan

    Rekomendasi keperluan serta kapan waktu pemeriksaan BMD berikutnya

    Laporan DXA ulangan

    Pernyataan mengenai daerah tulang dan ROI pemeriksaan DXA sebelumnya yang digunakan sebagai perbandingan

    Pernyataan mengenai nilai LSC dan data statistik yang bermakna Laporan ada tidaknya perubahan yang bermakna dalam g/cm2 dan

    persentasi antara BMD saat ini dan sebelumnya Komentar bila ada studi lain termasuk pemeriksaan dengan mesin

    dan model lain sebelumnya dan apakah ada kecocokan untuk diperbandingkan.

    Rekomendasi keperluan serta kapan waktu pemeriksaan BMD berikutnya

    Laporan DXA fakultatif :

    Rekomendasi pemeriksaan yang lain seperti X-ray, MRI, CT scan dan lain lain

    Rekomendasi pengobatan baik farmakologi maupun non farmakologi Persentasi tambahan bila dibandingkan dengan suatu referensi

    penduduk Rekomendasi khusus untuk evaluasi osteoporosis sekunder

    Laporan DXA yang tidak diperbolehkan:

    Pernyataan terjadi kehilangan massa tulang tanpa disertai data BMD sebelumnya

    Menyebutkan istilah ringan , sedang atau berat pada osteopenia atau osteoporosis

    Menyebutkan diagnosa lain pada ROI yang berbeda (misalnya osteopenia pada femur dan osteoporosis pada spine)

  • Pernyataan seperti dia memiliki tulang seperti pada usia 80 tahun, padahal pasien ini usianya bukan 80 tahun

    Pernyataan Terjadi perubahan nilai BMDpadahal belum melampaui nilai PE dan LSC nya

    Komponen laporan VFA

    Data pasien, dokter pengirim, indikasi, kwalitas mesin dan interpretasi

    Laporan VFA ulangan meliputi perbandingan hasil serta perubahan bermakna bila tersedia

    Laporan VFA harus memberi komentar tentang berikut ini : Vertebra yang tidak dapat di evaluasi Perubahan bentuk vertebra, apakah hal ini ada sangkut

    pautnya dengan patahtulang Adanya kelainan patologis baik pada vertebra maupun di luar

    vertebra Komponen fakultatif seperti resiko patah tulang serta rekomendasi

    pemeriksaan yang lain

    Rekomendasi umum untuk alat bukan Sentral DXA : QCT,pQCT,QUS, dan pDXA

    Rekomendasi secara umum pada QCT, pQCT,QUS, dan pDXA hampir mirip dengan sentral DXA. Pengertian tentang perbedaan tehnis,kemampuan menghitung kemungkinan patah tulang dan kebutuhan studi yang setara telah tersedia lengkap dalam Journal of Clinical Densitometry

    Pengukuran densitas tulang dari berbagai alat tidak dapat di perbandingkan

    Setiap jenis alat memiliki perhitungan kemungkinan resiko patah tulang tersendiri baik melalui penelitian prospektif atau secara klinis di nyatakan syah

  • Nilai T-score pada leher femur, total femur, vertebra lumbalis atau 33% radius tidak dapat digunakan sesuai dengan kriteria WHO karena T-score nya tidak setara dengan Sentral DXA

    Pendidikan dan latihan khusus perlu di berikan baik pada operator maupun klinisi sebelum alat tersebut di gunakan untuk pemiksaan pasien

    QC secara berkala harus di lakukan

    Laporan dasar non-sentral DXA (QCT,pQCT,QUS,pDXA) : kebutuhan minimum

    Tanggal pemeriksaan Data pribadi pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin) Dokter pengirim Nama penerima laporan hasil Indikasi Jenis dan tipealat yang di gunakan Nilai hasil pengukuran Data referensi Daerah tulang yang di periksa /ROI Kwalitas test Adanya keterbatasan test termasuk kriteria WHO tidak dapat

    digunakan sebagai dasar diagnosa karena T-score nya tidak sama pada QCT,pQCT dan QUS (berbeda dengan 33% radius)

    Faktor-faktor resiko klinis Perkiraan resiko patah tulang Pernyataan umum tentang evaluasi medis untuk BMD yang rendah

    mungkin di perlukan Rekomendasi untuk pemeriksaan ulangan

    Catatan : Daftar peralatan tehnis dari mesin QCT dan pQCT terdapat secara engkap dalam Journal of Clinical Densitometry

    Laporan fakultatif non- sentral DXA (QCT,pQCT,QUS,pDXA) :

    Laporan mungkin meliputi hal berikut ini :

  • Rekomendasi pengobatan baik farmakologi maupun non- farmakologi

    QCT dan pQCT

    Akuisisi Dengan single-slice QCT, Scan L1-L3; dengan 3D QCT, L1-L2

    harus di scan Kemungkinan patah tulang

    Spine trabecular BMD hasil pemeriksaan QCT dapat menghitung kemungkinan terjadinya patah tulang vertebra sama seperti AP Lumbal BMD hasil dari DXA pada perempuan pasca menopause. Pada kasus pria belum ada data yang cukup mendukung

    Belum ada penelitian yang cukup mendukung bahwa BMD Spine dapat memperkirakan terjadinya patah tulang femur baik pada perempuan maupun pria.

    Daerah ultra- distal radius pada pQCT dapat memperkirakan patah tulang femur namun bukan vertebra pada perempuan pasca menopause. Pada pria belum ada penelitian yang cukup mendukung

    Keputusan pemberian terapi Pemeriksaan dengan DXA pada Spine dan femur merupakan

    cara terbaik untuk pemberian terapi. Bila hal ini tidak dapat dilakukan dan di temukan adanya patah tulang spine hasil dari QCT atau radius hasil dari pQCT ditambah faktor resiko klinis, maka kita dapat mulai memberikan terapi

    Monitoring Trabecular BMD dari lumbal spine hasil pemeriksaan QCT

    dapat dipakai untuk evaluasi perubahan BMD akibat peningkatan usia, perjalanan penyakit dan hasil pengobatan

    Trabecular dan total BMD hasil pemeriksaan ultra-distal radius dengan pQCT dapat dipakai untuk evaluasi perubahan BMD akibat bertambahnya usia

    Laporan hasil

  • Untuk QCT menggunakan whole body CT scan , ada beberapa laporan tehnis yang perlu di masukkan :

    Akuisisi tomografi dan parameter rekonstruksi kV,mAS Collimation selama akuisisi Table increment per rotation Tinggi meja periksa Reconstruction slice thickness, reconstruction increment Reconstruction kernel

    Untuk pQCT menggunakan dedicated CT scanner, ada beberapa laporan tehnis yang perlu dimasukkan :

    Akuisisi tomografi dan parameter rekonstruksi Reconstruction slice thickness Single/multi-slice acquisition mode Length of scan range in multi-slice acquisition mode

    QUS

    Akuisisi Satu satunya tulang yang di periksa untuk osteoporosis

    pada QUS ialah calcaneus Menghitung kemungkinan patah tulang

    Hasil QUS dapat memperkirakan resiko patah tulang pada perempuan pasca-menopause (femur, spine dan resiko global) serta pria usia 65 tahun keatas (femur dan non-vertebra), tidak tergantung dari hasil BMD DXA

    Perbedaan hasil antara QUS dan sentral DXA tidak banyak dan bukan karena kesalahan metodologinya

    QUS ditambah dengan faktor-faktor resiko klinis dapat digunakan pada kasus-kasus sangat rendah kemungkinan terjadinya patah tulang dimana tidak diperlukan evaluasi diagnostic lebih lanjut. (nilai ambang QUS dan strategi pencarian kasus tersedia lengkap dalam Journal of Clinical Densitometry)

    Keputusan pemberian terapi

  • Bila memungkinkan,gunakan sentral DXA yang menghitung BMD pada Spine dan femur sebagai acuan pemberian terapi. Namun bila sentral DXA tidak dapat dilakukan, terapi bisa kita berikan dengan pemeriksaan QUS bila terdapat kemungkinan besar patah tulang dengan cara mengukur nilai ambang disertai adanya faktor-faktor resiko klinis (nilai ambang QUS tersedia lengkap dalam Journal of Clinical Densitometry)

    Monitoring QUS tidak dapat digunakan sebagai alat monitoring hasil

    terapi osteoporosis

    pDXA

    Menghitung kemungkinan patah tulang Pengukuran dengan pDXA dapat digunakan untuk

    menghitung kemungkinan patah tulang spine dan resiko global namun bila dibandingkan dengan sentral DXA dan QUS adalah lebih lemah. Belum ada cukup data untuk pria

    Pengukuran radius pDXA ditambah faktor-faktor resiko klinis dapat digunakan pada kasus-kasus sangat rendah kemungkinan terjadinya patah tulang dimana tidak diperlukan evaluasi diagnostic lebih lanjut. (nilai ambang pDXA dan strategi pencarian kasus tersedia lengkap dalam Journal of Clinical Densitometry)

    Diagnosa Klasifikasi diagnosa WHO hanya dapat digunakan

    dengan menghitung T-score Spine, leher femur, total femur dan 33% radius dengan sentral DXA dan pDXA menggunakan data referensi dewasa muda yang syah.

    Keputusan pemberian terapi Bila memungkinkan, gunakan sentral DXA yang

    menghitung BMD pada Spine dan femur sebagai acuan pemberian terapi. Namun bila sentral DXA tidak dapat

  • dilakukan, terapi bisa kita berikan dengan pemeriksaan pDXA (atau DXA) dimana terdapat kemungkinan besar patah tulang dengan cara mengukur nilai ambang ditambah faktor-faktor resiko klinis (nilai ambang pDXA tersedia lengkap dalam Journal of Clinical Densitometry)

    Monitoring pDXA tidak dapat digunakan sebagai alat monitoring hasil

    terapi osteoporosis

    Body composition

    Indikasi klinis DXA total body composition dapat digunakan dalam

    kondisi : ! Untuk mengukur distribusi lemak pada pasien

    HIV yang mendapat terapi dengan resiko lipoatrophy (stavudine [d4T] dan zidovudine [ZDV,AZT]).

    ! Pasien obesitas yang di lakukan operasi bariatic (atau terapi medis, diet, penurun berat badan lain yang dapat menimbulkan kehilangan berat badan cukup besar). Tujuannya untuk mengetahui perubahan massa lemak dan otot bila berat badan turun melebihi 10%. Apa pengaruhnya secara klinis belum diketahui

    ! Untuk menghitung lemak dan otot pasien dengan kelemahan otot atau kesehatannya buruk. Apa pengaruhnya secara klinis belum diketahui

    Kehamilan adalah kontraindikasi DXA body composition.Keterbatasan penggunaan DXA body composition atau BMD adalah melebihi beban meja periksa, pemberian media kontras dan atau artifact. Bahan radiofarmasi mungkin mempengaruhi akurasi hasil pada beberapa mesin BMD.

  • Akuisisi ! Tidak ada phantom yang ter identifikasi untuk

    membandingkan hasil body composition antar mesin ! Untuk membandingkan hasil antar mesin harus

    menggunakan kalibrasi silang ! Sistem kalibrasi silang yang dapat digunakan harus

    memiliki model dan buatan mesin yang sama ! Perbedaan hasil body composition antar dua sistem

    yang berbeda yang memiliki model dan buatan mesin yang sama, baru dapat dianalisa bilamana sistemnya dapat di lakukan kalibrasi silang dengan phantom body composition yang sesuai

    ! Bila ada pergantian perangkat keras, namun bukan seluruh sistem atau mengganti sebuah sistem dengan technologi yang sama (baik pabrik maupun model), lakukan kalibrasi silang oleh setiap technologist sebanyak 10 kali whole body phantom scan baik sebelum maupun sesudah pergantian tersebut. Jika terjadi perbedaan massa lemak, persentasi massa lemak atau massa otot rata- rata lebih dari 2%, panggil teknisi pabrik untuk lakukan koreksi.

    ! Belum ada total body phantom yang tersedia saat ini yang dapat digunakan sebagai standar referensi absolute baik untuk komposisi jaringan lunak maupun densitas tulang

    ! Program QC pada DXA body composition harus dilakukan secara berkala sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. Bila tidak ada petunjuk dari pihak pabrik maka dianjurkan :

    1. Lakukan paling sedikit seminggu satu kali body composition phantom scan pada semua mesin DXA

  • 2. Semua data yang didapat dari body composition phantom scan harus dapat dibaca dan dianalisa dengan baik.

    3. Verifikasi nilai rata-rata body composition phantom untuk massa lemak dan massa otot setelah pemeliharaan alat

    4. Lakukan koreksi bila ada masalah dan bila gagal segera panggil teknisi

    5. Memiliki buku pemeliharaan mesin 6. Patuhi peraturan pemerintah, survey radiasi dan

    inspeksi pihak berwenang ! Positioning dan persiapan pasien (misalnya puasa,

    pakaian, waktu,aktifitas fisik, kosongkan kandung kemih) harus konsisten agar pengukurannya tepat dan akurat

    ! Posisi dari lengan, tangan,tungkai dan kaki harus sesuai dengan petunjuk NHANES (telapak tangan mengarah kebawah dan tidak menempel pada badan, kaki posisi netral, lutut diikat, lengan lurus atau sedikit bengkok, wajah kedepan dengan dagu netral)

    ! Bila badan terlalu lebar sehingga melampaui garis batas, gunakan offset-scanning procedur yang terdapat pada beberapa jenis mesin

    ! Setiap technologist harus menghitung penilaian presisi body composition berdasarkan representasi pasien di klinik tersebut

    ! Batas minimum nilai presisi dari massa total lemak, massa total otot dan persen massa lemak berturut turut ialah 3%,2% dan #%

    ! Gunakan ROI sesuai petunjuk pabrik secara konsisten

    ! Rekomendasi untuk melenyapkan artifact sesuai petunjuk pabrik secara konsisten

  • Analisa dan pelaporan Untuk pasien dewasa (termasuk kepala) semua nilai

    BMI, BMD, BMC, massa total, massa jaringan lunak total, massa lemak total, dan persen massa lemak tercantum dalam laporan

    Total body BMC berdasarkan data referensi NHANES 1999-2004 harus digunakan bila memakai model 4-compartment

    DXA yang mengukur massa lemak dan jaringan lunak termasuk jaringan lemak visceral (VAT), maka pengukuran seperti appendicular lean mass index (ALMI: appendicular lean mass/ht2), android/gynoid percent fat mass ratio, trunk to leg fat mass ratio, lean mass index (LMI: total lean mass/ht2), fat mass index (FMI: fat mass/ht2) adalah optional. Kegunaan klinis dari pengukuran tersebut saat ini belum jelas

    Bila menggunakan data referensi penduduk Amerika, NHANES 1999-2004, maka data tersebut dapat dipakai pada semua etnik, perempuan dan pria, usia 8-85 tahun (data referensi ini tidak ada hubungannya dengan status kesehatan seseorang)

    Nilai Z-score dan persentagenya cocok untuk dilaporkan jika menggunakan metode penyesuaian pada kasus non-normal

    Penggunaan DXA untuk mengukur lemak (persen massa lemak atau index massa lemak ) mungkin berguna untuk penentuan rangking resiko penyakit cardio-metabolik. Nilai ambang untuk kegemukan belum tersedia.

    ! low lean mass dinyatakan bila appendicular lean mass dibagi dengan tinggi badan kwadrat (ALM/height2) dibandingkan dengan parameter usia dewasa muda, jenis kelamin, dan ethnis pasien (Z-

  • Score ). Nilai ambang low lean mass untuk sarcopenia sedang dinantikan.

    Singkatan

    ALMI appendicular lean mass index BMC bone mineral content BMD bone mineral density BMI - body mass index DXA dual-energy X-ray absorptiometry FMI fat mass index ISCD International Society for Clinical Densitometry LMI lean mass index LSC least significant change NHANES III National Health and Nutrition Examination Survey III PA posterior anterior pDXA peripheral dual-energy x-ray absorptiometry pQCT peripheral quantitative computed tomography QC quality control QCT quantitative Computed Tomography QUS quantitative Ultrasound ROI region(s) of interest SSI - strain strength index TBLH total body less head VAT visceral adipose tissue VFA Vertebral Fracture Assessment vBMD volumetric BMD WHO World Health Organization

    Copyright ISCD, July 2013. Supersedes all prior Official Positions publications.

  • - See more at: http://www.iscd.org/