implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran...

174
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Oleh SYAIFULLAH GODI ISMAIL NIM 111 09 106 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

SMP NEGERI 4 SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (SPdI)

Oleh

SYAIFULLAH GODI ISMAIL

NIM 111 09 106

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

2

3

4

5

MOTTO

6

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

PERSEMBAHAN

7

Kupersembahkan skripsi ini untuk

1 Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Kardiyanto Godi Ismail dan

Ibuku tercinta Sakdiyah yang selalu memberi nasihat kasih sayang

bimbingan dan motivasi serta dukungan materi

2 Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) yaitu Pak Fegi Anita Said Pras bang Imtihan bang ini Iman

Takul dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga lainnya yang selalu

memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan

banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat

3 Teman-temanku Kampus kelas PAI D angkatan tahun 2009 yaitu Agus

Rozak Juliono dan yang lainya

4 Teman-teman kelompok PPL kelompok KKN dan teman lainnya di IAIN

Salatiga

KATA PENGANTAR

8

Asslamu‟alaikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW keluarga sahabat dan para pengikut setianya

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Rahmat Hariyadi MPd selaku rektor IAIN Salatiga

2 Ibu Siti Rukhayati MAg selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI)

3 Bapak FatchurrahmanSAgMPd sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan tugas ini

4 Ibu DrMuna ErawatiMSi selaku pembimbing akademik

5 Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9

6 Kepala sekolah guru dan siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian

di sekolah tersebut

7 Kepada orang tuaku tercinta Bapak kardiyanto godi ismail dan Ibu

Sakdiyah serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk moril maupun materiil untuk membiayai

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran

8 Kepada kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga (pras anita said sahal takul

istad bang imtihan bang indi fegi dan yang lainnya) yang tak akan

pernah putus mencari ilmu dan selalu yakin usaha sampai

9 Kepada teman-temanku tercinta PAI D 2009 (agus rozaq anwar fegi

faisal) serta teman-teman yang saya kenal dan yang mengenal saya

yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah

memberikan saran do‟a serta motivasinya

10 Generasi muslim pemuda pemudi penerus cita-cita bangsa

Oleh karenanya penulis tak kan berarti apa-apa tanpa mereka semua kami

ucapkan banyak terimakasih Semoga amal perbuatan yang diberikan dengan

ikhlas akan dihitung oleh Allah serta memperoleh balasan kebaikan dan

mendapatkan Ridho Allah SWT Amin

10

11

ABSTRAK

Ismail G Syaifullah 2015 Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Pelajaran

20152016 Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga Dosen Pembimbing FatchurrahmanSAg MPd

Kata kunci Implementasi dan pendidikan profetik

Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang

krisis moral karena masih kurangnya akan pendidikan moral dan akhlak dalam

membentuk dan membangun moral serta akhlak para peserta didik Disadari atau

tidak pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada dimensi kognitif yang

hanya mencetak manusia cerdas dan terampil maka tidak heran jika terjadi krisis

moral dan akhlak Dalam pendidikan Islam pendidikan karakter merupakan

pendidikan akhlak Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pendidikan

karakter atau pembentukan moral dan akhlak seperti konsep pendidikan yang di

ajarkan Rasulullah Nabi Muhammad merupakan pendidik yang paling berhasil

dan menjadi suri tauladan Dengan meneladani dan meniru pendidikan yang

digunakan nabi diharapkan dapat membentuk dan membangun moral serta

akhlakul karimah Maka salah satu caranya dengan mengimplementasikan

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran agama Islam Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

2) Bagaimana problematika Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga 3) Bagaimana

hasil Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Sesuai dengan tema yang

peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field

research) Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah Pengumpulan data

menggunakan wawancarainterview dokumen dan observasi Lokasi Penelitian

dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di Jl Pattimura 47 Salatiga

50711 dan subjek penelitian adalah pendidik tenaga kependidikan dan siswa

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa implementasi pendidikan

profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

diterapkan dalam model pembelajaran dengan pembiasaan dan keteledanan

kolektif penanaman misi dan nilai-nilai kenabian pada peserta didik melalui

materi pembelajaran metode dan evaluasi pembelajarannya Terdapat beberapa

problematika dalam implementasi pendidikan profetik ada beberapa hambatan

dan solusi yang ditawarkan Hasil dari implementasi pendidikan profetik dapat

12

membangun dan membentuk akhlak serta moral peserta didik sehingga peserta

didik mempunyai sikap menghormati menghargai dan toleran Menumbuhkan

tingkat keagamaan dan motivasi ibadah siswa Sehingga intelektual emosional

akhlak dan moral peserta didik dapat berkembang secara utuh

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR BERLOGO ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING iii

PENGESAHAN KELULUSAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 10

C Tujuan Penelitian 10

D Landasan Teori 11

E Manfaat Penelitian 14

F Metode Penelitian 15

G Sistematika Pembahasan 21

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22

A Pendidikan dalam Islam 22

1 Pengertian Pendidikan 22

2 Pendidikan dalam Islam 23

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam 30

4 Tujuan Pendidikan Islam 34

B Pendidikan Profetik 39

1 Pengertian Profetik 39

2 Filsafat Profetik 41

3 Filsafat Pendidikan Profetik 41

4 Pengertian Pendidikan Profetik 45

5 Tujuan Pendidikan Profetik 46

6 Materi pendidikan Profetik 47

7 Pendidik Pendidikan Profetik 50

8 Peserta didik Pendidikan Profetik 54

9 Metode Pendidikan Profetik 56

10 Media Pendidikan profetik 60

11 Evaluasi Pendidikan Profetik 62

C Kontekstualisasi Pendidikan Profetik 64

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoirul

Ummah)

64

2 Pendidikan Profetik untuk Pengembangan Kebudayaan 65

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan 66

15

D Pendidikan Profetik dalam Pendidikan Agama Islam 72

BAB III HASIL PENELITIAN 79

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian 79

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga 79

2 Letak Geografi 79

3 Visi dan misi SMP Negeri 4 salatiga 80

4 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 81

5 Guru karyawan dan Siswa Struktur Personalia SMP

Negeri 4 salatiga

84

6 Situasi dan Kondisi SMP Negeri 4 salatiga 89

7 Ekstrakurikuler 90

B Temuan Penelitian 92

1 Hasil Penelitian 92

a Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

92

b Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

97

c Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

101

BAB IV PEMBAHASAN 105

A Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam 105

16

Pembelajaran pendidikan agama Islam

B Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

110

C Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

115

BAB V PENUTUP 119

A Kesimpulan 119

B Saran 121

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN-LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Tabel 31 Struktur Personalia SMP Negeri 4 salatiga 82

Tabel 32 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 83

Tabel 33 Data siswa SMP Negeri 4 salatiga 84

Tabel 34 Data Guru SMP Negeri 4 salatiga 85

Tabel 35 Data kualifikasi pendidikan guru SMP Negeri 4 Salatiga 85

Tabel 36 Data Karyawan SMP Negeri 4 salatiga 86

Tabel 37 Data sarana SMP Negeri 4 salatiga 87

Tabel 38 Data Prasarana SMP Negeri 4 salatiga 88

Tabel 39 Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 salatiga 91

Tabel 310 Kegiatan Ekstrakuliker SMP Negeri 4 salatiga 91

18

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia

Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan yang diharapkan akan

dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan orang banyak Selain

itu pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai penting dan strategis bagi peradaban manusia Hampir semua

negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal terpenting dan utama dalam

membangun suatu bangsa dan negara Di Indonesia sendiri hal ini jelas sudah

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan Serta dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk

mewujudkan upaya tersebut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)

memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang

Menurut Ahmad Makki dalam bukunya karya Jamal Ma‟mur Asmani

mengatakan bahwa jika pendidikan dalam sebuah bangsa sudah maju niscaya

19

akan maju pula bangsa itu Sebaliknya ketika pendidikan disuatu bangsa

tidak berkembang maka dapat dipastikan bangsanya akan terbelakang

Pendidikan di Indonesia sudah berjalan sekian puluh tahun sejak

kemerdekaannya dan selama itu pula terdapat perkembangan pendidikan di

Indonesia Tetapi jika disadari pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada

dimensi kognitif yang mencetak manusia-manusia yang cerdas terampil dan

mahir yang melahirkan manusia yang berkepribadian dan integritas

Kurangnya pengejawantahan dimensi afektif dan psikomotorik dalam sistem

pendidikan menjadikan krisis identitas serta hilangnya Nilai-nilai luhur yang

melekat pada bangsa Indonesia seperti kejujuran kesantunan kesopanan

hormat pada orang lain religius dan kebersamaan Hal ini menjadi

keprihatinan kita semua sebagai warga negara Indonesia

Masifikasi gelombang modernitas telah membawa siapapun termasuk

dunia pendidikan untuk hanyut mengikuti mainstream dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar tidak teraleniasi Dalam keadaan seperti ini

hegemoni konsep-konsep pendidikan ala barat sulit untuk dihindari yang mana

memarginalkan konsep-konsep dan ajaran lokal yang syarat akan nilai-nilai

moral Adanya problematika internal dalam sektor pendidikan serta hilangnya

orientasi untuk memberikan pencerahan dan membentuk jati diri bangsa

menjadikan kesinambungan program-program pendidikan belum bisa berjalan

mulus Ditambah dengan perubahan politik di negara ini karena adanya

kebijakan-kebijakan baru pada setiap pergantian menterinya Munculnya

realitas pendidikan saat ini yang lebih sibuk melayani golongan sosial tertentu

20

menjadikan adanya materialisasi pendidikan yang sudah mulai menggejala dan

menggeser ideologi pendidikan yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membedakan status sosial

Kurikulum seakan disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan

pekerjaan yang dibungkus dengan baju modernitas Kemudian adanya

dikotomi ilmu pendidikan antara ilmu pengetahuan umum dan agama

memunculkan problematika tersendiri Hal itu menjadikan pembagian dalam

hal pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu umum dan agama

sehingga dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya

menjadi kurang maksimal

Dunia pendidikan dituntut perannya untuk kembali memurnikan arah

perjalanan bangsa Dunia pendidikan akan berada pada kondisi dilematis-

kontradiktif karena adanya tuntutan modernitas sekaligus sebagai tuntutan

peran untuk selalu menjaga nilai-nilai moral Sementara dunia pendidikan

berada dalam paradoks disuatu sisi ingin menanamkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral namun pada sisi lain justru institusi atau lembaga pendidikan

mencerminkan praktek-praktek pendidikan yang menyimpang dari niliai-nilai

moral dan identitas bangsa Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia

dan pengembangan potensi serta bakat yang harus diubah orientasinya untuk

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkembang dalam tiga

ranah yaitu afektif kognitif dan psikomotorik Pendidikan haruslah

menanamkan dan mengembangkan karakter individu dan nilai-nilai

kemanusian Pendidikan juga diarahkan dalam menanamkan integritas etik dan

21

akhlak serta mengembalikan makna ldquopendidikanrdquo bukan hanya sekedar

ldquopengajaranrdquo Penggunaan metode-metode pendidikan yang mengedepankan

keteladanan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai yang diajarkan

Pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah Makna manusia yang berkualitas menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab Oleh karena itu pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa dan karakter Dengan adanya penanaman dan

pengembangan karakter bagi setiap peseta didik atau individu dalam sistem

pendidikan maka diharapkan akan menciptakan manusia yang berkualitas yang

mampu beradaptasi dengan zaman

Dengan berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya sebuah pendidikan

karakter Pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan bagi

setiap individu untuk menghayati kebebasan dalam hubungan mereka dengan

orang lain dan lingkungannya sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi

22

yang unik dan khas serta memiliki integritas moral yang dapat

dipertanggungjawabkan Lebih lanjut pendidikan karakter juga terkait dengan

tiga matra pendidikan yaitu pendidikan individual pendidikan sosial dan

pendidikan moral Melalui tiga matra pendidikan tersebut merupakan kondisi

dinamis dari struktur antropologi individu Pendidikan karakter dalam arti

demikian itu menurut Amin dalam Etika (1989) adalah pendidikan yang sejak

lama telah diperjuangkan oleh para filusuf bahkan para rosul utusan Tuhan

Yaitu pendidikan karakter yang bersifat integral holistik dinamis

komprehensif dan terus menerus hingga terbentuk sosok manusia yang terbina

seluruh potensi dirinya serta memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk

mengekspresikannya dalam seluruh aspek kehidupan

Untuk mewujudkan visi misi dan tujuan tersebut pendidikan karakter

membutuhkan dukungan salah satunya dari pendidikan agama Dalam pada itu

pendidikan agama memberikan sumbangan bagi pendidikan karakter dan

berperan penting dalam hal mempersatukan diri manusia dengan realitas

tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Pendidikan karakter yang ditopang salah

satunya oleh pendidikan agama membantu peserta didik untuk tumbuh secara

lebih matang dan lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

dalam kontek kehidupan bermasyarakat Namun hal tersebut juga harus

didukung dengan upaya yang disertai dengan keteladanan dari seluruh

komponen yang terlibat dalam pendidikan (terutama guru) lingkungan dan

atmosfer pendidikan yang kondusif

23

Pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam disebut juga dengan

pendidikan akhlak mulia Secara normatif-teologis merupakan sebuah agenda

dan misi utama bagi setiap agama Secara yuridis ajaran akhlak mulia secara

eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Jika dilihat secara historis pendidikan akhlak mulia

merupakan respon terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat

Lahirnya agama Islam di mekkah dan berkembang di madinah merupakan

sampling yang representative tentang perlunya agama ini membentuk akhlak

masyarakat Hal itu terjadi karena keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

menetapkan kebijakan strategi taktik dan hal lainnya (Abuddin 2012 210)

Pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah pembentukan kepribadian

seorang muslim Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan Disegi lain pendidikan

Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis yang mana pendidikan

Islam mengajarkan pendidikan iman dan amal Secara historis Islam dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudia disebarkan ke mekkah atau Islam

diajarkan di mekkah yang tadinya menyembah berhala musyrik dan sombong

dengan usaha dan kegiatan Nabi mengajarkan Islam kepada mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah menjadi mukmin

muslim dan menghormati orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin

sebagaimana yang dicita-citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik

membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus

menjadi pendidik yang berhasil Islam sebagai agama yang universal yang

24

oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktivitas sehari-hari

mensejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis Pendidikan versi

Islam tidak hanya sebagai penentu segala-galanya bagi vested interested

(kepentingan) manusia di dunia melainkan menjangkau kepentingan manusia

masa depan yang esensial di akhirat kelak

Di dalam Islam dan dalam pendidikan Islam khususnya secara tidak

langsung telah berupaya untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan

karakter atau akhlak mulia yaitu membentuk kepribadian seorang muslim

sebagaimana cita-cita Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur‟an dan

sunnah yang berdialoq secara kontinu dengan tradisi dan budaya setempat

Pendidikan karakter atau pendidikan akhlak mulia merupakan bagian dari

pendidikan Islam yang sudah ada sejak 15 abad yang lalu Ajaran Islam yang

berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan

individu dan pendidikan masyarakat Semua orang yang bertugas mendidik

adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Zakiah Darajat 2012 20) Telah

disebutkan sebelumnya bahwa Nabi Muhammad merupakan pendidikan yang

paling berhasil dan menjadi suri tauladan (QS3321)

25

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

Maka perlunya pendidikan Islam dalam hal ini pendidikan karakter atau

akhlak untuk filter dan tameng bagi adanya kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai barat yang menjadikan

kekalahan beruntun secara sosial politik ekonomi dan budaya komunitas

muslim merasa kelimpungan dengan reaksi yang beragam Diakui bahwa hal

ini disebabkan karena masih ada beberapa hambatan dalam pendidikan agama

Islam Karena terjadinya pengadopsian pendidikan barat untuk

mengembangkan pendidikan muslim Yang terjadi adalah pendidikan modern

(barat) plus pendidikan agama Islam untuk peserta didik muslim dan bukan

yang dikonstruk berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikembangkan dalam teori

dan keilmuan Islam

Pendidikan akhlah mulia yang terdapat dalam pendidikan agama Islam

saat ini telah terdikotomi oleh pendidikan nasional Terlebih yang terdapat di

lembaga pendidikan umum (SD SMP dan SMA) Mengamati pendidikan

agama Islam di Indonesia dari masa ke masa tergambar jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan bagian yang terpisah dari sistem

pendidikan nasional Bahkan saat ini pendidikan Islam di Indonesia sedang

menghadapi berbagai persoalan dan hambatan dalam berbagai aspek terutama

masalah orientasi pendidikan itu sendiri dengan kata lain masih belum

jelasnya konsep pendidikan yang dibawa serta bagaimana implementasi yang

26

berbentuk pembelajaran sebagai upaya menciptakan manusia yang mandiri dan

profesional Mengingat bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan

dasar bagi setiap muslim maka pendidikan agama Islam harus selalu ditumbuh

kembangkan secara sistematis oleh setiap umat Islam dimanapun Berangkat

dari karangka ini pendidikan agama Islam haruslah selalu senantiasa

mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi logis dari perubahan

Kurangnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam lembaga pendidikan

umum menghambat pembentukan manusia ideal (seorang muslim) yang siap

dengan agenda globalisasi dan modernisasi yang terjadi Lembaga pendidikan

umum tidak berfokus kepada pendidikan agama hal ini berbeda dengan

lembaga pendidikan agama yang fokus pendidikannya adalah keagamaan

Kurangnya jam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan

umum misalnya yang hanya 3 jam setiap minggu maka perlu adanya strategi

untuk memberikan bekal tentang pendidikan agama di pendidikan umum

Strategi dalam sistem pembelajarannya metodenya maupun dalam hal konsep

pembelajarannya Seperti penggunaan pendidikan profetik yaitu dengan proses

pengetahuan dan nilai yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan

Dengan adanya strategi dalam hal pembelajaran pendidikan agama Islam maka

mampu untuk mencetak manusia-manusia keseimbangan dalam pandangan

hidupnya serta memiliki penguasaan atau pengetahuan keagaaman untuk bekal

individu dalam kehidupan sehari-hari

27

Ditetapkanya SMP Negeri 4 Salatiga sebagai tempat penelitian karena

adanya strategi dan upaya-upaya yang digunakan Sekolah Menengah Pertama

ini dalam hal menumbuhkan pendidikan keagamaan Islam terhadap peserta

didiknya Secara geografis yang terletak di pusat kota Salatiga berada pada

pusat jalur ekonomi Salatiga Dalam hal pendidikan keteladanan yang

ditumbuhkan oleh pihak sekolah dalam kesehariannya di lingkungan sekolah

seperti adanya sholat berjama‟ah dan kegiatan keIslaman untuk peserta didik

Berangkat dari hal tersebut maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah ldquo IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMP

NEGERI 4 SALATIGA PADA TAHUN PELAJARAN 2014-2015rdquo

B RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi diatas maka ada sejumlah permasalahan yang

penulis ajukan untuk dicari jawabannya Sejumlah masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut

1 Bagaimana Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Apa problematika yang muncul dalam implementasi Pendidikan Profetik

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

3 Bagaimana hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

28

C TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam implementasi

Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

3 Untuk mengetahui hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

D LANDASAN TEORI

1 Pendidikan Profetik

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti

ldquopergaulan dengan anak-anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya

membimbing atau mendidik alam pertumbuhannya agar dapat berdidi

sendiri disebut paedgogos Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai

ldquo usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-

anak untuk membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

29

dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi

diri sendiri dan masyarakatnyardquo

Sedangkan Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau

berkenaan dengan nabi Kata dari bahasa inggris ini berasal dari bahasa

yunani ldquoprophetesrdquo sebuah kata benda untuk menyebut orang yang

berbicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga

orang yang berbicara masa depan Profetik atau kenabian disini merujuk

pada dua misi yaitu seseorang yang menerima wahyu diberi agama baru

dan diperintahkan untuk mendakwahkan pada umatnya disebut rasul

(messenger) sedang seseorang yang menerima wahyu berdasarkan agama

yang ada dan tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya disebut nabi

(Prophet)

Nabi (Prophet) yang menjadi acuan dalam pendidikan profetik

adalah Nabi Muhammad SAW yang mana sebagai suri tauladan dan

sebagai pendidik yang hebat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan

mengajarkan islam di mekkah yang tadinya kondisi mereka menyembah

berhala musyrik dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi

mengajarkan Islam kepada mereka lalu tingkah laku mereka berubah

menjadi penyembah Allah menjadi mukmin muslim dan menghormati

orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin sebagaimana yang dicita-

citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik membentuk kepribadian

yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus menjadi pendidik yang

berhasil Di dalam kehidupannya nabi SAW selalu memberikan

30

ketauladanan kepada ummatnya Hal inilah yang menjadikan nabi

Muhammad menjadi acuan Profetik atau kenabian dalam hal pendidikan

Jadi Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan

(knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun

akhlak moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus

memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul

ummah) Serta tercapainya intelektual emosional akhlak dan moral

peserta didik yang dapat berkembang secara utuh

2 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan kebiasaan dan tingkah laku belajar juga diartikan sebagai

pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Syaiful Bahri

200222)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik

(santri) Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran

tersebut ada kegiatan memilih menetapkan dan mengembangkan metode

atau strategi yang optimal untuk mengapai hasil pembelajaran yang

diinginkan dalam kondisi tertentu (Muhaimin 200382)

Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip

Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia sehingga

31

terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 2008 35)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati

hingga mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadist

(Abdul Majid amp Dian Andatani 2004 7)

Jadi pengertian pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah

upaya membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati hingga

mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi

pembelajaran yang ada

3 Implementasi pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan Jadi penerapan

pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Maka

pendidikan dibangun dan dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat

memiliki tradisi dan budaya akademik yang kondusif dalam keluarga dan

lingkungan sosial Tradisi dan budaya edukatif atau akademik ini secara

otomatis akan bergerak sesuai dengan hukum budaya yang mewakili

32

simbol-simbol agama dalam mentransfer ilmu teknologi dan seni kepada

siapapun Tradisi dan budaya profetik yang sudah terbangun kokoh bahkan

diluar kesadaran akan menggulirkan semangat keilmuan yang tinggi

Komitmen profetik yang berlangsung lama akan membetuk tradisi dan

dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pilar pendidikan profetik

yang akan menghasilkan tradisi dan lingkungan yang sehat

E MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk

menghadapi tantangan zaman dan modernisasi dan juga dengan ini diharapkan

dapat membentuk individu berkarakter yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Serta

memberikan konsep pendidikan Islam dalam membentuk dan mengembangkan

potensi intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara utuh

Sedangkan secara dimensi praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menemukan sebuah pola pendidikan Islam sebagai

pengembangan diri manusia dalam membentuk manusia sempurna menurut

Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Alam

sekaligus untuk memahaminya Hal tersebut menjadi kerangka acuan dalam

pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dikemas dalam

konsep pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan Islam karena

33

adanya dikotomi pendidikan yang terjadi dalam pendidikan umum dan

pendidikan agama

F METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai

metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola)

dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan) analisis data bersifat induksikualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono 201413)

Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (J Moeleong

20033)

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yang pertama karena dari judul skripsi ini hanya mengandung

satu variabel Kedua dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi

ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian Ketiga

34

metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola ndash pola nilai yang dihadapi

Dengan demikian peneliti dapat memilah ndash milah sesuai dengan fokus

penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin

hubungan dengan Subjek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami

keadaan Subjek dalam penggalian info atau data yang diperlukan Maka

Penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang

implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tersebut

Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian lapangan ( field research) Yaitu peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan ilmiah ( (J Moeleong 200626) Alasan peneliti menggunakan jenis

penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara

mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai

dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan

2 Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di

Jl Pattimura 47 Salatiga 50711

Adapun Subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi

kepala sekolah pengajar karyawan dan siswa

3 Teknik Pengumpulan Data

a Observasi Partisipan

35

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut( Sugiyono 2014309)

Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipatif

peneliti mengamati apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan

suka dukanya Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang tampak

Dengan observasi kita dapat secara langsung terjun kedalam objek

penelitian Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan KBM situasi

di sekolah dan pendidik Dalam observasi di SMP Negeri 04 Salatiga

selain melakukan pengamatan juga ikut ambil bagian dalam melaksanakan

aktifitas pendidikan di lingkungan sekolahan Selain itu juga berpartisipasi

dalam pembelajaran seperti ikut mengajar dan mengikuti proses

pembelajaran pendidikan Islam

b Pengumpulan data dengan wawancarainterview

36

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2014318)

c Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu Dokumen

bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh adanya dokumen Pengumpulan dokumen yang berkaitan

dengan objek penelitian yaitu berupa buku sejarah buku profil sekolah

pajangaan struktur buku informasi pendataan siswa dan guru kurikulum

pelajaran dan perangkat pembelajaran

37

d Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada Triangulasi berguna untuk

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2014327) Pengumpulan data diambil

dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama Adanya observasi kemudian dilanjutkan dengan wawancara

yang mendalam serta pengumpulan dokumentasi untuk sumber data yang

sama dan melakukan wawancara atau pengumpulan data pada beberapa

sumber data yang berbeda

4 Teknis Analisi Data

Bogdan menyatakan tentang analisis data kualitatif sebagai proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkan kedalam unit-

unit melakukan sintesa menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain Susan Stainback mengemukakan bahwa

analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

38

sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Sugiyono

2014332)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan

Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono

2014333) Peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu sebelum

memasuki lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian Fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan Analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

wakttu tertentu Pada saat wawancara analisis sudah dilakukan terhadap

jawaban dari hasil wawancara Setelah data diperoleh cukup banyak dan

dicatat secara teliti dan rinci maka dilanjutkan dengan mereduksi data

Dengan merangkum memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya Dengan demikian data akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya Langkah selanjutnya adalah penyajian data atau mendisplaykan

data yang menjadikan data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami Penyajian data menggunakan teks

bersifat naratif (Sugiyono 2014333) Langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

39

bersifat sementara dan bisa berubah Apabila pengumpulan data valid dan

konsisten maka kesimpulannya kredibel

G SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima)

BAB yaitu

BAB I Bab I ini berisi pendahuluan yang didalamnnya akan diuraikan

tentang latar belakang masalah rumusan masalah landasan teori tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Dalam Bab II berisi kajian teori yang didalamnya akan

dipaparkan tentang pengertian Pendidikan Profetik Sistem Pendidikan Profetik

dan Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

BAB III Bab III berisi laporan hasil penelitian yang didalamnya akan

diuraikan tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga gambaran

pembelajaran Pendidikan Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Konsep Pendidikan

Profetik yang diterapkan di SMP Negeri 4 Salatiga Dan implementasi

pendidikan Profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

BAB IV Bab IV berisi Hasil penelitian yang berupa deskripsi hasil

penelitian temuan hipotesis dari penelitian dan hasil pengujian Hipotesis

mengenai implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

40

BAB V Bab V berisi penutup yang di dalamnya akan dipaparkan

mengenai kesimpulan dan saran-saran

41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A PENDIDIKAN DALAM ISLAM

1 Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti ldquopergaulan dengan anak-

anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai ldquo usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnyardquo

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman

hidup pembentukan kembali pengalaman hidup Sementara itu Komisi

Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata

menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan

akhir pendidikan

42

Meski berawal dari akar kata yang sama tetapi pemberian makna terhadap

istilah pendidikan begitu beragam Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip

masanya serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis

apalagi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis

(Armai 200716)

2 Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia pendidikan ialah proses sosialisasi yakni

memasyarakatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia

yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri yaitu mampu

konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan Nabi SAW

bersabda ldquoDidiklah anakmu-anakmu sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya dan bukan untuk zamanmurdquo Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi 2004137)

Ahmad D Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai

program bimbingan sunyek pendidikan (guru pendidik) kepada objek

pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu dalam jangka waktu tertentu

dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam Menurut

Yusuf Qardhawi pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal

dan hatinya rohani dan jasmaninya akhlak dan ketrampilannya

43

Menurut Muyazin Arifin hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui

ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya

( Armai 200718)

Secara estimologis pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil Al

Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan

Islam adalah upaya mengembangkan mendorong serta mengajak manusia

lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 200835)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum

terdapat di zaman Nabi Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi

dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran

memberi contoh melatih keterampilan berbuat memberikan motivasi dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita

harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut Kata ldquoPendidikanrdquo yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arabnya adalah ldquoTarbiyahrdquo dengan kata kerja ldquoRabbardquo Kata

ldquopengajaranrdquo dalam bahasa Arabnya adalah ldquota‟limrdquo dengan kata kerjanya

44

ldquo bdquoallamardquo Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya ldquoTarbiyah wa

ta‟limrdquo sedangkan ldquopendidikan Islamrdquo dalam bahasa Arabnya adalah

ldquoTarbiyah Islamiyahrdquo (Zakiyah Daradjat 201225)

Dalam konteks pendidikan Islam kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah Sejak dekade 1970-an

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah

Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak Dalam bahasan berikut kita

akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai

terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi 2004138)

a Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh jiwa dan ruh disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah intelektual dan ruhaniah pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai

denagn berbagai tingkat dan derajat

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim Sementara DrFatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim Menurut Al-

Attas pendidikan adalah beban masyarakat Penekanan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (bdquoilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta‟dib karena adab

45

sebagaimana didefinisikan disini sudah mencakup ilmu dan amal Simaklah

sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut

ldquodari ibnu mas‟ud Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian

menjadikan pendidikanku yang terbaik (HRIbnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi

jamius Shaghir I14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai ldquo mendidikrdquo yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata bdquoallama dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai ldquopendidikanrdquo dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim

Dengan jelas dan sistematik Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai

berikut

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur pembangunan iman ilmu dan amal

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik Cara Tuhan mendidik Nabi tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna

3) Dalam kerangka pendidikan istilah ta‟dib mengandung arti ilmu

pengetahuan dan pengasuhan yang baik

4) Dan akhirnyaAl-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama

sopan-santun adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib

b Al-Ta‟lim

46

Menurut Abdul Fatah Jalal proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah Untuk menjelaskan pendapat ini jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34 Menurut jalal

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh serta lebih luas dari pada kata tarbiyah Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca

tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman tanggung jawab

dan amanah

Jadi berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut Al-

Qur‟an ta‟lim lebih luas dari tarbiyah Berbeda dengan Al-Attas Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib Selanjutnya Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan juga ketrampilan yang

dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku

c Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi At-Tarbiyah adalah lebih tepat

digunakan dalam terminologi pendidikan Islam An-Nahlawi mencoba

47

menguraikan secara sistematik semantik lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39

2) Rabiya-yarbu denagn wazan Khafiya-yakhfa yang berarti menjadi

besar

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu berarti memperbaiki

menguasai urusan menuntun menjaga dan memelihara

Imam Al-Baidhawi mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna

Dari ketiga istilah tersebut Abdurrahman an-Nahwali menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur pertama menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh Kedua mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam Ketiga mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya Dan keempat proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib dengan sedikit

demi sedikit hingga sempurna

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak

perlu terjadi jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan

dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan

diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan

Islam sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai

berikut

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding

kedua istilah lainnya

2) Dalam interaksi edukatif konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim dan

3) Keduanya baik tarbiyah maupun ta‟lim harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya tetapi

dengan modifikasi tertentu sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat ldquofadilahrdquo tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada

pertumbuhan dan pembinaan keimanan keIslaman dan keihsanan

disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual peserta didik

Jadi antara ta‟dib ta‟lim dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan

yang lain Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam

bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif Maka dari tiga hal di ataslah

lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam

49

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam

Suatu totalitas kependidikan harus bersandar pada landasan dasar

Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak

dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh paripurna atau syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh Kajian tentang pendidikan Islam tidak

boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang

mendasar Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam yaitu a) Al-

Qur‟an b) Al-Sunnah c) Al-Kaun dan d) Ijtihad

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah

SWT dan karenanya ia merupakan dasar hukum bagi mereka Al-Qur‟an

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan

yang terjadi Al-Qur‟an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan

manusia Segala persoalan terdapat hal pokoknya di dalam Al-Qur‟an serta

berisi tentang aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela

mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu

Al-Qur‟an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara

umum Juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial

moral dan spiritual di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu

Sebagai contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat

50

Lukman ayat 21-19 Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman akhlak ibadat sosial dan ilmu pengetahuan

Maka Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam

setiap sendi kehidupannya yang akan mengantarkan manusia mampu

berdialog secara ramah dengan dirinya sendiri dengan alam sekitar dan

dengan Tuhannya maka al-Qur‟an menjadi landasan yang kokoh dan

paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual spiritual dan

keparipurnaan hidup manusia secara hakiki Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi

2004155)

b) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rosul

Allah SWT Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan

Dijadikannya as-sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak

terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap Al-Qur‟an Yaitu -

Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang bersifat umum Maka

dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang

diterangkan - Sunnah mengkhidmati al-Qur‟an Memang as-sunnah

menjelaskan mujmal al-Qur‟an menerangkan musykilnya dan

memanjangkan keringkasannya Al-Qur‟an menekankan bahwa Rosul

51

SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-fiman Allah (QS1644)

Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-sunnah fi makanatiha wa fi

Tarikhiha menulis bahwa as-sunna mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan Al-Qur‟an dan fungsi berkaitan dengan pembinaan hukum syara‟

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an

Sunnah berisi tentang petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

manusia dalam segala aspekny untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa Untuk itu Rasul Allah menjadi

guru dan pendidik utama Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua bagi cara pembinaan manusia muslim dalam setiap sendi

kehidupannya

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia

melalui perantara malaikat jibril dan nabi-nabiNya ia juga

membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata yaitu alam semesta

dengan segala macam partikel dan heteroginitas berbagai entitas yang ada

di dalamnya langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya

laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan gunung-gunung

berbagai macam binatang dan sebagainya

Mengenai ayat-ayat kauniyah tersebut beberapa ayat di dalam al-

Qur‟an menyatakan dengan gamblang dalam surah Ar-Ra‟d ayat 3 dan Al-

Jatsiyah Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

52

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial begaimana bersikap dan berperilaku mulia Ditilik dari

wacana pedagogis hal itu amatlah berarti bagi berlangsungnya proses

pendidikan demi tercapainya (setidaknya) dan hal bagus bukan hanya

tumpukan ilmu dan kepandaian tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan sayri‟at Islam

untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan

sunnah (Zakiyah Daradjat 201221) Ijtihad sebagai langkah untuk

memperbaharui interpretasi dan pelembagaan ajaran Islam dalam

kehidupan yang berkembang merupakan semangat kebudayaan Islami

Ijtihad yang diarahkan pada interpretasi wahyu dan al-kaun akan

menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menggembirakan Sebab interpretasi manusia atas wahyu akan

menghasilkan pemahaman keagamaan atau agama yang aktual Orang

yang melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid Seorang mujtahid

senantiasa menggunakan akal budinya untuk memecahkan problematika

kemanusiaan dalam kehidupannya Orang yang senantiasa menggunakan

akal budinya oleh Al-Qur‟an disebut sebagai ulul-albab (Khoiron

Rosyadi 2004159)

53

Menurut Al-Qur‟an ulul-albab adalah sekelompok manusia tertentu

yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT Diantara keistemewaannya

adalah mereka diberi hikmah dan pengetahuan disamping pengetahuan

yang diperoleh secara empiris (QS2269)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur‟an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsip saja (Zakiyah Daradjat 201222)

4 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah apa yang dicanangkan oleh manusia atau sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha serta kegiatan selesai Ketika

berbicara mengenai tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita untuk

berbicara tentang tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia Sebab pendidikan

hanyalah suatu alat yang digunakan oelh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

Al-Syaibany menampilkan definisi tujuan sebagai perubahan yang

diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau upaya yang diusahakan

oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada

tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitar Jadi tujuan-tujuan pendidikan jika mengikuti

definisi ini maka ada perubahan yang diinginkan dalam tiga bidangyaitu a)

54

tujuan-tujuan individual b) tujuan-tujuan sosial dan c) tujuan-tujuan

profesional (Khoiron Rosyadi 2004161)

Dilihat dari segi UU No23 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

nasional dalam Bab II dasar fungsi dan tujuan pada pasal 3 maka tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak

mulia sehat berilmucakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam

a Tujuan Umum pendidikan Islam

1) Prof M Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan

Islam menyimpulkan bahwa tujuan umum yang asasi bagi pendidikan

Islam yaitu

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan untuk mengetahui (co-riosity)

e) Menyiapkan pelajar dari segi profesional

2) Prof Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Islam dan Metode-metode pengajarannya tujuan umum

yang ditampilkan yaitu

55

a) Pendidikan akal dan Persiapan pikiran

b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak

c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan

kesediaan-kesediaan manusia

3) Menurut Muhammad Quthb tujuan umum pendidikan Islam adalah

manusia yang taqwa itulah manusia yang baik menurutnya Sungguh

yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah

yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya (QS Al-Hujurat (49)13)

4) Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia Hamba Allah Jadi menurut Islam pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia sebagai makhluk yang

menghambakan diri kepada Allah(beribadah kepadaNya) Karena

sesuai dengan pesan Al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia supaya mereka beribadah kepadaNya (QSal-Dzariyat

(51)56)

Tujuan umum pendidikan Islam diberi perhatian dan tidak terkena

perubahan dari waktu ke waktu Finalitas kenabian secara implisit menyatakan

finalitas cita-cita yang diajarkan Nabi SAW kepada sekalian manusia Jadi

tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan yang berada jauh dari masa

sekarang sebuah hasil pencapaian yang tidak dapat terlaksana melalui kerja

Taqwa kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam ia

sebagai ultimate goal dari serangkaian tujuan yang ditampilkan di atas dan

56

masing-masing tujuan tersebut mempunyai hubungan sistematik satu sama

lainnya yang tak dapat terpisahkan (Khoiron Rosyadi 2004170)

b Tujuan khusus Pendidikan Islam

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah perubahan-perubahan

yang diingini yang bersifat atau bagian yang termasuk di bawah tujuan

umum pendidikan Dengan kata lain gabungan pengetahuan ketrampilan

pola-pola tingkah laku sikap nilai-nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terkandung dalam tujuan umum bagi pendidikan yang tanpa

terlaksananya tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna

Contoh tujuan umum ldquo untuk menumbuhkan semangat agama dan

akhlakrdquo maka pada tujuan khusus sebagai berikut

1) Memperkenalkan akidah-akidah Islam kepada generasi muda

2) Menumbuhkan kesadaran pada diri terhadap agama

3) Menambah keimanan kepada Allah Sang Pencipta

4) Menumbuhkan rasa rela optimisme kepercayaan diri tanggung

jawab menghargai tolong menolong dan berkorban

5) Mendidik naluri motivasi keinginan generasi muda dan

membentengi mereka menahan motivasinya dan membimbingnya

dengan baik

6) Membersihkan hati mereka dari dengki iri hati benci egoisme

khianat perpecahan dan perselisihan

57

c Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah

Surat Ali Imron ayat 102

(

Artinya

ldquoWahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)rdquo (QS Ali Imron (3)102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari akwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya Insan Kamil yang mati dan

menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

Islam (Zakiyah Daradjat 201231)

B PENDIDIKAN PROFETIK

58

1 Pengertian Profetik

Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi Kata dari bahasa Inggris ini berasal dari bahasa yunani ldquoprophetesrdquo

sebuah kata benda untuk menyebut orang yang berbicara awal atau orang yang

memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan

Profetik atau kenabian disini merujuk pada dua misi yaitu seseorang yang

menerima wahyu diberi agama baru dan diperintahkan untuk mendakwahkan

pada umatnya disebut rasul (messenger) sedang seseorang yang menerima

wahyu berdasarkan agama yang ada dan tidak diperintahkan untuk

mendakwahkannya disebut nabi (Prophet) (MohRoqib 201149)

Kenabian dari kata arab ldquonabiyrdquo dan kemudian membentuk kata

nubuwwah yang berarti kenabian Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

nabi adalah hamba Allah yang ideal secara fisik (berbadan sehat dengan fungsi

optimal) dan psikis (berjiwa bersih dan cerdas) yang telah berintegrasi dengan

Allah dan malaikatNya diberi kitab suci dan hikmah bersamaan dengan itu dia

mampu mengimplementasikan dalam kehidupan dan mengkomunikasikannya

secara efektif kepada sesama manusia Sedang kenabian mengandung makna

segala ihwal yang berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh

potensi kenabian Potensi kenabian dapta menginternal dalam individu setelah

ia melakukan proses edukasi yang didasarkan oleh nilai-nilai kenabian dalam

Al-qur‟an Sunnah dan Ijtihad dengan berbagai upaya melakukan pemikiran

sehingga dapat menemukan kebenaran normatif dan faktual Pemikiran

filosofis ini kemudian disebut dengan filsafat profetik atau filsafat kenabian

59

Dengan potensi tersebut nabi mampu menyampaikan risalah dan membangun

umat dan bangsa sejahtera lahir batin

Agar tugas-tugas kenabian tercapai setiap nabi diberikan sifat-sifat mulia

yaitu a Jujur (al-sidq) b Amanah (al-amanah) c Komunikatif (al-tablig)

dalam arti selalu menyampaikan ajaran dan kebenaran dan d Cerdas (al-

fatanah) Setiap Nabi memiliki misi utama yang harus dipahami dan

dilaksanakan oleh ulama sebagai pewaris para nabi Misi kenabian tersebut

dalam bingkai mengembangkan kitab suci yaitu a menjelaskan ajaran-

ajaranNya b menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan sesuai dengan perintahNya

c memutuskan perkara atau problem yang dihadapi masyarakat dan d

memberikan contoh pengamalan

Keempat tugas dan misi ini jika dimaknai dalam konteks pendidikan nabi

memiliki tugas pertama adalah memahami Al-Qur‟an berarti nabi harus

menguasai ilmu (ilahiyah) yang akan menjadi materi dan dijelaskan kepada

peserta didik kedua menyampaikan materi (ajaran) tersebut kepada umat

(peserta didik) ketiga melakukan kontrol dan evaluasi dan jika terjadi

penyelewengan dilakukan pendisiplinan diri agar tujuan pendidikan (ajaran)

dapat diaplikasikan dalam kehidupan Terakhir nabi memberikan contoh dan

model ideal personal dan sosial lewat pribadi nabi yang menjadi rasul dan

manusia biasa (MohRoqib 201149)

Seorang nabi yang memiliki potensi sempurna yang diberikan Tuhan yang

merupakan model utama moral utama yang patut dicontoh dalam kehidupan

60

termasuk dalam dunia pendidikan bagaimana potret pendidikan kenabian dan

bagaimana potret itu dapat menjadi faktual saat ini

2 Filsafat profetik

Filsafat profetik atau filsafat kenabian adalah pemikiran filosofis yang

didasarkan pada nilai-nilai kenabian dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan

berbagai upaya pemikiran reflektif-spekulatif sampai pada penelitian empirik

sehingga menemukan kebenaran normatif dan faktual aplikatif yang memiliki

daya sebagai penggerak umat sehingga terbentuk khaira ummah atau

komunitas ideal Secara teologis filsafat profetik ini diambil dari pemikiran

sufi yang membincang tentang bentuk kemanunggalan (ittihad) Tuhan yang

Esa (tauhid) yang transenden dengan manusia yang relatif dan plural

Filsafat profetik atau filsafat kenabian sebagai upaya mendialogkan

manusia Tuhan dan alam dapat dimaknai sebagai filsafat yang mengkaji

tentang hakikat kebenaran dengan mendasarkan pada wahyu yang masuk dan

menginternal dalam diri manusia agung (an-nabiy) kemudian dikomunikasikan

pada manusia dan keseluruhan alam agar kebenaran tersebut menjadi mungkin

untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta manusia

terbaik (khaira ummah) dengan kehidupan yang sejahtera (MohRoqib

201153)

3 Filsafat pendidikan profetik

Berdasarkan pada pemahaman terhadap filsafat profetik sebagaimana

telah disebutkan filsafat pendidikan profetik adalah pemikiran filosofis

kependidikan yang mendasarkan pada pemahaman terhadap alam dan hukum

61

dialektikanya yang bermuara pada hubungan antara tuhan dan manusia yang

menyatu (tauhid) tanpa menghilangkan keEsaan Tuhan dan tidak pula melebut

eksistensi manusia sehingga manusia yang percaya terhadap yang profon akan

bertindak sebagai manifestasi kepercayaan kepada Allah sekaligus memahami

keterbatasan dan kelemahan memahami realitas hukum dan alam Tuhan

(MohRoqib 201186) Filsafat pendidikan profetik merupakan proses transfer

pengetahuan dan nilai untuk pengEsaan terhadap Allah yang dilakukan secara

kontinu dan dinamis disertai pemahaman bahwa dalam diri ada kelebihan dan

kelemahan yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan (yang transenden)

Islam merupakan agama yang abadi karenanya menuntut perubahan yang

permanen yang disertai dengan cita-cita mengenai tujuan (a sense of goal)

yaitu membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan Untuk memberi arah ke

mana transformasi tersebut akan dibawa maka dibutuhkan ilmu sosial profetik

untuk memberikan petunjuk kearah transformasi yang dilakukan Perubahan

yang didasarkan pada cita-cita Humanisasi emansipasi Liberasi dan

Transendensi yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik Humanisasi

Liberasi dan Transendensi merupakan dasar cita-cita profetik dalam pendidikan

Tiga muatan itulah yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik dengan

berdasarkan Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110

62

110 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah (QS Ali Imron 110)

a Transendensi

Transendensi berasal dari bahasa Latin ldquotranscendererdquo yang

berarti naik ke atas dalam bahasa inggris ldquoto transcendrdquo berarti

menembus melewati melampui artinya perjalanan di atas atau di luar

ldquotranscendrdquo berarti melebihi lebih penting dari ldquotranscendentrdquo

berarti sangat teramat atau sukar dipahamkan atau diluar pengertian

dan pengalaman biasa Transendensi bisa diartikan Hablun min Allah

ikatan spiritual yang mengikatkan antara manusia dan Tuhan

Transendensi dalam teologi Islam berarti percaya kepada Allah kitab

Allah dan yang ghaib (MohRoqib 201178)

Berdasarkan pada filsafat profetik indikator transendensi dapat

dirumuskan 1) mengakui adanya kekuatan supranaturalAllah 2)

melakukan upaya mendekatkan diri kepada Allah 3) berusaha untuk

memperoleh kebaikan Tuhan sebagai tempat bergantung 4)

memahami suatu kejadian dengan pendekatan mistik (kegaiban)

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuasaanNya 5) mengaitkan

perilaku tindakan dan kejadian dengan ajaran kitab suci 6) melakukan

sesuatu disertai harapan untuk kebahagiaan hari akhir (kiamat) 7)

menerima masalah atau problem hidup dengan rasa tulus dan dengan

63

harapan agar mendapat balasan di akhirat untuk itu kerja keras selalu

dilakukan untuk meraih anugerahNya

b Liberasi

Liberasi dari bahasa Latin ldquoliberarerdquo berarti memerdekakan atau

pembebasan Liberation dari kata ldquoliberalrdquo yang berarti bebas

Liberation berarti membebaskan atau tindakan memerdekakan

Artinya pembebasan terhadap semua yang berkonotasi dengan

signifikasi sosial seperti mencegah bernarkoba memberantas judi

membela nasib buruh dan mengusir penjajah (MohRoqib 201182)

Dari definisi dan pemahaman terhadap filsafat profetik dapat

dirumuskan indikator ilberasi yaitu 1) memihak kepada kepentingan

rakyat wong cilik dan kelompok mustad‟afin 2) menegakkan

keadilan dan kebenaran 3) memberantas kebodohan dan

keterbelakangan sosial-ekonomi 4) menghilangkan penindasan dan

kekerasan

c Humanisasi

Humanisasi berasal dari kata Yunani humanitas berarti makhluk

manusia menjadi manusia Dalam bahasa inggris human berarti

manusia bersifat manusia humane berarti peramah orang penyayang

humanism berarti peri kemanusiaan Humanisasi (insaniyyah) artinya

memanusiakan manusia menghilangkan kebendaan ketergantungan

kekerasan dan kebencian dari manusia (MohRoqib 201184)

64

Indikator Humanisasi 1) menjaga persaudaraan meski berbeda

agama kayakinan status sosial dan tradisi 2) memandang seseorang

secara total 3) menghilangkan berbagai bentuk kekerasan 4)

membuang jauh sifat kebencian terhadap sesama

Ketiganya disebut visi profetik Untuk filsafat pendidikan profetik Unsur-

unsur profetik tersebut harus menjadi tema pendidikan Islam Setiap

pendidikan Islam harus menyertakan unsur transendensi Humanisasi plus

transendensi liberasi plus transendensi karena transendensi begitu sentral

4 Pengertian Pendidikan Profetik

Pendidikan profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan

nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam

sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal

(khairul ummah) Pendidikan profetik peserta didiknya dipersiapkan sebagai

individu sekaligus komunitas untuk itu standar keberhasilan pendidikan diukur

berdasarkan capaian yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasi

secara sosial (MohRoqib 2011 88)

Pendidikan profetik merupakan upaya sadar dalam proses transfer

pengetahuan dan nilai-nilai kenabian yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara

utuh dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Strategi pendidikan profetik sebagaimana Nabi dimulai keteladanan diri

dan bangunan keluarga ideal (maslahah) Pendidikan dalam perspektif profetik

memiliki dasar tradisi akademik dan kondusif sebagaimana Nabi membangun

65

tradisi Madinah (sunnah madaniyyah) atau sunnah nabawiyyah yang memiliki

daya kolektif untuk terus bergerak progresif secara kontinu dengan pilar

transendensi yang kuat berpengaruh pada seluruh dimensi dan sistem

kependidikan yang dalam kegiatan riilnya dibarengi dengan pilar humanisasi

atau membangun nilai kemanusiaan dan liberasi memupus berbagai hal yang

merusak kepribadian

Kompetensi pendidik atau guru dalam pendidikan profetik meliputi empat

hal yaitu kejujuran (sidq) tanggung jawab (amanah) komunikatif (tabliq) dan

cerdas (fatanah) Pendidikan Profetik secara faktual berusaha menghadirkan

nilai kenabian dalam konteks kekinian Secara skematis bagaimana

epistemologi model integrasi dan koneksitas serta pola bangunan profetik

5 Tujuan Pendidikan Profetik

Tujuan pendidikan ada tujuan akhir ultimate goals immediate goals dan

tujuan khusus Semua tujuan tersebut harus berjalan dan berhubungan dengan

berbagai sistem sebab akibat hukum-hukum material dan keharmonisan

kehidupan praktis duniawi Di dalam pendidikan Islam tujuannya adalah

membentuk kepribadian muslim paripurna (kaffah) yang memiliki indikator

kemandirian multi kecerdasan dan kratif dinamis sehingga mampu memberi

rahmat bagi alam

Tujuan pendidikan profetik sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Pertama

prinsip integrasi (tauhid) yang memandang adanya wujud kesatuan dunia-

66

akhirat Karena itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk

mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat

Kedua prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari

prinsip integrasi Keseimbangan antara muatan rohaniah dan jasmaniah antara

ilmu murni dan terapan antara teori dan praktek antara nilai yang menyangkut

akidah syariah dan akhlak

Ketiga prinsip persamaan dan kebebasan Prinsip ini dikembangkan dari

nilai tauhid bahwa Tuhan adalah Esa oleh karenanya setiap individu bahkan

semua makhluk adalah dari pencipta yang sama

Keempat prinsip kontinuitas dan berkelanjutan Dari prinsip ini dikenal

konsep pendidikan seumur hidup (life long education) Sebab dalam Islam

belajar adalah suatu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir

Sebagaimana ulama salaf berkata (HAMKhon 2014 145)

ldquoCarilah ilmu dari ayunan sampai lubang kuburrdquo

Kelima prinsip kemaslahatan dan keumatan Ruh tauhid apabila menyebar

dalam sistem moral akhlak kepada Allah dengan kebersihan hati dan

kepercayaan yang jauh dari kotoran akan memiliki daya juang untuk membela

hal-hal yang maslahah atau berguna bagi kehidupan

6 Materi Pendidikan Profetik

Materi pelajaran kurikulum dan silabus dalam pendidikan profetik yang

diberikan pendidik harus ditata dan disusun sesuai dengan jenjang jenis dan

67

jalur pendidikan Sebagai software materi yang termuat dalam silabi

merupakan bentuk operasional yang menjabarkan konsep pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan

Minimal ada tiga prinsip dalam merancang materi pertama

pengembangan pendekatan religius kepada dan meliputi semua cabang ilmu

pengetahuan kedua isi pelajaran yang bersifat religius seharusnya bebas dari

ide dan materi yang jumud dan tak bermakna dan ketiga perencanaan dengan

memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor disebut sebagai tiga

prinsip kontinuitaskesinambungan sekuensi dan integrasi

Tujuan yang jelas mempermudah mengambil langkah operasional dalam

proses kependidikan termasuk penentuan materi Dalam perspektif pendidikan

profetik unsur religius yang transendental humanis dan liberal harus

berintegrasi dengan setiap cabang ilmu Dalam pengembangan materi yang

terdapat pada kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional Hal ini

menurut Noeng Muhadjir pendekatan proporsional tersebut diharapkan ada

integrasi pendekatan dalam penetapan suatu materi yang melibatkan

pendekatan akademik humanistik dan teknologi secara proporsional

Rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam II menuangkan

suatu pengorganisasian materi menjadi pengetahuan a perential dan b

acquired dua istilah yang dalam klasifikasi ilmu pengetahuan klasik dikenal

sebagai bdquoulum naqliyyah dan bdquoulum bdquoaqliyah (muktasabat) Rekomendasi ini

selengkapnya dilampirkan oleh Syed Ali Ashraf (MohRoqib 2011128)

68

Khusus mengenai pengorganisasian itu adalah sebagai berikut Kelompok

I perenial (meliputi ilmu-ilmu abadi) meliputi 1 al-Qur‟an a) membaca

(qira‟at) menghafal (hifz)interpretasi (tafsir) b) sunnah c) sirah Nabi d)

tauhid e) Ushul Fiqh dan Fiqh f) bahasa Arab 2 Materi tambahan meliputi a)

filsafat Islam b) perbandingan agama c) Kebudayaan Islam

Kelompok II Asquired (muktasabat ilmu-ilmu hasil pencarian manusia)

1 Imajinatif a) Seni Islam dan Arsitektur b) Bahasa dan Sastra 2 Ilmu-ilmu

Intelektual a) Studi Sosial b) filsafat c) ekonomi d) ilmu politik e) sejarah f)

peradaban Islam g) ilmu bahasa h) Geografi i) sosiologi j) Psikologi dan i)

antopologi 3 Ilmu-Ilmu pengetahuan Alam (Teoritik) a) Filsafat Ilmu b)

Matematik c) Statistik d) fisika e) Kimia dan lain-lain 4 Ilmu-ilmu terapan

a) Rekayasa dan Teknologi b) Kedokteran c) Pertanian dan d) Kehutanan 5

Ilmu-ilmu Praktik a) Perdagangan b) Ilmu Administrasi c) Ilmu Perpustakaan

d) Ilmu Komunikasi

Sebagian masalah penting yang dihadapi dalam menetapkan materi adalah

masalah keusangan (absolescence) Keusangan menjadi persoalan dalam kaitan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Persoalan keusangan

lebih banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu pada kelompok kedua yakni ilmu hasil

pencarian manusia (acquired knowledges) (MohRoqib 2011130)

Persoalan penting yang perlu digaris bawahi dalam menetapkan materi dan

meyusun buku teks adalah bahwa ilmu-ilmu perenial (abadi) pada kelompok

pertama itu tetap menjadi inti kurikulum yang disusun dengan gradasi dan

sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan Hal lain yang

69

perlu diperhatikan adalah al-Qur‟an bukanlah teks sains melainkan kitab suci

yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya Al-Qur‟an berfungsi

sebagai prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadist

Nabi juga merupakan prinsip-prinsip pendidikan Islam Hal ini untuk

menghindarkan dari persoalan dikotomik ilmu pengetahuan yang muncul

dalam kurikulum termasuk dalam proses belajar mengajar

Mengakhiri tentang materi dalam paradigma profetik perlu dikemukakan

tentang nilai strategis membaca Materi untuk tingkat dasar adalah mengenal

huruf dan membaca teks Untuk tingkat menengah dapat dikembangkan materi

yang terkait dengan keterampilan atau strategi membaca cepat dan kreativitas

menulis Selanjutnya di perguruan tinggi dikembangkan materi teknik

memanfaatkan bahasa dan baca tulis untuk berkomunikasi efektif dan lobi

7 Pendidik Pendidikan Profetik

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan

karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah

ditentukan bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif

Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti

al-mulim (guru) al-mudarris (pengajar) al-muaddib (pendidik) dan al- walid

(orang tua) Dalam Islamm orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal Pertama

karena kodarat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya

70

Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu oranag yang berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya (Khoiron Rosyadi 2004172)

Proses pembelajaran memposisikan pendidik berperan besar dan strategis

Karena itu corak dan kualitas pendidikan profetik secara umum dapat diukur

dengan kualitas pendidiknya sebab dengan pendidik yang memiliki kualifikasi

tinggi diharapkan dapat menciptakan dan mendesain materi yang lebih dinamis

dan konstruktif mengatasi kelemahan materi dan subjek didiknya diantaranya

dengan menciptakan suasana yang kondusif dan strategi pembelajaran aktif

yang baik Dengan pendidik yang memiliki kualitas tinggi kompetensi lulusan

(output) pendidikan dapat dijamin sehingga mereka mampu mengelola potensi

diri mengembangkan kemandirian untuk menatap masa depan gemilang yang

sehat dan prospektif (MohRoqib 2011132)

Secara umum tugas pendidik ialah mengupayakan perkembangan seluruh

potensi subjek didik Pendidik bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia

juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri dengan semangat profetik Pendidik memiliki kedudukan sangat

terhormat karena tanggungjawabnya yang berat dan mulia

Seorang Pendidik membawa amanah Illahiyah untuk mencerdaskan

kehidupan umat dan membawanya taat beribadah dan berakhlak mulia Karena

tanggung jawabnya yang tinggi ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu

Syarat terpenting pendidik menurut Zakiah Daradjat adalah kepribadian utama

yang haus dimiliki oleh pendidik tersebut Kepribadian yang utuh meliputi

tingkah laku maupun tata bahasanya Sebab kepribadian pendidik akan mudah

71

diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya termasuk budi bahasanya Oleh

karena itu pendidik menurut Imam Zarnuji seharusnya seorang yang bdquoalim

wara‟ dan lebih tua usia (dan kedewasaanya)

Beberapa syarat kepribadian secara lengkap yang harus dimiliki oleh

pendidik agar ia bisa menjadi pendidik yang baik adalah 1) zuhud dan ikhlas

2) bersih lajir dan batin 3) pemaaf sabar dan mampu mengendalikan diri 4)

bersifat kebapakan dan keibuan 5) mengenal peserta didik dengan baik (baik

secara individual maupun kolektif) Pendidik ideal adalah pendidik yang pada

saat bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik (MuhRoqib 2011134)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul ambiya‟ seorang

pendidik harus yang baik shaleh yang merasa bahwa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang Muslim yang

baik yang akan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang

diajarkan Islam yang perbuatannya akan dijadikan teladan anak didiknya Prof

DR Hadari Nawawi (1983) mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu

mengadakan sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) didik dalam setiap

relasinya Jika antara keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam

kebersamaannya maka yang terjadi hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi

pendidikan

Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses seorang guru dianjurkan

untuk mempraktikkan hal-hal berikut (Muhammad jameel 200543)

a Mengucapkan salam

72

b Seorang guru tidak diperkenankan meminta muridnya berdiri pada saat ia

masuk kelas

Menunjukkan wajah yang penuh senyum Sebagaimana seperti yang

diajarkan Rosulullah SAW ldquoSenyummu di depan saudaramu adalah

sedekahrdquo (HR At-Tirmidzi)

c Seorang guru dianjurkan untuk memulai pelajaran dengan mengatakan

kalimat pembuka

d Seorang guru harus menggunakan kata-kata yang baik pada murid-

muridnya

e Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan yang dapat melukai

muridnya

f Seorang guru hendaknya memperingatkan murudnya yang menyibukkan

diri dengan hal lain yang menggangu jalannya pelajaran

g Seorang guru hendaknya mengatur pertanyaan yang diajukan para murid

saat mengikuti pelajaran

h Seorang guru hendaknya mempraktikkan etika Islam dengan tujuan untuk

mengajari para siswanya

i Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya

Syarat-syarat menjadi pendidik sukses sebaiknya guru dapat

1) Menguasai bidang pelajaran yang diasuh

2) Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan

3) Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan

4) Berperan sebagai pelanjut perjuangan para nabi

73

5) Memiliki keluhuran akhlak dan tingakt pendidikan dan kecerdasannya

6) Salaing membantu dengan sesama pendidik

7) Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama

8) Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur

9) Berhias diri dengan sifat sabar dalam setiap hal

Menurut Al-Abrasyi sifat-sifat pendidik dalam Islam sebagai berikut

a Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridloaan Allah semata

b Kebersihan

Seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan

bersih jiwa dan terhindar dari dosa besar

c Ikhlas dalam pekerjaan

d Pemaaf

e Harus mengetahui tabiat murid

8 Peserta didik Pendidikan Profetik

Peserta didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari

sistem kependidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Khoiron Rosyadi

2004192) Peserta didik dalam pendidikan profetik selalu terkait dengan

pandangan wahyu tentang hakikat manusia Secara substantif manusia

memiliki dua dimensi lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniyah) Manusia

sebagai makhluk allah di muka bumi diberi kelebihan-kelebihan dan

keistimewaan yang tidak diberikan kepada makhluk lain

74

Potensi yang dimiliki manusia bersifat kompleks yang pada pokoknya

terdiri dari ruh (roh) qalb (hati) bdquoaql (akal) dan nafs (jiwa) Potensi-potensi

itu bersifat rohaniyah dan mental-psikis Di samping itu manusia juga dibekali

potensi fisik-sensual berupa seperangkat panca indera yang berfungsi sebagai

instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di

lingkungannya Semua potensi tersebut bersifat mendidik dapat dan harus

dididik agar berkembang aktual (MohRoqib 2011134)

Selain itu perkembangan kepribadian peserta didik di samping ditentukan

oleh aspek dasar juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan)

Interdependensi antara dasar dan ajar dalam visi profetik tetap mengakui

eksistensi masing-masing dalam perkembangan kepribadian peserta didik Di

satu sisi fitrah merupakan konsep dasar lingkungan (pendidikan) dalam

membentuk corak kepribadian peserta didik

Dalam konteks pendidikan profetik setiap anak memiliki potensi positif

(fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia Allah telah menetapkan fitrah

setiap manusia sejak penciptaannya dan tidak ada perubahan pada fitrah Allah

itu Setiap manusia yang dilahirkan dalam fitrahnya dan akan lestari dan

berkembang jika diasah dan diasuh oleh lingkungan edukasinya

Fitrah yang dibawa anak sejak lahir memiliki sifat potensial memeelukan

upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi

faktual dan aktual Upaya memberikan prinsip-prinsip nilai amat penting untuk

membimbing dan mengarahkan pertumbuhan potensi manusia Peserta didik

harus terus mengembangkan potensi fitrahnya tersebut seumur hidup (life long

75

education) Bagi Noeng Muhadjir ilmu itu tetap berproses dan merupakan amal

yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia Sebab dalam

Islam pendidikan bernilai transendental tidak hanya berproses di dunia tetapi

tetap ada maknanya di akhirat

Hidup itu belajar Karena belajar manusia bermakna dalam hidupnya

Pendidik dalam mengajar terlebih dahulu harus mengenal subjek didik dengan

baik sehingga tidak ada pemaksaan kepadanya Pelajaran agar menarik peserta

didik harus disesuaikan dengan a kebutuhan jasmaniyah b kebutuhan sosial

c kebutuhan intelektual dan d kebutuhan religius Di samping itu juga

penciptaan lingkungan yang kondusif sangat penting artinya bagi proses

pendidikan sehingga anak dapat pelajar di mana dan kapan saja

9 Metode Pendidikan Profetik

Metode secara bahasa berearti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud atau cara mengajar dan lain sebagainya

dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dengan

menggunakan bentuk tertentu seperti ceramah diskusi penugasan dan lainnya

Metode pendidikan Profetik adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang

hakikat pendidikan profetik sebagai suprasistem (MohRoqib 2011138)

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalam

menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum Metode yang

tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstriksik sejalan

76

dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk

merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam

Menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak

dan relefansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam (HM Arifin

2011144)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang

hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi

tersebut

a Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya

semata

b Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alqur‟an

c Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran alqur‟an yang

disebut pahala dan siksaan

Dalam hubungannya dengan watak dan relevansinya ketiga aspek tersebut

merupakan dasar timbulnya pola pemikiran model-model proses belajar

mengajar Penelusuran yang analitis dalam alqur‟an akan menemukan

berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan

dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiap diri manusia

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru

untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode

kependidikan efektif san efisies

77

3) Pendidikan Islam mendorong guru untuk berikhtiar menghindarkan

pengaruh-pengaruh neatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-

program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita

Islami

4) Pendidikan Islam mengupayakan harmonisasi keserasian dan keselarasan

antara masukan instrumental dengan masukan environmental (pengaruh

lingkungan) dalam proses mancapai tujuan sehingga produk pendidikan

benar-benar sesuai dengan idealitas Islami

5) Pendidikan Islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar

mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak

didik

6) Pendidikan Islam dalam segala ikhtiarnya senantiasa berpegang teguh

pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi pda potensi

keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup

pribadi manusia muslim

Teknik berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu

sedang secara etimologi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus

atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran

atau aspek dalam wujud aktivitas strategi atau taktik dan bahan atau alat yang

terkait dengan pendukungnya Teknik merupakan cara operasional yang

diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran misalnya pembelajaran

aktif dengan teknik problem solving demonstrasi dan lainnya

78

Teknik Pendidikan Profetik adalah langkah-langkah kongkret pada waktu

seorang pendidik melaksanakan pendidikan di kelas Teknik merupakan

pengejawantahan dari metode Sedang metode merupakan penjabaran dari

asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Pendidikan Profetik

Tujuan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar

berdayaguna dan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

mengamalkan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menggairahkan

belajar peserta didik secara mantap sehingga proses pembelajaran menjadi

efektif dan efisien

Tugas utama metode pendidikan Profetik adalah mengadakan aplikasi

prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan

pendidikan dan terealisasinya melalui penyampaian keterangan dan

pengetahuan agar siswa mengetahui memahami menghayati dan meyakini

materi serta meningkatkan keterampilan olah pikir dan membuat perubahan

dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan sebagai dasar penggunaan

metode pendidikan Islam adalah dasar agamis biologis dan psikologis Pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara metode pendidikan Profetik dengan

pendidikan lain Pembedanya hanya pada nilai spiritual dan mental yang

menyertai pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekkan Prinsip

dasar penggunaan metode pendidikan Profetik adalah

a Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia

dengan Allah dan sesama makhluk

79

b Keterpaduan (integrative tauhid)

c Bertumpu pada kebenaran

d Kejujuran (sidq dan amanah)

e Keteladanan pendidik Ada kesatuan ilmu dan amal

f Berdasar pada nilai dan tetap berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah

budi utama

g Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak

h Sesuai dengan kebutuhan peserta didik

i Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian

j Proporsional dalam memberikan janji yang menggembirakan dan

ancaman untuk mendidik kedisiplinan

Pendidika Profetik juga dapat menggunakan metode yang disebut dengan

edutainment plus atau pendidikan yang menyenangkan dengan tanpa

meninggalkan hukuman jika dibutuhkan Edutainment plus merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan

proses pembelajaran yang rileks menyenangkan dan bebas dari tekanan baik

fisik maupun psikis (Khoiron Rosyadi 2004143)

Metode yang dipilih dan dilakasanakan oleh pendidik secara transenden

dibarengi dengan rasa tulus ikhlas sehingga peserta didik tergugah semangat

dan gerak edukatifnyadengan rasa senang dan nyaman Siraman nilai spiritual

yang berdimensi liberasi dan humanis akan memberikan sisi sentuh yang kuat

untuk berbuat demi kemanfaatan mereka dan lingkungannya

80

10 Media Pendidikan Profetik

Alat-alat pendidikan seringkali disebut dengan peralatan pendidikan yang

terkadang rancu dengan media pendidikan Alat (device) bisa disebut dengan

istilah hardware atau perangkat keras digunakan untuk menyampaikan pesan

Bahan atau software perangkat lunak di dalamnya terkandung pesan-pesan

yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji atau tanpa alat penyaji

Kedua-duanya ini bahan dan alat atau hardware dan software tidak lain adalah

media pendidikan (MohRoqib 2011146)

Secara definitif media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari si pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa demikian rupa

sehingga proses belajar terjadi Sumber belajar tidak hanya guru tetapi bisa

juga jenis pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima

oleh siswapeserta latihan Pesan-pesan yang dituangkan oleh guru terdapat

dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata lesan atau tertulis) mauoun

non verbal atau visual Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol

komunikasi itu disebut encoding Sedang proses penafsiran simbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis fisik

kultural dan lingkungan Dalam pendidikan profetik secara historis telah

diketahui bahwa alat belajar tulis dan baca telah lama ada pada masa nabi dan

diajarkan dikalangan sahabat dan sudah pula memakai peralatan dan media

81

pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya Pada masa sekarang

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sudah terasa

sangat mendesak dalam pengajaran perlu menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan itu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology) atau ICT dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

pendidik dalam melakukan proses pendidikan Tetapi apabila alat pendidikan

diperankan lebih dominan dari guru atau guru telah kalah pengaruh dalam

membentuk kepribadian subjek didik maka tidak mustahil sifat teknologi yang

statis dan rutin tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk kepribadian

subjek didik Semua media dikembangkan guna kemaslahatan kebaikan dan

kelestarian alam semesta memanfaatkan media untuk kemaslahatan umat juga

merupakan Ijtihad (MohRoqib 2011148-149)

11 Evaluasi Pendidikan Profetik

Dalam proses pendidikan Islam tujuan merupakan sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan proses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam Dengan memperhatikan kekhususan tugas

pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik

nilai-nilai Agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk

melalui proses itu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai

pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui

proses evaluasi (HM Arifin 2011162)

82

Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap

tingkah laku anak didik berdasarkan perhitungan yang bersifat komprehensif

dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-psikologis

Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat

kemampuan dasar anak didik yaitu

a Sikap dan pengalaman pribadinya hubungannya dengan Tuhan

b Sikap dan pengalaman dirinya hubunganya dengan masyarakat

c Sikap dan pengalaman kehidupannya hubungannya dengan alam sekitar

d Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan

selaku anggota masyarakat serta selaku Kholifah di muka bumi

Evaluasi diperlukan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan Dari

aspek proses apakah prosesnya sesuai dengan konsep pendidikan profetik yang

meliputi apresiasi terhadap tujuan muatan materi perilaku dan kualitas

pendidik pandangan dan perlakuan terhadap peserta didik penggunaan metode

dan media pembelajaran

Dari sisi hasil sandar keberhasilan pendidikan terletak pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan Tujuan pokok menengah dan akhir Tujuan

jangka pendek berupa kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan tujuan

jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat Kedua tujuan tersebut dapat

dilihat dari penguasaan keterampilan dan akhlak yang mulia Tolak ukur yang

mudah diketahui adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku keseharian ini disebut dengan akhlak Misi kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia Evaluasi pendidikan profetik selain

83

mengukur dan menilai tentang kualitas pemahaman penguasaan kecerdasan

dan keterampilan juga mengukur dan menilai nilai moral dan akhlak peserta

didik Akhlak yang berdimensi Tauhid hubungan kepada Allah (hablu min

Allah) hubungan terhadap sesama manusia (hablun min an-nas) dan

hubungan dengan alam untuk memberikan rahmat bagi alam semesta

(rahmatan li al-bdquoalamin) sebagai pemakmur bumi (khalifah fi al-ard) Menjaga

hubungan kepada Tuhan dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang

lain beribadah sesuai dengan agamanya merupaka akhlak profetik (MohRoqib

2011150)

Proses dan hasil yang beragam menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik dengan menggunakan tes maupun non tes Akhlak selain bisa dievaluasi

melalui tes juga non tes seperti dari catatan harian yang memuat ibadah

pergaulan peserta didik dalam keluarga dengan tetangga dan masyarakat juga

aktivitas lain yang positif untuk kemaslahatan umum dan kemanusiaan

C KONTEKSTUALISASI PENDIDIKAN PROFETIK

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoir Ummah)

Pemikiran pendidikan dalam paradigma profetik dengan ketiga pilar yang

telah disebutkan sebelumnya diharapkan bisa diartikulasikan dan

aktualisasikan dalam praktik pengembangan Pendidikan Islam Untuk

memberikan gambaran akan praktik yang diharapkan diperlukan desain

terlebih dahulu tentang model ldquokomunitas idealrdquo yang dalam bahasa Al-Qur‟an

disebut ldquokhoiru al-ummahrdquo

84

Sebagaimana telah disebutkan bahwa pendidikan profetik dengan dasar

tradisi atau sunnah baik dengan pilar transendensi humanisasi dan liberalisasi

secara otomatis membangun peserta didik anggota masyarakat secara kolektif

bukan hanya sebagai individu-individu Tentang khoir al-ummah disebutkan

dalam al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110 dan ayat ini menjadi rujukan untuk

pendidikan profetik

Artinya ldquoKamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allahrdquo QS Ali Imron (3) 110

Khoir al-Ummah juga berarti kelompok atau komunitas terbaik dan

manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain Umat secara umum menunjuk

pada semua mahkluk sedang kata umat ideal adalah komunitas sosial yang

dinamis yang bergerak sesuai dengan orientasi dan visi yang jelas di bawah

kepemimpinan yang bijaksana Kata Khoir al-Ummah yang diikuti tiga kata

dibelangkangnya yaitu amar ma‟ruf (humanisasi) nahi mungkar (liberasi) dan

iman kepada Allah (transendgvbensi) Jika dikaitkan dengan hal tersebut maka

pendidikan profetik harus dibangun berdasarkan empat syarat dan tiga pilar

Yaitu komunitas visi gerak dinamis dan kepemimpinan (Muh Roqib

2011155)

2 Pendidikan Profetik untuk pengembangan kebudayaan

85

Desain dari pendidikan profetik ini juga memanfaatkan dasar

pengembangan kebudayaan yang digerakkan melalui penguatan pada aspek-

aspek subjektif atau objektif budaya Penguatan dapat dilakukan dengan

memberikan stimulasi Setelah lebih jelas tentang format dan desain

pendidikan profetik dengan empat syarat dasar dan pilarnya serta aksi yang

didasarkan pada pemanfaatan tradisi dan budaya yang dikembangkan

diharapkan konsep pendidikan ini mampu mengilhami perkembangan pola

pendidikan baru sebagai alternatif

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan

Diantara beberapa model pendidikan yang memiliki potensi kuat untuk

dikembangkan dengan paradigma pendidikan profetik ini adalah

a Pendidikan Sosial-kebudayaan Homeschooling

Khair al-ummah komunitas ideal tidak akan terwujud tanpa

pemerataan pendidikan Sebagaimana yang banyak disebutkan pernyataan

ldquoorang miskin dilarang sekolahrdquo atau ldquoorang miskin dilarang sakitrdquo

merupakan identitas sosial yang harus segera digeser dan dirubah dengan

pendidikan profetik Pendidikan profetik dalam artian ini adalah

pendidikan kerakyatan

Agar program ini faktual dan aktual maka program pendidikan

yang dilakukan harus memanfaatkan potensi lokal Jika mendasarkan

pemikiran pada pencarian potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam

pengembangan pendidikan profetik homeschooling menjadi alternatif

jawabannya Persekolahan di rumah merupakan model pendidikan tertua

86

di nusantara Fokus dalam pendidikan sebaiknya difokuskan pada

pengembangan potensi dasar yang memungkinkan anak mampu

mengembangkannya secara mandiri lebih baik dan manusiawi Fokus itu

terutama adalah kemampuan bahasa metode perfikir dan pembentukan

kepribadian

Jika fokus ini yang menjadi orientasi dasar pendidikan maka setiap

lembaga atau komunitas terkecil kependidikan bisa berkompetensi secara

terbuka Pada wilayah kebijakan seperti ini homeschooling memiliki posisi

yang setara dengan pendidikan lain Persekolahan di rumah merupakan

pendidikan alternatif yang ditawarkan setelah mencerna bahwa pendidikan

saat ini diakui kurang efektif dan efisien

Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara

at home Dengan pendekatan ini anak akan merasa nyaman bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing kapan dan di mana saja

Pengembangan persekolahan di rumah ini bisa menunjang pelaksanaan

konsep pendidikan seumur hidup life long education Pendidikan dari

masa kanak-kanak sampai masa tua Terlepas dari pendidikan

persekolahan tersebut pendidikan dalam keluarga memiliki fungsi

strategis untuk pengembangan potensial secara utuh

Homeschooling yang didesain dalam perspektif pendidikan

profetik di antaranya harus memperhatikan tentang

87

1) Tujuan pendidikan yang dikembangkan hendaknya menyiapkan

peserta didik agar memiliki kemandirian dan potensi kreatif dalam

hidupnya

2) Memperhatikan potensi dan bakat anak

3) Pemikiran filosofis yang disampaikan kepada anak berparadigma

profetik yang bertumpu pada gerak dan tindakan

4) Orang tua yang berfungsi sebagai guru harus memberikan penekanan

terhadap pemahaman keagamaan yang integratif dan komprehensif

5) Budaya tradisi dan gaya hidup dalam keluarga dikondisikan agar

anak sebagai peserta didik

b Pendidikan Profetik Inklusif-multikultural

Pendidikan multikultural dapat dikembangkan dengan pemanfaatan

potensi seni dan budaya lokal Islam harus dihayati sampai kepada makna

dan ruhnya Penghayatan sampai makna seperti ini menuntu sebuah

perombakan kurikulum dalam pendidikan Sebab pendidikan yang berhasi

mencapai tujuan diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang mampu

menghargai keberbadaan dan keragaman kultur (multikultural)

Pendidikan multikultural dikembangkan untuk menjawab

kegelisahan terhadap pemahaman mengenai pluralitas yang sempit

Kaitanya dengan soal pluralisme penting untuk digaris bawahi bahwa

multikuturalisme itu berbeda dengan pluralisme Pluralisme hanya sebuah

pengakuan terhadap keberagaman tentang kemajemukan atau kebhinekaan

Sonia Neito mengartikan pendidikan multikulturalisme lebih praktis dalam

88

karyanya Language Culture dan Teaching (2002) Ia mendefinisikan

pendidikan multikulturalisme sebagai proses pendidikan yang menentang

bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat bisa diterapkan oleh

peserta didik komunitas mereka dan para pendidik Pendidikan

multikultural di indonesia menurut Anita Lie menghadapi tiga tantangan

yaitu pertama fenomena homogenisasi dunia pendidikan akibat tarik ulur

keunggulan dan keterjangkauan Yang kedua kurikulum Ketiga

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran multikultural (Muh

Roqib 2011174)

Fokus dari pendidikan multikultural adalah pada kecerdasan siswa

yang menguasai ilmu dan menyelesaikan masalah tetapi dengan dasar

moral yang menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar

belakang yang berbeda Pendidikan multikulturalisme dalam paradigma

profetik menempatkan dasar transendensi humanisasi dan liberasi untuk

menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan

secara teologis di hadapan Tuhan saling menghargai sebagai sesama

manusia dan saling membangun kebersamaan dalam menegakkan keadilan

melawan diskriminasi dalam bentuk apapun

c Pendidikan Profetik Integratif-interkonektif

Kebutuhan hidup manusia amat banyak dan beragam Pengetahuan

saja tidak cukup untuk membuat hidup manusia menjadi tentram dan

bahagia Pemahaman akan hukum alam sosial dan teologis memerlukan

paket materi pelajaran yang holistik dan komprehensif Ika Dewi Ana

89

dengan mengutip berbagai sumber mengungkapkan tentang krisis kearifan

dalam pendidikan diantaranya karena perlakuan lembaga pendidikan tidak

tepat terhadap ilmu pengetahuan (Muh Roqib 2011179)

Pendidikan intregratif merupakan bagian dari aplikasi pendidikan

profetik dalam artian pendidikan profetik tidak akan berjalan tanpa

membangun pendidikan yang integratif Integratif dalam teori desain

sistem pelaksanaan dan integratif dalam kelembagaan Integratif dalam

arti jejaring antar lembaga adalah berwujud kerjasama untuk

melaksanakan program bersama untuk menyiapkan media pendidikan dan

pelayanan prima tanpa pembebanan pada peserta didik secara sosial dan

ekonomi Dari aspek kelembagaan konsep pendidikan profetik adalah

mengintegrasikan ilmu (kurikulum) kebijakan dan kelembagaannya

d Pendidikan Profetik berdasarkan Filsafat Gerak-Kreatif

Filsafat profetik dalam rangka pemikiran Iqbal didasari oleh filsafat

gerak Tuhan mewajibkan hambanya untuk beribadah berarti ada

keniscayaan baginya untuk bergerak dinamis sebagaimana hukum alam

yang selalu bergerak sesuai kehendak-Nya Dalam sifat Nabi ada sifat

fatanah kecerdasan yaitu gerak kreatif yang dimiliki oleh seseorang

untuk merespon secara proaktif kondisi alam dan manusia untuk mengatasi

berbagai problem dan untuk meningkatkan peradaban umat manusia

Kreativitas ini adalah kelanjutan dari keimanan dan peribadatan

kepada Allah yang selanjutnya adalah melakukan upaya agar kebutuhan

primer seperti makan dan keamanan bisa dipenuhi dan kemudian

90

ditingkatkan menjadi kesejahteraan dan ketenangan hidup Menurut Noeng

Muhadjir kreativitas bagi manusia berfungsi sebagai unsur pembeda dari

makhluk lainya dan merupakan fungsi pendidikan yaitu menumbuhkan

kreativitas meyiapkan tenaga produktif pelestarian dan pengembangan

nilai Terkait dengan ini Noeng merincinya menjadi lima yaitu kreativitas

rasional kreativitas rekayasa kreativitas estetik kreativitas moral dan

kreativitas sosial Daya gerak dan perbaikan nilai kemanusiaan tidak akan

tercapai tanpa pengembangan kreativitas Pendidikan progresif

menyediakan ruang kreativitas yang menyenangkan dan humanis

Kreativitas dalam konteks profetik menjadi bagian dari aktualisasi amal

Shalih (Muh Roqib 2011184)

e Pendidikan Pofetik Menyenangkan-mendisiplinkan (Edutainment

Plus)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tradisi pendidikan

profetik harus melibatkan metode yang positif dan sesuai dengan kondisi

peserta didik Bagaimana pendidikan dapar memberikan peluang bagi

peserta didik untuk ldquogandrung ilmurdquo dan terus mengulang proses

pencarian ilmu karena metode yang dilakukan oleh pendidik begitu

menarik dan menyenangkan (MohRoqib 2011186)

Pendidikan profetik yang menyenangkan adalah pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak memberikan tekanan fisik maupun psikis

91

Sisi manfaat penggunaan desain pembelajaran yang berprespektif

edutainment Plus adalah

1) Membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa

lebih mudah

2) Mendesai pembelajaran dengan selipan humor dan permainan edukatif

untuk memperkuat pemahaman materi

3) Komunikasi menjadi efektif dan penuh dengan keakraban

4) Penyampaian materi pelajaran pada yang dibutuhkan dan

bermanfaatkan

5) Penyampaian materi sesuai dengan kemampuan peserta didik

6) Memberikan Reward dan hadiah sebagai motivasi untuk peserta didik

7) Pemberian sanksi atau hukuman secara edukatif dan proporsional jika

diperlukan untuk memantapkan kedisiplinan peserta didik

Penerapan edutainment puls dalam perspektif profetik sekali lagi

tetap tidak meninggalkan sama sekali terhadap hukuman jika diperlukan

untuk mendisiplinkan peserta didik

D PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penerapan pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan

nilai plus tersendiri pada proses pendidikan Islam Dengan adanya pemahaman

yang benr terhadap Islam maka akan menghasilkan paradigma Islam yang

integralistik atau menyeluruh Pendidikan agama Islam yang berparadigma

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi (Kuntowijoyo 200749) Berangkat dari nilai-

92

nilai yang sama dan dari sumber yang sama Integrasi terhadap terhadap Islam

dan ilmu akan semakin memperkuat keduanya Islam adalah ilmu dan ilmu

merupakan keharusan di dalam Islam Melalui pengintegrasian Islam dan ilmu

diharapkan adanya penyatuan antara wahyu tuhan dan pikiran manusia

Terdapat beberapa model dan paradigma pendidikan di Indonesia

diantaranya adalah model pendidikan tradisional dengan paradigma

ldquoIslamrdquonya dan pendidikan modern dengan paradigma sekulernya Tentu saja

masing-masing model pendidikan tersebut dengan paradigmanya masing-

masing memiliki muatan kurikulum dan orientasi yang juga berbeda

Referensi yang digunakan serta sikap yang dihasilkannya pun berbeda Model

pendidikan tradisional cenderung meletakkan agama dan akhirat sebagai

kurikulum dan orientasinya Pendidikan modern lebih kepada ilmu-ilmu umum

dan keduniawian sebagai muatan kurikulum dan orientasinya Eksklusif lebih

menjadi sikap pilihan model pendidikan tradisional jika dibandingkan liberal

yang menjadi sikap pendidikan modern Melalui pendidikan Islam profetik

masing-masing perbedaan yang terkesan berseberangan tersebut coba untuk

diintegrasikan sehingga menghasilkan model pendidikan yang berparadigma

integralistik serta lebih mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia

sebagai referensinya (Kuntowijoyo 200755) Dengan demikian orientasinya

tentu saja mengarah tidak hanya yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Kurikulum yang dibangun adalah kurikulum ilmu-ilmu agama dan umum

sehingga melahirkan sikap inklusif (Kuntowijoyo 200758)

93

Dalam upaya menciptakan masyarakat utama pendidikan menjadi salah

satu pilar utama di dalamnya Selain pendidikan yang merupakan integrasi

antara Islam dan ilmu sehingga melahirkan pendidikan yang bermutu maka ia

juga harus diinternalisasikan sekaligus diobjektifikasikan Kaitan antara

objektifikasi dan internalisasi adalah bahwa objektifikasi harus berangkat dari

internalisasi yang diinternalisasikan adalah nilai yaitu nilai-nilai Islam

(Kuntowijoyo 200761)

Pendidikan Islam profetik mensyaratkan adanya objektifikasi bukan

sekularisasi Objektifikasi menghendaki terhindarnya masyarakat dari dominasi

Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam profetik objektifikasi menghendaki

juga ketiadaan dominasi Islam terhadap masyarakat Melalui objektifikasi ini

masyarakat dari kelas manapun agama apapun kelompok manapun akan

dapat menerima konsep sistem dan mekanisme serta kurikulum pendidikan

Islam profetik yang dijalankan sebagai hal yang ldquowajarrdquo Hasil-hasil yang

dilahirkan selama proses di dalam pendidikan yaitu penggalian

pengakumulasian koleksi serta transformasi akan pengetahuan dianggap

sebagai aktualisasi terhadap nilai-nilai agama (ilmu agama) sekaligus nilai-nilai

dunia (ilmu dunia) secara wajar Objektifikasi adalah perbuatan dalam

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan yang juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikmatinya tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo 200763) Dalam konteks

pendidikan dapat dicontohkan melalui misalnya di dalam Islam orang yang

malas mencari ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang

94

membiarkan orang lain tetap berada di bawah penindasan orang lain adalah

musuh Tuhan maka hal itu dapat diobjektifikasikan melalui model dan

kurikulum pendidikan yang mengarahkan orang kepada perolehan ilmu

pengetahuan Ilmu yang dimiliki itu dapat menjadi alat baginya untuk melawan

penindasan yang selama ini terjadi kepadanya Pendidikan yang membebaskan

tersebut adalah objektifikasi dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 110

Letak perbedaan antara pendidikan profetik dan pendidikan Islam selama

ini adalah pada objektifikasinya Pendidikan Islam yang ada selama ini lebih

kepada Islamisasi atau doktrinisasi tetapi pendidikan Islam profetik lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya Dalam

pendidikan Islam profetik misalnya ajaran tentang menyantuni orang miskin

dan anak yatim tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja namun juga orang di

luar Islam Orang Islam dapat mempelajari itu orang di luar Islam pun sama

Wujud akhir yang nyata dari aktualisasi atau pelaksanaan terhadap nilai-nilai

Islam harus bisa dianggap wajar dan diterima oleh umum demikian halnya

dengan pendidikan Islam Jika pendidikan Islam dalam bentuk akhir dari

aktualisasinya dapat juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan itulah

pendidikan yang dibutuhkan pendidikan Islam profetik

Tujuan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Profetik tidak jauh beda

yaitu bersumber pada nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Di dalam pendidikan

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi Pendidikan agama Islam yang ada selama ini

95

lebih kepada Islamisasi atau doktrinasi sedangkan profetik lebih pada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Pendidikan profetik berbicara mengenai Idealita Realita dan Metode dalam

pendidikan Pendidikan profetik mencoba melakukan format pendidikan yang

bisa menggeser paradigma pendidikan yang kompetitif menjadi spirit

bersinergi contohnya saling melengkapi akan kebutuhan hidup masing-masing

Berbicara mengenai profetik adalah berbicara mengenai manusia tokoh idola

dan panutan Tapi tidak sekedar itu berbicara model yang menjadi panutan

untuk diikuti bukan karena kelebihan yang dimiliki model itu dan kemudian

melahirkan ldquokebanggaan pasifrdquo bagi yang mengetahuinya Makna profetik

lebih dari pada penilalian total akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang

dilakukannya Pendidikan yang dikembangkan oleh Nabi dilakukan secara

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan manusia tugas nabi yang

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak

dan amal sholeh atau bekerja secara profesional Sebagai pendidikan yang

bersifat utuh dan komprehensif maka pendidikan profetik dilakukan secara

utuh pula yaitu selain mengembangkan nalar juga mengembangkan potensi

hati dengan cara banyak berdzikir atau ingat Allah melakukan kegiatan ritual

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

Yollanda Vusvita Sari dalam kajian Education Center BEM UNY 2010

menulis bahwa pendidikan profetik tidak meniadakan akan suatu perbedaan

Namun yang dipermasalahkan adalah paham yang mengakui kebebasan dalam

berpendapat tanpa ada batas Konsep pendidikan profetik dalam pendidikan

96

agama Islam mengiyakan perbedaan akan tetapi harus ada keyakinan atau nilai

universal yang disepakati bersama Berbicara profetik adalah berbicara

orangnya (person) sedangkan ketika nilai ini menjadi kolektivitas sosial maka

akan menjadi masyarakat madani (Ummat) Pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara metode pendidikan profetik dengan pendidikan agama Islam

Pembedannya hanya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat

metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekan Metode yang dipilih dan

dilaksanakan oleh pendidik secara transenden dibarengi dengan rasa tulus

ikhlas dan cinta kasih sehingga peserta didik tergugah semangat dan gerak

edukatifnya Dalam media pendidikan profetik dan pendidikan agama Islam

yang digunakan masih sama secara penggunaan dan pemanfaatannya Yang

mana media ataupun alat yang diperankan jangan sampai lebih dominan dari

guru karena tidak mustahil sifat media pendidikan dan perkembangan

teknologi yang statis dan tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk

kepribadian subjek didik Pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam

bisa dilakukan dengan mendekatkan peserta didik pada tiga hal penting yaitu

Pendekatan pada kitab suci tempat ibadah dan para ulama‟nya

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk mengetahui

dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi kualitas pendidik dan

menilai serta mengukur moral dan akhlak dari peserta didik itu sendiri

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi

97

perkembangan peserta didik Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi

semua pihak Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja

kepala sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu

sebagai Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja Selain itu perlu

membenahi Niat Dalam pendidikan profetik niat memiliki posisi yang

strategis Sekalipun misalnya delapan standar pendidikan telah dipenuhi oleh

lembaga pendidikan manakala niat para pelaku pendidikan tidak benar maka

hasil pendidikan juga tidak akan maksimal Bahkan hasil pendidikan

sebenarnya lebih banyak tergantung pada niat itu Oleh karena itu ada dua hal

yang harus diperbaharui yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan

dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku

tenaga kependidikan Pendidikan harus dikembalikan pada watak aslinya yaitu

untuk mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa yang meraih derajat

unggul dalam aspek intelektual spiritual jiwa dan raganya serta akhlaknya

Dengan demikian mengimplementasikan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru

agama atau guru budi pekerti melainkan meupakan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

98

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehg peneliti diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari tata usaha SMP Negeri 4 Salatiga disebutkan bahwa

SMP Negeri 4 salatiga adalah lembaga pendidikan yang didirikan di kota

salatiga pada tahun 1979

Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga pada awal pendiriannya memiliki 2

lokal gedung terpisah Satu gedung berada di Jl Veteran sedang satunya

lagi berada di Jl Sumardi Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan

belajar mengajar tidak efektif Kemudian pada tahun 2007 karena telah

habisnya hak guna bangunan tanah milik pemerintah kota salatiga di

samping SMP Negeri 4 salatiga maka tanah tersebut kemudian dihibahkan

kepada SMP Negeri 4 salatiga yang saat ini telah berdiri bangunan baru

Maka dari itulah pada bulan November 2007 SMPN 4 salatiga baru

melokalisasikan sekolah menjadi satu tempat yakni di jl Patimura 47

Salatiga Telp (0298) 32678

2 Letak Geografis

a Alamat sekolah

SMPN 4 salatiga beralamat di Jl Patimura 47 Salatiga teleponfax

(0298) 326785

b Luas tanah

99

Luas tanah yang dimiliki SMPN 4 salatiga adalah sebesar 3883msup2 dan

tealah bersertifikat IMB

3 Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga

a Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik dan Iman Taqwa

3) Terwujudnya profile sekolah sebagai SMP favorit

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah kondusif dan asri

5) Terlaksananya program program SCS ( Study Club In School ) siswa

dan guru

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang santun etis dan berbudi

luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian kepemimpinan dan

perkaderan siswa

b Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

2) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran

interaktif aplikasi dan akselerasi

Unggul Prestasi santun berbudi tangguh berkompetisi Sadar

bertaqwa

100

3) Mengaktulaisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan

iman dan taqwa

4) Membudayakan sikap sportifitas dalam berkompetensi meraih prestasi

5) Melaksanakan program penataan sarana prasarana sesuai dengan site

plan jangka pendek menengah dan jangka panjang

6) Membiasakan percakapan bahasa inggris bagi seluruh warga sekolah

lewat kegiatan ekstrakurikuler

7) Mempraktikan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

8) Membudayakan santun dalam bicara cipta rasa dan karsa

9) Menyalurkan bakat dan potensi dengan barbagai kegiatan apresiasi

dan kompetisi

10) Menginsentifkan kegiatan organisasi kepemimpinan dan kader siswa

c Slogan

4 Struktur Organisasi Sekolah SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 salatiga sebuah lembaga pendidikan juga memiliki struktur

organisasi sebagai sistem penggerak dalam rangka mewujudkan visi dan

misi SMPN 4 Salatiga Di bawah ini adalah struktur organisasi SMPN 4

Salatiga

H E B A T

Harmoni ndash Etika ndash Bestari ndash Aktif ndash Taqwa

101

Tabel 31

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

102

Tabel 32

Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

1 Sumiyati 2 Idayati Hartini 3 Saimin 4 Agus widodo 5 Sri Iriyanti 6 Rejo 7 Eka Sulistyawati 8 Murniati 9 Rubiyanto 10 Nuzul Lusy

Anggraeni 11 Tri Budi Setyawan 12 Sutrisno

13 Agus Riyadi

TATA USAHA

103

5 Keadaan Guru Karyawan dan Siswa SMPN 4 Salatiga

a Keadaan Siswa SMPN 4 Salatiga

Secara keseluruhan jumlah siswa SMPN 4 Salatiga pada

tahun ajaran 20152016 berjumlah 655 di bawah ini adalah data

siswa SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

Tabel 33

Data siswa SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Kelas

jenis kelamin Agama jumlah

kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

104

b Keadaan Guru SMPN 4 Salatiga

Guru-guru SMPN 4 Salatiga merupakan tenaga pendidik

professional mereka mengajar sesuai dengan bidangnya masing-

masing Sebagian besar adalah lulusan Strata 1 (S1) bahkan ada

dari beberapa mereka telah bergelar Strata 2 (S2) Adapaun rincian

dari keadaan guru SMPN 4 Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 34

Data Guru SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Tabel 35

Data Kualifikasi Pendidikan Guru SMPN 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

105

c Keadaan Karyawan SMPN 4 Salatiga

Untuk membantu Kelancaran dalam segala kegiatan di

SMPN 4 Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan

yang berjumlah 43 Karyawan-karyawan tersebut mempunyai

tugas membantu semua kegiatan yang ada di SMPN 4 Salatiga

sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga segalanya dapat

berjalan dengan baik dan lancar Berikut ini adalah tabel daftar

karyawan di SMPN 4 Salatiga

Tabel 36

Daftar Karyawan SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian

inventaris kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

106

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

d Sarana dan Prasarana SMPN 4 Salatiga

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Salatiga

didukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai

sebagai salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) unggulan di

salatiga Adapun sarana yang dimiliki SMPN 4 Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 37

Data Sarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

107

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

Adapun prasarana yang dimiliki SMPN Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 38

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

108

e Situasi dan Kondisi SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 Salatiga merupakan sekolah umum lanjutan tingkat

pertama di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional

Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Salatiga dengan warga

sekolahnya berasal dari berbagai latar belakang status yang

berbeda baik status sosial ekonomi maupun agamanya Sekolah

bercorak plural ini memiliki situasi dan kondisi sekolah yang

sangat beragam hal ini terlihat dari begitu variasinya agama yang

dipeluk oleh setiap warga sekolah baik guru karyawan maupun

dari siswanya sebagaimana diuraikan dalam tabel-tabel

sebelumnya

Lingkungan sekolahnya merupakan lingkungan agamis karena

di dekat sekolah tersebut berdiri sebuah masjid dan sebuah gereja

sehingga memungkinkan warga sekolah dapat beribadah ke tempat

ibadah tersebut setiap saat Dalam event tertentu seperti ketika hala

bihala idhul Adha dan Natal sekolah tersebut sering mengadakan

kegiatan untuk memeriahkannya

Dengan situasi dan kondisi pluralitas di lingkungan sekolah

tersebut peraturan dan kebijakan sekolah juga dibuat berazaskan

pada prinsip persamaan tanpa adanya diskriminasi Semua warga

sekolah diberikan kesempatan dan kebebasan yang sama sesuai

dengan kewajiban dan haknya asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan yang telah ditetapkan sekolah dan peraturan dari

pemerintah contohnya penempatan siswa di kelas disama ratakan

109

sesuai kemampuan intelligence tanpa memandang status baik

sosial ekonomi maupun agamanya

f Ekstra Kurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pokokwajib yang

harus diikuti oleh setiap siswa Kegiatan ini diwujudkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dimana di

dalamnya terjadi hubungan interaksi antara pendidik dan peserta

didik

Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

dan waktu pelaksanaanya di luar jam belajar sehingga tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar yang bersifat intrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga bertujuan untuk

menambah wawasan pengalaman para siswa serta usaha

mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing

Terdapat satu program ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu

pramuka bagi kelas VII dengan harapan dapat melatih siswa hidup

secara mandiri disiplin dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat

Berikut ini adalah tabel kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

110

Tabel 39

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

Tabel 310

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

111

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

B Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan di SMP Negeri 4 Salatiga

tentang Implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah tersebut ada beberapa garis besar yang dapat

tergambarkan sebagai berikut

1 Hasil Penelitian

a) Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 4 salatiga oleh

peneliti ada beberapa implementasi pendidikan tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam beberapa

diantaranya dikemukakan oleh responden yaitu sebagai berikut

Implementasi Pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahnya menurut

kepala sekolah yaitu MN adalah

ldquoDalam penerapan tradisi profetik atau nilai-nilai kenabian

perlu adannya keteladanan yang dilakukan di lingkungan

sekolah Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang

112

penting untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik

atau kenabian yang di ajarkan melalui pembelajaran

maupun praktek merupakan proses tranformasi pendidikan

dan pengajaran Dengan adanya keteladanan dan

penananman nilai-nilai kenabian dapat membentuk pribadi

siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi Khairul

Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri

peserta didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau

keislaman juga kami terapkan dengan mengajak peserta

didik untuk saling tolong menolong antar sesama dengan

cara menyantuni anak yatim dan warga

miskin rdquo(Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa penanaman

pendidikan tradisi profetik kepada peserta didik dilakukan dengan

cara pembiasaan dan keteladanan seperti pembiasaan bersalaman

dengan guru saat siswa masuk gerbang sekolah pada pagi hari

shalat dhuhur berjamaah dan memberi keteladanan peserta didik

dengan saling menghormati tolong menolong dan toleran Di

setiap bulan Ramadhan siswa diajarkan untuk berzakat dan

bershodaqoh di sekolah yang mana perbuatan tersebut dapat

menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik serta penanaman

nilai-nilai keagamaan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim

113

Seperti apa yang diungkapkan kepala sekolah di atas HR

selaku Guru PAI senior di SMP Negeri 4 beliau dalam

mengimplementasikan pendidikan tradisi profetik melalui model

pembelajaran dan sistem evaluasinya

ldquoDalam penerapannya saya menekankan keteladanan

kepada peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian

di lingkungan sekolah yang selalu rutin dilakukan

contohnya ketika memasuki gerbang sekolah maupun saat

masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik

diwajibkan untuk bermusafahah dahulu kepada gurunya

Hal ini menjadikan peserta didik dapat berlaku hormat

kepada yang lebih tua Sebelum mulai pembelajaran

dibiasakan membaca Asmaul Husna bersama-sama Serta

adanya pembiasaan Sholat Dhuhur dan Jum‟at berjamaah di

sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

siswa Dalam beberapa pembelajaran peserta didik untuk

belajar langsung di masyarakat seperti contohnya ketika

ada materi tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya

dan mencari pengetahuan mengenai haji kepada tokoh

agama atau masyarakat yang sudah menunaikannya

Sehingga dengan begitu siswa akan lebih mengetahui dan

memahami materi karena mencari langsung dari sumbernya

Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik yang

dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didikrdquo(Wawancara

HR 110915)

Penerapan pendidikan tadisi profetik juga tercermin dalam

sistem evaluasinya

114

ldquoDalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah

berlangsung baik tes maupun nontes kami selalu menekan

pada segi afektif dan psikomotoriknya bukan berarti segi

kognitif tidak penting Setiap perilaku yang dilakukan di

dalam kelas sekolah maupun di luar sekolah pun menjadi

evaluasi bagi kami Dengan observasi maupun pengamatan

terhadap perilaku siswa menjadi peranan dalam evaluasi

pembelajaran tidak hanya itu kami juga berkoordinasi

dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-sama

dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat

materi sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat

Dhuhur dan Jum‟at bersama Orang tua siswa juga

melakukan evaluasi di luar sekolah yang mana setiap akhir

semester dilaporkan kepada kami Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan

peserta didik terhadap pembelajaran tetapi untuk menilai

dan mengukur moral dan akhlak serta untuk

menyempurnakan akhlakul karimah peserta

didikrdquo(Wawancara HR110915)

Bapak WD juga mengatakan bahwa implementasi

pendidikan tradisi profetik secara tidak langsung telah diterapkan

dalam proses pembelajaran

ldquoDalam pemberian materi pembelajaran biasanya siswa

akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya

Dengan menggunakan metode pembiasaan keteladan juga

dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat

membentuk akhlak dan moral siswa Melalui observasi

115

yang dilakukan oleh peserta didik langsung dan kemudian

dipadukan di kelas menjadikan peserta didik mudah

memahami dan menghayati materi yang dipelajari

Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan melalui

praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di

dalam perilaku keseharian semisal dengan guru memberi

amanah kepada siswa dan kemudian apakah siswa

menjalankan amanah yang diberikan oleh guru tersebut atau

tidak Proses kegiatan belajar mengajar yang kami lakukan

ditekankan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai

kenabian dan keislaman yang mana dalam setiap

penggunaan metode dan media pembelajaran

mengusahakan agar bagaimana siswa mampu memahami

dan menghayati secara langsung tujuan pembelajaran yang

diinginkan Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur

bagaimana penanaman dan pembentukan pribadi siswa

perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah dan di

rumah menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi hasil

pembelajar Maka tidak hanya guru Agama islam saja yang

membimbing maupun memberikan teladan tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-

samardquo(Wawancara WD120915)

Penggunaan studi kasus di lapangan yang digunakan dalam

beberapa proses pembelajaran dapat menumbuhkan dan

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman Misalnya

observasi langsung dengan para tokoh agama dan pelaku haji

116

dalam mengetahui dan memahami tentang haji dari syarat rukun

dan lainnya Pembiasaan membaca Asmaul Husna yang dilakukan

setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada Sang Pencipta (Observasi 090915)

b) Problematika dalam Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

masih ada beberapa hambatan dalam implementasinya yakni

masih kurangnya keteladanan dari guru sarana prasarana

kurangnya motivasi belajar tentang keagamaan dan kurangnya

dukungan dari pihak orang tua siswa Adapun solusi yang mereka

berikan adalah keteladanan dari seluruh tenagan pendidik maupun

kependidikan di sekolah peningkatan keilmuan atau wawasan

keagamaan peningkatan sarana dan prasarana buku penilaian

moral dan akhlak serta peningkatan mutu kualitas guru

Menurut kepala sekolah MN bahwa hambatan yang terjadi

dalam implementasi pendidikan tradisi profetik adalah

ldquoKurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu

hambatannya seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah

Kemudian masih lemahnya keteladanan dari guru maupun

tenaga kependidikan seperti masih ada yang merokok di

lingkungan sekolah yang masih dapat dilihat oleh siswardquo

(Wawancara MN100915)

117

MN mengatakan bahwa perlu adanya solusi untuk

menanggapi hal tersebut

ldquoPerlunya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan

penambahan area tempat ibadah maupun tempat khusus

untuk kegiatan keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk

memberikan suri tauladan yang bagi peserta didik serta

menjaga perilakurdquo (Wawancara MN100915)

Tidak jauh beda seperti apa yang dikemukakan oleh kepala

sekolah menurut HR hambatan yang terjadi ialah

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah dan lemahnya monitoring terhadap

siswa yang mana belum adanya kerjasama yang baik antar

guru maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama

memberikan teladan dan monitoring guna mengevaluasi

perkembangan peserta didik Dalam hal evaluasi

ketidakjujuran orang tua siswa dalam melaporkan perilaku

siswa ke guru yang bahkan membela siswa atau menutupi

kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang maksimal

dalam mengukur peserta didik Lemahnya motivasi belajar

tentang nilai-nilai kenabian dan keislaman menjadi salah

satu penghambat penanaman dan pembangunan moral dan

akhlak siswa Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai

agama di sekolah maupun di rumah menjadi hambatan

dalam penanaman dan pembentukan akhlakul

karimahrdquo(Wawancara HR110915)

HR mengungkapkan bahwa ada beberapa solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut

118

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun

tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-

nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan

keagamaan serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana

akan meningkatkan motivasi belajar keagamaan siswa

Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai agama dan

kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan

oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang

mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan

menjadikan peserta didik menjadi termotivasi dalam

menghayati serta mengamalkan apa yang telah diajarkan

sehingga proses pembangunan dan pembentukan akhlak

peserta didik lebih mudah tertanam dalam pribadi peserta

didik Pemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap

lingkungan di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik

lebih mengetahui memahami menghayati materi yang

diberikan yang mana secara tidak langsung akan

membentuk diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih ada

beberapa guru dan tenaga pendidik yang belum memberikan

keteladanan yang baik Masih seringnya bercanda antar guru atau

guyonan ada beberapa guru yang masih merokok di lingkungan

sekolah sehingga dilihat oleh peserta didik Ditambah kurangnya

motivasi belajar siswa dalam hal pendidikan keagamaan Maka

adannya kajian-kajian keislaman yang dilakukan Sie Kerohanian

119

Islam setiap jum‟atnya dapat menambah Hasanah Islamiyah pada

peserta didik dan menumbuhkan tingkat keagamaan siswa

Pembiasaan keteladanan yang dilakukan di lingkungan sekolah

seperti bersalaman dengan guru setiap masuk gerbang sekolah

membaca Asmaul Husna sebelum mulai pembelajaran dan sholat

dhuhur dan jum‟at berjamaah (Observasi 110915)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak WD bahwa

hambatan selama ini adalah

ldquoImplementasi pendidikan tradisi profetik akan menjadi

sulit manakala hanya guru PAI saja yang memberikan

teladan ataupun bimbingan Tradisi profetik yang mana

menanamkan dan membentuk peserta didik agar

mempunyai nilai-nilai kenabian dan keislaman perlu

didukung tidak hanya dari pembelajaran PAI saja tetapi

lingkungan sekolah serta seluruh tenaga kependidikan ikut

serta dalam pengimplementasiannya Masih adanya guru

laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan

yang merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi

hambatan dalam proses penanaman pendidikan profetik

Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh

guru maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya

penghayatan dan pengejawantahan terhadap nilai-nilai

profetik dalam kehidupan sehari-harirdquo(Wawancara

WD120915)

120

Dari adannya problematika tersebut maka solusi yang

diberikan oleh Bapak WD adalah

ldquoPembiasaan praktek-praktek sifat kenabian seperti bersifat

jujur dan amanah Penambahan keilmuan atau wawasan

keagamaan serta khasanah islamiyah dengan melakukan

kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik serta

tenega kependidikan lainnya Evaluasi secara langsung atau

mendadak perlu dilakukan untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa

yang sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara

bersama dari guru dan orang tua dalam memonitoring

perkembangan peserta didik dengan dibuat buku atau

laporan moral dan akhlakrdquo(Wawancara WD120915)

c) Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik menurut

Bapak MN adalah

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang

terlihat saat ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik

serta terbentuknya moral dan akhlak peserta didik Seperti

menghormati guru dan sesama teman Berkurangnya

kenakalan perilaku siswa yang terjadi karena suda tertanam

nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri peserta didik

Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu dhuhur

tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaahrdquo (Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa peserta didik

mempunyai rasa menghormati dan disiplin pada dirinya Ketika

121

ada pembelajaran kosong para peserta didik mencari guru tersebut

Ketika masuk ke ruang guru pun sudah membiasakan salam saat

sholat dhuhur tiba siswa sudah menempatkan diri untuk

mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk sholat berjamaah

(Observasi 140915)

HR mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam pembelajaran PAI adalah

ldquoMenumbuhkan tingkat keagamaan peserta didik serta

motivasi belajar keislaman Membawa hikmah bagi peserta

didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta

didik hal itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas

Menumbuhkan sifat saling menghormati menghargai dan

menolong Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada

diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Senada dengan apa yang diungkapkan HR hasil

implementasi pendidikan tradisi profetik menurut Bapak WD

adalah

ldquoPembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta

berkurangnya kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa Tumbuhya kesadaran siswa

untuk beribadah dan berbuat baik Menjadikan siswa suka

untuk ke tempat ibadah Menumbuhkan sikap toleransi dan

menghormati antar sesama Dengan adanya pembiasaan

keteladanan baik yang dilakukan menjadikan siswa akan

122

mengikuti hal tersebut dan akan berhati-hati dalam setiap

perilaku yang dilakukaannyardquo(Wawancara WD120915)

123

BAB IV

PEMBAHASAN

A Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Berdasarkan hasil pengamatan wawancara dan proses penelitian

secara keseluruhan di lapangan Penulis dapat menyimpulkan

implementasi pendididikan tradisi profetik yang terdapat dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 di Salatiga

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan

sekolah Penggunaan metode pembiasaan keteladanan demonstrasi studi

kasus di lapangan yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan

observasi langsung yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami

dan menghayati materi yang disampaikan membangun nilai-nilai profetik

dan keIslaman yang menginternal dalam individu peserta didik yang

terkatualisasi secara kehidupan sosial sehari-hari Seperti apa yang

diungkapkan Bapak Hari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4

Salatiga dalam wawancaranya pada hari Jum‟at 11 September 2015 di

ruang guru

Pendidikan tradisi profetik yang penekanannya pada penggunaan

metodologi objektifikasi dan integralisasi (Kuntowijoyo 200749)

Penananam nilai-nilai kenabian dan keIslaman kepada peserta didik

124

tercermin dari metode pengajaran dan sistem evaluasi yang dipakai serta

lingkungan sekolah yang mendukung Penanaman nilai tersebut

diharapkan dapat membentuk dan membangun moral dan akhlak siswa

sebagai Hamba Allah dan khoirul ummah Pembiasaan keteladanan dan

demonstrasi atau praktek langsung yang dilakukan oleh peserta didik

dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai

Adannya integrasi terhadap Islam dan ilmu yang dilakukan dilakukan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menjadikan masing-masing

perbedaan yang ada menjadi menyatu dan menyeluruh karena orientasinya

tidak hanya mengarah hal yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Adanya merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan

yang juga bersifat orang lain dapat menikmatinya tanpa harus menyetujui

nilai-nilai aslinya Misalnya di dalam Islam orang yang malas mencari

ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang membiarkan

orang lain tetap berada di bawah penindasan adalah orang yang tidak

disukai Tuhan Dengan adannya keteladanan dan pembiasaan tersebut

maka penanaman nilai-nilai kenabian akan mudah tertanam dalam diri

peserta didik

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan Kepala Sekolah

SMP Negeri 4 salatiga dan guru PAI SMP Negeri 4 Salatiga mengutip

dari hasil wawancara dengan MN dan HR yaitu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan pembiasaan keteladanan yaitu

bersalam sebelum masuk kelas dan membaca asmaul husna sebelum mulai

125

pelajaran Penggunaan metode studi kasus ataupun peserta didik meneliti

dan mencari sendiri materi yang diajarkan contohnya ketika materi Haji

peserta didik observasi dan wawancara langsung kepada pelaku haji

Adanya integrasi dan objektifikasi ini menjadikan siswa lebih memahami

dan menghayati apa yang dipelajari Tidak hanya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam saja dalam menanamkan nilai-nilai kenabian dan

keIslaman dalam lingkungan sekolah juga menanamkan nilai-nilai

tersebut dengan pembiasaan keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan

yang ada Dalam evaluasi yang dilakukan ditekankan pada moral dan

penyempurnaan akhlak atau pada sisi afektif dan psikomotoriknya dengan

tidak meninggalkan sisi kognitifnya Laporan evaluasi dari orang tua siswa

setiap akhir semester juga dapat membantu proses penanaman nilai-nilai

kenabian dan keIslaman

Hal yang diungkapkan oleh responden mengenai implementasi

pendidikan tradisi profetik dengan adanya pembiasaan keteladanan di

lingkungan sekolah serta metode observasi ataupun demonstrasi yang

menjadikan siswa dapat lebih menghayati dan mengamalkan apa yang

dipelajarinya dan adanya evaluasi proses pembentukan moral akhlak serta

penanaman nilai-nilai kenabian dan keIslaman seperti apa yang

dikonsepkan Moh Roqib pendidikan profetik sebagaimana nabi dimulai

dengan keteladanan diri dan bangunan keluarga ideal Pendidikan profetik

bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian

126

yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasikan secara sosial

atau dalam kehidupan sehari-hari (MohRoqib 201188)

Perilaku keteladan kolektif yang diberikan di lingkungan sekolah

adalah seperti ketika guru masuk kelas mengucapkan salam begitu juga

ketika masuk ke ruang guru dan TU Dari hasil observasi peneliti bahwa

dalam hal keteladanan yang diberikan adanya sikap saling membantu dan

toleran dari Kepala sekolah dengan karyawan dan tukang kebun pendidik

yang muda menghormati yang pendidik yang lebih tua para pendidik

berpenampilan rapi dan selalu memberikan contoh untuk datang tepat

waktu ketika saat pembelajaran Hal ini yang kemudian bisa dilihat dan

ditiru oleh para siswa Pendidik dan tenaga kependidikan lainya

memberikan contok keteladanan dalam berbicara bersikap dan berperilaku

Dalam pendidikan profetik tidak hanya cenderung pada hal yang

bersifat duniawi namun juga ukhrawinya Model pendidikan yang

berparadigma integralistik yang mengacu pada wahyu Tuhan dan akal

manusia tidak semata-mata hanya Islamisasi atau doktrinasi tetapi melalui

proses penghayatan yang menyeluruh dan perbuatan dalam merasionalkan

nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perilaku sehingga bukan karena

paksaan atau persetujuan yang diharuskan (Kuntowijoyo 200763)

Kesadaran yang timbul pada perilaku dan perbuatan peserta didik dalam

kehidupan dan secara sosialseperti apa yang diungkapkan Bapak Wildan

dan Bapak Munadzir dalam wawancaranya pada hari Sabtu 12 September

bahwa

127

ldquoDalam penerapannya saya menekankan pembiasaan kepada

peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah yang selalu rutin dilakukan Sebelum masuk kelas dan

memulai pelajaran murid bersalaman dengan guru terlebih dahulu

kemudian membaca Asmaul Husna bersama-sama Peserta didik

kemudian menerapkan salah satu makna Asmaul Husna dalam

kehidupan sehari-harinya Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba peserta

didik dengan sedirinya sudah bersiap-siap mengambil wudhu dan

menempatkan diri untuk sholat berjamaahrdquo

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk

mengetahui dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik

terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan menilai serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri Evaluasi yang dilakukan tidak hanya

dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh tenaga kependidikan serta orang

tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik dalam pendidikan

agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi semua pihak

Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja kepala

sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu sebagai

Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja (Yolanda 2010)

Seperti apa yang diungkapkan HR dalam hasil wawancara pada

Jumat 11 September 2015 mengatakan bahwa

128

ldquoDalam evaluasi yang telah berlangsung kami lakukan dalam

bentuk tes dan non tes Setiap perilaku yang dilakukan di kelas

sekolah maupun di luar sekolah kami lakukan evaluasi Kami guru

PAI dengan seluruh tenaga kependidikan dan semua pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan bekerja sama dalam melakukan

evaluasi Orang tua siswa juga melakukan evaluasi ketika di luar

sekolah yang mana setiap semester dilaporkan kepada kamirdquo

Jadi dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat pada tujuan pembelajaran

yang digunakan model pembelajaran inovasi pembelajaran dan evaluasi

pembelajarannya Pendidikan profetik menekan penggunaan metodologi

objektifikasi dan integralisasi bukan Islamisasi atau doktrinasi Tidak

hanya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melainkan

penerapan pendidikan profetik juga diaktualisasikan dalam proses

pendidikan yang dilakukan di sekolah Sehingga pengimplementasian

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti

melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di SMP Negeri 4 Salatiga

B Problematika Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

1 Hambatan implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

129

Problematika yang terjadi dalam implementasi pendidikan tradisi

profetik ini adalah masih belum relevannya konsep pendidikan profetik

dalam era transformatif seperti sekarang ini Model pendidikan tradisional

yang cenderung meletakkan akhirat saja sebagai orientasinya dan masih

ekslusif (Kuntowijoyo 200755) Kurangnya tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan juga menjadikan hasil pendidikan kurang

maksimal Strategi pendidikan profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Jika hal itu belum terlaksana akan menjadi

hambatan dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam khususnya

Sebagaimana yang diungkapkan responden HR dan WD dalam

wawancara yang peniliti lakukan masih terdapat hambatan dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana belum

adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik Masih

adanya guru laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan yang

merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi hambatan dalam

proses penanaman pendidikan profetik Kurangnya kelimuan atau

130

wawasan keagamaan dan Hasanah keIslaman yang dimiliki oleh

guru juga menjadi salah satu hambatannya Kurangnnya perhatian

terhadap nilai-nilai agama di sekolah maupun di rumah menjadi

hambatan dalam penanaman dan pembentukan akhlakul karimahrdquo

Hal itulah yang menjadikan hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik Pendidikan Islam selama ini hanya menekankan

doktrinasi sehingga peserta didik seakan-akan dipaksa dan harus

mengikuti Seharusnya dengan pembiasan dan keteladanan kolektif serta

kontinu dapat membangun dan membentuk nilai-nilai pofetik dan akhlakul

karimah pada internal pribadi peserta didik Masih kurangnya perhatian

terhadap nilai-nilai keagamaan serta masih minimnya keilmuan dan

hasanah keIslaman yang dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan lainya

di sekolah menjadikan minimnya keteladanan dan nilai-nilai profetik yang

tertanam pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam

Nilai-nilai profetik yang diaktualisasikan pada peserta didik tidak

hanya sebagai doktrinasi tetapi objektifikasi yang mana bisa dianggap

wajar dan diterima oleh umum Maksudnya adalah mengenai keadaan

yang sebenarnya Karena pendidikan profetik berbicara mengenai idealita

dan realita dalam pendidikan

Kurangnya hasil evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang telah

diajarkan dan terlalu menekankan pada hasil kognitifnya membuat

penerapan pendidikan profetik kurang maksimal Nilai-nilai kenabian dan

131

keIslaman yang terbangun dan terbentuk dalam moral dan akhlak peserta

didik belum terevaluasi Karena evaluasi pendidikan profetik tidak hanya

untuk mengukur dan mengetahui pemahaman maupun penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan peserta didik serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri (Moh Roqib 20111150)

Seperti apa yang dikatakan guru PAI dalam wawancara bahwa

dalam hal evaluasi masih belum maksimal dalam mengukur ataupun

menilai moral dan akhlak yang terbentuk pada peserta didik Hal ini terjadi

karena kurangnya peran tenaga pendidik lainya serta peran orang tua siswa

dalam memonitoring dan mengevaluasi peserta didik (Wawancara

110915)

2 Solusi implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka hal itu menjadi tanggung jawab

guru agama serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

Pendidikan tradisi profetik bukanlah Islamisasi atau doktrinasi tetapi lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya

Dalam wawancara dengan HR beliau mengungkapkan bahwa

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun tenaga

kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kenabian

132

terhadap diri siswa secara tidak langsung Perlunya peran orang tua

dalam pemberian pendidikan keagamaan serta pembiasaan ibadah

di rumah yang mana akan meningkatkan motivasi belajar

keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai

agama dan kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan oleh

guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang mana nanti pada

setiap akhir semester akan ada pelaporan Serta perlu adanya buku

akhlakmoralrdquo

Pendidikan tradisi profetik mensyaratkan adanya objektifikasi

bukan sekularisasi ataupun doktrinasi Maksudnya adalah perbuatan yang

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan dalam perbuatannya juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikimatinya tanpa harus

menyetujui nilai asalnya dan perbuatan yang dilakukannya bukanlah

paksaan Pengajaran mengenai keadaan sebenarnya yaitu idealita dan

realita dalam pendidikan Penanaman nilai-nilai kenabian yang

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan untuk mengembangkan

manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak dan amal

sholeh

Seperti apa yang diungkapkan guru PAI SMP Negeri 4 bahwa

ldquoPemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap lingkungan

di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik lebih mengetahui

memahami menghayati materi yang diberikan yang mana secara

133

tidak langsung akan membentuk diri peserta didik Memberikan

pembelajaran langsung kepada peserta didik untuk studi kasus

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernyardquo

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembiasaan

dan keteladan yang diberikan dapat mengembangkan dan membangun

emosional akhlak dan moral anak Dalam materi wudhu dan sholat

contohnya murid akan memahaminya dan akan tertanam dalam diri

peserta didik karena sudah ada pembiasaan dan keteladanan yaitu adannya

sholat dhuhur dan shalat Jum‟at berjamaah di sekolahan Dengan begitu

misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dapat tercapai

Dalam hal proses dan hasil menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik tes maupu non tes Maka seperti hasil wawancara dengan responden

mengungkapkan perlunya evaluasi dalam bentuk praktek langsung

ataupun penilaian dengan adanya buku akhlak Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti melainkan

merupakan tanggung jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan Dengan begitu penanaman misi dan nilai-nilai kenabian dapat

terbentuk pada diri peserta didik

134

C Hasil Implementasi pendidikan tradisi Profetik Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Dengan adanya pendidikan tradisi profetik dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak peserta didik Penerapan pendidikan

profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan nilai plus tersendiri

dalam proses pendidikan Islam Di dalam pendidik profetik dalam

penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu integralisasi dan

objektifikasi Pendidikan yang selama ini cenderung kepada Islamisasi

atau doktrinasi sedangkan pendidikan profetik lebih kepada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka dengan adanya pembiasaan dan

keteladaan kolektif akan membentuk moral dan akhlak siswa Penanaman

misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang tercermin dalam pembelajaran

serta keteladanan dapat tumbuh dalam diri peserta didik

Sebagaiamana yang diungkapkan Kepala Sekolah SMP Negeri 4

dalam wawancaranya

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang jelas terlihat

adalah terciptannya kedisiplinan dan terbangunnya akhlakul

karimah pada peserta didik Tumbuhnya tingkat keagamaan atau

cinta akan ibadah pada peserta didikrdquo

135

Pendidikan profetik membawa misi dan nilai-nilai kenabian untuk

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional

akhlak dan amal sholeh Pendidikan profetik lebih dari pada penilaian total

akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya Maka adanya

pembiasaan dan keteladan kolektif yang dilakukan dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak siswa Dalam proses pembelajaran pun

ditekankan pada aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga siswa tidak

hanya mengetahui atau memahaminya saja tetapi menghayati dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Senada dengan apa yang diungkapkan HR dalam wawancaranya

bahwa

ldquoDalam pembelajaran PAI lebih kami tekankan pada pembangunan

dan pembentukan moral dan akhlak peserta didik Dalam beberapa

pembelajaran peserta didik kami beri tugas untuk mencari materi

langsung di masyarakat seperti ketika materi haji atau qurban

Peserta didik diminta untuk bertanya langsung dengan pelaku atau

tokoh agama setempat mengenai materi yang diberikan Sehingga

dengan begitu peserta didik akan lebih mengetahui mamahami dan

menghayati karena mencari materi langsung dari sumbernyardquo

Dari pengamatan yang peneliti alami hal tersebut juga tercermin

dalam hal ibadah ketika wudhu dan shalat dhuhur berjamaah Peserta didik

sudah mempunyai kesadaran beribadah Ketika waktu shalat tiba peserta

136

sudah mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah di sekolahan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik yang terjadi di SMP Negeri 4

Salatiga dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan kesadaran diri akan

cinta ibadah yang mana hal ini tercermin pada perilaku peserta didik

dimana disaat waktu shalat dhuhur tiba peserta didik sudah

mempersiapkan diri untuk mengambil air wudhu dan menempatkan diri

untuk melakukan Shalat Dhuhur berjamaah di lapangan sekolah

Adannya keteladanan kolektif yang diberikan oleh guru dan

tenaga kependidikan lainya di lingkungan sekolah akan dapat membentuk

dan mengembangkan akhlak dan moral siswa Hasil dari keteladanan

tersebut adalah terbentuknya sikap menghormati dan toleran pada diri

siswa juga tercermin ketika siswa bertemu dengan gurunya setiap pagi

para siswa bersalaman dengan kepala sekolah dan guru Sikap saling

menghargai antar siswa yang berbeda agama terlihat ketika para siswa

bergaul dan saing menghormati ketika para siswa muslim sedang

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah begitu pula sebaliknya

Terbentuknya moral dan akhlak siswa merupakan hasil penanaman misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat mengembangkan intelektual

emosional akhlak dan moral peserta didik secara utuh Walaupun masih

terdapat hambatan-hambatan dalam penerapannya guru agama atau guru

budi pekerti serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan tetap

137

berusaha secara bersama-sama untuk mendidik membangun dan

membentuk siswa yang berakhlakul karimah

138

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah membaca menelaah data dan membaca teori tentang

implementasi pendidikan profetik problematikan implementasi

pendidikan tradisi profetik dan hasil implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

Salatiga maka peneliti menyimpulkan beberapa hal yang penting sebagai

berikut

1 Berdasarkan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan

berkaitan tentang implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negri 4 Salatiga bahwa

penerapan pendidikan profetik terdapat dalam proses pembelajaran

dengan objektifikasi bukan doktrinasi pembiasaan dan keteladanan

kolektif inovasi penggunaan metode dan sistem evaluasi

2 Implementasi pendidikan profetik belum bisa maksimal mengingat

masih ada beberapa hambatan dalam penerapannya diantaranya yaitu

belum adanya relevansi konsep pendidikan profetik dalam era

transformatif kurangnya inovasi metode dan evaluasi yang digunakan

oleh pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

Walaupun ada beberapa hambatan terdapat beberapa solusi yang

dilakukan dalam meminimalkan hambatan tersebut yaitu dengan

melakukan pembiasaan dan keteladanan kolektif Lebih menekankan

139

pada objektifikasi atau keadaan yang sebenarnya dalam metodologi

pembelajarannya bukan doktrinasi

3 Hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4 salatiga

diantaranya adalah dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan

kesadaran diri akan cinta ibadah terbentuknya sikap menghormati dan

toleran pada diri siswa membangun moral dan akhlak siswa

penanaman misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat

mengembangkan intelektual emosional akhlak dan moral peserta

didik secara utuh

B Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis

mengajukan beberapa saran-saran yang mungkin bisa diterapkan atau

menjadi proyeksi kedepan dalam perkembangan pembelajaran

pendidikan agama islam bahwa pendidikan sekarang perlu

menekankan pembangunan dan pembentukan moral dan akhlak peserta

didik Melihat kondisi masih lemahnya moral dan akhlak pada era

modern saat ini Maka salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut

dan membentuk moral dan akhlakul karimah salah satunya dengan

pendidikan tradisi profetik Maka kami mamberikan saran sebagai

berikut

1 Perlu adanya satu konsep pendidikan tradisi profetik yang lebih

jelas dan relevan pada era transformatif saat ini jika perlu

140

dirancang dan dibuat kurikulum yang berbasis pada misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian Model pendidikan agama

islam yang selama ini ada masih tradisional yang cenderung

meletakkan agama dan akhirat sebagai kurikulum dan

orientasinya Dan biasanya lebih eksklusif Perlunya model

pendidikan yang berparadigma integralistik serta lebih

mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia sebagai

referensinya Dengan demikian orientasinya tentu saja

mengarah tidak hanya bersifat duniawi namun juga ukhrawi

2 Perlunya inovasi-inovasi baru pada model pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran dalam penanaman misi dan nilai-nilai

kenabian Adanya penekanan lebih pada aspek afektif dan

psikomotorik yang dapat membangun dan membentuk moral

serta akhlak peserta didik Karena yang terjadi saat ini hanya

lebih menekankan pada aspek kognitif saja

3 Untuk para guru dan tenaga kependidikan lainya harus mampu

memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik di

lingkungan sekolah karena guru merupakan ujung tombak

dalam pembentukan moral dan akhlak serta keberhasilan proses

belajar anak Dalam proses pendidikan profetik yang dilakukan

harus mengutamakan kepentingan pembentukan moral dan

akhlak peserta didik dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan

Hadist

141

4 Peran serta dari orang tua dalam proses belajar dan

pembentukan akhlak serta emosional peserta didik sangat

dibutuhkan Sekolah seyogyanya melibatkan orang tua dalam

proses pendidikan Maka diperlukan hubungan kemitraan

antara sekolah orang tua dan masyarakat yang diharapkan

mampu menjamin keberhasilan pendidikan tradisi profetik pada

peserta didik

5 Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama harus mampu

mengakomodir serta mampu membentuk tim khusus yang

fokus pada ranah pendidikan profetik Sehingga konsep

pendidikan profetik dan misi kenabian dapat

diimplementasikan

142

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey H Bakran 2005 Propethic intelligence menumbuhkan potensi

hakiki insani melalui pengembangan kesehatan nurani Yogyakarta

Islamika

Arief Armai2007 Reformasi Pendidikan Islam Ciputat CRSD Press

Arifin M 2011 Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis

berdasarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta Bumi Aksara

Burhanudin Jajat dan Dina Afriyanti 2006 Mencetak Muslim Modern peta

Pendidikan Islam Indonesia Jakarta PT Raja Grafindo

Darajat Zakiah 2012 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam2006 Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta Departemen Agama RI

Education Center 2008 Pendidikan karakter Kebangsaan Yogyakarta BEM

REMA UNY

Fathi Muhammad 2007 Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar Jakarta

Timur Pustaka Al Kausar

H P Novianto2004 kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surakarta Bringin 55

Kementrian Agama RI 2010 Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya Jakarta PT

Sygma Examedia Arkan Leema

Kuntowijoyo2007 islam sebagai Ilmu Epistemologi Metodologi dan Etika

Yogyakarta Tiara Wacan

Majid abdul dan Dian Andatani2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Bandung PT Remaja Rosda karya

Meleong Lj 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung PT Remaja

Rosda karya

Muhaimin 2003 Wacana pengembangan Pendidikan Islam Surabaya Pustaka

Pelajar

Muhaimin 2008 Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Bandung Remaja Rosda Karya

Mujib Abdul amp Yusuf Mudzakir 2006 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta

Kencana Prenada Media

Mulkhan AMunir 2002 Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi problem filosofis

Pendidikan Islam) Yogyakarta PT Tiara Wacana

143

Nadhirin2008Landasan Profetik Pendidikan Islam(Online)diakses di

httpnadhirinblogspotcom200808landasan-profetik-pendidikan-

islamhtmlpada Selasa 06 Januari 2015

Natta Abuddin 2007 Manajemen Pendidikan mengatasi kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia Jakarta Kencana Prenada Media Group

Nata Abuddin 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Priyo2010 Pendidikan Islam Profetik IntegrasiI slam dan Ilmu menuju

pendidikan yang Humanis Liberatif dan Transendentif Iman Ilmu

Amal(Online)httpPendidikanIslamProfetikIntegrasiIslamdanIlmumenuj

upendidikanyangHumanisLiberatifdanTransendentifImanIlmuAmalhtml

Diakses pada Selasa 03 Februari 2015

Rahman Abdul 2012 Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan

Epistemologi dan isi-materi Jurnal Eksis (Online) Volume8 No1

(httpwwwkaryailmiahpolnesacid) (diakses pada jumat 21 Agustus

2015)

Roqib Moh 2009 Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

di sekolah Keluarga dan Masyarakat Yogyakarta PTLkiS

Roqib Moh 2011 Prophetic Education Kontektualisasi Filsafat dan Budaya

Profetik dalam Pendidikan Purwokerto STAIN Press

Rosyadi Khoiron 2004 Pendidikan Profetik Yogyakarta Pustaka Pelajar

Roziqin M Zainur 2007 Moral Pendidikan di era Global (pergeseran pola

interaksi guru-murid di era global) Malang AVERROES Press

Roziqin MKhoirur2008 Format Pendidikan Profetik di tengah transfomasi

Sosial Budaya (Telaah Kritis Pemikiran Kuntowijoyo) Skripsi

Yogyakarta UIN SUNAN KALIJAGA

Shafiq Muhammad 2000 Mendidik Generasi Baru Muslim ide dasar karya

dan obsesi Al Faruqi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Shofan Moh 2004 Pendidikan berperadigma Profetik upaa konstruktif

membongkar dikotomi sistem pendidikan islam Yogyakarta IriSoD

Sholeh Asrorun Niam 2004 Reorientasi Pendidikan Islam mengurai relevansi

Al Ghazali dalam konteks kekinian Jakarta ELSAS

Sugiyono 2014 Metode Penelitian Kombinasi Bandung ALFABETA

Sutardi2012 Pendekatan profetik dalam penerapan pendidikan

karakter(Online)diakses di httpsutardicoolwordpresscom

144

Zeeno M Jameel2005 Resep menjadi pendidik sukses berdasarkan Al-Qur‟an

dan teladan nabi Jakarta Hikmah PTMizan

145

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

METODE

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

JENIS DATA

Wawancara

Kepala sekolah

Sejarah Pendirian sekolah

Visi dan misi sekolah

Pandangan tentang pendidikan tradisi

profetik

Pandangan Tentang Impelementasi

pendidikan tradisi Profetik

1 Implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan

agama islam

2 Hambatan implementasi

pendidikan dalam profetik

3 Solusi implementasi

pendidikan tradisi profetik

4 Hasil iplementasi pendidikan

profetik

Wakil ketua

kesiswaan

Proses pelaksanaan bimbingan

pendidikan islam pada siswa yang

mengacu pada pendidikan profetik

Hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik dan solusinya

Kegiatan pendidikan profetik

yangdilakukan siswa sehari-hari

Guru Agama

Prose KBM Pendidikan profetik

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam

Hambatan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Solusi pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Hasil Pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Observasi

Lingkungan Situasi dan kondisi sekolah

Ruang kelas

Mushola

Penataan Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Proses KBM

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan keagamaan

Dokumen Sekolah Letak geografis

146

Data Guru dan Karyawan

Data Siswa

Data Sarana Prasarana

Data intrakulikuler dan

Ekstrakulikuler

147

CACATAN OBSERVASI

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Waktu 0630-1400 WIB

Sumber Data Lingkungan dan Pembelajaran

Jenis Data situasi dan kondisi Sekolah

kegiatan keagamaan

Jumat pada Jam 0630 sampai jam 0700 pagi para siswa berangkat dan

masuk ke sekolahan Di depan gerbang sudah ada beberapa guru yang berdiri

yang kemudian para siswa bersalaman saat memasuki gerbang sekolahan menuju

ruang kelas masing-masing Setelah memasuki kelas para siswa dan guru

membaca Asmaul Husna bersama-sama sebelum memulai pembelajaran Pada

saat waktu menunggu di ruang tata usaha peneliti masih melihat beberapa guru

yang merokok di lingkungan sekolah bahkan ada yang di depan kelas Ada

beberapa guru yang saling bergurau di ruang guru dan di depan kelas yang mana

itu dapat terlihat oleh para siswa ketika sedang istirahat Pada jam 0900 peneliti

melihat ada materi praktek mengenai shalat dhuha yang dilaksanakan di mushola

sekolah Ketika jam 1115 bel berbunyi menandakan jam kegiatan belajar

mengajar telah selesai tetapi para siswa tidak langsung beranjak pulang Kelas

yang mendapat jadwal untuk menata karpet dan tikar untuk shalat berjamaah

segera mengambilnya dan mempersiapkannya di lapangan sekolah untuk sholat

jumat berjamaah Para siswa muslim dan guru-guru muslim mempersiapkan diri

untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat jumah Sedangkan yang non

muslim berada di kelas dan melakukan ibadah keagamaan sesuai agamanya yang

dibimbing bersama guru agamanya Setelah shalat jumat selesai kelas yang

mendapat jadwal untuk mengembalikan karpet dan tikar segera merapikan dan

membereskan tikar untuk dikembalikan ke mushola Setelah itu para siswa

kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang Siswa yang ikut Sie Keronian islam

(SKI) pada jam 1300 berkumpul di mushola untuk mengadakan kajian dan BTQ

yang didampingi oleh guru pendidikan agama islam Di mushola para siswa yang

148

ingin belajar BTQ di bimbing oleh guru agama dan kemudian para siswa bersama-

sama mengikuti kajian keislaman yang diisi oleh guru agama islam Kajian

tersebut selesai pada jam 1400 kemudian para siswa pulang ke rumah masing-

masing

149

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Kamis 10 September 2015

Tempat Ruang Kepala Sekolah

Waktu 0900 WIB

Narasumber Drs H Munadzir MSi (MN)

Jenis Data Sejarah Sekolah

Peneliti Asslamualaikum selamat pagi pak

Narasumber Waalaikumsalam selamat pagi bagaimana dek

Peneliti maaf pak sebelumnya kalau saya mengganggu mau minta waktu

bapak buat wawancara

Narasumber oo yang dari STAIN Kemarin ya silahkan mau bertanya

tentang apa

Peneliti saya mau bertanya mengenai sejarah SMP Negeri 4 Salatiga ini

pak

Narasumber sepengetahuan saya SMP ini sudah ada sejak tahun 1979

dulunya ada 2 gedung yang terpisah yaitu di jlVeteran dan

JlSumardi Tapi sekitar Tahun 2007 kita sudah mendapatkan

tempat ini sekarang di Jl Patimura 47

Peneliti bagaimana inovasi pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

ini

Narasumber inovasi pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolah ini

lebih kami tekankan pada praktek-praktek pendidikan yang

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah

peneliti bagaimana menurut bapak pendidikan kenabian itu

Narasumber pendidikan menurut saya itu adalah pendidikan dengan

keteladanan karena Nabi merupakan suri tauladan sehingga

dengan pendidikan kenabian dapat menanamkan nilai-nilai

kenabian dan keislaman di lingkungan sekolah

Peneliti bagaimana implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran PAI di sekolah ini pak

narasumber adanya keteladanan yang dilakukan guru saat melakukan proses

pembelajaran Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang penting

untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik atau kenabian

yang di ajarkan melalui pembelajaran maupun praktek merupakan

proses tranformasi pendidikan dan pengajaran Dengan adanya

keteladanan dan penananman nilai-nilai kenabian dapat

membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi

Khairul Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri peserta

150

didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau keislaman juga kami

terapkan dengan mengajak peserta didik untuk saling tolong

menolong antar sesama dengan cara menyantuni anak yatim dan

warga miskin

Peneliti adakah hambatan dalam pengimplementasiannya pak

Narasumber masih Kurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu hambatannya

seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah Kemudian masih

lemahnya keteladanan dari guru maupun tenaga kependidikan

seperti masih ada yang merokok di lingkungan sekolah yang masih

dapat dilihat oleh siswa

Peneliti bagaimana solusi yang bapak berikan

Narasumber Perlunya adanya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan penambahan

area tempat ibadah maupun tempat khusus untuk kegiatan

keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk memberikan suri

tauladan yang bagi peserta didik serta menjaga perilaku

Peneliti bagaimana hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang terlihat saat

ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik serta terbentuknya

moral dan akhlak peserta didik Seperti menghormati guru dan

sesama teman Berkurangnya kenakalan perilaku siswa yang terjadi

karena suda tertanam nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri

peserta didik Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu

dhuhur tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaah

Peneliti jadi kira-kira pendidikan profetik menurut bapak penting untuk

diterapkan apa tidak

Narasumber ya penting harus itu dek agar misi kenabian serta nilai-nilai

kenabian dapat tertanam dalam diri siswa untuk membentuk moral

dan akhlak mereka

Peneliti terima kasih pak sebelumnya atas waktunya

Narasumber ya sama-sama

151

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Tempat Ruang Guru

Waktu 1000 WIB

Narasumber Drs SB Hariyanto (HR)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak

Narasumber waalaikumsalam bagaimana dek ada yang bisa saya bantu

Peneliti saya minta maaf sebelumnya pak kalau sudah mengganggu

waktunya Saya mau tanya mengenai pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Negeri 4 ini pak

Narasumber tidak apa-apa saya selaku guru agama islam lebih menekankan

pada pendidikan moral dan akhlak dalam pembelajarannya Karena

sekarang perlu adanya penekanan dalam afektif dan psikomotorik

siswa

Peneliti bagaimana penerapan pendidikan profetik dalam pembelajaran

yang bapak lakukan

Narasumber dalam penerapannya saya menekankan keteladanan kepada

peserta didik dan penanaman nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah biasanya sebelum mulai pembelajaran dibiasakan

membaca Asmaul Husna Dalam keseharian di sekolah diberikan

pembiasaan sholat Dhuhur dan jumat berjamah

Peneliti bagaimana dalam model pembelajarannya pak

Narasumber beberapa pembelajaran peserta didik diajak untuk belajar

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernya Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik

yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didik

Peneliti bagaimana dalam sistem evaluasinya

Narasumber Dalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah berlangsung

baik tes maupun nontes kami selalu menekan pada segi afektif

dan psikomotoriknya bukan berarti segi kognitif tidak penting

Setiap perilaku yang dilakukan di dalam kelas sekolah maupun di

luar sekolah pun menjadi evaluasi bagi kami Dengan observasi

maupun pengamatan terhadap perilaku siswa menjadi peranan

dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya itu kami juga

berkoordinasi dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-

sama dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat materi

152

sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat Dhuhur dan

Jum‟at bersama

Peneliti adakah hambatan dalam mengimplementasikanya

Narasumber masih ada beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan tradisi

Profetik seperti Masih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah Lemahnya motivasi belajar tentang nilai-

nilai kenabian dan keislaman menjadi salah satu penghambat

penanaman dan pembangunan moral dan akhlak siswa

Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai agama di sekolah

maupun di rumah menjadi hambatan dalam penanaman dan

pembentukan akhlakul karimah

Peneliti apakah ada hambatan dalam evaluasinya

Narasumber masih ada lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana

belum adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam hal evaluasi ketidakjujuran orang tua siswa dalam

melaporkan perilaku siswa ke guru yang bahkan membela siswa

atau menutupi kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang

maksimal dalam mengukur peserta didik

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan untuk meminimalkan

hambatanTersebut

Narasumber adanya Pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru

maupun tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan

nilai-nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan keagamaan

serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana akan meningkatkan

motivasi belajar keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih

terhadap nilai-nilai agama dan kenabian di lingkungan sekolah

Perlu adannya evaluasi tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa

yang dilakukan oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua

yang mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan menjadikan

peserta didik menjadi termotivasi dalam menghayati serta

mengamalkan apa yang telah diajarkan sehingga proses

pembangunan dan pembentukan akhlak peserta didik lebih mudah

tertanam dalam pribadi peserta didik Pemberian tugas rumah atau

pun studi kasus terhadap lingkungan di sekelilingnya juga

menjadikan peserta didik lebih mengetahui memahami

menghayati materi yang diberikan yang mana secara tidak

langsung akan membentuk diri peserta didik

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber hasilnya yang terlihat adalah tumbuhnya tingkat keagamaan

peserta didik serta motivasi belajar keislaman Membawa hikmah

bagi peserta didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta didik hal

153

itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas Menumbuhkan

sifat saling menghormati menghargai dan menolong

Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada diri peserta didik

Peneliti jadi pendidikan profetik itu perlu untuk diterapkan ya pak

Narasumber ya memang harus dengan kita mencontoh dan meneladani nabi

maka secara perlahan dapat membentuk moral dan akhlak siswa

menjadi lebih baik

Peneliti terima kasih pak sebelumnya sudah mau meluangkan waktunya

Narasumber tidak apa-apa sama-sama kok saya rasa seperti pernah ketemu

ya

Peneliti iya pak dulu yang sering ngisi pesantren kilat di sini pak

Narasumber oh iya

154

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Sabtu 12 September 2015

Tempat Mushola

Waktu 1000 WIB

Narasumber Wildan Mustofa S SAg (WD)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak maaf mengganggu

Narasumber waalaikumsalam ya bagaimana

Penelitian saya mau wawancara dengan bapak

Narasumber oh ya tentang apa

Peneliti tentang penerapan pendidikan profetik atau pendidikan kenabian

pak

Narasumber ya udah kita ke mushola saja ya

Peneliti ya pak

Narasumber di sini saja ya mas gak enak di samping saya tadi guru agama

kristen

Peneliti tidak apa-apa pak

Saya mau bertanya mengenai bagaimana pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah ini pak

Narasumber ya pembelajaran agama islam disini mengikuti pembelajaran

sekolah yang mana sudah ada KD yang ditentukan disitu yang

mengacu pada K13 Terdapat pembelajaran berupa praktek-praktek

langsung seperti sholat dhuha

Peneliti saya mau bertanya mengenai pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP ini

Narasumber ya pembelajaran PAI di sekolah ini sudah berjalan dengan baik

mengikuti apa yang sekolah sudah atur dan adanya pembelajaran

yang

Mengacu pada penekanan pembentukan moral siswa dan

emosional siswa Dalam pemberian materi pembelajaran biasanya

siswa akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya Dengan

menggunakan metode pembiasaan keteladan juga dapat

menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk akhlak

dan moral siswa Melalui observasi yang dilakukan oleh peserta

didik langsung dan kemudian dipadukan di kelas menjadikan

peserta didik mudah memahami dan menghayati materi yang

dipelajari Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan

melalui praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di dalam

perilaku keseharian semisal dengan guru memberi amanah kepada

siswa dan kemudian apakah siswa menjalankan amanah yang

155

diberikan oleh guru tersebut atau tidak Proses kegiatan belajar

mengajar yang kami lakukan ditekankan pada penanaman dan

penghayatan nilai-nilai kenabian dan keislaman yang mana dalam

setiap penggunaan metode dan media pembelajaran mengusahakan

agar bagaimana siswa mampu memahami dan menghayati secara

langsung tujuan pembelajaran yang diinginkan

Peneliti bagaimana dengan sistem evaluasinya

Narasumber Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur bagaimana penanaman

dan pembentukan pribadi siswa perilaku keseharian siswa di

lingkungan sekolah dan di rumah menjadi pertimbangan dalam

mengevaluasi hasil pembelajar Maka tidak hanya guru Agama

islam saja yang membimbing maupun memberikan teladan tetapi

seluruh tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-sama

peneliti adakah hambatan selama ini dalam penerapan pendidikan tradisi

profetik

Narasumber masih terdapat beberapa hambatan dalam mengimplementasikan

pendidikan profetik salah satunya adalah masih kurangnya

kesadaran siswa dalam beribadah Masih adanya guru laki-laki

yang saling bercanda (guyonan) dengan guru perempuan di depan

siswa masih ada tenaga kependidikan yang merokok di depan

siswa Kemudian

masih Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh guru

maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya penghayatan dan

pengejawantahan terhadap nilai-nilai profetik dalam kehidupan

sehari-hari Serta masih adanya penekanan hanya pada aspek

kognitif saja

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan

Narasumber saya memberikan pembiasaan praktek-praktek sifat kenabian

seperti bersifat jujur dan amanah Perlunya penambahan keilmuan

atau wawasan keagamaan serta khasanah islamiyah dengan

melakukan kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik

serta tenega kependidikan lainnyaDalam Evaluasi saya lakukan

secara langsung atau mendadak untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa yang

sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara bersama dari guru

dan orang tua dalam memonitoring perkembangan peserta didik

dengan dibuat buku atau laporan moral dan akhlak

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik di SMP

ini

Narasumber adanya Pembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta berkurangnya

kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa Tumbuhya kesadaran siswa untuk beribadah dan berbuat

156

baik Menjadikan siswa suka untuk ke tempat ibadah

Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati antar sesama

Dengan adanya pembiasaan keteladanan baik yang dilakukan

menjadikan siswa akan mengikuti hal tersebut dan akan berhati-

hati dalam setiap perilaku yang dilakukaannya

Peneliti maaf sebelumnya pak boleh tahu biografinya pak wildan

Narasumber Nama Wildan Mustofa Setiawan SAg 26 februari 1978

Penelti bapak mengajar di sini dari tahun berapa pak

Narasumber saya mengajar di sini dari tahun 2010

Peneliti terima kasih atas waktunya pak

Narasumber iya sama-sama

157

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Personalia SMP Negeri 4 Salatiga

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

158

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Data siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas

jenis

kelamin Agama jumlah kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

159

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data Guru dan Kualifikasi pendidikan Guru SMP

Negeri

4 Salatiga

Data Guru SMPN 4

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Data Kualifikasi Pendidikan Guru

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

160

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga

Daftar Karyawan SMPN 4

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian inventaris

kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

161

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Sarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Sarana SMPN 4 Salatiga

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

162

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

163

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Intrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

164

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

165

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga

15 Sumiyati 16 Idayati Hartini 17 Saimin 18 Agus widodo 19 Sri Iriyanti 20 Rejo 21 Eka Sulistyawati 22 Murniati 23 Rubiyanto 24 Nuzul Lusy

Anggraeni 25 Tri Budi Setyawan 26 Sutrisno

27 Agus Riyadi

TATA USAHA GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

166

167

168

169

DAFTAR NILAI SKK

Nama Syaifullah Godi Ismail

NIM 11109106

Progdi PAI

Jurusan Tarbiyah

NO Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai

1 Orientasi Program Studi Dan

Pengenalan Kampus (OPSPEK)

DEMA STAIN Salatiga

18-20 Agustus 2009

Peserta

3

2 Pelatihan Emotional Spritiual

Quotient (Esiq) Stain Salatiga

21 Agustus 2009

Peserta

2

3 Sertifikat UPT Perpustakaan User

Education STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 2

4 Diskusi Panel Dengan Tema

ldquoAktualisasi Bahasa Arab Dan

Bahasa Inggris Dalam Dakwah

Islamrdquo

5 September 2009

Peserta 2

5 Diskusi Dan Buka Bersama Di

Secretariat HMI Cabang Salatiga

10 September 2009

Peserta

2

6 English Friendship Camp

17-18 November

2009

Peserta 2

7 Basic Training (Lk 1)

ldquoMenjalin Hubungan

Intrapersonal Dikalangan

Mahasiswa Denagnbasic Islam

Dan Ke-Hmi-An Menuju Insan

Citardquo

Hmi Cabang Salatiga

25-28 Maret 2010

Peserta 2

8 Bedah Buku ldquoJalan Cinta Para

Pejuangrdquo Karya Salim A Fillah

24 April 2010

Peserta

2

9 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMembangun Demikrasi Kampus

Yang Harmonisrdquo

15 Mei 2010

Peserta

2

10 Seminar Lingkungan Hidup

MITAPASA

24 Mei 2010 Peserta 2

11 Akhirussanah Ma‟had STAIN 29 Juli 2010 Peserta 2

170

Salatiga

12 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dan Karnoto Zarkasyi Dengan

Tema ldquo Membangun Pola

Idealitas Mahasiswa Ditengah

Pergolakan Arus Global Guna

Mencapai Insane Yang Militant

Dan Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Pemateri

4

13 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMewujudkan

Mahasiswa Islami Yang Ideal

Demi Terwujudnya Kader Yang

Militanrdquo

22-24 Oktober 2010 Panitia 3

14 Surat Keterangan Lulus

Praktikum BTA Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

2 November 2010 Peserta 2

16 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Implementasi

Nilai Kehmian Dalam Diri

Mahasiswa Demi Terbentuknya

Insan Yang Intelektualitas Dan

Bernafaskan Islamrdquo

16-19 Maret 2011 Panita 3

17

Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkat Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada

Prinsip-Prinsip Integritasrdquo

25 Juni 2011 Peserta 2

18 Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 2

19 Penginapan Peserta Orientasi

Pengenalan Akademika Dan

Kemahasiswaan STAIN Salatiga

2011 Dengan Tema ldquoMerajut Tali

Ukhuwah Islamiyah Bersama

Keluarga Besar Himpunan

Mahasiswa Islamrdquo

19-21 Agustus 2011 Panitia 3

20 Seminar Keperempuanan Korp

HMI-Wati Dengan Tema ldquoJilbab

Perspektif Agama Dan Socialrdquo

04 November 2011 Panitia 3

21 Senior Course (SC) Se Jateng 15-20 Februari 2012 Peserta 4

171

DIY Dengan Tema

ldquo Transformasi Nilai-Nilai

Pengkaderan Menuju Kompetensi

Pendidik Yang Berkualitasrdquo

22 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkatkan Kepekaan Dan

Transparansi Kinerja Lembaga

Menuju Kampus Yang Amanahrdquo

27 Maret 2012 Peserta 2

23 Seminar Nasional SEMA STAIN

Salatiga Dengan Tema

ldquoBerpolitik Untuk Kesejahteraan

IndonesiaReorientasi Gerakan

Mahasiswa Pasca Reformasirdquo

15 Mei 2012 Peserta

8

24 Seminar Nasional Dengan Tema

ldquoMewaspadai Gerakan Islam

Garis Keras Di Perguruan Tinggirdquo

23 Juni 2012 Peserta 8

25 Grand Launching FGMPS Dan

Diksusi Public Dengan Tema

ldquoPeran Generasi Muda Terhadap

Fenomena HIVAIDS Di Kota

Salatigardquo

12 Juli 2012 Peserta 2

26 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMembangun

Paradigm Mahasiswa Yang

Berintelektual Dan Berjiwa

Nasionalis Religiousrdquo

29 November - 2

Desember 2012

Peserta 2

27 Seminar Pendidikan Dengan

TemardquoMenuju Pendidikan

Indonesia Yang Idealrdquo

28 Desember 2012 Peserta 2

28 Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga Tentang Pengangkatan

Pengurus Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga 2013

31 Januari 2013 Anggota 4

29 Diskusi Dan Perayaan Dies

Natalis HMI Ke 66 Dengan Tema

ldquo 66 Tahun Hmi Untuk Islam Dan

Negara Indonesiardquo

05 Februari 2013 Peserta 2

30 Kajian Dan Follow Up Dengan

Tema ldquoMembangun Kader HMI

Yang Militanrdquo

18 Februari 2013 Peserta 2

31 Bedah Buku Berjudul ldquoSholat

Ngebut Bikin Benjutrdquo

11 Mei 2013 Peserta 2

172

32 Latihan Kader I (Basic Training)

HMI Cabang Salatiga Dengan

Tema ldquoEmpowering Komitmen

Keislaman Kemahasiswaan Dan

Keindonesiaan Untuk Kader

Militantrdquo

31 Mei 2013 Pemateri 4

33 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Ijtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Tranparansi Informasirdquo

19-21 September

2013

Pemateri 4

34 Sarasehan Akbar HMI Komisariat

Walisongo ldquoMerajut Ukhuwah

Memperkokoh Kebersamaanrdquo

10 Oktober 2013 Peserta 2

35 Bedah Buku Berjudul rdquo Ketika

Cinta Bertasbihrdquo

11 Desember 2013 Peserta 2

36 Bedah Film Tanah Surga Katanya 29 Desember 2013 Peserta

2

37 Basic Training LK1 HMI ldquoIjtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Transparansi Informasirdquo

20 September 2014 Pemateri 4

38 Seminar Regional Dengan Tema

ldquoMempertegas Peran Pendidikan

Dalam Mencerahkan Masa Depan

Anak Bangsardquo

19 November 2014 Peserta 4

39 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Dengan Tema

ldquoMembangun Pola Idealitas

Mahasiswa Ditengah Pergolakan

Arus Global Guna Mencapai

Insane Yang Militant Dan

Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Panitia 3

173

174

Page 2: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan

2

3

4

5

MOTTO

6

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

PERSEMBAHAN

7

Kupersembahkan skripsi ini untuk

1 Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Kardiyanto Godi Ismail dan

Ibuku tercinta Sakdiyah yang selalu memberi nasihat kasih sayang

bimbingan dan motivasi serta dukungan materi

2 Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) yaitu Pak Fegi Anita Said Pras bang Imtihan bang ini Iman

Takul dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga lainnya yang selalu

memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan

banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat

3 Teman-temanku Kampus kelas PAI D angkatan tahun 2009 yaitu Agus

Rozak Juliono dan yang lainya

4 Teman-teman kelompok PPL kelompok KKN dan teman lainnya di IAIN

Salatiga

KATA PENGANTAR

8

Asslamu‟alaikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW keluarga sahabat dan para pengikut setianya

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Rahmat Hariyadi MPd selaku rektor IAIN Salatiga

2 Ibu Siti Rukhayati MAg selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI)

3 Bapak FatchurrahmanSAgMPd sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan tugas ini

4 Ibu DrMuna ErawatiMSi selaku pembimbing akademik

5 Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9

6 Kepala sekolah guru dan siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian

di sekolah tersebut

7 Kepada orang tuaku tercinta Bapak kardiyanto godi ismail dan Ibu

Sakdiyah serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk moril maupun materiil untuk membiayai

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran

8 Kepada kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga (pras anita said sahal takul

istad bang imtihan bang indi fegi dan yang lainnya) yang tak akan

pernah putus mencari ilmu dan selalu yakin usaha sampai

9 Kepada teman-temanku tercinta PAI D 2009 (agus rozaq anwar fegi

faisal) serta teman-teman yang saya kenal dan yang mengenal saya

yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah

memberikan saran do‟a serta motivasinya

10 Generasi muslim pemuda pemudi penerus cita-cita bangsa

Oleh karenanya penulis tak kan berarti apa-apa tanpa mereka semua kami

ucapkan banyak terimakasih Semoga amal perbuatan yang diberikan dengan

ikhlas akan dihitung oleh Allah serta memperoleh balasan kebaikan dan

mendapatkan Ridho Allah SWT Amin

10

11

ABSTRAK

Ismail G Syaifullah 2015 Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Pelajaran

20152016 Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga Dosen Pembimbing FatchurrahmanSAg MPd

Kata kunci Implementasi dan pendidikan profetik

Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang

krisis moral karena masih kurangnya akan pendidikan moral dan akhlak dalam

membentuk dan membangun moral serta akhlak para peserta didik Disadari atau

tidak pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada dimensi kognitif yang

hanya mencetak manusia cerdas dan terampil maka tidak heran jika terjadi krisis

moral dan akhlak Dalam pendidikan Islam pendidikan karakter merupakan

pendidikan akhlak Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pendidikan

karakter atau pembentukan moral dan akhlak seperti konsep pendidikan yang di

ajarkan Rasulullah Nabi Muhammad merupakan pendidik yang paling berhasil

dan menjadi suri tauladan Dengan meneladani dan meniru pendidikan yang

digunakan nabi diharapkan dapat membentuk dan membangun moral serta

akhlakul karimah Maka salah satu caranya dengan mengimplementasikan

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran agama Islam Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

2) Bagaimana problematika Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga 3) Bagaimana

hasil Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Sesuai dengan tema yang

peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field

research) Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah Pengumpulan data

menggunakan wawancarainterview dokumen dan observasi Lokasi Penelitian

dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di Jl Pattimura 47 Salatiga

50711 dan subjek penelitian adalah pendidik tenaga kependidikan dan siswa

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa implementasi pendidikan

profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

diterapkan dalam model pembelajaran dengan pembiasaan dan keteledanan

kolektif penanaman misi dan nilai-nilai kenabian pada peserta didik melalui

materi pembelajaran metode dan evaluasi pembelajarannya Terdapat beberapa

problematika dalam implementasi pendidikan profetik ada beberapa hambatan

dan solusi yang ditawarkan Hasil dari implementasi pendidikan profetik dapat

12

membangun dan membentuk akhlak serta moral peserta didik sehingga peserta

didik mempunyai sikap menghormati menghargai dan toleran Menumbuhkan

tingkat keagamaan dan motivasi ibadah siswa Sehingga intelektual emosional

akhlak dan moral peserta didik dapat berkembang secara utuh

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR BERLOGO ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING iii

PENGESAHAN KELULUSAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 10

C Tujuan Penelitian 10

D Landasan Teori 11

E Manfaat Penelitian 14

F Metode Penelitian 15

G Sistematika Pembahasan 21

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22

A Pendidikan dalam Islam 22

1 Pengertian Pendidikan 22

2 Pendidikan dalam Islam 23

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam 30

4 Tujuan Pendidikan Islam 34

B Pendidikan Profetik 39

1 Pengertian Profetik 39

2 Filsafat Profetik 41

3 Filsafat Pendidikan Profetik 41

4 Pengertian Pendidikan Profetik 45

5 Tujuan Pendidikan Profetik 46

6 Materi pendidikan Profetik 47

7 Pendidik Pendidikan Profetik 50

8 Peserta didik Pendidikan Profetik 54

9 Metode Pendidikan Profetik 56

10 Media Pendidikan profetik 60

11 Evaluasi Pendidikan Profetik 62

C Kontekstualisasi Pendidikan Profetik 64

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoirul

Ummah)

64

2 Pendidikan Profetik untuk Pengembangan Kebudayaan 65

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan 66

15

D Pendidikan Profetik dalam Pendidikan Agama Islam 72

BAB III HASIL PENELITIAN 79

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian 79

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga 79

2 Letak Geografi 79

3 Visi dan misi SMP Negeri 4 salatiga 80

4 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 81

5 Guru karyawan dan Siswa Struktur Personalia SMP

Negeri 4 salatiga

84

6 Situasi dan Kondisi SMP Negeri 4 salatiga 89

7 Ekstrakurikuler 90

B Temuan Penelitian 92

1 Hasil Penelitian 92

a Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

92

b Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

97

c Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

101

BAB IV PEMBAHASAN 105

A Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam 105

16

Pembelajaran pendidikan agama Islam

B Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

110

C Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

115

BAB V PENUTUP 119

A Kesimpulan 119

B Saran 121

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN-LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Tabel 31 Struktur Personalia SMP Negeri 4 salatiga 82

Tabel 32 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 83

Tabel 33 Data siswa SMP Negeri 4 salatiga 84

Tabel 34 Data Guru SMP Negeri 4 salatiga 85

Tabel 35 Data kualifikasi pendidikan guru SMP Negeri 4 Salatiga 85

Tabel 36 Data Karyawan SMP Negeri 4 salatiga 86

Tabel 37 Data sarana SMP Negeri 4 salatiga 87

Tabel 38 Data Prasarana SMP Negeri 4 salatiga 88

Tabel 39 Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 salatiga 91

Tabel 310 Kegiatan Ekstrakuliker SMP Negeri 4 salatiga 91

18

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia

Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan yang diharapkan akan

dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan orang banyak Selain

itu pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai penting dan strategis bagi peradaban manusia Hampir semua

negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal terpenting dan utama dalam

membangun suatu bangsa dan negara Di Indonesia sendiri hal ini jelas sudah

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan Serta dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk

mewujudkan upaya tersebut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)

memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang

Menurut Ahmad Makki dalam bukunya karya Jamal Ma‟mur Asmani

mengatakan bahwa jika pendidikan dalam sebuah bangsa sudah maju niscaya

19

akan maju pula bangsa itu Sebaliknya ketika pendidikan disuatu bangsa

tidak berkembang maka dapat dipastikan bangsanya akan terbelakang

Pendidikan di Indonesia sudah berjalan sekian puluh tahun sejak

kemerdekaannya dan selama itu pula terdapat perkembangan pendidikan di

Indonesia Tetapi jika disadari pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada

dimensi kognitif yang mencetak manusia-manusia yang cerdas terampil dan

mahir yang melahirkan manusia yang berkepribadian dan integritas

Kurangnya pengejawantahan dimensi afektif dan psikomotorik dalam sistem

pendidikan menjadikan krisis identitas serta hilangnya Nilai-nilai luhur yang

melekat pada bangsa Indonesia seperti kejujuran kesantunan kesopanan

hormat pada orang lain religius dan kebersamaan Hal ini menjadi

keprihatinan kita semua sebagai warga negara Indonesia

Masifikasi gelombang modernitas telah membawa siapapun termasuk

dunia pendidikan untuk hanyut mengikuti mainstream dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar tidak teraleniasi Dalam keadaan seperti ini

hegemoni konsep-konsep pendidikan ala barat sulit untuk dihindari yang mana

memarginalkan konsep-konsep dan ajaran lokal yang syarat akan nilai-nilai

moral Adanya problematika internal dalam sektor pendidikan serta hilangnya

orientasi untuk memberikan pencerahan dan membentuk jati diri bangsa

menjadikan kesinambungan program-program pendidikan belum bisa berjalan

mulus Ditambah dengan perubahan politik di negara ini karena adanya

kebijakan-kebijakan baru pada setiap pergantian menterinya Munculnya

realitas pendidikan saat ini yang lebih sibuk melayani golongan sosial tertentu

20

menjadikan adanya materialisasi pendidikan yang sudah mulai menggejala dan

menggeser ideologi pendidikan yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membedakan status sosial

Kurikulum seakan disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan

pekerjaan yang dibungkus dengan baju modernitas Kemudian adanya

dikotomi ilmu pendidikan antara ilmu pengetahuan umum dan agama

memunculkan problematika tersendiri Hal itu menjadikan pembagian dalam

hal pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu umum dan agama

sehingga dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya

menjadi kurang maksimal

Dunia pendidikan dituntut perannya untuk kembali memurnikan arah

perjalanan bangsa Dunia pendidikan akan berada pada kondisi dilematis-

kontradiktif karena adanya tuntutan modernitas sekaligus sebagai tuntutan

peran untuk selalu menjaga nilai-nilai moral Sementara dunia pendidikan

berada dalam paradoks disuatu sisi ingin menanamkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral namun pada sisi lain justru institusi atau lembaga pendidikan

mencerminkan praktek-praktek pendidikan yang menyimpang dari niliai-nilai

moral dan identitas bangsa Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia

dan pengembangan potensi serta bakat yang harus diubah orientasinya untuk

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkembang dalam tiga

ranah yaitu afektif kognitif dan psikomotorik Pendidikan haruslah

menanamkan dan mengembangkan karakter individu dan nilai-nilai

kemanusian Pendidikan juga diarahkan dalam menanamkan integritas etik dan

21

akhlak serta mengembalikan makna ldquopendidikanrdquo bukan hanya sekedar

ldquopengajaranrdquo Penggunaan metode-metode pendidikan yang mengedepankan

keteladanan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai yang diajarkan

Pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah Makna manusia yang berkualitas menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab Oleh karena itu pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa dan karakter Dengan adanya penanaman dan

pengembangan karakter bagi setiap peseta didik atau individu dalam sistem

pendidikan maka diharapkan akan menciptakan manusia yang berkualitas yang

mampu beradaptasi dengan zaman

Dengan berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya sebuah pendidikan

karakter Pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan bagi

setiap individu untuk menghayati kebebasan dalam hubungan mereka dengan

orang lain dan lingkungannya sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi

22

yang unik dan khas serta memiliki integritas moral yang dapat

dipertanggungjawabkan Lebih lanjut pendidikan karakter juga terkait dengan

tiga matra pendidikan yaitu pendidikan individual pendidikan sosial dan

pendidikan moral Melalui tiga matra pendidikan tersebut merupakan kondisi

dinamis dari struktur antropologi individu Pendidikan karakter dalam arti

demikian itu menurut Amin dalam Etika (1989) adalah pendidikan yang sejak

lama telah diperjuangkan oleh para filusuf bahkan para rosul utusan Tuhan

Yaitu pendidikan karakter yang bersifat integral holistik dinamis

komprehensif dan terus menerus hingga terbentuk sosok manusia yang terbina

seluruh potensi dirinya serta memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk

mengekspresikannya dalam seluruh aspek kehidupan

Untuk mewujudkan visi misi dan tujuan tersebut pendidikan karakter

membutuhkan dukungan salah satunya dari pendidikan agama Dalam pada itu

pendidikan agama memberikan sumbangan bagi pendidikan karakter dan

berperan penting dalam hal mempersatukan diri manusia dengan realitas

tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Pendidikan karakter yang ditopang salah

satunya oleh pendidikan agama membantu peserta didik untuk tumbuh secara

lebih matang dan lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

dalam kontek kehidupan bermasyarakat Namun hal tersebut juga harus

didukung dengan upaya yang disertai dengan keteladanan dari seluruh

komponen yang terlibat dalam pendidikan (terutama guru) lingkungan dan

atmosfer pendidikan yang kondusif

23

Pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam disebut juga dengan

pendidikan akhlak mulia Secara normatif-teologis merupakan sebuah agenda

dan misi utama bagi setiap agama Secara yuridis ajaran akhlak mulia secara

eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Jika dilihat secara historis pendidikan akhlak mulia

merupakan respon terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat

Lahirnya agama Islam di mekkah dan berkembang di madinah merupakan

sampling yang representative tentang perlunya agama ini membentuk akhlak

masyarakat Hal itu terjadi karena keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

menetapkan kebijakan strategi taktik dan hal lainnya (Abuddin 2012 210)

Pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah pembentukan kepribadian

seorang muslim Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan Disegi lain pendidikan

Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis yang mana pendidikan

Islam mengajarkan pendidikan iman dan amal Secara historis Islam dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudia disebarkan ke mekkah atau Islam

diajarkan di mekkah yang tadinya menyembah berhala musyrik dan sombong

dengan usaha dan kegiatan Nabi mengajarkan Islam kepada mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah menjadi mukmin

muslim dan menghormati orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin

sebagaimana yang dicita-citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik

membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus

menjadi pendidik yang berhasil Islam sebagai agama yang universal yang

24

oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktivitas sehari-hari

mensejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis Pendidikan versi

Islam tidak hanya sebagai penentu segala-galanya bagi vested interested

(kepentingan) manusia di dunia melainkan menjangkau kepentingan manusia

masa depan yang esensial di akhirat kelak

Di dalam Islam dan dalam pendidikan Islam khususnya secara tidak

langsung telah berupaya untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan

karakter atau akhlak mulia yaitu membentuk kepribadian seorang muslim

sebagaimana cita-cita Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur‟an dan

sunnah yang berdialoq secara kontinu dengan tradisi dan budaya setempat

Pendidikan karakter atau pendidikan akhlak mulia merupakan bagian dari

pendidikan Islam yang sudah ada sejak 15 abad yang lalu Ajaran Islam yang

berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan

individu dan pendidikan masyarakat Semua orang yang bertugas mendidik

adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Zakiah Darajat 2012 20) Telah

disebutkan sebelumnya bahwa Nabi Muhammad merupakan pendidikan yang

paling berhasil dan menjadi suri tauladan (QS3321)

25

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

Maka perlunya pendidikan Islam dalam hal ini pendidikan karakter atau

akhlak untuk filter dan tameng bagi adanya kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai barat yang menjadikan

kekalahan beruntun secara sosial politik ekonomi dan budaya komunitas

muslim merasa kelimpungan dengan reaksi yang beragam Diakui bahwa hal

ini disebabkan karena masih ada beberapa hambatan dalam pendidikan agama

Islam Karena terjadinya pengadopsian pendidikan barat untuk

mengembangkan pendidikan muslim Yang terjadi adalah pendidikan modern

(barat) plus pendidikan agama Islam untuk peserta didik muslim dan bukan

yang dikonstruk berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikembangkan dalam teori

dan keilmuan Islam

Pendidikan akhlah mulia yang terdapat dalam pendidikan agama Islam

saat ini telah terdikotomi oleh pendidikan nasional Terlebih yang terdapat di

lembaga pendidikan umum (SD SMP dan SMA) Mengamati pendidikan

agama Islam di Indonesia dari masa ke masa tergambar jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan bagian yang terpisah dari sistem

pendidikan nasional Bahkan saat ini pendidikan Islam di Indonesia sedang

menghadapi berbagai persoalan dan hambatan dalam berbagai aspek terutama

masalah orientasi pendidikan itu sendiri dengan kata lain masih belum

jelasnya konsep pendidikan yang dibawa serta bagaimana implementasi yang

26

berbentuk pembelajaran sebagai upaya menciptakan manusia yang mandiri dan

profesional Mengingat bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan

dasar bagi setiap muslim maka pendidikan agama Islam harus selalu ditumbuh

kembangkan secara sistematis oleh setiap umat Islam dimanapun Berangkat

dari karangka ini pendidikan agama Islam haruslah selalu senantiasa

mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi logis dari perubahan

Kurangnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam lembaga pendidikan

umum menghambat pembentukan manusia ideal (seorang muslim) yang siap

dengan agenda globalisasi dan modernisasi yang terjadi Lembaga pendidikan

umum tidak berfokus kepada pendidikan agama hal ini berbeda dengan

lembaga pendidikan agama yang fokus pendidikannya adalah keagamaan

Kurangnya jam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan

umum misalnya yang hanya 3 jam setiap minggu maka perlu adanya strategi

untuk memberikan bekal tentang pendidikan agama di pendidikan umum

Strategi dalam sistem pembelajarannya metodenya maupun dalam hal konsep

pembelajarannya Seperti penggunaan pendidikan profetik yaitu dengan proses

pengetahuan dan nilai yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan

Dengan adanya strategi dalam hal pembelajaran pendidikan agama Islam maka

mampu untuk mencetak manusia-manusia keseimbangan dalam pandangan

hidupnya serta memiliki penguasaan atau pengetahuan keagaaman untuk bekal

individu dalam kehidupan sehari-hari

27

Ditetapkanya SMP Negeri 4 Salatiga sebagai tempat penelitian karena

adanya strategi dan upaya-upaya yang digunakan Sekolah Menengah Pertama

ini dalam hal menumbuhkan pendidikan keagamaan Islam terhadap peserta

didiknya Secara geografis yang terletak di pusat kota Salatiga berada pada

pusat jalur ekonomi Salatiga Dalam hal pendidikan keteladanan yang

ditumbuhkan oleh pihak sekolah dalam kesehariannya di lingkungan sekolah

seperti adanya sholat berjama‟ah dan kegiatan keIslaman untuk peserta didik

Berangkat dari hal tersebut maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah ldquo IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMP

NEGERI 4 SALATIGA PADA TAHUN PELAJARAN 2014-2015rdquo

B RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi diatas maka ada sejumlah permasalahan yang

penulis ajukan untuk dicari jawabannya Sejumlah masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut

1 Bagaimana Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Apa problematika yang muncul dalam implementasi Pendidikan Profetik

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

3 Bagaimana hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

28

C TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam implementasi

Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

3 Untuk mengetahui hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

D LANDASAN TEORI

1 Pendidikan Profetik

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti

ldquopergaulan dengan anak-anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya

membimbing atau mendidik alam pertumbuhannya agar dapat berdidi

sendiri disebut paedgogos Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai

ldquo usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-

anak untuk membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

29

dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi

diri sendiri dan masyarakatnyardquo

Sedangkan Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau

berkenaan dengan nabi Kata dari bahasa inggris ini berasal dari bahasa

yunani ldquoprophetesrdquo sebuah kata benda untuk menyebut orang yang

berbicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga

orang yang berbicara masa depan Profetik atau kenabian disini merujuk

pada dua misi yaitu seseorang yang menerima wahyu diberi agama baru

dan diperintahkan untuk mendakwahkan pada umatnya disebut rasul

(messenger) sedang seseorang yang menerima wahyu berdasarkan agama

yang ada dan tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya disebut nabi

(Prophet)

Nabi (Prophet) yang menjadi acuan dalam pendidikan profetik

adalah Nabi Muhammad SAW yang mana sebagai suri tauladan dan

sebagai pendidik yang hebat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan

mengajarkan islam di mekkah yang tadinya kondisi mereka menyembah

berhala musyrik dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi

mengajarkan Islam kepada mereka lalu tingkah laku mereka berubah

menjadi penyembah Allah menjadi mukmin muslim dan menghormati

orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin sebagaimana yang dicita-

citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik membentuk kepribadian

yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus menjadi pendidik yang

berhasil Di dalam kehidupannya nabi SAW selalu memberikan

30

ketauladanan kepada ummatnya Hal inilah yang menjadikan nabi

Muhammad menjadi acuan Profetik atau kenabian dalam hal pendidikan

Jadi Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan

(knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun

akhlak moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus

memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul

ummah) Serta tercapainya intelektual emosional akhlak dan moral

peserta didik yang dapat berkembang secara utuh

2 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan kebiasaan dan tingkah laku belajar juga diartikan sebagai

pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Syaiful Bahri

200222)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik

(santri) Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran

tersebut ada kegiatan memilih menetapkan dan mengembangkan metode

atau strategi yang optimal untuk mengapai hasil pembelajaran yang

diinginkan dalam kondisi tertentu (Muhaimin 200382)

Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip

Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia sehingga

31

terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 2008 35)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati

hingga mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadist

(Abdul Majid amp Dian Andatani 2004 7)

Jadi pengertian pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah

upaya membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati hingga

mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi

pembelajaran yang ada

3 Implementasi pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan Jadi penerapan

pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Maka

pendidikan dibangun dan dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat

memiliki tradisi dan budaya akademik yang kondusif dalam keluarga dan

lingkungan sosial Tradisi dan budaya edukatif atau akademik ini secara

otomatis akan bergerak sesuai dengan hukum budaya yang mewakili

32

simbol-simbol agama dalam mentransfer ilmu teknologi dan seni kepada

siapapun Tradisi dan budaya profetik yang sudah terbangun kokoh bahkan

diluar kesadaran akan menggulirkan semangat keilmuan yang tinggi

Komitmen profetik yang berlangsung lama akan membetuk tradisi dan

dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pilar pendidikan profetik

yang akan menghasilkan tradisi dan lingkungan yang sehat

E MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk

menghadapi tantangan zaman dan modernisasi dan juga dengan ini diharapkan

dapat membentuk individu berkarakter yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Serta

memberikan konsep pendidikan Islam dalam membentuk dan mengembangkan

potensi intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara utuh

Sedangkan secara dimensi praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menemukan sebuah pola pendidikan Islam sebagai

pengembangan diri manusia dalam membentuk manusia sempurna menurut

Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Alam

sekaligus untuk memahaminya Hal tersebut menjadi kerangka acuan dalam

pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dikemas dalam

konsep pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan Islam karena

33

adanya dikotomi pendidikan yang terjadi dalam pendidikan umum dan

pendidikan agama

F METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai

metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola)

dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan) analisis data bersifat induksikualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono 201413)

Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (J Moeleong

20033)

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yang pertama karena dari judul skripsi ini hanya mengandung

satu variabel Kedua dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi

ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian Ketiga

34

metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola ndash pola nilai yang dihadapi

Dengan demikian peneliti dapat memilah ndash milah sesuai dengan fokus

penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin

hubungan dengan Subjek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami

keadaan Subjek dalam penggalian info atau data yang diperlukan Maka

Penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang

implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tersebut

Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian lapangan ( field research) Yaitu peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan ilmiah ( (J Moeleong 200626) Alasan peneliti menggunakan jenis

penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara

mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai

dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan

2 Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di

Jl Pattimura 47 Salatiga 50711

Adapun Subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi

kepala sekolah pengajar karyawan dan siswa

3 Teknik Pengumpulan Data

a Observasi Partisipan

35

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut( Sugiyono 2014309)

Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipatif

peneliti mengamati apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan

suka dukanya Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang tampak

Dengan observasi kita dapat secara langsung terjun kedalam objek

penelitian Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan KBM situasi

di sekolah dan pendidik Dalam observasi di SMP Negeri 04 Salatiga

selain melakukan pengamatan juga ikut ambil bagian dalam melaksanakan

aktifitas pendidikan di lingkungan sekolahan Selain itu juga berpartisipasi

dalam pembelajaran seperti ikut mengajar dan mengikuti proses

pembelajaran pendidikan Islam

b Pengumpulan data dengan wawancarainterview

36

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2014318)

c Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu Dokumen

bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh adanya dokumen Pengumpulan dokumen yang berkaitan

dengan objek penelitian yaitu berupa buku sejarah buku profil sekolah

pajangaan struktur buku informasi pendataan siswa dan guru kurikulum

pelajaran dan perangkat pembelajaran

37

d Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada Triangulasi berguna untuk

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2014327) Pengumpulan data diambil

dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama Adanya observasi kemudian dilanjutkan dengan wawancara

yang mendalam serta pengumpulan dokumentasi untuk sumber data yang

sama dan melakukan wawancara atau pengumpulan data pada beberapa

sumber data yang berbeda

4 Teknis Analisi Data

Bogdan menyatakan tentang analisis data kualitatif sebagai proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkan kedalam unit-

unit melakukan sintesa menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain Susan Stainback mengemukakan bahwa

analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

38

sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Sugiyono

2014332)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan

Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono

2014333) Peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu sebelum

memasuki lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian Fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan Analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

wakttu tertentu Pada saat wawancara analisis sudah dilakukan terhadap

jawaban dari hasil wawancara Setelah data diperoleh cukup banyak dan

dicatat secara teliti dan rinci maka dilanjutkan dengan mereduksi data

Dengan merangkum memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya Dengan demikian data akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya Langkah selanjutnya adalah penyajian data atau mendisplaykan

data yang menjadikan data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami Penyajian data menggunakan teks

bersifat naratif (Sugiyono 2014333) Langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

39

bersifat sementara dan bisa berubah Apabila pengumpulan data valid dan

konsisten maka kesimpulannya kredibel

G SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima)

BAB yaitu

BAB I Bab I ini berisi pendahuluan yang didalamnnya akan diuraikan

tentang latar belakang masalah rumusan masalah landasan teori tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Dalam Bab II berisi kajian teori yang didalamnya akan

dipaparkan tentang pengertian Pendidikan Profetik Sistem Pendidikan Profetik

dan Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

BAB III Bab III berisi laporan hasil penelitian yang didalamnya akan

diuraikan tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga gambaran

pembelajaran Pendidikan Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Konsep Pendidikan

Profetik yang diterapkan di SMP Negeri 4 Salatiga Dan implementasi

pendidikan Profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

BAB IV Bab IV berisi Hasil penelitian yang berupa deskripsi hasil

penelitian temuan hipotesis dari penelitian dan hasil pengujian Hipotesis

mengenai implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

40

BAB V Bab V berisi penutup yang di dalamnya akan dipaparkan

mengenai kesimpulan dan saran-saran

41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A PENDIDIKAN DALAM ISLAM

1 Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti ldquopergaulan dengan anak-

anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai ldquo usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnyardquo

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman

hidup pembentukan kembali pengalaman hidup Sementara itu Komisi

Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata

menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan

akhir pendidikan

42

Meski berawal dari akar kata yang sama tetapi pemberian makna terhadap

istilah pendidikan begitu beragam Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip

masanya serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis

apalagi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis

(Armai 200716)

2 Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia pendidikan ialah proses sosialisasi yakni

memasyarakatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia

yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri yaitu mampu

konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan Nabi SAW

bersabda ldquoDidiklah anakmu-anakmu sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya dan bukan untuk zamanmurdquo Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi 2004137)

Ahmad D Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai

program bimbingan sunyek pendidikan (guru pendidik) kepada objek

pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu dalam jangka waktu tertentu

dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam Menurut

Yusuf Qardhawi pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal

dan hatinya rohani dan jasmaninya akhlak dan ketrampilannya

43

Menurut Muyazin Arifin hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui

ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya

( Armai 200718)

Secara estimologis pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil Al

Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan

Islam adalah upaya mengembangkan mendorong serta mengajak manusia

lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 200835)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum

terdapat di zaman Nabi Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi

dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran

memberi contoh melatih keterampilan berbuat memberikan motivasi dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita

harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut Kata ldquoPendidikanrdquo yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arabnya adalah ldquoTarbiyahrdquo dengan kata kerja ldquoRabbardquo Kata

ldquopengajaranrdquo dalam bahasa Arabnya adalah ldquota‟limrdquo dengan kata kerjanya

44

ldquo bdquoallamardquo Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya ldquoTarbiyah wa

ta‟limrdquo sedangkan ldquopendidikan Islamrdquo dalam bahasa Arabnya adalah

ldquoTarbiyah Islamiyahrdquo (Zakiyah Daradjat 201225)

Dalam konteks pendidikan Islam kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah Sejak dekade 1970-an

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah

Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak Dalam bahasan berikut kita

akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai

terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi 2004138)

a Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh jiwa dan ruh disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah intelektual dan ruhaniah pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai

denagn berbagai tingkat dan derajat

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim Sementara DrFatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim Menurut Al-

Attas pendidikan adalah beban masyarakat Penekanan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (bdquoilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta‟dib karena adab

45

sebagaimana didefinisikan disini sudah mencakup ilmu dan amal Simaklah

sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut

ldquodari ibnu mas‟ud Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian

menjadikan pendidikanku yang terbaik (HRIbnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi

jamius Shaghir I14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai ldquo mendidikrdquo yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata bdquoallama dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai ldquopendidikanrdquo dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim

Dengan jelas dan sistematik Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai

berikut

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur pembangunan iman ilmu dan amal

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik Cara Tuhan mendidik Nabi tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna

3) Dalam kerangka pendidikan istilah ta‟dib mengandung arti ilmu

pengetahuan dan pengasuhan yang baik

4) Dan akhirnyaAl-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama

sopan-santun adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib

b Al-Ta‟lim

46

Menurut Abdul Fatah Jalal proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah Untuk menjelaskan pendapat ini jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34 Menurut jalal

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh serta lebih luas dari pada kata tarbiyah Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca

tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman tanggung jawab

dan amanah

Jadi berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut Al-

Qur‟an ta‟lim lebih luas dari tarbiyah Berbeda dengan Al-Attas Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib Selanjutnya Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan juga ketrampilan yang

dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku

c Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi At-Tarbiyah adalah lebih tepat

digunakan dalam terminologi pendidikan Islam An-Nahlawi mencoba

47

menguraikan secara sistematik semantik lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39

2) Rabiya-yarbu denagn wazan Khafiya-yakhfa yang berarti menjadi

besar

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu berarti memperbaiki

menguasai urusan menuntun menjaga dan memelihara

Imam Al-Baidhawi mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna

Dari ketiga istilah tersebut Abdurrahman an-Nahwali menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur pertama menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh Kedua mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam Ketiga mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya Dan keempat proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib dengan sedikit

demi sedikit hingga sempurna

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak

perlu terjadi jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan

dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan

diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan

Islam sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai

berikut

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding

kedua istilah lainnya

2) Dalam interaksi edukatif konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim dan

3) Keduanya baik tarbiyah maupun ta‟lim harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya tetapi

dengan modifikasi tertentu sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat ldquofadilahrdquo tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada

pertumbuhan dan pembinaan keimanan keIslaman dan keihsanan

disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual peserta didik

Jadi antara ta‟dib ta‟lim dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan

yang lain Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam

bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif Maka dari tiga hal di ataslah

lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam

49

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam

Suatu totalitas kependidikan harus bersandar pada landasan dasar

Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak

dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh paripurna atau syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh Kajian tentang pendidikan Islam tidak

boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang

mendasar Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam yaitu a) Al-

Qur‟an b) Al-Sunnah c) Al-Kaun dan d) Ijtihad

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah

SWT dan karenanya ia merupakan dasar hukum bagi mereka Al-Qur‟an

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan

yang terjadi Al-Qur‟an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan

manusia Segala persoalan terdapat hal pokoknya di dalam Al-Qur‟an serta

berisi tentang aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela

mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu

Al-Qur‟an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara

umum Juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial

moral dan spiritual di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu

Sebagai contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat

50

Lukman ayat 21-19 Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman akhlak ibadat sosial dan ilmu pengetahuan

Maka Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam

setiap sendi kehidupannya yang akan mengantarkan manusia mampu

berdialog secara ramah dengan dirinya sendiri dengan alam sekitar dan

dengan Tuhannya maka al-Qur‟an menjadi landasan yang kokoh dan

paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual spiritual dan

keparipurnaan hidup manusia secara hakiki Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi

2004155)

b) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rosul

Allah SWT Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan

Dijadikannya as-sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak

terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap Al-Qur‟an Yaitu -

Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang bersifat umum Maka

dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang

diterangkan - Sunnah mengkhidmati al-Qur‟an Memang as-sunnah

menjelaskan mujmal al-Qur‟an menerangkan musykilnya dan

memanjangkan keringkasannya Al-Qur‟an menekankan bahwa Rosul

51

SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-fiman Allah (QS1644)

Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-sunnah fi makanatiha wa fi

Tarikhiha menulis bahwa as-sunna mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan Al-Qur‟an dan fungsi berkaitan dengan pembinaan hukum syara‟

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an

Sunnah berisi tentang petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

manusia dalam segala aspekny untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa Untuk itu Rasul Allah menjadi

guru dan pendidik utama Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua bagi cara pembinaan manusia muslim dalam setiap sendi

kehidupannya

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia

melalui perantara malaikat jibril dan nabi-nabiNya ia juga

membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata yaitu alam semesta

dengan segala macam partikel dan heteroginitas berbagai entitas yang ada

di dalamnya langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya

laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan gunung-gunung

berbagai macam binatang dan sebagainya

Mengenai ayat-ayat kauniyah tersebut beberapa ayat di dalam al-

Qur‟an menyatakan dengan gamblang dalam surah Ar-Ra‟d ayat 3 dan Al-

Jatsiyah Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

52

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial begaimana bersikap dan berperilaku mulia Ditilik dari

wacana pedagogis hal itu amatlah berarti bagi berlangsungnya proses

pendidikan demi tercapainya (setidaknya) dan hal bagus bukan hanya

tumpukan ilmu dan kepandaian tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan sayri‟at Islam

untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan

sunnah (Zakiyah Daradjat 201221) Ijtihad sebagai langkah untuk

memperbaharui interpretasi dan pelembagaan ajaran Islam dalam

kehidupan yang berkembang merupakan semangat kebudayaan Islami

Ijtihad yang diarahkan pada interpretasi wahyu dan al-kaun akan

menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menggembirakan Sebab interpretasi manusia atas wahyu akan

menghasilkan pemahaman keagamaan atau agama yang aktual Orang

yang melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid Seorang mujtahid

senantiasa menggunakan akal budinya untuk memecahkan problematika

kemanusiaan dalam kehidupannya Orang yang senantiasa menggunakan

akal budinya oleh Al-Qur‟an disebut sebagai ulul-albab (Khoiron

Rosyadi 2004159)

53

Menurut Al-Qur‟an ulul-albab adalah sekelompok manusia tertentu

yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT Diantara keistemewaannya

adalah mereka diberi hikmah dan pengetahuan disamping pengetahuan

yang diperoleh secara empiris (QS2269)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur‟an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsip saja (Zakiyah Daradjat 201222)

4 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah apa yang dicanangkan oleh manusia atau sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha serta kegiatan selesai Ketika

berbicara mengenai tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita untuk

berbicara tentang tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia Sebab pendidikan

hanyalah suatu alat yang digunakan oelh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

Al-Syaibany menampilkan definisi tujuan sebagai perubahan yang

diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau upaya yang diusahakan

oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada

tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitar Jadi tujuan-tujuan pendidikan jika mengikuti

definisi ini maka ada perubahan yang diinginkan dalam tiga bidangyaitu a)

54

tujuan-tujuan individual b) tujuan-tujuan sosial dan c) tujuan-tujuan

profesional (Khoiron Rosyadi 2004161)

Dilihat dari segi UU No23 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

nasional dalam Bab II dasar fungsi dan tujuan pada pasal 3 maka tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak

mulia sehat berilmucakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam

a Tujuan Umum pendidikan Islam

1) Prof M Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan

Islam menyimpulkan bahwa tujuan umum yang asasi bagi pendidikan

Islam yaitu

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan untuk mengetahui (co-riosity)

e) Menyiapkan pelajar dari segi profesional

2) Prof Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Islam dan Metode-metode pengajarannya tujuan umum

yang ditampilkan yaitu

55

a) Pendidikan akal dan Persiapan pikiran

b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak

c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan

kesediaan-kesediaan manusia

3) Menurut Muhammad Quthb tujuan umum pendidikan Islam adalah

manusia yang taqwa itulah manusia yang baik menurutnya Sungguh

yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah

yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya (QS Al-Hujurat (49)13)

4) Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia Hamba Allah Jadi menurut Islam pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia sebagai makhluk yang

menghambakan diri kepada Allah(beribadah kepadaNya) Karena

sesuai dengan pesan Al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia supaya mereka beribadah kepadaNya (QSal-Dzariyat

(51)56)

Tujuan umum pendidikan Islam diberi perhatian dan tidak terkena

perubahan dari waktu ke waktu Finalitas kenabian secara implisit menyatakan

finalitas cita-cita yang diajarkan Nabi SAW kepada sekalian manusia Jadi

tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan yang berada jauh dari masa

sekarang sebuah hasil pencapaian yang tidak dapat terlaksana melalui kerja

Taqwa kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam ia

sebagai ultimate goal dari serangkaian tujuan yang ditampilkan di atas dan

56

masing-masing tujuan tersebut mempunyai hubungan sistematik satu sama

lainnya yang tak dapat terpisahkan (Khoiron Rosyadi 2004170)

b Tujuan khusus Pendidikan Islam

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah perubahan-perubahan

yang diingini yang bersifat atau bagian yang termasuk di bawah tujuan

umum pendidikan Dengan kata lain gabungan pengetahuan ketrampilan

pola-pola tingkah laku sikap nilai-nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terkandung dalam tujuan umum bagi pendidikan yang tanpa

terlaksananya tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna

Contoh tujuan umum ldquo untuk menumbuhkan semangat agama dan

akhlakrdquo maka pada tujuan khusus sebagai berikut

1) Memperkenalkan akidah-akidah Islam kepada generasi muda

2) Menumbuhkan kesadaran pada diri terhadap agama

3) Menambah keimanan kepada Allah Sang Pencipta

4) Menumbuhkan rasa rela optimisme kepercayaan diri tanggung

jawab menghargai tolong menolong dan berkorban

5) Mendidik naluri motivasi keinginan generasi muda dan

membentengi mereka menahan motivasinya dan membimbingnya

dengan baik

6) Membersihkan hati mereka dari dengki iri hati benci egoisme

khianat perpecahan dan perselisihan

57

c Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah

Surat Ali Imron ayat 102

(

Artinya

ldquoWahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)rdquo (QS Ali Imron (3)102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari akwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya Insan Kamil yang mati dan

menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

Islam (Zakiyah Daradjat 201231)

B PENDIDIKAN PROFETIK

58

1 Pengertian Profetik

Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi Kata dari bahasa Inggris ini berasal dari bahasa yunani ldquoprophetesrdquo

sebuah kata benda untuk menyebut orang yang berbicara awal atau orang yang

memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan

Profetik atau kenabian disini merujuk pada dua misi yaitu seseorang yang

menerima wahyu diberi agama baru dan diperintahkan untuk mendakwahkan

pada umatnya disebut rasul (messenger) sedang seseorang yang menerima

wahyu berdasarkan agama yang ada dan tidak diperintahkan untuk

mendakwahkannya disebut nabi (Prophet) (MohRoqib 201149)

Kenabian dari kata arab ldquonabiyrdquo dan kemudian membentuk kata

nubuwwah yang berarti kenabian Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

nabi adalah hamba Allah yang ideal secara fisik (berbadan sehat dengan fungsi

optimal) dan psikis (berjiwa bersih dan cerdas) yang telah berintegrasi dengan

Allah dan malaikatNya diberi kitab suci dan hikmah bersamaan dengan itu dia

mampu mengimplementasikan dalam kehidupan dan mengkomunikasikannya

secara efektif kepada sesama manusia Sedang kenabian mengandung makna

segala ihwal yang berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh

potensi kenabian Potensi kenabian dapta menginternal dalam individu setelah

ia melakukan proses edukasi yang didasarkan oleh nilai-nilai kenabian dalam

Al-qur‟an Sunnah dan Ijtihad dengan berbagai upaya melakukan pemikiran

sehingga dapat menemukan kebenaran normatif dan faktual Pemikiran

filosofis ini kemudian disebut dengan filsafat profetik atau filsafat kenabian

59

Dengan potensi tersebut nabi mampu menyampaikan risalah dan membangun

umat dan bangsa sejahtera lahir batin

Agar tugas-tugas kenabian tercapai setiap nabi diberikan sifat-sifat mulia

yaitu a Jujur (al-sidq) b Amanah (al-amanah) c Komunikatif (al-tablig)

dalam arti selalu menyampaikan ajaran dan kebenaran dan d Cerdas (al-

fatanah) Setiap Nabi memiliki misi utama yang harus dipahami dan

dilaksanakan oleh ulama sebagai pewaris para nabi Misi kenabian tersebut

dalam bingkai mengembangkan kitab suci yaitu a menjelaskan ajaran-

ajaranNya b menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan sesuai dengan perintahNya

c memutuskan perkara atau problem yang dihadapi masyarakat dan d

memberikan contoh pengamalan

Keempat tugas dan misi ini jika dimaknai dalam konteks pendidikan nabi

memiliki tugas pertama adalah memahami Al-Qur‟an berarti nabi harus

menguasai ilmu (ilahiyah) yang akan menjadi materi dan dijelaskan kepada

peserta didik kedua menyampaikan materi (ajaran) tersebut kepada umat

(peserta didik) ketiga melakukan kontrol dan evaluasi dan jika terjadi

penyelewengan dilakukan pendisiplinan diri agar tujuan pendidikan (ajaran)

dapat diaplikasikan dalam kehidupan Terakhir nabi memberikan contoh dan

model ideal personal dan sosial lewat pribadi nabi yang menjadi rasul dan

manusia biasa (MohRoqib 201149)

Seorang nabi yang memiliki potensi sempurna yang diberikan Tuhan yang

merupakan model utama moral utama yang patut dicontoh dalam kehidupan

60

termasuk dalam dunia pendidikan bagaimana potret pendidikan kenabian dan

bagaimana potret itu dapat menjadi faktual saat ini

2 Filsafat profetik

Filsafat profetik atau filsafat kenabian adalah pemikiran filosofis yang

didasarkan pada nilai-nilai kenabian dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan

berbagai upaya pemikiran reflektif-spekulatif sampai pada penelitian empirik

sehingga menemukan kebenaran normatif dan faktual aplikatif yang memiliki

daya sebagai penggerak umat sehingga terbentuk khaira ummah atau

komunitas ideal Secara teologis filsafat profetik ini diambil dari pemikiran

sufi yang membincang tentang bentuk kemanunggalan (ittihad) Tuhan yang

Esa (tauhid) yang transenden dengan manusia yang relatif dan plural

Filsafat profetik atau filsafat kenabian sebagai upaya mendialogkan

manusia Tuhan dan alam dapat dimaknai sebagai filsafat yang mengkaji

tentang hakikat kebenaran dengan mendasarkan pada wahyu yang masuk dan

menginternal dalam diri manusia agung (an-nabiy) kemudian dikomunikasikan

pada manusia dan keseluruhan alam agar kebenaran tersebut menjadi mungkin

untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta manusia

terbaik (khaira ummah) dengan kehidupan yang sejahtera (MohRoqib

201153)

3 Filsafat pendidikan profetik

Berdasarkan pada pemahaman terhadap filsafat profetik sebagaimana

telah disebutkan filsafat pendidikan profetik adalah pemikiran filosofis

kependidikan yang mendasarkan pada pemahaman terhadap alam dan hukum

61

dialektikanya yang bermuara pada hubungan antara tuhan dan manusia yang

menyatu (tauhid) tanpa menghilangkan keEsaan Tuhan dan tidak pula melebut

eksistensi manusia sehingga manusia yang percaya terhadap yang profon akan

bertindak sebagai manifestasi kepercayaan kepada Allah sekaligus memahami

keterbatasan dan kelemahan memahami realitas hukum dan alam Tuhan

(MohRoqib 201186) Filsafat pendidikan profetik merupakan proses transfer

pengetahuan dan nilai untuk pengEsaan terhadap Allah yang dilakukan secara

kontinu dan dinamis disertai pemahaman bahwa dalam diri ada kelebihan dan

kelemahan yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan (yang transenden)

Islam merupakan agama yang abadi karenanya menuntut perubahan yang

permanen yang disertai dengan cita-cita mengenai tujuan (a sense of goal)

yaitu membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan Untuk memberi arah ke

mana transformasi tersebut akan dibawa maka dibutuhkan ilmu sosial profetik

untuk memberikan petunjuk kearah transformasi yang dilakukan Perubahan

yang didasarkan pada cita-cita Humanisasi emansipasi Liberasi dan

Transendensi yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik Humanisasi

Liberasi dan Transendensi merupakan dasar cita-cita profetik dalam pendidikan

Tiga muatan itulah yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik dengan

berdasarkan Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110

62

110 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah (QS Ali Imron 110)

a Transendensi

Transendensi berasal dari bahasa Latin ldquotranscendererdquo yang

berarti naik ke atas dalam bahasa inggris ldquoto transcendrdquo berarti

menembus melewati melampui artinya perjalanan di atas atau di luar

ldquotranscendrdquo berarti melebihi lebih penting dari ldquotranscendentrdquo

berarti sangat teramat atau sukar dipahamkan atau diluar pengertian

dan pengalaman biasa Transendensi bisa diartikan Hablun min Allah

ikatan spiritual yang mengikatkan antara manusia dan Tuhan

Transendensi dalam teologi Islam berarti percaya kepada Allah kitab

Allah dan yang ghaib (MohRoqib 201178)

Berdasarkan pada filsafat profetik indikator transendensi dapat

dirumuskan 1) mengakui adanya kekuatan supranaturalAllah 2)

melakukan upaya mendekatkan diri kepada Allah 3) berusaha untuk

memperoleh kebaikan Tuhan sebagai tempat bergantung 4)

memahami suatu kejadian dengan pendekatan mistik (kegaiban)

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuasaanNya 5) mengaitkan

perilaku tindakan dan kejadian dengan ajaran kitab suci 6) melakukan

sesuatu disertai harapan untuk kebahagiaan hari akhir (kiamat) 7)

menerima masalah atau problem hidup dengan rasa tulus dan dengan

63

harapan agar mendapat balasan di akhirat untuk itu kerja keras selalu

dilakukan untuk meraih anugerahNya

b Liberasi

Liberasi dari bahasa Latin ldquoliberarerdquo berarti memerdekakan atau

pembebasan Liberation dari kata ldquoliberalrdquo yang berarti bebas

Liberation berarti membebaskan atau tindakan memerdekakan

Artinya pembebasan terhadap semua yang berkonotasi dengan

signifikasi sosial seperti mencegah bernarkoba memberantas judi

membela nasib buruh dan mengusir penjajah (MohRoqib 201182)

Dari definisi dan pemahaman terhadap filsafat profetik dapat

dirumuskan indikator ilberasi yaitu 1) memihak kepada kepentingan

rakyat wong cilik dan kelompok mustad‟afin 2) menegakkan

keadilan dan kebenaran 3) memberantas kebodohan dan

keterbelakangan sosial-ekonomi 4) menghilangkan penindasan dan

kekerasan

c Humanisasi

Humanisasi berasal dari kata Yunani humanitas berarti makhluk

manusia menjadi manusia Dalam bahasa inggris human berarti

manusia bersifat manusia humane berarti peramah orang penyayang

humanism berarti peri kemanusiaan Humanisasi (insaniyyah) artinya

memanusiakan manusia menghilangkan kebendaan ketergantungan

kekerasan dan kebencian dari manusia (MohRoqib 201184)

64

Indikator Humanisasi 1) menjaga persaudaraan meski berbeda

agama kayakinan status sosial dan tradisi 2) memandang seseorang

secara total 3) menghilangkan berbagai bentuk kekerasan 4)

membuang jauh sifat kebencian terhadap sesama

Ketiganya disebut visi profetik Untuk filsafat pendidikan profetik Unsur-

unsur profetik tersebut harus menjadi tema pendidikan Islam Setiap

pendidikan Islam harus menyertakan unsur transendensi Humanisasi plus

transendensi liberasi plus transendensi karena transendensi begitu sentral

4 Pengertian Pendidikan Profetik

Pendidikan profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan

nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam

sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal

(khairul ummah) Pendidikan profetik peserta didiknya dipersiapkan sebagai

individu sekaligus komunitas untuk itu standar keberhasilan pendidikan diukur

berdasarkan capaian yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasi

secara sosial (MohRoqib 2011 88)

Pendidikan profetik merupakan upaya sadar dalam proses transfer

pengetahuan dan nilai-nilai kenabian yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara

utuh dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Strategi pendidikan profetik sebagaimana Nabi dimulai keteladanan diri

dan bangunan keluarga ideal (maslahah) Pendidikan dalam perspektif profetik

memiliki dasar tradisi akademik dan kondusif sebagaimana Nabi membangun

65

tradisi Madinah (sunnah madaniyyah) atau sunnah nabawiyyah yang memiliki

daya kolektif untuk terus bergerak progresif secara kontinu dengan pilar

transendensi yang kuat berpengaruh pada seluruh dimensi dan sistem

kependidikan yang dalam kegiatan riilnya dibarengi dengan pilar humanisasi

atau membangun nilai kemanusiaan dan liberasi memupus berbagai hal yang

merusak kepribadian

Kompetensi pendidik atau guru dalam pendidikan profetik meliputi empat

hal yaitu kejujuran (sidq) tanggung jawab (amanah) komunikatif (tabliq) dan

cerdas (fatanah) Pendidikan Profetik secara faktual berusaha menghadirkan

nilai kenabian dalam konteks kekinian Secara skematis bagaimana

epistemologi model integrasi dan koneksitas serta pola bangunan profetik

5 Tujuan Pendidikan Profetik

Tujuan pendidikan ada tujuan akhir ultimate goals immediate goals dan

tujuan khusus Semua tujuan tersebut harus berjalan dan berhubungan dengan

berbagai sistem sebab akibat hukum-hukum material dan keharmonisan

kehidupan praktis duniawi Di dalam pendidikan Islam tujuannya adalah

membentuk kepribadian muslim paripurna (kaffah) yang memiliki indikator

kemandirian multi kecerdasan dan kratif dinamis sehingga mampu memberi

rahmat bagi alam

Tujuan pendidikan profetik sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Pertama

prinsip integrasi (tauhid) yang memandang adanya wujud kesatuan dunia-

66

akhirat Karena itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk

mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat

Kedua prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari

prinsip integrasi Keseimbangan antara muatan rohaniah dan jasmaniah antara

ilmu murni dan terapan antara teori dan praktek antara nilai yang menyangkut

akidah syariah dan akhlak

Ketiga prinsip persamaan dan kebebasan Prinsip ini dikembangkan dari

nilai tauhid bahwa Tuhan adalah Esa oleh karenanya setiap individu bahkan

semua makhluk adalah dari pencipta yang sama

Keempat prinsip kontinuitas dan berkelanjutan Dari prinsip ini dikenal

konsep pendidikan seumur hidup (life long education) Sebab dalam Islam

belajar adalah suatu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir

Sebagaimana ulama salaf berkata (HAMKhon 2014 145)

ldquoCarilah ilmu dari ayunan sampai lubang kuburrdquo

Kelima prinsip kemaslahatan dan keumatan Ruh tauhid apabila menyebar

dalam sistem moral akhlak kepada Allah dengan kebersihan hati dan

kepercayaan yang jauh dari kotoran akan memiliki daya juang untuk membela

hal-hal yang maslahah atau berguna bagi kehidupan

6 Materi Pendidikan Profetik

Materi pelajaran kurikulum dan silabus dalam pendidikan profetik yang

diberikan pendidik harus ditata dan disusun sesuai dengan jenjang jenis dan

67

jalur pendidikan Sebagai software materi yang termuat dalam silabi

merupakan bentuk operasional yang menjabarkan konsep pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan

Minimal ada tiga prinsip dalam merancang materi pertama

pengembangan pendekatan religius kepada dan meliputi semua cabang ilmu

pengetahuan kedua isi pelajaran yang bersifat religius seharusnya bebas dari

ide dan materi yang jumud dan tak bermakna dan ketiga perencanaan dengan

memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor disebut sebagai tiga

prinsip kontinuitaskesinambungan sekuensi dan integrasi

Tujuan yang jelas mempermudah mengambil langkah operasional dalam

proses kependidikan termasuk penentuan materi Dalam perspektif pendidikan

profetik unsur religius yang transendental humanis dan liberal harus

berintegrasi dengan setiap cabang ilmu Dalam pengembangan materi yang

terdapat pada kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional Hal ini

menurut Noeng Muhadjir pendekatan proporsional tersebut diharapkan ada

integrasi pendekatan dalam penetapan suatu materi yang melibatkan

pendekatan akademik humanistik dan teknologi secara proporsional

Rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam II menuangkan

suatu pengorganisasian materi menjadi pengetahuan a perential dan b

acquired dua istilah yang dalam klasifikasi ilmu pengetahuan klasik dikenal

sebagai bdquoulum naqliyyah dan bdquoulum bdquoaqliyah (muktasabat) Rekomendasi ini

selengkapnya dilampirkan oleh Syed Ali Ashraf (MohRoqib 2011128)

68

Khusus mengenai pengorganisasian itu adalah sebagai berikut Kelompok

I perenial (meliputi ilmu-ilmu abadi) meliputi 1 al-Qur‟an a) membaca

(qira‟at) menghafal (hifz)interpretasi (tafsir) b) sunnah c) sirah Nabi d)

tauhid e) Ushul Fiqh dan Fiqh f) bahasa Arab 2 Materi tambahan meliputi a)

filsafat Islam b) perbandingan agama c) Kebudayaan Islam

Kelompok II Asquired (muktasabat ilmu-ilmu hasil pencarian manusia)

1 Imajinatif a) Seni Islam dan Arsitektur b) Bahasa dan Sastra 2 Ilmu-ilmu

Intelektual a) Studi Sosial b) filsafat c) ekonomi d) ilmu politik e) sejarah f)

peradaban Islam g) ilmu bahasa h) Geografi i) sosiologi j) Psikologi dan i)

antopologi 3 Ilmu-Ilmu pengetahuan Alam (Teoritik) a) Filsafat Ilmu b)

Matematik c) Statistik d) fisika e) Kimia dan lain-lain 4 Ilmu-ilmu terapan

a) Rekayasa dan Teknologi b) Kedokteran c) Pertanian dan d) Kehutanan 5

Ilmu-ilmu Praktik a) Perdagangan b) Ilmu Administrasi c) Ilmu Perpustakaan

d) Ilmu Komunikasi

Sebagian masalah penting yang dihadapi dalam menetapkan materi adalah

masalah keusangan (absolescence) Keusangan menjadi persoalan dalam kaitan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Persoalan keusangan

lebih banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu pada kelompok kedua yakni ilmu hasil

pencarian manusia (acquired knowledges) (MohRoqib 2011130)

Persoalan penting yang perlu digaris bawahi dalam menetapkan materi dan

meyusun buku teks adalah bahwa ilmu-ilmu perenial (abadi) pada kelompok

pertama itu tetap menjadi inti kurikulum yang disusun dengan gradasi dan

sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan Hal lain yang

69

perlu diperhatikan adalah al-Qur‟an bukanlah teks sains melainkan kitab suci

yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya Al-Qur‟an berfungsi

sebagai prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadist

Nabi juga merupakan prinsip-prinsip pendidikan Islam Hal ini untuk

menghindarkan dari persoalan dikotomik ilmu pengetahuan yang muncul

dalam kurikulum termasuk dalam proses belajar mengajar

Mengakhiri tentang materi dalam paradigma profetik perlu dikemukakan

tentang nilai strategis membaca Materi untuk tingkat dasar adalah mengenal

huruf dan membaca teks Untuk tingkat menengah dapat dikembangkan materi

yang terkait dengan keterampilan atau strategi membaca cepat dan kreativitas

menulis Selanjutnya di perguruan tinggi dikembangkan materi teknik

memanfaatkan bahasa dan baca tulis untuk berkomunikasi efektif dan lobi

7 Pendidik Pendidikan Profetik

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan

karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah

ditentukan bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif

Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti

al-mulim (guru) al-mudarris (pengajar) al-muaddib (pendidik) dan al- walid

(orang tua) Dalam Islamm orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal Pertama

karena kodarat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya

70

Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu oranag yang berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya (Khoiron Rosyadi 2004172)

Proses pembelajaran memposisikan pendidik berperan besar dan strategis

Karena itu corak dan kualitas pendidikan profetik secara umum dapat diukur

dengan kualitas pendidiknya sebab dengan pendidik yang memiliki kualifikasi

tinggi diharapkan dapat menciptakan dan mendesain materi yang lebih dinamis

dan konstruktif mengatasi kelemahan materi dan subjek didiknya diantaranya

dengan menciptakan suasana yang kondusif dan strategi pembelajaran aktif

yang baik Dengan pendidik yang memiliki kualitas tinggi kompetensi lulusan

(output) pendidikan dapat dijamin sehingga mereka mampu mengelola potensi

diri mengembangkan kemandirian untuk menatap masa depan gemilang yang

sehat dan prospektif (MohRoqib 2011132)

Secara umum tugas pendidik ialah mengupayakan perkembangan seluruh

potensi subjek didik Pendidik bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia

juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri dengan semangat profetik Pendidik memiliki kedudukan sangat

terhormat karena tanggungjawabnya yang berat dan mulia

Seorang Pendidik membawa amanah Illahiyah untuk mencerdaskan

kehidupan umat dan membawanya taat beribadah dan berakhlak mulia Karena

tanggung jawabnya yang tinggi ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu

Syarat terpenting pendidik menurut Zakiah Daradjat adalah kepribadian utama

yang haus dimiliki oleh pendidik tersebut Kepribadian yang utuh meliputi

tingkah laku maupun tata bahasanya Sebab kepribadian pendidik akan mudah

71

diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya termasuk budi bahasanya Oleh

karena itu pendidik menurut Imam Zarnuji seharusnya seorang yang bdquoalim

wara‟ dan lebih tua usia (dan kedewasaanya)

Beberapa syarat kepribadian secara lengkap yang harus dimiliki oleh

pendidik agar ia bisa menjadi pendidik yang baik adalah 1) zuhud dan ikhlas

2) bersih lajir dan batin 3) pemaaf sabar dan mampu mengendalikan diri 4)

bersifat kebapakan dan keibuan 5) mengenal peserta didik dengan baik (baik

secara individual maupun kolektif) Pendidik ideal adalah pendidik yang pada

saat bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik (MuhRoqib 2011134)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul ambiya‟ seorang

pendidik harus yang baik shaleh yang merasa bahwa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang Muslim yang

baik yang akan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang

diajarkan Islam yang perbuatannya akan dijadikan teladan anak didiknya Prof

DR Hadari Nawawi (1983) mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu

mengadakan sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) didik dalam setiap

relasinya Jika antara keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam

kebersamaannya maka yang terjadi hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi

pendidikan

Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses seorang guru dianjurkan

untuk mempraktikkan hal-hal berikut (Muhammad jameel 200543)

a Mengucapkan salam

72

b Seorang guru tidak diperkenankan meminta muridnya berdiri pada saat ia

masuk kelas

Menunjukkan wajah yang penuh senyum Sebagaimana seperti yang

diajarkan Rosulullah SAW ldquoSenyummu di depan saudaramu adalah

sedekahrdquo (HR At-Tirmidzi)

c Seorang guru dianjurkan untuk memulai pelajaran dengan mengatakan

kalimat pembuka

d Seorang guru harus menggunakan kata-kata yang baik pada murid-

muridnya

e Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan yang dapat melukai

muridnya

f Seorang guru hendaknya memperingatkan murudnya yang menyibukkan

diri dengan hal lain yang menggangu jalannya pelajaran

g Seorang guru hendaknya mengatur pertanyaan yang diajukan para murid

saat mengikuti pelajaran

h Seorang guru hendaknya mempraktikkan etika Islam dengan tujuan untuk

mengajari para siswanya

i Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya

Syarat-syarat menjadi pendidik sukses sebaiknya guru dapat

1) Menguasai bidang pelajaran yang diasuh

2) Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan

3) Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan

4) Berperan sebagai pelanjut perjuangan para nabi

73

5) Memiliki keluhuran akhlak dan tingakt pendidikan dan kecerdasannya

6) Salaing membantu dengan sesama pendidik

7) Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama

8) Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur

9) Berhias diri dengan sifat sabar dalam setiap hal

Menurut Al-Abrasyi sifat-sifat pendidik dalam Islam sebagai berikut

a Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridloaan Allah semata

b Kebersihan

Seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan

bersih jiwa dan terhindar dari dosa besar

c Ikhlas dalam pekerjaan

d Pemaaf

e Harus mengetahui tabiat murid

8 Peserta didik Pendidikan Profetik

Peserta didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari

sistem kependidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Khoiron Rosyadi

2004192) Peserta didik dalam pendidikan profetik selalu terkait dengan

pandangan wahyu tentang hakikat manusia Secara substantif manusia

memiliki dua dimensi lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniyah) Manusia

sebagai makhluk allah di muka bumi diberi kelebihan-kelebihan dan

keistimewaan yang tidak diberikan kepada makhluk lain

74

Potensi yang dimiliki manusia bersifat kompleks yang pada pokoknya

terdiri dari ruh (roh) qalb (hati) bdquoaql (akal) dan nafs (jiwa) Potensi-potensi

itu bersifat rohaniyah dan mental-psikis Di samping itu manusia juga dibekali

potensi fisik-sensual berupa seperangkat panca indera yang berfungsi sebagai

instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di

lingkungannya Semua potensi tersebut bersifat mendidik dapat dan harus

dididik agar berkembang aktual (MohRoqib 2011134)

Selain itu perkembangan kepribadian peserta didik di samping ditentukan

oleh aspek dasar juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan)

Interdependensi antara dasar dan ajar dalam visi profetik tetap mengakui

eksistensi masing-masing dalam perkembangan kepribadian peserta didik Di

satu sisi fitrah merupakan konsep dasar lingkungan (pendidikan) dalam

membentuk corak kepribadian peserta didik

Dalam konteks pendidikan profetik setiap anak memiliki potensi positif

(fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia Allah telah menetapkan fitrah

setiap manusia sejak penciptaannya dan tidak ada perubahan pada fitrah Allah

itu Setiap manusia yang dilahirkan dalam fitrahnya dan akan lestari dan

berkembang jika diasah dan diasuh oleh lingkungan edukasinya

Fitrah yang dibawa anak sejak lahir memiliki sifat potensial memeelukan

upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi

faktual dan aktual Upaya memberikan prinsip-prinsip nilai amat penting untuk

membimbing dan mengarahkan pertumbuhan potensi manusia Peserta didik

harus terus mengembangkan potensi fitrahnya tersebut seumur hidup (life long

75

education) Bagi Noeng Muhadjir ilmu itu tetap berproses dan merupakan amal

yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia Sebab dalam

Islam pendidikan bernilai transendental tidak hanya berproses di dunia tetapi

tetap ada maknanya di akhirat

Hidup itu belajar Karena belajar manusia bermakna dalam hidupnya

Pendidik dalam mengajar terlebih dahulu harus mengenal subjek didik dengan

baik sehingga tidak ada pemaksaan kepadanya Pelajaran agar menarik peserta

didik harus disesuaikan dengan a kebutuhan jasmaniyah b kebutuhan sosial

c kebutuhan intelektual dan d kebutuhan religius Di samping itu juga

penciptaan lingkungan yang kondusif sangat penting artinya bagi proses

pendidikan sehingga anak dapat pelajar di mana dan kapan saja

9 Metode Pendidikan Profetik

Metode secara bahasa berearti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud atau cara mengajar dan lain sebagainya

dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dengan

menggunakan bentuk tertentu seperti ceramah diskusi penugasan dan lainnya

Metode pendidikan Profetik adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang

hakikat pendidikan profetik sebagai suprasistem (MohRoqib 2011138)

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalam

menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum Metode yang

tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstriksik sejalan

76

dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk

merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam

Menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak

dan relefansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam (HM Arifin

2011144)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang

hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi

tersebut

a Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya

semata

b Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alqur‟an

c Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran alqur‟an yang

disebut pahala dan siksaan

Dalam hubungannya dengan watak dan relevansinya ketiga aspek tersebut

merupakan dasar timbulnya pola pemikiran model-model proses belajar

mengajar Penelusuran yang analitis dalam alqur‟an akan menemukan

berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan

dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiap diri manusia

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru

untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode

kependidikan efektif san efisies

77

3) Pendidikan Islam mendorong guru untuk berikhtiar menghindarkan

pengaruh-pengaruh neatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-

program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita

Islami

4) Pendidikan Islam mengupayakan harmonisasi keserasian dan keselarasan

antara masukan instrumental dengan masukan environmental (pengaruh

lingkungan) dalam proses mancapai tujuan sehingga produk pendidikan

benar-benar sesuai dengan idealitas Islami

5) Pendidikan Islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar

mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak

didik

6) Pendidikan Islam dalam segala ikhtiarnya senantiasa berpegang teguh

pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi pda potensi

keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup

pribadi manusia muslim

Teknik berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu

sedang secara etimologi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus

atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran

atau aspek dalam wujud aktivitas strategi atau taktik dan bahan atau alat yang

terkait dengan pendukungnya Teknik merupakan cara operasional yang

diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran misalnya pembelajaran

aktif dengan teknik problem solving demonstrasi dan lainnya

78

Teknik Pendidikan Profetik adalah langkah-langkah kongkret pada waktu

seorang pendidik melaksanakan pendidikan di kelas Teknik merupakan

pengejawantahan dari metode Sedang metode merupakan penjabaran dari

asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Pendidikan Profetik

Tujuan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar

berdayaguna dan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

mengamalkan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menggairahkan

belajar peserta didik secara mantap sehingga proses pembelajaran menjadi

efektif dan efisien

Tugas utama metode pendidikan Profetik adalah mengadakan aplikasi

prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan

pendidikan dan terealisasinya melalui penyampaian keterangan dan

pengetahuan agar siswa mengetahui memahami menghayati dan meyakini

materi serta meningkatkan keterampilan olah pikir dan membuat perubahan

dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan sebagai dasar penggunaan

metode pendidikan Islam adalah dasar agamis biologis dan psikologis Pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara metode pendidikan Profetik dengan

pendidikan lain Pembedanya hanya pada nilai spiritual dan mental yang

menyertai pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekkan Prinsip

dasar penggunaan metode pendidikan Profetik adalah

a Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia

dengan Allah dan sesama makhluk

79

b Keterpaduan (integrative tauhid)

c Bertumpu pada kebenaran

d Kejujuran (sidq dan amanah)

e Keteladanan pendidik Ada kesatuan ilmu dan amal

f Berdasar pada nilai dan tetap berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah

budi utama

g Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak

h Sesuai dengan kebutuhan peserta didik

i Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian

j Proporsional dalam memberikan janji yang menggembirakan dan

ancaman untuk mendidik kedisiplinan

Pendidika Profetik juga dapat menggunakan metode yang disebut dengan

edutainment plus atau pendidikan yang menyenangkan dengan tanpa

meninggalkan hukuman jika dibutuhkan Edutainment plus merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan

proses pembelajaran yang rileks menyenangkan dan bebas dari tekanan baik

fisik maupun psikis (Khoiron Rosyadi 2004143)

Metode yang dipilih dan dilakasanakan oleh pendidik secara transenden

dibarengi dengan rasa tulus ikhlas sehingga peserta didik tergugah semangat

dan gerak edukatifnyadengan rasa senang dan nyaman Siraman nilai spiritual

yang berdimensi liberasi dan humanis akan memberikan sisi sentuh yang kuat

untuk berbuat demi kemanfaatan mereka dan lingkungannya

80

10 Media Pendidikan Profetik

Alat-alat pendidikan seringkali disebut dengan peralatan pendidikan yang

terkadang rancu dengan media pendidikan Alat (device) bisa disebut dengan

istilah hardware atau perangkat keras digunakan untuk menyampaikan pesan

Bahan atau software perangkat lunak di dalamnya terkandung pesan-pesan

yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji atau tanpa alat penyaji

Kedua-duanya ini bahan dan alat atau hardware dan software tidak lain adalah

media pendidikan (MohRoqib 2011146)

Secara definitif media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari si pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa demikian rupa

sehingga proses belajar terjadi Sumber belajar tidak hanya guru tetapi bisa

juga jenis pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima

oleh siswapeserta latihan Pesan-pesan yang dituangkan oleh guru terdapat

dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata lesan atau tertulis) mauoun

non verbal atau visual Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol

komunikasi itu disebut encoding Sedang proses penafsiran simbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis fisik

kultural dan lingkungan Dalam pendidikan profetik secara historis telah

diketahui bahwa alat belajar tulis dan baca telah lama ada pada masa nabi dan

diajarkan dikalangan sahabat dan sudah pula memakai peralatan dan media

81

pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya Pada masa sekarang

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sudah terasa

sangat mendesak dalam pengajaran perlu menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan itu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology) atau ICT dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

pendidik dalam melakukan proses pendidikan Tetapi apabila alat pendidikan

diperankan lebih dominan dari guru atau guru telah kalah pengaruh dalam

membentuk kepribadian subjek didik maka tidak mustahil sifat teknologi yang

statis dan rutin tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk kepribadian

subjek didik Semua media dikembangkan guna kemaslahatan kebaikan dan

kelestarian alam semesta memanfaatkan media untuk kemaslahatan umat juga

merupakan Ijtihad (MohRoqib 2011148-149)

11 Evaluasi Pendidikan Profetik

Dalam proses pendidikan Islam tujuan merupakan sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan proses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam Dengan memperhatikan kekhususan tugas

pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik

nilai-nilai Agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk

melalui proses itu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai

pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui

proses evaluasi (HM Arifin 2011162)

82

Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap

tingkah laku anak didik berdasarkan perhitungan yang bersifat komprehensif

dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-psikologis

Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat

kemampuan dasar anak didik yaitu

a Sikap dan pengalaman pribadinya hubungannya dengan Tuhan

b Sikap dan pengalaman dirinya hubunganya dengan masyarakat

c Sikap dan pengalaman kehidupannya hubungannya dengan alam sekitar

d Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan

selaku anggota masyarakat serta selaku Kholifah di muka bumi

Evaluasi diperlukan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan Dari

aspek proses apakah prosesnya sesuai dengan konsep pendidikan profetik yang

meliputi apresiasi terhadap tujuan muatan materi perilaku dan kualitas

pendidik pandangan dan perlakuan terhadap peserta didik penggunaan metode

dan media pembelajaran

Dari sisi hasil sandar keberhasilan pendidikan terletak pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan Tujuan pokok menengah dan akhir Tujuan

jangka pendek berupa kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan tujuan

jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat Kedua tujuan tersebut dapat

dilihat dari penguasaan keterampilan dan akhlak yang mulia Tolak ukur yang

mudah diketahui adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku keseharian ini disebut dengan akhlak Misi kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia Evaluasi pendidikan profetik selain

83

mengukur dan menilai tentang kualitas pemahaman penguasaan kecerdasan

dan keterampilan juga mengukur dan menilai nilai moral dan akhlak peserta

didik Akhlak yang berdimensi Tauhid hubungan kepada Allah (hablu min

Allah) hubungan terhadap sesama manusia (hablun min an-nas) dan

hubungan dengan alam untuk memberikan rahmat bagi alam semesta

(rahmatan li al-bdquoalamin) sebagai pemakmur bumi (khalifah fi al-ard) Menjaga

hubungan kepada Tuhan dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang

lain beribadah sesuai dengan agamanya merupaka akhlak profetik (MohRoqib

2011150)

Proses dan hasil yang beragam menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik dengan menggunakan tes maupun non tes Akhlak selain bisa dievaluasi

melalui tes juga non tes seperti dari catatan harian yang memuat ibadah

pergaulan peserta didik dalam keluarga dengan tetangga dan masyarakat juga

aktivitas lain yang positif untuk kemaslahatan umum dan kemanusiaan

C KONTEKSTUALISASI PENDIDIKAN PROFETIK

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoir Ummah)

Pemikiran pendidikan dalam paradigma profetik dengan ketiga pilar yang

telah disebutkan sebelumnya diharapkan bisa diartikulasikan dan

aktualisasikan dalam praktik pengembangan Pendidikan Islam Untuk

memberikan gambaran akan praktik yang diharapkan diperlukan desain

terlebih dahulu tentang model ldquokomunitas idealrdquo yang dalam bahasa Al-Qur‟an

disebut ldquokhoiru al-ummahrdquo

84

Sebagaimana telah disebutkan bahwa pendidikan profetik dengan dasar

tradisi atau sunnah baik dengan pilar transendensi humanisasi dan liberalisasi

secara otomatis membangun peserta didik anggota masyarakat secara kolektif

bukan hanya sebagai individu-individu Tentang khoir al-ummah disebutkan

dalam al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110 dan ayat ini menjadi rujukan untuk

pendidikan profetik

Artinya ldquoKamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allahrdquo QS Ali Imron (3) 110

Khoir al-Ummah juga berarti kelompok atau komunitas terbaik dan

manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain Umat secara umum menunjuk

pada semua mahkluk sedang kata umat ideal adalah komunitas sosial yang

dinamis yang bergerak sesuai dengan orientasi dan visi yang jelas di bawah

kepemimpinan yang bijaksana Kata Khoir al-Ummah yang diikuti tiga kata

dibelangkangnya yaitu amar ma‟ruf (humanisasi) nahi mungkar (liberasi) dan

iman kepada Allah (transendgvbensi) Jika dikaitkan dengan hal tersebut maka

pendidikan profetik harus dibangun berdasarkan empat syarat dan tiga pilar

Yaitu komunitas visi gerak dinamis dan kepemimpinan (Muh Roqib

2011155)

2 Pendidikan Profetik untuk pengembangan kebudayaan

85

Desain dari pendidikan profetik ini juga memanfaatkan dasar

pengembangan kebudayaan yang digerakkan melalui penguatan pada aspek-

aspek subjektif atau objektif budaya Penguatan dapat dilakukan dengan

memberikan stimulasi Setelah lebih jelas tentang format dan desain

pendidikan profetik dengan empat syarat dasar dan pilarnya serta aksi yang

didasarkan pada pemanfaatan tradisi dan budaya yang dikembangkan

diharapkan konsep pendidikan ini mampu mengilhami perkembangan pola

pendidikan baru sebagai alternatif

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan

Diantara beberapa model pendidikan yang memiliki potensi kuat untuk

dikembangkan dengan paradigma pendidikan profetik ini adalah

a Pendidikan Sosial-kebudayaan Homeschooling

Khair al-ummah komunitas ideal tidak akan terwujud tanpa

pemerataan pendidikan Sebagaimana yang banyak disebutkan pernyataan

ldquoorang miskin dilarang sekolahrdquo atau ldquoorang miskin dilarang sakitrdquo

merupakan identitas sosial yang harus segera digeser dan dirubah dengan

pendidikan profetik Pendidikan profetik dalam artian ini adalah

pendidikan kerakyatan

Agar program ini faktual dan aktual maka program pendidikan

yang dilakukan harus memanfaatkan potensi lokal Jika mendasarkan

pemikiran pada pencarian potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam

pengembangan pendidikan profetik homeschooling menjadi alternatif

jawabannya Persekolahan di rumah merupakan model pendidikan tertua

86

di nusantara Fokus dalam pendidikan sebaiknya difokuskan pada

pengembangan potensi dasar yang memungkinkan anak mampu

mengembangkannya secara mandiri lebih baik dan manusiawi Fokus itu

terutama adalah kemampuan bahasa metode perfikir dan pembentukan

kepribadian

Jika fokus ini yang menjadi orientasi dasar pendidikan maka setiap

lembaga atau komunitas terkecil kependidikan bisa berkompetensi secara

terbuka Pada wilayah kebijakan seperti ini homeschooling memiliki posisi

yang setara dengan pendidikan lain Persekolahan di rumah merupakan

pendidikan alternatif yang ditawarkan setelah mencerna bahwa pendidikan

saat ini diakui kurang efektif dan efisien

Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara

at home Dengan pendekatan ini anak akan merasa nyaman bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing kapan dan di mana saja

Pengembangan persekolahan di rumah ini bisa menunjang pelaksanaan

konsep pendidikan seumur hidup life long education Pendidikan dari

masa kanak-kanak sampai masa tua Terlepas dari pendidikan

persekolahan tersebut pendidikan dalam keluarga memiliki fungsi

strategis untuk pengembangan potensial secara utuh

Homeschooling yang didesain dalam perspektif pendidikan

profetik di antaranya harus memperhatikan tentang

87

1) Tujuan pendidikan yang dikembangkan hendaknya menyiapkan

peserta didik agar memiliki kemandirian dan potensi kreatif dalam

hidupnya

2) Memperhatikan potensi dan bakat anak

3) Pemikiran filosofis yang disampaikan kepada anak berparadigma

profetik yang bertumpu pada gerak dan tindakan

4) Orang tua yang berfungsi sebagai guru harus memberikan penekanan

terhadap pemahaman keagamaan yang integratif dan komprehensif

5) Budaya tradisi dan gaya hidup dalam keluarga dikondisikan agar

anak sebagai peserta didik

b Pendidikan Profetik Inklusif-multikultural

Pendidikan multikultural dapat dikembangkan dengan pemanfaatan

potensi seni dan budaya lokal Islam harus dihayati sampai kepada makna

dan ruhnya Penghayatan sampai makna seperti ini menuntu sebuah

perombakan kurikulum dalam pendidikan Sebab pendidikan yang berhasi

mencapai tujuan diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang mampu

menghargai keberbadaan dan keragaman kultur (multikultural)

Pendidikan multikultural dikembangkan untuk menjawab

kegelisahan terhadap pemahaman mengenai pluralitas yang sempit

Kaitanya dengan soal pluralisme penting untuk digaris bawahi bahwa

multikuturalisme itu berbeda dengan pluralisme Pluralisme hanya sebuah

pengakuan terhadap keberagaman tentang kemajemukan atau kebhinekaan

Sonia Neito mengartikan pendidikan multikulturalisme lebih praktis dalam

88

karyanya Language Culture dan Teaching (2002) Ia mendefinisikan

pendidikan multikulturalisme sebagai proses pendidikan yang menentang

bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat bisa diterapkan oleh

peserta didik komunitas mereka dan para pendidik Pendidikan

multikultural di indonesia menurut Anita Lie menghadapi tiga tantangan

yaitu pertama fenomena homogenisasi dunia pendidikan akibat tarik ulur

keunggulan dan keterjangkauan Yang kedua kurikulum Ketiga

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran multikultural (Muh

Roqib 2011174)

Fokus dari pendidikan multikultural adalah pada kecerdasan siswa

yang menguasai ilmu dan menyelesaikan masalah tetapi dengan dasar

moral yang menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar

belakang yang berbeda Pendidikan multikulturalisme dalam paradigma

profetik menempatkan dasar transendensi humanisasi dan liberasi untuk

menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan

secara teologis di hadapan Tuhan saling menghargai sebagai sesama

manusia dan saling membangun kebersamaan dalam menegakkan keadilan

melawan diskriminasi dalam bentuk apapun

c Pendidikan Profetik Integratif-interkonektif

Kebutuhan hidup manusia amat banyak dan beragam Pengetahuan

saja tidak cukup untuk membuat hidup manusia menjadi tentram dan

bahagia Pemahaman akan hukum alam sosial dan teologis memerlukan

paket materi pelajaran yang holistik dan komprehensif Ika Dewi Ana

89

dengan mengutip berbagai sumber mengungkapkan tentang krisis kearifan

dalam pendidikan diantaranya karena perlakuan lembaga pendidikan tidak

tepat terhadap ilmu pengetahuan (Muh Roqib 2011179)

Pendidikan intregratif merupakan bagian dari aplikasi pendidikan

profetik dalam artian pendidikan profetik tidak akan berjalan tanpa

membangun pendidikan yang integratif Integratif dalam teori desain

sistem pelaksanaan dan integratif dalam kelembagaan Integratif dalam

arti jejaring antar lembaga adalah berwujud kerjasama untuk

melaksanakan program bersama untuk menyiapkan media pendidikan dan

pelayanan prima tanpa pembebanan pada peserta didik secara sosial dan

ekonomi Dari aspek kelembagaan konsep pendidikan profetik adalah

mengintegrasikan ilmu (kurikulum) kebijakan dan kelembagaannya

d Pendidikan Profetik berdasarkan Filsafat Gerak-Kreatif

Filsafat profetik dalam rangka pemikiran Iqbal didasari oleh filsafat

gerak Tuhan mewajibkan hambanya untuk beribadah berarti ada

keniscayaan baginya untuk bergerak dinamis sebagaimana hukum alam

yang selalu bergerak sesuai kehendak-Nya Dalam sifat Nabi ada sifat

fatanah kecerdasan yaitu gerak kreatif yang dimiliki oleh seseorang

untuk merespon secara proaktif kondisi alam dan manusia untuk mengatasi

berbagai problem dan untuk meningkatkan peradaban umat manusia

Kreativitas ini adalah kelanjutan dari keimanan dan peribadatan

kepada Allah yang selanjutnya adalah melakukan upaya agar kebutuhan

primer seperti makan dan keamanan bisa dipenuhi dan kemudian

90

ditingkatkan menjadi kesejahteraan dan ketenangan hidup Menurut Noeng

Muhadjir kreativitas bagi manusia berfungsi sebagai unsur pembeda dari

makhluk lainya dan merupakan fungsi pendidikan yaitu menumbuhkan

kreativitas meyiapkan tenaga produktif pelestarian dan pengembangan

nilai Terkait dengan ini Noeng merincinya menjadi lima yaitu kreativitas

rasional kreativitas rekayasa kreativitas estetik kreativitas moral dan

kreativitas sosial Daya gerak dan perbaikan nilai kemanusiaan tidak akan

tercapai tanpa pengembangan kreativitas Pendidikan progresif

menyediakan ruang kreativitas yang menyenangkan dan humanis

Kreativitas dalam konteks profetik menjadi bagian dari aktualisasi amal

Shalih (Muh Roqib 2011184)

e Pendidikan Pofetik Menyenangkan-mendisiplinkan (Edutainment

Plus)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tradisi pendidikan

profetik harus melibatkan metode yang positif dan sesuai dengan kondisi

peserta didik Bagaimana pendidikan dapar memberikan peluang bagi

peserta didik untuk ldquogandrung ilmurdquo dan terus mengulang proses

pencarian ilmu karena metode yang dilakukan oleh pendidik begitu

menarik dan menyenangkan (MohRoqib 2011186)

Pendidikan profetik yang menyenangkan adalah pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak memberikan tekanan fisik maupun psikis

91

Sisi manfaat penggunaan desain pembelajaran yang berprespektif

edutainment Plus adalah

1) Membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa

lebih mudah

2) Mendesai pembelajaran dengan selipan humor dan permainan edukatif

untuk memperkuat pemahaman materi

3) Komunikasi menjadi efektif dan penuh dengan keakraban

4) Penyampaian materi pelajaran pada yang dibutuhkan dan

bermanfaatkan

5) Penyampaian materi sesuai dengan kemampuan peserta didik

6) Memberikan Reward dan hadiah sebagai motivasi untuk peserta didik

7) Pemberian sanksi atau hukuman secara edukatif dan proporsional jika

diperlukan untuk memantapkan kedisiplinan peserta didik

Penerapan edutainment puls dalam perspektif profetik sekali lagi

tetap tidak meninggalkan sama sekali terhadap hukuman jika diperlukan

untuk mendisiplinkan peserta didik

D PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penerapan pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan

nilai plus tersendiri pada proses pendidikan Islam Dengan adanya pemahaman

yang benr terhadap Islam maka akan menghasilkan paradigma Islam yang

integralistik atau menyeluruh Pendidikan agama Islam yang berparadigma

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi (Kuntowijoyo 200749) Berangkat dari nilai-

92

nilai yang sama dan dari sumber yang sama Integrasi terhadap terhadap Islam

dan ilmu akan semakin memperkuat keduanya Islam adalah ilmu dan ilmu

merupakan keharusan di dalam Islam Melalui pengintegrasian Islam dan ilmu

diharapkan adanya penyatuan antara wahyu tuhan dan pikiran manusia

Terdapat beberapa model dan paradigma pendidikan di Indonesia

diantaranya adalah model pendidikan tradisional dengan paradigma

ldquoIslamrdquonya dan pendidikan modern dengan paradigma sekulernya Tentu saja

masing-masing model pendidikan tersebut dengan paradigmanya masing-

masing memiliki muatan kurikulum dan orientasi yang juga berbeda

Referensi yang digunakan serta sikap yang dihasilkannya pun berbeda Model

pendidikan tradisional cenderung meletakkan agama dan akhirat sebagai

kurikulum dan orientasinya Pendidikan modern lebih kepada ilmu-ilmu umum

dan keduniawian sebagai muatan kurikulum dan orientasinya Eksklusif lebih

menjadi sikap pilihan model pendidikan tradisional jika dibandingkan liberal

yang menjadi sikap pendidikan modern Melalui pendidikan Islam profetik

masing-masing perbedaan yang terkesan berseberangan tersebut coba untuk

diintegrasikan sehingga menghasilkan model pendidikan yang berparadigma

integralistik serta lebih mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia

sebagai referensinya (Kuntowijoyo 200755) Dengan demikian orientasinya

tentu saja mengarah tidak hanya yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Kurikulum yang dibangun adalah kurikulum ilmu-ilmu agama dan umum

sehingga melahirkan sikap inklusif (Kuntowijoyo 200758)

93

Dalam upaya menciptakan masyarakat utama pendidikan menjadi salah

satu pilar utama di dalamnya Selain pendidikan yang merupakan integrasi

antara Islam dan ilmu sehingga melahirkan pendidikan yang bermutu maka ia

juga harus diinternalisasikan sekaligus diobjektifikasikan Kaitan antara

objektifikasi dan internalisasi adalah bahwa objektifikasi harus berangkat dari

internalisasi yang diinternalisasikan adalah nilai yaitu nilai-nilai Islam

(Kuntowijoyo 200761)

Pendidikan Islam profetik mensyaratkan adanya objektifikasi bukan

sekularisasi Objektifikasi menghendaki terhindarnya masyarakat dari dominasi

Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam profetik objektifikasi menghendaki

juga ketiadaan dominasi Islam terhadap masyarakat Melalui objektifikasi ini

masyarakat dari kelas manapun agama apapun kelompok manapun akan

dapat menerima konsep sistem dan mekanisme serta kurikulum pendidikan

Islam profetik yang dijalankan sebagai hal yang ldquowajarrdquo Hasil-hasil yang

dilahirkan selama proses di dalam pendidikan yaitu penggalian

pengakumulasian koleksi serta transformasi akan pengetahuan dianggap

sebagai aktualisasi terhadap nilai-nilai agama (ilmu agama) sekaligus nilai-nilai

dunia (ilmu dunia) secara wajar Objektifikasi adalah perbuatan dalam

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan yang juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikmatinya tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo 200763) Dalam konteks

pendidikan dapat dicontohkan melalui misalnya di dalam Islam orang yang

malas mencari ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang

94

membiarkan orang lain tetap berada di bawah penindasan orang lain adalah

musuh Tuhan maka hal itu dapat diobjektifikasikan melalui model dan

kurikulum pendidikan yang mengarahkan orang kepada perolehan ilmu

pengetahuan Ilmu yang dimiliki itu dapat menjadi alat baginya untuk melawan

penindasan yang selama ini terjadi kepadanya Pendidikan yang membebaskan

tersebut adalah objektifikasi dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 110

Letak perbedaan antara pendidikan profetik dan pendidikan Islam selama

ini adalah pada objektifikasinya Pendidikan Islam yang ada selama ini lebih

kepada Islamisasi atau doktrinisasi tetapi pendidikan Islam profetik lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya Dalam

pendidikan Islam profetik misalnya ajaran tentang menyantuni orang miskin

dan anak yatim tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja namun juga orang di

luar Islam Orang Islam dapat mempelajari itu orang di luar Islam pun sama

Wujud akhir yang nyata dari aktualisasi atau pelaksanaan terhadap nilai-nilai

Islam harus bisa dianggap wajar dan diterima oleh umum demikian halnya

dengan pendidikan Islam Jika pendidikan Islam dalam bentuk akhir dari

aktualisasinya dapat juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan itulah

pendidikan yang dibutuhkan pendidikan Islam profetik

Tujuan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Profetik tidak jauh beda

yaitu bersumber pada nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Di dalam pendidikan

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi Pendidikan agama Islam yang ada selama ini

95

lebih kepada Islamisasi atau doktrinasi sedangkan profetik lebih pada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Pendidikan profetik berbicara mengenai Idealita Realita dan Metode dalam

pendidikan Pendidikan profetik mencoba melakukan format pendidikan yang

bisa menggeser paradigma pendidikan yang kompetitif menjadi spirit

bersinergi contohnya saling melengkapi akan kebutuhan hidup masing-masing

Berbicara mengenai profetik adalah berbicara mengenai manusia tokoh idola

dan panutan Tapi tidak sekedar itu berbicara model yang menjadi panutan

untuk diikuti bukan karena kelebihan yang dimiliki model itu dan kemudian

melahirkan ldquokebanggaan pasifrdquo bagi yang mengetahuinya Makna profetik

lebih dari pada penilalian total akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang

dilakukannya Pendidikan yang dikembangkan oleh Nabi dilakukan secara

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan manusia tugas nabi yang

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak

dan amal sholeh atau bekerja secara profesional Sebagai pendidikan yang

bersifat utuh dan komprehensif maka pendidikan profetik dilakukan secara

utuh pula yaitu selain mengembangkan nalar juga mengembangkan potensi

hati dengan cara banyak berdzikir atau ingat Allah melakukan kegiatan ritual

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

Yollanda Vusvita Sari dalam kajian Education Center BEM UNY 2010

menulis bahwa pendidikan profetik tidak meniadakan akan suatu perbedaan

Namun yang dipermasalahkan adalah paham yang mengakui kebebasan dalam

berpendapat tanpa ada batas Konsep pendidikan profetik dalam pendidikan

96

agama Islam mengiyakan perbedaan akan tetapi harus ada keyakinan atau nilai

universal yang disepakati bersama Berbicara profetik adalah berbicara

orangnya (person) sedangkan ketika nilai ini menjadi kolektivitas sosial maka

akan menjadi masyarakat madani (Ummat) Pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara metode pendidikan profetik dengan pendidikan agama Islam

Pembedannya hanya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat

metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekan Metode yang dipilih dan

dilaksanakan oleh pendidik secara transenden dibarengi dengan rasa tulus

ikhlas dan cinta kasih sehingga peserta didik tergugah semangat dan gerak

edukatifnya Dalam media pendidikan profetik dan pendidikan agama Islam

yang digunakan masih sama secara penggunaan dan pemanfaatannya Yang

mana media ataupun alat yang diperankan jangan sampai lebih dominan dari

guru karena tidak mustahil sifat media pendidikan dan perkembangan

teknologi yang statis dan tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk

kepribadian subjek didik Pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam

bisa dilakukan dengan mendekatkan peserta didik pada tiga hal penting yaitu

Pendekatan pada kitab suci tempat ibadah dan para ulama‟nya

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk mengetahui

dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi kualitas pendidik dan

menilai serta mengukur moral dan akhlak dari peserta didik itu sendiri

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi

97

perkembangan peserta didik Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi

semua pihak Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja

kepala sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu

sebagai Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja Selain itu perlu

membenahi Niat Dalam pendidikan profetik niat memiliki posisi yang

strategis Sekalipun misalnya delapan standar pendidikan telah dipenuhi oleh

lembaga pendidikan manakala niat para pelaku pendidikan tidak benar maka

hasil pendidikan juga tidak akan maksimal Bahkan hasil pendidikan

sebenarnya lebih banyak tergantung pada niat itu Oleh karena itu ada dua hal

yang harus diperbaharui yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan

dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku

tenaga kependidikan Pendidikan harus dikembalikan pada watak aslinya yaitu

untuk mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa yang meraih derajat

unggul dalam aspek intelektual spiritual jiwa dan raganya serta akhlaknya

Dengan demikian mengimplementasikan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru

agama atau guru budi pekerti melainkan meupakan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

98

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehg peneliti diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari tata usaha SMP Negeri 4 Salatiga disebutkan bahwa

SMP Negeri 4 salatiga adalah lembaga pendidikan yang didirikan di kota

salatiga pada tahun 1979

Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga pada awal pendiriannya memiliki 2

lokal gedung terpisah Satu gedung berada di Jl Veteran sedang satunya

lagi berada di Jl Sumardi Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan

belajar mengajar tidak efektif Kemudian pada tahun 2007 karena telah

habisnya hak guna bangunan tanah milik pemerintah kota salatiga di

samping SMP Negeri 4 salatiga maka tanah tersebut kemudian dihibahkan

kepada SMP Negeri 4 salatiga yang saat ini telah berdiri bangunan baru

Maka dari itulah pada bulan November 2007 SMPN 4 salatiga baru

melokalisasikan sekolah menjadi satu tempat yakni di jl Patimura 47

Salatiga Telp (0298) 32678

2 Letak Geografis

a Alamat sekolah

SMPN 4 salatiga beralamat di Jl Patimura 47 Salatiga teleponfax

(0298) 326785

b Luas tanah

99

Luas tanah yang dimiliki SMPN 4 salatiga adalah sebesar 3883msup2 dan

tealah bersertifikat IMB

3 Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga

a Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik dan Iman Taqwa

3) Terwujudnya profile sekolah sebagai SMP favorit

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah kondusif dan asri

5) Terlaksananya program program SCS ( Study Club In School ) siswa

dan guru

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang santun etis dan berbudi

luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian kepemimpinan dan

perkaderan siswa

b Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

2) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran

interaktif aplikasi dan akselerasi

Unggul Prestasi santun berbudi tangguh berkompetisi Sadar

bertaqwa

100

3) Mengaktulaisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan

iman dan taqwa

4) Membudayakan sikap sportifitas dalam berkompetensi meraih prestasi

5) Melaksanakan program penataan sarana prasarana sesuai dengan site

plan jangka pendek menengah dan jangka panjang

6) Membiasakan percakapan bahasa inggris bagi seluruh warga sekolah

lewat kegiatan ekstrakurikuler

7) Mempraktikan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

8) Membudayakan santun dalam bicara cipta rasa dan karsa

9) Menyalurkan bakat dan potensi dengan barbagai kegiatan apresiasi

dan kompetisi

10) Menginsentifkan kegiatan organisasi kepemimpinan dan kader siswa

c Slogan

4 Struktur Organisasi Sekolah SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 salatiga sebuah lembaga pendidikan juga memiliki struktur

organisasi sebagai sistem penggerak dalam rangka mewujudkan visi dan

misi SMPN 4 Salatiga Di bawah ini adalah struktur organisasi SMPN 4

Salatiga

H E B A T

Harmoni ndash Etika ndash Bestari ndash Aktif ndash Taqwa

101

Tabel 31

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

102

Tabel 32

Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

1 Sumiyati 2 Idayati Hartini 3 Saimin 4 Agus widodo 5 Sri Iriyanti 6 Rejo 7 Eka Sulistyawati 8 Murniati 9 Rubiyanto 10 Nuzul Lusy

Anggraeni 11 Tri Budi Setyawan 12 Sutrisno

13 Agus Riyadi

TATA USAHA

103

5 Keadaan Guru Karyawan dan Siswa SMPN 4 Salatiga

a Keadaan Siswa SMPN 4 Salatiga

Secara keseluruhan jumlah siswa SMPN 4 Salatiga pada

tahun ajaran 20152016 berjumlah 655 di bawah ini adalah data

siswa SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

Tabel 33

Data siswa SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Kelas

jenis kelamin Agama jumlah

kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

104

b Keadaan Guru SMPN 4 Salatiga

Guru-guru SMPN 4 Salatiga merupakan tenaga pendidik

professional mereka mengajar sesuai dengan bidangnya masing-

masing Sebagian besar adalah lulusan Strata 1 (S1) bahkan ada

dari beberapa mereka telah bergelar Strata 2 (S2) Adapaun rincian

dari keadaan guru SMPN 4 Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 34

Data Guru SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Tabel 35

Data Kualifikasi Pendidikan Guru SMPN 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

105

c Keadaan Karyawan SMPN 4 Salatiga

Untuk membantu Kelancaran dalam segala kegiatan di

SMPN 4 Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan

yang berjumlah 43 Karyawan-karyawan tersebut mempunyai

tugas membantu semua kegiatan yang ada di SMPN 4 Salatiga

sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga segalanya dapat

berjalan dengan baik dan lancar Berikut ini adalah tabel daftar

karyawan di SMPN 4 Salatiga

Tabel 36

Daftar Karyawan SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian

inventaris kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

106

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

d Sarana dan Prasarana SMPN 4 Salatiga

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Salatiga

didukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai

sebagai salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) unggulan di

salatiga Adapun sarana yang dimiliki SMPN 4 Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 37

Data Sarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

107

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

Adapun prasarana yang dimiliki SMPN Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 38

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

108

e Situasi dan Kondisi SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 Salatiga merupakan sekolah umum lanjutan tingkat

pertama di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional

Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Salatiga dengan warga

sekolahnya berasal dari berbagai latar belakang status yang

berbeda baik status sosial ekonomi maupun agamanya Sekolah

bercorak plural ini memiliki situasi dan kondisi sekolah yang

sangat beragam hal ini terlihat dari begitu variasinya agama yang

dipeluk oleh setiap warga sekolah baik guru karyawan maupun

dari siswanya sebagaimana diuraikan dalam tabel-tabel

sebelumnya

Lingkungan sekolahnya merupakan lingkungan agamis karena

di dekat sekolah tersebut berdiri sebuah masjid dan sebuah gereja

sehingga memungkinkan warga sekolah dapat beribadah ke tempat

ibadah tersebut setiap saat Dalam event tertentu seperti ketika hala

bihala idhul Adha dan Natal sekolah tersebut sering mengadakan

kegiatan untuk memeriahkannya

Dengan situasi dan kondisi pluralitas di lingkungan sekolah

tersebut peraturan dan kebijakan sekolah juga dibuat berazaskan

pada prinsip persamaan tanpa adanya diskriminasi Semua warga

sekolah diberikan kesempatan dan kebebasan yang sama sesuai

dengan kewajiban dan haknya asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan yang telah ditetapkan sekolah dan peraturan dari

pemerintah contohnya penempatan siswa di kelas disama ratakan

109

sesuai kemampuan intelligence tanpa memandang status baik

sosial ekonomi maupun agamanya

f Ekstra Kurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pokokwajib yang

harus diikuti oleh setiap siswa Kegiatan ini diwujudkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dimana di

dalamnya terjadi hubungan interaksi antara pendidik dan peserta

didik

Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

dan waktu pelaksanaanya di luar jam belajar sehingga tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar yang bersifat intrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga bertujuan untuk

menambah wawasan pengalaman para siswa serta usaha

mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing

Terdapat satu program ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu

pramuka bagi kelas VII dengan harapan dapat melatih siswa hidup

secara mandiri disiplin dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat

Berikut ini adalah tabel kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

110

Tabel 39

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

Tabel 310

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

111

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

B Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan di SMP Negeri 4 Salatiga

tentang Implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah tersebut ada beberapa garis besar yang dapat

tergambarkan sebagai berikut

1 Hasil Penelitian

a) Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 4 salatiga oleh

peneliti ada beberapa implementasi pendidikan tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam beberapa

diantaranya dikemukakan oleh responden yaitu sebagai berikut

Implementasi Pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahnya menurut

kepala sekolah yaitu MN adalah

ldquoDalam penerapan tradisi profetik atau nilai-nilai kenabian

perlu adannya keteladanan yang dilakukan di lingkungan

sekolah Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang

112

penting untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik

atau kenabian yang di ajarkan melalui pembelajaran

maupun praktek merupakan proses tranformasi pendidikan

dan pengajaran Dengan adanya keteladanan dan

penananman nilai-nilai kenabian dapat membentuk pribadi

siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi Khairul

Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri

peserta didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau

keislaman juga kami terapkan dengan mengajak peserta

didik untuk saling tolong menolong antar sesama dengan

cara menyantuni anak yatim dan warga

miskin rdquo(Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa penanaman

pendidikan tradisi profetik kepada peserta didik dilakukan dengan

cara pembiasaan dan keteladanan seperti pembiasaan bersalaman

dengan guru saat siswa masuk gerbang sekolah pada pagi hari

shalat dhuhur berjamaah dan memberi keteladanan peserta didik

dengan saling menghormati tolong menolong dan toleran Di

setiap bulan Ramadhan siswa diajarkan untuk berzakat dan

bershodaqoh di sekolah yang mana perbuatan tersebut dapat

menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik serta penanaman

nilai-nilai keagamaan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim

113

Seperti apa yang diungkapkan kepala sekolah di atas HR

selaku Guru PAI senior di SMP Negeri 4 beliau dalam

mengimplementasikan pendidikan tradisi profetik melalui model

pembelajaran dan sistem evaluasinya

ldquoDalam penerapannya saya menekankan keteladanan

kepada peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian

di lingkungan sekolah yang selalu rutin dilakukan

contohnya ketika memasuki gerbang sekolah maupun saat

masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik

diwajibkan untuk bermusafahah dahulu kepada gurunya

Hal ini menjadikan peserta didik dapat berlaku hormat

kepada yang lebih tua Sebelum mulai pembelajaran

dibiasakan membaca Asmaul Husna bersama-sama Serta

adanya pembiasaan Sholat Dhuhur dan Jum‟at berjamaah di

sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

siswa Dalam beberapa pembelajaran peserta didik untuk

belajar langsung di masyarakat seperti contohnya ketika

ada materi tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya

dan mencari pengetahuan mengenai haji kepada tokoh

agama atau masyarakat yang sudah menunaikannya

Sehingga dengan begitu siswa akan lebih mengetahui dan

memahami materi karena mencari langsung dari sumbernya

Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik yang

dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didikrdquo(Wawancara

HR 110915)

Penerapan pendidikan tadisi profetik juga tercermin dalam

sistem evaluasinya

114

ldquoDalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah

berlangsung baik tes maupun nontes kami selalu menekan

pada segi afektif dan psikomotoriknya bukan berarti segi

kognitif tidak penting Setiap perilaku yang dilakukan di

dalam kelas sekolah maupun di luar sekolah pun menjadi

evaluasi bagi kami Dengan observasi maupun pengamatan

terhadap perilaku siswa menjadi peranan dalam evaluasi

pembelajaran tidak hanya itu kami juga berkoordinasi

dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-sama

dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat

materi sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat

Dhuhur dan Jum‟at bersama Orang tua siswa juga

melakukan evaluasi di luar sekolah yang mana setiap akhir

semester dilaporkan kepada kami Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan

peserta didik terhadap pembelajaran tetapi untuk menilai

dan mengukur moral dan akhlak serta untuk

menyempurnakan akhlakul karimah peserta

didikrdquo(Wawancara HR110915)

Bapak WD juga mengatakan bahwa implementasi

pendidikan tradisi profetik secara tidak langsung telah diterapkan

dalam proses pembelajaran

ldquoDalam pemberian materi pembelajaran biasanya siswa

akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya

Dengan menggunakan metode pembiasaan keteladan juga

dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat

membentuk akhlak dan moral siswa Melalui observasi

115

yang dilakukan oleh peserta didik langsung dan kemudian

dipadukan di kelas menjadikan peserta didik mudah

memahami dan menghayati materi yang dipelajari

Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan melalui

praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di

dalam perilaku keseharian semisal dengan guru memberi

amanah kepada siswa dan kemudian apakah siswa

menjalankan amanah yang diberikan oleh guru tersebut atau

tidak Proses kegiatan belajar mengajar yang kami lakukan

ditekankan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai

kenabian dan keislaman yang mana dalam setiap

penggunaan metode dan media pembelajaran

mengusahakan agar bagaimana siswa mampu memahami

dan menghayati secara langsung tujuan pembelajaran yang

diinginkan Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur

bagaimana penanaman dan pembentukan pribadi siswa

perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah dan di

rumah menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi hasil

pembelajar Maka tidak hanya guru Agama islam saja yang

membimbing maupun memberikan teladan tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-

samardquo(Wawancara WD120915)

Penggunaan studi kasus di lapangan yang digunakan dalam

beberapa proses pembelajaran dapat menumbuhkan dan

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman Misalnya

observasi langsung dengan para tokoh agama dan pelaku haji

116

dalam mengetahui dan memahami tentang haji dari syarat rukun

dan lainnya Pembiasaan membaca Asmaul Husna yang dilakukan

setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada Sang Pencipta (Observasi 090915)

b) Problematika dalam Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

masih ada beberapa hambatan dalam implementasinya yakni

masih kurangnya keteladanan dari guru sarana prasarana

kurangnya motivasi belajar tentang keagamaan dan kurangnya

dukungan dari pihak orang tua siswa Adapun solusi yang mereka

berikan adalah keteladanan dari seluruh tenagan pendidik maupun

kependidikan di sekolah peningkatan keilmuan atau wawasan

keagamaan peningkatan sarana dan prasarana buku penilaian

moral dan akhlak serta peningkatan mutu kualitas guru

Menurut kepala sekolah MN bahwa hambatan yang terjadi

dalam implementasi pendidikan tradisi profetik adalah

ldquoKurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu

hambatannya seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah

Kemudian masih lemahnya keteladanan dari guru maupun

tenaga kependidikan seperti masih ada yang merokok di

lingkungan sekolah yang masih dapat dilihat oleh siswardquo

(Wawancara MN100915)

117

MN mengatakan bahwa perlu adanya solusi untuk

menanggapi hal tersebut

ldquoPerlunya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan

penambahan area tempat ibadah maupun tempat khusus

untuk kegiatan keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk

memberikan suri tauladan yang bagi peserta didik serta

menjaga perilakurdquo (Wawancara MN100915)

Tidak jauh beda seperti apa yang dikemukakan oleh kepala

sekolah menurut HR hambatan yang terjadi ialah

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah dan lemahnya monitoring terhadap

siswa yang mana belum adanya kerjasama yang baik antar

guru maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama

memberikan teladan dan monitoring guna mengevaluasi

perkembangan peserta didik Dalam hal evaluasi

ketidakjujuran orang tua siswa dalam melaporkan perilaku

siswa ke guru yang bahkan membela siswa atau menutupi

kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang maksimal

dalam mengukur peserta didik Lemahnya motivasi belajar

tentang nilai-nilai kenabian dan keislaman menjadi salah

satu penghambat penanaman dan pembangunan moral dan

akhlak siswa Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai

agama di sekolah maupun di rumah menjadi hambatan

dalam penanaman dan pembentukan akhlakul

karimahrdquo(Wawancara HR110915)

HR mengungkapkan bahwa ada beberapa solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut

118

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun

tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-

nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan

keagamaan serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana

akan meningkatkan motivasi belajar keagamaan siswa

Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai agama dan

kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan

oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang

mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan

menjadikan peserta didik menjadi termotivasi dalam

menghayati serta mengamalkan apa yang telah diajarkan

sehingga proses pembangunan dan pembentukan akhlak

peserta didik lebih mudah tertanam dalam pribadi peserta

didik Pemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap

lingkungan di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik

lebih mengetahui memahami menghayati materi yang

diberikan yang mana secara tidak langsung akan

membentuk diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih ada

beberapa guru dan tenaga pendidik yang belum memberikan

keteladanan yang baik Masih seringnya bercanda antar guru atau

guyonan ada beberapa guru yang masih merokok di lingkungan

sekolah sehingga dilihat oleh peserta didik Ditambah kurangnya

motivasi belajar siswa dalam hal pendidikan keagamaan Maka

adannya kajian-kajian keislaman yang dilakukan Sie Kerohanian

119

Islam setiap jum‟atnya dapat menambah Hasanah Islamiyah pada

peserta didik dan menumbuhkan tingkat keagamaan siswa

Pembiasaan keteladanan yang dilakukan di lingkungan sekolah

seperti bersalaman dengan guru setiap masuk gerbang sekolah

membaca Asmaul Husna sebelum mulai pembelajaran dan sholat

dhuhur dan jum‟at berjamaah (Observasi 110915)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak WD bahwa

hambatan selama ini adalah

ldquoImplementasi pendidikan tradisi profetik akan menjadi

sulit manakala hanya guru PAI saja yang memberikan

teladan ataupun bimbingan Tradisi profetik yang mana

menanamkan dan membentuk peserta didik agar

mempunyai nilai-nilai kenabian dan keislaman perlu

didukung tidak hanya dari pembelajaran PAI saja tetapi

lingkungan sekolah serta seluruh tenaga kependidikan ikut

serta dalam pengimplementasiannya Masih adanya guru

laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan

yang merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi

hambatan dalam proses penanaman pendidikan profetik

Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh

guru maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya

penghayatan dan pengejawantahan terhadap nilai-nilai

profetik dalam kehidupan sehari-harirdquo(Wawancara

WD120915)

120

Dari adannya problematika tersebut maka solusi yang

diberikan oleh Bapak WD adalah

ldquoPembiasaan praktek-praktek sifat kenabian seperti bersifat

jujur dan amanah Penambahan keilmuan atau wawasan

keagamaan serta khasanah islamiyah dengan melakukan

kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik serta

tenega kependidikan lainnya Evaluasi secara langsung atau

mendadak perlu dilakukan untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa

yang sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara

bersama dari guru dan orang tua dalam memonitoring

perkembangan peserta didik dengan dibuat buku atau

laporan moral dan akhlakrdquo(Wawancara WD120915)

c) Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik menurut

Bapak MN adalah

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang

terlihat saat ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik

serta terbentuknya moral dan akhlak peserta didik Seperti

menghormati guru dan sesama teman Berkurangnya

kenakalan perilaku siswa yang terjadi karena suda tertanam

nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri peserta didik

Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu dhuhur

tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaahrdquo (Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa peserta didik

mempunyai rasa menghormati dan disiplin pada dirinya Ketika

121

ada pembelajaran kosong para peserta didik mencari guru tersebut

Ketika masuk ke ruang guru pun sudah membiasakan salam saat

sholat dhuhur tiba siswa sudah menempatkan diri untuk

mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk sholat berjamaah

(Observasi 140915)

HR mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam pembelajaran PAI adalah

ldquoMenumbuhkan tingkat keagamaan peserta didik serta

motivasi belajar keislaman Membawa hikmah bagi peserta

didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta

didik hal itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas

Menumbuhkan sifat saling menghormati menghargai dan

menolong Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada

diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Senada dengan apa yang diungkapkan HR hasil

implementasi pendidikan tradisi profetik menurut Bapak WD

adalah

ldquoPembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta

berkurangnya kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa Tumbuhya kesadaran siswa

untuk beribadah dan berbuat baik Menjadikan siswa suka

untuk ke tempat ibadah Menumbuhkan sikap toleransi dan

menghormati antar sesama Dengan adanya pembiasaan

keteladanan baik yang dilakukan menjadikan siswa akan

122

mengikuti hal tersebut dan akan berhati-hati dalam setiap

perilaku yang dilakukaannyardquo(Wawancara WD120915)

123

BAB IV

PEMBAHASAN

A Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Berdasarkan hasil pengamatan wawancara dan proses penelitian

secara keseluruhan di lapangan Penulis dapat menyimpulkan

implementasi pendididikan tradisi profetik yang terdapat dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 di Salatiga

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan

sekolah Penggunaan metode pembiasaan keteladanan demonstrasi studi

kasus di lapangan yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan

observasi langsung yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami

dan menghayati materi yang disampaikan membangun nilai-nilai profetik

dan keIslaman yang menginternal dalam individu peserta didik yang

terkatualisasi secara kehidupan sosial sehari-hari Seperti apa yang

diungkapkan Bapak Hari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4

Salatiga dalam wawancaranya pada hari Jum‟at 11 September 2015 di

ruang guru

Pendidikan tradisi profetik yang penekanannya pada penggunaan

metodologi objektifikasi dan integralisasi (Kuntowijoyo 200749)

Penananam nilai-nilai kenabian dan keIslaman kepada peserta didik

124

tercermin dari metode pengajaran dan sistem evaluasi yang dipakai serta

lingkungan sekolah yang mendukung Penanaman nilai tersebut

diharapkan dapat membentuk dan membangun moral dan akhlak siswa

sebagai Hamba Allah dan khoirul ummah Pembiasaan keteladanan dan

demonstrasi atau praktek langsung yang dilakukan oleh peserta didik

dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai

Adannya integrasi terhadap Islam dan ilmu yang dilakukan dilakukan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menjadikan masing-masing

perbedaan yang ada menjadi menyatu dan menyeluruh karena orientasinya

tidak hanya mengarah hal yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Adanya merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan

yang juga bersifat orang lain dapat menikmatinya tanpa harus menyetujui

nilai-nilai aslinya Misalnya di dalam Islam orang yang malas mencari

ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang membiarkan

orang lain tetap berada di bawah penindasan adalah orang yang tidak

disukai Tuhan Dengan adannya keteladanan dan pembiasaan tersebut

maka penanaman nilai-nilai kenabian akan mudah tertanam dalam diri

peserta didik

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan Kepala Sekolah

SMP Negeri 4 salatiga dan guru PAI SMP Negeri 4 Salatiga mengutip

dari hasil wawancara dengan MN dan HR yaitu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan pembiasaan keteladanan yaitu

bersalam sebelum masuk kelas dan membaca asmaul husna sebelum mulai

125

pelajaran Penggunaan metode studi kasus ataupun peserta didik meneliti

dan mencari sendiri materi yang diajarkan contohnya ketika materi Haji

peserta didik observasi dan wawancara langsung kepada pelaku haji

Adanya integrasi dan objektifikasi ini menjadikan siswa lebih memahami

dan menghayati apa yang dipelajari Tidak hanya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam saja dalam menanamkan nilai-nilai kenabian dan

keIslaman dalam lingkungan sekolah juga menanamkan nilai-nilai

tersebut dengan pembiasaan keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan

yang ada Dalam evaluasi yang dilakukan ditekankan pada moral dan

penyempurnaan akhlak atau pada sisi afektif dan psikomotoriknya dengan

tidak meninggalkan sisi kognitifnya Laporan evaluasi dari orang tua siswa

setiap akhir semester juga dapat membantu proses penanaman nilai-nilai

kenabian dan keIslaman

Hal yang diungkapkan oleh responden mengenai implementasi

pendidikan tradisi profetik dengan adanya pembiasaan keteladanan di

lingkungan sekolah serta metode observasi ataupun demonstrasi yang

menjadikan siswa dapat lebih menghayati dan mengamalkan apa yang

dipelajarinya dan adanya evaluasi proses pembentukan moral akhlak serta

penanaman nilai-nilai kenabian dan keIslaman seperti apa yang

dikonsepkan Moh Roqib pendidikan profetik sebagaimana nabi dimulai

dengan keteladanan diri dan bangunan keluarga ideal Pendidikan profetik

bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian

126

yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasikan secara sosial

atau dalam kehidupan sehari-hari (MohRoqib 201188)

Perilaku keteladan kolektif yang diberikan di lingkungan sekolah

adalah seperti ketika guru masuk kelas mengucapkan salam begitu juga

ketika masuk ke ruang guru dan TU Dari hasil observasi peneliti bahwa

dalam hal keteladanan yang diberikan adanya sikap saling membantu dan

toleran dari Kepala sekolah dengan karyawan dan tukang kebun pendidik

yang muda menghormati yang pendidik yang lebih tua para pendidik

berpenampilan rapi dan selalu memberikan contoh untuk datang tepat

waktu ketika saat pembelajaran Hal ini yang kemudian bisa dilihat dan

ditiru oleh para siswa Pendidik dan tenaga kependidikan lainya

memberikan contok keteladanan dalam berbicara bersikap dan berperilaku

Dalam pendidikan profetik tidak hanya cenderung pada hal yang

bersifat duniawi namun juga ukhrawinya Model pendidikan yang

berparadigma integralistik yang mengacu pada wahyu Tuhan dan akal

manusia tidak semata-mata hanya Islamisasi atau doktrinasi tetapi melalui

proses penghayatan yang menyeluruh dan perbuatan dalam merasionalkan

nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perilaku sehingga bukan karena

paksaan atau persetujuan yang diharuskan (Kuntowijoyo 200763)

Kesadaran yang timbul pada perilaku dan perbuatan peserta didik dalam

kehidupan dan secara sosialseperti apa yang diungkapkan Bapak Wildan

dan Bapak Munadzir dalam wawancaranya pada hari Sabtu 12 September

bahwa

127

ldquoDalam penerapannya saya menekankan pembiasaan kepada

peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah yang selalu rutin dilakukan Sebelum masuk kelas dan

memulai pelajaran murid bersalaman dengan guru terlebih dahulu

kemudian membaca Asmaul Husna bersama-sama Peserta didik

kemudian menerapkan salah satu makna Asmaul Husna dalam

kehidupan sehari-harinya Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba peserta

didik dengan sedirinya sudah bersiap-siap mengambil wudhu dan

menempatkan diri untuk sholat berjamaahrdquo

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk

mengetahui dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik

terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan menilai serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri Evaluasi yang dilakukan tidak hanya

dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh tenaga kependidikan serta orang

tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik dalam pendidikan

agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi semua pihak

Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja kepala

sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu sebagai

Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja (Yolanda 2010)

Seperti apa yang diungkapkan HR dalam hasil wawancara pada

Jumat 11 September 2015 mengatakan bahwa

128

ldquoDalam evaluasi yang telah berlangsung kami lakukan dalam

bentuk tes dan non tes Setiap perilaku yang dilakukan di kelas

sekolah maupun di luar sekolah kami lakukan evaluasi Kami guru

PAI dengan seluruh tenaga kependidikan dan semua pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan bekerja sama dalam melakukan

evaluasi Orang tua siswa juga melakukan evaluasi ketika di luar

sekolah yang mana setiap semester dilaporkan kepada kamirdquo

Jadi dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat pada tujuan pembelajaran

yang digunakan model pembelajaran inovasi pembelajaran dan evaluasi

pembelajarannya Pendidikan profetik menekan penggunaan metodologi

objektifikasi dan integralisasi bukan Islamisasi atau doktrinasi Tidak

hanya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melainkan

penerapan pendidikan profetik juga diaktualisasikan dalam proses

pendidikan yang dilakukan di sekolah Sehingga pengimplementasian

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti

melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di SMP Negeri 4 Salatiga

B Problematika Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

1 Hambatan implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

129

Problematika yang terjadi dalam implementasi pendidikan tradisi

profetik ini adalah masih belum relevannya konsep pendidikan profetik

dalam era transformatif seperti sekarang ini Model pendidikan tradisional

yang cenderung meletakkan akhirat saja sebagai orientasinya dan masih

ekslusif (Kuntowijoyo 200755) Kurangnya tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan juga menjadikan hasil pendidikan kurang

maksimal Strategi pendidikan profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Jika hal itu belum terlaksana akan menjadi

hambatan dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam khususnya

Sebagaimana yang diungkapkan responden HR dan WD dalam

wawancara yang peniliti lakukan masih terdapat hambatan dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana belum

adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik Masih

adanya guru laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan yang

merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi hambatan dalam

proses penanaman pendidikan profetik Kurangnya kelimuan atau

130

wawasan keagamaan dan Hasanah keIslaman yang dimiliki oleh

guru juga menjadi salah satu hambatannya Kurangnnya perhatian

terhadap nilai-nilai agama di sekolah maupun di rumah menjadi

hambatan dalam penanaman dan pembentukan akhlakul karimahrdquo

Hal itulah yang menjadikan hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik Pendidikan Islam selama ini hanya menekankan

doktrinasi sehingga peserta didik seakan-akan dipaksa dan harus

mengikuti Seharusnya dengan pembiasan dan keteladanan kolektif serta

kontinu dapat membangun dan membentuk nilai-nilai pofetik dan akhlakul

karimah pada internal pribadi peserta didik Masih kurangnya perhatian

terhadap nilai-nilai keagamaan serta masih minimnya keilmuan dan

hasanah keIslaman yang dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan lainya

di sekolah menjadikan minimnya keteladanan dan nilai-nilai profetik yang

tertanam pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam

Nilai-nilai profetik yang diaktualisasikan pada peserta didik tidak

hanya sebagai doktrinasi tetapi objektifikasi yang mana bisa dianggap

wajar dan diterima oleh umum Maksudnya adalah mengenai keadaan

yang sebenarnya Karena pendidikan profetik berbicara mengenai idealita

dan realita dalam pendidikan

Kurangnya hasil evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang telah

diajarkan dan terlalu menekankan pada hasil kognitifnya membuat

penerapan pendidikan profetik kurang maksimal Nilai-nilai kenabian dan

131

keIslaman yang terbangun dan terbentuk dalam moral dan akhlak peserta

didik belum terevaluasi Karena evaluasi pendidikan profetik tidak hanya

untuk mengukur dan mengetahui pemahaman maupun penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan peserta didik serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri (Moh Roqib 20111150)

Seperti apa yang dikatakan guru PAI dalam wawancara bahwa

dalam hal evaluasi masih belum maksimal dalam mengukur ataupun

menilai moral dan akhlak yang terbentuk pada peserta didik Hal ini terjadi

karena kurangnya peran tenaga pendidik lainya serta peran orang tua siswa

dalam memonitoring dan mengevaluasi peserta didik (Wawancara

110915)

2 Solusi implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka hal itu menjadi tanggung jawab

guru agama serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

Pendidikan tradisi profetik bukanlah Islamisasi atau doktrinasi tetapi lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya

Dalam wawancara dengan HR beliau mengungkapkan bahwa

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun tenaga

kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kenabian

132

terhadap diri siswa secara tidak langsung Perlunya peran orang tua

dalam pemberian pendidikan keagamaan serta pembiasaan ibadah

di rumah yang mana akan meningkatkan motivasi belajar

keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai

agama dan kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan oleh

guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang mana nanti pada

setiap akhir semester akan ada pelaporan Serta perlu adanya buku

akhlakmoralrdquo

Pendidikan tradisi profetik mensyaratkan adanya objektifikasi

bukan sekularisasi ataupun doktrinasi Maksudnya adalah perbuatan yang

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan dalam perbuatannya juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikimatinya tanpa harus

menyetujui nilai asalnya dan perbuatan yang dilakukannya bukanlah

paksaan Pengajaran mengenai keadaan sebenarnya yaitu idealita dan

realita dalam pendidikan Penanaman nilai-nilai kenabian yang

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan untuk mengembangkan

manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak dan amal

sholeh

Seperti apa yang diungkapkan guru PAI SMP Negeri 4 bahwa

ldquoPemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap lingkungan

di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik lebih mengetahui

memahami menghayati materi yang diberikan yang mana secara

133

tidak langsung akan membentuk diri peserta didik Memberikan

pembelajaran langsung kepada peserta didik untuk studi kasus

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernyardquo

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembiasaan

dan keteladan yang diberikan dapat mengembangkan dan membangun

emosional akhlak dan moral anak Dalam materi wudhu dan sholat

contohnya murid akan memahaminya dan akan tertanam dalam diri

peserta didik karena sudah ada pembiasaan dan keteladanan yaitu adannya

sholat dhuhur dan shalat Jum‟at berjamaah di sekolahan Dengan begitu

misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dapat tercapai

Dalam hal proses dan hasil menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik tes maupu non tes Maka seperti hasil wawancara dengan responden

mengungkapkan perlunya evaluasi dalam bentuk praktek langsung

ataupun penilaian dengan adanya buku akhlak Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti melainkan

merupakan tanggung jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan Dengan begitu penanaman misi dan nilai-nilai kenabian dapat

terbentuk pada diri peserta didik

134

C Hasil Implementasi pendidikan tradisi Profetik Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Dengan adanya pendidikan tradisi profetik dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak peserta didik Penerapan pendidikan

profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan nilai plus tersendiri

dalam proses pendidikan Islam Di dalam pendidik profetik dalam

penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu integralisasi dan

objektifikasi Pendidikan yang selama ini cenderung kepada Islamisasi

atau doktrinasi sedangkan pendidikan profetik lebih kepada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka dengan adanya pembiasaan dan

keteladaan kolektif akan membentuk moral dan akhlak siswa Penanaman

misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang tercermin dalam pembelajaran

serta keteladanan dapat tumbuh dalam diri peserta didik

Sebagaiamana yang diungkapkan Kepala Sekolah SMP Negeri 4

dalam wawancaranya

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang jelas terlihat

adalah terciptannya kedisiplinan dan terbangunnya akhlakul

karimah pada peserta didik Tumbuhnya tingkat keagamaan atau

cinta akan ibadah pada peserta didikrdquo

135

Pendidikan profetik membawa misi dan nilai-nilai kenabian untuk

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional

akhlak dan amal sholeh Pendidikan profetik lebih dari pada penilaian total

akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya Maka adanya

pembiasaan dan keteladan kolektif yang dilakukan dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak siswa Dalam proses pembelajaran pun

ditekankan pada aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga siswa tidak

hanya mengetahui atau memahaminya saja tetapi menghayati dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Senada dengan apa yang diungkapkan HR dalam wawancaranya

bahwa

ldquoDalam pembelajaran PAI lebih kami tekankan pada pembangunan

dan pembentukan moral dan akhlak peserta didik Dalam beberapa

pembelajaran peserta didik kami beri tugas untuk mencari materi

langsung di masyarakat seperti ketika materi haji atau qurban

Peserta didik diminta untuk bertanya langsung dengan pelaku atau

tokoh agama setempat mengenai materi yang diberikan Sehingga

dengan begitu peserta didik akan lebih mengetahui mamahami dan

menghayati karena mencari materi langsung dari sumbernyardquo

Dari pengamatan yang peneliti alami hal tersebut juga tercermin

dalam hal ibadah ketika wudhu dan shalat dhuhur berjamaah Peserta didik

sudah mempunyai kesadaran beribadah Ketika waktu shalat tiba peserta

136

sudah mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah di sekolahan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik yang terjadi di SMP Negeri 4

Salatiga dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan kesadaran diri akan

cinta ibadah yang mana hal ini tercermin pada perilaku peserta didik

dimana disaat waktu shalat dhuhur tiba peserta didik sudah

mempersiapkan diri untuk mengambil air wudhu dan menempatkan diri

untuk melakukan Shalat Dhuhur berjamaah di lapangan sekolah

Adannya keteladanan kolektif yang diberikan oleh guru dan

tenaga kependidikan lainya di lingkungan sekolah akan dapat membentuk

dan mengembangkan akhlak dan moral siswa Hasil dari keteladanan

tersebut adalah terbentuknya sikap menghormati dan toleran pada diri

siswa juga tercermin ketika siswa bertemu dengan gurunya setiap pagi

para siswa bersalaman dengan kepala sekolah dan guru Sikap saling

menghargai antar siswa yang berbeda agama terlihat ketika para siswa

bergaul dan saing menghormati ketika para siswa muslim sedang

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah begitu pula sebaliknya

Terbentuknya moral dan akhlak siswa merupakan hasil penanaman misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat mengembangkan intelektual

emosional akhlak dan moral peserta didik secara utuh Walaupun masih

terdapat hambatan-hambatan dalam penerapannya guru agama atau guru

budi pekerti serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan tetap

137

berusaha secara bersama-sama untuk mendidik membangun dan

membentuk siswa yang berakhlakul karimah

138

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah membaca menelaah data dan membaca teori tentang

implementasi pendidikan profetik problematikan implementasi

pendidikan tradisi profetik dan hasil implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

Salatiga maka peneliti menyimpulkan beberapa hal yang penting sebagai

berikut

1 Berdasarkan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan

berkaitan tentang implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negri 4 Salatiga bahwa

penerapan pendidikan profetik terdapat dalam proses pembelajaran

dengan objektifikasi bukan doktrinasi pembiasaan dan keteladanan

kolektif inovasi penggunaan metode dan sistem evaluasi

2 Implementasi pendidikan profetik belum bisa maksimal mengingat

masih ada beberapa hambatan dalam penerapannya diantaranya yaitu

belum adanya relevansi konsep pendidikan profetik dalam era

transformatif kurangnya inovasi metode dan evaluasi yang digunakan

oleh pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

Walaupun ada beberapa hambatan terdapat beberapa solusi yang

dilakukan dalam meminimalkan hambatan tersebut yaitu dengan

melakukan pembiasaan dan keteladanan kolektif Lebih menekankan

139

pada objektifikasi atau keadaan yang sebenarnya dalam metodologi

pembelajarannya bukan doktrinasi

3 Hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4 salatiga

diantaranya adalah dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan

kesadaran diri akan cinta ibadah terbentuknya sikap menghormati dan

toleran pada diri siswa membangun moral dan akhlak siswa

penanaman misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat

mengembangkan intelektual emosional akhlak dan moral peserta

didik secara utuh

B Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis

mengajukan beberapa saran-saran yang mungkin bisa diterapkan atau

menjadi proyeksi kedepan dalam perkembangan pembelajaran

pendidikan agama islam bahwa pendidikan sekarang perlu

menekankan pembangunan dan pembentukan moral dan akhlak peserta

didik Melihat kondisi masih lemahnya moral dan akhlak pada era

modern saat ini Maka salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut

dan membentuk moral dan akhlakul karimah salah satunya dengan

pendidikan tradisi profetik Maka kami mamberikan saran sebagai

berikut

1 Perlu adanya satu konsep pendidikan tradisi profetik yang lebih

jelas dan relevan pada era transformatif saat ini jika perlu

140

dirancang dan dibuat kurikulum yang berbasis pada misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian Model pendidikan agama

islam yang selama ini ada masih tradisional yang cenderung

meletakkan agama dan akhirat sebagai kurikulum dan

orientasinya Dan biasanya lebih eksklusif Perlunya model

pendidikan yang berparadigma integralistik serta lebih

mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia sebagai

referensinya Dengan demikian orientasinya tentu saja

mengarah tidak hanya bersifat duniawi namun juga ukhrawi

2 Perlunya inovasi-inovasi baru pada model pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran dalam penanaman misi dan nilai-nilai

kenabian Adanya penekanan lebih pada aspek afektif dan

psikomotorik yang dapat membangun dan membentuk moral

serta akhlak peserta didik Karena yang terjadi saat ini hanya

lebih menekankan pada aspek kognitif saja

3 Untuk para guru dan tenaga kependidikan lainya harus mampu

memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik di

lingkungan sekolah karena guru merupakan ujung tombak

dalam pembentukan moral dan akhlak serta keberhasilan proses

belajar anak Dalam proses pendidikan profetik yang dilakukan

harus mengutamakan kepentingan pembentukan moral dan

akhlak peserta didik dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan

Hadist

141

4 Peran serta dari orang tua dalam proses belajar dan

pembentukan akhlak serta emosional peserta didik sangat

dibutuhkan Sekolah seyogyanya melibatkan orang tua dalam

proses pendidikan Maka diperlukan hubungan kemitraan

antara sekolah orang tua dan masyarakat yang diharapkan

mampu menjamin keberhasilan pendidikan tradisi profetik pada

peserta didik

5 Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama harus mampu

mengakomodir serta mampu membentuk tim khusus yang

fokus pada ranah pendidikan profetik Sehingga konsep

pendidikan profetik dan misi kenabian dapat

diimplementasikan

142

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey H Bakran 2005 Propethic intelligence menumbuhkan potensi

hakiki insani melalui pengembangan kesehatan nurani Yogyakarta

Islamika

Arief Armai2007 Reformasi Pendidikan Islam Ciputat CRSD Press

Arifin M 2011 Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis

berdasarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta Bumi Aksara

Burhanudin Jajat dan Dina Afriyanti 2006 Mencetak Muslim Modern peta

Pendidikan Islam Indonesia Jakarta PT Raja Grafindo

Darajat Zakiah 2012 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam2006 Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta Departemen Agama RI

Education Center 2008 Pendidikan karakter Kebangsaan Yogyakarta BEM

REMA UNY

Fathi Muhammad 2007 Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar Jakarta

Timur Pustaka Al Kausar

H P Novianto2004 kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surakarta Bringin 55

Kementrian Agama RI 2010 Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya Jakarta PT

Sygma Examedia Arkan Leema

Kuntowijoyo2007 islam sebagai Ilmu Epistemologi Metodologi dan Etika

Yogyakarta Tiara Wacan

Majid abdul dan Dian Andatani2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Bandung PT Remaja Rosda karya

Meleong Lj 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung PT Remaja

Rosda karya

Muhaimin 2003 Wacana pengembangan Pendidikan Islam Surabaya Pustaka

Pelajar

Muhaimin 2008 Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Bandung Remaja Rosda Karya

Mujib Abdul amp Yusuf Mudzakir 2006 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta

Kencana Prenada Media

Mulkhan AMunir 2002 Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi problem filosofis

Pendidikan Islam) Yogyakarta PT Tiara Wacana

143

Nadhirin2008Landasan Profetik Pendidikan Islam(Online)diakses di

httpnadhirinblogspotcom200808landasan-profetik-pendidikan-

islamhtmlpada Selasa 06 Januari 2015

Natta Abuddin 2007 Manajemen Pendidikan mengatasi kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia Jakarta Kencana Prenada Media Group

Nata Abuddin 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Priyo2010 Pendidikan Islam Profetik IntegrasiI slam dan Ilmu menuju

pendidikan yang Humanis Liberatif dan Transendentif Iman Ilmu

Amal(Online)httpPendidikanIslamProfetikIntegrasiIslamdanIlmumenuj

upendidikanyangHumanisLiberatifdanTransendentifImanIlmuAmalhtml

Diakses pada Selasa 03 Februari 2015

Rahman Abdul 2012 Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan

Epistemologi dan isi-materi Jurnal Eksis (Online) Volume8 No1

(httpwwwkaryailmiahpolnesacid) (diakses pada jumat 21 Agustus

2015)

Roqib Moh 2009 Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

di sekolah Keluarga dan Masyarakat Yogyakarta PTLkiS

Roqib Moh 2011 Prophetic Education Kontektualisasi Filsafat dan Budaya

Profetik dalam Pendidikan Purwokerto STAIN Press

Rosyadi Khoiron 2004 Pendidikan Profetik Yogyakarta Pustaka Pelajar

Roziqin M Zainur 2007 Moral Pendidikan di era Global (pergeseran pola

interaksi guru-murid di era global) Malang AVERROES Press

Roziqin MKhoirur2008 Format Pendidikan Profetik di tengah transfomasi

Sosial Budaya (Telaah Kritis Pemikiran Kuntowijoyo) Skripsi

Yogyakarta UIN SUNAN KALIJAGA

Shafiq Muhammad 2000 Mendidik Generasi Baru Muslim ide dasar karya

dan obsesi Al Faruqi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Shofan Moh 2004 Pendidikan berperadigma Profetik upaa konstruktif

membongkar dikotomi sistem pendidikan islam Yogyakarta IriSoD

Sholeh Asrorun Niam 2004 Reorientasi Pendidikan Islam mengurai relevansi

Al Ghazali dalam konteks kekinian Jakarta ELSAS

Sugiyono 2014 Metode Penelitian Kombinasi Bandung ALFABETA

Sutardi2012 Pendekatan profetik dalam penerapan pendidikan

karakter(Online)diakses di httpsutardicoolwordpresscom

144

Zeeno M Jameel2005 Resep menjadi pendidik sukses berdasarkan Al-Qur‟an

dan teladan nabi Jakarta Hikmah PTMizan

145

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

METODE

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

JENIS DATA

Wawancara

Kepala sekolah

Sejarah Pendirian sekolah

Visi dan misi sekolah

Pandangan tentang pendidikan tradisi

profetik

Pandangan Tentang Impelementasi

pendidikan tradisi Profetik

1 Implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan

agama islam

2 Hambatan implementasi

pendidikan dalam profetik

3 Solusi implementasi

pendidikan tradisi profetik

4 Hasil iplementasi pendidikan

profetik

Wakil ketua

kesiswaan

Proses pelaksanaan bimbingan

pendidikan islam pada siswa yang

mengacu pada pendidikan profetik

Hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik dan solusinya

Kegiatan pendidikan profetik

yangdilakukan siswa sehari-hari

Guru Agama

Prose KBM Pendidikan profetik

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam

Hambatan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Solusi pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Hasil Pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Observasi

Lingkungan Situasi dan kondisi sekolah

Ruang kelas

Mushola

Penataan Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Proses KBM

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan keagamaan

Dokumen Sekolah Letak geografis

146

Data Guru dan Karyawan

Data Siswa

Data Sarana Prasarana

Data intrakulikuler dan

Ekstrakulikuler

147

CACATAN OBSERVASI

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Waktu 0630-1400 WIB

Sumber Data Lingkungan dan Pembelajaran

Jenis Data situasi dan kondisi Sekolah

kegiatan keagamaan

Jumat pada Jam 0630 sampai jam 0700 pagi para siswa berangkat dan

masuk ke sekolahan Di depan gerbang sudah ada beberapa guru yang berdiri

yang kemudian para siswa bersalaman saat memasuki gerbang sekolahan menuju

ruang kelas masing-masing Setelah memasuki kelas para siswa dan guru

membaca Asmaul Husna bersama-sama sebelum memulai pembelajaran Pada

saat waktu menunggu di ruang tata usaha peneliti masih melihat beberapa guru

yang merokok di lingkungan sekolah bahkan ada yang di depan kelas Ada

beberapa guru yang saling bergurau di ruang guru dan di depan kelas yang mana

itu dapat terlihat oleh para siswa ketika sedang istirahat Pada jam 0900 peneliti

melihat ada materi praktek mengenai shalat dhuha yang dilaksanakan di mushola

sekolah Ketika jam 1115 bel berbunyi menandakan jam kegiatan belajar

mengajar telah selesai tetapi para siswa tidak langsung beranjak pulang Kelas

yang mendapat jadwal untuk menata karpet dan tikar untuk shalat berjamaah

segera mengambilnya dan mempersiapkannya di lapangan sekolah untuk sholat

jumat berjamaah Para siswa muslim dan guru-guru muslim mempersiapkan diri

untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat jumah Sedangkan yang non

muslim berada di kelas dan melakukan ibadah keagamaan sesuai agamanya yang

dibimbing bersama guru agamanya Setelah shalat jumat selesai kelas yang

mendapat jadwal untuk mengembalikan karpet dan tikar segera merapikan dan

membereskan tikar untuk dikembalikan ke mushola Setelah itu para siswa

kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang Siswa yang ikut Sie Keronian islam

(SKI) pada jam 1300 berkumpul di mushola untuk mengadakan kajian dan BTQ

yang didampingi oleh guru pendidikan agama islam Di mushola para siswa yang

148

ingin belajar BTQ di bimbing oleh guru agama dan kemudian para siswa bersama-

sama mengikuti kajian keislaman yang diisi oleh guru agama islam Kajian

tersebut selesai pada jam 1400 kemudian para siswa pulang ke rumah masing-

masing

149

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Kamis 10 September 2015

Tempat Ruang Kepala Sekolah

Waktu 0900 WIB

Narasumber Drs H Munadzir MSi (MN)

Jenis Data Sejarah Sekolah

Peneliti Asslamualaikum selamat pagi pak

Narasumber Waalaikumsalam selamat pagi bagaimana dek

Peneliti maaf pak sebelumnya kalau saya mengganggu mau minta waktu

bapak buat wawancara

Narasumber oo yang dari STAIN Kemarin ya silahkan mau bertanya

tentang apa

Peneliti saya mau bertanya mengenai sejarah SMP Negeri 4 Salatiga ini

pak

Narasumber sepengetahuan saya SMP ini sudah ada sejak tahun 1979

dulunya ada 2 gedung yang terpisah yaitu di jlVeteran dan

JlSumardi Tapi sekitar Tahun 2007 kita sudah mendapatkan

tempat ini sekarang di Jl Patimura 47

Peneliti bagaimana inovasi pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

ini

Narasumber inovasi pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolah ini

lebih kami tekankan pada praktek-praktek pendidikan yang

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah

peneliti bagaimana menurut bapak pendidikan kenabian itu

Narasumber pendidikan menurut saya itu adalah pendidikan dengan

keteladanan karena Nabi merupakan suri tauladan sehingga

dengan pendidikan kenabian dapat menanamkan nilai-nilai

kenabian dan keislaman di lingkungan sekolah

Peneliti bagaimana implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran PAI di sekolah ini pak

narasumber adanya keteladanan yang dilakukan guru saat melakukan proses

pembelajaran Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang penting

untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik atau kenabian

yang di ajarkan melalui pembelajaran maupun praktek merupakan

proses tranformasi pendidikan dan pengajaran Dengan adanya

keteladanan dan penananman nilai-nilai kenabian dapat

membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi

Khairul Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri peserta

150

didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau keislaman juga kami

terapkan dengan mengajak peserta didik untuk saling tolong

menolong antar sesama dengan cara menyantuni anak yatim dan

warga miskin

Peneliti adakah hambatan dalam pengimplementasiannya pak

Narasumber masih Kurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu hambatannya

seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah Kemudian masih

lemahnya keteladanan dari guru maupun tenaga kependidikan

seperti masih ada yang merokok di lingkungan sekolah yang masih

dapat dilihat oleh siswa

Peneliti bagaimana solusi yang bapak berikan

Narasumber Perlunya adanya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan penambahan

area tempat ibadah maupun tempat khusus untuk kegiatan

keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk memberikan suri

tauladan yang bagi peserta didik serta menjaga perilaku

Peneliti bagaimana hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang terlihat saat

ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik serta terbentuknya

moral dan akhlak peserta didik Seperti menghormati guru dan

sesama teman Berkurangnya kenakalan perilaku siswa yang terjadi

karena suda tertanam nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri

peserta didik Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu

dhuhur tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaah

Peneliti jadi kira-kira pendidikan profetik menurut bapak penting untuk

diterapkan apa tidak

Narasumber ya penting harus itu dek agar misi kenabian serta nilai-nilai

kenabian dapat tertanam dalam diri siswa untuk membentuk moral

dan akhlak mereka

Peneliti terima kasih pak sebelumnya atas waktunya

Narasumber ya sama-sama

151

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Tempat Ruang Guru

Waktu 1000 WIB

Narasumber Drs SB Hariyanto (HR)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak

Narasumber waalaikumsalam bagaimana dek ada yang bisa saya bantu

Peneliti saya minta maaf sebelumnya pak kalau sudah mengganggu

waktunya Saya mau tanya mengenai pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Negeri 4 ini pak

Narasumber tidak apa-apa saya selaku guru agama islam lebih menekankan

pada pendidikan moral dan akhlak dalam pembelajarannya Karena

sekarang perlu adanya penekanan dalam afektif dan psikomotorik

siswa

Peneliti bagaimana penerapan pendidikan profetik dalam pembelajaran

yang bapak lakukan

Narasumber dalam penerapannya saya menekankan keteladanan kepada

peserta didik dan penanaman nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah biasanya sebelum mulai pembelajaran dibiasakan

membaca Asmaul Husna Dalam keseharian di sekolah diberikan

pembiasaan sholat Dhuhur dan jumat berjamah

Peneliti bagaimana dalam model pembelajarannya pak

Narasumber beberapa pembelajaran peserta didik diajak untuk belajar

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernya Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik

yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didik

Peneliti bagaimana dalam sistem evaluasinya

Narasumber Dalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah berlangsung

baik tes maupun nontes kami selalu menekan pada segi afektif

dan psikomotoriknya bukan berarti segi kognitif tidak penting

Setiap perilaku yang dilakukan di dalam kelas sekolah maupun di

luar sekolah pun menjadi evaluasi bagi kami Dengan observasi

maupun pengamatan terhadap perilaku siswa menjadi peranan

dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya itu kami juga

berkoordinasi dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-

sama dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat materi

152

sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat Dhuhur dan

Jum‟at bersama

Peneliti adakah hambatan dalam mengimplementasikanya

Narasumber masih ada beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan tradisi

Profetik seperti Masih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah Lemahnya motivasi belajar tentang nilai-

nilai kenabian dan keislaman menjadi salah satu penghambat

penanaman dan pembangunan moral dan akhlak siswa

Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai agama di sekolah

maupun di rumah menjadi hambatan dalam penanaman dan

pembentukan akhlakul karimah

Peneliti apakah ada hambatan dalam evaluasinya

Narasumber masih ada lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana

belum adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam hal evaluasi ketidakjujuran orang tua siswa dalam

melaporkan perilaku siswa ke guru yang bahkan membela siswa

atau menutupi kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang

maksimal dalam mengukur peserta didik

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan untuk meminimalkan

hambatanTersebut

Narasumber adanya Pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru

maupun tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan

nilai-nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan keagamaan

serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana akan meningkatkan

motivasi belajar keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih

terhadap nilai-nilai agama dan kenabian di lingkungan sekolah

Perlu adannya evaluasi tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa

yang dilakukan oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua

yang mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan menjadikan

peserta didik menjadi termotivasi dalam menghayati serta

mengamalkan apa yang telah diajarkan sehingga proses

pembangunan dan pembentukan akhlak peserta didik lebih mudah

tertanam dalam pribadi peserta didik Pemberian tugas rumah atau

pun studi kasus terhadap lingkungan di sekelilingnya juga

menjadikan peserta didik lebih mengetahui memahami

menghayati materi yang diberikan yang mana secara tidak

langsung akan membentuk diri peserta didik

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber hasilnya yang terlihat adalah tumbuhnya tingkat keagamaan

peserta didik serta motivasi belajar keislaman Membawa hikmah

bagi peserta didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta didik hal

153

itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas Menumbuhkan

sifat saling menghormati menghargai dan menolong

Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada diri peserta didik

Peneliti jadi pendidikan profetik itu perlu untuk diterapkan ya pak

Narasumber ya memang harus dengan kita mencontoh dan meneladani nabi

maka secara perlahan dapat membentuk moral dan akhlak siswa

menjadi lebih baik

Peneliti terima kasih pak sebelumnya sudah mau meluangkan waktunya

Narasumber tidak apa-apa sama-sama kok saya rasa seperti pernah ketemu

ya

Peneliti iya pak dulu yang sering ngisi pesantren kilat di sini pak

Narasumber oh iya

154

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Sabtu 12 September 2015

Tempat Mushola

Waktu 1000 WIB

Narasumber Wildan Mustofa S SAg (WD)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak maaf mengganggu

Narasumber waalaikumsalam ya bagaimana

Penelitian saya mau wawancara dengan bapak

Narasumber oh ya tentang apa

Peneliti tentang penerapan pendidikan profetik atau pendidikan kenabian

pak

Narasumber ya udah kita ke mushola saja ya

Peneliti ya pak

Narasumber di sini saja ya mas gak enak di samping saya tadi guru agama

kristen

Peneliti tidak apa-apa pak

Saya mau bertanya mengenai bagaimana pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah ini pak

Narasumber ya pembelajaran agama islam disini mengikuti pembelajaran

sekolah yang mana sudah ada KD yang ditentukan disitu yang

mengacu pada K13 Terdapat pembelajaran berupa praktek-praktek

langsung seperti sholat dhuha

Peneliti saya mau bertanya mengenai pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP ini

Narasumber ya pembelajaran PAI di sekolah ini sudah berjalan dengan baik

mengikuti apa yang sekolah sudah atur dan adanya pembelajaran

yang

Mengacu pada penekanan pembentukan moral siswa dan

emosional siswa Dalam pemberian materi pembelajaran biasanya

siswa akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya Dengan

menggunakan metode pembiasaan keteladan juga dapat

menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk akhlak

dan moral siswa Melalui observasi yang dilakukan oleh peserta

didik langsung dan kemudian dipadukan di kelas menjadikan

peserta didik mudah memahami dan menghayati materi yang

dipelajari Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan

melalui praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di dalam

perilaku keseharian semisal dengan guru memberi amanah kepada

siswa dan kemudian apakah siswa menjalankan amanah yang

155

diberikan oleh guru tersebut atau tidak Proses kegiatan belajar

mengajar yang kami lakukan ditekankan pada penanaman dan

penghayatan nilai-nilai kenabian dan keislaman yang mana dalam

setiap penggunaan metode dan media pembelajaran mengusahakan

agar bagaimana siswa mampu memahami dan menghayati secara

langsung tujuan pembelajaran yang diinginkan

Peneliti bagaimana dengan sistem evaluasinya

Narasumber Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur bagaimana penanaman

dan pembentukan pribadi siswa perilaku keseharian siswa di

lingkungan sekolah dan di rumah menjadi pertimbangan dalam

mengevaluasi hasil pembelajar Maka tidak hanya guru Agama

islam saja yang membimbing maupun memberikan teladan tetapi

seluruh tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-sama

peneliti adakah hambatan selama ini dalam penerapan pendidikan tradisi

profetik

Narasumber masih terdapat beberapa hambatan dalam mengimplementasikan

pendidikan profetik salah satunya adalah masih kurangnya

kesadaran siswa dalam beribadah Masih adanya guru laki-laki

yang saling bercanda (guyonan) dengan guru perempuan di depan

siswa masih ada tenaga kependidikan yang merokok di depan

siswa Kemudian

masih Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh guru

maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya penghayatan dan

pengejawantahan terhadap nilai-nilai profetik dalam kehidupan

sehari-hari Serta masih adanya penekanan hanya pada aspek

kognitif saja

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan

Narasumber saya memberikan pembiasaan praktek-praktek sifat kenabian

seperti bersifat jujur dan amanah Perlunya penambahan keilmuan

atau wawasan keagamaan serta khasanah islamiyah dengan

melakukan kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik

serta tenega kependidikan lainnyaDalam Evaluasi saya lakukan

secara langsung atau mendadak untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa yang

sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara bersama dari guru

dan orang tua dalam memonitoring perkembangan peserta didik

dengan dibuat buku atau laporan moral dan akhlak

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik di SMP

ini

Narasumber adanya Pembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta berkurangnya

kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa Tumbuhya kesadaran siswa untuk beribadah dan berbuat

156

baik Menjadikan siswa suka untuk ke tempat ibadah

Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati antar sesama

Dengan adanya pembiasaan keteladanan baik yang dilakukan

menjadikan siswa akan mengikuti hal tersebut dan akan berhati-

hati dalam setiap perilaku yang dilakukaannya

Peneliti maaf sebelumnya pak boleh tahu biografinya pak wildan

Narasumber Nama Wildan Mustofa Setiawan SAg 26 februari 1978

Penelti bapak mengajar di sini dari tahun berapa pak

Narasumber saya mengajar di sini dari tahun 2010

Peneliti terima kasih atas waktunya pak

Narasumber iya sama-sama

157

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Personalia SMP Negeri 4 Salatiga

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

158

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Data siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas

jenis

kelamin Agama jumlah kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

159

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data Guru dan Kualifikasi pendidikan Guru SMP

Negeri

4 Salatiga

Data Guru SMPN 4

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Data Kualifikasi Pendidikan Guru

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

160

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga

Daftar Karyawan SMPN 4

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian inventaris

kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

161

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Sarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Sarana SMPN 4 Salatiga

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

162

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

163

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Intrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

164

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

165

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga

15 Sumiyati 16 Idayati Hartini 17 Saimin 18 Agus widodo 19 Sri Iriyanti 20 Rejo 21 Eka Sulistyawati 22 Murniati 23 Rubiyanto 24 Nuzul Lusy

Anggraeni 25 Tri Budi Setyawan 26 Sutrisno

27 Agus Riyadi

TATA USAHA GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

166

167

168

169

DAFTAR NILAI SKK

Nama Syaifullah Godi Ismail

NIM 11109106

Progdi PAI

Jurusan Tarbiyah

NO Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai

1 Orientasi Program Studi Dan

Pengenalan Kampus (OPSPEK)

DEMA STAIN Salatiga

18-20 Agustus 2009

Peserta

3

2 Pelatihan Emotional Spritiual

Quotient (Esiq) Stain Salatiga

21 Agustus 2009

Peserta

2

3 Sertifikat UPT Perpustakaan User

Education STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 2

4 Diskusi Panel Dengan Tema

ldquoAktualisasi Bahasa Arab Dan

Bahasa Inggris Dalam Dakwah

Islamrdquo

5 September 2009

Peserta 2

5 Diskusi Dan Buka Bersama Di

Secretariat HMI Cabang Salatiga

10 September 2009

Peserta

2

6 English Friendship Camp

17-18 November

2009

Peserta 2

7 Basic Training (Lk 1)

ldquoMenjalin Hubungan

Intrapersonal Dikalangan

Mahasiswa Denagnbasic Islam

Dan Ke-Hmi-An Menuju Insan

Citardquo

Hmi Cabang Salatiga

25-28 Maret 2010

Peserta 2

8 Bedah Buku ldquoJalan Cinta Para

Pejuangrdquo Karya Salim A Fillah

24 April 2010

Peserta

2

9 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMembangun Demikrasi Kampus

Yang Harmonisrdquo

15 Mei 2010

Peserta

2

10 Seminar Lingkungan Hidup

MITAPASA

24 Mei 2010 Peserta 2

11 Akhirussanah Ma‟had STAIN 29 Juli 2010 Peserta 2

170

Salatiga

12 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dan Karnoto Zarkasyi Dengan

Tema ldquo Membangun Pola

Idealitas Mahasiswa Ditengah

Pergolakan Arus Global Guna

Mencapai Insane Yang Militant

Dan Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Pemateri

4

13 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMewujudkan

Mahasiswa Islami Yang Ideal

Demi Terwujudnya Kader Yang

Militanrdquo

22-24 Oktober 2010 Panitia 3

14 Surat Keterangan Lulus

Praktikum BTA Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

2 November 2010 Peserta 2

16 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Implementasi

Nilai Kehmian Dalam Diri

Mahasiswa Demi Terbentuknya

Insan Yang Intelektualitas Dan

Bernafaskan Islamrdquo

16-19 Maret 2011 Panita 3

17

Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkat Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada

Prinsip-Prinsip Integritasrdquo

25 Juni 2011 Peserta 2

18 Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 2

19 Penginapan Peserta Orientasi

Pengenalan Akademika Dan

Kemahasiswaan STAIN Salatiga

2011 Dengan Tema ldquoMerajut Tali

Ukhuwah Islamiyah Bersama

Keluarga Besar Himpunan

Mahasiswa Islamrdquo

19-21 Agustus 2011 Panitia 3

20 Seminar Keperempuanan Korp

HMI-Wati Dengan Tema ldquoJilbab

Perspektif Agama Dan Socialrdquo

04 November 2011 Panitia 3

21 Senior Course (SC) Se Jateng 15-20 Februari 2012 Peserta 4

171

DIY Dengan Tema

ldquo Transformasi Nilai-Nilai

Pengkaderan Menuju Kompetensi

Pendidik Yang Berkualitasrdquo

22 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkatkan Kepekaan Dan

Transparansi Kinerja Lembaga

Menuju Kampus Yang Amanahrdquo

27 Maret 2012 Peserta 2

23 Seminar Nasional SEMA STAIN

Salatiga Dengan Tema

ldquoBerpolitik Untuk Kesejahteraan

IndonesiaReorientasi Gerakan

Mahasiswa Pasca Reformasirdquo

15 Mei 2012 Peserta

8

24 Seminar Nasional Dengan Tema

ldquoMewaspadai Gerakan Islam

Garis Keras Di Perguruan Tinggirdquo

23 Juni 2012 Peserta 8

25 Grand Launching FGMPS Dan

Diksusi Public Dengan Tema

ldquoPeran Generasi Muda Terhadap

Fenomena HIVAIDS Di Kota

Salatigardquo

12 Juli 2012 Peserta 2

26 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMembangun

Paradigm Mahasiswa Yang

Berintelektual Dan Berjiwa

Nasionalis Religiousrdquo

29 November - 2

Desember 2012

Peserta 2

27 Seminar Pendidikan Dengan

TemardquoMenuju Pendidikan

Indonesia Yang Idealrdquo

28 Desember 2012 Peserta 2

28 Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga Tentang Pengangkatan

Pengurus Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga 2013

31 Januari 2013 Anggota 4

29 Diskusi Dan Perayaan Dies

Natalis HMI Ke 66 Dengan Tema

ldquo 66 Tahun Hmi Untuk Islam Dan

Negara Indonesiardquo

05 Februari 2013 Peserta 2

30 Kajian Dan Follow Up Dengan

Tema ldquoMembangun Kader HMI

Yang Militanrdquo

18 Februari 2013 Peserta 2

31 Bedah Buku Berjudul ldquoSholat

Ngebut Bikin Benjutrdquo

11 Mei 2013 Peserta 2

172

32 Latihan Kader I (Basic Training)

HMI Cabang Salatiga Dengan

Tema ldquoEmpowering Komitmen

Keislaman Kemahasiswaan Dan

Keindonesiaan Untuk Kader

Militantrdquo

31 Mei 2013 Pemateri 4

33 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Ijtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Tranparansi Informasirdquo

19-21 September

2013

Pemateri 4

34 Sarasehan Akbar HMI Komisariat

Walisongo ldquoMerajut Ukhuwah

Memperkokoh Kebersamaanrdquo

10 Oktober 2013 Peserta 2

35 Bedah Buku Berjudul rdquo Ketika

Cinta Bertasbihrdquo

11 Desember 2013 Peserta 2

36 Bedah Film Tanah Surga Katanya 29 Desember 2013 Peserta

2

37 Basic Training LK1 HMI ldquoIjtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Transparansi Informasirdquo

20 September 2014 Pemateri 4

38 Seminar Regional Dengan Tema

ldquoMempertegas Peran Pendidikan

Dalam Mencerahkan Masa Depan

Anak Bangsardquo

19 November 2014 Peserta 4

39 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Dengan Tema

ldquoMembangun Pola Idealitas

Mahasiswa Ditengah Pergolakan

Arus Global Guna Mencapai

Insane Yang Militant Dan

Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Panitia 3

173

174

Page 3: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan

3

4

5

MOTTO

6

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

PERSEMBAHAN

7

Kupersembahkan skripsi ini untuk

1 Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Kardiyanto Godi Ismail dan

Ibuku tercinta Sakdiyah yang selalu memberi nasihat kasih sayang

bimbingan dan motivasi serta dukungan materi

2 Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) yaitu Pak Fegi Anita Said Pras bang Imtihan bang ini Iman

Takul dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga lainnya yang selalu

memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan

banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat

3 Teman-temanku Kampus kelas PAI D angkatan tahun 2009 yaitu Agus

Rozak Juliono dan yang lainya

4 Teman-teman kelompok PPL kelompok KKN dan teman lainnya di IAIN

Salatiga

KATA PENGANTAR

8

Asslamu‟alaikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW keluarga sahabat dan para pengikut setianya

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Rahmat Hariyadi MPd selaku rektor IAIN Salatiga

2 Ibu Siti Rukhayati MAg selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI)

3 Bapak FatchurrahmanSAgMPd sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan tugas ini

4 Ibu DrMuna ErawatiMSi selaku pembimbing akademik

5 Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9

6 Kepala sekolah guru dan siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian

di sekolah tersebut

7 Kepada orang tuaku tercinta Bapak kardiyanto godi ismail dan Ibu

Sakdiyah serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk moril maupun materiil untuk membiayai

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran

8 Kepada kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga (pras anita said sahal takul

istad bang imtihan bang indi fegi dan yang lainnya) yang tak akan

pernah putus mencari ilmu dan selalu yakin usaha sampai

9 Kepada teman-temanku tercinta PAI D 2009 (agus rozaq anwar fegi

faisal) serta teman-teman yang saya kenal dan yang mengenal saya

yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah

memberikan saran do‟a serta motivasinya

10 Generasi muslim pemuda pemudi penerus cita-cita bangsa

Oleh karenanya penulis tak kan berarti apa-apa tanpa mereka semua kami

ucapkan banyak terimakasih Semoga amal perbuatan yang diberikan dengan

ikhlas akan dihitung oleh Allah serta memperoleh balasan kebaikan dan

mendapatkan Ridho Allah SWT Amin

10

11

ABSTRAK

Ismail G Syaifullah 2015 Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Pelajaran

20152016 Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga Dosen Pembimbing FatchurrahmanSAg MPd

Kata kunci Implementasi dan pendidikan profetik

Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang

krisis moral karena masih kurangnya akan pendidikan moral dan akhlak dalam

membentuk dan membangun moral serta akhlak para peserta didik Disadari atau

tidak pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada dimensi kognitif yang

hanya mencetak manusia cerdas dan terampil maka tidak heran jika terjadi krisis

moral dan akhlak Dalam pendidikan Islam pendidikan karakter merupakan

pendidikan akhlak Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pendidikan

karakter atau pembentukan moral dan akhlak seperti konsep pendidikan yang di

ajarkan Rasulullah Nabi Muhammad merupakan pendidik yang paling berhasil

dan menjadi suri tauladan Dengan meneladani dan meniru pendidikan yang

digunakan nabi diharapkan dapat membentuk dan membangun moral serta

akhlakul karimah Maka salah satu caranya dengan mengimplementasikan

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran agama Islam Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

2) Bagaimana problematika Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga 3) Bagaimana

hasil Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Sesuai dengan tema yang

peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field

research) Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah Pengumpulan data

menggunakan wawancarainterview dokumen dan observasi Lokasi Penelitian

dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di Jl Pattimura 47 Salatiga

50711 dan subjek penelitian adalah pendidik tenaga kependidikan dan siswa

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa implementasi pendidikan

profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

diterapkan dalam model pembelajaran dengan pembiasaan dan keteledanan

kolektif penanaman misi dan nilai-nilai kenabian pada peserta didik melalui

materi pembelajaran metode dan evaluasi pembelajarannya Terdapat beberapa

problematika dalam implementasi pendidikan profetik ada beberapa hambatan

dan solusi yang ditawarkan Hasil dari implementasi pendidikan profetik dapat

12

membangun dan membentuk akhlak serta moral peserta didik sehingga peserta

didik mempunyai sikap menghormati menghargai dan toleran Menumbuhkan

tingkat keagamaan dan motivasi ibadah siswa Sehingga intelektual emosional

akhlak dan moral peserta didik dapat berkembang secara utuh

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR BERLOGO ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING iii

PENGESAHAN KELULUSAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 10

C Tujuan Penelitian 10

D Landasan Teori 11

E Manfaat Penelitian 14

F Metode Penelitian 15

G Sistematika Pembahasan 21

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22

A Pendidikan dalam Islam 22

1 Pengertian Pendidikan 22

2 Pendidikan dalam Islam 23

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam 30

4 Tujuan Pendidikan Islam 34

B Pendidikan Profetik 39

1 Pengertian Profetik 39

2 Filsafat Profetik 41

3 Filsafat Pendidikan Profetik 41

4 Pengertian Pendidikan Profetik 45

5 Tujuan Pendidikan Profetik 46

6 Materi pendidikan Profetik 47

7 Pendidik Pendidikan Profetik 50

8 Peserta didik Pendidikan Profetik 54

9 Metode Pendidikan Profetik 56

10 Media Pendidikan profetik 60

11 Evaluasi Pendidikan Profetik 62

C Kontekstualisasi Pendidikan Profetik 64

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoirul

Ummah)

64

2 Pendidikan Profetik untuk Pengembangan Kebudayaan 65

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan 66

15

D Pendidikan Profetik dalam Pendidikan Agama Islam 72

BAB III HASIL PENELITIAN 79

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian 79

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga 79

2 Letak Geografi 79

3 Visi dan misi SMP Negeri 4 salatiga 80

4 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 81

5 Guru karyawan dan Siswa Struktur Personalia SMP

Negeri 4 salatiga

84

6 Situasi dan Kondisi SMP Negeri 4 salatiga 89

7 Ekstrakurikuler 90

B Temuan Penelitian 92

1 Hasil Penelitian 92

a Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

92

b Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

97

c Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

101

BAB IV PEMBAHASAN 105

A Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam 105

16

Pembelajaran pendidikan agama Islam

B Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

110

C Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

115

BAB V PENUTUP 119

A Kesimpulan 119

B Saran 121

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN-LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Tabel 31 Struktur Personalia SMP Negeri 4 salatiga 82

Tabel 32 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 83

Tabel 33 Data siswa SMP Negeri 4 salatiga 84

Tabel 34 Data Guru SMP Negeri 4 salatiga 85

Tabel 35 Data kualifikasi pendidikan guru SMP Negeri 4 Salatiga 85

Tabel 36 Data Karyawan SMP Negeri 4 salatiga 86

Tabel 37 Data sarana SMP Negeri 4 salatiga 87

Tabel 38 Data Prasarana SMP Negeri 4 salatiga 88

Tabel 39 Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 salatiga 91

Tabel 310 Kegiatan Ekstrakuliker SMP Negeri 4 salatiga 91

18

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia

Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan yang diharapkan akan

dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan orang banyak Selain

itu pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai penting dan strategis bagi peradaban manusia Hampir semua

negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal terpenting dan utama dalam

membangun suatu bangsa dan negara Di Indonesia sendiri hal ini jelas sudah

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan Serta dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk

mewujudkan upaya tersebut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)

memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang

Menurut Ahmad Makki dalam bukunya karya Jamal Ma‟mur Asmani

mengatakan bahwa jika pendidikan dalam sebuah bangsa sudah maju niscaya

19

akan maju pula bangsa itu Sebaliknya ketika pendidikan disuatu bangsa

tidak berkembang maka dapat dipastikan bangsanya akan terbelakang

Pendidikan di Indonesia sudah berjalan sekian puluh tahun sejak

kemerdekaannya dan selama itu pula terdapat perkembangan pendidikan di

Indonesia Tetapi jika disadari pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada

dimensi kognitif yang mencetak manusia-manusia yang cerdas terampil dan

mahir yang melahirkan manusia yang berkepribadian dan integritas

Kurangnya pengejawantahan dimensi afektif dan psikomotorik dalam sistem

pendidikan menjadikan krisis identitas serta hilangnya Nilai-nilai luhur yang

melekat pada bangsa Indonesia seperti kejujuran kesantunan kesopanan

hormat pada orang lain religius dan kebersamaan Hal ini menjadi

keprihatinan kita semua sebagai warga negara Indonesia

Masifikasi gelombang modernitas telah membawa siapapun termasuk

dunia pendidikan untuk hanyut mengikuti mainstream dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar tidak teraleniasi Dalam keadaan seperti ini

hegemoni konsep-konsep pendidikan ala barat sulit untuk dihindari yang mana

memarginalkan konsep-konsep dan ajaran lokal yang syarat akan nilai-nilai

moral Adanya problematika internal dalam sektor pendidikan serta hilangnya

orientasi untuk memberikan pencerahan dan membentuk jati diri bangsa

menjadikan kesinambungan program-program pendidikan belum bisa berjalan

mulus Ditambah dengan perubahan politik di negara ini karena adanya

kebijakan-kebijakan baru pada setiap pergantian menterinya Munculnya

realitas pendidikan saat ini yang lebih sibuk melayani golongan sosial tertentu

20

menjadikan adanya materialisasi pendidikan yang sudah mulai menggejala dan

menggeser ideologi pendidikan yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membedakan status sosial

Kurikulum seakan disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan

pekerjaan yang dibungkus dengan baju modernitas Kemudian adanya

dikotomi ilmu pendidikan antara ilmu pengetahuan umum dan agama

memunculkan problematika tersendiri Hal itu menjadikan pembagian dalam

hal pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu umum dan agama

sehingga dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya

menjadi kurang maksimal

Dunia pendidikan dituntut perannya untuk kembali memurnikan arah

perjalanan bangsa Dunia pendidikan akan berada pada kondisi dilematis-

kontradiktif karena adanya tuntutan modernitas sekaligus sebagai tuntutan

peran untuk selalu menjaga nilai-nilai moral Sementara dunia pendidikan

berada dalam paradoks disuatu sisi ingin menanamkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral namun pada sisi lain justru institusi atau lembaga pendidikan

mencerminkan praktek-praktek pendidikan yang menyimpang dari niliai-nilai

moral dan identitas bangsa Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia

dan pengembangan potensi serta bakat yang harus diubah orientasinya untuk

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkembang dalam tiga

ranah yaitu afektif kognitif dan psikomotorik Pendidikan haruslah

menanamkan dan mengembangkan karakter individu dan nilai-nilai

kemanusian Pendidikan juga diarahkan dalam menanamkan integritas etik dan

21

akhlak serta mengembalikan makna ldquopendidikanrdquo bukan hanya sekedar

ldquopengajaranrdquo Penggunaan metode-metode pendidikan yang mengedepankan

keteladanan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai yang diajarkan

Pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah Makna manusia yang berkualitas menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab Oleh karena itu pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa dan karakter Dengan adanya penanaman dan

pengembangan karakter bagi setiap peseta didik atau individu dalam sistem

pendidikan maka diharapkan akan menciptakan manusia yang berkualitas yang

mampu beradaptasi dengan zaman

Dengan berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya sebuah pendidikan

karakter Pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan bagi

setiap individu untuk menghayati kebebasan dalam hubungan mereka dengan

orang lain dan lingkungannya sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi

22

yang unik dan khas serta memiliki integritas moral yang dapat

dipertanggungjawabkan Lebih lanjut pendidikan karakter juga terkait dengan

tiga matra pendidikan yaitu pendidikan individual pendidikan sosial dan

pendidikan moral Melalui tiga matra pendidikan tersebut merupakan kondisi

dinamis dari struktur antropologi individu Pendidikan karakter dalam arti

demikian itu menurut Amin dalam Etika (1989) adalah pendidikan yang sejak

lama telah diperjuangkan oleh para filusuf bahkan para rosul utusan Tuhan

Yaitu pendidikan karakter yang bersifat integral holistik dinamis

komprehensif dan terus menerus hingga terbentuk sosok manusia yang terbina

seluruh potensi dirinya serta memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk

mengekspresikannya dalam seluruh aspek kehidupan

Untuk mewujudkan visi misi dan tujuan tersebut pendidikan karakter

membutuhkan dukungan salah satunya dari pendidikan agama Dalam pada itu

pendidikan agama memberikan sumbangan bagi pendidikan karakter dan

berperan penting dalam hal mempersatukan diri manusia dengan realitas

tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Pendidikan karakter yang ditopang salah

satunya oleh pendidikan agama membantu peserta didik untuk tumbuh secara

lebih matang dan lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

dalam kontek kehidupan bermasyarakat Namun hal tersebut juga harus

didukung dengan upaya yang disertai dengan keteladanan dari seluruh

komponen yang terlibat dalam pendidikan (terutama guru) lingkungan dan

atmosfer pendidikan yang kondusif

23

Pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam disebut juga dengan

pendidikan akhlak mulia Secara normatif-teologis merupakan sebuah agenda

dan misi utama bagi setiap agama Secara yuridis ajaran akhlak mulia secara

eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Jika dilihat secara historis pendidikan akhlak mulia

merupakan respon terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat

Lahirnya agama Islam di mekkah dan berkembang di madinah merupakan

sampling yang representative tentang perlunya agama ini membentuk akhlak

masyarakat Hal itu terjadi karena keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

menetapkan kebijakan strategi taktik dan hal lainnya (Abuddin 2012 210)

Pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah pembentukan kepribadian

seorang muslim Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan Disegi lain pendidikan

Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis yang mana pendidikan

Islam mengajarkan pendidikan iman dan amal Secara historis Islam dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudia disebarkan ke mekkah atau Islam

diajarkan di mekkah yang tadinya menyembah berhala musyrik dan sombong

dengan usaha dan kegiatan Nabi mengajarkan Islam kepada mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah menjadi mukmin

muslim dan menghormati orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin

sebagaimana yang dicita-citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik

membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus

menjadi pendidik yang berhasil Islam sebagai agama yang universal yang

24

oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktivitas sehari-hari

mensejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis Pendidikan versi

Islam tidak hanya sebagai penentu segala-galanya bagi vested interested

(kepentingan) manusia di dunia melainkan menjangkau kepentingan manusia

masa depan yang esensial di akhirat kelak

Di dalam Islam dan dalam pendidikan Islam khususnya secara tidak

langsung telah berupaya untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan

karakter atau akhlak mulia yaitu membentuk kepribadian seorang muslim

sebagaimana cita-cita Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur‟an dan

sunnah yang berdialoq secara kontinu dengan tradisi dan budaya setempat

Pendidikan karakter atau pendidikan akhlak mulia merupakan bagian dari

pendidikan Islam yang sudah ada sejak 15 abad yang lalu Ajaran Islam yang

berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan

individu dan pendidikan masyarakat Semua orang yang bertugas mendidik

adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Zakiah Darajat 2012 20) Telah

disebutkan sebelumnya bahwa Nabi Muhammad merupakan pendidikan yang

paling berhasil dan menjadi suri tauladan (QS3321)

25

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

Maka perlunya pendidikan Islam dalam hal ini pendidikan karakter atau

akhlak untuk filter dan tameng bagi adanya kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai barat yang menjadikan

kekalahan beruntun secara sosial politik ekonomi dan budaya komunitas

muslim merasa kelimpungan dengan reaksi yang beragam Diakui bahwa hal

ini disebabkan karena masih ada beberapa hambatan dalam pendidikan agama

Islam Karena terjadinya pengadopsian pendidikan barat untuk

mengembangkan pendidikan muslim Yang terjadi adalah pendidikan modern

(barat) plus pendidikan agama Islam untuk peserta didik muslim dan bukan

yang dikonstruk berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikembangkan dalam teori

dan keilmuan Islam

Pendidikan akhlah mulia yang terdapat dalam pendidikan agama Islam

saat ini telah terdikotomi oleh pendidikan nasional Terlebih yang terdapat di

lembaga pendidikan umum (SD SMP dan SMA) Mengamati pendidikan

agama Islam di Indonesia dari masa ke masa tergambar jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan bagian yang terpisah dari sistem

pendidikan nasional Bahkan saat ini pendidikan Islam di Indonesia sedang

menghadapi berbagai persoalan dan hambatan dalam berbagai aspek terutama

masalah orientasi pendidikan itu sendiri dengan kata lain masih belum

jelasnya konsep pendidikan yang dibawa serta bagaimana implementasi yang

26

berbentuk pembelajaran sebagai upaya menciptakan manusia yang mandiri dan

profesional Mengingat bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan

dasar bagi setiap muslim maka pendidikan agama Islam harus selalu ditumbuh

kembangkan secara sistematis oleh setiap umat Islam dimanapun Berangkat

dari karangka ini pendidikan agama Islam haruslah selalu senantiasa

mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi logis dari perubahan

Kurangnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam lembaga pendidikan

umum menghambat pembentukan manusia ideal (seorang muslim) yang siap

dengan agenda globalisasi dan modernisasi yang terjadi Lembaga pendidikan

umum tidak berfokus kepada pendidikan agama hal ini berbeda dengan

lembaga pendidikan agama yang fokus pendidikannya adalah keagamaan

Kurangnya jam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan

umum misalnya yang hanya 3 jam setiap minggu maka perlu adanya strategi

untuk memberikan bekal tentang pendidikan agama di pendidikan umum

Strategi dalam sistem pembelajarannya metodenya maupun dalam hal konsep

pembelajarannya Seperti penggunaan pendidikan profetik yaitu dengan proses

pengetahuan dan nilai yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan

Dengan adanya strategi dalam hal pembelajaran pendidikan agama Islam maka

mampu untuk mencetak manusia-manusia keseimbangan dalam pandangan

hidupnya serta memiliki penguasaan atau pengetahuan keagaaman untuk bekal

individu dalam kehidupan sehari-hari

27

Ditetapkanya SMP Negeri 4 Salatiga sebagai tempat penelitian karena

adanya strategi dan upaya-upaya yang digunakan Sekolah Menengah Pertama

ini dalam hal menumbuhkan pendidikan keagamaan Islam terhadap peserta

didiknya Secara geografis yang terletak di pusat kota Salatiga berada pada

pusat jalur ekonomi Salatiga Dalam hal pendidikan keteladanan yang

ditumbuhkan oleh pihak sekolah dalam kesehariannya di lingkungan sekolah

seperti adanya sholat berjama‟ah dan kegiatan keIslaman untuk peserta didik

Berangkat dari hal tersebut maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah ldquo IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMP

NEGERI 4 SALATIGA PADA TAHUN PELAJARAN 2014-2015rdquo

B RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi diatas maka ada sejumlah permasalahan yang

penulis ajukan untuk dicari jawabannya Sejumlah masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut

1 Bagaimana Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Apa problematika yang muncul dalam implementasi Pendidikan Profetik

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

3 Bagaimana hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

28

C TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam implementasi

Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

3 Untuk mengetahui hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

D LANDASAN TEORI

1 Pendidikan Profetik

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti

ldquopergaulan dengan anak-anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya

membimbing atau mendidik alam pertumbuhannya agar dapat berdidi

sendiri disebut paedgogos Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai

ldquo usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-

anak untuk membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

29

dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi

diri sendiri dan masyarakatnyardquo

Sedangkan Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau

berkenaan dengan nabi Kata dari bahasa inggris ini berasal dari bahasa

yunani ldquoprophetesrdquo sebuah kata benda untuk menyebut orang yang

berbicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga

orang yang berbicara masa depan Profetik atau kenabian disini merujuk

pada dua misi yaitu seseorang yang menerima wahyu diberi agama baru

dan diperintahkan untuk mendakwahkan pada umatnya disebut rasul

(messenger) sedang seseorang yang menerima wahyu berdasarkan agama

yang ada dan tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya disebut nabi

(Prophet)

Nabi (Prophet) yang menjadi acuan dalam pendidikan profetik

adalah Nabi Muhammad SAW yang mana sebagai suri tauladan dan

sebagai pendidik yang hebat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan

mengajarkan islam di mekkah yang tadinya kondisi mereka menyembah

berhala musyrik dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi

mengajarkan Islam kepada mereka lalu tingkah laku mereka berubah

menjadi penyembah Allah menjadi mukmin muslim dan menghormati

orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin sebagaimana yang dicita-

citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik membentuk kepribadian

yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus menjadi pendidik yang

berhasil Di dalam kehidupannya nabi SAW selalu memberikan

30

ketauladanan kepada ummatnya Hal inilah yang menjadikan nabi

Muhammad menjadi acuan Profetik atau kenabian dalam hal pendidikan

Jadi Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan

(knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun

akhlak moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus

memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul

ummah) Serta tercapainya intelektual emosional akhlak dan moral

peserta didik yang dapat berkembang secara utuh

2 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan kebiasaan dan tingkah laku belajar juga diartikan sebagai

pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Syaiful Bahri

200222)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik

(santri) Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran

tersebut ada kegiatan memilih menetapkan dan mengembangkan metode

atau strategi yang optimal untuk mengapai hasil pembelajaran yang

diinginkan dalam kondisi tertentu (Muhaimin 200382)

Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip

Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia sehingga

31

terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 2008 35)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati

hingga mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadist

(Abdul Majid amp Dian Andatani 2004 7)

Jadi pengertian pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah

upaya membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati hingga

mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi

pembelajaran yang ada

3 Implementasi pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan Jadi penerapan

pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Maka

pendidikan dibangun dan dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat

memiliki tradisi dan budaya akademik yang kondusif dalam keluarga dan

lingkungan sosial Tradisi dan budaya edukatif atau akademik ini secara

otomatis akan bergerak sesuai dengan hukum budaya yang mewakili

32

simbol-simbol agama dalam mentransfer ilmu teknologi dan seni kepada

siapapun Tradisi dan budaya profetik yang sudah terbangun kokoh bahkan

diluar kesadaran akan menggulirkan semangat keilmuan yang tinggi

Komitmen profetik yang berlangsung lama akan membetuk tradisi dan

dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pilar pendidikan profetik

yang akan menghasilkan tradisi dan lingkungan yang sehat

E MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk

menghadapi tantangan zaman dan modernisasi dan juga dengan ini diharapkan

dapat membentuk individu berkarakter yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Serta

memberikan konsep pendidikan Islam dalam membentuk dan mengembangkan

potensi intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara utuh

Sedangkan secara dimensi praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menemukan sebuah pola pendidikan Islam sebagai

pengembangan diri manusia dalam membentuk manusia sempurna menurut

Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Alam

sekaligus untuk memahaminya Hal tersebut menjadi kerangka acuan dalam

pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dikemas dalam

konsep pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan Islam karena

33

adanya dikotomi pendidikan yang terjadi dalam pendidikan umum dan

pendidikan agama

F METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai

metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola)

dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan) analisis data bersifat induksikualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono 201413)

Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (J Moeleong

20033)

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yang pertama karena dari judul skripsi ini hanya mengandung

satu variabel Kedua dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi

ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian Ketiga

34

metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola ndash pola nilai yang dihadapi

Dengan demikian peneliti dapat memilah ndash milah sesuai dengan fokus

penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin

hubungan dengan Subjek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami

keadaan Subjek dalam penggalian info atau data yang diperlukan Maka

Penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang

implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tersebut

Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian lapangan ( field research) Yaitu peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan ilmiah ( (J Moeleong 200626) Alasan peneliti menggunakan jenis

penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara

mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai

dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan

2 Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di

Jl Pattimura 47 Salatiga 50711

Adapun Subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi

kepala sekolah pengajar karyawan dan siswa

3 Teknik Pengumpulan Data

a Observasi Partisipan

35

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut( Sugiyono 2014309)

Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipatif

peneliti mengamati apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan

suka dukanya Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang tampak

Dengan observasi kita dapat secara langsung terjun kedalam objek

penelitian Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan KBM situasi

di sekolah dan pendidik Dalam observasi di SMP Negeri 04 Salatiga

selain melakukan pengamatan juga ikut ambil bagian dalam melaksanakan

aktifitas pendidikan di lingkungan sekolahan Selain itu juga berpartisipasi

dalam pembelajaran seperti ikut mengajar dan mengikuti proses

pembelajaran pendidikan Islam

b Pengumpulan data dengan wawancarainterview

36

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2014318)

c Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu Dokumen

bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh adanya dokumen Pengumpulan dokumen yang berkaitan

dengan objek penelitian yaitu berupa buku sejarah buku profil sekolah

pajangaan struktur buku informasi pendataan siswa dan guru kurikulum

pelajaran dan perangkat pembelajaran

37

d Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada Triangulasi berguna untuk

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2014327) Pengumpulan data diambil

dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama Adanya observasi kemudian dilanjutkan dengan wawancara

yang mendalam serta pengumpulan dokumentasi untuk sumber data yang

sama dan melakukan wawancara atau pengumpulan data pada beberapa

sumber data yang berbeda

4 Teknis Analisi Data

Bogdan menyatakan tentang analisis data kualitatif sebagai proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkan kedalam unit-

unit melakukan sintesa menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain Susan Stainback mengemukakan bahwa

analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

38

sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Sugiyono

2014332)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan

Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono

2014333) Peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu sebelum

memasuki lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian Fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan Analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

wakttu tertentu Pada saat wawancara analisis sudah dilakukan terhadap

jawaban dari hasil wawancara Setelah data diperoleh cukup banyak dan

dicatat secara teliti dan rinci maka dilanjutkan dengan mereduksi data

Dengan merangkum memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya Dengan demikian data akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya Langkah selanjutnya adalah penyajian data atau mendisplaykan

data yang menjadikan data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami Penyajian data menggunakan teks

bersifat naratif (Sugiyono 2014333) Langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

39

bersifat sementara dan bisa berubah Apabila pengumpulan data valid dan

konsisten maka kesimpulannya kredibel

G SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima)

BAB yaitu

BAB I Bab I ini berisi pendahuluan yang didalamnnya akan diuraikan

tentang latar belakang masalah rumusan masalah landasan teori tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Dalam Bab II berisi kajian teori yang didalamnya akan

dipaparkan tentang pengertian Pendidikan Profetik Sistem Pendidikan Profetik

dan Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

BAB III Bab III berisi laporan hasil penelitian yang didalamnya akan

diuraikan tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga gambaran

pembelajaran Pendidikan Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Konsep Pendidikan

Profetik yang diterapkan di SMP Negeri 4 Salatiga Dan implementasi

pendidikan Profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

BAB IV Bab IV berisi Hasil penelitian yang berupa deskripsi hasil

penelitian temuan hipotesis dari penelitian dan hasil pengujian Hipotesis

mengenai implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

40

BAB V Bab V berisi penutup yang di dalamnya akan dipaparkan

mengenai kesimpulan dan saran-saran

41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A PENDIDIKAN DALAM ISLAM

1 Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti ldquopergaulan dengan anak-

anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai ldquo usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnyardquo

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman

hidup pembentukan kembali pengalaman hidup Sementara itu Komisi

Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata

menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan

akhir pendidikan

42

Meski berawal dari akar kata yang sama tetapi pemberian makna terhadap

istilah pendidikan begitu beragam Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip

masanya serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis

apalagi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis

(Armai 200716)

2 Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia pendidikan ialah proses sosialisasi yakni

memasyarakatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia

yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri yaitu mampu

konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan Nabi SAW

bersabda ldquoDidiklah anakmu-anakmu sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya dan bukan untuk zamanmurdquo Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi 2004137)

Ahmad D Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai

program bimbingan sunyek pendidikan (guru pendidik) kepada objek

pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu dalam jangka waktu tertentu

dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam Menurut

Yusuf Qardhawi pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal

dan hatinya rohani dan jasmaninya akhlak dan ketrampilannya

43

Menurut Muyazin Arifin hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui

ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya

( Armai 200718)

Secara estimologis pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil Al

Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan

Islam adalah upaya mengembangkan mendorong serta mengajak manusia

lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 200835)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum

terdapat di zaman Nabi Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi

dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran

memberi contoh melatih keterampilan berbuat memberikan motivasi dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita

harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut Kata ldquoPendidikanrdquo yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arabnya adalah ldquoTarbiyahrdquo dengan kata kerja ldquoRabbardquo Kata

ldquopengajaranrdquo dalam bahasa Arabnya adalah ldquota‟limrdquo dengan kata kerjanya

44

ldquo bdquoallamardquo Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya ldquoTarbiyah wa

ta‟limrdquo sedangkan ldquopendidikan Islamrdquo dalam bahasa Arabnya adalah

ldquoTarbiyah Islamiyahrdquo (Zakiyah Daradjat 201225)

Dalam konteks pendidikan Islam kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah Sejak dekade 1970-an

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah

Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak Dalam bahasan berikut kita

akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai

terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi 2004138)

a Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh jiwa dan ruh disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah intelektual dan ruhaniah pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai

denagn berbagai tingkat dan derajat

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim Sementara DrFatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim Menurut Al-

Attas pendidikan adalah beban masyarakat Penekanan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (bdquoilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta‟dib karena adab

45

sebagaimana didefinisikan disini sudah mencakup ilmu dan amal Simaklah

sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut

ldquodari ibnu mas‟ud Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian

menjadikan pendidikanku yang terbaik (HRIbnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi

jamius Shaghir I14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai ldquo mendidikrdquo yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata bdquoallama dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai ldquopendidikanrdquo dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim

Dengan jelas dan sistematik Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai

berikut

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur pembangunan iman ilmu dan amal

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik Cara Tuhan mendidik Nabi tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna

3) Dalam kerangka pendidikan istilah ta‟dib mengandung arti ilmu

pengetahuan dan pengasuhan yang baik

4) Dan akhirnyaAl-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama

sopan-santun adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib

b Al-Ta‟lim

46

Menurut Abdul Fatah Jalal proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah Untuk menjelaskan pendapat ini jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34 Menurut jalal

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh serta lebih luas dari pada kata tarbiyah Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca

tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman tanggung jawab

dan amanah

Jadi berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut Al-

Qur‟an ta‟lim lebih luas dari tarbiyah Berbeda dengan Al-Attas Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib Selanjutnya Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan juga ketrampilan yang

dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku

c Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi At-Tarbiyah adalah lebih tepat

digunakan dalam terminologi pendidikan Islam An-Nahlawi mencoba

47

menguraikan secara sistematik semantik lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39

2) Rabiya-yarbu denagn wazan Khafiya-yakhfa yang berarti menjadi

besar

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu berarti memperbaiki

menguasai urusan menuntun menjaga dan memelihara

Imam Al-Baidhawi mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna

Dari ketiga istilah tersebut Abdurrahman an-Nahwali menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur pertama menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh Kedua mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam Ketiga mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya Dan keempat proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib dengan sedikit

demi sedikit hingga sempurna

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak

perlu terjadi jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan

dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan

diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan

Islam sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai

berikut

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding

kedua istilah lainnya

2) Dalam interaksi edukatif konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim dan

3) Keduanya baik tarbiyah maupun ta‟lim harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya tetapi

dengan modifikasi tertentu sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat ldquofadilahrdquo tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada

pertumbuhan dan pembinaan keimanan keIslaman dan keihsanan

disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual peserta didik

Jadi antara ta‟dib ta‟lim dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan

yang lain Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam

bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif Maka dari tiga hal di ataslah

lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam

49

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam

Suatu totalitas kependidikan harus bersandar pada landasan dasar

Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak

dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh paripurna atau syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh Kajian tentang pendidikan Islam tidak

boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang

mendasar Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam yaitu a) Al-

Qur‟an b) Al-Sunnah c) Al-Kaun dan d) Ijtihad

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah

SWT dan karenanya ia merupakan dasar hukum bagi mereka Al-Qur‟an

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan

yang terjadi Al-Qur‟an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan

manusia Segala persoalan terdapat hal pokoknya di dalam Al-Qur‟an serta

berisi tentang aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela

mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu

Al-Qur‟an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara

umum Juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial

moral dan spiritual di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu

Sebagai contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat

50

Lukman ayat 21-19 Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman akhlak ibadat sosial dan ilmu pengetahuan

Maka Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam

setiap sendi kehidupannya yang akan mengantarkan manusia mampu

berdialog secara ramah dengan dirinya sendiri dengan alam sekitar dan

dengan Tuhannya maka al-Qur‟an menjadi landasan yang kokoh dan

paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual spiritual dan

keparipurnaan hidup manusia secara hakiki Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi

2004155)

b) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rosul

Allah SWT Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan

Dijadikannya as-sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak

terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap Al-Qur‟an Yaitu -

Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang bersifat umum Maka

dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang

diterangkan - Sunnah mengkhidmati al-Qur‟an Memang as-sunnah

menjelaskan mujmal al-Qur‟an menerangkan musykilnya dan

memanjangkan keringkasannya Al-Qur‟an menekankan bahwa Rosul

51

SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-fiman Allah (QS1644)

Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-sunnah fi makanatiha wa fi

Tarikhiha menulis bahwa as-sunna mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan Al-Qur‟an dan fungsi berkaitan dengan pembinaan hukum syara‟

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an

Sunnah berisi tentang petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

manusia dalam segala aspekny untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa Untuk itu Rasul Allah menjadi

guru dan pendidik utama Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua bagi cara pembinaan manusia muslim dalam setiap sendi

kehidupannya

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia

melalui perantara malaikat jibril dan nabi-nabiNya ia juga

membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata yaitu alam semesta

dengan segala macam partikel dan heteroginitas berbagai entitas yang ada

di dalamnya langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya

laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan gunung-gunung

berbagai macam binatang dan sebagainya

Mengenai ayat-ayat kauniyah tersebut beberapa ayat di dalam al-

Qur‟an menyatakan dengan gamblang dalam surah Ar-Ra‟d ayat 3 dan Al-

Jatsiyah Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

52

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial begaimana bersikap dan berperilaku mulia Ditilik dari

wacana pedagogis hal itu amatlah berarti bagi berlangsungnya proses

pendidikan demi tercapainya (setidaknya) dan hal bagus bukan hanya

tumpukan ilmu dan kepandaian tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan sayri‟at Islam

untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan

sunnah (Zakiyah Daradjat 201221) Ijtihad sebagai langkah untuk

memperbaharui interpretasi dan pelembagaan ajaran Islam dalam

kehidupan yang berkembang merupakan semangat kebudayaan Islami

Ijtihad yang diarahkan pada interpretasi wahyu dan al-kaun akan

menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menggembirakan Sebab interpretasi manusia atas wahyu akan

menghasilkan pemahaman keagamaan atau agama yang aktual Orang

yang melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid Seorang mujtahid

senantiasa menggunakan akal budinya untuk memecahkan problematika

kemanusiaan dalam kehidupannya Orang yang senantiasa menggunakan

akal budinya oleh Al-Qur‟an disebut sebagai ulul-albab (Khoiron

Rosyadi 2004159)

53

Menurut Al-Qur‟an ulul-albab adalah sekelompok manusia tertentu

yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT Diantara keistemewaannya

adalah mereka diberi hikmah dan pengetahuan disamping pengetahuan

yang diperoleh secara empiris (QS2269)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur‟an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsip saja (Zakiyah Daradjat 201222)

4 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah apa yang dicanangkan oleh manusia atau sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha serta kegiatan selesai Ketika

berbicara mengenai tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita untuk

berbicara tentang tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia Sebab pendidikan

hanyalah suatu alat yang digunakan oelh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

Al-Syaibany menampilkan definisi tujuan sebagai perubahan yang

diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau upaya yang diusahakan

oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada

tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitar Jadi tujuan-tujuan pendidikan jika mengikuti

definisi ini maka ada perubahan yang diinginkan dalam tiga bidangyaitu a)

54

tujuan-tujuan individual b) tujuan-tujuan sosial dan c) tujuan-tujuan

profesional (Khoiron Rosyadi 2004161)

Dilihat dari segi UU No23 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

nasional dalam Bab II dasar fungsi dan tujuan pada pasal 3 maka tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak

mulia sehat berilmucakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam

a Tujuan Umum pendidikan Islam

1) Prof M Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan

Islam menyimpulkan bahwa tujuan umum yang asasi bagi pendidikan

Islam yaitu

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan untuk mengetahui (co-riosity)

e) Menyiapkan pelajar dari segi profesional

2) Prof Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Islam dan Metode-metode pengajarannya tujuan umum

yang ditampilkan yaitu

55

a) Pendidikan akal dan Persiapan pikiran

b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak

c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan

kesediaan-kesediaan manusia

3) Menurut Muhammad Quthb tujuan umum pendidikan Islam adalah

manusia yang taqwa itulah manusia yang baik menurutnya Sungguh

yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah

yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya (QS Al-Hujurat (49)13)

4) Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia Hamba Allah Jadi menurut Islam pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia sebagai makhluk yang

menghambakan diri kepada Allah(beribadah kepadaNya) Karena

sesuai dengan pesan Al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia supaya mereka beribadah kepadaNya (QSal-Dzariyat

(51)56)

Tujuan umum pendidikan Islam diberi perhatian dan tidak terkena

perubahan dari waktu ke waktu Finalitas kenabian secara implisit menyatakan

finalitas cita-cita yang diajarkan Nabi SAW kepada sekalian manusia Jadi

tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan yang berada jauh dari masa

sekarang sebuah hasil pencapaian yang tidak dapat terlaksana melalui kerja

Taqwa kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam ia

sebagai ultimate goal dari serangkaian tujuan yang ditampilkan di atas dan

56

masing-masing tujuan tersebut mempunyai hubungan sistematik satu sama

lainnya yang tak dapat terpisahkan (Khoiron Rosyadi 2004170)

b Tujuan khusus Pendidikan Islam

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah perubahan-perubahan

yang diingini yang bersifat atau bagian yang termasuk di bawah tujuan

umum pendidikan Dengan kata lain gabungan pengetahuan ketrampilan

pola-pola tingkah laku sikap nilai-nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terkandung dalam tujuan umum bagi pendidikan yang tanpa

terlaksananya tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna

Contoh tujuan umum ldquo untuk menumbuhkan semangat agama dan

akhlakrdquo maka pada tujuan khusus sebagai berikut

1) Memperkenalkan akidah-akidah Islam kepada generasi muda

2) Menumbuhkan kesadaran pada diri terhadap agama

3) Menambah keimanan kepada Allah Sang Pencipta

4) Menumbuhkan rasa rela optimisme kepercayaan diri tanggung

jawab menghargai tolong menolong dan berkorban

5) Mendidik naluri motivasi keinginan generasi muda dan

membentengi mereka menahan motivasinya dan membimbingnya

dengan baik

6) Membersihkan hati mereka dari dengki iri hati benci egoisme

khianat perpecahan dan perselisihan

57

c Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah

Surat Ali Imron ayat 102

(

Artinya

ldquoWahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)rdquo (QS Ali Imron (3)102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari akwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya Insan Kamil yang mati dan

menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

Islam (Zakiyah Daradjat 201231)

B PENDIDIKAN PROFETIK

58

1 Pengertian Profetik

Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi Kata dari bahasa Inggris ini berasal dari bahasa yunani ldquoprophetesrdquo

sebuah kata benda untuk menyebut orang yang berbicara awal atau orang yang

memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan

Profetik atau kenabian disini merujuk pada dua misi yaitu seseorang yang

menerima wahyu diberi agama baru dan diperintahkan untuk mendakwahkan

pada umatnya disebut rasul (messenger) sedang seseorang yang menerima

wahyu berdasarkan agama yang ada dan tidak diperintahkan untuk

mendakwahkannya disebut nabi (Prophet) (MohRoqib 201149)

Kenabian dari kata arab ldquonabiyrdquo dan kemudian membentuk kata

nubuwwah yang berarti kenabian Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

nabi adalah hamba Allah yang ideal secara fisik (berbadan sehat dengan fungsi

optimal) dan psikis (berjiwa bersih dan cerdas) yang telah berintegrasi dengan

Allah dan malaikatNya diberi kitab suci dan hikmah bersamaan dengan itu dia

mampu mengimplementasikan dalam kehidupan dan mengkomunikasikannya

secara efektif kepada sesama manusia Sedang kenabian mengandung makna

segala ihwal yang berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh

potensi kenabian Potensi kenabian dapta menginternal dalam individu setelah

ia melakukan proses edukasi yang didasarkan oleh nilai-nilai kenabian dalam

Al-qur‟an Sunnah dan Ijtihad dengan berbagai upaya melakukan pemikiran

sehingga dapat menemukan kebenaran normatif dan faktual Pemikiran

filosofis ini kemudian disebut dengan filsafat profetik atau filsafat kenabian

59

Dengan potensi tersebut nabi mampu menyampaikan risalah dan membangun

umat dan bangsa sejahtera lahir batin

Agar tugas-tugas kenabian tercapai setiap nabi diberikan sifat-sifat mulia

yaitu a Jujur (al-sidq) b Amanah (al-amanah) c Komunikatif (al-tablig)

dalam arti selalu menyampaikan ajaran dan kebenaran dan d Cerdas (al-

fatanah) Setiap Nabi memiliki misi utama yang harus dipahami dan

dilaksanakan oleh ulama sebagai pewaris para nabi Misi kenabian tersebut

dalam bingkai mengembangkan kitab suci yaitu a menjelaskan ajaran-

ajaranNya b menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan sesuai dengan perintahNya

c memutuskan perkara atau problem yang dihadapi masyarakat dan d

memberikan contoh pengamalan

Keempat tugas dan misi ini jika dimaknai dalam konteks pendidikan nabi

memiliki tugas pertama adalah memahami Al-Qur‟an berarti nabi harus

menguasai ilmu (ilahiyah) yang akan menjadi materi dan dijelaskan kepada

peserta didik kedua menyampaikan materi (ajaran) tersebut kepada umat

(peserta didik) ketiga melakukan kontrol dan evaluasi dan jika terjadi

penyelewengan dilakukan pendisiplinan diri agar tujuan pendidikan (ajaran)

dapat diaplikasikan dalam kehidupan Terakhir nabi memberikan contoh dan

model ideal personal dan sosial lewat pribadi nabi yang menjadi rasul dan

manusia biasa (MohRoqib 201149)

Seorang nabi yang memiliki potensi sempurna yang diberikan Tuhan yang

merupakan model utama moral utama yang patut dicontoh dalam kehidupan

60

termasuk dalam dunia pendidikan bagaimana potret pendidikan kenabian dan

bagaimana potret itu dapat menjadi faktual saat ini

2 Filsafat profetik

Filsafat profetik atau filsafat kenabian adalah pemikiran filosofis yang

didasarkan pada nilai-nilai kenabian dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan

berbagai upaya pemikiran reflektif-spekulatif sampai pada penelitian empirik

sehingga menemukan kebenaran normatif dan faktual aplikatif yang memiliki

daya sebagai penggerak umat sehingga terbentuk khaira ummah atau

komunitas ideal Secara teologis filsafat profetik ini diambil dari pemikiran

sufi yang membincang tentang bentuk kemanunggalan (ittihad) Tuhan yang

Esa (tauhid) yang transenden dengan manusia yang relatif dan plural

Filsafat profetik atau filsafat kenabian sebagai upaya mendialogkan

manusia Tuhan dan alam dapat dimaknai sebagai filsafat yang mengkaji

tentang hakikat kebenaran dengan mendasarkan pada wahyu yang masuk dan

menginternal dalam diri manusia agung (an-nabiy) kemudian dikomunikasikan

pada manusia dan keseluruhan alam agar kebenaran tersebut menjadi mungkin

untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta manusia

terbaik (khaira ummah) dengan kehidupan yang sejahtera (MohRoqib

201153)

3 Filsafat pendidikan profetik

Berdasarkan pada pemahaman terhadap filsafat profetik sebagaimana

telah disebutkan filsafat pendidikan profetik adalah pemikiran filosofis

kependidikan yang mendasarkan pada pemahaman terhadap alam dan hukum

61

dialektikanya yang bermuara pada hubungan antara tuhan dan manusia yang

menyatu (tauhid) tanpa menghilangkan keEsaan Tuhan dan tidak pula melebut

eksistensi manusia sehingga manusia yang percaya terhadap yang profon akan

bertindak sebagai manifestasi kepercayaan kepada Allah sekaligus memahami

keterbatasan dan kelemahan memahami realitas hukum dan alam Tuhan

(MohRoqib 201186) Filsafat pendidikan profetik merupakan proses transfer

pengetahuan dan nilai untuk pengEsaan terhadap Allah yang dilakukan secara

kontinu dan dinamis disertai pemahaman bahwa dalam diri ada kelebihan dan

kelemahan yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan (yang transenden)

Islam merupakan agama yang abadi karenanya menuntut perubahan yang

permanen yang disertai dengan cita-cita mengenai tujuan (a sense of goal)

yaitu membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan Untuk memberi arah ke

mana transformasi tersebut akan dibawa maka dibutuhkan ilmu sosial profetik

untuk memberikan petunjuk kearah transformasi yang dilakukan Perubahan

yang didasarkan pada cita-cita Humanisasi emansipasi Liberasi dan

Transendensi yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik Humanisasi

Liberasi dan Transendensi merupakan dasar cita-cita profetik dalam pendidikan

Tiga muatan itulah yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik dengan

berdasarkan Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110

62

110 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah (QS Ali Imron 110)

a Transendensi

Transendensi berasal dari bahasa Latin ldquotranscendererdquo yang

berarti naik ke atas dalam bahasa inggris ldquoto transcendrdquo berarti

menembus melewati melampui artinya perjalanan di atas atau di luar

ldquotranscendrdquo berarti melebihi lebih penting dari ldquotranscendentrdquo

berarti sangat teramat atau sukar dipahamkan atau diluar pengertian

dan pengalaman biasa Transendensi bisa diartikan Hablun min Allah

ikatan spiritual yang mengikatkan antara manusia dan Tuhan

Transendensi dalam teologi Islam berarti percaya kepada Allah kitab

Allah dan yang ghaib (MohRoqib 201178)

Berdasarkan pada filsafat profetik indikator transendensi dapat

dirumuskan 1) mengakui adanya kekuatan supranaturalAllah 2)

melakukan upaya mendekatkan diri kepada Allah 3) berusaha untuk

memperoleh kebaikan Tuhan sebagai tempat bergantung 4)

memahami suatu kejadian dengan pendekatan mistik (kegaiban)

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuasaanNya 5) mengaitkan

perilaku tindakan dan kejadian dengan ajaran kitab suci 6) melakukan

sesuatu disertai harapan untuk kebahagiaan hari akhir (kiamat) 7)

menerima masalah atau problem hidup dengan rasa tulus dan dengan

63

harapan agar mendapat balasan di akhirat untuk itu kerja keras selalu

dilakukan untuk meraih anugerahNya

b Liberasi

Liberasi dari bahasa Latin ldquoliberarerdquo berarti memerdekakan atau

pembebasan Liberation dari kata ldquoliberalrdquo yang berarti bebas

Liberation berarti membebaskan atau tindakan memerdekakan

Artinya pembebasan terhadap semua yang berkonotasi dengan

signifikasi sosial seperti mencegah bernarkoba memberantas judi

membela nasib buruh dan mengusir penjajah (MohRoqib 201182)

Dari definisi dan pemahaman terhadap filsafat profetik dapat

dirumuskan indikator ilberasi yaitu 1) memihak kepada kepentingan

rakyat wong cilik dan kelompok mustad‟afin 2) menegakkan

keadilan dan kebenaran 3) memberantas kebodohan dan

keterbelakangan sosial-ekonomi 4) menghilangkan penindasan dan

kekerasan

c Humanisasi

Humanisasi berasal dari kata Yunani humanitas berarti makhluk

manusia menjadi manusia Dalam bahasa inggris human berarti

manusia bersifat manusia humane berarti peramah orang penyayang

humanism berarti peri kemanusiaan Humanisasi (insaniyyah) artinya

memanusiakan manusia menghilangkan kebendaan ketergantungan

kekerasan dan kebencian dari manusia (MohRoqib 201184)

64

Indikator Humanisasi 1) menjaga persaudaraan meski berbeda

agama kayakinan status sosial dan tradisi 2) memandang seseorang

secara total 3) menghilangkan berbagai bentuk kekerasan 4)

membuang jauh sifat kebencian terhadap sesama

Ketiganya disebut visi profetik Untuk filsafat pendidikan profetik Unsur-

unsur profetik tersebut harus menjadi tema pendidikan Islam Setiap

pendidikan Islam harus menyertakan unsur transendensi Humanisasi plus

transendensi liberasi plus transendensi karena transendensi begitu sentral

4 Pengertian Pendidikan Profetik

Pendidikan profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan

nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam

sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal

(khairul ummah) Pendidikan profetik peserta didiknya dipersiapkan sebagai

individu sekaligus komunitas untuk itu standar keberhasilan pendidikan diukur

berdasarkan capaian yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasi

secara sosial (MohRoqib 2011 88)

Pendidikan profetik merupakan upaya sadar dalam proses transfer

pengetahuan dan nilai-nilai kenabian yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara

utuh dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Strategi pendidikan profetik sebagaimana Nabi dimulai keteladanan diri

dan bangunan keluarga ideal (maslahah) Pendidikan dalam perspektif profetik

memiliki dasar tradisi akademik dan kondusif sebagaimana Nabi membangun

65

tradisi Madinah (sunnah madaniyyah) atau sunnah nabawiyyah yang memiliki

daya kolektif untuk terus bergerak progresif secara kontinu dengan pilar

transendensi yang kuat berpengaruh pada seluruh dimensi dan sistem

kependidikan yang dalam kegiatan riilnya dibarengi dengan pilar humanisasi

atau membangun nilai kemanusiaan dan liberasi memupus berbagai hal yang

merusak kepribadian

Kompetensi pendidik atau guru dalam pendidikan profetik meliputi empat

hal yaitu kejujuran (sidq) tanggung jawab (amanah) komunikatif (tabliq) dan

cerdas (fatanah) Pendidikan Profetik secara faktual berusaha menghadirkan

nilai kenabian dalam konteks kekinian Secara skematis bagaimana

epistemologi model integrasi dan koneksitas serta pola bangunan profetik

5 Tujuan Pendidikan Profetik

Tujuan pendidikan ada tujuan akhir ultimate goals immediate goals dan

tujuan khusus Semua tujuan tersebut harus berjalan dan berhubungan dengan

berbagai sistem sebab akibat hukum-hukum material dan keharmonisan

kehidupan praktis duniawi Di dalam pendidikan Islam tujuannya adalah

membentuk kepribadian muslim paripurna (kaffah) yang memiliki indikator

kemandirian multi kecerdasan dan kratif dinamis sehingga mampu memberi

rahmat bagi alam

Tujuan pendidikan profetik sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Pertama

prinsip integrasi (tauhid) yang memandang adanya wujud kesatuan dunia-

66

akhirat Karena itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk

mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat

Kedua prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari

prinsip integrasi Keseimbangan antara muatan rohaniah dan jasmaniah antara

ilmu murni dan terapan antara teori dan praktek antara nilai yang menyangkut

akidah syariah dan akhlak

Ketiga prinsip persamaan dan kebebasan Prinsip ini dikembangkan dari

nilai tauhid bahwa Tuhan adalah Esa oleh karenanya setiap individu bahkan

semua makhluk adalah dari pencipta yang sama

Keempat prinsip kontinuitas dan berkelanjutan Dari prinsip ini dikenal

konsep pendidikan seumur hidup (life long education) Sebab dalam Islam

belajar adalah suatu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir

Sebagaimana ulama salaf berkata (HAMKhon 2014 145)

ldquoCarilah ilmu dari ayunan sampai lubang kuburrdquo

Kelima prinsip kemaslahatan dan keumatan Ruh tauhid apabila menyebar

dalam sistem moral akhlak kepada Allah dengan kebersihan hati dan

kepercayaan yang jauh dari kotoran akan memiliki daya juang untuk membela

hal-hal yang maslahah atau berguna bagi kehidupan

6 Materi Pendidikan Profetik

Materi pelajaran kurikulum dan silabus dalam pendidikan profetik yang

diberikan pendidik harus ditata dan disusun sesuai dengan jenjang jenis dan

67

jalur pendidikan Sebagai software materi yang termuat dalam silabi

merupakan bentuk operasional yang menjabarkan konsep pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan

Minimal ada tiga prinsip dalam merancang materi pertama

pengembangan pendekatan religius kepada dan meliputi semua cabang ilmu

pengetahuan kedua isi pelajaran yang bersifat religius seharusnya bebas dari

ide dan materi yang jumud dan tak bermakna dan ketiga perencanaan dengan

memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor disebut sebagai tiga

prinsip kontinuitaskesinambungan sekuensi dan integrasi

Tujuan yang jelas mempermudah mengambil langkah operasional dalam

proses kependidikan termasuk penentuan materi Dalam perspektif pendidikan

profetik unsur religius yang transendental humanis dan liberal harus

berintegrasi dengan setiap cabang ilmu Dalam pengembangan materi yang

terdapat pada kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional Hal ini

menurut Noeng Muhadjir pendekatan proporsional tersebut diharapkan ada

integrasi pendekatan dalam penetapan suatu materi yang melibatkan

pendekatan akademik humanistik dan teknologi secara proporsional

Rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam II menuangkan

suatu pengorganisasian materi menjadi pengetahuan a perential dan b

acquired dua istilah yang dalam klasifikasi ilmu pengetahuan klasik dikenal

sebagai bdquoulum naqliyyah dan bdquoulum bdquoaqliyah (muktasabat) Rekomendasi ini

selengkapnya dilampirkan oleh Syed Ali Ashraf (MohRoqib 2011128)

68

Khusus mengenai pengorganisasian itu adalah sebagai berikut Kelompok

I perenial (meliputi ilmu-ilmu abadi) meliputi 1 al-Qur‟an a) membaca

(qira‟at) menghafal (hifz)interpretasi (tafsir) b) sunnah c) sirah Nabi d)

tauhid e) Ushul Fiqh dan Fiqh f) bahasa Arab 2 Materi tambahan meliputi a)

filsafat Islam b) perbandingan agama c) Kebudayaan Islam

Kelompok II Asquired (muktasabat ilmu-ilmu hasil pencarian manusia)

1 Imajinatif a) Seni Islam dan Arsitektur b) Bahasa dan Sastra 2 Ilmu-ilmu

Intelektual a) Studi Sosial b) filsafat c) ekonomi d) ilmu politik e) sejarah f)

peradaban Islam g) ilmu bahasa h) Geografi i) sosiologi j) Psikologi dan i)

antopologi 3 Ilmu-Ilmu pengetahuan Alam (Teoritik) a) Filsafat Ilmu b)

Matematik c) Statistik d) fisika e) Kimia dan lain-lain 4 Ilmu-ilmu terapan

a) Rekayasa dan Teknologi b) Kedokteran c) Pertanian dan d) Kehutanan 5

Ilmu-ilmu Praktik a) Perdagangan b) Ilmu Administrasi c) Ilmu Perpustakaan

d) Ilmu Komunikasi

Sebagian masalah penting yang dihadapi dalam menetapkan materi adalah

masalah keusangan (absolescence) Keusangan menjadi persoalan dalam kaitan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Persoalan keusangan

lebih banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu pada kelompok kedua yakni ilmu hasil

pencarian manusia (acquired knowledges) (MohRoqib 2011130)

Persoalan penting yang perlu digaris bawahi dalam menetapkan materi dan

meyusun buku teks adalah bahwa ilmu-ilmu perenial (abadi) pada kelompok

pertama itu tetap menjadi inti kurikulum yang disusun dengan gradasi dan

sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan Hal lain yang

69

perlu diperhatikan adalah al-Qur‟an bukanlah teks sains melainkan kitab suci

yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya Al-Qur‟an berfungsi

sebagai prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadist

Nabi juga merupakan prinsip-prinsip pendidikan Islam Hal ini untuk

menghindarkan dari persoalan dikotomik ilmu pengetahuan yang muncul

dalam kurikulum termasuk dalam proses belajar mengajar

Mengakhiri tentang materi dalam paradigma profetik perlu dikemukakan

tentang nilai strategis membaca Materi untuk tingkat dasar adalah mengenal

huruf dan membaca teks Untuk tingkat menengah dapat dikembangkan materi

yang terkait dengan keterampilan atau strategi membaca cepat dan kreativitas

menulis Selanjutnya di perguruan tinggi dikembangkan materi teknik

memanfaatkan bahasa dan baca tulis untuk berkomunikasi efektif dan lobi

7 Pendidik Pendidikan Profetik

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan

karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah

ditentukan bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif

Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti

al-mulim (guru) al-mudarris (pengajar) al-muaddib (pendidik) dan al- walid

(orang tua) Dalam Islamm orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal Pertama

karena kodarat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya

70

Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu oranag yang berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya (Khoiron Rosyadi 2004172)

Proses pembelajaran memposisikan pendidik berperan besar dan strategis

Karena itu corak dan kualitas pendidikan profetik secara umum dapat diukur

dengan kualitas pendidiknya sebab dengan pendidik yang memiliki kualifikasi

tinggi diharapkan dapat menciptakan dan mendesain materi yang lebih dinamis

dan konstruktif mengatasi kelemahan materi dan subjek didiknya diantaranya

dengan menciptakan suasana yang kondusif dan strategi pembelajaran aktif

yang baik Dengan pendidik yang memiliki kualitas tinggi kompetensi lulusan

(output) pendidikan dapat dijamin sehingga mereka mampu mengelola potensi

diri mengembangkan kemandirian untuk menatap masa depan gemilang yang

sehat dan prospektif (MohRoqib 2011132)

Secara umum tugas pendidik ialah mengupayakan perkembangan seluruh

potensi subjek didik Pendidik bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia

juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri dengan semangat profetik Pendidik memiliki kedudukan sangat

terhormat karena tanggungjawabnya yang berat dan mulia

Seorang Pendidik membawa amanah Illahiyah untuk mencerdaskan

kehidupan umat dan membawanya taat beribadah dan berakhlak mulia Karena

tanggung jawabnya yang tinggi ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu

Syarat terpenting pendidik menurut Zakiah Daradjat adalah kepribadian utama

yang haus dimiliki oleh pendidik tersebut Kepribadian yang utuh meliputi

tingkah laku maupun tata bahasanya Sebab kepribadian pendidik akan mudah

71

diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya termasuk budi bahasanya Oleh

karena itu pendidik menurut Imam Zarnuji seharusnya seorang yang bdquoalim

wara‟ dan lebih tua usia (dan kedewasaanya)

Beberapa syarat kepribadian secara lengkap yang harus dimiliki oleh

pendidik agar ia bisa menjadi pendidik yang baik adalah 1) zuhud dan ikhlas

2) bersih lajir dan batin 3) pemaaf sabar dan mampu mengendalikan diri 4)

bersifat kebapakan dan keibuan 5) mengenal peserta didik dengan baik (baik

secara individual maupun kolektif) Pendidik ideal adalah pendidik yang pada

saat bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik (MuhRoqib 2011134)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul ambiya‟ seorang

pendidik harus yang baik shaleh yang merasa bahwa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang Muslim yang

baik yang akan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang

diajarkan Islam yang perbuatannya akan dijadikan teladan anak didiknya Prof

DR Hadari Nawawi (1983) mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu

mengadakan sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) didik dalam setiap

relasinya Jika antara keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam

kebersamaannya maka yang terjadi hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi

pendidikan

Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses seorang guru dianjurkan

untuk mempraktikkan hal-hal berikut (Muhammad jameel 200543)

a Mengucapkan salam

72

b Seorang guru tidak diperkenankan meminta muridnya berdiri pada saat ia

masuk kelas

Menunjukkan wajah yang penuh senyum Sebagaimana seperti yang

diajarkan Rosulullah SAW ldquoSenyummu di depan saudaramu adalah

sedekahrdquo (HR At-Tirmidzi)

c Seorang guru dianjurkan untuk memulai pelajaran dengan mengatakan

kalimat pembuka

d Seorang guru harus menggunakan kata-kata yang baik pada murid-

muridnya

e Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan yang dapat melukai

muridnya

f Seorang guru hendaknya memperingatkan murudnya yang menyibukkan

diri dengan hal lain yang menggangu jalannya pelajaran

g Seorang guru hendaknya mengatur pertanyaan yang diajukan para murid

saat mengikuti pelajaran

h Seorang guru hendaknya mempraktikkan etika Islam dengan tujuan untuk

mengajari para siswanya

i Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya

Syarat-syarat menjadi pendidik sukses sebaiknya guru dapat

1) Menguasai bidang pelajaran yang diasuh

2) Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan

3) Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan

4) Berperan sebagai pelanjut perjuangan para nabi

73

5) Memiliki keluhuran akhlak dan tingakt pendidikan dan kecerdasannya

6) Salaing membantu dengan sesama pendidik

7) Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama

8) Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur

9) Berhias diri dengan sifat sabar dalam setiap hal

Menurut Al-Abrasyi sifat-sifat pendidik dalam Islam sebagai berikut

a Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridloaan Allah semata

b Kebersihan

Seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan

bersih jiwa dan terhindar dari dosa besar

c Ikhlas dalam pekerjaan

d Pemaaf

e Harus mengetahui tabiat murid

8 Peserta didik Pendidikan Profetik

Peserta didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari

sistem kependidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Khoiron Rosyadi

2004192) Peserta didik dalam pendidikan profetik selalu terkait dengan

pandangan wahyu tentang hakikat manusia Secara substantif manusia

memiliki dua dimensi lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniyah) Manusia

sebagai makhluk allah di muka bumi diberi kelebihan-kelebihan dan

keistimewaan yang tidak diberikan kepada makhluk lain

74

Potensi yang dimiliki manusia bersifat kompleks yang pada pokoknya

terdiri dari ruh (roh) qalb (hati) bdquoaql (akal) dan nafs (jiwa) Potensi-potensi

itu bersifat rohaniyah dan mental-psikis Di samping itu manusia juga dibekali

potensi fisik-sensual berupa seperangkat panca indera yang berfungsi sebagai

instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di

lingkungannya Semua potensi tersebut bersifat mendidik dapat dan harus

dididik agar berkembang aktual (MohRoqib 2011134)

Selain itu perkembangan kepribadian peserta didik di samping ditentukan

oleh aspek dasar juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan)

Interdependensi antara dasar dan ajar dalam visi profetik tetap mengakui

eksistensi masing-masing dalam perkembangan kepribadian peserta didik Di

satu sisi fitrah merupakan konsep dasar lingkungan (pendidikan) dalam

membentuk corak kepribadian peserta didik

Dalam konteks pendidikan profetik setiap anak memiliki potensi positif

(fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia Allah telah menetapkan fitrah

setiap manusia sejak penciptaannya dan tidak ada perubahan pada fitrah Allah

itu Setiap manusia yang dilahirkan dalam fitrahnya dan akan lestari dan

berkembang jika diasah dan diasuh oleh lingkungan edukasinya

Fitrah yang dibawa anak sejak lahir memiliki sifat potensial memeelukan

upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi

faktual dan aktual Upaya memberikan prinsip-prinsip nilai amat penting untuk

membimbing dan mengarahkan pertumbuhan potensi manusia Peserta didik

harus terus mengembangkan potensi fitrahnya tersebut seumur hidup (life long

75

education) Bagi Noeng Muhadjir ilmu itu tetap berproses dan merupakan amal

yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia Sebab dalam

Islam pendidikan bernilai transendental tidak hanya berproses di dunia tetapi

tetap ada maknanya di akhirat

Hidup itu belajar Karena belajar manusia bermakna dalam hidupnya

Pendidik dalam mengajar terlebih dahulu harus mengenal subjek didik dengan

baik sehingga tidak ada pemaksaan kepadanya Pelajaran agar menarik peserta

didik harus disesuaikan dengan a kebutuhan jasmaniyah b kebutuhan sosial

c kebutuhan intelektual dan d kebutuhan religius Di samping itu juga

penciptaan lingkungan yang kondusif sangat penting artinya bagi proses

pendidikan sehingga anak dapat pelajar di mana dan kapan saja

9 Metode Pendidikan Profetik

Metode secara bahasa berearti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud atau cara mengajar dan lain sebagainya

dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dengan

menggunakan bentuk tertentu seperti ceramah diskusi penugasan dan lainnya

Metode pendidikan Profetik adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang

hakikat pendidikan profetik sebagai suprasistem (MohRoqib 2011138)

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalam

menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum Metode yang

tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstriksik sejalan

76

dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk

merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam

Menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak

dan relefansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam (HM Arifin

2011144)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang

hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi

tersebut

a Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya

semata

b Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alqur‟an

c Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran alqur‟an yang

disebut pahala dan siksaan

Dalam hubungannya dengan watak dan relevansinya ketiga aspek tersebut

merupakan dasar timbulnya pola pemikiran model-model proses belajar

mengajar Penelusuran yang analitis dalam alqur‟an akan menemukan

berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan

dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiap diri manusia

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru

untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode

kependidikan efektif san efisies

77

3) Pendidikan Islam mendorong guru untuk berikhtiar menghindarkan

pengaruh-pengaruh neatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-

program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita

Islami

4) Pendidikan Islam mengupayakan harmonisasi keserasian dan keselarasan

antara masukan instrumental dengan masukan environmental (pengaruh

lingkungan) dalam proses mancapai tujuan sehingga produk pendidikan

benar-benar sesuai dengan idealitas Islami

5) Pendidikan Islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar

mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak

didik

6) Pendidikan Islam dalam segala ikhtiarnya senantiasa berpegang teguh

pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi pda potensi

keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup

pribadi manusia muslim

Teknik berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu

sedang secara etimologi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus

atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran

atau aspek dalam wujud aktivitas strategi atau taktik dan bahan atau alat yang

terkait dengan pendukungnya Teknik merupakan cara operasional yang

diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran misalnya pembelajaran

aktif dengan teknik problem solving demonstrasi dan lainnya

78

Teknik Pendidikan Profetik adalah langkah-langkah kongkret pada waktu

seorang pendidik melaksanakan pendidikan di kelas Teknik merupakan

pengejawantahan dari metode Sedang metode merupakan penjabaran dari

asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Pendidikan Profetik

Tujuan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar

berdayaguna dan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

mengamalkan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menggairahkan

belajar peserta didik secara mantap sehingga proses pembelajaran menjadi

efektif dan efisien

Tugas utama metode pendidikan Profetik adalah mengadakan aplikasi

prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan

pendidikan dan terealisasinya melalui penyampaian keterangan dan

pengetahuan agar siswa mengetahui memahami menghayati dan meyakini

materi serta meningkatkan keterampilan olah pikir dan membuat perubahan

dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan sebagai dasar penggunaan

metode pendidikan Islam adalah dasar agamis biologis dan psikologis Pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara metode pendidikan Profetik dengan

pendidikan lain Pembedanya hanya pada nilai spiritual dan mental yang

menyertai pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekkan Prinsip

dasar penggunaan metode pendidikan Profetik adalah

a Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia

dengan Allah dan sesama makhluk

79

b Keterpaduan (integrative tauhid)

c Bertumpu pada kebenaran

d Kejujuran (sidq dan amanah)

e Keteladanan pendidik Ada kesatuan ilmu dan amal

f Berdasar pada nilai dan tetap berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah

budi utama

g Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak

h Sesuai dengan kebutuhan peserta didik

i Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian

j Proporsional dalam memberikan janji yang menggembirakan dan

ancaman untuk mendidik kedisiplinan

Pendidika Profetik juga dapat menggunakan metode yang disebut dengan

edutainment plus atau pendidikan yang menyenangkan dengan tanpa

meninggalkan hukuman jika dibutuhkan Edutainment plus merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan

proses pembelajaran yang rileks menyenangkan dan bebas dari tekanan baik

fisik maupun psikis (Khoiron Rosyadi 2004143)

Metode yang dipilih dan dilakasanakan oleh pendidik secara transenden

dibarengi dengan rasa tulus ikhlas sehingga peserta didik tergugah semangat

dan gerak edukatifnyadengan rasa senang dan nyaman Siraman nilai spiritual

yang berdimensi liberasi dan humanis akan memberikan sisi sentuh yang kuat

untuk berbuat demi kemanfaatan mereka dan lingkungannya

80

10 Media Pendidikan Profetik

Alat-alat pendidikan seringkali disebut dengan peralatan pendidikan yang

terkadang rancu dengan media pendidikan Alat (device) bisa disebut dengan

istilah hardware atau perangkat keras digunakan untuk menyampaikan pesan

Bahan atau software perangkat lunak di dalamnya terkandung pesan-pesan

yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji atau tanpa alat penyaji

Kedua-duanya ini bahan dan alat atau hardware dan software tidak lain adalah

media pendidikan (MohRoqib 2011146)

Secara definitif media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari si pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa demikian rupa

sehingga proses belajar terjadi Sumber belajar tidak hanya guru tetapi bisa

juga jenis pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima

oleh siswapeserta latihan Pesan-pesan yang dituangkan oleh guru terdapat

dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata lesan atau tertulis) mauoun

non verbal atau visual Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol

komunikasi itu disebut encoding Sedang proses penafsiran simbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis fisik

kultural dan lingkungan Dalam pendidikan profetik secara historis telah

diketahui bahwa alat belajar tulis dan baca telah lama ada pada masa nabi dan

diajarkan dikalangan sahabat dan sudah pula memakai peralatan dan media

81

pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya Pada masa sekarang

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sudah terasa

sangat mendesak dalam pengajaran perlu menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan itu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology) atau ICT dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

pendidik dalam melakukan proses pendidikan Tetapi apabila alat pendidikan

diperankan lebih dominan dari guru atau guru telah kalah pengaruh dalam

membentuk kepribadian subjek didik maka tidak mustahil sifat teknologi yang

statis dan rutin tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk kepribadian

subjek didik Semua media dikembangkan guna kemaslahatan kebaikan dan

kelestarian alam semesta memanfaatkan media untuk kemaslahatan umat juga

merupakan Ijtihad (MohRoqib 2011148-149)

11 Evaluasi Pendidikan Profetik

Dalam proses pendidikan Islam tujuan merupakan sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan proses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam Dengan memperhatikan kekhususan tugas

pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik

nilai-nilai Agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk

melalui proses itu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai

pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui

proses evaluasi (HM Arifin 2011162)

82

Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap

tingkah laku anak didik berdasarkan perhitungan yang bersifat komprehensif

dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-psikologis

Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat

kemampuan dasar anak didik yaitu

a Sikap dan pengalaman pribadinya hubungannya dengan Tuhan

b Sikap dan pengalaman dirinya hubunganya dengan masyarakat

c Sikap dan pengalaman kehidupannya hubungannya dengan alam sekitar

d Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan

selaku anggota masyarakat serta selaku Kholifah di muka bumi

Evaluasi diperlukan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan Dari

aspek proses apakah prosesnya sesuai dengan konsep pendidikan profetik yang

meliputi apresiasi terhadap tujuan muatan materi perilaku dan kualitas

pendidik pandangan dan perlakuan terhadap peserta didik penggunaan metode

dan media pembelajaran

Dari sisi hasil sandar keberhasilan pendidikan terletak pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan Tujuan pokok menengah dan akhir Tujuan

jangka pendek berupa kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan tujuan

jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat Kedua tujuan tersebut dapat

dilihat dari penguasaan keterampilan dan akhlak yang mulia Tolak ukur yang

mudah diketahui adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku keseharian ini disebut dengan akhlak Misi kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia Evaluasi pendidikan profetik selain

83

mengukur dan menilai tentang kualitas pemahaman penguasaan kecerdasan

dan keterampilan juga mengukur dan menilai nilai moral dan akhlak peserta

didik Akhlak yang berdimensi Tauhid hubungan kepada Allah (hablu min

Allah) hubungan terhadap sesama manusia (hablun min an-nas) dan

hubungan dengan alam untuk memberikan rahmat bagi alam semesta

(rahmatan li al-bdquoalamin) sebagai pemakmur bumi (khalifah fi al-ard) Menjaga

hubungan kepada Tuhan dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang

lain beribadah sesuai dengan agamanya merupaka akhlak profetik (MohRoqib

2011150)

Proses dan hasil yang beragam menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik dengan menggunakan tes maupun non tes Akhlak selain bisa dievaluasi

melalui tes juga non tes seperti dari catatan harian yang memuat ibadah

pergaulan peserta didik dalam keluarga dengan tetangga dan masyarakat juga

aktivitas lain yang positif untuk kemaslahatan umum dan kemanusiaan

C KONTEKSTUALISASI PENDIDIKAN PROFETIK

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoir Ummah)

Pemikiran pendidikan dalam paradigma profetik dengan ketiga pilar yang

telah disebutkan sebelumnya diharapkan bisa diartikulasikan dan

aktualisasikan dalam praktik pengembangan Pendidikan Islam Untuk

memberikan gambaran akan praktik yang diharapkan diperlukan desain

terlebih dahulu tentang model ldquokomunitas idealrdquo yang dalam bahasa Al-Qur‟an

disebut ldquokhoiru al-ummahrdquo

84

Sebagaimana telah disebutkan bahwa pendidikan profetik dengan dasar

tradisi atau sunnah baik dengan pilar transendensi humanisasi dan liberalisasi

secara otomatis membangun peserta didik anggota masyarakat secara kolektif

bukan hanya sebagai individu-individu Tentang khoir al-ummah disebutkan

dalam al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110 dan ayat ini menjadi rujukan untuk

pendidikan profetik

Artinya ldquoKamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allahrdquo QS Ali Imron (3) 110

Khoir al-Ummah juga berarti kelompok atau komunitas terbaik dan

manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain Umat secara umum menunjuk

pada semua mahkluk sedang kata umat ideal adalah komunitas sosial yang

dinamis yang bergerak sesuai dengan orientasi dan visi yang jelas di bawah

kepemimpinan yang bijaksana Kata Khoir al-Ummah yang diikuti tiga kata

dibelangkangnya yaitu amar ma‟ruf (humanisasi) nahi mungkar (liberasi) dan

iman kepada Allah (transendgvbensi) Jika dikaitkan dengan hal tersebut maka

pendidikan profetik harus dibangun berdasarkan empat syarat dan tiga pilar

Yaitu komunitas visi gerak dinamis dan kepemimpinan (Muh Roqib

2011155)

2 Pendidikan Profetik untuk pengembangan kebudayaan

85

Desain dari pendidikan profetik ini juga memanfaatkan dasar

pengembangan kebudayaan yang digerakkan melalui penguatan pada aspek-

aspek subjektif atau objektif budaya Penguatan dapat dilakukan dengan

memberikan stimulasi Setelah lebih jelas tentang format dan desain

pendidikan profetik dengan empat syarat dasar dan pilarnya serta aksi yang

didasarkan pada pemanfaatan tradisi dan budaya yang dikembangkan

diharapkan konsep pendidikan ini mampu mengilhami perkembangan pola

pendidikan baru sebagai alternatif

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan

Diantara beberapa model pendidikan yang memiliki potensi kuat untuk

dikembangkan dengan paradigma pendidikan profetik ini adalah

a Pendidikan Sosial-kebudayaan Homeschooling

Khair al-ummah komunitas ideal tidak akan terwujud tanpa

pemerataan pendidikan Sebagaimana yang banyak disebutkan pernyataan

ldquoorang miskin dilarang sekolahrdquo atau ldquoorang miskin dilarang sakitrdquo

merupakan identitas sosial yang harus segera digeser dan dirubah dengan

pendidikan profetik Pendidikan profetik dalam artian ini adalah

pendidikan kerakyatan

Agar program ini faktual dan aktual maka program pendidikan

yang dilakukan harus memanfaatkan potensi lokal Jika mendasarkan

pemikiran pada pencarian potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam

pengembangan pendidikan profetik homeschooling menjadi alternatif

jawabannya Persekolahan di rumah merupakan model pendidikan tertua

86

di nusantara Fokus dalam pendidikan sebaiknya difokuskan pada

pengembangan potensi dasar yang memungkinkan anak mampu

mengembangkannya secara mandiri lebih baik dan manusiawi Fokus itu

terutama adalah kemampuan bahasa metode perfikir dan pembentukan

kepribadian

Jika fokus ini yang menjadi orientasi dasar pendidikan maka setiap

lembaga atau komunitas terkecil kependidikan bisa berkompetensi secara

terbuka Pada wilayah kebijakan seperti ini homeschooling memiliki posisi

yang setara dengan pendidikan lain Persekolahan di rumah merupakan

pendidikan alternatif yang ditawarkan setelah mencerna bahwa pendidikan

saat ini diakui kurang efektif dan efisien

Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara

at home Dengan pendekatan ini anak akan merasa nyaman bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing kapan dan di mana saja

Pengembangan persekolahan di rumah ini bisa menunjang pelaksanaan

konsep pendidikan seumur hidup life long education Pendidikan dari

masa kanak-kanak sampai masa tua Terlepas dari pendidikan

persekolahan tersebut pendidikan dalam keluarga memiliki fungsi

strategis untuk pengembangan potensial secara utuh

Homeschooling yang didesain dalam perspektif pendidikan

profetik di antaranya harus memperhatikan tentang

87

1) Tujuan pendidikan yang dikembangkan hendaknya menyiapkan

peserta didik agar memiliki kemandirian dan potensi kreatif dalam

hidupnya

2) Memperhatikan potensi dan bakat anak

3) Pemikiran filosofis yang disampaikan kepada anak berparadigma

profetik yang bertumpu pada gerak dan tindakan

4) Orang tua yang berfungsi sebagai guru harus memberikan penekanan

terhadap pemahaman keagamaan yang integratif dan komprehensif

5) Budaya tradisi dan gaya hidup dalam keluarga dikondisikan agar

anak sebagai peserta didik

b Pendidikan Profetik Inklusif-multikultural

Pendidikan multikultural dapat dikembangkan dengan pemanfaatan

potensi seni dan budaya lokal Islam harus dihayati sampai kepada makna

dan ruhnya Penghayatan sampai makna seperti ini menuntu sebuah

perombakan kurikulum dalam pendidikan Sebab pendidikan yang berhasi

mencapai tujuan diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang mampu

menghargai keberbadaan dan keragaman kultur (multikultural)

Pendidikan multikultural dikembangkan untuk menjawab

kegelisahan terhadap pemahaman mengenai pluralitas yang sempit

Kaitanya dengan soal pluralisme penting untuk digaris bawahi bahwa

multikuturalisme itu berbeda dengan pluralisme Pluralisme hanya sebuah

pengakuan terhadap keberagaman tentang kemajemukan atau kebhinekaan

Sonia Neito mengartikan pendidikan multikulturalisme lebih praktis dalam

88

karyanya Language Culture dan Teaching (2002) Ia mendefinisikan

pendidikan multikulturalisme sebagai proses pendidikan yang menentang

bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat bisa diterapkan oleh

peserta didik komunitas mereka dan para pendidik Pendidikan

multikultural di indonesia menurut Anita Lie menghadapi tiga tantangan

yaitu pertama fenomena homogenisasi dunia pendidikan akibat tarik ulur

keunggulan dan keterjangkauan Yang kedua kurikulum Ketiga

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran multikultural (Muh

Roqib 2011174)

Fokus dari pendidikan multikultural adalah pada kecerdasan siswa

yang menguasai ilmu dan menyelesaikan masalah tetapi dengan dasar

moral yang menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar

belakang yang berbeda Pendidikan multikulturalisme dalam paradigma

profetik menempatkan dasar transendensi humanisasi dan liberasi untuk

menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan

secara teologis di hadapan Tuhan saling menghargai sebagai sesama

manusia dan saling membangun kebersamaan dalam menegakkan keadilan

melawan diskriminasi dalam bentuk apapun

c Pendidikan Profetik Integratif-interkonektif

Kebutuhan hidup manusia amat banyak dan beragam Pengetahuan

saja tidak cukup untuk membuat hidup manusia menjadi tentram dan

bahagia Pemahaman akan hukum alam sosial dan teologis memerlukan

paket materi pelajaran yang holistik dan komprehensif Ika Dewi Ana

89

dengan mengutip berbagai sumber mengungkapkan tentang krisis kearifan

dalam pendidikan diantaranya karena perlakuan lembaga pendidikan tidak

tepat terhadap ilmu pengetahuan (Muh Roqib 2011179)

Pendidikan intregratif merupakan bagian dari aplikasi pendidikan

profetik dalam artian pendidikan profetik tidak akan berjalan tanpa

membangun pendidikan yang integratif Integratif dalam teori desain

sistem pelaksanaan dan integratif dalam kelembagaan Integratif dalam

arti jejaring antar lembaga adalah berwujud kerjasama untuk

melaksanakan program bersama untuk menyiapkan media pendidikan dan

pelayanan prima tanpa pembebanan pada peserta didik secara sosial dan

ekonomi Dari aspek kelembagaan konsep pendidikan profetik adalah

mengintegrasikan ilmu (kurikulum) kebijakan dan kelembagaannya

d Pendidikan Profetik berdasarkan Filsafat Gerak-Kreatif

Filsafat profetik dalam rangka pemikiran Iqbal didasari oleh filsafat

gerak Tuhan mewajibkan hambanya untuk beribadah berarti ada

keniscayaan baginya untuk bergerak dinamis sebagaimana hukum alam

yang selalu bergerak sesuai kehendak-Nya Dalam sifat Nabi ada sifat

fatanah kecerdasan yaitu gerak kreatif yang dimiliki oleh seseorang

untuk merespon secara proaktif kondisi alam dan manusia untuk mengatasi

berbagai problem dan untuk meningkatkan peradaban umat manusia

Kreativitas ini adalah kelanjutan dari keimanan dan peribadatan

kepada Allah yang selanjutnya adalah melakukan upaya agar kebutuhan

primer seperti makan dan keamanan bisa dipenuhi dan kemudian

90

ditingkatkan menjadi kesejahteraan dan ketenangan hidup Menurut Noeng

Muhadjir kreativitas bagi manusia berfungsi sebagai unsur pembeda dari

makhluk lainya dan merupakan fungsi pendidikan yaitu menumbuhkan

kreativitas meyiapkan tenaga produktif pelestarian dan pengembangan

nilai Terkait dengan ini Noeng merincinya menjadi lima yaitu kreativitas

rasional kreativitas rekayasa kreativitas estetik kreativitas moral dan

kreativitas sosial Daya gerak dan perbaikan nilai kemanusiaan tidak akan

tercapai tanpa pengembangan kreativitas Pendidikan progresif

menyediakan ruang kreativitas yang menyenangkan dan humanis

Kreativitas dalam konteks profetik menjadi bagian dari aktualisasi amal

Shalih (Muh Roqib 2011184)

e Pendidikan Pofetik Menyenangkan-mendisiplinkan (Edutainment

Plus)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tradisi pendidikan

profetik harus melibatkan metode yang positif dan sesuai dengan kondisi

peserta didik Bagaimana pendidikan dapar memberikan peluang bagi

peserta didik untuk ldquogandrung ilmurdquo dan terus mengulang proses

pencarian ilmu karena metode yang dilakukan oleh pendidik begitu

menarik dan menyenangkan (MohRoqib 2011186)

Pendidikan profetik yang menyenangkan adalah pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak memberikan tekanan fisik maupun psikis

91

Sisi manfaat penggunaan desain pembelajaran yang berprespektif

edutainment Plus adalah

1) Membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa

lebih mudah

2) Mendesai pembelajaran dengan selipan humor dan permainan edukatif

untuk memperkuat pemahaman materi

3) Komunikasi menjadi efektif dan penuh dengan keakraban

4) Penyampaian materi pelajaran pada yang dibutuhkan dan

bermanfaatkan

5) Penyampaian materi sesuai dengan kemampuan peserta didik

6) Memberikan Reward dan hadiah sebagai motivasi untuk peserta didik

7) Pemberian sanksi atau hukuman secara edukatif dan proporsional jika

diperlukan untuk memantapkan kedisiplinan peserta didik

Penerapan edutainment puls dalam perspektif profetik sekali lagi

tetap tidak meninggalkan sama sekali terhadap hukuman jika diperlukan

untuk mendisiplinkan peserta didik

D PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penerapan pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan

nilai plus tersendiri pada proses pendidikan Islam Dengan adanya pemahaman

yang benr terhadap Islam maka akan menghasilkan paradigma Islam yang

integralistik atau menyeluruh Pendidikan agama Islam yang berparadigma

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi (Kuntowijoyo 200749) Berangkat dari nilai-

92

nilai yang sama dan dari sumber yang sama Integrasi terhadap terhadap Islam

dan ilmu akan semakin memperkuat keduanya Islam adalah ilmu dan ilmu

merupakan keharusan di dalam Islam Melalui pengintegrasian Islam dan ilmu

diharapkan adanya penyatuan antara wahyu tuhan dan pikiran manusia

Terdapat beberapa model dan paradigma pendidikan di Indonesia

diantaranya adalah model pendidikan tradisional dengan paradigma

ldquoIslamrdquonya dan pendidikan modern dengan paradigma sekulernya Tentu saja

masing-masing model pendidikan tersebut dengan paradigmanya masing-

masing memiliki muatan kurikulum dan orientasi yang juga berbeda

Referensi yang digunakan serta sikap yang dihasilkannya pun berbeda Model

pendidikan tradisional cenderung meletakkan agama dan akhirat sebagai

kurikulum dan orientasinya Pendidikan modern lebih kepada ilmu-ilmu umum

dan keduniawian sebagai muatan kurikulum dan orientasinya Eksklusif lebih

menjadi sikap pilihan model pendidikan tradisional jika dibandingkan liberal

yang menjadi sikap pendidikan modern Melalui pendidikan Islam profetik

masing-masing perbedaan yang terkesan berseberangan tersebut coba untuk

diintegrasikan sehingga menghasilkan model pendidikan yang berparadigma

integralistik serta lebih mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia

sebagai referensinya (Kuntowijoyo 200755) Dengan demikian orientasinya

tentu saja mengarah tidak hanya yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Kurikulum yang dibangun adalah kurikulum ilmu-ilmu agama dan umum

sehingga melahirkan sikap inklusif (Kuntowijoyo 200758)

93

Dalam upaya menciptakan masyarakat utama pendidikan menjadi salah

satu pilar utama di dalamnya Selain pendidikan yang merupakan integrasi

antara Islam dan ilmu sehingga melahirkan pendidikan yang bermutu maka ia

juga harus diinternalisasikan sekaligus diobjektifikasikan Kaitan antara

objektifikasi dan internalisasi adalah bahwa objektifikasi harus berangkat dari

internalisasi yang diinternalisasikan adalah nilai yaitu nilai-nilai Islam

(Kuntowijoyo 200761)

Pendidikan Islam profetik mensyaratkan adanya objektifikasi bukan

sekularisasi Objektifikasi menghendaki terhindarnya masyarakat dari dominasi

Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam profetik objektifikasi menghendaki

juga ketiadaan dominasi Islam terhadap masyarakat Melalui objektifikasi ini

masyarakat dari kelas manapun agama apapun kelompok manapun akan

dapat menerima konsep sistem dan mekanisme serta kurikulum pendidikan

Islam profetik yang dijalankan sebagai hal yang ldquowajarrdquo Hasil-hasil yang

dilahirkan selama proses di dalam pendidikan yaitu penggalian

pengakumulasian koleksi serta transformasi akan pengetahuan dianggap

sebagai aktualisasi terhadap nilai-nilai agama (ilmu agama) sekaligus nilai-nilai

dunia (ilmu dunia) secara wajar Objektifikasi adalah perbuatan dalam

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan yang juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikmatinya tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo 200763) Dalam konteks

pendidikan dapat dicontohkan melalui misalnya di dalam Islam orang yang

malas mencari ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang

94

membiarkan orang lain tetap berada di bawah penindasan orang lain adalah

musuh Tuhan maka hal itu dapat diobjektifikasikan melalui model dan

kurikulum pendidikan yang mengarahkan orang kepada perolehan ilmu

pengetahuan Ilmu yang dimiliki itu dapat menjadi alat baginya untuk melawan

penindasan yang selama ini terjadi kepadanya Pendidikan yang membebaskan

tersebut adalah objektifikasi dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 110

Letak perbedaan antara pendidikan profetik dan pendidikan Islam selama

ini adalah pada objektifikasinya Pendidikan Islam yang ada selama ini lebih

kepada Islamisasi atau doktrinisasi tetapi pendidikan Islam profetik lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya Dalam

pendidikan Islam profetik misalnya ajaran tentang menyantuni orang miskin

dan anak yatim tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja namun juga orang di

luar Islam Orang Islam dapat mempelajari itu orang di luar Islam pun sama

Wujud akhir yang nyata dari aktualisasi atau pelaksanaan terhadap nilai-nilai

Islam harus bisa dianggap wajar dan diterima oleh umum demikian halnya

dengan pendidikan Islam Jika pendidikan Islam dalam bentuk akhir dari

aktualisasinya dapat juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan itulah

pendidikan yang dibutuhkan pendidikan Islam profetik

Tujuan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Profetik tidak jauh beda

yaitu bersumber pada nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Di dalam pendidikan

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi Pendidikan agama Islam yang ada selama ini

95

lebih kepada Islamisasi atau doktrinasi sedangkan profetik lebih pada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Pendidikan profetik berbicara mengenai Idealita Realita dan Metode dalam

pendidikan Pendidikan profetik mencoba melakukan format pendidikan yang

bisa menggeser paradigma pendidikan yang kompetitif menjadi spirit

bersinergi contohnya saling melengkapi akan kebutuhan hidup masing-masing

Berbicara mengenai profetik adalah berbicara mengenai manusia tokoh idola

dan panutan Tapi tidak sekedar itu berbicara model yang menjadi panutan

untuk diikuti bukan karena kelebihan yang dimiliki model itu dan kemudian

melahirkan ldquokebanggaan pasifrdquo bagi yang mengetahuinya Makna profetik

lebih dari pada penilalian total akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang

dilakukannya Pendidikan yang dikembangkan oleh Nabi dilakukan secara

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan manusia tugas nabi yang

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak

dan amal sholeh atau bekerja secara profesional Sebagai pendidikan yang

bersifat utuh dan komprehensif maka pendidikan profetik dilakukan secara

utuh pula yaitu selain mengembangkan nalar juga mengembangkan potensi

hati dengan cara banyak berdzikir atau ingat Allah melakukan kegiatan ritual

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

Yollanda Vusvita Sari dalam kajian Education Center BEM UNY 2010

menulis bahwa pendidikan profetik tidak meniadakan akan suatu perbedaan

Namun yang dipermasalahkan adalah paham yang mengakui kebebasan dalam

berpendapat tanpa ada batas Konsep pendidikan profetik dalam pendidikan

96

agama Islam mengiyakan perbedaan akan tetapi harus ada keyakinan atau nilai

universal yang disepakati bersama Berbicara profetik adalah berbicara

orangnya (person) sedangkan ketika nilai ini menjadi kolektivitas sosial maka

akan menjadi masyarakat madani (Ummat) Pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara metode pendidikan profetik dengan pendidikan agama Islam

Pembedannya hanya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat

metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekan Metode yang dipilih dan

dilaksanakan oleh pendidik secara transenden dibarengi dengan rasa tulus

ikhlas dan cinta kasih sehingga peserta didik tergugah semangat dan gerak

edukatifnya Dalam media pendidikan profetik dan pendidikan agama Islam

yang digunakan masih sama secara penggunaan dan pemanfaatannya Yang

mana media ataupun alat yang diperankan jangan sampai lebih dominan dari

guru karena tidak mustahil sifat media pendidikan dan perkembangan

teknologi yang statis dan tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk

kepribadian subjek didik Pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam

bisa dilakukan dengan mendekatkan peserta didik pada tiga hal penting yaitu

Pendekatan pada kitab suci tempat ibadah dan para ulama‟nya

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk mengetahui

dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi kualitas pendidik dan

menilai serta mengukur moral dan akhlak dari peserta didik itu sendiri

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi

97

perkembangan peserta didik Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi

semua pihak Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja

kepala sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu

sebagai Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja Selain itu perlu

membenahi Niat Dalam pendidikan profetik niat memiliki posisi yang

strategis Sekalipun misalnya delapan standar pendidikan telah dipenuhi oleh

lembaga pendidikan manakala niat para pelaku pendidikan tidak benar maka

hasil pendidikan juga tidak akan maksimal Bahkan hasil pendidikan

sebenarnya lebih banyak tergantung pada niat itu Oleh karena itu ada dua hal

yang harus diperbaharui yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan

dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku

tenaga kependidikan Pendidikan harus dikembalikan pada watak aslinya yaitu

untuk mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa yang meraih derajat

unggul dalam aspek intelektual spiritual jiwa dan raganya serta akhlaknya

Dengan demikian mengimplementasikan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru

agama atau guru budi pekerti melainkan meupakan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

98

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehg peneliti diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari tata usaha SMP Negeri 4 Salatiga disebutkan bahwa

SMP Negeri 4 salatiga adalah lembaga pendidikan yang didirikan di kota

salatiga pada tahun 1979

Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga pada awal pendiriannya memiliki 2

lokal gedung terpisah Satu gedung berada di Jl Veteran sedang satunya

lagi berada di Jl Sumardi Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan

belajar mengajar tidak efektif Kemudian pada tahun 2007 karena telah

habisnya hak guna bangunan tanah milik pemerintah kota salatiga di

samping SMP Negeri 4 salatiga maka tanah tersebut kemudian dihibahkan

kepada SMP Negeri 4 salatiga yang saat ini telah berdiri bangunan baru

Maka dari itulah pada bulan November 2007 SMPN 4 salatiga baru

melokalisasikan sekolah menjadi satu tempat yakni di jl Patimura 47

Salatiga Telp (0298) 32678

2 Letak Geografis

a Alamat sekolah

SMPN 4 salatiga beralamat di Jl Patimura 47 Salatiga teleponfax

(0298) 326785

b Luas tanah

99

Luas tanah yang dimiliki SMPN 4 salatiga adalah sebesar 3883msup2 dan

tealah bersertifikat IMB

3 Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga

a Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik dan Iman Taqwa

3) Terwujudnya profile sekolah sebagai SMP favorit

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah kondusif dan asri

5) Terlaksananya program program SCS ( Study Club In School ) siswa

dan guru

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang santun etis dan berbudi

luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian kepemimpinan dan

perkaderan siswa

b Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

2) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran

interaktif aplikasi dan akselerasi

Unggul Prestasi santun berbudi tangguh berkompetisi Sadar

bertaqwa

100

3) Mengaktulaisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan

iman dan taqwa

4) Membudayakan sikap sportifitas dalam berkompetensi meraih prestasi

5) Melaksanakan program penataan sarana prasarana sesuai dengan site

plan jangka pendek menengah dan jangka panjang

6) Membiasakan percakapan bahasa inggris bagi seluruh warga sekolah

lewat kegiatan ekstrakurikuler

7) Mempraktikan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

8) Membudayakan santun dalam bicara cipta rasa dan karsa

9) Menyalurkan bakat dan potensi dengan barbagai kegiatan apresiasi

dan kompetisi

10) Menginsentifkan kegiatan organisasi kepemimpinan dan kader siswa

c Slogan

4 Struktur Organisasi Sekolah SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 salatiga sebuah lembaga pendidikan juga memiliki struktur

organisasi sebagai sistem penggerak dalam rangka mewujudkan visi dan

misi SMPN 4 Salatiga Di bawah ini adalah struktur organisasi SMPN 4

Salatiga

H E B A T

Harmoni ndash Etika ndash Bestari ndash Aktif ndash Taqwa

101

Tabel 31

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

102

Tabel 32

Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

1 Sumiyati 2 Idayati Hartini 3 Saimin 4 Agus widodo 5 Sri Iriyanti 6 Rejo 7 Eka Sulistyawati 8 Murniati 9 Rubiyanto 10 Nuzul Lusy

Anggraeni 11 Tri Budi Setyawan 12 Sutrisno

13 Agus Riyadi

TATA USAHA

103

5 Keadaan Guru Karyawan dan Siswa SMPN 4 Salatiga

a Keadaan Siswa SMPN 4 Salatiga

Secara keseluruhan jumlah siswa SMPN 4 Salatiga pada

tahun ajaran 20152016 berjumlah 655 di bawah ini adalah data

siswa SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

Tabel 33

Data siswa SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Kelas

jenis kelamin Agama jumlah

kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

104

b Keadaan Guru SMPN 4 Salatiga

Guru-guru SMPN 4 Salatiga merupakan tenaga pendidik

professional mereka mengajar sesuai dengan bidangnya masing-

masing Sebagian besar adalah lulusan Strata 1 (S1) bahkan ada

dari beberapa mereka telah bergelar Strata 2 (S2) Adapaun rincian

dari keadaan guru SMPN 4 Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 34

Data Guru SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Tabel 35

Data Kualifikasi Pendidikan Guru SMPN 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

105

c Keadaan Karyawan SMPN 4 Salatiga

Untuk membantu Kelancaran dalam segala kegiatan di

SMPN 4 Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan

yang berjumlah 43 Karyawan-karyawan tersebut mempunyai

tugas membantu semua kegiatan yang ada di SMPN 4 Salatiga

sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga segalanya dapat

berjalan dengan baik dan lancar Berikut ini adalah tabel daftar

karyawan di SMPN 4 Salatiga

Tabel 36

Daftar Karyawan SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian

inventaris kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

106

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

d Sarana dan Prasarana SMPN 4 Salatiga

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Salatiga

didukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai

sebagai salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) unggulan di

salatiga Adapun sarana yang dimiliki SMPN 4 Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 37

Data Sarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

107

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

Adapun prasarana yang dimiliki SMPN Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 38

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

108

e Situasi dan Kondisi SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 Salatiga merupakan sekolah umum lanjutan tingkat

pertama di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional

Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Salatiga dengan warga

sekolahnya berasal dari berbagai latar belakang status yang

berbeda baik status sosial ekonomi maupun agamanya Sekolah

bercorak plural ini memiliki situasi dan kondisi sekolah yang

sangat beragam hal ini terlihat dari begitu variasinya agama yang

dipeluk oleh setiap warga sekolah baik guru karyawan maupun

dari siswanya sebagaimana diuraikan dalam tabel-tabel

sebelumnya

Lingkungan sekolahnya merupakan lingkungan agamis karena

di dekat sekolah tersebut berdiri sebuah masjid dan sebuah gereja

sehingga memungkinkan warga sekolah dapat beribadah ke tempat

ibadah tersebut setiap saat Dalam event tertentu seperti ketika hala

bihala idhul Adha dan Natal sekolah tersebut sering mengadakan

kegiatan untuk memeriahkannya

Dengan situasi dan kondisi pluralitas di lingkungan sekolah

tersebut peraturan dan kebijakan sekolah juga dibuat berazaskan

pada prinsip persamaan tanpa adanya diskriminasi Semua warga

sekolah diberikan kesempatan dan kebebasan yang sama sesuai

dengan kewajiban dan haknya asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan yang telah ditetapkan sekolah dan peraturan dari

pemerintah contohnya penempatan siswa di kelas disama ratakan

109

sesuai kemampuan intelligence tanpa memandang status baik

sosial ekonomi maupun agamanya

f Ekstra Kurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pokokwajib yang

harus diikuti oleh setiap siswa Kegiatan ini diwujudkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dimana di

dalamnya terjadi hubungan interaksi antara pendidik dan peserta

didik

Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

dan waktu pelaksanaanya di luar jam belajar sehingga tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar yang bersifat intrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga bertujuan untuk

menambah wawasan pengalaman para siswa serta usaha

mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing

Terdapat satu program ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu

pramuka bagi kelas VII dengan harapan dapat melatih siswa hidup

secara mandiri disiplin dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat

Berikut ini adalah tabel kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

110

Tabel 39

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

Tabel 310

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

111

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

B Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan di SMP Negeri 4 Salatiga

tentang Implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah tersebut ada beberapa garis besar yang dapat

tergambarkan sebagai berikut

1 Hasil Penelitian

a) Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 4 salatiga oleh

peneliti ada beberapa implementasi pendidikan tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam beberapa

diantaranya dikemukakan oleh responden yaitu sebagai berikut

Implementasi Pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahnya menurut

kepala sekolah yaitu MN adalah

ldquoDalam penerapan tradisi profetik atau nilai-nilai kenabian

perlu adannya keteladanan yang dilakukan di lingkungan

sekolah Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang

112

penting untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik

atau kenabian yang di ajarkan melalui pembelajaran

maupun praktek merupakan proses tranformasi pendidikan

dan pengajaran Dengan adanya keteladanan dan

penananman nilai-nilai kenabian dapat membentuk pribadi

siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi Khairul

Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri

peserta didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau

keislaman juga kami terapkan dengan mengajak peserta

didik untuk saling tolong menolong antar sesama dengan

cara menyantuni anak yatim dan warga

miskin rdquo(Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa penanaman

pendidikan tradisi profetik kepada peserta didik dilakukan dengan

cara pembiasaan dan keteladanan seperti pembiasaan bersalaman

dengan guru saat siswa masuk gerbang sekolah pada pagi hari

shalat dhuhur berjamaah dan memberi keteladanan peserta didik

dengan saling menghormati tolong menolong dan toleran Di

setiap bulan Ramadhan siswa diajarkan untuk berzakat dan

bershodaqoh di sekolah yang mana perbuatan tersebut dapat

menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik serta penanaman

nilai-nilai keagamaan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim

113

Seperti apa yang diungkapkan kepala sekolah di atas HR

selaku Guru PAI senior di SMP Negeri 4 beliau dalam

mengimplementasikan pendidikan tradisi profetik melalui model

pembelajaran dan sistem evaluasinya

ldquoDalam penerapannya saya menekankan keteladanan

kepada peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian

di lingkungan sekolah yang selalu rutin dilakukan

contohnya ketika memasuki gerbang sekolah maupun saat

masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik

diwajibkan untuk bermusafahah dahulu kepada gurunya

Hal ini menjadikan peserta didik dapat berlaku hormat

kepada yang lebih tua Sebelum mulai pembelajaran

dibiasakan membaca Asmaul Husna bersama-sama Serta

adanya pembiasaan Sholat Dhuhur dan Jum‟at berjamaah di

sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

siswa Dalam beberapa pembelajaran peserta didik untuk

belajar langsung di masyarakat seperti contohnya ketika

ada materi tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya

dan mencari pengetahuan mengenai haji kepada tokoh

agama atau masyarakat yang sudah menunaikannya

Sehingga dengan begitu siswa akan lebih mengetahui dan

memahami materi karena mencari langsung dari sumbernya

Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik yang

dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didikrdquo(Wawancara

HR 110915)

Penerapan pendidikan tadisi profetik juga tercermin dalam

sistem evaluasinya

114

ldquoDalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah

berlangsung baik tes maupun nontes kami selalu menekan

pada segi afektif dan psikomotoriknya bukan berarti segi

kognitif tidak penting Setiap perilaku yang dilakukan di

dalam kelas sekolah maupun di luar sekolah pun menjadi

evaluasi bagi kami Dengan observasi maupun pengamatan

terhadap perilaku siswa menjadi peranan dalam evaluasi

pembelajaran tidak hanya itu kami juga berkoordinasi

dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-sama

dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat

materi sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat

Dhuhur dan Jum‟at bersama Orang tua siswa juga

melakukan evaluasi di luar sekolah yang mana setiap akhir

semester dilaporkan kepada kami Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan

peserta didik terhadap pembelajaran tetapi untuk menilai

dan mengukur moral dan akhlak serta untuk

menyempurnakan akhlakul karimah peserta

didikrdquo(Wawancara HR110915)

Bapak WD juga mengatakan bahwa implementasi

pendidikan tradisi profetik secara tidak langsung telah diterapkan

dalam proses pembelajaran

ldquoDalam pemberian materi pembelajaran biasanya siswa

akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya

Dengan menggunakan metode pembiasaan keteladan juga

dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat

membentuk akhlak dan moral siswa Melalui observasi

115

yang dilakukan oleh peserta didik langsung dan kemudian

dipadukan di kelas menjadikan peserta didik mudah

memahami dan menghayati materi yang dipelajari

Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan melalui

praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di

dalam perilaku keseharian semisal dengan guru memberi

amanah kepada siswa dan kemudian apakah siswa

menjalankan amanah yang diberikan oleh guru tersebut atau

tidak Proses kegiatan belajar mengajar yang kami lakukan

ditekankan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai

kenabian dan keislaman yang mana dalam setiap

penggunaan metode dan media pembelajaran

mengusahakan agar bagaimana siswa mampu memahami

dan menghayati secara langsung tujuan pembelajaran yang

diinginkan Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur

bagaimana penanaman dan pembentukan pribadi siswa

perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah dan di

rumah menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi hasil

pembelajar Maka tidak hanya guru Agama islam saja yang

membimbing maupun memberikan teladan tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-

samardquo(Wawancara WD120915)

Penggunaan studi kasus di lapangan yang digunakan dalam

beberapa proses pembelajaran dapat menumbuhkan dan

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman Misalnya

observasi langsung dengan para tokoh agama dan pelaku haji

116

dalam mengetahui dan memahami tentang haji dari syarat rukun

dan lainnya Pembiasaan membaca Asmaul Husna yang dilakukan

setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada Sang Pencipta (Observasi 090915)

b) Problematika dalam Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

masih ada beberapa hambatan dalam implementasinya yakni

masih kurangnya keteladanan dari guru sarana prasarana

kurangnya motivasi belajar tentang keagamaan dan kurangnya

dukungan dari pihak orang tua siswa Adapun solusi yang mereka

berikan adalah keteladanan dari seluruh tenagan pendidik maupun

kependidikan di sekolah peningkatan keilmuan atau wawasan

keagamaan peningkatan sarana dan prasarana buku penilaian

moral dan akhlak serta peningkatan mutu kualitas guru

Menurut kepala sekolah MN bahwa hambatan yang terjadi

dalam implementasi pendidikan tradisi profetik adalah

ldquoKurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu

hambatannya seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah

Kemudian masih lemahnya keteladanan dari guru maupun

tenaga kependidikan seperti masih ada yang merokok di

lingkungan sekolah yang masih dapat dilihat oleh siswardquo

(Wawancara MN100915)

117

MN mengatakan bahwa perlu adanya solusi untuk

menanggapi hal tersebut

ldquoPerlunya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan

penambahan area tempat ibadah maupun tempat khusus

untuk kegiatan keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk

memberikan suri tauladan yang bagi peserta didik serta

menjaga perilakurdquo (Wawancara MN100915)

Tidak jauh beda seperti apa yang dikemukakan oleh kepala

sekolah menurut HR hambatan yang terjadi ialah

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah dan lemahnya monitoring terhadap

siswa yang mana belum adanya kerjasama yang baik antar

guru maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama

memberikan teladan dan monitoring guna mengevaluasi

perkembangan peserta didik Dalam hal evaluasi

ketidakjujuran orang tua siswa dalam melaporkan perilaku

siswa ke guru yang bahkan membela siswa atau menutupi

kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang maksimal

dalam mengukur peserta didik Lemahnya motivasi belajar

tentang nilai-nilai kenabian dan keislaman menjadi salah

satu penghambat penanaman dan pembangunan moral dan

akhlak siswa Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai

agama di sekolah maupun di rumah menjadi hambatan

dalam penanaman dan pembentukan akhlakul

karimahrdquo(Wawancara HR110915)

HR mengungkapkan bahwa ada beberapa solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut

118

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun

tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-

nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan

keagamaan serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana

akan meningkatkan motivasi belajar keagamaan siswa

Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai agama dan

kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan

oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang

mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan

menjadikan peserta didik menjadi termotivasi dalam

menghayati serta mengamalkan apa yang telah diajarkan

sehingga proses pembangunan dan pembentukan akhlak

peserta didik lebih mudah tertanam dalam pribadi peserta

didik Pemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap

lingkungan di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik

lebih mengetahui memahami menghayati materi yang

diberikan yang mana secara tidak langsung akan

membentuk diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih ada

beberapa guru dan tenaga pendidik yang belum memberikan

keteladanan yang baik Masih seringnya bercanda antar guru atau

guyonan ada beberapa guru yang masih merokok di lingkungan

sekolah sehingga dilihat oleh peserta didik Ditambah kurangnya

motivasi belajar siswa dalam hal pendidikan keagamaan Maka

adannya kajian-kajian keislaman yang dilakukan Sie Kerohanian

119

Islam setiap jum‟atnya dapat menambah Hasanah Islamiyah pada

peserta didik dan menumbuhkan tingkat keagamaan siswa

Pembiasaan keteladanan yang dilakukan di lingkungan sekolah

seperti bersalaman dengan guru setiap masuk gerbang sekolah

membaca Asmaul Husna sebelum mulai pembelajaran dan sholat

dhuhur dan jum‟at berjamaah (Observasi 110915)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak WD bahwa

hambatan selama ini adalah

ldquoImplementasi pendidikan tradisi profetik akan menjadi

sulit manakala hanya guru PAI saja yang memberikan

teladan ataupun bimbingan Tradisi profetik yang mana

menanamkan dan membentuk peserta didik agar

mempunyai nilai-nilai kenabian dan keislaman perlu

didukung tidak hanya dari pembelajaran PAI saja tetapi

lingkungan sekolah serta seluruh tenaga kependidikan ikut

serta dalam pengimplementasiannya Masih adanya guru

laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan

yang merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi

hambatan dalam proses penanaman pendidikan profetik

Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh

guru maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya

penghayatan dan pengejawantahan terhadap nilai-nilai

profetik dalam kehidupan sehari-harirdquo(Wawancara

WD120915)

120

Dari adannya problematika tersebut maka solusi yang

diberikan oleh Bapak WD adalah

ldquoPembiasaan praktek-praktek sifat kenabian seperti bersifat

jujur dan amanah Penambahan keilmuan atau wawasan

keagamaan serta khasanah islamiyah dengan melakukan

kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik serta

tenega kependidikan lainnya Evaluasi secara langsung atau

mendadak perlu dilakukan untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa

yang sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara

bersama dari guru dan orang tua dalam memonitoring

perkembangan peserta didik dengan dibuat buku atau

laporan moral dan akhlakrdquo(Wawancara WD120915)

c) Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik menurut

Bapak MN adalah

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang

terlihat saat ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik

serta terbentuknya moral dan akhlak peserta didik Seperti

menghormati guru dan sesama teman Berkurangnya

kenakalan perilaku siswa yang terjadi karena suda tertanam

nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri peserta didik

Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu dhuhur

tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaahrdquo (Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa peserta didik

mempunyai rasa menghormati dan disiplin pada dirinya Ketika

121

ada pembelajaran kosong para peserta didik mencari guru tersebut

Ketika masuk ke ruang guru pun sudah membiasakan salam saat

sholat dhuhur tiba siswa sudah menempatkan diri untuk

mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk sholat berjamaah

(Observasi 140915)

HR mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam pembelajaran PAI adalah

ldquoMenumbuhkan tingkat keagamaan peserta didik serta

motivasi belajar keislaman Membawa hikmah bagi peserta

didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta

didik hal itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas

Menumbuhkan sifat saling menghormati menghargai dan

menolong Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada

diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Senada dengan apa yang diungkapkan HR hasil

implementasi pendidikan tradisi profetik menurut Bapak WD

adalah

ldquoPembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta

berkurangnya kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa Tumbuhya kesadaran siswa

untuk beribadah dan berbuat baik Menjadikan siswa suka

untuk ke tempat ibadah Menumbuhkan sikap toleransi dan

menghormati antar sesama Dengan adanya pembiasaan

keteladanan baik yang dilakukan menjadikan siswa akan

122

mengikuti hal tersebut dan akan berhati-hati dalam setiap

perilaku yang dilakukaannyardquo(Wawancara WD120915)

123

BAB IV

PEMBAHASAN

A Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Berdasarkan hasil pengamatan wawancara dan proses penelitian

secara keseluruhan di lapangan Penulis dapat menyimpulkan

implementasi pendididikan tradisi profetik yang terdapat dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 di Salatiga

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan

sekolah Penggunaan metode pembiasaan keteladanan demonstrasi studi

kasus di lapangan yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan

observasi langsung yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami

dan menghayati materi yang disampaikan membangun nilai-nilai profetik

dan keIslaman yang menginternal dalam individu peserta didik yang

terkatualisasi secara kehidupan sosial sehari-hari Seperti apa yang

diungkapkan Bapak Hari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4

Salatiga dalam wawancaranya pada hari Jum‟at 11 September 2015 di

ruang guru

Pendidikan tradisi profetik yang penekanannya pada penggunaan

metodologi objektifikasi dan integralisasi (Kuntowijoyo 200749)

Penananam nilai-nilai kenabian dan keIslaman kepada peserta didik

124

tercermin dari metode pengajaran dan sistem evaluasi yang dipakai serta

lingkungan sekolah yang mendukung Penanaman nilai tersebut

diharapkan dapat membentuk dan membangun moral dan akhlak siswa

sebagai Hamba Allah dan khoirul ummah Pembiasaan keteladanan dan

demonstrasi atau praktek langsung yang dilakukan oleh peserta didik

dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai

Adannya integrasi terhadap Islam dan ilmu yang dilakukan dilakukan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menjadikan masing-masing

perbedaan yang ada menjadi menyatu dan menyeluruh karena orientasinya

tidak hanya mengarah hal yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Adanya merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan

yang juga bersifat orang lain dapat menikmatinya tanpa harus menyetujui

nilai-nilai aslinya Misalnya di dalam Islam orang yang malas mencari

ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang membiarkan

orang lain tetap berada di bawah penindasan adalah orang yang tidak

disukai Tuhan Dengan adannya keteladanan dan pembiasaan tersebut

maka penanaman nilai-nilai kenabian akan mudah tertanam dalam diri

peserta didik

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan Kepala Sekolah

SMP Negeri 4 salatiga dan guru PAI SMP Negeri 4 Salatiga mengutip

dari hasil wawancara dengan MN dan HR yaitu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan pembiasaan keteladanan yaitu

bersalam sebelum masuk kelas dan membaca asmaul husna sebelum mulai

125

pelajaran Penggunaan metode studi kasus ataupun peserta didik meneliti

dan mencari sendiri materi yang diajarkan contohnya ketika materi Haji

peserta didik observasi dan wawancara langsung kepada pelaku haji

Adanya integrasi dan objektifikasi ini menjadikan siswa lebih memahami

dan menghayati apa yang dipelajari Tidak hanya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam saja dalam menanamkan nilai-nilai kenabian dan

keIslaman dalam lingkungan sekolah juga menanamkan nilai-nilai

tersebut dengan pembiasaan keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan

yang ada Dalam evaluasi yang dilakukan ditekankan pada moral dan

penyempurnaan akhlak atau pada sisi afektif dan psikomotoriknya dengan

tidak meninggalkan sisi kognitifnya Laporan evaluasi dari orang tua siswa

setiap akhir semester juga dapat membantu proses penanaman nilai-nilai

kenabian dan keIslaman

Hal yang diungkapkan oleh responden mengenai implementasi

pendidikan tradisi profetik dengan adanya pembiasaan keteladanan di

lingkungan sekolah serta metode observasi ataupun demonstrasi yang

menjadikan siswa dapat lebih menghayati dan mengamalkan apa yang

dipelajarinya dan adanya evaluasi proses pembentukan moral akhlak serta

penanaman nilai-nilai kenabian dan keIslaman seperti apa yang

dikonsepkan Moh Roqib pendidikan profetik sebagaimana nabi dimulai

dengan keteladanan diri dan bangunan keluarga ideal Pendidikan profetik

bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian

126

yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasikan secara sosial

atau dalam kehidupan sehari-hari (MohRoqib 201188)

Perilaku keteladan kolektif yang diberikan di lingkungan sekolah

adalah seperti ketika guru masuk kelas mengucapkan salam begitu juga

ketika masuk ke ruang guru dan TU Dari hasil observasi peneliti bahwa

dalam hal keteladanan yang diberikan adanya sikap saling membantu dan

toleran dari Kepala sekolah dengan karyawan dan tukang kebun pendidik

yang muda menghormati yang pendidik yang lebih tua para pendidik

berpenampilan rapi dan selalu memberikan contoh untuk datang tepat

waktu ketika saat pembelajaran Hal ini yang kemudian bisa dilihat dan

ditiru oleh para siswa Pendidik dan tenaga kependidikan lainya

memberikan contok keteladanan dalam berbicara bersikap dan berperilaku

Dalam pendidikan profetik tidak hanya cenderung pada hal yang

bersifat duniawi namun juga ukhrawinya Model pendidikan yang

berparadigma integralistik yang mengacu pada wahyu Tuhan dan akal

manusia tidak semata-mata hanya Islamisasi atau doktrinasi tetapi melalui

proses penghayatan yang menyeluruh dan perbuatan dalam merasionalkan

nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perilaku sehingga bukan karena

paksaan atau persetujuan yang diharuskan (Kuntowijoyo 200763)

Kesadaran yang timbul pada perilaku dan perbuatan peserta didik dalam

kehidupan dan secara sosialseperti apa yang diungkapkan Bapak Wildan

dan Bapak Munadzir dalam wawancaranya pada hari Sabtu 12 September

bahwa

127

ldquoDalam penerapannya saya menekankan pembiasaan kepada

peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah yang selalu rutin dilakukan Sebelum masuk kelas dan

memulai pelajaran murid bersalaman dengan guru terlebih dahulu

kemudian membaca Asmaul Husna bersama-sama Peserta didik

kemudian menerapkan salah satu makna Asmaul Husna dalam

kehidupan sehari-harinya Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba peserta

didik dengan sedirinya sudah bersiap-siap mengambil wudhu dan

menempatkan diri untuk sholat berjamaahrdquo

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk

mengetahui dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik

terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan menilai serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri Evaluasi yang dilakukan tidak hanya

dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh tenaga kependidikan serta orang

tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik dalam pendidikan

agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi semua pihak

Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja kepala

sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu sebagai

Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja (Yolanda 2010)

Seperti apa yang diungkapkan HR dalam hasil wawancara pada

Jumat 11 September 2015 mengatakan bahwa

128

ldquoDalam evaluasi yang telah berlangsung kami lakukan dalam

bentuk tes dan non tes Setiap perilaku yang dilakukan di kelas

sekolah maupun di luar sekolah kami lakukan evaluasi Kami guru

PAI dengan seluruh tenaga kependidikan dan semua pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan bekerja sama dalam melakukan

evaluasi Orang tua siswa juga melakukan evaluasi ketika di luar

sekolah yang mana setiap semester dilaporkan kepada kamirdquo

Jadi dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat pada tujuan pembelajaran

yang digunakan model pembelajaran inovasi pembelajaran dan evaluasi

pembelajarannya Pendidikan profetik menekan penggunaan metodologi

objektifikasi dan integralisasi bukan Islamisasi atau doktrinasi Tidak

hanya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melainkan

penerapan pendidikan profetik juga diaktualisasikan dalam proses

pendidikan yang dilakukan di sekolah Sehingga pengimplementasian

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti

melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di SMP Negeri 4 Salatiga

B Problematika Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

1 Hambatan implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

129

Problematika yang terjadi dalam implementasi pendidikan tradisi

profetik ini adalah masih belum relevannya konsep pendidikan profetik

dalam era transformatif seperti sekarang ini Model pendidikan tradisional

yang cenderung meletakkan akhirat saja sebagai orientasinya dan masih

ekslusif (Kuntowijoyo 200755) Kurangnya tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan juga menjadikan hasil pendidikan kurang

maksimal Strategi pendidikan profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Jika hal itu belum terlaksana akan menjadi

hambatan dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam khususnya

Sebagaimana yang diungkapkan responden HR dan WD dalam

wawancara yang peniliti lakukan masih terdapat hambatan dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana belum

adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik Masih

adanya guru laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan yang

merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi hambatan dalam

proses penanaman pendidikan profetik Kurangnya kelimuan atau

130

wawasan keagamaan dan Hasanah keIslaman yang dimiliki oleh

guru juga menjadi salah satu hambatannya Kurangnnya perhatian

terhadap nilai-nilai agama di sekolah maupun di rumah menjadi

hambatan dalam penanaman dan pembentukan akhlakul karimahrdquo

Hal itulah yang menjadikan hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik Pendidikan Islam selama ini hanya menekankan

doktrinasi sehingga peserta didik seakan-akan dipaksa dan harus

mengikuti Seharusnya dengan pembiasan dan keteladanan kolektif serta

kontinu dapat membangun dan membentuk nilai-nilai pofetik dan akhlakul

karimah pada internal pribadi peserta didik Masih kurangnya perhatian

terhadap nilai-nilai keagamaan serta masih minimnya keilmuan dan

hasanah keIslaman yang dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan lainya

di sekolah menjadikan minimnya keteladanan dan nilai-nilai profetik yang

tertanam pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam

Nilai-nilai profetik yang diaktualisasikan pada peserta didik tidak

hanya sebagai doktrinasi tetapi objektifikasi yang mana bisa dianggap

wajar dan diterima oleh umum Maksudnya adalah mengenai keadaan

yang sebenarnya Karena pendidikan profetik berbicara mengenai idealita

dan realita dalam pendidikan

Kurangnya hasil evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang telah

diajarkan dan terlalu menekankan pada hasil kognitifnya membuat

penerapan pendidikan profetik kurang maksimal Nilai-nilai kenabian dan

131

keIslaman yang terbangun dan terbentuk dalam moral dan akhlak peserta

didik belum terevaluasi Karena evaluasi pendidikan profetik tidak hanya

untuk mengukur dan mengetahui pemahaman maupun penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan peserta didik serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri (Moh Roqib 20111150)

Seperti apa yang dikatakan guru PAI dalam wawancara bahwa

dalam hal evaluasi masih belum maksimal dalam mengukur ataupun

menilai moral dan akhlak yang terbentuk pada peserta didik Hal ini terjadi

karena kurangnya peran tenaga pendidik lainya serta peran orang tua siswa

dalam memonitoring dan mengevaluasi peserta didik (Wawancara

110915)

2 Solusi implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka hal itu menjadi tanggung jawab

guru agama serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

Pendidikan tradisi profetik bukanlah Islamisasi atau doktrinasi tetapi lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya

Dalam wawancara dengan HR beliau mengungkapkan bahwa

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun tenaga

kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kenabian

132

terhadap diri siswa secara tidak langsung Perlunya peran orang tua

dalam pemberian pendidikan keagamaan serta pembiasaan ibadah

di rumah yang mana akan meningkatkan motivasi belajar

keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai

agama dan kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan oleh

guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang mana nanti pada

setiap akhir semester akan ada pelaporan Serta perlu adanya buku

akhlakmoralrdquo

Pendidikan tradisi profetik mensyaratkan adanya objektifikasi

bukan sekularisasi ataupun doktrinasi Maksudnya adalah perbuatan yang

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan dalam perbuatannya juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikimatinya tanpa harus

menyetujui nilai asalnya dan perbuatan yang dilakukannya bukanlah

paksaan Pengajaran mengenai keadaan sebenarnya yaitu idealita dan

realita dalam pendidikan Penanaman nilai-nilai kenabian yang

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan untuk mengembangkan

manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak dan amal

sholeh

Seperti apa yang diungkapkan guru PAI SMP Negeri 4 bahwa

ldquoPemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap lingkungan

di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik lebih mengetahui

memahami menghayati materi yang diberikan yang mana secara

133

tidak langsung akan membentuk diri peserta didik Memberikan

pembelajaran langsung kepada peserta didik untuk studi kasus

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernyardquo

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembiasaan

dan keteladan yang diberikan dapat mengembangkan dan membangun

emosional akhlak dan moral anak Dalam materi wudhu dan sholat

contohnya murid akan memahaminya dan akan tertanam dalam diri

peserta didik karena sudah ada pembiasaan dan keteladanan yaitu adannya

sholat dhuhur dan shalat Jum‟at berjamaah di sekolahan Dengan begitu

misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dapat tercapai

Dalam hal proses dan hasil menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik tes maupu non tes Maka seperti hasil wawancara dengan responden

mengungkapkan perlunya evaluasi dalam bentuk praktek langsung

ataupun penilaian dengan adanya buku akhlak Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti melainkan

merupakan tanggung jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan Dengan begitu penanaman misi dan nilai-nilai kenabian dapat

terbentuk pada diri peserta didik

134

C Hasil Implementasi pendidikan tradisi Profetik Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Dengan adanya pendidikan tradisi profetik dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak peserta didik Penerapan pendidikan

profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan nilai plus tersendiri

dalam proses pendidikan Islam Di dalam pendidik profetik dalam

penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu integralisasi dan

objektifikasi Pendidikan yang selama ini cenderung kepada Islamisasi

atau doktrinasi sedangkan pendidikan profetik lebih kepada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka dengan adanya pembiasaan dan

keteladaan kolektif akan membentuk moral dan akhlak siswa Penanaman

misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang tercermin dalam pembelajaran

serta keteladanan dapat tumbuh dalam diri peserta didik

Sebagaiamana yang diungkapkan Kepala Sekolah SMP Negeri 4

dalam wawancaranya

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang jelas terlihat

adalah terciptannya kedisiplinan dan terbangunnya akhlakul

karimah pada peserta didik Tumbuhnya tingkat keagamaan atau

cinta akan ibadah pada peserta didikrdquo

135

Pendidikan profetik membawa misi dan nilai-nilai kenabian untuk

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional

akhlak dan amal sholeh Pendidikan profetik lebih dari pada penilaian total

akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya Maka adanya

pembiasaan dan keteladan kolektif yang dilakukan dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak siswa Dalam proses pembelajaran pun

ditekankan pada aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga siswa tidak

hanya mengetahui atau memahaminya saja tetapi menghayati dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Senada dengan apa yang diungkapkan HR dalam wawancaranya

bahwa

ldquoDalam pembelajaran PAI lebih kami tekankan pada pembangunan

dan pembentukan moral dan akhlak peserta didik Dalam beberapa

pembelajaran peserta didik kami beri tugas untuk mencari materi

langsung di masyarakat seperti ketika materi haji atau qurban

Peserta didik diminta untuk bertanya langsung dengan pelaku atau

tokoh agama setempat mengenai materi yang diberikan Sehingga

dengan begitu peserta didik akan lebih mengetahui mamahami dan

menghayati karena mencari materi langsung dari sumbernyardquo

Dari pengamatan yang peneliti alami hal tersebut juga tercermin

dalam hal ibadah ketika wudhu dan shalat dhuhur berjamaah Peserta didik

sudah mempunyai kesadaran beribadah Ketika waktu shalat tiba peserta

136

sudah mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah di sekolahan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik yang terjadi di SMP Negeri 4

Salatiga dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan kesadaran diri akan

cinta ibadah yang mana hal ini tercermin pada perilaku peserta didik

dimana disaat waktu shalat dhuhur tiba peserta didik sudah

mempersiapkan diri untuk mengambil air wudhu dan menempatkan diri

untuk melakukan Shalat Dhuhur berjamaah di lapangan sekolah

Adannya keteladanan kolektif yang diberikan oleh guru dan

tenaga kependidikan lainya di lingkungan sekolah akan dapat membentuk

dan mengembangkan akhlak dan moral siswa Hasil dari keteladanan

tersebut adalah terbentuknya sikap menghormati dan toleran pada diri

siswa juga tercermin ketika siswa bertemu dengan gurunya setiap pagi

para siswa bersalaman dengan kepala sekolah dan guru Sikap saling

menghargai antar siswa yang berbeda agama terlihat ketika para siswa

bergaul dan saing menghormati ketika para siswa muslim sedang

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah begitu pula sebaliknya

Terbentuknya moral dan akhlak siswa merupakan hasil penanaman misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat mengembangkan intelektual

emosional akhlak dan moral peserta didik secara utuh Walaupun masih

terdapat hambatan-hambatan dalam penerapannya guru agama atau guru

budi pekerti serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan tetap

137

berusaha secara bersama-sama untuk mendidik membangun dan

membentuk siswa yang berakhlakul karimah

138

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah membaca menelaah data dan membaca teori tentang

implementasi pendidikan profetik problematikan implementasi

pendidikan tradisi profetik dan hasil implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

Salatiga maka peneliti menyimpulkan beberapa hal yang penting sebagai

berikut

1 Berdasarkan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan

berkaitan tentang implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negri 4 Salatiga bahwa

penerapan pendidikan profetik terdapat dalam proses pembelajaran

dengan objektifikasi bukan doktrinasi pembiasaan dan keteladanan

kolektif inovasi penggunaan metode dan sistem evaluasi

2 Implementasi pendidikan profetik belum bisa maksimal mengingat

masih ada beberapa hambatan dalam penerapannya diantaranya yaitu

belum adanya relevansi konsep pendidikan profetik dalam era

transformatif kurangnya inovasi metode dan evaluasi yang digunakan

oleh pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

Walaupun ada beberapa hambatan terdapat beberapa solusi yang

dilakukan dalam meminimalkan hambatan tersebut yaitu dengan

melakukan pembiasaan dan keteladanan kolektif Lebih menekankan

139

pada objektifikasi atau keadaan yang sebenarnya dalam metodologi

pembelajarannya bukan doktrinasi

3 Hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4 salatiga

diantaranya adalah dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan

kesadaran diri akan cinta ibadah terbentuknya sikap menghormati dan

toleran pada diri siswa membangun moral dan akhlak siswa

penanaman misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat

mengembangkan intelektual emosional akhlak dan moral peserta

didik secara utuh

B Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis

mengajukan beberapa saran-saran yang mungkin bisa diterapkan atau

menjadi proyeksi kedepan dalam perkembangan pembelajaran

pendidikan agama islam bahwa pendidikan sekarang perlu

menekankan pembangunan dan pembentukan moral dan akhlak peserta

didik Melihat kondisi masih lemahnya moral dan akhlak pada era

modern saat ini Maka salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut

dan membentuk moral dan akhlakul karimah salah satunya dengan

pendidikan tradisi profetik Maka kami mamberikan saran sebagai

berikut

1 Perlu adanya satu konsep pendidikan tradisi profetik yang lebih

jelas dan relevan pada era transformatif saat ini jika perlu

140

dirancang dan dibuat kurikulum yang berbasis pada misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian Model pendidikan agama

islam yang selama ini ada masih tradisional yang cenderung

meletakkan agama dan akhirat sebagai kurikulum dan

orientasinya Dan biasanya lebih eksklusif Perlunya model

pendidikan yang berparadigma integralistik serta lebih

mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia sebagai

referensinya Dengan demikian orientasinya tentu saja

mengarah tidak hanya bersifat duniawi namun juga ukhrawi

2 Perlunya inovasi-inovasi baru pada model pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran dalam penanaman misi dan nilai-nilai

kenabian Adanya penekanan lebih pada aspek afektif dan

psikomotorik yang dapat membangun dan membentuk moral

serta akhlak peserta didik Karena yang terjadi saat ini hanya

lebih menekankan pada aspek kognitif saja

3 Untuk para guru dan tenaga kependidikan lainya harus mampu

memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik di

lingkungan sekolah karena guru merupakan ujung tombak

dalam pembentukan moral dan akhlak serta keberhasilan proses

belajar anak Dalam proses pendidikan profetik yang dilakukan

harus mengutamakan kepentingan pembentukan moral dan

akhlak peserta didik dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan

Hadist

141

4 Peran serta dari orang tua dalam proses belajar dan

pembentukan akhlak serta emosional peserta didik sangat

dibutuhkan Sekolah seyogyanya melibatkan orang tua dalam

proses pendidikan Maka diperlukan hubungan kemitraan

antara sekolah orang tua dan masyarakat yang diharapkan

mampu menjamin keberhasilan pendidikan tradisi profetik pada

peserta didik

5 Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama harus mampu

mengakomodir serta mampu membentuk tim khusus yang

fokus pada ranah pendidikan profetik Sehingga konsep

pendidikan profetik dan misi kenabian dapat

diimplementasikan

142

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey H Bakran 2005 Propethic intelligence menumbuhkan potensi

hakiki insani melalui pengembangan kesehatan nurani Yogyakarta

Islamika

Arief Armai2007 Reformasi Pendidikan Islam Ciputat CRSD Press

Arifin M 2011 Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis

berdasarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta Bumi Aksara

Burhanudin Jajat dan Dina Afriyanti 2006 Mencetak Muslim Modern peta

Pendidikan Islam Indonesia Jakarta PT Raja Grafindo

Darajat Zakiah 2012 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam2006 Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta Departemen Agama RI

Education Center 2008 Pendidikan karakter Kebangsaan Yogyakarta BEM

REMA UNY

Fathi Muhammad 2007 Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar Jakarta

Timur Pustaka Al Kausar

H P Novianto2004 kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surakarta Bringin 55

Kementrian Agama RI 2010 Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya Jakarta PT

Sygma Examedia Arkan Leema

Kuntowijoyo2007 islam sebagai Ilmu Epistemologi Metodologi dan Etika

Yogyakarta Tiara Wacan

Majid abdul dan Dian Andatani2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Bandung PT Remaja Rosda karya

Meleong Lj 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung PT Remaja

Rosda karya

Muhaimin 2003 Wacana pengembangan Pendidikan Islam Surabaya Pustaka

Pelajar

Muhaimin 2008 Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Bandung Remaja Rosda Karya

Mujib Abdul amp Yusuf Mudzakir 2006 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta

Kencana Prenada Media

Mulkhan AMunir 2002 Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi problem filosofis

Pendidikan Islam) Yogyakarta PT Tiara Wacana

143

Nadhirin2008Landasan Profetik Pendidikan Islam(Online)diakses di

httpnadhirinblogspotcom200808landasan-profetik-pendidikan-

islamhtmlpada Selasa 06 Januari 2015

Natta Abuddin 2007 Manajemen Pendidikan mengatasi kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia Jakarta Kencana Prenada Media Group

Nata Abuddin 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Priyo2010 Pendidikan Islam Profetik IntegrasiI slam dan Ilmu menuju

pendidikan yang Humanis Liberatif dan Transendentif Iman Ilmu

Amal(Online)httpPendidikanIslamProfetikIntegrasiIslamdanIlmumenuj

upendidikanyangHumanisLiberatifdanTransendentifImanIlmuAmalhtml

Diakses pada Selasa 03 Februari 2015

Rahman Abdul 2012 Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan

Epistemologi dan isi-materi Jurnal Eksis (Online) Volume8 No1

(httpwwwkaryailmiahpolnesacid) (diakses pada jumat 21 Agustus

2015)

Roqib Moh 2009 Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

di sekolah Keluarga dan Masyarakat Yogyakarta PTLkiS

Roqib Moh 2011 Prophetic Education Kontektualisasi Filsafat dan Budaya

Profetik dalam Pendidikan Purwokerto STAIN Press

Rosyadi Khoiron 2004 Pendidikan Profetik Yogyakarta Pustaka Pelajar

Roziqin M Zainur 2007 Moral Pendidikan di era Global (pergeseran pola

interaksi guru-murid di era global) Malang AVERROES Press

Roziqin MKhoirur2008 Format Pendidikan Profetik di tengah transfomasi

Sosial Budaya (Telaah Kritis Pemikiran Kuntowijoyo) Skripsi

Yogyakarta UIN SUNAN KALIJAGA

Shafiq Muhammad 2000 Mendidik Generasi Baru Muslim ide dasar karya

dan obsesi Al Faruqi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Shofan Moh 2004 Pendidikan berperadigma Profetik upaa konstruktif

membongkar dikotomi sistem pendidikan islam Yogyakarta IriSoD

Sholeh Asrorun Niam 2004 Reorientasi Pendidikan Islam mengurai relevansi

Al Ghazali dalam konteks kekinian Jakarta ELSAS

Sugiyono 2014 Metode Penelitian Kombinasi Bandung ALFABETA

Sutardi2012 Pendekatan profetik dalam penerapan pendidikan

karakter(Online)diakses di httpsutardicoolwordpresscom

144

Zeeno M Jameel2005 Resep menjadi pendidik sukses berdasarkan Al-Qur‟an

dan teladan nabi Jakarta Hikmah PTMizan

145

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

METODE

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

JENIS DATA

Wawancara

Kepala sekolah

Sejarah Pendirian sekolah

Visi dan misi sekolah

Pandangan tentang pendidikan tradisi

profetik

Pandangan Tentang Impelementasi

pendidikan tradisi Profetik

1 Implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan

agama islam

2 Hambatan implementasi

pendidikan dalam profetik

3 Solusi implementasi

pendidikan tradisi profetik

4 Hasil iplementasi pendidikan

profetik

Wakil ketua

kesiswaan

Proses pelaksanaan bimbingan

pendidikan islam pada siswa yang

mengacu pada pendidikan profetik

Hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik dan solusinya

Kegiatan pendidikan profetik

yangdilakukan siswa sehari-hari

Guru Agama

Prose KBM Pendidikan profetik

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam

Hambatan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Solusi pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Hasil Pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Observasi

Lingkungan Situasi dan kondisi sekolah

Ruang kelas

Mushola

Penataan Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Proses KBM

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan keagamaan

Dokumen Sekolah Letak geografis

146

Data Guru dan Karyawan

Data Siswa

Data Sarana Prasarana

Data intrakulikuler dan

Ekstrakulikuler

147

CACATAN OBSERVASI

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Waktu 0630-1400 WIB

Sumber Data Lingkungan dan Pembelajaran

Jenis Data situasi dan kondisi Sekolah

kegiatan keagamaan

Jumat pada Jam 0630 sampai jam 0700 pagi para siswa berangkat dan

masuk ke sekolahan Di depan gerbang sudah ada beberapa guru yang berdiri

yang kemudian para siswa bersalaman saat memasuki gerbang sekolahan menuju

ruang kelas masing-masing Setelah memasuki kelas para siswa dan guru

membaca Asmaul Husna bersama-sama sebelum memulai pembelajaran Pada

saat waktu menunggu di ruang tata usaha peneliti masih melihat beberapa guru

yang merokok di lingkungan sekolah bahkan ada yang di depan kelas Ada

beberapa guru yang saling bergurau di ruang guru dan di depan kelas yang mana

itu dapat terlihat oleh para siswa ketika sedang istirahat Pada jam 0900 peneliti

melihat ada materi praktek mengenai shalat dhuha yang dilaksanakan di mushola

sekolah Ketika jam 1115 bel berbunyi menandakan jam kegiatan belajar

mengajar telah selesai tetapi para siswa tidak langsung beranjak pulang Kelas

yang mendapat jadwal untuk menata karpet dan tikar untuk shalat berjamaah

segera mengambilnya dan mempersiapkannya di lapangan sekolah untuk sholat

jumat berjamaah Para siswa muslim dan guru-guru muslim mempersiapkan diri

untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat jumah Sedangkan yang non

muslim berada di kelas dan melakukan ibadah keagamaan sesuai agamanya yang

dibimbing bersama guru agamanya Setelah shalat jumat selesai kelas yang

mendapat jadwal untuk mengembalikan karpet dan tikar segera merapikan dan

membereskan tikar untuk dikembalikan ke mushola Setelah itu para siswa

kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang Siswa yang ikut Sie Keronian islam

(SKI) pada jam 1300 berkumpul di mushola untuk mengadakan kajian dan BTQ

yang didampingi oleh guru pendidikan agama islam Di mushola para siswa yang

148

ingin belajar BTQ di bimbing oleh guru agama dan kemudian para siswa bersama-

sama mengikuti kajian keislaman yang diisi oleh guru agama islam Kajian

tersebut selesai pada jam 1400 kemudian para siswa pulang ke rumah masing-

masing

149

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Kamis 10 September 2015

Tempat Ruang Kepala Sekolah

Waktu 0900 WIB

Narasumber Drs H Munadzir MSi (MN)

Jenis Data Sejarah Sekolah

Peneliti Asslamualaikum selamat pagi pak

Narasumber Waalaikumsalam selamat pagi bagaimana dek

Peneliti maaf pak sebelumnya kalau saya mengganggu mau minta waktu

bapak buat wawancara

Narasumber oo yang dari STAIN Kemarin ya silahkan mau bertanya

tentang apa

Peneliti saya mau bertanya mengenai sejarah SMP Negeri 4 Salatiga ini

pak

Narasumber sepengetahuan saya SMP ini sudah ada sejak tahun 1979

dulunya ada 2 gedung yang terpisah yaitu di jlVeteran dan

JlSumardi Tapi sekitar Tahun 2007 kita sudah mendapatkan

tempat ini sekarang di Jl Patimura 47

Peneliti bagaimana inovasi pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

ini

Narasumber inovasi pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolah ini

lebih kami tekankan pada praktek-praktek pendidikan yang

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah

peneliti bagaimana menurut bapak pendidikan kenabian itu

Narasumber pendidikan menurut saya itu adalah pendidikan dengan

keteladanan karena Nabi merupakan suri tauladan sehingga

dengan pendidikan kenabian dapat menanamkan nilai-nilai

kenabian dan keislaman di lingkungan sekolah

Peneliti bagaimana implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran PAI di sekolah ini pak

narasumber adanya keteladanan yang dilakukan guru saat melakukan proses

pembelajaran Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang penting

untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik atau kenabian

yang di ajarkan melalui pembelajaran maupun praktek merupakan

proses tranformasi pendidikan dan pengajaran Dengan adanya

keteladanan dan penananman nilai-nilai kenabian dapat

membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi

Khairul Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri peserta

150

didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau keislaman juga kami

terapkan dengan mengajak peserta didik untuk saling tolong

menolong antar sesama dengan cara menyantuni anak yatim dan

warga miskin

Peneliti adakah hambatan dalam pengimplementasiannya pak

Narasumber masih Kurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu hambatannya

seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah Kemudian masih

lemahnya keteladanan dari guru maupun tenaga kependidikan

seperti masih ada yang merokok di lingkungan sekolah yang masih

dapat dilihat oleh siswa

Peneliti bagaimana solusi yang bapak berikan

Narasumber Perlunya adanya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan penambahan

area tempat ibadah maupun tempat khusus untuk kegiatan

keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk memberikan suri

tauladan yang bagi peserta didik serta menjaga perilaku

Peneliti bagaimana hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang terlihat saat

ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik serta terbentuknya

moral dan akhlak peserta didik Seperti menghormati guru dan

sesama teman Berkurangnya kenakalan perilaku siswa yang terjadi

karena suda tertanam nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri

peserta didik Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu

dhuhur tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaah

Peneliti jadi kira-kira pendidikan profetik menurut bapak penting untuk

diterapkan apa tidak

Narasumber ya penting harus itu dek agar misi kenabian serta nilai-nilai

kenabian dapat tertanam dalam diri siswa untuk membentuk moral

dan akhlak mereka

Peneliti terima kasih pak sebelumnya atas waktunya

Narasumber ya sama-sama

151

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Tempat Ruang Guru

Waktu 1000 WIB

Narasumber Drs SB Hariyanto (HR)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak

Narasumber waalaikumsalam bagaimana dek ada yang bisa saya bantu

Peneliti saya minta maaf sebelumnya pak kalau sudah mengganggu

waktunya Saya mau tanya mengenai pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Negeri 4 ini pak

Narasumber tidak apa-apa saya selaku guru agama islam lebih menekankan

pada pendidikan moral dan akhlak dalam pembelajarannya Karena

sekarang perlu adanya penekanan dalam afektif dan psikomotorik

siswa

Peneliti bagaimana penerapan pendidikan profetik dalam pembelajaran

yang bapak lakukan

Narasumber dalam penerapannya saya menekankan keteladanan kepada

peserta didik dan penanaman nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah biasanya sebelum mulai pembelajaran dibiasakan

membaca Asmaul Husna Dalam keseharian di sekolah diberikan

pembiasaan sholat Dhuhur dan jumat berjamah

Peneliti bagaimana dalam model pembelajarannya pak

Narasumber beberapa pembelajaran peserta didik diajak untuk belajar

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernya Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik

yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didik

Peneliti bagaimana dalam sistem evaluasinya

Narasumber Dalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah berlangsung

baik tes maupun nontes kami selalu menekan pada segi afektif

dan psikomotoriknya bukan berarti segi kognitif tidak penting

Setiap perilaku yang dilakukan di dalam kelas sekolah maupun di

luar sekolah pun menjadi evaluasi bagi kami Dengan observasi

maupun pengamatan terhadap perilaku siswa menjadi peranan

dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya itu kami juga

berkoordinasi dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-

sama dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat materi

152

sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat Dhuhur dan

Jum‟at bersama

Peneliti adakah hambatan dalam mengimplementasikanya

Narasumber masih ada beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan tradisi

Profetik seperti Masih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah Lemahnya motivasi belajar tentang nilai-

nilai kenabian dan keislaman menjadi salah satu penghambat

penanaman dan pembangunan moral dan akhlak siswa

Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai agama di sekolah

maupun di rumah menjadi hambatan dalam penanaman dan

pembentukan akhlakul karimah

Peneliti apakah ada hambatan dalam evaluasinya

Narasumber masih ada lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana

belum adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam hal evaluasi ketidakjujuran orang tua siswa dalam

melaporkan perilaku siswa ke guru yang bahkan membela siswa

atau menutupi kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang

maksimal dalam mengukur peserta didik

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan untuk meminimalkan

hambatanTersebut

Narasumber adanya Pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru

maupun tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan

nilai-nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan keagamaan

serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana akan meningkatkan

motivasi belajar keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih

terhadap nilai-nilai agama dan kenabian di lingkungan sekolah

Perlu adannya evaluasi tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa

yang dilakukan oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua

yang mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan menjadikan

peserta didik menjadi termotivasi dalam menghayati serta

mengamalkan apa yang telah diajarkan sehingga proses

pembangunan dan pembentukan akhlak peserta didik lebih mudah

tertanam dalam pribadi peserta didik Pemberian tugas rumah atau

pun studi kasus terhadap lingkungan di sekelilingnya juga

menjadikan peserta didik lebih mengetahui memahami

menghayati materi yang diberikan yang mana secara tidak

langsung akan membentuk diri peserta didik

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber hasilnya yang terlihat adalah tumbuhnya tingkat keagamaan

peserta didik serta motivasi belajar keislaman Membawa hikmah

bagi peserta didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta didik hal

153

itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas Menumbuhkan

sifat saling menghormati menghargai dan menolong

Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada diri peserta didik

Peneliti jadi pendidikan profetik itu perlu untuk diterapkan ya pak

Narasumber ya memang harus dengan kita mencontoh dan meneladani nabi

maka secara perlahan dapat membentuk moral dan akhlak siswa

menjadi lebih baik

Peneliti terima kasih pak sebelumnya sudah mau meluangkan waktunya

Narasumber tidak apa-apa sama-sama kok saya rasa seperti pernah ketemu

ya

Peneliti iya pak dulu yang sering ngisi pesantren kilat di sini pak

Narasumber oh iya

154

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Sabtu 12 September 2015

Tempat Mushola

Waktu 1000 WIB

Narasumber Wildan Mustofa S SAg (WD)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak maaf mengganggu

Narasumber waalaikumsalam ya bagaimana

Penelitian saya mau wawancara dengan bapak

Narasumber oh ya tentang apa

Peneliti tentang penerapan pendidikan profetik atau pendidikan kenabian

pak

Narasumber ya udah kita ke mushola saja ya

Peneliti ya pak

Narasumber di sini saja ya mas gak enak di samping saya tadi guru agama

kristen

Peneliti tidak apa-apa pak

Saya mau bertanya mengenai bagaimana pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah ini pak

Narasumber ya pembelajaran agama islam disini mengikuti pembelajaran

sekolah yang mana sudah ada KD yang ditentukan disitu yang

mengacu pada K13 Terdapat pembelajaran berupa praktek-praktek

langsung seperti sholat dhuha

Peneliti saya mau bertanya mengenai pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP ini

Narasumber ya pembelajaran PAI di sekolah ini sudah berjalan dengan baik

mengikuti apa yang sekolah sudah atur dan adanya pembelajaran

yang

Mengacu pada penekanan pembentukan moral siswa dan

emosional siswa Dalam pemberian materi pembelajaran biasanya

siswa akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya Dengan

menggunakan metode pembiasaan keteladan juga dapat

menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk akhlak

dan moral siswa Melalui observasi yang dilakukan oleh peserta

didik langsung dan kemudian dipadukan di kelas menjadikan

peserta didik mudah memahami dan menghayati materi yang

dipelajari Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan

melalui praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di dalam

perilaku keseharian semisal dengan guru memberi amanah kepada

siswa dan kemudian apakah siswa menjalankan amanah yang

155

diberikan oleh guru tersebut atau tidak Proses kegiatan belajar

mengajar yang kami lakukan ditekankan pada penanaman dan

penghayatan nilai-nilai kenabian dan keislaman yang mana dalam

setiap penggunaan metode dan media pembelajaran mengusahakan

agar bagaimana siswa mampu memahami dan menghayati secara

langsung tujuan pembelajaran yang diinginkan

Peneliti bagaimana dengan sistem evaluasinya

Narasumber Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur bagaimana penanaman

dan pembentukan pribadi siswa perilaku keseharian siswa di

lingkungan sekolah dan di rumah menjadi pertimbangan dalam

mengevaluasi hasil pembelajar Maka tidak hanya guru Agama

islam saja yang membimbing maupun memberikan teladan tetapi

seluruh tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-sama

peneliti adakah hambatan selama ini dalam penerapan pendidikan tradisi

profetik

Narasumber masih terdapat beberapa hambatan dalam mengimplementasikan

pendidikan profetik salah satunya adalah masih kurangnya

kesadaran siswa dalam beribadah Masih adanya guru laki-laki

yang saling bercanda (guyonan) dengan guru perempuan di depan

siswa masih ada tenaga kependidikan yang merokok di depan

siswa Kemudian

masih Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh guru

maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya penghayatan dan

pengejawantahan terhadap nilai-nilai profetik dalam kehidupan

sehari-hari Serta masih adanya penekanan hanya pada aspek

kognitif saja

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan

Narasumber saya memberikan pembiasaan praktek-praktek sifat kenabian

seperti bersifat jujur dan amanah Perlunya penambahan keilmuan

atau wawasan keagamaan serta khasanah islamiyah dengan

melakukan kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik

serta tenega kependidikan lainnyaDalam Evaluasi saya lakukan

secara langsung atau mendadak untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa yang

sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara bersama dari guru

dan orang tua dalam memonitoring perkembangan peserta didik

dengan dibuat buku atau laporan moral dan akhlak

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik di SMP

ini

Narasumber adanya Pembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta berkurangnya

kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa Tumbuhya kesadaran siswa untuk beribadah dan berbuat

156

baik Menjadikan siswa suka untuk ke tempat ibadah

Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati antar sesama

Dengan adanya pembiasaan keteladanan baik yang dilakukan

menjadikan siswa akan mengikuti hal tersebut dan akan berhati-

hati dalam setiap perilaku yang dilakukaannya

Peneliti maaf sebelumnya pak boleh tahu biografinya pak wildan

Narasumber Nama Wildan Mustofa Setiawan SAg 26 februari 1978

Penelti bapak mengajar di sini dari tahun berapa pak

Narasumber saya mengajar di sini dari tahun 2010

Peneliti terima kasih atas waktunya pak

Narasumber iya sama-sama

157

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Personalia SMP Negeri 4 Salatiga

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

158

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Data siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas

jenis

kelamin Agama jumlah kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

159

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data Guru dan Kualifikasi pendidikan Guru SMP

Negeri

4 Salatiga

Data Guru SMPN 4

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Data Kualifikasi Pendidikan Guru

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

160

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga

Daftar Karyawan SMPN 4

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian inventaris

kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

161

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Sarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Sarana SMPN 4 Salatiga

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

162

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

163

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Intrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

164

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

165

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga

15 Sumiyati 16 Idayati Hartini 17 Saimin 18 Agus widodo 19 Sri Iriyanti 20 Rejo 21 Eka Sulistyawati 22 Murniati 23 Rubiyanto 24 Nuzul Lusy

Anggraeni 25 Tri Budi Setyawan 26 Sutrisno

27 Agus Riyadi

TATA USAHA GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

166

167

168

169

DAFTAR NILAI SKK

Nama Syaifullah Godi Ismail

NIM 11109106

Progdi PAI

Jurusan Tarbiyah

NO Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai

1 Orientasi Program Studi Dan

Pengenalan Kampus (OPSPEK)

DEMA STAIN Salatiga

18-20 Agustus 2009

Peserta

3

2 Pelatihan Emotional Spritiual

Quotient (Esiq) Stain Salatiga

21 Agustus 2009

Peserta

2

3 Sertifikat UPT Perpustakaan User

Education STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 2

4 Diskusi Panel Dengan Tema

ldquoAktualisasi Bahasa Arab Dan

Bahasa Inggris Dalam Dakwah

Islamrdquo

5 September 2009

Peserta 2

5 Diskusi Dan Buka Bersama Di

Secretariat HMI Cabang Salatiga

10 September 2009

Peserta

2

6 English Friendship Camp

17-18 November

2009

Peserta 2

7 Basic Training (Lk 1)

ldquoMenjalin Hubungan

Intrapersonal Dikalangan

Mahasiswa Denagnbasic Islam

Dan Ke-Hmi-An Menuju Insan

Citardquo

Hmi Cabang Salatiga

25-28 Maret 2010

Peserta 2

8 Bedah Buku ldquoJalan Cinta Para

Pejuangrdquo Karya Salim A Fillah

24 April 2010

Peserta

2

9 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMembangun Demikrasi Kampus

Yang Harmonisrdquo

15 Mei 2010

Peserta

2

10 Seminar Lingkungan Hidup

MITAPASA

24 Mei 2010 Peserta 2

11 Akhirussanah Ma‟had STAIN 29 Juli 2010 Peserta 2

170

Salatiga

12 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dan Karnoto Zarkasyi Dengan

Tema ldquo Membangun Pola

Idealitas Mahasiswa Ditengah

Pergolakan Arus Global Guna

Mencapai Insane Yang Militant

Dan Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Pemateri

4

13 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMewujudkan

Mahasiswa Islami Yang Ideal

Demi Terwujudnya Kader Yang

Militanrdquo

22-24 Oktober 2010 Panitia 3

14 Surat Keterangan Lulus

Praktikum BTA Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

2 November 2010 Peserta 2

16 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Implementasi

Nilai Kehmian Dalam Diri

Mahasiswa Demi Terbentuknya

Insan Yang Intelektualitas Dan

Bernafaskan Islamrdquo

16-19 Maret 2011 Panita 3

17

Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkat Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada

Prinsip-Prinsip Integritasrdquo

25 Juni 2011 Peserta 2

18 Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 2

19 Penginapan Peserta Orientasi

Pengenalan Akademika Dan

Kemahasiswaan STAIN Salatiga

2011 Dengan Tema ldquoMerajut Tali

Ukhuwah Islamiyah Bersama

Keluarga Besar Himpunan

Mahasiswa Islamrdquo

19-21 Agustus 2011 Panitia 3

20 Seminar Keperempuanan Korp

HMI-Wati Dengan Tema ldquoJilbab

Perspektif Agama Dan Socialrdquo

04 November 2011 Panitia 3

21 Senior Course (SC) Se Jateng 15-20 Februari 2012 Peserta 4

171

DIY Dengan Tema

ldquo Transformasi Nilai-Nilai

Pengkaderan Menuju Kompetensi

Pendidik Yang Berkualitasrdquo

22 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkatkan Kepekaan Dan

Transparansi Kinerja Lembaga

Menuju Kampus Yang Amanahrdquo

27 Maret 2012 Peserta 2

23 Seminar Nasional SEMA STAIN

Salatiga Dengan Tema

ldquoBerpolitik Untuk Kesejahteraan

IndonesiaReorientasi Gerakan

Mahasiswa Pasca Reformasirdquo

15 Mei 2012 Peserta

8

24 Seminar Nasional Dengan Tema

ldquoMewaspadai Gerakan Islam

Garis Keras Di Perguruan Tinggirdquo

23 Juni 2012 Peserta 8

25 Grand Launching FGMPS Dan

Diksusi Public Dengan Tema

ldquoPeran Generasi Muda Terhadap

Fenomena HIVAIDS Di Kota

Salatigardquo

12 Juli 2012 Peserta 2

26 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMembangun

Paradigm Mahasiswa Yang

Berintelektual Dan Berjiwa

Nasionalis Religiousrdquo

29 November - 2

Desember 2012

Peserta 2

27 Seminar Pendidikan Dengan

TemardquoMenuju Pendidikan

Indonesia Yang Idealrdquo

28 Desember 2012 Peserta 2

28 Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga Tentang Pengangkatan

Pengurus Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga 2013

31 Januari 2013 Anggota 4

29 Diskusi Dan Perayaan Dies

Natalis HMI Ke 66 Dengan Tema

ldquo 66 Tahun Hmi Untuk Islam Dan

Negara Indonesiardquo

05 Februari 2013 Peserta 2

30 Kajian Dan Follow Up Dengan

Tema ldquoMembangun Kader HMI

Yang Militanrdquo

18 Februari 2013 Peserta 2

31 Bedah Buku Berjudul ldquoSholat

Ngebut Bikin Benjutrdquo

11 Mei 2013 Peserta 2

172

32 Latihan Kader I (Basic Training)

HMI Cabang Salatiga Dengan

Tema ldquoEmpowering Komitmen

Keislaman Kemahasiswaan Dan

Keindonesiaan Untuk Kader

Militantrdquo

31 Mei 2013 Pemateri 4

33 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Ijtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Tranparansi Informasirdquo

19-21 September

2013

Pemateri 4

34 Sarasehan Akbar HMI Komisariat

Walisongo ldquoMerajut Ukhuwah

Memperkokoh Kebersamaanrdquo

10 Oktober 2013 Peserta 2

35 Bedah Buku Berjudul rdquo Ketika

Cinta Bertasbihrdquo

11 Desember 2013 Peserta 2

36 Bedah Film Tanah Surga Katanya 29 Desember 2013 Peserta

2

37 Basic Training LK1 HMI ldquoIjtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Transparansi Informasirdquo

20 September 2014 Pemateri 4

38 Seminar Regional Dengan Tema

ldquoMempertegas Peran Pendidikan

Dalam Mencerahkan Masa Depan

Anak Bangsardquo

19 November 2014 Peserta 4

39 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Dengan Tema

ldquoMembangun Pola Idealitas

Mahasiswa Ditengah Pergolakan

Arus Global Guna Mencapai

Insane Yang Militant Dan

Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Panitia 3

173

174

Page 4: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan

4

5

MOTTO

6

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

PERSEMBAHAN

7

Kupersembahkan skripsi ini untuk

1 Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Kardiyanto Godi Ismail dan

Ibuku tercinta Sakdiyah yang selalu memberi nasihat kasih sayang

bimbingan dan motivasi serta dukungan materi

2 Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) yaitu Pak Fegi Anita Said Pras bang Imtihan bang ini Iman

Takul dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga lainnya yang selalu

memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan

banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat

3 Teman-temanku Kampus kelas PAI D angkatan tahun 2009 yaitu Agus

Rozak Juliono dan yang lainya

4 Teman-teman kelompok PPL kelompok KKN dan teman lainnya di IAIN

Salatiga

KATA PENGANTAR

8

Asslamu‟alaikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW keluarga sahabat dan para pengikut setianya

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Rahmat Hariyadi MPd selaku rektor IAIN Salatiga

2 Ibu Siti Rukhayati MAg selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI)

3 Bapak FatchurrahmanSAgMPd sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan tugas ini

4 Ibu DrMuna ErawatiMSi selaku pembimbing akademik

5 Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9

6 Kepala sekolah guru dan siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian

di sekolah tersebut

7 Kepada orang tuaku tercinta Bapak kardiyanto godi ismail dan Ibu

Sakdiyah serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk moril maupun materiil untuk membiayai

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran

8 Kepada kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga (pras anita said sahal takul

istad bang imtihan bang indi fegi dan yang lainnya) yang tak akan

pernah putus mencari ilmu dan selalu yakin usaha sampai

9 Kepada teman-temanku tercinta PAI D 2009 (agus rozaq anwar fegi

faisal) serta teman-teman yang saya kenal dan yang mengenal saya

yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah

memberikan saran do‟a serta motivasinya

10 Generasi muslim pemuda pemudi penerus cita-cita bangsa

Oleh karenanya penulis tak kan berarti apa-apa tanpa mereka semua kami

ucapkan banyak terimakasih Semoga amal perbuatan yang diberikan dengan

ikhlas akan dihitung oleh Allah serta memperoleh balasan kebaikan dan

mendapatkan Ridho Allah SWT Amin

10

11

ABSTRAK

Ismail G Syaifullah 2015 Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Pelajaran

20152016 Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga Dosen Pembimbing FatchurrahmanSAg MPd

Kata kunci Implementasi dan pendidikan profetik

Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang

krisis moral karena masih kurangnya akan pendidikan moral dan akhlak dalam

membentuk dan membangun moral serta akhlak para peserta didik Disadari atau

tidak pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada dimensi kognitif yang

hanya mencetak manusia cerdas dan terampil maka tidak heran jika terjadi krisis

moral dan akhlak Dalam pendidikan Islam pendidikan karakter merupakan

pendidikan akhlak Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pendidikan

karakter atau pembentukan moral dan akhlak seperti konsep pendidikan yang di

ajarkan Rasulullah Nabi Muhammad merupakan pendidik yang paling berhasil

dan menjadi suri tauladan Dengan meneladani dan meniru pendidikan yang

digunakan nabi diharapkan dapat membentuk dan membangun moral serta

akhlakul karimah Maka salah satu caranya dengan mengimplementasikan

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran agama Islam Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

2) Bagaimana problematika Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga 3) Bagaimana

hasil Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Sesuai dengan tema yang

peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field

research) Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah Pengumpulan data

menggunakan wawancarainterview dokumen dan observasi Lokasi Penelitian

dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di Jl Pattimura 47 Salatiga

50711 dan subjek penelitian adalah pendidik tenaga kependidikan dan siswa

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa implementasi pendidikan

profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

diterapkan dalam model pembelajaran dengan pembiasaan dan keteledanan

kolektif penanaman misi dan nilai-nilai kenabian pada peserta didik melalui

materi pembelajaran metode dan evaluasi pembelajarannya Terdapat beberapa

problematika dalam implementasi pendidikan profetik ada beberapa hambatan

dan solusi yang ditawarkan Hasil dari implementasi pendidikan profetik dapat

12

membangun dan membentuk akhlak serta moral peserta didik sehingga peserta

didik mempunyai sikap menghormati menghargai dan toleran Menumbuhkan

tingkat keagamaan dan motivasi ibadah siswa Sehingga intelektual emosional

akhlak dan moral peserta didik dapat berkembang secara utuh

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR BERLOGO ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING iii

PENGESAHAN KELULUSAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 10

C Tujuan Penelitian 10

D Landasan Teori 11

E Manfaat Penelitian 14

F Metode Penelitian 15

G Sistematika Pembahasan 21

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22

A Pendidikan dalam Islam 22

1 Pengertian Pendidikan 22

2 Pendidikan dalam Islam 23

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam 30

4 Tujuan Pendidikan Islam 34

B Pendidikan Profetik 39

1 Pengertian Profetik 39

2 Filsafat Profetik 41

3 Filsafat Pendidikan Profetik 41

4 Pengertian Pendidikan Profetik 45

5 Tujuan Pendidikan Profetik 46

6 Materi pendidikan Profetik 47

7 Pendidik Pendidikan Profetik 50

8 Peserta didik Pendidikan Profetik 54

9 Metode Pendidikan Profetik 56

10 Media Pendidikan profetik 60

11 Evaluasi Pendidikan Profetik 62

C Kontekstualisasi Pendidikan Profetik 64

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoirul

Ummah)

64

2 Pendidikan Profetik untuk Pengembangan Kebudayaan 65

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan 66

15

D Pendidikan Profetik dalam Pendidikan Agama Islam 72

BAB III HASIL PENELITIAN 79

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian 79

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga 79

2 Letak Geografi 79

3 Visi dan misi SMP Negeri 4 salatiga 80

4 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 81

5 Guru karyawan dan Siswa Struktur Personalia SMP

Negeri 4 salatiga

84

6 Situasi dan Kondisi SMP Negeri 4 salatiga 89

7 Ekstrakurikuler 90

B Temuan Penelitian 92

1 Hasil Penelitian 92

a Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

92

b Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

97

c Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

101

BAB IV PEMBAHASAN 105

A Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam 105

16

Pembelajaran pendidikan agama Islam

B Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

110

C Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

115

BAB V PENUTUP 119

A Kesimpulan 119

B Saran 121

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN-LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Tabel 31 Struktur Personalia SMP Negeri 4 salatiga 82

Tabel 32 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 83

Tabel 33 Data siswa SMP Negeri 4 salatiga 84

Tabel 34 Data Guru SMP Negeri 4 salatiga 85

Tabel 35 Data kualifikasi pendidikan guru SMP Negeri 4 Salatiga 85

Tabel 36 Data Karyawan SMP Negeri 4 salatiga 86

Tabel 37 Data sarana SMP Negeri 4 salatiga 87

Tabel 38 Data Prasarana SMP Negeri 4 salatiga 88

Tabel 39 Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 salatiga 91

Tabel 310 Kegiatan Ekstrakuliker SMP Negeri 4 salatiga 91

18

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia

Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan yang diharapkan akan

dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan orang banyak Selain

itu pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai penting dan strategis bagi peradaban manusia Hampir semua

negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal terpenting dan utama dalam

membangun suatu bangsa dan negara Di Indonesia sendiri hal ini jelas sudah

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan Serta dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk

mewujudkan upaya tersebut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)

memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang

Menurut Ahmad Makki dalam bukunya karya Jamal Ma‟mur Asmani

mengatakan bahwa jika pendidikan dalam sebuah bangsa sudah maju niscaya

19

akan maju pula bangsa itu Sebaliknya ketika pendidikan disuatu bangsa

tidak berkembang maka dapat dipastikan bangsanya akan terbelakang

Pendidikan di Indonesia sudah berjalan sekian puluh tahun sejak

kemerdekaannya dan selama itu pula terdapat perkembangan pendidikan di

Indonesia Tetapi jika disadari pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada

dimensi kognitif yang mencetak manusia-manusia yang cerdas terampil dan

mahir yang melahirkan manusia yang berkepribadian dan integritas

Kurangnya pengejawantahan dimensi afektif dan psikomotorik dalam sistem

pendidikan menjadikan krisis identitas serta hilangnya Nilai-nilai luhur yang

melekat pada bangsa Indonesia seperti kejujuran kesantunan kesopanan

hormat pada orang lain religius dan kebersamaan Hal ini menjadi

keprihatinan kita semua sebagai warga negara Indonesia

Masifikasi gelombang modernitas telah membawa siapapun termasuk

dunia pendidikan untuk hanyut mengikuti mainstream dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar tidak teraleniasi Dalam keadaan seperti ini

hegemoni konsep-konsep pendidikan ala barat sulit untuk dihindari yang mana

memarginalkan konsep-konsep dan ajaran lokal yang syarat akan nilai-nilai

moral Adanya problematika internal dalam sektor pendidikan serta hilangnya

orientasi untuk memberikan pencerahan dan membentuk jati diri bangsa

menjadikan kesinambungan program-program pendidikan belum bisa berjalan

mulus Ditambah dengan perubahan politik di negara ini karena adanya

kebijakan-kebijakan baru pada setiap pergantian menterinya Munculnya

realitas pendidikan saat ini yang lebih sibuk melayani golongan sosial tertentu

20

menjadikan adanya materialisasi pendidikan yang sudah mulai menggejala dan

menggeser ideologi pendidikan yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membedakan status sosial

Kurikulum seakan disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan

pekerjaan yang dibungkus dengan baju modernitas Kemudian adanya

dikotomi ilmu pendidikan antara ilmu pengetahuan umum dan agama

memunculkan problematika tersendiri Hal itu menjadikan pembagian dalam

hal pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu umum dan agama

sehingga dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya

menjadi kurang maksimal

Dunia pendidikan dituntut perannya untuk kembali memurnikan arah

perjalanan bangsa Dunia pendidikan akan berada pada kondisi dilematis-

kontradiktif karena adanya tuntutan modernitas sekaligus sebagai tuntutan

peran untuk selalu menjaga nilai-nilai moral Sementara dunia pendidikan

berada dalam paradoks disuatu sisi ingin menanamkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral namun pada sisi lain justru institusi atau lembaga pendidikan

mencerminkan praktek-praktek pendidikan yang menyimpang dari niliai-nilai

moral dan identitas bangsa Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia

dan pengembangan potensi serta bakat yang harus diubah orientasinya untuk

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkembang dalam tiga

ranah yaitu afektif kognitif dan psikomotorik Pendidikan haruslah

menanamkan dan mengembangkan karakter individu dan nilai-nilai

kemanusian Pendidikan juga diarahkan dalam menanamkan integritas etik dan

21

akhlak serta mengembalikan makna ldquopendidikanrdquo bukan hanya sekedar

ldquopengajaranrdquo Penggunaan metode-metode pendidikan yang mengedepankan

keteladanan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai yang diajarkan

Pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah Makna manusia yang berkualitas menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab Oleh karena itu pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa dan karakter Dengan adanya penanaman dan

pengembangan karakter bagi setiap peseta didik atau individu dalam sistem

pendidikan maka diharapkan akan menciptakan manusia yang berkualitas yang

mampu beradaptasi dengan zaman

Dengan berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya sebuah pendidikan

karakter Pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan bagi

setiap individu untuk menghayati kebebasan dalam hubungan mereka dengan

orang lain dan lingkungannya sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi

22

yang unik dan khas serta memiliki integritas moral yang dapat

dipertanggungjawabkan Lebih lanjut pendidikan karakter juga terkait dengan

tiga matra pendidikan yaitu pendidikan individual pendidikan sosial dan

pendidikan moral Melalui tiga matra pendidikan tersebut merupakan kondisi

dinamis dari struktur antropologi individu Pendidikan karakter dalam arti

demikian itu menurut Amin dalam Etika (1989) adalah pendidikan yang sejak

lama telah diperjuangkan oleh para filusuf bahkan para rosul utusan Tuhan

Yaitu pendidikan karakter yang bersifat integral holistik dinamis

komprehensif dan terus menerus hingga terbentuk sosok manusia yang terbina

seluruh potensi dirinya serta memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk

mengekspresikannya dalam seluruh aspek kehidupan

Untuk mewujudkan visi misi dan tujuan tersebut pendidikan karakter

membutuhkan dukungan salah satunya dari pendidikan agama Dalam pada itu

pendidikan agama memberikan sumbangan bagi pendidikan karakter dan

berperan penting dalam hal mempersatukan diri manusia dengan realitas

tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Pendidikan karakter yang ditopang salah

satunya oleh pendidikan agama membantu peserta didik untuk tumbuh secara

lebih matang dan lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

dalam kontek kehidupan bermasyarakat Namun hal tersebut juga harus

didukung dengan upaya yang disertai dengan keteladanan dari seluruh

komponen yang terlibat dalam pendidikan (terutama guru) lingkungan dan

atmosfer pendidikan yang kondusif

23

Pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam disebut juga dengan

pendidikan akhlak mulia Secara normatif-teologis merupakan sebuah agenda

dan misi utama bagi setiap agama Secara yuridis ajaran akhlak mulia secara

eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Jika dilihat secara historis pendidikan akhlak mulia

merupakan respon terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat

Lahirnya agama Islam di mekkah dan berkembang di madinah merupakan

sampling yang representative tentang perlunya agama ini membentuk akhlak

masyarakat Hal itu terjadi karena keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

menetapkan kebijakan strategi taktik dan hal lainnya (Abuddin 2012 210)

Pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah pembentukan kepribadian

seorang muslim Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan Disegi lain pendidikan

Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis yang mana pendidikan

Islam mengajarkan pendidikan iman dan amal Secara historis Islam dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudia disebarkan ke mekkah atau Islam

diajarkan di mekkah yang tadinya menyembah berhala musyrik dan sombong

dengan usaha dan kegiatan Nabi mengajarkan Islam kepada mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah menjadi mukmin

muslim dan menghormati orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin

sebagaimana yang dicita-citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik

membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus

menjadi pendidik yang berhasil Islam sebagai agama yang universal yang

24

oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktivitas sehari-hari

mensejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis Pendidikan versi

Islam tidak hanya sebagai penentu segala-galanya bagi vested interested

(kepentingan) manusia di dunia melainkan menjangkau kepentingan manusia

masa depan yang esensial di akhirat kelak

Di dalam Islam dan dalam pendidikan Islam khususnya secara tidak

langsung telah berupaya untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan

karakter atau akhlak mulia yaitu membentuk kepribadian seorang muslim

sebagaimana cita-cita Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur‟an dan

sunnah yang berdialoq secara kontinu dengan tradisi dan budaya setempat

Pendidikan karakter atau pendidikan akhlak mulia merupakan bagian dari

pendidikan Islam yang sudah ada sejak 15 abad yang lalu Ajaran Islam yang

berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan

individu dan pendidikan masyarakat Semua orang yang bertugas mendidik

adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Zakiah Darajat 2012 20) Telah

disebutkan sebelumnya bahwa Nabi Muhammad merupakan pendidikan yang

paling berhasil dan menjadi suri tauladan (QS3321)

25

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

Maka perlunya pendidikan Islam dalam hal ini pendidikan karakter atau

akhlak untuk filter dan tameng bagi adanya kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai barat yang menjadikan

kekalahan beruntun secara sosial politik ekonomi dan budaya komunitas

muslim merasa kelimpungan dengan reaksi yang beragam Diakui bahwa hal

ini disebabkan karena masih ada beberapa hambatan dalam pendidikan agama

Islam Karena terjadinya pengadopsian pendidikan barat untuk

mengembangkan pendidikan muslim Yang terjadi adalah pendidikan modern

(barat) plus pendidikan agama Islam untuk peserta didik muslim dan bukan

yang dikonstruk berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikembangkan dalam teori

dan keilmuan Islam

Pendidikan akhlah mulia yang terdapat dalam pendidikan agama Islam

saat ini telah terdikotomi oleh pendidikan nasional Terlebih yang terdapat di

lembaga pendidikan umum (SD SMP dan SMA) Mengamati pendidikan

agama Islam di Indonesia dari masa ke masa tergambar jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan bagian yang terpisah dari sistem

pendidikan nasional Bahkan saat ini pendidikan Islam di Indonesia sedang

menghadapi berbagai persoalan dan hambatan dalam berbagai aspek terutama

masalah orientasi pendidikan itu sendiri dengan kata lain masih belum

jelasnya konsep pendidikan yang dibawa serta bagaimana implementasi yang

26

berbentuk pembelajaran sebagai upaya menciptakan manusia yang mandiri dan

profesional Mengingat bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan

dasar bagi setiap muslim maka pendidikan agama Islam harus selalu ditumbuh

kembangkan secara sistematis oleh setiap umat Islam dimanapun Berangkat

dari karangka ini pendidikan agama Islam haruslah selalu senantiasa

mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi logis dari perubahan

Kurangnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam lembaga pendidikan

umum menghambat pembentukan manusia ideal (seorang muslim) yang siap

dengan agenda globalisasi dan modernisasi yang terjadi Lembaga pendidikan

umum tidak berfokus kepada pendidikan agama hal ini berbeda dengan

lembaga pendidikan agama yang fokus pendidikannya adalah keagamaan

Kurangnya jam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan

umum misalnya yang hanya 3 jam setiap minggu maka perlu adanya strategi

untuk memberikan bekal tentang pendidikan agama di pendidikan umum

Strategi dalam sistem pembelajarannya metodenya maupun dalam hal konsep

pembelajarannya Seperti penggunaan pendidikan profetik yaitu dengan proses

pengetahuan dan nilai yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan

Dengan adanya strategi dalam hal pembelajaran pendidikan agama Islam maka

mampu untuk mencetak manusia-manusia keseimbangan dalam pandangan

hidupnya serta memiliki penguasaan atau pengetahuan keagaaman untuk bekal

individu dalam kehidupan sehari-hari

27

Ditetapkanya SMP Negeri 4 Salatiga sebagai tempat penelitian karena

adanya strategi dan upaya-upaya yang digunakan Sekolah Menengah Pertama

ini dalam hal menumbuhkan pendidikan keagamaan Islam terhadap peserta

didiknya Secara geografis yang terletak di pusat kota Salatiga berada pada

pusat jalur ekonomi Salatiga Dalam hal pendidikan keteladanan yang

ditumbuhkan oleh pihak sekolah dalam kesehariannya di lingkungan sekolah

seperti adanya sholat berjama‟ah dan kegiatan keIslaman untuk peserta didik

Berangkat dari hal tersebut maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah ldquo IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMP

NEGERI 4 SALATIGA PADA TAHUN PELAJARAN 2014-2015rdquo

B RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi diatas maka ada sejumlah permasalahan yang

penulis ajukan untuk dicari jawabannya Sejumlah masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut

1 Bagaimana Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Apa problematika yang muncul dalam implementasi Pendidikan Profetik

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

3 Bagaimana hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

28

C TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam implementasi

Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

3 Untuk mengetahui hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

D LANDASAN TEORI

1 Pendidikan Profetik

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti

ldquopergaulan dengan anak-anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya

membimbing atau mendidik alam pertumbuhannya agar dapat berdidi

sendiri disebut paedgogos Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai

ldquo usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-

anak untuk membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

29

dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi

diri sendiri dan masyarakatnyardquo

Sedangkan Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau

berkenaan dengan nabi Kata dari bahasa inggris ini berasal dari bahasa

yunani ldquoprophetesrdquo sebuah kata benda untuk menyebut orang yang

berbicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga

orang yang berbicara masa depan Profetik atau kenabian disini merujuk

pada dua misi yaitu seseorang yang menerima wahyu diberi agama baru

dan diperintahkan untuk mendakwahkan pada umatnya disebut rasul

(messenger) sedang seseorang yang menerima wahyu berdasarkan agama

yang ada dan tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya disebut nabi

(Prophet)

Nabi (Prophet) yang menjadi acuan dalam pendidikan profetik

adalah Nabi Muhammad SAW yang mana sebagai suri tauladan dan

sebagai pendidik yang hebat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan

mengajarkan islam di mekkah yang tadinya kondisi mereka menyembah

berhala musyrik dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi

mengajarkan Islam kepada mereka lalu tingkah laku mereka berubah

menjadi penyembah Allah menjadi mukmin muslim dan menghormati

orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin sebagaimana yang dicita-

citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik membentuk kepribadian

yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus menjadi pendidik yang

berhasil Di dalam kehidupannya nabi SAW selalu memberikan

30

ketauladanan kepada ummatnya Hal inilah yang menjadikan nabi

Muhammad menjadi acuan Profetik atau kenabian dalam hal pendidikan

Jadi Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan

(knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun

akhlak moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus

memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul

ummah) Serta tercapainya intelektual emosional akhlak dan moral

peserta didik yang dapat berkembang secara utuh

2 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan kebiasaan dan tingkah laku belajar juga diartikan sebagai

pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Syaiful Bahri

200222)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik

(santri) Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran

tersebut ada kegiatan memilih menetapkan dan mengembangkan metode

atau strategi yang optimal untuk mengapai hasil pembelajaran yang

diinginkan dalam kondisi tertentu (Muhaimin 200382)

Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip

Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia sehingga

31

terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 2008 35)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati

hingga mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadist

(Abdul Majid amp Dian Andatani 2004 7)

Jadi pengertian pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah

upaya membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati hingga

mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi

pembelajaran yang ada

3 Implementasi pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan Jadi penerapan

pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Maka

pendidikan dibangun dan dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat

memiliki tradisi dan budaya akademik yang kondusif dalam keluarga dan

lingkungan sosial Tradisi dan budaya edukatif atau akademik ini secara

otomatis akan bergerak sesuai dengan hukum budaya yang mewakili

32

simbol-simbol agama dalam mentransfer ilmu teknologi dan seni kepada

siapapun Tradisi dan budaya profetik yang sudah terbangun kokoh bahkan

diluar kesadaran akan menggulirkan semangat keilmuan yang tinggi

Komitmen profetik yang berlangsung lama akan membetuk tradisi dan

dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pilar pendidikan profetik

yang akan menghasilkan tradisi dan lingkungan yang sehat

E MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk

menghadapi tantangan zaman dan modernisasi dan juga dengan ini diharapkan

dapat membentuk individu berkarakter yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Serta

memberikan konsep pendidikan Islam dalam membentuk dan mengembangkan

potensi intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara utuh

Sedangkan secara dimensi praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menemukan sebuah pola pendidikan Islam sebagai

pengembangan diri manusia dalam membentuk manusia sempurna menurut

Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Alam

sekaligus untuk memahaminya Hal tersebut menjadi kerangka acuan dalam

pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dikemas dalam

konsep pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan Islam karena

33

adanya dikotomi pendidikan yang terjadi dalam pendidikan umum dan

pendidikan agama

F METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai

metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola)

dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan) analisis data bersifat induksikualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono 201413)

Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (J Moeleong

20033)

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yang pertama karena dari judul skripsi ini hanya mengandung

satu variabel Kedua dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi

ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian Ketiga

34

metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola ndash pola nilai yang dihadapi

Dengan demikian peneliti dapat memilah ndash milah sesuai dengan fokus

penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin

hubungan dengan Subjek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami

keadaan Subjek dalam penggalian info atau data yang diperlukan Maka

Penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang

implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tersebut

Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian lapangan ( field research) Yaitu peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan ilmiah ( (J Moeleong 200626) Alasan peneliti menggunakan jenis

penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara

mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai

dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan

2 Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di

Jl Pattimura 47 Salatiga 50711

Adapun Subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi

kepala sekolah pengajar karyawan dan siswa

3 Teknik Pengumpulan Data

a Observasi Partisipan

35

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut( Sugiyono 2014309)

Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipatif

peneliti mengamati apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan

suka dukanya Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang tampak

Dengan observasi kita dapat secara langsung terjun kedalam objek

penelitian Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan KBM situasi

di sekolah dan pendidik Dalam observasi di SMP Negeri 04 Salatiga

selain melakukan pengamatan juga ikut ambil bagian dalam melaksanakan

aktifitas pendidikan di lingkungan sekolahan Selain itu juga berpartisipasi

dalam pembelajaran seperti ikut mengajar dan mengikuti proses

pembelajaran pendidikan Islam

b Pengumpulan data dengan wawancarainterview

36

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2014318)

c Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu Dokumen

bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh adanya dokumen Pengumpulan dokumen yang berkaitan

dengan objek penelitian yaitu berupa buku sejarah buku profil sekolah

pajangaan struktur buku informasi pendataan siswa dan guru kurikulum

pelajaran dan perangkat pembelajaran

37

d Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada Triangulasi berguna untuk

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2014327) Pengumpulan data diambil

dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama Adanya observasi kemudian dilanjutkan dengan wawancara

yang mendalam serta pengumpulan dokumentasi untuk sumber data yang

sama dan melakukan wawancara atau pengumpulan data pada beberapa

sumber data yang berbeda

4 Teknis Analisi Data

Bogdan menyatakan tentang analisis data kualitatif sebagai proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkan kedalam unit-

unit melakukan sintesa menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain Susan Stainback mengemukakan bahwa

analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

38

sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Sugiyono

2014332)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan

Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono

2014333) Peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu sebelum

memasuki lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian Fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan Analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

wakttu tertentu Pada saat wawancara analisis sudah dilakukan terhadap

jawaban dari hasil wawancara Setelah data diperoleh cukup banyak dan

dicatat secara teliti dan rinci maka dilanjutkan dengan mereduksi data

Dengan merangkum memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya Dengan demikian data akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya Langkah selanjutnya adalah penyajian data atau mendisplaykan

data yang menjadikan data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami Penyajian data menggunakan teks

bersifat naratif (Sugiyono 2014333) Langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

39

bersifat sementara dan bisa berubah Apabila pengumpulan data valid dan

konsisten maka kesimpulannya kredibel

G SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima)

BAB yaitu

BAB I Bab I ini berisi pendahuluan yang didalamnnya akan diuraikan

tentang latar belakang masalah rumusan masalah landasan teori tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Dalam Bab II berisi kajian teori yang didalamnya akan

dipaparkan tentang pengertian Pendidikan Profetik Sistem Pendidikan Profetik

dan Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

BAB III Bab III berisi laporan hasil penelitian yang didalamnya akan

diuraikan tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga gambaran

pembelajaran Pendidikan Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Konsep Pendidikan

Profetik yang diterapkan di SMP Negeri 4 Salatiga Dan implementasi

pendidikan Profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

BAB IV Bab IV berisi Hasil penelitian yang berupa deskripsi hasil

penelitian temuan hipotesis dari penelitian dan hasil pengujian Hipotesis

mengenai implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

40

BAB V Bab V berisi penutup yang di dalamnya akan dipaparkan

mengenai kesimpulan dan saran-saran

41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A PENDIDIKAN DALAM ISLAM

1 Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti ldquopergaulan dengan anak-

anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai ldquo usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnyardquo

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman

hidup pembentukan kembali pengalaman hidup Sementara itu Komisi

Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata

menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan

akhir pendidikan

42

Meski berawal dari akar kata yang sama tetapi pemberian makna terhadap

istilah pendidikan begitu beragam Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip

masanya serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis

apalagi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis

(Armai 200716)

2 Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia pendidikan ialah proses sosialisasi yakni

memasyarakatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia

yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri yaitu mampu

konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan Nabi SAW

bersabda ldquoDidiklah anakmu-anakmu sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya dan bukan untuk zamanmurdquo Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi 2004137)

Ahmad D Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai

program bimbingan sunyek pendidikan (guru pendidik) kepada objek

pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu dalam jangka waktu tertentu

dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam Menurut

Yusuf Qardhawi pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal

dan hatinya rohani dan jasmaninya akhlak dan ketrampilannya

43

Menurut Muyazin Arifin hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui

ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya

( Armai 200718)

Secara estimologis pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil Al

Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan

Islam adalah upaya mengembangkan mendorong serta mengajak manusia

lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 200835)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum

terdapat di zaman Nabi Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi

dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran

memberi contoh melatih keterampilan berbuat memberikan motivasi dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita

harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut Kata ldquoPendidikanrdquo yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arabnya adalah ldquoTarbiyahrdquo dengan kata kerja ldquoRabbardquo Kata

ldquopengajaranrdquo dalam bahasa Arabnya adalah ldquota‟limrdquo dengan kata kerjanya

44

ldquo bdquoallamardquo Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya ldquoTarbiyah wa

ta‟limrdquo sedangkan ldquopendidikan Islamrdquo dalam bahasa Arabnya adalah

ldquoTarbiyah Islamiyahrdquo (Zakiyah Daradjat 201225)

Dalam konteks pendidikan Islam kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah Sejak dekade 1970-an

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah

Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak Dalam bahasan berikut kita

akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai

terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi 2004138)

a Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh jiwa dan ruh disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah intelektual dan ruhaniah pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai

denagn berbagai tingkat dan derajat

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim Sementara DrFatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim Menurut Al-

Attas pendidikan adalah beban masyarakat Penekanan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (bdquoilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta‟dib karena adab

45

sebagaimana didefinisikan disini sudah mencakup ilmu dan amal Simaklah

sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut

ldquodari ibnu mas‟ud Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian

menjadikan pendidikanku yang terbaik (HRIbnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi

jamius Shaghir I14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai ldquo mendidikrdquo yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata bdquoallama dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai ldquopendidikanrdquo dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim

Dengan jelas dan sistematik Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai

berikut

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur pembangunan iman ilmu dan amal

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik Cara Tuhan mendidik Nabi tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna

3) Dalam kerangka pendidikan istilah ta‟dib mengandung arti ilmu

pengetahuan dan pengasuhan yang baik

4) Dan akhirnyaAl-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama

sopan-santun adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib

b Al-Ta‟lim

46

Menurut Abdul Fatah Jalal proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah Untuk menjelaskan pendapat ini jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34 Menurut jalal

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh serta lebih luas dari pada kata tarbiyah Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca

tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman tanggung jawab

dan amanah

Jadi berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut Al-

Qur‟an ta‟lim lebih luas dari tarbiyah Berbeda dengan Al-Attas Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib Selanjutnya Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan juga ketrampilan yang

dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku

c Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi At-Tarbiyah adalah lebih tepat

digunakan dalam terminologi pendidikan Islam An-Nahlawi mencoba

47

menguraikan secara sistematik semantik lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39

2) Rabiya-yarbu denagn wazan Khafiya-yakhfa yang berarti menjadi

besar

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu berarti memperbaiki

menguasai urusan menuntun menjaga dan memelihara

Imam Al-Baidhawi mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna

Dari ketiga istilah tersebut Abdurrahman an-Nahwali menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur pertama menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh Kedua mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam Ketiga mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya Dan keempat proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib dengan sedikit

demi sedikit hingga sempurna

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak

perlu terjadi jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan

dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan

diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan

Islam sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai

berikut

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding

kedua istilah lainnya

2) Dalam interaksi edukatif konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim dan

3) Keduanya baik tarbiyah maupun ta‟lim harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya tetapi

dengan modifikasi tertentu sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat ldquofadilahrdquo tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada

pertumbuhan dan pembinaan keimanan keIslaman dan keihsanan

disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual peserta didik

Jadi antara ta‟dib ta‟lim dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan

yang lain Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam

bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif Maka dari tiga hal di ataslah

lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam

49

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam

Suatu totalitas kependidikan harus bersandar pada landasan dasar

Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak

dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh paripurna atau syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh Kajian tentang pendidikan Islam tidak

boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang

mendasar Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam yaitu a) Al-

Qur‟an b) Al-Sunnah c) Al-Kaun dan d) Ijtihad

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah

SWT dan karenanya ia merupakan dasar hukum bagi mereka Al-Qur‟an

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan

yang terjadi Al-Qur‟an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan

manusia Segala persoalan terdapat hal pokoknya di dalam Al-Qur‟an serta

berisi tentang aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela

mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu

Al-Qur‟an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara

umum Juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial

moral dan spiritual di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu

Sebagai contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat

50

Lukman ayat 21-19 Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman akhlak ibadat sosial dan ilmu pengetahuan

Maka Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam

setiap sendi kehidupannya yang akan mengantarkan manusia mampu

berdialog secara ramah dengan dirinya sendiri dengan alam sekitar dan

dengan Tuhannya maka al-Qur‟an menjadi landasan yang kokoh dan

paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual spiritual dan

keparipurnaan hidup manusia secara hakiki Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi

2004155)

b) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rosul

Allah SWT Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan

Dijadikannya as-sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak

terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap Al-Qur‟an Yaitu -

Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang bersifat umum Maka

dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang

diterangkan - Sunnah mengkhidmati al-Qur‟an Memang as-sunnah

menjelaskan mujmal al-Qur‟an menerangkan musykilnya dan

memanjangkan keringkasannya Al-Qur‟an menekankan bahwa Rosul

51

SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-fiman Allah (QS1644)

Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-sunnah fi makanatiha wa fi

Tarikhiha menulis bahwa as-sunna mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan Al-Qur‟an dan fungsi berkaitan dengan pembinaan hukum syara‟

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an

Sunnah berisi tentang petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

manusia dalam segala aspekny untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa Untuk itu Rasul Allah menjadi

guru dan pendidik utama Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua bagi cara pembinaan manusia muslim dalam setiap sendi

kehidupannya

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia

melalui perantara malaikat jibril dan nabi-nabiNya ia juga

membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata yaitu alam semesta

dengan segala macam partikel dan heteroginitas berbagai entitas yang ada

di dalamnya langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya

laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan gunung-gunung

berbagai macam binatang dan sebagainya

Mengenai ayat-ayat kauniyah tersebut beberapa ayat di dalam al-

Qur‟an menyatakan dengan gamblang dalam surah Ar-Ra‟d ayat 3 dan Al-

Jatsiyah Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

52

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial begaimana bersikap dan berperilaku mulia Ditilik dari

wacana pedagogis hal itu amatlah berarti bagi berlangsungnya proses

pendidikan demi tercapainya (setidaknya) dan hal bagus bukan hanya

tumpukan ilmu dan kepandaian tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan sayri‟at Islam

untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan

sunnah (Zakiyah Daradjat 201221) Ijtihad sebagai langkah untuk

memperbaharui interpretasi dan pelembagaan ajaran Islam dalam

kehidupan yang berkembang merupakan semangat kebudayaan Islami

Ijtihad yang diarahkan pada interpretasi wahyu dan al-kaun akan

menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menggembirakan Sebab interpretasi manusia atas wahyu akan

menghasilkan pemahaman keagamaan atau agama yang aktual Orang

yang melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid Seorang mujtahid

senantiasa menggunakan akal budinya untuk memecahkan problematika

kemanusiaan dalam kehidupannya Orang yang senantiasa menggunakan

akal budinya oleh Al-Qur‟an disebut sebagai ulul-albab (Khoiron

Rosyadi 2004159)

53

Menurut Al-Qur‟an ulul-albab adalah sekelompok manusia tertentu

yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT Diantara keistemewaannya

adalah mereka diberi hikmah dan pengetahuan disamping pengetahuan

yang diperoleh secara empiris (QS2269)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur‟an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsip saja (Zakiyah Daradjat 201222)

4 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah apa yang dicanangkan oleh manusia atau sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha serta kegiatan selesai Ketika

berbicara mengenai tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita untuk

berbicara tentang tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia Sebab pendidikan

hanyalah suatu alat yang digunakan oelh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

Al-Syaibany menampilkan definisi tujuan sebagai perubahan yang

diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau upaya yang diusahakan

oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada

tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitar Jadi tujuan-tujuan pendidikan jika mengikuti

definisi ini maka ada perubahan yang diinginkan dalam tiga bidangyaitu a)

54

tujuan-tujuan individual b) tujuan-tujuan sosial dan c) tujuan-tujuan

profesional (Khoiron Rosyadi 2004161)

Dilihat dari segi UU No23 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

nasional dalam Bab II dasar fungsi dan tujuan pada pasal 3 maka tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak

mulia sehat berilmucakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam

a Tujuan Umum pendidikan Islam

1) Prof M Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan

Islam menyimpulkan bahwa tujuan umum yang asasi bagi pendidikan

Islam yaitu

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan untuk mengetahui (co-riosity)

e) Menyiapkan pelajar dari segi profesional

2) Prof Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Islam dan Metode-metode pengajarannya tujuan umum

yang ditampilkan yaitu

55

a) Pendidikan akal dan Persiapan pikiran

b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak

c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan

kesediaan-kesediaan manusia

3) Menurut Muhammad Quthb tujuan umum pendidikan Islam adalah

manusia yang taqwa itulah manusia yang baik menurutnya Sungguh

yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah

yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya (QS Al-Hujurat (49)13)

4) Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia Hamba Allah Jadi menurut Islam pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia sebagai makhluk yang

menghambakan diri kepada Allah(beribadah kepadaNya) Karena

sesuai dengan pesan Al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia supaya mereka beribadah kepadaNya (QSal-Dzariyat

(51)56)

Tujuan umum pendidikan Islam diberi perhatian dan tidak terkena

perubahan dari waktu ke waktu Finalitas kenabian secara implisit menyatakan

finalitas cita-cita yang diajarkan Nabi SAW kepada sekalian manusia Jadi

tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan yang berada jauh dari masa

sekarang sebuah hasil pencapaian yang tidak dapat terlaksana melalui kerja

Taqwa kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam ia

sebagai ultimate goal dari serangkaian tujuan yang ditampilkan di atas dan

56

masing-masing tujuan tersebut mempunyai hubungan sistematik satu sama

lainnya yang tak dapat terpisahkan (Khoiron Rosyadi 2004170)

b Tujuan khusus Pendidikan Islam

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah perubahan-perubahan

yang diingini yang bersifat atau bagian yang termasuk di bawah tujuan

umum pendidikan Dengan kata lain gabungan pengetahuan ketrampilan

pola-pola tingkah laku sikap nilai-nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terkandung dalam tujuan umum bagi pendidikan yang tanpa

terlaksananya tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna

Contoh tujuan umum ldquo untuk menumbuhkan semangat agama dan

akhlakrdquo maka pada tujuan khusus sebagai berikut

1) Memperkenalkan akidah-akidah Islam kepada generasi muda

2) Menumbuhkan kesadaran pada diri terhadap agama

3) Menambah keimanan kepada Allah Sang Pencipta

4) Menumbuhkan rasa rela optimisme kepercayaan diri tanggung

jawab menghargai tolong menolong dan berkorban

5) Mendidik naluri motivasi keinginan generasi muda dan

membentengi mereka menahan motivasinya dan membimbingnya

dengan baik

6) Membersihkan hati mereka dari dengki iri hati benci egoisme

khianat perpecahan dan perselisihan

57

c Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah

Surat Ali Imron ayat 102

(

Artinya

ldquoWahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)rdquo (QS Ali Imron (3)102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari akwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya Insan Kamil yang mati dan

menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

Islam (Zakiyah Daradjat 201231)

B PENDIDIKAN PROFETIK

58

1 Pengertian Profetik

Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi Kata dari bahasa Inggris ini berasal dari bahasa yunani ldquoprophetesrdquo

sebuah kata benda untuk menyebut orang yang berbicara awal atau orang yang

memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan

Profetik atau kenabian disini merujuk pada dua misi yaitu seseorang yang

menerima wahyu diberi agama baru dan diperintahkan untuk mendakwahkan

pada umatnya disebut rasul (messenger) sedang seseorang yang menerima

wahyu berdasarkan agama yang ada dan tidak diperintahkan untuk

mendakwahkannya disebut nabi (Prophet) (MohRoqib 201149)

Kenabian dari kata arab ldquonabiyrdquo dan kemudian membentuk kata

nubuwwah yang berarti kenabian Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

nabi adalah hamba Allah yang ideal secara fisik (berbadan sehat dengan fungsi

optimal) dan psikis (berjiwa bersih dan cerdas) yang telah berintegrasi dengan

Allah dan malaikatNya diberi kitab suci dan hikmah bersamaan dengan itu dia

mampu mengimplementasikan dalam kehidupan dan mengkomunikasikannya

secara efektif kepada sesama manusia Sedang kenabian mengandung makna

segala ihwal yang berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh

potensi kenabian Potensi kenabian dapta menginternal dalam individu setelah

ia melakukan proses edukasi yang didasarkan oleh nilai-nilai kenabian dalam

Al-qur‟an Sunnah dan Ijtihad dengan berbagai upaya melakukan pemikiran

sehingga dapat menemukan kebenaran normatif dan faktual Pemikiran

filosofis ini kemudian disebut dengan filsafat profetik atau filsafat kenabian

59

Dengan potensi tersebut nabi mampu menyampaikan risalah dan membangun

umat dan bangsa sejahtera lahir batin

Agar tugas-tugas kenabian tercapai setiap nabi diberikan sifat-sifat mulia

yaitu a Jujur (al-sidq) b Amanah (al-amanah) c Komunikatif (al-tablig)

dalam arti selalu menyampaikan ajaran dan kebenaran dan d Cerdas (al-

fatanah) Setiap Nabi memiliki misi utama yang harus dipahami dan

dilaksanakan oleh ulama sebagai pewaris para nabi Misi kenabian tersebut

dalam bingkai mengembangkan kitab suci yaitu a menjelaskan ajaran-

ajaranNya b menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan sesuai dengan perintahNya

c memutuskan perkara atau problem yang dihadapi masyarakat dan d

memberikan contoh pengamalan

Keempat tugas dan misi ini jika dimaknai dalam konteks pendidikan nabi

memiliki tugas pertama adalah memahami Al-Qur‟an berarti nabi harus

menguasai ilmu (ilahiyah) yang akan menjadi materi dan dijelaskan kepada

peserta didik kedua menyampaikan materi (ajaran) tersebut kepada umat

(peserta didik) ketiga melakukan kontrol dan evaluasi dan jika terjadi

penyelewengan dilakukan pendisiplinan diri agar tujuan pendidikan (ajaran)

dapat diaplikasikan dalam kehidupan Terakhir nabi memberikan contoh dan

model ideal personal dan sosial lewat pribadi nabi yang menjadi rasul dan

manusia biasa (MohRoqib 201149)

Seorang nabi yang memiliki potensi sempurna yang diberikan Tuhan yang

merupakan model utama moral utama yang patut dicontoh dalam kehidupan

60

termasuk dalam dunia pendidikan bagaimana potret pendidikan kenabian dan

bagaimana potret itu dapat menjadi faktual saat ini

2 Filsafat profetik

Filsafat profetik atau filsafat kenabian adalah pemikiran filosofis yang

didasarkan pada nilai-nilai kenabian dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan

berbagai upaya pemikiran reflektif-spekulatif sampai pada penelitian empirik

sehingga menemukan kebenaran normatif dan faktual aplikatif yang memiliki

daya sebagai penggerak umat sehingga terbentuk khaira ummah atau

komunitas ideal Secara teologis filsafat profetik ini diambil dari pemikiran

sufi yang membincang tentang bentuk kemanunggalan (ittihad) Tuhan yang

Esa (tauhid) yang transenden dengan manusia yang relatif dan plural

Filsafat profetik atau filsafat kenabian sebagai upaya mendialogkan

manusia Tuhan dan alam dapat dimaknai sebagai filsafat yang mengkaji

tentang hakikat kebenaran dengan mendasarkan pada wahyu yang masuk dan

menginternal dalam diri manusia agung (an-nabiy) kemudian dikomunikasikan

pada manusia dan keseluruhan alam agar kebenaran tersebut menjadi mungkin

untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta manusia

terbaik (khaira ummah) dengan kehidupan yang sejahtera (MohRoqib

201153)

3 Filsafat pendidikan profetik

Berdasarkan pada pemahaman terhadap filsafat profetik sebagaimana

telah disebutkan filsafat pendidikan profetik adalah pemikiran filosofis

kependidikan yang mendasarkan pada pemahaman terhadap alam dan hukum

61

dialektikanya yang bermuara pada hubungan antara tuhan dan manusia yang

menyatu (tauhid) tanpa menghilangkan keEsaan Tuhan dan tidak pula melebut

eksistensi manusia sehingga manusia yang percaya terhadap yang profon akan

bertindak sebagai manifestasi kepercayaan kepada Allah sekaligus memahami

keterbatasan dan kelemahan memahami realitas hukum dan alam Tuhan

(MohRoqib 201186) Filsafat pendidikan profetik merupakan proses transfer

pengetahuan dan nilai untuk pengEsaan terhadap Allah yang dilakukan secara

kontinu dan dinamis disertai pemahaman bahwa dalam diri ada kelebihan dan

kelemahan yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan (yang transenden)

Islam merupakan agama yang abadi karenanya menuntut perubahan yang

permanen yang disertai dengan cita-cita mengenai tujuan (a sense of goal)

yaitu membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan Untuk memberi arah ke

mana transformasi tersebut akan dibawa maka dibutuhkan ilmu sosial profetik

untuk memberikan petunjuk kearah transformasi yang dilakukan Perubahan

yang didasarkan pada cita-cita Humanisasi emansipasi Liberasi dan

Transendensi yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik Humanisasi

Liberasi dan Transendensi merupakan dasar cita-cita profetik dalam pendidikan

Tiga muatan itulah yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik dengan

berdasarkan Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110

62

110 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah (QS Ali Imron 110)

a Transendensi

Transendensi berasal dari bahasa Latin ldquotranscendererdquo yang

berarti naik ke atas dalam bahasa inggris ldquoto transcendrdquo berarti

menembus melewati melampui artinya perjalanan di atas atau di luar

ldquotranscendrdquo berarti melebihi lebih penting dari ldquotranscendentrdquo

berarti sangat teramat atau sukar dipahamkan atau diluar pengertian

dan pengalaman biasa Transendensi bisa diartikan Hablun min Allah

ikatan spiritual yang mengikatkan antara manusia dan Tuhan

Transendensi dalam teologi Islam berarti percaya kepada Allah kitab

Allah dan yang ghaib (MohRoqib 201178)

Berdasarkan pada filsafat profetik indikator transendensi dapat

dirumuskan 1) mengakui adanya kekuatan supranaturalAllah 2)

melakukan upaya mendekatkan diri kepada Allah 3) berusaha untuk

memperoleh kebaikan Tuhan sebagai tempat bergantung 4)

memahami suatu kejadian dengan pendekatan mistik (kegaiban)

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuasaanNya 5) mengaitkan

perilaku tindakan dan kejadian dengan ajaran kitab suci 6) melakukan

sesuatu disertai harapan untuk kebahagiaan hari akhir (kiamat) 7)

menerima masalah atau problem hidup dengan rasa tulus dan dengan

63

harapan agar mendapat balasan di akhirat untuk itu kerja keras selalu

dilakukan untuk meraih anugerahNya

b Liberasi

Liberasi dari bahasa Latin ldquoliberarerdquo berarti memerdekakan atau

pembebasan Liberation dari kata ldquoliberalrdquo yang berarti bebas

Liberation berarti membebaskan atau tindakan memerdekakan

Artinya pembebasan terhadap semua yang berkonotasi dengan

signifikasi sosial seperti mencegah bernarkoba memberantas judi

membela nasib buruh dan mengusir penjajah (MohRoqib 201182)

Dari definisi dan pemahaman terhadap filsafat profetik dapat

dirumuskan indikator ilberasi yaitu 1) memihak kepada kepentingan

rakyat wong cilik dan kelompok mustad‟afin 2) menegakkan

keadilan dan kebenaran 3) memberantas kebodohan dan

keterbelakangan sosial-ekonomi 4) menghilangkan penindasan dan

kekerasan

c Humanisasi

Humanisasi berasal dari kata Yunani humanitas berarti makhluk

manusia menjadi manusia Dalam bahasa inggris human berarti

manusia bersifat manusia humane berarti peramah orang penyayang

humanism berarti peri kemanusiaan Humanisasi (insaniyyah) artinya

memanusiakan manusia menghilangkan kebendaan ketergantungan

kekerasan dan kebencian dari manusia (MohRoqib 201184)

64

Indikator Humanisasi 1) menjaga persaudaraan meski berbeda

agama kayakinan status sosial dan tradisi 2) memandang seseorang

secara total 3) menghilangkan berbagai bentuk kekerasan 4)

membuang jauh sifat kebencian terhadap sesama

Ketiganya disebut visi profetik Untuk filsafat pendidikan profetik Unsur-

unsur profetik tersebut harus menjadi tema pendidikan Islam Setiap

pendidikan Islam harus menyertakan unsur transendensi Humanisasi plus

transendensi liberasi plus transendensi karena transendensi begitu sentral

4 Pengertian Pendidikan Profetik

Pendidikan profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan

nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam

sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal

(khairul ummah) Pendidikan profetik peserta didiknya dipersiapkan sebagai

individu sekaligus komunitas untuk itu standar keberhasilan pendidikan diukur

berdasarkan capaian yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasi

secara sosial (MohRoqib 2011 88)

Pendidikan profetik merupakan upaya sadar dalam proses transfer

pengetahuan dan nilai-nilai kenabian yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara

utuh dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Strategi pendidikan profetik sebagaimana Nabi dimulai keteladanan diri

dan bangunan keluarga ideal (maslahah) Pendidikan dalam perspektif profetik

memiliki dasar tradisi akademik dan kondusif sebagaimana Nabi membangun

65

tradisi Madinah (sunnah madaniyyah) atau sunnah nabawiyyah yang memiliki

daya kolektif untuk terus bergerak progresif secara kontinu dengan pilar

transendensi yang kuat berpengaruh pada seluruh dimensi dan sistem

kependidikan yang dalam kegiatan riilnya dibarengi dengan pilar humanisasi

atau membangun nilai kemanusiaan dan liberasi memupus berbagai hal yang

merusak kepribadian

Kompetensi pendidik atau guru dalam pendidikan profetik meliputi empat

hal yaitu kejujuran (sidq) tanggung jawab (amanah) komunikatif (tabliq) dan

cerdas (fatanah) Pendidikan Profetik secara faktual berusaha menghadirkan

nilai kenabian dalam konteks kekinian Secara skematis bagaimana

epistemologi model integrasi dan koneksitas serta pola bangunan profetik

5 Tujuan Pendidikan Profetik

Tujuan pendidikan ada tujuan akhir ultimate goals immediate goals dan

tujuan khusus Semua tujuan tersebut harus berjalan dan berhubungan dengan

berbagai sistem sebab akibat hukum-hukum material dan keharmonisan

kehidupan praktis duniawi Di dalam pendidikan Islam tujuannya adalah

membentuk kepribadian muslim paripurna (kaffah) yang memiliki indikator

kemandirian multi kecerdasan dan kratif dinamis sehingga mampu memberi

rahmat bagi alam

Tujuan pendidikan profetik sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Pertama

prinsip integrasi (tauhid) yang memandang adanya wujud kesatuan dunia-

66

akhirat Karena itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk

mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat

Kedua prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari

prinsip integrasi Keseimbangan antara muatan rohaniah dan jasmaniah antara

ilmu murni dan terapan antara teori dan praktek antara nilai yang menyangkut

akidah syariah dan akhlak

Ketiga prinsip persamaan dan kebebasan Prinsip ini dikembangkan dari

nilai tauhid bahwa Tuhan adalah Esa oleh karenanya setiap individu bahkan

semua makhluk adalah dari pencipta yang sama

Keempat prinsip kontinuitas dan berkelanjutan Dari prinsip ini dikenal

konsep pendidikan seumur hidup (life long education) Sebab dalam Islam

belajar adalah suatu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir

Sebagaimana ulama salaf berkata (HAMKhon 2014 145)

ldquoCarilah ilmu dari ayunan sampai lubang kuburrdquo

Kelima prinsip kemaslahatan dan keumatan Ruh tauhid apabila menyebar

dalam sistem moral akhlak kepada Allah dengan kebersihan hati dan

kepercayaan yang jauh dari kotoran akan memiliki daya juang untuk membela

hal-hal yang maslahah atau berguna bagi kehidupan

6 Materi Pendidikan Profetik

Materi pelajaran kurikulum dan silabus dalam pendidikan profetik yang

diberikan pendidik harus ditata dan disusun sesuai dengan jenjang jenis dan

67

jalur pendidikan Sebagai software materi yang termuat dalam silabi

merupakan bentuk operasional yang menjabarkan konsep pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan

Minimal ada tiga prinsip dalam merancang materi pertama

pengembangan pendekatan religius kepada dan meliputi semua cabang ilmu

pengetahuan kedua isi pelajaran yang bersifat religius seharusnya bebas dari

ide dan materi yang jumud dan tak bermakna dan ketiga perencanaan dengan

memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor disebut sebagai tiga

prinsip kontinuitaskesinambungan sekuensi dan integrasi

Tujuan yang jelas mempermudah mengambil langkah operasional dalam

proses kependidikan termasuk penentuan materi Dalam perspektif pendidikan

profetik unsur religius yang transendental humanis dan liberal harus

berintegrasi dengan setiap cabang ilmu Dalam pengembangan materi yang

terdapat pada kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional Hal ini

menurut Noeng Muhadjir pendekatan proporsional tersebut diharapkan ada

integrasi pendekatan dalam penetapan suatu materi yang melibatkan

pendekatan akademik humanistik dan teknologi secara proporsional

Rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam II menuangkan

suatu pengorganisasian materi menjadi pengetahuan a perential dan b

acquired dua istilah yang dalam klasifikasi ilmu pengetahuan klasik dikenal

sebagai bdquoulum naqliyyah dan bdquoulum bdquoaqliyah (muktasabat) Rekomendasi ini

selengkapnya dilampirkan oleh Syed Ali Ashraf (MohRoqib 2011128)

68

Khusus mengenai pengorganisasian itu adalah sebagai berikut Kelompok

I perenial (meliputi ilmu-ilmu abadi) meliputi 1 al-Qur‟an a) membaca

(qira‟at) menghafal (hifz)interpretasi (tafsir) b) sunnah c) sirah Nabi d)

tauhid e) Ushul Fiqh dan Fiqh f) bahasa Arab 2 Materi tambahan meliputi a)

filsafat Islam b) perbandingan agama c) Kebudayaan Islam

Kelompok II Asquired (muktasabat ilmu-ilmu hasil pencarian manusia)

1 Imajinatif a) Seni Islam dan Arsitektur b) Bahasa dan Sastra 2 Ilmu-ilmu

Intelektual a) Studi Sosial b) filsafat c) ekonomi d) ilmu politik e) sejarah f)

peradaban Islam g) ilmu bahasa h) Geografi i) sosiologi j) Psikologi dan i)

antopologi 3 Ilmu-Ilmu pengetahuan Alam (Teoritik) a) Filsafat Ilmu b)

Matematik c) Statistik d) fisika e) Kimia dan lain-lain 4 Ilmu-ilmu terapan

a) Rekayasa dan Teknologi b) Kedokteran c) Pertanian dan d) Kehutanan 5

Ilmu-ilmu Praktik a) Perdagangan b) Ilmu Administrasi c) Ilmu Perpustakaan

d) Ilmu Komunikasi

Sebagian masalah penting yang dihadapi dalam menetapkan materi adalah

masalah keusangan (absolescence) Keusangan menjadi persoalan dalam kaitan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Persoalan keusangan

lebih banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu pada kelompok kedua yakni ilmu hasil

pencarian manusia (acquired knowledges) (MohRoqib 2011130)

Persoalan penting yang perlu digaris bawahi dalam menetapkan materi dan

meyusun buku teks adalah bahwa ilmu-ilmu perenial (abadi) pada kelompok

pertama itu tetap menjadi inti kurikulum yang disusun dengan gradasi dan

sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan Hal lain yang

69

perlu diperhatikan adalah al-Qur‟an bukanlah teks sains melainkan kitab suci

yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya Al-Qur‟an berfungsi

sebagai prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadist

Nabi juga merupakan prinsip-prinsip pendidikan Islam Hal ini untuk

menghindarkan dari persoalan dikotomik ilmu pengetahuan yang muncul

dalam kurikulum termasuk dalam proses belajar mengajar

Mengakhiri tentang materi dalam paradigma profetik perlu dikemukakan

tentang nilai strategis membaca Materi untuk tingkat dasar adalah mengenal

huruf dan membaca teks Untuk tingkat menengah dapat dikembangkan materi

yang terkait dengan keterampilan atau strategi membaca cepat dan kreativitas

menulis Selanjutnya di perguruan tinggi dikembangkan materi teknik

memanfaatkan bahasa dan baca tulis untuk berkomunikasi efektif dan lobi

7 Pendidik Pendidikan Profetik

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan

karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah

ditentukan bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif

Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti

al-mulim (guru) al-mudarris (pengajar) al-muaddib (pendidik) dan al- walid

(orang tua) Dalam Islamm orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal Pertama

karena kodarat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya

70

Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu oranag yang berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya (Khoiron Rosyadi 2004172)

Proses pembelajaran memposisikan pendidik berperan besar dan strategis

Karena itu corak dan kualitas pendidikan profetik secara umum dapat diukur

dengan kualitas pendidiknya sebab dengan pendidik yang memiliki kualifikasi

tinggi diharapkan dapat menciptakan dan mendesain materi yang lebih dinamis

dan konstruktif mengatasi kelemahan materi dan subjek didiknya diantaranya

dengan menciptakan suasana yang kondusif dan strategi pembelajaran aktif

yang baik Dengan pendidik yang memiliki kualitas tinggi kompetensi lulusan

(output) pendidikan dapat dijamin sehingga mereka mampu mengelola potensi

diri mengembangkan kemandirian untuk menatap masa depan gemilang yang

sehat dan prospektif (MohRoqib 2011132)

Secara umum tugas pendidik ialah mengupayakan perkembangan seluruh

potensi subjek didik Pendidik bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia

juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri dengan semangat profetik Pendidik memiliki kedudukan sangat

terhormat karena tanggungjawabnya yang berat dan mulia

Seorang Pendidik membawa amanah Illahiyah untuk mencerdaskan

kehidupan umat dan membawanya taat beribadah dan berakhlak mulia Karena

tanggung jawabnya yang tinggi ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu

Syarat terpenting pendidik menurut Zakiah Daradjat adalah kepribadian utama

yang haus dimiliki oleh pendidik tersebut Kepribadian yang utuh meliputi

tingkah laku maupun tata bahasanya Sebab kepribadian pendidik akan mudah

71

diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya termasuk budi bahasanya Oleh

karena itu pendidik menurut Imam Zarnuji seharusnya seorang yang bdquoalim

wara‟ dan lebih tua usia (dan kedewasaanya)

Beberapa syarat kepribadian secara lengkap yang harus dimiliki oleh

pendidik agar ia bisa menjadi pendidik yang baik adalah 1) zuhud dan ikhlas

2) bersih lajir dan batin 3) pemaaf sabar dan mampu mengendalikan diri 4)

bersifat kebapakan dan keibuan 5) mengenal peserta didik dengan baik (baik

secara individual maupun kolektif) Pendidik ideal adalah pendidik yang pada

saat bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik (MuhRoqib 2011134)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul ambiya‟ seorang

pendidik harus yang baik shaleh yang merasa bahwa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang Muslim yang

baik yang akan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang

diajarkan Islam yang perbuatannya akan dijadikan teladan anak didiknya Prof

DR Hadari Nawawi (1983) mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu

mengadakan sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) didik dalam setiap

relasinya Jika antara keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam

kebersamaannya maka yang terjadi hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi

pendidikan

Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses seorang guru dianjurkan

untuk mempraktikkan hal-hal berikut (Muhammad jameel 200543)

a Mengucapkan salam

72

b Seorang guru tidak diperkenankan meminta muridnya berdiri pada saat ia

masuk kelas

Menunjukkan wajah yang penuh senyum Sebagaimana seperti yang

diajarkan Rosulullah SAW ldquoSenyummu di depan saudaramu adalah

sedekahrdquo (HR At-Tirmidzi)

c Seorang guru dianjurkan untuk memulai pelajaran dengan mengatakan

kalimat pembuka

d Seorang guru harus menggunakan kata-kata yang baik pada murid-

muridnya

e Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan yang dapat melukai

muridnya

f Seorang guru hendaknya memperingatkan murudnya yang menyibukkan

diri dengan hal lain yang menggangu jalannya pelajaran

g Seorang guru hendaknya mengatur pertanyaan yang diajukan para murid

saat mengikuti pelajaran

h Seorang guru hendaknya mempraktikkan etika Islam dengan tujuan untuk

mengajari para siswanya

i Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya

Syarat-syarat menjadi pendidik sukses sebaiknya guru dapat

1) Menguasai bidang pelajaran yang diasuh

2) Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan

3) Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan

4) Berperan sebagai pelanjut perjuangan para nabi

73

5) Memiliki keluhuran akhlak dan tingakt pendidikan dan kecerdasannya

6) Salaing membantu dengan sesama pendidik

7) Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama

8) Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur

9) Berhias diri dengan sifat sabar dalam setiap hal

Menurut Al-Abrasyi sifat-sifat pendidik dalam Islam sebagai berikut

a Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridloaan Allah semata

b Kebersihan

Seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan

bersih jiwa dan terhindar dari dosa besar

c Ikhlas dalam pekerjaan

d Pemaaf

e Harus mengetahui tabiat murid

8 Peserta didik Pendidikan Profetik

Peserta didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari

sistem kependidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Khoiron Rosyadi

2004192) Peserta didik dalam pendidikan profetik selalu terkait dengan

pandangan wahyu tentang hakikat manusia Secara substantif manusia

memiliki dua dimensi lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniyah) Manusia

sebagai makhluk allah di muka bumi diberi kelebihan-kelebihan dan

keistimewaan yang tidak diberikan kepada makhluk lain

74

Potensi yang dimiliki manusia bersifat kompleks yang pada pokoknya

terdiri dari ruh (roh) qalb (hati) bdquoaql (akal) dan nafs (jiwa) Potensi-potensi

itu bersifat rohaniyah dan mental-psikis Di samping itu manusia juga dibekali

potensi fisik-sensual berupa seperangkat panca indera yang berfungsi sebagai

instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di

lingkungannya Semua potensi tersebut bersifat mendidik dapat dan harus

dididik agar berkembang aktual (MohRoqib 2011134)

Selain itu perkembangan kepribadian peserta didik di samping ditentukan

oleh aspek dasar juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan)

Interdependensi antara dasar dan ajar dalam visi profetik tetap mengakui

eksistensi masing-masing dalam perkembangan kepribadian peserta didik Di

satu sisi fitrah merupakan konsep dasar lingkungan (pendidikan) dalam

membentuk corak kepribadian peserta didik

Dalam konteks pendidikan profetik setiap anak memiliki potensi positif

(fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia Allah telah menetapkan fitrah

setiap manusia sejak penciptaannya dan tidak ada perubahan pada fitrah Allah

itu Setiap manusia yang dilahirkan dalam fitrahnya dan akan lestari dan

berkembang jika diasah dan diasuh oleh lingkungan edukasinya

Fitrah yang dibawa anak sejak lahir memiliki sifat potensial memeelukan

upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi

faktual dan aktual Upaya memberikan prinsip-prinsip nilai amat penting untuk

membimbing dan mengarahkan pertumbuhan potensi manusia Peserta didik

harus terus mengembangkan potensi fitrahnya tersebut seumur hidup (life long

75

education) Bagi Noeng Muhadjir ilmu itu tetap berproses dan merupakan amal

yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia Sebab dalam

Islam pendidikan bernilai transendental tidak hanya berproses di dunia tetapi

tetap ada maknanya di akhirat

Hidup itu belajar Karena belajar manusia bermakna dalam hidupnya

Pendidik dalam mengajar terlebih dahulu harus mengenal subjek didik dengan

baik sehingga tidak ada pemaksaan kepadanya Pelajaran agar menarik peserta

didik harus disesuaikan dengan a kebutuhan jasmaniyah b kebutuhan sosial

c kebutuhan intelektual dan d kebutuhan religius Di samping itu juga

penciptaan lingkungan yang kondusif sangat penting artinya bagi proses

pendidikan sehingga anak dapat pelajar di mana dan kapan saja

9 Metode Pendidikan Profetik

Metode secara bahasa berearti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud atau cara mengajar dan lain sebagainya

dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dengan

menggunakan bentuk tertentu seperti ceramah diskusi penugasan dan lainnya

Metode pendidikan Profetik adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang

hakikat pendidikan profetik sebagai suprasistem (MohRoqib 2011138)

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalam

menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum Metode yang

tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstriksik sejalan

76

dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk

merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam

Menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak

dan relefansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam (HM Arifin

2011144)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang

hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi

tersebut

a Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya

semata

b Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alqur‟an

c Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran alqur‟an yang

disebut pahala dan siksaan

Dalam hubungannya dengan watak dan relevansinya ketiga aspek tersebut

merupakan dasar timbulnya pola pemikiran model-model proses belajar

mengajar Penelusuran yang analitis dalam alqur‟an akan menemukan

berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan

dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiap diri manusia

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru

untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode

kependidikan efektif san efisies

77

3) Pendidikan Islam mendorong guru untuk berikhtiar menghindarkan

pengaruh-pengaruh neatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-

program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita

Islami

4) Pendidikan Islam mengupayakan harmonisasi keserasian dan keselarasan

antara masukan instrumental dengan masukan environmental (pengaruh

lingkungan) dalam proses mancapai tujuan sehingga produk pendidikan

benar-benar sesuai dengan idealitas Islami

5) Pendidikan Islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar

mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak

didik

6) Pendidikan Islam dalam segala ikhtiarnya senantiasa berpegang teguh

pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi pda potensi

keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup

pribadi manusia muslim

Teknik berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu

sedang secara etimologi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus

atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran

atau aspek dalam wujud aktivitas strategi atau taktik dan bahan atau alat yang

terkait dengan pendukungnya Teknik merupakan cara operasional yang

diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran misalnya pembelajaran

aktif dengan teknik problem solving demonstrasi dan lainnya

78

Teknik Pendidikan Profetik adalah langkah-langkah kongkret pada waktu

seorang pendidik melaksanakan pendidikan di kelas Teknik merupakan

pengejawantahan dari metode Sedang metode merupakan penjabaran dari

asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Pendidikan Profetik

Tujuan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar

berdayaguna dan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

mengamalkan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menggairahkan

belajar peserta didik secara mantap sehingga proses pembelajaran menjadi

efektif dan efisien

Tugas utama metode pendidikan Profetik adalah mengadakan aplikasi

prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan

pendidikan dan terealisasinya melalui penyampaian keterangan dan

pengetahuan agar siswa mengetahui memahami menghayati dan meyakini

materi serta meningkatkan keterampilan olah pikir dan membuat perubahan

dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan sebagai dasar penggunaan

metode pendidikan Islam adalah dasar agamis biologis dan psikologis Pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara metode pendidikan Profetik dengan

pendidikan lain Pembedanya hanya pada nilai spiritual dan mental yang

menyertai pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekkan Prinsip

dasar penggunaan metode pendidikan Profetik adalah

a Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia

dengan Allah dan sesama makhluk

79

b Keterpaduan (integrative tauhid)

c Bertumpu pada kebenaran

d Kejujuran (sidq dan amanah)

e Keteladanan pendidik Ada kesatuan ilmu dan amal

f Berdasar pada nilai dan tetap berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah

budi utama

g Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak

h Sesuai dengan kebutuhan peserta didik

i Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian

j Proporsional dalam memberikan janji yang menggembirakan dan

ancaman untuk mendidik kedisiplinan

Pendidika Profetik juga dapat menggunakan metode yang disebut dengan

edutainment plus atau pendidikan yang menyenangkan dengan tanpa

meninggalkan hukuman jika dibutuhkan Edutainment plus merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan

proses pembelajaran yang rileks menyenangkan dan bebas dari tekanan baik

fisik maupun psikis (Khoiron Rosyadi 2004143)

Metode yang dipilih dan dilakasanakan oleh pendidik secara transenden

dibarengi dengan rasa tulus ikhlas sehingga peserta didik tergugah semangat

dan gerak edukatifnyadengan rasa senang dan nyaman Siraman nilai spiritual

yang berdimensi liberasi dan humanis akan memberikan sisi sentuh yang kuat

untuk berbuat demi kemanfaatan mereka dan lingkungannya

80

10 Media Pendidikan Profetik

Alat-alat pendidikan seringkali disebut dengan peralatan pendidikan yang

terkadang rancu dengan media pendidikan Alat (device) bisa disebut dengan

istilah hardware atau perangkat keras digunakan untuk menyampaikan pesan

Bahan atau software perangkat lunak di dalamnya terkandung pesan-pesan

yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji atau tanpa alat penyaji

Kedua-duanya ini bahan dan alat atau hardware dan software tidak lain adalah

media pendidikan (MohRoqib 2011146)

Secara definitif media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari si pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa demikian rupa

sehingga proses belajar terjadi Sumber belajar tidak hanya guru tetapi bisa

juga jenis pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima

oleh siswapeserta latihan Pesan-pesan yang dituangkan oleh guru terdapat

dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata lesan atau tertulis) mauoun

non verbal atau visual Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol

komunikasi itu disebut encoding Sedang proses penafsiran simbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis fisik

kultural dan lingkungan Dalam pendidikan profetik secara historis telah

diketahui bahwa alat belajar tulis dan baca telah lama ada pada masa nabi dan

diajarkan dikalangan sahabat dan sudah pula memakai peralatan dan media

81

pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya Pada masa sekarang

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sudah terasa

sangat mendesak dalam pengajaran perlu menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan itu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology) atau ICT dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

pendidik dalam melakukan proses pendidikan Tetapi apabila alat pendidikan

diperankan lebih dominan dari guru atau guru telah kalah pengaruh dalam

membentuk kepribadian subjek didik maka tidak mustahil sifat teknologi yang

statis dan rutin tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk kepribadian

subjek didik Semua media dikembangkan guna kemaslahatan kebaikan dan

kelestarian alam semesta memanfaatkan media untuk kemaslahatan umat juga

merupakan Ijtihad (MohRoqib 2011148-149)

11 Evaluasi Pendidikan Profetik

Dalam proses pendidikan Islam tujuan merupakan sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan proses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam Dengan memperhatikan kekhususan tugas

pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik

nilai-nilai Agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk

melalui proses itu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai

pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui

proses evaluasi (HM Arifin 2011162)

82

Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap

tingkah laku anak didik berdasarkan perhitungan yang bersifat komprehensif

dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-psikologis

Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat

kemampuan dasar anak didik yaitu

a Sikap dan pengalaman pribadinya hubungannya dengan Tuhan

b Sikap dan pengalaman dirinya hubunganya dengan masyarakat

c Sikap dan pengalaman kehidupannya hubungannya dengan alam sekitar

d Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan

selaku anggota masyarakat serta selaku Kholifah di muka bumi

Evaluasi diperlukan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan Dari

aspek proses apakah prosesnya sesuai dengan konsep pendidikan profetik yang

meliputi apresiasi terhadap tujuan muatan materi perilaku dan kualitas

pendidik pandangan dan perlakuan terhadap peserta didik penggunaan metode

dan media pembelajaran

Dari sisi hasil sandar keberhasilan pendidikan terletak pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan Tujuan pokok menengah dan akhir Tujuan

jangka pendek berupa kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan tujuan

jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat Kedua tujuan tersebut dapat

dilihat dari penguasaan keterampilan dan akhlak yang mulia Tolak ukur yang

mudah diketahui adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku keseharian ini disebut dengan akhlak Misi kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia Evaluasi pendidikan profetik selain

83

mengukur dan menilai tentang kualitas pemahaman penguasaan kecerdasan

dan keterampilan juga mengukur dan menilai nilai moral dan akhlak peserta

didik Akhlak yang berdimensi Tauhid hubungan kepada Allah (hablu min

Allah) hubungan terhadap sesama manusia (hablun min an-nas) dan

hubungan dengan alam untuk memberikan rahmat bagi alam semesta

(rahmatan li al-bdquoalamin) sebagai pemakmur bumi (khalifah fi al-ard) Menjaga

hubungan kepada Tuhan dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang

lain beribadah sesuai dengan agamanya merupaka akhlak profetik (MohRoqib

2011150)

Proses dan hasil yang beragam menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik dengan menggunakan tes maupun non tes Akhlak selain bisa dievaluasi

melalui tes juga non tes seperti dari catatan harian yang memuat ibadah

pergaulan peserta didik dalam keluarga dengan tetangga dan masyarakat juga

aktivitas lain yang positif untuk kemaslahatan umum dan kemanusiaan

C KONTEKSTUALISASI PENDIDIKAN PROFETIK

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoir Ummah)

Pemikiran pendidikan dalam paradigma profetik dengan ketiga pilar yang

telah disebutkan sebelumnya diharapkan bisa diartikulasikan dan

aktualisasikan dalam praktik pengembangan Pendidikan Islam Untuk

memberikan gambaran akan praktik yang diharapkan diperlukan desain

terlebih dahulu tentang model ldquokomunitas idealrdquo yang dalam bahasa Al-Qur‟an

disebut ldquokhoiru al-ummahrdquo

84

Sebagaimana telah disebutkan bahwa pendidikan profetik dengan dasar

tradisi atau sunnah baik dengan pilar transendensi humanisasi dan liberalisasi

secara otomatis membangun peserta didik anggota masyarakat secara kolektif

bukan hanya sebagai individu-individu Tentang khoir al-ummah disebutkan

dalam al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110 dan ayat ini menjadi rujukan untuk

pendidikan profetik

Artinya ldquoKamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allahrdquo QS Ali Imron (3) 110

Khoir al-Ummah juga berarti kelompok atau komunitas terbaik dan

manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain Umat secara umum menunjuk

pada semua mahkluk sedang kata umat ideal adalah komunitas sosial yang

dinamis yang bergerak sesuai dengan orientasi dan visi yang jelas di bawah

kepemimpinan yang bijaksana Kata Khoir al-Ummah yang diikuti tiga kata

dibelangkangnya yaitu amar ma‟ruf (humanisasi) nahi mungkar (liberasi) dan

iman kepada Allah (transendgvbensi) Jika dikaitkan dengan hal tersebut maka

pendidikan profetik harus dibangun berdasarkan empat syarat dan tiga pilar

Yaitu komunitas visi gerak dinamis dan kepemimpinan (Muh Roqib

2011155)

2 Pendidikan Profetik untuk pengembangan kebudayaan

85

Desain dari pendidikan profetik ini juga memanfaatkan dasar

pengembangan kebudayaan yang digerakkan melalui penguatan pada aspek-

aspek subjektif atau objektif budaya Penguatan dapat dilakukan dengan

memberikan stimulasi Setelah lebih jelas tentang format dan desain

pendidikan profetik dengan empat syarat dasar dan pilarnya serta aksi yang

didasarkan pada pemanfaatan tradisi dan budaya yang dikembangkan

diharapkan konsep pendidikan ini mampu mengilhami perkembangan pola

pendidikan baru sebagai alternatif

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan

Diantara beberapa model pendidikan yang memiliki potensi kuat untuk

dikembangkan dengan paradigma pendidikan profetik ini adalah

a Pendidikan Sosial-kebudayaan Homeschooling

Khair al-ummah komunitas ideal tidak akan terwujud tanpa

pemerataan pendidikan Sebagaimana yang banyak disebutkan pernyataan

ldquoorang miskin dilarang sekolahrdquo atau ldquoorang miskin dilarang sakitrdquo

merupakan identitas sosial yang harus segera digeser dan dirubah dengan

pendidikan profetik Pendidikan profetik dalam artian ini adalah

pendidikan kerakyatan

Agar program ini faktual dan aktual maka program pendidikan

yang dilakukan harus memanfaatkan potensi lokal Jika mendasarkan

pemikiran pada pencarian potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam

pengembangan pendidikan profetik homeschooling menjadi alternatif

jawabannya Persekolahan di rumah merupakan model pendidikan tertua

86

di nusantara Fokus dalam pendidikan sebaiknya difokuskan pada

pengembangan potensi dasar yang memungkinkan anak mampu

mengembangkannya secara mandiri lebih baik dan manusiawi Fokus itu

terutama adalah kemampuan bahasa metode perfikir dan pembentukan

kepribadian

Jika fokus ini yang menjadi orientasi dasar pendidikan maka setiap

lembaga atau komunitas terkecil kependidikan bisa berkompetensi secara

terbuka Pada wilayah kebijakan seperti ini homeschooling memiliki posisi

yang setara dengan pendidikan lain Persekolahan di rumah merupakan

pendidikan alternatif yang ditawarkan setelah mencerna bahwa pendidikan

saat ini diakui kurang efektif dan efisien

Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara

at home Dengan pendekatan ini anak akan merasa nyaman bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing kapan dan di mana saja

Pengembangan persekolahan di rumah ini bisa menunjang pelaksanaan

konsep pendidikan seumur hidup life long education Pendidikan dari

masa kanak-kanak sampai masa tua Terlepas dari pendidikan

persekolahan tersebut pendidikan dalam keluarga memiliki fungsi

strategis untuk pengembangan potensial secara utuh

Homeschooling yang didesain dalam perspektif pendidikan

profetik di antaranya harus memperhatikan tentang

87

1) Tujuan pendidikan yang dikembangkan hendaknya menyiapkan

peserta didik agar memiliki kemandirian dan potensi kreatif dalam

hidupnya

2) Memperhatikan potensi dan bakat anak

3) Pemikiran filosofis yang disampaikan kepada anak berparadigma

profetik yang bertumpu pada gerak dan tindakan

4) Orang tua yang berfungsi sebagai guru harus memberikan penekanan

terhadap pemahaman keagamaan yang integratif dan komprehensif

5) Budaya tradisi dan gaya hidup dalam keluarga dikondisikan agar

anak sebagai peserta didik

b Pendidikan Profetik Inklusif-multikultural

Pendidikan multikultural dapat dikembangkan dengan pemanfaatan

potensi seni dan budaya lokal Islam harus dihayati sampai kepada makna

dan ruhnya Penghayatan sampai makna seperti ini menuntu sebuah

perombakan kurikulum dalam pendidikan Sebab pendidikan yang berhasi

mencapai tujuan diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang mampu

menghargai keberbadaan dan keragaman kultur (multikultural)

Pendidikan multikultural dikembangkan untuk menjawab

kegelisahan terhadap pemahaman mengenai pluralitas yang sempit

Kaitanya dengan soal pluralisme penting untuk digaris bawahi bahwa

multikuturalisme itu berbeda dengan pluralisme Pluralisme hanya sebuah

pengakuan terhadap keberagaman tentang kemajemukan atau kebhinekaan

Sonia Neito mengartikan pendidikan multikulturalisme lebih praktis dalam

88

karyanya Language Culture dan Teaching (2002) Ia mendefinisikan

pendidikan multikulturalisme sebagai proses pendidikan yang menentang

bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat bisa diterapkan oleh

peserta didik komunitas mereka dan para pendidik Pendidikan

multikultural di indonesia menurut Anita Lie menghadapi tiga tantangan

yaitu pertama fenomena homogenisasi dunia pendidikan akibat tarik ulur

keunggulan dan keterjangkauan Yang kedua kurikulum Ketiga

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran multikultural (Muh

Roqib 2011174)

Fokus dari pendidikan multikultural adalah pada kecerdasan siswa

yang menguasai ilmu dan menyelesaikan masalah tetapi dengan dasar

moral yang menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar

belakang yang berbeda Pendidikan multikulturalisme dalam paradigma

profetik menempatkan dasar transendensi humanisasi dan liberasi untuk

menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan

secara teologis di hadapan Tuhan saling menghargai sebagai sesama

manusia dan saling membangun kebersamaan dalam menegakkan keadilan

melawan diskriminasi dalam bentuk apapun

c Pendidikan Profetik Integratif-interkonektif

Kebutuhan hidup manusia amat banyak dan beragam Pengetahuan

saja tidak cukup untuk membuat hidup manusia menjadi tentram dan

bahagia Pemahaman akan hukum alam sosial dan teologis memerlukan

paket materi pelajaran yang holistik dan komprehensif Ika Dewi Ana

89

dengan mengutip berbagai sumber mengungkapkan tentang krisis kearifan

dalam pendidikan diantaranya karena perlakuan lembaga pendidikan tidak

tepat terhadap ilmu pengetahuan (Muh Roqib 2011179)

Pendidikan intregratif merupakan bagian dari aplikasi pendidikan

profetik dalam artian pendidikan profetik tidak akan berjalan tanpa

membangun pendidikan yang integratif Integratif dalam teori desain

sistem pelaksanaan dan integratif dalam kelembagaan Integratif dalam

arti jejaring antar lembaga adalah berwujud kerjasama untuk

melaksanakan program bersama untuk menyiapkan media pendidikan dan

pelayanan prima tanpa pembebanan pada peserta didik secara sosial dan

ekonomi Dari aspek kelembagaan konsep pendidikan profetik adalah

mengintegrasikan ilmu (kurikulum) kebijakan dan kelembagaannya

d Pendidikan Profetik berdasarkan Filsafat Gerak-Kreatif

Filsafat profetik dalam rangka pemikiran Iqbal didasari oleh filsafat

gerak Tuhan mewajibkan hambanya untuk beribadah berarti ada

keniscayaan baginya untuk bergerak dinamis sebagaimana hukum alam

yang selalu bergerak sesuai kehendak-Nya Dalam sifat Nabi ada sifat

fatanah kecerdasan yaitu gerak kreatif yang dimiliki oleh seseorang

untuk merespon secara proaktif kondisi alam dan manusia untuk mengatasi

berbagai problem dan untuk meningkatkan peradaban umat manusia

Kreativitas ini adalah kelanjutan dari keimanan dan peribadatan

kepada Allah yang selanjutnya adalah melakukan upaya agar kebutuhan

primer seperti makan dan keamanan bisa dipenuhi dan kemudian

90

ditingkatkan menjadi kesejahteraan dan ketenangan hidup Menurut Noeng

Muhadjir kreativitas bagi manusia berfungsi sebagai unsur pembeda dari

makhluk lainya dan merupakan fungsi pendidikan yaitu menumbuhkan

kreativitas meyiapkan tenaga produktif pelestarian dan pengembangan

nilai Terkait dengan ini Noeng merincinya menjadi lima yaitu kreativitas

rasional kreativitas rekayasa kreativitas estetik kreativitas moral dan

kreativitas sosial Daya gerak dan perbaikan nilai kemanusiaan tidak akan

tercapai tanpa pengembangan kreativitas Pendidikan progresif

menyediakan ruang kreativitas yang menyenangkan dan humanis

Kreativitas dalam konteks profetik menjadi bagian dari aktualisasi amal

Shalih (Muh Roqib 2011184)

e Pendidikan Pofetik Menyenangkan-mendisiplinkan (Edutainment

Plus)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tradisi pendidikan

profetik harus melibatkan metode yang positif dan sesuai dengan kondisi

peserta didik Bagaimana pendidikan dapar memberikan peluang bagi

peserta didik untuk ldquogandrung ilmurdquo dan terus mengulang proses

pencarian ilmu karena metode yang dilakukan oleh pendidik begitu

menarik dan menyenangkan (MohRoqib 2011186)

Pendidikan profetik yang menyenangkan adalah pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak memberikan tekanan fisik maupun psikis

91

Sisi manfaat penggunaan desain pembelajaran yang berprespektif

edutainment Plus adalah

1) Membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa

lebih mudah

2) Mendesai pembelajaran dengan selipan humor dan permainan edukatif

untuk memperkuat pemahaman materi

3) Komunikasi menjadi efektif dan penuh dengan keakraban

4) Penyampaian materi pelajaran pada yang dibutuhkan dan

bermanfaatkan

5) Penyampaian materi sesuai dengan kemampuan peserta didik

6) Memberikan Reward dan hadiah sebagai motivasi untuk peserta didik

7) Pemberian sanksi atau hukuman secara edukatif dan proporsional jika

diperlukan untuk memantapkan kedisiplinan peserta didik

Penerapan edutainment puls dalam perspektif profetik sekali lagi

tetap tidak meninggalkan sama sekali terhadap hukuman jika diperlukan

untuk mendisiplinkan peserta didik

D PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penerapan pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan

nilai plus tersendiri pada proses pendidikan Islam Dengan adanya pemahaman

yang benr terhadap Islam maka akan menghasilkan paradigma Islam yang

integralistik atau menyeluruh Pendidikan agama Islam yang berparadigma

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi (Kuntowijoyo 200749) Berangkat dari nilai-

92

nilai yang sama dan dari sumber yang sama Integrasi terhadap terhadap Islam

dan ilmu akan semakin memperkuat keduanya Islam adalah ilmu dan ilmu

merupakan keharusan di dalam Islam Melalui pengintegrasian Islam dan ilmu

diharapkan adanya penyatuan antara wahyu tuhan dan pikiran manusia

Terdapat beberapa model dan paradigma pendidikan di Indonesia

diantaranya adalah model pendidikan tradisional dengan paradigma

ldquoIslamrdquonya dan pendidikan modern dengan paradigma sekulernya Tentu saja

masing-masing model pendidikan tersebut dengan paradigmanya masing-

masing memiliki muatan kurikulum dan orientasi yang juga berbeda

Referensi yang digunakan serta sikap yang dihasilkannya pun berbeda Model

pendidikan tradisional cenderung meletakkan agama dan akhirat sebagai

kurikulum dan orientasinya Pendidikan modern lebih kepada ilmu-ilmu umum

dan keduniawian sebagai muatan kurikulum dan orientasinya Eksklusif lebih

menjadi sikap pilihan model pendidikan tradisional jika dibandingkan liberal

yang menjadi sikap pendidikan modern Melalui pendidikan Islam profetik

masing-masing perbedaan yang terkesan berseberangan tersebut coba untuk

diintegrasikan sehingga menghasilkan model pendidikan yang berparadigma

integralistik serta lebih mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia

sebagai referensinya (Kuntowijoyo 200755) Dengan demikian orientasinya

tentu saja mengarah tidak hanya yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Kurikulum yang dibangun adalah kurikulum ilmu-ilmu agama dan umum

sehingga melahirkan sikap inklusif (Kuntowijoyo 200758)

93

Dalam upaya menciptakan masyarakat utama pendidikan menjadi salah

satu pilar utama di dalamnya Selain pendidikan yang merupakan integrasi

antara Islam dan ilmu sehingga melahirkan pendidikan yang bermutu maka ia

juga harus diinternalisasikan sekaligus diobjektifikasikan Kaitan antara

objektifikasi dan internalisasi adalah bahwa objektifikasi harus berangkat dari

internalisasi yang diinternalisasikan adalah nilai yaitu nilai-nilai Islam

(Kuntowijoyo 200761)

Pendidikan Islam profetik mensyaratkan adanya objektifikasi bukan

sekularisasi Objektifikasi menghendaki terhindarnya masyarakat dari dominasi

Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam profetik objektifikasi menghendaki

juga ketiadaan dominasi Islam terhadap masyarakat Melalui objektifikasi ini

masyarakat dari kelas manapun agama apapun kelompok manapun akan

dapat menerima konsep sistem dan mekanisme serta kurikulum pendidikan

Islam profetik yang dijalankan sebagai hal yang ldquowajarrdquo Hasil-hasil yang

dilahirkan selama proses di dalam pendidikan yaitu penggalian

pengakumulasian koleksi serta transformasi akan pengetahuan dianggap

sebagai aktualisasi terhadap nilai-nilai agama (ilmu agama) sekaligus nilai-nilai

dunia (ilmu dunia) secara wajar Objektifikasi adalah perbuatan dalam

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan yang juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikmatinya tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo 200763) Dalam konteks

pendidikan dapat dicontohkan melalui misalnya di dalam Islam orang yang

malas mencari ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang

94

membiarkan orang lain tetap berada di bawah penindasan orang lain adalah

musuh Tuhan maka hal itu dapat diobjektifikasikan melalui model dan

kurikulum pendidikan yang mengarahkan orang kepada perolehan ilmu

pengetahuan Ilmu yang dimiliki itu dapat menjadi alat baginya untuk melawan

penindasan yang selama ini terjadi kepadanya Pendidikan yang membebaskan

tersebut adalah objektifikasi dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 110

Letak perbedaan antara pendidikan profetik dan pendidikan Islam selama

ini adalah pada objektifikasinya Pendidikan Islam yang ada selama ini lebih

kepada Islamisasi atau doktrinisasi tetapi pendidikan Islam profetik lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya Dalam

pendidikan Islam profetik misalnya ajaran tentang menyantuni orang miskin

dan anak yatim tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja namun juga orang di

luar Islam Orang Islam dapat mempelajari itu orang di luar Islam pun sama

Wujud akhir yang nyata dari aktualisasi atau pelaksanaan terhadap nilai-nilai

Islam harus bisa dianggap wajar dan diterima oleh umum demikian halnya

dengan pendidikan Islam Jika pendidikan Islam dalam bentuk akhir dari

aktualisasinya dapat juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan itulah

pendidikan yang dibutuhkan pendidikan Islam profetik

Tujuan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Profetik tidak jauh beda

yaitu bersumber pada nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Di dalam pendidikan

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi Pendidikan agama Islam yang ada selama ini

95

lebih kepada Islamisasi atau doktrinasi sedangkan profetik lebih pada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Pendidikan profetik berbicara mengenai Idealita Realita dan Metode dalam

pendidikan Pendidikan profetik mencoba melakukan format pendidikan yang

bisa menggeser paradigma pendidikan yang kompetitif menjadi spirit

bersinergi contohnya saling melengkapi akan kebutuhan hidup masing-masing

Berbicara mengenai profetik adalah berbicara mengenai manusia tokoh idola

dan panutan Tapi tidak sekedar itu berbicara model yang menjadi panutan

untuk diikuti bukan karena kelebihan yang dimiliki model itu dan kemudian

melahirkan ldquokebanggaan pasifrdquo bagi yang mengetahuinya Makna profetik

lebih dari pada penilalian total akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang

dilakukannya Pendidikan yang dikembangkan oleh Nabi dilakukan secara

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan manusia tugas nabi yang

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak

dan amal sholeh atau bekerja secara profesional Sebagai pendidikan yang

bersifat utuh dan komprehensif maka pendidikan profetik dilakukan secara

utuh pula yaitu selain mengembangkan nalar juga mengembangkan potensi

hati dengan cara banyak berdzikir atau ingat Allah melakukan kegiatan ritual

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

Yollanda Vusvita Sari dalam kajian Education Center BEM UNY 2010

menulis bahwa pendidikan profetik tidak meniadakan akan suatu perbedaan

Namun yang dipermasalahkan adalah paham yang mengakui kebebasan dalam

berpendapat tanpa ada batas Konsep pendidikan profetik dalam pendidikan

96

agama Islam mengiyakan perbedaan akan tetapi harus ada keyakinan atau nilai

universal yang disepakati bersama Berbicara profetik adalah berbicara

orangnya (person) sedangkan ketika nilai ini menjadi kolektivitas sosial maka

akan menjadi masyarakat madani (Ummat) Pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara metode pendidikan profetik dengan pendidikan agama Islam

Pembedannya hanya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat

metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekan Metode yang dipilih dan

dilaksanakan oleh pendidik secara transenden dibarengi dengan rasa tulus

ikhlas dan cinta kasih sehingga peserta didik tergugah semangat dan gerak

edukatifnya Dalam media pendidikan profetik dan pendidikan agama Islam

yang digunakan masih sama secara penggunaan dan pemanfaatannya Yang

mana media ataupun alat yang diperankan jangan sampai lebih dominan dari

guru karena tidak mustahil sifat media pendidikan dan perkembangan

teknologi yang statis dan tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk

kepribadian subjek didik Pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam

bisa dilakukan dengan mendekatkan peserta didik pada tiga hal penting yaitu

Pendekatan pada kitab suci tempat ibadah dan para ulama‟nya

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk mengetahui

dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi kualitas pendidik dan

menilai serta mengukur moral dan akhlak dari peserta didik itu sendiri

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi

97

perkembangan peserta didik Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi

semua pihak Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja

kepala sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu

sebagai Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja Selain itu perlu

membenahi Niat Dalam pendidikan profetik niat memiliki posisi yang

strategis Sekalipun misalnya delapan standar pendidikan telah dipenuhi oleh

lembaga pendidikan manakala niat para pelaku pendidikan tidak benar maka

hasil pendidikan juga tidak akan maksimal Bahkan hasil pendidikan

sebenarnya lebih banyak tergantung pada niat itu Oleh karena itu ada dua hal

yang harus diperbaharui yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan

dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku

tenaga kependidikan Pendidikan harus dikembalikan pada watak aslinya yaitu

untuk mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa yang meraih derajat

unggul dalam aspek intelektual spiritual jiwa dan raganya serta akhlaknya

Dengan demikian mengimplementasikan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru

agama atau guru budi pekerti melainkan meupakan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

98

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehg peneliti diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari tata usaha SMP Negeri 4 Salatiga disebutkan bahwa

SMP Negeri 4 salatiga adalah lembaga pendidikan yang didirikan di kota

salatiga pada tahun 1979

Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga pada awal pendiriannya memiliki 2

lokal gedung terpisah Satu gedung berada di Jl Veteran sedang satunya

lagi berada di Jl Sumardi Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan

belajar mengajar tidak efektif Kemudian pada tahun 2007 karena telah

habisnya hak guna bangunan tanah milik pemerintah kota salatiga di

samping SMP Negeri 4 salatiga maka tanah tersebut kemudian dihibahkan

kepada SMP Negeri 4 salatiga yang saat ini telah berdiri bangunan baru

Maka dari itulah pada bulan November 2007 SMPN 4 salatiga baru

melokalisasikan sekolah menjadi satu tempat yakni di jl Patimura 47

Salatiga Telp (0298) 32678

2 Letak Geografis

a Alamat sekolah

SMPN 4 salatiga beralamat di Jl Patimura 47 Salatiga teleponfax

(0298) 326785

b Luas tanah

99

Luas tanah yang dimiliki SMPN 4 salatiga adalah sebesar 3883msup2 dan

tealah bersertifikat IMB

3 Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga

a Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik dan Iman Taqwa

3) Terwujudnya profile sekolah sebagai SMP favorit

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah kondusif dan asri

5) Terlaksananya program program SCS ( Study Club In School ) siswa

dan guru

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang santun etis dan berbudi

luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian kepemimpinan dan

perkaderan siswa

b Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

2) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran

interaktif aplikasi dan akselerasi

Unggul Prestasi santun berbudi tangguh berkompetisi Sadar

bertaqwa

100

3) Mengaktulaisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan

iman dan taqwa

4) Membudayakan sikap sportifitas dalam berkompetensi meraih prestasi

5) Melaksanakan program penataan sarana prasarana sesuai dengan site

plan jangka pendek menengah dan jangka panjang

6) Membiasakan percakapan bahasa inggris bagi seluruh warga sekolah

lewat kegiatan ekstrakurikuler

7) Mempraktikan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

8) Membudayakan santun dalam bicara cipta rasa dan karsa

9) Menyalurkan bakat dan potensi dengan barbagai kegiatan apresiasi

dan kompetisi

10) Menginsentifkan kegiatan organisasi kepemimpinan dan kader siswa

c Slogan

4 Struktur Organisasi Sekolah SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 salatiga sebuah lembaga pendidikan juga memiliki struktur

organisasi sebagai sistem penggerak dalam rangka mewujudkan visi dan

misi SMPN 4 Salatiga Di bawah ini adalah struktur organisasi SMPN 4

Salatiga

H E B A T

Harmoni ndash Etika ndash Bestari ndash Aktif ndash Taqwa

101

Tabel 31

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

102

Tabel 32

Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

1 Sumiyati 2 Idayati Hartini 3 Saimin 4 Agus widodo 5 Sri Iriyanti 6 Rejo 7 Eka Sulistyawati 8 Murniati 9 Rubiyanto 10 Nuzul Lusy

Anggraeni 11 Tri Budi Setyawan 12 Sutrisno

13 Agus Riyadi

TATA USAHA

103

5 Keadaan Guru Karyawan dan Siswa SMPN 4 Salatiga

a Keadaan Siswa SMPN 4 Salatiga

Secara keseluruhan jumlah siswa SMPN 4 Salatiga pada

tahun ajaran 20152016 berjumlah 655 di bawah ini adalah data

siswa SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

Tabel 33

Data siswa SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Kelas

jenis kelamin Agama jumlah

kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

104

b Keadaan Guru SMPN 4 Salatiga

Guru-guru SMPN 4 Salatiga merupakan tenaga pendidik

professional mereka mengajar sesuai dengan bidangnya masing-

masing Sebagian besar adalah lulusan Strata 1 (S1) bahkan ada

dari beberapa mereka telah bergelar Strata 2 (S2) Adapaun rincian

dari keadaan guru SMPN 4 Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 34

Data Guru SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Tabel 35

Data Kualifikasi Pendidikan Guru SMPN 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

105

c Keadaan Karyawan SMPN 4 Salatiga

Untuk membantu Kelancaran dalam segala kegiatan di

SMPN 4 Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan

yang berjumlah 43 Karyawan-karyawan tersebut mempunyai

tugas membantu semua kegiatan yang ada di SMPN 4 Salatiga

sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga segalanya dapat

berjalan dengan baik dan lancar Berikut ini adalah tabel daftar

karyawan di SMPN 4 Salatiga

Tabel 36

Daftar Karyawan SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian

inventaris kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

106

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

d Sarana dan Prasarana SMPN 4 Salatiga

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Salatiga

didukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai

sebagai salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) unggulan di

salatiga Adapun sarana yang dimiliki SMPN 4 Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 37

Data Sarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

107

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

Adapun prasarana yang dimiliki SMPN Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 38

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

108

e Situasi dan Kondisi SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 Salatiga merupakan sekolah umum lanjutan tingkat

pertama di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional

Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Salatiga dengan warga

sekolahnya berasal dari berbagai latar belakang status yang

berbeda baik status sosial ekonomi maupun agamanya Sekolah

bercorak plural ini memiliki situasi dan kondisi sekolah yang

sangat beragam hal ini terlihat dari begitu variasinya agama yang

dipeluk oleh setiap warga sekolah baik guru karyawan maupun

dari siswanya sebagaimana diuraikan dalam tabel-tabel

sebelumnya

Lingkungan sekolahnya merupakan lingkungan agamis karena

di dekat sekolah tersebut berdiri sebuah masjid dan sebuah gereja

sehingga memungkinkan warga sekolah dapat beribadah ke tempat

ibadah tersebut setiap saat Dalam event tertentu seperti ketika hala

bihala idhul Adha dan Natal sekolah tersebut sering mengadakan

kegiatan untuk memeriahkannya

Dengan situasi dan kondisi pluralitas di lingkungan sekolah

tersebut peraturan dan kebijakan sekolah juga dibuat berazaskan

pada prinsip persamaan tanpa adanya diskriminasi Semua warga

sekolah diberikan kesempatan dan kebebasan yang sama sesuai

dengan kewajiban dan haknya asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan yang telah ditetapkan sekolah dan peraturan dari

pemerintah contohnya penempatan siswa di kelas disama ratakan

109

sesuai kemampuan intelligence tanpa memandang status baik

sosial ekonomi maupun agamanya

f Ekstra Kurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pokokwajib yang

harus diikuti oleh setiap siswa Kegiatan ini diwujudkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dimana di

dalamnya terjadi hubungan interaksi antara pendidik dan peserta

didik

Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

dan waktu pelaksanaanya di luar jam belajar sehingga tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar yang bersifat intrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga bertujuan untuk

menambah wawasan pengalaman para siswa serta usaha

mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing

Terdapat satu program ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu

pramuka bagi kelas VII dengan harapan dapat melatih siswa hidup

secara mandiri disiplin dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat

Berikut ini adalah tabel kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

110

Tabel 39

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

Tabel 310

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

111

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

B Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan di SMP Negeri 4 Salatiga

tentang Implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah tersebut ada beberapa garis besar yang dapat

tergambarkan sebagai berikut

1 Hasil Penelitian

a) Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 4 salatiga oleh

peneliti ada beberapa implementasi pendidikan tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam beberapa

diantaranya dikemukakan oleh responden yaitu sebagai berikut

Implementasi Pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahnya menurut

kepala sekolah yaitu MN adalah

ldquoDalam penerapan tradisi profetik atau nilai-nilai kenabian

perlu adannya keteladanan yang dilakukan di lingkungan

sekolah Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang

112

penting untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik

atau kenabian yang di ajarkan melalui pembelajaran

maupun praktek merupakan proses tranformasi pendidikan

dan pengajaran Dengan adanya keteladanan dan

penananman nilai-nilai kenabian dapat membentuk pribadi

siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi Khairul

Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri

peserta didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau

keislaman juga kami terapkan dengan mengajak peserta

didik untuk saling tolong menolong antar sesama dengan

cara menyantuni anak yatim dan warga

miskin rdquo(Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa penanaman

pendidikan tradisi profetik kepada peserta didik dilakukan dengan

cara pembiasaan dan keteladanan seperti pembiasaan bersalaman

dengan guru saat siswa masuk gerbang sekolah pada pagi hari

shalat dhuhur berjamaah dan memberi keteladanan peserta didik

dengan saling menghormati tolong menolong dan toleran Di

setiap bulan Ramadhan siswa diajarkan untuk berzakat dan

bershodaqoh di sekolah yang mana perbuatan tersebut dapat

menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik serta penanaman

nilai-nilai keagamaan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim

113

Seperti apa yang diungkapkan kepala sekolah di atas HR

selaku Guru PAI senior di SMP Negeri 4 beliau dalam

mengimplementasikan pendidikan tradisi profetik melalui model

pembelajaran dan sistem evaluasinya

ldquoDalam penerapannya saya menekankan keteladanan

kepada peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian

di lingkungan sekolah yang selalu rutin dilakukan

contohnya ketika memasuki gerbang sekolah maupun saat

masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik

diwajibkan untuk bermusafahah dahulu kepada gurunya

Hal ini menjadikan peserta didik dapat berlaku hormat

kepada yang lebih tua Sebelum mulai pembelajaran

dibiasakan membaca Asmaul Husna bersama-sama Serta

adanya pembiasaan Sholat Dhuhur dan Jum‟at berjamaah di

sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

siswa Dalam beberapa pembelajaran peserta didik untuk

belajar langsung di masyarakat seperti contohnya ketika

ada materi tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya

dan mencari pengetahuan mengenai haji kepada tokoh

agama atau masyarakat yang sudah menunaikannya

Sehingga dengan begitu siswa akan lebih mengetahui dan

memahami materi karena mencari langsung dari sumbernya

Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik yang

dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didikrdquo(Wawancara

HR 110915)

Penerapan pendidikan tadisi profetik juga tercermin dalam

sistem evaluasinya

114

ldquoDalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah

berlangsung baik tes maupun nontes kami selalu menekan

pada segi afektif dan psikomotoriknya bukan berarti segi

kognitif tidak penting Setiap perilaku yang dilakukan di

dalam kelas sekolah maupun di luar sekolah pun menjadi

evaluasi bagi kami Dengan observasi maupun pengamatan

terhadap perilaku siswa menjadi peranan dalam evaluasi

pembelajaran tidak hanya itu kami juga berkoordinasi

dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-sama

dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat

materi sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat

Dhuhur dan Jum‟at bersama Orang tua siswa juga

melakukan evaluasi di luar sekolah yang mana setiap akhir

semester dilaporkan kepada kami Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan

peserta didik terhadap pembelajaran tetapi untuk menilai

dan mengukur moral dan akhlak serta untuk

menyempurnakan akhlakul karimah peserta

didikrdquo(Wawancara HR110915)

Bapak WD juga mengatakan bahwa implementasi

pendidikan tradisi profetik secara tidak langsung telah diterapkan

dalam proses pembelajaran

ldquoDalam pemberian materi pembelajaran biasanya siswa

akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya

Dengan menggunakan metode pembiasaan keteladan juga

dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat

membentuk akhlak dan moral siswa Melalui observasi

115

yang dilakukan oleh peserta didik langsung dan kemudian

dipadukan di kelas menjadikan peserta didik mudah

memahami dan menghayati materi yang dipelajari

Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan melalui

praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di

dalam perilaku keseharian semisal dengan guru memberi

amanah kepada siswa dan kemudian apakah siswa

menjalankan amanah yang diberikan oleh guru tersebut atau

tidak Proses kegiatan belajar mengajar yang kami lakukan

ditekankan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai

kenabian dan keislaman yang mana dalam setiap

penggunaan metode dan media pembelajaran

mengusahakan agar bagaimana siswa mampu memahami

dan menghayati secara langsung tujuan pembelajaran yang

diinginkan Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur

bagaimana penanaman dan pembentukan pribadi siswa

perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah dan di

rumah menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi hasil

pembelajar Maka tidak hanya guru Agama islam saja yang

membimbing maupun memberikan teladan tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-

samardquo(Wawancara WD120915)

Penggunaan studi kasus di lapangan yang digunakan dalam

beberapa proses pembelajaran dapat menumbuhkan dan

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman Misalnya

observasi langsung dengan para tokoh agama dan pelaku haji

116

dalam mengetahui dan memahami tentang haji dari syarat rukun

dan lainnya Pembiasaan membaca Asmaul Husna yang dilakukan

setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada Sang Pencipta (Observasi 090915)

b) Problematika dalam Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

masih ada beberapa hambatan dalam implementasinya yakni

masih kurangnya keteladanan dari guru sarana prasarana

kurangnya motivasi belajar tentang keagamaan dan kurangnya

dukungan dari pihak orang tua siswa Adapun solusi yang mereka

berikan adalah keteladanan dari seluruh tenagan pendidik maupun

kependidikan di sekolah peningkatan keilmuan atau wawasan

keagamaan peningkatan sarana dan prasarana buku penilaian

moral dan akhlak serta peningkatan mutu kualitas guru

Menurut kepala sekolah MN bahwa hambatan yang terjadi

dalam implementasi pendidikan tradisi profetik adalah

ldquoKurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu

hambatannya seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah

Kemudian masih lemahnya keteladanan dari guru maupun

tenaga kependidikan seperti masih ada yang merokok di

lingkungan sekolah yang masih dapat dilihat oleh siswardquo

(Wawancara MN100915)

117

MN mengatakan bahwa perlu adanya solusi untuk

menanggapi hal tersebut

ldquoPerlunya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan

penambahan area tempat ibadah maupun tempat khusus

untuk kegiatan keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk

memberikan suri tauladan yang bagi peserta didik serta

menjaga perilakurdquo (Wawancara MN100915)

Tidak jauh beda seperti apa yang dikemukakan oleh kepala

sekolah menurut HR hambatan yang terjadi ialah

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah dan lemahnya monitoring terhadap

siswa yang mana belum adanya kerjasama yang baik antar

guru maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama

memberikan teladan dan monitoring guna mengevaluasi

perkembangan peserta didik Dalam hal evaluasi

ketidakjujuran orang tua siswa dalam melaporkan perilaku

siswa ke guru yang bahkan membela siswa atau menutupi

kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang maksimal

dalam mengukur peserta didik Lemahnya motivasi belajar

tentang nilai-nilai kenabian dan keislaman menjadi salah

satu penghambat penanaman dan pembangunan moral dan

akhlak siswa Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai

agama di sekolah maupun di rumah menjadi hambatan

dalam penanaman dan pembentukan akhlakul

karimahrdquo(Wawancara HR110915)

HR mengungkapkan bahwa ada beberapa solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut

118

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun

tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-

nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan

keagamaan serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana

akan meningkatkan motivasi belajar keagamaan siswa

Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai agama dan

kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan

oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang

mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan

menjadikan peserta didik menjadi termotivasi dalam

menghayati serta mengamalkan apa yang telah diajarkan

sehingga proses pembangunan dan pembentukan akhlak

peserta didik lebih mudah tertanam dalam pribadi peserta

didik Pemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap

lingkungan di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik

lebih mengetahui memahami menghayati materi yang

diberikan yang mana secara tidak langsung akan

membentuk diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih ada

beberapa guru dan tenaga pendidik yang belum memberikan

keteladanan yang baik Masih seringnya bercanda antar guru atau

guyonan ada beberapa guru yang masih merokok di lingkungan

sekolah sehingga dilihat oleh peserta didik Ditambah kurangnya

motivasi belajar siswa dalam hal pendidikan keagamaan Maka

adannya kajian-kajian keislaman yang dilakukan Sie Kerohanian

119

Islam setiap jum‟atnya dapat menambah Hasanah Islamiyah pada

peserta didik dan menumbuhkan tingkat keagamaan siswa

Pembiasaan keteladanan yang dilakukan di lingkungan sekolah

seperti bersalaman dengan guru setiap masuk gerbang sekolah

membaca Asmaul Husna sebelum mulai pembelajaran dan sholat

dhuhur dan jum‟at berjamaah (Observasi 110915)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak WD bahwa

hambatan selama ini adalah

ldquoImplementasi pendidikan tradisi profetik akan menjadi

sulit manakala hanya guru PAI saja yang memberikan

teladan ataupun bimbingan Tradisi profetik yang mana

menanamkan dan membentuk peserta didik agar

mempunyai nilai-nilai kenabian dan keislaman perlu

didukung tidak hanya dari pembelajaran PAI saja tetapi

lingkungan sekolah serta seluruh tenaga kependidikan ikut

serta dalam pengimplementasiannya Masih adanya guru

laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan

yang merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi

hambatan dalam proses penanaman pendidikan profetik

Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh

guru maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya

penghayatan dan pengejawantahan terhadap nilai-nilai

profetik dalam kehidupan sehari-harirdquo(Wawancara

WD120915)

120

Dari adannya problematika tersebut maka solusi yang

diberikan oleh Bapak WD adalah

ldquoPembiasaan praktek-praktek sifat kenabian seperti bersifat

jujur dan amanah Penambahan keilmuan atau wawasan

keagamaan serta khasanah islamiyah dengan melakukan

kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik serta

tenega kependidikan lainnya Evaluasi secara langsung atau

mendadak perlu dilakukan untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa

yang sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara

bersama dari guru dan orang tua dalam memonitoring

perkembangan peserta didik dengan dibuat buku atau

laporan moral dan akhlakrdquo(Wawancara WD120915)

c) Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik menurut

Bapak MN adalah

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang

terlihat saat ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik

serta terbentuknya moral dan akhlak peserta didik Seperti

menghormati guru dan sesama teman Berkurangnya

kenakalan perilaku siswa yang terjadi karena suda tertanam

nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri peserta didik

Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu dhuhur

tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaahrdquo (Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa peserta didik

mempunyai rasa menghormati dan disiplin pada dirinya Ketika

121

ada pembelajaran kosong para peserta didik mencari guru tersebut

Ketika masuk ke ruang guru pun sudah membiasakan salam saat

sholat dhuhur tiba siswa sudah menempatkan diri untuk

mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk sholat berjamaah

(Observasi 140915)

HR mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam pembelajaran PAI adalah

ldquoMenumbuhkan tingkat keagamaan peserta didik serta

motivasi belajar keislaman Membawa hikmah bagi peserta

didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta

didik hal itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas

Menumbuhkan sifat saling menghormati menghargai dan

menolong Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada

diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Senada dengan apa yang diungkapkan HR hasil

implementasi pendidikan tradisi profetik menurut Bapak WD

adalah

ldquoPembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta

berkurangnya kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa Tumbuhya kesadaran siswa

untuk beribadah dan berbuat baik Menjadikan siswa suka

untuk ke tempat ibadah Menumbuhkan sikap toleransi dan

menghormati antar sesama Dengan adanya pembiasaan

keteladanan baik yang dilakukan menjadikan siswa akan

122

mengikuti hal tersebut dan akan berhati-hati dalam setiap

perilaku yang dilakukaannyardquo(Wawancara WD120915)

123

BAB IV

PEMBAHASAN

A Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Berdasarkan hasil pengamatan wawancara dan proses penelitian

secara keseluruhan di lapangan Penulis dapat menyimpulkan

implementasi pendididikan tradisi profetik yang terdapat dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 di Salatiga

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan

sekolah Penggunaan metode pembiasaan keteladanan demonstrasi studi

kasus di lapangan yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan

observasi langsung yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami

dan menghayati materi yang disampaikan membangun nilai-nilai profetik

dan keIslaman yang menginternal dalam individu peserta didik yang

terkatualisasi secara kehidupan sosial sehari-hari Seperti apa yang

diungkapkan Bapak Hari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4

Salatiga dalam wawancaranya pada hari Jum‟at 11 September 2015 di

ruang guru

Pendidikan tradisi profetik yang penekanannya pada penggunaan

metodologi objektifikasi dan integralisasi (Kuntowijoyo 200749)

Penananam nilai-nilai kenabian dan keIslaman kepada peserta didik

124

tercermin dari metode pengajaran dan sistem evaluasi yang dipakai serta

lingkungan sekolah yang mendukung Penanaman nilai tersebut

diharapkan dapat membentuk dan membangun moral dan akhlak siswa

sebagai Hamba Allah dan khoirul ummah Pembiasaan keteladanan dan

demonstrasi atau praktek langsung yang dilakukan oleh peserta didik

dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai

Adannya integrasi terhadap Islam dan ilmu yang dilakukan dilakukan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menjadikan masing-masing

perbedaan yang ada menjadi menyatu dan menyeluruh karena orientasinya

tidak hanya mengarah hal yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Adanya merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan

yang juga bersifat orang lain dapat menikmatinya tanpa harus menyetujui

nilai-nilai aslinya Misalnya di dalam Islam orang yang malas mencari

ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang membiarkan

orang lain tetap berada di bawah penindasan adalah orang yang tidak

disukai Tuhan Dengan adannya keteladanan dan pembiasaan tersebut

maka penanaman nilai-nilai kenabian akan mudah tertanam dalam diri

peserta didik

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan Kepala Sekolah

SMP Negeri 4 salatiga dan guru PAI SMP Negeri 4 Salatiga mengutip

dari hasil wawancara dengan MN dan HR yaitu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan pembiasaan keteladanan yaitu

bersalam sebelum masuk kelas dan membaca asmaul husna sebelum mulai

125

pelajaran Penggunaan metode studi kasus ataupun peserta didik meneliti

dan mencari sendiri materi yang diajarkan contohnya ketika materi Haji

peserta didik observasi dan wawancara langsung kepada pelaku haji

Adanya integrasi dan objektifikasi ini menjadikan siswa lebih memahami

dan menghayati apa yang dipelajari Tidak hanya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam saja dalam menanamkan nilai-nilai kenabian dan

keIslaman dalam lingkungan sekolah juga menanamkan nilai-nilai

tersebut dengan pembiasaan keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan

yang ada Dalam evaluasi yang dilakukan ditekankan pada moral dan

penyempurnaan akhlak atau pada sisi afektif dan psikomotoriknya dengan

tidak meninggalkan sisi kognitifnya Laporan evaluasi dari orang tua siswa

setiap akhir semester juga dapat membantu proses penanaman nilai-nilai

kenabian dan keIslaman

Hal yang diungkapkan oleh responden mengenai implementasi

pendidikan tradisi profetik dengan adanya pembiasaan keteladanan di

lingkungan sekolah serta metode observasi ataupun demonstrasi yang

menjadikan siswa dapat lebih menghayati dan mengamalkan apa yang

dipelajarinya dan adanya evaluasi proses pembentukan moral akhlak serta

penanaman nilai-nilai kenabian dan keIslaman seperti apa yang

dikonsepkan Moh Roqib pendidikan profetik sebagaimana nabi dimulai

dengan keteladanan diri dan bangunan keluarga ideal Pendidikan profetik

bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian

126

yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasikan secara sosial

atau dalam kehidupan sehari-hari (MohRoqib 201188)

Perilaku keteladan kolektif yang diberikan di lingkungan sekolah

adalah seperti ketika guru masuk kelas mengucapkan salam begitu juga

ketika masuk ke ruang guru dan TU Dari hasil observasi peneliti bahwa

dalam hal keteladanan yang diberikan adanya sikap saling membantu dan

toleran dari Kepala sekolah dengan karyawan dan tukang kebun pendidik

yang muda menghormati yang pendidik yang lebih tua para pendidik

berpenampilan rapi dan selalu memberikan contoh untuk datang tepat

waktu ketika saat pembelajaran Hal ini yang kemudian bisa dilihat dan

ditiru oleh para siswa Pendidik dan tenaga kependidikan lainya

memberikan contok keteladanan dalam berbicara bersikap dan berperilaku

Dalam pendidikan profetik tidak hanya cenderung pada hal yang

bersifat duniawi namun juga ukhrawinya Model pendidikan yang

berparadigma integralistik yang mengacu pada wahyu Tuhan dan akal

manusia tidak semata-mata hanya Islamisasi atau doktrinasi tetapi melalui

proses penghayatan yang menyeluruh dan perbuatan dalam merasionalkan

nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perilaku sehingga bukan karena

paksaan atau persetujuan yang diharuskan (Kuntowijoyo 200763)

Kesadaran yang timbul pada perilaku dan perbuatan peserta didik dalam

kehidupan dan secara sosialseperti apa yang diungkapkan Bapak Wildan

dan Bapak Munadzir dalam wawancaranya pada hari Sabtu 12 September

bahwa

127

ldquoDalam penerapannya saya menekankan pembiasaan kepada

peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah yang selalu rutin dilakukan Sebelum masuk kelas dan

memulai pelajaran murid bersalaman dengan guru terlebih dahulu

kemudian membaca Asmaul Husna bersama-sama Peserta didik

kemudian menerapkan salah satu makna Asmaul Husna dalam

kehidupan sehari-harinya Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba peserta

didik dengan sedirinya sudah bersiap-siap mengambil wudhu dan

menempatkan diri untuk sholat berjamaahrdquo

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk

mengetahui dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik

terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan menilai serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri Evaluasi yang dilakukan tidak hanya

dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh tenaga kependidikan serta orang

tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik dalam pendidikan

agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi semua pihak

Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja kepala

sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu sebagai

Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja (Yolanda 2010)

Seperti apa yang diungkapkan HR dalam hasil wawancara pada

Jumat 11 September 2015 mengatakan bahwa

128

ldquoDalam evaluasi yang telah berlangsung kami lakukan dalam

bentuk tes dan non tes Setiap perilaku yang dilakukan di kelas

sekolah maupun di luar sekolah kami lakukan evaluasi Kami guru

PAI dengan seluruh tenaga kependidikan dan semua pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan bekerja sama dalam melakukan

evaluasi Orang tua siswa juga melakukan evaluasi ketika di luar

sekolah yang mana setiap semester dilaporkan kepada kamirdquo

Jadi dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat pada tujuan pembelajaran

yang digunakan model pembelajaran inovasi pembelajaran dan evaluasi

pembelajarannya Pendidikan profetik menekan penggunaan metodologi

objektifikasi dan integralisasi bukan Islamisasi atau doktrinasi Tidak

hanya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melainkan

penerapan pendidikan profetik juga diaktualisasikan dalam proses

pendidikan yang dilakukan di sekolah Sehingga pengimplementasian

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti

melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di SMP Negeri 4 Salatiga

B Problematika Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

1 Hambatan implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

129

Problematika yang terjadi dalam implementasi pendidikan tradisi

profetik ini adalah masih belum relevannya konsep pendidikan profetik

dalam era transformatif seperti sekarang ini Model pendidikan tradisional

yang cenderung meletakkan akhirat saja sebagai orientasinya dan masih

ekslusif (Kuntowijoyo 200755) Kurangnya tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan juga menjadikan hasil pendidikan kurang

maksimal Strategi pendidikan profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Jika hal itu belum terlaksana akan menjadi

hambatan dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam khususnya

Sebagaimana yang diungkapkan responden HR dan WD dalam

wawancara yang peniliti lakukan masih terdapat hambatan dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana belum

adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik Masih

adanya guru laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan yang

merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi hambatan dalam

proses penanaman pendidikan profetik Kurangnya kelimuan atau

130

wawasan keagamaan dan Hasanah keIslaman yang dimiliki oleh

guru juga menjadi salah satu hambatannya Kurangnnya perhatian

terhadap nilai-nilai agama di sekolah maupun di rumah menjadi

hambatan dalam penanaman dan pembentukan akhlakul karimahrdquo

Hal itulah yang menjadikan hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik Pendidikan Islam selama ini hanya menekankan

doktrinasi sehingga peserta didik seakan-akan dipaksa dan harus

mengikuti Seharusnya dengan pembiasan dan keteladanan kolektif serta

kontinu dapat membangun dan membentuk nilai-nilai pofetik dan akhlakul

karimah pada internal pribadi peserta didik Masih kurangnya perhatian

terhadap nilai-nilai keagamaan serta masih minimnya keilmuan dan

hasanah keIslaman yang dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan lainya

di sekolah menjadikan minimnya keteladanan dan nilai-nilai profetik yang

tertanam pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam

Nilai-nilai profetik yang diaktualisasikan pada peserta didik tidak

hanya sebagai doktrinasi tetapi objektifikasi yang mana bisa dianggap

wajar dan diterima oleh umum Maksudnya adalah mengenai keadaan

yang sebenarnya Karena pendidikan profetik berbicara mengenai idealita

dan realita dalam pendidikan

Kurangnya hasil evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang telah

diajarkan dan terlalu menekankan pada hasil kognitifnya membuat

penerapan pendidikan profetik kurang maksimal Nilai-nilai kenabian dan

131

keIslaman yang terbangun dan terbentuk dalam moral dan akhlak peserta

didik belum terevaluasi Karena evaluasi pendidikan profetik tidak hanya

untuk mengukur dan mengetahui pemahaman maupun penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan peserta didik serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri (Moh Roqib 20111150)

Seperti apa yang dikatakan guru PAI dalam wawancara bahwa

dalam hal evaluasi masih belum maksimal dalam mengukur ataupun

menilai moral dan akhlak yang terbentuk pada peserta didik Hal ini terjadi

karena kurangnya peran tenaga pendidik lainya serta peran orang tua siswa

dalam memonitoring dan mengevaluasi peserta didik (Wawancara

110915)

2 Solusi implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka hal itu menjadi tanggung jawab

guru agama serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

Pendidikan tradisi profetik bukanlah Islamisasi atau doktrinasi tetapi lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya

Dalam wawancara dengan HR beliau mengungkapkan bahwa

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun tenaga

kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kenabian

132

terhadap diri siswa secara tidak langsung Perlunya peran orang tua

dalam pemberian pendidikan keagamaan serta pembiasaan ibadah

di rumah yang mana akan meningkatkan motivasi belajar

keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai

agama dan kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan oleh

guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang mana nanti pada

setiap akhir semester akan ada pelaporan Serta perlu adanya buku

akhlakmoralrdquo

Pendidikan tradisi profetik mensyaratkan adanya objektifikasi

bukan sekularisasi ataupun doktrinasi Maksudnya adalah perbuatan yang

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan dalam perbuatannya juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikimatinya tanpa harus

menyetujui nilai asalnya dan perbuatan yang dilakukannya bukanlah

paksaan Pengajaran mengenai keadaan sebenarnya yaitu idealita dan

realita dalam pendidikan Penanaman nilai-nilai kenabian yang

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan untuk mengembangkan

manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak dan amal

sholeh

Seperti apa yang diungkapkan guru PAI SMP Negeri 4 bahwa

ldquoPemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap lingkungan

di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik lebih mengetahui

memahami menghayati materi yang diberikan yang mana secara

133

tidak langsung akan membentuk diri peserta didik Memberikan

pembelajaran langsung kepada peserta didik untuk studi kasus

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernyardquo

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembiasaan

dan keteladan yang diberikan dapat mengembangkan dan membangun

emosional akhlak dan moral anak Dalam materi wudhu dan sholat

contohnya murid akan memahaminya dan akan tertanam dalam diri

peserta didik karena sudah ada pembiasaan dan keteladanan yaitu adannya

sholat dhuhur dan shalat Jum‟at berjamaah di sekolahan Dengan begitu

misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dapat tercapai

Dalam hal proses dan hasil menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik tes maupu non tes Maka seperti hasil wawancara dengan responden

mengungkapkan perlunya evaluasi dalam bentuk praktek langsung

ataupun penilaian dengan adanya buku akhlak Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti melainkan

merupakan tanggung jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan Dengan begitu penanaman misi dan nilai-nilai kenabian dapat

terbentuk pada diri peserta didik

134

C Hasil Implementasi pendidikan tradisi Profetik Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Dengan adanya pendidikan tradisi profetik dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak peserta didik Penerapan pendidikan

profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan nilai plus tersendiri

dalam proses pendidikan Islam Di dalam pendidik profetik dalam

penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu integralisasi dan

objektifikasi Pendidikan yang selama ini cenderung kepada Islamisasi

atau doktrinasi sedangkan pendidikan profetik lebih kepada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka dengan adanya pembiasaan dan

keteladaan kolektif akan membentuk moral dan akhlak siswa Penanaman

misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang tercermin dalam pembelajaran

serta keteladanan dapat tumbuh dalam diri peserta didik

Sebagaiamana yang diungkapkan Kepala Sekolah SMP Negeri 4

dalam wawancaranya

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang jelas terlihat

adalah terciptannya kedisiplinan dan terbangunnya akhlakul

karimah pada peserta didik Tumbuhnya tingkat keagamaan atau

cinta akan ibadah pada peserta didikrdquo

135

Pendidikan profetik membawa misi dan nilai-nilai kenabian untuk

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional

akhlak dan amal sholeh Pendidikan profetik lebih dari pada penilaian total

akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya Maka adanya

pembiasaan dan keteladan kolektif yang dilakukan dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak siswa Dalam proses pembelajaran pun

ditekankan pada aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga siswa tidak

hanya mengetahui atau memahaminya saja tetapi menghayati dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Senada dengan apa yang diungkapkan HR dalam wawancaranya

bahwa

ldquoDalam pembelajaran PAI lebih kami tekankan pada pembangunan

dan pembentukan moral dan akhlak peserta didik Dalam beberapa

pembelajaran peserta didik kami beri tugas untuk mencari materi

langsung di masyarakat seperti ketika materi haji atau qurban

Peserta didik diminta untuk bertanya langsung dengan pelaku atau

tokoh agama setempat mengenai materi yang diberikan Sehingga

dengan begitu peserta didik akan lebih mengetahui mamahami dan

menghayati karena mencari materi langsung dari sumbernyardquo

Dari pengamatan yang peneliti alami hal tersebut juga tercermin

dalam hal ibadah ketika wudhu dan shalat dhuhur berjamaah Peserta didik

sudah mempunyai kesadaran beribadah Ketika waktu shalat tiba peserta

136

sudah mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah di sekolahan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik yang terjadi di SMP Negeri 4

Salatiga dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan kesadaran diri akan

cinta ibadah yang mana hal ini tercermin pada perilaku peserta didik

dimana disaat waktu shalat dhuhur tiba peserta didik sudah

mempersiapkan diri untuk mengambil air wudhu dan menempatkan diri

untuk melakukan Shalat Dhuhur berjamaah di lapangan sekolah

Adannya keteladanan kolektif yang diberikan oleh guru dan

tenaga kependidikan lainya di lingkungan sekolah akan dapat membentuk

dan mengembangkan akhlak dan moral siswa Hasil dari keteladanan

tersebut adalah terbentuknya sikap menghormati dan toleran pada diri

siswa juga tercermin ketika siswa bertemu dengan gurunya setiap pagi

para siswa bersalaman dengan kepala sekolah dan guru Sikap saling

menghargai antar siswa yang berbeda agama terlihat ketika para siswa

bergaul dan saing menghormati ketika para siswa muslim sedang

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah begitu pula sebaliknya

Terbentuknya moral dan akhlak siswa merupakan hasil penanaman misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat mengembangkan intelektual

emosional akhlak dan moral peserta didik secara utuh Walaupun masih

terdapat hambatan-hambatan dalam penerapannya guru agama atau guru

budi pekerti serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan tetap

137

berusaha secara bersama-sama untuk mendidik membangun dan

membentuk siswa yang berakhlakul karimah

138

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah membaca menelaah data dan membaca teori tentang

implementasi pendidikan profetik problematikan implementasi

pendidikan tradisi profetik dan hasil implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

Salatiga maka peneliti menyimpulkan beberapa hal yang penting sebagai

berikut

1 Berdasarkan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan

berkaitan tentang implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negri 4 Salatiga bahwa

penerapan pendidikan profetik terdapat dalam proses pembelajaran

dengan objektifikasi bukan doktrinasi pembiasaan dan keteladanan

kolektif inovasi penggunaan metode dan sistem evaluasi

2 Implementasi pendidikan profetik belum bisa maksimal mengingat

masih ada beberapa hambatan dalam penerapannya diantaranya yaitu

belum adanya relevansi konsep pendidikan profetik dalam era

transformatif kurangnya inovasi metode dan evaluasi yang digunakan

oleh pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

Walaupun ada beberapa hambatan terdapat beberapa solusi yang

dilakukan dalam meminimalkan hambatan tersebut yaitu dengan

melakukan pembiasaan dan keteladanan kolektif Lebih menekankan

139

pada objektifikasi atau keadaan yang sebenarnya dalam metodologi

pembelajarannya bukan doktrinasi

3 Hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4 salatiga

diantaranya adalah dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan

kesadaran diri akan cinta ibadah terbentuknya sikap menghormati dan

toleran pada diri siswa membangun moral dan akhlak siswa

penanaman misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat

mengembangkan intelektual emosional akhlak dan moral peserta

didik secara utuh

B Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis

mengajukan beberapa saran-saran yang mungkin bisa diterapkan atau

menjadi proyeksi kedepan dalam perkembangan pembelajaran

pendidikan agama islam bahwa pendidikan sekarang perlu

menekankan pembangunan dan pembentukan moral dan akhlak peserta

didik Melihat kondisi masih lemahnya moral dan akhlak pada era

modern saat ini Maka salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut

dan membentuk moral dan akhlakul karimah salah satunya dengan

pendidikan tradisi profetik Maka kami mamberikan saran sebagai

berikut

1 Perlu adanya satu konsep pendidikan tradisi profetik yang lebih

jelas dan relevan pada era transformatif saat ini jika perlu

140

dirancang dan dibuat kurikulum yang berbasis pada misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian Model pendidikan agama

islam yang selama ini ada masih tradisional yang cenderung

meletakkan agama dan akhirat sebagai kurikulum dan

orientasinya Dan biasanya lebih eksklusif Perlunya model

pendidikan yang berparadigma integralistik serta lebih

mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia sebagai

referensinya Dengan demikian orientasinya tentu saja

mengarah tidak hanya bersifat duniawi namun juga ukhrawi

2 Perlunya inovasi-inovasi baru pada model pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran dalam penanaman misi dan nilai-nilai

kenabian Adanya penekanan lebih pada aspek afektif dan

psikomotorik yang dapat membangun dan membentuk moral

serta akhlak peserta didik Karena yang terjadi saat ini hanya

lebih menekankan pada aspek kognitif saja

3 Untuk para guru dan tenaga kependidikan lainya harus mampu

memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik di

lingkungan sekolah karena guru merupakan ujung tombak

dalam pembentukan moral dan akhlak serta keberhasilan proses

belajar anak Dalam proses pendidikan profetik yang dilakukan

harus mengutamakan kepentingan pembentukan moral dan

akhlak peserta didik dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan

Hadist

141

4 Peran serta dari orang tua dalam proses belajar dan

pembentukan akhlak serta emosional peserta didik sangat

dibutuhkan Sekolah seyogyanya melibatkan orang tua dalam

proses pendidikan Maka diperlukan hubungan kemitraan

antara sekolah orang tua dan masyarakat yang diharapkan

mampu menjamin keberhasilan pendidikan tradisi profetik pada

peserta didik

5 Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama harus mampu

mengakomodir serta mampu membentuk tim khusus yang

fokus pada ranah pendidikan profetik Sehingga konsep

pendidikan profetik dan misi kenabian dapat

diimplementasikan

142

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey H Bakran 2005 Propethic intelligence menumbuhkan potensi

hakiki insani melalui pengembangan kesehatan nurani Yogyakarta

Islamika

Arief Armai2007 Reformasi Pendidikan Islam Ciputat CRSD Press

Arifin M 2011 Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis

berdasarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta Bumi Aksara

Burhanudin Jajat dan Dina Afriyanti 2006 Mencetak Muslim Modern peta

Pendidikan Islam Indonesia Jakarta PT Raja Grafindo

Darajat Zakiah 2012 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam2006 Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta Departemen Agama RI

Education Center 2008 Pendidikan karakter Kebangsaan Yogyakarta BEM

REMA UNY

Fathi Muhammad 2007 Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar Jakarta

Timur Pustaka Al Kausar

H P Novianto2004 kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surakarta Bringin 55

Kementrian Agama RI 2010 Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya Jakarta PT

Sygma Examedia Arkan Leema

Kuntowijoyo2007 islam sebagai Ilmu Epistemologi Metodologi dan Etika

Yogyakarta Tiara Wacan

Majid abdul dan Dian Andatani2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Bandung PT Remaja Rosda karya

Meleong Lj 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung PT Remaja

Rosda karya

Muhaimin 2003 Wacana pengembangan Pendidikan Islam Surabaya Pustaka

Pelajar

Muhaimin 2008 Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Bandung Remaja Rosda Karya

Mujib Abdul amp Yusuf Mudzakir 2006 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta

Kencana Prenada Media

Mulkhan AMunir 2002 Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi problem filosofis

Pendidikan Islam) Yogyakarta PT Tiara Wacana

143

Nadhirin2008Landasan Profetik Pendidikan Islam(Online)diakses di

httpnadhirinblogspotcom200808landasan-profetik-pendidikan-

islamhtmlpada Selasa 06 Januari 2015

Natta Abuddin 2007 Manajemen Pendidikan mengatasi kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia Jakarta Kencana Prenada Media Group

Nata Abuddin 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Priyo2010 Pendidikan Islam Profetik IntegrasiI slam dan Ilmu menuju

pendidikan yang Humanis Liberatif dan Transendentif Iman Ilmu

Amal(Online)httpPendidikanIslamProfetikIntegrasiIslamdanIlmumenuj

upendidikanyangHumanisLiberatifdanTransendentifImanIlmuAmalhtml

Diakses pada Selasa 03 Februari 2015

Rahman Abdul 2012 Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan

Epistemologi dan isi-materi Jurnal Eksis (Online) Volume8 No1

(httpwwwkaryailmiahpolnesacid) (diakses pada jumat 21 Agustus

2015)

Roqib Moh 2009 Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

di sekolah Keluarga dan Masyarakat Yogyakarta PTLkiS

Roqib Moh 2011 Prophetic Education Kontektualisasi Filsafat dan Budaya

Profetik dalam Pendidikan Purwokerto STAIN Press

Rosyadi Khoiron 2004 Pendidikan Profetik Yogyakarta Pustaka Pelajar

Roziqin M Zainur 2007 Moral Pendidikan di era Global (pergeseran pola

interaksi guru-murid di era global) Malang AVERROES Press

Roziqin MKhoirur2008 Format Pendidikan Profetik di tengah transfomasi

Sosial Budaya (Telaah Kritis Pemikiran Kuntowijoyo) Skripsi

Yogyakarta UIN SUNAN KALIJAGA

Shafiq Muhammad 2000 Mendidik Generasi Baru Muslim ide dasar karya

dan obsesi Al Faruqi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Shofan Moh 2004 Pendidikan berperadigma Profetik upaa konstruktif

membongkar dikotomi sistem pendidikan islam Yogyakarta IriSoD

Sholeh Asrorun Niam 2004 Reorientasi Pendidikan Islam mengurai relevansi

Al Ghazali dalam konteks kekinian Jakarta ELSAS

Sugiyono 2014 Metode Penelitian Kombinasi Bandung ALFABETA

Sutardi2012 Pendekatan profetik dalam penerapan pendidikan

karakter(Online)diakses di httpsutardicoolwordpresscom

144

Zeeno M Jameel2005 Resep menjadi pendidik sukses berdasarkan Al-Qur‟an

dan teladan nabi Jakarta Hikmah PTMizan

145

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

METODE

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

JENIS DATA

Wawancara

Kepala sekolah

Sejarah Pendirian sekolah

Visi dan misi sekolah

Pandangan tentang pendidikan tradisi

profetik

Pandangan Tentang Impelementasi

pendidikan tradisi Profetik

1 Implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan

agama islam

2 Hambatan implementasi

pendidikan dalam profetik

3 Solusi implementasi

pendidikan tradisi profetik

4 Hasil iplementasi pendidikan

profetik

Wakil ketua

kesiswaan

Proses pelaksanaan bimbingan

pendidikan islam pada siswa yang

mengacu pada pendidikan profetik

Hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik dan solusinya

Kegiatan pendidikan profetik

yangdilakukan siswa sehari-hari

Guru Agama

Prose KBM Pendidikan profetik

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam

Hambatan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Solusi pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Hasil Pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Observasi

Lingkungan Situasi dan kondisi sekolah

Ruang kelas

Mushola

Penataan Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Proses KBM

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan keagamaan

Dokumen Sekolah Letak geografis

146

Data Guru dan Karyawan

Data Siswa

Data Sarana Prasarana

Data intrakulikuler dan

Ekstrakulikuler

147

CACATAN OBSERVASI

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Waktu 0630-1400 WIB

Sumber Data Lingkungan dan Pembelajaran

Jenis Data situasi dan kondisi Sekolah

kegiatan keagamaan

Jumat pada Jam 0630 sampai jam 0700 pagi para siswa berangkat dan

masuk ke sekolahan Di depan gerbang sudah ada beberapa guru yang berdiri

yang kemudian para siswa bersalaman saat memasuki gerbang sekolahan menuju

ruang kelas masing-masing Setelah memasuki kelas para siswa dan guru

membaca Asmaul Husna bersama-sama sebelum memulai pembelajaran Pada

saat waktu menunggu di ruang tata usaha peneliti masih melihat beberapa guru

yang merokok di lingkungan sekolah bahkan ada yang di depan kelas Ada

beberapa guru yang saling bergurau di ruang guru dan di depan kelas yang mana

itu dapat terlihat oleh para siswa ketika sedang istirahat Pada jam 0900 peneliti

melihat ada materi praktek mengenai shalat dhuha yang dilaksanakan di mushola

sekolah Ketika jam 1115 bel berbunyi menandakan jam kegiatan belajar

mengajar telah selesai tetapi para siswa tidak langsung beranjak pulang Kelas

yang mendapat jadwal untuk menata karpet dan tikar untuk shalat berjamaah

segera mengambilnya dan mempersiapkannya di lapangan sekolah untuk sholat

jumat berjamaah Para siswa muslim dan guru-guru muslim mempersiapkan diri

untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat jumah Sedangkan yang non

muslim berada di kelas dan melakukan ibadah keagamaan sesuai agamanya yang

dibimbing bersama guru agamanya Setelah shalat jumat selesai kelas yang

mendapat jadwal untuk mengembalikan karpet dan tikar segera merapikan dan

membereskan tikar untuk dikembalikan ke mushola Setelah itu para siswa

kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang Siswa yang ikut Sie Keronian islam

(SKI) pada jam 1300 berkumpul di mushola untuk mengadakan kajian dan BTQ

yang didampingi oleh guru pendidikan agama islam Di mushola para siswa yang

148

ingin belajar BTQ di bimbing oleh guru agama dan kemudian para siswa bersama-

sama mengikuti kajian keislaman yang diisi oleh guru agama islam Kajian

tersebut selesai pada jam 1400 kemudian para siswa pulang ke rumah masing-

masing

149

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Kamis 10 September 2015

Tempat Ruang Kepala Sekolah

Waktu 0900 WIB

Narasumber Drs H Munadzir MSi (MN)

Jenis Data Sejarah Sekolah

Peneliti Asslamualaikum selamat pagi pak

Narasumber Waalaikumsalam selamat pagi bagaimana dek

Peneliti maaf pak sebelumnya kalau saya mengganggu mau minta waktu

bapak buat wawancara

Narasumber oo yang dari STAIN Kemarin ya silahkan mau bertanya

tentang apa

Peneliti saya mau bertanya mengenai sejarah SMP Negeri 4 Salatiga ini

pak

Narasumber sepengetahuan saya SMP ini sudah ada sejak tahun 1979

dulunya ada 2 gedung yang terpisah yaitu di jlVeteran dan

JlSumardi Tapi sekitar Tahun 2007 kita sudah mendapatkan

tempat ini sekarang di Jl Patimura 47

Peneliti bagaimana inovasi pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

ini

Narasumber inovasi pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolah ini

lebih kami tekankan pada praktek-praktek pendidikan yang

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah

peneliti bagaimana menurut bapak pendidikan kenabian itu

Narasumber pendidikan menurut saya itu adalah pendidikan dengan

keteladanan karena Nabi merupakan suri tauladan sehingga

dengan pendidikan kenabian dapat menanamkan nilai-nilai

kenabian dan keislaman di lingkungan sekolah

Peneliti bagaimana implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran PAI di sekolah ini pak

narasumber adanya keteladanan yang dilakukan guru saat melakukan proses

pembelajaran Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang penting

untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik atau kenabian

yang di ajarkan melalui pembelajaran maupun praktek merupakan

proses tranformasi pendidikan dan pengajaran Dengan adanya

keteladanan dan penananman nilai-nilai kenabian dapat

membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi

Khairul Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri peserta

150

didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau keislaman juga kami

terapkan dengan mengajak peserta didik untuk saling tolong

menolong antar sesama dengan cara menyantuni anak yatim dan

warga miskin

Peneliti adakah hambatan dalam pengimplementasiannya pak

Narasumber masih Kurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu hambatannya

seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah Kemudian masih

lemahnya keteladanan dari guru maupun tenaga kependidikan

seperti masih ada yang merokok di lingkungan sekolah yang masih

dapat dilihat oleh siswa

Peneliti bagaimana solusi yang bapak berikan

Narasumber Perlunya adanya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan penambahan

area tempat ibadah maupun tempat khusus untuk kegiatan

keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk memberikan suri

tauladan yang bagi peserta didik serta menjaga perilaku

Peneliti bagaimana hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang terlihat saat

ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik serta terbentuknya

moral dan akhlak peserta didik Seperti menghormati guru dan

sesama teman Berkurangnya kenakalan perilaku siswa yang terjadi

karena suda tertanam nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri

peserta didik Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu

dhuhur tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaah

Peneliti jadi kira-kira pendidikan profetik menurut bapak penting untuk

diterapkan apa tidak

Narasumber ya penting harus itu dek agar misi kenabian serta nilai-nilai

kenabian dapat tertanam dalam diri siswa untuk membentuk moral

dan akhlak mereka

Peneliti terima kasih pak sebelumnya atas waktunya

Narasumber ya sama-sama

151

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Tempat Ruang Guru

Waktu 1000 WIB

Narasumber Drs SB Hariyanto (HR)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak

Narasumber waalaikumsalam bagaimana dek ada yang bisa saya bantu

Peneliti saya minta maaf sebelumnya pak kalau sudah mengganggu

waktunya Saya mau tanya mengenai pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Negeri 4 ini pak

Narasumber tidak apa-apa saya selaku guru agama islam lebih menekankan

pada pendidikan moral dan akhlak dalam pembelajarannya Karena

sekarang perlu adanya penekanan dalam afektif dan psikomotorik

siswa

Peneliti bagaimana penerapan pendidikan profetik dalam pembelajaran

yang bapak lakukan

Narasumber dalam penerapannya saya menekankan keteladanan kepada

peserta didik dan penanaman nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah biasanya sebelum mulai pembelajaran dibiasakan

membaca Asmaul Husna Dalam keseharian di sekolah diberikan

pembiasaan sholat Dhuhur dan jumat berjamah

Peneliti bagaimana dalam model pembelajarannya pak

Narasumber beberapa pembelajaran peserta didik diajak untuk belajar

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernya Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik

yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didik

Peneliti bagaimana dalam sistem evaluasinya

Narasumber Dalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah berlangsung

baik tes maupun nontes kami selalu menekan pada segi afektif

dan psikomotoriknya bukan berarti segi kognitif tidak penting

Setiap perilaku yang dilakukan di dalam kelas sekolah maupun di

luar sekolah pun menjadi evaluasi bagi kami Dengan observasi

maupun pengamatan terhadap perilaku siswa menjadi peranan

dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya itu kami juga

berkoordinasi dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-

sama dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat materi

152

sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat Dhuhur dan

Jum‟at bersama

Peneliti adakah hambatan dalam mengimplementasikanya

Narasumber masih ada beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan tradisi

Profetik seperti Masih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah Lemahnya motivasi belajar tentang nilai-

nilai kenabian dan keislaman menjadi salah satu penghambat

penanaman dan pembangunan moral dan akhlak siswa

Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai agama di sekolah

maupun di rumah menjadi hambatan dalam penanaman dan

pembentukan akhlakul karimah

Peneliti apakah ada hambatan dalam evaluasinya

Narasumber masih ada lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana

belum adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam hal evaluasi ketidakjujuran orang tua siswa dalam

melaporkan perilaku siswa ke guru yang bahkan membela siswa

atau menutupi kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang

maksimal dalam mengukur peserta didik

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan untuk meminimalkan

hambatanTersebut

Narasumber adanya Pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru

maupun tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan

nilai-nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan keagamaan

serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana akan meningkatkan

motivasi belajar keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih

terhadap nilai-nilai agama dan kenabian di lingkungan sekolah

Perlu adannya evaluasi tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa

yang dilakukan oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua

yang mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan menjadikan

peserta didik menjadi termotivasi dalam menghayati serta

mengamalkan apa yang telah diajarkan sehingga proses

pembangunan dan pembentukan akhlak peserta didik lebih mudah

tertanam dalam pribadi peserta didik Pemberian tugas rumah atau

pun studi kasus terhadap lingkungan di sekelilingnya juga

menjadikan peserta didik lebih mengetahui memahami

menghayati materi yang diberikan yang mana secara tidak

langsung akan membentuk diri peserta didik

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber hasilnya yang terlihat adalah tumbuhnya tingkat keagamaan

peserta didik serta motivasi belajar keislaman Membawa hikmah

bagi peserta didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta didik hal

153

itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas Menumbuhkan

sifat saling menghormati menghargai dan menolong

Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada diri peserta didik

Peneliti jadi pendidikan profetik itu perlu untuk diterapkan ya pak

Narasumber ya memang harus dengan kita mencontoh dan meneladani nabi

maka secara perlahan dapat membentuk moral dan akhlak siswa

menjadi lebih baik

Peneliti terima kasih pak sebelumnya sudah mau meluangkan waktunya

Narasumber tidak apa-apa sama-sama kok saya rasa seperti pernah ketemu

ya

Peneliti iya pak dulu yang sering ngisi pesantren kilat di sini pak

Narasumber oh iya

154

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Sabtu 12 September 2015

Tempat Mushola

Waktu 1000 WIB

Narasumber Wildan Mustofa S SAg (WD)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak maaf mengganggu

Narasumber waalaikumsalam ya bagaimana

Penelitian saya mau wawancara dengan bapak

Narasumber oh ya tentang apa

Peneliti tentang penerapan pendidikan profetik atau pendidikan kenabian

pak

Narasumber ya udah kita ke mushola saja ya

Peneliti ya pak

Narasumber di sini saja ya mas gak enak di samping saya tadi guru agama

kristen

Peneliti tidak apa-apa pak

Saya mau bertanya mengenai bagaimana pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah ini pak

Narasumber ya pembelajaran agama islam disini mengikuti pembelajaran

sekolah yang mana sudah ada KD yang ditentukan disitu yang

mengacu pada K13 Terdapat pembelajaran berupa praktek-praktek

langsung seperti sholat dhuha

Peneliti saya mau bertanya mengenai pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP ini

Narasumber ya pembelajaran PAI di sekolah ini sudah berjalan dengan baik

mengikuti apa yang sekolah sudah atur dan adanya pembelajaran

yang

Mengacu pada penekanan pembentukan moral siswa dan

emosional siswa Dalam pemberian materi pembelajaran biasanya

siswa akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya Dengan

menggunakan metode pembiasaan keteladan juga dapat

menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk akhlak

dan moral siswa Melalui observasi yang dilakukan oleh peserta

didik langsung dan kemudian dipadukan di kelas menjadikan

peserta didik mudah memahami dan menghayati materi yang

dipelajari Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan

melalui praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di dalam

perilaku keseharian semisal dengan guru memberi amanah kepada

siswa dan kemudian apakah siswa menjalankan amanah yang

155

diberikan oleh guru tersebut atau tidak Proses kegiatan belajar

mengajar yang kami lakukan ditekankan pada penanaman dan

penghayatan nilai-nilai kenabian dan keislaman yang mana dalam

setiap penggunaan metode dan media pembelajaran mengusahakan

agar bagaimana siswa mampu memahami dan menghayati secara

langsung tujuan pembelajaran yang diinginkan

Peneliti bagaimana dengan sistem evaluasinya

Narasumber Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur bagaimana penanaman

dan pembentukan pribadi siswa perilaku keseharian siswa di

lingkungan sekolah dan di rumah menjadi pertimbangan dalam

mengevaluasi hasil pembelajar Maka tidak hanya guru Agama

islam saja yang membimbing maupun memberikan teladan tetapi

seluruh tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-sama

peneliti adakah hambatan selama ini dalam penerapan pendidikan tradisi

profetik

Narasumber masih terdapat beberapa hambatan dalam mengimplementasikan

pendidikan profetik salah satunya adalah masih kurangnya

kesadaran siswa dalam beribadah Masih adanya guru laki-laki

yang saling bercanda (guyonan) dengan guru perempuan di depan

siswa masih ada tenaga kependidikan yang merokok di depan

siswa Kemudian

masih Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh guru

maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya penghayatan dan

pengejawantahan terhadap nilai-nilai profetik dalam kehidupan

sehari-hari Serta masih adanya penekanan hanya pada aspek

kognitif saja

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan

Narasumber saya memberikan pembiasaan praktek-praktek sifat kenabian

seperti bersifat jujur dan amanah Perlunya penambahan keilmuan

atau wawasan keagamaan serta khasanah islamiyah dengan

melakukan kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik

serta tenega kependidikan lainnyaDalam Evaluasi saya lakukan

secara langsung atau mendadak untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa yang

sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara bersama dari guru

dan orang tua dalam memonitoring perkembangan peserta didik

dengan dibuat buku atau laporan moral dan akhlak

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik di SMP

ini

Narasumber adanya Pembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta berkurangnya

kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa Tumbuhya kesadaran siswa untuk beribadah dan berbuat

156

baik Menjadikan siswa suka untuk ke tempat ibadah

Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati antar sesama

Dengan adanya pembiasaan keteladanan baik yang dilakukan

menjadikan siswa akan mengikuti hal tersebut dan akan berhati-

hati dalam setiap perilaku yang dilakukaannya

Peneliti maaf sebelumnya pak boleh tahu biografinya pak wildan

Narasumber Nama Wildan Mustofa Setiawan SAg 26 februari 1978

Penelti bapak mengajar di sini dari tahun berapa pak

Narasumber saya mengajar di sini dari tahun 2010

Peneliti terima kasih atas waktunya pak

Narasumber iya sama-sama

157

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Personalia SMP Negeri 4 Salatiga

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

158

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Data siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas

jenis

kelamin Agama jumlah kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

159

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data Guru dan Kualifikasi pendidikan Guru SMP

Negeri

4 Salatiga

Data Guru SMPN 4

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Data Kualifikasi Pendidikan Guru

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

160

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga

Daftar Karyawan SMPN 4

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian inventaris

kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

161

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Sarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Sarana SMPN 4 Salatiga

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

162

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

163

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Intrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

164

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

165

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga

15 Sumiyati 16 Idayati Hartini 17 Saimin 18 Agus widodo 19 Sri Iriyanti 20 Rejo 21 Eka Sulistyawati 22 Murniati 23 Rubiyanto 24 Nuzul Lusy

Anggraeni 25 Tri Budi Setyawan 26 Sutrisno

27 Agus Riyadi

TATA USAHA GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

166

167

168

169

DAFTAR NILAI SKK

Nama Syaifullah Godi Ismail

NIM 11109106

Progdi PAI

Jurusan Tarbiyah

NO Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai

1 Orientasi Program Studi Dan

Pengenalan Kampus (OPSPEK)

DEMA STAIN Salatiga

18-20 Agustus 2009

Peserta

3

2 Pelatihan Emotional Spritiual

Quotient (Esiq) Stain Salatiga

21 Agustus 2009

Peserta

2

3 Sertifikat UPT Perpustakaan User

Education STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 2

4 Diskusi Panel Dengan Tema

ldquoAktualisasi Bahasa Arab Dan

Bahasa Inggris Dalam Dakwah

Islamrdquo

5 September 2009

Peserta 2

5 Diskusi Dan Buka Bersama Di

Secretariat HMI Cabang Salatiga

10 September 2009

Peserta

2

6 English Friendship Camp

17-18 November

2009

Peserta 2

7 Basic Training (Lk 1)

ldquoMenjalin Hubungan

Intrapersonal Dikalangan

Mahasiswa Denagnbasic Islam

Dan Ke-Hmi-An Menuju Insan

Citardquo

Hmi Cabang Salatiga

25-28 Maret 2010

Peserta 2

8 Bedah Buku ldquoJalan Cinta Para

Pejuangrdquo Karya Salim A Fillah

24 April 2010

Peserta

2

9 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMembangun Demikrasi Kampus

Yang Harmonisrdquo

15 Mei 2010

Peserta

2

10 Seminar Lingkungan Hidup

MITAPASA

24 Mei 2010 Peserta 2

11 Akhirussanah Ma‟had STAIN 29 Juli 2010 Peserta 2

170

Salatiga

12 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dan Karnoto Zarkasyi Dengan

Tema ldquo Membangun Pola

Idealitas Mahasiswa Ditengah

Pergolakan Arus Global Guna

Mencapai Insane Yang Militant

Dan Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Pemateri

4

13 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMewujudkan

Mahasiswa Islami Yang Ideal

Demi Terwujudnya Kader Yang

Militanrdquo

22-24 Oktober 2010 Panitia 3

14 Surat Keterangan Lulus

Praktikum BTA Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

2 November 2010 Peserta 2

16 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Implementasi

Nilai Kehmian Dalam Diri

Mahasiswa Demi Terbentuknya

Insan Yang Intelektualitas Dan

Bernafaskan Islamrdquo

16-19 Maret 2011 Panita 3

17

Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkat Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada

Prinsip-Prinsip Integritasrdquo

25 Juni 2011 Peserta 2

18 Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 2

19 Penginapan Peserta Orientasi

Pengenalan Akademika Dan

Kemahasiswaan STAIN Salatiga

2011 Dengan Tema ldquoMerajut Tali

Ukhuwah Islamiyah Bersama

Keluarga Besar Himpunan

Mahasiswa Islamrdquo

19-21 Agustus 2011 Panitia 3

20 Seminar Keperempuanan Korp

HMI-Wati Dengan Tema ldquoJilbab

Perspektif Agama Dan Socialrdquo

04 November 2011 Panitia 3

21 Senior Course (SC) Se Jateng 15-20 Februari 2012 Peserta 4

171

DIY Dengan Tema

ldquo Transformasi Nilai-Nilai

Pengkaderan Menuju Kompetensi

Pendidik Yang Berkualitasrdquo

22 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkatkan Kepekaan Dan

Transparansi Kinerja Lembaga

Menuju Kampus Yang Amanahrdquo

27 Maret 2012 Peserta 2

23 Seminar Nasional SEMA STAIN

Salatiga Dengan Tema

ldquoBerpolitik Untuk Kesejahteraan

IndonesiaReorientasi Gerakan

Mahasiswa Pasca Reformasirdquo

15 Mei 2012 Peserta

8

24 Seminar Nasional Dengan Tema

ldquoMewaspadai Gerakan Islam

Garis Keras Di Perguruan Tinggirdquo

23 Juni 2012 Peserta 8

25 Grand Launching FGMPS Dan

Diksusi Public Dengan Tema

ldquoPeran Generasi Muda Terhadap

Fenomena HIVAIDS Di Kota

Salatigardquo

12 Juli 2012 Peserta 2

26 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMembangun

Paradigm Mahasiswa Yang

Berintelektual Dan Berjiwa

Nasionalis Religiousrdquo

29 November - 2

Desember 2012

Peserta 2

27 Seminar Pendidikan Dengan

TemardquoMenuju Pendidikan

Indonesia Yang Idealrdquo

28 Desember 2012 Peserta 2

28 Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga Tentang Pengangkatan

Pengurus Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga 2013

31 Januari 2013 Anggota 4

29 Diskusi Dan Perayaan Dies

Natalis HMI Ke 66 Dengan Tema

ldquo 66 Tahun Hmi Untuk Islam Dan

Negara Indonesiardquo

05 Februari 2013 Peserta 2

30 Kajian Dan Follow Up Dengan

Tema ldquoMembangun Kader HMI

Yang Militanrdquo

18 Februari 2013 Peserta 2

31 Bedah Buku Berjudul ldquoSholat

Ngebut Bikin Benjutrdquo

11 Mei 2013 Peserta 2

172

32 Latihan Kader I (Basic Training)

HMI Cabang Salatiga Dengan

Tema ldquoEmpowering Komitmen

Keislaman Kemahasiswaan Dan

Keindonesiaan Untuk Kader

Militantrdquo

31 Mei 2013 Pemateri 4

33 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Ijtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Tranparansi Informasirdquo

19-21 September

2013

Pemateri 4

34 Sarasehan Akbar HMI Komisariat

Walisongo ldquoMerajut Ukhuwah

Memperkokoh Kebersamaanrdquo

10 Oktober 2013 Peserta 2

35 Bedah Buku Berjudul rdquo Ketika

Cinta Bertasbihrdquo

11 Desember 2013 Peserta 2

36 Bedah Film Tanah Surga Katanya 29 Desember 2013 Peserta

2

37 Basic Training LK1 HMI ldquoIjtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Transparansi Informasirdquo

20 September 2014 Pemateri 4

38 Seminar Regional Dengan Tema

ldquoMempertegas Peran Pendidikan

Dalam Mencerahkan Masa Depan

Anak Bangsardquo

19 November 2014 Peserta 4

39 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Dengan Tema

ldquoMembangun Pola Idealitas

Mahasiswa Ditengah Pergolakan

Arus Global Guna Mencapai

Insane Yang Militant Dan

Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Panitia 3

173

174

Page 5: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan

5

MOTTO

6

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

PERSEMBAHAN

7

Kupersembahkan skripsi ini untuk

1 Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Kardiyanto Godi Ismail dan

Ibuku tercinta Sakdiyah yang selalu memberi nasihat kasih sayang

bimbingan dan motivasi serta dukungan materi

2 Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) yaitu Pak Fegi Anita Said Pras bang Imtihan bang ini Iman

Takul dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga lainnya yang selalu

memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan

banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat

3 Teman-temanku Kampus kelas PAI D angkatan tahun 2009 yaitu Agus

Rozak Juliono dan yang lainya

4 Teman-teman kelompok PPL kelompok KKN dan teman lainnya di IAIN

Salatiga

KATA PENGANTAR

8

Asslamu‟alaikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW keluarga sahabat dan para pengikut setianya

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Rahmat Hariyadi MPd selaku rektor IAIN Salatiga

2 Ibu Siti Rukhayati MAg selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI)

3 Bapak FatchurrahmanSAgMPd sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan tugas ini

4 Ibu DrMuna ErawatiMSi selaku pembimbing akademik

5 Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9

6 Kepala sekolah guru dan siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian

di sekolah tersebut

7 Kepada orang tuaku tercinta Bapak kardiyanto godi ismail dan Ibu

Sakdiyah serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk moril maupun materiil untuk membiayai

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran

8 Kepada kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga (pras anita said sahal takul

istad bang imtihan bang indi fegi dan yang lainnya) yang tak akan

pernah putus mencari ilmu dan selalu yakin usaha sampai

9 Kepada teman-temanku tercinta PAI D 2009 (agus rozaq anwar fegi

faisal) serta teman-teman yang saya kenal dan yang mengenal saya

yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah

memberikan saran do‟a serta motivasinya

10 Generasi muslim pemuda pemudi penerus cita-cita bangsa

Oleh karenanya penulis tak kan berarti apa-apa tanpa mereka semua kami

ucapkan banyak terimakasih Semoga amal perbuatan yang diberikan dengan

ikhlas akan dihitung oleh Allah serta memperoleh balasan kebaikan dan

mendapatkan Ridho Allah SWT Amin

10

11

ABSTRAK

Ismail G Syaifullah 2015 Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Pelajaran

20152016 Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga Dosen Pembimbing FatchurrahmanSAg MPd

Kata kunci Implementasi dan pendidikan profetik

Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang

krisis moral karena masih kurangnya akan pendidikan moral dan akhlak dalam

membentuk dan membangun moral serta akhlak para peserta didik Disadari atau

tidak pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada dimensi kognitif yang

hanya mencetak manusia cerdas dan terampil maka tidak heran jika terjadi krisis

moral dan akhlak Dalam pendidikan Islam pendidikan karakter merupakan

pendidikan akhlak Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pendidikan

karakter atau pembentukan moral dan akhlak seperti konsep pendidikan yang di

ajarkan Rasulullah Nabi Muhammad merupakan pendidik yang paling berhasil

dan menjadi suri tauladan Dengan meneladani dan meniru pendidikan yang

digunakan nabi diharapkan dapat membentuk dan membangun moral serta

akhlakul karimah Maka salah satu caranya dengan mengimplementasikan

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran agama Islam Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

2) Bagaimana problematika Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga 3) Bagaimana

hasil Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Sesuai dengan tema yang

peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field

research) Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah Pengumpulan data

menggunakan wawancarainterview dokumen dan observasi Lokasi Penelitian

dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di Jl Pattimura 47 Salatiga

50711 dan subjek penelitian adalah pendidik tenaga kependidikan dan siswa

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa implementasi pendidikan

profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

diterapkan dalam model pembelajaran dengan pembiasaan dan keteledanan

kolektif penanaman misi dan nilai-nilai kenabian pada peserta didik melalui

materi pembelajaran metode dan evaluasi pembelajarannya Terdapat beberapa

problematika dalam implementasi pendidikan profetik ada beberapa hambatan

dan solusi yang ditawarkan Hasil dari implementasi pendidikan profetik dapat

12

membangun dan membentuk akhlak serta moral peserta didik sehingga peserta

didik mempunyai sikap menghormati menghargai dan toleran Menumbuhkan

tingkat keagamaan dan motivasi ibadah siswa Sehingga intelektual emosional

akhlak dan moral peserta didik dapat berkembang secara utuh

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR BERLOGO ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING iii

PENGESAHAN KELULUSAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 10

C Tujuan Penelitian 10

D Landasan Teori 11

E Manfaat Penelitian 14

F Metode Penelitian 15

G Sistematika Pembahasan 21

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22

A Pendidikan dalam Islam 22

1 Pengertian Pendidikan 22

2 Pendidikan dalam Islam 23

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam 30

4 Tujuan Pendidikan Islam 34

B Pendidikan Profetik 39

1 Pengertian Profetik 39

2 Filsafat Profetik 41

3 Filsafat Pendidikan Profetik 41

4 Pengertian Pendidikan Profetik 45

5 Tujuan Pendidikan Profetik 46

6 Materi pendidikan Profetik 47

7 Pendidik Pendidikan Profetik 50

8 Peserta didik Pendidikan Profetik 54

9 Metode Pendidikan Profetik 56

10 Media Pendidikan profetik 60

11 Evaluasi Pendidikan Profetik 62

C Kontekstualisasi Pendidikan Profetik 64

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoirul

Ummah)

64

2 Pendidikan Profetik untuk Pengembangan Kebudayaan 65

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan 66

15

D Pendidikan Profetik dalam Pendidikan Agama Islam 72

BAB III HASIL PENELITIAN 79

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian 79

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga 79

2 Letak Geografi 79

3 Visi dan misi SMP Negeri 4 salatiga 80

4 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 81

5 Guru karyawan dan Siswa Struktur Personalia SMP

Negeri 4 salatiga

84

6 Situasi dan Kondisi SMP Negeri 4 salatiga 89

7 Ekstrakurikuler 90

B Temuan Penelitian 92

1 Hasil Penelitian 92

a Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

92

b Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

97

c Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

101

BAB IV PEMBAHASAN 105

A Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam 105

16

Pembelajaran pendidikan agama Islam

B Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

110

C Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

115

BAB V PENUTUP 119

A Kesimpulan 119

B Saran 121

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN-LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Tabel 31 Struktur Personalia SMP Negeri 4 salatiga 82

Tabel 32 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 83

Tabel 33 Data siswa SMP Negeri 4 salatiga 84

Tabel 34 Data Guru SMP Negeri 4 salatiga 85

Tabel 35 Data kualifikasi pendidikan guru SMP Negeri 4 Salatiga 85

Tabel 36 Data Karyawan SMP Negeri 4 salatiga 86

Tabel 37 Data sarana SMP Negeri 4 salatiga 87

Tabel 38 Data Prasarana SMP Negeri 4 salatiga 88

Tabel 39 Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 salatiga 91

Tabel 310 Kegiatan Ekstrakuliker SMP Negeri 4 salatiga 91

18

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia

Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan yang diharapkan akan

dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan orang banyak Selain

itu pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai penting dan strategis bagi peradaban manusia Hampir semua

negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal terpenting dan utama dalam

membangun suatu bangsa dan negara Di Indonesia sendiri hal ini jelas sudah

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan Serta dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk

mewujudkan upaya tersebut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)

memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang

Menurut Ahmad Makki dalam bukunya karya Jamal Ma‟mur Asmani

mengatakan bahwa jika pendidikan dalam sebuah bangsa sudah maju niscaya

19

akan maju pula bangsa itu Sebaliknya ketika pendidikan disuatu bangsa

tidak berkembang maka dapat dipastikan bangsanya akan terbelakang

Pendidikan di Indonesia sudah berjalan sekian puluh tahun sejak

kemerdekaannya dan selama itu pula terdapat perkembangan pendidikan di

Indonesia Tetapi jika disadari pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada

dimensi kognitif yang mencetak manusia-manusia yang cerdas terampil dan

mahir yang melahirkan manusia yang berkepribadian dan integritas

Kurangnya pengejawantahan dimensi afektif dan psikomotorik dalam sistem

pendidikan menjadikan krisis identitas serta hilangnya Nilai-nilai luhur yang

melekat pada bangsa Indonesia seperti kejujuran kesantunan kesopanan

hormat pada orang lain religius dan kebersamaan Hal ini menjadi

keprihatinan kita semua sebagai warga negara Indonesia

Masifikasi gelombang modernitas telah membawa siapapun termasuk

dunia pendidikan untuk hanyut mengikuti mainstream dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar tidak teraleniasi Dalam keadaan seperti ini

hegemoni konsep-konsep pendidikan ala barat sulit untuk dihindari yang mana

memarginalkan konsep-konsep dan ajaran lokal yang syarat akan nilai-nilai

moral Adanya problematika internal dalam sektor pendidikan serta hilangnya

orientasi untuk memberikan pencerahan dan membentuk jati diri bangsa

menjadikan kesinambungan program-program pendidikan belum bisa berjalan

mulus Ditambah dengan perubahan politik di negara ini karena adanya

kebijakan-kebijakan baru pada setiap pergantian menterinya Munculnya

realitas pendidikan saat ini yang lebih sibuk melayani golongan sosial tertentu

20

menjadikan adanya materialisasi pendidikan yang sudah mulai menggejala dan

menggeser ideologi pendidikan yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membedakan status sosial

Kurikulum seakan disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan

pekerjaan yang dibungkus dengan baju modernitas Kemudian adanya

dikotomi ilmu pendidikan antara ilmu pengetahuan umum dan agama

memunculkan problematika tersendiri Hal itu menjadikan pembagian dalam

hal pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu umum dan agama

sehingga dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya

menjadi kurang maksimal

Dunia pendidikan dituntut perannya untuk kembali memurnikan arah

perjalanan bangsa Dunia pendidikan akan berada pada kondisi dilematis-

kontradiktif karena adanya tuntutan modernitas sekaligus sebagai tuntutan

peran untuk selalu menjaga nilai-nilai moral Sementara dunia pendidikan

berada dalam paradoks disuatu sisi ingin menanamkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral namun pada sisi lain justru institusi atau lembaga pendidikan

mencerminkan praktek-praktek pendidikan yang menyimpang dari niliai-nilai

moral dan identitas bangsa Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia

dan pengembangan potensi serta bakat yang harus diubah orientasinya untuk

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkembang dalam tiga

ranah yaitu afektif kognitif dan psikomotorik Pendidikan haruslah

menanamkan dan mengembangkan karakter individu dan nilai-nilai

kemanusian Pendidikan juga diarahkan dalam menanamkan integritas etik dan

21

akhlak serta mengembalikan makna ldquopendidikanrdquo bukan hanya sekedar

ldquopengajaranrdquo Penggunaan metode-metode pendidikan yang mengedepankan

keteladanan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai yang diajarkan

Pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah Makna manusia yang berkualitas menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab Oleh karena itu pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa dan karakter Dengan adanya penanaman dan

pengembangan karakter bagi setiap peseta didik atau individu dalam sistem

pendidikan maka diharapkan akan menciptakan manusia yang berkualitas yang

mampu beradaptasi dengan zaman

Dengan berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya sebuah pendidikan

karakter Pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan bagi

setiap individu untuk menghayati kebebasan dalam hubungan mereka dengan

orang lain dan lingkungannya sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi

22

yang unik dan khas serta memiliki integritas moral yang dapat

dipertanggungjawabkan Lebih lanjut pendidikan karakter juga terkait dengan

tiga matra pendidikan yaitu pendidikan individual pendidikan sosial dan

pendidikan moral Melalui tiga matra pendidikan tersebut merupakan kondisi

dinamis dari struktur antropologi individu Pendidikan karakter dalam arti

demikian itu menurut Amin dalam Etika (1989) adalah pendidikan yang sejak

lama telah diperjuangkan oleh para filusuf bahkan para rosul utusan Tuhan

Yaitu pendidikan karakter yang bersifat integral holistik dinamis

komprehensif dan terus menerus hingga terbentuk sosok manusia yang terbina

seluruh potensi dirinya serta memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk

mengekspresikannya dalam seluruh aspek kehidupan

Untuk mewujudkan visi misi dan tujuan tersebut pendidikan karakter

membutuhkan dukungan salah satunya dari pendidikan agama Dalam pada itu

pendidikan agama memberikan sumbangan bagi pendidikan karakter dan

berperan penting dalam hal mempersatukan diri manusia dengan realitas

tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Pendidikan karakter yang ditopang salah

satunya oleh pendidikan agama membantu peserta didik untuk tumbuh secara

lebih matang dan lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

dalam kontek kehidupan bermasyarakat Namun hal tersebut juga harus

didukung dengan upaya yang disertai dengan keteladanan dari seluruh

komponen yang terlibat dalam pendidikan (terutama guru) lingkungan dan

atmosfer pendidikan yang kondusif

23

Pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam disebut juga dengan

pendidikan akhlak mulia Secara normatif-teologis merupakan sebuah agenda

dan misi utama bagi setiap agama Secara yuridis ajaran akhlak mulia secara

eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Jika dilihat secara historis pendidikan akhlak mulia

merupakan respon terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat

Lahirnya agama Islam di mekkah dan berkembang di madinah merupakan

sampling yang representative tentang perlunya agama ini membentuk akhlak

masyarakat Hal itu terjadi karena keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

menetapkan kebijakan strategi taktik dan hal lainnya (Abuddin 2012 210)

Pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah pembentukan kepribadian

seorang muslim Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan Disegi lain pendidikan

Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis yang mana pendidikan

Islam mengajarkan pendidikan iman dan amal Secara historis Islam dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudia disebarkan ke mekkah atau Islam

diajarkan di mekkah yang tadinya menyembah berhala musyrik dan sombong

dengan usaha dan kegiatan Nabi mengajarkan Islam kepada mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah menjadi mukmin

muslim dan menghormati orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin

sebagaimana yang dicita-citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik

membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus

menjadi pendidik yang berhasil Islam sebagai agama yang universal yang

24

oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktivitas sehari-hari

mensejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis Pendidikan versi

Islam tidak hanya sebagai penentu segala-galanya bagi vested interested

(kepentingan) manusia di dunia melainkan menjangkau kepentingan manusia

masa depan yang esensial di akhirat kelak

Di dalam Islam dan dalam pendidikan Islam khususnya secara tidak

langsung telah berupaya untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan

karakter atau akhlak mulia yaitu membentuk kepribadian seorang muslim

sebagaimana cita-cita Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur‟an dan

sunnah yang berdialoq secara kontinu dengan tradisi dan budaya setempat

Pendidikan karakter atau pendidikan akhlak mulia merupakan bagian dari

pendidikan Islam yang sudah ada sejak 15 abad yang lalu Ajaran Islam yang

berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan

individu dan pendidikan masyarakat Semua orang yang bertugas mendidik

adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Zakiah Darajat 2012 20) Telah

disebutkan sebelumnya bahwa Nabi Muhammad merupakan pendidikan yang

paling berhasil dan menjadi suri tauladan (QS3321)

25

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

Maka perlunya pendidikan Islam dalam hal ini pendidikan karakter atau

akhlak untuk filter dan tameng bagi adanya kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai barat yang menjadikan

kekalahan beruntun secara sosial politik ekonomi dan budaya komunitas

muslim merasa kelimpungan dengan reaksi yang beragam Diakui bahwa hal

ini disebabkan karena masih ada beberapa hambatan dalam pendidikan agama

Islam Karena terjadinya pengadopsian pendidikan barat untuk

mengembangkan pendidikan muslim Yang terjadi adalah pendidikan modern

(barat) plus pendidikan agama Islam untuk peserta didik muslim dan bukan

yang dikonstruk berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikembangkan dalam teori

dan keilmuan Islam

Pendidikan akhlah mulia yang terdapat dalam pendidikan agama Islam

saat ini telah terdikotomi oleh pendidikan nasional Terlebih yang terdapat di

lembaga pendidikan umum (SD SMP dan SMA) Mengamati pendidikan

agama Islam di Indonesia dari masa ke masa tergambar jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan bagian yang terpisah dari sistem

pendidikan nasional Bahkan saat ini pendidikan Islam di Indonesia sedang

menghadapi berbagai persoalan dan hambatan dalam berbagai aspek terutama

masalah orientasi pendidikan itu sendiri dengan kata lain masih belum

jelasnya konsep pendidikan yang dibawa serta bagaimana implementasi yang

26

berbentuk pembelajaran sebagai upaya menciptakan manusia yang mandiri dan

profesional Mengingat bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan

dasar bagi setiap muslim maka pendidikan agama Islam harus selalu ditumbuh

kembangkan secara sistematis oleh setiap umat Islam dimanapun Berangkat

dari karangka ini pendidikan agama Islam haruslah selalu senantiasa

mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi logis dari perubahan

Kurangnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam lembaga pendidikan

umum menghambat pembentukan manusia ideal (seorang muslim) yang siap

dengan agenda globalisasi dan modernisasi yang terjadi Lembaga pendidikan

umum tidak berfokus kepada pendidikan agama hal ini berbeda dengan

lembaga pendidikan agama yang fokus pendidikannya adalah keagamaan

Kurangnya jam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan

umum misalnya yang hanya 3 jam setiap minggu maka perlu adanya strategi

untuk memberikan bekal tentang pendidikan agama di pendidikan umum

Strategi dalam sistem pembelajarannya metodenya maupun dalam hal konsep

pembelajarannya Seperti penggunaan pendidikan profetik yaitu dengan proses

pengetahuan dan nilai yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan

Dengan adanya strategi dalam hal pembelajaran pendidikan agama Islam maka

mampu untuk mencetak manusia-manusia keseimbangan dalam pandangan

hidupnya serta memiliki penguasaan atau pengetahuan keagaaman untuk bekal

individu dalam kehidupan sehari-hari

27

Ditetapkanya SMP Negeri 4 Salatiga sebagai tempat penelitian karena

adanya strategi dan upaya-upaya yang digunakan Sekolah Menengah Pertama

ini dalam hal menumbuhkan pendidikan keagamaan Islam terhadap peserta

didiknya Secara geografis yang terletak di pusat kota Salatiga berada pada

pusat jalur ekonomi Salatiga Dalam hal pendidikan keteladanan yang

ditumbuhkan oleh pihak sekolah dalam kesehariannya di lingkungan sekolah

seperti adanya sholat berjama‟ah dan kegiatan keIslaman untuk peserta didik

Berangkat dari hal tersebut maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah ldquo IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMP

NEGERI 4 SALATIGA PADA TAHUN PELAJARAN 2014-2015rdquo

B RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi diatas maka ada sejumlah permasalahan yang

penulis ajukan untuk dicari jawabannya Sejumlah masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut

1 Bagaimana Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Apa problematika yang muncul dalam implementasi Pendidikan Profetik

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

3 Bagaimana hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

28

C TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam implementasi

Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

3 Untuk mengetahui hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

D LANDASAN TEORI

1 Pendidikan Profetik

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti

ldquopergaulan dengan anak-anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya

membimbing atau mendidik alam pertumbuhannya agar dapat berdidi

sendiri disebut paedgogos Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai

ldquo usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-

anak untuk membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

29

dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi

diri sendiri dan masyarakatnyardquo

Sedangkan Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau

berkenaan dengan nabi Kata dari bahasa inggris ini berasal dari bahasa

yunani ldquoprophetesrdquo sebuah kata benda untuk menyebut orang yang

berbicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga

orang yang berbicara masa depan Profetik atau kenabian disini merujuk

pada dua misi yaitu seseorang yang menerima wahyu diberi agama baru

dan diperintahkan untuk mendakwahkan pada umatnya disebut rasul

(messenger) sedang seseorang yang menerima wahyu berdasarkan agama

yang ada dan tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya disebut nabi

(Prophet)

Nabi (Prophet) yang menjadi acuan dalam pendidikan profetik

adalah Nabi Muhammad SAW yang mana sebagai suri tauladan dan

sebagai pendidik yang hebat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan

mengajarkan islam di mekkah yang tadinya kondisi mereka menyembah

berhala musyrik dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi

mengajarkan Islam kepada mereka lalu tingkah laku mereka berubah

menjadi penyembah Allah menjadi mukmin muslim dan menghormati

orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin sebagaimana yang dicita-

citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik membentuk kepribadian

yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus menjadi pendidik yang

berhasil Di dalam kehidupannya nabi SAW selalu memberikan

30

ketauladanan kepada ummatnya Hal inilah yang menjadikan nabi

Muhammad menjadi acuan Profetik atau kenabian dalam hal pendidikan

Jadi Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan

(knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun

akhlak moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus

memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul

ummah) Serta tercapainya intelektual emosional akhlak dan moral

peserta didik yang dapat berkembang secara utuh

2 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan kebiasaan dan tingkah laku belajar juga diartikan sebagai

pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Syaiful Bahri

200222)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik

(santri) Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran

tersebut ada kegiatan memilih menetapkan dan mengembangkan metode

atau strategi yang optimal untuk mengapai hasil pembelajaran yang

diinginkan dalam kondisi tertentu (Muhaimin 200382)

Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip

Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia sehingga

31

terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 2008 35)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati

hingga mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadist

(Abdul Majid amp Dian Andatani 2004 7)

Jadi pengertian pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah

upaya membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati hingga

mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi

pembelajaran yang ada

3 Implementasi pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan Jadi penerapan

pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Maka

pendidikan dibangun dan dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat

memiliki tradisi dan budaya akademik yang kondusif dalam keluarga dan

lingkungan sosial Tradisi dan budaya edukatif atau akademik ini secara

otomatis akan bergerak sesuai dengan hukum budaya yang mewakili

32

simbol-simbol agama dalam mentransfer ilmu teknologi dan seni kepada

siapapun Tradisi dan budaya profetik yang sudah terbangun kokoh bahkan

diluar kesadaran akan menggulirkan semangat keilmuan yang tinggi

Komitmen profetik yang berlangsung lama akan membetuk tradisi dan

dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pilar pendidikan profetik

yang akan menghasilkan tradisi dan lingkungan yang sehat

E MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk

menghadapi tantangan zaman dan modernisasi dan juga dengan ini diharapkan

dapat membentuk individu berkarakter yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Serta

memberikan konsep pendidikan Islam dalam membentuk dan mengembangkan

potensi intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara utuh

Sedangkan secara dimensi praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menemukan sebuah pola pendidikan Islam sebagai

pengembangan diri manusia dalam membentuk manusia sempurna menurut

Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Alam

sekaligus untuk memahaminya Hal tersebut menjadi kerangka acuan dalam

pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dikemas dalam

konsep pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan Islam karena

33

adanya dikotomi pendidikan yang terjadi dalam pendidikan umum dan

pendidikan agama

F METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai

metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola)

dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan) analisis data bersifat induksikualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono 201413)

Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (J Moeleong

20033)

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yang pertama karena dari judul skripsi ini hanya mengandung

satu variabel Kedua dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi

ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian Ketiga

34

metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola ndash pola nilai yang dihadapi

Dengan demikian peneliti dapat memilah ndash milah sesuai dengan fokus

penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin

hubungan dengan Subjek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami

keadaan Subjek dalam penggalian info atau data yang diperlukan Maka

Penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang

implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tersebut

Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian lapangan ( field research) Yaitu peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan ilmiah ( (J Moeleong 200626) Alasan peneliti menggunakan jenis

penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara

mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai

dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan

2 Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di

Jl Pattimura 47 Salatiga 50711

Adapun Subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi

kepala sekolah pengajar karyawan dan siswa

3 Teknik Pengumpulan Data

a Observasi Partisipan

35

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut( Sugiyono 2014309)

Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipatif

peneliti mengamati apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan

suka dukanya Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang tampak

Dengan observasi kita dapat secara langsung terjun kedalam objek

penelitian Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan KBM situasi

di sekolah dan pendidik Dalam observasi di SMP Negeri 04 Salatiga

selain melakukan pengamatan juga ikut ambil bagian dalam melaksanakan

aktifitas pendidikan di lingkungan sekolahan Selain itu juga berpartisipasi

dalam pembelajaran seperti ikut mengajar dan mengikuti proses

pembelajaran pendidikan Islam

b Pengumpulan data dengan wawancarainterview

36

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2014318)

c Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu Dokumen

bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh adanya dokumen Pengumpulan dokumen yang berkaitan

dengan objek penelitian yaitu berupa buku sejarah buku profil sekolah

pajangaan struktur buku informasi pendataan siswa dan guru kurikulum

pelajaran dan perangkat pembelajaran

37

d Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada Triangulasi berguna untuk

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2014327) Pengumpulan data diambil

dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama Adanya observasi kemudian dilanjutkan dengan wawancara

yang mendalam serta pengumpulan dokumentasi untuk sumber data yang

sama dan melakukan wawancara atau pengumpulan data pada beberapa

sumber data yang berbeda

4 Teknis Analisi Data

Bogdan menyatakan tentang analisis data kualitatif sebagai proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkan kedalam unit-

unit melakukan sintesa menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain Susan Stainback mengemukakan bahwa

analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

38

sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Sugiyono

2014332)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan

Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono

2014333) Peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu sebelum

memasuki lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian Fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan Analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

wakttu tertentu Pada saat wawancara analisis sudah dilakukan terhadap

jawaban dari hasil wawancara Setelah data diperoleh cukup banyak dan

dicatat secara teliti dan rinci maka dilanjutkan dengan mereduksi data

Dengan merangkum memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya Dengan demikian data akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya Langkah selanjutnya adalah penyajian data atau mendisplaykan

data yang menjadikan data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami Penyajian data menggunakan teks

bersifat naratif (Sugiyono 2014333) Langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

39

bersifat sementara dan bisa berubah Apabila pengumpulan data valid dan

konsisten maka kesimpulannya kredibel

G SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima)

BAB yaitu

BAB I Bab I ini berisi pendahuluan yang didalamnnya akan diuraikan

tentang latar belakang masalah rumusan masalah landasan teori tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Dalam Bab II berisi kajian teori yang didalamnya akan

dipaparkan tentang pengertian Pendidikan Profetik Sistem Pendidikan Profetik

dan Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

BAB III Bab III berisi laporan hasil penelitian yang didalamnya akan

diuraikan tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga gambaran

pembelajaran Pendidikan Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Konsep Pendidikan

Profetik yang diterapkan di SMP Negeri 4 Salatiga Dan implementasi

pendidikan Profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

BAB IV Bab IV berisi Hasil penelitian yang berupa deskripsi hasil

penelitian temuan hipotesis dari penelitian dan hasil pengujian Hipotesis

mengenai implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

40

BAB V Bab V berisi penutup yang di dalamnya akan dipaparkan

mengenai kesimpulan dan saran-saran

41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A PENDIDIKAN DALAM ISLAM

1 Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti ldquopergaulan dengan anak-

anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai ldquo usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnyardquo

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman

hidup pembentukan kembali pengalaman hidup Sementara itu Komisi

Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata

menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan

akhir pendidikan

42

Meski berawal dari akar kata yang sama tetapi pemberian makna terhadap

istilah pendidikan begitu beragam Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip

masanya serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis

apalagi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis

(Armai 200716)

2 Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia pendidikan ialah proses sosialisasi yakni

memasyarakatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia

yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri yaitu mampu

konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan Nabi SAW

bersabda ldquoDidiklah anakmu-anakmu sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya dan bukan untuk zamanmurdquo Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi 2004137)

Ahmad D Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai

program bimbingan sunyek pendidikan (guru pendidik) kepada objek

pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu dalam jangka waktu tertentu

dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam Menurut

Yusuf Qardhawi pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal

dan hatinya rohani dan jasmaninya akhlak dan ketrampilannya

43

Menurut Muyazin Arifin hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui

ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya

( Armai 200718)

Secara estimologis pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil Al

Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan

Islam adalah upaya mengembangkan mendorong serta mengajak manusia

lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 200835)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum

terdapat di zaman Nabi Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi

dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran

memberi contoh melatih keterampilan berbuat memberikan motivasi dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita

harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut Kata ldquoPendidikanrdquo yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arabnya adalah ldquoTarbiyahrdquo dengan kata kerja ldquoRabbardquo Kata

ldquopengajaranrdquo dalam bahasa Arabnya adalah ldquota‟limrdquo dengan kata kerjanya

44

ldquo bdquoallamardquo Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya ldquoTarbiyah wa

ta‟limrdquo sedangkan ldquopendidikan Islamrdquo dalam bahasa Arabnya adalah

ldquoTarbiyah Islamiyahrdquo (Zakiyah Daradjat 201225)

Dalam konteks pendidikan Islam kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah Sejak dekade 1970-an

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah

Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak Dalam bahasan berikut kita

akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai

terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi 2004138)

a Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh jiwa dan ruh disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah intelektual dan ruhaniah pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai

denagn berbagai tingkat dan derajat

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim Sementara DrFatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim Menurut Al-

Attas pendidikan adalah beban masyarakat Penekanan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (bdquoilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta‟dib karena adab

45

sebagaimana didefinisikan disini sudah mencakup ilmu dan amal Simaklah

sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut

ldquodari ibnu mas‟ud Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian

menjadikan pendidikanku yang terbaik (HRIbnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi

jamius Shaghir I14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai ldquo mendidikrdquo yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata bdquoallama dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai ldquopendidikanrdquo dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim

Dengan jelas dan sistematik Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai

berikut

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur pembangunan iman ilmu dan amal

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik Cara Tuhan mendidik Nabi tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna

3) Dalam kerangka pendidikan istilah ta‟dib mengandung arti ilmu

pengetahuan dan pengasuhan yang baik

4) Dan akhirnyaAl-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama

sopan-santun adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib

b Al-Ta‟lim

46

Menurut Abdul Fatah Jalal proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah Untuk menjelaskan pendapat ini jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34 Menurut jalal

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh serta lebih luas dari pada kata tarbiyah Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca

tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman tanggung jawab

dan amanah

Jadi berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut Al-

Qur‟an ta‟lim lebih luas dari tarbiyah Berbeda dengan Al-Attas Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib Selanjutnya Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan juga ketrampilan yang

dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku

c Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi At-Tarbiyah adalah lebih tepat

digunakan dalam terminologi pendidikan Islam An-Nahlawi mencoba

47

menguraikan secara sistematik semantik lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39

2) Rabiya-yarbu denagn wazan Khafiya-yakhfa yang berarti menjadi

besar

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu berarti memperbaiki

menguasai urusan menuntun menjaga dan memelihara

Imam Al-Baidhawi mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna

Dari ketiga istilah tersebut Abdurrahman an-Nahwali menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur pertama menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh Kedua mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam Ketiga mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya Dan keempat proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib dengan sedikit

demi sedikit hingga sempurna

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak

perlu terjadi jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan

dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan

diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan

Islam sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai

berikut

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding

kedua istilah lainnya

2) Dalam interaksi edukatif konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim dan

3) Keduanya baik tarbiyah maupun ta‟lim harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya tetapi

dengan modifikasi tertentu sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat ldquofadilahrdquo tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada

pertumbuhan dan pembinaan keimanan keIslaman dan keihsanan

disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual peserta didik

Jadi antara ta‟dib ta‟lim dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan

yang lain Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam

bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif Maka dari tiga hal di ataslah

lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam

49

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam

Suatu totalitas kependidikan harus bersandar pada landasan dasar

Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak

dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh paripurna atau syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh Kajian tentang pendidikan Islam tidak

boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang

mendasar Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam yaitu a) Al-

Qur‟an b) Al-Sunnah c) Al-Kaun dan d) Ijtihad

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah

SWT dan karenanya ia merupakan dasar hukum bagi mereka Al-Qur‟an

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan

yang terjadi Al-Qur‟an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan

manusia Segala persoalan terdapat hal pokoknya di dalam Al-Qur‟an serta

berisi tentang aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela

mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu

Al-Qur‟an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara

umum Juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial

moral dan spiritual di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu

Sebagai contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat

50

Lukman ayat 21-19 Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman akhlak ibadat sosial dan ilmu pengetahuan

Maka Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam

setiap sendi kehidupannya yang akan mengantarkan manusia mampu

berdialog secara ramah dengan dirinya sendiri dengan alam sekitar dan

dengan Tuhannya maka al-Qur‟an menjadi landasan yang kokoh dan

paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual spiritual dan

keparipurnaan hidup manusia secara hakiki Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi

2004155)

b) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rosul

Allah SWT Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan

Dijadikannya as-sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak

terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap Al-Qur‟an Yaitu -

Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang bersifat umum Maka

dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang

diterangkan - Sunnah mengkhidmati al-Qur‟an Memang as-sunnah

menjelaskan mujmal al-Qur‟an menerangkan musykilnya dan

memanjangkan keringkasannya Al-Qur‟an menekankan bahwa Rosul

51

SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-fiman Allah (QS1644)

Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-sunnah fi makanatiha wa fi

Tarikhiha menulis bahwa as-sunna mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan Al-Qur‟an dan fungsi berkaitan dengan pembinaan hukum syara‟

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an

Sunnah berisi tentang petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

manusia dalam segala aspekny untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa Untuk itu Rasul Allah menjadi

guru dan pendidik utama Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua bagi cara pembinaan manusia muslim dalam setiap sendi

kehidupannya

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia

melalui perantara malaikat jibril dan nabi-nabiNya ia juga

membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata yaitu alam semesta

dengan segala macam partikel dan heteroginitas berbagai entitas yang ada

di dalamnya langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya

laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan gunung-gunung

berbagai macam binatang dan sebagainya

Mengenai ayat-ayat kauniyah tersebut beberapa ayat di dalam al-

Qur‟an menyatakan dengan gamblang dalam surah Ar-Ra‟d ayat 3 dan Al-

Jatsiyah Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

52

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial begaimana bersikap dan berperilaku mulia Ditilik dari

wacana pedagogis hal itu amatlah berarti bagi berlangsungnya proses

pendidikan demi tercapainya (setidaknya) dan hal bagus bukan hanya

tumpukan ilmu dan kepandaian tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan sayri‟at Islam

untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan

sunnah (Zakiyah Daradjat 201221) Ijtihad sebagai langkah untuk

memperbaharui interpretasi dan pelembagaan ajaran Islam dalam

kehidupan yang berkembang merupakan semangat kebudayaan Islami

Ijtihad yang diarahkan pada interpretasi wahyu dan al-kaun akan

menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menggembirakan Sebab interpretasi manusia atas wahyu akan

menghasilkan pemahaman keagamaan atau agama yang aktual Orang

yang melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid Seorang mujtahid

senantiasa menggunakan akal budinya untuk memecahkan problematika

kemanusiaan dalam kehidupannya Orang yang senantiasa menggunakan

akal budinya oleh Al-Qur‟an disebut sebagai ulul-albab (Khoiron

Rosyadi 2004159)

53

Menurut Al-Qur‟an ulul-albab adalah sekelompok manusia tertentu

yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT Diantara keistemewaannya

adalah mereka diberi hikmah dan pengetahuan disamping pengetahuan

yang diperoleh secara empiris (QS2269)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur‟an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsip saja (Zakiyah Daradjat 201222)

4 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah apa yang dicanangkan oleh manusia atau sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha serta kegiatan selesai Ketika

berbicara mengenai tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita untuk

berbicara tentang tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia Sebab pendidikan

hanyalah suatu alat yang digunakan oelh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

Al-Syaibany menampilkan definisi tujuan sebagai perubahan yang

diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau upaya yang diusahakan

oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada

tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitar Jadi tujuan-tujuan pendidikan jika mengikuti

definisi ini maka ada perubahan yang diinginkan dalam tiga bidangyaitu a)

54

tujuan-tujuan individual b) tujuan-tujuan sosial dan c) tujuan-tujuan

profesional (Khoiron Rosyadi 2004161)

Dilihat dari segi UU No23 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

nasional dalam Bab II dasar fungsi dan tujuan pada pasal 3 maka tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak

mulia sehat berilmucakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam

a Tujuan Umum pendidikan Islam

1) Prof M Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan

Islam menyimpulkan bahwa tujuan umum yang asasi bagi pendidikan

Islam yaitu

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan untuk mengetahui (co-riosity)

e) Menyiapkan pelajar dari segi profesional

2) Prof Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Islam dan Metode-metode pengajarannya tujuan umum

yang ditampilkan yaitu

55

a) Pendidikan akal dan Persiapan pikiran

b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak

c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan

kesediaan-kesediaan manusia

3) Menurut Muhammad Quthb tujuan umum pendidikan Islam adalah

manusia yang taqwa itulah manusia yang baik menurutnya Sungguh

yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah

yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya (QS Al-Hujurat (49)13)

4) Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia Hamba Allah Jadi menurut Islam pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia sebagai makhluk yang

menghambakan diri kepada Allah(beribadah kepadaNya) Karena

sesuai dengan pesan Al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia supaya mereka beribadah kepadaNya (QSal-Dzariyat

(51)56)

Tujuan umum pendidikan Islam diberi perhatian dan tidak terkena

perubahan dari waktu ke waktu Finalitas kenabian secara implisit menyatakan

finalitas cita-cita yang diajarkan Nabi SAW kepada sekalian manusia Jadi

tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan yang berada jauh dari masa

sekarang sebuah hasil pencapaian yang tidak dapat terlaksana melalui kerja

Taqwa kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam ia

sebagai ultimate goal dari serangkaian tujuan yang ditampilkan di atas dan

56

masing-masing tujuan tersebut mempunyai hubungan sistematik satu sama

lainnya yang tak dapat terpisahkan (Khoiron Rosyadi 2004170)

b Tujuan khusus Pendidikan Islam

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah perubahan-perubahan

yang diingini yang bersifat atau bagian yang termasuk di bawah tujuan

umum pendidikan Dengan kata lain gabungan pengetahuan ketrampilan

pola-pola tingkah laku sikap nilai-nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terkandung dalam tujuan umum bagi pendidikan yang tanpa

terlaksananya tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna

Contoh tujuan umum ldquo untuk menumbuhkan semangat agama dan

akhlakrdquo maka pada tujuan khusus sebagai berikut

1) Memperkenalkan akidah-akidah Islam kepada generasi muda

2) Menumbuhkan kesadaran pada diri terhadap agama

3) Menambah keimanan kepada Allah Sang Pencipta

4) Menumbuhkan rasa rela optimisme kepercayaan diri tanggung

jawab menghargai tolong menolong dan berkorban

5) Mendidik naluri motivasi keinginan generasi muda dan

membentengi mereka menahan motivasinya dan membimbingnya

dengan baik

6) Membersihkan hati mereka dari dengki iri hati benci egoisme

khianat perpecahan dan perselisihan

57

c Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah

Surat Ali Imron ayat 102

(

Artinya

ldquoWahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)rdquo (QS Ali Imron (3)102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari akwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya Insan Kamil yang mati dan

menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

Islam (Zakiyah Daradjat 201231)

B PENDIDIKAN PROFETIK

58

1 Pengertian Profetik

Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi Kata dari bahasa Inggris ini berasal dari bahasa yunani ldquoprophetesrdquo

sebuah kata benda untuk menyebut orang yang berbicara awal atau orang yang

memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan

Profetik atau kenabian disini merujuk pada dua misi yaitu seseorang yang

menerima wahyu diberi agama baru dan diperintahkan untuk mendakwahkan

pada umatnya disebut rasul (messenger) sedang seseorang yang menerima

wahyu berdasarkan agama yang ada dan tidak diperintahkan untuk

mendakwahkannya disebut nabi (Prophet) (MohRoqib 201149)

Kenabian dari kata arab ldquonabiyrdquo dan kemudian membentuk kata

nubuwwah yang berarti kenabian Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

nabi adalah hamba Allah yang ideal secara fisik (berbadan sehat dengan fungsi

optimal) dan psikis (berjiwa bersih dan cerdas) yang telah berintegrasi dengan

Allah dan malaikatNya diberi kitab suci dan hikmah bersamaan dengan itu dia

mampu mengimplementasikan dalam kehidupan dan mengkomunikasikannya

secara efektif kepada sesama manusia Sedang kenabian mengandung makna

segala ihwal yang berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh

potensi kenabian Potensi kenabian dapta menginternal dalam individu setelah

ia melakukan proses edukasi yang didasarkan oleh nilai-nilai kenabian dalam

Al-qur‟an Sunnah dan Ijtihad dengan berbagai upaya melakukan pemikiran

sehingga dapat menemukan kebenaran normatif dan faktual Pemikiran

filosofis ini kemudian disebut dengan filsafat profetik atau filsafat kenabian

59

Dengan potensi tersebut nabi mampu menyampaikan risalah dan membangun

umat dan bangsa sejahtera lahir batin

Agar tugas-tugas kenabian tercapai setiap nabi diberikan sifat-sifat mulia

yaitu a Jujur (al-sidq) b Amanah (al-amanah) c Komunikatif (al-tablig)

dalam arti selalu menyampaikan ajaran dan kebenaran dan d Cerdas (al-

fatanah) Setiap Nabi memiliki misi utama yang harus dipahami dan

dilaksanakan oleh ulama sebagai pewaris para nabi Misi kenabian tersebut

dalam bingkai mengembangkan kitab suci yaitu a menjelaskan ajaran-

ajaranNya b menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan sesuai dengan perintahNya

c memutuskan perkara atau problem yang dihadapi masyarakat dan d

memberikan contoh pengamalan

Keempat tugas dan misi ini jika dimaknai dalam konteks pendidikan nabi

memiliki tugas pertama adalah memahami Al-Qur‟an berarti nabi harus

menguasai ilmu (ilahiyah) yang akan menjadi materi dan dijelaskan kepada

peserta didik kedua menyampaikan materi (ajaran) tersebut kepada umat

(peserta didik) ketiga melakukan kontrol dan evaluasi dan jika terjadi

penyelewengan dilakukan pendisiplinan diri agar tujuan pendidikan (ajaran)

dapat diaplikasikan dalam kehidupan Terakhir nabi memberikan contoh dan

model ideal personal dan sosial lewat pribadi nabi yang menjadi rasul dan

manusia biasa (MohRoqib 201149)

Seorang nabi yang memiliki potensi sempurna yang diberikan Tuhan yang

merupakan model utama moral utama yang patut dicontoh dalam kehidupan

60

termasuk dalam dunia pendidikan bagaimana potret pendidikan kenabian dan

bagaimana potret itu dapat menjadi faktual saat ini

2 Filsafat profetik

Filsafat profetik atau filsafat kenabian adalah pemikiran filosofis yang

didasarkan pada nilai-nilai kenabian dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan

berbagai upaya pemikiran reflektif-spekulatif sampai pada penelitian empirik

sehingga menemukan kebenaran normatif dan faktual aplikatif yang memiliki

daya sebagai penggerak umat sehingga terbentuk khaira ummah atau

komunitas ideal Secara teologis filsafat profetik ini diambil dari pemikiran

sufi yang membincang tentang bentuk kemanunggalan (ittihad) Tuhan yang

Esa (tauhid) yang transenden dengan manusia yang relatif dan plural

Filsafat profetik atau filsafat kenabian sebagai upaya mendialogkan

manusia Tuhan dan alam dapat dimaknai sebagai filsafat yang mengkaji

tentang hakikat kebenaran dengan mendasarkan pada wahyu yang masuk dan

menginternal dalam diri manusia agung (an-nabiy) kemudian dikomunikasikan

pada manusia dan keseluruhan alam agar kebenaran tersebut menjadi mungkin

untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta manusia

terbaik (khaira ummah) dengan kehidupan yang sejahtera (MohRoqib

201153)

3 Filsafat pendidikan profetik

Berdasarkan pada pemahaman terhadap filsafat profetik sebagaimana

telah disebutkan filsafat pendidikan profetik adalah pemikiran filosofis

kependidikan yang mendasarkan pada pemahaman terhadap alam dan hukum

61

dialektikanya yang bermuara pada hubungan antara tuhan dan manusia yang

menyatu (tauhid) tanpa menghilangkan keEsaan Tuhan dan tidak pula melebut

eksistensi manusia sehingga manusia yang percaya terhadap yang profon akan

bertindak sebagai manifestasi kepercayaan kepada Allah sekaligus memahami

keterbatasan dan kelemahan memahami realitas hukum dan alam Tuhan

(MohRoqib 201186) Filsafat pendidikan profetik merupakan proses transfer

pengetahuan dan nilai untuk pengEsaan terhadap Allah yang dilakukan secara

kontinu dan dinamis disertai pemahaman bahwa dalam diri ada kelebihan dan

kelemahan yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan (yang transenden)

Islam merupakan agama yang abadi karenanya menuntut perubahan yang

permanen yang disertai dengan cita-cita mengenai tujuan (a sense of goal)

yaitu membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan Untuk memberi arah ke

mana transformasi tersebut akan dibawa maka dibutuhkan ilmu sosial profetik

untuk memberikan petunjuk kearah transformasi yang dilakukan Perubahan

yang didasarkan pada cita-cita Humanisasi emansipasi Liberasi dan

Transendensi yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik Humanisasi

Liberasi dan Transendensi merupakan dasar cita-cita profetik dalam pendidikan

Tiga muatan itulah yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik dengan

berdasarkan Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110

62

110 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah (QS Ali Imron 110)

a Transendensi

Transendensi berasal dari bahasa Latin ldquotranscendererdquo yang

berarti naik ke atas dalam bahasa inggris ldquoto transcendrdquo berarti

menembus melewati melampui artinya perjalanan di atas atau di luar

ldquotranscendrdquo berarti melebihi lebih penting dari ldquotranscendentrdquo

berarti sangat teramat atau sukar dipahamkan atau diluar pengertian

dan pengalaman biasa Transendensi bisa diartikan Hablun min Allah

ikatan spiritual yang mengikatkan antara manusia dan Tuhan

Transendensi dalam teologi Islam berarti percaya kepada Allah kitab

Allah dan yang ghaib (MohRoqib 201178)

Berdasarkan pada filsafat profetik indikator transendensi dapat

dirumuskan 1) mengakui adanya kekuatan supranaturalAllah 2)

melakukan upaya mendekatkan diri kepada Allah 3) berusaha untuk

memperoleh kebaikan Tuhan sebagai tempat bergantung 4)

memahami suatu kejadian dengan pendekatan mistik (kegaiban)

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuasaanNya 5) mengaitkan

perilaku tindakan dan kejadian dengan ajaran kitab suci 6) melakukan

sesuatu disertai harapan untuk kebahagiaan hari akhir (kiamat) 7)

menerima masalah atau problem hidup dengan rasa tulus dan dengan

63

harapan agar mendapat balasan di akhirat untuk itu kerja keras selalu

dilakukan untuk meraih anugerahNya

b Liberasi

Liberasi dari bahasa Latin ldquoliberarerdquo berarti memerdekakan atau

pembebasan Liberation dari kata ldquoliberalrdquo yang berarti bebas

Liberation berarti membebaskan atau tindakan memerdekakan

Artinya pembebasan terhadap semua yang berkonotasi dengan

signifikasi sosial seperti mencegah bernarkoba memberantas judi

membela nasib buruh dan mengusir penjajah (MohRoqib 201182)

Dari definisi dan pemahaman terhadap filsafat profetik dapat

dirumuskan indikator ilberasi yaitu 1) memihak kepada kepentingan

rakyat wong cilik dan kelompok mustad‟afin 2) menegakkan

keadilan dan kebenaran 3) memberantas kebodohan dan

keterbelakangan sosial-ekonomi 4) menghilangkan penindasan dan

kekerasan

c Humanisasi

Humanisasi berasal dari kata Yunani humanitas berarti makhluk

manusia menjadi manusia Dalam bahasa inggris human berarti

manusia bersifat manusia humane berarti peramah orang penyayang

humanism berarti peri kemanusiaan Humanisasi (insaniyyah) artinya

memanusiakan manusia menghilangkan kebendaan ketergantungan

kekerasan dan kebencian dari manusia (MohRoqib 201184)

64

Indikator Humanisasi 1) menjaga persaudaraan meski berbeda

agama kayakinan status sosial dan tradisi 2) memandang seseorang

secara total 3) menghilangkan berbagai bentuk kekerasan 4)

membuang jauh sifat kebencian terhadap sesama

Ketiganya disebut visi profetik Untuk filsafat pendidikan profetik Unsur-

unsur profetik tersebut harus menjadi tema pendidikan Islam Setiap

pendidikan Islam harus menyertakan unsur transendensi Humanisasi plus

transendensi liberasi plus transendensi karena transendensi begitu sentral

4 Pengertian Pendidikan Profetik

Pendidikan profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan

nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam

sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal

(khairul ummah) Pendidikan profetik peserta didiknya dipersiapkan sebagai

individu sekaligus komunitas untuk itu standar keberhasilan pendidikan diukur

berdasarkan capaian yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasi

secara sosial (MohRoqib 2011 88)

Pendidikan profetik merupakan upaya sadar dalam proses transfer

pengetahuan dan nilai-nilai kenabian yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara

utuh dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Strategi pendidikan profetik sebagaimana Nabi dimulai keteladanan diri

dan bangunan keluarga ideal (maslahah) Pendidikan dalam perspektif profetik

memiliki dasar tradisi akademik dan kondusif sebagaimana Nabi membangun

65

tradisi Madinah (sunnah madaniyyah) atau sunnah nabawiyyah yang memiliki

daya kolektif untuk terus bergerak progresif secara kontinu dengan pilar

transendensi yang kuat berpengaruh pada seluruh dimensi dan sistem

kependidikan yang dalam kegiatan riilnya dibarengi dengan pilar humanisasi

atau membangun nilai kemanusiaan dan liberasi memupus berbagai hal yang

merusak kepribadian

Kompetensi pendidik atau guru dalam pendidikan profetik meliputi empat

hal yaitu kejujuran (sidq) tanggung jawab (amanah) komunikatif (tabliq) dan

cerdas (fatanah) Pendidikan Profetik secara faktual berusaha menghadirkan

nilai kenabian dalam konteks kekinian Secara skematis bagaimana

epistemologi model integrasi dan koneksitas serta pola bangunan profetik

5 Tujuan Pendidikan Profetik

Tujuan pendidikan ada tujuan akhir ultimate goals immediate goals dan

tujuan khusus Semua tujuan tersebut harus berjalan dan berhubungan dengan

berbagai sistem sebab akibat hukum-hukum material dan keharmonisan

kehidupan praktis duniawi Di dalam pendidikan Islam tujuannya adalah

membentuk kepribadian muslim paripurna (kaffah) yang memiliki indikator

kemandirian multi kecerdasan dan kratif dinamis sehingga mampu memberi

rahmat bagi alam

Tujuan pendidikan profetik sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Pertama

prinsip integrasi (tauhid) yang memandang adanya wujud kesatuan dunia-

66

akhirat Karena itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk

mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat

Kedua prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari

prinsip integrasi Keseimbangan antara muatan rohaniah dan jasmaniah antara

ilmu murni dan terapan antara teori dan praktek antara nilai yang menyangkut

akidah syariah dan akhlak

Ketiga prinsip persamaan dan kebebasan Prinsip ini dikembangkan dari

nilai tauhid bahwa Tuhan adalah Esa oleh karenanya setiap individu bahkan

semua makhluk adalah dari pencipta yang sama

Keempat prinsip kontinuitas dan berkelanjutan Dari prinsip ini dikenal

konsep pendidikan seumur hidup (life long education) Sebab dalam Islam

belajar adalah suatu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir

Sebagaimana ulama salaf berkata (HAMKhon 2014 145)

ldquoCarilah ilmu dari ayunan sampai lubang kuburrdquo

Kelima prinsip kemaslahatan dan keumatan Ruh tauhid apabila menyebar

dalam sistem moral akhlak kepada Allah dengan kebersihan hati dan

kepercayaan yang jauh dari kotoran akan memiliki daya juang untuk membela

hal-hal yang maslahah atau berguna bagi kehidupan

6 Materi Pendidikan Profetik

Materi pelajaran kurikulum dan silabus dalam pendidikan profetik yang

diberikan pendidik harus ditata dan disusun sesuai dengan jenjang jenis dan

67

jalur pendidikan Sebagai software materi yang termuat dalam silabi

merupakan bentuk operasional yang menjabarkan konsep pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan

Minimal ada tiga prinsip dalam merancang materi pertama

pengembangan pendekatan religius kepada dan meliputi semua cabang ilmu

pengetahuan kedua isi pelajaran yang bersifat religius seharusnya bebas dari

ide dan materi yang jumud dan tak bermakna dan ketiga perencanaan dengan

memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor disebut sebagai tiga

prinsip kontinuitaskesinambungan sekuensi dan integrasi

Tujuan yang jelas mempermudah mengambil langkah operasional dalam

proses kependidikan termasuk penentuan materi Dalam perspektif pendidikan

profetik unsur religius yang transendental humanis dan liberal harus

berintegrasi dengan setiap cabang ilmu Dalam pengembangan materi yang

terdapat pada kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional Hal ini

menurut Noeng Muhadjir pendekatan proporsional tersebut diharapkan ada

integrasi pendekatan dalam penetapan suatu materi yang melibatkan

pendekatan akademik humanistik dan teknologi secara proporsional

Rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam II menuangkan

suatu pengorganisasian materi menjadi pengetahuan a perential dan b

acquired dua istilah yang dalam klasifikasi ilmu pengetahuan klasik dikenal

sebagai bdquoulum naqliyyah dan bdquoulum bdquoaqliyah (muktasabat) Rekomendasi ini

selengkapnya dilampirkan oleh Syed Ali Ashraf (MohRoqib 2011128)

68

Khusus mengenai pengorganisasian itu adalah sebagai berikut Kelompok

I perenial (meliputi ilmu-ilmu abadi) meliputi 1 al-Qur‟an a) membaca

(qira‟at) menghafal (hifz)interpretasi (tafsir) b) sunnah c) sirah Nabi d)

tauhid e) Ushul Fiqh dan Fiqh f) bahasa Arab 2 Materi tambahan meliputi a)

filsafat Islam b) perbandingan agama c) Kebudayaan Islam

Kelompok II Asquired (muktasabat ilmu-ilmu hasil pencarian manusia)

1 Imajinatif a) Seni Islam dan Arsitektur b) Bahasa dan Sastra 2 Ilmu-ilmu

Intelektual a) Studi Sosial b) filsafat c) ekonomi d) ilmu politik e) sejarah f)

peradaban Islam g) ilmu bahasa h) Geografi i) sosiologi j) Psikologi dan i)

antopologi 3 Ilmu-Ilmu pengetahuan Alam (Teoritik) a) Filsafat Ilmu b)

Matematik c) Statistik d) fisika e) Kimia dan lain-lain 4 Ilmu-ilmu terapan

a) Rekayasa dan Teknologi b) Kedokteran c) Pertanian dan d) Kehutanan 5

Ilmu-ilmu Praktik a) Perdagangan b) Ilmu Administrasi c) Ilmu Perpustakaan

d) Ilmu Komunikasi

Sebagian masalah penting yang dihadapi dalam menetapkan materi adalah

masalah keusangan (absolescence) Keusangan menjadi persoalan dalam kaitan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Persoalan keusangan

lebih banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu pada kelompok kedua yakni ilmu hasil

pencarian manusia (acquired knowledges) (MohRoqib 2011130)

Persoalan penting yang perlu digaris bawahi dalam menetapkan materi dan

meyusun buku teks adalah bahwa ilmu-ilmu perenial (abadi) pada kelompok

pertama itu tetap menjadi inti kurikulum yang disusun dengan gradasi dan

sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan Hal lain yang

69

perlu diperhatikan adalah al-Qur‟an bukanlah teks sains melainkan kitab suci

yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya Al-Qur‟an berfungsi

sebagai prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadist

Nabi juga merupakan prinsip-prinsip pendidikan Islam Hal ini untuk

menghindarkan dari persoalan dikotomik ilmu pengetahuan yang muncul

dalam kurikulum termasuk dalam proses belajar mengajar

Mengakhiri tentang materi dalam paradigma profetik perlu dikemukakan

tentang nilai strategis membaca Materi untuk tingkat dasar adalah mengenal

huruf dan membaca teks Untuk tingkat menengah dapat dikembangkan materi

yang terkait dengan keterampilan atau strategi membaca cepat dan kreativitas

menulis Selanjutnya di perguruan tinggi dikembangkan materi teknik

memanfaatkan bahasa dan baca tulis untuk berkomunikasi efektif dan lobi

7 Pendidik Pendidikan Profetik

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan

karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah

ditentukan bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif

Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti

al-mulim (guru) al-mudarris (pengajar) al-muaddib (pendidik) dan al- walid

(orang tua) Dalam Islamm orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal Pertama

karena kodarat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya

70

Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu oranag yang berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya (Khoiron Rosyadi 2004172)

Proses pembelajaran memposisikan pendidik berperan besar dan strategis

Karena itu corak dan kualitas pendidikan profetik secara umum dapat diukur

dengan kualitas pendidiknya sebab dengan pendidik yang memiliki kualifikasi

tinggi diharapkan dapat menciptakan dan mendesain materi yang lebih dinamis

dan konstruktif mengatasi kelemahan materi dan subjek didiknya diantaranya

dengan menciptakan suasana yang kondusif dan strategi pembelajaran aktif

yang baik Dengan pendidik yang memiliki kualitas tinggi kompetensi lulusan

(output) pendidikan dapat dijamin sehingga mereka mampu mengelola potensi

diri mengembangkan kemandirian untuk menatap masa depan gemilang yang

sehat dan prospektif (MohRoqib 2011132)

Secara umum tugas pendidik ialah mengupayakan perkembangan seluruh

potensi subjek didik Pendidik bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia

juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri dengan semangat profetik Pendidik memiliki kedudukan sangat

terhormat karena tanggungjawabnya yang berat dan mulia

Seorang Pendidik membawa amanah Illahiyah untuk mencerdaskan

kehidupan umat dan membawanya taat beribadah dan berakhlak mulia Karena

tanggung jawabnya yang tinggi ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu

Syarat terpenting pendidik menurut Zakiah Daradjat adalah kepribadian utama

yang haus dimiliki oleh pendidik tersebut Kepribadian yang utuh meliputi

tingkah laku maupun tata bahasanya Sebab kepribadian pendidik akan mudah

71

diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya termasuk budi bahasanya Oleh

karena itu pendidik menurut Imam Zarnuji seharusnya seorang yang bdquoalim

wara‟ dan lebih tua usia (dan kedewasaanya)

Beberapa syarat kepribadian secara lengkap yang harus dimiliki oleh

pendidik agar ia bisa menjadi pendidik yang baik adalah 1) zuhud dan ikhlas

2) bersih lajir dan batin 3) pemaaf sabar dan mampu mengendalikan diri 4)

bersifat kebapakan dan keibuan 5) mengenal peserta didik dengan baik (baik

secara individual maupun kolektif) Pendidik ideal adalah pendidik yang pada

saat bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik (MuhRoqib 2011134)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul ambiya‟ seorang

pendidik harus yang baik shaleh yang merasa bahwa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang Muslim yang

baik yang akan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang

diajarkan Islam yang perbuatannya akan dijadikan teladan anak didiknya Prof

DR Hadari Nawawi (1983) mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu

mengadakan sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) didik dalam setiap

relasinya Jika antara keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam

kebersamaannya maka yang terjadi hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi

pendidikan

Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses seorang guru dianjurkan

untuk mempraktikkan hal-hal berikut (Muhammad jameel 200543)

a Mengucapkan salam

72

b Seorang guru tidak diperkenankan meminta muridnya berdiri pada saat ia

masuk kelas

Menunjukkan wajah yang penuh senyum Sebagaimana seperti yang

diajarkan Rosulullah SAW ldquoSenyummu di depan saudaramu adalah

sedekahrdquo (HR At-Tirmidzi)

c Seorang guru dianjurkan untuk memulai pelajaran dengan mengatakan

kalimat pembuka

d Seorang guru harus menggunakan kata-kata yang baik pada murid-

muridnya

e Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan yang dapat melukai

muridnya

f Seorang guru hendaknya memperingatkan murudnya yang menyibukkan

diri dengan hal lain yang menggangu jalannya pelajaran

g Seorang guru hendaknya mengatur pertanyaan yang diajukan para murid

saat mengikuti pelajaran

h Seorang guru hendaknya mempraktikkan etika Islam dengan tujuan untuk

mengajari para siswanya

i Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya

Syarat-syarat menjadi pendidik sukses sebaiknya guru dapat

1) Menguasai bidang pelajaran yang diasuh

2) Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan

3) Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan

4) Berperan sebagai pelanjut perjuangan para nabi

73

5) Memiliki keluhuran akhlak dan tingakt pendidikan dan kecerdasannya

6) Salaing membantu dengan sesama pendidik

7) Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama

8) Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur

9) Berhias diri dengan sifat sabar dalam setiap hal

Menurut Al-Abrasyi sifat-sifat pendidik dalam Islam sebagai berikut

a Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridloaan Allah semata

b Kebersihan

Seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan

bersih jiwa dan terhindar dari dosa besar

c Ikhlas dalam pekerjaan

d Pemaaf

e Harus mengetahui tabiat murid

8 Peserta didik Pendidikan Profetik

Peserta didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari

sistem kependidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Khoiron Rosyadi

2004192) Peserta didik dalam pendidikan profetik selalu terkait dengan

pandangan wahyu tentang hakikat manusia Secara substantif manusia

memiliki dua dimensi lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniyah) Manusia

sebagai makhluk allah di muka bumi diberi kelebihan-kelebihan dan

keistimewaan yang tidak diberikan kepada makhluk lain

74

Potensi yang dimiliki manusia bersifat kompleks yang pada pokoknya

terdiri dari ruh (roh) qalb (hati) bdquoaql (akal) dan nafs (jiwa) Potensi-potensi

itu bersifat rohaniyah dan mental-psikis Di samping itu manusia juga dibekali

potensi fisik-sensual berupa seperangkat panca indera yang berfungsi sebagai

instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di

lingkungannya Semua potensi tersebut bersifat mendidik dapat dan harus

dididik agar berkembang aktual (MohRoqib 2011134)

Selain itu perkembangan kepribadian peserta didik di samping ditentukan

oleh aspek dasar juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan)

Interdependensi antara dasar dan ajar dalam visi profetik tetap mengakui

eksistensi masing-masing dalam perkembangan kepribadian peserta didik Di

satu sisi fitrah merupakan konsep dasar lingkungan (pendidikan) dalam

membentuk corak kepribadian peserta didik

Dalam konteks pendidikan profetik setiap anak memiliki potensi positif

(fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia Allah telah menetapkan fitrah

setiap manusia sejak penciptaannya dan tidak ada perubahan pada fitrah Allah

itu Setiap manusia yang dilahirkan dalam fitrahnya dan akan lestari dan

berkembang jika diasah dan diasuh oleh lingkungan edukasinya

Fitrah yang dibawa anak sejak lahir memiliki sifat potensial memeelukan

upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi

faktual dan aktual Upaya memberikan prinsip-prinsip nilai amat penting untuk

membimbing dan mengarahkan pertumbuhan potensi manusia Peserta didik

harus terus mengembangkan potensi fitrahnya tersebut seumur hidup (life long

75

education) Bagi Noeng Muhadjir ilmu itu tetap berproses dan merupakan amal

yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia Sebab dalam

Islam pendidikan bernilai transendental tidak hanya berproses di dunia tetapi

tetap ada maknanya di akhirat

Hidup itu belajar Karena belajar manusia bermakna dalam hidupnya

Pendidik dalam mengajar terlebih dahulu harus mengenal subjek didik dengan

baik sehingga tidak ada pemaksaan kepadanya Pelajaran agar menarik peserta

didik harus disesuaikan dengan a kebutuhan jasmaniyah b kebutuhan sosial

c kebutuhan intelektual dan d kebutuhan religius Di samping itu juga

penciptaan lingkungan yang kondusif sangat penting artinya bagi proses

pendidikan sehingga anak dapat pelajar di mana dan kapan saja

9 Metode Pendidikan Profetik

Metode secara bahasa berearti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud atau cara mengajar dan lain sebagainya

dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dengan

menggunakan bentuk tertentu seperti ceramah diskusi penugasan dan lainnya

Metode pendidikan Profetik adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang

hakikat pendidikan profetik sebagai suprasistem (MohRoqib 2011138)

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalam

menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum Metode yang

tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstriksik sejalan

76

dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk

merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam

Menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak

dan relefansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam (HM Arifin

2011144)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang

hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi

tersebut

a Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya

semata

b Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alqur‟an

c Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran alqur‟an yang

disebut pahala dan siksaan

Dalam hubungannya dengan watak dan relevansinya ketiga aspek tersebut

merupakan dasar timbulnya pola pemikiran model-model proses belajar

mengajar Penelusuran yang analitis dalam alqur‟an akan menemukan

berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan

dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiap diri manusia

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru

untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode

kependidikan efektif san efisies

77

3) Pendidikan Islam mendorong guru untuk berikhtiar menghindarkan

pengaruh-pengaruh neatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-

program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita

Islami

4) Pendidikan Islam mengupayakan harmonisasi keserasian dan keselarasan

antara masukan instrumental dengan masukan environmental (pengaruh

lingkungan) dalam proses mancapai tujuan sehingga produk pendidikan

benar-benar sesuai dengan idealitas Islami

5) Pendidikan Islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar

mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak

didik

6) Pendidikan Islam dalam segala ikhtiarnya senantiasa berpegang teguh

pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi pda potensi

keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup

pribadi manusia muslim

Teknik berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu

sedang secara etimologi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus

atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran

atau aspek dalam wujud aktivitas strategi atau taktik dan bahan atau alat yang

terkait dengan pendukungnya Teknik merupakan cara operasional yang

diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran misalnya pembelajaran

aktif dengan teknik problem solving demonstrasi dan lainnya

78

Teknik Pendidikan Profetik adalah langkah-langkah kongkret pada waktu

seorang pendidik melaksanakan pendidikan di kelas Teknik merupakan

pengejawantahan dari metode Sedang metode merupakan penjabaran dari

asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Pendidikan Profetik

Tujuan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar

berdayaguna dan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

mengamalkan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menggairahkan

belajar peserta didik secara mantap sehingga proses pembelajaran menjadi

efektif dan efisien

Tugas utama metode pendidikan Profetik adalah mengadakan aplikasi

prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan

pendidikan dan terealisasinya melalui penyampaian keterangan dan

pengetahuan agar siswa mengetahui memahami menghayati dan meyakini

materi serta meningkatkan keterampilan olah pikir dan membuat perubahan

dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan sebagai dasar penggunaan

metode pendidikan Islam adalah dasar agamis biologis dan psikologis Pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara metode pendidikan Profetik dengan

pendidikan lain Pembedanya hanya pada nilai spiritual dan mental yang

menyertai pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekkan Prinsip

dasar penggunaan metode pendidikan Profetik adalah

a Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia

dengan Allah dan sesama makhluk

79

b Keterpaduan (integrative tauhid)

c Bertumpu pada kebenaran

d Kejujuran (sidq dan amanah)

e Keteladanan pendidik Ada kesatuan ilmu dan amal

f Berdasar pada nilai dan tetap berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah

budi utama

g Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak

h Sesuai dengan kebutuhan peserta didik

i Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian

j Proporsional dalam memberikan janji yang menggembirakan dan

ancaman untuk mendidik kedisiplinan

Pendidika Profetik juga dapat menggunakan metode yang disebut dengan

edutainment plus atau pendidikan yang menyenangkan dengan tanpa

meninggalkan hukuman jika dibutuhkan Edutainment plus merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan

proses pembelajaran yang rileks menyenangkan dan bebas dari tekanan baik

fisik maupun psikis (Khoiron Rosyadi 2004143)

Metode yang dipilih dan dilakasanakan oleh pendidik secara transenden

dibarengi dengan rasa tulus ikhlas sehingga peserta didik tergugah semangat

dan gerak edukatifnyadengan rasa senang dan nyaman Siraman nilai spiritual

yang berdimensi liberasi dan humanis akan memberikan sisi sentuh yang kuat

untuk berbuat demi kemanfaatan mereka dan lingkungannya

80

10 Media Pendidikan Profetik

Alat-alat pendidikan seringkali disebut dengan peralatan pendidikan yang

terkadang rancu dengan media pendidikan Alat (device) bisa disebut dengan

istilah hardware atau perangkat keras digunakan untuk menyampaikan pesan

Bahan atau software perangkat lunak di dalamnya terkandung pesan-pesan

yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji atau tanpa alat penyaji

Kedua-duanya ini bahan dan alat atau hardware dan software tidak lain adalah

media pendidikan (MohRoqib 2011146)

Secara definitif media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari si pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa demikian rupa

sehingga proses belajar terjadi Sumber belajar tidak hanya guru tetapi bisa

juga jenis pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima

oleh siswapeserta latihan Pesan-pesan yang dituangkan oleh guru terdapat

dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata lesan atau tertulis) mauoun

non verbal atau visual Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol

komunikasi itu disebut encoding Sedang proses penafsiran simbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis fisik

kultural dan lingkungan Dalam pendidikan profetik secara historis telah

diketahui bahwa alat belajar tulis dan baca telah lama ada pada masa nabi dan

diajarkan dikalangan sahabat dan sudah pula memakai peralatan dan media

81

pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya Pada masa sekarang

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sudah terasa

sangat mendesak dalam pengajaran perlu menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan itu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology) atau ICT dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

pendidik dalam melakukan proses pendidikan Tetapi apabila alat pendidikan

diperankan lebih dominan dari guru atau guru telah kalah pengaruh dalam

membentuk kepribadian subjek didik maka tidak mustahil sifat teknologi yang

statis dan rutin tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk kepribadian

subjek didik Semua media dikembangkan guna kemaslahatan kebaikan dan

kelestarian alam semesta memanfaatkan media untuk kemaslahatan umat juga

merupakan Ijtihad (MohRoqib 2011148-149)

11 Evaluasi Pendidikan Profetik

Dalam proses pendidikan Islam tujuan merupakan sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan proses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam Dengan memperhatikan kekhususan tugas

pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik

nilai-nilai Agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk

melalui proses itu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai

pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui

proses evaluasi (HM Arifin 2011162)

82

Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap

tingkah laku anak didik berdasarkan perhitungan yang bersifat komprehensif

dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-psikologis

Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat

kemampuan dasar anak didik yaitu

a Sikap dan pengalaman pribadinya hubungannya dengan Tuhan

b Sikap dan pengalaman dirinya hubunganya dengan masyarakat

c Sikap dan pengalaman kehidupannya hubungannya dengan alam sekitar

d Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan

selaku anggota masyarakat serta selaku Kholifah di muka bumi

Evaluasi diperlukan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan Dari

aspek proses apakah prosesnya sesuai dengan konsep pendidikan profetik yang

meliputi apresiasi terhadap tujuan muatan materi perilaku dan kualitas

pendidik pandangan dan perlakuan terhadap peserta didik penggunaan metode

dan media pembelajaran

Dari sisi hasil sandar keberhasilan pendidikan terletak pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan Tujuan pokok menengah dan akhir Tujuan

jangka pendek berupa kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan tujuan

jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat Kedua tujuan tersebut dapat

dilihat dari penguasaan keterampilan dan akhlak yang mulia Tolak ukur yang

mudah diketahui adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku keseharian ini disebut dengan akhlak Misi kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia Evaluasi pendidikan profetik selain

83

mengukur dan menilai tentang kualitas pemahaman penguasaan kecerdasan

dan keterampilan juga mengukur dan menilai nilai moral dan akhlak peserta

didik Akhlak yang berdimensi Tauhid hubungan kepada Allah (hablu min

Allah) hubungan terhadap sesama manusia (hablun min an-nas) dan

hubungan dengan alam untuk memberikan rahmat bagi alam semesta

(rahmatan li al-bdquoalamin) sebagai pemakmur bumi (khalifah fi al-ard) Menjaga

hubungan kepada Tuhan dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang

lain beribadah sesuai dengan agamanya merupaka akhlak profetik (MohRoqib

2011150)

Proses dan hasil yang beragam menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik dengan menggunakan tes maupun non tes Akhlak selain bisa dievaluasi

melalui tes juga non tes seperti dari catatan harian yang memuat ibadah

pergaulan peserta didik dalam keluarga dengan tetangga dan masyarakat juga

aktivitas lain yang positif untuk kemaslahatan umum dan kemanusiaan

C KONTEKSTUALISASI PENDIDIKAN PROFETIK

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoir Ummah)

Pemikiran pendidikan dalam paradigma profetik dengan ketiga pilar yang

telah disebutkan sebelumnya diharapkan bisa diartikulasikan dan

aktualisasikan dalam praktik pengembangan Pendidikan Islam Untuk

memberikan gambaran akan praktik yang diharapkan diperlukan desain

terlebih dahulu tentang model ldquokomunitas idealrdquo yang dalam bahasa Al-Qur‟an

disebut ldquokhoiru al-ummahrdquo

84

Sebagaimana telah disebutkan bahwa pendidikan profetik dengan dasar

tradisi atau sunnah baik dengan pilar transendensi humanisasi dan liberalisasi

secara otomatis membangun peserta didik anggota masyarakat secara kolektif

bukan hanya sebagai individu-individu Tentang khoir al-ummah disebutkan

dalam al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110 dan ayat ini menjadi rujukan untuk

pendidikan profetik

Artinya ldquoKamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allahrdquo QS Ali Imron (3) 110

Khoir al-Ummah juga berarti kelompok atau komunitas terbaik dan

manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain Umat secara umum menunjuk

pada semua mahkluk sedang kata umat ideal adalah komunitas sosial yang

dinamis yang bergerak sesuai dengan orientasi dan visi yang jelas di bawah

kepemimpinan yang bijaksana Kata Khoir al-Ummah yang diikuti tiga kata

dibelangkangnya yaitu amar ma‟ruf (humanisasi) nahi mungkar (liberasi) dan

iman kepada Allah (transendgvbensi) Jika dikaitkan dengan hal tersebut maka

pendidikan profetik harus dibangun berdasarkan empat syarat dan tiga pilar

Yaitu komunitas visi gerak dinamis dan kepemimpinan (Muh Roqib

2011155)

2 Pendidikan Profetik untuk pengembangan kebudayaan

85

Desain dari pendidikan profetik ini juga memanfaatkan dasar

pengembangan kebudayaan yang digerakkan melalui penguatan pada aspek-

aspek subjektif atau objektif budaya Penguatan dapat dilakukan dengan

memberikan stimulasi Setelah lebih jelas tentang format dan desain

pendidikan profetik dengan empat syarat dasar dan pilarnya serta aksi yang

didasarkan pada pemanfaatan tradisi dan budaya yang dikembangkan

diharapkan konsep pendidikan ini mampu mengilhami perkembangan pola

pendidikan baru sebagai alternatif

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan

Diantara beberapa model pendidikan yang memiliki potensi kuat untuk

dikembangkan dengan paradigma pendidikan profetik ini adalah

a Pendidikan Sosial-kebudayaan Homeschooling

Khair al-ummah komunitas ideal tidak akan terwujud tanpa

pemerataan pendidikan Sebagaimana yang banyak disebutkan pernyataan

ldquoorang miskin dilarang sekolahrdquo atau ldquoorang miskin dilarang sakitrdquo

merupakan identitas sosial yang harus segera digeser dan dirubah dengan

pendidikan profetik Pendidikan profetik dalam artian ini adalah

pendidikan kerakyatan

Agar program ini faktual dan aktual maka program pendidikan

yang dilakukan harus memanfaatkan potensi lokal Jika mendasarkan

pemikiran pada pencarian potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam

pengembangan pendidikan profetik homeschooling menjadi alternatif

jawabannya Persekolahan di rumah merupakan model pendidikan tertua

86

di nusantara Fokus dalam pendidikan sebaiknya difokuskan pada

pengembangan potensi dasar yang memungkinkan anak mampu

mengembangkannya secara mandiri lebih baik dan manusiawi Fokus itu

terutama adalah kemampuan bahasa metode perfikir dan pembentukan

kepribadian

Jika fokus ini yang menjadi orientasi dasar pendidikan maka setiap

lembaga atau komunitas terkecil kependidikan bisa berkompetensi secara

terbuka Pada wilayah kebijakan seperti ini homeschooling memiliki posisi

yang setara dengan pendidikan lain Persekolahan di rumah merupakan

pendidikan alternatif yang ditawarkan setelah mencerna bahwa pendidikan

saat ini diakui kurang efektif dan efisien

Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara

at home Dengan pendekatan ini anak akan merasa nyaman bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing kapan dan di mana saja

Pengembangan persekolahan di rumah ini bisa menunjang pelaksanaan

konsep pendidikan seumur hidup life long education Pendidikan dari

masa kanak-kanak sampai masa tua Terlepas dari pendidikan

persekolahan tersebut pendidikan dalam keluarga memiliki fungsi

strategis untuk pengembangan potensial secara utuh

Homeschooling yang didesain dalam perspektif pendidikan

profetik di antaranya harus memperhatikan tentang

87

1) Tujuan pendidikan yang dikembangkan hendaknya menyiapkan

peserta didik agar memiliki kemandirian dan potensi kreatif dalam

hidupnya

2) Memperhatikan potensi dan bakat anak

3) Pemikiran filosofis yang disampaikan kepada anak berparadigma

profetik yang bertumpu pada gerak dan tindakan

4) Orang tua yang berfungsi sebagai guru harus memberikan penekanan

terhadap pemahaman keagamaan yang integratif dan komprehensif

5) Budaya tradisi dan gaya hidup dalam keluarga dikondisikan agar

anak sebagai peserta didik

b Pendidikan Profetik Inklusif-multikultural

Pendidikan multikultural dapat dikembangkan dengan pemanfaatan

potensi seni dan budaya lokal Islam harus dihayati sampai kepada makna

dan ruhnya Penghayatan sampai makna seperti ini menuntu sebuah

perombakan kurikulum dalam pendidikan Sebab pendidikan yang berhasi

mencapai tujuan diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang mampu

menghargai keberbadaan dan keragaman kultur (multikultural)

Pendidikan multikultural dikembangkan untuk menjawab

kegelisahan terhadap pemahaman mengenai pluralitas yang sempit

Kaitanya dengan soal pluralisme penting untuk digaris bawahi bahwa

multikuturalisme itu berbeda dengan pluralisme Pluralisme hanya sebuah

pengakuan terhadap keberagaman tentang kemajemukan atau kebhinekaan

Sonia Neito mengartikan pendidikan multikulturalisme lebih praktis dalam

88

karyanya Language Culture dan Teaching (2002) Ia mendefinisikan

pendidikan multikulturalisme sebagai proses pendidikan yang menentang

bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat bisa diterapkan oleh

peserta didik komunitas mereka dan para pendidik Pendidikan

multikultural di indonesia menurut Anita Lie menghadapi tiga tantangan

yaitu pertama fenomena homogenisasi dunia pendidikan akibat tarik ulur

keunggulan dan keterjangkauan Yang kedua kurikulum Ketiga

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran multikultural (Muh

Roqib 2011174)

Fokus dari pendidikan multikultural adalah pada kecerdasan siswa

yang menguasai ilmu dan menyelesaikan masalah tetapi dengan dasar

moral yang menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar

belakang yang berbeda Pendidikan multikulturalisme dalam paradigma

profetik menempatkan dasar transendensi humanisasi dan liberasi untuk

menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan

secara teologis di hadapan Tuhan saling menghargai sebagai sesama

manusia dan saling membangun kebersamaan dalam menegakkan keadilan

melawan diskriminasi dalam bentuk apapun

c Pendidikan Profetik Integratif-interkonektif

Kebutuhan hidup manusia amat banyak dan beragam Pengetahuan

saja tidak cukup untuk membuat hidup manusia menjadi tentram dan

bahagia Pemahaman akan hukum alam sosial dan teologis memerlukan

paket materi pelajaran yang holistik dan komprehensif Ika Dewi Ana

89

dengan mengutip berbagai sumber mengungkapkan tentang krisis kearifan

dalam pendidikan diantaranya karena perlakuan lembaga pendidikan tidak

tepat terhadap ilmu pengetahuan (Muh Roqib 2011179)

Pendidikan intregratif merupakan bagian dari aplikasi pendidikan

profetik dalam artian pendidikan profetik tidak akan berjalan tanpa

membangun pendidikan yang integratif Integratif dalam teori desain

sistem pelaksanaan dan integratif dalam kelembagaan Integratif dalam

arti jejaring antar lembaga adalah berwujud kerjasama untuk

melaksanakan program bersama untuk menyiapkan media pendidikan dan

pelayanan prima tanpa pembebanan pada peserta didik secara sosial dan

ekonomi Dari aspek kelembagaan konsep pendidikan profetik adalah

mengintegrasikan ilmu (kurikulum) kebijakan dan kelembagaannya

d Pendidikan Profetik berdasarkan Filsafat Gerak-Kreatif

Filsafat profetik dalam rangka pemikiran Iqbal didasari oleh filsafat

gerak Tuhan mewajibkan hambanya untuk beribadah berarti ada

keniscayaan baginya untuk bergerak dinamis sebagaimana hukum alam

yang selalu bergerak sesuai kehendak-Nya Dalam sifat Nabi ada sifat

fatanah kecerdasan yaitu gerak kreatif yang dimiliki oleh seseorang

untuk merespon secara proaktif kondisi alam dan manusia untuk mengatasi

berbagai problem dan untuk meningkatkan peradaban umat manusia

Kreativitas ini adalah kelanjutan dari keimanan dan peribadatan

kepada Allah yang selanjutnya adalah melakukan upaya agar kebutuhan

primer seperti makan dan keamanan bisa dipenuhi dan kemudian

90

ditingkatkan menjadi kesejahteraan dan ketenangan hidup Menurut Noeng

Muhadjir kreativitas bagi manusia berfungsi sebagai unsur pembeda dari

makhluk lainya dan merupakan fungsi pendidikan yaitu menumbuhkan

kreativitas meyiapkan tenaga produktif pelestarian dan pengembangan

nilai Terkait dengan ini Noeng merincinya menjadi lima yaitu kreativitas

rasional kreativitas rekayasa kreativitas estetik kreativitas moral dan

kreativitas sosial Daya gerak dan perbaikan nilai kemanusiaan tidak akan

tercapai tanpa pengembangan kreativitas Pendidikan progresif

menyediakan ruang kreativitas yang menyenangkan dan humanis

Kreativitas dalam konteks profetik menjadi bagian dari aktualisasi amal

Shalih (Muh Roqib 2011184)

e Pendidikan Pofetik Menyenangkan-mendisiplinkan (Edutainment

Plus)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tradisi pendidikan

profetik harus melibatkan metode yang positif dan sesuai dengan kondisi

peserta didik Bagaimana pendidikan dapar memberikan peluang bagi

peserta didik untuk ldquogandrung ilmurdquo dan terus mengulang proses

pencarian ilmu karena metode yang dilakukan oleh pendidik begitu

menarik dan menyenangkan (MohRoqib 2011186)

Pendidikan profetik yang menyenangkan adalah pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak memberikan tekanan fisik maupun psikis

91

Sisi manfaat penggunaan desain pembelajaran yang berprespektif

edutainment Plus adalah

1) Membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa

lebih mudah

2) Mendesai pembelajaran dengan selipan humor dan permainan edukatif

untuk memperkuat pemahaman materi

3) Komunikasi menjadi efektif dan penuh dengan keakraban

4) Penyampaian materi pelajaran pada yang dibutuhkan dan

bermanfaatkan

5) Penyampaian materi sesuai dengan kemampuan peserta didik

6) Memberikan Reward dan hadiah sebagai motivasi untuk peserta didik

7) Pemberian sanksi atau hukuman secara edukatif dan proporsional jika

diperlukan untuk memantapkan kedisiplinan peserta didik

Penerapan edutainment puls dalam perspektif profetik sekali lagi

tetap tidak meninggalkan sama sekali terhadap hukuman jika diperlukan

untuk mendisiplinkan peserta didik

D PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penerapan pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan

nilai plus tersendiri pada proses pendidikan Islam Dengan adanya pemahaman

yang benr terhadap Islam maka akan menghasilkan paradigma Islam yang

integralistik atau menyeluruh Pendidikan agama Islam yang berparadigma

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi (Kuntowijoyo 200749) Berangkat dari nilai-

92

nilai yang sama dan dari sumber yang sama Integrasi terhadap terhadap Islam

dan ilmu akan semakin memperkuat keduanya Islam adalah ilmu dan ilmu

merupakan keharusan di dalam Islam Melalui pengintegrasian Islam dan ilmu

diharapkan adanya penyatuan antara wahyu tuhan dan pikiran manusia

Terdapat beberapa model dan paradigma pendidikan di Indonesia

diantaranya adalah model pendidikan tradisional dengan paradigma

ldquoIslamrdquonya dan pendidikan modern dengan paradigma sekulernya Tentu saja

masing-masing model pendidikan tersebut dengan paradigmanya masing-

masing memiliki muatan kurikulum dan orientasi yang juga berbeda

Referensi yang digunakan serta sikap yang dihasilkannya pun berbeda Model

pendidikan tradisional cenderung meletakkan agama dan akhirat sebagai

kurikulum dan orientasinya Pendidikan modern lebih kepada ilmu-ilmu umum

dan keduniawian sebagai muatan kurikulum dan orientasinya Eksklusif lebih

menjadi sikap pilihan model pendidikan tradisional jika dibandingkan liberal

yang menjadi sikap pendidikan modern Melalui pendidikan Islam profetik

masing-masing perbedaan yang terkesan berseberangan tersebut coba untuk

diintegrasikan sehingga menghasilkan model pendidikan yang berparadigma

integralistik serta lebih mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia

sebagai referensinya (Kuntowijoyo 200755) Dengan demikian orientasinya

tentu saja mengarah tidak hanya yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Kurikulum yang dibangun adalah kurikulum ilmu-ilmu agama dan umum

sehingga melahirkan sikap inklusif (Kuntowijoyo 200758)

93

Dalam upaya menciptakan masyarakat utama pendidikan menjadi salah

satu pilar utama di dalamnya Selain pendidikan yang merupakan integrasi

antara Islam dan ilmu sehingga melahirkan pendidikan yang bermutu maka ia

juga harus diinternalisasikan sekaligus diobjektifikasikan Kaitan antara

objektifikasi dan internalisasi adalah bahwa objektifikasi harus berangkat dari

internalisasi yang diinternalisasikan adalah nilai yaitu nilai-nilai Islam

(Kuntowijoyo 200761)

Pendidikan Islam profetik mensyaratkan adanya objektifikasi bukan

sekularisasi Objektifikasi menghendaki terhindarnya masyarakat dari dominasi

Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam profetik objektifikasi menghendaki

juga ketiadaan dominasi Islam terhadap masyarakat Melalui objektifikasi ini

masyarakat dari kelas manapun agama apapun kelompok manapun akan

dapat menerima konsep sistem dan mekanisme serta kurikulum pendidikan

Islam profetik yang dijalankan sebagai hal yang ldquowajarrdquo Hasil-hasil yang

dilahirkan selama proses di dalam pendidikan yaitu penggalian

pengakumulasian koleksi serta transformasi akan pengetahuan dianggap

sebagai aktualisasi terhadap nilai-nilai agama (ilmu agama) sekaligus nilai-nilai

dunia (ilmu dunia) secara wajar Objektifikasi adalah perbuatan dalam

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan yang juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikmatinya tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo 200763) Dalam konteks

pendidikan dapat dicontohkan melalui misalnya di dalam Islam orang yang

malas mencari ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang

94

membiarkan orang lain tetap berada di bawah penindasan orang lain adalah

musuh Tuhan maka hal itu dapat diobjektifikasikan melalui model dan

kurikulum pendidikan yang mengarahkan orang kepada perolehan ilmu

pengetahuan Ilmu yang dimiliki itu dapat menjadi alat baginya untuk melawan

penindasan yang selama ini terjadi kepadanya Pendidikan yang membebaskan

tersebut adalah objektifikasi dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 110

Letak perbedaan antara pendidikan profetik dan pendidikan Islam selama

ini adalah pada objektifikasinya Pendidikan Islam yang ada selama ini lebih

kepada Islamisasi atau doktrinisasi tetapi pendidikan Islam profetik lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya Dalam

pendidikan Islam profetik misalnya ajaran tentang menyantuni orang miskin

dan anak yatim tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja namun juga orang di

luar Islam Orang Islam dapat mempelajari itu orang di luar Islam pun sama

Wujud akhir yang nyata dari aktualisasi atau pelaksanaan terhadap nilai-nilai

Islam harus bisa dianggap wajar dan diterima oleh umum demikian halnya

dengan pendidikan Islam Jika pendidikan Islam dalam bentuk akhir dari

aktualisasinya dapat juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan itulah

pendidikan yang dibutuhkan pendidikan Islam profetik

Tujuan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Profetik tidak jauh beda

yaitu bersumber pada nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Di dalam pendidikan

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi Pendidikan agama Islam yang ada selama ini

95

lebih kepada Islamisasi atau doktrinasi sedangkan profetik lebih pada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Pendidikan profetik berbicara mengenai Idealita Realita dan Metode dalam

pendidikan Pendidikan profetik mencoba melakukan format pendidikan yang

bisa menggeser paradigma pendidikan yang kompetitif menjadi spirit

bersinergi contohnya saling melengkapi akan kebutuhan hidup masing-masing

Berbicara mengenai profetik adalah berbicara mengenai manusia tokoh idola

dan panutan Tapi tidak sekedar itu berbicara model yang menjadi panutan

untuk diikuti bukan karena kelebihan yang dimiliki model itu dan kemudian

melahirkan ldquokebanggaan pasifrdquo bagi yang mengetahuinya Makna profetik

lebih dari pada penilalian total akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang

dilakukannya Pendidikan yang dikembangkan oleh Nabi dilakukan secara

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan manusia tugas nabi yang

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak

dan amal sholeh atau bekerja secara profesional Sebagai pendidikan yang

bersifat utuh dan komprehensif maka pendidikan profetik dilakukan secara

utuh pula yaitu selain mengembangkan nalar juga mengembangkan potensi

hati dengan cara banyak berdzikir atau ingat Allah melakukan kegiatan ritual

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

Yollanda Vusvita Sari dalam kajian Education Center BEM UNY 2010

menulis bahwa pendidikan profetik tidak meniadakan akan suatu perbedaan

Namun yang dipermasalahkan adalah paham yang mengakui kebebasan dalam

berpendapat tanpa ada batas Konsep pendidikan profetik dalam pendidikan

96

agama Islam mengiyakan perbedaan akan tetapi harus ada keyakinan atau nilai

universal yang disepakati bersama Berbicara profetik adalah berbicara

orangnya (person) sedangkan ketika nilai ini menjadi kolektivitas sosial maka

akan menjadi masyarakat madani (Ummat) Pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara metode pendidikan profetik dengan pendidikan agama Islam

Pembedannya hanya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat

metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekan Metode yang dipilih dan

dilaksanakan oleh pendidik secara transenden dibarengi dengan rasa tulus

ikhlas dan cinta kasih sehingga peserta didik tergugah semangat dan gerak

edukatifnya Dalam media pendidikan profetik dan pendidikan agama Islam

yang digunakan masih sama secara penggunaan dan pemanfaatannya Yang

mana media ataupun alat yang diperankan jangan sampai lebih dominan dari

guru karena tidak mustahil sifat media pendidikan dan perkembangan

teknologi yang statis dan tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk

kepribadian subjek didik Pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam

bisa dilakukan dengan mendekatkan peserta didik pada tiga hal penting yaitu

Pendekatan pada kitab suci tempat ibadah dan para ulama‟nya

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk mengetahui

dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi kualitas pendidik dan

menilai serta mengukur moral dan akhlak dari peserta didik itu sendiri

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi

97

perkembangan peserta didik Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi

semua pihak Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja

kepala sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu

sebagai Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja Selain itu perlu

membenahi Niat Dalam pendidikan profetik niat memiliki posisi yang

strategis Sekalipun misalnya delapan standar pendidikan telah dipenuhi oleh

lembaga pendidikan manakala niat para pelaku pendidikan tidak benar maka

hasil pendidikan juga tidak akan maksimal Bahkan hasil pendidikan

sebenarnya lebih banyak tergantung pada niat itu Oleh karena itu ada dua hal

yang harus diperbaharui yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan

dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku

tenaga kependidikan Pendidikan harus dikembalikan pada watak aslinya yaitu

untuk mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa yang meraih derajat

unggul dalam aspek intelektual spiritual jiwa dan raganya serta akhlaknya

Dengan demikian mengimplementasikan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru

agama atau guru budi pekerti melainkan meupakan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

98

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehg peneliti diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari tata usaha SMP Negeri 4 Salatiga disebutkan bahwa

SMP Negeri 4 salatiga adalah lembaga pendidikan yang didirikan di kota

salatiga pada tahun 1979

Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga pada awal pendiriannya memiliki 2

lokal gedung terpisah Satu gedung berada di Jl Veteran sedang satunya

lagi berada di Jl Sumardi Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan

belajar mengajar tidak efektif Kemudian pada tahun 2007 karena telah

habisnya hak guna bangunan tanah milik pemerintah kota salatiga di

samping SMP Negeri 4 salatiga maka tanah tersebut kemudian dihibahkan

kepada SMP Negeri 4 salatiga yang saat ini telah berdiri bangunan baru

Maka dari itulah pada bulan November 2007 SMPN 4 salatiga baru

melokalisasikan sekolah menjadi satu tempat yakni di jl Patimura 47

Salatiga Telp (0298) 32678

2 Letak Geografis

a Alamat sekolah

SMPN 4 salatiga beralamat di Jl Patimura 47 Salatiga teleponfax

(0298) 326785

b Luas tanah

99

Luas tanah yang dimiliki SMPN 4 salatiga adalah sebesar 3883msup2 dan

tealah bersertifikat IMB

3 Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga

a Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik dan Iman Taqwa

3) Terwujudnya profile sekolah sebagai SMP favorit

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah kondusif dan asri

5) Terlaksananya program program SCS ( Study Club In School ) siswa

dan guru

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang santun etis dan berbudi

luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian kepemimpinan dan

perkaderan siswa

b Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

2) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran

interaktif aplikasi dan akselerasi

Unggul Prestasi santun berbudi tangguh berkompetisi Sadar

bertaqwa

100

3) Mengaktulaisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan

iman dan taqwa

4) Membudayakan sikap sportifitas dalam berkompetensi meraih prestasi

5) Melaksanakan program penataan sarana prasarana sesuai dengan site

plan jangka pendek menengah dan jangka panjang

6) Membiasakan percakapan bahasa inggris bagi seluruh warga sekolah

lewat kegiatan ekstrakurikuler

7) Mempraktikan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

8) Membudayakan santun dalam bicara cipta rasa dan karsa

9) Menyalurkan bakat dan potensi dengan barbagai kegiatan apresiasi

dan kompetisi

10) Menginsentifkan kegiatan organisasi kepemimpinan dan kader siswa

c Slogan

4 Struktur Organisasi Sekolah SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 salatiga sebuah lembaga pendidikan juga memiliki struktur

organisasi sebagai sistem penggerak dalam rangka mewujudkan visi dan

misi SMPN 4 Salatiga Di bawah ini adalah struktur organisasi SMPN 4

Salatiga

H E B A T

Harmoni ndash Etika ndash Bestari ndash Aktif ndash Taqwa

101

Tabel 31

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

102

Tabel 32

Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

1 Sumiyati 2 Idayati Hartini 3 Saimin 4 Agus widodo 5 Sri Iriyanti 6 Rejo 7 Eka Sulistyawati 8 Murniati 9 Rubiyanto 10 Nuzul Lusy

Anggraeni 11 Tri Budi Setyawan 12 Sutrisno

13 Agus Riyadi

TATA USAHA

103

5 Keadaan Guru Karyawan dan Siswa SMPN 4 Salatiga

a Keadaan Siswa SMPN 4 Salatiga

Secara keseluruhan jumlah siswa SMPN 4 Salatiga pada

tahun ajaran 20152016 berjumlah 655 di bawah ini adalah data

siswa SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

Tabel 33

Data siswa SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Kelas

jenis kelamin Agama jumlah

kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

104

b Keadaan Guru SMPN 4 Salatiga

Guru-guru SMPN 4 Salatiga merupakan tenaga pendidik

professional mereka mengajar sesuai dengan bidangnya masing-

masing Sebagian besar adalah lulusan Strata 1 (S1) bahkan ada

dari beberapa mereka telah bergelar Strata 2 (S2) Adapaun rincian

dari keadaan guru SMPN 4 Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 34

Data Guru SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Tabel 35

Data Kualifikasi Pendidikan Guru SMPN 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

105

c Keadaan Karyawan SMPN 4 Salatiga

Untuk membantu Kelancaran dalam segala kegiatan di

SMPN 4 Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan

yang berjumlah 43 Karyawan-karyawan tersebut mempunyai

tugas membantu semua kegiatan yang ada di SMPN 4 Salatiga

sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga segalanya dapat

berjalan dengan baik dan lancar Berikut ini adalah tabel daftar

karyawan di SMPN 4 Salatiga

Tabel 36

Daftar Karyawan SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian

inventaris kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

106

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

d Sarana dan Prasarana SMPN 4 Salatiga

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Salatiga

didukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai

sebagai salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) unggulan di

salatiga Adapun sarana yang dimiliki SMPN 4 Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 37

Data Sarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

107

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

Adapun prasarana yang dimiliki SMPN Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 38

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

108

e Situasi dan Kondisi SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 Salatiga merupakan sekolah umum lanjutan tingkat

pertama di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional

Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Salatiga dengan warga

sekolahnya berasal dari berbagai latar belakang status yang

berbeda baik status sosial ekonomi maupun agamanya Sekolah

bercorak plural ini memiliki situasi dan kondisi sekolah yang

sangat beragam hal ini terlihat dari begitu variasinya agama yang

dipeluk oleh setiap warga sekolah baik guru karyawan maupun

dari siswanya sebagaimana diuraikan dalam tabel-tabel

sebelumnya

Lingkungan sekolahnya merupakan lingkungan agamis karena

di dekat sekolah tersebut berdiri sebuah masjid dan sebuah gereja

sehingga memungkinkan warga sekolah dapat beribadah ke tempat

ibadah tersebut setiap saat Dalam event tertentu seperti ketika hala

bihala idhul Adha dan Natal sekolah tersebut sering mengadakan

kegiatan untuk memeriahkannya

Dengan situasi dan kondisi pluralitas di lingkungan sekolah

tersebut peraturan dan kebijakan sekolah juga dibuat berazaskan

pada prinsip persamaan tanpa adanya diskriminasi Semua warga

sekolah diberikan kesempatan dan kebebasan yang sama sesuai

dengan kewajiban dan haknya asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan yang telah ditetapkan sekolah dan peraturan dari

pemerintah contohnya penempatan siswa di kelas disama ratakan

109

sesuai kemampuan intelligence tanpa memandang status baik

sosial ekonomi maupun agamanya

f Ekstra Kurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pokokwajib yang

harus diikuti oleh setiap siswa Kegiatan ini diwujudkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dimana di

dalamnya terjadi hubungan interaksi antara pendidik dan peserta

didik

Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

dan waktu pelaksanaanya di luar jam belajar sehingga tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar yang bersifat intrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga bertujuan untuk

menambah wawasan pengalaman para siswa serta usaha

mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing

Terdapat satu program ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu

pramuka bagi kelas VII dengan harapan dapat melatih siswa hidup

secara mandiri disiplin dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat

Berikut ini adalah tabel kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

110

Tabel 39

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

Tabel 310

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

111

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

B Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan di SMP Negeri 4 Salatiga

tentang Implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah tersebut ada beberapa garis besar yang dapat

tergambarkan sebagai berikut

1 Hasil Penelitian

a) Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 4 salatiga oleh

peneliti ada beberapa implementasi pendidikan tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam beberapa

diantaranya dikemukakan oleh responden yaitu sebagai berikut

Implementasi Pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahnya menurut

kepala sekolah yaitu MN adalah

ldquoDalam penerapan tradisi profetik atau nilai-nilai kenabian

perlu adannya keteladanan yang dilakukan di lingkungan

sekolah Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang

112

penting untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik

atau kenabian yang di ajarkan melalui pembelajaran

maupun praktek merupakan proses tranformasi pendidikan

dan pengajaran Dengan adanya keteladanan dan

penananman nilai-nilai kenabian dapat membentuk pribadi

siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi Khairul

Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri

peserta didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau

keislaman juga kami terapkan dengan mengajak peserta

didik untuk saling tolong menolong antar sesama dengan

cara menyantuni anak yatim dan warga

miskin rdquo(Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa penanaman

pendidikan tradisi profetik kepada peserta didik dilakukan dengan

cara pembiasaan dan keteladanan seperti pembiasaan bersalaman

dengan guru saat siswa masuk gerbang sekolah pada pagi hari

shalat dhuhur berjamaah dan memberi keteladanan peserta didik

dengan saling menghormati tolong menolong dan toleran Di

setiap bulan Ramadhan siswa diajarkan untuk berzakat dan

bershodaqoh di sekolah yang mana perbuatan tersebut dapat

menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik serta penanaman

nilai-nilai keagamaan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim

113

Seperti apa yang diungkapkan kepala sekolah di atas HR

selaku Guru PAI senior di SMP Negeri 4 beliau dalam

mengimplementasikan pendidikan tradisi profetik melalui model

pembelajaran dan sistem evaluasinya

ldquoDalam penerapannya saya menekankan keteladanan

kepada peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian

di lingkungan sekolah yang selalu rutin dilakukan

contohnya ketika memasuki gerbang sekolah maupun saat

masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik

diwajibkan untuk bermusafahah dahulu kepada gurunya

Hal ini menjadikan peserta didik dapat berlaku hormat

kepada yang lebih tua Sebelum mulai pembelajaran

dibiasakan membaca Asmaul Husna bersama-sama Serta

adanya pembiasaan Sholat Dhuhur dan Jum‟at berjamaah di

sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

siswa Dalam beberapa pembelajaran peserta didik untuk

belajar langsung di masyarakat seperti contohnya ketika

ada materi tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya

dan mencari pengetahuan mengenai haji kepada tokoh

agama atau masyarakat yang sudah menunaikannya

Sehingga dengan begitu siswa akan lebih mengetahui dan

memahami materi karena mencari langsung dari sumbernya

Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik yang

dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didikrdquo(Wawancara

HR 110915)

Penerapan pendidikan tadisi profetik juga tercermin dalam

sistem evaluasinya

114

ldquoDalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah

berlangsung baik tes maupun nontes kami selalu menekan

pada segi afektif dan psikomotoriknya bukan berarti segi

kognitif tidak penting Setiap perilaku yang dilakukan di

dalam kelas sekolah maupun di luar sekolah pun menjadi

evaluasi bagi kami Dengan observasi maupun pengamatan

terhadap perilaku siswa menjadi peranan dalam evaluasi

pembelajaran tidak hanya itu kami juga berkoordinasi

dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-sama

dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat

materi sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat

Dhuhur dan Jum‟at bersama Orang tua siswa juga

melakukan evaluasi di luar sekolah yang mana setiap akhir

semester dilaporkan kepada kami Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan

peserta didik terhadap pembelajaran tetapi untuk menilai

dan mengukur moral dan akhlak serta untuk

menyempurnakan akhlakul karimah peserta

didikrdquo(Wawancara HR110915)

Bapak WD juga mengatakan bahwa implementasi

pendidikan tradisi profetik secara tidak langsung telah diterapkan

dalam proses pembelajaran

ldquoDalam pemberian materi pembelajaran biasanya siswa

akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya

Dengan menggunakan metode pembiasaan keteladan juga

dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat

membentuk akhlak dan moral siswa Melalui observasi

115

yang dilakukan oleh peserta didik langsung dan kemudian

dipadukan di kelas menjadikan peserta didik mudah

memahami dan menghayati materi yang dipelajari

Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan melalui

praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di

dalam perilaku keseharian semisal dengan guru memberi

amanah kepada siswa dan kemudian apakah siswa

menjalankan amanah yang diberikan oleh guru tersebut atau

tidak Proses kegiatan belajar mengajar yang kami lakukan

ditekankan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai

kenabian dan keislaman yang mana dalam setiap

penggunaan metode dan media pembelajaran

mengusahakan agar bagaimana siswa mampu memahami

dan menghayati secara langsung tujuan pembelajaran yang

diinginkan Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur

bagaimana penanaman dan pembentukan pribadi siswa

perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah dan di

rumah menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi hasil

pembelajar Maka tidak hanya guru Agama islam saja yang

membimbing maupun memberikan teladan tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-

samardquo(Wawancara WD120915)

Penggunaan studi kasus di lapangan yang digunakan dalam

beberapa proses pembelajaran dapat menumbuhkan dan

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman Misalnya

observasi langsung dengan para tokoh agama dan pelaku haji

116

dalam mengetahui dan memahami tentang haji dari syarat rukun

dan lainnya Pembiasaan membaca Asmaul Husna yang dilakukan

setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada Sang Pencipta (Observasi 090915)

b) Problematika dalam Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

masih ada beberapa hambatan dalam implementasinya yakni

masih kurangnya keteladanan dari guru sarana prasarana

kurangnya motivasi belajar tentang keagamaan dan kurangnya

dukungan dari pihak orang tua siswa Adapun solusi yang mereka

berikan adalah keteladanan dari seluruh tenagan pendidik maupun

kependidikan di sekolah peningkatan keilmuan atau wawasan

keagamaan peningkatan sarana dan prasarana buku penilaian

moral dan akhlak serta peningkatan mutu kualitas guru

Menurut kepala sekolah MN bahwa hambatan yang terjadi

dalam implementasi pendidikan tradisi profetik adalah

ldquoKurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu

hambatannya seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah

Kemudian masih lemahnya keteladanan dari guru maupun

tenaga kependidikan seperti masih ada yang merokok di

lingkungan sekolah yang masih dapat dilihat oleh siswardquo

(Wawancara MN100915)

117

MN mengatakan bahwa perlu adanya solusi untuk

menanggapi hal tersebut

ldquoPerlunya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan

penambahan area tempat ibadah maupun tempat khusus

untuk kegiatan keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk

memberikan suri tauladan yang bagi peserta didik serta

menjaga perilakurdquo (Wawancara MN100915)

Tidak jauh beda seperti apa yang dikemukakan oleh kepala

sekolah menurut HR hambatan yang terjadi ialah

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah dan lemahnya monitoring terhadap

siswa yang mana belum adanya kerjasama yang baik antar

guru maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama

memberikan teladan dan monitoring guna mengevaluasi

perkembangan peserta didik Dalam hal evaluasi

ketidakjujuran orang tua siswa dalam melaporkan perilaku

siswa ke guru yang bahkan membela siswa atau menutupi

kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang maksimal

dalam mengukur peserta didik Lemahnya motivasi belajar

tentang nilai-nilai kenabian dan keislaman menjadi salah

satu penghambat penanaman dan pembangunan moral dan

akhlak siswa Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai

agama di sekolah maupun di rumah menjadi hambatan

dalam penanaman dan pembentukan akhlakul

karimahrdquo(Wawancara HR110915)

HR mengungkapkan bahwa ada beberapa solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut

118

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun

tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-

nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan

keagamaan serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana

akan meningkatkan motivasi belajar keagamaan siswa

Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai agama dan

kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan

oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang

mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan

menjadikan peserta didik menjadi termotivasi dalam

menghayati serta mengamalkan apa yang telah diajarkan

sehingga proses pembangunan dan pembentukan akhlak

peserta didik lebih mudah tertanam dalam pribadi peserta

didik Pemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap

lingkungan di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik

lebih mengetahui memahami menghayati materi yang

diberikan yang mana secara tidak langsung akan

membentuk diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih ada

beberapa guru dan tenaga pendidik yang belum memberikan

keteladanan yang baik Masih seringnya bercanda antar guru atau

guyonan ada beberapa guru yang masih merokok di lingkungan

sekolah sehingga dilihat oleh peserta didik Ditambah kurangnya

motivasi belajar siswa dalam hal pendidikan keagamaan Maka

adannya kajian-kajian keislaman yang dilakukan Sie Kerohanian

119

Islam setiap jum‟atnya dapat menambah Hasanah Islamiyah pada

peserta didik dan menumbuhkan tingkat keagamaan siswa

Pembiasaan keteladanan yang dilakukan di lingkungan sekolah

seperti bersalaman dengan guru setiap masuk gerbang sekolah

membaca Asmaul Husna sebelum mulai pembelajaran dan sholat

dhuhur dan jum‟at berjamaah (Observasi 110915)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak WD bahwa

hambatan selama ini adalah

ldquoImplementasi pendidikan tradisi profetik akan menjadi

sulit manakala hanya guru PAI saja yang memberikan

teladan ataupun bimbingan Tradisi profetik yang mana

menanamkan dan membentuk peserta didik agar

mempunyai nilai-nilai kenabian dan keislaman perlu

didukung tidak hanya dari pembelajaran PAI saja tetapi

lingkungan sekolah serta seluruh tenaga kependidikan ikut

serta dalam pengimplementasiannya Masih adanya guru

laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan

yang merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi

hambatan dalam proses penanaman pendidikan profetik

Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh

guru maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya

penghayatan dan pengejawantahan terhadap nilai-nilai

profetik dalam kehidupan sehari-harirdquo(Wawancara

WD120915)

120

Dari adannya problematika tersebut maka solusi yang

diberikan oleh Bapak WD adalah

ldquoPembiasaan praktek-praktek sifat kenabian seperti bersifat

jujur dan amanah Penambahan keilmuan atau wawasan

keagamaan serta khasanah islamiyah dengan melakukan

kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik serta

tenega kependidikan lainnya Evaluasi secara langsung atau

mendadak perlu dilakukan untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa

yang sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara

bersama dari guru dan orang tua dalam memonitoring

perkembangan peserta didik dengan dibuat buku atau

laporan moral dan akhlakrdquo(Wawancara WD120915)

c) Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik menurut

Bapak MN adalah

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang

terlihat saat ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik

serta terbentuknya moral dan akhlak peserta didik Seperti

menghormati guru dan sesama teman Berkurangnya

kenakalan perilaku siswa yang terjadi karena suda tertanam

nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri peserta didik

Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu dhuhur

tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaahrdquo (Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa peserta didik

mempunyai rasa menghormati dan disiplin pada dirinya Ketika

121

ada pembelajaran kosong para peserta didik mencari guru tersebut

Ketika masuk ke ruang guru pun sudah membiasakan salam saat

sholat dhuhur tiba siswa sudah menempatkan diri untuk

mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk sholat berjamaah

(Observasi 140915)

HR mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam pembelajaran PAI adalah

ldquoMenumbuhkan tingkat keagamaan peserta didik serta

motivasi belajar keislaman Membawa hikmah bagi peserta

didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta

didik hal itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas

Menumbuhkan sifat saling menghormati menghargai dan

menolong Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada

diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Senada dengan apa yang diungkapkan HR hasil

implementasi pendidikan tradisi profetik menurut Bapak WD

adalah

ldquoPembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta

berkurangnya kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa Tumbuhya kesadaran siswa

untuk beribadah dan berbuat baik Menjadikan siswa suka

untuk ke tempat ibadah Menumbuhkan sikap toleransi dan

menghormati antar sesama Dengan adanya pembiasaan

keteladanan baik yang dilakukan menjadikan siswa akan

122

mengikuti hal tersebut dan akan berhati-hati dalam setiap

perilaku yang dilakukaannyardquo(Wawancara WD120915)

123

BAB IV

PEMBAHASAN

A Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Berdasarkan hasil pengamatan wawancara dan proses penelitian

secara keseluruhan di lapangan Penulis dapat menyimpulkan

implementasi pendididikan tradisi profetik yang terdapat dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 di Salatiga

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan

sekolah Penggunaan metode pembiasaan keteladanan demonstrasi studi

kasus di lapangan yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan

observasi langsung yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami

dan menghayati materi yang disampaikan membangun nilai-nilai profetik

dan keIslaman yang menginternal dalam individu peserta didik yang

terkatualisasi secara kehidupan sosial sehari-hari Seperti apa yang

diungkapkan Bapak Hari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4

Salatiga dalam wawancaranya pada hari Jum‟at 11 September 2015 di

ruang guru

Pendidikan tradisi profetik yang penekanannya pada penggunaan

metodologi objektifikasi dan integralisasi (Kuntowijoyo 200749)

Penananam nilai-nilai kenabian dan keIslaman kepada peserta didik

124

tercermin dari metode pengajaran dan sistem evaluasi yang dipakai serta

lingkungan sekolah yang mendukung Penanaman nilai tersebut

diharapkan dapat membentuk dan membangun moral dan akhlak siswa

sebagai Hamba Allah dan khoirul ummah Pembiasaan keteladanan dan

demonstrasi atau praktek langsung yang dilakukan oleh peserta didik

dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai

Adannya integrasi terhadap Islam dan ilmu yang dilakukan dilakukan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menjadikan masing-masing

perbedaan yang ada menjadi menyatu dan menyeluruh karena orientasinya

tidak hanya mengarah hal yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Adanya merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan

yang juga bersifat orang lain dapat menikmatinya tanpa harus menyetujui

nilai-nilai aslinya Misalnya di dalam Islam orang yang malas mencari

ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang membiarkan

orang lain tetap berada di bawah penindasan adalah orang yang tidak

disukai Tuhan Dengan adannya keteladanan dan pembiasaan tersebut

maka penanaman nilai-nilai kenabian akan mudah tertanam dalam diri

peserta didik

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan Kepala Sekolah

SMP Negeri 4 salatiga dan guru PAI SMP Negeri 4 Salatiga mengutip

dari hasil wawancara dengan MN dan HR yaitu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan pembiasaan keteladanan yaitu

bersalam sebelum masuk kelas dan membaca asmaul husna sebelum mulai

125

pelajaran Penggunaan metode studi kasus ataupun peserta didik meneliti

dan mencari sendiri materi yang diajarkan contohnya ketika materi Haji

peserta didik observasi dan wawancara langsung kepada pelaku haji

Adanya integrasi dan objektifikasi ini menjadikan siswa lebih memahami

dan menghayati apa yang dipelajari Tidak hanya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam saja dalam menanamkan nilai-nilai kenabian dan

keIslaman dalam lingkungan sekolah juga menanamkan nilai-nilai

tersebut dengan pembiasaan keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan

yang ada Dalam evaluasi yang dilakukan ditekankan pada moral dan

penyempurnaan akhlak atau pada sisi afektif dan psikomotoriknya dengan

tidak meninggalkan sisi kognitifnya Laporan evaluasi dari orang tua siswa

setiap akhir semester juga dapat membantu proses penanaman nilai-nilai

kenabian dan keIslaman

Hal yang diungkapkan oleh responden mengenai implementasi

pendidikan tradisi profetik dengan adanya pembiasaan keteladanan di

lingkungan sekolah serta metode observasi ataupun demonstrasi yang

menjadikan siswa dapat lebih menghayati dan mengamalkan apa yang

dipelajarinya dan adanya evaluasi proses pembentukan moral akhlak serta

penanaman nilai-nilai kenabian dan keIslaman seperti apa yang

dikonsepkan Moh Roqib pendidikan profetik sebagaimana nabi dimulai

dengan keteladanan diri dan bangunan keluarga ideal Pendidikan profetik

bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian

126

yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasikan secara sosial

atau dalam kehidupan sehari-hari (MohRoqib 201188)

Perilaku keteladan kolektif yang diberikan di lingkungan sekolah

adalah seperti ketika guru masuk kelas mengucapkan salam begitu juga

ketika masuk ke ruang guru dan TU Dari hasil observasi peneliti bahwa

dalam hal keteladanan yang diberikan adanya sikap saling membantu dan

toleran dari Kepala sekolah dengan karyawan dan tukang kebun pendidik

yang muda menghormati yang pendidik yang lebih tua para pendidik

berpenampilan rapi dan selalu memberikan contoh untuk datang tepat

waktu ketika saat pembelajaran Hal ini yang kemudian bisa dilihat dan

ditiru oleh para siswa Pendidik dan tenaga kependidikan lainya

memberikan contok keteladanan dalam berbicara bersikap dan berperilaku

Dalam pendidikan profetik tidak hanya cenderung pada hal yang

bersifat duniawi namun juga ukhrawinya Model pendidikan yang

berparadigma integralistik yang mengacu pada wahyu Tuhan dan akal

manusia tidak semata-mata hanya Islamisasi atau doktrinasi tetapi melalui

proses penghayatan yang menyeluruh dan perbuatan dalam merasionalkan

nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perilaku sehingga bukan karena

paksaan atau persetujuan yang diharuskan (Kuntowijoyo 200763)

Kesadaran yang timbul pada perilaku dan perbuatan peserta didik dalam

kehidupan dan secara sosialseperti apa yang diungkapkan Bapak Wildan

dan Bapak Munadzir dalam wawancaranya pada hari Sabtu 12 September

bahwa

127

ldquoDalam penerapannya saya menekankan pembiasaan kepada

peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah yang selalu rutin dilakukan Sebelum masuk kelas dan

memulai pelajaran murid bersalaman dengan guru terlebih dahulu

kemudian membaca Asmaul Husna bersama-sama Peserta didik

kemudian menerapkan salah satu makna Asmaul Husna dalam

kehidupan sehari-harinya Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba peserta

didik dengan sedirinya sudah bersiap-siap mengambil wudhu dan

menempatkan diri untuk sholat berjamaahrdquo

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk

mengetahui dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik

terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan menilai serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri Evaluasi yang dilakukan tidak hanya

dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh tenaga kependidikan serta orang

tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik dalam pendidikan

agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi semua pihak

Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja kepala

sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu sebagai

Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja (Yolanda 2010)

Seperti apa yang diungkapkan HR dalam hasil wawancara pada

Jumat 11 September 2015 mengatakan bahwa

128

ldquoDalam evaluasi yang telah berlangsung kami lakukan dalam

bentuk tes dan non tes Setiap perilaku yang dilakukan di kelas

sekolah maupun di luar sekolah kami lakukan evaluasi Kami guru

PAI dengan seluruh tenaga kependidikan dan semua pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan bekerja sama dalam melakukan

evaluasi Orang tua siswa juga melakukan evaluasi ketika di luar

sekolah yang mana setiap semester dilaporkan kepada kamirdquo

Jadi dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat pada tujuan pembelajaran

yang digunakan model pembelajaran inovasi pembelajaran dan evaluasi

pembelajarannya Pendidikan profetik menekan penggunaan metodologi

objektifikasi dan integralisasi bukan Islamisasi atau doktrinasi Tidak

hanya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melainkan

penerapan pendidikan profetik juga diaktualisasikan dalam proses

pendidikan yang dilakukan di sekolah Sehingga pengimplementasian

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti

melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di SMP Negeri 4 Salatiga

B Problematika Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

1 Hambatan implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

129

Problematika yang terjadi dalam implementasi pendidikan tradisi

profetik ini adalah masih belum relevannya konsep pendidikan profetik

dalam era transformatif seperti sekarang ini Model pendidikan tradisional

yang cenderung meletakkan akhirat saja sebagai orientasinya dan masih

ekslusif (Kuntowijoyo 200755) Kurangnya tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan juga menjadikan hasil pendidikan kurang

maksimal Strategi pendidikan profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Jika hal itu belum terlaksana akan menjadi

hambatan dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam khususnya

Sebagaimana yang diungkapkan responden HR dan WD dalam

wawancara yang peniliti lakukan masih terdapat hambatan dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana belum

adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik Masih

adanya guru laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan yang

merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi hambatan dalam

proses penanaman pendidikan profetik Kurangnya kelimuan atau

130

wawasan keagamaan dan Hasanah keIslaman yang dimiliki oleh

guru juga menjadi salah satu hambatannya Kurangnnya perhatian

terhadap nilai-nilai agama di sekolah maupun di rumah menjadi

hambatan dalam penanaman dan pembentukan akhlakul karimahrdquo

Hal itulah yang menjadikan hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik Pendidikan Islam selama ini hanya menekankan

doktrinasi sehingga peserta didik seakan-akan dipaksa dan harus

mengikuti Seharusnya dengan pembiasan dan keteladanan kolektif serta

kontinu dapat membangun dan membentuk nilai-nilai pofetik dan akhlakul

karimah pada internal pribadi peserta didik Masih kurangnya perhatian

terhadap nilai-nilai keagamaan serta masih minimnya keilmuan dan

hasanah keIslaman yang dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan lainya

di sekolah menjadikan minimnya keteladanan dan nilai-nilai profetik yang

tertanam pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam

Nilai-nilai profetik yang diaktualisasikan pada peserta didik tidak

hanya sebagai doktrinasi tetapi objektifikasi yang mana bisa dianggap

wajar dan diterima oleh umum Maksudnya adalah mengenai keadaan

yang sebenarnya Karena pendidikan profetik berbicara mengenai idealita

dan realita dalam pendidikan

Kurangnya hasil evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang telah

diajarkan dan terlalu menekankan pada hasil kognitifnya membuat

penerapan pendidikan profetik kurang maksimal Nilai-nilai kenabian dan

131

keIslaman yang terbangun dan terbentuk dalam moral dan akhlak peserta

didik belum terevaluasi Karena evaluasi pendidikan profetik tidak hanya

untuk mengukur dan mengetahui pemahaman maupun penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan peserta didik serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri (Moh Roqib 20111150)

Seperti apa yang dikatakan guru PAI dalam wawancara bahwa

dalam hal evaluasi masih belum maksimal dalam mengukur ataupun

menilai moral dan akhlak yang terbentuk pada peserta didik Hal ini terjadi

karena kurangnya peran tenaga pendidik lainya serta peran orang tua siswa

dalam memonitoring dan mengevaluasi peserta didik (Wawancara

110915)

2 Solusi implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka hal itu menjadi tanggung jawab

guru agama serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

Pendidikan tradisi profetik bukanlah Islamisasi atau doktrinasi tetapi lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya

Dalam wawancara dengan HR beliau mengungkapkan bahwa

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun tenaga

kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kenabian

132

terhadap diri siswa secara tidak langsung Perlunya peran orang tua

dalam pemberian pendidikan keagamaan serta pembiasaan ibadah

di rumah yang mana akan meningkatkan motivasi belajar

keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai

agama dan kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan oleh

guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang mana nanti pada

setiap akhir semester akan ada pelaporan Serta perlu adanya buku

akhlakmoralrdquo

Pendidikan tradisi profetik mensyaratkan adanya objektifikasi

bukan sekularisasi ataupun doktrinasi Maksudnya adalah perbuatan yang

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan dalam perbuatannya juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikimatinya tanpa harus

menyetujui nilai asalnya dan perbuatan yang dilakukannya bukanlah

paksaan Pengajaran mengenai keadaan sebenarnya yaitu idealita dan

realita dalam pendidikan Penanaman nilai-nilai kenabian yang

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan untuk mengembangkan

manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak dan amal

sholeh

Seperti apa yang diungkapkan guru PAI SMP Negeri 4 bahwa

ldquoPemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap lingkungan

di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik lebih mengetahui

memahami menghayati materi yang diberikan yang mana secara

133

tidak langsung akan membentuk diri peserta didik Memberikan

pembelajaran langsung kepada peserta didik untuk studi kasus

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernyardquo

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembiasaan

dan keteladan yang diberikan dapat mengembangkan dan membangun

emosional akhlak dan moral anak Dalam materi wudhu dan sholat

contohnya murid akan memahaminya dan akan tertanam dalam diri

peserta didik karena sudah ada pembiasaan dan keteladanan yaitu adannya

sholat dhuhur dan shalat Jum‟at berjamaah di sekolahan Dengan begitu

misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dapat tercapai

Dalam hal proses dan hasil menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik tes maupu non tes Maka seperti hasil wawancara dengan responden

mengungkapkan perlunya evaluasi dalam bentuk praktek langsung

ataupun penilaian dengan adanya buku akhlak Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti melainkan

merupakan tanggung jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan Dengan begitu penanaman misi dan nilai-nilai kenabian dapat

terbentuk pada diri peserta didik

134

C Hasil Implementasi pendidikan tradisi Profetik Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Dengan adanya pendidikan tradisi profetik dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak peserta didik Penerapan pendidikan

profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan nilai plus tersendiri

dalam proses pendidikan Islam Di dalam pendidik profetik dalam

penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu integralisasi dan

objektifikasi Pendidikan yang selama ini cenderung kepada Islamisasi

atau doktrinasi sedangkan pendidikan profetik lebih kepada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka dengan adanya pembiasaan dan

keteladaan kolektif akan membentuk moral dan akhlak siswa Penanaman

misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang tercermin dalam pembelajaran

serta keteladanan dapat tumbuh dalam diri peserta didik

Sebagaiamana yang diungkapkan Kepala Sekolah SMP Negeri 4

dalam wawancaranya

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang jelas terlihat

adalah terciptannya kedisiplinan dan terbangunnya akhlakul

karimah pada peserta didik Tumbuhnya tingkat keagamaan atau

cinta akan ibadah pada peserta didikrdquo

135

Pendidikan profetik membawa misi dan nilai-nilai kenabian untuk

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional

akhlak dan amal sholeh Pendidikan profetik lebih dari pada penilaian total

akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya Maka adanya

pembiasaan dan keteladan kolektif yang dilakukan dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak siswa Dalam proses pembelajaran pun

ditekankan pada aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga siswa tidak

hanya mengetahui atau memahaminya saja tetapi menghayati dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Senada dengan apa yang diungkapkan HR dalam wawancaranya

bahwa

ldquoDalam pembelajaran PAI lebih kami tekankan pada pembangunan

dan pembentukan moral dan akhlak peserta didik Dalam beberapa

pembelajaran peserta didik kami beri tugas untuk mencari materi

langsung di masyarakat seperti ketika materi haji atau qurban

Peserta didik diminta untuk bertanya langsung dengan pelaku atau

tokoh agama setempat mengenai materi yang diberikan Sehingga

dengan begitu peserta didik akan lebih mengetahui mamahami dan

menghayati karena mencari materi langsung dari sumbernyardquo

Dari pengamatan yang peneliti alami hal tersebut juga tercermin

dalam hal ibadah ketika wudhu dan shalat dhuhur berjamaah Peserta didik

sudah mempunyai kesadaran beribadah Ketika waktu shalat tiba peserta

136

sudah mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah di sekolahan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik yang terjadi di SMP Negeri 4

Salatiga dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan kesadaran diri akan

cinta ibadah yang mana hal ini tercermin pada perilaku peserta didik

dimana disaat waktu shalat dhuhur tiba peserta didik sudah

mempersiapkan diri untuk mengambil air wudhu dan menempatkan diri

untuk melakukan Shalat Dhuhur berjamaah di lapangan sekolah

Adannya keteladanan kolektif yang diberikan oleh guru dan

tenaga kependidikan lainya di lingkungan sekolah akan dapat membentuk

dan mengembangkan akhlak dan moral siswa Hasil dari keteladanan

tersebut adalah terbentuknya sikap menghormati dan toleran pada diri

siswa juga tercermin ketika siswa bertemu dengan gurunya setiap pagi

para siswa bersalaman dengan kepala sekolah dan guru Sikap saling

menghargai antar siswa yang berbeda agama terlihat ketika para siswa

bergaul dan saing menghormati ketika para siswa muslim sedang

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah begitu pula sebaliknya

Terbentuknya moral dan akhlak siswa merupakan hasil penanaman misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat mengembangkan intelektual

emosional akhlak dan moral peserta didik secara utuh Walaupun masih

terdapat hambatan-hambatan dalam penerapannya guru agama atau guru

budi pekerti serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan tetap

137

berusaha secara bersama-sama untuk mendidik membangun dan

membentuk siswa yang berakhlakul karimah

138

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah membaca menelaah data dan membaca teori tentang

implementasi pendidikan profetik problematikan implementasi

pendidikan tradisi profetik dan hasil implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

Salatiga maka peneliti menyimpulkan beberapa hal yang penting sebagai

berikut

1 Berdasarkan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan

berkaitan tentang implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negri 4 Salatiga bahwa

penerapan pendidikan profetik terdapat dalam proses pembelajaran

dengan objektifikasi bukan doktrinasi pembiasaan dan keteladanan

kolektif inovasi penggunaan metode dan sistem evaluasi

2 Implementasi pendidikan profetik belum bisa maksimal mengingat

masih ada beberapa hambatan dalam penerapannya diantaranya yaitu

belum adanya relevansi konsep pendidikan profetik dalam era

transformatif kurangnya inovasi metode dan evaluasi yang digunakan

oleh pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

Walaupun ada beberapa hambatan terdapat beberapa solusi yang

dilakukan dalam meminimalkan hambatan tersebut yaitu dengan

melakukan pembiasaan dan keteladanan kolektif Lebih menekankan

139

pada objektifikasi atau keadaan yang sebenarnya dalam metodologi

pembelajarannya bukan doktrinasi

3 Hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4 salatiga

diantaranya adalah dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan

kesadaran diri akan cinta ibadah terbentuknya sikap menghormati dan

toleran pada diri siswa membangun moral dan akhlak siswa

penanaman misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat

mengembangkan intelektual emosional akhlak dan moral peserta

didik secara utuh

B Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis

mengajukan beberapa saran-saran yang mungkin bisa diterapkan atau

menjadi proyeksi kedepan dalam perkembangan pembelajaran

pendidikan agama islam bahwa pendidikan sekarang perlu

menekankan pembangunan dan pembentukan moral dan akhlak peserta

didik Melihat kondisi masih lemahnya moral dan akhlak pada era

modern saat ini Maka salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut

dan membentuk moral dan akhlakul karimah salah satunya dengan

pendidikan tradisi profetik Maka kami mamberikan saran sebagai

berikut

1 Perlu adanya satu konsep pendidikan tradisi profetik yang lebih

jelas dan relevan pada era transformatif saat ini jika perlu

140

dirancang dan dibuat kurikulum yang berbasis pada misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian Model pendidikan agama

islam yang selama ini ada masih tradisional yang cenderung

meletakkan agama dan akhirat sebagai kurikulum dan

orientasinya Dan biasanya lebih eksklusif Perlunya model

pendidikan yang berparadigma integralistik serta lebih

mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia sebagai

referensinya Dengan demikian orientasinya tentu saja

mengarah tidak hanya bersifat duniawi namun juga ukhrawi

2 Perlunya inovasi-inovasi baru pada model pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran dalam penanaman misi dan nilai-nilai

kenabian Adanya penekanan lebih pada aspek afektif dan

psikomotorik yang dapat membangun dan membentuk moral

serta akhlak peserta didik Karena yang terjadi saat ini hanya

lebih menekankan pada aspek kognitif saja

3 Untuk para guru dan tenaga kependidikan lainya harus mampu

memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik di

lingkungan sekolah karena guru merupakan ujung tombak

dalam pembentukan moral dan akhlak serta keberhasilan proses

belajar anak Dalam proses pendidikan profetik yang dilakukan

harus mengutamakan kepentingan pembentukan moral dan

akhlak peserta didik dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan

Hadist

141

4 Peran serta dari orang tua dalam proses belajar dan

pembentukan akhlak serta emosional peserta didik sangat

dibutuhkan Sekolah seyogyanya melibatkan orang tua dalam

proses pendidikan Maka diperlukan hubungan kemitraan

antara sekolah orang tua dan masyarakat yang diharapkan

mampu menjamin keberhasilan pendidikan tradisi profetik pada

peserta didik

5 Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama harus mampu

mengakomodir serta mampu membentuk tim khusus yang

fokus pada ranah pendidikan profetik Sehingga konsep

pendidikan profetik dan misi kenabian dapat

diimplementasikan

142

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey H Bakran 2005 Propethic intelligence menumbuhkan potensi

hakiki insani melalui pengembangan kesehatan nurani Yogyakarta

Islamika

Arief Armai2007 Reformasi Pendidikan Islam Ciputat CRSD Press

Arifin M 2011 Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis

berdasarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta Bumi Aksara

Burhanudin Jajat dan Dina Afriyanti 2006 Mencetak Muslim Modern peta

Pendidikan Islam Indonesia Jakarta PT Raja Grafindo

Darajat Zakiah 2012 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam2006 Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta Departemen Agama RI

Education Center 2008 Pendidikan karakter Kebangsaan Yogyakarta BEM

REMA UNY

Fathi Muhammad 2007 Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar Jakarta

Timur Pustaka Al Kausar

H P Novianto2004 kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surakarta Bringin 55

Kementrian Agama RI 2010 Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya Jakarta PT

Sygma Examedia Arkan Leema

Kuntowijoyo2007 islam sebagai Ilmu Epistemologi Metodologi dan Etika

Yogyakarta Tiara Wacan

Majid abdul dan Dian Andatani2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Bandung PT Remaja Rosda karya

Meleong Lj 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung PT Remaja

Rosda karya

Muhaimin 2003 Wacana pengembangan Pendidikan Islam Surabaya Pustaka

Pelajar

Muhaimin 2008 Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Bandung Remaja Rosda Karya

Mujib Abdul amp Yusuf Mudzakir 2006 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta

Kencana Prenada Media

Mulkhan AMunir 2002 Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi problem filosofis

Pendidikan Islam) Yogyakarta PT Tiara Wacana

143

Nadhirin2008Landasan Profetik Pendidikan Islam(Online)diakses di

httpnadhirinblogspotcom200808landasan-profetik-pendidikan-

islamhtmlpada Selasa 06 Januari 2015

Natta Abuddin 2007 Manajemen Pendidikan mengatasi kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia Jakarta Kencana Prenada Media Group

Nata Abuddin 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Priyo2010 Pendidikan Islam Profetik IntegrasiI slam dan Ilmu menuju

pendidikan yang Humanis Liberatif dan Transendentif Iman Ilmu

Amal(Online)httpPendidikanIslamProfetikIntegrasiIslamdanIlmumenuj

upendidikanyangHumanisLiberatifdanTransendentifImanIlmuAmalhtml

Diakses pada Selasa 03 Februari 2015

Rahman Abdul 2012 Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan

Epistemologi dan isi-materi Jurnal Eksis (Online) Volume8 No1

(httpwwwkaryailmiahpolnesacid) (diakses pada jumat 21 Agustus

2015)

Roqib Moh 2009 Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

di sekolah Keluarga dan Masyarakat Yogyakarta PTLkiS

Roqib Moh 2011 Prophetic Education Kontektualisasi Filsafat dan Budaya

Profetik dalam Pendidikan Purwokerto STAIN Press

Rosyadi Khoiron 2004 Pendidikan Profetik Yogyakarta Pustaka Pelajar

Roziqin M Zainur 2007 Moral Pendidikan di era Global (pergeseran pola

interaksi guru-murid di era global) Malang AVERROES Press

Roziqin MKhoirur2008 Format Pendidikan Profetik di tengah transfomasi

Sosial Budaya (Telaah Kritis Pemikiran Kuntowijoyo) Skripsi

Yogyakarta UIN SUNAN KALIJAGA

Shafiq Muhammad 2000 Mendidik Generasi Baru Muslim ide dasar karya

dan obsesi Al Faruqi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Shofan Moh 2004 Pendidikan berperadigma Profetik upaa konstruktif

membongkar dikotomi sistem pendidikan islam Yogyakarta IriSoD

Sholeh Asrorun Niam 2004 Reorientasi Pendidikan Islam mengurai relevansi

Al Ghazali dalam konteks kekinian Jakarta ELSAS

Sugiyono 2014 Metode Penelitian Kombinasi Bandung ALFABETA

Sutardi2012 Pendekatan profetik dalam penerapan pendidikan

karakter(Online)diakses di httpsutardicoolwordpresscom

144

Zeeno M Jameel2005 Resep menjadi pendidik sukses berdasarkan Al-Qur‟an

dan teladan nabi Jakarta Hikmah PTMizan

145

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

METODE

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

JENIS DATA

Wawancara

Kepala sekolah

Sejarah Pendirian sekolah

Visi dan misi sekolah

Pandangan tentang pendidikan tradisi

profetik

Pandangan Tentang Impelementasi

pendidikan tradisi Profetik

1 Implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan

agama islam

2 Hambatan implementasi

pendidikan dalam profetik

3 Solusi implementasi

pendidikan tradisi profetik

4 Hasil iplementasi pendidikan

profetik

Wakil ketua

kesiswaan

Proses pelaksanaan bimbingan

pendidikan islam pada siswa yang

mengacu pada pendidikan profetik

Hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik dan solusinya

Kegiatan pendidikan profetik

yangdilakukan siswa sehari-hari

Guru Agama

Prose KBM Pendidikan profetik

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam

Hambatan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Solusi pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Hasil Pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Observasi

Lingkungan Situasi dan kondisi sekolah

Ruang kelas

Mushola

Penataan Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Proses KBM

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan keagamaan

Dokumen Sekolah Letak geografis

146

Data Guru dan Karyawan

Data Siswa

Data Sarana Prasarana

Data intrakulikuler dan

Ekstrakulikuler

147

CACATAN OBSERVASI

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Waktu 0630-1400 WIB

Sumber Data Lingkungan dan Pembelajaran

Jenis Data situasi dan kondisi Sekolah

kegiatan keagamaan

Jumat pada Jam 0630 sampai jam 0700 pagi para siswa berangkat dan

masuk ke sekolahan Di depan gerbang sudah ada beberapa guru yang berdiri

yang kemudian para siswa bersalaman saat memasuki gerbang sekolahan menuju

ruang kelas masing-masing Setelah memasuki kelas para siswa dan guru

membaca Asmaul Husna bersama-sama sebelum memulai pembelajaran Pada

saat waktu menunggu di ruang tata usaha peneliti masih melihat beberapa guru

yang merokok di lingkungan sekolah bahkan ada yang di depan kelas Ada

beberapa guru yang saling bergurau di ruang guru dan di depan kelas yang mana

itu dapat terlihat oleh para siswa ketika sedang istirahat Pada jam 0900 peneliti

melihat ada materi praktek mengenai shalat dhuha yang dilaksanakan di mushola

sekolah Ketika jam 1115 bel berbunyi menandakan jam kegiatan belajar

mengajar telah selesai tetapi para siswa tidak langsung beranjak pulang Kelas

yang mendapat jadwal untuk menata karpet dan tikar untuk shalat berjamaah

segera mengambilnya dan mempersiapkannya di lapangan sekolah untuk sholat

jumat berjamaah Para siswa muslim dan guru-guru muslim mempersiapkan diri

untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat jumah Sedangkan yang non

muslim berada di kelas dan melakukan ibadah keagamaan sesuai agamanya yang

dibimbing bersama guru agamanya Setelah shalat jumat selesai kelas yang

mendapat jadwal untuk mengembalikan karpet dan tikar segera merapikan dan

membereskan tikar untuk dikembalikan ke mushola Setelah itu para siswa

kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang Siswa yang ikut Sie Keronian islam

(SKI) pada jam 1300 berkumpul di mushola untuk mengadakan kajian dan BTQ

yang didampingi oleh guru pendidikan agama islam Di mushola para siswa yang

148

ingin belajar BTQ di bimbing oleh guru agama dan kemudian para siswa bersama-

sama mengikuti kajian keislaman yang diisi oleh guru agama islam Kajian

tersebut selesai pada jam 1400 kemudian para siswa pulang ke rumah masing-

masing

149

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Kamis 10 September 2015

Tempat Ruang Kepala Sekolah

Waktu 0900 WIB

Narasumber Drs H Munadzir MSi (MN)

Jenis Data Sejarah Sekolah

Peneliti Asslamualaikum selamat pagi pak

Narasumber Waalaikumsalam selamat pagi bagaimana dek

Peneliti maaf pak sebelumnya kalau saya mengganggu mau minta waktu

bapak buat wawancara

Narasumber oo yang dari STAIN Kemarin ya silahkan mau bertanya

tentang apa

Peneliti saya mau bertanya mengenai sejarah SMP Negeri 4 Salatiga ini

pak

Narasumber sepengetahuan saya SMP ini sudah ada sejak tahun 1979

dulunya ada 2 gedung yang terpisah yaitu di jlVeteran dan

JlSumardi Tapi sekitar Tahun 2007 kita sudah mendapatkan

tempat ini sekarang di Jl Patimura 47

Peneliti bagaimana inovasi pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

ini

Narasumber inovasi pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolah ini

lebih kami tekankan pada praktek-praktek pendidikan yang

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah

peneliti bagaimana menurut bapak pendidikan kenabian itu

Narasumber pendidikan menurut saya itu adalah pendidikan dengan

keteladanan karena Nabi merupakan suri tauladan sehingga

dengan pendidikan kenabian dapat menanamkan nilai-nilai

kenabian dan keislaman di lingkungan sekolah

Peneliti bagaimana implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran PAI di sekolah ini pak

narasumber adanya keteladanan yang dilakukan guru saat melakukan proses

pembelajaran Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang penting

untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik atau kenabian

yang di ajarkan melalui pembelajaran maupun praktek merupakan

proses tranformasi pendidikan dan pengajaran Dengan adanya

keteladanan dan penananman nilai-nilai kenabian dapat

membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi

Khairul Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri peserta

150

didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau keislaman juga kami

terapkan dengan mengajak peserta didik untuk saling tolong

menolong antar sesama dengan cara menyantuni anak yatim dan

warga miskin

Peneliti adakah hambatan dalam pengimplementasiannya pak

Narasumber masih Kurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu hambatannya

seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah Kemudian masih

lemahnya keteladanan dari guru maupun tenaga kependidikan

seperti masih ada yang merokok di lingkungan sekolah yang masih

dapat dilihat oleh siswa

Peneliti bagaimana solusi yang bapak berikan

Narasumber Perlunya adanya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan penambahan

area tempat ibadah maupun tempat khusus untuk kegiatan

keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk memberikan suri

tauladan yang bagi peserta didik serta menjaga perilaku

Peneliti bagaimana hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang terlihat saat

ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik serta terbentuknya

moral dan akhlak peserta didik Seperti menghormati guru dan

sesama teman Berkurangnya kenakalan perilaku siswa yang terjadi

karena suda tertanam nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri

peserta didik Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu

dhuhur tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaah

Peneliti jadi kira-kira pendidikan profetik menurut bapak penting untuk

diterapkan apa tidak

Narasumber ya penting harus itu dek agar misi kenabian serta nilai-nilai

kenabian dapat tertanam dalam diri siswa untuk membentuk moral

dan akhlak mereka

Peneliti terima kasih pak sebelumnya atas waktunya

Narasumber ya sama-sama

151

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Tempat Ruang Guru

Waktu 1000 WIB

Narasumber Drs SB Hariyanto (HR)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak

Narasumber waalaikumsalam bagaimana dek ada yang bisa saya bantu

Peneliti saya minta maaf sebelumnya pak kalau sudah mengganggu

waktunya Saya mau tanya mengenai pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Negeri 4 ini pak

Narasumber tidak apa-apa saya selaku guru agama islam lebih menekankan

pada pendidikan moral dan akhlak dalam pembelajarannya Karena

sekarang perlu adanya penekanan dalam afektif dan psikomotorik

siswa

Peneliti bagaimana penerapan pendidikan profetik dalam pembelajaran

yang bapak lakukan

Narasumber dalam penerapannya saya menekankan keteladanan kepada

peserta didik dan penanaman nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah biasanya sebelum mulai pembelajaran dibiasakan

membaca Asmaul Husna Dalam keseharian di sekolah diberikan

pembiasaan sholat Dhuhur dan jumat berjamah

Peneliti bagaimana dalam model pembelajarannya pak

Narasumber beberapa pembelajaran peserta didik diajak untuk belajar

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernya Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik

yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didik

Peneliti bagaimana dalam sistem evaluasinya

Narasumber Dalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah berlangsung

baik tes maupun nontes kami selalu menekan pada segi afektif

dan psikomotoriknya bukan berarti segi kognitif tidak penting

Setiap perilaku yang dilakukan di dalam kelas sekolah maupun di

luar sekolah pun menjadi evaluasi bagi kami Dengan observasi

maupun pengamatan terhadap perilaku siswa menjadi peranan

dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya itu kami juga

berkoordinasi dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-

sama dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat materi

152

sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat Dhuhur dan

Jum‟at bersama

Peneliti adakah hambatan dalam mengimplementasikanya

Narasumber masih ada beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan tradisi

Profetik seperti Masih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah Lemahnya motivasi belajar tentang nilai-

nilai kenabian dan keislaman menjadi salah satu penghambat

penanaman dan pembangunan moral dan akhlak siswa

Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai agama di sekolah

maupun di rumah menjadi hambatan dalam penanaman dan

pembentukan akhlakul karimah

Peneliti apakah ada hambatan dalam evaluasinya

Narasumber masih ada lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana

belum adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam hal evaluasi ketidakjujuran orang tua siswa dalam

melaporkan perilaku siswa ke guru yang bahkan membela siswa

atau menutupi kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang

maksimal dalam mengukur peserta didik

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan untuk meminimalkan

hambatanTersebut

Narasumber adanya Pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru

maupun tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan

nilai-nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan keagamaan

serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana akan meningkatkan

motivasi belajar keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih

terhadap nilai-nilai agama dan kenabian di lingkungan sekolah

Perlu adannya evaluasi tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa

yang dilakukan oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua

yang mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan menjadikan

peserta didik menjadi termotivasi dalam menghayati serta

mengamalkan apa yang telah diajarkan sehingga proses

pembangunan dan pembentukan akhlak peserta didik lebih mudah

tertanam dalam pribadi peserta didik Pemberian tugas rumah atau

pun studi kasus terhadap lingkungan di sekelilingnya juga

menjadikan peserta didik lebih mengetahui memahami

menghayati materi yang diberikan yang mana secara tidak

langsung akan membentuk diri peserta didik

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber hasilnya yang terlihat adalah tumbuhnya tingkat keagamaan

peserta didik serta motivasi belajar keislaman Membawa hikmah

bagi peserta didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta didik hal

153

itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas Menumbuhkan

sifat saling menghormati menghargai dan menolong

Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada diri peserta didik

Peneliti jadi pendidikan profetik itu perlu untuk diterapkan ya pak

Narasumber ya memang harus dengan kita mencontoh dan meneladani nabi

maka secara perlahan dapat membentuk moral dan akhlak siswa

menjadi lebih baik

Peneliti terima kasih pak sebelumnya sudah mau meluangkan waktunya

Narasumber tidak apa-apa sama-sama kok saya rasa seperti pernah ketemu

ya

Peneliti iya pak dulu yang sering ngisi pesantren kilat di sini pak

Narasumber oh iya

154

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Sabtu 12 September 2015

Tempat Mushola

Waktu 1000 WIB

Narasumber Wildan Mustofa S SAg (WD)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak maaf mengganggu

Narasumber waalaikumsalam ya bagaimana

Penelitian saya mau wawancara dengan bapak

Narasumber oh ya tentang apa

Peneliti tentang penerapan pendidikan profetik atau pendidikan kenabian

pak

Narasumber ya udah kita ke mushola saja ya

Peneliti ya pak

Narasumber di sini saja ya mas gak enak di samping saya tadi guru agama

kristen

Peneliti tidak apa-apa pak

Saya mau bertanya mengenai bagaimana pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah ini pak

Narasumber ya pembelajaran agama islam disini mengikuti pembelajaran

sekolah yang mana sudah ada KD yang ditentukan disitu yang

mengacu pada K13 Terdapat pembelajaran berupa praktek-praktek

langsung seperti sholat dhuha

Peneliti saya mau bertanya mengenai pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP ini

Narasumber ya pembelajaran PAI di sekolah ini sudah berjalan dengan baik

mengikuti apa yang sekolah sudah atur dan adanya pembelajaran

yang

Mengacu pada penekanan pembentukan moral siswa dan

emosional siswa Dalam pemberian materi pembelajaran biasanya

siswa akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya Dengan

menggunakan metode pembiasaan keteladan juga dapat

menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk akhlak

dan moral siswa Melalui observasi yang dilakukan oleh peserta

didik langsung dan kemudian dipadukan di kelas menjadikan

peserta didik mudah memahami dan menghayati materi yang

dipelajari Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan

melalui praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di dalam

perilaku keseharian semisal dengan guru memberi amanah kepada

siswa dan kemudian apakah siswa menjalankan amanah yang

155

diberikan oleh guru tersebut atau tidak Proses kegiatan belajar

mengajar yang kami lakukan ditekankan pada penanaman dan

penghayatan nilai-nilai kenabian dan keislaman yang mana dalam

setiap penggunaan metode dan media pembelajaran mengusahakan

agar bagaimana siswa mampu memahami dan menghayati secara

langsung tujuan pembelajaran yang diinginkan

Peneliti bagaimana dengan sistem evaluasinya

Narasumber Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur bagaimana penanaman

dan pembentukan pribadi siswa perilaku keseharian siswa di

lingkungan sekolah dan di rumah menjadi pertimbangan dalam

mengevaluasi hasil pembelajar Maka tidak hanya guru Agama

islam saja yang membimbing maupun memberikan teladan tetapi

seluruh tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-sama

peneliti adakah hambatan selama ini dalam penerapan pendidikan tradisi

profetik

Narasumber masih terdapat beberapa hambatan dalam mengimplementasikan

pendidikan profetik salah satunya adalah masih kurangnya

kesadaran siswa dalam beribadah Masih adanya guru laki-laki

yang saling bercanda (guyonan) dengan guru perempuan di depan

siswa masih ada tenaga kependidikan yang merokok di depan

siswa Kemudian

masih Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh guru

maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya penghayatan dan

pengejawantahan terhadap nilai-nilai profetik dalam kehidupan

sehari-hari Serta masih adanya penekanan hanya pada aspek

kognitif saja

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan

Narasumber saya memberikan pembiasaan praktek-praktek sifat kenabian

seperti bersifat jujur dan amanah Perlunya penambahan keilmuan

atau wawasan keagamaan serta khasanah islamiyah dengan

melakukan kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik

serta tenega kependidikan lainnyaDalam Evaluasi saya lakukan

secara langsung atau mendadak untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa yang

sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara bersama dari guru

dan orang tua dalam memonitoring perkembangan peserta didik

dengan dibuat buku atau laporan moral dan akhlak

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik di SMP

ini

Narasumber adanya Pembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta berkurangnya

kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa Tumbuhya kesadaran siswa untuk beribadah dan berbuat

156

baik Menjadikan siswa suka untuk ke tempat ibadah

Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati antar sesama

Dengan adanya pembiasaan keteladanan baik yang dilakukan

menjadikan siswa akan mengikuti hal tersebut dan akan berhati-

hati dalam setiap perilaku yang dilakukaannya

Peneliti maaf sebelumnya pak boleh tahu biografinya pak wildan

Narasumber Nama Wildan Mustofa Setiawan SAg 26 februari 1978

Penelti bapak mengajar di sini dari tahun berapa pak

Narasumber saya mengajar di sini dari tahun 2010

Peneliti terima kasih atas waktunya pak

Narasumber iya sama-sama

157

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Personalia SMP Negeri 4 Salatiga

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

158

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Data siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas

jenis

kelamin Agama jumlah kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

159

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data Guru dan Kualifikasi pendidikan Guru SMP

Negeri

4 Salatiga

Data Guru SMPN 4

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Data Kualifikasi Pendidikan Guru

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

160

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga

Daftar Karyawan SMPN 4

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian inventaris

kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

161

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Sarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Sarana SMPN 4 Salatiga

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

162

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

163

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Intrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

164

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

165

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga

15 Sumiyati 16 Idayati Hartini 17 Saimin 18 Agus widodo 19 Sri Iriyanti 20 Rejo 21 Eka Sulistyawati 22 Murniati 23 Rubiyanto 24 Nuzul Lusy

Anggraeni 25 Tri Budi Setyawan 26 Sutrisno

27 Agus Riyadi

TATA USAHA GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

166

167

168

169

DAFTAR NILAI SKK

Nama Syaifullah Godi Ismail

NIM 11109106

Progdi PAI

Jurusan Tarbiyah

NO Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai

1 Orientasi Program Studi Dan

Pengenalan Kampus (OPSPEK)

DEMA STAIN Salatiga

18-20 Agustus 2009

Peserta

3

2 Pelatihan Emotional Spritiual

Quotient (Esiq) Stain Salatiga

21 Agustus 2009

Peserta

2

3 Sertifikat UPT Perpustakaan User

Education STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 2

4 Diskusi Panel Dengan Tema

ldquoAktualisasi Bahasa Arab Dan

Bahasa Inggris Dalam Dakwah

Islamrdquo

5 September 2009

Peserta 2

5 Diskusi Dan Buka Bersama Di

Secretariat HMI Cabang Salatiga

10 September 2009

Peserta

2

6 English Friendship Camp

17-18 November

2009

Peserta 2

7 Basic Training (Lk 1)

ldquoMenjalin Hubungan

Intrapersonal Dikalangan

Mahasiswa Denagnbasic Islam

Dan Ke-Hmi-An Menuju Insan

Citardquo

Hmi Cabang Salatiga

25-28 Maret 2010

Peserta 2

8 Bedah Buku ldquoJalan Cinta Para

Pejuangrdquo Karya Salim A Fillah

24 April 2010

Peserta

2

9 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMembangun Demikrasi Kampus

Yang Harmonisrdquo

15 Mei 2010

Peserta

2

10 Seminar Lingkungan Hidup

MITAPASA

24 Mei 2010 Peserta 2

11 Akhirussanah Ma‟had STAIN 29 Juli 2010 Peserta 2

170

Salatiga

12 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dan Karnoto Zarkasyi Dengan

Tema ldquo Membangun Pola

Idealitas Mahasiswa Ditengah

Pergolakan Arus Global Guna

Mencapai Insane Yang Militant

Dan Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Pemateri

4

13 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMewujudkan

Mahasiswa Islami Yang Ideal

Demi Terwujudnya Kader Yang

Militanrdquo

22-24 Oktober 2010 Panitia 3

14 Surat Keterangan Lulus

Praktikum BTA Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

2 November 2010 Peserta 2

16 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Implementasi

Nilai Kehmian Dalam Diri

Mahasiswa Demi Terbentuknya

Insan Yang Intelektualitas Dan

Bernafaskan Islamrdquo

16-19 Maret 2011 Panita 3

17

Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkat Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada

Prinsip-Prinsip Integritasrdquo

25 Juni 2011 Peserta 2

18 Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 2

19 Penginapan Peserta Orientasi

Pengenalan Akademika Dan

Kemahasiswaan STAIN Salatiga

2011 Dengan Tema ldquoMerajut Tali

Ukhuwah Islamiyah Bersama

Keluarga Besar Himpunan

Mahasiswa Islamrdquo

19-21 Agustus 2011 Panitia 3

20 Seminar Keperempuanan Korp

HMI-Wati Dengan Tema ldquoJilbab

Perspektif Agama Dan Socialrdquo

04 November 2011 Panitia 3

21 Senior Course (SC) Se Jateng 15-20 Februari 2012 Peserta 4

171

DIY Dengan Tema

ldquo Transformasi Nilai-Nilai

Pengkaderan Menuju Kompetensi

Pendidik Yang Berkualitasrdquo

22 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkatkan Kepekaan Dan

Transparansi Kinerja Lembaga

Menuju Kampus Yang Amanahrdquo

27 Maret 2012 Peserta 2

23 Seminar Nasional SEMA STAIN

Salatiga Dengan Tema

ldquoBerpolitik Untuk Kesejahteraan

IndonesiaReorientasi Gerakan

Mahasiswa Pasca Reformasirdquo

15 Mei 2012 Peserta

8

24 Seminar Nasional Dengan Tema

ldquoMewaspadai Gerakan Islam

Garis Keras Di Perguruan Tinggirdquo

23 Juni 2012 Peserta 8

25 Grand Launching FGMPS Dan

Diksusi Public Dengan Tema

ldquoPeran Generasi Muda Terhadap

Fenomena HIVAIDS Di Kota

Salatigardquo

12 Juli 2012 Peserta 2

26 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMembangun

Paradigm Mahasiswa Yang

Berintelektual Dan Berjiwa

Nasionalis Religiousrdquo

29 November - 2

Desember 2012

Peserta 2

27 Seminar Pendidikan Dengan

TemardquoMenuju Pendidikan

Indonesia Yang Idealrdquo

28 Desember 2012 Peserta 2

28 Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga Tentang Pengangkatan

Pengurus Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga 2013

31 Januari 2013 Anggota 4

29 Diskusi Dan Perayaan Dies

Natalis HMI Ke 66 Dengan Tema

ldquo 66 Tahun Hmi Untuk Islam Dan

Negara Indonesiardquo

05 Februari 2013 Peserta 2

30 Kajian Dan Follow Up Dengan

Tema ldquoMembangun Kader HMI

Yang Militanrdquo

18 Februari 2013 Peserta 2

31 Bedah Buku Berjudul ldquoSholat

Ngebut Bikin Benjutrdquo

11 Mei 2013 Peserta 2

172

32 Latihan Kader I (Basic Training)

HMI Cabang Salatiga Dengan

Tema ldquoEmpowering Komitmen

Keislaman Kemahasiswaan Dan

Keindonesiaan Untuk Kader

Militantrdquo

31 Mei 2013 Pemateri 4

33 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Ijtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Tranparansi Informasirdquo

19-21 September

2013

Pemateri 4

34 Sarasehan Akbar HMI Komisariat

Walisongo ldquoMerajut Ukhuwah

Memperkokoh Kebersamaanrdquo

10 Oktober 2013 Peserta 2

35 Bedah Buku Berjudul rdquo Ketika

Cinta Bertasbihrdquo

11 Desember 2013 Peserta 2

36 Bedah Film Tanah Surga Katanya 29 Desember 2013 Peserta

2

37 Basic Training LK1 HMI ldquoIjtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Transparansi Informasirdquo

20 September 2014 Pemateri 4

38 Seminar Regional Dengan Tema

ldquoMempertegas Peran Pendidikan

Dalam Mencerahkan Masa Depan

Anak Bangsardquo

19 November 2014 Peserta 4

39 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Dengan Tema

ldquoMembangun Pola Idealitas

Mahasiswa Ditengah Pergolakan

Arus Global Guna Mencapai

Insane Yang Militant Dan

Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Panitia 3

173

174

Page 6: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan

6

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

PERSEMBAHAN

7

Kupersembahkan skripsi ini untuk

1 Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Kardiyanto Godi Ismail dan

Ibuku tercinta Sakdiyah yang selalu memberi nasihat kasih sayang

bimbingan dan motivasi serta dukungan materi

2 Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) yaitu Pak Fegi Anita Said Pras bang Imtihan bang ini Iman

Takul dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga lainnya yang selalu

memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan

banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat

3 Teman-temanku Kampus kelas PAI D angkatan tahun 2009 yaitu Agus

Rozak Juliono dan yang lainya

4 Teman-teman kelompok PPL kelompok KKN dan teman lainnya di IAIN

Salatiga

KATA PENGANTAR

8

Asslamu‟alaikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW keluarga sahabat dan para pengikut setianya

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Rahmat Hariyadi MPd selaku rektor IAIN Salatiga

2 Ibu Siti Rukhayati MAg selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI)

3 Bapak FatchurrahmanSAgMPd sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan tugas ini

4 Ibu DrMuna ErawatiMSi selaku pembimbing akademik

5 Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9

6 Kepala sekolah guru dan siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian

di sekolah tersebut

7 Kepada orang tuaku tercinta Bapak kardiyanto godi ismail dan Ibu

Sakdiyah serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk moril maupun materiil untuk membiayai

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran

8 Kepada kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga (pras anita said sahal takul

istad bang imtihan bang indi fegi dan yang lainnya) yang tak akan

pernah putus mencari ilmu dan selalu yakin usaha sampai

9 Kepada teman-temanku tercinta PAI D 2009 (agus rozaq anwar fegi

faisal) serta teman-teman yang saya kenal dan yang mengenal saya

yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah

memberikan saran do‟a serta motivasinya

10 Generasi muslim pemuda pemudi penerus cita-cita bangsa

Oleh karenanya penulis tak kan berarti apa-apa tanpa mereka semua kami

ucapkan banyak terimakasih Semoga amal perbuatan yang diberikan dengan

ikhlas akan dihitung oleh Allah serta memperoleh balasan kebaikan dan

mendapatkan Ridho Allah SWT Amin

10

11

ABSTRAK

Ismail G Syaifullah 2015 Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Pelajaran

20152016 Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga Dosen Pembimbing FatchurrahmanSAg MPd

Kata kunci Implementasi dan pendidikan profetik

Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang

krisis moral karena masih kurangnya akan pendidikan moral dan akhlak dalam

membentuk dan membangun moral serta akhlak para peserta didik Disadari atau

tidak pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada dimensi kognitif yang

hanya mencetak manusia cerdas dan terampil maka tidak heran jika terjadi krisis

moral dan akhlak Dalam pendidikan Islam pendidikan karakter merupakan

pendidikan akhlak Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pendidikan

karakter atau pembentukan moral dan akhlak seperti konsep pendidikan yang di

ajarkan Rasulullah Nabi Muhammad merupakan pendidik yang paling berhasil

dan menjadi suri tauladan Dengan meneladani dan meniru pendidikan yang

digunakan nabi diharapkan dapat membentuk dan membangun moral serta

akhlakul karimah Maka salah satu caranya dengan mengimplementasikan

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran agama Islam Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

2) Bagaimana problematika Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga 3) Bagaimana

hasil Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Sesuai dengan tema yang

peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field

research) Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah Pengumpulan data

menggunakan wawancarainterview dokumen dan observasi Lokasi Penelitian

dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di Jl Pattimura 47 Salatiga

50711 dan subjek penelitian adalah pendidik tenaga kependidikan dan siswa

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa implementasi pendidikan

profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

diterapkan dalam model pembelajaran dengan pembiasaan dan keteledanan

kolektif penanaman misi dan nilai-nilai kenabian pada peserta didik melalui

materi pembelajaran metode dan evaluasi pembelajarannya Terdapat beberapa

problematika dalam implementasi pendidikan profetik ada beberapa hambatan

dan solusi yang ditawarkan Hasil dari implementasi pendidikan profetik dapat

12

membangun dan membentuk akhlak serta moral peserta didik sehingga peserta

didik mempunyai sikap menghormati menghargai dan toleran Menumbuhkan

tingkat keagamaan dan motivasi ibadah siswa Sehingga intelektual emosional

akhlak dan moral peserta didik dapat berkembang secara utuh

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR BERLOGO ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING iii

PENGESAHAN KELULUSAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 10

C Tujuan Penelitian 10

D Landasan Teori 11

E Manfaat Penelitian 14

F Metode Penelitian 15

G Sistematika Pembahasan 21

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22

A Pendidikan dalam Islam 22

1 Pengertian Pendidikan 22

2 Pendidikan dalam Islam 23

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam 30

4 Tujuan Pendidikan Islam 34

B Pendidikan Profetik 39

1 Pengertian Profetik 39

2 Filsafat Profetik 41

3 Filsafat Pendidikan Profetik 41

4 Pengertian Pendidikan Profetik 45

5 Tujuan Pendidikan Profetik 46

6 Materi pendidikan Profetik 47

7 Pendidik Pendidikan Profetik 50

8 Peserta didik Pendidikan Profetik 54

9 Metode Pendidikan Profetik 56

10 Media Pendidikan profetik 60

11 Evaluasi Pendidikan Profetik 62

C Kontekstualisasi Pendidikan Profetik 64

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoirul

Ummah)

64

2 Pendidikan Profetik untuk Pengembangan Kebudayaan 65

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan 66

15

D Pendidikan Profetik dalam Pendidikan Agama Islam 72

BAB III HASIL PENELITIAN 79

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian 79

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga 79

2 Letak Geografi 79

3 Visi dan misi SMP Negeri 4 salatiga 80

4 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 81

5 Guru karyawan dan Siswa Struktur Personalia SMP

Negeri 4 salatiga

84

6 Situasi dan Kondisi SMP Negeri 4 salatiga 89

7 Ekstrakurikuler 90

B Temuan Penelitian 92

1 Hasil Penelitian 92

a Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

92

b Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

97

c Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

101

BAB IV PEMBAHASAN 105

A Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam 105

16

Pembelajaran pendidikan agama Islam

B Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

110

C Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

115

BAB V PENUTUP 119

A Kesimpulan 119

B Saran 121

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN-LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Tabel 31 Struktur Personalia SMP Negeri 4 salatiga 82

Tabel 32 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 83

Tabel 33 Data siswa SMP Negeri 4 salatiga 84

Tabel 34 Data Guru SMP Negeri 4 salatiga 85

Tabel 35 Data kualifikasi pendidikan guru SMP Negeri 4 Salatiga 85

Tabel 36 Data Karyawan SMP Negeri 4 salatiga 86

Tabel 37 Data sarana SMP Negeri 4 salatiga 87

Tabel 38 Data Prasarana SMP Negeri 4 salatiga 88

Tabel 39 Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 salatiga 91

Tabel 310 Kegiatan Ekstrakuliker SMP Negeri 4 salatiga 91

18

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia

Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan yang diharapkan akan

dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan orang banyak Selain

itu pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai penting dan strategis bagi peradaban manusia Hampir semua

negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal terpenting dan utama dalam

membangun suatu bangsa dan negara Di Indonesia sendiri hal ini jelas sudah

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan Serta dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk

mewujudkan upaya tersebut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)

memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang

Menurut Ahmad Makki dalam bukunya karya Jamal Ma‟mur Asmani

mengatakan bahwa jika pendidikan dalam sebuah bangsa sudah maju niscaya

19

akan maju pula bangsa itu Sebaliknya ketika pendidikan disuatu bangsa

tidak berkembang maka dapat dipastikan bangsanya akan terbelakang

Pendidikan di Indonesia sudah berjalan sekian puluh tahun sejak

kemerdekaannya dan selama itu pula terdapat perkembangan pendidikan di

Indonesia Tetapi jika disadari pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada

dimensi kognitif yang mencetak manusia-manusia yang cerdas terampil dan

mahir yang melahirkan manusia yang berkepribadian dan integritas

Kurangnya pengejawantahan dimensi afektif dan psikomotorik dalam sistem

pendidikan menjadikan krisis identitas serta hilangnya Nilai-nilai luhur yang

melekat pada bangsa Indonesia seperti kejujuran kesantunan kesopanan

hormat pada orang lain religius dan kebersamaan Hal ini menjadi

keprihatinan kita semua sebagai warga negara Indonesia

Masifikasi gelombang modernitas telah membawa siapapun termasuk

dunia pendidikan untuk hanyut mengikuti mainstream dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar tidak teraleniasi Dalam keadaan seperti ini

hegemoni konsep-konsep pendidikan ala barat sulit untuk dihindari yang mana

memarginalkan konsep-konsep dan ajaran lokal yang syarat akan nilai-nilai

moral Adanya problematika internal dalam sektor pendidikan serta hilangnya

orientasi untuk memberikan pencerahan dan membentuk jati diri bangsa

menjadikan kesinambungan program-program pendidikan belum bisa berjalan

mulus Ditambah dengan perubahan politik di negara ini karena adanya

kebijakan-kebijakan baru pada setiap pergantian menterinya Munculnya

realitas pendidikan saat ini yang lebih sibuk melayani golongan sosial tertentu

20

menjadikan adanya materialisasi pendidikan yang sudah mulai menggejala dan

menggeser ideologi pendidikan yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membedakan status sosial

Kurikulum seakan disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan

pekerjaan yang dibungkus dengan baju modernitas Kemudian adanya

dikotomi ilmu pendidikan antara ilmu pengetahuan umum dan agama

memunculkan problematika tersendiri Hal itu menjadikan pembagian dalam

hal pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu umum dan agama

sehingga dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya

menjadi kurang maksimal

Dunia pendidikan dituntut perannya untuk kembali memurnikan arah

perjalanan bangsa Dunia pendidikan akan berada pada kondisi dilematis-

kontradiktif karena adanya tuntutan modernitas sekaligus sebagai tuntutan

peran untuk selalu menjaga nilai-nilai moral Sementara dunia pendidikan

berada dalam paradoks disuatu sisi ingin menanamkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral namun pada sisi lain justru institusi atau lembaga pendidikan

mencerminkan praktek-praktek pendidikan yang menyimpang dari niliai-nilai

moral dan identitas bangsa Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia

dan pengembangan potensi serta bakat yang harus diubah orientasinya untuk

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkembang dalam tiga

ranah yaitu afektif kognitif dan psikomotorik Pendidikan haruslah

menanamkan dan mengembangkan karakter individu dan nilai-nilai

kemanusian Pendidikan juga diarahkan dalam menanamkan integritas etik dan

21

akhlak serta mengembalikan makna ldquopendidikanrdquo bukan hanya sekedar

ldquopengajaranrdquo Penggunaan metode-metode pendidikan yang mengedepankan

keteladanan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai yang diajarkan

Pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah Makna manusia yang berkualitas menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab Oleh karena itu pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa dan karakter Dengan adanya penanaman dan

pengembangan karakter bagi setiap peseta didik atau individu dalam sistem

pendidikan maka diharapkan akan menciptakan manusia yang berkualitas yang

mampu beradaptasi dengan zaman

Dengan berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya sebuah pendidikan

karakter Pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan bagi

setiap individu untuk menghayati kebebasan dalam hubungan mereka dengan

orang lain dan lingkungannya sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi

22

yang unik dan khas serta memiliki integritas moral yang dapat

dipertanggungjawabkan Lebih lanjut pendidikan karakter juga terkait dengan

tiga matra pendidikan yaitu pendidikan individual pendidikan sosial dan

pendidikan moral Melalui tiga matra pendidikan tersebut merupakan kondisi

dinamis dari struktur antropologi individu Pendidikan karakter dalam arti

demikian itu menurut Amin dalam Etika (1989) adalah pendidikan yang sejak

lama telah diperjuangkan oleh para filusuf bahkan para rosul utusan Tuhan

Yaitu pendidikan karakter yang bersifat integral holistik dinamis

komprehensif dan terus menerus hingga terbentuk sosok manusia yang terbina

seluruh potensi dirinya serta memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk

mengekspresikannya dalam seluruh aspek kehidupan

Untuk mewujudkan visi misi dan tujuan tersebut pendidikan karakter

membutuhkan dukungan salah satunya dari pendidikan agama Dalam pada itu

pendidikan agama memberikan sumbangan bagi pendidikan karakter dan

berperan penting dalam hal mempersatukan diri manusia dengan realitas

tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Pendidikan karakter yang ditopang salah

satunya oleh pendidikan agama membantu peserta didik untuk tumbuh secara

lebih matang dan lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

dalam kontek kehidupan bermasyarakat Namun hal tersebut juga harus

didukung dengan upaya yang disertai dengan keteladanan dari seluruh

komponen yang terlibat dalam pendidikan (terutama guru) lingkungan dan

atmosfer pendidikan yang kondusif

23

Pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam disebut juga dengan

pendidikan akhlak mulia Secara normatif-teologis merupakan sebuah agenda

dan misi utama bagi setiap agama Secara yuridis ajaran akhlak mulia secara

eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Jika dilihat secara historis pendidikan akhlak mulia

merupakan respon terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat

Lahirnya agama Islam di mekkah dan berkembang di madinah merupakan

sampling yang representative tentang perlunya agama ini membentuk akhlak

masyarakat Hal itu terjadi karena keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

menetapkan kebijakan strategi taktik dan hal lainnya (Abuddin 2012 210)

Pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah pembentukan kepribadian

seorang muslim Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan Disegi lain pendidikan

Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis yang mana pendidikan

Islam mengajarkan pendidikan iman dan amal Secara historis Islam dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudia disebarkan ke mekkah atau Islam

diajarkan di mekkah yang tadinya menyembah berhala musyrik dan sombong

dengan usaha dan kegiatan Nabi mengajarkan Islam kepada mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah menjadi mukmin

muslim dan menghormati orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin

sebagaimana yang dicita-citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik

membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus

menjadi pendidik yang berhasil Islam sebagai agama yang universal yang

24

oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktivitas sehari-hari

mensejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis Pendidikan versi

Islam tidak hanya sebagai penentu segala-galanya bagi vested interested

(kepentingan) manusia di dunia melainkan menjangkau kepentingan manusia

masa depan yang esensial di akhirat kelak

Di dalam Islam dan dalam pendidikan Islam khususnya secara tidak

langsung telah berupaya untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan

karakter atau akhlak mulia yaitu membentuk kepribadian seorang muslim

sebagaimana cita-cita Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur‟an dan

sunnah yang berdialoq secara kontinu dengan tradisi dan budaya setempat

Pendidikan karakter atau pendidikan akhlak mulia merupakan bagian dari

pendidikan Islam yang sudah ada sejak 15 abad yang lalu Ajaran Islam yang

berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan

individu dan pendidikan masyarakat Semua orang yang bertugas mendidik

adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Zakiah Darajat 2012 20) Telah

disebutkan sebelumnya bahwa Nabi Muhammad merupakan pendidikan yang

paling berhasil dan menjadi suri tauladan (QS3321)

25

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

Maka perlunya pendidikan Islam dalam hal ini pendidikan karakter atau

akhlak untuk filter dan tameng bagi adanya kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai barat yang menjadikan

kekalahan beruntun secara sosial politik ekonomi dan budaya komunitas

muslim merasa kelimpungan dengan reaksi yang beragam Diakui bahwa hal

ini disebabkan karena masih ada beberapa hambatan dalam pendidikan agama

Islam Karena terjadinya pengadopsian pendidikan barat untuk

mengembangkan pendidikan muslim Yang terjadi adalah pendidikan modern

(barat) plus pendidikan agama Islam untuk peserta didik muslim dan bukan

yang dikonstruk berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikembangkan dalam teori

dan keilmuan Islam

Pendidikan akhlah mulia yang terdapat dalam pendidikan agama Islam

saat ini telah terdikotomi oleh pendidikan nasional Terlebih yang terdapat di

lembaga pendidikan umum (SD SMP dan SMA) Mengamati pendidikan

agama Islam di Indonesia dari masa ke masa tergambar jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan bagian yang terpisah dari sistem

pendidikan nasional Bahkan saat ini pendidikan Islam di Indonesia sedang

menghadapi berbagai persoalan dan hambatan dalam berbagai aspek terutama

masalah orientasi pendidikan itu sendiri dengan kata lain masih belum

jelasnya konsep pendidikan yang dibawa serta bagaimana implementasi yang

26

berbentuk pembelajaran sebagai upaya menciptakan manusia yang mandiri dan

profesional Mengingat bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan

dasar bagi setiap muslim maka pendidikan agama Islam harus selalu ditumbuh

kembangkan secara sistematis oleh setiap umat Islam dimanapun Berangkat

dari karangka ini pendidikan agama Islam haruslah selalu senantiasa

mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi logis dari perubahan

Kurangnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam lembaga pendidikan

umum menghambat pembentukan manusia ideal (seorang muslim) yang siap

dengan agenda globalisasi dan modernisasi yang terjadi Lembaga pendidikan

umum tidak berfokus kepada pendidikan agama hal ini berbeda dengan

lembaga pendidikan agama yang fokus pendidikannya adalah keagamaan

Kurangnya jam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan

umum misalnya yang hanya 3 jam setiap minggu maka perlu adanya strategi

untuk memberikan bekal tentang pendidikan agama di pendidikan umum

Strategi dalam sistem pembelajarannya metodenya maupun dalam hal konsep

pembelajarannya Seperti penggunaan pendidikan profetik yaitu dengan proses

pengetahuan dan nilai yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan

Dengan adanya strategi dalam hal pembelajaran pendidikan agama Islam maka

mampu untuk mencetak manusia-manusia keseimbangan dalam pandangan

hidupnya serta memiliki penguasaan atau pengetahuan keagaaman untuk bekal

individu dalam kehidupan sehari-hari

27

Ditetapkanya SMP Negeri 4 Salatiga sebagai tempat penelitian karena

adanya strategi dan upaya-upaya yang digunakan Sekolah Menengah Pertama

ini dalam hal menumbuhkan pendidikan keagamaan Islam terhadap peserta

didiknya Secara geografis yang terletak di pusat kota Salatiga berada pada

pusat jalur ekonomi Salatiga Dalam hal pendidikan keteladanan yang

ditumbuhkan oleh pihak sekolah dalam kesehariannya di lingkungan sekolah

seperti adanya sholat berjama‟ah dan kegiatan keIslaman untuk peserta didik

Berangkat dari hal tersebut maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah ldquo IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMP

NEGERI 4 SALATIGA PADA TAHUN PELAJARAN 2014-2015rdquo

B RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi diatas maka ada sejumlah permasalahan yang

penulis ajukan untuk dicari jawabannya Sejumlah masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut

1 Bagaimana Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Apa problematika yang muncul dalam implementasi Pendidikan Profetik

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

3 Bagaimana hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

28

C TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam implementasi

Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

3 Untuk mengetahui hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

D LANDASAN TEORI

1 Pendidikan Profetik

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti

ldquopergaulan dengan anak-anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya

membimbing atau mendidik alam pertumbuhannya agar dapat berdidi

sendiri disebut paedgogos Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai

ldquo usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-

anak untuk membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

29

dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi

diri sendiri dan masyarakatnyardquo

Sedangkan Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau

berkenaan dengan nabi Kata dari bahasa inggris ini berasal dari bahasa

yunani ldquoprophetesrdquo sebuah kata benda untuk menyebut orang yang

berbicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga

orang yang berbicara masa depan Profetik atau kenabian disini merujuk

pada dua misi yaitu seseorang yang menerima wahyu diberi agama baru

dan diperintahkan untuk mendakwahkan pada umatnya disebut rasul

(messenger) sedang seseorang yang menerima wahyu berdasarkan agama

yang ada dan tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya disebut nabi

(Prophet)

Nabi (Prophet) yang menjadi acuan dalam pendidikan profetik

adalah Nabi Muhammad SAW yang mana sebagai suri tauladan dan

sebagai pendidik yang hebat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan

mengajarkan islam di mekkah yang tadinya kondisi mereka menyembah

berhala musyrik dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi

mengajarkan Islam kepada mereka lalu tingkah laku mereka berubah

menjadi penyembah Allah menjadi mukmin muslim dan menghormati

orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin sebagaimana yang dicita-

citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik membentuk kepribadian

yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus menjadi pendidik yang

berhasil Di dalam kehidupannya nabi SAW selalu memberikan

30

ketauladanan kepada ummatnya Hal inilah yang menjadikan nabi

Muhammad menjadi acuan Profetik atau kenabian dalam hal pendidikan

Jadi Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan

(knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun

akhlak moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus

memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul

ummah) Serta tercapainya intelektual emosional akhlak dan moral

peserta didik yang dapat berkembang secara utuh

2 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan kebiasaan dan tingkah laku belajar juga diartikan sebagai

pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Syaiful Bahri

200222)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik

(santri) Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran

tersebut ada kegiatan memilih menetapkan dan mengembangkan metode

atau strategi yang optimal untuk mengapai hasil pembelajaran yang

diinginkan dalam kondisi tertentu (Muhaimin 200382)

Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip

Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia sehingga

31

terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 2008 35)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati

hingga mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadist

(Abdul Majid amp Dian Andatani 2004 7)

Jadi pengertian pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah

upaya membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati hingga

mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi

pembelajaran yang ada

3 Implementasi pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan Jadi penerapan

pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Maka

pendidikan dibangun dan dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat

memiliki tradisi dan budaya akademik yang kondusif dalam keluarga dan

lingkungan sosial Tradisi dan budaya edukatif atau akademik ini secara

otomatis akan bergerak sesuai dengan hukum budaya yang mewakili

32

simbol-simbol agama dalam mentransfer ilmu teknologi dan seni kepada

siapapun Tradisi dan budaya profetik yang sudah terbangun kokoh bahkan

diluar kesadaran akan menggulirkan semangat keilmuan yang tinggi

Komitmen profetik yang berlangsung lama akan membetuk tradisi dan

dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pilar pendidikan profetik

yang akan menghasilkan tradisi dan lingkungan yang sehat

E MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk

menghadapi tantangan zaman dan modernisasi dan juga dengan ini diharapkan

dapat membentuk individu berkarakter yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Serta

memberikan konsep pendidikan Islam dalam membentuk dan mengembangkan

potensi intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara utuh

Sedangkan secara dimensi praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menemukan sebuah pola pendidikan Islam sebagai

pengembangan diri manusia dalam membentuk manusia sempurna menurut

Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Alam

sekaligus untuk memahaminya Hal tersebut menjadi kerangka acuan dalam

pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dikemas dalam

konsep pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan Islam karena

33

adanya dikotomi pendidikan yang terjadi dalam pendidikan umum dan

pendidikan agama

F METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai

metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola)

dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan) analisis data bersifat induksikualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono 201413)

Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (J Moeleong

20033)

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yang pertama karena dari judul skripsi ini hanya mengandung

satu variabel Kedua dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi

ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian Ketiga

34

metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola ndash pola nilai yang dihadapi

Dengan demikian peneliti dapat memilah ndash milah sesuai dengan fokus

penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin

hubungan dengan Subjek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami

keadaan Subjek dalam penggalian info atau data yang diperlukan Maka

Penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang

implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tersebut

Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian lapangan ( field research) Yaitu peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan ilmiah ( (J Moeleong 200626) Alasan peneliti menggunakan jenis

penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara

mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai

dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan

2 Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di

Jl Pattimura 47 Salatiga 50711

Adapun Subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi

kepala sekolah pengajar karyawan dan siswa

3 Teknik Pengumpulan Data

a Observasi Partisipan

35

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut( Sugiyono 2014309)

Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipatif

peneliti mengamati apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan

suka dukanya Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang tampak

Dengan observasi kita dapat secara langsung terjun kedalam objek

penelitian Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan KBM situasi

di sekolah dan pendidik Dalam observasi di SMP Negeri 04 Salatiga

selain melakukan pengamatan juga ikut ambil bagian dalam melaksanakan

aktifitas pendidikan di lingkungan sekolahan Selain itu juga berpartisipasi

dalam pembelajaran seperti ikut mengajar dan mengikuti proses

pembelajaran pendidikan Islam

b Pengumpulan data dengan wawancarainterview

36

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2014318)

c Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu Dokumen

bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh adanya dokumen Pengumpulan dokumen yang berkaitan

dengan objek penelitian yaitu berupa buku sejarah buku profil sekolah

pajangaan struktur buku informasi pendataan siswa dan guru kurikulum

pelajaran dan perangkat pembelajaran

37

d Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada Triangulasi berguna untuk

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2014327) Pengumpulan data diambil

dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama Adanya observasi kemudian dilanjutkan dengan wawancara

yang mendalam serta pengumpulan dokumentasi untuk sumber data yang

sama dan melakukan wawancara atau pengumpulan data pada beberapa

sumber data yang berbeda

4 Teknis Analisi Data

Bogdan menyatakan tentang analisis data kualitatif sebagai proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkan kedalam unit-

unit melakukan sintesa menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain Susan Stainback mengemukakan bahwa

analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

38

sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Sugiyono

2014332)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan

Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono

2014333) Peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu sebelum

memasuki lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian Fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan Analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

wakttu tertentu Pada saat wawancara analisis sudah dilakukan terhadap

jawaban dari hasil wawancara Setelah data diperoleh cukup banyak dan

dicatat secara teliti dan rinci maka dilanjutkan dengan mereduksi data

Dengan merangkum memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya Dengan demikian data akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya Langkah selanjutnya adalah penyajian data atau mendisplaykan

data yang menjadikan data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami Penyajian data menggunakan teks

bersifat naratif (Sugiyono 2014333) Langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

39

bersifat sementara dan bisa berubah Apabila pengumpulan data valid dan

konsisten maka kesimpulannya kredibel

G SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima)

BAB yaitu

BAB I Bab I ini berisi pendahuluan yang didalamnnya akan diuraikan

tentang latar belakang masalah rumusan masalah landasan teori tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Dalam Bab II berisi kajian teori yang didalamnya akan

dipaparkan tentang pengertian Pendidikan Profetik Sistem Pendidikan Profetik

dan Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

BAB III Bab III berisi laporan hasil penelitian yang didalamnya akan

diuraikan tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga gambaran

pembelajaran Pendidikan Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Konsep Pendidikan

Profetik yang diterapkan di SMP Negeri 4 Salatiga Dan implementasi

pendidikan Profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

BAB IV Bab IV berisi Hasil penelitian yang berupa deskripsi hasil

penelitian temuan hipotesis dari penelitian dan hasil pengujian Hipotesis

mengenai implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

40

BAB V Bab V berisi penutup yang di dalamnya akan dipaparkan

mengenai kesimpulan dan saran-saran

41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A PENDIDIKAN DALAM ISLAM

1 Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti ldquopergaulan dengan anak-

anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai ldquo usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnyardquo

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman

hidup pembentukan kembali pengalaman hidup Sementara itu Komisi

Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata

menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan

akhir pendidikan

42

Meski berawal dari akar kata yang sama tetapi pemberian makna terhadap

istilah pendidikan begitu beragam Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip

masanya serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis

apalagi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis

(Armai 200716)

2 Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia pendidikan ialah proses sosialisasi yakni

memasyarakatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia

yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri yaitu mampu

konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan Nabi SAW

bersabda ldquoDidiklah anakmu-anakmu sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya dan bukan untuk zamanmurdquo Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi 2004137)

Ahmad D Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai

program bimbingan sunyek pendidikan (guru pendidik) kepada objek

pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu dalam jangka waktu tertentu

dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam Menurut

Yusuf Qardhawi pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal

dan hatinya rohani dan jasmaninya akhlak dan ketrampilannya

43

Menurut Muyazin Arifin hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui

ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya

( Armai 200718)

Secara estimologis pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil Al

Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan

Islam adalah upaya mengembangkan mendorong serta mengajak manusia

lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 200835)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum

terdapat di zaman Nabi Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi

dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran

memberi contoh melatih keterampilan berbuat memberikan motivasi dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita

harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut Kata ldquoPendidikanrdquo yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arabnya adalah ldquoTarbiyahrdquo dengan kata kerja ldquoRabbardquo Kata

ldquopengajaranrdquo dalam bahasa Arabnya adalah ldquota‟limrdquo dengan kata kerjanya

44

ldquo bdquoallamardquo Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya ldquoTarbiyah wa

ta‟limrdquo sedangkan ldquopendidikan Islamrdquo dalam bahasa Arabnya adalah

ldquoTarbiyah Islamiyahrdquo (Zakiyah Daradjat 201225)

Dalam konteks pendidikan Islam kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah Sejak dekade 1970-an

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah

Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak Dalam bahasan berikut kita

akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai

terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi 2004138)

a Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh jiwa dan ruh disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah intelektual dan ruhaniah pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai

denagn berbagai tingkat dan derajat

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim Sementara DrFatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim Menurut Al-

Attas pendidikan adalah beban masyarakat Penekanan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (bdquoilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta‟dib karena adab

45

sebagaimana didefinisikan disini sudah mencakup ilmu dan amal Simaklah

sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut

ldquodari ibnu mas‟ud Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian

menjadikan pendidikanku yang terbaik (HRIbnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi

jamius Shaghir I14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai ldquo mendidikrdquo yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata bdquoallama dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai ldquopendidikanrdquo dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim

Dengan jelas dan sistematik Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai

berikut

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur pembangunan iman ilmu dan amal

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik Cara Tuhan mendidik Nabi tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna

3) Dalam kerangka pendidikan istilah ta‟dib mengandung arti ilmu

pengetahuan dan pengasuhan yang baik

4) Dan akhirnyaAl-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama

sopan-santun adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib

b Al-Ta‟lim

46

Menurut Abdul Fatah Jalal proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah Untuk menjelaskan pendapat ini jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34 Menurut jalal

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh serta lebih luas dari pada kata tarbiyah Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca

tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman tanggung jawab

dan amanah

Jadi berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut Al-

Qur‟an ta‟lim lebih luas dari tarbiyah Berbeda dengan Al-Attas Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib Selanjutnya Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan juga ketrampilan yang

dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku

c Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi At-Tarbiyah adalah lebih tepat

digunakan dalam terminologi pendidikan Islam An-Nahlawi mencoba

47

menguraikan secara sistematik semantik lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39

2) Rabiya-yarbu denagn wazan Khafiya-yakhfa yang berarti menjadi

besar

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu berarti memperbaiki

menguasai urusan menuntun menjaga dan memelihara

Imam Al-Baidhawi mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna

Dari ketiga istilah tersebut Abdurrahman an-Nahwali menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur pertama menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh Kedua mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam Ketiga mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya Dan keempat proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib dengan sedikit

demi sedikit hingga sempurna

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak

perlu terjadi jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan

dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan

diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan

Islam sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai

berikut

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding

kedua istilah lainnya

2) Dalam interaksi edukatif konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim dan

3) Keduanya baik tarbiyah maupun ta‟lim harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya tetapi

dengan modifikasi tertentu sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat ldquofadilahrdquo tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada

pertumbuhan dan pembinaan keimanan keIslaman dan keihsanan

disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual peserta didik

Jadi antara ta‟dib ta‟lim dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan

yang lain Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam

bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif Maka dari tiga hal di ataslah

lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam

49

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam

Suatu totalitas kependidikan harus bersandar pada landasan dasar

Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak

dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh paripurna atau syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh Kajian tentang pendidikan Islam tidak

boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang

mendasar Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam yaitu a) Al-

Qur‟an b) Al-Sunnah c) Al-Kaun dan d) Ijtihad

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah

SWT dan karenanya ia merupakan dasar hukum bagi mereka Al-Qur‟an

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan

yang terjadi Al-Qur‟an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan

manusia Segala persoalan terdapat hal pokoknya di dalam Al-Qur‟an serta

berisi tentang aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela

mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu

Al-Qur‟an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara

umum Juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial

moral dan spiritual di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu

Sebagai contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat

50

Lukman ayat 21-19 Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman akhlak ibadat sosial dan ilmu pengetahuan

Maka Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam

setiap sendi kehidupannya yang akan mengantarkan manusia mampu

berdialog secara ramah dengan dirinya sendiri dengan alam sekitar dan

dengan Tuhannya maka al-Qur‟an menjadi landasan yang kokoh dan

paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual spiritual dan

keparipurnaan hidup manusia secara hakiki Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi

2004155)

b) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rosul

Allah SWT Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan

Dijadikannya as-sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak

terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap Al-Qur‟an Yaitu -

Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang bersifat umum Maka

dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang

diterangkan - Sunnah mengkhidmati al-Qur‟an Memang as-sunnah

menjelaskan mujmal al-Qur‟an menerangkan musykilnya dan

memanjangkan keringkasannya Al-Qur‟an menekankan bahwa Rosul

51

SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-fiman Allah (QS1644)

Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-sunnah fi makanatiha wa fi

Tarikhiha menulis bahwa as-sunna mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan Al-Qur‟an dan fungsi berkaitan dengan pembinaan hukum syara‟

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an

Sunnah berisi tentang petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

manusia dalam segala aspekny untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa Untuk itu Rasul Allah menjadi

guru dan pendidik utama Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua bagi cara pembinaan manusia muslim dalam setiap sendi

kehidupannya

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia

melalui perantara malaikat jibril dan nabi-nabiNya ia juga

membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata yaitu alam semesta

dengan segala macam partikel dan heteroginitas berbagai entitas yang ada

di dalamnya langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya

laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan gunung-gunung

berbagai macam binatang dan sebagainya

Mengenai ayat-ayat kauniyah tersebut beberapa ayat di dalam al-

Qur‟an menyatakan dengan gamblang dalam surah Ar-Ra‟d ayat 3 dan Al-

Jatsiyah Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

52

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial begaimana bersikap dan berperilaku mulia Ditilik dari

wacana pedagogis hal itu amatlah berarti bagi berlangsungnya proses

pendidikan demi tercapainya (setidaknya) dan hal bagus bukan hanya

tumpukan ilmu dan kepandaian tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan sayri‟at Islam

untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan

sunnah (Zakiyah Daradjat 201221) Ijtihad sebagai langkah untuk

memperbaharui interpretasi dan pelembagaan ajaran Islam dalam

kehidupan yang berkembang merupakan semangat kebudayaan Islami

Ijtihad yang diarahkan pada interpretasi wahyu dan al-kaun akan

menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menggembirakan Sebab interpretasi manusia atas wahyu akan

menghasilkan pemahaman keagamaan atau agama yang aktual Orang

yang melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid Seorang mujtahid

senantiasa menggunakan akal budinya untuk memecahkan problematika

kemanusiaan dalam kehidupannya Orang yang senantiasa menggunakan

akal budinya oleh Al-Qur‟an disebut sebagai ulul-albab (Khoiron

Rosyadi 2004159)

53

Menurut Al-Qur‟an ulul-albab adalah sekelompok manusia tertentu

yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT Diantara keistemewaannya

adalah mereka diberi hikmah dan pengetahuan disamping pengetahuan

yang diperoleh secara empiris (QS2269)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur‟an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsip saja (Zakiyah Daradjat 201222)

4 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah apa yang dicanangkan oleh manusia atau sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha serta kegiatan selesai Ketika

berbicara mengenai tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita untuk

berbicara tentang tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia Sebab pendidikan

hanyalah suatu alat yang digunakan oelh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

Al-Syaibany menampilkan definisi tujuan sebagai perubahan yang

diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau upaya yang diusahakan

oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada

tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitar Jadi tujuan-tujuan pendidikan jika mengikuti

definisi ini maka ada perubahan yang diinginkan dalam tiga bidangyaitu a)

54

tujuan-tujuan individual b) tujuan-tujuan sosial dan c) tujuan-tujuan

profesional (Khoiron Rosyadi 2004161)

Dilihat dari segi UU No23 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

nasional dalam Bab II dasar fungsi dan tujuan pada pasal 3 maka tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak

mulia sehat berilmucakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam

a Tujuan Umum pendidikan Islam

1) Prof M Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan

Islam menyimpulkan bahwa tujuan umum yang asasi bagi pendidikan

Islam yaitu

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan untuk mengetahui (co-riosity)

e) Menyiapkan pelajar dari segi profesional

2) Prof Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Islam dan Metode-metode pengajarannya tujuan umum

yang ditampilkan yaitu

55

a) Pendidikan akal dan Persiapan pikiran

b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak

c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan

kesediaan-kesediaan manusia

3) Menurut Muhammad Quthb tujuan umum pendidikan Islam adalah

manusia yang taqwa itulah manusia yang baik menurutnya Sungguh

yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah

yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya (QS Al-Hujurat (49)13)

4) Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia Hamba Allah Jadi menurut Islam pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia sebagai makhluk yang

menghambakan diri kepada Allah(beribadah kepadaNya) Karena

sesuai dengan pesan Al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia supaya mereka beribadah kepadaNya (QSal-Dzariyat

(51)56)

Tujuan umum pendidikan Islam diberi perhatian dan tidak terkena

perubahan dari waktu ke waktu Finalitas kenabian secara implisit menyatakan

finalitas cita-cita yang diajarkan Nabi SAW kepada sekalian manusia Jadi

tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan yang berada jauh dari masa

sekarang sebuah hasil pencapaian yang tidak dapat terlaksana melalui kerja

Taqwa kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam ia

sebagai ultimate goal dari serangkaian tujuan yang ditampilkan di atas dan

56

masing-masing tujuan tersebut mempunyai hubungan sistematik satu sama

lainnya yang tak dapat terpisahkan (Khoiron Rosyadi 2004170)

b Tujuan khusus Pendidikan Islam

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah perubahan-perubahan

yang diingini yang bersifat atau bagian yang termasuk di bawah tujuan

umum pendidikan Dengan kata lain gabungan pengetahuan ketrampilan

pola-pola tingkah laku sikap nilai-nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terkandung dalam tujuan umum bagi pendidikan yang tanpa

terlaksananya tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna

Contoh tujuan umum ldquo untuk menumbuhkan semangat agama dan

akhlakrdquo maka pada tujuan khusus sebagai berikut

1) Memperkenalkan akidah-akidah Islam kepada generasi muda

2) Menumbuhkan kesadaran pada diri terhadap agama

3) Menambah keimanan kepada Allah Sang Pencipta

4) Menumbuhkan rasa rela optimisme kepercayaan diri tanggung

jawab menghargai tolong menolong dan berkorban

5) Mendidik naluri motivasi keinginan generasi muda dan

membentengi mereka menahan motivasinya dan membimbingnya

dengan baik

6) Membersihkan hati mereka dari dengki iri hati benci egoisme

khianat perpecahan dan perselisihan

57

c Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah

Surat Ali Imron ayat 102

(

Artinya

ldquoWahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)rdquo (QS Ali Imron (3)102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari akwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya Insan Kamil yang mati dan

menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

Islam (Zakiyah Daradjat 201231)

B PENDIDIKAN PROFETIK

58

1 Pengertian Profetik

Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi Kata dari bahasa Inggris ini berasal dari bahasa yunani ldquoprophetesrdquo

sebuah kata benda untuk menyebut orang yang berbicara awal atau orang yang

memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan

Profetik atau kenabian disini merujuk pada dua misi yaitu seseorang yang

menerima wahyu diberi agama baru dan diperintahkan untuk mendakwahkan

pada umatnya disebut rasul (messenger) sedang seseorang yang menerima

wahyu berdasarkan agama yang ada dan tidak diperintahkan untuk

mendakwahkannya disebut nabi (Prophet) (MohRoqib 201149)

Kenabian dari kata arab ldquonabiyrdquo dan kemudian membentuk kata

nubuwwah yang berarti kenabian Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

nabi adalah hamba Allah yang ideal secara fisik (berbadan sehat dengan fungsi

optimal) dan psikis (berjiwa bersih dan cerdas) yang telah berintegrasi dengan

Allah dan malaikatNya diberi kitab suci dan hikmah bersamaan dengan itu dia

mampu mengimplementasikan dalam kehidupan dan mengkomunikasikannya

secara efektif kepada sesama manusia Sedang kenabian mengandung makna

segala ihwal yang berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh

potensi kenabian Potensi kenabian dapta menginternal dalam individu setelah

ia melakukan proses edukasi yang didasarkan oleh nilai-nilai kenabian dalam

Al-qur‟an Sunnah dan Ijtihad dengan berbagai upaya melakukan pemikiran

sehingga dapat menemukan kebenaran normatif dan faktual Pemikiran

filosofis ini kemudian disebut dengan filsafat profetik atau filsafat kenabian

59

Dengan potensi tersebut nabi mampu menyampaikan risalah dan membangun

umat dan bangsa sejahtera lahir batin

Agar tugas-tugas kenabian tercapai setiap nabi diberikan sifat-sifat mulia

yaitu a Jujur (al-sidq) b Amanah (al-amanah) c Komunikatif (al-tablig)

dalam arti selalu menyampaikan ajaran dan kebenaran dan d Cerdas (al-

fatanah) Setiap Nabi memiliki misi utama yang harus dipahami dan

dilaksanakan oleh ulama sebagai pewaris para nabi Misi kenabian tersebut

dalam bingkai mengembangkan kitab suci yaitu a menjelaskan ajaran-

ajaranNya b menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan sesuai dengan perintahNya

c memutuskan perkara atau problem yang dihadapi masyarakat dan d

memberikan contoh pengamalan

Keempat tugas dan misi ini jika dimaknai dalam konteks pendidikan nabi

memiliki tugas pertama adalah memahami Al-Qur‟an berarti nabi harus

menguasai ilmu (ilahiyah) yang akan menjadi materi dan dijelaskan kepada

peserta didik kedua menyampaikan materi (ajaran) tersebut kepada umat

(peserta didik) ketiga melakukan kontrol dan evaluasi dan jika terjadi

penyelewengan dilakukan pendisiplinan diri agar tujuan pendidikan (ajaran)

dapat diaplikasikan dalam kehidupan Terakhir nabi memberikan contoh dan

model ideal personal dan sosial lewat pribadi nabi yang menjadi rasul dan

manusia biasa (MohRoqib 201149)

Seorang nabi yang memiliki potensi sempurna yang diberikan Tuhan yang

merupakan model utama moral utama yang patut dicontoh dalam kehidupan

60

termasuk dalam dunia pendidikan bagaimana potret pendidikan kenabian dan

bagaimana potret itu dapat menjadi faktual saat ini

2 Filsafat profetik

Filsafat profetik atau filsafat kenabian adalah pemikiran filosofis yang

didasarkan pada nilai-nilai kenabian dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan

berbagai upaya pemikiran reflektif-spekulatif sampai pada penelitian empirik

sehingga menemukan kebenaran normatif dan faktual aplikatif yang memiliki

daya sebagai penggerak umat sehingga terbentuk khaira ummah atau

komunitas ideal Secara teologis filsafat profetik ini diambil dari pemikiran

sufi yang membincang tentang bentuk kemanunggalan (ittihad) Tuhan yang

Esa (tauhid) yang transenden dengan manusia yang relatif dan plural

Filsafat profetik atau filsafat kenabian sebagai upaya mendialogkan

manusia Tuhan dan alam dapat dimaknai sebagai filsafat yang mengkaji

tentang hakikat kebenaran dengan mendasarkan pada wahyu yang masuk dan

menginternal dalam diri manusia agung (an-nabiy) kemudian dikomunikasikan

pada manusia dan keseluruhan alam agar kebenaran tersebut menjadi mungkin

untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta manusia

terbaik (khaira ummah) dengan kehidupan yang sejahtera (MohRoqib

201153)

3 Filsafat pendidikan profetik

Berdasarkan pada pemahaman terhadap filsafat profetik sebagaimana

telah disebutkan filsafat pendidikan profetik adalah pemikiran filosofis

kependidikan yang mendasarkan pada pemahaman terhadap alam dan hukum

61

dialektikanya yang bermuara pada hubungan antara tuhan dan manusia yang

menyatu (tauhid) tanpa menghilangkan keEsaan Tuhan dan tidak pula melebut

eksistensi manusia sehingga manusia yang percaya terhadap yang profon akan

bertindak sebagai manifestasi kepercayaan kepada Allah sekaligus memahami

keterbatasan dan kelemahan memahami realitas hukum dan alam Tuhan

(MohRoqib 201186) Filsafat pendidikan profetik merupakan proses transfer

pengetahuan dan nilai untuk pengEsaan terhadap Allah yang dilakukan secara

kontinu dan dinamis disertai pemahaman bahwa dalam diri ada kelebihan dan

kelemahan yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan (yang transenden)

Islam merupakan agama yang abadi karenanya menuntut perubahan yang

permanen yang disertai dengan cita-cita mengenai tujuan (a sense of goal)

yaitu membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan Untuk memberi arah ke

mana transformasi tersebut akan dibawa maka dibutuhkan ilmu sosial profetik

untuk memberikan petunjuk kearah transformasi yang dilakukan Perubahan

yang didasarkan pada cita-cita Humanisasi emansipasi Liberasi dan

Transendensi yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik Humanisasi

Liberasi dan Transendensi merupakan dasar cita-cita profetik dalam pendidikan

Tiga muatan itulah yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik dengan

berdasarkan Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110

62

110 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah (QS Ali Imron 110)

a Transendensi

Transendensi berasal dari bahasa Latin ldquotranscendererdquo yang

berarti naik ke atas dalam bahasa inggris ldquoto transcendrdquo berarti

menembus melewati melampui artinya perjalanan di atas atau di luar

ldquotranscendrdquo berarti melebihi lebih penting dari ldquotranscendentrdquo

berarti sangat teramat atau sukar dipahamkan atau diluar pengertian

dan pengalaman biasa Transendensi bisa diartikan Hablun min Allah

ikatan spiritual yang mengikatkan antara manusia dan Tuhan

Transendensi dalam teologi Islam berarti percaya kepada Allah kitab

Allah dan yang ghaib (MohRoqib 201178)

Berdasarkan pada filsafat profetik indikator transendensi dapat

dirumuskan 1) mengakui adanya kekuatan supranaturalAllah 2)

melakukan upaya mendekatkan diri kepada Allah 3) berusaha untuk

memperoleh kebaikan Tuhan sebagai tempat bergantung 4)

memahami suatu kejadian dengan pendekatan mistik (kegaiban)

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuasaanNya 5) mengaitkan

perilaku tindakan dan kejadian dengan ajaran kitab suci 6) melakukan

sesuatu disertai harapan untuk kebahagiaan hari akhir (kiamat) 7)

menerima masalah atau problem hidup dengan rasa tulus dan dengan

63

harapan agar mendapat balasan di akhirat untuk itu kerja keras selalu

dilakukan untuk meraih anugerahNya

b Liberasi

Liberasi dari bahasa Latin ldquoliberarerdquo berarti memerdekakan atau

pembebasan Liberation dari kata ldquoliberalrdquo yang berarti bebas

Liberation berarti membebaskan atau tindakan memerdekakan

Artinya pembebasan terhadap semua yang berkonotasi dengan

signifikasi sosial seperti mencegah bernarkoba memberantas judi

membela nasib buruh dan mengusir penjajah (MohRoqib 201182)

Dari definisi dan pemahaman terhadap filsafat profetik dapat

dirumuskan indikator ilberasi yaitu 1) memihak kepada kepentingan

rakyat wong cilik dan kelompok mustad‟afin 2) menegakkan

keadilan dan kebenaran 3) memberantas kebodohan dan

keterbelakangan sosial-ekonomi 4) menghilangkan penindasan dan

kekerasan

c Humanisasi

Humanisasi berasal dari kata Yunani humanitas berarti makhluk

manusia menjadi manusia Dalam bahasa inggris human berarti

manusia bersifat manusia humane berarti peramah orang penyayang

humanism berarti peri kemanusiaan Humanisasi (insaniyyah) artinya

memanusiakan manusia menghilangkan kebendaan ketergantungan

kekerasan dan kebencian dari manusia (MohRoqib 201184)

64

Indikator Humanisasi 1) menjaga persaudaraan meski berbeda

agama kayakinan status sosial dan tradisi 2) memandang seseorang

secara total 3) menghilangkan berbagai bentuk kekerasan 4)

membuang jauh sifat kebencian terhadap sesama

Ketiganya disebut visi profetik Untuk filsafat pendidikan profetik Unsur-

unsur profetik tersebut harus menjadi tema pendidikan Islam Setiap

pendidikan Islam harus menyertakan unsur transendensi Humanisasi plus

transendensi liberasi plus transendensi karena transendensi begitu sentral

4 Pengertian Pendidikan Profetik

Pendidikan profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan

nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam

sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal

(khairul ummah) Pendidikan profetik peserta didiknya dipersiapkan sebagai

individu sekaligus komunitas untuk itu standar keberhasilan pendidikan diukur

berdasarkan capaian yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasi

secara sosial (MohRoqib 2011 88)

Pendidikan profetik merupakan upaya sadar dalam proses transfer

pengetahuan dan nilai-nilai kenabian yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara

utuh dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Strategi pendidikan profetik sebagaimana Nabi dimulai keteladanan diri

dan bangunan keluarga ideal (maslahah) Pendidikan dalam perspektif profetik

memiliki dasar tradisi akademik dan kondusif sebagaimana Nabi membangun

65

tradisi Madinah (sunnah madaniyyah) atau sunnah nabawiyyah yang memiliki

daya kolektif untuk terus bergerak progresif secara kontinu dengan pilar

transendensi yang kuat berpengaruh pada seluruh dimensi dan sistem

kependidikan yang dalam kegiatan riilnya dibarengi dengan pilar humanisasi

atau membangun nilai kemanusiaan dan liberasi memupus berbagai hal yang

merusak kepribadian

Kompetensi pendidik atau guru dalam pendidikan profetik meliputi empat

hal yaitu kejujuran (sidq) tanggung jawab (amanah) komunikatif (tabliq) dan

cerdas (fatanah) Pendidikan Profetik secara faktual berusaha menghadirkan

nilai kenabian dalam konteks kekinian Secara skematis bagaimana

epistemologi model integrasi dan koneksitas serta pola bangunan profetik

5 Tujuan Pendidikan Profetik

Tujuan pendidikan ada tujuan akhir ultimate goals immediate goals dan

tujuan khusus Semua tujuan tersebut harus berjalan dan berhubungan dengan

berbagai sistem sebab akibat hukum-hukum material dan keharmonisan

kehidupan praktis duniawi Di dalam pendidikan Islam tujuannya adalah

membentuk kepribadian muslim paripurna (kaffah) yang memiliki indikator

kemandirian multi kecerdasan dan kratif dinamis sehingga mampu memberi

rahmat bagi alam

Tujuan pendidikan profetik sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Pertama

prinsip integrasi (tauhid) yang memandang adanya wujud kesatuan dunia-

66

akhirat Karena itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk

mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat

Kedua prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari

prinsip integrasi Keseimbangan antara muatan rohaniah dan jasmaniah antara

ilmu murni dan terapan antara teori dan praktek antara nilai yang menyangkut

akidah syariah dan akhlak

Ketiga prinsip persamaan dan kebebasan Prinsip ini dikembangkan dari

nilai tauhid bahwa Tuhan adalah Esa oleh karenanya setiap individu bahkan

semua makhluk adalah dari pencipta yang sama

Keempat prinsip kontinuitas dan berkelanjutan Dari prinsip ini dikenal

konsep pendidikan seumur hidup (life long education) Sebab dalam Islam

belajar adalah suatu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir

Sebagaimana ulama salaf berkata (HAMKhon 2014 145)

ldquoCarilah ilmu dari ayunan sampai lubang kuburrdquo

Kelima prinsip kemaslahatan dan keumatan Ruh tauhid apabila menyebar

dalam sistem moral akhlak kepada Allah dengan kebersihan hati dan

kepercayaan yang jauh dari kotoran akan memiliki daya juang untuk membela

hal-hal yang maslahah atau berguna bagi kehidupan

6 Materi Pendidikan Profetik

Materi pelajaran kurikulum dan silabus dalam pendidikan profetik yang

diberikan pendidik harus ditata dan disusun sesuai dengan jenjang jenis dan

67

jalur pendidikan Sebagai software materi yang termuat dalam silabi

merupakan bentuk operasional yang menjabarkan konsep pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan

Minimal ada tiga prinsip dalam merancang materi pertama

pengembangan pendekatan religius kepada dan meliputi semua cabang ilmu

pengetahuan kedua isi pelajaran yang bersifat religius seharusnya bebas dari

ide dan materi yang jumud dan tak bermakna dan ketiga perencanaan dengan

memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor disebut sebagai tiga

prinsip kontinuitaskesinambungan sekuensi dan integrasi

Tujuan yang jelas mempermudah mengambil langkah operasional dalam

proses kependidikan termasuk penentuan materi Dalam perspektif pendidikan

profetik unsur religius yang transendental humanis dan liberal harus

berintegrasi dengan setiap cabang ilmu Dalam pengembangan materi yang

terdapat pada kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional Hal ini

menurut Noeng Muhadjir pendekatan proporsional tersebut diharapkan ada

integrasi pendekatan dalam penetapan suatu materi yang melibatkan

pendekatan akademik humanistik dan teknologi secara proporsional

Rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam II menuangkan

suatu pengorganisasian materi menjadi pengetahuan a perential dan b

acquired dua istilah yang dalam klasifikasi ilmu pengetahuan klasik dikenal

sebagai bdquoulum naqliyyah dan bdquoulum bdquoaqliyah (muktasabat) Rekomendasi ini

selengkapnya dilampirkan oleh Syed Ali Ashraf (MohRoqib 2011128)

68

Khusus mengenai pengorganisasian itu adalah sebagai berikut Kelompok

I perenial (meliputi ilmu-ilmu abadi) meliputi 1 al-Qur‟an a) membaca

(qira‟at) menghafal (hifz)interpretasi (tafsir) b) sunnah c) sirah Nabi d)

tauhid e) Ushul Fiqh dan Fiqh f) bahasa Arab 2 Materi tambahan meliputi a)

filsafat Islam b) perbandingan agama c) Kebudayaan Islam

Kelompok II Asquired (muktasabat ilmu-ilmu hasil pencarian manusia)

1 Imajinatif a) Seni Islam dan Arsitektur b) Bahasa dan Sastra 2 Ilmu-ilmu

Intelektual a) Studi Sosial b) filsafat c) ekonomi d) ilmu politik e) sejarah f)

peradaban Islam g) ilmu bahasa h) Geografi i) sosiologi j) Psikologi dan i)

antopologi 3 Ilmu-Ilmu pengetahuan Alam (Teoritik) a) Filsafat Ilmu b)

Matematik c) Statistik d) fisika e) Kimia dan lain-lain 4 Ilmu-ilmu terapan

a) Rekayasa dan Teknologi b) Kedokteran c) Pertanian dan d) Kehutanan 5

Ilmu-ilmu Praktik a) Perdagangan b) Ilmu Administrasi c) Ilmu Perpustakaan

d) Ilmu Komunikasi

Sebagian masalah penting yang dihadapi dalam menetapkan materi adalah

masalah keusangan (absolescence) Keusangan menjadi persoalan dalam kaitan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Persoalan keusangan

lebih banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu pada kelompok kedua yakni ilmu hasil

pencarian manusia (acquired knowledges) (MohRoqib 2011130)

Persoalan penting yang perlu digaris bawahi dalam menetapkan materi dan

meyusun buku teks adalah bahwa ilmu-ilmu perenial (abadi) pada kelompok

pertama itu tetap menjadi inti kurikulum yang disusun dengan gradasi dan

sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan Hal lain yang

69

perlu diperhatikan adalah al-Qur‟an bukanlah teks sains melainkan kitab suci

yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya Al-Qur‟an berfungsi

sebagai prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadist

Nabi juga merupakan prinsip-prinsip pendidikan Islam Hal ini untuk

menghindarkan dari persoalan dikotomik ilmu pengetahuan yang muncul

dalam kurikulum termasuk dalam proses belajar mengajar

Mengakhiri tentang materi dalam paradigma profetik perlu dikemukakan

tentang nilai strategis membaca Materi untuk tingkat dasar adalah mengenal

huruf dan membaca teks Untuk tingkat menengah dapat dikembangkan materi

yang terkait dengan keterampilan atau strategi membaca cepat dan kreativitas

menulis Selanjutnya di perguruan tinggi dikembangkan materi teknik

memanfaatkan bahasa dan baca tulis untuk berkomunikasi efektif dan lobi

7 Pendidik Pendidikan Profetik

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan

karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah

ditentukan bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif

Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti

al-mulim (guru) al-mudarris (pengajar) al-muaddib (pendidik) dan al- walid

(orang tua) Dalam Islamm orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal Pertama

karena kodarat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya

70

Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu oranag yang berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya (Khoiron Rosyadi 2004172)

Proses pembelajaran memposisikan pendidik berperan besar dan strategis

Karena itu corak dan kualitas pendidikan profetik secara umum dapat diukur

dengan kualitas pendidiknya sebab dengan pendidik yang memiliki kualifikasi

tinggi diharapkan dapat menciptakan dan mendesain materi yang lebih dinamis

dan konstruktif mengatasi kelemahan materi dan subjek didiknya diantaranya

dengan menciptakan suasana yang kondusif dan strategi pembelajaran aktif

yang baik Dengan pendidik yang memiliki kualitas tinggi kompetensi lulusan

(output) pendidikan dapat dijamin sehingga mereka mampu mengelola potensi

diri mengembangkan kemandirian untuk menatap masa depan gemilang yang

sehat dan prospektif (MohRoqib 2011132)

Secara umum tugas pendidik ialah mengupayakan perkembangan seluruh

potensi subjek didik Pendidik bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia

juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri dengan semangat profetik Pendidik memiliki kedudukan sangat

terhormat karena tanggungjawabnya yang berat dan mulia

Seorang Pendidik membawa amanah Illahiyah untuk mencerdaskan

kehidupan umat dan membawanya taat beribadah dan berakhlak mulia Karena

tanggung jawabnya yang tinggi ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu

Syarat terpenting pendidik menurut Zakiah Daradjat adalah kepribadian utama

yang haus dimiliki oleh pendidik tersebut Kepribadian yang utuh meliputi

tingkah laku maupun tata bahasanya Sebab kepribadian pendidik akan mudah

71

diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya termasuk budi bahasanya Oleh

karena itu pendidik menurut Imam Zarnuji seharusnya seorang yang bdquoalim

wara‟ dan lebih tua usia (dan kedewasaanya)

Beberapa syarat kepribadian secara lengkap yang harus dimiliki oleh

pendidik agar ia bisa menjadi pendidik yang baik adalah 1) zuhud dan ikhlas

2) bersih lajir dan batin 3) pemaaf sabar dan mampu mengendalikan diri 4)

bersifat kebapakan dan keibuan 5) mengenal peserta didik dengan baik (baik

secara individual maupun kolektif) Pendidik ideal adalah pendidik yang pada

saat bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik (MuhRoqib 2011134)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul ambiya‟ seorang

pendidik harus yang baik shaleh yang merasa bahwa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang Muslim yang

baik yang akan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang

diajarkan Islam yang perbuatannya akan dijadikan teladan anak didiknya Prof

DR Hadari Nawawi (1983) mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu

mengadakan sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) didik dalam setiap

relasinya Jika antara keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam

kebersamaannya maka yang terjadi hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi

pendidikan

Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses seorang guru dianjurkan

untuk mempraktikkan hal-hal berikut (Muhammad jameel 200543)

a Mengucapkan salam

72

b Seorang guru tidak diperkenankan meminta muridnya berdiri pada saat ia

masuk kelas

Menunjukkan wajah yang penuh senyum Sebagaimana seperti yang

diajarkan Rosulullah SAW ldquoSenyummu di depan saudaramu adalah

sedekahrdquo (HR At-Tirmidzi)

c Seorang guru dianjurkan untuk memulai pelajaran dengan mengatakan

kalimat pembuka

d Seorang guru harus menggunakan kata-kata yang baik pada murid-

muridnya

e Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan yang dapat melukai

muridnya

f Seorang guru hendaknya memperingatkan murudnya yang menyibukkan

diri dengan hal lain yang menggangu jalannya pelajaran

g Seorang guru hendaknya mengatur pertanyaan yang diajukan para murid

saat mengikuti pelajaran

h Seorang guru hendaknya mempraktikkan etika Islam dengan tujuan untuk

mengajari para siswanya

i Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya

Syarat-syarat menjadi pendidik sukses sebaiknya guru dapat

1) Menguasai bidang pelajaran yang diasuh

2) Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan

3) Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan

4) Berperan sebagai pelanjut perjuangan para nabi

73

5) Memiliki keluhuran akhlak dan tingakt pendidikan dan kecerdasannya

6) Salaing membantu dengan sesama pendidik

7) Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama

8) Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur

9) Berhias diri dengan sifat sabar dalam setiap hal

Menurut Al-Abrasyi sifat-sifat pendidik dalam Islam sebagai berikut

a Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridloaan Allah semata

b Kebersihan

Seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan

bersih jiwa dan terhindar dari dosa besar

c Ikhlas dalam pekerjaan

d Pemaaf

e Harus mengetahui tabiat murid

8 Peserta didik Pendidikan Profetik

Peserta didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari

sistem kependidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Khoiron Rosyadi

2004192) Peserta didik dalam pendidikan profetik selalu terkait dengan

pandangan wahyu tentang hakikat manusia Secara substantif manusia

memiliki dua dimensi lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniyah) Manusia

sebagai makhluk allah di muka bumi diberi kelebihan-kelebihan dan

keistimewaan yang tidak diberikan kepada makhluk lain

74

Potensi yang dimiliki manusia bersifat kompleks yang pada pokoknya

terdiri dari ruh (roh) qalb (hati) bdquoaql (akal) dan nafs (jiwa) Potensi-potensi

itu bersifat rohaniyah dan mental-psikis Di samping itu manusia juga dibekali

potensi fisik-sensual berupa seperangkat panca indera yang berfungsi sebagai

instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di

lingkungannya Semua potensi tersebut bersifat mendidik dapat dan harus

dididik agar berkembang aktual (MohRoqib 2011134)

Selain itu perkembangan kepribadian peserta didik di samping ditentukan

oleh aspek dasar juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan)

Interdependensi antara dasar dan ajar dalam visi profetik tetap mengakui

eksistensi masing-masing dalam perkembangan kepribadian peserta didik Di

satu sisi fitrah merupakan konsep dasar lingkungan (pendidikan) dalam

membentuk corak kepribadian peserta didik

Dalam konteks pendidikan profetik setiap anak memiliki potensi positif

(fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia Allah telah menetapkan fitrah

setiap manusia sejak penciptaannya dan tidak ada perubahan pada fitrah Allah

itu Setiap manusia yang dilahirkan dalam fitrahnya dan akan lestari dan

berkembang jika diasah dan diasuh oleh lingkungan edukasinya

Fitrah yang dibawa anak sejak lahir memiliki sifat potensial memeelukan

upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi

faktual dan aktual Upaya memberikan prinsip-prinsip nilai amat penting untuk

membimbing dan mengarahkan pertumbuhan potensi manusia Peserta didik

harus terus mengembangkan potensi fitrahnya tersebut seumur hidup (life long

75

education) Bagi Noeng Muhadjir ilmu itu tetap berproses dan merupakan amal

yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia Sebab dalam

Islam pendidikan bernilai transendental tidak hanya berproses di dunia tetapi

tetap ada maknanya di akhirat

Hidup itu belajar Karena belajar manusia bermakna dalam hidupnya

Pendidik dalam mengajar terlebih dahulu harus mengenal subjek didik dengan

baik sehingga tidak ada pemaksaan kepadanya Pelajaran agar menarik peserta

didik harus disesuaikan dengan a kebutuhan jasmaniyah b kebutuhan sosial

c kebutuhan intelektual dan d kebutuhan religius Di samping itu juga

penciptaan lingkungan yang kondusif sangat penting artinya bagi proses

pendidikan sehingga anak dapat pelajar di mana dan kapan saja

9 Metode Pendidikan Profetik

Metode secara bahasa berearti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud atau cara mengajar dan lain sebagainya

dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dengan

menggunakan bentuk tertentu seperti ceramah diskusi penugasan dan lainnya

Metode pendidikan Profetik adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang

hakikat pendidikan profetik sebagai suprasistem (MohRoqib 2011138)

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalam

menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum Metode yang

tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstriksik sejalan

76

dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk

merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam

Menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak

dan relefansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam (HM Arifin

2011144)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang

hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi

tersebut

a Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya

semata

b Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alqur‟an

c Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran alqur‟an yang

disebut pahala dan siksaan

Dalam hubungannya dengan watak dan relevansinya ketiga aspek tersebut

merupakan dasar timbulnya pola pemikiran model-model proses belajar

mengajar Penelusuran yang analitis dalam alqur‟an akan menemukan

berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan

dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiap diri manusia

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru

untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode

kependidikan efektif san efisies

77

3) Pendidikan Islam mendorong guru untuk berikhtiar menghindarkan

pengaruh-pengaruh neatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-

program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita

Islami

4) Pendidikan Islam mengupayakan harmonisasi keserasian dan keselarasan

antara masukan instrumental dengan masukan environmental (pengaruh

lingkungan) dalam proses mancapai tujuan sehingga produk pendidikan

benar-benar sesuai dengan idealitas Islami

5) Pendidikan Islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar

mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak

didik

6) Pendidikan Islam dalam segala ikhtiarnya senantiasa berpegang teguh

pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi pda potensi

keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup

pribadi manusia muslim

Teknik berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu

sedang secara etimologi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus

atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran

atau aspek dalam wujud aktivitas strategi atau taktik dan bahan atau alat yang

terkait dengan pendukungnya Teknik merupakan cara operasional yang

diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran misalnya pembelajaran

aktif dengan teknik problem solving demonstrasi dan lainnya

78

Teknik Pendidikan Profetik adalah langkah-langkah kongkret pada waktu

seorang pendidik melaksanakan pendidikan di kelas Teknik merupakan

pengejawantahan dari metode Sedang metode merupakan penjabaran dari

asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Pendidikan Profetik

Tujuan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar

berdayaguna dan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

mengamalkan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menggairahkan

belajar peserta didik secara mantap sehingga proses pembelajaran menjadi

efektif dan efisien

Tugas utama metode pendidikan Profetik adalah mengadakan aplikasi

prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan

pendidikan dan terealisasinya melalui penyampaian keterangan dan

pengetahuan agar siswa mengetahui memahami menghayati dan meyakini

materi serta meningkatkan keterampilan olah pikir dan membuat perubahan

dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan sebagai dasar penggunaan

metode pendidikan Islam adalah dasar agamis biologis dan psikologis Pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara metode pendidikan Profetik dengan

pendidikan lain Pembedanya hanya pada nilai spiritual dan mental yang

menyertai pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekkan Prinsip

dasar penggunaan metode pendidikan Profetik adalah

a Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia

dengan Allah dan sesama makhluk

79

b Keterpaduan (integrative tauhid)

c Bertumpu pada kebenaran

d Kejujuran (sidq dan amanah)

e Keteladanan pendidik Ada kesatuan ilmu dan amal

f Berdasar pada nilai dan tetap berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah

budi utama

g Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak

h Sesuai dengan kebutuhan peserta didik

i Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian

j Proporsional dalam memberikan janji yang menggembirakan dan

ancaman untuk mendidik kedisiplinan

Pendidika Profetik juga dapat menggunakan metode yang disebut dengan

edutainment plus atau pendidikan yang menyenangkan dengan tanpa

meninggalkan hukuman jika dibutuhkan Edutainment plus merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan

proses pembelajaran yang rileks menyenangkan dan bebas dari tekanan baik

fisik maupun psikis (Khoiron Rosyadi 2004143)

Metode yang dipilih dan dilakasanakan oleh pendidik secara transenden

dibarengi dengan rasa tulus ikhlas sehingga peserta didik tergugah semangat

dan gerak edukatifnyadengan rasa senang dan nyaman Siraman nilai spiritual

yang berdimensi liberasi dan humanis akan memberikan sisi sentuh yang kuat

untuk berbuat demi kemanfaatan mereka dan lingkungannya

80

10 Media Pendidikan Profetik

Alat-alat pendidikan seringkali disebut dengan peralatan pendidikan yang

terkadang rancu dengan media pendidikan Alat (device) bisa disebut dengan

istilah hardware atau perangkat keras digunakan untuk menyampaikan pesan

Bahan atau software perangkat lunak di dalamnya terkandung pesan-pesan

yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji atau tanpa alat penyaji

Kedua-duanya ini bahan dan alat atau hardware dan software tidak lain adalah

media pendidikan (MohRoqib 2011146)

Secara definitif media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari si pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa demikian rupa

sehingga proses belajar terjadi Sumber belajar tidak hanya guru tetapi bisa

juga jenis pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima

oleh siswapeserta latihan Pesan-pesan yang dituangkan oleh guru terdapat

dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata lesan atau tertulis) mauoun

non verbal atau visual Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol

komunikasi itu disebut encoding Sedang proses penafsiran simbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis fisik

kultural dan lingkungan Dalam pendidikan profetik secara historis telah

diketahui bahwa alat belajar tulis dan baca telah lama ada pada masa nabi dan

diajarkan dikalangan sahabat dan sudah pula memakai peralatan dan media

81

pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya Pada masa sekarang

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sudah terasa

sangat mendesak dalam pengajaran perlu menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan itu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology) atau ICT dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

pendidik dalam melakukan proses pendidikan Tetapi apabila alat pendidikan

diperankan lebih dominan dari guru atau guru telah kalah pengaruh dalam

membentuk kepribadian subjek didik maka tidak mustahil sifat teknologi yang

statis dan rutin tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk kepribadian

subjek didik Semua media dikembangkan guna kemaslahatan kebaikan dan

kelestarian alam semesta memanfaatkan media untuk kemaslahatan umat juga

merupakan Ijtihad (MohRoqib 2011148-149)

11 Evaluasi Pendidikan Profetik

Dalam proses pendidikan Islam tujuan merupakan sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan proses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam Dengan memperhatikan kekhususan tugas

pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik

nilai-nilai Agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk

melalui proses itu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai

pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui

proses evaluasi (HM Arifin 2011162)

82

Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap

tingkah laku anak didik berdasarkan perhitungan yang bersifat komprehensif

dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-psikologis

Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat

kemampuan dasar anak didik yaitu

a Sikap dan pengalaman pribadinya hubungannya dengan Tuhan

b Sikap dan pengalaman dirinya hubunganya dengan masyarakat

c Sikap dan pengalaman kehidupannya hubungannya dengan alam sekitar

d Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan

selaku anggota masyarakat serta selaku Kholifah di muka bumi

Evaluasi diperlukan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan Dari

aspek proses apakah prosesnya sesuai dengan konsep pendidikan profetik yang

meliputi apresiasi terhadap tujuan muatan materi perilaku dan kualitas

pendidik pandangan dan perlakuan terhadap peserta didik penggunaan metode

dan media pembelajaran

Dari sisi hasil sandar keberhasilan pendidikan terletak pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan Tujuan pokok menengah dan akhir Tujuan

jangka pendek berupa kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan tujuan

jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat Kedua tujuan tersebut dapat

dilihat dari penguasaan keterampilan dan akhlak yang mulia Tolak ukur yang

mudah diketahui adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku keseharian ini disebut dengan akhlak Misi kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia Evaluasi pendidikan profetik selain

83

mengukur dan menilai tentang kualitas pemahaman penguasaan kecerdasan

dan keterampilan juga mengukur dan menilai nilai moral dan akhlak peserta

didik Akhlak yang berdimensi Tauhid hubungan kepada Allah (hablu min

Allah) hubungan terhadap sesama manusia (hablun min an-nas) dan

hubungan dengan alam untuk memberikan rahmat bagi alam semesta

(rahmatan li al-bdquoalamin) sebagai pemakmur bumi (khalifah fi al-ard) Menjaga

hubungan kepada Tuhan dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang

lain beribadah sesuai dengan agamanya merupaka akhlak profetik (MohRoqib

2011150)

Proses dan hasil yang beragam menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik dengan menggunakan tes maupun non tes Akhlak selain bisa dievaluasi

melalui tes juga non tes seperti dari catatan harian yang memuat ibadah

pergaulan peserta didik dalam keluarga dengan tetangga dan masyarakat juga

aktivitas lain yang positif untuk kemaslahatan umum dan kemanusiaan

C KONTEKSTUALISASI PENDIDIKAN PROFETIK

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoir Ummah)

Pemikiran pendidikan dalam paradigma profetik dengan ketiga pilar yang

telah disebutkan sebelumnya diharapkan bisa diartikulasikan dan

aktualisasikan dalam praktik pengembangan Pendidikan Islam Untuk

memberikan gambaran akan praktik yang diharapkan diperlukan desain

terlebih dahulu tentang model ldquokomunitas idealrdquo yang dalam bahasa Al-Qur‟an

disebut ldquokhoiru al-ummahrdquo

84

Sebagaimana telah disebutkan bahwa pendidikan profetik dengan dasar

tradisi atau sunnah baik dengan pilar transendensi humanisasi dan liberalisasi

secara otomatis membangun peserta didik anggota masyarakat secara kolektif

bukan hanya sebagai individu-individu Tentang khoir al-ummah disebutkan

dalam al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110 dan ayat ini menjadi rujukan untuk

pendidikan profetik

Artinya ldquoKamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allahrdquo QS Ali Imron (3) 110

Khoir al-Ummah juga berarti kelompok atau komunitas terbaik dan

manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain Umat secara umum menunjuk

pada semua mahkluk sedang kata umat ideal adalah komunitas sosial yang

dinamis yang bergerak sesuai dengan orientasi dan visi yang jelas di bawah

kepemimpinan yang bijaksana Kata Khoir al-Ummah yang diikuti tiga kata

dibelangkangnya yaitu amar ma‟ruf (humanisasi) nahi mungkar (liberasi) dan

iman kepada Allah (transendgvbensi) Jika dikaitkan dengan hal tersebut maka

pendidikan profetik harus dibangun berdasarkan empat syarat dan tiga pilar

Yaitu komunitas visi gerak dinamis dan kepemimpinan (Muh Roqib

2011155)

2 Pendidikan Profetik untuk pengembangan kebudayaan

85

Desain dari pendidikan profetik ini juga memanfaatkan dasar

pengembangan kebudayaan yang digerakkan melalui penguatan pada aspek-

aspek subjektif atau objektif budaya Penguatan dapat dilakukan dengan

memberikan stimulasi Setelah lebih jelas tentang format dan desain

pendidikan profetik dengan empat syarat dasar dan pilarnya serta aksi yang

didasarkan pada pemanfaatan tradisi dan budaya yang dikembangkan

diharapkan konsep pendidikan ini mampu mengilhami perkembangan pola

pendidikan baru sebagai alternatif

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan

Diantara beberapa model pendidikan yang memiliki potensi kuat untuk

dikembangkan dengan paradigma pendidikan profetik ini adalah

a Pendidikan Sosial-kebudayaan Homeschooling

Khair al-ummah komunitas ideal tidak akan terwujud tanpa

pemerataan pendidikan Sebagaimana yang banyak disebutkan pernyataan

ldquoorang miskin dilarang sekolahrdquo atau ldquoorang miskin dilarang sakitrdquo

merupakan identitas sosial yang harus segera digeser dan dirubah dengan

pendidikan profetik Pendidikan profetik dalam artian ini adalah

pendidikan kerakyatan

Agar program ini faktual dan aktual maka program pendidikan

yang dilakukan harus memanfaatkan potensi lokal Jika mendasarkan

pemikiran pada pencarian potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam

pengembangan pendidikan profetik homeschooling menjadi alternatif

jawabannya Persekolahan di rumah merupakan model pendidikan tertua

86

di nusantara Fokus dalam pendidikan sebaiknya difokuskan pada

pengembangan potensi dasar yang memungkinkan anak mampu

mengembangkannya secara mandiri lebih baik dan manusiawi Fokus itu

terutama adalah kemampuan bahasa metode perfikir dan pembentukan

kepribadian

Jika fokus ini yang menjadi orientasi dasar pendidikan maka setiap

lembaga atau komunitas terkecil kependidikan bisa berkompetensi secara

terbuka Pada wilayah kebijakan seperti ini homeschooling memiliki posisi

yang setara dengan pendidikan lain Persekolahan di rumah merupakan

pendidikan alternatif yang ditawarkan setelah mencerna bahwa pendidikan

saat ini diakui kurang efektif dan efisien

Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara

at home Dengan pendekatan ini anak akan merasa nyaman bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing kapan dan di mana saja

Pengembangan persekolahan di rumah ini bisa menunjang pelaksanaan

konsep pendidikan seumur hidup life long education Pendidikan dari

masa kanak-kanak sampai masa tua Terlepas dari pendidikan

persekolahan tersebut pendidikan dalam keluarga memiliki fungsi

strategis untuk pengembangan potensial secara utuh

Homeschooling yang didesain dalam perspektif pendidikan

profetik di antaranya harus memperhatikan tentang

87

1) Tujuan pendidikan yang dikembangkan hendaknya menyiapkan

peserta didik agar memiliki kemandirian dan potensi kreatif dalam

hidupnya

2) Memperhatikan potensi dan bakat anak

3) Pemikiran filosofis yang disampaikan kepada anak berparadigma

profetik yang bertumpu pada gerak dan tindakan

4) Orang tua yang berfungsi sebagai guru harus memberikan penekanan

terhadap pemahaman keagamaan yang integratif dan komprehensif

5) Budaya tradisi dan gaya hidup dalam keluarga dikondisikan agar

anak sebagai peserta didik

b Pendidikan Profetik Inklusif-multikultural

Pendidikan multikultural dapat dikembangkan dengan pemanfaatan

potensi seni dan budaya lokal Islam harus dihayati sampai kepada makna

dan ruhnya Penghayatan sampai makna seperti ini menuntu sebuah

perombakan kurikulum dalam pendidikan Sebab pendidikan yang berhasi

mencapai tujuan diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang mampu

menghargai keberbadaan dan keragaman kultur (multikultural)

Pendidikan multikultural dikembangkan untuk menjawab

kegelisahan terhadap pemahaman mengenai pluralitas yang sempit

Kaitanya dengan soal pluralisme penting untuk digaris bawahi bahwa

multikuturalisme itu berbeda dengan pluralisme Pluralisme hanya sebuah

pengakuan terhadap keberagaman tentang kemajemukan atau kebhinekaan

Sonia Neito mengartikan pendidikan multikulturalisme lebih praktis dalam

88

karyanya Language Culture dan Teaching (2002) Ia mendefinisikan

pendidikan multikulturalisme sebagai proses pendidikan yang menentang

bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat bisa diterapkan oleh

peserta didik komunitas mereka dan para pendidik Pendidikan

multikultural di indonesia menurut Anita Lie menghadapi tiga tantangan

yaitu pertama fenomena homogenisasi dunia pendidikan akibat tarik ulur

keunggulan dan keterjangkauan Yang kedua kurikulum Ketiga

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran multikultural (Muh

Roqib 2011174)

Fokus dari pendidikan multikultural adalah pada kecerdasan siswa

yang menguasai ilmu dan menyelesaikan masalah tetapi dengan dasar

moral yang menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar

belakang yang berbeda Pendidikan multikulturalisme dalam paradigma

profetik menempatkan dasar transendensi humanisasi dan liberasi untuk

menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan

secara teologis di hadapan Tuhan saling menghargai sebagai sesama

manusia dan saling membangun kebersamaan dalam menegakkan keadilan

melawan diskriminasi dalam bentuk apapun

c Pendidikan Profetik Integratif-interkonektif

Kebutuhan hidup manusia amat banyak dan beragam Pengetahuan

saja tidak cukup untuk membuat hidup manusia menjadi tentram dan

bahagia Pemahaman akan hukum alam sosial dan teologis memerlukan

paket materi pelajaran yang holistik dan komprehensif Ika Dewi Ana

89

dengan mengutip berbagai sumber mengungkapkan tentang krisis kearifan

dalam pendidikan diantaranya karena perlakuan lembaga pendidikan tidak

tepat terhadap ilmu pengetahuan (Muh Roqib 2011179)

Pendidikan intregratif merupakan bagian dari aplikasi pendidikan

profetik dalam artian pendidikan profetik tidak akan berjalan tanpa

membangun pendidikan yang integratif Integratif dalam teori desain

sistem pelaksanaan dan integratif dalam kelembagaan Integratif dalam

arti jejaring antar lembaga adalah berwujud kerjasama untuk

melaksanakan program bersama untuk menyiapkan media pendidikan dan

pelayanan prima tanpa pembebanan pada peserta didik secara sosial dan

ekonomi Dari aspek kelembagaan konsep pendidikan profetik adalah

mengintegrasikan ilmu (kurikulum) kebijakan dan kelembagaannya

d Pendidikan Profetik berdasarkan Filsafat Gerak-Kreatif

Filsafat profetik dalam rangka pemikiran Iqbal didasari oleh filsafat

gerak Tuhan mewajibkan hambanya untuk beribadah berarti ada

keniscayaan baginya untuk bergerak dinamis sebagaimana hukum alam

yang selalu bergerak sesuai kehendak-Nya Dalam sifat Nabi ada sifat

fatanah kecerdasan yaitu gerak kreatif yang dimiliki oleh seseorang

untuk merespon secara proaktif kondisi alam dan manusia untuk mengatasi

berbagai problem dan untuk meningkatkan peradaban umat manusia

Kreativitas ini adalah kelanjutan dari keimanan dan peribadatan

kepada Allah yang selanjutnya adalah melakukan upaya agar kebutuhan

primer seperti makan dan keamanan bisa dipenuhi dan kemudian

90

ditingkatkan menjadi kesejahteraan dan ketenangan hidup Menurut Noeng

Muhadjir kreativitas bagi manusia berfungsi sebagai unsur pembeda dari

makhluk lainya dan merupakan fungsi pendidikan yaitu menumbuhkan

kreativitas meyiapkan tenaga produktif pelestarian dan pengembangan

nilai Terkait dengan ini Noeng merincinya menjadi lima yaitu kreativitas

rasional kreativitas rekayasa kreativitas estetik kreativitas moral dan

kreativitas sosial Daya gerak dan perbaikan nilai kemanusiaan tidak akan

tercapai tanpa pengembangan kreativitas Pendidikan progresif

menyediakan ruang kreativitas yang menyenangkan dan humanis

Kreativitas dalam konteks profetik menjadi bagian dari aktualisasi amal

Shalih (Muh Roqib 2011184)

e Pendidikan Pofetik Menyenangkan-mendisiplinkan (Edutainment

Plus)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tradisi pendidikan

profetik harus melibatkan metode yang positif dan sesuai dengan kondisi

peserta didik Bagaimana pendidikan dapar memberikan peluang bagi

peserta didik untuk ldquogandrung ilmurdquo dan terus mengulang proses

pencarian ilmu karena metode yang dilakukan oleh pendidik begitu

menarik dan menyenangkan (MohRoqib 2011186)

Pendidikan profetik yang menyenangkan adalah pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak memberikan tekanan fisik maupun psikis

91

Sisi manfaat penggunaan desain pembelajaran yang berprespektif

edutainment Plus adalah

1) Membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa

lebih mudah

2) Mendesai pembelajaran dengan selipan humor dan permainan edukatif

untuk memperkuat pemahaman materi

3) Komunikasi menjadi efektif dan penuh dengan keakraban

4) Penyampaian materi pelajaran pada yang dibutuhkan dan

bermanfaatkan

5) Penyampaian materi sesuai dengan kemampuan peserta didik

6) Memberikan Reward dan hadiah sebagai motivasi untuk peserta didik

7) Pemberian sanksi atau hukuman secara edukatif dan proporsional jika

diperlukan untuk memantapkan kedisiplinan peserta didik

Penerapan edutainment puls dalam perspektif profetik sekali lagi

tetap tidak meninggalkan sama sekali terhadap hukuman jika diperlukan

untuk mendisiplinkan peserta didik

D PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penerapan pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan

nilai plus tersendiri pada proses pendidikan Islam Dengan adanya pemahaman

yang benr terhadap Islam maka akan menghasilkan paradigma Islam yang

integralistik atau menyeluruh Pendidikan agama Islam yang berparadigma

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi (Kuntowijoyo 200749) Berangkat dari nilai-

92

nilai yang sama dan dari sumber yang sama Integrasi terhadap terhadap Islam

dan ilmu akan semakin memperkuat keduanya Islam adalah ilmu dan ilmu

merupakan keharusan di dalam Islam Melalui pengintegrasian Islam dan ilmu

diharapkan adanya penyatuan antara wahyu tuhan dan pikiran manusia

Terdapat beberapa model dan paradigma pendidikan di Indonesia

diantaranya adalah model pendidikan tradisional dengan paradigma

ldquoIslamrdquonya dan pendidikan modern dengan paradigma sekulernya Tentu saja

masing-masing model pendidikan tersebut dengan paradigmanya masing-

masing memiliki muatan kurikulum dan orientasi yang juga berbeda

Referensi yang digunakan serta sikap yang dihasilkannya pun berbeda Model

pendidikan tradisional cenderung meletakkan agama dan akhirat sebagai

kurikulum dan orientasinya Pendidikan modern lebih kepada ilmu-ilmu umum

dan keduniawian sebagai muatan kurikulum dan orientasinya Eksklusif lebih

menjadi sikap pilihan model pendidikan tradisional jika dibandingkan liberal

yang menjadi sikap pendidikan modern Melalui pendidikan Islam profetik

masing-masing perbedaan yang terkesan berseberangan tersebut coba untuk

diintegrasikan sehingga menghasilkan model pendidikan yang berparadigma

integralistik serta lebih mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia

sebagai referensinya (Kuntowijoyo 200755) Dengan demikian orientasinya

tentu saja mengarah tidak hanya yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Kurikulum yang dibangun adalah kurikulum ilmu-ilmu agama dan umum

sehingga melahirkan sikap inklusif (Kuntowijoyo 200758)

93

Dalam upaya menciptakan masyarakat utama pendidikan menjadi salah

satu pilar utama di dalamnya Selain pendidikan yang merupakan integrasi

antara Islam dan ilmu sehingga melahirkan pendidikan yang bermutu maka ia

juga harus diinternalisasikan sekaligus diobjektifikasikan Kaitan antara

objektifikasi dan internalisasi adalah bahwa objektifikasi harus berangkat dari

internalisasi yang diinternalisasikan adalah nilai yaitu nilai-nilai Islam

(Kuntowijoyo 200761)

Pendidikan Islam profetik mensyaratkan adanya objektifikasi bukan

sekularisasi Objektifikasi menghendaki terhindarnya masyarakat dari dominasi

Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam profetik objektifikasi menghendaki

juga ketiadaan dominasi Islam terhadap masyarakat Melalui objektifikasi ini

masyarakat dari kelas manapun agama apapun kelompok manapun akan

dapat menerima konsep sistem dan mekanisme serta kurikulum pendidikan

Islam profetik yang dijalankan sebagai hal yang ldquowajarrdquo Hasil-hasil yang

dilahirkan selama proses di dalam pendidikan yaitu penggalian

pengakumulasian koleksi serta transformasi akan pengetahuan dianggap

sebagai aktualisasi terhadap nilai-nilai agama (ilmu agama) sekaligus nilai-nilai

dunia (ilmu dunia) secara wajar Objektifikasi adalah perbuatan dalam

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan yang juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikmatinya tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo 200763) Dalam konteks

pendidikan dapat dicontohkan melalui misalnya di dalam Islam orang yang

malas mencari ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang

94

membiarkan orang lain tetap berada di bawah penindasan orang lain adalah

musuh Tuhan maka hal itu dapat diobjektifikasikan melalui model dan

kurikulum pendidikan yang mengarahkan orang kepada perolehan ilmu

pengetahuan Ilmu yang dimiliki itu dapat menjadi alat baginya untuk melawan

penindasan yang selama ini terjadi kepadanya Pendidikan yang membebaskan

tersebut adalah objektifikasi dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 110

Letak perbedaan antara pendidikan profetik dan pendidikan Islam selama

ini adalah pada objektifikasinya Pendidikan Islam yang ada selama ini lebih

kepada Islamisasi atau doktrinisasi tetapi pendidikan Islam profetik lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya Dalam

pendidikan Islam profetik misalnya ajaran tentang menyantuni orang miskin

dan anak yatim tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja namun juga orang di

luar Islam Orang Islam dapat mempelajari itu orang di luar Islam pun sama

Wujud akhir yang nyata dari aktualisasi atau pelaksanaan terhadap nilai-nilai

Islam harus bisa dianggap wajar dan diterima oleh umum demikian halnya

dengan pendidikan Islam Jika pendidikan Islam dalam bentuk akhir dari

aktualisasinya dapat juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan itulah

pendidikan yang dibutuhkan pendidikan Islam profetik

Tujuan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Profetik tidak jauh beda

yaitu bersumber pada nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Di dalam pendidikan

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi Pendidikan agama Islam yang ada selama ini

95

lebih kepada Islamisasi atau doktrinasi sedangkan profetik lebih pada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Pendidikan profetik berbicara mengenai Idealita Realita dan Metode dalam

pendidikan Pendidikan profetik mencoba melakukan format pendidikan yang

bisa menggeser paradigma pendidikan yang kompetitif menjadi spirit

bersinergi contohnya saling melengkapi akan kebutuhan hidup masing-masing

Berbicara mengenai profetik adalah berbicara mengenai manusia tokoh idola

dan panutan Tapi tidak sekedar itu berbicara model yang menjadi panutan

untuk diikuti bukan karena kelebihan yang dimiliki model itu dan kemudian

melahirkan ldquokebanggaan pasifrdquo bagi yang mengetahuinya Makna profetik

lebih dari pada penilalian total akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang

dilakukannya Pendidikan yang dikembangkan oleh Nabi dilakukan secara

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan manusia tugas nabi yang

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak

dan amal sholeh atau bekerja secara profesional Sebagai pendidikan yang

bersifat utuh dan komprehensif maka pendidikan profetik dilakukan secara

utuh pula yaitu selain mengembangkan nalar juga mengembangkan potensi

hati dengan cara banyak berdzikir atau ingat Allah melakukan kegiatan ritual

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

Yollanda Vusvita Sari dalam kajian Education Center BEM UNY 2010

menulis bahwa pendidikan profetik tidak meniadakan akan suatu perbedaan

Namun yang dipermasalahkan adalah paham yang mengakui kebebasan dalam

berpendapat tanpa ada batas Konsep pendidikan profetik dalam pendidikan

96

agama Islam mengiyakan perbedaan akan tetapi harus ada keyakinan atau nilai

universal yang disepakati bersama Berbicara profetik adalah berbicara

orangnya (person) sedangkan ketika nilai ini menjadi kolektivitas sosial maka

akan menjadi masyarakat madani (Ummat) Pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara metode pendidikan profetik dengan pendidikan agama Islam

Pembedannya hanya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat

metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekan Metode yang dipilih dan

dilaksanakan oleh pendidik secara transenden dibarengi dengan rasa tulus

ikhlas dan cinta kasih sehingga peserta didik tergugah semangat dan gerak

edukatifnya Dalam media pendidikan profetik dan pendidikan agama Islam

yang digunakan masih sama secara penggunaan dan pemanfaatannya Yang

mana media ataupun alat yang diperankan jangan sampai lebih dominan dari

guru karena tidak mustahil sifat media pendidikan dan perkembangan

teknologi yang statis dan tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk

kepribadian subjek didik Pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam

bisa dilakukan dengan mendekatkan peserta didik pada tiga hal penting yaitu

Pendekatan pada kitab suci tempat ibadah dan para ulama‟nya

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk mengetahui

dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi kualitas pendidik dan

menilai serta mengukur moral dan akhlak dari peserta didik itu sendiri

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi

97

perkembangan peserta didik Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi

semua pihak Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja

kepala sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu

sebagai Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja Selain itu perlu

membenahi Niat Dalam pendidikan profetik niat memiliki posisi yang

strategis Sekalipun misalnya delapan standar pendidikan telah dipenuhi oleh

lembaga pendidikan manakala niat para pelaku pendidikan tidak benar maka

hasil pendidikan juga tidak akan maksimal Bahkan hasil pendidikan

sebenarnya lebih banyak tergantung pada niat itu Oleh karena itu ada dua hal

yang harus diperbaharui yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan

dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku

tenaga kependidikan Pendidikan harus dikembalikan pada watak aslinya yaitu

untuk mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa yang meraih derajat

unggul dalam aspek intelektual spiritual jiwa dan raganya serta akhlaknya

Dengan demikian mengimplementasikan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru

agama atau guru budi pekerti melainkan meupakan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

98

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehg peneliti diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari tata usaha SMP Negeri 4 Salatiga disebutkan bahwa

SMP Negeri 4 salatiga adalah lembaga pendidikan yang didirikan di kota

salatiga pada tahun 1979

Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga pada awal pendiriannya memiliki 2

lokal gedung terpisah Satu gedung berada di Jl Veteran sedang satunya

lagi berada di Jl Sumardi Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan

belajar mengajar tidak efektif Kemudian pada tahun 2007 karena telah

habisnya hak guna bangunan tanah milik pemerintah kota salatiga di

samping SMP Negeri 4 salatiga maka tanah tersebut kemudian dihibahkan

kepada SMP Negeri 4 salatiga yang saat ini telah berdiri bangunan baru

Maka dari itulah pada bulan November 2007 SMPN 4 salatiga baru

melokalisasikan sekolah menjadi satu tempat yakni di jl Patimura 47

Salatiga Telp (0298) 32678

2 Letak Geografis

a Alamat sekolah

SMPN 4 salatiga beralamat di Jl Patimura 47 Salatiga teleponfax

(0298) 326785

b Luas tanah

99

Luas tanah yang dimiliki SMPN 4 salatiga adalah sebesar 3883msup2 dan

tealah bersertifikat IMB

3 Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga

a Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik dan Iman Taqwa

3) Terwujudnya profile sekolah sebagai SMP favorit

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah kondusif dan asri

5) Terlaksananya program program SCS ( Study Club In School ) siswa

dan guru

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang santun etis dan berbudi

luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian kepemimpinan dan

perkaderan siswa

b Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

2) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran

interaktif aplikasi dan akselerasi

Unggul Prestasi santun berbudi tangguh berkompetisi Sadar

bertaqwa

100

3) Mengaktulaisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan

iman dan taqwa

4) Membudayakan sikap sportifitas dalam berkompetensi meraih prestasi

5) Melaksanakan program penataan sarana prasarana sesuai dengan site

plan jangka pendek menengah dan jangka panjang

6) Membiasakan percakapan bahasa inggris bagi seluruh warga sekolah

lewat kegiatan ekstrakurikuler

7) Mempraktikan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

8) Membudayakan santun dalam bicara cipta rasa dan karsa

9) Menyalurkan bakat dan potensi dengan barbagai kegiatan apresiasi

dan kompetisi

10) Menginsentifkan kegiatan organisasi kepemimpinan dan kader siswa

c Slogan

4 Struktur Organisasi Sekolah SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 salatiga sebuah lembaga pendidikan juga memiliki struktur

organisasi sebagai sistem penggerak dalam rangka mewujudkan visi dan

misi SMPN 4 Salatiga Di bawah ini adalah struktur organisasi SMPN 4

Salatiga

H E B A T

Harmoni ndash Etika ndash Bestari ndash Aktif ndash Taqwa

101

Tabel 31

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

102

Tabel 32

Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

1 Sumiyati 2 Idayati Hartini 3 Saimin 4 Agus widodo 5 Sri Iriyanti 6 Rejo 7 Eka Sulistyawati 8 Murniati 9 Rubiyanto 10 Nuzul Lusy

Anggraeni 11 Tri Budi Setyawan 12 Sutrisno

13 Agus Riyadi

TATA USAHA

103

5 Keadaan Guru Karyawan dan Siswa SMPN 4 Salatiga

a Keadaan Siswa SMPN 4 Salatiga

Secara keseluruhan jumlah siswa SMPN 4 Salatiga pada

tahun ajaran 20152016 berjumlah 655 di bawah ini adalah data

siswa SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

Tabel 33

Data siswa SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Kelas

jenis kelamin Agama jumlah

kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

104

b Keadaan Guru SMPN 4 Salatiga

Guru-guru SMPN 4 Salatiga merupakan tenaga pendidik

professional mereka mengajar sesuai dengan bidangnya masing-

masing Sebagian besar adalah lulusan Strata 1 (S1) bahkan ada

dari beberapa mereka telah bergelar Strata 2 (S2) Adapaun rincian

dari keadaan guru SMPN 4 Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 34

Data Guru SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Tabel 35

Data Kualifikasi Pendidikan Guru SMPN 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

105

c Keadaan Karyawan SMPN 4 Salatiga

Untuk membantu Kelancaran dalam segala kegiatan di

SMPN 4 Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan

yang berjumlah 43 Karyawan-karyawan tersebut mempunyai

tugas membantu semua kegiatan yang ada di SMPN 4 Salatiga

sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga segalanya dapat

berjalan dengan baik dan lancar Berikut ini adalah tabel daftar

karyawan di SMPN 4 Salatiga

Tabel 36

Daftar Karyawan SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian

inventaris kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

106

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

d Sarana dan Prasarana SMPN 4 Salatiga

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Salatiga

didukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai

sebagai salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) unggulan di

salatiga Adapun sarana yang dimiliki SMPN 4 Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 37

Data Sarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

107

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

Adapun prasarana yang dimiliki SMPN Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 38

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

108

e Situasi dan Kondisi SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 Salatiga merupakan sekolah umum lanjutan tingkat

pertama di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional

Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Salatiga dengan warga

sekolahnya berasal dari berbagai latar belakang status yang

berbeda baik status sosial ekonomi maupun agamanya Sekolah

bercorak plural ini memiliki situasi dan kondisi sekolah yang

sangat beragam hal ini terlihat dari begitu variasinya agama yang

dipeluk oleh setiap warga sekolah baik guru karyawan maupun

dari siswanya sebagaimana diuraikan dalam tabel-tabel

sebelumnya

Lingkungan sekolahnya merupakan lingkungan agamis karena

di dekat sekolah tersebut berdiri sebuah masjid dan sebuah gereja

sehingga memungkinkan warga sekolah dapat beribadah ke tempat

ibadah tersebut setiap saat Dalam event tertentu seperti ketika hala

bihala idhul Adha dan Natal sekolah tersebut sering mengadakan

kegiatan untuk memeriahkannya

Dengan situasi dan kondisi pluralitas di lingkungan sekolah

tersebut peraturan dan kebijakan sekolah juga dibuat berazaskan

pada prinsip persamaan tanpa adanya diskriminasi Semua warga

sekolah diberikan kesempatan dan kebebasan yang sama sesuai

dengan kewajiban dan haknya asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan yang telah ditetapkan sekolah dan peraturan dari

pemerintah contohnya penempatan siswa di kelas disama ratakan

109

sesuai kemampuan intelligence tanpa memandang status baik

sosial ekonomi maupun agamanya

f Ekstra Kurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pokokwajib yang

harus diikuti oleh setiap siswa Kegiatan ini diwujudkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dimana di

dalamnya terjadi hubungan interaksi antara pendidik dan peserta

didik

Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

dan waktu pelaksanaanya di luar jam belajar sehingga tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar yang bersifat intrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga bertujuan untuk

menambah wawasan pengalaman para siswa serta usaha

mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing

Terdapat satu program ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu

pramuka bagi kelas VII dengan harapan dapat melatih siswa hidup

secara mandiri disiplin dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat

Berikut ini adalah tabel kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

110

Tabel 39

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

Tabel 310

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

111

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

B Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan di SMP Negeri 4 Salatiga

tentang Implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah tersebut ada beberapa garis besar yang dapat

tergambarkan sebagai berikut

1 Hasil Penelitian

a) Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 4 salatiga oleh

peneliti ada beberapa implementasi pendidikan tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam beberapa

diantaranya dikemukakan oleh responden yaitu sebagai berikut

Implementasi Pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahnya menurut

kepala sekolah yaitu MN adalah

ldquoDalam penerapan tradisi profetik atau nilai-nilai kenabian

perlu adannya keteladanan yang dilakukan di lingkungan

sekolah Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang

112

penting untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik

atau kenabian yang di ajarkan melalui pembelajaran

maupun praktek merupakan proses tranformasi pendidikan

dan pengajaran Dengan adanya keteladanan dan

penananman nilai-nilai kenabian dapat membentuk pribadi

siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi Khairul

Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri

peserta didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau

keislaman juga kami terapkan dengan mengajak peserta

didik untuk saling tolong menolong antar sesama dengan

cara menyantuni anak yatim dan warga

miskin rdquo(Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa penanaman

pendidikan tradisi profetik kepada peserta didik dilakukan dengan

cara pembiasaan dan keteladanan seperti pembiasaan bersalaman

dengan guru saat siswa masuk gerbang sekolah pada pagi hari

shalat dhuhur berjamaah dan memberi keteladanan peserta didik

dengan saling menghormati tolong menolong dan toleran Di

setiap bulan Ramadhan siswa diajarkan untuk berzakat dan

bershodaqoh di sekolah yang mana perbuatan tersebut dapat

menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik serta penanaman

nilai-nilai keagamaan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim

113

Seperti apa yang diungkapkan kepala sekolah di atas HR

selaku Guru PAI senior di SMP Negeri 4 beliau dalam

mengimplementasikan pendidikan tradisi profetik melalui model

pembelajaran dan sistem evaluasinya

ldquoDalam penerapannya saya menekankan keteladanan

kepada peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian

di lingkungan sekolah yang selalu rutin dilakukan

contohnya ketika memasuki gerbang sekolah maupun saat

masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik

diwajibkan untuk bermusafahah dahulu kepada gurunya

Hal ini menjadikan peserta didik dapat berlaku hormat

kepada yang lebih tua Sebelum mulai pembelajaran

dibiasakan membaca Asmaul Husna bersama-sama Serta

adanya pembiasaan Sholat Dhuhur dan Jum‟at berjamaah di

sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

siswa Dalam beberapa pembelajaran peserta didik untuk

belajar langsung di masyarakat seperti contohnya ketika

ada materi tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya

dan mencari pengetahuan mengenai haji kepada tokoh

agama atau masyarakat yang sudah menunaikannya

Sehingga dengan begitu siswa akan lebih mengetahui dan

memahami materi karena mencari langsung dari sumbernya

Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik yang

dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didikrdquo(Wawancara

HR 110915)

Penerapan pendidikan tadisi profetik juga tercermin dalam

sistem evaluasinya

114

ldquoDalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah

berlangsung baik tes maupun nontes kami selalu menekan

pada segi afektif dan psikomotoriknya bukan berarti segi

kognitif tidak penting Setiap perilaku yang dilakukan di

dalam kelas sekolah maupun di luar sekolah pun menjadi

evaluasi bagi kami Dengan observasi maupun pengamatan

terhadap perilaku siswa menjadi peranan dalam evaluasi

pembelajaran tidak hanya itu kami juga berkoordinasi

dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-sama

dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat

materi sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat

Dhuhur dan Jum‟at bersama Orang tua siswa juga

melakukan evaluasi di luar sekolah yang mana setiap akhir

semester dilaporkan kepada kami Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan

peserta didik terhadap pembelajaran tetapi untuk menilai

dan mengukur moral dan akhlak serta untuk

menyempurnakan akhlakul karimah peserta

didikrdquo(Wawancara HR110915)

Bapak WD juga mengatakan bahwa implementasi

pendidikan tradisi profetik secara tidak langsung telah diterapkan

dalam proses pembelajaran

ldquoDalam pemberian materi pembelajaran biasanya siswa

akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya

Dengan menggunakan metode pembiasaan keteladan juga

dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat

membentuk akhlak dan moral siswa Melalui observasi

115

yang dilakukan oleh peserta didik langsung dan kemudian

dipadukan di kelas menjadikan peserta didik mudah

memahami dan menghayati materi yang dipelajari

Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan melalui

praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di

dalam perilaku keseharian semisal dengan guru memberi

amanah kepada siswa dan kemudian apakah siswa

menjalankan amanah yang diberikan oleh guru tersebut atau

tidak Proses kegiatan belajar mengajar yang kami lakukan

ditekankan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai

kenabian dan keislaman yang mana dalam setiap

penggunaan metode dan media pembelajaran

mengusahakan agar bagaimana siswa mampu memahami

dan menghayati secara langsung tujuan pembelajaran yang

diinginkan Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur

bagaimana penanaman dan pembentukan pribadi siswa

perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah dan di

rumah menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi hasil

pembelajar Maka tidak hanya guru Agama islam saja yang

membimbing maupun memberikan teladan tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-

samardquo(Wawancara WD120915)

Penggunaan studi kasus di lapangan yang digunakan dalam

beberapa proses pembelajaran dapat menumbuhkan dan

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman Misalnya

observasi langsung dengan para tokoh agama dan pelaku haji

116

dalam mengetahui dan memahami tentang haji dari syarat rukun

dan lainnya Pembiasaan membaca Asmaul Husna yang dilakukan

setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada Sang Pencipta (Observasi 090915)

b) Problematika dalam Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

masih ada beberapa hambatan dalam implementasinya yakni

masih kurangnya keteladanan dari guru sarana prasarana

kurangnya motivasi belajar tentang keagamaan dan kurangnya

dukungan dari pihak orang tua siswa Adapun solusi yang mereka

berikan adalah keteladanan dari seluruh tenagan pendidik maupun

kependidikan di sekolah peningkatan keilmuan atau wawasan

keagamaan peningkatan sarana dan prasarana buku penilaian

moral dan akhlak serta peningkatan mutu kualitas guru

Menurut kepala sekolah MN bahwa hambatan yang terjadi

dalam implementasi pendidikan tradisi profetik adalah

ldquoKurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu

hambatannya seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah

Kemudian masih lemahnya keteladanan dari guru maupun

tenaga kependidikan seperti masih ada yang merokok di

lingkungan sekolah yang masih dapat dilihat oleh siswardquo

(Wawancara MN100915)

117

MN mengatakan bahwa perlu adanya solusi untuk

menanggapi hal tersebut

ldquoPerlunya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan

penambahan area tempat ibadah maupun tempat khusus

untuk kegiatan keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk

memberikan suri tauladan yang bagi peserta didik serta

menjaga perilakurdquo (Wawancara MN100915)

Tidak jauh beda seperti apa yang dikemukakan oleh kepala

sekolah menurut HR hambatan yang terjadi ialah

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah dan lemahnya monitoring terhadap

siswa yang mana belum adanya kerjasama yang baik antar

guru maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama

memberikan teladan dan monitoring guna mengevaluasi

perkembangan peserta didik Dalam hal evaluasi

ketidakjujuran orang tua siswa dalam melaporkan perilaku

siswa ke guru yang bahkan membela siswa atau menutupi

kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang maksimal

dalam mengukur peserta didik Lemahnya motivasi belajar

tentang nilai-nilai kenabian dan keislaman menjadi salah

satu penghambat penanaman dan pembangunan moral dan

akhlak siswa Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai

agama di sekolah maupun di rumah menjadi hambatan

dalam penanaman dan pembentukan akhlakul

karimahrdquo(Wawancara HR110915)

HR mengungkapkan bahwa ada beberapa solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut

118

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun

tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-

nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan

keagamaan serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana

akan meningkatkan motivasi belajar keagamaan siswa

Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai agama dan

kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan

oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang

mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan

menjadikan peserta didik menjadi termotivasi dalam

menghayati serta mengamalkan apa yang telah diajarkan

sehingga proses pembangunan dan pembentukan akhlak

peserta didik lebih mudah tertanam dalam pribadi peserta

didik Pemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap

lingkungan di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik

lebih mengetahui memahami menghayati materi yang

diberikan yang mana secara tidak langsung akan

membentuk diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih ada

beberapa guru dan tenaga pendidik yang belum memberikan

keteladanan yang baik Masih seringnya bercanda antar guru atau

guyonan ada beberapa guru yang masih merokok di lingkungan

sekolah sehingga dilihat oleh peserta didik Ditambah kurangnya

motivasi belajar siswa dalam hal pendidikan keagamaan Maka

adannya kajian-kajian keislaman yang dilakukan Sie Kerohanian

119

Islam setiap jum‟atnya dapat menambah Hasanah Islamiyah pada

peserta didik dan menumbuhkan tingkat keagamaan siswa

Pembiasaan keteladanan yang dilakukan di lingkungan sekolah

seperti bersalaman dengan guru setiap masuk gerbang sekolah

membaca Asmaul Husna sebelum mulai pembelajaran dan sholat

dhuhur dan jum‟at berjamaah (Observasi 110915)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak WD bahwa

hambatan selama ini adalah

ldquoImplementasi pendidikan tradisi profetik akan menjadi

sulit manakala hanya guru PAI saja yang memberikan

teladan ataupun bimbingan Tradisi profetik yang mana

menanamkan dan membentuk peserta didik agar

mempunyai nilai-nilai kenabian dan keislaman perlu

didukung tidak hanya dari pembelajaran PAI saja tetapi

lingkungan sekolah serta seluruh tenaga kependidikan ikut

serta dalam pengimplementasiannya Masih adanya guru

laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan

yang merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi

hambatan dalam proses penanaman pendidikan profetik

Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh

guru maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya

penghayatan dan pengejawantahan terhadap nilai-nilai

profetik dalam kehidupan sehari-harirdquo(Wawancara

WD120915)

120

Dari adannya problematika tersebut maka solusi yang

diberikan oleh Bapak WD adalah

ldquoPembiasaan praktek-praktek sifat kenabian seperti bersifat

jujur dan amanah Penambahan keilmuan atau wawasan

keagamaan serta khasanah islamiyah dengan melakukan

kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik serta

tenega kependidikan lainnya Evaluasi secara langsung atau

mendadak perlu dilakukan untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa

yang sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara

bersama dari guru dan orang tua dalam memonitoring

perkembangan peserta didik dengan dibuat buku atau

laporan moral dan akhlakrdquo(Wawancara WD120915)

c) Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik menurut

Bapak MN adalah

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang

terlihat saat ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik

serta terbentuknya moral dan akhlak peserta didik Seperti

menghormati guru dan sesama teman Berkurangnya

kenakalan perilaku siswa yang terjadi karena suda tertanam

nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri peserta didik

Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu dhuhur

tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaahrdquo (Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa peserta didik

mempunyai rasa menghormati dan disiplin pada dirinya Ketika

121

ada pembelajaran kosong para peserta didik mencari guru tersebut

Ketika masuk ke ruang guru pun sudah membiasakan salam saat

sholat dhuhur tiba siswa sudah menempatkan diri untuk

mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk sholat berjamaah

(Observasi 140915)

HR mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam pembelajaran PAI adalah

ldquoMenumbuhkan tingkat keagamaan peserta didik serta

motivasi belajar keislaman Membawa hikmah bagi peserta

didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta

didik hal itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas

Menumbuhkan sifat saling menghormati menghargai dan

menolong Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada

diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Senada dengan apa yang diungkapkan HR hasil

implementasi pendidikan tradisi profetik menurut Bapak WD

adalah

ldquoPembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta

berkurangnya kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa Tumbuhya kesadaran siswa

untuk beribadah dan berbuat baik Menjadikan siswa suka

untuk ke tempat ibadah Menumbuhkan sikap toleransi dan

menghormati antar sesama Dengan adanya pembiasaan

keteladanan baik yang dilakukan menjadikan siswa akan

122

mengikuti hal tersebut dan akan berhati-hati dalam setiap

perilaku yang dilakukaannyardquo(Wawancara WD120915)

123

BAB IV

PEMBAHASAN

A Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Berdasarkan hasil pengamatan wawancara dan proses penelitian

secara keseluruhan di lapangan Penulis dapat menyimpulkan

implementasi pendididikan tradisi profetik yang terdapat dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 di Salatiga

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan

sekolah Penggunaan metode pembiasaan keteladanan demonstrasi studi

kasus di lapangan yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan

observasi langsung yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami

dan menghayati materi yang disampaikan membangun nilai-nilai profetik

dan keIslaman yang menginternal dalam individu peserta didik yang

terkatualisasi secara kehidupan sosial sehari-hari Seperti apa yang

diungkapkan Bapak Hari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4

Salatiga dalam wawancaranya pada hari Jum‟at 11 September 2015 di

ruang guru

Pendidikan tradisi profetik yang penekanannya pada penggunaan

metodologi objektifikasi dan integralisasi (Kuntowijoyo 200749)

Penananam nilai-nilai kenabian dan keIslaman kepada peserta didik

124

tercermin dari metode pengajaran dan sistem evaluasi yang dipakai serta

lingkungan sekolah yang mendukung Penanaman nilai tersebut

diharapkan dapat membentuk dan membangun moral dan akhlak siswa

sebagai Hamba Allah dan khoirul ummah Pembiasaan keteladanan dan

demonstrasi atau praktek langsung yang dilakukan oleh peserta didik

dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai

Adannya integrasi terhadap Islam dan ilmu yang dilakukan dilakukan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menjadikan masing-masing

perbedaan yang ada menjadi menyatu dan menyeluruh karena orientasinya

tidak hanya mengarah hal yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Adanya merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan

yang juga bersifat orang lain dapat menikmatinya tanpa harus menyetujui

nilai-nilai aslinya Misalnya di dalam Islam orang yang malas mencari

ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang membiarkan

orang lain tetap berada di bawah penindasan adalah orang yang tidak

disukai Tuhan Dengan adannya keteladanan dan pembiasaan tersebut

maka penanaman nilai-nilai kenabian akan mudah tertanam dalam diri

peserta didik

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan Kepala Sekolah

SMP Negeri 4 salatiga dan guru PAI SMP Negeri 4 Salatiga mengutip

dari hasil wawancara dengan MN dan HR yaitu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan pembiasaan keteladanan yaitu

bersalam sebelum masuk kelas dan membaca asmaul husna sebelum mulai

125

pelajaran Penggunaan metode studi kasus ataupun peserta didik meneliti

dan mencari sendiri materi yang diajarkan contohnya ketika materi Haji

peserta didik observasi dan wawancara langsung kepada pelaku haji

Adanya integrasi dan objektifikasi ini menjadikan siswa lebih memahami

dan menghayati apa yang dipelajari Tidak hanya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam saja dalam menanamkan nilai-nilai kenabian dan

keIslaman dalam lingkungan sekolah juga menanamkan nilai-nilai

tersebut dengan pembiasaan keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan

yang ada Dalam evaluasi yang dilakukan ditekankan pada moral dan

penyempurnaan akhlak atau pada sisi afektif dan psikomotoriknya dengan

tidak meninggalkan sisi kognitifnya Laporan evaluasi dari orang tua siswa

setiap akhir semester juga dapat membantu proses penanaman nilai-nilai

kenabian dan keIslaman

Hal yang diungkapkan oleh responden mengenai implementasi

pendidikan tradisi profetik dengan adanya pembiasaan keteladanan di

lingkungan sekolah serta metode observasi ataupun demonstrasi yang

menjadikan siswa dapat lebih menghayati dan mengamalkan apa yang

dipelajarinya dan adanya evaluasi proses pembentukan moral akhlak serta

penanaman nilai-nilai kenabian dan keIslaman seperti apa yang

dikonsepkan Moh Roqib pendidikan profetik sebagaimana nabi dimulai

dengan keteladanan diri dan bangunan keluarga ideal Pendidikan profetik

bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian

126

yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasikan secara sosial

atau dalam kehidupan sehari-hari (MohRoqib 201188)

Perilaku keteladan kolektif yang diberikan di lingkungan sekolah

adalah seperti ketika guru masuk kelas mengucapkan salam begitu juga

ketika masuk ke ruang guru dan TU Dari hasil observasi peneliti bahwa

dalam hal keteladanan yang diberikan adanya sikap saling membantu dan

toleran dari Kepala sekolah dengan karyawan dan tukang kebun pendidik

yang muda menghormati yang pendidik yang lebih tua para pendidik

berpenampilan rapi dan selalu memberikan contoh untuk datang tepat

waktu ketika saat pembelajaran Hal ini yang kemudian bisa dilihat dan

ditiru oleh para siswa Pendidik dan tenaga kependidikan lainya

memberikan contok keteladanan dalam berbicara bersikap dan berperilaku

Dalam pendidikan profetik tidak hanya cenderung pada hal yang

bersifat duniawi namun juga ukhrawinya Model pendidikan yang

berparadigma integralistik yang mengacu pada wahyu Tuhan dan akal

manusia tidak semata-mata hanya Islamisasi atau doktrinasi tetapi melalui

proses penghayatan yang menyeluruh dan perbuatan dalam merasionalkan

nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perilaku sehingga bukan karena

paksaan atau persetujuan yang diharuskan (Kuntowijoyo 200763)

Kesadaran yang timbul pada perilaku dan perbuatan peserta didik dalam

kehidupan dan secara sosialseperti apa yang diungkapkan Bapak Wildan

dan Bapak Munadzir dalam wawancaranya pada hari Sabtu 12 September

bahwa

127

ldquoDalam penerapannya saya menekankan pembiasaan kepada

peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah yang selalu rutin dilakukan Sebelum masuk kelas dan

memulai pelajaran murid bersalaman dengan guru terlebih dahulu

kemudian membaca Asmaul Husna bersama-sama Peserta didik

kemudian menerapkan salah satu makna Asmaul Husna dalam

kehidupan sehari-harinya Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba peserta

didik dengan sedirinya sudah bersiap-siap mengambil wudhu dan

menempatkan diri untuk sholat berjamaahrdquo

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk

mengetahui dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik

terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan menilai serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri Evaluasi yang dilakukan tidak hanya

dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh tenaga kependidikan serta orang

tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik dalam pendidikan

agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi semua pihak

Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja kepala

sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu sebagai

Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja (Yolanda 2010)

Seperti apa yang diungkapkan HR dalam hasil wawancara pada

Jumat 11 September 2015 mengatakan bahwa

128

ldquoDalam evaluasi yang telah berlangsung kami lakukan dalam

bentuk tes dan non tes Setiap perilaku yang dilakukan di kelas

sekolah maupun di luar sekolah kami lakukan evaluasi Kami guru

PAI dengan seluruh tenaga kependidikan dan semua pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan bekerja sama dalam melakukan

evaluasi Orang tua siswa juga melakukan evaluasi ketika di luar

sekolah yang mana setiap semester dilaporkan kepada kamirdquo

Jadi dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat pada tujuan pembelajaran

yang digunakan model pembelajaran inovasi pembelajaran dan evaluasi

pembelajarannya Pendidikan profetik menekan penggunaan metodologi

objektifikasi dan integralisasi bukan Islamisasi atau doktrinasi Tidak

hanya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melainkan

penerapan pendidikan profetik juga diaktualisasikan dalam proses

pendidikan yang dilakukan di sekolah Sehingga pengimplementasian

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti

melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di SMP Negeri 4 Salatiga

B Problematika Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

1 Hambatan implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

129

Problematika yang terjadi dalam implementasi pendidikan tradisi

profetik ini adalah masih belum relevannya konsep pendidikan profetik

dalam era transformatif seperti sekarang ini Model pendidikan tradisional

yang cenderung meletakkan akhirat saja sebagai orientasinya dan masih

ekslusif (Kuntowijoyo 200755) Kurangnya tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan juga menjadikan hasil pendidikan kurang

maksimal Strategi pendidikan profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Jika hal itu belum terlaksana akan menjadi

hambatan dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam khususnya

Sebagaimana yang diungkapkan responden HR dan WD dalam

wawancara yang peniliti lakukan masih terdapat hambatan dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana belum

adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik Masih

adanya guru laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan yang

merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi hambatan dalam

proses penanaman pendidikan profetik Kurangnya kelimuan atau

130

wawasan keagamaan dan Hasanah keIslaman yang dimiliki oleh

guru juga menjadi salah satu hambatannya Kurangnnya perhatian

terhadap nilai-nilai agama di sekolah maupun di rumah menjadi

hambatan dalam penanaman dan pembentukan akhlakul karimahrdquo

Hal itulah yang menjadikan hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik Pendidikan Islam selama ini hanya menekankan

doktrinasi sehingga peserta didik seakan-akan dipaksa dan harus

mengikuti Seharusnya dengan pembiasan dan keteladanan kolektif serta

kontinu dapat membangun dan membentuk nilai-nilai pofetik dan akhlakul

karimah pada internal pribadi peserta didik Masih kurangnya perhatian

terhadap nilai-nilai keagamaan serta masih minimnya keilmuan dan

hasanah keIslaman yang dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan lainya

di sekolah menjadikan minimnya keteladanan dan nilai-nilai profetik yang

tertanam pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam

Nilai-nilai profetik yang diaktualisasikan pada peserta didik tidak

hanya sebagai doktrinasi tetapi objektifikasi yang mana bisa dianggap

wajar dan diterima oleh umum Maksudnya adalah mengenai keadaan

yang sebenarnya Karena pendidikan profetik berbicara mengenai idealita

dan realita dalam pendidikan

Kurangnya hasil evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang telah

diajarkan dan terlalu menekankan pada hasil kognitifnya membuat

penerapan pendidikan profetik kurang maksimal Nilai-nilai kenabian dan

131

keIslaman yang terbangun dan terbentuk dalam moral dan akhlak peserta

didik belum terevaluasi Karena evaluasi pendidikan profetik tidak hanya

untuk mengukur dan mengetahui pemahaman maupun penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan peserta didik serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri (Moh Roqib 20111150)

Seperti apa yang dikatakan guru PAI dalam wawancara bahwa

dalam hal evaluasi masih belum maksimal dalam mengukur ataupun

menilai moral dan akhlak yang terbentuk pada peserta didik Hal ini terjadi

karena kurangnya peran tenaga pendidik lainya serta peran orang tua siswa

dalam memonitoring dan mengevaluasi peserta didik (Wawancara

110915)

2 Solusi implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka hal itu menjadi tanggung jawab

guru agama serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

Pendidikan tradisi profetik bukanlah Islamisasi atau doktrinasi tetapi lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya

Dalam wawancara dengan HR beliau mengungkapkan bahwa

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun tenaga

kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kenabian

132

terhadap diri siswa secara tidak langsung Perlunya peran orang tua

dalam pemberian pendidikan keagamaan serta pembiasaan ibadah

di rumah yang mana akan meningkatkan motivasi belajar

keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai

agama dan kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan oleh

guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang mana nanti pada

setiap akhir semester akan ada pelaporan Serta perlu adanya buku

akhlakmoralrdquo

Pendidikan tradisi profetik mensyaratkan adanya objektifikasi

bukan sekularisasi ataupun doktrinasi Maksudnya adalah perbuatan yang

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan dalam perbuatannya juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikimatinya tanpa harus

menyetujui nilai asalnya dan perbuatan yang dilakukannya bukanlah

paksaan Pengajaran mengenai keadaan sebenarnya yaitu idealita dan

realita dalam pendidikan Penanaman nilai-nilai kenabian yang

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan untuk mengembangkan

manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak dan amal

sholeh

Seperti apa yang diungkapkan guru PAI SMP Negeri 4 bahwa

ldquoPemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap lingkungan

di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik lebih mengetahui

memahami menghayati materi yang diberikan yang mana secara

133

tidak langsung akan membentuk diri peserta didik Memberikan

pembelajaran langsung kepada peserta didik untuk studi kasus

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernyardquo

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembiasaan

dan keteladan yang diberikan dapat mengembangkan dan membangun

emosional akhlak dan moral anak Dalam materi wudhu dan sholat

contohnya murid akan memahaminya dan akan tertanam dalam diri

peserta didik karena sudah ada pembiasaan dan keteladanan yaitu adannya

sholat dhuhur dan shalat Jum‟at berjamaah di sekolahan Dengan begitu

misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dapat tercapai

Dalam hal proses dan hasil menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik tes maupu non tes Maka seperti hasil wawancara dengan responden

mengungkapkan perlunya evaluasi dalam bentuk praktek langsung

ataupun penilaian dengan adanya buku akhlak Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti melainkan

merupakan tanggung jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan Dengan begitu penanaman misi dan nilai-nilai kenabian dapat

terbentuk pada diri peserta didik

134

C Hasil Implementasi pendidikan tradisi Profetik Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Dengan adanya pendidikan tradisi profetik dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak peserta didik Penerapan pendidikan

profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan nilai plus tersendiri

dalam proses pendidikan Islam Di dalam pendidik profetik dalam

penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu integralisasi dan

objektifikasi Pendidikan yang selama ini cenderung kepada Islamisasi

atau doktrinasi sedangkan pendidikan profetik lebih kepada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka dengan adanya pembiasaan dan

keteladaan kolektif akan membentuk moral dan akhlak siswa Penanaman

misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang tercermin dalam pembelajaran

serta keteladanan dapat tumbuh dalam diri peserta didik

Sebagaiamana yang diungkapkan Kepala Sekolah SMP Negeri 4

dalam wawancaranya

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang jelas terlihat

adalah terciptannya kedisiplinan dan terbangunnya akhlakul

karimah pada peserta didik Tumbuhnya tingkat keagamaan atau

cinta akan ibadah pada peserta didikrdquo

135

Pendidikan profetik membawa misi dan nilai-nilai kenabian untuk

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional

akhlak dan amal sholeh Pendidikan profetik lebih dari pada penilaian total

akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya Maka adanya

pembiasaan dan keteladan kolektif yang dilakukan dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak siswa Dalam proses pembelajaran pun

ditekankan pada aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga siswa tidak

hanya mengetahui atau memahaminya saja tetapi menghayati dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Senada dengan apa yang diungkapkan HR dalam wawancaranya

bahwa

ldquoDalam pembelajaran PAI lebih kami tekankan pada pembangunan

dan pembentukan moral dan akhlak peserta didik Dalam beberapa

pembelajaran peserta didik kami beri tugas untuk mencari materi

langsung di masyarakat seperti ketika materi haji atau qurban

Peserta didik diminta untuk bertanya langsung dengan pelaku atau

tokoh agama setempat mengenai materi yang diberikan Sehingga

dengan begitu peserta didik akan lebih mengetahui mamahami dan

menghayati karena mencari materi langsung dari sumbernyardquo

Dari pengamatan yang peneliti alami hal tersebut juga tercermin

dalam hal ibadah ketika wudhu dan shalat dhuhur berjamaah Peserta didik

sudah mempunyai kesadaran beribadah Ketika waktu shalat tiba peserta

136

sudah mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah di sekolahan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik yang terjadi di SMP Negeri 4

Salatiga dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan kesadaran diri akan

cinta ibadah yang mana hal ini tercermin pada perilaku peserta didik

dimana disaat waktu shalat dhuhur tiba peserta didik sudah

mempersiapkan diri untuk mengambil air wudhu dan menempatkan diri

untuk melakukan Shalat Dhuhur berjamaah di lapangan sekolah

Adannya keteladanan kolektif yang diberikan oleh guru dan

tenaga kependidikan lainya di lingkungan sekolah akan dapat membentuk

dan mengembangkan akhlak dan moral siswa Hasil dari keteladanan

tersebut adalah terbentuknya sikap menghormati dan toleran pada diri

siswa juga tercermin ketika siswa bertemu dengan gurunya setiap pagi

para siswa bersalaman dengan kepala sekolah dan guru Sikap saling

menghargai antar siswa yang berbeda agama terlihat ketika para siswa

bergaul dan saing menghormati ketika para siswa muslim sedang

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah begitu pula sebaliknya

Terbentuknya moral dan akhlak siswa merupakan hasil penanaman misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat mengembangkan intelektual

emosional akhlak dan moral peserta didik secara utuh Walaupun masih

terdapat hambatan-hambatan dalam penerapannya guru agama atau guru

budi pekerti serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan tetap

137

berusaha secara bersama-sama untuk mendidik membangun dan

membentuk siswa yang berakhlakul karimah

138

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah membaca menelaah data dan membaca teori tentang

implementasi pendidikan profetik problematikan implementasi

pendidikan tradisi profetik dan hasil implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

Salatiga maka peneliti menyimpulkan beberapa hal yang penting sebagai

berikut

1 Berdasarkan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan

berkaitan tentang implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negri 4 Salatiga bahwa

penerapan pendidikan profetik terdapat dalam proses pembelajaran

dengan objektifikasi bukan doktrinasi pembiasaan dan keteladanan

kolektif inovasi penggunaan metode dan sistem evaluasi

2 Implementasi pendidikan profetik belum bisa maksimal mengingat

masih ada beberapa hambatan dalam penerapannya diantaranya yaitu

belum adanya relevansi konsep pendidikan profetik dalam era

transformatif kurangnya inovasi metode dan evaluasi yang digunakan

oleh pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

Walaupun ada beberapa hambatan terdapat beberapa solusi yang

dilakukan dalam meminimalkan hambatan tersebut yaitu dengan

melakukan pembiasaan dan keteladanan kolektif Lebih menekankan

139

pada objektifikasi atau keadaan yang sebenarnya dalam metodologi

pembelajarannya bukan doktrinasi

3 Hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4 salatiga

diantaranya adalah dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan

kesadaran diri akan cinta ibadah terbentuknya sikap menghormati dan

toleran pada diri siswa membangun moral dan akhlak siswa

penanaman misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat

mengembangkan intelektual emosional akhlak dan moral peserta

didik secara utuh

B Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis

mengajukan beberapa saran-saran yang mungkin bisa diterapkan atau

menjadi proyeksi kedepan dalam perkembangan pembelajaran

pendidikan agama islam bahwa pendidikan sekarang perlu

menekankan pembangunan dan pembentukan moral dan akhlak peserta

didik Melihat kondisi masih lemahnya moral dan akhlak pada era

modern saat ini Maka salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut

dan membentuk moral dan akhlakul karimah salah satunya dengan

pendidikan tradisi profetik Maka kami mamberikan saran sebagai

berikut

1 Perlu adanya satu konsep pendidikan tradisi profetik yang lebih

jelas dan relevan pada era transformatif saat ini jika perlu

140

dirancang dan dibuat kurikulum yang berbasis pada misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian Model pendidikan agama

islam yang selama ini ada masih tradisional yang cenderung

meletakkan agama dan akhirat sebagai kurikulum dan

orientasinya Dan biasanya lebih eksklusif Perlunya model

pendidikan yang berparadigma integralistik serta lebih

mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia sebagai

referensinya Dengan demikian orientasinya tentu saja

mengarah tidak hanya bersifat duniawi namun juga ukhrawi

2 Perlunya inovasi-inovasi baru pada model pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran dalam penanaman misi dan nilai-nilai

kenabian Adanya penekanan lebih pada aspek afektif dan

psikomotorik yang dapat membangun dan membentuk moral

serta akhlak peserta didik Karena yang terjadi saat ini hanya

lebih menekankan pada aspek kognitif saja

3 Untuk para guru dan tenaga kependidikan lainya harus mampu

memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik di

lingkungan sekolah karena guru merupakan ujung tombak

dalam pembentukan moral dan akhlak serta keberhasilan proses

belajar anak Dalam proses pendidikan profetik yang dilakukan

harus mengutamakan kepentingan pembentukan moral dan

akhlak peserta didik dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan

Hadist

141

4 Peran serta dari orang tua dalam proses belajar dan

pembentukan akhlak serta emosional peserta didik sangat

dibutuhkan Sekolah seyogyanya melibatkan orang tua dalam

proses pendidikan Maka diperlukan hubungan kemitraan

antara sekolah orang tua dan masyarakat yang diharapkan

mampu menjamin keberhasilan pendidikan tradisi profetik pada

peserta didik

5 Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama harus mampu

mengakomodir serta mampu membentuk tim khusus yang

fokus pada ranah pendidikan profetik Sehingga konsep

pendidikan profetik dan misi kenabian dapat

diimplementasikan

142

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey H Bakran 2005 Propethic intelligence menumbuhkan potensi

hakiki insani melalui pengembangan kesehatan nurani Yogyakarta

Islamika

Arief Armai2007 Reformasi Pendidikan Islam Ciputat CRSD Press

Arifin M 2011 Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis

berdasarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta Bumi Aksara

Burhanudin Jajat dan Dina Afriyanti 2006 Mencetak Muslim Modern peta

Pendidikan Islam Indonesia Jakarta PT Raja Grafindo

Darajat Zakiah 2012 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam2006 Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta Departemen Agama RI

Education Center 2008 Pendidikan karakter Kebangsaan Yogyakarta BEM

REMA UNY

Fathi Muhammad 2007 Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar Jakarta

Timur Pustaka Al Kausar

H P Novianto2004 kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surakarta Bringin 55

Kementrian Agama RI 2010 Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya Jakarta PT

Sygma Examedia Arkan Leema

Kuntowijoyo2007 islam sebagai Ilmu Epistemologi Metodologi dan Etika

Yogyakarta Tiara Wacan

Majid abdul dan Dian Andatani2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Bandung PT Remaja Rosda karya

Meleong Lj 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung PT Remaja

Rosda karya

Muhaimin 2003 Wacana pengembangan Pendidikan Islam Surabaya Pustaka

Pelajar

Muhaimin 2008 Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Bandung Remaja Rosda Karya

Mujib Abdul amp Yusuf Mudzakir 2006 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta

Kencana Prenada Media

Mulkhan AMunir 2002 Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi problem filosofis

Pendidikan Islam) Yogyakarta PT Tiara Wacana

143

Nadhirin2008Landasan Profetik Pendidikan Islam(Online)diakses di

httpnadhirinblogspotcom200808landasan-profetik-pendidikan-

islamhtmlpada Selasa 06 Januari 2015

Natta Abuddin 2007 Manajemen Pendidikan mengatasi kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia Jakarta Kencana Prenada Media Group

Nata Abuddin 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Priyo2010 Pendidikan Islam Profetik IntegrasiI slam dan Ilmu menuju

pendidikan yang Humanis Liberatif dan Transendentif Iman Ilmu

Amal(Online)httpPendidikanIslamProfetikIntegrasiIslamdanIlmumenuj

upendidikanyangHumanisLiberatifdanTransendentifImanIlmuAmalhtml

Diakses pada Selasa 03 Februari 2015

Rahman Abdul 2012 Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan

Epistemologi dan isi-materi Jurnal Eksis (Online) Volume8 No1

(httpwwwkaryailmiahpolnesacid) (diakses pada jumat 21 Agustus

2015)

Roqib Moh 2009 Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

di sekolah Keluarga dan Masyarakat Yogyakarta PTLkiS

Roqib Moh 2011 Prophetic Education Kontektualisasi Filsafat dan Budaya

Profetik dalam Pendidikan Purwokerto STAIN Press

Rosyadi Khoiron 2004 Pendidikan Profetik Yogyakarta Pustaka Pelajar

Roziqin M Zainur 2007 Moral Pendidikan di era Global (pergeseran pola

interaksi guru-murid di era global) Malang AVERROES Press

Roziqin MKhoirur2008 Format Pendidikan Profetik di tengah transfomasi

Sosial Budaya (Telaah Kritis Pemikiran Kuntowijoyo) Skripsi

Yogyakarta UIN SUNAN KALIJAGA

Shafiq Muhammad 2000 Mendidik Generasi Baru Muslim ide dasar karya

dan obsesi Al Faruqi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Shofan Moh 2004 Pendidikan berperadigma Profetik upaa konstruktif

membongkar dikotomi sistem pendidikan islam Yogyakarta IriSoD

Sholeh Asrorun Niam 2004 Reorientasi Pendidikan Islam mengurai relevansi

Al Ghazali dalam konteks kekinian Jakarta ELSAS

Sugiyono 2014 Metode Penelitian Kombinasi Bandung ALFABETA

Sutardi2012 Pendekatan profetik dalam penerapan pendidikan

karakter(Online)diakses di httpsutardicoolwordpresscom

144

Zeeno M Jameel2005 Resep menjadi pendidik sukses berdasarkan Al-Qur‟an

dan teladan nabi Jakarta Hikmah PTMizan

145

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

METODE

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

JENIS DATA

Wawancara

Kepala sekolah

Sejarah Pendirian sekolah

Visi dan misi sekolah

Pandangan tentang pendidikan tradisi

profetik

Pandangan Tentang Impelementasi

pendidikan tradisi Profetik

1 Implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan

agama islam

2 Hambatan implementasi

pendidikan dalam profetik

3 Solusi implementasi

pendidikan tradisi profetik

4 Hasil iplementasi pendidikan

profetik

Wakil ketua

kesiswaan

Proses pelaksanaan bimbingan

pendidikan islam pada siswa yang

mengacu pada pendidikan profetik

Hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik dan solusinya

Kegiatan pendidikan profetik

yangdilakukan siswa sehari-hari

Guru Agama

Prose KBM Pendidikan profetik

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam

Hambatan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Solusi pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Hasil Pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Observasi

Lingkungan Situasi dan kondisi sekolah

Ruang kelas

Mushola

Penataan Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Proses KBM

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan keagamaan

Dokumen Sekolah Letak geografis

146

Data Guru dan Karyawan

Data Siswa

Data Sarana Prasarana

Data intrakulikuler dan

Ekstrakulikuler

147

CACATAN OBSERVASI

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Waktu 0630-1400 WIB

Sumber Data Lingkungan dan Pembelajaran

Jenis Data situasi dan kondisi Sekolah

kegiatan keagamaan

Jumat pada Jam 0630 sampai jam 0700 pagi para siswa berangkat dan

masuk ke sekolahan Di depan gerbang sudah ada beberapa guru yang berdiri

yang kemudian para siswa bersalaman saat memasuki gerbang sekolahan menuju

ruang kelas masing-masing Setelah memasuki kelas para siswa dan guru

membaca Asmaul Husna bersama-sama sebelum memulai pembelajaran Pada

saat waktu menunggu di ruang tata usaha peneliti masih melihat beberapa guru

yang merokok di lingkungan sekolah bahkan ada yang di depan kelas Ada

beberapa guru yang saling bergurau di ruang guru dan di depan kelas yang mana

itu dapat terlihat oleh para siswa ketika sedang istirahat Pada jam 0900 peneliti

melihat ada materi praktek mengenai shalat dhuha yang dilaksanakan di mushola

sekolah Ketika jam 1115 bel berbunyi menandakan jam kegiatan belajar

mengajar telah selesai tetapi para siswa tidak langsung beranjak pulang Kelas

yang mendapat jadwal untuk menata karpet dan tikar untuk shalat berjamaah

segera mengambilnya dan mempersiapkannya di lapangan sekolah untuk sholat

jumat berjamaah Para siswa muslim dan guru-guru muslim mempersiapkan diri

untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat jumah Sedangkan yang non

muslim berada di kelas dan melakukan ibadah keagamaan sesuai agamanya yang

dibimbing bersama guru agamanya Setelah shalat jumat selesai kelas yang

mendapat jadwal untuk mengembalikan karpet dan tikar segera merapikan dan

membereskan tikar untuk dikembalikan ke mushola Setelah itu para siswa

kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang Siswa yang ikut Sie Keronian islam

(SKI) pada jam 1300 berkumpul di mushola untuk mengadakan kajian dan BTQ

yang didampingi oleh guru pendidikan agama islam Di mushola para siswa yang

148

ingin belajar BTQ di bimbing oleh guru agama dan kemudian para siswa bersama-

sama mengikuti kajian keislaman yang diisi oleh guru agama islam Kajian

tersebut selesai pada jam 1400 kemudian para siswa pulang ke rumah masing-

masing

149

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Kamis 10 September 2015

Tempat Ruang Kepala Sekolah

Waktu 0900 WIB

Narasumber Drs H Munadzir MSi (MN)

Jenis Data Sejarah Sekolah

Peneliti Asslamualaikum selamat pagi pak

Narasumber Waalaikumsalam selamat pagi bagaimana dek

Peneliti maaf pak sebelumnya kalau saya mengganggu mau minta waktu

bapak buat wawancara

Narasumber oo yang dari STAIN Kemarin ya silahkan mau bertanya

tentang apa

Peneliti saya mau bertanya mengenai sejarah SMP Negeri 4 Salatiga ini

pak

Narasumber sepengetahuan saya SMP ini sudah ada sejak tahun 1979

dulunya ada 2 gedung yang terpisah yaitu di jlVeteran dan

JlSumardi Tapi sekitar Tahun 2007 kita sudah mendapatkan

tempat ini sekarang di Jl Patimura 47

Peneliti bagaimana inovasi pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

ini

Narasumber inovasi pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolah ini

lebih kami tekankan pada praktek-praktek pendidikan yang

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah

peneliti bagaimana menurut bapak pendidikan kenabian itu

Narasumber pendidikan menurut saya itu adalah pendidikan dengan

keteladanan karena Nabi merupakan suri tauladan sehingga

dengan pendidikan kenabian dapat menanamkan nilai-nilai

kenabian dan keislaman di lingkungan sekolah

Peneliti bagaimana implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran PAI di sekolah ini pak

narasumber adanya keteladanan yang dilakukan guru saat melakukan proses

pembelajaran Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang penting

untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik atau kenabian

yang di ajarkan melalui pembelajaran maupun praktek merupakan

proses tranformasi pendidikan dan pengajaran Dengan adanya

keteladanan dan penananman nilai-nilai kenabian dapat

membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi

Khairul Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri peserta

150

didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau keislaman juga kami

terapkan dengan mengajak peserta didik untuk saling tolong

menolong antar sesama dengan cara menyantuni anak yatim dan

warga miskin

Peneliti adakah hambatan dalam pengimplementasiannya pak

Narasumber masih Kurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu hambatannya

seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah Kemudian masih

lemahnya keteladanan dari guru maupun tenaga kependidikan

seperti masih ada yang merokok di lingkungan sekolah yang masih

dapat dilihat oleh siswa

Peneliti bagaimana solusi yang bapak berikan

Narasumber Perlunya adanya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan penambahan

area tempat ibadah maupun tempat khusus untuk kegiatan

keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk memberikan suri

tauladan yang bagi peserta didik serta menjaga perilaku

Peneliti bagaimana hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang terlihat saat

ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik serta terbentuknya

moral dan akhlak peserta didik Seperti menghormati guru dan

sesama teman Berkurangnya kenakalan perilaku siswa yang terjadi

karena suda tertanam nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri

peserta didik Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu

dhuhur tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaah

Peneliti jadi kira-kira pendidikan profetik menurut bapak penting untuk

diterapkan apa tidak

Narasumber ya penting harus itu dek agar misi kenabian serta nilai-nilai

kenabian dapat tertanam dalam diri siswa untuk membentuk moral

dan akhlak mereka

Peneliti terima kasih pak sebelumnya atas waktunya

Narasumber ya sama-sama

151

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Tempat Ruang Guru

Waktu 1000 WIB

Narasumber Drs SB Hariyanto (HR)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak

Narasumber waalaikumsalam bagaimana dek ada yang bisa saya bantu

Peneliti saya minta maaf sebelumnya pak kalau sudah mengganggu

waktunya Saya mau tanya mengenai pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Negeri 4 ini pak

Narasumber tidak apa-apa saya selaku guru agama islam lebih menekankan

pada pendidikan moral dan akhlak dalam pembelajarannya Karena

sekarang perlu adanya penekanan dalam afektif dan psikomotorik

siswa

Peneliti bagaimana penerapan pendidikan profetik dalam pembelajaran

yang bapak lakukan

Narasumber dalam penerapannya saya menekankan keteladanan kepada

peserta didik dan penanaman nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah biasanya sebelum mulai pembelajaran dibiasakan

membaca Asmaul Husna Dalam keseharian di sekolah diberikan

pembiasaan sholat Dhuhur dan jumat berjamah

Peneliti bagaimana dalam model pembelajarannya pak

Narasumber beberapa pembelajaran peserta didik diajak untuk belajar

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernya Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik

yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didik

Peneliti bagaimana dalam sistem evaluasinya

Narasumber Dalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah berlangsung

baik tes maupun nontes kami selalu menekan pada segi afektif

dan psikomotoriknya bukan berarti segi kognitif tidak penting

Setiap perilaku yang dilakukan di dalam kelas sekolah maupun di

luar sekolah pun menjadi evaluasi bagi kami Dengan observasi

maupun pengamatan terhadap perilaku siswa menjadi peranan

dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya itu kami juga

berkoordinasi dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-

sama dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat materi

152

sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat Dhuhur dan

Jum‟at bersama

Peneliti adakah hambatan dalam mengimplementasikanya

Narasumber masih ada beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan tradisi

Profetik seperti Masih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah Lemahnya motivasi belajar tentang nilai-

nilai kenabian dan keislaman menjadi salah satu penghambat

penanaman dan pembangunan moral dan akhlak siswa

Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai agama di sekolah

maupun di rumah menjadi hambatan dalam penanaman dan

pembentukan akhlakul karimah

Peneliti apakah ada hambatan dalam evaluasinya

Narasumber masih ada lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana

belum adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam hal evaluasi ketidakjujuran orang tua siswa dalam

melaporkan perilaku siswa ke guru yang bahkan membela siswa

atau menutupi kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang

maksimal dalam mengukur peserta didik

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan untuk meminimalkan

hambatanTersebut

Narasumber adanya Pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru

maupun tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan

nilai-nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan keagamaan

serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana akan meningkatkan

motivasi belajar keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih

terhadap nilai-nilai agama dan kenabian di lingkungan sekolah

Perlu adannya evaluasi tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa

yang dilakukan oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua

yang mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan menjadikan

peserta didik menjadi termotivasi dalam menghayati serta

mengamalkan apa yang telah diajarkan sehingga proses

pembangunan dan pembentukan akhlak peserta didik lebih mudah

tertanam dalam pribadi peserta didik Pemberian tugas rumah atau

pun studi kasus terhadap lingkungan di sekelilingnya juga

menjadikan peserta didik lebih mengetahui memahami

menghayati materi yang diberikan yang mana secara tidak

langsung akan membentuk diri peserta didik

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber hasilnya yang terlihat adalah tumbuhnya tingkat keagamaan

peserta didik serta motivasi belajar keislaman Membawa hikmah

bagi peserta didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta didik hal

153

itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas Menumbuhkan

sifat saling menghormati menghargai dan menolong

Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada diri peserta didik

Peneliti jadi pendidikan profetik itu perlu untuk diterapkan ya pak

Narasumber ya memang harus dengan kita mencontoh dan meneladani nabi

maka secara perlahan dapat membentuk moral dan akhlak siswa

menjadi lebih baik

Peneliti terima kasih pak sebelumnya sudah mau meluangkan waktunya

Narasumber tidak apa-apa sama-sama kok saya rasa seperti pernah ketemu

ya

Peneliti iya pak dulu yang sering ngisi pesantren kilat di sini pak

Narasumber oh iya

154

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Sabtu 12 September 2015

Tempat Mushola

Waktu 1000 WIB

Narasumber Wildan Mustofa S SAg (WD)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak maaf mengganggu

Narasumber waalaikumsalam ya bagaimana

Penelitian saya mau wawancara dengan bapak

Narasumber oh ya tentang apa

Peneliti tentang penerapan pendidikan profetik atau pendidikan kenabian

pak

Narasumber ya udah kita ke mushola saja ya

Peneliti ya pak

Narasumber di sini saja ya mas gak enak di samping saya tadi guru agama

kristen

Peneliti tidak apa-apa pak

Saya mau bertanya mengenai bagaimana pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah ini pak

Narasumber ya pembelajaran agama islam disini mengikuti pembelajaran

sekolah yang mana sudah ada KD yang ditentukan disitu yang

mengacu pada K13 Terdapat pembelajaran berupa praktek-praktek

langsung seperti sholat dhuha

Peneliti saya mau bertanya mengenai pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP ini

Narasumber ya pembelajaran PAI di sekolah ini sudah berjalan dengan baik

mengikuti apa yang sekolah sudah atur dan adanya pembelajaran

yang

Mengacu pada penekanan pembentukan moral siswa dan

emosional siswa Dalam pemberian materi pembelajaran biasanya

siswa akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya Dengan

menggunakan metode pembiasaan keteladan juga dapat

menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk akhlak

dan moral siswa Melalui observasi yang dilakukan oleh peserta

didik langsung dan kemudian dipadukan di kelas menjadikan

peserta didik mudah memahami dan menghayati materi yang

dipelajari Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan

melalui praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di dalam

perilaku keseharian semisal dengan guru memberi amanah kepada

siswa dan kemudian apakah siswa menjalankan amanah yang

155

diberikan oleh guru tersebut atau tidak Proses kegiatan belajar

mengajar yang kami lakukan ditekankan pada penanaman dan

penghayatan nilai-nilai kenabian dan keislaman yang mana dalam

setiap penggunaan metode dan media pembelajaran mengusahakan

agar bagaimana siswa mampu memahami dan menghayati secara

langsung tujuan pembelajaran yang diinginkan

Peneliti bagaimana dengan sistem evaluasinya

Narasumber Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur bagaimana penanaman

dan pembentukan pribadi siswa perilaku keseharian siswa di

lingkungan sekolah dan di rumah menjadi pertimbangan dalam

mengevaluasi hasil pembelajar Maka tidak hanya guru Agama

islam saja yang membimbing maupun memberikan teladan tetapi

seluruh tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-sama

peneliti adakah hambatan selama ini dalam penerapan pendidikan tradisi

profetik

Narasumber masih terdapat beberapa hambatan dalam mengimplementasikan

pendidikan profetik salah satunya adalah masih kurangnya

kesadaran siswa dalam beribadah Masih adanya guru laki-laki

yang saling bercanda (guyonan) dengan guru perempuan di depan

siswa masih ada tenaga kependidikan yang merokok di depan

siswa Kemudian

masih Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh guru

maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya penghayatan dan

pengejawantahan terhadap nilai-nilai profetik dalam kehidupan

sehari-hari Serta masih adanya penekanan hanya pada aspek

kognitif saja

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan

Narasumber saya memberikan pembiasaan praktek-praktek sifat kenabian

seperti bersifat jujur dan amanah Perlunya penambahan keilmuan

atau wawasan keagamaan serta khasanah islamiyah dengan

melakukan kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik

serta tenega kependidikan lainnyaDalam Evaluasi saya lakukan

secara langsung atau mendadak untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa yang

sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara bersama dari guru

dan orang tua dalam memonitoring perkembangan peserta didik

dengan dibuat buku atau laporan moral dan akhlak

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik di SMP

ini

Narasumber adanya Pembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta berkurangnya

kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa Tumbuhya kesadaran siswa untuk beribadah dan berbuat

156

baik Menjadikan siswa suka untuk ke tempat ibadah

Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati antar sesama

Dengan adanya pembiasaan keteladanan baik yang dilakukan

menjadikan siswa akan mengikuti hal tersebut dan akan berhati-

hati dalam setiap perilaku yang dilakukaannya

Peneliti maaf sebelumnya pak boleh tahu biografinya pak wildan

Narasumber Nama Wildan Mustofa Setiawan SAg 26 februari 1978

Penelti bapak mengajar di sini dari tahun berapa pak

Narasumber saya mengajar di sini dari tahun 2010

Peneliti terima kasih atas waktunya pak

Narasumber iya sama-sama

157

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Personalia SMP Negeri 4 Salatiga

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

158

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Data siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas

jenis

kelamin Agama jumlah kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

159

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data Guru dan Kualifikasi pendidikan Guru SMP

Negeri

4 Salatiga

Data Guru SMPN 4

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Data Kualifikasi Pendidikan Guru

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

160

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga

Daftar Karyawan SMPN 4

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian inventaris

kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

161

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Sarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Sarana SMPN 4 Salatiga

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

162

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

163

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Intrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

164

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

165

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga

15 Sumiyati 16 Idayati Hartini 17 Saimin 18 Agus widodo 19 Sri Iriyanti 20 Rejo 21 Eka Sulistyawati 22 Murniati 23 Rubiyanto 24 Nuzul Lusy

Anggraeni 25 Tri Budi Setyawan 26 Sutrisno

27 Agus Riyadi

TATA USAHA GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

166

167

168

169

DAFTAR NILAI SKK

Nama Syaifullah Godi Ismail

NIM 11109106

Progdi PAI

Jurusan Tarbiyah

NO Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai

1 Orientasi Program Studi Dan

Pengenalan Kampus (OPSPEK)

DEMA STAIN Salatiga

18-20 Agustus 2009

Peserta

3

2 Pelatihan Emotional Spritiual

Quotient (Esiq) Stain Salatiga

21 Agustus 2009

Peserta

2

3 Sertifikat UPT Perpustakaan User

Education STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 2

4 Diskusi Panel Dengan Tema

ldquoAktualisasi Bahasa Arab Dan

Bahasa Inggris Dalam Dakwah

Islamrdquo

5 September 2009

Peserta 2

5 Diskusi Dan Buka Bersama Di

Secretariat HMI Cabang Salatiga

10 September 2009

Peserta

2

6 English Friendship Camp

17-18 November

2009

Peserta 2

7 Basic Training (Lk 1)

ldquoMenjalin Hubungan

Intrapersonal Dikalangan

Mahasiswa Denagnbasic Islam

Dan Ke-Hmi-An Menuju Insan

Citardquo

Hmi Cabang Salatiga

25-28 Maret 2010

Peserta 2

8 Bedah Buku ldquoJalan Cinta Para

Pejuangrdquo Karya Salim A Fillah

24 April 2010

Peserta

2

9 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMembangun Demikrasi Kampus

Yang Harmonisrdquo

15 Mei 2010

Peserta

2

10 Seminar Lingkungan Hidup

MITAPASA

24 Mei 2010 Peserta 2

11 Akhirussanah Ma‟had STAIN 29 Juli 2010 Peserta 2

170

Salatiga

12 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dan Karnoto Zarkasyi Dengan

Tema ldquo Membangun Pola

Idealitas Mahasiswa Ditengah

Pergolakan Arus Global Guna

Mencapai Insane Yang Militant

Dan Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Pemateri

4

13 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMewujudkan

Mahasiswa Islami Yang Ideal

Demi Terwujudnya Kader Yang

Militanrdquo

22-24 Oktober 2010 Panitia 3

14 Surat Keterangan Lulus

Praktikum BTA Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

2 November 2010 Peserta 2

16 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Implementasi

Nilai Kehmian Dalam Diri

Mahasiswa Demi Terbentuknya

Insan Yang Intelektualitas Dan

Bernafaskan Islamrdquo

16-19 Maret 2011 Panita 3

17

Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkat Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada

Prinsip-Prinsip Integritasrdquo

25 Juni 2011 Peserta 2

18 Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 2

19 Penginapan Peserta Orientasi

Pengenalan Akademika Dan

Kemahasiswaan STAIN Salatiga

2011 Dengan Tema ldquoMerajut Tali

Ukhuwah Islamiyah Bersama

Keluarga Besar Himpunan

Mahasiswa Islamrdquo

19-21 Agustus 2011 Panitia 3

20 Seminar Keperempuanan Korp

HMI-Wati Dengan Tema ldquoJilbab

Perspektif Agama Dan Socialrdquo

04 November 2011 Panitia 3

21 Senior Course (SC) Se Jateng 15-20 Februari 2012 Peserta 4

171

DIY Dengan Tema

ldquo Transformasi Nilai-Nilai

Pengkaderan Menuju Kompetensi

Pendidik Yang Berkualitasrdquo

22 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkatkan Kepekaan Dan

Transparansi Kinerja Lembaga

Menuju Kampus Yang Amanahrdquo

27 Maret 2012 Peserta 2

23 Seminar Nasional SEMA STAIN

Salatiga Dengan Tema

ldquoBerpolitik Untuk Kesejahteraan

IndonesiaReorientasi Gerakan

Mahasiswa Pasca Reformasirdquo

15 Mei 2012 Peserta

8

24 Seminar Nasional Dengan Tema

ldquoMewaspadai Gerakan Islam

Garis Keras Di Perguruan Tinggirdquo

23 Juni 2012 Peserta 8

25 Grand Launching FGMPS Dan

Diksusi Public Dengan Tema

ldquoPeran Generasi Muda Terhadap

Fenomena HIVAIDS Di Kota

Salatigardquo

12 Juli 2012 Peserta 2

26 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMembangun

Paradigm Mahasiswa Yang

Berintelektual Dan Berjiwa

Nasionalis Religiousrdquo

29 November - 2

Desember 2012

Peserta 2

27 Seminar Pendidikan Dengan

TemardquoMenuju Pendidikan

Indonesia Yang Idealrdquo

28 Desember 2012 Peserta 2

28 Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga Tentang Pengangkatan

Pengurus Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga 2013

31 Januari 2013 Anggota 4

29 Diskusi Dan Perayaan Dies

Natalis HMI Ke 66 Dengan Tema

ldquo 66 Tahun Hmi Untuk Islam Dan

Negara Indonesiardquo

05 Februari 2013 Peserta 2

30 Kajian Dan Follow Up Dengan

Tema ldquoMembangun Kader HMI

Yang Militanrdquo

18 Februari 2013 Peserta 2

31 Bedah Buku Berjudul ldquoSholat

Ngebut Bikin Benjutrdquo

11 Mei 2013 Peserta 2

172

32 Latihan Kader I (Basic Training)

HMI Cabang Salatiga Dengan

Tema ldquoEmpowering Komitmen

Keislaman Kemahasiswaan Dan

Keindonesiaan Untuk Kader

Militantrdquo

31 Mei 2013 Pemateri 4

33 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Ijtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Tranparansi Informasirdquo

19-21 September

2013

Pemateri 4

34 Sarasehan Akbar HMI Komisariat

Walisongo ldquoMerajut Ukhuwah

Memperkokoh Kebersamaanrdquo

10 Oktober 2013 Peserta 2

35 Bedah Buku Berjudul rdquo Ketika

Cinta Bertasbihrdquo

11 Desember 2013 Peserta 2

36 Bedah Film Tanah Surga Katanya 29 Desember 2013 Peserta

2

37 Basic Training LK1 HMI ldquoIjtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Transparansi Informasirdquo

20 September 2014 Pemateri 4

38 Seminar Regional Dengan Tema

ldquoMempertegas Peran Pendidikan

Dalam Mencerahkan Masa Depan

Anak Bangsardquo

19 November 2014 Peserta 4

39 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Dengan Tema

ldquoMembangun Pola Idealitas

Mahasiswa Ditengah Pergolakan

Arus Global Guna Mencapai

Insane Yang Militant Dan

Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Panitia 3

173

174

Page 7: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan

7

Kupersembahkan skripsi ini untuk

1 Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Kardiyanto Godi Ismail dan

Ibuku tercinta Sakdiyah yang selalu memberi nasihat kasih sayang

bimbingan dan motivasi serta dukungan materi

2 Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) yaitu Pak Fegi Anita Said Pras bang Imtihan bang ini Iman

Takul dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga lainnya yang selalu

memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan

banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat

3 Teman-temanku Kampus kelas PAI D angkatan tahun 2009 yaitu Agus

Rozak Juliono dan yang lainya

4 Teman-teman kelompok PPL kelompok KKN dan teman lainnya di IAIN

Salatiga

KATA PENGANTAR

8

Asslamu‟alaikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW keluarga sahabat dan para pengikut setianya

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Rahmat Hariyadi MPd selaku rektor IAIN Salatiga

2 Ibu Siti Rukhayati MAg selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI)

3 Bapak FatchurrahmanSAgMPd sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan tugas ini

4 Ibu DrMuna ErawatiMSi selaku pembimbing akademik

5 Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9

6 Kepala sekolah guru dan siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian

di sekolah tersebut

7 Kepada orang tuaku tercinta Bapak kardiyanto godi ismail dan Ibu

Sakdiyah serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk moril maupun materiil untuk membiayai

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran

8 Kepada kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga (pras anita said sahal takul

istad bang imtihan bang indi fegi dan yang lainnya) yang tak akan

pernah putus mencari ilmu dan selalu yakin usaha sampai

9 Kepada teman-temanku tercinta PAI D 2009 (agus rozaq anwar fegi

faisal) serta teman-teman yang saya kenal dan yang mengenal saya

yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah

memberikan saran do‟a serta motivasinya

10 Generasi muslim pemuda pemudi penerus cita-cita bangsa

Oleh karenanya penulis tak kan berarti apa-apa tanpa mereka semua kami

ucapkan banyak terimakasih Semoga amal perbuatan yang diberikan dengan

ikhlas akan dihitung oleh Allah serta memperoleh balasan kebaikan dan

mendapatkan Ridho Allah SWT Amin

10

11

ABSTRAK

Ismail G Syaifullah 2015 Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Pelajaran

20152016 Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga Dosen Pembimbing FatchurrahmanSAg MPd

Kata kunci Implementasi dan pendidikan profetik

Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang

krisis moral karena masih kurangnya akan pendidikan moral dan akhlak dalam

membentuk dan membangun moral serta akhlak para peserta didik Disadari atau

tidak pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada dimensi kognitif yang

hanya mencetak manusia cerdas dan terampil maka tidak heran jika terjadi krisis

moral dan akhlak Dalam pendidikan Islam pendidikan karakter merupakan

pendidikan akhlak Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pendidikan

karakter atau pembentukan moral dan akhlak seperti konsep pendidikan yang di

ajarkan Rasulullah Nabi Muhammad merupakan pendidik yang paling berhasil

dan menjadi suri tauladan Dengan meneladani dan meniru pendidikan yang

digunakan nabi diharapkan dapat membentuk dan membangun moral serta

akhlakul karimah Maka salah satu caranya dengan mengimplementasikan

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran agama Islam Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

2) Bagaimana problematika Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga 3) Bagaimana

hasil Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Sesuai dengan tema yang

peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field

research) Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah Pengumpulan data

menggunakan wawancarainterview dokumen dan observasi Lokasi Penelitian

dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di Jl Pattimura 47 Salatiga

50711 dan subjek penelitian adalah pendidik tenaga kependidikan dan siswa

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa implementasi pendidikan

profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

diterapkan dalam model pembelajaran dengan pembiasaan dan keteledanan

kolektif penanaman misi dan nilai-nilai kenabian pada peserta didik melalui

materi pembelajaran metode dan evaluasi pembelajarannya Terdapat beberapa

problematika dalam implementasi pendidikan profetik ada beberapa hambatan

dan solusi yang ditawarkan Hasil dari implementasi pendidikan profetik dapat

12

membangun dan membentuk akhlak serta moral peserta didik sehingga peserta

didik mempunyai sikap menghormati menghargai dan toleran Menumbuhkan

tingkat keagamaan dan motivasi ibadah siswa Sehingga intelektual emosional

akhlak dan moral peserta didik dapat berkembang secara utuh

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR BERLOGO ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING iii

PENGESAHAN KELULUSAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 10

C Tujuan Penelitian 10

D Landasan Teori 11

E Manfaat Penelitian 14

F Metode Penelitian 15

G Sistematika Pembahasan 21

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22

A Pendidikan dalam Islam 22

1 Pengertian Pendidikan 22

2 Pendidikan dalam Islam 23

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam 30

4 Tujuan Pendidikan Islam 34

B Pendidikan Profetik 39

1 Pengertian Profetik 39

2 Filsafat Profetik 41

3 Filsafat Pendidikan Profetik 41

4 Pengertian Pendidikan Profetik 45

5 Tujuan Pendidikan Profetik 46

6 Materi pendidikan Profetik 47

7 Pendidik Pendidikan Profetik 50

8 Peserta didik Pendidikan Profetik 54

9 Metode Pendidikan Profetik 56

10 Media Pendidikan profetik 60

11 Evaluasi Pendidikan Profetik 62

C Kontekstualisasi Pendidikan Profetik 64

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoirul

Ummah)

64

2 Pendidikan Profetik untuk Pengembangan Kebudayaan 65

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan 66

15

D Pendidikan Profetik dalam Pendidikan Agama Islam 72

BAB III HASIL PENELITIAN 79

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian 79

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga 79

2 Letak Geografi 79

3 Visi dan misi SMP Negeri 4 salatiga 80

4 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 81

5 Guru karyawan dan Siswa Struktur Personalia SMP

Negeri 4 salatiga

84

6 Situasi dan Kondisi SMP Negeri 4 salatiga 89

7 Ekstrakurikuler 90

B Temuan Penelitian 92

1 Hasil Penelitian 92

a Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

92

b Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

97

c Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

101

BAB IV PEMBAHASAN 105

A Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam 105

16

Pembelajaran pendidikan agama Islam

B Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

110

C Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

115

BAB V PENUTUP 119

A Kesimpulan 119

B Saran 121

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN-LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Tabel 31 Struktur Personalia SMP Negeri 4 salatiga 82

Tabel 32 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 83

Tabel 33 Data siswa SMP Negeri 4 salatiga 84

Tabel 34 Data Guru SMP Negeri 4 salatiga 85

Tabel 35 Data kualifikasi pendidikan guru SMP Negeri 4 Salatiga 85

Tabel 36 Data Karyawan SMP Negeri 4 salatiga 86

Tabel 37 Data sarana SMP Negeri 4 salatiga 87

Tabel 38 Data Prasarana SMP Negeri 4 salatiga 88

Tabel 39 Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 salatiga 91

Tabel 310 Kegiatan Ekstrakuliker SMP Negeri 4 salatiga 91

18

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia

Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan yang diharapkan akan

dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan orang banyak Selain

itu pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai penting dan strategis bagi peradaban manusia Hampir semua

negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal terpenting dan utama dalam

membangun suatu bangsa dan negara Di Indonesia sendiri hal ini jelas sudah

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan Serta dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk

mewujudkan upaya tersebut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)

memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang

Menurut Ahmad Makki dalam bukunya karya Jamal Ma‟mur Asmani

mengatakan bahwa jika pendidikan dalam sebuah bangsa sudah maju niscaya

19

akan maju pula bangsa itu Sebaliknya ketika pendidikan disuatu bangsa

tidak berkembang maka dapat dipastikan bangsanya akan terbelakang

Pendidikan di Indonesia sudah berjalan sekian puluh tahun sejak

kemerdekaannya dan selama itu pula terdapat perkembangan pendidikan di

Indonesia Tetapi jika disadari pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada

dimensi kognitif yang mencetak manusia-manusia yang cerdas terampil dan

mahir yang melahirkan manusia yang berkepribadian dan integritas

Kurangnya pengejawantahan dimensi afektif dan psikomotorik dalam sistem

pendidikan menjadikan krisis identitas serta hilangnya Nilai-nilai luhur yang

melekat pada bangsa Indonesia seperti kejujuran kesantunan kesopanan

hormat pada orang lain religius dan kebersamaan Hal ini menjadi

keprihatinan kita semua sebagai warga negara Indonesia

Masifikasi gelombang modernitas telah membawa siapapun termasuk

dunia pendidikan untuk hanyut mengikuti mainstream dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar tidak teraleniasi Dalam keadaan seperti ini

hegemoni konsep-konsep pendidikan ala barat sulit untuk dihindari yang mana

memarginalkan konsep-konsep dan ajaran lokal yang syarat akan nilai-nilai

moral Adanya problematika internal dalam sektor pendidikan serta hilangnya

orientasi untuk memberikan pencerahan dan membentuk jati diri bangsa

menjadikan kesinambungan program-program pendidikan belum bisa berjalan

mulus Ditambah dengan perubahan politik di negara ini karena adanya

kebijakan-kebijakan baru pada setiap pergantian menterinya Munculnya

realitas pendidikan saat ini yang lebih sibuk melayani golongan sosial tertentu

20

menjadikan adanya materialisasi pendidikan yang sudah mulai menggejala dan

menggeser ideologi pendidikan yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membedakan status sosial

Kurikulum seakan disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan

pekerjaan yang dibungkus dengan baju modernitas Kemudian adanya

dikotomi ilmu pendidikan antara ilmu pengetahuan umum dan agama

memunculkan problematika tersendiri Hal itu menjadikan pembagian dalam

hal pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu umum dan agama

sehingga dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya

menjadi kurang maksimal

Dunia pendidikan dituntut perannya untuk kembali memurnikan arah

perjalanan bangsa Dunia pendidikan akan berada pada kondisi dilematis-

kontradiktif karena adanya tuntutan modernitas sekaligus sebagai tuntutan

peran untuk selalu menjaga nilai-nilai moral Sementara dunia pendidikan

berada dalam paradoks disuatu sisi ingin menanamkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral namun pada sisi lain justru institusi atau lembaga pendidikan

mencerminkan praktek-praktek pendidikan yang menyimpang dari niliai-nilai

moral dan identitas bangsa Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia

dan pengembangan potensi serta bakat yang harus diubah orientasinya untuk

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkembang dalam tiga

ranah yaitu afektif kognitif dan psikomotorik Pendidikan haruslah

menanamkan dan mengembangkan karakter individu dan nilai-nilai

kemanusian Pendidikan juga diarahkan dalam menanamkan integritas etik dan

21

akhlak serta mengembalikan makna ldquopendidikanrdquo bukan hanya sekedar

ldquopengajaranrdquo Penggunaan metode-metode pendidikan yang mengedepankan

keteladanan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai yang diajarkan

Pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah Makna manusia yang berkualitas menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab Oleh karena itu pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa dan karakter Dengan adanya penanaman dan

pengembangan karakter bagi setiap peseta didik atau individu dalam sistem

pendidikan maka diharapkan akan menciptakan manusia yang berkualitas yang

mampu beradaptasi dengan zaman

Dengan berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya sebuah pendidikan

karakter Pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan bagi

setiap individu untuk menghayati kebebasan dalam hubungan mereka dengan

orang lain dan lingkungannya sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi

22

yang unik dan khas serta memiliki integritas moral yang dapat

dipertanggungjawabkan Lebih lanjut pendidikan karakter juga terkait dengan

tiga matra pendidikan yaitu pendidikan individual pendidikan sosial dan

pendidikan moral Melalui tiga matra pendidikan tersebut merupakan kondisi

dinamis dari struktur antropologi individu Pendidikan karakter dalam arti

demikian itu menurut Amin dalam Etika (1989) adalah pendidikan yang sejak

lama telah diperjuangkan oleh para filusuf bahkan para rosul utusan Tuhan

Yaitu pendidikan karakter yang bersifat integral holistik dinamis

komprehensif dan terus menerus hingga terbentuk sosok manusia yang terbina

seluruh potensi dirinya serta memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk

mengekspresikannya dalam seluruh aspek kehidupan

Untuk mewujudkan visi misi dan tujuan tersebut pendidikan karakter

membutuhkan dukungan salah satunya dari pendidikan agama Dalam pada itu

pendidikan agama memberikan sumbangan bagi pendidikan karakter dan

berperan penting dalam hal mempersatukan diri manusia dengan realitas

tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Pendidikan karakter yang ditopang salah

satunya oleh pendidikan agama membantu peserta didik untuk tumbuh secara

lebih matang dan lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

dalam kontek kehidupan bermasyarakat Namun hal tersebut juga harus

didukung dengan upaya yang disertai dengan keteladanan dari seluruh

komponen yang terlibat dalam pendidikan (terutama guru) lingkungan dan

atmosfer pendidikan yang kondusif

23

Pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam disebut juga dengan

pendidikan akhlak mulia Secara normatif-teologis merupakan sebuah agenda

dan misi utama bagi setiap agama Secara yuridis ajaran akhlak mulia secara

eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Jika dilihat secara historis pendidikan akhlak mulia

merupakan respon terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat

Lahirnya agama Islam di mekkah dan berkembang di madinah merupakan

sampling yang representative tentang perlunya agama ini membentuk akhlak

masyarakat Hal itu terjadi karena keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

menetapkan kebijakan strategi taktik dan hal lainnya (Abuddin 2012 210)

Pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah pembentukan kepribadian

seorang muslim Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan Disegi lain pendidikan

Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis yang mana pendidikan

Islam mengajarkan pendidikan iman dan amal Secara historis Islam dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudia disebarkan ke mekkah atau Islam

diajarkan di mekkah yang tadinya menyembah berhala musyrik dan sombong

dengan usaha dan kegiatan Nabi mengajarkan Islam kepada mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah menjadi mukmin

muslim dan menghormati orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin

sebagaimana yang dicita-citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik

membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus

menjadi pendidik yang berhasil Islam sebagai agama yang universal yang

24

oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktivitas sehari-hari

mensejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis Pendidikan versi

Islam tidak hanya sebagai penentu segala-galanya bagi vested interested

(kepentingan) manusia di dunia melainkan menjangkau kepentingan manusia

masa depan yang esensial di akhirat kelak

Di dalam Islam dan dalam pendidikan Islam khususnya secara tidak

langsung telah berupaya untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan

karakter atau akhlak mulia yaitu membentuk kepribadian seorang muslim

sebagaimana cita-cita Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur‟an dan

sunnah yang berdialoq secara kontinu dengan tradisi dan budaya setempat

Pendidikan karakter atau pendidikan akhlak mulia merupakan bagian dari

pendidikan Islam yang sudah ada sejak 15 abad yang lalu Ajaran Islam yang

berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan

individu dan pendidikan masyarakat Semua orang yang bertugas mendidik

adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Zakiah Darajat 2012 20) Telah

disebutkan sebelumnya bahwa Nabi Muhammad merupakan pendidikan yang

paling berhasil dan menjadi suri tauladan (QS3321)

25

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

Maka perlunya pendidikan Islam dalam hal ini pendidikan karakter atau

akhlak untuk filter dan tameng bagi adanya kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai barat yang menjadikan

kekalahan beruntun secara sosial politik ekonomi dan budaya komunitas

muslim merasa kelimpungan dengan reaksi yang beragam Diakui bahwa hal

ini disebabkan karena masih ada beberapa hambatan dalam pendidikan agama

Islam Karena terjadinya pengadopsian pendidikan barat untuk

mengembangkan pendidikan muslim Yang terjadi adalah pendidikan modern

(barat) plus pendidikan agama Islam untuk peserta didik muslim dan bukan

yang dikonstruk berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikembangkan dalam teori

dan keilmuan Islam

Pendidikan akhlah mulia yang terdapat dalam pendidikan agama Islam

saat ini telah terdikotomi oleh pendidikan nasional Terlebih yang terdapat di

lembaga pendidikan umum (SD SMP dan SMA) Mengamati pendidikan

agama Islam di Indonesia dari masa ke masa tergambar jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan bagian yang terpisah dari sistem

pendidikan nasional Bahkan saat ini pendidikan Islam di Indonesia sedang

menghadapi berbagai persoalan dan hambatan dalam berbagai aspek terutama

masalah orientasi pendidikan itu sendiri dengan kata lain masih belum

jelasnya konsep pendidikan yang dibawa serta bagaimana implementasi yang

26

berbentuk pembelajaran sebagai upaya menciptakan manusia yang mandiri dan

profesional Mengingat bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan

dasar bagi setiap muslim maka pendidikan agama Islam harus selalu ditumbuh

kembangkan secara sistematis oleh setiap umat Islam dimanapun Berangkat

dari karangka ini pendidikan agama Islam haruslah selalu senantiasa

mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi logis dari perubahan

Kurangnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam lembaga pendidikan

umum menghambat pembentukan manusia ideal (seorang muslim) yang siap

dengan agenda globalisasi dan modernisasi yang terjadi Lembaga pendidikan

umum tidak berfokus kepada pendidikan agama hal ini berbeda dengan

lembaga pendidikan agama yang fokus pendidikannya adalah keagamaan

Kurangnya jam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan

umum misalnya yang hanya 3 jam setiap minggu maka perlu adanya strategi

untuk memberikan bekal tentang pendidikan agama di pendidikan umum

Strategi dalam sistem pembelajarannya metodenya maupun dalam hal konsep

pembelajarannya Seperti penggunaan pendidikan profetik yaitu dengan proses

pengetahuan dan nilai yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan

Dengan adanya strategi dalam hal pembelajaran pendidikan agama Islam maka

mampu untuk mencetak manusia-manusia keseimbangan dalam pandangan

hidupnya serta memiliki penguasaan atau pengetahuan keagaaman untuk bekal

individu dalam kehidupan sehari-hari

27

Ditetapkanya SMP Negeri 4 Salatiga sebagai tempat penelitian karena

adanya strategi dan upaya-upaya yang digunakan Sekolah Menengah Pertama

ini dalam hal menumbuhkan pendidikan keagamaan Islam terhadap peserta

didiknya Secara geografis yang terletak di pusat kota Salatiga berada pada

pusat jalur ekonomi Salatiga Dalam hal pendidikan keteladanan yang

ditumbuhkan oleh pihak sekolah dalam kesehariannya di lingkungan sekolah

seperti adanya sholat berjama‟ah dan kegiatan keIslaman untuk peserta didik

Berangkat dari hal tersebut maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah ldquo IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMP

NEGERI 4 SALATIGA PADA TAHUN PELAJARAN 2014-2015rdquo

B RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi diatas maka ada sejumlah permasalahan yang

penulis ajukan untuk dicari jawabannya Sejumlah masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut

1 Bagaimana Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Apa problematika yang muncul dalam implementasi Pendidikan Profetik

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

3 Bagaimana hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

28

C TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam implementasi

Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

3 Untuk mengetahui hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

D LANDASAN TEORI

1 Pendidikan Profetik

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti

ldquopergaulan dengan anak-anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya

membimbing atau mendidik alam pertumbuhannya agar dapat berdidi

sendiri disebut paedgogos Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai

ldquo usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-

anak untuk membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

29

dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi

diri sendiri dan masyarakatnyardquo

Sedangkan Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau

berkenaan dengan nabi Kata dari bahasa inggris ini berasal dari bahasa

yunani ldquoprophetesrdquo sebuah kata benda untuk menyebut orang yang

berbicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga

orang yang berbicara masa depan Profetik atau kenabian disini merujuk

pada dua misi yaitu seseorang yang menerima wahyu diberi agama baru

dan diperintahkan untuk mendakwahkan pada umatnya disebut rasul

(messenger) sedang seseorang yang menerima wahyu berdasarkan agama

yang ada dan tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya disebut nabi

(Prophet)

Nabi (Prophet) yang menjadi acuan dalam pendidikan profetik

adalah Nabi Muhammad SAW yang mana sebagai suri tauladan dan

sebagai pendidik yang hebat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan

mengajarkan islam di mekkah yang tadinya kondisi mereka menyembah

berhala musyrik dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi

mengajarkan Islam kepada mereka lalu tingkah laku mereka berubah

menjadi penyembah Allah menjadi mukmin muslim dan menghormati

orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin sebagaimana yang dicita-

citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik membentuk kepribadian

yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus menjadi pendidik yang

berhasil Di dalam kehidupannya nabi SAW selalu memberikan

30

ketauladanan kepada ummatnya Hal inilah yang menjadikan nabi

Muhammad menjadi acuan Profetik atau kenabian dalam hal pendidikan

Jadi Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan

(knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun

akhlak moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus

memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul

ummah) Serta tercapainya intelektual emosional akhlak dan moral

peserta didik yang dapat berkembang secara utuh

2 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan kebiasaan dan tingkah laku belajar juga diartikan sebagai

pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Syaiful Bahri

200222)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik

(santri) Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran

tersebut ada kegiatan memilih menetapkan dan mengembangkan metode

atau strategi yang optimal untuk mengapai hasil pembelajaran yang

diinginkan dalam kondisi tertentu (Muhaimin 200382)

Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip

Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia sehingga

31

terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 2008 35)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati

hingga mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadist

(Abdul Majid amp Dian Andatani 2004 7)

Jadi pengertian pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah

upaya membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati hingga

mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi

pembelajaran yang ada

3 Implementasi pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan Jadi penerapan

pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Maka

pendidikan dibangun dan dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat

memiliki tradisi dan budaya akademik yang kondusif dalam keluarga dan

lingkungan sosial Tradisi dan budaya edukatif atau akademik ini secara

otomatis akan bergerak sesuai dengan hukum budaya yang mewakili

32

simbol-simbol agama dalam mentransfer ilmu teknologi dan seni kepada

siapapun Tradisi dan budaya profetik yang sudah terbangun kokoh bahkan

diluar kesadaran akan menggulirkan semangat keilmuan yang tinggi

Komitmen profetik yang berlangsung lama akan membetuk tradisi dan

dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pilar pendidikan profetik

yang akan menghasilkan tradisi dan lingkungan yang sehat

E MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk

menghadapi tantangan zaman dan modernisasi dan juga dengan ini diharapkan

dapat membentuk individu berkarakter yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Serta

memberikan konsep pendidikan Islam dalam membentuk dan mengembangkan

potensi intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara utuh

Sedangkan secara dimensi praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menemukan sebuah pola pendidikan Islam sebagai

pengembangan diri manusia dalam membentuk manusia sempurna menurut

Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Alam

sekaligus untuk memahaminya Hal tersebut menjadi kerangka acuan dalam

pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dikemas dalam

konsep pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan Islam karena

33

adanya dikotomi pendidikan yang terjadi dalam pendidikan umum dan

pendidikan agama

F METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai

metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola)

dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan) analisis data bersifat induksikualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono 201413)

Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (J Moeleong

20033)

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yang pertama karena dari judul skripsi ini hanya mengandung

satu variabel Kedua dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi

ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian Ketiga

34

metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola ndash pola nilai yang dihadapi

Dengan demikian peneliti dapat memilah ndash milah sesuai dengan fokus

penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin

hubungan dengan Subjek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami

keadaan Subjek dalam penggalian info atau data yang diperlukan Maka

Penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang

implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tersebut

Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian lapangan ( field research) Yaitu peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan ilmiah ( (J Moeleong 200626) Alasan peneliti menggunakan jenis

penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara

mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai

dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan

2 Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di

Jl Pattimura 47 Salatiga 50711

Adapun Subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi

kepala sekolah pengajar karyawan dan siswa

3 Teknik Pengumpulan Data

a Observasi Partisipan

35

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut( Sugiyono 2014309)

Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipatif

peneliti mengamati apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan

suka dukanya Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang tampak

Dengan observasi kita dapat secara langsung terjun kedalam objek

penelitian Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan KBM situasi

di sekolah dan pendidik Dalam observasi di SMP Negeri 04 Salatiga

selain melakukan pengamatan juga ikut ambil bagian dalam melaksanakan

aktifitas pendidikan di lingkungan sekolahan Selain itu juga berpartisipasi

dalam pembelajaran seperti ikut mengajar dan mengikuti proses

pembelajaran pendidikan Islam

b Pengumpulan data dengan wawancarainterview

36

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2014318)

c Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu Dokumen

bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh adanya dokumen Pengumpulan dokumen yang berkaitan

dengan objek penelitian yaitu berupa buku sejarah buku profil sekolah

pajangaan struktur buku informasi pendataan siswa dan guru kurikulum

pelajaran dan perangkat pembelajaran

37

d Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada Triangulasi berguna untuk

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2014327) Pengumpulan data diambil

dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama Adanya observasi kemudian dilanjutkan dengan wawancara

yang mendalam serta pengumpulan dokumentasi untuk sumber data yang

sama dan melakukan wawancara atau pengumpulan data pada beberapa

sumber data yang berbeda

4 Teknis Analisi Data

Bogdan menyatakan tentang analisis data kualitatif sebagai proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkan kedalam unit-

unit melakukan sintesa menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain Susan Stainback mengemukakan bahwa

analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

38

sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Sugiyono

2014332)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan

Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono

2014333) Peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu sebelum

memasuki lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian Fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan Analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

wakttu tertentu Pada saat wawancara analisis sudah dilakukan terhadap

jawaban dari hasil wawancara Setelah data diperoleh cukup banyak dan

dicatat secara teliti dan rinci maka dilanjutkan dengan mereduksi data

Dengan merangkum memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya Dengan demikian data akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya Langkah selanjutnya adalah penyajian data atau mendisplaykan

data yang menjadikan data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami Penyajian data menggunakan teks

bersifat naratif (Sugiyono 2014333) Langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

39

bersifat sementara dan bisa berubah Apabila pengumpulan data valid dan

konsisten maka kesimpulannya kredibel

G SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima)

BAB yaitu

BAB I Bab I ini berisi pendahuluan yang didalamnnya akan diuraikan

tentang latar belakang masalah rumusan masalah landasan teori tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Dalam Bab II berisi kajian teori yang didalamnya akan

dipaparkan tentang pengertian Pendidikan Profetik Sistem Pendidikan Profetik

dan Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

BAB III Bab III berisi laporan hasil penelitian yang didalamnya akan

diuraikan tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga gambaran

pembelajaran Pendidikan Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Konsep Pendidikan

Profetik yang diterapkan di SMP Negeri 4 Salatiga Dan implementasi

pendidikan Profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

BAB IV Bab IV berisi Hasil penelitian yang berupa deskripsi hasil

penelitian temuan hipotesis dari penelitian dan hasil pengujian Hipotesis

mengenai implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

40

BAB V Bab V berisi penutup yang di dalamnya akan dipaparkan

mengenai kesimpulan dan saran-saran

41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A PENDIDIKAN DALAM ISLAM

1 Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti ldquopergaulan dengan anak-

anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai ldquo usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnyardquo

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman

hidup pembentukan kembali pengalaman hidup Sementara itu Komisi

Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata

menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan

akhir pendidikan

42

Meski berawal dari akar kata yang sama tetapi pemberian makna terhadap

istilah pendidikan begitu beragam Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip

masanya serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis

apalagi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis

(Armai 200716)

2 Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia pendidikan ialah proses sosialisasi yakni

memasyarakatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia

yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri yaitu mampu

konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan Nabi SAW

bersabda ldquoDidiklah anakmu-anakmu sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya dan bukan untuk zamanmurdquo Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi 2004137)

Ahmad D Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai

program bimbingan sunyek pendidikan (guru pendidik) kepada objek

pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu dalam jangka waktu tertentu

dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam Menurut

Yusuf Qardhawi pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal

dan hatinya rohani dan jasmaninya akhlak dan ketrampilannya

43

Menurut Muyazin Arifin hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui

ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya

( Armai 200718)

Secara estimologis pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil Al

Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan

Islam adalah upaya mengembangkan mendorong serta mengajak manusia

lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 200835)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum

terdapat di zaman Nabi Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi

dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran

memberi contoh melatih keterampilan berbuat memberikan motivasi dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita

harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut Kata ldquoPendidikanrdquo yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arabnya adalah ldquoTarbiyahrdquo dengan kata kerja ldquoRabbardquo Kata

ldquopengajaranrdquo dalam bahasa Arabnya adalah ldquota‟limrdquo dengan kata kerjanya

44

ldquo bdquoallamardquo Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya ldquoTarbiyah wa

ta‟limrdquo sedangkan ldquopendidikan Islamrdquo dalam bahasa Arabnya adalah

ldquoTarbiyah Islamiyahrdquo (Zakiyah Daradjat 201225)

Dalam konteks pendidikan Islam kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah Sejak dekade 1970-an

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah

Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak Dalam bahasan berikut kita

akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai

terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi 2004138)

a Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh jiwa dan ruh disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah intelektual dan ruhaniah pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai

denagn berbagai tingkat dan derajat

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim Sementara DrFatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim Menurut Al-

Attas pendidikan adalah beban masyarakat Penekanan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (bdquoilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta‟dib karena adab

45

sebagaimana didefinisikan disini sudah mencakup ilmu dan amal Simaklah

sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut

ldquodari ibnu mas‟ud Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian

menjadikan pendidikanku yang terbaik (HRIbnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi

jamius Shaghir I14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai ldquo mendidikrdquo yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata bdquoallama dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai ldquopendidikanrdquo dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim

Dengan jelas dan sistematik Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai

berikut

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur pembangunan iman ilmu dan amal

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik Cara Tuhan mendidik Nabi tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna

3) Dalam kerangka pendidikan istilah ta‟dib mengandung arti ilmu

pengetahuan dan pengasuhan yang baik

4) Dan akhirnyaAl-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama

sopan-santun adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib

b Al-Ta‟lim

46

Menurut Abdul Fatah Jalal proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah Untuk menjelaskan pendapat ini jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34 Menurut jalal

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh serta lebih luas dari pada kata tarbiyah Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca

tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman tanggung jawab

dan amanah

Jadi berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut Al-

Qur‟an ta‟lim lebih luas dari tarbiyah Berbeda dengan Al-Attas Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib Selanjutnya Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan juga ketrampilan yang

dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku

c Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi At-Tarbiyah adalah lebih tepat

digunakan dalam terminologi pendidikan Islam An-Nahlawi mencoba

47

menguraikan secara sistematik semantik lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39

2) Rabiya-yarbu denagn wazan Khafiya-yakhfa yang berarti menjadi

besar

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu berarti memperbaiki

menguasai urusan menuntun menjaga dan memelihara

Imam Al-Baidhawi mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna

Dari ketiga istilah tersebut Abdurrahman an-Nahwali menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur pertama menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh Kedua mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam Ketiga mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya Dan keempat proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib dengan sedikit

demi sedikit hingga sempurna

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak

perlu terjadi jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan

dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan

diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan

Islam sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai

berikut

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding

kedua istilah lainnya

2) Dalam interaksi edukatif konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim dan

3) Keduanya baik tarbiyah maupun ta‟lim harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya tetapi

dengan modifikasi tertentu sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat ldquofadilahrdquo tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada

pertumbuhan dan pembinaan keimanan keIslaman dan keihsanan

disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual peserta didik

Jadi antara ta‟dib ta‟lim dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan

yang lain Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam

bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif Maka dari tiga hal di ataslah

lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam

49

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam

Suatu totalitas kependidikan harus bersandar pada landasan dasar

Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak

dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh paripurna atau syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh Kajian tentang pendidikan Islam tidak

boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang

mendasar Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam yaitu a) Al-

Qur‟an b) Al-Sunnah c) Al-Kaun dan d) Ijtihad

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah

SWT dan karenanya ia merupakan dasar hukum bagi mereka Al-Qur‟an

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan

yang terjadi Al-Qur‟an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan

manusia Segala persoalan terdapat hal pokoknya di dalam Al-Qur‟an serta

berisi tentang aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela

mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu

Al-Qur‟an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara

umum Juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial

moral dan spiritual di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu

Sebagai contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat

50

Lukman ayat 21-19 Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman akhlak ibadat sosial dan ilmu pengetahuan

Maka Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam

setiap sendi kehidupannya yang akan mengantarkan manusia mampu

berdialog secara ramah dengan dirinya sendiri dengan alam sekitar dan

dengan Tuhannya maka al-Qur‟an menjadi landasan yang kokoh dan

paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual spiritual dan

keparipurnaan hidup manusia secara hakiki Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi

2004155)

b) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rosul

Allah SWT Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan

Dijadikannya as-sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak

terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap Al-Qur‟an Yaitu -

Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang bersifat umum Maka

dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang

diterangkan - Sunnah mengkhidmati al-Qur‟an Memang as-sunnah

menjelaskan mujmal al-Qur‟an menerangkan musykilnya dan

memanjangkan keringkasannya Al-Qur‟an menekankan bahwa Rosul

51

SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-fiman Allah (QS1644)

Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-sunnah fi makanatiha wa fi

Tarikhiha menulis bahwa as-sunna mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan Al-Qur‟an dan fungsi berkaitan dengan pembinaan hukum syara‟

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an

Sunnah berisi tentang petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

manusia dalam segala aspekny untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa Untuk itu Rasul Allah menjadi

guru dan pendidik utama Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua bagi cara pembinaan manusia muslim dalam setiap sendi

kehidupannya

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia

melalui perantara malaikat jibril dan nabi-nabiNya ia juga

membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata yaitu alam semesta

dengan segala macam partikel dan heteroginitas berbagai entitas yang ada

di dalamnya langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya

laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan gunung-gunung

berbagai macam binatang dan sebagainya

Mengenai ayat-ayat kauniyah tersebut beberapa ayat di dalam al-

Qur‟an menyatakan dengan gamblang dalam surah Ar-Ra‟d ayat 3 dan Al-

Jatsiyah Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

52

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial begaimana bersikap dan berperilaku mulia Ditilik dari

wacana pedagogis hal itu amatlah berarti bagi berlangsungnya proses

pendidikan demi tercapainya (setidaknya) dan hal bagus bukan hanya

tumpukan ilmu dan kepandaian tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan sayri‟at Islam

untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan

sunnah (Zakiyah Daradjat 201221) Ijtihad sebagai langkah untuk

memperbaharui interpretasi dan pelembagaan ajaran Islam dalam

kehidupan yang berkembang merupakan semangat kebudayaan Islami

Ijtihad yang diarahkan pada interpretasi wahyu dan al-kaun akan

menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menggembirakan Sebab interpretasi manusia atas wahyu akan

menghasilkan pemahaman keagamaan atau agama yang aktual Orang

yang melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid Seorang mujtahid

senantiasa menggunakan akal budinya untuk memecahkan problematika

kemanusiaan dalam kehidupannya Orang yang senantiasa menggunakan

akal budinya oleh Al-Qur‟an disebut sebagai ulul-albab (Khoiron

Rosyadi 2004159)

53

Menurut Al-Qur‟an ulul-albab adalah sekelompok manusia tertentu

yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT Diantara keistemewaannya

adalah mereka diberi hikmah dan pengetahuan disamping pengetahuan

yang diperoleh secara empiris (QS2269)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur‟an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsip saja (Zakiyah Daradjat 201222)

4 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah apa yang dicanangkan oleh manusia atau sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha serta kegiatan selesai Ketika

berbicara mengenai tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita untuk

berbicara tentang tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia Sebab pendidikan

hanyalah suatu alat yang digunakan oelh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

Al-Syaibany menampilkan definisi tujuan sebagai perubahan yang

diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau upaya yang diusahakan

oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada

tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitar Jadi tujuan-tujuan pendidikan jika mengikuti

definisi ini maka ada perubahan yang diinginkan dalam tiga bidangyaitu a)

54

tujuan-tujuan individual b) tujuan-tujuan sosial dan c) tujuan-tujuan

profesional (Khoiron Rosyadi 2004161)

Dilihat dari segi UU No23 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

nasional dalam Bab II dasar fungsi dan tujuan pada pasal 3 maka tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak

mulia sehat berilmucakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam

a Tujuan Umum pendidikan Islam

1) Prof M Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan

Islam menyimpulkan bahwa tujuan umum yang asasi bagi pendidikan

Islam yaitu

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan untuk mengetahui (co-riosity)

e) Menyiapkan pelajar dari segi profesional

2) Prof Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Islam dan Metode-metode pengajarannya tujuan umum

yang ditampilkan yaitu

55

a) Pendidikan akal dan Persiapan pikiran

b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak

c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan

kesediaan-kesediaan manusia

3) Menurut Muhammad Quthb tujuan umum pendidikan Islam adalah

manusia yang taqwa itulah manusia yang baik menurutnya Sungguh

yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah

yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya (QS Al-Hujurat (49)13)

4) Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia Hamba Allah Jadi menurut Islam pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia sebagai makhluk yang

menghambakan diri kepada Allah(beribadah kepadaNya) Karena

sesuai dengan pesan Al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia supaya mereka beribadah kepadaNya (QSal-Dzariyat

(51)56)

Tujuan umum pendidikan Islam diberi perhatian dan tidak terkena

perubahan dari waktu ke waktu Finalitas kenabian secara implisit menyatakan

finalitas cita-cita yang diajarkan Nabi SAW kepada sekalian manusia Jadi

tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan yang berada jauh dari masa

sekarang sebuah hasil pencapaian yang tidak dapat terlaksana melalui kerja

Taqwa kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam ia

sebagai ultimate goal dari serangkaian tujuan yang ditampilkan di atas dan

56

masing-masing tujuan tersebut mempunyai hubungan sistematik satu sama

lainnya yang tak dapat terpisahkan (Khoiron Rosyadi 2004170)

b Tujuan khusus Pendidikan Islam

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah perubahan-perubahan

yang diingini yang bersifat atau bagian yang termasuk di bawah tujuan

umum pendidikan Dengan kata lain gabungan pengetahuan ketrampilan

pola-pola tingkah laku sikap nilai-nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terkandung dalam tujuan umum bagi pendidikan yang tanpa

terlaksananya tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna

Contoh tujuan umum ldquo untuk menumbuhkan semangat agama dan

akhlakrdquo maka pada tujuan khusus sebagai berikut

1) Memperkenalkan akidah-akidah Islam kepada generasi muda

2) Menumbuhkan kesadaran pada diri terhadap agama

3) Menambah keimanan kepada Allah Sang Pencipta

4) Menumbuhkan rasa rela optimisme kepercayaan diri tanggung

jawab menghargai tolong menolong dan berkorban

5) Mendidik naluri motivasi keinginan generasi muda dan

membentengi mereka menahan motivasinya dan membimbingnya

dengan baik

6) Membersihkan hati mereka dari dengki iri hati benci egoisme

khianat perpecahan dan perselisihan

57

c Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah

Surat Ali Imron ayat 102

(

Artinya

ldquoWahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)rdquo (QS Ali Imron (3)102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari akwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya Insan Kamil yang mati dan

menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

Islam (Zakiyah Daradjat 201231)

B PENDIDIKAN PROFETIK

58

1 Pengertian Profetik

Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi Kata dari bahasa Inggris ini berasal dari bahasa yunani ldquoprophetesrdquo

sebuah kata benda untuk menyebut orang yang berbicara awal atau orang yang

memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan

Profetik atau kenabian disini merujuk pada dua misi yaitu seseorang yang

menerima wahyu diberi agama baru dan diperintahkan untuk mendakwahkan

pada umatnya disebut rasul (messenger) sedang seseorang yang menerima

wahyu berdasarkan agama yang ada dan tidak diperintahkan untuk

mendakwahkannya disebut nabi (Prophet) (MohRoqib 201149)

Kenabian dari kata arab ldquonabiyrdquo dan kemudian membentuk kata

nubuwwah yang berarti kenabian Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

nabi adalah hamba Allah yang ideal secara fisik (berbadan sehat dengan fungsi

optimal) dan psikis (berjiwa bersih dan cerdas) yang telah berintegrasi dengan

Allah dan malaikatNya diberi kitab suci dan hikmah bersamaan dengan itu dia

mampu mengimplementasikan dalam kehidupan dan mengkomunikasikannya

secara efektif kepada sesama manusia Sedang kenabian mengandung makna

segala ihwal yang berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh

potensi kenabian Potensi kenabian dapta menginternal dalam individu setelah

ia melakukan proses edukasi yang didasarkan oleh nilai-nilai kenabian dalam

Al-qur‟an Sunnah dan Ijtihad dengan berbagai upaya melakukan pemikiran

sehingga dapat menemukan kebenaran normatif dan faktual Pemikiran

filosofis ini kemudian disebut dengan filsafat profetik atau filsafat kenabian

59

Dengan potensi tersebut nabi mampu menyampaikan risalah dan membangun

umat dan bangsa sejahtera lahir batin

Agar tugas-tugas kenabian tercapai setiap nabi diberikan sifat-sifat mulia

yaitu a Jujur (al-sidq) b Amanah (al-amanah) c Komunikatif (al-tablig)

dalam arti selalu menyampaikan ajaran dan kebenaran dan d Cerdas (al-

fatanah) Setiap Nabi memiliki misi utama yang harus dipahami dan

dilaksanakan oleh ulama sebagai pewaris para nabi Misi kenabian tersebut

dalam bingkai mengembangkan kitab suci yaitu a menjelaskan ajaran-

ajaranNya b menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan sesuai dengan perintahNya

c memutuskan perkara atau problem yang dihadapi masyarakat dan d

memberikan contoh pengamalan

Keempat tugas dan misi ini jika dimaknai dalam konteks pendidikan nabi

memiliki tugas pertama adalah memahami Al-Qur‟an berarti nabi harus

menguasai ilmu (ilahiyah) yang akan menjadi materi dan dijelaskan kepada

peserta didik kedua menyampaikan materi (ajaran) tersebut kepada umat

(peserta didik) ketiga melakukan kontrol dan evaluasi dan jika terjadi

penyelewengan dilakukan pendisiplinan diri agar tujuan pendidikan (ajaran)

dapat diaplikasikan dalam kehidupan Terakhir nabi memberikan contoh dan

model ideal personal dan sosial lewat pribadi nabi yang menjadi rasul dan

manusia biasa (MohRoqib 201149)

Seorang nabi yang memiliki potensi sempurna yang diberikan Tuhan yang

merupakan model utama moral utama yang patut dicontoh dalam kehidupan

60

termasuk dalam dunia pendidikan bagaimana potret pendidikan kenabian dan

bagaimana potret itu dapat menjadi faktual saat ini

2 Filsafat profetik

Filsafat profetik atau filsafat kenabian adalah pemikiran filosofis yang

didasarkan pada nilai-nilai kenabian dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan

berbagai upaya pemikiran reflektif-spekulatif sampai pada penelitian empirik

sehingga menemukan kebenaran normatif dan faktual aplikatif yang memiliki

daya sebagai penggerak umat sehingga terbentuk khaira ummah atau

komunitas ideal Secara teologis filsafat profetik ini diambil dari pemikiran

sufi yang membincang tentang bentuk kemanunggalan (ittihad) Tuhan yang

Esa (tauhid) yang transenden dengan manusia yang relatif dan plural

Filsafat profetik atau filsafat kenabian sebagai upaya mendialogkan

manusia Tuhan dan alam dapat dimaknai sebagai filsafat yang mengkaji

tentang hakikat kebenaran dengan mendasarkan pada wahyu yang masuk dan

menginternal dalam diri manusia agung (an-nabiy) kemudian dikomunikasikan

pada manusia dan keseluruhan alam agar kebenaran tersebut menjadi mungkin

untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta manusia

terbaik (khaira ummah) dengan kehidupan yang sejahtera (MohRoqib

201153)

3 Filsafat pendidikan profetik

Berdasarkan pada pemahaman terhadap filsafat profetik sebagaimana

telah disebutkan filsafat pendidikan profetik adalah pemikiran filosofis

kependidikan yang mendasarkan pada pemahaman terhadap alam dan hukum

61

dialektikanya yang bermuara pada hubungan antara tuhan dan manusia yang

menyatu (tauhid) tanpa menghilangkan keEsaan Tuhan dan tidak pula melebut

eksistensi manusia sehingga manusia yang percaya terhadap yang profon akan

bertindak sebagai manifestasi kepercayaan kepada Allah sekaligus memahami

keterbatasan dan kelemahan memahami realitas hukum dan alam Tuhan

(MohRoqib 201186) Filsafat pendidikan profetik merupakan proses transfer

pengetahuan dan nilai untuk pengEsaan terhadap Allah yang dilakukan secara

kontinu dan dinamis disertai pemahaman bahwa dalam diri ada kelebihan dan

kelemahan yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan (yang transenden)

Islam merupakan agama yang abadi karenanya menuntut perubahan yang

permanen yang disertai dengan cita-cita mengenai tujuan (a sense of goal)

yaitu membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan Untuk memberi arah ke

mana transformasi tersebut akan dibawa maka dibutuhkan ilmu sosial profetik

untuk memberikan petunjuk kearah transformasi yang dilakukan Perubahan

yang didasarkan pada cita-cita Humanisasi emansipasi Liberasi dan

Transendensi yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik Humanisasi

Liberasi dan Transendensi merupakan dasar cita-cita profetik dalam pendidikan

Tiga muatan itulah yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik dengan

berdasarkan Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110

62

110 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah (QS Ali Imron 110)

a Transendensi

Transendensi berasal dari bahasa Latin ldquotranscendererdquo yang

berarti naik ke atas dalam bahasa inggris ldquoto transcendrdquo berarti

menembus melewati melampui artinya perjalanan di atas atau di luar

ldquotranscendrdquo berarti melebihi lebih penting dari ldquotranscendentrdquo

berarti sangat teramat atau sukar dipahamkan atau diluar pengertian

dan pengalaman biasa Transendensi bisa diartikan Hablun min Allah

ikatan spiritual yang mengikatkan antara manusia dan Tuhan

Transendensi dalam teologi Islam berarti percaya kepada Allah kitab

Allah dan yang ghaib (MohRoqib 201178)

Berdasarkan pada filsafat profetik indikator transendensi dapat

dirumuskan 1) mengakui adanya kekuatan supranaturalAllah 2)

melakukan upaya mendekatkan diri kepada Allah 3) berusaha untuk

memperoleh kebaikan Tuhan sebagai tempat bergantung 4)

memahami suatu kejadian dengan pendekatan mistik (kegaiban)

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuasaanNya 5) mengaitkan

perilaku tindakan dan kejadian dengan ajaran kitab suci 6) melakukan

sesuatu disertai harapan untuk kebahagiaan hari akhir (kiamat) 7)

menerima masalah atau problem hidup dengan rasa tulus dan dengan

63

harapan agar mendapat balasan di akhirat untuk itu kerja keras selalu

dilakukan untuk meraih anugerahNya

b Liberasi

Liberasi dari bahasa Latin ldquoliberarerdquo berarti memerdekakan atau

pembebasan Liberation dari kata ldquoliberalrdquo yang berarti bebas

Liberation berarti membebaskan atau tindakan memerdekakan

Artinya pembebasan terhadap semua yang berkonotasi dengan

signifikasi sosial seperti mencegah bernarkoba memberantas judi

membela nasib buruh dan mengusir penjajah (MohRoqib 201182)

Dari definisi dan pemahaman terhadap filsafat profetik dapat

dirumuskan indikator ilberasi yaitu 1) memihak kepada kepentingan

rakyat wong cilik dan kelompok mustad‟afin 2) menegakkan

keadilan dan kebenaran 3) memberantas kebodohan dan

keterbelakangan sosial-ekonomi 4) menghilangkan penindasan dan

kekerasan

c Humanisasi

Humanisasi berasal dari kata Yunani humanitas berarti makhluk

manusia menjadi manusia Dalam bahasa inggris human berarti

manusia bersifat manusia humane berarti peramah orang penyayang

humanism berarti peri kemanusiaan Humanisasi (insaniyyah) artinya

memanusiakan manusia menghilangkan kebendaan ketergantungan

kekerasan dan kebencian dari manusia (MohRoqib 201184)

64

Indikator Humanisasi 1) menjaga persaudaraan meski berbeda

agama kayakinan status sosial dan tradisi 2) memandang seseorang

secara total 3) menghilangkan berbagai bentuk kekerasan 4)

membuang jauh sifat kebencian terhadap sesama

Ketiganya disebut visi profetik Untuk filsafat pendidikan profetik Unsur-

unsur profetik tersebut harus menjadi tema pendidikan Islam Setiap

pendidikan Islam harus menyertakan unsur transendensi Humanisasi plus

transendensi liberasi plus transendensi karena transendensi begitu sentral

4 Pengertian Pendidikan Profetik

Pendidikan profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan

nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam

sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal

(khairul ummah) Pendidikan profetik peserta didiknya dipersiapkan sebagai

individu sekaligus komunitas untuk itu standar keberhasilan pendidikan diukur

berdasarkan capaian yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasi

secara sosial (MohRoqib 2011 88)

Pendidikan profetik merupakan upaya sadar dalam proses transfer

pengetahuan dan nilai-nilai kenabian yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara

utuh dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Strategi pendidikan profetik sebagaimana Nabi dimulai keteladanan diri

dan bangunan keluarga ideal (maslahah) Pendidikan dalam perspektif profetik

memiliki dasar tradisi akademik dan kondusif sebagaimana Nabi membangun

65

tradisi Madinah (sunnah madaniyyah) atau sunnah nabawiyyah yang memiliki

daya kolektif untuk terus bergerak progresif secara kontinu dengan pilar

transendensi yang kuat berpengaruh pada seluruh dimensi dan sistem

kependidikan yang dalam kegiatan riilnya dibarengi dengan pilar humanisasi

atau membangun nilai kemanusiaan dan liberasi memupus berbagai hal yang

merusak kepribadian

Kompetensi pendidik atau guru dalam pendidikan profetik meliputi empat

hal yaitu kejujuran (sidq) tanggung jawab (amanah) komunikatif (tabliq) dan

cerdas (fatanah) Pendidikan Profetik secara faktual berusaha menghadirkan

nilai kenabian dalam konteks kekinian Secara skematis bagaimana

epistemologi model integrasi dan koneksitas serta pola bangunan profetik

5 Tujuan Pendidikan Profetik

Tujuan pendidikan ada tujuan akhir ultimate goals immediate goals dan

tujuan khusus Semua tujuan tersebut harus berjalan dan berhubungan dengan

berbagai sistem sebab akibat hukum-hukum material dan keharmonisan

kehidupan praktis duniawi Di dalam pendidikan Islam tujuannya adalah

membentuk kepribadian muslim paripurna (kaffah) yang memiliki indikator

kemandirian multi kecerdasan dan kratif dinamis sehingga mampu memberi

rahmat bagi alam

Tujuan pendidikan profetik sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Pertama

prinsip integrasi (tauhid) yang memandang adanya wujud kesatuan dunia-

66

akhirat Karena itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk

mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat

Kedua prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari

prinsip integrasi Keseimbangan antara muatan rohaniah dan jasmaniah antara

ilmu murni dan terapan antara teori dan praktek antara nilai yang menyangkut

akidah syariah dan akhlak

Ketiga prinsip persamaan dan kebebasan Prinsip ini dikembangkan dari

nilai tauhid bahwa Tuhan adalah Esa oleh karenanya setiap individu bahkan

semua makhluk adalah dari pencipta yang sama

Keempat prinsip kontinuitas dan berkelanjutan Dari prinsip ini dikenal

konsep pendidikan seumur hidup (life long education) Sebab dalam Islam

belajar adalah suatu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir

Sebagaimana ulama salaf berkata (HAMKhon 2014 145)

ldquoCarilah ilmu dari ayunan sampai lubang kuburrdquo

Kelima prinsip kemaslahatan dan keumatan Ruh tauhid apabila menyebar

dalam sistem moral akhlak kepada Allah dengan kebersihan hati dan

kepercayaan yang jauh dari kotoran akan memiliki daya juang untuk membela

hal-hal yang maslahah atau berguna bagi kehidupan

6 Materi Pendidikan Profetik

Materi pelajaran kurikulum dan silabus dalam pendidikan profetik yang

diberikan pendidik harus ditata dan disusun sesuai dengan jenjang jenis dan

67

jalur pendidikan Sebagai software materi yang termuat dalam silabi

merupakan bentuk operasional yang menjabarkan konsep pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan

Minimal ada tiga prinsip dalam merancang materi pertama

pengembangan pendekatan religius kepada dan meliputi semua cabang ilmu

pengetahuan kedua isi pelajaran yang bersifat religius seharusnya bebas dari

ide dan materi yang jumud dan tak bermakna dan ketiga perencanaan dengan

memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor disebut sebagai tiga

prinsip kontinuitaskesinambungan sekuensi dan integrasi

Tujuan yang jelas mempermudah mengambil langkah operasional dalam

proses kependidikan termasuk penentuan materi Dalam perspektif pendidikan

profetik unsur religius yang transendental humanis dan liberal harus

berintegrasi dengan setiap cabang ilmu Dalam pengembangan materi yang

terdapat pada kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional Hal ini

menurut Noeng Muhadjir pendekatan proporsional tersebut diharapkan ada

integrasi pendekatan dalam penetapan suatu materi yang melibatkan

pendekatan akademik humanistik dan teknologi secara proporsional

Rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam II menuangkan

suatu pengorganisasian materi menjadi pengetahuan a perential dan b

acquired dua istilah yang dalam klasifikasi ilmu pengetahuan klasik dikenal

sebagai bdquoulum naqliyyah dan bdquoulum bdquoaqliyah (muktasabat) Rekomendasi ini

selengkapnya dilampirkan oleh Syed Ali Ashraf (MohRoqib 2011128)

68

Khusus mengenai pengorganisasian itu adalah sebagai berikut Kelompok

I perenial (meliputi ilmu-ilmu abadi) meliputi 1 al-Qur‟an a) membaca

(qira‟at) menghafal (hifz)interpretasi (tafsir) b) sunnah c) sirah Nabi d)

tauhid e) Ushul Fiqh dan Fiqh f) bahasa Arab 2 Materi tambahan meliputi a)

filsafat Islam b) perbandingan agama c) Kebudayaan Islam

Kelompok II Asquired (muktasabat ilmu-ilmu hasil pencarian manusia)

1 Imajinatif a) Seni Islam dan Arsitektur b) Bahasa dan Sastra 2 Ilmu-ilmu

Intelektual a) Studi Sosial b) filsafat c) ekonomi d) ilmu politik e) sejarah f)

peradaban Islam g) ilmu bahasa h) Geografi i) sosiologi j) Psikologi dan i)

antopologi 3 Ilmu-Ilmu pengetahuan Alam (Teoritik) a) Filsafat Ilmu b)

Matematik c) Statistik d) fisika e) Kimia dan lain-lain 4 Ilmu-ilmu terapan

a) Rekayasa dan Teknologi b) Kedokteran c) Pertanian dan d) Kehutanan 5

Ilmu-ilmu Praktik a) Perdagangan b) Ilmu Administrasi c) Ilmu Perpustakaan

d) Ilmu Komunikasi

Sebagian masalah penting yang dihadapi dalam menetapkan materi adalah

masalah keusangan (absolescence) Keusangan menjadi persoalan dalam kaitan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Persoalan keusangan

lebih banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu pada kelompok kedua yakni ilmu hasil

pencarian manusia (acquired knowledges) (MohRoqib 2011130)

Persoalan penting yang perlu digaris bawahi dalam menetapkan materi dan

meyusun buku teks adalah bahwa ilmu-ilmu perenial (abadi) pada kelompok

pertama itu tetap menjadi inti kurikulum yang disusun dengan gradasi dan

sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan Hal lain yang

69

perlu diperhatikan adalah al-Qur‟an bukanlah teks sains melainkan kitab suci

yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya Al-Qur‟an berfungsi

sebagai prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadist

Nabi juga merupakan prinsip-prinsip pendidikan Islam Hal ini untuk

menghindarkan dari persoalan dikotomik ilmu pengetahuan yang muncul

dalam kurikulum termasuk dalam proses belajar mengajar

Mengakhiri tentang materi dalam paradigma profetik perlu dikemukakan

tentang nilai strategis membaca Materi untuk tingkat dasar adalah mengenal

huruf dan membaca teks Untuk tingkat menengah dapat dikembangkan materi

yang terkait dengan keterampilan atau strategi membaca cepat dan kreativitas

menulis Selanjutnya di perguruan tinggi dikembangkan materi teknik

memanfaatkan bahasa dan baca tulis untuk berkomunikasi efektif dan lobi

7 Pendidik Pendidikan Profetik

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan

karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah

ditentukan bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif

Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti

al-mulim (guru) al-mudarris (pengajar) al-muaddib (pendidik) dan al- walid

(orang tua) Dalam Islamm orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal Pertama

karena kodarat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya

70

Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu oranag yang berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya (Khoiron Rosyadi 2004172)

Proses pembelajaran memposisikan pendidik berperan besar dan strategis

Karena itu corak dan kualitas pendidikan profetik secara umum dapat diukur

dengan kualitas pendidiknya sebab dengan pendidik yang memiliki kualifikasi

tinggi diharapkan dapat menciptakan dan mendesain materi yang lebih dinamis

dan konstruktif mengatasi kelemahan materi dan subjek didiknya diantaranya

dengan menciptakan suasana yang kondusif dan strategi pembelajaran aktif

yang baik Dengan pendidik yang memiliki kualitas tinggi kompetensi lulusan

(output) pendidikan dapat dijamin sehingga mereka mampu mengelola potensi

diri mengembangkan kemandirian untuk menatap masa depan gemilang yang

sehat dan prospektif (MohRoqib 2011132)

Secara umum tugas pendidik ialah mengupayakan perkembangan seluruh

potensi subjek didik Pendidik bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia

juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri dengan semangat profetik Pendidik memiliki kedudukan sangat

terhormat karena tanggungjawabnya yang berat dan mulia

Seorang Pendidik membawa amanah Illahiyah untuk mencerdaskan

kehidupan umat dan membawanya taat beribadah dan berakhlak mulia Karena

tanggung jawabnya yang tinggi ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu

Syarat terpenting pendidik menurut Zakiah Daradjat adalah kepribadian utama

yang haus dimiliki oleh pendidik tersebut Kepribadian yang utuh meliputi

tingkah laku maupun tata bahasanya Sebab kepribadian pendidik akan mudah

71

diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya termasuk budi bahasanya Oleh

karena itu pendidik menurut Imam Zarnuji seharusnya seorang yang bdquoalim

wara‟ dan lebih tua usia (dan kedewasaanya)

Beberapa syarat kepribadian secara lengkap yang harus dimiliki oleh

pendidik agar ia bisa menjadi pendidik yang baik adalah 1) zuhud dan ikhlas

2) bersih lajir dan batin 3) pemaaf sabar dan mampu mengendalikan diri 4)

bersifat kebapakan dan keibuan 5) mengenal peserta didik dengan baik (baik

secara individual maupun kolektif) Pendidik ideal adalah pendidik yang pada

saat bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik (MuhRoqib 2011134)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul ambiya‟ seorang

pendidik harus yang baik shaleh yang merasa bahwa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang Muslim yang

baik yang akan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang

diajarkan Islam yang perbuatannya akan dijadikan teladan anak didiknya Prof

DR Hadari Nawawi (1983) mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu

mengadakan sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) didik dalam setiap

relasinya Jika antara keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam

kebersamaannya maka yang terjadi hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi

pendidikan

Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses seorang guru dianjurkan

untuk mempraktikkan hal-hal berikut (Muhammad jameel 200543)

a Mengucapkan salam

72

b Seorang guru tidak diperkenankan meminta muridnya berdiri pada saat ia

masuk kelas

Menunjukkan wajah yang penuh senyum Sebagaimana seperti yang

diajarkan Rosulullah SAW ldquoSenyummu di depan saudaramu adalah

sedekahrdquo (HR At-Tirmidzi)

c Seorang guru dianjurkan untuk memulai pelajaran dengan mengatakan

kalimat pembuka

d Seorang guru harus menggunakan kata-kata yang baik pada murid-

muridnya

e Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan yang dapat melukai

muridnya

f Seorang guru hendaknya memperingatkan murudnya yang menyibukkan

diri dengan hal lain yang menggangu jalannya pelajaran

g Seorang guru hendaknya mengatur pertanyaan yang diajukan para murid

saat mengikuti pelajaran

h Seorang guru hendaknya mempraktikkan etika Islam dengan tujuan untuk

mengajari para siswanya

i Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya

Syarat-syarat menjadi pendidik sukses sebaiknya guru dapat

1) Menguasai bidang pelajaran yang diasuh

2) Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan

3) Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan

4) Berperan sebagai pelanjut perjuangan para nabi

73

5) Memiliki keluhuran akhlak dan tingakt pendidikan dan kecerdasannya

6) Salaing membantu dengan sesama pendidik

7) Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama

8) Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur

9) Berhias diri dengan sifat sabar dalam setiap hal

Menurut Al-Abrasyi sifat-sifat pendidik dalam Islam sebagai berikut

a Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridloaan Allah semata

b Kebersihan

Seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan

bersih jiwa dan terhindar dari dosa besar

c Ikhlas dalam pekerjaan

d Pemaaf

e Harus mengetahui tabiat murid

8 Peserta didik Pendidikan Profetik

Peserta didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari

sistem kependidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Khoiron Rosyadi

2004192) Peserta didik dalam pendidikan profetik selalu terkait dengan

pandangan wahyu tentang hakikat manusia Secara substantif manusia

memiliki dua dimensi lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniyah) Manusia

sebagai makhluk allah di muka bumi diberi kelebihan-kelebihan dan

keistimewaan yang tidak diberikan kepada makhluk lain

74

Potensi yang dimiliki manusia bersifat kompleks yang pada pokoknya

terdiri dari ruh (roh) qalb (hati) bdquoaql (akal) dan nafs (jiwa) Potensi-potensi

itu bersifat rohaniyah dan mental-psikis Di samping itu manusia juga dibekali

potensi fisik-sensual berupa seperangkat panca indera yang berfungsi sebagai

instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di

lingkungannya Semua potensi tersebut bersifat mendidik dapat dan harus

dididik agar berkembang aktual (MohRoqib 2011134)

Selain itu perkembangan kepribadian peserta didik di samping ditentukan

oleh aspek dasar juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan)

Interdependensi antara dasar dan ajar dalam visi profetik tetap mengakui

eksistensi masing-masing dalam perkembangan kepribadian peserta didik Di

satu sisi fitrah merupakan konsep dasar lingkungan (pendidikan) dalam

membentuk corak kepribadian peserta didik

Dalam konteks pendidikan profetik setiap anak memiliki potensi positif

(fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia Allah telah menetapkan fitrah

setiap manusia sejak penciptaannya dan tidak ada perubahan pada fitrah Allah

itu Setiap manusia yang dilahirkan dalam fitrahnya dan akan lestari dan

berkembang jika diasah dan diasuh oleh lingkungan edukasinya

Fitrah yang dibawa anak sejak lahir memiliki sifat potensial memeelukan

upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi

faktual dan aktual Upaya memberikan prinsip-prinsip nilai amat penting untuk

membimbing dan mengarahkan pertumbuhan potensi manusia Peserta didik

harus terus mengembangkan potensi fitrahnya tersebut seumur hidup (life long

75

education) Bagi Noeng Muhadjir ilmu itu tetap berproses dan merupakan amal

yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia Sebab dalam

Islam pendidikan bernilai transendental tidak hanya berproses di dunia tetapi

tetap ada maknanya di akhirat

Hidup itu belajar Karena belajar manusia bermakna dalam hidupnya

Pendidik dalam mengajar terlebih dahulu harus mengenal subjek didik dengan

baik sehingga tidak ada pemaksaan kepadanya Pelajaran agar menarik peserta

didik harus disesuaikan dengan a kebutuhan jasmaniyah b kebutuhan sosial

c kebutuhan intelektual dan d kebutuhan religius Di samping itu juga

penciptaan lingkungan yang kondusif sangat penting artinya bagi proses

pendidikan sehingga anak dapat pelajar di mana dan kapan saja

9 Metode Pendidikan Profetik

Metode secara bahasa berearti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud atau cara mengajar dan lain sebagainya

dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dengan

menggunakan bentuk tertentu seperti ceramah diskusi penugasan dan lainnya

Metode pendidikan Profetik adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang

hakikat pendidikan profetik sebagai suprasistem (MohRoqib 2011138)

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalam

menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum Metode yang

tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstriksik sejalan

76

dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk

merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam

Menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak

dan relefansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam (HM Arifin

2011144)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang

hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi

tersebut

a Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya

semata

b Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alqur‟an

c Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran alqur‟an yang

disebut pahala dan siksaan

Dalam hubungannya dengan watak dan relevansinya ketiga aspek tersebut

merupakan dasar timbulnya pola pemikiran model-model proses belajar

mengajar Penelusuran yang analitis dalam alqur‟an akan menemukan

berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan

dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiap diri manusia

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru

untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode

kependidikan efektif san efisies

77

3) Pendidikan Islam mendorong guru untuk berikhtiar menghindarkan

pengaruh-pengaruh neatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-

program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita

Islami

4) Pendidikan Islam mengupayakan harmonisasi keserasian dan keselarasan

antara masukan instrumental dengan masukan environmental (pengaruh

lingkungan) dalam proses mancapai tujuan sehingga produk pendidikan

benar-benar sesuai dengan idealitas Islami

5) Pendidikan Islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar

mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak

didik

6) Pendidikan Islam dalam segala ikhtiarnya senantiasa berpegang teguh

pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi pda potensi

keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup

pribadi manusia muslim

Teknik berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu

sedang secara etimologi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus

atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran

atau aspek dalam wujud aktivitas strategi atau taktik dan bahan atau alat yang

terkait dengan pendukungnya Teknik merupakan cara operasional yang

diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran misalnya pembelajaran

aktif dengan teknik problem solving demonstrasi dan lainnya

78

Teknik Pendidikan Profetik adalah langkah-langkah kongkret pada waktu

seorang pendidik melaksanakan pendidikan di kelas Teknik merupakan

pengejawantahan dari metode Sedang metode merupakan penjabaran dari

asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Pendidikan Profetik

Tujuan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar

berdayaguna dan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

mengamalkan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menggairahkan

belajar peserta didik secara mantap sehingga proses pembelajaran menjadi

efektif dan efisien

Tugas utama metode pendidikan Profetik adalah mengadakan aplikasi

prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan

pendidikan dan terealisasinya melalui penyampaian keterangan dan

pengetahuan agar siswa mengetahui memahami menghayati dan meyakini

materi serta meningkatkan keterampilan olah pikir dan membuat perubahan

dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan sebagai dasar penggunaan

metode pendidikan Islam adalah dasar agamis biologis dan psikologis Pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara metode pendidikan Profetik dengan

pendidikan lain Pembedanya hanya pada nilai spiritual dan mental yang

menyertai pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekkan Prinsip

dasar penggunaan metode pendidikan Profetik adalah

a Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia

dengan Allah dan sesama makhluk

79

b Keterpaduan (integrative tauhid)

c Bertumpu pada kebenaran

d Kejujuran (sidq dan amanah)

e Keteladanan pendidik Ada kesatuan ilmu dan amal

f Berdasar pada nilai dan tetap berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah

budi utama

g Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak

h Sesuai dengan kebutuhan peserta didik

i Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian

j Proporsional dalam memberikan janji yang menggembirakan dan

ancaman untuk mendidik kedisiplinan

Pendidika Profetik juga dapat menggunakan metode yang disebut dengan

edutainment plus atau pendidikan yang menyenangkan dengan tanpa

meninggalkan hukuman jika dibutuhkan Edutainment plus merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan

proses pembelajaran yang rileks menyenangkan dan bebas dari tekanan baik

fisik maupun psikis (Khoiron Rosyadi 2004143)

Metode yang dipilih dan dilakasanakan oleh pendidik secara transenden

dibarengi dengan rasa tulus ikhlas sehingga peserta didik tergugah semangat

dan gerak edukatifnyadengan rasa senang dan nyaman Siraman nilai spiritual

yang berdimensi liberasi dan humanis akan memberikan sisi sentuh yang kuat

untuk berbuat demi kemanfaatan mereka dan lingkungannya

80

10 Media Pendidikan Profetik

Alat-alat pendidikan seringkali disebut dengan peralatan pendidikan yang

terkadang rancu dengan media pendidikan Alat (device) bisa disebut dengan

istilah hardware atau perangkat keras digunakan untuk menyampaikan pesan

Bahan atau software perangkat lunak di dalamnya terkandung pesan-pesan

yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji atau tanpa alat penyaji

Kedua-duanya ini bahan dan alat atau hardware dan software tidak lain adalah

media pendidikan (MohRoqib 2011146)

Secara definitif media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari si pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa demikian rupa

sehingga proses belajar terjadi Sumber belajar tidak hanya guru tetapi bisa

juga jenis pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima

oleh siswapeserta latihan Pesan-pesan yang dituangkan oleh guru terdapat

dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata lesan atau tertulis) mauoun

non verbal atau visual Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol

komunikasi itu disebut encoding Sedang proses penafsiran simbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis fisik

kultural dan lingkungan Dalam pendidikan profetik secara historis telah

diketahui bahwa alat belajar tulis dan baca telah lama ada pada masa nabi dan

diajarkan dikalangan sahabat dan sudah pula memakai peralatan dan media

81

pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya Pada masa sekarang

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sudah terasa

sangat mendesak dalam pengajaran perlu menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan itu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology) atau ICT dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

pendidik dalam melakukan proses pendidikan Tetapi apabila alat pendidikan

diperankan lebih dominan dari guru atau guru telah kalah pengaruh dalam

membentuk kepribadian subjek didik maka tidak mustahil sifat teknologi yang

statis dan rutin tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk kepribadian

subjek didik Semua media dikembangkan guna kemaslahatan kebaikan dan

kelestarian alam semesta memanfaatkan media untuk kemaslahatan umat juga

merupakan Ijtihad (MohRoqib 2011148-149)

11 Evaluasi Pendidikan Profetik

Dalam proses pendidikan Islam tujuan merupakan sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan proses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam Dengan memperhatikan kekhususan tugas

pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik

nilai-nilai Agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk

melalui proses itu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai

pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui

proses evaluasi (HM Arifin 2011162)

82

Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap

tingkah laku anak didik berdasarkan perhitungan yang bersifat komprehensif

dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-psikologis

Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat

kemampuan dasar anak didik yaitu

a Sikap dan pengalaman pribadinya hubungannya dengan Tuhan

b Sikap dan pengalaman dirinya hubunganya dengan masyarakat

c Sikap dan pengalaman kehidupannya hubungannya dengan alam sekitar

d Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan

selaku anggota masyarakat serta selaku Kholifah di muka bumi

Evaluasi diperlukan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan Dari

aspek proses apakah prosesnya sesuai dengan konsep pendidikan profetik yang

meliputi apresiasi terhadap tujuan muatan materi perilaku dan kualitas

pendidik pandangan dan perlakuan terhadap peserta didik penggunaan metode

dan media pembelajaran

Dari sisi hasil sandar keberhasilan pendidikan terletak pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan Tujuan pokok menengah dan akhir Tujuan

jangka pendek berupa kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan tujuan

jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat Kedua tujuan tersebut dapat

dilihat dari penguasaan keterampilan dan akhlak yang mulia Tolak ukur yang

mudah diketahui adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku keseharian ini disebut dengan akhlak Misi kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia Evaluasi pendidikan profetik selain

83

mengukur dan menilai tentang kualitas pemahaman penguasaan kecerdasan

dan keterampilan juga mengukur dan menilai nilai moral dan akhlak peserta

didik Akhlak yang berdimensi Tauhid hubungan kepada Allah (hablu min

Allah) hubungan terhadap sesama manusia (hablun min an-nas) dan

hubungan dengan alam untuk memberikan rahmat bagi alam semesta

(rahmatan li al-bdquoalamin) sebagai pemakmur bumi (khalifah fi al-ard) Menjaga

hubungan kepada Tuhan dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang

lain beribadah sesuai dengan agamanya merupaka akhlak profetik (MohRoqib

2011150)

Proses dan hasil yang beragam menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik dengan menggunakan tes maupun non tes Akhlak selain bisa dievaluasi

melalui tes juga non tes seperti dari catatan harian yang memuat ibadah

pergaulan peserta didik dalam keluarga dengan tetangga dan masyarakat juga

aktivitas lain yang positif untuk kemaslahatan umum dan kemanusiaan

C KONTEKSTUALISASI PENDIDIKAN PROFETIK

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoir Ummah)

Pemikiran pendidikan dalam paradigma profetik dengan ketiga pilar yang

telah disebutkan sebelumnya diharapkan bisa diartikulasikan dan

aktualisasikan dalam praktik pengembangan Pendidikan Islam Untuk

memberikan gambaran akan praktik yang diharapkan diperlukan desain

terlebih dahulu tentang model ldquokomunitas idealrdquo yang dalam bahasa Al-Qur‟an

disebut ldquokhoiru al-ummahrdquo

84

Sebagaimana telah disebutkan bahwa pendidikan profetik dengan dasar

tradisi atau sunnah baik dengan pilar transendensi humanisasi dan liberalisasi

secara otomatis membangun peserta didik anggota masyarakat secara kolektif

bukan hanya sebagai individu-individu Tentang khoir al-ummah disebutkan

dalam al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110 dan ayat ini menjadi rujukan untuk

pendidikan profetik

Artinya ldquoKamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allahrdquo QS Ali Imron (3) 110

Khoir al-Ummah juga berarti kelompok atau komunitas terbaik dan

manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain Umat secara umum menunjuk

pada semua mahkluk sedang kata umat ideal adalah komunitas sosial yang

dinamis yang bergerak sesuai dengan orientasi dan visi yang jelas di bawah

kepemimpinan yang bijaksana Kata Khoir al-Ummah yang diikuti tiga kata

dibelangkangnya yaitu amar ma‟ruf (humanisasi) nahi mungkar (liberasi) dan

iman kepada Allah (transendgvbensi) Jika dikaitkan dengan hal tersebut maka

pendidikan profetik harus dibangun berdasarkan empat syarat dan tiga pilar

Yaitu komunitas visi gerak dinamis dan kepemimpinan (Muh Roqib

2011155)

2 Pendidikan Profetik untuk pengembangan kebudayaan

85

Desain dari pendidikan profetik ini juga memanfaatkan dasar

pengembangan kebudayaan yang digerakkan melalui penguatan pada aspek-

aspek subjektif atau objektif budaya Penguatan dapat dilakukan dengan

memberikan stimulasi Setelah lebih jelas tentang format dan desain

pendidikan profetik dengan empat syarat dasar dan pilarnya serta aksi yang

didasarkan pada pemanfaatan tradisi dan budaya yang dikembangkan

diharapkan konsep pendidikan ini mampu mengilhami perkembangan pola

pendidikan baru sebagai alternatif

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan

Diantara beberapa model pendidikan yang memiliki potensi kuat untuk

dikembangkan dengan paradigma pendidikan profetik ini adalah

a Pendidikan Sosial-kebudayaan Homeschooling

Khair al-ummah komunitas ideal tidak akan terwujud tanpa

pemerataan pendidikan Sebagaimana yang banyak disebutkan pernyataan

ldquoorang miskin dilarang sekolahrdquo atau ldquoorang miskin dilarang sakitrdquo

merupakan identitas sosial yang harus segera digeser dan dirubah dengan

pendidikan profetik Pendidikan profetik dalam artian ini adalah

pendidikan kerakyatan

Agar program ini faktual dan aktual maka program pendidikan

yang dilakukan harus memanfaatkan potensi lokal Jika mendasarkan

pemikiran pada pencarian potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam

pengembangan pendidikan profetik homeschooling menjadi alternatif

jawabannya Persekolahan di rumah merupakan model pendidikan tertua

86

di nusantara Fokus dalam pendidikan sebaiknya difokuskan pada

pengembangan potensi dasar yang memungkinkan anak mampu

mengembangkannya secara mandiri lebih baik dan manusiawi Fokus itu

terutama adalah kemampuan bahasa metode perfikir dan pembentukan

kepribadian

Jika fokus ini yang menjadi orientasi dasar pendidikan maka setiap

lembaga atau komunitas terkecil kependidikan bisa berkompetensi secara

terbuka Pada wilayah kebijakan seperti ini homeschooling memiliki posisi

yang setara dengan pendidikan lain Persekolahan di rumah merupakan

pendidikan alternatif yang ditawarkan setelah mencerna bahwa pendidikan

saat ini diakui kurang efektif dan efisien

Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara

at home Dengan pendekatan ini anak akan merasa nyaman bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing kapan dan di mana saja

Pengembangan persekolahan di rumah ini bisa menunjang pelaksanaan

konsep pendidikan seumur hidup life long education Pendidikan dari

masa kanak-kanak sampai masa tua Terlepas dari pendidikan

persekolahan tersebut pendidikan dalam keluarga memiliki fungsi

strategis untuk pengembangan potensial secara utuh

Homeschooling yang didesain dalam perspektif pendidikan

profetik di antaranya harus memperhatikan tentang

87

1) Tujuan pendidikan yang dikembangkan hendaknya menyiapkan

peserta didik agar memiliki kemandirian dan potensi kreatif dalam

hidupnya

2) Memperhatikan potensi dan bakat anak

3) Pemikiran filosofis yang disampaikan kepada anak berparadigma

profetik yang bertumpu pada gerak dan tindakan

4) Orang tua yang berfungsi sebagai guru harus memberikan penekanan

terhadap pemahaman keagamaan yang integratif dan komprehensif

5) Budaya tradisi dan gaya hidup dalam keluarga dikondisikan agar

anak sebagai peserta didik

b Pendidikan Profetik Inklusif-multikultural

Pendidikan multikultural dapat dikembangkan dengan pemanfaatan

potensi seni dan budaya lokal Islam harus dihayati sampai kepada makna

dan ruhnya Penghayatan sampai makna seperti ini menuntu sebuah

perombakan kurikulum dalam pendidikan Sebab pendidikan yang berhasi

mencapai tujuan diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang mampu

menghargai keberbadaan dan keragaman kultur (multikultural)

Pendidikan multikultural dikembangkan untuk menjawab

kegelisahan terhadap pemahaman mengenai pluralitas yang sempit

Kaitanya dengan soal pluralisme penting untuk digaris bawahi bahwa

multikuturalisme itu berbeda dengan pluralisme Pluralisme hanya sebuah

pengakuan terhadap keberagaman tentang kemajemukan atau kebhinekaan

Sonia Neito mengartikan pendidikan multikulturalisme lebih praktis dalam

88

karyanya Language Culture dan Teaching (2002) Ia mendefinisikan

pendidikan multikulturalisme sebagai proses pendidikan yang menentang

bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat bisa diterapkan oleh

peserta didik komunitas mereka dan para pendidik Pendidikan

multikultural di indonesia menurut Anita Lie menghadapi tiga tantangan

yaitu pertama fenomena homogenisasi dunia pendidikan akibat tarik ulur

keunggulan dan keterjangkauan Yang kedua kurikulum Ketiga

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran multikultural (Muh

Roqib 2011174)

Fokus dari pendidikan multikultural adalah pada kecerdasan siswa

yang menguasai ilmu dan menyelesaikan masalah tetapi dengan dasar

moral yang menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar

belakang yang berbeda Pendidikan multikulturalisme dalam paradigma

profetik menempatkan dasar transendensi humanisasi dan liberasi untuk

menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan

secara teologis di hadapan Tuhan saling menghargai sebagai sesama

manusia dan saling membangun kebersamaan dalam menegakkan keadilan

melawan diskriminasi dalam bentuk apapun

c Pendidikan Profetik Integratif-interkonektif

Kebutuhan hidup manusia amat banyak dan beragam Pengetahuan

saja tidak cukup untuk membuat hidup manusia menjadi tentram dan

bahagia Pemahaman akan hukum alam sosial dan teologis memerlukan

paket materi pelajaran yang holistik dan komprehensif Ika Dewi Ana

89

dengan mengutip berbagai sumber mengungkapkan tentang krisis kearifan

dalam pendidikan diantaranya karena perlakuan lembaga pendidikan tidak

tepat terhadap ilmu pengetahuan (Muh Roqib 2011179)

Pendidikan intregratif merupakan bagian dari aplikasi pendidikan

profetik dalam artian pendidikan profetik tidak akan berjalan tanpa

membangun pendidikan yang integratif Integratif dalam teori desain

sistem pelaksanaan dan integratif dalam kelembagaan Integratif dalam

arti jejaring antar lembaga adalah berwujud kerjasama untuk

melaksanakan program bersama untuk menyiapkan media pendidikan dan

pelayanan prima tanpa pembebanan pada peserta didik secara sosial dan

ekonomi Dari aspek kelembagaan konsep pendidikan profetik adalah

mengintegrasikan ilmu (kurikulum) kebijakan dan kelembagaannya

d Pendidikan Profetik berdasarkan Filsafat Gerak-Kreatif

Filsafat profetik dalam rangka pemikiran Iqbal didasari oleh filsafat

gerak Tuhan mewajibkan hambanya untuk beribadah berarti ada

keniscayaan baginya untuk bergerak dinamis sebagaimana hukum alam

yang selalu bergerak sesuai kehendak-Nya Dalam sifat Nabi ada sifat

fatanah kecerdasan yaitu gerak kreatif yang dimiliki oleh seseorang

untuk merespon secara proaktif kondisi alam dan manusia untuk mengatasi

berbagai problem dan untuk meningkatkan peradaban umat manusia

Kreativitas ini adalah kelanjutan dari keimanan dan peribadatan

kepada Allah yang selanjutnya adalah melakukan upaya agar kebutuhan

primer seperti makan dan keamanan bisa dipenuhi dan kemudian

90

ditingkatkan menjadi kesejahteraan dan ketenangan hidup Menurut Noeng

Muhadjir kreativitas bagi manusia berfungsi sebagai unsur pembeda dari

makhluk lainya dan merupakan fungsi pendidikan yaitu menumbuhkan

kreativitas meyiapkan tenaga produktif pelestarian dan pengembangan

nilai Terkait dengan ini Noeng merincinya menjadi lima yaitu kreativitas

rasional kreativitas rekayasa kreativitas estetik kreativitas moral dan

kreativitas sosial Daya gerak dan perbaikan nilai kemanusiaan tidak akan

tercapai tanpa pengembangan kreativitas Pendidikan progresif

menyediakan ruang kreativitas yang menyenangkan dan humanis

Kreativitas dalam konteks profetik menjadi bagian dari aktualisasi amal

Shalih (Muh Roqib 2011184)

e Pendidikan Pofetik Menyenangkan-mendisiplinkan (Edutainment

Plus)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tradisi pendidikan

profetik harus melibatkan metode yang positif dan sesuai dengan kondisi

peserta didik Bagaimana pendidikan dapar memberikan peluang bagi

peserta didik untuk ldquogandrung ilmurdquo dan terus mengulang proses

pencarian ilmu karena metode yang dilakukan oleh pendidik begitu

menarik dan menyenangkan (MohRoqib 2011186)

Pendidikan profetik yang menyenangkan adalah pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak memberikan tekanan fisik maupun psikis

91

Sisi manfaat penggunaan desain pembelajaran yang berprespektif

edutainment Plus adalah

1) Membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa

lebih mudah

2) Mendesai pembelajaran dengan selipan humor dan permainan edukatif

untuk memperkuat pemahaman materi

3) Komunikasi menjadi efektif dan penuh dengan keakraban

4) Penyampaian materi pelajaran pada yang dibutuhkan dan

bermanfaatkan

5) Penyampaian materi sesuai dengan kemampuan peserta didik

6) Memberikan Reward dan hadiah sebagai motivasi untuk peserta didik

7) Pemberian sanksi atau hukuman secara edukatif dan proporsional jika

diperlukan untuk memantapkan kedisiplinan peserta didik

Penerapan edutainment puls dalam perspektif profetik sekali lagi

tetap tidak meninggalkan sama sekali terhadap hukuman jika diperlukan

untuk mendisiplinkan peserta didik

D PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penerapan pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan

nilai plus tersendiri pada proses pendidikan Islam Dengan adanya pemahaman

yang benr terhadap Islam maka akan menghasilkan paradigma Islam yang

integralistik atau menyeluruh Pendidikan agama Islam yang berparadigma

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi (Kuntowijoyo 200749) Berangkat dari nilai-

92

nilai yang sama dan dari sumber yang sama Integrasi terhadap terhadap Islam

dan ilmu akan semakin memperkuat keduanya Islam adalah ilmu dan ilmu

merupakan keharusan di dalam Islam Melalui pengintegrasian Islam dan ilmu

diharapkan adanya penyatuan antara wahyu tuhan dan pikiran manusia

Terdapat beberapa model dan paradigma pendidikan di Indonesia

diantaranya adalah model pendidikan tradisional dengan paradigma

ldquoIslamrdquonya dan pendidikan modern dengan paradigma sekulernya Tentu saja

masing-masing model pendidikan tersebut dengan paradigmanya masing-

masing memiliki muatan kurikulum dan orientasi yang juga berbeda

Referensi yang digunakan serta sikap yang dihasilkannya pun berbeda Model

pendidikan tradisional cenderung meletakkan agama dan akhirat sebagai

kurikulum dan orientasinya Pendidikan modern lebih kepada ilmu-ilmu umum

dan keduniawian sebagai muatan kurikulum dan orientasinya Eksklusif lebih

menjadi sikap pilihan model pendidikan tradisional jika dibandingkan liberal

yang menjadi sikap pendidikan modern Melalui pendidikan Islam profetik

masing-masing perbedaan yang terkesan berseberangan tersebut coba untuk

diintegrasikan sehingga menghasilkan model pendidikan yang berparadigma

integralistik serta lebih mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia

sebagai referensinya (Kuntowijoyo 200755) Dengan demikian orientasinya

tentu saja mengarah tidak hanya yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Kurikulum yang dibangun adalah kurikulum ilmu-ilmu agama dan umum

sehingga melahirkan sikap inklusif (Kuntowijoyo 200758)

93

Dalam upaya menciptakan masyarakat utama pendidikan menjadi salah

satu pilar utama di dalamnya Selain pendidikan yang merupakan integrasi

antara Islam dan ilmu sehingga melahirkan pendidikan yang bermutu maka ia

juga harus diinternalisasikan sekaligus diobjektifikasikan Kaitan antara

objektifikasi dan internalisasi adalah bahwa objektifikasi harus berangkat dari

internalisasi yang diinternalisasikan adalah nilai yaitu nilai-nilai Islam

(Kuntowijoyo 200761)

Pendidikan Islam profetik mensyaratkan adanya objektifikasi bukan

sekularisasi Objektifikasi menghendaki terhindarnya masyarakat dari dominasi

Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam profetik objektifikasi menghendaki

juga ketiadaan dominasi Islam terhadap masyarakat Melalui objektifikasi ini

masyarakat dari kelas manapun agama apapun kelompok manapun akan

dapat menerima konsep sistem dan mekanisme serta kurikulum pendidikan

Islam profetik yang dijalankan sebagai hal yang ldquowajarrdquo Hasil-hasil yang

dilahirkan selama proses di dalam pendidikan yaitu penggalian

pengakumulasian koleksi serta transformasi akan pengetahuan dianggap

sebagai aktualisasi terhadap nilai-nilai agama (ilmu agama) sekaligus nilai-nilai

dunia (ilmu dunia) secara wajar Objektifikasi adalah perbuatan dalam

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan yang juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikmatinya tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo 200763) Dalam konteks

pendidikan dapat dicontohkan melalui misalnya di dalam Islam orang yang

malas mencari ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang

94

membiarkan orang lain tetap berada di bawah penindasan orang lain adalah

musuh Tuhan maka hal itu dapat diobjektifikasikan melalui model dan

kurikulum pendidikan yang mengarahkan orang kepada perolehan ilmu

pengetahuan Ilmu yang dimiliki itu dapat menjadi alat baginya untuk melawan

penindasan yang selama ini terjadi kepadanya Pendidikan yang membebaskan

tersebut adalah objektifikasi dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 110

Letak perbedaan antara pendidikan profetik dan pendidikan Islam selama

ini adalah pada objektifikasinya Pendidikan Islam yang ada selama ini lebih

kepada Islamisasi atau doktrinisasi tetapi pendidikan Islam profetik lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya Dalam

pendidikan Islam profetik misalnya ajaran tentang menyantuni orang miskin

dan anak yatim tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja namun juga orang di

luar Islam Orang Islam dapat mempelajari itu orang di luar Islam pun sama

Wujud akhir yang nyata dari aktualisasi atau pelaksanaan terhadap nilai-nilai

Islam harus bisa dianggap wajar dan diterima oleh umum demikian halnya

dengan pendidikan Islam Jika pendidikan Islam dalam bentuk akhir dari

aktualisasinya dapat juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan itulah

pendidikan yang dibutuhkan pendidikan Islam profetik

Tujuan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Profetik tidak jauh beda

yaitu bersumber pada nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Di dalam pendidikan

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi Pendidikan agama Islam yang ada selama ini

95

lebih kepada Islamisasi atau doktrinasi sedangkan profetik lebih pada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Pendidikan profetik berbicara mengenai Idealita Realita dan Metode dalam

pendidikan Pendidikan profetik mencoba melakukan format pendidikan yang

bisa menggeser paradigma pendidikan yang kompetitif menjadi spirit

bersinergi contohnya saling melengkapi akan kebutuhan hidup masing-masing

Berbicara mengenai profetik adalah berbicara mengenai manusia tokoh idola

dan panutan Tapi tidak sekedar itu berbicara model yang menjadi panutan

untuk diikuti bukan karena kelebihan yang dimiliki model itu dan kemudian

melahirkan ldquokebanggaan pasifrdquo bagi yang mengetahuinya Makna profetik

lebih dari pada penilalian total akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang

dilakukannya Pendidikan yang dikembangkan oleh Nabi dilakukan secara

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan manusia tugas nabi yang

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak

dan amal sholeh atau bekerja secara profesional Sebagai pendidikan yang

bersifat utuh dan komprehensif maka pendidikan profetik dilakukan secara

utuh pula yaitu selain mengembangkan nalar juga mengembangkan potensi

hati dengan cara banyak berdzikir atau ingat Allah melakukan kegiatan ritual

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

Yollanda Vusvita Sari dalam kajian Education Center BEM UNY 2010

menulis bahwa pendidikan profetik tidak meniadakan akan suatu perbedaan

Namun yang dipermasalahkan adalah paham yang mengakui kebebasan dalam

berpendapat tanpa ada batas Konsep pendidikan profetik dalam pendidikan

96

agama Islam mengiyakan perbedaan akan tetapi harus ada keyakinan atau nilai

universal yang disepakati bersama Berbicara profetik adalah berbicara

orangnya (person) sedangkan ketika nilai ini menjadi kolektivitas sosial maka

akan menjadi masyarakat madani (Ummat) Pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara metode pendidikan profetik dengan pendidikan agama Islam

Pembedannya hanya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat

metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekan Metode yang dipilih dan

dilaksanakan oleh pendidik secara transenden dibarengi dengan rasa tulus

ikhlas dan cinta kasih sehingga peserta didik tergugah semangat dan gerak

edukatifnya Dalam media pendidikan profetik dan pendidikan agama Islam

yang digunakan masih sama secara penggunaan dan pemanfaatannya Yang

mana media ataupun alat yang diperankan jangan sampai lebih dominan dari

guru karena tidak mustahil sifat media pendidikan dan perkembangan

teknologi yang statis dan tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk

kepribadian subjek didik Pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam

bisa dilakukan dengan mendekatkan peserta didik pada tiga hal penting yaitu

Pendekatan pada kitab suci tempat ibadah dan para ulama‟nya

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk mengetahui

dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi kualitas pendidik dan

menilai serta mengukur moral dan akhlak dari peserta didik itu sendiri

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi

97

perkembangan peserta didik Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi

semua pihak Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja

kepala sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu

sebagai Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja Selain itu perlu

membenahi Niat Dalam pendidikan profetik niat memiliki posisi yang

strategis Sekalipun misalnya delapan standar pendidikan telah dipenuhi oleh

lembaga pendidikan manakala niat para pelaku pendidikan tidak benar maka

hasil pendidikan juga tidak akan maksimal Bahkan hasil pendidikan

sebenarnya lebih banyak tergantung pada niat itu Oleh karena itu ada dua hal

yang harus diperbaharui yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan

dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku

tenaga kependidikan Pendidikan harus dikembalikan pada watak aslinya yaitu

untuk mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa yang meraih derajat

unggul dalam aspek intelektual spiritual jiwa dan raganya serta akhlaknya

Dengan demikian mengimplementasikan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru

agama atau guru budi pekerti melainkan meupakan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

98

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehg peneliti diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari tata usaha SMP Negeri 4 Salatiga disebutkan bahwa

SMP Negeri 4 salatiga adalah lembaga pendidikan yang didirikan di kota

salatiga pada tahun 1979

Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga pada awal pendiriannya memiliki 2

lokal gedung terpisah Satu gedung berada di Jl Veteran sedang satunya

lagi berada di Jl Sumardi Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan

belajar mengajar tidak efektif Kemudian pada tahun 2007 karena telah

habisnya hak guna bangunan tanah milik pemerintah kota salatiga di

samping SMP Negeri 4 salatiga maka tanah tersebut kemudian dihibahkan

kepada SMP Negeri 4 salatiga yang saat ini telah berdiri bangunan baru

Maka dari itulah pada bulan November 2007 SMPN 4 salatiga baru

melokalisasikan sekolah menjadi satu tempat yakni di jl Patimura 47

Salatiga Telp (0298) 32678

2 Letak Geografis

a Alamat sekolah

SMPN 4 salatiga beralamat di Jl Patimura 47 Salatiga teleponfax

(0298) 326785

b Luas tanah

99

Luas tanah yang dimiliki SMPN 4 salatiga adalah sebesar 3883msup2 dan

tealah bersertifikat IMB

3 Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga

a Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik dan Iman Taqwa

3) Terwujudnya profile sekolah sebagai SMP favorit

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah kondusif dan asri

5) Terlaksananya program program SCS ( Study Club In School ) siswa

dan guru

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang santun etis dan berbudi

luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian kepemimpinan dan

perkaderan siswa

b Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

2) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran

interaktif aplikasi dan akselerasi

Unggul Prestasi santun berbudi tangguh berkompetisi Sadar

bertaqwa

100

3) Mengaktulaisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan

iman dan taqwa

4) Membudayakan sikap sportifitas dalam berkompetensi meraih prestasi

5) Melaksanakan program penataan sarana prasarana sesuai dengan site

plan jangka pendek menengah dan jangka panjang

6) Membiasakan percakapan bahasa inggris bagi seluruh warga sekolah

lewat kegiatan ekstrakurikuler

7) Mempraktikan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

8) Membudayakan santun dalam bicara cipta rasa dan karsa

9) Menyalurkan bakat dan potensi dengan barbagai kegiatan apresiasi

dan kompetisi

10) Menginsentifkan kegiatan organisasi kepemimpinan dan kader siswa

c Slogan

4 Struktur Organisasi Sekolah SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 salatiga sebuah lembaga pendidikan juga memiliki struktur

organisasi sebagai sistem penggerak dalam rangka mewujudkan visi dan

misi SMPN 4 Salatiga Di bawah ini adalah struktur organisasi SMPN 4

Salatiga

H E B A T

Harmoni ndash Etika ndash Bestari ndash Aktif ndash Taqwa

101

Tabel 31

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

102

Tabel 32

Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

1 Sumiyati 2 Idayati Hartini 3 Saimin 4 Agus widodo 5 Sri Iriyanti 6 Rejo 7 Eka Sulistyawati 8 Murniati 9 Rubiyanto 10 Nuzul Lusy

Anggraeni 11 Tri Budi Setyawan 12 Sutrisno

13 Agus Riyadi

TATA USAHA

103

5 Keadaan Guru Karyawan dan Siswa SMPN 4 Salatiga

a Keadaan Siswa SMPN 4 Salatiga

Secara keseluruhan jumlah siswa SMPN 4 Salatiga pada

tahun ajaran 20152016 berjumlah 655 di bawah ini adalah data

siswa SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

Tabel 33

Data siswa SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Kelas

jenis kelamin Agama jumlah

kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

104

b Keadaan Guru SMPN 4 Salatiga

Guru-guru SMPN 4 Salatiga merupakan tenaga pendidik

professional mereka mengajar sesuai dengan bidangnya masing-

masing Sebagian besar adalah lulusan Strata 1 (S1) bahkan ada

dari beberapa mereka telah bergelar Strata 2 (S2) Adapaun rincian

dari keadaan guru SMPN 4 Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 34

Data Guru SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Tabel 35

Data Kualifikasi Pendidikan Guru SMPN 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

105

c Keadaan Karyawan SMPN 4 Salatiga

Untuk membantu Kelancaran dalam segala kegiatan di

SMPN 4 Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan

yang berjumlah 43 Karyawan-karyawan tersebut mempunyai

tugas membantu semua kegiatan yang ada di SMPN 4 Salatiga

sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga segalanya dapat

berjalan dengan baik dan lancar Berikut ini adalah tabel daftar

karyawan di SMPN 4 Salatiga

Tabel 36

Daftar Karyawan SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian

inventaris kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

106

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

d Sarana dan Prasarana SMPN 4 Salatiga

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Salatiga

didukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai

sebagai salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) unggulan di

salatiga Adapun sarana yang dimiliki SMPN 4 Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 37

Data Sarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

107

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

Adapun prasarana yang dimiliki SMPN Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 38

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

108

e Situasi dan Kondisi SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 Salatiga merupakan sekolah umum lanjutan tingkat

pertama di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional

Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Salatiga dengan warga

sekolahnya berasal dari berbagai latar belakang status yang

berbeda baik status sosial ekonomi maupun agamanya Sekolah

bercorak plural ini memiliki situasi dan kondisi sekolah yang

sangat beragam hal ini terlihat dari begitu variasinya agama yang

dipeluk oleh setiap warga sekolah baik guru karyawan maupun

dari siswanya sebagaimana diuraikan dalam tabel-tabel

sebelumnya

Lingkungan sekolahnya merupakan lingkungan agamis karena

di dekat sekolah tersebut berdiri sebuah masjid dan sebuah gereja

sehingga memungkinkan warga sekolah dapat beribadah ke tempat

ibadah tersebut setiap saat Dalam event tertentu seperti ketika hala

bihala idhul Adha dan Natal sekolah tersebut sering mengadakan

kegiatan untuk memeriahkannya

Dengan situasi dan kondisi pluralitas di lingkungan sekolah

tersebut peraturan dan kebijakan sekolah juga dibuat berazaskan

pada prinsip persamaan tanpa adanya diskriminasi Semua warga

sekolah diberikan kesempatan dan kebebasan yang sama sesuai

dengan kewajiban dan haknya asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan yang telah ditetapkan sekolah dan peraturan dari

pemerintah contohnya penempatan siswa di kelas disama ratakan

109

sesuai kemampuan intelligence tanpa memandang status baik

sosial ekonomi maupun agamanya

f Ekstra Kurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pokokwajib yang

harus diikuti oleh setiap siswa Kegiatan ini diwujudkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dimana di

dalamnya terjadi hubungan interaksi antara pendidik dan peserta

didik

Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

dan waktu pelaksanaanya di luar jam belajar sehingga tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar yang bersifat intrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga bertujuan untuk

menambah wawasan pengalaman para siswa serta usaha

mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing

Terdapat satu program ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu

pramuka bagi kelas VII dengan harapan dapat melatih siswa hidup

secara mandiri disiplin dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat

Berikut ini adalah tabel kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

110

Tabel 39

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

Tabel 310

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

111

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

B Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan di SMP Negeri 4 Salatiga

tentang Implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah tersebut ada beberapa garis besar yang dapat

tergambarkan sebagai berikut

1 Hasil Penelitian

a) Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 4 salatiga oleh

peneliti ada beberapa implementasi pendidikan tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam beberapa

diantaranya dikemukakan oleh responden yaitu sebagai berikut

Implementasi Pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahnya menurut

kepala sekolah yaitu MN adalah

ldquoDalam penerapan tradisi profetik atau nilai-nilai kenabian

perlu adannya keteladanan yang dilakukan di lingkungan

sekolah Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang

112

penting untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik

atau kenabian yang di ajarkan melalui pembelajaran

maupun praktek merupakan proses tranformasi pendidikan

dan pengajaran Dengan adanya keteladanan dan

penananman nilai-nilai kenabian dapat membentuk pribadi

siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi Khairul

Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri

peserta didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau

keislaman juga kami terapkan dengan mengajak peserta

didik untuk saling tolong menolong antar sesama dengan

cara menyantuni anak yatim dan warga

miskin rdquo(Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa penanaman

pendidikan tradisi profetik kepada peserta didik dilakukan dengan

cara pembiasaan dan keteladanan seperti pembiasaan bersalaman

dengan guru saat siswa masuk gerbang sekolah pada pagi hari

shalat dhuhur berjamaah dan memberi keteladanan peserta didik

dengan saling menghormati tolong menolong dan toleran Di

setiap bulan Ramadhan siswa diajarkan untuk berzakat dan

bershodaqoh di sekolah yang mana perbuatan tersebut dapat

menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik serta penanaman

nilai-nilai keagamaan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim

113

Seperti apa yang diungkapkan kepala sekolah di atas HR

selaku Guru PAI senior di SMP Negeri 4 beliau dalam

mengimplementasikan pendidikan tradisi profetik melalui model

pembelajaran dan sistem evaluasinya

ldquoDalam penerapannya saya menekankan keteladanan

kepada peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian

di lingkungan sekolah yang selalu rutin dilakukan

contohnya ketika memasuki gerbang sekolah maupun saat

masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik

diwajibkan untuk bermusafahah dahulu kepada gurunya

Hal ini menjadikan peserta didik dapat berlaku hormat

kepada yang lebih tua Sebelum mulai pembelajaran

dibiasakan membaca Asmaul Husna bersama-sama Serta

adanya pembiasaan Sholat Dhuhur dan Jum‟at berjamaah di

sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

siswa Dalam beberapa pembelajaran peserta didik untuk

belajar langsung di masyarakat seperti contohnya ketika

ada materi tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya

dan mencari pengetahuan mengenai haji kepada tokoh

agama atau masyarakat yang sudah menunaikannya

Sehingga dengan begitu siswa akan lebih mengetahui dan

memahami materi karena mencari langsung dari sumbernya

Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik yang

dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didikrdquo(Wawancara

HR 110915)

Penerapan pendidikan tadisi profetik juga tercermin dalam

sistem evaluasinya

114

ldquoDalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah

berlangsung baik tes maupun nontes kami selalu menekan

pada segi afektif dan psikomotoriknya bukan berarti segi

kognitif tidak penting Setiap perilaku yang dilakukan di

dalam kelas sekolah maupun di luar sekolah pun menjadi

evaluasi bagi kami Dengan observasi maupun pengamatan

terhadap perilaku siswa menjadi peranan dalam evaluasi

pembelajaran tidak hanya itu kami juga berkoordinasi

dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-sama

dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat

materi sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat

Dhuhur dan Jum‟at bersama Orang tua siswa juga

melakukan evaluasi di luar sekolah yang mana setiap akhir

semester dilaporkan kepada kami Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan

peserta didik terhadap pembelajaran tetapi untuk menilai

dan mengukur moral dan akhlak serta untuk

menyempurnakan akhlakul karimah peserta

didikrdquo(Wawancara HR110915)

Bapak WD juga mengatakan bahwa implementasi

pendidikan tradisi profetik secara tidak langsung telah diterapkan

dalam proses pembelajaran

ldquoDalam pemberian materi pembelajaran biasanya siswa

akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya

Dengan menggunakan metode pembiasaan keteladan juga

dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat

membentuk akhlak dan moral siswa Melalui observasi

115

yang dilakukan oleh peserta didik langsung dan kemudian

dipadukan di kelas menjadikan peserta didik mudah

memahami dan menghayati materi yang dipelajari

Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan melalui

praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di

dalam perilaku keseharian semisal dengan guru memberi

amanah kepada siswa dan kemudian apakah siswa

menjalankan amanah yang diberikan oleh guru tersebut atau

tidak Proses kegiatan belajar mengajar yang kami lakukan

ditekankan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai

kenabian dan keislaman yang mana dalam setiap

penggunaan metode dan media pembelajaran

mengusahakan agar bagaimana siswa mampu memahami

dan menghayati secara langsung tujuan pembelajaran yang

diinginkan Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur

bagaimana penanaman dan pembentukan pribadi siswa

perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah dan di

rumah menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi hasil

pembelajar Maka tidak hanya guru Agama islam saja yang

membimbing maupun memberikan teladan tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-

samardquo(Wawancara WD120915)

Penggunaan studi kasus di lapangan yang digunakan dalam

beberapa proses pembelajaran dapat menumbuhkan dan

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman Misalnya

observasi langsung dengan para tokoh agama dan pelaku haji

116

dalam mengetahui dan memahami tentang haji dari syarat rukun

dan lainnya Pembiasaan membaca Asmaul Husna yang dilakukan

setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada Sang Pencipta (Observasi 090915)

b) Problematika dalam Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

masih ada beberapa hambatan dalam implementasinya yakni

masih kurangnya keteladanan dari guru sarana prasarana

kurangnya motivasi belajar tentang keagamaan dan kurangnya

dukungan dari pihak orang tua siswa Adapun solusi yang mereka

berikan adalah keteladanan dari seluruh tenagan pendidik maupun

kependidikan di sekolah peningkatan keilmuan atau wawasan

keagamaan peningkatan sarana dan prasarana buku penilaian

moral dan akhlak serta peningkatan mutu kualitas guru

Menurut kepala sekolah MN bahwa hambatan yang terjadi

dalam implementasi pendidikan tradisi profetik adalah

ldquoKurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu

hambatannya seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah

Kemudian masih lemahnya keteladanan dari guru maupun

tenaga kependidikan seperti masih ada yang merokok di

lingkungan sekolah yang masih dapat dilihat oleh siswardquo

(Wawancara MN100915)

117

MN mengatakan bahwa perlu adanya solusi untuk

menanggapi hal tersebut

ldquoPerlunya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan

penambahan area tempat ibadah maupun tempat khusus

untuk kegiatan keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk

memberikan suri tauladan yang bagi peserta didik serta

menjaga perilakurdquo (Wawancara MN100915)

Tidak jauh beda seperti apa yang dikemukakan oleh kepala

sekolah menurut HR hambatan yang terjadi ialah

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah dan lemahnya monitoring terhadap

siswa yang mana belum adanya kerjasama yang baik antar

guru maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama

memberikan teladan dan monitoring guna mengevaluasi

perkembangan peserta didik Dalam hal evaluasi

ketidakjujuran orang tua siswa dalam melaporkan perilaku

siswa ke guru yang bahkan membela siswa atau menutupi

kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang maksimal

dalam mengukur peserta didik Lemahnya motivasi belajar

tentang nilai-nilai kenabian dan keislaman menjadi salah

satu penghambat penanaman dan pembangunan moral dan

akhlak siswa Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai

agama di sekolah maupun di rumah menjadi hambatan

dalam penanaman dan pembentukan akhlakul

karimahrdquo(Wawancara HR110915)

HR mengungkapkan bahwa ada beberapa solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut

118

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun

tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-

nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan

keagamaan serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana

akan meningkatkan motivasi belajar keagamaan siswa

Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai agama dan

kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan

oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang

mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan

menjadikan peserta didik menjadi termotivasi dalam

menghayati serta mengamalkan apa yang telah diajarkan

sehingga proses pembangunan dan pembentukan akhlak

peserta didik lebih mudah tertanam dalam pribadi peserta

didik Pemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap

lingkungan di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik

lebih mengetahui memahami menghayati materi yang

diberikan yang mana secara tidak langsung akan

membentuk diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih ada

beberapa guru dan tenaga pendidik yang belum memberikan

keteladanan yang baik Masih seringnya bercanda antar guru atau

guyonan ada beberapa guru yang masih merokok di lingkungan

sekolah sehingga dilihat oleh peserta didik Ditambah kurangnya

motivasi belajar siswa dalam hal pendidikan keagamaan Maka

adannya kajian-kajian keislaman yang dilakukan Sie Kerohanian

119

Islam setiap jum‟atnya dapat menambah Hasanah Islamiyah pada

peserta didik dan menumbuhkan tingkat keagamaan siswa

Pembiasaan keteladanan yang dilakukan di lingkungan sekolah

seperti bersalaman dengan guru setiap masuk gerbang sekolah

membaca Asmaul Husna sebelum mulai pembelajaran dan sholat

dhuhur dan jum‟at berjamaah (Observasi 110915)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak WD bahwa

hambatan selama ini adalah

ldquoImplementasi pendidikan tradisi profetik akan menjadi

sulit manakala hanya guru PAI saja yang memberikan

teladan ataupun bimbingan Tradisi profetik yang mana

menanamkan dan membentuk peserta didik agar

mempunyai nilai-nilai kenabian dan keislaman perlu

didukung tidak hanya dari pembelajaran PAI saja tetapi

lingkungan sekolah serta seluruh tenaga kependidikan ikut

serta dalam pengimplementasiannya Masih adanya guru

laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan

yang merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi

hambatan dalam proses penanaman pendidikan profetik

Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh

guru maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya

penghayatan dan pengejawantahan terhadap nilai-nilai

profetik dalam kehidupan sehari-harirdquo(Wawancara

WD120915)

120

Dari adannya problematika tersebut maka solusi yang

diberikan oleh Bapak WD adalah

ldquoPembiasaan praktek-praktek sifat kenabian seperti bersifat

jujur dan amanah Penambahan keilmuan atau wawasan

keagamaan serta khasanah islamiyah dengan melakukan

kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik serta

tenega kependidikan lainnya Evaluasi secara langsung atau

mendadak perlu dilakukan untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa

yang sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara

bersama dari guru dan orang tua dalam memonitoring

perkembangan peserta didik dengan dibuat buku atau

laporan moral dan akhlakrdquo(Wawancara WD120915)

c) Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik menurut

Bapak MN adalah

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang

terlihat saat ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik

serta terbentuknya moral dan akhlak peserta didik Seperti

menghormati guru dan sesama teman Berkurangnya

kenakalan perilaku siswa yang terjadi karena suda tertanam

nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri peserta didik

Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu dhuhur

tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaahrdquo (Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa peserta didik

mempunyai rasa menghormati dan disiplin pada dirinya Ketika

121

ada pembelajaran kosong para peserta didik mencari guru tersebut

Ketika masuk ke ruang guru pun sudah membiasakan salam saat

sholat dhuhur tiba siswa sudah menempatkan diri untuk

mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk sholat berjamaah

(Observasi 140915)

HR mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam pembelajaran PAI adalah

ldquoMenumbuhkan tingkat keagamaan peserta didik serta

motivasi belajar keislaman Membawa hikmah bagi peserta

didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta

didik hal itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas

Menumbuhkan sifat saling menghormati menghargai dan

menolong Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada

diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Senada dengan apa yang diungkapkan HR hasil

implementasi pendidikan tradisi profetik menurut Bapak WD

adalah

ldquoPembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta

berkurangnya kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa Tumbuhya kesadaran siswa

untuk beribadah dan berbuat baik Menjadikan siswa suka

untuk ke tempat ibadah Menumbuhkan sikap toleransi dan

menghormati antar sesama Dengan adanya pembiasaan

keteladanan baik yang dilakukan menjadikan siswa akan

122

mengikuti hal tersebut dan akan berhati-hati dalam setiap

perilaku yang dilakukaannyardquo(Wawancara WD120915)

123

BAB IV

PEMBAHASAN

A Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Berdasarkan hasil pengamatan wawancara dan proses penelitian

secara keseluruhan di lapangan Penulis dapat menyimpulkan

implementasi pendididikan tradisi profetik yang terdapat dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 di Salatiga

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan

sekolah Penggunaan metode pembiasaan keteladanan demonstrasi studi

kasus di lapangan yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan

observasi langsung yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami

dan menghayati materi yang disampaikan membangun nilai-nilai profetik

dan keIslaman yang menginternal dalam individu peserta didik yang

terkatualisasi secara kehidupan sosial sehari-hari Seperti apa yang

diungkapkan Bapak Hari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4

Salatiga dalam wawancaranya pada hari Jum‟at 11 September 2015 di

ruang guru

Pendidikan tradisi profetik yang penekanannya pada penggunaan

metodologi objektifikasi dan integralisasi (Kuntowijoyo 200749)

Penananam nilai-nilai kenabian dan keIslaman kepada peserta didik

124

tercermin dari metode pengajaran dan sistem evaluasi yang dipakai serta

lingkungan sekolah yang mendukung Penanaman nilai tersebut

diharapkan dapat membentuk dan membangun moral dan akhlak siswa

sebagai Hamba Allah dan khoirul ummah Pembiasaan keteladanan dan

demonstrasi atau praktek langsung yang dilakukan oleh peserta didik

dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai

Adannya integrasi terhadap Islam dan ilmu yang dilakukan dilakukan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menjadikan masing-masing

perbedaan yang ada menjadi menyatu dan menyeluruh karena orientasinya

tidak hanya mengarah hal yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Adanya merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan

yang juga bersifat orang lain dapat menikmatinya tanpa harus menyetujui

nilai-nilai aslinya Misalnya di dalam Islam orang yang malas mencari

ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang membiarkan

orang lain tetap berada di bawah penindasan adalah orang yang tidak

disukai Tuhan Dengan adannya keteladanan dan pembiasaan tersebut

maka penanaman nilai-nilai kenabian akan mudah tertanam dalam diri

peserta didik

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan Kepala Sekolah

SMP Negeri 4 salatiga dan guru PAI SMP Negeri 4 Salatiga mengutip

dari hasil wawancara dengan MN dan HR yaitu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan pembiasaan keteladanan yaitu

bersalam sebelum masuk kelas dan membaca asmaul husna sebelum mulai

125

pelajaran Penggunaan metode studi kasus ataupun peserta didik meneliti

dan mencari sendiri materi yang diajarkan contohnya ketika materi Haji

peserta didik observasi dan wawancara langsung kepada pelaku haji

Adanya integrasi dan objektifikasi ini menjadikan siswa lebih memahami

dan menghayati apa yang dipelajari Tidak hanya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam saja dalam menanamkan nilai-nilai kenabian dan

keIslaman dalam lingkungan sekolah juga menanamkan nilai-nilai

tersebut dengan pembiasaan keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan

yang ada Dalam evaluasi yang dilakukan ditekankan pada moral dan

penyempurnaan akhlak atau pada sisi afektif dan psikomotoriknya dengan

tidak meninggalkan sisi kognitifnya Laporan evaluasi dari orang tua siswa

setiap akhir semester juga dapat membantu proses penanaman nilai-nilai

kenabian dan keIslaman

Hal yang diungkapkan oleh responden mengenai implementasi

pendidikan tradisi profetik dengan adanya pembiasaan keteladanan di

lingkungan sekolah serta metode observasi ataupun demonstrasi yang

menjadikan siswa dapat lebih menghayati dan mengamalkan apa yang

dipelajarinya dan adanya evaluasi proses pembentukan moral akhlak serta

penanaman nilai-nilai kenabian dan keIslaman seperti apa yang

dikonsepkan Moh Roqib pendidikan profetik sebagaimana nabi dimulai

dengan keteladanan diri dan bangunan keluarga ideal Pendidikan profetik

bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian

126

yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasikan secara sosial

atau dalam kehidupan sehari-hari (MohRoqib 201188)

Perilaku keteladan kolektif yang diberikan di lingkungan sekolah

adalah seperti ketika guru masuk kelas mengucapkan salam begitu juga

ketika masuk ke ruang guru dan TU Dari hasil observasi peneliti bahwa

dalam hal keteladanan yang diberikan adanya sikap saling membantu dan

toleran dari Kepala sekolah dengan karyawan dan tukang kebun pendidik

yang muda menghormati yang pendidik yang lebih tua para pendidik

berpenampilan rapi dan selalu memberikan contoh untuk datang tepat

waktu ketika saat pembelajaran Hal ini yang kemudian bisa dilihat dan

ditiru oleh para siswa Pendidik dan tenaga kependidikan lainya

memberikan contok keteladanan dalam berbicara bersikap dan berperilaku

Dalam pendidikan profetik tidak hanya cenderung pada hal yang

bersifat duniawi namun juga ukhrawinya Model pendidikan yang

berparadigma integralistik yang mengacu pada wahyu Tuhan dan akal

manusia tidak semata-mata hanya Islamisasi atau doktrinasi tetapi melalui

proses penghayatan yang menyeluruh dan perbuatan dalam merasionalkan

nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perilaku sehingga bukan karena

paksaan atau persetujuan yang diharuskan (Kuntowijoyo 200763)

Kesadaran yang timbul pada perilaku dan perbuatan peserta didik dalam

kehidupan dan secara sosialseperti apa yang diungkapkan Bapak Wildan

dan Bapak Munadzir dalam wawancaranya pada hari Sabtu 12 September

bahwa

127

ldquoDalam penerapannya saya menekankan pembiasaan kepada

peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah yang selalu rutin dilakukan Sebelum masuk kelas dan

memulai pelajaran murid bersalaman dengan guru terlebih dahulu

kemudian membaca Asmaul Husna bersama-sama Peserta didik

kemudian menerapkan salah satu makna Asmaul Husna dalam

kehidupan sehari-harinya Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba peserta

didik dengan sedirinya sudah bersiap-siap mengambil wudhu dan

menempatkan diri untuk sholat berjamaahrdquo

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk

mengetahui dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik

terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan menilai serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri Evaluasi yang dilakukan tidak hanya

dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh tenaga kependidikan serta orang

tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik dalam pendidikan

agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi semua pihak

Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja kepala

sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu sebagai

Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja (Yolanda 2010)

Seperti apa yang diungkapkan HR dalam hasil wawancara pada

Jumat 11 September 2015 mengatakan bahwa

128

ldquoDalam evaluasi yang telah berlangsung kami lakukan dalam

bentuk tes dan non tes Setiap perilaku yang dilakukan di kelas

sekolah maupun di luar sekolah kami lakukan evaluasi Kami guru

PAI dengan seluruh tenaga kependidikan dan semua pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan bekerja sama dalam melakukan

evaluasi Orang tua siswa juga melakukan evaluasi ketika di luar

sekolah yang mana setiap semester dilaporkan kepada kamirdquo

Jadi dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat pada tujuan pembelajaran

yang digunakan model pembelajaran inovasi pembelajaran dan evaluasi

pembelajarannya Pendidikan profetik menekan penggunaan metodologi

objektifikasi dan integralisasi bukan Islamisasi atau doktrinasi Tidak

hanya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melainkan

penerapan pendidikan profetik juga diaktualisasikan dalam proses

pendidikan yang dilakukan di sekolah Sehingga pengimplementasian

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti

melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di SMP Negeri 4 Salatiga

B Problematika Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

1 Hambatan implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

129

Problematika yang terjadi dalam implementasi pendidikan tradisi

profetik ini adalah masih belum relevannya konsep pendidikan profetik

dalam era transformatif seperti sekarang ini Model pendidikan tradisional

yang cenderung meletakkan akhirat saja sebagai orientasinya dan masih

ekslusif (Kuntowijoyo 200755) Kurangnya tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan juga menjadikan hasil pendidikan kurang

maksimal Strategi pendidikan profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Jika hal itu belum terlaksana akan menjadi

hambatan dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam khususnya

Sebagaimana yang diungkapkan responden HR dan WD dalam

wawancara yang peniliti lakukan masih terdapat hambatan dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana belum

adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik Masih

adanya guru laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan yang

merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi hambatan dalam

proses penanaman pendidikan profetik Kurangnya kelimuan atau

130

wawasan keagamaan dan Hasanah keIslaman yang dimiliki oleh

guru juga menjadi salah satu hambatannya Kurangnnya perhatian

terhadap nilai-nilai agama di sekolah maupun di rumah menjadi

hambatan dalam penanaman dan pembentukan akhlakul karimahrdquo

Hal itulah yang menjadikan hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik Pendidikan Islam selama ini hanya menekankan

doktrinasi sehingga peserta didik seakan-akan dipaksa dan harus

mengikuti Seharusnya dengan pembiasan dan keteladanan kolektif serta

kontinu dapat membangun dan membentuk nilai-nilai pofetik dan akhlakul

karimah pada internal pribadi peserta didik Masih kurangnya perhatian

terhadap nilai-nilai keagamaan serta masih minimnya keilmuan dan

hasanah keIslaman yang dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan lainya

di sekolah menjadikan minimnya keteladanan dan nilai-nilai profetik yang

tertanam pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam

Nilai-nilai profetik yang diaktualisasikan pada peserta didik tidak

hanya sebagai doktrinasi tetapi objektifikasi yang mana bisa dianggap

wajar dan diterima oleh umum Maksudnya adalah mengenai keadaan

yang sebenarnya Karena pendidikan profetik berbicara mengenai idealita

dan realita dalam pendidikan

Kurangnya hasil evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang telah

diajarkan dan terlalu menekankan pada hasil kognitifnya membuat

penerapan pendidikan profetik kurang maksimal Nilai-nilai kenabian dan

131

keIslaman yang terbangun dan terbentuk dalam moral dan akhlak peserta

didik belum terevaluasi Karena evaluasi pendidikan profetik tidak hanya

untuk mengukur dan mengetahui pemahaman maupun penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan peserta didik serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri (Moh Roqib 20111150)

Seperti apa yang dikatakan guru PAI dalam wawancara bahwa

dalam hal evaluasi masih belum maksimal dalam mengukur ataupun

menilai moral dan akhlak yang terbentuk pada peserta didik Hal ini terjadi

karena kurangnya peran tenaga pendidik lainya serta peran orang tua siswa

dalam memonitoring dan mengevaluasi peserta didik (Wawancara

110915)

2 Solusi implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka hal itu menjadi tanggung jawab

guru agama serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

Pendidikan tradisi profetik bukanlah Islamisasi atau doktrinasi tetapi lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya

Dalam wawancara dengan HR beliau mengungkapkan bahwa

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun tenaga

kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kenabian

132

terhadap diri siswa secara tidak langsung Perlunya peran orang tua

dalam pemberian pendidikan keagamaan serta pembiasaan ibadah

di rumah yang mana akan meningkatkan motivasi belajar

keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai

agama dan kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan oleh

guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang mana nanti pada

setiap akhir semester akan ada pelaporan Serta perlu adanya buku

akhlakmoralrdquo

Pendidikan tradisi profetik mensyaratkan adanya objektifikasi

bukan sekularisasi ataupun doktrinasi Maksudnya adalah perbuatan yang

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan dalam perbuatannya juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikimatinya tanpa harus

menyetujui nilai asalnya dan perbuatan yang dilakukannya bukanlah

paksaan Pengajaran mengenai keadaan sebenarnya yaitu idealita dan

realita dalam pendidikan Penanaman nilai-nilai kenabian yang

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan untuk mengembangkan

manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak dan amal

sholeh

Seperti apa yang diungkapkan guru PAI SMP Negeri 4 bahwa

ldquoPemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap lingkungan

di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik lebih mengetahui

memahami menghayati materi yang diberikan yang mana secara

133

tidak langsung akan membentuk diri peserta didik Memberikan

pembelajaran langsung kepada peserta didik untuk studi kasus

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernyardquo

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembiasaan

dan keteladan yang diberikan dapat mengembangkan dan membangun

emosional akhlak dan moral anak Dalam materi wudhu dan sholat

contohnya murid akan memahaminya dan akan tertanam dalam diri

peserta didik karena sudah ada pembiasaan dan keteladanan yaitu adannya

sholat dhuhur dan shalat Jum‟at berjamaah di sekolahan Dengan begitu

misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dapat tercapai

Dalam hal proses dan hasil menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik tes maupu non tes Maka seperti hasil wawancara dengan responden

mengungkapkan perlunya evaluasi dalam bentuk praktek langsung

ataupun penilaian dengan adanya buku akhlak Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti melainkan

merupakan tanggung jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan Dengan begitu penanaman misi dan nilai-nilai kenabian dapat

terbentuk pada diri peserta didik

134

C Hasil Implementasi pendidikan tradisi Profetik Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Dengan adanya pendidikan tradisi profetik dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak peserta didik Penerapan pendidikan

profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan nilai plus tersendiri

dalam proses pendidikan Islam Di dalam pendidik profetik dalam

penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu integralisasi dan

objektifikasi Pendidikan yang selama ini cenderung kepada Islamisasi

atau doktrinasi sedangkan pendidikan profetik lebih kepada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka dengan adanya pembiasaan dan

keteladaan kolektif akan membentuk moral dan akhlak siswa Penanaman

misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang tercermin dalam pembelajaran

serta keteladanan dapat tumbuh dalam diri peserta didik

Sebagaiamana yang diungkapkan Kepala Sekolah SMP Negeri 4

dalam wawancaranya

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang jelas terlihat

adalah terciptannya kedisiplinan dan terbangunnya akhlakul

karimah pada peserta didik Tumbuhnya tingkat keagamaan atau

cinta akan ibadah pada peserta didikrdquo

135

Pendidikan profetik membawa misi dan nilai-nilai kenabian untuk

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional

akhlak dan amal sholeh Pendidikan profetik lebih dari pada penilaian total

akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya Maka adanya

pembiasaan dan keteladan kolektif yang dilakukan dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak siswa Dalam proses pembelajaran pun

ditekankan pada aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga siswa tidak

hanya mengetahui atau memahaminya saja tetapi menghayati dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Senada dengan apa yang diungkapkan HR dalam wawancaranya

bahwa

ldquoDalam pembelajaran PAI lebih kami tekankan pada pembangunan

dan pembentukan moral dan akhlak peserta didik Dalam beberapa

pembelajaran peserta didik kami beri tugas untuk mencari materi

langsung di masyarakat seperti ketika materi haji atau qurban

Peserta didik diminta untuk bertanya langsung dengan pelaku atau

tokoh agama setempat mengenai materi yang diberikan Sehingga

dengan begitu peserta didik akan lebih mengetahui mamahami dan

menghayati karena mencari materi langsung dari sumbernyardquo

Dari pengamatan yang peneliti alami hal tersebut juga tercermin

dalam hal ibadah ketika wudhu dan shalat dhuhur berjamaah Peserta didik

sudah mempunyai kesadaran beribadah Ketika waktu shalat tiba peserta

136

sudah mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah di sekolahan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik yang terjadi di SMP Negeri 4

Salatiga dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan kesadaran diri akan

cinta ibadah yang mana hal ini tercermin pada perilaku peserta didik

dimana disaat waktu shalat dhuhur tiba peserta didik sudah

mempersiapkan diri untuk mengambil air wudhu dan menempatkan diri

untuk melakukan Shalat Dhuhur berjamaah di lapangan sekolah

Adannya keteladanan kolektif yang diberikan oleh guru dan

tenaga kependidikan lainya di lingkungan sekolah akan dapat membentuk

dan mengembangkan akhlak dan moral siswa Hasil dari keteladanan

tersebut adalah terbentuknya sikap menghormati dan toleran pada diri

siswa juga tercermin ketika siswa bertemu dengan gurunya setiap pagi

para siswa bersalaman dengan kepala sekolah dan guru Sikap saling

menghargai antar siswa yang berbeda agama terlihat ketika para siswa

bergaul dan saing menghormati ketika para siswa muslim sedang

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah begitu pula sebaliknya

Terbentuknya moral dan akhlak siswa merupakan hasil penanaman misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat mengembangkan intelektual

emosional akhlak dan moral peserta didik secara utuh Walaupun masih

terdapat hambatan-hambatan dalam penerapannya guru agama atau guru

budi pekerti serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan tetap

137

berusaha secara bersama-sama untuk mendidik membangun dan

membentuk siswa yang berakhlakul karimah

138

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah membaca menelaah data dan membaca teori tentang

implementasi pendidikan profetik problematikan implementasi

pendidikan tradisi profetik dan hasil implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

Salatiga maka peneliti menyimpulkan beberapa hal yang penting sebagai

berikut

1 Berdasarkan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan

berkaitan tentang implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negri 4 Salatiga bahwa

penerapan pendidikan profetik terdapat dalam proses pembelajaran

dengan objektifikasi bukan doktrinasi pembiasaan dan keteladanan

kolektif inovasi penggunaan metode dan sistem evaluasi

2 Implementasi pendidikan profetik belum bisa maksimal mengingat

masih ada beberapa hambatan dalam penerapannya diantaranya yaitu

belum adanya relevansi konsep pendidikan profetik dalam era

transformatif kurangnya inovasi metode dan evaluasi yang digunakan

oleh pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

Walaupun ada beberapa hambatan terdapat beberapa solusi yang

dilakukan dalam meminimalkan hambatan tersebut yaitu dengan

melakukan pembiasaan dan keteladanan kolektif Lebih menekankan

139

pada objektifikasi atau keadaan yang sebenarnya dalam metodologi

pembelajarannya bukan doktrinasi

3 Hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4 salatiga

diantaranya adalah dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan

kesadaran diri akan cinta ibadah terbentuknya sikap menghormati dan

toleran pada diri siswa membangun moral dan akhlak siswa

penanaman misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat

mengembangkan intelektual emosional akhlak dan moral peserta

didik secara utuh

B Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis

mengajukan beberapa saran-saran yang mungkin bisa diterapkan atau

menjadi proyeksi kedepan dalam perkembangan pembelajaran

pendidikan agama islam bahwa pendidikan sekarang perlu

menekankan pembangunan dan pembentukan moral dan akhlak peserta

didik Melihat kondisi masih lemahnya moral dan akhlak pada era

modern saat ini Maka salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut

dan membentuk moral dan akhlakul karimah salah satunya dengan

pendidikan tradisi profetik Maka kami mamberikan saran sebagai

berikut

1 Perlu adanya satu konsep pendidikan tradisi profetik yang lebih

jelas dan relevan pada era transformatif saat ini jika perlu

140

dirancang dan dibuat kurikulum yang berbasis pada misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian Model pendidikan agama

islam yang selama ini ada masih tradisional yang cenderung

meletakkan agama dan akhirat sebagai kurikulum dan

orientasinya Dan biasanya lebih eksklusif Perlunya model

pendidikan yang berparadigma integralistik serta lebih

mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia sebagai

referensinya Dengan demikian orientasinya tentu saja

mengarah tidak hanya bersifat duniawi namun juga ukhrawi

2 Perlunya inovasi-inovasi baru pada model pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran dalam penanaman misi dan nilai-nilai

kenabian Adanya penekanan lebih pada aspek afektif dan

psikomotorik yang dapat membangun dan membentuk moral

serta akhlak peserta didik Karena yang terjadi saat ini hanya

lebih menekankan pada aspek kognitif saja

3 Untuk para guru dan tenaga kependidikan lainya harus mampu

memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik di

lingkungan sekolah karena guru merupakan ujung tombak

dalam pembentukan moral dan akhlak serta keberhasilan proses

belajar anak Dalam proses pendidikan profetik yang dilakukan

harus mengutamakan kepentingan pembentukan moral dan

akhlak peserta didik dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan

Hadist

141

4 Peran serta dari orang tua dalam proses belajar dan

pembentukan akhlak serta emosional peserta didik sangat

dibutuhkan Sekolah seyogyanya melibatkan orang tua dalam

proses pendidikan Maka diperlukan hubungan kemitraan

antara sekolah orang tua dan masyarakat yang diharapkan

mampu menjamin keberhasilan pendidikan tradisi profetik pada

peserta didik

5 Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama harus mampu

mengakomodir serta mampu membentuk tim khusus yang

fokus pada ranah pendidikan profetik Sehingga konsep

pendidikan profetik dan misi kenabian dapat

diimplementasikan

142

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey H Bakran 2005 Propethic intelligence menumbuhkan potensi

hakiki insani melalui pengembangan kesehatan nurani Yogyakarta

Islamika

Arief Armai2007 Reformasi Pendidikan Islam Ciputat CRSD Press

Arifin M 2011 Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis

berdasarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta Bumi Aksara

Burhanudin Jajat dan Dina Afriyanti 2006 Mencetak Muslim Modern peta

Pendidikan Islam Indonesia Jakarta PT Raja Grafindo

Darajat Zakiah 2012 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam2006 Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta Departemen Agama RI

Education Center 2008 Pendidikan karakter Kebangsaan Yogyakarta BEM

REMA UNY

Fathi Muhammad 2007 Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar Jakarta

Timur Pustaka Al Kausar

H P Novianto2004 kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surakarta Bringin 55

Kementrian Agama RI 2010 Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya Jakarta PT

Sygma Examedia Arkan Leema

Kuntowijoyo2007 islam sebagai Ilmu Epistemologi Metodologi dan Etika

Yogyakarta Tiara Wacan

Majid abdul dan Dian Andatani2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Bandung PT Remaja Rosda karya

Meleong Lj 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung PT Remaja

Rosda karya

Muhaimin 2003 Wacana pengembangan Pendidikan Islam Surabaya Pustaka

Pelajar

Muhaimin 2008 Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Bandung Remaja Rosda Karya

Mujib Abdul amp Yusuf Mudzakir 2006 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta

Kencana Prenada Media

Mulkhan AMunir 2002 Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi problem filosofis

Pendidikan Islam) Yogyakarta PT Tiara Wacana

143

Nadhirin2008Landasan Profetik Pendidikan Islam(Online)diakses di

httpnadhirinblogspotcom200808landasan-profetik-pendidikan-

islamhtmlpada Selasa 06 Januari 2015

Natta Abuddin 2007 Manajemen Pendidikan mengatasi kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia Jakarta Kencana Prenada Media Group

Nata Abuddin 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Priyo2010 Pendidikan Islam Profetik IntegrasiI slam dan Ilmu menuju

pendidikan yang Humanis Liberatif dan Transendentif Iman Ilmu

Amal(Online)httpPendidikanIslamProfetikIntegrasiIslamdanIlmumenuj

upendidikanyangHumanisLiberatifdanTransendentifImanIlmuAmalhtml

Diakses pada Selasa 03 Februari 2015

Rahman Abdul 2012 Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan

Epistemologi dan isi-materi Jurnal Eksis (Online) Volume8 No1

(httpwwwkaryailmiahpolnesacid) (diakses pada jumat 21 Agustus

2015)

Roqib Moh 2009 Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

di sekolah Keluarga dan Masyarakat Yogyakarta PTLkiS

Roqib Moh 2011 Prophetic Education Kontektualisasi Filsafat dan Budaya

Profetik dalam Pendidikan Purwokerto STAIN Press

Rosyadi Khoiron 2004 Pendidikan Profetik Yogyakarta Pustaka Pelajar

Roziqin M Zainur 2007 Moral Pendidikan di era Global (pergeseran pola

interaksi guru-murid di era global) Malang AVERROES Press

Roziqin MKhoirur2008 Format Pendidikan Profetik di tengah transfomasi

Sosial Budaya (Telaah Kritis Pemikiran Kuntowijoyo) Skripsi

Yogyakarta UIN SUNAN KALIJAGA

Shafiq Muhammad 2000 Mendidik Generasi Baru Muslim ide dasar karya

dan obsesi Al Faruqi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Shofan Moh 2004 Pendidikan berperadigma Profetik upaa konstruktif

membongkar dikotomi sistem pendidikan islam Yogyakarta IriSoD

Sholeh Asrorun Niam 2004 Reorientasi Pendidikan Islam mengurai relevansi

Al Ghazali dalam konteks kekinian Jakarta ELSAS

Sugiyono 2014 Metode Penelitian Kombinasi Bandung ALFABETA

Sutardi2012 Pendekatan profetik dalam penerapan pendidikan

karakter(Online)diakses di httpsutardicoolwordpresscom

144

Zeeno M Jameel2005 Resep menjadi pendidik sukses berdasarkan Al-Qur‟an

dan teladan nabi Jakarta Hikmah PTMizan

145

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

METODE

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

JENIS DATA

Wawancara

Kepala sekolah

Sejarah Pendirian sekolah

Visi dan misi sekolah

Pandangan tentang pendidikan tradisi

profetik

Pandangan Tentang Impelementasi

pendidikan tradisi Profetik

1 Implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan

agama islam

2 Hambatan implementasi

pendidikan dalam profetik

3 Solusi implementasi

pendidikan tradisi profetik

4 Hasil iplementasi pendidikan

profetik

Wakil ketua

kesiswaan

Proses pelaksanaan bimbingan

pendidikan islam pada siswa yang

mengacu pada pendidikan profetik

Hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik dan solusinya

Kegiatan pendidikan profetik

yangdilakukan siswa sehari-hari

Guru Agama

Prose KBM Pendidikan profetik

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam

Hambatan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Solusi pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Hasil Pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Observasi

Lingkungan Situasi dan kondisi sekolah

Ruang kelas

Mushola

Penataan Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Proses KBM

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan keagamaan

Dokumen Sekolah Letak geografis

146

Data Guru dan Karyawan

Data Siswa

Data Sarana Prasarana

Data intrakulikuler dan

Ekstrakulikuler

147

CACATAN OBSERVASI

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Waktu 0630-1400 WIB

Sumber Data Lingkungan dan Pembelajaran

Jenis Data situasi dan kondisi Sekolah

kegiatan keagamaan

Jumat pada Jam 0630 sampai jam 0700 pagi para siswa berangkat dan

masuk ke sekolahan Di depan gerbang sudah ada beberapa guru yang berdiri

yang kemudian para siswa bersalaman saat memasuki gerbang sekolahan menuju

ruang kelas masing-masing Setelah memasuki kelas para siswa dan guru

membaca Asmaul Husna bersama-sama sebelum memulai pembelajaran Pada

saat waktu menunggu di ruang tata usaha peneliti masih melihat beberapa guru

yang merokok di lingkungan sekolah bahkan ada yang di depan kelas Ada

beberapa guru yang saling bergurau di ruang guru dan di depan kelas yang mana

itu dapat terlihat oleh para siswa ketika sedang istirahat Pada jam 0900 peneliti

melihat ada materi praktek mengenai shalat dhuha yang dilaksanakan di mushola

sekolah Ketika jam 1115 bel berbunyi menandakan jam kegiatan belajar

mengajar telah selesai tetapi para siswa tidak langsung beranjak pulang Kelas

yang mendapat jadwal untuk menata karpet dan tikar untuk shalat berjamaah

segera mengambilnya dan mempersiapkannya di lapangan sekolah untuk sholat

jumat berjamaah Para siswa muslim dan guru-guru muslim mempersiapkan diri

untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat jumah Sedangkan yang non

muslim berada di kelas dan melakukan ibadah keagamaan sesuai agamanya yang

dibimbing bersama guru agamanya Setelah shalat jumat selesai kelas yang

mendapat jadwal untuk mengembalikan karpet dan tikar segera merapikan dan

membereskan tikar untuk dikembalikan ke mushola Setelah itu para siswa

kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang Siswa yang ikut Sie Keronian islam

(SKI) pada jam 1300 berkumpul di mushola untuk mengadakan kajian dan BTQ

yang didampingi oleh guru pendidikan agama islam Di mushola para siswa yang

148

ingin belajar BTQ di bimbing oleh guru agama dan kemudian para siswa bersama-

sama mengikuti kajian keislaman yang diisi oleh guru agama islam Kajian

tersebut selesai pada jam 1400 kemudian para siswa pulang ke rumah masing-

masing

149

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Kamis 10 September 2015

Tempat Ruang Kepala Sekolah

Waktu 0900 WIB

Narasumber Drs H Munadzir MSi (MN)

Jenis Data Sejarah Sekolah

Peneliti Asslamualaikum selamat pagi pak

Narasumber Waalaikumsalam selamat pagi bagaimana dek

Peneliti maaf pak sebelumnya kalau saya mengganggu mau minta waktu

bapak buat wawancara

Narasumber oo yang dari STAIN Kemarin ya silahkan mau bertanya

tentang apa

Peneliti saya mau bertanya mengenai sejarah SMP Negeri 4 Salatiga ini

pak

Narasumber sepengetahuan saya SMP ini sudah ada sejak tahun 1979

dulunya ada 2 gedung yang terpisah yaitu di jlVeteran dan

JlSumardi Tapi sekitar Tahun 2007 kita sudah mendapatkan

tempat ini sekarang di Jl Patimura 47

Peneliti bagaimana inovasi pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

ini

Narasumber inovasi pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolah ini

lebih kami tekankan pada praktek-praktek pendidikan yang

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah

peneliti bagaimana menurut bapak pendidikan kenabian itu

Narasumber pendidikan menurut saya itu adalah pendidikan dengan

keteladanan karena Nabi merupakan suri tauladan sehingga

dengan pendidikan kenabian dapat menanamkan nilai-nilai

kenabian dan keislaman di lingkungan sekolah

Peneliti bagaimana implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran PAI di sekolah ini pak

narasumber adanya keteladanan yang dilakukan guru saat melakukan proses

pembelajaran Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang penting

untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik atau kenabian

yang di ajarkan melalui pembelajaran maupun praktek merupakan

proses tranformasi pendidikan dan pengajaran Dengan adanya

keteladanan dan penananman nilai-nilai kenabian dapat

membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi

Khairul Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri peserta

150

didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau keislaman juga kami

terapkan dengan mengajak peserta didik untuk saling tolong

menolong antar sesama dengan cara menyantuni anak yatim dan

warga miskin

Peneliti adakah hambatan dalam pengimplementasiannya pak

Narasumber masih Kurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu hambatannya

seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah Kemudian masih

lemahnya keteladanan dari guru maupun tenaga kependidikan

seperti masih ada yang merokok di lingkungan sekolah yang masih

dapat dilihat oleh siswa

Peneliti bagaimana solusi yang bapak berikan

Narasumber Perlunya adanya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan penambahan

area tempat ibadah maupun tempat khusus untuk kegiatan

keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk memberikan suri

tauladan yang bagi peserta didik serta menjaga perilaku

Peneliti bagaimana hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang terlihat saat

ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik serta terbentuknya

moral dan akhlak peserta didik Seperti menghormati guru dan

sesama teman Berkurangnya kenakalan perilaku siswa yang terjadi

karena suda tertanam nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri

peserta didik Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu

dhuhur tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaah

Peneliti jadi kira-kira pendidikan profetik menurut bapak penting untuk

diterapkan apa tidak

Narasumber ya penting harus itu dek agar misi kenabian serta nilai-nilai

kenabian dapat tertanam dalam diri siswa untuk membentuk moral

dan akhlak mereka

Peneliti terima kasih pak sebelumnya atas waktunya

Narasumber ya sama-sama

151

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Tempat Ruang Guru

Waktu 1000 WIB

Narasumber Drs SB Hariyanto (HR)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak

Narasumber waalaikumsalam bagaimana dek ada yang bisa saya bantu

Peneliti saya minta maaf sebelumnya pak kalau sudah mengganggu

waktunya Saya mau tanya mengenai pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Negeri 4 ini pak

Narasumber tidak apa-apa saya selaku guru agama islam lebih menekankan

pada pendidikan moral dan akhlak dalam pembelajarannya Karena

sekarang perlu adanya penekanan dalam afektif dan psikomotorik

siswa

Peneliti bagaimana penerapan pendidikan profetik dalam pembelajaran

yang bapak lakukan

Narasumber dalam penerapannya saya menekankan keteladanan kepada

peserta didik dan penanaman nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah biasanya sebelum mulai pembelajaran dibiasakan

membaca Asmaul Husna Dalam keseharian di sekolah diberikan

pembiasaan sholat Dhuhur dan jumat berjamah

Peneliti bagaimana dalam model pembelajarannya pak

Narasumber beberapa pembelajaran peserta didik diajak untuk belajar

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernya Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik

yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didik

Peneliti bagaimana dalam sistem evaluasinya

Narasumber Dalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah berlangsung

baik tes maupun nontes kami selalu menekan pada segi afektif

dan psikomotoriknya bukan berarti segi kognitif tidak penting

Setiap perilaku yang dilakukan di dalam kelas sekolah maupun di

luar sekolah pun menjadi evaluasi bagi kami Dengan observasi

maupun pengamatan terhadap perilaku siswa menjadi peranan

dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya itu kami juga

berkoordinasi dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-

sama dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat materi

152

sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat Dhuhur dan

Jum‟at bersama

Peneliti adakah hambatan dalam mengimplementasikanya

Narasumber masih ada beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan tradisi

Profetik seperti Masih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah Lemahnya motivasi belajar tentang nilai-

nilai kenabian dan keislaman menjadi salah satu penghambat

penanaman dan pembangunan moral dan akhlak siswa

Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai agama di sekolah

maupun di rumah menjadi hambatan dalam penanaman dan

pembentukan akhlakul karimah

Peneliti apakah ada hambatan dalam evaluasinya

Narasumber masih ada lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana

belum adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam hal evaluasi ketidakjujuran orang tua siswa dalam

melaporkan perilaku siswa ke guru yang bahkan membela siswa

atau menutupi kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang

maksimal dalam mengukur peserta didik

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan untuk meminimalkan

hambatanTersebut

Narasumber adanya Pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru

maupun tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan

nilai-nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan keagamaan

serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana akan meningkatkan

motivasi belajar keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih

terhadap nilai-nilai agama dan kenabian di lingkungan sekolah

Perlu adannya evaluasi tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa

yang dilakukan oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua

yang mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan menjadikan

peserta didik menjadi termotivasi dalam menghayati serta

mengamalkan apa yang telah diajarkan sehingga proses

pembangunan dan pembentukan akhlak peserta didik lebih mudah

tertanam dalam pribadi peserta didik Pemberian tugas rumah atau

pun studi kasus terhadap lingkungan di sekelilingnya juga

menjadikan peserta didik lebih mengetahui memahami

menghayati materi yang diberikan yang mana secara tidak

langsung akan membentuk diri peserta didik

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber hasilnya yang terlihat adalah tumbuhnya tingkat keagamaan

peserta didik serta motivasi belajar keislaman Membawa hikmah

bagi peserta didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta didik hal

153

itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas Menumbuhkan

sifat saling menghormati menghargai dan menolong

Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada diri peserta didik

Peneliti jadi pendidikan profetik itu perlu untuk diterapkan ya pak

Narasumber ya memang harus dengan kita mencontoh dan meneladani nabi

maka secara perlahan dapat membentuk moral dan akhlak siswa

menjadi lebih baik

Peneliti terima kasih pak sebelumnya sudah mau meluangkan waktunya

Narasumber tidak apa-apa sama-sama kok saya rasa seperti pernah ketemu

ya

Peneliti iya pak dulu yang sering ngisi pesantren kilat di sini pak

Narasumber oh iya

154

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Sabtu 12 September 2015

Tempat Mushola

Waktu 1000 WIB

Narasumber Wildan Mustofa S SAg (WD)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak maaf mengganggu

Narasumber waalaikumsalam ya bagaimana

Penelitian saya mau wawancara dengan bapak

Narasumber oh ya tentang apa

Peneliti tentang penerapan pendidikan profetik atau pendidikan kenabian

pak

Narasumber ya udah kita ke mushola saja ya

Peneliti ya pak

Narasumber di sini saja ya mas gak enak di samping saya tadi guru agama

kristen

Peneliti tidak apa-apa pak

Saya mau bertanya mengenai bagaimana pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah ini pak

Narasumber ya pembelajaran agama islam disini mengikuti pembelajaran

sekolah yang mana sudah ada KD yang ditentukan disitu yang

mengacu pada K13 Terdapat pembelajaran berupa praktek-praktek

langsung seperti sholat dhuha

Peneliti saya mau bertanya mengenai pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP ini

Narasumber ya pembelajaran PAI di sekolah ini sudah berjalan dengan baik

mengikuti apa yang sekolah sudah atur dan adanya pembelajaran

yang

Mengacu pada penekanan pembentukan moral siswa dan

emosional siswa Dalam pemberian materi pembelajaran biasanya

siswa akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya Dengan

menggunakan metode pembiasaan keteladan juga dapat

menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk akhlak

dan moral siswa Melalui observasi yang dilakukan oleh peserta

didik langsung dan kemudian dipadukan di kelas menjadikan

peserta didik mudah memahami dan menghayati materi yang

dipelajari Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan

melalui praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di dalam

perilaku keseharian semisal dengan guru memberi amanah kepada

siswa dan kemudian apakah siswa menjalankan amanah yang

155

diberikan oleh guru tersebut atau tidak Proses kegiatan belajar

mengajar yang kami lakukan ditekankan pada penanaman dan

penghayatan nilai-nilai kenabian dan keislaman yang mana dalam

setiap penggunaan metode dan media pembelajaran mengusahakan

agar bagaimana siswa mampu memahami dan menghayati secara

langsung tujuan pembelajaran yang diinginkan

Peneliti bagaimana dengan sistem evaluasinya

Narasumber Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur bagaimana penanaman

dan pembentukan pribadi siswa perilaku keseharian siswa di

lingkungan sekolah dan di rumah menjadi pertimbangan dalam

mengevaluasi hasil pembelajar Maka tidak hanya guru Agama

islam saja yang membimbing maupun memberikan teladan tetapi

seluruh tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-sama

peneliti adakah hambatan selama ini dalam penerapan pendidikan tradisi

profetik

Narasumber masih terdapat beberapa hambatan dalam mengimplementasikan

pendidikan profetik salah satunya adalah masih kurangnya

kesadaran siswa dalam beribadah Masih adanya guru laki-laki

yang saling bercanda (guyonan) dengan guru perempuan di depan

siswa masih ada tenaga kependidikan yang merokok di depan

siswa Kemudian

masih Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh guru

maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya penghayatan dan

pengejawantahan terhadap nilai-nilai profetik dalam kehidupan

sehari-hari Serta masih adanya penekanan hanya pada aspek

kognitif saja

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan

Narasumber saya memberikan pembiasaan praktek-praktek sifat kenabian

seperti bersifat jujur dan amanah Perlunya penambahan keilmuan

atau wawasan keagamaan serta khasanah islamiyah dengan

melakukan kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik

serta tenega kependidikan lainnyaDalam Evaluasi saya lakukan

secara langsung atau mendadak untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa yang

sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara bersama dari guru

dan orang tua dalam memonitoring perkembangan peserta didik

dengan dibuat buku atau laporan moral dan akhlak

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik di SMP

ini

Narasumber adanya Pembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta berkurangnya

kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa Tumbuhya kesadaran siswa untuk beribadah dan berbuat

156

baik Menjadikan siswa suka untuk ke tempat ibadah

Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati antar sesama

Dengan adanya pembiasaan keteladanan baik yang dilakukan

menjadikan siswa akan mengikuti hal tersebut dan akan berhati-

hati dalam setiap perilaku yang dilakukaannya

Peneliti maaf sebelumnya pak boleh tahu biografinya pak wildan

Narasumber Nama Wildan Mustofa Setiawan SAg 26 februari 1978

Penelti bapak mengajar di sini dari tahun berapa pak

Narasumber saya mengajar di sini dari tahun 2010

Peneliti terima kasih atas waktunya pak

Narasumber iya sama-sama

157

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Personalia SMP Negeri 4 Salatiga

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

158

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Data siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas

jenis

kelamin Agama jumlah kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

159

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data Guru dan Kualifikasi pendidikan Guru SMP

Negeri

4 Salatiga

Data Guru SMPN 4

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Data Kualifikasi Pendidikan Guru

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

160

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga

Daftar Karyawan SMPN 4

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian inventaris

kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

161

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Sarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Sarana SMPN 4 Salatiga

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

162

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

163

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Intrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

164

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

165

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga

15 Sumiyati 16 Idayati Hartini 17 Saimin 18 Agus widodo 19 Sri Iriyanti 20 Rejo 21 Eka Sulistyawati 22 Murniati 23 Rubiyanto 24 Nuzul Lusy

Anggraeni 25 Tri Budi Setyawan 26 Sutrisno

27 Agus Riyadi

TATA USAHA GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

166

167

168

169

DAFTAR NILAI SKK

Nama Syaifullah Godi Ismail

NIM 11109106

Progdi PAI

Jurusan Tarbiyah

NO Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai

1 Orientasi Program Studi Dan

Pengenalan Kampus (OPSPEK)

DEMA STAIN Salatiga

18-20 Agustus 2009

Peserta

3

2 Pelatihan Emotional Spritiual

Quotient (Esiq) Stain Salatiga

21 Agustus 2009

Peserta

2

3 Sertifikat UPT Perpustakaan User

Education STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 2

4 Diskusi Panel Dengan Tema

ldquoAktualisasi Bahasa Arab Dan

Bahasa Inggris Dalam Dakwah

Islamrdquo

5 September 2009

Peserta 2

5 Diskusi Dan Buka Bersama Di

Secretariat HMI Cabang Salatiga

10 September 2009

Peserta

2

6 English Friendship Camp

17-18 November

2009

Peserta 2

7 Basic Training (Lk 1)

ldquoMenjalin Hubungan

Intrapersonal Dikalangan

Mahasiswa Denagnbasic Islam

Dan Ke-Hmi-An Menuju Insan

Citardquo

Hmi Cabang Salatiga

25-28 Maret 2010

Peserta 2

8 Bedah Buku ldquoJalan Cinta Para

Pejuangrdquo Karya Salim A Fillah

24 April 2010

Peserta

2

9 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMembangun Demikrasi Kampus

Yang Harmonisrdquo

15 Mei 2010

Peserta

2

10 Seminar Lingkungan Hidup

MITAPASA

24 Mei 2010 Peserta 2

11 Akhirussanah Ma‟had STAIN 29 Juli 2010 Peserta 2

170

Salatiga

12 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dan Karnoto Zarkasyi Dengan

Tema ldquo Membangun Pola

Idealitas Mahasiswa Ditengah

Pergolakan Arus Global Guna

Mencapai Insane Yang Militant

Dan Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Pemateri

4

13 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMewujudkan

Mahasiswa Islami Yang Ideal

Demi Terwujudnya Kader Yang

Militanrdquo

22-24 Oktober 2010 Panitia 3

14 Surat Keterangan Lulus

Praktikum BTA Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

2 November 2010 Peserta 2

16 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Implementasi

Nilai Kehmian Dalam Diri

Mahasiswa Demi Terbentuknya

Insan Yang Intelektualitas Dan

Bernafaskan Islamrdquo

16-19 Maret 2011 Panita 3

17

Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkat Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada

Prinsip-Prinsip Integritasrdquo

25 Juni 2011 Peserta 2

18 Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 2

19 Penginapan Peserta Orientasi

Pengenalan Akademika Dan

Kemahasiswaan STAIN Salatiga

2011 Dengan Tema ldquoMerajut Tali

Ukhuwah Islamiyah Bersama

Keluarga Besar Himpunan

Mahasiswa Islamrdquo

19-21 Agustus 2011 Panitia 3

20 Seminar Keperempuanan Korp

HMI-Wati Dengan Tema ldquoJilbab

Perspektif Agama Dan Socialrdquo

04 November 2011 Panitia 3

21 Senior Course (SC) Se Jateng 15-20 Februari 2012 Peserta 4

171

DIY Dengan Tema

ldquo Transformasi Nilai-Nilai

Pengkaderan Menuju Kompetensi

Pendidik Yang Berkualitasrdquo

22 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkatkan Kepekaan Dan

Transparansi Kinerja Lembaga

Menuju Kampus Yang Amanahrdquo

27 Maret 2012 Peserta 2

23 Seminar Nasional SEMA STAIN

Salatiga Dengan Tema

ldquoBerpolitik Untuk Kesejahteraan

IndonesiaReorientasi Gerakan

Mahasiswa Pasca Reformasirdquo

15 Mei 2012 Peserta

8

24 Seminar Nasional Dengan Tema

ldquoMewaspadai Gerakan Islam

Garis Keras Di Perguruan Tinggirdquo

23 Juni 2012 Peserta 8

25 Grand Launching FGMPS Dan

Diksusi Public Dengan Tema

ldquoPeran Generasi Muda Terhadap

Fenomena HIVAIDS Di Kota

Salatigardquo

12 Juli 2012 Peserta 2

26 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMembangun

Paradigm Mahasiswa Yang

Berintelektual Dan Berjiwa

Nasionalis Religiousrdquo

29 November - 2

Desember 2012

Peserta 2

27 Seminar Pendidikan Dengan

TemardquoMenuju Pendidikan

Indonesia Yang Idealrdquo

28 Desember 2012 Peserta 2

28 Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga Tentang Pengangkatan

Pengurus Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga 2013

31 Januari 2013 Anggota 4

29 Diskusi Dan Perayaan Dies

Natalis HMI Ke 66 Dengan Tema

ldquo 66 Tahun Hmi Untuk Islam Dan

Negara Indonesiardquo

05 Februari 2013 Peserta 2

30 Kajian Dan Follow Up Dengan

Tema ldquoMembangun Kader HMI

Yang Militanrdquo

18 Februari 2013 Peserta 2

31 Bedah Buku Berjudul ldquoSholat

Ngebut Bikin Benjutrdquo

11 Mei 2013 Peserta 2

172

32 Latihan Kader I (Basic Training)

HMI Cabang Salatiga Dengan

Tema ldquoEmpowering Komitmen

Keislaman Kemahasiswaan Dan

Keindonesiaan Untuk Kader

Militantrdquo

31 Mei 2013 Pemateri 4

33 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Ijtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Tranparansi Informasirdquo

19-21 September

2013

Pemateri 4

34 Sarasehan Akbar HMI Komisariat

Walisongo ldquoMerajut Ukhuwah

Memperkokoh Kebersamaanrdquo

10 Oktober 2013 Peserta 2

35 Bedah Buku Berjudul rdquo Ketika

Cinta Bertasbihrdquo

11 Desember 2013 Peserta 2

36 Bedah Film Tanah Surga Katanya 29 Desember 2013 Peserta

2

37 Basic Training LK1 HMI ldquoIjtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Transparansi Informasirdquo

20 September 2014 Pemateri 4

38 Seminar Regional Dengan Tema

ldquoMempertegas Peran Pendidikan

Dalam Mencerahkan Masa Depan

Anak Bangsardquo

19 November 2014 Peserta 4

39 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Dengan Tema

ldquoMembangun Pola Idealitas

Mahasiswa Ditengah Pergolakan

Arus Global Guna Mencapai

Insane Yang Militant Dan

Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Panitia 3

173

174

Page 8: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan

8

Asslamu‟alaikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW keluarga sahabat dan para pengikut setianya

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Rahmat Hariyadi MPd selaku rektor IAIN Salatiga

2 Ibu Siti Rukhayati MAg selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI)

3 Bapak FatchurrahmanSAgMPd sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan tugas ini

4 Ibu DrMuna ErawatiMSi selaku pembimbing akademik

5 Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9

6 Kepala sekolah guru dan siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian

di sekolah tersebut

7 Kepada orang tuaku tercinta Bapak kardiyanto godi ismail dan Ibu

Sakdiyah serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk moril maupun materiil untuk membiayai

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran

8 Kepada kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga (pras anita said sahal takul

istad bang imtihan bang indi fegi dan yang lainnya) yang tak akan

pernah putus mencari ilmu dan selalu yakin usaha sampai

9 Kepada teman-temanku tercinta PAI D 2009 (agus rozaq anwar fegi

faisal) serta teman-teman yang saya kenal dan yang mengenal saya

yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah

memberikan saran do‟a serta motivasinya

10 Generasi muslim pemuda pemudi penerus cita-cita bangsa

Oleh karenanya penulis tak kan berarti apa-apa tanpa mereka semua kami

ucapkan banyak terimakasih Semoga amal perbuatan yang diberikan dengan

ikhlas akan dihitung oleh Allah serta memperoleh balasan kebaikan dan

mendapatkan Ridho Allah SWT Amin

10

11

ABSTRAK

Ismail G Syaifullah 2015 Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Pelajaran

20152016 Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga Dosen Pembimbing FatchurrahmanSAg MPd

Kata kunci Implementasi dan pendidikan profetik

Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang

krisis moral karena masih kurangnya akan pendidikan moral dan akhlak dalam

membentuk dan membangun moral serta akhlak para peserta didik Disadari atau

tidak pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada dimensi kognitif yang

hanya mencetak manusia cerdas dan terampil maka tidak heran jika terjadi krisis

moral dan akhlak Dalam pendidikan Islam pendidikan karakter merupakan

pendidikan akhlak Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pendidikan

karakter atau pembentukan moral dan akhlak seperti konsep pendidikan yang di

ajarkan Rasulullah Nabi Muhammad merupakan pendidik yang paling berhasil

dan menjadi suri tauladan Dengan meneladani dan meniru pendidikan yang

digunakan nabi diharapkan dapat membentuk dan membangun moral serta

akhlakul karimah Maka salah satu caranya dengan mengimplementasikan

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran agama Islam Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

2) Bagaimana problematika Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga 3) Bagaimana

hasil Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Sesuai dengan tema yang

peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field

research) Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah Pengumpulan data

menggunakan wawancarainterview dokumen dan observasi Lokasi Penelitian

dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di Jl Pattimura 47 Salatiga

50711 dan subjek penelitian adalah pendidik tenaga kependidikan dan siswa

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa implementasi pendidikan

profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

diterapkan dalam model pembelajaran dengan pembiasaan dan keteledanan

kolektif penanaman misi dan nilai-nilai kenabian pada peserta didik melalui

materi pembelajaran metode dan evaluasi pembelajarannya Terdapat beberapa

problematika dalam implementasi pendidikan profetik ada beberapa hambatan

dan solusi yang ditawarkan Hasil dari implementasi pendidikan profetik dapat

12

membangun dan membentuk akhlak serta moral peserta didik sehingga peserta

didik mempunyai sikap menghormati menghargai dan toleran Menumbuhkan

tingkat keagamaan dan motivasi ibadah siswa Sehingga intelektual emosional

akhlak dan moral peserta didik dapat berkembang secara utuh

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR BERLOGO ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING iii

PENGESAHAN KELULUSAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 10

C Tujuan Penelitian 10

D Landasan Teori 11

E Manfaat Penelitian 14

F Metode Penelitian 15

G Sistematika Pembahasan 21

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22

A Pendidikan dalam Islam 22

1 Pengertian Pendidikan 22

2 Pendidikan dalam Islam 23

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam 30

4 Tujuan Pendidikan Islam 34

B Pendidikan Profetik 39

1 Pengertian Profetik 39

2 Filsafat Profetik 41

3 Filsafat Pendidikan Profetik 41

4 Pengertian Pendidikan Profetik 45

5 Tujuan Pendidikan Profetik 46

6 Materi pendidikan Profetik 47

7 Pendidik Pendidikan Profetik 50

8 Peserta didik Pendidikan Profetik 54

9 Metode Pendidikan Profetik 56

10 Media Pendidikan profetik 60

11 Evaluasi Pendidikan Profetik 62

C Kontekstualisasi Pendidikan Profetik 64

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoirul

Ummah)

64

2 Pendidikan Profetik untuk Pengembangan Kebudayaan 65

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan 66

15

D Pendidikan Profetik dalam Pendidikan Agama Islam 72

BAB III HASIL PENELITIAN 79

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian 79

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga 79

2 Letak Geografi 79

3 Visi dan misi SMP Negeri 4 salatiga 80

4 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 81

5 Guru karyawan dan Siswa Struktur Personalia SMP

Negeri 4 salatiga

84

6 Situasi dan Kondisi SMP Negeri 4 salatiga 89

7 Ekstrakurikuler 90

B Temuan Penelitian 92

1 Hasil Penelitian 92

a Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

92

b Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

97

c Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

101

BAB IV PEMBAHASAN 105

A Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam 105

16

Pembelajaran pendidikan agama Islam

B Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

110

C Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

115

BAB V PENUTUP 119

A Kesimpulan 119

B Saran 121

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN-LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Tabel 31 Struktur Personalia SMP Negeri 4 salatiga 82

Tabel 32 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 83

Tabel 33 Data siswa SMP Negeri 4 salatiga 84

Tabel 34 Data Guru SMP Negeri 4 salatiga 85

Tabel 35 Data kualifikasi pendidikan guru SMP Negeri 4 Salatiga 85

Tabel 36 Data Karyawan SMP Negeri 4 salatiga 86

Tabel 37 Data sarana SMP Negeri 4 salatiga 87

Tabel 38 Data Prasarana SMP Negeri 4 salatiga 88

Tabel 39 Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 salatiga 91

Tabel 310 Kegiatan Ekstrakuliker SMP Negeri 4 salatiga 91

18

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia

Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan yang diharapkan akan

dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan orang banyak Selain

itu pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai penting dan strategis bagi peradaban manusia Hampir semua

negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal terpenting dan utama dalam

membangun suatu bangsa dan negara Di Indonesia sendiri hal ini jelas sudah

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan Serta dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk

mewujudkan upaya tersebut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)

memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang

Menurut Ahmad Makki dalam bukunya karya Jamal Ma‟mur Asmani

mengatakan bahwa jika pendidikan dalam sebuah bangsa sudah maju niscaya

19

akan maju pula bangsa itu Sebaliknya ketika pendidikan disuatu bangsa

tidak berkembang maka dapat dipastikan bangsanya akan terbelakang

Pendidikan di Indonesia sudah berjalan sekian puluh tahun sejak

kemerdekaannya dan selama itu pula terdapat perkembangan pendidikan di

Indonesia Tetapi jika disadari pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada

dimensi kognitif yang mencetak manusia-manusia yang cerdas terampil dan

mahir yang melahirkan manusia yang berkepribadian dan integritas

Kurangnya pengejawantahan dimensi afektif dan psikomotorik dalam sistem

pendidikan menjadikan krisis identitas serta hilangnya Nilai-nilai luhur yang

melekat pada bangsa Indonesia seperti kejujuran kesantunan kesopanan

hormat pada orang lain religius dan kebersamaan Hal ini menjadi

keprihatinan kita semua sebagai warga negara Indonesia

Masifikasi gelombang modernitas telah membawa siapapun termasuk

dunia pendidikan untuk hanyut mengikuti mainstream dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar tidak teraleniasi Dalam keadaan seperti ini

hegemoni konsep-konsep pendidikan ala barat sulit untuk dihindari yang mana

memarginalkan konsep-konsep dan ajaran lokal yang syarat akan nilai-nilai

moral Adanya problematika internal dalam sektor pendidikan serta hilangnya

orientasi untuk memberikan pencerahan dan membentuk jati diri bangsa

menjadikan kesinambungan program-program pendidikan belum bisa berjalan

mulus Ditambah dengan perubahan politik di negara ini karena adanya

kebijakan-kebijakan baru pada setiap pergantian menterinya Munculnya

realitas pendidikan saat ini yang lebih sibuk melayani golongan sosial tertentu

20

menjadikan adanya materialisasi pendidikan yang sudah mulai menggejala dan

menggeser ideologi pendidikan yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membedakan status sosial

Kurikulum seakan disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan

pekerjaan yang dibungkus dengan baju modernitas Kemudian adanya

dikotomi ilmu pendidikan antara ilmu pengetahuan umum dan agama

memunculkan problematika tersendiri Hal itu menjadikan pembagian dalam

hal pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu umum dan agama

sehingga dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya

menjadi kurang maksimal

Dunia pendidikan dituntut perannya untuk kembali memurnikan arah

perjalanan bangsa Dunia pendidikan akan berada pada kondisi dilematis-

kontradiktif karena adanya tuntutan modernitas sekaligus sebagai tuntutan

peran untuk selalu menjaga nilai-nilai moral Sementara dunia pendidikan

berada dalam paradoks disuatu sisi ingin menanamkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral namun pada sisi lain justru institusi atau lembaga pendidikan

mencerminkan praktek-praktek pendidikan yang menyimpang dari niliai-nilai

moral dan identitas bangsa Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia

dan pengembangan potensi serta bakat yang harus diubah orientasinya untuk

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkembang dalam tiga

ranah yaitu afektif kognitif dan psikomotorik Pendidikan haruslah

menanamkan dan mengembangkan karakter individu dan nilai-nilai

kemanusian Pendidikan juga diarahkan dalam menanamkan integritas etik dan

21

akhlak serta mengembalikan makna ldquopendidikanrdquo bukan hanya sekedar

ldquopengajaranrdquo Penggunaan metode-metode pendidikan yang mengedepankan

keteladanan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai yang diajarkan

Pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah Makna manusia yang berkualitas menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab Oleh karena itu pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa dan karakter Dengan adanya penanaman dan

pengembangan karakter bagi setiap peseta didik atau individu dalam sistem

pendidikan maka diharapkan akan menciptakan manusia yang berkualitas yang

mampu beradaptasi dengan zaman

Dengan berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya sebuah pendidikan

karakter Pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan bagi

setiap individu untuk menghayati kebebasan dalam hubungan mereka dengan

orang lain dan lingkungannya sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi

22

yang unik dan khas serta memiliki integritas moral yang dapat

dipertanggungjawabkan Lebih lanjut pendidikan karakter juga terkait dengan

tiga matra pendidikan yaitu pendidikan individual pendidikan sosial dan

pendidikan moral Melalui tiga matra pendidikan tersebut merupakan kondisi

dinamis dari struktur antropologi individu Pendidikan karakter dalam arti

demikian itu menurut Amin dalam Etika (1989) adalah pendidikan yang sejak

lama telah diperjuangkan oleh para filusuf bahkan para rosul utusan Tuhan

Yaitu pendidikan karakter yang bersifat integral holistik dinamis

komprehensif dan terus menerus hingga terbentuk sosok manusia yang terbina

seluruh potensi dirinya serta memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk

mengekspresikannya dalam seluruh aspek kehidupan

Untuk mewujudkan visi misi dan tujuan tersebut pendidikan karakter

membutuhkan dukungan salah satunya dari pendidikan agama Dalam pada itu

pendidikan agama memberikan sumbangan bagi pendidikan karakter dan

berperan penting dalam hal mempersatukan diri manusia dengan realitas

tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Pendidikan karakter yang ditopang salah

satunya oleh pendidikan agama membantu peserta didik untuk tumbuh secara

lebih matang dan lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

dalam kontek kehidupan bermasyarakat Namun hal tersebut juga harus

didukung dengan upaya yang disertai dengan keteladanan dari seluruh

komponen yang terlibat dalam pendidikan (terutama guru) lingkungan dan

atmosfer pendidikan yang kondusif

23

Pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam disebut juga dengan

pendidikan akhlak mulia Secara normatif-teologis merupakan sebuah agenda

dan misi utama bagi setiap agama Secara yuridis ajaran akhlak mulia secara

eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Jika dilihat secara historis pendidikan akhlak mulia

merupakan respon terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat

Lahirnya agama Islam di mekkah dan berkembang di madinah merupakan

sampling yang representative tentang perlunya agama ini membentuk akhlak

masyarakat Hal itu terjadi karena keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

menetapkan kebijakan strategi taktik dan hal lainnya (Abuddin 2012 210)

Pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah pembentukan kepribadian

seorang muslim Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan Disegi lain pendidikan

Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis yang mana pendidikan

Islam mengajarkan pendidikan iman dan amal Secara historis Islam dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudia disebarkan ke mekkah atau Islam

diajarkan di mekkah yang tadinya menyembah berhala musyrik dan sombong

dengan usaha dan kegiatan Nabi mengajarkan Islam kepada mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah menjadi mukmin

muslim dan menghormati orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin

sebagaimana yang dicita-citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik

membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus

menjadi pendidik yang berhasil Islam sebagai agama yang universal yang

24

oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktivitas sehari-hari

mensejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis Pendidikan versi

Islam tidak hanya sebagai penentu segala-galanya bagi vested interested

(kepentingan) manusia di dunia melainkan menjangkau kepentingan manusia

masa depan yang esensial di akhirat kelak

Di dalam Islam dan dalam pendidikan Islam khususnya secara tidak

langsung telah berupaya untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan

karakter atau akhlak mulia yaitu membentuk kepribadian seorang muslim

sebagaimana cita-cita Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur‟an dan

sunnah yang berdialoq secara kontinu dengan tradisi dan budaya setempat

Pendidikan karakter atau pendidikan akhlak mulia merupakan bagian dari

pendidikan Islam yang sudah ada sejak 15 abad yang lalu Ajaran Islam yang

berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan

individu dan pendidikan masyarakat Semua orang yang bertugas mendidik

adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Zakiah Darajat 2012 20) Telah

disebutkan sebelumnya bahwa Nabi Muhammad merupakan pendidikan yang

paling berhasil dan menjadi suri tauladan (QS3321)

25

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

Maka perlunya pendidikan Islam dalam hal ini pendidikan karakter atau

akhlak untuk filter dan tameng bagi adanya kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai barat yang menjadikan

kekalahan beruntun secara sosial politik ekonomi dan budaya komunitas

muslim merasa kelimpungan dengan reaksi yang beragam Diakui bahwa hal

ini disebabkan karena masih ada beberapa hambatan dalam pendidikan agama

Islam Karena terjadinya pengadopsian pendidikan barat untuk

mengembangkan pendidikan muslim Yang terjadi adalah pendidikan modern

(barat) plus pendidikan agama Islam untuk peserta didik muslim dan bukan

yang dikonstruk berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikembangkan dalam teori

dan keilmuan Islam

Pendidikan akhlah mulia yang terdapat dalam pendidikan agama Islam

saat ini telah terdikotomi oleh pendidikan nasional Terlebih yang terdapat di

lembaga pendidikan umum (SD SMP dan SMA) Mengamati pendidikan

agama Islam di Indonesia dari masa ke masa tergambar jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan bagian yang terpisah dari sistem

pendidikan nasional Bahkan saat ini pendidikan Islam di Indonesia sedang

menghadapi berbagai persoalan dan hambatan dalam berbagai aspek terutama

masalah orientasi pendidikan itu sendiri dengan kata lain masih belum

jelasnya konsep pendidikan yang dibawa serta bagaimana implementasi yang

26

berbentuk pembelajaran sebagai upaya menciptakan manusia yang mandiri dan

profesional Mengingat bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan

dasar bagi setiap muslim maka pendidikan agama Islam harus selalu ditumbuh

kembangkan secara sistematis oleh setiap umat Islam dimanapun Berangkat

dari karangka ini pendidikan agama Islam haruslah selalu senantiasa

mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi logis dari perubahan

Kurangnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam lembaga pendidikan

umum menghambat pembentukan manusia ideal (seorang muslim) yang siap

dengan agenda globalisasi dan modernisasi yang terjadi Lembaga pendidikan

umum tidak berfokus kepada pendidikan agama hal ini berbeda dengan

lembaga pendidikan agama yang fokus pendidikannya adalah keagamaan

Kurangnya jam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan

umum misalnya yang hanya 3 jam setiap minggu maka perlu adanya strategi

untuk memberikan bekal tentang pendidikan agama di pendidikan umum

Strategi dalam sistem pembelajarannya metodenya maupun dalam hal konsep

pembelajarannya Seperti penggunaan pendidikan profetik yaitu dengan proses

pengetahuan dan nilai yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan

Dengan adanya strategi dalam hal pembelajaran pendidikan agama Islam maka

mampu untuk mencetak manusia-manusia keseimbangan dalam pandangan

hidupnya serta memiliki penguasaan atau pengetahuan keagaaman untuk bekal

individu dalam kehidupan sehari-hari

27

Ditetapkanya SMP Negeri 4 Salatiga sebagai tempat penelitian karena

adanya strategi dan upaya-upaya yang digunakan Sekolah Menengah Pertama

ini dalam hal menumbuhkan pendidikan keagamaan Islam terhadap peserta

didiknya Secara geografis yang terletak di pusat kota Salatiga berada pada

pusat jalur ekonomi Salatiga Dalam hal pendidikan keteladanan yang

ditumbuhkan oleh pihak sekolah dalam kesehariannya di lingkungan sekolah

seperti adanya sholat berjama‟ah dan kegiatan keIslaman untuk peserta didik

Berangkat dari hal tersebut maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah ldquo IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMP

NEGERI 4 SALATIGA PADA TAHUN PELAJARAN 2014-2015rdquo

B RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi diatas maka ada sejumlah permasalahan yang

penulis ajukan untuk dicari jawabannya Sejumlah masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut

1 Bagaimana Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Apa problematika yang muncul dalam implementasi Pendidikan Profetik

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

3 Bagaimana hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

28

C TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam implementasi

Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

3 Untuk mengetahui hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

D LANDASAN TEORI

1 Pendidikan Profetik

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti

ldquopergaulan dengan anak-anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya

membimbing atau mendidik alam pertumbuhannya agar dapat berdidi

sendiri disebut paedgogos Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai

ldquo usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-

anak untuk membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

29

dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi

diri sendiri dan masyarakatnyardquo

Sedangkan Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau

berkenaan dengan nabi Kata dari bahasa inggris ini berasal dari bahasa

yunani ldquoprophetesrdquo sebuah kata benda untuk menyebut orang yang

berbicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga

orang yang berbicara masa depan Profetik atau kenabian disini merujuk

pada dua misi yaitu seseorang yang menerima wahyu diberi agama baru

dan diperintahkan untuk mendakwahkan pada umatnya disebut rasul

(messenger) sedang seseorang yang menerima wahyu berdasarkan agama

yang ada dan tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya disebut nabi

(Prophet)

Nabi (Prophet) yang menjadi acuan dalam pendidikan profetik

adalah Nabi Muhammad SAW yang mana sebagai suri tauladan dan

sebagai pendidik yang hebat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan

mengajarkan islam di mekkah yang tadinya kondisi mereka menyembah

berhala musyrik dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi

mengajarkan Islam kepada mereka lalu tingkah laku mereka berubah

menjadi penyembah Allah menjadi mukmin muslim dan menghormati

orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin sebagaimana yang dicita-

citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik membentuk kepribadian

yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus menjadi pendidik yang

berhasil Di dalam kehidupannya nabi SAW selalu memberikan

30

ketauladanan kepada ummatnya Hal inilah yang menjadikan nabi

Muhammad menjadi acuan Profetik atau kenabian dalam hal pendidikan

Jadi Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan

(knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun

akhlak moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus

memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul

ummah) Serta tercapainya intelektual emosional akhlak dan moral

peserta didik yang dapat berkembang secara utuh

2 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan kebiasaan dan tingkah laku belajar juga diartikan sebagai

pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Syaiful Bahri

200222)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik

(santri) Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran

tersebut ada kegiatan memilih menetapkan dan mengembangkan metode

atau strategi yang optimal untuk mengapai hasil pembelajaran yang

diinginkan dalam kondisi tertentu (Muhaimin 200382)

Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip

Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia sehingga

31

terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 2008 35)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati

hingga mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadist

(Abdul Majid amp Dian Andatani 2004 7)

Jadi pengertian pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah

upaya membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati hingga

mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi

pembelajaran yang ada

3 Implementasi pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan Jadi penerapan

pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Maka

pendidikan dibangun dan dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat

memiliki tradisi dan budaya akademik yang kondusif dalam keluarga dan

lingkungan sosial Tradisi dan budaya edukatif atau akademik ini secara

otomatis akan bergerak sesuai dengan hukum budaya yang mewakili

32

simbol-simbol agama dalam mentransfer ilmu teknologi dan seni kepada

siapapun Tradisi dan budaya profetik yang sudah terbangun kokoh bahkan

diluar kesadaran akan menggulirkan semangat keilmuan yang tinggi

Komitmen profetik yang berlangsung lama akan membetuk tradisi dan

dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pilar pendidikan profetik

yang akan menghasilkan tradisi dan lingkungan yang sehat

E MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk

menghadapi tantangan zaman dan modernisasi dan juga dengan ini diharapkan

dapat membentuk individu berkarakter yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Serta

memberikan konsep pendidikan Islam dalam membentuk dan mengembangkan

potensi intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara utuh

Sedangkan secara dimensi praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menemukan sebuah pola pendidikan Islam sebagai

pengembangan diri manusia dalam membentuk manusia sempurna menurut

Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Alam

sekaligus untuk memahaminya Hal tersebut menjadi kerangka acuan dalam

pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dikemas dalam

konsep pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan Islam karena

33

adanya dikotomi pendidikan yang terjadi dalam pendidikan umum dan

pendidikan agama

F METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai

metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola)

dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan) analisis data bersifat induksikualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono 201413)

Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (J Moeleong

20033)

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yang pertama karena dari judul skripsi ini hanya mengandung

satu variabel Kedua dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi

ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian Ketiga

34

metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola ndash pola nilai yang dihadapi

Dengan demikian peneliti dapat memilah ndash milah sesuai dengan fokus

penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin

hubungan dengan Subjek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami

keadaan Subjek dalam penggalian info atau data yang diperlukan Maka

Penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang

implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tersebut

Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian lapangan ( field research) Yaitu peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan ilmiah ( (J Moeleong 200626) Alasan peneliti menggunakan jenis

penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara

mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai

dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan

2 Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di

Jl Pattimura 47 Salatiga 50711

Adapun Subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi

kepala sekolah pengajar karyawan dan siswa

3 Teknik Pengumpulan Data

a Observasi Partisipan

35

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut( Sugiyono 2014309)

Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipatif

peneliti mengamati apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan

suka dukanya Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang tampak

Dengan observasi kita dapat secara langsung terjun kedalam objek

penelitian Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan KBM situasi

di sekolah dan pendidik Dalam observasi di SMP Negeri 04 Salatiga

selain melakukan pengamatan juga ikut ambil bagian dalam melaksanakan

aktifitas pendidikan di lingkungan sekolahan Selain itu juga berpartisipasi

dalam pembelajaran seperti ikut mengajar dan mengikuti proses

pembelajaran pendidikan Islam

b Pengumpulan data dengan wawancarainterview

36

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2014318)

c Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu Dokumen

bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh adanya dokumen Pengumpulan dokumen yang berkaitan

dengan objek penelitian yaitu berupa buku sejarah buku profil sekolah

pajangaan struktur buku informasi pendataan siswa dan guru kurikulum

pelajaran dan perangkat pembelajaran

37

d Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada Triangulasi berguna untuk

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2014327) Pengumpulan data diambil

dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama Adanya observasi kemudian dilanjutkan dengan wawancara

yang mendalam serta pengumpulan dokumentasi untuk sumber data yang

sama dan melakukan wawancara atau pengumpulan data pada beberapa

sumber data yang berbeda

4 Teknis Analisi Data

Bogdan menyatakan tentang analisis data kualitatif sebagai proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkan kedalam unit-

unit melakukan sintesa menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain Susan Stainback mengemukakan bahwa

analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

38

sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Sugiyono

2014332)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan

Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono

2014333) Peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu sebelum

memasuki lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian Fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan Analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

wakttu tertentu Pada saat wawancara analisis sudah dilakukan terhadap

jawaban dari hasil wawancara Setelah data diperoleh cukup banyak dan

dicatat secara teliti dan rinci maka dilanjutkan dengan mereduksi data

Dengan merangkum memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya Dengan demikian data akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya Langkah selanjutnya adalah penyajian data atau mendisplaykan

data yang menjadikan data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami Penyajian data menggunakan teks

bersifat naratif (Sugiyono 2014333) Langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

39

bersifat sementara dan bisa berubah Apabila pengumpulan data valid dan

konsisten maka kesimpulannya kredibel

G SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima)

BAB yaitu

BAB I Bab I ini berisi pendahuluan yang didalamnnya akan diuraikan

tentang latar belakang masalah rumusan masalah landasan teori tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Dalam Bab II berisi kajian teori yang didalamnya akan

dipaparkan tentang pengertian Pendidikan Profetik Sistem Pendidikan Profetik

dan Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

BAB III Bab III berisi laporan hasil penelitian yang didalamnya akan

diuraikan tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga gambaran

pembelajaran Pendidikan Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Konsep Pendidikan

Profetik yang diterapkan di SMP Negeri 4 Salatiga Dan implementasi

pendidikan Profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

BAB IV Bab IV berisi Hasil penelitian yang berupa deskripsi hasil

penelitian temuan hipotesis dari penelitian dan hasil pengujian Hipotesis

mengenai implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

40

BAB V Bab V berisi penutup yang di dalamnya akan dipaparkan

mengenai kesimpulan dan saran-saran

41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A PENDIDIKAN DALAM ISLAM

1 Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti ldquopergaulan dengan anak-

anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai ldquo usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnyardquo

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman

hidup pembentukan kembali pengalaman hidup Sementara itu Komisi

Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata

menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan

akhir pendidikan

42

Meski berawal dari akar kata yang sama tetapi pemberian makna terhadap

istilah pendidikan begitu beragam Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip

masanya serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis

apalagi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis

(Armai 200716)

2 Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia pendidikan ialah proses sosialisasi yakni

memasyarakatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia

yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri yaitu mampu

konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan Nabi SAW

bersabda ldquoDidiklah anakmu-anakmu sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya dan bukan untuk zamanmurdquo Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi 2004137)

Ahmad D Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai

program bimbingan sunyek pendidikan (guru pendidik) kepada objek

pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu dalam jangka waktu tertentu

dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam Menurut

Yusuf Qardhawi pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal

dan hatinya rohani dan jasmaninya akhlak dan ketrampilannya

43

Menurut Muyazin Arifin hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui

ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya

( Armai 200718)

Secara estimologis pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil Al

Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan

Islam adalah upaya mengembangkan mendorong serta mengajak manusia

lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 200835)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum

terdapat di zaman Nabi Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi

dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran

memberi contoh melatih keterampilan berbuat memberikan motivasi dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita

harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut Kata ldquoPendidikanrdquo yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arabnya adalah ldquoTarbiyahrdquo dengan kata kerja ldquoRabbardquo Kata

ldquopengajaranrdquo dalam bahasa Arabnya adalah ldquota‟limrdquo dengan kata kerjanya

44

ldquo bdquoallamardquo Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya ldquoTarbiyah wa

ta‟limrdquo sedangkan ldquopendidikan Islamrdquo dalam bahasa Arabnya adalah

ldquoTarbiyah Islamiyahrdquo (Zakiyah Daradjat 201225)

Dalam konteks pendidikan Islam kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah Sejak dekade 1970-an

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah

Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak Dalam bahasan berikut kita

akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai

terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi 2004138)

a Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh jiwa dan ruh disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah intelektual dan ruhaniah pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai

denagn berbagai tingkat dan derajat

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim Sementara DrFatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim Menurut Al-

Attas pendidikan adalah beban masyarakat Penekanan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (bdquoilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta‟dib karena adab

45

sebagaimana didefinisikan disini sudah mencakup ilmu dan amal Simaklah

sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut

ldquodari ibnu mas‟ud Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian

menjadikan pendidikanku yang terbaik (HRIbnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi

jamius Shaghir I14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai ldquo mendidikrdquo yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata bdquoallama dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai ldquopendidikanrdquo dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim

Dengan jelas dan sistematik Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai

berikut

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur pembangunan iman ilmu dan amal

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik Cara Tuhan mendidik Nabi tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna

3) Dalam kerangka pendidikan istilah ta‟dib mengandung arti ilmu

pengetahuan dan pengasuhan yang baik

4) Dan akhirnyaAl-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama

sopan-santun adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib

b Al-Ta‟lim

46

Menurut Abdul Fatah Jalal proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah Untuk menjelaskan pendapat ini jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34 Menurut jalal

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh serta lebih luas dari pada kata tarbiyah Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca

tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman tanggung jawab

dan amanah

Jadi berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut Al-

Qur‟an ta‟lim lebih luas dari tarbiyah Berbeda dengan Al-Attas Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib Selanjutnya Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan juga ketrampilan yang

dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku

c Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi At-Tarbiyah adalah lebih tepat

digunakan dalam terminologi pendidikan Islam An-Nahlawi mencoba

47

menguraikan secara sistematik semantik lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39

2) Rabiya-yarbu denagn wazan Khafiya-yakhfa yang berarti menjadi

besar

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu berarti memperbaiki

menguasai urusan menuntun menjaga dan memelihara

Imam Al-Baidhawi mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna

Dari ketiga istilah tersebut Abdurrahman an-Nahwali menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur pertama menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh Kedua mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam Ketiga mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya Dan keempat proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib dengan sedikit

demi sedikit hingga sempurna

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak

perlu terjadi jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan

dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan

diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan

Islam sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai

berikut

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding

kedua istilah lainnya

2) Dalam interaksi edukatif konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim dan

3) Keduanya baik tarbiyah maupun ta‟lim harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya tetapi

dengan modifikasi tertentu sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat ldquofadilahrdquo tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada

pertumbuhan dan pembinaan keimanan keIslaman dan keihsanan

disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual peserta didik

Jadi antara ta‟dib ta‟lim dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan

yang lain Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam

bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif Maka dari tiga hal di ataslah

lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam

49

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam

Suatu totalitas kependidikan harus bersandar pada landasan dasar

Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak

dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh paripurna atau syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh Kajian tentang pendidikan Islam tidak

boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang

mendasar Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam yaitu a) Al-

Qur‟an b) Al-Sunnah c) Al-Kaun dan d) Ijtihad

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah

SWT dan karenanya ia merupakan dasar hukum bagi mereka Al-Qur‟an

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan

yang terjadi Al-Qur‟an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan

manusia Segala persoalan terdapat hal pokoknya di dalam Al-Qur‟an serta

berisi tentang aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela

mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu

Al-Qur‟an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara

umum Juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial

moral dan spiritual di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu

Sebagai contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat

50

Lukman ayat 21-19 Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman akhlak ibadat sosial dan ilmu pengetahuan

Maka Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam

setiap sendi kehidupannya yang akan mengantarkan manusia mampu

berdialog secara ramah dengan dirinya sendiri dengan alam sekitar dan

dengan Tuhannya maka al-Qur‟an menjadi landasan yang kokoh dan

paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual spiritual dan

keparipurnaan hidup manusia secara hakiki Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi

2004155)

b) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rosul

Allah SWT Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan

Dijadikannya as-sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak

terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap Al-Qur‟an Yaitu -

Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang bersifat umum Maka

dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang

diterangkan - Sunnah mengkhidmati al-Qur‟an Memang as-sunnah

menjelaskan mujmal al-Qur‟an menerangkan musykilnya dan

memanjangkan keringkasannya Al-Qur‟an menekankan bahwa Rosul

51

SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-fiman Allah (QS1644)

Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-sunnah fi makanatiha wa fi

Tarikhiha menulis bahwa as-sunna mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan Al-Qur‟an dan fungsi berkaitan dengan pembinaan hukum syara‟

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an

Sunnah berisi tentang petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

manusia dalam segala aspekny untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa Untuk itu Rasul Allah menjadi

guru dan pendidik utama Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua bagi cara pembinaan manusia muslim dalam setiap sendi

kehidupannya

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia

melalui perantara malaikat jibril dan nabi-nabiNya ia juga

membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata yaitu alam semesta

dengan segala macam partikel dan heteroginitas berbagai entitas yang ada

di dalamnya langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya

laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan gunung-gunung

berbagai macam binatang dan sebagainya

Mengenai ayat-ayat kauniyah tersebut beberapa ayat di dalam al-

Qur‟an menyatakan dengan gamblang dalam surah Ar-Ra‟d ayat 3 dan Al-

Jatsiyah Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

52

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial begaimana bersikap dan berperilaku mulia Ditilik dari

wacana pedagogis hal itu amatlah berarti bagi berlangsungnya proses

pendidikan demi tercapainya (setidaknya) dan hal bagus bukan hanya

tumpukan ilmu dan kepandaian tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan sayri‟at Islam

untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan

sunnah (Zakiyah Daradjat 201221) Ijtihad sebagai langkah untuk

memperbaharui interpretasi dan pelembagaan ajaran Islam dalam

kehidupan yang berkembang merupakan semangat kebudayaan Islami

Ijtihad yang diarahkan pada interpretasi wahyu dan al-kaun akan

menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menggembirakan Sebab interpretasi manusia atas wahyu akan

menghasilkan pemahaman keagamaan atau agama yang aktual Orang

yang melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid Seorang mujtahid

senantiasa menggunakan akal budinya untuk memecahkan problematika

kemanusiaan dalam kehidupannya Orang yang senantiasa menggunakan

akal budinya oleh Al-Qur‟an disebut sebagai ulul-albab (Khoiron

Rosyadi 2004159)

53

Menurut Al-Qur‟an ulul-albab adalah sekelompok manusia tertentu

yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT Diantara keistemewaannya

adalah mereka diberi hikmah dan pengetahuan disamping pengetahuan

yang diperoleh secara empiris (QS2269)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur‟an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsip saja (Zakiyah Daradjat 201222)

4 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah apa yang dicanangkan oleh manusia atau sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha serta kegiatan selesai Ketika

berbicara mengenai tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita untuk

berbicara tentang tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia Sebab pendidikan

hanyalah suatu alat yang digunakan oelh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

Al-Syaibany menampilkan definisi tujuan sebagai perubahan yang

diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau upaya yang diusahakan

oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada

tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitar Jadi tujuan-tujuan pendidikan jika mengikuti

definisi ini maka ada perubahan yang diinginkan dalam tiga bidangyaitu a)

54

tujuan-tujuan individual b) tujuan-tujuan sosial dan c) tujuan-tujuan

profesional (Khoiron Rosyadi 2004161)

Dilihat dari segi UU No23 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

nasional dalam Bab II dasar fungsi dan tujuan pada pasal 3 maka tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak

mulia sehat berilmucakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam

a Tujuan Umum pendidikan Islam

1) Prof M Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan

Islam menyimpulkan bahwa tujuan umum yang asasi bagi pendidikan

Islam yaitu

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan untuk mengetahui (co-riosity)

e) Menyiapkan pelajar dari segi profesional

2) Prof Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Islam dan Metode-metode pengajarannya tujuan umum

yang ditampilkan yaitu

55

a) Pendidikan akal dan Persiapan pikiran

b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak

c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan

kesediaan-kesediaan manusia

3) Menurut Muhammad Quthb tujuan umum pendidikan Islam adalah

manusia yang taqwa itulah manusia yang baik menurutnya Sungguh

yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah

yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya (QS Al-Hujurat (49)13)

4) Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia Hamba Allah Jadi menurut Islam pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia sebagai makhluk yang

menghambakan diri kepada Allah(beribadah kepadaNya) Karena

sesuai dengan pesan Al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia supaya mereka beribadah kepadaNya (QSal-Dzariyat

(51)56)

Tujuan umum pendidikan Islam diberi perhatian dan tidak terkena

perubahan dari waktu ke waktu Finalitas kenabian secara implisit menyatakan

finalitas cita-cita yang diajarkan Nabi SAW kepada sekalian manusia Jadi

tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan yang berada jauh dari masa

sekarang sebuah hasil pencapaian yang tidak dapat terlaksana melalui kerja

Taqwa kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam ia

sebagai ultimate goal dari serangkaian tujuan yang ditampilkan di atas dan

56

masing-masing tujuan tersebut mempunyai hubungan sistematik satu sama

lainnya yang tak dapat terpisahkan (Khoiron Rosyadi 2004170)

b Tujuan khusus Pendidikan Islam

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah perubahan-perubahan

yang diingini yang bersifat atau bagian yang termasuk di bawah tujuan

umum pendidikan Dengan kata lain gabungan pengetahuan ketrampilan

pola-pola tingkah laku sikap nilai-nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terkandung dalam tujuan umum bagi pendidikan yang tanpa

terlaksananya tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna

Contoh tujuan umum ldquo untuk menumbuhkan semangat agama dan

akhlakrdquo maka pada tujuan khusus sebagai berikut

1) Memperkenalkan akidah-akidah Islam kepada generasi muda

2) Menumbuhkan kesadaran pada diri terhadap agama

3) Menambah keimanan kepada Allah Sang Pencipta

4) Menumbuhkan rasa rela optimisme kepercayaan diri tanggung

jawab menghargai tolong menolong dan berkorban

5) Mendidik naluri motivasi keinginan generasi muda dan

membentengi mereka menahan motivasinya dan membimbingnya

dengan baik

6) Membersihkan hati mereka dari dengki iri hati benci egoisme

khianat perpecahan dan perselisihan

57

c Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah

Surat Ali Imron ayat 102

(

Artinya

ldquoWahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)rdquo (QS Ali Imron (3)102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari akwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya Insan Kamil yang mati dan

menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

Islam (Zakiyah Daradjat 201231)

B PENDIDIKAN PROFETIK

58

1 Pengertian Profetik

Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi Kata dari bahasa Inggris ini berasal dari bahasa yunani ldquoprophetesrdquo

sebuah kata benda untuk menyebut orang yang berbicara awal atau orang yang

memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan

Profetik atau kenabian disini merujuk pada dua misi yaitu seseorang yang

menerima wahyu diberi agama baru dan diperintahkan untuk mendakwahkan

pada umatnya disebut rasul (messenger) sedang seseorang yang menerima

wahyu berdasarkan agama yang ada dan tidak diperintahkan untuk

mendakwahkannya disebut nabi (Prophet) (MohRoqib 201149)

Kenabian dari kata arab ldquonabiyrdquo dan kemudian membentuk kata

nubuwwah yang berarti kenabian Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

nabi adalah hamba Allah yang ideal secara fisik (berbadan sehat dengan fungsi

optimal) dan psikis (berjiwa bersih dan cerdas) yang telah berintegrasi dengan

Allah dan malaikatNya diberi kitab suci dan hikmah bersamaan dengan itu dia

mampu mengimplementasikan dalam kehidupan dan mengkomunikasikannya

secara efektif kepada sesama manusia Sedang kenabian mengandung makna

segala ihwal yang berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh

potensi kenabian Potensi kenabian dapta menginternal dalam individu setelah

ia melakukan proses edukasi yang didasarkan oleh nilai-nilai kenabian dalam

Al-qur‟an Sunnah dan Ijtihad dengan berbagai upaya melakukan pemikiran

sehingga dapat menemukan kebenaran normatif dan faktual Pemikiran

filosofis ini kemudian disebut dengan filsafat profetik atau filsafat kenabian

59

Dengan potensi tersebut nabi mampu menyampaikan risalah dan membangun

umat dan bangsa sejahtera lahir batin

Agar tugas-tugas kenabian tercapai setiap nabi diberikan sifat-sifat mulia

yaitu a Jujur (al-sidq) b Amanah (al-amanah) c Komunikatif (al-tablig)

dalam arti selalu menyampaikan ajaran dan kebenaran dan d Cerdas (al-

fatanah) Setiap Nabi memiliki misi utama yang harus dipahami dan

dilaksanakan oleh ulama sebagai pewaris para nabi Misi kenabian tersebut

dalam bingkai mengembangkan kitab suci yaitu a menjelaskan ajaran-

ajaranNya b menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan sesuai dengan perintahNya

c memutuskan perkara atau problem yang dihadapi masyarakat dan d

memberikan contoh pengamalan

Keempat tugas dan misi ini jika dimaknai dalam konteks pendidikan nabi

memiliki tugas pertama adalah memahami Al-Qur‟an berarti nabi harus

menguasai ilmu (ilahiyah) yang akan menjadi materi dan dijelaskan kepada

peserta didik kedua menyampaikan materi (ajaran) tersebut kepada umat

(peserta didik) ketiga melakukan kontrol dan evaluasi dan jika terjadi

penyelewengan dilakukan pendisiplinan diri agar tujuan pendidikan (ajaran)

dapat diaplikasikan dalam kehidupan Terakhir nabi memberikan contoh dan

model ideal personal dan sosial lewat pribadi nabi yang menjadi rasul dan

manusia biasa (MohRoqib 201149)

Seorang nabi yang memiliki potensi sempurna yang diberikan Tuhan yang

merupakan model utama moral utama yang patut dicontoh dalam kehidupan

60

termasuk dalam dunia pendidikan bagaimana potret pendidikan kenabian dan

bagaimana potret itu dapat menjadi faktual saat ini

2 Filsafat profetik

Filsafat profetik atau filsafat kenabian adalah pemikiran filosofis yang

didasarkan pada nilai-nilai kenabian dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan

berbagai upaya pemikiran reflektif-spekulatif sampai pada penelitian empirik

sehingga menemukan kebenaran normatif dan faktual aplikatif yang memiliki

daya sebagai penggerak umat sehingga terbentuk khaira ummah atau

komunitas ideal Secara teologis filsafat profetik ini diambil dari pemikiran

sufi yang membincang tentang bentuk kemanunggalan (ittihad) Tuhan yang

Esa (tauhid) yang transenden dengan manusia yang relatif dan plural

Filsafat profetik atau filsafat kenabian sebagai upaya mendialogkan

manusia Tuhan dan alam dapat dimaknai sebagai filsafat yang mengkaji

tentang hakikat kebenaran dengan mendasarkan pada wahyu yang masuk dan

menginternal dalam diri manusia agung (an-nabiy) kemudian dikomunikasikan

pada manusia dan keseluruhan alam agar kebenaran tersebut menjadi mungkin

untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta manusia

terbaik (khaira ummah) dengan kehidupan yang sejahtera (MohRoqib

201153)

3 Filsafat pendidikan profetik

Berdasarkan pada pemahaman terhadap filsafat profetik sebagaimana

telah disebutkan filsafat pendidikan profetik adalah pemikiran filosofis

kependidikan yang mendasarkan pada pemahaman terhadap alam dan hukum

61

dialektikanya yang bermuara pada hubungan antara tuhan dan manusia yang

menyatu (tauhid) tanpa menghilangkan keEsaan Tuhan dan tidak pula melebut

eksistensi manusia sehingga manusia yang percaya terhadap yang profon akan

bertindak sebagai manifestasi kepercayaan kepada Allah sekaligus memahami

keterbatasan dan kelemahan memahami realitas hukum dan alam Tuhan

(MohRoqib 201186) Filsafat pendidikan profetik merupakan proses transfer

pengetahuan dan nilai untuk pengEsaan terhadap Allah yang dilakukan secara

kontinu dan dinamis disertai pemahaman bahwa dalam diri ada kelebihan dan

kelemahan yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan (yang transenden)

Islam merupakan agama yang abadi karenanya menuntut perubahan yang

permanen yang disertai dengan cita-cita mengenai tujuan (a sense of goal)

yaitu membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan Untuk memberi arah ke

mana transformasi tersebut akan dibawa maka dibutuhkan ilmu sosial profetik

untuk memberikan petunjuk kearah transformasi yang dilakukan Perubahan

yang didasarkan pada cita-cita Humanisasi emansipasi Liberasi dan

Transendensi yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik Humanisasi

Liberasi dan Transendensi merupakan dasar cita-cita profetik dalam pendidikan

Tiga muatan itulah yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik dengan

berdasarkan Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110

62

110 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah (QS Ali Imron 110)

a Transendensi

Transendensi berasal dari bahasa Latin ldquotranscendererdquo yang

berarti naik ke atas dalam bahasa inggris ldquoto transcendrdquo berarti

menembus melewati melampui artinya perjalanan di atas atau di luar

ldquotranscendrdquo berarti melebihi lebih penting dari ldquotranscendentrdquo

berarti sangat teramat atau sukar dipahamkan atau diluar pengertian

dan pengalaman biasa Transendensi bisa diartikan Hablun min Allah

ikatan spiritual yang mengikatkan antara manusia dan Tuhan

Transendensi dalam teologi Islam berarti percaya kepada Allah kitab

Allah dan yang ghaib (MohRoqib 201178)

Berdasarkan pada filsafat profetik indikator transendensi dapat

dirumuskan 1) mengakui adanya kekuatan supranaturalAllah 2)

melakukan upaya mendekatkan diri kepada Allah 3) berusaha untuk

memperoleh kebaikan Tuhan sebagai tempat bergantung 4)

memahami suatu kejadian dengan pendekatan mistik (kegaiban)

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuasaanNya 5) mengaitkan

perilaku tindakan dan kejadian dengan ajaran kitab suci 6) melakukan

sesuatu disertai harapan untuk kebahagiaan hari akhir (kiamat) 7)

menerima masalah atau problem hidup dengan rasa tulus dan dengan

63

harapan agar mendapat balasan di akhirat untuk itu kerja keras selalu

dilakukan untuk meraih anugerahNya

b Liberasi

Liberasi dari bahasa Latin ldquoliberarerdquo berarti memerdekakan atau

pembebasan Liberation dari kata ldquoliberalrdquo yang berarti bebas

Liberation berarti membebaskan atau tindakan memerdekakan

Artinya pembebasan terhadap semua yang berkonotasi dengan

signifikasi sosial seperti mencegah bernarkoba memberantas judi

membela nasib buruh dan mengusir penjajah (MohRoqib 201182)

Dari definisi dan pemahaman terhadap filsafat profetik dapat

dirumuskan indikator ilberasi yaitu 1) memihak kepada kepentingan

rakyat wong cilik dan kelompok mustad‟afin 2) menegakkan

keadilan dan kebenaran 3) memberantas kebodohan dan

keterbelakangan sosial-ekonomi 4) menghilangkan penindasan dan

kekerasan

c Humanisasi

Humanisasi berasal dari kata Yunani humanitas berarti makhluk

manusia menjadi manusia Dalam bahasa inggris human berarti

manusia bersifat manusia humane berarti peramah orang penyayang

humanism berarti peri kemanusiaan Humanisasi (insaniyyah) artinya

memanusiakan manusia menghilangkan kebendaan ketergantungan

kekerasan dan kebencian dari manusia (MohRoqib 201184)

64

Indikator Humanisasi 1) menjaga persaudaraan meski berbeda

agama kayakinan status sosial dan tradisi 2) memandang seseorang

secara total 3) menghilangkan berbagai bentuk kekerasan 4)

membuang jauh sifat kebencian terhadap sesama

Ketiganya disebut visi profetik Untuk filsafat pendidikan profetik Unsur-

unsur profetik tersebut harus menjadi tema pendidikan Islam Setiap

pendidikan Islam harus menyertakan unsur transendensi Humanisasi plus

transendensi liberasi plus transendensi karena transendensi begitu sentral

4 Pengertian Pendidikan Profetik

Pendidikan profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan

nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam

sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal

(khairul ummah) Pendidikan profetik peserta didiknya dipersiapkan sebagai

individu sekaligus komunitas untuk itu standar keberhasilan pendidikan diukur

berdasarkan capaian yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasi

secara sosial (MohRoqib 2011 88)

Pendidikan profetik merupakan upaya sadar dalam proses transfer

pengetahuan dan nilai-nilai kenabian yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara

utuh dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Strategi pendidikan profetik sebagaimana Nabi dimulai keteladanan diri

dan bangunan keluarga ideal (maslahah) Pendidikan dalam perspektif profetik

memiliki dasar tradisi akademik dan kondusif sebagaimana Nabi membangun

65

tradisi Madinah (sunnah madaniyyah) atau sunnah nabawiyyah yang memiliki

daya kolektif untuk terus bergerak progresif secara kontinu dengan pilar

transendensi yang kuat berpengaruh pada seluruh dimensi dan sistem

kependidikan yang dalam kegiatan riilnya dibarengi dengan pilar humanisasi

atau membangun nilai kemanusiaan dan liberasi memupus berbagai hal yang

merusak kepribadian

Kompetensi pendidik atau guru dalam pendidikan profetik meliputi empat

hal yaitu kejujuran (sidq) tanggung jawab (amanah) komunikatif (tabliq) dan

cerdas (fatanah) Pendidikan Profetik secara faktual berusaha menghadirkan

nilai kenabian dalam konteks kekinian Secara skematis bagaimana

epistemologi model integrasi dan koneksitas serta pola bangunan profetik

5 Tujuan Pendidikan Profetik

Tujuan pendidikan ada tujuan akhir ultimate goals immediate goals dan

tujuan khusus Semua tujuan tersebut harus berjalan dan berhubungan dengan

berbagai sistem sebab akibat hukum-hukum material dan keharmonisan

kehidupan praktis duniawi Di dalam pendidikan Islam tujuannya adalah

membentuk kepribadian muslim paripurna (kaffah) yang memiliki indikator

kemandirian multi kecerdasan dan kratif dinamis sehingga mampu memberi

rahmat bagi alam

Tujuan pendidikan profetik sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Pertama

prinsip integrasi (tauhid) yang memandang adanya wujud kesatuan dunia-

66

akhirat Karena itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk

mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat

Kedua prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari

prinsip integrasi Keseimbangan antara muatan rohaniah dan jasmaniah antara

ilmu murni dan terapan antara teori dan praktek antara nilai yang menyangkut

akidah syariah dan akhlak

Ketiga prinsip persamaan dan kebebasan Prinsip ini dikembangkan dari

nilai tauhid bahwa Tuhan adalah Esa oleh karenanya setiap individu bahkan

semua makhluk adalah dari pencipta yang sama

Keempat prinsip kontinuitas dan berkelanjutan Dari prinsip ini dikenal

konsep pendidikan seumur hidup (life long education) Sebab dalam Islam

belajar adalah suatu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir

Sebagaimana ulama salaf berkata (HAMKhon 2014 145)

ldquoCarilah ilmu dari ayunan sampai lubang kuburrdquo

Kelima prinsip kemaslahatan dan keumatan Ruh tauhid apabila menyebar

dalam sistem moral akhlak kepada Allah dengan kebersihan hati dan

kepercayaan yang jauh dari kotoran akan memiliki daya juang untuk membela

hal-hal yang maslahah atau berguna bagi kehidupan

6 Materi Pendidikan Profetik

Materi pelajaran kurikulum dan silabus dalam pendidikan profetik yang

diberikan pendidik harus ditata dan disusun sesuai dengan jenjang jenis dan

67

jalur pendidikan Sebagai software materi yang termuat dalam silabi

merupakan bentuk operasional yang menjabarkan konsep pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan

Minimal ada tiga prinsip dalam merancang materi pertama

pengembangan pendekatan religius kepada dan meliputi semua cabang ilmu

pengetahuan kedua isi pelajaran yang bersifat religius seharusnya bebas dari

ide dan materi yang jumud dan tak bermakna dan ketiga perencanaan dengan

memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor disebut sebagai tiga

prinsip kontinuitaskesinambungan sekuensi dan integrasi

Tujuan yang jelas mempermudah mengambil langkah operasional dalam

proses kependidikan termasuk penentuan materi Dalam perspektif pendidikan

profetik unsur religius yang transendental humanis dan liberal harus

berintegrasi dengan setiap cabang ilmu Dalam pengembangan materi yang

terdapat pada kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional Hal ini

menurut Noeng Muhadjir pendekatan proporsional tersebut diharapkan ada

integrasi pendekatan dalam penetapan suatu materi yang melibatkan

pendekatan akademik humanistik dan teknologi secara proporsional

Rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam II menuangkan

suatu pengorganisasian materi menjadi pengetahuan a perential dan b

acquired dua istilah yang dalam klasifikasi ilmu pengetahuan klasik dikenal

sebagai bdquoulum naqliyyah dan bdquoulum bdquoaqliyah (muktasabat) Rekomendasi ini

selengkapnya dilampirkan oleh Syed Ali Ashraf (MohRoqib 2011128)

68

Khusus mengenai pengorganisasian itu adalah sebagai berikut Kelompok

I perenial (meliputi ilmu-ilmu abadi) meliputi 1 al-Qur‟an a) membaca

(qira‟at) menghafal (hifz)interpretasi (tafsir) b) sunnah c) sirah Nabi d)

tauhid e) Ushul Fiqh dan Fiqh f) bahasa Arab 2 Materi tambahan meliputi a)

filsafat Islam b) perbandingan agama c) Kebudayaan Islam

Kelompok II Asquired (muktasabat ilmu-ilmu hasil pencarian manusia)

1 Imajinatif a) Seni Islam dan Arsitektur b) Bahasa dan Sastra 2 Ilmu-ilmu

Intelektual a) Studi Sosial b) filsafat c) ekonomi d) ilmu politik e) sejarah f)

peradaban Islam g) ilmu bahasa h) Geografi i) sosiologi j) Psikologi dan i)

antopologi 3 Ilmu-Ilmu pengetahuan Alam (Teoritik) a) Filsafat Ilmu b)

Matematik c) Statistik d) fisika e) Kimia dan lain-lain 4 Ilmu-ilmu terapan

a) Rekayasa dan Teknologi b) Kedokteran c) Pertanian dan d) Kehutanan 5

Ilmu-ilmu Praktik a) Perdagangan b) Ilmu Administrasi c) Ilmu Perpustakaan

d) Ilmu Komunikasi

Sebagian masalah penting yang dihadapi dalam menetapkan materi adalah

masalah keusangan (absolescence) Keusangan menjadi persoalan dalam kaitan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Persoalan keusangan

lebih banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu pada kelompok kedua yakni ilmu hasil

pencarian manusia (acquired knowledges) (MohRoqib 2011130)

Persoalan penting yang perlu digaris bawahi dalam menetapkan materi dan

meyusun buku teks adalah bahwa ilmu-ilmu perenial (abadi) pada kelompok

pertama itu tetap menjadi inti kurikulum yang disusun dengan gradasi dan

sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan Hal lain yang

69

perlu diperhatikan adalah al-Qur‟an bukanlah teks sains melainkan kitab suci

yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya Al-Qur‟an berfungsi

sebagai prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadist

Nabi juga merupakan prinsip-prinsip pendidikan Islam Hal ini untuk

menghindarkan dari persoalan dikotomik ilmu pengetahuan yang muncul

dalam kurikulum termasuk dalam proses belajar mengajar

Mengakhiri tentang materi dalam paradigma profetik perlu dikemukakan

tentang nilai strategis membaca Materi untuk tingkat dasar adalah mengenal

huruf dan membaca teks Untuk tingkat menengah dapat dikembangkan materi

yang terkait dengan keterampilan atau strategi membaca cepat dan kreativitas

menulis Selanjutnya di perguruan tinggi dikembangkan materi teknik

memanfaatkan bahasa dan baca tulis untuk berkomunikasi efektif dan lobi

7 Pendidik Pendidikan Profetik

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan

karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah

ditentukan bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif

Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti

al-mulim (guru) al-mudarris (pengajar) al-muaddib (pendidik) dan al- walid

(orang tua) Dalam Islamm orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal Pertama

karena kodarat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya

70

Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu oranag yang berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya (Khoiron Rosyadi 2004172)

Proses pembelajaran memposisikan pendidik berperan besar dan strategis

Karena itu corak dan kualitas pendidikan profetik secara umum dapat diukur

dengan kualitas pendidiknya sebab dengan pendidik yang memiliki kualifikasi

tinggi diharapkan dapat menciptakan dan mendesain materi yang lebih dinamis

dan konstruktif mengatasi kelemahan materi dan subjek didiknya diantaranya

dengan menciptakan suasana yang kondusif dan strategi pembelajaran aktif

yang baik Dengan pendidik yang memiliki kualitas tinggi kompetensi lulusan

(output) pendidikan dapat dijamin sehingga mereka mampu mengelola potensi

diri mengembangkan kemandirian untuk menatap masa depan gemilang yang

sehat dan prospektif (MohRoqib 2011132)

Secara umum tugas pendidik ialah mengupayakan perkembangan seluruh

potensi subjek didik Pendidik bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia

juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri dengan semangat profetik Pendidik memiliki kedudukan sangat

terhormat karena tanggungjawabnya yang berat dan mulia

Seorang Pendidik membawa amanah Illahiyah untuk mencerdaskan

kehidupan umat dan membawanya taat beribadah dan berakhlak mulia Karena

tanggung jawabnya yang tinggi ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu

Syarat terpenting pendidik menurut Zakiah Daradjat adalah kepribadian utama

yang haus dimiliki oleh pendidik tersebut Kepribadian yang utuh meliputi

tingkah laku maupun tata bahasanya Sebab kepribadian pendidik akan mudah

71

diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya termasuk budi bahasanya Oleh

karena itu pendidik menurut Imam Zarnuji seharusnya seorang yang bdquoalim

wara‟ dan lebih tua usia (dan kedewasaanya)

Beberapa syarat kepribadian secara lengkap yang harus dimiliki oleh

pendidik agar ia bisa menjadi pendidik yang baik adalah 1) zuhud dan ikhlas

2) bersih lajir dan batin 3) pemaaf sabar dan mampu mengendalikan diri 4)

bersifat kebapakan dan keibuan 5) mengenal peserta didik dengan baik (baik

secara individual maupun kolektif) Pendidik ideal adalah pendidik yang pada

saat bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik (MuhRoqib 2011134)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul ambiya‟ seorang

pendidik harus yang baik shaleh yang merasa bahwa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang Muslim yang

baik yang akan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang

diajarkan Islam yang perbuatannya akan dijadikan teladan anak didiknya Prof

DR Hadari Nawawi (1983) mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu

mengadakan sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) didik dalam setiap

relasinya Jika antara keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam

kebersamaannya maka yang terjadi hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi

pendidikan

Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses seorang guru dianjurkan

untuk mempraktikkan hal-hal berikut (Muhammad jameel 200543)

a Mengucapkan salam

72

b Seorang guru tidak diperkenankan meminta muridnya berdiri pada saat ia

masuk kelas

Menunjukkan wajah yang penuh senyum Sebagaimana seperti yang

diajarkan Rosulullah SAW ldquoSenyummu di depan saudaramu adalah

sedekahrdquo (HR At-Tirmidzi)

c Seorang guru dianjurkan untuk memulai pelajaran dengan mengatakan

kalimat pembuka

d Seorang guru harus menggunakan kata-kata yang baik pada murid-

muridnya

e Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan yang dapat melukai

muridnya

f Seorang guru hendaknya memperingatkan murudnya yang menyibukkan

diri dengan hal lain yang menggangu jalannya pelajaran

g Seorang guru hendaknya mengatur pertanyaan yang diajukan para murid

saat mengikuti pelajaran

h Seorang guru hendaknya mempraktikkan etika Islam dengan tujuan untuk

mengajari para siswanya

i Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya

Syarat-syarat menjadi pendidik sukses sebaiknya guru dapat

1) Menguasai bidang pelajaran yang diasuh

2) Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan

3) Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan

4) Berperan sebagai pelanjut perjuangan para nabi

73

5) Memiliki keluhuran akhlak dan tingakt pendidikan dan kecerdasannya

6) Salaing membantu dengan sesama pendidik

7) Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama

8) Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur

9) Berhias diri dengan sifat sabar dalam setiap hal

Menurut Al-Abrasyi sifat-sifat pendidik dalam Islam sebagai berikut

a Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridloaan Allah semata

b Kebersihan

Seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan

bersih jiwa dan terhindar dari dosa besar

c Ikhlas dalam pekerjaan

d Pemaaf

e Harus mengetahui tabiat murid

8 Peserta didik Pendidikan Profetik

Peserta didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari

sistem kependidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Khoiron Rosyadi

2004192) Peserta didik dalam pendidikan profetik selalu terkait dengan

pandangan wahyu tentang hakikat manusia Secara substantif manusia

memiliki dua dimensi lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniyah) Manusia

sebagai makhluk allah di muka bumi diberi kelebihan-kelebihan dan

keistimewaan yang tidak diberikan kepada makhluk lain

74

Potensi yang dimiliki manusia bersifat kompleks yang pada pokoknya

terdiri dari ruh (roh) qalb (hati) bdquoaql (akal) dan nafs (jiwa) Potensi-potensi

itu bersifat rohaniyah dan mental-psikis Di samping itu manusia juga dibekali

potensi fisik-sensual berupa seperangkat panca indera yang berfungsi sebagai

instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di

lingkungannya Semua potensi tersebut bersifat mendidik dapat dan harus

dididik agar berkembang aktual (MohRoqib 2011134)

Selain itu perkembangan kepribadian peserta didik di samping ditentukan

oleh aspek dasar juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan)

Interdependensi antara dasar dan ajar dalam visi profetik tetap mengakui

eksistensi masing-masing dalam perkembangan kepribadian peserta didik Di

satu sisi fitrah merupakan konsep dasar lingkungan (pendidikan) dalam

membentuk corak kepribadian peserta didik

Dalam konteks pendidikan profetik setiap anak memiliki potensi positif

(fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia Allah telah menetapkan fitrah

setiap manusia sejak penciptaannya dan tidak ada perubahan pada fitrah Allah

itu Setiap manusia yang dilahirkan dalam fitrahnya dan akan lestari dan

berkembang jika diasah dan diasuh oleh lingkungan edukasinya

Fitrah yang dibawa anak sejak lahir memiliki sifat potensial memeelukan

upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi

faktual dan aktual Upaya memberikan prinsip-prinsip nilai amat penting untuk

membimbing dan mengarahkan pertumbuhan potensi manusia Peserta didik

harus terus mengembangkan potensi fitrahnya tersebut seumur hidup (life long

75

education) Bagi Noeng Muhadjir ilmu itu tetap berproses dan merupakan amal

yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia Sebab dalam

Islam pendidikan bernilai transendental tidak hanya berproses di dunia tetapi

tetap ada maknanya di akhirat

Hidup itu belajar Karena belajar manusia bermakna dalam hidupnya

Pendidik dalam mengajar terlebih dahulu harus mengenal subjek didik dengan

baik sehingga tidak ada pemaksaan kepadanya Pelajaran agar menarik peserta

didik harus disesuaikan dengan a kebutuhan jasmaniyah b kebutuhan sosial

c kebutuhan intelektual dan d kebutuhan religius Di samping itu juga

penciptaan lingkungan yang kondusif sangat penting artinya bagi proses

pendidikan sehingga anak dapat pelajar di mana dan kapan saja

9 Metode Pendidikan Profetik

Metode secara bahasa berearti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud atau cara mengajar dan lain sebagainya

dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dengan

menggunakan bentuk tertentu seperti ceramah diskusi penugasan dan lainnya

Metode pendidikan Profetik adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang

hakikat pendidikan profetik sebagai suprasistem (MohRoqib 2011138)

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalam

menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum Metode yang

tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstriksik sejalan

76

dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk

merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam

Menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak

dan relefansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam (HM Arifin

2011144)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang

hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi

tersebut

a Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya

semata

b Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alqur‟an

c Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran alqur‟an yang

disebut pahala dan siksaan

Dalam hubungannya dengan watak dan relevansinya ketiga aspek tersebut

merupakan dasar timbulnya pola pemikiran model-model proses belajar

mengajar Penelusuran yang analitis dalam alqur‟an akan menemukan

berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan

dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiap diri manusia

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru

untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode

kependidikan efektif san efisies

77

3) Pendidikan Islam mendorong guru untuk berikhtiar menghindarkan

pengaruh-pengaruh neatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-

program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita

Islami

4) Pendidikan Islam mengupayakan harmonisasi keserasian dan keselarasan

antara masukan instrumental dengan masukan environmental (pengaruh

lingkungan) dalam proses mancapai tujuan sehingga produk pendidikan

benar-benar sesuai dengan idealitas Islami

5) Pendidikan Islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar

mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak

didik

6) Pendidikan Islam dalam segala ikhtiarnya senantiasa berpegang teguh

pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi pda potensi

keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup

pribadi manusia muslim

Teknik berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu

sedang secara etimologi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus

atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran

atau aspek dalam wujud aktivitas strategi atau taktik dan bahan atau alat yang

terkait dengan pendukungnya Teknik merupakan cara operasional yang

diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran misalnya pembelajaran

aktif dengan teknik problem solving demonstrasi dan lainnya

78

Teknik Pendidikan Profetik adalah langkah-langkah kongkret pada waktu

seorang pendidik melaksanakan pendidikan di kelas Teknik merupakan

pengejawantahan dari metode Sedang metode merupakan penjabaran dari

asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Pendidikan Profetik

Tujuan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar

berdayaguna dan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

mengamalkan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menggairahkan

belajar peserta didik secara mantap sehingga proses pembelajaran menjadi

efektif dan efisien

Tugas utama metode pendidikan Profetik adalah mengadakan aplikasi

prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan

pendidikan dan terealisasinya melalui penyampaian keterangan dan

pengetahuan agar siswa mengetahui memahami menghayati dan meyakini

materi serta meningkatkan keterampilan olah pikir dan membuat perubahan

dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan sebagai dasar penggunaan

metode pendidikan Islam adalah dasar agamis biologis dan psikologis Pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara metode pendidikan Profetik dengan

pendidikan lain Pembedanya hanya pada nilai spiritual dan mental yang

menyertai pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekkan Prinsip

dasar penggunaan metode pendidikan Profetik adalah

a Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia

dengan Allah dan sesama makhluk

79

b Keterpaduan (integrative tauhid)

c Bertumpu pada kebenaran

d Kejujuran (sidq dan amanah)

e Keteladanan pendidik Ada kesatuan ilmu dan amal

f Berdasar pada nilai dan tetap berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah

budi utama

g Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak

h Sesuai dengan kebutuhan peserta didik

i Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian

j Proporsional dalam memberikan janji yang menggembirakan dan

ancaman untuk mendidik kedisiplinan

Pendidika Profetik juga dapat menggunakan metode yang disebut dengan

edutainment plus atau pendidikan yang menyenangkan dengan tanpa

meninggalkan hukuman jika dibutuhkan Edutainment plus merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan

proses pembelajaran yang rileks menyenangkan dan bebas dari tekanan baik

fisik maupun psikis (Khoiron Rosyadi 2004143)

Metode yang dipilih dan dilakasanakan oleh pendidik secara transenden

dibarengi dengan rasa tulus ikhlas sehingga peserta didik tergugah semangat

dan gerak edukatifnyadengan rasa senang dan nyaman Siraman nilai spiritual

yang berdimensi liberasi dan humanis akan memberikan sisi sentuh yang kuat

untuk berbuat demi kemanfaatan mereka dan lingkungannya

80

10 Media Pendidikan Profetik

Alat-alat pendidikan seringkali disebut dengan peralatan pendidikan yang

terkadang rancu dengan media pendidikan Alat (device) bisa disebut dengan

istilah hardware atau perangkat keras digunakan untuk menyampaikan pesan

Bahan atau software perangkat lunak di dalamnya terkandung pesan-pesan

yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji atau tanpa alat penyaji

Kedua-duanya ini bahan dan alat atau hardware dan software tidak lain adalah

media pendidikan (MohRoqib 2011146)

Secara definitif media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari si pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa demikian rupa

sehingga proses belajar terjadi Sumber belajar tidak hanya guru tetapi bisa

juga jenis pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima

oleh siswapeserta latihan Pesan-pesan yang dituangkan oleh guru terdapat

dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata lesan atau tertulis) mauoun

non verbal atau visual Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol

komunikasi itu disebut encoding Sedang proses penafsiran simbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis fisik

kultural dan lingkungan Dalam pendidikan profetik secara historis telah

diketahui bahwa alat belajar tulis dan baca telah lama ada pada masa nabi dan

diajarkan dikalangan sahabat dan sudah pula memakai peralatan dan media

81

pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya Pada masa sekarang

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sudah terasa

sangat mendesak dalam pengajaran perlu menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan itu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology) atau ICT dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

pendidik dalam melakukan proses pendidikan Tetapi apabila alat pendidikan

diperankan lebih dominan dari guru atau guru telah kalah pengaruh dalam

membentuk kepribadian subjek didik maka tidak mustahil sifat teknologi yang

statis dan rutin tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk kepribadian

subjek didik Semua media dikembangkan guna kemaslahatan kebaikan dan

kelestarian alam semesta memanfaatkan media untuk kemaslahatan umat juga

merupakan Ijtihad (MohRoqib 2011148-149)

11 Evaluasi Pendidikan Profetik

Dalam proses pendidikan Islam tujuan merupakan sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan proses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam Dengan memperhatikan kekhususan tugas

pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik

nilai-nilai Agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk

melalui proses itu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai

pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui

proses evaluasi (HM Arifin 2011162)

82

Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap

tingkah laku anak didik berdasarkan perhitungan yang bersifat komprehensif

dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-psikologis

Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat

kemampuan dasar anak didik yaitu

a Sikap dan pengalaman pribadinya hubungannya dengan Tuhan

b Sikap dan pengalaman dirinya hubunganya dengan masyarakat

c Sikap dan pengalaman kehidupannya hubungannya dengan alam sekitar

d Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan

selaku anggota masyarakat serta selaku Kholifah di muka bumi

Evaluasi diperlukan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan Dari

aspek proses apakah prosesnya sesuai dengan konsep pendidikan profetik yang

meliputi apresiasi terhadap tujuan muatan materi perilaku dan kualitas

pendidik pandangan dan perlakuan terhadap peserta didik penggunaan metode

dan media pembelajaran

Dari sisi hasil sandar keberhasilan pendidikan terletak pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan Tujuan pokok menengah dan akhir Tujuan

jangka pendek berupa kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan tujuan

jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat Kedua tujuan tersebut dapat

dilihat dari penguasaan keterampilan dan akhlak yang mulia Tolak ukur yang

mudah diketahui adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku keseharian ini disebut dengan akhlak Misi kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia Evaluasi pendidikan profetik selain

83

mengukur dan menilai tentang kualitas pemahaman penguasaan kecerdasan

dan keterampilan juga mengukur dan menilai nilai moral dan akhlak peserta

didik Akhlak yang berdimensi Tauhid hubungan kepada Allah (hablu min

Allah) hubungan terhadap sesama manusia (hablun min an-nas) dan

hubungan dengan alam untuk memberikan rahmat bagi alam semesta

(rahmatan li al-bdquoalamin) sebagai pemakmur bumi (khalifah fi al-ard) Menjaga

hubungan kepada Tuhan dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang

lain beribadah sesuai dengan agamanya merupaka akhlak profetik (MohRoqib

2011150)

Proses dan hasil yang beragam menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik dengan menggunakan tes maupun non tes Akhlak selain bisa dievaluasi

melalui tes juga non tes seperti dari catatan harian yang memuat ibadah

pergaulan peserta didik dalam keluarga dengan tetangga dan masyarakat juga

aktivitas lain yang positif untuk kemaslahatan umum dan kemanusiaan

C KONTEKSTUALISASI PENDIDIKAN PROFETIK

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoir Ummah)

Pemikiran pendidikan dalam paradigma profetik dengan ketiga pilar yang

telah disebutkan sebelumnya diharapkan bisa diartikulasikan dan

aktualisasikan dalam praktik pengembangan Pendidikan Islam Untuk

memberikan gambaran akan praktik yang diharapkan diperlukan desain

terlebih dahulu tentang model ldquokomunitas idealrdquo yang dalam bahasa Al-Qur‟an

disebut ldquokhoiru al-ummahrdquo

84

Sebagaimana telah disebutkan bahwa pendidikan profetik dengan dasar

tradisi atau sunnah baik dengan pilar transendensi humanisasi dan liberalisasi

secara otomatis membangun peserta didik anggota masyarakat secara kolektif

bukan hanya sebagai individu-individu Tentang khoir al-ummah disebutkan

dalam al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110 dan ayat ini menjadi rujukan untuk

pendidikan profetik

Artinya ldquoKamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allahrdquo QS Ali Imron (3) 110

Khoir al-Ummah juga berarti kelompok atau komunitas terbaik dan

manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain Umat secara umum menunjuk

pada semua mahkluk sedang kata umat ideal adalah komunitas sosial yang

dinamis yang bergerak sesuai dengan orientasi dan visi yang jelas di bawah

kepemimpinan yang bijaksana Kata Khoir al-Ummah yang diikuti tiga kata

dibelangkangnya yaitu amar ma‟ruf (humanisasi) nahi mungkar (liberasi) dan

iman kepada Allah (transendgvbensi) Jika dikaitkan dengan hal tersebut maka

pendidikan profetik harus dibangun berdasarkan empat syarat dan tiga pilar

Yaitu komunitas visi gerak dinamis dan kepemimpinan (Muh Roqib

2011155)

2 Pendidikan Profetik untuk pengembangan kebudayaan

85

Desain dari pendidikan profetik ini juga memanfaatkan dasar

pengembangan kebudayaan yang digerakkan melalui penguatan pada aspek-

aspek subjektif atau objektif budaya Penguatan dapat dilakukan dengan

memberikan stimulasi Setelah lebih jelas tentang format dan desain

pendidikan profetik dengan empat syarat dasar dan pilarnya serta aksi yang

didasarkan pada pemanfaatan tradisi dan budaya yang dikembangkan

diharapkan konsep pendidikan ini mampu mengilhami perkembangan pola

pendidikan baru sebagai alternatif

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan

Diantara beberapa model pendidikan yang memiliki potensi kuat untuk

dikembangkan dengan paradigma pendidikan profetik ini adalah

a Pendidikan Sosial-kebudayaan Homeschooling

Khair al-ummah komunitas ideal tidak akan terwujud tanpa

pemerataan pendidikan Sebagaimana yang banyak disebutkan pernyataan

ldquoorang miskin dilarang sekolahrdquo atau ldquoorang miskin dilarang sakitrdquo

merupakan identitas sosial yang harus segera digeser dan dirubah dengan

pendidikan profetik Pendidikan profetik dalam artian ini adalah

pendidikan kerakyatan

Agar program ini faktual dan aktual maka program pendidikan

yang dilakukan harus memanfaatkan potensi lokal Jika mendasarkan

pemikiran pada pencarian potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam

pengembangan pendidikan profetik homeschooling menjadi alternatif

jawabannya Persekolahan di rumah merupakan model pendidikan tertua

86

di nusantara Fokus dalam pendidikan sebaiknya difokuskan pada

pengembangan potensi dasar yang memungkinkan anak mampu

mengembangkannya secara mandiri lebih baik dan manusiawi Fokus itu

terutama adalah kemampuan bahasa metode perfikir dan pembentukan

kepribadian

Jika fokus ini yang menjadi orientasi dasar pendidikan maka setiap

lembaga atau komunitas terkecil kependidikan bisa berkompetensi secara

terbuka Pada wilayah kebijakan seperti ini homeschooling memiliki posisi

yang setara dengan pendidikan lain Persekolahan di rumah merupakan

pendidikan alternatif yang ditawarkan setelah mencerna bahwa pendidikan

saat ini diakui kurang efektif dan efisien

Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara

at home Dengan pendekatan ini anak akan merasa nyaman bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing kapan dan di mana saja

Pengembangan persekolahan di rumah ini bisa menunjang pelaksanaan

konsep pendidikan seumur hidup life long education Pendidikan dari

masa kanak-kanak sampai masa tua Terlepas dari pendidikan

persekolahan tersebut pendidikan dalam keluarga memiliki fungsi

strategis untuk pengembangan potensial secara utuh

Homeschooling yang didesain dalam perspektif pendidikan

profetik di antaranya harus memperhatikan tentang

87

1) Tujuan pendidikan yang dikembangkan hendaknya menyiapkan

peserta didik agar memiliki kemandirian dan potensi kreatif dalam

hidupnya

2) Memperhatikan potensi dan bakat anak

3) Pemikiran filosofis yang disampaikan kepada anak berparadigma

profetik yang bertumpu pada gerak dan tindakan

4) Orang tua yang berfungsi sebagai guru harus memberikan penekanan

terhadap pemahaman keagamaan yang integratif dan komprehensif

5) Budaya tradisi dan gaya hidup dalam keluarga dikondisikan agar

anak sebagai peserta didik

b Pendidikan Profetik Inklusif-multikultural

Pendidikan multikultural dapat dikembangkan dengan pemanfaatan

potensi seni dan budaya lokal Islam harus dihayati sampai kepada makna

dan ruhnya Penghayatan sampai makna seperti ini menuntu sebuah

perombakan kurikulum dalam pendidikan Sebab pendidikan yang berhasi

mencapai tujuan diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang mampu

menghargai keberbadaan dan keragaman kultur (multikultural)

Pendidikan multikultural dikembangkan untuk menjawab

kegelisahan terhadap pemahaman mengenai pluralitas yang sempit

Kaitanya dengan soal pluralisme penting untuk digaris bawahi bahwa

multikuturalisme itu berbeda dengan pluralisme Pluralisme hanya sebuah

pengakuan terhadap keberagaman tentang kemajemukan atau kebhinekaan

Sonia Neito mengartikan pendidikan multikulturalisme lebih praktis dalam

88

karyanya Language Culture dan Teaching (2002) Ia mendefinisikan

pendidikan multikulturalisme sebagai proses pendidikan yang menentang

bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat bisa diterapkan oleh

peserta didik komunitas mereka dan para pendidik Pendidikan

multikultural di indonesia menurut Anita Lie menghadapi tiga tantangan

yaitu pertama fenomena homogenisasi dunia pendidikan akibat tarik ulur

keunggulan dan keterjangkauan Yang kedua kurikulum Ketiga

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran multikultural (Muh

Roqib 2011174)

Fokus dari pendidikan multikultural adalah pada kecerdasan siswa

yang menguasai ilmu dan menyelesaikan masalah tetapi dengan dasar

moral yang menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar

belakang yang berbeda Pendidikan multikulturalisme dalam paradigma

profetik menempatkan dasar transendensi humanisasi dan liberasi untuk

menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan

secara teologis di hadapan Tuhan saling menghargai sebagai sesama

manusia dan saling membangun kebersamaan dalam menegakkan keadilan

melawan diskriminasi dalam bentuk apapun

c Pendidikan Profetik Integratif-interkonektif

Kebutuhan hidup manusia amat banyak dan beragam Pengetahuan

saja tidak cukup untuk membuat hidup manusia menjadi tentram dan

bahagia Pemahaman akan hukum alam sosial dan teologis memerlukan

paket materi pelajaran yang holistik dan komprehensif Ika Dewi Ana

89

dengan mengutip berbagai sumber mengungkapkan tentang krisis kearifan

dalam pendidikan diantaranya karena perlakuan lembaga pendidikan tidak

tepat terhadap ilmu pengetahuan (Muh Roqib 2011179)

Pendidikan intregratif merupakan bagian dari aplikasi pendidikan

profetik dalam artian pendidikan profetik tidak akan berjalan tanpa

membangun pendidikan yang integratif Integratif dalam teori desain

sistem pelaksanaan dan integratif dalam kelembagaan Integratif dalam

arti jejaring antar lembaga adalah berwujud kerjasama untuk

melaksanakan program bersama untuk menyiapkan media pendidikan dan

pelayanan prima tanpa pembebanan pada peserta didik secara sosial dan

ekonomi Dari aspek kelembagaan konsep pendidikan profetik adalah

mengintegrasikan ilmu (kurikulum) kebijakan dan kelembagaannya

d Pendidikan Profetik berdasarkan Filsafat Gerak-Kreatif

Filsafat profetik dalam rangka pemikiran Iqbal didasari oleh filsafat

gerak Tuhan mewajibkan hambanya untuk beribadah berarti ada

keniscayaan baginya untuk bergerak dinamis sebagaimana hukum alam

yang selalu bergerak sesuai kehendak-Nya Dalam sifat Nabi ada sifat

fatanah kecerdasan yaitu gerak kreatif yang dimiliki oleh seseorang

untuk merespon secara proaktif kondisi alam dan manusia untuk mengatasi

berbagai problem dan untuk meningkatkan peradaban umat manusia

Kreativitas ini adalah kelanjutan dari keimanan dan peribadatan

kepada Allah yang selanjutnya adalah melakukan upaya agar kebutuhan

primer seperti makan dan keamanan bisa dipenuhi dan kemudian

90

ditingkatkan menjadi kesejahteraan dan ketenangan hidup Menurut Noeng

Muhadjir kreativitas bagi manusia berfungsi sebagai unsur pembeda dari

makhluk lainya dan merupakan fungsi pendidikan yaitu menumbuhkan

kreativitas meyiapkan tenaga produktif pelestarian dan pengembangan

nilai Terkait dengan ini Noeng merincinya menjadi lima yaitu kreativitas

rasional kreativitas rekayasa kreativitas estetik kreativitas moral dan

kreativitas sosial Daya gerak dan perbaikan nilai kemanusiaan tidak akan

tercapai tanpa pengembangan kreativitas Pendidikan progresif

menyediakan ruang kreativitas yang menyenangkan dan humanis

Kreativitas dalam konteks profetik menjadi bagian dari aktualisasi amal

Shalih (Muh Roqib 2011184)

e Pendidikan Pofetik Menyenangkan-mendisiplinkan (Edutainment

Plus)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tradisi pendidikan

profetik harus melibatkan metode yang positif dan sesuai dengan kondisi

peserta didik Bagaimana pendidikan dapar memberikan peluang bagi

peserta didik untuk ldquogandrung ilmurdquo dan terus mengulang proses

pencarian ilmu karena metode yang dilakukan oleh pendidik begitu

menarik dan menyenangkan (MohRoqib 2011186)

Pendidikan profetik yang menyenangkan adalah pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak memberikan tekanan fisik maupun psikis

91

Sisi manfaat penggunaan desain pembelajaran yang berprespektif

edutainment Plus adalah

1) Membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa

lebih mudah

2) Mendesai pembelajaran dengan selipan humor dan permainan edukatif

untuk memperkuat pemahaman materi

3) Komunikasi menjadi efektif dan penuh dengan keakraban

4) Penyampaian materi pelajaran pada yang dibutuhkan dan

bermanfaatkan

5) Penyampaian materi sesuai dengan kemampuan peserta didik

6) Memberikan Reward dan hadiah sebagai motivasi untuk peserta didik

7) Pemberian sanksi atau hukuman secara edukatif dan proporsional jika

diperlukan untuk memantapkan kedisiplinan peserta didik

Penerapan edutainment puls dalam perspektif profetik sekali lagi

tetap tidak meninggalkan sama sekali terhadap hukuman jika diperlukan

untuk mendisiplinkan peserta didik

D PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penerapan pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan

nilai plus tersendiri pada proses pendidikan Islam Dengan adanya pemahaman

yang benr terhadap Islam maka akan menghasilkan paradigma Islam yang

integralistik atau menyeluruh Pendidikan agama Islam yang berparadigma

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi (Kuntowijoyo 200749) Berangkat dari nilai-

92

nilai yang sama dan dari sumber yang sama Integrasi terhadap terhadap Islam

dan ilmu akan semakin memperkuat keduanya Islam adalah ilmu dan ilmu

merupakan keharusan di dalam Islam Melalui pengintegrasian Islam dan ilmu

diharapkan adanya penyatuan antara wahyu tuhan dan pikiran manusia

Terdapat beberapa model dan paradigma pendidikan di Indonesia

diantaranya adalah model pendidikan tradisional dengan paradigma

ldquoIslamrdquonya dan pendidikan modern dengan paradigma sekulernya Tentu saja

masing-masing model pendidikan tersebut dengan paradigmanya masing-

masing memiliki muatan kurikulum dan orientasi yang juga berbeda

Referensi yang digunakan serta sikap yang dihasilkannya pun berbeda Model

pendidikan tradisional cenderung meletakkan agama dan akhirat sebagai

kurikulum dan orientasinya Pendidikan modern lebih kepada ilmu-ilmu umum

dan keduniawian sebagai muatan kurikulum dan orientasinya Eksklusif lebih

menjadi sikap pilihan model pendidikan tradisional jika dibandingkan liberal

yang menjadi sikap pendidikan modern Melalui pendidikan Islam profetik

masing-masing perbedaan yang terkesan berseberangan tersebut coba untuk

diintegrasikan sehingga menghasilkan model pendidikan yang berparadigma

integralistik serta lebih mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia

sebagai referensinya (Kuntowijoyo 200755) Dengan demikian orientasinya

tentu saja mengarah tidak hanya yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Kurikulum yang dibangun adalah kurikulum ilmu-ilmu agama dan umum

sehingga melahirkan sikap inklusif (Kuntowijoyo 200758)

93

Dalam upaya menciptakan masyarakat utama pendidikan menjadi salah

satu pilar utama di dalamnya Selain pendidikan yang merupakan integrasi

antara Islam dan ilmu sehingga melahirkan pendidikan yang bermutu maka ia

juga harus diinternalisasikan sekaligus diobjektifikasikan Kaitan antara

objektifikasi dan internalisasi adalah bahwa objektifikasi harus berangkat dari

internalisasi yang diinternalisasikan adalah nilai yaitu nilai-nilai Islam

(Kuntowijoyo 200761)

Pendidikan Islam profetik mensyaratkan adanya objektifikasi bukan

sekularisasi Objektifikasi menghendaki terhindarnya masyarakat dari dominasi

Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam profetik objektifikasi menghendaki

juga ketiadaan dominasi Islam terhadap masyarakat Melalui objektifikasi ini

masyarakat dari kelas manapun agama apapun kelompok manapun akan

dapat menerima konsep sistem dan mekanisme serta kurikulum pendidikan

Islam profetik yang dijalankan sebagai hal yang ldquowajarrdquo Hasil-hasil yang

dilahirkan selama proses di dalam pendidikan yaitu penggalian

pengakumulasian koleksi serta transformasi akan pengetahuan dianggap

sebagai aktualisasi terhadap nilai-nilai agama (ilmu agama) sekaligus nilai-nilai

dunia (ilmu dunia) secara wajar Objektifikasi adalah perbuatan dalam

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan yang juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikmatinya tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo 200763) Dalam konteks

pendidikan dapat dicontohkan melalui misalnya di dalam Islam orang yang

malas mencari ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang

94

membiarkan orang lain tetap berada di bawah penindasan orang lain adalah

musuh Tuhan maka hal itu dapat diobjektifikasikan melalui model dan

kurikulum pendidikan yang mengarahkan orang kepada perolehan ilmu

pengetahuan Ilmu yang dimiliki itu dapat menjadi alat baginya untuk melawan

penindasan yang selama ini terjadi kepadanya Pendidikan yang membebaskan

tersebut adalah objektifikasi dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 110

Letak perbedaan antara pendidikan profetik dan pendidikan Islam selama

ini adalah pada objektifikasinya Pendidikan Islam yang ada selama ini lebih

kepada Islamisasi atau doktrinisasi tetapi pendidikan Islam profetik lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya Dalam

pendidikan Islam profetik misalnya ajaran tentang menyantuni orang miskin

dan anak yatim tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja namun juga orang di

luar Islam Orang Islam dapat mempelajari itu orang di luar Islam pun sama

Wujud akhir yang nyata dari aktualisasi atau pelaksanaan terhadap nilai-nilai

Islam harus bisa dianggap wajar dan diterima oleh umum demikian halnya

dengan pendidikan Islam Jika pendidikan Islam dalam bentuk akhir dari

aktualisasinya dapat juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan itulah

pendidikan yang dibutuhkan pendidikan Islam profetik

Tujuan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Profetik tidak jauh beda

yaitu bersumber pada nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Di dalam pendidikan

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi Pendidikan agama Islam yang ada selama ini

95

lebih kepada Islamisasi atau doktrinasi sedangkan profetik lebih pada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Pendidikan profetik berbicara mengenai Idealita Realita dan Metode dalam

pendidikan Pendidikan profetik mencoba melakukan format pendidikan yang

bisa menggeser paradigma pendidikan yang kompetitif menjadi spirit

bersinergi contohnya saling melengkapi akan kebutuhan hidup masing-masing

Berbicara mengenai profetik adalah berbicara mengenai manusia tokoh idola

dan panutan Tapi tidak sekedar itu berbicara model yang menjadi panutan

untuk diikuti bukan karena kelebihan yang dimiliki model itu dan kemudian

melahirkan ldquokebanggaan pasifrdquo bagi yang mengetahuinya Makna profetik

lebih dari pada penilalian total akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang

dilakukannya Pendidikan yang dikembangkan oleh Nabi dilakukan secara

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan manusia tugas nabi yang

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak

dan amal sholeh atau bekerja secara profesional Sebagai pendidikan yang

bersifat utuh dan komprehensif maka pendidikan profetik dilakukan secara

utuh pula yaitu selain mengembangkan nalar juga mengembangkan potensi

hati dengan cara banyak berdzikir atau ingat Allah melakukan kegiatan ritual

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

Yollanda Vusvita Sari dalam kajian Education Center BEM UNY 2010

menulis bahwa pendidikan profetik tidak meniadakan akan suatu perbedaan

Namun yang dipermasalahkan adalah paham yang mengakui kebebasan dalam

berpendapat tanpa ada batas Konsep pendidikan profetik dalam pendidikan

96

agama Islam mengiyakan perbedaan akan tetapi harus ada keyakinan atau nilai

universal yang disepakati bersama Berbicara profetik adalah berbicara

orangnya (person) sedangkan ketika nilai ini menjadi kolektivitas sosial maka

akan menjadi masyarakat madani (Ummat) Pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara metode pendidikan profetik dengan pendidikan agama Islam

Pembedannya hanya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat

metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekan Metode yang dipilih dan

dilaksanakan oleh pendidik secara transenden dibarengi dengan rasa tulus

ikhlas dan cinta kasih sehingga peserta didik tergugah semangat dan gerak

edukatifnya Dalam media pendidikan profetik dan pendidikan agama Islam

yang digunakan masih sama secara penggunaan dan pemanfaatannya Yang

mana media ataupun alat yang diperankan jangan sampai lebih dominan dari

guru karena tidak mustahil sifat media pendidikan dan perkembangan

teknologi yang statis dan tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk

kepribadian subjek didik Pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam

bisa dilakukan dengan mendekatkan peserta didik pada tiga hal penting yaitu

Pendekatan pada kitab suci tempat ibadah dan para ulama‟nya

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk mengetahui

dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi kualitas pendidik dan

menilai serta mengukur moral dan akhlak dari peserta didik itu sendiri

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi

97

perkembangan peserta didik Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi

semua pihak Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja

kepala sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu

sebagai Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja Selain itu perlu

membenahi Niat Dalam pendidikan profetik niat memiliki posisi yang

strategis Sekalipun misalnya delapan standar pendidikan telah dipenuhi oleh

lembaga pendidikan manakala niat para pelaku pendidikan tidak benar maka

hasil pendidikan juga tidak akan maksimal Bahkan hasil pendidikan

sebenarnya lebih banyak tergantung pada niat itu Oleh karena itu ada dua hal

yang harus diperbaharui yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan

dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku

tenaga kependidikan Pendidikan harus dikembalikan pada watak aslinya yaitu

untuk mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa yang meraih derajat

unggul dalam aspek intelektual spiritual jiwa dan raganya serta akhlaknya

Dengan demikian mengimplementasikan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru

agama atau guru budi pekerti melainkan meupakan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

98

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehg peneliti diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari tata usaha SMP Negeri 4 Salatiga disebutkan bahwa

SMP Negeri 4 salatiga adalah lembaga pendidikan yang didirikan di kota

salatiga pada tahun 1979

Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga pada awal pendiriannya memiliki 2

lokal gedung terpisah Satu gedung berada di Jl Veteran sedang satunya

lagi berada di Jl Sumardi Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan

belajar mengajar tidak efektif Kemudian pada tahun 2007 karena telah

habisnya hak guna bangunan tanah milik pemerintah kota salatiga di

samping SMP Negeri 4 salatiga maka tanah tersebut kemudian dihibahkan

kepada SMP Negeri 4 salatiga yang saat ini telah berdiri bangunan baru

Maka dari itulah pada bulan November 2007 SMPN 4 salatiga baru

melokalisasikan sekolah menjadi satu tempat yakni di jl Patimura 47

Salatiga Telp (0298) 32678

2 Letak Geografis

a Alamat sekolah

SMPN 4 salatiga beralamat di Jl Patimura 47 Salatiga teleponfax

(0298) 326785

b Luas tanah

99

Luas tanah yang dimiliki SMPN 4 salatiga adalah sebesar 3883msup2 dan

tealah bersertifikat IMB

3 Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga

a Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik dan Iman Taqwa

3) Terwujudnya profile sekolah sebagai SMP favorit

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah kondusif dan asri

5) Terlaksananya program program SCS ( Study Club In School ) siswa

dan guru

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang santun etis dan berbudi

luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian kepemimpinan dan

perkaderan siswa

b Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

2) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran

interaktif aplikasi dan akselerasi

Unggul Prestasi santun berbudi tangguh berkompetisi Sadar

bertaqwa

100

3) Mengaktulaisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan

iman dan taqwa

4) Membudayakan sikap sportifitas dalam berkompetensi meraih prestasi

5) Melaksanakan program penataan sarana prasarana sesuai dengan site

plan jangka pendek menengah dan jangka panjang

6) Membiasakan percakapan bahasa inggris bagi seluruh warga sekolah

lewat kegiatan ekstrakurikuler

7) Mempraktikan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

8) Membudayakan santun dalam bicara cipta rasa dan karsa

9) Menyalurkan bakat dan potensi dengan barbagai kegiatan apresiasi

dan kompetisi

10) Menginsentifkan kegiatan organisasi kepemimpinan dan kader siswa

c Slogan

4 Struktur Organisasi Sekolah SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 salatiga sebuah lembaga pendidikan juga memiliki struktur

organisasi sebagai sistem penggerak dalam rangka mewujudkan visi dan

misi SMPN 4 Salatiga Di bawah ini adalah struktur organisasi SMPN 4

Salatiga

H E B A T

Harmoni ndash Etika ndash Bestari ndash Aktif ndash Taqwa

101

Tabel 31

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

102

Tabel 32

Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

1 Sumiyati 2 Idayati Hartini 3 Saimin 4 Agus widodo 5 Sri Iriyanti 6 Rejo 7 Eka Sulistyawati 8 Murniati 9 Rubiyanto 10 Nuzul Lusy

Anggraeni 11 Tri Budi Setyawan 12 Sutrisno

13 Agus Riyadi

TATA USAHA

103

5 Keadaan Guru Karyawan dan Siswa SMPN 4 Salatiga

a Keadaan Siswa SMPN 4 Salatiga

Secara keseluruhan jumlah siswa SMPN 4 Salatiga pada

tahun ajaran 20152016 berjumlah 655 di bawah ini adalah data

siswa SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

Tabel 33

Data siswa SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Kelas

jenis kelamin Agama jumlah

kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

104

b Keadaan Guru SMPN 4 Salatiga

Guru-guru SMPN 4 Salatiga merupakan tenaga pendidik

professional mereka mengajar sesuai dengan bidangnya masing-

masing Sebagian besar adalah lulusan Strata 1 (S1) bahkan ada

dari beberapa mereka telah bergelar Strata 2 (S2) Adapaun rincian

dari keadaan guru SMPN 4 Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 34

Data Guru SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Tabel 35

Data Kualifikasi Pendidikan Guru SMPN 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

105

c Keadaan Karyawan SMPN 4 Salatiga

Untuk membantu Kelancaran dalam segala kegiatan di

SMPN 4 Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan

yang berjumlah 43 Karyawan-karyawan tersebut mempunyai

tugas membantu semua kegiatan yang ada di SMPN 4 Salatiga

sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga segalanya dapat

berjalan dengan baik dan lancar Berikut ini adalah tabel daftar

karyawan di SMPN 4 Salatiga

Tabel 36

Daftar Karyawan SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian

inventaris kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

106

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

d Sarana dan Prasarana SMPN 4 Salatiga

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Salatiga

didukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai

sebagai salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) unggulan di

salatiga Adapun sarana yang dimiliki SMPN 4 Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 37

Data Sarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

107

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

Adapun prasarana yang dimiliki SMPN Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 38

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

108

e Situasi dan Kondisi SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 Salatiga merupakan sekolah umum lanjutan tingkat

pertama di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional

Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Salatiga dengan warga

sekolahnya berasal dari berbagai latar belakang status yang

berbeda baik status sosial ekonomi maupun agamanya Sekolah

bercorak plural ini memiliki situasi dan kondisi sekolah yang

sangat beragam hal ini terlihat dari begitu variasinya agama yang

dipeluk oleh setiap warga sekolah baik guru karyawan maupun

dari siswanya sebagaimana diuraikan dalam tabel-tabel

sebelumnya

Lingkungan sekolahnya merupakan lingkungan agamis karena

di dekat sekolah tersebut berdiri sebuah masjid dan sebuah gereja

sehingga memungkinkan warga sekolah dapat beribadah ke tempat

ibadah tersebut setiap saat Dalam event tertentu seperti ketika hala

bihala idhul Adha dan Natal sekolah tersebut sering mengadakan

kegiatan untuk memeriahkannya

Dengan situasi dan kondisi pluralitas di lingkungan sekolah

tersebut peraturan dan kebijakan sekolah juga dibuat berazaskan

pada prinsip persamaan tanpa adanya diskriminasi Semua warga

sekolah diberikan kesempatan dan kebebasan yang sama sesuai

dengan kewajiban dan haknya asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan yang telah ditetapkan sekolah dan peraturan dari

pemerintah contohnya penempatan siswa di kelas disama ratakan

109

sesuai kemampuan intelligence tanpa memandang status baik

sosial ekonomi maupun agamanya

f Ekstra Kurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pokokwajib yang

harus diikuti oleh setiap siswa Kegiatan ini diwujudkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dimana di

dalamnya terjadi hubungan interaksi antara pendidik dan peserta

didik

Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

dan waktu pelaksanaanya di luar jam belajar sehingga tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar yang bersifat intrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga bertujuan untuk

menambah wawasan pengalaman para siswa serta usaha

mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing

Terdapat satu program ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu

pramuka bagi kelas VII dengan harapan dapat melatih siswa hidup

secara mandiri disiplin dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat

Berikut ini adalah tabel kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

110

Tabel 39

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

Tabel 310

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

111

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

B Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan di SMP Negeri 4 Salatiga

tentang Implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah tersebut ada beberapa garis besar yang dapat

tergambarkan sebagai berikut

1 Hasil Penelitian

a) Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 4 salatiga oleh

peneliti ada beberapa implementasi pendidikan tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam beberapa

diantaranya dikemukakan oleh responden yaitu sebagai berikut

Implementasi Pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahnya menurut

kepala sekolah yaitu MN adalah

ldquoDalam penerapan tradisi profetik atau nilai-nilai kenabian

perlu adannya keteladanan yang dilakukan di lingkungan

sekolah Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang

112

penting untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik

atau kenabian yang di ajarkan melalui pembelajaran

maupun praktek merupakan proses tranformasi pendidikan

dan pengajaran Dengan adanya keteladanan dan

penananman nilai-nilai kenabian dapat membentuk pribadi

siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi Khairul

Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri

peserta didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau

keislaman juga kami terapkan dengan mengajak peserta

didik untuk saling tolong menolong antar sesama dengan

cara menyantuni anak yatim dan warga

miskin rdquo(Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa penanaman

pendidikan tradisi profetik kepada peserta didik dilakukan dengan

cara pembiasaan dan keteladanan seperti pembiasaan bersalaman

dengan guru saat siswa masuk gerbang sekolah pada pagi hari

shalat dhuhur berjamaah dan memberi keteladanan peserta didik

dengan saling menghormati tolong menolong dan toleran Di

setiap bulan Ramadhan siswa diajarkan untuk berzakat dan

bershodaqoh di sekolah yang mana perbuatan tersebut dapat

menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik serta penanaman

nilai-nilai keagamaan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim

113

Seperti apa yang diungkapkan kepala sekolah di atas HR

selaku Guru PAI senior di SMP Negeri 4 beliau dalam

mengimplementasikan pendidikan tradisi profetik melalui model

pembelajaran dan sistem evaluasinya

ldquoDalam penerapannya saya menekankan keteladanan

kepada peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian

di lingkungan sekolah yang selalu rutin dilakukan

contohnya ketika memasuki gerbang sekolah maupun saat

masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik

diwajibkan untuk bermusafahah dahulu kepada gurunya

Hal ini menjadikan peserta didik dapat berlaku hormat

kepada yang lebih tua Sebelum mulai pembelajaran

dibiasakan membaca Asmaul Husna bersama-sama Serta

adanya pembiasaan Sholat Dhuhur dan Jum‟at berjamaah di

sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

siswa Dalam beberapa pembelajaran peserta didik untuk

belajar langsung di masyarakat seperti contohnya ketika

ada materi tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya

dan mencari pengetahuan mengenai haji kepada tokoh

agama atau masyarakat yang sudah menunaikannya

Sehingga dengan begitu siswa akan lebih mengetahui dan

memahami materi karena mencari langsung dari sumbernya

Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik yang

dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didikrdquo(Wawancara

HR 110915)

Penerapan pendidikan tadisi profetik juga tercermin dalam

sistem evaluasinya

114

ldquoDalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah

berlangsung baik tes maupun nontes kami selalu menekan

pada segi afektif dan psikomotoriknya bukan berarti segi

kognitif tidak penting Setiap perilaku yang dilakukan di

dalam kelas sekolah maupun di luar sekolah pun menjadi

evaluasi bagi kami Dengan observasi maupun pengamatan

terhadap perilaku siswa menjadi peranan dalam evaluasi

pembelajaran tidak hanya itu kami juga berkoordinasi

dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-sama

dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat

materi sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat

Dhuhur dan Jum‟at bersama Orang tua siswa juga

melakukan evaluasi di luar sekolah yang mana setiap akhir

semester dilaporkan kepada kami Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan

peserta didik terhadap pembelajaran tetapi untuk menilai

dan mengukur moral dan akhlak serta untuk

menyempurnakan akhlakul karimah peserta

didikrdquo(Wawancara HR110915)

Bapak WD juga mengatakan bahwa implementasi

pendidikan tradisi profetik secara tidak langsung telah diterapkan

dalam proses pembelajaran

ldquoDalam pemberian materi pembelajaran biasanya siswa

akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya

Dengan menggunakan metode pembiasaan keteladan juga

dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat

membentuk akhlak dan moral siswa Melalui observasi

115

yang dilakukan oleh peserta didik langsung dan kemudian

dipadukan di kelas menjadikan peserta didik mudah

memahami dan menghayati materi yang dipelajari

Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan melalui

praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di

dalam perilaku keseharian semisal dengan guru memberi

amanah kepada siswa dan kemudian apakah siswa

menjalankan amanah yang diberikan oleh guru tersebut atau

tidak Proses kegiatan belajar mengajar yang kami lakukan

ditekankan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai

kenabian dan keislaman yang mana dalam setiap

penggunaan metode dan media pembelajaran

mengusahakan agar bagaimana siswa mampu memahami

dan menghayati secara langsung tujuan pembelajaran yang

diinginkan Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur

bagaimana penanaman dan pembentukan pribadi siswa

perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah dan di

rumah menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi hasil

pembelajar Maka tidak hanya guru Agama islam saja yang

membimbing maupun memberikan teladan tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-

samardquo(Wawancara WD120915)

Penggunaan studi kasus di lapangan yang digunakan dalam

beberapa proses pembelajaran dapat menumbuhkan dan

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman Misalnya

observasi langsung dengan para tokoh agama dan pelaku haji

116

dalam mengetahui dan memahami tentang haji dari syarat rukun

dan lainnya Pembiasaan membaca Asmaul Husna yang dilakukan

setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada Sang Pencipta (Observasi 090915)

b) Problematika dalam Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

masih ada beberapa hambatan dalam implementasinya yakni

masih kurangnya keteladanan dari guru sarana prasarana

kurangnya motivasi belajar tentang keagamaan dan kurangnya

dukungan dari pihak orang tua siswa Adapun solusi yang mereka

berikan adalah keteladanan dari seluruh tenagan pendidik maupun

kependidikan di sekolah peningkatan keilmuan atau wawasan

keagamaan peningkatan sarana dan prasarana buku penilaian

moral dan akhlak serta peningkatan mutu kualitas guru

Menurut kepala sekolah MN bahwa hambatan yang terjadi

dalam implementasi pendidikan tradisi profetik adalah

ldquoKurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu

hambatannya seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah

Kemudian masih lemahnya keteladanan dari guru maupun

tenaga kependidikan seperti masih ada yang merokok di

lingkungan sekolah yang masih dapat dilihat oleh siswardquo

(Wawancara MN100915)

117

MN mengatakan bahwa perlu adanya solusi untuk

menanggapi hal tersebut

ldquoPerlunya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan

penambahan area tempat ibadah maupun tempat khusus

untuk kegiatan keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk

memberikan suri tauladan yang bagi peserta didik serta

menjaga perilakurdquo (Wawancara MN100915)

Tidak jauh beda seperti apa yang dikemukakan oleh kepala

sekolah menurut HR hambatan yang terjadi ialah

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah dan lemahnya monitoring terhadap

siswa yang mana belum adanya kerjasama yang baik antar

guru maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama

memberikan teladan dan monitoring guna mengevaluasi

perkembangan peserta didik Dalam hal evaluasi

ketidakjujuran orang tua siswa dalam melaporkan perilaku

siswa ke guru yang bahkan membela siswa atau menutupi

kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang maksimal

dalam mengukur peserta didik Lemahnya motivasi belajar

tentang nilai-nilai kenabian dan keislaman menjadi salah

satu penghambat penanaman dan pembangunan moral dan

akhlak siswa Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai

agama di sekolah maupun di rumah menjadi hambatan

dalam penanaman dan pembentukan akhlakul

karimahrdquo(Wawancara HR110915)

HR mengungkapkan bahwa ada beberapa solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut

118

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun

tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-

nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan

keagamaan serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana

akan meningkatkan motivasi belajar keagamaan siswa

Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai agama dan

kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan

oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang

mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan

menjadikan peserta didik menjadi termotivasi dalam

menghayati serta mengamalkan apa yang telah diajarkan

sehingga proses pembangunan dan pembentukan akhlak

peserta didik lebih mudah tertanam dalam pribadi peserta

didik Pemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap

lingkungan di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik

lebih mengetahui memahami menghayati materi yang

diberikan yang mana secara tidak langsung akan

membentuk diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih ada

beberapa guru dan tenaga pendidik yang belum memberikan

keteladanan yang baik Masih seringnya bercanda antar guru atau

guyonan ada beberapa guru yang masih merokok di lingkungan

sekolah sehingga dilihat oleh peserta didik Ditambah kurangnya

motivasi belajar siswa dalam hal pendidikan keagamaan Maka

adannya kajian-kajian keislaman yang dilakukan Sie Kerohanian

119

Islam setiap jum‟atnya dapat menambah Hasanah Islamiyah pada

peserta didik dan menumbuhkan tingkat keagamaan siswa

Pembiasaan keteladanan yang dilakukan di lingkungan sekolah

seperti bersalaman dengan guru setiap masuk gerbang sekolah

membaca Asmaul Husna sebelum mulai pembelajaran dan sholat

dhuhur dan jum‟at berjamaah (Observasi 110915)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak WD bahwa

hambatan selama ini adalah

ldquoImplementasi pendidikan tradisi profetik akan menjadi

sulit manakala hanya guru PAI saja yang memberikan

teladan ataupun bimbingan Tradisi profetik yang mana

menanamkan dan membentuk peserta didik agar

mempunyai nilai-nilai kenabian dan keislaman perlu

didukung tidak hanya dari pembelajaran PAI saja tetapi

lingkungan sekolah serta seluruh tenaga kependidikan ikut

serta dalam pengimplementasiannya Masih adanya guru

laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan

yang merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi

hambatan dalam proses penanaman pendidikan profetik

Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh

guru maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya

penghayatan dan pengejawantahan terhadap nilai-nilai

profetik dalam kehidupan sehari-harirdquo(Wawancara

WD120915)

120

Dari adannya problematika tersebut maka solusi yang

diberikan oleh Bapak WD adalah

ldquoPembiasaan praktek-praktek sifat kenabian seperti bersifat

jujur dan amanah Penambahan keilmuan atau wawasan

keagamaan serta khasanah islamiyah dengan melakukan

kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik serta

tenega kependidikan lainnya Evaluasi secara langsung atau

mendadak perlu dilakukan untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa

yang sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara

bersama dari guru dan orang tua dalam memonitoring

perkembangan peserta didik dengan dibuat buku atau

laporan moral dan akhlakrdquo(Wawancara WD120915)

c) Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik menurut

Bapak MN adalah

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang

terlihat saat ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik

serta terbentuknya moral dan akhlak peserta didik Seperti

menghormati guru dan sesama teman Berkurangnya

kenakalan perilaku siswa yang terjadi karena suda tertanam

nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri peserta didik

Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu dhuhur

tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaahrdquo (Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa peserta didik

mempunyai rasa menghormati dan disiplin pada dirinya Ketika

121

ada pembelajaran kosong para peserta didik mencari guru tersebut

Ketika masuk ke ruang guru pun sudah membiasakan salam saat

sholat dhuhur tiba siswa sudah menempatkan diri untuk

mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk sholat berjamaah

(Observasi 140915)

HR mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam pembelajaran PAI adalah

ldquoMenumbuhkan tingkat keagamaan peserta didik serta

motivasi belajar keislaman Membawa hikmah bagi peserta

didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta

didik hal itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas

Menumbuhkan sifat saling menghormati menghargai dan

menolong Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada

diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Senada dengan apa yang diungkapkan HR hasil

implementasi pendidikan tradisi profetik menurut Bapak WD

adalah

ldquoPembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta

berkurangnya kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa Tumbuhya kesadaran siswa

untuk beribadah dan berbuat baik Menjadikan siswa suka

untuk ke tempat ibadah Menumbuhkan sikap toleransi dan

menghormati antar sesama Dengan adanya pembiasaan

keteladanan baik yang dilakukan menjadikan siswa akan

122

mengikuti hal tersebut dan akan berhati-hati dalam setiap

perilaku yang dilakukaannyardquo(Wawancara WD120915)

123

BAB IV

PEMBAHASAN

A Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Berdasarkan hasil pengamatan wawancara dan proses penelitian

secara keseluruhan di lapangan Penulis dapat menyimpulkan

implementasi pendididikan tradisi profetik yang terdapat dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 di Salatiga

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan

sekolah Penggunaan metode pembiasaan keteladanan demonstrasi studi

kasus di lapangan yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan

observasi langsung yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami

dan menghayati materi yang disampaikan membangun nilai-nilai profetik

dan keIslaman yang menginternal dalam individu peserta didik yang

terkatualisasi secara kehidupan sosial sehari-hari Seperti apa yang

diungkapkan Bapak Hari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4

Salatiga dalam wawancaranya pada hari Jum‟at 11 September 2015 di

ruang guru

Pendidikan tradisi profetik yang penekanannya pada penggunaan

metodologi objektifikasi dan integralisasi (Kuntowijoyo 200749)

Penananam nilai-nilai kenabian dan keIslaman kepada peserta didik

124

tercermin dari metode pengajaran dan sistem evaluasi yang dipakai serta

lingkungan sekolah yang mendukung Penanaman nilai tersebut

diharapkan dapat membentuk dan membangun moral dan akhlak siswa

sebagai Hamba Allah dan khoirul ummah Pembiasaan keteladanan dan

demonstrasi atau praktek langsung yang dilakukan oleh peserta didik

dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai

Adannya integrasi terhadap Islam dan ilmu yang dilakukan dilakukan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menjadikan masing-masing

perbedaan yang ada menjadi menyatu dan menyeluruh karena orientasinya

tidak hanya mengarah hal yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Adanya merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan

yang juga bersifat orang lain dapat menikmatinya tanpa harus menyetujui

nilai-nilai aslinya Misalnya di dalam Islam orang yang malas mencari

ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang membiarkan

orang lain tetap berada di bawah penindasan adalah orang yang tidak

disukai Tuhan Dengan adannya keteladanan dan pembiasaan tersebut

maka penanaman nilai-nilai kenabian akan mudah tertanam dalam diri

peserta didik

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan Kepala Sekolah

SMP Negeri 4 salatiga dan guru PAI SMP Negeri 4 Salatiga mengutip

dari hasil wawancara dengan MN dan HR yaitu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan pembiasaan keteladanan yaitu

bersalam sebelum masuk kelas dan membaca asmaul husna sebelum mulai

125

pelajaran Penggunaan metode studi kasus ataupun peserta didik meneliti

dan mencari sendiri materi yang diajarkan contohnya ketika materi Haji

peserta didik observasi dan wawancara langsung kepada pelaku haji

Adanya integrasi dan objektifikasi ini menjadikan siswa lebih memahami

dan menghayati apa yang dipelajari Tidak hanya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam saja dalam menanamkan nilai-nilai kenabian dan

keIslaman dalam lingkungan sekolah juga menanamkan nilai-nilai

tersebut dengan pembiasaan keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan

yang ada Dalam evaluasi yang dilakukan ditekankan pada moral dan

penyempurnaan akhlak atau pada sisi afektif dan psikomotoriknya dengan

tidak meninggalkan sisi kognitifnya Laporan evaluasi dari orang tua siswa

setiap akhir semester juga dapat membantu proses penanaman nilai-nilai

kenabian dan keIslaman

Hal yang diungkapkan oleh responden mengenai implementasi

pendidikan tradisi profetik dengan adanya pembiasaan keteladanan di

lingkungan sekolah serta metode observasi ataupun demonstrasi yang

menjadikan siswa dapat lebih menghayati dan mengamalkan apa yang

dipelajarinya dan adanya evaluasi proses pembentukan moral akhlak serta

penanaman nilai-nilai kenabian dan keIslaman seperti apa yang

dikonsepkan Moh Roqib pendidikan profetik sebagaimana nabi dimulai

dengan keteladanan diri dan bangunan keluarga ideal Pendidikan profetik

bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian

126

yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasikan secara sosial

atau dalam kehidupan sehari-hari (MohRoqib 201188)

Perilaku keteladan kolektif yang diberikan di lingkungan sekolah

adalah seperti ketika guru masuk kelas mengucapkan salam begitu juga

ketika masuk ke ruang guru dan TU Dari hasil observasi peneliti bahwa

dalam hal keteladanan yang diberikan adanya sikap saling membantu dan

toleran dari Kepala sekolah dengan karyawan dan tukang kebun pendidik

yang muda menghormati yang pendidik yang lebih tua para pendidik

berpenampilan rapi dan selalu memberikan contoh untuk datang tepat

waktu ketika saat pembelajaran Hal ini yang kemudian bisa dilihat dan

ditiru oleh para siswa Pendidik dan tenaga kependidikan lainya

memberikan contok keteladanan dalam berbicara bersikap dan berperilaku

Dalam pendidikan profetik tidak hanya cenderung pada hal yang

bersifat duniawi namun juga ukhrawinya Model pendidikan yang

berparadigma integralistik yang mengacu pada wahyu Tuhan dan akal

manusia tidak semata-mata hanya Islamisasi atau doktrinasi tetapi melalui

proses penghayatan yang menyeluruh dan perbuatan dalam merasionalkan

nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perilaku sehingga bukan karena

paksaan atau persetujuan yang diharuskan (Kuntowijoyo 200763)

Kesadaran yang timbul pada perilaku dan perbuatan peserta didik dalam

kehidupan dan secara sosialseperti apa yang diungkapkan Bapak Wildan

dan Bapak Munadzir dalam wawancaranya pada hari Sabtu 12 September

bahwa

127

ldquoDalam penerapannya saya menekankan pembiasaan kepada

peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah yang selalu rutin dilakukan Sebelum masuk kelas dan

memulai pelajaran murid bersalaman dengan guru terlebih dahulu

kemudian membaca Asmaul Husna bersama-sama Peserta didik

kemudian menerapkan salah satu makna Asmaul Husna dalam

kehidupan sehari-harinya Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba peserta

didik dengan sedirinya sudah bersiap-siap mengambil wudhu dan

menempatkan diri untuk sholat berjamaahrdquo

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk

mengetahui dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik

terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan menilai serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri Evaluasi yang dilakukan tidak hanya

dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh tenaga kependidikan serta orang

tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik dalam pendidikan

agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi semua pihak

Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja kepala

sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu sebagai

Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja (Yolanda 2010)

Seperti apa yang diungkapkan HR dalam hasil wawancara pada

Jumat 11 September 2015 mengatakan bahwa

128

ldquoDalam evaluasi yang telah berlangsung kami lakukan dalam

bentuk tes dan non tes Setiap perilaku yang dilakukan di kelas

sekolah maupun di luar sekolah kami lakukan evaluasi Kami guru

PAI dengan seluruh tenaga kependidikan dan semua pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan bekerja sama dalam melakukan

evaluasi Orang tua siswa juga melakukan evaluasi ketika di luar

sekolah yang mana setiap semester dilaporkan kepada kamirdquo

Jadi dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat pada tujuan pembelajaran

yang digunakan model pembelajaran inovasi pembelajaran dan evaluasi

pembelajarannya Pendidikan profetik menekan penggunaan metodologi

objektifikasi dan integralisasi bukan Islamisasi atau doktrinasi Tidak

hanya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melainkan

penerapan pendidikan profetik juga diaktualisasikan dalam proses

pendidikan yang dilakukan di sekolah Sehingga pengimplementasian

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti

melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di SMP Negeri 4 Salatiga

B Problematika Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

1 Hambatan implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

129

Problematika yang terjadi dalam implementasi pendidikan tradisi

profetik ini adalah masih belum relevannya konsep pendidikan profetik

dalam era transformatif seperti sekarang ini Model pendidikan tradisional

yang cenderung meletakkan akhirat saja sebagai orientasinya dan masih

ekslusif (Kuntowijoyo 200755) Kurangnya tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan juga menjadikan hasil pendidikan kurang

maksimal Strategi pendidikan profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Jika hal itu belum terlaksana akan menjadi

hambatan dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam khususnya

Sebagaimana yang diungkapkan responden HR dan WD dalam

wawancara yang peniliti lakukan masih terdapat hambatan dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana belum

adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik Masih

adanya guru laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan yang

merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi hambatan dalam

proses penanaman pendidikan profetik Kurangnya kelimuan atau

130

wawasan keagamaan dan Hasanah keIslaman yang dimiliki oleh

guru juga menjadi salah satu hambatannya Kurangnnya perhatian

terhadap nilai-nilai agama di sekolah maupun di rumah menjadi

hambatan dalam penanaman dan pembentukan akhlakul karimahrdquo

Hal itulah yang menjadikan hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik Pendidikan Islam selama ini hanya menekankan

doktrinasi sehingga peserta didik seakan-akan dipaksa dan harus

mengikuti Seharusnya dengan pembiasan dan keteladanan kolektif serta

kontinu dapat membangun dan membentuk nilai-nilai pofetik dan akhlakul

karimah pada internal pribadi peserta didik Masih kurangnya perhatian

terhadap nilai-nilai keagamaan serta masih minimnya keilmuan dan

hasanah keIslaman yang dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan lainya

di sekolah menjadikan minimnya keteladanan dan nilai-nilai profetik yang

tertanam pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam

Nilai-nilai profetik yang diaktualisasikan pada peserta didik tidak

hanya sebagai doktrinasi tetapi objektifikasi yang mana bisa dianggap

wajar dan diterima oleh umum Maksudnya adalah mengenai keadaan

yang sebenarnya Karena pendidikan profetik berbicara mengenai idealita

dan realita dalam pendidikan

Kurangnya hasil evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang telah

diajarkan dan terlalu menekankan pada hasil kognitifnya membuat

penerapan pendidikan profetik kurang maksimal Nilai-nilai kenabian dan

131

keIslaman yang terbangun dan terbentuk dalam moral dan akhlak peserta

didik belum terevaluasi Karena evaluasi pendidikan profetik tidak hanya

untuk mengukur dan mengetahui pemahaman maupun penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan peserta didik serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri (Moh Roqib 20111150)

Seperti apa yang dikatakan guru PAI dalam wawancara bahwa

dalam hal evaluasi masih belum maksimal dalam mengukur ataupun

menilai moral dan akhlak yang terbentuk pada peserta didik Hal ini terjadi

karena kurangnya peran tenaga pendidik lainya serta peran orang tua siswa

dalam memonitoring dan mengevaluasi peserta didik (Wawancara

110915)

2 Solusi implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka hal itu menjadi tanggung jawab

guru agama serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

Pendidikan tradisi profetik bukanlah Islamisasi atau doktrinasi tetapi lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya

Dalam wawancara dengan HR beliau mengungkapkan bahwa

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun tenaga

kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kenabian

132

terhadap diri siswa secara tidak langsung Perlunya peran orang tua

dalam pemberian pendidikan keagamaan serta pembiasaan ibadah

di rumah yang mana akan meningkatkan motivasi belajar

keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai

agama dan kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan oleh

guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang mana nanti pada

setiap akhir semester akan ada pelaporan Serta perlu adanya buku

akhlakmoralrdquo

Pendidikan tradisi profetik mensyaratkan adanya objektifikasi

bukan sekularisasi ataupun doktrinasi Maksudnya adalah perbuatan yang

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan dalam perbuatannya juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikimatinya tanpa harus

menyetujui nilai asalnya dan perbuatan yang dilakukannya bukanlah

paksaan Pengajaran mengenai keadaan sebenarnya yaitu idealita dan

realita dalam pendidikan Penanaman nilai-nilai kenabian yang

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan untuk mengembangkan

manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak dan amal

sholeh

Seperti apa yang diungkapkan guru PAI SMP Negeri 4 bahwa

ldquoPemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap lingkungan

di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik lebih mengetahui

memahami menghayati materi yang diberikan yang mana secara

133

tidak langsung akan membentuk diri peserta didik Memberikan

pembelajaran langsung kepada peserta didik untuk studi kasus

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernyardquo

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembiasaan

dan keteladan yang diberikan dapat mengembangkan dan membangun

emosional akhlak dan moral anak Dalam materi wudhu dan sholat

contohnya murid akan memahaminya dan akan tertanam dalam diri

peserta didik karena sudah ada pembiasaan dan keteladanan yaitu adannya

sholat dhuhur dan shalat Jum‟at berjamaah di sekolahan Dengan begitu

misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dapat tercapai

Dalam hal proses dan hasil menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik tes maupu non tes Maka seperti hasil wawancara dengan responden

mengungkapkan perlunya evaluasi dalam bentuk praktek langsung

ataupun penilaian dengan adanya buku akhlak Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti melainkan

merupakan tanggung jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan Dengan begitu penanaman misi dan nilai-nilai kenabian dapat

terbentuk pada diri peserta didik

134

C Hasil Implementasi pendidikan tradisi Profetik Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Dengan adanya pendidikan tradisi profetik dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak peserta didik Penerapan pendidikan

profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan nilai plus tersendiri

dalam proses pendidikan Islam Di dalam pendidik profetik dalam

penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu integralisasi dan

objektifikasi Pendidikan yang selama ini cenderung kepada Islamisasi

atau doktrinasi sedangkan pendidikan profetik lebih kepada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka dengan adanya pembiasaan dan

keteladaan kolektif akan membentuk moral dan akhlak siswa Penanaman

misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang tercermin dalam pembelajaran

serta keteladanan dapat tumbuh dalam diri peserta didik

Sebagaiamana yang diungkapkan Kepala Sekolah SMP Negeri 4

dalam wawancaranya

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang jelas terlihat

adalah terciptannya kedisiplinan dan terbangunnya akhlakul

karimah pada peserta didik Tumbuhnya tingkat keagamaan atau

cinta akan ibadah pada peserta didikrdquo

135

Pendidikan profetik membawa misi dan nilai-nilai kenabian untuk

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional

akhlak dan amal sholeh Pendidikan profetik lebih dari pada penilaian total

akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya Maka adanya

pembiasaan dan keteladan kolektif yang dilakukan dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak siswa Dalam proses pembelajaran pun

ditekankan pada aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga siswa tidak

hanya mengetahui atau memahaminya saja tetapi menghayati dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Senada dengan apa yang diungkapkan HR dalam wawancaranya

bahwa

ldquoDalam pembelajaran PAI lebih kami tekankan pada pembangunan

dan pembentukan moral dan akhlak peserta didik Dalam beberapa

pembelajaran peserta didik kami beri tugas untuk mencari materi

langsung di masyarakat seperti ketika materi haji atau qurban

Peserta didik diminta untuk bertanya langsung dengan pelaku atau

tokoh agama setempat mengenai materi yang diberikan Sehingga

dengan begitu peserta didik akan lebih mengetahui mamahami dan

menghayati karena mencari materi langsung dari sumbernyardquo

Dari pengamatan yang peneliti alami hal tersebut juga tercermin

dalam hal ibadah ketika wudhu dan shalat dhuhur berjamaah Peserta didik

sudah mempunyai kesadaran beribadah Ketika waktu shalat tiba peserta

136

sudah mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah di sekolahan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik yang terjadi di SMP Negeri 4

Salatiga dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan kesadaran diri akan

cinta ibadah yang mana hal ini tercermin pada perilaku peserta didik

dimana disaat waktu shalat dhuhur tiba peserta didik sudah

mempersiapkan diri untuk mengambil air wudhu dan menempatkan diri

untuk melakukan Shalat Dhuhur berjamaah di lapangan sekolah

Adannya keteladanan kolektif yang diberikan oleh guru dan

tenaga kependidikan lainya di lingkungan sekolah akan dapat membentuk

dan mengembangkan akhlak dan moral siswa Hasil dari keteladanan

tersebut adalah terbentuknya sikap menghormati dan toleran pada diri

siswa juga tercermin ketika siswa bertemu dengan gurunya setiap pagi

para siswa bersalaman dengan kepala sekolah dan guru Sikap saling

menghargai antar siswa yang berbeda agama terlihat ketika para siswa

bergaul dan saing menghormati ketika para siswa muslim sedang

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah begitu pula sebaliknya

Terbentuknya moral dan akhlak siswa merupakan hasil penanaman misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat mengembangkan intelektual

emosional akhlak dan moral peserta didik secara utuh Walaupun masih

terdapat hambatan-hambatan dalam penerapannya guru agama atau guru

budi pekerti serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan tetap

137

berusaha secara bersama-sama untuk mendidik membangun dan

membentuk siswa yang berakhlakul karimah

138

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah membaca menelaah data dan membaca teori tentang

implementasi pendidikan profetik problematikan implementasi

pendidikan tradisi profetik dan hasil implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

Salatiga maka peneliti menyimpulkan beberapa hal yang penting sebagai

berikut

1 Berdasarkan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan

berkaitan tentang implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negri 4 Salatiga bahwa

penerapan pendidikan profetik terdapat dalam proses pembelajaran

dengan objektifikasi bukan doktrinasi pembiasaan dan keteladanan

kolektif inovasi penggunaan metode dan sistem evaluasi

2 Implementasi pendidikan profetik belum bisa maksimal mengingat

masih ada beberapa hambatan dalam penerapannya diantaranya yaitu

belum adanya relevansi konsep pendidikan profetik dalam era

transformatif kurangnya inovasi metode dan evaluasi yang digunakan

oleh pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

Walaupun ada beberapa hambatan terdapat beberapa solusi yang

dilakukan dalam meminimalkan hambatan tersebut yaitu dengan

melakukan pembiasaan dan keteladanan kolektif Lebih menekankan

139

pada objektifikasi atau keadaan yang sebenarnya dalam metodologi

pembelajarannya bukan doktrinasi

3 Hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4 salatiga

diantaranya adalah dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan

kesadaran diri akan cinta ibadah terbentuknya sikap menghormati dan

toleran pada diri siswa membangun moral dan akhlak siswa

penanaman misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat

mengembangkan intelektual emosional akhlak dan moral peserta

didik secara utuh

B Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis

mengajukan beberapa saran-saran yang mungkin bisa diterapkan atau

menjadi proyeksi kedepan dalam perkembangan pembelajaran

pendidikan agama islam bahwa pendidikan sekarang perlu

menekankan pembangunan dan pembentukan moral dan akhlak peserta

didik Melihat kondisi masih lemahnya moral dan akhlak pada era

modern saat ini Maka salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut

dan membentuk moral dan akhlakul karimah salah satunya dengan

pendidikan tradisi profetik Maka kami mamberikan saran sebagai

berikut

1 Perlu adanya satu konsep pendidikan tradisi profetik yang lebih

jelas dan relevan pada era transformatif saat ini jika perlu

140

dirancang dan dibuat kurikulum yang berbasis pada misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian Model pendidikan agama

islam yang selama ini ada masih tradisional yang cenderung

meletakkan agama dan akhirat sebagai kurikulum dan

orientasinya Dan biasanya lebih eksklusif Perlunya model

pendidikan yang berparadigma integralistik serta lebih

mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia sebagai

referensinya Dengan demikian orientasinya tentu saja

mengarah tidak hanya bersifat duniawi namun juga ukhrawi

2 Perlunya inovasi-inovasi baru pada model pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran dalam penanaman misi dan nilai-nilai

kenabian Adanya penekanan lebih pada aspek afektif dan

psikomotorik yang dapat membangun dan membentuk moral

serta akhlak peserta didik Karena yang terjadi saat ini hanya

lebih menekankan pada aspek kognitif saja

3 Untuk para guru dan tenaga kependidikan lainya harus mampu

memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik di

lingkungan sekolah karena guru merupakan ujung tombak

dalam pembentukan moral dan akhlak serta keberhasilan proses

belajar anak Dalam proses pendidikan profetik yang dilakukan

harus mengutamakan kepentingan pembentukan moral dan

akhlak peserta didik dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan

Hadist

141

4 Peran serta dari orang tua dalam proses belajar dan

pembentukan akhlak serta emosional peserta didik sangat

dibutuhkan Sekolah seyogyanya melibatkan orang tua dalam

proses pendidikan Maka diperlukan hubungan kemitraan

antara sekolah orang tua dan masyarakat yang diharapkan

mampu menjamin keberhasilan pendidikan tradisi profetik pada

peserta didik

5 Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama harus mampu

mengakomodir serta mampu membentuk tim khusus yang

fokus pada ranah pendidikan profetik Sehingga konsep

pendidikan profetik dan misi kenabian dapat

diimplementasikan

142

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey H Bakran 2005 Propethic intelligence menumbuhkan potensi

hakiki insani melalui pengembangan kesehatan nurani Yogyakarta

Islamika

Arief Armai2007 Reformasi Pendidikan Islam Ciputat CRSD Press

Arifin M 2011 Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis

berdasarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta Bumi Aksara

Burhanudin Jajat dan Dina Afriyanti 2006 Mencetak Muslim Modern peta

Pendidikan Islam Indonesia Jakarta PT Raja Grafindo

Darajat Zakiah 2012 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam2006 Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta Departemen Agama RI

Education Center 2008 Pendidikan karakter Kebangsaan Yogyakarta BEM

REMA UNY

Fathi Muhammad 2007 Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar Jakarta

Timur Pustaka Al Kausar

H P Novianto2004 kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surakarta Bringin 55

Kementrian Agama RI 2010 Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya Jakarta PT

Sygma Examedia Arkan Leema

Kuntowijoyo2007 islam sebagai Ilmu Epistemologi Metodologi dan Etika

Yogyakarta Tiara Wacan

Majid abdul dan Dian Andatani2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Bandung PT Remaja Rosda karya

Meleong Lj 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung PT Remaja

Rosda karya

Muhaimin 2003 Wacana pengembangan Pendidikan Islam Surabaya Pustaka

Pelajar

Muhaimin 2008 Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Bandung Remaja Rosda Karya

Mujib Abdul amp Yusuf Mudzakir 2006 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta

Kencana Prenada Media

Mulkhan AMunir 2002 Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi problem filosofis

Pendidikan Islam) Yogyakarta PT Tiara Wacana

143

Nadhirin2008Landasan Profetik Pendidikan Islam(Online)diakses di

httpnadhirinblogspotcom200808landasan-profetik-pendidikan-

islamhtmlpada Selasa 06 Januari 2015

Natta Abuddin 2007 Manajemen Pendidikan mengatasi kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia Jakarta Kencana Prenada Media Group

Nata Abuddin 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Priyo2010 Pendidikan Islam Profetik IntegrasiI slam dan Ilmu menuju

pendidikan yang Humanis Liberatif dan Transendentif Iman Ilmu

Amal(Online)httpPendidikanIslamProfetikIntegrasiIslamdanIlmumenuj

upendidikanyangHumanisLiberatifdanTransendentifImanIlmuAmalhtml

Diakses pada Selasa 03 Februari 2015

Rahman Abdul 2012 Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan

Epistemologi dan isi-materi Jurnal Eksis (Online) Volume8 No1

(httpwwwkaryailmiahpolnesacid) (diakses pada jumat 21 Agustus

2015)

Roqib Moh 2009 Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

di sekolah Keluarga dan Masyarakat Yogyakarta PTLkiS

Roqib Moh 2011 Prophetic Education Kontektualisasi Filsafat dan Budaya

Profetik dalam Pendidikan Purwokerto STAIN Press

Rosyadi Khoiron 2004 Pendidikan Profetik Yogyakarta Pustaka Pelajar

Roziqin M Zainur 2007 Moral Pendidikan di era Global (pergeseran pola

interaksi guru-murid di era global) Malang AVERROES Press

Roziqin MKhoirur2008 Format Pendidikan Profetik di tengah transfomasi

Sosial Budaya (Telaah Kritis Pemikiran Kuntowijoyo) Skripsi

Yogyakarta UIN SUNAN KALIJAGA

Shafiq Muhammad 2000 Mendidik Generasi Baru Muslim ide dasar karya

dan obsesi Al Faruqi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Shofan Moh 2004 Pendidikan berperadigma Profetik upaa konstruktif

membongkar dikotomi sistem pendidikan islam Yogyakarta IriSoD

Sholeh Asrorun Niam 2004 Reorientasi Pendidikan Islam mengurai relevansi

Al Ghazali dalam konteks kekinian Jakarta ELSAS

Sugiyono 2014 Metode Penelitian Kombinasi Bandung ALFABETA

Sutardi2012 Pendekatan profetik dalam penerapan pendidikan

karakter(Online)diakses di httpsutardicoolwordpresscom

144

Zeeno M Jameel2005 Resep menjadi pendidik sukses berdasarkan Al-Qur‟an

dan teladan nabi Jakarta Hikmah PTMizan

145

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

METODE

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

JENIS DATA

Wawancara

Kepala sekolah

Sejarah Pendirian sekolah

Visi dan misi sekolah

Pandangan tentang pendidikan tradisi

profetik

Pandangan Tentang Impelementasi

pendidikan tradisi Profetik

1 Implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan

agama islam

2 Hambatan implementasi

pendidikan dalam profetik

3 Solusi implementasi

pendidikan tradisi profetik

4 Hasil iplementasi pendidikan

profetik

Wakil ketua

kesiswaan

Proses pelaksanaan bimbingan

pendidikan islam pada siswa yang

mengacu pada pendidikan profetik

Hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik dan solusinya

Kegiatan pendidikan profetik

yangdilakukan siswa sehari-hari

Guru Agama

Prose KBM Pendidikan profetik

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam

Hambatan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Solusi pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Hasil Pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Observasi

Lingkungan Situasi dan kondisi sekolah

Ruang kelas

Mushola

Penataan Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Proses KBM

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan keagamaan

Dokumen Sekolah Letak geografis

146

Data Guru dan Karyawan

Data Siswa

Data Sarana Prasarana

Data intrakulikuler dan

Ekstrakulikuler

147

CACATAN OBSERVASI

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Waktu 0630-1400 WIB

Sumber Data Lingkungan dan Pembelajaran

Jenis Data situasi dan kondisi Sekolah

kegiatan keagamaan

Jumat pada Jam 0630 sampai jam 0700 pagi para siswa berangkat dan

masuk ke sekolahan Di depan gerbang sudah ada beberapa guru yang berdiri

yang kemudian para siswa bersalaman saat memasuki gerbang sekolahan menuju

ruang kelas masing-masing Setelah memasuki kelas para siswa dan guru

membaca Asmaul Husna bersama-sama sebelum memulai pembelajaran Pada

saat waktu menunggu di ruang tata usaha peneliti masih melihat beberapa guru

yang merokok di lingkungan sekolah bahkan ada yang di depan kelas Ada

beberapa guru yang saling bergurau di ruang guru dan di depan kelas yang mana

itu dapat terlihat oleh para siswa ketika sedang istirahat Pada jam 0900 peneliti

melihat ada materi praktek mengenai shalat dhuha yang dilaksanakan di mushola

sekolah Ketika jam 1115 bel berbunyi menandakan jam kegiatan belajar

mengajar telah selesai tetapi para siswa tidak langsung beranjak pulang Kelas

yang mendapat jadwal untuk menata karpet dan tikar untuk shalat berjamaah

segera mengambilnya dan mempersiapkannya di lapangan sekolah untuk sholat

jumat berjamaah Para siswa muslim dan guru-guru muslim mempersiapkan diri

untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat jumah Sedangkan yang non

muslim berada di kelas dan melakukan ibadah keagamaan sesuai agamanya yang

dibimbing bersama guru agamanya Setelah shalat jumat selesai kelas yang

mendapat jadwal untuk mengembalikan karpet dan tikar segera merapikan dan

membereskan tikar untuk dikembalikan ke mushola Setelah itu para siswa

kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang Siswa yang ikut Sie Keronian islam

(SKI) pada jam 1300 berkumpul di mushola untuk mengadakan kajian dan BTQ

yang didampingi oleh guru pendidikan agama islam Di mushola para siswa yang

148

ingin belajar BTQ di bimbing oleh guru agama dan kemudian para siswa bersama-

sama mengikuti kajian keislaman yang diisi oleh guru agama islam Kajian

tersebut selesai pada jam 1400 kemudian para siswa pulang ke rumah masing-

masing

149

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Kamis 10 September 2015

Tempat Ruang Kepala Sekolah

Waktu 0900 WIB

Narasumber Drs H Munadzir MSi (MN)

Jenis Data Sejarah Sekolah

Peneliti Asslamualaikum selamat pagi pak

Narasumber Waalaikumsalam selamat pagi bagaimana dek

Peneliti maaf pak sebelumnya kalau saya mengganggu mau minta waktu

bapak buat wawancara

Narasumber oo yang dari STAIN Kemarin ya silahkan mau bertanya

tentang apa

Peneliti saya mau bertanya mengenai sejarah SMP Negeri 4 Salatiga ini

pak

Narasumber sepengetahuan saya SMP ini sudah ada sejak tahun 1979

dulunya ada 2 gedung yang terpisah yaitu di jlVeteran dan

JlSumardi Tapi sekitar Tahun 2007 kita sudah mendapatkan

tempat ini sekarang di Jl Patimura 47

Peneliti bagaimana inovasi pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

ini

Narasumber inovasi pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolah ini

lebih kami tekankan pada praktek-praktek pendidikan yang

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah

peneliti bagaimana menurut bapak pendidikan kenabian itu

Narasumber pendidikan menurut saya itu adalah pendidikan dengan

keteladanan karena Nabi merupakan suri tauladan sehingga

dengan pendidikan kenabian dapat menanamkan nilai-nilai

kenabian dan keislaman di lingkungan sekolah

Peneliti bagaimana implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran PAI di sekolah ini pak

narasumber adanya keteladanan yang dilakukan guru saat melakukan proses

pembelajaran Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang penting

untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik atau kenabian

yang di ajarkan melalui pembelajaran maupun praktek merupakan

proses tranformasi pendidikan dan pengajaran Dengan adanya

keteladanan dan penananman nilai-nilai kenabian dapat

membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi

Khairul Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri peserta

150

didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau keislaman juga kami

terapkan dengan mengajak peserta didik untuk saling tolong

menolong antar sesama dengan cara menyantuni anak yatim dan

warga miskin

Peneliti adakah hambatan dalam pengimplementasiannya pak

Narasumber masih Kurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu hambatannya

seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah Kemudian masih

lemahnya keteladanan dari guru maupun tenaga kependidikan

seperti masih ada yang merokok di lingkungan sekolah yang masih

dapat dilihat oleh siswa

Peneliti bagaimana solusi yang bapak berikan

Narasumber Perlunya adanya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan penambahan

area tempat ibadah maupun tempat khusus untuk kegiatan

keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk memberikan suri

tauladan yang bagi peserta didik serta menjaga perilaku

Peneliti bagaimana hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang terlihat saat

ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik serta terbentuknya

moral dan akhlak peserta didik Seperti menghormati guru dan

sesama teman Berkurangnya kenakalan perilaku siswa yang terjadi

karena suda tertanam nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri

peserta didik Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu

dhuhur tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaah

Peneliti jadi kira-kira pendidikan profetik menurut bapak penting untuk

diterapkan apa tidak

Narasumber ya penting harus itu dek agar misi kenabian serta nilai-nilai

kenabian dapat tertanam dalam diri siswa untuk membentuk moral

dan akhlak mereka

Peneliti terima kasih pak sebelumnya atas waktunya

Narasumber ya sama-sama

151

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Tempat Ruang Guru

Waktu 1000 WIB

Narasumber Drs SB Hariyanto (HR)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak

Narasumber waalaikumsalam bagaimana dek ada yang bisa saya bantu

Peneliti saya minta maaf sebelumnya pak kalau sudah mengganggu

waktunya Saya mau tanya mengenai pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Negeri 4 ini pak

Narasumber tidak apa-apa saya selaku guru agama islam lebih menekankan

pada pendidikan moral dan akhlak dalam pembelajarannya Karena

sekarang perlu adanya penekanan dalam afektif dan psikomotorik

siswa

Peneliti bagaimana penerapan pendidikan profetik dalam pembelajaran

yang bapak lakukan

Narasumber dalam penerapannya saya menekankan keteladanan kepada

peserta didik dan penanaman nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah biasanya sebelum mulai pembelajaran dibiasakan

membaca Asmaul Husna Dalam keseharian di sekolah diberikan

pembiasaan sholat Dhuhur dan jumat berjamah

Peneliti bagaimana dalam model pembelajarannya pak

Narasumber beberapa pembelajaran peserta didik diajak untuk belajar

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernya Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik

yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didik

Peneliti bagaimana dalam sistem evaluasinya

Narasumber Dalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah berlangsung

baik tes maupun nontes kami selalu menekan pada segi afektif

dan psikomotoriknya bukan berarti segi kognitif tidak penting

Setiap perilaku yang dilakukan di dalam kelas sekolah maupun di

luar sekolah pun menjadi evaluasi bagi kami Dengan observasi

maupun pengamatan terhadap perilaku siswa menjadi peranan

dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya itu kami juga

berkoordinasi dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-

sama dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat materi

152

sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat Dhuhur dan

Jum‟at bersama

Peneliti adakah hambatan dalam mengimplementasikanya

Narasumber masih ada beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan tradisi

Profetik seperti Masih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah Lemahnya motivasi belajar tentang nilai-

nilai kenabian dan keislaman menjadi salah satu penghambat

penanaman dan pembangunan moral dan akhlak siswa

Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai agama di sekolah

maupun di rumah menjadi hambatan dalam penanaman dan

pembentukan akhlakul karimah

Peneliti apakah ada hambatan dalam evaluasinya

Narasumber masih ada lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana

belum adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam hal evaluasi ketidakjujuran orang tua siswa dalam

melaporkan perilaku siswa ke guru yang bahkan membela siswa

atau menutupi kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang

maksimal dalam mengukur peserta didik

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan untuk meminimalkan

hambatanTersebut

Narasumber adanya Pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru

maupun tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan

nilai-nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan keagamaan

serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana akan meningkatkan

motivasi belajar keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih

terhadap nilai-nilai agama dan kenabian di lingkungan sekolah

Perlu adannya evaluasi tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa

yang dilakukan oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua

yang mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan menjadikan

peserta didik menjadi termotivasi dalam menghayati serta

mengamalkan apa yang telah diajarkan sehingga proses

pembangunan dan pembentukan akhlak peserta didik lebih mudah

tertanam dalam pribadi peserta didik Pemberian tugas rumah atau

pun studi kasus terhadap lingkungan di sekelilingnya juga

menjadikan peserta didik lebih mengetahui memahami

menghayati materi yang diberikan yang mana secara tidak

langsung akan membentuk diri peserta didik

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber hasilnya yang terlihat adalah tumbuhnya tingkat keagamaan

peserta didik serta motivasi belajar keislaman Membawa hikmah

bagi peserta didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta didik hal

153

itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas Menumbuhkan

sifat saling menghormati menghargai dan menolong

Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada diri peserta didik

Peneliti jadi pendidikan profetik itu perlu untuk diterapkan ya pak

Narasumber ya memang harus dengan kita mencontoh dan meneladani nabi

maka secara perlahan dapat membentuk moral dan akhlak siswa

menjadi lebih baik

Peneliti terima kasih pak sebelumnya sudah mau meluangkan waktunya

Narasumber tidak apa-apa sama-sama kok saya rasa seperti pernah ketemu

ya

Peneliti iya pak dulu yang sering ngisi pesantren kilat di sini pak

Narasumber oh iya

154

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Sabtu 12 September 2015

Tempat Mushola

Waktu 1000 WIB

Narasumber Wildan Mustofa S SAg (WD)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak maaf mengganggu

Narasumber waalaikumsalam ya bagaimana

Penelitian saya mau wawancara dengan bapak

Narasumber oh ya tentang apa

Peneliti tentang penerapan pendidikan profetik atau pendidikan kenabian

pak

Narasumber ya udah kita ke mushola saja ya

Peneliti ya pak

Narasumber di sini saja ya mas gak enak di samping saya tadi guru agama

kristen

Peneliti tidak apa-apa pak

Saya mau bertanya mengenai bagaimana pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah ini pak

Narasumber ya pembelajaran agama islam disini mengikuti pembelajaran

sekolah yang mana sudah ada KD yang ditentukan disitu yang

mengacu pada K13 Terdapat pembelajaran berupa praktek-praktek

langsung seperti sholat dhuha

Peneliti saya mau bertanya mengenai pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP ini

Narasumber ya pembelajaran PAI di sekolah ini sudah berjalan dengan baik

mengikuti apa yang sekolah sudah atur dan adanya pembelajaran

yang

Mengacu pada penekanan pembentukan moral siswa dan

emosional siswa Dalam pemberian materi pembelajaran biasanya

siswa akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya Dengan

menggunakan metode pembiasaan keteladan juga dapat

menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk akhlak

dan moral siswa Melalui observasi yang dilakukan oleh peserta

didik langsung dan kemudian dipadukan di kelas menjadikan

peserta didik mudah memahami dan menghayati materi yang

dipelajari Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan

melalui praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di dalam

perilaku keseharian semisal dengan guru memberi amanah kepada

siswa dan kemudian apakah siswa menjalankan amanah yang

155

diberikan oleh guru tersebut atau tidak Proses kegiatan belajar

mengajar yang kami lakukan ditekankan pada penanaman dan

penghayatan nilai-nilai kenabian dan keislaman yang mana dalam

setiap penggunaan metode dan media pembelajaran mengusahakan

agar bagaimana siswa mampu memahami dan menghayati secara

langsung tujuan pembelajaran yang diinginkan

Peneliti bagaimana dengan sistem evaluasinya

Narasumber Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur bagaimana penanaman

dan pembentukan pribadi siswa perilaku keseharian siswa di

lingkungan sekolah dan di rumah menjadi pertimbangan dalam

mengevaluasi hasil pembelajar Maka tidak hanya guru Agama

islam saja yang membimbing maupun memberikan teladan tetapi

seluruh tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-sama

peneliti adakah hambatan selama ini dalam penerapan pendidikan tradisi

profetik

Narasumber masih terdapat beberapa hambatan dalam mengimplementasikan

pendidikan profetik salah satunya adalah masih kurangnya

kesadaran siswa dalam beribadah Masih adanya guru laki-laki

yang saling bercanda (guyonan) dengan guru perempuan di depan

siswa masih ada tenaga kependidikan yang merokok di depan

siswa Kemudian

masih Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh guru

maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya penghayatan dan

pengejawantahan terhadap nilai-nilai profetik dalam kehidupan

sehari-hari Serta masih adanya penekanan hanya pada aspek

kognitif saja

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan

Narasumber saya memberikan pembiasaan praktek-praktek sifat kenabian

seperti bersifat jujur dan amanah Perlunya penambahan keilmuan

atau wawasan keagamaan serta khasanah islamiyah dengan

melakukan kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik

serta tenega kependidikan lainnyaDalam Evaluasi saya lakukan

secara langsung atau mendadak untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa yang

sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara bersama dari guru

dan orang tua dalam memonitoring perkembangan peserta didik

dengan dibuat buku atau laporan moral dan akhlak

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik di SMP

ini

Narasumber adanya Pembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta berkurangnya

kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa Tumbuhya kesadaran siswa untuk beribadah dan berbuat

156

baik Menjadikan siswa suka untuk ke tempat ibadah

Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati antar sesama

Dengan adanya pembiasaan keteladanan baik yang dilakukan

menjadikan siswa akan mengikuti hal tersebut dan akan berhati-

hati dalam setiap perilaku yang dilakukaannya

Peneliti maaf sebelumnya pak boleh tahu biografinya pak wildan

Narasumber Nama Wildan Mustofa Setiawan SAg 26 februari 1978

Penelti bapak mengajar di sini dari tahun berapa pak

Narasumber saya mengajar di sini dari tahun 2010

Peneliti terima kasih atas waktunya pak

Narasumber iya sama-sama

157

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Personalia SMP Negeri 4 Salatiga

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

158

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Data siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas

jenis

kelamin Agama jumlah kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

159

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data Guru dan Kualifikasi pendidikan Guru SMP

Negeri

4 Salatiga

Data Guru SMPN 4

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Data Kualifikasi Pendidikan Guru

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

160

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga

Daftar Karyawan SMPN 4

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian inventaris

kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

161

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Sarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Sarana SMPN 4 Salatiga

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

162

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

163

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Intrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

164

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

165

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga

15 Sumiyati 16 Idayati Hartini 17 Saimin 18 Agus widodo 19 Sri Iriyanti 20 Rejo 21 Eka Sulistyawati 22 Murniati 23 Rubiyanto 24 Nuzul Lusy

Anggraeni 25 Tri Budi Setyawan 26 Sutrisno

27 Agus Riyadi

TATA USAHA GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

166

167

168

169

DAFTAR NILAI SKK

Nama Syaifullah Godi Ismail

NIM 11109106

Progdi PAI

Jurusan Tarbiyah

NO Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai

1 Orientasi Program Studi Dan

Pengenalan Kampus (OPSPEK)

DEMA STAIN Salatiga

18-20 Agustus 2009

Peserta

3

2 Pelatihan Emotional Spritiual

Quotient (Esiq) Stain Salatiga

21 Agustus 2009

Peserta

2

3 Sertifikat UPT Perpustakaan User

Education STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 2

4 Diskusi Panel Dengan Tema

ldquoAktualisasi Bahasa Arab Dan

Bahasa Inggris Dalam Dakwah

Islamrdquo

5 September 2009

Peserta 2

5 Diskusi Dan Buka Bersama Di

Secretariat HMI Cabang Salatiga

10 September 2009

Peserta

2

6 English Friendship Camp

17-18 November

2009

Peserta 2

7 Basic Training (Lk 1)

ldquoMenjalin Hubungan

Intrapersonal Dikalangan

Mahasiswa Denagnbasic Islam

Dan Ke-Hmi-An Menuju Insan

Citardquo

Hmi Cabang Salatiga

25-28 Maret 2010

Peserta 2

8 Bedah Buku ldquoJalan Cinta Para

Pejuangrdquo Karya Salim A Fillah

24 April 2010

Peserta

2

9 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMembangun Demikrasi Kampus

Yang Harmonisrdquo

15 Mei 2010

Peserta

2

10 Seminar Lingkungan Hidup

MITAPASA

24 Mei 2010 Peserta 2

11 Akhirussanah Ma‟had STAIN 29 Juli 2010 Peserta 2

170

Salatiga

12 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dan Karnoto Zarkasyi Dengan

Tema ldquo Membangun Pola

Idealitas Mahasiswa Ditengah

Pergolakan Arus Global Guna

Mencapai Insane Yang Militant

Dan Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Pemateri

4

13 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMewujudkan

Mahasiswa Islami Yang Ideal

Demi Terwujudnya Kader Yang

Militanrdquo

22-24 Oktober 2010 Panitia 3

14 Surat Keterangan Lulus

Praktikum BTA Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

2 November 2010 Peserta 2

16 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Implementasi

Nilai Kehmian Dalam Diri

Mahasiswa Demi Terbentuknya

Insan Yang Intelektualitas Dan

Bernafaskan Islamrdquo

16-19 Maret 2011 Panita 3

17

Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkat Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada

Prinsip-Prinsip Integritasrdquo

25 Juni 2011 Peserta 2

18 Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 2

19 Penginapan Peserta Orientasi

Pengenalan Akademika Dan

Kemahasiswaan STAIN Salatiga

2011 Dengan Tema ldquoMerajut Tali

Ukhuwah Islamiyah Bersama

Keluarga Besar Himpunan

Mahasiswa Islamrdquo

19-21 Agustus 2011 Panitia 3

20 Seminar Keperempuanan Korp

HMI-Wati Dengan Tema ldquoJilbab

Perspektif Agama Dan Socialrdquo

04 November 2011 Panitia 3

21 Senior Course (SC) Se Jateng 15-20 Februari 2012 Peserta 4

171

DIY Dengan Tema

ldquo Transformasi Nilai-Nilai

Pengkaderan Menuju Kompetensi

Pendidik Yang Berkualitasrdquo

22 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkatkan Kepekaan Dan

Transparansi Kinerja Lembaga

Menuju Kampus Yang Amanahrdquo

27 Maret 2012 Peserta 2

23 Seminar Nasional SEMA STAIN

Salatiga Dengan Tema

ldquoBerpolitik Untuk Kesejahteraan

IndonesiaReorientasi Gerakan

Mahasiswa Pasca Reformasirdquo

15 Mei 2012 Peserta

8

24 Seminar Nasional Dengan Tema

ldquoMewaspadai Gerakan Islam

Garis Keras Di Perguruan Tinggirdquo

23 Juni 2012 Peserta 8

25 Grand Launching FGMPS Dan

Diksusi Public Dengan Tema

ldquoPeran Generasi Muda Terhadap

Fenomena HIVAIDS Di Kota

Salatigardquo

12 Juli 2012 Peserta 2

26 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMembangun

Paradigm Mahasiswa Yang

Berintelektual Dan Berjiwa

Nasionalis Religiousrdquo

29 November - 2

Desember 2012

Peserta 2

27 Seminar Pendidikan Dengan

TemardquoMenuju Pendidikan

Indonesia Yang Idealrdquo

28 Desember 2012 Peserta 2

28 Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga Tentang Pengangkatan

Pengurus Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga 2013

31 Januari 2013 Anggota 4

29 Diskusi Dan Perayaan Dies

Natalis HMI Ke 66 Dengan Tema

ldquo 66 Tahun Hmi Untuk Islam Dan

Negara Indonesiardquo

05 Februari 2013 Peserta 2

30 Kajian Dan Follow Up Dengan

Tema ldquoMembangun Kader HMI

Yang Militanrdquo

18 Februari 2013 Peserta 2

31 Bedah Buku Berjudul ldquoSholat

Ngebut Bikin Benjutrdquo

11 Mei 2013 Peserta 2

172

32 Latihan Kader I (Basic Training)

HMI Cabang Salatiga Dengan

Tema ldquoEmpowering Komitmen

Keislaman Kemahasiswaan Dan

Keindonesiaan Untuk Kader

Militantrdquo

31 Mei 2013 Pemateri 4

33 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Ijtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Tranparansi Informasirdquo

19-21 September

2013

Pemateri 4

34 Sarasehan Akbar HMI Komisariat

Walisongo ldquoMerajut Ukhuwah

Memperkokoh Kebersamaanrdquo

10 Oktober 2013 Peserta 2

35 Bedah Buku Berjudul rdquo Ketika

Cinta Bertasbihrdquo

11 Desember 2013 Peserta 2

36 Bedah Film Tanah Surga Katanya 29 Desember 2013 Peserta

2

37 Basic Training LK1 HMI ldquoIjtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Transparansi Informasirdquo

20 September 2014 Pemateri 4

38 Seminar Regional Dengan Tema

ldquoMempertegas Peran Pendidikan

Dalam Mencerahkan Masa Depan

Anak Bangsardquo

19 November 2014 Peserta 4

39 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Dengan Tema

ldquoMembangun Pola Idealitas

Mahasiswa Ditengah Pergolakan

Arus Global Guna Mencapai

Insane Yang Militant Dan

Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Panitia 3

173

174

Page 9: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan

9

6 Kepala sekolah guru dan siswa SMP Negeri 4 Salatiga yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian

di sekolah tersebut

7 Kepada orang tuaku tercinta Bapak kardiyanto godi ismail dan Ibu

Sakdiyah serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk moril maupun materiil untuk membiayai

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran

8 Kepada kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga (pras anita said sahal takul

istad bang imtihan bang indi fegi dan yang lainnya) yang tak akan

pernah putus mencari ilmu dan selalu yakin usaha sampai

9 Kepada teman-temanku tercinta PAI D 2009 (agus rozaq anwar fegi

faisal) serta teman-teman yang saya kenal dan yang mengenal saya

yang tak mungkin dapat saya sebutkan semuanya yang telah

memberikan saran do‟a serta motivasinya

10 Generasi muslim pemuda pemudi penerus cita-cita bangsa

Oleh karenanya penulis tak kan berarti apa-apa tanpa mereka semua kami

ucapkan banyak terimakasih Semoga amal perbuatan yang diberikan dengan

ikhlas akan dihitung oleh Allah serta memperoleh balasan kebaikan dan

mendapatkan Ridho Allah SWT Amin

10

11

ABSTRAK

Ismail G Syaifullah 2015 Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Pelajaran

20152016 Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga Dosen Pembimbing FatchurrahmanSAg MPd

Kata kunci Implementasi dan pendidikan profetik

Latar belakang penelitian ini bertolak pada keadaan di Indonesia saat ini yang

krisis moral karena masih kurangnya akan pendidikan moral dan akhlak dalam

membentuk dan membangun moral serta akhlak para peserta didik Disadari atau

tidak pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada dimensi kognitif yang

hanya mencetak manusia cerdas dan terampil maka tidak heran jika terjadi krisis

moral dan akhlak Dalam pendidikan Islam pendidikan karakter merupakan

pendidikan akhlak Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pendidikan

karakter atau pembentukan moral dan akhlak seperti konsep pendidikan yang di

ajarkan Rasulullah Nabi Muhammad merupakan pendidik yang paling berhasil

dan menjadi suri tauladan Dengan meneladani dan meniru pendidikan yang

digunakan nabi diharapkan dapat membentuk dan membangun moral serta

akhlakul karimah Maka salah satu caranya dengan mengimplementasikan

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran agama Islam Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

2) Bagaimana problematika Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga 3) Bagaimana

hasil Implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 salatiga

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Sesuai dengan tema yang

peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field

research) Yaitu peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah Pengumpulan data

menggunakan wawancarainterview dokumen dan observasi Lokasi Penelitian

dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di Jl Pattimura 47 Salatiga

50711 dan subjek penelitian adalah pendidik tenaga kependidikan dan siswa

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa implementasi pendidikan

profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

diterapkan dalam model pembelajaran dengan pembiasaan dan keteledanan

kolektif penanaman misi dan nilai-nilai kenabian pada peserta didik melalui

materi pembelajaran metode dan evaluasi pembelajarannya Terdapat beberapa

problematika dalam implementasi pendidikan profetik ada beberapa hambatan

dan solusi yang ditawarkan Hasil dari implementasi pendidikan profetik dapat

12

membangun dan membentuk akhlak serta moral peserta didik sehingga peserta

didik mempunyai sikap menghormati menghargai dan toleran Menumbuhkan

tingkat keagamaan dan motivasi ibadah siswa Sehingga intelektual emosional

akhlak dan moral peserta didik dapat berkembang secara utuh

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR BERLOGO ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING iii

PENGESAHAN KELULUSAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 10

C Tujuan Penelitian 10

D Landasan Teori 11

E Manfaat Penelitian 14

F Metode Penelitian 15

G Sistematika Pembahasan 21

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22

A Pendidikan dalam Islam 22

1 Pengertian Pendidikan 22

2 Pendidikan dalam Islam 23

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam 30

4 Tujuan Pendidikan Islam 34

B Pendidikan Profetik 39

1 Pengertian Profetik 39

2 Filsafat Profetik 41

3 Filsafat Pendidikan Profetik 41

4 Pengertian Pendidikan Profetik 45

5 Tujuan Pendidikan Profetik 46

6 Materi pendidikan Profetik 47

7 Pendidik Pendidikan Profetik 50

8 Peserta didik Pendidikan Profetik 54

9 Metode Pendidikan Profetik 56

10 Media Pendidikan profetik 60

11 Evaluasi Pendidikan Profetik 62

C Kontekstualisasi Pendidikan Profetik 64

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoirul

Ummah)

64

2 Pendidikan Profetik untuk Pengembangan Kebudayaan 65

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan 66

15

D Pendidikan Profetik dalam Pendidikan Agama Islam 72

BAB III HASIL PENELITIAN 79

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian 79

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga 79

2 Letak Geografi 79

3 Visi dan misi SMP Negeri 4 salatiga 80

4 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 81

5 Guru karyawan dan Siswa Struktur Personalia SMP

Negeri 4 salatiga

84

6 Situasi dan Kondisi SMP Negeri 4 salatiga 89

7 Ekstrakurikuler 90

B Temuan Penelitian 92

1 Hasil Penelitian 92

a Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

92

b Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

97

c Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

101

BAB IV PEMBAHASAN 105

A Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam 105

16

Pembelajaran pendidikan agama Islam

B Problematika Implementasi pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam

110

C Hasil Implementasi pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam

115

BAB V PENUTUP 119

A Kesimpulan 119

B Saran 121

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN-LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Tabel 31 Struktur Personalia SMP Negeri 4 salatiga 82

Tabel 32 Struktur Organisasi SMP Negeri 4 salatiga 83

Tabel 33 Data siswa SMP Negeri 4 salatiga 84

Tabel 34 Data Guru SMP Negeri 4 salatiga 85

Tabel 35 Data kualifikasi pendidikan guru SMP Negeri 4 Salatiga 85

Tabel 36 Data Karyawan SMP Negeri 4 salatiga 86

Tabel 37 Data sarana SMP Negeri 4 salatiga 87

Tabel 38 Data Prasarana SMP Negeri 4 salatiga 88

Tabel 39 Kegiatan Intrakulikuler SMP Negeri 4 salatiga 91

Tabel 310 Kegiatan Ekstrakuliker SMP Negeri 4 salatiga 91

18

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia

Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan yang diharapkan akan

dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan orang banyak Selain

itu pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai penting dan strategis bagi peradaban manusia Hampir semua

negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal terpenting dan utama dalam

membangun suatu bangsa dan negara Di Indonesia sendiri hal ini jelas sudah

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa

salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa yaitu melalui pendidikan Serta dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk

mewujudkan upaya tersebut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)

memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang

Menurut Ahmad Makki dalam bukunya karya Jamal Ma‟mur Asmani

mengatakan bahwa jika pendidikan dalam sebuah bangsa sudah maju niscaya

19

akan maju pula bangsa itu Sebaliknya ketika pendidikan disuatu bangsa

tidak berkembang maka dapat dipastikan bangsanya akan terbelakang

Pendidikan di Indonesia sudah berjalan sekian puluh tahun sejak

kemerdekaannya dan selama itu pula terdapat perkembangan pendidikan di

Indonesia Tetapi jika disadari pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada

dimensi kognitif yang mencetak manusia-manusia yang cerdas terampil dan

mahir yang melahirkan manusia yang berkepribadian dan integritas

Kurangnya pengejawantahan dimensi afektif dan psikomotorik dalam sistem

pendidikan menjadikan krisis identitas serta hilangnya Nilai-nilai luhur yang

melekat pada bangsa Indonesia seperti kejujuran kesantunan kesopanan

hormat pada orang lain religius dan kebersamaan Hal ini menjadi

keprihatinan kita semua sebagai warga negara Indonesia

Masifikasi gelombang modernitas telah membawa siapapun termasuk

dunia pendidikan untuk hanyut mengikuti mainstream dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar tidak teraleniasi Dalam keadaan seperti ini

hegemoni konsep-konsep pendidikan ala barat sulit untuk dihindari yang mana

memarginalkan konsep-konsep dan ajaran lokal yang syarat akan nilai-nilai

moral Adanya problematika internal dalam sektor pendidikan serta hilangnya

orientasi untuk memberikan pencerahan dan membentuk jati diri bangsa

menjadikan kesinambungan program-program pendidikan belum bisa berjalan

mulus Ditambah dengan perubahan politik di negara ini karena adanya

kebijakan-kebijakan baru pada setiap pergantian menterinya Munculnya

realitas pendidikan saat ini yang lebih sibuk melayani golongan sosial tertentu

20

menjadikan adanya materialisasi pendidikan yang sudah mulai menggejala dan

menggeser ideologi pendidikan yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa membedakan status sosial

Kurikulum seakan disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan

pekerjaan yang dibungkus dengan baju modernitas Kemudian adanya

dikotomi ilmu pendidikan antara ilmu pengetahuan umum dan agama

memunculkan problematika tersendiri Hal itu menjadikan pembagian dalam

hal pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu umum dan agama

sehingga dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya

menjadi kurang maksimal

Dunia pendidikan dituntut perannya untuk kembali memurnikan arah

perjalanan bangsa Dunia pendidikan akan berada pada kondisi dilematis-

kontradiktif karena adanya tuntutan modernitas sekaligus sebagai tuntutan

peran untuk selalu menjaga nilai-nilai moral Sementara dunia pendidikan

berada dalam paradoks disuatu sisi ingin menanamkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral namun pada sisi lain justru institusi atau lembaga pendidikan

mencerminkan praktek-praktek pendidikan yang menyimpang dari niliai-nilai

moral dan identitas bangsa Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia

dan pengembangan potensi serta bakat yang harus diubah orientasinya untuk

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkembang dalam tiga

ranah yaitu afektif kognitif dan psikomotorik Pendidikan haruslah

menanamkan dan mengembangkan karakter individu dan nilai-nilai

kemanusian Pendidikan juga diarahkan dalam menanamkan integritas etik dan

21

akhlak serta mengembalikan makna ldquopendidikanrdquo bukan hanya sekedar

ldquopengajaranrdquo Penggunaan metode-metode pendidikan yang mengedepankan

keteladanan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai yang diajarkan

Pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah Makna manusia yang berkualitas menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab Oleh karena itu pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa dan karakter Dengan adanya penanaman dan

pengembangan karakter bagi setiap peseta didik atau individu dalam sistem

pendidikan maka diharapkan akan menciptakan manusia yang berkualitas yang

mampu beradaptasi dengan zaman

Dengan berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya sebuah pendidikan

karakter Pada hakikatnya pendidikan karakter adalah sebuah perjuangan bagi

setiap individu untuk menghayati kebebasan dalam hubungan mereka dengan

orang lain dan lingkungannya sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi

22

yang unik dan khas serta memiliki integritas moral yang dapat

dipertanggungjawabkan Lebih lanjut pendidikan karakter juga terkait dengan

tiga matra pendidikan yaitu pendidikan individual pendidikan sosial dan

pendidikan moral Melalui tiga matra pendidikan tersebut merupakan kondisi

dinamis dari struktur antropologi individu Pendidikan karakter dalam arti

demikian itu menurut Amin dalam Etika (1989) adalah pendidikan yang sejak

lama telah diperjuangkan oleh para filusuf bahkan para rosul utusan Tuhan

Yaitu pendidikan karakter yang bersifat integral holistik dinamis

komprehensif dan terus menerus hingga terbentuk sosok manusia yang terbina

seluruh potensi dirinya serta memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk

mengekspresikannya dalam seluruh aspek kehidupan

Untuk mewujudkan visi misi dan tujuan tersebut pendidikan karakter

membutuhkan dukungan salah satunya dari pendidikan agama Dalam pada itu

pendidikan agama memberikan sumbangan bagi pendidikan karakter dan

berperan penting dalam hal mempersatukan diri manusia dengan realitas

tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Pendidikan karakter yang ditopang salah

satunya oleh pendidikan agama membantu peserta didik untuk tumbuh secara

lebih matang dan lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

dalam kontek kehidupan bermasyarakat Namun hal tersebut juga harus

didukung dengan upaya yang disertai dengan keteladanan dari seluruh

komponen yang terlibat dalam pendidikan (terutama guru) lingkungan dan

atmosfer pendidikan yang kondusif

23

Pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam disebut juga dengan

pendidikan akhlak mulia Secara normatif-teologis merupakan sebuah agenda

dan misi utama bagi setiap agama Secara yuridis ajaran akhlak mulia secara

eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Jika dilihat secara historis pendidikan akhlak mulia

merupakan respon terhadap adanya kemerosotan akhlak pada masyarakat

Lahirnya agama Islam di mekkah dan berkembang di madinah merupakan

sampling yang representative tentang perlunya agama ini membentuk akhlak

masyarakat Hal itu terjadi karena keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam

menetapkan kebijakan strategi taktik dan hal lainnya (Abuddin 2012 210)

Pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah pembentukan kepribadian

seorang muslim Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan Disegi lain pendidikan

Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis yang mana pendidikan

Islam mengajarkan pendidikan iman dan amal Secara historis Islam dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudia disebarkan ke mekkah atau Islam

diajarkan di mekkah yang tadinya menyembah berhala musyrik dan sombong

dengan usaha dan kegiatan Nabi mengajarkan Islam kepada mereka lalu

tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah menjadi mukmin

muslim dan menghormati orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin

sebagaimana yang dicita-citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik

membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus

menjadi pendidik yang berhasil Islam sebagai agama yang universal yang

24

oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktivitas sehari-hari

mensejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis Pendidikan versi

Islam tidak hanya sebagai penentu segala-galanya bagi vested interested

(kepentingan) manusia di dunia melainkan menjangkau kepentingan manusia

masa depan yang esensial di akhirat kelak

Di dalam Islam dan dalam pendidikan Islam khususnya secara tidak

langsung telah berupaya untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan

karakter atau akhlak mulia yaitu membentuk kepribadian seorang muslim

sebagaimana cita-cita Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur‟an dan

sunnah yang berdialoq secara kontinu dengan tradisi dan budaya setempat

Pendidikan karakter atau pendidikan akhlak mulia merupakan bagian dari

pendidikan Islam yang sudah ada sejak 15 abad yang lalu Ajaran Islam yang

berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan

hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan

individu dan pendidikan masyarakat Semua orang yang bertugas mendidik

adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Zakiah Darajat 2012 20) Telah

disebutkan sebelumnya bahwa Nabi Muhammad merupakan pendidikan yang

paling berhasil dan menjadi suri tauladan (QS3321)

25

Artinya ldquoSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allahrdquo (Al-Ahzab21)

Maka perlunya pendidikan Islam dalam hal ini pendidikan karakter atau

akhlak untuk filter dan tameng bagi adanya kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai barat yang menjadikan

kekalahan beruntun secara sosial politik ekonomi dan budaya komunitas

muslim merasa kelimpungan dengan reaksi yang beragam Diakui bahwa hal

ini disebabkan karena masih ada beberapa hambatan dalam pendidikan agama

Islam Karena terjadinya pengadopsian pendidikan barat untuk

mengembangkan pendidikan muslim Yang terjadi adalah pendidikan modern

(barat) plus pendidikan agama Islam untuk peserta didik muslim dan bukan

yang dikonstruk berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikembangkan dalam teori

dan keilmuan Islam

Pendidikan akhlah mulia yang terdapat dalam pendidikan agama Islam

saat ini telah terdikotomi oleh pendidikan nasional Terlebih yang terdapat di

lembaga pendidikan umum (SD SMP dan SMA) Mengamati pendidikan

agama Islam di Indonesia dari masa ke masa tergambar jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan bagian yang terpisah dari sistem

pendidikan nasional Bahkan saat ini pendidikan Islam di Indonesia sedang

menghadapi berbagai persoalan dan hambatan dalam berbagai aspek terutama

masalah orientasi pendidikan itu sendiri dengan kata lain masih belum

jelasnya konsep pendidikan yang dibawa serta bagaimana implementasi yang

26

berbentuk pembelajaran sebagai upaya menciptakan manusia yang mandiri dan

profesional Mengingat bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan

dasar bagi setiap muslim maka pendidikan agama Islam harus selalu ditumbuh

kembangkan secara sistematis oleh setiap umat Islam dimanapun Berangkat

dari karangka ini pendidikan agama Islam haruslah selalu senantiasa

mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi logis dari perubahan

Kurangnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam lembaga pendidikan

umum menghambat pembentukan manusia ideal (seorang muslim) yang siap

dengan agenda globalisasi dan modernisasi yang terjadi Lembaga pendidikan

umum tidak berfokus kepada pendidikan agama hal ini berbeda dengan

lembaga pendidikan agama yang fokus pendidikannya adalah keagamaan

Kurangnya jam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan

umum misalnya yang hanya 3 jam setiap minggu maka perlu adanya strategi

untuk memberikan bekal tentang pendidikan agama di pendidikan umum

Strategi dalam sistem pembelajarannya metodenya maupun dalam hal konsep

pembelajarannya Seperti penggunaan pendidikan profetik yaitu dengan proses

pengetahuan dan nilai yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan

Dengan adanya strategi dalam hal pembelajaran pendidikan agama Islam maka

mampu untuk mencetak manusia-manusia keseimbangan dalam pandangan

hidupnya serta memiliki penguasaan atau pengetahuan keagaaman untuk bekal

individu dalam kehidupan sehari-hari

27

Ditetapkanya SMP Negeri 4 Salatiga sebagai tempat penelitian karena

adanya strategi dan upaya-upaya yang digunakan Sekolah Menengah Pertama

ini dalam hal menumbuhkan pendidikan keagamaan Islam terhadap peserta

didiknya Secara geografis yang terletak di pusat kota Salatiga berada pada

pusat jalur ekonomi Salatiga Dalam hal pendidikan keteladanan yang

ditumbuhkan oleh pihak sekolah dalam kesehariannya di lingkungan sekolah

seperti adanya sholat berjama‟ah dan kegiatan keIslaman untuk peserta didik

Berangkat dari hal tersebut maka penulis mengajukan judul dalam

penelitian ini adalah ldquo IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di SMP

NEGERI 4 SALATIGA PADA TAHUN PELAJARAN 2014-2015rdquo

B RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi diatas maka ada sejumlah permasalahan yang

penulis ajukan untuk dicari jawabannya Sejumlah masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut

1 Bagaimana Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Apa problematika yang muncul dalam implementasi Pendidikan Profetik

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

3 Bagaimana hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

28

C TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

2 Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam implementasi

Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

3 Untuk mengetahui hasil Implementasi Pendidikan Profetik dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

D LANDASAN TEORI

1 Pendidikan Profetik

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti

ldquopergaulan dengan anak-anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya

membimbing atau mendidik alam pertumbuhannya agar dapat berdidi

sendiri disebut paedgogos Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai

ldquo usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-

anak untuk membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

29

dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi

diri sendiri dan masyarakatnyardquo

Sedangkan Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau

berkenaan dengan nabi Kata dari bahasa inggris ini berasal dari bahasa

yunani ldquoprophetesrdquo sebuah kata benda untuk menyebut orang yang

berbicara awal atau orang yang memproklamasikan diri dan berarti juga

orang yang berbicara masa depan Profetik atau kenabian disini merujuk

pada dua misi yaitu seseorang yang menerima wahyu diberi agama baru

dan diperintahkan untuk mendakwahkan pada umatnya disebut rasul

(messenger) sedang seseorang yang menerima wahyu berdasarkan agama

yang ada dan tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya disebut nabi

(Prophet)

Nabi (Prophet) yang menjadi acuan dalam pendidikan profetik

adalah Nabi Muhammad SAW yang mana sebagai suri tauladan dan

sebagai pendidik yang hebat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan

mengajarkan islam di mekkah yang tadinya kondisi mereka menyembah

berhala musyrik dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi

mengajarkan Islam kepada mereka lalu tingkah laku mereka berubah

menjadi penyembah Allah menjadi mukmin muslim dan menghormati

orang lain Mereka telah berkepribadian mukmin sebagaimana yang dicita-

citakan Islam Dengan itu Nabi telah mendidik membentuk kepribadian

yaitu kepribadian muslim dan Nabi SAW sekaligus menjadi pendidik yang

berhasil Di dalam kehidupannya nabi SAW selalu memberikan

30

ketauladanan kepada ummatnya Hal inilah yang menjadikan nabi

Muhammad menjadi acuan Profetik atau kenabian dalam hal pendidikan

Jadi Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan

(knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun

akhlak moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus

memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul

ummah) Serta tercapainya intelektual emosional akhlak dan moral

peserta didik yang dapat berkembang secara utuh

2 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan kebiasaan dan tingkah laku belajar juga diartikan sebagai

pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Syaiful Bahri

200222)

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik

(santri) Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran

tersebut ada kegiatan memilih menetapkan dan mengembangkan metode

atau strategi yang optimal untuk mengapai hasil pembelajaran yang

diinginkan dalam kondisi tertentu (Muhaimin 200382)

Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip

Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia sehingga

31

terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 2008 35)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati

hingga mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadist

(Abdul Majid amp Dian Andatani 2004 7)

Jadi pengertian pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah

upaya membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal memahami dan menghayati hingga

mengimani bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits

melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan

pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi

pembelajaran yang ada

3 Implementasi pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan Jadi penerapan

pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Maka

pendidikan dibangun dan dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat

memiliki tradisi dan budaya akademik yang kondusif dalam keluarga dan

lingkungan sosial Tradisi dan budaya edukatif atau akademik ini secara

otomatis akan bergerak sesuai dengan hukum budaya yang mewakili

32

simbol-simbol agama dalam mentransfer ilmu teknologi dan seni kepada

siapapun Tradisi dan budaya profetik yang sudah terbangun kokoh bahkan

diluar kesadaran akan menggulirkan semangat keilmuan yang tinggi

Komitmen profetik yang berlangsung lama akan membetuk tradisi dan

dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pilar pendidikan profetik

yang akan menghasilkan tradisi dan lingkungan yang sehat

E MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk

menghadapi tantangan zaman dan modernisasi dan juga dengan ini diharapkan

dapat membentuk individu berkarakter yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai Serta

memberikan konsep pendidikan Islam dalam membentuk dan mengembangkan

potensi intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara utuh

Sedangkan secara dimensi praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menemukan sebuah pola pendidikan Islam sebagai

pengembangan diri manusia dalam membentuk manusia sempurna menurut

Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Alam

sekaligus untuk memahaminya Hal tersebut menjadi kerangka acuan dalam

pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia yang dikemas dalam

konsep pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan Islam karena

33

adanya dikotomi pendidikan yang terjadi dalam pendidikan umum dan

pendidikan agama

F METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai

metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola)

dan disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan) analisis data bersifat induksikualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi(Sugiyono 201413)

Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (J Moeleong

20033)

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yang pertama karena dari judul skripsi ini hanya mengandung

satu variabel Kedua dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi

ini menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian Ketiga

34

metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola ndash pola nilai yang dihadapi

Dengan demikian peneliti dapat memilah ndash milah sesuai dengan fokus

penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin

hubungan dengan Subjek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami

keadaan Subjek dalam penggalian info atau data yang diperlukan Maka

Penelitian ini penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang

implementasi Pendidikan Profetik dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga tersebut

Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian lapangan ( field research) Yaitu peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan ilmiah ( (J Moeleong 200626) Alasan peneliti menggunakan jenis

penelitian ini adalah peneliti bermaksud untuk melakukan analisis secara

mendalam dibantu dengan data empiris yang diperoleh di lapangan sesuai

dengan teori yang relevan yang pada akhirnya bisa melakukan simpulan

2 Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Salatiga yang terlatak di

Jl Pattimura 47 Salatiga 50711

Adapun Subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi

kepala sekolah pengajar karyawan dan siswa

3 Teknik Pengumpulan Data

a Observasi Partisipan

35

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data

yaitu dakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar

tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut( Sugiyono 2014309)

Susan Stainback (1988) menyatakan dalam observasi partisipatif

peneliti mengamati apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan

suka dukanya Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang tampak

Dengan observasi kita dapat secara langsung terjun kedalam objek

penelitian Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan KBM situasi

di sekolah dan pendidik Dalam observasi di SMP Negeri 04 Salatiga

selain melakukan pengamatan juga ikut ambil bagian dalam melaksanakan

aktifitas pendidikan di lingkungan sekolahan Selain itu juga berpartisipasi

dalam pembelajaran seperti ikut mengajar dan mengikuti proses

pembelajaran pendidikan Islam

b Pengumpulan data dengan wawancarainterview

36

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2014318)

c Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu Dokumen

bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh adanya dokumen Pengumpulan dokumen yang berkaitan

dengan objek penelitian yaitu berupa buku sejarah buku profil sekolah

pajangaan struktur buku informasi pendataan siswa dan guru kurikulum

pelajaran dan perangkat pembelajaran

37

d Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada Triangulasi berguna untuk

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumulan data dan

berbagai sumber data (Sugiyono 2014327) Pengumpulan data diambil

dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama Adanya observasi kemudian dilanjutkan dengan wawancara

yang mendalam serta pengumpulan dokumentasi untuk sumber data yang

sama dan melakukan wawancara atau pengumpulan data pada beberapa

sumber data yang berbeda

4 Teknis Analisi Data

Bogdan menyatakan tentang analisis data kualitatif sebagai proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkan kedalam unit-

unit melakukan sintesa menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain Susan Stainback mengemukakan bahwa

analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif

Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

38

sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi (Sugiyono

2014332)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan

Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono

2014333) Peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu sebelum

memasuki lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian Fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan Analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

wakttu tertentu Pada saat wawancara analisis sudah dilakukan terhadap

jawaban dari hasil wawancara Setelah data diperoleh cukup banyak dan

dicatat secara teliti dan rinci maka dilanjutkan dengan mereduksi data

Dengan merangkum memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya Dengan demikian data akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya Langkah selanjutnya adalah penyajian data atau mendisplaykan

data yang menjadikan data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin mudah dipahami Penyajian data menggunakan teks

bersifat naratif (Sugiyono 2014333) Langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

39

bersifat sementara dan bisa berubah Apabila pengumpulan data valid dan

konsisten maka kesimpulannya kredibel

G SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima)

BAB yaitu

BAB I Bab I ini berisi pendahuluan yang didalamnnya akan diuraikan

tentang latar belakang masalah rumusan masalah landasan teori tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Dalam Bab II berisi kajian teori yang didalamnya akan

dipaparkan tentang pengertian Pendidikan Profetik Sistem Pendidikan Profetik

dan Implementasi Pendidikan Profetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

BAB III Bab III berisi laporan hasil penelitian yang didalamnya akan

diuraikan tentang gambaran umum SMP Negeri 4 Salatiga gambaran

pembelajaran Pendidikan Islam di SMP Negeri 4 Salatiga Konsep Pendidikan

Profetik yang diterapkan di SMP Negeri 4 Salatiga Dan implementasi

pendidikan Profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 4 Salatiga

BAB IV Bab IV berisi Hasil penelitian yang berupa deskripsi hasil

penelitian temuan hipotesis dari penelitian dan hasil pengujian Hipotesis

mengenai implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

40

BAB V Bab V berisi penutup yang di dalamnya akan dipaparkan

mengenai kesimpulan dan saran-saran

41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A PENDIDIKAN DALAM ISLAM

1 Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti ldquopendidikanrdquo dan paedagogia yang berarti ldquopergaulan dengan anak-

anakrdquo Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

memimpin)

Berpijak dari istilah di atas pendidikan bisa diartikan sebagai ldquo usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbingmemimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaanrdquo Atau dengan kata lain pendidikan ialah ldquobimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnyardquo

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman

hidup pembentukan kembali pengalaman hidup Sementara itu Komisi

Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata

menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan

akhir pendidikan

42

Meski berawal dari akar kata yang sama tetapi pemberian makna terhadap

istilah pendidikan begitu beragam Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip

masanya serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis

apalagi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis

(Armai 200716)

2 Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia pendidikan ialah proses sosialisasi yakni

memasyarakatkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia

yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri yaitu mampu

konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan Nabi SAW

bersabda ldquoDidiklah anakmu-anakmu sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya dan bukan untuk zamanmurdquo Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi 2004137)

Ahmad D Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai

program bimbingan sunyek pendidikan (guru pendidik) kepada objek

pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu dalam jangka waktu tertentu

dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam Menurut

Yusuf Qardhawi pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal

dan hatinya rohani dan jasmaninya akhlak dan ketrampilannya

43

Menurut Muyazin Arifin hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui

ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya

( Armai 200718)

Secara estimologis pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil Al

Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan

Islam adalah upaya mengembangkan mendorong serta mengajak manusia

lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal

perasaan maupun perbuatan (SM Ismail 200835)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum

terdapat di zaman Nabi Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi

dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran

memberi contoh melatih keterampilan berbuat memberikan motivasi dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita

harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut Kata ldquoPendidikanrdquo yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arabnya adalah ldquoTarbiyahrdquo dengan kata kerja ldquoRabbardquo Kata

ldquopengajaranrdquo dalam bahasa Arabnya adalah ldquota‟limrdquo dengan kata kerjanya

44

ldquo bdquoallamardquo Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya ldquoTarbiyah wa

ta‟limrdquo sedangkan ldquopendidikan Islamrdquo dalam bahasa Arabnya adalah

ldquoTarbiyah Islamiyahrdquo (Zakiyah Daradjat 201225)

Dalam konteks pendidikan Islam kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah Sejak dekade 1970-an

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah

Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak Dalam bahasan berikut kita

akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai

terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi 2004138)

a Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh jiwa dan ruh disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah intelektual dan ruhaniah pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai

denagn berbagai tingkat dan derajat

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim Sementara DrFatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim Menurut Al-

Attas pendidikan adalah beban masyarakat Penekanan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (bdquoilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta‟dib karena adab

45

sebagaimana didefinisikan disini sudah mencakup ilmu dan amal Simaklah

sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut

ldquodari ibnu mas‟ud Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian

menjadikan pendidikanku yang terbaik (HRIbnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi

jamius Shaghir I14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai ldquo mendidikrdquo yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata bdquoallama dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai ldquopendidikanrdquo dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim

Dengan jelas dan sistematik Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai

berikut

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur pembangunan iman ilmu dan amal

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik Cara Tuhan mendidik Nabi tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna

3) Dalam kerangka pendidikan istilah ta‟dib mengandung arti ilmu

pengetahuan dan pengasuhan yang baik

4) Dan akhirnyaAl-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama

sopan-santun adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib

b Al-Ta‟lim

46

Menurut Abdul Fatah Jalal proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah Untuk menjelaskan pendapat ini jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34 Menurut jalal

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh serta lebih luas dari pada kata tarbiyah Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca

tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman tanggung jawab

dan amanah

Jadi berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut Al-

Qur‟an ta‟lim lebih luas dari tarbiyah Berbeda dengan Al-Attas Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib Selanjutnya Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan juga ketrampilan yang

dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku

c Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi At-Tarbiyah adalah lebih tepat

digunakan dalam terminologi pendidikan Islam An-Nahlawi mencoba

47

menguraikan secara sistematik semantik lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39

2) Rabiya-yarbu denagn wazan Khafiya-yakhfa yang berarti menjadi

besar

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu berarti memperbaiki

menguasai urusan menuntun menjaga dan memelihara

Imam Al-Baidhawi mengatakan makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna

Dari ketiga istilah tersebut Abdurrahman an-Nahwali menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur pertama menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh Kedua mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam Ketiga mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya Dan keempat proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib dengan sedikit

demi sedikit hingga sempurna

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak

perlu terjadi jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan

dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan

diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan

Islam sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai

berikut

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding

kedua istilah lainnya

2) Dalam interaksi edukatif konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim dan

3) Keduanya baik tarbiyah maupun ta‟lim harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya tetapi

dengan modifikasi tertentu sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat ldquofadilahrdquo tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada

pertumbuhan dan pembinaan keimanan keIslaman dan keihsanan

disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual peserta didik

Jadi antara ta‟dib ta‟lim dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan

yang lain Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam

bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif Maka dari tiga hal di ataslah

lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam

49

3 Dasar-dasar Pendidikan Islam

Suatu totalitas kependidikan harus bersandar pada landasan dasar

Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak

dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh paripurna atau syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh Kajian tentang pendidikan Islam tidak

boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang

mendasar Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam yaitu a) Al-

Qur‟an b) Al-Sunnah c) Al-Kaun dan d) Ijtihad

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah

SWT dan karenanya ia merupakan dasar hukum bagi mereka Al-Qur‟an

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan

yang terjadi Al-Qur‟an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan

manusia Segala persoalan terdapat hal pokoknya di dalam Al-Qur‟an serta

berisi tentang aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela

mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu nilai

ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu

Al-Qur‟an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara

umum Juga merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial

moral dan spiritual di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu

Sebagai contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat

50

Lukman ayat 21-19 Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman akhlak ibadat sosial dan ilmu pengetahuan

Maka Al-Qur‟an merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam

setiap sendi kehidupannya yang akan mengantarkan manusia mampu

berdialog secara ramah dengan dirinya sendiri dengan alam sekitar dan

dengan Tuhannya maka al-Qur‟an menjadi landasan yang kokoh dan

paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual spiritual dan

keparipurnaan hidup manusia secara hakiki Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi

2004155)

b) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rosul

Allah SWT Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan

saja kejadian atau perbuatan itu berjalan

Dijadikannya as-sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak

terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap Al-Qur‟an Yaitu -

Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang bersifat umum Maka

dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang

diterangkan - Sunnah mengkhidmati al-Qur‟an Memang as-sunnah

menjelaskan mujmal al-Qur‟an menerangkan musykilnya dan

memanjangkan keringkasannya Al-Qur‟an menekankan bahwa Rosul

51

SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-fiman Allah (QS1644)

Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-sunnah fi makanatiha wa fi

Tarikhiha menulis bahwa as-sunna mempunyai fungsi yang berhubungan

dengan Al-Qur‟an dan fungsi berkaitan dengan pembinaan hukum syara‟

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an

Sunnah berisi tentang petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

manusia dalam segala aspekny untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertakwa Untuk itu Rasul Allah menjadi

guru dan pendidik utama Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua bagi cara pembinaan manusia muslim dalam setiap sendi

kehidupannya

c) Al-Kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia

melalui perantara malaikat jibril dan nabi-nabiNya ia juga

membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata yaitu alam semesta

dengan segala macam partikel dan heteroginitas berbagai entitas yang ada

di dalamnya langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya

laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan gunung-gunung

berbagai macam binatang dan sebagainya

Mengenai ayat-ayat kauniyah tersebut beberapa ayat di dalam al-

Qur‟an menyatakan dengan gamblang dalam surah Ar-Ra‟d ayat 3 dan Al-

Jatsiyah Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan

jejak-jejak keagunganNya ia juga merupakan himpunan-himpunan teks

52

secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia

secara mondial begaimana bersikap dan berperilaku mulia Ditilik dari

wacana pedagogis hal itu amatlah berarti bagi berlangsungnya proses

pendidikan demi tercapainya (setidaknya) dan hal bagus bukan hanya

tumpukan ilmu dan kepandaian tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa

d) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan sayri‟at Islam

untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-

hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan

sunnah (Zakiyah Daradjat 201221) Ijtihad sebagai langkah untuk

memperbaharui interpretasi dan pelembagaan ajaran Islam dalam

kehidupan yang berkembang merupakan semangat kebudayaan Islami

Ijtihad yang diarahkan pada interpretasi wahyu dan al-kaun akan

menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menggembirakan Sebab interpretasi manusia atas wahyu akan

menghasilkan pemahaman keagamaan atau agama yang aktual Orang

yang melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid Seorang mujtahid

senantiasa menggunakan akal budinya untuk memecahkan problematika

kemanusiaan dalam kehidupannya Orang yang senantiasa menggunakan

akal budinya oleh Al-Qur‟an disebut sebagai ulul-albab (Khoiron

Rosyadi 2004159)

53

Menurut Al-Qur‟an ulul-albab adalah sekelompok manusia tertentu

yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT Diantara keistemewaannya

adalah mereka diberi hikmah dan pengetahuan disamping pengetahuan

yang diperoleh secara empiris (QS2269)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur‟an

dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

Islam Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah adalah bersifat pokok-

pokok dan prinsip-prinsip saja (Zakiyah Daradjat 201222)

4 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah apa yang dicanangkan oleh manusia atau sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha serta kegiatan selesai Ketika

berbicara mengenai tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita untuk

berbicara tentang tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia Sebab pendidikan

hanyalah suatu alat yang digunakan oelh manusia untuk memelihara kelanjutan

hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial

Al-Syaibany menampilkan definisi tujuan sebagai perubahan yang

diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau upaya yang diusahakan

oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada

tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitar Jadi tujuan-tujuan pendidikan jika mengikuti

definisi ini maka ada perubahan yang diinginkan dalam tiga bidangyaitu a)

54

tujuan-tujuan individual b) tujuan-tujuan sosial dan c) tujuan-tujuan

profesional (Khoiron Rosyadi 2004161)

Dilihat dari segi UU No23 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

nasional dalam Bab II dasar fungsi dan tujuan pada pasal 3 maka tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak

mulia sehat berilmucakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam

a Tujuan Umum pendidikan Islam

1) Prof M Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan

Islam menyimpulkan bahwa tujuan umum yang asasi bagi pendidikan

Islam yaitu

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan untuk mengetahui (co-riosity)

e) Menyiapkan pelajar dari segi profesional

2) Prof Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Islam dan Metode-metode pengajarannya tujuan umum

yang ditampilkan yaitu

55

a) Pendidikan akal dan Persiapan pikiran

b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak

c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan

kesediaan-kesediaan manusia

3) Menurut Muhammad Quthb tujuan umum pendidikan Islam adalah

manusia yang taqwa itulah manusia yang baik menurutnya Sungguh

yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah

yang paling tinggi tingkat ketaqwaannya (QS Al-Hujurat (49)13)

4) Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia Hamba Allah Jadi menurut Islam pendidikan

haruslah menjadikan seluruh manusia sebagai makhluk yang

menghambakan diri kepada Allah(beribadah kepadaNya) Karena

sesuai dengan pesan Al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia supaya mereka beribadah kepadaNya (QSal-Dzariyat

(51)56)

Tujuan umum pendidikan Islam diberi perhatian dan tidak terkena

perubahan dari waktu ke waktu Finalitas kenabian secara implisit menyatakan

finalitas cita-cita yang diajarkan Nabi SAW kepada sekalian manusia Jadi

tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan yang berada jauh dari masa

sekarang sebuah hasil pencapaian yang tidak dapat terlaksana melalui kerja

Taqwa kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam ia

sebagai ultimate goal dari serangkaian tujuan yang ditampilkan di atas dan

56

masing-masing tujuan tersebut mempunyai hubungan sistematik satu sama

lainnya yang tak dapat terpisahkan (Khoiron Rosyadi 2004170)

b Tujuan khusus Pendidikan Islam

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah perubahan-perubahan

yang diingini yang bersifat atau bagian yang termasuk di bawah tujuan

umum pendidikan Dengan kata lain gabungan pengetahuan ketrampilan

pola-pola tingkah laku sikap nilai-nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terkandung dalam tujuan umum bagi pendidikan yang tanpa

terlaksananya tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna

Contoh tujuan umum ldquo untuk menumbuhkan semangat agama dan

akhlakrdquo maka pada tujuan khusus sebagai berikut

1) Memperkenalkan akidah-akidah Islam kepada generasi muda

2) Menumbuhkan kesadaran pada diri terhadap agama

3) Menambah keimanan kepada Allah Sang Pencipta

4) Menumbuhkan rasa rela optimisme kepercayaan diri tanggung

jawab menghargai tolong menolong dan berkorban

5) Mendidik naluri motivasi keinginan generasi muda dan

membentengi mereka menahan motivasinya dan membimbingnya

dengan baik

6) Membersihkan hati mereka dari dengki iri hati benci egoisme

khianat perpecahan dan perselisihan

57

c Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah

Surat Ali Imron ayat 102

(

Artinya

ldquoWahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)rdquo (QS Ali Imron (3)102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari akwa sebagai akhir dari proses hidup jelas

berisi kegiatan pendidikan Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya Insan Kamil yang mati dan

menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

Islam (Zakiyah Daradjat 201231)

B PENDIDIKAN PROFETIK

58

1 Pengertian Profetik

Profetik dari kata prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi Kata dari bahasa Inggris ini berasal dari bahasa yunani ldquoprophetesrdquo

sebuah kata benda untuk menyebut orang yang berbicara awal atau orang yang

memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan

Profetik atau kenabian disini merujuk pada dua misi yaitu seseorang yang

menerima wahyu diberi agama baru dan diperintahkan untuk mendakwahkan

pada umatnya disebut rasul (messenger) sedang seseorang yang menerima

wahyu berdasarkan agama yang ada dan tidak diperintahkan untuk

mendakwahkannya disebut nabi (Prophet) (MohRoqib 201149)

Kenabian dari kata arab ldquonabiyrdquo dan kemudian membentuk kata

nubuwwah yang berarti kenabian Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

nabi adalah hamba Allah yang ideal secara fisik (berbadan sehat dengan fungsi

optimal) dan psikis (berjiwa bersih dan cerdas) yang telah berintegrasi dengan

Allah dan malaikatNya diberi kitab suci dan hikmah bersamaan dengan itu dia

mampu mengimplementasikan dalam kehidupan dan mengkomunikasikannya

secara efektif kepada sesama manusia Sedang kenabian mengandung makna

segala ihwal yang berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh

potensi kenabian Potensi kenabian dapta menginternal dalam individu setelah

ia melakukan proses edukasi yang didasarkan oleh nilai-nilai kenabian dalam

Al-qur‟an Sunnah dan Ijtihad dengan berbagai upaya melakukan pemikiran

sehingga dapat menemukan kebenaran normatif dan faktual Pemikiran

filosofis ini kemudian disebut dengan filsafat profetik atau filsafat kenabian

59

Dengan potensi tersebut nabi mampu menyampaikan risalah dan membangun

umat dan bangsa sejahtera lahir batin

Agar tugas-tugas kenabian tercapai setiap nabi diberikan sifat-sifat mulia

yaitu a Jujur (al-sidq) b Amanah (al-amanah) c Komunikatif (al-tablig)

dalam arti selalu menyampaikan ajaran dan kebenaran dan d Cerdas (al-

fatanah) Setiap Nabi memiliki misi utama yang harus dipahami dan

dilaksanakan oleh ulama sebagai pewaris para nabi Misi kenabian tersebut

dalam bingkai mengembangkan kitab suci yaitu a menjelaskan ajaran-

ajaranNya b menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan sesuai dengan perintahNya

c memutuskan perkara atau problem yang dihadapi masyarakat dan d

memberikan contoh pengamalan

Keempat tugas dan misi ini jika dimaknai dalam konteks pendidikan nabi

memiliki tugas pertama adalah memahami Al-Qur‟an berarti nabi harus

menguasai ilmu (ilahiyah) yang akan menjadi materi dan dijelaskan kepada

peserta didik kedua menyampaikan materi (ajaran) tersebut kepada umat

(peserta didik) ketiga melakukan kontrol dan evaluasi dan jika terjadi

penyelewengan dilakukan pendisiplinan diri agar tujuan pendidikan (ajaran)

dapat diaplikasikan dalam kehidupan Terakhir nabi memberikan contoh dan

model ideal personal dan sosial lewat pribadi nabi yang menjadi rasul dan

manusia biasa (MohRoqib 201149)

Seorang nabi yang memiliki potensi sempurna yang diberikan Tuhan yang

merupakan model utama moral utama yang patut dicontoh dalam kehidupan

60

termasuk dalam dunia pendidikan bagaimana potret pendidikan kenabian dan

bagaimana potret itu dapat menjadi faktual saat ini

2 Filsafat profetik

Filsafat profetik atau filsafat kenabian adalah pemikiran filosofis yang

didasarkan pada nilai-nilai kenabian dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan

berbagai upaya pemikiran reflektif-spekulatif sampai pada penelitian empirik

sehingga menemukan kebenaran normatif dan faktual aplikatif yang memiliki

daya sebagai penggerak umat sehingga terbentuk khaira ummah atau

komunitas ideal Secara teologis filsafat profetik ini diambil dari pemikiran

sufi yang membincang tentang bentuk kemanunggalan (ittihad) Tuhan yang

Esa (tauhid) yang transenden dengan manusia yang relatif dan plural

Filsafat profetik atau filsafat kenabian sebagai upaya mendialogkan

manusia Tuhan dan alam dapat dimaknai sebagai filsafat yang mengkaji

tentang hakikat kebenaran dengan mendasarkan pada wahyu yang masuk dan

menginternal dalam diri manusia agung (an-nabiy) kemudian dikomunikasikan

pada manusia dan keseluruhan alam agar kebenaran tersebut menjadi mungkin

untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta manusia

terbaik (khaira ummah) dengan kehidupan yang sejahtera (MohRoqib

201153)

3 Filsafat pendidikan profetik

Berdasarkan pada pemahaman terhadap filsafat profetik sebagaimana

telah disebutkan filsafat pendidikan profetik adalah pemikiran filosofis

kependidikan yang mendasarkan pada pemahaman terhadap alam dan hukum

61

dialektikanya yang bermuara pada hubungan antara tuhan dan manusia yang

menyatu (tauhid) tanpa menghilangkan keEsaan Tuhan dan tidak pula melebut

eksistensi manusia sehingga manusia yang percaya terhadap yang profon akan

bertindak sebagai manifestasi kepercayaan kepada Allah sekaligus memahami

keterbatasan dan kelemahan memahami realitas hukum dan alam Tuhan

(MohRoqib 201186) Filsafat pendidikan profetik merupakan proses transfer

pengetahuan dan nilai untuk pengEsaan terhadap Allah yang dilakukan secara

kontinu dan dinamis disertai pemahaman bahwa dalam diri ada kelebihan dan

kelemahan yang menunjukkan adanya campur tangan Tuhan (yang transenden)

Islam merupakan agama yang abadi karenanya menuntut perubahan yang

permanen yang disertai dengan cita-cita mengenai tujuan (a sense of goal)

yaitu membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan Untuk memberi arah ke

mana transformasi tersebut akan dibawa maka dibutuhkan ilmu sosial profetik

untuk memberikan petunjuk kearah transformasi yang dilakukan Perubahan

yang didasarkan pada cita-cita Humanisasi emansipasi Liberasi dan

Transendensi yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik Humanisasi

Liberasi dan Transendensi merupakan dasar cita-cita profetik dalam pendidikan

Tiga muatan itulah yang mengkarakteristikkan pendidikan profetik dengan

berdasarkan Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110

62

110 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah (QS Ali Imron 110)

a Transendensi

Transendensi berasal dari bahasa Latin ldquotranscendererdquo yang

berarti naik ke atas dalam bahasa inggris ldquoto transcendrdquo berarti

menembus melewati melampui artinya perjalanan di atas atau di luar

ldquotranscendrdquo berarti melebihi lebih penting dari ldquotranscendentrdquo

berarti sangat teramat atau sukar dipahamkan atau diluar pengertian

dan pengalaman biasa Transendensi bisa diartikan Hablun min Allah

ikatan spiritual yang mengikatkan antara manusia dan Tuhan

Transendensi dalam teologi Islam berarti percaya kepada Allah kitab

Allah dan yang ghaib (MohRoqib 201178)

Berdasarkan pada filsafat profetik indikator transendensi dapat

dirumuskan 1) mengakui adanya kekuatan supranaturalAllah 2)

melakukan upaya mendekatkan diri kepada Allah 3) berusaha untuk

memperoleh kebaikan Tuhan sebagai tempat bergantung 4)

memahami suatu kejadian dengan pendekatan mistik (kegaiban)

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuasaanNya 5) mengaitkan

perilaku tindakan dan kejadian dengan ajaran kitab suci 6) melakukan

sesuatu disertai harapan untuk kebahagiaan hari akhir (kiamat) 7)

menerima masalah atau problem hidup dengan rasa tulus dan dengan

63

harapan agar mendapat balasan di akhirat untuk itu kerja keras selalu

dilakukan untuk meraih anugerahNya

b Liberasi

Liberasi dari bahasa Latin ldquoliberarerdquo berarti memerdekakan atau

pembebasan Liberation dari kata ldquoliberalrdquo yang berarti bebas

Liberation berarti membebaskan atau tindakan memerdekakan

Artinya pembebasan terhadap semua yang berkonotasi dengan

signifikasi sosial seperti mencegah bernarkoba memberantas judi

membela nasib buruh dan mengusir penjajah (MohRoqib 201182)

Dari definisi dan pemahaman terhadap filsafat profetik dapat

dirumuskan indikator ilberasi yaitu 1) memihak kepada kepentingan

rakyat wong cilik dan kelompok mustad‟afin 2) menegakkan

keadilan dan kebenaran 3) memberantas kebodohan dan

keterbelakangan sosial-ekonomi 4) menghilangkan penindasan dan

kekerasan

c Humanisasi

Humanisasi berasal dari kata Yunani humanitas berarti makhluk

manusia menjadi manusia Dalam bahasa inggris human berarti

manusia bersifat manusia humane berarti peramah orang penyayang

humanism berarti peri kemanusiaan Humanisasi (insaniyyah) artinya

memanusiakan manusia menghilangkan kebendaan ketergantungan

kekerasan dan kebencian dari manusia (MohRoqib 201184)

64

Indikator Humanisasi 1) menjaga persaudaraan meski berbeda

agama kayakinan status sosial dan tradisi 2) memandang seseorang

secara total 3) menghilangkan berbagai bentuk kekerasan 4)

membuang jauh sifat kebencian terhadap sesama

Ketiganya disebut visi profetik Untuk filsafat pendidikan profetik Unsur-

unsur profetik tersebut harus menjadi tema pendidikan Islam Setiap

pendidikan Islam harus menyertakan unsur transendensi Humanisasi plus

transendensi liberasi plus transendensi karena transendensi begitu sentral

4 Pengertian Pendidikan Profetik

Pendidikan profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan

nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam

sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal

(khairul ummah) Pendidikan profetik peserta didiknya dipersiapkan sebagai

individu sekaligus komunitas untuk itu standar keberhasilan pendidikan diukur

berdasarkan capaian yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasi

secara sosial (MohRoqib 2011 88)

Pendidikan profetik merupakan upaya sadar dalam proses transfer

pengetahuan dan nilai-nilai kenabian yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan intelektual emosional spiritual akhlak dan moral secara

utuh dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Strategi pendidikan profetik sebagaimana Nabi dimulai keteladanan diri

dan bangunan keluarga ideal (maslahah) Pendidikan dalam perspektif profetik

memiliki dasar tradisi akademik dan kondusif sebagaimana Nabi membangun

65

tradisi Madinah (sunnah madaniyyah) atau sunnah nabawiyyah yang memiliki

daya kolektif untuk terus bergerak progresif secara kontinu dengan pilar

transendensi yang kuat berpengaruh pada seluruh dimensi dan sistem

kependidikan yang dalam kegiatan riilnya dibarengi dengan pilar humanisasi

atau membangun nilai kemanusiaan dan liberasi memupus berbagai hal yang

merusak kepribadian

Kompetensi pendidik atau guru dalam pendidikan profetik meliputi empat

hal yaitu kejujuran (sidq) tanggung jawab (amanah) komunikatif (tabliq) dan

cerdas (fatanah) Pendidikan Profetik secara faktual berusaha menghadirkan

nilai kenabian dalam konteks kekinian Secara skematis bagaimana

epistemologi model integrasi dan koneksitas serta pola bangunan profetik

5 Tujuan Pendidikan Profetik

Tujuan pendidikan ada tujuan akhir ultimate goals immediate goals dan

tujuan khusus Semua tujuan tersebut harus berjalan dan berhubungan dengan

berbagai sistem sebab akibat hukum-hukum material dan keharmonisan

kehidupan praktis duniawi Di dalam pendidikan Islam tujuannya adalah

membentuk kepribadian muslim paripurna (kaffah) yang memiliki indikator

kemandirian multi kecerdasan dan kratif dinamis sehingga mampu memberi

rahmat bagi alam

Tujuan pendidikan profetik sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Pertama

prinsip integrasi (tauhid) yang memandang adanya wujud kesatuan dunia-

66

akhirat Karena itu pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk

mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat

Kedua prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari

prinsip integrasi Keseimbangan antara muatan rohaniah dan jasmaniah antara

ilmu murni dan terapan antara teori dan praktek antara nilai yang menyangkut

akidah syariah dan akhlak

Ketiga prinsip persamaan dan kebebasan Prinsip ini dikembangkan dari

nilai tauhid bahwa Tuhan adalah Esa oleh karenanya setiap individu bahkan

semua makhluk adalah dari pencipta yang sama

Keempat prinsip kontinuitas dan berkelanjutan Dari prinsip ini dikenal

konsep pendidikan seumur hidup (life long education) Sebab dalam Islam

belajar adalah suatu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir

Sebagaimana ulama salaf berkata (HAMKhon 2014 145)

ldquoCarilah ilmu dari ayunan sampai lubang kuburrdquo

Kelima prinsip kemaslahatan dan keumatan Ruh tauhid apabila menyebar

dalam sistem moral akhlak kepada Allah dengan kebersihan hati dan

kepercayaan yang jauh dari kotoran akan memiliki daya juang untuk membela

hal-hal yang maslahah atau berguna bagi kehidupan

6 Materi Pendidikan Profetik

Materi pelajaran kurikulum dan silabus dalam pendidikan profetik yang

diberikan pendidik harus ditata dan disusun sesuai dengan jenjang jenis dan

67

jalur pendidikan Sebagai software materi yang termuat dalam silabi

merupakan bentuk operasional yang menjabarkan konsep pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan

Minimal ada tiga prinsip dalam merancang materi pertama

pengembangan pendekatan religius kepada dan meliputi semua cabang ilmu

pengetahuan kedua isi pelajaran yang bersifat religius seharusnya bebas dari

ide dan materi yang jumud dan tak bermakna dan ketiga perencanaan dengan

memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor disebut sebagai tiga

prinsip kontinuitaskesinambungan sekuensi dan integrasi

Tujuan yang jelas mempermudah mengambil langkah operasional dalam

proses kependidikan termasuk penentuan materi Dalam perspektif pendidikan

profetik unsur religius yang transendental humanis dan liberal harus

berintegrasi dengan setiap cabang ilmu Dalam pengembangan materi yang

terdapat pada kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional Hal ini

menurut Noeng Muhadjir pendekatan proporsional tersebut diharapkan ada

integrasi pendekatan dalam penetapan suatu materi yang melibatkan

pendekatan akademik humanistik dan teknologi secara proporsional

Rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam II menuangkan

suatu pengorganisasian materi menjadi pengetahuan a perential dan b

acquired dua istilah yang dalam klasifikasi ilmu pengetahuan klasik dikenal

sebagai bdquoulum naqliyyah dan bdquoulum bdquoaqliyah (muktasabat) Rekomendasi ini

selengkapnya dilampirkan oleh Syed Ali Ashraf (MohRoqib 2011128)

68

Khusus mengenai pengorganisasian itu adalah sebagai berikut Kelompok

I perenial (meliputi ilmu-ilmu abadi) meliputi 1 al-Qur‟an a) membaca

(qira‟at) menghafal (hifz)interpretasi (tafsir) b) sunnah c) sirah Nabi d)

tauhid e) Ushul Fiqh dan Fiqh f) bahasa Arab 2 Materi tambahan meliputi a)

filsafat Islam b) perbandingan agama c) Kebudayaan Islam

Kelompok II Asquired (muktasabat ilmu-ilmu hasil pencarian manusia)

1 Imajinatif a) Seni Islam dan Arsitektur b) Bahasa dan Sastra 2 Ilmu-ilmu

Intelektual a) Studi Sosial b) filsafat c) ekonomi d) ilmu politik e) sejarah f)

peradaban Islam g) ilmu bahasa h) Geografi i) sosiologi j) Psikologi dan i)

antopologi 3 Ilmu-Ilmu pengetahuan Alam (Teoritik) a) Filsafat Ilmu b)

Matematik c) Statistik d) fisika e) Kimia dan lain-lain 4 Ilmu-ilmu terapan

a) Rekayasa dan Teknologi b) Kedokteran c) Pertanian dan d) Kehutanan 5

Ilmu-ilmu Praktik a) Perdagangan b) Ilmu Administrasi c) Ilmu Perpustakaan

d) Ilmu Komunikasi

Sebagian masalah penting yang dihadapi dalam menetapkan materi adalah

masalah keusangan (absolescence) Keusangan menjadi persoalan dalam kaitan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Persoalan keusangan

lebih banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu pada kelompok kedua yakni ilmu hasil

pencarian manusia (acquired knowledges) (MohRoqib 2011130)

Persoalan penting yang perlu digaris bawahi dalam menetapkan materi dan

meyusun buku teks adalah bahwa ilmu-ilmu perenial (abadi) pada kelompok

pertama itu tetap menjadi inti kurikulum yang disusun dengan gradasi dan

sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan Hal lain yang

69

perlu diperhatikan adalah al-Qur‟an bukanlah teks sains melainkan kitab suci

yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya Al-Qur‟an berfungsi

sebagai prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadist

Nabi juga merupakan prinsip-prinsip pendidikan Islam Hal ini untuk

menghindarkan dari persoalan dikotomik ilmu pengetahuan yang muncul

dalam kurikulum termasuk dalam proses belajar mengajar

Mengakhiri tentang materi dalam paradigma profetik perlu dikemukakan

tentang nilai strategis membaca Materi untuk tingkat dasar adalah mengenal

huruf dan membaca teks Untuk tingkat menengah dapat dikembangkan materi

yang terkait dengan keterampilan atau strategi membaca cepat dan kreativitas

menulis Selanjutnya di perguruan tinggi dikembangkan materi teknik

memanfaatkan bahasa dan baca tulis untuk berkomunikasi efektif dan lobi

7 Pendidik Pendidikan Profetik

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan

karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah

ditentukan bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komprehensif

Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti

al-mulim (guru) al-mudarris (pengajar) al-muaddib (pendidik) dan al- walid

(orang tua) Dalam Islamm orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal Pertama

karena kodarat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya

70

Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu oranag yang berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya (Khoiron Rosyadi 2004172)

Proses pembelajaran memposisikan pendidik berperan besar dan strategis

Karena itu corak dan kualitas pendidikan profetik secara umum dapat diukur

dengan kualitas pendidiknya sebab dengan pendidik yang memiliki kualifikasi

tinggi diharapkan dapat menciptakan dan mendesain materi yang lebih dinamis

dan konstruktif mengatasi kelemahan materi dan subjek didiknya diantaranya

dengan menciptakan suasana yang kondusif dan strategi pembelajaran aktif

yang baik Dengan pendidik yang memiliki kualitas tinggi kompetensi lulusan

(output) pendidikan dapat dijamin sehingga mereka mampu mengelola potensi

diri mengembangkan kemandirian untuk menatap masa depan gemilang yang

sehat dan prospektif (MohRoqib 2011132)

Secara umum tugas pendidik ialah mengupayakan perkembangan seluruh

potensi subjek didik Pendidik bukan saja bertugas mentransfer ilmu tetapi ia

juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri dengan semangat profetik Pendidik memiliki kedudukan sangat

terhormat karena tanggungjawabnya yang berat dan mulia

Seorang Pendidik membawa amanah Illahiyah untuk mencerdaskan

kehidupan umat dan membawanya taat beribadah dan berakhlak mulia Karena

tanggung jawabnya yang tinggi ia dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu

Syarat terpenting pendidik menurut Zakiah Daradjat adalah kepribadian utama

yang haus dimiliki oleh pendidik tersebut Kepribadian yang utuh meliputi

tingkah laku maupun tata bahasanya Sebab kepribadian pendidik akan mudah

71

diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya termasuk budi bahasanya Oleh

karena itu pendidik menurut Imam Zarnuji seharusnya seorang yang bdquoalim

wara‟ dan lebih tua usia (dan kedewasaanya)

Beberapa syarat kepribadian secara lengkap yang harus dimiliki oleh

pendidik agar ia bisa menjadi pendidik yang baik adalah 1) zuhud dan ikhlas

2) bersih lajir dan batin 3) pemaaf sabar dan mampu mengendalikan diri 4)

bersifat kebapakan dan keibuan 5) mengenal peserta didik dengan baik (baik

secara individual maupun kolektif) Pendidik ideal adalah pendidik yang pada

saat bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik (MuhRoqib 2011134)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul ambiya‟ seorang

pendidik harus yang baik shaleh yang merasa bahwa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang Muslim yang

baik yang akan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang

diajarkan Islam yang perbuatannya akan dijadikan teladan anak didiknya Prof

DR Hadari Nawawi (1983) mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu

mengadakan sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) didik dalam setiap

relasinya Jika antara keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam

kebersamaannya maka yang terjadi hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi

pendidikan

Untuk menjadi seorang pendidik yang sukses seorang guru dianjurkan

untuk mempraktikkan hal-hal berikut (Muhammad jameel 200543)

a Mengucapkan salam

72

b Seorang guru tidak diperkenankan meminta muridnya berdiri pada saat ia

masuk kelas

Menunjukkan wajah yang penuh senyum Sebagaimana seperti yang

diajarkan Rosulullah SAW ldquoSenyummu di depan saudaramu adalah

sedekahrdquo (HR At-Tirmidzi)

c Seorang guru dianjurkan untuk memulai pelajaran dengan mengatakan

kalimat pembuka

d Seorang guru harus menggunakan kata-kata yang baik pada murid-

muridnya

e Seorang guru sebisa mungkin menghindari ucapan yang dapat melukai

muridnya

f Seorang guru hendaknya memperingatkan murudnya yang menyibukkan

diri dengan hal lain yang menggangu jalannya pelajaran

g Seorang guru hendaknya mengatur pertanyaan yang diajukan para murid

saat mengikuti pelajaran

h Seorang guru hendaknya mempraktikkan etika Islam dengan tujuan untuk

mengajari para siswanya

i Seorang guru hendaknya menjaga kebersihan pakaiannya

Syarat-syarat menjadi pendidik sukses sebaiknya guru dapat

1) Menguasai bidang pelajaran yang diasuh

2) Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan

3) Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan

4) Berperan sebagai pelanjut perjuangan para nabi

73

5) Memiliki keluhuran akhlak dan tingakt pendidikan dan kecerdasannya

6) Salaing membantu dengan sesama pendidik

7) Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama

8) Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur

9) Berhias diri dengan sifat sabar dalam setiap hal

Menurut Al-Abrasyi sifat-sifat pendidik dalam Islam sebagai berikut

a Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridloaan Allah semata

b Kebersihan

Seorang guru harus bersih tubuhnya jauh dari dosa dan kesalahan

bersih jiwa dan terhindar dari dosa besar

c Ikhlas dalam pekerjaan

d Pemaaf

e Harus mengetahui tabiat murid

8 Peserta didik Pendidikan Profetik

Peserta didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari

sistem kependidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat segala usaha pendidikan (Khoiron Rosyadi

2004192) Peserta didik dalam pendidikan profetik selalu terkait dengan

pandangan wahyu tentang hakikat manusia Secara substantif manusia

memiliki dua dimensi lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniyah) Manusia

sebagai makhluk allah di muka bumi diberi kelebihan-kelebihan dan

keistimewaan yang tidak diberikan kepada makhluk lain

74

Potensi yang dimiliki manusia bersifat kompleks yang pada pokoknya

terdiri dari ruh (roh) qalb (hati) bdquoaql (akal) dan nafs (jiwa) Potensi-potensi

itu bersifat rohaniyah dan mental-psikis Di samping itu manusia juga dibekali

potensi fisik-sensual berupa seperangkat panca indera yang berfungsi sebagai

instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di

lingkungannya Semua potensi tersebut bersifat mendidik dapat dan harus

dididik agar berkembang aktual (MohRoqib 2011134)

Selain itu perkembangan kepribadian peserta didik di samping ditentukan

oleh aspek dasar juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan)

Interdependensi antara dasar dan ajar dalam visi profetik tetap mengakui

eksistensi masing-masing dalam perkembangan kepribadian peserta didik Di

satu sisi fitrah merupakan konsep dasar lingkungan (pendidikan) dalam

membentuk corak kepribadian peserta didik

Dalam konteks pendidikan profetik setiap anak memiliki potensi positif

(fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia Allah telah menetapkan fitrah

setiap manusia sejak penciptaannya dan tidak ada perubahan pada fitrah Allah

itu Setiap manusia yang dilahirkan dalam fitrahnya dan akan lestari dan

berkembang jika diasah dan diasuh oleh lingkungan edukasinya

Fitrah yang dibawa anak sejak lahir memiliki sifat potensial memeelukan

upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi

faktual dan aktual Upaya memberikan prinsip-prinsip nilai amat penting untuk

membimbing dan mengarahkan pertumbuhan potensi manusia Peserta didik

harus terus mengembangkan potensi fitrahnya tersebut seumur hidup (life long

75

education) Bagi Noeng Muhadjir ilmu itu tetap berproses dan merupakan amal

yang tidak terputus walaupun seseorang sudah meninggal dunia Sebab dalam

Islam pendidikan bernilai transendental tidak hanya berproses di dunia tetapi

tetap ada maknanya di akhirat

Hidup itu belajar Karena belajar manusia bermakna dalam hidupnya

Pendidik dalam mengajar terlebih dahulu harus mengenal subjek didik dengan

baik sehingga tidak ada pemaksaan kepadanya Pelajaran agar menarik peserta

didik harus disesuaikan dengan a kebutuhan jasmaniyah b kebutuhan sosial

c kebutuhan intelektual dan d kebutuhan religius Di samping itu juga

penciptaan lingkungan yang kondusif sangat penting artinya bagi proses

pendidikan sehingga anak dapat pelajar di mana dan kapan saja

9 Metode Pendidikan Profetik

Metode secara bahasa berearti cara yang telah teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud atau cara mengajar dan lain sebagainya

dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dengan

menggunakan bentuk tertentu seperti ceramah diskusi penugasan dan lainnya

Metode pendidikan Profetik adalah prosedur umum dalam penyampaian materi

untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang

hakikat pendidikan profetik sebagai suprasistem (MohRoqib 2011138)

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalam

menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum Metode yang

tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstriksik sejalan

76

dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk

merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam

Menurut ilmu pendidikan Islam suatu metode yang baik bila memiliki watak

dan relefansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam (HM Arifin

2011144)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang

hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi

tersebut

a Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya

semata

b Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alqur‟an

c Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran alqur‟an yang

disebut pahala dan siksaan

Dalam hubungannya dengan watak dan relevansinya ketiga aspek tersebut

merupakan dasar timbulnya pola pemikiran model-model proses belajar

mengajar Penelusuran yang analitis dalam alqur‟an akan menemukan

berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan

dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiap diri manusia

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru

untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode

kependidikan efektif san efisies

77

3) Pendidikan Islam mendorong guru untuk berikhtiar menghindarkan

pengaruh-pengaruh neatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-

program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita

Islami

4) Pendidikan Islam mengupayakan harmonisasi keserasian dan keselarasan

antara masukan instrumental dengan masukan environmental (pengaruh

lingkungan) dalam proses mancapai tujuan sehingga produk pendidikan

benar-benar sesuai dengan idealitas Islami

5) Pendidikan Islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar

mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak

didik

6) Pendidikan Islam dalam segala ikhtiarnya senantiasa berpegang teguh

pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi pda potensi

keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup

pribadi manusia muslim

Teknik berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu

sedang secara etimologi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus

atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran

atau aspek dalam wujud aktivitas strategi atau taktik dan bahan atau alat yang

terkait dengan pendukungnya Teknik merupakan cara operasional yang

diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran misalnya pembelajaran

aktif dengan teknik problem solving demonstrasi dan lainnya

78

Teknik Pendidikan Profetik adalah langkah-langkah kongkret pada waktu

seorang pendidik melaksanakan pendidikan di kelas Teknik merupakan

pengejawantahan dari metode Sedang metode merupakan penjabaran dari

asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi Pendidikan Profetik

Tujuan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar

berdayaguna dan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk

mengamalkan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menggairahkan

belajar peserta didik secara mantap sehingga proses pembelajaran menjadi

efektif dan efisien

Tugas utama metode pendidikan Profetik adalah mengadakan aplikasi

prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan

pendidikan dan terealisasinya melalui penyampaian keterangan dan

pengetahuan agar siswa mengetahui memahami menghayati dan meyakini

materi serta meningkatkan keterampilan olah pikir dan membuat perubahan

dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan sebagai dasar penggunaan

metode pendidikan Islam adalah dasar agamis biologis dan psikologis Pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara metode pendidikan Profetik dengan

pendidikan lain Pembedanya hanya pada nilai spiritual dan mental yang

menyertai pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekkan Prinsip

dasar penggunaan metode pendidikan Profetik adalah

a Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia

dengan Allah dan sesama makhluk

79

b Keterpaduan (integrative tauhid)

c Bertumpu pada kebenaran

d Kejujuran (sidq dan amanah)

e Keteladanan pendidik Ada kesatuan ilmu dan amal

f Berdasar pada nilai dan tetap berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah

budi utama

g Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak

h Sesuai dengan kebutuhan peserta didik

i Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian

j Proporsional dalam memberikan janji yang menggembirakan dan

ancaman untuk mendidik kedisiplinan

Pendidika Profetik juga dapat menggunakan metode yang disebut dengan

edutainment plus atau pendidikan yang menyenangkan dengan tanpa

meninggalkan hukuman jika dibutuhkan Edutainment plus merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan

proses pembelajaran yang rileks menyenangkan dan bebas dari tekanan baik

fisik maupun psikis (Khoiron Rosyadi 2004143)

Metode yang dipilih dan dilakasanakan oleh pendidik secara transenden

dibarengi dengan rasa tulus ikhlas sehingga peserta didik tergugah semangat

dan gerak edukatifnyadengan rasa senang dan nyaman Siraman nilai spiritual

yang berdimensi liberasi dan humanis akan memberikan sisi sentuh yang kuat

untuk berbuat demi kemanfaatan mereka dan lingkungannya

80

10 Media Pendidikan Profetik

Alat-alat pendidikan seringkali disebut dengan peralatan pendidikan yang

terkadang rancu dengan media pendidikan Alat (device) bisa disebut dengan

istilah hardware atau perangkat keras digunakan untuk menyampaikan pesan

Bahan atau software perangkat lunak di dalamnya terkandung pesan-pesan

yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji atau tanpa alat penyaji

Kedua-duanya ini bahan dan alat atau hardware dan software tidak lain adalah

media pendidikan (MohRoqib 2011146)

Secara definitif media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari si pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa demikian rupa

sehingga proses belajar terjadi Sumber belajar tidak hanya guru tetapi bisa

juga jenis pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima

oleh siswapeserta latihan Pesan-pesan yang dituangkan oleh guru terdapat

dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata lesan atau tertulis) mauoun

non verbal atau visual Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol

komunikasi itu disebut encoding Sedang proses penafsiran simbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis fisik

kultural dan lingkungan Dalam pendidikan profetik secara historis telah

diketahui bahwa alat belajar tulis dan baca telah lama ada pada masa nabi dan

diajarkan dikalangan sahabat dan sudah pula memakai peralatan dan media

81

pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya Pada masa sekarang

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sudah terasa

sangat mendesak dalam pengajaran perlu menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan itu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and

communication technology) atau ICT dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

pendidik dalam melakukan proses pendidikan Tetapi apabila alat pendidikan

diperankan lebih dominan dari guru atau guru telah kalah pengaruh dalam

membentuk kepribadian subjek didik maka tidak mustahil sifat teknologi yang

statis dan rutin tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk kepribadian

subjek didik Semua media dikembangkan guna kemaslahatan kebaikan dan

kelestarian alam semesta memanfaatkan media untuk kemaslahatan umat juga

merupakan Ijtihad (MohRoqib 2011148-149)

11 Evaluasi Pendidikan Profetik

Dalam proses pendidikan Islam tujuan merupakan sasaran ideal yang

hendak dicapai dalam program dan proses dalam produk kependidikan Islam

atau output kependidikan Islam Dengan memperhatikan kekhususan tugas

pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik

nilai-nilai Agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk

melalui proses itu maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai

pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui

proses evaluasi (HM Arifin 2011162)

82

Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap

tingkah laku anak didik berdasarkan perhitungan yang bersifat komprehensif

dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-psikologis

Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat

kemampuan dasar anak didik yaitu

a Sikap dan pengalaman pribadinya hubungannya dengan Tuhan

b Sikap dan pengalaman dirinya hubunganya dengan masyarakat

c Sikap dan pengalaman kehidupannya hubungannya dengan alam sekitar

d Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan

selaku anggota masyarakat serta selaku Kholifah di muka bumi

Evaluasi diperlukan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan Dari

aspek proses apakah prosesnya sesuai dengan konsep pendidikan profetik yang

meliputi apresiasi terhadap tujuan muatan materi perilaku dan kualitas

pendidik pandangan dan perlakuan terhadap peserta didik penggunaan metode

dan media pembelajaran

Dari sisi hasil sandar keberhasilan pendidikan terletak pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan Tujuan pokok menengah dan akhir Tujuan

jangka pendek berupa kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan tujuan

jangka panjang yaitu kebahagiaan di akhirat Kedua tujuan tersebut dapat

dilihat dari penguasaan keterampilan dan akhlak yang mulia Tolak ukur yang

mudah diketahui adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku keseharian ini disebut dengan akhlak Misi kenabian adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia Evaluasi pendidikan profetik selain

83

mengukur dan menilai tentang kualitas pemahaman penguasaan kecerdasan

dan keterampilan juga mengukur dan menilai nilai moral dan akhlak peserta

didik Akhlak yang berdimensi Tauhid hubungan kepada Allah (hablu min

Allah) hubungan terhadap sesama manusia (hablun min an-nas) dan

hubungan dengan alam untuk memberikan rahmat bagi alam semesta

(rahmatan li al-bdquoalamin) sebagai pemakmur bumi (khalifah fi al-ard) Menjaga

hubungan kepada Tuhan dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang

lain beribadah sesuai dengan agamanya merupaka akhlak profetik (MohRoqib

2011150)

Proses dan hasil yang beragam menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik dengan menggunakan tes maupun non tes Akhlak selain bisa dievaluasi

melalui tes juga non tes seperti dari catatan harian yang memuat ibadah

pergaulan peserta didik dalam keluarga dengan tetangga dan masyarakat juga

aktivitas lain yang positif untuk kemaslahatan umum dan kemanusiaan

C KONTEKSTUALISASI PENDIDIKAN PROFETIK

1 Pendidikan Profetik menuju Masyarakat Ideal (khoir Ummah)

Pemikiran pendidikan dalam paradigma profetik dengan ketiga pilar yang

telah disebutkan sebelumnya diharapkan bisa diartikulasikan dan

aktualisasikan dalam praktik pengembangan Pendidikan Islam Untuk

memberikan gambaran akan praktik yang diharapkan diperlukan desain

terlebih dahulu tentang model ldquokomunitas idealrdquo yang dalam bahasa Al-Qur‟an

disebut ldquokhoiru al-ummahrdquo

84

Sebagaimana telah disebutkan bahwa pendidikan profetik dengan dasar

tradisi atau sunnah baik dengan pilar transendensi humanisasi dan liberalisasi

secara otomatis membangun peserta didik anggota masyarakat secara kolektif

bukan hanya sebagai individu-individu Tentang khoir al-ummah disebutkan

dalam al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 110 dan ayat ini menjadi rujukan untuk

pendidikan profetik

Artinya ldquoKamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia

menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allahrdquo QS Ali Imron (3) 110

Khoir al-Ummah juga berarti kelompok atau komunitas terbaik dan

manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain Umat secara umum menunjuk

pada semua mahkluk sedang kata umat ideal adalah komunitas sosial yang

dinamis yang bergerak sesuai dengan orientasi dan visi yang jelas di bawah

kepemimpinan yang bijaksana Kata Khoir al-Ummah yang diikuti tiga kata

dibelangkangnya yaitu amar ma‟ruf (humanisasi) nahi mungkar (liberasi) dan

iman kepada Allah (transendgvbensi) Jika dikaitkan dengan hal tersebut maka

pendidikan profetik harus dibangun berdasarkan empat syarat dan tiga pilar

Yaitu komunitas visi gerak dinamis dan kepemimpinan (Muh Roqib

2011155)

2 Pendidikan Profetik untuk pengembangan kebudayaan

85

Desain dari pendidikan profetik ini juga memanfaatkan dasar

pengembangan kebudayaan yang digerakkan melalui penguatan pada aspek-

aspek subjektif atau objektif budaya Penguatan dapat dilakukan dengan

memberikan stimulasi Setelah lebih jelas tentang format dan desain

pendidikan profetik dengan empat syarat dasar dan pilarnya serta aksi yang

didasarkan pada pemanfaatan tradisi dan budaya yang dikembangkan

diharapkan konsep pendidikan ini mampu mengilhami perkembangan pola

pendidikan baru sebagai alternatif

3 Paradigma Pendidikan Profetik dalam model pendidikan

Diantara beberapa model pendidikan yang memiliki potensi kuat untuk

dikembangkan dengan paradigma pendidikan profetik ini adalah

a Pendidikan Sosial-kebudayaan Homeschooling

Khair al-ummah komunitas ideal tidak akan terwujud tanpa

pemerataan pendidikan Sebagaimana yang banyak disebutkan pernyataan

ldquoorang miskin dilarang sekolahrdquo atau ldquoorang miskin dilarang sakitrdquo

merupakan identitas sosial yang harus segera digeser dan dirubah dengan

pendidikan profetik Pendidikan profetik dalam artian ini adalah

pendidikan kerakyatan

Agar program ini faktual dan aktual maka program pendidikan

yang dilakukan harus memanfaatkan potensi lokal Jika mendasarkan

pemikiran pada pencarian potensi lokal yang bisa dimanfaatkan dalam

pengembangan pendidikan profetik homeschooling menjadi alternatif

jawabannya Persekolahan di rumah merupakan model pendidikan tertua

86

di nusantara Fokus dalam pendidikan sebaiknya difokuskan pada

pengembangan potensi dasar yang memungkinkan anak mampu

mengembangkannya secara mandiri lebih baik dan manusiawi Fokus itu

terutama adalah kemampuan bahasa metode perfikir dan pembentukan

kepribadian

Jika fokus ini yang menjadi orientasi dasar pendidikan maka setiap

lembaga atau komunitas terkecil kependidikan bisa berkompetensi secara

terbuka Pada wilayah kebijakan seperti ini homeschooling memiliki posisi

yang setara dengan pendidikan lain Persekolahan di rumah merupakan

pendidikan alternatif yang ditawarkan setelah mencerna bahwa pendidikan

saat ini diakui kurang efektif dan efisien

Homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara

at home Dengan pendekatan ini anak akan merasa nyaman bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing kapan dan di mana saja

Pengembangan persekolahan di rumah ini bisa menunjang pelaksanaan

konsep pendidikan seumur hidup life long education Pendidikan dari

masa kanak-kanak sampai masa tua Terlepas dari pendidikan

persekolahan tersebut pendidikan dalam keluarga memiliki fungsi

strategis untuk pengembangan potensial secara utuh

Homeschooling yang didesain dalam perspektif pendidikan

profetik di antaranya harus memperhatikan tentang

87

1) Tujuan pendidikan yang dikembangkan hendaknya menyiapkan

peserta didik agar memiliki kemandirian dan potensi kreatif dalam

hidupnya

2) Memperhatikan potensi dan bakat anak

3) Pemikiran filosofis yang disampaikan kepada anak berparadigma

profetik yang bertumpu pada gerak dan tindakan

4) Orang tua yang berfungsi sebagai guru harus memberikan penekanan

terhadap pemahaman keagamaan yang integratif dan komprehensif

5) Budaya tradisi dan gaya hidup dalam keluarga dikondisikan agar

anak sebagai peserta didik

b Pendidikan Profetik Inklusif-multikultural

Pendidikan multikultural dapat dikembangkan dengan pemanfaatan

potensi seni dan budaya lokal Islam harus dihayati sampai kepada makna

dan ruhnya Penghayatan sampai makna seperti ini menuntu sebuah

perombakan kurikulum dalam pendidikan Sebab pendidikan yang berhasi

mencapai tujuan diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang mampu

menghargai keberbadaan dan keragaman kultur (multikultural)

Pendidikan multikultural dikembangkan untuk menjawab

kegelisahan terhadap pemahaman mengenai pluralitas yang sempit

Kaitanya dengan soal pluralisme penting untuk digaris bawahi bahwa

multikuturalisme itu berbeda dengan pluralisme Pluralisme hanya sebuah

pengakuan terhadap keberagaman tentang kemajemukan atau kebhinekaan

Sonia Neito mengartikan pendidikan multikulturalisme lebih praktis dalam

88

karyanya Language Culture dan Teaching (2002) Ia mendefinisikan

pendidikan multikulturalisme sebagai proses pendidikan yang menentang

bentuk diskriminasi di sekolah dan masyarakat bisa diterapkan oleh

peserta didik komunitas mereka dan para pendidik Pendidikan

multikultural di indonesia menurut Anita Lie menghadapi tiga tantangan

yaitu pertama fenomena homogenisasi dunia pendidikan akibat tarik ulur

keunggulan dan keterjangkauan Yang kedua kurikulum Ketiga

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran multikultural (Muh

Roqib 2011174)

Fokus dari pendidikan multikultural adalah pada kecerdasan siswa

yang menguasai ilmu dan menyelesaikan masalah tetapi dengan dasar

moral yang menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar

belakang yang berbeda Pendidikan multikulturalisme dalam paradigma

profetik menempatkan dasar transendensi humanisasi dan liberasi untuk

menjadi pilar yang mencerminkan adanya kebersatuan dan kesamaan

secara teologis di hadapan Tuhan saling menghargai sebagai sesama

manusia dan saling membangun kebersamaan dalam menegakkan keadilan

melawan diskriminasi dalam bentuk apapun

c Pendidikan Profetik Integratif-interkonektif

Kebutuhan hidup manusia amat banyak dan beragam Pengetahuan

saja tidak cukup untuk membuat hidup manusia menjadi tentram dan

bahagia Pemahaman akan hukum alam sosial dan teologis memerlukan

paket materi pelajaran yang holistik dan komprehensif Ika Dewi Ana

89

dengan mengutip berbagai sumber mengungkapkan tentang krisis kearifan

dalam pendidikan diantaranya karena perlakuan lembaga pendidikan tidak

tepat terhadap ilmu pengetahuan (Muh Roqib 2011179)

Pendidikan intregratif merupakan bagian dari aplikasi pendidikan

profetik dalam artian pendidikan profetik tidak akan berjalan tanpa

membangun pendidikan yang integratif Integratif dalam teori desain

sistem pelaksanaan dan integratif dalam kelembagaan Integratif dalam

arti jejaring antar lembaga adalah berwujud kerjasama untuk

melaksanakan program bersama untuk menyiapkan media pendidikan dan

pelayanan prima tanpa pembebanan pada peserta didik secara sosial dan

ekonomi Dari aspek kelembagaan konsep pendidikan profetik adalah

mengintegrasikan ilmu (kurikulum) kebijakan dan kelembagaannya

d Pendidikan Profetik berdasarkan Filsafat Gerak-Kreatif

Filsafat profetik dalam rangka pemikiran Iqbal didasari oleh filsafat

gerak Tuhan mewajibkan hambanya untuk beribadah berarti ada

keniscayaan baginya untuk bergerak dinamis sebagaimana hukum alam

yang selalu bergerak sesuai kehendak-Nya Dalam sifat Nabi ada sifat

fatanah kecerdasan yaitu gerak kreatif yang dimiliki oleh seseorang

untuk merespon secara proaktif kondisi alam dan manusia untuk mengatasi

berbagai problem dan untuk meningkatkan peradaban umat manusia

Kreativitas ini adalah kelanjutan dari keimanan dan peribadatan

kepada Allah yang selanjutnya adalah melakukan upaya agar kebutuhan

primer seperti makan dan keamanan bisa dipenuhi dan kemudian

90

ditingkatkan menjadi kesejahteraan dan ketenangan hidup Menurut Noeng

Muhadjir kreativitas bagi manusia berfungsi sebagai unsur pembeda dari

makhluk lainya dan merupakan fungsi pendidikan yaitu menumbuhkan

kreativitas meyiapkan tenaga produktif pelestarian dan pengembangan

nilai Terkait dengan ini Noeng merincinya menjadi lima yaitu kreativitas

rasional kreativitas rekayasa kreativitas estetik kreativitas moral dan

kreativitas sosial Daya gerak dan perbaikan nilai kemanusiaan tidak akan

tercapai tanpa pengembangan kreativitas Pendidikan progresif

menyediakan ruang kreativitas yang menyenangkan dan humanis

Kreativitas dalam konteks profetik menjadi bagian dari aktualisasi amal

Shalih (Muh Roqib 2011184)

e Pendidikan Pofetik Menyenangkan-mendisiplinkan (Edutainment

Plus)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tradisi pendidikan

profetik harus melibatkan metode yang positif dan sesuai dengan kondisi

peserta didik Bagaimana pendidikan dapar memberikan peluang bagi

peserta didik untuk ldquogandrung ilmurdquo dan terus mengulang proses

pencarian ilmu karena metode yang dilakukan oleh pendidik begitu

menarik dan menyenangkan (MohRoqib 2011186)

Pendidikan profetik yang menyenangkan adalah pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dengan pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak memberikan tekanan fisik maupun psikis

91

Sisi manfaat penggunaan desain pembelajaran yang berprespektif

edutainment Plus adalah

1) Membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa

lebih mudah

2) Mendesai pembelajaran dengan selipan humor dan permainan edukatif

untuk memperkuat pemahaman materi

3) Komunikasi menjadi efektif dan penuh dengan keakraban

4) Penyampaian materi pelajaran pada yang dibutuhkan dan

bermanfaatkan

5) Penyampaian materi sesuai dengan kemampuan peserta didik

6) Memberikan Reward dan hadiah sebagai motivasi untuk peserta didik

7) Pemberian sanksi atau hukuman secara edukatif dan proporsional jika

diperlukan untuk memantapkan kedisiplinan peserta didik

Penerapan edutainment puls dalam perspektif profetik sekali lagi

tetap tidak meninggalkan sama sekali terhadap hukuman jika diperlukan

untuk mendisiplinkan peserta didik

D PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Penerapan pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan

nilai plus tersendiri pada proses pendidikan Islam Dengan adanya pemahaman

yang benr terhadap Islam maka akan menghasilkan paradigma Islam yang

integralistik atau menyeluruh Pendidikan agama Islam yang berparadigma

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi (Kuntowijoyo 200749) Berangkat dari nilai-

92

nilai yang sama dan dari sumber yang sama Integrasi terhadap terhadap Islam

dan ilmu akan semakin memperkuat keduanya Islam adalah ilmu dan ilmu

merupakan keharusan di dalam Islam Melalui pengintegrasian Islam dan ilmu

diharapkan adanya penyatuan antara wahyu tuhan dan pikiran manusia

Terdapat beberapa model dan paradigma pendidikan di Indonesia

diantaranya adalah model pendidikan tradisional dengan paradigma

ldquoIslamrdquonya dan pendidikan modern dengan paradigma sekulernya Tentu saja

masing-masing model pendidikan tersebut dengan paradigmanya masing-

masing memiliki muatan kurikulum dan orientasi yang juga berbeda

Referensi yang digunakan serta sikap yang dihasilkannya pun berbeda Model

pendidikan tradisional cenderung meletakkan agama dan akhirat sebagai

kurikulum dan orientasinya Pendidikan modern lebih kepada ilmu-ilmu umum

dan keduniawian sebagai muatan kurikulum dan orientasinya Eksklusif lebih

menjadi sikap pilihan model pendidikan tradisional jika dibandingkan liberal

yang menjadi sikap pendidikan modern Melalui pendidikan Islam profetik

masing-masing perbedaan yang terkesan berseberangan tersebut coba untuk

diintegrasikan sehingga menghasilkan model pendidikan yang berparadigma

integralistik serta lebih mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia

sebagai referensinya (Kuntowijoyo 200755) Dengan demikian orientasinya

tentu saja mengarah tidak hanya yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Kurikulum yang dibangun adalah kurikulum ilmu-ilmu agama dan umum

sehingga melahirkan sikap inklusif (Kuntowijoyo 200758)

93

Dalam upaya menciptakan masyarakat utama pendidikan menjadi salah

satu pilar utama di dalamnya Selain pendidikan yang merupakan integrasi

antara Islam dan ilmu sehingga melahirkan pendidikan yang bermutu maka ia

juga harus diinternalisasikan sekaligus diobjektifikasikan Kaitan antara

objektifikasi dan internalisasi adalah bahwa objektifikasi harus berangkat dari

internalisasi yang diinternalisasikan adalah nilai yaitu nilai-nilai Islam

(Kuntowijoyo 200761)

Pendidikan Islam profetik mensyaratkan adanya objektifikasi bukan

sekularisasi Objektifikasi menghendaki terhindarnya masyarakat dari dominasi

Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam profetik objektifikasi menghendaki

juga ketiadaan dominasi Islam terhadap masyarakat Melalui objektifikasi ini

masyarakat dari kelas manapun agama apapun kelompok manapun akan

dapat menerima konsep sistem dan mekanisme serta kurikulum pendidikan

Islam profetik yang dijalankan sebagai hal yang ldquowajarrdquo Hasil-hasil yang

dilahirkan selama proses di dalam pendidikan yaitu penggalian

pengakumulasian koleksi serta transformasi akan pengetahuan dianggap

sebagai aktualisasi terhadap nilai-nilai agama (ilmu agama) sekaligus nilai-nilai

dunia (ilmu dunia) secara wajar Objektifikasi adalah perbuatan dalam

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan yang juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikmatinya tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo 200763) Dalam konteks

pendidikan dapat dicontohkan melalui misalnya di dalam Islam orang yang

malas mencari ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang

94

membiarkan orang lain tetap berada di bawah penindasan orang lain adalah

musuh Tuhan maka hal itu dapat diobjektifikasikan melalui model dan

kurikulum pendidikan yang mengarahkan orang kepada perolehan ilmu

pengetahuan Ilmu yang dimiliki itu dapat menjadi alat baginya untuk melawan

penindasan yang selama ini terjadi kepadanya Pendidikan yang membebaskan

tersebut adalah objektifikasi dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 110

Letak perbedaan antara pendidikan profetik dan pendidikan Islam selama

ini adalah pada objektifikasinya Pendidikan Islam yang ada selama ini lebih

kepada Islamisasi atau doktrinisasi tetapi pendidikan Islam profetik lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya Dalam

pendidikan Islam profetik misalnya ajaran tentang menyantuni orang miskin

dan anak yatim tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja namun juga orang di

luar Islam Orang Islam dapat mempelajari itu orang di luar Islam pun sama

Wujud akhir yang nyata dari aktualisasi atau pelaksanaan terhadap nilai-nilai

Islam harus bisa dianggap wajar dan diterima oleh umum demikian halnya

dengan pendidikan Islam Jika pendidikan Islam dalam bentuk akhir dari

aktualisasinya dapat juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan itulah

pendidikan yang dibutuhkan pendidikan Islam profetik

Tujuan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan Profetik tidak jauh beda

yaitu bersumber pada nilai-nilai al-Qur‟an dan as-Sunnah Di dalam pendidikan

profetik dalam penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu metodologi

integralisasi dan objektifikasi Pendidikan agama Islam yang ada selama ini

95

lebih kepada Islamisasi atau doktrinasi sedangkan profetik lebih pada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Pendidikan profetik berbicara mengenai Idealita Realita dan Metode dalam

pendidikan Pendidikan profetik mencoba melakukan format pendidikan yang

bisa menggeser paradigma pendidikan yang kompetitif menjadi spirit

bersinergi contohnya saling melengkapi akan kebutuhan hidup masing-masing

Berbicara mengenai profetik adalah berbicara mengenai manusia tokoh idola

dan panutan Tapi tidak sekedar itu berbicara model yang menjadi panutan

untuk diikuti bukan karena kelebihan yang dimiliki model itu dan kemudian

melahirkan ldquokebanggaan pasifrdquo bagi yang mengetahuinya Makna profetik

lebih dari pada penilalian total akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang

dilakukannya Pendidikan yang dikembangkan oleh Nabi dilakukan secara

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan manusia tugas nabi yang

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak

dan amal sholeh atau bekerja secara profesional Sebagai pendidikan yang

bersifat utuh dan komprehensif maka pendidikan profetik dilakukan secara

utuh pula yaitu selain mengembangkan nalar juga mengembangkan potensi

hati dengan cara banyak berdzikir atau ingat Allah melakukan kegiatan ritual

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

Yollanda Vusvita Sari dalam kajian Education Center BEM UNY 2010

menulis bahwa pendidikan profetik tidak meniadakan akan suatu perbedaan

Namun yang dipermasalahkan adalah paham yang mengakui kebebasan dalam

berpendapat tanpa ada batas Konsep pendidikan profetik dalam pendidikan

96

agama Islam mengiyakan perbedaan akan tetapi harus ada keyakinan atau nilai

universal yang disepakati bersama Berbicara profetik adalah berbicara

orangnya (person) sedangkan ketika nilai ini menjadi kolektivitas sosial maka

akan menjadi masyarakat madani (Ummat) Pada dasarnya tidak ada

perbedaan antara metode pendidikan profetik dengan pendidikan agama Islam

Pembedannya hanya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat

metode tersebut dilaksanakan atau dipraktekan Metode yang dipilih dan

dilaksanakan oleh pendidik secara transenden dibarengi dengan rasa tulus

ikhlas dan cinta kasih sehingga peserta didik tergugah semangat dan gerak

edukatifnya Dalam media pendidikan profetik dan pendidikan agama Islam

yang digunakan masih sama secara penggunaan dan pemanfaatannya Yang

mana media ataupun alat yang diperankan jangan sampai lebih dominan dari

guru karena tidak mustahil sifat media pendidikan dan perkembangan

teknologi yang statis dan tidak berjiwa dan beradab akan masuk membentuk

kepribadian subjek didik Pendidikan profetik dalam pendidikan agama Islam

bisa dilakukan dengan mendekatkan peserta didik pada tiga hal penting yaitu

Pendekatan pada kitab suci tempat ibadah dan para ulama‟nya

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk mengetahui

dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi kualitas pendidik dan

menilai serta mengukur moral dan akhlak dari peserta didik itu sendiri

Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi

97

perkembangan peserta didik Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi

semua pihak Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja

kepala sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu

sebagai Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja Selain itu perlu

membenahi Niat Dalam pendidikan profetik niat memiliki posisi yang

strategis Sekalipun misalnya delapan standar pendidikan telah dipenuhi oleh

lembaga pendidikan manakala niat para pelaku pendidikan tidak benar maka

hasil pendidikan juga tidak akan maksimal Bahkan hasil pendidikan

sebenarnya lebih banyak tergantung pada niat itu Oleh karena itu ada dua hal

yang harus diperbaharui yaitu mindset atau cara pandang tentang pendidikan

dan niat sebagai dasar dalam menunaikan tugas-tugasnya sebagai pelaku

tenaga kependidikan Pendidikan harus dikembalikan pada watak aslinya yaitu

untuk mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa yang meraih derajat

unggul dalam aspek intelektual spiritual jiwa dan raganya serta akhlaknya

Dengan demikian mengimplementasikan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru

agama atau guru budi pekerti melainkan meupakan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

98

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Lokal dan Subjek Penelitian

1 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Salatiga

Dari hasil penelitian yang dilakukan olehg peneliti diperoleh data serta

dokumen-dokumen dari tata usaha SMP Negeri 4 Salatiga disebutkan bahwa

SMP Negeri 4 salatiga adalah lembaga pendidikan yang didirikan di kota

salatiga pada tahun 1979

Berdirinya SMP Negeri 4 salatiga pada awal pendiriannya memiliki 2

lokal gedung terpisah Satu gedung berada di Jl Veteran sedang satunya

lagi berada di Jl Sumardi Adanya gedung yang terpisah membuat kegiatan

belajar mengajar tidak efektif Kemudian pada tahun 2007 karena telah

habisnya hak guna bangunan tanah milik pemerintah kota salatiga di

samping SMP Negeri 4 salatiga maka tanah tersebut kemudian dihibahkan

kepada SMP Negeri 4 salatiga yang saat ini telah berdiri bangunan baru

Maka dari itulah pada bulan November 2007 SMPN 4 salatiga baru

melokalisasikan sekolah menjadi satu tempat yakni di jl Patimura 47

Salatiga Telp (0298) 32678

2 Letak Geografis

a Alamat sekolah

SMPN 4 salatiga beralamat di Jl Patimura 47 Salatiga teleponfax

(0298) 326785

b Luas tanah

99

Luas tanah yang dimiliki SMPN 4 salatiga adalah sebesar 3883msup2 dan

tealah bersertifikat IMB

3 Visi dan Misi SMPN 4 Salatiga

a Visi

1) Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas (efektif efisien

dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir)

2) Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik dan Iman Taqwa

3) Terwujudnya profile sekolah sebagai SMP favorit

4) Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah kondusif dan asri

5) Terlaksananya program program SCS ( Study Club In School ) siswa

dan guru

6) Terlaksananya program life skill lewat berbagai kegiatan wira usaha

7) Terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang santun etis dan berbudi

luhur

8) Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

9) Terlaksananya program keorganisasian kepemimpinan dan

perkaderan siswa

b Misi

1) Meningkatkan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

2) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran

interaktif aplikasi dan akselerasi

Unggul Prestasi santun berbudi tangguh berkompetisi Sadar

bertaqwa

100

3) Mengaktulaisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan

iman dan taqwa

4) Membudayakan sikap sportifitas dalam berkompetensi meraih prestasi

5) Melaksanakan program penataan sarana prasarana sesuai dengan site

plan jangka pendek menengah dan jangka panjang

6) Membiasakan percakapan bahasa inggris bagi seluruh warga sekolah

lewat kegiatan ekstrakurikuler

7) Mempraktikan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

8) Membudayakan santun dalam bicara cipta rasa dan karsa

9) Menyalurkan bakat dan potensi dengan barbagai kegiatan apresiasi

dan kompetisi

10) Menginsentifkan kegiatan organisasi kepemimpinan dan kader siswa

c Slogan

4 Struktur Organisasi Sekolah SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 salatiga sebuah lembaga pendidikan juga memiliki struktur

organisasi sebagai sistem penggerak dalam rangka mewujudkan visi dan

misi SMPN 4 Salatiga Di bawah ini adalah struktur organisasi SMPN 4

Salatiga

H E B A T

Harmoni ndash Etika ndash Bestari ndash Aktif ndash Taqwa

101

Tabel 31

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

102

Tabel 32

Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

1 Sumiyati 2 Idayati Hartini 3 Saimin 4 Agus widodo 5 Sri Iriyanti 6 Rejo 7 Eka Sulistyawati 8 Murniati 9 Rubiyanto 10 Nuzul Lusy

Anggraeni 11 Tri Budi Setyawan 12 Sutrisno

13 Agus Riyadi

TATA USAHA

103

5 Keadaan Guru Karyawan dan Siswa SMPN 4 Salatiga

a Keadaan Siswa SMPN 4 Salatiga

Secara keseluruhan jumlah siswa SMPN 4 Salatiga pada

tahun ajaran 20152016 berjumlah 655 di bawah ini adalah data

siswa SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

Tabel 33

Data siswa SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Kelas

jenis kelamin Agama jumlah

kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

104

b Keadaan Guru SMPN 4 Salatiga

Guru-guru SMPN 4 Salatiga merupakan tenaga pendidik

professional mereka mengajar sesuai dengan bidangnya masing-

masing Sebagian besar adalah lulusan Strata 1 (S1) bahkan ada

dari beberapa mereka telah bergelar Strata 2 (S2) Adapaun rincian

dari keadaan guru SMPN 4 Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 34

Data Guru SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Tabel 35

Data Kualifikasi Pendidikan Guru SMPN 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

105

c Keadaan Karyawan SMPN 4 Salatiga

Untuk membantu Kelancaran dalam segala kegiatan di

SMPN 4 Salatiga dibantu oleh tenaga non-akademik atau karyawan

yang berjumlah 43 Karyawan-karyawan tersebut mempunyai

tugas membantu semua kegiatan yang ada di SMPN 4 Salatiga

sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga segalanya dapat

berjalan dengan baik dan lancar Berikut ini adalah tabel daftar

karyawan di SMPN 4 Salatiga

Tabel 36

Daftar Karyawan SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian

inventaris kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

106

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

d Sarana dan Prasarana SMPN 4 Salatiga

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Salatiga

didukung adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai

sebagai salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) unggulan di

salatiga Adapun sarana yang dimiliki SMPN 4 Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 37

Data Sarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

107

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

Adapun prasarana yang dimiliki SMPN Salatiga adalah

sebagai berikut

Tabel 38

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga Tahun Ajaran 20152016

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

108

e Situasi dan Kondisi SMPN 4 Salatiga

SMPN 4 Salatiga merupakan sekolah umum lanjutan tingkat

pertama di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional

Sekolah tersebut terletak di pusat Kota Salatiga dengan warga

sekolahnya berasal dari berbagai latar belakang status yang

berbeda baik status sosial ekonomi maupun agamanya Sekolah

bercorak plural ini memiliki situasi dan kondisi sekolah yang

sangat beragam hal ini terlihat dari begitu variasinya agama yang

dipeluk oleh setiap warga sekolah baik guru karyawan maupun

dari siswanya sebagaimana diuraikan dalam tabel-tabel

sebelumnya

Lingkungan sekolahnya merupakan lingkungan agamis karena

di dekat sekolah tersebut berdiri sebuah masjid dan sebuah gereja

sehingga memungkinkan warga sekolah dapat beribadah ke tempat

ibadah tersebut setiap saat Dalam event tertentu seperti ketika hala

bihala idhul Adha dan Natal sekolah tersebut sering mengadakan

kegiatan untuk memeriahkannya

Dengan situasi dan kondisi pluralitas di lingkungan sekolah

tersebut peraturan dan kebijakan sekolah juga dibuat berazaskan

pada prinsip persamaan tanpa adanya diskriminasi Semua warga

sekolah diberikan kesempatan dan kebebasan yang sama sesuai

dengan kewajiban dan haknya asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan yang telah ditetapkan sekolah dan peraturan dari

pemerintah contohnya penempatan siswa di kelas disama ratakan

109

sesuai kemampuan intelligence tanpa memandang status baik

sosial ekonomi maupun agamanya

f Ekstra Kurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pokokwajib yang

harus diikuti oleh setiap siswa Kegiatan ini diwujudkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dimana di

dalamnya terjadi hubungan interaksi antara pendidik dan peserta

didik

Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

dan waktu pelaksanaanya di luar jam belajar sehingga tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar yang bersifat intrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga bertujuan untuk

menambah wawasan pengalaman para siswa serta usaha

mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing

Terdapat satu program ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu

pramuka bagi kelas VII dengan harapan dapat melatih siswa hidup

secara mandiri disiplin dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat

Berikut ini adalah tabel kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di SMPN 4 Salatiga tahun ajaran 20152016

110

Tabel 39

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

Tabel 310

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

111

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

B Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan di SMP Negeri 4 Salatiga

tentang Implementasi pendidikan profetik dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah tersebut ada beberapa garis besar yang dapat

tergambarkan sebagai berikut

1 Hasil Penelitian

a) Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 4 salatiga oleh

peneliti ada beberapa implementasi pendidikan tradisi Profetik

dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam beberapa

diantaranya dikemukakan oleh responden yaitu sebagai berikut

Implementasi Pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahnya menurut

kepala sekolah yaitu MN adalah

ldquoDalam penerapan tradisi profetik atau nilai-nilai kenabian

perlu adannya keteladanan yang dilakukan di lingkungan

sekolah Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang

112

penting untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik

atau kenabian yang di ajarkan melalui pembelajaran

maupun praktek merupakan proses tranformasi pendidikan

dan pengajaran Dengan adanya keteladanan dan

penananman nilai-nilai kenabian dapat membentuk pribadi

siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi Khairul

Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri

peserta didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau

keislaman juga kami terapkan dengan mengajak peserta

didik untuk saling tolong menolong antar sesama dengan

cara menyantuni anak yatim dan warga

miskin rdquo(Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa penanaman

pendidikan tradisi profetik kepada peserta didik dilakukan dengan

cara pembiasaan dan keteladanan seperti pembiasaan bersalaman

dengan guru saat siswa masuk gerbang sekolah pada pagi hari

shalat dhuhur berjamaah dan memberi keteladanan peserta didik

dengan saling menghormati tolong menolong dan toleran Di

setiap bulan Ramadhan siswa diajarkan untuk berzakat dan

bershodaqoh di sekolah yang mana perbuatan tersebut dapat

menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik serta penanaman

nilai-nilai keagamaan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim

113

Seperti apa yang diungkapkan kepala sekolah di atas HR

selaku Guru PAI senior di SMP Negeri 4 beliau dalam

mengimplementasikan pendidikan tradisi profetik melalui model

pembelajaran dan sistem evaluasinya

ldquoDalam penerapannya saya menekankan keteladanan

kepada peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian

di lingkungan sekolah yang selalu rutin dilakukan

contohnya ketika memasuki gerbang sekolah maupun saat

masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik

diwajibkan untuk bermusafahah dahulu kepada gurunya

Hal ini menjadikan peserta didik dapat berlaku hormat

kepada yang lebih tua Sebelum mulai pembelajaran

dibiasakan membaca Asmaul Husna bersama-sama Serta

adanya pembiasaan Sholat Dhuhur dan Jum‟at berjamaah di

sekolah dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada

siswa Dalam beberapa pembelajaran peserta didik untuk

belajar langsung di masyarakat seperti contohnya ketika

ada materi tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya

dan mencari pengetahuan mengenai haji kepada tokoh

agama atau masyarakat yang sudah menunaikannya

Sehingga dengan begitu siswa akan lebih mengetahui dan

memahami materi karena mencari langsung dari sumbernya

Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik yang

dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didikrdquo(Wawancara

HR 110915)

Penerapan pendidikan tadisi profetik juga tercermin dalam

sistem evaluasinya

114

ldquoDalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah

berlangsung baik tes maupun nontes kami selalu menekan

pada segi afektif dan psikomotoriknya bukan berarti segi

kognitif tidak penting Setiap perilaku yang dilakukan di

dalam kelas sekolah maupun di luar sekolah pun menjadi

evaluasi bagi kami Dengan observasi maupun pengamatan

terhadap perilaku siswa menjadi peranan dalam evaluasi

pembelajaran tidak hanya itu kami juga berkoordinasi

dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-sama

dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat

materi sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat

Dhuhur dan Jum‟at bersama Orang tua siswa juga

melakukan evaluasi di luar sekolah yang mana setiap akhir

semester dilaporkan kepada kami Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan

peserta didik terhadap pembelajaran tetapi untuk menilai

dan mengukur moral dan akhlak serta untuk

menyempurnakan akhlakul karimah peserta

didikrdquo(Wawancara HR110915)

Bapak WD juga mengatakan bahwa implementasi

pendidikan tradisi profetik secara tidak langsung telah diterapkan

dalam proses pembelajaran

ldquoDalam pemberian materi pembelajaran biasanya siswa

akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya

Dengan menggunakan metode pembiasaan keteladan juga

dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat

membentuk akhlak dan moral siswa Melalui observasi

115

yang dilakukan oleh peserta didik langsung dan kemudian

dipadukan di kelas menjadikan peserta didik mudah

memahami dan menghayati materi yang dipelajari

Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan melalui

praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di

dalam perilaku keseharian semisal dengan guru memberi

amanah kepada siswa dan kemudian apakah siswa

menjalankan amanah yang diberikan oleh guru tersebut atau

tidak Proses kegiatan belajar mengajar yang kami lakukan

ditekankan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai

kenabian dan keislaman yang mana dalam setiap

penggunaan metode dan media pembelajaran

mengusahakan agar bagaimana siswa mampu memahami

dan menghayati secara langsung tujuan pembelajaran yang

diinginkan Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur

bagaimana penanaman dan pembentukan pribadi siswa

perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah dan di

rumah menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi hasil

pembelajar Maka tidak hanya guru Agama islam saja yang

membimbing maupun memberikan teladan tetapi seluruh

tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-

samardquo(Wawancara WD120915)

Penggunaan studi kasus di lapangan yang digunakan dalam

beberapa proses pembelajaran dapat menumbuhkan dan

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman Misalnya

observasi langsung dengan para tokoh agama dan pelaku haji

116

dalam mengetahui dan memahami tentang haji dari syarat rukun

dan lainnya Pembiasaan membaca Asmaul Husna yang dilakukan

setiap pagi sebelum memulai pembelajaran dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada Sang Pencipta (Observasi 090915)

b) Problematika dalam Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

masih ada beberapa hambatan dalam implementasinya yakni

masih kurangnya keteladanan dari guru sarana prasarana

kurangnya motivasi belajar tentang keagamaan dan kurangnya

dukungan dari pihak orang tua siswa Adapun solusi yang mereka

berikan adalah keteladanan dari seluruh tenagan pendidik maupun

kependidikan di sekolah peningkatan keilmuan atau wawasan

keagamaan peningkatan sarana dan prasarana buku penilaian

moral dan akhlak serta peningkatan mutu kualitas guru

Menurut kepala sekolah MN bahwa hambatan yang terjadi

dalam implementasi pendidikan tradisi profetik adalah

ldquoKurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu

hambatannya seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah

Kemudian masih lemahnya keteladanan dari guru maupun

tenaga kependidikan seperti masih ada yang merokok di

lingkungan sekolah yang masih dapat dilihat oleh siswardquo

(Wawancara MN100915)

117

MN mengatakan bahwa perlu adanya solusi untuk

menanggapi hal tersebut

ldquoPerlunya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan

penambahan area tempat ibadah maupun tempat khusus

untuk kegiatan keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk

memberikan suri tauladan yang bagi peserta didik serta

menjaga perilakurdquo (Wawancara MN100915)

Tidak jauh beda seperti apa yang dikemukakan oleh kepala

sekolah menurut HR hambatan yang terjadi ialah

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah dan lemahnya monitoring terhadap

siswa yang mana belum adanya kerjasama yang baik antar

guru maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama

memberikan teladan dan monitoring guna mengevaluasi

perkembangan peserta didik Dalam hal evaluasi

ketidakjujuran orang tua siswa dalam melaporkan perilaku

siswa ke guru yang bahkan membela siswa atau menutupi

kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang maksimal

dalam mengukur peserta didik Lemahnya motivasi belajar

tentang nilai-nilai kenabian dan keislaman menjadi salah

satu penghambat penanaman dan pembangunan moral dan

akhlak siswa Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai

agama di sekolah maupun di rumah menjadi hambatan

dalam penanaman dan pembentukan akhlakul

karimahrdquo(Wawancara HR110915)

HR mengungkapkan bahwa ada beberapa solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut

118

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun

tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-

nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan

keagamaan serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana

akan meningkatkan motivasi belajar keagamaan siswa

Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai agama dan

kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan

oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang

mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan

menjadikan peserta didik menjadi termotivasi dalam

menghayati serta mengamalkan apa yang telah diajarkan

sehingga proses pembangunan dan pembentukan akhlak

peserta didik lebih mudah tertanam dalam pribadi peserta

didik Pemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap

lingkungan di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik

lebih mengetahui memahami menghayati materi yang

diberikan yang mana secara tidak langsung akan

membentuk diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan masih ada

beberapa guru dan tenaga pendidik yang belum memberikan

keteladanan yang baik Masih seringnya bercanda antar guru atau

guyonan ada beberapa guru yang masih merokok di lingkungan

sekolah sehingga dilihat oleh peserta didik Ditambah kurangnya

motivasi belajar siswa dalam hal pendidikan keagamaan Maka

adannya kajian-kajian keislaman yang dilakukan Sie Kerohanian

119

Islam setiap jum‟atnya dapat menambah Hasanah Islamiyah pada

peserta didik dan menumbuhkan tingkat keagamaan siswa

Pembiasaan keteladanan yang dilakukan di lingkungan sekolah

seperti bersalaman dengan guru setiap masuk gerbang sekolah

membaca Asmaul Husna sebelum mulai pembelajaran dan sholat

dhuhur dan jum‟at berjamaah (Observasi 110915)

Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak WD bahwa

hambatan selama ini adalah

ldquoImplementasi pendidikan tradisi profetik akan menjadi

sulit manakala hanya guru PAI saja yang memberikan

teladan ataupun bimbingan Tradisi profetik yang mana

menanamkan dan membentuk peserta didik agar

mempunyai nilai-nilai kenabian dan keislaman perlu

didukung tidak hanya dari pembelajaran PAI saja tetapi

lingkungan sekolah serta seluruh tenaga kependidikan ikut

serta dalam pengimplementasiannya Masih adanya guru

laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan

yang merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi

hambatan dalam proses penanaman pendidikan profetik

Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh

guru maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya

penghayatan dan pengejawantahan terhadap nilai-nilai

profetik dalam kehidupan sehari-harirdquo(Wawancara

WD120915)

120

Dari adannya problematika tersebut maka solusi yang

diberikan oleh Bapak WD adalah

ldquoPembiasaan praktek-praktek sifat kenabian seperti bersifat

jujur dan amanah Penambahan keilmuan atau wawasan

keagamaan serta khasanah islamiyah dengan melakukan

kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik serta

tenega kependidikan lainnya Evaluasi secara langsung atau

mendadak perlu dilakukan untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa

yang sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara

bersama dari guru dan orang tua dalam memonitoring

perkembangan peserta didik dengan dibuat buku atau

laporan moral dan akhlakrdquo(Wawancara WD120915)

c) Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik menurut

Bapak MN adalah

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang

terlihat saat ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik

serta terbentuknya moral dan akhlak peserta didik Seperti

menghormati guru dan sesama teman Berkurangnya

kenakalan perilaku siswa yang terjadi karena suda tertanam

nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri peserta didik

Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu dhuhur

tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaahrdquo (Wawancara MN100915)

Dari apa yang telah peneliti amati bahwa peserta didik

mempunyai rasa menghormati dan disiplin pada dirinya Ketika

121

ada pembelajaran kosong para peserta didik mencari guru tersebut

Ketika masuk ke ruang guru pun sudah membiasakan salam saat

sholat dhuhur tiba siswa sudah menempatkan diri untuk

mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk sholat berjamaah

(Observasi 140915)

HR mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam pembelajaran PAI adalah

ldquoMenumbuhkan tingkat keagamaan peserta didik serta

motivasi belajar keislaman Membawa hikmah bagi peserta

didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta

didik hal itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas

Menumbuhkan sifat saling menghormati menghargai dan

menolong Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada

diri peserta didikrdquo (Wawancara HR110915)

Senada dengan apa yang diungkapkan HR hasil

implementasi pendidikan tradisi profetik menurut Bapak WD

adalah

ldquoPembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta

berkurangnya kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa Tumbuhya kesadaran siswa

untuk beribadah dan berbuat baik Menjadikan siswa suka

untuk ke tempat ibadah Menumbuhkan sikap toleransi dan

menghormati antar sesama Dengan adanya pembiasaan

keteladanan baik yang dilakukan menjadikan siswa akan

122

mengikuti hal tersebut dan akan berhati-hati dalam setiap

perilaku yang dilakukaannyardquo(Wawancara WD120915)

123

BAB IV

PEMBAHASAN

A Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Berdasarkan hasil pengamatan wawancara dan proses penelitian

secara keseluruhan di lapangan Penulis dapat menyimpulkan

implementasi pendididikan tradisi profetik yang terdapat dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 4 di Salatiga

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan

sekolah Penggunaan metode pembiasaan keteladanan demonstrasi studi

kasus di lapangan yang digunakan guru pendidikan agama Islam dan

observasi langsung yang dilakukan oleh peserta didik dalam memahami

dan menghayati materi yang disampaikan membangun nilai-nilai profetik

dan keIslaman yang menginternal dalam individu peserta didik yang

terkatualisasi secara kehidupan sosial sehari-hari Seperti apa yang

diungkapkan Bapak Hari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4

Salatiga dalam wawancaranya pada hari Jum‟at 11 September 2015 di

ruang guru

Pendidikan tradisi profetik yang penekanannya pada penggunaan

metodologi objektifikasi dan integralisasi (Kuntowijoyo 200749)

Penananam nilai-nilai kenabian dan keIslaman kepada peserta didik

124

tercermin dari metode pengajaran dan sistem evaluasi yang dipakai serta

lingkungan sekolah yang mendukung Penanaman nilai tersebut

diharapkan dapat membentuk dan membangun moral dan akhlak siswa

sebagai Hamba Allah dan khoirul ummah Pembiasaan keteladanan dan

demonstrasi atau praktek langsung yang dilakukan oleh peserta didik

dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati dan menghargai

Adannya integrasi terhadap Islam dan ilmu yang dilakukan dilakukan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menjadikan masing-masing

perbedaan yang ada menjadi menyatu dan menyeluruh karena orientasinya

tidak hanya mengarah hal yang bersifat duniawi namun juga ukhrawi

Adanya merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perbuatan

yang juga bersifat orang lain dapat menikmatinya tanpa harus menyetujui

nilai-nilai aslinya Misalnya di dalam Islam orang yang malas mencari

ilmu adalah orang yang tidak disukai oleh Tuhan orang yang membiarkan

orang lain tetap berada di bawah penindasan adalah orang yang tidak

disukai Tuhan Dengan adannya keteladanan dan pembiasaan tersebut

maka penanaman nilai-nilai kenabian akan mudah tertanam dalam diri

peserta didik

Hal tersebut senada seperti yang dikemukakan Kepala Sekolah

SMP Negeri 4 salatiga dan guru PAI SMP Negeri 4 Salatiga mengutip

dari hasil wawancara dengan MN dan HR yaitu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan pembiasaan keteladanan yaitu

bersalam sebelum masuk kelas dan membaca asmaul husna sebelum mulai

125

pelajaran Penggunaan metode studi kasus ataupun peserta didik meneliti

dan mencari sendiri materi yang diajarkan contohnya ketika materi Haji

peserta didik observasi dan wawancara langsung kepada pelaku haji

Adanya integrasi dan objektifikasi ini menjadikan siswa lebih memahami

dan menghayati apa yang dipelajari Tidak hanya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam saja dalam menanamkan nilai-nilai kenabian dan

keIslaman dalam lingkungan sekolah juga menanamkan nilai-nilai

tersebut dengan pembiasaan keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan

yang ada Dalam evaluasi yang dilakukan ditekankan pada moral dan

penyempurnaan akhlak atau pada sisi afektif dan psikomotoriknya dengan

tidak meninggalkan sisi kognitifnya Laporan evaluasi dari orang tua siswa

setiap akhir semester juga dapat membantu proses penanaman nilai-nilai

kenabian dan keIslaman

Hal yang diungkapkan oleh responden mengenai implementasi

pendidikan tradisi profetik dengan adanya pembiasaan keteladanan di

lingkungan sekolah serta metode observasi ataupun demonstrasi yang

menjadikan siswa dapat lebih menghayati dan mengamalkan apa yang

dipelajarinya dan adanya evaluasi proses pembentukan moral akhlak serta

penanaman nilai-nilai kenabian dan keIslaman seperti apa yang

dikonsepkan Moh Roqib pendidikan profetik sebagaimana nabi dimulai

dengan keteladanan diri dan bangunan keluarga ideal Pendidikan profetik

bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pencapaian

126

yang menginternal dalam individu dan yang teraktualisasikan secara sosial

atau dalam kehidupan sehari-hari (MohRoqib 201188)

Perilaku keteladan kolektif yang diberikan di lingkungan sekolah

adalah seperti ketika guru masuk kelas mengucapkan salam begitu juga

ketika masuk ke ruang guru dan TU Dari hasil observasi peneliti bahwa

dalam hal keteladanan yang diberikan adanya sikap saling membantu dan

toleran dari Kepala sekolah dengan karyawan dan tukang kebun pendidik

yang muda menghormati yang pendidik yang lebih tua para pendidik

berpenampilan rapi dan selalu memberikan contoh untuk datang tepat

waktu ketika saat pembelajaran Hal ini yang kemudian bisa dilihat dan

ditiru oleh para siswa Pendidik dan tenaga kependidikan lainya

memberikan contok keteladanan dalam berbicara bersikap dan berperilaku

Dalam pendidikan profetik tidak hanya cenderung pada hal yang

bersifat duniawi namun juga ukhrawinya Model pendidikan yang

berparadigma integralistik yang mengacu pada wahyu Tuhan dan akal

manusia tidak semata-mata hanya Islamisasi atau doktrinasi tetapi melalui

proses penghayatan yang menyeluruh dan perbuatan dalam merasionalkan

nilai-nilai yang diwujudkan ke dalam perilaku sehingga bukan karena

paksaan atau persetujuan yang diharuskan (Kuntowijoyo 200763)

Kesadaran yang timbul pada perilaku dan perbuatan peserta didik dalam

kehidupan dan secara sosialseperti apa yang diungkapkan Bapak Wildan

dan Bapak Munadzir dalam wawancaranya pada hari Sabtu 12 September

bahwa

127

ldquoDalam penerapannya saya menekankan pembiasaan kepada

peserta didik dalam penanaman Nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah yang selalu rutin dilakukan Sebelum masuk kelas dan

memulai pelajaran murid bersalaman dengan guru terlebih dahulu

kemudian membaca Asmaul Husna bersama-sama Peserta didik

kemudian menerapkan salah satu makna Asmaul Husna dalam

kehidupan sehari-harinya Ketika waktu Sholat Dhuhur tiba peserta

didik dengan sedirinya sudah bersiap-siap mengambil wudhu dan

menempatkan diri untuk sholat berjamaahrdquo

Dalam konsep pendidikan profetik evaluasi tidak hanya untuk

mengetahui dan mengukur pemahaman maupun penguasaan peserta didik

terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan menilai serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri Evaluasi yang dilakukan tidak hanya

dimonitoring oleh pendidik tetapi seluruh tenaga kependidikan serta orang

tua siswa yang bersama-sama mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam mengimplementasikan pendidikan profetik dalam pendidikan

agama Islam di sekolah adalah mengubah mindset bagi semua pihak

Tidak hanya guru pendidikan agama Islam atau guru agama saja kepala

sekolah guru dan tenaga kependidikan lainya juga berperan yaitu sebagai

Uswatun Hasanah tatkala sedang dimana saja (Yolanda 2010)

Seperti apa yang diungkapkan HR dalam hasil wawancara pada

Jumat 11 September 2015 mengatakan bahwa

128

ldquoDalam evaluasi yang telah berlangsung kami lakukan dalam

bentuk tes dan non tes Setiap perilaku yang dilakukan di kelas

sekolah maupun di luar sekolah kami lakukan evaluasi Kami guru

PAI dengan seluruh tenaga kependidikan dan semua pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan bekerja sama dalam melakukan

evaluasi Orang tua siswa juga melakukan evaluasi ketika di luar

sekolah yang mana setiap semester dilaporkan kepada kamirdquo

Jadi dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat pada tujuan pembelajaran

yang digunakan model pembelajaran inovasi pembelajaran dan evaluasi

pembelajarannya Pendidikan profetik menekan penggunaan metodologi

objektifikasi dan integralisasi bukan Islamisasi atau doktrinasi Tidak

hanya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melainkan

penerapan pendidikan profetik juga diaktualisasikan dalam proses

pendidikan yang dilakukan di sekolah Sehingga pengimplementasian

pendidikan tradisi profetik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti

melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di SMP Negeri 4 Salatiga

B Problematika Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

1 Hambatan implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan

agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

129

Problematika yang terjadi dalam implementasi pendidikan tradisi

profetik ini adalah masih belum relevannya konsep pendidikan profetik

dalam era transformatif seperti sekarang ini Model pendidikan tradisional

yang cenderung meletakkan akhirat saja sebagai orientasinya dan masih

ekslusif (Kuntowijoyo 200755) Kurangnya tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan juga menjadikan hasil pendidikan kurang

maksimal Strategi pendidikan profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Jika hal itu belum terlaksana akan menjadi

hambatan dalam pengimplementasian pendidikan profetik dalam

pendidikan agama Islam khususnya

Sebagaimana yang diungkapkan responden HR dan WD dalam

wawancara yang peniliti lakukan masih terdapat hambatan dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik

ldquoMasih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana belum

adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik Masih

adanya guru laki-laki yang saling bercanda (guyonan) dengan guru

perempuan di depan siswa masih ada tenaga kependidikan yang

merokok di depan siswa hal inilah yang menjadi hambatan dalam

proses penanaman pendidikan profetik Kurangnya kelimuan atau

130

wawasan keagamaan dan Hasanah keIslaman yang dimiliki oleh

guru juga menjadi salah satu hambatannya Kurangnnya perhatian

terhadap nilai-nilai agama di sekolah maupun di rumah menjadi

hambatan dalam penanaman dan pembentukan akhlakul karimahrdquo

Hal itulah yang menjadikan hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik Pendidikan Islam selama ini hanya menekankan

doktrinasi sehingga peserta didik seakan-akan dipaksa dan harus

mengikuti Seharusnya dengan pembiasan dan keteladanan kolektif serta

kontinu dapat membangun dan membentuk nilai-nilai pofetik dan akhlakul

karimah pada internal pribadi peserta didik Masih kurangnya perhatian

terhadap nilai-nilai keagamaan serta masih minimnya keilmuan dan

hasanah keIslaman yang dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan lainya

di sekolah menjadikan minimnya keteladanan dan nilai-nilai profetik yang

tertanam pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam

Nilai-nilai profetik yang diaktualisasikan pada peserta didik tidak

hanya sebagai doktrinasi tetapi objektifikasi yang mana bisa dianggap

wajar dan diterima oleh umum Maksudnya adalah mengenai keadaan

yang sebenarnya Karena pendidikan profetik berbicara mengenai idealita

dan realita dalam pendidikan

Kurangnya hasil evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang telah

diajarkan dan terlalu menekankan pada hasil kognitifnya membuat

penerapan pendidikan profetik kurang maksimal Nilai-nilai kenabian dan

131

keIslaman yang terbangun dan terbentuk dalam moral dan akhlak peserta

didik belum terevaluasi Karena evaluasi pendidikan profetik tidak hanya

untuk mengukur dan mengetahui pemahaman maupun penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran tetapi juga terhadap tujuan muatan materi

kualitas pendidik dan peserta didik serta mengukur moral dan akhlak dari

peserta didik itu sendiri (Moh Roqib 20111150)

Seperti apa yang dikatakan guru PAI dalam wawancara bahwa

dalam hal evaluasi masih belum maksimal dalam mengukur ataupun

menilai moral dan akhlak yang terbentuk pada peserta didik Hal ini terjadi

karena kurangnya peran tenaga pendidik lainya serta peran orang tua siswa

dalam memonitoring dan mengevaluasi peserta didik (Wawancara

110915)

2 Solusi implementasi pendidikan tradisi profetik dalam pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka hal itu menjadi tanggung jawab

guru agama serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan

Pendidikan tradisi profetik bukanlah Islamisasi atau doktrinasi tetapi lebih

kepada objektifikasinya atau mengenai keadaan yang sebenarnya

Dalam wawancara dengan HR beliau mengungkapkan bahwa

ldquoPembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru maupun tenaga

kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kenabian

132

terhadap diri siswa secara tidak langsung Perlunya peran orang tua

dalam pemberian pendidikan keagamaan serta pembiasaan ibadah

di rumah yang mana akan meningkatkan motivasi belajar

keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih terhadap nilai-nilai

agama dan kenabian di lingkungan sekolah Perlu adannya evaluasi

tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa yang dilakukan oleh

guru tenaga kependidikan maupun orang tua yang mana nanti pada

setiap akhir semester akan ada pelaporan Serta perlu adanya buku

akhlakmoralrdquo

Pendidikan tradisi profetik mensyaratkan adanya objektifikasi

bukan sekularisasi ataupun doktrinasi Maksudnya adalah perbuatan yang

merasionalkan nilai-nilai yang diwujudkan dalam perbuatannya juga

bersifat rasional sehingga orang lain pun dapat menikimatinya tanpa harus

menyetujui nilai asalnya dan perbuatan yang dilakukannya bukanlah

paksaan Pengajaran mengenai keadaan sebenarnya yaitu idealita dan

realita dalam pendidikan Penanaman nilai-nilai kenabian yang

menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan untuk mengembangkan

manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional akhlak dan amal

sholeh

Seperti apa yang diungkapkan guru PAI SMP Negeri 4 bahwa

ldquoPemberian tugas rumah atau pun studi kasus terhadap lingkungan

di sekelilingnya juga menjadikan peserta didik lebih mengetahui

memahami menghayati materi yang diberikan yang mana secara

133

tidak langsung akan membentuk diri peserta didik Memberikan

pembelajaran langsung kepada peserta didik untuk studi kasus

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernyardquo

Sebagaimana observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembiasaan

dan keteladan yang diberikan dapat mengembangkan dan membangun

emosional akhlak dan moral anak Dalam materi wudhu dan sholat

contohnya murid akan memahaminya dan akan tertanam dalam diri

peserta didik karena sudah ada pembiasaan dan keteladanan yaitu adannya

sholat dhuhur dan shalat Jum‟at berjamaah di sekolahan Dengan begitu

misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dapat tercapai

Dalam hal proses dan hasil menuntut bentuk evaluasi yang berbeda

baik tes maupu non tes Maka seperti hasil wawancara dengan responden

mengungkapkan perlunya evaluasi dalam bentuk praktek langsung

ataupun penilaian dengan adanya buku akhlak Evaluasi yang dilakukan

tidak hanya tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti melainkan

merupakan tanggung jawab seluruh pihak yang terlibat dalam proses

pendidikan Dengan begitu penanaman misi dan nilai-nilai kenabian dapat

terbentuk pada diri peserta didik

134

C Hasil Implementasi pendidikan tradisi Profetik Profetik dalam

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Salatiga

Dengan adanya pendidikan tradisi profetik dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak peserta didik Penerapan pendidikan

profetik dalam pendidikan agama Islam menjadikan nilai plus tersendiri

dalam proses pendidikan Islam Di dalam pendidik profetik dalam

penerapannya membutuhkan metodologi baru yaitu integralisasi dan

objektifikasi Pendidikan yang selama ini cenderung kepada Islamisasi

atau doktrinasi sedangkan pendidikan profetik lebih kepada

objektifikasinya Maksudnya adalah mengenai keadaan yang sebenarnnya

Strategi pendidikan tradisi profetik yang dimulai dari keteladanan

kolektif dan kontinu merupakan hal penting dalam penerapan pendidikan

profetik (MohRoqib 201188) Maka dengan adanya pembiasaan dan

keteladaan kolektif akan membentuk moral dan akhlak siswa Penanaman

misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang tercermin dalam pembelajaran

serta keteladanan dapat tumbuh dalam diri peserta didik

Sebagaiamana yang diungkapkan Kepala Sekolah SMP Negeri 4

dalam wawancaranya

ldquoHasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang jelas terlihat

adalah terciptannya kedisiplinan dan terbangunnya akhlakul

karimah pada peserta didik Tumbuhnya tingkat keagamaan atau

cinta akan ibadah pada peserta didikrdquo

135

Pendidikan profetik membawa misi dan nilai-nilai kenabian untuk

mengembangkan manusia secara utuh dari aspek intelektual emosional

akhlak dan amal sholeh Pendidikan profetik lebih dari pada penilaian total

akan setiap perbuatan dan tingkah laku yang dilakukannya Maka adanya

pembiasaan dan keteladan kolektif yang dilakukan dapat membangun dan

membentuk moral dan akhlak siswa Dalam proses pembelajaran pun

ditekankan pada aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga siswa tidak

hanya mengetahui atau memahaminya saja tetapi menghayati dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Senada dengan apa yang diungkapkan HR dalam wawancaranya

bahwa

ldquoDalam pembelajaran PAI lebih kami tekankan pada pembangunan

dan pembentukan moral dan akhlak peserta didik Dalam beberapa

pembelajaran peserta didik kami beri tugas untuk mencari materi

langsung di masyarakat seperti ketika materi haji atau qurban

Peserta didik diminta untuk bertanya langsung dengan pelaku atau

tokoh agama setempat mengenai materi yang diberikan Sehingga

dengan begitu peserta didik akan lebih mengetahui mamahami dan

menghayati karena mencari materi langsung dari sumbernyardquo

Dari pengamatan yang peneliti alami hal tersebut juga tercermin

dalam hal ibadah ketika wudhu dan shalat dhuhur berjamaah Peserta didik

sudah mempunyai kesadaran beribadah Ketika waktu shalat tiba peserta

136

sudah mempersiapkan diri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah di sekolahan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dalam

implementasi pendidikan tradisi profetik yang terjadi di SMP Negeri 4

Salatiga dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan kesadaran diri akan

cinta ibadah yang mana hal ini tercermin pada perilaku peserta didik

dimana disaat waktu shalat dhuhur tiba peserta didik sudah

mempersiapkan diri untuk mengambil air wudhu dan menempatkan diri

untuk melakukan Shalat Dhuhur berjamaah di lapangan sekolah

Adannya keteladanan kolektif yang diberikan oleh guru dan

tenaga kependidikan lainya di lingkungan sekolah akan dapat membentuk

dan mengembangkan akhlak dan moral siswa Hasil dari keteladanan

tersebut adalah terbentuknya sikap menghormati dan toleran pada diri

siswa juga tercermin ketika siswa bertemu dengan gurunya setiap pagi

para siswa bersalaman dengan kepala sekolah dan guru Sikap saling

menghargai antar siswa yang berbeda agama terlihat ketika para siswa

bergaul dan saing menghormati ketika para siswa muslim sedang

melaksanakan shalat dhuhur berjamaah begitu pula sebaliknya

Terbentuknya moral dan akhlak siswa merupakan hasil penanaman misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat mengembangkan intelektual

emosional akhlak dan moral peserta didik secara utuh Walaupun masih

terdapat hambatan-hambatan dalam penerapannya guru agama atau guru

budi pekerti serta semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan tetap

137

berusaha secara bersama-sama untuk mendidik membangun dan

membentuk siswa yang berakhlakul karimah

138

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah membaca menelaah data dan membaca teori tentang

implementasi pendidikan profetik problematikan implementasi

pendidikan tradisi profetik dan hasil implementasi pendidikan tradisi

profetik dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

Salatiga maka peneliti menyimpulkan beberapa hal yang penting sebagai

berikut

1 Berdasarkan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan

berkaitan tentang implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negri 4 Salatiga bahwa

penerapan pendidikan profetik terdapat dalam proses pembelajaran

dengan objektifikasi bukan doktrinasi pembiasaan dan keteladanan

kolektif inovasi penggunaan metode dan sistem evaluasi

2 Implementasi pendidikan profetik belum bisa maksimal mengingat

masih ada beberapa hambatan dalam penerapannya diantaranya yaitu

belum adanya relevansi konsep pendidikan profetik dalam era

transformatif kurangnya inovasi metode dan evaluasi yang digunakan

oleh pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan profetik

Walaupun ada beberapa hambatan terdapat beberapa solusi yang

dilakukan dalam meminimalkan hambatan tersebut yaitu dengan

melakukan pembiasaan dan keteladanan kolektif Lebih menekankan

139

pada objektifikasi atau keadaan yang sebenarnya dalam metodologi

pembelajarannya bukan doktrinasi

3 Hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 4 salatiga

diantaranya adalah dapat menumbuhkan tingkat keagaaman dan

kesadaran diri akan cinta ibadah terbentuknya sikap menghormati dan

toleran pada diri siswa membangun moral dan akhlak siswa

penanaman misi kenabian dan nilai-nilai kenabian yang dapat

mengembangkan intelektual emosional akhlak dan moral peserta

didik secara utuh

B Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis

mengajukan beberapa saran-saran yang mungkin bisa diterapkan atau

menjadi proyeksi kedepan dalam perkembangan pembelajaran

pendidikan agama islam bahwa pendidikan sekarang perlu

menekankan pembangunan dan pembentukan moral dan akhlak peserta

didik Melihat kondisi masih lemahnya moral dan akhlak pada era

modern saat ini Maka salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut

dan membentuk moral dan akhlakul karimah salah satunya dengan

pendidikan tradisi profetik Maka kami mamberikan saran sebagai

berikut

1 Perlu adanya satu konsep pendidikan tradisi profetik yang lebih

jelas dan relevan pada era transformatif saat ini jika perlu

140

dirancang dan dibuat kurikulum yang berbasis pada misi

kenabian dan nilai-nilai kenabian Model pendidikan agama

islam yang selama ini ada masih tradisional yang cenderung

meletakkan agama dan akhirat sebagai kurikulum dan

orientasinya Dan biasanya lebih eksklusif Perlunya model

pendidikan yang berparadigma integralistik serta lebih

mengacu kepada wahyu Tuhan dan akal manusia sebagai

referensinya Dengan demikian orientasinya tentu saja

mengarah tidak hanya bersifat duniawi namun juga ukhrawi

2 Perlunya inovasi-inovasi baru pada model pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran dalam penanaman misi dan nilai-nilai

kenabian Adanya penekanan lebih pada aspek afektif dan

psikomotorik yang dapat membangun dan membentuk moral

serta akhlak peserta didik Karena yang terjadi saat ini hanya

lebih menekankan pada aspek kognitif saja

3 Untuk para guru dan tenaga kependidikan lainya harus mampu

memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik di

lingkungan sekolah karena guru merupakan ujung tombak

dalam pembentukan moral dan akhlak serta keberhasilan proses

belajar anak Dalam proses pendidikan profetik yang dilakukan

harus mengutamakan kepentingan pembentukan moral dan

akhlak peserta didik dengan berlandaskan Al-Qur‟an dan

Hadist

141

4 Peran serta dari orang tua dalam proses belajar dan

pembentukan akhlak serta emosional peserta didik sangat

dibutuhkan Sekolah seyogyanya melibatkan orang tua dalam

proses pendidikan Maka diperlukan hubungan kemitraan

antara sekolah orang tua dan masyarakat yang diharapkan

mampu menjamin keberhasilan pendidikan tradisi profetik pada

peserta didik

5 Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama harus mampu

mengakomodir serta mampu membentuk tim khusus yang

fokus pada ranah pendidikan profetik Sehingga konsep

pendidikan profetik dan misi kenabian dapat

diimplementasikan

142

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey H Bakran 2005 Propethic intelligence menumbuhkan potensi

hakiki insani melalui pengembangan kesehatan nurani Yogyakarta

Islamika

Arief Armai2007 Reformasi Pendidikan Islam Ciputat CRSD Press

Arifin M 2011 Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis

berdasarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta Bumi Aksara

Burhanudin Jajat dan Dina Afriyanti 2006 Mencetak Muslim Modern peta

Pendidikan Islam Indonesia Jakarta PT Raja Grafindo

Darajat Zakiah 2012 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam2006 Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta Departemen Agama RI

Education Center 2008 Pendidikan karakter Kebangsaan Yogyakarta BEM

REMA UNY

Fathi Muhammad 2007 Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar Jakarta

Timur Pustaka Al Kausar

H P Novianto2004 kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surakarta Bringin 55

Kementrian Agama RI 2010 Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya Jakarta PT

Sygma Examedia Arkan Leema

Kuntowijoyo2007 islam sebagai Ilmu Epistemologi Metodologi dan Etika

Yogyakarta Tiara Wacan

Majid abdul dan Dian Andatani2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Bandung PT Remaja Rosda karya

Meleong Lj 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung PT Remaja

Rosda karya

Muhaimin 2003 Wacana pengembangan Pendidikan Islam Surabaya Pustaka

Pelajar

Muhaimin 2008 Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Bandung Remaja Rosda Karya

Mujib Abdul amp Yusuf Mudzakir 2006 Ilmu Pendidikan Islam Jakarta

Kencana Prenada Media

Mulkhan AMunir 2002 Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi problem filosofis

Pendidikan Islam) Yogyakarta PT Tiara Wacana

143

Nadhirin2008Landasan Profetik Pendidikan Islam(Online)diakses di

httpnadhirinblogspotcom200808landasan-profetik-pendidikan-

islamhtmlpada Selasa 06 Januari 2015

Natta Abuddin 2007 Manajemen Pendidikan mengatasi kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia Jakarta Kencana Prenada Media Group

Nata Abuddin 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Priyo2010 Pendidikan Islam Profetik IntegrasiI slam dan Ilmu menuju

pendidikan yang Humanis Liberatif dan Transendentif Iman Ilmu

Amal(Online)httpPendidikanIslamProfetikIntegrasiIslamdanIlmumenuj

upendidikanyangHumanisLiberatifdanTransendentifImanIlmuAmalhtml

Diakses pada Selasa 03 Februari 2015

Rahman Abdul 2012 Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan

Epistemologi dan isi-materi Jurnal Eksis (Online) Volume8 No1

(httpwwwkaryailmiahpolnesacid) (diakses pada jumat 21 Agustus

2015)

Roqib Moh 2009 Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

di sekolah Keluarga dan Masyarakat Yogyakarta PTLkiS

Roqib Moh 2011 Prophetic Education Kontektualisasi Filsafat dan Budaya

Profetik dalam Pendidikan Purwokerto STAIN Press

Rosyadi Khoiron 2004 Pendidikan Profetik Yogyakarta Pustaka Pelajar

Roziqin M Zainur 2007 Moral Pendidikan di era Global (pergeseran pola

interaksi guru-murid di era global) Malang AVERROES Press

Roziqin MKhoirur2008 Format Pendidikan Profetik di tengah transfomasi

Sosial Budaya (Telaah Kritis Pemikiran Kuntowijoyo) Skripsi

Yogyakarta UIN SUNAN KALIJAGA

Shafiq Muhammad 2000 Mendidik Generasi Baru Muslim ide dasar karya

dan obsesi Al Faruqi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Shofan Moh 2004 Pendidikan berperadigma Profetik upaa konstruktif

membongkar dikotomi sistem pendidikan islam Yogyakarta IriSoD

Sholeh Asrorun Niam 2004 Reorientasi Pendidikan Islam mengurai relevansi

Al Ghazali dalam konteks kekinian Jakarta ELSAS

Sugiyono 2014 Metode Penelitian Kombinasi Bandung ALFABETA

Sutardi2012 Pendekatan profetik dalam penerapan pendidikan

karakter(Online)diakses di httpsutardicoolwordpresscom

144

Zeeno M Jameel2005 Resep menjadi pendidik sukses berdasarkan Al-Qur‟an

dan teladan nabi Jakarta Hikmah PTMizan

145

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

METODE

PENGUMPULAN

DATA

SUMBER

DATA

JENIS DATA

Wawancara

Kepala sekolah

Sejarah Pendirian sekolah

Visi dan misi sekolah

Pandangan tentang pendidikan tradisi

profetik

Pandangan Tentang Impelementasi

pendidikan tradisi Profetik

1 Implementasi pendidikan

tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan

agama islam

2 Hambatan implementasi

pendidikan dalam profetik

3 Solusi implementasi

pendidikan tradisi profetik

4 Hasil iplementasi pendidikan

profetik

Wakil ketua

kesiswaan

Proses pelaksanaan bimbingan

pendidikan islam pada siswa yang

mengacu pada pendidikan profetik

Hambatan dalam implementasi

pendidikan profetik dan solusinya

Kegiatan pendidikan profetik

yangdilakukan siswa sehari-hari

Guru Agama

Prose KBM Pendidikan profetik

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam

Hambatan pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Solusi pendidikan profetik dalam

pendidikan agama islam

Hasil Pendidikan profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama islam

Observasi

Lingkungan Situasi dan kondisi sekolah

Ruang kelas

Mushola

Penataan Lingkungan Sekolah

Pembelajaran Proses KBM

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan keagamaan

Dokumen Sekolah Letak geografis

146

Data Guru dan Karyawan

Data Siswa

Data Sarana Prasarana

Data intrakulikuler dan

Ekstrakulikuler

147

CACATAN OBSERVASI

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Waktu 0630-1400 WIB

Sumber Data Lingkungan dan Pembelajaran

Jenis Data situasi dan kondisi Sekolah

kegiatan keagamaan

Jumat pada Jam 0630 sampai jam 0700 pagi para siswa berangkat dan

masuk ke sekolahan Di depan gerbang sudah ada beberapa guru yang berdiri

yang kemudian para siswa bersalaman saat memasuki gerbang sekolahan menuju

ruang kelas masing-masing Setelah memasuki kelas para siswa dan guru

membaca Asmaul Husna bersama-sama sebelum memulai pembelajaran Pada

saat waktu menunggu di ruang tata usaha peneliti masih melihat beberapa guru

yang merokok di lingkungan sekolah bahkan ada yang di depan kelas Ada

beberapa guru yang saling bergurau di ruang guru dan di depan kelas yang mana

itu dapat terlihat oleh para siswa ketika sedang istirahat Pada jam 0900 peneliti

melihat ada materi praktek mengenai shalat dhuha yang dilaksanakan di mushola

sekolah Ketika jam 1115 bel berbunyi menandakan jam kegiatan belajar

mengajar telah selesai tetapi para siswa tidak langsung beranjak pulang Kelas

yang mendapat jadwal untuk menata karpet dan tikar untuk shalat berjamaah

segera mengambilnya dan mempersiapkannya di lapangan sekolah untuk sholat

jumat berjamaah Para siswa muslim dan guru-guru muslim mempersiapkan diri

untuk mengambil wudlu dan melaksanakan shalat jumah Sedangkan yang non

muslim berada di kelas dan melakukan ibadah keagamaan sesuai agamanya yang

dibimbing bersama guru agamanya Setelah shalat jumat selesai kelas yang

mendapat jadwal untuk mengembalikan karpet dan tikar segera merapikan dan

membereskan tikar untuk dikembalikan ke mushola Setelah itu para siswa

kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang Siswa yang ikut Sie Keronian islam

(SKI) pada jam 1300 berkumpul di mushola untuk mengadakan kajian dan BTQ

yang didampingi oleh guru pendidikan agama islam Di mushola para siswa yang

148

ingin belajar BTQ di bimbing oleh guru agama dan kemudian para siswa bersama-

sama mengikuti kajian keislaman yang diisi oleh guru agama islam Kajian

tersebut selesai pada jam 1400 kemudian para siswa pulang ke rumah masing-

masing

149

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Kamis 10 September 2015

Tempat Ruang Kepala Sekolah

Waktu 0900 WIB

Narasumber Drs H Munadzir MSi (MN)

Jenis Data Sejarah Sekolah

Peneliti Asslamualaikum selamat pagi pak

Narasumber Waalaikumsalam selamat pagi bagaimana dek

Peneliti maaf pak sebelumnya kalau saya mengganggu mau minta waktu

bapak buat wawancara

Narasumber oo yang dari STAIN Kemarin ya silahkan mau bertanya

tentang apa

Peneliti saya mau bertanya mengenai sejarah SMP Negeri 4 Salatiga ini

pak

Narasumber sepengetahuan saya SMP ini sudah ada sejak tahun 1979

dulunya ada 2 gedung yang terpisah yaitu di jlVeteran dan

JlSumardi Tapi sekitar Tahun 2007 kita sudah mendapatkan

tempat ini sekarang di Jl Patimura 47

Peneliti bagaimana inovasi pendidikan agama islam di SMP Negeri 4

ini

Narasumber inovasi pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolah ini

lebih kami tekankan pada praktek-praktek pendidikan yang

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah

peneliti bagaimana menurut bapak pendidikan kenabian itu

Narasumber pendidikan menurut saya itu adalah pendidikan dengan

keteladanan karena Nabi merupakan suri tauladan sehingga

dengan pendidikan kenabian dapat menanamkan nilai-nilai

kenabian dan keislaman di lingkungan sekolah

Peneliti bagaimana implementasi pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran PAI di sekolah ini pak

narasumber adanya keteladanan yang dilakukan guru saat melakukan proses

pembelajaran Selain dari pembelajaran pendidikan agama islam

keteladanan dari seluruh tenaga kependidikan di sekolah

merupakan salah satu penerapan pendidikan profetik yang penting

untuk dilakukan Pelaksanaan nilai-nilai profetik atau kenabian

yang di ajarkan melalui pembelajaran maupun praktek merupakan

proses tranformasi pendidikan dan pengajaran Dengan adanya

keteladanan dan penananman nilai-nilai kenabian dapat

membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah dan menjadi

Khairul Ummah Didukung adanya kajian-kajian sie kerohanian

islam yang dilakukan pada setiap hari Jum‟at juga dapat

menanamkan nilai-nilai profetik dan keislaman pada diri peserta

150

didik Penanaman nilai-nilai kenabian atau keislaman juga kami

terapkan dengan mengajak peserta didik untuk saling tolong

menolong antar sesama dengan cara menyantuni anak yatim dan

warga miskin

Peneliti adakah hambatan dalam pengimplementasiannya pak

Narasumber masih Kurangnya sarana prasarana yang mendukung untuk

penanaman pendidikan profetik menjadi salah satu hambatannya

seperti alat ibadah ataupun tempat ibadah Kemudian masih

lemahnya keteladanan dari guru maupun tenaga kependidikan

seperti masih ada yang merokok di lingkungan sekolah yang masih

dapat dilihat oleh siswa

Peneliti bagaimana solusi yang bapak berikan

Narasumber Perlunya adanya peningkatan sarana prasarana sekolah dalam

menunjang penanaman pendidikan profetik dengan penambahan

area tempat ibadah maupun tempat khusus untuk kegiatan

keagamaan Perlunya kesadaran diri untuk memberikan suri

tauladan yang bagi peserta didik serta menjaga perilaku

Peneliti bagaimana hasil dari implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber Hasil implementasi pendidikan tradisi profetik yang terlihat saat

ini adalah terciptanya kedisiplinan peserta didik serta terbentuknya

moral dan akhlak peserta didik Seperti menghormati guru dan

sesama teman Berkurangnya kenakalan perilaku siswa yang terjadi

karena suda tertanam nilai-nilai kenabian dan keislaman pada diri

peserta didik Muncul pembiasaan yang baik yaitu ketika waktu

dhuhur tiba beserta siap-siap ambil wudhu dan menempatkan diri

untuk sholat berjamaah

Peneliti jadi kira-kira pendidikan profetik menurut bapak penting untuk

diterapkan apa tidak

Narasumber ya penting harus itu dek agar misi kenabian serta nilai-nilai

kenabian dapat tertanam dalam diri siswa untuk membentuk moral

dan akhlak mereka

Peneliti terima kasih pak sebelumnya atas waktunya

Narasumber ya sama-sama

151

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Jum‟at 11 September 2015

Tempat Ruang Guru

Waktu 1000 WIB

Narasumber Drs SB Hariyanto (HR)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak

Narasumber waalaikumsalam bagaimana dek ada yang bisa saya bantu

Peneliti saya minta maaf sebelumnya pak kalau sudah mengganggu

waktunya Saya mau tanya mengenai pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Negeri 4 ini pak

Narasumber tidak apa-apa saya selaku guru agama islam lebih menekankan

pada pendidikan moral dan akhlak dalam pembelajarannya Karena

sekarang perlu adanya penekanan dalam afektif dan psikomotorik

siswa

Peneliti bagaimana penerapan pendidikan profetik dalam pembelajaran

yang bapak lakukan

Narasumber dalam penerapannya saya menekankan keteladanan kepada

peserta didik dan penanaman nilai-nilai kenabian di lingkungan

sekolah biasanya sebelum mulai pembelajaran dibiasakan

membaca Asmaul Husna Dalam keseharian di sekolah diberikan

pembiasaan sholat Dhuhur dan jumat berjamah

Peneliti bagaimana dalam model pembelajarannya pak

Narasumber beberapa pembelajaran peserta didik diajak untuk belajar

langsung di masyarakat seperti contohnya ketika ada materi

tentang haji peserta didik diminta untuk bertanya dan mencari

pengetahuan mengenai haji kepada tokoh agama atau masyarakat

yang sudah menunaikannya Sehingga dengan begitu siswa akan

lebih mengetahui dan memahami materi karena mencari langsung

dari sumbernya Pembiasaan serta keteladanan nilai-nilai profetik

yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat menanamkan dan

membangun akhlak dan moral peserta didik

Peneliti bagaimana dalam sistem evaluasinya

Narasumber Dalam mengevaluasi setiap pembelajaran yang telah berlangsung

baik tes maupun nontes kami selalu menekan pada segi afektif

dan psikomotoriknya bukan berarti segi kognitif tidak penting

Setiap perilaku yang dilakukan di dalam kelas sekolah maupun di

luar sekolah pun menjadi evaluasi bagi kami Dengan observasi

maupun pengamatan terhadap perilaku siswa menjadi peranan

dalam evaluasi pembelajaran tidak hanya itu kami juga

berkoordinasi dengan seluruh tenaga kependidikan untuk bersama-

sama dalam melakukan evaluasi Selain menggunakan evaluasi

dengan tes evaluasi secara praktek langsung seperti saat materi

152

sholat atau wudhu dapat di lakukan ketika sholat Dhuhur dan

Jum‟at bersama

Peneliti adakah hambatan dalam mengimplementasikanya

Narasumber masih ada beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan tradisi

Profetik seperti Masih kurangnya keteladanan dari seluruh tenaga

kependidikan di sekolah Lemahnya motivasi belajar tentang nilai-

nilai kenabian dan keislaman menjadi salah satu penghambat

penanaman dan pembangunan moral dan akhlak siswa

Kurangnnya perhatian terhadap nilai-nilai agama di sekolah

maupun di rumah menjadi hambatan dalam penanaman dan

pembentukan akhlakul karimah

Peneliti apakah ada hambatan dalam evaluasinya

Narasumber masih ada lemahnya monitoring terhadap siswa yang mana

belum adanya kerjasama yang baik antar guru maupun tenaga

kependidikan untuk bersama-sama memberikan teladan dan

monitoring guna mengevaluasi perkembangan peserta didik

Dalam hal evaluasi ketidakjujuran orang tua siswa dalam

melaporkan perilaku siswa ke guru yang bahkan membela siswa

atau menutupi kesalahannya menjadikan proses evaluasi kurang

maksimal dalam mengukur peserta didik

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan untuk meminimalkan

hambatanTersebut

Narasumber adanya Pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru

maupun tenaga kependidikan lainya juga dapat menumbuhkan

nilai-nilai kenabian terhadap diri siswa secara tidak langsung

Perlunya peran orang tua dalam pemberian pendidikan keagamaan

serta pembiasaan ibadah di rumah yang mana akan meningkatkan

motivasi belajar keagamaan siswa Perlunya perhatian lebih

terhadap nilai-nilai agama dan kenabian di lingkungan sekolah

Perlu adannya evaluasi tersendiri mengenai moral dan akhlak siswa

yang dilakukan oleh guru tenaga kependidikan maupun orang tua

yang mana nanti pada setiap akhir semester akan ada pelaporan

Dengan pemberian reward and punishment akan menjadikan

peserta didik menjadi termotivasi dalam menghayati serta

mengamalkan apa yang telah diajarkan sehingga proses

pembangunan dan pembentukan akhlak peserta didik lebih mudah

tertanam dalam pribadi peserta didik Pemberian tugas rumah atau

pun studi kasus terhadap lingkungan di sekelilingnya juga

menjadikan peserta didik lebih mengetahui memahami

menghayati materi yang diberikan yang mana secara tidak

langsung akan membentuk diri peserta didik

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik

Narasumber hasilnya yang terlihat adalah tumbuhnya tingkat keagamaan

peserta didik serta motivasi belajar keislaman Membawa hikmah

bagi peserta didik yang mana secara bertahap moral dan akhlakul

karimah mulai tertanam dan terbentuk pada diri peserta didik hal

153

itu tercermin dalam proses pembelajaran di kelas Menumbuhkan

sifat saling menghormati menghargai dan menolong

Menumbuhkan rasa cinta untuk beribadah pada diri peserta didik

Peneliti jadi pendidikan profetik itu perlu untuk diterapkan ya pak

Narasumber ya memang harus dengan kita mencontoh dan meneladani nabi

maka secara perlahan dapat membentuk moral dan akhlak siswa

menjadi lebih baik

Peneliti terima kasih pak sebelumnya sudah mau meluangkan waktunya

Narasumber tidak apa-apa sama-sama kok saya rasa seperti pernah ketemu

ya

Peneliti iya pak dulu yang sering ngisi pesantren kilat di sini pak

Narasumber oh iya

154

CATATAN WAWANCARA

HariTanggal Sabtu 12 September 2015

Tempat Mushola

Waktu 1000 WIB

Narasumber Wildan Mustofa S SAg (WD)

Jenis Data Implementasi Pendidikan Tradisi Profetik dalam pembelajaran

pendidikan agama islam

Peneliti Assalamualaikum pak maaf mengganggu

Narasumber waalaikumsalam ya bagaimana

Penelitian saya mau wawancara dengan bapak

Narasumber oh ya tentang apa

Peneliti tentang penerapan pendidikan profetik atau pendidikan kenabian

pak

Narasumber ya udah kita ke mushola saja ya

Peneliti ya pak

Narasumber di sini saja ya mas gak enak di samping saya tadi guru agama

kristen

Peneliti tidak apa-apa pak

Saya mau bertanya mengenai bagaimana pembelajaran pendidikan

agama islam di sekolah ini pak

Narasumber ya pembelajaran agama islam disini mengikuti pembelajaran

sekolah yang mana sudah ada KD yang ditentukan disitu yang

mengacu pada K13 Terdapat pembelajaran berupa praktek-praktek

langsung seperti sholat dhuha

Peneliti saya mau bertanya mengenai pendidikan tradisi profetik dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP ini

Narasumber ya pembelajaran PAI di sekolah ini sudah berjalan dengan baik

mengikuti apa yang sekolah sudah atur dan adanya pembelajaran

yang

Mengacu pada penekanan pembentukan moral siswa dan

emosional siswa Dalam pemberian materi pembelajaran biasanya

siswa akan diberikan materi yang berkaitan dengan peristiwa apa

yang sedang terjadi ataupun keadaan sesungguhnya Dengan

menggunakan metode pembiasaan keteladan juga dapat

menanamkan nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk akhlak

dan moral siswa Melalui observasi yang dilakukan oleh peserta

didik langsung dan kemudian dipadukan di kelas menjadikan

peserta didik mudah memahami dan menghayati materi yang

dipelajari Penghayatan nilai-nilai kenabian yang ditanamkan

melalui praktek langsung dalam proses pembelajarannya dapat

mengukur moral dan akhlak seperti contohnya ketika

pembelajaran praktek BTQ menerapkan sifat-sifat nabi di dalam

perilaku keseharian semisal dengan guru memberi amanah kepada

siswa dan kemudian apakah siswa menjalankan amanah yang

155

diberikan oleh guru tersebut atau tidak Proses kegiatan belajar

mengajar yang kami lakukan ditekankan pada penanaman dan

penghayatan nilai-nilai kenabian dan keislaman yang mana dalam

setiap penggunaan metode dan media pembelajaran mengusahakan

agar bagaimana siswa mampu memahami dan menghayati secara

langsung tujuan pembelajaran yang diinginkan

Peneliti bagaimana dengan sistem evaluasinya

Narasumber Evaluasi secara nontes menjadi alat ukur bagaimana penanaman

dan pembentukan pribadi siswa perilaku keseharian siswa di

lingkungan sekolah dan di rumah menjadi pertimbangan dalam

mengevaluasi hasil pembelajar Maka tidak hanya guru Agama

islam saja yang membimbing maupun memberikan teladan tetapi

seluruh tenaga kependidikan serta orang tua siswa juga menjadi

bahan ajar ataupun evaluasi secara bersama-sama

peneliti adakah hambatan selama ini dalam penerapan pendidikan tradisi

profetik

Narasumber masih terdapat beberapa hambatan dalam mengimplementasikan

pendidikan profetik salah satunya adalah masih kurangnya

kesadaran siswa dalam beribadah Masih adanya guru laki-laki

yang saling bercanda (guyonan) dengan guru perempuan di depan

siswa masih ada tenaga kependidikan yang merokok di depan

siswa Kemudian

masih Kurangnya kelimuan atau wawasan keagamaan yag dimiliki

oleh guru juga menjadi salah satu hambatannya Belum

maksimalnya monitoring atau evaluasi yang diberikan oleh guru

maupun orang tua siswa menjadikan kurangnya penghayatan dan

pengejawantahan terhadap nilai-nilai profetik dalam kehidupan

sehari-hari Serta masih adanya penekanan hanya pada aspek

kognitif saja

Peneliti bagaimana solusi yang bapak lakukan

Narasumber saya memberikan pembiasaan praktek-praktek sifat kenabian

seperti bersifat jujur dan amanah Perlunya penambahan keilmuan

atau wawasan keagamaan serta khasanah islamiyah dengan

melakukan kajian-kajian keislaman untuk para tenaga pendidik

serta tenega kependidikan lainnyaDalam Evaluasi saya lakukan

secara langsung atau mendadak untuk mengevaluasi moral dan

akhlak siswa seperti ditanya ldquohari ini perbuatan baik apa yang

sudah kalian lakukanrdquo Pengevaluasian secara bersama dari guru

dan orang tua dalam memonitoring perkembangan peserta didik

dengan dibuat buku atau laporan moral dan akhlak

Peneliti bagaimana hasil implementasi pendidikan tradisi profetik di SMP

ini

Narasumber adanya Pembentukan sikap dan prilaku siswa lebih baik

terciptanya kedisiplinan pada diri peserta didik serta berkurangnya

kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa Tumbuhya kesadaran siswa untuk beribadah dan berbuat

156

baik Menjadikan siswa suka untuk ke tempat ibadah

Menumbuhkan sikap toleransi dan menghormati antar sesama

Dengan adanya pembiasaan keteladanan baik yang dilakukan

menjadikan siswa akan mengikuti hal tersebut dan akan berhati-

hati dalam setiap perilaku yang dilakukaannya

Peneliti maaf sebelumnya pak boleh tahu biografinya pak wildan

Narasumber Nama Wildan Mustofa Setiawan SAg 26 februari 1978

Penelti bapak mengajar di sini dari tahun berapa pak

Narasumber saya mengajar di sini dari tahun 2010

Peneliti terima kasih atas waktunya pak

Narasumber iya sama-sama

157

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Personalia SMP Negeri 4 Salatiga

Struktur personalia SMP N 4 Salatiga

Tahun Ajaran 20152016

NO NAMA JABATAN

1 DrsHM Munadzir MSi Kepala Sekolah

2 Isty Roostikawati AmdPd Wakil Kepala Sekolah I

3 Abdul Rahman Yusuf Wakil Kepala Sekolah II

4 Muslimah SPd Bendahara Rutin

5 Subiyati AmdPd Bendahara Taktis dan PMM

6 SRApto RianiSPd Urusan Kurikulum

7 Dwi HartatiS Si MPd Urusan Kesiswaan

8 Tony AdriyantoSPd Urusan Humas

9 M Budi WibowoSPd Urusan SapraPerencanaan Sekolah

10 SaliyoSPd Urusan Bimbingan dan Konseling

11 NurchaniSPd Urusan tim simpati Guru

12 Bawonowati Urusan Stabilitas 8 Standar

13 Patmawati IlyasSPd Koord Perpustakaan

14 Yasinta DH SPd Laboratorium Bahasa

15 Rini KusumadewiSPd Laboratorium IPA

16 M SolehfudinSKom Laboratorium Komputer

17 Dwi Setyawati Laboratorium ICT

18 Sri MardiyastutiSPd Koperasi Sekolah

19 Sumiyati Koord TUUmum

20 Salimin Office Boybeltelepontamu

21 Dian Aprilia AMd KepegawaianinventarisKesekretariatan

22 Eka Sulistyawati Agendapemungutumum

23 Agus Widodo Urusan Rumah TanggaSaprasUmum

24 Sutrisno Satpamumum

158

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data siswa SMP Negeri 4 Salatiga

Data siswa SMPN 4 Salatiga

No Kelas

jenis

kelamin Agama jumlah kelas L P islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 VII A 14 22 32 4 0 0 0 36

2 VII B 11 25 31 2 2 1 0 36

3 VII C 20 16 31 4 1 0 0 36

4 VII D 15 21 33 3 0 0 0 36

5 VII E 19 17 36 0 0 0 0 36

6 VII F 25 11 34 1 0 1 0 36

Jumlah 104 112 197 14 3 2 0 216

8 VIII A 8 24 29 3 0 0 0 32

9 VIII B 11 21 26 4 2 0 0 32

10 VIII C 18 14 30 2 0 0 0 32

11 VIII D 14 18 28 3 1 0 0 32

12 VIII E 16 14 25 5 0 0 0 30

13 VIII F 23 7 29 1 0 0 0 30

14 VIII G 25 4 29 0 0 0 0 29

Jumlah 115 102 196 18 3 0 0 217

15 IX A 6 26 28 2 1 1 0 32

16 IX B 8 24 29 1 2 0 0 32

17 IX C 9 23 24 7 1 0 0 32

18 IX D 12 20 28 4 0 0 0 32

19 IX E 9 23 31 1 0 0 0 32

20 IX F 20 12 25 6 0 1 0 32

21 IX G 20 10 28 2 0 0 0 30

Jumlah 84 138 193 23 4 2 0 222

Jumlah Keseluruhan 586 55 10 4 0 655

159

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data data Guru dan Kualifikasi pendidikan Guru SMP

Negeri

4 Salatiga

Data Guru SMPN 4

No

Status

Guru

Agama Jumlah

Guru Islam Kristen Katolik Budha Hindu

1 PNS 27 5 4 0 0 36

2 GT 9 3 2 1 0 15

3 GTT 3 1 0 0 0 4

Jumlah Total 39 9 6 1 0 55

Data Kualifikasi Pendidikan Guru

No Kualifikasi Guru Tetap Guru tidak tetap Jumlah Guru

1 Strata 1 41 3 44

2 Strata 2 2 0 2

3 Diploma 3 2 0 2

4 Diploma 2 0 0 0

5 SMASPG 7 0 7

Jumlah Total 52 3 55

160

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Karyawan SMP Negeri 4 Salatiga

Daftar Karyawan SMPN 4

No

Tugas Jumlah

Keterangan

PNS CPNS PTT HL

1 Koord Administrasi 2 2 0 0 0

2 Tata Usaha 8 4 0 4 0

3 Perpustakaan 5 2 2 1 0

4 Lab Komputer 2 1 1 0 0

5 Lab IPA 2 2 0 0 0

6 Lab Bahasa 2 2 0 0 0

7 Lab ICT 2 2 0 0 0

8 beltelepontamu 1 1 0 0 0

9 Petugas Kebersihan 6 0 0 6 0

10 Sopir 0 0 0 0 0

11 Satpam 5 0 0 5 0

12 Urusan Rumah Tangga 2 0 0 2 0

13 kepegawaian inventaris

kesekretariatan

3 1 1 1 0

14 AgendaUmum 3 1 0 2 0

Jumlah 43 18 4 21 0

Keterangan

PNS Pegawai Negeri Sipil

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

PTT Pegawai Tidak Tetap

HL Harian Lepas

161

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Sarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Sarana SMPN 4 Salatiga

No SaranaBidang Jumlah Luasmsup2 Kondisi

1 Ruang Kelas 20 56 Baik

2 Lab IPA 1 56 Baik

3 Lab Bahasa 2 112 Baik

4 Lab Ketrampilan 1 56 Baik

5 Lab Komputer 1 56 Baik

6 R Perpustakaan 1 70 Baik

7 R Serbaguna 1 16 Baik

8 R UKS 1 12 Baik

9 R BK 1 112 Baik

10 R Kepala Sekolah 1 40 Baik

11 R Wakil Kepala Sekolah 1 30 Baik

12 R Guru 1 168 kurang baik

13 Ruang TU 1 56 Baik

14 Ruang Kurikulum 1 30 Baik

15 Ruang OSIS 1 20 Baik

16 Ruang Dapur 1 20 kurang Baik

17 Ruang PenjagaSatpam 1 6 Baik

18 RibadahMushola 1 112 Baik

19 Gudang 1 56 Baik

20 kamar mandiWC Guru 2 12 Baik

21 kamar mandiWC Siswa 6 54 Baik

22 koperasi 1 112 Baik

23 Lapangan Basket 1 400 Baik

24 Lapangan Bola volly 1 350 Baik

25 Lapangan Upacara 1 750 Baik

26 Area Parkir 1 21 Baik

27 Tamankebun Sekolah 4 24 Terawat

162

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Daftar Prasarana SMP Negeri 4 Salatiga

Data Prasarana SMPN 4 Salatiga

No Jenis Barang Jumlah Kondisi

1 Buku Pegangan Guru Untuk Tiap Mapel 153 Baik

2 Buku Teks Siswa untuk Tiap Mapel 3270 Baik

3 Buku Penunjang untuk Tiap mapel 51 Baik

4 Komputer 48 Baik

5 Laptop 2 Baik

6 Mesin Ketik 5 Baik

7 Mesin Hitung 2 Baik

8 Brankas 1 Baik

9 Filling Kabinet 2 Baik

10 Almari 15 Baik

11 Rak Buku 9 Baik

12 Meja Guru 86 Baik

13 Meja Siswa 328 Baik

14 Kursi Guru 86 Baik

15 Kursi Siswa 670 Baik

163

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Intrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Intrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Intrakurikuler Guru Pengampu

1 Pendidikan kewarganegaraan 4

2 Pendidikan Agama Islam 3

3 P Agama katholik 1

4 P Agama Protestan 2

5 P Agama Budha 1

6 P Agama Hindu 0

7 Bahasa Indonesia 5

8 Bahasa Inggris 5

9 Bahasa jawa 2

10 Matematika 5

11 IPA 6

12 IPS 8

13 Olah raga 2

14 Seni Budaya 3

15 Tataboga 1

16 Elektronika 1

17 TIK 2

18 Bimbingan Konseling 4

Jumlah 54

164

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Salatiga

Kegiatan Ekstrakurikuler SMPN 4 Salatiga

No Ekstra kurikuler Guru Pengampu

1 Pramuka 6

2 Karya Ilmiah Remaja 3

3 Drum Band 3

4 PMR 5

5 Paskibra 3

6 PKS 3

7 Mading 3

8 Vokal Group 1

9 Olimpiade Sains 4

10 Olimpiade Olah Raga 3

11 BTQTartil 2

12 Seni Tari 1

13 Seni Lukis 2

14 Broadcasting 2

15 Sie Kerohanian Islam (SKI) 2

Jumlah 43

165

DOKUMENTASI

Observasi Dokumentasi pada jum‟at 11 September 2015

Jenis data Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Salatiga

15 Sumiyati 16 Idayati Hartini 17 Saimin 18 Agus widodo 19 Sri Iriyanti 20 Rejo 21 Eka Sulistyawati 22 Murniati 23 Rubiyanto 24 Nuzul Lusy

Anggraeni 25 Tri Budi Setyawan 26 Sutrisno

27 Agus Riyadi

TATA USAHA GURU

SARPRASKESISWAAN

WAKIL KEPALA

SEKOLAH

1 Abdul Rahman Yusuf

2 SR Sapto Riani

KOMITE SEKOLAHMayor PurnAshuri

KEPALA SEKOLAHDrsHM Munadzir MSI

NIP196110221989031005

KURIKULUM1 Dwi HartatiMPd

2 Wiwik AmbarSPd

3 Dwi Setyowati SPd

4 Eny Sudaryanti

5 Ira Kusuma SPd

6 Rosmawati Y A SPd

1 Isty Roostikawati AMd Pd

2 Didik Widiatmoko SPd

3 Dwi Partatmoko

4 Agus Prihananto SPd

HUMAS

1 Drs SB Hariyanto

2 Dyah Respati TAP SPd

3 Istrini SPd

4 SutinahSPd

1 MBudi WibowoSPd

2 Nur RoziSPd

3 Satiman SPd

4 Drs Agus Triyanta

WALI KELAS BPBK

1 MYWardhani BA

2 MBudi WibowoSPd3 Saliyo BA4 Dra Endang Susanti

KA TATA USAHA

SUMIYATI

LABORAN1 Rini Kusuma W SPd

2 Anisa Fathonah

PERPUSTAKAAN

1 Wiji Peni Tri Hastuti SPd

2 Sri Iriyanti

1 DrsHM Munadzir MSi

2 Drs SB Hariyanto

3 Yasinta DH SPd

4 Istrini SPd

5 NurchaniSPd

6 Muslimah SPd

7 A Rahman Yusuf

8 Sri MardyastutiSPd

9 Dewi IndahSPd

10 Wiwik Ambar WSPd

11 Subiyati

12 Nur Rozi SPd

13 Yeny DeswitaSPd

14 Indah Wahyuningsih

15 Dwi Hartati SSiMPd

16 Isty RoostikawatiAMdPd

17 Ira Kusumawardhani SSi

18 Anisa Fatonah SPd

19 Agus Prihananto SPd

20 Rini Kusuma D SPd

21 SR Sapto Riani SPd

22 Dyah Respati TAP SPd

23 Endang WahyuningsihSPd

24 Dwi Setyawati SH

25 Muslimin SPd

26 DrsAgus Triyanta

27 Tony Adriyanto

28 Didik Widyatmoko SPd

29 Sutinah SPd

30 Eny Sudaryanti SPd

31 Muji Lestari SPd

32 Supeni Sri L SPd

33 Rosmawati YA SPd

34 Markuwati SPd

35 Pamuji Wiyana SS

36 Wiji Peni

37 Satiman SPd

38 Krisminiatun

39 Bawonowati

40 Dwi Partatmoko

41 Endang Retno H

42 Ika NurratriSPd

43 Yusuf Haryadi SPd

44 Siswanta SAg

45 Debora WahjuniSTh

45 Imam Muthohar

46 Imam Sujarwo

KELAS 7

1 Rini Kusuma D SPd

2 Tony Adriyanto SPd

3 MarkuwatiSPd

4 Yenny Deswita SPd

5 NurchaniSPd

6 Agus Prihananto SPd

KELAS 8

7 Dwi Hartati SSi MPd

8 Sri Mardyastuti SPd

9 Nur RoziSPd

10 Anisa Fathonah SPd

11 Muji Lestari SPd

12 SutinahSPd

13 Didik Widiyatmoko SPd

KELAS 9

14 Isty RoostikawatiAMd Pd

15 Wiwik Ambar W SPd

16 DrsSB Hariyanto

17 Ira Kusumawardani SSi

18 Dewi Indah SPd

19 Satiman SPd

166

167

168

169

DAFTAR NILAI SKK

Nama Syaifullah Godi Ismail

NIM 11109106

Progdi PAI

Jurusan Tarbiyah

NO Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai

1 Orientasi Program Studi Dan

Pengenalan Kampus (OPSPEK)

DEMA STAIN Salatiga

18-20 Agustus 2009

Peserta

3

2 Pelatihan Emotional Spritiual

Quotient (Esiq) Stain Salatiga

21 Agustus 2009

Peserta

2

3 Sertifikat UPT Perpustakaan User

Education STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 2

4 Diskusi Panel Dengan Tema

ldquoAktualisasi Bahasa Arab Dan

Bahasa Inggris Dalam Dakwah

Islamrdquo

5 September 2009

Peserta 2

5 Diskusi Dan Buka Bersama Di

Secretariat HMI Cabang Salatiga

10 September 2009

Peserta

2

6 English Friendship Camp

17-18 November

2009

Peserta 2

7 Basic Training (Lk 1)

ldquoMenjalin Hubungan

Intrapersonal Dikalangan

Mahasiswa Denagnbasic Islam

Dan Ke-Hmi-An Menuju Insan

Citardquo

Hmi Cabang Salatiga

25-28 Maret 2010

Peserta 2

8 Bedah Buku ldquoJalan Cinta Para

Pejuangrdquo Karya Salim A Fillah

24 April 2010

Peserta

2

9 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMembangun Demikrasi Kampus

Yang Harmonisrdquo

15 Mei 2010

Peserta

2

10 Seminar Lingkungan Hidup

MITAPASA

24 Mei 2010 Peserta 2

11 Akhirussanah Ma‟had STAIN 29 Juli 2010 Peserta 2

170

Salatiga

12 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dan Karnoto Zarkasyi Dengan

Tema ldquo Membangun Pola

Idealitas Mahasiswa Ditengah

Pergolakan Arus Global Guna

Mencapai Insane Yang Militant

Dan Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Pemateri

4

13 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMewujudkan

Mahasiswa Islami Yang Ideal

Demi Terwujudnya Kader Yang

Militanrdquo

22-24 Oktober 2010 Panitia 3

14 Surat Keterangan Lulus

Praktikum BTA Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

2 November 2010 Peserta 2

16 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Implementasi

Nilai Kehmian Dalam Diri

Mahasiswa Demi Terbentuknya

Insan Yang Intelektualitas Dan

Bernafaskan Islamrdquo

16-19 Maret 2011 Panita 3

17

Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkat Tatanan Birokrasi

Kampus Yang Berbasis Pada

Prinsip-Prinsip Integritasrdquo

25 Juni 2011 Peserta 2

18 Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 2

19 Penginapan Peserta Orientasi

Pengenalan Akademika Dan

Kemahasiswaan STAIN Salatiga

2011 Dengan Tema ldquoMerajut Tali

Ukhuwah Islamiyah Bersama

Keluarga Besar Himpunan

Mahasiswa Islamrdquo

19-21 Agustus 2011 Panitia 3

20 Seminar Keperempuanan Korp

HMI-Wati Dengan Tema ldquoJilbab

Perspektif Agama Dan Socialrdquo

04 November 2011 Panitia 3

21 Senior Course (SC) Se Jateng 15-20 Februari 2012 Peserta 4

171

DIY Dengan Tema

ldquo Transformasi Nilai-Nilai

Pengkaderan Menuju Kompetensi

Pendidik Yang Berkualitasrdquo

22 Public Hearing Dengan Tema

ldquoMeningkatkan Kepekaan Dan

Transparansi Kinerja Lembaga

Menuju Kampus Yang Amanahrdquo

27 Maret 2012 Peserta 2

23 Seminar Nasional SEMA STAIN

Salatiga Dengan Tema

ldquoBerpolitik Untuk Kesejahteraan

IndonesiaReorientasi Gerakan

Mahasiswa Pasca Reformasirdquo

15 Mei 2012 Peserta

8

24 Seminar Nasional Dengan Tema

ldquoMewaspadai Gerakan Islam

Garis Keras Di Perguruan Tinggirdquo

23 Juni 2012 Peserta 8

25 Grand Launching FGMPS Dan

Diksusi Public Dengan Tema

ldquoPeran Generasi Muda Terhadap

Fenomena HIVAIDS Di Kota

Salatigardquo

12 Juli 2012 Peserta 2

26 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquoMembangun

Paradigm Mahasiswa Yang

Berintelektual Dan Berjiwa

Nasionalis Religiousrdquo

29 November - 2

Desember 2012

Peserta 2

27 Seminar Pendidikan Dengan

TemardquoMenuju Pendidikan

Indonesia Yang Idealrdquo

28 Desember 2012 Peserta 2

28 Surat Keputusan Ketua STAIN

Salatiga Tentang Pengangkatan

Pengurus Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga 2013

31 Januari 2013 Anggota 4

29 Diskusi Dan Perayaan Dies

Natalis HMI Ke 66 Dengan Tema

ldquo 66 Tahun Hmi Untuk Islam Dan

Negara Indonesiardquo

05 Februari 2013 Peserta 2

30 Kajian Dan Follow Up Dengan

Tema ldquoMembangun Kader HMI

Yang Militanrdquo

18 Februari 2013 Peserta 2

31 Bedah Buku Berjudul ldquoSholat

Ngebut Bikin Benjutrdquo

11 Mei 2013 Peserta 2

172

32 Latihan Kader I (Basic Training)

HMI Cabang Salatiga Dengan

Tema ldquoEmpowering Komitmen

Keislaman Kemahasiswaan Dan

Keindonesiaan Untuk Kader

Militantrdquo

31 Mei 2013 Pemateri 4

33 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

Dengan Tema ldquo Ijtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Tranparansi Informasirdquo

19-21 September

2013

Pemateri 4

34 Sarasehan Akbar HMI Komisariat

Walisongo ldquoMerajut Ukhuwah

Memperkokoh Kebersamaanrdquo

10 Oktober 2013 Peserta 2

35 Bedah Buku Berjudul rdquo Ketika

Cinta Bertasbihrdquo

11 Desember 2013 Peserta 2

36 Bedah Film Tanah Surga Katanya 29 Desember 2013 Peserta

2

37 Basic Training LK1 HMI ldquoIjtihad

Mahasiswa Revivalisasi

Pemikiran Dan Gerakan

Mahasiswa Islam Di Era

Transparansi Informasirdquo

20 September 2014 Pemateri 4

38 Seminar Regional Dengan Tema

ldquoMempertegas Peran Pendidikan

Dalam Mencerahkan Masa Depan

Anak Bangsardquo

19 November 2014 Peserta 4

39 Latihan Kader I HMI Cabang

Salatiga Dengan Tema

ldquoMembangun Pola Idealitas

Mahasiswa Ditengah Pergolakan

Arus Global Guna Mencapai

Insane Yang Militant Dan

Bernafaskan Islamrdquo

13 Oktober 2010 Panitia 3

173

174

Page 10: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 11: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 12: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 13: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 14: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 15: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 16: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 17: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 18: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 19: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 20: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 21: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 22: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 23: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 24: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 25: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 26: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 27: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 28: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 29: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 30: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 31: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 32: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 33: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 34: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 35: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 36: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 37: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 38: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 39: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 40: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 41: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 42: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 43: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 44: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 45: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 46: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 47: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 48: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 49: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 50: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 51: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 52: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 53: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 54: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 55: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 56: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 57: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 58: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 59: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 60: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 61: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 62: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 63: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 64: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 65: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 66: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 67: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 68: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 69: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 70: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 71: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 72: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 73: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 74: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 75: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 76: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 77: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 78: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 79: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 80: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 81: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 82: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 83: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 84: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 85: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 86: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 87: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 88: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 89: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 90: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 91: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 92: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 93: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 94: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 95: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 96: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 97: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 98: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 99: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 100: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 101: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 102: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 103: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 104: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 105: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 106: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 107: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 108: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 109: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 110: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 111: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 112: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 113: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 114: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 115: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 116: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 117: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 118: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 119: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 120: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 121: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 122: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 123: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 124: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 125: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 126: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 127: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 128: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 129: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 130: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 131: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 132: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 133: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 134: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 135: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 136: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 137: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 138: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 139: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 140: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 141: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 142: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 143: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 144: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 145: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 146: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 147: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 148: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 149: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 150: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 151: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 152: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 153: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 154: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 155: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 156: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 157: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 158: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 159: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 160: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 161: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 162: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 163: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 164: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 165: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 166: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 167: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 168: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 169: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 170: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 171: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 172: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 173: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan
Page 174: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/129/1... · PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan