implementasi pendekatan pembelajaran ira ( ) untuk ...journal.ustjogja.ac.id/download/implementasi...
TRANSCRIPT
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 241
Implementasi Pendekatan Pembelajaran IRA (Inquiry Role Approach) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Sikap Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan IPA Pada Tahun Akademik 2010/2011
Oleh: Astuti Wijayanti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkataan pemahaman konsep Fisika Dasar II mahasiswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran IRA (Inquiry Role Approach) dan mengetahui peningkatan sikap ilmiah kelompok mahasiswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran IRA (Inquiry Role Approach) dalam mata kuliah Fisika Dasar II.
This study aims to find out (1) the increase of concept comprehension and scientific atitudes university student of science education in basic physics learning in the academic year of 2010/2011 with used the IRA learning approach. This is a classroom action research (CAR) which has been done in science education study program of UST in even-semester for six months in academic year of 2010/2011. For observing IRA’s model learning process, it is used students university and lecture observation sheet. Instrument that are used in include student university and lecture observation sheet in team study activity and test for postest. The results of this study shows that: 1) Understanding the concept of Basic Physics II university students using a learning approach IRA has increased. This is indicated by an increase in the percentage of completeness the classical understanding of the concept of the cycle I by 45.2% to 90.3% for the second cycle, and 2) the scientific attitude of students using the learning approach and the IRA have increased in the category good. From these results indicate that the understanding of scientific concepts and attitudes of university students can be developed very well through the implementation of the IRA approach.
Keywords: IRA approach (Inquiry Role Approach), Understanding Concepts, Scientific Attitude A. PENDAHULUAN
Kegiatan inkuiri yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas
dari proses ilmiah dan mahasiswa dituntut untuk memiliki sikap ilmiah dalam
melakukan kegiatan-kegiatan di dalamnya. Sikap ilmiah merupakan kecenderungan
individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara
sistematis melalui langkah-langkah ilmiah, yang mencakup antara lain rasa ingin tahu,
berani dan santun, kepedulian lingkungan, berpendapat secara ilmiah dan kritis,
bekerjasama, jujur dan tekun. Sikap-sikap tersebut nantinya sangat diperlukan dalam
proses belajar mahasiswa khususnya dalam mempelajari ilmu sains yang merupakan
ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 242
jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana atas gejala-gejala alam yang
terjadi.
Menurut Moh Amin (1979: 25), Inquiry Role Approach merupakan kegiatan
proses belajar melibatkan mahasiswa dalam team-team yang masing-masing terdiri
dari 4 anggota untuk memecahkan” invitation to inquiry”. IRA juga hampir sama
dengan Cooperative Learning akan tetapi pada CL belum ada pembagian tugas
tertentu masih menggunakan kepemimpinan bersama sedangkan IRA memiliki
pembagian tugas yang jelas dan terdapat satu pemimpin yang mengatur jalannya
pembelajaran dalam kelompok. Masing-masing anggota team diberi tugas suatu
peranan yang berbeda-beda. Anggota team menggambarkan peranan-peranan
tertentu, bekerjasama memecahkan problem-problem yang berkaitan dengan topik
yang sedang dipelajari. Pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus dilaksanakan
secara berkelompok. Setiap orang dalam kelompok tersebut memiliki peranan
masing-masing yaitu sebagai team coordinator, technical advisor, data recorder, dan
process evaluator. Hal ini diperlukan oleh mahasiswa untuk dapat membiasakan
teamwork dalam bekerja dan belajar sehingga dapat lebih memahami materi yang
sedang dipelajari.
Mahasiswa harus dilibatkan secara aktif dalam menemukan konsep Fisika
Dasar II. Penerapan suatu pendekatan pada pembelajaran akan menentukan
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah disusun. Pemilihan suatu pendekatan
harus disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang menjadi objek pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran baik hands-on maupun minds-on, pemahaman materi yang lebih
mendalam, dan menjadi pemikir yang baik yang mampu memberikan banyak alternatif
jawaban terhadap suatu permasalahan adalah pendekatan inkuiri.
Pendekatan inkuiri menekankan pada keterlibatan fisik, intelektual, dan mental
mahasiswa secara aktif untuk menemukan konsep. Pada pendekatan ini apa yang
mahasiswa peroleh, sebagian besar didasarkan oleh hasil usaha mahasiswa sendiri
atas dasar-dasar yang mahasiswa miliki. Mata kuliah Fisika Dasar II melalui inkuiri
tentu akan membawa dampak yang besar bagi perkembangan mental yang positif
pada mahasiswa sebab mahasiswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari
dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkan dan apa yang ingin diketahui dari suatu
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 243
hal. Selain itu, pembelajaran yang menerapkan pendekatan inkuiri dapat
meningkatkan intelektual mahasiswa karena mahasiswa memperoleh kesempatan
intelektual yang datang dari diri mahasiswa sendiri.
Sains juga memperhatikan sikap dalam kehidupan. Perolehan sikap ilmiah
adalah outcome terpenting dalam sains. Menurut (Radha, 2007: 7), mahasiswa yang
bersikap ilmiah memiliki karakteristik: 1) berpikiran terbuka; 2) objektif; 3) bebas dari
kepercayaan dan takhyul; 4) teliti dan jujur dalam mencatat hasil observasi; 5) metode
untuk menyelesaikan masalah; 6) cepat mengetahui informasi terbaru; 7) respek
dengan pendapat orang lain meskipun tidak setuju dengan pendapat mereka; 8)
kemampuan untuk membedakan fakta ilmiah dan bukti ilmiah; dan 9) kemampuan
untuk membedakan fakta dengan fiksi.
Sikap terhadap belajar merupakan faktor penting yang menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar pada saat perkuliahan. Depdiknas (2003: 7)
juga menambahkan sikap ilmiah mencakup 1) jujur dan objektif terhadap data; 2)
terbuka dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu; 3) ulet dan tidak
cepat putus asa; 4) kritis terhadap pernyataan ilmiah yaitu tidak mudah percaya tanpa
ada dukungan hasil observasi empiris; dan 5) dapat bekerjasama dengan orang lain.
Sikap ilmiah merupakan sikap yang dimiliki seseorang yang mempunyai sifat objektif,
jujur, skeptis, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan. Sikap ilmiah
adalah suatu kecenderungan, kesiapan atau kesediaan relatif seseorang
(mahasiswa) untuk memberikan respon, tanggapan atau bertingkah laku secara
ilmiah. Sikap ilmiah diperlukan oleh mahasiswa karena mendasari setiap gerak
langkah dari seorang mahasiswa yang membawa pada prestasi belajarnya. Sikap
ilmiah pada mahasiswa membantu dalam proses belajar untuk meningkatkan
pemahaman konsep yang diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran pada mata kuliah semester gasal,
peneliti mengamati beberapa kendala dalam pembelajaran seperti pada mata kuliah
Fisika Dasar I yaitu: 1) mahasiswa belum mempelajari materi yang akan dipelajari
terlebih dahulu; 2) ketika diskusi berlangsung, presenter tidak dapat menjawab
pertanyaan ataupun memberi penjelasan dengan baik; 3) kurangnya rasa ingin tahu
terhadap materi yang sedang dipelajari; 4) mahasiswa sering mengeluh jika
percobaan/materi dirasa sulit sehingga sering menggantungkan pekerjaan kelompok
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 244
pada satu orang; 5) mahasiswa masih sering terlambat menyelesaikan tugas; 6) antar
mahasiswa memiliki kerja sama yang kurang. Upaya untuk mengatasi masalah
tersebut di atas yaitu dosen dapat mengimplementasikan pendekatan pembelajaran
yang mampu mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa. Yaitu dengan melaksanakan
salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah inkuiri.
Rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah peningkatan
pemahaman konsep Fisika Dasar II mahasiswa dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran IRA (Inquiry Role Approach)? dan Bagaimanakah peningkatan sikap
ilmiah kelompok mahasiswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran IRA
(Inquiry Role Approach) dalam mata kuliah Fisika Dasar II? Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
pemahaman konsep Fisika Dasar II mahasiswa dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran IRA (Inquiry Role Approach) dan mengetahui peningkatan sikap ilmiah
kelompok mahasiswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran IRA (Inquiry
Role Approach) dalam mata kuliah Fisika Dasar II.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan IPA FKIP UST pada
Mata Kuliah Fisika Dasar II. Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap
tahun akademik 2010/2011. Mahasiswa pendidikan IPA berjumlah 31 orang. Penulis
bertindak sebagai peneliti sekaligus praktisi dengan dibantu oleh seorang observer.
Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada model Kemmis dan Taggart (Hopkins,
1993: 48), yaitu melalui tahap-tahap (1) perencanaan, (2) implementasi, (3) observasi,
(4) refleksi yang dilaksanakan secara bersiklus. Penelitian ini menggunakan
instrumen penelitian yang berupa lembar observasi keterlaksanaan IRA dan lembar
observasi sikap ilmiah mahasiswa, serta tes untuk mengumpulkan data pemahaman
konsep. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya menggunakan
pendekatan pembelajaran IRA dengan materi pokok fisika dasar.
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang berupa lembar
observasi keterlaksanaan IRA dan lembar observasi sikap ilmiah mahasiswa, serta
tes untuk mengumpulkan data pemahaman konsep. Untuk mengetahui keberhasilan
proses digunakan hasil observasi keterlaksanaan IRA. Komponen setiap langkah
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 245
kegiatan dengan pendekatan IRA yang dilaksanakan mahasiswa dan sikap ilmiah
mahasiswa pada pelaksanaan pembelajaran diamati dengan menggunakan check list
dan hasilnya akan dideskripsikan dengan menggunakan presentase. Data yang
terkumpul dianalisis secara deskriptif. Data observasi keterlaksanaan IRA dan sikap
ilmiah sekelompok mahasiswa yang terkumpul. Menurut Ngalim Purwanto (2006) skor
tersebut dianalisis dengan persentase, dengan menggunakan rumus:
100XSM
RNP
Keterangan NP : nilai persen R : skor mentah yang diperoleh SM : skor maksimum ideal
Langkah selanjutnya melaksanakan penafsiran dari data kuantitatif ke data
kualitatif. Teknik penafsiran yang merujuk pada Suharsimi Arikunto (1993: 210)
sebagai berikut.
Penguasaan konsep materi pelajaran dapat dilihat dari nilai yang diperoleh
mahasiswa dalam postes. Berdasar Ngalim Purwanto (2006: 102) penilaian
terhadap hasil tes pemahaman konsep mahasiswa dianalisis dengan
menggunakan rumus:
Nilai = %100maksimalskor
mahasiswadiperolehyangskor
Untuk mengukur ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus:
% Nilai = %10060
mahasiswajumlah
nilaimendapatyangmahasiswajumlah
76%-100% : Baik
56%-75% : Cukup Baik 40%-55% : Kurang Baik <40% : Tidak Baik
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 246
Klasifikasi untuk pemahaman konsep mahasiswa disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Pemahaman Konsep Mahasiswa
Interval Nilai Klasifikasi
85 – 100 Sangat Baik
70 – 84 Baik
55 – 69 Cukup
40 – 54 Kurang
0 – 39 Sangat Kurang
Sumber : Departemen Pendidikan Nasional
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: meningkatnya
pemahaman konsep Fisika dasar yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil
postes tiap siklus lebih besar dari 75% dan sikap ilmiah mahasiswa sudah baik >
75%.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya menggunakan
pendekatan pembelajaran IRA dengan materi pokok fisika dasar 2. Untuk mengetahui
setiap kejadian terutama aktivitas mahasiswa maka peneliti dan observer melakukan
kegiatan observasi. Hasil penelitian dan pembahasan akan disajikan dalam setiap
siklus agar lebih jelas dan mudah dipahami.
1. Pelaksanaan Penelitian Siklus 1
a. Perencanaan
Tindakan pada siklus pertama disajikan sebagai berikut: Dosen
menginformasikan kepada mahasiswa tentang pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Pada pertemuan pertama, mahasiswa dikelompokkan menjadi
enam kelompok dengan satu kelompok terdiri dari enam sampai dengan tujuh
orang. Dosen memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk berbagi
tugas. Bermusyawarah menentukan siapa saja yang menjadi Team coordinator,
technical advisor, data recorder, dan process evaluastor. Hal tersebut dilakukan
karena masing-masing sudah saling mengenal satu dengan yang lain sehingga
diharapkan dapat memilih sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anggotanya
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 247
terutama dalam memilih team coordinator dan technical advisor. Setiap kelompok
diberikan sistematika laporan, jadual dan buku petunjuk praktikum sehingga
diharapkan dapat melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan dosen sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing sehingga tugas dapat selesai pada
waktu yang telah ditetapkan. Dosen kemudian menginformasikan langkah-
langkah pembelajaran IRA.
b. Pelaksanaan Tindakan
Secara umum pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen pada
pelaksanaan IRA berdasarkan pengamatan, telah berjalan sesuai langkah-
langkah yang direncanakan akan tetapi masih terdapat catatan dalam
pelaksanaan tersebut. Pada pertemuan pendahuluan dosen membagi tugas
kelompok dan memberi informasi tentang pembelajaran IRA. Dosen juga
memberikan kesempatan kepada kelompok untuk berdiskusi tentang pembagian
tugas masing-masing berdasarkan pembelajaran IRA. Hasil pengamatan
observasi, kegiatan praktikum berjalan kurang lancar. Team coordinator belum
melakukan diskusi sebelum praktikum dimulai sehingga kelompoknya belum
mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan baik. Tugas dari Technical
advisor juga belum dapat berjalan maksimal karena belum memahami petunjuk
praktikum dan konsep yang akan dikerjakan sehingga mengakibatkan diskusi
kelompok saat praktikum belum dapat berjalan dengan lancar. Mahasiswa
cenderung menunggu bimbingan dosen dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
Data recorder juga mengalami kesulitan dalam mencatat data terutama dalam
melukiskan perolehan data percobaan seperti pembiasan pada prisma dan
kacaplanparalel. Kekurangtelitian mengakibatkan Technical advisor dan anggota
yang lain mengkoreksi ulang garis dan perhitungannya. Process evaluator menjadi
ikut membantu mencari data dan tidak mengevaluasi jalannya praktikum.
c. Hasil Observasi/ Monitoring Tindakan
Pada pelaksanaan siklus I, catatan bagi dosen dari hasil pengamatan
kolaborator adalah masih intensifnya bimbingan kepada mahasiswa sehingga
mempengaruhi kemandirian dan hasil teamwork kelompok dalam melakukan
praktikum dengan pendekatan IRA. Selain itu menurut pengamatan kolaborator
dosen sudah berusaha memberikan informasi dan bimbingan dalam kegiatan
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 248
praktikum IRA. Dosen telah memberikan arahan agar tiap anggota kelompok
dapat bertugas sesuai dengan fungsinya.
Hasil catatan jurnal dosen dan catatan kolaborator, mahasiswa belum
memfungsikan anggotanya pada tugas yang telah disepakati bersama. Mereka
masih bingung dalam melaksanakan praktikum terutama dalam melaksanakan
prosedur kerja praktikum dan juga memperoleh data serta melukis hasil
percobaan. Pada pengamatan di lapangan, kolaborator juga masih menjumpai
mahasiswa yang bertanya kembali tentang cara kerja praktikum meskipun mereka
telah diajari oleh dosen. Mahasiswa masih mengharapkan bantuan dosen dalam
pelaksanaan praktikum. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran
mahasiswa akan tugas mereka dalam kelompok. Masih dijumpai anggota yang
masih bergantung pada anggota kelompoknya. Semua anggota akhirnya menjadi
teknical advisor dalam praktikum tersebut. Menurut catatan jurnal dosen dan
catatan dari kolaborator, Rasa ingin tahu terhadap permasalahan praktikum masih
sangat kurang dan mahasiswa masih banyak bertanya pada dosen dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam kelompoknya.
d. Refleksi
Berdasarkan analisis data hasil observasi mahasiswa didapatkan data
bahwa: (1) team coordinator belum dapat kerjasama antara dan data recorder
dalam satu kelompok; 2) Technical advisor belum dapat melaksanakan tugas-
tugas analisa dalam membaca dan menafsirkan pernyataan dan pertanyaan,
belum membantu mengawasi kinerja team agar dapat memastikan team sedang
bekerja pada ide-ide; belum mampu mengevaluasi kekuatan dan kelemahan bukti-
bukti serta membimbing team dalam meneliti lebih dalam terhadap permasalahan
kegiatan, dan belum mampu memberikan petunjuk tentang prosedur yang harus
dikerjakan; 3) data recorder belum mencatat jawaban-jawaban kelompok dan
bukti-bukti pendukungnya dan belum menggunakan sejumlah sumber untuk
mengumpulkan bukti bagi setiap jawaban; 4) process evaluator belum dapat
mengevaluasi kualitas partisipasi anggotanya, dan belum mencatat kerjasama
kelompok sebagai team untuk laporan.
Catatan lapangan secara umum pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran IRA pada siklus I ini dirasa ada permasalahan untuk mahasiswa
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 249
yaitu : (1) belum adanya kesadaran mahasiswa akan pentingnya teamwork pada
kegiatan percobaan; (2) mahasiswa belum terbiasa bekerja dengan tugas
tertentu; (3) mahasiswa belum menyadari pentingnya mempelajari materi sebelum
praktikum dimulai; (4) terdapat banyak kelompok yang belum mandiri dalam
menyelesaikan praktikum sehingga bayak yang masih bertanya kepada dosen;
dan (5) terdapat beberapa kelompok yang lewat batas waktu yang telah
ditentukan. Sedangkan beberapa kelemahan yang dilakukan oleh dosen dalam
pembelajaran IRA pada siklus I adalah sebagai berikut : (1) dosen belum
memaksimalkan informasi dan arahan sebelum pembelajaran IRA dilakukan; (2)
dosen belum maksimal mengajak mahasiswa memahami peranan/tugas dalam
kelompok IRA; dan (3) dosen masih sering memberi bimbingan saat praktikum.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan dan permasalahan yang terjadi pada siklus
I maka kegiatan pembelajaran pada siklus II diadakan perbaikan sebagai berikut
:
1) Dosen memberikan informasi dan arahan tentang kegiatan pembelajaran IRA,
baik job description tugas tiap anggota dan fungsinya.
2) Dosen menjelaskan kembali menjelaskan langkah-langkah praktikum.
3) Dosen memberikan materi pendahuluan terkait dengan bagaimana cara
menggunakan alat ukur dan lain sebagainya.
4) Dosen perlu memberikan penjelasan, dan motivasi mahasiswa berkaitan
dengan pembagian tugas yang digunakan dalam pembelajaran IRA.
5) Dosen perlu meningkatkan dan memantau kerja kelompok agar kegiatan yang
dilakukan mahasiswa sesuai pendekatan IRA.
6) Dosen mengklarifikasi hasil proses maupun kesimpulan melalui diskusi kelas.
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II
Pelaksanaan penelitian untuk siklus II untuk melanjutkan penerapan
pembelajaran IRA untuk materi berikutnya. Pembelajaran yang dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan IRA ditingkatkan berdasarkan kelemahan
atau kekurangan dari pelaksanaan siklus belajar siklus I.
a. Perencanaan
Tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II ini masih tetap seperti
yang dilakukan pada tindakan siklus I. Pada siklus II ini ada beberapa hal yang
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 250
dilakukan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Oleh karena itu, pada
siklus II ini pendekatan IRA yang akan dilaksanakan antara lain:
1) Dosen membuat job description dari masing-masing tugas dalam kelompok.
2) Dosen membuat LKS dan memberikan materi pendahuluan terkait dengan
bagaimana cara menggunakan alat ukur dan lain sebagainya.
3) Dosen menyusun strategi agar perlu meningkatkan dan memantau kerja
kelompok agar kegiatan yang dilakukan mahasiswa sesuai pendekatan IRA.
4) Dosen mengklarifikasi hasil proses maupun kesimpulan melalui diskusi kelas.
Dengan adanya perubahan perbaikan dari hasil siklus I diharapkan pembelajaran
akan lebih kondusif.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dalam pelaksanaan IRA dapat
berjalan secara kondusif. Mahasiswa dibimbing bagaimana melaksanakan tugas
sesuai dengan job descriptionnya sehingga bisa melaksanakan tugas
sebagaimana seorang team coordinator, tecnical advisor, data recorder dan
process evaluator. Dosen selalu mengingatkan agar mencari referensi terkait
dengan materi dan juga memberikan saran referensi yang bisa digunakan
sebagai acuan. Pada pertemuan berikutnya dosen mengecek kesiapan masing-
masing kelompok terutama dalam prosedur kerja dan pemahamannya. Dosen
memberikan beberapa pertayaan. Pada saat itulah, nampak mahasiswa antusias
dalam bertanya. Mereka menanyakan ketidakpahaman penjelasan yang
dikaitkan dengan referensi yang telah dibacanya.
Mahasiswa mengerjakan praktikum dengan sungguh-sungguh dan
menyelesaikannya dengan mandiri. Mereka berusaha keras bersama
kelompoknya dalam menyelesaikan tugas praktikum. Dalam berdiskusi, mereka
nampak sudah mampu menghargai dan memberikan pendapat. Mereka baru
bertanya kepada dosen setelah mereka hampir selesai melaksanakan tugasnya.
Pada satu kelompok sudah tampak sikap saling membantu, menghargai
pendapat, berlapang dada, dan tidak putus asa. Mahasiswa bekerja sama
dengan baik, mereka telah dapat memfungsikan tugas masing-masing dalam
pelaksanaan praktikum. Hal tersebut tampak pada suasana kelas yang, sportif
dalam menyelesaikan tugas, dan tidak adanya mahasiswa yang diam/pasif.
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 251
Pemahaman konsep ditingkatkan dengan diskusi dalam satu kelompok
pada penyelesaian serta review materi dengan IRA mulai lebih aktif karena
mahasiswa mulai menyadari bahwa kegiatan kelompok dapat menjadi sarana
dalam meningkatkan pemahaman konsep. Pada kegiatan ini mahasiswa mulai
banyak berfikir dan belajar untuk dapat menguasai konsep dengan berperan baik
pada tugasnya masing-masing dan sebagai bagian dari kelompok. Selain itu,
mahasiswa bersama-sama memahami aplikasi konsep untuk situasi lain dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
Inkuiri memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan sendiri, menggunakan konsep-konsep yang sudah
dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan kata lain mahasiswa
mempunyai kesempatan untuk mengaitkan informasi baru dengan struktur
kognitif yang ada sehingga terjadi belajar bermakna. Tugas dosen dalam
pendekatan pembelajaran IRA adalah hanya sebagai fasilitator dan mediator,
yakni membantu siswa untuk belajar dan menggunakan keterampilan proses
mereka untuk memperoleh lebih banyak ilmu pengetahuan.
c. Hasil Observasi
Hasil pengamatan siklus II oleh kolaborator dan catatan lapangan/jurnal
menunjukkan bahwa dosen telah melaksanakan perbaikan-perbaikan yang telah
direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pembimbingan pada kelompok-kelompok
ditingkatkan, artinya dosen hanya sebagai fasilitator. Mahasiswa sudah mampu
memahami tugas masing-masing, team coordinator nampak mengkoordinasikan
semua anggota untuk dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan tugas masing-
masing. Diskusi kelompok telah berjalan, untuk mendapatkan data percobaan
yang valid, mencatat data menyimpulkan, dan mengaitkan hasil praktikum
dengan fakta dan untuk dilanjutkan untuk memahami prinsip, rumus yang
seharusnya diperoleh.
Aktivitas mahasiswa berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa
kegiatan ini telah terjadi perubahan-perubahan. Aktivitas kegiatan pembelajaran
tampak lebih sungguh-sungguh dan antusias. Mahasiswa sudah mampu
memahami bahwa teamwork sangat diperlukan dalam menyelesaikan tugas
terutama dalam melaksanakan praktikum sehingga didapatkan data yang valid
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 252
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Selain itu proses yang dijalani dalam
melaksanakan IRA membantu mahasiswa untuk melatih sikap ilmiah dalam
praktikum/mencari pengetahuan. Aktivitas dalam pembelajaran ini tidak hanya
untuk mendapatkan nilai fisika dasar akan tetapi juga dapat meningkatkan
pembelajaran menjadi lebih baik seperti misalnya terdapat mahasiswa yang
bertanggung jawab terhadap tugas dan peranannya di dalam kelompok, dapat
bekerjasama, berpikir kritis dan lain sebagainya.
3. Keterlaksanaan IRA
Secara umum keterlaksanaan IRA mengalami peningkatan. Hal
tersebut ditunjukkan dari data hasil observasi pada tiap peran dalam kelompok
IRA. Peran team coordinator pada umumnya sudah baik akan tetapi masih perlu
bimbingan terutama dalam mengatur dan mengambil kebijakan dalam
permasalahan yang dihadapi saat menghadapi situasi tertentu. Pentingnya
seorang team coordinator dalam kelompok yaitu dapat memanage peran yang lain
dalam kelompok sehingga semua anggota dapat bekerja sesuai peranannya
dengan baik. Technical advisor nampak telah bekerja sama dengan data recorder
dalam mengumpulkan data dan informasi mengenai materi yang akan dikerjakan
sehingga dapat mengarahkan anggota dengan peran yang lain. Peran anggota
yang lain dapat menjadi lebih baik setelah antar anggota memberikan nasihat dan
bekerja dengan optimal sehingga masing-masing dapat berperan lebih baik dalam
kelompok.
Pada pelaksanaan IRA juga dapat teramati peningkatan sikap ilmiah
mahasiswa pada tiap kelompok. Berdasarkan cara mereka membuat laporan,
masih dijumpai kurangnya data percobaan dan belum sesuai dengan langkah-
langkah praktikum. Masih adanya kekeliruan konsep dan analisa data dalam
pembahasannya. Data yang diperoleh telah berbentuk laporan tetapi jarang
didiskusikan. Saat melakukan percobaan juga masih nampak mahasiswa kurang
tekun dalam mencari data sehingga diskusi kelompok kurang dapat berjalan
dikarenakan banyak mahasiswa yang tidak mau menerima pendapat mahasiswa
lain. Selain itu juga terdapat kendala dalam mengamati sikap ilmiah yaitu pada
segi jumlah alat praktikum yang tersedia terbatas sehingga dalam satu kelompok
terdiri dari 6 sampai 7 orang siswa, dan jumlah jam pelajaran untuk mata kuliah
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 253
fisika hanya 2 jam pelajaran, sehingga dalam melakukan praktikum agak tegesa-
gesa. Oleh karena itu, dosen memberikan pengarahan dan evaluasi siklus I dan
memantau jalannya perbaikan pada tiap kelompok sehingga jika merujuk pada
Suharsimi Arikunto dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kategorisasi Sikap Ilmiah Kelompok Mahasiswa pada Tiap Siklus
Kelompok Siklus 1 Kategori Siklus II Kategori
1 73 Cukup Baik 100 Baik
2 91 Baik 100 Baik
3 91 Baik 100 Baik
4 73 Cukup Baik 82 Baik
5 64 Cukup Baik 100 Baik
6 82 Baik 82 Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa sikap ilmiah
mengalami peningkatan dan pada kategorisasi baik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa dengan berjalannya kegiatan kelompok secara mandiri dalam
melaksanakan tugas menyebabkan setiap kelompok berjuang agar kelompoknya
dapat berbuat dan bekerja dengan lebih baik. Mahasiswa menjadi lebih antusias,
mencoba mencari tahu, menyelidiki, dan berusaha menemukan kaitan antara
permasalahan dalam tugas dengan realita kehidupan nyata.
Mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah baik cenderung memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, keinginan untuk menciptakan atau menemukan hal baru,
bekerja dalam tim dengan baik, terbuka terhadap hal-hal yang baru serta
bertanggung jawab dengan tugas. Keinginan untuk menemukan dan menciptakan
hal baru serta keingintahuan yang tinggi merupakan modal dasar bagi mahasiswa
untuk meraih prestasi kognitif yang baik. Pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, kelompok mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah memiliki pemikiran
yang lebih kritis dan mencoba mencari sumber-sumber untuk menjawab hal-hal
yang masih diragukan. Hal ini mengakibatkan mereka lebih siap dalam
menyelesaikan soal-soal sehingga nilainya menjadi lebih baik. Aktivitas belajar
tampak cukup tinggi yang ditunjukkan dari pelaksanaan diskusi yang berjalan
lancar, mahasiswa menyiapkan buku-buku pendamping yang berhubungan
dengan materi yang dipelajari dan mempergunakannya sebagai referensi,
masing-masing mahasiswa membuat catatan tentang hasil diskusi serta apabila
ada materi yang belum dipahami mereka menanyakannya pada dosen.
4. Pemahaman Konsep
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 254
Pada sikus I dan siklus II diperoleh hasil postes mahasiswa dengan klasifikasi
pemahaman konsep mahasiswa dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik Klasifikasi Pemahaman Konsep Mahasiswa dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran IRA Pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan pendekatan IRA pada siklus I dan siklus II terdapat peningkatan
pemahaman konsep mahasiswa pada tiap siklus, lebih dari 90 persen mahasiswa
pada siklus II berada pada klasifikasi sangat baik dan baik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada siklus II penelitian ini sudah mencapai indikator keberhasilan.
Berdasarkan temuan kolaborator, pemahaman konsep mahasiswa semakin baik dan
mengalami peningkatan, mahasiswa sudah menikmati pembelajaran dengan
pembagian tugas dan menyelesaikan tugas mereka dengan mandiri, serta
memperbanyak diskusi kelompok. Mahasiswa melakukan pengamatan sendiri
mangakibatkan konsep-konsep yang dipelajari lebih bertahan lama.
Inkuiri memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan sendiri, menggunakan konsep-konsep yang sudah dimiliki untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, dengan kata lain mahasiswa mempunyai
kesempatan untuk mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang ada
sehingga terjadi belajar bermakna. Tugas dosen dalam pendekatan pembelajaran IRA
adalah hanya sebagai fasilitator dan mediator, yakni membantu siswa untuk belajar
dan menggunakan keterampilan proses mereka untuk memperoleh lebih banyak ilmu
pengetahuan.
PR
ESEN
TASE
KETEGORI PEMAHAMAN KONSEP
SIKLUS I
SIKLUS II
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 255
Berdasarkan data hasil observasi mahasiswa, pelaksanaan pendekatan IRA
berjalan lancar. Pemahaman konsep terhadap materi fisika akan menjadi mudah
dengan adanya komunikasi yang baik dalam belajar bersama, adanya tutor sebaya
yang membantu saat anggota yang lain belum dapat memahami konsep yang sedang
dipelajari. Belajar konsep Fisika Dasar perlu suatu tantangan dan situasi baru yang
menyenangkan dan memerlukan aktivitas berfikir sehingga kemandirian kelompok
dapat tampak. Mahasiswa akan lebih aktif. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan
tidak mempelajari fisika dengan hanya menekankan pada produk kognitif saja, akan
tetapi juga sikap ilmiah dan sikap positif lainnya.
Peningkatan keaktifan mahasiswa dapat teramati oleh peneliti dan
kolaborator/observer dari pelaksanaan IRA pada tiap siklus. Mahasiswa mampu
meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga dapat berkontribusi
bagi kelompoknya. Mereka menyelesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan
dengan lebih teliti dan lebih baik. Hal ini menunjukkan adanya motivasi intrinsik yang
berasal dari rasa tertantang, keingintahuan, dan ingin berkontribusi/ bermanfaat.
Selain itu juga tampak mahasiswa pada praktikum lebih aktif dalam mendengarkan,
berkomunikasi efektif, dan merasa dipercaya.
Pembelajaran melalui implementasi pendekatan IRA ternyata dapat
meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa pada mata kuliah fisika dasar.
Peningkatan pemahaman konsep mahasiswa dapat dibuktikan dari adanya
peningkatan data postes mahasiswa yang dilakukan setelah tindakan. Adapun hasil
postes pemahaman konsep mahasiswa tiap siklus dengan menggunakan pendekatan
IRA dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Data Hasil Postes Pemahaman Konsep Mahasiswa Pendidikan IPA Tiap Siklus dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran IRA
No Hasil Postes Siklus I Siklus II
1. 2. 3. 4.
Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata nilai siswa Ketuntasan Klasikal
97 20 57,7 45,2%
95 50 80,3 90,3%
Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan
pendekatan IRA pada siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan temuan
kolaborator, pemahaman konsep mahasiswa semakin baik dan mengalami
peningkatan. Peningkatan pemahaman konsep pada siklus II terjadi karena
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 256
mahasiswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran, mereka telah
dapat berbagi peran dalam kelompok sesuai dengan tanggung jawab mereka masing-
masing. Rasa ingin tahu menjadi bagian yang paling tampak ketika praktikum
berlangsung. Mereka telah dapat mencari sendiri solusi dari praktikum dengan sedikit
bantuan dari dosen. Diskusi dapat berjalan baik dengan adanya kerjasama teknik
advisor dengan team coordinator sehingga segala permasalahan seperti memperoleh
data, melukis dan membuat laporan dapat selesai tepat pada waktunya.
Sikap ilmiah yang dapat teramati saat pelaksanaan IRA antara lain: 1) jujur
dan objektif terhadap data; 2) terbuka dan menerima pendapat berdasarkan bukti-
bukti tertentu; 3) ulet dan tidak cepat putus asa; 4) kritis terhadap pernyataan ilmiah
yang tidak mudah percaya tanpa dukungan hasil observasi empiris; dan 5) dapat
bekerjasama dengan orang lain. Pada pelaksanaan siklus I, dari data hasil observasi
kolaborator dan peneliti ditemukan bahwa pada aspek objektif, mahasiswa belum
dapat melakukan praktikum sesuai prosedur yang seharusnya dilakukan. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya pengetahuan mahasiswa terhadap tujuan dan peralatan
praktikum. Selain itu juga dalam aspek kerjasama, mahasiswa belum dapat
menjalankan tugas/peran dalam kelompok dengan penuh tanggung jawab. Semua
menjadi pencari data, sehingga fungsi evaluasi belum muncul dan belum bisa
memperbaiki kinerja kelompoknya pada praktikum berikutnya. Sebagai contoh ketika
mencari berkas sinar pada pembiasan kaca planparalel dan prisma, pada umumnya
kelompok kebingungan dalam meletakkan jarum pentul dan membuat berkas sinar
datang dan dibiaskan. Kelompok selalu saja bertanya. Setelah ditunjukkan dosen
dalam mencari dan melukiskannya, mereka mulai bekerja keras seteliti mungkin
melukiskan hasil pembiasan sehingga waktu habis sehingga hasil perhitungan
dengan data yang dilukiskan sama.
Pada siklus ke II, dosen sudah meminimalisir segala bentuk bantuan kepada
mahasiswa ketika pelaksanaan praktikum. Dosen hanya mengecek pemahaman
dengan pertanyaan-pertanyaan sebelum praktikum dimulai. Kemandirian kelompok
dalam memecahkan permasalahan praktikum semakin meningkat sehingga
didapatkan data percobaan yang valid. Mahasiswa terlibat langsung secara aktif
dalam proses pembelajaran, mahasiswa sudah mulai terbiasa untuk melakukan
diskusi kelompok pada pembelajaran IRA, dan juga mahasiswa saling membantu
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 257
kesulitan teman yang lain dalam memahami konsep. Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan IRA merupakan suatu pendekatan yang dapat
meningkatkan keterlibatan mahasiswa dimana kelompok-kelompok mahasiswa dapat
bekerjasama dan berperan mencari jawaban yang benar.
Partisipasi mahasiswa pada pembelajaran IRA berperan penting pada
peningkatan pemahaman konsep. Belajar dengan cara berkelompok menyediakan
umpan balik pada anggota kelompok yang lain dari partisipasi mereka dalam
kelompok, memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan belajar
kolaboratif dalam kelompok, dan dapat membantu untuk menegakkan hubungan kerja
yang baik di antara anggota-anggota.
D. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Fisika Dasar II dengan penerapan pendekatan IRA dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan sikap ilmiah kelompok mahasiswa Prodi Pendidikan IPA
UST Semester Genap 2010/2011. Hal tersebut terbukti dengan hasil berikut: 1)
Pemahaman konsep Fisika Dasar II mahasiswa dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran IRA mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
peningkatan presentase ketuntasan klasikal pemahaman konsep pada siklus I
sebesar 45,2% menjadi sebesar 90,3% pada siklus II; dan 2) Sikap ilmiah kelompok
mahasiswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran IRA mengalami
peningkatan dan berada pada kategori Baik. Oleh karena itu, dapat disarankan
bahwa: 1) Dalam penyampaian materi kuliah khususnya materi-materi fisika dasar
yang membutuhkan pengamatan langsung sebaiknya menggunakan inquiry di
laboratorium dengan dipadukan penggunaan pendekatan pembelajaran IRA agar
mahasiswa dapat secara aktif berperan dalam proses belajar mengajar; 2) Dosen
perlu meningkatkan dan memperhatikan sikap ilmiah mahasiswa dalam
menyampaikan materi sehingga mahasiswa terasah pemikirannya untuk berpikir
secara sistematis dalam menyelesaikan soal-soal dan 3) Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai mengenai pendekatan IRA pada materi pokok lain yang
membutuhkan pengamatan secara langsung dengan memperhatikan berbagai aspek
dan faktor luar yang mempengaruhinya.
Wacana Akademika Vol.4, No. 2 Juli 2012 131-299 258
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Reseach. Buckingham : Open
University Press. Moh. Amin. 1979. Apakah Metode “discovery” dan “inquiry” itu?. Yogyakarta: FKIP
IKIP Yogyakarta. Ngalim Purwanto. 2006. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Radha Mohan. 2007. Innovative science teaching for physical science teacher. New
Delhi: Prentice Hall of India