implementasi kegiatan konservasi mangrove …repository.ub.ac.id/11286/1/muhammad.pdf · penelitian...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSERVASI MANGROVE KOMUNITAS
SAVE MUGO BERBASIS EKOWISATA DI MUARA GEMBONG,
KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD
NIM : 115080400111083
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSERVASI MANGROVE KOMUNITAS
SAVE MUGO BERBASIS EKOWISATA DI MUARA GEMBONG,
KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
MUHAMMAD
NIM : 115080400111083
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang berrtanda tangan dibawah ini
Nama : Muhammad
NIM : 11508040111083
Prodi : Agrobisnis Perikanan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 5 Mei 2018
Mahasiswa
Muhammad NIM : 115080400111083
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan laporan penelitian skripsi ini tidak lepas dari segala
bentuk dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik secara moril
maupun secara materi selama menyelesaikan Skripsi ini hingga laporan ini
selesai.
2. Bapak Prof.Dr Ir. Mimit Primyastanto, MP selaku Dosen Pembimbing atas
segala pelajaran, petunjuk, informasi serta waktu untuk membimbing saya
sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
3. Komunitas Save Mugo dan Masyarakat Pantai Bahagia, Muara Gembong yang
bersedia membantu dalam pelaksanaan skripsi.
4. YOT Inspirasi Nusantara dan YOT Kota Indonesia yang selalu memberikan
dukungan yang tidak terbatas selama menyelesaikan Skripsi ini hingga laporan
ini selesai.
5. Teman-teman SEPK 2011 yang telah memberikan semangat dan dukungan dan
membantu penyelesaian Skripsi ini
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
membantu penyelesaian Skripsi ini
Malang, 5 Mei 2018
Penulis
RINGKASAN
MUHAMMAD. Skripsi Tentang Implementasi Kegiatan Konservasi Mangrove
Komunitas Save Mugo Berbasis Ekowisata Di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi,
Jawa Barat (Dibawah Bimbingan Prof.Dr Ir. Mimit Primyastanto, Mp )
Wilayah pesisir terdiri dari berbagai ekosistem. satunya adalah ekosistem
mangrove. Ekosistem hutan mangrove memiliki peranan yag sangat penting bukan
hanya sebagai ekosistem biasa namun hutan mangrove juga berperan terhadap
ekosistem perekonomian pantai secara tidak langsung, Dalam penyelanggaraan
ekonomi kerakyatan di dalam perikanan perlu juga didukung dengan kegiatan-
kegiatan lainnya yang dapat menstabilkan ekosistem dilwilayah tersebut salah
satunya dengan basis ekowisata. Dibutuhkan perencanaa yang baik serta partisipasi
partisipasi masyarakat agar pelaksanaan Kegiatan dapat Konservasi Mangrove
Komunitas Save Mugo Berbasis Ekowisata Di Muara Gembong berjalan dengan
baik.
Penelitian dengan judul Implementasi Kegiatan Konservasi Mangrove
Komunitas Save Mugo Berbasis Ekowisata DI Muara Gembong, Kabupaten Bekasi,
Jawa Barat Dilakukan pada bulan Maret 2018.
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pelaksanaan kegiatan ,Partisipasi
masyarakat bagaimana pengaruh perekonomian masayarakat sekitar. Dalam
kegiatan konservasi dengan sistem ekowisata yang dilaksanakan oleh komunisa
Save Mugo
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
yang digunakan untuk pengambilan sampel Anggota Komunitas,Wisatawan dan
Masyarakat sekitar, Analisis data menggunakan analisis data deskriptif kualitatif.
Inisiatif penyelamatan hutan bakau di muara gembong melalui gerakan Save
Mugo ini diinisiasikan oleh gerakan Bekasi green attack pada mei 2013. Inisiatif ini
kemudain menjadi besar dan mendapat dukungan dari banyak pihak. Dengan
menggunakan people power melalui kerelawanan. Kegiatan komunitas Save Mugo
melakukan perencanaan dengan jangka pendek dengan jangka panjang. Proses
penyampaian informasi dalam pelaksanaan kegiatan konservasi berbasis ekowisata
yang dilaksanakan oleh komunitas Save Mugo menggunakan pendekatan individu
dan pendekatan kelompok Pelaksanaan kegiatan ekowisata yang dilaksanakan oleh
komunita Save Mugo seratus persen dikembalikan kepada masyarakat sekitar Save
Mugo juga melakukan pengemasan ulang terhadap produk-produk setiap tahunnya
agar produk lebih menarik dan bisa dipasarkan secara luas
Partispasi masyarakat sangat tinggi, bahkan jika wisatawan sudah
berkunjung dan sudah berada di muara gembong tidak terasa lagi peran dari
komunita Save Mugo karena masyarakat seluruhnya dilibatkan, Namun tidak seluruh
masyarakat di muara gembong aktif dalam pelaksanaan program yang dilakukan
oleh komunita Save Mugo. Peningkatan ekonomi dalam pelaksanaan kegiatan
konservasi mangrove berbasis ekowisata yang dilaksanakan oleh komunitas Save
Mugo terasa namun tidak terlalu besar yang berasal dari penyewaan
perahu,pemandu wisata, pemberian bibit,lahan parkir dan penjualan produk olahan
mangrove.
Saran untuk implementasi kegiatan konservasi mangrove berbasis ekowisata
yang dijalankan oleh komunitas Save Mugo Komunitas Save Mugo hendaknya
sudah mengatur perencanaan kegiatan ekowsita dalam cangkupan perorangan dan
pengelolaan wisata yang lebih besar serta masif dan untuk masyarakat juga
membantu bukan hanya perencanaan tapi juga proses birokrasi sedangkan untuk
pemerintah, pemerintah hendaknya lebih memperhatikan kondisi ekowisata yang
ada dan perguruan tinggi, Diharapkan semakin banyak program program penelitian
yang berhubungan dengan Muara Gembong
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat, rahmat dan
Penyertaannya Sehingga Penulis Dapat Menyajikan Proposal Usualn Skripsi
Yang Berjudul Implementasi Kegiatan Konservasi Mangrove Komunitas Save Mugo
Berbasis Ekowisata Di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Di dalam
tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi perencanaan program,
implementasi Program , partisipasi dalam pelaksanaan , faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan program dan capaian Program di Di Muara Gembong,
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat .Pelaksanaan dan penyusunan Skripsi ini dapat
dilaksanakan dengan baik berkat keterlibatan berbagai pihak yang telah dengan
tulus ikhlas memberikan bimbingan, motivasi, materi dan fasilitas pendukung
lainnya.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki
penulis,walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi
masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, 5 Mei 2018
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................... v
RINGKASAN ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
1. PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 .Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................ 5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 6
2.2 Ekosistem Mangrove................................................................................. 8
2.2.1 Pengertian Ekosistem Mangrove ..................................................... 8
2.2.2 Peran Ekosistem Mangrove ........................................................... 9
2.2.3 Keadaan Ekosistem Mangrove di Indonesia .................................... 9
2.3 Konservasi Mangrove .............................................................................. 10
2.4 Ekowisata ............................................................................................... 12
2.4.1 Pengertian Ekowisata ...................................................................... 12
2.4.2 Proses Perencanaan dan Operasional Ekowsiata ........................... 13
2.4.2 Prinsip dan Indikator Keberhasilan Ekowsiata ................................. 15
2.5 Implementasi Kegiatan ............................................................................ 16
2.6 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 17
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 20
3.2 Obyek Penelitian ....................................................................................... 20
3.3 Jenis Penelitian ........................................................................................ 20
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 21
3.4.1 Data Primer ..................................................................................... 21
2.4.2 Data Sekunder ................................................................................ 22
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 22
3.5.1 Observasi ........................................................................................ 23
3.5.2 Wawancara ..................................................................................... 23
3.5.3 Kuisioner ......................................................................................... 21
3.5.4 Dokumentasi dan Studi Pustaka...................................................... 24
3.6 Metode dan Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 25
3.7 Analisa Data ............................................................................................ 26
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum ........................................................................................ 29
4.1.1 Letak Geografis ............................................................................... 29
4.1.2 Keadaan Topografi .......................................................................... 31
4.2 Keadaan Umum Penduduk ....................................................................... 32
4.3 Keadaan Perikanan .................................................................................. 34
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pelaksanaan Konservasi Mangrove Berbasis Ekowsisata ....................... 36
5.1.1 Landasan Hukum ............................................................................ 36
5.1.2 Komunitas Save Mugo .................................................................... 37
5.1.3 Perencanaan Kegiatan Save Mugo ................................................. 39
5.1.4 Informasi ........................................................................................ 43
5.1.5 Pelaksanaan dan Pencapaian Kegiatan .......................................... 45
5.2 Partisipasi Masyarakat ............................................................................. 55
5.2 Pengaruh Ekonomi Masyarakat .............................................................. 59
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 63
6.2 Saran ........................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 66
LAMPIRAN ........................................................................................................... 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 .................................................................................................................. 21
Tabel 2 .................................................................................................................. 22
Tabel 3 .................................................................................................................. 26
Tabel 4 .................................................................................................................. 28
Tabel 5 .................................................................................................................. 32
Tabel 6 .................................................................................................................. 33
Tabel 7 .................................................................................................................. 47
Tabel 8 .................................................................................................................. 51
Tabel 9 ................................................................................................................. 53
Tabel 10 ............................................................................................................... 53
Tabel 11 ............................................................................................................... 58
Tabel 12 ............................................................................................................... 61
Tabel 13 ............................................................................................................... 61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................... 19
Gambar 2. Denah Kabupaten Bekasi ..................................................................... 29
Gambar 3. Citra Satelit Muara Gembong ............................................................... 31
Gambar 4. Perencanaan Penanaman dan Konservasi .......................................... 41
Gambar 5. Perencanaan Cagar Alam .................................................................... 41
Gambar 6. Perencanaan Pengelolaan Wisata ...................................................... 42
Gambar 7. Perencanaan Pusat Pengeolaan Air Bersih ......................................... 42
Gambar 8. Promosi Sosial Media dan Website ...................................................... 46
Gambar 9. Penanaman Mangrove oleh Wisatawan ............................................... 47
Gambar 10.Perahu Pengangkut Wisawatan .......................................................... 48
Gambar 11. Proses Pengelolaan Produk ............................................................... 49
Gambar 12. Produk Olahan Mangrove .................................................................. 50
Gambar 13. Wawancara Media ............................................................................. 52
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alam dan isinya merupakan milik Allah SWT, manusia diberikan banyak
manfaat akan setiap citptaan Allah SWT dengan begitu kita sebagai umat
manusia diwajibkan untuk memelihara apa yang telah diberikan dan memperbaiki
apa-apa yang telah dirusak akibat ulah manusia, hal ini tercantum dalam Al
Qur'an Surat Al Rum 41 – 42 yang artinya ” Telah tampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki
agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). (41) Katakanlah (Muhammad), “ Bepergianlah di
bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari
mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."..
Dalam Al Qur'an Surat Al Rum 41 – 42 diterangkan bahwa Allah SWT
menciptakan alam dan semua isinya tidak lain agar dimanfaatkan oleh manusia
demi kesejahteraan penegasan tentang berbagai kerusakan yang terjadi di darat
dan laut akibat ulah manusia dan hendaklah manusia mengehentikan kerusakan
dan kembali ke jalan yang benar dengan menggantikannya dengan perbuatan
baik sangat erat dengan hubungannya terkait konservasi alam.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
dengan negara kepulauan yang memiliki banyak potensi wisata salah satunya
merupakan wisata perikanan yang dapat mengembangkan ekonomi kerakyatan,
hal ini ditunjukan dengan dua pertiga wilayah Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar untuk meningkatkan pembangunan serta meningkatkan
kesejahteraan bagi masyakarakat Indonesia.
2
Dalam penyelanggaraan ekonomi kerakyatan di dalam perikanan perlu
juga didukung dengan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menstabilkan
ekosistem di wilayah tersebut . Indonesia memiliki kawasan pesisir yang sangat
luas bahkan berada diperingkat keempat di diunia dengan garis pantai
terpanjang, wilayah tersebut merupakan wilayah menumpuknya bahan buangan
yang berasal dari hulu oleh sebab itu diperlukan tindakan lain untuk
meminimalisir kerusakan pada ekosistem laut salah satunya dengan
menjalankan konservasi mangrove.
Wilayah pesisir terdiri dari berbagai ekosistem. satunya adalah ekosistem
mangrove. Ekosistem hutan mangrove memiliki peranan yag sangat penting
bukan hanya sebagai ekosistem biasa namun hutan mangrove juga berperan
terhadap ekosistem perekonomian pantai secara tidak langsung, Ekosistem
hutan mangrove mendukung banyak ekosistem lain yang berada disekitarnya
seperti ekosistem terumbu karang dan ekositem perikanan,pantai. Kawasan
mangrove selain berfungsi secara fisik juga memiliki berbagai fungsi lainnya
secara biofisik atau yang lebih dikenal dengan ekologi dan berfungsi sebagai
kegiatan sosial ekonomi.Fungsi ekologi fisik yaitu fisik kawasan yang menjaga
serta menstabilkan garis pantai dan perlindungan dari gelombang dan arus.
Sedangkan fungsi biologi yaitu sebagai tempat mencari makan serta
berkembangnya jenis burung, primata serta berbagai jenis ikan.
Dalam perkembangan jaman kegiatan tren konservasi mangrove memiliki
banyak cara dalan pemanfaatan serta pengelolaanya. Banyak ditemukan
berbagai wisata yang menyajikan ekosistem mangrove sebagai daya tarik
tersendiri. Kegiatan konservasi tidak lagi hanya dijalankan sebagai kegiatan
untuk penyeimbangan ekosistem namun juga kegiatan yang dapat disatukan
dengan nilai-nilai ekowisata. Ekowisata mangrove dewasa ini memiliki banyak
cara salah satunya dengan mengajak para wisatawan untuk turut andil dalam
3
penanaman mangrove. Ekowisata mangrove sangat bermanfaat bagi semua
kalangan yang berdampak pula pada peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat.
Peran partisipasi masyarakat dalam mengelola ekowisata mangrove sangat
penting dalam peningkatkan kemandirian pelaksanannya, Besarnya akan
manfaat dari ekosistem mangrove ini maka diperlukan sebuah pengeolaan serta
pelaksanan yang di buat secara matang dan baik sehingga program pelaksaan
dapat berkembang dan berkelanjutan sehingga kedepannya hasil dari konservasi
yang berbasis ekowisata ini terasa dan dimanfaatkan oleh siapapun dan
kapanpun.
Salah satu dari penyebab dari kerusakan ekosistem pesisir adalah semakin
banyaknya kerusakan pada ekosistem mangrove yang berada pada wilayah
tersebut, rendahnya jumlah mangrove yang ada dalam ekosistem tersebut
menyebabkan terjadinya abrasi hingga beberapa meter bahkan puluhan meter
dari arah daratan.
Muara Gembong yang letaknya berada di pantai utara provinsi jawa barat
dikategorikan sebagai salah satu daerah pesisir yang mengalami kerusakan
lingkungan karena pengaruh dari iklim global dan abrasi. Dengan demikian
diperlukan kegiatan konservasi merupakan salah satu solusi agar kerusakan
lingkungan tersebut bisa diminimalisir. Pelaksanaan kegiatan konservasi harus
dilakukan namun bukan hanya bertujuan untuk konservasi semata namun
kegiatan konservasi mangrove bisa disatupadukan dengan kegiatan yang
menghasilkan nilai serta masukan untuk masyarakat sekitar melalui program
ekowisata.
Dari penjelasan penjelasan diatas makan dimunculkan sebuah pertanyaan
bagaimana implementasikan kegiatan konservasi mangrove dengan konsep
ekowisata di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dalam penelitian ini, maka
perumusan permasalahan dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana Pelaksanaan kegiatan konservasi mangrove berbasis
ekowisata yang diterapkan oleh komunitas Save Mugo di Muara
Gembong, Kabupaten Bekasi ?
2. Bagaimana partisipasi masyarakat sekitar wilayah Muara Gembong
dalam pelaksanaan program konservasi mangrove berbasisi ekowisata?
3. Seberapa besar pengaruh kegiatan konservasi dengan sistem ekowisata
yang dilaksanakan oleh komunisa Save Mugo bagi perekonomian
masyarakat sekitar.
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan konservasi mangrove komunitas Save
Mugo berbasis ekowisata di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi
2. Menganalisa partisipasi masyarakat di wilayah Muara Gembong dalam
pelaksanaan program konservasi mangrove berbasisi ekowisata
3. Menganalisa bagaimana pengaruh perekonomian masyarakat sekitar.
Dalam kegiatan konservasi dengan sistem ekowisata yang dilaksanakan
oleh komunisa Save Mugo
5
1.2. Kegunaan Penelitian
Hasil dari Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan kegunaan
kepada banyak pihak, antara lain :
1. Bagi Pemerintah
Sebagai informasi serta bahan pertimbangan untuk menyusun dan
merumuskan sebuah kebijakan atau sebuah rencana program yang
menyangkut kegiatan konservasi berbasis ekowisata.
2. Bagi Masyarakat
Untuk bahan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana
pentingnya kegiatan konservasi yang diterapkan dengan sistem
ekowisata yang tidak hanya sebagai sarana untuk perbaikan ekosistem
mangrove namun juga untuk membantu meningkatkan ekonomi
masyarakat sekitar.
3. Lembaga Akademik dan non Akademik
Sebagai bahan informasi yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk
penelitian lebih lanjut serta informasi keilmuan yang bermanfaat bagi
wasawasan pengetahuan
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Merupakan penelitian yang telah dilakukan peneliti-peneliti lain atau terdahulu
digunakan dalam sebuah penyusunan laporan untuk mempertimbangkan hasil
penelitian, adapun peneliti kali ini menggunakan rujukan peneliti lain yang telah
melakukan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan konservasi mangrove
berbasis ekowisata.
Penelitian Primyastanto, M.(2016) tentang Analysis Of Marketing Mix At
“Wisata Bahari Lamongan” Lamongan Regency, East Java disimpulkan
bahwasanya variable bauran pemasaran yang paling dominan dalam
mempengaruhi wisatawan dalam berkunjung ke Wisata Bahari Lamongan adalah
keberadaan lokasinya. Variabel bauran pemasaran seperti produk, harga,
promosi, lokasi, orang yang terlibat,bukti fisik dan poses mempengaruhi
wisatawan dalam konteks tingkat kepuasaan dengan kontribusi pemasaran
sebesar 68,0% dengan tujuh bauran pemasaran hanya satu yang tidak
memberikan kepuasan terhadap para wisatawan yaitu terkait dengan harga
sedangkan untuk yang lainnya yaitu produk, promosi, lokasi, orang yang
terlibat,bukti fisik dan poses secara parsial memberikan kepuasan terhadap
wisatawan di Wisata Bahari Lamongan.
Penelitian Amri (2005) tentang Community Participation In Rehabilitation,
Conservation And Management Of Mangroves: Lessons From Coastal Areas Of
South Sulawesi, Indonesia dapat disimpulkan partisipasi masyarakat memiliki
peran yang sangat penting dalam pelaksanaan konservasi dan pengelolaan
mangrove secara ekowisata, program yang dilaksanakan berjalan dengan baik
dan harus dipertahankan karena turut membantu ekonomi masyarakat sekitar
namun faktor yang paling menjadi penghambat adalah tentang kepemilikan lahan
7
bakau, konservasi membutuhkan perawatan jangka panjang perlu adanya
kesadaran lebih dari masyarakat untuk menggerakan diri sendiri dalam
pelaksanaan jangka panjangnya. Hal ini yang akan dipelajari oleh peneliti
tentang bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksaan program konservasi
berbasis ekowisata.
Penelitian Abadi (2014) tentang implementasi program rehabilitasi ekosistem
mangrove di Kecamatan Tugu Kota Semarang disimpulkan program berjalan
dengan baik namun belum berhasil, belum berhasilnya kegiatan karena masih
banyak wilayah yang belum dijangkau dan banyak faktor penghambat dalam
pelaksanaanya. Faktor utama penghambat keberhasilan program dalam
melakukan kegiatan tersebut adalah kurangnya sumberdaya yang dimiliki dan
kurangnya pengawasan yang dilaksanakan secara berkala.Hal ini yang akan
dipelajari oleh peneliti tentang apa saja faktor penghambat sehingga
implementasi tidak sesuai dengan perencanaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Luviana (2015) tentang penerapan ekowisata
mangrove berbasis masyarakat di Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan
dapat disiumpulkan bahwasanya penerapan ekowisata berjalan dengan baik
namun kurangnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga dan mengembangkan
serta memelihara kurang aktif sehingga tujuan dari pelaksanaan tersebut tidak
efektif dan masyarakat lebih senang dengan kegiatan lain dibandingkan kegiatan
konservasi yang berbasis ekowsisata. Peran pengelola atau organisasi lumayan
baik dengan mengedepankan mangrove sebagai daya tarik wisatawan.
Penelitian oleh Adry (2006) Kajian efektivitas implementasi dan faktor-faktor
yang mempengaruhi program pengelolaan hutan Mangrove : Kasus Kelurahan
Kariangau dan Margo Mulyo Balikpapan Hasil penelitian ini menunjukan
implementasi program pengelolaan mangrove di Kelurahan Kariangau dan
Margo Mulyo telah berjalan efektif. Efektifitas implementasi program dilihat dari
8
input dan proses dalam pencapaian out put dan out come di lapangan yang
sebagian besar telah tercapai dan keberhasilan implementasi program
pengelolaan hutan mangrove di Kelurahan Margo Mulyo lebih baik di bandingkan
pelaksanaan di Kelurahan Kariangau, penilaian ini berdasarkan pencapaian nilai
out put yaitu penambahan tegakan dan luasan serta tingkat kesadaran
masyarakat dan pencapaian nilai out come yaitu peningkatan kondisi sosio-
ekonomi melalui indikator tambahan penghasilan dari alternatif pemanfaatan
hutan mangrove. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pada dua lokasi penelitian adalah sumber daya manusia, partisipasi masyarakat,
koordinasi dan komunikasi, alokasi dana serta adanya peraturan
2.2 Ekosistem Mangrove
2.2.1 Pengertian Ekosistem Mangrove
Mangrove merupakan individu jenis tumbuhan dan menjadi sebuah
komunitas yang berada di daerah pasang surut, Mangrove dapat dikatakan
sebagai wilayah ekosistem pesisir yang mempunyai ciri khas dan karakter yang
sangat unik, Menurut Dephut (2003) hutan mangrove merupakan salah satu
lahan basah yang paling produktif karena tumbuh di daerah pasang surut pantai.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terbesar di
dunia dengan luas kurang lebih 27% dari total jumlah hutan mangrove di dunia.
Selain itu ekosistem hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman
jenis yang ter-tinggi didunia yang letaknya tersebar diberbagai pulau dan pesisir
di Indonesia seperti Sumatera,Kalimantan, dan Papua (Wijayanti,2007)
Hutan mangrove terdiri dari berbagai jenis zona yang setiap zona tersebut
mengikuti tingkat kadar garam dang beradala di wilayah pesisir. Zona depan
adalah mangrove yang lebih tahan terhadap air asin contohnya adalah mangrove
dengan jenis pohon api-api. Sedangkan lapisan yang kedua merupakan lapisan
9
yang tidak tahan terhadap lingkungan yang asin. Dengan demikian kenaikan
muka air laut berdampak pada dua hal yaitu pohon mangrove yang kurang tahan
terhadap lingkungan asin terdesak ke darat yang kedua mangrove tersebut mati
karena tidak menemukan habitat yang sesuai (Diposaptono et,al 2009)
2.2.2 Peran Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan ekositem yang subur, dikatakan demikian
karena semua bagian dari ekosistem ini merupakan sebuah sumber makanan
dan habitat dalam berbagai makhluk hidup yang tinggal didalam ekosistem
tersebut. Menurut Saparinto (2007) Salah satu fungsi ekologi mangrove yaitu fisik
kawasan untuk menjaga dan menstabilkan garis pantai dan tepian sungai dan
pelindung hempasan gelombang dan arus selain itu fungsi biologi hutan
mangrove sebagai tempat berbagai macam jenis ikan, hewan melata seperti
ular,biawak serta jenis berbagai primata .
Tumbuhan mangrove memiliki perakaran yang sangat kuat serta memiliki
dinding yang kokoh dan rapat sehingga berfungsi sebagai pelindung daratan,
dengan struktur kayu yang kuat itulah maka kayu mangrove dapat digunakan
sebagai bahan baku arang, maupun sebagai bahan bangunan yang sangat
berkualitas (Mawardi,2006)
2.2.3 Keadaan Ekosistem Mangrove di Indonesia
Menurut Nontji (2005) Di Indonesia kawasan ekosistem hutan mangrove
sangat besar dan luas, sekitar 4,25 juta hektar atau setara dengan 3.98% dari
total luas hutan yang beada di Indonesia namun dari seluruh luas mangrove
hanya 58,8% atau setara dengan 2,5 Juta hektar yang masih dalam kondisi
yang baik, selebihnya mengalami kerusakan berbagai sebab .
Di Indonesia terdapat perbedaan dalam berbagai jenis mangrove antara satu
dengan pulau lain sebagai contoh mangrove dipulau kalimantan berbeda dengan
10
mangrove yang beradad di pulau jawa. Tercatat ada 202 jenis tumbuhan
mangrove di Indonesia dengan pembagiannya meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis
palma, 19 jenis liana herba tanah, 44 jenis epiifit dan 1 jenis paku dari total
tersebut 43 merupakan jenis mangrove sejati (True Mangrove) dan sisanya
adalah mangrove asosiasi (associate mangrove). Untuk penyebaran dis setiap
pulau sendiri terdapat 116 jenis mangrove di Pulau Jawa, 157 jenis mangrove di
Pulau Sumatera, 150 jenis mangrove di Pulau Kalimantan, 142 jenis mangrove di
Pulau Irian Jaya, 153 jenis mangrove di Pulau Sulawesi. ( Kusmana,1993 )
2.3 Konservasi Mangrove
Kata Konservasi merupakan berasal dari Conservation yang terdiri dari dua
suku kata yaitu con (together) dan Servare (Keep/Save) yang memiliki pengertian
mengenai bagaimana cara dalam memelihara apa yang sudah dimiliki oleh kita.
Ide dari konservasi dikemukakan pertama kali oleh Theodore Rooselvet seorang
peneliti yang berasal dari Amerika . Konservasi juga dapat dilihat dari segi
ekologi maupun segi ekonomi dimana dalam segi ekologi yaitu dengan
mengupayakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa depan
sedangkan untuk segi ekonomi adalah mengalokasikan sumberdaya untuk
sekarang.Konservasi hutan mangrove adalah usaha perlindungan, pelestarian
alam dalam bentuk penyisihan areal sebagai kawasan suaka alam baik untuk
perairan laut, pesisir, dan hutan mangrove (Edi Mulyadi,2007)
Kelestarian hutan mangrove sangat berhubungan dengan upaya-upaya
konservasi demi kelangsungan hidup ekosistem di laut dan ekosistem pesisir,
sejak pertama kali diperkenalkan oleh Theodore Rooselevet (1902). Prinisip
ekowisata yang berkaitan dengan konservasi membutuhkan analisa dan
pengertian secara rinci tentang bagaimana sistem produksi ekowisata secara
keseluruhan.
11
Konservasi secara umum dibagi kedalam dua bagian yaitu dalam sisi ekonomi
dan dalam sisi ekologi. Konservasi merupakan manajemen udara,air,tanah dan
mineral organisme hidup termasuk manusia sehingga mampu mencapai kualitas
kehidupan yang meningkat, kegiatan manajemen konservasi meliputi
survey,penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan serta
diperlukan latihan (IUCN 1968)
Menurut undang-undang No 5 Tahun (1990) tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hutan dan ekosistemnya menyatakan bahwa konservasi merupakan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang dilaksanakan secara
baik, bijaksana serta menjadi kesinambungan persediannya tetap terjaga dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Keberhasilan konservasi
dikaitkan dengan tercapainya sasaran pokok konservasi yang disebut sebagai
strategi konservasi Ditejn PHPA Departemen Kehutaan (1996) yang mencakup
1. Adanya keawetan kehidupan dengan terpeliharanya keanekaragaman
sumber genetik serta ekosistemnya, sehingga menunjang pembangunan,
pengetahuan dan teknologi
2. Perlindungan sistem penyangga kehidupan dengan terpeliharanya proses
ekologi yang menunjang sistem kehidupan bagi kelangsungan
pembangunan serta kesejahteraan masyarakat.
3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya dengan pembatasan atau
pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam sehingga pemanfaatannya
dapat berjalan dalam jangka panjang dan terus menerus untuk dimasa
mendatang.
12
2.4 Ekowisata
2.4.1 Pengertian Ekowisata
Menurut The Intenational Ecotourism Society atau TIES (1991), ekowisata
merupakan perjalanan wisata ke tempat alami dalam rangka penyelamatan
lingkungan atau konservasi serta memberikan manfaat ekonomi dan
penghidupan untuk masyarakat sekitarnya. Ekowisata merupakan bagian dari
wisata berkelanjutan dan mengarah kepada sektor ekonomi yang lebih luas dan
mencakup beberapa sektor lainnya seperti wisata alam,pedesaan,bahari budaya
maupun sektor perjalanan bisnis.
Menurut deklarasi Quebec tahun 2002, ekowisata merupakan sustainable
tourism yang secara lebih detail memuat langkah-langkah :
1. Kontribusi aktif dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan
konservasi pada alam dan pada budaya
2. Partisipasi masyarakat sekitar dalam sebuah perencanaan,
pembangunan dan pelaksanaannya serta menikmati kesejahteraan dari
hasil tersebut.
3. Adanyat transfer ilmu tentang warisan budaya serta alam ke pada
wisatawan yang berkunjung.
4. Berbentuk wisata yang mandiri , independen atau sebuah kelompok
wisata yang berukuran kecil.
Sementara itu Wood (2002) menjelaskan ekowisata sebagai bentuk dari
usaha atau sektor perekonomian yang terkait dengan wisata alam serta
dirumuskan sebagai bagian dari pembangunan yang berkelanjutan. Ekowisata
merupakan perjalanan yang disusun sedemikian rupa dengan professional,
terdidik dan memuat unsur pendidikan sebagai sebuah usaha di sektor
perekonomian yang mengikut sertakan pastisipasi dari masyarakat sekitar.
13
Konservasi dalam ekowisata sangat berkaitan erat, dibeberapa kasus
menunjukan dalam setiap kegiatan ekowisata akan dimasukan unsur unsur ilmu
pengetahuan dalam menjaga lingkungan serta juga memasukan kegiatan
konservasi sebagai sarana pembelajarannya.
Menurut Milnar (1991) dapat ditemukan isu konservasi yang berkaitan dengan
ekowisata.
1. Kegiatan wisata yang cenderung berkarakter massal, karakter industry
pariwisata pada umumnya memberikan hasil yang sangat berdampak.
Fenomenan tersebut memberikan masukan penting tentang upaya-upaya
konservasi dalam manajemen ekowsiata. Implikasinya seluruh
stakeholder harus dilibatkan dalam manajemen ekowisata.
2. Objek ekowisata yang spesifik, Industri pariwisata umumnya memiliki
sarana akomodasi yang terjalankan dengan baik serta memberikan
kenyamanan tertentu.
2.4.2 Proses Perencanaan dan Operasional Ekowisata
Ekowisata merupakan salah satu bentuk dari kegiatan wisata yang bersifat
khusus, Menurut From (2004) ada tiga konsep dasar dalam perencanaan dan
operasional tentang ekowisata.
1. Perjalanan outdoor yang tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan.
Dalam kegiatan ini biasanya membutuhkan sumberdaya yang hemat
energi seperti bahan bahan yang bisa didaur ulang, bangunan bangunan
yang terbuat dari kayu. Kegiatan tersebut tidak mengorbankan tumbuhan
dan hewan, tidak mengubah lingkungan dengan mendirikan bangunan
yang tidak memberikan dampak manfaat bagi lingkungan masyarakat
sekitar
14
2. Wisata menggunakan fasilitas transpotasi yang berada di-wilayah
tersebut serta dikelola bersama dengan masyarakat sekitar. Pada
singkatnya transportasi bukanlah dari pihak elit seperti hotel namun
berkerjasama dengan penduduk lokal, bahan makanan juga berbasis
produk lokal
3. Perjalanan wisata menaruh perhatian besar terhadap lingkungan dan
budaya. Wisatawan akan banyak belajar dari masayarakat lokal
wisatawan tidak ditunjukan sebuah hiburan ekstra namun menyaksikan
hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan dari penduduk lokal tersebut
Beberapa hal yang sangat penting dalam perencanaan sebuah ekowisata bisa
diuraikan sebagai berikut menurut Damanik (2006)
1. Pengembangan produk wisata yang bernilai ekologi tinggi
2. Adanya seleksi kawasan wisata yang memberikan banyak
keanekaragaman hayati di wilayah tersebut
3. Adanya standarisasi dan produk wisata berbasis ekologi dan ekonomi
4. Pelatihan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan bagi
masyarakat sekitar.
5. Terlibatnya produk produk lokal dalam penyediaan dan pengelolaan jasa
wisata.
6. Pengembangan kolaborasi manajemen trans-sektoral dalam
pengembangan ekowisata.
15
2.4.3 Prinsip dan Indikator Keberhasilan Ekowisata
Ekowisata bisa disebut sebagai filter (penyaring) dari dampak pariwisata
massal. Ini tak lain karena ekowisata lebih merupakan small tourism. Jumlah
wisatawan yang kecil, akan kecil kemungkinan pula memberi dampak negatif.
Wisatawan bisa berinteraksi lebih intens dengan warga lokal. Ini membuat
mereka punya waktu lebih banyak untuk menyelami budaya warga lokal
sekaligus menghormati lingkungan tempat mereka berada, Menurut Ties (2004)
kowisata memiliki prinsip-prinsip yang haru dijalani, prinsip ekowisata mencakup :
1. Konservasi, yaitu Pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak
sumber daya alam sehingga tidak mengakibatkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan kegiatan yang dijalankan bersifat ramah
lingkungan.
2. Edukasi, Meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku
masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya
3. Ekonomi, Dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola
kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat. Dapat
memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional mapun
nasional
4. Peran Aktif Masyarakat, Membangun hubungan kemitraan dengan
masyarakat setempat dan Pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak
proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan
evaluasi.
5. Daya tarik wisata, Menyediakan informasi yang akurat tentang potensi
kawasan bagi pengunjung. Kesempatan menikmati pengalaman wisata
dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi
16
Indikator keberhasilan dalam ekowisata bermacam-macam tergantung
dengan kebijakan pada penyelenggara bagaimana indikator sukses atau
tidaknya dalam pelaksanaanya. Namun secara garis besar indikator keberhasilan
dala ekowisata yaitu, Aspek penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat dinilai
dengan 3 indikator, yaitu badan, peran, dan bentuk kegiatan penyelenggaraan
pemberdayaan masyarakat, Indikator keberhasilan dari peningkatan kapasitas
masyarakat meliputi partisipasi lokal, pengetahuan dan keterampilan masyarakat
setempat, kepemimpinan, struktur masyarakat, rasa kebersamaan, dan
kemitraan eksternal.
Kualitas wisata dinilai dengan indikator kunjungan yang berkesinambungan di
wilayah tersebut, dan kesiapan masyarakat dinilai dengan menganalisis
seberapa siap masyarakat jika wilayahnya dijadikan kawasan ekowisata.
Transparansi pengelolaan dinilai dengan 3 indikator, yaitu manfaat yang
didapatkan masyarakat, pendistribusian keuntungan, dan tanggapan masyarakat
atas kegiatan wisata di wilayahnya.
Dalam aspek konservasi, indikator keberhasilan dalam garis besar yaitu
dengan konsistennya penanaman mangrove dalam pelaksanaan konservasi
berbasis ekowisata, serta menurunnya abrasi yang terjadi sebelum pelaksanaan
konservasi berbasis ekowisata.
2.5 Implementasi Kegiatan
Implementasi berasal dari Bahasa inggris (to Implement) yang diartikan
dalam kata sederhana yaitu pelaksaan atau penerapan dari sebuah rencana
yang disusun sedemikian rupa dengan matang. Menurut Syaukani (2004)
Implementasi merupaka suatu aktivitas dalam rangka menghantarkan kebijakan
kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil yang
diharapkan rangkaian tersebut harus mencakup :
17
1. Persiapan seperangkat peraturan yang dibuat berkelanjutan dengan
interpretasi dari kebijakan tersebut
2. Menyiapkan sumberdaya untuk menyelenggarakan kegiatan
implementasi yang didalamnya terdapat saran dan prasana dengan
sumber daya yang mencukup baik secara finansial dan fasilitas dan
penetepatan siapa yang bertanggung jawab dalam kegiatan tersebut.
3. Memberikan kebijaksanaan secara pasti kepada masyarakat sekitar
dengan memperhatikan partsipasi masyarakat.
Menurut surmayadi (2005) ada tiga unsur dalam pentingnya proses
implementasi yaitu, pertama adanya kebijakan yang dilaksanakan,yang kedua
adanya target group yang berarti masyarakat yang menjadi sasaran penerapan
dari manfaat program, yang ketiga unsur pelaksana baik organisasi maupun
perorangan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan serta pengawasannya
kegiatan tersebut.
Berdasarkan uraian dan pandangan tersebut sebuah implementasi sangat
penting dilaksanakan serta tingkat keberhasilannya yaitu diukur dengan adanya
kesesuaian antar penerapan atau pengerjaannya dengan rancangan awal, serta
maksud dan tujuan sasaran yang dapat bermanfaat bagi permasalahan yang
sedang dihadapi.
2.6 Kerangka Pemikiran
Kawasan hutan mangrove terbagi menjadi tiga fungsi secara spesifik yaitu
sebagi fungsi ekologi,ekomomi serta fungsi sosial. Fungsi ekologi diataranya
sebagai rumah bagi beberapa jenis ikan, dan tempat mencari makan berbagai
jenis satwa seperti biawak dan primata, fungsi ekologi fisik lainnya mangrove
bermanfaat sebagai kawasan untuk menjaga dan menstabilkan pantai.
Sedangkan untuk fungsi ekonomi mangrove bisa digunakan sebagai sumber
18
mata pencaharian yang berasal dari produksi berbagi jenis olahan dari hutan
mangrove serta bisa menjadikan hutan mangrove sebagai area wisata.
Pemanfaatan ekosistem mangrove yang tidak didasari dengan strategi dan
perencanaan yang baik akan berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove.
Prinsip ekowisata yang dijalankan dengan konservasi menjadi sebuah solusi
untuk mempertahankan keberlanjutan dari fungsi ekosistem mangrove. Kegiatan
konservasi tidak lagi dilihat hanya sebagai kegiatan yang memperbaiki alam
namun juga memiliki nilai nilai ekonomi dengan diterapkannya konsep ekowisata.
Muara Gembong merupakan salah satu daerah pantai utara Bekasi yang
mengalami kerusakan akibat pemanasan global mempelopori komunitas Save
Mugo untuk melakukan upaya-upaya dalam melindungi keberadaan ekosistem
mangrove
Selain melindungi keberadaan ekosistem mangrove dengan melakukan
gerakan konservasi, komunitas Save Mugo juga menarapkan konsep wisata
edukasi yang bertujuan melestarikan lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan ekonomi bagi penduduk setempat.
Penelitian ini menfokuskan pada kesesuaian implementasi program
kegiatan konservasi berbasis ekowisata yang dijalankan oleh komunitas Save
Mugo di Muara Gembong Bekasi dengan dilihat dari empat faktor yaitu
rancangan kegiatan, kedua sumberdaya yang menggerakan termasuk
didalamnya sarana prasarana,ketiga pelaksanaa dari rancangan kegiatan
program dan keempat partispasi masyarakat. Kerangka pemikiran dari penelitian
dapat dilihat dari gambar berikut dibawah ini.
19
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Mangrove Ecotourism Muara
Gembong
Tahapan Pelaksanaan
Dukungan
Implementasi Kegiatan
Komunitas Save Mugo
Manfaat Ekosistem
Mangrove
Partisipasi Masyarakat
Perencanaan
kegiatan
Prinsip Ekowisata
Konservasi
Edukasi
Ekonomi
Partisiasi
Daya Tarik
20
3. METODE PENELITIAN
1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penlitian dengan judul Implementasi Kegiatan Konservasi Mangrove
Komunitas Save Mugo Berbasis Ekowisata DI Muara Gembong, Kabupaten
Bekasi, Jawa Barat Dilakukan pada bulan Maret 2018.
1.2 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah pengurus komunitas Save Mugo, anggota
komunitas Save Mugo,masyarakat yang pernah ikut dalam kegiatan yang
diselenggarakan oleh komunitas Save Mugo serta masyarakat sekitar sebagai
informan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.
1.3 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode deksriptif
kualitatif. Metode dekstriptif merupakan metode yang digunakan dalam mencari
unsur-unsur,ciri-ciri sebuah femonema. Metode deskripsi bertujuan untuk
memmberikan penjelasan secara faktual,sistematis dan akurat berdasarkan
fakta-fakta dan sifat populasi terentu (Suryana,2010). Deskriptif kualitatif
merupakan sebuah penjabaran atau ulasan yang diurai dengan menggunakan
kata-kata kemudian diolah dari hasil yang didapat dari responden yang bersifat
apa adanya sesuai dengan keadaan yang ada kemudian dianalisa dengan kata
kata yang melatarbelakangi responden berperilaku seperti itu,disimpulkan dan
diverifikasi (Usman dan Purnomo, 2009)
Analisa deskriptif kualitatif digunakan untuk menggabarkan kejadian atau
pun sesuatu yang terjadi yang tidak dijelaskan menggunakan angka-angka atau
sistematik. Pada penelitian ini analisa deskriptif kualitatif dilakukan dengan
mengetahui proses kegiatan konservasi yang diterapkan dengan sistem
ekowisata yang diselenggarakan oleh komunitas Save Mugo di Muara Gembong,
21
Kabupaten Jawa Barat. Deskriptif kualitatif juga akan menjelaskan tentang
perencanaan pengelolaan konservasi berbasis ekowisata diantaranya
keterlibatan masyarakat sekitar dan pengujung ekowisata,
1.4 Jenis dan Sumber Data
1.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau
perorangan, Teknik data yang digunakan dalam pengumpulan data primer dapat
dilakukan dengan observasi, dari hasil wawancara atau hasil kuisioner yang
dilakukan oleh peneliti (Umar,1999). Pada penelitian ini data primer yang diambil
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Primer
No. Data Metode
1.
Rencana kegiatan konservasi berbasis ekowisata
Wawancara dengan pengurus komunitas Save Mugo
2.
Sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan konservasi berbasis ekowisata
Wawancara dengan pengurus komunitas Save Mugo
Wawancara dengan anggota komunitas Save Mugo
3.
Pelaksanaan kegiatan konservasi berbasis ekowisata
Wawancara dengan pengurus komunitas Save Mugo
Wawancara dengan anggota komunitas Save Mugo
Wawancara dengan wisatawan
Wawamcara dengan masyarakat sekitar
4
Partisipasi Masyarakat dalam kegiatan konservasi berbasis Ekowisata
Wawancara dengan pengurus komunitas Save Mugo
Wawancara dengan anggota komunitas Save Mugo
Wawancara dengan wisatawan
Wawamcara dengan masyarakat sekitar
22
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dan diperoleh dari penelitian yang
telah ada sebelumnya, kemudian dihimpun dan ditulis oleh pihak lainnya, sumber
data sukender biasa berasal dari internet, buku, Jurnal, Perpustakaan umum,
website, lembaga pendidikan yang mengkhususkan untuk menyajikan data data
sekunder (Hermawan,2005). Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini
dabat dilihat pada Table 2.
Tabel 2. Data Sekunder
No. Data Metode
1.
Lokasi penelitian
Pengumpulan data arsip dari lembaga terkait di lapang
2.
Data kependudukan
Pengumpulan data arsip dari lembaga terkait di lapang
3.
Profil Komunitas dan Kawasan Ekowisata mangrove
Pengumpulan data arsip dari lembaga terkait di lapang
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Observasi
Observasi merupakan pengamatan yang dilaksanakan secara langsung pada
sebuah penelitian apabila objek tersebut bersifat perilaku dan tindakan yang
dilakukan oleh manusia, fenomena alam (kejadian pada alam sekitar), proses
kerja dan penggunaan responden dalam jumlah yang kecil (Riduwan,2003)
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan catatan maupun alat perekam
menggambarkan keadaan yang sebenarnya tanpa rekayasa (kenyataan) dari
hasil yang diperoleh dari observasi kita dapat memperoleh gambaran yang nyata
tentang suatu permasalahan maupun suatu kegiatan dan mungkin dapat
didapatkan solusi (Nasution, 2012). Observasi yang dilakukan dalam penelitian
23
ini berupa pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap pelaksanaan
kegiatan konservasi yang berbasis ekowisata.
1.5.2 Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi secara langsung dari data sumber. Wawancara berisi
tentang penilitian yang bisanya dituangkan kedalam sebuah pertanyaan yang
dilaksanakan oleh penelit (Riduwan,2003). Menurut Usman,(2006) Wawancara
adalah hasil tanya jawab yang dilaksanakan secara lisan antara dua orang atau
lebih yang dilaksanakan secara langsung, pewancara disebut sebagai
interviewer sedangkan orang yang diwawancara disebut sebagai interviewee.
Wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu meliputi wawancara
yang dilakukan secara langsung dengan komunitas Save Mugo dan masyarakat
serta wisatawan di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan kegiatan Konservasi berbasis ekowisata yang
dilaksanakan oleh komunitas Save Mugo.
3.5.3 Kuesioner
Kuisioner adalah teknik pengumpulan sebuah data yang dilakukan dengan
cara memberikan beberapa pertanyaan atau pernyataan yang dilakukan secara
tertulis kepada responden untuk dijawab, Kuisioner bisa berupa pertanyaan
tertutup maupun pertanyaan terbuka, dapat diberikan secara langsung kepada
responden maupun secara tidak langsung dengan memalui surat maupun
internet (Sugiono,2008)
Penyebaran kuisioner pada penelitian ini dilakukan dengan tipe kuisioner
tertutup yang bertujuan mengumpulkan data pokok yang ada dilapangan untuk
mendapatkan informasi yang lebih lanjut tentang implementasi kegiatan yang
dilaksanakan oleh komunitas Save Mugo diberikan kepada pengurus komunitas
24
tersebut dan masyarakat sekitar dan juga pertanyaan yang berkaitan tentang
data spesifik seperti nama,umur dan bagaimana program yang telah dijalankan.
3.5.4 Dokumentasi dan Studi Pustaka
Dokumentasi merupaka sebuah catatan peristiwa yang sudah terlaksana
atau yang sudah berlalu, dokumentasi bisa berupa karya tulisan, foto, gambar
maupun karya dari seseorang, dokumentasi yang memiliki bentuk tulisan
contohnya catatan harian,biografi,kebijakan. Sedangkan yang tebentuk dalam
gambar bisa berupa foto,gambar hidup,sketsa dan lainnya, dokumen yang
berbentuk karya bisa berupa karya seni yang berupa gambar,film dan lain
sebagaianya (Sugiyono,2012 : 240)
Dokumen cenderung berasal dari data-data sekunder dengan dokumentasi
hal yang diuntungkan merupakan biaya yang sangat murah,waktu dan tenaga
yang akan lebih effisen.Sedangkan untuk kekurangan dari teknik dokumentasi
adalah data yang diambil cenderung merupakan data yang lama (Usman dan
Akbar,2006 ). Dalam penelitian ini dokumentasi dengan mengumpulkan data
komunitas Save Mugo yang berkaitan tentang jumlah anggota,kegiatan kelompok
yang sudah dilaksanakan komunitas Save Mugo dalam kegiatan ekowisata.
Studi pustaka merupakan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti
yang mengumpulkan sumber yang berasal dari buku, majalah,liflet yang
berhubungan dengan masalah serta tujuan yang dilakukan oleh peneliti dalam
melaksanakan penelitiannya (Danial A.R 2009;80). Studi pustaka yang
digunakan pada penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data pustaka yang
diperoleh dari jurnal,buku,literature dan laporan yang berhubungan dengan
penelitian.
3.6 Metode dan Teknik Pengambilan Sampel
25
Metode dalam teknik pemilihan sampel merupakan cara dan upaya yang
dilakukan peneliti untuk mendapatkan sample yang dapat mewakilkan dari
keseluruhan populasi. Metode sampling merupakan cara pengumpulan data
yang hanya mengambil sebagian elemen populasi atau karakteristik yang
terdapat pada populasi. Menurut Usman dan Akbar (2006) teknik sampling
merupakan teknik tertentu yang digunakan dalam pengambilan sample dari
sebagian populasi yang mengambil anggota dengan tujuan mewakili populasi
demi menghemat waktu, biaya dan tenaga.
Teknik pengambilan sampel pada metode ini, peneliti menggunakan tiga
obyek yang berbeda dalam satu populasi, yaitu pengurus dan anggota dari
komunitas tersebut, wisatawan dan masyarakat sekitar. Kelompok sampel dan
jumlah poluasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3,
Teknik pengambilan sampel pada metode ini, peneliti menggunakan tiga
obyek yang berbeda dalam satu populasi, yaitu:
1. Komunitas Save Mugo: Teknik pengambilan data dengan menggunakan
purposive sampling ini dilakukan kepada pihak komunitas, digunakannya
teknik ini dikarenakan jumlah dari pihak pengelola dapat diketahui.
2. Masyarakat Sekitar : Masyarakat di tempat ekowisata merupakan
masyarakat yang kesehariannya memanfaatkan keadaan ekowisata
untuk menambah ekonomi dan menjalankan kegiatan ekowisata . Teknik
pengambilan sampel pada masyarakat pengguna ekowisata ini dilakukan
dengan cara purposive sampling, karena jumlah para masyarakat yang
ikut dalam proses ekowisata ini dapat diketahui.
3. Wisatawan : Teknik pengambilan data dengan menggunakan purposive
sampling ini dilakukan kepada wisatawan, digunakannya teknik ini
dikarenakan jumlah dari pihak pengelola dapat diketahui. Wisatawan
yang diambil merupakan wisatawan yang berkunjung selama 6 bulan
26
terakhir digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan yang di
paparkan oleh komunitas sesuai dengan apa yang dirasakan oleh
wisatawan.
Menurut Sugiono (2014) Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel yang dilakukan dengan cara pertimbangan tertentu. Keseluruhan
responden maka dapat diketahui dengan rincian yang terlampir pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 3. Kelompok Sampel Penelitian
Kelompok Indikator Jumlah
Anggota Komunitas
Anggota komunitas aktif 1 tahun terakhir
12
Wisatawan
Wisatawan yang berkunjung 6 bulan terakhir
11
Masyarakat Sekitar
Masyarakat yang terpedaya dengan adanya program komunitas
12
Total
35
3.7 Analisa Data
Teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain (Moleong,1990). Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan
sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang
dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau persoalan-persoalan yang
diajukan dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan untuk mengelola
data kualitatif adalah dengan menggunakan metode induktif.
27
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya. Analisa ini perlu dilakukan untuk
mencari makna. Dalam penelitian kualitatif analisis data dalam praktenya tidak
dapat dipisahkan dengan proses pengumpulan data, dan dilanjutkan setelah
pengumpulan data selesai. Dengan demkian secara teoritik, analisis dan
pengumpulan data dilaksanakan secara berulang-ulang untuk memecahkan
masalah (Muhajir,2001)
Analisis deskriptif kualitatif merupakan penjabaran maupun ulasan yang
diuraikan dengan menggunakan kata-kata yang telah diolah dari hasil yang
didapat dari responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan kegiatannya,
kemudian dianalisis dengan kata-kata yang melatarbelakangi responden
berperilaku seperti itu tidak seperti lainnya, direduksi, ditriagulasi, disimpulkan
dan diverifikasikan (Usman dan Purnomo, 2009).
Analisa data merupakan langkah yang menentukan dari sebuah penelitian,
karena analisa berfungsi untuk bagaimana menyimpulkan sebah penelitian
analisa data dilakukan dengan tahapan perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi.
Medote analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskiriptif
kualitatif, yaitu peneliti mengolah data yang didapat dari hasil studi
pustaka,pengamatan,wawancara.
Analisa deskriptif kualitatif merupakan analisa yang menggambarkan
kejadian maupun sesuatu yang telah terjadi yang tidak bisa dijelaskan
menggunakan angkat maupun sistemati. Deskripif kualitatif yang diterapkan pada
penelitian ini diantarana bagaimana penjelasana perencanaan tentang kegiatan
konservasi berbasis ekowisata, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaanya
dan bagaimana penerapan pelaksanaan dalam program yang telah direncanakan
serta manfaat bagi masyarakat sekitar. Fokus penelitian dan analisa data dapat
dilihat pada Tabel 4.
28
Tabel 4. Analisa Data
Fokus Penelitian
Analisa Data
Implementasi
Informasi perencanaan
Realita Pelaksanaan Kegiatan
Dukungan dan Evaluasi
Penyatuan informasi dan penerima tentang perencanaan kegiatan
Sistem perencanaan
Penjabaran kegiatan yang terlaksana
Kesesuaian pelaksanaan dengan perencanaan
Dukungan masyarakat dalam perencanaan maupun evaluasi program
Partisipasi
Partisipasi Masyarakat
Keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan
29
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum
4.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi
Jawa Barat, Posisi koordinat Kabupaten Bekasi terletak di 1060 48' 28” Bujur
Timur 1070 27' 29” dan 6 0 10' 6“ Lintang Selatan. Kabupaten Bekasi memiliki
batas wilayah yaitu .
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebalah Selatan : Kabupaten Bogor
Sebelah Barat : DKI Jakarta dan Kota Bekasi
Sebelah Timur : Kabupaten Karawang
Gambar 2. Denah Kabupaten Bekasi
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
30
Profil Kecamatan Muara Gembong,Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat
tempat dilaksanakannya penelitian tentang Implementasi Kegiatan Konservasi
Komunitas Save Mugo Berbasis Ekowisata terletak 55 Km dari Kota Bekasi
secara geografis terletak pada posisi 06. 000' – 06005' lintang selatan dan 1060.
57 - 107. 0. 02 bujur timur yang merupakan satu kecamatan dari 26
Kecamatan,207 Desa, 14 Keluruhan yang berada di Kabupaten Bekasi dengan
luas Kabupuaten Bekasi sebesar 140,09 km² . Muara Gembong memiliki batas
wilayah yaitu .
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebalah Selatan : Kecamatan Cabangbungin
Sebelah Barat : Kecamatan Babelan
Sebelah Timur : Kabupaten Karawang
Wilayah Muara Gembong merupakan kecamatan terluas yang berada di
Kabupaten Bekasi berdasarkan catatan Kecamatan Muara Gembong memiliki
luas kurang lebih 132.057.026 m² . atau setara dengan 13.205.702 Ha dan
memiliki enam desa yang berlokasi dipinggir pantai. Kecamatan Muara Gembong
merupakan daerah pesisir dengan garis pantai hingga 22 Km. Adapun luas desa
yang berada di Muara Gembong adalah.:
Pantai Bakti : 3.401.763 Ha
Pantai Sederhana : 1.091.844 Ha
Pantai Bahagia : 2.513.169 Ha
Pantai Harapanjaya : 3.243.901 Ha
Pantai Mekar : 1.451.274 Ha
Desa Jayasati : 1.751.381 Ha
31
Gambar 3. Citra Satelit Muara Gembong
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
4.1.2 Keadaan Topografis
Kecamatan Muara Gembong merupakan lokasi keberadaan ekowisata
mangrove berada di daerah pinggiran pantai utara Pulau Jawa. Tanah yang
berada di wilayah Kecamatan Muara Gembong memiliki topografi yang datar
dengan ketinggian kurang lebih 0-5 Meter diatas permukaan laut hal ini yang
menyebabkan derajat kemasaman tanah termasuk kedalam kondisi yang masam
dengan PH tanah diangkat 4.5-5. tipe pasut di Kecamatan Muara Gembong
bersifat tipe diurnal.
Iklim yang terjadi di Muara Gembong berkisar rata-rata antara 28o-32oC
dengan iklim pada siang hari mencapai 29o C hingga 32o C sedangkan pada
malam hari antara 25o C hingga 27o C . Curah hujan tertinggi dan hari hujan
terbanyak terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata curah hujan sebesar
1.360 mm.
32
4.2 Keadaan Umum Penduduk
Keadaaan penduduk yang terdapat di Kecamatann Muara Gembong,
Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat dari data pada tahun 2015 yang
dikategorikan beradasarkan jenis kelamin yaitu 20.427 dengan berjenis kelamin
laki-laki sedangkan penduduk dengan jenis kelamin wanita yaitu sebesar 19.389
dengan total keseluruhan penduduk sebanyak 39.816 Jiwa. Data jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin dan desa dapat dilihat pada table 5.
Table 5. Data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan desa
Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
Pantai Harapan Jaya 3.349 3.212 6.561
Pantai Mekar 4.365 4.124 8.489
Pantai Sederhana 1.752 1.652 3.404
Pantai Bakti 3.539 3.411 6.950
Pantai Bahagia 3.737 3.424 7.161
Jaya Sakti 3.685 2.566 7.251
Jumlah 39.816
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi 2016
Sedangkan untuk Keadaaan penduduk yang terdapat di Kecamatann Muara
Gembong, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat berdasarkan Usia yaitu
dengan usia produktif 15-64 tahun mencapai 64.94 Persen, sedangkan
penduduk dengan dengan usia belum produktif <15 Tahun yaitu sebesar 31.16
Persen dan dengan usia kurang produktif 65 tahun keatas 3.89 Persen dengan
rasio ketergantungan keseluruhan penduduk sebanyak 53.98 persen. Data
jumlah penduduk berdasarkan usia dapat dilihat pada table 6
33
Table 6. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Usia Laki-Laki Perempuan
0-4 2037 1862
5-9 2013 1850
10-14 2035 1961
15-19 2105 1917
20-24 1716 1559
25-29 1482 1561
30-34 1416 1423
35-39 1342 1421
40-44 1219 1284
45-49 1175 957
50-54 875 815
55-59 666 573
60-64 537 449
65-69 322 274
70-74 207 239
75+ 211 235
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi 2016
Setelah melihat keadaan penduduk berdasarkan pada umur dan jenis
kelamin serta pendidikan terakhirnya maka kita dapat melihat bagaimana jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk Muara Gembong untuk mengetahui
bagaimana penduduk Muara Gembong Kabupaten Bekasi mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya. Angkatan kerja merupakan penduduk usia kerja yang
berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, atau sudah punya pekerjaan namun
hanya sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan. Lapangan
usaha merupakan suatu bidang kegiatan dari pekerjaan dimana seseorang
bekerja. Status pekerjaan adalah status seseorang dalam unit usaha dalam
34
melakukan pekerjaan. Upah kerja adalah hasil pendapatan yang diterima oleh
seorang pekerja secara insentif dan pendapatan lain yang diterima secara terus
menerus (uang transport, ransum, dan pendapatan lain dalam bentuk tunai
Mata pencaharian penduduk Muara Gembong sebagian besar adalah dari
sektor pertanian dengan komoditas utama padi, palawija dan perikanan (47,67%)
dan sisanya tersebar di sektor non pertanian seperti buruh pabrik, pedagang,
buruh tani, TKI di luar negeri (52,33%). Berdasarkan letak geografisnya yang
berdekatan dengan Teluk jakarta dan aliran Sungai Citarum menjadikan sekitar
90 % mata pencaharian penduduknya dari usaha perairan yaitu nelayan tangkap
(688 orang) dan pembudidaya tambak (4.262 orang).
Mata pencaharian sebagai petani tambak banyak diminati oleh penduduk di
Kecamatan Muara Gembong karena sarana dan prasarana yang terdapat di
wilayah ini sangat mendukung, seperti kondisi wilayah, iklim dan jenis tanahnya.
Faktor lain yang juga mendorong terbentuknya pertanian tambak adalah harga
rata-rata dari hasil budidaya tambak (budidaya udang, bandeng, rumput laut)
yang cukup tinggi. Sementara peluang usaha-usaha lain yang berbentuk non
perikanan masih sulit untuk dikembangkan karena letak wilayah pesisir ini sulit
dijangkau ke pusat perekonomian melalui jalan darat, sedangkan transportasi
laut yang tersedia masih sangat sederhana
4.3 Keadaan Perikanan
Sebagaimana sektor pertanian, produksi sektor perikanan di Kabupaten
Bekasi kondisinya masih dibawah sektor industri dan sektor jasa, padahal
potensi untuk pengembangan perikanan sangat potensial mengingat Kabupaten
Bekasi memiliki panjang garis pantai 72 Km dan lautan yang sangat potensial
untuk pengembangan perikanan tambak dan tangkapan dari laut. Berdasarkan
data tahun 2012 total produksi perikanan darat dan laut di Kabupaten Bekasi
mencapai 29.837,43 ton, produksi ini didominasi oleh jenis perikanan tambak
35
dengan total 28.166,98 ton, sedangkan untuk kolam sebesar 1.527,08 dan untuk
perikanan tangkap sebesar 1.897,09 ton.
Apabila dilihat dari tingkat peruntukan lahan bagi sektor perikanan khususnya
untuk perikanan tambak dari tahun 2008-2012 mengalami penurunan luas
tambak. Sejak tahun 2008 luas tambak di kawasan pantai Bekasi mencapai
10.495 Ha dan pada tahun 2012 menurun menjadi 9.996,53 Ha. Hal tersebut
sejalan dengan menurunnya Rumah Tangga Perikanan (RTP) tambak dari 1.992
KK menjadi 1.672 KK. Sedangkan untuk jumlah nelayan Rumah Tangga Nelayan
(RTN) dari 713 KK menjadi 727 KK. Sektor pendukung perikanan laut ini juga
disebabkan kurangnya sarana dan prasarana pelelangan ikan, dimana hingga
saat ini jumlah TPI di Kabupaten Bekasi memiliki 2 TPI.
Keadaan sektor perikanan di Kecamatan Muara Gembong sangat tinggi
karena memang lokasinyya yang berada di daerah pesisi Laut Jawa, Di Muara
Gembong jumlah usaha budidaya ikan sebanyak 1.492 rumah tanga, dengan
persentasi terbanyak yang dilaksanakan ditambak dengan persentase 99.13
Persen. Rata-rata luas budidaya ikan ditambak sebesar 33.689.15 m2/rumah
tangga. Jenis komuditas utama di Kecamatan Muara Gembong adalah bandeng,
udang windu. Selain tambak tercatat rumah tangga usaha perikanan tangkap
sebanyak 84.43 Persen.
36
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pelaksanaan Konservasi Mangrove Berbasis Ekowisata
5.1.1 Landasan Hukum Pelaksanaan Kegiatan Konservasi Mangrove
Berbasis Ekowisata
Pelaksanaan Kegiatan Konservasi Mangrove berbasis ekowisata yang
dilaksanakan oleh komunitas Save Mugo mengacu kepada undang undang
nomor 27 tahun 2007 yang berbunyi “bahwa Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil merupakan bagian dari sumber daya alam yang dianugerahkan oleh Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu
dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang;
bahwa Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil memiliki keragaman potensi
Sumber Daya Alam yang tinggi, dan sangat penting bagi pengembangan sosial,
ekonomi, budaya, lingkungan, dan penyangga kedaulatan bangsa, oleh karena
itu perlu dikelola secara berkelanjutan dan berwawasan global, dengan
memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat, dan tata nilai bangsa yang
berdasarkan norma hukum nasional”,
Dalam pengelolaannya Komunitas Save Mugo mengacu dalam pasal 11
tentang RZWP-3-K Kabupaten/Kota yang berisi tentang alokasi ruang dalam
Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum, rencana Kawasan Konservasi, rencana
Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan rencana alur dan keterkaitan
antarekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam suatu Bioekoregion,
Penyusunan RZWP-3-K sebagaimana dimaksud diwajibkan mengikuti dan
memadukan rencana Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan
memperhatikan Kawasan, Zona, dan/atau Alur Laut yang telah ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Dalam pengelolaannya komunitas Save
37
Mugo mengarah pada pemanfaatan dan aturan dua kawasan yang sesuai
dengan RZWP-3K Kabupaten/Kota yaitu kawasan pemanfaatan umum yang
termasuk didalamnya zona pariwisata, zona hutan dan zona fasilitas umum.
Kemudian kawasan konservasi yang memiliki zona inti, zona pemanfaatan
terbatas dan zona lain sesuai peruntukan kawasan.
Dalam kawasan pemanfaatan umum yang didalamnya terdapat zona
pariwisata yang memiliki sub zona wisata pantai yang merupakan salah satu
kegiatan yang dijalankan oleh wisatawan dalam program konservasi berbasis
ekowisata, lalu dalam zona hutan diatur dialamnya tentang pemeliharaan hutan
mangrove yang berada di kawasan Muara Gembong dan dalam zona fasilitas
umum komunitas Save Mugo juga memiliki kegiatan dalam kegiatan pendidikan
untuk anak-anak di Muara Gembong.
Sedangkan dalam kawasan konservasi yang didalamnya terdapat zona inti
Save Mugo juga berfokus dalam perlindungan ekosistem pesisir unik yaitu lutung
jawa, lalu untuk zona pemanfaatan terbatas kegiatan Komunitas Save Mugo
memperhatikan perlindungan habitat dan populasi ikan, lalu pariwisata dan
rekreasi serta pengembangan. Dan untuk zona lain sesuai peruntukan kawasan
pemanfaatannya yaitu rehabilitasi dan perlindungan.
5.1.2 Komunitas Save Mugo
Inisiatif penyelamatan hutan bakau di Muara Gembong melalui gerakan
Save Mugo ini diinisiasikan oleh gerakan Bekasi green attack pada mei 2013.
Inisiatif ini kemudain menjadi besar dan mendapat dukungan dari banyak pihak.
Dengan menggunakan people power melalui kerelawanan. Gerakan Save Mugo
telah mengadakan banyak kegiatan antara lain berupa penanaman hutan bakau,
sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar Muara Gembong,
mengadakan sharing di berbagai media baik digital maupun nondigital serta
kegiatan – kegiatan lainnya.
38
Gerakan komunitas Save Mugo merupakan gerakan yang murni
independen serta menjalankan kegiatan nonprofit yang digerakan oleh tenaga –
tenaga relawan yang memang memiliki empati dan kepedulian yang tinggi
terhadap penyelamatan lingkungan serta sosial ekonomi bagi masyarakat di
Muara Gembong. Gerakan ini secara resmi mengusung ecotourism for
sustainable development di Muara Gembong dengan gerakan komunitas Save
Mugo.
Gerakan komunitas Save Mugo diorganisasikan sebagai gerakan yang
profesional dengan menjalin kerjasama bersama komunitas lain pihak swasta
maupun pemerintah, sehingga semakin banyak pihak yang mendukung dan
mendapatkan dampak yang besar kepada Muara Gembong dengan cakupan
yang lebih luas. Kegiatan ekowisata ini sepenuhnya bertumpu pada
pengembangan masyarakat Muara Gembong dan untuk kesejahteraan mereka.
Kawasan Muara Gembong memiliki sejarah yang panjang terhadap daerah
yang dilindungi pada tahun 1949 pemerintah telah melakukan pembelian tanah
pati kelir yang berada di daerah pantai utara kabupaten Bekasi seluas 9.311 ha
sehingga dengan demikian tanah tersebut merupakan tanah negara yang
bertujuan untuk melindungi bagian muara sungai citarum dan kali Bekasi,
menjaga abrasi, menahan kerasnya angin laut. Demi tercapainya tujuan diatas
maka pemeritah melalui keputusan no. 92/UM/54 yang dikeluarkan pada tanggal
31 Agustus 1994 memutuskan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan
hutan bakau. Kemudian pada tahun 2004 pemerintah kabupaten Bekasi
mengajukan permohonan pemanfaatan lahan hutan yang berada di Muara
Gembong menjadi kota baru pantai. Namun pada tahun 2005 terbit surat
keputusan menteri kehutan yang menyatakan mengubah fungsi kawasan hutan
lindung Muara Gembong menjadi kawasan hutan produksi tetap
39
5.1.3 Perencanaan Kegiatan Save Mugo
Perencanaan serta pengaplikasian kegiatan konservasi berbasis ekowisata
yang dijalankan oleh komunitas Save Mugo mengikuti prinsip-prinsip ekowisata
yaitu Konservasi, yaitu Pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak
sumber daya alam sehingga tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan kegiatan yang dijalankan bersifat ramah lingkungan. Kemudian
dengan prinsip edukasi yaitu Meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah
perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya serta adanya transfer ilmu baik dari Save Mugo ke
Masyarakat sekitar maupun dari masyarakat ke wisatawan. Dalam prinsip
ekonomi, kegiatan ini dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola
kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat. Komunita Save
Mugo juga sangat menjunjung tinggi peran aktif masyarakat yaitu dalam
pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga tahap
pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi.Serta daya tarik wisata yang menjadi
andalan Save Mugo yaitu dengan memanfaatkan adanya satwa endemik lutung
jawa dan penanaman mangrove yang bisa dilakukan oleh wisatawan.
Dengan memperhatikan prinsip ekowisata Kegiatan komunitas Save Mugo
melakukan perencanaan dengan jangka pendek dengan jangka panjang. Untuk
pelaksanaan jangka pendek komunitas Save Mugo dilaksanakan setiap satu
tahun sekali yaitu pada saat penerimaan anggota baru dan dengan turut
melibatkan masyarakat di Muara Gembong Bekasi. Perencanaan kegiatan
jangka pendek meliputi :
1. Kerjasama dengan komunitas pendukung, komunitas Save Mugo
tergabung dalam perkumpulan komunitas di Bekasi. Kerjasama ini antara
40
lain dengan melakukan kegiatan bersama, dan penyebaran informasi
tentang kawasan Muara Gembong.
2. Perencanaan paket wisata edukasi yaitu dengan membuat rute – rute yang
akan dilewati oleh wisatawan saat berkunjung serta membuat plan
kunjungan wisatawan ke Muara Gembong, Bekasi, Jawa barat.
3. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat Muara Gembong setiap
bulannya tentang pelaksanaan konservasi berbasis ekowisata.
4. Melakukan pendisainan ulang terhadap produk-produk yang diproduksi
oleh masyarakat sekitar Muara Gembong yang dibuat dari buah mangrove.
5. Memasarkan produk – produk yang diproduksi oleh masyarakat Muara
Gembong kepada masyarakat luas dengan menjual melalui internet dan
mengikuti pameran – pameran yang diadakan oleh swasta maupun oleh
pemerintah.
6. Peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitar di kawasan Muara
Gembong, Bekasi
Sedangkan untuk perencanaan jangka panjang yaitu dengan membuat
perencanaan kawasan sebagai berikut :
1. Rehabilitasi hutan mangrove sebagai sabuk hijau pelindung wilayah
ekosistem pesisir Muara Gembong harus segera terwujud. Salah satu
tujuan pencapaian sebagai sabuk hijau yaitu harus menanam sebanyak
kurang lebih 30 juta lebih batang mangrove dengan perkiraan 10.000
mangrove per hektar dengan jumlah total kawasan kurang lebih 30 ha.
41
Gambar 4. Perencanaan Penanaman dan Konsrvasi ( Warna Hijau )
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
2. Menetapkan wilayah cagar alam untuk habitat satwa endemik lutung
jawa dan burung – burung pesisir.
Gambar 5. Perencanaan Wisata Cagar Alam
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
3. Melakukan pengelolaan kawasan Muara Gembong sebagai objek wisata
dengan membangun fasilitas wisata alam yang ramah lingkungan dan
sangat menjaga keindahan alam. Dengan demikian akan memicu
peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitar melalui kegiatan
ekowisata.
42
Gambar 6. Perencanaan Pengelolaan Wisata
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
4. Membangun lokasi pengelolaan air bersih serta membangun
manajemen sampah di kawasan pesisir Muara Gembong Bekasi.
Gambar 7 . Perencanaan Pusat Pengelolaan Air Bersih dan
Manajemen Sampah
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
43
5.1.4 Informasi
Pelaksanaan sebuah program harus diperlukan sebuah penyampaian
informasi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program maupun
target pelaksanaan sebuah program hal ini dilakukan agar program berjalan
dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam sebuah perencanaan.
Dengan diadakannya sosialisasi dengan demikian objek atau target dari program
dapat lebih memahami dan harapannya ikut berpatisipai dalam pelaksanaan
program. Sosialisasi dilaksanakan dengan berbagai metode dan pendekatan
tidak hanya dilaksanakan dalam satu kali agar semua pihak dalam memahami
dengan jelas isi dari program tersebut.
Proses penyampaian informasi dalam pelaksanaan kegiatan konservasi
berbasis ekowisata yang dilaksanakan oleh komunitas Save Mugo menggunakan
pendekatan individu dan pendekatan kelompok, pelaksanaan sosialisasi
dilakukan tanpa adanya paksaan, penyuluh memberikan gambaran tentang
bagaimana kerusakan yang terjadi terkait abrasi dan bagaimana potensi yang
ada didalam kawasan Muara Gembong sehingga masyarakat dapat menjaga
lingkungan namun juga mendapatkan nilai ekonomi dari kegiatan-kegiatan
tersebut. Berikut pernyataan oleh Bapak Umam selaku anggota dan penyuluh
dari komunitas Save Mugo.
“Program kegiatan Save Mugo ini sudah kami sosialisasikan kepada
masayarakat baik secara individu maupun secara berkelompok, secara
berkelompok kami mengarah kepada kelompok tani alifbata dan kelompok ibu-
ibu mawar, awalnya sangat susah untuk masuk kedalam Muara Gembong ini
karena masyarakat takut hanya dimanfaatkan dalam kegiatan ini, termasuk salah
satu ketua masyarakat yang sekarang menjadi partner kita awalnya sangat
menentang dengan program ini, karena sebelumnya pernah datang sebuah
44
lembaga namun mereka merasa hanya dimanfaatkan sehingga hal ini
memuculkan berbagai alasan untuk menolak, namun kami terus memberikan
penyuluhan jika maksud kami seratus persen untuk masyarakat sehingga lama-
kelamaan masyarakat sudah mengerti dan timbulah kelompok sadar wisata
(Pokdarwis) dan proses sosialisi kami bisa berjalan dengan baik setelahnya
dengan bantuan kelompok-kelompok masyarakat”
Berikut ini pernyataan dari Bapak Putera selaku anggota Pokdarwis di Pantai
Bahagia, Muara Gembong.
“Untuk sosialisi dari komunitas Save Mugo ke masyarakat sangat
baik,karena mereka tidak hanya datang sekali namun berkali kali meskipun
datangnya tidak terjadwal seperti kadang sebulan datang, atau 2 bulan datan
sekali namun bagi kami itu sudah cukup untuk memberikan gambaran program
apa saja yang akan dilaksanakan, masyarakat juga dilibatkan dalam
perencanaan seperti perencanaan kegiatan baru, atau membuat produk baru
masayarakat dilibatkan seluruh prosesnya jadi kamipun merasa aman dan
percaya,namun tidak semua masyarakat disini mengikuti sosialisasi mungkin
karena malas atau apapun, namun kelompok masyarakat dan RT selalu
menyampaikan kembali kemasyarakat agar tidak terjadi salahpaham”
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa penyampaian informasi
dalam pelaksanaan kegiatan konservasi berbasis ekowisata dapat dikategorikan
baik, pihak Save Mugo juga memberikan penjelasan yang baik sehingga
masyarakat banyak yang terlibat dalam pelaksanaan program. Masyarakat juga
diikut sertakan dalam perencanaan dengan demikian masyarakat lebih merasa
dipercaya dengan segala kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh komunita
Save Mugo.
45
5.1.5 Pelaksanaan dan Pencapaian Kegiatan
1. Pelaksanaan Kegiatan
Berdasarkan perencanaan program kegiatan konservasi berbasis
ekowisata yang dijalankan oleh komunitas Save Mugo di Kecamatan Muara
Gembong, Kabupaten Bekasi antara lain.
A. Kegiatan Wisata Edukasi
Pelaksanaan kegiatan ekowisata yang dilaksanakan oleh komunita Save
Mugo seratus persen dikembalikan kepada masyarakat sekitar, dikembalikan
dalam masyarakat sekitar dalam artian seluruh uang yang diterima akan
diberikan seluruhnya kepada masyarakat sekitar yang menemani dan
menfasilitasi kegiatan tersebut, Save Mugo merupakan komunitas kerelawanan
yang sama sekali tidak mengambil profit dalam segala jenis acara,program,
kunjungan,kerjasama yang dijalankan di Muara Gembong.
Dalam kasus kegiatan yang mendatangkan wisatawan dalam berkunjung ke
Muara Gembong, peran dari komunitas Save Mugo yaitu :
1. Mempromosikan konservasi mangrove berbasis ekowisata mangrove di
Muara Gembong kepada komunitas lain, lembaga, sekolah dan
masyarakat melalui pendekatan langsung maupun dengan promosi
melalui sosial media.
46
Gambar 8 . Promosi Melalui Website dan Sosial Media
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
2. Menyusun rute-rute kunjungan yang akan dilaksanakan oleh wisatawan
saat berkunjung ke Muara Gembong, Untuk rute yang dilalui yaitu
wisatawan menuju titik kumpul di kecamatan Muara Gembong, kemudian
dari kecamatan para wisatawan akan diantarkan menggunakan perahu
menyelusuri sungai citarum selanjutnya akan mengitari ekosistem hutan
mangrove kemudian diakhiri dengan menanam mangrove bersama dan
kunjungan ke habitat lutung jawa yang berada di Muara Gembong.
47
Gambar 9 . Penanaman Mangrove Oleh Wisatawan
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
3. Membuat rencana biaya wisata untuk para wisatawan yang akan
berkunjung ke Muara Gembong .
Tabel 7. Rencana Biaya
Jenis
Biaya
1. 1 Mangrove
Rp.7.000/ Peserta
2. Konsumsi Perorang
Rp.15.000/ Peserta
3. Transportasi Perahu. Kapasitas 20 Orang Kapasitas 30 Orang
Rp.350.000 Rp.400.000
4. Biaya Bilas
Rp.2.000 / Peserta
5. Parkir Bus Mobil Motor
Rp.30.000 Rp.15.000 Rp.2.500
6 Donasi Habitat Lutung Jawa
Rp.2.000/Peserta
48
7. Pin Muara Gembong
Rp.5.000/Peserta
8. Guide Lokal
Rp.5.000/ Peserta
Biaya mangrove sudah termasuk didalamnya bibit, tiang bambu,
perawatan selama satu tahun dan biaya sulam, biaya diatas bukanlah
biaya pasti, pihak wisatawan bisa meminta fasilitas lain maupun
mengurangi fasilitas yang diberikan.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan Save Mugo mengarahkan seluruh
perjalanan wisatawan kepada masyarakat, dan pihak Save Mugo hanya
sebatas menemani selebihnya masyarakat diberikan kebebasan untuk
menfasilitasi segala kegiatan yang dijalankan oleh wisatawan, biaya yang
dikeluarkan juga langsung masuk ke masyarakat, seperti contoh terdapat
biaya perahu maka wisatawanlah yang memberikan biaya perahu
tersebut kepada pemilik perahu.
Gambar 10 . Perahu Pengangkut Wisawatan
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
49
Setelah wisatawan berkeliling hutan mangrove setelahnya
masyarakat bisa untuk menanam sendiri mangrove yang telah dibeli dan
menanam bersama-sama dengan ditemani oleh masyarakat sekitar dan
guide lokal dengan juga diberikan penjelasan tentang jenis-jenis
mangrove dan manfaat yang telah dirasakan oleh masyarakat dari
tanaman mangrove itu sendiri, di beberapa kesempatan wisatawan juga
bisa melihat proses pembuatan sirup mangrove, dodol mangrove dan
kripik mangrove yang diproduksi oleh masyarakat di Muara Gembong.
Gambar 11 . Proses Pengelolaan Produk
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
A. Produksi Hasil Olahan Mangrove
Pengelolaan hasil mangrove merupakan salah satu program kegiatan
konservasi berbasis ekowisata yang dijalankan oleh komunita Save Mugo
bersama masyarakat sekitar, Anggota Save Mugo yang memiliki keahlian dalam
pengeolahan hasil mangrove memberikan sosialisasi kepada ibu-ibu di kawasan
Muara Gembong untuk bersama-sama membuat olahan, Hal ini selain
memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat juga akan memberikan nilai
edukasi kepada wisawatan tentang manfaat dari ekosistem hutan mangrove.
50
Produk yang diolah dikawasan Muara Gembong yaitu dodol mangrove, dodol
dikemas kedalam wadah plastik dan dijual per 8 pcs dengan harga Rp.7.000
sedangkan untuk Sirup yang dikemas dengan wadah botol ukuran 350 ml dijual
dengan harga Rp.25.000 dan Kripik Dijual dengan Harga Rp.10.000.
Gambar 12 . Produk Olahan Mangrove Muara Gembong
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
Save Mugo juga melakukan pengemasan ulang terhadap produk-produk
setiap tahunnya agar produk lebih menarik dan bisa dipasarkan secara luas
selain itu juga komunitas Save Mugo bersama pokdarwis setempat ikut serta
kedalam pameran-pameran yang diadakan oleh pemerintah maupun lembaga
lain.
B. Pencapaian
Pelaksanaan kegiatan konservasi mangrove berbasis ekowisata yang
dijalankan oleh komunitas Save Mugo di Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat
bisa dikatakan berjalan baik namun belum benar-benar berhasil, berjalan baik
dapet dikatakan dari banyaknya jumlah wisatawan yang berasal dari lembaga
lain yang datang, semakin besarnya partispasi oleh masyarakat sekitar, liputan
dari media media nasional dan jumlah tanaman mangrove yang berhasil di tanam
selama program yang dilaksanakan oleh komunitas Save Mugo.
51
Dan pencapaian tidak berhasil karena adanya penurunan pengunjung dari
tahun 2015 ke tahun 2016 namun dari tahun 2016-2017 terjadi peningkatan
pengunjung yang dapat dilihat di table berikut.
Tabel 8. Jumlah Pengunjung
Tahun Jumlah Penunjung Persentase dari Total
2012 (Sebelum Program Save Mugo )
- -
2013 300 4.37 %
2014 1206 17.6 %
2015 2478 36.16 %
2016 1358 19.8 %
2017 1510 22.1 %
TOTAL 6852 100 %
Pencapaian dalam konteks sosialisasi melalui media, dapat dikatakan Save
Mugo cukup menarik media nasional untuk meliput kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di Muara Gembong dan dengan demikian juga turut
mempromosikan Muara Gembong kepada masyarakat luas. Totak 50 media
cetak dan elektronik yang telah meliput kegiatan Save Mugo, diantara media
yang meliput adalah NET Tv, Trans Tv, Kompas Tv, Rajawali Tv,DAAI Tv, Radio
Dekta, Radio RRI dan lain sebagainya.
52
Gambar 12. Wawancara Media
(Sumber : Dokumentasi Save Mugo, 2018)
Dalam pelaksanaan kegiatan konservasi mangrove berbasis ekowisata di
Muara Gembong juga menarik minat para relawan untuk mendukung tercatat
total 750 relawan dan supporter yang ikut dalam menggerakan gerakan #Save
Mugo dalam edukasi,pendampingan,kampanye lingkungan maupun
keberlangsungan ekosistem mangrove di Muara Gembong.
Pencapaian lainnya adalah banyaknya jumlah mangrove yang ditanam
selama komunitas Save Mugo di bentuk, dari tahun 2013 hingga 2017 tercatat
107.165 mangrove yang sudah berhasil ditanam oleh komunitas Save Mugo di
Muara Gembong, Bekasi Jawa Barat dengan rincian pertahunnya sebagai berikut
Tabel 9. Jumlah Mangrove Yang Ditanam
53
Tahun Jumlah Mangrove Persentase Dari Total
2012 (Sebelum Program Save Mugo )
-
-
2013 11.353 10.6 %
2014 6.740 6.28 %
2015 19.815 18.49 %
2016 38.520 35.94 %
2017 30.737 28.68 %
TOTAL 107.165 100 %
Dalam hal perputaran uang di Muara Gembong selama Mei 2013 hingga
2017 terbilang sangat tinggi, perputaran uang berasal dari kunjungan wisatawan,
maupun kunjungan dari lembaga dan komunitas lain serta pendanaan dana CSR
dari berbagai perusahaan di Indonesia yang mengadakan kegiatan konservasi
mangrove di Muara Gembong. Total dari tahun 2013 hingga 2017 jumlah
perputaran keuangan melalui kegiatan mangroving dan kegiatan ekowisata
sebesar Rp.1.046.156.000 dengan rincian pertahunnya sebagai berikut
Tabel 10. Perputaran Keuangan Melalui Kegiatan Mangroving Dan Kegiatan
Ekowisata
Tahun Perputaran Keuangan
Persentase Dari Total
2012 (Sebelum Program Save Mugo )
-
-
2013 Rp. 56.765.000 5.42 %
2014 Rp. 50.587.000 4.83 %
2015 Rp. 227.560.000 21.75 %
54
2016 Rp. 399.929.500 38.22 %
2017 Rp. 311.414.500 28.68 %
TOTAL Rp. 1.046.156.000 29.76 %
Perputaran Keuangan yang didapat dari pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh komunitas Save Mugo tidak sepenuhnya berasal dari pendapatan
wisatawan melainkan juga berasal dari donasi dan dan CSR dari hasil kerjasama
antara komunitas Save Mugo dengan berbagai perusahaan, Dana yang didapat
pada tahun pertama dan kedua Rp.20.000.000 juta didapat dari hasil dari donasi
sebuah perusahaan lokal yang berfokus pada perencanaan dan penataan
kembali, sedangkan dana yang diadapat pada tahun 2015 dan 2017 sebesar
Rp.200.000.000 juta didapat dari dana CSR perusahaan multinasional honda
sedangkan untuk dana yang didapat dari tahun 2016 sebesr Rp. 350.000.000
yaitu berasal dari donasi program geotube.
Secara keseluruhan pencapaian dari berbagai kegiatan yang dijalankan oleh
komunitas Save Mugo, bahwasanya kegiatan konservasi berbasis ekowisata
yang dijalankan di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi telah mencapai level
yang baik namun belum sukses dengan memenuhi standar indikator berhasilnya
ekowisata yaitu Aspek penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat dinilai
dengan 3 indikator, yaitu badan, peran, dan bentuk kegiatan penyelenggaraan
pemberdayaan masyarakat yang semuanya telah dicapai dalam program yang
dijalankan oleh komunitas save mugo dengan saat melibatkan masyarakat dalam
setiap kegiatan ekowisata, kemudian dalam Indikator keberhasilan dari
peningkatan kapasitas masyarakat meliputi partisipasi lokal, pengetahuan dan
keterampilan masyarakat setempat, kepemimpinan, struktur masyarakat, rasa
kebersamaan, dan kemitraan eksternal, Komunitas Save Mugo benar-benar
memberikan kesempatan kepada masyarakat dan memberikan transfer ilmu
55
yang baik dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
ekowisata.
Sedangkan untuk Kualitas wisata dinilai dengan indikator kunjungan yang
berkesinambungan di wilayah tersebut, dan kesiapan masyarakat dinilai dengan
menganalisis seberapa siap masyarakat jika wilayahnya dijadikan kawasan
ekowisata masih sangat kurang dalam kunjungan berkesinambungan karena
sejauh ini kegiatan wisata belum terfokus pada kegiatan perorangan sehingga
program ini belum dikatakan sukses. Dalam Transparansi pengelolaan dinilai
dengan 3 indikator, yaitu manfaat yang didapatkan masyarakat, pendistribusian
keuntungan, dan tanggapan masyarakat atas kegiatan wisata di wilayahnya
sangat tinggi, masyakarakt sepenuhnya mendapat keuntungan tanpa adanya
potongan dari Komunitas Save Mugo.
Dalam aspek konservasi, dengan penanaman mangrove dalam pelaksanaan
konservasi berbasis ekowisata, serta menurunnya abrasi yang terjadi sebelum
pelaksanaan konservasi berbasis ekowisata sudah berjalan dengan baik dengan
semakin banyaknya jumlah mangrove dan ditanam serta menurunnya abrasi di
daerah Muara Gembong.
5.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Konservasi Mangrove Berbasis
Ekowisata Di Muara Gembong
Program Kegiatan Konservasi Mangrove Berbasis Ekowisata Di Muara
Gembong merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh komunitas
Save Mugo untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
ekosistem mangrove dan memanfaatkan ekosistem mengrove sebagai sebuah
nilai baik secara ekologi dan ekonomi. Dengan masyarakat sebagai pelaku
utama dalam program ini, maka peran masyarakat sangat penting dalam
pelaksanaan program ini. Setelah melakukan wawancara dengan 12 masyarakat
56
sekitar, masyarakat di pantai bahagia sangat terbantu dengan adanya program
yang dilaksanakan oleh komunitas Save Mugo karena masyarakat sudah
menyadari tentang bahayanya abrasi dan pentingnya menjaga lingkunga, pantai
bahagai merupakan salah satu daerah yang paling parah terkena dampak dari
abrasi dan dengan diajaknya masyarakat dalam pencarian solusi membuat peran
masyarakat juga sangat tinggi.
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Kegiatan Konservasi Mangrove
Berbasis Ekowisata Di Muara Gembong pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan beberapa indikator, antara lain kontribusi masyarakat dan
keterlibatan masyarakat..
Masyarakat di Pantai Bahagia Muara Gembong sangat berperan aktif dalam
pelaksanaa program yang dijalankan, hal ini dibuktikan dengan sangat ramahnya
setiap lapisan masyarakat kepada peneliti dan wisatawan yang berkunjung ke
daerah tersebut. Pelaksanaan sosialisasi juga meliibatkan berbagai pihak
disemua lapisan masyarakat mulai dari ketua Rukun Warga dan Rukun Tetangga
hingga Kelompok-Kelompok Masyarakat. Sedangkan untuk pelaksanaan
kegiatan masyarakat juga sangat diikut sertakan karena pada dasarnya program
kegiatan yang dilaksanakan oleh komunita Save Mugo hampir seluruhnya
diserahkan kepada masyarakat sekitar.
Dalam pembelian bibit mangrove untuk ditanam oleh lembaga lain/
Wisatawan merupakan bibit yang dibuat oleh masyarakat, sehingga dalam
pengadaan bibit sendiri masyarakat sudah mendapatkan nilai ekonomi dan
membuat masyarakat semakin senang dengan dijalankannya kegiatan
konservasi mangrove berbasis ekowisata oleh komunitas Save Mugo.
Partispasi masyarakat sangat tinggi, bahkan jika wisatawan sudah
berkunjung dan sudah berada di Muara Gembong tidak terasa lagi peran dari
komunita Save Mugo karena masyarakat seluruhnya dilibatkan dimulai dari
57
perjalanan menggunakan perahu hingga penanaman mangrove, semuanya
dilakukan oleh masyarakat sekitar yang sudah diberikan penyuluhan oleh
komunitas Save Mugo.
Masyarakat menjalankan program yang dijalankan oleh komunitas Save
Mugo tanpa adanya paksaan dari pihak manapun, semuanya berasal dari
kemauan masyarakat sendiri.Masyarakat memiliki berbagai macam alasan
kenapa mereka mau mengikuti Program kegiatan konservasi mangrove berbasis
ekowisata oleh komunitas Save Mugo. Alasan para petani mau menjalankan
kegiatan yang diselenggarakan oleh Save Mugo antara lain:
Masyarakat sadar tentang pentingnya ekosistem mangrove bagi
kehidupan mereka. Dan khawatir akan dampak abrasi bagi kehidupan
mereka
Sebagai tambahan penghasilan bagi masyarakat melalui kunjungan
wisatawan, penjualan bibit mangrove dan hasil olahan mangrove
Jelasnya tentang program yang dijalankan dan masyarakat sangat
diajak dalam segala penyusunan dan rencana program kedepannya.
Namun tidak seluruh masyarakat di Muara Gembong aktif dalam
pelaksanaan program yang dilakukan oleh komunita Save Mugo, banyak juga
masyarakat yang hanya hadir saat diadakan acara-acara besar atau acara acara
tertentu saja. masyarakat yang tergabung dalam kelompok tidak hanya
berbagi informasi kepada sesama masyarakat yang ada dikelompok saja,
melainkan juga memberikan informasi kepada yang tidak tergabung dalam
kelompok. Secara tidak langsung, informasi yang diberikan mereka akan
membuat masyarakat lain untuk tertarik dan ingin mengikuti Program
kegiatan konservasi mangrove berbasis ekowisata oleh komunitas Save Mugo
58
lebih mudah tertarik setelah melihat langsung yang ada dilapang dibandingkan
dengan sosialisai yang diadakan .
Tabel 11. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Konservasi Berbasis
Ekowisata
No Aspek/Kriteria Kondisi
1 Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu Sedang
2 Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.
Tinggi
3 Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.
Tinggi
4 Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata.
Tinggi
5 Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan ekowisata.
Tinggi
6 Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.
Tinggi
7 Membentuk kerjasama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.
Tinggi
59
5.3 Pengaruh Ekonomi Kegiatan Konservasi Mangrove Berbasis
Ekowisata Bagi Masyarakat Sekitar
Komunitas Save Mugo sebagai lembaga non profit sangat mengedepankan
dari masyarakat untuk masyarakat, segala proses dari hulu dan hilir
dilkembalikan kepada masyarakat sehingga penambahan ekonomi untuk
masyarakat sekitar sangat terasa manfaatnya tampa potongan apapun oleh
komunitas Save Mugo
Keterlibatan masyarakat dalam mendukung wisata dan manfaat lain yang
dirasakan yaitu Penggunaan Perahu warga sebagai alat transportasi wisatawan,
seluruh wisatawan diharuskan untuk menggunakan perahu jika iingin mengelilingi
hutan mangrove karena jalan untuk akses ke daerah pesisir masih belum bagus
dengan demikian pula masyarakat akan mendapatkan tambahan penghasilan
dari penyewaan perahu. Untuk Perahu yang berisi 20 orang dikenakan tarif
sebesar Rp.250.000 dengan demikian dalam satu kali kunjungan satu perahu
didapatkan keuntungan Rp.100.000 dalam satu bulan dirata-ratakan dari
kunjungan yang didapat tahun 2017 sebesar 1510 orang pertahun dan dibagi
perbulannya sebesar 125 orang perbulannya maka penghasilan kotor dari sektor
perahu didapat hasil sebesar Rp.2.450.000 yang dibagi kedalam 3 perahu maka
masing masing kepala akan mendapatkan penghasilan sebesar Rp.816.000
Perbulannya.
Kemudian penambahan penghasilan juga dirasakan oleh kelompok sadar
wisata yang menemani wisatawan yang berkunjung ke Muara Gembong, dengan
biaya pemandu wisata perorang jika dikalikan dengan jumlah rata-rata kunjungan
125 orang perbulan selama tahun 2017 maka masyarakat yang menjadi
pemandu wisata akan mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp.625.000
dalam sebulan.
60
Dalam satu kali kunjungan 20 wisatawan minimal produk yang terjual
sejumlah wisatawan yang hadir. Menurut Pak Sonaji anggota Pokdarwis di
Pantai Bahagia, Muara Gembong.
“Setiap wisatawan yang hadir pasti membeli produk-produk yang dijual di sini
tanpa kita tawarkanpun wisatawan akan membelinya, setelah wisatawan
menanam kita menjelaskan produk-produk olahan sambal menunjukan hasilnya
yang sudah jadi, mungkin karena penasaran rasanya dan juga bisa dijadikan
oleh-oleh masyarakat membelinya tanpa kita minta, penghasilan dari produk
mangrove lumayan sekali kunjungan dengan 20 orang rata-rata untung yang
diperoleh minimal 200-500 ribu rupiah”
Sedangkan penambahan penghasilan lainnya dengan penjualan bibit
mangrove yang akan ditanami di daerah Muara Gembong Menurut Umam
anggota dari komunitas Save Mugo
“Setiap satu bibit, masyarakat yang menanam bibit dan memelihara bibit
tersebut mendapatkan Rp.1000 setiap bibitnya”
Jika pada tahun 2017 terdapat 30,737 bibit mangrove yang ditanam maka
jumlah penambahan penghasilan yang didapat sekitar Rp. 30.737.000 dalam
satu tahunnya yang kemudian dibagi kepada 15 kepala yang tergabung kedalam
kelompok tesebut.
Penambahan penghasilan lainnya didapat dari parkir dan konsumsi jika
dalam kunjungan wisatawan menambahkan konsumsi saat melakukan
kunjungan wisata edukasi di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Menurut Pak
Jamal yang merupakan nelayan di Muara Gembong mengatakan
“Memang penghasilan terasa ada peningkatakan namun memang tidak
begitu besar, namun kami tetap harus bersyukur karena wisatawan juga ikut
membantu kami dalam kelangsungan hidup kami kedepannya dengan turut
menanam mangrove yang sudah menjadi faktor yang sangat penting bagi
61
kehidupan masyarakat sekita. Dengan adanya program yang dijalankan oleh
komunitas Save Mugo masyarakat juga lebih terbuka dengan orang-orang luar
yang ingin membantu baik membantu dalam lingkungan dan juga membantu
dalam fasilitas lain seperti air bersih, program ini juga menurunkan pengeluaran
untuk membeli air bersih.
Tabel 12. Pengaruh Ekonomi Masyarakat Dalam Program Konservasi
Berbasis Ekowisata
No Aspek/Kriteria Kondisi
1
Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif
Tinggi
2 Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk kesejahteraan penduduk setempat.
Tinggi
3 Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalm bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.
Tinggi
4 Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya
Tinggi
5 Meningkatkan pendapatan masyarakat. Sedang
Tabel 13. Perbandingan Sebelum Program Save Mugo dan Setelah
Program Save Mugo 2013
Sebelum Program Save Mugo 2013 Sesudah Pogram Save Mugo 2013
Tidak Adanya Konservasi Magrove
dan pemanfaatan Ekowisata
Adanya Program Konservasi Mangrove
Dari Masyarakat berbasis Ekowisata
62
Pekerjaan Masyarakat Hanya sebagai
Nelayan , ekonomi hanya bergantung
pada hasillaut
Pekerjaan Masyarakat sebagai
Nelayan,Wirausaha Pengelolaan
Mangrove, Pemandu Wisata dan
Penyedia Jasa Wisata sehingga
adanya peningkatan ekonomi
Perahu hanya digunakan untuk
melaut
Perahu digunakan sebagai alat
transportasi wisatawan dan
meningkatkan ekonomi masyarakat
Masyarakat tidak sadar dengan
dampak abrasi dan pentingnya
ekosistem mangrove serta
pemanfaatanya
Masyarakat sadar dengan dampak
abrasi dan pentingnya ekosistem
mangrove dan memanfaatkan potensi
dari produk mangrove
Masyarakat merasa resah dengan
kedatangan orang lain dari pihak luar
Masyarakat sudah sangat akrab
dengan kedatangan orang lain dari
pihak luar sehingga bantuan terus
mengalir
Dengan demikian peningkatan ekonomi dalam pelaksanaan kegiatan
konservasi mangrove berbasis ekowisata yang dilaksanakan oleh komunitas
Save Mugo terasa namun tidak terlalu besar, karena program yang dilaksanakan
oleh komunitas Save Mugo masih terfokus pada pelaksanaan kegiatan yang
berkerjasama dengan komunitas lainnya, sekolah maupun universitas serta
lembaga dan perusahaan. Peningkatan fasilitas terus ditingkatkan agar
kedepannya masyarakat perorangan akan sering datang untuk mengunjungi
Muara Gembong melalui gerakan komunita Save Mugo.
63
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada implementasi kegiatan konservasi
mangrove komunitas Save Mugo berbasis ekowisata di Muara Gembong,
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi kegiatan konservasi mangrove komunitas Save Mugo
berbasis ekowisata di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa
Barat berjalan baik namun belum dikatakan sukses. Dikatakan baik
hal ini didasari dengan besarnya jumlah perputaran uang dan jumlah
mangrove yang ditanam tiap tahunnya dan dikatakan belum sukses
karena masih adanya penurunan angka pada tahun sebelumnya.
Komunitas Save Mugo sangat mementingkan masyarakat karena
segala kegiatan yang dilaksanakan merupaka program dari
masyarakat dan untuk masyarakat dalam berbagai kesempatan
komunitas Save Mugo hanya berperan sebagai sarana penghubung
bagi masyarakat dan pihak luar.
2. Partisipasi masyarakat dengan bergabung dalam kegiatan konservasi
mangrove komunitas Save Mugo berbasis ekowisata di Muara
Gembong sangat baik dan memiliki angka partisipasi yang tinggi,
masyarakat sangat diikutsertakan dalam segala perencanaan dan
kegiatan program yang dilakukan oleh komunitas Save Mugo .
3. Peningkatan ekonomi dalam pelaksanaan kegiatan konservasi
mangrove berbasis ekowisata yang dilaksanakan oleh komunitas
Save Mugo terasa namun tidak terlalu besar yang berasal dari biaya
untuk pembelian bibit oleh wisatawan, biaya untuk menaiki perahu,
64
penjualan produk olahan mangrove dan dari biaya jasa pemandu
wisata .
6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam pada implementasi kegiatan
konservasi mangrove komunitas Save Mugo berbasis ekowisata di Muara
Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat selaku peneliti sebagai berikut:
1. Komunitas Save Mugo , Komunitas Save Mugo lebih aktif atau
meningkatkan dalam memberikan informasi melalui media online agar
dapat menarik lebih banyak wisatawan, Komunitas Save Mugo
hendaknya sudah mengatur perencanaan kegiatan ekowsita dalam
cangkupan perorangan dan pengelolaan wisata yang lebih besar serta
masif. Kemudian Membuat team yang benar-benar bekerja serta focus
dalam pengembangan ekowisata karena jika terus dilakukan dalam
kegiatan sukarela yang dikhawatirkan program-program jangka panjang
akan terhambat pelaksanaanya karena sistem kerelawanan kita dapat
memaksa seseorang untuk tetap berada dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh komunita Save Mugo.
2. Pemerintah, Pemerintah lebih memperhatikan kondisi ekowisata yang
ada, agar potensi pada daerah tersebut dapat dikembangkan lebih
lanjut, serta membantu meningkatkan sarana dan prasarana yang ada
saat ini sehingga lebih membuat rasa nyaman pengunjung. Pemerintah
juga hendaknya harus berkoordinasi dengan pihak terkait jika adanya
plan pembangunan agar usaha yang dijalankan oleh komunitas Save
Mugo dan masyarakat tidak sia-sia
65
3. Masyarakat, Seluruh Masyarakat hendaknya turut berpatisipasi tidak
hanya sebagian karena semua manfaat akan dirasakan oleh
masyarakat, dan masyarakat juga turut untuk membantu dalam proses
birokrasi ke pemerintahan.
4. Perguruan Tinggi, Diharapkan semakin banyak program program
penelitian yang berhubungan dengan Muara Gembong dan dalam
penelitian selanjutnya dapat dhitung bagaimana dampak ekonomi dalam
angka dari abrasi yang terjadi di Muara Gembong, bagaimana dampak
ekonomi dalam angka abrasi setelah adanya program konservasi dan
turut membantu dalam permasalahan yang ada di Muara Gembong
dengan skema pengajuan proposal program pendanaan ke dinas terkait.
66
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran, 1974. Al-Qur’an dan Terjemahannya Mushaf Al-Madina An-
Nabawiyah. Lembaga Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd. 604 hlm
Amri. Andi. 20015 .Community Participation In Rehabilitation, Conservation And
Management Of Mangroves: Lessons From Coastal Areas Of South
Sulawesi, Indonesia . Kyoto University. 29 : 19-30
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari
Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Kualitatif. Universitas
Pendidikan Indonesia. 56 hlm.
Dephut. 2003. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009. Pedoman
Pengembangan Ekowisata Di Daerah: Panduan Dasar Pelaksanaan
Ekowisata. Jakarta. Indonesia.
Diposaptono, S., Budiman, Dan F. Agung. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim Di
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Bogor: Penerbit Buku Ilmiah Populer.
89 hlm.
Ditjen PHPA, Dephut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian
Alam, Departemen Kehutanan. 1996. Keputusan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No. 129/Kpts/DJ-VI/1996 tentang
Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman
Buru, dan Hutan Lindung. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan. Jakarta .
67
Drs. Syaukani, dkk. 20013 , Otonomi Daerah dalam Negara kesatuan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet III, 178 hlm.
Edi Mulyadi,2007. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Ekowisata, Jurnal Ilmiah
Teknik Lingkungan , 1 (02) : 51-52,
Endang Danial A.R Nanan (2009) Metode Penulisan Karya Ilmiah, Laboratorium
PKn, Universitas Pendidikan Indonesia. 64 hlm
Kusmana, C., 1993. A Study on Mangrove Forest Management Based on
Ecological Data in East Sumatra, Indonesia. PhD. Dissertion, Kyoto
University, Japan. 4 (06): 31-34.
Mawardi,I . 2006 Pengembangan Ekowisata Sebagai Strategi Pelestarian Hutan
Mangrove (Studi Kasuus Huan Mangrove Pantai Utara,Indramayu) Peneliti
Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi ,
2 (06) : 67-69.
Nasution. 2012. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara ; Jakarta 192
hlm.
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan, 163 hlm.
Primyastanto, Mimit. 2016. Analysis Of Marketing Mix At “Wisata Bahari
Lamongan” Lamongan Regency, East Java. Universitas Brawijaya. Malang
04 (01) : 46-53
Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta.
Bandung. 56 hlm.
Saparinto.C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Penerbit Dahara Prize
Semarang.78 hlm
68
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.456 hlm.
Surmayadi, Nyoman. I. 2005. Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi.
Daerah. Jakarta. Citra Utama. 432 hlm.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Prakatis Penelitian Kuantitatif .
Gramedia ; Jakarta. 400 hlm.
Umar, Husein. 1999. Metodologi Penelitian (Aplikasi dalam Pemasaran)
Gramedia ; Jakarta. 350 hlm/
Usman. 2006. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta : PT.
Bumi Aksara. 684 hlm.
Wijayanti,T.,2007 . Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Wisata Pendidikan,
Teknik Lingkungan Universitas Veteran Jawa Timur. 5 : 42-26
Wood , Megan Epler 2002 , Ecotourism: Principles, Practices and Policies for
Sustainability Kyoto University, Japan. ISBN: 92-807-2064-3
69
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Skripsi
70
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
Tempat Pembibitan Pohon Mangrove
Tempat Penanaman Mangrove
71
Area Penanaman Magrove
Proses Wawancara dengan Masyarakat.
72
Produk Olahan Mangrove