ilmu kesehatan anak (1)
TRANSCRIPT
ILMU KESEHATAN ANAK
Dr.muhamad ibnu Sina
Kardiologi
PJB - KlasifikasiPenyakit Jantung Bawaan (PJB)
Asianotik Sianotik
L-R Shunt Tanpa L-R Shunt ↑ aliran darah ke paru
Aliran darah ke paru N
↓ aliran darah ke paru
PDAASDVSD
ASPS
CoA
TGA dgn VSDTruncus Arteriosus
TAPVD
TGA tanpa PS ToFAtresia PulmonerAtresia Trikuspid
Darah kaya O2 tercampur dengan miskin O2
Darah kaya O2 bocor, beban jantung bertambah
VSD
• Left to right shunt• LA, LV, dan PA enlargement pulmonary
vascular obstructive disease pulmonary hypertension (PH) eisenmenger syndrome
• PF: murmur pansistolik di sela iga ke 3 dan ke
4 tepi kiri sternum menjalar ke sepanjang
tepi kiri sternum.
ASD
• Left to right shunt• RA, RV, dan PA enlargement pulmonary
vascular obstructive disease pulmonary hypertension (PH) eisenmenger syndrome
• Tidak bergejala s/d 20-30 th• PF: Fixed split S2, sistolik ejection murmur
(relative pulmonal stenosis [PS]), mid diastolic murmur (relative tricuspid stenosis [TS])
PDA
• Left to right shunt• LA, LV, ascending Ao and PA enlargement
pulmonary hypertension (PH) eisenmenger syndrome
• PF: continuous murmur
TOF
• VSD, pulmonary stenosis, overriding aorta and right ventricular hypertrophy
• Cyanotic spell: biru jadi tambah biru karena sistemik perifer resistance ↓ (nangis). Dapat diperbaiki dengan cara ↑ resistensi perifer (jongkok)
• PF: single second heart sound (PS)• Foto thoraks: boot shape
Respirologi
Konsep Dyspnea pada Anak
Dyspnea
Flow disorders
Volume disorders
Intrathorax
Extrathorax
Intrathorax
Extrathorax
Obstruksi sal napas distal
Obstruksi sal napas proksimal
Gangguan parenkim paru
Gangguan extrapulmoner
Gangguan compliance paru
Gangguan pusat napas
• Pada bronkiolitis terjadi gangguan flow karena bronkokonstriksi
Bronkiolitis - Pathogenesis
• Invasi virus inflamasi akumulasi mukus, debris dan edema obstruksi bronkiolus pada fase inspirasi dan ekspirasi ada mekanisme ‘klep’ yang menyebabkan air trapping overinflasi dada ventilasi turun dan hipoksemia frekuensi napas naik; pada keadaan berat dapat terjadi hiperkapnia, obstruksi todal dapat menyebabkan atelektasis
Bronkiolitis – Definisi, Gejala Klinis, Diagnosis, Tatalaksana
• Definisi– Inflamasi bronkiolus akut
akibat infeksi virus (umumnya RSV, parainfluenza, adenovirus)
– Umumnya pada anak usia <2 tahun, paling sering anak usia 6 bulan
• Gejala Klinis– Diawali dengan demam
subfebris dan AURI– Kemudian terjadi batuk, sesak,
dan mengi– Jarang menjadi berat
• Diagnosis– PF: demam, dyspnea
(expiratory effort), ekspirasi memanjang, mengi, hipersonor (air trapping)
– PP: foto dada AP-lateral (air trapping), AGD: hiperkarbia, asidosis metabolik/respiratorik
• Tata laksana:– Oksigen– Bronkodilator (hanya kalau
menghasilkan perbaikan)– Antibiotik (hanya kalau ada
bukti infeksi bakterial)
dd/ PneumoniaDIAGNOSISGambaran klinisAnamnesis• Demam, menggigil, >380C• Batuk dengan dahak mukoid atau
purulen • Sesak napas• Nyeri dadaPemeriksaan fisik• Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal
waktu bernapas• Palpasi : fremitus mengeras• Perkusi redup• Auskultasi : Bronkovesikuler-bronkial,
ronki basah halus-kasar
Pemeriksaan penunjangGambaran radiologis• Foto toraks (PA/lateral) untuk menegakkan
diagnosis infiltrat sampai konsolidasi.Pemeriksaan laboratorium• Leukosit >10.000/ul atau <4500/ul • Hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke
kiri• Peningkatan LED• Kultur sputum• Analisis gas darah: hipoksemia, hiperkarbia,
asidosis respiratorik.
TATA LAKSANAAntibiotik tergantung etiologi. Empiris biasanya digunakan beta-lactamase, cephalosporin generasi 2/3, atau fluorokuinolon respirai
Asma – Klasifikasi Derajat Asma
Derajat Asma GejalaGejala malam
Faal paru
I. Intermiten
Bulanan
* 2 kali sebulan
APE 80%* Gejala < 1x/minggu* Tanpa gejala di luar serangan* Serangan singkat
* VEP1 80% nilai prediksi APE 80% nilai terbaik* Variabiliti APE < 20%
II. Persisten Ringan
Mingguan
* > 2 kali sebulan
APE > 80%* Gejala > 1x/minggu, < 1x/ hari* Serangan dapat mengganggu aktiviti dan tidur
* VEP1 80% nilai prediksi APE 80% nilai terbaik* Variabiliti APE 20-30%
III. Persisten Sedang
Harian
* > 1x / seminggu
APE 60 – 80%* Gejala setiap hari* Serangan mengganggu aktiviti dan tidur*Bronkodilator setiap hari
* VEP1 60-80% nilai prediksi APE 60-80% nilai terbaik* Variabiliti APE > 30%
IV. Persisten Berat
Kontinyu
* Sering
APE 60%* Gejala terus menerus * Sering kambuh* Aktiviti fisik terbatas
* VEP1 60% nilai prediksi APE 60% nilai terbaik* Variabiliti APE > 30%
Asma – TatalaksanaSemua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Asma Medikasi pengontrol harian Alternatif / Pilihan lain Alternatif lain
Asma Intermiten Tidak perlu -------- -------Asma Persisten Ringan
Glukokortikosteroid inhalasi(200-400 ug BD/hari atau
ekivalennya)
· Teofilin lepas lambat· Kromolin· Leukotriene modifiers
------
Asma Persisten Sedang
Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-800 ug BD/hari atau ekivalennya) danagonis beta-2 kerja lama
· Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah Teofilin lepas lambat ,atau
· Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, atau
· Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (>800 ug BD atau ekivalennya) atau
· Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah leukotriene modifiers
· Ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, atau
· Ditambah teofilin
lepas lambat
Asma Persisten Berat
Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (> 800 ug BD atau ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama, ditambah 1 di bawah ini:- teofilin lepas lambat- leukotriene modifiers- glukokortikosteroid oral
Prednisolon/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mgditambah agonis beta-2 kerja lama oral, ditambah teofilin lepas lambat
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol
Asma – Klasifikasi Serangan AsmaGejala dan Tanda Berat Serangan Akut Keadaan
Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa
Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat
Posisi Dapat tidur terlentang
Duduk Duduk membungkuk
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata Kesadaran Mungkin gelisah Gelisah Gelisah Mengantuk,
gelisah, kesadaran menurun
Frekuensi napas <20/ menit 20-30/ menit > 30/menit
Nadi < 100 100 –120 > 120 BradikardiaPulsus paradoksus -
10 mmHg+ / - 10 – 20 mmHg +
> 25 mmHg-
Kelelahan ototOtot Bantu Napas dan retraksi suprasternal
- + + Torakoabdominal paradoksal
Mengi Akhir ekspirasi paksa
Akhir ekspirasi Inspirasi dan ekspirasi
Silent Chest
APE > 80% 60 – 80% < 60%
PaO2 > 80 mHg 80-60 mmHg < 60 mmHg
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg
SaO2 > 95% 91 – 95% < 90%
TB Anak – Klasifikasi (ATS/CDC)Class Contact Infection Disease Management
0 - - - -
I + - - 1st proph.
II + + - 2nd proph.
III + + + OAT thera.
• Kontak dinilai dengan adanya kontak dengan pasien TB di sekitar lingkungan• Infeksi dinilai dengan uji Mantoux• Disease dinilai dengan TB scoring menurut
WHO
TB Anak – Pencegahan/Kemoprofilaksis
• Kemoprofilaksis primer– Diberikan untuk
mencegah infeksi– Diberikan pada anak
dengan kontak TB (+) tetapi uji tuberkulin (-)
– Obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6 bulan
• Kemoprofilaksis sekunder– Diberikan untuk
mencegah sakit TB– Diberikan pada kontak
TB (+), uji mantoux (+), tetapi klinis (-), Ro (-)
– Obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6-9 bulan
Endokrin dan Metabolik
Cretinism/congenital hypotiroidism
• Symptom:– Decreased activity– Large anterior fontanelle– Poor feeding and weight
gain– Small stature or poor
growth– Jaundice– Decreased stooling or
constipation– Hypotonia– Hoarse cry
– Coarse facial features– Macroglossia – Umbilical hernia– Mottled, cool, and dry
skin– Developmental delay– Pallor– Myxedema
Kwashiokor• Perubahan mental sampai
apatis• Anemia• Perubahan warna dan tekstur
rambut, mudah dicabut/rontok
• Gangguan sistem gastrointestinal
• Pembesaran hati (dermatosis)• Atrofi otot• Edema simetris pada kedua
punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh
Marasmus• Penampilan wajah seperti orang
tua, terlihat sangat kurus• Perubahan mental, cengeng• Kulit kering, dingin dan mengendor,
keriput• Lemak subkutan menghilang hingga
turgor kulit berkurang• Otot atrofi sehingga kontur tulang
terlihat jelas• Kadang-kadang terdapat bradikardia• Tekanan darah lebih rendah
dibandingkan anak sehat yang sebaya
Infeksi tropis
Diare
Vibrio cholera• Gram-negative curved bacillus
dengan flagela tunggal• Gejala khas: profuse secretory diarrhea, pada kasus berat
dehidrasi yang terjadi dapat menyebabkan kematian. Umumnya tidak nyeri dan tanpa demam
• Merupakan organisme di air asin. Transmisi sekunder melalui fecal oral, dapat dari makanan yang terkontaminasi
• Terapi: rehidrasi lalu AB pilihan: doksisiklin, tetrasiklin, Trimethoprim sulfamethoxazole, ciprofloxacin
• Campylobacter jejuni– curved atau spiral, motil, batang gram negatif.– Anamnesis: riwayat minum susu yang belum dipasteurisasi/air yang
belum diolah– Gejala: diare dan keluhan sistemik (sakit kepala, panas), seringkali diare
berdarah– Tx: azythromycin
• Shigella disentri– aerobic, nonmotil, batang gram negatif– Diare berdarah, nyeri, demam
• Salmonella– rod-shaped flagellated, facultative anaerobic, Gram-negative bacterium
• Yersenia enterocolitica– pleomorphic gram-negative bacillus
Diare Akut – Klasifikasi
Derajat Dehidrasi
Keadaan Umum Rasa Haus Kelopak/ Air
Mata Mulut Kulit Urin
Tanpa dehidrasi (<5% BB)
Baik, CM Minum normal Normal Basah Normal Normal
Dehidrasi ringan-sedang
(5-10% BB)
Rewel, gelisah
Minum seperti
kehausan
Cekung, produksi kurang
KeringPucat,
CRT<2s, turgor lambat
Berkurang
Dehidrasi berat
(>10% BB)
Letargis, lemah,
penurunan kesadaran,
nadi & napas cepat
Malas minum,
tidak mau minum
Sangat cekung,
tidak adaSangat kering
Pucat, CRT>2s, turgor sangat lambat
Tidak ada
• Diare kronik definisi kronik biasanya setelah penyakit berlangsung lebih dari 2-3 minggu
• Disentri diare berdarah dan berlendir dengan demam, nyeri perut, dan tenesmus recti (rasa seperti defekasi belum selesai)
Diare Akut Dehidrasi Berat
• Keywords– S: anak usia 3 tahun diare 2 hari, darah (-), lendir (-)– O: letargis, mata cekung, turgor sangat lambat
• Diagnosis pada anak ini adalah diare akut dehidrasi berat. Tatalaksana yang diberikan rehidrasi 30 ml/kgBB (30 menit) diikuti 70 ml/kgBB (2,5 jam)
• Berikan 30 ml/kg dalam 30 menit dan 70 ml/kg dalam 2,5 jam
Diare Akut – Klasifikasi
Derajat Dehidrasi
Keadaan Umum Rasa Haus Kelopak/ Air
Mata Mulut Kulit Urin
Tanpa dehidrasi (<5% BB)
Baik, CM Minum normal Normal Basah Normal Normal
Dehidrasi ringan-sedang
(5-10% BB)
Rewel, gelisah
Minum seperti
kehausan
Cekung, produksi kurang
KeringPucat,
CRT<2s, turgor lambat
Berkurang
Dehidrasi berat
(>10% BB)
Letargis, lemah,
penurunan kesadaran,
nadi & napas cepat
Malas minum,
tidak mau minum
Sangat cekung,
tidak adaSangat kering
Pucat, CRT>2s, turgor sangat lambat
Tidak ada
Diare Akut – Tatalaksana (5 Pilar Diare WHO)
1. Rehidrasia.Tanpa dehidrasi• + cairan tambahan (oralit, air matang, kuah, air
tajin)• Lanjutkan pemberian makan/ASI
b.DADRS• Rehidrasi oralit per oral 3 jam pertama 75 cc/kgBB• Evaluasi status hidrasi setelah 3 jam
c. DADB• + cairan intravena (total 100 cc/kgBB, NS/RL/RA,
bukan D5) Umur <1 tahun 30 ml/kg dalam 1 jam dilanjutkan
dengan 70 ml/kg dalam 5 jam Umur >1 tahun 30 ml/kg dalam 30 menit dilanjutkan
dengan 70 ml/kg dalam 2½ jam• Evaluasi status hidrasi tiap 15-30 menit• Oralit 5cc/kgBB/jam setelah anak mau minum• Evaluasi kembali dalam 6 jam (bayi) dan 3 jam
(anak)
2. Nutrisi3. Zinc tab 10 hari (<6
bulan 10 mg, >6 bulan 20 mg)
4. Antibiotik• Kolera: tetrasikilin• Disentri e.c. Shigella:
kotrimoksazole• Amoebiasis:
metronidazole• Giardiasis: metronidazole
5. Edukasi
PertusisStage 1 – Catarrhal phase
Indistinguishable from common upper respiratory infections. Pertussis is most infectious when patients are in the catarrhal phase
• Nasal congestion• Rhinorrhea• Sneezing• Low-grade fever• Tearing• Conjunctival suffusion
Stage 2 – Paroxysmal phase• Paroxysms of intense coughing
lasting up to several minutes, occasionally followed by a loud whoop
• Posttussive vomiting and turning red with coughing
Stage 3 – Convalescent stage• Chronic cough, which may last
for weeks
Durasi penyakit umumnya 6 minggu, dengan masing-masing fase berlangsung 2 minggu.
Schistosomiasis• Keywords
– S: diare, demam, perut sakit, feses coklat dan banyak– O: ditemukan telur dengan duri yang rudimenter
• Penyebab diare pada pasien ini adalah parasit. Parasit dengan telur yang rudimenter adalah Schistosoma japonicum.
• Terdapat 3 jenis schistosoma– S. japonicum I: urtikaria, II: disentri, III: sirosis, splenomegali; duri
lateral, rudimenter; operculum (-)– S. mansoni seperti S.japonicum tetapi lebih ringan; duri lateral;
operculum (-)– S. haematobium tidak menyebabkan gangguan gastrointestinal; duri
terminal prominent; operculum (-)• Schistosomiasis
Schistosoma
• Terapi: Prazikuantel
Giardiasis
• Keywords– S: BAB disertai lendir dan berbau sangat busuk, nyeri perut– O: tinja berminyak tidak berdarah
• Infeksi G.lamblia menyebabkan atrofi vili dan obstruksi mekanis stadium trofozoit sehingga menyebabkan hambatan absorpsi lemak dan vitamin larut lemak malabsorpsi lemak tinja berminyak
• Infeksi menyebabkan kerusakan mukosa epitel usus nyeri perut/rasa tidak enak di perut
• Giardiasis
Giardia Lamblia – Morfologi, Daur Hidup, Gejala Klinis, Diagnosis
• Stadium– Trofozoit: jambu monyet, 2 inti, 4
flagel– Kista: oval
• Kista matang tertelan ekskistasi di duodenum 2 trofozoit
• Penularan secara fecal-oral• Gejala Klinis: rasa tidak enak di
perut, mual, tidak nafsu makan, diare cair berbau busuk, perut kembung, kram perut, tinja berminyak, berlendir dan darah.
• Diagnosis dengan sediaan tinja langsung; 3 hari – Tinja encer: cari
trofozoit– Tinja padat: cari kista
• Terapi:– Tinidazole 2g single
dose– Metronidazole 3x250
mg 7 hari
• Pemeriksaan fisik: umumnya tanpa demam, dapat ditemukan perdarahan konjungtiva maupun petechia akibat batuk. Inspiratory gasping/ whooping didapatkan pada anak usia 6 bulan-5 tahun.
• Terapi: Untuk bayi di atas 1 bulan: eritromisin, clarithromycin, dan azithromycin
• Prophylaxis: Erythromycin selama 14 hari
Thypoid• Gejala khas pada typhoid
– Stepwise fever pattern pola demam dimana suhu akan turun di pagi dan suhu semakin tinggi dari hari ke hari.
– Minggu pertama: gejala gastrointestinal (nyeri perut, konstipasi), batuk, sakit kepala.
– Akhir minggu pertama: suhu masuk fase plateau (39-400C), muncul rose spot (salmon-colored, blanching, truncal, maculopapules)
– Minggu kedua: gejala di atas meningkat, dapat ditemukan splenomegali. Bradikardi relatif, dicrotic pulse (double beat, the second beat weaker than the first)
– Minggu ketiga:takipnue, distensi perut, diare hijau-kuning (pea soup diarrhea), dapat masuk thypoid state(apatis, confusion, psychosis), dapat terjadi perforasi usus dan peritonitis
– Minggu keempat: jika individu tersebut bertahan, gejala akan membaik
• Pemeriksaan tifoid: pada minggu pertama dapat dilakukan pemeriksaan tubex atau kultur empedu dimana kuman tersekuestrasi di empedu
• Pada minggu kedua, mengalami bakteremia sehingga dapat diperiksa menggunakan widal– Hasil positif jika terjadi kenaikan titer 4x lipat atau
Anti-O 1/320 atau anti-H 1/640
LEPTOSPIROSIS
• Leptospirosis adalah zoonosis yg disebabkan L. Interrogans . Penyakit ini harus dicurigai pada pasien yg berkontak dgn air, tanah, atau lumpur yg terkontaminasi urin binatang.
• Gejala klinis leptospirosis: demam, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, anoreksia, fotofobia, gagal ginjal.
• Tatalaksana : doksisiklin 2 x 100 mg. Berat : injeksi penisilin G 1,5 juta unit/6 jam IV.
• 10% kasus leptospirosis dapat berkembang menjadi sangat berat, disebut Weil's syndrome.
• Gejala: tidak ada batasan jelas, tapi tanda utamanya adalah masalah pada hati, ginjal, dan pembuluh darah. (jaundice, penurunan urin, hipotensi, ruam, anemia, sputum berdarah, perdarahan pada mata)
• Muncul 3-7 hari setelah munculnya penyakit.
VARICELLA ZOSTER VIRUS
• Herpes zoster (cacar ular)– Vesikel berkelompok dengan dasar kulit eritematosa dan edema.
Lokalisasi unilateral dan dermatomal. Sangat nyeri.– Dx: tes Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak– Obat antiviral untuk herpes zoster oftalmikus dan pasien
imunodefisiensi: asiklovir 5x800 mg (7 hari) atau valasiklovir 3x1000 mg (1 hari)
• Varisela (cacar air, chicken pox)– Demam diikuti papul, vesikel tear drops, eritematosa.
Penyebaran di badan kemudian menyebar ke muka dan ekstremitas. Terasa gatal.
– Dx: tes Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak– Tx: simptomatik
• Variola (cacar, small pox)– Demam tinggi makula dan papul, suhu turun vesikel dan
pustul, suhu naik krusta-krusta, suhu turun– Keadaan umum pasien buruk, efloresensi bersifat
monomorfik dan terdapat di perifer– Tx: karantina, antiviral
• Herpes simpleks– Vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa. Lokalisasi
di sekitar mulut dan hidung atau pada genitalia eksterna.– Dx: tes Tzanck sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear– Tx: asiklovir 5x200 mg (5 hari)
Rubeolla dan Rubella
• Rubeola/morbili/campak– Demam, batuk, pilek, mata merah diikuti dengan
erupsi eritema makulopapular yang gatal. Penyebaran dari telinga, wajah, lalu seluruh tubuh
– Patognomonik: Koplik’s spot (titik-titik putih pada mukosa pipi)
– Komplikasi: diare, pneumonia, otitis media, ensefalitis, ulkus kornea
– Tx: simptomatik + vitamin A
• Rubella/campak jerman– Tanda dan gejala mirip morbili, tapi lebih ringan
dan berlangsung dalam waktu lebih pendek (tiga hari)
– Yang bahaya: rubella kongenital
Malaria
• diagnosis malaria ditegakkan atas dasar adanya trias : demam tinggi berulang, splenomegali dan anemia. Ditambah lagi adanya riwayat berpergian ke tempat endemis malaria.
• Diagnosis selain dari anamenesis, PF, juga dari pemeriksaan laboratorium (Mikroskopik,Tes diagnostik cepat) : Menemukan parasit malaria pada sediaan darah tepi.
• Sediaan dibuat sebaiknya pada waktu demam.
Sediaan apus darah tepi
• Plasmodium falciparum – parasit muda bentuk cincin / ring form, rossette,
sausage-shape, • Plasmodium vivax – sel darah merah membesar, terdapat titik
schuffner pada sel darah merah dan sitoplasma ameboid
• Plasmodium malariae– Band form, basket-form
P. falciparum
P. malariae
Band form Basket form
P. vivax
Terapi mencegah rekurensi• Doksisiklin 1x100 mg sejak 1 minggu sebelum masuk sampai 1
bulan setelah kembali– Kontraindikasi: ibu hamil dan usia < 8 tahun
• Mefloquine 250 mg/mgg, 2 mgg sblm—1 bln stlh– KI: gangguan jiwa, epilepsi
• Atovaquone/proguanil 1x1 tab, 1 hr sblm—1 mgg stlh– KI: ibu hamil, menyusui bayi <5 kg, gagal ginjal berat
• Chloroquine 300 mg/mgg, 1 mgg sblm—1 bln stlh– Di Indonesia sudah resisten
• Primaquine 1x30 mg, 1 hr sblm—1 mgg stlh– Harus skrining defisiensi G6PD dulu– KI: ibu hamil, defisiensi G6-PD, menyusui bayi yang belum diskrining G6PD
Tata Laksana Malaria
• Falciparum– Lini ke-1: artesunat + amodiakuin– Lini ke-2: kina + tetrasiklin/doksisiklin
• Vivax/ovale– Lini ke-1: klorokuin + primakuin– Lini ke-2: kina + primakuin
• Malaria berat– Lini ke-1: artemeter IM– Lini ke-2: kina IV
Malaria – Daur Hidup, Patofisiologi
P.falsiparum P.vivax P.ovale P.malariae
PenyakitMalaria
falsiparum/tropika/tersiana maligna
Malaria vivax/tersiana Malaria ovale Malaria
malariae/kuartana
Vektor Anopheles sp.
Distribusi geografik di Indonesia
Seluruh kepulauan di Indonesia
Seluruh kepulauan di Indonesia
Irian Jaya, Pulau Timor
Papua Barat, NTT, Sumatera Selatan
Hipnozoit - + + -
Daur eritrosit Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 72 jam
Eritrosit yang dihinggapi
Muda, normosit, tua
Retikulosit, normosit
Retikulosit, normosit muda Normosit
Pembesaran eritrosit - ++ + -
Titik-titik di eritrosit Maurer Schuffner Schuffner (James) Ziemann
Bentuk trofozoit intra eritrosit
Cincin, marginal, accole (1/6 eritrosit) Cincin (1/3 eritrosit)
Bulat/oval (1/3 eritrosit)
Band/pita, basket/keranjang,
rossete, bulat
Bentuk gametosit Pisang Bulat/lonjong Bulat Bulat
Pigmen warna Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli hitam
Toxoplasmosis
• Infeksi toxoplasma yang terjadi baru :– Antibodi IgM yang sangat tinggi (dapat bertahan hingga 1 tahun)– Antibodi IgG dan IgM yang tinggi di saat bersamaan– Peningkatan antibodi IgG sebesar 4 kali dalam waktu 2-3 minggu
• Spiramycin diyakini mengurangi resiko terjadinya infeksi terhadap janin
• Apabila suspek toxoplasmosis : pyrimethamine dan sulfonamides dapat diberikan untuk infeksi maternal pada kehamilan akhir dengan hasil toxoplasma di cairan amnion (-)
• Jika infeksi terdiagnosis saat prenatal : pyrimethamine, sulfonamides, dan asam folat diberikan untuk eradikasi parasit di plasenta dan fetus (masih kontroversial)
Nama cacing Cacing dewasa Telur Obat
Ascaris lumbricoides
Mebendazole, pirantel pamoat
Taenia solium Albendazole, prazikuantel, bedah
Enterobius vermicularis
Pirantel pamoat, mebendazole, albendazole
Ancylostoma duodenaleNecator americanus
Mebendazole, pirantel pamoat, albendazole
Schistosoma haematobium
Prazikuantel
Trichuris trichiura
Mebendazole, albendazole
Brooks GF. Jawetz, Melnick & Adelberg’s medical microbiology, 23rd ed. McGraw-Hill; 2004.
Hematoimunologi
Berdasarkan Penyakit• Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, Serum Iron ↓,
Feritin↓, TIBC ↑, sel pensil. Terapi : suplementasi besi.• Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom. Terdapat sel target dan
anisopoikilositosis (bentuk sel bermacam-macam karena lisis), Bilirubin indirek ↑. Ikterik, splenomegali. Biasanya karena thalassemia. Pemeriksaan tambahan : elektroforesis Hb.
• Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit meningkat namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan tambahan : Bone Marrow Puncture (BMP). Tx : kemoterapi.
• Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali. Pemeriksaan tambahan : BMP – gambaran hipoplastik.
• Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi besi. Anemia normositik normokrom.
• Anemia perdarahan : Normositik normokrom. • Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op gastrointestinal), asam folat,
liver disease
ITP
• ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan mengalami resolusi spontan dalam dua bulan walau pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6 bulan).
• Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau infeksi
• PF:– Nonpalpable petechiae– Purpura– Perdarahan – Limpa tidak teraba.
Immune Thrombocytopenic Purpura• Adalah trombositopeni dengan sumsum
tulang yang normal dan tidak adanya penyebab trombositopeni lainnya.
• ITP memiliki dua gambaran klinis: akut pada anak-anak dan kronik pada dewasa.
• Etiologi: IgG autoantibodi terhadap permukaan trombosit.
ITP
Pemeriksaan Lab:• Trombositopeni• Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal• Sumsum tulang: megakariosit normal atau
meningkat.• Uji koagulasi normal, bleeding time bertambah, PT
dan PTT normal. • Tes untuk autoantibodi tidak tersedia secara luas
Diagnosis ITP hanya dilakukan sesudah penyebab defisiensi trombosit lainnya telah dieksklusi.
DIC
• DIC sistem koagulasi dan atau fibrinolitik teraktivasi secara sistemik, menyebabkan koagulasi intravaskular luas dan melebihi mekanisme antikoagulan alamiah. Menyebabkan:– mikrotrombus di berbagai organ gagal organ– Perdarahan hebat
• Etiologi:– Respon inflamasi sistemik aktivasi sitokin dan koagulasi
(sepsis atau major trauma)– Pelepasan materi pro-koagulasi ke dalam darah (cancer,
obstetric cases)
DIC
Pemeriksaan Laboratorium• Trombositopenia• Kadar fibrinogen menurun.• Fibrin Degredation Products (FDP) meningkat
contoh: D-dimer• Thrombin time memanjang.• Prothrombin time, activated partial thromboplastin
time memanjang pada sindrom akut.• Ditemukan shcistocytes (pecahan/ kepingan eritrosit)
pada pemeriksaan mikroskopik.
Hemofilia
• Kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan secara sex-linked recessive pada kromosom X
• Hemofilia A (80-85%) defisiensi/disfungsi faktor VIII
• Hemofilia B defisiensi/disfungsi faktor IX• Hemofilia C defisiensi/disfungsi faktor XI
Hemofilia
• Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu hemartrosis, hematoma subkutan atau intramuskular, perdarahan mukosa mulut, perdarahan intrakranial, epistaksis, dan hematuria.
• Pemanjangan APTT dengan PT yang normal menunjukkan adanya gangguan pada jalur intrinsik sistem pembekuan darah
Von Wildebrand Disease
• Inherited bleeding disorder akibat defisiensi/disfungsi von Willebrand factor (VWF) mempengaruhi platelet adhesion atau menurunkan konsentrasi Faktor VIII
• Autosom dominan/resesif• Isolated prolonged PTT atau normal• Pemeriksaan VWF antigen; VWF ristocetin
cofactor activity; dan Faktor VIII
SLE – Diagnosis, TatalaksanaLUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIKKriteria SLE (≥4):• Malar rash• Discoid rash• Fotosensitivitas• Ulkus oral/nasofaringeal• Artritis nonerosif• Serositis• Proteinuria• Kejang atau psikosis• Anemia
hemolitik/leukopenia/limfopenia/trombositopenia
• ANA (+)• anti-ds-DNA, anti-Sm, antifosfolipid Abs
(+)
Tata laksana• Gejala ringan:
– NSAID– Hidroksiklorokuin– Steroid dosis rendah
• Gejala berat (ginjal, hematologik, SSP)– Steroid dosis tinggi
• Siklofosfamid
Pembengkakan ekstrakranial
Meningkat setelah lahir
Melintasi garis sutura
Meningkat kehilangan darah akut
Kaput suksadenum
Lunak, lekukan
Tidak Ya tidak
Sefal hematoma
Padat, tegang Ya Tidak Tidak
Hematoma subgaleal
Padat berair ya ya Ya
Brachial PlexophatyLesi Atas
• Tipe Erb Duchene: Superior trunk (C5-C6)
• Proximal– Lengan atas aduksi dan
endorotasi– Bawah lengan di ekstensi dan
pronasi
• Porters trip• Kehilangan sensibilitas di
daerah bahu• Refleks biceps menurun
Lesi Tengah
• Medial trunk (C7)• Tanda gejala radiasi nervus
(Menurunnya reflek triceps)
• Kehilangan sensibilitas (ekstensi area bawah lengan dan bagian radial tangan)
Brachial PlexophatyLesi Bawah
• Tipe Klumpke: Inferior trunk (C8-Th1)
• Kelemahan otot dan atrofi dari tangan dan jari.
• Kehilangan sensibilitas di bagian medial atas lengan,bawah lengan,dan bagian ulnar tangan
• Refleks ulnar menurun• Sindrom Ipsilateral homer
sering terjadi
Total Pleksus Palsy
• Paralisis dari semua otot bagian atas
• Kehilangan sensibilitas di bawah bahu
• Kehilangan semua refleks
GENETIKASINDROM DOWN• Trisomi 21• Ciri-ciri: retardasi mental, dagu
kecil, mongoloid face, hidung pipih, lipatan palmar tunggal, makroglosia, jarak lebar antara ibu jari kaki dan jari kedua
SINDROM JACOBS• 47+XYY • Ciri: berwajah kriminal, suka
menusuk-nusuk mata
SINDROM MARFAN• Kelainan genetik pada jaringan kolagen• Ciri: jangkung, ekstremitas panjang, jari-
jari tipis dan panjang• Komplikasi serius: aneurisma aorta
SINDROM KLINEFELTER• 47+XXY (laki-laki)• Ciri-ciri: hipogonadisme (fitur seks
sekunder berkurang), fertilitas berkurang
SINDROM TURNER• 45+XO (perempuan)• Ciri-ciri: pendek, webbed neck,
amenorea, steril
Sepsis Neonatorum
• Keywords: – S: malas minum, KPD 19 jam sebelum lahir – O: merintih, letargi, hipotermi, leukosit 2500
• Malas minum, merintih, letargi, hipotermi gambaran sepsis dengan KPD sebagai faktor risiko
• . Sepsis Neonatorum
Neonatus diduga mengalami sepsis (tersangka sepsis) bila ditemukan tanda-tanda dan gejala berikut:
Untuk bayi berumur sampai dengan tiga hariBila ada riwayat ibu dengan infeksi intrauterin, demam yang dicurigai sebagai infeksi berat atau KPD (ketuban pecah dini); Bila bayi mempunyai dua tanda atau lebih pada Kategori A (tabel 6), atau tiga tanda atau lebih pada Kategori B (tabel 6); Bila bayi mempunyai satu tanda pada Kategori A dan satu tanda pada Kategori B, atau dua tanda pada Kategori B; Bila selama pengamatan terdapat tambahan tanda sepsis, kapan saja timbulnya; Bila selama pengamatan tidak terdapat tambahan tanda sepsis, tetapi tanda awalnya tidak membaik, lanjutkan pengamatan selama 12 jam lagi.
Bayi berumur lebih dari tiga hariBila bayi mempunyai dua tanda atau lebih pada Kategori A atau tiga tanda atau lebih pada Kategori B;Bila bayi mempunyai satu tanda pada Kategori A dan satu tanda pada Kategori B, atau dua tanda pada Kategori B.
Sepsis
• Sepsis neonatal dibagi menjadi:– Awitan dini: ditemukan pada umur < tiga hari – Awitan lambat: terjadi setelah hari ke 3
• Faktor risiko pada awitan dini:– Faktor ibu: kurang bulan, ketuban pecah >18-24 jam,
chorioamnionitis, persalinan dengan tindakan, demam pada ibu, ISK, faktor sosial ekonomi.
– Faktor bayi terdiri dari: asfiksia perinatal, BBLR, bayi kurang bulan, prosedur invasif, kelainan bawaan.
• Gambaran klinis: tidak spesifik– Dapat muncul: takikardi, asfiksia, nilai APGAR
rendah, hipo/hipertermia, hipoglikemia, kadang hiperglikemia, ikterik, dan lain-lain.
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan: kultur, CRP, rasio I/T.
Tata laksana sepsis
Criteria
Hipoglikemi <30 mg/dL dalam usia 24 jam pertama <40 mg/dL sesudah usia 24 jam
Hipotermi <36.5°C
NEC
ENTEROKOLITIS NEKROTIKANSkegawatdaruratan GI paling umum pada neonatus
Gejala dan tanda• Umumnya pada bayi
prematur di minggu ke-2 atau ke-3
• Gejala GI non-spesifik• Distensi abdomen• Eritema dinding abdomen• Hematokezia
PFBising usus menurun
PenunjangX-ray polos: pneumatosis intestinalis (udara di dalam dinding usus)
Tata laksana• NPO (nutrisi parenteral)• Dekompresi NGT• Antibiotik• Bedah jika ada perforasi atau
nekrosis
GI tract signs: pada NEC ada gejala pada gi tract• Feeding intolerance• Delayed gastric emptying• Abdominal distention, abdominal tenderness, or both• Ileus/decreased bowel sounds• Abdominal wall erythema (advanced stages)• Hematochezia
Systemic signs are nonspecific and can include any combination of the following:• Apnea• Lethargy• Decreased peripheral perfusion• Shock (in advanced stages)• Cardiovascular collapse• Bleeding diathesis (consumption coagulopathy)
Hyaline Membrane Disease
• Keywords: BBL: 1800 gram, prematur, ro toraks retikulogranuler
• Kebiruan, napas cepat, retraksi sela iga (+) DD:– Sepsis neonatorum– Pneumonia congenital– Hyaline Membran Disease– Penyakit jantung congenital
• Ro thorax: retikulogranuler gambaran hyaline membrane disease
Hyaline membrane disease (respiratory distress syndrome)
• Def: acute lung disease caused by surfactant deficiency.
• Seen in neonates <36-38 weeks, weighing less than 2500 g.
• Radiograpic classic findings: hypoaeration, bilateral diffuse reticulogranular opacities in the pulmonary parenchyma, and peripherally extending air bronchograms.
Gambaran retikulogranuler pada Ro thoraks
Congenital pneumonia
• Pneumonia that presents within the first 24 hours after birth.
• Clinical manifestations are often nonspecific • Radiographic and laboratory findings have
limited predictive value. • Therapy: antimicrobial therapy and respiratory
support.
Neonatal Jaundice
• Keywords: – S: Bayi umur 30 jam, kuning pada wajah, dada,
dan ekstremitas – O: Bilirubin total 18,5 mg/dL dan Bilirubin direk 1
mg/dL. • Fototerapi
Indikasi fototerapi dan transfusi ganti berdasar berat badan
Ikterik neonatorum
• Ikterus fisiologis : – Timbul setelah 24 jam, berlangsung kurang dari 7-
14 hari, – Terutama terdiri dari bilirubin indirek, – Kadar tertinggi bilirubin total kurang dari 15 mg% – Bilirubin direk kurang dari 2mg%, – dan tidak ada keadaan patologis lain.
Ikterus yang memerlukan evaluasi lebih lanjut:
• Ikterus yang timbul pada saat lahir atau sejak hari pertama kehidupan
• Kenaikan bilirubin berlangsung cepat (>5mg/dL)
• Kadar bilirubin serum >12 mg/dL• Ikterus menetap pada usia 2 minggu atau
lebih• Peningkatan bilirubin direk >2mg/dL
• Ikterik pada 24 jam pertama– Dapat disebabkan erythroblastosis fetalis, perdarahan
tersembunyi, sepsis, atau infeksi intrauterine, termasuk sifilis, penyakit inklusi sitomegalik, rubella, dan toxoplasmosis kongenital
• Ikterik yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 – Umumnya fisiologis, Crigler-Najjar syndrome dan breast
feeding jaundice• Ikterik yang muncul setelah hari ke-3 dan dalam
minggu pertama– Sepsis bacterial atau infeksi
• Ikterik yang muncul sesudah satu minggu – breast milk jaundice, septicemia, atresia congenital,
hepatitis, galaktosemi, hipotiroidisme, anemia hemolitik kongenital (spherocytosis), anemia hemolitik akibat obat.
• Ikterik yang persisten selama satu bulan – kondisi hyperalimentation-associated cholestasis, hepatitis,
cytomegalic inclusion disease, syphilis, toxoplasmosis, familial nonhemolytic icterus, atresia bilier, atau galaktosemia. Ikterik fisiologis dapat berlangsung beberapa minggu pada kondisi hipotiroid atau stenosis pilori
Krammer
Cephalhematoma
• Benjolan di occiput, tidak melewati garis tengah sefal hematom cukup diobservasi karena akan mengalami resorpsi dengan sendirinya. Observasi terjadinya ikterik akibat hematom (perhatikan apakah sampai perlu dilakukan fototerapi atau tidak)
Pembengkakan ekstrakranial
Meningkat setelah lahir
Melintasi garis sutura
Meningkat kehilangan darah akut
Kaput suksadenum Lunak, lekukan
Tidak Ya Tidak
Sefal hematoma Padat, tegang Ya Tidak Tidak
Hematoma subgaleal
Padat berair ya ya Ya
– Konjungtivitis Gonore
• Keywords: bayi usia 3 hari, bengkak pada palpebra, sekret purulen, riwayat infeksi pada jalan lahir ibu (+) gambaran pada gonore
• Konjungtivitis gonore
Gonore
• Pada bayi: konjungtivitis bilateral mata merah, nyeri, sekret purulen. Dapat juga terjadi infeksi faring, respirasi, atau rectal akibat disseminated gonococcal infection (DGI). Dapat terjadi kerusakan permanen pada mata secara cepat
Gonore• Masa tunas Neisseria gonore sangat singkat, pada pria umumnya
berkisar antara 2-5 hari. Pada wanita masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya asimptomatik.
• Pada pria keluhan dapat berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar OUE, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen, dan nyeri waktu ereksi.
• Pemeriksaan penunjang berupa apusan gram ditemukan diplokokus gram negatif di dalam/luar leukosit PMN. Bila perlu, dilakukan biakan dengan media Thayer-Martin.
• Tata laksana dewasa:– Penisilin G 4,8 juta unit + 1 g probenesid– Regimen baru: Ceftriaxone 250 mg intramuscular (IM) single dose PLUS,
Azithromycin 1 g PO single dose OR Doxycycline 100 mg PO twice a day for 7 days
TORCH pada newborn
• Infeksi torch dapat menyebabkan mikrosefal, tuli sensorineural, korioretinis, hepatosplenomegali, dan lain-lain. Dalam perkembangannya dapat menyebabkan gangguan neurologis seperti retardasi mental, CP, keterlambatan dalam perkembangan.
• Jika muncul gejala tersebut pada bayi baru lahir maka harus dilakukan pemeriksaan adanya kemungkan infeksi TORCH
Toksoplasmosis
• Pilihan diagnosis untuk toksoplasmosis hanya akut atau kronis
• Peningkatan 4x titer IgG selang 2 minggu mengindikasikan pasien menderita toksoplasmosis kronik.
• Anti toxoplasma gondii IgM timbul segera setelah infeksi, dan mencapai puncaknya pada minggu keempat setelah infeksi kemudian menurun secara
lambat dan tidak terdeteksi lagi setelah empat bulanpenanda akutSedang anti toxoplasma IgG dapat dideteksi setelah 3 atau 4 bulan infeksi
dan kadarnya menetap sampai bertahun- tahunpenanda kronis