ikhtilaf seputar sholat.ppt

45
FIQH IKHTILAF FIQH IKHTILAF SEPUTAR SEPUTAR SHOLAT SHOLAT (4 IMAM MADZHAB (4 IMAM MADZHAB MU’TABAR) MU’TABAR) Bersama : Bersama : Ibn Ra!man A"# Ibn Ra!man A"# B$!r% B$!r% o A&a Pen'a&a U"ama F *! Ten an$ R+n S!,"a - o Ba$a mana Pen'a&a U"ama F *! Ten an$ H'' Oran$ .an$ Men n$$a"+an S!,"a Dan Men$ n$+ar Ke/a0 bann%a - o Ba$a mana S +a& K a Ter!a'a& K! "a1%a! .an$ A'a Ema " : Ema " : bnra!man2a"b$!r%3$ bnra!man2a"b$!r%3$

Upload: adi-supardi

Post on 05-Nov-2015

83 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • FIQH IKHTILAF SEPUTAR SHOLAT(4 IMAM MADZHAB MUTABAR)Bersama : Ibnu Rahman Al-Bughury Apa Pendapat Ulama Fiqh Tentang Rukun Sholat ? Bagaimana Pendapat Ulama Fiqh Tentang Hudud Orang Yang Meninggalkan Sholat Dan Mengingkari Kewajibannya ? Bagaimana Sikap Kita Terhadap Khilafiyah Yang Ada Email : [email protected]

  • RUKUN SHOLAT

    Rukun adalah pondasi atau tiang pada suatu bangunan. Bila salah satu rukunnya rusak atau tidak ada, maka bangunan itu akan roboh. Bila salah satu rukun shalat tidak dilakukan atau tidak syah dilakukan, maka keseluruhan rangkaian ibadah shalat itu pun menjadi tidak syah juga.

  • )

    ALHANAFIYAHALMALIKIYAHASYSYAFIIYAHALHANABILAHNiatXRukunRukunXTakbirotul IhromRukunRukunRukunRukunBerdiriRukunRukunRukunRukunMembaca Al-fatihahRukunRukunRukunRukunRukuRukunRukunRukunRukunItidalXRukunRukunRukunSujudRukunRukunRukunRukunDuduk Diantara Dua SujudXRukunRukunRukunDuduk Tasyahud AkhirRukunRukunRukunRukunMembaca Tasyahud AkhirXRukunRukunRukunMembaca Sholawat NabiXRukunRukunRukunSalamXRukunRukunRukunTertibXRukunRukunRukunThumaninahXRukunXRukun

  • TAKBIROTUL IHROMTakbiratul Ihram maknanya adalah ucapan takbir yang menandakan dimulainya pengharaman. Yaitu mengharamkan segala sesuatu yang tadinya halal menjadi tidak halal atau tidak boleh dikerjakan di dalam shalat.

  • Jumhur ulama mengharamkan makmum memulai takbir permulaan shalat ini kecuali bila imam sudah selesai bertakbir. . : : . . . . . . " . . . . : : . . ".

  • Dari Anas RA berkata : Rasululloh SAW bersabda Imam itu dijadikan untuk diikuti. Bila imam bertakbir, maka bertakbirlah (HR. Muttafaq Alaihi) Sedangkan kalangan Al-Hanafiyah membolehkan makmum bertakbir bersama-sama dengan imam

  • MENGANGKAT KEDUA TANGAN SAAT TAKBIRATUL IHRAM

  • Al-Malikiyah dan As-Syafi'iyah menyebutkan bahwa disunnahkan untuk mengangkat tangan saat takbiratul ihram, yaitu setinggi kedua pundakDari Ibnu Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya setinggi pundaknya saat memulai shalatnya(HR. Muttafaq 'Alaihi)

  • Dan Al-Hanafiyah menyebutkan bahwa laki-laki mengangkat tangan hingga kedua telinganya sedangkan wanita mengangkat sebatas pundaknya sajaDari Wail bin Hajr ra bahwa dia melihat Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ketika memulai shalat, lalu bertakbir dan meluruskan kedua tanggannya setinggi kedua telinganya.(HR. Muslim dalam nashbur-Rayah)

  • Sedangkan Al-Hanabilah menyebutkan bahwa seseorang boleh memilih untuk demikian atau mengangkat tangannya hingga kedua ujung telinganya

  • MELETAKKAN TANGAN KANAN DI ATAS TANGAN KIRIJumhur ulama sepakat kecuali Imam Maliki

  • Dimana meletakkan tangannya ?

  • a. Di bawah pusatMereka yang mengatakan bahwa posisi tangan itu di bawah pusat diantaranya adalah Al-HanafiyahDiriwayatkan dari Ali bin abi Thalib ra,"Termasuk sunnah adalah meletakkan kedua tangan di bawah pusat".(HR. Ahmad dan Abu Daud).

  • b. Di antara pusat dan dadaDiantara yang berpendapat demikian adalah Asy-syafi'iyah. Dan bahwa posisinya agak miring ke kiri, karena disitulah posisi hati, sehingga posisi tangan ada pada anggota tubuh yang paling mulia

  • BERDIRIPara fuqaha mazhab sepakat mensyaratkan bahwa berdiri yang dimaksud adalah berdiri tegak. Tidak boleh bersandar pada sesuatu seperti tongkat atau tembok, kecuali buat orang yang tidak mampu. Terutama bila tongkat atau temboknya dipisahkan, dia akan terjatuh. Adapun As-Syafi`iyah tidak mengharamkan melainkan hanya memakruhkan saja. Dan Al-Malikiyah hanya mewajibkan berdiri tegak tanpa bersender kepada benda lain pada saat membaca Al-Fatihah saja. Sedangkan di luar bacaan AL-Fatihah dibolehkan bersender.

  • Jumhur Ulama sepakat bahwa membaca al-fatihah adalah rukun sholat, dimana seseorang tidak sah sholatnya jika tidak membacanyaMEMBACA AL-FATIHAH : : : : ( ).

  • Khilafiyah Ulama Fiqh tentang bacaan al-Fatihah ketika sholat berjamaah

  • AL-MALIKIYAH & AL- HANABILAHMakmum harus menbaca bacaan sholat di belakang imam pada saat sholat yang siir (dzuhur &ashar) dan tidak membaca bacaan sholat pada saat sholat jahriyah

  • AL-HANAFIYAHMakmum tidak perlu membaca bacaan sholat di belakang imam baik pada saat sholat yang siir (dzuhur &ashar) maupun sholat pada saat sholat jahriyah(silahkan lihat pada kitab Addur Al-Mukhtar jilid 1 halaman 415, kitab Fathul Qadir jilid 1 halaman 193-205322, kitab Al-Badai` jilid 1 halaman 110 dan kitab Tabyinul Haqaiq jilid 1 halaman 104)

  • ASY-SYAFIIYAHMakmum harus membaca bacaan sholat di belakang imam baik pada saat sholat yang siir (dzuhur &ashar) sedang pada saat sholat jahriyah makmum hanya membaca al-fatihahRujuk kitab Al-Majmu, karya Al-Imam An-Nawawi rahimahullah jilid 3 halaman 344 s/d 350.

  • Bacaan Basmalah : Khilaf para ulama, apakah bagian dari AL-Fatihah atau bukan ? Asy-syafiiyah : Basmallah adalah bagian dari surat Al-fatihah Al-Malikiyah : Basmallah adalah bukan bagian dari surat alfatihah, sehingga tidak boleh dibaca ketika sholat Wajib/sunnah dan jahr/sirr Al-Hanabilah : basmalah adalah bagian dari surat Al-Fatihah, namun tidak dibaca secara keras (jahr), cukup dibaca pelan saja (sirr).

  • RUKURuku` adalah gerakan membungkukkan badan dan kepala dengan kedua tangan diluruskan ke lulut kaki. Dengan tidak mengangkat kepala tapi juga tidak menekuknya. Juga dengan meluruskan punggungnya

  • Para ulama fiqih menyebutkan bahwa perbedaan ruku`nya laki-laki dan wanita adalah pada letak tangannya. Laki-laki melebarkan tangannya atau merenggangkan antara siku dengan perutnya. Sedangkan wanita melakukan sebaliknya, mendekatkan tanggannya ke tubuhnya. Fathul Qadir jilid 1 halaman 193-208 Ad-Dur al-Mukhtar jilid 1 halaman 416 As-Syarhu Ash-Shaghir jilid 1 halaman 313 Al-Qawanin Al-Fiqhiyah halaman 62 Mughni Al-Muhtaj jilid 1 halaman 163 Kassyaf Al-Qanna` jilid 1 halaman 452 Al-Muhazzab jilid 1 halaman 74).

  • ITIDALI`tidal adalah gerakan bangun dari ruku` dengan berdiri tegap dan merupakan rukun shalat yang harus dikerjakan menurut jumhur ulama.

  • SUJUDManakah yang lebih dahulu diletakkan, lutut atau tangan?

  • Dari Wail Ibnu Hujr berkata,"Aku melihat Rasulullah SAW bila sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya. Dan bila bangun dari sujud beliau mengangkat tangannya sebelum mengangkat kedua lututnya. (HR. Khamsah kecuali Ahmad - Nailul Authar : 2/253> Jumhur Ulama sepakat bahwa yang diletakkan terlebih dulu adalah lutut, kecuali Imam MalikiDari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasululah SAW bersabda,"Bila kamu sujud janganlah seperti duduknya unta. Hendaklah kamu meletakkan kedua tangan terlebih dahulu baru kedua lutut. (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasai dan Tirmizy)

  • DUDUK DIANTARA DUA SUJUDPosisi duduknya adalah duduk iftirasy, yaitu dengan duduk melipat kaki ke belakang dan bertumpu pada kaki kiri. Maksudnya kaki kiri yang dilipat itu diduduki, sedangkan kaki yang kanan dilipat tidak diduduki namun jari-jarinya ditekuk sehingga menghadap ke kiblat. Posisi kedua tangan diletakkan pada kedua paha dekat dengan lutut dengan menjulurkan jari-jarinya.

  • DUDUK TASYAHUD AKHIRjumhur ulama menetapkan bahwa posisi duduk untuk tasyahhud akhir adalah duduk tawaruk. Posisinya hampir sama dengan istirasy namun posisi kaki kiri tidak diduduki melainkan dikeluarkan ke arah bawah kaki kanan. Asy-syafi`iyah dan Al-Hanabilah sama-sama berpendapat bahwa untuk duduk tasyahud akhir, yang disunnahkan adalah duduk tawaruk ini. Menurut Al-Hanafiyah, posisi duduk tasyahhud akhir sama dengan posisi duduk antara dua sujud, yaitu duduk iftirasyh. Ada pun Al-Malikiyah sebagaimana diterangkan di dalam kitab Asy-Syarhu Ash-Shaghir menyunnahkan untuk duduk tawaruk baik pada tasyahud awal maupun untuk tasyahhud akhir.

  • Dari Wail Ibnu Hajar,"Aku datang ke Madinah untuk melihat shalat Rasulullah SAW. Ketika beliau duduk (tasyahhud), beliau duduk iftirasy dan meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya dan menashabkan kakinya yang kanan". (HR. Tirimizy - Hadits hasan shahih - Nailul Authar : 2/273) Dari Ibnu Mas`ud berkata bahwa Rasulullah SAW duduk di tengah shalat dan akhirnya dengan duduk tawaruk.

  • ANTARA MENGGERAKKAN DAN TIDAK MENGGERAKKAN JARI

  • Mereka yang berpendapat harus menggerakkan jari telunjuk berdalil dengan hadits Wail bin Hajar. . . .kemudian beliu duduk dan mengiftirasykan kaki kirinya dan meletakkan tapak tangan kirinya. Dan menjadikan batas siku kanannya di atas paha kanan kemudian menggenggam dua jarinya dan membentuk lingkaran, kemudian mengangkat jarinya dan aku melihat beliau menggerak-garakkannya dan berdoa. (HR. Ahmad, Nasai, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Huzaemah dan Al-Bahaqi.) Diantara mazhab yang menjalankan praktek ini adalah mazhab Maliki.

  • Sedangkan yang berpendapat tidak menggerak jari berpegangan pada hadits antara lain riwayat dari Abdullah bin Zubair. Dari Abdullah bin Zubair bahwa Rasulullah SAW menunjuk dengan jari saat berdoa dan tidak menggerakkannya (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Hibban.) Hadis lainnya adalah riwayat Saad bin Abi Waqqash berkata,Nabi SAW lewat di depanku dan aku sedang berdoa dengan menjulurkan jari-jariku, beliau bersabda, Ahad, ahad, dan beliau menunjuk dengan jari telunjuk (HR. An-Nasai) Mazhab Imam Abu Hanifah, mazhab Imam As-Syafii dan mazhab Imam Ahmad bin Hanbal tidak menggerakkan jari saat menunjuk dengan telunjuk kecuali sekali saja saat mengucapkan . . . Illallah

  • BACAAN SHOLAWAT ATAS NABI

  • Mazhab As-Syafi`iyyah dan Al-Hanabilah menyatakan bahwa shalawat kepada nabi dalam tasyahhud akhir hukumnya wajib. Sedangkan shalawat kepada keluarga beliau SAW hukumnya sunnah menurut As-Syafi`iyah dan hukumnya wajib menurut Al-Hanabilah. (lihat kitab Mughni Al-Muhtaj jilid 1 halama 173 dan kitab Al-Mughni jilid 1 halaman 541).

  • Sedangkan menurut Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah, membaca shalawat kepada nabi pada tasyahhud akhir hukumnya sunnah. (lihat kitab Ad-Dur Al-Mukhtar jilid 1 halaman 478 dan kitab Asy-Syarhu Ash-Shaghir jilid 1 halaman 319).

  • Pake SAYYIDINA atau nggak ?Di dalam kitab Ad-Dur Al-Mukhtar jilid 1 halaman 479, kitab Hasyiyah Al-Bajuri jilid 1 halaman 162 dan kitab Syarhu Al-Hadhramiyah halaman 253 disebutkan bahwa Al-Hanafiyah dan As-Syafi`iyah menyunnahkan penggunaan kata [sayyidina] saat mengucapkan shalawat kepada nabi SAW (shalawat Ibrahimiyah)

  • hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata,`Janganlah kamu memanggilku dengan sebuatan sayyidina di dalam shalat`, adalah hadits maudhu` (palsu) dan dusta. (lihat kitab Asna Al-Mathalib fi Ahaditsi Mukhtalaf Al-Marathib karya Al-Hut Al-Bairuti halaman 253).

  • SALAM PERTAMAAs-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah mengatakan bahwa ketika memulai lafaz salam (assalamu `alaikum), wajah masih menghadap kiblat. Ketika mengucapkan (warahmatullah), barulah menoleh ke kanan dan ke kiri.

  • THUMANINAHAda jeda antara satu gerakan sholat dengan gerakan yang lainnya

  • TERTIBGerakan sholat dilakukan secara berurutan

  • HUDUD (HUKUM ALLOH)BAGI MEREKA YANG MENINGGALKAN SHOLAT & MENGINGKARINYA Para ulama sepakat bahwa seorang muslim yang sudah akil baligh bila meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya adalah kafir dan murtad (keluar) dari agama Islam, sehingga halal darahnya. Pihak pemerintah Islam melalui mahkamah syar`iyah berhak memvonis mati orang yang murtad karena mengingkari kewajiban shalat.

  • Secara duniawi, hukuman seorang muslim yang tidak mau mengerjakan shalat menurut para ulama antara lain :

  • AL-HANAFIYAH Menurut kalangan Al-Hanafiyah, orang muslim yang tidak mau mengerjakan shalat hukumannya di dunia ini adalah dipenjara atau dipukul dengan keras hingga keluar darahnya. Hingga dia merasa kapok dan mau mengerjakan shalat. Bila tidak mau juga, maka dibiarkan terus di dalam penjara hingga mati. Namun dia tidak boleh dibunuh kecuali nyata-nyata mengingkari kewajiban shalat. Seperti berkeyakian secara sadar sepenuhnya bahwa di dalam Islam tidak ada perintah shalat.

  • . AL-MALIKIYAH DAN ASY-SYAFI`IYAH mengatakan kebolehan untuk dibunuhnya itu karena dasar hudud (hukum dari Allah), bukan karena pelakunya kafir. Sehingga orang itu tidak dianggap sebagai kafir yang keluar dari Islam. Kondisinya sama dengan seorang muslim yang berzina, mencuri, membunuh dan sejenisnya. Mereka ini wajib dihukum hudud meski statusnya tetap muslim. Sehingga jasadnya pun tetap harus dishalatkan dan dikuburkan di pekuburan Islam.

  • ULAMA LAINNYA Sedangkan para ulama lainnya mengatakan bahwa bila ada seorang muslim yang malas tidak mau mengerjakan shalat tanpa uzur syar`i, maka dia dituntun untuk bertobat (yustatab) dengan masa waktu tiga hari. Artinya bila selama tiga hari itu dia tidak bertaubat dan kembali tidak menjalankan shalat, maka halal darahnya dan boleh dibunuh.