iii. metode penelitian 3.1. waktu dan tempat penelitian · 3.4. tehnik sampling kualitas air ....
TRANSCRIPT
65
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Teluk Youtefa yang menerima beban limbah
domestik, pertanian, dan peternakan melalui 4 sungai yang bermuara ke Teluk
Youtefa. Pemilihan Teluk Youtefa sebagai obyek penelitian didasarkan atas: (1)
permasalahan pencemaran air di Teluk Youtefa telah menjadi isu daerah Kota
Jayapura; (2) Teluk Youtefa telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan daerah
obyek wisata; (3) aktivitas di hulu dan di Teluk Youtefa terus meningkat disertai
peningkatan beban pencemaran akibat limbah antropogenik yang dihasilkan; (4)
tanpa tindakan pengelolaan Teluk Youtefa beresiko terhadap penurunan daya
dukungnya.
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Maret sampai bulan
Agustus 2011, lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 12.
Sumber: BPDAS Mambramo-Papua, 2009
Kondisi umum fisik perairan Teluk Youtefa
Kondisi batimetri Teluk Youtefa (Gambar 13) seperti yang ditunjukkan
oleh garis isobath (garis khayal yang menghubungkan kedalaman perairan yang
sama) umumnya mempunyai kedalaman rata-rata sekitar 6 meter. Mulut teluk
memiliki kedalaman berkisar antara 2 – 3 meter, di sekitar dermaga Youtefa
Gambar 12 Peta Teluk Youtefa
66
kedalamannya berkisar 3 meter, di Abe Pantai dan Nafri kedalamannya berkisar 4
– 6 meter, di Enggros dan Tobati kedalamannya berkisar 1 – 2 meter, sedangkan
di sekitar Entrop kedalamannya berkisar 0.5 – 1 meter.
Penampang melintang arah barat – timur dari batimetri (Gambar 14)
menunjukkan bahwa di bagian Barat Teluk Youtefa kemiringan lereng pantainya
sangat curam, sedangkan makin ke timur tingkat kecuraman lereng pantainya
semakin berkurang hingga menuju landai
sangat curam sedangkan semakin ke timur, tingkat kecuraman lereng
Gambar 13. Kontur batimetri Teluk
Youtefa
Sumber: Selvi T, Syafrudin RZ, UNIPA,
(2006)
75
63
50
38
25
13
0
Leb
ar
(x 1
00 m
0 10 20 30 40 50 Panjang (1x100 m)
0 5 10 15 20 15 30 15
Kedalaman
Panjang (1 x 100 m)
Enggros
Abepantai
Nafri
Tobati
Entrop
Vim
67
Keberadaan gosong pasit ini diduga merupakan kontribusi sedimen pantai
Holtekam akibat arus menyusur pantai (longshote current) serta kondisi
magnitudo arus pasang surut yang lemah sehingga kemampuan untuk membawa
sedimen tersebut meninggalkan teluk relatif lemah.
3.2. Diagram alir rancangan penelitian
Data parameter fisika – kimia merupakan input untuk menghitung beban
pencemaran, indeks pencemaran dan kapasitas asimilasi. Kapasitas asimilasi,
termasuk dalam teknik hard system methodology (HSM). Hasil wawancara dengan
pakar diinput pada tool ISM untuk mendapatkan elemen kunci kelembagaan
pengelola Teluk Youtefa dan hal ini termasuk dalam teknik SSM ( soft system
methodology).
Penampang melintang batimetri Teluk Youtefa (Barat-Timur)
0
5
10
1 5
Kedalaman (m)
0 10 20 30 40 50 Panjang (x100 m)
-35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 Kedalaman
75 63 50 38 25 13 0
Lebar (x 100 m)
Gambar 14 Penampang melintang batimetri
Sumber: Selvi T, Syafrudin RZ, UNIPA, (2006)
68
3.3. Alat dan bahan
Pengambilan contoh air menggunakan perahu motor tempel. Parameter yang
diukur meliputi parameter fisika dan kimia, dengan alat dan bahan sbb :
Tabel 5. Parameter fisika – kimia air No Parameter Satuan Alat Metode
Fisika
1 Suhu 0C Termometer Hg In situ
2 TSS mg/L
Penyaring Laboratorium
Kimia
3 pH --
pH meter Potensiometrik, In situ
4 DO mg/L
DO meter Titrasi winker, lab/ In situ
5 BOD5 mg/L
Peralatan titrasi Titrasi, laboratorium
6 COD mg/L
Peralatan titrasi Titrasi, laboratorium
7 Nitrat (NO3) mg/L
Spektrofotometer Spektrofotometri, laboratorium
8 NH3 mg/L
Spektrofotometer Spektrofotometri, laboratorium
9 PO4 mg/L
Spektrofotometer Spektrofotometri, laboratorium
10 Salinitas g/kg atau Promil (0
/00) Salinometer In situ
Gambar 15. Diagram alir rancangan penelitian
DATA FISIK-KIMIA
1. KONDISI EKSISTING
2. STATUS PENCEMARAN
3. TINGKAT PENCEMARAN
4. BEBAN PENCEMARAN
5. KAPASITAS ASIMILASI
6. DEBIT SUNGAI
7. SUMBER PENCEMAR
Mangrove
SISTIM FISIK-KIMIA
ANALISIS
WAWANCARA PAKAR
ELEMEN KUNCI
SUB ELEMEN
SISTEM SOSBUD INTERPRETATIVE
STRUCTURAL
MODELING INSTITUSI PENGELOLA
MODEL DINAMIK:
VALIDASI, VERIFIKASI MODEL, SKENARIO,
INTERVENSI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL
ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF
REKOMENDASI
69
3.4. Tehnik sampling kualitas air
3.4.1. Penentuan stasiun pengamatan
Penelitian diawali dengan penentuan lokasi pengambilan sampel yang
dilakukan dengan pertimbangan dapat mewakili aktivitas di daratan, dan aktivitas di
perairan. Pengambilan sampel dilakukan pada kondisi pasang dan surut masing-
masing sebanyak 9 sampel. Lokasi sampling ditentukan secara sengaja (purposive
sampling). Wilayah pengamatan ada tiga wilayah (stasiun 1,2,3 di wilayah entrop;
stasiun 4,5,6 wilayah pantai abe, dan stasiun; 7,8,9 di abe pantai/nafri). Tehnik
sampel campuran (composite sample). Penentuan tempat stasiun sampling ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa stasiun tersebut (9 stasiun) merupakan
kawasan yang dipengaruhi aktifitas dari hulu maupun aktifitas di Teluk Youtefa.
Stasiun 1,2, dan 4 merupakan stasiun yang relatif dekat dengan ke 4 sungai yang
mengalir ke perairan Teluk Youtefa.
3.4.2 Pengambilan sampel air
Sampel air diambil secara komposit dengan menggunakan botol sampel, dan
botol yang digunakan disesuaikan dengan sampel yang akan dianalisis (khusus BOD
menggunakan botol BOD). Selanjutnya sampel air dimasukkan ke dalam cool box
untuk dibawa ke laboratorium guna keperluan analisis. Waktu pengambilan sampel
air bersamaan dengan waktu pengambilan beberapa parameter langsung dilapangan
yaitu: suhu, pH, dan DO, secara in situ dengan menggunakan alat DO meter untuk
mengukur suhu dan DO, sedangkan mengukur derajat keasaman digunakan pH
meter. Kemudian sampel air dianalisis di laboratorium kesehatan daerah Jayapura.
Tabel 6. Lokasi pengukuran parameter kualitas air laut perairan Teluk Youtefa
No Kawasan Pengamatan Stasiun Pengamatan
Ket
1 Entrop 1,2,3
(st 1,2,3)
1
02034‟34,7” LS
140042‟04,8” BT
2
02035‟15,6 LS
140042‟10,4” BT
3
02035‟31,3 LS
140042‟27.1” BT Sampling
pada saat
air
Pasang
dan surut
2 Pantai Abe 1,2,3
(st 4,5,6)
4
02036‟47,7 LS
140041‟13,1” BT
5
02036‟45,3 LS
140041‟38,5” BT
6
02036‟36,5 LS
140042‟42,3” BT
3 Abepantai Nafri 1,2,3
(st 7,8,9)
7
02036‟49,4 LS
140043‟01,7” BT
8
02037‟03,0 LS
140042‟49,6” BT
9
02037‟23,7 LS
140042‟08,7” BT
70
3.5. Rancangan Penelitian
3.5.1. Analisis kualitas air, status pencemaran air Teluk Youtefa dengan metode
STORET dan tingkat pencemaran.
3.5.1.1. Analisis kualitas air
Parameter kualitas air dianalisis kemudian dibandingkan dengan baku mutu kualitas
air mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut.
3.5.1.2. Analisis status kualitas air
Secara prinsip bahwa metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas
air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya untuk
menentukan status mutu air secara keseluruhan dari suatu perairan (Kepmen LH No.
115 tahun 2003)
1. Tujuan penelitian: mengetahui status pencemaran teluk Youtefa
2. Metode pengumpulan data: In situ dan laboratorium
3. Variabel yang diamati: parameter maksimum, minimum dan rata-rata
4. Metode analisis data:
Untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari
US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan klasifikasi 4 kelas. Metode
analisis menggunakan sistem pembobotan terhadap data kualitas air dengan
klasifikasi sebagai berikut:
1. Kelas A: Kualitas air disebut sangat baik (exellent water quality) atau tidak
tercemar bila seluruh parameter memenuhi baku mutu, mempunyai total skor = 0
2. Kelas B: Kualitas air disebut baik (good water quality) atau tercemar ringan,
mempunyai total skor antara -1 sampai -10
3. Kelas C: Kualitas air disebut cukup (fair water quality) atau tercemar sedang,
mempunyai total skor antara -11 sampai -30
4. Kelas D: Kualitas air disebut buruk (poor water quality) atau tercemar berat,
mempunyai total skor ≤ -31
71
Tabel 7. Penentuan nilai skor derajat mutu air
Jumlah contoh air Nilai Parameter
Fisika Kimia Bakteriologi
< 10
Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
≥ 10
Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Sumber: Center, (1977) dalam Kep-Men LH No. 115 tahun 2003.
Pemahanan dari pembobotan metode tersebut adalah:
1. Bila standar bakteriologis tidak memenuhi, maka dianggap 3 kali lebih penting
dibandingkan bila parameter kimia tidak terpenuhi. Bila standar kimia tidak
terpenuhi, maka dianggap 2 kali lebih penting dibandingkan bila parameter fisika
tidak terpenuhi. Dengan menggunakan nilai numerikal negatif, maka
pembobotan tersebut dapat dihitung
2. Bila nilai rata-rata parameter tidak memenuhi standar, maka dianggap 3 kali lebih
penting dibanding bila nilai maksimum atau minimum tidak memenuhi standar.
Sehingga nilai negatif numerik rata-rata diberi 3 kali lebih tinggi dibanding nilai
maksimum atau minimum
3. Titik (stasiun) sampling yang mempunyai data 10 titik atau lebih diberi bobot 2
kali lebih penting dibanding titik dengan data kurang dari 10. Dengan demikian
nilai bobot negatif yang diberikan pada stasiun dengan 10 data atau lebih adalah 2
kali lebih tinggi dibanding stasiun dengan data yang kurang dari 10
3.5.1.3. Penentuan tingkat pencemaran.
Penentuan tingkat pencemaran air di Teluk Youtefa terhadap parameter
kualitas air yang diijinkan mengacu pada KepMen Lingkungan Hidup Nomor 115
tahun 2003, yaitu menggunakan metode indeks pencemaran (IP). Metode ini dapat
langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau tidaknya air
Teluk Youtefa dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter-
parameter tertentu. Pada penelitan ini parameter kualitas air yang digunakan untuk
menentukan tingkat pencemaran adalah: pH, TSS, TDS, BOD, COD, N-NO3, PO4,
NH3.
72
Penentuan tingkat pencemaran dengan indeks pencemaran (IP) dilakukan
dengan langkah-langkah berikut:
1. Memilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air
akan membaik,
2. Memilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang,
3. Menghitung nilai Ci/Lij tiap parameter pada setiap lokasi sampling,
4. a) Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran
meningkat, misal DO, tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (misal
untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil
pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan yaitu
b). Jika nilai baku Lij memiliki rentang, maka
c). Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal C1/L1j = 0,9 dan
C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0,
maka tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan
ini adalah:
(1) penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran kalau nilai ini < 1,0
(2) penggunaan nilai (Ci/Lij) baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran > 1,0
(Ci/Lij) baru = 1,0 + P. Log (Ci/Lij) hasil pengukuran
P adalah konstanta ( biasanya digunakan 5)
5. Menentukan nilai rata-rata (Ci/Lij)R dan nilai maksimum (Ci/Lij) M dari
keseluruhan Ci/Lij
6. Menentukan harga indeks pencemaran (IP) menggunakan formula:
[Ci (Lij) rata-rata] untuk Ci > Lij rata-rata (Ci/Lij)baru = {(Lij)max (Lij) rata-rata}
Cim Ci (hasil pengukuran) (Ci/Lij)baru = Cim Lij
[Ci (Lij) rata-rata] untuk Ci ≤ Lij rata-rata (Ci/Lij)baru = {(Lij)min (Lij) rata-rata}
73
Dengan: IP = indeks pencemaran
Ci = konsentrasi parameter kualitas air (i)
Lij = baku mutu peruntukan air (j)
(Ci/Lij)M = nilai maksimum Ci/Lij
(Ci/Lij)R = nilai rata-rata Ci/Lij
Evaluasi terhadap nilai indeks pencemaran (IP) Sumitomo dan Nemerow adalah:
0 ≤ IP ≤ 1,0 : memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1,0 < IP ≤ 5,0 : tercemar ringan
5,0 < IP ≤ 10 : tercemar sedang
IP > 10 : tercemar berat
3.5.2. Pengukuran beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time
3.5.2.1. Beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
1. Tujuan penelitian : Menganalisis beban dan kapasitas asimilasi
2. Metode pengumpulan data : In situ dan laboratorium
3. Variabel yang diamatai : Beban Pencemaran dengan paramater yang diukur
adalah debit sungai (Q) dan konsentrasi limbah (C)
4. Metode analisa data :
Analisis beban pencemaran dilakukan dengan perhitungan langsung (debit)
di muara – muara sungai yang menuju Teluk Youtefa. Cara perhitungan beban
pencemaran didasarkan pada pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di
muara sungai – sungai yang menuju Teluk Youtefa berdasarkan model berikut :
BP = QC.......................................................................................................(1a)
(Chapra 1997)
BP = ∑ Qi x Ci x 3600 x 24 x 30 x 1 x 10-6
............................................(1b)
BP = Beban pencemaran yang berasal dari sungai (ton/bulan)
Qi = Debit sungai ke-i (m3/detik)
Ci = Konsentrasi limbah parameter ke-i (mg/l)
Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat grafik hubungan antara
konsentrasi masing – masing parameter limbah di perairan teluk dengan total beban
pencemaran parameter tersebut di muara sungai. Titik perpotongan dengan nilai
(Ci / (Lij)2
M + (Ci/Lij)2
R IP =
√ 2
74
baku mutu (Kepmen LH No.51 tahun 2004 untuk biota laut) yang berlaku untuk
setiap parameter disebut sebagai nilai kapsitas asimilasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencemaran di muara sungai secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
y = f(x) ...................................................................................................... (2)
Secara matematis persamaan regresi linier dapat dituliskan :
y = a + bx ........................................................................................... ........... (3)
dimana
x = nilai parameter di sungai
y = nilai parameter di perairan Teluk
a = nilai tengah/rataan umum
b = koefisien regresi untuk parameter di sungai
Peubah x merupakan jumlah nilai dari seluruh muara yang diamati untuk parameter
tertentu dan y merupakan nilai parameter di perairan Teluk.
3.5.2.2. Flushing time (waktu dirus)
Salah satu pendekatan pengelolaan daerah pesisir adalah menggunakan
konsep flushing time (waktu pembilasan). Metode tersebut sering digunakan untuk
menentukan berapa besar potensi yang dapat membahayakan untuk suatu daerah
estuarin yang dapat ditolerir sebelum suatu ekosistem itu terkena dampak.
Waktu pembilasan (flushing time) dari massa air tawar oleh air laut
merupakan salah satu aspek dari proses pencampuran yang penting untuk
Kapasitas asimilasi
Baku mutu
Beban pencemaran di muara sungai
y
Persamaan regresi linier: Y = a + bx x = nilai parameter di sungai y = nilai parameter di laut
Gambar 16. Kapasitas asimilasi
Ko
nse
ntr
asi
po
luta
n d
i te
luk
75
mengetahui penyebaran (dispersion) dari suatu bahan yang dibuang atau yang
ditimbun diperairan pantai, dengan asumsi bahwa laju air tawar yang didirus sama
dengan limpasan sungai. Dahuri et al, (2008), menjelaskan bahwa metode untuk
menghitung waktu dirus dapat digunakan adalah:
t1 = Q/R .................................................. (4)
dimana: t1 = waktu dirus
Q = total volume air sungai yang berada di perairan yang dimaksud
R = Limpasan air sungai yang masuk
Jika aliran massa air dari perairan teluk T1, sedangkan aliran massa air laut ke
dalam teluk bersalinitas S2 dan bervolume transport T2 maka dalam keadaan
setimbang didapat persamaan menurut Bowden, 1983) diacu dalam Dahuri et al,
(2008) sebagai berikut:
dimana: R = limpasan air sungai
Dengan demikian waktu dirus di teluk tersebut mengikuti persamaan berikut:
dimana: t2 = waktu dirus
V = volume total
S1 = Rerata salinitas air sungai tiap musim
S2 = Rerata salinitas air laut tiap musim
3.5.3. Memilih model kelembagaan
a. Tujuan penelitian: Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan teluk.
b. Metode pengumpulan data : Kuesioner yang diisi pendapat pakar.
Pengumpulan data sebagai bahan analisis kelembagaan pengelolaan Teluk
Youtefa dilakukan melalui wawancara terhadap pakar menggunakan kuesioner.
Responden yang dilibatkan dipiiih secara purposive sampling, yaitu penentuan
responden dengan pertimbangan bahwa responden adalah pelaku (individu atau
S2R Aliran ke luar T1 = ……………………………………… (5) S2 S1
S1R Aliran ke luar T2 = ……………………………………… (6) S2 S1
= T1 T2
V V (S2 S1) t2 = ……………………….. (7) T1 S2R
76
lembaga) yang mempengaruhi pengambilan kebijakan, baik langsung maupun
tidak langsung, responden yang memiliki keahlian khusus, memiliki reputasi
jabatan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai ahli atau pakar pada
bidang yang diteliti, memiliki pengalaman dalam bidangnya, dan yang dianggap
mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait dengan Teluk
Youtefa. Pakar terdiri dari 7 orang yaitu dari unsur pemerintah, perguruan tinggi,
swasta dan masyarakat.
c. Variabel yang diamati : model alternatif pengelolaan teluk
d. Metode analisa data: Analisis sistem yaitu analisis kelembagaan menggunakan
ISM. Dalam hal ini akan ditentukan : a) Elemen kunci pada diagram hierarki; b)
Elemen – elemen mana yang termasuk ke dalam variabel Autonomous (sektor
1), Dependent (sektor 2), Linkage (sektor 3) atau Independent (sektor 4).
DATA MODEL
Sistem Manajemen Basis Data
(SMBD)
Data kualitas air teluk youtefa
Data eksisting teluk youtefa
Data stakeholder
Sistem Manajemen Basis
Model
(SMBM)
Sub model sumber pencemar
Sub model beban pencemar
Sub model kualitas air
Sistem pengolahan problematik:
Subsistem yang bertugas sebagai koordinator dan pengendali
dari operasi system secara keseluruhan
Sistem manajemen dialog:
Subsistem untuk berkomunikasi dengan pengguna TY
Pengguna:
Pemerintah daerah, Masyarakat nelayan, Masyarakat umum,
Perguruan tinggi, LSM, pengguna transfortasi Teluk Youtefa
pengguna wisata Teluk Youtefa, pedagang ikan, masyarakat
yang bermukim di atas perairan Teluk Youtefa, dll
Gambar 17. Model sistem penunjang keputusan pengelolaan teluk
77
3.5.4. Menyusun strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa
Selanjutnya untuk pengembangan ekosistem perairan Teluk Youtefa diperlukan
suatu strategi pengendalian pencemaran. Analisis dilakukan secara deskriptif.
3.5.5 Diagram sebab akibat (causal loop diagram) model dinamik pengelolaan
Teluk Youtefa berkelanjutan
Variabel yang berpengaruh terhadap sosial ekonomi seperti kemiskinan,
kesejahteraan, pendidikan, dan prilaku masyarakat. Meningkatnya angka
kemiskinan mendorong masyarakat meningkatkan penebangan hutan secara liar,
selain itu rendahnya pendidikan dan prilaku masyarakat akan meningkatkan
perambahan hutan secara liar. Meningkatkatnya perambahan hutan akan
meningkatkan pendangkalan Teluk Youtefa. Meningkatnya usaha (karamba jaring
apung, peternakan, hotel, restoran) akan meningkatkan pendapatan, sebaliknya
meningkatnya usaha akan memperkecil daya dukung lingkungan Teluk Youtef.
Variabel yang berpengaruh terhadap pendangkalan Teluk Youtefa seperti
erosi, curah hujan, dan debit aliran, aliran permukaan, vegetasi penutup tanah,
jumlah tanaman yang ditebang, laju reboisasi, luas lahan, luas konversi lahan, dan
luas lahan pertanian. Meningkatnya curah hujan dan penebangan hutan secara liar
akan mengakibatkan banjir dan erosi. Meningkatnya erosi akan meningkatkan
transport sedimen di sungai akhirnya sedimen akan terakumulasi di Teluk Youtefa
dan menyebabkan pendangkalan. Keberadaan sedimen dalam badan air
mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan Teluk Youtefa (terjadinya
peningkatan kekeruhan perairan, yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya
dan transfer oksigen dari atmosfer ke perairan). Selain itu, meningkatnya
kekeruhan akan menghambat daya lihat organisme akuatik dan terganggunya
kerja organ pernafasan pada organisme akuatik. Sedimen juga menyebabkan
hilangnya tempat memijah yang sesuai bagi nekton.
78
3.5.6. Uji validasi dan sensitivitas model
Tahap – tahap uji validasi yang dilakukan adalah :
1). Uji validitas struktur
2). Uji validasi kinerja
Statistik AME (absolute mean eror) dan AVE (absolute variation eror). Nilai
batas penyimpangan yang dapat diterima adalah <10%.
3). Uji sensitivitas
1) Intervensi fungsional, yakni dengan memberikan fungsi – fungsi khusus
terhadap model.
2) Intervensi struktural, yakni dengan mempengaruhi hubungan antar unsur atau
struktur model, dengan cara mengubah struktur modelnya.
3.5.7. Analisis kebijakan
Ada dua tahap analisis kebijakan yaitu : Pengembangan kebijakan alternatif dan
Analisis kebijakan alternatif.
Gambar 18 Diagram sebab akibat pengelolaan Teluk Youtefa
Jumlah
Penduduk
Pertumbuhan
Penduduk
Limbah
Ternak
Keramba
Jaring Apung
Limbah
Cair Pencemaran
Lingkungan
Limbah
Padat
Kebutuhan
Lahan Lahan
Tersedia
Daya
Dukung
Tinja
Penduduk
+
+
+
+
+ +
+
+
+
++
+
+
+
+
+ +
--
--
-
+
-
-
-
79
Tabel 8. Jadual penyusunan proposal, proses penelitian, dan penyusunan disertasi
No Jenis kegiatan
TAHUN 2010 2011 2012
BULAN 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
1 SK. I √
2 Perbaikan proposal √ √
3 Prelim lisan √
4 Perbaikan proposal √ √
5 Kolokium √
6 Perbaikan proposal √
7 Pengesahan proposal √
8 Pengumpulan data √ √ √ √ √ √
9 Pengolahan data √ √ √ √
10 Draf disertasi 1 √
11 SK.2 √
12 Perbaikan disertasi √
13 Seminar √
14 Draf disertasi 2 √
15 SK. 3 √
16 Draf disertasi 3 √
17 Ujian tertutup √
18 Perbaikan disertasi √
19 Ujian terbuka √
20 Perbaikan disertasi √
21 Pengesahan disertasi √ √
Ket: SK: Sidang komisi.
Gambar 19. Model pengelolaan Teluk Youtefa
MODEL PENGELOLAAN
TELUK YOUTEFA (MODEL UTAMA)
1. SUB MODEL SUMBER
PENCEMAR (SMSP)
2. SUB MODEL BEBAN
PENCEMAR (SMBP)
3. SUB MODEL KUALITAS AIR (SMKA)
1. PENDUDUK 2. TINJA 3. LIMBAH PADAT 4. KJA 5. KOTORAN TERNAK 6. LIMBAH CAIR
1. COD 2. TSS 3. BOD 4. PO4 5. NO3 6. NH3
1. COD 2. TSS 3. BOD 4. PO4 5. NO3 6. NH3