idk askep

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan imflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan bayak sel dan elemenya. Penyakit imflamasi kronik saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan terjadinya peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan. Umumnya asma lebih sering terjadi pada anak- anak usia di bawah lima tahun dan orang dewasa pada usia sekitar tiga puluh tahunan. B. Rumusan Masalah Menjelaskan tentang pengertian asma Menjabarkan tentang etiologi dari asma Menjabarkan tentang patofisiologi asma Menyebutkan manifestasi klinik dari asma Menjelaskan tentang perawatan, pengobatan dan pencegahan asma Menyebutkan komplikasi asma Memberitahukan pemeriksaan penunjang pada klien asma 1

Upload: whana-nirwana

Post on 07-Sep-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

idk askep

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAsma adalah gangguan imflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan bayak sel dan elemenya. Penyakit imflamasi kronik saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan terjadinya peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan. Umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun dan orang dewasa pada usia sekitar tiga puluh tahunan. B. Rumusan Masalah Menjelaskan tentang pengertian asma Menjabarkan tentang etiologi dari asma Menjabarkan tentang patofisiologi asma Menyebutkan manifestasi klinik dari asma Menjelaskan tentang perawatan, pengobatan dan pencegahan asma Menyebutkan komplikasi asma Memberitahukan pemeriksaan penunjang pada klien asma Asuhan Keperawatan pada klien dengan asma

C. Tujuan Setelah membaca makalah ini di harapakan seluruh mahasiswa mahasiswi akademi keperawatan YRS. Jakarta khususnya tingkat 2 dapat mengetahui tentang penyakit asma.

D. Pembatasan MakalahDalam pembahasan makalah ini hanya di batasi tentang pengertian, etiologi, patofiisologi, manifestasi klinik, komplikasi, pengobatan dan pencegahan,serta pemeriksaan penunjang dari penyakit asma.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Proses Penuaan Pada Sistem Pernafasan1. Pengertian Proses PenuaanLanjut usia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut (Prayitno dalam Aryo (2002) dalam buku Keperawatan Gerontik edisi 2) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok kehidupannya sehari-hari.Pada Lansia, menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dari atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2000 dalam buku Keperawatan Gerontik edisi 2)Pada orang orang sehat, perubahan anatomik fisiologik tersebut merupakan bagian dari proses menua, Usia Ianjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan. Proses menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut (Kumar et al, 1992. Di dalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh penyakit yang menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi (Widjayakusumah, 1992. R Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999):Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal, artinya umum terjadi pada setiap orang.Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan bukan oleh faktor luar.Proses menua terjadi secara progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan tidak dapat berbalik lagi.Proses menua bersifat proses kemunduran atau kerusakan (injury).

2. Fungsi Normal Sistem Pernafasan Pernafasan (respirasi) merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) kedalam tubuh serta menghembuskan CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna pernafasan banyak sekali diantaranya: mengambil O2 yang kemudian dibawa keseluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengelurakan CO2 sebagai sisa dari pembakaran karena tidak digunakan lagi oleh tubuh dan menghangatkan dan melembabkan udara.Saluran pernafasan mulai dari atas secara berturut-turut adalah:a. Hidung (Nasal)Merupakan saluran udara yang pertama, yang terdiri dari 2 kavum nasi, dipisah kan oleh septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Bagia luar terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan sinus para nasalis. Adapun fungsi dari nasal ini sebagai saluran udara pernafasan, penyaring udara pernafasan yang dilakukan bulu-bulu hidung, dapat menghangatkan udara oleh mukosa serta membunuh kuman yang masuk bersamaan dengan udara pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.b. FaringMerupakan tempat persimpangan antara jalan nafas dan pencernaan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang (koana), kedepan berhubungan dengan rongga mulut. Rongga faring terbagi atas tiga bagian: nasofaring, orofaring dan laringofaring.c. LaringLaring merupakan lanjutan dari pharing yang terletak didepan oesophagus. Bentuknya seperti kotak segi tiga dengan sebelah samping mendatar dan didepan menonjol. Laring ini dibentuk oleh tulang rawan yang dihubungkan oleh jaringan ikat, pada laring terdapat selaput pita suara.

d. TracheaTrachea merupakan lanjutan dari laring, dibentuk oleh cincin tulang rawan yang berbentuk huruf C. Diantara tulang rawan dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot polos yang panjangnya 11,2 cm, lebarnya 2cm. Mulai dari bawah laring segitiga vertebra thorakalis V dan akan bercabang menjadi bronchus kiri dan kanan. Trachea juga dilapisi oleh selaput lendir (mukosa) yang mempunyai epitel torak yang berbulu getar. Permukaan mukosa ini selalu basah oleh karena adanya kelenjar mukosa. Trachea berfungsi untuk menyaring debu-debu yang halus dari udara pernafasan. Otot polos pada dinding trachea dapat berkontraksi sehingga saluran akan menyempit sehingga timbul sesak nafas.e. BronchusBronchus merupakan cabang trachea sehingga vertebra thorakalis V yaitu terdiri dari bronchus kiri dan brochus kanan. Bronchus ini dibentuk oleh cincin tulang rawan yang ukurannya lebih kecil dari trachea yang dilapisi oleh selaput lendir. Perbedaan bronchus kiri dan bronchus kanan adalah: bronchus kiri lebih kecil, horizontal dan lebih panjang sedangkan bronchus kanan lebih besar, vertikal dan lebih pendek.f. BronchiolusBronchiolus merupakan cabang dari bronchus yang mana struktur sama dengan brochus hanya saja ukuran dan letaknya berbeda. Bronchiolus sudah memasuki lobus paru-paru sedangkan bronchus masih di luar paru-paru. Bronchiolus akan bercabang lagi menjadi bronchiolus terminalis yang strukturnya sama dengan Bronchiolus dan letaknya lebih dalam di jaringan paru-paru. Diujungnya baru terdapat rongga udara yaitu alveolus dan dinding dari alveolus merupakan jaringan paru-paru.g. Paru-paruParu-paru (pulmo) terletak dalam rongga dada yang terdiri dari paru kiri dan kanan, diantara paru kiri dan kanan terdapat jantung, pembuluh darah besar trachea, bronchus dan esophagus. Di sebelah depan, belakang dan lateral paru-paru berkontak dengan dinding dada, sebelah bawah berkontak dengan diafragma dan sebelah medial adalah tempat masuk bronchus kiri, kanan dan tempat masuk pembuluh darah arteri dan vena pulmonalis. Bentuk dari paru ini seperti kubah (segitiga) yang puncaknya disebut apek pulmonum dan alasnya disebut basis pulmonal.Jaringan paru-paru ini bersifat elastis sehingga dapat mengembang dan mengempis pada waktu bernafas. Didalam paru-paru terdapat kantong-kantong udara (alveolus), alveolus ini mempunyai dinding yang tipis sekali dan pada dindingnya terdapat kapiler-kalpiler pembuluh darah yang halus sekali dimana terjadi difusi oksigen dan CO2. Jumlah alveolus ini 700 juta banyaknya dengan diameter 100 micron. Luasnya permukaan dari seluruh membran respirasi ini kalau direntang adalah 90 m2 atau 100 kali luas tubuh, akan tetapi hanya 70 m2 yang dipergunakan untuk pernafasan selebihnya tidak mengembang.Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua yaitu pleura. Selaput ini merupakan jaringan ikat yang terdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseral yang langsung melengket pada dinding paru-paru, masuk kedalam fisura dan memisahkan lobus satu dengan yang lainnya, membran ini kemudian dilipat kembali sebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietalis dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga adalah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragmatika dan bagian yang terletak dileher adalah pleura servicalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat yang disebut dengan membran supra renalis (fasia gison) dan diatas membran ini terletak arteri subklavia.Diantara kedua lapisan pleura ini terdapat eksudat untuk melicinkan permukaannya dan menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu bernafas. Dalam keadaan normal kedua lapisan ini satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan akan memisahlkan kedua pleura dan ruangan diantaranya akan menjadi lebih jelas.Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dengan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru. Adapun tujuan pernafasan adalah memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan mengeluarkan sisa pembakaran berupa karbondioksida dari jaringan.Pernafasan menyangkut dua proses : Pernafasan luar (eksternal) adalah: Absorbsi O2 dari luar masuk kedalam paru-paru dan pembuangan CO2 dari paru-paru keluar. Pernafasan dalam (insternal) ialah: Proses transport O2 dari paru-paru ke jaringan dan transport CO2 dari jaringan ke paru-paru.Pernafasan melalui paru-paru (internal), oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada saat pernafasan dimana oksingen masuk melalui trachea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan keseluruh tubuh.Sementara itu karbondioksida sebagai sisa metabolisme dalam tubuh akan dipisahkan dari pembuluh darah yang telah mengumpulkan karbondioksida itu dari seluruh tubuh kedalam saluran nafas.

3. Perubahan Fungsi Dan Struktur Sistem Pernafasan Yang Terjadi Pada Lansiaa. Perubahan Anatomik sistem pernafasanAdapun bagian yang mengalami perubahan adalah : Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan mengalami osifikasi. Otot-otot pernafasan: mengalami kelemahan akibat atrofi. Saluran nafas: akibat kelemahan otot berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil, cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami pengapuran. Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus membesar secara progeseif terjadi emfisema senilis.b. Perubahan-perubahan fisilogik sistem pernafasan Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo pernafasan menjadi dangkal sehingga akan timbul keluhan sesak bernafas.Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran gas akan menimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air traping) atau pun gangguan pendistribusian oksigen. Volume dan kapasitas paru menurun. Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap, yang penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 dalam darah dari alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan-jaringan berkurang, terutama saat melakukan olahraga. Gangguan perubahan ventilasi paru: akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun pusat-pusat pernafasan pada medulla oblongata dan pons.Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ. c. Perubahan Anatomik Sistem PernafasanMenurut Stanley, 2006 dalam buku Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, mengatakan bahwa perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat penuaan sebagai berikut: Paru-paru kecil dan kendur. Hilangnya recoil elastic. Pembesaran alveoli. Penurunan kapasitas vital: penurunan PaO2 dan residu. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi. Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan Hilangnya tonus otot thoraks, kelemahan kenaikan dasar paru Kelenjar mucus kurang produktif. Penurunan sensitivitas sfingter esophagus. Penurunan sensitivitas kemoreseptor. Perubahan Fisiologis Sistem Pernafasan

Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahan struktural dan fungsional pada thoraks dan paru-paru. Kita ketahui bahwa tujuan pernapasan adalah untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastis dan lebih berserabut serta berisi kapiler-kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru-paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh. Daya pegas paru-paru berkurang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit pada posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, maka menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun. Dekalsifikasi iga dan peningkatan kalsifikasi dari kartilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering, sehingga menghalangi pembuangan sekret dan menciptakan resiko tinggi terhadap infeksi pernapasan. (Maryam, 2008).d. Pengaruh Proses Penuaan Pada Fungsi PsikososialPerubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel-sel otak.Gangguan halusinasi.Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.e. Perubahan Spritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow, 1970) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970). Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

B. Konsep Dasar Penyakit1. Pengertian AsmaAsma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan terjadinya peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan. Umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun dan orang dewasa pada usia sekitar tiga puluh tahunan.

2. EtiologiAsma agaknya di turunkan secara poligenik dan alergi salah satu faktor pencetus asma tetapi belum pasti bagaimana caranya. Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patogenesis asma ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya alergen, infeksi, exercise. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma Faktor predisposisi GenetikDimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

Faktor presipitasia) AlergenDimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasanex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi ngestan, yang masuk melalui mulutex: makanan dan obat-obatan Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulitex: perhiasan, logam dan jam tanganb) Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

c) StressStress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.d) Lingkungan kerjaMempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.e) Olah raga/ aktifitas jasmani yang beratSebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

3. PatofisiologiProses terjadinya asma dapat dijelaskan bahwa serangan asma dapat terjadi apabila terdapat perubahan didalam pernafasan yaitu imflamasi atau bengkak. Jika alergen sebagai faktor pencetus yang masuk ke dalam tubuh sehingga merangsang sel plasma atau sel pembentuk antibodi, dan alergen tersebut akan menempel pada sel mast sehingga terjadi pembengkakan yang mudah mengalami iritasi.Lendir yang pekat akan dihasilkan dan menyumbat saluran pernafasan, penderita akan batuk-batuk untuk mengosongkan saluran pernafasan yang tersumbat.Jika imflamasi sering terjadi dan keadaannya terus, lapisan saluran pernafasan akan mengental dan menyebabkan penderita lebih sulit bernafas. Pada asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen antibody menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan patologi tadi. Mediator kimia tersebut adalah :

a. Histamin Kontraksi otot polos Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi pembuluh vena, sehingga terjadi edema Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa bronchus, bronkhoilus, mukosaa, hidung dan matab. Bradikinin Kontraksi otot polos bronchus Meningkatkan permeabilitas pembuluh darah Vasodepressor (penurunan tekanan darah) Bertambahnya sekresi kelenjar peluh dan ludahc. Prostaglandin bronkokostriksi (terutama prostaglandin F)

Stadium Asma1) Stadium IWaktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk proksisimal, karena iritasi dan batuk kering. Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang merangsang batuk.2) Stadium IISekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak napas berusaha bernapas lebih dalam. Ekspirasi memanjang dan terdengar bunyi mengi. Tampak otot napas tambahan turut bekerja. Terdapat retraksi supra sternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga. Anak lebih senang duduk dan membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur atau kursi. Anak tampak gelisah, pucat, sianosisi sekitar mulut, toraks membungkuk ke depan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada pernapasan. Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernapasan abdominal, retraksi supra sternal dan interkostal.Stadium IIIObstruksi atau spasme bronkus lebih berat , aliran udara sangat sedikit sehingga suara napas hampir tidak terdengar. Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan. Juga batuk seperti ditekan. Pernapasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi napas yang mendadak meninggi.

4. Manifestasi KlinikSalah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk,sesak nafas hebat,dan bahkan sampai tercekik),tetapi di luar serangan dia terlihat sehat-sehat saja (bisa main-main,jalan-jalan dll).Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat di bagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala: Intermintten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam seminggu dan gejala asma malam berkurang dari 2 kali dalam sebulan.Jika seperti itu yang terjadi,berarti faal paru masih baik. Persisten ringan,yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan serangannya sampai mengganggu aktivitas,termasuk tidur.Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan,semua ini membuat faal paru relatif menurun. Persisten sedang,yaitu gejala asma terjadi setiap hari dan serangan sudah mengganggu aktivitas,serta terjadinya 1-2 kali seminggu.Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu.Faal paru menurun. Persisten berat,yaitu gejala asma terjadi terus menerus.Gejala asma malam dapat terjadi hampoir setiap malam akibatnya faal paru sangat menurun.Tanda Dan Gejala :Secara umumnya tanda dan gejala asma adalah : Sesak nafas Batuk berdahak atau batuk kering Mengi,karna pengaruh hormon kortisol yang rendah dan karna berbagai faktor lain Nafasnya pendek-pendek Bibir dan kuku tampak kebiruan Kadar O2 yang menurun dan CO2 yang meningkat5. Komplikasi Efisema Atelektasis Bronkiektasis Bronkopneumonia Status asmatikus Kegagalan jantung Kegagalan pernafasan Pnemu thoraks Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Kematian

6. Pengobatan dan Pencegahana. Pengobatan :Pada prinsipnya pengobatan asma di bagi menjadi 2 golongan,yaitu: Anti imflamasi, merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan atau biasa di kenal dengan obat pengontrol.antara lain: Steroid inhalasi Sodium Kromoglikat Kortikosteroid sistemik Angios beta-2 kerja lama Bronkodilator, merupakan pengobatan saat serangan unuk mengatasi eksaserbasi atau serangan yang di kenal dengan obat pelega,antara lain : Angios beta-2 kerja singkat Antilolionegrik Metilsatinb. Pencegahan :Menghindari faktor-faktor pencetus asma dan menggunakan obat asma untuk mengurangi pembengkakan saluran pernafasan dengan pengobatan secara cepat atau jangka pendek dengan menggunakan obat pelega dan pengobatan jangka panjang dengan menggunakan obat seperti steroid.

7. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan laboratorium.I. Pemeriksaan sputumPemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya: Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. II. Pemeriksaan darah. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

b. Pemeriksaan RadiologiGambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.c. Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.d. ElektrokardiografiGambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu: Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block). Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.e. Scanning ParuDengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.f. Spirometri

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA

1. PENGKAJIANIdentitas Klien :a. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi, debu, udara dingin.b. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak nafas, keringat dingin.c. Status mental : lemas, takut, gelisah.d. Gastrointestinal : adanya mual, muntah.e. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah.f. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan pengobatang. Riwayat psikososial: factor pencetus, stress, latihan, kebiasaan dan rutinitas, perawatan sebelumnyah. Pemeriksaan fisiik Pernapasan Napas pendek Wheezing Retraksi Takipnea Batuk kering RonkhiKardiovaskuler Takikardia Neurologis Kelelahan Ansietas : Sulit tidur Muskuloskeletal: Intolerans aktifitas, Integumen Sianosis : pucat Psikososial : Tidak kooperatif selama perawatan

2. DIAGNOSA KEPERAWATANa. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.b. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paruc. Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuatd. Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnosa keperawatan 1 Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus. Tujuan : jalan nafas kembali efektif Kriteria hasil : sesak nafas berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang atau hilang, tanda vital dalam batas normal, keadaan umum baik.Intervensi :a. Auskultasi bunyi nafas,catat adanya bunyi nafasR/ beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekpirasi mengi (empysema), tidak ada fungsi nafas (nafas berat).b. Kaji frekuensi pernfasan catat rasio inspirasi dan ekpirasi.R/ takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada penerimaan selama stress atau adnay proses infeksi akut. Pernfasan dapat melambat dan ekpirasi memanjang di banding inspirasi.c. Kaji posisi klien yang aman, R/ Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.d. Observasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektifan memperbaiki upaya batuk. R/ batuk dapat menetap tidak efektif , khuidudnya pada lansia, sakit akut.e. Berikan air hangat.R/ Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.f. Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 1x1 ( inhalasi).R/ membebaskan spasme jalan nafas, mengi dam produksi mukosa.

Diagnosa Keperawatan 2Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru. Tujuan : pola nafas kembali efektif. Kriteria hasil : pola nafas efektif, bunyi nafas normal, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekpansi dada paru mengembang.Intervensi : a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada,catat upaya pernafasan ter pengguinaan otot bantu pernafasan atau pelebaran nasal.R/ kecepatan biasanya mencapai kedalaman bervariai tergantung derajat gagal nafas. Ekpansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasi atau nyeri dada.b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi.R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas.c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.R/ duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan memudahkan pernafasan.d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.R/ kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering atau iritasi.e. Bantu klien dalam nafas dan latihan batuk.R/dapat meningkatkan banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernafas.f. Kolaborasi berikan O2 tambahan- berikan humidifikasi tambahan, misalnya: nebulezer. R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban membran pada mukosa dan membantu pengenceran sputum.

Diagnosa Keperawatan 3Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : keadaan mukosa baik, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 x/menit, BB normal.Intervensi :a. Kaji status nutrisi klien (tekstur, kulit, rambut, konjuntiva )R/ menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.b. Jekaskan pada kliententang pentingnya makananR/ petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan kperawatan.

c. Timbang BB dan TB.R/ Penurunan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.d. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien .e. Anjurkan klien minum air hangat setelah makan.R/ air hangat dapat mengurangi mual.f. Kolaborasi dengan tim gizi.R/ menentukan kaloiri individu dan kebutuahan dalm pembatasan. Berikan obat sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawtan 4Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Kriteria hasil : keadaan umum baik, badan tidak lemah,klien dapat beraktivitas secra mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang.Intervensi :a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat laporan dyspnea peningkatan, kelemahan, kelelahan dan perubahan terhadap tanda vital selama dan setelah aktivitas.R/ menetapkan kebutuhan atau kemampuan klien dan memudahkan pilihan intervensi.b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.R/ tirah barting di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhanc. Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.R/ klien mungkin nyaman denagn kepala tinggi atau menunduk kedepaan meja atau bantal.d. Bantu aktivitas keperawatan diri yang di perlukan. Berikan kemjuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.R/ menimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.e. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan menaikan istirahat. Diagnosa Keperawatan 5Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : pengetahuan klien tentang proses penyakitnya menjadi bertambah Kriteria hasil : klien mengerti definisi penyakit asma, penyebab dan pencegahan dari asma, komplikasi dari asma.Intervensi : a. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakitnya, lamanya penyembuhan, harapan kesembuhan. R/ informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.b. Berikan infomasi dalam bentuk tulisan dan verbal. R/ kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi atau mengikuti program medicc. Tekankan pentingnya melanjukna batuk efektif atau latihan nafas.R/ selama 6-8 minggu setelah pulang klien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya.d. Identifikasi tanda dan gejala yang memrlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan. R/ upay evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah, meminimalkan komplikasi.e. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatn umum dan kesejahteraan, misalnya: istiurahat dan aktivitas seimbang, diet baik.R/ menaikan pertahanan imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANDari pembahasan tersebut dapat di simpulkan bahwa Penyakit imflamasi kronik saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma, Faktor predisposisi :Genetik. Faktor presipitasi : Alergen,Perubahan cuaca,Stress, Lingkungan kerja, Olah raga/ aktifitas jasmani yang beratKlasifikasi tingkat penyakit asma dapat di bagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala : Intermintten,Persisten ringan, Persisten sedang,Persisten berat.Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasrkan berat ringannya gejala: Serangan asma akut ringan, Serangan asma akut sedang, Serangan asma akut berat,

B. SaranBagi para pembaca yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit asma anda dapat mencarinya di buku-buku tentang penyakit asma atau tentang kesehatan lainya tentang pernafasan bagian atas. Atau anda dapat mengunjungi situs-situs tentag kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://wulanladys.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-asma.htmlAgoes, Azwar, dkk. 2010. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC

12