identifikasi potensi pemanfaatan tumbuhan obat pada …
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI POTENSI PEMANFAATAN TUMBUHAN
OBAT PADA DESA BONTO TANGNGA KECAMATAN
ULUERE KABUPATEN BANTAENG
MUH. RAMLI
105950040513
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
IDENTIFIKASI POTENSI PEMANFAATAN TUMBUHAN
OBAT PADA DESA BONTO TANGNGA KECAMATAN
ULUERE KABUPATEN BANTAENG
MUH. RAMLI
105950040513
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kehutanan Strata Satu ( S-1 )
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Identifikasi Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada
Desa Bonto Tangnga Kecamatan Uluere Kabupaten
Bantaeng
Nama : Muh. Ramli
Stambuk : 10595 004 0513
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Makassar, 12 Januari 2018
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembibmbing
Pembimbing I Pembimbing II
Husnah Latifah, S.Hut., M. Si Dr. Hasanuddin Molo, S.Hut., M.P
NBM : 742 921 NIDN : 0907028202
Diketahui oleh,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Kehutanan
H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Husnah Latifah, S. Hut., M. Si
NBM : 853 947 NBM : 742 921
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Judul : Identifikasi Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada
Desa Bonto Tangnga Kecamatan Uluere Kabupaten
Bantaeng
Nama : Muh. Ramli
Stambuk : 105950040513
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN KOMISI PENGUJI
Nama
1. Husnah Latifah, S.Hut., M. Si ( ................................. )
Ketua sidang
2. Dr. Hasanuddin Molo, S.Hut., M.P ( ................................. )
Sekertaris
3. Muhammad Tahnur S.Hut., M.Si ( ................................. )
Penguji I
4. Muthmainnah, S.Hut.,M.Hut ( ................................. )
Penguji II
Tanggal Lulus : 12 Januari 2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi
IDENTIFIKASI POTENSI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA
DESA BONTO TANGNGA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN
BANTAENG
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang ditertibkan maupun data yang tidak ditertibkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhrip skripsi
Makassar, Desember 2017
Penulis
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2017
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugika nkepentingan yang wajar Unismuh
Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar
ABSTRAK
Muh. Ramli 1059 5004 0513. Identifikasi Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Pada Desa Bonto Tangnga Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, dibimbing
oleh Husnah Latifah dan Hasanuddin Molo.
Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat tradisional, tumbuhan obat merupakan seluruh spesies
tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat.Masyarakat
mengambil tumbuhan didalam Kawasan Hutan Produksi dan menyadari betul
pemanfaatan tumbuhan sebagai obat herbal lebih baik dari pada mengkomsumsi
obat berbahan kimia yang semakin hari semakin mahal dipasaran. Masyarakat
menyadari betul pemanfaatan tumbuhan obat baik untuk dimanfaatkan dan
menjaga kelestarianya.
Penelitian dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 2(dua) bulan yaitu
Agustus - oktober 2017. Tahap persiapan yang dilakukan adalah penentuan lokasi
penelitian yaitu di Kawasan Hutan Produksi, di Desa Bonto Tangnga Kecamatan
Uluere, Kabupaten Bantaeng. Dengan pertimbangan bahwa di Kawasan Hutan
Produksi tersebut banyak terdapat tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan
sebagai bahan obat, selanjutnya dilakukan wawancara responden terhadap
masyarakat yang mempunya pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat di
dalam Kawasan Hutan Produksi Kecamatan Uluere
Hasil peneletian menunjukkan bahwa Identifisikasi pemanfaatan
tumbuhan obat di Kawasan Hutan Produksi Kecamatan Uluere Kabupaten
Bantaeng terdapat 28 jenis tumbuhan.
Jenis dan Manfaat dari tumbuhan yang berkhasiat obat dapat digunakan
untuk mengobati penyakit dalam maupun luar. Bagian tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan obat yaitu daun, akar, batang, buah dan seluruh
bagian tumbuhan.
RIWAYAT HIDUP
MUHAMMAD RAMLI lahir di Sailong pada tanggal 03
agustus 1994 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara,
Ayah bernama Amir dan ibu bernama Diana. Penulis
memulai pendidikan formal Sekolah Dasar (SD) Inpres
Sailong Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa pada
tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang
Sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 3 Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Somba Opu 2012. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan pada Tingkat Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai
Mahasiswa pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar, Pengalaman selama menjadi mahasiswa Kehutanan
penulis pernah menjadi pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dengan
jabatan sebagai anggota bagian Bidang Kreatifitas, penulis juga pernah menjabat
sebagai Korlap (Kordinator Lapangan) kegiatan jurusan Kehutanan PKMR
(Perkemahan Kerja dan Malam Rimbawan).
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat
terselesaikan dengan judul Identifikasi“ Identifikasi Potensi Pemanfaatan
Tumbuhan Obat Pada Desa Bonto Tangnga Kecamatan Uluere Kabupaten
Bantaeng.” Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabiullah
Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari lembah kebodohan menuju
lembah kepintaran dan kemuliaan karena hanya beliaulah yang pantas dijadikan
suritauladan bagi kita semua.
Berbagai hambatan dan kesulitan kami jumpai dalam upaya penulisan
Skripsi. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertaninan
Unismuh Makassar. Penulis menyadari semua keterbatasan, namun berkat
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan dapat
terselesaikan.
Semoga ALLAH SWT, membalas budi baik bagi semua pihak yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis, dukungan dan bantuan kepada saya
sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Selama masa perkuliahan
hingga penyelesaian tugas akhir ini, tentunya penulis banyak melakukan
kesalahan dan kekhilafan, maka dengan rendah hati, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini
tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritikan dari pembaca
sangat diharapkan oleh penulis , sebagai masukan dalam perbaikan karya dimasa
mendatang.
Banyak hikmah dan pengalaman berharga yang dapat menjadi pelajaran
bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Tapi tidak sedikit pula hambatan
dan keslulitan yang didapatkan, namun berkat ketabahan, kesabaran, keikhlasan,
kerja keras, ketekunan serta kemauan besar yang diserati doa dan bantuan serta
motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu patut kiranya jika dalam kesempatan
ini penulis menghanturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda AMIR dan Ibunda DIANA tercinta, yang memberi pengorbanan
mulia demi masa depan penulis, serta senantias berdoa yang menjadi penerang
langkah penulis mencapai cita-cita. Hanya ALLAH SWT, yang memberi balasan
yang setimpal.
Untuk pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan,
membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian, sebagai
berikut:
1. Ayahanda H. Burhanuddin, S.Pi.,M.P Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibunda Husnah Latifah, S.Hut.,M.SiKetua Program Studi Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Husnah Latifah, S.Hut.,M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II
Ayahanda Dr. Hasanuddin Molo, S.Hut., M.P yang dengan tulus memberika
nbimbingan dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis penyusunan
Skripsi.
4. Segenap Dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar atas bekal ilmu yang telah diberikan kepada penulis
sejak pertama menjadi mahasiswa.
5. Terimakasih kepada seluruh keluarga besarku yang telah member dorongan
untuk rajin belajar dan kuliah demi masa depanku yang lebih baik.
6. Teman-temanangkatan 013 yang tidak dapat saya sebut namanya satu-persatu,
yang senantiasa member dorongan moral, motivasi dan sumbangan pikiran
hingga penyelesaian ini.
Semoga Allah SWT membalas jasa atau segala bantuan dan dorongan
yang telah penulis dapatkan dari pihak yang tersebut diatas. Penulis menyadari
betul bahwa selaku hamba Allah SWT yang tak lepas dari segala kehilapan serta
segala keterbatasan. Untuk kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapakan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga sripsi ini dan bermanfaatn
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat menjadi masukan yang
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga segala
jerih payah serta kerja keras kita bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Amin.....
Billahi FiSabililhaq Fastabiqul Khaerat
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Makassar, Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI ................................................................ iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ................................................... iv
HAK CIPTA................................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ........................................................................ 1
1.2 RumusanMasalah ................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan ...................................................................................... 4
2.2 Hutan Produksi ...................................................................... 6
2.3 Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK ........................................... 8
2.4 Tumbuhan Obat ..................................................................... 9
2.5 Pemanfaatan Tumbuhan Obat ................................................ 11
2.6 Habitus Jenis Tumbuhan Yang Berpotensi Dijadikan Obat .. 13
2.6 Kerangka Pikir ....................................................................... 16
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 17
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 17
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................... 17
3.4 Populasi dan Sampel .............................................................. 17
3.5 Jenis Data ............................................................................... 18
3.6 Analisis Data .......................................................................... 19
3.7 Definisi Operasional .............................................................. 19
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1 Letak dan Luas Wilayah ........................................................ 21
4.2 Keadaan Sosial dan Ekonomi ............................................... 23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ....................................................... 26
5.2 Potensi Jenis Tumbuhan Berakhsiat Obat ............................. 27
5.3 Bagian Yang Dimanfaatkan Sebagai Tumbuhan Obat .......... 34
5.4 Presentase Habitus Tumbuhan Obat ...................................... 40
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 42
6.2 Saran ...................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Jumlah penduduk dan jenis kelamin ................................................ 23
2. Kepadatan penduduk dan anggota rumah tangga ............................. 24
3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .............................. 24
4. Sarana Dan Prasarana ........................................................................ 25
5. Krateristik Responden ...................................................................... 26
6. Potensi Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat ......................................... 29
7. Jenis Tumbuhan Obat Dan Bagian Yang Dimanfaatkan ................. 31
DAFTAR GAMBAR
Gamba r Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Identifikasi Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Hutan
Hutan Produksi .................................................................................. 16
2. Bagian Tumbuhan Yang Dimanfaatkan Dalam Pengobatan ............ . 35
3. Gambar Tumbuhan Daun Harendong (Melastoma Septemneriyu) ... 36
4. Gambar Tumbuhan Akar Bandotan (Ageratum) ............................... 37
5. Gambar Tumbuhan Batang Kemiri (Aleurites moluccana) .............. 39
7. Gambar Tumbuhan Buah Mengkudu (Morinda citriffolia L) ........... 40
8. Presentase Habitus Tumbuhan Yang Dimanfaatkan ......................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Lampiran Responden ........................................................................ 45
3. Dokumentasi Penelitian .................................................................... 46
1
I. PENDAHULUAN
I.I. Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan
khatulistiwa dan dikenal sebagai salah satu negara pemilik hutan tropika terluas
dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi bersama Brasil, Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat lengkap. Anugerah ini membuat Indonesia
menjadi negara pengobatan herbal terbaik di dunia. Beragam jenis tanaman obat
dapat tumbuh dengan subur di negara kita. Tanaman obat menjadi bahan utama
dalam pembuatan obat-obatan herbal (Savitri, 2016). Indonesia dikenal akan
kekayaan alamnya yang luar biasa sehingga negaraIndonesia menduduki nomor
dua dengan tanaman obat tradisional terbanyak setelah Brasil. Segala macam hasil
tumbuhan yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat. Dimasa lalu, bangsa Indonesia telah menggunakan berbagai ramuan
dari daun, akar, buah, kayu dan umbi-umbian untuk mendapatkan kesehatan dan
menyembuhkan berbagai penyakit. Berbagai ramuan tradisional tersebut sering
dikenal sebagai pengobatan herbal (Suparni & Wulandari, 2012).
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memberi manfaat
bagi manusia, baik ekologis maupun ekonomis. Sumber daya hutan dibagi dalam
dua bagian yaitu hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan
non kayu yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan salah satunya
adalah tumbuhan obat.
2
Hutan terdapat sekitar 30.000 spesies tumbuhan berbunga,yang memberi
manfaat bagi manusia baik ekologis maupun ekonomis. Kekayaan alam hutan
tropis Indonesia, menyimpan berbagai tumbuhan yang berkhasiat obat.
Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian, di hutan tropis Indonesia terdapat
sekitar 1.300 jenis berkhasiat obat dan se- kitar 300 jenis yang telah dimanfaatkan
untuk pengobatan secara tradisional, sedangkan menurut World Health
Organization(WHO), lebih dari 20.000 spesies tumbuhan berkhasiat obat
digunakan oleh penduduk di seluruh dunia( Zuhud dkk,1994).
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lalu berdasarkan
etnofarmasi yang menggunakan bahan alam sebagai obat terkait dengan
penggunaannya dalam konteks kultural oleh masyarakat lokal (etnik). Hal ini
terkait ciri budaya masyarakat Indonesia dengan masih dominannya unsur-unsur
tradisional dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu kawasan Hutan Produksi yang diteliti Desa Bonto Tangnga
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, luas wilayah Desa Bonto Tangnga yaitu
+ 6,85 km2. Desa ini memeiliki beberapa jenis Tumbuhan Obat yang berpotensi di
manfaatkan sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Peneletian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan obat yang
berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional sehingga masyarakat
dapat memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai bahan obat tradisional.
3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada peneletian ini adalah:
1. Apa jenis tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat di Desa
Bonto Tangnga Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng?
2. Bagaimana potensi tumbuhan obat di Desa Bonto Tangnga Kecamatan
Uluere Kabupaten Banteang?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis tumbuhan berkhsiat obat di Desa Bonto Tangnga
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng?
2. Untuk mengetahui cara pemanfaatan tumbuhan di Desa Bonto Kecamatan
Uluere Kabupaten Bantaeng?
1.4. Manfaat Peneletian
1. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui
jenis tumbuhan yang berpotensi dijadikan obat.
2. Dapat memberikan infromasi bagi peneliti dan menjadikan referensi bagi
peneliti selanjutnya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan
Hutan merupakan komunitas biologi yang didominasi oleh pohon-pohonan
tanaman keras. Sedangkan menurut Undang-Undang No.5 tahun 1967, hutan
diartikan sebagai lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara menyeluruh
merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya.
Kumpulan pohon-pohon yang dikategorikan sebagai hutan jika sekelompok
pohon-pohon tersebut mempunyai tajuk-tajuk yang rapat. Karena hutan diartikan
sebagai suatu assosiasi, maka antara jenis pohon yang satu dan jenis pohon yang
lain yang terdapat di dalamnya akan saling tergantung.
Hutan suatu ekosistem natural yang telah mencapai keseimbangan klimaks
dan merupakan komunitas tetumbuhan paling besar yang mampu pulih kembali
dari perubahan-perubahan yang dideritanya, sejauh tidak melampaui batas-batas
yang dapat ditoleransi di dalam hutan akan terjadi pula persaingan antar anggota-
anggota yang hidup saling berdekatan. Hutan bukan semata-mata kumpulan
pohon-pohon yang hanya dieksploitasi dari hasil kayunya saja, tetapi hutan
merupakan persekutuan hidup alam hayati atau suatu masyarakat tumbuhan yang
kompleks yang terdiri atas pohon-pohon, semak, tumbuhan bawah, jasad renik
tanah, hewan, dan alam lingkungannya. Hutan sebagai sebuah ekosistem
berfungsi:
a) Untuk menjaga keseimbangan sistem ekologi lingkungan hidup,
b) Gudang penyimpanan plasma nutfah,
5
c) Mempertahankan degradasi tanah dan erosi
d) Sumber kayu industri dan penggergajian lokal
e) Sumber hasil bagi penduduk setempat
f) Untuk penelitian.
Hutan sangat penting bagi kehidupan di muka bumi, terutama bagi
kehidupan generasi mendatang. Kesalahan dalam pengelolaan hutan berarti
menyiksa kehidupan generasi kita mendatang. Untuk mecegah kesalahan dalam
pengelolaan hutan, maka fungsi hutan harus dipelajari dan dimengerti secara
holistik (utuh). Begitu pula, kita perlu mempelajari hutan secara merologik
(melihat bagian-bagiannya) untuk mengantisipasi segi-segi yang mampu
menimbulkan malapetaka bagi kehidupan.
Jenis - jenis Hutan berdasarkan fungsi utamanya, hutan di Indonesia
dikelompokkan dalam tiga jenis (Indriyanto, 2008.)
1. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan, erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburuan tanah.
2. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Hasil utama dari hutan produksi berupa kayu,
sedangkan hasil hutan lainya termasuk hasil hutan non-kayu mencakup rotan,
bambu, tumbuhan obat, rumput, bunga, buah, biji, kulit kayu, daun, leteks
(getah), resin (dama, kopal, gom, gondorukem, dan jemang), dan zat ekstraktif
lainnya berupa minyak.
6
3. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas utama yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya.
2.2. Hutan Produksi
Hutan Produksi adalah kawasan Hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Hutan produksi merupakan kawasan hutan yang
dimanfaatkan untuk memproduksi hasil hutan. Dalam Peraturan Pemerintah No
10 tahun 2010 tentang cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan di
jelaskan bahwa Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan. Negara bisa memberikan hutan berupa konsesi
kepada pihak swasta untuk dimanfaatkan dan dikelola hasil hutannya. Terkecuali
di Pulau Jawa, pengelolaan Hutan Produksi yang berada di areal hutan negara
dikelola oleh Perum Perhutani, Perusahaan milik Negara. Hasil Hutan Indonesia
memiliki 129 juta hektar kawasan hutan, lebih dari setengahnya atau sekitar 72
juta hektar berupa hutan produksi.Sisanya masuk ke dalam Hutan Konservasi dan
Hutan Lindung. Hutan Produksi merupakan kawasan hutan paling luas.
Berdasarkan peraturan, Hutan Produksi dibagi ke dalam 3 tipe yang yaitu:
1. Hutan Produksi Tetap (HP)
HP adalah hutan yang bisa dieksploitasi hasil hutannya dengan cara tebang
pilih maupun tebang habis. HP biasanya berupa kawasan hutan yang memiliki
kelerengan landai, tanah yang rendah erosi dan memiliki curah hujan yang
kecil. Faktor-faktor kelerengan, erosi dan curah hujan tersebut ditentukan
dengan cara menghitung indeksnya berdasarkan metode skoring. Areal hutan
7
yang ditetapkan sebagai HP harus memiliki skor dibawah 125, dan areal
tersebut tidak termasuk ke dalam kawasan lindung.
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT)
HPT merupakan hutan yang dialokasikan untuk dieksploitasi kayunya
dalam intensitas rendah. Penebangan kayu masih bisa dilakukan
dengan menggunakan metode tebang pilih. Hutan jenis ini umumnya berada di
wilayah pegunungan yang memiliki lereng-lereng curam. Areal yang bisa
ditetapkan sebagai HPT setidaknya memiliki skor 125-174, diluar kawasan
lindung seperti hutan konservasi atau hutan lindung.
3. Hutan Produksi yang bisa dikonversi (HPK)
HPK yang bisa dikonversi adalah kawasan hutan yang dicadangkan untuk
digunakan dalam pembangunan diluar kehutanan. Terdapat dua kondisi yang
bisa dijadikan patokan untuk menetapkan jenis hutan ini. Pertama, hutan yang
memiliki skor kelerengan, erosi dan curah hujan di bawah 124. Kedua,
kawasan hutan yang dicadangkan untuk permukiman, transmigrasi, perkebunan
dan pertanian
Untuk memanfaatkan Hutan Produksi, ada beberapa syarat yang harus
dilengkapi agar bisa memanfaatkannya, diantaranya harus memililik izin yaitu:
a. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK), Izin yang diberikan untuk
pemanfaatan hutan Produksi dan juga bisa hutan lindung
b. Izin Usaha Pemanfaatann Jasa Lingkungan (IUPJL), Izin yang
diberikan untuk pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan Hutan
Produksi ataupun Hutan Lindung
8
c. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), Izin usaha yang
diberikan untuk pemanfaatan hail hutan seperti kayu dengan cara
memanen, menebang, pemeliharaan, dan juga pemasaran
d. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK),
Memberikan izin untuk melakukan kegiatan pemanenan, penebangan,
pemasaran di dalam hutan produksi buka kayu
e. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK), Memberikan izin untuk
pengambilan hasil hutan produksi berupa kayu dalam bentuk
pemanenan, penebangan.
2.3. Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK)
Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil
hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya
kecuali kayu yang berasal dari hutan. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) penting
untuk konservasi, kelestarian dan ekonomi. Penting untuk konservasi sebab untuk
mengeluarkan hasil hutan bukan kayu biasanya dapat dilakukan dengan kerusakan
minimal terhadap hutan. HHBK penting untuk kelestarian sebab proses panen
biasanya dapat dilakukan secara lestari dan tanpa kerusakan hutan. Penting untuk
ekonomi karena bukan timber produk ini berharga/memiliki nilai ekonomi yang
tinggi. Pada beberapa keadaan, pendapatan dari HHBK dapat lebih banyak jika
dibandingkan pendapatan dari semua alternatif yang lain. Mengekuarkan HHBK
dapat memperkembangkan antara pengawetan dan pengembangan Hutan Tropis.
Keuntungan lain dari pengelolaan HHBK adalah dapat mengurangi kerusakan
9
hutan alam, selama masyarakat lokal memperoleh pendapatan dari lahan hutan (
Baharuddin dan Taskirawati, 2009).
Manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) terdiri dari benda-benda
hayati yang terdiri dari flora dan fauna. Selain itu termasuk juga jasa air, udara,
dan manfaat tidak langsung dari hutan. Definisi lain mengartikan HHBK adalah
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
35 Tahun 2007. Hasil Hutan Bukan Kayu secara umum dapat dimanfaatkan
masyarakat sebagai sumber pangan (sagu dan sukun), energi (kayu bakar dan
arang), termasuk tumbuhan obat-obatan. Hasil Hutan Bukan Kayu sangat penting
untuk dibudidayakan dan konservasi sehingga menjaga kelestarian dan nilai
ekonomi masyarakat. Pentingnya untuk dikonservasi dikarenakan untuk
mendapatkan hasil hutan bukan kayu juga berasal dari hutan sehingga pengaruh
tindakan manusia terhadap hutan tetap ada. Mengingat hasil hutan bukan kayu
akan tetap tersedia di hutan jika hutan tetap dalam keadaan baik sebagai tempat
hidup tumbuhan dan hewan.
2.4.Tumbuhan Obat
Sandra dan Kemala (1994) mengartikan tumbuhan obat sebagai semua
tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan
yang dapat digunakan obat. Sedangkan Zuhud et al.(1994) menyatakan bahwa
tumbuhan obat merupakan seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui dan
dipercaya mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat tersebut dikelompokan
menjadi :
10
a. Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui dan
dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku
obat tradisional;
b. Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis;
c. Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga
mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum
dibuktikan secara ilmiah-medis atau penggunaannya sebagai bahan
tradisional sulit ditelusuri (Zein 2005) mengatakan bahwa tumbuhan obat
memiliki kelemahan sebagai obat.
d. Sulitnya mengenali spesies tumbuhan dan berbedanya nama tumbuhan
berdasarkan daerah tempat tumbuh;
e. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat, terutama di
kalangan profesi dokter;
f. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka yang
kurang menarik dan kurang meyakinkan dibandingkan dengan penampilan
obat paten;
g. Kurangnya penelitian yang komprehensif dan terintegrasi dari tumbuhan
obat ini di kalangan profesi dokter;
h. Belum adanya upaya pengenalan terhadap tumbuhan yang berkhasiat obat
di institusi pendidikan yang sebaiknya dimulai dari pendidikan dasar.
11
2.5. Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat merupakan komponen penting dalam pengobatan
tradisional yang telah digunakan sejak lama di Indonesia. Beberapa bukti yang
menunjukan hal tersebut adalah ditemukannya beberapa naskah yang berisi
pengetahuan mengenai pengobatan tradisional menggunakan tumbuhan obat,
antara lain naskah pada daun lontar “Husodo” (Jawa),“Usada” (Bali), “Lontarak
Pabbura” (Sulawesi Selatan) menurut Aliandi (1994).
Keuntungan obat tradisional yang langsung dirasakan oleh masyarakat
adalah kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di
pekarangan sendiri, murah dan dapat diramu sendiri di rumah, sehingga hampir
setiap orang Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati
penyakit atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik ketika
masih bayi, anak-anak maupun setelah dewasa. Penggunaan tumbuhan obat tetap
besar di masyarakat karena manfaatnya secara langsung dapat dirasakan secara
turun-temurun, walaupun mekanisme kerjanya secara ilmiah masih belum banyak
diketahui. Selain manfaat yang dirasakan, penggunaan tumbuhan obat pun
dilatarbelakangi sulitnya jangkauan fasilitas kesehatan, terutama di daerah-daerah
pedesaan yang terpencil (Zein 2005).
Terdapat tiga kelompok masyarakat yang dapat dibedakan berdasarkan
intensitas pemanfaatan tumbuhan obat menurut Aliandi (1994), yaitu :
1. Kelompok pertama adalah kelompok masyarakat asli yang hanya
menggunakan pengobatan tradisonal, umumnya tinggal di pedesaan atau
daerah terpencil yang tidak memiliki sarana dan prasarana kesehatan.
12
Kelompok ini berusaha mencari sendiri pengobatan untuk mengatasi berbagai
penyakit, sesuai dengan norma dan adat yang berlaku;
2. Kelompok kedua adalah kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan
tradisional dalam skala keluarga, umumnya tinggal di pedesaan yang memiliki
sarana dan prasarana terbatas. Pada daerah ini sudah tersedia puskesmas,
namun tenaga medis, peralatan dan obat-obatan yang tersedia terbatas. Selain
itu, kondisi ekonomi masyarakat pun umumnya masih rendah sehingga
pengobatan tradisional merupakan alternatif dalam pemenuhan kesehatan
masyarakat. Pada kelompok kedua ini, pemerintah telah memasyarakatkan
TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
3. Kelompok ketiga adalah kelompok industriawan obat tradisional. Suku-suku
bangsa di Indonesia telah banyak memanfaatkan tumbuhan obat untuk
kepentingan pengobatan tradisional. Pengetahuan yang dimiliki suku-suku
tersebut mengenai pengobatan tradisional berbeda-beda, termasuk pengetahuan
mengenai tumbuhan obat (Roosita et al.(2007) mengatakan bahwa masyarakat
Sunda memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap obat tradisional.
mengatakan bahwa masyarakat Sunda memiliki ketergantungan yang cukup
besar terhadap obat tradisional.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan, yaitu
masyarakat Sunda menggunakan obat tradisional untuk dua dari tiga kasus
gangguan kesehatan, baik melalui penggunaan sendiri (60,9%) maupun dengan
bantuan ahli pengobatan (6,5%). Para ahli pengobatan yang menggunakan obat
tradisional menurut Roosita et al. (2007) menciptakan 96 terapi untuk mengobati
13
berbagai gangguan kesehatan yang diklasifikasikan menjadi 23 kategori dengan
menggunakan 117 spesies tumbuhan. Menurut hasil penelitian tersebut, terdapat
257 spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati gangguan kesehatan.
Penduduk Kampung Dukuh di Garut Jawa Barat misalnya mengenal 137 spesies
tumbuhan obat dari 52 suku. Pemanfaatan terbesar tumbuhan obat di kampung ini
adalah sebagai perawatan kesehatan ibu melahirkan, yaitu sebanyak 41 spesies
tumbuhan (Santhyami 2011).
2.6. Habitus Jenis TumbuhanYang Berpotensi Dimanfaatkan Obat
1. Herba
Herba adalah tumbuhan yang mempunyai batang basah karena
mengandung banyak air dan tidak mempunyai kayu Herba yaitu tumbuhan
yang tidak memiliki batang berkayu di atas permukan tanah. Tanaman yang
bermanfaat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Hampir seluruh
bagian dari tanaman dapat dimanfaatkan sebagai herba seperti daun, buah,
batang dan akar. Pada saat ini sebutan herba ditujukan kepada tanaman yang
mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat digunakan untuk
pengobatan atau terapeutik.
Tumbuhan herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penysusun hutan
yang batangnya basah, tidak berkayu dan ukurangnya jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan habitus semak ataupun pohon (Nadakvukaren 1985).
Tumbuhan ini memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan tanah,
siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak (Wilson, 1962).
14
Herba biasanya banyak ditemukan di tempat - tempat terbuka dan dapat
juga ditemukan di tempat yang ternaungi kecuali pada tempat yang sangat
gelap di hutan (Richard, 1981). Lapisan herba yang ternaungi atau tidak
ternaungi oleh tutupan tajuk menutupi lebih dari 10% permukaan hutan.
2. Pohon
Pohon adalah Tumbuhan berkayu yang memiliki diameter batang setinggi
dada (breast height).Menurut kamus kehutanan Pohon adalah tumbuhan
berkayu yang mempunyai sebuah batang utama dengan dahan dan ranting yang
jauh dari permukaan tanah.Menurut Dangler (2015), Pohon adalah suatu
tumbuhan yang mempunyai akar, batang dan tajuk yang jelas dan tinggi
minimal 5 meter.
Klasifikasi pertumbuhan pohon menurut Wahyudi dkk (2014) sebagai
berikut:
a. Semai adalah anakan pohon mulai dari kecambah sampai anakan
setinggi kurang dari 1,5m.
b. Pancang adalah anakan pohon yang tingginya > 1,5 meter berdiameter
10 cm.
c. Tiang adalah anakan pohon yang berdiameter 10 cm sampai < 20 cm.
d. Pohon adalah pohon dewasa berdiameter > 20 cm.
3. Tiang
Tiang yaitu tumbuhan dengan diameter anatara 10-20 cm. Pengukuran
dilakukan pada petak subkuadran berukuran 10 x 10 in. sama dengan pohon
maka parameter pengukuran adalah diamter tiang. Tiang tinggi bebas cabang
15
jumlah tiang dan jumlah cabang. pengukuruan diameter batang juga dilakukan
pada ketinggian 1,3 meter.
4. Pancang
Pancang adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5
meter serta diameter batang kurang dari 10 cm. Ukuran petak pengamatan yang
digunakan untuk pengukuran pancang ini adalah 5x5 meter. tidak seperti tiang
pohon diamater pancang tidak di ukur pengukuran hanya dilakukan pada
jumlah individu dan jumlah spesies karena pada tahap pertumbuhan pancang,
yang penting untuk diketahui adalah kerapatan dan frekuensi
2.7. Karangka Pikir
Uraian gambaran kerangka pikir menjelaskan bahwa Hutan Produksi
adalah Hutan Produksi adalah kawasan Hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Hutan produksi merupakan kawasan hutan yang
dimanfaatkan untuk memproduksi hasil hutan seperti pemanfaatan tumbuhan obat
Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat, Tumubuhan Obat Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng merupakan
tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai bahan pengobatan
tradisioanal, Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat secara tradisional masih
menggunaka cara pengolahan yang sederhana. Mengetahui jenis-jenis Tumbuhan
obat yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan obat
Penelitian dimulai dengan cara mengetahui jenis tumbuhan yang
berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat Desa
16
Bonto Tangnga Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng. Adapun kerangka pikir
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Identifikasi Potensi Pemanfaatan Tumbuhan
Obat di Hutan Produksi
Hutan Produksi
Tumbuhan Obat
Identifikasi
Jenis Pemanfaatan Obat Jenis Tumbuhan Obat
Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat
17
III. METODE PENELETIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 2(dua) bulan yaitu
Agustus - oktober 2017, di Kawasan Hutan Produksi, di Desa Bonto Tangnga
Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan di lapangan dalam penelitian ini adalah :
1. Alat tulis menulis
2. Kamera
3.3. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Objek yang diteliti
Tumbuhan berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional di Desa Bonto
Tangnga Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.
2. Metode Wawancara
Wawancara dengan masyarakat yang dianggap memiliki pemahaman
terhadap tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan obat.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengetahui
tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional di Desa
Bonto Tangna Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, sedangkan Sampel dalam
18
penelitian ini adalah responden yang terdiri dari;
a. Masyarakat yang mengetahui tentang pemanfaatan tumbuhan berkhasiat
obattradisional (alami)
b. Sesepuh desa/tetua adat (sandro)
c. Masyarakat umum (bapak - ibu) yang sering menggunakan tumbuhan obat
untuk bahan obat tradisional penyakit pada anak.
Pengambilan data dalam penelitian ini dengan carawawancara secara
langsungdengan masyarakat melalui pertimbangan khusus, yaitu merupakan
seseorang yang dianggap paling tahu tentang tumbuhan obat.
3.5.Jenis Data
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung di
lapangan dan wawancara dengan responden yang berada di sekitar Desa Bonto
Tangnga Kecamatan Uluere, yang terlibat langsung dalam proses pemanfaatan
Tumbuhan berkhasiat obat.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor desa, kantor luar
serta instansi-instansi yang terkait seperti badan pusat statistik yang meliputi data
keadaan umum lokasi dan data sosial ekonomi dan Dinas Kehutanan.
19
3.6. Analisis Data
Data ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi manfaat-manfaat yang di
peroleh oleh masyarakat dari tumbuhan obat yang diperoleh dengan observasi
langsung di lapangan dan melakukan wawancara dengan masyarakat serta data
kondisi biosifik dan data sosial ekonomi masyrakat.
3.7. Definisi Operasional
1. Tumbuhan obat merupakan seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui
dan dipercaya mempunyai khasiat obat baik yang sudah dibudidayakan
maupun yang belum dibudidayakan.
2. Pemanfaatan tumbuhan obat adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal
dari tumbuhan, hewan, mineral yang secara turun-temurun digunakan
sebagai pengobatan berdasarkan pengalaman.
3. Hutan merupakan komunitas biologi yang didominasi oleh pohon-pohonan
tanaman keras, hutan diartikan sebagai lapangan bertumbuhan pohon-
pohon yang secara menyeluruh merupakan persekutuan hidup alam hayati
beserta alam lingkungannya.
4. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Hutan produksi merupakan kawasan hutan
yang dimanfaatkan untuk memproduksi hasil hutan
5. HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta
produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) penting untuk konservasi, kelestarian dan
20
ekonomi. Hasil Hutan Bukan Kayu secara umum dapat dimanfaatkan
masyarakat sebagai sumber pangan (sagu dan sukun), energi (kayu bakar
dan arang), termasuk tumbuhan obat-obatan
6. Masyarakat adalah penduduk yang memanfaatkan tumbuhan obat untuk di
gunakan sebagai obat tradisional
21
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELETIAN
4.1 Letak dan Luas Wilayah
4.1.1. Administrasi Desa
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bonto Tangnga Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng. Adapun luas wilayah Kecamatan Uluere yaitu 67,92 km
atau sekitar 17% dari Kabupaten bantaeng, dan luas Desa Bonto Tangnga
adalah sekitar 6,85 km2 dengan ketinggian sekitar ketinggian 700-800 meter di
atas permukaan laut.
4.1.2. Demografi / Batas Desa
Batas-batas wilayah Administrasi Desa Bonto Tangnga berbatasan
langsung dengan :
a. Sebelah Utara : Bonto Lojong
b. Sebelah Selatan : Bonto Karaeng
c. Sebelah Barat : Bonto Daeng
d. Sebelah Timur : Pa’bumbungam
4.1.3. Keadaan Topografi dan Tanah
Secara umum keadaan topografi Bonto Tangnga Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng yang berada pada ketinggian 700 meter sampai 800
meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan kemiringan 8-14% atau sebagian
besar adalah dataran tinggi serta berbukit. Jenis tanah yang terdapat di Desa
Bonto Tangnga yaitu tanah alluvial dan struktur tanah remah dengan tekstur
lempung, liat berpasir. Jenis tanah tersebut mempunyai kondisi yang cukup
22
subur, dan cocok sebagai lahan pertanian. Jenis batuan di Kecamatan Uluere
adalah erupsi parasit. Sementara jenis tanahnya adalah Tanah andosoil coklat.
4.1.4. Iklim
Iklim di Desa Bonto Tangnga sebagaimana desa-desa lainnya di
wilayah Indonesia beriklim tropis dengan dua musim, yakni musim Kemarau
dan Hujan. Curah hujan setiap tahun pada umumnya bervariasi antara 700-
800 mdpl, delapan bulan basah dan tiga bulan kering dengan curah hujan rata-
rata 2.715 mm tahun termasuk dalam tipe iklim C, suhu rata-rata bulanan
terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 20,6°C.
4.1.5. Kondisi Masyarakat
Mayoritas penduduk Desa Bonto Tangnga adalah suku Makassar
beragama Islam. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Makassar,
dan Bahasa Indonesia. Masyarakat Desa Bonto Tangnga sebagian besar
bermata pencaharian di bidang peternakan, pertanian, perkebunan.
(pemanfaatan hutan)
4.1.6. Aksebilitas
Ibu kota kecamatan Desa Bonto Tangnga adalah Desa Ulugalung. Desa
Bonto Tangnga dapat di akses dengan mengendarai kendaraan roda dua
maupun roda empat. Jarak desa ke ibukota kecamatan ±2,5 km. jarakdari
ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten ±23 km, sehingga jarak dari ibukota
kabupaten ke Desa Bonto Tangnga ±35 menit.
23
4.2. Keadaan Sosial dan Ekonomi
4.2.1. Penduduk
Penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya sebuah
Negara atau wilayah atau sekaligus sebagai aset atau modal bagi suksesnya
pembangunan di segala bidang kehidupan baik dalam bentuk pembangunan
fisik maupun non fisik. Oleh karena itu kehadiran dan peranannya sangat
menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil
maupun besar, sehingga dibutuhkan data atau potensi kependudukan yang
tertib dan terukur.
Berdasarkan data administrasi pemerintahan Desa Bonto Tangnga
jumlah penduduknya yang tercatat secara administarasi, jumlah total 1102
Jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. dan perincian
kepadatan penduduk dan anggota rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin Masyarakat
Desa Bonto Tangnga, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng,
2016
No. Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase(%)
1
2
Laki laki
perempuan
554
558
49,36
50,64
Total 1102 100%
Sumber : Kantor Desa Bonto Tangnga, KecamatanUluere, 2016
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan total masyarakat Desa Bonto
Tangnga sebanyak 1102 jiwa, dimana jenis kelamin perempuan terdapat 558
jiwa (50,64%), dan jenis kelamin laki-laki terdapat 554 jiwa (49, 36%).
24
Tabel 2. Kepadatan Penduduk dan Anggota Rumah TanggaDesa Bonto Tangnga,
Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng, 2016
No Rumah Tangga Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
Anggota Rumah
Tangga
1. 276 1102 161 4
Sumber : Kantor Desa Bonto Tangnga, Kecamatan Uluere,
Kabupaten Bantaeng, 2017
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan penduduk Desa Bonto
Tangnga terdapat 1102 jiwa, dengan jumlah 276 rumah tangga, kepadatan
penduduk sebanyak 161 jiwa dan anggota rumah tangga terdapat 4 jiwa
4.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Untuk mengetahui jumlah penduduk yang berpendidikan mulaidari
SD sampai dengan SMA di Desa Bonto TangngaKecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bonto
TangngaKecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)
1
2
3
4
TidakSekolah/TidakTamat
SD
SMP / Sederajat
SMA / Sederajat
441
279
50
-
Sumber : Kantor Desa Bonto Tangnga, Kecamatan Uluere, 2013.
Bila ditinjau dari segi penyebaran penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan di Desa Bonto TangngaKecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng
yang jumlah paling banyak adalah penduduk yang tingkat pendidikan
25
Sekolah Dasar (SD) sedangkan relative sedikit adalah Tingkat SMP dan
tingkat SMA tidak ada.
4.2.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dansangat
dibutuhkan oleh masyarakat, karena berhubungan berbagai segi kehidupan
jasmani maupun rohani. Ketersediaan sarana dan prsarana tersebut tentunya
akan memperlancar kegiatan masyarakat, khusunya kegiatan peningkatan
kerja dan mutu pertanian di daerah tersebut. Selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Sarana dan Prasarana di Desa Bonto TangngaKecamatan Uluere
KabupatenBantaeng Tahun 2016
No JenisSaranadanPrasarana Jumlah Unit
1
2
3
4
6
7
8
Mesjid
Langgar/Musallah
TK
SDN/SD Inpres
Posyandu
Kantor Desa
Poskedes
2
1
1
1
3
1
1
Sumber :Kantor Desa Bonto Tangnga, KecamatanUluere, 2016
Pada Tabel 4 terlihat bahwa sarana dan prasana di Desa Bonto
TangngaKecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng terbilangsedikit yaitu
mushala, TK, SD, pos kamling, pos yandu, pos kesdes, dan kantor desa hanya
memiliki masing-masing satu(1) unit.
26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Krateristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang diwawancarai sebanyak 30
orang masyarakat Desa Bonto Tangnga, Perbandingan jumlah responden laki-laki
dan perempuan tidak merata yaitu terdiri atas 28 responden laki-laki dan
responden perempuan 2 orang. Mayoritas pekerjaan masyarakatsebagai petani.
Penduduk di Desa Bonto Tangnga 100% merupakan suku Makassar beragama
Islam. Tingkat pendidikan keseluruhan responden lulusan sekolah dasar (SD),hal
ini disebabkan aksesibilitas menuju sekolah cukup jauh sehingga membuat
sebagian besar masyarakat lebih memilih sekolah sampai tingkat SD dan masih
rendahnya tingkat ekonomi.
Tabel. 5. Krakteristik Responden di Desa Bonto Tangnga
No Umur responden Jumlah (Orang) Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
1
4
7
10
0
7
1
3,33
13,33
23,33
33,33
0
23,33
3,33
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer Setelah Di Olah 2017
27
Berdasarkan Tabel 5 diatas hasil wawancara terhadap 30 responden dapat
diketahui Masyarakat Bonto Tangnga di dominasi umur responden (45-49 tahun).
Hal tersebut menunjukan bahwa pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat
banyak diketahui dan dilakukan oleh masyarakat berumur 45–49 tahun, namun
hal tersebut tidak menunjukan bahwa jumlah spesies dan ramuan tumbuhan obat
yang diketahui dan dimanfaatkan masyarakat dengan kisaran umur tersebut lebih
banyak dan beragam dibandingkan kisaran umur masyarakat lainnya yang
diwawancarai.
Responden termuda berumur 30 tahun, sedangkan responden tertua
berumur 60 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa tumbuhan obat ternyata
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan berbagai umur, dari yang muda hingga
yang tua. Meskipun tentu saja intensitas pemanfaatan dan banyaknya pengetahuan
pada setiap umur tersebut berbeda.
Pada umumnya responden usia muda memiliki pengetahuan lebih terbatas
dibandingkan responden usia tua yang juga mempengaruhi tingkat pemanfaatan
tumbuhan.Masyarakat mengambil tumbuhan didalam kawasan Hutan Produksi.
Pemanfaatan tumbuhan obat sebenarnya sudah sangat minim dilakukan oleh
masyarakat tergantung dari penyakit,masyarakat biasanya lebih memilih berobat
di Puskesmas terdekat.
5.2. Potensi Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 30responden menunjukkan bahwa
pemanfaatan jenis tumbuhan yang berkhasiat dimanfaatkan sebagai obat di Desa
Bonto Tangnga masih menggunakan cara yang sederhana yang diwariskan secara
28
turunn temurun, cara pengolahanyaseperti direbus,ditumbuk,diparut,dihaluskan,
Terdapat juga spesies tumbuhan obat yang digunakan tanpa mengalami
pengolahan terlebih dahulu atau dapat dimanfaatkanlangsung, yaitu dengan cara
pemakaian langsung, seperti pada air kelapa yang dimanfaatkan untuk mengobati
penyakit keracunan makanan dengan cara meminum langsung air kelapa. Bagian
tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, akar, buah,
batang.Tingkat kerusakan akibat pengambilan bagian Tumbuhan Hutan
Berkhasiat Obat (THBO) berbeda-beda tergantung pada sistem pengambilan dan
jumlah yang diambil. Hasil peneletian di Desa Bonto Tangnga Kecamatan Ulere
Kabupaten Bantaeng, Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan
pengobatan ada 4 (empat) bagian yaitu daun,akar, buah, batang.
Berdasarkan hasil penelitian Desa Bonto Tangnga, berbagai spesies
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat, dapat dikelompokkan berdasarkan
penyakit yang diobati, berdasarkan data yang ada Desa Bonto Tangnga
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, data penyakit dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu sakit kepala, kencing manis, bisul, sariawan, batuk - batuk,
kencing manis, insomnia, rematik, jantung, sakit kuningdan lain-lain (termasuk
panas, diare, sakit mata, alergi, sakit tenggorokan). Adapun potensijenis tumbuhan
berkhasiat obat secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6.
29
Tabel. 6. Potensi Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Desa Bonto Tangnga
No Nama Indonesia/
Lokal
Nama Latin Famili Habitus
1 Lada
(Lada)
Piper nigrum
Linn Piperaceae Herba
2 Kumis kucing
(Kumis kucing)
Orthhosiphon
aristatus Lamiaceae Herba
3 Lajagowah
(Lambutasa)
Arpllia
malaccensis Ziugriberaceae Herba
4 Kemiri
(Sapiri)
Aleurites
moluccana Euphorbiaceae Pohon
5 Daun pandan wangi
(Pandan Bau)
Pandanus
amarylifoliu s Pandanaceae
Herba
6 Paria
(Paria)
Momoridica
charantia L Cucurbitaceae
Herba
7 Harendong
(Bereng bereng)
Melastoma
septemneryiu Melastomaceae Herba
8 Tembelakan
(Gandi-gandi)
Lantana camara
L
Verbenaceae Herba
9 Bandotan
(Botto-botto)
Ageratum
Asteraceae Herba
10 Jahe
(Jahe)
Croton argyratus
Zingiberaceae Herba
11
Putri malu
(Jabe-jabe)
Mimosa padica Rubiacea
Herba
12 Songgolangit
(Songgolangit)
Tridax
procumbeus Ateraceaee Herba
13 Lida buaya
(Lida buaya)
Aloe vera L Asphodelaceae Herba
14 Jambu biji
(Jambu lisere)
Psidium guajaya
L
Myrtaceae
Pancang
15 Sereh
(Sarre)
Cymbopogon
citratu S
Poaceae Herba
16 Daun sirih
(Leko’)
Piper betle L Piperaceae
Herba
17 Bawang merah
(Lasuna eja)
Allium cepa L.
Var. aggeratum Liliaceae
Herba
30
18 Timun
(Bonte)
Cucumis satiyus L Cucurbitaceae
Herba
19 Belimbing wulu
(Bainang)
Averrhoa bilimbi
L
Oxalidaceae Herba
20 Kelapa
(Kaluku)
Cocos nucifera L Arecaceae Tiang
21 Daun dewa
(Sambungnyawa)
Gynura
pseudochina Asteraceae Herba
22 Labu siam
(Labu siam)
Sechium edule Cucurbitaceae Herba
23 Sosor bebek
(Sosor bebek)
Bryopyllum
pinnatum Crassulaceae Herba
24 Siri kaya
(Sirikaya)
Annona squamosa Annonaceae Pancang
25 Tebu
(Ta’bu)
Saccharum
officinarum L
Poaceae Herba
26
Wortel
(Wartel)
Raphanus sattivus
L
Umbelliferae
Herba
27 Pepaya
(Kaliki)
Carica papaya L Caricaceae Herba
28 Mengkudu
(Baya’)
Morinda
citriffolia L
Rubiaceae Tiang
Sumber: Data Primer Setelah Di Olah 2017
Berdasarkan Tabel 6 diatas terdapat 28 jenis tumbuhan obat yang ada di
Desa Bonto Tangnga, terdapat beberapa habitus tumbuhan yang didominasi
habitus herba sebanyak 23 jenis, dan habitus pohon sebanyak 1 (satu) jenis yaitu
Kemiri (Aleurites moluccana), habitus Pancang sebanyak 2 (dua) yaitu Jambu biji
(Psidium guajava L), Siri kaya (Annona squamosa L), habitus Tiang sebanyak 2
(dua) jenis yaitu Mengkudu (Morinda citriffolia L), Kelapa (Cocos nucifera
L).Adapun Pemanfaatan jenis tumbuhan obat dapat dilihat lebih jelas sebagai
berikut pada Tabel 7.
31
Tabel. 7.Jenis Tumbuhan Obat dan Bagian yang di Manfaatkan Masyarakat Desa
Bonto Tangnga
No
Nama
Indonesia/
Latin
Famili Habitus Jenis
Penyakit
Bagian Yang
Digunakan
1
Lada
(Piper
nigrum Linn)
Piperaceae Herba
Sakit
kepala,
rematik,
batu ginjal
Buahnya di
tumbuk lalu di
oles, daun di
rebus lalu di
minum airnya
2
Kumis
kucing
(Orthosiphon
aristatus)
Lamiaceae Herba Kencing
manis
Daun yang di
rebus lalu di
munum airnya
3
Lajagowah
(Arpillia
malaccensis)
Ziugriberaceae
Herba
Obat bisul,
sakit
perut, obat
kuat
Rimpang dan
buah di
konsumsi
4
Kemiri
(Aleurites
moluccana)
Euphorbiaceae
Pohon
Sariawan,
sakit gigi,
diarae,
gatal-gatal
Batang kemiri
di keruk dan
getahnya di
oleskan atau di
minum, buah
di bakar lalu di
oles
5
Daun pandan
wangi
(Pandanus
amaryllifoliu
s)
Pandanaceae Herba
Rambut
rontok
Daun di
tumbuk lalu di
oleskan pada
bagian kepala
6
Paria
(Momordica
Charantia L)
Cucurbitaceae Herba
Batuk/rada
ng
tenggorok
an, demam
Daun paria di
tumbuk lalu di
minun airnya
atau langsung
di kunyah dan
di telan
7
Harendong
(Melastoma
Septemneryiu
)
Melastomacea
e
Herba
Obat
diare,
menetralk
an racun,
bisul,
sariawan
Daun
harendong
yang paling
muda direbus
dan diminum
airnya
32
8
Tembelakan
(Lantana
Camara L)
Verbenaceae Herba
Nyeri
Otot,
Memar,
Bisul,
Bengkak-
Bengkak,
Luka,
Rematik,
Keseleo,
Sakit Gigi,
Sakit
Kepala,
Diare
Daun di
haluskan lalu
diperas dan di
minum airnya,
ditumbuk
halus lalu di
tempelkan
pada bagian
yang luka,
akarnya dapat
di rebus lalu di
minum
9 Bandotan
(Ageratum) Asteraceae Herba
Demam,
Luka,
Sakit
Mata,
Sakit
Dada
Daun bandotan
di haluskan
dengan sedikit
minyak
goreng, daun
bandotan dan
akarnya di
rebus lalu di
minum airnya
10
Jahe
(Croton
argyratus)
Zingiberaceae Herba
Batuk,
sakit gigi,
gula darah
Direbus
selama 30
menit baru
diminum
airnya
11
Putri malu
(Mimosa
Padica)
Rubiacea
Herba
Batuk
Berdahak,
Insomnia,
Rematik
Daun putri
malu di rebus
lalu diminum
airnya, atau di
tumbuk halus
lalu di tempel
pada bagian
yang sakit
12
Songgolangit
(Tridax
procumbeus)
Ateraceaee Herba
Penyakit
rematik,
persendian
, ginjal,
asam urat
Daun
ditumbuk dan
di haluskan di
jadikan teh lalu
diminum
13 Lida buaya
(Aloe vera L) Asphodelaceae Herba
Sakit
kepala
atau
pusing
Daun yang di
tumbuk lalu di
oles
33
14
Jambu biji
(Psidium
guajava L)
Myrtaceae Pancang
Diare atau
sakit perut
Daun yang di
tumbuk lalu di
minum airnya
15
Sereh
(Cymbopogo
n citratuS)
Poaceae Herba
Sakit
panas,
salah urat
Di parut lalu di
oles pada
bagian yang
sakit
16
Daun sirih
(Piper betle
L)
Piperaceae Herba Jantung,
alergi
Daun yang di
tumbuk lalu di
oles atau di
rebus dan di
minum airnya
17
Bawang
merah
(Allium cepa
L. Var.
Aggregatum)
Liliaceae Herba
Gatal
kepala
Bawang di
tumbuk lalu di
oles pada
kepala
18
Timun
(Cucumis
sativus L)
Cucurbitaceae Herba
Tnggi
darah
Buah timun di
makan
langsung
19
Belimbing
wulu
(Averrhoa
bilimbi L)
Oxalidaceae Herba Batuk-
batuk
Buah yang di
rebus lalu di
minum airnya
20
Kelapa
(Cocos
nucifera L)
Arecaceae Tiang Keracunan
ikan
Air kelapa di
minum
21
Daun dewa
(Gynura
pseudochina)
Asteraceae Herba Tinggi
darah
Daun yang di
rebus lalu di
minum airnya
22
Labu siam
(Sechium
edule)
Cucurbitaceae Herba Kurang
darah
Buah lau siam
di parut lalu di
rebus dan di
makan
23
Sosor bebek
(Bryopyllum
pinnatum)
Crassulaceae Herba panas
Daunnya di
rebus lalu di
minum airnya
24
Siri kaya
(Annona
squamosa L)
Annonaceae Pancang
Sakit
cacing di
usus
Daun yang
direbus lalu di
minum airnya
25
Tebu
(Saccharum
officinarum
L)
Poaceae Herba
Jantung,
batuk-
batuk
Batang tebu di
peras lalu
diminum
airnya
26
Wortel
(Raphanus Umbelliferae Herba
Mata
minus
Wortel di
makan
34
Satiivus L) langsung
27
Pepaya
(Carica
papaya L)
Caricaceae Herba
Malaria,
demam,
keputihan
Daun pepaya
di rebus lalu di
minum airnya
28
Mengkudu
(Morinda
citriffolia L)
Rubiaceae Tiang
Sakit
kuning,
sakit perut
Buah di rebus
lalu di minum
airnya
Sumber:Data Primer Setelah Di Olah 2017
Berdasarkan Tabel 7 hasil wawancara dengan responden di Desa Bonto
Tangnga bahwa tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan obat
tradisional terdapat 28 jenis tumbuhan, masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat
untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti sakit kepala, kencing manis,
bisul, sariawan, batuk-batuk, kencing manis, insomnia, rematik, jantung, sakit
kuning, panas,diare, sakit mata, alergi, sakit tenggorokan dan lain-lain, berbagai
bagian tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat dalam mengobati penyakit
seperti daun, akar, buah dan batang. Masyarakat mengelolah bagian tumbuhan
dengan cara direbus, ditumbuk, diparut dan dihaluskan.
5.3 Bagian Yang Dimanfaatkan Sebagai Tumbuhan Obat
Hasil Pendataan terdapat 28 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
bahan obat, diperoleh dari 4 bagian yang sering digunakan masyarakat Desa
Bonto Tangnga yaitu daun, akar, buah, batang.adapun seluruh bagian tumbuhan.
Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 13 jenis
tumbuhan.menurut Zenebe et al.(2012) daun merupakan bagian yang paling
mudah di dapatkan tanpa harus merusak tumbuhan tersebut. Selain itu,
penggunaan daun untuk bahan obat tidak berpengaruh negatif terhadap
35
pertumbuhan tumbuhan, karena daun dapat tumbuh lagi pada bagian pucuk
tumbuhan.Adapun presentase bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan
obat secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagian Tumbuhan Yang Dimanfaatkan Dalam Pengobatan
Berdasarkan hasil pada Gambar 2 hasil penelitian di Desa Bonto Tangnga
dari semua jenis tumbuhan, Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan
sebagai bahan obat yaitu Daun 13 jenis tumbuhan, Akar 2 jenis tumbuhan, Batang
1 jenis tumbuhan, Buah 8 jenis tumbuhan dan semua bagian 4 jenis tumbuhan.
Menurut masyarakat setempat, mereka sering menggunakan daun karena tradisi
yang dicontohkan oleh tetua di desanya secara turun temurun.
1. Daun
Daun adalah salah satu organ tanaman yang tumbuh dari batang, biasanya
berwarna hijau (mengandung klorofil) dan pada dasarnya berfungsi sebagai
penangkap energi dari sinar matahari melalui fotosintesis. Daun adalah organ
13
2 1
8
4
0
2
4
6
8
10
12
14
Daun Akar Batang Buah Seluruh Bagian
Bagian Tumbuhan Yang Digunakan
36
terpenting untuk tanaman dalam kehidupan mereka, karena tanaman
merupakan autotrof wajib, mereka harus menyediakan kebutuhan energinya
sendiri dengan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia.Bentuk daunnya
sangat beragam, tapi biasanya dalam bentuk untaian, bisa tipis atau tebal. Citra
dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bentuk daun. Bentuk dasar
daunnya bulat, dengan variasi bilah, aplikator atau elips dan
memanjang.daunnya juga memiliki pigmen lain, seperti karoten (jeruk
berwarna), xanthophyl (kuning) dan antosianin (merah, biru atau ungu,
tergantung derajat keasamannya). daunnya berfungsi untuk mengalikan
tanaman karena proses kehamilan berarti daun menjadi cairan atau cairan
berupa tetesan.
Gambar 3. Daun Harendong(Melastoma Septemneriyu)
Daun berfungsi sebagai tempat untuk fotosintesis - proses pengolahan atau
produksi makanan dari karbon dioksida (CO2) melalui stomata dan air menjadi
pati dengan bantuan energi cahaya. Masyarakat Bonto Tangnga memanfaatkan
tumbuhan Harendong (Melastoma Septemneriyu), untuk mengobati penyakit
37
diare, menetralkan racun, bisul, sariawan dan pendarahan rahim. Cara
penggunaan tumbuhan harendong yaitu memilih daun yang masih muda lalu
direbus dan diminum airnya.
2. Akar
Akar adalah salah satu bagian tumbuhan dan tumbuhnya di dalam tanah.
Pada umumnya akar berada di dalam tanah. Akar mempunyai warna yang
biasanya putih atau kuning. Bentuk akar pada tumbuhan sebagian besar
meruncing pada bagian ujungnya. Bentuk runcing pada akar tersebut dapat
memudahkan akar untuk menembus tanah.Akar merupakan organ tumbuhan
yang memiliki fungsi utama yaitu guna menghisap air dan garam mineral dari
dalam tanah. Air dan mineral tersebut digunakan oleh tumbuhan untuk tumbuh.
Akar mempunyai struktur luar yang terdiri dari daerah pertumbuhan akar,
tudung akar, serta bulu akar. Bagian-bagian akar yang paling dalam dapat
untuk diamati dengan cara memotong akar tersebut secara melintang. Berikut
Contoh Gambar 4. Akar Tumbuhan Bandotan (Ageratum)
Gambar 4. Akar Tumbuhan Bandotan (Ageratum)
38
Fungsi akar menyokong serta memperkuat tumbuhan untuk berdiri di
tempat hidupnya.Menyerap air serta berbagai macam garam mineral dari dalam
tanah dan Mengangkut air serta berbagai zat-zat makanan yang sudah diserap
ke tubuh tumbuhan.akar dapat berfungsi sebagai alat respirasipada beberapa
macam tumbuhan, akar ada juga yang berfungsi untuk tempat dalam
menyimpan cadangan makanan.Masyarakat Bonto Tangnga memanfaatkan
akar tumbuhan bandotan mengobati penyakit demam, luka, sakit mata dan sakit
dada, dengan cara penggunanan akar tumbuhan bandotan direbus dan diminum
3. Batang
Batang adalah bagian utama tanaman yang berada di atas tanah, yang
berfungsi untuk menunjang bagian tanaman lainnya seperti daun, bunga dan
buah-buahan. Struktur batang lebih rumit dari pada akar, dimana batang
memiliki segmen dan antar bagian. Cabang yang terpisah pada tangkai
tanaman berfungsi untuk posisi daun dalam posisi yang memungkinkan daun
untuk menerima sinar matahari untuk fotosintesis.BatangMerupakan bagian
kedua dari organ tanaman setelah akar. Batang yang menghubungkan dengan
akar.
39
Gambar 5. Batang Kemiri (Aleurites moluccana)
Fungsi Batang untuk mendukung bagian tanaman lainya seperti daun,
bungan dan buah-buahan sebagai rute pengukuran air dan fotosintetis,
mendukung proses pernapasan oksigen bisa masuk ke dalam lintuculum,
tempat pelekatan bagian tanaman, sebagai alat propogasi vegetativ dengan
metode trnsplatasi dan tempat menyimpan stok makanan. Masyarakat Bonto
Tangnga memanfaatkan batang kemiri (Aleurites moluccana), sebagai obat
tradisional untuk penyakit diarae, mengatasi ifeksi jamur. Cara penggunaan
batang kemiri yaitu memotong kecilbatang kemiri yang masih segar lalu
direbus, getah batang kemiri dimanfaatkan sebagai obat sariawan dan sakit
gigi.
4. Buah
Buah adalah bagian dari tanaman yang berasal dari bunga. Buah
dihasilkan dari penyerbukan putik oleh benang sari didalam buah terdapat biji
yang merupakan bagian penting bagi tumbuhan yang berkembang biak secara
40
generatif karena biji nantinya jika ditanam akan tumbuh dan berkembang
menjadi individu baru yang mempunyai sifat seperti kedua induknya. Buah
berasal dari bunga.
Gambar 6. Menkudu (Morinda citriffolia L)
Buah berfungsi sebagai penghalang fisik antara biji atau benih
dilingkungan eksternal selama perkembangan benih. Buah berkembang
(Ovarium) mempromosikan bakal biji atau pengembangan benih dengan
mencegah desikasi dan memastikan lingkungan yang lembab untuk embrio.
Masyarakat Bonto Tangnga memanfaatkan buah mengkudu (Morinda
citriffolia L), sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan penyakit sakit
kuning dan sakit perut dengan cara rebus buah mengkudu dan airnya diminum.
5.4 Presentase Habitus Tumbuhan Obat
Hasil peneletian di Desa Bonto Tangga Kecamatan Uluere Kabupaten
Bantaeng jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat terdapat 4 habitus yaitu
41
herba, pohon, tiang, pancang. Gambar 8. Adapun presentase habitus jenis
tumbuhan obat di Desa Bonto Tangnga Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.
Gambar 8. Presentase Tumbuhan yang Dimanfaatkan
Berdasarkan hasil pada Gambar 4 presentase habitus tumbuhan obat yang
dimanfaatkan Masyarakat Desa Bonto Tangnga Kecamatan Uluere Kabupaten
Bantaeng, Hasil presentase tersebut dapat diketahuijenis tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai obat didominasi tumbuhan habitus herba sebanyak 82.14%
(23 jenis tumbuhan), sedangkan pohon 3.57% (1 jenis tumbuhan yaitu Kemiri),
tiang 7.14% (2 jenis tumbuhan Kelapa, Mengudu), dan pancang 7.14% (2 jenis
tumbuhan yaitu Jambu biji, Siri kaya). Hasil presentase dapat diketahui jenis
tumbuhan berhabitus herba paling banyak dimanfaatkan terdapat 82% (23 jenis
tumbuhan). Menurut (Anwar et al, 1987). Hutan yang baru mengalami suksesi di
tandai dengan banyaknya tumbuhan pionir dan tumbuhan kecil lainnya seperti
herba, tiang dan pancang. herba berperan penting dalam siklus hara tanah.
82.14%
3.57% 7.14%
7.14%
Herba
Pohon
Tiang
Pancang
42
VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Hasil peneletian menunjukkan bahwa tumbuhan obat di Desa Bonto
Tangnga Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng terdapat 28 jenis tumbuhan
yang dimanfaatkan sebagai bahan obat. bagian tumbuhan yang dimanfatkan
sebagai bahan obat yaitu daun, akar, buah, batang. Masyarakat mengelolah bagian
tumbuhan dengan cara yang masih sederhana seperti direbus, ditumbuk, diparut
dan dihaluskan, dari keseluruhan 28 jenis tumbuhan terdapat 4 habitus yaitu
Herba, Pohon, Tiang dan Pancang.
6.2 Saran
Adapun saran pada penelitian ini adalah:
a. Masyarakat perlu membudidayakan jenis tumbuhan obat yang berpotensi
dimanfaakatkan sebagai bahan obat dipekarangan rumah atau dikebun agar
lebih mudah dijangkau dan perlurnya perlindungan terhadap tumbuhan
yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat tradisional
b. Masyarakat perlu pembinaan bagaimana pentingnya menjaga tumbuhan
yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan obat karena sebagian
masyarakat masih kurang pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Aliandi A. Romantyo HS, 1994. Kaitan Pengobatan Tradisional Dengan
Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat. Pelestarian Pemanfaatan
Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia Bogor.
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan
Lembaga Alam Tropika Indonesia.
Anwar et al, 1987. Ekologi Ekosistem. Sumatrea. UGM Press. Yogyakarta.
Baharuddin, dan 1. Taskirawati 1. 2009. Hasil Hutan Bukan Kayu. Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Dangler, 2015. Pengertian Pohon. Principle of Silviculture. Mc. Graw Hill Book.
Company, Inc, New York. USA.
Indriyanto, 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nadakavukaren & McCracken. 1985. An Introduction to Plant Biology. New
York: West Publishing Company.
Peraturan Pemerintah No 10 tahun 2010. tentang cara Perubahan Peruntukan
dan Fungsi Kawasan Hutan
Richard, P.W. 1981. Pengertian Herba. The Tropical Rain Frorest London.
Cambridge University Press.
Roosita et al, 2007. Paraahli pengobatan yang menggunakan obat tradisional.
Yogyakarta: Ayyana pp. 3.
Sandra E. Kemala S, 1994. Tujuan Pemanfaatan Tumbuhan Obat dan Hutan
Tropika di Indonesia. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman
Tumbuhan Obat Hutan Tropika Inodesia Bogor. Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika
Indonesia.
Savitri, 2016. Indonesia dikenal dengan Kekayaan Alamnya. Tanaman Ajaib
Basmi Penyakit Dengan TOGA ( Tanaman Obat Keluarga). Depok: Bibit
Publisher
Santyami & Salistyawati, 2011. Etntobotani Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat
Kampung Dukuh. Garut Jawa Barat. School of life Science & Technology
Bandung Institute Technology, Indonesia
44
Suparni & Wulandari, 2012. Berbagai Ramuan Tradisional dikenal Sebagai
Pengobatan Herbal. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli
Indonesia. Yogyakarta:R
Tukiman, 2004. Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Untuk Kesehatan
Keluarga. ( 22 Agustus 2016) Jakarta.
Undang-Undang No 5. Pengertian Hutan. Tahun 1967.
Undang-Undang No 41. Tahun 1999. Pengertian dan manfaat HHBK. Peraturan
Manteri Kehutanan No 35 Tahun 2007.
Wahyudi Dkk. 2014. Klasifikasi Pohon. Agustus Bandowoso.
Wilson, C. L. & W. Loomis. 1962. Pengertian Herba. Botany. Edition. New York
Zein U, 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharan
Kesehatan. http://e-usureporsitory.com 19 Maret 2011.
Zenebe et al, 2012.daun merupakan bagian yang paling mudah di dapatkan tanpa
harus merusak tumbuhan tersebut. An Ethnobotanical Study Of
Medicalcinal Plants In Asgede Tsimbila District.
Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S, 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai
Sumber Keanekaragaman Plasma Nuftah Tumbuhan Obat. Pelestarian
Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika
Indonesia. IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia.
45
Lampiran Responden
No Nama Umur
(Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan
1 Buda’Talibo 41 Laki-Laki SD Petani
2 Saho 43 Laki-Laki SD Petani
3 Bateng 45 Laki-Laki SD Petani
4 Samiun 44 Laki-Laki SD Petani
5 Soltan 37 Laki-Laki SD Petani
6 Samsuddin 49 Laki-Laki SD Petani
7 Baharuddin 55 Laki-Laki SD Petani
8 Maing 40 Laki-Laki SD Petani
9 Kasri 30 Laki-Laki SD Petani
10 Subair 40 Laki-Laki SD Petani
11 Baco’ 56 Laki-Laki SD Petani
12 Simon 37 Laki-Laki SD Petani
13 Syamsul 39 Laki-Laki SD Petani
14 Kulle 57 Laki-Laki SD Petani
15 Baseng 46 Laki-Laki SD Petani
16 M.Yunus 58 Laki-Laki SD Petani
17 Nurul H 55 Perempuan SD Irt/Petani
18 Yusri Yunus 43 Laki-Laki SD Petani
19 Sultan R 48 Laki-Laki SD Petani
20 Syarifuddin 45 Laki-Laki SD Petani
21 Sajeng 47 Laki-Laki SD Petani
22 Nawing 49 Laki-Laki SD Petani
23 Hafid 48 Laki-Laki SD Petani
24 Sudirman 39 Laki-Laki SD Petani
25 Bahar 42 Laki-Laki SD Petani
26 Jumalla 55 Perempuan SD Irt/Petani
27 Rahman T 47 Laki-Laki SD Petani
28 Baso’ B 35 Laki-Laki SD Petani
29 Arif Sarif 57 Laki-Laki SD Petani
30 Sapi’ 60 Laki-Laki SD Petani
46
DOKUMENTASI PENELETIAN
Wawancara Responden Kunci
47
48
49
.
Lajagowah (Arpillia malaccensis)
Kemiri (Aleurites moluccana)
50
Harendong (Melastoma septemneryiu)
Angguni Tambelekan (Lantana camara L)
51
.
Bandotan (Ageratum)
Putri Malu (Mimosa padica)
52
Songgo Langit (Tridax procumbeus)
Pengambilan Data Dilapangan
53
LAMPIRAN KUISIONER
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir:
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Jumlah tanggungan :
8. Alamat : Desa, Kecamatan, Kabupaten
9. Apakah saudara penduduk asli desa ini ? (Ya) / (Tidak)
10. Jika (Tidak), dari mana asalnya,
Sudah berapa lama tinggal di desa ini,…………… tahun
11. Saudara termasuk suku apa ?
12. Apakah saudara tahu bahwa ada jenis tumbuhan hutan yang dapat dipakai
untuk obat ?
a. Sangatmengetahui
b. Kurangtahu
c. Tidaktahu
13. Pengetahuan tentang tumbuhan obat, pertama kali tahu dari siapa ?
a. Turun temurun
b. Tetangga/dukun
c. Informasi media
14. Apakah saudara mengetahui dimana mencari tumbuhan obat :
a. Dalam kawasan hutan
b. Kebun
c. pekarangan
c. lainnya……..
15. Menurut saudara potensi tumbuhan obat di hutan masih banyak ?
a. Banyak
b. Sedang
c. Kurang
16. Menurut anda untuk memperoleh tumbuhan obat dari hutan :
a. Sulit
b. Agaksulit
c. Mudah
54
B. PemanfaatanTumbuhanObat
17. Apakah saudara pernah menggunakan tumbuhan obat untuk pengobatan dan
memelihara kesehatan ?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
18. Dari mana saudar amendapatkan tumbuhan obat tersebut ?
a. Dari hutan
b. Budidayasendiri
c. Pekaranganrumah
19. Jika dari hutan, berapa jaraknya ?
20. Apa saja namatumbuhan obat yang saudara gunakan ?Untuk obat apa dan
bagian tanaman yang digunakan ?
a………………..
b………………..
c………………..
d………………..
21. Apakah saudara membuat ramuan obat sendiri ?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
Cara pembuatannya
22. Biasanya dalam memakai obat tradisional, menurut saudara bagaimana khasiat
obat tersebut ?
a. Sangatmanjur
b. Kurangmanjur
c. Tidakmanjur
23. Jenis penyakit apa saja yang sering diderita masyarakat dan jenis tumbuhan
obat apa saja yang sering digunakan ?............
24. Jika tidak menggunakan tumbuhan obat, apakah saudara juga menggunakan
jasa medisatau obat yang dikemas pabrik dan dijuals ecara umum
a. Ya
b. Tidak
25. Jikaya, apakah menurut Anda penggunaan jasa medis atau obat yang dijual
secara umum lebih praktis ?
55
a. Ya
b. Tidak…….jelaskan kenapa……….
26. Apa alasan Anda menggunakan tumbuhan/tanaman obat ?
a. Murah
b. Alamiah/tdk memiliki efek samping
c. Mudah didapat
d. Alasanlainnya……………………….
27. Menurut saudara saran apa yang harus dilakukan untuk melestarikan
tumbuhan obat ?.........
28. Menurut Anda bagaimana kecenderungan penggunaan tumbuhan obat saat ini
?
a. Meningkat
b. Konstan/tetap
c. Menurun
Jelaskan alasannya
56
KUISIONER UNTUK RESPONDEN KUNCI
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pekerjaan :
5. Saudara termasuk suku apa ?
6. Menurut saudara ada berapa suku yang tinggal di desaini ?
7. Suku apa yang dikatakan penduduk asli
8. Apakah ada peraturan adat yang melindungihutan ?Apakah ada sanksi adat
yang dikenakan bila melanggar ?
9. Apakah saudara mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat ?
10 Apakah pengetahuan saudara tentang tumbuhan oba tmerupakan pengetahuan
turun temurun ? (Ya/ Tidak)
11 Apakah ada tumbuhan obat yang digunakan untuku pacara adat ? (Ya/Tidak).
Jika ada sebutkan jenisnya ?
12 Menurut anda untuk memperoleh tumbuhan obat dari hutan :
a. Mudah
b. Agaksulit
c. Sulit
13 Dalam pengambilan tersebut apakah mengambil sendir iatau minta bantuan
orang lain ?Berapa jauh jaraknya ?
14 Jika sulit karena faktor apa ?
15. Masyarakat desa di sini kalau sakit berobat kemana ?
a. Dukun/ tabib
b. Puskesmas
c. Beli obat kemasan
d. ……………..
57
16. Apakah masyarakat sini masih banyak menggunakan tumbuhan obat ?
a. Ya
b. Mulaikurang
c. Sangat berkurang
17. Jenis penyakit apa saja yang sering diderita masyarakat dan jenis tumbuhan
obat apa saja yang sering digunakan ?
18. Jenis tumbuhan obat manakah yang sering digunakan dalam pengobatan dan
memelihara kesehatan ?Alasan…………………….
19. Menurut saudara, mungkinkah tumbuhan obat yang ada di hutan bisa punah ?
a. Mungkin
b. Tidakmungkin
c. Tidaktahu
20. Menurut saudara saran apa yang harus dilakukan untuk melestarikan
tumbuhan obat ?
21. Jeni spenyakit apa saja yang sering diderita masyarakat dan jenis tumbuhan
obat apa saja yang sering digunakan ?
22. Apa saja namatumbuhan obat yang saudara gunakan ? Untuk obat apa dan
bagian tanaman yang digunakan ?
a………………..
b………………..
c………………..
d………………..
23. Apakah ada aturan pengambilan dana tau pengolahan tumbuhan tanaman
obat, jelaskan!