i plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · hasil uji lsd % penghambatan terhadap geliat pada...
TRANSCRIPT
i
UJI ANALGETIK INFUSA DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol Hook.f. & Thams.) PADA MENCIT PUTIH
BETINA SWISS DENGAN METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Filisia Arista
NIM: 048114094
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
ii
UJI ANALGETIK INFUSA DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol Hook.f. & Thams.) PADA MENCIT PUTIH
BETINA SWISS DENGAN METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Filisia Arista
NIM: 048114094
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
v
'life is in your hand'
life is like a nature - sunrise & sunset
life is like a wheels - ups & down
life is like a magic - appear & gone
life is like a music - play & stop
life is like a food - sweet & bitter
life is like a map - search & found
life is like a gamble - win & lost
no matter how & what life is
it depends on you, on how you live your life whether good or bad
maricel suarez
Dedicated to :
My Lord Jesus Christ
My Parents, Felix and Yustina
My Bro, Ardy
My Friends
My Almamater
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
vi
PRAKATA
Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya pada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Analgetik Infusa Daun
Kepel (Stelechocarpus burahol Hook.f. & Thams.) pada Mencit Putih Betina
Swiss dengan Metode Rangsang Kimia” dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan dari
berbagai pihak yang telah membantu penulis hingga akhir penulisan skripsi. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan Dosen Penguji.
2. Bapak Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing skripsi,
atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang telah diberikan.
3. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji.
4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah membantu penulis dalam hal
perijinan laboratorium.
5. Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional Tawangmangu yang telah membantu dalam penyediaan tanaman
kepel sebagai tanaman yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
vii
6. Mas Heru, mas Parjiman, mas Kayat, mas Yuwono, mas Wagiran, dan mas
Otok, selaku laboran dan karyawan Fakultas Farmasi USD yang telah
membantu selama pelaksanaan penelitian di laboratorium.
7. Orangtuaku, Felix dan Yustina tercinta atas segala doa dan kasih sayang
yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
8. Adikku tersayang Ardy atas dukungan, hiburan dan doanya.
9. Keluarga besar Ig. Sugiyanto (Alm.) dan Veronica Sunarni, serta Greg.
Martosasmito (Alm.) dan Paulina Sarah atas doa dan kasih sayangnya.
10. Josephine, Liza, dan Tika atas persahabatan yang telah terjalin di kost
selama ini.
11. Nindya, Ratih, Alpha, Diersa, Felicitas, Bellarmino, Andi, Aang, Raden
Natalino, Stanis, dan Arif atas dukungan, bantuan, semangat, dan doa yang
diberikan.
12. Teman – teman seperjuangan di laboratorium : Indra, Anggi, Siska, dan
Meidina.
13. Ci Nike, terimakasih atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi.
14. Teman – teman angkatan 2004 kelas FKK dan FST.
15. Teman – teman kelompok praktikum E terlebih untuk Feri, dan Avi.
16. Teman – teman kost Dewi.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
viii
Dengan segenap kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat menyempurnakan dan membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian. Terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
xi
INTISARI
Tanaman kepel (Stelechocarpus burahol Hook.f. & Thams.) merupakan salah satu tanaman yang dikembangkan sebagai obat tradisional. Tanaman kepel sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai deodoran alami, untuk menurunkan kadar kolesterol, memperlancar air seni, alat pencegah kehamilan tradisional, antiradang, dan juga sebagai pengobatan asam urat, yaitu penanggulangan rasa nyeri pada persendian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek analgetik dan besarnya prosentase efek analgetik infusa daun kepel.
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Metode yang digunakan adalah metode induksi kimia. Subyek penelitian sejumlah 42 ekor mencit putih betina, galur Swiss, berat badan 20-30 gram, umur 2-3 bulan, dibagi secara acak dalam 6 kelompok. Kelompok I adalah kontrol negatif menggunakan akuades, Kelompok II adalah kontrol positif menggunakan parasetamol dosis 91 mg/kgBB, Kelompok III sampai VI adalah kelompok perlakuan infusa daun kepel dengan dosis 823,05 mg/kgBB; 1234,57 mg/kgBB; 1851,85 mg/kgBB; dan 2777,78 mg/kgBB. Senyawa uji dan kontrol diberikan per oral. Limabelas menit kemudian mencit diinduksi asam asetat dosis 100 mg/kgBB secara intraperitonial. Geliat yang timbul diamati dan dicatat tiap 5 menit selama 60 menit. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam bentuk prosentase penghambatan terhadap geliat. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan One-way ANOVA dilanjutkan dengan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun kepel memiliki efek analgetik terhadap mencit putih betina. Prosentase efek analgetik yang dihasilkan infusa daun kepel dosis 823,05 mg/kgBB; 1234,57 mg/kgBB; 1851,85 mg/kgBB; dan 2777,78 mg/kgBB berturut – turut adalah 34,15%; 46,44%; 61,06%; dan 72,29%. Kata kunci : efek analgetik, infusa daun kepel, mencit putih betina, metode
rangsang kimia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
xii
ABSTRACT
Kepel plants (Stelechocarpus burahol Hook.f. & Thams.) is one of plants that is being developed as a traditional medicine. Kepel plants often used by Indonesian people as a natural deodorant, to decrease cholesterol level, diuretic, traditional contraceptive, anti-inflamatory, and nerve acid therapy. The purpose of this research was to know the effect and percentage of analgesic effect from infusion of kepel’s leaves.
The genre of this research is pure experimental in which the program of this research is random research plan, complete, and one-direction pattern. The method used in this research is chemical induction method. The 42 female white mice of Swiss groove, weights 20-30 grams, ages 2-3 months were used as the subject of this research and divided into 6 groups. Group I was the negative control used aquadest, Group II was the positive control used paracetamol dosage 91 mg/kgBB, Group III-VI were the treatment of infusion of kepel’s leaves with dose of 823,05 mg/kgBW; 1234,57 mg/kgBW; 1851,85 mg/kgBW; and 2777,78 mg/kgBW. The testing substances and the control’s were given per oral. The mice were induced by acetic acid dosage 100 mg/kgBB intra peritoneally 15 minutes after the treatment. The wriggles were watched closely and booked every 5 minutes in 60 minutes. The accumulation numbers of the wriggles were transferred into the form of resistance percentage toward the wriggles. The data was analyzed statistically with one-way ANOVA test, the step was continued with LSD test with interval 95% after the calculation.
The result had been showing that infusion of kepel’s leaves have an analgesic effect on white female mice. The percentage analgesic effect produced by 823,05 mg/kgBW; 1234,57 mg/kgBW; 1851,85 mg/kgBW; and 2777,78 mg/kgBW, respectively were 34,15%; 46,44%; 61,06%; and 72,29%. Key words : analgesic effect, infusion of kepel’s leaves, female white mice,
chemical induction method.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA .................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... ix
INTISARI ...................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx
BAB I. PENGANTAR .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Permasalahan .......................................................................................... 3
C. Keaslian Penelitian .................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA........................................................... 5
A. Tanaman Kepel ....................................................................................... 9
B. Flavonoid ................................................................................................ 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
xiv
C. Radikal Bebas dan Antioksidan .............................................................. 12
D. Infusa ....................................................................................................... 15
E. Nyeri ........................................................................................................ 16
F. Analgetika ............................................................................................... 23
G. Parasetamol ............................................................................................. 25
H. Metode Pengujian Efek Analgetik .......................................................... 26
I. Landasan Teori ........................................................................................ 32
J. Hipotesis .................................................................................................. 33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 32
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 34
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 34
1. Variabel Penelitian ............................................................................ 34
2. Definisi Operasional ......................................................................... 35
C. Bahan Penelitian...................................................................................... 35
D. Alat atau Instrumen Penelitian ................................................................ 36
E. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 37
1. Pengumpulan Bahan ......................................................................... 37
2. Pemilihan Hewan Uji ........................................................................ 38
3. Penetapan Kriteria Geliat Mencit ...................................................... 38
4. Pembuatan Sediaan Uji ..................................................................... 38
4.1 Pembuatan Infusa Daun Kepel .................................................... 38
4.2 Pembuatan Larutan Parasetamol ................................................. 42
4.3 Pembuatan Larutan Asam Asetat ................................................ 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
xv
5. Uji Pendahuluan ................................................................................ 44
5.1 Penetapan Dosis Asam Asetat ......................................... 44
5.2 Penetapan Kontrol Negatif .............................................. 44
5.3 Penetapan Dosis Parasetamol .......................................... 45
5.4 Penetapan Dosis Infusa Daun Kepel ............................... 45
5.5 Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat dan
Parasetamol ................................................................................. 46
5.6 Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat dan Infusa
Daun Kepel ................................................................................. 46
6. Pengujian Efek Analgetik Kelompok Perlakuan............................... 47
7. Analisis Data ..................................................................................... 48
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............................. 50
A. Determinasi Tanaman Kepel ................................................................... 50
B. Uji Pendahuluan ...................................................................................... 50
1. Penetapan Dosis Asam Asetat ........................................................... 51
2. Penetapan Kontrol Negatif ................................................................ 53
3. Penetapan Dosis Parasetamol dan Infusa Daun Kepel ...................... 54
4. Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat terhadap
Parasetamol ....................................................................................... 57
5. Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat terhadap Infusa
Daun Kepel ....................................................................................... 59
C. Pengujian Efek Analgetik ....................................................................... 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
xvi
D. Perbandingan Efek Analgetik Infusa Daun Kepel dan Ekstrak Etanol
Daun Kepel pada Mencit Putih Betina .................................................... 67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 70
A. Kesimpulan ............................................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71
LAMPIRAN .................................................................................................. 75
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Jumlah kumulatif geliat mencit pada penetapan dosis asam
asetat ...................................................................................... 51
Tabel II. Jumlah kumulatif geliat mencit perbandingan antara kontrol
negatif dengan asam asetat dosis 100 mg/kgBB ................... 53
Tabel III. Jumlah kumulatif geliat mencit dan % penghambatan
terhadap geliat mencit pada penetapan dosis parasetamol
dan infusa daun kepel ............................................................ 56
Tabel IV. Jumlah kumulatif geliat mencit dan % penghambatan
terhadap geliat mencit pada penetapan selang waktu
pemberian asam asetat terhadap parasetamol 91 mg/kgBB .. 58
Tabel V. Hasil uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap
parasetamol 91 mg/kgBB ...................................................... 59
Tabel VI. Jumlah kumulatif geliat mencit dan % penghambatan
terhadap geliat mencit pada penetapan selang waktu
pemberian asam asetat terhadap infusa daun kepel dosis
2777,78 mg/kgBB ................................................................. 60
Tabel VII. Hasil uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap
infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB ........................... 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
xviii
Tabel VIII. Jumlah kumulatif geliat mencit dan % penghambatan
terhadap geliat mencit pada seluruh kelompok perlakuan .... 64
Tabel IX. Hasil uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada
pengujian efek analgetik seluruh kelompok perlakuan ......... 65
Tabel X. Data potensi relatif infusa daun kepel dosis 1851,85
mg/kgBB dan 2777,78 mg/kgBB terhadap kontrol positif
(Parasetamol 91 mg/kgBB) ................................................... 66
Tabel XI. Data % penghambatan terhadap geliat mencit pada seluruh
kelompok perlakuan infusa dan ekstrak etanol daun kepel
pada mencit putih betina ....................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka flavonoid dan sistem penomoran turunan
flavonoid ............................................................................... 11
Gambar 2. Pembentukan mediator – mediator nyeri .............................. 19
Gambar 3. Tempat berakhirnya serabut aferen pada 6 lapisan dari
sumsum tulang belakang ....................................................... 20
Gambar 4. Mekanisme nyeri ................................................................... 22
Gambar 5. Struktur molekul Parasetamol ............................................... 25
Gambar 6. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada
penetapan dosis asam asetat ................................................. 52
Gambar 7. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada
perbandingan antara kontrol negatif dengan asam asetat
dosis 100 mg/kgBB ............................................................... 54
Gambar 8. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat ........ 56
(b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap
geliat pada penetapan dosis parasetamol dan infusa daun
kepel ...................................................................................... 56
Gambar 9. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat ........ 58
(b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap
geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat
terhadap parasetamol 91 mg/kgBB ....................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
xx
Gambar 10. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat ........ 61
(b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap
geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat
terhadap infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB ............ 61
Gambar 11 (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat ........ 64
(b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap
geliat pada seluruh kelompok perlakuan ............................... 64
Gambar 12. Foto Tanaman Kepel ............................................................. 77
Gambar 13. Foto Simplisia Daun Kepel ................................................... 77
Gambar 14. Foto Empat Peringkat Dosis Infusa Daun Kepel .................. 78
Gambar 15. Foto Geliat mencit ................................................................. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan Pengambilan Bahan Penelitian ................. 75
Lampiran 2. Surat Pengesahan Determinasi .............................................. 76
Lampiran 3. Foto Tanaman, Buah Daun Kepel, Empat Peringkat Dosis
Infusa Daun Kepel, dan Geliat Mencit .................................. 77
Lampiran 4. Data dan hasil analisis statistik jumlah kumulatif geliat
mencit pada penentuan dosis asam asetat ............................. 79
Lampiran 5. Data dan hasil analisis statistik perbandingan jumlah
kumulatif geliat mencit pada penetapan kontrol negatif ....... 81
Lampiran 6. Data dan hasil analisis statistik jumlah kumulatif geliat
mencit pada penetapan dosis parasetamol dan infusa daun
kepel ...................................................................................... 83
Lampiran 7. Data dan hasil analisis statistik % penghambatan terhadap
geliat mencit pada penetapan dosis parasetamol dan infusa
daun kepel ............................................................................. 86
Lampiran 8. Data dan hasil analisis statistik jumlah kumulatif geliat
mencit pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat
terhadap parasetamol ............................................................. 88
Lampiran 9. Data dan hasil analisis statistik % penghambatan terhadap
geliat mencit pada penetapan selang waktu pemberian asam
asetat terhadap parasetamol................................................... 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
xxii
Lampiran 10. Data dan hasil analisis statistik jumlah kumulatif geliat
mencit pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat
terhadap infusa daun kepel .................................................... 93
Lampiran 11. Data dan hasil analisis statistik % penghambatan terhadap
geliat mencit pada penetapan selang waktu pemberian asam
asetat terhadap infusa daun kepel .......................................... 96
Lampiran 12. Data dan hasil analisis statistik jumlah kumulatif geliat
mencit pada pengujian efek analgetik seluruh kelompok
perlakuan ............................................................................... 98
Lampiran 13. Data dan hasil analisis statistik % penghambatan terhadap
geliat mencit pada pengujian efek analgetik seluruh
kelompok perlakuan .............................................................. 109
Lampiran 14. Data hasil analisis statistik perbandingan efek analgetik
antara infusa dan ekstrak etanol daun kepel .......................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan
menggunakan obat tradisional sebagai sarana perawatan kesehatan dan untuk
menanggulangi berbagai macam penyakit (Soedibyo, 1998), salah satunya adalah
nyeri. Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri
bersifat subyektif dan merupakan suatu sensasi (Baumann, 2005). Hampir
sebagian besar penyakit memberi gejala nyeri yang dimanifestasikan dalam
bentuk rasa sakit pada organ atau jaringan tubuh (Anonim, 1991). Hal ini
menyebabkan penderitanya berusaha untuk bebas dari rasa nyeri tersebut.
Walaupun kadang – kadang sangat menyiksa, nyeri sangat berharga sebagai
petunjuk dan peringatan tentang adanya sesuatu yang tidak beres dalam tubuh.
Salah satu solusi untuk mengatasi rasa nyeri tersebut dengan mengembangkan
berbagai upaya pengobatan (Soedibyo, 1998).
Tanaman kepel (Stelechocarpus burahol Hook.f. & Thams.) secara
empirik telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional.
Tumbuhan yang berkhasit sebagai penurun kadar kolesterol, obat radang ginjal
dan peluruh air seni (Hutapea, 1994), serta pengobatan asam urat, yaitu
penanggulangan atau pencegahan rasa nyeri pada persendian (Sutomo, 2003) ini
memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, dan terpenoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Flavonoid berkhasiat sebagai anti-inflamasi anti alergi, antithrombolik,
vasoprotektif sebagai penghambat promotor tumor dan untuk proteksi pada
mukosa saluran cerna atau gastrik. Efek-efek tersebut berhubungan dengan
pengaruh flavonoid pada metabolisme asam arakhidonat (Evans, 2002).
Secara ilmiah juga sudah banyak penelitian yang berhubungan dengan
daun tanaman kepel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infusa daun
kepel bisa menurunkan kadar asam urat darah pada ayam (Hening, 2002).
Pemberian infusa daun kepel memiliki aktivitas antiinflamasi (Sriwidodo, 2004).
Sutomo (2003) dan Supriyatna (2007) melaporkan adanya flavonoid pada daun
kepel. Potensi ketoksikan infusa daun kepel pada mencit tergolong toksik ringan
dengan harga LD50 semu sebesar > 8190 mg/kg BB (Maspa, 2005).
Seberapa besar efek analgetik tanaman kepel sampai sekarang belum
diketahui. Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan uji analgetik dari infusa
daun kepel pada mencit putih betina; karena flavonoid umumnya larut dalam air
dan dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harborne, 1984), sehingga pada
penelitian ini akan dilihat khasiat daun kepel sebagai analgetika jika dilarutkan
dalam pelarut polar, yaitu air, dan juga akan dibandingkan seberapa besar efek
analgetik daun kepel jika dilarutkan dalam pelarut polar selain air, yaitu etanol
70%.
Pengujian efek analgetik yang dilakukan terhadap daun kepel ini
menggunakan metode uji rangsang kimia. Hal ini dikarenakan metode rangsang
kimia dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah
suatu senyawa memiliki efek analgesik atau tidak, selain itu metode ini sederhana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dan mudah dilakukan. Hewan uji yang digunakan dalam metode uji rangsang
kimia adalah mencit sebagaimana tercantum dalam acuan (Turner, 1965). Mencit
yang dapat digunakan adalah Swiss Webster dan BALB/C. Pada penelitian ini
digunakan mencit dengan galur Swiss Webster karena karakternya yang lebih
mudah beradaptasi dan tidak mudah stress dibandingkan dengan BALB/C. Selain
itu dipilih jenis kelamin betina dengan asumsi lebih peka terhadap rangsang nyeri
dibandingkan jenis kelamin jantan.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang timbul
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Apakah infusa daun kepel memiliki efek analgetik terhadap mencit putih
betina melalui metode rangsang kimia?
2. Berapa besar prosentase efek analgetik yang dimiliki infusa daun kepel
terhadap mencit putih betina melalui metode rangsang kimia?
3. Bagaimana perbandingan efek analgetik infusa dan ekstrak etanol 70% daun
kepel pada mencit putih betina melalui metode rangsang kimia?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Uji Analgetik Infusa Daun Kepel pada Mencit Putih
Betina Swiss dengan Metode Rangsang Kimia belum pernah dilakukan
sebelumnya. Adapun penelitian tentang tanaman kepel yang pernah dilakukan
adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Toksisitas Akut Ekstrak Metanol dan Ekstrak Kloroform Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Larva Artemia salina
Leach (Widiastuti, 2000). Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanol
menunjukkan efek toksik dengan LC50 257 μg/ml, sedangkan ekstrak
kloroform tidak toksik dengan LC 1053 μg/ml.
2. Pengaruh Infusa Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)
Terhadap Kadar Asam Urat Serum Darah Ayam Terinduksi Hati (Hening,
2002). Hasil menunjukkan bahwa infusa daun kepel dengan dosis 0,98
g/kgBB; 1,47 g/kgBB; dan 2,205 g/kgBB terbukti mampu menurunkan kadar
asam urat dalam serum darah ayam. Makin tinggi dosis maka kemampuan
menurunkan kadar asam urat semakin besar.
3. Skrining Fitokimia dan Penentuan Identitas Makroskopik dan Mikroskopik
Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) (Oktaviani, 2002).
Hasil pemisahan KLT menunjukkan bahwa daun kepel mengandung senyawa
kimia golongan antrakinon, flavonoid, dan kumarin.
4. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl)
Hook. f. & Th) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Sel HELA (Aryuni,
2002). Hasil menunjukkan ekstrak metanol daun kepel bersifat sitotoksik
terhadap sel HELA secara in vitro dengan LC50 setelah inkubasi selama 72
jam sebesar 334,10 μg/ml.
5. Penurunan Asam Urat Darah Ayam Jantan Braille Hiperurisemia Oleh Fraksi
Ekstrak Metanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)
(Sutomo, 2003). Hasil menunjukkan bahwa fraksi larut petroleum eter dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
100 mg/kgBB dan fraksi tidak larut petroleum eter dosis 50; 100; dan 150
mg/kgBB mampu menurunkan kadar asam urat darah ayam hiperurisemia.
6. Pembuatan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)
Secara Kempa Langsung Dengan Kombinasi Avicel pH 102® dan Di-Cafos®
Sebagai Bahan Pengisi-Pengikat (Restiyaningsih, 2004). Hasil menunjukkan
bahwa ekstrak daun kepel dapat dibuat jadi sediaan tablet dengan sifat fisik
yang memenuhi persyaratan tablet dengan menggunakan kombinasi Avicel pH
102® dan Di-Cafos® sebagai bahan pengisi-pengikat.
7. Toksisitas Akut-Oral Ekstrak Etanolik Daun Kepel (Stelechocarpus burahol
(Bl) Hook. f. & Th) pada Mencit (Ariningsih, 2004). Hasil menunjukkan
bahwa potensi ketoksikan akut-oral ekstrak etanolik daun kepel pada mencit
tergolong hampir tidak toksik dan tidak menyebabkan kematian dengan harga
LD-50 semu sebesar > 5635,7 mg/kg BB.
8. Variasi Kadar Amprotab Sebagai Bahan Penghancur Dalam Pembuatan Tablet
Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Secara
Granulasi Kering (Ardanie, 2004). Hasil menunjukkan bahwa variasi kadar
Amprotab antara 5 - 15% sebagai bahan penghancur berpengaruh terhadap
daya serap dan waktu hancur tablet. Semakin besar kadar Amprotab maka
semakin besar daya serap tablet dan semakin cepat waktu hancur tablet.
9. Uji Aktivitas Antiinflamasi Infusa Daun Kepel Pada Tikus Jantan Wistar
Dengan Metode Udema Kaki Belakang (Sriwidodo, 2004). Hasil
menunjukkan bahwa sediaan infusa daun kepel yang diberikan secara per oral
mempunyai daya antiinflamasi pada tikus yang diinduksi karagenin 1% secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
subplanar. Daya antiinflamasi pada dosis 0,5; 1,0; 2,0; dan 3 g/kgBB masing-
masing sebesar 44,33; 67,00; 71,29; dan 50,91%.
10. Toksisitas Akut Infusa Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. &
Th) pada Mencit Jantan (Maspa, 2005). Hasil menunjukkan bahwa potensi
ketoksikan akut infusa daun kepel pada mencit tergolong dalam kategori
toksik ringan dan dengan harga LD50 semu sebesar > 8190 mg/kg BB.
11. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Antioksidan Penangkap Radikal
Bebas Dari Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)
(Sunarni, 2006). Hasil menunjukkan bahwa peneliti berhasil mengisolasi dan
mengindetifikasi senyawa flavonoid golongan flavon dalam fraksi etanol
infusa daun kepel.
12. Standarisasi Simplisia dan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl)
Hook. f. & Th) (Purwantiningsih, 2005). Hasil menunjukkan bahwa dalam
fraksi n-heksana daun kepel terdapat senyawa golongan terpenoid, flavonoid
dan senyawa yang belum dapat diidentifikasi dengan menggunakan KLT.
13. Uji Aktivitas Hiperurikemia Ekstrak Etanol Daun Kepel (Stelechocarpus
burahol (Bl) Hook. f. & Th) Pada Tikus Putih Jantan Sprague Dawley Serta
Penentuan Kandungan Senyawa Fenolik dan Flavonoid Totalnya (Supriyatna,
2007). Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kepel mampu
menurunkan kadar asam urat serum hingga 77,78% pada hari ke-19 setelah
pemberian ekstrak etanol daun kepel dosis 400 mg/kgBB secara per oral.
14. Uji Ekstrak Etanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)
Terhadap Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Secara In Vitro (Aryadi, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kepel mempunyai potensi
dalam menghambat aktivitas xantin oksidase sebesar 17,78 ± 2,69% pada
konsentrasi 500 μg/ml.
15. Uji Fraksi n-heksana Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. &
Th) Terhadap Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Secara In Vitro (Kurniawati,
2007). Hasil menunjukkan bahwa fraksi n-heksana daun kepel pada
konsentrasi 0,5 dan 5 μg/ml dapat menghambat aktivitas enzim xantin
oksidase dengan presentasi penghambatan yang signifikan dibanding blanko,
sedang pada konsentrasi 500 μg/ml menyebabkan pengikatan aktivitas enzim
xantin oksidase sebesar 15,00 ± 1,41%.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang obat tradisional dalam
hal obat analgetik.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang manfaat daun kepel sebagai obat pereda nyeri (analgetik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah infusa daun kepel memiliki efek analgetik
terhadap mencit putih betina melalui metode rangsang kimia.
2. Untuk mengetahui seberapa besar prosentase efek analgetik yang dimiliki
infusa daun kepel terhadap mencit putih betina melalui metode rangsang
kimia.
3. Untuk mengetahui perbandingan efek analgetik infusa dan ekstrak etanol
70% daun kepel terhadap mencit putih betina melalui metode rangsang
kimia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Kepel
1. Klasifikasi tumbuhan kepel
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranunculales
Suku : Annonaceae
Marga : Stelechocarpus
Jenis : (Stelechocarpus burahol Hook.f. & Thams.)
(Backer C.A., 1968)
2. Nama daerah
Sunda : burahol, turalak
Jawa : kepel, kecindul, simpul, cindul (Hutapea, 1994).
3. Deskripsi
Habitat : pohon, tinggi ± 12 m.
Batang : tegak, bulat, berkayu, percabangan monodial, coklat.
Daun : tunggal, lonjong, panjang 8-20 cm, lebar 4-6 cm, ujung dan pangkal
meruncing, halus, pertulangan bawah menonjol mengkilat, hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Bunga : majemuk, bentuk tandan, tersebar di batang dan cabang, tangkai
silindris, panjang 4 cm, benang sari dan putik halus kuning, mahkota
lonjong, kuning.
Buah : buni, bulat, kulit kasar, diameter 5 cm, coklat.
Biji : bentuk ginjal, halus, hitam, mengkilat.
Akar : tunggang, putih kotor (Hutapea, 1994).
4. Kandungan kimia
Daging buah, biji, dan akar Stelechocarpus burahol, mengandung
saponin, flavonoid, dan polifenol, disamping itu bijinya juga mengandung
alkaloida dan daunnya juga mengandung flavonoid dan polifenol (Hutapea,
1994). Sutomo (2003) dan Supriyatna (2007) melaporkan adanya flavonoid
pada daun kepel. Sunarni (2006) berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi
senyawa flavonoid golongan flavon dan ekstrak etanol daun kepel yaitu :
Isolat A1 : 7,3’,4-trihidroksi-5-0-gula-flavon
Isolat B2 : 5,4’-dihidroksi-7-0-tersubtitusi-3-0-gula-flavon
Isolat B3 : 5,7,4’-trihidroksi-3-0-gula-flavon
Isolat B4a : 3,7,4’-trihidroksi flavon
Isolat B4b : 3,7,3’,4’-tetrahidroksi-5-metilflavon
Dari kelima isolat tersebut, isolat B4b memiliki aktivitas antioksidan paling
tinggi dibanding isolat lain, hal ini dikarenakan isolat B4b mempunyai gugus
o- di OH dan 3-OH bebas.
Purwantiningsih dkk (2005) melaporkan bahwa kandungan
senyawa kimia dalam fraksi n-heksana daun kepel adalah senyawa-senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
golongan terpenoid, flavonoid dan beberapa senyawa yang belum bisa
diidentifikasi dengan menggunakan KLT.
5. Khasiat
Daging buah Stelechocarpus burahol berkhasiat sebagai obat radang
ginjal dan peluruh air seni (Hutapea, 1994), sedangkan daunnya oleh
masyarakat secara empiris biasanya direbus dan digunakan sebagai
pengobatan asam urat, yaitu penanggulangan atau pencegahan rasa nyeri pada
persendian (Sutomo, 2003).
B. Flavonoid
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan sebenarnya
terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit,
tepungsari, nektar, bunga, buah buni, dan biji (Markham, 1988). Kerangka dasar
flavonoid dan sistem penomoran untuk turunan flavonoid terlihat pada gambar 1.
C C C
O
AB
1
2
345
6
7
81'
2' 3'
4'
5'6'
1a 1b
Gambar 1. Kerangka flavonoid (1a) dan sistem penomoran turunan flavonoid (1b) (Robinson, 1995)
Flavonoid merupakan produk alamiah dengan beberapa aktivitas
farmakologi. Flavonoid mempunyai aktivitas sebagai penangkap radikal hidroksil
dan superoksida serta dapat melindungi lipid membran dari reaksi-reaksi yang
merusak (Robinson, 1995). Flavonoid telah dikenal dan merupakan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kelompok antioksidan polifenol yang mempunyai sifat antioksidan yang amat kuat
mencapai 20 kali sifat antioksidan vitamin E (Sitompul, 2003). Flavonoid
berkhasiat sebagai antiinflamasi, anti alergi, anti thrombolik, vasoprotektif sebagai
penghambat promotor tumor dan untuk proteksi pada mukosa saluran cerna atau
gastrik. Efek-efek tersebut berhubungan dengan pengaruh flavonoid pada
metabolisme asam arakhidonat (Evans, 2002).
Secara individual, kelarutan senyawa flavonoid sangat bermacam-macam
sesuai dengan golongan dan substitusi yang terjadi. Flavonoid umumnya larut
dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harborne, 1984). Flavonoid
terdapat dalam bentuk bebas sebagai aglikon maupun terikat dengan gula sebagai
glikosida. Adanya gula yang terikat flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid
lebih mudah larut dalam air. Dengan demikian glikosida flavonoid larut dalam
polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformamida dan air. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti
isoflavon, flavonon, flavon, serta flavonol yang termetoksilasi cenderung mudah
larut dalam pelarut nonpolar seperti eter, etil asetat, dan kloroform (Markham,
1988).
C. Radikal Bebas dan Antioksidan
1. Radikal bebas
Radikal bebas adalah suatu spesies yang mempunyai jumlah elektron
ganjil atau elektron yang tidak berpasangan tunggal pada lingkaran luarnya.
Elektron tidak berpasangan tersebut menyebabkan instabilasi dan bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
reaktif. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh
radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi
sel, bahkan kematian sel (Setiati, 2003).
Radikal bebas diproduksi secara eksogen dan secara endogen. Secara
endogen, radikal bebas diproduksi oleh mitokondria, membran plasma,
lisosom, retikulum endoplasma, dan intisel. Sedangkan secara eksogen,
radikal bebas berasal dari asap rokok, polutan radiasi, obat-obatan, dan
pestisida sumber utama reaksi radikal bebas pada mamalia adalah pada rantai
pernafasan, fagositosis, sintesis prostaglandin, sistem sitokrom P-450, reaksi
enzimatik O2, dan radiasi ion (Setiati, 2003). Radikal bebas yang berlebihan
akan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan nyeri. Dalam
proses peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam arakhidonat
dikonversikan menjadi peroksida baik melalui jalur siklooksigenase maupun
lipoksigenase. Ketika terjadi kerusakan jaringan organ, jumlah radikal bebas
meningkat seiring dengan peningkatan produksi peroksida, padahal tubuh
memproduksi antioksidan endogen yang terbatas contohnya yaitu superoksida
dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase (GSH Px) yang bekerja
menstabilkan radikal bebas. Apabila jumlah radikal bebas makin banyak,
antioksidan endogen tak mampu lagi melumpuhkannya secara efektif
sehingga harus ada tambahan antioksidan dari luar (eksogen) yang berasal
dari bahan makanan (Sibuea, 2004).
Ada beberapa zat yang dapat mengurangi reaksi radikal bebas dengan
memutuskan rantai reaksi, yaitu antara lain (1) enzim antioksidan (superoksid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dimutase (SOD), katalase, glutation peroksidase, dan SOD mimics), (2) spin
trap, dan (3) komponen yang memutuskan rantai (Setiati, 2003).
2. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dalam kadar lebih rendah dibanding
bahan yang dapat dioksidasi, sangat memperlambat atau menghambat
oksidasi dari bahan tersebut. Secara alamiah tubuh memproduksi antioksidan
yang mampu melindungi sel dari radikal bebas (Sibuea, 2004).
Menurut Setiati (2003), antioksidan dibedakan menjadi antioksidan
eksogen dan antioksidan endogen. Antioksidan endogen atau sering disebut
antioksidan primer terdiri atas enzim-enzim dan berbagai senyawa yang
disintesis dalam tubuh yang bekerja dengan cara mencegah pembentukan
radikal bebas baru. Antioksidan eksogen atau yang dikenal juga sebagai
antioksidan sekunder karena menangkap radikal dan mencegah reaksi
berantai. Contohnya adalah vitamin E (tokoferol), vitamin C (askorbat),
karoten, asam urat bilirubin, dan albumin. Selain itu terdapat juga antioksidan
tersier yang memperbaiki kerusakan biomolekuler yang disebabkan oleh
radikal bebas, contohnya enzim yang memperbaiki DNA dan metionin
sulfoksida reduktase.
Flavonoid telah dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan
polifenol yang banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan, dan beberapa
minuman seperti teh hijau dan anggur merah. Di dalam keluarga polifenol,
flavonoid ternyata mempunyai sifat antioksidan yang amat kuat yang
mencapai 20 kali sifat antioksidan vitamin E (Sitompul, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Secara umum dapat dikatakan bahwa senyawa turunan flavonoid
mampu memberikan efek antioksidan antara lain karena adanya gugus fenolik
dalam struktur molekulnya. Ketika senyawa-senyawa ini bereaksi dengan
radikal bebas maka terbentuk radikal baru yang distabilisasi oleh efek
resonanasi inti aromatik (Hertiani, 2000).
D. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C.
Penyarian dengan cara infundasi menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh tidak bisa
disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1995).
Pembuatan infusa sebagai berikut :
1. Simplisia dengan derajat halus yang sesuai (diayak menggunakan ayakan
dengan jumlah lubang tiap inchi adalah 35) dicampur dengan air secukupnya,
panaskan diatas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai
90˚C, sambil sesekali diaduk.
2. Pada saat masih panas campuran tersebut diserkai melalui kain katun.
Selanjutnya ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas sampai
diperoleh volume infus yang dikehendaki. Apabila simplisia mengandung
minyak atsiri maka campuran tersebut diserkai dalam keadaan dingin
(Anonim, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3. Kecuali dinyatakan lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah,
infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras dibuat dengan
menggunakan 10% simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut
digunakan sejumlah yang tertera :
a. Kulit kina : 6 bagian.
b. Daun digitalis : ½ bagian.
c. Akar ipeka : ½ bagian.
d. Daun kumis kucing : ½ bagian.
e. Sekale kornutum : 3 bagian.
f. Daun sena : 4 bagian.
g. Rimpang temulawak : 4 bagian.
(Anonim, 1995).
E. Nyeri
Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian atau peristiwa yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, seperti, luka,
inflamasi, atau kanker (Rang dkk., 2003).
Nyeri dapat dibedakan berdasarkan waktu timbulnya nyeri yaitu: nyeri
akut dan nyeri kronik (Anonim, 2001). Nyeri akut dengan kecepatan penjalaran
antara 6-30 meter per detik biasanya memiliki sebuah penyebab yang dapat
ditegaskan dan sering kali berfungsi sebagai perlindungan yang bertindak sebagai
peringatan dari ancaman luar atau kegagalan dalam tubuh. Nyeri kronik dengan
kecepatan penjalaran antara 0,5-2 meter per detik sering kali tidak menandakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bahaya yang segera menimbulkan pencegahan dan pasien mungkin tidak
mengartikan nyeri tersebut sebagai penyakit serius (Greene dan Harris, 2000).
Nyeri berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan menjadi nyeri somatik
dan nyeri viseral. Jika nyeri somatik muncul dari kulit, dinamakan nyeri
superfisial. Jika nyeri itu berasal dari otot, sendi, atau jaringan connective, disebut
nyeri dalam. Nyeri viseral muncul dari organ dalam dan berbeda bermakna
dengan nyeri somatik (Anonim, 2001).
Dalam kondisi normal, nyeri berkaitan dengan aktivitas listrik pada
serabut saraf aferen utama dengan diameter kecil sari saraf perifer. Ujung saraf
sensoris pada jaringan perifer diaktifkan oleh berbagai macam rangsangan
(mekanik, suhu, kimia). Berdasarkan rekaman aktivitas pada serabut aferen
menunjukkan bahwa rangsang yang cukup untuk merangsang serabut aferen
tersebut menumbulkan sensasi nyeri. Banyak dari serabut ini adalah serabut C tak
bemielin dengan kecepatan konduksi yang rendah dimana grup ini dikenal sebagai
nosiseptor C-polimodal. Lainnya adalah serabut bermielin (Aδ) yang menginduksi
lebih cepat tetapi merespon rangsang perifer yang hampir sama. Nosiseptor
polimodal (PMN) merupakan saraf sensorik utama di perifer yang memberikan
respon terhadap rangsang bahaya. Sebagian besar adalah serabut C tak bermielin
dengan ujung-ujungnya yang merespon terhadap rangsang suhu, mekanik, dan
kimia. Zat-zat kimia yang memiliki aksi di PMN dan menimbulkan nyeri meliputi
bradikinin, proton, adenosin tripfosfat (ATP) dan vanilloid. Polimoidal nosiseptor
(PMN) sendiri disensitisasi oleh prostaglandin, hal ini dapat menjelaskan
mengenai aktivitas analgesik dari obat-obat mirip aspirin (Rang dkk., 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Berbagai metabolit dan senyawa dilepaskan dari sel-sel yang terluka, atau
terinflamasi, termasuk 5-HT, histamin, asam laktat, ATP dan K+ dimana banyak
yang mempengaruhi terminal-terminal saraf nosiseptik. Eikosanoid merupakan
hasil pembentukkan dari fosfolipid. Mereka termasuk dalam kontrol dari berbagai
proses fisiologis serta merupakan mediator dan modulator utama dari reaksi
inflamasi. Asam arakidonat ditemukan teresterifikasi dalam fosfolipid. Eikosanoid
yang terpenting adalah prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien, walau derivat
lain seperti lipoksin juga dihasilkan (Rang dkk., 2003). Pembentukkan mediator
derivat fosfolipid dapat dilihat pada Gambar 2.
Prostaglandin merupakan mediator yang dihasilkan dari perombakan asam
arakidonat melalui jalur siklooksigenase. Prostaglandin tidak menyebabkan nyeri
secara langsung tetapi meningkatkan efek penyebab nyeri dari agen lain secara
kuat seperti bradikinin atau 5-HT. Bradikinin merupakan senyawa penyebab nyeri
yang poten, beraksi sebagian dikarenakan lepasnya prostaglandin yang sangat
kuat meningkatkan aksi langsung bradikinin pada terminal-terminal saraf (Rang
dkk., 2003).
Tiga kelompok utama reseptor kulit yang telah diidentifikasi adalah :
1. Mekanoreseptor (mendeteksi sentuhan ringan)
2. Termoreseptor (mendeteksi panas)
3. Nosiseptor (mendeteksi luka dan rangsang bahaya) (Greene dan Harris, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 2. Pembentukkan mediator-mediator nyeri (Rang dkk., 2003)
Keterangan : = menghambat = membentuk NSAID = Non Steroid Anti Inflammatory Drug PAF = Platelet Activating Factor
Sebagian besar reseptor pada kulit memiliki struktur khusus yang
merupakan ujung saraf bebas yang sederhana di perifer. Tiga tipe serabut saraf
yang terlibat dalam transmisi nyeri :
1. Serabut A-β : berukuran besar, bermielin, cepat dalam menyalurkan impuls
(30-100 m/detik), memiliki ambang nyeri yang rendah dan merespon terhadap
sentuhan ringan.
Gangguan membran sel
Fosfolipida
Asam arakhidonat
Lyso-glyseril fosforilkolin
PAF
leukotrien prostaglandin tromboksan prostasiklin
Vasodilatasi, kemotaksis Penghambat
lipoksigenase Contoh: zileutin
NSAID
Rangsangan
Antagonis PAF
Contoh: lexipafant
Lipooksigenase
siklooksigenase
Fosfolipase A2
Glukokortikoid (menginduksi terbentuknya
lipocortin)
mediator nyeri
nyeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2. Serabut A-δ : berukuran kecil, bermielin tipis, dan memiliki kecapatan
konduksi yang lebih rendah (6-30 m/detik). Serabut ini merespon terhadap
tekanan, panas, zat kimia, dan memberi reaksi terhadap nyeri yang tajam, serta
menimbulkan refleks penarikan diri atau gerakan cepat lainnya.
3. Serabut C : berukuran kecil, tidak bermielin, dan memiliki kecepatan konduksi
yang lambat (1-1,25 m/detik). Serabut ini merespon terhadap seluruh jenis
rangsang bahaya dan mentransmisikan nyeri yang lambat dan tumpul (Greene
dan Harris, 2000).
Gambar 3. Tempat berakhirnya serabut aferen pada 6 lapisan dari sumsum tulang belakang (Rang dkk, 2003)
Langkah pertama untuk mencapai sensasi nyeri adalah rangsangan pada
ujung-ujung saraf bebas yang dikenal sebagai nosiseptor. Mekanisme rangsang
tersebut melepaskan bradikinin, K+, prostaglandin, histamin, leukotrien, serotonin,
dan substansi P (diantara yang lainnya) yang mensensitisasi/mengaktivasi
nosiseptor. Aktivasi reseptor menimbulkan aksi potensial yang ditransmisikan
Mechanoreceptor
Mechanoreceptor
Nociceptor
Nociceptor Thermoreceptor
Mechanoreceptor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sepanjang serabut saraf aferen menuju sumsum tulang belakang. Transmisi
nociceptive terjadi pada serabut saraf Aδ dan C aferen. Rangsangan pada serabut
Aδ yang bermielin dan berdiameter luas membawa nyeri yang tajam dan
terlokalisasi, sebagaimana rangsang pada serabut yang tidak bermielin dan
berdiameter kecil menghasilkan nyeri yang lemah dan tidak terlokalisasi
(Baumann, 2005).
Noksius atau rangsang bahaya yang melewati ambang batas nyeri
menimbulkan aktivasi dalam serabut nosiseptor. Nosiseptor banyak terdapat
dalam serabut C. Aktivitas yang berupa impuls diteruskan menuju sistem saraf
pusat dan menyebabkan eksitasi neuron sehingga menimbulkan nyeri. Aktivasi
serabut C memicu pelepasan Calcitonin gene-related peptide (CGRP). Pada
jaringan inflamasi akan dilepaskan Neuron Growth Factor (NGF) dan mediator
lain seperti bradikinin, serotonin, prostaglandin, dan lain-lain. Penghambatan pada
tahap eksitasi oleh analgetika opioid, enkefalin, GABA, aktivasi jalur
penghambatan menurun menyebabkan aktivitas analgesik pusat. Analgetika
perifer dan NSAID bekerja menghambat pada pelepasan mediator (Rang dkk.,
2003).
Faktor pertumbuhan neuron atau neuron growth factor (NGF) merupakan
mediator mirip sitokinin yang dihasilkan oleh jaringan di perifer terutama pada
jaringan yang mengalami peradangan dan beraksi secara spesifik pada serabut
saraf aferen serta meningkatkan kemosensitifitas dan kandungan senyawa peptida.
Senyawa peptida dilepaskan di pusat dan di perifer sebagai mediator yang
berperan penting dalam terjadinya nyeri (Rang dkk, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 4. Mekanisme Nyeri (Rang dkk, 2003)
Keterangan : = menginduksi
= menghambat BK = Bradikinin 5-HT = 5-Hidroksi triptamin (serotonin) SP = Substansi P PG = Prostaglandin NGF = Neuron Growth Factor (faktor pertumbuhan neuron) CGRP = Calcitonin gene-related peptide NA = Nor Adrenalin GABA = asam γ-aminobutirat
Penghilangan rasa nyeri dapat berpengaruh dimana saja sepanjang jalur
nyeri, yaitu pad jalur yang melibatkan persepsi atau reaksi terhadap nyeri.
Persepsi merupakan kesadaran terhadap adanya nyeri. Hal ini tidak tergantung
pada kondisi kesadaran tetapi tergantung pada jalur aferen yang sempurna pada
reseptor, saraf sensori yang menghantarkan impuls ke otak dan talamus dimana
persepsi terjadi. Jika sebuah obat bertindak pada poin manapun sepanjang jalur ini
dan menghambat tranfer informasi ke otak maka nyeri tidak teramati. Reaksi
terhadap nyeri merupakan pengalaman nyeri dan merupakan fenomena yang lebih
+__
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kompleks yang membutuhkan kesadaran dan kejadian tingkat tinggi pada otak
yaitu korteks. Obat dapat menghilangkan nyeri dengan mengubah respon terhadap
nyeri. Penggunaan agen-agen penghilang kegelisahan, disebut obat penenang,
dapat menurunkan tingkat reaksi terhadap nyeri (Levine, 1978).
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri,
diantaranya :
1. Menghilangkan penyebabnya : perbaikan atau pencabutan gigi yang sakit,
netralisasi asam lambung pada peptic ulcer.
2. Menggunakan pengukuran fisik : penggunaan panas, dingin, atau tekanan pada
bagian yang sakit.
3. Mengalihkan perhatian dari rangsangan nyeri : penggunaan rangsang
audiovisual seperti musik, suara aliran air terjun pada proses operasi gigi.
4. Hipnotis.
5. Menggunakan obat-obatan termasuk senyawa farmakologi inaktif seperti
plasebo (Levine, 1978).
F. Analgetik
Analgetik adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara umum analgetik
dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu analgetik opioid (narkotik) dan analgetik
non-opioid (non-narkotik) (Anonim, 2000).
1. Analgetik narkotik
Golongan ini terdiri atas zat-zat yang menghalangi nyeri yang sangat
kuat dengan titik kerja yang terletak pada sistem saraf pusat. Senyawa-senyawa
tersebut pada umumnya mengurangi kesadaran (bersifat meredakan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menidurkan), menimbulkan perasaan nyaman (euforia), menyebabkan
toleransi, kebiasaan (habituasi), ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan)
bila pengobatan dirutinkan (Tjay dan Rahardja, 2002). Mekanisme kerja
golongan ini adalah dengan cara pengikatan obat dengan sisi reseptor khas
pada sel dalam otak dan spinal. Kelebihan dosis dapat mengakibatkan kematian
karena terjadi depresi pernafasan (Siswandono dan Soekardjo, 1995).
Golongan ini secara kimia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Alkaloida candu alamiah dan sintesis : morfin dan kodein, heroin dan
hidromorfon, hidrokodon dan dionin.
b. Pengganti-pengganti morfin : petidin dan turunannya (fentanil dan
sulfotanil), metadon dan turunannya (dekstromeramida, bezitramida,
piritramida, dan d-propoksifen) (Tjay dan Rahardja, 2002).
2. Analgetik non narkotika
Golongan ini juga disebut analgetik perifer, karena efeknya tidak
mempengaruhi sistem saraf pusat, tidak menurunkan kesadaran serta tidak
menyebabkan ketagihan (Tjay dan Rahardja, 2002). Obat golongan ini
digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, untuk
menurunkan suhu badan dalam keadaan panas yang tinggi dan sebagai
antiradang untuk pengobatan rematik. Analgetik digunakan untuk pengobatan
simptomatik, yaitu hanya meringankan gejala penyakit, tidak menyembuhkan
atau menghilangkan penyebab penyakit. Mekanisme golongan ini dengan cara
menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat
yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit
(Siswandono dan Soekardjo, 1995). Tjay dan Rahardja (2002) membagi
golongan analgetik ini menjadi 4 kelompok :
a. Golongan Salisilat : natrium salisilat, asetosal, salisil amida dan benorilat
b. Turunan p-aminofenol : fanasetin dan parasetamol
c. Turunan Pirozolon : antipirin, aminofenazon, dipiron, fenilbutazon
d. Turunan Antranilat : glafini, asam mefenamat, dan asam diflumiaat
G. Parasetamol
Gambar 5. Struktur molekul Parasetamol (Anonim, 1995)
Parasetamol berbentuk hablur putih; tidak berbau; dan rasa agak pahit.
Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N. Selain itu
parasetamol mudah larut dalam etanol (Anonim, 1995).
Parasetamol adalah metabolit aktif dari phenacetin yang bertanggung
jawab akan efek analgesiknya. Parasetamol adalah penghambat prostaglandin
lemah dalam jaringan perifer dan tidak memiliki efek antiinflamasi yang
signifikan (Katzung, 2002).
Parasetamol berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik, tetapi tidak
antiradang. Dewasa ini parasetamol dianggap sebagai zat nyeri yang paling aman,
juga untuk swamedikasi. Parasetamol diberikan secara peroral dengan dosis
dewasa 0,5-1,0 gram, maksimum 4 gram/hari, pada penggunaan kronis maksimal
OH
NHCOCH3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2,5 gram/hari. Resorpsinya dari usus cepat dan tuntas. Dalam hati diuraikan
menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresikan kemih dengan konjugat
glukuronida dan sulfat. Waktu paruh parasetamol adalah 1-4 jam (Tjay dan
Rahardja, 2002).
H. Metode Pengujian Efek Analgetik
Pengujian analgetik dapat dilakukan secara in vivo maupun secara in vitro.
Pengujian analgetik secara in vitro secara umum dikaitkan dengan ikatan senyawa
dengan reseptor yang berhubungan dengan rangsang nyeri sedangkan pengujian
secara in vivo berkaitan dengan kemampuan suatu senyawa dalam menurunkan
reaksi hewan uji terhadap rangsang nyeri.
Metode-metode pengujian aktivitas analgetik secara in vivo dilakukan
dengan menilai kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri
yang diinduksi pada hewan uji (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi
secara mekanik, termik, elektrik dan secara kimia (Anonim, 1991).
Turner (1965) membagi metode pengujian daya analgetik menjadi dua,
yaitu berdasarkan jenis analgetiknya. Masing-masing metode tersebut antara lain :
1. Golongan analgetik narkotika
Analgetik narkotika adalah analgetik dengan mekanisme kerja sentral.
Metode penapisan aktivitas analgetik untuk analgetik narkotika antara lain
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a. Metode jepitan ekor
Sekelompok mencit disuntik dengan senyawa uji dengan dosis
tertentu secara subkutan (s.c.) atau intravena (i.v.). Tiga puluh menit
kemudian, jepitan dipasang pada pangkal ekor mencit selama 30 detik.
Mencit yang tidak diberi senyawa uji akan berusaha melepaskan diri dari
kekangan tersebut, tetapi mencit yang diberi analgetik akan mengabaikan
kekangan tersebut. Dalam rentang waktu tertentu jepitan dipasang
kembali. Respon positif yang menunjukkan adanya efek analgetik apabila
tidak ada usaha untuk melepaskan jepitan selama 15 detik pada tiga kali
pengamatan.
b. Metode rangsang panas
Hewan percobaan ditempatkan diatas lempeng panas dengan suhu
50oC sampai 55oC sebagai rangsang nyeri. Alat untuk uji ini dilengkapi
dengan penangas yang berisi campuran sama banyak aseton dan etil
format yang mendidih. Mencit yang sudah diberi senyawa uji secara
subkutan atau peroral, diletakkan pada hot plate yang sudah dipersiapkan.
Reaksi mencit adalah menjilat kaki depan, kaki belakang lalu meloncat.
Selang waktu antara pemberian rangsang nyeri dan terjadinya respon,
disebut waktu reaksi. Waktu reaksi dapat diperpanjang oleh obat-obat
analgetik. Perpanjangan waktu reaksi selanjutnya dapat dijadikan sebagai
ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Metode pengukuran tekanan
Metode ini menggunakan suatu alat untuk mengukur tekanan yang
diberikan pada ekor tikus secara seragam. Alat tersebut terdiri dari 2
syringe yang dihubungkan ujung dengan ujungnya yang bersifat elastis,
fleksibel, dan pipa plastik yang diisi dengan cairan. Sisa pipa dihubungkan
dengan manometer. Syringe yang pertama diletakkan secara vertikal
dengan ujung menghadap ke atas. Ekor tikus diletakkan di bawah
penghisap syringe. Ketika tekanan diberikan pada penghisap dari syringe
yang kedua, tekanan ini akan berhubungan dengan sistem hidrolik pada
syringe yang pertama kemudian dengan ekor tikus. Tekanan yang sama
pada syringe yang kedua akan meningkatkan tekanan pada ekor tikus.
Manometer akan membaca ketika tikus memberikan respon. Respon tikus
yang pertama adalah meronta kemudian akan mengeluarkan suara
(mencicit) tanda kesakitan.
d. Metode potensi petidin
Metode ini kurang baik, karena dibutuhkan hewan uji dalam
jumlah besar, tetapi dapat digunakan untuk uji sedatif. Tiap kelompok
tikus terdiri dari 20 ekor, setengah kelompok dibagi menjadi 3 kelompok
kecil dan diberi petidin dengan dosis berturut-turut yaitu 2, 4, dan 8 mg/kg.
Setengah kelompok dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok petidin
dan senyawa uji dengan dosis 25% dari LD50. Persen proteksi dihitung
dengan bantuan metode rangsang panas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
e. Metode antagonis nalorfin
Uji analgetik dengan metode ini bertujuan untuk menunjukkan aksi
obat-obat seperti morfin. Nalorfin memiliki kemampuan untuk
meniadakan aksi dari morfin. Hewan uji yang biasa digunakan dalam
metode ini adalah tikus, mencit, dan anjing. Hewan uji diberi obat dengan
dosis toksik kemudian segera diikuti pemberian nalorfin (0,5-
10,0mg/kgBB) intravena. Sebuah obat yaitu piritramid dapat menyebabkan
respon seperti hilangnya refleks korneal dan refleks bradipnea. Efek
tersebut dapat dilawan setelah 1 menit pemberian nalorfin 1,25 mg/kgBB
yang disuntikkan intravena. Teori menyebutkan bahwa nalorfin dapat
menggantikan ikatan morfin dengan reseptornya.
f. Metode kejang oksitosin.
Oksitosin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari
posterior, dapat menyebabkan kontraksi uterus sehingga menimbulkan
kejang pada tikus. Respon kejang meliputi kontraksi abdominal sehingga
menarik pinggang dan kaki belakang. Respon kejang dapat diatasi dengan
pemberian morfin atau turunannya. Tikus betina diberi estrogen dengan
menanam atau memasukkan 15 mg pelet dietilstilbestrol secara subkutan
pada paha tikus. Setelah 10 minggu hewan uji siap diuji analgesik.
Senyawa yang akan diuji diberikan 15 menit secara subkutan sebelum
diberi oksitosin secara intraperitoneal. Penurunan kejang dapat teramati
dan ED50 dapat diperkirakan. Selain morfin senyawa analgetik yang bisa
diuji dengan metode ini adalah heroin, metadon, kodein, meperidin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
g. Metode pencelupan air panas.
Sepuluh tikus disuntik intraperitoneal dengan senyawa uji,
kemudian ekor tikus dicelupkan dalam air panas (suhu 58oC). Respon tikus
dilihat dari hentakan ekornya dari air panas.
2. Golongan analgetik nonnarkotika
Analgetik nonnarkotika yang mekanisme kerjanya secara perifer.
Metode penapisan analgetik untuk analgetik nonnarkotika antara lain sebagai
berikut :
a. Metode rangsang kimia.
Didalam metode ini, rasa nyeri yang timbul berasal dari rangsang
kimia yang disebabkan oleh zat kimia yaitu fenilbenzokuinon dan asam
asetat yang disuntikkan pada hewan uji secara peritoneal. Metode ini
cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa analgetik yang mempunyai
efek analgetik lemah. Selain peka metode ini juga sederhana, dan
reproduksibel. Akan tetapi metode ini memiliki kekurangan yaitu hasilnya
tidak spesifik karena senyawa-senyawa selain analgetik seperti obat
antihistamin juga memberikan reaksi positif. Pemberian analgetik akan
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sehingga jumlah geliat yang
terjadi berkurang sampai tidak terjadi geliat sama sekali. Hal ini
tergantung pada efek analgetik dari senyawa yang digunakan.
Untuk uji efek analgetik jenis ini senyawa pembanding yang
digunakan biasanya adalah analgetik nonnarkotika seperti asetosal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
parasetamol, dan sebagainya. Perhitungan persen penghambatan terhadap
geliat mengikuti persamaan sebagai berikut:
% penghambatan terhadap geliat = 100 – [(P/K) ×100]
Keterangan: P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian obat yang ditetapkan K = jumlah rata-rata geliat hewan uji kelompok kontrol
b. Metode pedodolometer
Metode ini menggunakan aliran listrik untuk mengukur besarnya
efek analgetik. Alas kandang tikus terbuat dari kepingan metal yang bisa
mengalirkan listrik. Tikus diletakkan pada kandang tersebut kemudian
dialiri listrik. Respon ditandai dengan teriakan dari tikus tersebut.
Pengukuran dilakukan setiap 10 menit selama 1 jam.
c. Metode rektodolometer.
Tikus diletakkan dalam kandang yang dibuat khusus dengan alas
tembaga yang dihubungkan dengan sebuah penginduksi yang berupa
gulungan. Ujung lain dari gulungan tersebut kemudian dihubung dengan
silinder elektroda tembaga. Sebuah voltmeter yang sensitif untuk
mengubah 0,1 volt dihubungkan dengan konduktor yang berada di atas
gulungan. Tegangan yang sering digunakan untuk menimbulkan teriakan
mencit adalah 1 sampai 2 volt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
I. Landasan Teori
Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
(Tjay dan Rahardja, 2002). Hampir sebagian besar penyakit memberi gejala nyeri
yang dimanifestasikan dalam bentuk rasa sakit pada organ atau jaringan tubuh
(Anonim, 1991).
Salah satu penyebab kerusakan jaringan (nyeri) adalah adanya reaksi
radikal bebas berlebih di dalam jaringan tubuh. Reaksi radikal bebas
menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Salah satu
zat yang dapat mengurangi reaksi radikal berlebih adalah antioksidan (Setiati,
2003). Flavonoid telah dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan
polifenol yang mempunyai sifat antioksidan yang amat kuat mencapai 20 kali sifat
antioksidan vitamin E (Sitompul, 2003). Flavonoid yang memiliki aktivitas
antioksidan mampu menangkap radikal bebas berlebih yang dilepaskan ketika
terjadi kerusakan sehingga akan mengurangi terjadi kerusakan jaringan yang dapat
menimbulkan nyeri.
Kandungan kimia tumbuhan kepel pada bagian daun adalah flavonoid
dan polifenol (Hutapea, 1994). Sutomo (2003) dan Supriyatna (2007) juga
melaporkan adanya flavonoid pada daun kepel. Sunarni (2006) berhasil
mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid golongan flavon yang
memiliki aktivitas antioksidan pada daun kepel.
Flavonoid umumnya larut dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol
70% (Harborne, 1984). Maka dengan adanya infusa daun kepel diharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
senyawa aktif yang terkandung dalam daun kepel, yaitu flavonoid yang memiliki
aktivitas antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas berlebih sehingga
tidak akan terjadi kerusakan jaringan yang dapat menimbulkan nyeri dapat tersari
dengan baik dan dapat memberi efek analgetik.
J. Hipotesis
Infusa daun kepel memiliki efek analgetik terhadap mencit putih betina
melalui metode rangsang kimia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
F. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian Uji Analgetik Infusa Daun Kepel pada Mencit Putih Betina
Swiss dengan Metode Rangsang Kimia termasuk penelitian eksperimental murni
dengan rancangan acak lengkap pola satu arah.
G. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel utama
1) variabel bebas : dosis infusa daun kepel.
2) variabel tergantung : prosentase efek analgetik infusa daun kepel
terhadap mencit putih betina.
b. Variabel pengacau terkendali :
1) Galur hewan uji, yaitu mencit dengan galur Swiss.
2) Jenis kelamin hewan uji, yaitu mencit betina.
3) Umur hewan uji, yaitu antara 2-3 bulan.
4) Berat badan hewan uji, yaitu antara 20-30 gram.
5) Asal bahan uji, yaitu dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu, Karanganyar, Jawa
Tengah.
6) Pembuatan infusa daun kepel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
c. variabel pengacau tak terkendali:
1) Ketahanan mencit adalah kemampuan individu mencit dalam menahan
rasa sakit.
2) Kemampuan absorpsi mencit adalah kemampuan absorpsi infusa daun
kepel oleh individu mencit.
3) Keadaan patofisiologis mencit.
2. Definisi Operasional
a. Dosis infusa daun kepel adalah dosis yang diperoleh dengan cara mencari
konsentrasi maksimum infusa daun kepel, sehingga didapat dosis
maksimum. Kemudian dibuat empat peringkat dosis dengan mengalikan
suatu bilangan tertentu sehingga didapat suatu deret ukur.
b. Efek analgetik adalah kemampuan suatu zat untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri dengan/tanpa menghilangkan kesadaran.
c. Metode induksi secara rangsang kimia adalah metode yang digunakan
untuk mengukur efek analgesik zat uji terhadap subyek uji dengan cara
memberi rangsang nyeri dengan pemberian zat kimia tertentu.
H. Bahan Penelitian
1. Hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa mencit putih betina,
galur Swiss, berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan, yang diperoleh dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan berupa daun kepel (Stelecocarpus burahol Hook.f.
& Thams.) yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa
Tengah.
3. Bahan Kimia
a. Parasetamol : berupa serbuk hablur berwarna putih; tidak berbau dan rasa
sedikit pahit; larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N dan juga
mudah larut dalam etanol, diproduksi dan diperoleh dari Brataco Chemica
Yogyakarta dengan kualitas farmasetis.
b. Asam asetat : berupa cairan jernih; tidak berwarna; bau khas, tajam jika
diencerkan dengan air; rasa asam, diproduksi oleh Merck dengan kualitas
teknis, diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
c. Akuades diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
I. Alat atau Instrumen Penelitian
1. Alat Pembuatan infusa
a. Seperangkat alat gelas berupa bekker glass, gelas ukur, labu ukur, pipet
tetes, dan pengaduk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
b. Kompor Listrik merek Mettler Toledo.
c. Panci infusa.
d. Kain flanel.
2. Alat Uji Geliat
a. Kotak kaca tempat pengamatan geliat.
b. Stopwatch.
c. Spuit injeksi peroral ukuran 1 ml (Terumo).
d. Spuit injeksi ukuran 1 ml (Terumo).
3. Lain-lain
a. Neraca merek Mettler Toledo.
b. Neraca analitik merek Mettler Toledo.
J. Tata Cara Penelitian
Penelitian ini dilakukan menurut tata cara sebagai berikut:
1. Pengumpulan bahan
a. Bahan uji yang digunakan yaitu daun kepel yang diperoleh dan telah
didetermiasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
b. Bahan kimia yang digunakan yaitu: parasetamol yang diproduksi dan
diperoleh dari Brataco Chemica, Yogyakarta. Asam asetat yang diproduksi
oleh Merck diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Akuades yang diperoleh dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Pemilihan hewan uji
Hewan uji yang digunakan yaitu mencit putih betina galur Swiss, berat
20-30 gram, umur 2-3 bulan. Semua hewan uji dipelihara dengan kondisi
perlakuan yang sama meliputi: pakan, minum, kandang, dan alasnya. Sebelum
digunakan dalam percobaan, semua hewan uji diadaptasikan terlebih dahulu
dengan kondisi yang sama. Bila akan digunakan dalam perlakuan, hewan uji
dipuasakan terlebih dahulu selama ± 18-22 jam tanpa diberi makan, tetapi
tetap diberi minum. Hal ini bertujuan untuk mengurangi variasi akibat adanya
makanan.
3. Penetapan kriteria geliat
Respon yang diamati pada uji analgetik ini berupa geliat. Kriteria geliat
perlu ditetapkan untuk mendapatkan geliat yang hampir sama. Pedoman
gerakan mencit yang dianggap sebagai geliat adalah apabila mencit menarik
kedua kaki ke belakang dengan mengempiskan perutnya sehingga permukaan
perut menempel pada alas tempat berpijak mencit itu, yaitu alas pada kotak
kaca tempat pengamatan.
4. Pembuatan Sediaan Uji
4.1 Pembuatan infusa daun kepel
Infusa daun kepel dibuat dengan menyari 10 gram serbuk daun kepel
dengan 100 ml akuadest selama 15 menit terhitung mulai suhu 90˚C sambil
sesekali diaduk kemudian diserkai selagi panas melalui kain flanel. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
penelitian ini infusa yang digunakan adalah 4 peringkat dosis serta 2 dosis
yang digunakan dalam uji pendahuluan, sehingga dalam penggunaannya
dilakukan pengenceran dari konsentrasi infusa awal, yaitu 100%.
a. Untuk uji pendahuluan
Dosis yang digunakan 3333,33 mg/kgBB dan 2777,78 mg/kgBB.
Dasar penetapan dosis yaitu : bobot tertinggi mencit, pemberian cairan per
oral maksimal yaitu 1 ml, dimulai dari dosis maksimum, mengikuti
ketentuan konsentrasi infusa menurut Farmakope Indonesia IV, serta
menurut acuan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian tentang aktivitas
antiinflamasi daun kepel.
Penetapan dosis tertinggi infusa daun kepel:
V x C = BB x D
Volume Pemberian x Konsentrasi = Berat Badan x Dosis
1ml x 100% = 0,03 kgBB x Dosis
Dosis = KgBB
mlx
03,0
1%100
= 3333,33 mg/kgBB
Dosis yang satunya diperoleh dengan menurunkan dosisnya 1,2 kali dari
dosis tertinggi, yaitu 3333,33 mg/kgBB sehingga diperoleh dosis sebesar
2777,78 mg/kgBB.
Untuk dosis 3333,33 mg/kgBB, konsentrasi infusa = 100%, sehingga
untuk dosis 2777,78 mg/kgBB, konsentrasi infusa :
%33,83%10033,333378,2777
== xkgBB
mgkgBB
mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pembuatan infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB yaitu sebagai
berikut :
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 100% = 25 ml x 83,33%
V1 = %100
%33,8325 xml
V1 = 20,83 ml
Dari volume yang diambil, yaitu 20,83 ml kemudian dimasukkan ke labu
ukur 25 ml, dan ditambah akuades hingga batas tanda.
b. Untuk uji efek analgetik kelompok perlakuan
Dosis yang digunakan 2777,78 mg/kgBB; 1851, 85 mg/kgBB; 1234,57
mg/kgBB; dan 823,05 mg/kgBB. Untuk dosis 2777,78 mg/kgBB
perhitungan konsentrasi dan pembuatannya seperti pada uji pendahuluan,
sedangkan untuk ke – 3 dosis yang lain, perhitungan konsentrasi dan
pembuatannya adalah sebagai berikut:
1) Dosis 1851, 85 mg/kgBB, perhitungan konsentrasi infusa :
%56,55%10033,333385,1851
=xkgBB
mgkgBB
mg
Pembuatan infusa daun kepel dosis 1851, 85 mg/kgBB :
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 100% = 25 ml x 55,56%
V1 = %100
%56,5525 xml
V1 = 13,89 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Dari volume yang diambil, yaitu 13,89 ml kemudian dimasukkan ke labu
ukur 25 ml, dan ditambah akuades hingga batas tanda.
2) Dosis 1234, 57 mg/kgBB, perhitungan konsentrasi infusa :
%04,37%10033,333357,1234
=xkgBB
mgkgBB
mg
Pembuatan infusa daun kepel dosis 1234, 57 mg/kgBB:
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 100% = 25 ml x 37,04%
V1 = %100
%04,3725 xml
V1 = 9,26 ml
Dari volume yang diambil, yaitu 9,26 ml kemudian dimasukkan ke labu
ukur 25 ml, dan ditambah akuades hingga batas tanda.
3) Dosis 823,05 mg/kgBB, perhitungan konsentrasi infusa :
%69,24%10033,3333
05,823=x
kgBBmg
kgBBmg
Pembuatan infusa daun kepel dosis 823,05 mg/kgBB:
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 100% = 25 ml x 24,69%
V1 = %100
%69,2425 xml
V1 = 6,17 ml
Dari volume yang diambil, yaitu 6,17 ml kemudian dimasukkan ke labu
ukur 25 ml, dan ditambah akuades hingga batas tanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
4.2 Pembuatan larutan parasetamol
Dosis parasetamol yang lazim digunakan adalah 500 mg. Diketahui
faktor konversi manusia dengan berat badan 70 kg ke mencit dengan berat
badan 20 gram adalah 0,0026.
Dosis = 500 mg x 0,0026
= 1,3 mg/20 gramBB
= 65 mg/kgBB
Bila dosis dikonversikan ke berat badan manusia Indonesia (50 kg) maka
dosis menjadi kgkg
5070 x 65 mg/70kgBB = 91 mg/kgBB
Perhitungan kebutuhan parasetamol dengan volume pemberian 0,5 ml/20
gramBB mencit adalah sebagai berikut:
Larutan parasetamol dosis 65 mg/kgBB
= 1,30 mg/20 gramBB
= 1,30 mg/0,5 ml
= 2,60 mg/ml
Larutan parasetamol dosis 91 mg/kgBB
= 1,82 mg/20 gramBB
= 1,82 mg/0,5 ml
= 3,64 mg/ml
Parasetamol yang telah ditimbang, dimasukkan dalam labu ukur 100 ml,
ditambah akuadest sampai batas volume.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
4.3 Pembuatan larutan asam asetat
Asam asetat yang diujikan dalam penelitian meliputi dosis 100 mg/kg
BB dan 150 mg/kgBB. Maka perhitungan kebutuhan asam asetat dengan
volume pemberian 0,5 ml/20 gramBB mencit adalah sebagai berikut:
Larutan asam asetat dosis 100 mg/kgBB
= 2,0 mg/20 gramBB = 2,0 mg/0,5 ml
= 4,0 mg/ml = 400 mg/100 ml
= 0,4 g/100 ml = 0,4%
Larutan asam asetat 0,4% dibuat dengan cara mengambil asam asetat
glasial pro analisis dengan berat jenis (BJ) 1050 mg/ml sebanyak 0,38 ml
dengan pipet volume dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml dan
ditambah aquadest hingga 100,0 ml.
Larutan asam asetat dosis 150 mg/kgBB
= 3,0 mg/20 gramBB = 3,0 mg/0,5 ml
= 6,0 mg/ml = 600 mg/100 ml
= 0,6 g/100 ml = 0,6%
Larutan asam asetat 0,6% dibuat dengan cara mengambil asam asetat
glasial pro analisis dengan berat jenis (BJ) 1050 mg/ml sebanyak 0,57 ml
dengan pipet volume dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml dan
ditambah aquadest hingga 100,0 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
5. Uji Pendahuluan
5.1 Penetapan dosis asam asetat
Asam asetat yang digunakan dalam penelitian adalah asam asetat
dengan dua peringkat dosis yaitu 100 mg/kgBB dan 150 mg/kgBB. Sebanyak
enam ekor hewan uji, mencit putih betina, galur Swiss, berat 20-30 gram,
umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22 jam dibagi ke dalam dua
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari tiga ekor mencit yang diberi
asam asetat secara intraperitonial. Geliat mencit diamati dan dicatat tiap selang
waktu 5 menit selama 60 menit. Kelompok dosis yang menunjukkan geliat
paling baik digunakan sebagai dosis efektif asam asetat, yaitu yang jumlah
geliatnya tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak karena dapat
menyulitkan pengamatan.
5.2 Penetapan kontrol negatif
Penetapan kontrol negatif ini bertujuan untuk mengetahui zat yang tidak
memiliki efek analgesik, sehingga dapat digunakan untuk membandingkan
dengan zat uji. Sebanyak tiga ekor hewan uji, mencit putih betina, galur Swiss,
berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22 jam diberi
akuades dengan volume pemberian 0,5 ml/20 gramBB mencit, kemudian
mencit diberi asam asetat dengan dosis yang paling efektif, yaitu dosis 100
mg/kgBB secara intraperitonial dengan selang waktu 30 menit. Geliat mencit
diamati dan dicatat tiap selang waktu 5 menit selama 60 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
5.3 Penetapan dosis parasetamol
Dalam penelitian ini, parasetamol digunakan sebagai kontrol positif.
Penetapan dosis parasetamol menggunakan dua peringkat dosis, yaitu 65
mg/kgBB dan 91 mg/kgBB. Sebanyak enam ekor mencit dibagi dalam dua
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari tiga ekor mencit putih betina,
galur Swiss, berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22
jam sebelumnya. Tiap- tiap kelompok diberi larutan parasetamol secara
peroral, kemudian mencit diberi asam asetat dengan dosis 100 mg/kgBB
secara intraperitonial dengan selang waktu 30 menit. Geliat mencit diamati
dan dicatat tiap selang waktu 5 menit selama 60 menit. Kelompok dosis yang
menunjukkan geliat paling baik digunakan sebagai dosis efektif parasetamol.
5.4 Penetapan dosis infusa daun kepel
Penetapan dosis infusa daun kepel dilakukan dengan menggunakan 2
peringkat dosis, yaitu dosis 3333,33 mg/kgBB dan 2777,78 mg/kgBB.
Sebanyak enam ekor mencit yang dibagi dalam dua kelompok. Masing-
masing kelompok terdiri dari tiga ekor mencit putih betina, galur Swiss, berat
20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22 jam sebelumnya.
Kemudian tiap mencit diberi infusa daun kepel secara peroral, kemudian
mencit diberi asam asetat dengan dosis 100 mg/kgBB secara intraperitonial
dengan selang waktu 30 menit. Geliat mencit diamati dan dicatat tiap selang
waktu 5 menit selama 60 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
5.5 Penetapan selang waktu pemberian asam asetat dan parasetamol
Uji ini bertujuan untuk menentukan selang waktu paling baik antara
waktu pemberian suspensi parasetamol secara peroral dengan waktu
pemberian asam asetat secara intraperitonial. Rentang waktu yang diujikan
adalah 10, 15 dan 30 menit. Sebanyak sembilan ekor mencit putih betina,
galur Swiss, berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22
jam dibagi ke dalam tiga kelompok. Tiap-tiap kelompok diberi larutan
parasetamol dengan dosis yang paling efektif, yaitu dosis 91 mg/kgBB secara
peroral, dengan selang waktu 10, 15, dan 30 menit sebelum pemberian asam
asetat dengan dosis 100 mg/kgBB secara intraperitonial. Geliat mencit diamati
dan dicatat tiap selang waktu 5 menit selama 60 menit. Waktu yang dipilih
adalah waktu yang memberikan jumlah geliat paling sedikit.
5.6 Penetapan selang waktu pemberian asam asetat dan infusa daun kepel
Uji ini bertujuan untuk menentukan selang waktu paling baik antara
waktu pemberian infusa daun kepel secara peroral dengan waktu pemberian
asam asetat secara intraperitonial. Rentang waktu yang diujikan adalah 10, 15
dan 30 menit. Sebanyak sembilan ekor mencit putih betina, galur Swiss, berat
20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22 jam dibagi ke
dalam tiga kelompok. Tiap-tiap kelompok diberi infusa daun kepel dengan
dosis yang paling efektif, yaitu dosis 2777,78 mg/kgBB secara peroral, dengan
selang waktu 10, 15, dan 30 menit sebelum pemberian asam asetat dengan
dosis 100 mg/kgBB secara intraperitonial. Geliat mencit diamati dan dicatat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tiap selang waktu 5 menit selama 60 menit. Waktu yang dipilih adalah waktu
yang memberikan jumlah geliat paling sedikit.
6. Pengujian Efek Analgetik Kelompok Perlakuan
Setelah uji pendahuluan selesai, dilanjutkan dengan uji analgetik yang
didasarkan dari hasil pada uji pendahuluan. Hewan uji dikelompokkan
menjadi enam kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari
tujuh ekor mencit putih betina, galur Swiss, berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan
yang telah dipuasakan ± 18-22 jam sebelumnya. Uji efek analgetik ini
menggunakan metode rangsang kimia dengan pemberian asam asetat sebagai
rangsang nyeri.
Perlakuan untuk masing-masing kelompok mencit adalah:
a. Kelompok I (Kontrol negatif)
Masing-masing mencit diberi akuades 0,5 ml/20 gramBB peroral, 15
menit kemudian diberi asam asetat dosis 100 mg/kgBB intraperitonial.
b. Kelompok II (Kontrol positif)
Masing-masing mencit diberi parasetamol dosis 91 mg/kgBB peroral,
15 menit kemudian diberi asam asetat dosis 100 mg/kgBB
intraperitonial.
c. Kelompok III
Masing-masing mencit diberi infusa daun kepel dosis 823,05 mg/kgBB
peroral, 15 menit kemudian diberi asam asetat dosis 100 mg/kgBB
intraperitonial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
d. Kelompok IV
Masing-masing mencit diberi infusa daun kepel dosis 1234,57 mg/kgBB
peroral, 15 menit kemudian diberi asam asetat dosis 100 mg/kgBB
intraperitonial.
e. Kelompok V
Masing-masing mencit diberi infusa daun kepel dosis 1851,85 mg/kgBB
peroral, 15 menit kemudian diberi asam asetat dosis 100 mg/kgBB
intraperitonial.
f. Kelompok VI
Masing-masing mencit diberi infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB
peroral, 15 menit kemudian diberi asam asetat dosis 100 mg/kgBB
intraperitonial.
Penentuan efek analgetik atau penghambatan terhadap geliat dilakukan
dengan pengamatan respon nyeri berupa geliat pada hewan uji akibat
pemberian asam asetat. Pengamatan dilakukan tiap selang waktu 5 menit
selama 60 menit.
7. Analisis Data
Analisis hasil dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan
pada semua kelompok perlakuan. Data yang diperoleh berupa jumlah
kumulatif geliat kemudian dihitung persen penghambatan terhadap geliat,
yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
% penghambatan terhadap geliat = 100 – [(P/K) ×100]
Keterangan: P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian obat yang ditetapkan K = jumlah rata-rata geliat hewan uji kelompok kontrol
Kemudian dihitung potensi relatif infusa terhadap kontrol positif pada
tiap kelompok perlakuan dengan rumus:
Potensi relatif infusa = % efek analgetik infusa x Dosis parasetamol x 100% terhadap parasetamol % efek analgetik parasetamol Dosis infusa
Data awal dianalisis dengan uji distribusi Kolmogorov-Smirnov. Setelah
diketahui distribusi normal dilanjutkan dengan analisis statistik Anova satu
arah (Oneway Anova). Untuk menguji adanya perbedaan nyata antara
kelompok satu dengan yang lain dilakukan uji LSD dengan taraf kepercayaan
95%. Pada penetapan dosis asam asetat, kontrol negatif, dan perbandingan
efek analgetik antara infusa dengan ekstrak etanol daun kepel digunakan
analisis Independent Samples T-test dengan taraf kepercayaan 95% untuk
mengetahui adanya perbedaan di antara kedua kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tumbuhan Kepel
Determinasi tanaman dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu, Karanganyar,
Jawa Tengah. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang dipakai untuk
penelitian adalah banar tanaman kepel dengan nama ilmiah Stelechocarpus
burahol Hook.f.& Thams.
B. Uji Pendahuluan
Sebelum dilakukan uji efek analgetik daun kepel, dilakukan serangkaian
uji pendahuluan. Uji pendahuluan ini bertujuan untuk menetapkan hal-hal yang
akan dilakukan pada pengujian selanjutnya, yaitu pengujian efek analgetik
sehingga dapat diperoleh data lebih optimal. Pada uji pendahuluan ini digunakan
subyek uji dengan ketentuan yang sama dengan pengujian efek analgetik yaitu
mencit putih betina, galur Swiss, berat 20-30 gram, dan umur 2-3 bulan. Semua
hewan uji dipuasakan terlebih dahulu ± 18-22 jam, tidak diberi pakan tetapi tetap
diberi minum. Tujuan dari pemuasaan ini adalah untuk menghindari variasi karena
faktor makanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
1. Penetapan Dosis Asam Asetat
Penetapan dosis asam asetat bertujuan untuk mendapatkan dosis asam
asetat efektif yang memberikan geliat paling baik yaitu yang tidak terlalu banyak
karena dapat menyulitkan pengamatan dan juga tidak terlalu sedikit supaya cukup
untuk diamati selama 1 jam.
Pada penetapan dosis asam asetat digunakan dua peringkat dosis yaitu 100
mg/kgBB dan 150 mg/kgBB, dengan volume pemberian yang sama untuk masing-
masing peringkat dosis yaitu 0,5 ml/20 gramBB mencit. Masing-masing dosis
diujikan pada 3 ekor hewan uji dengan rute pemberian intraperitoneal kemudian
respon geliat diamati tiap 5 menit selama 60 menit. Hasil rata-rata jumlah
kumulatif geliat hewan uji pada penetapan dosis asam asetat dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Jumlah kumulatif geliat hewan uji pada penetapan dosis asam asetat
No. Dosis asam asetat (mg/kgBB)
n Jumlah kumulatif geliat (X ± SE)
1 100 3 61,00±4,04 2 150 3 90,33±5,93
Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n)
Rata-rata jumlah kumulatif geliat yang muncul pada penetapan dosis
efektif asam asetat dapat pula disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada
gambar 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 6. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penetapan dosis asam asetat
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin bertambah dosis asam
asetat maka geliat yang terjadi juga semakin bertambah banyak. Untuk melihat
adanya perbedaan pada kedua kelompok tersebut dilakukan analisis secara
statistik menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan analisis hasil uji-t antara kelompok asam asetat 100 mg/kg
BB dan asam asetat 150 mg/kgBB diperoleh probabilitasnya adalah 0,015
(p<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan di antara keduanya.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa asam asetat dosis 100
mg/kgBB sudah dapat memberikan rangsang nyeri yang cukup baik, yaitu
memberikan rata-rata geliat lebih dari 50 geliat dimana geliat yang dihasilkan
pada dosis ini tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Oleh karena itu, asam
asetat dosis 100 mg/kgBB dipilih sebagai rangsang nyeri untuk percobaan
selanjutnya.
0102030405060708090
100
Rata - rata jumlah
kumulatif geliat
100 150
Dosis asam asetat (mg/kgBB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2. Penetapan Kontrol Negatif
Penetapan kontrol negatif bertujuan untuk mengetahui zat pembanding
yang tidak memberikan efek terhadap efek analgetik zat uji. Uji ini juga
bertujuan membuktikan bahwa pelarut yang digunakan benar-benar tidak
memiliki efek farmakologis, khususnya efek analgetik, sehingga jika terdapat
efek analgetik pada zat uji benar-benar merupakan efek dari zat uji. Kontrol
negatif yang digunakan yaitu akuades karena akuades digunakan dalam
pembuatan senyawa uji yang diteliti yaitu infusa daun kepel, sebagai pelarut.
Penetapan ini dilakukan dengan membandingkan jumlah geliat yang timbul
antara kelompok kontrol negatif dan asam asetat 100 mg/kg BB. Tabel II
memperlihatkan perbandingan rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada
penetapan kontrol negatif.
Tabel II. Jumlah kumulatif geliat mencit perbandingan antara kontrol negatif dengan asam asetat 100 mg/kg BB
No. Kelompok n Rata-rata jumlah kumulatif geliat
(X± SE) 1 Kontrol negatif
(akuades+asam asetat 100 mg/kgBB)3 55±1,53
2 Asam asetat 100 mg/kg BB (tanpa akuades)
3 61,00±4,04
Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n)
Data di atas juga dapat dilihat dalam bentuk diagram batang seperti pada
gambar 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 7. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit perbandingan antara kontrol negatif dengan asam asetat 100 mg/kg BB
Dari data tersebut diatas kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji-t
dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan antara kedua
kelompok di atas.
Berdasarkan hasil analisis uji-t antara kelompok akuades dan asam asetat
100 mg/kg BB diperoleh probabilitasnya adalah 0,237 (p>0,05) yang
menunjukkan tidak adanya perbedaan di antara kedua kelompok tersebut.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian akuades tidak memberikan
efek terhadap efek analgetik.
3. Penetapan Dosis Parasetamol dan Infusa Daun Kepel
Pada penelitian ini, parasetamol digunakan sebagai kontrol positif karena
uji efek analgetik dengan metode rangsang kimia ini termasuk dalam uji golongan
analgetik non-narkotika, sehingga kontrol positif yang digunakan juga harus obat
paten yang mempunyai efek analgetik dan termasuk dalam golongan obat
analgetik non-narkotik. Selain itu dipilih parasetamol juga karena dewasa ini
52
53
54
5556
57
58
59
60
61
Rata - rata jumlah
kumulatif geliat
kontrol negatif Asam asetat 100mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
parasetamol dianggap sebagai zat nyeri yang paling aman juga untuk
swamedikasi. Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding terhadap kelompok
perlakuan dengan zat uji sehingga dapat diketahui pada dosis berapa zat uji
memiliki efek analgetik yang setara dengan parasetamol yang biasa digunakan
sebagai standar dalam menilai efek obat sejenis. Dalam penelitian ini juga
dilakukan uji penetapan dosis infusa daun kepel yang mana nantinya dosis efektif
yang diperoleh akan digunakan dalam percobaan selanjutnya sebagai dosis dalam
kelompok perlakuan.
Dosis parasetamol yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis
terapi yang biasa digunakan manusia yaitu 500 mg. Pada penetapan dosis
parasetamol, digunakan dua peringkat dosis yang diperoleh dari hasil konversi
manusia (70 kg) ke mencit dan hasil konversi manusia (50 kg) ke mencit.
Sehingga peringkat dosis yang digunakan adalah 65 mg/kgBB dan 91mg/kgBB.
Dosis infusa daun kepel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis
yang diperoleh dari dasar penetapan peringkat yaitu: bobot tertinggi mencit,
pemberian cairan secara per oral maksimal yaitu 1 ml, dimulai dari dosis
maksimum dan mengikuti ketentuan konsentrasi infusa menurut Farmakope
Indonesia IV, serta menurut acuan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian tentang
aktivitas antiinflamasi daun kepel; sehingga dosis maksimum yang digunakan
adalah 3333,33 mg/kgBB dan dosis kedua yang digunakan adalah 2777,78
mg/kgBB yang diperoleh dari menurunkan dosis maksimum sebesar 1,2 kali.
Hasil kumulatif rata-rata geliat dan % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan dosis parasetamol dan infusa daun kepel dapat dilihat pada tabel III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel III. Hasil kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis parasetamol dan infusa daun kepel
No. Kelompok n Jumlah kumulatif
geliat (X± SE)
% penghambatan terhadap geliat
(X ± SE) 1 Kontrol negatif 3 55,00±1,53 - 2 Parasetamol 65 mg/kgBB 3 31,67±0,88 42,42±1,60 3 Parasetamol 91 mg/kgBB 3 21,33±1,20 61,21±2,19 4 Infusa 2777,78 mg/kgBB 3 23,67±1,76 56,97±3,21 5 Infusa 3333,33 mg/kgBB 3 31,67±2,03 42,42±3,69
Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n)
Data di atas juga dapat dilihat dalam bentuk diagram batang seperti pada
gambar 8 di bawah ini.
(a) (b)
Gambar 8. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat,
(b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis parasetamol dan infusa daun kepel.
Keterangan : 1 = Kontrol negatif (akuades) 2 = Parasetamol dosis 65 mg/kgBB 3 = Parasetamol dosis 91 mg/kgBB 4 = Infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB 5 = Infusa daun kepel dosis 3333,33 mg/kgBB
0
10
20
30
40
50
60
Rata - rata jumlah
kumulatif geliat
1 2 3 4 5
Kelompok
0
10
20
30
40
50
60
70
Rata - rata % penghambatan
terhadapgeliat
1 2 3 4 5
Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Dari data tersebut diatas kemudian dianalisis secara statistik menggunakan
uji anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis rata-rata %
penghambatan terhadap geliat menunjukkan terdapat perbedaan di antara
kelompok karena diperoleh probabilitas 0,002(p<0,05) kemudian dilanjutkan
dengan uji LSD untuk untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak.
Hasil uji LSD menunjukkan bahwa parasetamol dosis 65 mg/kgBB berbeda
bermakna dengan dosis 91 mg/kgBB. Dari hasil analisis tersebut dipilih
parasetamol dosis 91 mg/kg BB karena pada dosis tersebut % efek analgetik yang
diperoleh sudah cukup tinggi yaitu sebesar 61,21%. Prosentase efek analgetik
pada dosis ini juga memenuhi syarat aktivitas analgetika menurut Anonim (1991)
yaitu adanya aktivitas analgetika dinyatakan oleh jumlah terjadinya geliat pada
hewan uji lebih sedikitnya ≥ 50% kontrol negatif.
Pada infusa daun kepel diperoleh hasil berbeda bermakna untuk dosis
2777,78 mg/kg BB dan 3333,33 mg/kgBB. Dari hasil analisis tersebut dipilih
ekstrak infusa dosis 2777,78 mg/kgBB karena pada dosis infusa 3333,33
mg/kgBB % efek analgetiknya mengalami penurunan.
4. Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat Terhadap Parasetamol.
Uji ini bertujuan untuk menentukan selang waktu paling baik antara waktu
pemberian parasetamol secara peroral dengan waktu pemberian asam asetat secara
intraperitonial. Selang waktu pemberian asam asetat ditetapkan terlebih dahulu
untuk mencari berapa lamanya waktu yang paling tepat agar senyawa uji dapat
bekerja secara optimal. Senyawa uji yang dipakai pada pengujian ini adalah
parasetamol dosis 91 mg/kgBB. Pada orientasi waktu yang diujikan adalah 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menit, 15 menit, dan 30 menit. Hasil kumulatif rata-rata geliat dan %
penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam
asetat terhadap parasetamol dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Jumlah kumulatif geliat mencit dan % penghambatan terhadap geliat
pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol 91 mg/kgBB.
No. Waktu Pemberian Rangsang n
Jumlah kumulatif geliat
(X ± SE)
% penghambatan terhadap geliat
(X± SE) 1 Kontrol negatif 3 55,00±1,53 - 2 5 menit 3 22,33±1,76 59,39±3,21 3 15 menit 3 10,67±0,88 80,61±1,60 4 30 menit 3 21,33±1,20 61,21±2,19
Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n) Data di atas juga dapat dilihat dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 9
(a) (b)
Gambar 9. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat, (b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat
pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol 91 mg/kgBB.
Keterangan : 1 = Kontrol negatif (akuades) 2 = Selang waktu 5 menit 3 = Selang waktu 15 menit 4 = Selang waktu 30 menit
0
10
20
30
40
50
60
Rata - rata jumlah
kumulatif geliat
1 2 3 4
Kelompok
0102030405060708090
Rata - rata % penghambatan
terhadap geliat
1 2 3 4
Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dari data tersebut diatas kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji
anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis menunjukkan
terdapat perbedaan di antara kelompok karena probabilitasnya 0,001 (p<0,05)
kemudian dilanjutkan dengan uji LSD untuk untuk mengetahui perbedaan tersebut
bermakna atau tidak. Hasil uji LSD penetapan selang waktu pemberian asam
asetat terhadap parasetamol dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Hasil uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol 91 mg/kgBB .
Selang waktu 5 menit 15 menit 30 menit 5 menit - BB TB 15 menit - - BB 30 menit - - -
Keterangan : B = Berbeda bermakna (p<0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada selang waktu 15 menit
berbeda bermakna dengan 5 menit dan 30 menit, sehingga 15 menit dipilih
sebagai selang waktu pemberian rangsang, selain itu pada selang waktu tersebut
senyawa uji analgetika bekerja secara optimal yang ditunjukkan dengan geliat
paling sedikit dan %penghambatan yang paling bagus diantara selang waktu yang
lain.
5. Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat Terhadap Infusa Daun
Kepel
Uji ini bertujuan untuk menentukan selang waktu paling baik antara
waktu pemberian infusa daun kepel secara peroral dengan waktu pemberian asam
asetat secara intraperitonial. Selang waktu pemberian asam asetat perlu ditetapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
terlebih dahulu untuk mencari berapa lamanya waktu yang paling tepat agar
senyawa uji dapat bekerja secara optimal. Senyawa uji yang dipakai pada
pengujian ini adalah infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB, sedangkan waktu
yang diujikan adalah 5 menit, 15 menit, dan 30 menit. Hasil kumulatif rata-rata
geliat dan % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu
pemberian asam asetat terhadap infusa daun kepel dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel VI. Jumlah kumulatif geliat mencit dan % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB.
No. Waktu Pemberian Rangsang n
Jumlah kumulatif geliat
(X± SE)
% penghambatan terhadap geliat
(X± SE) 1 Kontrol negatif 3 55,00±1,53 - 2 5 menit 3 20,67±2,03 62,42±3,69 3 15 menit 3 15,67±1,33 71,52±2,42 4 30 menit 3 23,67±1,76 56,97±3,21
Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n)
Dari data pada tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa selang waktu pemberian
rangsang 15 menit menunjukkan jumlah kumulatif geliat dan prosentase
penghambatan terhadap geliat yang paling baik, yaitu 15,67 dan 71,52% diantara
selang waktu 5 menit dan 30 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Data dapat dilihat dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 10 di bawah
ini.
(a) (b)
Gambar 10. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat,
(b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB .
Dari data tersebut diatas kemudian dianalisis secara statistik
menggunakan uji anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis
menunjukkan terdapat perbedaan di antara kelompok karena probabilitasnya 0,045
(p<0,05) kemudian dilanjutkan dengan uji LSD untuk untuk mengetahui
perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji LSD penetapan selang waktu
pemberian asam asetat terhadap parasetamol dapat dilihat pada tabel VII.
0
10
20
30
40
50
60
Rata - rata jumlah
kumulatif geliat
1 2 3 4
Kelompok
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Rata - rata % penghambatan
terhadap geliat
1 2 3 4
Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel VII. Hasil uji LSD % penghambatan pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB .
Selang waktu 5 menit 15 menit 30 menit 5 menit - TB TB 15 menit - - BB 30 menit - - -
Keterangan : B = Berbeda bermakna (p<0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Dari data tersebut, maka selang waktu 15menit dipilih sebagai selang
waktu pemberian rangsang. Selain itu pada selang waktu 15 menit senyawa uji
analgetika bekerja secara optimal yang ditunjukkan dengan geliat paling sedikit
dan %penghambatan yang paling bagus diantara selang waktu yang lain.
C. Pengujian Efek Analgetik
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek analgetik
pada infusa daun kepel dan seberapa besar efek analgetik tersebut. Metode yang
digunakan dalam penelitian adalah metode rangsang kimia. Metode ini dipilih dari
beberapa metode pengujian efek analgetik yang lain karena cukup peka, sederhana
dan reproduksible.
Hewan uji berupa mencit putih betina yang diinjeksi dengan zat kimia
yang berfungsi sebagai perangsang nyeri yaitu asam asetat. Asam asetat dapat
menyebabkan nyeri karena menurunkan pH jaringan akibat pembebasan ion H+.
Penurunan pH inilah yang menimbulkan iritasi pada jaringan lokal. Respon yang
timbul berupa geliat menunjukkan bahwa mencit merasakan nyeri. Pemberian
senyawa yang mempunyai efek analgetik akan menekan atau mengurangi rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
nyeri yang timbul sehingga gerakan geliat yang muncul semakin sedikit. Respon
geliat diamati tiap 5 menit selama 60 menit setelah pemberian asam asetat. Data
yang diperoleh berupa jumlah kumulatif geliat pada tiap kelompok perlakuan.
Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam bentuk % penghambatan terhadap geliat
dan dianalisis secara statistik dengan variansi satu arah (Oneway-ANOVA)
kemudian dilanjutkan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%.
Pada pengujian efek analgetik infusa daun kepel ini digunakan kontrol
negatif akuades dan kontrol positif larutan parasetamol dosis 91 mg/kgBB.
Pengujian efek analgetik menggunakan senyawa uji berupa infusa daun kepel
dengan empat peringkat dosis yaitu 823,05 mg/kgBB; 1234,57 mg/kgBB; 1851,85
mg/kgBB; dan 2777,78 mg/kgBB yang diberikan per oral. Rangsang nyeri
menggunakan asam asetat dengan dosis 100 mg/kgBB dengan selang waktu
pemberian 15 menit. Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih betina, galur
Swiss, usia 2-3 bulan, berat 20-30 gram yang telah dipuasakan terlebih dahulu
selama ± 18-22 jam dengan tidak diberi pakan tetapi tetap diberi minum. Tujuan
dari pemuasaan ini adalah untuk menghindari variasi karena faktor makanan.
Hasil uji efek analgetik yang tersaji dalam bentuk rata-rata jumlah
kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat yang dapat dilihat pada
tabel VIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel VIII. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat pada seluruh kelompok perlakuan.
Kelompok n Jumlah
kumulatif geliat (X±SE)
% penghambatan terhadap geliat
(X±SE) Kontrol negatif 7 54,14±0,91 - Kontrol positif 7 12,00±0,49 77,83±0,90
Infusa 823,05 mg/kgBB 7 36,29±1,19 34,15±2,23 Infusa 1234,57 mg/kgBB 7 29,00±0,38 46,44±0,70 Infusa 1851,85 mg/kgBB 7 21,14±0,51 61,06±0,98 Infusa 2777,78 mg/kgBB 7 15,00±0,44 72,29±0,81
Keterangan :. X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n) Data di atas juga dapat dilihat dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar
11 di bawah ini.
(a) (b)
Gambar 11. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat,
(b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada seluruh kelompok perlakuan.
Keterangan : 1 = Kontrol negatif (akuades) 2 = Kontrol positif (parasetamol dosis 91 mg/kgBB) 3 = Infusa daun kepel dosis 823,05 mg/kgBB 4 = Infusa daun kepel dosis 1234,57 mg/kgBB 5 = Infusa daun kepel dosis 1851,85 mg/kgBB 6 = Infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB
0
10
20
30
40
50
60
Rata - rata jumlah
kumulatif geliat
1 2 3 4 5 6
Kelompok perlakuan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Rata - rata % penghambatan
terhadap geliat
1 2 3 4 5 6
Kelompok perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis yang
digunakan, prosentase efek analgetika yang dihasilkan semakin meningkat. Data
% penghambatan terhadap geliat kemudian dianalisis secara statistik
menggunakan uji anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat
adanya perbedaan di antara kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil analisis
tersebut diperoleh probabilitasnya adalah 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan
adanya perbedaan di antara kelompok perlakuan, kemudian dilanjutkan dengan uji
LSD untuk untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak.
Tabel IX. Hasil uji LSD prosentase penghambatan pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok.
Kelompok I II III IV V VI
I - BB BB BB BB BB
II - - BB BB BB BB
III - - - BB BB BB
IV - - - - BB BB
V - - - - - BB
VI - - - - - -
Keterangan : I = Kontrol negatif (akuades) II = Kontrol positif (Parasetamol dosis 91 mg/kgBB) III = Infusa daun kepel dosis 823,05 mg/kgBB IV = Infusa daun kepel dosis 1234,57 mg/kgBB V = Infusa daun kepel dosis 1851,85 mg/kgBB VI = Infusa daun kepel dosis 2777,78 mg/kgBB
Hasil uji LSD menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan yang satu dengan
yang lain berbeda bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada kelompok kontrol positif parasetamol dan keempat kelompok
perlakuan infusa daun kepel terjadi proteksi terhadap nyeri yang ditunjukkan
dengan berkurangnya respon geliat dari mencit.
Rata-rata % penghambatan infusa daun kepel dosis 823,05 mg/kgBB;
1234,57 mg/kgBB; 1851,85 mg/kgBB; dan 2777,78 mg/kgBB berturut - turut
adalah 34,15%; 46,44%; 61,06%; dan 72,29%. Sedangkan % penghambatan
parasetamol dosis 91 mg/kg BB adalah sebesar 77,83%. Suatu senyawa uji
dikatakan memiliki efek analgesik jika mampu mengurangi ≥50% dari jumlah
geliat pada kelompok kontrol negatif (Anonim, 1991). Oleh karena itu walau
keempat dosis infusa daun kepel menunjukkan efek, tetapi hanya dosis 1851,85
mg/kgBB dan dosis 2777,78 mg/kgBB yang memenuhi syarat untuk dapat
dikatakan memiliki efek analgesik karena memiliki persen analgesik lebih dari
50% dari kelompok kontrol negatif. Maka berdasarkan syarat tersebut, dihitung
potensi relatif infusa daun kepel dosis 1851,85 mg/kgBB dan dosis 2777,78
mg/kgBB terhadap kontrol positif (parasetamol dosis 91 mg/kg BB). Hasil data
potensi relatif infusa daun kepel terhadap kontrol positif (parasetamol 91 mg/kg
BB) dapat dilihat pada tabel X.
Tabel X. Data potensi relatif infusa daun kepel dosis 1851,85 mg/kgBB dan dosis 2777,78 mg/kgBB terhadap kontrol positif (parasetamol 91 mg/kg BB).
Kelompok perlakuan % potensi relatif
terhadap kontrol positif (X)
Infusa dosis 1851,85 mg/kgBB 3,86 Infusa dosis 2777,78 mg/kgBB 3,04
X = Mean (Rata–rata)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa potensi relatif infusa daun kepel
dosis 1851,85 mg/kgBB dan dosis 2777,78 mg/kgBB terhadap kontrol positif
(parasetamol dosis 91 mg/kg BB) adalah 3,86% dan 3,04%. Potensi relatif infusa
daun kepel sangat kecil jika dibandingkan dengan parasetamol, hal ini
berhubungan dengan dosis infusa yang digunakan jauh lebih besar dari dosis
parasetamol.
Efek analgetik yang diberikan oleh daun kepel diduga karena kandungan
flavonoid yang dimiliki oleh daun kepel. Flavonoid umumnya larut dalam air dan
dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harborne, 1984). Dengan adanya infusa
daun kepel, kemungkinan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan yang
mampu menangkap radikal bebas berlebih tersari dengan baik sehingga tidak akan
terjadi kerusakan jaringan yang dapat menimbulkan nyeri. Hal ini memberikan
bukti bahwa daun kepel berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif
obat tradisional yang dapat digunakan sebagai obat analgetik. Akan tetapi perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan senyawa aktif yang
bertanggungjawab dalam efek analgetik tersebut.
D. Perbandingan Efek Analgetik Infusa Daun Kepel dan Ektrak Etanol
70% Daun Kepel pada Mencit Putih Betina
Berdasarkan hasil penelitian Angela (2008), ekstrak etanol 70% daun
kepel terbukti memiliki efek analgetik terhadap mencit putih betina, perbandingan
antara efek analgetik infusa dan ekstrak etanol 70% daun kepel terhadap mencit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
putih betina dapat dilihat dari rata-rata % penghambatan terhadap geliat seluruh
kelompok perlakuan yang dapat dilihat pada tabel XI berikut.
Tabel XI. Data % penghambatan terhadap geliat seluruh kelompok perlakuan
infusa dan ekstrak etanol 70% daun kepel pada mencit putih betina Kelompok perlakuan % penghambatan geliat
X ± SE Infusa dosis 823,05 mg/kgBB 34,15±2,23 Infusa dosis 1234,57 mg/kgBB 46,44±0,70 Infusa dosis 1851,85 mg/kgBB 61,06±0,98 Infusa dosis 2777,78 mg/kgBB 72,29±0,81
Kelompok perlakuan % penghambatan geliat
X ± SE Ekstrak etanol 70% dosis 35 mg/kgBB 27,93 ± 1,23 Ekstrak etanol 70% dosis 140 mg/kgBB 49,88 ± 2,68 Ekstrak etanol 70% dosis 560 mg/kgBB 72,32 ± 1,08
Ekstrak etanol 70% dosis 2240 mg/kgBB 37,00 ± 1,88 Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n)
Dari hasil penelitian Angela (2008), diperoleh % rendemen dari ekstrak etanol
70% daun kepel adalah 19,48%; sehingga :
1. Infusa dosis 823,05 mg/kgBB x 19,48% = 160,33 mg/kgBB
2. Infusa dosis 1234,57 mg/kgBB x 19,48% = 240,49 mg/kgBB
3. Infusa dosis 1851,85 mg/kgBB x 19,48% = 360,74 mg/kgBB
4. Infusa dosis 2777,78 mg/kgBB x 19,48% = 541,11 mg/kgBB
Dari perhitungan rendemen tersebut kemudian dilakukan uji-t antara dosis infusa
(yang telah dikalikan dengan rendemen) 541,11 mg/kgBB dengan dosis ekstrak
etanol 70% daun kepel 560 mg/kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa probabilitasnya adalah 0,987
(p>0,05) yang menunjukkan adanya tidak ada perbedaan di antara kelompok
perlakuan. Hal ini berarti baik infusa maupun ekstrak etanol daun kepel memiliki
efek analgetik yang sama besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Infusa daun kepel memiliki efek analgetik terhadap mencit putih betina melalui
metode rangsang kimia.
2. Prosentase efek analgetik infusa daun kepel pada dosis 823,05 mg/kgBB,
1234,57 mg/kgBB, 1851,85 mg/kgBB, dan 2777,78 mg/kgBB berturut-turut
adalah 34,15%; 46,44 %; 61,06 %; dan 72,29%.
3. Efek analgetik infusa dan ekstrak etanol 70% terhadap mencit putih betina
melalui metode rangsang kimia menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan kimia/senyawa
aktif dari infusa daun kepel yang menyebabkan efek analgetik.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis efektif tengah
(ED50) analgetik infusa daun kepel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
DAFTAR PUSTAKA Angela, A., 2008, Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel (Stelechocarpus
burahol Hook.f. & Thams.) Pada Mencit Putih Betina Swiss Dengan Metode Rangsang Kimia, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 7,31, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian
Klinik, 49, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Pyitomedika, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 357, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
Anonim, 2001, Professional’s Handbook of Drug Therapy for Pain, 21-24,
Springouse Corporation, PA Ardanie, F., 2004, Variasi Kadar Amprotab Sebagai Bahan Penghancur Dalam
Pembuatan Tablet Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Secara Granulasi Kering, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Ariningsih, I.A.M.E., 2004, Toksisitas Akut-Oral Ekstrak Etanolik Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) pada Mencit, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Aryadi, K N., 2007, Uji Ekstrak Etanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Aryuni, C., 2002, Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Sel HELA, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Baumann, J.T., 2005, Pharmacotheraphy: A Patiphysiologic Approach: Pain Management, Chapter 58, 1089-1102, editor Dipiro, J.T., Tabert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, M., Mc Graw Hill, Medical Publishing Division, USA
Evans, W.C., 2002, Trease and Evans Pharmacognosy, 15th Edition, 214-252, ELBS, Oxford
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Greene, R.J., and Harris, N.D., 2000, Pathology and Therapeutics for Pharmacist: A Basic for Clinical Pharmacy Practise, second edition, 572-576, Pharmaceutical Press, London
Harborne, J.B., 1984, Phytochemical Methods, diterjemahkan oleh Padmawinata, K.dan Soediro, (1987), Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, terbitan kedua, 84-92, 147-151, Penerbit ITB, Bandung
Hening, T.H.M., 2002, Pengaruh Infusa Daun Kepel (Stelechocarpus burahol
(Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Kadar Asam Urat Serum Darah Ayam Terinduksi Hati, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Hertiani, T., 2000, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Daun Plantago
mayor L., Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III), 272-273,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta
Katzung, B.G., 2002, Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh Bagian Farmasi Kedokteran Universitas Airlangga edisi 8, Jilid 2, 484-485, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Kurniawati, J., 2007, Uji Fraksi n-heksana Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Levine, R.R., 1978, Pharmacology: Drug Actions and Reactions, 2nd Edition, 454-456, Little, Brown and Company (Inc.), USA
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1-103, Terjemahan Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung
Maspa, T., 2005, Toksisitas Akut Infusa Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) pada Mencit Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Oktafiani, D., 2002, Skrining Fitokimia dan Penentuan Identitas Makroskopik dan
Mikroskopik Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Purwantiningsih, Santosa, D., Purwantini, I., dan Sigit, 2005, Standarisasi Simplisia dan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th), Laporan Pelaksanaan Penelitian 2005, Kerja Sama Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia dengan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Rang, H.P., Dale M.M., Ritter J.M., and Moore P.K., 2003, Pharmacology, 5th Edition, 231-233, 562-570, Churchill Livingstone, London
Restiyaningsing, D., 2004, Pembuatan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Secara Kempa Langsung Dengan Kombinasi pH 102® dan Di-Cafos® Sebagai Bahan Pengisi-Pengikat, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 191-213, Terjemahan Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung
Setiati, 2003, Radikal Bebas, Antioksidan, dan Proses Menua, Medika, No. 6, 366-369, Jakarta
Sibuea, P., 2004, Senjata Pemusnah Radikal Bebas,
http://www.kompas.com/kompas.cetak/0402/10/humaniora/840926.htm Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, 531-557, Airlangga
University Press, Surabaya
Sitompul, B., 2003, Antioksidan dan Penyakit Aterosklerosis, Medika, No. 6, 373-377, Jakarta
Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 352, Balai Pustaka, Jakarta
Sriwidodo, W., 2004, Uji Aktivitas Antiinflamasi Infusa Daun Kepel Pada Tikus Jantan Wistar Dengan Metode Udema Kaki Belakang, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Sunarni, T., 2006, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Dari Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Supriyatna, I., 2007, Uji Aktivitas Hiperurikemia Ekstrak Etanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Pada Tikus Putih Jantan Sprague Dawley Serta Penentuan Kandungan Senyawa Fenolik dan Flavonoid Totalnya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Sutomo, 2004, Penurunan Asam Urat Darah Ayam Jantan Braille Hiperurisemia Oleh Fraksi Ekstrak Metanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th), Tesis, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tjay, T.H., dan Rahardja,K, 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan ke-2, 295-310, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Turner, R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, 100-117, academic Press, New York
Widiastuti, Y.A., 2000, Toksisitas Akut Ekstrak Metanol dan Ekstrak Kloroform Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Larva Artemia salina Leach, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai dalam
Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 210-212, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 1. Surat Keterangan Pengambilan Bahan Penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 2. Surat Pengesahan Determinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 3. Foto tanaman kepel, serbuk simplisia daun kepel, empat peringkat dosis infusa daun kepel, dan geliat mencit
Gambar 12. Tanaman Kepel.
Gambar 13. Serbuk Simplisia Daun Kepel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 14. Empat Peringkat Dosis Infusa Daun Kepel.
Gambar 15. Geliat Mencit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 4. Data dan hasil analisis statistik jumlah geliat mencit pada penentuan dosis asam asetat.
Data jumlah geliat pada penentuan dosis asam asetat Menit Dosis 100 mg/kgBB Dosis 150 mg/kgBB
R1 R2 R3 R1 R2 R3 5 1 7 0 3 5 3 10 2 21 14 7 8 10 15 10 10 6 8 7 6 20 8 9 4 5 4 7 25 3 3 1 7 10 9 30 5 3 1 10 9 11 35 4 2 5 5 5 10 40 5 0 5 7 8 10 45 2 4 5 6 12 8 50 2 3 8 8 9 11 55 4 5 4 9 11 11 60 1 2 5 4 5 3 Σ 56 69 58 79 93 99
NPar Tests
T-Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
675.67
17.885.172.172
-.167.421.994
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Geliat
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Group Statistics
3 61.00 7.000 4.041
3 90.33 10.263 5.925
DosisAsam asetat100 mg/kg BBAsam asetat150 mg/kg BB
GeliatN Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Independent Samples Test
.569 .493 -4.090 4 .015 -29.333 7.172 -49.247 -9.419
-4.090 3.530 .019 -29.333 7.172 -50.339 -8.328
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed
GeliatF Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 5. Data dan hasil analisis statistik perbandingan jumlah geliat mencit pada penetapan kontrol negatif.
Data perbandingan jumlah geliat kontrol negatif dan asam asetat dosis 100 mg/kgBB
Menit Kontrol negatif Dosis 100 mg/kgBB R1 R2 R3 R1 R2 R3
5 0 0 1 1 7 0 10 12 20 8 2 21 14 15 5 13 12 10 10 6 20 7 4 5 8 9 4 25 4 7 7 3 3 1 30 3 1 1 5 3 1 35 10 5 7 4 2 5 40 2 2 5 5 0 5 45 3 2 3 2 4 5 50 4 0 7 2 3 8 55 2 0 1 4 5 4 60 1 0 1 1 2 5 Σ 53 54 58 56 69 58
NPar Tests
T-Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
658.00005.76194
.333
.333-.193.816.518
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
geliat
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Group Statistics
3 61.0000 7.00000 4.04145
3 55.0000 2.64575 1.52753
perlakuanKontrol negatif akuadesAsam Asetat100mg/kgBB
geliatN Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Independent Samples Test
4.545 .100 1.389 4 .237 6.00000 4.32049 -5.99561 17.99561
1.389 2.560 .273 6.00000 4.32049 -9.18835 21.18835
Equal varianceassumedEqual variancenot assumed
geliatF Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 6. Data dan hasil analisis statistik jumlah geliat mencit pada penetapan dosis parasetamol dan infusa daun kepel.
Data jumlah geliat pada penetapan dosis parasetamol Menit Dosis 65 mg/kgBB Dosis 91 mg/kgBB
R1 R2 R3 R1 R2 R3 5 1 0 4 0 1 0 10 4 2 8 0 1 0 15 7 5 6 5 0 1 20 0 5 2 3 0 5 25 2 4 1 3 2 0 30 1 1 1 0 0 3 35 4 0 6 1 4 2 40 2 3 4 3 3 1 45 3 1 0 3 5 3 50 4 5 1 3 3 0 55 1 2 0 2 2 4 60 3 2 0 0 1 0 Σ 32 30 33 23 22 19
Data jumlah geliat pada penetapan dosis infusa daun kepel
Menit Dosis 2777,78 mg/kgBB Dosis 3333,33 mg/kgBB R1 R2 R3 R1 R2 R3
5 1 0 0 1 0 0 10 7 2 7 2 5 9 15 5 3 3 5 12 8 20 5 10 2 3 6 9 25 2 8 1 7 3 4 30 0 3 2 2 0 4 35 2 1 3 4 0 0 40 1 0 2 3 0 1 45 0 0 1 2 1 0 50 0 0 0 1 0 0 55 0 0 0 2 0 0 60 0 0 0 0 1 0 Σ 23 27 21 32 28 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
NPar Tests
Oneway
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
1532.6667
12.53946.226.226
-.148.876.427
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
geliat
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Descriptives
geliat
3 55.0000 2.64575 1.52753 48.4276 61.5724 53.00 58.003 31.6667 1.52753 .88192 27.8721 35.4612 30.00 33.003 21.3333 2.08167 1.20185 16.1622 26.5045 19.00 23.00
3 23.6667 3.05505 1.76383 16.0775 31.2558 21.00 27.00
3 31.6667 3.51188 2.02759 22.9427 40.3907 28.00 35.00
15 32.6667 12.53946 3.23768 25.7225 39.6108 19.00 58.00
Kontrol negatif (akuades)Parasetamol 65 mg/kgBBParasetamol 91 mg/kgBBInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBBInfusa daun kepel 3333.33 mg/kgBBTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
geliat
.574 4 10 .688
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
geliat
2130.667 4 532.667 75.377 .00070.667 10 7.067
2201.333 14
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Post Hoc Tests
Lampiran 7. Data dan hasil analisis statistik % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan dosis parasetamol dan infusa daun kepel.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: geliatLSD
23.33333* 2.17051 .000 18.4971 28.169533.66667* 2.17051 .000 28.8305 38.5029
31.33333* 2.17051 .000 26.4971 36.1695
23.33333* 2.17051 .000 18.4971 28.1695
-23.33333* 2.17051 .000 -28.1695 -18.497110.33333* 2.17051 .001 5.4971 15.1695
8.00000* 2.17051 .004 3.1638 12.8362
.00000 2.17051 1.000 -4.8362 4.8362
-33.66667* 2.17051 .000 -38.5029 -28.8305-10.33333* 2.17051 .001 -15.1695 -5.4971
-2.33333 2.17051 .308 -7.1695 2.5029
-10.33333* 2.17051 .001 -15.1695 -5.4971
-31.33333* 2.17051 .000 -36.1695 -26.4971-8.00000* 2.17051 .004 -12.8362 -3.16382.33333 2.17051 .308 -2.5029 7.1695
-8.00000* 2.17051 .004 -12.8362 -3.1638
-23.33333* 2.17051 .000 -28.1695 -18.4971.00000 2.17051 1.000 -4.8362 4.8362
10.33333* 2.17051 .001 5.4971 15.1695
8.00000* 2.17051 .004 3.1638 12.8362
(J) perlakuanParasetamol 65 mg/kgBBParasetamol 91 mg/kgBBInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBBInfusa daun kepel 3333.33 mg/kgBBKontrol negatif (akuades)Parasetamol 91 mg/kgBBInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBBInfusa daun kepel 3333.33 mg/kgBBKontrol negatif (akuades)Parasetamol 65 mg/kgBBInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBBInfusa daun kepel 3333.33 mg/kgBBKontrol negatif (akuades)Parasetamol 65 mg/kgBBParasetamol 91 mg/kgBBInfusa daun kepel 3333.33 mg/kgBBKontrol negatif (akuades)Parasetamol 65 mg/kgBBParasetamol 91 mg/kgBBInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB
(I) perlakuanKontrol negatif (akuades)
Parasetamol 65 mg/kgBB
Parasetamol 91 mg/kgBB
Infusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB
Infusa daun kepel 3333.33 mg/kgBB
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis parasetamol
Dosis 65 mg/kgBB Dosis 91 mg/kgBB R1 R2 R3 R1 R2 R3
41,82% 45,46% 40% 58,18% 60% 65,46%
Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis infusa daun kepel
Dosis 2777,78 mg/kgBB Dosis 3333,33 mg/kgBB R1 R2 R3 R1 R2 R3
58,18% 50,91% 61,82% 41,82% 42,09% 36,36% NPar Tests
Oneway
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
1250.75779.75921
.193
.154-.193.669.761
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
penghambatan
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Descriptives
penghambatan
3 42.4243 2.77759 1.60364 35.5244 49.3242 40.00 45.463 61.2123 3.78503 2.18529 51.8098 70.6149 58.18 65.46
3 56.9697 5.55463 3.20697 43.1712 70.7681 50.91 61.82
3 42.4243 6.38513 3.68646 26.5628 58.2859 36.36 49.09
12 50.7577 9.75921 2.81724 44.5570 56.9584 36.36 65.46
Parasetamol 65 mg/kgBBParasetamol 91 mg/kgBBInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBBInfusa daun kepel 3333.33 mg/kgBBTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Post Hoc Tests
Test of Homogeneity of Variances
penghambatan
.693 3 8 .582
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
penghambatan
860.334 3 286.778 12.247 .002187.330 8 23.416
1047.664 11
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: penghambatanLSD
-18.78800* 3.95106 .001 -27.8992 -9.6768
-14.54533* 3.95106 .006 -23.6565 -5.4342
.00000 3.95106 1.000 -9.1112 9.1112
18.78800* 3.95106 .001 9.6768 27.8992
4.24267 3.95106 .314 -4.8685 13.3538
18.78800* 3.95106 .001 9.6768 27.8992
14.54533* 3.95106 .006 5.4342 23.6565-4.24267 3.95106 .314 -13.3538 4.8685
14.54533* 3.95106 .006 5.4342 23.6565
.00000 3.95106 1.000 -9.1112 9.1112-18.78800* 3.95106 .001 -27.8992 -9.6768
-14.54533* 3.95106 .006 -23.6565 -5.4342
(J) perlakuanParasetamol 91 mg/kgBBInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBBInfusa daun kepel 3333.33 mg/kgBBParasetamol 65 mg/kgBBInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBBInfusa daun kepel 3333.33 mg/kgBBParasetamol 65 mg/kgBBParasetamol 91 mg/kgBBInfusa daun kepel 3333.33 mg/kgBBParasetamol 65 mg/kgBBParasetamol 91 mg/kgBBInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB
(I) perlakuanParasetamol 65 mg/kgBB
Parasetamol 91 mg/kgBB
Infusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB
Infusa daun kepel 3333.33 mg/kgBB
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 8. Data hasil analisis statistik jumlah kumulatif geliat mencit pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol.
Data jumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol
Menit 5 menit 15 menit 30 menit R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 10 2 3 0 0 0 2 0 1 0 15 11 5 0 1 0 1 5 0 1 20 7 3 3 1 0 2 3 0 5 25 4 3 9 2 1 2 3 2 0 30 1 0 2 0 4 0 0 0 3 35 0 2 2 0 1 0 1 4 2 40 0 1 1 2 1 0 3 3 1 45 0 1 2 1 1 2 3 5 3 50 0 1 1 0 1 2 3 3 0 55 0 0 2 0 1 1 2 2 4 60 0 0 1 2 1 0 0 1 0 Σ 25 19 23 9 11 12 23 22 19
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
1227.3333
17.47379.303.303
-.1791.050
.220
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
geliat
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Oneway
Descriptives
geliat
3 55.0000 2.64575 1.52753 48.4276 61.5724 53.00 58.00
3 22.3333 3.05505 1.76383 14.7442 29.9225 19.00 25.00
3 10.6667 1.52753 .88192 6.8721 14.4612 9.00 12.00
3 21.3333 2.08167 1.20185 16.1622 26.5045 19.00 23.00
12 27.3333 17.47379 5.04425 16.2310 38.4356 9.00 58.00
Kontrol negatif (akuades)Parasetamol 91mg/kgBB (5 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (15 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (30 menit)Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
geliat
.709 3 8 .573
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
geliat
3312.667 3 1104.222 192.039 .00046.000 8 5.750
3358.667 11
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: geliatLSD
32.66667* 1.95789 .000 28.1518 37.1816
44.33333* 1.95789 .000 39.8184 48.8482
33.66667* 1.95789 .000 29.1518 38.1816
-32.66667* 1.95789 .000 -37.1816 -28.1518
11.66667* 1.95789 .000 7.1518 16.1816
1.00000 1.95789 .623 -3.5149 5.5149
-44.33333* 1.95789 .000 -48.8482 -39.8184
-11.66667* 1.95789 .000 -16.1816 -7.1518
-10.66667* 1.95789 .001 -15.1816 -6.1518
-33.66667* 1.95789 .000 -38.1816 -29.1518
-1.00000 1.95789 .623 -5.5149 3.5149
10.66667* 1.95789 .001 6.1518 15.1816
(J) perlakuanParasetamol 91mg/kgBB (5 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (15 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (30 menit)Kontrol negatif (akuades)Parasetamol 91mg/kgBB (15 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (30 menit)Kontrol negatif (akuades)Parasetamol 91mg/kgBB (5 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (30 menit)Kontrol negatif (akuades)Parasetamol 91mg/kgBB (5 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (15 menit)
(I) perlakuanKontrol negatif (akuades)
Parasetamol 91mg/kgBB (5 menit)
Parasetamol 91mg/kgBB (15 menit)
Parasetamol 91mg/kgBB (30 menit)
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 9.Data dan hasil analisis statistik % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol
Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol
5 menit 15 menit 30 menit R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
54,55% 65,46% 58,18% 83,64% 80% 78,18% 58,18% 60% 65,46% NPar Tests
Oneway
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
967.0708
10.81182.226.226
-.181.678.747
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
penghambatan
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Descriptives
penghambatan
3 59.3940 5.55506 3.20722 45.5945 73.1935 54.55 65.46
3 80.6060 2.77704 1.60333 73.7074 87.5046 78.18 83.64
3 61.2123 3.78503 2.18529 51.8098 70.6149 58.18 65.46
9 67.0708 10.81182 3.60394 58.7601 75.3815 54.55 83.64
Parasetamol 91mg/kgBB (5 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (15 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (30 menit)Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
penghambatan
.905 2 6 .453
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Post Hoc Tests
ANOVA
penghambatan
829.370 2 414.685 23.518 .001105.794 6 17.632935.164 8
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: penghambatanLSD
-21.21200* 3.42854 .001 -29.6013 -12.8227
-1.81833 3.42854 .615 -10.2077 6.5710
21.21200* 3.42854 .001 12.8227 29.6013
19.39367* 3.42854 .001 11.0043 27.7830
1.81833 3.42854 .615 -6.5710 10.2077
-19.39367* 3.42854 .001 -27.7830 -11.0043
(J) perlakuanParasetamol 91mg/kgBB (15 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (30 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (5 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (30 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (5 menit)Parasetamol 91mg/kgBB (15 menit)
(I) perlakuanParasetamol 91mg/kgBB (5 menit)
Parasetamol 91mg/kgBB (15 menit)
Parasetamol 91mg/kgBB (30 menit)
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 10. Data dan hasil analisis statistik jumlah geliat mencit pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap infusa daun kepel.
Data jumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol infusa daun kepel
Menit 5 menit 15 menit 30 menit R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
5 0 0 0 0 1 0 1 0 0 10 9 3 4 4 3 5 7 2 7 15 2 5 7 3 5 10 5 3 3 20 7 0 2 3 6 2 5 10 2 25 1 2 2 0 2 0 2 8 1 30 1 2 1 0 0 0 0 3 2 35 3 3 0 2 0 0 2 1 3 40 0 0 0 0 0 0 1 0 2 45 1 2 4 1 0 0 0 0 1 50 0 0 1 0 0 0 0 0 0 55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Σ 24 17 21 13 17 17 23 27 21
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
1228.7500
16.29905.293.293
-.1821.014
.255
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
geliat
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Oneway
Descriptives
geliat
3 55.0000 2.64575 1.52753 48.4276 61.5724 53.00 58.00
3 20.6667 3.51188 2.02759 11.9427 29.3907 17.00 24.00
3 15.6667 2.30940 1.33333 9.9298 21.4035 13.00 17.00
3 23.6667 3.05505 1.76383 16.0775 31.2558 21.00 27.00
12 28.7500 16.29905 4.70513 18.3941 39.1059 13.00 58.00
Kontrol negatif akuadesInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (5 menit)Infusa dan kepel 2777.78 mg/kgBB (15 menit)Infusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (30 menit)Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
geliat
.143 3 8 .931
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
geliat
2854.250 3 951.417 111.931 .00068.000 8 8.500
2922.250 11
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: geliatLSD
34.33333* 2.38048 .000 28.8439 39.8227
39.33333* 2.38048 .000 33.8439 44.8227
31.33333* 2.38048 .000 25.8439 36.8227
-34.33333* 2.38048 .000 -39.8227 -28.8439
5.00000 2.38048 .069 -.4894 10.4894
-3.00000 2.38048 .243 -8.4894 2.4894
-39.33333* 2.38048 .000 -44.8227 -33.8439
-5.00000 2.38048 .069 -10.4894 .4894
-8.00000* 2.38048 .010 -13.4894 -2.5106
-31.33333* 2.38048 .000 -36.8227 -25.8439
3.00000 2.38048 .243 -2.4894 8.4894
8.00000* 2.38048 .010 2.5106 13.4894
(J) perlakuanInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (5 menit)Infusa dan kepel 2777.78 mg/kgBB (15 menit)Infusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (30 menit)Kontrol negatif akuadesInfusa dan kepel 2777.78 mg/kgBB (15 menit)Infusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (30 menit)Kontrol negatif akuadesInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (5 menit)Infusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (30 menit)Kontrol negatif akuadesInfusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (5 menit)Infusa dan kepel 2777.78 mg/kgBB (15 menit)
(I) perlakuanKontrol negatif akuades
Infusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (5 menit)
Infusa dan kepel 2777.78 mg/kgBB (15 menit)
Infusa daun kepel 2777.78 mg/kgBB (30 menit)
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 11. Data dan hasil analisis statistik % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap infusa daun kepel
Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan penetapan selang waktu
pemberian asam asetat terhadap infusa daun kepel 5 menit 15 menit 30 menit
R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 56,36% 69,09% 61,82% 76,36% 69,09% 69,09% 58,18% 50,91% 61,82%
NPar Tests
Oneway
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
963.63647.92534
.199
.146-.199.596.869
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
penghambatan
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Descriptives
penghambatan
3 62.4243 6.38513 3.68646 46.5628 78.2859 56.36 69.09
3 71.5153 4.19907 2.42433 61.0843 81.9464 69.09 76.36
3 56.9697 5.55463 3.20697 43.1712 70.7681 50.91 61.82
9 63.6364 7.92534 2.64178 57.5445 69.7284 50.91 76.36
Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (5 menit)Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (15 menit)Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (30 menit)Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
penghambatan
.176 2 6 .843
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Post Hoc Tests
ANOVA
penghambatan
323.976 2 161.988 5.445 .045178.512 6 29.752502.488 8
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: penghambatanLSD
-9.09100 4.45361 .087 -19.9886 1.8066
5.45467 4.45361 .267 -5.4429 16.3523
9.09100 4.45361 .087 -1.8066 19.9886
14.54567* 4.45361 .017 3.6481 25.4433
-5.45467 4.45361 .267 -16.3523 5.4429
-14.54567* 4.45361 .017 -25.4433 -3.6481
(J) perlakuanInfusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (15 menit)Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (30 menit)Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (5 menit)Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (30 menit)Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (5 menit)Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (15 menit)
(I) perlakuanInfusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (5 menit)
Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (15 menit)
Infusa Daun Kepel 2777.78 mg/kgBB (30 menit)
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 12. Data dan hasil analisis statistik jumlah geliat mencit
pada pengujian efek analgetik seluruh kelompok perlakuan.
Data jumlah geliat jumlah geliat mencit pada pengujian efek analgetik seluruh kelompok perlakuan
Menit Kontrol negatif Kontrol Positif R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
5 7 7 5 1 2 2 2 0 0 0 1 1 0 3 10 12 11 10 10 5 8 10 4 1 3 0 4 4 7 15 13 7 8 7 10 11 8 0 3 6 4 4 6 1 20 10 3 7 7 7 5 5 0 1 3 3 1 1 0 25 7 6 7 5 5 3 4 2 1 1 1 0 1 0 30 5 7 5 5 7 6 2 1 1 0 0 1 0 0 35 2 9 6 3 5 0 3 0 0 0 0 0 0 0 40 0 4 4 3 5 0 4 0 1 0 1 0 0 0 45 0 2 2 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 50 0 0 2 2 0 7 3 0 2 0 1 0 0 0 55 0 0 1 3 4 6 7 3 2 0 0 0 1 0 60 0 0 0 2 5 3 4 1 0 0 0 0 1 0 Σ 56 56 57 52 55 51 52 11 13 13 11 11 14 11
Data jumlah geliat jumlah geliat mencit pada pengujian efek analgetik seluruh
kelompok perlakuan Menit Infusa dosis 823,05 mg/kgBB Infusa dosis 1234,57 mg/kgBB
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 5 0 5 7 3 1 0 1 0 2 2 1 0 0 0 10 5 15 10 5 15 5 8 0 5 4 7 5 6 7 15 10 9 8 7 7 14 7 3 12 12 10 8 9 7 20 10 3 7 10 6 10 7 6 7 8 6 4 2 9 25 4 5 3 5 6 6 6 8 2 3 2 3 7 5 30 0 0 2 9 2 3 4 6 1 0 2 5 3 1 35 0 0 1 1 0 0 0 3 0 1 0 1 0 0 40 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 0 0 45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Σ 31 37 38 40 37 38 33 29 29 31 28 29 28 29
Data jumlah geliat jumlah geliat mencit pada pengujian efek analgetik seluruh kelompok perlakuan
Menit Infusa dosis 1851,85 mg/kgBB Infusa dosis 2777,78 mg/kgBB R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 10 0 6 4 4 4 1 2 0 5 0 1 2 0 8 15 2 6 4 8 7 7 8 2 5 7 3 7 10 2 20 7 5 4 0 7 7 7 2 3 6 3 5 0 2 25 7 2 2 1 2 6 3 5 1 0 2 1 2 0 30 4 3 2 5 0 1 0 0 0 4 2 0 1 1 35 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 40 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 45 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 55 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Σ 21 22 19 21 20 22 23 15 14 17 14 15 14 16
NPar Tests
Oneway
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
4227.9286
14.57092.134.134
-.123.869.436
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
geliat
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Karena varians data tidak sama, yaitu 0,003 (p<0,05) maka dilakukan
transformasi data.
Dari plot spread vs level diperoleh nilai slope = 0,472 dan power = 0,528; maka
bentuk transformasi terbaik adalah square root (akar).
Descriptives
geliat
7 54.1429 2.41030 .91101 51.9137 56.3720 51.00 57.00
7 12.0000 1.29099 .48795 10.8060 13.1940 11.00 14.00
7 36.2857 3.14718 1.18952 33.3751 39.1964 31.00 40.00
7 29.0000 1.00000 .37796 28.0752 29.9248 28.00 31.00
7 21.1429 1.34519 .50843 19.8988 22.3869 19.00 23.00
7 15.0000 1.15470 .43644 13.9321 16.0679 14.00 17.00
42 27.9286 14.57092 2.24834 23.3880 32.4692 11.00 57.00
Kontrol negatif (akuades)Kontrol positif (Pct 91mg/kgBB)Infusa daun kepel dosis823,05 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis1234,57 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis1851,85 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis2777,78 mg/kgBBTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
geliat
4.449 5 36 .003
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
4.03.53.02.5
Level
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
Spre
ad
Slope = .472 Power for transformation = .528
* Plot of LN of Spread vs LN of Level
Spread vs. Level Plot of geliat by perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Hasil transformasi data adalah sebagai berikut :
Oneway
Hasil transformasi data masih menunjukkan bahwa varians data tidak sama, yaitu
0,043 (p<0,05) maka dilakukan uji Kruskal – Wallis dilanjutkan dengan Uji Mann
– Whitney.
NPar Tests Kruskal-Wallis Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Test of Homogeneity of Variances
tran_geliat
2.572 5 36 .043
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
Ranks
7 39.00
7 4.21
7 31.93
7 25.07
7 18.00
7 10.79
42
perlakuanKontrol negatif (akuades)Kontrol positif (Pct 91mg/kgBB)Infusa daun kepel dosis823,05 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis1234,57 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis1851,85 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis2777,78 mg/kgBBTotal
tran_geliatN Mean Rank
Test Statisticsa,b
39.8325
.000
Chi-SquaredfAsymp. Sig.
tran_geliat
Kruskal Wallis Testa.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 11.00 77.00
7 4.00 28.00
14
perlakuanKontrol negatif (akuades)Kontrol positif(Parasetamol 91mg/kgBB)Total
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
.00028.000-3.176
.001
.001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 11.00 77.00
7 4.00 28.00
14
perlakuanKontrol negatif (akuades)Infusa dosis 823,05mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
.00028.000-3.144
.002
.001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 11.00 77.00
7 4.00 28.00
14
perlakuanKontrol negatif (akuades)Infusa dosis 1234,57mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
.00028.000-3.176
.001
.001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 11.00 77.00
7 4.00 28.00
14
perlakuanKontrol negatif (akuades)Infusa dosis 1851,85mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
.00028.000-3.144
.002
.001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 11.00 77.00
7 4.00 28.00
14
perlakuanKontrol negatif (akuades)Infusa dosis 2777,78mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
.00028.000-3.155
.002
.001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 4,00 28,00
7 11,00 77,00
14
perlakuanKontrol positif(Parasetamol 91mg/kgBB)Infusa dosis1234,57 mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,209
,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 4,00 28,00
7 11,00 77,00
14
perlakuanKontrol positif(Parasetamol 91mg/kgBB)Infusa dosis1851,85 mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,176
,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 4,21 29,50
7 10,79 75,50
14
perlakuanKontrol positif(Parasetamol 91mg/kgBB)Infusa dosis2777,78 mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
1,50029,500-3,013
,003
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 10,93 76,50
7 4,07 28,50
14
perlakuanInfusa dosis823,05 mg/kgBBInfusa dosis1234,57 mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,50028,500-3,115
,002
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 11,00 77,00
7 4,00 28,00
14
perlakuanInfusa dosis823,05 mg/kgBBInfusa dosis1851,85 mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,144
,002
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 11,00 77,00
7 4,00 28,00
14
perlakuanInfusa dosis823,05 mg/kgBBInfusa dosis2777,78 mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,155
,002
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 11,00 77,00
7 4,00 28,00
14
perlakuanInfusa dosis1234,57 mg/kgBBInfusa dosis1851,85 mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,176
,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
NPar Tests Mann-Whitney Test
Lampiran 13. Data dan hasil analisis statistik % penghambatan terhadap geliat pada pengujian efek analgetik seluruh kelompok perlakuan
Data % penghambatan terhadap geliat pada kontrol positif
Ranks
7 11,00 77,00
7 4,00 28,00
14
perlakuanInfusa dosis1234,57 mg/kgBBInfusa dosis2777,78 mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,187
,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 11,00 77,00
7 4,00 28,00
14
perlakuanInfusa dosis1851,85 mg/kgBBInfusa dosis2777,78 mg/kgBBTotal
geliatN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,155
,002
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
geliat
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
(Parasetamol 91 mg/kgBB) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
79,68% 75,99% 75,99% 79,68% 79,68% 79,68% 74,14%
Data % penghambatan terhadap geliat pada infusa dosis I (823,05 mg/kgBB)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 42,74% 31,66% 29,81% 29,81% 31,66% 26,12% 39,05%
Data % penghambatan terhadap geliat pada infusa dosis II
(1234,57 mg/kgBB) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
48,28% 46,44% 46,44% 48,28% 46,44% 42,74% 46,44%
Data % penghambatan terhadap geliat pada infusa dosis III (1851,85 mg/kgBB)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 61,21% 61,21% 63,81% 64,91% 59,36% 59,36% 57,58%
Data % penghambatan terhadap geliat pada infusa dosis IV (2777,78 mg/kgBB)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 74,14% 72,29% 74,14% 68,6% 74,14% 72,29% 70,45%
NPar Tests
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Oneway
Karena varians data tidak sama, yaitu 0,003 (p<0,05) maka dilakukan
transformasi data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
3558.3551
16.71002.141.127
-.141.832.492
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
penghambatan
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Descriptives
penghambatan
7 77.8343 2.38318 .90076 75.6302 80.0384 74.14 79.68
7 34.1486 5.89261 2.22720 28.6988 39.5983 26.12 42.74
7 46.4371 1.84667 .69798 44.7293 48.1450 42.74 48.28
7 61.0629 2.59231 .97980 58.6654 63.4603 57.58 64.91
7 72.2929 2.13187 .80577 70.3212 74.2645 68.60 74.14
35 58.3551 16.71002 2.82451 52.6150 64.0952 26.12 79.68
Kontrol positif (Pct 91mg/kgBB)Infusa daun kepel dosis823,05 mg/kgBB)Infusa daun kepel dosis1234,57 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis1851,85 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis2777,78 mg/kgBBTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
penghambatan
6.482 4 30 .001
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Dari plot spread vs level diperoleh nilai slope = -0,667 dan power = 1,667; maka
bentuk transformasi terbaik adalah square (kuadrat).
Hasil transformasi data adalah sebagai berikut :
Oneway
Hasil transformasi data masih menunjukkan bahwa varians data tidak sama, yaitu
0,046 (p<0,05) maka dilakukan uji Kruskal – Wallis.
4.44.24.03.83.63.4
Level
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
Spre
ad
Slope = -.667 Power for transformation = 1.667
* Plot of LN of Spread vs LN of Level
Spread vs. Level Plot of penghambatan by perlakuan
Test of Homogeneity of Variances
tran_penghambatan
2.757 4 30 .046
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
NPar Tests Kruskal-Wallis Test
Ranks
7 31.79
7 4.07
7 10.93
7 18.00
7 25.21
35
perlakuanKontrol positif (Pct 91mg/kgBB)Infusa daun kepel dosis823,05 mg/kgBB)Infusa daun kepel dosis1234,57 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis1851,85 mg/kgBBInfusa daun kepel dosis2777,78 mg/kgBBTotal
tran_penghambatanN Mean Rank
Test Statisticsa,b
32.5764
.000
Chi-SquaredfAsymp. Sig.
tran_pengham
batan
Kruskal Wallis Testa.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 11,00 77,00
7 4,00 28,00
14
perlakuanKontrol positif(Parasetamol 91mg/kgBB)Infusa dosis823,05 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,176
,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 11,00 77,00
7 4,00 28,00
14
perlakuanKontrol positif(Parasetamol 91mg/kgBB)Infusa dosis1234,57 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,209
,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 11,00 77,00
7 4,00 28,00
14
perlakuanKontrol positif(Parasetamol 91mg/kgBB)Infusa dosis1851,85 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,176
,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 10,79 75,50
7 4,21 29,50
14
perlakuanKontrol positif(Parasetamol 91mg/kgBB)Infusa dosis2777,78 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
1,50029,500-3,009
,003
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 4,07 28,50
7 10,93 76,50
14
perlakuanInfusa dosis823,05 mg/kgBBInfusa dosis1234,57 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,50028,500-3,115
,002
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 4,00 28,00
7 11,00 77,00
14
perlakuanInfusa dosis823,05 mg/kgBBInfusa dosis1851,85 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,144
,002
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 4,00 28,00
7 11,00 77,00
14
perlakuanInfusa dosis823,05 mg/kgBBInfusa dosis2777,78 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,155
,002
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 4,00 28,00
7 11,00 77,00
14
perlakuanInfusa dosis1234,57 mg/kgBBInfusa dosis1851,85 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,176
,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
NPar Tests Mann-Whitney Test
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
7 4,00 28,00
7 11,00 77,00
14
perlakuanInfusa dosis1234,57 mg/kgBBInfusa dosis2777,78 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,187
,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
Ranks
7 4,00 28,00
7 11,00 77,00
14
perlakuanInfusa dosis1851,85 mg/kgBBInfusa dosis2777,78 mg/kgBBTotal
penghambatanN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,00028,000-3,155
,002
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
penghambatan
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: perlakuanb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 14. Data hasil analisis statistik perbandingan efek analgetik antara infusa dan ekstrak etanol dau kepel.
T-Test
Group Statistics
7 72,2929 2,13187 ,805777 72,3157 2,86948 1,08456
perlakuanDosis 541,11 mg/kgBBDosis 560 mg/kgBB
penghambatanN Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
Independent Samples Test
,786 ,393 -,017 12 ,987 -,02286 1,35112 -2,96670 2,92099
-,017 11,077 ,987 -,02286 1,35112 -2,99415 2,94843
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed
penghambatanF Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul ’Uji Analgetik Infusa Daun
Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. f. & Th.)
pada Mencit Putih Betina Swiss dengan Metode
Rangsang Kimia’ bernama lengkap Filisia Arista.
Merupakan anak pertama dari dua bersaudara, lahir
dari pasangan Felix Sapto Budiyono, S.E., dan
Yustina Endang Sunaryanti, S.Pd. di Klaten pada
tanggal 4 Desember 1986. Pendidikan yang ditempuh
penulis adalah TK Pertiwi Polan II (1990-1991),
TK Pertiwi Ngaran I (1991-1992), SD Negeri Ngaran I (1992-1993), SD Kanisius
Delanggu (1993-1998), SLTP Negeri I Delanggu (1998-2001), SMU Negeri I
Klaten (2001-2004), Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (2004-2008).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai asisten pada Praktikum Kimia
Dasar (2005-2006), Asisten Praktikum Kimia Organik (2005-2006), Asisten
Formulasi dan Teknologi Sediaan Solid (2006-2007 dan 2007-2008). Selain itu
penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan UKF JMKI (Jaringan
Mahasiswa Kesehatan Indonesia) sebagai anggota pada periode 2004 – 2005,
UKM HGT (Herbal Garden Team) sebagai anggota pada periode 2004 – 2005,
UKM Grisadha (Group Tari Sanata Dharma) sebagai anggota pada periode 2005 –
2006; serta aktif dalam kegiatan kepanitiaan seperti Panitia Pharmacy
Performance SATURASI 2004 sebagai anggota bidang PubDekDok (Publikasi,
Dekorasi, dan Dokumentasi), Panitia PIMFI (Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi
Indonesia) 2005 sebagai anggota bidang Dokumentasi, dan Panitia TITRASI 2006
sebagai anggota bidang Konsumsi. Penulis juga pernah membantu Dinas
Kesehatan Yogyakarta dalam melakukan survei dokter praktek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI