hubungan perilaku seksual dan kejadian kanker …/hubungan... · gambar 2.1 anatomi serviks gambar...

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER SERVIKS INVASIF SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Fanny Aprilia Savitri G0009076 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Upload: hoangtuyen

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN

KANKER SERVIKS INVASIF

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Fanny Aprilia Savitri

G0009076

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PRAKATA

Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Hubungan Perilaku Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif”. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Heru Priyadi S., dr., Sp.OG (K) selaku Pembimbing Utama yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 3. Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes. selaku Pembimbing Pendamping

yang tak henti-hentinya bersedia meluangkan untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini.

4. Dr. Hj. Sulistyowati, dr., Sp.OG (K) selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Senyum Indrakila, dr., Sp.M selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D, yang telah memberikan arahan dalam bidang statistik dalam penyusunan skripsi ini.

7. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

8. Yang tercinta kedua orang tua saya, Ayah Suleman dan Ibu Mas’anah dan seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan memberikan support dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.

9. Sahabat-sahabat terdekat Priyanka, Regina, Dewi, Wulan, serta teman-teman angkatan 2009 atas semangat dan bantuan yang tak henti-henti dan waktu yang selalu tersedia.

10. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, Nopember 2012

Fanny Aprilia Savitri

Page 3: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

PRAKATA……………. .............................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL dan GAMBAR .............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... .............. 2

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... ............... 3

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kanker Serviks ......................................................................... .................. 4

B. Gambaran dan Stadium Invasif Kanker Serviks ............................... ......... 7

C. Perilaku Seksual ..................................................................................... ... 11

D Kerangka Pemikiran ...................................................................................18

E. Hipotesis …………...................................................................................19

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ....................................................... ....... ..........................20

Page 4: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................20

C. Subjek Penelitian ......................................................................................20

D. Teknik Sampling.........................................................................................21

E. Besar Sampel.............................................................................................. 21

F. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ ......... 21

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................... .... 22

H. Rancangan Penelitian ................................................. ............................... 24

I. Instrumen Penelitian......................................................................... .......... 25

J. Teknik Analisis Data Statistik .................................................................... 25

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel Penelitian .................................................................28

1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu .............................28

2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal .........................28

B. Analisis Statistik ..................................... ................................................... 30

1. Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif ..... 30

2. Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker

Serviks Invasif .................................................................................... 31

3. Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kanker Serviks

Invasif ................................................................................................ 32

4. Hubungan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Kanker Serviks

Invasif ................................................................................................ 33

5. Hubungan Perilaku Seksual dan Kanker Serviks Invasif ............. ..... 34

Page 5: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V. PEMBAHASAN ......................................................................... ............... 35

A. Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif .............35

B. Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker Serviks

Invasif .......... .............................................................................................. 36

C. Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker

Serviks Invasif .......................................................................................... 37

D. Hubungan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Kanker Serviks

Invasif ........... ............................................................................................ 38

E. Hubungan Usia Coitarche, Riwayat Jumlah Pasangan Seksual, Riwayat

Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif ........ .... 38

BAB VI. PENUTUP

A. Simpulan ......................................................................................... ......... 40

B. Saran .......................................................................................... ............... 40

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 42

LAMPIRAN

Page 6: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Serviks

Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction

Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Tabel 2.1 Stadium Klinis Kanker Serviks Menurut Sistem FIGO

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Data Kontinyu

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Pernah Menderita Penyakit

Menular Seksual (PMS)

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Pasangan Seksual

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Penggunaan Alat Koktrasepsi

Tabel 4.5 Analisis Bivariat Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks

Invasif

Tabel 4.6 Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan

Kejadian Kanker Serviks Invasif

Tabel 4.7 Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan

Kejadian Kanker Serviks Invasif

Tabel 4.8 Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi dan

Kejadian Kanker Serviks Invasif

Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Hubungan Usia Coitarche, Riwayat

Penyakit Menular Seksual, dan Riwayat Kontrasepsi dengan Kejadian

Kanker Serviks Invasif

Page 7: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Lembar Pengumpul Data

Lampiran 3 Data Responden

Lampiran 4 Analisis Data SPSS

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 6 Surat Bukti Selesai Penelitian

Page 8: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karsinoma serviks atau kanker leher rahim adalah karsinoma yang

tumbuh di daerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ

reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak

antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Swierzewski, 1999).

Kanker serviks invasif adalah kanker yang telah menyebar ke lapisan serviks

yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya. Kanker serviks merupakan

salah satu penyakit yang menimbulkan dampak psikologis yang luas bagi

pasien dan keluarga pasien. Setiap satu jam satu perempuan Indonesia

meninggal karena kanker serviks atau kanker mulut rahim (Tempo, 2011).

Berdasarkan data Research Cancer United Kingdom (UK), angka kejadian

kanker serviks di Asia Tenggara tahun 2008 sebesar 8,3 per 100.000 wanita

per tahun. Termasuk Indonesia dengan angka kejadian 13,9 per 100.000

wanita per tahun dan turut menyumbangkan 2831 kematian akibat kanker

serviks dari total 6948 kematian di Asia Tenggara (WHO, 2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks, salah

satunya adalah faktor ginekologis yang berhubungan dengan perilaku

seksual. Faktor ginekologis adalah faktor yang berhubungan dengan

kesehatan organ reproduksi wanita. Dalam penelitiannya, Kim dan Goldie

(2008) menyebutkan salah satunya adalah infeksi Human papillomavirus

Page 9: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

(HPV) tipe 16 dan 18 risiko tinggi onkogenik adalah penyebab 70% kasus

kanker serviks. Usia pertama melakukan hubungan seksual dan jumlah

pasangan seksual juga berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks.

Menurut Rasjidi (2008) berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun dapat

meningkatkan risiko kanker serviks. Berdasar penelitian Winer (2006)

penggunaan kontrasepsi kondom secara inkonsisten dapat meningkatkan

risiko infeksi HPV. Sedangkan penyakit menular seksual non-HPV yang

dialami menurut Rasjidi (2008) dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi

sekunder oleh HPV karena adanya lesi pada organ genital pasien. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk mencari hubungan antara perilaku seksual

dan kejadian kanker serviks invasif.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara usia pertama melakukan hubungan

seksual dan kejadian kanker serviks invasif?

2. Apakah terdapat hubungan antara jumlah pasangan seksual atau riwayat

pernikahan dan kanker serviks invasif?

3. Apakah terdapat hubungan antara riwayat kontrasepsi dan kejadian kanker

serviks invasif?

4. Apakah terdapat hubungan antara riwayat penyakit menular seksual dan

kejadian kanker serviks invasif?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan usia pertama melakukan hubungan seksual dan

kejadian kanker serviks invasif

Page 10: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

2. Mengetahui hubungan jumlah pasangan seksual dan kajadian kanker

serviks invasif

3. Mengetahui hubungan riwayat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks

invasif

4. Mengetahui hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kejadian

kanker serviks invasif

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

hubungan perilaku seksual terhadap kejadian kanker serviks invasif

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk

penelitian mengenai kanker serviks.

2. Manfaat Aplikatif

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai

perilaku seksual yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks

invasif kepada para wanita umumnya

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada tenaga

medis agar dapat menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan terutama mengenai kejadian kanker serviks

Page 11: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kanker Serviks

Struktur organ reproduksi wanita terdiri dari organ internal dan

eksternal. Organ internal terdiri dari: dua ovarium dan dua tuba fallopii atau

saluran telur, uterus, dan vagina. Sedangkan organ eksternal secara

keseluruhan disebut vulva dan terdiri dari struktur-struktur yang tampak dari

luar mulai dari pubis sampai ke perineum:mons pubis, labia mayora, labia

minora, klitoris, vestibulum yang berbentuk seperti buah almond di dalam

labia minora (Price dan Wilson, 2006). Serviks atau leher rahim merupakan

suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke

arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama

(vagina). Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri

(pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut

pars supra vaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks, disebut

kanalis servikalis, berbentuk sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm.

Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak

bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks

sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di vagina disebut

ostium uteri eksternum (Winkjosastro, 2006).

Page 12: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Gambar 2.1 Anatomi Serviks

Pada awal perkembangan embriologi, serviks dan vagina bagian atas

dilapisi dengan epitel silindris. Pada perkembangan intra uterin selanjutnya,

epitel silindris vagina secara progresif digantikan dengan epitel pipih (epitel

skuamosa). Pada masa neonatologi, vagina sudah dilapisi dengan epitel pipih

sementara itu epitel silindris hanya dijumpai pada kanalis endoservikalis dan

bagian tengah ektoservik. Secara makroskopik, epitel silindris terlihat

berwarna merah oleh karena hanya satu lapis sehingga pembuluh darah dibalik

epitel terlihat dengan jelas.

Batas pertemuan antara epitel pipih dan silindris berada di sekitar

ostium uteri eksternum - external os dan dinamakan squamocollumnar

junction. Selama hidup, terutama pada masa remaja dan kehamilan pertama,

epitel pipih yang metaplastik menutupi epitel silindris sehingga

squamocollumnar junction yang baru menjadi lebih dekat dengan external os

dan dapat memasuki kanalis endoservikal. Zona transformasi adalah daerah

Page 13: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

epitel pipih yang metaplastik yang terletak di antara kedua squamocollumnar

junction tersebut (Widjanarko, 2009).

Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction

Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan

dan perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker dapat

dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu terjadinya

proses karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat

berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu, dan juga konsumsi tembakau,

sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun akibat metabolisme),

hormon, dan kondisi sistem imun merupakan faktor internal (American

Cancer Society, 2008).

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang tumbuh di

daerah leher rahim (serviks). Kanker serviks ini biasanya merupakan kanker

yang tumbuh perlahan yang sering tidak menunjukkan gejala tetapi dapat

diketahui dengan Pap test rutin (suatu prosedur dimana sel serviks dipulas dan

dilihat dengan mikroskop). Kanker serviks hampir selalu disebabkan oleh

Page 14: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

infeksi human papillomavirus (HPV) (CancerNet, 2012). Kanker serviks ini

sebagian besar merupakan karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa

biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa

endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi).

B. Gambaran dan Stadium Invasif Kanker Serviks

Kanker serviks umumnya tidak memunculkan gejala hingga sel-sel

serviks yang abnormal dan mengganas mulai menginvasi jaringan sekitarnya.

Dengan kata lain, gejala baru muncul bila telah terjadi kanker invasif. Di saat

ini terjadi, gejala yang umum muncul adalah perdarahan pervaginam yang

abnormal, yaitu perdarahan spontan yang terjadi di antara dua siklus

menstruasi. Perdarahan ini dapat pula muncul setelah melakukan hubungan

seksual akibat tergesernya tumor pada waktu koitus. Perdarahan menstruasi

dapat menjadi lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya. Pada wanita

yang telah menopause, perdarahan abnormal ini yang menjadi keluhan utama

dan membawa wanita pergi ke dokter (American Cancer Society, 2007).

Selain perdarahan abnormal, keputihan juga merupakan gejala yang

sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau

busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Warnanya pun menjadi

kekuningan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.

Perdarahan spontan saat defekasi dapat pula ditemukan. Hal ini terjadi akibat

tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala. Adanya perdarahan

abnormal pervaginam saat defekasi perlu dicurigai kemungkinan adanya

Page 15: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kanker serviks uteri tingkat lanjut.Gejala-gejala hematuria dan atau perdarahan

per rektal timbul bila tumor sudah menginvasi vesika urinaria atau rektum.

Jika terjadi perdarahan kronik, maka penderita akan mengalami anemia,

kehilangan berat badan, lelah dan gejala konstitusional lainnya (Randall,

2005).

Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat lesi pada daerah serviks.

Beberapa lesi dapat tersembunyi di kanal bagian endoserviks, namun dapat

diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Semakin lebar diameter lesi maka

semakin sempit jarak antara tumor dengan dinding pelvis (Randall, 2005).

Setelah diagnosis kanker ditegakkan, stadium kanker juga dipastikan.

Stadium klinis kanker serviks ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang seperti: kolposkopi, sistoskopi, dan proktoskopi.

Penentuan stadium kanker serviks mengikuti sistem internasional yang

ditetapkan Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Berdasarkan

sistem ini kanker diklasifikasikan dari stadium 0 (disebut kanker in situ [CIS]

atau Carsinoma Intraepithelial Neoplasia [CIN]) sampai stadium 4 (kanker

yang telah bermetastase ke bagian tubuh yang lain). Stadium in situ

menunjukkan perubahan sitologi dan morfologi sel epitelial. Stadium invasif

kanker serviks adalah stadium dimana lesi kanker telah menyebar hingga

melewati membran basal epitel. Stadium invasif kanker serviks diawali oleh

stadium in situ yang menunjukkan morfologi kanker kecuali invasi ke stroma

(Johnson, 1960).

Page 16: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Gambar 2.3 Gambaran kanker serviks

Page 17: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Tabel 2.1 Stadium klinis kanker serviks menurut sistem FIGO

Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepitelial

Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)

Stadium IA

Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya t idak lebih dari 7 mm

Stadium IA1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium IA2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium IB Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari IA

Stadium IB1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm

Stadium IB2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm

Stadium II Lesi tidak menyebar ke dinding panggul atau vagina bagian bawah, tetapi telah melibatkan rahim

Stadium IIA Telah melibatkan vagina, tetapi belum melibatkan parametrium

Stadium IIB Lesi telah menyebar ke jaringan sekeliling serviks (parametrium)

Stadium III

Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

Stadium IIIA Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIIB Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal

Stadium IV Lesi telah menyebar (metastase) ke organ atau area tubuh lainnya

Stadium IVA Lesi telah menyebar ke ureter atau rectum

Stadium IVB Lesi telah menyebar ke organ selain organ di rongga panggul, seperti hati atau paru-paru atau organ abdominal

(Swierzewski, 2010)

Page 18: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

C. Perilaku seksual

Dari segi biologis semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai

dengan manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah

satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang luas, sepanjang

kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, bekerja,

menulis, membaca, berpikir dan seterusnya. Aktivitas atau perbuatan manusia

tidak terjadi secara sporadic (timbul dan hilang pada saat-saat tertentu), tetapi

selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan

berikutnya. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar,

perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang diselaraskan peran

manusia sebagai makhluk individu, sosial dan berketuhanan (Purwanto,

1999). Keunikan perilaku berbeda dari yang lainnya. Jadi tiap-tiap manusia

memiliki ciri-ciri, sifat-sifat tersendiri yang membedakan dari manusia

lainnya. Pengalaman-pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk

masa yang akan datang menentukan perilaku di masa kini dan arena tiap orang

mempunyai pengalaman dan aspirasi yang berbeda-beda, maka perilaku di

masa kini pun berbeda-beda (Purwanto,1999).

Seksual adalah rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan

dengan seks (Notoatmodjo, 2007). Seksualitas diartikan sebagai sebuah

identitas individu yang secara sosial dibangun berdasarkan komponen

biologis, kepercayaan, nilai, minat, daya tarik, harapan dan tingkah laku

(Walsh, 2007). Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang

Page 19: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

tetapi juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Kesehatan seksual

telah didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional,

intelektual dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif

memperkaya dan meningkatkan kepribadian, dan komunikasi (Manurung,

2010).

Perilaku seksual: usia coitarche lebih awal, jumlah pasangan seksual

lebih dari satu, penggunaan kondom secara inkonsisten, dan riwayat terinfeksi

penyakit menular seksual dapat meningkatkan risiko terifenksi HPV

onkogenik (Schorge dkk, 2008; Winer, 2006; Rasjidi, 2008).

1. Usia coitarche atau usia pertama melakukan hubungan seks

Dalam perkembangannya organ reproduksi wanita mengalami

perubahan secara bertahap. Tahapan ini dipengaruhi oleh sistem

hormonal. Perkembangan organ reproduksi wanita dipengaruhi oleh

estrogen dan akan mencapai maturitas setelah dewasa. Wanita yang

menikah di usia muda lebih berisiko menderita kanker serviks daripada

wanita yang menikah setelah dewasa. Pada usia tersebut kondisi rahim

seorang remaja putri sangat sensitif. Serviks remaja lebih rentan

terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia

skuamosa yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama

periode perkembangan. Sedangkan menurut Rasjidi (2008) sel kolumnar

serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa maka wanita

yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena

kanker serviks lima kali.

Page 20: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Jumlah pasangan seksual

Berganti-ganti pasangan secara tidak langsung dapat meningkatkan

kejadian kanker serviks. Hal ini dikarenakan infeksi HPV terjadi pada

wanita yang aktif secara seksual. Selain itu penyakit menular seksual

dapat menjadi jalan infeksi sekunder oleh HPV. Apabila pasangan

seksual telah terinfeksi HPV maka penularan virus dapat terjadi. Hal ini

juga tidak menentukan bahwa memiliki satu pasangan memastikan tidak

tertularnya infeksi HPV. Dalam penelitiannya Kahn (2009) menyebutkan

infeksi HPV bisa didapat beberapa bulan setelah berhubungan seksual:

sebuah studi universitas di Amerika Serikat melaporkan bahwa wanita

yang baru pertama melakukan hubungan seksual dengan pasangan

tunggal, 30% menjadi HPV positif dalam satu tahun.

3. Riwayat penyakit menular seksual

Faktor risiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human

Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual. Lebih dari 20 tipe

HPV yang berbeda mempunyai hubungan dengan kanker serviks. Cancer

Research UK pun melaporkan bahwa infeksi HPV merupakan prekursor

terjadinya kanker serviks. Infeksi HPV terjadi dalam persentase yang

besar pada wanita yang aktif secara seksual. Kebanyakan dari infeksi

virus ini sembuh sempurna dalam beberapa bulan hingga tahun, dan

hanya sebagian kecil saja yang berkembang menjadi suatu kanker. Ini

berarti bahwa diperlukan faktor-faktor penting lainnya yang harus ada

untuk mencetuskan suatu proses karsinogenesis (Garcia, 2009).

Page 21: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Selain infeksi HPV, infeksi virus herpes simpleks juga dapat

dikaitkan dengan kejadian kanker serviks. Walaupun semua virus herpes

simpleks (HSV) tipe 2 belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik

hibridisasi in situ telah menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik

pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks. Infeksi herpes

simplex virus-2 (HSV-2) memungkinkan HPV masuk ke lapisan

epitel lebih dalam, inflamasi yang disebabkan virus herpes

mengganggu respon imun terhadap HPV dan infeksi HSV

menstimulasi DNA HPV untuk bereplikasi dan berintegrasi pada

DNA sel epitel serviks (Rusmana, 2009).

Infeksi trikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan berhubungan

dengan kanker serviks. Namun infeksi ini dipercaya muncul akibat

hubungan seksual dengan banyak pasangan dan tidak dipertimbangkan

sebagai faktor risiko kanker serviks secara langsung (Rasjidi, 2008). Pada

infeksi vagina dapat terjadi keputihan dan mengganggu stabilitas epitel

serviks. Saputra (2011) menyebutkan bahwa virus HPV hidup di daerah

yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita

keputihan (leukorea) akan mempermudah terjadinya infeksi HPV.

4. Riwayat kontrasepsi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal

per-oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV yang dapat

menyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga berisiko

untuk terjadinya kanker serviks. Pil kontrasepsi oral akan

Page 22: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

menyebabkan defisiensi asam folat yang mengurangi metabolisme

nitrogen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu

kofaktor yang membuat replikasi DNA HPV.

Kontrasepsi hormonal per-oral berperan sebagai alat yang

mempengaruhi karsinogenesis serviks (Bicho, 2009). Hal ini terjadi sejak

diketahuinya peran estrogen yang memiliki efek trophic dalam

meningkatkan pertumbuhan sel. Wanita yang menggunakan kontrasepsi

hormonal berupa pil dalam jangka lama memiliki risiko kanker serviks

uteri. Menurut penelitian Vanankovit (2008), Bertram (2004), dan Tiffany

(2009) penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka lama dapat

meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Selain itu estrogen juga

berperan pada proses metaplasia skuamosa serviks. Gelombang estrogen

menetapkan lactobacilli sebagai bagian dari flora normal vagina.

Mikroorganisme ini menghasilkan asam laktat, yang menurunkan pH

vaginal menjadi 4 atau kurang. Epitel kolumnar endoserviks terpapar

setelah pubertas pada kadar keasaman dari lingkungan vagina. Kerusakan

pada epitel kolumnar yang tereversi disebabkan oleh kadar keasaman

yang dihasilkan oleh proliferasi dari cadangan sel stroma epitel kolumnar

dasar, dan hal ini akan menggantikan epitel dengan epitel imatur,

undifferentiated, stratified, skuamosa, dan epitel metaplastik (Departemen

Obstetri dan Ginekologi RSCM FK UI). Serviks wanita peka terhadap

stimuli karsinogenik oleh karena adanya metaplasia skuamosa pada zona

transformasi yang berhubungan dengan siklus perubahan endokrinologi

Page 23: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang berhubungan dengan siklus haid. Penggunaan kontrasepsi hormonal

mempengaruhi kadar estrogen tubuh sehingga siklus hormonal wanita

juga terganggu. Sebenarnya metaplasia skuamosa adalah proses normal,

namun adanya pengaruh dari infeksi virus HPV terjadi perubahan seluler

atipik pada zona transformasi yang dinamakan CIN – Cervical

Intraepithelial Neoplasia yang merupakan cikal bakal dari kanker serviks.

Estrogen dapat menginduksi transaktivasi genom Human

papillomavirus, epitel skuamosa serviks mempunyai reseptor estrogen

sehingga pemberian estrogen dapat meningkatkan proliferasi epitel.

Estrogen juga dapat menginduksi onkogenesis secara langsung pada

epitel serviks (Rusmana, 2009).

Selain itu penggunaan kontrasepsi hormonal menyebabkan wanita

merasa aman berhubungan seksual dengan pasangan yang tidak

menggunakan kondom. Berdasarkan penelitian Winer (2006), disebutkan

bahwa tidak menggunakan kondom atau menggunakannya secara tidak

konsisten dapat meningkatkan faktor risiko terinfeksi Human Papilloma

Virus (HPV) yang merupakan faktor prekursor kanker serviks. dalam

penelitiannya disebutkan bahwa tidak ditemukan lesi intraepitel skuamosa

serviks pada 32 wanita berisiko kanker serviks per tahun yang

pasangannya menggunakan kondom secara konsisten dan ditemukan 14

insiden lesi terdeteksi pada 97 wanita berisiko kanker serviks per tahun

yang pasangannya tidak menggunakan kondom atau menggunakannya

secara tidak konsisten.

Page 24: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Kontrasepsi dengan menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD) merupakan suatu metode

kontrasepsi dengan cara memasukkan alat kecil yang terbuat dari

plastik ke dalam uterus melalui vagina dan dibiarkan di tempatnya.

AKDR adalah suatu alat berukuran kecil, terbuat dari plastik yang dibalut

dengan kawat halus tembaga dengan benang monofilamen pada ujung

bawahnya (American Academy of Family Physicians, 1998). AKDR

ditempatkan di dalam cavum uteri dengan bagian benang monofilamen

memanjang sampai bagian atas vagina. Pemakaian AKDR akan

berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi di servik

yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus-menerus,

hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker servik (Manuaba,

2001). Insersi AKDR dengan benang, pada cavum uteri dapat ditemukan

adanya bakteri yang mana hal ini dimungkinkan oleh adanya penyebaran

infeksi ke arah atas dari vagina melalui benang pada ujung bawah AKDR

tersebut (Darmani, 2003).

Page 25: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.4 Kerangka pemikiran hubungan perilaku seksual tehadap kejadian kanker serviks invasif.

Usia coitarche

Meningkatkan risiko infeksi HPV

>18 th Kondom

HPV – prekursor kanker serviks

Kanker Serviks

1. AKDR 2. KB hormonal 3. Tanpa alat

kontrasepsi >1 1 Tidak

pernah Pernah

Riwayat penggunaan alat

kontrasepsi

Riwayat penyakit menular seksual Riwayat jumlah

pasangan seksual

Page 26: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

E. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara usia pertama melakukan hubungan seks

(coitarche) dan kejadian kanker serviks invasif.

2. Terdapat hubungan antara jumlah pasangan seksual dan kejadian kanker

serviks invasif

3. Terdapat hubungan antara riwayat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks

invasif

4. Terdapat hubungan antara riwayat penyakit menular seksual dan kejadian

kanker serviks invasif.

Page 27: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan kasus

kontrol (case control). Penelitian ini bersifat observasional karena peneliti

hanya mengamati (mengukur) variabel yang diteliti, tidak dengan sengaja

memberikan perlakuan (intervensi). Penelitian ini merupakan penelitian

analitik karena bertujuan mengamati hubungan variabel-variabel atau

pengaruh sebuah atau sejumlah variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian

ini merupakan kasus kontrol karena penelitian dimulai dengan menentukan

kelompok penelitian berdasarkan jenis penyakit.

B. Lokasi penelitian

Pengambilan data dilakukan di Poliklinik Obsgin RSUD Dr.

Moewardi dan direncanakan berlangsung selama 4 bulan yaitu awal bulan

Juni hingga akhir September 2012.

C. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah wanita yang datang berobat di Poliklinik

Obsgin RSUD Dr. Moewardi. Sampel adalah pasien yang secara klinis

menderita kanker serviks stadium invasif (stadium I-IV) yang ditunjukkan

oleh hasil rekam medik pasien.

1. Kriteria inklusi:

a. pasien dengan diagnosis kanker serviks yang sudah menikah

Page 28: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b. pasien dengan diagnosis kanker ginekologi selain kanker serviks yang

sudah menikah

c. berobat ke Poliklinik Obsgin RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juni-

September 2012.

2. Kriteria ekslusi adalah pasien yang menolak menjadi responden

penelitian

D. Teknik sampling

Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed- disease

sampling. Fixed-disease sampling (Murti, 2006) merupakan prosedur

pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek, sedang status paparan

subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed.

Pada pengambilan sampel ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal

dari satu populasi sumber, sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan

yang valid antara kedua kelompok studi.

E. Besar sampel

Menurut Murti (2006), rasio jumlah subjek dan jumlah variabel bebas

dalam analisis multivariat tidak boleh kurang dari 5:1.

n = 15-20 subjek pervariabel bebas

Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel bebas, maka jumlah subjek

yang diperlukan adalah 4 x (15-20) sampel sehingga jumlah minimum

sampel 4 x 15 = 60 orang.

Page 29: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

F. Identifikasi variabel penelitian

1. Variabel terikat :kejadian kanker serviks invasif.

2. Variabel bebas :perilaku seksual subjek penelitian yang terdiri dari:

usia pertama melakukan hubungan seks (coitarche), jumlah pasangan

seksual atau riwayat pernikahan, riwayat kontrasepsi, dan riwayat

penyakit menular seksual.

G. Definisi operasional variabel penelitian

Variabel terikat adalah kejadian kanker serviks invasif. Kanker

serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada

organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang

terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). International

Federation of Obstetrics and Gynecology (FIGO) mengklasifikasikan stadium

0 adalah stadium non-invasif dan stadium I-IV adalah stadium invasif (The

New England Journal of Medicine, 2007).

Variabel bebas adalah perilaku seksual. Perilaku seksual adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati secara langsung

maupun tidak oleh orang lain (Purwanto, 1999) dan berhubungan dengan

seks, antara lain:

1. Usia pertama melakukan hubungan seks (coitarche) adalah usia pertama

kali responden melakukan hubungan seks atau usia pertama menikah

2. Jumlah pasangan seksual, adalah jumlah pasangan seksual responden dari

pasangan seksual pertama hingga terdiagnosis kanker serviks atau riwayat

pernikahan responden

Page 30: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Riwayat kontrasepsi dalam penelitian ini adalah kontrasepsi hormonal

yang meliputi pil kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik progestin,

suntik kombinasi, susuk, dan koyo KB.

4. Riwayat penyakit menular seksual, adalah riwayat penyakit menular

seksual (gonorrhea, sifilis, herpes genitalis, kandidiasis, kondiloma

akuminata) yang pernah dialami responden sebelum terdiagnosis

menderita kanker serviks

Page 31: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

H. Rancangan penelitian

Page 32: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

I. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian utama yang digunakan adalah lembar

persetujuan pasien dan Lembar Pengumpul Data (LPD).

J. Teknik analisis data statistik

Karakteristik sampel data kontinyu (misal usia dan tahun) di

deskripsikan dalam n, mean, SD, Minimum, dan Maksimum. Karakteristik

sampel data kategorikal (misal jenis kontrasepsi) dideskripsikan dalam n dan

persen.

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik ganda.

Analisis regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat kuat untuk

menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit dan dengan

serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor perancu potensial.

Menurut Murti (2006), model regresi logistik seharusnya dapat

digunakan untuk:

1. Mengukur pengaruh antara variabel respon dan variabel prediktor setelah

mengontrol pengaruh prediktor (kovariat) lainnya

2. Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding analisis ganda

linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien regresi menjadi

Odds Ratio (OR). Untuk variabel prediktor yang berskala katagorial,

maka rumus OR = Exp (bi)

Rumus yang digunakan:

ln = a + + +

Page 33: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dimana:

p : probabilitas wanita dengan kanker serviks stadium invasif

1-p : probabilitas wanita bukan kanker serviks stadium invasif

: odd ln p

- : konstanta regresi variabel bebas -

: usia pertama kawin 0 =

1 = > 18 tahun

: riwayat PMS 0 = pernah

1 = tidak pernah

: jumlah pasangan seksual 0 = 1

1 = 2

2 = > 2

Interpretasi:

OR = 1 Tidak ada hubungan

OR > 1 Ada hubungan positif. Perilaku seksual; usia

coitarche, riwayat PMS, dan jumlah pasangan

seksual, meningkatkan risiko kejadian kanker

serviks invasif.

Page 34: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

M OR < 1 Ada hubungan negatif. Perilaku seksual; usia

coitarche, riwayat PMS, dan jumlah pasangan

seksual, menurunkan risiko kejadian kanker serviks.

Page 35: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai hubungan perilaku seksual dan kejadian kanker serviks

invasif telah dilaksanakan pada bulan Juni-September 2012 di Poli Obsgin RSUD

Dr. Moewardi. Sampel penelitian berjumlah 80 sampel yang terdiri dari 60 pasien

penderita kanker serviks invasif dan 20 pasien kanker ginekologis selain kanker

serviks. Berikut disampaikan hasil penelitian dalam bentuk tabel.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu

Tabel 4.1 Karakteristik sampel data kontinyu

Variabel n Mean SD Min Maks Usia coitarche

80 19.06 4.241 12 32

Tabel 4.1 menunjukkan rata-rata usia coitarche responden pada

penelitian adalah 19 tahun.

2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan riwayat pernah menderita Penyakit Menular Seksual (PMS)

No Riwayat PMS Frekuensi (n) % 1 Pernah 26 32.5 2 Tidak pernah 54 67.5 Jumlah 80 100

Tabel 4.2 menunjukkan 32.5% responden pernah menderita

penyakit menular seksual (kandidiasis, herpes genitalis, gonore,kondiloma

akuminata, sipilis).

Page 36: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan riwayat pasangan seksual

No Riwayat pasangan seksual Frekuensi (n) % 1 1 77 96.3 2 2 3 3.8 Jumlah 80 100

Tabel 4.3 menunjukkan hampir seluruh responden (96.3%)

memiliki riwayat satu pasangan seksual.

Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan riwayat penggunaan alat kontrasepsi

No Riwayat KB Frekuensi (n) % 1 AKDR 26 32.5 2 Pil KB 1 1.3 3 Susuk KB 5 6.3 4 Suntik KB 18 22.5 5 Steril 3 3.8 6 Tidak KB 27 33.8 Jumlah 80 100

Tabel 4.4 menunjukkan alat kontrasepsi AKDR paling banyak

digunakan responden sebesar 32.5% diikuti suntik KB (22.5%), susuk KB

(6.3%), dan pil KB (1.3%). Sedangkan 33.8% responden tidak

menggunakan alat kontrasepsi.

Page 37: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Analisis Statistik

Pada tahap ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan

antara variabel bebas terhadap variabel terikat serta arah hubungannya.

1. Hubungan usia coitarche dan kejadian kanker serviks invasif

Tabel 4.5 Analisis bivariat hubungan usia coitarche dan kejadian kanker serviks invasif

Variabel

Diagnosis Kanker

OR p Kanker serviks

Non kanker serviks

Total

Usia coitarche th 32 11 43 1.069 0.897

Usia coitarche >18th

28 9 37

Tabel 4.5 analisis bivariat terhadap hubungan usia coitarche dan

kejadian kanker serviks invasif menunjukkan hubungan tidak signifikan (p

= 0.897). Pasien dengan usia coitarche tahun memiliki risiko

untuk mengalami kejadian kanker serviks invasif dengan frekuensi 1.069

kali lebih tinggi daripada usia coitarche >18 tahun (OR = 1.069; CI 95% =

0.387 s.d 2.955; p = 0,897), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh

dari variabel lainnya.

Page 38: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2. Hubungan riwayat jumlah pasangan seksual dan kanker serviks

invasif

Tabel 4.6 Analisis bivariat hubungan riwayat jumlah pasangan seksual dan kejadian kanker serviks invasif

Variabel

Diagnosis Kanker

OR p Kanker serviks

Non kanker serviks

Total

Riwayat 1 pasangan seksual

57 20 77 0.74 0.308

Riwayat >=2 pasangan seksual

3 0 3

Tabel 4.6 analisis bivariat terhadap hubungan riwayat jumlah

pasangan seksual dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan

hubungan tidak signifikan (p = 0.308). Pasien dengan riwayat satu

pasangan seksual memiliki risiko untuk mengalami kejadian kanker

serviks invasif dengan frekuensi 0.74 kali lebih rendah daripada pasien

dengan riwayat jumlah pasangan = 0.74; CI 95% = 0.65 s.d 0.85; p

= 0,308), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel lainnya.

Page 39: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3. Hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kanker serviks

invasif

Tabel 4.7 Analisis bivariat hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif

Variabel

Diagnosis Kanker

OR p Kanker serviks

Non kanker serviks

Total

Pernah PMS 25 1 26 13.57 0.002

Tidak pernah PMS

35 19 54

Tabel 4.7 analisis bivariat terhadap hubungan riwayat penyakit

menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan

hubungan signifikan (p = 0.002). Pasien dengan riwayat penyakit menular

seksual memiliki risiko untuk mengalami kejadian kanker serviks invasif

dengan frekuensi 13.57 kali lebih tinggi daripada pasien tanpa riwayat

penyakit menular seksual (OR = 13.57; CI 95% = 1.70 s.d 108.13; p =

0.002), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel lainnya.

Page 40: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

4. Hubungan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dan kanker serviks

invasif

Tabel 4.8 Analisis bivariat hubungan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks invasif

Variabel

Diagnosis Kanker

OR p Kanker serviks

Non kanker serviks

Total

Riwayat KB-hormonal

38 18 56 5.21 0.024

Riwayat non-hormonal

22 2 24

Tabel 4.8 analisis bivariat terhadap hubungan riwayat penggunaan

kontrasepsi dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan hubungan

signifikan (OR = 5.21; CI 95% = 1.103 s.d 24.607; p = 0.024). Riwayat

kontrasepsi hormonal (pil kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik

progestin, suntik kombinasi, susuk, dan koyo KB) meningkatkan risiko

mengalami kanker serviks invasif sebesar 5.21 kali.

Page 41: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

5. Hubungan perilaku seksual dan kanker serviks invasif

Data yang telah diambil dalam penelitian ini diolah menggunakan uji

analisis regresi logistik ganda, dengan uji tersebut maka dapat diketahui

apakah hubungan antarvariabel secara statistik bermakna.

Tabel 4.9 Hasil analisis regresi logistik ganda hubungan usia coitarche, riwayat jumlah pasangan seksual, riwayat penyakit menular seksual dan riwayat kontrasepsi dengan kejadian kanker serviks invasif

Variabel bebas

Adjusted Odds Ratio

(AOR)

CI 95%

p Batas bawah

Batas atas

Usia coitarche th 1.34 0.43 4.08 0.624 Pernah PMS 11.37 1.37 94.28 0.024 Riwayat KB-hormonal Pasangan seksual

4.11 0

0.82 0

20.70 .

0.087 1

N observasi = 80 Nagelkerke R² = 27.3% -2 loglikehood ratio =73.69

Tabel 4.9 menunjukkan wanita yang pernah menderita Penyakit Menular

Seksual (PMS) memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks invasif 11.37

kali lebih besar dibanding dengan wanita yang tidak pernah menderita PMS

(AOR = 11.37; CI 95% = 1.37 s.d 94.28; p = 0.024). Hubungan ini telah

mengontrol pengaruh usia coitarche, riwayat pasangan seksual, dan riwayat

kontrasepsi.

Nagelkerke R2 = 27.3% artinya dengan model analisis regresi logistik

ganda, variabel riwayat usia coitarche, riwayat penyakit menular seksual,

riwayat pasangan seksual dan riwayat kontrasepsi secara bersamaan di dalam

model regresi logistik mampu menjelaskan tingkat kejadian kanker serviks

sebesar 27.3%.

Page 42: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Seksual dan kejadian Kanker

Serviks Invasif” dilakukan di RSUD Dr. Moewardi sejak bulan Juni - September

2012. Dari total responden tersebut telah dilakukan pemisahan dengan cara

pengeluaran dari penelitian untuk yang memenuhi syarat ekslusi dan dimasukkan

dalam penelitian untuk yang memenuhi syarat inklusi. Berdasarkan pemisahan ini

didapatkan 60 pasien kanker serviks invasif dan 20 pasien kanker ginekologis

selain kanker serviks.

A. Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks. Usia pertama

melakukan hubungan seksual dan jumlah pasangan seksual juga berpengaruh

terhadap kejadian kanker serviks. Menurut Rasjidi (2008) berhubungan

seksual sebelum usia 18 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Pada

penelitian ini, terdapat hubungan antara usia pertama melakukan hubungan

seksual (coitarche) dan kejadian kanker serviks invasif. Hasil analisis data

menunjukkan bahwa usia coitarche dapat meningkatkan risiko

mengalami kanker serviks invasif tetapi tidak bermakna secara statistik (OR =

1.069; CI 95% = 0.387 s.d 2.955; p = 0.897 ). Wanita yang menikah usia <20

tahun memiliki risiko mengalami kanker serviks 5 kali lebih besar (Setyarini,

2009). Penelitian Irvianty (2011) juga menunjukkan bahwa usia coitarche <20

tahun meningkatkan risiko mengalami kanker serviks 2.286 kali lebih besar

Page 43: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dibanding pasien dengan usia coitarche >20 tahun serta tidak memiliki

hubungan bermakna dengan kejadian kanker serviks (OR = 2.286; p = 0.056).

B. Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker

Serviks Invasif

Kahn (2009) menyebutkan infeksi HPV bisa didapat beberapa bulan setelah

berhubungan seksual: sebuah studi universitas di Amerika Serikat melaporkan

bahwa wanita yang baru pertama melakukan hubungan seksual dengan

pasangan tunggal, 30% menjadi HPV positif dalam satu tahun. Hasil

penelitian Franceschi (2009) menunjukkan berganti pasangan seksual

mempunyai OR = 1,5. Individu yang sering berganti pasangan seksual

(multisexualpatner) akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Hal ini

disebabkan perilaku seksual berganti pasangan seksual akan meningkatkan

penularan penyakit kelamin. Hasil analisis menunjukkan hubungan tidak

signifikan (OR = 0.74; CI 95% = 0.65 s.d 0.85; p = 0.308). Belum dapat

dikatakan bahwa riwayat satu pasangan seksual dapat mengurangi risiko

terkena kanker serviks sebab dalam penelitian ini belum menggali informasi

secara terbuka mengenai jumlah sebenarnya riwayat pasangan seksual

responden. Pada penelitian Khasbiyah (2004) juga gagal menunjukkan

hubungan pasangan seksual dan kejadian kanker serviks (p > 0.05).

Page 44: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker

Serviks Invasif

Berdasarkan hasil analisis data juga terdapat hubungan yang kuat dan

secara statistik signifikan antara riwayat penyakit menular seksual dan

kejadian kanker serviks invasif (AOR = 13.57; CI 95% = 1.70 s.d 108.13; p =

0.002). Hasil analisis menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat pernah

mengalami PMS memiliki risiko 13.57 kali lebih besar mengalami kanker

serviks dibanding wanita tanpa riwayat PMS. Hasil ini sesuai dengan teori

Rasjidi (2008) yang menyebutkan penyakit menular seksual non-HPV yang

dialami dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder oleh HPV

karena adanya lesi pada organ genital pasien. Selain itu Saputra (2011) juga

menyebutkan bahwa virus HPV hidup di daerah yang lembab, persisnya

dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita keputihan (leukorea) akan

mempermudah terjadinya infeksi HPV. Keputihan yang dibiarkan terus-

menerus tanpa diobati serta Penyakit Menular Seksual (PMS) yaitu

penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual antara lain

sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin dapat

meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks (Arisusilo, 2012). Dalam

penelitiannya Suraiya (2011) didapatkan bahwa infeksi seksual (factor loading

0.694) bersama usia pertama kali melakukan hubungan seksual, dan

pemakaian kontrasepsi merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi

peningkatan penderita kanker serviks di RS Pirngadi Medan sebesar 1.528.

Page 45: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

D. Hubungan Riwayat Kontrasepsi dan Kejadian Kanker Serviks Invasif

Dari hasil penelitian ini didapat bahwa riwayat kontrasepsi hormonal

meningkatkan risiko terkena kanker serviks invasif dan signifikan secara

statistik (OR = 5.21; CI 95% = 1.103 s.d 24.607; p = 0.024). Riwayat

kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko mengalami kanker serviks 5.21

kali lebih tinggi dibanding pasien tanpa riwayat kontrasepsi hormonal.

Kontrasepsi hormonal yang dimaksud meliputi pil kontrasepsi kombinasi, pil

progestin, suntik progestin, suntik kombinasi, susuk, koyo KB. Hasil

penelitian Setyarini (2009) di RSUD Dr. Moewardi menunjukkan ada

hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks

dan meningkatkan risiko mengalami kanker serviks sebesar 0.20 kali. Has

(2009) dalam penelitiannya juga didapat bahwa menggunakan kontrasepsi pil

meningkatkan risiko mengalami kanker serviks sebesar 5.445 kali lebih besar.

Pasien dengan riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi

memiliki risiko mengalami kanker serviks 17,9 kali lebih besar dibanding

dengan pasien yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi

(Pratiwi, 2010).

Kontrasepsi hormonal per-oral berperan sebagai alat yang mempengaruhi

karsinogenesis serviks (Bicho, 2009). Hal ini terjadi sejak diketahuinya peran

estrogen yang memiliki efek trophic dalam meningkatkan pertumbuhan sel.

Page 46: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

E. Hubungan Usia Coitarche, Riwayat Jumlah Pasangan Seksual, Riwayat

Penyakit Menular Seksual, Riwayat Kontrasepsi dan Kejadian Kanker

Serviks Invasif

Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan wanita yang pernah

penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) memiliki risiko untuk mengalami

kanker serviks invasif 11.37 kali lebih besar dibanding dengan wanita yang

tidak pernah menderita PMS (AOR = 11.37; CI 95% = 1.37 s.d 94.28; p =

0.024). Hubungan ini telah mengontrol pengaruh usia coitarche, riwayat

pasangan seksual, dan riwayat kontrasepsi.

Nagelkerke R2 = 27.3% artinya dengan model analisis regresi logistik

ganda, variabel riwayat usia coitarche, riwayat penyakit menular seksual, dan

riwayat kontrasepsi secara bersamaan di dalam model regresi logistik mampu

menjelaskan tingkat kejadian kanker serviks sebesar 27.3%.

Page 47: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data regresi logistik ganda, dapat disimpulkan:

1. Terdapat hubungan positif antara usia coitarche dan kejadian kanker

serviks invasif. Usia coitarche

kanker serviks sebesar 1.34 kali

2. Riwayat jumlah pasangan seksual belum dapat digunakan untuk

menunjukkan hubungan dengan kejadian kanker serviks invasif sebab

lembar pengumpul data dalam penelitian ini belum menggali informasi

secara terbuka mengenai jumlah sebenarnya riwayat pasangan seksual

responden

3. Terdapat hubungan positif antara riwayat kontrasepsi yang meliputi pil

kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik progestin, suntik kombinasi,

susuk, dan koyo KB terhadap kejadian kanker serviks invasif. Riwayat

kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko mengalami kanker serviks

invasif sebesar 4.11 kali

4. Terdapat hubungan positif antara riwayat penyakit menular seksual dan

kejadian kanker serviks invasif. Pernah menderita PMS meningkatkan

risiko mengalami kanker serviks invasif sebesar 11.37 kali

Page 48: HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER …/Hubungan... · Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

B. Saran

1. Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan perilaku seksual

terhadap kejadian kanker serviks invasif dengan jumlah sampel yang

representatif, populasi yang lebih luas, dan lebih mengontrol variabel

perancu.

2. Pemberian edukasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kejadian kanker serviks kepada wanita pada umumnya