hubungan perilaku seksual dan kejadian kanker …/hubungan... · gambar 2.1 anatomi serviks gambar...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN
KANKER SERVIKS INVASIF
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Fanny Aprilia Savitri
G0009076
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PRAKATA
Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Hubungan Perilaku Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif”. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Heru Priyadi S., dr., Sp.OG (K) selaku Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 3. Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes. selaku Pembimbing Pendamping
yang tak henti-hentinya bersedia meluangkan untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini.
4. Dr. Hj. Sulistyowati, dr., Sp.OG (K) selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Senyum Indrakila, dr., Sp.M selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D, yang telah memberikan arahan dalam bidang statistik dalam penyusunan skripsi ini.
7. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.
8. Yang tercinta kedua orang tua saya, Ayah Suleman dan Ibu Mas’anah dan seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan memberikan support dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.
9. Sahabat-sahabat terdekat Priyanka, Regina, Dewi, Wulan, serta teman-teman angkatan 2009 atas semangat dan bantuan yang tak henti-henti dan waktu yang selalu tersedia.
10. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, Nopember 2012
Fanny Aprilia Savitri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
PRAKATA……………. .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL dan GAMBAR .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... .............. 2
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... ............... 3
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Kanker Serviks ......................................................................... .................. 4
B. Gambaran dan Stadium Invasif Kanker Serviks ............................... ......... 7
C. Perilaku Seksual ..................................................................................... ... 11
D Kerangka Pemikiran ...................................................................................18
E. Hipotesis …………...................................................................................19
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................... ....... ..........................20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................20
C. Subjek Penelitian ......................................................................................20
D. Teknik Sampling.........................................................................................21
E. Besar Sampel.............................................................................................. 21
F. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ ......... 21
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................... .... 22
H. Rancangan Penelitian ................................................. ............................... 24
I. Instrumen Penelitian......................................................................... .......... 25
J. Teknik Analisis Data Statistik .................................................................... 25
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Sampel Penelitian .................................................................28
1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu .............................28
2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal .........................28
B. Analisis Statistik ..................................... ................................................... 30
1. Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif ..... 30
2. Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker
Serviks Invasif .................................................................................... 31
3. Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kanker Serviks
Invasif ................................................................................................ 32
4. Hubungan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Kanker Serviks
Invasif ................................................................................................ 33
5. Hubungan Perilaku Seksual dan Kanker Serviks Invasif ............. ..... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V. PEMBAHASAN ......................................................................... ............... 35
A. Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif .............35
B. Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker Serviks
Invasif .......... .............................................................................................. 36
C. Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker
Serviks Invasif .......................................................................................... 37
D. Hubungan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Kanker Serviks
Invasif ........... ............................................................................................ 38
E. Hubungan Usia Coitarche, Riwayat Jumlah Pasangan Seksual, Riwayat
Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif ........ .... 38
BAB VI. PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... ......... 40
B. Saran .......................................................................................... ............... 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 42
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Serviks
Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction
Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 2.1 Stadium Klinis Kanker Serviks Menurut Sistem FIGO
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Data Kontinyu
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Pernah Menderita Penyakit
Menular Seksual (PMS)
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Pasangan Seksual
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Penggunaan Alat Koktrasepsi
Tabel 4.5 Analisis Bivariat Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks
Invasif
Tabel 4.6 Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan
Kejadian Kanker Serviks Invasif
Tabel 4.7 Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan
Kejadian Kanker Serviks Invasif
Tabel 4.8 Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi dan
Kejadian Kanker Serviks Invasif
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Hubungan Usia Coitarche, Riwayat
Penyakit Menular Seksual, dan Riwayat Kontrasepsi dengan Kejadian
Kanker Serviks Invasif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 2 Lembar Pengumpul Data
Lampiran 3 Data Responden
Lampiran 4 Analisis Data SPSS
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6 Surat Bukti Selesai Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karsinoma serviks atau kanker leher rahim adalah karsinoma yang
tumbuh di daerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Swierzewski, 1999).
Kanker serviks invasif adalah kanker yang telah menyebar ke lapisan serviks
yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya. Kanker serviks merupakan
salah satu penyakit yang menimbulkan dampak psikologis yang luas bagi
pasien dan keluarga pasien. Setiap satu jam satu perempuan Indonesia
meninggal karena kanker serviks atau kanker mulut rahim (Tempo, 2011).
Berdasarkan data Research Cancer United Kingdom (UK), angka kejadian
kanker serviks di Asia Tenggara tahun 2008 sebesar 8,3 per 100.000 wanita
per tahun. Termasuk Indonesia dengan angka kejadian 13,9 per 100.000
wanita per tahun dan turut menyumbangkan 2831 kematian akibat kanker
serviks dari total 6948 kematian di Asia Tenggara (WHO, 2010).
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks, salah
satunya adalah faktor ginekologis yang berhubungan dengan perilaku
seksual. Faktor ginekologis adalah faktor yang berhubungan dengan
kesehatan organ reproduksi wanita. Dalam penelitiannya, Kim dan Goldie
(2008) menyebutkan salah satunya adalah infeksi Human papillomavirus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
(HPV) tipe 16 dan 18 risiko tinggi onkogenik adalah penyebab 70% kasus
kanker serviks. Usia pertama melakukan hubungan seksual dan jumlah
pasangan seksual juga berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks.
Menurut Rasjidi (2008) berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker serviks. Berdasar penelitian Winer (2006)
penggunaan kontrasepsi kondom secara inkonsisten dapat meningkatkan
risiko infeksi HPV. Sedangkan penyakit menular seksual non-HPV yang
dialami menurut Rasjidi (2008) dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi
sekunder oleh HPV karena adanya lesi pada organ genital pasien. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk mencari hubungan antara perilaku seksual
dan kejadian kanker serviks invasif.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara usia pertama melakukan hubungan
seksual dan kejadian kanker serviks invasif?
2. Apakah terdapat hubungan antara jumlah pasangan seksual atau riwayat
pernikahan dan kanker serviks invasif?
3. Apakah terdapat hubungan antara riwayat kontrasepsi dan kejadian kanker
serviks invasif?
4. Apakah terdapat hubungan antara riwayat penyakit menular seksual dan
kejadian kanker serviks invasif?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan usia pertama melakukan hubungan seksual dan
kejadian kanker serviks invasif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
2. Mengetahui hubungan jumlah pasangan seksual dan kajadian kanker
serviks invasif
3. Mengetahui hubungan riwayat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks
invasif
4. Mengetahui hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kejadian
kanker serviks invasif
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan perilaku seksual terhadap kejadian kanker serviks invasif
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk
penelitian mengenai kanker serviks.
2. Manfaat Aplikatif
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai
perilaku seksual yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks
invasif kepada para wanita umumnya
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada tenaga
medis agar dapat menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama mengenai kejadian kanker serviks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kanker Serviks
Struktur organ reproduksi wanita terdiri dari organ internal dan
eksternal. Organ internal terdiri dari: dua ovarium dan dua tuba fallopii atau
saluran telur, uterus, dan vagina. Sedangkan organ eksternal secara
keseluruhan disebut vulva dan terdiri dari struktur-struktur yang tampak dari
luar mulai dari pubis sampai ke perineum:mons pubis, labia mayora, labia
minora, klitoris, vestibulum yang berbentuk seperti buah almond di dalam
labia minora (Price dan Wilson, 2006). Serviks atau leher rahim merupakan
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri
(pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut
pars supra vaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks, disebut
kanalis servikalis, berbentuk sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm.
Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak
bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks
sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di vagina disebut
ostium uteri eksternum (Winkjosastro, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Gambar 2.1 Anatomi Serviks
Pada awal perkembangan embriologi, serviks dan vagina bagian atas
dilapisi dengan epitel silindris. Pada perkembangan intra uterin selanjutnya,
epitel silindris vagina secara progresif digantikan dengan epitel pipih (epitel
skuamosa). Pada masa neonatologi, vagina sudah dilapisi dengan epitel pipih
sementara itu epitel silindris hanya dijumpai pada kanalis endoservikalis dan
bagian tengah ektoservik. Secara makroskopik, epitel silindris terlihat
berwarna merah oleh karena hanya satu lapis sehingga pembuluh darah dibalik
epitel terlihat dengan jelas.
Batas pertemuan antara epitel pipih dan silindris berada di sekitar
ostium uteri eksternum - external os dan dinamakan squamocollumnar
junction. Selama hidup, terutama pada masa remaja dan kehamilan pertama,
epitel pipih yang metaplastik menutupi epitel silindris sehingga
squamocollumnar junction yang baru menjadi lebih dekat dengan external os
dan dapat memasuki kanalis endoservikal. Zona transformasi adalah daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
epitel pipih yang metaplastik yang terletak di antara kedua squamocollumnar
junction tersebut (Widjanarko, 2009).
Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction
Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker dapat
dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu terjadinya
proses karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat
berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu, dan juga konsumsi tembakau,
sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun akibat metabolisme),
hormon, dan kondisi sistem imun merupakan faktor internal (American
Cancer Society, 2008).
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang tumbuh di
daerah leher rahim (serviks). Kanker serviks ini biasanya merupakan kanker
yang tumbuh perlahan yang sering tidak menunjukkan gejala tetapi dapat
diketahui dengan Pap test rutin (suatu prosedur dimana sel serviks dipulas dan
dilihat dengan mikroskop). Kanker serviks hampir selalu disebabkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
infeksi human papillomavirus (HPV) (CancerNet, 2012). Kanker serviks ini
sebagian besar merupakan karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa
biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa
endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi).
B. Gambaran dan Stadium Invasif Kanker Serviks
Kanker serviks umumnya tidak memunculkan gejala hingga sel-sel
serviks yang abnormal dan mengganas mulai menginvasi jaringan sekitarnya.
Dengan kata lain, gejala baru muncul bila telah terjadi kanker invasif. Di saat
ini terjadi, gejala yang umum muncul adalah perdarahan pervaginam yang
abnormal, yaitu perdarahan spontan yang terjadi di antara dua siklus
menstruasi. Perdarahan ini dapat pula muncul setelah melakukan hubungan
seksual akibat tergesernya tumor pada waktu koitus. Perdarahan menstruasi
dapat menjadi lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya. Pada wanita
yang telah menopause, perdarahan abnormal ini yang menjadi keluhan utama
dan membawa wanita pergi ke dokter (American Cancer Society, 2007).
Selain perdarahan abnormal, keputihan juga merupakan gejala yang
sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau
busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Warnanya pun menjadi
kekuningan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
Perdarahan spontan saat defekasi dapat pula ditemukan. Hal ini terjadi akibat
tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala. Adanya perdarahan
abnormal pervaginam saat defekasi perlu dicurigai kemungkinan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kanker serviks uteri tingkat lanjut.Gejala-gejala hematuria dan atau perdarahan
per rektal timbul bila tumor sudah menginvasi vesika urinaria atau rektum.
Jika terjadi perdarahan kronik, maka penderita akan mengalami anemia,
kehilangan berat badan, lelah dan gejala konstitusional lainnya (Randall,
2005).
Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat lesi pada daerah serviks.
Beberapa lesi dapat tersembunyi di kanal bagian endoserviks, namun dapat
diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Semakin lebar diameter lesi maka
semakin sempit jarak antara tumor dengan dinding pelvis (Randall, 2005).
Setelah diagnosis kanker ditegakkan, stadium kanker juga dipastikan.
Stadium klinis kanker serviks ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang seperti: kolposkopi, sistoskopi, dan proktoskopi.
Penentuan stadium kanker serviks mengikuti sistem internasional yang
ditetapkan Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Berdasarkan
sistem ini kanker diklasifikasikan dari stadium 0 (disebut kanker in situ [CIS]
atau Carsinoma Intraepithelial Neoplasia [CIN]) sampai stadium 4 (kanker
yang telah bermetastase ke bagian tubuh yang lain). Stadium in situ
menunjukkan perubahan sitologi dan morfologi sel epitelial. Stadium invasif
kanker serviks adalah stadium dimana lesi kanker telah menyebar hingga
melewati membran basal epitel. Stadium invasif kanker serviks diawali oleh
stadium in situ yang menunjukkan morfologi kanker kecuali invasi ke stroma
(Johnson, 1960).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gambar 2.3 Gambaran kanker serviks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tabel 2.1 Stadium klinis kanker serviks menurut sistem FIGO
Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepitelial
Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)
Stadium IA
Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya t idak lebih dari 7 mm
Stadium IA1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm
Stadium IA2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm
Stadium IB Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari IA
Stadium IB1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm
Stadium IB2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm
Stadium II Lesi tidak menyebar ke dinding panggul atau vagina bagian bawah, tetapi telah melibatkan rahim
Stadium IIA Telah melibatkan vagina, tetapi belum melibatkan parametrium
Stadium IIB Lesi telah menyebar ke jaringan sekeliling serviks (parametrium)
Stadium III
Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.
Stadium IIIA Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul
Stadium IIIB Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal
Stadium IV Lesi telah menyebar (metastase) ke organ atau area tubuh lainnya
Stadium IVA Lesi telah menyebar ke ureter atau rectum
Stadium IVB Lesi telah menyebar ke organ selain organ di rongga panggul, seperti hati atau paru-paru atau organ abdominal
(Swierzewski, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
C. Perilaku seksual
Dari segi biologis semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai
dengan manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah
satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang luas, sepanjang
kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, bekerja,
menulis, membaca, berpikir dan seterusnya. Aktivitas atau perbuatan manusia
tidak terjadi secara sporadic (timbul dan hilang pada saat-saat tertentu), tetapi
selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan
berikutnya. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar,
perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang diselaraskan peran
manusia sebagai makhluk individu, sosial dan berketuhanan (Purwanto,
1999). Keunikan perilaku berbeda dari yang lainnya. Jadi tiap-tiap manusia
memiliki ciri-ciri, sifat-sifat tersendiri yang membedakan dari manusia
lainnya. Pengalaman-pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk
masa yang akan datang menentukan perilaku di masa kini dan arena tiap orang
mempunyai pengalaman dan aspirasi yang berbeda-beda, maka perilaku di
masa kini pun berbeda-beda (Purwanto,1999).
Seksual adalah rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan
dengan seks (Notoatmodjo, 2007). Seksualitas diartikan sebagai sebuah
identitas individu yang secara sosial dibangun berdasarkan komponen
biologis, kepercayaan, nilai, minat, daya tarik, harapan dan tingkah laku
(Walsh, 2007). Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tetapi juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Kesehatan seksual
telah didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional,
intelektual dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif
memperkaya dan meningkatkan kepribadian, dan komunikasi (Manurung,
2010).
Perilaku seksual: usia coitarche lebih awal, jumlah pasangan seksual
lebih dari satu, penggunaan kondom secara inkonsisten, dan riwayat terinfeksi
penyakit menular seksual dapat meningkatkan risiko terifenksi HPV
onkogenik (Schorge dkk, 2008; Winer, 2006; Rasjidi, 2008).
1. Usia coitarche atau usia pertama melakukan hubungan seks
Dalam perkembangannya organ reproduksi wanita mengalami
perubahan secara bertahap. Tahapan ini dipengaruhi oleh sistem
hormonal. Perkembangan organ reproduksi wanita dipengaruhi oleh
estrogen dan akan mencapai maturitas setelah dewasa. Wanita yang
menikah di usia muda lebih berisiko menderita kanker serviks daripada
wanita yang menikah setelah dewasa. Pada usia tersebut kondisi rahim
seorang remaja putri sangat sensitif. Serviks remaja lebih rentan
terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia
skuamosa yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama
periode perkembangan. Sedangkan menurut Rasjidi (2008) sel kolumnar
serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa maka wanita
yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena
kanker serviks lima kali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Jumlah pasangan seksual
Berganti-ganti pasangan secara tidak langsung dapat meningkatkan
kejadian kanker serviks. Hal ini dikarenakan infeksi HPV terjadi pada
wanita yang aktif secara seksual. Selain itu penyakit menular seksual
dapat menjadi jalan infeksi sekunder oleh HPV. Apabila pasangan
seksual telah terinfeksi HPV maka penularan virus dapat terjadi. Hal ini
juga tidak menentukan bahwa memiliki satu pasangan memastikan tidak
tertularnya infeksi HPV. Dalam penelitiannya Kahn (2009) menyebutkan
infeksi HPV bisa didapat beberapa bulan setelah berhubungan seksual:
sebuah studi universitas di Amerika Serikat melaporkan bahwa wanita
yang baru pertama melakukan hubungan seksual dengan pasangan
tunggal, 30% menjadi HPV positif dalam satu tahun.
3. Riwayat penyakit menular seksual
Faktor risiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual. Lebih dari 20 tipe
HPV yang berbeda mempunyai hubungan dengan kanker serviks. Cancer
Research UK pun melaporkan bahwa infeksi HPV merupakan prekursor
terjadinya kanker serviks. Infeksi HPV terjadi dalam persentase yang
besar pada wanita yang aktif secara seksual. Kebanyakan dari infeksi
virus ini sembuh sempurna dalam beberapa bulan hingga tahun, dan
hanya sebagian kecil saja yang berkembang menjadi suatu kanker. Ini
berarti bahwa diperlukan faktor-faktor penting lainnya yang harus ada
untuk mencetuskan suatu proses karsinogenesis (Garcia, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Selain infeksi HPV, infeksi virus herpes simpleks juga dapat
dikaitkan dengan kejadian kanker serviks. Walaupun semua virus herpes
simpleks (HSV) tipe 2 belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik
hibridisasi in situ telah menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik
pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks. Infeksi herpes
simplex virus-2 (HSV-2) memungkinkan HPV masuk ke lapisan
epitel lebih dalam, inflamasi yang disebabkan virus herpes
mengganggu respon imun terhadap HPV dan infeksi HSV
menstimulasi DNA HPV untuk bereplikasi dan berintegrasi pada
DNA sel epitel serviks (Rusmana, 2009).
Infeksi trikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan berhubungan
dengan kanker serviks. Namun infeksi ini dipercaya muncul akibat
hubungan seksual dengan banyak pasangan dan tidak dipertimbangkan
sebagai faktor risiko kanker serviks secara langsung (Rasjidi, 2008). Pada
infeksi vagina dapat terjadi keputihan dan mengganggu stabilitas epitel
serviks. Saputra (2011) menyebutkan bahwa virus HPV hidup di daerah
yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita
keputihan (leukorea) akan mempermudah terjadinya infeksi HPV.
4. Riwayat kontrasepsi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal
per-oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV yang dapat
menyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga berisiko
untuk terjadinya kanker serviks. Pil kontrasepsi oral akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menyebabkan defisiensi asam folat yang mengurangi metabolisme
nitrogen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu
kofaktor yang membuat replikasi DNA HPV.
Kontrasepsi hormonal per-oral berperan sebagai alat yang
mempengaruhi karsinogenesis serviks (Bicho, 2009). Hal ini terjadi sejak
diketahuinya peran estrogen yang memiliki efek trophic dalam
meningkatkan pertumbuhan sel. Wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal berupa pil dalam jangka lama memiliki risiko kanker serviks
uteri. Menurut penelitian Vanankovit (2008), Bertram (2004), dan Tiffany
(2009) penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka lama dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Selain itu estrogen juga
berperan pada proses metaplasia skuamosa serviks. Gelombang estrogen
menetapkan lactobacilli sebagai bagian dari flora normal vagina.
Mikroorganisme ini menghasilkan asam laktat, yang menurunkan pH
vaginal menjadi 4 atau kurang. Epitel kolumnar endoserviks terpapar
setelah pubertas pada kadar keasaman dari lingkungan vagina. Kerusakan
pada epitel kolumnar yang tereversi disebabkan oleh kadar keasaman
yang dihasilkan oleh proliferasi dari cadangan sel stroma epitel kolumnar
dasar, dan hal ini akan menggantikan epitel dengan epitel imatur,
undifferentiated, stratified, skuamosa, dan epitel metaplastik (Departemen
Obstetri dan Ginekologi RSCM FK UI). Serviks wanita peka terhadap
stimuli karsinogenik oleh karena adanya metaplasia skuamosa pada zona
transformasi yang berhubungan dengan siklus perubahan endokrinologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
yang berhubungan dengan siklus haid. Penggunaan kontrasepsi hormonal
mempengaruhi kadar estrogen tubuh sehingga siklus hormonal wanita
juga terganggu. Sebenarnya metaplasia skuamosa adalah proses normal,
namun adanya pengaruh dari infeksi virus HPV terjadi perubahan seluler
atipik pada zona transformasi yang dinamakan CIN – Cervical
Intraepithelial Neoplasia yang merupakan cikal bakal dari kanker serviks.
Estrogen dapat menginduksi transaktivasi genom Human
papillomavirus, epitel skuamosa serviks mempunyai reseptor estrogen
sehingga pemberian estrogen dapat meningkatkan proliferasi epitel.
Estrogen juga dapat menginduksi onkogenesis secara langsung pada
epitel serviks (Rusmana, 2009).
Selain itu penggunaan kontrasepsi hormonal menyebabkan wanita
merasa aman berhubungan seksual dengan pasangan yang tidak
menggunakan kondom. Berdasarkan penelitian Winer (2006), disebutkan
bahwa tidak menggunakan kondom atau menggunakannya secara tidak
konsisten dapat meningkatkan faktor risiko terinfeksi Human Papilloma
Virus (HPV) yang merupakan faktor prekursor kanker serviks. dalam
penelitiannya disebutkan bahwa tidak ditemukan lesi intraepitel skuamosa
serviks pada 32 wanita berisiko kanker serviks per tahun yang
pasangannya menggunakan kondom secara konsisten dan ditemukan 14
insiden lesi terdeteksi pada 97 wanita berisiko kanker serviks per tahun
yang pasangannya tidak menggunakan kondom atau menggunakannya
secara tidak konsisten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kontrasepsi dengan menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD) merupakan suatu metode
kontrasepsi dengan cara memasukkan alat kecil yang terbuat dari
plastik ke dalam uterus melalui vagina dan dibiarkan di tempatnya.
AKDR adalah suatu alat berukuran kecil, terbuat dari plastik yang dibalut
dengan kawat halus tembaga dengan benang monofilamen pada ujung
bawahnya (American Academy of Family Physicians, 1998). AKDR
ditempatkan di dalam cavum uteri dengan bagian benang monofilamen
memanjang sampai bagian atas vagina. Pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi di servik
yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus-menerus,
hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker servik (Manuaba,
2001). Insersi AKDR dengan benang, pada cavum uteri dapat ditemukan
adanya bakteri yang mana hal ini dimungkinkan oleh adanya penyebaran
infeksi ke arah atas dari vagina melalui benang pada ujung bawah AKDR
tersebut (Darmani, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4 Kerangka pemikiran hubungan perilaku seksual tehadap kejadian kanker serviks invasif.
Usia coitarche
Meningkatkan risiko infeksi HPV
>18 th Kondom
HPV – prekursor kanker serviks
Kanker Serviks
1. AKDR 2. KB hormonal 3. Tanpa alat
kontrasepsi >1 1 Tidak
pernah Pernah
Riwayat penggunaan alat
kontrasepsi
Riwayat penyakit menular seksual Riwayat jumlah
pasangan seksual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
E. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara usia pertama melakukan hubungan seks
(coitarche) dan kejadian kanker serviks invasif.
2. Terdapat hubungan antara jumlah pasangan seksual dan kejadian kanker
serviks invasif
3. Terdapat hubungan antara riwayat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks
invasif
4. Terdapat hubungan antara riwayat penyakit menular seksual dan kejadian
kanker serviks invasif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan kasus
kontrol (case control). Penelitian ini bersifat observasional karena peneliti
hanya mengamati (mengukur) variabel yang diteliti, tidak dengan sengaja
memberikan perlakuan (intervensi). Penelitian ini merupakan penelitian
analitik karena bertujuan mengamati hubungan variabel-variabel atau
pengaruh sebuah atau sejumlah variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian
ini merupakan kasus kontrol karena penelitian dimulai dengan menentukan
kelompok penelitian berdasarkan jenis penyakit.
B. Lokasi penelitian
Pengambilan data dilakukan di Poliklinik Obsgin RSUD Dr.
Moewardi dan direncanakan berlangsung selama 4 bulan yaitu awal bulan
Juni hingga akhir September 2012.
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah wanita yang datang berobat di Poliklinik
Obsgin RSUD Dr. Moewardi. Sampel adalah pasien yang secara klinis
menderita kanker serviks stadium invasif (stadium I-IV) yang ditunjukkan
oleh hasil rekam medik pasien.
1. Kriteria inklusi:
a. pasien dengan diagnosis kanker serviks yang sudah menikah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. pasien dengan diagnosis kanker ginekologi selain kanker serviks yang
sudah menikah
c. berobat ke Poliklinik Obsgin RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juni-
September 2012.
2. Kriteria ekslusi adalah pasien yang menolak menjadi responden
penelitian
D. Teknik sampling
Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed- disease
sampling. Fixed-disease sampling (Murti, 2006) merupakan prosedur
pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek, sedang status paparan
subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed.
Pada pengambilan sampel ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal
dari satu populasi sumber, sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan
yang valid antara kedua kelompok studi.
E. Besar sampel
Menurut Murti (2006), rasio jumlah subjek dan jumlah variabel bebas
dalam analisis multivariat tidak boleh kurang dari 5:1.
n = 15-20 subjek pervariabel bebas
Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel bebas, maka jumlah subjek
yang diperlukan adalah 4 x (15-20) sampel sehingga jumlah minimum
sampel 4 x 15 = 60 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
F. Identifikasi variabel penelitian
1. Variabel terikat :kejadian kanker serviks invasif.
2. Variabel bebas :perilaku seksual subjek penelitian yang terdiri dari:
usia pertama melakukan hubungan seks (coitarche), jumlah pasangan
seksual atau riwayat pernikahan, riwayat kontrasepsi, dan riwayat
penyakit menular seksual.
G. Definisi operasional variabel penelitian
Variabel terikat adalah kejadian kanker serviks invasif. Kanker
serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). International
Federation of Obstetrics and Gynecology (FIGO) mengklasifikasikan stadium
0 adalah stadium non-invasif dan stadium I-IV adalah stadium invasif (The
New England Journal of Medicine, 2007).
Variabel bebas adalah perilaku seksual. Perilaku seksual adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak oleh orang lain (Purwanto, 1999) dan berhubungan dengan
seks, antara lain:
1. Usia pertama melakukan hubungan seks (coitarche) adalah usia pertama
kali responden melakukan hubungan seks atau usia pertama menikah
2. Jumlah pasangan seksual, adalah jumlah pasangan seksual responden dari
pasangan seksual pertama hingga terdiagnosis kanker serviks atau riwayat
pernikahan responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Riwayat kontrasepsi dalam penelitian ini adalah kontrasepsi hormonal
yang meliputi pil kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik progestin,
suntik kombinasi, susuk, dan koyo KB.
4. Riwayat penyakit menular seksual, adalah riwayat penyakit menular
seksual (gonorrhea, sifilis, herpes genitalis, kandidiasis, kondiloma
akuminata) yang pernah dialami responden sebelum terdiagnosis
menderita kanker serviks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
H. Rancangan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
I. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian utama yang digunakan adalah lembar
persetujuan pasien dan Lembar Pengumpul Data (LPD).
J. Teknik analisis data statistik
Karakteristik sampel data kontinyu (misal usia dan tahun) di
deskripsikan dalam n, mean, SD, Minimum, dan Maksimum. Karakteristik
sampel data kategorikal (misal jenis kontrasepsi) dideskripsikan dalam n dan
persen.
Analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik ganda.
Analisis regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat kuat untuk
menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit dan dengan
serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor perancu potensial.
Menurut Murti (2006), model regresi logistik seharusnya dapat
digunakan untuk:
1. Mengukur pengaruh antara variabel respon dan variabel prediktor setelah
mengontrol pengaruh prediktor (kovariat) lainnya
2. Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding analisis ganda
linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien regresi menjadi
Odds Ratio (OR). Untuk variabel prediktor yang berskala katagorial,
maka rumus OR = Exp (bi)
Rumus yang digunakan:
ln = a + + +
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dimana:
p : probabilitas wanita dengan kanker serviks stadium invasif
1-p : probabilitas wanita bukan kanker serviks stadium invasif
: odd ln p
- : konstanta regresi variabel bebas -
: usia pertama kawin 0 =
1 = > 18 tahun
: riwayat PMS 0 = pernah
1 = tidak pernah
: jumlah pasangan seksual 0 = 1
1 = 2
2 = > 2
Interpretasi:
OR = 1 Tidak ada hubungan
OR > 1 Ada hubungan positif. Perilaku seksual; usia
coitarche, riwayat PMS, dan jumlah pasangan
seksual, meningkatkan risiko kejadian kanker
serviks invasif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
M OR < 1 Ada hubungan negatif. Perilaku seksual; usia
coitarche, riwayat PMS, dan jumlah pasangan
seksual, menurunkan risiko kejadian kanker serviks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai hubungan perilaku seksual dan kejadian kanker serviks
invasif telah dilaksanakan pada bulan Juni-September 2012 di Poli Obsgin RSUD
Dr. Moewardi. Sampel penelitian berjumlah 80 sampel yang terdiri dari 60 pasien
penderita kanker serviks invasif dan 20 pasien kanker ginekologis selain kanker
serviks. Berikut disampaikan hasil penelitian dalam bentuk tabel.
A. Karakteristik Sampel Penelitian
1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu
Tabel 4.1 Karakteristik sampel data kontinyu
Variabel n Mean SD Min Maks Usia coitarche
80 19.06 4.241 12 32
Tabel 4.1 menunjukkan rata-rata usia coitarche responden pada
penelitian adalah 19 tahun.
2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal
Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan riwayat pernah menderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
No Riwayat PMS Frekuensi (n) % 1 Pernah 26 32.5 2 Tidak pernah 54 67.5 Jumlah 80 100
Tabel 4.2 menunjukkan 32.5% responden pernah menderita
penyakit menular seksual (kandidiasis, herpes genitalis, gonore,kondiloma
akuminata, sipilis).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan riwayat pasangan seksual
No Riwayat pasangan seksual Frekuensi (n) % 1 1 77 96.3 2 2 3 3.8 Jumlah 80 100
Tabel 4.3 menunjukkan hampir seluruh responden (96.3%)
memiliki riwayat satu pasangan seksual.
Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan riwayat penggunaan alat kontrasepsi
No Riwayat KB Frekuensi (n) % 1 AKDR 26 32.5 2 Pil KB 1 1.3 3 Susuk KB 5 6.3 4 Suntik KB 18 22.5 5 Steril 3 3.8 6 Tidak KB 27 33.8 Jumlah 80 100
Tabel 4.4 menunjukkan alat kontrasepsi AKDR paling banyak
digunakan responden sebesar 32.5% diikuti suntik KB (22.5%), susuk KB
(6.3%), dan pil KB (1.3%). Sedangkan 33.8% responden tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Analisis Statistik
Pada tahap ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas terhadap variabel terikat serta arah hubungannya.
1. Hubungan usia coitarche dan kejadian kanker serviks invasif
Tabel 4.5 Analisis bivariat hubungan usia coitarche dan kejadian kanker serviks invasif
Variabel
Diagnosis Kanker
OR p Kanker serviks
Non kanker serviks
Total
Usia coitarche th 32 11 43 1.069 0.897
Usia coitarche >18th
28 9 37
Tabel 4.5 analisis bivariat terhadap hubungan usia coitarche dan
kejadian kanker serviks invasif menunjukkan hubungan tidak signifikan (p
= 0.897). Pasien dengan usia coitarche tahun memiliki risiko
untuk mengalami kejadian kanker serviks invasif dengan frekuensi 1.069
kali lebih tinggi daripada usia coitarche >18 tahun (OR = 1.069; CI 95% =
0.387 s.d 2.955; p = 0,897), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh
dari variabel lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Hubungan riwayat jumlah pasangan seksual dan kanker serviks
invasif
Tabel 4.6 Analisis bivariat hubungan riwayat jumlah pasangan seksual dan kejadian kanker serviks invasif
Variabel
Diagnosis Kanker
OR p Kanker serviks
Non kanker serviks
Total
Riwayat 1 pasangan seksual
57 20 77 0.74 0.308
Riwayat >=2 pasangan seksual
3 0 3
Tabel 4.6 analisis bivariat terhadap hubungan riwayat jumlah
pasangan seksual dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan
hubungan tidak signifikan (p = 0.308). Pasien dengan riwayat satu
pasangan seksual memiliki risiko untuk mengalami kejadian kanker
serviks invasif dengan frekuensi 0.74 kali lebih rendah daripada pasien
dengan riwayat jumlah pasangan = 0.74; CI 95% = 0.65 s.d 0.85; p
= 0,308), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3. Hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kanker serviks
invasif
Tabel 4.7 Analisis bivariat hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif
Variabel
Diagnosis Kanker
OR p Kanker serviks
Non kanker serviks
Total
Pernah PMS 25 1 26 13.57 0.002
Tidak pernah PMS
35 19 54
Tabel 4.7 analisis bivariat terhadap hubungan riwayat penyakit
menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan
hubungan signifikan (p = 0.002). Pasien dengan riwayat penyakit menular
seksual memiliki risiko untuk mengalami kejadian kanker serviks invasif
dengan frekuensi 13.57 kali lebih tinggi daripada pasien tanpa riwayat
penyakit menular seksual (OR = 13.57; CI 95% = 1.70 s.d 108.13; p =
0.002), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4. Hubungan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dan kanker serviks
invasif
Tabel 4.8 Analisis bivariat hubungan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks invasif
Variabel
Diagnosis Kanker
OR p Kanker serviks
Non kanker serviks
Total
Riwayat KB-hormonal
38 18 56 5.21 0.024
Riwayat non-hormonal
22 2 24
Tabel 4.8 analisis bivariat terhadap hubungan riwayat penggunaan
kontrasepsi dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan hubungan
signifikan (OR = 5.21; CI 95% = 1.103 s.d 24.607; p = 0.024). Riwayat
kontrasepsi hormonal (pil kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik
progestin, suntik kombinasi, susuk, dan koyo KB) meningkatkan risiko
mengalami kanker serviks invasif sebesar 5.21 kali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
5. Hubungan perilaku seksual dan kanker serviks invasif
Data yang telah diambil dalam penelitian ini diolah menggunakan uji
analisis regresi logistik ganda, dengan uji tersebut maka dapat diketahui
apakah hubungan antarvariabel secara statistik bermakna.
Tabel 4.9 Hasil analisis regresi logistik ganda hubungan usia coitarche, riwayat jumlah pasangan seksual, riwayat penyakit menular seksual dan riwayat kontrasepsi dengan kejadian kanker serviks invasif
Variabel bebas
Adjusted Odds Ratio
(AOR)
CI 95%
p Batas bawah
Batas atas
Usia coitarche th 1.34 0.43 4.08 0.624 Pernah PMS 11.37 1.37 94.28 0.024 Riwayat KB-hormonal Pasangan seksual
4.11 0
0.82 0
20.70 .
0.087 1
N observasi = 80 Nagelkerke R² = 27.3% -2 loglikehood ratio =73.69
Tabel 4.9 menunjukkan wanita yang pernah menderita Penyakit Menular
Seksual (PMS) memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks invasif 11.37
kali lebih besar dibanding dengan wanita yang tidak pernah menderita PMS
(AOR = 11.37; CI 95% = 1.37 s.d 94.28; p = 0.024). Hubungan ini telah
mengontrol pengaruh usia coitarche, riwayat pasangan seksual, dan riwayat
kontrasepsi.
Nagelkerke R2 = 27.3% artinya dengan model analisis regresi logistik
ganda, variabel riwayat usia coitarche, riwayat penyakit menular seksual,
riwayat pasangan seksual dan riwayat kontrasepsi secara bersamaan di dalam
model regresi logistik mampu menjelaskan tingkat kejadian kanker serviks
sebesar 27.3%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Seksual dan kejadian Kanker
Serviks Invasif” dilakukan di RSUD Dr. Moewardi sejak bulan Juni - September
2012. Dari total responden tersebut telah dilakukan pemisahan dengan cara
pengeluaran dari penelitian untuk yang memenuhi syarat ekslusi dan dimasukkan
dalam penelitian untuk yang memenuhi syarat inklusi. Berdasarkan pemisahan ini
didapatkan 60 pasien kanker serviks invasif dan 20 pasien kanker ginekologis
selain kanker serviks.
A. Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks. Usia pertama
melakukan hubungan seksual dan jumlah pasangan seksual juga berpengaruh
terhadap kejadian kanker serviks. Menurut Rasjidi (2008) berhubungan
seksual sebelum usia 18 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Pada
penelitian ini, terdapat hubungan antara usia pertama melakukan hubungan
seksual (coitarche) dan kejadian kanker serviks invasif. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa usia coitarche dapat meningkatkan risiko
mengalami kanker serviks invasif tetapi tidak bermakna secara statistik (OR =
1.069; CI 95% = 0.387 s.d 2.955; p = 0.897 ). Wanita yang menikah usia <20
tahun memiliki risiko mengalami kanker serviks 5 kali lebih besar (Setyarini,
2009). Penelitian Irvianty (2011) juga menunjukkan bahwa usia coitarche <20
tahun meningkatkan risiko mengalami kanker serviks 2.286 kali lebih besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dibanding pasien dengan usia coitarche >20 tahun serta tidak memiliki
hubungan bermakna dengan kejadian kanker serviks (OR = 2.286; p = 0.056).
B. Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker
Serviks Invasif
Kahn (2009) menyebutkan infeksi HPV bisa didapat beberapa bulan setelah
berhubungan seksual: sebuah studi universitas di Amerika Serikat melaporkan
bahwa wanita yang baru pertama melakukan hubungan seksual dengan
pasangan tunggal, 30% menjadi HPV positif dalam satu tahun. Hasil
penelitian Franceschi (2009) menunjukkan berganti pasangan seksual
mempunyai OR = 1,5. Individu yang sering berganti pasangan seksual
(multisexualpatner) akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Hal ini
disebabkan perilaku seksual berganti pasangan seksual akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Hasil analisis menunjukkan hubungan tidak
signifikan (OR = 0.74; CI 95% = 0.65 s.d 0.85; p = 0.308). Belum dapat
dikatakan bahwa riwayat satu pasangan seksual dapat mengurangi risiko
terkena kanker serviks sebab dalam penelitian ini belum menggali informasi
secara terbuka mengenai jumlah sebenarnya riwayat pasangan seksual
responden. Pada penelitian Khasbiyah (2004) juga gagal menunjukkan
hubungan pasangan seksual dan kejadian kanker serviks (p > 0.05).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker
Serviks Invasif
Berdasarkan hasil analisis data juga terdapat hubungan yang kuat dan
secara statistik signifikan antara riwayat penyakit menular seksual dan
kejadian kanker serviks invasif (AOR = 13.57; CI 95% = 1.70 s.d 108.13; p =
0.002). Hasil analisis menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat pernah
mengalami PMS memiliki risiko 13.57 kali lebih besar mengalami kanker
serviks dibanding wanita tanpa riwayat PMS. Hasil ini sesuai dengan teori
Rasjidi (2008) yang menyebutkan penyakit menular seksual non-HPV yang
dialami dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder oleh HPV
karena adanya lesi pada organ genital pasien. Selain itu Saputra (2011) juga
menyebutkan bahwa virus HPV hidup di daerah yang lembab, persisnya
dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita keputihan (leukorea) akan
mempermudah terjadinya infeksi HPV. Keputihan yang dibiarkan terus-
menerus tanpa diobati serta Penyakit Menular Seksual (PMS) yaitu
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual antara lain
sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks (Arisusilo, 2012). Dalam
penelitiannya Suraiya (2011) didapatkan bahwa infeksi seksual (factor loading
0.694) bersama usia pertama kali melakukan hubungan seksual, dan
pemakaian kontrasepsi merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi
peningkatan penderita kanker serviks di RS Pirngadi Medan sebesar 1.528.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
D. Hubungan Riwayat Kontrasepsi dan Kejadian Kanker Serviks Invasif
Dari hasil penelitian ini didapat bahwa riwayat kontrasepsi hormonal
meningkatkan risiko terkena kanker serviks invasif dan signifikan secara
statistik (OR = 5.21; CI 95% = 1.103 s.d 24.607; p = 0.024). Riwayat
kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko mengalami kanker serviks 5.21
kali lebih tinggi dibanding pasien tanpa riwayat kontrasepsi hormonal.
Kontrasepsi hormonal yang dimaksud meliputi pil kontrasepsi kombinasi, pil
progestin, suntik progestin, suntik kombinasi, susuk, koyo KB. Hasil
penelitian Setyarini (2009) di RSUD Dr. Moewardi menunjukkan ada
hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks
dan meningkatkan risiko mengalami kanker serviks sebesar 0.20 kali. Has
(2009) dalam penelitiannya juga didapat bahwa menggunakan kontrasepsi pil
meningkatkan risiko mengalami kanker serviks sebesar 5.445 kali lebih besar.
Pasien dengan riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi
memiliki risiko mengalami kanker serviks 17,9 kali lebih besar dibanding
dengan pasien yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi
(Pratiwi, 2010).
Kontrasepsi hormonal per-oral berperan sebagai alat yang mempengaruhi
karsinogenesis serviks (Bicho, 2009). Hal ini terjadi sejak diketahuinya peran
estrogen yang memiliki efek trophic dalam meningkatkan pertumbuhan sel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
E. Hubungan Usia Coitarche, Riwayat Jumlah Pasangan Seksual, Riwayat
Penyakit Menular Seksual, Riwayat Kontrasepsi dan Kejadian Kanker
Serviks Invasif
Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan wanita yang pernah
penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) memiliki risiko untuk mengalami
kanker serviks invasif 11.37 kali lebih besar dibanding dengan wanita yang
tidak pernah menderita PMS (AOR = 11.37; CI 95% = 1.37 s.d 94.28; p =
0.024). Hubungan ini telah mengontrol pengaruh usia coitarche, riwayat
pasangan seksual, dan riwayat kontrasepsi.
Nagelkerke R2 = 27.3% artinya dengan model analisis regresi logistik
ganda, variabel riwayat usia coitarche, riwayat penyakit menular seksual, dan
riwayat kontrasepsi secara bersamaan di dalam model regresi logistik mampu
menjelaskan tingkat kejadian kanker serviks sebesar 27.3%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data regresi logistik ganda, dapat disimpulkan:
1. Terdapat hubungan positif antara usia coitarche dan kejadian kanker
serviks invasif. Usia coitarche
kanker serviks sebesar 1.34 kali
2. Riwayat jumlah pasangan seksual belum dapat digunakan untuk
menunjukkan hubungan dengan kejadian kanker serviks invasif sebab
lembar pengumpul data dalam penelitian ini belum menggali informasi
secara terbuka mengenai jumlah sebenarnya riwayat pasangan seksual
responden
3. Terdapat hubungan positif antara riwayat kontrasepsi yang meliputi pil
kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik progestin, suntik kombinasi,
susuk, dan koyo KB terhadap kejadian kanker serviks invasif. Riwayat
kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko mengalami kanker serviks
invasif sebesar 4.11 kali
4. Terdapat hubungan positif antara riwayat penyakit menular seksual dan
kejadian kanker serviks invasif. Pernah menderita PMS meningkatkan
risiko mengalami kanker serviks invasif sebesar 11.37 kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Saran
1. Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan perilaku seksual
terhadap kejadian kanker serviks invasif dengan jumlah sampel yang
representatif, populasi yang lebih luas, dan lebih mengontrol variabel
perancu.
2. Pemberian edukasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian kanker serviks kepada wanita pada umumnya