hubungan pengetahuan ibu dan tingkat pendapatan dengan status gizi balita...

77
i HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS WA ODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2017 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Alih Jenjang Program Diploma IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari OLEH : DEWI PURNAMA SHANTY P00312016113 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI DIPLOMA IV KEBIDANAN 2017

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS WA ODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA

    KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2017

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Alih Jenjang Program Diploma IV Jurusan Kebidanan

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

    OLEH :

    DEWI PURNAMA SHANTY P00312016113

    KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    DIPLOMA IV KEBIDANAN 2017

  • ii

  • iii

  • iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. IDENTITAS PENULIS

    1. Nama : Dewi Purnama Shanty

    2. NIM : P00312016113

    3. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 05 Desember 1989

    4. Jenis Kelamin : Perempuan

    5. Agama : Islam

    6. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

    7. Alamat : Jalan. Y.Wayong No.25 C

    Kendari- Sulawsi Tenggara

    B. PENDIDIKAN

    1. SD Negri 2 Ponggilaka, Tamat tahun 2001

    2. SMP Negri3 Kendari Tamat Tahun 2004

    3. SMAN 4 KENDARI Tamat Tahun 2007

    4. DIII KEBIDANAN Poltekes Kendari Tamat Tahun 2010

    5. DIV KEBIDANAN Poltekes Alih Jenjang Masuk 2016 Sampai

    Sekarang

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT

    karena berkat karunia Nya, sehingga penulis dapa tmenyelesaikan skripsi

    ini tepat pada waktunya dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil

    yang diberikan Penyuluhan Tentang Kelas Ibu Hamil Dengan Motivasi

    Mengikuti Kelas Ibu Hamil Di Desa Andoolo Utama Kec. Buke Kab. Kon-

    Sel tahun 2017”.

    Dalam penyusunan Skripsi ini, banyak kendala yang di hadapi

    namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga

    skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada

    kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Sitti

    Aisa, AM.Keb, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing I dan Melania Asi,

    S.SiT.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya

    untuk memberikan bimbingan, motivasi serta arahan dalam proses

    penyusunan skripsi ini selesai.

    Selanjutnya penulis pun mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

    Kendari.

    2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

    Politeknik Kesehatan Kendari.

    3. Ibu Melania Asi, S.Si. T,M.Kes selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan

    Politeknik Kesehatan Kendari.

  • vi

    4. Ibu Hendra Yulita, SKM.,MPH selaku Penguji I, Ibu Sultina

    Sarita,SKM.,M.Kes selaku Penguji II dan Ibu Fitriyanti, S.ST.,M.Keb

    selaku Penguji III.

    5. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan pendidikan Politeknik Kesehatan

    Kendari Jurusan Kebidanan yang telah banyak membimbing dan

    membagi ilmu selama penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah

    beserta seluruh staf pegawai yang telah banyak membantu.

    6. Teristimewa untuk kedua orang tuaku,Adik-adikku yang terkasih atas

    doa, dukungan,bantuan, motivasi serta kasih sayang yang begitu besar

    kepada penulis semoga kita semua selalu dalam lindungan-NYA dan

    semoga penulis bisa memberikan yang terbaik untuk kalian.

    7. Seluruh rekan – rekan seperjuanganku Politeknik Kesehatan Kendari

    Prodi DIV Kebidanan angkatan 2016 khususnya teman-teman Alih

    Jenjang Kelas C. Terima kasih atas segala dukungan serta

    kebersamaan kita.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

    baik isi, bahasa maupun materi yang ada di dalamnya oleh karena itu

    penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari

    para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Dan akhirnya penulis

    mengucapkan terimakasih dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    kita semua terutama dalam bidang ilmu Kebidan amin.

    Kendari, Desember 2017

    Penulis

  • vii

    INTISARI

    HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN

    STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS WA ODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA

    KABUPATEN BUTON UTARA

    Dewi Santi, Siti Aisa, Melani Asi

    Latar Belakang : Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang atas makanan yang telah dikonsumsi termasuk penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan tingkat pendapatan dengan status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Metode Penelitian : Rancangan penelitian cross sectional dengan populasi

    penelitian adalah balita usia 13 sampai 60 bulan di wilayah kerja Puskesmas Wa Ode Buri tahun 2017 berjumlah 320 orang. Sampel penelitian balita yang berkunjung ke Puskesmas atau Posyandu saat dilakukan penelitian berjumlah 64 orang. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Hasil Penelitian : Responden 64 responden balita berdasarkan pengetahuan ibu lebih banyak yang memiliki pengetahuan baik (64%), berdasarkan tingkat pendapatan lebih banyak dengan pendapatan layak (75%). Hasil uji chi-square

    diperoleh x2hit=5,30>x2tabel=3,841, ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Nilai x2hit=0,77>x2tabel=3,841, tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi balita. Kesimpulan : ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita. Tidak ada hubungan pendapatan dengan dengan status gizi balita Kata Kunci : Status Gizi Balita, Pengetahuan, Pendapatan Daftar Pustaka : 22 referensi (2002 s/d 2014)

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP..................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR .............................................................................. v

    DAFTAR ISI .......................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

    ABSTRAK................................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................... 4

    C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4

    D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5

    E. Keaslian Penelitian .............................................................. 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Status Gizi ........................................................................... 7

    B. Gizi Balita ............................................................................ 15

    C. Pengetahuan ....................................................................... 26

    D. Pendapatan ......................................................................... 32

    E. Landasan Teori ................................................................... 35

    F. Kerangka Teori ................................................................... 37

    G. Kerangka Konsep ............................................................... 38

    H. Hipotesis .............................................................................. 38

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ................................................................... 37

    B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 40

    C. Populasi dan Sampel ........................................................... 40

  • ix

    D. Definisi Operasional ............................................................. 40

    E. Instrumen Penelitian ............................................................ 41

    F. Pengolahan Data ................................................................ 41

    G. Analisis Data ......................................................................... 42

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Tempat Penelitian .............................................. 44

    B. Hasil Penelitian .................................................................... 47

    C. Pembahasan ...................................................................... 49

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ......................................................................... 52

    B. Saran ................................................................................... 52

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka Teori ................................................................. 37 Gambar 2. Kerangka Konsep .............................................................. 38 Gambar 3. Rancangan Cross Sectional .............................................. 39

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Kuesioner Penelitian

    2. Surat Izin Penelitian

    3. Data Hasil Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara berkembang yang dalam program

    pembangunannya berupaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan

    anak. Kelompok rawan untuk mengalami masalah gizi adalah ibu

    hamil, ibu menyusui dan anak balita. Anak sebagai aset bangsa

    sangat penting mendapatkan perhatian untuk menghasilkan generasi

    berkualitas dimulai sejak dalam kandungan sampai dewasa. Salah

    satu upaya peningkatan kesehatan anak adalah melalui perbaikan

    status gizi sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang

    secara optimal (Soetjiningsih, 2012).

    Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh

    seseorang atas makanan yang telah dikonsumsi termasuk

    penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh (Almatsier, 2010). Status gizi

    anak dapat mempengaruhi kualitas hidup anak, sehingga perlu

    dipantau secara berkala (Kemenkes, 2011). Indikator menilai status

    gizi anak melalui pengukuran antropometri dengan menimbang dan

    mengukur panjang/tinggi badan. Manifestasi penilaian status gizi

    dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran berat badan dan

    tinggi badan untuk menilai adanya penyimpangan/gangguan (kurus,

    kurus sekali dan obesitas). Penilaian status gizi baik (normal) jika

  • 2

    indeks tinggi badan menurut berat badan (BB/TB) berada 2 SD (Kemenkes, RI, 2012).

    Status gizi seimbang dapat dilihat dari variabel pertumbuhan,

    yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar

    lengan dan panjang tungkai. Keadaan dimana berat badan lebih

    rendah dari berat seharusnya disebut gizi kurang (Gibney dan Barrie,

    2009). Kondisi dimana berat badan atau pertambahan berat badan

    yang berada di bawah berat badan anak lain sesuai umur dan jenis

    kelaminnya (Romily, 2012). Pertumbuhan terlambat jika seorang anak

    tidak mencapai tahap pertumbuhan yang diharapkan pada umur yang

    semestinya. Studi Dudley 3,3%-17% anak mengalami keterlambatan

    dalam pertumbuhan dan perkembangan (Dudley, 2010).

    Jutaan anak berusia di bawah lima tahun mengalami

    permasalahan gizi ganda (double burden) gizi lebih dan kurang.

    Sebagian anak mengalami obesitas, namun sebagian lainnya

    mengalami stunting atau tubuh pendek, kurus, hingga gizi buruk. Data

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat bahwa 18,8%

    balita usia 0 sampai 5,9 bulan mengalami kurang gizi, 29% mengalami

    stunting akibat kurang gizi menahun. Sementara disisi lain, terdapat

    1,6% balita yang mengalami obesitas (Berita UGM, 2017).

    Status gizi balita dipengaruhi oleh pola asuh ibu. Pola asuh

    yang diberikan dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan gizi,

    pekerjaan dan pendapatan (Almatsier, 2010). Ketersediaan pangan,

  • 3

    pelayanan kesehatan dan pola pengasuhan. Pola pengasuhan

    dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan keluarga.

    Kebutuhan gizi yang cukup, stimulasi, lingkungan (keluarga) dan

    keterjangkauan oleh pelayanan kesehatan sangat membantu tumbuh

    kembang anak optimal (Kemenkes, RI, 2012). Peran keluarga sangat

    penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita (Soetjiningsih,

    2012). Peran keluarga memiliki pengaruh yang cukup besar persoalan

    gizi setiap anggota keluarganya (Berita UGM, 2017).

    Balita merupakan salah satu periode kritis yang menentukan

    kualitas sumber daya manusia. Masa ini disebut juga sebagai masa

    keemasan, dasar pembentukan kemampuan, mental dan moral yang

    sangat menentukan sikap, nilai dan pola perilaku seseorang. Peran

    keluarga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

    balita. Faktor genetik, lingkungan, biopsikososial dan perilaku dari

    keluarga itu sendiri. Proses ini bersifat individual dan unik sehingga

    dapat memberikan hasil yang berbeda-beda pada setiap anak

    (Soetjiningsih, 2012).

    Pengetahuan orang tua dan peran serta keluarga diperlukan

    dan mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehatan yang

    terjadi dalam proses tumbuh kembang. Peranan ibu dalam tumbuh

    kembang anak sangat penting. Ibu harus berperan sebagai pengamat

    dan ikut berpartisipasi. Peran ibu juga meliputi hal-hal seperti

    mengontrol anak selama masa tumbuh kembang dan membuat

  • 4

    perencanaan bagi anak. Sehingga pengetahuan orang tua khususnya

    ibu sangat penting pada masa pertumbuhan dan perkembangan

    (Rahayu, 2011).

    Survey data pendahuluan yang diperoleh di Puskesmas Wa

    Ode Buri selama 2 tahun terakhir telah dilaporkan 20% balita

    mengalami gangguan pertumbuhan baik yang mengalami kurus dan

    obesitas. Orang tua terutama ibu mempunyai tanggung jawab besar

    dalam membesarkan anak. Pengawasan lingkungan bio-psikososio-

    religius pada anak balita akan berpengaruh pada proses tumbuh

    kembang anak. Ibu memiliki kedekatan emosional terhadap balita

    dalam bergaul, mengasuh, merawat dan memeliharanya, sehingga ibu

    perlu memahami segala permasalahan mengenai balita termasuk

    pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu peneliti ingin

    menelaah lebih jauh bagaimana pengetahuan ibu dan tingkat

    pendapatan keluarga terhadap status gizi Balita di Puskesmas Wa

    Ode Buri.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dirumuskan masalah penelitian ”Apakah

    ada hubungan pengetahuan ibu dan tingkat pendapatan dengan

    pertumbuhan balita di Puskesmas Wa Ode Buri?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

  • 5

    Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan pendapatan

    dengan pertumbuhan balita di Puskesmas Wa Ode Buri

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang status gizi di

    Puskesmas Wa Ode Buri.

    b. Untuk mengetahui pendapatan keluarga di Puskesmas Wa Ode

    Buri.

    c. Untuk mengetahui status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri

    d. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan status gizi

    balita di Puskesmas Wa Ode Buri.

    e. Untuk menganalisis hubungan pendapatan dengan status gizi

    balita di Puskesmas Wa Ode Buri.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai sumber informasi bagi pihak Puskesmas Wa Ode Buri

    dalam upaya pemantauan pertumbuhan balita.

    2. Sebagai sumber informasi bagi ibu agar lebih memahami dan

    mengerti tentang status gizi balita yang baik.

    3. Bagi peneliti merupakan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu

    dan praktik berkaitan metode penelitian dan pemantauan

    pertumbuhan balita.

    E. Keaslian Penelitian

    1. Cholida Fitria AB (2009) dengan judul Pengetahuan Keluarga

    Tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di Lingkungan

  • 6

    Amaliah Kelurahan Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang.

    Jenis penelitian deskriptif dengan sampel penelitian adalah kepala

    keluarga. Perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan

    adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional dan

    sampel penelitian adalah pengetahuan ibu ditambah dengan

    variabel pendapatan keluarga.

    2. Romilly Purba, Evawany Y Aritonang, Ernawati Nasution (2012)

    dengan judul Gambaran Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

    Pedagang Pasar Dwikora Parluasan di Kota Pematang Siantar

    Tahun 2012. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross

    sectional dengan variabel penelitian adalah pertumbuhan (variabel

    bebas) dan perkembangan (variabel terikat). Perbedaan dengan

    penelitian yang akan saya lakukan pada variabel penelitian yaitu

    pengetahuan dan pendapatan (variabel bebas) dan perkembangan

    (variabel terikat).

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Status Gizi

    1. Definisi

    Status gizi merupakan salah satu indikator status kesehatan

    seseorang. Status gizi yang baik diperlukan untuk

    mempertahankan derajat kesehatan, membantu pertumbuhan

    anak termasuk prestasi. Status gizi merupakan bagian penting

    yang berkontribusi terjadinya kesakitan atau kematian.

    Status gizi adalah suatu keadaan tubuh akibat konsumsi

    makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2010). Status gizi

    adalah suatu keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

    tertentu, contoh gondok endemik merupakan keadaaan tidak

    seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh

    (Supariasa, 2002). Penilaian status gizi dilakukan dengan cara

    pengukuran antropometri, penilaian klinis, biokimia dan biofisik

    (Kemenkes, 2012).

    2. Penilaian Status Gizi Balita

    a. Antropometri

    Pengukuran antropometri merupakan cara menentukan

    status gizi dengan menggunakan beberapa parameter.

    Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara

    lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,

    http://skripsitesisdisertasi.com/pengertian_pendapatan

  • 8

    lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak

    dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan

    dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

    komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

    Berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan

    usia merupakan cara yang paling sering dilakukan dalam survei

    gizi. Untuk keperluan pengukurab perorangan yang paling

    sering dilakukan adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB)

    atau panjang badan (PB) (Almatsier, 2010).

    Pengukuran antropometri gizi berhubungan dengan

    berbagai pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

    berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara

    umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

    protein dan energi. Ketidakseimbangan dapat dilihat dari pola

    pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,

    otot dan jumlah air dalam tubuh. Indikator yang digunakan

    untuk penilaian status gizi diantara :

    a. Tinggi/Panjang Badan

    Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak

    kaki. Parameter tersebut menggambarkan keadaan

    pertumbuhan skeletal. Panjang badan diukur dengan

    infantometer length board untuk anak usia 0-2 tahun. Anak

    diposisikan tidur terlentang saat pengukuran. Pengukuran

  • 9

    membutuhkan 2 orang pengukur. Cara mengukur dengan

    posisi berbaring menggunakan infantometer:

    1) Alas kaki dilepaskan

    2) Anak diposisikan tidur terlentang pada alas datar

    3) Kepala anak menempel pada puncak papan & kaki lurus.

    4) Pengukur digeser hingga rapat pada ujung kaki

    Gambar Pengukuran panjang badan

    Untuk anak usia >2 tahun, tinggi badan diukur dengan

    stadiometer. Berikut adalah cara pengukuran menggunakan

    stadiometer:

    1) Alas kaki dilepaskan.

    2) Anak diposisikan berdiri tegak kaki lurus, tumit, pantat,

    punggung dan kepala bagian belakang menempel pada

    dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan

    ke depan.

    3) Menurunkan pengukur sampai rapat pada kepala bagian

    atas.

    4) Pembacaan pada stadiometer dilakukan saat anak

    inspirasi.

  • 10

    Gambar Pengukuran tinggi badan

    b. Berat Badan

    Berat badan mencerminkan keadaan nutrisi sekarang dan

    dapat menjadi indikator yang sensitif terhadap malnutrisi.

    Seseorang dapat dikatakan mengalami malnutrisi apabila:

    1) Berat badan kurang dari 80% dari berat badan ideal,

    atau

    2) Mengalami penurunan berat badan sebesar:

    a) 1%-2% dalam satu minggu, atau

    b) 5% dalam satu bulan, atau

    c) 7,5% dalam tiga bulan, atau

    d) 10% dalam enam bulan

    Pengukuran berat badan paling baik dilakukan dengan alat

    beam balance scale. Alat timbangan perlu dikalibrasi secara

    rutin untuk mendapatkan hasil yang akurat menggunakan

    berat badan yang sudah diketahui. Anak disarankan

    memakai pakaian tipis dan melepas sepatu saat

    pengukuran. Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi

  • 11

    berat badan seperti ascites, edema, dan splenomegali perlu

    diperhatikan agar tidak menyebabkan kesalahan pada

    interpretasi data.

    c. Lingkar Kepala

    Pengukuran lingkar kepala adalah suatu proses atau

    kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ukuran lingkar

    kepala anak dalam batas normal atau tidak. Jika terjadi

    penyimpangan maka hal yang dapat muncul makrosefal atau

    mikrosefal.

  • 12

    Pengukuran lingkar kepala dilakukan dengan cara

    melingkarkan alat pengukur dari dahi ke bagian kepala yang

    menonjol, satu lingkaran penuh di atas telinga.

    b. Klinis

    Metode tersebut didasarkan atas perubahan yang terjadi

    dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat

    pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit,

    mata, rambut dan mukosa atau organ yang dekat dengan

    permukaaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Sering digunakan

    untuk survei klinis secara cepat. Metode ini didasarkan atas

    perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

    ketidakcukupan zat gizi.

    Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis

    secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk

    mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

    kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain itu dapat

    digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang

    dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan

    gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

    c. Biokimia

    Pemeriksaan spesimen diuji secara laboratorium yang

    dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang

    digunakan anatara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa

  • 13

    jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan untuk suatu

    peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi

    yang lebih parah lagi

    d. Biofisik

    Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

    dan melihat perubahan struktur jaringan. Penggunaan dalam

    situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic

    of night blindness)

    e. Survei konsumsi makanan

    Metode penentuan gizi secara tidak langsung dengan

    melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan

    dengan pengumpulan data konsumsi makanan dapat

    memberikan gambaran tentang konsumsi barbagai zat gizi

    pada masyarakat, keluarga dan individu (Supariasa, 2002).

    f. Statistik vital

    Menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

    angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan

    kematian akibat penyebab tertentu dan data lainya yang

    berhubungan dengan gizi. Penggunaan sebagai bahan

    indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

    3. Klasifikasi

    Klasifikasi penilaian status gizi (WHO-NCHS) dibedakan menjadi

    empat :

  • 14

    a. Gizi lebih (over weight)

    Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam

    jumlah berlebihan sehingga dapat membahayakan (Almatsier,

    2005). Kelebihan berat badan pada balita terjadi karena

    ketidakmampuan antara energi yang masuk dengan keluar

    seperti kondisi terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga

    atau keduanya. Kelebihan berat badan anak tidak boleh

    diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus

    menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan

    (Arisman, 2007).

    b. Gizi baik (well nourished)

    Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh

    memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien

    sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan

    otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada

    tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2005).

    c. Gizi kurang (under weight)

    Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu

    atau lebih zat-zat esensial (Almatsier, 2005).

    d. Gizi buruk (severe PCM)

    Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang kekurangan

    nutrisi, atau status nutrisi berada di bawah standar rata-rata.

  • 15

    Nutrisi yang dimaksud berupa protein, karbohidrat dan kalori

    contoh KEP (Kurang Energi Protein).

    Menurut Kemenkes RI (2012) Paremeter BB/TB berdasarkan Z-

    Score diklasifikasikan menjadi :

    1) Gizi Buruk (Sangat Kurus) :

  • 16

    periang dan padai bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.

    Pertumbuhan fisik balita cukup erat kaitannya dengan makanan yang

    dikonsumsi. Jika seorang balita sering diberi asupan makanan yang

    mengandung zat-zat yang tidak baik, seperti jenis makanan yang

    mengandung bahan pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan,

    pelezat makanan dan yang sejenisnya, maka bisa dipastikan hal itu

    memberikan efek yang tidak baik bagi kesehatan tubuh. Pemberian

    makanan dengan pemenuhan gizi yang memadai adalah cara yang

    tepat untuk menjaga kesehatan serta tumbuh kembang balita. Peran

    makanan bagi balita adalah sebagai sumber zat gizi. Zat gizi yang

    terdapat dalam makanan yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,

    mineral dan air. Zat gizi diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat

    pembangun dan zat pengatur.

    1. Zat Energi

    Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,

    lemak dan protein. Bagi balita tenaga diperlukan untuk melakukan

    aktivitas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena

    itu kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar

    daripada orang dewasa.

    2. Zat Pembangun

    Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan

    fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga

    menggantikan jaringan yang rusak.

  • 17

    3. Zat pengatur

    Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh

    termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini

    zat yang berperan sebagai zat pengatur yaitu vitamin baik yang

    larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun yang larut

    dalam lemak (vitamin A, D, E dan K), mineral seperti kalsium, zat

    besi, iodium, dan flour dan air sebagai alat pengatur vital kehidupan

    sel-sel tubuh.

    Kebutuhan gizi adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk

    memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis

    kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan. Asupan zat gizi

    dan pengeluaran harus seimbang sehingga diperoleh status gizi

    yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang

    anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat

    (KMS).

    Penyebab langsung timbulnya gangguan gizi pada bayi dan

    balita adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari

    makanan dengan kebutuhan tubuh. Faktor penyebab tidak

    langsung antara lain :

    1. Ketidaktahuan hubungan makanan dan kesehatan. Keluarga

    yang berpenghasilan cukup dapat memberikan makanan yang

    seadanya saja. Kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan

    pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga

  • 18

    pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan

    ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan

    bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi

    makanan keluarga, khususnya makanan anak balita. Masalah

    gizi karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang

    memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan

    keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan

    misalnya kebosanan.

    2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu. Banyak

    bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi

    tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat

    adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.

    Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan

    harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan

    daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein

    dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang

    dapat menurunkan harkat keluarga.

    3. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan. Berbagai

    kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan

    tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan.

    Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun

    daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya

    dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal

  • 19

    anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu

    guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-kadang

    kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat

    anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua

    beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya

    memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena

    diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara

    pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak.

    4. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

    Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan

    tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan

    mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang

    diperlukan.

    5. Jarak kelahiran yang terlalu rapat. Hasil penelitian membuktikan

    bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena

    ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir,

    sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.

    Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan

    perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan

    kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu

    sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak

    akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu (ASI) yang

    masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang

  • 20

    belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan

    pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut

    juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena

    produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke

    jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak

    segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena

    alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan

    keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha

    untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

    6. Sosial Ekonomi. Keterbatasan penghasilan keluarga turut

    menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat

    disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan

    hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas

    maupun jumlah makanan.

    7. Penyakit infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar

    dan tidak ada nasu makan. Adanya penyakit tertentu dapat

    menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya

    dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat

    menghalangi penyerapan makanan. Penyakit yang dapat

    memperburuk keadaan gizi seperti diare, infeksi saluran

    pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria

    kronis dan cacingan.

  • 21

    Status gizi anak dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak

    langsung. Faktor langsung merupakan faktor bawaan dan sudah

    melekat dalam diri anak meliputi umur, kromosom, adanya penyakit

    infeksi. Faktor eksternal merupakan faktor yang bisa dilakukan

    upaya perbaikan/pencegahan/peningkatan sehingga pertumbuhan

    anak balita dapat lebih baik seperti dengan perbaikan gizi selama

    hamil, menghindari paparan zat kimia/toksin berbahaya,

    meminimalkan terjadinya infeksi, anoksia embrio dan perbaikan

    psikologi saat hamil dan meminimalkan terjadinya komplikasi

    selama persalinan. Lingkungan pengasuhan yang mendukung

    meliputi sanitasi, pola pengasuhan termasuk didalamnya memenuhi

    kebutuhan anak (asah,asih,asuh), kemapanan ekonomi dan

    pendidikan/ pengetahuan keluarga.

    Peran keluarga sangat penting dalam pertumbuhan dan

    perkembangan balita (Soetjiningsih, 2012) termasuk status gizi

    balita. Peran keluarga berkaitan dengan pemenuhan asupan gizi

    dan pengetahuan orang tua tumbuh kembang seorang anak.

    Proses ini bersifat individual dan unik sehingga dapat memberikan

    hasil yang berbeda-beda. Peran keluarga memiliki pengaruh yang

    cukup besar persoalan gizi setiap anggota keluarganya (Berita

    UGM, 2017). Anak dikatakan mengalami hambatan pertumbuhan

    bila berat badan anak secara signifikan berada di bawah berat

    badan anak lain yang sama umur dengan jenis kelaminnya (Romily,

  • 22

    2012). Tumbuh kembang dikatakan terlambat jika seorang anak

    tidak mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang

    diharapkan pada umur yang semestinya, ketertinggalan dalam

    populasi yang normal (Dudley, 2010).

    Akibat ketidak seimbangan antara zat gizi yang masuk

    dengan kebutuhan maka dapat menimbulkan beberapa masalah

    gizi antara lain :

    1. Kekurangan Energi dan Protein (KEP) disebabkan kurangnya

    asupan energi dan protein.

    a. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

    b. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan

    c. Gangguan saluran pencernaan sehingga penyerapan sari

    makanan dalam usus terganggu

    d. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit

    infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.

    Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan

    dan perkembangan balita terganggu. Gangguan asupan gizi

    yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang

    disebut dengan wasting. Wasting yaitu berat badan anak tidak

    sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat

    menahun (kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam

    jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting.

    Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak

  • 23

    sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak

    kurus. Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan KEP akut

    derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk :

    1) Marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya

    seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi

    yang dominan.

    2) Kwashiorkor, anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu

    penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan.

    Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya

    mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan

    kekurangan asupan protein secara akut (mendadak),

    misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein

    dalam tubuh sudah habis.

    3) Marasmik-kwashiorkor, bentuk ini merupakan kombinasi

    antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini

    dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat

    tidak dapat terpenuhi dari asupannya.

    2. Obesitas

    Timbulnya obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya

    faktor keturunan, lingkungan, asupan energi yang tidak sesuai

    dengan penggunaan. Obesitas sering ditemui pada anak

    sebagai berikut:

    a. Sejak bayi anak diberi susu botol.

  • 24

    b. Bayi terlalu dini diperkenalkan akanan padat.

    c. Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.

    d. Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula

    jika berbuat sesuai keinginan orangtua.

    e. Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.

    Makanan pada usia balita membutuhkan gizi seimbang

    yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan

    oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu

    diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia

    dewasa sampai lanjut. Gizi makanan sangat mempengaruhi

    pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat

    tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu

    diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui

    makanan ibu hamil. Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada

    usia 3-4 tahun. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka

    ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak

    bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan

    dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan

    keluarga.

    Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola

    makan keluarga. Peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk

    membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal

    ini harus mengetahui, mau dan mampu menerapkan makan

  • 25

    yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan

    meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di

    sekelilingnya dalam keluarga. Makanan selingan tidak kalah

    pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan

    pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak

    cukup menerima porsi makan karena anak susah makan.

    Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan

    pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.

    Jenis makanan selingan yang baik adalah yang

    mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein,

    vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran,

    tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan

    lain-lain. Makanan selingan lebih baik dibuat sendiri sehingga

    sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila

    terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan

    pilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat dan

    gula semata karena sangat berbahaya jika diberikan terus

    menerus. Jika sejak kecil hanya senang yang manis, maka

    akan terbiasa sampai dewasa, risiko kegemukan. Kegemukan

    merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat

    terserang penyakit tertentu.

  • 26

    C. Pengetahuan

    Pengetahuan atau kognitif banyak berhubungan dengan

    informasi dan pengetahuan (knowledge) sebagai domain penting

    dalam terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran suatu

    pengetahuan salah satu teknik yang dilakukan adalah pengisian

    angket yang memuat isi materi yang akan diukur dari subyek

    penelitian atau responden. Tingkat kedalaman pengetahuan yang

    ingin diukur disesuaikan dengan tindakan domain kognitif.

    1. Tingkatan Pengetahuan

    Domain tingkatan kognitif dalam Notoatmodjo (2005) yaitu :

    a. Tahu (know) diartikan sebagai pengingat status materi yang

    telah dipelajari sebelumnya.

    b. Memahami (comprehension) diartikan sebagai kemampuan

    untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang akan

    diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

    secara benar.

    c. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk

    menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

    kondisi riil (sebenarnya).

    d. Analisis (analysis) merupakan suatu kemampuan untuk

    menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-

    komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.

  • 27

    e. Sintesis (syntesis) menunjukan pada suatu kemampuan untuk

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam

    suatu bentuk keseluruhan.

    f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan

    justufikasi atau pemikiran terhadap suatu materi atau obyek.

    2. Cara memperoleh Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2005) cara memperoleh pengetahuan dapat

    dikelompokkan menjadi dua :

    a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau

    tradisional ini dipakai orang untuk memperolah kebenaran

    pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah, atau

    metode penemuan sistematik dan logis. Cara-cara penemuan

    pengetahuan pada periode ini meliputi :

    1) Cara coba salah (trial and error), cara ini telah dipakai orang

    sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

    adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila

    menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya

    dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba dilakukan

    dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

    masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

    dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan ketiga

    gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai

    masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka

  • 28

    cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau

    salah) atau metode coba-salah/coba-coba.

    2) Cara kekuasaan atau otoritas, dalam kehidupan manusia

    sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-

    tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

    apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-

    kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun temurun dari

    generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus

    ada upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa

    ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak

    tidak boleh makan telur dan sebagainya. Kebiasaan seperti

    ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

    melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-

    kebiasaan seperti ini seolah-olah diterima dari sumbernya

    sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan

    tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik

    formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan

    dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut

    diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,

    otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli

    ilmu pengetahuan.

    3) Berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman adalah guru

    yang baik, yang bermakna bahwa pengalaman itu merupakan

  • 29

    sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran

    pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

    digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

    dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

    diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

    pada masa yang lalu.

    4) Melalui jalan pikiran, dalam memperoleh kebenaran

    pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya

    melalui induksi atau deduksi. Induksi yaitu : proses penarikan

    kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus

    ke pernyataan yang bersifat umum. Deduksi yaitu :

    pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum kepada

    khusus.

    b. Cara modern

    Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan

    lebih sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut “metode

    penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi

    penelitian yaitu dengan mengembangkan metode berfikir induktif.

    Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-

    gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

    dikumpulkan dan diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan

    umum.

    3. Sumber-sumber Pengetahuan

  • 30

    Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi,

    adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang.

    Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah

    baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma

    dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh

    jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit

    dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa

    keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang

    bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan)

    tetapi subjektif.

    Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada

    otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh

    kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran

    pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama,

    orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka

    katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek,

    pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik.

    Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai

    orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih

    luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung

    kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-

    orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian

    pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman

  • 31

    yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah

    kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan

    masyarakat itu sendiri.

    Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia,

    pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan

    hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit,

    orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan

    kegiatan hidup.

    Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca

    indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup

    kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-

    batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca

    indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi

    tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal

    pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual,

    abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi

    tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa

    bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai

    pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran

    cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif

    dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.

    Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati

    yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui

  • 32

    ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman.

    Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman

    batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan

    indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta

    seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan

    tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan

    yang intuitif. Pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji

    baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran.

    Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal

    belaka (Suhartono, 2008).

    D. Konsep Pendapatan

    Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup

    keluarga, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin

    besar kemampuan keluarga untuk membiayai segala pengeluaran dan

    kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh keluarga termasuk

    pemenuhan kebutuhan gizi. Pendapatan adalah hal penting dalam

    kehidupan dari suatu keluarga. Fungsi keluarga salah satunya adalah

    menjalankan fungsi ekonomi. Tanpa pendapatan maka fungsi

    keluarga yang lain dapat terabaikan misalnya dalam pendidikan,

    fungsi sosialisasi, kebutuhan gizi dan masih banyak yang lain

    (Wikipedia, 2017).

    Zaki Baridwan dalam Buku Intermediate Accounting

    mendefinisikan pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva

    http://skripsitesisdisertasi.com/pengertian_pendapatan

  • 33

    suatu badan usaha atau selama suatu periode, yang berasal dari

    penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari

    kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan

    utama adan usaha. Soemarso SR mengatakan pendapatan dalam

    keluarga dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan operasi dan non

    operasi. Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh dari

    aktivitas utama keluarga sedangkan, pendapatan non operasi adalah

    pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan utama keluarga.

    Jumlah nilai nominal pendapatan dapat bertambah melalui berbagai

    transaksi tetapi dtidak semua transaksi mencerminkan timbulnya

    pendapatan (Teguh, 2012). Sumber pendapatan diperoleh dari :

    1. Pendapatan menetap atau tidak menetap, yang mengakibatkan

    adanya pertambahan dana

    2. Keuntungan dari transaksi penjualan

    3. Hadiah atau sumbangan

    Tingkat pendapatan keluarga mempengaruhi pertumbuhan dan

    perkembangan. Pendapatan keluarga per bulan menunjukan banyak

    kemampuan responden untuk membiayai keluarga. Menurut Soekanto

    (2003), pendapatan dapat dikatakan baik apabila dapat memenuhi

    kebutuhan keluarganya. Menurut Arifin apabila pendapatan rendah

    maka makanan yang dikosumsi cenderung tidak mempertimbangkan

    nilai gizi, akan tetapi nilai materi lebih menjadi pertimbangan. Namun

    tidak menutup kemungkinan bahwa keluarga yang berpenghasilan

  • 34

    rendah dapat mengkonsumsi makanan yang mempunyai nilai gizi baik

    (Teguh, 2012)

  • 35

    E. Landasan Teori

    Asupan gizi merupakan faktor penting dalam proses

    pertumbuhan dan perkembangan balita. Balita yang memiliki asupan

    gizi yang cukup terlihat lebih aktif, cerdas dan ceria. Asupan gizi

    mencerminkan status gizi seseorang. Status gizi yang baik menunjang

    kesehatan balita sebaliknya status gizi balita yang kurang atau

    berlebih dapat menimbulkan masalah. Status gizi berkaitan

    perkembangan otak dan kemampuan belajar anak balita (Almatsier,

    2010).

    Asupan gizi berhubungan erat dengan umur balita. Kebutuhan

    gizi meningkat seiring dengan umur balita. Gizi yang cukup

    merupakan cara yang tepat untuk menjaga kesehatan serta tumbuh

    kembang balita (Supariasa, 2002).

    Adanya penyakit infeksi yang diderita anak dapat

    menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai

    untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kondisi diare dan muntah

    dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit infeksi dapat

    memperburuk status gizi seperti diare, infeksi saluran pernapasan

    atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis dan cacingan

    (Almatsier, 2010).

    Pengetahuan akan makanan berkaitan dengan kondisi

    kesehatan. Ketidaktahuan akan faedah makanan memberi dampak

    baik dan buruknya terhadap mutu makanan keluarga khususnya

  • 36

    makanan anak balita. Pengetahuan dan keterampilan dalam

    mengolah bahan makanan dapat menurunkan minat anak dalam hal

    berkaitan dengan makan, keragaman jenis masakan mempengaruhi

    kejiwaan misalnya kebosanan (Almatsier, 2010).

    Kebiasaan atau pantang makan merugikan bagi kesehatan.

    Pantang makan dipengaruhi oleh budaya setempat seperti larangan

    makan telur, ikan, atau daging yang diwarisi secara dogmatis turun

    temurun. Kebutuhan akan protein diperlukan dalam pertumbuhan

    tubuh sehingga kondisi demikian dapat memperburuk status gizi anak

    (Kemenkes, 2012). Faddisme merupakan suatu kondisi yang

    mencerminkan kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan

    tertentu, mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang

    diperlukan.

    Jarak kelahiran yang terlalu rapat dapat menyebabkan balita

    mengalami masalah gizi, hal ini disebabkan balita kurang mendapat

    perhatian dan perawatan karena persiapan orang tua akan kehamilan

    yang selanjutnya. Anak usia

  • 37

    F. Kerangka Teori

    Faktor Internal - Umur - Penyakit Infeksi

    Faktor Eksternal - Pengetahuan keluarga - Pantang makan - Kesukaan terhadap jenis

    makanan tertentu - Jarak kelahiran - Sosial Ekonomi/penghasilan - Pola pengasuhan

    Sumber : Supariasa, 2002, Almatsier, 2010, Kemenkes, R.I, 2012

    Status Gizi

    Balita

    Gizi Baik

    Gizi Kurang

    Gizi Buruk

    Gizi Lebih

    Gizi Normal

    Gizi Tidak Normal

  • 38

    G. Kerangka Konsep

    Keterangan :

    Variabel bebas : Pengetahuan ibu dan pendapatan

    Variabel terikat : Status Gizi Balita

    H. Hipotesis

    1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita

    2. Ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi balita

    Status Gizi

    Balita

    Pengetahuan Ibu

    Pendapatan Keluarga

  • 39

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional

    dengan rancangan cross sectional, variabel penelitian diukur pada

    waktu yang bersamaan saat penelitian. Penelitian cross sectional

    yaitu jenis penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara

    dua variabel pada situasi atau kelompok subyek yang dilakukan

    bersamaan pada satu waktu (Arikunto, 2006).

    Skema Rancangan Cross sectional

    Ibu

    Pengetahuan Ibu (baik) Pendapatan (tinggi)

    Pengetahuan Ibu (kurang) Pendapatan (rendah)

    Status Gizi Balita (Tidak Normal)

    Status Gizi Balita

    (Normal)

    Status Gizi Balita (Tidak Normal)

    Status Gizi Balita

    (Normal)

  • 40

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2017 di Puskesmas

    Wa Ode Buri.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi penelitian adalah balita usia 13 sampai 60 bulan di

    wilayah kerja Puskesmas Wa Ode Buri tahun 2017 berjumlah

    320 orang.

    2. Sampel

    Sampel penelitian adalah balita yang berkunjung ke Puskesmas

    atau Posyandu saat dilakukan penelitian. Teknik pengambilan

    sampel dengan accidental sampling. Besar sampel penelitian

    dihitung dengan rumus :

    n = 20% x Populasi = 20/100 X 320 orang = 64 orang.

    D. Definisi Operasional

    1. Pengetahuan ibu tentang kemampuan responden menjawab

    dengan benar pertanyaan dalam kuesioner tentang status gizi

    balita (Arikunto, 2013)

    a. Baik : persentase jawaban benar 76%-100%

    b. Kurang:persentase jawaban benar ≤75% (Wawan, 2010)

    2. Tingkat pendapatan keluarga adalah penghasilan atau

    kemampuan keluarga membiayai pengeluaran keluarga dalam

    waktu satu bulan. Tingkat pendapatan keluarga dinilai

  • 41

    berdasarkan UMP Provinsi Sulawesi Tenggara 2017

    Tinggi : ≥ Rp 2.022.625

    Rendah : < Rp 2.022.625

    3. Status Gizi Balita adalah ukuran keberhasilan dalam

    pemenuhan nutrisi untuk balita yang diukur dari BB/U

    (Kemenkes, 2011).

    Normal : status gizi balita -2SD s/d 2SD

    Tidak normal : status gizi balita -3SD dan 3SD

    (Kemenkes, 2011)

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Untuk

    mendiskripsikan pengetahuan ibu terdiri dari 15 pertanyaan, jika

    menjawab benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Untuk

    mengetahui pendapatan keluarga diberikan alternatif pertanyaan

    sesuai UMP (Upah Minimum Provinsi) Sulawesi Tenggara. Status

    gizi balita ditentukan dengan cara mengukur berat badan anak

    kemudian disesuaikan tabel berat badan sesuai umur, tabel acuan

    BB/U (Kemenkes, 2011).

    F. Pengolahan Data

    1. Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data

    penelitian untuk menghindari kesalahan data.

    2. Coding dilakukan dengan mengklasifikasikan data sesuai

    variabel penelitian.

  • 42

    3. Scoring dilakukan dengan menghitung jumlah kejadian

    (frekuensi) setiap kategori penelitian.

    4. Tabulating dilakukan dengan memasukkan data hasil penelitian

    ke dalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisis.

    G. Analisis Data

    1. Analisis Univariabel, menggambarkan karakteristik data dan

    variabel yang diteliti yang dipresentasikan dalam bentuk

    distribusi frekuensi dan narasi.

    2. Analisis Bivariabel, menganalisis hubungan variabel bebas

    (pengetahuan dan pendapatan) dengan variabel terikat (status

    gizi balita). Uji statistik yang akan digunakan adalah chi-square

    pada tingkat kemaknaan p=0.05, untuk melihat hubungan

    terjadinya efek (outcome) dengan confidence interval (CI) 95%.

    Uji statistik menggunakan Uji Chi Square dengan rumus :

    X2 = Σ ( )

    Keterangan :

    X2 = Chi- square

    O = Nilai Observasi

    Σ = Jumlah Data

    E = Nilai yang diharapkan

    Jika nilai p

  • 43

    Jika p>0,05 berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dan

    pendapatan dengan status gizi balita.

  • 44

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Tempat Penelitian

    1. Visi Puskesmas Wa Ode Buri

    Menjadi Puskesmas dengan pelayanan bermutu dan mandiri

    menuju masyarakat kulisusu utara yang sehat.

    2. Misi Puskesmas Wa Ode Buri

    a. Mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu, professional,

    merata dan terjangkau oleh masyarakat secara efesien dan

    efektif.

    b. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

    c. Mendorong kemandirian masyarakat berperilaku sehat dan

    hidup dalam lingkungan yang sehat dalam upaya kesehatan

    secara komprehensif.

    3. Tugas Pokok Puskesmas Wa Ode Buri

    Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas

    pelayanan, pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah

    kerjanya.

    4. Fungsi Puskesmas Wa Ode Buri

    a. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di

    wilayah kerjanya.

  • 45

    b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam

    rangka meningkatkan kemampuan untuk hidupsehat.

    c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

    terpadu kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

    Waode Buri.

    5. Keadaan Wilayah dan Letak Geografi

    Puskesmas Waode Buri secara geografis terletak di daratan

    pesisir pantai degan luas 4900 km2 yang terletak di tengah dari

    tempat pemukiman masyarakat sehingga pelayanan kesehatan

    sangat mudah untuk dijangkau baik dari petugas kesehatan

    maupun masyarakat. Puskesmas Waode Buri merupakan

    Puskesmas induk non perawatan atau bukan Puskesmas rawat

    inap , Puskesmas Waode Buri berdiri diatas lahan seluas 75x75

    m2 , dengan luas gedung 5184 m2 terletak di Desa Wamboule.

    Letak geografis Puskesmas Waode Buri mempunyai batas – batas

    sebagaiberikut :

    a. Sebelah utara berbatasan desa Pebaoa

    b. Sebelah timur berbatasan Laut Banda

    c. Sebelah selatan berbatasan Desa Tomoahi (Kecamatan

    Kulisusu )

    d. Sebelah barat berbatasan Kulisusu Barat.

    Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri terdiri dari 7 (tujuh)

    Desa yaitu Desa Waode Buri, Desa Wamboule, Desa Lelamo,

  • 46

    Desa Labelete, Desa Ulunambo, Desa E’erinere dan Desa

    Petetea’a.

    6. Kependudukan

    Penduduk adalah orang atau sejumlah orang yang

    menempati suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu.

    Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri pada

    tahun 2016 sebanyak 5.010 jiwa yang terhimpun dalam 1.311 KK

    yang tersebar di 7 Desa yaitu (Desa E’erinere, Desa Ulunambo,

    Desa Waode Buri, Desa Wamboule, Desa Lelamo, Desa

    Labelete,dan Desa Petetea’a).

    Tabel.1 Distribusi Penduduk Wilayah Kerja

    Puskesmas Waode Buri Tahun 2016

    No Desa Jumlah jiwa Jumlah KK

    1 E’erinere 320 96

    2 Ulunambo 900 254

    3 Waode buri 1.665 422

    4 Wamboule 439 107

    5 Lelamo 1.031 249

    6 Labelete 463 119

    7 Petetea’a 192 43

    Total 5.010 1.311

    Sumber: Data Sekunder Kecamatan, 2016

    Desa Waode Buri memiliki Jumlah penduduk terbanyak yaitu

    sejumlah 1.665 Jiwa, selanjutnya Desa Lelamo 1.031 jiwa dan

    Desa Ulunambo 900 jiwa, menyusul Desa Labelete 463 Jiwa dan

  • 47

    Desa Wamboule 439 Jiwa dan terakhir Desa E’erinere 320 jiwa

    dan Desa Petetea’a 192 Jiwa.

    B. Hasil Penelitian

    Berdasarkan hasil pengumpulan data pada bulan November di

    Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton

    Utara diperoleh data sebagai berikut :

    1. Pengetahuan Ibu

    Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara

    Pengetahuan ibu tentang gizi balita

    n %

    Baik 41 64

    Kurang 23 36

    Jumlah 64 100

    Sumber : Data Primer, 2017

    Pada tabel 1 menunjukkan pengetahuan ibu tentang status gizi balita

    di Puskesmas wa Ode Buri sebagian besar (64%) memiliki

    pengetahuan baik dan 36% memiliki pengetahuan kurang.

    2. Pendapatan

    Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara

    Pendapatan n %

    Tinggi 48 75

    Rendah 16 25

    Jumlah 64 100

    Sumber : Data Primer, 2017

  • 48

    Tabel 2 di atas menunjukkan pendapatan responden sebagian besar

    (75%) memiliki pendapatan layak yang sesuai dengan UMR dan

    (25%) memiliki pendapatan tidak layak sesuai UMR.

    3. Status Gizi Balita

    Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara

    Status Gizi Balita n %

    Normal 38 59,4

    Tidak normal 26 40,6

    Jumlah 64 100

    Sumber : Data Primer

    Tabel 3. menunjukkan status gizi balita di Puskesmas Waode Buri

    Kecamatan Kulisusu mayoritas status gizi balita normal (59,4%) dan

    40,6% dengan status gizi balita tidak normal

    4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan status gizi balita di

    Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara

    Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara

    Sumber : Data Primer, 2017

    Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai

    x2hit>x2tabel (5,30>3,841), p

  • 49

    bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di

    Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu.

    5. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan dengan status gizi

    balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara

    Tabel 5. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan dengan status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara

    Sumber : Data Primer, 2017

    Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai

    x2hit3,841), p>0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan

    bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status

    gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu.

    C. Pembahasan

    1. Hubungan pengetahuan Ibu dengan status gizi balita di

    Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara

    Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan

    dari 64 responden balita usia 1-5 tahun diperoleh pengetahuan

    ibu mayoritas baik. Hasil Uji statistik chi-square diperoleh nilai p

    = 0,02 (p

  • 50

    Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten

    Buton Utara

    Tingkat pengetahuan orang tua tentang gizi sangat

    berpengaruh terhadap perilaku dan sikap dalam memilih

    makanan untuk anaknya. Keadaan gizi yang baik akan

    menentukan tingginya angka presentase status gizi secara

    nasional. Ketidaktahuan tentang makanan yang mempunyai gizi

    baik akan menyebabkan pemilihan makanan yang salah dan

    rendahnya gizi yang tekandung dalam makanan tersebut dan

    akan menyebabkan status gizi anak tersebut menjadi buruk dan

    kurang (Maulana, 2012).

    Agus (2008) menerangkan salah satu faktor yang

    mempengaruhi status gizi pada balita adalah pengetahuan orang

    tua dalam memilih dan memberikan makan, karena pengetahuan

    orang tua mempengaruhi bagaimana orang tua mampu

    memenuhi persediaan makanan bagi balitanya, mengkonsumsi

    makanan sesuai gizi yang benar, memilih jenis makanan serta

    memprioritaskan makanan di tengah keluargannya.

    2. Hubungan pendapatan dengan status gizi balita di

    Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara

    Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan

    dari 64 responden balita usia 1-5 tahun diperoleh pendapatan

  • 51

    orang tua mayoritas layak. Hasil Uji statistik chi-square diperoleh

    nilai p= 0,37 (p>0,05) dengan demikian Ho diterima dan Ha

    ditolak, berarti tidak ada hubungan pendapatan dengan status

    gizi balita di Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara

    Hasil penelitian yang terdapat dilakukan berbeda dengan

    penelitian Dian Handini (2013) dengan judul Hubungan Tingkat

    Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah

    Kerja Puskesmas Kalijambe dimana ada hubungan antara

    pendapatan keluarga dengan status gizi balita.

    Penyebab timbulnya gizi kurang pada balita dapat

    dipengaruhi beberapa faktor penyebab, diantaranya adalah

    penyebab langsung, penyebab tidak langsung, akar masalah dan

    pokok masalah. Faktor penyebab langsung yaitu makanan dan

    penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak. Penyebab

    tidak langsung diantaranya adalah ketahanan pangan dalam

    keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan serta

    kesehatan lingkungan. pelayanan kesehatan dan kesehatan

    lingkungan adalah sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

    dasar yang dapat dijangkau oleh keluarga, serta tersedianya air

    bersih (Istiono dkk, 2009).

  • 52

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Dari 64 responden balita berdasarkan pengetahuan ibu lebih

    banyak yang memiliki pengetahuan baik tentang gizi.

    2. Dari 64 responden balita berdasarkan pendapatan keluarga lebih

    banyak yang memiliki pendapatan layak.

    3. Dari 64 responden balita mayoritas memiliki status gizi.

    4. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi denga status

    gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu.

    5. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi denga

    status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu.

    B. Saran

    1. Mempertahankan edukasi kepada ibu yang memiliki balita usia 1-5

    tahun sehingga derajat status gizi balita dalam batas normal

    sampai kehidupan selanjutnya

    2. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

    tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi

    balita.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Agus, 2014. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi Anak Balita (1-5 Tahun) di Jorong Surau Laut Wilayah Kerja Puskesmas Biaro Kecamatan IV Angkek Kabupaten Agam Tahun 2008. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol 1, No 1: 23-28.

    Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta. Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia

    Pustaka. Utama. Berita UGM. 2017. Jutaan Balita di Indonesia Mengalami Masalah Gizi.

    https://ugm.ac.id/id/berita/13208-jutaan balita di indonesia mengalami masalah gizi. Diakses April 2017

    Dudley L & Vasche T., 2010. Vision Therapy For a Patient With

    Developmental Delay. Journal of Behavioral Optometry. 21(2): 39-45.

    Istiono, W., Suryadi, H., Haris, M., Irnizarifka., Tahitoe, A.D., Hasdianda,

    M.A., Fitria, T., & Sidabutar, T.I.R. (2009). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25, No. 3, September

    Kemenkes, RI, 2012. Pedoman Pelaksanaan, Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.

    ______. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam

    Kompas 9 September 2002 Maulana, LAM., 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

    Terhadap Status Gizi Siswa SD Inpres 2 Pannamu. Makasar: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Keseahtan Masyarakat Universitas Hasanudin Makassar. Jurnal Kesmas, Vol 2, No 3. 21-24

    Moersintowati, 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Edisi ke-1. IDAI: Sagung Seto

    Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus.

    https://ugm.ac.id/id/berita/13208-jutaan%20balita%20di%20indonesia%20mengalamihttps://ugm.ac.id/id/berita/13208-jutaan%20balita%20di%20indonesia%20mengalami

  • Terjemahan. PT Gramedia. Jakarta. Rahayu, Ary Oktora Sri. 2011. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu

    Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011.

    Romilly Purba, Evawany Y Aritonang, Ernawati Nasution. 2012. Gambaran

    Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Pedagang Pasar Dwikora Parluasan di Kota Pematang Siantar Tahun 2012. Universitas Sulawesi Utara

    Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rineka Cipta. I Dewa Nyoman Supariasa.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta. Penerbit

    Buku Kedokteran EGC.

    Soetjiningsih. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak. In: Ranuh IGNG, penyunting. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2012.h.2-3.

    Soekanto, S. 2003. Sosiologi: Suatu pengantar. Jakarta: PT Radja

    Grafindo Persada Sudiyanto. 1988. Membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh

    kembang anak, Fakultas Kedokteran UI. Supariasa . 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Teguh, H. 2012. Konsep Pendapatan. http://skripsitesisdisertasi.com/

    konsep_pendapatan diakses Maret 2017 Wikipedia. 2017. Pendapatan. http://wikipedia.org diakses Maret 2017

    http://skripsitesisdisertasi.com/%20konsep_pendapatan%20diakses%20Maret%202017http://skripsitesisdisertasi.com/%20konsep_pendapatan%20diakses%20Maret%202017http://wikipedia.org/

  • KUESIONER PENELITIAN

    HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS WA ODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA

    KABUPATEN BUTON UTARA

    IDENTITAS IBU

    Nama : Umur : Pendidikan : Pekerjaan : Alamat :

    DATA ANAK BALITA

    Nama : Tanggal Lahir : Jenis Kelamin :

    STATUS GIZI BALITA

    Umur :

    BB :

    Normal Tidak Normal (Kurus, Lebih)

    PENDAPATAN KELUARGA PER BULAN

    ≥ Rp 2.022.625 < Rp 2.022.625

    PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI

    Pilihlah jawaban yang anda anggap benar sesuai pengetahuan anda

    tanpa melihat catatan atau bertanya pada responden lain dengan cara

    memberi tanda cheklist (√) pada tempat yang sudah disediakan.

    NO PERNYATAAN Benar Salah

    1 Makanan yang baik adalah makanan yang

    memberikan

    semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

    2 Makanan bergizi penting untuk kecerdasan dan

    perkembangan balita

    3 Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang –

    kacangan

    sangat baik untuk pertumbuhan balita

    4 Kebutuhan gizi balita lebih besar dari orang dewasa

  • 5 Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudah

    terserang penyakit.

    6 Ukuran berat badan menentukan status gizi balita

    7 Hanya bayi sakit yang perlu dilakukan

    penimbangan berat badan

    8 Asupan gizi yang kurang dapat mengakibatkan

    balita mengalami gizi kurang

    9 Pengolahan makanan untuk balita dibedakan

    dengan pengelolaan makanan untuk keluarga.

    10 Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral

    termasuk Ke alam zat gizi yang dibutuhkan tubuh.

    11 Pemberian makanan balita disesuaikan dengan

    umur

    12 Balita yang sehat adalah balita yang gemuk

    13 Konsumsi ikan akan membuat anak balita

    mengalami kecacingan

    14 Penyakit ineksi (TBC) menyebabkan anak menjadi

    kurus

    15 Makanan selingan lebih penting dari makanan

    utama

    16 Sumber makanan protein dapat diperoleh dari

    sumber makanan hewani

    17 Kebutuhan gizi setiap anak balita berbeda-beda

    18 Makanan selingan harus disesuaikan dengan

    keinginan balita

    19 Balita dikatakan bila mempunyai berat badan

    sesuai dengan umur balita

    20 Balita yang memiliki status gizi baik akan lebih

    optimal dibandingkan dengan status gizi buruk

  • HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS WA ODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA KABUPATEN BUTON UTARA

    No Nama

    Status Gizi

    Tk. Pendapatan

    Pengetahuan

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 nilai score kategori

    1 Farhan Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 85 baik

    2 M. Amin Normal 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik

    3 Rahmad Normal 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 13 65 kurang

    4 Pangeran Normal 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 75 kurang

    5 Zaki Normal 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 13 65 kurang

    6 M. Azar Normal 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 11 55 kurang

    7 Reno Normal 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    8 Fandri Normal 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang

    9 M. Arfan Normal 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 75 kurang

    10 Luhan Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    11 Fadil Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang

    12 Azril Tidak

    Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 75 kurang

    13 Fahrin Normal 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 60 kurang

    14 Arif R Normal 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik

    15 Riliando Normal 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang

    16 Faizul Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    17 Azfar Normal 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 75 kurang

    18 Haikal Normal 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13 65 kurang

    19 M. Alif Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    20 Afril Normal 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 14 70 kurang

    21 Ld. Harlin Normal 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 baik

    22 Madar Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik

    23 Nal Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik

  • 24 Yuni Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang

    25 Lisna Normal 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 75 kurang

    26 Yasmin Normal 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 60 kurang

    27 Ainun Normal 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik

    28 Hesti Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    29 Aurel Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    30 Ramadani Normal 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    31 Henita Normal 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik

    32 Fahri Normal 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik

    33 Azka Normal 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik

    34 Fairuz Normal 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 13 65 kurang

    35 Rasyafa Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    36 Giovani Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 85 baik

    37 Shaquilano Normal 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik

    38 Siska Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik

    39 Adeliya Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    40 Asyifa Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang

    41 Dirga Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 75 kurang

    42 Anan Tidak

    Normal 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 60 baik

    43 Noval Tidak

    Normal 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik

    44 Muh. Bilal Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    45 Hamisan Tidak

    Normal 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    46 Amira Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik

    47 Abisar Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 baik

    48 Ardiansya S Tidak 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 75 kurang

  • Normal

    49 Khairul Tidak

    Normal 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik

    50 Achmad Tidak

    Normal 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik

    51 Sisca Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 85 baik

    52 Meri Tidak

    Normal 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik

    53 Nita Tidak

    Normal 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik

    54 Laeli Tidak

    Normal 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 85 baik

    55 Dinda Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang

    56 Annisa Tidak

    Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 16 80 baik

    57 Lisna Tidak

    Normal 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 60 kurang

    58 Lupita Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik

    59 Endra Normal 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang

    60 Arsi Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik

    61 Niken Normal 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 baik

    62 Bobi Tidak

    Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 baik

    63 Bertrand Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik

    64 Rizal Tidak

    Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 85 baik

  • Frequencies Notes

    Output Created 13-Dec-2017 05:56:25 Comments Input Active Dataset DataSet0

    Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File

    64

    Missing Value Handling

    Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

    Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

    Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Status_Gizi Pendapatan Pengetahuan /ORDER=ANALYSIS.

    Resources Processor Time 00 00:00:00.000

    Elapsed Time 00 00:00:00.009

    Statistics

    Status_Gizi Pendapatan Pengetahuan

    N Valid 64 64 64

    Missing 0 0 0

    Frequency Table

    Status_Gizi

    Frequency Percent

    Valid Percent

    Cumulative Percent

    Valid Normal 38 59.4 59.4 59.4

    Tidak Normal

    26 40.6 40.6 100.0

    Total 64 100.0 100.0

    Pendapatan

    Frequency Percent

    Valid Percent

    Cumulative Percent

    Valid layak 48 75.0 75.0 75.0

    Tidak layak 16 25.0 25.0 100.0

    Total 64 100.0 100.0

  • Pengetahuan

    Frequency Percent

    Valid Percent

    Cumulative Percent

    Valid baik 41 64.1 64.1 64.1

    kurang 23 35.9 35.9 100.0

    Total 64 100.0 100.0

    Pengetahuan * Status_Gizi

    Crosstab

    Status_Gizi

    Total Normal Tidak

    Normal

    Pengetahuan baik Count 20 21 41

    % of Total 31.3% 32.8% 64.1%

    kurang Count 18 5 23

    % of Total 28.1% 7.8% 35.9%

    Total Count 38 26 64

    % of Total 59.4% 40.6% 100.0%

    Chi-Square Tests

    Value df

    Asymp. Sig. (2-sided)

    Exact Sig. (2-sided)

    Exact Sig. (1-sided)

    Pearson Chi-Square 5.309a 1 .021 Continuity Correctionb

    4.157 1 .041

    Likelihood Ratio 5.561 1 .018 Fisher's Exact Test .033 .019 N of Valid Cases 64

    a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.34. b. Computed only for a 2x2 table Pendapatan * Status_Gizi

    Crosstab

    Status_Gizi

    Total Normal Tidak

    Normal

    Pendapatan layak Count 27 21 48

  • % of Total 42.2% 32.8% 75.0%

    Tidak layak

    Count 11 5 16

    % of Total 17.2% 7.8% 25.0%

    Total Count 38 26 64

    % of Total 59.4% 40.6% 100.0%

    Chi-Square Tests

    Value df

    Asymp. Sig. (2-sided)

    Exact Sig. (2-sided)

    Exact Sig. (1-sided)

    Pearson Chi-Square .777a 1 .378 Continuity Correctionb

    .345 1 .557

    Likelihood Ratio .795 1 .373 Fisher's Exact Test .558 .281 N of Valid Cases 64

    a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50. b. Computed only for a 2x2 table

  • DOKUMENTASI