hubungan pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PEMBINAAN LIQO DENGAN SIKAP
NASIONALISME MAHASISWA LEMBAGA
DAKWAH KAMPUS (LDK) UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh
MUFLIHAH
NIM: 11160520000019
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M / 1442 H
i
ABSTRAK
Muflihah, NIM: 11160520000019, Hubungan Pembinaan
Liqo dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa Lembaga
Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Di
Bawah Bimbingan Tasman, M.Si.
Mahasiswa diharapkan memiliki sikap nasionalisme yang
tinggi agar mampu menjaga keutuhan budaya bangsa dan negara.
Upaya penanaman sikap nasionalisme di kalangan mahasiswa
perlu adanya pembinaan nasionalisme melalui diskusi atau
bimbingan yang mendukung akan pentingnya sikap nasionalisme.
Karena dengan adanya pembinaan tersebut mahasiswa dapat terus
meningkatkan kualitasnya dalam menjaga sikap nasionalisme.
Salah satu pembinaan yang mendukung dalam meningkatkan
sikap nasionalisme yaitu pada pembinaan liqo di LDK UIN
Syahid. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan pembinaan liqo dengan sikap
nasionalisme mahasiswa di UIN Syahid.
Penelitian ini menggunakan pendekatan metodelogi
kuantitatif dengan metode survei. Jumlah sampel penelitian ini
sebanyak 80 responden yaitu mahasiswa aktif dalam LDK UIN
Syahid angkatan 2018 dan telah mengikuti pembinaan liqo.
Dengan menggunakan teknik analisis data korelasi Pearson
Product Moment. Untuk mengolah data menggunakan program
Microsoft Excel dan SPSS for Windows 20.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat hubungan
positif dan signifikan antara variabel pembinaan liqo dan variabel
sikap nasionalisme mahasiswa di LDK UIN Syahid dengan nilai
korelasi sebesar 0.867** pada taraf signifikasi 0.000 atau kurang
dari 0.05 hubungan tersebut termasuk dalam kategori kuat,
sehingga dapat dikatakan Ha diterima dan Ho ditolak. (2) 25%
responden atau sebanyak 20 dari 80 responden menjalankan dan
memahami pembinaan liqo secara maksimal dengan kategori
tinggi. (3) Variabel pembinaan liqo dan variabel sikap
nasionalisme dikatakan normal dengan nilai sig. Lebih besar dari
nilai alpha (0.05).
Kata kunci: Pembinaan Liqo, Sikap Nasionalisme, LDK UIN
Syahid
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas kelimpahan rahmat dan karunia, serta petunjuk-Nya.
Sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan
(skripsi) ini dengan judul “Hubungan Pembinaan Liqo dengan
Sikap Nasionalisme Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta”.
Shalawat serta salam selalu dipanjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai suri tauladan dalam menjalankan
kehidupan ini. Alhamdulillah penelitian dalam skripsi ini yang
bertempat di LDK UIN Syahid tahun 2020 dapat diselesaikan
sampai akhir penyusunan penelitian. Peneliti menyadari bahwa
dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat
dalam memberikan informasi maupun berbagi ilmu pengetahuan.
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam proses perjalanan skripsi ini peneliti
mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
baik berupa moril maupun materil. Oleh karena itu pada
kesempatan kali ini peneliti mengucapkan banyak terimakasih
kepada segenap orang yang telah membatu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
iii
1. Suparto, M.ED., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSM selaku
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Shihabuddin Noor,
MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,
Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku ketua Program
Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Artiarini Puspita
Arwan, M.Psi selaku Skretaris Program Studi Bimbingan
dan Penyuluhan Islam, yang telah membantu kebutuhan
peneliti dalam penyusunan skripsi dan selalu memberikan
motivasi.
3. Tasman, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi serta
Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membantu
membimbing dan meluangkan waktunya serta
memotivasi kepada peneliti selama proses penyusunan
skripsi..
4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat
kepada peneliti selama menempuh pendidikan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Orang tua peneliti, Ibu dan semua kakak serta keponakan
peneliti yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan penuh, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
iv
6. Pihak Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif
Hidayatullah, Alwi Rahmat Siregar selaku ketua umum
LDK Sayhid 2020 yang telah mengizinkan dan sangat
menerima peneliti untuk mengadakan penelitian di
Lembaga tersebut.
7. Fitriyani selaku Kordinator Akhwat Bagian Sub-Divisi
Humas dan Iis Ismayati selaku Kordinator Bagian Divisi
Kaderisasi yang telah banyak memabntu memberikan
banyak informasi mengenai responden dan membantu
dalam pengambilan uji inti.
8. Semua yang telah mendukung berlangsungnya penelitian
ini. Dan
9. Terimakasih kepada diri peneliti sendiri yang telah
berjuang untuk menyelesaikan penelitian ini.
Semoga Allah SWT memberikan keberkahan, rahmat dan
balasan atas segala jasa kebaikan yang telas diberikan. Peneliti
menyadari masih sangat banyak kekurangan dalam skripsi ini,
oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan saran untuk
perbaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 07 September 2020
Muflihah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................... 1
B. Batasan Masalah & Rumusan Masalah ................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................. 10
D. Tinjauan kajian Terdahulu .................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembinaan Liqo .................................................... 14
1. Pengertian Pembinaan Liqo ............................ 14
2. Materi Pembinaan Liqo .................................. 17
3. Metode Pembinaan Liqo ................................. 28
4. Murabbi (Pembimbing) Pembinaan Liqo ....... 30
B. Sikap Nasionalisme .............................................. 31
1. Pengertian Nasionalisme ................................ 31
2. Cinta Tanah Air .............................................. 34
3. Bela Negara .................................................... 36
4. Toleransi ......................................................... 39
C. Kerangka Pemikiran ............................................. 41
vi
D. Hipotesis Penelitian .............................................. 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................... 44
B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................ 45
C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................. 47
D. Teknik Pengumpulan Data ................................... 47
E. Sumber Data ......................................................... 48
F. Instrumen Penelitian ............................................. 49
G. Teknik Analisis Data ............................................ 55
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif
Hidayatullah ............................................................. 59
1. Sejarah Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif
Hidayatullah ....................................................... 59
2. Visi dan Misi Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif
Hidayatullah ....................................................... 60
3. Pembinaan Liqo LDK UIN Syahid .................... 61
4. Struktur Organisasi LDK UIN Syahid TP. 2020 63
B. Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan .............. 65
1. Karakteristik Responden .................................... 65
2. Gambaran Umum Responden ............................ 70
3. Analisis Data Uji Korelasi .................................
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ......... 71
b. Uji Koefiensi Korelasi.................................. 72
c. Uji Korelasi .................................................. 77
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................. 80
vii
B. Saran ........................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 82
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran ........................................... 42
2. Struktur organisasi LDK UIN Syahid ................ 63
DAFTAR TABEL ..............................................................
1. Skala instrumen ........................................................ 53
2. Hasil uji realibilitas .................................................. 55
3. Skala likert ............................................................... 56
4. Karakteristik responden ........................................... 65
5. Gambaran umum responden .................................... 70
6. Uji normalitas ........................................................... 71
7. Koefisien korelasi..................................................... 73
8. Uji korelasi ............................................................... 77
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara memiliki nilai-nilai sebagai landasan utama.
Landasan itu dibangun berdasarkan hasil pemikiran dan
hasrat yang mendalam melalui proses pemikiran panjang.
Kemudian dipegang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Landasan bangsa Indonesia yang telah disepakati adalah
Pancasila. Jiwa nasionalisme keIndonesiaan telah lama
ditelusuri dan direfleksikan para Founding Fathers, Soekarno
telah menjelaskan bahwa: “Nasionalisme itu ialah suatu
i’tikad; suatu keinsyafan rakyat bahwa rakyat itu satu
golongan, satu bangsa!. Bangsa itu adalah suatu persatuan
perangai yang terjadi dari persatuan hal ikhwal yang telah
dijalani oleh rakyat itu.”1
Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang ideal di
masa depan diperlukan pemahaman mendalam akan
signifikan nasionalisme dalam Indonesia. Nasionalisme di
Indonesia lahir dari kesadaran masyarakat untuk melepas dari
penjajah dan segala bentuk eksploitasi serta diskriminasi yang
mengganggu stabilitas politik, ekonomi, budaya dan agama.2
Namun, kalimat “hidup atau mati” yang dahulu lantang
diucapkan oleh para pejuang kemerdekaan, menjadi hal yang
1 Muh. Umar Syadat Hasbullah,Revousi Politik Kaum Muda Jakarta,
(Jakarta: yayasan Obor Indonesia, 2008), h.285 2 M. Takdir Ilahi, Nasionalisme dalam Bingkai Pluralitas Bangsa
Paradigma Pembangunan & Kemandirian Bangsa,(Yogyakarta: Ar-Ruz
Media, 2012), h. 13.
2
semu dan kurang tepat pada generasi muda saat ini.
Pergeseran makna dari nasionalisme itu sendiri tidak jarang
menyebabkan penelitian negatif terhadap semangat
nasionalisme generasi muda saat ini.
Menumbuhkan sikap nasionalisme merupakan proyek
bersama yang senantiasa harus diperjuangkan, bangsa
Indonesia harus mampu mengambil pelajaran dari beberapa
negara yang hancur dikarenakan warganya berjiwa kerdil.
Terjadinya erosi nasionalisme menimbulkan banyak paham
terutama dari sisi keagamaan.
Direktur Center for the Study of Religion and Culture
(CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Idris Hemay
mengatakan fundamentalisme dan konservatisme tumbuh
subur di kalangan mahasiswa kampus itu, “Mahasiswa UIN
Jakarta secara umum moderat, namun ada sebagaian yang
rentan terhadap fundamentalisme dan radikalisme”. Riset
SETARA menemukan UIN Syarif Hidayatullah pada posisi
kedua dari 10 perguruan tinggi paling fundamentalis yang
diteliti.3
Khofifah (Gubernur Jawa Timur) pun menanggapi berita
tersebut dan menyatakan dalam sebuah survei di kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi objek penyebaran
radikalisme yang cukup mengerikan. Tidak sedikit anak yang
disurvei sepakat bahwa orang murtad boleh dibunuh, tak
3 Egi Adyatama, Tempo.co: Penelitian Internal: Radikalisme Tumbuh
Subur di UIN Jakarta, (2019), diakses dari
https://nasional.tempo.co/read/1220307/penelitian-internal-radikalisme-
tumbuh-subur-uinjakarta pada 20 Desember 2019
3
hanya kalangan mahasiswa, sejumlah dosen juga menjadi
objek penyebaran radikalisme. Survei tersebut menunjukkan
tingginya intoleran di Indonesia.4
Radikalisme bermula dari pemahaman agama yang sempit
dan hitam-putih. Mereka berpendapat hanya ada satu
kebenaran tunggal dan absolut yang berasal dari Tuhan, selain
yang berasal dari Tuhan adalah kebatilan. Radikalisme dan
terorisme adalah masalah bersama, bukan pemerintah atau
aparatur keamanan saja. Diperlukan langkah-langkah
membangun kesadaran dan komitmen kolektif seluruh
kekuatan bangsa. Beberapa waktu lalu, Badan Intelejen
Negara (BIN) menyebut 39% mahasiswa terpapar
radikalisme.5
Kondisi tersebut tentu menjadi realitas yang harus
disikapi secara seksama dan sesegera mungkin, mengingat
sosial budaya yang semakin beragam dan perbedaan
pemahaman yang semakin jelas nampak. Hal demikian dapat
mengancam eksistensi negara kesatuan. Permasalahan yang
sering terjadi adalah mengenai sensitivitas agama pada
masyarakat khususnya kelompok-kelompok khilafah,
seringkali memisahkan antara agama dan negara. Ajaran
Islam sendiri sebenarnya mengajarkan untuk saling menjaga
4 Tito Dirhantoro, alinea.id: Khofifah sebut Survey UIN Jakarta soal
Radikalisme Mengerikan,(2019), di akses dari
https://www.alinea.id/nasional/khofifah-survey-uin-jakarta-soal-radikalisme-
mengerikan pada 20 Desember 2019 5 Abdul Mu’ti, Artikel: Indonesia Darurat Radikalisme?, (2018), di
akses dari https://www.uinjkt.ac.id/id/indonesia-darurat-radikalisme/ pada 30
Desember 2019
4
persatuan negara. Islam dan nasionalisme kaitannya sangat
erat bahkan dalam Al-Qur’an pun menyandingkan agama
dengan negara. Berikut yang tercantum dalam Al-Qur’an:
م ال ين وا
م في الد وك
اتل
ام يق
اذينا ل
ن ال ه عا
ام الل
ا ك نها يا
ال
يهم؛اواإل
قسط
ت وهم وا ر با
ان ت
ام أ
ارك م من ديا
رجوك
يخ
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam
urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung
halaman.” (QS. Al –Mumtahana : 8)
Al-Qur’an menyandingkan antara iman dan negeri
sehingga tidak ada pilihan, keduanya harus menyatu. Wujud
unsur pokok yang merekat antara nasionalisme dengan Islam
yaitu: manusia, tempat, dan hubungan kasih sayang dengan
tanah air. Itu sebabnya tanah air dinamai dengan “Ibu
Pertiwi”.6 Menjaga nasionalisme merupakan bentuk cinta
negara dan akan selalu menjaga negara dari pemikiran
radikal. Cinta tanah air harus dibuktikan dengan praktik
sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW,
dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat,
sebagai mana pepatah Arab mengatakan hubbul wathan minal
iman (cinta tanah air adalah sebagian dari iman).7
6 Najella, Shihab. Semua Murid Semua Guru, Hidup Bersama Al-
Qur’an. Ep.33: Islam dan Nasionalisme, 2018, di akses dari
https://youtu.be/vjr6s3Xyo81 pada 30 Desember 2019. 7 Agus Subagyo, Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era
Globalisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h.5
5
Semangat nasionalisme dalam segala bidang kehidupan
bangsa Indonesia sangat diperlukan upaya untuk
meningkatkan kesadaran nasionalisme dalam rangka
perekatan persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, semangat
nasionalisme dewasa ini mulai luntur khususnya pada
mahasiswa, disebabkan banyaknya budaya asing yang masuk
di Negara Indonesia dan generasi muda melupakan
budayanya sendiri bahkan menganggap budaya asing lebih
baik dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini yang perlu
menjadi perhatian jika ingin terus menjaga nasionalisme
generasi bangsa.
Mahasiswa dengan jiwa mudanya seringkali labil dan
mudah terkonformitas dengan informasi yang didapat, tidak
ber-tabayyun terlebih dahulu. Dengan semangatnya informasi
yang belum begitu dipahami langsung disebar luaskan begitu
saja tanpa berpikir panjang. Dan bahkan informasi tersebut
dijadikan dalil yang seharusnya dikaji lebih dalam dalam lagi.
Kajian tersebut seringkali disampaikan oleh kelompok-
kelompok atau partai berbasis Islam yang menginginkan
Islam sebagai dasar negara. Kelompok-kelompok tersebut
seringkali mengatasnamakan agama untuk memenangkan
pendapatnya.
Upaya penanaman sikap nasionalisme di kalangan
mahasiswa perlu adanya pembinaan nasionalisme melalui
jalur diskusi atau bimbingan. Karena dengan adanya
pembinaan tersebut mahasiswa dapat terus meningkatkan
kualitasnya dalam menjaga nasionalisme. Dalam proses
6
pembinaan nasionalisme tersebut dibutuhkannya forum
binaan yang mengkaji pentingnya berkebangsaan dalam
sebuah negara. Pembinaan dalam sebuah forum
pelaksanaannya terdapat berbagai kajian dan pembahasan,
seperti Forum grup diskusi (FGD), kajian, halaqoh (liqo), dan
lain sebagainya.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) adalah organisasi yang
berdakwah dilingkungan kampus. LDK memiliki peran dalam
membimbing mahasiswa agar menghasilkan karakter terpuji
dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan Islami kepada
anggota-anggotanya, sehingga mahasiswa dapat
mengaplikasikan nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.8
LDK sebagai organisasi kemahasiswaan intra kampus yang
mengurusi dakwiyah di mana Islam sebagai asasnya dan
civitas akademik sebagai objek utamanya.
Meskipun LDK bukan satu-satunya sayap dakwah di
kampus, namun LDK merupakan laboratorium dakwah di
kampus. Dari LDK-lah stategi dakwah disusun dan
dikembangkan hingga akhirnya dakwah dapat tersampaikan
pada mahasiswa. Oleh karena itu, kedudukan mahasiswa
sangat strategis dalam mengambil peran yang menentukan
keadaan masyarakat masa depan. Agar terbentuknya objek
yang mampu berperan ditengah-tengah masyarakat, LDK
memiliki sebuah kegiatan yang bertujuan untuk
8 Lukis Alam, Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam
Perguruan Tinggi Umum Melalui LDK, (Artikel: Vol. 1 No.2 tahun 2016), h.
112
7
memperdalam pengetahuan mengenai Islam pada kader
dakwahnya, kegiatan ini dinamakan liqo.
Pembinaan mahasiswa dapat ditemui di Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) yang melaksanakan programnya
yaitu kegiatan liqo sebagai kegiatan rutinitasnya. Adanya
kegiatan liqo tersebut sebagai pendukung pembinaan
nasionalisme pada mahasiswa. Pembinaan melalui liqo dapat
mempengaruhi bagaimana sikap nasionalisme mahasiswa itu
sendiri baik sebelum mereka mengikuti binaan liqo maupun
setelahnya.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) melaksanakan kegiatan
liqo, melalui pembinaan mahasiswa dibekali rasa kebangsaan.
LDK harus memberikan pemahaman tentang nasionalisme di
Indonesia. Oleh karena itu, dalam suatu pembinaan liqo di
LDK seringkali membahas atau mengakaji mengenai
nasionalisme, salah satunya dalam artikel LDK “Islam dan
Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia”. Dalam
pembinaan liqo juga mambahas negara Indonesia terdapat ke-
Tuhan-an yang berkebudaya dan kebangsaan Indonesia.9
Menurut Mus’ab sebagai ketua LDK 2017 menyatakan
“Islam adalah agama yang damai dan Indonesia adalah negara
yang harus dijaga kesatuannya. NKRI adalah negara yang
penuh dengan toleransi walaupun Indonesia adalah negara
dengan mayoritas muslim terbesar di dunia.” Mus’ab juga
9 Syaidina Sapta, Artikel: Islam dan Pancasila dalam Sejarah
Indonesia, di akses dari
https://ldksyahid.uinjkt.ac.id/index.php/catagory/nasional/ pada 12 Januari
2020.
8
berharap kepolisian agar melibatkan mahasiswa dalam
menjaga keutuhan NKRI dan implementasi program kerja
LDKSyahid.10
Pembinaan liqo dilakukan untuk menambah wawasan
khususnya dalam bidang agama Islam. Pembahasan yang
dikaji seputar pengetahuan agama dan bagaimana semestinya
menjalankan kehidupan sebagai seorang muslim. Tak jarang
pula dalam diskusinya mengaitkan dengan pengetahuan
umum, berkebangsaan dan bernegara di bawah pembinaan
nasionalisme berlandaskan pancasila dan UUD 45.
Pembinaan liqo sangat berpengaruh bagi kualitas
keberagamaan mahasiswa, seperti budaya, bahasa, pakaian
dan lainnya, berbeda dengan budaya muslim umum di
Indonesia. Sehingga ini yang sering diperdebatkan oleh
banyak kalangan yang menganggap pembinaan liqo ini lebih
condong ke arah khilafah.
Pembinaan liqo sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan
pembinaan nasionalisme pun diperlukan bagi kalangan muda
khususnya mahasiswa. LDK di UIN Syarif Hidayatullah
mempunyai program pembinaan liqo. Yang menarik di sini
adalah dalam pandangan masyarakat umum tentang LDK
yang meyakini paham khilafah ternyata di dalamnya juga
mengkaji pembahasan mengenai kebangsaan dan kenegaraan.
Sehingga mahasiswa juga dibekali rasa nasionalisme.
10 Buya Jilan, Berita UIN Online:Tangkal Radikalisme, LDK Syahid
UIN Jakarta Bersinergi dengan Polri, diakses dari
https://www.uinjkt.ac.id/id/tangkal-radikalisme-ldk-syahid-uin-jakarta-
bersinergi-denga-polri pada 12 Januari 2020.
9
Inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian berdasarkan pembahasan permasalahan di atas
dengan judul “Hubungan Pembinaan Liqo dengan Sikap
Nasionalisme Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar pembatasan proposal penelitian ini lebih terarah,
maka penulis membatasi penulisan proposal penelitian ini
hanya difokuskan pada hubungan antara pembinaan liqo
oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dengan sikap
nasionalisme mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah.
Pembatasannya sebagai berikut:
a. Pembinaan liqo, yaitu pembinaan dalam memberikan
bimbingan yang bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan khususnya di bidang agama.
b. Sikap nasionalisme yang dimaksud adalah
kecenderungan perilaku yang berbangsa dan
mencintai negaranya seperti toleransi, gotong royong,
dan tidak fanatisme dalam agama, budaya maupun
negara.
2. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan menyimpang dari
fokusnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
10
Bagaimana hubungan antara pembinaan liqo dengan
sikap nasionalisme mahasiswa LDK di UIN Syarif
Hidayatullah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah
dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa tujuan dari
penelitian adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme mahasiswa
di LDK UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Di samping memiliki tujuan tertentu, penelitian ini
mencakup dua manfaat utama, yaitu:
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan
wawasan penulis dibidang penyuluhan.
2) Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan keilmuan khususnya dalam
bidang penyuluhan dan menambah khazanah
pengetahuan serta wawasan sosial keagamaan pada
umumnya. Dan dapat menjadi bahan referensi dalam
mengembangkan ilmu tentang sikap nasionalisme
pada mahasiswa LDK.
11
3) Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
ilmu sosial dalam bidang ilmu dakwah dan ilmu
komunikasi. Mampu meredakan rumor yang beredar di
tengah masyarakat mengenai anggota LDK selama ini
dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi
masyarakat mengenai sikap nasionalisme pada
mahasiswa UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta.
D. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merujuk pada hasil skripsi maupun jurnal
terdahulu, adapun beberapa skripsi yang menjadi acuan antara
lain:
1. Artikel jurnal. Fitri Yanti dan Tri Jayanti. Cahaya
Pendidikan. Vol. 4. No. 2 tahun 2018. Dengan judul
“Rasa Nasionalisme Mahasiswa Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
Kepulauan”.
Pengukuran secara Indikator penelitian ini ada tiga, yaitu
mengesampingkan perbedaan suku, adat, budaya dan
agama. kemudian memiliki jiwa patriotisme, rela
berkorban. Dan senantiasa menempatkan kepentingan
umum, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan. Kelebihan dari penelitian ini, menggunakan
penelitian kuantitatif dengan metode survey dan teknik
pengumpulan data primer dengan menggunakan angket
dan observasi. Sehingga pengujian dalam penelitian dapat
dikatkan valid. Kekurangan dalam penelitian ini adalah
12
jumlah sampel yang cukup (hampir sama dengan batas
minimum sampel penelitian) dari jumlah mahasiswa yang
dua kali lipat tersebut, seharusnya sampel penelitian lebih
banyak lagi. Agar penelitian lebih dipercaya.
2. Skripsi. Meiga Latifah Putri Permadin, 2018. Dengan
judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Penerimaan Diri Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tangerang”.
Pembahasan penelitian ini mencakup metode dan materi
pembinaan agama dalam landasan teorinya. Dalam
penelitian ini secara tidak langsung memberitahukan
pentingnya dukungan keluarga bagi penerimaan diri
seseorang, agar tidak merasa putus asa dan insecurity
pada dirinya. Kelebihan dari penelitian ini adalah
penyajian pembahasan dukungan sosial dan penerimaan
diri secara mendalam dan dapat dipahami dengan mudah.
Dan Hasil dari penelitian ini menyatakan pentingnya
peran orang tua dan keluarga dalam mendukung
keluarganya untuk mengubah pribadinya menjadi pribadi
yang lebih baik lagi dan tidak mengambil jalan yang
salah. Dengan besarnya dukungan keluarga responden
akan lebih semangat menjalani proses perubahan di
lembaga permasyarakatan, karena itu sangat
mempengaruhinya.
3. Jurnal. Rini Werdiningsih. 2018. Dengan judul
“Membangun Semangat Nasionalisme Generasi Muda
Dalam Bingkai Pendidikan Karakter”.
13
Dalam penelitian ini membahas bagaimana membangun
semangat nasionalisme pada remaja melalui pendidikan
karakter yang ada di sekolah khususnya. Kelebihan dari
penelitian adalah pembahasan nasionalisme dan
pendidikan karakter secara rinci dan jelas, sehingga
mudah dipahami dengan baik. Sedangkan Kekurangan
penelitian ini tidak ada metode penelitian yang tertuang
dalam penelitian.
4. Skripsi. Firdausi Nuzula. 2012. Dengan judul “Pola
Komunikasi Kelompok dalam Kegiatan Liqo di Unit
Kegiatan Mahasiswa Dakwah Kampus (UKM DK) Ulil
Albab Universitas Muhammadiyah Jakarta”.
Penelitian ini membahas tentang pola komunikasi dalam
kegiatan liqo. Kegiatan liqo di sini dengan format
kelompok kecil bertujuan untuk memperkuat ukhuwah
islamiyah dan memperdalam pengetahuan mengenai
agama Islam
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembinaan Liqo
1. Pengertian Liqo
Liqo atau halaqoh adalah kelompok pengajian Islam
dengan jumlah anggota terbatas biasanya tidak lebih dari 12
orang. Halaqoh adalah sekelompok orang yang mempelajari
Islam secara terus-menerus dan dibimbing oleh seorang
murabbi (pembimbing/pembina).11 Dalam kamus Bahasa Arab
kata “halaqoh” berarti putaran, bulatan, lingkaran.12
Secara bahasa halaqoh berasal dari kata halaqa-yahluqu-
halqatan yang berarti lingkaran.13 Sedangkan secara istilah
halaqoh berarti sarana utama tarbiyah sebagai media untuk
merealisasikan kurikulum tarbiyah. Halaqoh juga dapat
dikatakan sebagai satu proses kegiatan tarbiyah dalam
dinamika kelompok dengan jumlah maksimal 12 orang.14 Jika
merujuk pada teori ilmu dakwah, metode dakwah dalam
bentuk halaqoh dapat disampaikan dengan bentuk dakwah
fiah. Dakwah fiah merupakan dakwah yang dilakukan seorang
dai terhadap kelompok kecil dengan tatap muka dan biasanya
11 Satria Hadi Lubis, Buku Pintar Mengelola Halaqoh, (Tangerang:
FBA Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 144. 12 Attabiq Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-
Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak,
1996), Cet. Ke-1, h. 791. 13 Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia,
(Surabaya: Pustaka Progesif, 2002), h. 290. 14 Abdullah Qadiri, Adab Halaqoh, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1993),
h. 32
16
dilakukan dialog, sehingga respon mad’u dapat diketahui
dengan cepat.15
Liqo secara umum adalah kerumunan para pendengar yang
duduk memutar mengelilingi seorang guru pada sebuah
masjid, istilah ini pada umumnya dipahami sebagai para
sahabat yang hadir dalam pengajaran Nabi Muhammad
SAW.16 Dengan demikian, elemen-elemen liqo adalah
murabbi (pembina), mutarabbi (binaan), dan manhaj (kaidah-
kaidah).
Pembinaan Liqo sama halnya dengan pembinaan
keagamaan. Pembinaan keagamaan adalah kegiatan
membimbing, mengarahkan, atau membangun nilai-nilai yang
sangat penting dan beragama bagi manusia, yaitu nilai-nilai
keagamaan berupa ajaran-ajaran agama kepada orang lain.
Sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku manusia.
Pembinaan agama merupakan proses masukan seperangkat
keyakinan atau keimanan yang dipercayai kebenarannya
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran atau
paham agama terhadap orang lain.17 Pembinaan agama disuatu
lembaga dapat memberi pengaruh yang besar terutama dalam
pembentukan sikap. Materi dalam Pembinaan keagamaan
15 Enjang & Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya
Pajajaran, 2009), h. 68. 16 Ghufron A. Masadi, Ed, Cyirl Glasse, Ansiklopedia Islam Ringkas,
(Jakarta: Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3, h. 123. 17 Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke-4. H. 77.
17
adalah semua yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu akidah,
syariah, dan akhlak.18
Pembinaan liqo adalah usaha yang dilakukan untuk
menumbuhkan kesadaran dan memelihara secara terus
menerus terhadap tatanan nilai agama, agar perilaku hidupnya
sesuai dengan aturan-aturan Allah. Keberadaan penerimaan
liqo sangat penting untuk keberadaan umat Islam. Dengan
terbentuknya kader-kader Islami melalui sistem pembinaan
liqo, maka umat Islam akan menjadi sebenar-benarnya umat.
Pembinaan liqo merupakan kajian rutin perminggu,
kegiatan ini dilakukan secara rutin oleh seluruh anggota LDK
yang dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing
kelompok didampingi oleh seorang murabbi yang ditentukan
oleh pengurus LDK. Adapun materi-materi dalam pembinaan
liqo secara garis besar adalah mengenai motivasi agama,
akhlak, tauhid, jihad, sistem pemerintahan, budaya Islam, dan
nasional. Dalam kegiatan pembinaan liqo tidak selalu
membahas materi tersebut, namun beragam pembahasan yang
dapat disesuaikan dengan berita terbaru atau sering juga
dengan membaca (tadarus) Al-Qur’an.
Tujuan diadakannya pembinaan liqo bukan hanya sekedar
mempercayai akidah dan pelaksanaan tata upacara keagamaan
saja, tetapi merupakan usaha yang terus-menerus
menyempurnakan diri pribadi dalam hubungan vertikal kepada
18 Departemen Agama RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan
BagiPenyuluh Agama Islam Terampil, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2003), h.5.
18
Tuhan dan horizontal kepada sesama manusia dan alam
sekitar, sehingga mewujudkan keselarasan dan keseimbangan
hidup menurut fitroh kejadiannya.
2. Materi Pembinaan Liqo
a) Motivasi Ibadah
Secara etimologis istilah motivasi berasal dari bahasa
latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move).
Diserap dalam bahasa Inggris menjadi motivation berarti
pemberian motif, penimbulan motif atau hal menimbulkan
dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.19
Sedangkan kata ibadah berasal dari kata abada masdarnya
ibadatan yang berarti pengabdian, menyembah Allah SWT.20
Motivasi ibadah adalah dorongan untuk melakukan suatu
ibadah. Secara umum motivasi ibadah didalam agama dapat
dikelompokkan dalam dua hal, yaitu ibadah karena keikhlasan
(karena Allah) dan ibadah karena riya (hadirnya unsur lain
dalam pelaksanaan ibadah). Yang diharapkan oleh agama
adalah semua bentuk ibadah harus berdasarkan dorongan suci
karena Allah semata.21 Dengan demikian motivasi ibadah
adalah dorongan seseorang untuk berbakti kepada Allah
dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala yang
dilarang. Motivasi ibadah sangat penting bagi kehidupan
seseorang agar dapat menambah kualitas ibadahnya. Semakin
19 Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.1. 20 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Departemen Agama,
1996, h. 253 21 Hasan (2000) h. 58
19
termotivasi ibadahnya semakin baik pula dalam menjalankan
kehidupan di dunia dan siap menerima kehidupan selanjutnya.
Dapat disimpulkan bahwa motivasi ibadah adalah sebab
yang mendorong seseorang tunduk, patuh, berserah diri
kepada Sang Khaliq. Penyerahan dengan hati, perkataan dan
perbuatan untuk mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya yang dilakukan secara ikhlas untuk mencapai
keridhoan Allah SWT.
b) Akhlak
Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab jamak dari kata
khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,
atau tabiat.22 Para ahli bahasa mengartikan akhlak dengan
istilah watak, kebiasaan, tabi’at dan aturan.23 Sedangkan
menurut para ahli ilmu akhlak, akhlak adalah sesuatu keadaan
jiwa seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan-
perbuatan seseorang dengan mudah. Dengan demikian,
bilamana perbuatan, sikap, dan pemikiran seseorang itu baik,
maka niscaya jiwanya baik.24
Akhlak merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk
kehidupan manusia, karena akhlak kedudukannya di atas ilmu.
Akhlak menurut H.M. Rosyidi adalah suatu pengetahuan yang
membicarakan tentang kebiasaan-kebiasaan pada manusia
yakni budi pekerti dan prinsip-prinsip yang mereka gunakan
22 Hasan langgulung, Pendidikan Dan Peradaban Islam, (Jakarta:
Pustaka Alhusna 1985), h. 3-5. 23 Aminuddin, membangun Karakter dan Kepribadian Melalui
Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 93 24 M. Masyhur Amin, dkk, Aqidah dan Akhlak, (Yogyakarta: Kota
Kembang, 1996), h. 47
20
sebagai kebiasaan.25 Pada dasarnya maksud dari akhlak yaitu
mengajarkan bagaimana seseorang harus berhubungan dengan
Tuhan dan makhluknya dengan sesuai. Akhlak bersumber dari
apa yang menjadi ukuran baik dan buruk, dan akhlak tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan beragama.
Menurut Fauruzzabadi mengatakan agama pada
dasarnya adalah akhlak. Barangsiapa memiliki akhlak mulia,
kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan di atas empat
landasan utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian
dan keadilan.26
c) Tauhid
Islam mengenalkan adanya konsep tauhid, suatu konsep
sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat dari
segala sesuatu, dan bahwa manusia harus mengabdikan diri
sepenuhnya kepada-Nya. Konsep tauhid ini mengandung
implikasi doctrinal lebih jauh bahwa tujuan kehidupan
manusia tak lain kecuali menyembah kepada-Nya. Dokrin
bahwa hidup harus diorientasikan untuk pengabdian kepada
Allah. Inilah merupakan kunci dari seluruh ajaran Islam.
Dengan kata lain, di dalam Islam konsep mengenai kehidupan
berpusat kepada Tuhan. Sistem nilai tauhid mendasarkan diri
pada pandangan semacam ini.27
Pengkajian tentang hakikat atau substansi tauhid
merupakan kajian ontologis yang membicarakan keberadaan
25 Mahjudin, Kuliyah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), h.5. 26 Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka setia, 2010), h. 12
27 Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia,
(Yogyakarta: Shalahuddin Press, 1994), h. 229.
21
(whatness) dari ilmu tauhid. Ontologi tauhid berupaya menari
jawaban keberadaan tauhid sebagai suatu keberadaan (the
theory of being qua being). Aristoteles menyebut bidang ini
sebagai filsafat utama (first philosophy), karena ia
membicarakan hakikat yang utama. Sebab itulah ontologi akan
menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental
dan cara yang berbeda di mana entitas dari katagori-katagori
yang logis yang berlainan dikatakan ada.28
Tauhid dapat dikatagorikan sebagai ilmu ketika ia
memenuhi kriteria keilmuan, sebagai berikut:29 Pertama,
memiliki obyek, yaitu masalah menjadi syarat awal bagi suatu
ilmu. Obyek kajian tauhid tidak lepas dari obyek material dan
obyek formal. Obyek material ialah kajian tentang Tuhan
dengan segala urusannya, seperti tauhid uluhiyah, rububiyah,
dan ubudiyah. Sedangkan obyek formal ialah bentuk dari
pengesaan Allah tersebut, yaitu meng-Esa-kan Allah dalam
zat, sifat dan af’al-Nya. Peng-Esa-an itu diyakini dalam hati,
diucapkan dengan lidah dan diamalkan oleh anggota badan.
Kedua, pendekatan sistematis yaitu ilmu tauhid memiliki
sistem intelektif dalam pembahasan dan pengembangannya.
Sistematis ini menggunakan alur pikir yang jelas dan logis,
sehingga terdapat interelasi di antara satu pertanyaan dengan
pertanyaan sebelumnya. Dalam sistematis inilah yang
kemudian para ahli ilmu tauhid merumuskan materi-materi
28 Syamsum Rijal, Epistemologi Tauhid Ismail R. Al-Faruqi, (jurnal
Miqot vol. XXXVIII No. 1 Juni 2014) 29 Koento Wibisono, Aktualisasi Filsafat upaya Mengukir Masa
Depan Peradaban, Jurnal Filsafat (Yogyakarta: 1997).
22
kajian ilmu tauhid, seperti pengertian, objek kajian, tujuan,
aliran, dan lain sebagainya.
ketiga, metodologis yaitu ilmu tauhid memiliki metode
tertentu yang membedakannya dengan ilmu lainnya. Dalam
pengertian teknis dapat disebut sebagai teknik-teknik dan
prosedur pengamatan dan percobaan yang menyelidiki alam
yang dipergunakan oleh ilmuan-ilmuan untuk mengolah fakta-
fakta, data-data dan penafsiran sesuai dengan asas atau aturan
tertentu.
Sebagai intisari agama Islam, tidak ada satu pun perintah
Islam yang bisa dilepaskan dari tauhid. Kewajiban manusia
untuk menyembah Tuhan, mematuhi perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya merupakan unsur dalam sebuah
agama. semua kandungan agama tersebut bisa hancur dan
tidak bernilai apa-apa begitu tauhid dilanggar. Melanggar
tauhid berarti meragukan bahwa Allah satu-satunya Tuhan.
Sebagai prinsip kesejarahan, tauhid dipandang sebagai aspek
yang mengisi ruang dan waktu yang didalamnya manusia
harus mentransformasikan diri untuk berbuat sesuai dengan
keinginan Tuhan yang Tunggal. Tauhid sebagai esendi
pengalaman keagamaan di dalam Islam, mengandung
beberapa implikasi kepada teori mengenai Tuhan, wahyu dan
manusia.30
30 Sangkot Sirait, Tauhid dan Hukum Tentang Bangsa-Bangsa
(Telaah atas Pemikira Isma’il Raji Al-Faruqi), (Jurnal Ilmu Syariah dan
Hukum, 2013), vol. 47, No. 2.
23
d) Jihad
Secara etimologi jihad berasal dari kata kerja jahada-
yujahidu, masdarnya jihadan wa mujahadatan. Ibnu Mandzur
menjelaskan bahwa jihad berasal dari kata al-juhd artinya al-
taqah (kekuatan), al-wusu (usaha)dan al-masyaqqah
(kesulitan).31 Dalam Al-Qur’an jihad merupaan kewajiban
bagi seorang mukmin untuk mempertahankan agamanya dari
serangan lawan. Wujud dari serangan tersebut tidak harus
berupa serangan fisik saja, tetapi dapat berupa serangan
keilmuan, teknologi, pemikiran, perekonomian dan lain
sebagainya.
Jihad bagi sebagian orang memahaminya dengan sempit,
mereka hanya mengetahui jihad yang berarti perang, tanpa
mengkaji lebih dalam dari tafsir Al-Qur’an. Sempitnya
pemahaman ini memunculkan orang-orang dengan paham
radikalis. Agama Islam merupakan agama yang menanamkan
nilai-nilai kasih sayang, sehingga meskipun dalam Islam
mengisyaratkan perang, bukan berarti dibolehkan perang
begitu saja dengan menyerang orang lain secara fisik. Karena
perang merupakan jalan terakhir yang boleh dilakukan oleh
seorang muslim dalam menegakkan agamanya setelah jalan
dakwah. Namun, masih ada kelompok-kelompok yang
mengatasnamakan jihad untuk kepentingan pribadinya.
Kelompok-kelompok yang demikian kerap kali dianggap
kontra ideologinya dengan pemerintah.
31 Ibn Mandzur, Lisan al-Arab, jilid 1, (Kairo: Darul Ma’arif, 1119),
h. 708.
24
PKS dan Khilafah menjadi perhatian oleh berbagai
pengkaji gerakan untuk penelitian, bukan hanya karena dari
garis historis yang sama dengan Ikhwanul Muslimin akan
tetapi juga karena sama-sama berani tampil secara terbuka
mengenai ideologinya. PKS menyadari bahwa untuk mencapai
kejayaan masa depan seperti yang dicita-citakan gerakan
Islam, perlu disusun kerangka gerak integral, bertahap dan
berterusan. Secara teoritis, kerangka gerak yang dimaksud
melalui empat kegiatan atau orbit (mihwar) gerakan yaitu; (1)
mihwar tanzzhimi (fase ideologisasi), (2) mihwar sya’bi (
sosialisasi gerakan), (3) mihwar mu’assasi (kelembagaan
politik), (4) mihwar daulah (kelembagaan negara).32
Aktivisme Islam PKS dan Khilafah telah mewujudkan
imagined solidarity (solidaritas bayangan). Artinya
terbentuknya rasa kebersamaan dalam memperjuangkan ide-
ide Islamis sebagai simbol dengan identitas keislaman yang
kental. Mereka menggunakan strategi dakwah jihad dan
perjuangan, di mana dalam gerakannya melalui aksi dan
pemikiran politik dengan membangun opini publik. Strategi
tersebut terlihat tidak ada pengaruhnya terhadap perubahan
ideologi negara, tetapi secara konseptual merupakan bagian
dari strategi mengubah ideologi negara.
32 Cahyadi Takariawan, Menyongsong Mihwar Daulah;
Mempersiapkan Kader-Kader Dakwah Menjadi Pemimpin Negara (Solo:
Intermedia, 2009), h. 46.
25
e) Kebudayaan Islam
Islam sebagai agama yang universal sangat menghargai
adanya budaya pada suatu masyarakat, sehingga kehadiran
Islam ditengah-tengah masyarakat tidak bertentangan,
melainkan Islam mampu bersentuhan erat dengan kehidupan
masyarakat. Hadirnya Islam sekarang ini merupakan hasil dari
proses dakwah yang dilaksanakan secara cultural, sehingga
Islam mampu berkembang dengan baik.
Banyak kajian sejarah dan kajian kebudayaan yang
mengungkap betapa besar peran Islam dalam perkembangan
kebudayaan bangsa Indonesia. Bahkan dalam perkembangan
budaya daerah terlihat betapa nilai-nilai budaya islam menyatu
dengan nilai-nilai budaya di sebagian daerah di tanah air, baik
dalam wujud seni budaya, tradisi, maupun peninggalan fisik.
Sementara itu dalam pengembangan budaya nasional, peran
Islam dalam terbentuknya wawasan persatuan dan kesatuan
bangsa telah dibuktikan dalam sejarah. Islam dapat menjadi
penghubung bagi berbagai kebudayaan daerah yang sebagian
masyarakatnya adalah Muslim.33
Bangsa Indonesia dengan berbagai suku dan sistem
budaya masing-masing yang ditandai oleh pewarisan nilai-
nilai melalui tradisi. Nilai-nilai tersebut telah berakar kuat
dalam masyarakat dan sering kali berfungsi sebagai sumber
acuan dalam kehidupan. Kebudayan Islam meletakkan agama
Islam sebagai dasar terpenting dalam perkembangannya.
Kebudyaan Islam adalah kebudayaan yang melintasi wilayah
33 Wardiman Djononegoro, (DEPDIKBUD, 1996), h. 112.
26
etnik dan bangsa dan merupakan milik seluruh umat Islam di
dunia.
Quraish Shihab sepakat dengan Islam Nusantara secara
ontologis. Terlepas dari pro dan kontra, beliau melihat Islam
Nusantara pada sisi substansi bukan bentuk. Apabila ada
bentuk (budaya) yang secara substansi sesuai dengan Islam
,maka akan diterima, jika bertentangan akan ditolak dan
direvisi. Inilah prinsip Islam dalam beradaptasi dengan
budaya. Jadi Islam itu bisa bermacam-macam akibat
keragaman budaya setempat, bahkan adat, kebiasaan dan
budaya bisa menjadi salah satu sumber penetapan hukum
Islam.34
Islam sebagai paduan hidup memiliki ajaran tentang
kehidupan manusia yang bermartabat sehingga manusia tetap
berada pada koridor syariat. Jilbab salah satu yang diatur di
dalamnya, demi terwujudnya pergaulan yang terhormat dan
aman. Jilbab merupakan identitas seorang muslimah. Menurut
Fedwa El-Guindi jilbab dipandang sebagai sebuah fenomena
sosial yang kaya makna dan penuh nuansa.35 Sering kali jilbab
dijadikan sebagai tolak ukur tingkat kereligiusan seorang
muslimah, tetapi seiring perkembangannya, jilbab memiliki
modernisasi yang tersembunyi. Sehingga ditegaskan bahwa
konsumenlah yang dapat menentukan pemakaian jilbab
membawa penilaian ke arah positif atau sebaliknya.
34 Kahbibi Muhammad lutfi, Islam Nusantara: Relasi Islam dan
Budaya Lokal, (jurnal Shahih, Vol. I No. I, 2016) 35 Fedwa El-Guindi, Jilbab antara Kesalehan, Kesopanan dan
Perlawanan,(Jakarta: Serambi, 2006), h. 67.
27
f) Sistem Pemerintahan
Konsep pemerintahan Islam disuatu negara atau wilayah,
ialah menurut bentuk pertumbuhan dan kecerdasan
masyarakat. Sebagaimana fungsi diciptakannya manusia
sebagai khilafah dibumi, namun diberi kebebasan berpikir dan
bertanggungjawab. Keinginan kuat kelompok khilafah yang
secara gigih memperjuangkan Islam sebagai dasar negara
merupakan bentuk kecemasan bahwa Indonesia akan menjadi
negara sekuler. Perbedaan ideologi mengenai falsafah dasar
negara ini menjadi perdebatan yang berlarut dan tak kunjung
usai. Golongan Islam tidak mudah meyakinkan para anggota
lain, begitu pula sebaliknya, golongan pendukung pancasila
juga sulit meyakinkan golongan Islam bahwa pancasila
tidaklah sekuler.
Ijtihad lain yang lebih luas mengenai negara Islam bukan
hanya sekedar simbol-simbol distinkitif seperti negara Islam
atau negara berasakan hukum Islam. Namun, yang lebih
penting adalah bagaimana asas-asas doktrin yang berhubungan
dengan masalah kenegaraan ditransformasikan ke dalam
rumusan-rumusan umum atau undang-undang yang
menggambarkan nilai-nilai Islam.
Agama Islam tidaklah tegak jika dijauhkan dari
masyarakat. Pemeluknya dicap oleh Allah SWT sebagai orang
yang zalim (aniaya), kafir (tidak percaya sungguh) dan fasik
(durjana), kalau sebagai orang Islam dia tidak bercita-cita
supaya hukum Allah berjalan dalam masyarakat. Sebab itu,
dengan sendirinya karena perintah agamanya adalah seorang
28
Islam mempunyai cita-cita perjuangan bernegara. Tidaklah
sempurna Islamnya itu kalau undang-undang dan
perikehidupannya tidak diatur dengan aturan yang didasarkan
kepada peraturan dasar dari Allah SWT.36
Mohammad Natsir berpendapat suatu negara akan bersifat
Islam bukan karena secara formal disebut “negara Islam”,
melainkan disusun sesuai dengan ajaran-ajaran Islam baik
secara teori maupun praktek.37 Azyumardi Azra berpendapat
tidak ada satupun model negara Islam yang dapat dijadikan
prototipe negara Islam. Menurutnya negara Islam pada masa
dahulu yang tidak dapat diimplementasikan masa sekarang,
karena tidak adanya model negara Islam yang kongkrit
menimbulkan kebingungan.38
Agama dan negara tidak dapat dipisahkan, dengan
mengatur kesempurnaan diri sendiri teratur pula hendaknya
masyarakat bersama. Karena diri tidak dapat hidup jika tidak
dalam persamaan, bahkan ibadah pun lebih utama dilakukan
bersama daripada sendiri. Begitu pula dengan negara, jika
masyarakatnya bergotong royong saling memberi kekuatan,
maka cita-citanya dapat diwujudkan. Suatu kelompok dapat
menjadi bagian dari perubahan sosial yang mempengaruhi
kelompok lainnya.
36 Prof. Dr. Hamka, Islam Revolusi dan Ideologi,(Depok: Gema
Insani, 2018), h. 138 37 Yusril Ihza mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme Politik
Partai Islam (Jakarta: Paramadina, 2009), h. 205 38 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme,
Modernisme, hingga Posmodernisme (Jakarta: Paramasina, 1996), h. 22.
29
Menurut Jalaluddin, ada tiga hal penting yang berkenaan
dengan proses perubahan sosial. Pertama bagaimana ide atau
gagasan mempengaruhi perubahan sosial, kedua bagaimana
tokoh-tokoh besar dalam sejarah menimbulkan perubahan
besar ditengah-tengah masyarakat, ketiga sejauh mana peranan
gerakan-gerakan sosial dan revolusi menimbulkan perubahan
struktur sosial dan norma-norma sosial.39 Gerakan sosial
dalam Islam biasa dikenal dengan ‘dakwah’.
Gerakan dakwah secara hakikat memiliki fungsi untuk
melakukan perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat
secara kultur. Dalam pelaksanaannya dakwah dilakukan
dengan berbagai metode yang disesuaikan dengan kondisi, itu
biasanya bersifat non formal. Metode dakwah yang umum
dipakai oleh beberapa lembaga dan organisasi Islam di
Indonesia adalah metode liqo, salah satu organisasi Islam yang
aktif melaksanakan liqo ialah partai keadilan sejahtera (PKS).
Metode liqo dalam suatu lembaga dan ormas yang
menerapkannya biasa menggunakan istilah “metode dakwah
halaqoh tarbiyah Nabi”.
3. Metode Pembinaan Liqo
Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah
thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan
untuk melakukan suatu pekerjaan.40 Metode ini bertujuan agar
mutarabbi dapat mengerti, menghayati, dan kemudian
39 Jalaluddin Rahmat, Rekayasa Sosial: Revormasi atau Revolusi,
(Bandung: PT Remaja rosda Karya, 1999), h. 103 40 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2005), h.23.
30
mengamalkan apa yang telah disampaikan oleh pembina.
Metode yang dapat digunakan dalam pembinaan liqo sebagai
berikut:
a. Metode Dialog
Metode dialog adalah mendiskusikan materi dengan
menggunakan argumentasi-argumentasi yang dapat
menambah wawasan dalam ajaran Islam.41 Menurut
Sholahuddin metode dialog adalah suatu kegiatan
kelompok dalam memecahkan masalah untuk
mengambil kesimpulan dengan cara menanyakan,
memberi komentar, saran, serta jawaban.42
b. Metode Group Guidance (Bimbingan secara
kelompok)
Istilah bimbingan kelompok mengacu kepada
aktivitas kelompok yang berfokus kepada penyediaan
informasi atau pengalaman lewat aktivitas kelompok
yang terencana dan terorganisasi.43 Jadi, pembinaan
kelompok adalah cara pengungkapan atau pembinaan
melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi,
seminar, dan lainnya.
Dalam konteks proses pembinaan kelompok ini pembina
hendaknya mengarahkan minat dan perhatian anak didik atau
41 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1983), h. 141 42 Mahfud Shalahuddin, dkk,Metodologi Penelitian Agama, (Surabya:
PT. Dua Ilmu, 1987), h. 40 43 Kholid Diyah, Artikel: Jenis-jenis Kelompok dalam Konseling,
(2018). Diakses dari https://www.kompasiana.com/jenis-jenis-kelompok-
dalam-konseling?page=all pada 10 Januari 2020
31
peserta pembinaan tentang kebersamaan dan saling tolong-
menolong dalam memecahkan permasalahan yang
menyangkut kepentingan mereka bersama. Pembina juga
hendaknya mengamati dan mengendalikan setiap binaan
mengenai keaktifan dalam kegiatan kelompok.44
4. Murobbi (Pembimbing)
Murabbi adalah istilah pembimbing atau guru dalam
pelaksanaan pembinaan liqo. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pembimbing adalah orang yang membimbing atau
menuntun.45 Murabbi atau pembimbing merupakan seseorang
yang memberikan arahan/bimbingan serta pengetahuan dalam
hal ilmu agama kepada mutarabbi (binaan). Murabbi memiliki
peran yang sangat besar dan yang sangat penting dalam
membina suatu kelompoknya.
Murabbi adalah seseorang yang membimbing, membina,
dan memberikan pengetahuan keilmuan kepada peserta
berdasarkan tema-tema yang telah ditentukan dalam proses
liqo. Seorang murabbi memiliki tugas yang jelas ketika
pembinaan liqo dilangsungkan, seperti memimpin pertemuan,
membangun liqo yang solid dan produktif, memahami dan
menguasai materi dan kondisi peserta, mampu menasehati dan
memecahkan masalah.
Pembimbing dalam Islam berperan atau berfungsi
sebagai “juru dakwah” atau mubaligh yang mengemban tugas
44 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Peyuluhan
Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 45 45 Depdiknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
Cet. Ke-2, h. 152.
32
dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam ke tengah-
tengan kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu
maupun kelompok, agar diyakini dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. pembimbing bertugas mengarahkan
binaannya agar menjalankan ajaran Islam secara utuh,
menyeluruh dan universal.46. Murabbi dalam pembinaan liqo
biasanya dari kakak tingkat atau senior yang berada di
lembaga dakwah tersebut dan yang terikat pada organisasi
keislaman.
B. Sikap Nasionalisme
1. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata “nation” yang berarti
negara atau bangsa, ditambah akhiran “isme” berarti suatu
sikap ingin mendirikan negara bagi bangsanya sesuai dengan
paham atau ideologinya. Suatu sikap ingin membela tanah air
atau negara dari penguasaan dan penjajahan bangsa asing.47
Secara etimologi nasionalisme berasal dari kata national dan
isme yaitu suatu paham kebangsaan yang memiliki kesadaran
dan semangat cinta tanah air, memiliki rasa solidaritas antara
saudara setanah air dalam persatuan dan kesatuan ideologi
untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
Bangsa (nation) adalah sekumpulan manusia yang
sama bahasanya, sama adatnya istiadatnya, sama asal usulnya,
sama kebudayaannya, senasib dan sepenanggungan dan tempat
46 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling)
Islam, h. 158 47 H. Kabul Budiyanto, Nilai-Nilai Kepribadian Bangsa Indonesia,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 208
33
kediamannya pun sama.48 Hans Kohn berpendapat bahwa
nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan kesetiaan
individu diserahkan kepada negara kebangsaan. Nasionalisme
juga dapat diartikan sebagai perasaan kebangsaan atau
semangat kebangsaan, yaitu perasaan cinta kepada bangsa dan
negaranya melebihi apapun juga.49
Anthony Smith berbagi pandangan tentang
nasionalisme secara garis besar dapat dikelompokkan ke
dalam dua aliran besar, yaitu: Aliran Pertama (instrumentalis
modernis) berpijak pada asumsi bahwa etnisitas adalah sesuatu
yang plastis dan liat. Nasionalisme disini adalah produk
masyarakat industri yang memang sedang memerlukan rasa
kebersamaan dalam keberagaman. Aliran Kedua, cenderung
menganggap bangsa sebagai sesuatu yang primodial, sebuah
kodrat manusia yang terberi (something given). Aliran ini
memandang nation sebagai sesuatu yang menyejarah, namun
sering kali tidak tergali dari ingatan.50
Nasionalisme dalam sejarah perjuangan kemerdekaan
Indonesia dikenal sebagai sebuah kata sakti yang mampu
membangkitkan kekuatan berjuang melawan penindasan yang
dilakukan kaum kolonialis selama beratus-ratus tahun
lamanya. Perasaan seperjuangan yang dialami mampu
mengalahkan perbedaan etnik, budaya dan agama sehingga
48 Muhammad Mustari, Nilai Karakter, (Yogyakarta: LaksBang
PRESSindo, 2011), h. 190 49 Prawoto, Seri IPS Sejarah 2 SMP Kelas VIII, (Jakarta: Yudistira
Quadra, 2006), h. 49. 50 Ali Maschan Mocsa, Nasionalisme KIAI Kontruksi Sosial Berbasis
Agama, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2007), h. 239.
34
lahirlah sejarah pembentukan kebangsaan Indonesia dan sikap
nasionalisme.
Sikap nasionalisme yaitu suatu respon seseorang yang
timbul dari diri terhadap rasa rela berkorban untuk
kepentingan bersama maupun kepentingan bangsa yaitu
berupa semangat patriotik sebagai perwujudan kesetiaan dan
rasa cinta terhadap tanah air.51 Sikap nasionalisme merupakan
respon terhadap kebangsaan karena adanya persamaan bangsa
dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai
suatu bangsa yang merdeka, demokrasi dan bersatu dalam
kesatuan bangsa dan negara guna mencapai cita-cita negara
dan mengabdi identitas, persatuan, kamakmuran bangsa
Indonesia. Sikap nasionalisme dapat tumbuh kembang melalui
interaksi intensif antara individu dengan kerabat dan
lingkungan hidupnya di tengah-tengah bangsa negara. Salah
satu faktor yang memberi pengaruh munculnya rasa
nasionalisme adalah dengan menerapkan bimbingan agama.
bimbingan agama sebagai forum yang signifikan yang
memberi pengaruh langsung bagi tumbuh kembangnya sikap
nasionalisme pada diri individu. Sikap nasionalisme dapat
dibuktikan dengan mencintai tanah air, membela negara dan
bersikap toleransi.
51 Fitri yanti, Tri Jayanti, Rasa Nasionalisme Mahasiswa Pendidikan
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Riau Kepuauan,
(Jurnal: Cahaya Pendidikan, Vol. 4. No. 2), ISSN: 1460-4747
35
2. Cinta Tanah Air
Nasionalisme pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan orang Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau kepentingan golongan, menunjukkan sikap rela berkorban
demi kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air, mengakui persamaan hak dan
kewajiban antara sesama bangsa, dan menumbuhkan sikap
saling mencintai.52
Rasa nasionalisme bangsa juga dapat dilihat berdasarkan
semangat memperjuangkan dan menjalankan janji yang
tertuang dalam teks sumpah pemuda, berikut sumpah pemuda
yang ditegaskan oleh para pejuang bangsa:
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku
bertumpah darah yang satu tanah Indonesia. Kedua: Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu
bangsa Indonesia. Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Rasa cinta tanah air akan membangkitkan semangat
nasionalisme dan rela berkorban demi meraih kejayaan serta
52 Prof. Dr. Agus Dwiyanto, “Nasionalisme” Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III, (Lembaga Administrasi Negara: 2015), h.
1.
36
keutuhan bangsa. Cinta tanah air adalah suatu sikap kasih
sayang terhadap tempat kelahiran atau tanah airnya. Menurut
Suyadi, cinta tanah air merupakan sikap dan perilaku yang
mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan
sebagainya, sehingga tetap menjaga keutuhan bangsa.53
Mukhlas Samani dan Haryanto mengatakan, cinta tanah
air adalah cinta dan penuh pengabdian kepada negaranya dan
peduli terhadap pertahanannya, rela berkorban demi keutuhan
negara.54 Dalam konteks membangun moral bangsa,
diperlukan nilai-nilai yang harus disepakati dan dihayati
bersama. Bagi bangsa Indonesia sendiri, nilai-nilai tersebut
terdapat dalam diri Pancasila. Nilai-nilai yang telah disepakati
tersebut harus dihayati, karena dengan penghayatan nilai dapat
berfungsi dalam kehidupan ini. Dan hanya dengan
penghayatan pula, karakter dapat terbentuk.55
Cinta tanah air berarti cinta pada negeri tempat seseorang
memperoleh penghidupan dan mengalami kehidupan sejak
lahir hingga akhir hayatnya. Sikap ini dilandasi dengan
ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan
untuk kejayaan tanah air. Dapat disimpulkan bahwa cinta
tanah air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati seorang
warga Negara untuk mengabdi, memelihara, membela dan
53 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 9. 54 Mukhlas Samani dan Haryanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) h. 127. 55 M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, (Jakarta: Lentera Hati,
2006), h. 348.
37
melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan
dengan penuh rasa hormat serta selalu menebarkan kasih
sayang terhadap sesama warga negara.
3. Bela Negara
Setiap individu memiliki rasa kebangsaan tersendiri baik
dalam pikiran maupun perasaannya. Rasa kebangsaan
merupakan kesadaran berbangsa dan bernegara yang dapat
menimbulkan semangat kebangsaan atau semangat
patriotisme. Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa,
tetapi sebagai perekat yang mempersatukan dan memberi
dasar keberadaan bangsa. Dengan memiliki rasa nasionalisme
yang tinggi, bangsa Indonesia dapat mewujudkan jati diri dan
cita-cita para pejuang bangsa.
Nasionalisme Indonesia secara umum bertujuan untuk
menjadikan nation building dan character building sesuai
dengan falsafah dan pandangan hidup bangsa. Nasionalisme
Indonesia melahirkan pendirian untuk menjaga dan
menghormati kemerdekaan bangsa lain sebagaimana yang
tertulis dalam pembukaan UUD 1945 “bahwa sesungguhnya
kemerdekaan ialah hak segala bangsa”. Semangat demikian
tidak menumbuhkan keinginan bangsa Indonesia untuk
menjajah bangsa lain, sebaliknya bangsa Indonesia ingin
mewujudkan perdamaian dunia. Pancasila merupakan salah
satu bentuk karakteristik nasionalisme di Indonesia dan
pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Perumusan pancasila sebagai ideologi negara tertuang dalam
38
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia).
Pancasila berdiri sebagai dasar dan ideologi negara,
pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan Orde Baru. Segala
kegiatan yang patut diduga dapat mengancam pancasila
diskriminalisasi oleh negara lewat penerapan UU No.
11/PNPS/1963 tentang pemberantasan kegiatan subvensi.
Umat Islam sangat merasakan tindakan reprensif pemerintahan
Soeharto, apalagi rezim tersebut masih menganggap Islam
merupakan ancaman bagi pancasila.56
Agama dapat menjadi faktor perekat suatu bangsa karena
telah memberi penafsiran hubungan-hubungan sosial. Dan
nasionalisme di Indonesia memiliki ciri khusus dibandingan
dengan nasionalisme-nasionalisme yang dianut oleh negara
lain. Pancasila merupakan jalan tengah diantara keduanya dan
semua entitas yang ada di Indonesia.
Prof. Dr. Azyumardi Azra mengatakan bahwa para tokoh
pejuang Islam dan nasional telah menyepakati dasar negara
Indonesia adalah pancasila. Dengan penerimaan pancasila itu
sebenarnya tidak ada lagi masalah antara Islam dan
nasionalisme karena pancasila itu adalah bentuk nasionalisme
religius, terutama dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha
56 Abu Rokhmad, Dasar Negara dan Taqiyyah PKS, (Jurnal
Walisongo, 2014),Vol. 22, No. 1.
39
Esa yang mencerminkan nasionalisme yang religius. Pancasila
itu adalah aktualisasi dari nasionalisme religius.57
Pancasila adalah satu kesatuan yang harus dijaga yang
merupakan harga mati suatu bangsa. Menjaga pancasila sama
halnya dengan membela dan mempertahankan negara agar
tetap bersatu dan tidak dapat direbut oleh siapa pun. Oleh
karena itu membela negara merupakan suatu kewajiban bagi
bangsa.
Bela negara dapat didefinisikan sebagai suatu tekad,
sikap, dan tindakan warga negara dalam menjaga negaranya.
Bela negara merupakan tanggung jawab bersama sebagai
warga negara baik individu maupun kelompok. Seperti yang
tercantum dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yang
menyebutkan “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”.
Wiyono dan Isworo mendefinisikan bela negara sebagai
suatu sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada negara kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya.58 Pendapat tersebut diperkuat oleh Winarno yang
mendefinisikan bela negara sesungguhnya tidak selalu harus
berarti memanggul senjata untuk menghadapi musuh atau bela
57 Fernan Rehadi, Berita: Pancasila Aktualisasi Nasionalisme dan
Agama, (Republika.co.id 2018) diakses dari https://m-republika-co-
id.cdn.ampprojec pada 03 Februari 2020. 58 Hadi, Wiyono dan Isworo,Kewarganegaraan, (Jakarta: Inteplus,
2007), h. 3
40
negara yang bersifat militeristik. Dalam konteks bela negara
ini dapat dipahami menjadi dua klasifikasi yaitu secara fisik
dan non fisik.59 Bela negara menjadi pijakan dalam
membangun kekuatan pertahanan negara Indonesia yang
tangguh dan kuat.
4. Toleransi
Nilai-nilai nasionalisme Indonesia didasari oleh
Pancasila terutama nilai ketuhanan. Nilai ketuhanan ini
berdasarkan pada sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa, ini merupakan landasan utama spiritual religius, modal,
dan etnik dari Indonesia. Dalam sila ini bangsa diberikan
kebebasan beragama dan dilarang untuk tidak beragama dan
dilarang menghina ajaran atau kitab-kitab yang menjadi
sumber kepercayaan agama bagi pemeluknya. Artinya di sini
diajarkan untuk bertoleransi terhadap sesama bangsa.
Sehingga dalam penerapan kehidupan sehari-hari dapat
menunjukkan rasa saling menyayangi, menghormati serta
menjaga kerukunan antar umat beragama.
Toleransi secara bahasa berasal dari Bahasa Inggris
Tolerance yang berarti membiarkan. Dalam Bahasa Arab kata
toleransi disebut dengan tasamuh yang berarti sikap
membiarkan atau lapang dada. Menurut Badawi tasamuh
adalah pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada
kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian
59 Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta:
Interplus, 2007), h. 186
41
yang beraneka ragam meskipun tidak sependapat dengannya.60
Sedangkan dalam Bahasa Indonesia toleransi diartikan sebagai
sifat atau sikap toleran, mendiamkan atau membiarkan.
Toleransi menurut istilah berarti menghargai,
membolehkan, membiarkan pendirian pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan atau bertentangan dengan
pendiriannya sendiri. misalnya agama, ideologi, ras, dan lain
sebagainya.61 Sehingga dapat disimpulkan bahwa toleransi
adalah suatu sifat dan sikap saling menerima dan menghargai
perbedaan pada sosial masyarakat, agar terjalinnya suatu
kerukunan satu sama lain.
Nilai-nilai toleransi tersebut diserukan dalam Al-Qur’an
sebagai berikut:
هم بال
ادل جا ة وا نا سا حا
ةال
اوعظ
ا ال ة وا ما
حك
كا بال
ب بيل را ى سااتىه ىىا ادع إل
م اعل
اهثوا أ بيله < وا ن سا ل عا ن ضا م بما
اعل
اأ كا هوا ب ن ^ ان را حسا
اأ
دينا هتا .بال
Artinya: “ serulah (manusia)ke jalan Tuhan Mu dengan
hikmah dari pelajaran yang baik dan berdebatlah dengan
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan mu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
60 Bahari, Toleransi Beragama Mahasiswa, (Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama, 2010), h. 51 61 Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1976), h. 829.
42
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An Nahl: 125)
Maksud dari ayat di atas adalah perintah kepada seluruh
umat manusia untuk saling menghargai satu sama lain. “Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama
dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” Al Mumtaha:
8.
Manusia diciptakan terdiri dari beragam suku dan bangsa
dalam ajaran agama semuanya itu bertujuan untuk saling
tolong menolong dan saling mengenal antar sesama. Saling
mengenal budaya, adat istiadat, cara beribadah, bahasa, suku,
dan lain sebagainya. Sehingga kehidupan manusia menjadi
indah dan terasa lengkap karena adanya keanekaragaman
tersebut. oleh karena itu, untuk menjaga kesatuan bangsa ialah
dengan menanamkan sikap toleransi yang tinggi.
C. Kerangka Pemikiran
Pengertian nasionalisme sebagai ideologi yang daya
dorong afeksinya adalah rasa memiliki dan melayani
komunitas, tentunya nasionalisme memiliki banyak fakta
dalam catatan sejarah umat islam. Nasionalisme dalam
sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dikenal sebagai
sebuah kata sakti yang mampu membangkitkan kekuatan
berjuang melawan penindasan yang dilakukan kaum
43
kolonialis selama beratus-ratus tahun lamanya. Perasaan
seperjuangan yang dialami mampu mengalahkan perbedaan
etnik, budaya dan agama sehingga lahirlah sejarah
pembentukan kebangsaan Indonesia.
Untuk menanamkan rasa cinta terhadap negara
diperlukan adanya bimbingan atau pembinaan baik secara
individu maupun kelompok yang disampaikan oleh penyuluh
atau tokoh pemuka yang mempunyai rasa nasional tinggi.
Pelaksanaan pembinaan halaqoh sangat dianjurkan untuk
menerapkan sikap nasional kepada masyarakat khususnya
kepada mahasiswa.
Pembinaan liqo merupakan salah satu upaya atau
proses pengembangan kemampuan untuk mencapai tujuan,
agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan
mengamalkan ajaran yang telah dikaji sebagai pola kehidupan
sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun
kehidupan sosial masyarakat. Adapun kegiatan pembinaan
liqo berupa materi-materi tentang ajaran-ajaran Islam, dengan
melakukan metode yang membuat pembinaan tersebut hidup
dan tidak merasa bosan yaitu dengan metode dialog dan
metode group giudance (bimbingan secara berkelompok).
Dalam kegiatan pembinaan liqo di Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) yang jelas sasarannya ialah mahasiswa,
pembinaan ini mengajarkan mereka agar menjadi pribadi
yang mencintai tanah airnya dengan mengingat Tuhan.
Memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap sesama bangsa
44
merupakan sikap yang penting dalam menjalani kehidupan
disuatu negeri.
Alur kerangka berpikir di atas, dapat digambarkan
secara praktis mengenai hubungan Pembinaan Liqo dengan
Sikap Nasionalisme Mahasiswa LDK di UIN Syarif
Hidayatullah sebagai berikut.
Variabel Bebas (X)
(Intensitas Pembinaan
Liqo)
Materi pembinaan
liqo
Metode
pembinaan liqo
Murabbi
(Pembimbing)
Variabel Terikat (Y)
(Sikap Nasionalisme)
Cinta Tanah Air
Bela Negara dan
bangsa.
Toleransi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
Intensitas pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme
mahasiswa LDK.
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara Intensitas
pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme mahasiswa LDK.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan
data yang akurat setelah perhitungan yang tepat. Penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafah positivisme. Dalam pandangan
positivisme ilmu sains adalah hal yang dapat diamati, tidak
mementingkan fakta sebagai makna, namun mementingkan
fenomena yang tampak bebas nilai (objektif), serta menentang
sikap-sikap subjektif.62 Penelitian kuantitatif merupakan
metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara
meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel ini diukur
sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis
berdasarkan prosedur statistik.63
Hal tersebut sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni
menganalisis fenomena yang tampak dilingkungan
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara empiris.
Dan penelitian ini menguji teori tentang pembinaan liqo
dengan sikap nasionalisme untuk mendapatkan tingkat
62 Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2008),
h.32. 63 Juliansyah Noor,Metode Penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi, &
Karya ilmiyah, (Jakarta:Kencana, 2011), h. 28.
46
objektivitas, serta diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih keilmuan bagi pihak-pihak tertentu.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang
mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih, yakni
sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan
variasi dalam variabel lain.64 Oleh karena itu, dalam
penelitian ini peneliti berusaha mengambil sampel dengan
menggunakan kuesioner untuk mengetahui hubungan
pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme mahasiswa LDK
di UIN Syarif Hidayatullah.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai karakteristik
dan kualitas tertentu yang ditetapkan untuk diteliti oleh
peneliti, dan kemudian akan ditarik kesimpulannya.65
Adapun kriteria populasi untuk penelitian ini adalah
mahasiswa yang beranggota Lembaga Dakwah Kampus UIN
Syarif Hidayatullah angkatan 2018 dan sudah pernah
mengikuti pembinaan liqo minimal 3 bulan. Jumlah populasi
anggota LDK angkatan 2018 sebanyak 575 mahasiswa dan
64 Ibid, h. 40. 65 Sugiyono, Metodelogi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2018), h. 80
47
yang aktif dalam pembinaan liqo sebanyak + 70%.66
Sehingga populasi dalam penelitian ini sebanyak 402
mahasiswa LDK angkatan 2018.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari kumpulan objek penelitian
(populasi) yang dipelajari dan diamati.67 Penentuan sampel ini
harus dilakukan sehingga diperoleh sampel yang benar-benar
dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi
yang sebenarnya. Untuk memperoleh data dalam penelitian
ini, peneliti tidak mengambil dari keseluruhan populasi. Akan
tetapi, peneliti mengambil sampel dari populasi yang sesuai
dengan karakteristik penelitian.
Cara peneliti mengetahui jumlah sampel yang akan diteliti
adalah dengan menggunakan rumus Slovin dengan sampel
error yang ditolerir sebesar 10%.
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁. 𝑒2
𝑛 = 402
1+(402.0.01)= 80 mahasiwa
Dengan:
N : ukuran populasi
n : ukuran sampel
e : margin error
66 data diperoleh langsung dari Pengurus Pusat bagian Kaderisasi
LDK 67 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1994), h. 78
48
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 mahasiswa anggota
LDK angkatan 2018 yang telah mengikuti pembinaan liqo
minimal selama 3 bulan.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan durasi waktu
penelitian selama 8 bulan, yaitu terhitung dari bulan Januari 2020
sampai bulan Agustus 2020.
Adapun alasan peneliti memilih tempat penelitian ini
didasarkan pada fakta sebagai berikut:
1. Keberadaan anggota LDK selama ini tidak sedikit yang
memandang sebelah pihak karena dianggap berlawanan
dengan pemerintah, sedangkan yang sebenarnya mereka
sangat peduli dengan pemerintahan Indonesia.
2. Peneliti belum menemukan penelitian terkait sikap
nasionalisme pada mahasiswa yang aktif dalam kajian
liqo.
3. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh
mengenai hubungan pembinaan liqo dengan sikap
nasionalisme mahasiswa LDK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui observasi, wawancara, dan kuesioner (angket),
sebagai berikut:
1. Observasi
49
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan.68
Observasi atau pengamatan terhadap suatu objek
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan
memahami fenomena berdasarkan informasi yang
diketahui sebelumnya untuk melanjutkan pada suatu
penelitian agar mendapatkan informasi secara akurat.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik yang
efesien untuk mendapatkan data dari jumlah responden
yang cukup besar. Kuesioner sangat berguna dalam suatu
penelitian terutama pada penelitian kuantitatif.
E. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumber pertama (subjek) penelitian.69 Dalam penelitian ini,
sumber data primernya adalah Mahasiswa LDK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Adapun data diperoleh melalui
68 Sugiyono, 145 69 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Kencana, 2008), h.122.
50
observasi dan pemberian kuesioner kepada para subjek
penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung atau melalui seumber kedua, bukan melalui subjek
penelitian secara langsung.70 Dalam penelitian ini, data
sekunder diperoleh dari arsip yang dimiliki
organisasi/instansi, studi literatur, dan jurnal yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
F. Instrumen Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.71 Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel yaitu variabel independen sebagai
variabel X dan variabel dependen sebagai variabel Y.
a. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau sering disebut sebagai
variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen.72 Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel bebas yaitu pembinaan liqo.
70 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 122. 71 Sugiyono, h. 38. 72 Sugiyono, h, 39
51
b. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau disebut dengan variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi karena
adanya variabel bebas. Dalam penelitiann ini sebagai
variabel dependen atau variabel terikat yaitu sikap
nasionalisme.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan
pada sifat-sifat yang diteliti, bersifat spesifik dan
menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan
juga hal-hal yang dianggap penting. Dari definisi operasional
ini kemudian akan didapat suatu indikator yang akan
dijadikan acuan untuk mengukur variabel yang diteliti.73
Adapun definisi operasional untuk menjelaskan variabel-
variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Pembinaan Liqo
Pembinaan Liqo sama halnya dengan pembinaan
keagamaan. Pembinaan agama merupakan proses
masukan seperangkat keyakinan atau keimanan yang
dipercayai kebenarannya mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan ajaran atau paham agama terhadap
orang lain.74
Liqo secara umum adalah kerumunan para
pendengar yang duduk memutar mengelilingi seorang
73 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,
1989), h. 46. 74 Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke-4. H. 77.
52
guru pada sebuah masjid, istilah ini pada umumnya
dipahami sebagai para sahabat yang hadir dalam
pengajaran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
elemen-elemen dalam liqo adalah murabbi (pembina),
mutarabbi (binaan), dan manhaj (kaidah-kaidah).75.
Pembinaan liqo dalam penelitian ini terdiri dari tiga
aspek yaitu materi pembinaan, metode pembinaan
liqo, dan pembimbing (murabbi). Materi pembinaan
liqo meliputi: Motivasi Ibadah, Akhlaq, Tauhid, Jihad,
Kebudayaan Islam, dan Sistem Pemerintahan. Metode
pembinaan liqo meliputi: Metode dialog, Metode
Group Guidance. Dan Murabbi (pembimbing).
b. Sikap Nasionalisme Mahasiswa LDK UIN Syahid
Sikap nasionalisme yaitu suatu respon seseorang
yang timbul dari diri terhadap rasa rela berkorban
untuk kepentingan bersama maupun kepentingan
bangsa yang berupa semangat patriotik sebagai
perwujudan kesetiaan serta rasa cinta terhadap tanah
air.76
Sikap nasionalisme merupakan suatu sikap bangsa
yang memiliki rasa nasionalisme berupa: cinta tanah
air, rela berkorban untuk bangsa dan negara, toleransi,
bangga menjadi bangsa Indonesia. Cinta tanah air
75 Ghufron A. Masadi, Ed, Cyirl Glasse, Ansiklopedia Islam Ringkas,
(Jakarta: Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3, h. 123. 76 Fitri yanti, Tri Jayanti, Rasa Nasionalisme Mahasiswa Pendidikan
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Riau Kepuauan,
(Jurnal: Cahaya Pendidikan, Vol. 4. No. 2), ISSN: 1460-4747
53
meliputi: Sepenuh hati menjaga kesatuan, dan
melestarikan kebudayaannya. Bela negara dan rela
berkorban demi bangsa dalam hal ini adalah menjaga
bangsa dan negara sepenuh hati, dan menghilangkan
kericuhan. Sedangkan toleransi di sini adalah menjaga
kerukunan antar umat beragama dan budaya.
3. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji untuk mengetahui kevalidan atau
keshahihan suatu instrumen. Uji validitas berguna untuk
mengukur ketepatan instrumen penelitian. Suatu instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan serta mampu memperoleh data yang tepat dari
variabel yang diteliti.77
Suatu penelitian dikatakan valid apabila instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tersebut
valid. Sehingga uji validitas sangat penting dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana ketepatan atau kebenaran suatu
instrumen dijadikan sebagai tolak ukur.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan aplikasi
Microsoft Excel dengan metode Corrected item-total
Correlation dengan cara mengorelasikan masing-masing
indikator dengan skor total indikator. Dasar pengambilan
keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai berikut:
a. Jika r hitung > r tabel (0.361), maka butir pernyataan
tersebut valid.
77 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.
121.
54
b. Jika r hitung < r tabel (0.361), maka butir pernyataan
tersebut tidak valid.
Tabel 1
Blue Print Skala Instrumen sebelum uji instrumen
Variabel
Penelitia
n
Indikator Item To
tal Butir
Positif
Butir
Negatif
Variabel
X
Pembina
an Liqo
1. Materi
Pembinaan
Liqo
1,2,3,4,5,
6,7,10,11
,12
8, 9, 13 13
2. Metode
Pembinaan
Liqo
14, 15,
16
3
3. Murabbi
(Pembimbi
ng)
17, 19,
20, 21
18 5
Variabel
Y
Sikap
Nasional
isme
4. Cintah
Tanah Air
22,23,24,
25,26,27,
28,29,30
9
5. Bela
Negara
31,32,33,
34
4
6. Toleransi 35,36,37,
38, 39,40
41, 42,
43
9
Jumlah 43
Uji validitas penelitian ini dilakukan di Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) UMJ dengan teknik Product Moment
yang diuji cobakan kepada 30 responden. Dari 43 item butir
55
pernyataan yang diuji cobakan diketahui 42 item butir
pernyataan valid dan 1 item butir pernyataan tidak valid.
Pernyataan yang tidak valid tidak digunakan lagi dalam
pengambilan data inti.
4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan.78
Menurut Sugiyono, Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapakali untuk mengukur objek yang
sama akan menghasilkan data yang sama.79 Uji reliabilitas
bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten.
Uji reliabilitas dalam hal ini menggunakan nilai Cronbach
Alpha dengan bantuan program SPSS versi 20.0. Ronbach
Alpha adalah koefisien kehandalan yang menunjukkan
seberapa baiknya item atau butir dalam suatu kumpulan secara
positif berkorelasi satu sama lain.80 Jika nilai croanbach alpha
> 0,60 maka instrumen tersebut dikatakan reliabel.81
Dalam penelitian ini uji tersebut berguna untuk
memastikan apakah kuesioner yang akan digunakan dalam
78 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi &
Karya Ilmiah, h. 131 79 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
h.121 80 Juliansya Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi &
Karya Ilmiah, h. 165. 81 Ridwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta,
2004),
56
suatu penelitian untuk mengumpulkan data variabel dianggap
reliabel atau tidak.
Berikut hasil uji reliabilitas pada variabel penelitian:
Tabel 2
Hasil output Uji Reabilitas Skala Pembinaan Liqo (X).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.845 21
Pada Tabel, menunjukkan bahwa hasil output uji
reabilitas pembinaan liqo (X) memperoleh nilai alpha lebih
besar dari nilai 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
pembinaan liqo reliabel.
Tabel 3
Hasil output Uji Reabilitas Skala Sikap Nasionalisme (Y).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.795 22
Pada Tabel, menunjukkan bahwa hasil output uji
reabilitas sikap nasionalisme (Y) memperoleh nilai alpha
lebih besar dari nilai 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel sikap nasionalisme reliabel.
G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis
kuantitatif. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian
rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat
57
dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam
penelitian. Sehingga data tersebut dapat dijadikan informasi
yang mudah dipahami dan bermanfaat dalam penelitian.
Untuk mengetahui hubungan pembinaan liqo dengan sikap
nasionalisme dilakukan dengan skala semi likert.
Skala semi likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.82
Pernyataan dalam penelitian ini terdiri dari pernyataan
favorable dan unfavorable. Teknik pengukuran dalam
penelitian ini menggunakan skala semi likert dengan 4
katagori pilihan jawaban. Untuk mengetahui hubungan dan
pengaruh dari kedua variabel, maka dibuat skala pada tabel
berikut:
Tabel 4
Skala semi likert (butir positif)
Sangat
Setuju (SS)
Setuju
(S)
Tidak Setuju
(TS)
Sangat Tidak
Setuju
(STS)
4 3 2 1
82 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta), h. 93
58
Tabel 5
Skala semi likert (butir negatif)
Sangat
Setuju (SS)
Setuju
(S)
Tidak Setuju
(TS)
Sangat Tidak
Setuju
(STS)
1 2 3 4
Selanjutnya data yang diperoleh melalui kuesioner, akan
dianalisis dengan analisis korelasi dan kemudian hasilnya
dideskripsikan. Analisis korelasi digunakan untuk mencari
arah dan kuatnya hubungan antara dua variable atau lebih,
baik hubungan yang bersifat simetris, kausal, dan reciprocal.83
Uji koefisien korelasi diilakukan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah
hubungan antara variabel independen yaitu intensitas
pembinaan liqo dan variabel dependen sikap nasionalisme.
Untuk mengetahui kekuatan hubungan kedua variabel
tersebut yaitu dengan cara menginterprestasikan nilai yang
diperoleh dari uji koefesien korelasi.
1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya suatu distribusi data dalam variabel yang akan
digunakan dalam penelitian.84 Dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas data adalah:
83 Imam Ghozali, Aplikasi Multivarians dengan Program SPSS,
(semarang: UNDIP, 2003), h. 260 84
59
a. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka
data tersebut berdistribusi normal.
b. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.05 maka
data tersebut tidak berdistribusi normal.
2. Analisis Deskriptif
Uji deskriptif adalah uji statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
data yang telah diperoleh sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan atau generalisasi.85 Uji
deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme pada
mahasiswa.
3. Uji korelasi Pearson product moment
Analisis pearson ialah suatu analisis peramalan nilai
pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel
terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel
terikat. Dalam pengambilan keputusannya sebagai
berikut:
a. Jika r hitung positif serta > r table, maka butir atau
variabel tersebut valid
b. Jika r hitung tidak positif serta r hitung < r tabel, maka
butir atau variabel tersebut tidak valid.
c. Jika r hitung > r tabel, tapi bertanda negatif maka butir
atau variabel tersebut tidak valid
85 Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2018).
60
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN
Syarif Hidayatullah
1. Sejarah Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syarif
Hidayatullah
Lembaga dakwah kampus (LDK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sebuah organisasi dalam lingkup Unit
kegiatan Mahasiswa (UKM) yang didirikan pada hari selasa
10 Muharram 1417 H bertepatan dengan tanggal 28 Mei 1996
M dilantik dan dipimpin langsung oleh Senat Mahasiswa
Institut (SMI). Ketua SMI saat itu Muhammad Ali, salah
seorang yang telah memberikan jalan bagi berdirinya LDK
Syahid.86
Usaha beliau dalam mensolidkan LDK dimulai dengan
mengajak teman-teman sesama mahasiswa yang saat itu aktif
dilembaga ekstra kampus dan yang bergerak di bidang
dakwah. Selanjutnya dibentuk tim kecil yang bertugas
mempersiapkan berdirinya LDK Syahid, baik persiapan
konstitusi maupun persiapan teknis. Itu menghasilkan
musyawarah yang dihadiri oleh sejumlah perwakilan fakultas.
Salah satu hasil musyawarahnya yaitu membahas
pembentukan lambang ldk syahid dan filosofinya.
86 di akses dari
https://ldksyahid.uinjkt.ac.id/index.php/catagory/nasional/ pada 10 Febuari
2020.
61
Lambang organisasi dengan bentuk elips yang tertulis
diatasnya kata LEMBAGA DAKWAH KAMPUS. Elips
adalah bentuk gambar yang tidak putus, dan didalam elips
tertulis singkatan l.d.k dengan menggunakan huruf kecil, yang
memberi kesan sejarah klasik yang melingkupi perjalanannya.
Namun disana dihiasi titik dengan warna merah, yang
menandakan sikap tegas.
Dibawah singkatan tersebut tertulis kata SYAHID ditulis
dengan huruf besar semua. Kalimat SYAHID disini sangat
terasosiasikan dengan patriotisme dalam islam. Itu semua
dibingkai dalam elips tadi, yang menyimbolkan sebuah ikatan
yang kuat, saling menyambung.
Kemudian dibawah elips tersebut tertulis kata UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Yang merepresentasikan identitas LDK
SYAHID yang berkedudukan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sebuah kampus yang menjadi acuan model generasi
muda islam. Karena begitu kental dan identik dengan
pendidikan islam yang modern dan moderat.
Lalu dihiasi dengan gambar bulan sabit yang didalamnya
tertulis kata dalam bahasa arab Munazhomah Ad-Da’wah lil
Jamiah. Yang artinya adalah Lembaga Dakwah Kampus.
Menggambarkan budaya intelektual yang menjadi keseharian
dari LDK Syahid. Tidak hanya berorganisasi semata namun
mengembangkan kapasitas diri.
2. Visi dan Misi LDK Syahid
Visi: “Terciptanya insan-insan dakwah yang memiliki
kekokohan spiritualitas, intelektualitas, dan soliditas dengan
62
etos profesionalisme, menuju kampus yang Islami dalam
rangka mewujudkan khairul ummah”. Misi: 1) tarbiyah madal
hayah, 2) amal sholeh. 3) amar ma’ruf. 4) pengabdian
masyarakat. 5) persatuan ummat dan ukhuwah Islamiyah.
3. Pembinaan Liqo LDK Syahid
Kegiatan pembinaan liqo di LDK UIN Syahid merupakan
salah satu metode dari programnya untuk memberikan kajian
keilmuan tentang Islam, sehingga anggota-anggotanya dapat
menjadi seorang muslim/muslimah yang benar di jalan Allah.
Dalam liqo biasanya yang dibahas tentang substansi ibadah,
motivasi ibadah sekaligus mentoring dan evaluasi
pelaksanaan ibadah harian kader untuk mengukur tingkat
komitmen kader terkait pelaksanaan ajaran agama Islam.
Dengan berbagai tema-tema kajian seperti Tauhid, Islamic
culture (budaya di Islam), batasan-batasan laki-laki dan
perempuan, sistem pemerintahan, jihad di jalan Allah, dan
lain sebagainya.
Kegiatan pembinaan liqo dilaksanakan secara rutin setiap
hari perkelompok, setiap kelompok terbagi menjadi 8-12
peserta. Jumlah anggota liqo dibatasi agar penyerapan materi
dan tali persaudaraan dapat terbentuk dengan baik untuk
anggotanya, karena setiap anggota liqo dididik untuk menjadi
murobbi generasi selanjutnya. Pembagian kelompok liqo di
UIN Syahid disesuaikan dengan jadwal kuliah tiap individu
dan disesuaikan dengan fakultas masing-masing, sehingga
pelaksanaanya tidak mengganggu kegiatan belajar
mahasiswa.
63
Liqo dapat membentuk kader-kader dengan solidaritas
yang tinggi, karena mereka diikat oleh ideologi dan aktivitas-
aktivitas dakwah yang rutin. Sebagaimana kata solidaritas
yang dikutip oleh Durkheim. Menurut Durkheim solidaritas
adalah persamaan saling percaya antara para anggota dalam
suatu kelompok atau komunitas. Kalau orang saling percaya
maka mereka akan menjadi satu atau menjadi persahabatan,
menjadi saling hormat menghormati menjadi terdorong untuk
bertanggung jawab dan memperhatikan kepentingan
sesamanya.87 Solidaritas merupakan bentuk kekompakan
dalam suatu kelompok dengan saling percaya dan
sepenanggungan antara individu sebagai anggota kelompok
yang dapat membuat individu merasa nyaman dengan
kelompoknya. Sehingga hubungan keduanya erat dan menjadi
simbiosismutualisme atau saling membutuhkan dalam hal
kebaikan.
Peserta liqo dipantau melalui form mutaba’ah yang diisi
setiap pertemuan. Setiap individu dapat diketahui dengan
mudah siapa saja yang rajin mengikuti pembinaan dan siapa
saja yang belum rajin. Kegiatan liqo biasanya dimulai dengan
bacaan basmallah dan tilawatil Qur’an bagi anggotanya. Serta
selalu berdoa bersama untuk keselamatan, kesehatan, dan
kesuksesan, maupun doa lainnya. Dan selalu diakhiri dengan
saling bersalaman agar dapat meruntuhkan dosa terhadap
sesama dan dapat mempererat tali persaudaraan.
87 Soedjati, Solidaritas dan Masalah Sosial kelompok Waria,
(Bandung: LPPm STIE Bandung 1995), h. 25.
64
4. Strukture Organisasi Lembaga Dakwah Kampus UIN
Syahid Periode 2020
Berikut struktur organisasi LDK Syahid:
KETUA UMUM
Alwi Rahmat Siregar
KETUA KEPUTRIAN
Hannaila Hurin Iyn
SEKRETARIS jENDRAL
Irfan Abdillah
BENDAHARA UMUM
Mega Febriani
DIVISI KADERISASI
M.Ihsan Z & Iis
Ismayati
DIVISI SYIAR
M. Anas Roiyan &
Muthi’ah
Mufidahfan
Abdillah DIVISI HUMAS
Eka Febrianto & Sarah
Khoirunnisa
DIVISI MEDIA
Rais maslimudin j.
& Dina mariana
DIVISI PABK
M. Akmal S. &
Nurma Megawati
DIVISI
PENGEMBANGAN
EKONOMI
A. Naufal Firdaus &
Fitriani Hasanah
DIVISI
65
Gambar 2
Struktur organisasi LDK Syahid periode 2020
BIRO BIRO
KESEKRETARIATAN
Alfiyan Irza Fadilla
& Arbiatul
Karomah
BIRO KEUANGAN
Ibna Rusan
Azzaida
BIRO KEPUTRIAN
Maulida Nur Afra
LSO
LSO LTQ
Ahmad Riski F. &
Muzaik
Zuhuuriyah K. LSO RMSC
Ahmad Jatnika
Ismat & Siti Anita
Nurhasanah LSO PSU
Muhammad Arifin
& Jihan Mutiara
Fatiin
Anggota
66
B. Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Karakteristik responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang
beranggota aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN
Syarif Hidayatullah angkatan 2018 dan telah mengikuti
pembinaan liqo minimal selama 3 bulan sebanyak 80 orang
terpilih melalui teknik sampling Slovin. Adapun alasan
pengambilan responden pada angkatan 2018 yaitu
dikarenakan pada angkatan tersebut anggotanya bukan yang
sedang menduduki kepemimpinan, sehingga tidak ada
keberpihakan dalam mengisi kuesioner penelitian. Dan pada
angkatan tersebut termasuk katagori pembatasan minimal ikut
dalam pembinaan karena bukan anggota baru. Sehingga pada
angkatan 2018 lebih tepat untuk dijadikan responden dalam
penelitian ini.
Analisis data mengenai karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin, fakultas, dan masa pebinaan
sebagai berikut:
a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 6
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1 Laki-laki 25 responden 31,25%
2 Perempuan 55 responden 68,75%
Jumlah 80 responden 100%
67
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
dalam penelitian ini adalah perempuan dengan presentase
sebesar 68,75 persen. Maka sebagian besar sampel yang telah
diambil adalah responden berjenis kelamin perempuan yang
bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
dibandingkan responden yang berjenis kelamin laki-laki.
Menurut data yang diterima dalam bagian observasi pun
menyatakan bahwa pada angkatan 2018 diungguli oleh
akhwat atau perempuan.
b. Karakteristik responden berdasarkan fakultas
Tabel 7
karakteristik responden berdasarkan fakultas
No Fakultas Frekuensi Present
ase
(%)
1 Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
12 responden 15%
2 Dirasat Islamiyah 4 responden 5%
3 Syariah dan Hukum 11 responden 13,75%
4 Adab dan
Humaniora
6 responden 7,5%
5 Dakwah dan Ilmu
komunikasi
5 responden 6,25%
6 Ushuluddin 2 responden 2,5%
7 Sains dan Teknologi 8 responden 10%
8 Ekonomi dan bisnis 19 responden 23,75%
9 Psikologi 9 responden 11,25%
68
10 Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
2 responden 2,5%
11 Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan
2 responden 2,5%
Total 80 responden 100%
Berdasarkan jumlah data tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas responden yang telah bersedia ikut serta dalam
penelitian ini adalah responden yang berasal dari Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dengan presentase sebesar 23,75 persen.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis termasuk pada salah satu
Fakultas yang anggota LDK nya terbanyak ke dua setelah
FITK. Dan termasuk fakultas yang ramah dalam menanggapi
kuesioner penelitian. Kemudian disusul oleh Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan dengan jumlah responden sebanyak
12 atau 15 percen responden pada penelitian.
c. Karakteristik responden berdasarkan masa pembinaan
liqo
Responden yang lebih aktif dalam melaksanakan
pembinaan liqo dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap,
baik secara agama maupun nasionalis. Dikarenakan dalam
pembinaan liqo memberikan pemahaman akan pentingnya
bersikap nasionalis sebagai mahasiswa. Gambaran umum
responden dengan tingkat masa pembinaan liqo dapat dilihat
pada tabel berikut:
69
Tabel 8
Karakteristik responden berdasarkan masa pembinaan liqo
No Masa Pembinaan
Liqo
Frekuensi Presentasi
(%)
1 Tidak lebih dari 3
bulan (12
pertemuan)
44 responden 55%
2 Lebih dari 3 bulan
(12 pertemuan)
36 responden 45%
Jumlah 80 responden 100%
Berdasarkan jumlah data tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas responden yang mengikuti masa pembinaan liqo
selama 3 bulan atau 12 pertemuan sebanyak 44 responden
atau 55 persen. Sedangkan responden yang mengikuti
pembinaan liqo selama lebih dari 3 bulan sebanyak 36
responden atau sebesar 45 percen. Responden tersebut aktif
mengikuti pembinaan sesuai dengan metode yang ada dalam
liqo di LDK Syahid. Responden dalam jumlah data tersebut
sudah termasuk dalam karakteristik responden penelitian ini
yaitu responden penelitian telah mengikuti pembinaan liqo
minimal 3 bulan atau 12 pertemuan.
2. Gambaran Umum Responden
a. Gambaran umum tingkat pembinaan liqo
Gambaran umum responden dengan tingkat
pembinaan liqo dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
70
Tabel 9
Tingkat pembinaan liqo LDK UIN Syahid
No Katagori
Pembinaan
Liqo
Jumlah
Skor
Jawaban
Responden
Frekuensi Presentase
1 Rendah 37-51 17 21.25%
2 Sedang 52-66 43 53.75%
3 Tinggi 67-81 20 25%
Total 80 100%
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa responden
yang menerima pembinaan liqo rendah sebanyak 21.25
persen sama dengan 17 orang, pembinaan liqo sedang
sebanyak 53.75 percen atau sama dengan 43 orang, dan
pembinaan liqo tinggi sebanyak 25 percen atau sebanyak 20
orang dengan nilai rata-rata sebesar 59.56 dari jumlah total
frekuensi 80.
Pemahaman setiap individu dalam menerima materi
pembinaan liqo berbeda-beda, ini dipengaruhi oleh
pembahasan materi yang angkat dalam pembinaan liqo.
Aspek selanjutnya yaitu metode pembinaan liqo yang
berpengaruh dalam pemahaman penerimaan materi pada
responden, karena metode yang tepat akan menghasilkan
diskusi atau pembinaan yang menarik. Dan murabbi
merupakan faktor penting dalam pembinaan liqo,
71
dikarenakan seorang murabbi adalah sebagai contoh tuntunan
awal bagi anggota baru dalam pelaksanaan pembinaan liqo.
b. Gambaran umum tingkat sikap nasionalisme
Gambaran umum responden dengan tingkat sikap
nasionalisme dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 10
Responden dengan tingkat sikap nasionalisme
No Katagori
Sikap
Nasionalisme
Jumlah
skor
jawaban
Responden
Frekuensi Presentasi
1 Rendah 43-55 21 26.25%
2 Sedang 56-68 42 52.5%
3 Tinggi 69-82 17 21.25%
Total 80 100%
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa
responden yang memiliki sikap nasionalisme rendah sebanyak
21 orang (26.25 percen), responden dengan pemahaman
sedang sebanyak 52 orang (52.5% percen), dan responden
dengan sikap nasionalisme tinggi sebanyak 17 orang (
21.25% persen) dengan nilai rata-rata sebesar 61.46 dari
jumlah total frekuensi 80. Pemahaman sikap nasionalisme
responden dalam penelitian ini didukung oleh beberapa aspek
yaitu aspek pembinaan liqo, cinta tanah air, bela negara, dan
toleransi.
72
3. Analisis data uji korelasi
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Uji Normalitas kolmogorov-Smirnov digunakan untuk
mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data
dalam variabel yang digunakan dalam penelitian.
Hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan
SPSS 20.0 for windows, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11
Uji normalitas kolmogorov-smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pembinaan
Liqo Sikap
Nasionalisme
N 80 80
Normal Parametersa,b
Mean 59.5875 61.5625
Std. Deviation 10.27433 9.13450
Most Extreme Differences
Absolute .088 .057
Positive .071 .045
Negative -.088 -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .788 .506
Asymp. Sig. (2-tailed) .564 .960
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel diatas variabel pembinaan liqo dan
variabel sikap nasionalisme terbilang normal, karena nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari nilai alpha (0.05).
Pada variabel pembinaan liqo nilai sig. (2-tailed) sebesar
0.564 artinya data tersebut berdistribusi normal.
73
Variabel sikap nasionalisme dalam penelitian ini
berdistribusi normal, karena nilai sig. Lebih besar dari nilai
alpha yaitu dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0.960.
Sehingga data variabel keduanya berdistribusi normal dan
dapat dianalisis lanjut pada uji korelasi pearson product
moment.
b. Analisis Deskriptif Uji Koefisien Korelasi
Uji koefisien korelasi dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan
antara variabel independen (pembinaan liqo) dan variabel
dependen (sikap nasionalisme).
Tabel 12
Koefisien korelasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 15.614 3.029 5.155 .000
Pembinaan Liqo (X)
.771 .050 .867 15.390 .000
a. Dependent Variable: Sikap Nasionalisme (Y)
Berdasarkan hasil uji analisis korelasi person product
moment menggunakan SPSS 20 pada tabel 12 menunjukkan
bahwa nilai signifikan sebesar 0.000 dan t hitung sebesar
15.390 nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel yaitu
sebesar 1.99085 (penggunaan t tabel pada 0.05 dengan N
sebanyak 80 ). Sehingga hubungan pada kedua variabel
penelitian ini dinyatakan positif dan kuat, karena variabel
74
pembinaan liqo berpengaruh terhadap variabel sikap
nasionalisme.
Hasil tersebut sejalan dengan pemikiran Enjang &
Aliyuddin yang mengemukakan tentang halaqoh (liqo) dapat
disampaikan dengan bentuk dakwah fiah yaitu dakwah yang
dilakukan seorang dai terhadap kelompok kecil dengan tatap
muka dan biasanya dilakukan dialog, sehingga respon mad’u
dapat diketahui dengan cepat.88
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sikap
nasionalisme mahasiswa, kedua hubungan tersebut termasuk
katagori kuat dan memiliki kekuatan hubungan yang pasti
atau cukup berarti. Hasil analisis menyatakan bahwa
pembinaan liqo berpengaruh bagi sikap nasionalisme.
Untuk memperkuat hasil uji analisis tersebut dapat
dilihat dengan hasil uji koefien determinasi. Berikut tabel
yang menyatakan hasil dari uji koefisien determinasi pada
penelitian ini:
Tabel 13
Koefisien korelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .867a .752 .749 4.57562
a. Predictors: (Constant), Pembinaan Liqo (X)
b. Dependent Variable: Sikap Nasionalisme (Y)
Berdasarkan hasil uji analisis di atas nilai r square
sebesar 0.752 artinya uji koefisien determinasi 75.2 percen
88 Enjang & Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya
Pajajaran, 2009), h. 68.
75
variabel X berpengaruh terhadap variabel Y. Hasil tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari pembinaan liqo yaitu,
materi yang disampaikan dan dibahas, metode pelaksanaan,
dan murabbi (pembimbing) yang mengarahkan. Pembinaan
agama disuatu lembaga dapat memberi pengaruh yang besar
terutama dalam pembentukan sikap.
Tabel 14
Koefisien determinasi indikator materi pembinaan liqo, metode
pembinaan liqo, dan murobbi dengan sikap nasionalisme
Pembinaan Liqo R r
square
t Sig.
Materi Pembinaan
Liqo
.822 .676 12.769 .000
Metode Pembinaan
Liqo
.650 .422 7.547 .000
Murobbi
(Pembimbing)
.638 .407 7.324 .000
Berdasarkan hasil uji analisis di atas nilai pada indikator
materi pembinaan liqo memperoleh nilai r square sebesar
0.676 artinya uji koefisien determinasi 67.6 percen variabel X
pada kategori materi pembinaan liqo berpengaruh terhadap
variabel Y, nilai signifikan sebesar 0.000 dan t hitung sebesar
12.769 nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel yaitu sebesar
1.99085 (dengan penggunaan t tabel pada 0.05).
Sedangkan hasil uji analisis pada indikator metode
pembinaan liqo memperoleh nilai r square sebesar 0.422 atau
sama dengan 42.2 percen indikator metode berpengaruh
terhadap variabel Y, dengan nilai r hitung sebesar 7.547
76
dengan taraf sig 0.000. Dan pada indikator murobbi
memperoleh nilai r square sebesar 0.407 atau sama dengan
40.7 percen dengan nilai r hitung sebesar 7.324 dengan taraf
sig 0.000. Dengan demikian indikator materi pembinaan liqo,
metode pembinaan liqo, dan murobbi dalam pembinaan liqo
dinyatakan berpengaruh terhadap variabel sikap nasionalisme.
Hal tersebut serupa dengan pembahasan yang tercantum
dalam Departemen Agama RI membahas tentang materi
bimbingan dan penyuluhan yang mengatakan, bahwa materi
dalam Pembinaan keagamaan adalah semua yang terkandung
dalam Al-Qur’an yaitu akidah, syariah, dan akhlak.
Adanya pembinaan liqo membuat responden semakin
semangat dalam beribadah dan selalu berusaha berbuat
kebaikan terhadap siapa pun yang membutuhkan tanpa
memperdulikan golongan, ras, dan budaya. Dalam hal ini
murabbi sangat berarti bagi pemahaman mutarabbi,
dikarenakan sikap murabbi sangat berpengaruh bagi
responden.
Hal ini sejalan dengan pemikiran M. Lutfi yang
mengatakan bahwa pembimbing dalam Islam merupakan juru
dakwah yang bertugas menyampaikan pesan ajaran islam dan
mengarahkannya agar menjalankan ajaran islam secara utuh
dan menyeluruh. Dengan adanya murabbi dapat membangun
liqo yang solid dan produktif. Namun, hal demikian tidak
lepas dari pemilihan metode yang tepat.
Dalam konteks proses pembinaan, metode hal yang harus
diperhatikan juga, dikarenakan dapat mempengaruhi
77
kenyamanan dan pemahaman selama proses pembinaan
berlangsung. Dengan metode yang tepat diharapkan mutarabbi
dapat mengerti dan mengahayati materi yang disampaikan,
sehingga dapat mengamalkan apa yang telah disampaikan oleh
murabbi. Metode yang sesuai dengan responden dapat
menghidupkan pembinaan yang baik dengan mendiskusikan
materi dan memberikan argumentasi yang dapat menambah
wawasan secara menyeluruh.
Para murabbi di LDK UIN Syahid memberikan
pengetahuan secara luas dan upgrade, sehingga pengetahuan
responden tidak kaku. Begitupun dengan pengetahuan nasional
dimana murabbi sendiri pun bersikap nasionalisme dengan
cinta terhadap tanah airnya dan menjaga toleransi terhadap
sesama serta mendukung pemerintahan dengan menjaga
keutuhan bangsa.
Hal tersebut serupa dengan pemikiran Fitri dan Tri Jayati
yang menyatakan bahwa sikap nasionalisme yaitu suatu respon
seseorang yang timbul dari diri terhadap rasa rela berkorban
untuk kepentingan bersama maupun kepentingan bangsa yang
berupa semangat patriotik sebagai perwujudan kesetiaan serta
rasa cinta terhadap tanah air. Namun, sikap tersebut tidak
harus menentang ajaran Islam yang telah dibangun, artinya
sikap tersebut tidak bertentangan dengan agama Islam.
Prof. Dr. Azyumardi Azra mengatakan bahwa dengan
penerimaan pancasila itu sebenarnya tidak ada lagi masalah
antara Islam dan nasionalisme karena pancasila itu adalah
bentuk nasionalisme religius. Nilai pancasila tersebut
78
mengandung moral bangsa yang harus dihayati agar dapat
membentuk karakter.
c. Uji Korelasi
Uji korelasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara
variabel pembinaan liqo dengan variabel sikap
nasionalisme mahasiswa, maka diajukan hipotesis
penelitian (Ha) yang menyatakan ada hubungan yang
signifikan antara kedua variabel, dan (Ho) yang
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara
kedua variabel.
Uji tersebut dilakukan dengan cara menginterpretasikan
nilai yang diperoleh dari responden menggunakan uji
korelasi person moment SPSS 20 for windows, berikut hasil
uji korelasi:
Tabel 15
Uji korelasi pearson product moment
Correlations
Pembinaan Liqo
(X)
Sikap Nasionalisme
(Y)
Pembinaan Liqo (X)
Pearson Correlation
1 .867**
Sig. (2-tailed) .000
N 80 80
Sikap Nasionalisme (Y)
Pearson Correlation
.867** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
79
Berdasarkan hasil analisis uji korelasi person di atas
diketahui bahwa taraf signifikan sebesar 0.000 dimana nilai
tersebut kurang dari 0.05, sehingga dapat diputuskan bahwa
hipotesis diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme.
Sedangkan r hitung dalam penelitian ini sebesar
0.867** dan menyatakan hasil korelasi signifikan tersebut
pada tingkat 1 percen, sehingga hubungannya positif dan
sangat kuat dengan N (jumlah responden) sebanyak 80. Maka
hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pembinaan liqo dengan
sikap nasionalisme mahasiswa LDK UIN Syahid diterima.
Dengan demikian hipotesis (Ho) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pembinaan
liqo dengan sikap nasionalisme mahasiswa LDK UIN Syahid
ditolak.
Hasil tersebut serupa dengan pemikiran Djamaluddin
Ancok yang menyatakan bahwa pembinaan agama
merupakan proses masukan seperangkat keyakinan atau
keimanan yang dipercayai kebenarannya mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan ajaran atau paham agama
terhadap orang lain.89 Pembinaan agama tersebut
dimaksudkan dengan pembinaan liqo, dalam pembinaan liqo
terkandung kegiatan yang membimbing, mengarahkan, dan
membangun nilai-nilai yang sangat penting bagi manusia.
89 Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke-4. H. 77.
80
Kegiatan pembinaan liqo membangun nilai-nilai
nasionalisme yang penting bagi mahasiswa dengan
mengarahkan untuk bersikap toleran dan saling tolong
menolong terhadap siapa pun. Dan dalam pembinaan liqo pun
membimbing anggotanya untuk saling menyebarkan kasih
sayang terhadap sesama, sehingga sikap tersebut mengarah
pada sikap nasionalisme.
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran H.M. Arifin
yang mengatakan bahwa dalam pembinaan kelompok
hendaknya pembimbing mengarahkan perhatian kepada
binaannya untuk kebersamaan dan saling tolong menolong
dalam memcahkan permasalahan yang menyangkut
kepentingan bersama.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan
pembahasan tentang hubungan pembinaan liqo dan sikap
nasionalisme mahasiswa di LDK UIN Syahid yang telah
dilakukan, maka peneliti mangambil kesimpulan.
Terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel
pembinaan liqo dan variabel sikap nasionalisme mahasiswa di
LDK UIN Syahid dengan nilai korelasi sebesar 0.867** pada
taraf signifikasi 0.000 atau kurang dari 0.05 hubungan
tersebut termasuk dalam kategori kuat, sehingga dapat
dikatakan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut
dipengaruhi berbagai kategori yaitu materi pembinaan liqo,
metode, dan murobbi (pembimbing), serta dari kategori sikap
nasionalisme yaitu, cinta tanah air, bela negara, dan toleransi.
Semakin sering mengikuti pembinaan liqo, maka semakin
besar rasa nasionalismenya. Pembahasan dalam pembinaan
liqo terbukti tidak dogmatis dan general.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan
saran sebagai berikut:
82
1. Untuk Lembaga penelitian, agar hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan masukan tentang betapa
pentingnya membangun sikap nasionalisme pada
mahasiswa. Kemudian memberikan pengetahuan dan
pembinaan pada anggotanya dengan mengadakan
konseling, seminar-seminar, atau kegiatan keagamaan
yang berkaitan dengan sikap nasionalisme.
2. Untuk responden, diharapkan selalu bersikap toleran
kepada siapa pun tanpa membatasi ras, golongan, budaya,
dan lainnya dengan penuh kasih sayang dan saling
menjaga keutuhan bangsa dan negara.
3. Untuk peneliti, diharapkan penelitian ini diteruskan dalam
penelitian selanjutnya agar mendalam lagi penelitian
tentang pembinaan liqo dengan sikap nasionalisme. Dan
diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat serta dapat
dijadikan referensi dalam pengetahuan pembinaan liqo
dengan sikap nasionalisme.
83
DAFTAR PUSTAKA
A Masadi, Ghufron. Ed. 2002. Cyirl Glasse, Ansiklopedia Islam
Ringkas. Jakarta: Grafindo Persada.
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Adyatama, Egi. 2019. Tempo.co: Penelitian Internal:
Radikalisme Tumbuh Subur di UIN Jakarta. (internet)
diunduh pada tanggal 20 Desember 2019. tersedia pada
https://nasional.tempo.co/read/1220307/penelitian-
internal-radikalisme-tumbuh-subur-uinjakarta.
Alam, Lukis. 2016. Jurnal: Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan
Islam Dalam Perguruan Tinggi Umum Melalui LDK.
Artikel: Vol. 1 No.2.
Ali, Attabiq dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1996. Kamus
Kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta: Yayasan
Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. Cet. Ke-1.
Aminuddin. 2006. membangun Karakter dan Kepribadian
Melalui Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Anchok, Djamaludin dan Fuat Nashori Suroso. 2001. Psikologi
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. Ke-4.
Anwar, Rosihin. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia.
Arifin, M. 1998. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan
Peyuluhan Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press.
Cet. Ke-6.
Azra, Azyumardi. 1996. Pergolakan Politik Islam: dari
Fundamentalisme, Modernisme, hingga
Posmodernisme. Jakarta: Paramasina
Bahari. 2010. Toleransi Beragama Mahasiswa. Jakarta: Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama.
Budiyanto, H. Kabul. 2007. Nilai-Nilai Kepribadian Bangsa
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
84
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: Kencana.
Departemen Agama RI. 2003. Materi Bimbingan dan Penyuluhan
BagiPenyuluh Agama Islam Terampil. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, cet. Ke-3.
Dirhantoro, Tito. 2019. alinea.id: Khofifah sebut Survey UIN
Jakarta soal Radikalisme Mengerikan. di akses pada
20 Desember 2019. Tersedia pada:
https://www.alinea.id/nasional/khofifah-survey-uin-
jakarta-soal-radikalisme-mengerikan.
Diyah, Kholid. 2018. Artikel: Jenis-jenis Kelompok dalam
Konseling. (internet) Diakses pada 10 Januari 2020.
Tersedia pada https://www.kompasiana.com/jenis-
jenis-kelompok-dalam-konseling?page=all.
Dwiyanto, Agus. 2015. “Nasionalisme” Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan II. Jurnal: Lembaga
Administrasi Negara.
El-Guindi, Fedwa. 2006. Jilbab antara Kesalehan, Kesopanan
dan Perlawanan. Jakarta: Serambi.
Enjang & Aliyuddin, 2009. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah.
Bandung: widya Padjajaran.
Fitri yanti, dan Tri Jayanti, Rasa Nasionalisme Mahasiswa
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan Universitas Riau Kepuauan, (Jurnal:
Cahaya Pendidikan, Vol. 4. No. 2), ISSN: 1460-4747.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Multivarians dengan Program
SPSS. Semarang: UNDIP.
Hadi, Lubis Satria. 2006. Buku Pintar Mengelola Halaqoh.
Tangerang: FBA Press. Cet. Ke-1
Hamka. 2018. Islam Revolusi dan Ideologi. Depok: Gema Insani.
85
Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ihza, Hahendra Yusril. 2009. Modernisme dan Fundamentalisme
Politik Partai Islam. Jakarta: Paramadina.
Jilan, Buya. Berita UIN Online:Tangkal Radikalisme, LDK
Syahid UIN Jakarta Bersinergi dengan Polri, diakses
pada 12 Januari 2020. Tersedia pada:
https://www.uinjkt.ac.id/id/tangkal-radikalisme-ldk-
syahid-uin-jakarta-bersinergi-denga-polri
Kuntowijoyo. 1994. Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia.
Yogyakarta: Shalahuddin Press.
Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan Dan Peradaban Islam.
Jakarta: Pustaka Alhusna.
Mahjudin. 1991. Kuliyah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.
Masyhur, Amin M. Dkk. 1996. Aqidah dan Akhlak. Yogyakarta:
Kota Kembang.
Muhammad, Lutfi Kahbibi. Islam Nusantara: Relasi Islam dan
Budaya Lokal. Jurnal Shahih, Vol. I No. I, 2016.
Mosca, Ali Maschan. 2007. Nasionalisme KIAI Kontruksi Sosial
Berbasis Agama. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara.
Mustari, Muhammad. 2011. Nilai Karakter. Yogyakarta:
LaksBang PRESSindo.
Mu’ti, Abdul. 2018. Artikel: Indonesia Darurat Radikalisme?.
(internet) diakses pada 30 Desember 2019. Tersedia
pada: https://www.uinjkt.ac.id/id/indonesia-darurat-
radikalisme/.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,
Disertasi & Karya Ilmiah. Jakarta:Kencana.
Prawoto. 2006. Seri IPS Sejarah 2 SMP Kelas VIII. Jakarta:
Yudistira Quadra.
Qadiri, Abdullah. 1993. Adab Halaqoh. Bandung: PT Al-Ma’arif.
86
Rahmat, Jalaluddin. 1994. Metode Penelitian Komunikasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahmat, Jalaluddin. 1999. Rekayasa Sosial: Reformasi atau
Revolusi. Bandung: PT Remaja Rosada Karya.
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Kalam Mulia.
Rehadi, Fernan. Berita: Pancasila Aktualisasi Nasionalisme dan
Agama, (Republika.co.id 2018) diakses pada 03
Februari 2020. Tersedia pada: https://m-republika-co-
id.cdn.ampprojec
Ridwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung:
Alfabeta.
Rijal, Syamsum. Epistemologi Tauhid Ismail R. Al-Faruqi.
Jurnal: Miqot vol. XXXVIII No. 1 Juni 2014.
Rokhmad, Abu. Dasar Negara dan Taqiyyah PKS. Jurnal:
Walisongo, 2014.Vol. 22, No. 1.
Samani, Mukhlas dan Haryanto. 2011. Konsep dan Model
Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sapta, Syaidina. Artikel: Islam dan Pancasila dalam
SejarahIndonesia, diakses pada 12 Januari 2020.
Tersdia pada:
https://ldksyahid.uinjkt.ac.id/index.php/catagory/nasion
al/.
Shalahuddin, Mahfud dkk. 1987. Metodologi Penelitian Agama.
Surabaya: PT. Dua Ilmu.
Shihab, Quraish M. 2016. Kumpulan 101 Kultum tentang Islam.
Tangerang: PT Lentera Hati.
Shihab, Quraish, M. 2006. Menabur Pesan Ilahi. Jakarta: Lentera
Hati.
87
Shihab, Najella. Semua Murid Semua Guru, Hidup Bersama Al-
Qur’an. Ep.33: Islam dan Nasionalisme, 2018. di akses
pada 30 Desember 2019. Tersedia pada:
https://youtu.be/vjr6s3Xyo81.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian
Survei. Jakarta: LP3ES.
Sirait, Sangkot. Tauhid dan Hukum Tentang Bangsa-Bangsa
(Telaah atas Pemikira Isma’il Raji Al-Faruqi). Jurnal:
Ilmu Syariah dan Hukum, 2013. Vol. 47, No. 2.
Subagyo, Agus. 2015. Bela Negara: Peluang dan Tantangan di
Era Globalisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam.
Surabaya: Al-Ikhlas.
Takariawan, Cahyadi. 2009. Menyongsong Mihwar Daulah;
Mempersiapkan Kader-Kader Dakwah Menjadi
Pemimpin Negara. Solo: Intermedia.
Takdir, Ilahi M. 2012. Nasionalisme dalam Bingkai Pluralitas
Bangsa Paradigma Pembangunan & Kemandirian
Bangsa.Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Umar, Syadat Hasbullah, Muh. 2008. Revousi Politik Kaum
Muda Jakarta. Jakarta: yayasan Obor Indonesia.
Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta: Interplus.
Yunus, Muhammad. 1996. Kamus Arab Indonesia. Jakarta:
Departemen Agama.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Definisi operasional didasarkan pada karakter variabel
yang diteliti, merumuskan dan menggambarkan yang dianggap
penting dalam karakteristik setiap variabel. Definisi operasional
ini akan memperoleh indikator yang akan dijadikan acuan untuk
mengukur variabel yang diteliti.
Berikut tabel variabel dan indikator dalam definisi operasional
penelitian:
Variabel
Independe
n
Teori Definisi
operasional
Indikator
Pembinaan
Liqo
Liqo secara
umum
adalah
kerumunan
para
pendengar
yang duduk
memutar
mengeliling
i seorang
guru pada
sebuah
majlis,
istilah ini
pada
umumnya
dipahami
sebagai para
sahabat
yang hadir
dalam
pengajaran
Nabi
Muhammad
Karakteristi
k pembinaan
liqo dalam
penelitian
ini terdiri
dari tiga
aspek, yaitu
materi
pembinaan,
metode
pembinaan
liqo, dan
pembimbing
(murabbi)
Materi pembinaan
liqo
Materi
pembinaan
liqo meliputi:
1. Motivasi
Ibadah
2. Akhlaq
3. Tauhid
4. Jihad
5. Kebudayaan
Islam
6. Sistem
Pemerintaha
n
Metode
pembinaan liqo
Metode
pembinaan
liqo meliputi:
1. Metode
dialog
2. Metode
SAW.1
Materi
dalam
Pembinaan
keagamaan
adalah
semua yang
terkandung
dalam Al-
Qur’an
yaitu
akidah,
syariah, dan
akhlak.2
Group
Guidance
Murabbi
(pembimbing)
Variabel
Dependen
Teori Definisi
Operasion
al
Indikator
Sikap
Nasionalis
me
Sikap
nasionalis
me yaitu
suatu
respon
seseorang
yang
timbul dari
diri
terhadap
rasa rela
berkorban
untuk
kepentinga
n bersama
maupun
Sikap
nasionalis
me
merupakan
suatu sikap
bangsa
yang
memiliki
rasa
nasionalis
me berupa:
cinta tanah
air,
toleransi,
bangga
berbangsa
Cinta tanah air
1. Sepenuh hati
menjaga
kesatuan
2. Melestarikan
kebudayaanny
a
Bela Negara dan Rela
Berkorban Demi
Bangsa
1. Menjaga
bangsa dan
negara
sepenuh hati
2. Menghilangka
1 Ghufron A. Masadi, Ed, Cyirl Glasse, Ansiklopedia Islam Ringkas,
(Jakarta: Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3, h. 123. 2 Departemen Agama RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan BagiPenyuluh
Agama Islam Terampil, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), h.5.
kepentinga
n bangsa
yang
berupa
semangat
patriotik
sebagai
perwujuda
n kesetiaan
serta rasa
cinta
terhadap
tanah air.3
dan
bertanah
air, rela
berkorban
n kericuhan
Toleransi:
Menjaga
kerukunan antar
umat beragama
dan budaya
3 Fitri yanti, Tri Jayanti, Rasa Nasionalisme Mahasiswa Pendidikan
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Riau Kepuauan,
(Jurnal: Cahaya Pendidikan, Vol. 4. No. 2), ISSN: 1460-4747
Lampiran 2 Uji Validitas
Tabel uji validitas Pembinaan Liqo dan Sikap Nasionalisme
No Pertanyaan Dimensi r
hitun
g
r
tabel
Hasil
Instru
men
Pembinaan Liqo (X)
1 Pembinaan Liqo dapat
menjadi pedoman
dalam menjalankan
kehidupan
Materi
Pembina
an Liqo
0.498
0.361
Valid
2 Pembahasan liqo
sangat luas dan up to
date terutama dalam
hal agama
0.430
0.361 Valid
3 Dengan mengikuti
liqo secara rutin dapat
menyempurnakan diri
pribadi dalam
hubungan kepada
Tuhan dan sesama
manusia
0.455
0.361 Valid
4 Setelah mengikuti
pembinaan liqo
merasa lebih semangat
dalam melaksanakan
ibadah
0.611
0.361 Valid
5 Berakhlak mulia
adalah dengan
mengembangkan
budaya yang menjadi
teladan bagi
komunitas di kampus
0.492
0.361 Valid
6 Seorang muslimah
wajib menggunakan
pakaian syar’i saat
keluar rumah 0.596
0.361
Valid
7 Akhlak seseorang
dapat mempengaruhi
kualitas ibadah baik
untuk diri sendiri
maupun orang lain
0.412
0.361 Valid
8 Bendera Negara
Indonesia harus
menyertakan dua
kalimat syahadat
0.379
0.361 Valid
9 Nasionalisme
merupakan produk
Barat yang
karakternya tidak
sejalan dengan ajaran
Islam
0.470
0.361
Valid
10 Membela kebenaran
dan menegakkan
keadilan merupakan
salah satu sikap jihad
0.491
0.361
Valid
11 Sebagai seorang
muslim di Indonesia
wajib
memperjuangkan ide-
ide Islamis sebagai
simbol dengan
identitas keislaman
yang kental
0.440
0.361
Valid
12 Adat istiadat yang
tidak bertentangan
dengan hukum Islam
dapat
dipertimbangkan
sebagai hukum di
masyarakat
0.624
0.361
Valid
13 Perkembangan dan
pembangunan
Indonesia hanya
dilakukan oleh
pemerintah
0.616
0.361 Valid
14 Pembinaan liqo sangat Metode 0.455 0.361 Valid
efektif untuk
meningkatkan
keutuhan bangsa
Pembina
an Liqo
15 Adanya pembinaan
liqo merupakan
bentuk kesatuan dan
mempererat tali
persaudaraan 0.496
0.361 Valid
16 Dalam pembinaan liqo
mampu memecahkan
masalah dengan
mengambil
kesimpulan yang tepat
0.376
0.361
Valid
17 Cara pandang murabbi
dapat mempengaruhi
paham mutarabbi
Murobbi
(Pembim
bing)
0.579
0.361 Valid
18 Pernyataan Murabbi
merupakan hal yang
mutlak yang harus
diikuti
0.558
0.361 Valid
19 Memiliki integritas
yang tinggi
merupakan hal
penting bagi seorang
murabbi
0.397
0.361
Valid
20 Murabbi harus
bersikap terbuka
dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya
0.506
0.361 Valid
21 Seorang murabbi
harus mampu
megendalikan diri
dalam menghadapi
masalah baik pribadi
maupun kelompok 0.506
0.361
Valid
Sikap Nasionalisme (Y)
22 Berpartisipasi dalam
hari-hari besar
nasional merupakan
sikap yang
0.558
0.361 Valid
mencerminkan cinta
tanah air
Cinta
Tanah
Air
23 Mengetahui sejarah
bangsa Indonesia
merupakan sikap yang
mencerminkan cinta
tanah air
0.572
0.361 Valid
24 Hafal lagu-lagu
daerah merupakan
sikap yang
mencerminkan cinta
tanah air
0.503
0.361 Valid
25 Memulai suatu acara
harus diiringi dengan
lagu Indonesia Raya
0.408
0.361
Valid
26 Sebagai mahasiswa
muslim saya merasa
sangat dekat dengan
orang Indonesia
0.381
0.361 Valid
27 Saya merasa lebih
nyaman memakai
kerudung atau melihat
perempuan memakai
kerudung biasa
dibandingkan hijab
syar’i
0.464
0.361 Valid
28 Produk lokal lebih
baik kualitasnya
dibandingkan dengan
produk asing
0.362 0.361 Valid
29 Saya lebih menyukai
musik-musik
Indonesia
dibandingkan jenis
musik lainnya
0.422
0.361 Valid
30 Perfilman Indonesia
lebih menarik
dibandingkan film
luar negeri
0.538 0.361 Valid
31 Berkorban untuk 0.441 0.361 Valid
bangsa dan negara
menjadi tanggung
jawab mahasiswa
Bela
Negara
32 Mahasiswa harus
menjunjung tinggi
hukum dan
pemerintahan
0.451 0.361 Valid
33 Undang-undang Dasar
merupakan hukum
dasar negara yang
paling tepat di
Indonesia
0.435
0.361 Valid
34 Pancasila merupakan
ideologi yang dapat
memajukan negara
Indonesia
0.389 0.361 Valid
35 Berdirinya suatu
negara dipengaruhi
oleh satu sejarah
meski berbeda-beda
keyakinan
Toleransi
0.408
0.361
Valid
36 Mahasiswa harus
menghargai perbedaan
satu sama lain
0.367 0.361 Valid
37 Warga Indonesia
memiliki perlindungan
hukum yang sama
0.485 0.361 Valid
38 Bahasa merupakan
perekat terjadinya
persatuan umat dan
bangsa
0.519
0.361 Valid
39 Sebagai mahasiswa
muslim harus
menerima
keanekaragaman yang
diyakini oleh
golangan lain
0.574
0.361 Valid
40 Agama dan pancasila
keduanya tidak
bertentangan sama
0.422 0.361 Valid
sekali
41 Perbedaan agama
merupakan penyebab
terjadinya pertikaian
0.407 0.361 Valid
42 Budaya asing tidak
berpengaruh terhadap
budaya Indonesia
0.468 0.361 Valid
43 Memprioritaskan
waktu liburan di luar
negeri dibandingkan
dengan di dalam
negeri
0.224
0.361 Tidak
Valid
Lampiran 3 Data Skor Responden
Skor data responden pada variabel Pembinaan Liqo
Skor data responden Sikap Nasionalisme
Lampiran 5
Uji korelasi pada indikator pembinaan liqo dengan sikap
nasionalisme
Correlations
Materi
PL
Metode
PL
Murobbi Sikap
Nasionalism
e
Materi
PL
Pearson
Correlation 1 .447
** .664
** .822
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 80 80 80 80
Metode
PL
Pearson
Correlation .447
** 1 .400
** .650
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 80 80 80 80
Murobbi
Pearson
Correlation .664
** .400
** 1 .638
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 80 80 80 80
Sikap
Nasional
isme
Pearson
Correlation .822
** .650
** .638
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 80 80 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 6
Uji korelasi pada indikator sikap nasionalisme dengan pembinaan
liqo
Correlations
Cinta
Tanah
Air
Bela
Negara
Tolerans
i
Pembinaan
Liqo
Cinta
Tanah Air
Pearson
Correlation 1 .491
** .547
** .738
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 80 80 80 80
Bela
Negara
Pearson
Correlation .491
** 1 .655
** .687
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 80 80 80 80
Toleransi
Pearson
Correlation .547
** .655
** 1 .756
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 80 80 80 80
Pembinaa
n Liqo
Pearson
Correlation .738
** .687
** .756
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 80 80 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Alwi Rahmat Siregar NIM. 11170110000038
Ciputat, 06 Agustus 2020
Ketua Umum LDK Syahid
SURAT KETERANGAN
NO: 125/S.ket/LDK SYAHID/08/2020
Yang bertanda tangan dibawah ini, Ketua Umum Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan ini menerangkan bahwa:
Nama : Muflihah
NIM : 11160520000019
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan/Semester : Bimbingan dan Penyuluhan Islam / 8
Bahwa benar, yang tersebut namanya diatas telah melaksanakan penelitian pada tanggal
22 Februari- 06 Agustus 2020 sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul Hubungan
Pembinaan Liqo Dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.