hubungan metode bermain peran dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN METODE BERMAIN PERAN DENGAN KECERDASAN
INTERPERSONAL ANAK USIA DINI DITAMAN KANAK-KANAK
AL-HIDAYAH SUKA MAJU TANGGAMUS
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
(Skripsi)
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
AISYAH TURROFI’AH
NPM. 1311070118
Jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H / 2017
HUBUNGAN METODE BERMAIN PERAN DENGAN KECERDASAN
INTERPERSONAL ANAK USIA DINI DITAMAN KANAK-KANAK
AL-HIDAYAH SUKA MAJU TANGGAMUS
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
(Skripsi)
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
AISYAH TURROFI’AH
NPM. 1311070118
Jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA)
Pembimbing I : Dr. H Achmad Asrori M,A
Pembimbing II : Dra. Romlah M,Pd,i
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H / 2017
ABSTRAK
HUBUNGAN METODE BERMAIN PERAN DENGAN KECERDASAN INTERPERSOAL DI TAMAN KANAK-KANAK AL-HIDAYAH
SUKA MAJU TANNGGAMUS TAHUN 2016/2017
Oleh Aisyah Turrofi’ah
Anak adalah pembelajar sejati yang penuh kejujuran dalam merealisasikan pikiran dan mengekspresikan perasaannya. Semua orang tua tentu ingin membahagiakan anak-anaknya, melihat mereka tumbuh sehat cerdas dan sukses dalam kehidupannya. Oleh sebab itu dalam rangka mencerdaskan anak tentu harus menggunakan strategi yang handal, seperti menggunakan suatu permainan. Bermain pada prinsipnya merupakan faktor yang berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak, intinya bermain erat kaitanya dengan perkembangan anak. Oleh karena itu pembelajaran dengan bermain diharapkan dapat meningkatkan daya kreatifitas anak, keterampilan berbahasa (pembendaharaan kata) walaupun dalam bentuk sederhana, secara khusus perkembangan kecerdasan interpersonal meliputi social sensitivity, social insight, social communication, sepertinya halnya kegiatan bermain. Adapun rumusan dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal di taman kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus.?” Dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal ditaman kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif eksploratif riset yang mengklarifikasikan data yang bersifat kuantitatif. Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara terpimpin, observasi, dan dokumentasi. Tehnik analisis data penelitian ini mengguakan Uji validitas, uji reliabilitas, analisis korelasi, uji t, (taraf nyata), koefisien determiasi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rxy = 0,615 bila dikonsultasikan kedalam “r” tabel berada pada taraf korelasi 0,60-0,799 yang menunjukan taraf korelasi yang baik atau tinggi. Dengan istilah lain terdapat hubungan yang tinggi atau signifikan diantara kedua variabel tersebut. Dengan presentasi 37,8225% dipengaruhi oleh kecerdasan interpersonal anak dan 62,1775% di pegaruhi oleh faktor lain. Kata Kunci = Kecerdasan Interpersonal, Metode Bermain Peran
MOTTO
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.
(Q.S. An-Nahl (78).)
RIWAYAT HIDUP
Aisyah Turrofi’ah, lahir di Sumberrahmad 08 Agustus 1997. Ais
demikian sapaan akrabnya, adalah putri pertama dari dua bersaudara buah
hati pasangan Ayahanda Ahmad Dukha dan Ibunda Sumini.
Sebelum masuk jenjang perguruan tinggi penulis mengenyam
pendidikan jenjang tingkat dasar SD N 2 Muara Dua berhasil lulus pada tahun
2006, Kemudian masuk ke jenjang pendidikan menengah tingkat pertama di
SMP 1 Ulu Belu berhasil lulus pada tahun 2009, Kemudian melanjutkan ke
jenjang pendidikan sekolah menengah atas di MA Mathla’ul Anwar Gisting
Tanggamus berhasil lulus pada tahun 2013.
Pada tahun yang sama 2013 penulis menjadi mahasiswa program S1
reguler, penulis mengambil jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
(PI.AUD) di Fakultas Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negri (UIN)
Raden Intan Lampung.
PERSEMBAHAN
Sebagai tanda bukti, hormat dan kasih sayang penulis, skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
1. Teristimewa untuk kedua orang tua ku tercinta : Ayah Ahmad Dukha dan Ibu
Sumini yang selalu meridhai serta memberikan do’a untuk kelancaran segala
urusan ku, yang selalu memberikan semangat ketika aku mulai merasaka
lelah, yang selalu ihlas dan sabar mendidik dan membesarkan aku hingga saat
ini. Terimakasih Ayah Terimakasih ibu tak sanggup ku membalas semua jasa
mu, hanya do’a tulus ikhlas yang selalu ku ucap kepada Rabb ku agar ibu dan
ayah selalu daam limpahan nikmat-nya.
2. Adikku tercinta Ahmad Bahar Rozikin yang selalu memberikan semangat
serta turut mendo’akan keberhasilanku.
3. Keluarga besar PGRA-C 2013 tanpa terkecuali, untuk kebersamaan nya dalam
berjuang memperoleh gelar S.Pd.
4. Almamater ku UIN Raden Intan Lampung tempatku menimba ilmu
pengetahuan.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah yang tidak terkira penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, dengan limpahan karunia, taufik serta hidayahnya, skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik, salawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah saw, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini berjudul: “Hubungan Metode Bermain Peran Dengan
Kecerdasan Interpersonal .” yang diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada
Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan
kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan, namun atas bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga semua kesulitan dan hambatan bisa teratasi oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Chairul Anwar M.Pd selaku Dekan Tarbiyah UIN Raden Intan
Lampung yang telah memberikan kemudahan dalam berbagai hal sehingga
penulisan skripsi ini berjalan dengan baik.
2. Ibu Dr. Hj. Meryati, M.Pd., selaku ketua jurusan PGRA Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan yang telah memberi berbagai pengarahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Dr. H. Ahcmad Asrori M.A sebagai dosen pembimbing I dan Dr. Romlah
M.Pd.I sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan demi terselesainya penulisan skripsi ini.
4. Bapak ibu dosen fakultas tarbiyah yang telah ikhlas membimbing dan
mendidik serta memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis dan juga
para staf kasubag yang telah banyak membantu untuk terselesainya skripsi ini.
5. Bapak staf perpustakaan pusat maupun perpustakaan tarbiyah yang telah
membantu keperluan buku selama kuliah dan selama penyusunan skripsi.
6. Ibu Sulastri, S.Pd., selaku kepala sekolah Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus.
7. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
serta memberikan bantuan baik materi maupun moril.
Semoga bantuan dan amal mereka akan memperoleh pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya akan adanya kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan.
Akhirnya kepada Allah SWT, penulis memohon taufiq dan hidayahnya
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pribadi dan berguna bagi bangsa
dan agama.
Bandar Lampung, 9 April 2017
Penulis
Aisyah Turrofi’ah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
PERSETUJUAN BIMBINGAN ......................................................................... iii
MOTTO .............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul .................................................................................................... 1
B. Alasan Memiilih Judul ........................................................................................... 3
C. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................................ 15
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 15
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode bermain peran......................................................................................... 16
1. Pengertian metode bermain peran ................................................................. 16
2. Manfaat bermain peran ................................................................................. 19
3. Fungsi bermain peran ..................................................................................... 20
4. Jenis kegiatan main peran .............................................................................. 21
5. Langkah langkah kegiatan main peran ............................................................ 23
6. Kelebihan dan kekurangan main peran............................................................ 25
7. Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan main peran ......................... 26
B. Konsep kecerdasan interpersonal .......................................................................... 27
1. Hakekat kecerdasan ....................................................................................... 27
2. Pengertian kecerdasan interpersonal ............................................................... 29
3. Ciri-ciri kecerdasan interpersonal ................................................................... 34
C. Variabel Penelitian .............................................................................................. 35
D. Hipotesis ............................................................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian ...................................................................... 37
1. Jenis Penelitian ............................................................................................... 37
2. Sifat Penelitian ............................................................................................... 37
B. Populasi dan Tehnik Sampling .............................................................................. 38
1. Populasi ......................................................................................................... 38
2. Tehnik Sampling ............................................................................................ 38
C. Kisi-kisi instrumen penelitian ............................................................................... 39
1. Variabel X (Metode Bermain Peran) ............................................................... 39
2. Variabel Y (Kecerdasan Interpersonal) ........................................................... 40
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 41
1. Metode Wawancara ........................................................................................ 41
2. Metode Observasi........................................................................................... 42
3. Metode Dokumentasi ..................................................................................... 43
E. Metode Analisis Data ........................................................................................... 44
1. Uji Validitas Instrumen .................................................................................. 44
2. Uji Reliabilitas Istrumen .................................................................................... 45
3. Uji Analisis Korelasi ......................................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................................... 48
1. Sejarah Singkat Taman Kanak-kanak Al-Hidayah.............................................. 48
2. Visi dan Misi ..................................................................................................... 48
3. Letak Geografi .................................................................................................. 49
4. Tenaga Pengajar ................................................................................................ 49
5. Data Jumlah Siswa ............................................................................................ 49
6. Sarana dan Prasarana ......................................................................................... 50
7. Kondisi Objektif Sekolah .................................................................................. 54
B. Analisis data ............................................................................................................ 54
1. Menentukan Bentuk Instrumen .......................................................................... 54
2. Penyusunan Instrumen....................................................................................... 55
3. Uji Coba Instrumen ........................................................................................... 57
4. Analisis Data Variabel Kecerdasan Interpersonal ............................................... 57
a. Uji Validitas Item Instrumen ....................................................................... 57
b. Uji Reabilitas Item Instrumen ...................................................................... 59
5. Uji Korelasi/ Hipotesis ...................................................................................... 62
6. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi ................................................................... 67
7. Uji Koefisien Determinasi ................................................................................. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 71
B. Saran-saran .............................................................................................................. 72
C. Penutup ................................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Tabel 1 Indikator tingkat pencapaian kecerdasan interpersonal ...............11
2. Tabel 2 Hasil Praobservasi data awal hasil belajar anak .........................12
3. Tabel 3 jumlah populasi di TK Al-Hidayah TP 2016/ 2017....................38
4. Tabel 4 kisi-kisi intrumen penelitian variabel X TP 2016/ 2017 .............39
5. Tabel 5 kisi-kisi intrumen penelitian variabel Y .....................................40
6. Tabel 6 Nilai Interprestasi Nilai r............................................................47
7. Tabel 7 Data guru di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah ..........................49
8. Tabel 8 Data Jumlah siswa dari tahun 2011-2016 ...................................49
9. Tabel 9 Instrumen Penilaian Variabel X (aktivitas metode bermain peran) ...............................................................................................................55
10. Tabel 10 instumen penilaian variabel Y (kecerdasan Interpersonal) ........56
11. Tabel 11 Hasil validitas item soal variabel Y ..........................................57
12. Tabel 12 Jawaban responden untuk menguji validitas butir soal .............58
13. Tabel 13 Data scor untuk item ganjil variabel X .....................................60
14. Tabel 14 Data scor untuk item genap variabel Y .....................................60
15. Tabel 15 Tabel kerja Uji reliabilitas variabel Y (Kecerdasan Interpersonal) ...............................................................................................................61
16. Tabel 16 Data aktivitas Belajar Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus Variabel X ............................63
17. Tabel 17 Scor jawaban hasil dari variabel Y (kecerdasan interpersonal) . ...............................................................................................................64
18. Tebel 18 Hubungan Metode Bermain Peran dengan Kecerdasan Interpersonal Di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus ..................65
19. Tabel 19 Tabel Interprestasi koefisien Korelasi ......................................67
20. Tabel 20 Hasil Perhitungan Hubungan Antara Metode Bermain Peran (X) Dengan Kecerdasan Interpersonal (Y) di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus. ..........................................................................69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebelum penulis menguraikan lebih jauh, perlu penulis jelaskan istilah yang
terdapat dalam judul skripsi ini, agar tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam
membaca skripsi ini. Adapun judul dalam skripsi ini adalah “HUBUNGAN
METODE BERMAIN PERAN DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL
DI TAMAN KANAK-KANAK AL-HIDAYAH SUKA MAJU TAGGAMUS.
Dan penjelasan judul adalah sebagai berikut:
1. Hubungan
Hubungan berasal dari kata “Hubung” yang mendapat akhiran “an” yang
berarti berangkaian atau bersambung yang satu dengan yang lain.
Disamping itu hubungan juga berarti “keadaan berhubungan, kontak sangkut
paut, ikatan jaringan yang terwujud Karena interaksi satuan-satuan yang aktif”.
2. Metode Bermain Peran
Mendramatisasikan cara tingkah laku didalam hubungan sosial.1
Mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial.2 Dari kedua pendapat
tersebut dapatlah diketahui bahwa bermain peran adalah suatu kegiatan dimana
1 Nurbiana Dhieni dkk, Metode Perkembangan Bahasa, Universitas Terbuka, Jakarta, 2005, h, 724 2 Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2006, 88
anak memainkan berbagai peran dari tokoh-tokoh yang ada dan berdialog
sesuai dengan naskah drama.
3. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal Menurut Lwin may adalah kemampuan untuk
memahami dan memperkirakan perasaan, tempramen, suasana hati, maksud
dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak.3
4. Anak Usia Dini
Menurut Undang-Undang Dasar No.137 Thn.2014, pendidikan anak usia dini
adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun, hal ini dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, kegiatan ini
dilakanakan dalam jalur formal, nonformal, dan informal.4 Berdasarkan
Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan anak usia dini adalah anak
yang baru lahir hingga berusia enam tahun. Dalam penelitian ini peserta didik
yang diteliti berusia 5-6 tahun.
Dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berlangsung antara dua
pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul sebagai suatu hasil dari interaksi
3 Lwin May, Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. PT. Indeks, Yogyakarta, 2008, h 197
4 Undang-Undang Dasar Indonesia Tahun 2014, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Citra Umbara, Bandung. h. 7
individu dengan individu lainnya. Kecerdasan interpersonal menunjukkan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka
cenderung untuk memahami dan berinteraksi denga orang lain sehingga mudah
bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
4. Taman Kanak-Kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus
Adalah Taman Kanak-Kanak yang berada di pekon suka maju kecamatan
ulu belu adalah sebagai objek penelitian yang letaknya di jalan Suka Maju No
02 Tanggamus.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dijelaskan bahwa yang dimaksud dari
judul skripsi ini adalah sebuah penelitian untuk mengungkap secara lebih jauh
dan mendalam hubungan metode bermain peran dengan kecerdasan
interpersonal di taman kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus.
B. Alasan Memilih Judul
Alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut:
1. Bermain peran memberi kesempatan pada anak didik untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan dengan bercermin pada orang lain, mengungkapkan
perasaan untuk mengurangi beban emosional atau beban psikologis. Dalam
konteks pembelajaran bermain peran merupakan aktivitas sebagai bukti
keterlibatan mental peserta didik.
2. Kecerdasan interpersonal atau berinteraksi dan berkomunikasi yang baik serta
peka terhadap orang lain, merupakan inti dari suatu pembelajaran interpersonal
karena dengan berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain anak akan
mengerti apa yang akan disampaikan oleh guru dan teman-teman. Namun
untuk menstimulasi agar anak dapat berinteraksi dengan baik serta peka
terhadap apa yang ada atau kecerdasan interpersonal AUD tidaklah semudah
apa yang kita bayangkan karena harus melalui metode dan proses yang panjang
agar anak dapat hasil yang baik.
3. Emosi atau ide-ide dapat ditingkatkan ketaraf kesadaran untuk ditingkatkan
melalui proses kelompok. Pemecahan masalah tidak selamanya datang dari
guru, melainkan dapat muncul dari reaksi-reaksi anak didik yang lain.
C. Latar Bekang Masalah
Menurut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) menyebutkan pasal 31,
ayat (1) bahwa “Tiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3)
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam
undang- undang”.5 Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
137 tahun 2014. dikemukakan pula bahwa “Sistem pendidikan nasional harus
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.”6
5Undang-Undang Dasar 1945, Amandemen (Jakarta: Sandro Jaya Jakarta, 2004), h. 24 6 Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 137 Tahun 2014. Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: CV. Medya Jakarta), h. 1
Bertitik tolak dari Undang-Undang Dasar 1945 dan Sistem pendidikan
Nasional No 137 Tahun 2014 di atas, peningkatan mutu pendidikan menjadi hal
yang sangat penting agar seluruh rakyat Indonesia berkualitas. Sehubungan dengan
hal tersebut, Tilaar mengemukakan bahwa “Tuntutan terhadap kualitas pendidikan
terus menerus berubah sesuai dengan peningkatan pendidikan itu sendiri dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang.7
Konsekuensi logis dari pernyataan tersebut, terutama memasuki era
globalisasi dewasa ini, maka pada setiap jenjang dan jenis pendidikan perlu
melakukan perbaikan dan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan. Tuntutan kuat dalam era globalisasi ini adalah bahwa semua
sekolah harus mempersiapkan peserta didik dengan berbagai pengalaman,
wawasan, keterampilan, serta basis keilmuan yang memadai, hal ini tentu saja
menuntut upaya-upaya perbaikan mutu pendidikan mulai dari jenjang pendidikan
dasar, menengah, perguruan tinggi, dan tidak terkecuali pada institusi pendidikan
pra-sekolah (Taman Kanak-Kanak) yang memberikan pelayanan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) telah dimasukkan secara tegas dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 137 Tahun 2014, sedangkan
pada pasal 1 butir 10 dikemukakan bahwa "Suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
7 H.A.R. Tilaar. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945- 1995 Suatu Analisis Kebijakan. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1995), h. 170
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Bermain Adalah cara yang paling baik untuk meningkatkan kemampuan anak.
Bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan orang lain dari
dirinya sendiri. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan.
Bermain merupakan suatu aktivitas yang langsung dan spontan. Bermain
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang digunakan untuk berbagai tujuan yang
menyenangkan.
Kebutuhan bermain sangatlah mutlak bagi perkembangan anak. Lingkungan
dan orang dewasa, dalam hal ini orang tua, maupun pendidik perlu memfasilitasi
kebutuhan anak dengan menyediakan berbagai permainan yang dapat mendukung
perkembangan anak. Tentu saja permainan dan alat bermainnya tersebut bukanlah
suatu yang harus bernilai ekonomi tinggi atau mahal, tetapi apapun dapat dijadikan
alat bermain. Misalnya daun dapat dijadikan alat hitung untuk mengembangkan
konsep matematika, dengan menggunakan daun anak dapat mengklasifikasikan
jenis- jenis daun, mengenali bentuk daun, memahami manfaat daun dan
sebagainya. Daun juga dapat mengembangkan konsep sains dan dapat dijadikan
bahan kreasi seni untuk anak.
Bagaimana anak bermain? Anak bermain sesuai dengan tahapan usianya,
dengan pikirannya sendiri, dengan perasaannya sendiri, dengan pengertiannya
sendiri dan dunianya sendiri. Anak bermain ditentukan oleh dirinya sendiri, orang
lain disekitarnya, lingkungannya, kemampuan dirinya, kemampuan orang lain dan
lain-lain, sebagai faktor lain yang mempengaruhinya.
Elkonin dalam Catron dan Allen salah seorang murid dari Vygotsky menggambarkan empat prinsip bermain, yaitu: (1) dalam bermain anak mengembangkan sistem untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks, (2) kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain, (3) anak menggunakan replika untuk menggantikan objek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda, kemampuan menggunakan simbol termasuk kedalam perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi, (4) kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi, karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang telah ditentukan bersama teman mainnya.8
Untuk mendukung keempat hal tersebut, seorang anak dapat melakukan
pembelajaran yang situasinya merupakan khayalan anak tersebut atau yang biasa
disebut dengan bermain sosiodrama, bermain pura-pura, atau bermain drama.
Metode bermain peran dikategorikan sebagai metode mengajar yang bertumpu
pada metode prilaku yang diterapkan pada pengajaran. Metode bermain peran
ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar
manusia (human relation problem) terutama yang berkaitan dengan anak didik.
Bermain Peran merupakan strategi pembelajaran yang berpijak pada dimensi
pribadi dan dimensi sosial. Dari dimensi pribadi, strategi ini berusaha membantu
pada peserta didik (anak usia dini) menemukan makna dari kehidupan sosial
lingkungannya yang bermanfaat bagi dirinya. Sehingga ada kemungkinan dilema-
dilema pribadi dapat dipecahkan bersama temannya.
8 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks, Jakarta,2009 h. 145
Dengan kata lain metode bermain peran ini membantu individu melalui proses
kelompok sosial, baik sebagai dampak intruksional dalam pembelajaran maupun
dampak pengiring sebagai hasil belajar anak. Sehubungan dengan itu Joice and
Wei1 mengemukakan bahwa bermain peran digunakan oleh guru dalam
pembelajaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi anak, yakni; (1) masalah
dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal conplits), (2) masalah
hubungan kerjasama dalam kelompok (Intergroup relation), (3) masalah-masalah
individual (individual dilemas), dan (4) masalah-masalah yang terjadi pada masa
lalu atau sekarang (Historical contemporary problem).9
Adapun kegiatan bermain peran dapat memberikan kesempatan pada anak
untuk mengembangkan berbagai ketrampilan, yang bisa dijadikan sebagai
indikator bermain peran yaitu:
1. Mempelajari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya 2. Belajar untuk menilai dan memilih berbagai informasi tentang peran yang
dilihat dan diamati dari kehidupan sehari-hari da mencoba membuat hubungan dan memunculkan kembali dalam kegiatan bermain peran.
3. Belajar untuk saling berinteraksi dengan orang lain. 4. Belajar menjawab dan memeberikan pertnyaan 5. Belajar membangun kerja sama 6. Membangun kemampuan berkonsentrasi 7. Mempelajari ketrampilan hidup (life skiil) 8. Belajar untuk mengatasi rasa takut 9. Membantu anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan.
9 B. Joyce dan Well, Strategi of Teaching, Bostom- London; Allyn and Bacon, h. 241
Dari indikator diatas peeliti dapat mengambil kesimpulan bahwa bermain peran
dapat mendukung perkembangan anak secara keseluruhan kognisi, social, emosi, dan
fisik, termasuk mengembangkan kecerdasan anak.
Untuk membantu mengembangan kecerdasan anak, diperlukan upaya-upaya baik
bagi pendidik, orang tua atau orang-orang yang terkait, untuk mengembangkan
wawasan tentang perkembangan anak yang bersangkutan, diantaranya melalui jalur-
jalur yang digunakan dalam kecerdasan jamak (multiple Intellegences). Jalur-jalur
tesebut yaitu jalur intrapersonal, visual-spasial, logika matematika, naturalis, Rythmic
musical, Interpersonal, Spiritual, bodily Kinesthetics, verbal linguistik. Kecerdasan
jamak( multiple intellegences) yang menjadi fokus dalam penelitian ini, dibatasi pada
pengembangan kecerdasan interpersonal.
Kecerdasan interpersonal adalah suatu kemampuan individu untuk kerjasama,
berhubungan baik dengan orang lain, kemampuan berempati atau memahami
perasaan dan kebutuhan orang lain selama berinteraksi dan mampu memperhitungan
keberadaannya dan menempatkan diri dengan kebiasaan berlaku.10
Sedangkan kecerdasan interpersonal menurut kurikulum Taman Kanak-Kanak
adalah dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan: berinteraksi dan berbagi
dengan teman, menyayangi orang yang dikenal, berbicara dengan ramah, menjalin
kerja sama atau bermain bersama, memimpin anggota kelompok.11
10 Http:// Elimaslikhah. Blogspot. com/ 2016/12/ Membangun Kecerdasan Interpersonal 11 Kementrian Pendidikan Nasional, Kurikulum Taman Kanak-Kanak, 2010, h. 14
Sedangkan menurut Howard Garder kecerdasan interpersonal adalah “Kecerdasan
yang mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati
secara baik, mengembangkan hubungan harmonis dengan orang lain, serta dapat
memahami sifat orang lain.12 Sedangkan menurut Howard dalam buku Psikologi
intelagensi adalah: kecerdasan interpersonal kecerdasan dimana mampu
berkomunikasi, berinteraksi dan saling memahami satu sama lain (berempati), serta
mampu memimpin anggota kelompok.13
Dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia NO 137 Tahun
2014 terdapat Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini selanjutnya disebut
STPPA adalah kriteria tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek
perkembangan dan pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik,
kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta seni.14
12 Aan T Safaria M. Si. Mengembangkan Kecerdasan Anak, Penerbit Pohon Cahaya, Yogyakarta, 2010, h. 45
13 Drs. Saifuddin Azwar, MA. Psikologi Inteligensi, Pustaka Pelajar. 2008, h. 43 14 Undang-Undang Republik Indonesia No 137 tahun 2014, tentang system pendidikan
Nasional, ( Jakarta : Madya Duta Jakarta )
Tabel 1
Indikator tingkat pencapaian perkembangan Kecerdasan Interpersonal
No Dimensi Indicator Aspek yang dinilai 1 Interpersonal Social Sensitivity
Sosial Insight
Social Comunication
1. senang dengan kegiatan-kegiatan kelompok dan percakapan-percakapan hangat
2. berani mengemukakan pendapat kelompok
3. Bersedia mendengarkan pendapat/ pembicaraan orang lain.
4. Melakukan percakapan dengan teman sebaya.
5. percaya diri ketika berjumpa dengan orang baru
6. Berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru/ temannya.
7. Aktif bergaul dengan teman dan belajar mengikuti aturan permainan.
8. Mengatasi konflik dengan teman.
9. Dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh kelompoknya.
10. Menunjukkan antusias dalam bekerja/ belajar/ bermain.
11. mudah berteman 12. Mematuhi aturan
kelompok. 13. Mau berbagi alat bermain
Dapat penulis ambil kesimpulan bahwa kecerdasan interpersonal adalah
kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan orang lain,
kepekaan akan ekspresi wajah, dan suara. Oleh karena itu, proses pembelajaran dapat
merangsang kecerdasan pada anak.
HASIL OBERVASI AWAL DI KELAS B3 TAMAN KANAK-KANAK AL-
HIDAYAH SUKA MAJU TANGGAMUS
No
Nama Siswa
ASPEK YANG DIAMATI ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 ADI SAPUTRA MB BB BB BB MB BSH BB MB MB BB BB
2 DEWI NURSIH MB BSH BSH MB BB MB BB BB MB BB MB
3 ELIYA ARIYANI BB BB MB BB MB BSH MB BSH MB MB MB
4 HASANUDIN MB BB BB BB MB BB MB MB BB BB BB
5 IRA ANDINI BB MB MB MB BB BB BB BB BB MB BB
6 LAILA MUNIFAH BB BB BB MB BB BB MB MB BB BB BB
7 MUHAMMAD NUR BB BB MB BB MB MB MB BB BSH MB MB
8 ROY ANANDA BSH MB BB BB MB MB BB BB BSH MB MB
9 RAHMAD HADI BB BB MB MB MB BB BB BSH MB MB MB
10 RICO ARDIYANTO MB BB BB BB MB BB BB BB BB MB BB
11 NOPITASARI BSH BB MB BB BB MB MB BSH MB BB MB
12 M.ALDI BB BB BB MB MB BB BB MB MB BB BB
13 BAHAR .R MB BB MB BB BB BB MB BB BB BB BB
14 ERIK ARISANDI MB MB BB MB BB BB BB BB MB MB MB
15 DWI SINTA BB BB BB BB BB MB BB BB BB MB BB
16 MAHARANI BSH BSB MB BB MB BSH BSH MB MB MB BSH
17 SOLEHAH BB MB MB BB BB MB MB BB MB MB MB
18 RISKY MUZAKY BB BB BB MB BB MB BB MB MB BB BB
19 IRFAN MB MB BB BB BB MB BB BB BB MB BB
20 ICHA APRILIA BB BB MB MB BB MB BB BB BB BB BB
21 HIDAYATULLAH MB BB MB BSH BSB BB MB MB MB MB MB
22 BAGUS SAPUTRA BSH MB BB MB MB BB BB MB MB MB MB
23 M. ILHAM BB BB MB BB BB BB MB BB BB BB BB
24 ANANDA MB BB BB MB MB MB BB BB MB MB MB
25 KHORUL ANAM BB BB MB BB MB BB BB BB BB MB BB
26 AYU .P MB MB BSB BSH MB BB MB MB BSH MB BSH
27 ASSYFA BB BB MB MB MB BB BB BB BB MB BB
28 PUTRI SUSANTI BB MB MB MB BB BB MB MB MB MB MB
29 FAISAL BB BB MB MB BB BB BSH MB BB MB MB
Sumber: hasil observasi data awal hasil belajar anak ditaman kanak-kanak al-hidayah suka maju tanggamus tahun pelajaran 2016/2017 Keterangan
1. Mudah berteman
2. Mau berbagi alat bermain
3. Senang dengan keiatan kelompok
4. Melakukan percakapn dengan teman sebaya
5. Aktif bergaul dengan teman dan belajar mengikuti aturan permainan
6. Berani menjawab pertayaan yang diajukan oleh guru/teman
7. Mengatasi konflik dengan teman
8. Mematuhi aturan kelompok
9. Menunjukan antusias dalam bekarja /belajar/ bermain
10. Berani mengemukakan pendapat dalam kelompok
BB : Belum muncul
Apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal prilaku yang di
tanyakan dalam indikator scor 50-59 dengan cirri (*)
MB :Mulai muncul
Apabila peserta didik mulai memperlihatkan tanda-tanda awal prilaku yang di
tayakan dalam indikator scor 60-69 (**)
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
Apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal peilaku yang
ditanyakan dalam indikator dan mulai konsisten scor 70-79 (***)
BSB : Berkembang Sangat Baik
Apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan prilaku yang ditanyakan
dalam indikator seecara konsisten atau telah membudaya Scor 80-100 (****)
sumber :direktorat pendidikan madrasah, direktorat jendral pendidikan islam
kementrian agama RI 2011
Dari tabel diatas yang diambil berdasarkan nilai harian anak tahun ajaran 2016
jelas tergambar bahwa kebanyakan dari siswa memeiliki nilai rata-rata BB dan
kebanyakan dari siswa yang memiliki nilai tersebut kemungkinan kecerdasan
interpersoalnya belum berkembang sedangkan sisiwa yang medapat nilai rata-rata
MB, BSH kemungkinan anak sudah mulai berkembang sesuai harapan.
Penelitian ini dipandang sangat penting oleh penulis, karena dalam kegiatan
belajar mengajar diruang kelas penulis lihat secara langsung di sekolah tersebut
didapati banyak peserta didik yang belum berkembang kecerdasan interpesonalnya,
hal tersebut terlihat dari antusias mereka dalam melakukan kegiatan yang
berkelompok kurang berpartisipasi, dan pada saat melihat teman sekelasnya menangis
belum ada rasa keperdulian terhadap temannya.
Hal ini menarik penulis untuk meneliti hubungan metode bermain peran dengan
kecerdasan interpersonal di Taman Kanak-kanak Al-hidayah suka maju Tanggamus.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis dapat
merumuskan masalahya sebagai berikut: Apakah terdapat hubugan antara metode
bermain peran dengan kecerdasan interpersonal anak usia dini di TK Al-Hidayah
Suka Maju tanggamus T.P. 2016/2017?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan metode bermai peran dengan kecerdasan interpersonal anak, dan untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya berkembangnya kecerdasan
interpersonal pada peserta didik TK Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus.
F. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah untuk Peneliti sendiri, peneliti
dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman berharga, dalam
mengembangkan kecerdasan jamak bagi anak usia dini khususnya kecerdasan
interpersonal, dengan menggunakan metode bermain peran. Dan untuk Guru, sebagai
alternatif dalam memilih strategi pembelajaran yang efektif bagi pengembangan
kecerdasan interpersonal pada anak usia dini di lingkungan Taman Kanak-Kanak Al-
Hidayah Suka Maju Tanggamus.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Bermain Peran
1. Pengertian Metode Bermain Peran
Menurut Moesliehaton bermain peran adalah bermain menggunakan daya
khayal, yaitu dengan menggunakan bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti
benda tertentu, situasi seperti atau orang tertentu dan binatang tertentu yang dalam
dunia nyata tidak dilakukan.15
Metode bermain peran dikategorikan sebagai metode mengajar yang bertumpun
pada metode perilaku yang diterapkan pada pengajaran. Metode bermain peran
ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar
manusia (human relation problem) terutama yang berkaitan dengan anak didik.
Menurut Van Ments, metode mengajar bermain peran menuju kepada dimensi
pribadi, diupayakan untuk membantu anak didik menemukan makna dari
lingkunganya yang bermanfaat dan dapat memecahkan problem yang tengah dihadapi
dengan bantuan kelompok sebayanya (peer group), dapat juga dikatakan metode ini
membantu individu dalam proses sosialisasi. Ditinjau dari dimensi social metode ini
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dalam menganalisis
situasi-situasi sosial terutama hubungan antara pribadi mereka.16
15Moesliehatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Rineka
Cipta, 2004. H.38 16 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Pustaka Insani Media, Yogyakarta, 2010, h. 100
Menurut Piaget, awal main peran dapat menjadi bukti perilaku anak. Ia
menyatakan bahwa main peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek (misalkan
anak mengaduk pasir dalam sebuah mangkuk dengan sekop dan pura-pura mencicipi)
dan mengulang perilaku menyenangkan yang diingatnya (misalnya anak usia dini
melihat sebuah botol bayi, dan mencoba memberi makan sebuah boneka). Piaget
menyatakan bahwa keterlibatan anak dalam main peran dan upaya anak mencapai
tahap yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lainnya disebut sebagai collective
symbolism. Ia juga menerangkan percakapan lisan anak lakukan dengan diri sendiri
sebagai idiosyncratic soliloquies.
Main peran tidak hanya dilakukan sudut rumah tangga. Main peran adalah praktik
anak dalam kegiatan kehidupan nyata yang memberikan kesempatan pada anak dalam
kegiatan kehidupan nyata yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
membayangkan dirinya kedalam masa depan dan menciptakan kembali kondisi masa
lalu. Main peran mendukung perkembangan anak secara keseluruhan kognisi, sosial,
emosi, dan fisik. Penelitian menunjukan bahwa main peran mendukung
perkembangan kognitif, rangkaian ingatan, penerimaan kosakata, konsep-konsep
hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, pengambilan sudut pandang spasial,
afeksi dan kognisi.17
17 Luluk Asmawati, dkk, pengelolaan kegiatan pengembangan anak usia dini, universitas
terbuka, Jakarta 2008, h 10,3-10,4
Menurut Glistrap dan martin metode bermain peran adalah memerankan karakter
/tigkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan,
kejadian masa kini yang penting atau situasi imajinatif18
Anak-anak pemeran mencoba untuk menjadi orang lain dengan memahami peran
untuk mengahayati tokoh yang diperankan sesuai karakter dan motivasi yang
dibentuk pada tokoh yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut Otib Satibi Hidayah, metode bermain peran adalah suatu
kegiatan permainan untuk memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda disekitar anak
sehingga dapat diperagakan /dipakai oleh anak untuk mengembangkan daya khayal
atau imajinasinya diharapkan anak dapat menghayati tujuan dari kegiatan tersebut.19
Dengan demikian metode bermain peran, artinya mendramatisasikan cara
tingkah laku didalam hubungan sosial, dan menekankan kenyataan anak ikut serta
dalam memainkan peranan didalam memainkan peranan dalam mendramatisasikan
masalah-masalah hubungan sosial.
2. Manfaat Bermain Peran
Pembelajaran melalui metode bermain peran adalah proses belajar mengajar
dengan melibatkan anak didik untuk memerankan tokoh-tokoh yang digambarkan
sesuai dengan tema yang ada. Dengan demikian peran, anak diharapkan dapat
menghayati suatu karya sastra melalui gambaran tokoh yang ada dalam karya sastra,
18 Winda Gurlarti, dkk, metode pengembangan prilaku dan kemampuan dasar aak usia dini
(Tanggerang selatan : Universitas terbuka, 2014) h,10,9 19 Otib satibi hidayat, metode penegembangan moral dan nilai-nilai agama. (Jakarta
:Uiversitas terbuka, 2011) h 11.8
misalnya cerita Malin Kundang. Selain itu, anak akan medapatkan pengalaman-
pengalaman emosi dan estetik, sehingga dapat menunjang perkembangan kecerdasan
bahasa dan emosi anak.
Kegiatan bermain peran juga memiliki manfaat yang besar terutama untuk
menunjang perkembangan bahasa dan berbahasa anak. Karena dengan bermain peran
menyediakan waktu dan ruang bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain,
mereka saling berbicara, mengeluarkan pendapat, bernegosiasi dan menemukan jalan
tengah bagi setiap persoalan yang muncul.
Menurut Naffi bermain peran dapat bermanfaat untuk:
a. Membimbing anak menggunakan prinsip-prinsip dasar berlaku.
b. Memberikan pemahaman anak mengenai motivasi atau tujuan orang lain
dengan melakukan suatu peran.
c. Meningkatkan kesadaran anak berkaitan dengan masalah psikologi dan
sosiologi.
d. Menanamkan nilai-nilai kebenaran hidup (realisme).
e. Memperkaya kegiatan bagi pencapaian proses belajar mengajar yang
objektif.20
3. Fungsi Bermain Peran
Bermain peran atau bermain pura-pura (dalam situasi tertentu) tergolong
kegiatan berdasarkan pada kegemaran anak. Dalam kehidupan usia taman kanak-
kanak bermain pura-pura mempunyai beberapa fungsi, antara lain untuk:
20 Taufik Ampera, Pengajaran Sastra, Widya Padjajaran, Bandung, 2010, h. 38
a. Menjadi pengganti berbagai hal yang tidak terpenuhi.
b. Menyalurkan perasaan negatif yang tidak mungkin dapat ditampilkan.
c. Anak dapat memerankan tokoh-tokoh yang diidolakan (dicita-citakan).
Menurut Hartely, Frank dan Goldenson ada delapan fungsi bermain peran
bagi anak, yang dapat diterapkan dalam bermain peran yaitu:
a. Menirukan apa yang dilakukan orang dewasa. Misalnya: meniru ibu
memasak di dapur, dokter memeriksa orang sakit, pedagang menjual barang
dagangannya.
b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata.
Misalnya: guru mengajar di kelas.
c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman kehidupan
nyata. Misalnya: ibu memandikan adik, ayah membaca koran.
d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat, Seperti memukul-mukul kaleng.
e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan peran yang tidak dapat diterima.
Misalnya: berperan sebagai pencuri, pelanggar lalu lintas.
f. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan. Misalnya: menggosok
gigi, sarapan pagi.
g. Mencerminkan pertumbuhan anak. Misalnya: semakin tinggi tubuhnya.
h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah.
Misalnya: menghias ruangan.21
4. Jenis Kegiatan Bermain Peran
21 Moesliehatoen R, op.cit h.38
Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang
digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan
untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain. Menurut
Vygostky dalam teori konstruksinya mengatakan bahwa anak-anak sebenarnya belum
mampu berfikir abstrak, makna dan objek bagi mereka masih berbaur menjadi satu,
dengan bermain peran anak-anak mengembangkan kemampuan abstrak mereka. Serta
merangsang kreatifitas anak untuk berekspresi, percaya diri dan belajar komunikasi di
depan umum.
Kegiatan bermain peran terbagi dalam dua jenis yaitu:
a. Bermain peran makro
Dalam kegiatan ini, anak berperan sesungguhnya dan menjadi seseorang atau
sesuatu (anak sebagai model) dan menggunakan alat berukuran besar yang digunakan
untuk menciptakan dan memerankan peran- peran. Contohnya: anak menggunakan
baju warna putih untuk memerankan seorang dokter. Anak menggunakan bakul untuk
memerankan seorang tukang jamu. Saat anak memiliki pengalaman sehari-hari
dengan main peran makro, mereka belajar banyak tentang, keterampilan pra akademis
seperti: mendengarkan tetap dalam menyelesaikan masalah dan bekerja sama dengan
orang lain.
b. Bermain peran mikro
Dalam kegiatan ini, anak memegang atau menggerakkan benda-benda dengan
ukuran kecil untuk menyusun adegan. Contohnya: Kandang dengan binatang-
binatang dan orang-orangan kecil. Saat anak bermain peran mikro, mereka belajar
untuk menghubungkan dan mengambil sudut pandang dan orang lain.22
Main peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan
menciptakan kembali masa lalu. Hubungan sosial yang dibangun antar anak hingga
menjadi main peran sebaiknya didukung untuk anak yang berkebutuhan khusus
maupun tidak. Karena pada dasarnya kemampuan setiap anak dalam mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya tidaklah sama, tetap mereka punya hak yang sama
untuk bisa mengembangkan potensinya.
Orang dewasa harus peduli terhadap ekspresi wajah bahwa wajah sebagai mainan
pertama, menjawab dengan senyuman, hubungan timbal balik, ekspresi seluruh
badan, rasa cemas terhadap orang- orang yang tidak dikenal, dan permainan dengan
gerakan badan inilah menjadi dasar yang penting pada main peran selanjutnya.
Sehingga anak benar-benar dapat menjiwai setiap peran yang dilakukan, dan dapat
mengembangkan kreativitas dalam menuangkan imajinasi mereka.
5. Langkah-langkah Pelaksanaan Bermain Peran
Agar proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode bermain peran
tidak mengalami kekakuan, maka perlu adanya langkah-langkah yang harus kita
pahami terlebih dahulu. Sebagai bekal untuk kelancaran pelaksanaan bermain peran
dapat mempertimbangkan langkah-langkah yang dikemukakan Naffi berikut ini:
a. Rancang situasi bermain peran di samping mengenali masalah yang akan
diteliti. Tentukan peran-peran yang akan dimainkan, seperti memilih siswa
22 Diana Mutiah, Psikologi Anak Usia Dini, Kencana, Jakarta, 2010, h. 115
yang dapat memerankan watak tertentu. Kelengkapan lain yang diperlukan
juga harus dipersiapkan. Sebelumnya, guru harus menerangkan kelengkapan
yang diperlukan serta peran yang perlu dimainkan.
b. Anak yang mendapatkan tugas untuk memerankan watak tertentu harus suka
cita untuk berperan. Hal ini penting karena bermain peran akan berhasil
apabila anak memahami peran yang dimainkan dengan tanpa ragu untuk
bermain. Terutama bila bermain peran baru pertama kali dilaksanakan, guru
harus bisa membagi pula sesuai karakteristik anak. Selain itu, anak juga bisa
diberi kebebasan memilih peran yang akan dimainkan.
c. Ketika satu kelompok ambil bagian melakukan pertunjukan, anak-anak yang
lain melakukan apresiasi.
d. Selesai kegiatan bermain peran guru dan anak perlu melakukan diskusi
seputar kesan setiap anak dalam bermain peran. Diskusi dilakukan sekitar
kekuatan ataupun kelemahan berperan, masalah-masalah yang disajikan dan
prinsip-prinsip yang digunakan perlu diperhatikan.23
Di samping itu, yang utama adalah melakukan evaluasi mengenai jalannya
kegiatan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi. Sebaiknya
langkah-langkah tersebut perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran melalui
metode bermain peran sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dapat
terlaksana.
23Taufik Ampera, Op Cit, h. 38
Menurut Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono dalam penerapan pembelajaran
melalui metode bermain peran pada anak usia dini dan menggunakan langkah-
langkah berikut ini:
1. Guru mengumpulkan anak untuk diberi pengarahan dan aturan dalam
permainan.
2. Guru membicarakan alat-alat yang akan digunakan oleh anak-anak
untuk bermain.
3. Guru memberikan pengarahan sebelum bermain dan mengabsen serta
menghitung jumlah anak bersama-sama.
4. Guru membagikan tugas kepada anak-anak sebelum bermain menurut
kelompoknya, agar anak tidak saling berebutan dalam bermain.
5. Guru sudah menyiapkan alat-alat permainan sebelum anak-anak
bermain, guru meletakkan dan menyusun alat permainan sesuai
tempatnya.
6. Anak bermain sesuai dengan perannya. Anak dapat berpindah tempat
apabila sudah merasa bosan dengan peran sebelumnya.
7. Guru hanya mengawasi dan mendampingi anak dalam bermain, apabila
dibutuhkan anak guru dapat membantunya. Guru tidak banyak bicara
dan tidak banyak membantu anak.24
24 Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono, Op Cit, h. 82
6. Kelebihan dan Kekurangan Bermain Peran
Setiap metode tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan, untuk
diterapkan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Tentunya seorang guru harus
bisa memanfaatkan kelebihan metode tersebut dan mempunyai strategi untuk
mengatasi kekurangan metode tersebut.
Menurut Mansyur, kelebihan metode bermain peran, yaitu:
1. Anak melatih dirinya sendiri untuk memahami dan mengingat bahan yang
akan di dramatisasikan (membantu daya ingat anak).
2. Anak terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
3. Bakat yang terpendam pada diri anak dapat dipupuk sehingga kemungkinan
munculnya bakat seni.
4. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan.
5. Anak memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab
dengan sesamanya.
6. Bahasa lisan anak dapat dibina sehingga menjadi bahasa yang mudah di
pahami.
Adapun kelemahan metode bermain peran, yaitu:
1. Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif.
2. Banyak memakan waktu, baik saat persiapan maupun pertunjukkan.
3. Memerlukan tempat yang luas.
4. Kelas lain bisa menyebabkan terganggu.
Adapun cara mengatasi kelemahan metode bermain peran, yaitu:
1. Guru harus menerangkan kepada anak, bahwa dengan metode ini anak
diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial karena guru
menunjuk siswa yang berperan dan siswa lain menjadi penonton.
2. Guru harus memiliki masalah yang urgen sehingga menarik minat anak.
3. Agar siswa memahami peristiwa yang dilakukan, guru harus bisa
menceritakan sambil mengatur adegan pertama.
4. Bobot/ luasnya bahan pelajaran yang akan disampaikan harus sesuai dengan
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bermain peran
Tahap perkembangan anak berbeda pada setiap anak dan tidak selau sejalan
dengan usia anak. Seorang anak dapat melewati dua tahap pertama dengan cepat,
sementara anak yan lain tetap berada ditahap pertama untuk beberapa bulan. Ada dua
alasan yang membuat setiap anak berbeda dalam perkembangannya. Pertama, anak
memiliki ritme perkembangan yang berbeda. Kedua, banyak faktor mempengaruhi
permainan anak, antara lain pengalaman hidup, pengaruh orang tua dan pemahaman
mengenai permainan, dan kebiasaan menonton televisi dan film. Misalkan,
pengalaman anak tenang pemadam kebakaran dapat direfleksikan dari permainan
mereka. Ide tentang main peran sebagai pemadam kebakaran ini mungkin didapat
dari hal-hal berikut :
a. Melihat mobil pemadam yang lewat dijalan.
b. Mengunjungi pos kebakaran.
c. Mengenal seorang pemadam kebakaran, mungkin saudara, teman, atau
tetangga.
d. Melihat atau mengalami sendiri kebakaran dan pemadam kebakaran.
e. Mendengar cerita mengenai kebakaran dan pemadam kebakaran.
f. Melihat kebakaran, mobil pemadam, dan pemadam kebakaran di televisi, dan
bercerita kepada orang lain mengenain pemadam kebakaran.25
B. Konsep Kecerdasan Interpersonal
1. Hakekat Kecerdasan
Menurut Gardner Kecerdasan selalu diartikan sebagai “kecerdasan otak” atau
IQ, pada hal hasil temuan penelitian bidang pendidikan ini menunjukkan bahwa
kecerdasan itu bermacam-macam.26 Ada kecerdasan jamak (multiple intelligence-
MI), kecerdasan emosional (emotional intelligence-EQ), dan kecerdasan spiritual
(spiritual intelligence-SQ). Seluruh kecerdasan tersebut menunjukan adanya seluruh
potensi yang ada dalam diri seseorang.
David Wechsler memandang inteligensi (kecerdasan) sebagai kumpulan atau
totalitas kemampuan individu untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara
rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.27
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah, menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa
lingkungan budaya masyarakat.28 Ia memiliki pandangan yang pluralistik mengenai
pemikiran. Menurutnya, pandangan tentang kecerdasan harus mengakui bahwa setiap
25 Luluk Asmawati, Op, cit, h 10.9
26 Howard Gardner, Frames of mind: The theory of Multiple Intelligences, New York: Basic Books, 1993.
27 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda, (Yogyakarta: KANISIUS, 2004), hal. 15. 28 Yuliani Nurani Sujiono, Op cit, h. 176
orang mempunyai kekuatan pemahaman berbeda dan berdiri sendiri, menerima
bahwa orang mempunyai kekuatan berbeda dan gaya pemahaman yang kontras.
Setiap anak cerdas. Anak mempunyai berbagai macam potensi kecerdasan.
Gadner berpendapat bahwa setiap anak memiliki beberapa potensi kecerdasan yang
disebut dengan Multiple Intelligences (kecerdasan jamak).29
Secara lebih terperinci Gardner menyatakan bahwa kecerdasan merupakan:
Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang efektif atau menyumbangkan
pelayanan yang bernilai dalam suatu budaya. Sebuah perangkat keterampilan
menemukan atau menciptakan bagi seseorang dalam memecahkan permasalahan
dalam hidupnya. Potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang
melibatkan penggunaan pemahaman baru.
2. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan atau bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial. diartikan
sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi,
membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak
berada dalam situasi menang atau menguntungkan.30 Artinya kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan berfikir lewat komunikasi dengan orang lain.
Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka
29Howard. Gardner, Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek), alih bahasa Alexander Sindoro, 2003 30 http:// rike-rikewiyanti. blogspot.com/ 2016/12/ kecerdasan, hari jumat 02 desember2016 interpersonal
terhadap perasaan, motivasi, watak, tempramen orang lain. Kepekaan akan ekspresi
wajah, suara, isyarat orang lain juga masuk dalam inteligensi ini.
Kecerdasan interpersonal ini menjadi penting karena pada dasarnya manusia
tidak bisa menyendiri. Banyak kegiatan dalam hidup seseorang terkait dengan orang
lain, Howard Gardner seorang ahli psikologi perkembangan mengemukakan tentang
teori kecerdasan jamak yang bisa disebut dengan multiple intelegences yang terdiri
dari sembilan kecerdasan, yang mana salah satunya adalah kecerdasan interpersonal.
Kesembilan kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kecerdasan Logis Matematis adalah Kemampuan berpikir secara konseptual.
Biasanya individu dengan kemampuan berpikir yang baik, suka
mengeksplorasi pola, kategori dan hubungan.
2) Kecerdasan Linguistik adalah Kemampuan menggunakan sistem bahasa
manusia untuk berkomunikasi, atau kemampuan berpikir dalam bentuk kata-
kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai
makna yang kompleks.
3) Kecerdasan Visual Spasial adalah Kemampuan anak dalam
memvisualisasikan apa yang ada di benaknya lewat gambar, susunan balok,
atau menjelaskan dengan rinci rute menuju sekolahnya, termasuk ke dalam
kecerdasan visual- spasial.
4) Kecerdasan Musikal adalah Kemampuan untuk menikmati, mengamati,
membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk
musik.
5) Kecerdasan Kinestetik adalah Kemampuan manusia untuk menggerakkan
alat- alat tubuh sesuai dengan fungsinya, bahkan mampu mengolah gerakan
tubuh yang menarik, merupakan kemampuan yang dihasilkan oleh
kecerdasan gerak tubuh.
6) Kecerdasan Naturalis adalah Kemampuan untuk mengenali, membedakan,
mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam
maupun lingkungan.
7) Kecerdasan Intrapersonal adalah Kemampuan seseorang untuk menguasai
dan mengelola emosinya (self control) dan kemampuan untuk memahami
diri sendiri (self image).
8) Kecerdasan Interpersonal adalah Kemampuan untuk memahami dan
berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
9) Kecerdasan Eksistensial adalah Kemampuan seseoarang untuk menjawab
persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.31
Sedangkan Kecerdasan interpersonal menurut Thomas Amstrong alih bahasa
oleh Rina Buntaran, adalah kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk
memahami dan bekerja dengan orang lain.32 Kecerdasan ini berkaitan dengan
kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain,
dengan membedakan dan menaggapi suasana hati.
31Iva Noorlaila, Panduan Lengkap Mengajar PAUD, Pinus, Yogyakarta, 2010, h. 95
32 Thomas Amstrong, In Their Own Way:DiscoveringAnd Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences, alih bahasa oleh Rina Buntaran, Jakarta, PT. Gramedia, 2003, h.21
Menurut teori kecerdasan interpersonal Thordinke, terdapat tiga dimensi utama
dalam kecerdasan interpersonal, yaitu: social sensitivity, social insight, dan social
communication. Ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan utuh, antara
dimensi satu dengan dimensi yang lain saling berkesinambungan. Sehingga jika salah
satu dimensi tersebut timpang, maka akan melemahkan dimensi yang lainnya.
33Berikut penjelasan dari ketiga dimensi utama dalam kecerdasan interpersonal:
a. social Sensitivity
Social sensitivity atau sensitivitas sosial merupakan kemampuan individu untuk bisa
merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan individu lain yang
ditunjukkan baik secara verbal maupun non verbal. Anak yang memiliki sensitif
sosial yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi reaksi
tertentu dari orang lain, entah reaksi itu negatif atau positif
b. Social Insight
Social insight yaitu kemampuan anak untuk memahami dan mencari pemecahan
masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut
tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun anak. Di
dalamnya juga terdapat kemampuan anak dalam memahami situasi sosial dan etika
sosial sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut. Fondasi
dasar sosial insight ini adalah berkembangnya kesadaran diri anak secara baik.
Kesadaran diri yang berkembang ini akan memebuat anak mampu memahami
33 Safaria T, interpersonal intelegence,metode pengembangan kecerdasan anak, Yogyakarta
amara book, 2005, h 24
keadaan dirinya baik keadaan internal maupun eksternal, seperti menyadari emosi
emosinya yang sedang muncul atau menyadari penampilan cara berpakaiannya
sendiri, cara berbicara dan initasi suaranya.
c. Social Communication
Social communication atau keterampilan berkomunikasi sosial merupakan
kemampuan individu untuk menggunakan peroses komunikasi dalam menjalin dan
membangun hubungan Interpersonal yang sehat. Dalam peroses menciptakan,
membangun dan mempertahankan relasi sosial maka seseorang memerlukan
sarananya. Tentu saja sarana yang digunakan adalah melalui peroses komunikasi,
yang mencakup baik komunikasi verbal dan nonverbal maupun komunikasi melalui
penampilan fisik. Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan
mendengarkan efektif, keterampilan berbicara efektif, keterampilan publik speakingn
dan keterampilan menulis secara efektif.34
Ketiga dimensi ini merupakan satu kesatuan utuh, ketiganya saling mengisi
antara satu dengan lainnya, dimulai dengan social insight yakni kemampuan
seseorang memahami diri, memahami situasi sosial dan keterampilan seseoran dalam
memecahkan masalah. Ketika seseorang sudah bisa mengenal dirinya bagaimana
seseorang memahami dirinya, bagaimana seseorang memecahkan permasalahan pada
dirinya, maka akan dengan mudah bersosialisasi dengan lingkungannya.
Setelahsesorang sudah memahami situasi social maka ia cenderung memiliki sikap
prososial dan rasa empati yang tinggi, terkadang walau seseorang memiliki rasa
34 Ibid , h 24
empati ia melakukan sesuatu hanya bersifat kebutuhannya sendiri, akan tetapi beda
dengan seseorang yang berempati, ia akan melakukan yang dibutuhkan oleh orang
lain dan bertahap dan berkesinambungan.
Social Comication merupakan bagaimana seseorang mengimplementasikan apa yang
dipahami tentang sosialnya, ketika dari salah satu ketiga dimensi tersebut tidak ada
maka akan melemahkan dimensi lain. 35
Menurut Hamzah B Uno dkk bahwa kecerdasan iterpersoal adalah
kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain, mereka cenderung
memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan
ligkungan disekelilingnya.36
Kecerdasan interpersonal. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk
berhubungan dengan orang- orang di sekitarnya, bisa memperkirakan suasana hati,
maksud, serta kehendak orang lain.37
Dapat peulis ambil kesimpulan dari beberapa teori bahwa kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan untuk menunjukan rasa percaya diri serta
menujukan keperdulian terhadap teman oleh karna itu proses pembelajaran dapat
merangsang kecerdasan kepada anak.
3. Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal
35 Ibid h 24 36 Hamzah B Uno, dkk belajar dnegan pendekatan PAILKEM (Jakarta :bumi aksara , 2013) h
245-246 37Asef Umar Fakhruddin,Sukses Menjadi Guru TK/ PAUD, Bening, Yogyakarta, 2010, h. 142
Kemampuan mempersepsikan dan membedakan dalam maksud tertentu,
motivasi dan perasaan dari orang- orang lain. Ini merupakan bagian dari multiple
intelligence yang menghasilkan pengetahuan yang diperoleh melalui kominukasi
dengan orang lain seperti bekerjasama dalam tim. Kecerdasan interpersonal memiliki
ciri-ciri: (1) punya banyak teman (2) banyak bersosialisasi di sekolah dan
lingkungannya (3) dapat sangat mengenali lingkungannya (4) terlibat dalam kegiatan
kelompok di luar sekolah (5) berperan sebagai penengah pada teman-teman atau
keluarga jika ada konflik (6) menikmati permainan kelompok (7) bersimpati besar
terhadap perasaan orang lain (8) menjadi sebagai penasehat atau pemecah masalah di
antara teman- temannya (9) menikmati mengajar orang lain (10) dapat berbakat untuk
menadi pemimpin.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Di dalam suatu variabel penelitian terkandung konsep-konsep yang dapat
dilihat dan diukur. Menurut Suharsimi Arikunto “variabel adalah obyek suatu
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.38
Jadi variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat:
1. Variabel bebas adalah variabel yag dapat mempengaruhi penentu.39 Yang
menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode bermain peran
simbol X.
38 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu oedekatan praktek, Edisi Revisi III, Rineka
cipta, Jakarta ,1993, h.67
2. Variabel terikat adalah adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung
dengan variabel lainnya.40 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kecerdasan interpersonal anak usia dini di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah
Suka Maju Tanggamus, Simbol Y.
D. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto Hipotesis diartikan “suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”41
Sedangkan Hipotesis menurut Muhammad Ali adalah “rumusan jawaban
sementara yang harus diuji melalui kegiatan penelitian”42
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan, dimana kebenarannya masih
harus dibuktikan melalui penelitian lapangan. Untuk mengajukan Hipotesis perlu
kirannya penulis mengemukakan kerangka pemikiran secara teoritis dari pihak ahli,
adapun keragka pemikiran tersebut :
berdasarkan pendapat diatas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : “ Metode
bermain peran memiliki hububungan yang signifikan dengan kecerdasan
interpersonal anak usia dini di Tk Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus”
39 Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodelogi penelitian, Mandar Maju, Bandung,2002, h.121 40 ibid. h. 52
41 Suharsimi arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Yogyakarta Rineka Cipta 2006, h 66
42 Muhammad Ali, penelitian prosedur dan strategi, Angkasa, Bandung,1984, H 48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dalam pelaksanaannya menggunakan jenis penelitian lapangan (fild
research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan di lapangan
atau pada responden.43 Lokasi tempat penelitian berada di Taman Kanak-kanak Al-
Hidayah Suka Maju Tanggamus.
Penelitian lapangan ini dilakukan untuk mencari data yang berkenaan dengan
hubungan metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal di taman kanak-
kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yang berarti penelitian bersifat memberikan
gambaran objektif dari objek penelitian.44 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif riset yang mengklarifikasikan data yang
bersifat kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berdasarkan pola filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Tehnik
43 Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya (Bogor Ghalia Indonesia,
2002), h. 11 44 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1996, cet ke-
VII), h. 29
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara non radom pengumpulan data
digunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik untuk
menjadi hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian ini, penulis bermaksud menerangkan da menggambarkan suatu
keadaan objektif pada kondisi yang alamiah, faktual, mengenai hubungan metode
bermain peran yang dilakukan guru di sekolah dengan kecerdasan interpersonal.
B. Populasi dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun/sekelompok objek yang
menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai,
peristiwa, sikap hidup dan sebagainya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik di Taman Kanak-Kanak Al-Hidayah Suka Maju
Tanggamus yang berjumlah 29 anak, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3
Jumlah populasi di TK Al-Hidayah suka Maju Tanggamus
No Usia Jumlah siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 5-6 15 14 29
2. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi.”populasi diartikan sebagai wilayah
generaisasi yag terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu
dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.”45
Adapun untuk menentukan perkiraan besarya sampel, penulis berpedoman
pada pedapat Suharsimi Arikunto yaitu: “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih.”46
Berdasarkan keterangan diatas, karena populasi penelitian yang ada kurang
dari 100 yaitu 29 peserta didik. Maka penelitian ini merupakan penelitian populasi.
45 Husain Umar, metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), h, 77. 46 Suharsimi Arikunto, loc.cit , h 112.
C. Kisi-kisi instrument penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian
Tabel 4
Kisi-kisi Instrumen Penilaian Variabel X Aktivitas Pembelajaran metode bermain peran
Variabel Aspek yang Dinilai
Aktivitas pembelajaran metode bermain peran
1. Mempelajari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya
2. Belajar untuk menilai dan memilih berbagai informasi tentang peran yang dilihat dan diamati dari kehidupan sehari-hari da mencoba membuat hubungan dan memunculkan kembali dalam kegiatan bermain peran.
3. Belajar untuk saling berinteraksi dengan orang lain.
4. Belajar menjawab dan memeberikan pertnyaan
5. Belajar membangun kerja sama 6. Membangun kemampuan berkonsentrasi 7. Mempelajari ketrampilan hidup (life skiil)
8. Belajar untuk mengatasi rasa takut
9. Membantu anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan.
Tabel 5
Kisi-kisi Intrumen Penilaian Variabel Y kecerdasan interpersonal
Variabel Indikator Aspek yang Dinilai
Kecerdasan
interpersonal
a. social sensivity
b. social Insight
c. Social Comunication
11. Mudah berteman
12. Mau berbagi alat bermain
13. Senang dengan keiatan
kelompok
14. Melakukan percakapn dengan
teman sebaya
15. Aktif bergaul dengan teman
dan belajar mengikuti aturan
permainan
16. Berani menjawab pertayaan
yang diajukan oleh guru/teman
17. Mengatasi konflik dengan
teman
18. Mematuhi aturan kelompok
19. Menunjukan antusias dalam
bekarja /belajar/ bermain
20. Berani mengemukakan
pendapat dalam kelompok
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk melakukan penulisan agar sistematis maka dalam hal pengumpulan data peulis
menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
a. Tes
Pengertian tes
b. Wawancara
Interview adalah proses tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih
dengan berhadapan secara fisik, yang satu melihat wajah dan yang lain
mendengarkan dengan telinga masing-masing.47 Atau dengan kata lain interview
merupakan proses pengumpulan data melalui tanya jawab dengan orang yang
dimintai keterangan yang diperlukan dalam suatu penelitian. Jika dilihat dari sifat
maupun teknik pelaksanaannya maka interview dibagi atas tiga bagian :
1) Interview terpimpin, adalah interview/wawancara yang meggunakan
pokok-pokok masalah yang diteliti.
2) Interview tak terpimpin, interview/wawancara dimana interviewer tidak
sengaja mengarahkan Tanya jawab pada poko-pokok dari focus
penelitian interviewer.
3) Interview bebas terpimpin, adalah kombinasi dari keduanya
pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang diteliti,
47 Kartini Kartono,pengantar metodologi research social (bandung: Alumni,1980) h 136
selanjutnya dalam proses interview/wawancara berlangsung mengikuti
situasi.48
Jenis interview yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah wawancara
terpimpin yaitu untuk mempermudah peneliti karena populasi dalam penelitian ini
merupakan anak usia dini. yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-
pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Wawancara terpimpin seringkali
disebut juga sebagai wawancara terstruktur. Contohnya wawancara yang dilakukan
pembawa acara di stasiun televisi kepada pihak yang diwawancarai (pejabat, pemuka
masyarakat, dll)49
c. Observasi
Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan data dengan sistematik
mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki.”50 Teknik ini peneliti gunakan untuk
mendapatkan inormasi-informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik observasi langsung dan teknik observasi partisipatif. Observasi
dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di TK Al-Hidayah Suka Maju
Tanggamus. Untuk memperoleh data aktivitas metode pembelajaran bermain peran
sebagai variabel X, dan kecerdasan interpersonal anak usia dini sebagai variabel Y.
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi berupa instrumen
penilaian.
48 Sutrisno hadi, metode research jilid II (Yogyakarta: Andi, 2004),h. 207 49 Sutriso Hadi, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 2000, h 233 50Sutrisno Hadi, Op, Cit, h 136.
Observasi dilakukan terhadap suatu objek secara langsung tanpa melalui
perantara dan langsung dilakukan pada saat kegiatan belajar berlangsung. Dari hasil
observasi akan diperoleh informasi tentang bagaimana kegiatan belajar mengajar
antara guru dan anak didik.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data-data yang diproses melalui
dokumen-dokumen yang digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi. Dokumentasi peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa
foto dan data tertulis berupa penilaian yang berfungsi sebagai data pelengklap dari
data yang diperoleh selama melakukan penelitian.
E. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan, maka
langkah berikutnya adalah memghimpun dan mengelola data yang sudah terkumpul
tersebut dengan cara mengklarifikasikan semua scor untuk dianalisa.
Mengelola dan menganalisis data merupakan bagian yang sangat penting guna
memproses data yang sudah ada sehingga menghasilkan data yang ada sehingga
menghasilkan jawaban dari hipotesis.
1. Uji Validitas Instrumen
Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi tersebut jika tehnik
evaluasi atau tes itu dapat sesuai terhadap apa yang sebenarnya akan diukur.51
Sedangakan menurut kartini kartono, alat ukur dapat dikatakn valid apabila alat ukur tersebut dapat mengukur dengan tepat.dan alat pengukur yang bersfungsi dengan baik itu akan mampu mengukur dengan tepat mengenai gejala-gejala sosial tertentu. Disamping itu juga ia mengatakan bahwa : alat pengukur dikatakan valid jika ia mampu memberikan reading/score yang akurat: yaiitu mampu secara cermat menunjukan besar kecilya gradasi dari suatu gejala.52
Adapun rumus yang digunakan dalam validitas angket yaitu dengan rumus
korelasi product moment sebagai berikut.
��� �∑�� � �∑���∑��
���∑�� ��∑������∑�� ��∑����
Keterangan
rxy : koefisien korelasi antara X dan Y
n : Banyak siswa yang diteliti
∑X : Jumlah scor butir soal
∑Y : Jumalah scor butir soal
∑X Y : Jumalah perkalian scor butir soal dan scor total
∑X 2 : Kuadrat dari jumlah scor butir soal
(∑X )2 : Jumlah scor butir soal yang dkuadratkan
∑Y 2 : Kuadrat dari scor butir soal
51 Ngalim Purwanto,Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002, h. 138) 52 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Social, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h
111
(∑Y )2 : Jumalah scor total butir butir soal yang dikuadratkan.
Bila korelasi setiap faktor soal dengan skor total tersebut bernilai positif dan
besarnya sama dengan atau lebih dari 0.30 maka faktor tersebut merupakan instruktur
yag kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor, dapat disimpulkan bahwa instrument
tersebut valid.
2. Uji Reliabilitas Intrumen
Pengujian reliabilitas instrume dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman
Brown agar diketahui koefisien seluruh item :
Rumus :
r i =���������
keterangan:
r i = Reabilitas seluruh Instrumen
r b = korelasi product momen belahan ganjil dan genap53
3. Uji Analisis Korelasi
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis dari
data yang diperoleh dari hasil observasi. Hasil dari observasi tersebut masih
merupakan data mentah yang berupa angka yaitu skor. Analisis data ini dilakukan
terhadap data hasil akhir untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan oleh
peneliti. Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti menggunakan teknik analisis data
53 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, 2008, h 178
Korelasi product momen dengan angka kasar yang digunakan untuk menentukan
metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal.
��� �∑�� � �∑���∑��
���∑�� ��∑������∑�� ��∑����
Keterangan
rxy : koefisien korelasi antara X dan Y
n : Banyak siswa yang diteliti
∑X : Jumlah scor butir soal
∑Y : Jumalah scor butir soal
∑X Y : Jumalah perkalian scor butir soal dan scor total
∑X 2 : Kuadrat dari jumlah scor butir soal
(∑X )2 : Jumlah scor butir soal yang dkuadratkan
∑Y 2 : Kuadrat dari scor butir soal
(∑Y )2 : Jumalah scor total butir butir soal yang dikuadratkan.54
Bila korelasi setiap faktor soal dengan skor total tersebut bernilai positif dan
besarnya sama dengan atau lebih dari 0.30 maka faktor tersebut merupakan instruktur
yag kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor, dapat disimpulkan bahwa instrument
tersebut valid.
Dari nilai yang diperoleh dikonsultasikan kedalam tabel r product momen
apabila nilai rxy lebih besar dari nilai r table product momen pada taraf 95% dan
54 Sudjana, Metode Statistika, ( Badung : Tarsito, 2005), h. 369
99% maka hipotesis diterima sebaliknya jika lebih kecil maka hipotesis ditolak untuk
mengetahui besarnya koefisiensi korelasi adalah dengan menginterprestasikan nilai
rxy tersebut pada tabel dibawah ini.
TABEL 6 Tabel interprestasi nilai r
Interval koefisien Tingkat hubungan
0.800 – 1.00 Korelasi tinggi 0,600 – 0.800 Korelasi cukup 0,400 – 0,600 Korelasi agak rendah 0,200 – 0,400 Korelasi rendah 0,000 – 0,200 Korelasi sangat renndah55
Untuk menguji apakah koefisien yang diperoleh merupakan suatu kebetulan
saja sehingga tidak tercapai hubungan antara kedua variable tersebut atau variable itu
benar-benar mempunyai hubungan, dilakukan dengan menggunakan statistik uji t,
rumusnya adalah sebagai berikut:
t = r √��������
Keterangan:
t : Taraf nyata
r : Besarnya korelasi hitung
n : Jumlah
I : Angka kostanta kuadrat besarnya korelasi hitung
r 2 : Besarnya korelasi hitung.56
Untuk menguji besarnya sumbangan variable X terhadap variable Y
digunakan rumus diterminasi sebagai berikut:
55 ibid h 193 56 M.Iqbal Hasan,pokok-pokok metodologi penelitian dan aplikasinya,PT Rineka Cipta, 2002,
h 113
KP = r 2 x 100%
Keterangan :
KP : Nilai koefisien determinasi
R : Nilai koefisien korelasi57
Dari t dikosultasikan ke t tabel dengan mengambil taraf uji 5% dan 1% karena t
hitung lebih besar dari pada t tabel maka hipotesis alternatif diterima dan hipotesis
nol ditolak dengan demikian terdapat hubungan yang positif antara metode bermain
peran dengan kecerdasan interpersonal di TK Al-Hidayah suka maju Tanggamus.
57 Ibid, h 123
BAB III
METODE PENELITIAN
F. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian
3. Jenis Penelitian
Penelitian ini dalam pelaksanaannya menggunakan jenis penelitian lapangan (fild
research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan di lapangan
atau pada responden.58 Lokasi tempat penelitian berada di Taman Kanak-kanak Al-
Hidayah Suka Maju Tanggamus.
Penelitian lapangan ini dilakukan untuk mencari data yang berkenaan dengan
hubungan metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal di taman kanak-
kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus.
4. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yang berarti penelitian bersifat memberikan
gambaran objektif dari objek penelitian.59 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif riset yang mengklarifikasikan data yang
bersifat kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berdasarkan pola filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Tehnik
58 Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya (Bogor Ghalia Indonesia,
2002), h. 11 59 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1996, cet ke-
VII), h. 29
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara non radom pengumpulan data
digunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik untuk
menjadi hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian ini, penulis bermaksud menerangkan da menggambarkan suatu
keadaan objektif pada kondisi yang alamiah, faktual, mengenai hubungan metode
bermain peran yang dilakukan guru di sekolah dengan kecerdasan interpersonal.
G. Populasi dan Teknik Sampling
3. Populasi
Populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun/sekelompok objek yang
menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai,
peristiwa, sikap hidup dan sebagainya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik di Taman Kanak-Kanak Al-Hidayah Suka Maju
Tanggamus yang berjumlah 29 anak, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3
Jumlah populasi di TK Al-Hidayah suka Maju Tanggamus
No Usia Jumlah siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 5-6 15 14 29
4. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi.”populasi diartikan sebagai wilayah
generaisasi yag terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu
dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.”60
Adapun untuk menentukan perkiraan besarya sampel, penulis berpedoman
pada pedapat Suharsimi Arikunto yaitu: “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih.”61
Berdasarkan keterangan diatas, karena populasi penelitian yang ada kurang
dari 100 yaitu 29 peserta didik. Maka penelitian ini merupakan penelitian populasi.
H. Kisi-kisi instrument penelitian 2. Kisi-kisi Instrumen Penilaian
Tabel 4
Kisi-kisi Instrumen Penilaian Variabel X Aktivitas Pembelajaran metode bermain peran
Variabel Aspek yang Dinilai
Aktivitas pembelajaran metode bermain peran
10. Mempelajari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya
11. Belajar untuk menilai dan memilih berbagai informasi tentang peran yang dilihat dan diamati dari kehidupan sehari-hari da mencoba membuat
60 Husain Umar, metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), h, 77. 61 Suharsimi Arikunto, loc.cit , h 112.
hubungan dan memunculkan kembali dalam kegiatan bermain peran.
12. Belajar untuk saling berinteraksi dengan orang lain.
13. Belajar menjawab dan memeberikan pertnyaan
14. Belajar membangun kerja sama 15. Membangun kemampuan berkonsentrasi 16. Mempelajari ketrampilan hidup (life skiil)
17. Belajar untuk mengatasi rasa takut
18. Membantu anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan.
Tabel 5
Kisi-kisi Intrumen Penilaian Variabel Y kecerdasan interpersonal
Variabel Indikator Aspek yang Dinilai
Kecerdasan
interpersonal
a. social sensivity
b. social Insight
c. Social Comunication
21. Mudah berteman
22. Mau berbagi alat bermain
23. Senang dengan keiatan
kelompok
24. Melakukan percakapn dengan
teman sebaya
25. Aktif bergaul dengan teman
dan belajar mengikuti aturan
permainan
26. Berani menjawab pertayaan
yang diajukan oleh guru/teman
27. Mengatasi konflik dengan
teman
28. Mematuhi aturan kelompok
29. Menunjukan antusias dalam
bekarja /belajar/ bermain
30. Berani mengemukakan
pendapat dalam kelompok
I. Metode Pengumpulan Data
Untuk melakukan penulisan agar sistematis maka dalam hal pengumpulan data peulis
menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
a. Tes
Pengertian tes
b. Wawancara
Interview adalah proses tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih
dengan berhadapan secara fisik, yang satu melihat wajah dan yang lain
mendengarkan dengan telinga masing-masing.62 Atau dengan kata lain interview
merupakan proses pengumpulan data melalui tanya jawab dengan orang yang
dimintai keterangan yang diperlukan dalam suatu penelitian. Jika dilihat dari sifat
maupun teknik pelaksanaannya maka interview dibagi atas tiga bagian :
62 Kartini Kartono,pengantar metodologi research social (bandung: Alumni,1980) h 136
4) Interview terpimpin, adalah interview/wawancara yang meggunakan
pokok-pokok masalah yang diteliti.
5) Interview tak terpimpin, interview/wawancara dimana interviewer tidak
sengaja mengarahkan Tanya jawab pada poko-pokok dari focus
penelitian interviewer.
6) Interview bebas terpimpin, adalah kombinasi dari keduanya
pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang diteliti,
selanjutnya dalam proses interview/wawancara berlangsung mengikuti
situasi.63
Jenis interview yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah wawancara
terpimpin yaitu untuk mempermudah peneliti karena populasi dalam penelitian ini
merupakan anak usia dini. yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-
pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Wawancara terpimpin seringkali
disebut juga sebagai wawancara terstruktur. Contohnya wawancara yang dilakukan
pembawa acara di stasiun televisi kepada pihak yang diwawancarai (pejabat, pemuka
masyarakat, dll)64
c. Observasi
Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan data dengan sistematik
mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki.”65 Teknik ini peneliti gunakan untuk
mendapatkan inormasi-informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik observasi langsung dan teknik observasi partisipatif. Observasi
63 Sutrisno hadi, metode research jilid II (Yogyakarta: Andi, 2004),h. 207 64 Sutriso Hadi, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 2000, h 233 65Sutrisno Hadi, Op, Cit, h 136.
dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di TK Al-Hidayah Suka Maju
Tanggamus. Untuk memperoleh data aktivitas metode pembelajaran bermain peran
sebagai variabel X, dan kecerdasan interpersonal anak usia dini sebagai variabel Y.
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi berupa instrumen
penilaian.
Observasi dilakukan terhadap suatu objek secara langsung tanpa melalui
perantara dan langsung dilakukan pada saat kegiatan belajar berlangsung. Dari hasil
observasi akan diperoleh informasi tentang bagaimana kegiatan belajar mengajar
antara guru dan anak didik.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data-data yang diproses melalui
dokumen-dokumen yang digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi. Dokumentasi peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa
foto dan data tertulis berupa penilaian yang berfungsi sebagai data pelengklap dari
data yang diperoleh selama melakukan penelitian.
J. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan, maka
langkah berikutnya adalah memghimpun dan mengelola data yang sudah terkumpul
tersebut dengan cara mengklarifikasikan semua scor untuk dianalisa.
Mengelola dan menganalisis data merupakan bagian yang sangat penting guna
memproses data yang sudah ada sehingga menghasilkan data yang ada sehingga
menghasilkan jawaban dari hipotesis.
4. Uji Validitas Instrumen
Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi tersebut jika tehnik
evaluasi atau tes itu dapat sesuai terhadap apa yang sebenarnya akan diukur.66
Sedangakan menurut kartini kartono, alat ukur dapat dikatakn valid apabila alat ukur tersebut dapat mengukur dengan tepat.dan alat pengukur yang bersfungsi dengan baik itu akan mampu mengukur dengan tepat mengenai gejala-gejala sosial tertentu. Disamping itu juga ia mengatakan bahwa : alat pengukur dikatakan valid jika ia mampu memberikan reading/score yang akurat: yaiitu mampu secara cermat menunjukan besar kecilya gradasi dari suatu gejala.67
Adapun rumus yang digunakan dalam validitas angket yaitu dengan rumus
korelasi product moment sebagai berikut.
��� �∑�� �∑���∑��
���∑�� ��∑������∑�� ��∑����
Keterangan
rxy : koefisien korelasi antara X dan Y
n : Banyak siswa yang diteliti
∑X : Jumlah scor butir soal
∑Y : Jumalah scor butir soal
66 Ngalim Purwanto,Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002, h. 138) 67 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Social, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h
111
∑X Y : Jumalah perkalian scor butir soal dan scor total
∑X 2 : Kuadrat dari jumlah scor butir soal
(∑X )2 : Jumlah scor butir soal yang dkuadratkan
∑Y 2 : Kuadrat dari scor butir soal
(∑Y )2 : Jumalah scor total butir butir soal yang dikuadratkan.
Bila korelasi setiap faktor soal dengan skor total tersebut bernilai positif dan
besarnya sama dengan atau lebih dari 0.30 maka faktor tersebut merupakan instruktur
yag kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor, dapat disimpulkan bahwa instrument
tersebut valid.
5. Uji Reliabilitas Intrumen
Pengujian reliabilitas instrume dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman
Brown agar diketahui koefisien seluruh item :
Rumus :
r i =���������
keterangan:
r i = Reabilitas seluruh Instrumen
r b = korelasi product momen belahan ganjil dan genap68
6. Uji Analisis Korelasi
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis dari
data yang diperoleh dari hasil observasi. Hasil dari observasi tersebut masih
68 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, 2008, h 178
merupakan data mentah yang berupa angka yaitu skor. Analisis data ini dilakukan
terhadap data hasil akhir untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan oleh
peneliti. Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti menggunakan teknik analisis data
Korelasi product momen dengan angka kasar yang digunakan untuk menentukan
metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal.
��� �∑�� � �∑���∑��
���∑�� ��∑������∑�� ��∑����
Keterangan
rxy : koefisien korelasi antara X dan Y
n : Banyak siswa yang diteliti
∑X : Jumlah scor butir soal
∑Y : Jumalah scor butir soal
∑X Y : Jumalah perkalian scor butir soal dan scor total
∑X 2 : Kuadrat dari jumlah scor butir soal
(∑X )2 : Jumlah scor butir soal yang dkuadratkan
∑Y 2 : Kuadrat dari scor butir soal
(∑Y )2 : Jumalah scor total butir butir soal yang dikuadratkan.69
Bila korelasi setiap faktor soal dengan skor total tersebut bernilai positif dan
besarnya sama dengan atau lebih dari 0.30 maka faktor tersebut merupakan instruktur
69 Sudjana, Metode Statistika, ( Badung : Tarsito, 2005), h. 369
yag kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor, dapat disimpulkan bahwa instrument
tersebut valid.
Dari nilai yang diperoleh dikonsultasikan kedalam tabel r product momen
apabila nilai rxy lebih besar dari nilai r table product momen pada taraf 95% dan
99% maka hipotesis diterima sebaliknya jika lebih kecil maka hipotesis ditolak untuk
mengetahui besarnya koefisiensi korelasi adalah dengan menginterprestasikan nilai
rxy tersebut pada tabel dibawah ini.
TABEL 6 Tabel interprestasi nilai r
Interval koefisien Tingkat hubungan
0.800 – 1.00 Korelasi tinggi 0,600 – 0.800 Korelasi cukup 0,400 – 0,600 Korelasi agak rendah 0,200 – 0,400 Korelasi rendah 0,000 – 0,200 Korelasi sangat renndah70
Untuk menguji apakah koefisien yang diperoleh merupakan suatu kebetulan
saja sehingga tidak tercapai hubungan antara kedua variable tersebut atau variable itu
benar-benar mempunyai hubungan, dilakukan dengan menggunakan statistik uji t,
rumusnya adalah sebagai berikut:
t = r √��������
Keterangan:
t : Taraf nyata
r : Besarnya korelasi hitung
n : Jumlah
70 ibid h 193
I : Angka kostanta kuadrat besarnya korelasi hitung
r 2 : Besarnya korelasi hitung.71
Untuk menguji besarnya sumbangan variable X terhadap variable Y
digunakan rumus diterminasi sebagai berikut:
KP = r 2 x 100%
Keterangan :
KP : Nilai koefisien determinasi
R : Nilai koefisien korelasi72
Dari t dikosultasikan ke t tabel dengan mengambil taraf uji 5% dan 1% karena t
hitung lebih besar dari pada t tabel maka hipotesis alternatif diterima dan hipotesis
nol ditolak dengan demikian terdapat hubungan yang positif antara metode bermain
peran dengan kecerdasan interpersonal di TK Al-Hidayah suka maju Tanggamus.
71 M.Iqbal Hasan,pokok-pokok metodologi penelitian dan aplikasinya,PT Rineka Cipta, 2002,
h 113 72 Ibid, h 123
BAB IV
PENGELOLAAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Taman Kanak- kanak Al-Hidayah Suka Maju
Tanggamus
Saat berdirinya Taman Kanak-kanak (TK) ini bernama TK Al-Hidayah
didirikan pada tanggal 8 Oktober 2003 oleh pemilik yayasan dengan jumlah
siswa sebanyak 20 orang dan diasuh oleh 2 orang guru. Gedung terdiri dari 2
ruang kelas dan berlokasi tidak jauh dengan SD N 1 Suka Maju..
Pada tahun pelajaran yang sedang berjalan saat ini (2016-2017) TK Al-
Hidayah yang dipimpin oleh Ibu Sulastri S.Pd telah memiliki 2 ruang kelas
dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang dengan fasilitas yang lengkap dan
diasuh oleh 5 orang tenaga pendidik.
2. Visi dan Misi
Visi
“Merupan wadah untuk membantu pertumbuhan serta pengembangan
jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alami anak”.
Misi
a) Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Meningkatkan kemampuan profesional guru dan karyawan.
c) Menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
d) Menciptakan hubungan yang harmonis antar warga sekolah,
masyarakat dan instansi terkait.
3. Letak Geografis
Taman Kanak-kanak (TK) Al-Hidayah suka maju terletak di Jl. Suka
Maju No 02 Kelurahan Ngarip Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus.
Kendaraan umum untuk menuju ke Al-Hidayah tidak ada Harus
menggunakan kendaraan pribadi adalah yang diperkirakan + 180 menit dari kota
Bandar Lampung atau + 3 jam dari kota Bandar lampung.
4. TENAGA PENGAJAR
Tabel 7 Data Guru Di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus
No. NAMA GURU PENDIDIKAN
TERAKHIR TUGAS TAMBAHAN
1 Sulastri S.Pd S1 Kepala TK
2 Maryati. SMA
3 Ramyati SMA Koordinator Seluruh Ekskul
4 Rodiyah S.Pd S1 Koord. Ekskul Mewarnai
Gambar
5 Purwanti SMA
5. DATA JUMLAH SISWA
Tabel 8 Data Jumlah Siswa Dari Tahun 2011-2016
TAHUN PELAJARAN
2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML 11 13 24 15 17 32 14 16 30 10 13 23 15 14 29
6. SARANA DAN PRASARANA
a. Sarana Gedung
1. Luas Tanah : 200 M2
2. Luas Bangunan : 100M2
3. Status kepemilikan Tanah : Milik Yayasan
4. Status kepemilikan Bangunan : Milik Yayasan
5. Gedung / bangunan : Dibangun memang khusus untuk
sekolah
6. Status pemakaian : Sendiri
7. Jumlah ruang belajar : 2 ruang
8. Ruang Kantor/Kepala Sekolah : ada / tidak ada
9. Ruang / Aula bermain : ada / tidak ada
10. Ruang gudang : ada / tidak ada
11. Dapur : ada / tidak ada
12. Kamar mandi / WC Guru : ada / tidak ada
13. Kamar mandi / WC anak : ada / tidak ada
14. Ruang UKS : ada / tidak ada
15. Ruang perpustakaan : ada / tidak ada
16. Tempat cuci tangan : ada / tidak ada
17. Halaman TK
a. Luas : 80 m2
b. Pagar dan pintu permanen : ada / tidak ada
c. Halaman tempat bermain/olah raga : ada / tidak ada
d. Taman hijau dan berbunga : ada / tidak ada
b. Fasilitas Belajar
Ruangan :
1. Ruang kelas
a. Meja dan kursi murid : 100% lengkap
b. Meja dan kursi guru : 100% lengkap
c. Lemari kelas : 100% lengkap
d. Loker penyimpanan perlengkapan : 100% lengkap
belajar anak
e. Papan tulis besar : 100% lengkap
f. Papan tulis kecil untuk murid : 100% lengkap
2. Ruang kantor
a. Lemari guru : ada / tidak ada
b. Meja dan kursi : ada / tidak ada
c. Papan data : ada / tidak ada
3. Ruang Dapur
a. Alat masak dan penyimpanannya : ada / tidak ada
b. Alat makan dan minum : ada / tidak ada
c. Ruang UKS
1) Lemari obat dan obat-obatan : ada / tidak ada
2) Timbangan dan alat ukur tinggi badan : ada / tidak ada
3) Tempat tidur : ada / tidak ada
Alat peraga pendidikan dan alat bermain didalam kelas
1. Sudut (area) keluarga
a. Boneka-boneka : ada / tidak ada
b. Binatang-binatang tiruan : ada / tidak ada
c. Perabot rumah tangga (bentuk kecil) : ada / tidak ada
d. Perabot kamar makan : ada / tidak ada
e. Perabot kamar tidur : ada / tidak ada
2. Sudut (area) pengenalan lingkungan hidup (Alam sekitar)
a. Aquarium dengan ikan : ada / tidak ada
b. Tanaman dalam pot : ada / tidak ada
c. Biji-bijian : ada / tidak ada
d. Tumbuhan dalam perkembangannya : ada / tidak ada
e. Alat-alat pengetahuan alam : ada / tidak ada
3. Sudut (area) Kebudayan
a. Buku-buku cerita bergambar : ada / tidak ada
b. Buku perpustakaan untuk anak-anak : ada / tidak ada
c. Boneka-boneka untuk sandiwara : ada / tidak ada
boneka
d. Alat-alat untuk prakarya : ada / tidak ada
e. Alat-alat untuk pendidikan : ada / tidak ada
f. Alat-alat musik dan perkusi : ada / tidak ada
4. Sudut (area) Pembangunan
a. Balok-balok bangunan : ada / tidak ada
b. Alat-alat pertukangan (bentuk kecil) : ada / tidak ada
c. Kendaraan-kendaran (bentuk kecil) : ada / tidak ada
d. Tanda-tanda lalu lintas (bentuk kecil) : ada / tidak ada
5. Sudut (area) Ke Tuhanan
a. Maket-maket dan gambar-gambar : ada / tidak ada
tempat Ibadah
b. Gambar-gambar dan patung-patung : ada / tidak ada
tokoh agama
c. Alat-alat ibadah dan upacara : ada / tidak ada
keagamaan
Alat peraga pendidikan dan alat bermain di luar kelas
1. Bak pasir dengan alat-alat perlengkapannya : ada / tidak ada
2. Bak air dengan perlengkapannya : ada / tidak ada
3. Ayunan, jungkitan, papan titian, papan luncur : ada / tidak ada
Panjatan
4. Kebun kanak-kanak : ada / tidak ada
5. Binatang peliharaan : ada / tidak ada
6. Lain-lain
7. Kondisi Objektif Sekolah
TK Al-Hidayah Suka Maju terletak di kecamatan Ulu Belu. Dengan luas tanah +
200 M2 dan luas bangunan + 100 M2 TK Al-Hidayah berada + 100 km dari Kota
Agung yang merupakan pusat kota Di Taggamus.
B. Analisis Data
Dalam pengelolaan data penulis menggunakan wawancara terpimpin.
Tetapi sebelum itu melalui tahap-tahap :
1. Menentukan bentuk instrument
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan degan menggunakan
wawancara terpimpin, wawancara ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan,
intrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.73
73Suharsimi Arikunto, manajemen penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1993, h 134
Untuk meyaring data yang berhubugan dengan metode bermain peran
dengan kecerdasan interpersonal anak usia dini, maka disediakan empat
alteratif.
1. Sangat setuju sekali = 5
2. Sangat setuju = 4
3. Setuju = 3
4. Kurang setuju = 2
5. Tidak setuju = 174
Data primer selain scor jawaban tes dari anggota populasi penelitian juga nilai
kemampuan kecerdasan interpersonal anak usia dini, dan masing-masing
anggota populasi tersebut diperoleh dari hasil akhir anak di Taman Kanak-
kanak Al-hidayah suka Maju Tanggamus.
2. Penyusunan Instrument
Intrumen dalam penelitian ini disusun berdasarkan kegiatan setiap variabel
penelitian. Dalam membuat item berpedoman pada petunjuk dan cara
peyusunan instrumen. Dari setiap variabel memiliki indikator yang disusun
pada kisi-kisi untuk lebih jelasnya dapat dilihat kisi-kisi instrumen tersebut
pada tabel di bawah ini:
74 Kasmadi SST & Nia Siti Sunariah, panduan modern penelitian kuantitatif,(Bandung: cv.
ALFABETA, 2014, h. 76
KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN “HUBUNGAN METODE BERMAIN
PERAN DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL DI TAMAN KANAK-
KANAK AL-HIDAYAH SUKA MAJU TANGGAMUS 2016/2017
Tabel 9
Instrumen Penilaian Variabel X
Aktivitas Pembelajaran metode bermain peran
Variabel Aspek yang Dinilai
Aktivitas
pembelajaran
metode
bermain
peran
19. Mempelajari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya 20. Belajar untuk menilai dan memilih berbagai informasi tentang peran
yang dilihat dan diamati dari kehidupan sehari-hari da mencoba membuat hubungan dan memunculkan kembali dalam kegiatan bermain peran.
21. Belajar untuk saling berinteraksi dengan orang lain.
22. Belajar menjawab dan memeberikan pertnyaan
23. Belajar membangun kerja sama
24. Membangun kemampuan berkonsentrasi
25. Mempelajari ketrampilan hidup (life skiil)
26. Belajar untuk mengatasi rasa takut
27. Membantu anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan.
Tabel 10
Intrumen Penilaian Variabel Y
kecerdasan interpersonal
Variabel Indikator Aspek yang Dinilai NO
Kecerdasan interpersonal
A. Social Sisitivity
B. Social Insight
C. Soccial Comuication
31. Mudah berteman 1,2
32. Mau berbagi alat bermain
3
33. Senang dengan keiatan kelompok
4
34. Melakukan percakapn dengan teman sebaya
5,6
35. Aktif bergaul dengan teman dan belajar mengikuti aturan permainan
7,8
36. Berani menjawab pertayaan yang diajukan oleh guru/teman
9
37. Mengatasi konflik dengan teman
10
38. Mematuhi aturan kelompok
11,12
39. Menunjukan antusias dalam bekarja /belajar/ bermain
13,14
40. Berani mengemukakan pendapat dalam kelompok
15
3. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang
digunakan tersebut itu benar. Sedangkan reliabel dalam arti bahwa suatu alat
tersebut mampu memberikan hasil hasil pengukuran yang konsisten dalam
waktu dan tempat yang berbeda. Untuk uji coba, penulis telah memperhatikan
beberapa cara proses dan pelaksanaan uji coba.
4. Analisis Data Variabel Kecerdasan Interpersonal
a. Uji Validitas Item Instrumen
Untuk mengetahui validitas alat ukur dalam penelitian ini, penulis
melakukan uji coba 10 orang responden75 dengan menggunakan 15 butir
pertanyaan yang dibuat sesuai dengan indikator dari variabel kedua
Kecerdasan Interpersonal. Adapun hasil validitas tersebut dapat dilihat dari
tabel dibawa ini:
Tabe 11
Hasil Validitas Item soal Instrumen Variabel Y
No Item r hitung r Kritis Keterangan 1 0,43 0,30 Valid 2 0,66 0,30 Valid 3 0,75 0,30 Valid 4 0,71 0,30 Valid 5 0,71 0,30 Valid 6 0,56 0,30 Valid 7 0,59 0,30 Valid 8 0,85 0,30 Valid 9 0,76 0,30 Valid 10 0,76 0,30 Valid 11 0,93 0,30 Valid 12 0,91 0,30 Valid 13 0,54 0,30 Valid 14 0,54 0,30 Valid
75 Lempiran 1
15 0,58 0,30 Valid Sumber: Uji validitas 10 orang sampel
Berdasarkan hasil analisa pada tabel diatas, diketahui bahwa item soal
dikategorikan valid. Sebab untuk syarat kategori valid nilai rhitung >0,30, oleh
karenanya dapat dipergunakan untuk menggali data penelitian.
Contoh cara perhitungan validitas item variabel Y
Tabel 12 Jawaban Responden Untuk Menguji Validitas Butir Soal
No Jawaban Responden Item Soal Nomor Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 3 2 3 4 42 2 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 2 51 3 3 2 1 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 27 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 47 5 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 25 6 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 4 42 7 3 3 2 3 3 2 4 3 2 3 2 2 3 1 3 39 8 1 4 4 3 2 3 4 3 2 4 3 4 2 3 4 46 9 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 4 51
10 3 3 2 2 2 2 4 3 2 2 3 4 4 3 4 44 N=10 27 29 23 25 25 26 33 30 25 28 25 31 29 24 35 414
Sumber: jawaban responden item soal ganjil
Validitas Item No 1
No X Y X2 Y2 x.y
1 3 42 9 1764 126
2 4 51 16 2601 204
3 3 27 9 729 81
4 3 47 9 2209 141
5 1 25 1 625 25
6 3 42 9 1764 126
7 3 39 9 1521 117
8 1 46 1 2116 46
9 3 51 9 2601 153
10 3 44 9 1936 132
N=10 27 414 81 17866 1151
rXY = �∑�� �∑���∑��
��∑����∑������∑����∑����
rxy=����.�����������.�����
������.����������������.������������ ��
rxy=�����
������� �.������ �
rxy= ��������������=
���√������
rxy = ���
���,����� �, �����
b. Uji Relisbilitas Item instrumen
Setelah melakukan uji validitas, item soal yang ada kemudian diuji
reliabiitasnya, dan untuk menguji reabilitasnya, penulis menggunakan cara
mengkorelasikan kelompok instrumen ganjil (variabel x) dan genap (variabel y).
Berdasarkan pada tabel diperoleh uji reabilitas sebagai berikut:
Tabel 13
Data Scor Total Untuk Item Ganjil Instrumen Varriabel Y
No Responden
Jawaban Responden Item Ganjil Nomor :
Scor Total
1 3 5 7 9 11 13 15 1 3 2 2 3 4 2 2 4 22 2 4 4 4 4 4 4 3 2 29 3 3 1 1 3 1 1 2 2 14 4 3 3 3 3 3 3 3 4 25 5 1 1 2 2 1 1 2 2 12 6 3 2 2 2 3 2 4 4 22 7 3 2 3 4 2 2 3 3 22 8 1 4 2 4 2 3 2 4 22 9 3 2 4 4 3 4 4 4 28 10 3 2 2 4 2 3 4 4 24
Sumber : jawaban responden item soal ganjil
Tabel 14
Data Scor Total Untuk Item Genap Instrumen Variabel Y
No Responden
Jawaban Responden Item Genap Nomor : Total Scor 2 4 6 8 10 12 14
1 3 2 3 3 3 3 3 20 2 3 3 2 4 3 4 3 22 3 2 2 2 2 1 2 2 13 4 2 4 3 4 3 4 2 22 5 2 1 2 2 2 1 3 13 6 3 2 3 3 3 3 3 20 7 3 3 2 3 3 2 1 17 8 4 3 3 3 4 4 3 24 9 4 3 3 3 4 4 2 23 10 3 2 3 3 2 4 3 20
Sumber: Jawaban Responden item soal genap
Perhitungan realibilitas sebagai berikut:
Masukan total item ganjil sebagai variabel X dengan nilai total item
genap sebagai variabel Y dalam tabel kerja berikut ini:
Tabel 15
Tabel Kerja Uji Reabilitas Variabel Y
(Kecerdasan Interpersonal)
No
Subjek
X Y X2 Y2 XY
1 22 20 484 400 440
2 29 22 841 484 638
3 14 13 196 169 182
4 25 22 625 484 550
5 12 13 144 169 156
6 22 20 484 400 440
7 22 17 484 289 374
8 22 24 484 576 528
9 28 23 784 529 644
10 24 20 567 400 480
N=10 220 194 5010 3900 4432
Sumber : pengolahan data
rXY = �∑����∑���∑��
��∑����∑������∑����∑����
rxy= ����.������������.�����
������.����������� �������.����������� ��
rxy = ������������ �.������ �
rxy = ����
������������� = ����√�������
rxy = ����
����,���� �, ������
Diketahui rxy = 0,867533
Rumus mencari reabilitas adalah : ri =�������
ri =�.�,���������,������
rxy =�,�������,������
= 0, 929068
Jadi reabilitas instrumen Kecerdasan Interpersonal adalah 0,92 artinya
angka ini lebih besar dari harga kritik r tabel. Nilai r tabel untuk N=10 dengan
interval (cara membaca nilai r tabel adalah N-2) pada taraf kepercayaan 5%
sebesar 0,632 dan taraf kepercayaan 1% sebesar 0,765. Berarti 0.92>0,632 pada
taraf kepercayaan 5% dan 0,92>0,765 pada taraf kepercayaan 1% Artinya
instrumen ini memiliki nilai reabilitas untuk dijadikan alat pengumpul data,
karena berdasarkan uji coba instrumen ini sudah valid dan reliabel seluruh
butirnya, maka instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam
ranngka pengumpulan data tentang Kecerdasan Interpersonal peserta didik.
5. Uji Korelasi/ Hipotesis
Langkah selanjutnya diadakan pengujian hipotesis, untuk mengetahui dan
menguji hipotesis yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya apakah ditolak
atau diterima. Untuk menguji hipotesis maka data yang telah diperoleh dari
pelaksanaan wawancara terpimpin dan tes analisis dari dua variabel dimasukan
kedalam rumus korelasi product moment untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal yang telah
teliti. Agar dapat menggunakan rumus tersebut, maka data penelitian terlebih
dahulu dimasukkan ke dalam tabel kerja analisis korelasi product momet
seperti yang terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 16
Data aktivitas Belajar Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-kanak Al-
Hidayah Suka Maju Tanggamus Variabel X
No Nama Prestasi Scor
1 ADI SAPUTRA MB (**) 6
2 DEWI NURSIH MB (**) 6
3 ELYA ARIYANI MB (**) 6
4 HASANNUDIN BSH (***) 7
5 IRA ANDINI MB (**) 6
6 LAILA MUNIFAH MB (**) 6
7 MUHAMMAD NUR BSH (***) 7
8 ROY ANANDA BSH (***) 7
9 RAHMAD HADI MB (**) 6
10 RICO ARDIYANTO MB (**) 6
11 NOPITASARI BSB (****) 8
12 M.ALDI BSH (***) 7
13 BAHAR. R MB (**) 6
14 ERIK ARISANDI BSH (***) 7
15 DWI SINTA BSH (***) 7
16 MAHARANI BSH (***) 7
17 SOLEHAH BSH (***) 7
18 RIZKY MUZAKY BSH (***) 7
19 IRFAN BSB (****) 8
20 ICHA APRILIA BSH (***) 7
21 BAGUS SAPUTRA BSH (***) 7
22 M. ILHAM BSH (***) 7
23 ANANDA BSB (****) 8
24 AYU.P BSH (***) 7
25 ASSYFA BSH (***) 7
26 PUTRI SUSANTI BSH (***) 7
27 KHAIRUL ANAM BSH (***) 7
28 FAISAL BSH (***) 7
29 HIDAYATULLAH BSH (***) 7
N=29 Jumlah 198
Sumber: NIlai rekap hasil belajar metode bermain peran
Tabel 17
Scor Jawaban Hasil dari Variabel Y
(Kecerdasan Interpersonal)
No Item Soal Jml/
Scor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 1 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 34
2 1 2 1 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 26
3 1 3 2 2 3 1 3 2 1 2 1 1 2 2 2 28
4 2 3 2 3 3 1 2 3 2 1 3 2 2 1 2 32
5 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 1 2 3 3 2 33
6 1 2 1 2 1 3 1 2 1 3 3 1 2 1 2 26
7 2 3 2 3 2 3 1 1 4 3 2 2 1 2 2 33
8 2 3 1 2 3 2 3 1 2 4 3 1 2 2 1 32
9 2 2 3 2 3 1 1 2 3 3 2 1 1 2 2 30
10 2 2 2 1 2 1 2 1 3 1 1 1 3 3 2 27
11 2 4 3 2 4 2 4 4 3 4 1 3 4 2 2 44
12 3 2 4 3 4 3 3 4 3 2 3 2 3 4 2 45
13 1 2 1 3 3 1 2 1 2 2 3 2 2 3 2 30
14 2 1 3 3 1 2 2 3 3 1 2 1 2 2 2 30
15 3 1 2 1 3 2 2 2 3 2 1 1 3 2 2 30
16 2 1 2 1 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 29
17 2 2 3 2 3 3 2 2 2 1 3 2 3 1 2 33
18 3 1 1 3 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 31
19 2 3 3 2 2 1 2 3 3 2 4 2 2 2 2 35
20 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 1 2 3 2 2 31
21 2 2 2 3 4 2 3 2 3 3 1 1 2 2 2 34
22 2 1 1 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 3 2 30
23 2 3 3 2 3 2 3 4 2 3 2 3 3 4 3 42
24 2 3 1 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 32
25 1 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 1 3 2 2 30
26 1 1 3 2 2 2 1 2 3 2 3 2 1 2 2 29
27 1 2 1 3 3 2 2 2 3 2 2 3 1 1 2 30
28 2 2 3 3 2 3 2 2 1 2 2 1 4 3 2 34
29 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 3 2 3 3 2 35
N=2
9
Jumlah 935
Sumber: hasil wawancara terpimpin
Dari kedua tabel diatas maka selanjutnya dimaksukkan ke dalam tabel kerja
perhitungan korelasi angka kasar sebagai berikut:
Tabel 18
Hubungan Metode Bermain Peran dengan Kecerdasan Interpersonal Di Taman
Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus
No Subjek X Y X2 Y2 XY
1 34 6 1156 36 204
2 26 6 676 36 156
3 28 6 784 36 168
4 32 7 1024 49 224
5 33 6 1089 36 198
6 26 6 676 36 156
7 33 7 1089 49 231
8 32 7 1024 49 224
9 30 6 900 36 180
10 27 6 729 36 162
11 44 8 1936 64 352
12 45 7 2025 49 315
13 30 6 900 36 180
14 30 7 900 49 210
15 30 7 900 49 210
16 29 7 841 49 203
17 33 7 1089 49 231
18 31 7 961 49 217
19 35 8 1225 64 280
20 31 7 961 49 217
21 34 7 1156 49 238
22 30 7 900 49 210
23 42 8 1764 64 336
24 32 7 1024 49 224
25 30 7 900 49 210
26 29 7 841 49 203
27 30 7 900 49 210
28 34 7 1156 49 238
29 35 7 1225 49 245
N=29 935 198 30751 1362 6432
rXY = �∑�� �∑���∑��
��∑����∑������∑����∑����
rxy= ����.������������.�����
������.������������ �������.����������� ��
rxy =�����
������� �.������ �
rxy = ����
������������� = ����
√�������
rxy = ����
����,������ �, ��������
Dengan demikian maka jelaslah bahwa besarnya hubungan hitung (r hitung)
adalah 0,61 untuk melihat signifikan 1% dan 5% adalah sebagai berikut :
1. Taraf signifikansi 5% pada N = 29 adalah 0,335 sehingga r hitung = 0,61 lebih
besar dari r tabel sehingga ada hubungan yang sigifikan.
2. Taraf signifikasi 1% pada N = 29 0,456 sehingga r hitung = 0,61 lebih besar
dari r tabel sehingga ada hubungan yang signifikan.
Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja
(Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak, yang artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal
di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus. Selanjutnya
adalah mengkonsultasikan nilai r hitung dengan interprestasi sebagai berikut:
Tabel 19
Tabel Interprestasi koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Berdasarkan tabel interprestasi koefisien korelasi diatas, maka angka
korelasi hitung 0,615 termasuk kedalam interval koefisien 0,60 - 0,799 yang
menunjukan bahwa adanya hubungan antara Motode Bermain Peran dengan
Kecerdasan Interpersonal Di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju
Tanggamus dengan tingkat korelasi / Hubungan yang signifikan atau kuat.
6. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui apakah hasil r hitung tersebut mempunyai taraf nyata atau
tidak, maka akan dilakukan uji t (taraf nyata) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
� �√� � ��
√� � ��
Keterangan :
t = Taraf nayata r = Besarnya Korelasi hitung
n = Jumlah populasi r2 = Kuadrat besarnya korelasi hitung
1 = Angka konstanta
Dari rumus diatas selanjutya diketahui sebagai berikut:
r = 0,615
n = 29
� �√� � ��
√� � ��
� � �, ���√�� � ��� � ��, �����
� � �, ���√��
�� � �, ������
� � �, �����, ����, ������
� � �, ����, ���
� � �, ���
Hasil uji taraf nyata yang menunjukan angka sebesar t = 4,049 tersebut di
konsultasikan dengan tabel nilai-nilai uji t pada df atau db76. Jadi db = n-2 yaitu
29-2 =27 dalam tabel nilai taraf signifikansi 5% menunjukan angka sebesar 2,05
yang berarti bahwa hasil hitung lebih besar dari angka tabel atau 4,049> 2,05.
Sesuai dengan keterangan tersebut bahwasannya ada hubungan yang
positif antara metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal di taman
Kanak-kanak Al-Hidayah Suka maju Tanggamus.
7. Uji Koefisien Determinasi
Kemudian untuk mengetahui koefisien determinasi penulis menggunakan
pendapat Muhammad Iqbal "koefisien korelasi diterminasi ini tidak lain dari
perangkat dua koefisien korelasi dikali seratus, yang maknanya menunjukan
dasarnya presetasi varian yang turut ditentukan oleh varian variabel lain”.
76 Lampiran
Pendapat ini juga sering digunakan oleh para dosen statistik dalam
mencari koefisien determinasi yaitu : KP = r2 x 100%
Keterangan:
KP = Koefisien diterminasi
r 2 = Koefisien Korelasi
Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat dicari koefisien korelasi
diterminasi yang mana telah telah diketahui bahwa r = 0,615 maka koefisien
diterminasinya adalah:
KP = (0,615)2 x 100%
KP = 0,378225x100%
KP =37,8225%
Untuk mengetahui hasil-hasil dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 20
Hasil Perhitungan Hubungan Antara Metode Bermain Peran (X) Dengan
Kecerdasan Interpersonal (Y) di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju
Tanggamus.
Koefisian korelasi Nilai r
Nilai t Db Hasil Koefisien Determinasi
Hitung Tabel Hitung Tabel 27 Terdapat Korelasi
37,8225%
0,615 0,361 4,049 2,05
Dari tabel di atas penulis memperoleh koefisien korelasi, koefisien
signifikansi nilai t, dan koefisien determinasi yang dipakai untuk membuktikan
hubungan antara metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal di
Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus. Dari hasil
perhitungan diperoleh r = 0,615 atas dasar ini dapat ditafsirkan antara Metode
Bermain Peran dengan Kecerdasan Interpersonal terdapat hubungan yang
positif, karena rhitung > rtabel atau 0,615>0,335 pada taraf signifikasi 5%
Dari pengujian signifikansi koefisien , korelasi diperoleh t = 4,049 sedang
t = tabel 2,02 pada taraf signifikansi 5%. Jadi t hitung lebih besar dari t tabel.
Dengan demikian hipotesis alternatife (Ha) diterima, dan hipotesis nolya
ditolak, dari hasil perhitungan koefisien diterminasi diperoleh nilai 37,8225 hasil
ini bahwa kemampuan anak bermain peran 37,8225% ditentukan oleh
Kecerdasan interpersonal dan sebesar 62,1775 lagi ditentukan oleh variabel lain
yang belum diketahui.
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis sebagaimana yang telah dilakukan dari
pembahasan pada skripsi ini mengenai hubungan metode bermain peran
dengan kecerdasan interpersonal di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka
Maju Tanggamus, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari pengelolaan dan analisis data yang penulis lakukan bisa menjawab
rumusan masalah diatas bahwasannya terdapat hubungan yang signifikan
antara metode bermain peran dengan kecerdasan interpersonal terlihat dari
hasil uji korelasi dengan angka korelasi hitung 0,615, yang artinya rhitung >
rtabel atau 0,615>0,361 pada taraf signifikansi 5% dengan N = 29. Hasil
tersebut termasuk kedalam kelompok interval koefisien 0,60 – 0,799 yang
menunjukan bahwa adanya hubungan antara metode bermain peran
dengan kecerdasan interpersonal di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka
Maju Tanggamus. Dengan tingkat korelasi / Hubungan yang signifikasi
atau kuat.
2. Kemudian dari hasil uji taraf nyata yang penulis lakukan untuk
mengetahui apakah hubungan yang diperoleh tersebut merupakan
hubungan yang nyata ataukah hanya secara kebetulan. Hasil yang
diperoleh dari uji t (taraf nyata) adalah 4,049 yang berarti hasil hitung
lebih besar dengan angka tabel atau 4,049>2,05 yang menunjukan adanya
hubungan yang positif antara metode bermain peran dengan kecerdasan
interpersonal di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus.
3. Selanjutnya dari hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai
37,8225 yang artinya terdapat hubungan antara metode bermain peran
dengan kecerdasan interpersonal di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka
Maju Tanggamus.
4. Dari hasil penelitian ini, hipotesis yang penulis ajukan berbunyi : “ Ada
Hubungan yang Signifikan antara metode bermain peran dengan
kecerdasan interpersonal, dan hasilnya adalah positif”.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini maka penulis dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Untuk orang tua dan guru, mengembangkan kecerdasan interpersonal anak
usia dini dapat berkembang dengan baik apabila melalui pendekatan
pembelajaran yang lebih bervariasi dan menarik, sebagai salah satu alternatif
pembelajaran yaitu dengan metode bermain peran yang diyakini sebagai
pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan anak agar dapat meningkatkan kreatifitas dan motivasi belajar
anak.
2. Dalam kegiatan bermain peran anak-anak tidak hanya membutuhkan
kelengkapan sarana dan fasilitas untuk bermain peran, tetapi lebih dari itu
mereka membutuhkan suasana yang nyaman dan menyenagkan. Melalui
pendekatan metode bermain peran anak tidak harus diam, dan mendengarkan
penjelasan guru, namun dengan mengamati dan berinteraksi secara langsung
dengan objek pembelajaran, dapat menambah wawasan dan pengetahuan jauh
lebih bermakna dibandingkan dengan mendengarkan penjelasan saja. Karena
dengan mengeksplorasi objek secara langsung dapat membantu proses belajar
anak, serta akan mempermudah guru dalam menerangkan suatu materi, karena
anak itu sendiri yang akan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
3. Anak belum terbiasa menggunakan metode bermain peran dalam
mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Selama ini, sebagian besar
para guru membelajarkan anak melalui metode pembelajaran yang lebih
berpusat pada guru dalam berbagai materi pembelajaran, maka dianjurkan
kepada guru di Taman Kanak-Kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus
untuk dapat mengembangkan lagi metode bermain peran.
C. Penutup
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan ridha dan
magfirahnya yang telah memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan
secara ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis, dengan lapang hati
menerima kritikan dan saran yang kotruktif dari para pembaca untuk
penyempurnaan dan perbaikan skripsi ini kearah yang lebih baik, sehingga
skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif sebagai kesadaran akan
pentingnya penerapan metode bermain peran di taman kanak-kanak
khususnya di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah Suka Maju Tanggamus.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tigginya, penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan
baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, dan
semoga apa yang menjadi usaha kita semua mendapat pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Amin Yaa Robbal ‘alamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Aan T Safaria M. Si. Mengembangkan Kecerdasan Anak, Penerbit Pohon Cahaya,
Yogyakarta, 2010, h. 45
Asef Umar Fakhruddin,Sukses Menjadi Guru TK/ PAUD, Bening, Yogyakarta,
2010
B. Joyce dan Well, Strategi of Teaching, Bostom- London; Allyn and Bacon
Diana Mutiah, Psikologi Anak Usia Dini, Kencana, Jakarta, 2010
Drs. Saifuddin Azwar, MA. Psikologi Inteligensi, Pustaka Pelajar. 2008
H.A.R. Tilaar. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945- 1995 Suatu
Analisis Kebijakan. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
1995)
Husain Umar, metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2000),
Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Pustaka Insani Media, Yogyakarta,
2010
Howard Gardner, Frames of mind: The theory of Multiple Intelligences, New York:
Basic Books
…………………, Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk, Teori dalam
Praktek), alih bahasa Alexander Sindoro
Hamzah B Uno, dkk belajar dnegan pendekatan PAILKEM (Jakarta :bumi
aksara , 2013)
Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya (Bogor Ghalia
Indonesia, 2002)
Iva Noorlaila, Panduan Lengkap Mengajar PAUD, Pinus, Yogyakarta, 2010
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1996,
cet ke-VII)
………………,pengantar metodologi research social (bandung: Alumni,1980)
Kementrian Pendidikan Nasional, Kurikulum Taman Kanak-Kanak, 2010
Lwin May, Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. PT. Indeks,
Yogyakarta, 2008,
Luluk Asmawati, dkk, pengelolaan kegiatan pengembangan anak usia dini,
universitas terbuka, Jakarta 2008
M.Iqbal Hasan,pokok-pokok metodologi penelitian dan aplikasinya,PT Rineka
Cipta, 2002
Moesliehatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Rineka
Cipta, 2004
Muhammad Ali, penelitian prosedur dan strategi, Angkasa, Bandung,1984
Nurbiana Dhieni dkk, Metode Perkembangan Bahasa, Universitas Terbuka,
Jakarta, 2005
Otib satibi hidayat, metode penegembangan moral dan nilai-nilai agama. (Jakarta
:Uiversitas terbuka, 2011)
Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda, (Yogyakarta: KANISIUS, 2004), hal. 15.
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta, Jakarta, 2006,
Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodelogi penelitian, Mandar Maju,
Bandung,2002,
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu oedekatan praktek, Edisi Revisi III,
Rineka cipta, Jakarta ,
.................................,prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Yogyakarta
Rineka Cipta 2006, h 66
……………………………..manajemen penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1993
Sutrisno hadi, metode research jilid II (Yogyakarta: Andi, 2004),h. 207
…………….Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 2000
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, 2008
Sudjana, Metode Statistika, ( Badung : Tarsito, 2005)
Safaria T, interpersonal intelegence,metode pengembangan kecerdasan anak,
Yogyakarta amara book, 2005
Taufik Ampera, Pengajaran Sastra, Widya Padjajaran, Bandung, 2010
Thomas Amstrong, In Their Own Way:DiscoveringAnd Encouraging Your Child’s
Multiple Intelligences, alih bahasa oleh Rina Buntaran, Jakarta, PT.
Gramedia, 2003,
Undang-Undang Dasar Indonesia Tahun 2014, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Citra Umbara, Bandung. Hlm. 7
Undang-Undang Dasar 1945, Amandemen (Jakarta: Sandro Jaya Jakarta, 2004)
Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 137 Tahun 2014. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Jakarta: CV. Medya Jakarta),
Undang-Undang Republik Indonesia No 137 tahun 2014, tentang system pendidikan
Nasional, ( Jakarta : Madya Duta Jakarta )
Winda Gurlarti, dkk, metode pengembangan prilaku dan kemampuan dasar aak usia
dini (Tanggerang selatan : Universitas terbuka,
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks,
Jakarta,2009
Http:// Elimaslikhah. Blogspot. com/ 2016/12/ Membangun Kecerdasan Interpersonal
http:// rike-rikewiyanti. blogspot.com/ 2016/12/ kecerdasan, hari jumat 02
desember2016 interpersonal