hubungan komunikasi (mendengarkan,...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KOMUNIKASI (MENDENGARKAN, MENJELASKAN DAN KOMPETENSI) DENGAN KEPERCAYAAN, KEPUASAN DAN
LOYALITAS PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DI MAKASSAR
Amirah1, Indrianty Sudirman2, Alimin Maidin3
1Puskesmas Mamajang, 2Fakultas EkonomiUniversitasHasanuddin, 3Fakultas KesehatanMasyarakat
AlamatKorespondensi: Amirah PuskesmasMamajang, jl.BajiMinasa no. 10, Makassar 087841805474 [email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan komunikasi (mendengarkan, menjelaskan dan kompetensi) dengan kepercayaan, kepuasan dan loyalitas pasien instalasi rawat jalan di rumah sakit Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan kajian cross sectional. Data di kumpulkan melalui kuisioner dengan sampel sebanyak 150 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposif random sampling. Semua sampel merupakan pasien rawat jalan di poliklinik penyakit dalam dan poliklinik saraf RS Haji, RS Ibnu Sina, RS Bhayangkara dan RSKD Dadi Kota Makassar. Analisis data menggunakan SPSS 18,0, data di olah menggunakan analisis statistik univariat untuk karakteristik sampel dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel serta bivariat bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan (1) Tidak ada hubungan antara mendengarkan dengan kepuasan (p=0,352>0,05), (2) Ada hubungan antara mendengarkan dengan kepercayaan (p=0,00<0,05, (3) Ada hubungan signifikan antara menjelaskan dengan kepercayaan (p=0,00<0,05), (4) Tidak ada hubungan antara menjelaskan dengan kepuasan (p=0,658>0,05) (5) Ada hubungan signifikan antara kompetensi dengan kepercayaan (p=0,00<0,05), (6) Ada hubungan signifikan antara kompetensi dengan kepuasan (p=0,00<0,05), (7) Ada hubungan signifikan antara kepercayaan dengan kepuasan (p=0,00<0,05) (8) Ada hubungan signifikan antara kepuasan dengan loyalitas (p=0,005<0,05) (9) Ada hubungan signifikan antara kepercayaan dengan loyalitas (p=0,00<0,05). Kata Kunci : Komunikasi Dokter-Pasien, Kepercayaan, Kepuasan, Loyalitas abstract The aims of the research was to analyze the relationship between communication ( listening , explaining and competence ) with patients trust, satisfaction and loyalty in outpatient installations of hospitals in Makassar . This research was a quantitative study with cross sectional approach. The data were obtained using questionnaire and the sample consist of 150 people selected using purposive random sampling method. The respondents were all outpatients in internal polyclinic and nerve polyclinic in Hajj Hospital, Ibn Sina Hospital, Bhayangkara Hospital and RSKD Dadi Makassar. The data were analyzed using univariate statistic for characteristic of the samples, bivariate analysis to find out the relationship between variables and stratified bivariate. The results of the research indicate that ( 1 ) There is no relationship between listening and satisfaction ( p = 0.352 > 0.05 ) , ( 2 ) There is a significant relationship between listening and confidence ( p = 0.00 <0.05 , ( 3 ) There is a significant relationship between explained and confidence ( p = 0.00 < 0.05 ) , ( 4 ) there is no relationship between explaining and satisfaction ( p = 0.658 > 0.05 ) ( 5 ) there is a significant relationship between competence and confidence ( p = 0.00 < 0.05 ) , ( 6 ) There is a significant relationship between competence and satisfaction ( p = 0.00 < 0.05 ) , ( 7 ) There is a significant relationship between trust and satisfaction ( p = 0.00 <0.05 ) ( 8 ) There is a significant relationship between satisfaction and loyalty ( p = 0.005 <0.05 ) ( 9 ) There is a significant relationship between trust and loyalty ( p = 0.00 <0.05 ) . Keywords: Doctor-Patient Communication, Trust, Satisfaction, Loyalty
PENDAHULUAN
Pelayanan Kesehatan dalam hal ini pelayanan yang di peroleh di rumah sakit
merupakan pelayanan yang menuntut kepercayaan yang tinggi, karena pelayanan kesehatan di
rumah sakit selalu di sertai denganketidakpastiandan risiko yang tinggi. Pasien mengevaluasi
kualitas pelayanan rumah sakit berdasarkan interaksi mereka dengan penyedia layanan
kesehatan, yaitu dokter dan paramedis. Interaksi ini membantu membangun kepercayaan
pasien pada dokter/paramedisdalam hal ini terutama kepercayaan pada dokter dan
kepercayaan pada kualitas pelayanan medis yang disediakan, karena kepercayaan adalah
aspek penting dalamhubungan perawatan medis.Sebuah kajian menyimpulkan bahwa
kepercayaan pada pelayanan kesehatan ternyata sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan
dokter-pasien (Anitasari, 2010).
Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satukompetensi
yang harus dikuasai dokter dan di terapkan dalam pelayanannya di rumah sakit. Kompetensi
komunikasi menentukankeberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan
pasien. Selamaini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam
pendidikanmaupun dalam praktik dokter. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam
kedudukan setara (tidak superiorinferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat
menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif
mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan
selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah ( Aliah, 2010;
Basuki, 2009).
Hal ini tentu saja dapat menimbulkan ketidakpuasan pasien yang membutuhkan
menghabiskan waktu lebih lama dengan dokter. Ketidakpuasan yang berimbas pada
ketidakpercayaan serta penurunan tingkat loyalitas pada penyedia pelayanan dalam hal ini
Rumah Sakit di Makassar. Terkait dengan hal tersebut, diperoleh data mengenai hasil survey
kepuasan pasien pasien instalasi rawat jalan, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Hasil
survey kepuasan pelayanan di instalasi rawat jalan RS Haji dan RS Bhayangkara Makassar
mengalami peningkatan meskipun masih di bawah standar survey kepuasan pasien menurut
Standar Pelayanan Minimal RS yaitu 90%.
Begitu pentingnya perilaku mendengarkan, menjelaskan dan kompetensi dokter
sehingga bagi seorang dokter yang melakukan interaksi komunikasi dokter-pasien saat
konsultasi, dengan memperhatikan dan menerapkan pola interaksi mendengarkan,
menjelaskan serta kompetensi akan dapat memuaskan pasien. Dan hasil dari kepercayaan dan
kepuasan pasien adalah adanya loyalitas pasien yang salah satu perwujudannya adalah
meningkatnya kunjungan berulang/minat pasien dalam penggunaan kembali pelayanan
kesehatan tersebut. Sebagai contoh adalah dengan terjadi peningkatan jumlah kunjungan lama
di instalasi rawat jalan. Sehingga dapat di katakan bahwa pemanfaatan kembali pelayanan
kesehatan di instalasi rawat jalan di Rumah Sakit di Makassar dapat mengalami penurunan
dimana salah satu hal yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain adalah kepercayaan
pasien akan pelayanan Rumah Sakit yang menurun. Hal lain yang dapat menyebabkan
pemanfaatan kembali pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan Rumah Sakit di Makassar
menurun adalah karena kepuasan pasien pada pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan
seperti tampak pada data mengenai jumlah kunjungan berulang di poli untuk kurun waktu 3
tahun terakhir di Rumah Sakit Haji di mana selama tahun 2010-2012 jumlah kunjungan
berulang mengalami penurunan jumlah kunjungan. Sedang di Rumah Sakit ibnu jumlah
kunjungan berulangnya dari tahun 2010-2012 mengalami peningkatan jumlah kunjungan.
Dapat di katakan bahwa loyalitas pasien rumah sakit Ibnu Sina lebih tinggi daripad loyalitas
pasien rumah sakit Haji.
Seperti di ketahui bahwa dokter yang bertugas di poli-poli yang lebih banyak
menggunakan konsultasi/wawancara/anamnesa dalam pelayanannya, tentu lebih
membutuhkan keterampilan dalam berkomunikasi dengan pasiennya. Termasuk dalam hal
perilaku komunikasi berupa mendengarkan, menjelaskan dan kompetensi. Bagaimana para
dokter poli-poli tersebut mendengarkan tiap keluhan pasien, menjelaskan keadaan kesehatan
pasien, menjelaskan perawatan pasien yang akan dilakukan ataupun pengobatannya,
bagaimana dokter memotivasi pasien serta senantiasa melakukan pelayanannya sesuai
kompetensi yang di miliki dokter tersebut, tentu terkait lagi dengan kesediaan para dokter
untuk menyediakan waktu yang lebih banyak pada saat konsultasi. Karena waktu yang terlalu
sempit akan membatasi interaksi komunikasi dokter-pasien.
Berdasarkan survei awal di poli interna dan poli saraf Rumah Sakit Haji Makassar dan
di RSKD Dadi di ketahui bahwa durasi waktu konsultasi adalah berkisar 5-10 menit
perpasien. Sementara di ketahui durasi konsultasi perpasien menurut beberapa pakar
kesehatan adalah sekitar 15-20 menit karena saat konsultasi, selain dokter harus dengan sabar
mendengarkan segala keluhan pasien, juga harus dengan gamblang menjelaskan hal-hal yang
perlu diketahui oleh pasien tentang penyakitnya, perawatan medis yang akan diberikan
ataupun pengobatan yang akan dilakukan. Durasi waktu konsultasi yang termasuk singkat ini
bila belum memberikan informasi yang cukup pada pasien tentu dapat menimbulkan
ketidakpuasan pasien. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
komunikasi dokter-pasien dengan kepercayaan, kepuasan dan loyalitas pasien instalasi rawat
jalan Rumah Sakit di Makassar.
METODE PENELITIAN
Lokasi danJenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif analitik dengan
pendekatan crosssectional, yaitu pendekatan yang mengkaji dinamika korelasi atau asosiasi
variabel independen (mendengarkan, menjelaskan dan kompetensi) dengan variabel dependen
(kepercayaan, kepuasan dan loyalitas) sekaligus pada saat yang sama (point time approach).
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Haji, RS Bhayangkara, RS Ibnu Sina dan RSKD Dadi
Makassar. Lokasi penelitian akan dilakukan pada poliklinik Penyakit Dalam dan Poliklinik
Neurologi/Saraf. Penelitian ini akan di lakukan selama bulan September-Oktober 2013.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung antara peneliti dengan
menggunakan kuesioner terstruktur dengan jawaban yang sudah tersedia dan dokumentasi
atau pengumpulan data dengan mengutip sumber catatan yang sudah ada/data sekunder.
Analisis Data
Untuk penelitian ini di gunakan teknik analisis dengan cara : Analisis Univariat;
Bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Dalam analisis ini
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Analisis Bivariat untuk
melihat beda proporsi dan hubungan antara masing variabel independen dan variabel
dependen, sekaligus untuk melakukan identifikasi variabel yang bermakna.
HASIL
Deskripsi Karakteristik Umum Responden
Distribusi frekuensi jenis kelamin responden bahwa dari 150 responden, jenis kelamin
laki-laki sebesar 60 responden (40%) sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 90
responden (60%). Hal ini menunjukkan kelompok jenis kelamin yang banyak berkunjung di
RSU Haji adalah mayoritas jenis kelamin perempuan.Waktu pelayanan di poli interna dan
poli saraf bervariasi. Paling cepat responden di layani untuk konsultasi selama 3 menit yang
di alami oleh 8 orang responden (5,3%), dan paling lama responden di layani konsultasi
selama 20 menit yang di rasakan oleh 2 orang responden (1,3%). Sedangkan secara
keseluruhan, lamanya waktu konsultasi terbanyak adalah 5 menit yang di alami oleh 92 orang
responden (61,3%). Sementara lamanya waktu konsultasi yang respondennya paling kecil
frekwensinya adalah 7 menit dengan 1 orang responden (0,7%).
Lamanya waktu konsultasi yang di harapkan oleh responden pun beragam. Untuk waktu
konsultasi yang di harapkan pasien, durasi tercepat selama 5 menit di rasakan oleh 58 orang
(38,7%) responden sedangkan waktu konsultasi terlama yaitu 20 menit di rasakan oleh 4
orang (2,7%). Secara keseluruhan, responden terbanyak yaitu 69 orang responden (46%) yang
mengharapkan lamanya konsultasi saat pelayanan adalah 10 menit, dan untuk jumlah
responden terkecil terdapat masing-masing 1 orang (0,7%) responden yang mengharapkan
lamanya waktu pelayanan adalah 20 menit dan 7 menit. Sebanyak 105 orang (70%) responden
melakukan pelayanan di poli penyakit dalam (interna). Sedangkan terdapat 45 orang (30%)
responden melakukan pelayanan di poli saraf.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dari 150 responden diketahui
bahwa 4 orang responden (2,7%) tidak tamat SD, 13 orang responden (8,7%) tamat SD, 17
orang responden (11,3%) tamat SMP, 71 orang responden (47,3%) tamat SMA dan 45 orang
responden (30%) sarjana. Distribusi pekerjaan responden. Pekerjaan yang terbanyak digeluti
oleh responden yang berkunjung di Rumah sakit di Makassar adalah adalah IRT sebanyak 40
orang responden (26,7%) dan paling sedikit sebanyak 3 orang responden (2,0%) adalah
buruh kasar.
Sebagian besar responden berstatus menikah sebesar 76% atau 114 orang responden
dan yang paling rendah yakni responden yang berstatus janda/duda sebanyak 16 orang
responden (10,7%) dan responden yang belum menikah sebesar 13,3% atau 20 responden.
Responden sebagai pasien lama mendominasi sebanyak 116 orang responden (77,33%),
sedangkan pasien baru sebanyak 34 orang responden (22,7%).
Distribusi Variabel Penelitian.
Variabel penelitian ini terdiri dari 3 variabel bebas, yaitu jenis interaksi dokter pasien
dalam bentuk interaksi menjelaskan dokter, mendengarkan dokter dan kompetensi dokter.
Sedangkan variabel terikat terdiri dari 3 macam yaitu kepercayaan, kepuasan dan loyalitas.
Umumnya responden menyatakan interaksi dokter dengan pasien berupa dokter
mendengarkan pasien saat konsultasi dalam intensitas yang sedang/cukup yaitu 79 orang
responden (52,7%). Sedangkan yang menyatakan bahwa interaksi mendengarkan dokter pada
pasien saat konsultasi adalah baik sebanyak 70 orang (46,7%), dan 1 orang menyatakan
interaksi mendengarkan dokter kurang baik (0,7%).
Responden dominan menjawab baik dan sedang dari seluruh pernyataan komponen
menjelaskan. Sebanyak 69 orang responden (46%) menyatakan bahwa dokter menjelaskan
pada pasien saat konsultasi dengan baik, 80 orang responden (53,3%) menyatakan bahwa
dokter menjelaskan pada pasien dalam intensitas sedang dan 1 orang responden (0,7%)
menyatakan bahwa dokter kurang menjelaskan pada pasien saat konsultasi. Sebanyak 131
orang responden (87,3%) menyatakan bahwa dokter melayani pasien saat konsultasi dengan
kompetensi yang baik, 18 orang responden (12%) menyatakan bahwa dokter melayani pasien
dengan kompetensi sedang, dan 1 orang responden (0,7%) menyatakan bahwa dokter
melayani dengan kompetensi kurang. Responden sangat mempercayai dokter saat konsultasi
yang di ketahui dari 150 orang responden (100%) yang menyatakan bahwa mereka
mempercayai dokter saat melakukan pemeriksaan di instalasi rawat jalan Rumah Sakit di
Makassar.
Responden lebih dominan merasa puas pada pelayanan instalasi rawat jalan Rumah
sakit di Makassar yang di nyatakan oleh 142 orang responden (94,7%) dan sisanya sebanyak
8 orang responden (5,3%) yang merasa kurang puas pada pelayanan di Rumah Sakit di
Makassar. Responden lebih banyak yang loyal pada pelayanan instalasi rawat jalan Rumah
Sakit di Makassar yang di nyatakan oleh 143 orang responden (95,3%) dan sisanya sebanyak
7 orang responden (4,7%) yang merasa kurang loyal pada pelayanan instalasi rawat jalan
Rumah Sakit di Makassar.
Analisis Bivariate
Hasil Hubungan Dokter Mendengarkan Pasien Dengan Kepercayaan Pasien
Tabel 1 menunjukkan bahwa 70 orang responden menyatakan bahwa dokter
mendengarkan mereka dengan baik, 79 orang responden menyatakan dokter cukup
mendengarkan mereka dalam skala sedang dan 1 orang responden menyatakan bahwa dokter
kurang mendengarkan mereka saat konsultasi. Namun semuanya mempercayai dokter saat
konsultasi bagaimanapun cara dokter mendengarkan mereka. Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji korelasi diperoleh nilai p = 0.000,karena nilai p < 0.05 maka H0 di tolak dan
Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan signifikan antara interaksi mendengarkan
dokter pada pasien saat konsultasi dengan kepercayaan pasien.
Hasil Hubungan Dokter Mendengarkan Pasien Dengan Kepuasan Pasien
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 150 orang responden, diketahui bahwa dari 70 orang
responden menyatakan bahwa dokter mendengarkan mereka dengan baik, 65 0rang
responden merasa puas, sisanya 5 orang yang merasa kurang puas. Dan terdapat 79 orang
responden yang menyatakan bahwa dokter mendengarkan mereka saat konsultasi dalam skala
sedang, 76 orang di antaranya merasa puas dan 3 orang lainnya merasa kurang puas. Dan ada
1 orang responden yang menyatakan bahwa dokter kurang mendengarkan saat konsultasi
namun tetap merasa puas. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi diperoleh nilai
p = 0.352,karena nilai p > 0.05 maka H0 di terima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak
terdapat hubungan antara interaksi mendengarkan dokter pada pasien saat konsultasi dengan
kepuasan pasien.
Hasil Hubungan Dokter Menjelaskan Pasien Dengan Kepercayaan Pasien
Sedang tabel 3 menunjukkan bahwa dari 150 orang responden, 69 orang responden
menyatakan bahwa dokter menjelaskan kepada mereka saat konsultasi dengan baik dan
mereka percaya, 80 orang responden yang menyatakan bahwa dokter menjelaskan kepada
mereka saat konsultasi dengan cukup baik/sedang dan mereka semua mempercayai dokter,
sedangkan 1 orang responden menyatakan bahwa dokter kurang menjelaskan kepada mereka
saat konsultasi namun tetap mempercayai dokter. Dari 150 orang responden, semuanya
mempercayai dokter saat konsultasi meski mereka menyatakan perbedaan dalam kualitas
dokter saat menjelaskan.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi diperoleh nilai p = 0.000, Karena nilai p <
0.05 maka H0 di tolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan antara interaksi
menjelaskan dokter pada pasien saat konsultasi dengan kepercayaan pasien.
Hasil Hubungan Dokter Menjelaskan Pasien Dengan Kepuasan Pasien
Adapun tabel 4 menyatakan bahwa dari 150 orang responden, 69 orang responden
menyatakan bahwa dokter menjelaskan kepada mereka saat konsultasi dengan baik ,66 orang
di antaranya merasa puas, dan 3 orang sisany merasa kurang puas. Pernyataan dari 80 orang
responden bahwa dokter menjelaskan kepada mereka saat konsultasi dengan cukup
baik/sedang, 75 orang di antaranya merasa puas dan 5 orang sisanya merasa kurang puas.
Sedangkan 1 orang responden menyatakan bahwa dokter kurang menjelaskan kepada mereka
saat konsultasi namun tetap merasa puas pada penjelasan dokter. Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji korelasi diperoleh nilai p = 0.658,karena nilai p > 0.05 maka H0 di terima
dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak terdapat hubungan antara interaksi menjelaskan
dokter pada pasien saat konsultasi dengan kepuasan pasien.
Hasil Hubungan Kompetensi Dokter Saat Melayani Pasien Dengan Kepercayaan Pasien
Tabel 5 menampilkan data bahwa dari 150 orang responden, 131 orang responden
menyatakan dokter melakukan pelayanan dengan kompetensi yang baik, 18 orang
menyatakan dokter melayani mereka dengan kompetensi sedang dan 1 orang responden
menyatakan bahwa dokter melakukan pelayanan dengan kompetensi yang kurang, namun
mereka semua mempercayai dokter dalam melakukan pelayanan pada mereka. Hasil uji
statistik dengan menggunakan uji korelasi diperoleh nilai p = 0.000,karena nilai p < 0.05
maka H0 di tolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan antara kompetensi
dokter saat melayani pasien dengan kepercayaan pasien.
Hasil Hubungan Kompetensi Dokter Dengan Kepuasan Pasien
Tabel 6 menyatakan bahwa dari 150 orang responden, di ketahui bahwa terdapat 131
orang responden menyatakan bahwa dokter melakukan pelayanan dengan kompetensi yang
baik dimana 130 responden diantaranya merasa puas dan ada 1 orang sisanya merasa kurang
puas, 18 orang responden menyatakan bahwa dokter melayani mereka dengan kompetensi
sedang dimana 11 orang di antaranya merasa puas dan 7 orang lainnya merasa kurang puas.
Di peroleh pula data bahwa 1 orang responden menyatakan bahwa dokter melakukan
pelayanan dengan kompetensi yang kurang, namun mereka tetap merasa puas pada pelayanan
dokter. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi diperoleh nilai p = 0.000,karena
nilai p < 0.05 maka H0 di tolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan antara
kompetensi dokter saat melayani pasien dengan kepuasan pasien.
Hasil Hubungan Kepercayaan Pasien Dengan Kepuasan Pasien
Tabel 7 meunjukkan bahwa keseluruhan responden menyatakan percaya pada dokter
saat melakukan pelayanan. Dimana di antara mereka terdapat 142 orang responden yang
merasa puas pada pelayanan dokter dan sisanya ada 8 orang responden yang kurang puas pada
pelayanan dokter. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi diperoleh nilai p =
0.000,karena nilai p < 0.05 maka H0 di tolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat
hubungan antara kepercayaan pasien pada pelayanan dari dokter dengan kepuasan pasien.
Hasil Hubungan Kepercayaan Pasien Dengan Loyalitas Pasien
Sedang dari tabel 8 di ketahui bahwa dari 150 orang responden, semuanya percaya pada
pelayanan di instalasi rawat jalan Rumah Sakit di Makassar, namun 143 orang di antaranya
loyal dan 7 orang sisanya kurang loyal.Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi
diperoleh nilai p = 0.000,karena nilai p < 0.05 maka H0 di tolak dan Ha diterima. Dengan
demikian terdapat hubungan antara kepercayaan pasien dengan loyalitas pasien.
Hasil Hubungan Kepuasan Pasien Dengan Loyalitas Pasien
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 150 orang responden, 142 orang responden merasa
puas pada pelayanan Rumah Sakit di Makassar dimana 137 orang di antaranya loyal dan 5
orang lainnya kurang loyal. Sementara itu terdapat 8 orang responden yang merasa kurang
puas pada pelayanan RS Haji, namun 6 orang di antaranya loyal dan 2 orang sisanya kurang
loyal. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi diperoleh nilai p = 0.005,karena
nilai p < 0.05 maka H0 di tolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan antara
kepuasan pasien dengan loyalitas pasien.
Analisis Bivariate Bertingkat
Hasil analisis bivariate bertingkat yaitu komunikasi dokter-pasien (mendengarkan,
menjelaskan dan kompetensi), kepuasan pasien, kepercayaan pasien dengan loyalitas pasien.
Hubungan Mendengarkan, Menjelaskan, Kompetensi, Kepuasan Dan Loyalitas
Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa terdapat 70 responden yang menyatakan bahwa
dokter mendengarkan pasien dengan baik, dimana 65 orang (92,9%) responden diantaranya
loyal. 61 orang di antara yang loyal tersebut merasa puas, 4 orang sisanya kurang puas meski
tetap loyal. Terdapat pula 5 orang yang merasa kurang loyal (7,1%) dimana 4 orang di
antaranya merasa puas dan sisanya 1 orang responden kurang puas. Dari 79 responden yang
menyatakan bahwa dokter mendengarkan pasien dengan skala sedang, 77 orang dari mereka
adalah pasien yang loyal, dimana 75 dari mereka merasa puas dan sisanya 2 orang merasa
kurang puas. Untuk pasien yang menyatakan bahwa dokter mendengarkan dengan level
kurang, ada 1 orang menyatakan hal demikian namun tetap puas dan loyal.
Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat 69 responden yang menyatakan bahwa dokter
menjelaskan pada pasien dengan baik, dimana 68 orang di antaranya adalah pasien loyal yang
terdapat 65 0rang responden yang merasa puas dan 3 orang sisanya merasa kurang puas.
Sementara terdapat 1 orang responden yang merasa kurang loyal namun tetap puas. Dari 80
responden yang menyatakan bahwa dokter menjelaskan pada pasien dengan skala sedang, 74
orang di antaranya adalah pasien yang loyal, dimana 71 orang dari mereka merasa puas pada
pelayanan rumah sakit dan 3 orang sisanya merasa kurang puas. Terdapat pula 6 orang pasien
yang kurang loyal dimana 4 orang di antaranya merasa puas dan 2 orang sisanya merasa
kurang puas. Untuk pasien yang menyatakan bahwa dokter menjelaskan dengan level kurang,
ada 1 orang menyatakan hal demikian namun tetap puas dan loyal.
Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat 131 responden yang menyatakan bahwa dokter
memiliki kompetensi yang baik, 127 orang di antaranya adalah pasien loyal dengan 126 orang
merasa puas dan 1 orang merasa kurang puas. Sementara itu terdapat 4 orang responden yang
kurang loyal namun semuanya merasa puas. Dari 18 responden yang menyatakan bahwa
dokter memiliki kompetensi sedang, 15 orang di antaranya adalah pasien loyal dengan 10
orang di antaranya merasa puas dan 5 orang sisanya merasa kurang puas. 3 orang lagi
merupakan pasien kurang loyal dengan 1 orang merasa puas dan 2 orang merasa kurang puas.
Terdapat 1 orang responden menyatakan bahwa dokter kurang memiliki kompetensi, namun
pasien tetap puas dan loyal.
Hubungan Mendengarkan, Menjelaskan, Kompetensi, Kepercayaan Dan Loyalitas
Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 70 orang yang menyatakan bahwa dokter
mendengarkan pasien dengan baik, 65 orang di antaranya merasa percaya dan loyal, 5 orang
sisanya merasa percaya namun kurang loyal. Untuk responden yang menyatakan bahwa
dokter mendengarkan dengan skala sedang, ada 79 orang yang menyatakan dokter
mendengarkan dengan skala sedang, 77 orang di antaranya merasa percaya dan loyal, namun
ada 2 orang sisanya meski merasa percaya namun kurang loyal. Sisanya ada 1 orang yang
menyatakan bahwa dokter mendengarkan pasien dengan skala kurang, namun tetap loyal dan
percaya.
Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 69 orang yang menyatakan bahwa dokter
menjelaskan dengan baik, terdapat 68 orang yang merasa percaya dan loyal, sisanya terdapat
1 orang responden yang kurang loyal namun tetap percaya. Untuk responden yang
menyatakan bahwa dokter menjelaskan dengan skala sedang, ada 80 orang yang menyatakan
dokter menjelaskan dengan skala sedang, 74 orang di antaranya merasa percaya dan loyal,
namun ada 6 orang sisanya meski merasa percaya namun kurang loyal. Sisanya ada 1 orang
yang menyatakan bahwa dokter menjelaskan pasien dengan skala kurang, namun tetap loyal
dan percaya.
Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 131 orang yang menyatakan bahwa dokter
melakukan pelayanan dengan kompetensi yang baik, terdapat 127 orang yang merasa percaya
dan loyal, sisanya terdapat 4 orang responden yang kurang loyal namun tetap percaya. Untuk
responden yang menyatakan bahwa dokter melakukan pelayanan dengan kompetensi sedang,
ada 18 orang yang menyatakan demikian dimana 15 orang di antaranya merasa percaya dan
loyal, namun ada 3 orang sisanya meski merasa percaya namun kurang loyal. Sisanya ada 1
orang yang menyatakan bahwa dokter melakukan pelayanan dengan kompetensi kurang
namun tetap loyal dan percaya.
PEMBAHASAN
Dalam dunia kedokteran, seorang dokter bukan hanya harus pandai berkomunikasi
secara teoritis, namun harus pandai secara praktik. Dalam mengimplementasikan kemampuan
berkomunikasinya, seorang dokter harus memiliki keterampilan untuk berkomunikasi secara
efektif. Komunikasi dokter-pasien yang efektif sangat diperlukan untuk mendapatkan
informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi pasien, agar dokter dapat membuat
diagnosis, dan membantu pasien bekerja sama dengan dokter dalam proses penyembuhan.
tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan
proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan
pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya. Salah satu cara
adalah dengan mendengarkan segala keluhan pasien dengan seksama dalam menggali riwayat
penyakit pasien. Dengan mendengarkan segala keluhan pasien, di harapkan penetapan
diagnosis keadaan kesehatan seorang pasien dapat di tegakkan secara cermat sehingga dapat
di capai kepecyaan dan kepuasan pasien
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa sebagian besar responden
menyatakan bahwas interaksi mendengarkan yang di lakukan dokter pada saat konsultasi
berada pada level sedang (52,7%) meski semuanya (100%) percaya pada dokter.
Interaksi mendengarkan pasien yang di perlihatkan dokter saat konsultasi membuat 142
orang responden (94,4%) merasa puas dan 8 orang responden (5,6%) yang merasa kurang
puas pada pelayanan dokter.Dari hasil uji statistik, di ketahui dokter mendengarkan pasien
saat konsultasi di berhubungkan dengan kepercayaan pasien menghasilkan nilai p = 0.000,
Karena nilai p < 0.05 maka H0 di tolak dan Ha diterima yang artinya bahwa terdapat
hubungan antara interaksi mendengarkan dokter dengan kepercayaan pasien. Sedangkan
perilaku dokter mendengarkan pasien di hubungkan dengan kepuasan pasien menghasilkan
nilai p = 0.352, karena nilai p > 0.05 maka H0 di terima dan Ha ditolak yang artinya interaksi
mendengarkan dokter tidak berhubungan dengan kepuasan pasien.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan
kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak dengan dokter memiliki kemampuan
mendengarkan dan menjelaskan yang dapat di pelajari dan di latih. Sesuai dengan penelitian
Matheny et al., 2004 yang menyatakan bahwa kepuasan pasien tergantung dari pemberian
informasi yan dimiliki oleh dokter, sikap dokter dalam kesopanan, memberikan perhatian,
mendengarkan dengan cermat serta berempati. Untuk dapat memberikan informasi yang tepat
dan terstruktur, seorang dokter perlu untuk menguasai cara menjelaskan yang tepat dalam
menjalin komunikasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa interaksi menjelaskan
yang di lakukan dokter saat pelayanan sangat di percayai oleh 150 orang responden walaupun
responden menganggap cara dokter menjelaskan kepada pasien pada level baik, sedang atau
kurang. Interaksi menjelaskan pasien yang di perlihatkan dokter saat konsultasi membuat 142
orang responden (94,4%) merasa puas pada pelayanan dokter saat konsultasi meski ada 8
orang responden (5,6%) yang merasa kurang puas. Dari hasil uji statistik yang dilakukan, di
ketahui bahwa interaksi menjelaskan yang di lakukan dokter saat konsultasi dikaitkan dengan
kepercayaan pasien menghasilkan nilai p = 0.000, Karena nilai p < 0.05 maka H0 di tolak dan
Ha diterima. Artinya interaksi menjelaskan dokter berhubungan dengan kepercayaan pasien.
Sedangkan interaksi menjelaskan dokter di kaitkan dengan kepuasan pasien menghasilkan
nilai p = 0.658,karena nilai p > 0.05 maka H0 di terima dan Ha ditolak. Yang artinya interaksi
menjelaskan dokter kepada pasien tidak berhubungan dengan kepuasan pasien.
Menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 : Kompetensi adalah 'seperangkat tindakan
cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas- tugas di bidang pekerjaan tertentu'.
Menurut Chahaal, et.al. (2011) : kompetensi merupakan kumpulan dari perilaku yang terdiri
atas pengatahuan, keterampilan, tingkah laku dan kemampuan pribadi.
Fong Haet al(2010) menemukan bukti yang meyakinkan bahwa jika pasien merasa
dokter mereka komunikator yang efektif,mereka juga menganggap mereka secara teknis
kompeten dan akan memberikan perawatan yang tepat dan efektif.Kompetensi klinis seorang
dokter akan sangat di tunjang oleh kemampuannya berkomunikasi sebab komunikasi dalam
disiplin medis adalah keterampilan klinis dasar pembentuk kompetensi klinis seorang dokter,
bersama dengan pengetahuan klinis, kemampuan menyelesaikan masalah dan pemeriksaan
fisik. Disamping itu kompetensi komunikasi merupakan salah satu area dalam kompetensi
dalam standar kompetensi dan pendidikan dokter.
Dokter yang melakukan pelayanan sesuai kompetensinya akan meningkatkan kepuasan
dimana kepuasan pasien akan pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia jasa (rumah
sakit) akan meningkatkan kepercayaan pasien (masyarakat) terhadap kinerja dan kualitas
rumah sakit tersebut.
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di ketahui bahwa dari 150 orang
responden, semuanya mempercayai dokter dalam melakukan pelayanan meski terdapat 131
orang responden menyatakan bahwa dokter melakukan pelayanan dengan kompetensi yang
baik, 7 orang responden menyatakan bahwa dokter memiliki kompetensi sedang dan 1 orang
responden menyatakan bahwa dokter melakukan pelayanan dengan kompetensi yang kurang.
Dari penelitian ini di ketahui pula bahwa dari 150 orang responden, 142 orang merasa puas
dan 8 orang merasa kurang puas pada pelayanan dokter meski merasa kompetensi dokter
berada pada level yang berbeda. Hasil uji statistik menyatakan bahwa kompetensi dokter di
kaitkan dengan kepercayaan pasien menghasilkan nilai p = 0.00,karena nilai p < 0.05 maka H0
di tolak dan Ha diterima. Yang artinya terdapat hubungan antara kompetensi dokter saat
melayani pasien dengan kepercayaan pasien. Sedangkan hubungan antara kompetensi dengan
kepuasan pasien juga menghasilkan nilai p = 0.000,karena nilai p < 0.05 maka H0 di tolak
dan Ha diterima. Yang artinya kompetensi dokter saat melayani pasien berhubungan dengan
kepuasan pasien.
Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) AW Sjahranie Samarinda Dr H Awang Joenani
(Kaltimpost, 3 September 2005) menyatakan bahwa kepuasan pasien itu ditentukan oleh
komunikasi antara dokter dan pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (1996) yang
menyatakan bahwa interaksi komunikasi pasien dengan tenaga kesehatan sangat penting
karena menentukan rasa puas pasien, ketaatan aturan medis, dan juga hasil akhir kesehatan
pasien. Pujiastuti (2010) dan Rangkuti (2003) juga menyatakan bahwa kepuasan pasien
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku dokter dalam berkomunikasi, ketertarikan individu dan
pemberian pelayanan medis. Kepuasan pasien merupakan sikap seseorang dalam orientasi
secara umum terhadap pengalaman yang didapatkan di pelayanan kesehatan. Kepuasan dapat
dilihat dari sisi pikiran dan emosional yang berhubungan dengan pengalaman sebelumnya,
harapan, dan jaringan sosial (The Health Boards Executive (HeBE)cit Natasha et al., 2008).
Kepuasan dicapai ketika persepsi pasien tentang kualitas pelayanan medis yang mereka terima
adalah positif, memuaskan dan memenuhi harapan mereka yang pada akhirnya kepuasan pada
level tertentu dapat menimbulkan loyalitas pasien sehingga terjadi pembelian atau
pemanfaatan ulang.
Pada penelitian ini yang meneliti hubungan antara kepercayaan dengan kepuasan pasien
di ketahui bahwa dari 150 orang responden, semuanya percaya pada dokter namun di antara
mereka ada 142 orang merasa puas dan 8 orang lainnya merasa kurang puas. Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0.00,karena nilai p < 0.05 maka H0 di tolak dan Ha diterima.
Artinya bahwa ada hubungan antara kepercayaan dengan kepuasan pasien.
Mengenai hubungan antara kepercayaan dengan loyalitas, hasil penelitian ini
menyatakan bahwa dari 150 orang responden, semua responden percaya pada dokter, namun
143 orang diantaranya loyal, dan 7 orang sisanya kurang loyal. Dari hasil uji statistik korelasi
diperoleh nilai p = 0.000,karena nilai p < 0.05 maka H0 di tolak dan Ha diterima yang berarti
bahwa terdapat hubungan antara kepercayaan pasien dengan loyalitas pasien.
Hubungan antara kepuasan dengan loyalitas dari penelitian ini di ketahui bahwa dari
150 orang responden, 142 orang responden merasa puas pada pelayanan Rumah Sakit di
Makassar dimana 137 orang di antaranya loyal dan 5 orang lainnya kurang loyal serta 8 orang
responden yang merasa kurang puas, namun 6 orang di antaranya loyal dan 2 orang sisanya
kurang loyal. Hasil uji korelasi diperoleh nilai p = 0.005,karena nilai p < 0.05 maka H0 di
tolak dan Ha diterimasehingga dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan pasien
dengan loyalitas pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, yaitu Hubungan Interaksi Komunikasi Dokter-Pasien
(Mendengarkan, Menjelaskan dan Kompetensi) Dengan Kepercayaan, Kepuasan Dan
Loyalitas Pasien Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Kota Makassar dapat di tarik
kesimpulan yakni (1) Terdapat hubungan dokter mendengarkan pasien saat konsultasi dengan
kepercayaan pasien di instalasi rawat jalan Rumah Sakit di Makassar, (2) Tidak terdapat
hubungan dokter mendengarkan pasien saat konsultasi dengan kepuasan pasien di instalasi
rawat jalan Rumah Sakit di Makassar, (3) Terdapat hubungan dokter menjelaskan kepada
pasien saat konsultasi dengan kepercayaan pasien di instalasi rawat jalan Rumah Sakit di
Makassar, (4) Tidak terdapat hubungan dokter menjelaskan kepada pasien saat konsultasi
dengan kepuasan pasien di instalasi rawat jalan Rumah Sakit di Makassar, (5) Terdapat
hubungan antara kompetensi dokter dengan masing-masing kepercayaan dan kepuasan pasien
instalasi rawat jalan Rumah Sakit di Makassar, (6) Terdapat hubungan antara kepercayaan dan
kepuasan pasien di instalasi rawat jalan Rumah Sakit di Makassar, (7) Terdapat hubungan
antara kepercayaan dan kepuasan dengan loyalitas pasien instalasi rawat jalan Rumah Sakit di
Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian ini pula, maka saran yang diajukan berdasarkan
kesimpulan adalah untuk meningkatkan pengaruh komunikasi dokter dengan kepercayaan
pasien dengan cara dokter yang bertugas di instalasi rawat jalan Rumah Sakit di Makassar,
sebaiknya diberikan pelatihan keterampilan komunikasi interpersonal efektif. Untuk
meningkatkan pengaruh komunikasi dokter dengan kepuasan pasien dengan cara dokter yang
bertugas di instalasi rawat jalan Rumah Sakit di Makassar, sebaiknya diberikan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan teknisnya sebagai dokter. Untuk meningkatkan loyalitas
pasien dengan cara menciptakan lingkungan poli yang nyaman, menambah kelengkapan
sarana dan prasarana poli. Pentingnya menerapkan komunikasi interpersonal yang baik antara
sesama tenaga kesehatan di Rumah Sakit di Makassar, khususnya komunikasi dokter-
paramedis sehingga tidak terjadi miskomunikasi saat memberikan pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Anitasari. (2010). Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan Di Instalasi Farmasi Rsud Pandan Arang Boyolali’, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Aliah.(2010). Analisis perbedaan karakteristik sosial ekonomi terhadap persepsi kualitas pelayanan di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar, Skripsi, Universitas Hasanuddin.
Azwar, Azrul .(1996).Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Basuki, Endang.(2009). Konseling Medik:Kunci Menuju Kepatuhan Pasien.Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Health Science Journal : Indonesia, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009
Chahaal, Hardeep et al. (2011). Evaluating Customer Relationship Dynamics In Healthcare Sector Through Indoor Patients’ Judgement. Managing Service Quality Journal, Vol. 34. No.6, pp. 626-648.
Fong Ha, Jennifer and Nancy Longnecker.(2010). Doctor-Patient Communication: A Review. Ochsner Journal. 2010 Spring; 10(1): 38–43
Pudjirahardjo, Widodo 2003,’Peningkatan Produktivitas Pelayanan Kesehatan Melalui Penerapan Pelayanan Prima. Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan, 1: 1-6
Pujiastuti,Wiwit.(2010).Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pengguna jasa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu, Fakultas Ekonomi, Skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim,
Rangkuti, Freddy.(2003).Measuring Customer Satisfaction’, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Ridd, Matheww..(et al). (2009). The Patient–Doctor Relationship: A Synthesis Of The Qualitative Literature On Patients' Perspectives. The British Journal Of General Practice. 2009 April 1; 59(561): e116–e133.
Widodo, Setiardi & Supriyanto.(2004).Faktor Dominan Kepuasan Pasien sebagai dasar penyusunan upaya pengembangan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit umum daerah kabupaten sidoarjo’ Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan, Vol 2, No.2, Mei 2004 : 85-91, hh 87
LAMPIRAN Analisis Bivariat
Tabel 1 Hasil Hubungan Dokter Mendengarkan Pasien Dengan
Kepercayaan Pasien Di Rumah Sakit di Makassar Th 2013
Jawaban Kepercayaan Total
P Percaya
Mendengarkan Baik
70 70 0,000
Sedang
79 79
Kurang
1 1
Total 150 150
Pearson’s R= konstan
Tabel 2 Hasil Hubungan Dokter Mendengarkan Pasien Dengan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit di Makassar Th 2013
Jawaban Kepuasan Total
P Puas Kurang Puas
Mendengarkan Baik
65 5 70 0,352
Sedang
76 3 79
Kurang
1 0 1
Total
142 8 150
Pearson’s R = 0,077
Tabel 3 Hasil Hubungan Dokter Menjelaskan Pasien
Dengan Kepercayaan Pasien Di Rumah Sakit di Makassar Th 2013
Jawaban Kepercayaan
Total P
Percaya Menjelaskan Baik
69 69 0,000
Sedang
80 80
Kurang
1 1
Total
150 150
Pearson’s R = Konstan
Tabel 4 Hasil Hubungan Dokter Menjelaskan Pada Pasien
Dengan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit di Makassar Th 2013
Kepuasan
Total P
Puas Kurang Puas Menjelaskan Baik
66 3 69 0,658
Sedang
75 5 80
Kurang
1 0 1
Total
142 8 150
Pearson’s R = 0,036
Tabel 5 Hasil Hubungan Kompetensi Dokter Saat Melayani Pasien Dengan Kepercayaan Pasien Di Rumah Sakit di
Makassar Th 2013
Jawaban Kepercayaan
Total P
Percaya Kompetensi Baik
131 131 0,000
Sedang
18 18
Kurang
1 1
Total
150 150
Pearson’s R = konstan
Tabel 6 Hasil Hubungan Kompetensi Dokter Saat Melayani Pasien Dengan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit di
Makassar Th 2013
Kepuasan
Total P
Puas Kurang Puas Kompetensi Baik 130
1 131 0,000
Sedang 11
7 18
Kurang 1
0 1
Total 142
8 150
Pearson’s R = 0,490
Tabel 7 Hasil Hubungan Kepercayaan Dengan Kepuasan Pasien
Di Rumah Sakit di Makassar Th 2013
Kepuasan
Total P
Puas Kurang Puas Kepercayaan Percaya
142 8 150 0,000
Total
142 8 150
Pearson’s R = konstan
Tabel 8 Hasil Hubungan Kepercayaan Pasien
Dengan Loyalitas Pasien Di Rumah Sakit di Makassar Th 2013
Loyalitas Total
P Loyal Kurang Loyal
Kepercayaan Percaya
143 7 150 0,000
Total 143 7 150
Pearson’s R = konstan
Tabel 9 Hasil Hubungan Kepuasan Pasien Dengan Loyalitas Pasien
Di Rumah Sakit di Makassar Th 2013
Loyalitas
Total P
Loyal Kurang Loyal Kepuasan Puas 137 5
142 0,005
Kurang Puas
6 2
8
Total 143 7
150
Pearson’s R = 0,229
Analisis Bivariat Bertingkat
Tabel 10 Hasil Hubungan Mendengarkan, Kepuasan Dan Loyalitas Pasien Di IRJ Rumah Sakit
di Makassar Th 2013 Crosstab
Mendengarkan Kepuasan Total
Puas Kurang Puas
Baik Loyalitas Loyal Count 61 4 65 % within Kepuasan 93,8% 80,0% 92,9% P=0,253
Kurang Loyal Count 4 1 5 % within Kepuasan 6,2% 20,0% 7,1% Pearsons
R= 0,138 Total Count 65 5 70 % within Kepuasan 100,0% 100,0% 100,0%
Sedang Loyalitas Loyal Count 75 2 77 % within Kepuasan 98,7% 66,7% 97,5% P=000
Kurang Loyal Count 1 1 2 % within Kepuasan 1,3% 33,3% 2,5% Pearsons
R= 0,390 Total Count 76 3 79 % within Kepuasan 100,0% 100,0% 100,0%
Kurang Loyalitas Loyal Count 1 1
% within Kepuasan 100,0% 100,0%
Total Count 1 1
% within Kepuasan 100,0% 100,0%
Sumber : Data Primer.
Tabel 11 Hasil Hubungan Menjelaskan, Kepuasan Dan Loyalitas Pasien Di IRJ Rumah Sakit
di Makassar Th 2013 Crosstab
Menjelaskan Kepuasan Total
Puas Kurang Puas
Baik Loyalitas Loyal Count 65 3 68 % within Kepuasan 98,5% 100,0% 98,6% P=0,893
Kurang Loyal Count 1 0 1 % within Kepuasan 1,5% ,0% 1,4% Pearsons
R=-0,026 Total Count 66 3 69 % within Kepuasan 100,0% 100,0% 100,0%
Sedang Loyalitas Loyal Count 71 3 74 % within Kepuasan 94,7% 60,0% 92,5% P=0,004
Kurang Loyal Count 4 2 6 % within Kepuasan 5,3% 40,0% 7,5% Pearsons
R= 0,319 Total Count 75 5 80 % within Kepuasan 100,0% 100,0% 100,0%
Kurang Loyalitas Loyal Count 1 1
% within Kepuasan 100,0% 100,0%
Total Count 1 1
% within Kepuasan 100,0% 100,0%
Sumber : Data Primer
Tabel 12. Hasil Hubungan Kompetensi, Kepuasan Dan Loyalitas Pasien Di IRJ Rumah Sakit di
Makassar Th 2013 Crosstab
Kompetensi Kepuasan Total
Puas Kurang Puas
Baik Loyalitas Loyal Count 126 1 127 % within Kepuasan 96,9% 100,0% 96,9% P=0,860
Kurang Loyal Count 4 0 4 % within Kepuasan 3,1% ,0% 3,1% Pearsons
R= -0,016 Total Count 130 1 131 % within Kepuasan 100,0% 100,0% 100,0%
Sedang Loyalitas Loyal Count 10 5 15 % within Kepuasan 90,9% 71,4% 83,3% P=0,307
Kurang Loyal Count 1 2 3 % within Kepuasan 9,1% 28,6% 16,7% Pearsons
R=0,255 Total Count 11 7 18 % within Kepuasan 100,0% 100,0% 100,0%
Kurang Loyalitas Loyal Count 1 1
% within Kepuasan 100,0% 100,0%
Total Count 1 1
% within Kepuasan 100,0% 100,0%
Sumber : Data Primer
Tabel 13 Hasil Hubungan Mendengarkan, Kepercayaan Dan Loyalitas Pasien Di IRJ
Rumah Sakit di Makassar Th 2013
Crosstab Mendengarkan Kepercayaan
Total
Percaya Baik Loyalitas Loyal Count 65 65
% within Kepercayaan 92,9% 92,9% P=0,000 Kurang Loyal Count 5 5
% within Kepercayaan 7,1% 7,1% Pearson R=konstan Total Count 70 70
% within Kepercayaan 100,0% 100,0% Sedang Loyalitas Loyal Count 77 77
% within Kepercayaan 97,5% 97,5% P=0,000 Kurang Loyal Count 2 2
% within Kepercayaan 2,5% 2,5% PearsonR=konstan Total Count 79 79
% within Kepercayaan 100,0% 100,0% Kurang Loyalitas Loyal Count 1 1
% within Kepercayaan 100,0% 100,0% Total Count 1 1
% within Kepercayaan 100,0% 100,0%
Sumber : Data Primer
Tabel 14. Hasil Hubungan Menjelaskan, Kepercayaan Dan Loyalitas Pasien Di IRJ Rumah Sakit
di Makassar Th 2013 Crosstab
Menjelaskan Kepercayaan Total
Percaya
Baik Loyalitas Loyal Count 68 68 % within Kepercayaan 98,6% 98,6% P= 0,000
Kurang Loyal Count 1 1 % within Kepercayaan 1,4% 1,4% PearsonR
=konstan Total Count 69 69 % within Kepercayaan 100,0% 100,0%
Sedang Loyalitas Loyal Count 74 74 % within Kepercayaan 92,5% 92,5% P= 0,000
Kurang Loyal Count 6 6 % within Kepercayaan 7,5% 7,5% PearsonR
=konstan Total Count 80 80 % within Kepercayaan 100,0% 100,0%
Kurang Loyalitas Loyal Count 1 1 % within Kepercayaan 100,0% 100,0%
Total Count 1 1 % within Kepercayaan 100,0% 100,0%
Sumber : Data Primer
Tabel 15. Hasil Hubungan Kompetensi, Kepercayaan Dan Loyalitas Pasien Di IRJ Rumah Sakit
di Makassar Th 2013 Crosstab
Kompetensi Kepercayaan Total
Percaya
Baik Loyalitas Loyal Count 127 127 % within Kepercayaan 96,9% 96,9% P=0,000
Kurang Loyal Count 4 4 % within Kepercayaan 3,1% 3,1% PearsonR
=konstan Total Count 131 131 % within Kepercayaan 100,0% 100,0%
Sedang Loyalitas Loyal Count 15 15 % within Kepercayaan 83,3% 83,3% P=0,000
Kurang Loyal Count 3 3 % within Kepercayaan 16,7% 16,7% PearsonR
=konstan Total Count 18 18 % within Kepercayaan 100,0% 100,0%
Kurang Loyalitas Loyal Count 1 1 % within Kepercayaan 100,0% 100,0%
Total Count 1 1 % within Kepercayaan 100,0% 100,0%
Sumber : Data Primer