hubungan kebiasaan merokok suami dengan …repository.poltekkes-kdi.ac.id/142/1/kti astrid.pdfiii...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIANBERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARITAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan padaProgram Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
Disusun Oleh :
ASTRID AYU CAROLINA WULANIM : P00324014005
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2017
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIANBERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARITAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh :
ASTRID AYU CAROLINA WULANIM : P00324014005
KTI ini Telah DisetujuiTanggal Agustus 2017
Pembimbing I, Pembimbing II,
Askrening, SKM., M.Kes. Hj. Syahrianti, S.Si.T., M.Kes.NIP. 19690930 199002 2 001 NIP. 19760215 200112 2 002
Mengetahui,Ketua Jurusan KebidananPoltekkes Kemenkes Kendari
Halijah, SKM., M.Kes.NIP. 19620920 198702 2 002
iii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIANBERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARITAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
ASTRID AYU CAROLINA WULANIM : P00324014005
Telah DiujikanPada Tanggal 27 Juli 2017
TIM PENGUJI
Penguji I : Dr. Nurmiaty, S.Si.T., MPH. (...................................)
Penguji iI : Dr. Kartini, S.Si.T., M.Kes. (...................................)
Penguji III : Feryani, S.Si.T., MPH. (...................................)
Penguji IV : Askrening, SKM., M.Kes. (...................................)
Penguji V : Hj. Syahrianti, S.Si.T., M.Kes. (...................................)
Mengetahui,Ketua Jurusan KebidananPoltekkes Kemenkes Kendari
Halijah, SKM., M.Kes.NIP. 19620920 198702 2 002
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis1. Nama : ASTRID AYU CAROLINA WULA2. Tempat Tangal Lahir : Wolasi, 27 Juli 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Kristen
5. Suku/Bangsa : Tolaki / Indonesia
6. Alamat : Desa Amoito Jaya Kec. Wolasi
Kabupaten Konawe Selatan
B. Riwayat Pendidikan1. SD Negeri 1 Poli Polia, Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 24 Konawe Selatan, Tahun Tamat 2011
3. SMA Negeri 13 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2014
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tahun 2014 sampai sekarang.
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Hubungan Kebiasaan Merokok Suami Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari Tahun 2017”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan
awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku
Pembimbing I dan Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing II
yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan
tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu dr. Hj. Asrida, selaku Direktur RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi
selama pengambilan data awal penelitian ini berlangsung.
3. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari.
v
vi
4. Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T., MPH., selaku Penguji II, Ibu Dr. Kartini, S.Si.T.,
M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Feryani., S.Si.T., MPH., selaku Penguji
III.
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
6. Teristimewa kepada ayahanda Abed Johni dan Ibunda tercinta Riana
David yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih
sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta
saudara-saudaraku, terima kasih atas pengertiannya selama ini.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2014.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Juli 2017
Penulis
vi
vii
ABSTRAK
Hubungan Kebiasaan Merokok Suami Kejadian Berat Badan LahirRendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari
Tahun 2017
Astrid Ayu Carolina Wula 1, Askrening 2, Syahrianti 2
Latar Belakang: Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh, menimbulkanbanyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi perokok secara umum. Ibuperokok pasif memiliki kesamaan dengan perokok aktif, meskipun secara langsungtidak merokok. Namun ibu perokok pasif mempunyai dampak yang sama terhadapjanin yang dikandungnya.Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok suami dengankejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota KendariTahun 2017.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control.Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari pada bulan Juni2017. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayiBBLR, sebanyak 35 kasus BBLR. Sedangkan populasi kontrol adalah semua ibuyang melahirkan bayi dengan keadaan BBLN, sebanyak 156 kasus. Variabelindependen dalam penelitian ini yaitu kebiasaan merokok suami, sedangkan variabeldependen dalam penelitian ini yaitu kejadian BBLR.Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa Sebagian besar responden memiliki suamiyang tidak merokok, yakni sebanyak 39 orang (55,7%); dan angka kejadian BBLR diRuang Perinatologi RSUD Kota Kendari sebanyak 35 orang (50,0%).Kesimpulan: Ada hubungan antara kebiasaan merokok suami dengan kejadianBBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari, kebiasaan merokok suamimemiliki risiko 2,4 kali lebih besar untuk menderita BBLR pada bayi di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari.
Kata Kunci : Kebiasaan merokok suami, BBLRDaftar Pustaka : 20 (2007-2016)
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5
E. Keaslian Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Tentang Perilaku Merokok .................................... 7
B. Telaah Tentang Berat Badan Lahir Rendah ..................... 18
C. Telaah Tentang Hubungan Kebiasaan Merokok
dengan BBLR..................................................................... 27
D. Landasan Teori ................................................................. 30
E. Kerangka Konsep ............................................................. 31
F. Hipostesis ......................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................. 33
B. Tempat Penelitian ............................................................ 34
C. Waktu Penelitian .............................................................. 34
viii
ix
D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 34
E. Variabel Penelitian ........................................................... 36
F. Definisi Operasional ......................................................... 36
G. Pengumpulan dan Sumber Data ...................................... 37
H. Pengolahan Data .............................................................. 37
I. Penyajian Data ................................................................. 39
J. Analisis Data .................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................. 42
B. Pembahasan .................................................................... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 57
B. Saran ................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel kontegensi 2x2 Odds Ratio pada penelitian Case Control Study. 40
2. Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD Kota KendariTahun 2017 .......................................................................................... 45
3. Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Nifas di Ruang PerinatologiRSUD Kota Kendari ............................................................................. 46
4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu Nifas Ruang Perinatologidi RSUD Kota Kendari ......................................................................... 46
5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Nifas di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari ......................................................... 47
6. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok Suami di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari ......................................................... 47
7. Distribusi Responden Menurut Kejadian BBLR di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari ......................................................... 48
8. Hubungan Kebiasaan Merokok Suami dengan Kejadian BBLR diRuang Perinatologi RSUD Kota Kendari .............................................. 48
x
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 31
2. Desain Penelitian Case Control ...................................................... 33
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden
3. Kuesioner Penelitian
4. Master Tabel Hasil Penelitian
5. Analisis Chi Square
6. Surat Ijin Penelitian
7. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki
kebiasaan merokok, dan perokok pasif adalah seseorang yang tidak
memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok
yang dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya.
Meskipun perokok pasif tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki
resiko yang sama dengan perokok aktif salah satunya yaitu wanita hamil
berkemungkinan melahirkan bayi premature atau bayi lahir cukup bulan,
tetapi berat badan kurang dari normal (Aulia, 2010). Bayi yang lahir dari
lingkungan perokok, rata-rata 200 gram lebih ringan dari bayi non
perokok. Selain ibu perokok, ayah yang merokok juga berhubungan
dengan pertumbuhan janin yang terlambat. Ayah yang merokok
berhubungan dengan penurunan berat bayi lahir (Yulifah, 2009).
Kelahiran Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian
neonatal sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar
86.000 bayi usia 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu)
neonatus meninggal. Di rumah sakit pusat rujukan sekitar 15-20% bayi
dilahirkan dengan berat lahir rendah sedangkan jumlah kelahiran BBLR
secara nasional adalah (11,5%) (Kemenkes RI, 2010).
1
2
Di Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dari
4.957 persalinan, terdapat sebanyak 478 kasus (9,64%) kejadian BBLR,
pada tahun 2015 meningkat menjadi 482 kasus (9,67%) dari 4.984
persalinan (Depkes Sultra, 2015).
Untuk Kota Kendari tahun 2013, terdapat 2.646 persalinan, 167
kasus (6,31%) merupakan kejadian BBLR, pada tahun 2014 dari 1.699
persalinan, terdapat 157 kasus (9,24%) kejadian bayi dengan BBLR.
Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 1.735 persalinan, dimana terdapat
168 kasus (9,68%) kejadian BBLR (Dinkes Kota Kendari, 2015).
Berdasarkan data dari bidang pelayanan kesehatan (YanKes)
RSUD Kota Kendari terdapat 77 bayi (10,27%) dengan kasus BBLR dari
750 kelahiran pada tahun 2015, dan terdapat 101 bayi (17,50%) dengan
kasus BBLR dari 577 kelahiran pada tahun 2016 sampai dengan bulan
September (RSUD Kota Kendari, 2016).
Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh,
menimbulkan banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi
perokok secara umum. Ibu perokok pasif memiliki kesamaan dengan
perokok aktif, meskipun secara langsung tidak merokok. Namun ibu
perokok pasif mempunyai dampak yang sama terhadap janin yang
dikandungnya. Hal ini dikarenakan masuknya beberapa zat berbahaya di
dalam rokok kedalam tubuh diantaranya adalah nikotin dan karbon
monoksida (Aulia, 2010). Zat nikotin dan karbon monoksida yang beredar
dalam tubuh bumil diserap oleh bayi saat masih dalam kandungan.
Keduanya zat tersebut memiliki efek menyempitkan saluran-saluran
3
pembuluh darah sehingga dapat memperkecil kadar oksigen dan nutrisi
yang mengalirke dalam tubuh ibu hamil (bumil). Akibatnya, janin akan
menerima asupan nutrisi dan oksigen dalam jumlah yang sedikit sehingga
berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(Jaya, 2009).
Sebagai racun, karbon monoksida akan mengurangi oksigen yang
dibawa oleh darah. Semakin banyak karbon monoksida dalam darah bayi,
maka akan semakin rendah berat badan bayi saat kelahiran. Zat kimia
yang terisap dari asap rokok akan membatasi pertumbuhan janin dengan
mengurangi jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun
dalam otak. Nikotin menjadikan pembuluh darah mengerut dan oleh
karena itu mengurangi suplai darah ke plasenta yang mengganggu
perkembangan bayi. Racun nikotin dapat mempengaruhi bahkan
menghambat proses aliran darah dari ibu kepada janin, akibatnya
perkembangan bayi menjadi terlambat. Kondisi ini berjalan terus hingga
memasuki masa persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Sari, 2008).
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) salah satunya masalah fisik yaitu
mengalami penyakit parukronis. Keadaan ini dapat disebabkan karena
infeksi, kebiasaan ibu merokok, dan radiasi udara dilingkungan
(Proverawati, dkk., 2010). Salah satu upaya menurunkan terjadinya Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah dengan menghentikan kebiasaan
merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol, tidak merokok
4
dan menghindari asap rokok (Proverawati, dkk., 2010). Calon ibu
sebaiknya berhenti merokok saat hamil, sehingga resiko pada dirinya dan
bayi dapat dihindari. Begitu juga dengan ibu hamil yang menjadi perokok
pasif sebaiknya menghindari perokok tersebut karena sedikit banyak
dapat berisiko pada kehamilan (Nirwana, 2011).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada 10
orang ayah yang memiliki bayi dengan BBLR ditanyakan tentang
kebiasaan merokok di dekat istri selama kehamilan sebanyak 7 orang
diantaranya menjawab ya dan 3 orang menjawab tidak merokok.
Berdasarkan angka kejadian di atas, maka peneliti telah melakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok suami dengan
kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD
Kota Kendari Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan kebiasaan merokok
suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari Tahun 2017?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok suami
dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari Tahun 2017.
5
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi kebiasaan merokok suami.
b. Untuk mengidentifikasi kejadian berat badan lahir rendah.
c. Untuk menganalisis hubungan kebiasaan merokok suami dengan
kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi
RSUD Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran untuk
kegiatan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan sebagai bahan masukan kepada
masyarakat mengenai hubungan kebiasaan merokok suami dengan
kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
3. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan informasi dan menambah pengetahuan
mengenai hubungan kebiasaan merokok suami dengan terjadinya
berat badan lahir rendah (BBLR).
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
ini adalah hasil penelitian Arni Salam (2012) dengan judul: Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Terjadinya Berat Badan Lahir Rendah di RSU Dewi
6
Sartika Kota Kendari Periode Januari 2010-Desember 2012. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor umur, paritas, dan jarak kehamilan
mempengaruhi terjadinya BBLR pada bayi di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel
penelitian, dimana pada penelitian ini menggunakan variabel kebiasaan
ayah merokok serta lokasi penelitian.
Penelitian Dewi (2012) dengan judul: Hubungan Faktor Ibu dan
Janin dengan Kelahiran Bayi BBLR di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ibu yang berhubungan dengan
kejadian bayi BLR adalah usia ibu, riwayat melahirkan bayi BBLR, jarak
kelahiran, kebiasaan merokok ibu.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel
penelitian, dimana pada penelitian ini menggunakan variabel kebiasaan
ayah merokok, lokasi penelitian dan metode penelitian yang digunakan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Tentang Kebiasaan Merokok
1. Definisi Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok adalah aktivitas seseorang yang
merupakan respon orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat
diamati secara langsung. Sedangkan merokok adalah membakar
tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa. Temperatur sebatang rokok yang tengah dibakar
adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar dan 30
derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok
(Istiqomah, 2009).
Munculnya kebiasaan dari organisme ini dipengaruhi oleh
faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus
ekternal. Seperti halnya perilaku lain; kebiasaan merokok pun muncul
karena adanya faktor internal (faktor biologis dan psikologis, seperti
kebiasaan merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor
eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman
sebaya). Sari dkk (2009) menyebutkan bahwa kebiasaan merokok
adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan
menggunakan pipa atau rokok.
7
8
Menurut Ogawa dalam Triyanti (2010) dahulu kebiasaan
merokok disebut sebagai suatau kebiasaan atau ketagihan, tetapi
dewasa ini merokok disebut sebagai tabaco dependency sendiri dapat
didefinisikan sebagai kebiasaan penggunaan tembakau yang menetap,
biasanya lebih dari setengah bungkus per hari, dengan adanya
tambahan ditres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau
secara berulang-ulang. Kebiasaan merokok dapat juga didefinisikan
sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku
merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok,
dan fungsi merekok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi,
2010).
Intensitas merokok sebagai wujud dari kebiasaan merokok
menurut Bustan (2010), rokok aktif adalah asap rokok yang berasalah
dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap
(mainstream). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
perokok aktif (active smoker) adalah orang yang merokok dan
langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagai
kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang
yang tidak merokok (pasive smoker). Asap rokok merupakan polutan
bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya
terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret
kemungkinan besar bahayanya terhadap mereka yang bukan perokok,
terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh
9
perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak
mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung
tar dan niotin (Wardoyo, 2006).
Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang bila digunakan
dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat
(Aulia, 2010). Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, diketahui bahwa
rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu
ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya, atau sintesisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP
No 19 dalam Sarafino, 2009).
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 milimeter (berfariasi tergantung Negara) dengan diameter
sekitar 10 milimeter yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah (Jaya, 2009).
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau
kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam
kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan
tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang
10
memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan karena merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan
jantung walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang
sekali dipatuhi (Gondodiputro dalam Sarafino, 2009).
Merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak
asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan
bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk
bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, merokok adalah menghisap gulungan
tembakau yang dibungkus dengan kertas (Fajar dalam Valleria, 2009).
Asap rokok mengandung ribuan zat kimia, atau komponen
asap, juga disebut sebagai “emisi asap”. Komponen asap yang paling
luas dikenal adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida (CO). Selain
zat-zat ini, hingga saat ini lebih dari 7,000 zat kimia telah diketahui
terkandung dalam asap rokok. Dinas kesehatan masyarakat telah
menggolongkan sekitar 70 komponen asap sebagai kemungkinan
penyebab penyakit yang terkait dengan merokok, seperti kanker paru,
penyakit jantung, dan emfisema (Triswanto, 2012).
Rokok adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi keadaan
psikologis seseorang. Pada masa pertumbuhan, zat dalam rokok
(nikotin) bahkan dapat mempengaruhi perkembangan fisik. Bahkan ini
diperparah jika, seorang wanita hamil mengisap rokok, yang dapat
mempengaruhi secara langsung perkembangan fisik janin yang
dikandungnya. Merokok ada dua macam, baik perokok aktif maupun
11
pasif. Seorang istri yang hamil misalnya, akan selalu menjadi perokok
pasif dari suami yang menjadi perokok aktif. Perokok pasif adalah
mereka yang tidak merokok tetapi menghisap ETS (Environmental
Tobacco Smoke). ETS adalah asap rokok utama dan asap rokok
sampingan yang dihembuskan kembali oleh perokok. Bagi orang yang
tidak merokok, asap rokok selalu tidak menyenangkan, berbau,
mengiritasi hidung dan mata. Risiko menghirup asap rokok orang lain
tidak sebesar menghirup asap rokok sendiri, tetapi risikonya tetap
bermakna (Trim, 2012).
2. Faktor-Faktor Penyebab
Menurut Mu’tadin dalam Valleria (2009) kebiasaan merokok
pada individu juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain yaitu:
a. Lingkungan sosial, yaitu: segala aktivitas kehidupan yang paling
dekat dengan individu seperti teman-teman, kawan-kawan sebaya,
orang tua, saudara-saudara dan media massa.
b. Variabel demografi, yaitu: bagian-bagian dari masyarakat seperti
umur dan jenis kelamin.
c. Sosio kultural, yaitu: norma-norma dalam masyarakat yang terdiri
dari kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan,
penghasilan dan gengsi pekerjaan.
d. Variabel politik, yaitu: berupa usaha memperlancar kampanye-
kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok.
Menurut Sarafino cit Aulia (2010) bahwa ada tiga faktor
yang mempengaruhi seseorang terbiasa merokok, yaitu:
12
a. Faktor Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga ada saling
ketergantungan atau dengan kata lain tidak bias hidup sendiri.
Sebagai mahluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain, sehingga perilaku
individu tidak terlepas dari lingkungan sosialnya. Seorangyang
tidak merokok, namun hidup atau bekerja diantara orang perokok
maka kemungkinan besar dia akan terpengaruh ikut merokok.
b. Faktor Psikologis
Salah satu faktor psikologis yang menyebabkan seseorang
merokok, yaitu demi relaksasi, ketenangan, serta mengurangi
kecemasan atau ketegangan. Perokok secara sudut pandang
psikologis dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri
sendiri secara mudah dan efektif dan rokok itulah yang dijadikan
pilihan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Gejala yang dapat
dicermati untuk mengenali alasan merokok adalah karena
ketagihan, kebutuhan mental, dan karena kebiasaan.
c. Faktor Farmakologis
Salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin
yang mempengaruhi perasaan atau kebiasaan. Hal ini
menyebabkan seseorang merasa nikmat saat merokok, sehingga
seseorang yang sudah pernah mencoba merokok akan ketagihan
dan mengulanginya lagi (Jaya, 2009).
13
3. Tipe-Tipe Perokok
a. Perokok aktif (Active Smoker)
Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki
kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya,
sehingga rasanya tidak enak bila sehari saja tidak merokok. oleh
karena itu, ia akan melakukan apapun demi mendapatkan rokok,
kemudian merokok (Aulia, 2010).
b. Perokok Pasif(Passive Smoker)
Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki
kebiasaan merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok
yang dihembus oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya.
Meskipun perokok pasif memiliki resiko yang sama dengan perokok
aktif dalam hal terkena penyakit yang disebabkan oleh rokok.
Perokok pasif mempunyai resiko yang sama dengan perokok aktif
karena perokok pasif juga menghirupkan dungan karsinogen (zat
yang memudahkan timbulnya kanker) dan 4.000 partikel lain yang
ada pada asap rokok (Aulia, 2010).
Selain perokok aktif dan perokok pasif masih ada tipe-tipe
perokok yang lain. Menurut Sitepoe, tipe perokok ada 5 yaitu:
a. Tidak merokok, yaitu tidak merokok selama hidup.
b. Perokok ringan, yaitu merokok berselang-seling.
c. Perokok sedang, yaitu merokok setiap hari dalam kuantum kecil.
d. Perokok berat, yaitu merokok lebih dari satu bungkus setiap hari.
14
e. Berhenti merokok, yaitu semula merokok, kemudian berhenti dan
tidak pernah merokok lagi (Aulia, 2010).
Perokok pasif tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki
risiko yang sama dengan perokok aktif dalam hal terkena penyakit
yang disebabkan oleh rokok. Berbagai studi bahwa perokok pasif
memiliki resiko sama dengan perokok aktif dalam hal-hal berikut:
a. Kemungkinan mengalami serangan kanker paru, kanker payudara,
kanker ginjal, kanker pankreas, dan kanker otak karena
memperoleh nikotin dari asap rokok.
b. Kemungkinan terkena penyakit jantung dan pembuluh darah
(stroke).
c. Kemungkinan mengalami serangan asma bronkhiale.
d. Kemungkinan terkena gangguan kognitif dan demensia (mudah
lupa).
e. Wanita hamil berkemungkinan melahirkan bayi prematur atau bayi
lahir cukup bulan, tetapi berat badan kurang dari normal.
f. Mudah terkena serangan infeksi dihidung dan tenggorokan.
g. Anak-anak mudah terserang asma, meninggal pada usia muda,
infeksi paru-paru, mudah mengalami alergi, dan mudah terkena
TBC paru.
4. Klasifikasi Perokok
Mu’tadin dalam Trim (2012) membagi tipe merokok menjadi
empat golongan sebagai berikut:
15
a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari
31 batang perhari dengan selang merokok lima menit setelah
bangun tidur di pagi hari.
b. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang
waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari.
c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang
waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.
d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan
selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
5. Bahaya Merokok Bagi Kesehatan
Menurut Jaya (2009), banyak penelitian membuktikan
kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakir
seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-
paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronchitis,
tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat
pada janin.
a. Stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat
mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko
stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan
bukan perokok (Ellizabet dalam Sarafino, 2009).
b. Impotensi
Nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa ke seluruh
tubuh termasuk organ-organ reproduksi. Zat ini dapat menganggu
16
proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk.
Selain kerusakan kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor risiko
gangguan fungsi seksual, khususnya gangguan disfungsi ereksi
(Ellizabet dalam Sarafino, 2009).
c. Kanker
Merokok dapat menyebabkan kanker. Kematian akibat
kanker yang disebabkan oleh merokok pun semakin meningkat.
Kematian karena kanker (terutama kanker paru-paru meningkat 20
kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok. Berbagai
jenis kanker yang risikonya meningkat akibat merokok antara lain
kanker trakea, bronkus, paru-paru, kanker mulut dan orofaring,
kanker lambung, kanker kandung kemih, kanker esophagus, kanker
ginjal dan ureter (Ellizabet dalam Sarafino, 2009).
d. Jantung
Nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan
efinefrin dan norepinefrin dalam darah meningkat, yang
menyebabkan jantung berdebar lebih cepat dan pembuluh darah
berkontraksi atau menyempit. Debar jantung yang lebih cepat akan
meningkatkan kebutuhan akan oksigen pada otot jantung.
Sementara itu, penyediaan oksigen menjadi menurun karena
oksigen yang ada akan diikat oleh carbon monoksida (CO) yang
dihasilkan rokok. Dalam hal ini nikotin yang berperan membuat
irama jantung tidak teratur, menimbulkan kerusakan jaringan dalam
17
pembuluh darah, sehingga serangan jantung mengikutinya
(Bangun dalam Sarafino, 2009).
e. Kanker Paru
Menurut POM RI bahwa satu dari sepuluh dari perokok
berat akan menderita kanker paru. Pada kasus dapat berakibat
fatal dan menyebabkan kematian (Nasir dalam Sarafino, 2009).
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar,
sel mukosa membesar (hypertrofi) dan kelenjar mucus bertambah
banyak (hyperplasia). Pada saluran nafas kecil, terjadi radang
ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan
penumpukkan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan
jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Caldwell dalam Sarafino,
2009).
f. Kelainan Sperma
Berbagai racun rokok dapat merusak DNA yang mengubah
bentuk sperma, yang akhirnya menyebabkan keguguran atau
kelainan cacat (Ellizabet dalam Sarafino, 2009).
g. Pengaruh rokok pada telinga, hidung dan tenggorokan
Asap rokok yang menimbulkan iritasi pada saluran
eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan telinga tengah dan
tenggorokan. Iritasi menyebabkan selaput lender yang melindungi
saluran ini mengeluarkan lender di luar batas yang wajar. Ini
18
memicu munculnya radang dan ini pada akhirnya akan
menimbulkan ketulian (Bangun dalam Sarafino, 2009).
Merokok akan mengakibatkan rangsangan pada
tenggorokan, karena zat-zat tar akan menyerang selapot-selaput
halus pada saluran pernapasan. Zat ini akan dipindahkan ke dalam
cabang-cabang tenggorokan dan paru-paru dengan perantara
asap, dan sesudah itu disimpan pada selaput lendir pembuluh-
pembuluh ini, sehingga menyebabkan banyaknya rangsangan
setempat ini. Ini mengakibatkan hambatan pada saluran paru-paru
menyebabkan orang sukar bernafas. Karena itu seorang perokok
akan lebih sering terserang penyakit saluran pernafasan (Bangun
dalam Sarafino, 2009).
B. Telaah Tentang Berat Badan Lahir Rendah
1. Pengertian
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa
kehamilan. Secara umum bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) berhubungan dengan usai kehamilan yang belum cukup bulan
(premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tetapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram (Proverawati, dkk, 2010).
19
Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan
untuk umur kehamilan. Kongres European Perinatal Medicine II yang
diadakan di London juga diusulkan definisi untuk mendapatkan
keseragaman tentang maturitas bayi lahir, yaitu sebagai berikut
(Proverawati, dkk., 2010):
a. Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu (259 hari).
b. Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari
37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).
c. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42
minggu atau lebih dari 294 hari.
2. Problematika Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur.
Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar
uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang
sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat
makin tinggi angka kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar
kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur (Proverawati, dkk.,
2010).
Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam
tubunya baik anatomik maupun fisiologi maka mudah timbul beberapa
kelainan seperti berikut:
a. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat
pada BBLR.
20
b. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
c. Imatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan
defisiensi vitamin K.
d. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan
mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan
yang akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit.
e. Ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fungsinya.
Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak
sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolik dari badan
dengan akibat mudah terjadi oedema dan asidosis metabolik.
f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
g. Gangguan immunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi
prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya
fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
h. Perdarahan intravertikuler (Proverawati, dkk, 2010).
3. Gambaran Klinis
Karakteristik untuk bayi BBLR adalah berat badan lahir sama
dengan atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang atau
sama dengan 46 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang
dari 37 minggu (Proverawati, dkk., 2010).
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugonya banyak, lemak subkutan kurang sering tampak peristaltik
21
usus. Tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur sering
timbul apnea. Bila hal ini sering terjadi dan setiap serangan lebih dari
20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen
lebih besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam
keadaan kedua paha dalam abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki
dalam fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke suatu sisi.
Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif. Gerakan
otot jarang akan tetapi lebih baik bayi cukup bulan. Daya isap lemah
terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang lapar akan menangis,
gelisah dan menggerak-gerakan badannya. Bila tanda-tanda lapar
tersebut tidak timbul dalam waktu 96 jam, maka harus curiga akan
adanya perdarahan intraventikuler atau infeksi. Oedema biasanya
sudah terlihat segera sesudah lahir dan makin bertambah jelas dalam
24-28 jam berikutnya. Kulit mengkilat, licin, piting oedema dan oedema
ini dapat berpindah dengan perubahan posisi. Oedema yang hebat
merupakan tanda bahaya bagi bayi tersebut. Oedema ini sering
berhubungan dengan perdarahan antepartum, toksemia gravidarum
dan diabetes mellitus: frekuensi nadi berkisar antara 100-140/menit
pada hari pertama frekuensi pernapasan 40-50/menit. Pada hari-hari
berikutnya 35-45/menit yang disebabkan karena peredaran darah yang
masih lamban. Bila frekuensi penapasan terus meningkat dan selalu di
atas 60/menit, harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya
sindroma gangguan pernapasan seperti membran hialin, pneumonia
gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal
22
ini harus dicari penyebabnya misalnya dengan membuat foto paru.
Pemeriksaan ultrasonografi dan lain-lain (Proverawati, dkk., 2010).
4. Faktor Penyebab Terjadinya BBLR
Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat
multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan
tindakan pencegahan. Faktor-faktor yang secara umum berhubungan
dengan bayi BBLR adalah sebagai berikut:
a. Faktor ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau > 35 tahun.
2) Kehamilan ganda (multi gravida)
3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun)
4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
b. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah
2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istrahat
3) Keadaan gizi yang kurang baik
4) Pengawasan antenatal yang kurang
5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
23
c. Sebab lain
1) Ibu perokok
2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu obat narkotik
4) Penggunaan obat anti metabolik.
d. Faktor janin
1) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
2) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)
3) Disautonomia familial
4) Kehamilan ganda / kembar (gemeli)
5) Aplasia pancreas
e. Faktor plasenta
1) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya
(hidramnion)
2) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit)
3) Infark
4) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)
5) Plasenta yang lepas
6) Sindrom plasenta yang lepas
7) Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)
f. Faktor lingkungan:
1) Bertempat tinggal di dataran tinggi
2) Terkena radiasi
3) Terpapar zat beracun (Proverawati, dkk., 2010).
24
Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat
digolongkan menjadi sebagai berikut:
a. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh:
1) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
2) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia
3) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
4) Malaria kronik, penyakit kronik
5) Ibu hamil merokok
b. BBLR tipe premature, disebabkan oleh:
1) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya
2) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar
3) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tidak
mampu berat bayi dalam rahim)
4) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum
hemorhage)
5) Ibu hamil yang sedang sakit (Proverawati, dkk., 2010).
5. Penatalaksanaan BBLR
Ada beberapa cara penatalaksanaan BBLR yaitu:
a. Pengaturan Suhu
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermia
bila berada di lingkungan yang dingin.kehilangan panas disebabkan
oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas, bila
25
dibandingkan dengan berat badan, kurang jaringan lemak di bawah
kulit dan kekurangan lemak cokelat (brown fat). Untuk mencegah
hipotermia, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk
bayi dalam keadaan istrahat konsumsi oksigen paling sedikit,
sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat dalam
inkubator, maka suhu tubuh bayi dengan berat badan kurang dari 2
kg adalah 35oC, dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg 34oC,
agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh 37oC, kelembapan
inkubator berkisar antara 50-60 persen. Kelembapan lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan.
Suhu inkubator dapat diturunkan 1oC perminggu untuk bayi dengan
berat badan 2 kg dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan
di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27oC-29oC
(Proverawati, dkk., 2010).
b. Mempertahankan Suhu Tubuh
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat dengan cara
memberikan sinar panas, selimut, lampu panas, bantalan panas
dan botol air hangat, disertai dengan pengaturan suhu dan
kelembaban ruangan (Proverawati, dkk, 2010).
c. Mencegah Infeksi
Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi. Infeksi terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini
disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR
26
masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit
juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.
Langkah yang harus dilakukan dalam pencegahan infeksi antara
lain mencuci tangan sebelum memegang bayi, pemakaian masker
dan baju khusus dalam penanganan bayi BBLR (Proverawati, dkk.,
2010).
d. Penimbangan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat
(Proverawati, dkk., 2010).
e. Makanan bayi
Pada bayi BBLR refleks mengisap dan menelan belum
terbentuk sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim
pencernaan terutama lipase masih kurang di samping itu
kebutuhan protein 3-5 gram perhari dan tinggi kalori (110
kal/kg/hari) oleh bayi, agar berat badan bertambah sebaik-baiknya
jumlah ini lebih tinggi dari yang di perlukan. Awasi dan hitung
kebutuhan kalori bayi, mulai pemberian ASI atau susu dengan botol
2-6 jam setelah kelahiran, mulai dengan 3-5 mL setiap pemberian
interval 3 jam. Pemberian bisa di tambah bila bayi menunjukkan
toleransi yang baik. Pemberi ASI jangan dihentikan sampai bayi
menunjukkan bahwa ia dapat makan melalui botol susu dan berat
badannya bisa bertambah (Pantiawati I, 2010).
27
C. Telaah Tentang Hubungan Kebiasaan Merokok dengan BBLR
Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh,
menimbulkan banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi
perokok secara umum. Ibu perokok pasif memiliki kesamaan dengan
perokok aktif, meskipun secara langsung tidak merokok. Namun ibu
perokok pasif mempunyai dampak yang sama terhadap janin yang
dikandungnya. Hal ini dikarenakan masuknya beberapa zat berbahaya di
dalam rokok kedalam tubuh diantaranya adalah nikotin dan karbon
monoksida (Aulia, 2010). Zat nikotin dan karbon monoksida yang beredar
dalam tubuh bumil diserap oleh bayi saat masih dalam kandungan.
Keduanya zat tersebut memiliki efek menyempitkan saluran-saluran
pembuluh darah sehingga dapat memperkecil kadar oksigen dan nutrisi
yang mengalirke dalam tubuh ibu hamil (bumil). Akibatnya, janin akan
menerima asupan nutrisi dan oksigen dalam jumlah yang sedikit sehingga
berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(Jaya, 2009).
Sebagai racun, karbon monoksida akan mengurangi oksigen yang
dibawa oleh darah. Semakin banyak karbon monoksida dalam darah bayi,
maka akan semakin rendah berat badan bayi saat kelahiran. Zat kimia
yang terisap dari asap rokok akan membatasi pertumbuhan janin dengan
mengurangi jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun
dalam otak. Nikotin menjadikan pembuluh darah mengerut dan oleh
karena itu mengurangi suplai darah ke plasenta yang mengganggu
28
perkembangan bayi. Racun nikotin dapat mempengaruhi bahkan
menghambat proses aliran darah dari ibu kepada janin, akibatnya
perkembangan bayi menjadi terlambat. Kondisi ini berjalan terus hingga
memasuki masa persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Sari, 2008).
Tingkat karbon monoksida lebih tinggi dalam darah perokok dan
berapapun tingkat monoksida yang ada dalam darah wanita, tetap lebih
tinggi dalam darah bayi. Sebagai racun, karbon monoksida akan
mengurangi oksigen yang dibawa oleh darah, maka akan semakin rendah
berat badannya pada saat kelahiran. Berat bayi dari wanita perokok
sebesar 200 gram lebih ringan dari bayi wanita yang tidak merokok.
Merokok mengandung banyak zat yang merugikan baik pada yang
merokok dan juga balita. Kandungan pada rokok seperti nikotin dan
karbon monoksida adalah penyebabnya. Dibandingkan dengan mereka
yang tidak merokok, ibu hamil yang merokok melahirkan bayi dengan
ukuran berat yang lebih kecil (Sarafino, 2009).
Wanita hamil harus dijauhkan dari asap rokok, apalagi menjadi
perokok aktif. Wanita hamil yang merokok sesungguhnya sedang memberi
nikotin dan karbon monoksida kepada janinnya. Wanita hamil yang banyak
menghirup asap rokok akan mengakibatkan resiko besar pada janinnya,
yaitu kematian, kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, serta mudah
terserang sindrom kematian mendadak (sudden infant death syndrome-
SIDS) (Sarafino, 2009).
29
Lingkungan berasap tembakau mengandung lebih dari 4000
senyawa kimia. Tiga komponen toksik yang utama adalah karbon
monoksida (CO), nikotin (C10H14N2), dan tar. Karbon monoksida yang
terabsorbsi kedalam tubuh ibu secara langsung akan mengikat
hemoglobin (Hb). Hb memiliki kemampuan mengikat CO jauh lebih besar
dibandingkan dengan kemampuannya mengikat oksigen (O2), sehingga
kapasitas O2 di dalam darah akan berkurang. Efeknya bagi janin lebih
berbahaya dari pada ibu karena janin menerima O2 lebih sedikit.
Penerimaan O2 bagi janin yang dampaknya menimbulkan berbagai
permasalahan bagi bayi seperti asfiksia dan mengurangi jumlah sel yang
dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun dalam otak, sehingga beresiko
melahirkan bayi BBLR. Sedangkan Nikotin merupakan vasokonstriktor
yang dapat menurunkan perfusi plasenta sehingga makanan untuk janin
akan terhambat akibat penyumbatan di plasenta. Suplai makanan untuk
janin terhambat sehingga janin beresiko memiliki berat badan lahir rendah
(BBLR) (Sarafino, 2009).
D. Landasan Teori
Faktor yang mempengaruhi terjadinya berat badan lahir rendah
(BBLR) terdiri dari faktor janin, faktor lingkungan, faktor ibu, dan faktor
plasenta. Kebiasaan merokok suami merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya BBLR yaitu faktor lingkungan.
Asap rokok memiliki beragam kandungan diantaranya adalah
Nikotin dan Karbon monoksida yang berdampak pada berat badan lahir
30
rendah (BBLR) pada bayi baru lahir. Nikotin menghambat suplai makanan
untuk janin karena menyebabkan penyumbatan, sedangkan karbon
monoksida menyebabkan berkurangnya suplai oksigen yang dibawa
darah sehingga mengurangi jumlah sel yang terbentuk sehingga bayi
yang terlahir berisiko berat badan lahir rendah (BBLR).
E. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Garis penghubung variabel yang diteliti
: Garis pengubung variabel yang tidak diteliti
: Variabel independen yang diteliti
: Variabel dependen yang diteliti
: Variabel independen yang tidak diteliti
Faktor Lingkungan
Kejadian BBLR
Faktor Ibu
Faktor Plasenta
Faktor Janin
31
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2008).
H1 : Ada hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat
badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota
Kendari.
H0 : Tidak ada hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian
berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota
Kendari.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control
yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kebiasaan merokok
suami dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Penelitian case control
adalah suatu penelitian yang mempelajari bagaimana hubungan faktor
risiko (kebiasaan merokok suami) dengan terjadinya suatu penyakit
(BBLR) yang dilakukan dengan cara membagi sampel menjadi dua
kelompok yaitu kelompok kasus (BBLR) dan kelompok control (tidak
BBLR). Selanjutnya ditelusuri secara retrospektif mengenai kebiasaan
merokok suami diantara kelompok kasus (BBLR) dan kontrol (tidak BBLR)
(Notoatmodjo, 2010).
Desain penelitian case control (Notoatmodjo, 2010):
Gambar 2. Desain Penelitian Case Control
32
Faktor Risiko (+)Merokok
Faktor Risiko (-)Tidak Merokok
Faktor Risiko (+)Merokok
Faktor Risiko (-)Tidak Merokok
Kasus:BBLR
Kontrol:Tidak BBLR
33
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi kasus dan
populasi kontrol. Populasi kasus pada penelitian ini adalah semua ibu
yang melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram (BBLR)
dan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (cukup bulan
/aterm) di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari Periode Oktober-
Desember 2016, sebanyak 35 kasus BBLR. Sedangkan populasi
kontrol dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayi
dengan keadaan Berat Badan Lahir Normal (BBLN) di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari Periode Oktober-Desember 2016,
sebanyak 156 kasus tidak BBLR.
2. Sampel
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah sebagian dari
populasi kasus yang ada, dimana sampel kasus diambil dari data
register kohort ibu hamil yang melahirkan bayi dengan berat kurang
dari 2.500 gram (BBLR) dan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu (cukup bulan /aterm) di Ruang Perinatologi RSUD Kota
34
Kendari Periode Oktober-Desember 2016, sebanyak 35 kasus BBLR
yang ditetapkan secara total sampling. Sehingga untuk penentuan
sampel kontrol ditetapkan berdasarkan jumlah sampel kasus yang
disetarakan (matching) dengan data karakteristik kasus (umur sampel
kasus).
Pemilihan sampel dilakukan secara total sampling dengan
mempertimbangkan bahwa sampel yang akan diambil yaitu ibu hamil
yang melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram (BBLR)
dan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (cukup bulan
/aterm) sebagai kasus dan tidak BBLR sebagai kontrol. Caranya mula-
mula diambil sampel kasus kemudian dipilih yang mempunyai kriteria
di atas. Setelah itu dipilih sampel kontrol yang mempunyai kriteria yang
sama dengan melihat persamaan umur kelamin pada kelompok kasus.
Sampel untuk kontrol dipilih secara individual, dengan kata lain untuk
setiap kasus dipilih seorang kontrol, sampai jumlah sampel yang
dibutuhkan terpenuhi.
Karena perbandingan sampel kasus dan kontrol yang
digunakan adalah 1 : 1, maka perbandingan jumlah sampel kasus dan
kontrol adalah 35 : 35. Total jumlah sampel yang digunakan adalah 35
x 2 = 70 sampel.
35
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
kebiasaan merokok suami.
2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
kejadian Berat Badan Lahir Rendah.
F. Definisi Operasional
1. Kebiasaan Merokok Suami
Kebiasaan merokok suami adalah kebiasaan merokok suami di
rumah selama kehamilan isterinya atau kecenderungan mengisap
rokok yang dilakukan berulang kali dan yang dapat menimbulkan
ketergantungan, dengan kriteria objektif:
Merokok : Jika suami setiap hari merokok atau tidak tiap hari
atau kebiasaan merokok yang dilakukan hanya
dalam kesempatan tertentu saja
Tidak Merokok : Jika suami tidak pernah sama sekali merokok
meskipun hanya satu hisapan (WHO, 2010).
2. Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Kejadian BBLR adalah kondisi bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram, dengan kriteria objektif:
BBLR : Jika Bayi lahir dengan berat < 2500 gram.
Tidak BBLR : Jika Bayi lahir dengan berat ≥ 2500 gram
(Proverawati, dkk., 2010)
36
G. Pengumpulan dan Sumber Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu peneliti
terlebih dahulu memberikan surat permohonan izin penelitian dari kampus
kepada pihak RSUD Kota Kendari. Setelah mendapat izin, maka peneliti
mulai melakukan proses penelitian yang dimulai dengan menentukan
responden penelitian, kemudian peneliti menjelaskan pada responden
manfaat dan tujuan penelitian ini, setelah responden bersedia maka
responden menandatangani informed consent, pada keesokan harinya
peneliti melakukan pengisian kuisioner dengan mewawancarai responden
selama ± 15 menit setiap responden.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder bersumber
dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan melalui buku registrasi
ibu bersalin di Ruang Perinatologi dan gambaran umum lokasi penelitian.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan
yang diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi
kelengkapan pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika
terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat
dan segera dilakukan perbaikan. Proses editing dalam penelitian ini
37
dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan kuesioner yang telah
diisi oleh responden untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan
dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelum
menyerahkan kuesioner.
2. Pengkodean (coding)
Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap
berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode
untuk setiap pertanyaan dan jawaban dari responden untuk
memudahkan dalam pengolahan data. Pengkodean yang dilakukan
oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan memberi nomor yang
mewakili dan berurutan pada tiap kuesioner sebagai kode yang
mewakili identitas responden dan memberikan kode pada setiap
jawaban responden.
3. Pemberian skor (scoring)
Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang
perlu diberi penilaian atau skor.
4. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
5. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2008).
38
fh
fhfoX
22 )(
I. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi
secukupnya.
J. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini menggunakan perhitungan statistik secara
sederhana untuk mengetahui presentase satu variabel dengan
menggunakan rumus :
kn
fP
Keterangan :
P = Presentase hasil yang dicapai
f = frekuensi variabel yang diteliti
n = jumlah sampel penelitian
k = konstanta (Arikunto, 2010)
2. Analisis Bivariabel
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang akan digunakan adalah chi
squere, dengan rumus:
Keterangan
X2 = Statistic chi-square/kuadrat hitung
39
f0 = Nilai observasi/nilai pengumpulan data
fh = Frekuensi harapan (Alimul, 2007).
Interpretasi hasil :
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada
hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >
0,05 atau X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka Ha ditolak dan Ho
diterima yang berarti tidak ada hubungan.
Untuk mendeskripsikan risiko independent variabel pada
dependent variabel. Uji statistic yang digunakan adalah perhitungan
Odds Ratio (OR). Mengetahui besarnya OR dapat diestimasi faktor
resiko yang diteliti. Perhitungan OR menggunakan table 2x2 sebagai
berikut :
Tabel 1. Tabel kontegensi 2x2 Odds Ratio pada penelitian CaseControl Study
Faktor risikoKejadian BBLR
jumlahKasus Control
Positif A B A+B
Negatif C D C+D
Keterangan :
A : jumlah kasus dengan risiko positif
B : jumlah control dengan risiko positif
C : jumlah kasus dengan risiko negatif
D : jumlah kasus dengan resiko negatif
40
Rumus Odds Ratio
Odds Case : a/(a+c) : c/(a+c) = a/c
Odds Kontrol : b/(b+d) : d/(b+d) = b/d
Odds Ratio : a/c : b/d = ad/bc
Estimasi Confidence Interval (CI) ditetapkan pada tingkat kepercayaan
95% dengan interpretasi:
Jika OR > 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor risiko
Jika OR = 1 : Faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko (tidak
ada hubungan)
Jika OR < 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor positif
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari
terletak di Kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan
Kendari dengan luas lahan 3.527 m2 dan luas bangunan 1.800 m2,
dimana merupakan bangunan atau gedung peninggalan pemerintah
Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami
beberapa kali perubahan.
Sejak tanggal 4 Desember 2011, RSUD Kota Kendari
direlokalisasi di tempat baru. Saat ini, RSUD Abunawas terletak di
Kota Kendari, tepatnya di Jl. Brigjen Z.A. Zugianto No. 39 Kelurahan
Kambu, Kecamatan Kambu dengan luas lahan 13.000 m2 dan batas
wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan tanah warga dan sungai.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Z.A. Zugianto by pass.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan masuk rujab wakil
walikota.
d. Sebelah barat berbatasan dengan lokasi empang warga.
RSUD Kota Kendari adalah rumah sakit negeri kelas C sejak
tanggal 03 Oktober 2012 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: HK.03.05/I/1857/12, yang mampu memberikan
42
42
pelayanan kedokteran spesialis terbatas serta menampung pelayanan
rujukan dari puskesmas. Rumah sakit ini tersedia 107 tempat tidur
inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Sulawesi Tenggara
yang tersedia rata-rata 50 tempat tidur inap.
Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana
gedung sebagai berikut:
a. Gedung Anthurium (Kantor)
b. Gedung Bougenville (poliklinik)
c. Gedung (IGD)
d. Gedung Matahari (Radiologi)
e. Gedung Crysant (Kamar Operasi)
f. Gedung Asoka (ICU)
g. Gedung Teratai (Ponek)
h. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam)
i. Gedung Mawar (Rawat inap anak)
j. Gedung Melati (Rawat inap bedah)
k. Gedung Anggrek (Rawat inap VIP Kls I dan Kls II)
l. Gedung Instalasi Gizi
m. Gedung Loundry
n. Gedung Laboratorium
o. Gedung Kamar Jenazah
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari mempunyai
visi yaitu “Rumah Sakit Pilihan Masyarakat”. Sedangkan Misi Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari, yaitu:
43
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan
pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh
masyarakat.
b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota Kendari
menjadi RS Mitra Keluarga.
c. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana medis
serta non medis serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang
aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan keluarganya serta
masyarakat pada umumnya.
Motto RSUD Kota Kendari adalah Senyum, Salam, Sapa,
Santun, Sabar dan Empaty kepada setiap pengguna jasa rumah
sakit. Tugas pokok RSUD Abunawas Kota Kendari, yaitu:
a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan,
yang dilakukan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan.
RSUD Kota Kendari memiliki jumlah tenaga kesehatan dan non
kesehatan sebanyak 451 orang yang terdiri dari status PNS
sebanyak 194 orang dan status Non PNS atau sukarela sebanyak
244 orang. Untuk lebih jelasnya distribusi tenaga kesehatan dan non
kesehatan di RSU Abunawas Kota Kendari disajikan pada tabel
berikut:
44
Tabel 2. Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD KotaKendari Tahun 2017
NO NAMA PNS Non PNS PNS Mou Jumlah1 Dokter Spesialis 12 4 8 242 Dokter Umum 9 5 3 173 Dokter Gigi 3 0 1 44 S1 Ners 3 18 0 215 S1 Perawat 19 7 0 266 D3 Perawat 31 100 1 1327 SPK 11 1 0 128 S1 Perawat Gigi 1 0 0 19 D3 Perawat Gigi 2 3 0 5
10 SPRG 1 0 0 111 D4 Kebidanan 8 0 0 812 D3 Kebidanan 20 35 0 5513 S2 kesmas 7 0 0 714 S1 Kesmas 14 10 0 2415 D3 Kesling 2 0 0 216 Apoteker 4 0 0 417 S1 Farmasi 3 1 0 418 D3 Farmasi 4 3 0 719 S1 Gizi 0 3 0 320 D3 Gizi 6 2 0 821 Analis Kesehatan 4 12 0 1622 S1 Fisioterapi 1 0 0 123 D3 Fisioterapi 1 0 0 124 D3 Rekam Medik 1 0 0 125 S3 Akipuntur 1 0 0 126 S3 Okuvasi Terapi 1 0 0 127 S3 radiologi 1 1 0 228 D3 Teknik Gigi 1 0 0 129 S1 Psikologi 2 0 0 230 S1 Ekonomi 1 4 0 531 D1 Komputer 1 0 0 132 D3 Komputer 1 0 0 133 S1 Komputer 1 0 0 134 S1 Sosial Politik 2 1 0 335 S1 Pangan 1 0 0 136 S2 Hukum 1 0 0 137 S2 Manajemen 2 0 0 238 S1 Manajemen 0 1 0 139 S1 Imformatika 0 1 0 140 SMA 9 25 0 3441 SMP 1 3 0 442 SD 1 4 0 5
J U M L A H 194 244 13 451Sumber: Data Sekunder, Profil RSUD Kota Kendari, 2017.
45
2. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Distribusi responden menurut umur ibu nifas di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Nifas di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari
Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)< 20 7 10,0
20 – 35 43 61,4> 35 20 28,6Total 70 100,0
Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden
sebagian besar responden berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak
43 orang (61,4%), dan yang paling sedikit berumur < 20 tahun
sebanyak 7 orang (10,0%).
b. Pendidikan Responden
Distribusi responden menurut pendidikan ibu nifas di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu NifasRuang Perinatologi di RSUD Kota Kendari
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)SD 7 10,0
SMP 14 20,0SMA/SMK 28 40,0
Perguruan Tinggi 21 30,0Total 70 100,0
Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden
sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA/SMK, yakni
46
sebanyak 28 orang (40,0%), dan yang paling sedikit memiliki
pendidikan SD sebanyak 7 orang (10,0%).
c. Pekerjaan Responden
Distribusi responden menurut pekerjaan ibu nifas di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Nifas diRuang Perinatologi RSUD Kota Kendari
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)Pegawai Negeri/Swasta 14 20,0
Wiraswasta 16 22,8Ibu Rumah Tangga 40 57,2
Total 70 100,0Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden
sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah
Tangga, yakni sebanyak 40 orang (57,2%), dan yang paling sedikit
memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri/Swasta sebanyak 14
orang (20,0%).
3. Analisis Univariat
a. Kebiasaan Merokok Suami
Distribusi responden menurut kebiasaan merokok suami di
Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok Suamidi Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari
Kebiasaan Merokok Suami Frekuensi (f) Persentase (%)Merokok 31 44,3
Tidak Merokok 39 55,7Total 70 100,0
Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.
47
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden
sebagian besar responden memiliki suami yang tidak merokok,
yakni sebanyak 39 orang (55,7%), dan yang memiliki suami
merokok sebanyak 31 orang (44,3%).
b. Kejadian BBLR
Distribusi responden menurut kejadian BBLR di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Kejadian BBLR di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari
Kejadian BBLR Frekuensi (f) Persentase (%)BBLR 35 50,0
Tidak BBLR 35 50,0Total 70 100,0
Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden, yakni
sebanyak 35 orang (50,0%) ibu nifas memiliki bayi BBLR, dan yang
tidak BBLR sebanyak 35 orang (50,0%).
4. Analisis Bivariat
Hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian BBLR di
Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 8. Hubungan Kebiasaan Merokok Suami dengan Kejadian BBLRdi Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari
KebiasaanMerokok Suami
Kejadian BBLR Jumlah Xhitung(Xtabel)BBLR Tidak BBLR
n (%) n (%) n (%)Merokok 23 32,9 8 11,4 31 44,3 13,02
(3,841)Tidak Merokok 12 17,1 27 38,6 39 55,7Total 35 50,0 35 50,0 70 100
Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2017.
48
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 70 responden, 31
responden (44,3%) yang memiliki suami perokok, terdapat 23
responden (32,9%) dengan kejadian BBLR dan 8 responden (11,4%)
dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari 39 responden (55,7%)
yang memiliki suami tidak merokok, terdapat 12 responden (17,1%)
dengan kejadian BBLR dan 27 responden (38,6%) dengan kejadian
tidak BBLR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel (13,02
> 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada hubungan
antara kebiasaan merokok suami dengan kejadian BBLR di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α =
0,05). Nilai OR sebesar 2,411 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa
faktor kebiasaan merokok suami benar-benar merupakan faktor risiko
kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari tahun 2017.
Hal Ini berarti bahwa kebiasaan merokok suami memiliki risiko 2,4 kali
lebih besar untuk menderita BBLR pada bayi di Ruang Perinatologi
RSUD Kota Kendari.
B. Pembahasan
1. Kebiasaan Merokok Suami
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki suami yang tidak merokok, yakni sebanyak 39 orang (55,7%),
dan yang memiliki suami merokok sebanyak 31 orang (44,3%).
49
Menurut Trim (2006), rokok termasuk silinder dari kertas
berukuran panjang sekitar 120 milimeter dengan diameter sekitar 10
milimeter yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok
dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Asap rokok
dibagi menjadi 2 yaitu asap utama (mainstream) yakni asap yang
dihisap oleh si perokok dan asam sampingan (sidestream) yakni asap
yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar
ke udara. Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi,
karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup. Dengan
demikian pengisapan asap rokok sampingan memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok.
Rokok termasuk bahan kimia yang beracun tetapi para suami
tidak menyadari bahwa kandungan rokok itu dapat menyebabkan
kanker bagi tubuh. Hampir seluruh masyarakat Indonesia merokok
dengan frekuensi yang berbeda, antara lain perokok ringan, sedang,
berat dan sangat berat. Namun para laki-laki tidak menyadari bahaya
dan efek samping tersebut.
Nikotin dalam rokok adalah senyawa alkaloid toksik bersifat
adiktif sehingga menyebabkan ketergantungan bagi penggunanya.
Efek dari penggunaan nikotin dapat merusak sistem syaraf,
mempersempit pembuluh darah, dan meningkatkan tekanan darah.
Jumlah nikotin yang masuk ke dalam tubuh tergantung dari jumlah
tembakau yang terkandung di dalam rokok, kualitas rokok,
50
menggunakan filter, lama dan dalamnya isapan (Manuaba, 2012).
Kandungan nikotin pada rokok dapat menyebabkan terjadinya
kontraksi pembuluh darah yang berakibat terhambatnya aliran darah
dan suplai makanan ke janin sehingga menyebabkan terjadinya berat
badan lahir rendah.
2. Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 responden, yakni
sebanyak 35 orang (50,0%) ibu nifas memiliki bayi BBLR, dan yang
tidak BBLR sebanyak 35 orang (50,0%).
Menurut Atikah, dkk (2011), BBLR adalah bayi yang lahir rendah
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan. Berhenti merokok atau menghindari ruangan yang penuh
asap rokok adalah merupakan salah satu gaya hidup yang perlu
diperhatikan dan merupakan awal yang baik bagi bayi. Merokok
selama hamil atau terpapar asap rokok selama kehamilan berkaitan
dengan keguguran, perdarahan vagina, kelahiran prematur dan BBLR
(2000 gram lebih ringan dari bayi bukan perokok). Jika usia ibu di atas
35 tahun ada juga kenaikan berarti dalam risiko bayi menderita
malformasi minor dan risiko BBLR, dengan segala bahaya yang
menyertainya, sebanyak 5 kali lipat dari perokok muda.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah maupun normal tidak
semuanya disebabkan oleh asap rokok maupun ibu dengan suami
perokok, ada juga yang disebabkan karena gizi ibu hamil, umur ibu
51
hamil, jarak kehamilan, tinggi badan ibu hamil, penyakit ibu hamil,
kebiasaan ibu hamil sehari-hari dan faktor lingkungan.
Ibu hamil yang setiap hari berada dekat suami, anggota keluarga,
dan orang lain yang sedang merokok menyebabkan risiko untuk
mengalami gangguan kesehatan terutama penyakit yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan semakin meningkat. Kandungan
zat-zat berbahaya pada paparan asap rokok setiap hari secara
signifikan dapat mempengaruhi panjang bayi, lingkar kepala bayi, dan
mengurangi berat badan bayi sehingga bayi yang lahir memiliki berat
lebih rendah dibandingkan berat badan lahir bayi pada umumnya.
3. Hubungan Kebiasaan Merokok Suami dengan Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar suami yang
memiliki kebiasaan merokok, bayinya akan menderita BBLR. Hasil
analisis menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel (13,02 > 3,841)
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada hubungan antara
kebiasaan merokok suami dengan kejadian BBLR di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α =
0,05). Nilai OR sebesar 2,411 yang lebih besar dari 1. Ini berarti
bahwa faktor kebiasaan merokok suami benar-benar merupakan faktor
risiko kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari tahun
2016. Hal Ini berarti bahwa kebiasaan merokok suami memiliki risiko
2,4 kali lebih besar untuk menderita BBLR pada bayi di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari.
52
Menurut Suryati (2011), bayi yang laihir dari orang tua perokok
memiliki risiko 4 kali lipat mengalami skor apgar yang rendah, yang
berarti bahwa mereka tidak sesehat bayi lain. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa pada usia 14 tahun anak-anak dari ibu perokok
atau perokok pasif cenderung rentan terhadap penyakit saluran
pernafasan, lebih pendek dari anak-anak dari ibu yang bukan perokok
atau bukan perokok pasif dan kurang berhasil dalam sekolah.
Kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif merupakan perilaku
berisiko yang patut dihindari. Rokok dapat membahayakan kesehatan
terutama ibu hamil karena zat-zat berbahaya yang terkandung di
dalam rokok seperti tar, nikotin, karbon monoksida (CO), dan timah
hitam (Pb) dapat mengganggu pertumbuhan janin di dalam
kandungan. Dampak dari kebiasaan merokok pada ibu hamil dapat
menyebabkan keguguran, komplikasi kehamilan, penurunan fungsi
paru pada bayi, bayi berat lahir rendah, bahkan kematian bayi pada
saat dilahirkan (Hindmarsh, 2008).
Kandungan timah hitam (Pb) dalam rokok mampu menghasilkan
polutan sebanyak 0,5 mikro gram, maka dapat diperkirakan bila
seseorang mengkonsumsi satu bungkus (20 batang) rokok dalam satu
hari polutan yang dihasilkan adalah 10 mikro gram. Batas ukuran
timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 mikro gram per
hari. Bila 40 batang rokok rata-rata dikonsumai oleh perokok berat
setiap harinya, maka jumlah polutan berbahaya yang masuk ke dalam
tubuh adalah dua kali lipat dari 20 batang rokok. Bila senyawa timah
53
hitam ini dihirup oleh ibu hamil yang selanjutnya beredar ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah dapat mengganggu proses sirkulasi
oksigen dan asupan gizi dari ibu untuk bayi menjadi terhambat
(Manuaba, 2012).
Karbon monoksida adalah gas beracun yang berpengaruh kuat
terhadap kerja hemoglobin pada darah. Ikatan karbon monoksida
dengan haemoglobin menyebabkan fungsi haemoglobin menjadi
terganggu. Ibu yang terpapar asap rokok selama kehamilan memiliki
peluang lebih besar melahirkan bayi berat lahir rendah karena
kandungan karbon monoksida dalam rokok dapat mengurangi kerja
haemoglobin dalam mengikat oksigen yang diedarkan ke seluruh
tubuh, sehingga janin di dalam kandungan mengalami kekurangan
oksigen dan gizi.
Pengaruh buruk dari asap rokok adalah menyebabkan gangguan
pada plasenta. Plasenta memperluas wilayah di dalam rahim untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada janin. Hal ini
mengakibatkan lapisan plasenta semakin menipis dan kemungkinan
letak plasenta menjadi lebih rendah atau plasenta previa (plasenta
ada pada mulut rahim). Ibu hamil yang terpapar asap rokok
mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami keguguran
dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Hal ini
disebabkan karena berkurangnya kadar hormon kehamilan akibat
terpapar asap rokok, padahal hormon kehamilan sangat diperlukan
untuk menjaga kehamilannya hingga masa persalinan.
54
Kandungan nikotin dari paparan asap rokok pada ibu hamil dapat
mengganggu proses distribusi makanan dari ibu pada janin.
Sedangkan karbon monoksida akan mengikat hemoglobin di dalam
darah, akibatnya kerja hemoglobin untuk menyalurkan oksigen ke
seluruh tubuh menjadi terganggu dan menghambat proses penyaluran
sari-sari makanan pada janin. Bila distribusi zat makanan pada janin
mengalami hambatan maka dapat mempengaruhi perkembangan janin
di dalam kandungan dan berdampak pada berat badan lahir bayi pada
saat persalinan.
Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin panjang waktu
yang dihabiskan untuk merokok, dan semakin tinggi kadar nikotin
dalam rokok yang dihisap maka bahaya yang ditimbulkan dari paparan
asap rokok pada ibu hamil semakin meningkat. Kandungan nikotin
dalam rokok yang dihirup oleh ibu hamil dapat meningkatkan tekanan
darah dan adrenalin sehingga nafsu makan dari ibu hamil menjadi
menurun. Bila nafsu makan menurun maka asupan makanan bergizi
pada ibu hamil menjadi berkurang, begitu juga untuk bayinya. Bila
asupan gizi untuk bayi tidak tercukupi maka dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam kandungan.
Paparan asap rokok di rumah tangga secara tidak langsung
dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil yang berdampak pada
rendahnya kecukupan gizi janin di dalam kandungan. Selain
kandungan zat-zat berbahaya di dalam rokok, biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan merokok juga ikut mempengaruhi pemenuhan gizi
55
pada ibu hamil. Seringkali kecukupan gizi ibu hamil di dalam rumah
tangga tidak terpenuhi karena anggaran belanja di dalam rumah
tangga selalu terbagi dengan anggaran belanja rokok pada anggota
keluarga. Selain berdampak pada perkembangan janin, gizi kurang
juga dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan ibu, yaitu dapat
menyebabkan terjadinya anemia gizi, anemia zat besi, osteomalasia,
gangguan kesehatan gigi, turunnya daya tahan tubuh, dan penyulit
dalam persalinan.
Gaya hidup yang sehat dan mengambil keputusan yang
bijaksana dapat menghindari risiko ibu hamil dengan kelahiran bayi
berat rendah. Mengamati gaya hidup secara keseluruhan merupakan
salah satu cara menjadi bugar selama kehamilan. Suami yang berhenti
merokok atau menghindari asap rokok merupakan awal yang baik bagi
bayi maupun ibu hamil dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar responden memiliki suami yang tidak merokok, yakni
sebanyak 39 orang (55,7%).
2. Angka kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari
sebanyak 35 orang (50,0%).
3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok suami dengan kejadian
BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari pada taraf
kepercayaan 95% (α = 0,05).
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai penentu kebijakan melalui advokasi dengan Pemerintah
Daerah Kota Kendari untuk regulasi pembuatan kawasan rumah bebas
asap rokok di Kota Kendari. Pembuatan kawasan rumah bebas asap
rokok ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian bayi berat lahir
rendah, karena sebagian besar kejadian ini disebabkan oleh adanya
pengaruh paparan asap rokok di rumah tangga.
57
57
2. Bagi RSUD Kota Kendari, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
masukan, khususnya di bidang Kesehatan Ibu dan Anak untuk
melakukan integrasi dengan program Gizi dalam rangka advokasi
pembuatan klinik berhenti merokok pada Rumah Sakit dan
melaksanakan penyuluhan tentang bahaya merokok setiap
memberikan pelayanan ANC yang sasarannya adalah ibu hamil dan
suami.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa
dengan penelitian ini agar menambah jumlah variabel penelitian
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
58
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aulia, L. 2010. Stop Merokok. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Depkes Sultra, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari:Dinkes Prov. Sultra.
Dinkes Kota Kendari, 2015. Profil Kesehatan Kota Kendari. Kendari: DinkesProv. Sultra.
Jaya, M. 2009. Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok. Yogyakarta:Riz’ma.
Kemenkes RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta: KemenkesRI
Nirwana, A. 2011. Kapita Selekta Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.
Pantiawati, I., 2010. BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: NuhaMedika.
Proverawati, A. dan Cahyo Ismawati. 2010. BBLR: Berat Badan LahirRendah. Yogyakarta: Mulia Medika.
Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari.
RSUD Kota Kendari, 2016. Laporan RSUD Kota Kendari Tahun 2016.Kendari: RSUD Kota Kendari.
Sarafino, 2009. Perilaku Merokok di Kalangan Pria Dewasa Dini. Jakarta:Salemba Medika.
Sari, dkk. 2008. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. JurnalPsikologi. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.
59
Trim, 2012. Merokok Itu Konyol. Jakarta: Ganesa Exact.
Triswanto, S. 2012. Stop Merokok. Yogyakarta: Progresif Books.
Valleria, 2009. Dampak Merokok Terhadap Janin. Jakarta: Monica Project.
Yulifah. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
60
Lampiran 1.
SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER
Lampiran : 1 (satu) berkasPerihal : Permohonan Pengisian KuesionerKepada Yth.
Saudara ............................
Di –RSUD Kota Kendari
Dengan Hormat,
Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: ”HubunganKebiasaan Merokok Suami dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah(BBLR) Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kota KendariTahun 2017”, maka saya mohon dengan hormat kepada saudara untuk
menjawab beberapa pertanyaan kuesioner (angket penelitian) yang telah
disediakan. Jawaban saudara diharapkan objektif (diisi apa adanya).
Kuesioner ini bukan tes psikologi, maka dari itu saudara tidak perlu
takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya.
Artinya, semua jawaban yang saudara berikan adalah benar dan jawaban
yang diminta adalah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Oleh karena itu,
data dan identitas saudara akan dijamin kerahasiaannya.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Kendari, Februari 2017
Ttd
...................................
61
Lampiran 2.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ”Hubungan Kebiasaan Merokok Suami denganKejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang PerinatologiRumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017”, maka saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...........................................................
Alamat : ...........................................................
Menyatakan Bersedia/Tidak Bersedia*) menjadi responden dalam penelitian
ini.
Kendari, 2017
Hormat Saya,
(............................................)
Responden
*) Coret yang tidak perlu
62
Lampiran 3.
LEMBAR KUESIONER
Hubungan Kebiasaan Merokok Suami dengan KejadianBerat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Perinatologi
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017
Identitas Ayah
1. Nama Ayah : …………………………
2. Umur : .......... tahun
3. Agama : ........................................
4. Pendidikan : ........................................
5. Pekerjaan : ........................................
6. Alamat : ........................................
Identitas Ibu
7. Nama Ibu : …………………………
8. Umur : .......... tahun
9. Agama : ........................................
10.Pendidikan : ........................................
11.Pekerjaan : ........................................
12.Berat Bayi Lahir : ........................................
63
Pertanyaan:1. Apakah anda merokok?
YaTidak
2. Jika merokok, berapa batang yang anda rokok setiap hari?< 5 batang/hari
5–10 batang/hari
>10 batang/hari
3. Lama menjadi perokok?< 3 tahun 3–5 tahun > 5 tahun
4. Apakah anda merokok didekat Istri anda selama kehamilan?Ya Tidak
64
Lampiran 4.MASTER TABEL
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIRRENDAH
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2017
Kode Nama Umur Kriteria Pendidikan PekerjaanKebiasaan Merokok
Suami Kejadian BBLR
Resp. Resp (tahun)<20
20-35
>35 SD SMP SMA PT PN/S Wiraswasta IRT Merokok
TidakMerokok BBLR BBLN
1 Ny. Hy 32 √ √ √ √ √
2 Ny. Gs 28 √ √ √ √ √
3 Ny. Hy 30 √ √ √ √ √
4Ny.Wo 27 √ √ √ √ √
5 Ny. Aa 19 √ √ √ √ √
6 Ny. Pd 28 √ √ √ √ √
7 Ny. Tk 30 √ √ √ √ √
8 Ny. Sh 37 √ √ √ √ √
9 Ny. Dd 21 √ √ √ √ √
10 Ny. Ui 33 √ √ √ √ √
11 Ny. Ji 30 √ √ √ √ √
12 Ny. Bb 27 √ √ √ √ √
13 Ny. Ha 19 √ √ √ √ √
14Ny.Dm 19 √ √ √ √ √
15 Ny. Li 31 √ √ √ √ √
16 Ny. By 38 √ √ √ √ √
17 Ny. Dw 31 √ √ √ √ √
18 Ny. Ma 37 √ √ √ √ √
19Ny.Mm 40 √ √ √ √ √
20 Ny. Sh 36 √ √ √ √ √
21 Ny. Bk 29 √ √ √ √ √
22 Ny. Ns 37 √ √ √ √ √
23 Ny. Mk 29 √ √ √ √ √
24 Ny. Igd 19 √ √ √ √ √
25 Ny. Nd 27 √ √ √ √ √
26 Ny. Si 18 √ √ √ √ √
27 Ny. Te 35 √ √ √ √ √
28 Ny. Vn 19 √ √ √ √ √
29 Ny. Gi 37 √ √ √ √ √
30 Ny. Sh 39 √ √ √ √ √
31 Ny. Nn 32 √ √ √ √ √
32 Ny. Id 28 √ √ √ √ √
33 Ny. Nh 30 √ √ √ √ √
34 Ny. Dn 37 √ √ √ √ √
35 Ny. Dr 36 √ √ √ √ √
36 Ny. Fn 29 √ √ √ √ √
37 Ny. Hd 29 √ √ √ √ √
38 Ny. Dk 39 √ √ √ √ √
39Ny.Wu 33 √ √ √ √ √
65
40 Ny. Ir 37 √ √ √ √ √
41 Ny. Di 29 √ √ √ √ √
42 Ny. H 35 √ √ √ √ √
43 Ny. Jk 31 √ √ √ √ √
44 Ny. Dd 28 √ √ √ √ √
45 Ny. Sa 33 √ √ √ √ √
46 Ny. Yd 37 √ √ √ √ √
47 Ny. Iw 35 √ √ √ √ √
48 Ny. Hk 26 √ √ √ √ √
49 Ny. Kt 40 √ √ √ √ √
50 Ny. Aa 38 √ √ √ √ √
51 Ny. Ad 29 √ √ √ √ √
52 Ny. Me 28 √ √ √ √ √
53 Ny. Nr 32 √ √ √ √ √
54 Ny. Mn 34 √ √ √ √ √
55 Ny. Pr 41 √ √ √ √ √
56 Ny. Hs 34 √ √ √ √ √
57 Ny. Nd 36 √ √ √ √ √
58 Ny. Lh 28 √ √ √ √ √
59 Ny. Kd 33 √ √ √ √ √
60 Ny. Sk 19 √ √ √ √ √
61 Ny. Ht 30 √ √ √ √ √
62 Ny. Sk 44 √ √ √ √ √
63 Ny. Te 30 √ √ √ √ √
64 Ny. Tl 25 √ √ √ √ √
65 Ny. Mk 33 √ √ √ √ √
66 Ny. Sy 35 √ √ √ √ √
67 Ny. Ng 42 √ √ √ √ √
68Ny.Dm 33 √ √ √ √ √
69 Ny. Sd 27 √ √ √ √ √
70 Ny. Kt 36 √ √ √ √ √
66
fh
fhfoX
22 )(
Lampiran 5. Analisis Chi Square
Mencari derajat bebas (db)Db = (k-1)(b-1)
= (2-1)(2-1)= 1
Jadi X2 tabel = 3,841
Rumus Chi kuadrat sebagai berikut :
Uji statistik menggunakan chi kuadrat:
fo fh fo-fh (fo-fh)2 (fo-fh)2 / fh23
8
12
27
35 x 31 = 15,570
35 x 31 = 15,570
35 x 39 = 19,570
35 x 39 = 19,570
7,5
-7,5
-7,5
7,5
56,25
56,25
56,25
56,25
3,63
3,63
2,88
2,88
Jumlah X2hitung 13,02
Rumus Odds Ratio
DC
CBA
A
OR
411,23077,0
7419,0
2712
12823
23
OR
67
68
69