hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pasien di rsud (proposal)
DESCRIPTION
KTI SKRIPSI HIPERTENSITRANSCRIPT
USULAN PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN DI RUANG INAP
DI RSUD ..........
KABUPATEN ..........
TAHUN ......
Oleh
..........
..........
PEMINATAN EPIDEMIOLOGIFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ................
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Atas
segala anugerah-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini.
Dalam penyusunan proposal ini, saya menyadari akan keterbatasan dan
kemampuan yang dimiliki. Namun berkat usaha, bantuan dan dukungan semua
pihak yang terkait sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Melalui kesempatan
ini, saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Saya sangat menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan proposal ini dikemudian hari.
, Maret ......
Penyusun
..........
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 10
B. Kerangka Berpikir .............................................................................. 40
C. Hipotesis .............................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 42
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 42
D. Variabel Penelitian............................................................................... 47
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................... 51
F. Pengolahan, Penyajian dan Teknik Analisis Data ............................... 53
DAFTAR PUSTAKA
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka
kesakitan yang tinggi. Menurut Adnil Basha (2004: 1) hipertensi adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka
kematian atau mortalitas. Sedangkan menurut Lanny Sustrani, dkk (2004: 12)
hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Hipertensi akan memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target
organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung
koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000: 31).
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena
termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu
sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani (2004:12). Hipertensi
adalah faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan
gangguan pembuluh darah otak yang dikenal dengan stroke. Bila tekanan
darah semakin tinggi maka harapan hidup semakin turun (Wardoyo, 1996:
26).
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140
mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg.
Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan
usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila
tekanan sistoliknya 140 –159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99
mmHg. Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan
sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg
sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180
mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Lanny Sustrani, 2004:
15).
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-
20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada
golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai
8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000
penduduk. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, prevalensi
hipertensi di Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga,
pada tahun 2000 sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi
(Departemen Kesehatan RI:2003). Menurut Darmojo Boedhi (1993), bahwa
50% orang yang diketahui hipertensi pada negara berkembang hanya 25%
yang mendapat pengobatan, dan 12,5% yang diobati secara baik. Prevalensi
hipertensi di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 1988–1993.
Prevalensi hipertensi pada laki-laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165
(16,5%), hipertensi pada perempuan dari 174 (16,0%) naik menjadi 176
(17,6%). Penelitian yang membandingkan hipertensi pada wanita dan pria
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
oleh Sugiri di daerah kota Semarang diperoleh prevalensi hipertensi 7,5%
pada pria dan 10,9% pada wanita, sedangkan di daerah kota Jakarta
didapatkan prevalensi hipertensi 14,6% pada pria dan 13,7% pada wanita
(Arjatmo T, Hendra U, 2001:455).
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi
faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang
dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan
(mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan
makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan
dan penggunaan pil kontrasepsi (Asep Pajario, 2002). Faktor–faktor risiko di
atas akan dikendalikan dalam penelitian ini melalui analisis stratifikasi.
Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat
mempengaruhi tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah
dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini
dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-
alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa
darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat
(Wardoyo, 1996: 28).
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer
dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku
Sitepoe, 1997:29). Dengan menghisap sebatang rokok akan mempunyai
pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-
zat yang terkandung dalam asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan
kimia dan 200 diantaranya beracun, antara lain Karbon Monoksida (CO) yang
dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp,
sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek (Suparto,
2000:74). Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi hemoglobin,
menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh
termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,
mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran
atau penebalan dinding pembuluh darah). Nikotin juga merangsang
peningkatan tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat
timbulnya adhesi trombosit (pengumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding
pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah
pengumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer
(G.Sianturi, 2003:12).
Dampak rokok akan terasa setelah 10–20 tahun pasca digunakan.
Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active smoker),
tetapi juga bagi perokok pasif (Pasive smoker). Orang yang tidak merokok
atau perokok pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat
racun yang dihembuskan oleh perokok aktif (Ruli A. Mustafa, 2005: 3).
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali isapan maka dalam tempo
setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (1 bungkus) per hari akan
mengalami 70.000 kali isapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok
bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik
toksis sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Mangku
Sitepoe, 1997: 19).
Menurut penelitian di Lombok dan Jakarta memperlihatkan 75% dan
61% pria dewasa (715) dan kurang dari 5% wanita dewasa mempunyai
kebiasaan merokok menghabiskan rokok lebih dari 20 batang per hari.
Hubungan merokok dengan kesehatan juga dapat dibuktikan oleh SKRT
Depkes 1972, 1980, 1986 dan 1992 dimana terlihat jelas peningkatan
proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskuler yaitu tahun 1972 sebesar
51% tahun 1980 sebesar 9,9%, tahun 1986 sebesar 9.7% dan tahun 1992
sebesar 16,4 % (Aulia Sani:2004) Menurut Departemen Kesehatan melalui
pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok
tertinggi. Berdasarkan data dari WHO tahun 2002 Indonesia menduduki
urutan ke 5 terbanyak dalam konsumsi rokok di dunia dan setiap tahunnya
mengkonsumsi 2,5 miliar batang rokok. Angka kekerapan merokok di
Indonesia yaitu 60%-70% pada laki-laki di perkotaan dan 80% - 90% (Vivi,
Juanita, 2003: 1).
Dari hasil Sussenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2001
menyatakan bahwa 54% penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
1,2% perempuan yang merokok. Menurut Edward D Frohlich, seorang pria
dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu diantara lima
untuk mengidap hipertensi (Lanny Sustrani, 2004:25).
Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah daerah
kabupaten Blora mengalami kenaikan angka kejadian hipertensi dari tahun
2001 sampai 2004. Dari tahun 2001 yaitu 399 kasus (13,6%), 2002 sebesar
1999 kasus (16,5%), 2003 sebesar 2371 kasus (16,0%) dan tahun 2004
sebesar 5697 kasus (17,0%).Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten ..........
tahun ...... hipertensi di BRSD ........... termasuk dalam 10 besar penyakit tidak
menular, untuk rawat inap penderita hipertensi sebesar ... kasus sedangkan
untuk rawat jalan penderita hipertensi..... kasus . Dari data yang diperoleh dari
bagian rekam medik BRSD ........... pasien hipertensi usia 40 tahun ke atas
pada tahun 2007 sebanyak ... ,tahun 2008 sebanyak...pasien dan pada tahun
...... sebanyak....pasien.
Dalam penelitian ini faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi pada
laki-laki usia 40 tahun ke atas yang akan diteliti adalah kebiasaan merokok
yang pada umumnya terdapat pada laki-laki. Pada penelitian ini responden
yang di ambil sebagai sampel adalah aki-laki usia 40 tahun ke atas perokok
sehingga dapat diperoleh perbedaan yang jelas mengenai perilaku merokok
menurut jenis, jumlah, lama, dan cara merokok. Responden yang tidak
merokok dan mengalami hipertensi tidak dijadikan sampel, karena
kemungkinan hipertensi disebabkan karena faktor lain, sehingga tidak
diperoleh indikator perilaku merokok yang dapat menyebabkan hipertensi.
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Pada penelitian ini diambil untuk pasien rawat jalan karena alasan kesehatan
pasien, dimana penderita hipertensi dengan rawat inap tidak dapat mengikuti
penelitian untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada laki-laki yang berusia lebih dari
40 tahun ke atas yang merupakan pasien di BRSD ............ Badan Rumah
Sakit Daerah ........... merupakan rumah sakit kelas C yang terdapat di
kecamatan Limboto Kabupaten ...........
Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-
laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah ............
B. Rumusan Masalah
1. Permasalahan Umum
Adakah hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi
pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah
...........?
2. Permasalahan Khusus
a. Adakah hubungan jenis rokok yang di hisap dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit
Daerah ........... ?
b. Adakah hubungan jumlah rokok yang di hisap dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit
Daerah ........... ?
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
c. Adakah hubungan cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi
pada laki- laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah
........... ?
d. Adakah hubungan lama merokok dengan kejadian hipertensi pada
laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah ...........
?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan
kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit
Umum Daerah ............
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan jenis rokok yang di hisap dengan resiko
kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah
Sakit Umum Daerah ............
b. Untuk mengetahui hubungan jumlah rokok yang di hisap dengan
kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah
Sakit Umum Daerah ............
c. Untuk mengetahui hubungan cara menghisap rokok dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Umum
Daerah ............
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
d. Untuk mengetahui hubungan lama merokok dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Umum
Daerah ............
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah ...........
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Badan
Rumah Sakit Daerah ........... dalam menangani pasien yang menderita
hipertensi. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
menyusun kebijaksanaan yang dapat mencegah kejadian hipertensi pada
masyarakat sekitar wilayah kerja rumah sakit.
2. Bagi Penelitian
Diharapkan penulis mampu menerapkan disiplin ilmunya di lapangan
khususnya dalam materi Epidemiologi penyakit tidak menular.
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan
menambah wawasan mengenai hubungan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian hipertensi pada laki-laki sia 40 tahun ke atas .
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat
agar meminimalkan konsumsi merokok untuk menghindari kejadian
hipertensi pada laki-laki di usia 40 tahun ke atas.
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi, yang di bawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya
(Lanny Sustrani, dkk, 2004: 12).
Menurut Adnil Basha (2004:1) hipertensi adalah suatu keadaan di
mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas).
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah menjadi
naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks (Iman
Soeharto, 2002:50). Menurut Allison Hull (1996:19) hipertensi adalah
desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri.
Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkannya.
2. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi
faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang
dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan
(mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan
faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan
(kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat (obesitas),
kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi (Asep Pajario, 2002).
Menurut WHO (World Health Organization) batas normal tekanan
darah adalah 120–140 mmHg sistolik dan 80–90 mmHg diastolik. Dan
seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140
mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan diastoliknya.
Tabel 1Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
NormotensiHipertensi Ringan Hipertensiperbatasan Hipertensi sedangdan berat Hipertensi sistolikterisolasi Hipertensi sistolikperbatasan
<140140-180140-160
>180>140
!40-160
<9090-10590-95>105<90<90
Sumber: Arif Mansjoer dkk, 2000:519
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Peninggian tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian
tekanan diastolik disebut hipertensi sistolik terisolasi (isolated sytolic
hypertension). Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia
lanjut, jika keadaan ini dijumpai pada masa dewasa muda lebih
banyak dihubungkan sirkulasi hiperkinetik dan diramalkan dikemudian
hari tekanan diastoliknya juga ikut meningkat. Batasan ini untuk individu
dewasa diatas umur 18 tahun, tidak dalam keadaan sakit mendadak.
Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang
berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih
pengukuran setiap kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau lebih, atau
sistoliknya 140 mmHg atau lebih (Robin dan Kumar, 1995:454).
Tabel 2
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan UsiaDiatas 18 Tahun Menurut The Sixth Report Of The Joint National
Committee On Prevention Detection, EvaluationAnd Treatment Of High Blood Pressure
Klasifikasi tekanan darahTekanan Sistolik dan Diastolik
(mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99
Hipertensi stadium II >160 atau >100
Hipertensi stadium III > 180 atau > 110
Sumber: Arif Mansjoer, 2000: 519
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi
sistolik dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7). Pertama yaitu
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat
meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah
tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil
pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah
kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam
arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi diantara dua
denyutan. Sedangkan menurut Arjatmo T dan Hendra U (2001:454) faktor
yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas,
asupan garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua
yaitu sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang
penyebab spesifiknya dapat diketahui (Lanny Ssustrani, dkk, 2004:27).
Penderita hipertensi sekunder ada 5%-10% kasus. Pada hipertensi
penyebab dan patofisiologinya sudah diketahui sehingga dapat
dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan (Arjatmo T,
Hendra U, 2001:473). Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder
adalah adanya kelainan dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal
(gagal ginjal kronik, glomerolus nefritis akut), kelainan endoktrin (tumor
kelenjar adrenal, sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
penggunaan obat-obatan (kortikosteroid dan hormonal) (Mahalul
Azam, 2005:28).
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah
keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya
ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah
keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan
keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ
seperti otak, jantung dan ginjal (Mahalul Azam 2005:17).
3. PatogenesisTekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi,
faktor genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung
dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh
tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh.
Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang
berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka
panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.
Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya
reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon
iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis
otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang
dikontrol hormon angiotensi dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan
sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh
sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai
organ.
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer dipengaruhi oleh
beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan
membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang
mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan
metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel.
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain
penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini
disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan
atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian
pada bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi
lain yaitu rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan
pada organ mata yang dapat mengakibatkan kebutaan (Beevers, 2002:26).
Menurut Lanny Sustrani (2004:12) gejala–gejala hipertensi antara lain
sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras
atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar.
4. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Hipertensi
a. Faktor Keturunan atau Gen
Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya.
Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka
dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua
orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot
(sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut
kemungkinan besar menderita hipertensi.
Penelitian yang dilakukan pada orang kembar yang dibesarkan
secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak bukan
adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah
dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.
Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan
darah di antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor
genetika dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan
sejak masa awal kanak-kanak (Beevers, 2002:32).
b. Faktor Berat (Obesitas atau Kegemukan)
Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun
belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,
namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada
penderita hipertensi dengan berat normal (Adnil, Basha, 2004: 1).
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi
karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan energi yang lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena
banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah
juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi ( Suparto,
2000:322)
Cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak yaitu
dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) Rumus untuk IMT
adalah berat (kg) dibagi dengan tinggi dikuadratkan (m2). Kategori
ambang batas IMT untuk Indonesia menurut Depkes RI dalam
Supariasa (2003:63) adalah sebagai berikut :
Tabel 4Kategori Ambang Batas IMT
Kategori
IMT
Kurus Kekurangan berat tingkat berat
Kekurangan berat tingkat ringan
< 17,0
17,0-18,5
Normal 18,5-25,0
Gemuk
(obesitas)
Kelebihan berat tingkat ringan
Kelebian berat badab tingkat berat
>25,0-27,0
<27
(Depkes RI dalam Supariasa 2006:63)
c. Stres Pekerjaan
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stres
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi
karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan
sering kerja lembur) dan jenis pekerjaan yang harus memberikan
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang
menuntut tanggungjawab bagi manusia.Stres pada pekerjaan
cenderund menyebabkan hipertensi berat. Sumber stres dalam
pekerjaan ( Stressor) meliputi beban kerja, fasilitas kerja yang tidak
memadai, peran dalam pekerjaan yang tidak jelas, tanggungjawab
yang tidak jelas, masalah dalam hubungan dengan orang lain, tuntutan
kerja dan tuntutan keluarga (Smet, Bart, 1994:244).
Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan
kerja shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap
harinya. Sisanya (16-18 jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga
dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu
seseorang bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat
kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit dan
kecelakaan kerja ( Suma’ mur, 1993: 193)
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang
pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan
darah dalam waktu yang panjang. Dalam suatu penelitian, stres yang
muncul akibat mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu
lingkungan yang bising, atau bahkan ketika sedang menyortir benda
berdasarkan perbedaan ukuran, menyebabkan lonjakan peningkatan
tekanan darah secara tiba-tiba (Beevers, 2002: 39).
Menurut Adnil Basha (2004:39), stres diduga melalui aktivitas
syaraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya
tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Gangguan
kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada orang yang
menghadapi keadaan yang menimbulkan stres berat. Gangguan
tersebut dapat berkembang secara tiba-tiba atau secara bertahap.
d. Faktor Jenis Kelamin (Gender)
Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-
laki. Tetapi wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan
jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami
kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria
hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan
kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria
beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita.
Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa akan mempunyai
peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi
(Lanny, Sustrani, 2004:25).
e. Faktor Usia
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar.
Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia
40 tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh
orang berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang
dikumpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
menunjukkan bahwa 1,8%-28,6% penduduk yang berusia diatas
20 tahun adalah penderita hipertensi.
Menurut Kaplon (1985) pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan
hipertensi jika tekanan darah berbanding 130/90 mmHg atau lebih,
sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan
darah 145/95 mmHg atau lebih.
f. Faktor Asupan Garam
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam
dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium) (Sunita
Atmatsier, 2004:64). Konsumsi garam memiliki efek langsung
terhadap tekanan darah. Telah ditunjukkan bahwa peningkatan
tekanan darah ketika semakin tua, yang terjadi pada semua
masyarakat kota, merupakan akibat dari banyaknya garam yang di
makan. Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam
pola makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah yang
meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang
konsumsi garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami
peningkatan tekanan darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya
usia. Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan
menderita hipertensi secara keturunan memiliki kemampuan yang
lebih rendah untuk mengeluarkan garam dari tubuhnya. Namun
mereka mengkonsumsi garam tidak lebih banyak dari orang lain,
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
meskipun tubuh mereka cenderung menimbun apa yang mereka
makan (Beevers, 2002: 35).
Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur
dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun
natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air (retensi),
sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus
bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi
naik (Lanny, Sustrani, 2004:29)
g. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang
olahraga serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan
darah. Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang
membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada
jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka
rokok dapat memperburuk keadaan tersebut (Smith,Tom, 1986:16).
Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri
menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Menurut Iman
Soeharto (2001:55) keadaan paru-paru dan jantung mereka yang
merokok tidak dapat bekerja secara efisien.
h. Aktivitas Fisik (Olahraga)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan
hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga
bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo T, dan
Hendra U, 2001:459). Meskipun tekanan darah meningkat secara
tajam ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara
teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari
pada mereka yang melakukan olah raga. Olahraga yang teratur dalam
jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali
(Beevers, 2002:41).
5. Komplikasi Hipertensi
Menurut Elizabeth J Corwin (2000:349) komplikasi hipertensi terdiri
dari stroke, infark miokardium, gagal ginjal , ensefalopati (kerusakan
otak), dan pregnancy – incuded hypertension (PIH).
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embulus yang terlepas dari pembuluh non- otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri –arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah–daerah yang diperdarahi
berkurang. Arteri–arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
anurisma.
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
b. Infark Miokardium
Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui
pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak
dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritma, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan .
c. Gagal Ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan
rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerous, protein akan
keluar melalui urin sehingga sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.
d. Ensefalopati (Kerusakan Otak)
Ensefalopati (kerusukan otak) dapat terjadi, terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh susunan
saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma
serta kematian.
6. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat
spygmomanometer (termometer) dan steteskop. Ada tiga tipe dari
spygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau (merkuri),
aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis spygmomanometer
yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar
pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana
bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik. Spygmomanometer
aneroid prinsip peggunaanya yaitu menyeimbangkan tekanan darah
dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan udara
didalamnya. Spygmomanometer elekrtonik merupakan pengukur tekanan
darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar yang
menggunakan air raksa tetapi, akurasinya juga relatif rendah (Lanny
Sustrani, dkk, 2004:20). Sebelum mengukur tekanan darah yang harus
diperhatikan yaitu :
a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran
dilakukan.
b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan
tangan sejajar dengan jantung (istirahat).
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
c. Pakailah baju lengan pendek.
d. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang
penuh dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Lanny Sustrani dkk.,
2004 :23).
Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien
setelah istirahat yang cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5
menit. Pengukuran dilakukan pada posisi terbaring, duduk, dan berdiri
sebanyak 2 kali atau lebih dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus
cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus melingkari paling sedikit
80 % lengan atas dan lebar manset paling sedikit 2 / 3 kali panjang
lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas fosa cubiti untuk
mencegah kontak dengan stetoskop. Sebaiknya disediakan barbagai
ukuran manset untuk dewasa, anak dan orang gemuk. Balon dipompa
sampai ke atas tekanan diastolik kemudian tekanan darah diturunkan
perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut jantung.
Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang pertama
(korotkoff 1) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak
terdengar lagi (korotkoff V). Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya
dilakukan pada kedua lengan, pada posisi berbaring, duduk dan berdiri
(Arjatmo T., dan Hendra U., 2001: 461).
7. Kebiasaan Merokok
Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100
batang rokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat
buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau
atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas
telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut
Departemen Kesehatan Dalam Gizi dan Promosi Masyarakat, Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat
konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan
harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia (Pdpersi, 2003).
Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil prevalensi perokok
secara nasional sekitar 27,7%. Prevalensi perokok ini khususnya laki-
laki mengalami kenaikan menjadi 54,5%. Sedangkan pada perempuan
sedikit menurun yaitu 2% pada tahun 1995 menjadi 1,2% pada tahun
2001. Prevalensi kesehatan mantan perokok relatif kecil baik secara
keseluruhan (2,8%) maupun pada laki-laki dan perempuan (5,3%) pada
laki-laki dan 0,3% pada perempuan (Anna Maria S, dkk, 2001).
Angka kekerapan merokok di Indonesia juga tinggi yaitu 60%-70%
pada laki – laki di perkotaan dan 80%-90 % pada laki-laki pedesaan.
Berdasarkan data WHO tahun 2002 di Indonesia menduduki urutan
kelima terbanyak dalam konsumsi 215 miliar batang rokok (Vivi, Juanita
S, 2004:1).
Dari survai secara nasional juga ditemukan bahwa laki-laki remaja
banyak yang menjadi perokok dan hampir 2/3 dari kelompok umur
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
produktif adalah perokok. Pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah
umur 25-29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh
lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu
rentan populasi penduduk. Sebagian perokok mulai merokok pada
umur < 20 tahun dan separuh dari laki-laki umur 40 tahun ke atas telah
merokok tiga puluh tahun atau lebih, lebih dari perokok menghisap
minimal 10 batang perhari, hampir 70% perokok di Indonesia mulai
merokok sebelum mereka berusia 19 tahun (Pdpersi, 2003).
Rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki
dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi rangsangan sosial
melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan,
mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor
psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh
terhadap bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut
kecanduan terhadap nikotin (Mangku Sitepoe, 1997:13).
a. Kategori Perokok
1) Perokok Pasif
Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang
yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan
polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih
berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap
rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka
yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok
pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida,
empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo,
1996:43).
2) Perokok Aktif
Menurut Bustan (1997: 86) rokok aktif adalah asap rokok yang
berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang
dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan
langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
b. Jumlah Rokok Yang Dihisap
Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus,
pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1) Perokok Ringan
Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10
batang per hari.
2) Perokok Sedang
Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari.
3) Perokok Berat
Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang
(Bustan, 1997: 124).
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap
rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang
(satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok.
Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan
bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan
mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang
ditimbulkan (Mangku Sitepoe, 1997:18).
c. Lama Menghisap Rokok
Menurut Bustan (1997, 124) merokok dimulai sejak umur < 10
tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok
makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response
effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar
pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja,
merokok sigaret dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis.
Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok
dan umur awal merokok yang lebih dini ( Smet, Bart, 1994:293).
Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–
25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku
Sitepoe, 1997:29). Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun
pasca digunakan . dampak rokom bukan hanya untuk perok aktif
tetapi juga perokok pasif (RuliA, Mustafa, 2005:3). Walaupun
dibutuhkan waktu 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan
jantung, impotensi dan gangguan kesuburan (Irfan, Mujiono, 2006:3).
d. Cara Menghisap Rokok
Menurut Bustan (1997:124), cara manghisap rokok dapat
dibedakan menjadi :
1) Begitu menghisap langsung dihembuskan (secara dangkal)
2) Ditelan sampai ke dalam mulut (dimulut saja)
3) Ditelan sampai di kerongkongan (isapan dalam)
4) Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.
Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah. Dengan menghisap sebatang rokok
maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan
darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO yang
dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah
“kramp” sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah
menjadi robek (Suparto, 2000:74).
e. Jenis Rokok Yang Dihisap
Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku
pembuatnya yaitu tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah
cengkeh dan bahan–bahan lain dicampur untuk dibuat rokok. Selain
itu juga masih ada beberapa jenis rokok yang dapat digunakan yaitu
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa, rokok kretek,
rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau kunyah)
(Mangku Sitepoe, 1997:24).
Dalam peraturan (PP) Nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan
rokok bagi kesehatan, pemerintah tidak menentukan kandungan kadar
nikotin sebesar 1,5 mg dan kandungan kadar tar serbesar 20 mg pada
rokok kretek. Dan rokok kretek menggunakan tembakau rakyat.
Tetapi menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (Deperindag) Yamin Rahman menyatakan kandungan
kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan
kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg.
Rokok kretek mengandung 60–70 tembakau, sisanya 30%–40%
cengkeh dan ramuan lain. Cengkeh mengandung eugenol yang
dianggap berpotensi menjadi penyebab kangker pada manusia dan
terkait dengan zat kimia satrol yang menjadi salah satu penyebab
kanker ringan (Pdpersi, 2003).
Sesuai data Diperindag volume eksport rokok pernovember 2002
mencapai 6.463 ton dengan nilai 75,8 juta dolar AS. Kadar nikotin
yang ada pada rokok seharusnya adalah 1,5 mg dan kadar tar sebesar
20 mg dan menggunakan tembakau Virginia.
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
darah. Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan
tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20
kali per menit (Mangku Sitepoe, 1997:29). Dengan menghisap
sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikkan
tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam
asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200
diantaranya beracun. Antara lain Karbon monoksida (CO) yang
dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah
kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat
robek (Suparto, 2000:74). Gas CO dapat pula menimbulkan
desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen
untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan
tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan
mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding
pembuluh darah). Selain zat CO merokok juga mengandung
nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan
meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan
ketagihan merokok, nikotin juga merangsang peningkatan tekanan
darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya
adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak
dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah),
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
mempermudah penggumpalan darah sehingga dapat merusak
pembuluh darah perifer (G.Sianturi, 2003:12).
f. Bahan – Bahan Yang Terkandung Dalam Rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi
komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan
menjadi asap bersama- sama dengan komponen lainnya terkondensasi.
Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok
terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel.
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya
bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic
Aromatic hydrokarbon yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya
kanker (seperti tar, byntopyrenes, vinylchlorida dan
nitrosonornicotine) (Pdpersi, 2003).
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Tabel 5
Daftar Bahan Kimia Yang Terdapat Dalam Asap Rokok Yang Dihisap
No Bagian partikel Bagian Gas
1.
2.
3.
4.
5.
Tar
Indol
Nikotin
Karbolzo
l Kresol
Catatan:
Keseluruhan bersifat
karsinogen dan iritan
serta bersifat toksik yang
lain
Karbon monoksida
Amoniak
Asam hydrocyanat
Nitrogen oksida
Formaldehid
Catatan:
Keseluruhan zat ini bersifat
karsinogen, mengiritasi, racun
bulu getar alat pernapasan, dan
sifat racun yang lain.
Sumber: M. Sitepoe, 1997: 18
1) NikotinKomponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok,
nikotin bersifat toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau
depresi. Nikotin merupakan aikaloid yang bersifat stimulan dan
pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau,
sangat aktif dan mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam
jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk
mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu
membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai
tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
dibuktikan dengan jarang adanya jumlah perokok yang ingin
berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (Pdpersi,
2003).
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang
terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan
spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat
mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni
syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan
pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta
ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap
dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau
setiap batang rokok, dalamnya isapan , lamanya isapan, dan
menggunakan filter rokok atau tidak.
2) Karbon Monoksida
Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan
menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup
oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun
pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas.
Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan
dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam
rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok,
sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah
400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Mangku
Sitepoe, 1997:21).
3) Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan
nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat
kimianya karsinogenik (pembentukan kanker).
Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang
bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia
yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan
berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada
jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker.
Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam
komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk
kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah
dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna
coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok,
sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg.
Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat
mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter,
efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada
saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Mangku
Sitepoe, 1997: 25).
4) Timah Hitam (Pb) Merupakan Partikel Asap Rokok
Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak
0,5 mikro gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis
dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20
mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok
berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak
zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh. (Mangku Sitepoe, 1997
:25).
g. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan
tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah. Salah satunya
adalah kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok.
Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah
suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkannya (Lanny Sustrani dkk, 2004:12).
Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai
pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal
ini dapat disebabkan karena gas CO yang dihasilkan oleh asap rokok
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
dapat menyebabkan pembuluh darah “kramp” sehingga tekanan darah
naik, dinding pembuluh darah menjadi robek (Suparto, 2000:74).
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin,
menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh
termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,
mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat arterosklerosis
(pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Dengan
demikian CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan
viskositas darah sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Selain zat CO asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin
mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok,
nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi
denyut jantung, tekanan darah dan kebutuhan oksigen jantung serta
menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menggangu kerja
otak, saraf dan bagian tubuh yang lain.
Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi
trombo (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO
dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding
endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah
penggumpalan darah. Akibat penggumpalan (trombosi) akan merusak
pembuluh darah perifer.
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole
secara akut, namun tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan
tekanan diastole sedikit berubah bila orang berhenti merokok. Hal ini
mungkin berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-20 pon
lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama umurnya, tinggi nya,
jenis kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat
naik. Dua kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin
dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat , tampaknya
mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga
tekanan diastole sedikit berubah bila mereka berhenti merokok.Selain
itu juga mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer
maupun pembuluh darah di ginjal sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan mengakibatkan
tekanan darah sistole 10-25 mgHg dan menambah detak jantung 5-20
kali persatu menit (Mangku Sitoepoe, 1997:29).
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
B. KERANGKA BERPIKIR
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel dependent
C. HIPOTESIS
Untuk variabel lain yang diduga merupakan perancu atau faktor risiko
akan dikendalikan dengan menggunakan analisis stratifikasi dengan
menggunakan statistik Chi Square Mantel-Haenszel (Sudigdo Sasrtoasmoro,
1997:165). Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu peneritian
(Soekidjo Notoadmodjo, 2002: 72)
Jenis Rokok
Jumlah Rokok
Cara MenghisapRokok
Lama MenghisapRokok
KejadianHipertensi
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
1. Hipotesis Mayor
Dengan mempertimbangkan faktor keturunan, berat , aktivitas olahraga,
asupan garam, dan stres pekerjaan ada hubungan antara kebiasaan
merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas
di Rumah Sakit Daerah ............
2. Hipotesis Minor
a. Ada hubungan antara jenis rokok yang di hisap dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit
Daerah ............
b. Ada hubungan antara jumlah rokok yang dhisap per hari dengan
kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah
Sakit Daerah ............
c. Ada hubungan antara lama kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit
Daerah ............
d. Ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi
pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Daerah ............
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik.
Survei analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Soekidjo
Notoatmodjo, 2002:145). Dalam penelitian survei analitik ini, penelitian
tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti (populasi), tetapi hanya
mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel). Rancangan penelitian
yang digunakan adalah penelitian case control yaitu penelitian survey
analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan restrospektive (Soekidjo Notoatmodjo,
2002:150).
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD MM Dunda .......... yang bertempat
di Kelurahan Kayubulan. Kecamatan Limboto Kab. ..........,
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi Target
Populasi target merupakan ang menjadi sasaran akhir
penerapan hasil penelitian (Sudigdo Sastroasmoro, 1995: 42)
a.Populasi kasus, yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
tahun ke atas penderita hipertensi pasien di RSUD ............
b.Populasi kontrol, yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40
tahun ke atas bukan penderita hipertensi yang menjadi pasien di
RSUD ............
b. Populasi Studi atau populasi terjangkau
Populasi terjangkau merupakan bagian dari populasi target yang
dapat dijangkau oleh peneliti, dapat dikatakan juga sebagai bagian
dari populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu penelitian
(Sudigdo Sastroasmoro, 1995: 43)
i. Populasi kasus yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40
tahun ke atas penderita hipertensi yang menjadi pasien di RSUD
............ selama periode Januari-November ...... sejumlah 159
orang.
ii. Populasi kontrol, yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40
tahun ke atas bukan penderita hipertensi yang menjadi pasien di
RSUD ............ selama periode Januari-November .......
2. Sampel
a. Sampel Kasus
Sampel Kasus yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40
tahun ke atas penderita hipertensi yang menjadi pasien di RSUD
........... selama periode Januari-November ....... Kriteria sampel
kasus sbagai berikut:
1) Kriteria Inklusi
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
i. Pasien memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) di RSUD
.......... Periode Januari-November .......
ii. Responden merupakan pasien di RSUD ........... periode
Januari-November .......
iii. Pasien berjenis kelamin laki-laki, perokok dan berusia 40
tahun ke atas
iv. Pasien berdomisili di RSUD ........... pada saat penelitian.
v. Bersedia mengikuti penelitian.
ii. Kreteria eksklusi
i. Pasien berdomisili di luar wilayah RSUD ........... pada saat
penelitian.
ii. Pasien hipertensi tidak merokok
iii. Responden tidak bersedia mengikuti penelitian
b. Sampel Kontrol
Sampel kontrol yaitu pasien laki-laki yang berusia 40 tahun ke
atas bukan penderita hipertensi yang menjadi pasien di RSUD
........... selama periode Januari- November ....... Kriteria sampel
kontrol sebagai berikut:
1) Kriteria inklusi
a) Pasien tidak memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) di
Rumah Sakit Daerah ........... Periode Januari-November
.......
b) Responden merupakan pasien di RSUD ........... periode
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Januari-November .......
c) Pasien berjenis kelamin laki-laki, perokok dan berusia 40
tahun ke atas
d) Pasien berdomisili di wilayah RSUD ........... pada saat
penelitian.
e) Bersedia mengikuti penelitian.
2) Kreteria eksklusi
a) Pasien berdomisili di luar wilayah RSUD ........... pada saat
penelitian.
b) Pasien tidak merokok.
c) Pasien tidak bersedia mengikuti penelitian
c. Teknik Pengambilan Sampel
Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
random sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi
sebagai sampel (Soekidjo Notoadmodjo 2002:79). Pada cara ini
dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi yang akan
dipilih sebagai sampel, kemudian dipilih sebagian dengan
menggunakan tabel random sampling.
Penetuan besar sampel untuk kelompok kasus dan
kontrol dengan berdasarkan pada perhitungan dari nilai Odd Rasio
(OR) dan proposi kontrol dari penelitian yang terdahulu dengan
tingkat kepercayaan 95% dan kekuatan 80% dengan
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
menggunakan rumus :
Catatan : Q1 = (1 - P1)
Q2 = (1 – P2)
P = ½ (P1 + P2)
Q = ½ (Q1 + Q2)
Keterangan :
OR = Odds Rasio
n1 = n2 = Pekiraan besar sampel minimal
Zα = Tingkat kepercayaan (95 % = 1, 96)
Zβ = Kekuatan penelitian (80 % = 0,842)
P1 = Pemaparan pada kelompok kasus
P2 = Pemaparan pada kelompok kontrol
Besar Sampel Minimal Berdasarkan Nilai Odds Rasio
(OR) Dan Proposi Kontrol Dari Penelitian Terdahulu.
Faktor Resiko
Hipertensi
OR P2 N
Kebiasaan
Merokok6,378 0,607 30
Berdasarkan tabel di atas, maka besar sampel minimal yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah 30 orang kasus.
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Perbandingan kelompok kasus dan kelompok kontrol 1 : 1, maka
kelompok kontrol 30 orang
D. Variabel Penelitian
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tingkat tekanan darah yang tinggi yang
dapat menyebabkan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa tersumbat
sampai jaringan tubuh. Data diperoleh dari rekam medik RSUD
............ Hipertensi apabila tekanan darah diastolik >140 mmHg dan
sistoliknya >90mmHg .
Skala : Nominal
Untuk keperluan analisis skala dikategorikan menjadi :
1) Hipertensi
2) Tidak Hipertensi
b. Jumlah Rokok Yang Di Hisap
Adalah banyaknya rokok yang dihisap penderita per hari. Data
diperoleh melalui wawancara dengan responden Jumlah rokok yang
dihisap dikelompokan menjadi:
1) Perokok Ringan bila menghisap rokok < 10 batang perhari
2) Perokok Sedang bila menghisap rokok 10-20 batang perhari
3) Perokok berat bila menghisap rokok >20 batang perhari
Skala : Nominal
Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
a). Perokok Berat
b). Perokok Ringan
c. Cara Menghisap Rokok
adalah cara atau sikap responden dalam menghisap rokok. Data
diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner cara menghisap
rokok. Cara menghisap rokok dapat dikelompokkan menjadi:
1.Menghisap Dangkal yaitu begitu menghisap langsung
dihembuskan
2.Menghisap dimulut saja yaitu dihisap kemudian ditelan kedalam
mulut.
3.Menghisap dalam yaitu menghisap rokok dengan cara ditelan
sampai kedalam kerongkongan. (Bustan,1997)
Skala: Ordinal
Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:
a) Dalam
b) Dangkal
d. Lama Menghisap Rokok
Adalah waktu pertama kali merokok sampai dengan waktu
penderita terdiagnosis sebagai penderita atau bukan penderita
hipertensi. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner.
Skala: Ordinal
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1). menghisap rokok > 10 tahun
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
2). menghisap rokok < 10 tahun
e. Jenis Rokok Yang Di Hisap
Adalah bentuk sediaan atau kebiasaan rokok yang dihisap oleh
responden. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner.
Skala: Nominal
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1). Non Filter
2). Filter
f. Keturunan Hipertensi
Adalah orang yang mendapat atau memberikan suatu penyakit
yang menurun dari keluarganya ( ayah, ibu, kakek, nenek, saudara
kandung). Risiko hipertensi bila responden memiliki faktor
keturunan hipertensi, Bukan resiko hipertensi apabila responden
tidak memiliki keturunan hipertensi. Data diperoleh melalui
wawancara dengan kuesioner.
Skala: Nominal
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1). Ada
2). Tidak ada
g. Obesitas
Adalah kondisi tubuh responden laki-laki usia 40 tahun ke atas
pada waktu dilakukan penelitian yang mengalami obesitas atau
kegemukan.Ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
(IMT).
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1) Obesitas, apabila IMT >25,0
2) Normal, apabila IMT < 18.5
h. Aktifitas Fisik (Olahraga)
Adalah ada atau tidaknya kegiatan olahraga yang dilakukan
setiap minggunya. Data diperoleh melalui wawancara dengan
kuesioner.
Skala: Nominal
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1) Tidak olahraga
2) Berolahraga
i. Asupan Garam
Adalah banyaknya garam yang dikonsumsi seseorang dalam
satu hari. Konsumsi garam yang dianjurkan yaitu 6 gram atau setara
dengan 2400 mg natrium (1 ½ sendok teh). Data diperoleh melalui
wawancara dengan kuesioner
Skala: Nominal
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1) > 6 gram /hari
2) < 6 gram /hari
j. Stres Pekerjaan
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Adalah suatu bentuk tanggapan seseoang, baik secara fisik
(beban kerja dan waktu kerja) terhadap suatu perubahan lingkungan
kerja yang dirasakan mengganggu dan menyebabkan dirinya
terancam.
Skala: Nominal
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1) stres, bila memenuhi 4 item pertanyaan tentang stres.
2) Tidak stres, jika tidak memenuhi 4 (<4) item pertanyaan tentang
stres
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data primer dilakukan dengan metode penyebaran
angket yang dipandu oleh peneliti dan observasi, penimbangan berat
badan dan tinggi badan responden. Sedangkan data sekunder diambil
dari bagian Rekam Medik Badan Rumah Sakit Daerah ........... Tahun
.......
2. Instrumen Penelitian
a. Kuesioner
Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, sudah matang, di mana responden dan interviewer tinggal
memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 116). Kuesioner ini berisi
pertanyaan–pertanyaan yang berhubungan dengan faktor- faktor
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
risiko yang mempengaruhi hipertensi di Badan Rumah Sakit Daerah
...........
b. Timbangan Injak atau Seca
Alat timbangan berat badan dengan menggunakan
timbangan injak atau seca dengan kapasitas 200 kg dan tingkat
ketelitian 0,1 kg untuk mendapatkan data tentang berat badabn
responden.
c. Microtoise
Microtoise sebagai pengukur tinggi badan dengan panjang
200 cm dan tingkat ketelitian .1 cm, untuk mengukur tinggi badan
responden.
d. Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen
1) Uji Validitas Instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengukur tentang ketepatan
instrumen penelitian, atau mengukur tentang apa yang akan
diukur. Item soal pada kuesioner penelitian untuk uji validitas
dapat dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. Untuk r tabel
dengan sampel uji coba 20 orang adalah 0,444. (Sugiyono,
2002:276)
2) Uji Reabilitas Instrumen
Uji reabilitas digunakan untuk mengukur tentang
konsistensi dari instrumen, atau digunakan untuk mengukur
berkali-kali akan menghasilkan data yang sama. Dasar
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
pengambilan keputusan untuk reabilitas instrumen adalah jika ri
hitung > r tabel. Untuk r tabel dengan sampel uji coba 20 orang
adalah 0,444. (Sugiyono, 2002:276)
e. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan sebagai pelengkap guna
mengungkap data terhadap variabel-variabel penelitian, dengan
kata lain sebagai bahan informasi yang digunakan peneliti
misalnya data sekunder. Data sekunder yang berasal dari bagian
Rekam Medik di Badan Rumah Sakit Daerah ........... sebagai tempat
penelitian, mengenai pasien yang menderita hipertensi dan tidak
menderita hipertensi.
F. Pengolahan, Penyajian dan Teknik Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan program
SPSS. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
komputer dengan program SPSS. Data yang diperoleh dan sudah diolah
disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan disertai narasi.
2. Penyajian Data
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai
dengan penjelasan dan tabel untuk melihat pengaruh antara variabel
independen dan variabel dependen.
3. Analisis Data
Merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam
hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo,
2002:188). Hasil analisis univariate akan disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi
a. Analisis Bivariate
Analisis bivariate dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
atau korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat (Soekidjo
Notoatmodjo, 2002:188). Dalam penelitian ini kebiasaan merokok
merupakan variabel bebas dan hipertensi merupakan variabel
terikat. Analisi bevariate dilakukan dengan menggunakan uji chi
square (X2) dengan menggunakan α =0,05 dan 95% Confidence
Interval (CI) dan besar risiko dihitung dengan menggunakan Odds
Ratio (OR)
Analisis hasil studi kasus kontrol dapat dilakukan dengan
melihat proporsi masing-masing variabel bebas yang di teliti pada
kasus dan kontrol dilakukan analisis variabel dengan cara
memasukkan setiap variabel yang di duga beresiko dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia diatas 40 tahun ke atas ke dalam
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
tabel dengan menghitung Odds Rasio (OR) dan Confuidence
Interval (CI) 95 % dan kemaknaan p < 0.05. Odds Rasio
digunakan untuk menilai seberapa sering terdapat pajanan pada
kasus dibandingkan pada kontrol (Sudigdo Sastroasmoro dan
Sofyan Ismail, 1995:87).
Hipertensi
Ya
(kasus)
Tidak
(kontrol)
Jumlah
Faktor
Resiko
Ya A B A+B
Tidak C D C+D
Jumlah A+C B+D A+B+C+D
Keterangan
Sel A : kasus mengalami pajanan
Sel B : kontrol mengalami pajanan
Sel C : Kasus tidak mengalami pajanan
Sel D : Kasus tidak mengalami Pajanan
Untuk menilai Odds Rasio (RO) atau seberapa sering terdapat
pajanan pada kasus dibandingkan pada kontrol yaitu :
OR = Odds Rasio kasus : Odds Rasio Kontrol
Interprestasi nilai Odds Rasio (RO) :
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
1) Bila OR hitung > 1, maka faktor yang diteliti memang
merupakan faktor risiko
2) Bila OR hitung = 1, maka faktor yang diteliti bukan faktor risiko
3) Bila OR hitung < 1, maka faktor yang diteliti merupakan faktor
protektif (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 1995:88).
b. Analisis Berstrata (Stratifikasi)
Analisis berstrata dilakukan untuk mengetahui peran variabel
keturunan, obesitas, asupan garam, aktivitas fisik (olahraga), dan
stres pekerjaan terhadap besar risiko kejadian hipertensi pada
kebiasaan merokok (jenis rokok, lama merokok, cara menghisap
rokok dan jumlah rokok yang dihisap). Peran disini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah variabel tersebut sebagai perancu atau
tidak sebagai perancu. Tehnik stratifikasi yang digunakan
adalah statistik Mantel-Haenszel (Sudigdo Sastroasmoro dan
Sofyan Ismail, 1995:165).Dikatakan sebagai variabel perancu
apabila nilai p value yang di uji dengan Chi Square Mantel
Haenszel > 0,05 dan cPOR tidak boleh sama dengan aPOR, dan
dikatakan tidak sebagai perancu apabila nilai p value yang di uji
dengan Chi Square Mantel Haenszel < 0,05.
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA
Adnil Basha. 2004. Hipertensi : Faktor Resiko Dan Penatalaksanaan.http://angelnet.info/index
Anna Maria Sirait, dkk. Perilaku Merokok (Analisis Data Susenas 2001).http.//www.kompas.co.id
Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: MediaAesculapius
Arjatmo T, Hendra U.2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI Asep,Pajario.2002. Modifikasi Gaya Hidup. http://angelnet.info/index.
Aulia Sani. 2004. Pelayanan Tiga Tahun Pelayanan Klinik Berhenti Merokok,Yayasan Indonesia. http://angelnet.info/index
Beevers D.G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat
Bhisma, Murti, 1996. Penerapan Metode Statistik Non- Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama.
Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta
Corwin, Elizabets J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U.Jakarta: EGC
Departmen Kesehatan. Gizi Dan Promosi. http.// www.promosikesehatan.com
Departemen Kesehatan RI.2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta:Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.
G.Sianturi, 2003. Merokok Dan Kesehatan. http.//kompas.com
Hull Alison. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi, Dan Nutrisi. Jakarta: BumiAksara
Lanny Sustrani, dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka UtamaLira Indriana Saputri. 2005. Perbedaan Kadar Hemoglobin Darah Pada Pegawai
Tekstil Sukutex Yang Perokok dan Tidak Perokok Di Kudus. SkripsiS1. Universitas Negeri Semarang.
Lusiana Indiasari. 2004. Rokok Bisa Tingkatkan Kolesterol.http.//www.kompas.co.id
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Mangku, Sitepoe. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta:Gramedia
Pdparsi. 2003. Ada Apa Dengan Rokok. http.// www.red-bondowoso.or.id
Robbin dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: EGC
Ruli A, Mustafa. 2005. Waspadai Bahaya Merokok. www.Combat2005.Glogdrive.com
Sarlito Wirawan Sarwono. 2000. Pengantar Umum Patologi. Jakarta: PT. BulanBintang
Sarjani, Jamal (peneliti di Badan Pengembangan Kesehatan Jakarta). 2006. PriaBerpendidikan Rendah, Perokok Terbanyak. http.//www.rsd-bondowoso.or.id
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia WidiasaranaIndonesia.
Smith Tom. 1986. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Arcan
Soekitjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Sudigdo Sastroasmoro. 1995. Dasar-Dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta.
Sugiyono. 2005. Statistiaka Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suma’mur P.K. 1998. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:Gunung Agung.
Suparto, 2000. Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung: Remaja RosdakaryaEffset.
Sustina, Himawan.1979. Patologi. Jakarta:Arcan
Wardoyo. 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo:Toko BukuAgency
Vivi, Juanita, S.2004. Merokok? Kenapa Takut?.http.//www.sinar
harapan.co.id/iptek/kesehatan/2004
http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.comhttp://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com
http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com