hubungan antara tipe kelekatan (attachment style) dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA TIPE KELEKATAN (ATTACHMENT
STYLE) DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN
BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA Skripsi diajukan untuk memenuhi prasyarat untuk memperoleh
gelar sarjana psikologi
Disusun Oleh :
Nenden Damayanti
102070025971
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
HUBUNGAN ANTARA TIPE KELEKATAN (ATTACHMENT
STYLE) DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN
BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai
gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
Nenden Damayanti NIM : 102070025971
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi Drs. Rachmat Mulyono, M.Si.,Psi NIP. 19730328 200003 2 003 NIP. 19650220 199903 1 003
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN ANTARA TIPE KELEKATAN
(ATTACHMENT STYLE) DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN
BERPACARAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA” telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Agustus 2010. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.
Jakarta, 09 Agustus 2010
Sidang Munaqasyah
Dekan / Pembantu Dekan /
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522 NIP. 1956 1223 198303 2 001
Anggota
Ikhwan Lutfi, M.Si.,Psi Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi
NIP. 1973010 200501 1 006 NIP. 19730328 200003 2 003
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si.,Psi NIP. 19650220 199903 1 003
Motto
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya
kamu cenderung dan merasa tentram (QS Al-Ruum 30:21)
Cinta adalah melepaskan diri dari ketakutan
(Gerald Jampolsky)
Keberanian seseorang makin terukur ketika dia sangat yakin untuk rela dicintai (Sigmund Freud)
Ingat selalu kebaikan orang lain kepada kita dan lupakanlah
kebaikan kita pada orang lain (Ali bin Abi Thalib r.a)
Skripsi ini saya persembahkan kepada bapak dan ibu tercinta
serta keluarga, saudara dan sahabat
iv
ABSTRAKSI
(A) Fakultas Psikologi (B) Agustus 2010 M / Syaban1431 H (C) Nenden Damayanti (D) Hubungan Antara Tipe Kelekatan (Attachment Style) Dengan Kecemburuan
Pada Pasangan Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
(E) xiii + 85 halaman + Lampiran Berkembangnya saling ketergantungan dalam hubungan percintaan dan memasuki tahapan hubungan yang semakin erat, pada satu sisi menjawab kebutuhan emosional satu sama lain. Di sisi lain, dapat berarti bentangan masalah yang menimbulkan ketegangan-ketegangan, antara lain kecemburuan. Salah satu yang mempengaruhi kecemburuan adalah perbedaan pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada. Pada tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan pandangan adanya perbedaan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk didalamnya reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan. Hubungan romantis biasanya menjadi hubungan attachment, individu dengan perbedaan kecemburuan biasanya tersambung dengan perbedaan pada perilaku attachment. Dengan kata lain kecemburuan merupakan perasaan yang bangkit ketika sebuah hubungan attachment itu terancam oleh orang ketiga. Untuk contoh bahwa cemburu diterima lebih terbuka pada individu tipe insecure, lalu pada tipe secure individu lebih senang memperlihatkan kecemburuan dengan marah (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara tipe kelekatan dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 65 mahasiswa dengan status berpacaran. Pengumpulan data menggunakan model skala Likert, yang terdiri dari skala tipe kelekatan dengan 36 item, dan skala kecemburuan dengan 32 item. Reliabilitas pada skala kecemburuan adalah 0.841, dan pada skala tipe kelekatan adalah 0.788. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, diperoleh r-hitung (0.265) lebih besar dari r-tabel (0.250) pada signifikansi 0.05. hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara tipe kelekatan (attachment style) dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diantara saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
v
hubungan romantis baik itu tipenya, maupun kejadian-kejadian yang terjadi didalam baiknya menggunakan sampel yang telah memiliki hubungan cinta yang telah stabil, misalnya pada pasangan yang sudah menikah. Kata kunci : Tipe kelekatan (attachment style), kecemburuan, mahasiswa berpacaran
(F) Daftar bacaan : 25 buku (1993-2010) + 10 jurnal + 3 internet + 1 skripsi
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji hanya bagi Allah SWT di setiap saat dan waktu. Dengan mengucap
rasa syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas Rahmat dan Inayah-NYA penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada hamba yang
paling mulia di atas sekalian para hamba, Rasulullah SAW, beserta keluarga, para
sahabat serta orang-orang yang menjadi pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini juga tidak dapat selesai tanpa
adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun
materil dari semua pihak. Oleh karena itu, pantas penulis haturkan ucapan terima
kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
penelitian ini. Diantaranya kepada :
1) Dekan Fakultas Psikologi, Jahja Umar, Ph.D., Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si,
Pembantu dekan bidang akademik Fakultas Psikologi Para dosen dan segenap
civitas Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala ilmu,
dan pengalaman, serta kelancaran akademik yang telah diberikan kepada
penulis.
2) Dosen pembimbing I, Neneng Tati Sumiati, M.Psi, Psi dan dosen pembimbing
II, Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. serta penguji I, Ikhwan Lutfi, M.Si, Psi
terima kasih atas kesabaran dan segala bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis selama penyelesaian skripsi ini.
3) Dosen Pembimbing Akademik Abdul Rahman Shaleh, M.Si, terima kasih atas
dukungan tanpa henti untuk menyelesaikan tugas penulis.
4) Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa sabar dan tabah untuk selalu memberi
dukungan baik materi maupun moral, doa yang tak henti juga kepercayaan
penuh untuk anak-anaknya, untuk teh Tuti, teh Ida, teh Lilis, a Asep, dan a
Ayep beserta keluarganya begitu berharga segala dukungan dan
vii
kepercayaannya yang terus mendampingi penulis hingga akhir. Terima kasih
dan mohon maaf sebesar-besarnya keluargaku untuk segalanya.
5) Sri Nurhayati, Enur Nuraini, Eva Verawati, kak Mitri teman segala suka
dukaku, Ana, Udloh, Ai, Teteh, Ina, Athap, mba Ami, Neneng, Yoga, Chami,
Dwi, Rika, Hanana, Munajat, Rita dan seluruh teman-teman mahasiswa di
fakultas Psikologi UIN khususnya angkatan 2002/B, Ida, mba Mur, Nuri,
Murni, Linda para penghuni kosan pak Lubis Semanggi. Terima Kasih untuk
semua atas segala kebersamaannya.
6) Seluruh pihak yang tak tertera namun tanpa mengurangi rasa hormat telah
berjasa dan terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah meridhoi dan memberikan pahala yang tak henti-hentinya
sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin
Terima Kasih
Jakarta, Agustus 2010
Penulis
Nenden Damayanti
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Persetujuan ...................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Motto ................................................................................................................. iv
Abstrak .............................................................................................................. v
Kata Pengantar ................................................................................................ vii
Daftar Isi ........................................................................................................... ix
Daftar Tabel....................................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................1 – 15
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 12
1.2.1 Pembatasan masalah .......................................................... 12
1.2.2 Perumusan masalah ........................................................... 13
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 13
1.3.1 Tujuan penelitian ............................................................... 13
1.3.2 Manfaat penelitian ............................................................. 14
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................. 14
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 16 – 43
2.1. Kecemburuan .............................................................................. .16
2.1.1. Pengertian Kecemburuan ................................................. .16
ix
2.1.2 Faktor-faktor Kecemburuan ............................................ 17
2.1.3 Komponen/Aspek kecemburuan ..................................... 20
2.1.4 Proses Kecemburuan ....................................................... 22
2.1.5 Tipe-tipe Kecemburuan……………………..................... 24
2.1.6 Gender dan kecemburuan…………......... ........................ 25
2.2 Attachment/kelekatan…………… …………………………….. 26
2.2.1 Pengertian Attachment/Kelekatan.……………................ 26
2.2.2 Model Mental Kelekatan ……………...……………….. 29
2.2.3 Tipe Kelekatan/ Attachment Style……………………... 32
2.3 Kecemburuan, Tipe Kelekatan/Attachment Style Dan Hubungan
Romantis………………………………………………………….. 36
2.4 Kerangka Berpikir........................................................................... 39
2.5 Hipotesis ....................................................................................... . 43
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 44-62
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 44
3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian ................................... 44
3.2 Variabel Penelitian ………………………………………………. 44
3.2.1 Definisi konseptual .......................................................... 45
3.2.2 Definisi operasional variable ……………………………. 45
3.3 Pengambilan Sampel…………………………………………… 46
3.3.1 Populasi dan sampel…………………………………… 46
3.3.2 Teknik pengambilan sampel ............................................. 47
x
3.4 Teknik pengumpulan data............................................................ 48
3.4.1 Metode dan instrumen pengumpulan data ........................ 48
3.4.2 Skala Kecemburuan............................................................ 49
3.4.3 Skala Tipe kelekatan ........................................................ 53
3.5 Teknik analisis data .................................................................... 59
3.6 Prosedur penelitian …………………………………………….. 61
3.6.1 Persiapan ……………………………………………….. 61
3.6.2 Pelaksanaan ……………………………………………. 61
3.6.3 Pengolahan data ………………………………………. 61
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA .......................................... 63-79
4.1 Gambaran Umum Responden ...................................................... 63
4.1.1 Berdasarkan Usia ………………………………………. 63
4.1.2 Berdasarkan Tingkat Semester ………………………… 64
4.1.3 Berdasarkan lama hubungan …………………………… 64
4.2 Deskripsi Data penelitian ………………………………………. 65
4.2.1 Deskripsi Skor Statistik Responden…………………….. 65
4.2.2 Deskripsi Statistik Tipe Kelekatan dan Kecemburuan …. 66
4.2.3 Deskripsi Statistik Hubungan Tipe Kelekatan (Attachment
Style) dengan Kecemburuan ……………………………..68
xi
4.3 Uji Hipotesis …………………………………………………… 71
4.4 Pembahasan Hasil ........................................................................ 76
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ..................................... 79-86
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 78
5.2. Diskusi ......................................................................................... 78
5.3. Saran ............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Gambar 1 Skema Proses Hubungan Tipe Kelekatan Dengan Kecemburuan.... 55
Tabel 3. 1 Skor alternatif jawaban kategori pernyataan kecemburuan............. 50
Tabel 3.2 Blue print kecemburuan try out ……………...................................50
Tabel 3.3 Blue print kecemburuan penelitian…….......................................... 52
Tabel 3.4 Skor alternatif jawaban pada kategori pernyataan
Tipe Kelekatan/Attachment style ..................................................... 54
Tabel 3.5. Blue print attachment style try out................................................... 55
Tabel 3.6. Blue print attachment style penelitian……....................................... 57
Tabel 4.1. Jumlah sampel terpilih...................................................................... 63
Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan rentang usia .................... 64
Tabel 4.3 Gambaran umum responden berdasarkan tingkat semester ............. 64
Tabel 4.4 Gambaran umum responden berdasarkan lama hubungan................ 65
Tabel 4.5 Deskripsi statistik Kecemburuan dan Tipe Kelekatan …………… 65
Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Secure, Avoidant, dan Ambivalent ……………. 66
Tabel 4.7 Deskripsi Data penelitian Tipe kelekatan (Attachment style) ……..67
Tabel 4.8 Deskripsi Skor Kategori Avoidant, Secure, dan Ambivalent………. 67
Tabel 4.9 Deskripsi Data Penelitian Kecemburuan ………………………….68
Tabel 4..10 Deskripsi Skor Kategori Kecemburuan…………………………... 68
Tabel 4.11 Aman/secure * kecemburuan Crosstabulation …………………… 68
Tabel 4.12 Menghindar/Avoidant * kecemburuan Crosstabulation ………….. 69
Tabel 4.13 Cemas/Ambivalent * kecemburuan Crosstabulation……………… 70
Tabel 4.14 Uji Hipotesis Tipe Kelekatan dan Kecemburuan ………………… 72
xiii
xiv
Tabel 4.15 Korelasi Kecemburuan dengan secure, avoidant dan ambivalent…73
Tabel4.16 Korelasi Parsial secure terhadap avoidant dan ambivalent ……… 74
Tabel 4.17 Korelasi Parsial avoidant terhadap secure dan ambivalent……….. 75
Tabel 4.18 Korelasi Parsial ambivalent terhadap secure dan avoidant ………. 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usia 18-24 merupakan usia rata-rata para mahasiswa menjalani kehidupan
di kampus. Bloom (dalam Saragih dan Irmawati, 2000 ) menyatakan bahwa dalam
kehidupan di kampus mahasiswa menghadapi berbagai permasalahan, baik itu
permasalahan yang berhubungan dengan perkuliahan itu sendiri ataupun
permasalahan dengan kehidupan sosial mereka.
Dengan semua permasalahan yang dihadapi mahasiswa di kampus, akan
lebih baik jika mahasiswa mempunyai teman dekat untuk menolong mereka
mengatasi segala tekanan. Ditemukan pada mahasiswa yang memiliki tingkat
pergaulan yang tinggi dikampus memiliki derajat lebih tinggi dalam hal
dukungan/dorongan, keterlibatan dan prestasi di perguruan tinggi (Berger dalam
Pham, 2009).
Salah satu hubungan pertemanan yang biasa dijalani oleh mahasiswa
diantaranya adalah berpacaran. Bird Melville (1994, dalam Nisa, 2010)
menyatakan bahwa pacaran adalah pertemuan-pertemuan antara dua orang yang
sama secara khusus diarahkan untuk menjalin komitmen ke arah pernikahan. Pada
umumnya berpacaran yang serius akan bertujuan kejenjang pernikahan. Oleh
1
2
karena itu, masa berpacaran adalah masa untuk membangun suatu hubungan yang
kuat dengan saling menerima setiap kelebihan dan kekurangan pasangan kita.
Begitu juga hal mahasiswa berpacaran ini berlaku di universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk di fakultas Psikologi. Pada tahun 2008
berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Rizki Amaliah diperoleh hasil 32
dari 56 mahasiswi fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki
status berpacaran dengan rata-rata lama hubungan diatas 6 bulan dengan intensitas
pertemuan minimal 3 sampai 5 kali dalam seminggu.
Fenomena gaya berpacaran mahasiswa yang salah satunya adalah
menghabiskan waktu bersama dengan pasangan seperti pergi dan pulang dari
kampus bersama, makan bersama, jalan-jalan dan lainnya secara tak langsung
akan membuat suatu keterikatan dan ketergantungan satu pasangan terhadap
pasangan lainnya. Berkembangnya saling ketergantungan dalam hubungan
percintaan dan memasuki tahapan hubungan yang semakin erat, yang pada satu
sisi menjawab kebutuhan emosional satu sama lain, dan di sisi lain juga dapat
berarti bentangan masalah yang menimbulkan ketegangan-ketegangan. Hal yang
mungkin timbul seiring dengan berkembangnya komitmen antara lain selain
kecewa dan kebohongan, adalah cemburu (Widyarini, 2009). Sebagaimana
berdasarkan hasil penelitian oleh Knox dan Zusman (2009) terhadap 1319
mahasiswa Amerika diperoleh hasil 41,7% menyatakan dirinya sebagai orang
yang pecemburu (Knox dan Schacht, 2010).
3
Kecemburuan merupakan kumpulan atau kerjasama dari berbagai macam
perbedaan kata-kata, pengertian, dan gambaran. Salah satunya Menurut Pines
(1998) kecemburuan adalah reaksi yang rumit dalam merespon ancaman yang
terlihat, dimana akan mengakhiri atau menghancurkan suatu hubungan yang
dianggap penting (dalam Demirtas dan Donmez, 2006). Hal serupa dikemukan
Clanton (1981) bahwa kecemburuan adalah reaksi protektif terhadap ancaman
yang hadir pada suatu hubungan yang berharga (dalam Hansen, 1985).
Dalam konteks hubungan romantis White dan Mullen (1989) mendefinisikan
kecemburuan sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari
kehilangan akan (loss of), ancaman (threat to), harga diri (self-esteem) dan
keberlangsungan ataupun kualitas dari hubungan romantis. Penerimaan akan
kehilangan atau ancaman dihasilkan oleh persepsi akan potensi adanya
ketertarikan romantis antara salah satu pasangan dengan saingan ( dalam White,
1999). Hal senada diungkapkan Guerrero dan Anderson (1998), serta Teismann
dan Mosher (1978) yakni kecemburuan merupakan sebuah set dari emosi,
kognisi, dan respon-respon yang berasal dari sebuah penerimaan adanya ancaman
terhadap hubungan oleh saingan (Fleischmann et.al, 2005)
Secara relevan beberapa penelitian kecemburuan berfokus pada konstruksi
yang kompleks yang terjadi pada individu ketika menghadapi ancaman terhadap
hubungan atau pada sikap possesif. Kecemburuan terjadi pada ranah emosi
(emotional jealousy) dan kognisi (cognitive jealousy), dan kemudian berpotensi
4
berkembang pada perilaku komunikatif (behavioral jealousy). Emotional jealousy
termasuk didalamnya menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan tidak
aman, ketakutan, dan kesedihan (Pfeiffer dan Wong; dalam Bevan dan Lannuti,
2002). Cognitive jealousy diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan
kekhawatiran, kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang
dijalani pasangan dengan saingan. Behavioral jealousy diartikan sebagai
aksi/aktifitas detektif dan protektif, aksi detektif meliputi menanyakan, memeriksa
dan mencari keberadaan pasangan, dan aksi protektif mencakup pada strategi
untuk turun tangan memastikan bahwa tidak terjadi keakraban antara pasangan
dengan saingan (Pfeiffer dan Wong; dalam Hinde, 1997).
Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor eksternal berupa
kecenderungan pada perilaku pasangan yang mengikat yang bisa diinterpretasikan
sebagai suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau sesuatu
yang lain dan kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan
utama. Selain itu kecemburuan dipengaruhi juga oleh faktor internal berupa
kecenderungan pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada
perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan.
Contohnya termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah,
semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan, dan tidak
menerima keberadaan pasangan alternatif (Pines, 1992; dalam Knox dan Schacht,
2010).
5
Intensitas hubungan memiliki pengaruh juga terhadap kecemburuan ,
contohnya, menurut Mathes dan Severa (1981) kecemburuan lebih umum terjadi
pada individu yang sedang jatuh cinta, yang sangat bergantung secara emosional,
dan pasangannya yang kurang memberikan waktu, uang dan emosi (White, 1981).
Berbagai penemuan tersebut konsisten dengan teori evolutionary dalam konsep
kecemburuan sebagai pelindung pasangan, ungkapan dari komitmen, atau usaha
untuk mendapatkan pertanda dari salah satu pasangan (Guerrero dalam
Fleischmann et.al., 2005).
Inti yang paling mendekati pada kecemburuan adalah lebih kepada perasaan
emosional dan perilaku yang timbul ketika hubungan yang berharga terancam
oleh saingan. Dalam kecemburuan dibutuhkan sebuah segitiga hubungan sosial
antara tiga karakter yaitu; orang yang cemburu, orang yang bersama dengan
individu yang berkeinginan cemburu dalam hubungan (pasangan), dan orang yang
mengancam akan mengambil tempat orang yang cemburu dalam hubungan
dengan pasangan (pesaing) (Kazdin, 2000). Selain itu kecemburuan berhubungan
dengan kehilangan kasih sayang, penolakan, kecurigaan, perasaan tidak aman dan
kecemasan (Perreti dan Pudowski; dalamFleischmann et.al., 2005). Bisa juga
pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada saling
mempengaruhi. Orang yang memandang hubungan secure, membutuhkan
ancaman yang sangat kuat untuk dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi
individu yang merasa insecure pada suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul
meskipun ancamannya sangat lemah ( Aditya & Sarwono, 2009).
6
Para akademis telah menguji kecemburuan secara mendasar, faktor-faktor
yang mengantar pada kecemburuan, dan hasil dari kecemburuan dalam berbagai
konteks dan tipe dari hubungan interpersonal. Fenomena studi yang luas ini telah
diujikan dalam hubungannya pada variasi yang lebih luas dari faktor psikologis
termasuk insecurity, low self-esteem (White, 1981; Melamed, 1991), emotional
dependence (Mathes dan Severa, 1981; Buunk, 1982; White dan Mullen, 1989),
dan trust (Ellis dan Weinstein, 1986) dan adult romantic jealousy (Sharpsteen dan
Kirkpatrick, 1997).
Jika kembali pada faktor cemburu yang dipengaruhi oleh cara pandang
terhadap hubungan dan ancaman yang ada, memilki konsep terkait dengan tipe
kelekatan khususnya tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan adanya
perbedaan pandangan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim
termasuk didalamnya perbedaan reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan
(Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).
Dalam teori kelekatan cinta terlihat sebagai bentuk dasar dari kelekatan,
kedekatan, ikatan emosional yang terus menerus, yang berakar semenjak masa
bayi (Hazan dan Shaver, 1987; Shaver, 1984; Shaver, Hazan, dan Bradshaw,
1988), para peneliti menganggap bahwa cinta romantis dan kelekatan antara bayi
dan pengasuh memiliki kesamaan dinamika emosi (Strong et.al, 2005).
7
Attachment/kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus,
termasuk kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan paada orang
tertentu, terutama ketika mendapat tekanan (Potter-Efron, 2005). Sedangkan
kelekatan pada orang dewasa didefinisikan sebagai kecenderungan yang stabil
pada individu untuk berusaha keras mencari dan memelihara kedekatan dengan
seseorang atau orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif rasa
aman dan terlindungi terhadap fisik maupun psikis (Berman dan Sperling; dalam
Potter-Efron, 2005). Hendrick menambahkan kelekatan pada dewasa sebagai
kelekatan romantis yang diartikan sebagai perilaku yang melibatkan kedekatan
dan ikatan dengan seorang pasangan romantis (McGuirk dan Pettijohn, 2008).
Bowbly (dalam Bush, 1991) menyatakan bahwa fungsi dari attachment
adalah memelihara kedekatan pada figur attachment. Hasil observasinya
mengatakan bahwa ketika figur attachment ada individu merasa senang dan
merasakan aman. Jika hubungan attachment terancam maka timbul kecemasan,
protes dan berusaha membangun kembali hubungan (Bush, 1991).
Selain itu kelekatan juga berperan dalam kehidupan emosi manusia. Dimana
kebanyakan emosi yang biasanya timbul terjadi selama pembentukan,
pemeliharaan, ketidak teraturan dan pembaharuan pada hubungan attachment.
Pembentukan pada ikatan dijabarkan sebagai jatuh cinta, pemeliharaan ikatan
sebagai mencintai seseorang, dan kehilangan pasangan sebagai kesengsaraan
berlebih seseorang. Kesamaannya pada ancaman kehilangan meningkatkan
8
kecemasan dan benar-benar kehilangan memberikan penderitaan ketika pada
situasi ini menimbulkan kemarahan (Fraley dan Shaver, 2000).
Mikulincer dan Horesh (1999) mengasumsikan bahwa orang-orang yang
berbeda pola kelekatannya memiliki kecenderungan berpikir, merasakan, dan
bertindak secara spesifik didalam hubungan mereka. Sehingga paling tidak
sebagian gaya kelekatan seseorang memiliki efek pada perilaku yang disebabkan
oleh perbedaan dalam persepsi sosial dan perbedaan kemampuan mengatur efek
(Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Dengan kata lain
tipe kelakatan/attachment style didefinisikan sebagai suatu tingkah laku hubungan
antara dua orang dan bukan suatu sifat yang diberikan kepada bayi oleh orang
yang memberi perhatian. Tipe kelekatan ini merupakan jalan dua arah antara bayi
dan orang yang memberi perhatian yang harus responsif satu sama lain dan
masing-masing harus mempengaruhi tingkah laku orang lain (Semiun, 2006).
Perbedaan utama antara kelekatan pada orang dewasa dengan kelekatan pada
bayi adalah bahwa sistem perilaku lekat pada orang dewasa saling timbal balik.
Dengan kata lain pasangan orang dewasa tidak ditugaskan atau menset aturan
mengenai figur lekat, kedua perilaku dan pelayanan kelekatan sebagi figur lekat
seharusnya (Crowell dan Treboux, 1995).
Dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan
romantis, pasangan-pasangan akan mengembangkan kelekatan satu sama lain
9
yang dapat berbeda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain. Tipe
kelekatan ini akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu hubungan
romantis. Studi tentang tipe kelekatan orang dewasa secara umum partisipan
dikelompokkan kedalam salah satu dari tiga kategori, berdasarkan laporan self
mereka yaitu secure, avoidant dan ambivalent. Partisipan juga ditanyai tentang
pengalaman masa anak-anak mereka dengan orang tua, masa lalu mereka dan
sejarah hubungan romantis mereka serta kepuasaan. Penelitian mencoba
menghubungkan laporan self tipe kelekatan responden untuk melaporkan tentang
hubungan personal mereka (Mischel dkk, 2004).
Hazan dan Shaver (1987), memaparkan tiga tipe kelekatan yang terdiri dari
secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa nyaman
bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa pasangan akan
meninggalkannya. kemudian avoidant dengan ciri tidak nyaman dalam
kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap pasangan, sulit mengizinkan
diri sendiri untuk bergantung pada pasangan, gugup ketika orang lain terlalu
dekat. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan terlalu jauh,
bahwa pasangan tidak mencintai, dan ingin meninggalkan, ingin meleburkan diri
sepenuhnya dengan pasangan, merasa pasangan tidak menginginkan kedekatan
sebesar keinginannya. Ketiga tipe tersebut merupakan adaptasi dari tiga kategori
yang dikemukakan oleh Ainsworth yang dibuat sebagai dasar gambaran dari
pengaturan perbedaan individu dalam hal bagaimana orang dewasa berpikir,
merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis. Utamanya mereka
10
berpendapat bahwa ketiga tipe tersebut mempunyai kualifikasi untuk
membedakan tipe romantis atau ikatan yang diperbaharui (Fraley dan Shaver,
2000).
Sekitar 56% orang dewasa yang bertipe kelekatan aman, ditemukan
mereka memiliki kepuasan yang paling besar dan paling berkomitmen terhadap
hubungan dibanding dengan tipe kelekatan lain (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole,
Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003). 23- 24% orang dewasa bertipe
kelekatan avoidant (Hazan dan Shaver, 1987) Dan sebanyak 19-20% orang
dewasa diidentifikasi sebagai tipe anxious-ambivalent (Shaver dkk, 1988; dalam
Pistole, Clark, & Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).
Penelitian yang bersifat replikasi kemudian dilakukan di berbagai negara
seperti Amerika, Israel dan sebagainya, antara lain Trust (Mikuliner, 1990),
Depresi dan distress (Buren&Cooley, 2002), Self (Mikuliner, 1995), Kepribadian
(Heaven dkk, 2004) ada pun di Indonesia ada tipe kelekatan berkaitan dengan
gaya hubungan romantis (Helmi, 1992) dan Gaya berpacaran pada remaja
(Sulistiyani, 2002).
Menurut Santrock (1999), cinta romantis sangat penting diantara para
mahasiswa. Penelitian tentang cinta juga lebih banyak menggunakan mahasiswa
sebagai subjek penelitiannya (Brigham, 1986; Brehm, 1992; Santrock, 1999;
Taylor dkk, 2000 dalam Saragih dan Irmawati, 2000). Oleh karena hal tersebut
peneliti tertarik memilih mahasiswa sebagai subjek, dan juga berdasarkan
11
penelitian Rizki Amaliah yang menyatakan 32 dari 56 mahasiswi fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki status berpacaran dengan
rata-rata lama hubungan diatas 6 bulan dengan intensitas pertemuan minimal 3
sampai 5 kali dalam seminggu. selanjutnya peneliti memilih untuk fokus pada
subjek mahasiswa psikologi yang berstatus berpacaran.
Hasil dari penelitian-penelitian mengenai tipe kelekatan pada orang dewasa
diatas dapat ditarik kesimpulan umum yaitu, pertama tipe kelekatan pada masa
anak-anak tampaknya bermanfaat untuk menjelaskan gaya interaksi sosial pada
masa dewasa. Kedua orang dewasa dengan tipe kelekatan berbeda akan
mempunyai kualitas hubungan romantis yang berbeda pula. Ketiga perbedaan tipe
kelekatan berakar dari model kognisi diri dan orang lain.
Cemburu sering dijabarkan sebagai suatu ungkapan yang terjadi ketika
seorang individu merasa takut kehilangan pasangan mereka dan sistem kelekatan
bekerja berasal dari tiga golongan kejadian yang terfokus pada kehilangan
(Sharpsteen &Kirkpatrick, 1997). Dua dari tiga golongan kejadian itu adalah
adanya kecemburuan. Pertama salah satu cara untuk mengaktifkan sistem
attachment/kelekatan adalah melalui perpisahan dengan figur lekat dan kedua
ancaman berpisah dengan figur lekat. Perpisahan dari pasangan individu bisa jadi
menyebabkan timbulnya sistem kelekatan mereka, dan tipe mereka akan
menunjukkan bagaimana ungkapan cemburu mereka. Cemburu dan sistem
12
kelekatan dipicu oleh kejadian sama, penerimaan fungsi yang sama, dan termasuk
emosi yang sama (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, maka penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana Tipe kelekatan dengan Kecemburuan pada Pasangan
Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar pembatasan masalah lebih terarah, maka diperlukan pembatasan pada
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas guna menghindari adanya salah
pengertian sehingga tidak menyimpang ke masalah lain. Karena itu pokok
bahasan dari penelitian ini dapat diberi penjeasan sebagai berikut :
1. kecemburuan disini adalah reaksi kompleks berupa emosi, pikiran dan
perilaku yang disebabkan kemungkinan atau adanya ancaman dari orang
ketiga terhadap hubungan berharga yang sedang dijalani. Aspek emosi
diukur sebagai respon apa yang mereka rasakan ketika didalam situasi
yang menimbulkan kecemburuan. Aspek kognisi mengukur bagaimana
variasi pemikiran mereka yang mengarah pada kecurigaan pada pasangan.
Dan aspek perilaku mengukur bagaimana keterikatan mereka terhadap
macam-macam tindakan memata-matai dan protektif.
13
2. tipe kelekatan (Attachment style) adalah perbedaan individu dalam hal
bagaimana berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis
yang dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan
romantis. Dimana perbedaan ini dimasukkan dalam tiga kategori yaitu
secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa
nyaman bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa
pasangan akan meninggalkannya. kemudian avoidantdengan ciri tidak
nyaman dalam kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap
pasangan. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan
terlalu jauh, bahwa pasangan tidak memcintai, dan ingin meninggalkan.
3. Mahasiswa dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berpacaran
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tipe kelekatan (attachment style)
dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Mengetahui signifikansi hubungan antara tipe kelekatan
(menghindar/avoidant, aman/secure dan cemas /ambivalent) dengan kecemburuan
14
pada pasangan berpacaran mahasiswa di fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dibagi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis
• Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dari teori psikologi pada umumnya, dan khususnya
psikologi sosial dan kepribadian berdasarkan tipe kelekatan pada
mahasiswa dengan dampak kecemburuan terhadap hubungan.
• Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
tipe kelekatan dengan kecemburuan pasangan berpacaran pada
mahasiswa.
1.4 Sistematika penulisan
Pada penulisan laporan penelitian ini, penulis menggunakan Pedoman
Penyusunan dan Penulisan Skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun sistematika
penulisan ini adalah sebagai berikut:
15
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini penulis akan menyampaikan uraian latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, sistematika penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka
Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang landasan teori yang
berkaitan dengan masalah penelitian yang digunakan untuk melihat
permasalahan yang diteliti, meliputi teori tentang kecemburuan, teori
tipe kelekatan, kerangka berpikir, dan hipotesa
Bab 3 Metodologi Penelitian
Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang metode penelitian
yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian, meliputi pendekatan
penelitian dan metode penelitian, definisi konseptual dan definisi
operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengambilan
sampel, metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen
penelitian, teknik analisa data, dan prosedur penelitian.
Bab 4 Hasil Penelitian
Pada bab 4 ini penulis mengemukakan tentang gambaran umum
responden penelitian, deskripsi skor responden, dan uji hipotesis.
Bab 5 Kesimpulan, diskusi, dan saran
Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian, diskusi dan saran-saran yang perlu diperhatikan
untuk penelitian lebih lanjut.
16
16
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori pendukung yang berkaitan dengan
tipe kelekatan (Attachment style) dan kecemburuan. Secara rinci, bab ini akan
mengulas mengenai teori tipe kelekatan, teori kecemburuan, tipe kelekatan,
kecemburuan dan hubungan romantis, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Kecemburuan
2.1.1 Pengertian Kecemburuan
Secara tata bahasa kata kecemburuan (jealousy) diambil dari bahasa Perancis
jalousie, dibentuk dari kata jaloux (jealous) berasal dari bahasa latin zelosus (full
of zeal), yang berasal dari bahasa yunani zelosus yang berarti fervour (menyala-
nyala), warmth (memanas), ardour (panas perasaan) atau keinginan yang intens
(Buss, 2000).
Menurut Encyclopedia Of Psychology (2000) kecemburuan merupakan
emosi, perasaan dan perilaku yang timbul ketika hubungan yang bernilai terancam
oleh saingan.
Pines (1998) menyebutkan kecemburuan adalah reaksi yang rumit dalam
merespon ancaman yang terlihat, dimana akan mengakhiri atau menghancurkan
suatu hubungan yang dianggap penting (Demirtas dan Donmez, 2006). Hampir
16
17
senada dengan teori dikemukakan oleh Clanton (1981) yang menyebutkan bahwa
kecemburuan adalah reaksi protektif untuk menghadapi ancaman pada hubungan
yang berharga (dalam Hansen, 1985).
White dan Mullen (1989) melengkapi dengan mendefinisikan kecemburuan
sebagai ”a complex thoughts, emotions, and actions that follows the loss of, or
threat to, self-esteem and/or existence or quality of the romantic relationship”
Yang diterjemahkan pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari
kehilangan akan (loss of), ancaman (threat to) terhadap harga diri (self-esteem)
dan keberlangsungan ataupun kualitas dari hubungan romantis (dalam White,
1999).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecemburuan
merupakan reaksi emosi, pikiran dan perilaku sebagai respon dari adanya
ancaman terhadap suatu hubungan yang dianggap penting atau berharga, dimana
disini ancaman tersebut adalah orang ketiga pada suatu hubungan romantis.
2.1.2 Faktor-faktor Kecemburuan
Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
1. faktor eksternal
faktor eksternal cenderung pada perilaku pasangan yang mengikat
yang bisa diinterpretasikan sebagai :
18
a. Suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau
sesuatu yang lain.
b. Kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan
utama.
2. faktor internal
Menurut Pines (1992) faktor internal dari kecemburuan cenderung
pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada perasaan-
perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan. Contohnya
termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah,
semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan,
dan tidak menerima keberadaan pasangan alternatif (dalam Knox dan
Schacht, 2010).
Penjelasan selanjutnya dari faktor internal adalah sebagai berikut :
a. Mistrust (ketidak percayaan), jika individu pernah dikhianati pada
hubungan sebelummya, individu tersebut kemungkinan akan belajar
untuk kurang mempercayai hubungan selanjutnya. Sebagaimana
kurang percaya itu berkembang dengan sendirinya dalam
kecemburuan.
b. Low self-esteem, individu yang memiliki self esteem rendah
menekankan untuk menjadi cemburu karena kurangnya rasa self-worth
dan dari sini sulit untuk mempercayai siapapun untuk bisa menghargai
19
dan mencintai mereka (Khanchandani, 2005 ; dalam Knox dan
Schacht, 2010). Perasaan tidak berharga mungkin mengkontribusi pada
kecurigaan bahwa orang lain lebih berharga.
c. Anxiety, secara umum individu yang mengalami kecemasan tertinggi
juga memperlihatkan kecemburuan yang lebih (Khanchandani, 2005
;dalam Knox dan Schacht, 2010).
d. Lack of perceived alternatives, individu yang tidak memiliki alternatif
pasangan lain atau tidak merasa tertarik lagi pada orang lain
kemungkinan cepat merasa cemburu. Mereka merasa demikian karena
jika mereka tidak menjaga pasangannya yang sekarang maka mereka
akan sendiri.
e. Insecurity, individu yang merasa tidak aman dalam hubungan dengan
pasangannya kemungkinan mengalami tingkat kecemburuan yang
tinggi. Khancandani (dalam Knox dan Schacht, 2010) menemukan
bahwa individu yang memiliki hubungan dengan jangka waktu
sebentar, yang kurang berkomitmen pada hubungan, dan yang kurang
merasa puas dengan hubungannya, biasanya lebih mudah untuk
cemburu.
Intensitas hubungan memiliki pengaruh juga terhadap kecemburuan,
contohnya, kecemburuan lebih umum terjadi pada individu yang sedang jatuh
cinta, yang sangat bergantung secara emosional (Mathes dan Severa dalam
Guerrero dan Anderson, 1998), dan pasangannya yang kurang memberikan waktu,
20
uang dan emosi. Berbagai penemuan tersebut konsisten dengan teori evolutionary
dalam konsep kecemburuan sebagai pelindung pasangan, ungkapan dari
komitmen, atau usaha untuk mendapatkan pertanda dari salah satu pasangan
(White, 1981; Guerrero et.al., 2004 dalam Fleischmann et.al., 2005).
kecemburuan bisa berhubungan dengan kehilangan kasih sayang, penolakan,
kecurigaan, perasaan tidak aman dan kecemasan (Perreti dan Pudowski, dalam
Fleischmann et.al., 2005). Selain itu pandangan seseorang tentang hubungan
percintaan dan ancaman yang ada juga saling mempengaruhi. Orang yang
memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang sangat kuat untuk
dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi individu yang merasa insecure pada
suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul meskipun ancamannya sangat lemah (
Aditya & Sarwono, 2009).
2.1.3 Komponen/Aspek Kecemburuan
Berdasarkan konsep analisa dari White (dalam Hinde, 1997), bahwa
kecemburuan berisi tiga komponen yaitu pikiran, perasaan dan perilaku. Pfeiffer
dan Wong (1989) menambahkan bahwa antara kognisi, afeksi, dan perilaku yang
terdapat pada kecemburuan tidak saling mengikuti satu sama lain, tetapi bisa juga
saling mensimulasi dan berinteraksi satu sama lain ( dalam Hinde, 1997).
Cognitive jealousy yang diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan
kekhawatiran, kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang
dijalani pasangan dengan saingan. Emotional jealousy termasuk didalamnya
21
menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan tidak aman, ketakutan, dan
kesedihan (Pfeiffer dan Wong 1989; dalam Bevan dan Lannuti, 2002). Hal sama
dikemukakan berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa kecemburuan
berkorelasi dengan perasaan-perasaan seperti marah, sedih, cemas, sakit hati,
terancam, merasa dikhianati, tertekan, bingung, tidak aman, tidak tertolong, malu,
ditolak, ketidak percayaan frustasi, dan iri (Guerrero dan Anderson, 1998; dalam
Brown dan Amatea, 2000). Behavioral jealousy diartikan sebagai aksi/aktifitas
detektif dan protektif, aksi detektif meliputi menanyakan, memeriksa dan mencari
keberadaan pasangan, dan aksi protektif mencakup pada strategi untuk turun
tangan memastikan bahwa tidak terjadi keakraban antara pasangan dengan
saingan (Pfeiffer dan Wong, 1989; Hinde, 1997). Adapun konsep
perilaku/tindakan pada cemburu adalah perilaku mengikuti secara protektif dan
bertindak menyelidiki. Sebagai contoh tindakkan protektif dengan cara turut serta
dalam kegiatan pasangan sebagai cara untuk memantau dan memastikan pasangan
tidak berinteraksi dengan pesaing (Pfeiffer & Wong, 1989). Spitzberg dan Eloy
(1995) memperkenalkan respon komunikasi (communicative responses) sebagai
bagian dari komponen dimensi kognisi pada cemburu. Terdapat dua belas tipe
respon komunikasi dan respon komunikasi yang telah dibagi dua, yaitu interactive
responses dan general responses. Interactive responses cenderung pada
komunikasi langsung (face to face communication) atau pasangan mengarahkan
komunikasi dengan bertanya pada pasangan tentang dimana keberadaannya dan
dengan siapa. General responses terdiri dari komunikasi eksternal (tidak seara
langsung) seperti mengecek e-mail, handphone (sms, telepon masuk, dan lain-
22
lain) pasangan secara diam-diam/ tidak meminta izin. Respon komunikasi
(communicative responses) lainnya antara lain negative affect expression
(misalnya meperlihatkan raut wajah terluka), integrative communication
(misalnya, meminta maaf), distributive communication (misalnya, kekerasan
secara verbal), manipulation attempts (misalnya, mencibir), third party contact
(mengancam pesaing), dan surveillance behavior (misalnya, memata-matai)
(dalam Pfeiffer & Wong, 1989)
2.1.4 Proses Kecemburuan
Kecemburuan yang dialami seseorang melalui suatu proses dengan melalui
tahapan-tahapan. Menurut White ( Brehm, 1992; dalam Aditya & Sarwono, 2009)
proses kecemburuan melewati lima tahap dibawah ini :
1. Tahap awal (primary appraisal)
Saat seseorang merasakan adanya ancaman pada hubungan
percintaannya, maka dimulailah tahap ini. Tahap ini pula yang
menunjukkan ambang kecemburuan seseorang. Setiap orang memiliki
ambang kecemburuan yang berbeda-beda. Ambang kecemburuan
merupakan suatu titik ketika seseorang mulai cemburu.
Dalam tahap awal ini, pandangan seseorang tentang hubungan
percintaan dan ancaman yang ada saling mempengaruhi. Orang yang
memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang sangat kuat
untuk dapat membuatnya cemburu. Namun, bagi individu yang merasa
23
insecure pada suatu hubungan, kecemburuan bisa timbul meskipun
ancamannya sangat lemah.
2. Tahap kedua (secondary appraisal)
Pada tahap kedua ini, individu berusaha untuk memahami situasi
dengan lebih baik dan berpkir mengenai cara mengatasi rasa cemburunya.
Namun, seringkali dalam tahap ini melibatkan pula pikiran catastrophic,
yaitu pengambilan kesimpulan secara ekstrem dan berdasarkan
kemungkinan yang terburuk. Contohnya adalah seseorang yang sedang
cemburu karena pasangannya tidak membalas SMS, dalam tahap ini
mengambil kesimpulan bahwa pasangannya sedang bermesraan dengan
orang lain padahal pasangannya tersebut sedang ada kegiatan yang tidak
dapat diganggu.
3. Tahap ketiga
Tahap ketiga ini melibatkan reaksi emosional. Seseorang yang sedang
mengalami kecemburuan biasanya tidak menyadari bahwa yang mereka
pikirkan adalah hal yang tidak rasional. Jenis-jenis emosi yang dirasakan
saat seseorang sedang mengalami kecemburuan antara lain adalah marah
terhadap pasangan dan/atau orang ketiga, cemas akan kehilangan
hubungan percintaannya, depresi, dan sedih akan kehilangan yang dialami.
4. Tahap keempat
Tahap keempat adalah tahap coping. Menurut Bryson (dalam Brehm,
1992), perilaku coping terhadap kecemburuan dapat dibagi ke dalam dua
orientasi tujuan. Pertama adalah usaha untuk mempertahankan hubungan.
24
Usaha ini dapat menghasilkan perilaku baik yang konstruktif maupun
destruktif. Contoh usaha yang konstruktif adalah membicarakan masalah
itu dan bersama-sama mencarikan jalan keluarnya sedangkan usaha yang
destruktif adalah menghindari konflik seolah-olah tidak ada masalah sama
sekali.
Kedua adalah usaha untuk mempertahankan self-esteem. Usaha ini
juga bersifat konstruktif namun bisa pula bersifat destruktif. Contoh usaha
yang bersifat konstruktif adalah memutuskan hubungan percintaan dengan
baik-baik sedangkan contoh usaha yang bersifat destruktif adalah
menyerang pasangan baik secara verbal maupun nonverbal.
5. Tahap kelima
Tahap kelima adalah hasil dari perilaku coping. Perilaku coping yang
konstruktif terhadap kecemburuan akan segera mengurangi rasa sakit yang
ditimbulkan oleh rasa cemburu dan berguna juga untuk efek jangka
panjang seperti kesejahteraan orang-orang yang terlibat dan kualitas
hubungan tersebut.
2.1.5 Tipe-tipe Kecemburuan
Bringle dan Buunk (Miller dkk, 2007 ; dalam Aditya & Sarwono, 2009),
menyatakan bahwa terdapat dua tipe kecemburuan (Aditya & Sarwono, 2009).
1. Reactive jealousy yang terjadi ketika seseorang menjadi sadar terhadap
tekanan yang actual pada suatu hubungan yang bernilai (Bringle & Buunk,
1991; Parrott, 1991; Miller dkk, 2007;dalam Aditya & Sarwono, 2009).
25
2. Suspicious jealousy terjadi ketika salah satu orang dari pasangan tidak
berbuat kesalahan dan salah seorang lainnya merasa curiga namun tidak
memiliki bukti (Bringle & Buunk, 1991; Miller dkk, 2007; dalam Aditya
& Sarwono, 2009). Suspicious jealousy menyebabkan rasa khawatir, tidak
percaya, waspada, dan tingkah laku memata-matai pasangan untuk
menguatkan hal-hal yang ia curigai.
2.1.6 Gender dan kecemburuan
Hubungan antara kecemburuan dan gender telah mendapat perhatian dari para
ahli, diantaranya adalah Pines dan Aronson (1983) yang meneliti tingkat
kecemburuan partisipan dengan sebuah skala dengan nilai 7, dan mereka
menemukan indikasi bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki
dan perempuan di tingkatan kecemburuan. Hal tersebut menjelaskan perlunya
penelitian lebih lanjut untuk mengeneralisasikan keadaan tersebut, sampai
akhirnya beberapa studi menemukan perbedaan yang signifikan dalam reaksi
menghadapi cemburu dalam kajian gender (Buunk et al., 1991; Erber dan Erber,
2001; Shetel-Neuber, Byrson, dan Young, 1978). Penelitian-penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa wanita lebih cenderung pada reaksi emosional dan laki-
laki cenderung pada reaksi permusuhan (dalam Demirtas dan Donmez, 2006).
26
Selain itu hasil penelitian memperlihatkan bahwa wanita lebih pecemburu
dibanding pria (DeWeerth & Kalma, 1997 dalam Edalati & Redzuan, 2010).
Buunk (1984) wanita menjadi lebih cemburu dibanding pria ketika mereka
berpikir bahwa hubungan pernikahan mereka rusak. Dibanding pria, wanita lebih
menyukai membuat percobaan besar untuk mempertahankan hubungan ( Bryson,
1991). Wanita ketika cemburu memakai lebih banyak reaksi emotional-
stimulating position (DeWeerth & Kalma, dalam Edalati & Redzuan, 2010). Sheet
& Wolfe (2001) menemukan bahwa pria lebih cepat bereaksi dalam hal sexual
jealousy, dimana pria akan mengalami distress jika pasangannya melakukan
hubungan seksual dengan orang lain. Sementara wanita memperlihatkan lebih
kepada emotional jealousy (dalam Edalati & Redzuan, 2010). Selain itu wanita
akan mengalami distress saat pasangannya berbagi perhatian dengan orang lain,
meskipun pasangannya tersebut belum tentu melakukan hubungan seksual dengan
orang lain (Aditya & Sarwono, 2009).
2.2 Attachment/kelekatan
2.2.1 Pengertian Attachment/Kelekatan
Teori attachment dimulai dari sebuah seminar dengan judul “The Influence Of
Early Environment In The Development Of Neurosis And Neurotic Character”
yang diberikan oleh Jhon Bowbly (1907-1990) seorang psikiater di The British
Psychoanalytic Society pada tahun 1939. Setelah satu periode paper ini diperluas
menjadi tiga seri volume, attachment and loss (1969, [direvisi 1982], 1973, 1980)
dan dua buku perkuliahan, The Making And Breaking Of Affectional Bonds (1979)
27
dan The Secure Base (1988). Ditahun yang sama Ainsworth membantu
mengembangkan teori tersebut, lebih penting lagi mengadakan sebuah set metode
empiris yang sangat akurat untuk mempelajari proses attachment pada bayi.
Dalam kamus lengkap psikologi karangan JP Chaplin (2005) attachment
diartikan sebagai pelengketan, perkaitan, relasi, ikatan, tersangkut satu sama lain,
hubungan pelekatan, satu daya tarik atau ketergantungan emosional antara dua
orang.
Bowlby menyatakan bahwa atttachment adalah bentuk tingkah laku yang
dapat mengekal, ataupun mendapatkan individu lain (Hasan et.al, 2006).
Attachment/kelekatan merupakan ikatan emosional yang terus menerus yang
termasuk didalamnya kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan
dengan orang yang khusus/istimewa. Attachment/kelekatan juga disebutkan
sebagai suatu ikatan yang intens dan terus menerus yang secara biological berakar
dari fungsi perlindungan dari bahaya (Wilson, 2001; dalam Potter-Efron, 2005).
Menurut Flanagan (2003) attachment diartikan sebagai “An emotional bond
between two people especially mother and infant” atau sebuah ikatan emosional
antara dua orang, utamanya ibu dan anak. Cox (2001) menyebutkan kelekatan
sebagai sebuah ikatan emosional yang kuat dengan orang lain. Hendrick (2004)
mendefinisikan attachment sebagai sebuah bagian dari interaksi dengan pengasuh
28
yang melibatkan kedekatan fisik, yang secara tak langsung juga kedekatan afeksi
emosional (McGuirk dan Pettijhon, 2008).
Bowlby dan Ainsworth menambahkan attachment sebagai ikatan afektif yang
terus menerus yang dikarakteristikan oleh kecenderungan untuk mencari dan
memelihara kedekatan pada figur khusus, terutama ketika dibawah tekanan
(Colin, 1996).
Kelekatan pada orang dewasa didefinisikan sebagai kecenderungan yang
stabil pada individu untuk berusaha keras mencari dan memelihara kedekatan
dengan seseorang atau orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif
rasa aman dan terlindungi terhadap fisik maupun psikis (Berman dan Sperling;
dalam Potter-Efron, 2005). Hendrick menambahkan kelekatan pada dewasa
sebagai kelekatan romantis yang diartikan sebagai perilaku yang melibatkan
kedekatan dan ikatan dengan seorang pasangan romantis (McGuirk dan Pettijohn,
2008).
Dari definisi-definisi yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa
attachment/kelekatan adalah kecenderungan yang stabil dari perasaan, pemikiran
dan perilaku untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan seseorang atau
orang tertentu/khusus yang memberikan potensi subjektif rasa aman dan
terlindungi terhadap fisik maupun psikis
29
2.2.2 Model Mental Lekat (Internal Working Model )
Merujuk pada Bowlby (1982) berdasarkan hubungan antara bayi dengan
pengasuh, bayi mengembangkan model lekat (internal working model). Yang
merupakan gambaran mental terhadap orang lain, self, atau terhadap hubungan
yang membimbing pada pengalaman dan perilaku selanjutnya (Mistchel et.al,
2003). Model mental lekat dapat dikonsep sebagai produk pengulangan
pengalaman hubungan kelekatan. Mereka berakar dari proses otak yang sama,
yang secara umum membentuk skema untuk mengatur dan memproses informasi
yang akan melampaui kapasitas kognisi (Fiske dan Taylor, 1991). Tidak seperti
skemata pada kognisi yang sederhana, bagaimanapun juga model mental lekat
adalah pemikiran yang memasukkan afeksi dan perlindungan sebaik sebagaimana
mendeskripsikan komponen kognitif (Betherton, 1985; Main et al., 1985). Model
mental lekat konsisten mengakumulasi pengetahuan mengenai self, figur lekat,
dan hubungan kelekatan. Berfungsi secara terpisah diluar dari kesadaran mereka
melengkapi individu dengan heuristic (cara memecahkan persoalan lewat
pengalaman) untuk mengantisipasi dan menginterpretasi perilaku dan intensitas
orang lain, utamanya figur lekat (Rothbard dan Shaver, 1994).
Simpson (1995 dalam Helmi, 1999) berpendapat bahwa sistem kelekatan
berevolusi secara adaptif sejalan dengan berkembangnya hubungan antar bayi
dengan pengasuh utama; dan akan membuat bayi bertahan untuk tetap dekat
dengan orang yang merawat dan melindunginya. Pengalaman kelekatan ini akan
mempengaruhi model mental (working models) diri apakah sebagai orang yang
30
berarti atau tidak berarti, apakah sebagai orang yang bergantung atau mandiri
pada orang (Helmi, 1999).
Anak yang memiliki model mental positif, merasakan kepuasaan akan
pengalaman dengan orang lain di sekeliling mereka yang mengembangkan model
mental satu sama lain sebagai keterlibatan dan saling memberi, dan menjadikan
diri mereka sebagai yang ahli dan berjasa dalam ikatan kasih sayang (Mischel
dkk, 2003).
Sementara bayi bertumbuh dan berinteraksi dengan orang lain di dalam
dan di luar keluarga, sikap dasar mengenai self tetap konstan, dan sikap dasar
mengenai pengasuh digeneralisasikan pada individu lain. Sebagai akibatnya,
interaksi kita dengan anggota keluarga, orang asing, teman sebaya, sahabat,
pasangan romantis, dan pasangan hidup, hingga derajat tertentu dipengaruhi oleh
apa yang kita pelajari pada masa awal bayi (Hazan & Shaver, 1990; dalam Baron
& Bryne, 2003).
Selama perkembangan sebelumnya, model mental cenderung
mengakomodasi (pengaturan untuk dirinya sendiri) untuk informasi baru
mengenai figur lekat, lingkungan sekitar dan self (Rothbard dan Shaver, 1994).
Model mental lekat dalam hubungan kelekatan merupakan konsep dari
pikiran dan perasaan yang berkembang dalam rangkaian perjalanan perilaku
31
berinteraksi antara anak dengan orang tua. Awalnya tipe kelekatan dapat
menggambarkan pengharapan akan perilaku orang tua dalam berbagai situasi.
Secara epat bayi mengintisarikan pengaharapan tersebut kedalam dalil mengenai
seberapa dekat hubungan bekerja dan seberapa berfungsi dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam situasi yang menekan (Crowell dan Treboux, 1995).
Berdasarkan konseptualisasinya mengenai interaksi antara ibu dan anak dan
skema yang ada dipelajari, bowbly (1982) mengatakan bahwa bayi membentuk
satu dari tiga gaya kelekatan secure aman, insecure avoidant tidak aman
menghindar dan insecure ambivalent tidak aman cemas. Gaya yang sama ini dapat
diobservasi lebih jauh dari masa bayi pada interaksi antara ibu dan anak
(Ainsworth et al, 1978; dalam Baron dan Byren, 2003). Dalam paradigma
Ainsworth ibu dan anak diobservasi didalam situasi yang terkontrol, dan ibu
diinstruksikan untuk meninggalkan ruangan dalam waktu singkat pada dua
kesempatan dan mereka lalu kembali pada anak mereka. Ketiga gaya kelekatan
dapat diobservasi pada respon anak terhadap situasi tersebut. Anak-anak yang
secure/aman sedikit terganggu oleh ketidak hadiran ibu, namun dengan cepat
tenang saat ibunya kembali. Anak yang avoidant cenderung menolak ibu dan
menunjukkan kontrol serta kekangan emosi ketika mereka sekali lagi bersama
emosi. Anak yang ambivalent menunjukkan keadaan konflik mereka menangis
ketika dipisahkan dari ibunya, tetapi kembalinya ibu justru mendorong bayi untuk
semakin menangis dan semakin marah.
32
2.2.3 Tipe Kelekatan/ Attachment Style
Berdasarkan konsep dasar dari pemikiran Bowlby, Ainsworth dan para
koleganya (1978) menciptakan penelitian paradigma yang dikenali sebagai situasi
asing (The strange situation), yang menimbulkan perilaku attachment pada bayi
melalui pengulangan perpisahan dengan figur lekat dan interaksi dengan orang
asing, dan juga menimbulkan perilaku menjelajah dengan memberikan mainan
yang menarik. Berdasarkan reaksi bayi terhadap perpisahan dan pertemuan
kembali pada situasi yang asing, Ainsworth dan kawan-kawan mengidenfikasi
tiga tipe dasar dari kelekatan, satu secure dan dua insecure (Rothbard dan Shaver,
1994).
Teori attachment/kelekatan diformulakan untuk menjelaskan tipe tertentu dari
perilaku, karakteristik yang tidak hanya pada bayi, ataupun anak-anak, tapi juga
remaja dan orang dewasa, hal tersebut yang mendasari konsep dasar
ketergantungan (dependency) dan ketergantungan yang berlebih (over
dependency) (Bowbly, 1988). Tipe kelekatan/attachment style didefinisikan
sebagai suatu tingkah laku hubungan antara dua orang dan bukan suatu sifat yang
diberikan kepada bayi oleh orang yang memberi perhatian. Tipe kelekatan ini
merupakan jalan dua arah bayi dan orang yang memberi perhatian harus responsif
satu sama lain dan masing-masing harus mempengaruhi tingkah laku orang lain
(Semiun, 2006).
33
Tipe kelekatan lebih cenderung pada model mental utama dari kelekatan yang
menentukan perilaku manusia sebagai respon terhadap kenyatan atau bayangan
akan perpisahan dan pertemuan kembali dengan figur lekat mereka. Tipe
kelekatan merupakan ketentuan yang dibentuk melalui aksesbilitas dan respon
yang diberikan figur lekat, dan saling melengkapinya aspek pada self, semuanya
disampaikan dalam model lekat attachment atau internal working model (Berman
dan Sperling, 1994). Beberapa sumber menemukan dengan tipe kelekatan anak
dan beberapa darinya kemungkinan ada hingga dewasa. Studi tentang kelekatan
pada dewasa menganggap bahwa setiap invidu kemungkinan membawa dengan
mereka tipe kelekatan yang spesifik dalam hubungan disepanjang hidupnya (e.g
Fraley & Shaver, 1997; Kobak & Sceery, 1988; dalam Mischel dkk, 2003).
Satu penelitian memperlihatkan bahwa kita bisa membawa satu tipe kelekatan
untuk hidup; tipe ini memberi kita kecenderungan untuk menyikapi dengan yakin
dalam hubungan percintaan (Shaver dkk, 1988). Dalam penelitian lainnya peneliti
menemukan suatu kesatuan yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kepuasan
dalam berhubungan (Brennan & Shaver, 1995; dalam Strong dkk, 2004).
Studi tentang tipe kelekatan orang dewasa secara umum partisipan
dikelompokkan kedalam salah satu dari tiga kategori, berdasarkan laporan self
mereka yaitu secure, avoidant dan ambivalent. Partisipan juga ditanyai tentang
pengalaman masa anak-anak mereka dengan orang tua, masa lalu mereka dan
sejarah hubungan romantis mereka serta kepuasaan. Penelitian mencoba
34
menghubungkan laporan self tipe kelekatan responden untuk melaporkan tentang
hubungan personal mereka (Mischel dkk, 2004), dan berikut jenis hubungan yang
diperoleh :
Pertama pada tipe kelekatan aman/secure dewasa dijelaskan bahwa mereka
memiliki keluarga yang mendukung menjadi pribadi yang dapat dipercaya,
hangat, orang tua yang bahagia, bisa mentolerir perpisahan dengan pasangan,
dapat memberikan pasangan dukungan emosional ketika mereka
membutuhkannya, secara umum bentuk positif hubungan romantis, mempercayai
hubungan cinta romantis itu ada dan bisa berlangsung lama (Mischel dkk, 2004).
Sekitar 56% orang dewasa yang bertipe kelekatan aman, ditemukan mereka
memiliki kepuasan yang paling besar dan paling berkomitmen terhadap hubungan
dibanding dengan tipe kelekatan lain (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, &
Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).
Kedua tipe kelekatan menghindar/avoidant dewasa, dilaporkan mereka
memiliki hubungan keluarga yang jauh, memiliki jarak emosional dengan orang
tua, tidak merasa hangat, tidak dekat atau percaya pada orang tua, cenderung takut
akan keintiman, sulit menemukan komitmen secara emosional, tidak dapat
memberikan dukungan emosional yang tinggi pada pasangan, sinis terhadap cinta
romantis dan meragukannya dapat berlangsung lama (Mischel dkk, 2004)
Dan ketiga tipe kelekatan cemas/ambivalet dewasa dilaporkan mereka
memiliki hubungan romantis tapi tidak bertahan lama, mencemaskan, ketakutan
akan kehilangan pasangan, siap dan ingin sekali untuk mengganti self untuk
35
menyenangkan pasangan, tertekan dengan perpisahan dengan pasangan,
mempercayai bahwa jatuh cinta itu mudah tapi tidak akan berlangsung lama
(Mischel dkk, 2004) mempercayai bahwa orang lain tidak menginginkan
kedekatan seperti yang diinginkannya, mereka khawatir pasangan mereka tidak
benar-benar mencintainya dan akan meninggalkannya, mereka selalu
menginginkan penggabungan yang utuh dengan orang lain yang terkadang
membuat mereka ketakutan orang lain itu pergi, pengalaman mereka dalam cinta
sering terobsesi dan ditandai oleh hasrat untuk menguasai, memiliki tingkatan
tinggi pada ketertarikan seksual dan kecemburuan, biasanya hubungan mereka
bertahan sekitar 6 tahunan, dan sekitar 19-20% orang dewasa diidentifikasi
sebagai tipe anxious-ambivalent (Shaver dkk, 1988; dalam Pistole, Clark, &
Tubbs, 1995; dalam Strong, 2003).
Mikulincer dan Horesh (1999) mengasumsikan bahwa orang-orang yang
berbeda pola kelekatannya memiliki kecenderungan berpikir, merasakan, dan
bertindak secara spesifik didalam hubungan mereka. Sehingga paling tidak
sebagian gaya kelekatan seseorang memiliki efek pada perilaku yang disebabkan
oleh perbedaan dalam persepsi sosial dan perbedaan kemampuan mengatur efek
(Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Inti elemen cinta
yang hadir sama pada anak maupun orang dewasa adalah kebutuhan untuk
merasakan secara emosional perasaan terlindungi dan aman. Ketika pasangan
merespon akan kebutuhan hal ini, orang dewasa akan memandang dunia sebagai
tempat yang aman. Respek ini tidaklah berbeda jauh dari anak (Strong, 2004).
36
2.3 Kecemburuan, Tipe Kelekatan/Attachment Style Dan Hubungan
Romantis
Kecemburuan biasanya berhubungan dengan hubungan romantis (White dan
Mullen, 1989), suatu kebiasaan kompleks yang sering berupa pengalaman
menyakitkan pada suatu hubungan (Sheets dan Wolfe, 2001). Dalam konteks
hubungan romantis White dan Mullen (1989) mendefinisikan kecemburuan
sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari kehilangan akan
(loss of), ancaman (threat to), harga diri (self-esteem) dan keberlangsungan
ataupun kualitas dari hubungan romantis. Penerimaan akan kehilangan atau
ancaman dihasilkan oleh persepsi akan potensi adanya ketertarikan romantis
antara salah satu pasangan dengan saingan (dalam White, 1999).
Kecemburuan bisa muncul disebabkan oleh faktor eksternal berupa
kecenderungan pada perilaku pasangan yang mengikat yang bisa diinterpretasikan
sebagai suatu ketertarikan emosional maupun seksual pada orang lain atau sesuatu
yang lain dan kurangnya ketertarikan emosional maupun seksual pada pasangan
utama. Selain itu kecemburuan dipengaruhi juga oleh faktor internal berupa
kecenderungan pada karakteristik tiap individu yang menempatkan mereka pada
perasaan-perasaan cemburu, perilaku yang membebaskan dari pasangan.
Contohnya termasuk menjadi kurang percaya, memiliki self esteem yang rendah,
semakin tingginya keterlibatan dan ketergantungan terhadap hubungan, dan tidak
menerima keberadaan pasangan alternatif (Pines, 1992; dalam Knox dan Schacht,
2010).
37
Bryson (1991) menekankan kecemburuan sebagai sebuah kombinasi emosi
daripada sebagai satu emosi. Banyak peneliti berargumen bahwa kecemburuan
merupakan sejenis kekhawatiran akan ancaman pada hubungan (White dan
Mullen, 1989; dalam Edalati dan Redzuan, 2010).
Smith, Parrot, Gerrod, dan Edvard (1999) menjelaskan ketika salah satu
pasangan tertarik pada siapa saja yang dianggap menarik, salah satunya bisa
cemburu karena mereka ingin memelihara hubungan khusus dan berharga tersebut
sebagai hubungan yang penting untuk harga dirinya. Kecemburuan romantis
secara signifikan dan positif berhubungan dengan permintaan hubungan alternatif,
penerimaan informasi ancaman terhadap self dan hubungan romantis (Rydell,
McConnel, dan Bringle, 2004). Clanton (1981) berargumen bahwa fungsi
kecemburuan adalah untuk melindungi hubungan yang berharga. Kecemburuan
juga berhubungan dengan sisi gelap dari hubungan (dalam Buss, 2000). Hal
tersebut melibatkan tiga individu yaitu, cemburu, yang tersayang/pasangan, dan
saingan/pesaing (Parrot, 1991). Untuk kecemburuan yang hadir, salah satu
pasangan beresiko kehilangan cinta salah satu pasangan dan menderita karena
kehilangan orang dimilikinya. Guerrero dan kawan-kawan (2004) menekankan
bahwa wanita lebih menyukai mencari dukungan dari orang lain daripada pria,
berusaha untuk memperbaiki hubungan, meminta komitmen pada pasangan,
mengekspresikan efek negatif, memanfaatkan komunikasi integral menggunakan
bahasa verbal sebagai isyarat kepemilikan dalam merespon perasaan cemburu
(dalam Edalati dan Redzuan, 2010).
38
Para psikolog telah tertarik mengenai ikatan attachment antar individu.
Mengikuti teori attachment yang dikemukan Bowbly (1980) perilaku kelekatan
(attachment behaviour) merupakan bentuk dari berbagai perilaku yang termasuk
didalamnya pencarian kedekatan seseorang dengan individu lainnya. Tujuan dari
perilaku adalah memelihara ikatan yang telah terbentuk dengan figur lekat.
Beberapa teori beragumentasi bahwa kelekatan membantu spesies untuk dapat
bertahan, dikatakan demikian karena kemampuan bayi untuk menghindari bahaya
dengan tetap dengan pengasuhnya. Walaupun biasanya berkembang untuk
menjelaskan hubungan bayi dengan pengasuh, tipe kelekatan juga bisa
dihubungkan dengan perkembangan hubungan romantis (Bowbly, 1980;
PistolShi, 2003; Oliver dan Shirkey, 2008).
Teori kelekatan membantu kita untuk memahami bagaimana hubungan orang
dewasa berkembang, permasalahan apa yang bisa terjadi padanya, dan apa yang
bisa dilakukan ketika permasalahan itu datang. Pada teori ini cinta dilihat sebagai
bentuk dari kelekatan, kedekatan, ikatan emosional yang terus menerus yang
ditemukan berakar dari semenjak bayi (Hazan dan Shaver, 1987; Shaver, 1984;
Shaver, Hazan dan Bradshaw, 1988; dalam Strong et al., 2003).
Diasumsikan bahwa orang-orang yang berbeda pola kelekatannya memiliki
kecenderungan berpikir, merasakan, dan bertindak secara spesifik didalam
hubungan mereka. Sehingga paling tidak sebagian gaya kelekatan seseorang
memiliki efek pada perilaku yang disebabkan oleh perbedaan dalam persepsi
39
sosial (Mikulincer dan Horesh, 1999), dan perbedaan kemampuan mengatur efek
(Mikulincer dan Sheffi, 2000; dalam Baron dan Byrne, 2005). Dipengaruhi oleh
berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan romantis, pasangan-pasangan
akan mengembangkan kelekatan satu sama lain yang dapat berbeda-beda antara
pasangan yang satu dengan yang lain. Tipe kelekatan ini akhirnya menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu hubungan romantis (Mischel et.al, 2004)..
Sebagaimana Sharpsteen dan Kirkpatrick (1997) tekankan bahwa hubungan
romantis biasanya menjadi hubungan attachment, individu dengan perbedaan
kecemburuan biasanya tersambung dengan perbedaan pada perilaku attachment.
Dengan kata lain cemburu merupakan perasaan yang bangkit ketika sebuah
hubungan attachment itu terancam oleh orang ketiga. Untuk contoh bahwa
cemburu diterima lebih terbuka pada individu tipe insecure, lalu pada tipe secure
individu lebih senang memperlihatkan kecemburuan dengan marah (Lagerstee,
2010).
2.4 Kerangka Berpikir
Pada tipe kelekatan orang dewasa, yang menyatakan pandangan adanya
perbedaan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk
didalamnya reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan (Sharpsteen &
Kirkpatrick, 1997). Dimana untuk mengaktifkan sistem attachment/kelekatan
adalah melalui perpisahan dengan figur lekat dan kedua ancaman berpisah dengan
figur lekat. Perpisahan dari pasangan individu bisa jadi menyebabkan timbulnya
40
sistem kelekatan mereka, dan tipe mereka akan menunjukkan bagaimana
ungkapan cemburu mereka. Cemburu dan sistem kelekatan dipicu oleh kejadian
sama, penerimaan fungsi yang sama, dan termasuk emosi yang sama (Sharpsteen
& Kirkpatrick, 1997). Diantara kejadian, fungsi dan emosi yang sama itu, yakni;
(1) berfungsi untuk memelihara kedekatan dalam hubungan, (2) dipicu oleh
ancaman berpisah dari figur lekat, (3) memasukkan tingkatan emosi termasuk
takut, marah dan kesedihan, (4) menggambarkan kegelisah-kegelisahan yang
terjadi pada hubungan dan stabilitas model mental lekat individu (Sharpsteen dan
Kirkpatrick, 1997; dalam Potter-Efron, 2005).
Dimana dalam penelitian ini tipe kelekatan merupakan perbedaan individu
dalam hal bagaimana berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan
romantis yang dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan
romantis. Dimana permasalahan disini adalah kecemburuan, yang timbul karena
adanya ancaman berpisah dengan pasangan mereka, dan tipe mereka akan
menunjukkan bagaimana ungkapan cemburu mereka. Apabila seorang mahasiswa
menilai positif atau negatif tentang kecemburuan , maka penilaian itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dari mahasiswa itu sendiri dan tipe kelekatan
mereka terhadap pasangan. Oleh sebab itu, reaksi pada setiap mahasiswa dapat
berbeda-beda.
Hazan dan Shaver (1987), memaparkan tiga tipe kelekatan yang terdiri dari
secure dengan ciri memiliki kesiapan untuk berhubungan erat, merasa nyaman
41
bergantung terhadap pasangan, dan tidak ada kekhawatiran bahwa pasangan akan
meninggalkannya. kemudian avoidant dengan ciri tidak nyaman dalam
kedekatan/keintiman dan kurang percaya terhadap pasangan, sulit mengizinkan
diri sendiri untuk bergantung pada pasangan, gugup ketika orang lain terlalu
dekat. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri mempersepsikan pasangan terlalu jauh,
bahwa pasangan tidak mencintai, dan ingin meninggalkan, ingin meleburkan diri
sepenuhnya dengan pasangan, merasa pasangan tidak menginginkan kedekatan
sebesar keinginannya. Ketiga tipe tersebut merupakan adaptasi dari tiga kategori
yang dikemukakan oleh Ainsworth yang dibuat sebagai dasar gambaran dari
pengaturan perbedaan individu dalam hal bagaimana orang dewasa berpikir,
merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis (Fraley dan Shaver, 2000).
Dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan romantis,
pasangan-pasangan akan mengembangkan kelekatan satu sama lain yang dapat
berbeda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain. Tipe kelekatan ini
akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu hubungan romantis
(Mischel et.al, 2004).
Secara relevan beberapa penelitian kecemburuan berfokus pada konstruksi
yang kompleks yang terjadi pada individu ketika menghadapi ancaman terhadap
hubungan atau pada sikap possesif. Kecemburuan terjadi pada ranah emosi
(emotional jealousy) berupa menyiapkan sederet emosi seperti marah, perasaan
tidak aman, ketakutan, dan kesedihan, kemudian pada ranah kognisi (cognitive
jealousy) diartikan sebagai pikiran-pikiran individu akan kekhawatiran,
42
kecurigaan, dan berkenaan dengan kemungkinan hubungan yang dijalani
pasangan dengan saingan, dan pada perilaku komunikatif (behavioral jealousy
diartikan sebagai aksi/aktifitas detektif dan protektif, aksi detektif meliputi
menanyakan, memeriksa dan mencari keberadaan pasangan, dan aksi protektif
mencakup pada strategi untuk turun tangan memastikan bahwa tidak terjadi
keakraban antara pasangan dengan saingan) .
Hasil riset menunjukkan bahwa tipe kelekatan secure mengekpresikan
cemburu dengan kemarahan pada pasangan yang agak lebih dibanding dengan
tipe insecure, pada tipe anxious ambivalent mereka memiliki kecemburuan yang
lebih tapi mereka menekan amarah mereka, lalu pada tipe avoidant kecemburuan
mereka rendah tapi lebih mengekspresikan kemarahan terhadap saingan (Salovey
dan Rodin, 1989; White dan Helbick, 1988; Sharpsteen dan Kirkpatrick, 1997;
Guerrero dan Anderson, 1998; dalam Brown dan Amatea, 2000).
Tabel 2.1
Bagan kerangka berfikir
Adanya ancaman berpisah dengan
pasangan
Kecemburuan ( reaksi; Emosi,
kognisi, behaviour)
Tipe kelekatan Secure
Avoidant ambivalent
43
2.5 Hipotesis
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sementara
yang harus diuji lagi kebenarannya yaitu sebagai berikut :
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Tipe kelekatan dengan
Kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah.
H1 : Ada hubungan antara Tipe kelekatan dengan Kecemburuan pada pasangan
berpacaran mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah.
44
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan pendekatan dan metode penelitian,
variabel penelitian, pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa
data dan prosedur penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian dan metode penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independent
variable) yakni tipe kelekatan melingkupi tipe avoidant, tipe secure dan tipe
ambivalent dan variabel terikat (dependent variable) yakni cemburu, dimana data
yang dihasilkan dari hasil penelitian adalah berwujud data kuantitatif (Prasetyo
dan Jannah, 2005). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional untuk menentukan tingkat
hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Subana dan
Sudrajat, 2005).
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu karakteristik yang dimiliki dua atau lebih nilai atau sifat
yang berdiri sendiri-sendiri (Sevilla,et al, 1993). Variabel terbagi dua macam,
yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent
44
45
variable). Dalam penelitian ini yang menjadi kedua variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Variabel bebas : Tipe kelekatan
2. Variabel terikat : Kecemburuan
3.2.1 Definisi konseptual
1. kecemburuan disini adalah reaksi kompleks berupa emosi, pikiran dan
perilaku yang disebabkan kemungkinan atau adanya ancaman dari orang
ketiga terhadap hubungan berharga yang sedang dijalani.
2. tipe kelekatan (Attachment style) adalah perbedaan individu dalam hal
bagaimana berpikir, merasa, dan bertindak dalam suatu hubungan romantis
yang dipengaruhi oleh berbagi permasalahan yang ada dalam hubungan
romantis.
3. Mahasiswa dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berpacaran
3.2.2 Definisi operasional variabel
Skor kecemburuan mengacu pada aspek kecemburuan yang dikemukakan oleh
White (1984) yang terdiri dari komponen emosi, kognisi dan perilaku. Aspek
emosi diukur sebagai respon apa yang mereka rasakan ketika didalam situasi yang
menimbulkan kecemburuan. Aspek kognisi mengukur bagaimana variasi
pemikiran mereka yang mengarah pada kecurigaan pada pasangan. Dan aspek
46
perilaku mengukur bagaimana keterikatan mereka terhadap macam-macam
tindakan memata-matai dan protektif.
Skor tipe kelekatan didasarkan tiga tipe kelekatan yang dikembangkan oleh
Hazan dan Shaver (1987), yang terdiri dari secure dengan ciri memiliki kesiapan
untuk berhubungan erat, merasa nyaman bergantung terhadap pasangan, dan tidak
ada kekhawatiran bahwa pasangan akan meninggalkannya. kemudian avoidant
dengan ciri tidak nyaman dalam kedekatan/keintiman dan kurang percaya
terhadap pasangan, sulit mengizinkan diri sendiri untuk bergantung pada
pasangan, gugup ketika orang lain terlalu dekat. Dan ambivalent memiliki ciri-ciri
mempersepsikan pasangan terlalu jauh, bahwa pasangan tidak mencintai, dan
ingin meninggalkan, ingin meleburkan diri sepenuhnya dengan pasangan, merasa
pasangan tidak menginginkan kedekatan sebesar keinginannya.
3.3 Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi dan sampel
Menurut Arikunto (2002) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Pada
penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2004-
2009.
47
Penggunaan sampel dalam suatu penelitian sangat membantu penulis,
khususnya dalam prinsip efisiensi. Menurut Ferguson (dalam Sevilla, 1993)
sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi.
Untuk memperoleh yang lebih mencerminkan kondisi populasi, ada beberapa
aspek yang harus diperhatikan (dalam Sevilla, 1993), yaitu :
1. Jumlah sampel (number of sample) merupakan banyaknya kelompok
sampel yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Jumlah sampel ini
ditentukan oleh metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu
metode korelasi, maka jumlah sampelnya yang dibutuhkan adalah satu
yaitu mahasiswa yang memiliki status hubungan berpacaran.
2. Besar anggota sampel (sample size), karena besar anggota sampel akan
mempengaruhi representatif tidaknya sampel terhadap populasi. Secara
umum dijelaskan bahwa makin besar anggota sampel makin
mencerminkan keadaan populasinya (Kerlinger dalam Sevilla et al, 1993 ).
Dengan demikian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 65
subjek terpilih.
3.3.2 Teknik pengambilan sampel
Sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling Nonpeluang
(nonprobability sampling) dengan purposive sampling (Judgmental sampling).
Adapun purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan, karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan hal-hal
tertentu yang dikenakan pada sub kelompok (Sevilla, 1993). Atau teknik sampling
48
yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel (Prasetyo
dan Jannah, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa
fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yaitu mahasiswa laki-laki dan
perempuan yang memiliki pacar/berpacaran. Dimana dalam pelaksanaan
penarikan sampel yang sesuai karakteristik yang telah ditetapkan ini, penulis
sebelum memberikan angket menanyakan terlebih dahulu pada responden apakah
mereka mempunyai pacar atau tidak, kemudian jika jawabannya ya maka penulis
meminta kesedian responden untuk mengisi angket.
3.4 Teknik pengumpulan data
3.4.1 Metode dan instrumen pengumpulan data
Pada penelitian ini terdapat 2 variabel penelitian, yaitu variabel tipe kelekatan
(x) dan cemburu (y). Untuk mendapatkan data dari kedua variabel tersebut
digunakan kuesioner dan skala Likert untuk mengukur variabel tipe kelekatan dan
variabel kecemburuan.
Kuesioner yang digunakan bersifat langsung dan tertutup. bersifat langsung
karena kuesioner ini diisi langsung oleh responden dan tidak dapat diwakili.
Sedangkan bersifat tertutup karena pernyataan yang dibuat oleh penulis
mempunyai jawaban yang telah disediakan, sehingga responden tidak mempunyai
kebebasan dalam menjawab kecuali memilih jawaban yang telah disediakan dan
disesuaikan dengan keadaan dirinya.
49
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model likert
dengan menggunakan derajat persetujuan dan ketidak setujuan (strongly agree-
strongly disagree). Skala kedua variabel tersebut telah disusun berdasarkan teori-
teori yang mendasarinya. Kedua variabel tersebut adalah variabel dependen yaitu
kecemburuan (y) dan variabel independen yaitu perbedaan tipe kelekatan (x).
Untuk skala Likert dengan mengukur derajat persetujuan dan ketidak setujuan
(strongly agree-strongly disagree) akan diterapkan pada variabel dependen yaitu
kecemburuan (y) yang menggambarkan sikap positif dan negatif subyek terhadap
objek sikap. Objek sikap dalam penelitian ini adalah pasangan subyek. Dalam
skala ini, skor akhir subyek merupakan skor total dari jawaban pada setiap
pernyataan . Biasanya ada enam alternatif jawaban untuk subyek, yaitu sangat
setuju (SS), Setuju (S), Agak setuju (AS), Agak Tidak Setuju (ATS), Tidak Setuju
(STS), dan Tidak Setuju (TS). Subyek diminta memilih derajat kesetujuan atau
ketidak setujuan untuk setiap pernyataan.
Sikap yang ditampilkan subyek mudah diinterpretasikan, hanya dengan melihat
jumlah skor total subyek. Sikap positif atau menyetujui terhadap objek sikap akan
terlihat dari jumlah keseluruhan yang tinggi. Sedangkan sikap yang negatif atau
tidak menyetujui objek sikap akan terlihat dari jumlah total keseluruhan yang
rendah.
3.4.2 Skala Kecemburuan
Skala ini disusun berdasarkan aspek/komponen pada kecemburuan yang
dikemukakan oleh White yaitu emosi, pikiran dan perilaku.
50
Skoring yang digunakan untuk kategori kecemburuan pada penelitian ini untuk
setiap aitem adalah berdasarkan norma pada tabel 3.1.
Tabel 3. 1
Skor alternatif jawaban pada kategori pernyataan kecemburuan
Pernyataan STS TS ATS AS S SS
Favourable 1 2 3 5 6 7
Unfavourable 7 6 5 3 2 1
Sebelum melakukan penelitian (field test), penulis terlebih dahulu melakukan
uji coba (try out) terhadap angket sebanyak 67 subjek di fakultas psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 juli 2009. Berikut ini blue print skala
kecemburuan.
Tabel 3.2
Blue print kecemburuan try out
NO ASPEK-
ASPEK
INDIKATOR NO AITEM JML
Favorable Unfavorable
1. EMOSI a. Cemas
b. Marah
c. Takut
d. Sedih
e. Khawatir
f. Kecewa
g. Frustrasi
h. Sakit hati
i. Merasa tidak aman
j. Merasa tidak
nyaman
27*
4*, 5*, 8*
28*
2*
31*, 32*
46*
18*,
15*, 16*
14*
9
29*
6*, 7, 23
30*
1*,
33*, 34
47
19*
17*
13
10, 25
36
51
k. Iri hati
l. Kesal
20*, 24*
11*, 22*
21*
12*, 26*
2. KOGNISI a. Curiga
b. Membandingkan
diri dengan
pesaing
c. Menyalahkan diri
d. Keinginan untuk
diperlakukan
secara khusus
36*, 31*
41*
42
44*
38*, 39*
40*
43*
45*
10
3. BEHAVIOUR/
PERILAKU
a. Mengikuti
kegiatan pasangan
b. Memantau
keberadaan
pasangan
c. Memata-matai
d. Bertanya pada
pasangan
e. Bertanya pada
teman pasangan
f. Memeriksa barang
pribadi pasangan
(handphone,
lemari, tas, dompet
dll)
g. Mengancam
pesaing
48
50*
53
54*
56*
59*, 60*,
62*, 64*
66*
49
51*
52, 35*
55*
57*
58*,61, 63*
65
20
JUMLAH 33 33 66
Keterangan *= aitem yang valid
52
Pada pelaksanaan try out dujikan sebanyak 66 aitem untuk mengukur sejauh
mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang
memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur pada skala cemburu. Berdasarkan
koefisien korelasi taraf signifikansinya 0.05 dengan r table = 0.250 setelah diuji
validitas dan reliabilitasnya menggunakan SPSS versi 15.00 for windows aitem
total ditemukan hanya 15 aitem yang tidak valid dan untuk penelitian peneliti
hanya memakai 32 aitem dengan nilai validitas tertinggi dan aitem cemburu
tersebut dianggap dapat mewakili setiap aspek cemburu. Dari hasil try out
diperoleh reliabilitas Alpha Cronbach untuk skala cemburu sebesar 0,885,
Pelaksanaan penelitian (field test), dilakukan pada 65 mahasiswa berpacaran di
fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Agustus 2009.
Berikut ini blue print skala cemburu.
Tabel 3.3
Blue print kecemburuan penelitian
NO ASPEK-
ASPEK
INDIKATOR NO AITEM JML
Favorable Unfavorable
1. EMOSI a. Cemas
b. Marah
c. Takut
d. Sedih
e. Khawatir
f. Frustrasi
g. Sakit hati
h. Iri hati
i. Kesal
13
3
14
2
17
8
6
10
5
15
4
16
1
18
9
7
11
12
18
53
2. KOGNISI a. Curiga
b. Membandingkan diri
dengan pesaing
c. Keinginan untuk diperlakukan secara khusus
19
22
23
20
21
24
6
3. BEHAVIOUR/
PERILAKU
a. Memantau keberadaan
pasangan
b. Bertanya pada
pasangan
c. Bertanya pada teman
pasangan
d. Memeriksa barang
pribadi pasangan
(handphone, lemari,
tas, dompet dll).
25
27
29
32
26
28
30
31
8
JUMLAH 16 16 32
Dari hasil penelitian diperoleh reliabilitas Alpha Cronbach untuk skala cemburu
sebesar 0,841.
3.4.3 Skala Tipe kelekatan
Pada skala ini disusun berdasarkan tolak ukur dari Hazan dan Shaver (1987)
yang memakai tiga tipe kelekatan yang berbeda, diantaranya tipe kelekatan aman
(secure style), tipe kelekatan menghindar (avoidant style) dan tipe kelekatan
cemas (ambivalent/anxious style).
54
Aitem yang dibuat sebanyak 66 aitem. Pada aitem tipe menghindar/avoidant
berisi aitem yang mengungkap tentang prasangka pada diri sendiri dan pada
pasangannya, tipe aman/secure aitemnya mengungkap mengenai pandangan
positif terhadap diri sendiri dan terhadap pasangan, dan tipe cemas/ambivalent
aaitemnya mengungkap kecemasan-kecemasan dalam diri dan kecemasan
terhadap pasangan. Setiap tipe kelekatan akan diukur menggunakan skala
penghitungan likert dengan range nilai 1-7, yaitu terdiri sangat setuju (SS), Setuju
(S), Agak setuju (AS), Agak Tidak Setuju (ATS), Tidak Setuju (STS), dan Tidak
Setuju (TS). Bersifat favourable memiliki nilai 1 untuk “sangat tidak setuju”
sampai dengan 7 :sangat setuju. Dan nilai kebalikannya untuk aitem yang bersifat
unfavourable. Skoring yang digunakan untuk kategori tipe kelekatan pada
penelitian ini untuk setiap aitem adalah berdasarkan norma pada tabel 3.4 dibawah
ini.
Tabel 3. 4
Skor alternatif jawaban pada kategori pernyataan
Tipe Kelekatan/Attachment style
Pernyataan STS TS ATS AS S SS
Favourable 1 2 3 5 6 7
Unfavourable 7 6 5 3 2 1
Sebelum melakukan penelitian (field test), penulis terlebih dahulu melakukan
uji coba (try out) terhadap angket sebanyak 67 subjek di fakultas psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 juli 2009. Berikut ini blue print skala
Tipe kelekatan pada tabel 3.5.
55
Tabel 3.5
Blue print attachment style try out
N
O
ASPEK-
ASPEK
INDIKATOR NO ITEM JML
Favorable Unfavorable
1. AMAN/
SECURE
a. Memiliki dorongan
diri untuk dekat
dengan pasangan
b. Merasa nyaman jika
bergantung dengan
pasangan
c. Tidak merasa
khawatir
ditinggalakan oleh
pasangan
d. Mencari dan
memberi dukungan
pada pasangan
e. Nyaman berbagi
pikiran dan perasaan
dengan pasangan
f. Merasa pasangan
sebagai orang yang
layak diberi
perhatian dan dia
juga merasa
diperhatikan oleh
pasangan
2*, 5*
1*, 6*, 7
9*
11*
13, 14*
19*, 20*
3*, 4*
8*
10
12*
15*, 16*,
17*, 18*
21*, 22*
22
2. MENGHINDAR
/ AVOIDANT
a. Kurang nyaman
mengalami
hubungan yang
23, 24*
25, 26*
56
terlalu akrab/intim
b. Enggan untuk
percaya dan
bergantung pada
pasangan
c. Menjaga agar
hubungan tidak
terlalu akrab/intim
d. Melibatkan sedikit
emosi dalam
menjalin hubungan
e. Tidak ingin berbagi
perasaan dan pikiran
dengan pasangan
27*,
28*, 31
33*, 34
38*, 39*
41*, 44*
29, 30*, 32*
35, 36*
37*, 40
42, 43*
22
3. CEMAS/
AMBIVALENT
a. Meleburkan diri
dengan pasangan
b. Takut diabaikan
c. Tidak sanggup
berdiri sendiri tanpa
pasangan
d. Khawatir pasangan
tidak mencintainya
e. Menjadi putus asa
ketika hubungan
romantisme berakhir
f. Merasa cemas
ditinggalkan oleh
pasangan
45*,
46*,
47, 48*
52*
53*
54*, 60*
62*
65*, 66*
49, 50*
51
55*, 56*
57*, 58*,
59*
63*
61, 64*
22
JUMLAH 33 33 66
57
Pada pelaksanaan try out dujikan sebanyak 66 aitem untuk mengukur sejauh
mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang
memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur pada skala tipe kelekatan.
Berdasarkan koefisien korelasi taraf signifikansinya 0.05 dengan r table = 0.250,
setelah diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan SPSS versi 15.00 for
windows aitem total ditemukan hanya 11 aitem yang tidak valid dengan Alpha
Cronbach sebesar 0,777. Untuk tipe kelekatan secara masing-masing terdapat 3
aitem yang tidak valid pada skala tipe kelekatan secure dengan alpha crobach
sebesar 0,820, terdapat 5 aitem yang tidak valid pada skala tipe kelekatan
avoidant dengan Alpha Cronbach sebesar 0,734, serta sebanyak 3 aitem yang
tidak valid pada skala tipe kelekatan ambivalent dengan Alpha Cronbach sebesar
0,748. Dan untuk penelitian peneliti hanya memakai 36 aitem dengan nilai
validitas tertinggi dan aitem tipe kelekatan tersebut dianggap dapat mewakili
setiap aspek tiap tipe kelekatan.
Pelaksanaan penelitian (field test), dilakukan pada 65 mahasiswa di fakultas
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Agustus 2009. Berikut
ini blue print skala tipe kelekatan pada tabel 3.6.
Tabel 3.6
Blue print attachment style penelitian
N
O
ASPEK-ASPEK INDIKATOR NO AITEM JML
Favorable Unfavorable
1. AMAN
(SECURE)
a. Memiliki dorongan
diri untuk dekat
2
1
58
dengan pasangan
b. Merasa nyaman jika
bergantung dengan
pasangan
c. Mencari dan memberi
dukungan pada
pasangan
d. Nyaman berbagi
pikiran dan perasaan
dengan pasangan
e. Merasa pasangan
sebagai orang yang
layak diberi perhatian
dan dia juga merasa
diperhatikan oleh
pasangan
3
5
7
9, 10
4
6
8
11, 12
12
2. MENGHINDAR
(AVOIDANT)
a. Kurang nyaman
mengalami hubungan
yang terlalu
akrab/intim
b. Enggan untuk percaya
dan bergantung pada
pasangan
c. Menjaga agar
hubungan tidak terlalu
akrab/intim
d. Melibatkan sedikit
emosi dalam menjalin
hubungan
e. Tidak ingin berbagi perasaan dan pikiran dengan pasangan
13
15
17
20, 21
23
14
16
18
19, 22
24
12
59
3. CEMAS
(AMBIVALENT)
a. Meleburkan diri
dengan pasangan
b. Tidak sanggup berdiri
sendiri tanpa
pasangan.
c. Khawatir pasangan
tidak mencintainya.
d. Menjadi putus asa
ketika hubungan
romantisme berakhir
e. Merasa cemas
25, 26
27
28
33
36
29, 30
31, 32
34
35
12
JUMLAH 18 18 36
Dari hasil penelitian diperoleh reliabilitas Alpha Cronbach untuk skala tipe
kelekatan sebesar 0,788, secure 0.888, avoidant 0.884, dan ambivalent 0.859
3.5 Teknik analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis statistik
yang meliputi :
1. Uji validitas dan reliabilitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu alat ukur
mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurannya.
Untuk menguji validitas skala, peneliti menggunakan SPSS versi 15,0 for
Windows.
60
Menurut Azwar (2003), reliabilitas mengacu pada sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam menguji reliabilitas pada
penelitian ini penulis menggunakan Alpha Cronbach.
2. Kategorisasi tingkat tipe kelekatan dan kecemburuan
Tujuan kategorisasi ini adalah untuk menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu
kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2004). Untuk melihat
subjek ke dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi pada tingkat tipe
kelekatan dan kecemburuan, maka rumusnya adalah :
X < ( µ - 1,0 σ ) = Rendah ( µ - 1,0 σ ) ≤ X < ( µ + 1,0 σ ) = Sedang ( µ + 1,0 σ ) ≤ X = Tinggi
Keterangan :
µ = Mean teoritis
σ = Satuan deviasi standar
3. Korelasi antar variabel
Dalam penelitian deskriptif korelasional, besar atau tingginya hubungan
antar variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Koefisien
korelasi adalah besaran yang dapat menunjukkan kekuatan hubungan antara
dua variabel dan dapat diketahui berdasarkan nilai r hasil analisis korelasi
product moment Pearson. Sebagai kriteria korelasi antar variabel, penulis
menggunakan signifikasi 0.05 dengan batasan r ≥ 0,250. Perhitungan
korelasi mengggunakan formula Pearson Product Moment. Selain itu
61
penulis juga menggunakan korelasi parsial.
Semua analisis statistik diolah secara komputerisasi dengan menggunakan
program SPSS 15.0 for windows.
3.6 Prosedur penelitian
3.6.1 Persiapan
1. Penulis melakukan perumusan masalah dan menentukan variabel yang
akan diteliti.
2. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat mengenai variabel penelitian.
3. Menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam
penelitian yaitu angket dalam bentuk skala Likert.
4. Meminta izin untuk melaksanakan penelitiannya kepada Pembantu dekan
bagian fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.6.2 Pelaksanaan
1. Penelitian dilaksanakan di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 7 Agustus 2009, pada pukul 09.00 WIB sampai
dengan 15.00 WIB.
2. Subjek sampel yang berada di fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dipilih secara purposive sampling (Judgmental
sampling), sebanyak 65 orang.
3.6.3 Pengolahan data.
1. Pada tahap ini penulis melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang
telah diisi oleh subjek.
62
2. Penulis menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh,
kemudian membuat tabel data.
3. Penulis melakukan analisis data statistik dengan menggunakan program
SPSS 15.0 for windows.
63
BAB 4
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian hubungan tipe kelekatan
dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara rinci bab ini akan
mengulas mengenai gambaran umum responden, presentasi data, analisa data,
serta pembahasan hasil.
4.1 Gambaran Umum Responden
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 orang, terdiri dari 33 responden
laki-laki dan 32 responden perempuan.
Tabel 4.1
Jumlah Sampel Terpilih
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 33 50,8%
Perempuan 32 49,2%
Jumlah 65 100%
Selanjutnya gambaran umum responden akan diuraikan secara rinci berupa
gambaran umum frekuensi dan persentase dari usia, semester, dan lama hubungan.
4.1.1 Berdasarkan Usia
Responden yang diambil dari penelitian ini adalah mahasiswa dengan rentang
usia 18-25 tahun.
63
64
Tabel 4.2
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Rentang Usia
Usia Frekuensi Persentase
18-20 24 36,92%
21-23 38 58,46%
24-25 3 4,61%
Jumlah 65 100%
4.1.2 Berdasarkan Tingkat Semester
Responden yang diambil dalam penelitian dihitung dari tingkat semester 3-9.
Tabel 4.3
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Semester
Semester Frekuensi Persentase
3 43 66,2%
5 15 23,1%
7 4 6,2%
9 3 4,6%
Jumlah 65 100%
4.1.3 Berdasarkan lama hubungan
Responden yang diambil memiliki masa lama hubungan lebih dari satu hari,
lebih dari satu minggu, lebih dari satu bulan dan lebih dari satu tahun.
65
Tabel 4.4
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Hubungan
Lama Hubungan Frekuensi Persentase
lebih dari satu minggu 11 16.9%
lebih dari satu bulan 28 43.1%
lebih dari satu tahun 26 40%
Total 65 100%
4.2 Deskripsi Data penelitian
4.2.1 Deskripsi Skor Statistik Responden
Deskripsi skor statistik pada skala tipe kelekatan dan skala kecemburuan serta
hasil yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Deskripsi statistik Kecemburuan dan Tipe Kelekatan
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Jumlah
Aitem
Kecemburuan 65 82.00 182.00 134.3538 24.43770 32
Kelekatan 65 98.00 185.00 142.3846 19.52858 36
66
Tabel 4.6
Deskripsi Statistik Secure, Avoidant, dan Ambivalent
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Jumlah Aitem
Secure 65 34.00 83.00 65.2615 12.06399 12
Avoidant 65 16.00 70.00 37.0923 11.20090 12
Ambivalent 65 17.00 72.00 40.0308 12.62311 12
Dari penghitungan nilai rerata tipe kelekatan dan kecemburuan, dihasilkan
nilai rerata terbesar pada variabel kelekatan, dengan mean sebesar 142.3846
kemudian diikuti kecemburuan dengan mean 134.3538. Untuk tipe kelekatan
tersendiri rerata tertinggi terdapat pada variabel tipe secure dengan mean 65,2615
diikuti rerata dari variabel ambivalent dengan mean 40.0308 dengan nilai rerata
terkecil diperoleh pada tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan mean sebesar
37.0923.
4.2.2 Deskripsi Statistik Tipe Kelekatan dan Kecemburuan
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Sembiring (1994; dalam
Helmi, 1999) bahwa bahwa variabel tipe kelekatan bukanlah variabel-variabel
bebas secara ortogonal, artinya dalam setiap individu mempunyai ketiga macam
tipe kelekatan tersebut, hanya saja kadarnya yang berbeda. Oleh karena itu
sebagai data tambahan menentukan tingkat tipe kelekatan (attachment style)
terhadap tingkat kecemburuan, subyek dibagi dalam tiga kategori yakni rendah,
sedang, dan tinggi berdasarkan jumlah aitem-aitem yang terpilih. Dalam hal ini
67
peneliti menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal) yaitu menempatkan subjek ke
dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur (dalam Azwar, 2004). Rumus yang dipakai adalah sebagai
berikut:
X < ( µ - 1,0 σ ) = Rendah ( µ - 1,0 σ ) ≤ X < ( µ + 1,0 σ ) = Sedang ( µ + 1,0 σ ) ≤ X = Tinggi
Keterangan :
µ = Mean teoritis
σ = Satuan deviasi standar
Tabel 4.7
Deskripsi Data penelitian Tipe kelekatan (Attachment style)
Menghindar/avoidant Aman/secure Cemas/ambivalent
X Min 28 57 49
X Max 46 73 31
Standar Deviasi 9 8 9
Mean 37 65 40
Tabel 4.8 Deskripsi Skor Kategori Avoidant, Secure, dan Ambivalent
Kategori Avoidant Secure Ambivalent
Frek % Frek % Frek %
Rendah 19 29,2% 17 26,2% 21 32,3%
Sedang 30 46,2% 28 43,1% 26 40%
Tinggi 16 24,6% 20 30,8% 18 27,7%
Jumlah 65 100% 65 100% 65 100%
68
Tabel 4.9
Deskripsi Data Penelitian Kecemburuan
Perolehan
X Min 82
X Max 182
Standar Deviasi 17
Mean 134
Tabel 4..10
Deskripsi Skor Kategori Kecemburuan
Kategorisasi Frekuensi Persentase
Rendah 17 26,2%
Sedang 29 44,6%
Tinggi 19 29,2%
Jumlah 65 100%
4.2.3 Deskripsi Statistik Hubungan Tipe Kelekatan (Attachment Style)
dengan Kecemburuan
Tabel 4.11
aman/secure * kecemburuan Crosstabulation
Kategori
Kecemburuan
Kategori Secure Jumlah Rendah Sedang Tinggi
Frek % Frek % Frek % Frek %
Rendah 3 4,6% 8 12,3% 6 9,2% 17 26,2%
Sedang 6 9,2% 16 24,6% 7 10,8% 29 44,6%
Tinggi 8 12,3% 4 6,2% 7 10,8% 19 29,2%
Jumlah 17 26,2% 28 43,1% 20 30,8% 65 100%
69
Berdasarkan ilustrasi diatas dapat digambarkan bahwa mahasiswa yang
memiliki tipe kelekatan aman/secure rendah dengan kecemburuan rendah
sebanyak 3 orang (4,6%), aman/secure rendah dengan kecemburuan sedang
sebanyak 6 orang (9,2%), aman/secure rendah dengan kecemburuan tinggi
sebanyak 8 orang (12,3%). Kemudian mahasiswa yang memiliki tipe kelekatan
aman/secure sedang dengan kecemburuan rendah sebanyak 8 orang (12,3%),
aman/secure sedang dengan kecemburuan sedang sebanyak 16 orang (24,6%), dan
aman/secure sedang dengan kecemburuan tinggi sebanyak 4 orang (6,2%).
Selanjutnya mahasiswa dengan tipe kelekatan aman/secure tinggi dengan dengan
kecemburuan rendah sebanyak 6 (9,2%), aman/secure tinggi dengan kecemburuan
sedang 7 orang (10,8%), aman/secure tinggi dengan kecemburuan tinggi sebanyak
7 orang (10,8%). Dari tingkat tipe kelekatan secure mahasiswa mayoritas
memiliki tipe kelekatan secure sedang dengan tingkat kecemburuan sedang.
Tabel 4.12
Menghindar/Avoidant * kecemburuan Crosstabulation
Kategori
Kecemburuan
Kategori Avoidant Jumlah Rendah Sedang Tinggi
Frek % Frek % Frek % Frek %
Rendah 4 6,2% 6 9,2% 7 10,8% 17 26,2%
Sedang 5 7,7% 20 30,8% 4 6,2% 29 44,6%
Tinggi 10 15,4% 4 6,2% 5 7,7% 19 29,2%
Jumlah 19 29,2% 30 46,2% 16 24,6% 65 100%
70
Berdasarkan ilustrasi diatas digambarkan bahwa terdapat 4 orang (6,2%) yang
memiliki tipe kelekatan menghindar/avoidant rendah dengan kecemburuan
rendah, terdapat 5 orang (7,7%) memiliki menghindar/avoidant rendah dengan
kecemburuan sedang, dan 10 (15,4%) mahasiswa yang memiliki
menghindar/avoidant rendah dengan kecemburuan tinggi. Selanjutnya terdapat 6
orang (9,2%) yang memiliki tipe kelekatan menghindar/avoidant sedang dengan
kecemburuan rendah, terdapat 20 orang (30,8%) yang memiliki
menghindar/avoidant sedang dengan kecemburuan sedang, terdapat 4 orang
(6,2%) yang memiliki menghindar/avoidant sedang dengan kecemburuan tinggi.
Dan terdapat 7 orang (10,8%) yang memiliki tipe kelekatan menghindar/avoidant
tinggi dengan kecemburuan rendah, terdapat 4 orang (6,2%) yang memiliki
menghindar/avoidant tinggi dengan kecemburuan sedang, serta terdapat 5
orang(7,7%) yang memiliki menghindar/avoidant tinggi dengan kecemburuan
tinggi. Mayoritas mahasiswa memiliki tipe kelekatan menghindar avoidant sedang
dengan tingkat kecemburuan sedang.
Tabel 4.13
Cemas/Ambivalent * kecemburuan Crosstabulation
Kategori
Kecemburuan
Kategori Ambivalent Jumlah Rendah Sedang Tinggi
Frek % Frek % Frek % Frek %
Rendah 12 18,5,6% 3 4,6% 2 3,1% 17 26,2%
Sedang 7 10,8% 16 24,6% 6 9,2% 29 44,6%
Tinggi 2 3,1% 7 10,8% 10 15,4% 19 29,2%
Jumlah 21 32,3% 26 43,1% 18 30,8% 65 100%
71
Berdasarkan ilustrasi diatas digambarkan bahwa terdapat 12 orang (18,5%)
yang memiliki tipe kelekatan cemas/ambivalent rendah dengan kecemburuan
rendah, terdapat 7orang (10,8%) memiliki cemas/ambivalent rendah dengan
kecemburuan sedang, dan 2 orang (3,1%) mahasiswa yang memiliki
cemas/ambivalent rendah dengan kecemburuan tinggi. Selanjutnya terdapat 3
orang (4,6%) yang memiliki tipe kelekatan cemas/ambivalent sedang dengan
kecemburuan rendah, terdapat 16 orang (24,6%) yang memiliki cemas/ambivalent
sedang dengan kecemburuan sedang, terdapat 7 orang (10,8%) yang memiliki
cemas/ambivalent sedang dengan kecemburuan tinggi. Dan terdapat 2 orang
(3,1%) yang memiliki tipe kelekatan cemas/ambivalent tinggi dengan
kecemburuan rendah, terdapat 6 orang (9,2%) yang memiliki cemas/ambivalent
tinggi dengan kecemburuan sedang, serta terdapat 10 orang (15,4%) yang
memiliki cemas/ambivalent tinggi dengan kecemburuan tinggi.dari hasil tabulasi
diperoleh mayoritas mahasiswa memiliki tipe kelekatan ambivalent sedang
dengan tingkat kecemburuan sedang.
4.3 Uji Hipotesis
Data penelitian ini berupa data interval dengan menggunakan uji statistik
parametrik serta teknik penelitian korelasional. Sehingga untuk melihat ada
tidaknya korelasi antara dua variabel yaitu dengan menganalisis skor tipe
kelekatan dan skor kecemburuan.
72
Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesa yaitu apakah ada hubungan
antara tipe kelekatan terhadap kecemburuan. Untuk menguji hipotesa ini maka
digunakan perhitungan korelasi menggunakan formula Pearson Product Moment
Dalam penghitungannya, peneliti menggunakan program SPSS 15.0 for Windows.
Dari uji statistik yang dilakukan didapatkan hasil berikut.
Tabel 4.14
Uji Hipotesis Tipe Kelekatan dan Kecemburuan
kecemburuan Kelekatan kecemburuan Pearson
Correlation 1 .265(*)
Sig. (2-tailed) .033 N 65 65 Tipe Kelekatan Pearson
Correlation .265(*) 1
Sig. (2-tailed) .033 N 65 65
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel diatas menegaskan bahawa berdasarkan hasil perhitungan statistik,
diperoleh tipe kelekatan dengan kekecemburuanan nilai koefisien korelasi r
Hitung 0,265 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan dengan
kecemburuan.
Selanjutnya, peneliti ingin melihat hasil uji hipotesis antara tipe kelekatan
secure, tipe kelekatan avoidant dan tipe lekatan ambivalent dengan kecemburuan
dapat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
73
Tabel 4.15 Korelasi Kecemburuan dengan secure, avoidant dan ambivalent
kecemburuan Secure Avoidant Ambivalent kecemburuan Pearson
Correlation 1 -.282(*) -.269(*) .527(**)
Sig. (2-tailed) .023 .030 .000
N 65 65 65 65 Secure Pearson
Correlation -.282(*) 1 -.031 -.087
Sig. (2-tailed) .023 .808 .489
N 65 65 65 65 Avoidant Pearson
Correlation -.269(*) -.031 1 -.185
Sig. (2-tailed) .030 .808 .140
N 65 65 65 65 Ambivalent Pearson
Correlation .527(**) -.087 -.185 1
Sig. (2-tailed) .000 .489 .140
N 65 65 65 65 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Menurut table diatas, berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh tipe
kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan memiliki nilai koefisien
korelasi r Hitung -0.269 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe
kelekatan menghindar/avoidant dengan kekecemburuanan. Kemudian untuk tipe
kelekatan aman/secure dengan kekecemburuanan diperoleh nilai koefisien
korelasi r Hitung sebesar -0.282 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara
tipe kelekatan aman/secure dengan kekecemburuanan. Dan untuk tipe kelekatan
cemas/ambivalent dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung
74
sebesar 0.527 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan
cemas/ambivalent dengan kekecemburuanan.
Selain menggunakan korelasi Pearson Product Moment, selanjutnya untuk
mengetahui kekuatan hubungan antar variabel kelekatan dengan kecemburuan,
digunakan penghitungan korelasi Parsial dengan siginifikasi 0.05 yang tersaji
pada tabel 4.16, 4.17 dan tabel 4.18.
Tabel 4.16 Korelasi Parsial avoidant dan ambivalent terhadap kecemburuan dan secure
Control Variables Kecemburuan Secure Avoidant & Ambivalent
Kecemburuan Correlation 1.000 -.295Significance (2-tailed) . .019df 0 61
Secure Correlation -.295 1.000Significance (2-tailed) .019 .df 61 0
Pada tabel diatas variabel kontrol avoidant dan ambivalent memiliki nilai t
hitung sebesar -0.295 dengan probabilitas sebesar 0,19. Karena yang digunakan
adalah sig t < 5 % (0,19 < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil bahwa ada
hubungan antara avoidant dan ambivalent dengan kecemburuan dan secure .
75
Tabel 4.17 Korelasi Parsial secure dan ambivalent terhadap kecemburuan dan avoidant
Control Variables Kecemburuan Avoidant Secure & Ambivalent
Kecemburuan Correlation 1.000 -.228Significance (2-tailed) . .072df 0 61
Avoidant Correlation -.228 1.000Significance (2-tailed) .072 .df 61 0
Data pda tabel diatas menjelaskan bahwa variabel kontrol secure dan ambivalent
memiliki nilai t hitung sebesar -0.295 dengan probabilitas sebesar 0,072. Karena
yang digunakan adalah sig t > 5 % (0,072 > 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil
tidak ada hubungan antara secure dan ambivalent dengan kecemburuan dan
avoidant
Tabel 4.18
Korelasi Parsial secure dan avoidant terhadap kecemburuan dan ambivalent
Control Variables Kecemburuan AmbivalentSecure & Avoidant
Kecemburuan Correlation 1.000 .501Significance (2-tailed) . .000df 0 61
Ambivalent Correlation .501 1.000Significance (2-tailed) .000 .df 61 0
Tabel diatas menggambarkan variabel kontrol secure dan avoidant yang
memiliki nilai t hitung sebesar 0.501 dengan probabilitas sebesar 0.00 Karena
76
yang digunakan adalah sig t < 5 % (0,00 < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil
ada hubungan antara secure dan avoidant dengan kecemburuan dan ambivalent
korelasi ini juga menunjukkan signifikasi paling kuat dibanding dengan variabel
secure maupun avoidant
4.4 Pembahasan Hasil
Berdasarkan rerata skor statistik tipe kelekatan secara umum diperoleh
(mean=142,3846) memperoleh kategori secure/sedang dan untuk kecemburuan
(mean=134,3538) juga masuk kategori sedang. untuk tipe kelekatan
menghindar/avoidant (mean=37,0923) masuk kategori sedang, untuk subyek
memiliki skor tipe kelekatan aman/secure (mean=65,2615) dengan kategori tinggi
dan tipe kelekatan cemas/ambivalent (mean=40,0308) dengan kategori sedang.
Dari hasil uji hipotesis secara umum diperoleh hasil bahwa tipe kelekatan
memiliki korelasi positif dengan kekecemburuanan (r Hitung 0,265). Secara
khusus pada tipe kelekatan menghindar/avoidant memiliki korelasi yang negatif
terhadap kecemburuan (r Hitung -0,269) semakin tinggi skor tipe kelekatan
menghindar/avoidant maka tingkat kecemburuan subyek semakin rendah.
Kemudian tipe kelekatan aman/secure memiliki korelasi yang negatif dengan
kecemburuan (r Hitung -0.282) hal ini menandakan bahwa semakin tinggi skor
tipe kelekatan aman/secure semakin rendah tingkat kecemburuan subyek. Dan
tipe kelekatan cemas/ambivalent memiliki korelasi positif dengan kecemburuan (r
77
Hitung 0.527) hal tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi skor tipe
cemas/ambivalent maka tingkat kecemburuan subyek semakin tinggi.
Untuk uji hipotesis diperoleh tipe kelekatan dengan kecemburuan memiliki
niai koefisien korelas r Hitung 0,265 maka H1 diterima, artinya ada hubungan
yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan. Pada uji hipotesis
tambahan diperoleh tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan
nilai koefisien korelasi r Hitung -0,269 maka H1 dterima, artinya ada hubungan
antara tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan Kemudian untuk
aman/secure dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung
sebesar -0,282 maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan
aman/secure dengan kecemburuan. Dan untuk cemas/ambivalent dengan
kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung sebesar 0,527 dan H1
diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan cemas/ambivalent dengan
kecemburuan.
Pada penghitungan korelasi Parsial diperoleh, variabel kontrol avoidant dan
ambivalent memiliki nilai t hitung sebesar -0.295 dengan probabilitas sebesar
0,19. Karena yang digunakan adalah sig t < 5 % (0,19 < 0,05) yang artinya ada
hubungan antara avoidant dan ambivalent dengan kecemburuan dan secure.
Untuk variabel kontrol secure dan ambivalent memiliki nilai t hitung sebesar -
0.295 dengan probabilitas sebesar 0,072. Dengan sig t > 5% (0,072 > 0,05), hal ini
menyatakan bahwaa tidak ada hubungan antara secure dan ambivalent dengan
kecemburuan dan avoidant. Dan terakhirVariabel control secure dan avoidant
78
nilai t hitung sebesar 0.501 dengan probabilitas sebesar 0.00 Karena yang
digunakan adalah sig t < 5 % (0,00 < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil ada
hubungan antara secure dan avoidant dengan kecemburuan dan ambivalent
Dengan demikian hubungan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan
pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang berpacaran memiliki keterkaitan, dimana untuk hubungan signifikan
yang paling kuat berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson Product
Moment maupun korelasi Parsial diantara tipe kelekatan terhadap kecemburuan
adalah tipe cemas/ambivalent.
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi,
serta saran tentang Hubungan tipe kelekatan/ attachment style dengan
kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syraif Hidayatullah Jakarta.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisa data yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe kelekatan
dan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan signifikasi 0.05 dan
perolehan r hitung 0.265.
5.2. Diskusi
Berdasarkan rerata skor statistik tipe kelekatan secara umum diperoleh
(mean=142,3846) memperoleh kategori secure/sedang dan untuk kecemburuan
(mean=134,3538) juga masuk kategori sedang. untuk tipe kelekatan
menghindar/avoidant (mean=37,0923) masuk kategori sedang, untuk subyek
memiliki skor tipe kelekatan aman/secure (mean=65,2615) dengan kategori tinggi
dan tipe kelekatan cemas/ambivalent (mean=40,0308) dengan kategori sedang.
79
80
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan signifikasi 0.05 diperoleh bahwa
tipe kelekatan dengan kecemburuan memiliki hubungan yang signifikan dengan r
hitung 0.265. selain itu, masing-masing tipe kelekatan memiliki hubungan yang
signifikan pula dengan kecemburuan tetapi dengan jenis korelasi berbeda seperti
pada tipe menghindar/avoidant memiliki korelasi negatif dengan kecemburuan
dengan r hitung -0.269, dimana semakin tinggi skor menghindar/avoidant maka
kecemburuan seseorang semakin rendah, lalu pada tipe kelekatan aman/secure
juga memiliki jenis korelasi negatif dengan kecemburuan dengan r hitung -0.282,
dimana orang yang memiliki tingkat aman/secure yang tinggi maka memiliki
tingkat kecemburuan rendah. Sebaliknya untuk cemas/ambivalent memiliki jenis
korelasi positif dengan cemburu dengan r hitung 0.527, dimana semakin tinggi
tingkat cemas/ambivalent maka ia semakin pecemburu.
Untuk uji hipotesis diperoleh tipe kelekatan dengan kecemburuan memiliki
niai koefisien korelas r Hitung 0,265 maka H1 diterima, artinya ada hubungan
yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan. Pada uji hipotesis
tambahan diperoleh tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan
nilai koefisien korelasi r Hitung -0,269 maka H1 dterima, artinya ada hubungan
antara tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan Kemudian untuk
aman/secure dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung
sebesar -0,282 maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan
aman/secure dengan kecemburuan. Dan untuk cemas/ambivalent dengan
kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung sebesar 0,527 dan H1
81
diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan cemas/ambivalent dengan
kecemburuan.
Dengan demikian hubungan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan
pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang berpacaran memiliki keterkaitan, dimana untuk hubungan signifikan
yang paling kuat diantara tipe kelekatan terhadap kecemburuan adalah tipe
cemas/ambivalent.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sharpsteen & Kirkpatrick, (1997).
adanya perbedaan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk
didalamnya reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan. Dimana untuk
mengaktifkan sistem attachment/kelekatan adalah melalui perpisahan dengan
figur lekat dan kedua ancaman berpisah dengan figur lekat. Perpisahan dari
pasangan individu bisa jadi menyebabkan timbulnya sistem kelekatan mereka,
dan tipe mereka akan menunjukkan bagaimana ungkapan cemburu mereka.
Cemburu dan sistem kelekatan dipicu oleh kejadian sama, penerimaan fungsi yang
sama, dan termasuk emosi yang sama (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997). Selain itu
dengan signifikasi terkuat pada ambivalent hal ini membuktikan bahwa individu
dengan tipe insecure pada suatu hubungan, kecemburuannya mudah timbul
meskipun ancamannya sangat lemah ( Aditya & Sarwono, 2009).
82
Berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan rentang usia, dapat diketahui
bahwa lebih dari separuh responden dalam penelitian ini berada dalam rentang
usia 19 – 22 tahun. Dengan jumlah responden yang berpacaran mayoritas dari
semester 3 sejumlah 43 orang (66,2%) dan memiliki mayoritas lama hubungan
lebih dari sebulan sebanyak 28 orang (43,1%). Hal ini sesuai dengan beberapa
kesimpulan dari beberapa penelitian bahwa kecemburuan lebih sering timbul pada
hubungan romantis yang masih baru. Hasil penelitian dari Knox dan Zusman
(2009) menyebutkan bahwa mahasiswa yang yang telah berpacaran kurang dari
satu tahun secara signifikan dilaporkan memiliki tingkat kecemburuan lebih tinggi
dibanding yang telah berpacaran 13 bulan ke atas. Selain itu tipe hubungan
(menikah versi belum menikah) dipercaya memiliki hubungan yang dekat dengan
kecemburuan. Guerrero (1993) menemukan bahwa individu yang belum menikah
memperlihatkan intensitas reaksi emosional maupun kognisi terhadap
kecemburuan ketika dibandingkan dengan individu yang telah menikah. Penelitian
yang sama memperkirakan bahwa individu yang belum menikah lebih sering
mengalami destructive coping mechanisms dibanding dengan individu yang
belum menikah. Adapun hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan memiliki
kesamaan dengan hasil penelitian diatas dimana mayoritas sample yang memiliki
kecemburuan berusia 19-20, dan berstatus belum menikah.
Pada tipe kelekatan secure memiliki frekuensi tertinggi pada aspek perilaku
kecemburuan dengan kategori sedang (33,8), begitu pula pada tipe avoidant dan
83
ambivalent frekuensi tertinggi pada aspek kecemburuan adalah perilaku dengan
kategori sedang masing-masing 36,9%.
Baik laki-laki maupun perempuan mayoritas bertipe kelekatan secure.
Begitupun dalam hal tingkat cemburu keduanya sama mayoritas ada pada kategori
sedang, hanya berbeda aspek kecemburuannya, perempuan lebih cenderung pada
aspek emosi dan kognisi, sedangkan laki-laki pada aspek perilaku. Hubungan
antara kecemburuan dan gender telah mendapat perhatian dari para ahli,
diantaranya adalah Pines dan Aronson (1983) yang meneliti tingkat kecemburuan
partisipan dengan sebuah skala dengan nilai 7, dan mereka menemukan indikasi
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan di
tingkatan kecemburuan. Hal tersebut menjelaskan perlunya penelitian lebih lanjut
untuk mengeneralisasikan keadaan tersebut, sampai akhirnya beberapa studi
menemukan perbedaan yang signifikan dalam reaksi menghadapi cemburu dalam
kajian gender (Buunk et al., 1991; Erber dan Erber, 2001; Shetel-Neuber, Byrson,
dan Young, 1978). Penelitian-penelitian tersebut memperlihatkan bahwa wanita
lebih cenderung pada reaksi emosional dan laki-laki cenderung pada reaksi
permusuhan (Demirtas dan Donmez, 2006).
Sesuai dengan hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya
yang menyatakan, penelitian pada cemburu berdasarkan perspektif social
exchange telah mempelajari faktor yang memiliki keterkaitan seperti
ketergantungan, tingkat perbandingan alternative, investasi, dan komitmen.
84
Dalam penelitian in, dapat diketahui bahwa seluruh responden mayoritas berjenis
kelamin laki-laki di banding perempuan. Faktor kesediaan menjadi responden ikut
mempengaruhi dalam pengambilan sampel. Berdasarkan rentang usia, dapat
diketahui bahwa lebih dari separuh responden dalam penelitian ini berada dalam
rentang usia 19 – 22 tahun. Dengan jumlah responden yang berpacaran mayoritas
dari semester 3 sejumlah 43 orang (66,2%) dan memiliki mayoritas lama
hubungan lebih dari sebulan sebanyak 28 orang (43,1%). Disertai perolehan tipe
kelekatan tertinggi pada responden adalah tipe avoidant sebanyak 30 responden
(46,9%), dan tingkat kecemburuan tertinggi pada kategori sedang sebanyak 29
responden (44,6%). Hasil ini mungkin tidak sama dengan hasil sebagaimana
Hazan dan Shaver peroleh yaitu 43% responden bertipe secure, hal ini tidak
menutup kemungkinan disebabkan oleh masih lemahnya komitmen pada
pasangan berpacaran yang menjadikan kelekatan mereka terhadap pasanganpun
tidak begitu erat.
5.3. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian ini terdapat beberapa
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu bagi para peneliti selanjutnya yang
berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan tema masalah yang sama
disarankan untuk dapat menutupi segala kekurangan dan kelemahan dari
penelitian ini agar hasilnya lebih representatif dan komprehensif.
85
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan keterbatasan dalam penelitian, berikut ini
ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sebagai saran praktis dan teoritis:
1. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa mayoritas responden
memiliki tipe kelekatan avoidants sedang dengan kata lain rata-rata
responden memiliki keinginan untuk tidak meleburkan diri atau memiliki
kedekatan yang cukup intim dengan pasangan, maka untuk penelitian
selanjutnya penulis menganjurkan bila ingin meneliti variabel
kecemburuan maupun tipe kelekatan, salah satunya disarankan untuk
menggunakan variable yang dapat meneliti sikap mana mampu
mempengaruhi ketergantungan maupun kedekatan terhadap pasangan
misalnya dependency ataupun intimacy.
2. Untuk mengetahui signifikansi korelasi antara tipe kelekatan dengan
cemburu dan untuk mendapatkan informasi mengenai hubungan romantis
baik itu tipenya, maupun kejadian-kejadian yang terjadi didalam, baiknya
menggunakan sampel yang telah memiliki hubungan cinta yang telah
stabil, misalnya pada pasangan yang sudah menikah.
3. Bagi para mahasiswa di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatulllah
Jakarta, jika mereka memilih hubungan berpacaran sebagai salah satu
hubungan sosial yang mereka bangun ketika menjalaninya mereka
memiliki pengertian dan kepercayaan terhadap pasangannya. Karena disini
kita membicarakan mengenai tipe kelekatan yang pada tiap orang
memilikinya dengan kecenderungan berbeda, maka saran dari penulis
untuk pasangan adalah mendominankan sikap secure (merasa aman dan
86
menerima) pada pasangan sehingga tercipta hubungan interpersonal yang
baik dengan mengizinkan hadirnya cemburu yang wajar sebagai bumbu
dari hubungan, bagaimanapun kecemburuan juga menunjukkan kecintaan.
Untuk selanjutnya pasangan jangan terlalu menonjolkan sikap ambivalent
(mencemaskan secara berlebihan) yang berujung pada sifat posesif dan
mengekang pasangan, yang mana tentu saja sifat itu dapat mengundang
kecemburuan yang sangat bahkan mungkin cemburu buta dan hubungan
yang dibinapun akan rawan menghadapi perpisahan. Kemudian untuk
sikap avoidant (menghindar, tidak peduli) tidak begitu diharapkan untuk
lebih cenderung dibanding sikap yang lainnya, karena hal ini dapat
menekan kecemburuan pasangan atau bahkan tak ada cemburu sama
sekali, bila ini terjadi maka tujuan dari membina hubungan interpersonal
untuk mendapat dukungan dari pasangan tak akan tercapai.
Dengan mengetahui sikap mana yang dapat membuat suatu hubungan
interpersonal berkembang baik maka timbul harapan bahwa hubungan ini
bisa menjadi salah satu motivasi yang membangun, sebagaimana dari hasil
beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa dengan berpacaran dapat
menjadi motivasi untuk berprestasi. Selain itu hubungan sosial ini bisa
dijadikan sebagai bekal pengalaman kelak ketika memasuki jenjang
hubungan yang lebih serius dan berjangka waktu lama serta penuh
tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya,P., dan Sarwono, S.W. (2009). Kecemburuan Pada Kaum Homoseksual Pria (Gay) Di Jakarta. Jurnal Mind Set hal 55-62
Amaliah, R (2008). Pengaruh Pendidikan Teman Sebaya Tentang Kanker Serviks
Terhadap Kesadaran Diri Akan Perilaku Pacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baron, R.A., dan Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Ratna Juwita (tej), Jakarta: Erlangga
Bevan, J.L., dan Lannuti, P.J (1999). The Experience And Expression Of
Romantic Jealousy In Same Sex And Opposite-Sex Romantic Relationship. Communication Research Reports, vol 19, no 3, hal 258-268
Brown, N.M., dan Amatea, E.S (2000). Love And Intimate Relationships: Journey
Of The Heart. USA: Taylor & Francis Bush, R., Bush, C., Joseph P .(1991). Quality of realtionship and romantic
jealousy : Effects of adult attachment and depression. San Francisco, US: Departement Of Education
Buss, D.M (2000). The Dangerous Passion: Why Jealousy Is As Necessary As
Love And Sex. New York: The Free Press Chaplin, J.P. (2005). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada. Colin, V.L (1996). Human attachment. Philadelphia, USA: Temple university
press Cox, E (2001). Psychology for A level. New York, USA: Oxford university press
Crowell, J.A., dan Treboux, D (1995). A Review Of Adult Attachment Measures Implications For Theory And Research. Social Development, no 4 hal 294-327
Demirtas, A., dan Donmez, A (2006). Jealousy In Close Relationships: Personal,
Relational, And Situational Variables. Turkish Journal of Psychiatry, vol 17, no 3
Edalati, A., Redzuan, M. (2010). The Relationship Between Jealousy And Agression : A Review Of Literatures Related To Wive’s Agression. European Journal Of Scientific Research vol 39 no 4(2010) hal 498-504
Fleischmann, A.A., et.al (2005). Tickling The Monster: Jealousy Induction In
Relationships. Journal Of Social And Personal Relationship, vol 22, no 1, hal 49-73
Fraley, R.C., dan Shaver, P.R (2000). Adult Romantic Attachment : Theoritical
Developments, Emerging Controversies, And Unanswered Questions. Review Of General Psychology, vol 4, hal 132-154
Guerrero, L.K., dan Andersen, P.A (eds). (1998). The Darkside Of Close
Relationships. USA: Lawrence Erlbaum Associates Inc Hansen, G.L. (1985). Dating Jealousy Among College Student. Mississippi, Sex
Roles. vol 12. no 7/8. hal 713 Helmi, A.f. (1999). Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. Jurnal Psikologi no 1 9-17.
Univeritas Gajah Mada Hinde, R.A (1997) “ Relationships A Dialectical Perspective” United Kingdom:
Psychology Press Publisher Kazdin, A.E (2000). Enclopedia of psychology. volume 4, USA: American
Psychological Association Knox, D., dan Schacht, C (2010). Choices In Relationships: An Introduction To
Marriage And The Family. Belmont, USA: Wadsworth cengage learning Legerstee, M et.al., (eds) (2010) “ Handbook Of Jealosy: Theory, Research, And
Multidisciplinary Approaches” United Kingdom: Wiley-blackwell McGuirk, E.M., dan Pettijohn II, T.F (2008). Birth order and romantic relatinship
style and attitudes in college students. North american of journal psychology, vol 10, no 1, hal 37-52
Nisa, A. (2010). Konflik Pacaran Jarak Jauh pada Individu Dewasa Muda.
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma diunduh dari
www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/.../Artikel_10501257.pdf pada 2 Juni 2010
Pham, P.T. (2009). Effects Of Romantic Relationship On Academic Performance
In College.Diunduh dari http://clearinghouse.missiouriwestern.edu/manuscripts/392.asp. Pada 22 Februari 2009
Potter-Efron, R.T (2005). Handbook Of Anger Management: Idividual, Couple, Family And Group Approachs. USA: The Haworth Clinical Practice Press
Prasetyo, B., dan Jannah, L.M., (2005). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. Rothbard, J.C., dan Shaver, P.R (eds) (1994). Attachment In Adults: Cl Yor inical
And Developmental Perspectives. New York: Guilford Publications Inc Saragih, J.I., Irmawati. (2005). Fenomena Jatuh Cinta Pada Mahasiswa. Ejurnal
USU, Vol 1 Diunduh dari ejournal.usu.ac.id/component/jdownloads/?task=finish&cid=768. pada 4 April 2009
Semiun, Y (2006). Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik Freud.
Yogyakarta: Kanisius Sevilla, et all. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI
Sharpsteen, D.J., dan Kirkpatrick, L.A (1997). Romantic Jealousy And Adult Romantic Attachment. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 72(3), Mar 1997, 627-640.
Strong, B., et al (2005). Human sexuality : Diversity in contemporary America.
New York, USA: The McGraw-Hill Companies, Inc Subana, M., Sudrajat. (2001). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka
Setia White, G.L (eds). (1999). Handbook Of Interpersonal Commitment And
Relationship Stability. New York: Kluwer Academic/Plenum Publishers Widyarini (2009). Psikologi Populer: Menuju Perkawinan Harmonis. Jakarta:
Elex Media Komputindo
ITEM KECEMBURUAN TRYOUT
NO PERNYATAAN SS S AS ATS TS STS 1 Saya tidak sedih jika pasangan saya
pergi dengan lawan jenis.
2 Saya merasa sedih jika pasangan saya lebih perhatian pada teman-temannya dibanding saya.
3 Saya tidak sedih jika pasangan tidak jujur
4 Saya marah jika pasangan memuji lawan jenis lain
5 Saya marah jika pasangan saya tersenyum ramah pada lawan jenis lain
6 Saya tidak marah jika pasangan saya lebih memilih curhat pada sahabatnya daripada saya.
7 Saya tidak marah jika pasangan mengagumi lawan jenis lain selain saya
8 Saya marah jika pasangan saya tidak melibatkan saya dengan kegiatannya.
9 Saya sangat tidak nyaman jika pasangan saya terlalu mengagumi seorang artis
10 Saya merasa nyaman jauh dari pasangan saya
11 Saya kesal jika pasangan saya terlalu akrab dengan sahabat yang berlawanan jenis.
12 Saya tidak kesal jika pasangan saya tidak menenemani saya saat bepergian.
13 Saya merasa aman bergaul dengan teman lawan jenis pasangan saya
14 Saya selalu merasa pasangan saya akan direbut oleh lawan jenis lain.
15 Saya merasa sakit hati jika pasangan membandingkan saya dengan lawan jenis lain.
16 Saya merasa sakit hati jika pasangan mencela saya
17 Saya tidak sakit hati jika pasangan tidak perhatian
18 Saya merasa frustrasi jika diabaikan pasangan saya
19 Pasangan selingkuh tidak membuat saya frustrasi
20 Saya merasa iri jika pasangan saya sibuk dengan hobinya.
21 Saya tidak iri jika pasangan memberikan perhatian pada teman-temannya
22 Saya kesal jika pasangan saya bersemangat menceritakan wanita/laki-laki yang baru dikenalnya
23 Saya tidak marah pada pasangan jika dia memeluk dan mencium lawan jenis lain.
24 Saya merasa iri mendengarkan kisah cinta masa lalu pasangan saya
25 Saya merasa nyaman pergi ke tempat-tempat dimana pasangan saya menjadi pusat perhatian
26 Saya tidak kesal jika ada no baru di handphone pasangan saya
27 Saya merasa cemas bila pasangan saya terlihat sangat cantik/tampan
28 Saya takut jika ada lawan jenis yang mencoba akrab dengan pasangan saya.
29 Saya tidak cemas jika pasangan melirik lawan jenis lain
30 Saya tidak takut jika ada lawan jenis lain yang merayu pasangan saya
31 Saya khawatir seseorang akan merebut pasangan saya
32 Ketika pasangan saya tidak berada dalam pandangan saya, saya khawatir bahwa dia akan tertarik pada orang/lawan jenis lain
33 Saya tidak khawatir pasangan saya akan meninggalkan saya untuk orang lain
34 Saya tdak khawatir bahwa pasangan tidak sungguh-sungguh mencintai saya
35 saya tidak pernah menyuruh orang
untuk memata-matai kegiatan pasangan saya
36 Saya curiga pasangan saya diam-diam menyimpan foto mantan kekasihnya.
37 Saya pikir ada lawan jenis lain yang merayu pasangan saya
38 Saya tidak pernah berpikir pasangan saya diam-diam menyukai lawan jenis lain
39 Saya tidak curiga pasangan saya selingkuh degan lawan jenis lain
40 Teman lawan jenis pasangan saya tidak lebih baik dari saya
41 Saya merasa minder jika dibandingkan dengan teman lawan jenis pasangan saya
42 Saya merasa kurang menarik dimata pasangan maka wajar jika dia tertarik dengan lawan jenis lain
43 Kesalahan bukan ada pada saya jika pasangan tidak perhatian pada saya
44 Saya ingin pasangan lebih perhatian pada saya daripada ke temannya
45 Saya tidak memerlukan perhatian khusus dari pasangan saya
46 Saya kecewa jika pasangan berbohong tentang kegiatannya
47 Saya tidak kecewa jika pasangan berterus terang pada saya bahwa dia tertarik dengan lawan jenis lain
48 Saya selalu mengikuti kegiatan pasangan saya yang melibatkan banyak orang
49 Saya tidak perlu mengikuti kemanapun pasangan saya pergi
50 Saya selalu memastikan dimana keberadaan pasangan
51 Saya tidak perlu mencek dimana keberadaan pasangan saya
52 Saya tidak ingin selalu mengawasi pasangan saya
53 Saya kadang-kadang secara diam-diam mengikuti kemana pasangan saya pergi
54 Saya menanyakan pada pasangan apa saja kegiatannya
55 Saya tidak menanyakan pada pasangan apakah dia selingkuh
56 Saya bertanya pada teman pasangan apakah pasangan saya sedang tertarik dengan lawan jenis lain
57 Saya tidak perlu bertanya pada teman pasangan saya untuk mengetahui keberadaan pasangan saya
58 Saya tidak memeriksa laci pasangan 59 Saya memeriksa saku pasangan 60 Saya memeriksa handphone
pasangan
61 Saya tidak memeriksa lemari pasangan
62 Saya memeriksa tas pasangan 63 Saya tidak memeriksa dompet
pasangan
64 Saya memeriksa dan mengahapus no atau sms yang mencurigakan di handphone pasangan saya
65 Saya tidak akan mengancam lawan jenis yang saya curigai pasangan saya tertarik padanya
66 Saya mengancam lawan jenis yang saya curigai mencoba merayu pasangan saya
ITEM KECEMBURUAN PENELITIAN
NO PERNYATAAN SS S AS ATS TS STS 1 Saya tidak sedih jika pasangan saya pergi
dengan lawan jenis.
2 Saya merasa sedih jika pasangan saya lebih perhatian pada teman-temannya dibanding saya.
3 Saya marah jika pasangan memuji lawan jenis lain
4 Saya tidak marah jika pasangan saya lebih memilih curhat pada sahabatnya daripada saya.
5 Saya kesal jika pasangan saya terlalu akrab dengan sahabat yang berlawanan jenis.
6 Saya merasa sakit hati jika pasangan membandingkan saya dengan lawan jenis lain.
7 Saya tidak sakit hati jika pasangan tidak perhatian
8 Saya merasa frustrasi jika diabaikan pasangan saya
9 Pasangan selingkuh tidak membuat saya frustrasi
10 Saya merasa iri jika pasangan saya sibuk dengan hobinya.
11 Saya tidak iri jika pasangan memberikan perhatian pada teman-temannya
12 Saya tidak kesal jika ada no baru di handphone pasangan saya
13 Saya merasa cemas bila pasangan saya terlihat sangat cantik/tampan
14 Saya takut jika ada lawan jenis yang mencoba akrab dengan pasangan saya.
15 Saya tidak cemas jika pasangan melirik lawan jenis lain
16 Saya tidak takut jika ada lawan jenis lain yang merayu pasangan saya
17 Ketika pasangan saya tidak berada dalam pandangan saya, saya khawatir bahwa dia akan tertarik pada orang/lawan jenis lain
18 Saya tidak khawatir pasangan saya akan meninggalkan saya untuk orang lain
19 Saya curiga pasangan saya diam-diam menyimpan foto mantan kekasihnya.
20 Saya tidak pernah berpikir pasangan saya diam-diam menyukai lawan jenis lain
21 Teman lawan jenis pasangan saya tidak lebih baik dari saya
22 Saya merasa minder jika dibandingkan dengan teman lawan jenis pasangan saya
23 Saya ingin pasangan lebih perhatian pada saya daripada ke temannya
24 Saya tidak memerlukan perhatian khusus dari pasangan saya
25 Saya selalu memastikan dimana keberadaan pasangan
26 Saya tidak perlu mencek dimana keberadaan pasangan saya
27 Saya menanyakan pada pasangan apa saja kegiatannya
28 Saya tidak menanyakan pada pasangan apakah dia selingkuh
29 Saya bertanya pada teman pasangan apakah pasangan saya sedang tertarik dengan lawan jenis lain
30 Saya tidak perlu bertanya pada teman pasangan saya untuk mengetahui keberadaan pasangan saya
31 Saya tidak memeriksa dompet pasangan 32 Saya memeriksa dan mengahapus no atau
sms yang mencurigakan di handphone pasangan saya
AITEM ATTACHMENT STYLE TRYOUT
NO PERNYATAAN SS S AS ATS TS STS 1 Saya merasa nyaman dekat dengan
pasangan
2 Saya tidak merasa sulit untuk dekat dengan pasangan
3 Saya memerlukan keberanian besar untuk dekat dengan pasangan saya
4 Saya merasa tidak nyaman ketika dekat dengan pasangan
5 Sangat mudah bagi saya untuk dekat dengan pasangan
6 Saya merasa nyaman bergantung pada pasangan
7 Saya mendapatkan ketenangan hati ketika bergantung pada pasangan
8 Saya mengalami kesulitan ketika meminta kenyamanan dan bantuan dari pasangan
9 Saya tidak khawatir pasangan akan meninggalkan saya
10 Saya khwatir jika harus meninggalkan pasangan
11 Saya memberikan dukungan ketika pasangan membutuhkannya
12 Saya tidak mencari pasangan ketika saya butuh bantuan atau dukungan
13 Saya mudah memberikan kasih sayang pada pasangan
14 Saya biasa membicarakan masalah dan kesusahan saya pada pasangan
15 Saya tidak nyaman berbagi pikiran dan perasaan dengan pasangan
16 Saya tidak pernah membicarakan kesulitan dan kecemasan saya pada pasangan
17 Saya tidak memberikan kasih sayang sepenuhnya pada pasangan
18 Saya tidak bisa terbuka tentang berbagai hal pada pasangan
19 Saya merasa pasangan sangat perhatian 20 Saya sangat perhatian pada pasangan 21 Pasangan saya tidak perlu diberi
perhatian berlebih
22 Pasangan saya tidak mengerti akan
kebutuhan emosional saya 23 Saya gugup ketika pasangan ingin lebih
akrab/intim
24 Pasangan saya menginginkan hubungan yang lebih akrab/intim, lebih dari yang saya rasakan nyaman melakukannya
25 Saya merasa nyaman ketika pasangan mengutarakan perasaannya
26 Saya tidak gelisah ketika pasangan menginginkan untuk lebih dekat dengan saya
27 Saya sulit untuk membiarkan diri saya bergantung pada pasangan
28 Saya menemui kesulitan untuk mempercayai pasangan
29 Saya merasa tidak nyaman ketika berbohong pada pasangan
30 Saya tidak merasa kesulitan bergantung pada pasangan saya
31 Bagi saya pasangan bukanlah orang yang bisa diandalkan
32 Saya merasa tidak sulit menjadikan pasangan sebagai orang yang dapat diandalkan
33 Hubungan romantisme saya selalu dangkal dan tidak terlalu intim
34 Saya menarik diri ketika pasangan ingin lebih dekat/intim dengan saya
35 Saya tidak menghindar ketika pasangan mencoba untuk lebih akrab/intim dengan saya
36 Saya tidak menjaga jarak dengan pasangan agar tidak terlalu akarab/intim
37 Saya berusaha untuk menunjukkan perasaan terdalam saya pada pasangan
38 Saya mungkin akan membiarkan hubungan romantisme yang agak mendalam dibandingkan yang biasa orang lain lakukan
39 Untuk menghargai pasangan, maka tidak salah jika saya melibatkan hanya sedikit emosi dalam hubungan
40 Emosi adalah hal penting yang harus dilibatkan dalam suatu hubungan romantisme
41 Saya merasa tidak nyaman berbagi pikiran dan perasaan dengan pasangan
42 Saya memilih untuk selalu berbagi suka dan duka dengan pasangan
43 Saya mudah mengungkapkan apa yang ada di hati dan pikiran saya pada pasangan
44 Saya ingin akrab/intim dengan pasangan tapi saya sering menarik diri
45 Saya ingin menyatu sepenuhnya dengan pasangan, dan dorongan ini kadang membuat pasangan menjauhi saya
46 Keinginan saya untuk dekat dengan pasangan lebih besar dibandingkan keinginan pasangan
47 Pasangan tidak ingin selalu dekat dengan saya sesering yang saya mau
48 Saya ingin menjalin hubungan yang mendalam/serius dengan pasangan, tapi hal tersebut membuat pasangan saya menghindar
49 Saya tidak pernah menekan pasangan saya untuk lebih menunjukkan perhatian dan keakraban pada saya
50 Saya tidak pernah memikirkan bahwa keinginan saya untuk lebih dekat dengan pasangan membuat takut pasangan
51 Saya tidak merasa bahwa pasangan akan mengabaikan keinginan saya untuk lebih akarab/intim
52 Saya merasa pasangan enggan untuk lebih perhatian seperti yang saya inginkan
53 Saya lebih menyukai memiliki pasangan daripada menjadi single/jomblo
54 Ketika pasangan tidak ada ketika saya membutuhkannya, saya menjadi frustasi
55 Saya tidak merasa cemas ketika tidak memiliki pasangan
56 Mudah bagi saya memberikan kesempatan/waktu pada pasangan untuk sendiri
57 Jika pasangan saya tidak berada di dekat saya sesering yang saya mau, saya jadi cemas dan mudah marah
58 Saya sering merasa khawatir pasangan tidak sungguh-sungguh mencintai saya
59 Saya tidak khawatir pasangan tidak sungguh-sungguh ingin memiliki hubungan romantis dengan saya
60 Saya banyak menghabiskan waktu untuk mengkhawatir hubungan romantisme saya
61 Saya tidak khawatir pasangan tidak mencintai saya sebesar cinta saya padanya
62 Saya merasa putus asa ketika pasangan menyatakan putus
63 Berakhirnya suatu hubungan romantis tidak menjadikan saya merasakan sedih yang berkepanjangan
64 Saya tidak selalu merasa khawatir akan ditinggalkan pasangan
65 Saya sering cemas jika memikirkan akan kehilangan pasangan
66 Saya gelisah jika membayangkan jika saya tidak bersama dengan pasangan saya lagi
AITEM ATTACHMENT STYLE PENELITIAN
NO PERNYATAAN SS S AS ATS TS STS 1 Saya memerlukan keberanian besar
untuk dekat dengan pasangan saya
2 Sangat mudah bagi saya untuk dekat dengan pasangan
3 Saya merasa nyaman bergantung pada pasangan
4 Saya mengalami kesulitan ketika meminta kenyamanan dan bantuan dari pasangan
5 Saya memberikan dukungan ketika pasangan membutuhkannya
6 Saya tidak mencari pasangan ketika saya butuh bantuan atau dukungan
7 Saya biasa membicarakan masalah dan kesusahan saya pada pasangan
8 Saya tidak memberikan kasih sayang sepenuhnya pada pasangan
9 Saya merasa pasangan sangat perhatian 10 Saya sangat perhatian pada pasangan 11 Pasangan saya tidak perlu diberi
perhatian berlebih
12 Pasangan saya tidak mengerti akan kebutuhan emosional saya
13 Pasangan saya menginginkan hubungan yang lebih akrab/intim, lebih dari yang saya rasakan nyaman melakukannya
14 Saya tidak gelisah ketika pasangan menginginkan untuk lebih dekat dengan saya
15 Saya sulit untuk membiarkan diri saya bergantung pada pasangan
16 Saya tidak merasa kesulitan bergantung pada pasangan saya
17 Hubungan romantisme saya selalu dangkal dan tidak terlalu intim
18 Saya tidak menjaga jarak dengan pasangan agar tidak terlalu akarab/intim
19 Saya berusaha untuk menunjukkan perasaan terdalam saya pada pasangan
20 Saya mungkin akan membiarkan hubungan romantisme yang agak mendalam dibandingkan yang biasa
orang lain lakukan 21 Untuk menghargai pasangan, maka
tidak salah jika saya melibatkan hanya sedikit emosi dalam hubungan
22 Emosi adalah hal penting yang harus dilibatkan dalam suatu hubungan romantisme
23 Saya merasa tidak nyaman berbagi pikiran dan perasaan dengan pasangan
24 Saya mudah mengungkapkan apa yang ada di hati dan pikiran saya pada pasangan
25 Saya ingin menyatu sepenuhnya dengan pasangan, dan dorongan ini kadang membuat pasangan menjauhi saya
26 Keinginan saya untuk dekat dengan pasangan lebih besar dibandingkan keinginan pasangan
27 Saya lebih menyukai memiliki pasangan daripada menjadi single/jomblo
28 Ketika pasangan tidak ada ketika saya membutuhkannya, saya menjadi frustasi
29 Saya tidak merasa cemas ketika tidak memiliki pasangan
30 Mudah bagi saya memberikan kesempatan/waktu pada pasangan untuk sendiri
31 Jika pasangan saya tidak berada di dekat saya sesering yang saya mau, saya jadi cemas dan mudah marah
32 Saya sering merasa khawatir pasangan tidak sungguh-sungguh mencintai saya
33 Saya merasa putus asa ketika pasangan menyatakan putus
34 Berakhirnya suatu hubungan romantis tidak menjadikan saya merasakan sedih yang berkepanjangan
35 Saya tidak selalu merasa khawatir akan ditinggalkan pasangan
36 Saya sering cemas jika memikirkan akan kehilangan pasangan
Jealousy Reliability Try Out
Cronbach's Alpha N of Items
.885 66
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_1 260.7910 1625.683 .425 .882 NO_2 260.2239 1643.964 .392 .883 NO_3 260.1194 1647.258 .297 .884 NO_4 261.2985 1612.910 .511 .881 NO_5 261.5970 1628.638 .455 .882 NO_6 261.0597 1648.299 .311 .884 NO_7 260.8358 1680.624 .085 .886 NO_8 262.1045 1650.640 .370 .883 NO_9 261.2537 1674.677 .132 .886 NO_10 260.3134 1669.673 .171 .885 NO_11 260.9701 1644.575 .332 .883 NO_12 261.5970 1645.214 .364 .883 NO_13 261.8060 1680.644 .091 .886 NO_14 261.5373 1613.161 .534 .881 NO_15 260.4478 1630.069 .416 .882 NO_16 260.4776 1629.708 .429 .882 NO_17 260.5970 1623.456 .514 .881 NO_18 261.2239 1649.479 .280 .884 NO_19 260.5373 1618.010 .483 .881 NO_20 260.9701 1633.181 .433 .882 NO_21 261.3731 1638.631 .427 .882 NO_22 261.0000 1644.636 .319 .883 NO_23 260.4478 1667.857 .123 .886 NO_24 261.1940 1639.007 .349 .883 NO_25 261.0299 1685.363 .065 .886 NO_26 260.9701 1614.151 .481 .881 NO_27 262.2687 1646.987 .321 .883 NO_28 260.5672 1629.249 .432 .882 NO_29 261.1493 1654.341 .269 .884 NO_30 260.8657 1630.270 .449 .882 NO_31 260.7164 1622.600 .431 .882 NO_32 261.5970 1624.578 .503 .881 NO_33 261.5373 1630.222 .426 .882 NO_34 261.2985 1669.576 .160 .885
NO_35 262.2537 1654.556 .275 .885 NO_36 261.2239 1637.692 .340 .883 NO_37 261.4328 1621.734 .454 .882 NO_38 261.5672 1644.007 .347 .883 NO_39 261.8060 1646.401 .323 .883 NO_40 262.0746 1723.100 .287 .890 NO_41 261.5224 1652.071 .278 .884 NO_42 261.8209 1668.331 .171 .885 NO_43 260.9851 1651.560 .285 .884 NO_44 260.7313 1656.866 .263 .884 NO_45 260.7313 1659.533 .289 .885 NO_46 259.9403 1657.330 .275 .884 NO_47 261.6119 1677.211 .099 .886 NO_48 262.0746 1672.555 .160 .885 NO_49 262.4776 1675.162 .138 .885 NO_50 261.1642 1658.018 .260 .884 NO_51 261.6866 1636.340 .365 .883 NO_52 262.3433 1680.986 .127 .885 NO_53 262.5373 1666.646 .173 .885 NO_54 260.7612 1626.912 .511 .881 NO_55 261.2687 1648.139 .320 .883 NO_56 261.8507 1654.402 .273 .884 NO_57 261.8358 1639.412 .375 .883 NO_58 262.1045 1650.368 .274 .884 NO_59 262.1791 1654.240 .268 .885 NO_60 261.2985 1634.303 .390 .883 NO_61 262.3134 1670.188 .149 .886 NO_62 261.9254 1647.100 .288 .884 NO_63 261.6119 1631.999 .401 .882 NO_64 262.1642 1644.442 .364 .883 NO_65 262.9104 1685.992 .097 .885 NO_66 262.2388 1638.882 .350 .883
Scale Statistics
Mean Variance Std.
Deviation N of Items 265.2836 1692.812 41.14380 66
Jealousy Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.841 32
Jealousy Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_1 129.0308 576.030 .235 .840 NO_2 129.5538 586.720 .070 .845 NO_3 130.1846 571.653 .231 .840 NO_4 129.1077 569.723 .258 .840 NO_5 130.0769 551.760 .500 .832 NO_6 130.3538 546.482 .569 .830 NO_7 128.6154 565.865 .302 .838 NO_8 130.2308 535.305 .687 .826 NO_9 130.3846 560.678 .381 .836 NO_10 130.4154 573.309 .215 .841 NO_11 130.1077 575.566 .198 .841 NO_12 130.2308 540.118 .655 .828 NO_13 129.0462 554.482 .372 .836 NO_14 130.7231 581.922 .129 .843 NO_15 131.2615 581.321 .121 .844 NO_16 130.2769 578.547 .176 .842 NO_17 130.2923 541.398 .634 .828 NO_18 128.5846 561.028 .363 .836 NO_19 130.2308 535.305 .687 .826 NO_20 130.0000 576.500 .157 .843 NO_21 131.5231 572.378 .269 .839 NO_22 129.9692 564.468 .343 .837 NO_23 131.0462 557.357 .443 .834 NO_24 130.0462 543.732 .604 .829 NO_25 128.6000 562.056 .373 .836 NO_26 130.2923 540.960 .639 .828 NO_27 130.5231 564.503 .337 .837 NO_28 130.9385 559.684 .414 .835 NO_29 131.4000 573.119 .242 .840 NO_30 130.0615 575.840 .215 .841 NO_31 131.4462 577.938 .188 .841 NO_32 130.4154 570.840 .242 .840
Jealousy Scale Statistics
Mean Variance Std.
Deviation N of Items 134.3538 597.201 24.43770 32
Attachment Reliability Try Out Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.777 66
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_1 257.8507 925.190 .314 .771 NO_2 257.8060 924.522 .301 .772 NO_3 257.7463 941.223 .370 .776 NO_4 258.3134 925.309 .326 .771 NO_5 257.7463 953.738 .288 .778 NO_6 257.7612 953.215 .371 .769 NO_7 257.9403 962.754 .200 .780 NO_8 257.4179 914.368 .399 .769 NO_9 256.7313 932.563 .261 .773 NO_10 257.6716 917.194 .106 .776 NO_11 258.1493 925.220 .337 .771 NO_12 258.5970 948.759 .159 .776 NO_13 257.7313 926.139 .220 .779 NO_14 257.7910 1004.289 .357 .760 NO_15 257.4627 922.555 .312 .771 NO_16 258.0000 923.212 .316 .771 NO_17 257.5522 943.100 .268 .773 NO_18 257.2090 893.410 .554 .763 NO_19 258.0149 914.833 .394 .769 NO_20 257.5075 914.920 .413 .768 NO_21 257.4478 907.312 .462 .767 NO_22 257.1493 900.099 .498 .765 NO_23 257.5522 934.009 .235 .774 NO_24 257.9552 939.862 .195 .775 NO_25 257.6716 932.981 .252 .773 NO_26 257.7164 955.782 .360 .769 NO_27 257.4179 944.489 .337 .772 NO_28 257.2836 933.570 .435 .766 NO_29 257.9254 972.797 .289 .778 NO_30 257.8060 979.219 .445 .765 NO_31 258.3284 966.709 .237 .781 NO_32 258.4776 951.344 .338 .774 NO_33 257.9104 930.204 .281 .772
NO_34 256.9851 940.439 .188 .775 NO_35 257.6269 982.540 .172 .785 NO_36 257.9851 982.076 .278 .785 NO_37 257.6567 963.956 .294 .775 NO_38 257.2537 974.950 .309 .784 NO_39 257.7313 946.199 .334 .773 NO_40 258.0597 943.936 .217 .779 NO_41 258.3582 948.445 .139 .776 NO_42 258.3881 943.726 .239 .775 NO_43 257.8358 949.624 .403 .768 NO_44 257.5224 928.859 .282 .772 NO_45 256.3582 954.900 .377 .768 NO_46 257.0896 935.537 .291 .772 NO_47 257.6716 933.194 .241 .774 NO_48 257.8657 946.057 .352 .773 NO_49 257.5224 912.344 .437 .768 NO_50 256.5075 909.223 .462 .767 NO_51 256.5224 913.011 .153 .778 NO_52 256.7463 930.192 .314 .772 NO_53 257.1940 939.492 .393 .769 NO_54 256.6119 902.423 .528 .765 NO_55 256.9701 911.090 .490 .767 NO_56 257.2239 979.389 .345 .770 NO_57 257.1045 965.610 .326 .771 NO_58 257.1493 951.917 .298 .775 NO_59 257.1493 967.432 .344 .772 NO_60 257.2687 949.412 .122 .777 NO_61 256.7761 955.328 .062 .779 NO_62 257.0149 939.621 .223 .774 NO_63 257.3731 932.450 .295 .772 NO_64 256.8806 919.743 .357 .770 NO_65 257.0299 926.454 .349 .771 NO_66 256.9701 937.151 .294 .774
Scale Statistics Attachment
Mean Variance Std. Deviation N of Items 261.4776 965.708 31.07584 66
Secure reliability try out
Cronbach's Alpha N of Items
.820 22
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_1 79.2836 338.934 .368 .813 NO_2 79.2388 339.124 .343 .815 NO_3 79.1791 344.846 .274 .818 NO_4 79.7463 347.707 .254 .818 NO_5 79.1791 349.846 .225 .820 NO_6 79.1940 351.280 .385 .814 NO_7 79.3731 360.904 .073 .826 NO_8 78.8507 330.826 .476 .808 NO_9 78.1642 345.806 .282 .817 NO_10 79.1045 331.489 .208 .819 NO_11 79.5821 330.762 .527 .806 NO_12 80.0299 350.090 .293 .816 NO_13 79.1642 338.745 -.145 .836 NO_14 79.2239 375.843 .508 .807 NO_15 78.8955 335.883 .381 .813 NO_16 79.4328 326.825 .524 .805 NO_17 78.9851 347.076 .265 .818 NO_18 78.6418 320.506 .599 .801 NO_19 79.4478 327.433 .525 .805 NO_20 78.9403 324.421 .599 .802 NO_21 78.8806 317.713 .676 .798 NO_22 78.5821 320.277 .602 .801
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 82.9104 368.810 19.20443 22
Avoidant reliability
Cronbach's Alpha N of Items
.734 22
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_23 77.1343 230.300 .168 .734 NO_24 77.5373 233.192 .267 .726 NO_25 77.2537 227.859 .163 .733 NO_26 77.2985 230.091 .340 .720 NO_27 77.0000 224.485 .384 .716 NO_28 76.8657 220.057 .479 .709 NO_29 77.5075 243.981 .065 .742 NO_30 77.3881 243.756 .376 .718 NO_31 77.9104 229.416 .187 .732 NO_32 78.0597 233.512 .370 .720 NO_33 77.4925 228.345 .356 .719 NO_34 76.5672 231.492 .214 .728 NO_35 77.2090 236.895 .195 .732 NO_36 77.5672 240.067 .163 .733 NO_37 77.2388 230.942 .314 .722 NO_38 76.8358 238.654 .359 .719 NO_39 77.3134 229.491 .323 .722 NO_40 77.6418 228.233 .176 .733 NO_41 77.9403 233.572 .302 .724 NO_42 77.9701 238.969 .187 .732 NO_43 77.4179 231.823 .276 .725 NO_44 77.1045 229.034 .329 .721
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 81.0597 251.936 15.87248 22
Ambivalent Reliability Statistics Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.748 22
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_45 92.3881 236.999 .149 .749 NO_46 93.1194 228.016 .294 .740 NO_47 93.7015 229.516 .301 .739 NO_48 93.8955 240.974 .366 .734 NO_49 93.5522 223.615 .063 .755 NO_50 92.5373 215.404 .512 .723 NO_51 92.5522 224.493 .166 .724 NO_52 92.7761 225.419 .377 .734 NO_53 93.2239 226.449 .305 .739 NO_54 92.6418 216.355 .500 .724 NO_55 93.0000 227.121 .331 .737 NO_56 93.2537 253.101 .351 .772 NO_57 93.1343 229.270 .305 .739 NO_58 93.1791 229.028 .289 .740 NO_59 93.1791 239.270 .296 .737 NO_60 93.2985 226.091 .349 .736 NO_61 92.8060 228.310 .096 .753 NO_62 93.0448 232.831 .288 .740 NO_63 93.4030 221.972 .452 .729 NO_64 92.9104 214.083 .521 .722 NO_65 93.0597 224.299 .398 .733 NO_66 93.0000 229.242 .255 .743
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 97.5075 247.557 15.73394 22
Attachment Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.788 36
Attachment Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_1 136.5385 368.190 .258 .784 NO_2 137.1692 361.393 .268 .783 NO_3 136.6769 360.691 .359 .780 NO_4 137.0308 369.499 .177 .786 NO_5 137.1385 372.246 .121 .788 NO_6 136.6308 361.549 .367 .780 NO_7 137.0923 356.585 .371 .779 NO_8 137.1692 361.393 .268 .783 NO_9 136.7692 357.649 .370 .779 NO_10 136.9846 356.109 .360 .779 NO_11 137.2154 366.047 .222 .785 NO_12 136.9385 371.152 .142 .788 NO_13 139.9077 375.366 .112 .788 NO_14 139.2000 371.788 .116 .789 NO_15 139.3846 354.709 .459 .776 NO_16 139.0154 355.109 .397 .778 NO_17 139.1538 347.226 .495 .773 NO_18 139.2000 357.725 .351 .780 NO_19 139.3385 361.509 .300 .782 NO_20 139.2000 367.256 .187 .786 NO_21 139.4462 366.063 .230 .784 NO_22 139.0308 365.312 .211 .785 NO_23 139.1692 356.299 .360 .779 NO_24 139.4769 356.535 .406 .778 NO_25 138.5846 368.153 .145 .789 NO_26 139.3538 363.138 .270 .783 NO_27 139.2923 362.085 .271 .783 NO_28 138.8923 378.941 -.007 .795 NO_29 138.9692 350.343 .414 .776 NO_30 139.2308 355.774 .367 .779 NO_31 138.6154 366.772 .156 .788 NO_32 139.2462 360.157 .310 .781 NO_33 139.1538 362.695 .235 .784 NO_34 139.3692 361.768 .300 .782 NO_35 138.5077 363.348 .206 .786 NO_36 139.3692 365.205 .258 .783
Attachment Scale Statistics
Mean Variance Std.
Deviation N of Items
142.3846 381.365 19.52858 36 Secure Reliability
Cronbach's Alpha N of Items
.888 12
Secure Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_1 59.4154 126.497 .659 .877 NO_2 60.0462 117.763 .684 .874 NO_3 59.5538 122.251 .702 .874 NO_4 59.9077 121.366 .696 .874 NO_5 60.0154 130.015 .395 .890 NO_6 59.5077 124.316 .674 .876 NO_7 59.9692 130.874 .334 .894 NO_8 60.0462 117.763 .684 .874 NO_9 59.6462 122.107 .625 .878 NO_10 59.8615 119.652 .639 .877 NO_11 60.0923 122.866 .601 .879 NO_12 59.8154 126.934 .497 .885
Secure Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 65.2615 145.540 12.06399 12
Avoidant Reliability
Cronbach's Alpha N of Items
.844 12
Avoidant Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_13 34.6154 117.709 .272 .846 NO_14 33.9077 109.804 .397 .840 NO_15 34.0923 107.929 .523 .831 NO_16 33.7231 103.828 .591 .825 NO_17 33.8615 106.621 .457 .836 NO_18 33.9077 105.429 .536 .830 NO_19 34.0462 109.982 .407 .839 NO_20 33.9077 103.023 .607 .824 NO_21 34.1538 107.226 .520 .831 NO_22 33.7385 104.727 .532 .830 NO_23 33.8769 100.235 .684 .818 NO_24 34.1846 106.528 .550 .829
Avoidant Scale Statistics
Mean Variance Std.
Deviation N of Items
37.0923 125.460 11.20090 12 Ambivalent Reliability Cronbach's Alpha N of Items
.859 12 Ambivalent Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted NO_25 36.2308 134.837 .510 .850 NO_26 37.0000 135.656 .594 .844 NO_27 36.9385 132.527 .650 .840 NO_28 36.5385 143.659 .312 .863 NO_29 36.6154 133.709 .541 .848 NO_30 36.8769 135.641 .545 .847 NO_31 36.2615 136.665 .442 .855 NO_32 36.8923 135.254 .583 .845 NO_33 36.8000 133.506 .564 .846 NO_34 37.0154 134.765 .633 .842 NO_35 36.1538 132.351 .551 .847 NO_36 37.0154 138.765 .550 .847
Ambivalent Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 40.0308 159.343 12.62311 12
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Jealousy .064 65 .200(*) .981 65 .407Attachment .097 65 .200(*) .975 65 .211Secure .124 65 .015 .948 65 .009Avoidant .069 65 .200(*) .968 65 .090Ambivalent .112 65 .041 .952 65 .014
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .647(a) .419 .380 19.24406a Predictors: (Constant), Ambivalent, Secure, Avoidant, Attachment ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16000.831 4 4000.208 10.802 .000(a) Residual 22220.030 60 370.334 Total 38220.862 64 a Predictors: (Constant), Ambivalent, Secure, Avoidant, Attachment b Dependent Variable: Jealousy Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 119.581 21.247 5.628 .000 Attachment .286 .126 .249 2.275 .027 Secure -.514 .194 -.263 -2.649 .010 Avoidant -.479 .199 -.249 -2.401 .019 Ambivalent .638 .192 .367 3.319 .002a Dependent Variable: Jealousy