hubungan antara persepsi terhadap …lib.unnes.ac.id/29968/1/1511413135.pdfhubungan antara persepsi...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA
PERSEPSI TERHADAP CITRA TUBUH IDEAL DENGAN
BODY DISSATISFACTION PADA WANITA DEWASA AWAL
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Khotamanisah
1511413135
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
i
HUBUNGAN ANTARA
PERSEPSI TERHADAP CITRA TUBUH IDEAL DENGAN
BODY DISSATISFACTION PADA WANITA DEWASA AWAL
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Khotamanisah
1511413135
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi dengan judul
“Hubungan antara Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal dengan Body
Dissatisfaction pada Wanita Dewasa Awal” ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 19 September 2017
Khotamanisah
1511413135
iii
PENGESAHAN
Proposal skripsi dengan judul “Hubungan antara Persepsi terhadap Citra
Tubuh Ideal dengan Body Dissatisfaction pada Wanita Dewasa Awal” telah
dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang pada hari Selasa tanggal 19 September 2017.
Panitia:
Ketua Sekretaris
Dr. Edy Purwanto, M.Si Sugiariyanti, S.Psi., M.A
NIP. 196301211987031001 NIP. 197804192003122001
Penguji 1 Penguji 2
Dr. Sri Maryati Deliana, M.Si Andromeda, S.Psi., M.Psi
NIP. 195406241982032001 NIP.198205312009122001
Penguji 3
Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.A
NIP.195701251985031001
iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto
Apabila ingin menjadi individu yang hebat
maka terimalah dan syukuri apapun yang
dimiliki.
Peruntukan
Skripsi ini penulis persembahkan kepada
orangtua dan kakak-kakakku yang selalu
memberikan dukungan baik materil
maupun moril.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji
syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan pertolongan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul
“Hubungan antara Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal dengan Body
Dissatisfaction pada Wanita Dewasa Awal” dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fakhrudinn, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan beserta
jajaran pimpinan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.S. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang sekaligus dosen pembimbing 2.
3. Andromeda, S.Psi., M.Psi selaku dosen pembimbing 1.
4. Semua dosen Psikologi Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Psikologi.
5. Teman-teman yang turut memberikan dukungan dan doa serta motivasi
kepada penulis selama mengerjakan skripsi.
6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semarang, 19 September 2017
Penulis
vi
ABSTRAK
Khotamanisah. 2017. Hubungan antara Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal
dengan Body Dissatisfaction pada Wanita Dewasa Awal. Skripsi. Jurusan
Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Skripsi ini
dibawah bimbingan, Pembimbing I : Andromeda, S.Psi., M.Psi, Pembimbing II :
Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.S.
Kata kunci :
body dissatisfaction, persepsi terhadap citra tubuh ideal, wanita dewasa awal.
Pada masa dewasa awal individu menghadapi tugas perkembangan yang
salah satunya adalah membentuk hubungan yang akrab dengan individu lain,
untuk itu banyak individu yang menganggap bahwa penampilan merupakan suatu
hal yang penting. Standar penampilan yang ditetapkan di masyarakat tentu saja
akan mempengaruhi persepsi individu terhadap citra tubuh ideal. Individu yang
memiliki standar penampilan yang tinggi akan sering merasa tidak puas dengan
penampilannya atau akan mengalami body dissatisfaction. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap citra tubuh ideal dengan
body dissatisfaction pada wanita dewasa awal.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, sehingga
metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik uji
korelasi Pearson.. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang berstatus
sebagai mahasiswi dan sudah memasuki masa dewasa awal. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswi Universitas Negeri Semarang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling
gabungan antara cluster random sampling dan stratisfied random sampling.
Peneliti mengambill 15% dari jumlah populasi setiap cluster untuk dijadikan
sampel sehingga sampel yang digunakan adalah 482 mahasiswi. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala psikologi yang
berupa skala body dissatisfaction dan skala persepsi terhadap citra tubuh ideal.
Skala body dissatisfaction yang digunakan terdiri dari 50 aitem dengan koefisien
validitas yang berkisar antara 0,094 sampai dengan 0,516 dengan tingkat
reliabilitas sebesar 0,835. Sedangkan untuk skala persepsi terhadap citra tubuh
ideal yang digunakan terdiri dari 42 aitem engan koefisien validitas yang berkisar
antara 0,176 sampai dengan 0,595 dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,909.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan yang
positif antara persepsi terhadap citra tubuh ideal dengan body dissatisfaction pada
wanita dewasa awal (rxy = 0,314) dengan taraf signifikansi sebesar p = 0,000
(<0,005). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi terhadap
citra tubuh ideal maka semakin tinggi pula tingkat body dissatisfaction yang
dialami oleh wanita dewasa awal, bagitu pula sebaliknya.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PERNYATAAN ...................................................................................... ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN ............................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
ABSTRAK .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB
1. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 13
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 14
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 14
2. LANDASAN TEORI ............................................................... 15
2.1 Body Dissatisfaction ................................................................ 15
2.1.1 Pengertian Body Dissatisfaction .............................................. 15
2.1.2 Aspek / Komponen Body Dissatisfaction ................................ 16
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Body Dissatisfaction ................... 17
viii
2.2 Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ........................................ 19
2.2.1 Pengertian Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ...................... 19
2.2.2 Dimensi Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ......................... 23
2.3 Wanita Dewasa Awal ............................................................... 26
2.3.1 Pengertian Wanita Dewasa Awal ............................................. 26
2.3.2 Tugas Perkembangan Wanita Dewasa Awal ........................... 29
2.3.3 Citra Tubuh pada Wanita Dewasa Awal .................................. 31
2.4 Hubungan antara Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal
dengan Body Dissatisfaction .................................................... 32
2.5 Hipotesis .................................................................................. 35
3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 36
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ...................................................... 36
3.2 Variabel Penelitian ................................................................... 37
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian ................................................ 37
3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 38
3.2.3 Hubungan antar Variabel Penelitian ........................................ 39
3.3 Subjek Penelitian ..................................................................... 39
3.3.1 Populasi .................................................................................... 40
3.3.2 Sampel ...................................................................................... 42
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 45
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 45
3.4.2 Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 50
3.4.2.1 Validitas ................................................................................... 50
3.4.2.2 Reliabilitas ............................................................................... 52
ix
3.5 Metode Analisis Data ............................................................... 55
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 56
4.1 Persiapan Penelitian ................................................................. 56
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ..................................................... 56
4.1.2 Penyusunan Alat Ukur ............................................................. 58
4.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 60
4.2.1 Perijinan Penelitian .................................................................. 60
4.2.2 Penentuan Subjek Penelitian .................................................... 62
4.2.3 Pengambilan Data .................................................................... 62
4.2.4 Pelaksanaan Skoring ................................................................ 63
4.3 Analisis Deskriptif ................................................................... 64
4.3.1 Body Dissatisfaction ................................................................ 65
4.3.1.1 Body Dissatisfaction berdasarkan Aspek Kognititf ................. 67
4.3.1.2 Body Dissatisfaction berdasarkan Aspek Afektif .................... 69
4.3.1.3 Body Dissatisfaction berdasarkan Aspek Perilaku .................. 71
4.3.2 Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ........................................ 74
4.3.2.1 Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal berdasarkan Dimensi
Pengetahuan ............................................................................. 77
4.3.2.2 Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal berdasarkan Dimensi
Pengharapan ............................................................................. 79
4.3.2.3 Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal berdasarkan Dimensi
Evaluasi .................................................................................... 81
4.4 Analisis Inferensial .................................................................. 84
4.4.1 Hasil Uji Normalitas ................................................................ 84
4.4.2 Hasil Uji Linieritas ................................................................... 85
x
4.4.3 Hasil Uji Hipotesis ................................................................... 86
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 87
4.5.1 Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif ..................................... 87
4.5.1.1 Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif Variabel Body
Dissatisfaction .......................................................................... 87
4.5.1.2 Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif Variabel Persepsi terhadap
Citra Tubuh Ideal ..................................................................... 93
4.5.2 Pembahasan Analisis Inferensial ............................................. 95
4.6 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 100
5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 101
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 101
5.2 Saran ........................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 103
LAMPIRAN ........................................................................................... 106
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Penelitian Sunartio terhadap 104 Mahasiswi Fakultas
Psikologi Universitas Surabaya ............................................... 4
1.2 Hasil Penelitian Yunita & Sukamto pada 150 Wanita Anggota
Fitness Centre “X” di Surabaya ............................................... 5
1.3 Hasil Studi Pendahuluan pada 40 Mahasiswi Universitas Negeri
Semarang .................................................................................. 7
3.1 Jumlah Mahasiswi Aktif di Universitas Negeri Semarang
Tahun 2017 ............................................................................. 41
3.2 Jumlah Populasi Penelitian ...................................................... 42
3.3 Jumlah Subjek Hasil Sampling dan Penyebarannya ................ 44
3.4 Penilaian Alternatif Jawaban ................................................... 45
3.5 Blueprint Skala Body Dissatisfaction ...................................... 46
3.6 Blueprint Skala Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal .............. 48
3.7 Sebaran Aitem Skala Body Dissatisfaction .............................. 51
3.8 Sebaran Aitem Skala Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ..... 52
3.9 Interpretasi Reliabilitas ............................................................ 53
3.10 Hasil Perhitungan Reliabilitas Variabel Body Dissatisfaction .. 54
3.11 Hasil Perhitungan Reliabilitas Variabel Persepsi terhadap
Citra Tubuh Ideal ...................................................................... 54
4.1 Rincian Surat untuk Fakultas yang akan Digunkan untuk
Penelitian .................................................................................. 61
4.2 Rincian Surat Balasan dari Masing-masing Fakultas ............... 61
4.3 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritik .. 64
4.4 Ketegorisasi Body Dissatisfaction ........................................... 66
xii
4.5 Statistik Deskriptif Body Dissatisfaction ................................. 66
4.6 Kategorisasi Body Dissatisfaction Berdasarkan Aspek
Kognitif .................................................................................... 68
4.7 Statistik Deskriptif Aspek Kognitif ......................................... 68
4.8 Kategorisasi Body Dissatisfaction Berdasarkan Aspek
Afektif ....................................................................................... 70
4.9 Statistik Deskriptif Aspek Afektif ........................................... 70
4.10 Kategorisasi Body Dissatisfaction Berdasarkan Aspek
Perilaku .................................................................................... 72
4.11 Statistik Deskriptif Aspek Perilaku .......................................... 72
4.12 Ringkasan Deskriptif Spesifik dan Perbandingan Mean
Teoritik dan Mean Empirik Body Dissatisfaction .................... 73
4.13 Kategorisasi Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ................... 75
4.14 Statistik Deskriptif Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ......... 76
4.15 Kategorisasi Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal Berdasarkan
Dimensi Pengetahuan ............................................................... 77
4.16 Statistik Deskriptif Dimensi Pengetahuan ............................... 78
4.17 Kategorisasi Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal Berdasarkan
Dimensi Pengharapan .............................................................. 80
4.18 Statistik Deskriptif Dimensi Pengharapan ............................... 80
4.19 Kategorisasi Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal Berdasarkan
Dimensi Evaluasi ..................................................................... 82
4.20 Statistik Deskriptif Dimensi Evaluasi ...................................... 82
4.21 Ringkasan Deskripsi Spesifik dan Perbedaan Mean Teoritik
dan Mean Empirik Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ......... 83
4.22 Hasil Uji Normalitas Skala Body Dissatisfaction dan Skala
Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ........................................ 85
xiii
4.23 Hasil Uji Linieritas Skala Body Dissatisfaction dan Skala
Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ........................................ 86
4.24 Hasil Uji Korelasi antara Body Dissatisfaction dengan
Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal ........................................ 87
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 35
3.1 Hubungan antara Variabel X dan Y ......................................... 39
3.2 Ilustrasi Pengambilan Sampel Penelitian ................................. 43
4.1 Gambaran Umum Tingkat Body Dissatisfaction pada Wanita
Dewasa Awal ........................................................................... 67
4.2 Gambaran Tingkat Body Dissatisfaction Berdasarkan Aspek
Kognitif .................................................................................... 69
4.3 Gambaran Tingkat Body Dissatisfaction Berdasarkan Aspek
Afektif ...................................................................................... 71
4.4 Gambaran Tingkat Body Dissatisfaction Berdasarkan Aspek
Perilaku .................................................................................... 73
4.5 Diagram Ringkasan Spesifik Body Dissatisfaction pada
Wanita Dewasa Awal ............................................................... 74
4.6 Gambaran Umum Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal .......... 76
4.7 Gambaran Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal Berdasarkan
Dimensi Pengetahuan ............................................................... 79
4.8 Gambaran Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal Berdasarkan
Dimensi Pengharapan .............................................................. 81
4.9 Gambaran Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal Berdasarkan
Dimensi Evaluasi ..................................................................... 83
4.10 Diagram Ringkasan Spesifik Persepsi Wanita Dewasa Awal
terhadap Citra Tubuh Ideal ...................................................... 84
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skala Penelitian ........................................................................ 107
2. Tabulasi Hasil Penelitian ......................................................... 118
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................... 145
4. Surat Perijinan Penelitian ......................................................... 154
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari masa remaja menuju
masa dewasa yang seutuhnya. Pada masa dewasa awal individu akan lebih banyak
bersosialisasi atau menjalin hubungan dengan lebih banyak orang. Hal tersebut
membuat individu terutama wanita akan lebih memperhatikan penampilannya
karena memiliki penampilan yang menarik akan menunjang kepercayaan diri
individu serta berpenampilan menarik juga dianggap sebagai suatu kunci sukses
dalam kehidupan sosial. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Hutagalung
(2007) dalam Rohmah (2014:1) yang mengatakan bahwa orang lain akan merasa
nyaman, betah dan senang dengan penampilan seseorang yang enak dipandang
mata. Penampilan yang dianggap sebagai kunci sukses dalam kehidupan sosial
bermasyarakat disini adalah penampilan yang mengandung pengertian
diantaranya, enak dan menarik dipandang mata (a pleasing appearance),
kesempurnaan penampilan dalam warna (a perfection of form colour), proporsi
tubuh yang simetris yang menimbulkan kesan menarik (a pleasing proportion of
symetri). Dengan kata lain, suatu penampilan dikatakan menarik apabila
penampilan individu tersebut berbentuk sempurna atau dalam hal ini maksudnya
adalah proporsi dari setiap bagiannya baik.
2
Pendapat mengenai banyaknya wanita yang memperhatikan
penampilannya sejalan dengan pendapat Mousa & Mashal (2011:255) bahwa jika
dibandingkan dengan pria, wanita akan lebih memperhatikan penampilannya.
Pendapat tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Winzeler
dalam Prima & Sari (2013:19) yang menyebutkan bahwa 73% pria muda lebih
bangga dengan penampilannya daripada wanita muda yang hanya sebesar 47%.
Sama halnya dengan hasil penelitian tersebut, dalam Husni & Indrijati (2014:208)
Croll mengatakan bahwa 85% perempuan muda sangat khawatir dengan
penampilan mereka. Perhatian yang lebih terhadap penampilan fisiknya seringkali
menyebabkan munculnya kebutuhan untuk tampil cantik dan tubuh yang ideal.
Kesenjangan antara tingginya standar cantik yang didambakan dengan
penampilan yang dimiliki akan membuat wanita merasa tidak puas dengan
gambaran sosok tubuhnya (body dissatisfaction). Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Cahyaningtyas (2009:16) yang menyatakan bahwa adanya kesenjangan
antara bentuk tubuh ideal yang berdasarkan budaya dengan bentuk tubuh aktual
menyebabkan saat ini banyak wanita yang menagalami ketidakpuasan sosok
tubuh atau body dissatisfaction.
Dalam Sunartio, dkk (2012:158) dijelaskan bahwa body dissatisfaction
atau negative body image merupakan distorsi persepsi terhadap bentuk tubuh
sendiri, meyakini bahwa orang lain lebih menarik, merasa ukuran/bentuk tubuh
adalah penyebab kegagalan personal, merasa malu, cemas terhadap tubuh, serta
merasa tidak nyaman dan aneh dengan tubuh yang dimiliki. Sedangkan dalam
Prima & Sari (2013:21) menyebutkan bahwa body dissatisfaction merupakan
3
kelanjutan dari adanya gangguan terhadap citra tubuh berupa perasaan tidak
senang dan tidak puas mengenai penampilan fisiknya. Menurut Thompson
(Yuanita & Sukamto, 2013:13), body dissatisfaction adalah komponen perspektif
citra tubuh sebagai perbedaan antara ukuran tubuh ideal dan ukuran tubuh saat ini.
Dalam jurnal yang sama Niide dkk (2011) berpendapat bahwa body
dissatisfaction sebagai perbedaan antara penampilan fisik saat ini dengan citra
tubuh ideal , sehingga semakin besar perbedaan akan semakin besar rasa tidak
puas terdahap dirinya. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa body
dissatisfaction adalah distorsi persepsi terhadap citra tubuh yang berupa perasaan
tidak senang dan tidak puas dengan penampilan fisiknya yang disebabkan oleh
adanya perbedaan antara penampilan fisik saat ini dengan citra tubuh ideal.
Bila dibandingkan dari tahun ke tahun, ternyata jumlah wanita yang
mengalami body dissatisfaction semakin banyak. Hal tersebut sesuai pendapat
Robinson dalam Cahyaningtyas (2009:16) yang mengatakan bahwa hasil survey
di Amerika dari tahun 1973-1997 mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun
1973 sebanyak 25% wanita merasa tidak puas dengan penampilannya, pada tahun
1986 jumlah wanita yang tidak puas dengan penampilannya meningkat menjadi
38% dan pada tahun 1997 jumlahnya meningkat mencapai 56%. Sedangkan
dalam Mousa & Mashal (2011:257) disebutkan bahwa sekitar 20-60% wanita
bangsa barat dan beberapa negara seperti Inggris, Denmark, Switzerland, German,
Australia, USA dan lainnya mengalami body dissatisfaction. Body dissatisfaction
juga ditemukan pada wanita di negara-negara lain seperti Jordan (21.2%), Mesir
(7.7%), Saudi Arabia (16%), Palestina (32.1%), Qatar (36.2%), United Arab
4
Emirates (66%), dan Bahrain (50%). Selain itu dalam sebuah artikel yang ditulis
oleh Hasan (2016) disebutkan bahwa 65% wanita Venezuela memikirkan
penampilan fisik mereka sepanjang waktu, kemudian dituliskan juga bahwa
anggaran bersolek wanita di Venezuela mencapai 13-22% dari upah minimum.
Banyaknya individu yang mengalami body dissatisfaction juga terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ansari, dkk (2010) pada 1.414 mahasiswa Inggris
dan Denmark diperoleh hasil bahwa 8.6% mahasiswa merasa puas dengan citra
tubuhnya, 37.7% dalam kategori biasa saja, dan 53.7% merasa tidak puas dengan
penampilannya. Selain negara-negara tersebut di atas, wanita Indonesia juga
banyak yang mengalami body dissatisfaction. Namun body dissatisfaction yang
banyak dirasakan oleh wanita di Indonesia lebih banyak terjadi pada bagian-
bagian tubuh tertentu seperti wajah, warna kulit, pinggang dan paha.
Jumlah wanita di Indonesia yang mengalami body dissatisfaction dapat
dilihat dari hasil survey yang dilakukan oleh Herawati (Cahyaningtyas, 2009:17)
pada tahun 2003 di Jakarta yang menunjukkan bahwa 40% wanita pada usia 18-25
tahun mengalami body dissatisfaction dalam kategori tinggi, dan 38% dalam
kategori sedang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunartio, dkk (2012:163)
terhadap 104 mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Penelitian Sunartio terhadap 104 mahasiswi
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
Jawaban Frekuensi Presentase
Tidak puas 66 63.8
Puas 36 34.3
Keduanya 1 1.0
Total 104 100.0
5
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa 63.8% responden penelitian merasa
tidak puas dengan penampilannya, 34.3% mengaku cukup puas, dan 1.0% merasa
keduanya. Selain penelitian yang dilakukan oleh Sunartio dkk, penelitian yang
dilakukan oleh Yuanita & Sukamto (2013:17) pada 150 wanita yang menjadi
anggota fitness centre “X” di Surabaya juga menunjukkan hasil yang hampir
sama. Adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Hasil Penelitian Yunita & Sukamto pada 150 wanita
anggota fitness centre “X” di Surabaya
Tahap
perkembangan
Body dissatisfaction Total Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat
Rendah
f % F % F % F % f % F %
Remaja 0 0 37 74 7 14 3 6 3 6 50 100
Dewasa awal 1 2 26 52 17 34 5 10 1 2 50 100
Dewasa madya 0 0 9 18 30 60 8 16 3 6 50 100
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa wanita pada masa dewasa awal 2%
mengalami body dissatisfaction sangat tinggi, 52% tinggi, 34% sedang, 10%
rendah, dan 2% sangat rendah. Banyaknya wanita yang mengalami body
dissatisfaction di Surabaya tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berperan salah satunya adalah faktor demografis. Secara demografis Surabaya
termasuk kota besar terlebih sebagai ibukota provinsi, bahkan dalam sebuah
artikel yang ditulis dalam Panorama Surabaya (2010) disebutkan bahwa Surabaya
merupakan kota metropolitan nomor dua se-Indonesia. Sebagai kota yang besar
tentu saja sangat banyak perubahan-perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena perkembangan teknologi, budaya,
6
dan lainnya. Perkembangan teknologi yang terjadi seperti banyaknya acara-acara
televisi, perkembangan gadget membuat individu lebih menikmati fasilitas-
fasilitas yang tersedia.
Dari adanya perkembangan teknologi tersebut membuat wanita
mengetahui perkembangan fashion yang ada, sehingga mempengaruhi persepsi
mereka terhadap citra tubuh ideal. Seperti pendapat yang disampaikan oleh
Atwater & Duffy dalam Prima & Sari (2013:17) yang menyatakan bahwa sampul
majalah, iklan-iklan televisi dan film berperan penting dalam pembentukan
standar kecantikan dalam suatu masyarakat. Pendapat mengenai pengaruh media
masa terhadap persepsi citra tubuh wanita juga disampaikan dalam Sunartio dkk
(2012:158) yang menyatakan bahwa banyaknya media yang menampilkan sosok
wanita yang bertubuh ideal dapat semakin meningkatkan keinginan para wanita
untuk terus berusaha untuk memiliki tubuh yang sempurna.
Sama halnya di Surabaya, secara demografis Semarang juga merupakan
kota besar karena merupakan ibukota provinsi. Sehingga masalah yang terjadi di
Semarang terkait perkembangan faktor demografis kemungkinan besar memiliki
kesamaan dengan Surabaya. Maka dari itu penulis mencoba untuk mengatahui
bagaimana fenomena body dissatisfaction yang terjadi di salah satu universitas
negeri di Semarang. Namun demikian penelitian yang dilakukan terkait fenomena
body dissatisfaction ini peneliti menfokuskan penelitian pada semua hal terkait
body dissatisfaction karena penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak yang
menfokuskan penelitiannya terkait body dissatisfaction dalam hal berat badan.
Adapun hasil yang diperoleh dari angket yang penulis sebarkan kepada 40
7
mahasiswi Universitas Negeri Semarang yang berusia 18-25 tahun pada tanggal 6-
10 Februari 2017 adalag sebagai berikut:
Tabel 1.3 Hasil studi pendahuluan pada 40 mahasiswi
Universitas Negeri Semarang
Tingkatan Frekuensi Presentase
Sangat rendah 0 0
Rendah 0 0
Sedang 23 57.5
Tinggi 17 42.5
Sangat tinggi 0 0
Total 40 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 42.5% mahasiswi
mengalami body dissatisfaction pada kategori tinggi dan 57.5% mahasiswi
mengalami body dissatisfaction pada kategori sedang. Selain data yang
didapatkan dari penyebaran angket tersebut, penulis juga melakukan wawancara
pada tanggal 16-30 Januari kepada 5 mahasiswi. Berikut ini adalah beberapa
kutipan hasil wawancara awal yang dilakukan penulis mengenai kepuasan mereka
terhadap sosok tubuh mereka.
“Aku sebenernya orangnya minderan mbak, makanya aku susah buat
nerima orang baru. Menurutku aku banyak banget kekuranggannya
mbak, bisa diliat sendiri kan aku kurang tinggi, hidung juga seadanya
banget, apalagi kulitnya kaya gini, item. Padahal mbak, aku udah ikut
perawatan kulit setahunan lah, tapi ya jadinya gini mukanya tok yang
putih badan mah tetep item. Makanya aku tuh suka bete kalo temen-
temen pada ngomongin apa becanda masalah fisik.” (IS, 21 tahun,
FIP).
“Ih mbak kalo masalah penampilan sih sebenernya aku ga’ suka yang
berlebihan gitu make-up juga paling bedak sama lip-balm. Yang bikin
ga’ PD sih paling karna aku terlalu kurus yah, sama hidungnya aku
sukanya merah banget kaya alergi gitu. Udah pernah ke dokter kulit
tapi ya sama aja kaya gini. Masalah badan juga, aku udah minum
vitamin, minum susu yang buat nambah berat badan, sampe
8
konsultasi ke ahli gizi tapi ga’ ada hasilnya. Sebagai cewek kan aku
pengin kaya yang lain, badannya berisi.” (NF,20 tahun, FBS).
“Aku jerawatnya banyak banget mbak, gendut juga makanya sering
malu. Kalo masalah pakaian sih aku ga’ terlalu mikirin sih, yang
penting rapi, engga ketat kan pakai hijab. Tapi ya itu masalah gendut,
padahal udah diet. Kalo masalah jerawat sih emang aku pasrah, mau
perawatan tapi takut kecanduan gitu mbak. Akhirnya ya cuma
dibersihin, yang penting bersih lah.” (PS, 21 tahun, FMIPA).
“Kalo masalah penampilan sih yang paling aku ga’ suka itu muka
sama gendut. Padahal aku anak olahraga ya, tapi ya gini lemaknya
tetap banyak. Kalo muka aku ga’ sukanya karna mukanya aku ga
seputih yang lain. Aku ga’ pernah ikut perawatan apa-apa, paling
pake pembersih sendiri sama mak-up aja seadanya.” (ML, 21 tahun,
FIK).
“Mbak kalo masalah penampilan aku ga’ tau apa-apa. Aku bukan
orang yang mengikuti fashion, make up aja baru ini setelah KKN.
Gimana mau ngikutin fashion ya mbak, modal aja ga’ punya, bisa
kuliah aja dari beasiswa. Tapi kalo masalah penampilan yang bikin
minder sih paling karena aku terlalu kurus sih, jadi kaya kurang gizi
gini.” (IN,21 tahun, FH).
Dari kutipan wawancara diatas terlihat bahwa dari 5 mahasiswi yang
diwawancarai semuanya merasa tidak puas dengan citra tubuhnya atau mengalami
body dissatisfaction. Ketidakpuasan terhadap sosok tubuh yang mereka alami
rata-rata terkait bentuk tubuh, warna kulit dan wajah. Body dissatisfaction
memiliki beberapa aspek, diantaranya adalah aspek kognitif, afektif, dan konatif.
Menurut Pearson (2010:6), komponen kognitif ini berkaitan dengan persepsi
individu tentang citra tubuhnya. Pengetahuan dan informasi yang berkaitan
dengan citra tubuh disimpulkan dan diproses. Informasi-informasi tersebut berupa
pengetahuan mengenai citra tubuh sendiri dan citra tubuh yang dianggap positif
dan negatif oleh lingkungan sosial. Kemudian aspek afektif, yaitu aspek body
dissatisfaction yang berbicara tentang perasaan dan emosi individu terhadap citra
9
tubuhnya. Menurut Rosen dan Reitter (Cahyaningtyas, 2009:27), body
dissatisfaction ditandai dengan perasaan malu terhadap citra tubuhnya ketika
berada di lingkungan sosial. Aspek yang ketiga yaitu aspek konatif, aspek ini
muncul berdasarkan pengaruh dari aspek kognitif dan afektif. Aspek konatif
diwujudkan dalam perilaku yang dilakukan maupun yang tidak dilakukan atas
ketidaknyamanan individu yang mengalami body dissatisfaction. Menurut Rosen
dan Reitter (Cahyaningtyas, 2009:27), perilaku yang dapat muncul berkaitan
dengan body dissatisfaction adalah body checking dan kamuflase tubuh.
Dari ketiga aspek body dissatisfaction diatas, salah satunya adalah aspek
kognitif, dimana aspek tersebut berkaitan dengan persepsi individu terhadap citra
tubuhnya. Sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa pengetahuan dan informasi
yang diproses berkaitan dengan citra tubuh sendiri dan citra tubuh yang dianggap
positif maupun negatif. Padahal tidak bisa dipungkiri bahwa manusia merupakan
mahluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan individu lain. Banyaknya
waktu untuk bertemu dengan individu lain tentu saja akan membuat individu
mempersepsikan seperti apa citra tubuh ideal yang berkembang di masyarakat.
Telebih pada wanita dewasa awal dimana sudah banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa mereka lebih banyak memperhatikan penampilannya.
Sementara seperti pendapat para ahli seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa citra tubuh ideal di masyarakat akan mempengaruhi kepuasan terhadap
citra tubuh yang dimiliki.
10
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu aspek yang ikut
terlibat pada munculnya perasaan tidak puas pada sosok tubuhnya adalah aspek
kognitif dimana aspek ini berkaitan dengan persepsi individu terhadap citra
tubuhnya. Dalam Rakhmat (2012:50), dijelaskan bahwa persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu disebutkan
pula bahwa persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory
stimuli). Sedangkan menurut Walgito (2010:99), persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Pengertian persepsi
juga disampaikan oleh Davidoff dalam Walgito (2010:100) yang menjelaskan
bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana individu menerima stimulus
kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari,
mengerti tentang apa yang diindra. Dengan menyadari apa yang di inderanya
maka individu akan mengetahui keadaan di sekitarnya dan juga keadaan dirinya.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses menyimpulkan
informasi atau pemberian makna atau menginterpretasi atas suatu objek atau
peristiwa yang ditangkap oleh alat inderanya dimana dengan menginterpretasikan
objek atau peristiwa tersebut individu akan menyadari keadaan sekitar maupun
keadaan dirinya.
11
Dengan menyadari keadaan sekitar maka individu akan menilai seperti apa
orang-orang yang berada disekitarnya bahkan individu bisa memahami apa saja
nilai-nilai yang tertanam pada masyarakat sekitarnya. Seperti dalam hal
penampilan, seorang wanita tentu akan memperhatikan lingkungan sekitarnya dan
kemudian mempersepsikan bagaimana citra tubuh ideal menurutnya. Dalam Nisa'
(2015:12), dijelaskan bahwa kata body image (citra tubuh) pertama kali
diperkenalkan oleh seorang neurologis dan psikoanalisis bernama Paul Schilder di
dalam bukunya The Image and Appearance of the Human Body tahun 1935.
Dalam bukunya tersebut ia mendefinisikankan bahwa body image sebagai
perasaan-perasaan individu mengenai estetika tubuh dan daya tarik seksual yang
dimilikinya. Dalam Husni & Indrijati (2014:208) Honigman & David menjelaskan
bahwa citra tubuh merupakan suatu gambaran mental individu terhadap bentuk
dan ukuran tubuhnya, bagaimana individu mempersepsi dan memberikan
penilaian atas apa yang ia pikirkan dan rasakan terhadap bentuk dan ukuran
tubuhnya, dan bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Sementara itu
Thompson, dkk dalam Husni & Indrijati (2014:209), juga menjelaskan bahwa
citra tubuh (body image) merupakan suatu bentuk penilaian diri yang bersifat
subjektif mengenai penampilan atau dengan kata lain bagaimana individu menilai
penampilannya. Dalam Na'imah & Rahardjo (2008:166) citra tubuh (body image)
didefinisikan sebagai bagaimana cara individu dalam memandang dan menilai
tubuhnya sendiri. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra
tubuh (body image) adalah penilaian individu secara subjektif terhadap estetika
12
dari tubuhnya atau dengan kata lain bagaimana individu menilai, memikirkan dan
merasakan akan penampilannya.
Dari pengertian citra tubuh tersebut maka dapat dismpulkan bahwa
persepsi terhadap citra tubuh ideal merupakan suatu proses pemberian makna atau
menginterpretasi terhadap suatu bentuk penampilan tubuh yang dianggap ideal,
dimana dengan adanya proses tersebut seorang individu juga akan menyadari
bagaimana penampilan fisiknya. Al-Mighwar dalam Prima & Sari (2013:17)
menyebutkan bahwa bentuk tubuh ideal yang biasanya didambakan oleh wanita
adalah seperti memiliki tubuh yang langsing, pinggul dan pinggang yang lebih
kecil, lengan dan tungkai kaki yang lebih ramping dan payudara yang lebih besar.
Meskipun demikian, pada kenyataannya citra tubuh wanita ideal sebenarnya
berbeda-beda dalam setiap kebudayaan. Dalam Mousa & Mashal (2011:256)
dijelaskan bahwa bangsa barat mempersepsikan wanita cantik adalah ketika
mereka memiliki bentuk tubuh yang langsing. Dengan memiliki tubuh yang
langsing mereka akan merasa lebih diterima oleh lingkungannya, selain itu
mereka juga menganggap langsing merupakan suatu simbol dari kesuksesan. Hal
tersebut berlawanan dengan masyarakat Afrika yang menganggap tubuh yang
gemuk merupakan simbol dari kematangan seksual dan kesuburan
(Cahyaningtyas, 2009:16). Sementara itu dalam Mousa & Mashal (2011:257)
disebutkan bahwa belakangan ini cantik ideal menurut bangsa barat telah
mempengaruhi persepsi citra tubuh pada wanita Arab. Pengaruh dari bangsa barat
tersebut sebenarnya membuat wanita Arab mengalami kebimbangan, karena
sebelum terpengaruh budaya barat masyarakat Arab menganggap citra tubuh ideal
13
adalah tubuh yang molek. Citra tubuh ideal di Indonesia cenderung mengadopsi
citra tubuh yang berlaku di masyarakat barat yaitu tubuh yang kurus dan kulit
putih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra tubuh ideal setiap budaya memang
berbeda namun tetap menjadi sesuatu yang didambakan oleh semua wanita.
Kesenjangan antara persepsi individu terhadap citra tubuh ideal dengan keadaan
fisik yang dimiliki wanita membuat banyak wanita merasa tidak puas dengan
penampilan atau sosok tubuhnya (body dissatisfactian). Dari uraian permasalahan
tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara persepsi terhadap citra tubuh ideal dengan body dissatisfaction
pada wanita dewasa awal. Adapun judul penelitian yang akan penulis ajukan
dalam penelitian ini adalah “Hubungan antara Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal
dengan Body dissatisfaction pada Wanita Dewasa Awal.”
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Sejauhmana tingkat body dissatisfaction wanita pada masa dewasa awal?
2. Bagaimana persepsi wanita dewasa awal tethadap citra tubuh ideal?
3. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap citra tubuh ideal dengan
body dissatisfaction wanita dewasa awal?
14
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat body dissatisfaction wanita pada masa dewasa awal.
2. Mengetahui bagaimana persepsi wanita dewasa awal terhadap citra tubuh
ideal.
3. Mengetahui hubungan antara persepsi terhadap citra tubuh ideal dengan
body dissatisfaction pada wanita dewasa awal.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis dalam
bidang psikologi terutama psikologi perkembangan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat pada umumnya
dan wanita pada khususnya bahwa persepsi terhadap citra tubuh ideal setiap
individu berbeda sehingga wanita tidak perlu terlalu mengkhawatirkan tentang
penampilan dengan demikian dapat mengurangi ketidakpuasannya terhadap citra
tubuh yang dimiliki.
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Body Dissatisfaction
2.1.1 Pengertian Body Dissatisfaction
Memiliki tubuh yang ideal merupakan idaman bagi setiap orang baik
wanita, pria, remaja, dewasa, bahkan orang yang telah lanjut usia. Namun
demikian sebenarnya ukuran citra tubuh ideal setiap budaya berbeda-beda.
Timbulnya kesenjangan antara antara citra tubuh yang dianggap ideal berdasarkan
budaya dengan citra tubuh yang sebenarnya menyebabkan sekarang ini banyak
wanita yang mengalami body dissatisfaction (ketidakpuasan sosok tubuh).
Menurut National Eating Disorders Association dalam Sunartio dkk (2012:158),
body dissatisfaction atau negative body image merupakan distorsi persepsi
terhadap bentuk tubuh sendiri, meyakini bahwa orang lain lebih menarik, merasa
ukuran atau bentuk tubuh adalah penyebab kegagalan personal, merasa malu,
cemas terhadap tubuh serta tidak nyaman dan aneh dengan tubuh yang dimiliki.
Sejalan dengan pendapat yang disampaikan National Eating Disorders
Association diatas, Hall (2009:19) berpendapat bahwa “Body dissatisfaction can
be defined as the subjective negative evaluation of one’s figure or body parts”.
Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat yang disampaikan oleh Grogan
(2008:4), dimana ia mendefinisikan body dissatisfaction sebagai pikiran dan
perasaan negatif individu terhadap tubuhnya. Pengertian body dissatisfaction juga
16
dijelaskan dalam Pearson dkk (2010:3), dimana disebutkan bahwa “Body image
dissatisfaction is a negative evaluation of one’s weight and shape”. Dalam
pengertiannya tersebut terlihat bahwa Pearson lebih menekankan ketidakpuasan
tersebut pada berat dan bentuk tubuh.
Selain pendapat tentang body dissatisfaction yang telah diungkapkan
diatas, Thompson dalam Prima & Sari (2013:27) juga mengemukakan
pendapatnya, dimana menurutnya body dissatisfaction merupakan kelanjutan dari
adanya gangguan terhadap citra tubuh atau dari meningkatnya perhatian seseorang
terhadap citra tubuhnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa individu yang sangat
memperhatikan citra tubuhnya maka kemungkinan munculnya body
dissatisfaction juga tinggi.
Dari beberapa pengertian yang disampaikan di atas maka dapat
disimpulakan bahwa body dissatisfaction merupakan suatu distorsi persepsi
terhadap citra tubuh yang berupa perasaan tidak senang dan tidak puas terhadap
penampilan fisiknya yang disebabkan oleh adanya kesenjangan antara penampilan
fisik saat ini dengan citra tubuh yang dianggap ideal.
2.1.2 Aspek / Komponen Body Dissatisfaction
Body dissatisfaction sebagai suatu perasaan tidak puas dengan sosok tubh
yang dimilikinya tentu saja memiliki aspek yang terlibat di dalamnya. Adapun
menurut Rosen dan Reiter (Sari, 2010:32), body dissatisfaction memiliki 5 aspek
yaitu: penilaian negatif terhadap bentuk tubuh, perasaan malu terhadap bentuk
tubuh ketika berada di lingkungan sosial, body checking, kamuflase tubuh dan
menghindari aktivitas sosial dan kontak fisik dengan orang lain. Berbeda dengan
17
Rosen dan Reiter yang mengungkanpkan aspek body dissatisfaction secara detail,
Thompson (Prima & Sari, 2013:21-22) mengelompokkan aspek body
dissatisfaction dalam 3 aspek utama yaitu aspek kognitif yang merupakan suatu
pemikiran negatif terhadap tubuhnya, aspek afektif yang merupakan perasaan
negatif terhadap tubuhnya, dan aspek perilaku yang merupakan pengaruh dari
aspek kognitif dan afektif.
Dari kedua pendapat mengenai aspek dari body dissatisfaction maka dapat
disimpulkan bahwa aspek body dissatisfaction adalah kognitif, afektif dan
perilaku. Dimana aspek kognitif berisi penilaian negatif terhadap bentuk tubuh,
aspek afektif berisi perasaan malu terhadap penampilan sendiri terutama ketika
berada di lingkungan sosial, serta aspek perilaku berisi body checking, kamuflase
tubuh dan menghindari aktivitas sosial dan kontak fisik dengan orang lain.
2.1.3 Faktor Body Dissatisfaction
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi body dissatisfaction, yaitu:
1. Faktor sosial budaya (Socio-Cultural Factors)
Faktor sosial budaya disini ada tiga komponen utama yaitu teman sebaya,
keluarga, dan media. Ketiga komponen tersebut digunakan sebagai model dalam
berpenampilan sehingga ketiganya akan mempengaruhi kepuasan individu
terhadap citra tubuhnya. Dalam Chisuwa & O'Dea (2011:10) disebutkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Yamamiya dkk di AS terhadap 285 mahasiswa
Jepang menunjukan hasil bahwa faktor sosial budaya berpengaruh dalam
gangguan citra tubuh.
18
2. Jenis Kelamin
Tuntutan dan kesadaran untuk berpenampilan menarik sudah semakin
meningkat bagi setiap orang terutama kaum wanita. Seperti penelitian-penelitian
yang telah banyak dilakukan yang menunjukkan bahwa wanita memiliki kepuasan
terhadap citra tubuh yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pria. Wanita
yang dinilai memiliki penampilan yang kurang memenuhi standar penampilan
fisik seperti yang ada di masyarakat sering mendapat penilaian negatif dan harus
memenuhi sanksi sosial yang kutrang menyenangkan.
3. Faktor personal
Faktor personal merupakan faktor yang cukup berpotensi menyebabkan
adanya ketidakpuasan terhadap citra tubuh seorang individu. Faktor personal
disini bisa berupa keadaan tubuh dan harga diri. Individu yang memiliki harga diri
positif tidak rentan terhadap penghinaan-penghinaan dari lingkungan terhadap
penampilan fisiknya.
4. Faktor lingkungan
Faktor tempat tinggal juga ikut berpengaruh dalam kepuasan citra tubuh
seorang individu. Dalam Chisuwa & O'Dea (2011:13) disebutkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Hayashi dkk (2006) mendapatkan hasil bahwa
wanita yang tinggal di kota besar cenderung memiliki citra tubuh yang
menyimpang.
19
2.2 Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal
2.2.1 Pengertian Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal
Istilah persepsi sering disamakan dengan pandangan atau anggapan, sebab
di dalam persepsi ini individu menerima dan menganalisis informasi tentang hal-
hal yang terdapat dari sekitarnya. Jadi setiap individu dalam kehidupan sehari-hari
akan menerima stimulus atau rangsang berupa informasi, peristiwa, objek, dan
lainnya yang berasal dari lingkungan sekitar, stimulus atau rangsang tersebut
diberi makna atau arti oleh individu, proses pemberian makna atau arti tersebut
dinamakan persepsi. Dalam Rakhmat (2012:50), disebutkan bahwa “Persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Selain itu
disebutkan pula bahwa persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi
(sensory stimuli). Sedangkan dalam bukunya Walgito (2010:99), berpendapat
bahwa “Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera
atau juga disebut proses sensoris”.
Pengertian persepsi juga disampaikan oleh Davidoff dalam Walgito
(2010:100) yang menjelaskan bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana
individu menerima stimulus kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan,
sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindra. Dengan
menyadari apa yang di inderanya maka individu akan mengetahui keadaan di
sekitarnya dan juga keadaan dirinya. Pengertian lain mengenai persepsi juga
disampaikan dalam Solso dkk (2007:75-76) dimana dalam pendapatnya tersebut
20
menjelaskan bahwa persepsi merupakan penginterpretasian terhadap informasi
sensorik, sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi mengacu pada interpretasi hal-
hal yang kita indera. Hal-hal yang telah kita indera kemudian diproses sesuai
pengetahuan kita tentang dunia, sesuai budaya, pengharapan, bahkan disesuaikan
dengan orang-orang yang berada di sekitar kita pada saat itu.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses
menyimpulkan informasi atau pemberian makna atau menginterpretasi atas suatu
objek atau peristiwa yang ditangkap oleh alat inderanya dimana dengan
menginterpretasikan objek atau peristiwa tersebut individu akan menyadari
keadaan sekitar maupun keadaan dirinya.
Setelah dijelaskan mengenai pengertian dari persepsi maka selanjutnya
adalah penjelasan mengenai citra tubuh (body image). Setiap individu pasti
memiliki gambaran tubuh atau citra tubuh ideal yang ingin dimilikinya. Individu
terutama wanita selalu disibukkan dengan penampilan mereka yang merupakan
suatu gambaran tubuh yang ingin dimiliki. Dalam Na’imah & Rahardjo
(2008:166) disebutkan bahwa citra tubuh (body image) adalah bagaimana seorang
individu memandang dan menilai tubuhnya sendiri. Sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan Na’imah & Rahardjo mengenai citra tubuh Honingman & Castle
dalam Husni & Indrijati (2014:208) mengemukakan pendapatnya bahwa citra
tubuh adalah bagaimana individu mempersepsi dan memberikan penilaian atas
apa yang ia pikirkan dan rasakan terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya. Pendapat
dari Cash dalam Wiranatha & Supriyadi (2015:39) mengenai citra tubuh juga
21
hampir sama, ia berpendapat bahwa citra tubuh adalah penilaian dari pengalaman
perasaan individu mengenai karakteristik dirinya. Thompson & Altabe dalam
Wiranatha & Supriyadi (2015:39) juga hampir sama dalam pendapatnya mengenai
citra tubuh, mereka berpendapat bahwa citra tubuh merupakan penilaian mengenai
fisiknya sendiri seperti ukuran tubuh, berat badan dan aspek tubuh lainnya yang
berkaitan dengan penampilan.
Berbeda dari beberapa pendapat diatas mengenai citra tubuh yang lebih
menekankan pada penilaian terhadap penampilan fisiknya, Hoyt dalam Na’imah
& Rahardjo (2008:166) dan Husni & Indrijati (2014:209) justru lebih menekankan
pada sikap individu terhadap tubuhnya. Menurut Hoyt dalam Na’imah &
Rahardjo (2008:166), citra tubuh diartikan sebagai sikap individu terhadap
tubuhnya dari segi ukuran, bentuk maupun estetika berdasarkan evaluasi
individual dan pengalaman efektif terhadap atribusi fisiknya. Sedangkan Husni &
Indrijati (2014:209) berpendapat bahwa citra tubuh merupakan sikap yang
dimiliki individu terhadap tubuhnya yang berupa penilaian positif dan negatif.
Pendapat mengenai citra tubuh juga dikemukakan oleh Arthur & Emily
dalam Wiranatha & Supriyadi (2015:39) dimana mereka berpendapat bahwa citra
tubuh merupakan imajinasi subjektif individu terhadap fisiknya yang berkaitan
dengan penilaian orang lain. Sedangkan Atwather dan Duffy dalam Prima & Sari
(2013:21) juga berpendapat bahwa citra tubuh merupakan suatu gambaran mental
yang terbentuk mengenai tubuh individu itu sendiri. Dari beberapa definisi
mengenai citra tubuh yang telah disampaikan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa citra tubuh adalah gambaran mental seorang individu terhadap
22
penampilannya dimana merupakan hasil dari penilaian secara subjektif terhadap
fisiknya sendiri.
Dari pengertian persepsi dan pengertian citra tubuh yang telah dijelaskan
di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi terhadap citra tubuh ideal
merupakan suatu proses pemberian makna atau menginterpretasi terhadap suatu
bentuk penampilan tubuh yang dianggap ideal, dimana dengan adanya proses
tersebut seorang individu juga akan menyadari bagaimana penampilan fisiknya
sendiri. Al-Mighwar dalam Prima & Sari (2013:17) menyebutkan bahwa bentuk
tubuh ideal yang biasanya didambakan oleh wanita adalah seperti memiliki tubuh
yang langsing, pinggul dan pinggang yang lebih kecil, lengan dan tungkai kaki
yang lebih ramping dan payudara yang lebih besar. Meskipun demikian, pada
kenyataannya citra tubuh wanita ideal sebenarnya berbeda-beda dalam setiap
kebudayaan. Dalam Mousa & Mashal (2011:256) dijelaskan bahwa bangsa barat
mempersepsikan wanita cantik adalah ketika mereka memiliki bentuk tubuh yang
langsing. Dengan memiliki tubuh yang langsing mereka akan merasa lebih
diterima oleh lingkungannya, selain itu mereka juga menganggap langsing
merupakan suatu simbol dari kesuksesan.
Berlawanan dengan bangsa barat yang mempersepsikan cantik ketika
memiliki tubuh langsing, masyarakat Afrika justru menganggap tubuh yang
gemuk merupakan simbol dari kematangan seksual dan kesuburan
(Cahyaningtyas, 2009:16). Sementara itu dalam Mousa & Mashal (2011:257)
disebutkan bahwa belakangan ini cantik ideal menurut bangsa barat telah
mempengaruhi persepsi citra tubuh pada wanita Arab. Namun demikian wanita
23
Arab sebenarnya mengalami kebimbangan dalam menentukan seperti apa citra
tubuh ideal yang berlaku. Sebelum terpengaruh budaya barat, masyarakat Arab
menganggap citra tubuh ideal adalah tubuh yang molek. Citra tubuh ideal di
Indonesia cenderung mengadopsi citra tubuh yang berlaku di masyarakat barat
yaitu tubuh yang kurus dan kulit putih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra
tubuh ideal setiap budaya memang berbeda namun tetap menjadi sesuatu yang
didambakan oleh semua wanita.
2.2.2 Dimensi Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal
Calhoun & Acocella (1999:285) menjelaskan mengenai dimensi persepsi,
dimana menurut mereka persepsi memiliki tiga dimensi yaitu:
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh individu (atau yang dianggap
tahu) oleh individu tersebut tentang pribadi seperti perilaku, masa lalu, perasaan,
motif dan sebagainya. Pengetahuan juga melibatkan pengalaman atau emosi dari
pengalaman yang dialami oleh individu tersebut, karena persepsi merupakan hasil
akumulasi, pengalaman-pengalaman, perkembangan semasa kecil dan tanggapan
terhadap rangsangan yang diterima oleh individu.
2. Pengharapan
Pengharapan merupakan gagasan individu tentang ingin menjadi apa atau
mau melakukan apa, dipadukan dengan gagasan tentang seharusnya menjadi apa
dan melakukan apa. Pengharapan ini mengacu pada keinginan seseorang.
24
3. Evaluasi
Evaluasi adalah kesimpulan individu yang didasarkan pada bagaimana
individu (menurut pengetahuan tentang objek tersebut) memenuhi pengharapan
individu itu tentang suatu hal.
Berdasarkan penjelasan mengenai dimensi persepsi yang disampaikan oleh
Calhoun & Acocella (1999:285) di atas maka disimpulkan bahwa dimensi
persepsi terhadap citra tubuh ideal yaitu:
1. Pengetahuan tentang citra tubuh ideal
Pengetahuan adalah apa yang diketahui individu atau yang dianggap tahu
oleh individu tersebut tentang suatu hal. Jika dikaitkan dengan citra tubuh ideal
maka pengetahuan tentang citra tubuh ideal merupakan apa yang diketahui
individu mengenai bagaimana citra tubuh yang dianggapnya ideal. Pengetahuan
melibatkan pengalaman atau emosi dari pengalaman yang dialami individu, jadi
pengetahuan individu menganai bagaimana citra tubuh ideal juga dipengaruhi
oleh pengalaman individu dari masa ke masa terkait citra tubuh ideal.
2. Citra tubuh ideal yang diharapkan
Pengharapan merupakan gagasan individu tentang ingin menjadi apa atau
atau melakukan apa, dipadukan dengan gagasan tentang seharusnya menjadi apa
dan melakukan apa. Pengharapan ini mengacu pada keinginan individu. Dari
pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa citra tubuh ideal yang
diharapkan adalah keinginan individu untuk memiliki penampilan yang
dianggapnya ideal.
25
3. Evaluasi terhadap citra tubuh ideal
Evaluasi adalah kesimpulan individu mengenai sesuatu yang didasarkan
pada pengetahuan dan pengaharapan terhadap suatu hal tersebut. Jika dikaitkan
dengan citra tubuh ideal maka evaluasi terhadap citra tubuh ideal merupakan
kesimpulan individu akan citra tubuh, dimana dengan kesimpulan tersebut
individu menyadari apakah penampilannya sudah memenuhi seperti apa yang ia
harapkan.
Persepsi yang merupakan bentuk interpretasi atau pemberian makna
terhadap suatu hal yang ditangkap oleh alat inderanya dan dari hasil interpretasi
tersebut akan membuat individu menyadari bagaimana dirinya dan
lingkungannya, tentu tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya suatu
kesalahan. Kesalah persepsi yang terjadi bisa saja disebabkan oleh adanya pikiran
yang penuh harapan dan gambaran yang kadaluarsa. Pendapat tersebut sesuai
dengan pendapat Calhoun & Acocella (1999:287-289) yang menyatakan bahwa
berpikir penuh harapan dan gambaran yang kadaluarsa merupakan suatu faktor
yang menyebabkan kesalahan pada persepsi. Contoh berpikir penuh harapan yang
dapat menyebabkan kesalahan persepsi jika dikaitkan dengan citra tubuh ideal
misalnya, X melihat seorang artis yang bernama Y terlihat sempurna mengenakan
gaun dengan model dan warna tertentu. Kemudian X merasa jika ia mengenakan
gaun dengan model dan warna yang sama makan ia juga akan terlihat sempurna.
Setelah X membeli gaun tersebut dan mengenakannya ternyata hasilnya jauh dari
yang ia harapkan. Perbedan antara apa yang ia harapkan dan apa yang terjadi
tersebut membuat X menyalahkan bentuk tubuhnya. Padahal jika dilihat lebih
26
jauh mungkin saja ukuran dan bentuk tubuh antara X dan Y berbeda sehingga
potongan dan warna gaun yang digunakan pun seharusnya berbeda.
Selain berpikir penuh harap, hal lain yang juga bisa membuat kesalahan
persepsi adalah gambaran yang kadaluarsa. Maksud dari gambaran yang
kadaluarsa adalah seorang individu yang menganggap suatu hal tetap sama dari
dulu hingga sekarang, padahal tanpa ia sadari segala sesuatu seiring berjalannya
waktu pasti mengalami perubahan. Contohnya adalah seorang wanita bernama X,
ia berada pada masa dewasa madya. Ketika ia remaja semua orang termasuk ia
sendiri menyukai penampilannya ketika mengenakan pakaian casual sehingga
dari remaja hingga sekarang pakaian yang ia beli selalu bergaya casual. Namun
beberapa tahun terakhir ia merasa orang-orang tidak menyukai penampilannya.
Setelah diketahui ternyata penampilan casual yang biasa ia tampilkan sudah tidak
cocok dengan dirinya yang sekarang, tetapi ia tidak menyadari karena ia masih
merasa pakaian yang ia kenakan harus seperti pakaian yang ia kenakan dari dulu
ketika semua orang memujinya.
2.3 Wanita Dewasa Awal
2.3.1 Pengertian Wanita Dewasa Awal
Dalam Monks dkk (2006:290) disebutkan bahwa dewasa dalam bahasa
Belanda disebut “volwassen” yang berarti “sudah tumbuh dengan penuh” atau
“selesai tumbuh”. Masa dewasa terbagi menjadi tiga bagian yaiitu dewasa awal,
dewasa menengah, dan dewasa akhir. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh
Hurlock (Jahja, 2011:246) yang menyatakan bahwa masa dewasa dibagi menjadi
27
tiga bagian yaitu masa dewasa awal (young adult) yaitu masa sekitar usia 20
sampai 40 tahun. Masa ini merupakan masa pencarian kemantapan dan masa
reproduktif yaotu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional,
periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan
nilai-nilai dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Selanjutnya adalah
masa dewasa madya (middle adulthood), berkisar antara usia 40 sampai 60 tahun.
Dan yang terakhir adalah masa dewasa lanjut (older adult) yaitu dimulai dari usia
60 tahun hingga kematian. Pembagian masa dewasa juga disampaikan oleh
Papalia dkk (2009) dimana masa dewasa dibagi menjadi tiga tahap, yaitu dewasa
muda (young adulthood) dengan kisaran usia 20 sampai 40 tahun, dewasa
menengah (middle adulthood) dengan kisaran usia 40 sampai 65 tahun dan
dewasa akhir (late adulthood) dengan usia mulai 65 tahun hingga selanjutnya.
Selain pembagian masa dewasa seperti yang telah disebutkan di atas,
Levinson (Monks dkk, 2006:329) juga mengeluarkan pendapatnya dimana ia
menyebutkan bahwa masa dewasa dibagi menjadi tiga bagian yaitu dewasa awal
(17-45 tahun), dewasa madya (40-65 tahun) dan dewasa akhir (60 tahun keatas).
Sedangkan dalam Papalia dkk (2009:116) disebutkan bahwa dewasa awal adalah
suatu masa ketika seorang individu tidak lagi remaja namun juga belum
sepenuhnya menjadi dewasa. Pendapat mengenai dewasa awal juga dikemukakan
oleh Erickson (Monks dkk, 2006) yang mengatakan bahwa individu yang
digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan yang hangat,
dekat, dan komunikatif dengan atau tanpa melibatkan kontak seksual. Bila dalam
masa dewasa awal seorang individu gagal menjalin hubungan dekat maka
28
individu tersebut akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan
dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).
Dari segi fisik masa dewasa awal adalah masa dimana merupakan puncak
perkembangan fisik, karena perkembangan fisik sesudah masa dewasa awal akan
mengalami degradasi sedikit demi sedikit mengikuti umur indivdu yang
bertambah tua. Secara emosional pada masa dewasa awal adalah masa dimana
motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik
yang prima. Sehingga banyak ahli perkembangan yang mengatakan bahwa masa
remaja dan dewasa awal adalah masa dimana individu lebih mengutamakan
kekuatan fisik dalam menyelesaikan masalah.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masa dewasa awal adalah
masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada puncak
perkembangannya, baik secara fisik maupun secara psikis. Sehingga masa dewasa
awal bisa juga dianggap sebagai masa mengoptimalkan potensi yang dimiliki
individu. Jadi jika pada masa ini seorang individu mengalami masalah maka akan
mempengaruhi bahkan kemungkinan juga mengalami masalah pada masa
selanjutnya.
Menurut Vailant (Monks dkk, 2006), masa dewasa dewasa awal terbagi
menjadi tiga bagian yaitu masa pembentukan (20 sampai 30 tahun) dengan tugas
mulai memisahkan diri dengan orang tua, membentuk keluarga baru dengan
pernikahan dan mengembangkan persahabatan, masa konsolidasi (30 sampai 40
tahun), yaitu masa konsolidasi karir dan memperkuat ikatan perkawinan, masa
29
transisi (sekitar usia 40 tahun), merupakan masa meninggalkan kesibukan
pekerjaan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.
Dari definisi yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
wanita dewasa awal adalah seorang wanita berusia sekitar 20 sampai 40 tahun
yang telah menyelesaikan tahap pertumbuhannya dan telah memenuhi aspek-
aspek perkembangannya sehingga dianggap telah memiliki kepribadian yang
stabil untuk memutuskan jalan hidupnya.
2.3.2 Tugas Perkembangan Wanita Dewasa Awal
2.3.2.1 Model Perkembangan Erikson : intimacy vs isolation
Intimacy adalah kemampuan untuk dekat dengan orang lain, sebagai
seorang kekasih, teman, dan sebagai bagian dalam masyarakat. Sebagai dewasa
awal, kebutuhan untuk dekat dengan individu lain merupakan tugas
perkembangan yang harus diselesaikan. Dalam Crain (2007:445) disebutkan
bahwa “keintiman yang riil adalah satu-satunya perasaan identitas paling masuk
akal yang sudah dibangun selama ini. Namun hanya orang yang merasa aman
dengan identitasnya saja yang sanggup kehilangan dirinya di dalam hubungan
timbal-balik sejati dengan orang lain”. Jika individu dewasa awal memiliki
persepsi yang jelas tentang siapa dirinya, maka individu tersebut tidak perlu takut
kehilangan identitasnya, seperti yang banyak terjadi pada remaja. “Takut
berkomitmen” merupakan contoh yang biasa muncul sebagai bentuk
ketidakdewasaan dalam tahap ini. Keinginan untuk meningkatkan karir,
individualisme masyarakat perkotaan, hubungan jarak jauh karena tingginya
30
mobilitas, dan sifat-sifat umum dari kehidupan modern, mempengaruhi individu
untuk mengembangkan hubungan intim mereka secara alami.
2.3.2.2 Model Perkembangan Kognitif Piaget : formal operation
Dalam tahap dewasa awal individu dituntut memiliki kemampuan untuk
membayangkan berbagai cara untuk menangani suatu situasi. Mereka mulai
dituntut melakukan hipotesis dan menyimpulkan suatu hasil yang lebih berpotensi
dengan pendekatan yang berbeda. Lebih lanjut, untuk menghasilkan hipotesis
efektif, mereka harus dapat melihat hubungan antara berbagai komponen dari
masalah atau yang dikenal sebagai konjungsi. Misalnya, mahasiswi yang
membuat keputusan untuk melakukan diet sebagai usaha mempercantik sosok
tubuhnya, maka ia harus mempertimbangkan kepentingan relatif dari
dilakukannya diet tersebut, kepuasan yang ingin dicapai, dan cara yang akan
ditempuh. Namun dalam Papalia (2009:138) disebutkan bahwa pada masa dewasa
awal individu berada pada tahap berfikir pascaformal, ini merupakan suatu tahap
kognisi yang lebih tinggi pada masa dewasa. Dalam Papalia (2009:138) dituliskan
bahwa “pemikiran ini dicirikan oleh kemampuan untuk menghadapi
ketidakpastian, inkonsistensi, kontradiksi, ketidaksempurnaan dan kompromi”.
2.3.2.3 Tahap Perkembangan Fase Dewasa Gould : leaving family- peer group
orientation
Dua proses dasar dalam pengembangan pribadi adalah pemisahan-
individuasi (separation-individuation) dan pembentukan identitas. Pemisahan
melibatkan penurunan ketergantungan pada keluarga, terutama orangtua.
Penurunan ketergantungan ini meningkat selama tahun kuliah. Teman menjadi
31
semakin penting sebagai konsultan untuk masalah-masalah pribadi dan
pengambilan keputusan. Sementara itu, mahasiswa berkonsultasi dengan orangtua
mereka hanya tentang isu-isu utama seperti pilihan karis, dan lainnya. Pada
dewasa awal individu berusaha untuk dapat diterima karena diri mereka sendiri,
untuk ide-ide, keterampilan dan ketertarikan yang mereka miliki. Mereka
menggunakan peer group untuk menguji kemampuan mereka, untuk
bereksperimen dengan berbagai peran, dan untuk membuktikan nilai mereka
sendiri.
Mahasiswa yang memiliki citra tubuh yang kurang baik, kemampuan
utnuk lebih dekat dengan lingkungan sosialnya menjadi terhambat sehingga
mereka akan menarik diri dari lingkungannya. Tugas perkembangan yang
harusnya diselesaikan pada fase ini menjadi tertunda dan memberi dampak buruk
pada fase perkembangan selanjutnya. Jika individu terlalu sibuk dalam
mengidealkan citra tubuhnya maka akan banyak kesempatan besar yang
terlewatkan seperti membuat banyak relasi sosial yang berguna untuk masa
depannya.
2.3.3 Citra Tubuh pada Wanita Dewasa Awal
Kebanyakan individu menganggap dirinya telah menyelesaikan
perkembangan fisiknya pada masa remaja mereka. Namun faktanya adalah bahwa
tubuh terus mengalami perubahan sampai mati. Bagaimana seseorang bereaksi
terhadap perubahan bentuk tubuh, penampilan, dan fungsi merupakan pusat untuk
sepenuhnya memahami adaptasi psikologis sepanjang masa dewasa. Penampilan
fisik menunjukkan isyarat eksternal penting bagi diri dan orang lain, termasuk
32
informasi mengenai usia dan daya tarik. Pada wanita, tugas perkembangan yang
dihubungkan dengan citra tubuhnya dapat dilihat dari intimacy atau keinginan
mereka dalam membangun suatu hubungan dengan komunitas sosial maupun
dengan pasangan lawan jenis. Yang wanita harapkan adalah sebuah daya tarik
yang dapat diterima oleh lawan jenis maupun teman dalam kehidupan sosial
2.4 Hubungan antara Persepsi terhadap Citra Tubuh Ideal
dengan Body Dissatisfaction
Menurut Anastasia (Rohmah, 2014:33), pada masa dewasa banyak
ditemukan bahwa individu memiliki perhatian yang besar terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan daya tarik fisik. Namun demikian jika dilihat dari jumlahnya
maka wanita akan lebih banyak yang memperhatikan penampilannya
dibandingkan pria. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Mousa & Mashal
(2011:255) yang menyatakan bahwa jika dibandingkan dengan pria, wanita akan
lebih memperhatikan penampilannya. Pendapat tersebut diperkuat dengan hasil
penelitian yang dilakukan Winzeler dalam Prima & Sari (2013:19) yang
menyebutkan bahwa 73% pria muda lebih bangga dengan penampilannya
daripada wanita muda yang hanya sebesar 47%. Pendapat lain yang memperkuat
pernyataan tersebut terdapat dalam Husni & Indrijati (2014:208), dimana
didalamnya Croll mengatakan bahwa 85% wanita muda sangat khawatir dengan
penampilannya. Perhatian yang lebih terhadap penampilan fisiknya seringkali
menyebabkan munculnya kebutuhan untuk tampil cantik dan tubuh yang ideal.
33
Adanya kebutuhan untuk selalu tampil cantik membuat wanita lebih
banyak memikirkan penampilannya dan mendambakan penampilan yang
dianggapnya ideal. Tingginya standar cantik yang didambakan dengan
penampilan yang ada akan membuat wanita merasa tidak puas dengan sosok
tubuhnya (body dissatisfaction). Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Cahyaningtyas (2009:16) yang menyatakan bahwa adanya kesenjangan antara
bentuk tubuh ideal yang berdasarkan budaya dengan bentuk tubuh aktual
menyebabkan saat ini banyak wanita yang mengalami ketidakpuasan sosok tubuh
atau body dissatisfaction. Dari beberapa pengertian body dissatisfaction oleh para
ahli penulis menyimpulkan bahwa body dissatisfaction merupakan distorsi
persepsi terhadap citra tubuh yang berupa perasaan tidak senang dan tidak puas
dengan penampilan fisiknya yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara
penampilan fisik saat ini dengan citra tubuh ideal.
Bila dibandingkan dari tahun ke tahun ternyata jumlah wanita pada
beberapa negara terus mengalami peningkatan, dan Indonesia juga merupakan
salah satu negara yang mengalami banyak peningkatan dalam hal jumlah wanita
yang mengalami body dissatisfaction. Body dissatisfaction memiliki beberapa
aspek, yaitu kognitif, afektif, dan perilaku. Menurut Pearson (2010:6), komponen
kognitif berkaitan dengan persepsi individu tentang citra tubuhnya. Sedangkan
aspek afektif berbicara tentang perasaan dan emosi individu terhadap citra
tubuhnya, dan aspek perilaku atau yang beberapa ahli menyebutnya sebagai aspek
konatif merupakan wujud perilaku yang dilakukan atau tidak dilakukan individu
atas ketidaknyamanan individu yang mengalami body dissatisfaction. Menurut
34
Rosen & Reiter (Cahyaningtyas, 2009:27), perilaku yang dapat muncul berkaitan
dengan body dissatisfaction adalah body checking dan kamuflase tubuh.
Berdasarkan aspek kognitif, aspek tersebut berkaitan dengan persepsi
individu terhadap citra tubuhnya. Pengetahuan dan informasi yang berkaitan
dengan citra tubuh disimpulkan dan diproses, informasi-informasi tersebut berupa
pengetahuan mengenai citra tubuh sendiri dan citra ntubuh yang dianggap positif
dan negatif oleh lingkungan sosial. Banyaknya waktu berhubungan dengan
lingkungan tentu saja akan membuat individu mempersepsikan seperti apa citra
tubuh ideal yang berkembang di masyarakat. Terlebih pada wanita dewasa awal
dimana sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mereka lebih banyak
memperhatikan penampilannya. Sementara itu pendapat para ahli seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa citra tubuh ideal di mayarakat akan
mempengaruhi kepuasan terhadap citra tubuh yang dimiliki.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap citra
tubuh ideal merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kepuasan citra
tubuh pada individu. Persepsi sendiri memiliki tiga faktor yang mempengaruhi,
yaitu pengetahuan, pengharapan, dan evaluasi. Jadi jika dikaitkan dengan citra
tubuh ideal maka persepsi individu terhadap citra tubuh ideal itu dimulai dengan
pengetahuan yang didapat individu mengenai bagaimana citra tubuh ideal itu,
kemudian individu tersebut tentu akan mengharapkan ia memiliki citra tubuh ideal
demikian, selagi individu tersebut mengharapkan citra tubuh yang demikian
individu tersebut tentu akan melihat seperti apa citra tubuhnya sekarang ini.
Setelah membandingkan citra tubuh yang dianggapnya ideal dengan citra tubuh
35
yang dimilikinya saat ini individu tersebut akan mengevaluasi bagaimana citra
tubuhnya. Hasil dari evaluasi tersebut bisa saja membuat individu itu merasa puas
dengan citra tubuhnya atau bahkan ia akan merasa tidak puas dengan citra
tubuhnya.Dari penjelasan diatas, penulis menuangkan kerangka berpikir dari
penelitian ini ke dalam sebuah bagan. Adapun bagan dari kerangka berpikir
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
2.5 Hipotesis
Berdasarkan konsep teori diatas maka hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah: “Ada hubungan antara persepsi terhadap citra tubuh ideal
dengan body dissatisfaction pada wanita dewasa awal.”
Wanita Dewasa
Awal
Citra Tubuh
Ideal
F
A
K
T
O
R
Body Satisfaction
(Kepuasan pada sosok tubuh)
Internal :
Jenis Kelamin
Body Dissatisfaction
(Ketidakpuasan pada sosok tubuh)
Eksternal :
Media massa
Keluarga
Hubungan
interpersonal
101
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat body dissatisfaction pada wanita dewasa awal yang berada di
Universitas Negeri Semarang tergolong dalam kategori sedang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar subjek mengalami ketidakpuasan
terhadap sosok tubuhnya meskipun ketidakpuasan tersebut tidak terlalu
mendalam.
2. Persepsi wanita dewasa awal di Universitas Negeri Semarang terhadap citra
tubuh ideal tergolong dalam kategori sedang. hal ini menunjukkan bahwa
wanita dewasa awal cukup tinggi dalam mempersepsikan bagaimana citra
tubuh yang dianggapnya ideal.
3. Ada hubungan antara persepsi wanita dewasa awal terhadap citra tubuh ideal
dengan body dissatisfaction yang dialaminya. Hasil pada penelitian ini
menunjukkan bahwa apabila persepsi wanita dewasa awal terhadap citra
tubuh ideal tinggi maka tingkat body dissatisfaction-nya juga tergolong
tinggi.
102
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti mengajukan saran antara lain:
1. Bagi peneliti selanjutnya yang akan membahas topik body dissatisfaction
diharapkan untuk meneliti dalam kancah yang lebih luas dan mencakup usia
yang lebih banyak.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan membahas topik persepsi terhadap citra
tubuh ideal diharapkan untuk memberikan batasan yang lebih detail
mengenai persepsi terhadap citra tubuh ideal.
103
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, W. E., Clausen, S. V., Mabhala, A., & Stock, C. (2010, February 21).
How Do I Look? Body Image Perception among University Students from
England and Denmark. International Journal ofEnvironmental Research
and Public Health, 583-595.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Revised
ed.). Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cahyaningtyas, P. I. (2009). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan
Ketidakpuasan Sosok Tubuh (Body Dissatisfaction) pada Remaja Putri.
Surakarta: UMS Press.
Calhoun, J.F., & Acocella, J.R. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan
Hubungan Kemanusiaan. New York: McGraw-Hill.
Crain, W. (2007). Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi (3th ed.). (S. Z.
Qudsy, Penyunt., & Y. Santoso, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Grogan, S. (2008). Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men,
Women and Children. New York: Routledge.
Hall, M. (2009). Predictors of Body Dissatisfaction Among Adolescent Females.
American Counseling Association Annual Conference and Exposition (hal.
19-23). Charlotte, North Carolina: University of Arkansas Press.
Hasan, A. M. (2016, Oktober 15). Venezuela, Krisis, dan Obsesi Kecantikan.
Dipetik Februari 7, 2017, dari tirto.id: https://tirto.id/venezuela-krisis-dan-
obsesi-kecantikan-bUwp
Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak 1, (6th ed.). (A. Darma, Penyunt., M.
Tjandrasa, & MuslichahZarkasih, Penerj.) Jakarta: Erlangga.
Husni, H. K., & Indrijati, H. (2014, Desember). Pengaruh Komparasi Sosial pada
Model Iklan Kecantikan di Televisi terhadap Body Image Remaja Putri
yang Obesitas. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Volume
3, No. 3, 207-212.
104
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif (2nd ed.). (Y. S. Hayati, Penyunt.) Jakarta: Erlangga.
Lindawati. (2008). Perbedaan Citra Tubuh antara Wanita Dewasa Awal dan
Wanita Dewasa Madya. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Press.
Mousa, T. Y., & Mashal, R. H. (2011). Negative Body Dissatisfaction Perception
and Associated Attitudes in Female. (S. B. Greene, Penyunt.) Body Image:
Perceptions, Interpretations and Attitudes Chapter 15, 255-261.
Na'imah, T., & Rahardjo, P. (2008, Agustus). The Influence of Social Comparison
to Public Figures in Mass Media on the Body Image of Early Adolescents
in Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas. Jurnal Penelitian
Humaniora, 9, No. 2, 165-178.
Nisa', A. Z. (2015). Hubungan antara Social Comparison dengan Body Image
pada Remaja Putri MA Sidoarjo. Psikologi. Surabaya: Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Developmen 2 (10th
ed.). (R. Widyaningrum, Penyunt., & B. Marwensdy, Penerj.) Jakarta:
Salemba Humanika.
Pearson, A. (2010). Acceptance and Commitment Therapy for Body Image
Dissatisfaction. Canada: Raincoast Books.
Prima, E., & Sari, E. P. (2013, Juni). Hubungan antara Body Dissatisfaction
dengan Kecenderungan Perilaku Diet pada Remaja Putri. Jurnal Psikologi
Integratif, 1 No. 1, 17-30.
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi (2nd ed.). (T. Surjaman, Penyunt.)
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rohmah, K. (2014). Hubungan antara Body Dissatisfaction dengan Harga Diri
pada Pria dan Wanita Dewasa Awal. Psikologi. Surabaya: Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel.
Sahri, F. N. (2016). Hubungan antara Body Image dengan Self Esteem pada
Wanita Dewasa Awal Pengguna Skincare. Surakarta: UMS Press.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak 1 (11th ed.). (W. Hardani, Penyunt.,
M. Rachmawati, & A. Kuswati, Penerj.) Jakarta: Erlangga.
-------------------- (2012). Life-Span Development 2 (13th ed.). (N. I. Sallama,
Penyunt., & B. Widyasinta, Penerj.) Jakarta: Penerbit Erlangga.
105
Scheaffer, R.L, dkk.(2012). Elementary Survey Sampling (7th ed.). (M.Julet,
Penyunt.). USA: Richard Stratton
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunartio, L., Sukamto, M. E., & Dianovinia, K. (2012, Agustus). Social
Comparison dan Body Dissatisfaction pada Wanita Dewasa Awal.
Humanitas, IX No. 2, 157-168.
Surabaya, P. (2010, Juli 01). Demografi Surabaya. Dipetik Maret 25, 2017, dari
Panorama Surabaya: http://panoramasurabaya.blogspot.co.id/2010/07/
demografi-surabaya.html
Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum (5th ed.). (S. Nurasih, & A.
Sadewa, Penyunt.) Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Wiranatha, F. D., & Supriyadi. (2015). Hubungan antara Citra Tubuh dengan
Kepercayaan Diri Pelajar Puteri di Kota Denpasar. Jurnal Psikologi
Udayana, 2(1), 38-47.
Yuanita, H., & Sukamto, M. E. (2013, Agustus). Fenomena Body Dissatisfaction
pada Perempuan Anggota Fitness Centre. Psikologi Teori & Terapan, 4,
No. 1, 12-23.