hubungan antara konformitas dalam media sosial dan persepsi...

153
Hubungan antara Konformitas dalam Media Sosial dan Persepsi Tubuh pada Remaja di Sekolah Homogen Perempuan di Yogyakarta Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Bayu Indrarini 139114096 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Hubungan antara Konformitas dalam Media Sosial dan Persepsi Tubuh

    pada Remaja di Sekolah Homogen Perempuan di Yogyakarta

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

    Disusun Oleh:

    Bayu Indrarini

    139114096

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    HALAMAN MOTTO

    Work hard in silence.

    Let your success be your noise. -Frank Ocean-

    One day you will thank yourself

    for never giving up. -unknown-

    Nikmati saja setiap “hadiah-Nya” -Penulis-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Yesus Kristus Juru Selamatku

    Semesta

    Keluargaku tercinta

    Orang-orang yang ku sayang

    Diriku sendiri

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DALAM MEDIA SOSIAL

    DAN PERSEPSI TUBUH PADA REMAJA DI SEKOLAH

    HOMOGEN PEREMPUAN DI YOGYAKARTA

    Bayu Indrarini

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara konformitas dalam media

    sosial dan persepsi tubuh remaja perempuan. Hipotesis penelitian ini adalah

    terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara konformitas dalam media

    sosial dan persepsi tubuh pada remaja perempuan. Partisipan dalam penelitian ini

    berjumlah 246 remaja yang berusia 13-21 tahun dan sedang bersekolah di sekolah

    homogen perempuan di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teknik

    convenience sampling sebagai metode pemilihan partisipan. Alat pengumpulan

    data yang peneliti gunakan adalah skala konformitas dalam media sosial yang

    terdiri dari 34 item dengan koefisien reliabilitas 0.932 dan skala persepsi tubuh

    yang terdiri dari 37 item dengan koefisien reliabilitas 0.852. Uji hipotesis

    menggunakan analisis non parametrik spearman’s rho dan menghasilkan koefisien

    korelasi 0.089 dengan nilai signifikansi 0.082. Hasil analisis data menunjukkan

    bahwa hipotesis awal dari penelitian ini ditolak atau tidak terdapat hubungan yang

    signifikan antara konformitas dalam media sosial dan persepsi tubuh pada remaja

    di sekolah homogen perempuan di Yogyakarta. Faktor usia, sosiokultural, norma

    sosial, dan keinginan individuasi merupakan faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi hasil penelitian.

    Kata kunci: konformitas, persepsi tubuh, remaja, sekolah homogen

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    THE CORRELATION BETWEEN CONFORMITY IN SOCIAL MEDIA

    AND BODY IMAGE ON ADOLESCENT AT GIRL’S

    HOMOGENEOUS SCHOOL IN YOGYAKARTA

    Bayu Indrarini

    ABSTRACT

    This research aims to see the correlation between conformity in social media and

    body image in adolescent girls. The hypothesis of this study is that there is a

    negative and significant relation between conformity in social media and body

    image in adolescent girls. Participants in this research are 246 adolescent girls

    aged 13-21 years old who are currently studying in homogeneous school in

    Yogyakarta. This research used convenience sampling technique as a method to

    select participant. Researcher used conformity in media social scale and body

    image scale to collect the data. Conformity in social media scale consists of 34

    items, it has 0.932 reliability coefficient and body image scale consists of 37 items

    with 0.852 reliability coefficient. The hypothesis uses Spearman’s rho non

    parametric test analysis and produces 0.089 correlation coefficient with 0.082

    significant value. The data analysis result shows that the initial hypothesis of this

    study is rejected or there is no significant relationship between conformity in

    social media and body image in adolescent at girl’s homogeneous school in

    Yogyakarta. Age, sociocultural, social norms, and individuation desire are factors

    that can influence the result of research.

    Keyword: adolescence, body image, conformity, girl’s homogeneous school

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus yang selalu

    membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas

    penyertaan-Mu dalam setiap usaha penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    Bagi penulis, penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara

    Konformitas dalam Media Sosial dan Persepsi Tubuh pada Remaja di Sekolah

    Homogen Perempuan di Yogyakarta” ini merupakan suatu tantangan. Walaupun

    tidak mudah, tetapi peneliti berhasil menyelesaikannya. Penulis juga menyadari

    bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Dr. Titik Kristiyani M.Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

    Sanata Dharma.

    2. Monica Eviandaru Madyaningrum Ph.D., selaku Kepala Program Studi

    Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

    3. P. Henrietta P.D.A.D.S, S.Psi., M.A., selaku Wakil Kepala Program Studi

    Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

    4. Edward Theodorus M.App.Psy., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima

    kasih atas kesediaan dan kesabaran bapak dalam membimbing dan

    memberikan masukan selama proses pengerjaan skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    5. Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Diana Permata Sari, S.Psi., M.Sc., selaku

    dosen penguji. Terima kasih atas waktu yang telah ibu luangkan untuk

    menguji dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

    6. Timotius Maria Raditya Hernawa M.Psi., selaku Dosen Pembimbing

    Akademik dan kepala Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi

    (P2TKP) Sanata Dharma. Terima kasih atas bimbingan dan kepercayaan

    bapak selama ini.

    7. Prof. Dr. Augustinus Supratiknya, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

    Terima kasih atas bimbingan dan bantuan bapak selama beberapa semester

    terakhir ini.

    8. Dr. Yohannes Babtista Cahya Widiyanto M.Si., yang telah memberikan

    kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk belajar dan

    berkembang di P2TKP. Terima kasih atas bimbingan serta ilmu yang

    diberikan.

    9. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima

    kasih atas segala bimbingan dan pembelajaran selama proses perkuliahan.

    10. Segenap Karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

    Terkhusus kepada Bu Nanik, Pak Sidiq, Mas Gandung, dan Mas Muji.

    Terima kasih banyak atas bantuan dalam segala hal yang berkaitan dengan

    administrasi dan urusan laboratorium.

    11. Tidak Lupa untuk Pak Gik, yang selama penulis kuliah sampai beliau

    pensiun dengan senang hati selalu menawarkan membukakan lift dengan

    kartu identitas beliau saat penulis kuliah jam 7 pagi di lantai 4. Selain itu,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    untuk Pak Boni, terima kasih atas bantuan bapak berkaitan dengan sarana

    dan prasarana selama penulis bertugas di P2TKP.

    12. Kepada Ibu Eny dan Bapak Darmanto, kedua orang tua tercinta yang

    selalu memberikan kepercayaan, dukungan, dan pengertian kepada saya

    sehingga saya jarang mendengar pertanyaan “Kapan lulus?” dari beliau

    berdua. Hal tersebut membuat penulis cukup tenang. Terima kasih.

    13. Kepada Mas Sinung, yang selalu gengsi untuk menunjukkan perhatian

    kepada adiknya. I know you love me hehehe.

    14. Kepada Mas Angga yang selalu mau direpoti untuk membantu saya

    mengurus ini itu. Terima kasih atas dukungannya, maaf merepotkan.

    15. Kepada rekan kerja serasa keluarga saya di P2TKP yang sangat banyak

    jika disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dinamika selama dua tahun

    ini, senang mengenal kalian. Untuk adik-adikku yang masih bertugas,

    semangat ya.

    16. Untuk Dea Ruth, Maria Ika, Liliani Luky, Dewi Ayu, Pancaring, Koleta

    Acintya, Age Tiara, Andreas, Theresia Wira, dan Robertus Doni. Terima

    kasih atas semangat yang kalian berikan. Sukses selalu. See you on top.

    17. Untuk teman-teman satu bimbingan, terima kasih atas keseruannya saat

    ambil undian untuk bimbingan. Memang ngeri-ngeri sedap kok kalau

    ambil undian hari ini dan sorenya langsung bimbingan. Semangat nyekrip,

    jangan kasih kendor.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    18. Untuk teman-teman Psikologi 2013, khususnya kelas B terima kasih atas

    dinamika saat proses perkuliahan. Sukses terus untuk kalian di mana pun

    kalian berada.

    19. Untuk semua pihak yang telah berperan dan membantu dalam pengerjaan

    skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

    doa dan dukungannya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... v

    ABSTRAK ............................................................................................................. vi

    ABSTRACT ............................................................................................................ vii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. viii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL............................................................................................... xviii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xx

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Pengantar ....................................................................................................... 1

    B. Latar Belakang ............................................................................................... 4

    C. Rumusan Permasalahan ............................................................................... 20

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    D. Ruang Lingkup ............................................................................................ 22

    E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 22

    F. Pertanyaan Penelitian................................................................................... 22

    G. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 23

    1. Bagi Orang tua ........................................................................................ 23

    2. Bagi Guru, dan Dinas Pendidikan ........................................................... 23

    3. Bagi Ilmuwan dan Praktisi Psikologi ...................................................... 24

    BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 25

    A. Pengantar ..................................................................................................... 25

    B. Remaja Siswi Sekolah Homogen ................................................................ 26

    1. Perspektif Perkembangan........................................................................ 26

    2. Perspektif Sosial...................................................................................... 28

    3. Remaja Siswi Sekolah Homogen ............................................................ 29

    C. Persepsi Tubuh ............................................................................................. 31

    1. Definisi Persepsi Tubuh .......................................................................... 31

    2. Aspek-Aspek Persepsi Tubuh ................................................................. 32

    3. Faktor-faktor Persepsi Tubuh .................................................................. 36

    4. Proses dan Dampak ................................................................................. 39

    D. Persepsi Tubuh Remaja Siswi Sekolah Homogen ....................................... 42

    E. Konformitas ................................................................................................. 44

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    1. Definisi Konformitas .............................................................................. 45

    2. Aspek-aspek Konformitas ....................................................................... 46

    3. Faktor-faktor Konformitas ...................................................................... 50

    4. Proses dan Dampak ................................................................................. 53

    F. Konformitas Remaja Siswi Sekolah Homogen ........................................... 55

    G. Hubungan Antara Konformitas dan Persepsi Tubuh Remaja Siswi Sekolah

    Homogen ........................................................................................................... 56

    H. Kerangka Konseptual................................................................................... 58

    I. Hipotesis ...................................................................................................... 61

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 62

    A. Pengantar ..................................................................................................... 62

    B. Rancangan Penelitian................................................................................... 62

    C. Partisipan ..................................................................................................... 63

    1. Populasi ................................................................................................... 63

    2. Sampel..................................................................................................... 64

    D. Identifikasi dan Definisi Variabel Penelitian ............................................... 64

    1. Identifikasi Variabel ................................................................................ 64

    2. Definisi Operasional ............................................................................... 65

    E. Prosedur Pelaksanaan .................................................................................. 67

    F. Pengumpulan Data ....................................................................................... 69

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    1. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 69

    2. Alat Pengumpulan Data .......................................................................... 69

    G. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 78

    1. Validitas Skala ......................................................................................... 78

    2. Reliabilitas Skala .................................................................................... 79

    3. Daya Diskriminasi Item .......................................................................... 81

    H. Metode Dan Teknik Analisis Data ............................................................... 84

    1. Uji Asumsi .............................................................................................. 84

    2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 85

    I. Pertimbangan Etis ........................................................................................ 85

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 88

    A. Pengantar ..................................................................................................... 88

    B. Hasil Penelitian ............................................................................................ 88

    1. Deskripsi Partisipan Penelitian ............................................................... 88

    2. Uji Normalitas ......................................................................................... 90

    3. Uji Linearitas .......................................................................................... 91

    4. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 92

    5. Uji Hipotesis ........................................................................................... 93

    C. Analisis Tambahan ....................................................................................... 94

    D. Pembahasan ................................................................................................. 96

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 100

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 100

    B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 101

    C. Saran .......................................................................................................... 103

    1. Bagi Remaja .......................................................................................... 103

    2. Bagi Orang Tua ..................................................................................... 104

    3. Bagi Guru Bimbingan Konseling, dan Dinas Pendidikan .................... 104

    4. Bagi komunitas Ilmuwan Psikologi ...................................................... 105

    D. Komentar Penutup ..................................................................................... 106

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 107

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 113

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Penskoran Skala Konformitas ................................................................... 70

    Tabel 2 Blue print Skala Konformitas .................................................................... 71

    Tabel 3 Sebaran Item Skala Konformitas untuk Uji Coba ..................................... 73

    Tabel 4 Tabel Penskoran Skala Persepsi tubuh ...................................................... 74

    Tabel 5 Blue print Skala Persepsi Tubuh ............................................................... 75

    Tabel 6 Sebaran Item Skala Persepsi Tubuh untuk Uji Coba ................................. 77

    Tabel 7 Reliabilitas skala Konformitas .................................................................. 80

    Tabel 8 Reliabilitas skala Persepsi tubuh ............................................................... 80

    Tabel 9 Sebaran Item Skala Konformitas Setelah Seleksi Item ............................. 82

    Tabel 10 Sebaran Item Skala Persepsi tubuh Setelah seleksi item......................... 83

    Tabel 11 Rentang Usia Partisipan .......................................................................... 89

    Tabel 12 Asal Sekolah Partisipan ........................................................................... 89

    Tabel 13 Hasil Uji Normalitas Residu ................................................................... 90

    Tabel 14 Hasil Uji Linearitas Data Penelitian ........................................................ 91

    Tabel 15 Hasil Pengukuran Deskripsi Variabel Konformitas dan Persepsi tubuh . 92

    Tabel 16 Uji Hipotesis Data Penelitian .................................................................. 93

    Tabel 17 Kategorisasi Konformitas Berdasarkan Mean Empiris ........................... 94

    Tabel 18 Pembagian Kategori berdasarkan Skala Konformitas ............................. 94

    Tabel 19 Kategorisasi Persepsi Tubuh Berdasarkan Mean Empiris ....................... 95

    Tabel 20 Pembagian Kategori berdasarkan Skala Persepsi tubuh ......................... 95

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Hubungan antara Konformitas dalam Media Sosial dan Persepsi Tubuh

    Remaja Siswi Sekolah Homogen……………………………..………61

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xx

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Reliabilitas Skala Penelitian ............................................................. 114

    Lampiran 2 Uji Normalitas dan Linearitas........................................................... 118

    Lampiran 3 Uji T ................................................................................................. 119

    Lampiran 4 Kategorisasi Partisipan .................................................................. 120

    Lampiran 5 Google form online ......................................................................... 121

    Lampiran 6 Informed Concent ........................................................................... 122

    Lampiran 7 Item Skala Penelitiam ...................................................................... 125

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Pengantar

    Penelitian ini membahas mengenai persepsi remaja perempuan terhadap

    tubuh mereka, khususnya pada siswi sekolah homogen di Yogyakarta. Ada empat

    alasan yang mendasari peneliti mengambil topik tersebut, yaitu; 1) peneliti merasa

    prihatin dan penasaran ketika melihat remaja yang berdandan layaknya orang

    dewasa sehingga terkesan membuang waktu, 2) peneliti merasa kagum pada

    remaja yang berdandan apa adanya tetapi memiliki banyak prestasi, 3) peneliti

    merasakan pergulatan yang serupa dengan remaja perempuan tersebut mengenai

    penilaian akan penampilan fisik, 4) penelitian ini merupakan usaha dari peneliti

    untuk mengurangi rasa prihatin serta memuaskan rasa ingin tahu mengenai

    penilaian remaja perempuan terhadap tubuhnya. Yang pertama, peneliti merasa

    prihatin ketika melihat perempuan yang masih berusia remaja berdandan secara

    berlebihan dan terlihat jauh lebih tua dari usia aslinya. Selain itu, ada pula

    beberapa remaja yang sengaja menggunakan baju-baju ketat dan mini hanya untuk

    mengikuti tren yang sedang berlangsung. Peneliti menganggap bahwa

    berpenampilan secara berlebihan tersebut merugikan bagi remaja karena akan

    membuang waktu dan juga uang jajan yang diberikan orang tua. Saat ini banyak

    bermunculan kabar mengenai remaja yang memaksakan diri baik dari segi waktu

    bahkan finansial hanya untuk berdandan agar memiliki penampilan yang dianggap

    kekinian. Waktu dan juga dana yang remaja perempuan keluarkan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    berdandan sebenarnya dapat digunakan untuk mengembangkan bakatnya, selain

    itu uang yang biasa digunakan untuk membeli make up dapat juga digunakan

    untuk menyalurkan hobinya.

    Kedua, peneliti merasa kagum dan cenderung menilai positif para remaja

    perempuan yang berdandan sesuai dengan kenyamanan dirinya. Tidak semua

    remaja perempuan merasa nyaman menggunakan make up dan berdandan

    berlebihan. Ada beberapa remaja perempuan yang lebih nyaman ketika ia

    berpenampilan sederhana seakan tidak memakai make up, mengenakan pakaian

    santai, dan tidak mengikuti tren yang sedang berlangsung. Walaupun

    berpenampilan tidak serupa dengan tren fashion kekinian, beberapa teman peneliti

    tersebut memiliki prestasi menonjol di bidang akademik dan/atau olahraga. Dari

    perbincangan peneliti dengan beberapa teman, terungkap bahwa mereka merasa

    waktu yang digunakan untuk berdandan dapat mereka gunakan untuk kegiatan

    lain yang lebih bermanfaat dan dapat mengasah kemampuan mereka. Hal tersebut

    yang membuat peneliti kagum pada remaja perempuan yang berani tampil apa

    adanya namun memiliki prestasi yang menonjol.

    Ketiga, pergulatan remaja perempuan dengan bentuk tubuh dan

    penampilan juga dirasakan oleh peneliti. Sebagai seorang perempuan, peneliti

    juga pernah merasa kurang puas dengan bentuk tubuh yang dimiliki dan terkadang

    membuat peneliti merasa kebingungan ketika menentukan riasan dan busana yang

    cocok. Peneliti juga beberapa kali mengikuti anjuran diet untuk mengurangi berat

    badan agar dapat dinilai memiliki tubuh yang ideal. Rasa tidak percaya diri

    muncul ketika peneliti mencoba baju-baju di sebuah toko baju dan kebanyakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    baju yang peneliti coba ternyata tidak cocok dan beberapa tidak cukup untuk

    peneliti kenakan. Saat itu peneliti berpikir bahwa peneliti memiliki bentuk tubuh

    yang tidak ideal karena tidak sesuai dengan ukuran baju-baju yang dijual di toko

    tersebut. Selain itu, pernyataan dari orang-orang di sekitar peneliti mengenai

    bentuk tubuh peneliti saat ini juga membuat peneliti semakin tidak percaya diri.

    Ketertarikan untuk mendalami tentang persepsi tubuh menjadi salah satu alasan

    peneliti untuk melakukan penelitian ini.

    Dan yang keempat, peneliti berusaha untuk mengurangi rasa prihatin serta

    memuaskan rasa ingin tahu mengenai remaja perempuan yang berdandan secara

    berlebihan. Sebagai mahasiswa psikologi peneliti dapat memaparkan proses dan

    dampak pada remaja perempuan ketika menilai tubuhnya berdasarkan literatur

    yang ada. Peneliti ingin melihat apakah remaja perempuan pada saat ini hanya

    mengikuti temannya dalam hal penampilan atau mereka sudah berdandan dan

    berpenampilan sesuai dengan kenyamanannya. Peneliti mencoba untuk

    mengetahui perilaku seorang remaja perempuan ketika mengikuti suatu tren

    terutama dalam hal fashion melalui skala yang peneliti buat. Selain itu, remaja

    diharapkan dapat melakukan refleksi pribadi dengan mengacu pada hasil

    penelitian ini sehingga remaja perempuan dapat melihat dan memperkirakan

    dalam kategori mana ia menilai tubuhnya, apakah rendah, sedang, atau tinggi.

    Dari empat hal yang sudah peneliti jelaskan di atas, dapat dilihat bahwa

    peneliti memiliki ketertarikan akan persepsi tubuh remaja perempuan. Peneliti

    juga menggunakan penelitian ini sebagai wadah untuk memberikan informasi

    mengenai persepsi tubuh pada remaja perempuan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Setelah menerangkan ketertarikan pribadi peneliti, pada bagian selanjutnya

    dari bab ini akan dipaparkan berbagai informasi terkait hal-hal yang mendasari

    penelitian dan kejelasan mengenai batasan-batasan penelitian ini. Pemaparan

    dimulai dari latar belakang, rumusan permasalahan, dan pertanyaan penelitian.

    B. Latar Belakang

    Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan fenomena-fenomena yang

    terjadi di masyarakat berkaitan dengan kepuasan terhadap tubuh. Peneliti akan

    membahas mengenai fenomena remaja yang menggunakan make up secara

    berlebihan, mengenakan seragam ketat, dan bahkan melakukan operasi plastik.

    Akhir-akhir ini muncul fenomena baru yang beredar di media sosial, yaitu potret

    remaja perempuan usia Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengenakan rok

    dan seragam ketat lalu berpose seakan menunjukkan lekuk tubuhnya (Aladhi,

    2016; Wirman, 2016). Seperti yang disampaikan oleh Wirman (2016) di kota

    Bogor masih banyak siswa yang mengenakan seragam tidak sesuai dengan

    peraturan sekolah. Hal tersebut membuat pihak sekolah terutama guru Bimbingan

    dan Konseling kewalahan untuk menegur siswa-siswinya. Fenomena yang muncul

    seakan menjadi tren di kalangan pelajar. Prasetya (2013) mengatakan bahwa

    tayangan media yang dilihat oleh remaja akan menimbulkan rasa penasaran yang

    besar, remaja yang cenderung ingin mencoba dan melakukan apa yang ia lihat

    agar disebut sebagai remaja kekinian. Wirman (2016) juga mengatakan bahwa

    pembina OSIS SMA di Bogor tersebut telah mencoba untuk menegur, akan tetapi

    siswa-siswinya tetap mengenakan seragam yang tidak sesuai dengan peraturan di

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    sekolahnya. Lebih parahnya, ternyata siswa maupun siswi di sekolah tersebut rela

    membawa dua seragam sekolah untuk menghindari teguran gurunya.

    Tidak hanya berseragam ketat saja, tetapi remaja perempuan juga sudah

    mulai belajar menggunakan make up. Menurut Asrianti (2018) perilaku berdandan

    merupakan salah satu indikasi bahwa seorang perempuan memiliki penilaian dan

    ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Berdasarkan situs gaya hidup Nuyoo, 66% dari

    852 perempuan muda mulai memakai kosmetik antara usia 13 sampai 15 tahun.

    Sementara 11% lainnya mulai berias antara umur 10 sampai 12 tahun (Asrianti,

    2018). Remaja menghabiskan waktunya kurang lebih satu jam untuk berdandan

    (Gentina, Palan, & Fosse-Gomez, 2012). Selain waktu yang cukup banyak

    terbuang, ternyata remaja perempuan juga mengeluarkan uang yang lumayan

    banyak untuk merias dirinya. ZAP Clinic bersama MarkPlus melakukan survei

    dan menunjukkan hasil bahwa perempuan yang memasuki usia 18 tahun, dalam

    sebulan remaja akan menghabiskan uang kurang dari 1 juta rupiah untuk

    berbelanja kebutuhan sehari-hari. Menariknya, 40% dari uang belanja bulanan

    tersebut digunakan untuk membeli produk fashion dan kecantikan. Biasanya,

    biaya yang mereka habiskan adalah sebesar Rp. 200.000,- hingga Rp. 399.000,-

    (Dimara, 2018).

    Featherstone (1999 dalam Grogan, 2008) yang mengatakan bahwa ada

    peningkatan besar dalam praktik modifikasi tubuh atau dalam hal ini termasuk

    penyisipan implan, branding, tattoo, dan tindik. Hal tersebut dikonfirmasi dengan

    berita yang cukup mengagetkan dari seorang remaja perempuan asal

    Middlesbrough, North Yorkshire yang rela mengeluarkan uang senilai 15 ribu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    poundsterling atau sekitar 279 juta rupiah untuk mengubah dirinya menjadi seperti

    artis idolanya (Siahaan, 2018). Di tempat lain yaitu Praha, Republik Ceko ada

    pula seorang gadis yang menghabiskan uang sekitar seribu poundsterling atau

    setara 19 juta rupiah dalam sebulan untuk melakukan operasi plastik agar dirinya

    terlihat seperti boneka barbie (Ambar, 2018).

    Selain itu, American Academy of Plastic Facial and Reconstructive

    Surgery (AAFPRS) menemukan bahwa tekanan untuk menampilkan hasil swafoto

    yang sempurna di media sosial, membuat permintaan operasi plastik semakin

    meningkat (Ardina, 2017). Alasan para pasien melakukan operasi plastik adalah

    agar tampak sempurna ketika melakukan swafoto, dan pantas diunggah di

    Instagram, Snapchat maupun Facebook. American Society of Plastic Surgeons

    menunjukkan semakin banyak orang dewasa muda di bawah usia 30 tahun dan

    remaja yang memilih untuk melakukan koreksi estetika seperti pembesaran

    payudara, sedot lemak, pengecilan perut, suntik botoks, sampai pengencangan

    wajah. Kebanyakan pasien semakin merasa mantap untuk melakukan operasi

    plastik karena telah mendapatkan banyak informasi dan berkonsultasi dengan

    temannya melalui media sosial (Ardina, 2017).

    Remaja rela menghabiskan waktu dan uang agar dirinya terlihat lebih

    menarik dan sesuai dengan harapannya mengenai penilaian bentuk tubuh ideal.

    Dalam harian kompas online dikatakan bahwa telah dilaksanakan sebuah riset

    mengenai pandangan cantik pada awal bulan Mei 2017 lalu di 11 kota besar di

    Indonesia yang meliputi Medan, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    https://www.aafprs.org/https://www.aafprs.org/https://d2wirczt3b6wjm.cloudfront.net/News/Statistics/2016/plastic-surgery-statistics-full-report-2016.pdf

  • 7

    Denpasar dan Makassar. Riset pemasaran ini dilakukan oleh Sigma Research

    terhadap 1200 responden wanita yang memiliki rentang usia 15-55 tahun. Dari

    hasil riset dapat diketahui bahwa 40% responden mendefinisikan kecantikan

    berdasarkan kondisi fisik, 14.8% mendefinisikan kecantikan berdasarkan

    kepribadian yang menarik, sedangkan yang menganggap perilaku ramah sebagai

    tolok ukur cantik hanya 9.5%. Sementara kemampuan intelektual sepertinya tidak

    terlalu dianggap sebagai salah satu sifat yang menentukan definisi cantik, karena

    yang menganggap orang cerdas sebagai orang cantik hanya 6.1% (Lemmung,

    dalam Wisnubrata 2017). Hal tersebut diperkuat dengan pesan di media yang

    mengatakan bahwa seorang wanita cantik ketika memiliki tubuh yang kurus,

    berkulit putih, gigi rapi, dan juga rambut yang mengkilap (Matlin, 2012). Oleh

    karena itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan apabila seorang remaja

    perempuan mulai belajar merawat dirinya agar terlihat lebih menarik menurut

    lingkungan sosialnya. Dari contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa

    remaja sangat dekat dengan media khususnya media sosial. Suatu keinginan untuk

    tampil sempurna dan ditunjang dengan lengkapnya informasi yang disediakan

    oleh media maka menguatlah keinginan untuk mempercantik diri meskipun harus

    mengeluarkan banyak biaya.

    Akan tetapi, jika remaja kurang mendapatkan pendampingan maka akan

    timbul berbagai persoalan seperti yang dikatakan Rully (2017) mengenai seorang

    remaja usia 20 tahun asal Malaysia yang menjadi korban akibat memakai make up

    berupa masker muka dengan harga murah yang ia beli di pasar malam. Setelah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    ditelusuri diduga dalam kosmetik tersebut terdapat zat tretinoin yang biasa

    digunakan untuk obat jerawat akan tetapi sangat kuat efek sampingnya. Hal itu

    berakibat wajah remaja tersebut menjadi kemerahan dan berlendir serta nanah

    kering bertumpuk-tumpuk pada wajahnya.

    Fenomena yang terjadi di masyarakat seperti di atas menunjukkan bahwa

    terlalu mementingkan penampilan fisik akan berdampak negatif bagi remaja

    perempuan dan cenderung merugikan baik itu secara fisik dan juga material. Akan

    tetapi, untuk mengesampingkan penampilan, tampaknya akan sulit untuk

    dilakukan oleh remaja perempuan karena salah satu tugas perkembangannya

    adalah ia harus membiasakan diri dan menerima segala perubahan yang terjadi

    karena pada usianya ia akan merasakan banyak perubahan baik secara fisik dan

    juga psikologis (Stolz & Stolz, 1951 dalam Hurlock, 1973).

    Dalam perkembangannya remaja akan mengalami tiga perubahan besar

    dalam dirinya yaitu perubahan dari segi fisik, kognitif, dan juga sosial (Hurlock,

    1973). Dari segi fisik, remaja perempuan akan mengalami menarche (menstruasi

    pertama), dan yang paling sering dikeluhkan adalah terjadinya perubahan

    perasaan yang tiba-tiba (mood swing) saat menjelang hari datang bulan (Matlin,

    2012). Menarche akan membawa perubahan-perubahan fisik remaja perempuan

    seperti perubahan suara, membesarnya payudara, dan juga bertumbuhnya rambut

    halus di bagian kemaluan dan ketiak. Bayaknya perubahan yang terjadi, umumnya

    membuat remaja merasa tidak nyaman. Dalam menjalani perubahan fisiknya,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    remaja perempuan sering merasa kebingungan dengan apa yang terjadi pada

    dirinya. Hal tersebut terkonfirmasi dengan wawancara awal dengan Delima.

    “…waktu aku pertama kali mens, aku tu kaget plus bingung gitu, terus

    nanya ke mamah ini tu kenapa? Terus mamah bilang oo.. itu biasa kok

    buat anak perempuan. Nah, waktu mamah bilang gitu aku jd lega

    gitu…”(Delima,15 tahun).

    Delima mengatakan bahwa ia merasa kebingungan untuk menyesuaikan

    diri dengan perubahan tubuhnya ketika SMP dan bahkan ia sempat merasa gelisah

    serta bingung saat mengalami menarche. Akan tetapi kebingungannya

    terpecahkan ketika ada orang dewasa yang mendampingi yaitu ibunya.

    Selain mengalami menarche dan perubahan bentuk pada tubuh, pada usia

    remaja umumnya perempuan juga mengalami perkembangan pada cara

    berpikirnya, sehingga remaja perempuan dapat berpikir mengenai hal-hal yang

    lebih kompleks (Matlin, 2012). Seperti yang dikatakan oleh Delima, ketika ia

    sudah memasuki usia remaja ia mulai dapat memperkirakan sebab dan akibat dari

    perilakunya berdasar pada nilai-nilai di lingkungannya.

    “…jadi setelah mens itu kan aku masuk SMP, nah pas SMP tu mulai bisa

    mikir kalo aku ngelakuin gini nanti jadinya gimana ya?...” (Delima, 15

    tahun).

    Ketika memasuki usia remaja seseorang akan mengalami perubahan pada

    cara berpikirnya berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis, dan lingkungan

    sosialnya (Markus, 2008 dalam Matlin, 2012). Markus (2008, dalam Matlin,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    2012) juga mengatakan bahwa kemampuan berpikir kompleks akan berpengaruh

    pada pencarian identitas diri. Identitas tersebut akan melekat pada diri remaja

    seperti, asal kota kelahiran, suku, dan juga agama. Oleh karena itu akan ada

    perbedaan perilaku yang dimunculkan oleh masing-masing remaja perempuan

    sesuai dengan karakteristik budaya di tempat tinggalnya.

    Selain perubahan fisik dan kognitif, remaja perempuan juga mengalami

    perubahan pada interaksi sosialnya. Remaja perempuan menaruh perhatian pada

    interaksi sosialnya baik itu dalam keluarga dan juga pertemanan. Bagi remaja

    perempuan, teman dekat memiliki peran yang penting dalam kehidupannya oleh

    sebab itu pertemanan remaja perempuan terlihat jauh lebih intim jika

    dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal tersebut sesuai dengan yang telah

    disampaikan Hurlock (1973) bahwa teman dekat akan memberikan lingkungan

    yang suportif. Ketika remaja perempuan berkumpul biasanya mereka melakukan

    hal yang sama-sama mereka sukai seperti menonton film, makan bersama,

    membicarakan mengenai busana dan juga membicarakan mengenai lawan jenis.

    Selain bersosialisasi dengan teman yang memiliki jenis kelamin yang sama, pada

    usia transisi ini remaja juga sudah mulai mencoba memikirkan dan menjalani

    relasi romantis seperti yang dikatakan oleh Lavender:

    “…setelah mens dulu itu, aku jadi mulai suka sama cowok mbak

    hehehe …” (Lavender, 18 tahun).

    Dengan malu-malu Lavender mengatakan bahwa ia mulai memikirkan

    tentang lawan jenisnya setelah ia mengalami menarche. Hal tersebut membuat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    remaja perempuan lebih memperhatikan penampilannya agar dapat menarik

    perhatian dari lawan jenisnya (Hurlock, 1973). Hal-hal yang biasanya dilakukan

    oleh remaja perempuan untuk menarik perhatian dari lawan jenis adalah mereka

    mulai belajar menggunakan make up dan juga memakai baju yang akan

    menunjang penampilan mereka. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Delima yang

    mengatakan bahwa teman-teman sekolahnya mulai belajar berdandan saat jam

    istirahat berlangsung, dan riasan tersebut dibiarkan hingga jam pulang sekolah.

    Untuk melihat bagaimana remaja menilai tubuhnya, tiga aspek di atas

    dapat dia jadikan acuan untuk melihat apakah remaja terlalu mementingkan

    penampilan fisiknya atau tidak. Dari ketiga aspek perkembangan yang dialami

    remaja perempuan dapat dilihat pula bahwa aspek fisik sangat berpengaruh pada

    bagaimana remaja menilai diri mereka.

    Penjelasan di atas berlaku bagi remaja perempuan pada umumnya. Akan

    tetapi ada satu populasi khusus yang karakteristiknya menarik untuk diteliti yaitu

    siswi sekolah homogen. Siswi sekolah homogen menarik untuk diteliti karena ada

    penelitian yang dilakukan Tiggemann (2001) menemukan bahwa pada dasarnya

    tidak ada perbedaan antara siswi yang bersekolah di sekolah homogen maupun

    heterogen mengenai pandangan dan penilaian pada tubuh yang ideal. Meskipun

    demikian, siswi yang bersekolah pada sekolah homogen memiliki pencapaian

    (achievement) dan pandangan mengenai sex role yang lebih modern. Dalam

    penelitian tersebut dikatakan bahwa siswi di sekolah homogen cenderung

    mengasosiasikan wanita yang memiliki kemampuan dan intelegensi yang tinggi

    memiliki bentuk tubuh yang kurus (ideal). Dari penelitian tersebut dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan faktor sosiokultural yang

    penting dalam mempengaruhi sikap dari remaja perempuan mengenai tubuhnya.

    Oleh karena itu, sekolah homogen menciptakan lingkungan yang menuntut

    siswinya memiliki pencapaian tinggi dalam intelegensi dan kesuksesan secara

    profesional (Tiggemann, 2001). Keunikan karakteristik tersebut membuat

    populasi siswi sekolah homogen perempuan menjadi menarik untuk diteliti.

    Dalam ilmu psikologi, fenomena yang sudah dijabarkan di atas, bagaimana

    remaja perempuan menerima perubahan yang ada dalam dirinya, serta dinamika

    siswi sekolah homogen itu terkait dengan konsep persepsi tubuh. Secara lebih

    spesifik Cash dan Smolak (2011) menerangkan bahwa persepsi tubuh merupakan

    suatu sikap yang dimiliki oleh seorang individu terhadap tubuhnya yang berupa

    suatu penilaian baik itu positif maupun negatif. Cash (2016) memaparkan ada

    sepuluh aspek yang nantinya akan digunakan untuk melihat apakah seseorang

    memiliki penilaian yang positif atau negatif terhadap tubuhnya. Kesepuluh aspek

    tersebut adalah Appearance evaluation, Appearance orientation, Fitness

    evaluation, Fitness orientation, Health evaluation, Health orientation, Illness

    orientation, Body areas satisfaction, Overweight preoccupation, dan Self-

    classified weigh. Ketika seseorang menilai tubuhnya secara positif maka ia akan

    cenderung bahagia dan memiliki kontrol diri yang baik (Cash & Smolak, 2011)

    sehingga ia akan lebih menghargai dirinya sebagai pribadi yang unik (Grogan,

    2008). Akan tetapi ketika seseorang memiliki penilaian yang negatif terhadap

    tubuhnya maka ia akan berusaha mengubah tubuhnya secara ekstrem agar

    terhindar dari penilaian negatif orang lain (Smolak & Thompson, 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Penilaian yang negatif terhadap tubuh dapat membuat seseorang

    melakukan perubahan ekstrem terhadap tubuhnya seperti yang telah disampaikan

    (Smolak & Thompson, 2009) di atas oleh karena itu penelitian terkait persepsi

    tubuh sangat dibutuhkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada

    remaja perempuan.

    Beberapa penelitian sudah pernah dilakukan terkait persepsi tubuh. Dua

    penelitian akan dibahas di sini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gentina et al.,

    (2012) dan Scott (2015). Pada bagian pendahuluan dari jurnal yang ditulis oleh

    Gentina, disebutkan bahwa terlihat atraktif secara fisik merupakan hal yang sangat

    penting di kalangan remaja. Sehingga pada usia 15 tahun ke atas merupakan hal

    yang wajar ketika seorang perempuan menggunakan make up, tampil dengan

    busana yang sedang diminati banyak orang, bahkan melakukan operasi plastik

    (Schouten 1991, Park 1998, Rudd 1997 dalam Gentina et al., 2012). Penelitian

    tersebut menemukan bahwa ritual menggunakan make up merupakan sebuah

    perilaku yang menunjukkan bahwa seorang remaja mulai tumbuh menjadi orang

    dewasa (Gentina et al., 2012). Selain itu, penelitian dari Scott pada tahun 2015

    yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa perempuan selalu lekat dengan

    anggapan cantik, oleh karena itu banyak perempuan menggunakan make up

    karena perempuan percaya bahwa hal itu akan mempengaruhi level daya tariknya

    (Scott, 2015). Dari dua penelitian di atas dapat dilihat bahwa perempuan mulai

    memperhatikan penampilannya dan akan berusaha agar terlihat menarik ketika

    memasuki usia remaja.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Seorang remaja akan berusaha untuk mendapatkan penampilan yang ideal

    seperti penilaian orang lain ketika ia memiliki penilaian yang buruk pada

    tubuhnya. Oleh karena itu, ia akan berusaha untuk mencari informasi mengenai

    tubuh yang ideal dan bagaimana cara mendapatkannya melalui media. Sepertinya

    yang telah dikatakan oleh (Deutsch & Gerard, 1955; Insko, 1985 dalam Robert. A.

    Baron & Nyla R. Branscombe, 2012) ada dua motif kuat yang menjadi alasan

    seseorang untuk menyesuaikan diri yaitu, keinginan untuk disukai atau diterima

    oleh orang lain dan keinginan untuk berperilaku benar. Saat memasuki masa puber,

    remaja perempuan mulai membandingkan tubuhnya dengan teman sebayanya.

    Dengan keadaan emosi remaja yang belum stabil serta pandangan lingkungan

    sekitar mengenai bagaimana seharusnya penampilan dari seorang perempuan,

    membuat remaja berusaha untuk berpenampilan seperti yang lingkungan sosialnya

    harapkan. Keinginan untuk diterima oleh teman sebayanya membuat remaja

    berusaha untuk mencari info-info terbaru termasuk gaya berbusana. Melalui

    media komunikasi, periklanan dan juga industri kosmetik, remaja mencoba untuk

    tampil cantik seperti model-model dalam iklan (Smolak & Thompson, 2009)

    karena konten-konten dalam media sosial mengandung unsur persuasif yang

    mengajak masyarakat untuk mengikuti tren yang ada.

    Dari uraian yang sudah peneliti sampaikan di atas dapat dilihat bahwa

    kemungkinan ada hubungan antara konformitas di media sosial dan juga persepsi

    tubuh. Konformitas adalah suatu usaha seseorang untuk menyesuaikan diri dengan

    orang lain baik dari sisi pendapat, penilaian, atau tindakan agar sesuai dengan

    standar normatif suatu kelompok atau situasi sosial (American Psychological

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Association, 2009). Orang-orang cenderung melakukan konformitas bila cukup

    banyak orang yang mempengaruhi atau pengaruh itu datang dari seseorang yang

    memiliki hubungan dengan orang tersebut (Matlin, 2012). Penerimaan dan

    pengakuan dari teman sebaya merupakan suatu hal yang penting sehingga

    membuat remaja berusaha menyesuaikan diri agar tidak dijauhi oleh teman-

    temannya karena peran teman sebaya sangat penting dalam kehidupan mereka

    (Hurlock, 1973) dan media sosial merupakan salah satu media di mana remaja

    mendapatkan informasi-informasi yang aktual.

    Selain itu, pada penelitian lain disebutkan pula bahwa persepsi tubuh

    memiliki pengaruh yang cukup besar pada konformitas (Christanto, 2014;

    Handayani, 2011; Tiggemann, 2001). Senada dengan penelitian itu (Laili, Soeranti,

    & Pertiwi, 2015; Sebayang, Yusuf, & Priyatama, 2011; Yuliantari & Herdiyanto,

    2015) menemukan bahwa ada hubungan antara konformitas, persepsi tubuh dan

    juga perilaku konsumtif pada remaja. Penelitian dari Andriani dan Ni’matuzahroh,

    (2013) serta Nursanti (2009) juga mengatakan bahwa konsep diri yang rendah

    akan diikuti pula oleh konformitas yang tinggi. Dari penelitian-penelitian tersebut

    dikatakan bahwa remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

    sosialnya dengan membeli barang-barang yang menunjang penampilannya.

    Remaja juga mencoba untuk menyesuaikan diri dengan artis idola yang ia lihat di

    media karena remaja mulai mengerti betapa pentingnya memperhatikan

    penampilan untuk memperoleh pengakuan sosial. Akan tetapi ada penelitian lain

    yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konformitas dan juga

    konsep diri (Indrayana & Hendrati, 2013) serta harga diri (Erawati, 2016) pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    remaja. Menurut Potter dan Perry (2005) persepsi tubuh, ideal diri, harga diri,

    peran dan juga identitas diri merupakan bagian atau komponen dari konsep diri

    sehingga dua penelitian terakhir dapat pula dijadikan acuan dalam penelitian ini.

    Adanya perbedaan hasil tersebut membuat peneliti semakin tertarik untuk

    melihat seperti apa gambaran seorang remaja perempuan mengenai tubuhnya dan

    juga bagaimana sikap yang dimunculkan mengenai tubuhnya berdasarkan tuntutan

    lingkungannya terutama ketika seorang remaja berada dalam suatu lingkungan.

    Sekolah homogen berjenis kelamin perempuan peneliti pilih karena belum banyak

    penelitian yang mengambil populasi tersebut. Penelitian yang dilakukan di

    Yogyakarta dengan partisipan siswi perempuan di sekolah homogen ini

    diharapkan mampu menambah kelengkapan pengetahuan dari penelitian yang

    sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

    Orang-orang yang memiliki peran besar terhadap penilaian tubuh remaja

    adalah orang tua, pihak sekolah atau guru Bimbingan dan Konseling, serta Dinas

    Pendidikan. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendampingi walaupun

    terkadang ada perbedaan pendapat antara anak dengan orang tuanya. Remaja dan

    juga orang tua tumbuh dalam budaya dan generasi yang berbeda, walaupun dalam

    beberapa hal seperti pandangan mengenai agama, politik, pendidikan, dan juga

    norma sosial akan relatif sama tetapi tetap ada beberapa perbedaan cara pandang

    antara keduanya (Matlin, 2012).

    “…aku tu nggak terlalu suka cerita sama ibu, soalnya aku ngerasa gak

    bebas gitu mbak nanti dikit-dikit aku di judge gini lah gitu lah. Enak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    cerita sama temen, jadi berasa sepenanggungan gitu soalnya…”

    (Camelia, 15 thn).

    Pernyataan Camelia tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Matlin

    (2012) bahwa perbedaan pendapat sering kali membuat remaja perempuan merasa

    tidak nyaman dan cenderung terlibat banyak perdebatan dengan orang tua

    terutama dengan ibu sehingga menyebabkan remaja perempuan merasa lebih

    nyaman ketika bersama dengan teman sebayanya. Remaja perempuan bahkan

    cenderung lebih banyak mengungkapkan perasaannya kepada teman atau

    sahabatnya.

    Walaupun remaja lebih nyaman bercerita pada teman sebayanya, tetapi

    pengawasan peran orang tua sangat diharapkan. Hal itu dikarenakan ketika remaja

    perempuan merasa puas dan nyaman dengan dirinya ia akan cenderung memiliki

    kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam mengembangkan kemampuannya yang

    lain (Charulata, 2011). Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Canada,

    penelitian tersebut menemukan bahwa remaja yang memiliki harga diri yang

    tinggi cenderung tidak menggunakan make up dan dalam hal akademik biasanya

    mereka lebih mampu mengungkapkan pendapat dan kemampuannya di depan

    umum (Charulata, 2011). Akan tetapi, ketika seorang remaja memiliki penilaian

    yang rendah ia akan cenderung mengikuti seseorang yang menjadi idolanya

    seperti yang berita yang telah disampaikan di atas. Dari penjelasan di atas dapat

    dilihat bahwa peran orang tua sangat penting untuk menanamkan nilai yang positif

    pada tubuh remaja perempuan agar remaja memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Selain peran orang tua, ada pihak lain yang turut mengambil peran dalam

    perkembangan remaja yaitu pihak sekolah dan juga Dinas Pendidikan. Seperti

    yang telah dikatakan oleh Tiggemann (2001) sebagian besar remaja menghabiskan

    waktunya di sekolah, sehingga peran dari para guru juga sangat besar dalam

    pembentukan penilaian terhadap tubuh. Sekolah merupakan tempat yang sangat

    penting untuk membantu remaja agar dapat melakukan penanggulangan pada

    permasalahan sosial dan psikologis yang akan berdampak pada akademiknya.

    Sekolah diharapkan dapat membantu remaja dalam memilih sikap seperti apa

    yang lebih tepat untuk diambil daripada hanya memberikan label negatif kepada

    siswanya. Oleh karena itu, para guru khususnya guru Bimbingan dan Konseling

    (BK) dapat mendampingi siswi ketika mereka memiliki permasalahan dengan

    persepsi tubuh. Dinas Pendidikan secara tidak langsung juga memiliki peran

    untuk membangun penilaian yang positif terhadap tubuh. Hal tersebut dapat

    dilakukan dengan membuat keputusan mengenai pentingnya pemberian materi

    tentang persepsi tubuh, dan mewajibkan sekolah-sekolah menerapkannya.

    Ilmuwan dan praktisi psikologi juga memiliki peran untuk menumbuhkan

    persepsi tubuh positif pada remaja perempuan. Upaya yang dapat dilakukan

    adalah dengan memberikan seminar, pelatihan, atau workshop yang berkaitan

    dengan persepsi tubuh agar materi dapat diberikan secara lebih tepat, jelas, dan

    mendalam karena disampaikan oleh orang yang lebih ahli. Suatu informasi akan

    lebih dipercaya ketika disampaikan oleh orang yang ahli dalam bidangnya

    sehingga dapat mengurangi kemungkinan remaja mendapatkan informasi yang

    berujung pada menurunnya penilaian terhadap tubuhnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Selain peran yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berada di sekitar

    remaja perempuan, persepsi tubuh juga penting untuk diketahui dan dipelajari.

    Penilaian mengenai persepsi tubuh penting untuk diketahui oleh orang tua karena

    strategi preventif perlu dilakukan untuk meningkatkan kepuasan persepsi tubuh

    pada remaja. Orang tua harus dapat menyediakan kebutuhan fisik, emosional, dan

    intelektual, sehingga remaja akan tumbuh dengan memiliki persepsi tubuh dan self

    esteem yang positif (Charulata, 2011). Menurut Kenny (dalam Asrianti, 2018),

    akan menjadi masalah serius apabila ketergantungan merias diri memengaruhi

    cara berpikir remaja jangan sampai remaja putri menganggap nilai diri mereka

    semata-mata didasarkan pada penampilan fisik. Kenny juga mengungkapkan

    bahwa sebagian besar anak-anak berada di bawah tekanan berat untuk

    menampilkan diri mereka dengan baik. Generasi saat ini ingin selalu terlihat

    sempurna di depan kamera. Tekanan dari lingkungan sosial tampaknya membuat

    remaja berusaha cukup keras untuk mempercantik penampilan mereka, bahkan

    mereka rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli peralatan make

    up. Oleh karena itu, ada baiknya apabila orang tua mengajak remaja berdiskusi

    mengenai hal itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang telah

    dipaparkan di bagian sebelumnya.

    Penelitian mengenai persepsi tubuh ini penting untuk diketahui oleh guru

    BK serta Dinas Pendidikan. Peneliti bersekolah di sekolah negeri yang siswanya

    heterogen atau siswa laki-laki dan perempuan campur menjadi satu. Ketika masih

    duduk di bangku sekolah, peneliti belum pernah mendapatkan materi mengenai

    cara meningkatkan harga diri dan kepuasan terhadap tubuh sehingga penelitian ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    diharapkan dapat menunjukkan betapa pentingnya peran sekolah dalam

    memberikan penilaian positif terhadap tubuh remaja perempuan. Penelitian ini

    dapat dijadikan acuan bagi guru BK agar membuat materi pembelajaran agar lebih

    tepat sasaran. Dinas Pendidikan juga penting untuk mengetahui perkembangan

    dari usaha yang telah dilakukan oleh guru BK dan perlu memeriksa kesesuaian

    materi secara berkelanjutan.

    Bagi komunitas ilmuwan Psikologi, penelitian ini penting dilakukan agar

    para ilmuwan psikologi mendapatkan informasi tambahan terutama mengenai

    keadaan siswi di sekolah homogen perempuan khususnya mengenai persepsi

    tubuh dan konformitas. Praktisi psikologi dapat menjadikan hasil penelitian ini

    sebagai gambaran keadaan siswi di sekolah homogen sehingga ketika dibutuhkan

    praktisi psikologi dapat memberikan intervensi yang tepat saat menghadapi

    remaja perempuan yang memiliki permasalahan dengan persepsi tubuh dan juga

    perilaku konformitas bersekolah di sekolah homogen sesuai dengan konteks di

    sekolahnya.

    C. Rumusan Permasalahan

    Dari teori yang sudah disampaikan pada bagian latar belakang dapat

    dilihat bahwa ketika seseorang menilai tubuhnya secara positif maka ia akan

    cenderung bahagia dan memiliki kontrol diri yang baik (Cash & Smolak, 2011)

    sehingga remaja perempuan akan lebih menghargai dirinya sebagai pribadi yang

    unik (Grogan, 2008). Akan tetapi kenyataan di lapangan berbeda dengan hal itu.

    Para remaja kurang mampu menilai dirinya secara positif sehingga remaja

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    berlomba-lomba untuk tampil menarik dan cenderung mengikuti tren saat ini

    dengan berperilaku konform dengan lingkungannya. Penelitian-penelitian

    sebelumnya mengatakan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan antara

    konformitas dan juga persepsi tubuh (Christanto, 2014; Handayani, 2011;

    Tiggemann, 2001; Andriani & Ni’matuzahroh, 2013; Nursanti, 2009). Hal itu

    berarti, ketika penilaian terhadap tubuh cenderung tinggi atau positif maka

    perilaku konform yang ditunjukkan cenderung rendah. Akan tetapi ada pula

    beberapa penelitian yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara

    konformitas dan juga persepsi tubuh (Indrayana & Hendrati, 2013; Erawati, 2016).

    Adanya perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya menjadikan penelitian

    ini penting untuk dilakukan. Perbedaan hasil dapat diakibatkan oleh perbedaan

    karakteristik partisipan penelitian. Siswi sekolah homogen menarik untuk diteliti

    karena memiliki karakteristik yang berbeda dari sekolah heterogen. Selain itu,

    jumlah sekolahnya pun tidak sebanyak sekolah heterogen sehingga cukup sulit

    untuk meneliti siswi homogen. Dalam penelitian korelasional, hubungan antara

    variabel terikat dan bebas sering kali bersifat timbal balik dan belum tentu

    merupakan hubungan sebab-akibat (Azwar, 2017b) sehingga peneliti

    menggunakan penelitian-penelitian sebelumnya untuk melihat keterkaitan antara

    kedua variabel tersebut. Pemilihan variabel bebas yaitu konformitas dalam media

    sosial dikarenakan peneliti hanya akan melihat variasi tingkatan dari partisipan

    yang menjadi sampel dan apakah konformitas dalam media sosial ada

    hubungannya dengan persepsi tubuh remaja perempuan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    D. Ruang Lingkup

    Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak dapat menggambarkan

    semua populasi remaja perempuan di Yogyakarta sehingga peneliti berusaha untuk

    mengisi sedikit celah dari penelitian sebelumnya dengan menggunakan partisipan

    remaja perempuan yang bersekolah di sekolah homogen di wilayah Yogyakarta.

    Sekolah homogen berjenis kelamin perempuan peneliti pilih karena belum banyak

    penelitian yang mengambil populasi tersebut.

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab rumusan permasalahan yang

    telah peneliti temukan dengan ruang lingkup yang sudah ditentukan. Penelitian ini

    dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya perilaku konformitas dalam media

    sosial dan juga hubungannya dengan tinggi rendahnya penilaian atau persepsi

    tubuh remaja perempuan di Yogyakarta dengan karakteristik partisipan siswi SMA

    di tiga sekolah homogen di Yogyakarta.

    F. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan pertanyaan

    yang akan dijawab melalui penelitian ini. Pertanyaan tersebut adalah sebagai

    berikut: Apakah ada hubungan antara konformitas dalam media sosial dan

    persepsi tubuh remaja perempuan di sekolah homogen?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    G. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini tidak hanya menarik bagi peneliti akan tetapi penelitian ini

    juga bermanfaat bagi orang-orang di sekitar remaja perempuan. Penelitian ini

    bermanfaat bagi orang tua, guru dan juga Dinas Pendidikan, serta Ilmuwan dan

    Praktisi Psikologi.

    1. Bagi Orang tua

    Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua dari siswi sekolah

    homogen khususnya di Yogyakarta. Orang tua dapat mengetahui gambaran

    dari persepsi tubuh dan juga perilaku konform dari putrinya yang bersekolah

    di sekolah homogen. Selain itu, orang tua juga dapat mengetahui pentingnya

    membantu remaja untuk membiasakan diri menilai tubuhnya secara lebih

    positif.

    2. Bagi Guru, dan Dinas Pendidikan

    Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, sekolah merupakan

    lingkungan yang turut membangun persepsi tubuh pada remaja perempuan.

    Penelitian ini dapat digunakan oleh dinas pendidikan sebagai bahan

    pertimbangan mengenai peraturan pemberian materi pembelajaran mengenai

    persepsi tubuh kepada siswi SMA khususnya sekolah homogen. Dengan acuan

    dari hasil penelitian ini, guru BK juga dapat membuat dan memberikan materi

    yang lebih sesuai dengan karakteristik siswi sekolah homogen agar lebih tepat

    sasaran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    3. Bagi Ilmuwan dan Praktisi Psikologi

    Bagi komunitas ilmuwan psikologi, penelitian ini diharapkan mampu

    menambah informasi mengenai gambaran kondisi remaja perempuan di

    Yogyakarta mengenai sikap konformis pada media sosial dan kaitannya

    dengan persepsi tubuh. Selain itu, ilmuwan dan komunitas psikologi juga

    dapat memberikan penanganan yang tepat untuk meningkatkan penilaian

    positif terhadap tubuh remaja perempuan siswi sekolah homogen ketika

    dibutuhkan.

    Dalam bab ini, peneliti telah memaparkan latar belakang penelitian

    mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan, hasil penelitian terdahulu, serta

    manfaat dari penelitian ini. Peneliti juga memberikan batasan atau ruang lingkup

    yang dapat diberikan oleh penelitian ini, serta memberikan sedikit paparan

    mengenai teori yang akan peneliti gunakan sebagai landasan penelitian. Pada bab

    selanjutnya, peneliti akan membahas secara lebih rinci mengenai variabel yang

    akan diteliti yaitu konformitas dan juga persepsi tubuh.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pengantar

    Pada bab sebelumnya peneliti telah memberi gambaran singkat mengenai

    topik yang akan menjadi fokus penelitian berdasar pada fenomena-fenomena yang

    terjadi dalam masyarakat. Peneliti juga menjabarkan mengenai ruang lingkup

    penelitian, tujuan, serta manfaat dari penelitian ini. Kemudian pada bab ini,

    peneliti akan memberikan gambaran secara umum mengenai dinamika remaja

    perempuan berkaitan dengan persepsi tubuh dan kecenderungan remaja

    perempuan untuk melakukan konformitas melalui media sosial berdasarkan

    tinjauan pustaka yang nantinya akan peneliti gunakan sebagai dasar penelitian.

    Peneliti mencoba mengawali dengan memberikan gambaran mengenai dinamika

    psikologis remaja perempuan dari perspektif psikologi perkembangan dan juga

    perspektif psikologi sosial. Dari kedua perspektif tersebut peneliti kemudian

    melanjutkan dengan dinamika remaja di sekolah homogen perempuan.

    Setelah memaparkan mengenai dinamika remaja siswi sekolah homogen,

    peneliti akan memaparkan mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Peneliti

    akan menjelaskan mengenai persepsi tubuh secara lebih rinci, dimulai dari definisi,

    aspek-aspek dari persepsi tubuh, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Untuk

    melihat usaha yang dilakukan remaja untuk terlihat cantik ideal sesuai dengan tren

    saat ini, peneliti mencoba untuk menjelaskannya lewat teori konformitas yang

    juga dijelaskan mulai dari definisi, aspek-aspek, dan juga faktor yang dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    mempengaruhi. Setelah itu, peneliti mencoba untuk menjelaskan proses dan

    dampak dari masing-masing variabel serta membuat sebuah kerangka konseptual.

    Bab ini akan diakhiri dengan hipotesis penelitian yang nantinya akan diuji dalam

    penelitian ini.

    B. Remaja Siswi Sekolah Homogen

    Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai dinamika psikologis remaja

    siswi sekolah homogen. Pemaparan akan dibagi menjadi tiga bagian dimulai dari

    perspektif perkembangan, perspektif sosial, dan yang terakhir ditutup dengan

    dinamika remaja siswi sekolah homogen.

    1. Perspektif Perkembangan

    Seorang individu dalam rentang kehidupannya akan mengalami masa

    transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Masa transisi ini disebut dengan

    masa remaja. Menurut Hurlock (1973) kata remaja berasal dari bahasa latin,

    adulenscentia, yang berarti masa muda. Pada masa transisi ini terdapat

    perubahan-perubahan yang harus diterima oleh remaja. Perubahan yang akan

    dialami oleh remaja meliputi perubahan fisik, psikologis dan emosi (Hurlock,

    1973). Dalam hal kematangan seksual, terdapat perbedaan antara laki-laki dan

    perempuan. Pada perempuan, usia remaja dimulai dari 13 sampai dengan 18

    tahun sedangkan pada laki-laki baru dimulai dari 14 sampai dengan 18 tahun.

    Pada rata-rata usia 13 tahun, remaja perempuan mengalami menarche atau

    menstruasi pertama. Menarche mengakibatkan terjadinya perubahan-

    perubahan fisik pada diri remaja perempuan (Hurlock, 1973). Tugas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    perkembangan utama pada usia remaja adalah menerima perubahan yang

    terjadi pada tubuhnya sebagai simbol perubahan dirinya, sehingga perubahan

    pada tubuh lebih banyak menyebabkan distress daripada kepuasan terhadap

    dirinya (Smolak & Thompson, 2009). Oleh karena itu, remaja akan

    mengusahakan untuk menjaga penampilan dirinya, walaupun mungkin saja

    tetap berujung pada ketidakpuasan terhadap diri mereka (Hurlock, 1973).

    Selain perubahan dalam segi fisik, remaja juga mengalami

    perkembangan dari segi psikologis, perkembangan tersebut membuat seorang

    remaja mulai dapat berpikir secara abstrak dan juga kompleks (Hurlock, 1973).

    Melalui kemampuan berpikir kompleks tersebut, remaja mulai

    mempertanyakan dan menilai tentang dirinya sendiri mengenai karakteristik

    personal dalam hal fisik, psikologis, dan juga dimensi sosial (Reid et al., 2008;

    Rhodes et al., 2007; Whitbourne, 2008 dalam Matlin, 2012). Erikson (dalam

    Gunarsa & Gunarsa, 1981) juga mengemukakan bahwa masa remaja

    merupakan masa terbentuknya identitas diri seseorang. Identitas diri tersebut

    mencakup cara hidup pribadi yang dikenali dan dialami sendiri dan sulit

    dikenali oleh orang lain. Cara berpikir yang kompleks juga membuat remaja

    mulai membandingkan dirinya dengan teman sebayanya.

    Dalam perkembangannya, remaja juga mengalami perubahan-

    perubahan emosi. Cote (1994 dalam Mensinger, 2001) mengatakan bahwa

    masa remaja merupakan periode dari “storm and stress” yang diakibatkan

    oleh interaksi antara ketidakseimbangan biologis yang dirangsang pubertas

    dan juga dipengaruhi oleh budaya. Usia remaja merupakan saat di mana

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    seorang individu dalam keadaan emosi tampak lebih tinggi atau dapat dilihat

    dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi yang mudah

    meledak, bertengkar, tidak bergairah, pemalas, dan membentuk mekanisme

    pertahanan diri (Hurlock, 1973). Emosi tersebut merupakan akibat dari

    kebutuhan untuk meninggalkan kebiasaan yang lama pada saat anak-anak dan

    menghadapi lingkungan yang baru (Hurlock, 1973). Pada remaja perempuan,

    perubahan emosi yang mencolok (mood swing) mulai terjadi ketika

    mengalami menarche dan akan muncul mendekati haid.

    2. Perspektif Sosial

    Selain perubahan fisik dan emosi, perubahan sosial juga akan dialami

    oleh remaja. Sejak kecil seseorang telah mengetahui hal-hal mengenai

    kesesuaian antara penampilan dan peran seperti apa yang akan dimainkan

    sesuai jenis kelamin mereka dalam penyesuaian sosial (Hurlock, 1973).

    Melalui pola asuh dan didikan dari orang tua, anak belajar bahwa mereka

    hidup dalam lingkungan sosial yang memiliki suatu nilai-nilai tertentu. Dalam

    perkembangannya, anak diharapkan dapat sedikit demi sedikit mengadaptasi

    budaya dari lingkungannya. Selain itu, anak juga belajar bahwa mereka harus

    memenuhi penilaian dan tuntutan yang diberikan oleh lingkungannya.

    Perasaan dinilai akan memunculkan rasa khawatir mengenai kesesuaian antara

    aspek tubuh dengan jenis kelamin mereka (Hurlock, 1973). Oleh karena itu,

    dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, remaja kurang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    mempertimbangkan nilai-nilai yang mereka miliki dan cenderung langsung

    melebur bersama teman sebayanya.

    Remaja juga mulai belajar untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

    Hidup bermasyarakat merupakan suatu proses belajar untuk menyesuaikan diri

    dengan standar, moral, dan tradisi dari masyarakat. Pengelompokan sosial

    yang berdasarkan pada negara asal, kelompok etnis, atau agama akan

    membentuk identitas budaya dari seseorang (Markus 2008 dalam Matlin,

    2012). Penyesuaian pada masyarakat akan menentukan luasnya tingkatan

    bagaimana ia akan bersosialisasi pada usia dewasanya (Hurlock, 1973).

    Identitas yang dimiliki nantinya akan mempengaruhi perilaku remaja ketika

    berinteraksi di lingkungannya ketika dirinya sudah dewasa.

    3. Remaja Siswi Sekolah Homogen

    Suatu identitas akan mempengaruhi pandangan dan juga perilaku

    seseorang termasuk pilihan hidunya termasuk untuk menentukan di mana ia

    harus melanjutkan pendidikan. Pilihan tempat untuk melanjutkan pendidikan

    dapat didasarkan pada dua pilihan yaitu diri sendiri, dan juga orang tua. Dalam

    menentukan sekolah lanjutan, remaja biasanya mendengarkan masukan dari

    orang tuanya. Di Indonesia ada dua jenis sekolah yaitu sekolah homogen yang

    berisi dengan siswa atau siswi yang berjenis kelamin sama dalam satu sekolah

    dan juga sekolah heterogen di mana siswa dan siswinya bercampur menjadi

    satu. Mensinger (2001) mengatakan bahwa beberapa orang tua yang memilih

    sekolah lanjutan untuk anak perempuannya dengan berdasar pada pengalaman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    di masa lalunya. Orang tua yang memilih sekolah homogen perempuan

    berdasarkan struktur tradisional memiliki pertimbangan bahwa sekolah

    homogen merupakan sekolah yang bergengsi, selain itu sekolah homogen juga

    memiliki lingkungan yang konservatif dan protektif sehingga orang tua

    mempercayakan anak perempuannya untuk bersekolah di sana (Mensinger,

    2001). Pengalaman keluarga di masa lalu yang bersekolah di sekolah homogen

    semakin memperkuat keyakinan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di

    tempat itu (Mensinger, 2001). Di samping itu, Mensinger (2001) mengatakan

    bahwa ada pula orang tua yang memiliki pendapat bahwa sekolah homogen

    merupakan sekolah yang potensial untuk menambah pengalaman anaknya

    karena sekolah homogen lebih berfokus pada kegiatan-kegiatan akademik dan

    kurangnya distraksi dalam hal sosialisasi. Hal tersebut membuat orang tua

    memiliki harapan jika lulus nanti anak perempuannya akan memiliki

    kemampuan dan kepercayaan diri untuk mengatasi diskriminasi gender dan

    perbedaan kelas-kelas sosial.

    Pemilihan sekolah homogen perempuan atau sekolah heterogen akan

    berpengaruh pada diri remaja perempuan. Remaja yang bersekolah di sekolah

    homogen cenderung memiliki achievement yang tinggi dan juga kemampuan

    leadership yang lebih menonjol (Mensinger, 2001; Schneider & M. Coutts,

    1982). Hal itu disebabkan oleh lingkungan sekolah yang mengedepankan

    kontrol dan disiplin pada peraturan sekolahnya. Selain itu siswi di sekolah

    homogen juga diberikan keleluasaan untuk menggunakan make up atau

    berdandan dengan tujuan agar siswi sekolah homogen terlihat layaknya wanita

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    sesungguhnya karena di sekolah homogen para siswi dituntut untuk dapat

    melakukan pekerjaan yang tidak kalah oleh pria akan tetapi tetap terlihat

    anggun seperti wanita (Mensinger, 2001).

    C. Persepsi Tubuh

    Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan mengenai definisi, aspek, serta

    faktor yang mempengaruhi persepsi tubuh. Setelah itu, peneliti akan memaparkan

    proses dan dampak ketika seseorang menilai tubuhnya dan kemudian dilanjutkan

    dengan pemaparan persepsi tubuh remaja perempuan di sekolah homogen.

    1. Definisi Persepsi Tubuh

    Smolak dan Thompson (2009) mengatakan bahwa secara luas persepsi

    tubuh dapat didefinisikan sebagai evaluasi partisipantif mengenai penampilan

    seseorang, berbeda dengan daya tarik fisik, yang merupakan penilaian

    penampilan eksternal atau objektif. Persepsi tubuh juga merupakan suatu sikap

    yang dimiliki oleh seorang individu terhadap tubuhnya yang berupa suatu

    penilaian baik itu positif maupun negatif (Cash & Smolak, 2011). Kemudian

    menurut Grogan (2008) secara singkat persepsi tubuh merupakan gambaran

    dari tubuh kita sendiri yang kita bentuk dalam pikiran kita, yaitu bagaimana

    penampilan tubuh muncul pada diri kita sendiri. Secara singkat, persepsi tubuh

    dapat diartikan sebagai gambaran dan penilaian seseorang mengenai

    penampilannya sendiri baik itu positif maupun negatif.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    2. Aspek-Aspek Persepsi Tubuh

    Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan aspek-aspek dari persepsi

    tubuh menurut Cash (2016) yaitu; Appearance evaluation, Appearance

    orientation, Fitness evaluation, Fitness orientation, Health evaluation, Health

    orientation, Illness orientation, Body areas satisfaction, Overweight

    preoccupation, dan Self-classified weigh. Kesepuluh aspek tersebut akan

    dipaparkan sebagai berikut:

    a. Appearance Evaluation (Perasaan mengenai Penampilan)

    Appearance Evaluation merupakan suatu perasaan seseorang

    mengenai daya tarik fisik atas kepuasan atau ketidakpuasan terhadap

    penampilannya. Seseorang yang memiliki nilai tinggi cenderung lebih

    puas dengan penampilannya, sedangkan orang dengan nilai rendah

    cenderung merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya.

    b. Appearance Orientation (Pemahaman mengenai Penampilan)

    Appearance Orientation adalah luasnya pandangan seseorang

    mengenai penampilannya. Orang yang memiliki nilai yang tinggi lebih

    mementingkan penampilan mereka, memperhatikan penampilan mereka,

    dan melakukan perawatan pada tubuhnya. Sedangkan orang yang memiliki

    nilai rendah, cenderung apatis tentang penampilan mereka. Mereka merasa

    bahwa penampilan bukanlah suatu hal yang terlalu penting dan mereka

    tidak berusaha banyak untuk "terlihat baik".

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    c. Fitness Evaluation (Perasaan mengenai Kebugaran Fisik)

    Fitness Evaluation merupakan perasaan seseorang mengenai sehat

    atau tidak sehat dirinya secara fisik. Orang dengan nilai yang tinggi

    merasa diri mereka sehat secara fisik dan terlihat dalam bentuk tubuh yang

    atletik, aktif, dan kompeten. Orang dengan nilai tinggi juga cenderung

    terlibat aktif dalam aktivitas untuk meningkatkan kebugaran. Sedangkan

    orang dengan skor lebih rendah merasa tidak sehat secara fisik, memiliki

    bentuk tubuh yang tidak bagus atau tidak atletik serta tidak kompeten.

    Orang dengan nilai rendah juga cenderung tidak menghargai kebugaran

    fisik dan tidak secara teratur melakukan aktivitas olahraga dan

    membiasakannya dalam gaya hidup mereka.

    d. Fitness Orientation (Pemahaman mengenai Kebugaran Fisik)

    Fitness Orientation adalah luasnya suatu pandangan seseorang

    mengenai anggapan sehat secara fisik atau kompeten secara atletik. Nilai

    tinggi akan diperoleh oleh orang yang menghargai kebugaran dan secara

    aktif terlibat dalam aktivitas untuk meningkatkan atau mempertahankan

    kebugaran mereka. Sedangkan nilai yang rendah akan didapatkan oleh

    orang yang cenderung tidak menghargai kebugaran fisik dan tidak secara

    teratur melakukan aktivitas olahraga dan membiasakan ke dalam gaya

    hidup mereka.

    e. Health Evaluation (Perasaan mengenai Kesehatan)

    Health Evaluation merupakan perasaan seseorang mengenai

    kesehatan fisik atau kebebasan dari penyakit fisik. Orang dengan nilai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    tinggi merasa tubuh mereka sehat. Sedangkan orang dengan skor rendah

    merasa tidak sehat dan mengalami gejala penyakit atau kerentanan pada

    suatu penyakit.

    f. Health Orientation (Pemahaman mengenai Kesehatan)

    Health Orientation adalah luasnya pandangan seseorang mengenai

    gaya hidup sehat secara fisik. Seseorang dengan nilai tinggi akan

    cenderung sadar akan kesehatan dan mencoba menjalani gaya hidup sehat.

    Sedangkan seseorang dengan nilai rendah lebih apatis tentang kesehatan

    mereka.

    g. Illness Orientation (Pemahaman mengenai Penyakit)

    Illness Orientatiton merupakan suatu pandangan atau reaktivitas

    seseorang mengenai penyakit. Seseorang dengan nilai tinggi cenderung

    waspada terhadap gejala penyakit fisik dan cenderung mencari tahu

    tentang penanganan medis yang kira-kira dibutuhkan. Orang dengan nilai

    rendah cenderung tidak terlalu waspada terhadap gejala fisik penyakit.

    h. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh)

    Body Areas Satisfaction merupakan penilaian seseorang mengenai

    kepuasan atau ketidakpuasan terhadap bagian tubuhnya. Seseorang dengan

    nilai tinggi umumnya menyukai dan puas pada sebagian besar wilayah

    tubuh mereka. Sedangkan orang dengan nilai yang rendah cenderung tidak

    senang dengan ukuran atau penampilan beberapa daerah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    i. Overweight Preoccupation (Kecemasan menjadi Gemuk)

    Overweight Preoccupation merupakan penilaian seseorang

    mengenai sebuah konstruksi yang mencerminkan kegelisahan dan

    kewaspadaan pada berat badan, diet, dan pengendalian makan. Semakin

    tinggi nilai yang dimiliki seseorang maka semakin ia berusaha untuk

    menjaga berat badannya agar tetap ideal.

    j. Self-Classified Weight (Kemampuan Mengategorikan Bentuk

    Tubuh)

    Self-Classifoed Weight merupakan pandangan dan pemberian label

    pada berat seseorang, dari yang sangat kurus hingga sangat kelebihan berat

    badan. Orang yang memiliki skor tinggi akan lebih mudah untuk

    menentukan atau menilai berat badannya dan juga orang lain dan ia juga

    akan memiliki pandangan yang hampir sama dengan orang lain ketika

    menentukan berat badan seseorang.

    Menurut Cash (2016) dalam variabel persepsi tubuh terdapat sepuluh

    aspek yang terdapat di dalamnya. Aspek Appearance, Fitness, dan Helath

    masing-masing terbagi menjadi dua yaitu orientation dan evaluation. Bagian

    orientation menekankan pada pandangan atau penilaian seseorang, sedangkan

    pada bagian evaluation lebih menekankan pada perasaan seseorang mengenai

    suatu hal dalam dirinya. Selain itu, masih ada empat aspek yang lain yaitu

    Illness Orientation, Body Areas Satisfaction, Overweight Preoccupation, dan

    Self-Classified Weigh. Berdasarkan sepuluh aspek yang telah dijelaskan di atas,

    persepsi tubuh memiliki dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Jadi, penilaian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    tinggi rendahnya persepsi tubuh remaja akan dilihat dari perolehan nilai dari

    sepuluh aspek tersebut.

    3. Faktor-faktor Persepsi Tubuh

    Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi tubuh yaitu usia,

    kelas sosial, kultural, seksualitas, dan juga media. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi persepsi tubuh tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

    a. Usia

    Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi

    tubuh. Grogan (2008) mengatakan bahwa, baik anak laki-laki dan juga

    perempuan mulai kritis terhadap tubuh mereka ketika memasuki usia pra

    remaja. Sehingga dimulai dari usia praremaja, seseorang akan mulai

    memberikan penilaian kepada tubuhnya. Seorang remaja mulai merasa di

    bawah tekanan untuk menjadi lebih langsing ketika mereka berada di

    Sekolah Dasar. Remaja juga cenderung menginginkan berat badan yang

    normal, sehingga tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus (Grogan,

    2008).

    b. Kelas Sosial

    Kelas sosial juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang

    menilai tubuhnya. Seseorang yang berada dalam kelas sosial yang lebih

    tinggi akan cenderung lebih memperhatikan penampilan dan perawatan

    tubuh yang ia jalani. Sebagai contoh, seorang perempuan yang berada

    dalam kelas sosial yang lebih tinggi memiliki perhatian yang lebih

    mengenai tubuhnya dan cara diet yang akan dilakukannya. Kelas sosial

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    yang lebih tinggi akan cenderung melihat tubuh dari segi estetik dan bukan

    fungsionalnya sehingga akan cenderung mengikuti kegiatan olahraga agar

    penampilannya tetap terjaga (Grogan, 2008).

    c. Etnik/kultural

    Pengaruh sosiokultural telah terbukti signifikan dalam menentukan

    standar kecantikan dan menunjukkan betapa pentingnya penampilan bagi

    seseorang. Pengaruh ini terdiri dari konteks sosial secara umum yang

    digambarkan melalui gambar dan pesan media, mainan yang dijual di toko,

    dan masukan dari orang-orang terdekat (Smolak & Thompson, 2009).

    Setiap negara memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda, hal itulah

    yang membuat kepuasan dan penilaian terhadap tubuh berbeda-beda di

    setiap negara (Grogan, 2008). Grogan (2008) juga mengatakan bahwa

    pada usia remaja gadis Asian cenderung lebih mungkin merasa bahwa

    mereka kelebihan berat badan dan lebih banyak terlibat dalam program

    diet dan konsumsi pil diet yang tidak sehat jika dibandingkan dengan gadis

    African dan American.

    d. Seksualitas

    Dalam hal seksualitas, seseorang akan lebih menyukai atau menilai

    lebih baik tentang pasangan yang sehat dan juga bugar. Oleh karena itu

    seseorang akan berusaha untuk terlihat menarik dan berusaha untuk

    menjadi seperti apa yang diinginkan oleh pasangannya (Grogan, 2008).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    e. Media

    Media juga membawa pengaruh tersendiri dalam penilaian

    terhadap tubuh seseorang. Tayangan dalam media, memiliki pengaruh

    terhadap internalisasi seseorang mengenai bentuk tubuh ideal, kurus yang

    ideal, dan ketidakpuasan terhadap diri (Cash & Smolak, 2011). Media

    khususnya media sosial dapat mempengaruhi persepsi tubuh seseorang

    (Fardouly & Vartanian, 2016). Media sosial dapat berpengaruh pada

    persepsi tubuh ketika penggunanya aktif dalam membandingkan dirinya

    dengan tayangan di akun media sosialnya. Fardouly dan Vartanian (2016)

    juga mengatakan bahwa media sosial yang lebih berbasis pada gambar

    seperti Instagram dan Snapchat memiliki peluang lebih besar untuk

    mempengaruhi persepsi tubuh seseorang.

    Setiap negara memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda,

    penilaian standar tersebut didapatkan dari tayangan di media (Grogan,

    2008). Orang dengan usia dan juga kelas sosial yang berbeda akan

    memberikan penilaian serta menunjukkan sikap yang berbeda pula pada

    standar yang ditunjukkan oleh media. Selain itu, bagaimana seseorang

    menilai tubuhnya juga dipengaruhi oleh penilaian pasangannya.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa persepsi tubuh dapat

    dipengaruhi oleh lima faktor yaitu usia, kelas sosial, kultural, seksualitas,

    dan juga media.

    Selanjutnya di bawah ini akan dijelaskan mengenai bagaimana

    proses seseorang mengenai dalam memersepsi tubuhnya dan seperti apa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    dampak-dampak yang ditimbulkan baik dari persepsi tubuh yang tinggi

    dan juga rendah. Penelitian ini akan lebih banyak membahas faktor usia,

    etnik/kultural, serta media sebagai faktor yang mempengaruhi persepsi

    tubuh.

    4. Proses dan Dampak

    Setelah memaparkan definisi persepsi tubuh, aspek-aspek, serta faktor-

    faktor yang mempengaruhi di bawah ini akan dijelaskan mengenai proses

    seseorang menilai tubuhnya serta dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.

    Dalam beberapa tahun pe