hubungan antara kecerdasan emosional dan prokrastinasi pada...
TRANSCRIPT
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi
di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Sarah Devina
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Kecerdasan emosional sangat berpengaruh pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik, akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan untuk berkonsentrasi pada tugas atau pekerjaannya. Tetapi seseorang yang mampu mengelola perasaan dengan baik, maka akan mampu memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuannya untuk menyelesaikan skripsi dengan baik..
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik skala. Untuk mengukur kecerdasan emosional adalah dengan menggunakan skala kecerdasan emosional yang didasarkan dari komponen-komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Goleman (2008), sedangkan untuk mengukur prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi adalah dengan menggunakan skala prokrastinasi yang didasarkan dari ciri-ciri prokrastinasi yang dikemukakan oleh Ferrari dan McCown (2008). Subjek pada penelitian adalah mahasiswa yang sedang menyusun skripsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma angkatan 2006 sebanyak 118 subjek.
Hasil pengujian validitas item dalam penelitian ini untuk skala kecerdasan emosional bergerak dari 0.314 – 0.673 dengan reliabilitas sebesar 0.918. Sedangkan korelasi skor total item pada skala sikap prokrastinasi bergerak antara 0.324 – 0.705 dengan reliabilitas sebesar 0.941. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson (1-tailed) diketahui nlai koefisien korelai sebesar r = - 0.503 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.01). Artinya terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional maka semakin rendah tingkat prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi.
Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Prokrastinasi, Mahasiswa, Skripsi
PENDAHULUAN
Mahasiswa yang telah
menyelesaikan seluruh mata kuliahnya
sesuai dengan program akademis
dalam arti bahwa mahasiswa tersebut
telah menempuh seluruh mata kuliah
dan dinyatakan lulus seluruhnya,
diwajibkan membuktikan
kematangannya dengan membuat
skripsi yang disusun berdasarkan
kegiatan penelitian (Ganda, 2004).
Dalam menyusun skripsi, pada
umumnya mahasiswa mengalami
berbagai kendala atau hambatan.
Kendala yang seringkali dialami oleh
para mahasiswa diantaranya; kesulitan
mencari bahan reverensi, dana yang
terbatas, dan takut bertemu dosen
pembimbing. Kendala-kendala
tersebut pada akhirnya dapat
menyebabkan stres, rendah diri, dan
frustasi, sehingga mahasiswa memilih
untuk menunda-nunda tugasnya dalam
menyelesaikan skripsi (Mutadin,
2002).
Dalam dunia akademik
perilaku menunda-nunda tugas adalah
hal yang umum terjadi, perilaku ini
disebut dengan istilah prokrastinasi
(Steel, dalam Kartadinata & Tjundjing,
2008). Suatu penundaan dikatakan
prokrastinasi, apabila penundaan itu
dilakukan pada tugas yang penting.
Dilakukan berulang-ulang secara
sengaja dan menimbulkan perasaan
tidak nyaman (Solomon & Rothblum,
dalam Tondok, Ristyadi, dan kartika,
2008). Salah satu konsekuensi dari
prokrastinasi pada mahasiswa adalah
tertundanya memperoleh gelar sarjana
karena terlambat menyelesaikan
skripsi (Muszynski & Akamatsu,
dalam Surijah & Tjundjing, 2007).
Adapun data kelulusan yang diperoleh
penulis dari sekretariat Jurusan
Psikologi Universitas Gunadarma
(2010), diketahui bahwa mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma angkatan 2006 yang lulus
tepat waktu adalah 15% dari jumlah
keseluruhan mahasiwa yaitu 168
mahasiswa.
Menurut Tondok, Ristyadi, dan
kartika (2008), salah satu faktor
mahasiswa memiliki kecenderungan
prokrastinasi adalah karena kondisi
psikologis seperti rendahnya kontrol
diri yang merupakan cakupan dari
kecerdasan emosional menurut
Aristoteles (dalam Goleman, 2000).
Menurut Achir (dalam
Armiyanti, 2008), kecerdasan
emosional adalah kemampuan individu
untuk menguasai situasi yang penuh
tantangan dan biasanya dapat
menimbulkan kecemasan. Sehingga
apabila individu memiliki kecerdasan
pada dimensi kehidupan
emosionalnya, maka akan mampu
mengendalikan perilakunya hingga
tidak terpengaruh oleh kegagalan.
Sehingga apabila seorang mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi
memiliki kecerdasan emosional yang
baik, maka mahasiswa tersebut juga
dapat mengontrol perilaku
prokrastinasi dalam menyusun skripsi
dan terhindar dari kegagalan.
Berdasarkan uraian
sebelumnya, maka permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah
apakah terdapat hubungan antara
kecerdasan emosional dengan
prokrastinasi pada mahasiswa yang
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma pada
Angkatan 2006?
TINJAUAN PUSTAKA
Prokrastinasi
Prokrastinasi berasal dari
bahasa latin procrastinare yang berarti
menunda hingga esok hari, istilah ini
tersusun dari kata “pro” yang artinya
bergerak maju dan “crastinus” yang
berarti “esok hari” (Desimone, dalam
Surijah & Tjundjing, 2007). Secara
umum didefinisikan bahwa
prokrastinasi adalah kecenderungan
perilaku untuk memulai sesuatu
dengan lambat dan membawa
konsekuensi yang buruk pada
pelakunya (Dewitte & Schouwenburg,
dalam Surijah & Tjundjing, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa
prokrastinasi adalah perilaku menunda
tugas atau pekerjaan yang diinginkan
atau harus dilakukan dengan sengaja,
meskipun mengetahui akibat buruk
perilaku tersebut.
Jenis-jenis Prokrastinasi
Peterson (dalam Jerry &
Newcombe, 2005) menambahkan
bahwa prokrastinasi akademik sering
menjadi istilah yang digunakan oleh
para ahli untuk membagi jenis-jenis
tugas di atas menjadi:
a. Prokrastinasi akademik
Prokrastinasi akademik adalah jenis
penundaan yang dilakukan pada jenis
tugas formula yang berhubungan
dengan tugas akademik, misalnya
tugas sekolah atau tugas kursus.
b. Prokrastinasi non-akademik
Prokrastinasi non-akademik adalah
penundaan yang dilakukan pada jenis
tugas non-formal atau tugas yang
berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari, misalnya tugas rumah
tangga, tugas sosial, tugas kantor.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Prokrastinasi
Menurut Tondok, Ristyadi dan
Kartika (2008), faktor-faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi dapat
dikategorikan menjadi dua macam,
yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang terdapat dalam diri individu yang
mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-
faktor tersebut meliputi kondisi fisik
dan kondisi psikologis dari individu.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor
yang terdapat diluar diri individu yang
mempengaruhi prorakstinasi. Faktor-
faktor tersebut berupa faktor SES
(Status Ekonomi Sosial), keluarga atau
pola asuh orang tua, peer group, dan
lain-lan.
Ciri-ciri Prokrastinasi
Menurut Ferrari dan McCown
(dalam Tondok, Ristyadi & Kartika,
2008), prokrastinas dapat
termanifestasikan dalam indikator
tertentu yang dapat diukur dari ciri-ciri
berikut:
a. Penundaan untuk memulai maupun
menyelesaikan tugas yang dihadapi
b. Keterlambatan dalam mengerjakan
tugas
c. Kesenjangan waktu antara rencana
dan kinerja actual
d. Melakukan aktifitas lain yang lebih
menyenangkan
Dampak Prokrastinasi
Menurut Letham (2007), dampak
perilaku prokrastinasi dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Dampak Positif
b. Dampak Negatif
Cara Mengatasi Prokrastinasi
Banyak ahli berusaha
memberikan penyelesaian bagi
masalah prokrastinasi. Beberapa ahli
atau penulis buku menyarankan
penggunaan manajemen waktu
(misalnya, Cox & Read, 1989; Frings,
1999; Van Eerde, 2003), sebab
prokrastinasi dianggap sebagai
pemboros waktu terbesar, dan
prokrastinasi merupakan siklus jahat
yang dapat meningkatkan tekanan
waktu.
Kecerdasan Emosional
Ahli yang pertama kali
mengungkapkan konsep kecerdasan
emosional adalah Goleman. Menurut
Goleman (dalam Melianawati,
Prihanto, & Tjahjoanggoro, 2001)
kecerdasan emosional adalah
kecakapan emosional yang meliputi
kemampuan untuk mengendalikan diri
sendiri dan memiliki daya tahan ketika
menghadapi rintangan, mampu
mengendalikan impuls dan tidak cepat
merasa puas, mampu mengatur
suasana hati dan mampu mengelola
kecemasan agar tidak mengganggu
kemampuan berpikir, mampu
berempati serta berharap.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (2005) faktor-
faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional meliputi :
a. Faktor yang bersifat bawaan genetik
b. Faktor yang berasal dari lingkungan
Komponen-komponen Kecerdasan
Emosi
Menurut Goleman (dalam
Armiyanti, 2008) kecerdasan
emosional terdiri dari lima komponen
utama yaitu :
a. Mengenali Emosi Diri
b. Mengelola Emosi
c. Memotivasi Diri
d. Mengenali Emosi Orang Lain
e. Membina Hubungan Dengan Orang
lain
Ciri-ciri Individu Yang Memiliki
Kecerdasan Emosi Tinggi
Goleman (2007) mengemukakan
ciri-ciri individu yang memiliki
kecerdasan emosi tinggi, yaitu :
a. Memiliki kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan dapat
bertahan dalam menghadapi frustrasi.
b. Dapat mengendalikan dorongan-
dorongan hati sehingga tidak melebih-
lebihkan suatu kesenangan.
c. Mampu mengatur suasana hati dan
dapat menjaganya agar beban stress
tidak melumpuhkan kemampuan
berpikir seseorang.
d. Mampu untuk berempati terhadap
orang lain dan tidak lupa berdoa.
Mahasiswa
Menurut Kail dan Cavanaugh
(2000), seseorang dikatakan
mahasiswa jika sudah melewati
bangku sekolah dan biasanya berada
pada usia 18 sampai dengan usia 25
tahun. Adapun menurut Sudarman
(2004) mahasiswa adalah peserta didik
yang terdaftar dan belajar pada suatu
perguruan tinggi.
Dinamika Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional dengan
Prokrastinasi pada Mahasiswa yang
Sedang Menyusun Skripsi
Dalam Studi perguruan tinggi
strata satu, skripsi merupakan tugas
akhir bagi mahasiswa sebagai salah
satu syarat kelulusan. Sehubungan
dengan hal tersebut, pada umumnya
setiap mahasiswa yang akan
menempuh ujian sarjana strata satu
dan diwajibkan untuk menyusun suatu
tulisan ilmiah yang disebut skripsi.
Namun, penundaan dalam
mengerjakan tugas pada kalangan
mahasiswa adalah suatu hal yang
umum terjadi.
Penundaan tugas dalam
menyelesaikan skripsi oleh pelaku
prokrastinasi (prokrastinator)
membawa konsekuensi yang kurang
menyenangkan bagi prokrastinator.
Salah satu konsekuensi yang kurang
menyenangkan tersebut adalah tekanan
psikologis yang dapat berasal dari diri
sendiri maupun dari lingkungan, yaitu
berupa tuntutan untuk segera
menyelesaikan skripsi. Sedangkan
kecerdasan emosional adalah
serangkaian kemampuan, kompetensi,
dan kecakapan non kognitif, yang
mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk mengatasi tuntutan dari diri
sendiri dan orang lain. Dalam hal ini,
jika seorang mahasiswa yang memiliki
kecerdasan emosional yang baik, maka
mahasiswa tersebut akan memiliki
kemampuan untuk mengatasi tuntutan
tanpa melakukan prokrastinasi, yaitu
menyelesaikan skripsi tepat waktu.
Selain itu, kecerdasan
emosional juga dapat diartikan sebagai
keterampilan yang berhubungan
dengan keakuratan penilaian tentang
emosi diri sendiri dan orang lain, serta
kemampuan mengelola perasaan untuk
memotivasi, merencanakan, dan
meraih tujuan kehidupan. Apabila
seorang mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi memiliki kecerdasan
emosional yang baik, maka mahasiswa
tersebut akan mampu memotivasi,
merencanakan, dan meraih tujuannya
yaitu menyelesaikan skripsi dengan
baik tanpa melakukan penundaan atau
prokrastinasi.
Seseorang yang tidak dapat
mengendalikan emosinya dengan baik,
maka akan mengalami pertarungan
batin yang merampas kemampuan
untuk berkonsentrasi pada tugas atau
pekerjaannya. Dalam hal ini, jika
seorang mahasiswa yang memiliki
kecerdasan emosional yang kurang
baik, maka mahasiswa tersebut akan
sulit berkonsentrasi untuk
menyelesaikan tugasnya dengan baik,
dalam hal ini menyelesaikan skripsi
tanpa melakukan prokrastinasi.
Berdasarkan uraian
sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat hubungan
negatif antara kecerdasan emosional
dengan prokrastinasi, yaitu semakin
tinggi kecerdasan emosional maka
semakin rendah tingkat prokrastinasi.
Hipotesis
Berdasarkan uraian
sebelumnya, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah
ada hubungan negatif antara
kecerdasan emosional dengan
prokrastinasi pada mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi di Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma
angkatan 2006.
METODOLOGI PENELITIAN
Adapun sampel pada penelitian
ini terdiri atas 118 mahasiswa yang
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma angkatan
2006.
Teknik pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini
digunakan kuesioner berbentuk skala
Likert yaitu skala dari variabel
kecerdasan emosional dan skala dari
variabel prokrastinasi yang bersumber
dari data mahasiswa angkatan 2006
yang tidak lulus tepat waktu yang
didapatkan dari sekretariat Jurusan
Psikologi Universitas Gunadarma.
Teknik analisis yang dipakai dalam
penelitian ini adalah teknik korelasi
product moment dari Pearson dengan
menggunakan bantuan program
komputer SPSS versi 17.
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian,
beberapa persiapan dilakukan, yaitu
penyiapan bahan penelitian,
penyusunan alat ukur yang berupa
skala kecerdasan emosional dan skala
prokrastinasi, kemudian kedua skala
tersebut diujicobakan pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma.
Uji coba dilakukan terhadap
mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma. Pengambilan
data uji coba (try out) berlangsung
pada hari sabtu tanggal 20 November
2010 dan hari Selasa tanggal 23
November 2010 yang berlokasi di
Universitas Gunadarma kampus E
Depok. Adapun jumlah angket yang
disebar sebanyak 30 eksemplar.
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data penelitian
berlangsung pada tanggal 6 Desember
2010 - 13 Desember 2010. Subjek
dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma yang sedang menyusun
skripsi angkatan 2006. Untuk
pengambilan data, peneliti
menyebarkan 118 eksemplar angket.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Skala Kecerdasan Emosional
a. Uji Valditias
Dalam penelitian ini, dari 50
item yang diujicobakan, terdapat 41
item yang valid. Korelasi skor total
pada item-item valid bergerak
antara 0,314 sampai dengan 0,673.
b. Uji Reliabilitas
Hasilnya diketahui bahwa
koefisien reliabilitas sebesar 0, 918
sehingga skala dinyatakan reliabel.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Skala Prokrastinasi
a. Uji Valditias
Dalam penelitian ini, dari 42
item yang diujicobakan, terdapat 38
item yang valid. Korelasi skor total
pada item-item valid bergerak
antara 0,324 sampai dengan 0,705
b. Uji Reliabilitas
Hasilnya diketahui bahwa
koefisien reliabilitas sebesar 0, 941
sehingga skala dinyatakan reliabel.
Uji Hipotesis
Dari hasil analisis data yang
dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi product moment Pearson (1-
tailed) diketahui nlai koefisien korelasi
sebesar r = - 0.503 dengan taraf
signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.01).
Hal tersebut menunjukkan terdapat
hubungan negatif yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan
prokrastinasi, dimana semakin tinggi
tingkat kecerdasan emosional maka
semakin rendah tingkat prokrastinasi
pada mahasiswa yang menyususn
skripsi dan begitu juga sebaliknya,
semakin rendah kecerdasan emosional
maka semakin tinggi prokratinasi.
Dengan demikian hipotesis penelitian
ini diterima.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk
untuk menguji hubungan antara
kecerdasan emosional dengan
prokrastinasi pada mahasiswa yang
menyusun skripsi. Berdasarkan hasil
analisis korelasi yang diketahui nilai
signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.01)
yang artinya terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara kecerdasan
emosional dengan prokrastinasi pada
mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi, dimana semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional maka semakin
rendah tingkat prokrastinasi pada
mahasiswa yang menyususn skripsi.
Sebaliknya semakin rendah kecerdasan
emosional maka semakin tinggi tingkat
prokrastinasi. Dengan demikian
diketahui bahwa hipotesis penelitian
ini diterima.
Pada perhitungan perbandingan
Mean empirik dan Mean hipotetik
diketahui bahwa secara umum subjek
penelitian memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi. Hal ini
mungkin dikarenakan faktor genetik
yaitu bawaan atau bisa juga karena
faktor lingkungan, baik itu lingkungan
tempat tinggal ataupun lingkungan
kampus universitas Gunadarma
(Goleman, 2005). Sedangkan
prokrastinasi pada mahasiswa yang
menyusun skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma angkatan 2006
memiliki sikap prokrastinasi yang
sedang. Hal ini mungkin dikarenakan
faktor internal prokrasrtinasi yaitu
kondisi fisik dan psikologis subjek,
atau eksternal seperti pola asuh orang
tua di rumah dan hubungan
pertemanan di lingkungan kampus
Universitas Gunadrama (Tondok,
Ristyadi, & Kartika, 2008).
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji hubungan antara kecerdasan
emosional dengan prokrastinasi pada
mahasiswa yang menyusun skripsi.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada
hubungan yang negatif dan signifikan
antara kecerdasan emosional dengan
prokrastinasi, dimana semakin tinggi
tingkat kecerdasan emosional maka
semakin rendah tingkat prokrastinasi
pada mahasiswa yang menyususn
skripsi. Sebaliknya semakin rendah
kecerdasan emosional maka semakin
tinggi tingkat prokrastinasi. Dengan
demikian hipotesis pada penelitian ini
diterima. Dilihat dari perbandingan
antara mean empirik dan mean
hipotetik diketahui bahwa responden
penelitian memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi dan
prokrastinasi yang sedang atau rata-
rata.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan, peneliti memiliki
beberapa saran yang dapat diberikan,
diantaranya:
1. Bagi Mahasiswa yang menyusun
skripsi
Peneliti menyarankan kepada
mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi untuk mengolah emosi
dengan baik, agar dapat
mengerjakan skripsi dengan baik
dan mampu mengatasi hambatan-
hambatan dalam penyelesaian
skripsi.
2. Dosen dan Dosen Pembimbing
Penulis menyarankan agar para
dosen memberikan motivasi, dan
membimbing mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi agar dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik
dan tepat waktu
3. Orang Tua
Penulis menyarankan agar
lebih mendorong atau memotivasi
putra-putrinya yang sedang
menyusun skripsi, agar mampu
menyelesaikan skripsi dengan baik
dan mampu menghadapi tantangan
atau hambatan-hambatan dalam
penyelsaian skripsi
4. Peneliti Lain
Untuk peneliti selanjutnya
diharapkan dapat menganalisa
lebih jauh bagaimana kecerdasan
emosional dan prokrastinasi
dikaitkan dengan variabel lainnya,
seperti hubungan kecerdasan
intelegensi dengan prokrastiansi.
Daftar Pustaka
Armiyanti, E.O. (2008). Pengaruh
kecerdasan emosional terhadap
kecenderungan perilaku delinkuen
pada remaja. Psikovidya, 12(1), 1-
10.
Azwar, S. (2005). Tes prestasi :
Fungsi dan pengembangan
pengukuran prestasi belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Goleman, D. (2005). Working with
emotional intelligence:
Kecerdasan emosi untuk mencapai
puncak prestasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Goleman, D. (2007). Kecerdasan
emosional : Mengapa EI lebih
penting daripada IQ. Terjemahan:
Hermaya, T. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Jerry, N., & Newcombe, K .(2005).
Saya akan melakukannya....
besok!. Jakarta: Metanoia.
Kail, R., & Cavanaugh, C. (2000).
Human Development: a lifespan
view (2nd ed). USA: Woodswoth
Publishing, CO.
Kartadinata, I., & Tjunding, S. (2008).
I love tomorrow: Prokrastinasi
akademik dan manajemen waktu.
Anima, Indonesian Psychological
Journal, 23(2), 109-119.
Letham, S.J. (2007).
http://www.TheProcrastinationpro
blem.successconciousness:
guestarticleprocrastination.
Tanggal akses 28 Oktober 2010.
Melianawati, F.X., Prihanto, S., &
Tjahjoanggoro, A.J. (2001).
Hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kinerja
karyawan. Anima, 17 (1). 57-62.
Mutadin, Z. (2002). Kesulitan menulis
skripsi. http://www.e-
psikologi.com/epsi/pendidikan_det
ail.asp?id=226. Tanggal akses 29
Maret 2011.
Sudarman, P. (2004). Belajar efektif di
perguruan tinggi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Surijah & Tjundjing. (2007).
Mahasiswa versus tugas:
Prokrastinasi akademik dan
concientiousness. Anima,
Indonesian Psychological Journal,
22(4), 352-374.
Tondok, Ristyadi, Kartika. 2008.
Prokrastinasi akademik dan niat
membeli skripsi. Anima,
Indonesian Psychological Journal,
24(1), 76-87.