hubungan antara faktor kondisi lingkungan dan ... · topografi, tanah, dan biologi. ......

17
*) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros **) School of Biological, Earth and Environmental Sciences, The University of New South Wales, Sydney, NSW 2052, Australia HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN PRODUKTIVITAS TAMBAK UNTUK PENAJAMAN KRITERIA KESESUAIAN LAHAN: 2. KUALITAS TANAH Akhmad Mustafa *) , Mudian Paena *) , Tarunamulia *) , dan Jesmond Sammut **) ABSTRAK Selain kualitas air, faktor lingkungan lain yang dipertimbangkan dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya tambak adalah kualitas tanah. Namun kriteria kualitas tanah yang digunakan masih bersifat umum untuk semua komoditas perikanan budidaya tambak. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara produktivitas tambak dari berbagai komoditas dengan berbagai peubah kualitas tanah untuk penajaman kriteria kesesuaian lahan untuk budidaya tambak. Penelitian dilaksanakan di kawasan pertambakan yang ada di Kabupaten Pinrang, Sinjai, Luwu, dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survai, termasuk untuk mendapatkan data primer dari produksi yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner dan perekaman pada saat wawancara kepada responden. Pengukuran langsung terhadap peubah kualitas tanah tertentu dilakukan di lapangan dan pengambilan contoh tanah untuk dianalisis di laboratorium dilakukan terhadap peubah kualitas tanah lainnya. Pemilihan model regresi “terbaik” didasarkan pada metode kuadrat terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pH H2O tanah dari 6,34 menjadi 8,10 dan peningkatan kandungan pasir tanah lebih besar 21,8% dapat meningkatkan produksi dan sebaliknya peningkatan kandungan liat tanah lebih besar 30,0% dapat menurunkan produksi udang vannamei. Produksi rumput laut yang lebih tinggi didapatkan pada tanah dengan pH F lebih besar 6,5; pH FOX lebih besar 4,0; pH F -pH FOX lebih kecil 2,5; dan S POS lebih kecil 1,00%. Kandungan Fe tanah yang lebih besar 5.000 mg/L dan Al lebih besar 490 mg/L menyebabkan penurunan produksi rumput laut. Peningkatan pH F dan pH FOX tanah masing-masing lebih besar 7,5 dan 7,0 sampai nilai tertentu dapat meningkatkan produksi dan sebaliknya peningkatan kandungan Fe dan Al dapat menurunkan produksi udang windu dan ikan bandeng, terutama melalui pengaruh toksisitas dan dampaknya terhadap ketersediaan fosfor. ABSTRACT: Understanding the relationship between environmental factors and brackish water pond productivity to enhance land capability assessment: 2. soil quality. By: Akhmad Mustafa, Mudian Paena, Tarunamulia, and Jesmond Sammut Soil quality is an important environmental factor to consider in land capability assessment for brackish water aquaculture ponds. However, soil quality criteria are often generalized for all commodities produced in brackish water ponds. This study aims to evaluate the relationship between brackish water pond productivity for common commodities and soil quality factors to improve the underlying criteria for land capability assessment. The research was conducted in the brackish water ponds of Pinrang, Sinjai, Luwu, and North Luwu Regencies South Sulawesi Province and South Lampung Regency Lampung Province. The study involved the collection and analysis of farm management and production data and physicochemical properties of soils. A regression model based on the least quadratic method showed that the pH H2O of soil Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa) 105

Upload: buithien

Post on 27-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

* ) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros**) School of Biological, Earth and Environmental Sciences, The University of New South Wales,

Sydney, NSW 2052, Australia

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DANPRODUKTIVITAS TAMBAK UNTUK PENAJAMAN KRITERIA

KESESUAIAN LAHAN: 2. KUALITAS TANAH

Akhmad Mustafa*), Mudian Paena*), Tarunamulia*), dan Jesmond Sammut**)

ABSTRAK

Selain kualitas air, faktor lingkungan lain yang dipertimbangkan dalam evaluasikesesuaian lahan untuk budidaya tambak adalah kualitas tanah. Namun kriteria kualitastanah yang digunakan masih bersifat umum untuk semua komoditas perikanan budidayatambak. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahuihubungan antara produktivitas tambak dari berbagai komoditas dengan berbagaipeubah kualitas tanah untuk penajaman kriteria kesesuaian lahan untuk budidayatambak. Penelitian dilaksanakan di kawasan pertambakan yang ada di KabupatenPinrang, Sinjai, Luwu, dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan dan KabupatenLampung Selatan Provinsi Lampung. Metode penelitian yang diaplikasikan adalahmetode survai, termasuk untuk mendapatkan data primer dari produksi yang dilakukanmelalui pengajuan kuisioner dan perekaman pada saat wawancara kepada responden.Pengukuran langsung terhadap peubah kualitas tanah tertentu dilakukan di lapangandan pengambilan contoh tanah untuk dianalisis di laboratorium dilakukan terhadappeubah kualitas tanah lainnya. Pemilihan model regresi “terbaik” didasarkan padametode kuadrat terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pHH2O tanahdari 6,34 menjadi 8,10 dan peningkatan kandungan pasir tanah lebih besar 21,8%dapat meningkatkan produksi dan sebaliknya peningkatan kandungan liat tanah lebihbesar 30,0% dapat menurunkan produksi udang vannamei. Produksi rumput laut yanglebih tinggi didapatkan pada tanah dengan pHF lebih besar 6,5; pHFOX lebih besar 4,0;pHF-pHFOX lebih kecil 2,5; dan SPOS lebih kecil 1,00%. Kandungan Fe tanah yang lebihbesar 5.000 mg/L dan Al lebih besar 490 mg/L menyebabkan penurunan produksirumput laut. Peningkatan pHF dan pHFOX tanah masing-masing lebih besar 7,5 dan 7,0sampai nilai tertentu dapat meningkatkan produksi dan sebaliknya peningkatankandungan Fe dan Al dapat menurunkan produksi udang windu dan ikan bandeng,terutama melalui pengaruh toksisitas dan dampaknya terhadap ketersediaan fosfor.

ABSTRACT: Understanding the relationship between environmentalfactors and brackish water pond productivity to enhance landcapability assessment: 2. soil quality. By: Akhmad Mustafa,Mudian Paena, Tarunamulia, and Jesmond Sammut

Soil quality is an important environmental factor to consider in land capabilityassessment for brackish water aquaculture ponds. However, soil quality criteria areoften generalized for all commodities produced in brackish water ponds. This studyaims to evaluate the relationship between brackish water pond productivity forcommon commodities and soil quality factors to improve the underlying criteria forland capability assessment. The research was conducted in the brackish water pondsof Pinrang, Sinjai, Luwu, and North Luwu Regencies South Sulawesi Province and SouthLampung Regency Lampung Province. The study involved the collection and analysisof farm management and production data and physicochemical properties of soils.A regression model based on the least quadratic method showed that the pHH2O of soil

Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa)

105

Page 2: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

PENDAHULUAN

Potensi lahan perikanan budidaya airpayau atau tambak di Indonesia mencapai 1,22juta hektar dengan tingkat pemanfaatannyabaru mencapai 40% (DKP, 2005). Oleh karenaitu, peluang pengembangan areal budidayatambak masih sangat luas. Dalampengembangan areal budidaya tambak, makaevaluasi kesesuaian lahan perlu dilakukanuntuk menjadi dasar pertimbangan dalampengambilan keputusan penggunaan lahan.Menurut Rossiter (1996), evaluasi kesesuaianlahan sangat penting dilakukan karena lahanmemiliki sifat fisik, sosial, ekonomi, dangeografi yang bervariasi atau dengan kata lainlahan diciptakan tidak sama. Adanya variasisifat tersebut dapat mempengaruhi peng-gunaan lahan yang sesuai termasuk untukbudidaya tambak.

Dalam pelaksanaan program revitalisasi dibidang akuakultur, telah ditetapkan komoditasunggulan untuk budidaya tambak yaitu: udang,rumput laut, kerapu, kepiting/rajungan, danikan bandeng (DKP, 2005). Komoditas tersebuttermasuk komoditas perikanan yang berbasislahan, maka untuk dapat hidup, tumbuh, danberproduksi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu yang dapat berbeda satusama lain (Mustafa et al., 2007b). Persyaratantumbuh atau persyaratan penggunaan lahanyang diperlukan oleh masing-masing komo-ditas tersebut dapat dijadikan dasar dalammenyusun kriteria kesesuaian lahan.

Chanratchakool et al. (1995) menyatakanaspek penting yang perlu dipertimbangkandalam evaluasi kesesuaian lahan untukbudidaya tambak meliputi: sumber air,kualitas tanah, dan ketersediaan infrastruktur.Poernomo (1979) menyatakan bahwa aspekpenting yang harus memenuhi persyaratan

dalam evaluasi kesesuaian lahan untukbudidaya tambak adalah aspek ekologi dantopografi, tanah, dan biologi. Aspek rekayasa,kualitas tanah, kualitas air, iklim, dan fasilitasinfrastruktur adalah aspek yang umum di-pertimbangkan oleh Muir & Kapetsky (1988),Boyd (1995), Hardjowigeno et al. (1996),Treece (2000), Karthik et al. (2005), danMustafa et al. (2007a) dalam evaluasi lahanuntuk budidaya tambak. Namun demikian,kriteria yang digunakan masih bersifat umumuntuk seluruh komoditas perikanan yang dapatdibudidayakan di tambak. Syarat-syarat dalamevaluasi lahan untuk budidaya tambak kadang-kadang memiliki peubah dengan nilai yangberbeda dan tergantung pada letak geografis(Prasita, 2007). Di samping itu, kondisilingkungan yang dibutuhkan oleh setiapkomoditas juga dilaporkan berbeda olehpenulis yang berbeda pula. Faktor kimia air,ketersediaan air, penggunaan lahan, kimiatanah, infrastruktur, sarana pendukung, saranaproduksi, faktor risiko, dan keberadaanmangrove sebagai indikator telah digunakanoleh Salam et al. (2003) sebagai kriteria dalampenentuan kesesuaian lahan tambak untukbudidaya kepiting bakau (Scylla serrata) danudang windu (Penaeus monodon). Untukpeubah kualitas air, Mustafa et al. (2007b) telahmelaporkan kriteria beberapa peubah kualitasair untuk udang vannamei (Litopenaeusvannamei), udang windu, ikan bandeng(Chanos chanos), dan rumput laut (Gracilariaverrucosa) di tambak. Selain kualitas air, faktorlingkungan lain yang dipertimbangkan untukevaluasi kesesuaian lahan budidaya tambakadalah kualitas tanah. Kualitas tanah dapatmemegang peran positif dengan sifatnya yangmenguntungkan bagi suatu penggunaan lahandan sebaliknya dapat memegang perannegatif dengan sifatnya yang merugikan atau

in the range of 6.34 to 8.10 and a sand content of more than 21.8% was associatedwith high pond production provided soils had sufficient clay content. The model alsoshowed that heavy clays (30% clay content) decreased production of the whitelegshrimp. High seaweed production occurred in ponds with a soil pHF of more than 6.5,pHFOX more than 4.0, pHF-pHFOX less than 2.5, and SPOS less than 1.00%. Fe concentrationin soil more than 5,000 mg/L and Al more than 490 mg/L decreased the productivityof seaweed ponds. The optimal pHF and pHFOX of soil for tiger prawn and milkfishproduction was more than 7.5 and 7.0, respectively under polyculture. Elevatedconcentrations of Fe and Al were found to reduce shrimp and fish production in ponds,principally through their toxic effects and impacts on available phosphorus.

KEYWORDS: soil quality, productivity, land capability criteria, brackishwater ponds

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 105-121

106

Page 3: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

menjadi penghambat atau pembatas terhadappenggunaan lahan.

Perubahan sifat-sifat tanah tergantung dariwaktu, karena ada peubah kualitas tanah yangberubah hanya dalam hitungan menit atau jam;berubah dalam hitungan beberapa bulan ataubeberapa tahun; atau berubah dalam hitunganratusan atau ribuan tahun (Anonymous, 2001).Pelapukan kimia dan fisik sekalipun dalamkondisi ideal memerlukan ratusan atau bahkanribuan tahun untuk berkembang menjadi tanahdewasa yang matang. Tanah sulfat masamyang umum dijumpai di kawasan pertambakandi Indonesia mempunyai sifat khas atauspesifik, antara lain mudah berubah akibatbencana alam seperti kekeringan dan akibatulah manusia seperti reklamasi, pembukaanlahan, perladangan dan pertanian intensif.Oleh karena itu, dalam pemilihan kriteriakualitas tanah untuk budidaya tambak, dipilihpeubah yang besar pengaruhnya terhadapbudidaya tambak tetapi peubah tersebutbersifat stabil atau agak sulit berubah.

Setiap komoditas yang dibudidayakan ditambak, menuntut kualitas tanah yang dapatberbeda untuk tumbuh secara optimum. Olehkarena itu, dilakukan penelitian yang bertujuanuntuk mengetahui hubungan antara peubahkualitas tanah dengan produktivitas tambakuntuk berbagai komoditas perikanan air payaudalam upaya penajaman kriteria kesesuaianlahan budidaya tambak.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di kawasan per-tambakan yang ada di Kabupaten Pinrang,

Sinjai, Luwu, dan Luwu Utara Provinsi SulawesiSelatan dan Kabupaten Lampung SelatanProvinsi Lampung (Gambar 1). Untuk men-dapatkan informasi awal mengenai kegiatanbudidaya tambak di setiap kabupaten tersebut,maka dilakukan pertemuan dengan staf DinasKelautan dan Perikanan di setiap kabupaten.Penelitian diawali dengan melihat secarakeseluruhan tambak yang ada di setiapkabupaten. Titik-titik pengamatan atau tambakterpilih ditentukan secara acak dari Peta Map-ping Unit (Satuan Pemetaan) yaitu gabunganPeta Landscape (Bentuk Lahan) dan Land Use(Penggunaan Lahan). Pembudidaya tambak daritambak terpilih menjadi responden dalampenelitian ini. Titik-titik pengamatan ditentukanposisinya dengan Global Positioning System(GPS).

Metode penelitian yang diaplikasikanadalah metode survai, termasuk untuk men-dapatkan data primer dari produksi yangdilakukan melalui pengajuan kuisioner danperekaman pada saat wawancara kepadaresponden secara terstruktur. Untukmengetahui kualitas tanah tambak makadilakukan pengambilan contoh tanah padakedalaman 0,00--0,20 m dasar tambak padatiga tempat di setiap petak tambak yangselanjutnya dikomposit. Kualitas tanah yangdiukur secara in situ adalah pH

F (pH tanah yang

diukur langsung di lapangan) dengan pH-meter(Ahern & Rayment, 1998) dan pH

FOX (pH tanah

yang diukur di lapangan setelah dioksidasidengan hidrogen peroksida 30%) dengan pH-meter (Ahern & Rayment, 1998). Untuk analisispeubah kualitas tanah lainnya, maka contohtanah yang ada dalam kantong plastik di-

Gambar 1. Lokasi penelitian pada tambak di Indonesia

Figure 1. Experimental sites in the brackish water ponds of Indonesia

SUMATERA

KALIMANTAN

JAWA

SULAWESI

PAPUA

Lampung SelatanLuwu

Sinjai

Luwu Utara

Pinrang

= Lokasi penelitian (Experimental sites)

Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa)

107

Page 4: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

masukkan dalam cold box yang selanjutnyadiberi es. Sisa tumbuhan segar, kerikil,cangkang, dan kotoran lainnya dibuang danbongkahan besar dikecilkan dengan tangan.Contoh tanah diovenkan pada suhu 80oC—85oC selama 48 jam untuk tanah sulfat masam(Ahern & Blunden, 1998) dan dikeringanginkandalam ruangan khusus bebas kontaminan yangterlindung dari sinar matahari untuk tanah non-sulftat masam. Setelah kering, contoh tanahdihaluskan dengan cara ditumbuk padalumpang porselin dan diayak dengan ayakanukuran lubang 2 mm dan selanjutnya dianalisisdi Laboratorium Tanah Balai Riset PerikananBudidaya Air Payau di Maros. Kualitas tanahyang dianalisis di laboratorium meliputi pH

H2O

(pH dari ekstrak H2O) (Menon, 1973), S

KCl (sul-

fur yang diekstrak dengan KCl), SP (sulfur

peroksida), SPOS

(SP-S

KCl) (Ahern et al., 1998b),

Fe dengan SSA (spektrofotometer serapanatom), Al dengan SSA, PO

4 dengan metode

Olsen atau Bray 1 (Sulaeman et al., 2005), SO4

dengan metode turbidimetri (Menon, 1973),bahan organik dengan metode Walkey andBlack (Menon, 1973) dan tekstur denganmetode hidrometer (Bouyoucos, 1962).

Sebagai peubah tak bebas dalam penelitianini adalah produktivitas tambak untuk budidayaudang vannamei, rumput laut, dan polikulturudang windu dengan ikan bandeng. Sebagaipeubah bebas yaitu berbagai peubah kualitastanah. Koefisien korelasi ditentukan untukmengetahui keeratan hubungan antar peubahkualitas tanah pada tanah sulfat masam.Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkanhubungan yang sangat erat antar peubah danselanjutnya dipilih satu di antaranya denganmemilih peubah yang lebih mudah ditentukandi lapangan. Estimasi kurva dari analisis regresidigunakan untuk menentukan hubunganantara produktivitas tambak untuk setiapkomoditas dengan setiap peubah kualitastanah. Model regresi “terbaik” ditentukanberdasarkan berturut-turut dari nilai R2

(koefisien determinasi yang disesuaikan),nilai JKS (jumlah kuadrat sisa) dan nilai P(probabilitas) sesuai metode kuadrat terkecil.Taraf signifikansi dari statistik ditetapkan padaP<0,10. Seluruh data dianalisis denganbantuan Program Statistical Product and Ser-vice Solution (SPSS) 15,0 (SPSS, 2006). Apabilamodel regresi “terbaik” yang didapatkanadalah kuadratik dan bersifat signifikan atausangat signifikan maka produktivitas tambakmaksimum atau minimum dapat ditentukandengan mencari turunan produksi (y) terhadap

kualitas tanah (x) kemudian menyamakannyadengan nol (“y/”x = 0).

HASIL DAN BAHASAN

Udang Vannamei

Tambak yang digunakan untuk budidayaudang vannamei di Kabupaten LampungSelatan umumnya dibangun di kawasansupratidal, bahkan di kawasan perbukitan yangdikonstruksi dengan teknik potong dan isi (cutand fill). Ada juga tambak yang dibangun dikawasan intertidal yang merupakan tanahsulfat masam yang selanjutnya dilapisi dengantanah yang berasal dari kawasan perbukitan.Oleh karena itu, peubah kualitas tanah yangdianalisis seperti pH merupakan peubah untuktanah sulfat masam dan tanah non sulftatmasam.

Baik pHF maupun pH

FOX tanah tidak

memberikan pengaruh yang signifikan ter-hadap produksi udang vannamei, sedangkanpH

H2O memberikan pengaruh signifikan

terhadap produksi udang vannamei di tambak.pH

F dan pH

FOX tanah adalah peubah kualitas

yang khas untuk tanah sulfat masam, sehinggatidak dapat memberikan gambaran yangsebenarnya terhadap kemasaman tanahsecara umum, sebab pada umumnya tambakudang vannamei di Kabupaten LampungSelatan dibangun pada tambak tanah non-sulftat masam. Sebaliknya pH

H2O tanah yang

menyatakan kemasaman aktif atau aktualmerupakan jenis pH yang umum untuk tanahnon-sulftat masam memiliki hubungansignifikan dengan produksi udang vannamei(P= 0,069) dengan nilai R2= 0,126 dan modelregresi “terbaik” adalah model linier positif(Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa 12,6%produksi udang vannamei ditentukan olehpH

H2O tanah dan sisanya, 87,4% ditentukan

oleh faktor lainnya yang tidak dapat di-perhitungkan dalam model. Juga meng-indikasikan bahwa peningkatan pH

H2O tanah

berdampak pula pada peningkatan produksiudang vannamei. Nilai pH

H2O tanah tambak

untuk budidaya udang vannamei berkisarantara 6,34 dan 8,10 dengan rata-rata 7,40.Belum ada informasi mengenai pH tanahoptimum untuk budidaya udang vannamei,tetapi Karthik et al. (2005) menyatakan bahwatanah tambak dengan pH antara 6,5 dan 8,5digolongkan sebagai slight karena nilai pHtanah tersebut tergolong baik danpembatasnya sangat mudah sekali diatasi.

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 105-121

108

Page 5: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

Gambar 2. Hubungan antara produksi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan kualitas tanahtambak

Figure 2. Relationship between production of whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) andsoil quality in the brackish water ponds

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

pH F

100,000

7.507.006.506.005.50

80,000

60,000

40,000

20,000

0

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Al (ppm)

100,000

80.0060.0040.0020.000.00

80,000

60,000

40,000

20,000

0100.00 120.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

pH FOX

100,000

8.006.004.002.000.00

80,000

60,000

40,000

20,000

010.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Fe (ppm)

100,000

80.0060.0040.0020.00

80,000

60,000

40,000

20,000

0100.00 120.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

SO4

100,000

1,000

80,000

60,000

40,000

20,000

01,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

pH H20

100,000

7.507.006.506.00

80,000

60,000

40,000

20,000

08.508.00

Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa)

109

Page 6: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

Lanjutan Gambar 2 (Figure 2 continued)Pr

oduksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

PO4 (mg/L)

100,000

4.003.002.001.000.00

80,000

60,000

40,000

20,000

05.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

100,000

8.006.004.002.000.00

80,000

60,000

40,000

20,000

0

Bahan organik (Organic matter) (%)

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Tanah liat (Clay) (%)

100,000

30.0020.0010.000.00

80,000

60,000

40,000

20,000

040.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Batu kerikil (Silt) (%)

100,000

50.0040.0020.00

80,000

60,000

40,000

20,000

010.00 30.00 60.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Pasir (Sand) (%)

100,000

50.0040.0020.00

80,000

60,000

40,000

20,000

030.00 60.00

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 105-121

110

Page 7: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

Dengan demikian, peningkatan pH tanah yangdigunakan untuk budidaya udang vannameimasih dapat meningkatkan produksi udangvannamei secara signifikan, sebab batas ataspH tanah yang baik untuk udang vannameibelum tercapai.

Unsur atau senyawa toksik dalam tanahyang dievaluasi dalam hubungannya denganproduktivitas tambak untuk udang vannameidalam penelitian ini seperti Fe, Al, dan SO

4,

ternyata memberikan pengaruh yangsignifikan terhadap produksi udang vannamei.Secara umum, peningkatan kandungan unsuratau senyawa tersebut berdampak padapenurunan produksi udang vannamei,walaupun dengan model regresi “terbaik” yangberbeda. Model regresi “terbaik” dalamhubungan antara produksi udang vannameidengan Fe, Al, dan SO

4 berturut-turut adalah

model kebalikan, kubik, dan logaritmik(Gambar 2). Secara umum logam seperti Fe danAl dapat menyebabkan gangguan pada prosesfisiologis organisme akuatik. Besi dapatmenyebabkan penyumbatan pada insang ikandan udang (Sammut, 1999). Penyumbatan padainsang ikan dan udang berarti mempersempitluas permukaan insang yang berdampak padaberkurangnya difusi oksigen ke permukaanorgan pernafasan pada saat inspirasi dandifusi karbondioksida pada saat ekspirasi.Keberadaan Al berdampak negatif pada pakanalami, ikan, dan udang (Sammut, 1999). Olehkarena itu, peningkatan kandungan logamtersebut menyebabkan penurunan produksiudang vannamei.

Dalam budidaya udang vannamei diKabupaten Lampung Selatan, teknologi yangdiaplikasikan adalah intensif dan superintensifdengan padat penebaran 75 sampai 240 ekor/m2dengan rata-rata 148 ekor/m2. Dalam hal ini,pakan buatan menjadi kebutuhan yang mutlakuntuk pertumbuhan dan penghidupan udangvannamei, sebaliknya pakan alami bukanmenjadi kebutuhan yang utama. Oleh karenaitu, PO

4 yang merupakan senyawa yang

dibutuhkan untuk penumbuhan pakan alamimemberikan pengaruh yang tidak signifikanterhadap produksi udang vannamei (P= 0,963).

Hubungan antara kandungan bahanorganik tanah dengan produksi udangvannamei adalah signifikan (P= 0,096). Nilai R2

antara kandungan bahan organik tanah danproduksi udang vannamei adalah 0,180 yangberarti bahwa 18,0% bahan organikmempengaruhi produksi udang vannamei.

Model regresi “terbaik” antara kandunganbahan organik dengan produksi udangvannamei adalah model kuadratik denganpersamaan regresi:

Y = 24.576 + 13.252x – 2.004x2

di mana:Y = produksi udang vannamei (kg/ha tahun)

x = kandungan bahan organik (%)

Setelah persamaan regresi tersebut di-turunkan kemudian disamakan dengan nol,maka didapatkan bahwa produksi udangvannamei tert inggi didapatkan padakandungan bahan organik tanah sebesar3,31%. Dalam hal ini bahan organik diperlukandalam budidaya udang vannamei sampai padakandungan 3,31% dan kandungan yang lebihtinggi akan berdampak pada penurunanproduksi udang vannamei. Kandungan bahanorganik yang tinggi dapat menyebabkanpeningkatan populasi bakteri, CO

2, H

2S, dan

CH4 yang dapat membahayakan kehidupan dan

menghambat pertumbuhan udang vannamei.Dikatakan oleh Paquotte et al. (1998) bahwaudang vannamei berada dalam kondisipemeliharaan yang sangat baik apabila udangvannamei tidak kontak dengan bahan organiktermasuk limbah organik. Agak berbeda dengantambak yang dikelola secara tradisional dansemi-intensif yang masih membutuhkan pakanalami seperti klekap untuk pertumbuhanorganisme yang dibudidayakan. Di manabahan organik berupa pupuk kandang secarasengaja ditambahkan kedalam tambak dalamupaya peningkatan biomassa pakan alami.Biomassa klekap melimpah pada kandunganbahan organik tanah 9%--15% dan sangatmelimpah pada kandungan bahan organiklebih besar 15% (ASEAN, 1978).

Tekstur tanah merupakan perbandinganrelatif antara fraksi liat, debu, dan pasir daritanah. Ketiga fraksi pembentuk teksturtersebut memberikan pengaruh signifikanterhadap produksi udang vannamei di tambak,namun dengan model regresi “terbaik” yangberbeda. Model regresi “terbaik” antaraproduksi udang vannamei dengan kandunganliat, debu, dan pasir berturut-turut adalahkubik, linier, dan kuadratik (Gambar 2). DariGambar 2 terlihat bahwa ada kecenderunganpenurunan produksi udang vannamei padakandungan liat lebih besar 30%. Juga terlihatbahwa peningkatan kandungan debu ber-dampak pada penurunan produksi udang

Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa)

111

Page 8: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

vannamei. Sebaliknya peningkatan kandunganpasir tanah lebih besar dari 21,8% berdampakpada peningkatan produksi udang vannamei(Gambar 2). Walaupun udang vannamei dapatmenempati seluruh badan air dan tidak memilikisifat seperti udang windu yang lebih banyakberdiam dan beraktivitas di dasar tambak,tetapi udang vannamei juga dipengaruhi olehtekstur tanah. Udang vannamei memiliki sedikitsifat untuk membenamkan diri dalam sedimenatau tanah dasar tambak (Boddeke, 1983).Kandungan liat atau debu yang tinggi daritanah dasar tambak dapat berdampak padapeningkatan kekeruhan air. Peningkatankekeruhan air dapat menghambat penetrasicahaya dan transfer oksigen dari atmosferkedalam badan air. Selain itu, peningkatankekeruhan air akan menghambat daya lihatdan mengganggu kerja organ pernafasan yaituinsang, sehingga terjadi asphyxiation padaorganisme akuatik. Sebaliknya padakandungan pasir yang tinggi memudahkanpengelolaan kelebihan bahan organik dari sisapakan atau kotoran udang. Pada sedimen pasir,laju nitrifikasi lebih tinggi, di samping lebihrendahnya kekeruhan, amonia, dan populasibakteri (Bratvold & Browdy, 2001).

Kandungan pasir yang tinggi dan liat yangrendah dapat mengakibatkan tingginyaporositas pematang tambak. Fraksi pasirmemiliki potensi untuk lebih kompak yangtergolong rendah, sedangkan liat tergolongtinggi (Schaetzl & Anderson, 2005). Dikatakanoleh Boyd (1995) bahwa suatu material tanahyang merupakan campuran dari partikel yangberbeda ukuran dan mengandung minimum30% liat adalah ideal untuk konstruksi tambak.Tekstur tanah yang baik untuk tambak adalah:liat, lempung berliat, lempung liat berdebu,lempung berdebu, lempung, dan lempung liatberpasir (Ilyas et al., 1987). Namun demikian,kemungkinan porositas yang tinggi dengankandungan pasir yang tinggi pada tambakudang vannamei di Kabupaten LampungSelatan dapat di atasi dengan pematangtambak yang dibeton atau dilapisi plastik ataupematang tambak dibuat lebih kompak danlebih lebar.

Rumput Laut

Budidaya rumput laut di tambak KabupatenSinjai, Luwu, dan Luwu Utara umumnyadilakukan di tambak tanah sulfat masam. Tanahsulfat masam adalah tanah atau sedimen yangmengandung besi sulfida atau pirit dengankarakteristik tanah ditandai dengan pH yang

rendah, kandungan unsur toksik yang tinggidan kandungan fosfat yang rendah (Dent,1986; Schaetzl & Anderson, 2005; Mustafa,2007). Perbedaan kondisi tanah (teroksidasiatau tereduksi) berdampak pada perubahankarakteristik tanah, sehingga peubah kualitastanah yang dianalisis untuk tanah sulfat masamadalah juga peubah kualitas tanah yang khasatau menjadi ciri spesifik untuk tanah sulfatmasam.

pH tanah merupakan penciri utama tanahsulfat masam dan menggambarkan kondisikemasaman, proses kimia yang mungkin terjadiserta akibatnya terhadap kualitas tanah. BaikpH

F maupun pH

FOX tanah memiliki hubungan

yang sangat signifikan terhadap produksirumput laut di tambak (Gambar 3). Walaupunmodel regresi “terbaik” untuk kedua peubahkualitas tanah itu berbeda, tetapi terlihatbahwa makin tinggi pH maka makin tinggi pulaproduksi rumput laut. Model regresi “terbaik”pH

F adalah model compound dan untuk pH

FOX

adalah model linier. Pengaruh keduanyaterhadap produksi rumput laut juga relatif samabesarnya yang terlihat dari nilai R2 masing-masing peubah tersebut. pH

F berkontribusi

sebesar 45,8% terhadap produksi rumput laut,sedangkan pH

FOX berkontribusi sebesar 46,0%

terhadap produksi rumput laut. pHF adalah pH

tanah yang diukur di lapangan dalam kondisitanah jenuh dengan air, sedangkan pH

FOX

adalah pH tanah yang diukur di lapangansetelah dioksidasi sempurna dengan H

2O

2 30%

(Ahern & Rayment, 1998). Dalam hal ini, keduajenis pengukuran pH di lapangan ini dapatmenggambarkan produktivitas tambak tanahsulfat masam untuk budidaya rumput lautdengan pengaruh yang relatif sama. Makintinggi nilai pH

F dan pH

FOX makin tinggi pula

produktivitas tambak untuk rumput laut.Seperti dilaporkan oleh Mustafa & Sammut(2006) bahwa peningkatan 1 unit pH

FOX tanah

sampai kondisi netral dapat meningkatkanproduksi rumput laut 204 kg kering/ha/tahun.

Selisih antara pHF dan pH

FOX (pH

F-pH

FOX)

dapat menggambarkan potensi kemasamandari tanah sulfat masam (Mustafa, 2007). NilaipH

F-pH

FOX juga berhubungan secara sangat

signifikan dengan produksi rumput laut dimana, model regresi “terbaik” adalah modellinier negatif yang berarti peningkatan nilaipH

F-pH

FOX diikuti dengan penurunan produksi

rumput laut. Model regresi yang sama jugaditunjukkan oleh nilai S

POS yang juga

menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai SPOS

semakin rendah produksi rumput laut. Korelasi

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 105-121

112

Page 9: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

Gambar 3. Hubungan antara produksi rumput laut (Gracilaria verrucosa) dan kualitas tanahtambak

Figure 3. Relationship between production of seaweed (Gracilaria verrucosa) and soil qualityin the brackish water ponds

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

pH F

50,000

8.007.006.005.004.00

40,000

30,000

20,000

10,000

0

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

pH F - pH FOX

50,000

5.004.003.002.001.00

40,000

30,000

20,000

10,000

06.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

SPOS (%)

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

05.004.003.002.001.000.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

pH FOX

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

06.005.004.003.002.001.000.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

PO4 (ppm)

50,000

6.004.002.000.00

40,000

30,000

20,000

10,000

0

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Bahan organik (Organic matter) (%)

50,000

40.0030.0020.0010.000.00

40,000

30,000

20,000

10,000

0

Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa)

113

Page 10: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

yang sangat signifikan antara pHF-pH

FOX dan

SPOS

telah dilaporkan oleh Mustafa (2007). Makinbesar nilai pH

F-pH

FOX dan S

POS menunjukkan

semakin besar pula potensi kemasaman daritanah sulfat masam yang berarti berpeluanguntuk lebih memasamkan tanah ataumenurunkan pH tanah. S

POS telah digunakan

untuk menentukan kebutuhan kapur dari tanahsulfat masam untuk meningkatkan pH tanah(Ahern et al., 1998a). Semakin tinggi nilai S

POS

tanah berarti kebutuhan kapur juga lebihtinggi yang berarti pula bahwa pada nilai S

POS

yang lebih t inggi menunjukkan pulakemasaman yang tinggi. Oleh karena itu, padanilai pH

F-pH

FOX dan S

POS yang rendah

menunjukkan kondisi kemasaman yang lebihbaik dibandingkan dengan tanah yang memilikinilai pH

F-pH

FOX dan S

POS yang tinggi, sehingga

berdampak pada produksi rumput laut yanglebih tinggi.

Dari hasil analisis peubah-peubah kualitastanah yang menggambarkan kemasamantanah menunjukkan bahwa rumput laut dapattumbuh dengan baik pada pH tanah yang lebardan diperlihatkan oleh model regresi “terbaik”yang umumnya bersifat linier positif. Hal inimenunjukkan bahwa makin tinggi pH makintinggi pula produksi rumput laut. Dalam kondisiseperti ini, pH optimum belum dapat di-tentukan. Namun demikian, produksi rumputlaut yang lebih tinggi didapatkan pada tanahdengan pH

F lebih besar 6,5; pH

FOX lebih besar

4,0; pHF-pH

FOX kurang dari 2,5; dan S

POS kurang

dari 1,00%.

Kandungan PO4 tanah sangat signifikan (P=

0,002) pengaruhnya terhadap produksirumput laut dengan nilai R2 sebesar 0,111 yangberarti PO

4 tanah memiliki pengaruh 11,1%

terhadap produksi rumput laut di tambak. Model

Lanjutan Gambar 3 (Figure 3 continued)Pr

oduksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

50,000

1,000.00.0

40,000

30,000

20,000

10,000

0

Al (ppm)

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Batu kerikil (Silt) (%)

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

0

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Pasir (Sand) (%)

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

0807060504030

2,000.0 3,000.0 4,000.0 5,000.0 6,000.0

Fe (ppm)

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

50,000

200.00.0

40,000

30,000

20,000

10,000

0400.0 600.0 800.0 1,000.0 1,200.0

90 605040302010

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 105-121

114

Page 11: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

regresi “terbaik” antara kandungan PO4 tanah

dengan produksi rumput laut adalah modellinier positif yang berarti makin tinggikandungan PO

4 tanah maka semakin tinggi pula

produksi rumput laut. Hal ini berbeda denganpernyataan Agustina (2004) bahwa hubunganantara unsur hara makro dan produksi tanamanmengikuti model kuadratik. Dalam hal iniproduksi maksimum dicapai pada kandunganunsur hara makro yang tidak terlalu tinggi,makin tinggi kandungan unsur hara makrojustru menurunkan produksi. Namun hal inidapat dimengerti, seperti telah diketahuibahwa kandungan PO

4 pada tanah sulfat masam

umumnya sangat rendah sebab terikat olehFe dan Al, sehingga menjadi tidak tersediabagi organisme akuatik termasuk rumput laut.Selain itu, pembudidaya rumput laut seperti diKabupaten Luwu, Sulawesi Selatan hanyamengaplikasikan pupuk yang mengandung PO

4

dalam dosis yang kecil (Mustafa & Ratnawati,2005), sehingga kandungan PO

4 tanah

tergolong sangat rendah. Padahal fosformerupakan unsur penting bagi semua aspekkehidupan terutama dalam transformasi energimetabolik (Kuhl, 1974). Hal ini menunjukkanbahwa kandungan PO

4 yang tertinggi pun pada

tambak tanah sulfat masam belum sampai dapatmenurunkan produksi rumput laut.

Telah disebutkan sebelumnya bahwatambak yang digunakan untuk budidayarumput laut di pantai timur Sulawesi Selatanumumnya didominasi oleh tanah sulfat masam.Tanah sulfat masam ini biasanya berasosiasidengan tanah gambut seperti terlihat padapenelitian ini di mana kandungan bahan organiktanah dapat mencapai 31,4% dengan rata-rata9,8%. Bahan organik yang telah terdekomposisidapat menjadi sumber hara bagi rumputlaut, namun demikian jika kandungan sangattinggi dapat menghambat pertumbuhanrumput laut. Juga telah disebutkan sebelumnyabahwa dekomposisi bahan organik dapatmenghasilkan CO

2, H

2S dan CH

4 yang tinggi

dapat menghambat pertumbuhan organismeakuatik.

Besi dan Al adalah logam yang melimpah ditanah sulfat masam, di mana Fe merupakanproduk langsung dari oksidasi pirit dan Almerupakan produksi langsung dari pelapukanalumino-silikat oleh kemasaman (Dent, 1986;Golez & Kyuma, 1997). Kandungan Fe tanahberkorelasi secara signifikan dengan produksirumput laut (P= 0,092) dengan model regresi“terbaik” adalah model kubik. Dari Gambar 3terlihat bahwa pada kandungan lebih besar

dari 5.000 mg/L berdampak pada penurunanproduksi rumput laut. Besi dibutuhkan olehtanaman termasuk rumput laut sebagaipenyusun sitokrom dan klorofil serta berperandalam sistem enzim dan transfer elektron padaproses fotosintesis (Effendi, 2003). Besiadalah logam yang dibutuhkan alga palingbesar dibandingkan dengan logam lainnya(Malea & Haritinodis, 1999; Caliceti et al.,2002). Namun demikian, kelebihan Fe tanahberdampak pada pengikatan unsur haratertentu seperti fosfat menjadi tidak tersediabagi rumput laut. Mustafa & Sammut (2007)telah melaporkan adanya korelasi yang sangatnyata antara kandungan Fe dan P-tersedia dimana makin tinggi kandungan Fe makakandungan P-tersedia makin kecil. Selain itu,kelebihan Fe dapat menyebabkan keracunanpada tanaman seperti pada tanaman padi (Orizasativa), sekalipun tergolong tahan terhadapkondisi kandungan Fe tinggi, sebagianmengalami keracunan pada kandungan Fe 500mg/L (Ponnamperuma, 1976).

Kandungan Al berhubungan tidaksignifikan (P= 0,349) dengan produksi rumputlaut di tambak. Dalam hal ini, pada kandunganAl tanah antara 96 dan 1.195 mg/L belummemberikan pengaruh terhadap produksirumput laut. Namun demikian, ada kecen-derungan penurunan produksi rumput lautpada tanah dengan kandungan Al melebihi 490mg/L (Gambar 3). Kelarutan Al yang tinggimenyebabkan pembelahan dan perkembang-an sel terhambat akibat enzim yang melakukansintesis bahan dari dinding sel terganggu(Rorison, 1973). Kandungan Al yang cukuprendah, 1--2 mg/L sudah dapat meracunitanaman (Dent, 1986) dan pada kandunganAl lebih besar 25 mg/L dapat meracuni padiumur 3--4 minggu (Langenhoff, 1986).

Pada tanah sulfat masam maupun tanahsulfat masam yang berasosiasi dengan tanahgambut menunjukkan kandungan liatyang sangat rendah bahkan beberapa contohtanah tidak terdeteksi kandungan liatnya.Kandungan pasir sangat signifikan (P= 0,000)pengaruhnya terhadap produksi rumput lautdengan model regresi “terbaik” adalah modelkebalikan. Dari Gambar 3 terlihat bahwa makinrendah kandungan pasir makin tinggi produksirumput laut. Hal ini sangat terkait dengan sifatfisik dan kimia dari fraksi pasir. Tambak dengankandungan pasir yang tinggi berdampakpada tingginya porositas pematang yangmenyebabkan tinggi air tambak tidak bisabertahan. Dikatakan oleh Mubarak et al. (1990)

Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa)

115

Page 12: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

bahwa lahan untuk budidaya rumput laut ditambak sebaiknya mempunyai dasar tambakyang bertekstur lempung berpasir, apabiladasar tambaknya memiliki porositas tinggi makasangat sulit mempertahankan kedalaman air.Kondisi ini berbeda dengan tambak untukbudidaya udang vannamei yang mengurangidan bahkan menghilangkan porositaspematang tambak dengan membuat pematangdari beton atau dilapisi plastik atau pematangdibuat lebih kompak dan diperlebar sepertidijelaskan sebelumnya. Ada kemungkinanrendahnya kedalaman air pada tambak yangdidominasi fraksi pasir berdampak padarendahnya produksi rumput laut. Mustafa &Sammut (2006) telah melaporkan bahwa tinggiair selama budidaya rumput laut di tambaktanah sulfat masam Kabupaten Luwu berkisar0,2 sampai 0,8 m dengan rata-rata 0,53 m.Telah direkomendasikan bahwa tinggi air untukbudidaya rumput laut adalah 0,5--0,8 m (Anony-mous, 1991) dan 0,6--0,8 m (Mubarak et al.,1990). Produksi rumput laut, Gracilaria edulisyang lebih rendah didapatkan pada kedalamamair yang rendah pula sebagai akibat kelebihancahaya dan talus rumput laut menjadi lebihkering (Kaladharan et al., 1996).

Dalam hubungannya dengan sifat kimia darifraksi pasir, rendahnya produksi rumput lautpada tanah dengan kandungan fraksi pasir yangtinggi adalah sebagai akibat kekurang-mampuan pasir untuk menyerap air, ion-ionanorganik, bahan organik, dan gas-gas padapermukaannya (Boyd, 1995). Sebagaiakibatnya, tanah yang didominasi fraksi pasircenderung kandungan haranya lebih rendahyang berdampak pada lebih rendahnyaproduksi rumput laut. Tanah dengankandungan fraksi pasir tinggi cenderungmemiliki daya sangga yang rendah sehinggafluktuasi pH dapat lebih besar yang dapat pulamengganggu pertumbuhan rumput laut.

Kebalikan dari pengaruh fraksi pasirterhadap produksi rumput laut adalah adanyapengaruh secara sangat signifikan yaitudengan meningkatnya kandungan debumenyebabkan peningkatan produksi rumputlaut. Secara fisik, lebih tingginya kandungandebu berdampak pada lebih kompaknya dasartambak maupun pematang tambak sehinggakedalaman air dapat dipertahankan. Secarakimia, dengan lebih tingginya kandunganfraksi debu dan liat sampai nilai tertentumenunjukkan kondisi tanah yang lebih baik.Menurut Schaetzl & Anderson (2005), debumemiliki kemampuan menyimpan unsur hara

yang tergolong rendah dan liat tergolongsedang sampai tinggi, sedangkan pasir ter-golong sangat rendah. Tanah bertekstur liatatau liat berdebu, karena lebih halus makasetiap satuan berat mempunyai luas permuka-an yang lebih besar sehingga kemampuanmenahan air dan menyediakan unsur hara lebihtinggi. Dalam hal ini, ketersediaan unsur harabagi rumput laut lebih terjamin pada tanahbertekstur halus dibandingkan dengan tanahbertekstur kasar, sehingga pertumbuhanrumput laut dapat lebih baik.

Udang Windu dan Ikan Bandeng

Polikultur antara udang windu dan ikanbandeng di Kabupaten Pinrang umumnyadilakukan di tambak tanah non-sulftat masamdan di beberapa tempat juga dilakukan ditambak tanah sulfat masam. Sebagai akibatnya,variasi pH tanah di tambak Kabupaten Pinrangrelatif besar. Nilai pH

F berkisar antara 4,25 dan

7,67 dengan rata-rata 6,56 dan pHFOX

berkisarantara 1,72 dan 6,76 dengan rata-rata 4,83.pH

F memiliki hubungan yang signifikan

(P= 0,030) dengan produksi udang windu danikan bandeng dan bahkan pH

FOX memiliki

hubungan sangat signifikan (P= 0,002) denganproduksi udang windu dan ikan bandeng.Model regresi terbaik antara pH

F dan produksi

udang windu dan ikan bandeng adalah modelS, sedangkan antara pH

FOX dan produksi udang

windu dan ikan bandeng adalah model kubikyang memperlihatkan adanya kecenderunganpeningkatan produksi udang windu dan ikanbandeng seiring dengan peningkatan pH.Telah dilaporkan bahwa pH tanah optimumuntuk udang windu adalah antara 7,5 dan 8,3(Ilyas et al., 1987; Poernomo, 1992).

Selisih antara pHF dan pH

FOX yang meng-

gambarkan potensi kemasaman tanah jugamemiliki hubungan signifikan (P= 0,060)dengan produksi udang windu dan ikanbandeng di tambak dengan model regresi“terbaik” adalah model kubik. Dari Gambar 4terlihat bahwa semakin besar nilai pH

F-pH

FOX

semakin rendah produksi udang windu danikan bandeng.

Kandungan PO4 tanah sangat signifikan (P=

0,009) hubungannya dengan produksi udangwindu dan ikan bandeng. Pada polikulturantara udang windu dan ikan bandeng,teknologi yang umum digunakan adalahteknologi tradisional. Oleh karena itu, pakanalami menjadi penting untuk pertumbuhan danpenghidupan organisme yang dibudidayakan.

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 105-121

116

Page 13: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

Gambar 4. Hubungan antara produksi udang windu (Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanoschanos) dengan kualitas tanah tambak

Figure 4. Relationship between production of tiger prawn (Penaeus monodon) and milkfish(Chanos chanos) and soil quality in the brackish water ponds

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

pH F

6,000

8.007.006.005.004.00

4,000

2,000

0

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

pH FOX

6,000

5.004.003.002.001.00

4,000

2,000

06.00 7.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

pH F - pH FOX

6,000

4.003.002.001.000.00

4,000

2,000

05.00

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

PO4 (mg/L)

6,000

6.004.002.000.00

4,000

2,000

0

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Al (ppm)

6,000

800.00600.00400.00200.000.00

4,000

2,000

0

Produksi

(Pro

duc

tion

)(k

g/h

a/ta

hun (y

ear)

)

Fe (ppm)

6,000

8.006.004.002.000.00

4,000

2,000

010.00 12.00

Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa)

117

Page 14: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

PO4 adalah salah satu senyawa yang di-

perlukan untuk pertumbuhan pakan alamiseperti klekap dan plankton. Pada sistemakuatik, fosfor juga merupakan unsur pentingkarena merupakan unsur esensial untukproduksi primer (Boyd, 1995). Kandungan PO

4

pada tanah tambak tergolong sangat rendah(kurang dari 5 mg/L) sehingga peningkatankandungan PO

4 tanah berdampak pada

peningkatan produksi udang windu dan ikanbandeng. Ketersediaan fosfat lebih besar 60mg/L dalam tanah tambak dapat digolongkansebagai slight atau tergolong baik denganfaktor pembatas yang sangat mudah diatasi(Karthik et al., 2005).

Kandungan unsur toksik tanah seperti Fedan Al tidak memberikan pengaruh yang nyataterhadap produksi udang windu dan ikanbandeng, namun memiliki kecenderunganpenurunan produksi dengan meningkatnyakandungan Fe dan Al tanah. Hal yang samajuga dijumpai pada udang vannamei sepertidilaporkan sebelumnya yaitu ter jadipenurunan produksi yang sangat nyatadengan meningkatnya kandungan Fe dan Altanah. Seperti dikatakan oleh Poxton (2003)bahwa salah satu model pengaruh lingkunganterhadap “penampilan” yang tercermin padapertumbuhan dan sintasan suatu organismeakuatik adalah model yang menurun secaraperlahan-lahan sampai tidak ada yang bertahanhidup. Model ini biasanya berlaku pada unsuratau senyawa yang bersifat toksik terhadaporganisme akuatik. Model ini hanya berlakupada kondisi umum di tambak dan tentunyamodel ini akan mengalami perubahan dalamkondisi ekstrem seperti terjadinya seranganpenyakit. Kandungan Fe dan Al tanah padatambak untuk budidaya udang windu dan ikanbandeng (Gambar 4) serta udang vannamei(Gambar 2) jauh lebih rendah daripadakandungan Fe dan Al tanah tambak untukrumput laut (Gambar 3). Akan tetapi pengaruhtoksik kedua unsur tersebut tidak terlihat padabudidaya rumput laut. Hal ini terkait dengankemampuan tanaman air dan alga untukmenyerap logam seperti Fe dan Al (Malea &Haritinodis, 1999; Caliceti et al., 2002; Gosaviet al., 2004). Lebih lanjut Gosavi et al. (2004)menyatakan bahwa alga dapat menyerap Fedan Al tiga kali lipat dibandingkan denganlogam lainnya. Selain itu, tanaman air dan algamemiliki toleransi yang tinggi dibandingkandengan ikan dan udang terhadap logam(Effendi, 2003).

KESIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan pHH2O

tanah dari 6,34 menjadi8,10 dapat meningkatkan produksi udangvannamei secara signifikan sebaliknyapeningkatan kandungan Fe, Al dan SO

4 dapat

menurunkan produksi udang vannamei.Kandungan liat tanah lebih besar dari 30,0%menurunkan produksi udang vannamei,sedangkan kandungan pasir tanah lebihbesar 21,8% sampai nilai tertentu dapatmeningkatkan produksi udang vannamei.

Produksi rumput laut yang lebih tinggididapatkan pada tanah dengan pH

F lebih besar

6,5; pHFOX

lebih besar 4,0; pHF-pH

FOX kurang dari

2,5 dan SPOS

kurang dari 1,00%. Kandungan Fetanah yang melebihi 5.000 mg/L dan Al yangmelebihi 490 mg/L menyebabkan penurunanproduksi rumput laut. Peningkatan kandunganPO

4 tanah lebih besar dari 6,0 mg/L dapat

meningkatkan produksi rumput laut secarasignifikan.

Peningkatan pHF, pH

FOX, dan PO

4 tanah

masing-masing lebih besar 7,5; 7,0; dan 6,0mg/L sampai nilai tertentu dapat meningkatkanproduksi udang windu dan ikan bandeng yangdibudidayakan secara polikultur. Sebaliknya,peningkatan unsur toksik seperti Fe dan Aldapat menurunkan produksi udang windu danikan bandeng di tambak.

Perlu dilakukan penelitian tambahanuntuk mendapatkan variasi kualitas tanah yanglebih besar sehingga variasi produksi darisetiap komoditas perikanan air payau jugalebih besar agar kriteria kesesuaian tanahuntuk budidaya tambak dapat lebih dipertajamlagi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Diucapkan terima kasih kepada ProyekACIAR FIS/2002/076 “Land CapabilityAssessment and Classification for SustainablePond-based, Aquaculture Systems” atas biayapenelitian dan juga kepada Proyek APBN 2006“Riset Pemetaan dan Daya Dukung LahanBudidaya Perikanan Pesisir” atas penggunaandata produksi udang windu dan ikan bandengserta kualitas tanah tambak di KabupatenPinrang. Juga diucapkan terima kasih kepadaHasnawi, Irmawati Sapo, Rosiana Sabang,Sutrisyani, Muhammad Arnold, Darsono,Kamariah, dan Rahmiyah atas bantuannya dilapangan dan di laboratorium.

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 105-121

118

Page 15: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman.Edisi revisi. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.80 pp.

Ahern, C.R. and B. Blunden. 1998. Designing asoil sampling and analysis program. In:Ahern, C.R., Blunden, B. and Stone, Y. (eds.),Acid Sulfate Soils Laboratory MethodsGuidelines. Acid Sulfate Soil ManagementAdvisory Committee, Wollongbar, NSW. p.2.1—2.6.

Ahern, C.R., A. McElnea, and D.E. Baker. 1998a.Acid neutralizing capacity methods. In:Ahern, C.R., Blunden, B., and Stone, Y.(eds.), Acid Sulfate Soils LaboratoryMethods Guidelines. Acid Sulfate SoilManagement Advisory Committee,Wollongbar, NSW. p. 6.1—6.4.

Ahern, C.R., A. McElnea, and D.E. Baker. 1998b.Peroxide oxidation combined acidity andsulfate. In: Ahern, C.R., Blunden, B. andStone, Y. (Eds.), Acid Sulfate Soils Labora-tory Methods Guidelines. Acid Sulfate SoilManagement Advisory Committee,Wollongbar, NSW. p. 4.1—4.17.

Ahern, C.R. and Rayment, G.E. 1998. Codes foracid sulfate soils analytical methods. In:Ahern, C.R., Blunden, B. and Stone, Y. (eds.),Acid Sulfate Soils Laboratory MethodsGuidelines. Acid Sulfate Soil ManagementAdvisory Committee, Wollongbar, NSW. p.3.1—3.5.

Anonymous. 1991. Mariculture of seaweeds.In: S. Shokita, K. Kakazu, A. Tomori, and T.Toma (eds.), Aquaculture in Tropical Areas.Midori Shobo Co., Ltd., Tokyo. p. 31--95.

Anonymous. 2001. Soil Morphogenesis. Agro/Hort 100 Intro to Plant Science Soils. http://weather.nsmu.edu/TeachingMaterial/soil350/Soil%20Morphogenesis.htm.Diakses tanggal 1 Juli 2003.

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).1978. Manual on Pond Culture of PenaeidShrimp. ASEAN National CoordinatingAgency of the Philippines, Manila. 132 pp.

Boddeke, R. 1983. Survival strategies ofpenaeid shrimps and their significance forshrimp culture. In: Rogers, G.L., Day, R. andLim, A. (Eds.), Proceedings of the First Inter-national Conference on Warm Water Aquac-ulture-Crustacea. Brigham Young Univer-sity Hawaii Campus, Laie. p. 514—523.

Bouyoucos, C.J. 1962. Hydrometer method im-proved for making particle size analysis ofsoils. Agronomy Journal. 54: 464—465.

Boyd, C.E. 1995. Bottom Soils, Sediment, andPond Aquaculture. Chapman and Hall, NewYork. 348 pp.

Bratvold, D. and C.L. Browdy. 2001. Effects ofsand sediment and vertical surfaces(AquaMatsTM) on production, water quality,and microbial ecology in an intensiveLitopenaeus vannamei culture system.Aquaculture. 195: 81--94.

Caliceti, M., E. Argese, A. Sfriso, and B. Pavoni.2002. Heavy metal contamination in theseaweeds of the Venice lagoon. Chemo-sphere. 47: 443--454.

Chanratchakool, P., J.F. Turnbull, S. Funge-Smith,and C. Limsuwan. 1995. Health Manage-ment in Shrimp Ponds. Second edition.Aquatic Animal Health Research Institute,Department of Fisheries, Kasetsart Univer-sity Campus, Bangkok. 111 pp.

Dent, D. 1986. Acid Sulphate Soils: A Baselinefor Research and Development . ILRIPublication 39. International Institute forLand Reclamation and Improvement,Wageningen. 204 pp.

DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan).2005. Revitalisasi Perikanan Budidaya.Departemen Kelautan dan Perikanan,Jakarta. 275 pp.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagiPengelolaan Sumber Daya dan LingkunganPerairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.258 pp.

Golez, N.V. and K. Kyuma. 1997. Influence ofpyrite oxidation and soil acidification onsome essential nutrient elements. Aquac-ultural Engineering. 16: 107--124.

Gosavi, K., Sammut, J., Gifford, S. and Jankowski,J. 2004. Macroalgal biomonitors of tracemetal contamination in acid sulfate soilaquaculture ponds. Science of the TotalEnvironment 324(1-3), 25-39.

Hardjowigeno, S., M. Soekardi, D. Djaenuddin,N. Suharta, dan E.R. Jordens. 1996.Kesesuaian Lahan untuk Tambak. PusatPenelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. 17pp.

Ilyas, S., F. Cholik, A. Poernomo, W. Ismail, R.Arifudin, T. Daulay, A. Ismail, S.Koesoemadinata, I N.S. Rabegnatar, H.Supriyadi, H.H. Suharto, Z.I. Azwar, dan S.E.Wardoyo. 1987. Petunjuk Teknis bagiPengoperasian Unit Usaha PembesaranUdang Windu. Pusat Penelitian danPengembangan Perikanan, Jakarta. 99 pp.

Kaladharan, P., K. Vijayakumaran, and V.S.K.

Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa)

119

Page 16: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

Chennubhotla. 1996. Optimization of cer-tain physical parameters the maricultureof Gracilaria edulis (Gmelin) Silva in Minicoylagoon (Laccadive Archipelago). Aquacul-ture. 139: 265--270.

Karthik, M., J. Suri, N. Saharan, and R.S. Biradar.2005. Brackish Water Aquaculture Site Se-lection in Palghar Taluk, Thane district ofMaharashtra, India, Using the Techniquesof Remote Sensing and Geographical In-formation System. Aquacultural Engineer-ing. 32: 285--302.

Kuhl, A. 1974. Phosphorus. In: Stewart, W.D.P.(ed.). Algal Physiology and Biochemistry.Botanical Monographs. Volume 10.Blackwell Scientific Publication, Oxford.p. 636--654.

Langenhoff, R. 1986. Distribution, Mapping,Classification and Use of Acid Sulphate Soilsin the Tropics: A literature Study. STIBOKA,Wageningen. 133 pp.

Malea, P. and S. Haritonidis. 1999. Metal con-tent in Enteromorpha linza (Linnaeus) inThemaikos Gulf (Greece). Hydrobiologia.394: 103--112.

Menon, R.G. 1973. Soil and Water Analysis: ALaboratory Manual for the Analysis of Soiland Water. Proyek Survey O.K.T. SumateraSelatan, Palembang. 190 pp.

Mubarak, H., S. Ilyas, W. Ismail, I.S. Wahyuni, S.T.Hartati, E. Pratiwi, Z. Jangkaru, dan R.Arifudin. 1990. Petunjuk Teknis BudidayaRumput Laut . Pusat Penelitian danPengembangan Perikanan, Jakarta. 93 pp.

Muir, J.F. and J.M. Kapetsky. 1988. Site selec-tion decisions and project cost: the caseof brackish water pond systems. In: Aquac-ulture Engineering Technologies for the Fu-ture. Hemisphere Publishing Corporation,New York. p. 45--63.

Mustafa, A. dan E. Ratnawati. 2005. Faktorpengelolaan yang berpengaruh terhadapproduksi rumput laut (Gracilaria verrucosa)di tambak tanah sulfat masam (studi kasusdi Kabupaten Luwu, Provinsi SulawesiSelatan). J. Pen. Perik. Indonesia 11(7): 67--77.

Mustafa, A. and J. Sammut. 2006. DominantFactors that Effect on the Seaweed(Gracilaria verrucosa) Production in AcidSulfate Soils-affected Ponds of LuwuRegency, Indonesia. Research Institute forCoastal Aquaculture, Maros. 28 pp.

Mustafa, A. 2007. Improving Acid Sulfate Soilsfor Brackish Water Ponds in South Sulawesi,

Indonesia. Ph.D. Thesis. The University ofNew South Wales, Sydney. 418 pp.

Mustafa, A., Rachmansyah, dan A. Hanafi.2007a. Kelayakan Lahan untuk BudidayaPerikanan Pesisir. Dalam: KumpulanMakalah Bidang Riset Perikanan Budidaya.Disampaikan pada Simposium Kelautan danPerikanan pada tanggal 7 Agustus 2007 diGedung Bidakara, Jakarta. Pusat RisetPerikanan Budidaya, Jakarta. 28 pp.

Mustafa, A. and J. Sammut. 2007. Effects of dif-ferent remediation techniques and dos-ages of phosphorus fertilizer on soil qual-ity and klekap production in acid sulfatesoil-affected aquaculture ponds. ResearchInstitute for Coastal Aquaculture, Maros. 29pp.

Mustafa, A., Sapo, I., Hasnawi, dan J. Sammut.2007b. Hubungan antara faktor KONDISIlingkungan dan produktivitas tambak untukpenajaman kriteria kelayakan lahan: 1.kualitas air. Jurnal Riset Akuakultur. 2(3):289--302.

Paquotte, P., L. Chim, J.–L.M. Martin, E. Lemos, M.Stern, and G. Tosta. 1998. Intensive cultureof shrimp Penaeus vannamei in floatingcages: zootechnical, economic andenvironmental aspects. Aquaculture. 164:151--166.

Poernomo, A. 1979. Budidaya udang di tambak.Dalam: A. Soegiarto, Toro, V., danSoegiarto, K.A. (eds.), Udang: Biologi,Potensi, Budidaya, Produksi, dan Udangsebagai Bahan Makanan di Indonesia.Lembaga Oseanologi Nasional-LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. p. 77--174.

Poernomo, A. 1992. Pemilihan Lokasi TambakUdang Berwawasan Lingkungan. PusatPenelitian dan Pengembangan Perikanan,Jakarta. 40 pp.

Ponnamperuma, F.N. 1976. Spesific Soil Chemi-cal Characteristics for Rice Production inAsia. IRRI Research Paper Seri No. 2. TheInternational Rice Research Institute, LosBaòos. 18 pp.

Poxton, M. 2003. Water quality. In: Lucas, J.S.and Southgate, P.C. (eds.), Aquaculture:Farming Aquatic Animals and Plans.Blackwell Publishing Ltd., Oxford. p. 47--73.

Prasita, V.D. 2007. Analisis Daya DukungLingkungan dan Optimalisasi Pemanfaat-an Wilayah Pesisir untuk Pertambakan diKabupaten Gresik. Disertasi Doktor.

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 105-121

120

Page 17: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN ... · topografi, tanah, dan biologi. ... ketersediaan air, penggunaan lahan, kimia tanah, ... untuk mengetahui hubungan antara peubah

Sekolah Pascasarjana, Institut PertanianBogor, Bogor. 147 pp.

Rorison, I.H. 1973. The effect of extreme soilacidity on the nutrient uptake and physiol-ogy of plant. In: Dost, H. (ed.), Proceedingsof the International Symposium on AcidSulphate Soils. ILRI Publication 18. Interna-tional Institute for Land Reclamation andImprovement, Wageningen. p. 223--254.

Rossiter, D.G. 1996. A theoretical frameworkfor land evaluation. Geoderma. 72: 165--202.

Salam, M.A., L.G. Ross, and C.M.M. Beveridge.2003. A comparison of development op-portunities for crab and shrimp aquacul-ture in southwestern Bangladesh, using GISmodeling. Aquaculture. 220: 477--494.

Sammut, J. 1999. Amelioration and managementof shrimp ponds in acid sulfate soils: keyresearchable issues. In: Smith, P.T. (ed.),

Towards Sustainable Shrimp Culture in Thai-land and the Region. ACIAR ProceedingsNo. 90. Australian Centre for InternationalAgricultural Research, Canberra. p. 102—106.

Schaetzl, R.J. and S. Anderson. 2005. Soils: Gen-esis and Geomorphology. Cambridge Uni-versity Press, Cambridge. 817 pp.

SPSS (Statistical Product and Service Solution).2006. SPSS 15.0 Brief Guide. SPSS Inc., Chi-cago. 217 pp.

Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. PetunjukTeknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air,dan Pupuk. Diedit oleh: Prasetyo, B.H.,Santoso, D. dan Widowati, L.R. BalaiPenelitian Tanah, Bogor. 136 pp.

Treece, G.D. 2000. Site selection. In: Stickney,R.R. (ed.), Encyclopedia of Aquaculture. JohnWiley & Sons, Inc., New York. p. 869--879.

Hubungan antara faktor kondisi lingkungan ..... (Akhmad Mustafa)

121