hubungan antara efikasi diri akademik dengan ......positif dan signifikan antara efikasi diri...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN
MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA
OLEH
JATMIKO
802013083
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan
untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Jatmiko
NIM : 802013083
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal
bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Mengetahui,
Pembimbing
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., M.A.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Dibuat di: Salatiga
Pada tanggal: 28 November 2016
Yang menyatakan,
Jatmiko
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Jatmiko
NIM : 802013083
Program studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA
Yang dibimbing oleh:
1. Heru Astikasari S. Murti, S.Psi, M.A.
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 28 November 2016
Yang memberi pernyataan,
Jatmiko
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA
Oleh
Jatmiko
802013083
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 28 November 2016
Oleh
Pembimbing
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., M.A.
Diketahui oleh,
Kaprogdi
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Disahkan oleh,
Dekan
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN
MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA
Jatmiko
Heru Astikasari S. Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara
efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologia. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Tinggi Teologia Abdiel Ungaran dengan
subjek para mahasiswa tingkat dua. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik sampling jenuh. Selanjutnya sampel berjumlah 30 orang mahasiswa yang memenuhi
syarat yang diajukan oleh peneliti. Untuk mengukur efikasi diri akademik digunakan skala
berdasarkan teori Bandura. Sementara untuk mengukur motivasi berprestasi digunakan
skala berdasarkan teori dari McClelland. Dari penelitian ini diperoleh korelasi sebesar rit =
0,561 dengan sig. = 0,001 (p < 0,05). Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada
mahasiswa sekolah tinggi teologia. Sumbangan efektif efikasi diri akademik terhadap
motivasi berprestasi sebesar 31.47%.
Kata kunci: Efikasi diri, Efikasi diri akademik, Motivasi berprestasi
ii
Abstract
The purpose of this study was to determine the positive and significant relationship between
academic self-efficacy and achievement motivation in students of the College of Theology.
This research was conducted at the School of Theology Abdiel Ungaran with the subject of
the sophomore. The sampling technique using sampling techniques saturated. Subsequently
the samples were 30 students who meet the requirements posed by the researcher. To
measure the academic self-efficacy scale used by Bandura's theory. While used to measure
achievement motivation scale based on the theory of McClelland. From this research, the
correlation of rit = 0.561 with sig. = 0.001 (p <0.05). This shows the positive and
significant relationship between academic self-efficacy and achievement motivation in
students of the seminary. Academic self-efficacy effective contribution to the achievement
motivation of 31.47%.
Keywords: Self efficacy, academic self-efficacy, achievement motivation
1
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini, pendidikan menjadi hal wajib dalam masyarakat. Menurut
Mcload (dalam Islamuddin, 2012), pendidikan adalah proses yang menggunakan metode-
metode tertentu yang dibuat agar individu dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman,
dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Sektor pendidikan memang menjadi
salah satu sektor yang diperhatikan oleh pemerintah. Indonesia dikenal sebagai negara
yang sering bergonta-ganti kurikulum pendidikan demi mencapai peningkatan kualitas
peserta didik (Baharuddin, 2009). Selain itu, pemerintah sudah lama mencanangkan
program wajib belajar sembilan tahun bagi seluruh masyarakyat. Meskipun masih banyak
yang belum mampu mencapai hal tersebut, namun nyatanya banyak juga orang tua yang
justru ingin anaknya melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Menurut Undang-Undang No 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, perguruan
tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan
tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Di
Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi,
dan universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi,
dan vokasi dengan program pendidikan diploma (D1, D2, D3, D4), sarjana (S1), magister
(S2), doktor (S3), dan spesialis. Sekolah Tinggi Teologia merupakan salah satu bentuk
perguruan tinggi yang berfokus pada ilmu teologi. Teologi berasal dari bahasa Yunani
theos yang artinya Tuhan dan logos yang artinya ilmu (Newell, 1987). Jadi Teologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang Tuhan. Dalam gereja Kristen, teologi mula-
mula hanya membahas ajaran mengenai Allah, kemudian artinya menjadi lebih luas, yaitu
membahas keseluruhan ajaran dan praktik Kristen (Drewes & Mojau, 2006).
2
Pada umumnya sebuah sekolah Tinggi Teologi menyelenggarakan pendidikan
tinggi dalam bidang Teologi, Pendidikan Agama Kristen, Kepemimpinan Kristen, Filsafat
Teologi dalam jenjang Sarjana, Magister, dan Doktoral. Meskipun berada di dalam
koordinasi dan pembinaan dari Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan di
Departemen Agama RI, semua STT di Indonesia saat ini juga diwajibkan untuk mengurus
dan mendapatkan status akreditasi dari BAN-PT (Novanto & Yulianti, 2015). Hal ini
berarti bahwa dalam STT juga memiliki suatu standar kurikulum baku yang harus dilalui,
serta proses belajar mengajar yang tidak jauh berbeda dengan perguruan tinggi umum
lainnya. Secara umum, mahasiswa yang memilih untuk berkuliah di STT merasa memiliki
panggilan hidup yang diyakini berasal dari Tuhan (wawancara dengan beberapa mahasiswa
STT pada tanggal 8 September 2016). Hal ini menyebabkan mereka termotivasi untuk
mempelajari Ilmu Teologi dan Agama agar dapat melaksanakan panggilan Tuhan tersebut
dengan sungguh-sungguh untuk menjadi seorang pendeta atau rohaniwan Kristen (Novanto
& Yulianti, 2015). Menurut Susabda (2014), belajar di sekolah tinggi teologi adalah belajar
di tengah kondisi yang menuntut kemampuan dan kedewasaan yang penuh. Kemampuan
dan kedewasaan yang penuh diperlukan karena apa yang dipelajari di teologi sangat
berbeda dengan apa yang di dapat ketika sekolah minggu ataupun mendengarkan khotbah
di gereja.
Motivasi dalam diri mereka yang mereka anggap sebagai panggilan Tuhan tersebut
tentunya akan memacu para mahasiswa untuk dapat berprestasi di dalam perkuliahan
mereka. Hal ini sering kita dengar sebagai motivasi berprestasi. McClelland (dalam
Maetiningsih, 2008) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi adalah sebagai suatu usaha
3
untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dengan berpedoman pada suatu standar
keunggulan tertentu (standard’s of excellence). Mahasiswa yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi cenderung akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
hasil studi terbaiknya sesuai dengan standar yang diterapkan di STT tersebut.
Terdapat tujuh aspek utama motivasi berprestasi menurut McClelland (dalam
Tiwoko, 2013), yaitu:
a. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.
b. Berani mengambil dan memikul resiko.
c. Memiliki tujuan yang realistis.
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh.
e. Berjuang untuk merealisasikan tujuan,
f. Memanfaatkan umpan balik
g. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah dipersiapkan.
Menurut McClelland (dalam Haryani & Tairas, 2014) ada 2 faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi adalah: 1. Faktor Intrinsik (internal), kemungkinan
untuk sukses, ketakutan akan kegagalan, value (nilai), self efficacy (efikasi diri), usia. 2.
Faktor Ekstrinsik (eksternal), lingkungan sekolah, keluarga, teman. Dari penjelasan diatas
salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah efikasi diri akademik.
Ilmu yang akan sangat berbeda dari yang dibayangkan sebelumnya, serta
lingkungan yang menuntut mahasiswa STT untuk lebih disiplin tentu akan mempengaruhi
apa yang disebut efikasi diri. Menurut Bandura (dalam Myers, 2012), efikasi diri
merupakan perasaan akan kemampuan dalam mengerjakan suatu tugas, percaya pada
4
kompetensi diri sendiri dan efektivitas sebagai hasil dari pemberian grativikasi. Berkaitan
dengan bidang akademik, efikasi diri akademik merupakan keyakinan diri seseorang bahwa
dirinya mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan menandakan level
kemampuan dirinya.
Menurut hasil wawancara penulis dengan beberapa orang dosen di salah satu STT
diperoleh informasi bahwa di STT, banyak mahasiswa yang kurang memiliki keinginan
untuk meraih prestasi yang baik karena merasa kurang mampu mengikuti perkuliahan di
STT. Hal itu disebabkan karena mereka tidak memiliki gambaran mengenai apa yang akan
mereka pelajari di STT karena menurut mereka merupakan hal yang baru. Efikasi diri
akademik yang kurang seperti itulah yang akhirnya mempengaruhi motivasi berprestasi
dalam diri mereka. Mereka tetap belajar dengan rajin tetapi ketika disinggung mengenai
prestasi belajar, sering kali mereka merasa tidak mampu mencapai prestasi yang
diharapkan. Menghadapi hal-hal tersebut, maka diharapkan mahasiswa STT memiliki
efikasi diri akademik yang tinggi sehingga mereka akan memiliki motivasi berprestasi yang
tinggi sehingga mampu menuntaskan tugas belajar mereka di STT dengan prestasi belajar
yang baik.
Kreitner & Kinichi (2003) menyebutkan bahwa ciri-ciri efikasi diri yang tinggi
yaitu; a) Lebih aktif; b) Mampu belajar dari masa lampau; c) Mampu merencanakan tujuan
dan membuat rencana kerja; d) Lebih kreatif menyelesaikan masalah sehingga tidak merasa
stres serta selalu lebih keras untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal. Sedangkan ciri-
ciri efikasi diri yang rendah yaitu; a) Sulit mengerjakan tugas; b) Tidak berusaha mengatasi
5
masalah; c) Tidak mampu belajar dari masa lalu; d) Selalu merasa cemas; e) Sering stres
dan merasa depresi.
Efikasi diri menurut Kreitner dan Kinichi (dalam Pudjiastuti, 2012) akan
mempengaruhi proses motivasi seseorang, yaitu setelah seseorang tersebut tahu dan yakin
akan kemampuan akademiknya, maka akan merasa mampu untuk melaksanakan tugasnya,
maka motivasinya juga akan lebih kuat dalam menyelesaikan tugas tersebut dan meraih
prestasi. Motivasi yang dimiliki akan menjadi tinggi juga, karena sudah tahu apa
kemampuannya dan hasil apa yang diharapkan. Efikasi diri memberikan sebuah kekuatan
bagi mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut yang tidak lagi memiliki perasaan tidak yakin
dan tidak mampu, merasa diri lemah dan tak berdaya.
Berkaitan dengan bidang akademik, efikasi diri akademik yang berbeda-beda dari
masing-masing individu dapat dilihat dari aspek-aspek yang mempunyai implikasi pada
perilaku individu tersebut. Menurut Bandura (1986), terdapat 3 aspek dalam efikasi diri,
yaitu:
a. Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu tingkat masalah yang dihadapi
berkaitan dengan kesulitan tugas akademik.
b. Strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan keyakinan seseorang
akan kemampuannya.
c. Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan dengan cakupan tingkah laku
yang diyakini oleh seseorang mampu untuk dilaksanakan.
Untuk dapat mencapai semua aspek tersebut maka diperlukan efikasi diri akademik
yang tinggi, seperti yang dikemukakan Ferla, Vacke & Cai (2007) bahwa semakin tinggi
6
efikasi akademik seseorang maka semakin tinggi prestasi akademik seseorang. Ada
beberapa indikator yang dapat melemahkan efikasi diri akademik pada mahasiswa STT,
misalnya individu tersebut mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas dan motivasi
belajar yang rendah karena kurang adanya dukungan dari teman sebaya (teman asrama)
yang akhirnya membuat mahasiswa tersebut tidak dapat mencapai prestasi yang
memuaskan. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan memiliki efikasi diri akademik yang
tinggi agar mahasiswa dapat mencapai prestasi yang memuaskan.
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2015) dan
Suciningtyas (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi
diri dengan motivasi berprestasi. Keduanya menemukan bahwa semakin tinggi efikasi diri
seseorang maka semakin tinggi juga motivasi berprestasi orang tersebut. Namun dari hasil
wawancara peneliti dengan 3 orang mahasiswa dari salah satu STT, menunjukkan hasil
yang berbeda. Sejak awal mereka masuk STT, mereka tidak benar-benar mengerti apa saja
yang akan dipelajari di STT tersebut dan hal itu membuat mereka merasa kurang yakin
apakah mereka mampu mempelajari serta mengikuti perkuliahan di STT dengan baik.
Perasaan kurang mampu untuk mempelajari ilmu teologia tersebut tetap mereka rasakan
meskipun mereka sudah hampir 1,5 tahun mereka belajar di STT. Meskipun demikian, dari
hasil wawancara tersebut mereka mengatakan mereka tetap termotivasi untuk mencapai
prestasi belajar yang baik. Hasilnya menunjukkan selama hampir 1,5 tahun mereka belajar
di STT, mereka mampu memperoleh prestasi belajar yang baik dengan memperoleh Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) diatas 3,25. Dari hasil wawancara tersebut menghasilkan
7
kesimpulan bahwa meskipun mereka memiliki efikasi diri yang rendah namun mereka tetap
memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi.
Berdasarkan penjelasan dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan
antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologia. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu H0: Tidak ada hubungan
antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologia, dan H1: Ada hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri akademik
dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan
mengukur korelasi antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia.
Variabel Bebas (X): Efikasi Diri Akademik
Variabel Terikat (Y): Motivasi Berprestasi
Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah mahasiswa tingkat II (dua) laki-laki
dan perempuan di Sekolah Tinggi Teologia sebanyak 30 mahasiswa. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh dimana sensus teknik
penentuan sampel bila semua populasi digunakan menjadi sampel.
8
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala
pengukuran psikologi. Skala atau angket merupakan kumpulan dari pertanyaan-pertanyaan
atau pernyataan-pernyataan yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk
menjawabnya, hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2012).
Data penelitian diperoleh dari dua skala yang masing-masing mengukur variabel
efikasi motivasi berprestasi dan variabel efikasi diri akademik. Kedua skala tersebut adalah
motivasi berprestasi dari McClelland (dalam Tiwoko, 2013) dan skala efikasi diri akademik
dari Bandura (dalam Setiyani 2016) yang telah dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan
tujuan penelitian.
1. Skala Motivasi Berprestasi.
Untuk mengukur variabel ini, penulis menggunakan skala motivasi berprestasi
berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan McClelland (dalam Tiwoko, 2013) dan
kemudian dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai dengan penelitian. Komponen
motivasi berprestasi adalah a) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, b)
Berani mengambil dan memikul resiko, c) Memiliki tujuan yang realistis, d) Memiliki
rencana kerja yang menyeluruh, e) Berjuang untuk merealisasikan tujuan, f)
Memanfaatkan umpan balik, g) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana
yang telah dipersiapkan.
Skala psikologi ini mengungkap 7 komponen yang terdiri dari 25 item yang terbagi
menjadi dua jenis yaitu 15 item favorable dan 10 item unfavorable, menggunakan 4
tingkat penilaian (Skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4. Respon subjek diberikan bobot
9
masing-masing. Untuk jenis pernyataan favorable, subjek akan mendapat skor 4 untuk
jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban
Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk jenis
pernyataan unfavorable, subjek akan mendapat skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai
(SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan
skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Dalam hal ini peneliti menggunakan
try out terpakai. Saat penelitian dilakukan peneliti mendapatkan 30 responden untuk
mengisi angket. Setelah melakukan penelitian didapatkan realiabel sebesar 0,849,
menurut Aswar (2000) jika realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikategorikan bagus. Dari 25
item yang diujikan dengan standar minimal 0.25, terdapat 7 item yang gugur dan 18
item bertahan. Nilai r hitung item total korelasi item yang tidak gugur berkisar antara
0,305 - 0.798.
2. Skala Efikasi Diri Akademik.
Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasarkan konsep efikasi diri
menurut Bandura (dalam Setiyani 2016) dan kemudian dimodifikasi kembali oleh
penulis sesuai dengan penelitian. Aspek efikasi diri akademik adalah: a) Magnitude, b)
Strength, dan c) Generality.
Skala psikologi ini mengungkap 3 aspek yang terdiri dari 38 item yang terbagi
menjadi dua jenis yaitu 19 item favorable dan 19 item unfavorable, menggunakan 4
tingkat penilaian (Skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4. Respon subjek diberikan bobot
masing-masing. Untuk jenis pernyataan favorable, subjek akan mendapat skor 4 untuk
jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban
10
Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk jenis
pernyataan unfavorable, subjek akan mendapat skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai
(SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan
skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Dalam hal ini peneliti menggunakan
try out terpakai. Saat penelitian dilakukan peneliti mendapatkan 30 responden untuk
mengisi angket. Setelah melakukan penelitian didapatkan realiabel sebesar 0,830,
menurut Aswar (2000) jika realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikategorikan bagus. Dari 38
item yang diujikan dengan standar minimal 0.25, terdapat 11 item yang gugur dan 27
item bertahan. Nilai r hitung item total korelasi item yang tidak gugur berkisar antara
0,279 - 0.608.
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasional
dengan menggunakan korelasi product moment dan dibantu dengan menggunakan
program SPSS versi 16.0 for windows.
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Deskriptif
a. Efikasi Diri Akademik
Variabel efikasi diri akademik memiliki 27 item valid dengan jenjang skor 1
sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi: 27 x 4 = 108
Skor terendah: 27 x 1 = 27
Pembagian interval dilakukan menjadi lima katagori, yaitu sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan
mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya
sesuai dengan jumlah kategori.
12
Tabel 1.1
Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Efikasi Diri Akademik
No Interval Kategori Mean N Presentase (%)
1. 27 ≤ x < 43.2 Sangat Rendah 0 0%
2. 43.2 ≤ x < 59.4 Rendah 0 0%
3. 59.4 ≤ x < 75.6 Sedang 5 16.67%
4. 75.6 ≤ x <91.8 Tinggi 85.60 25 83.33%
5. 91.8 ≤ x ≤ 108 Sangat Tinggi 0 0%
Jumlah 30 100%
SD = 7,559 Min = 70 Max = 99
Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terdapat 25 orang mahasiswa
memiliki efikasi diri akademik yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
83.33% dan 5 orang mahasiswa memiliki efikasi diri akademik yang berada pada
kategori sedang dengan presentase 16.67%. Berdasarkan presentase di atas bahwa
rata-rata mahasiswa yang memiliki efikasi diri akademik pada kategori tinggi,
dengan mean = 85,60.
13
b. Motivasi Berprestasi
Variabel efikasi diri akademik memiliki 18 item valid dengan jenjang skor 1
sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi: 18 x 4 = 72
Skor terendah: 18 x 1 = 18
Pembagian interval dilakukan menjadi lima katagori, yaitu sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan
mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya
sesuai dengan jumlah kategori.
14
Tabel 1.2
Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Motivasi Berprestasi
No Interval Kategori Mean N Presentase (%)
1. 18 ≤ x < 28.8 Sangat Rendah 0 0%
2. 28.8 ≤ x < 39.6 Rendah 0 0%
3. 39.6 ≤ x < 50.4 Sedang 0 0%
4. 50.4 ≤ x < 61.2 Tinggi 50.97 24 80%
5. 61.2 ≤ x ≤ 72 Sangat Tinggi 6 20%
Jumlah 30 100%
SD = 6,228 Min = 40 Max = 64
Berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 6 orang
mahasiswa yang memiliki skor motivasi berprestasi yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 20% dan 23 orang mahasiswa memiliki motivasi
berprestasi yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 76.67%.
Berdasarkan presentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa yang memiliki motivasi
berprestasi pada kategori tinggi dengan mean = 50,97.
15
2. Uji Normalitas
Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas, kedua variabel memiliki
signifikansi p > 0,05. Variabel efikasi diri akademik memiliki nilai K-S-Z sebesar
0,693 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,723 (p > 0,05). Oleh
karena milai signifikansi p > 0,05, maka distribusi data efikasi diri akademik
berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel motivasi berprestasi yang
memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,909 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar
0,381 (p > 0,05). Dengan demikian data motivasi berprestasi juga berdistribusi
normal.
3. Uji Linearitas
Dari uji linearitas, maka diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,164 (p > 0,05) dengan
sig.= 0,402 yang menunjukkan efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi
berhubungan secara linear.
16
4. Uji Korelasi
Tabel 1.5
Hasil Uji Korelasi antara Efikasi Diri Akademik dengan Motivasi Berprestasi
Correlations
MB EDA
MB Pearson
Correlation
1 .561**
Sig. (2-tailed) .001
N 30 30
EDA Pearson
Correlation
.561**
1
Sig. (2-tailed) .001
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara
efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi sebesar 0,561 dengan sig. = 0,001
(p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara efikasi diri
akademik dengan motivasi berprestasi.
17
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian uji korelasi Pearson diketahui koefisien korelasi (r) =
0,561 dengan sig. = 0,001 (p < 0,05), yang berarti ada hubungan yang positif signifikan
antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa sekolah tinggi
teologia. Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu memiliki efikasi diri akademik yang
tinggi maka semakin tinggi juga motivasi berprestasinya. Adapun temuan ini dimungkinkan
terjadi, karena dalam diri mahasiswa STT merasa yakin dalam mempelajari bidang ilmu
teologia sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk mengejar prestasi akademik yang
lebih baik.
Kreitner dan Kinichi (dalam Pudjiastuti, 2012) mengungkapkan bahwa efikasi diri
akademik mempengaruhi proses motivasi seseorang, yaitu setelah seseorang tersebut tahu
dan yakin akan kemampuan akademiknya, maka dia akan merasa mampu untuk
melaksanakan tugasnya, sehingga motivasinya juga akan lebih kuat dalam menyelesaikan
tugas tersebut dan dia mampu meraih prestasi. Efikasi diri memberikan sebuah kekuatan
bagi mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut termotivasi untuk meraih prestasi yang lebih
tinggi karena sudah tahu kemampuannya dan hasil apa yang diharapkan.
Menurut Bandura (1997), individu yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi
bila menghadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-
usaha yang tidak cukup memadai. Dengan demikian individu tersebut akan semakin
termotivasi untuk memperoleh hasil atau prestasi yang lebih baik lg. Biasanya individu
akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan.
18
Bandura juga mengatakan bahwa dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat
meningkatkan motivasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Lestari (2015) pada siswa MAN Pangkalan Balai Banyuasin III menemukan bahwa
kemampuan dan keyakinan dalam diri siswa saat belajar sangat mempengaruhi hasil dari
belajarnya. Dalam penelitiannya tersebut, mengatakan jika seseorang memiliki efikasi diri
akademik yang rendah, maka tingkat motivasi berprestasi akan rendah juga. Siswa yang
memiliki efikasi diri yang rendah dapat terlihat dari bentuk perilaku siswa yang selalu
terlihat tidak fokus dan sering mengantuk dan tertidur dalam mengikuti pelajaran didalam
kelas, tidak aktif untuk bertanya jika tidak mengerti, takut berhadapan dengan guru, sering
merasa cemas seperti gelisah karena takut dipanggil untuk mengerjakan tugas didepan, ragu
dengan kemampuan yang dimiliki, selalu merasa terbebani jika dihadapkan dengan
berbagai macam pekerjaan untuk diselesaikan, mereka juga beranggapan jika belajar setiap
hari belum tentu mendapatkan nilai yang bagus, sehingga membuat mereka lebih memilih
untuk mengabaikannya dengan alasan tidak mempunyai banyak waktu untuk
mengerjakannya.
Suciningtyas (2016) dalam penelitiannya pada siswa kelas VIII SMP PGRI 1 Kediri
mengungkapkan hal yang sebaliknya yaitu jika seseorang memiliki efikasi diri akademik
yang tinggi maka tingkat motivasi berprestasi akan tinggi juga. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan Kreitner dan Kinichi (2003) mengenai ciri-ciri efikasi diri yang tinggi yaitu
lebih aktif, mampu belajar dari masa lampau, mampu merencanakan tujuan dan membuat
rencana kerja, serta lebih kreatif menyelesaikan masalah sehingga tidak merasa stres serta
19
selalu lebih keras untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal. Sedangkan ciri-ciri efikasi
diri yang rendah yaitu sulit mengerjakan tugas, tidak berusaha mengatasi masalah, tidak
mampu belajar dari masa lalu, selalu merasa cemas, dan sering stres dan merasa depresi.
Ferla, Vacke & Cai (2007) mengungkapkan bahwa semakin tinggi efikasi akademik
seseorang maka semakin tinggi prestasi akademik seseorang.
Sumbangan efektif efikasi diri akademik terhadap motivasi berpretasi sebesar
31.47%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 68.53%. Efikasi diri
akademik bukan hal yang mutlak mempengaruhi motivasi berprestasi saja melainkan ada
banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi tersebut. Menurut
McClelland (dalam Haryani & Tairas, 2014) selain efikasi diri akademik, yang
mempengaruhi motivasi berprestasi adalah keyakinan kemungkinan untuk sukses,
ketakutan akan kegagalan, value (nilai), usia, lingkungan sekolah, keluarga, teman.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil yaitu terdapat hubungan
positif yang signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada
mahasiswa sekolah tinggi teologia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
efikasi diri akademik yang dimiliki mahasiswa, maka semakin tinggi pula motivasi
berprestasi mahasiswa tersebut. Sumbangan efektif efikasi diri akademik terhadap motivasi
berpretasi sebesar 31.47%, sedangkan 68.53% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
20
Saran
Sekolah Tinggi Teologia
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti ini memberikan saran kepada pihak STT
untuk tetap memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada para mahasiswanya dalam
mempertahankan bahkan meningkatkan motivasi berprestasi para mahasiswa misalnya
dengan memberi pengarahan kepada para mahasiswa tentang apa saja yang akan mereka
pelajari sebelum dimulainya proses belajar mengajar pada semester baru sehingga motivasi
berprestasi para mahasiswa diharapkan dapat meningkat.
Mahasiswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri akademik dan motivasi
berprestasi pada mahasiswa STT pada kategori tinggi. Para mahasiswa diharapkan dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan efikasi diri akademik mereka misalnya dengan
semakin giat belajar dan mencari referensi-referensi yang dapat membantu mereka untuk
lebih memahami perkuliahan sehingga mereka dapat semakin termotivasi untuk
memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.
Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi peneliti selanjutnya
untuk meneliti faktor lain yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi dan efikasi diri
akademik. Peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut menggunakan variabel-variabel
lain sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
pada mahasiswa STT selain efikasi diri akademik misalnya kemungkinan untuk sukses,
ketakutan akan kegagalan, value (nilai), usia, lingkungan sekolah, keluarga, teman.
21
Daftar Pustaka
Baharuddin. (2009). Pendidikan dan psikologi perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Bandura, A. (1986). Social foundation of thought and action: a social cognitive theory.New
York: Prentice Hall.
_________. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman and
Company.
Bandura, A., & Locke, E.A. (2003). Negative self-efficacy and goal effects revisited.
Journal of Applied Psychology, 1, 87-99.
Drewes, B.F & Mojau, J. (2006). Apa itu teologi?. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ferla, J., dkk. (2007). Academic self-efficacy and academic self - concept: Reconsidering
structural relationship. 1-25.
Haryani, R & Tairas, M.M.W. (2014). Motivasi berprestasi pada mahasiswa berprestasi
dari keluarga tidak mampu secara ekonomi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan, 03, 30-36.
Islamuddin, H. (2012). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kreitner dan Kinicki (2007). Organizational behavior (7th Edition), Mc-Graw Hill.
Maetiningsih, D. (2008, Maret). Hubungan antara secure attachment dengan motivasi
berprestasi pada remaja. Depok: Universitas Gunadarma.
Myers, D.G. (2012). Psikologi sosial. Jakarta Selatan: Salemba Humanika.
Newell, L. (1987). Bahasa yunani koine (The elements of new testament greek). Malang:
Seminari Alkitab Asia Tenggara.
Novanto, Y. & Yulianti L. (2015). Faktor – faktor yang berkaitan dengan prestasi akademik
mahasiswa sekolah tinggi teologi ”x”. Tanjung Balai: Sekolah Tinggi Teologia
Marturia.
Nulita, A.L (2015). Hubungan antara efikasi diri dengan motivasi berprestasi pada siswa
man pangkalan balai banyuasin iii. Palembang: Universitas Bina Darma.
Pudjiastuti, E. (2012). Hubungan self efficacy dengan perilaku mencontek mahasiswa
psikologi. Bandung: Universitas Islam Bandung.
Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA.
22
Susabda, Y. (2014). Belajar di sekolah tinggi teologi. Diunduh pada 30 Oktober 2015 pada
http://www.konselingkristen.org/index.php/2014-1201-01-17-
30/spiritualitasteologi/127belajar-di-sekolah-tinggi-teologi
Suciningtyas, E. (2016). Hubungan antara self efficacy dengan motivasi berprestasi siswa
kelas viii smp pgri 1 kediri tahun pelajaran 2015/2016. Kediri: Universitas
Nusantara PGRI.
Tiwoko, A. (2013). Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kreativitas siswa kelas xi
ips sma negeri 2 salatiga. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.