hi - noth sea, asylum, nicaragua & nuclear
TRANSCRIPT
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 1/23
P a g e | 1
North Sea Continental Shelf Case 1968
Fakta Hukum
1. Pihak yang bersengketa dalam kasus ini adalah Jerman melawan Belanda dan
Jerman melawan Denmark (Jerman melawan Denmark dan Belanda).
2. Pada tanggal 1 Desember 1964 telah terjadi suatu perjanjian internasional
antara Jerman dengan Denmark dan pada tanggal 9 Juni 1965 terjadi juga
suatu perjanjian internasional antara Jerman dengan Belanda. Kedua
perjanjian ini mengatur tentang perbatasan wilayah dalam landas kontinen di
North Sea (Laut Utara) yang berada di dalam wilayah kekuasaan ketiga negara
tersebut yang ditentukan dari batas pantai ketiga negara tersebut.
3. Perairan di dalam North Sea tersebut ternyata dangkal, di mana kedalaman
dasar laut tersebut kurang dari 200 meter (tidak termasuk di wilayah
Norwegia) dan ini semua sudah diatur pembatasannya oleh negara-negara
pantai di sekitar landas kontinen North Sea tersebut.
4. Pada tanggal 20 Februari 1967, Belanda dan Denmark mengajuka pengaturan
ulang dalam mengatur luas perbatasan di landas kontinen di North Sea. Akan
tetapi antara Jerman dengan Denmark dan Belanda tersebut, masih belum
terdapat kesepakatan mengenai perluasan perbatasan wilayah di North Sea
bagi Denmark dan Belanda dengan Jerman dikarenakan perluasan wilayah ini
dilakukan dengan prinsip equidistance (Pasal 6, Konvensi Jenewa tentang
Landas Kontinen 1958). Di mana prinsip ini telah dianggap sebagai Kebiasaan
Internasional.
5. Berdasarkan pada isi dari Pasal 6 Konvensi Jenewa 1958 tersebut, prinsip ini
dapat berlaku dalam suatu perjanjian internasional apabila tidak ada “special
circumtances” (kondisi khusus) yang mengakibatkan adanya pengaturan lain
mengenai masalah ini dalam perjanjian tersebut. Oleh karena itu, Denmark
dan Belanda menyatakan dikarenakan tidak adanya “special circumtances”
tersebut dalam perjanjian tersebut, maka prinsip ini equidistance ini dapat
diberlakukan
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 2/23
P a g e | 2
6. Jerman menyatakan prinsip ini dapat mengakibatkan ketimpangan dalam
pengaturan wilayah perbatasan di North Sea yang disesuaikan dengan proporsidari panjang garis pantai North Sea tersebut. Sehingga, pembagian wilayah di
landas kontinen tersebut harus disesuaikan dengan prinsip “just and equitable
share” (prinsip pembagian secara merata) yang pengaturannya ditentukan
berdasarkan jatah yang berhak dimiliki oleh setiap negara di landas kontinen
North Sea tersebut.
7. Apabila prinsip equidistance ini diterapkan, maka Jerman akan menyusun
kondisi khusus untuk diterapkan dalam pengaturan pembatasan wilayah untuk
kasus ini.
8. Dikarenakan belum ditemukannya kesepakatan di dalam permasalahan
penerapan prinsip kebiasaan internasional dalam perjanjian antara Jerman
dengan Denmark dan Belanda, maka pihak-pihak tersebut mengajukan
permasalahan ini kepada ICJ pada tanggal 26 April 1968.
Permasalahan Hukum
1. Apakah ketentuan dalam Pasal 6 Konvensi Jenewa tentang Landas Kontinen
mengikat bagi seluruh pihak dalam kasus tersebut?
2. Apakah prinsip equidistance yang merupakan kebiasaan internasional tersebut
dapat diterapkan di dalam kasus ini?
Putusan
ICJ mengeluarkan putusan dengan hasil voting 11 berbanding 6, bahwa :
1. Negara Jerman, yang belum meratifikasi Konvensi Jenewa tersebut, tidak
terikat secara hukum untuk mengikuti isi dari Pasal 6 Konvensi Jenewa
tentang Landas Kontinen tersebut.
Ketentuan dari Pasal 6 tersebut tidak dapat diterapkan dalam situasi hukum
dalam kasus ini baik sebagai ketentuan dari Konvensi Jenewa maupun sebagai
penetapan kebiasaaan internasional.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 3/23
P a g e | 3
2. Prisip equidistance tersebut ditolak dan tidak harus diterapkan sebagai konsep
umum mengenai hak dalam landas kontinen maupun sebagai ketentuan darikebiasaan internasional.
Pertimbangan Putusan
1. ICJ tidak dapat menerima pendapat mengenai teori “just and equitable” yang
diajukan oleh Jerman terutama dalam hal untuk membentuk “special
circumtances”, yang berfungsi untuk mengatur perbatasan tersebut. Doktrin
ini tidak perlu dilaksanakan sebab prinsip dari doktrin ini dapat dijalankan
tanpa diperlukannya suatu ketentuan khusus. Hak bagi negara pantai yang
berhubungan dengan wilayah landas kontinen dalam hal perluasan wilayah
perbatasannya di bawah laut telah berlaku secara ipso facto dan ab initio.
2. Dalam Konvensi Jenewa tentang Landas Kontinen pada tahun 1958,
disebutkan bahwa isi dari konvensi tersebut akan mengikat bagi negara yang
telah menandatangani dan meratifikasi konvensi tersebut, sehingga ketentuan
dalam konvensi ini mengikat bagi Denmark dan Belanda. Akan tetapi, Jerman
hanya telah menandatangani konvensi tersebut dan belum meratifikasinya,
sehingga Jerman tidak terikat dengan ketentuan di dalam Konvensi Jenewa
tersebut. Ini mengakibatkan isi dari Pasal 6 Konvensi Jenewa tersebut tidak
dapat diterapkan dalam kasus ini.
3. ICJ memutuskan untuk menolak prinsip equidistance yang diajukan oleh
Denmark dan Belanda, sebab prinsip tersebut tidak ada dalam doktrin dasar
landas kontinen. Sebab penerapan dari teori ini dapat mengakibatkan adanya
pencampuran antara wilayah yang diperluas dalam landas kontinen dengan
wilayah kekuasaan negara lainnya di dalam landas kontinen tersebut dan ini
berarti tidak sesuai dengan doktrin dasar dalam aturan mengenai landas
kontinen.
4. ICJ menyatakan bahwa prinsip equidistance bukanlah suatu kebiasaan
internasional, sebab hal ini juga belum diajukan oleh International Law
Commission sebagai hal yang demikian. Hal ini dikarenakan isi dari Pasal 6
tersebut berkaitan langsung dengan hak-hak dalam landas kontinen yang
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 4/23
P a g e | 4
membutuhkan peraturan lebih di dalamnya, sehingga tidak dapat dianggap
sebagai suatu kebiasaan internasional.5. ICJ menyatakan bahwa aturan dan norma hukum secara umum masih berlaku
di dalam kasus ini, walaupun pihak-pihak dalam sengketa ini tidak terikat
dengan Konvensi Jenewa 1958 atau suatu kebiasaan internasional. Sehingga
untuk menyelesaikan masalah ini ICJ menganjurkan supaya Jerman dengan
Denmark dan Belanda melakukan negosiasi untuk membahas permasalahan
perbatasan wilayah di landas kontinen ini.
Analisis Putusan
1. Dalam kasus North Sea Continental Shelf ini, dapat kita lihat bagaimana
penentuan suatu kebiasaan internasional dapat diterapkan dalam suatu
perjanjian internasional yang berkaitan dengan pengaturan perbatasan di
landas kontinen.
2. Apabila suatu prinsip yang ditentukan dalam suatu konvensi ingin
diberlakukan sebagai suatu kebiasaan internasional, maka prinsip tersebut
harus dapat diterapkan secara umum sehingga dapat menjadi pedoman dalam
penyelesaian suatu permasalahan hukum yang berhubungan langsung dengan
prinsip tersebut.
3. Pasal 6 Konvensi Jenewa tentang Landas Kontinen memiliki isi sebagai
berikut.
Article 6
1. Where the same continental shelf is adjacent to the territories of two or
more States whose coasts are opposite each other, the boundary of the
continental shelf appertaining to such States shall be determined by
agreement between them. In the absence of agreement, and unless another
boundary line is justified by special circumstances, the boundary is the
median line, every point of which is equidistant from the nearest points of
the baselines from which the breadth of the territorial sea of each State is
measured.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 5/23
P a g e | 5
2. Where the same continental shelf is adjacent to the territories of two
adjacent States, the boundary of the continental shelf shall be determined by agreement between them. In the absence of agreement, and unless
another boundary line is justified by special circumstances, the boundary
shall be determined by application of the principle of equidistance from
the nearest points of the baselines from which the breadth of the territorial
sea of each State is measured.
3. In delimiting the boundaries of the continental shelf, any lines which are
drawn in accordance with the principles set out in paragraphs 1 and 2 of
this article should be defined with reference to charts and geographical
features as they exist at a particular date, and reference should be made to
fixed permanent identifiable points on the land.
4. Prinsip equidistance yang disebutkan dalam Pasal 6 Konvensi Jenewa tentang
Landas Kontinen 1958, tidak dapat diterapkan sebagai suatu kebiasaan
internasional dikarenakan isi dari pasal tersebut berkaitan langsung dengan
pengaturan landas kontinen secara khusus. Hal ini dikarenakan prinsip
tersebut hanya dapat diterapkan tergantung pada kondisi yang ada yang dapat
memberlakukan ketentuan tersebut sehingga prinsip ini tidak dapat diterapkan
secara umum.
5. Selain itu, prinsip equidistance ini tidak dapat diterapkan dalam semua
permasalahan landas kontinen. Wilayah di dasar laut tidak dapat dianggap
sebagai bagian dari negara pantai dikarenakan wilayah tersebut berada di
dekat negara tersebut. Wilayah di dasar laut tersebut hanya kemungkinan
merupakan bagian dari wilayah negara pantai secara geografis. Apabila
prinsip ini diterapkan begitu saja, dapat mengakibatkan adanya permasalahan
dalam pembagian wilayah landas kontinen ini dengan negara lain, dimana
wilayah yang seharusnya milik suatu negara dapat menjadi bagian dari negara
lain.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 6/23
P a g e | 6
Sumber-Sumber
•
International Court of Justice, North Sea Continental Shelf Case ICJ Reports1969. http://www.uio.no/. Diakses tanggal 24 April 2009.
• North Sea Continental Shelf Case, Judgment of 20 February 1969.
http://www.icj-cij.org. Diakses tanggal 24 April 2009.
Asylum Case, Colombia v. Peru, ICJ Rep. 1950
Fakta Hukum
1. Para pihak dalam sengketa ini adalah Kolombia dan Peru.
2. Pada 3 Oktober 1948 sebuah pemberontakan militer terjadi di Peru. Sebuah
partai politik American People’s Revolutionary Party dituduh merancang dan
memimpin pemberontakan tersebut.
3. Victor Raul Haya de la Torre, pimpinan partai tersebut dinyatakan
bertanggung jawab atas terjadinya pemberontakan. Pada 16 November keluar
perintah agar de la Torre hadir ke hadapan Examining Magistrate.
4. Pada 3 Januari 1949 de la Torre diberikan suaka oleh Kedutaan Besar
Kolombia di Lima, Peru. Pada 4 Januari kedutaan besar Kolombia
mengumumkan pemberian suaka tersebut kepada pemerintah Peru dan pada
saat yang sama meminta diberikannya jaminan berupa safe-conduct agar
pengungsi dapat meninggalkan Peru. Kolombia menegaskan bahwa pengungsi
tersebut merupakan pengungsi politik.
5. Peru mempertanyakan penggolongan (kualifikasi) yang dilakukan oleh
Kolombia yang menggolongkan de la Torre sebagai pengungsi politik. Peru
juga menolak memberikan safe-conduct . Menurut Peru, de la Torre
melakukan kejahatan umum (common crime), bukan kejahatan politik
sehingga tidak berhak mendapatkan suaka.
6. Pada 31 Agustus 1949 para pihak sepakat mengajukan sengketa ke Mahkamah
Internasional.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 7/23
P a g e | 7
Permasalahan Hukum
Permasalahan hukum yang diajukan oleh Kolombia:1. Bahwa Kolombia sebagai negara pemberi suaka berhak melakukan kualifikasi
secara sepihak mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh de la Torre;
2. Bahwa Peru sebagai negara tempat si pencari suaka berada (territorial state),
wajib memberikan jaminan yang diperlukan untuk memastikan si pencari
suaka dapat keluar dari Peru.
Permasalahan hukum yang diajukan oleh Peru:
1. Bahwa pemberian suaka oleh Kolombia kepada de la Torre telah dilakukan
secara melanggar ketentuan Konvensi Havana pasal 1 ayat 1 dan pasal 2 ayat
2.
Putusan
1. Dengan suara 14 berbanding 2, Mahkamah memutuskan bahwa Kolombia
tidak berhak menentukan secara sepihak mengenai sifat asal dari pelanggaran
tersebut.
2. Dengan suara 15 berbanding 1, Mahkamah memutuskan bahwa Pemerintah
Peru tidak berkewajiban untuk memberikan jaminan kepada pengungsi.
3. Dengan suara 15 berbanding 1, Mahkamah memutuskan menolak keberatan
Pemerintah Peru sepanjang mengenai pasal 1 ayat 1 Konvensi Havana. Akan
tetapi dengan suara 10 berbanding 6, Mahkamah menerima keberatan Peru
yang berdasarkan pada pasal 2 ayat 2 Konvensi Havana.
Pertimbangan Putusan
1. Kolombia menyatakan bahwa de la Torre melakukan kejahatan politik
( political offense) dan karenanya memberikan suaka pada de la Torre.
Kolombia mendasarkan tindakannya ini pada tiga perjanjian internasional
yaitu Persetujuan Bolivarian 1911 tentang Ekstradisi, Konvensi Havana 1928
tentang Suaka, dan Konvensi Montevideo 1933 tentang Suaka Politik, serta
hukum internasional Amerika. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut
Kolombia menyatakan bahwa ia berhak menentukan sifat dari kejahatan
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 8/23
P a g e | 8
tersebut, apakah kejahatan politik atau kejahatan biasa, sebagai dasar
pemberian suaka. Mahkamah kemudian melihat apakah ketentuan-ketentuantersebut memang memberikan hak yang demikian kepada Kolombia.
2. Mahkamah melihat bahwa Persetujuan Bolivarian 1911 memang mengakui
pemberian suaka sesuai prinsip-prinsip hukum internasional. Akan tetapi
prinsip ini tidak memberikan suatu hak untuk melakukan kualifikasi secara
sepihak (unilateral qualification).
3. Sedangkan dalam Konvensi Havana 1928, Mahkamah berpendapat bahwa
Konvensi tersebut baik secara eksplisit maupun implisit tidak mengakui
dimungkinkannya suatu kualifikasi secara sepihak. Sedangkan dalam
Konvensi Montevideo 1933, Konvensi ini tidak diratifikasi oleh Peru dan
karenanya tidak dapat diterapkan kepada Peru. Selain itu Konvensi 1933 ini
hanya diratifikasi oleh 11 negara.
4. Kemudian berdasarkan hukum internasional Amerika, Kolombia tidak bisa
membuktikan adanya suatu praktek yang konstan dan seragam, secara lokal
maupun regional, mengenai kualifikasi unilateral sebagai hak negara penerima
pengungsi. Kalaupun Kolombia dapat membuktikan bahwa kebiasaan tersebut
ada di kalangan negara-negara Amerika Latin, maka kebiasaan tersebut tidak
dapat diterapkan kepada Peru. Karena tindakan-tindakan yang dilakukan Peru
tidak menunjukkan sikap penerimaannya terhadap kebiasaan tersebut.
Sebaliknya, sikap yang ditunjukkan Peru justru menandakan penolakan
terhadap kebiasaan tersebut dengan tidak meratifikasi Konvensi Montevideo
1933 sebagai instrumen hukum yang memuat ketentuan tentang kualifikasi
secara sepihak tersebut.
5. Menyangkut keberatan Peru yang pertama, yaitu bahwa kejahatan yang
dilakukan oleh de la Torre merupakan tindak kriminal sehingga tidak dapat
diberikan suaka sesuai pasal 1 ayat 1 Konvensi Havana. Mahkamah melihat
bahwa kejahatan yang dituduhkan dilakukan oleh de la Torre adalah
pemberontakan militer. Akan tetapi Peru tidak dapat menunjukkan bahwa
pemberontakan militer merupakan suatu common crime. Bahkan ketentuan
hukum nasional Peru justru menunjukkan yang sebaliknya. Oleh karena itu
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 9/23
P a g e | 9
Mahkamah berpendapat bahwa pemberontakan militer bukan common crime
dan menolak keberatan Peru tersebut.6. Tetapi mengenai keberatan Peru yang didasarkan pada pasal 2 ayat 2
Konvensi Havana, Mahkamah menerimanya. Mahkamah berpendapat bahwa
pemberian suaka oleh Kolombia kepada de la Torre tidak didasarkan pada
suatu kebutuhan yang urgen dan mendesak dalam jangka waktunya. Oleh
karena itu pemberian suaka tersebut tidak sesuai dengan pasal 2 ayat 2
Konvensi.
Analisis Putusan
1. Salah satu prinsip penting yang terdapat dalam kasus ini adalah bahwa hukum
kebiasaan harus didasarkan pada suatu praktek yang konstan dan seragam di
antara negara-negara yang bersangkutan. Hukum kebiasaan internasional yang
dipermasalahkan dalam kasus ini bukanlah mengenai kebiasaan dalam
pemberian suaka, karena pemberian suaka sudah diakui oleh negara-negara.
Yang dipermasalahkan adalah mengenai kompetensi negara pemberi suaka
untuk menentukan apakah kejahatan yang dilakukan oleh pencari suaka
merupakan kejahatan kriminal atau kejahatan politik, yang mana hal ini
menjadi dasar pemberian suaka. Karena pemberian suaka hanya dapat
dilakukan terhadap seseorang yang dituduh melakukan kejahatan politik,
bukan kejahatan kriminal. Kolombia menyatakan bahwa kompetensi tersebut
merupakan kebiasaan internasional sementara Peru tidak mengakuinya.
2. Kebiasaan internasional merupakan salah satu sumber hukum internasional
yang diakui dalam Statuta ICJ. Supaya suatu kebiasaan internasional dapat
dikatakan sebagai sumber hukum internasional, ada dua unsur yang harus
dipenuhi yaitu unsur material dan unsur psikologis. Unsur material yaitu
kenyataan adanya kebiasaan yang bersifat umum. Ada dua hal yang
menandakan suatu kebiasaan internasional merupakan suatu kebiasaan umum.
Pertama, perlu adanya suatu pola tindak yang berlangsung lama yang
merupakan serangkaian tindakan yang serupa mengenai hal dan kebiasaan
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 10/23
P a g e | 10
yang serupa pula. Kedua, kebiasaan atau pola tindak tersebut harus bersifat
umum dan bertalian dengan hubungan internasional.3. Unsur psikologis yaitu diterimanya kebiasaan internasional itu sebagai hukum.
Unsur psikologis menghendaki bahwa kebiasaan internasional dirasakan
memenuhi suruhan kaidah atau kewajiban hukum, atau dalam bahasa latin
disebut “opinio juris sive necessitatis”. Dilihat secara praktis suatu kebiasaan
internasional dapat dikatakan diterima sebagai hukum apabila negara-negara
itu tidak menyatakan keberatan terhadapnya. Meski kebanyakan kebiasaan
harus berlangsung dalam waktu yang lama, terkadang ditemukan suatu hukum
kebiasaan yang bersifat instan. Kebiasaan semacam ini dapat menjadi hukum
tanpa harus melalui praktek dalam jangka waktu yang lama.
4. Pasal 1 ayat 1 Konvensi Havana “ It is not permissible for States to grant
asylum … to persons accused or condemned for common crimes …”.
Berdasarkan bunyi pasal tersebut maka beban pembuktian bahwa de la Torre
telah didakwa atau dihukum atas kejahatan biasa berada pada Peru. Dalam hal
ini maka ada dua hal yang perlu dibuktikan yaitu adanya tuntutan atau putusan
penghukuman, dan kejahatan biasa (common crime). Tidak sulit untuk
membuktikan adanya dakwaan terhadap de la Torre, hal ini dapat ditunjukkan
dari perintah yang dikeluarkan pejabat setempat Peru untuk membawa de la
Torre ke hadapan Examining Magistrate. Akan tetapi yang masih perlu untuk
dibuktikan adalah mengenai apakah kejahatan yang dituduhkan itu merupakan
common crime atau bukan. Dalam kasus de la Torre, kejahatan yang
dituduhkan kepadanya oleh pemerintah Peru sebelum pemberian suaka adalah
pemberontakan militer dan Peru tidak bisa membuktikan bahwa
pemberontakan militer merupakan common crime. Pasal 248 Peruvian Code
of Military Justice tahun 1939 bahkan cenderung menunjukkan yang
sebaliknya. Ketentuan pasal tersebut memisahkan antara pemberontakan
militer dan common crimes lainnya. Ini menunjukkan bahwa pemberontakan
militer bukanlah suatu common crime, setidaknya menurut hukum Peru.
5. Pasal 2 ayat 2 Konvensi Havana “ Asylum may not be granted except in urgent
cases and for the period of time strictly indispensable for the person who has
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 11/23
P a g e | 11
sought asylum to ensure in some other way his safety”. Berdasarkan pasal
tersebut maka pemberian suaka dapat dibenarkan atas adanya suatu bahayayang bersifat segera dan terus menerus (imminence and persistence) yang
mengancam si pencari suaka. Dalam hal ini maka beban pembuktian
mengenai apakah keadaan bahaya yang semacam itu memang ada, dibebankan
kepada Kolombia sebagai negara pemberi suaka. Mengenai bahaya yang
mengancam de la Torre, tidak diragukan lagi bahwa pasca pemberontakan
militer tersebut banyak tindakan tak terkendali oleh kelompok-kelompok tidak
bertanggung jawab yang ditujukan kepada de la Torre. Yang perlu dibuktikan
sekarang adalah mengenai urgensi dalam pemberian suaka tersebut.
Berdasarkan fakta yang telah disebutkan, ada jeda waktu yang cukup panjang
antara tanggal terjadinya pemberontakan dengan tanggal keluarnya perintah
penangkapan dan tanggal diberikannya suaka kepada de la Torre. Ini
menghilangkan unsur urgensi yang diperlukan dalam pemberian suaka.
Sumber Kepustakaan
• Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional , PT Alumni,
Bandung, 2003.
• Shaw, Malcolm N., International Law, Cambridge Univesity Press,
Cambridge, 2003.
Sumber lainnya
• ICJ Report of Judgment 1950, “Asylum Case” Judgment of 20 th November
1950
Nicaragua Case, 1986
Fakta Hukum
1. Pihak yang terlibat di dalam kasus ini adalah Nicaragua melawan Amerika
Serikat.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 12/23
P a g e | 12
2. Pemerintah Republik Nicaragua pada saat itu tengah mengalami bentrokan
senjata dengan pemberontak gerilya di negaranya, yang berbatasan dengan ElSalvador, Honduras, dan Costa Rica. Selama bentrokan senjata tersebut
berlangsung, Amerika Serikat telah ikut campur dalam bentrokan senjata
tersebut dan mengganggu kedaulatan dari Nicaragua.
3. Pada tanggal 9 April 1984 Duta Besar dari Republik Nicaragua pergi menuju
Belanda untuk mengajukan gugatan di ICJ kepada Amerika Serikat atas
adanya aktivitas militer dan paramiliter terhadap Nicaragua. Nicaragua
mengajukan gugatan ini dengan berdasarkan pada Pasal 36 Piagam PBB.
4. Pada saat kasus ini diajukan, Nicaragua juga mengajukan adanya
pertimbangan dalam Pasal 41 Piagam PBB. Pada tanggal 10 Mei 1984, ICJ
menolak permintaan dari Amerika Serikat untuk penghapusan kasus ini dari
daftar.
5. Pada tanggal 15 Agustus 1948, Republik El Salvador mengajukan intervensi
dengan berdasarkan pada Pasal 63 Piagam PBB., yang kemudian ditolak oleh
ICJ.
6. Nicaragua mengajukan gugatan kepada Amerika Serikat dikarenakan adanya
tindakan perekrutan, pelatihan, mempersenjatai, dan memberikan persediaan
dari Amerika Serikat kepada kelompok militer dan paramiliter di Nicaragua.
Tindakan Amerika tersebut telah melanggar ketentuan dari Piagam PBB,
Charter of the Organization of American States, Convention on Rights and
Duties of States, dan Convention concerning the Duties and Rights of States
dalam Peristiwa Civil Strife.
7. Nicaragua menyatakan bahwa Amerika Serikat telah melanggar kedaulatan
Nicaragua, melanggar norma dan kebiasaan internasional dengan cara
penggunaa kekerasan, mengganggu permasalahan dalam negeri Nicaragua,
melanggar kebebasan di lautan dan menggangu perdagangan maritim
Nicaragua, dan telah menimbulkan korban dalam masyarakat Nicaragua.
8. Berdasarkan pada pelanggaran-pelanggaran tersebut, Nicaragua menuntut
adanya ganti rugi terhadap segala kerugian yang telah ditimbulkan oleh
Amerika Serikat terhadap Nicaragua.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 13/23
P a g e | 13
9. Pada tanggal 21 Januari 1956, Nicaragua dan Amerika Serikat pernah
mengadakan perjanjian internasional yang bernama Treaty of Friendship,Commerce and Navigation. Ketentuan dari perjanjian ini telah dilanggar oleh
Amerika Serikat menurut Nicaragua dan Nicaragua memohon penerapannya
dalam kasus ini.
Permasalahan Hukum
1. Apakah ICJ harus menerapkan “multilateral treaty reservation” berdasarkan
pada gugatan yang diajukan oleh Republik Nicaragua?
2. Apakah Amerika Serikat harus bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
kerugian yang dialami oleh Republik Nicaragua yang berhubungan langsung
dengan aktivitas Amerika Serikat, yang telah melanggar prinsip kebiasaan
internasional dan Treaty of Friendship, Commerce and Navigation antara
Amerika Serikat dan Republik Nicaragua yang ditanda tangani pada tanggal
21 Januari 1956?
Putusan
Pada tanggal 27 Juni 1986, ICJ mengeluarkan putusannya.
1. Dengan hasil voting 11 berbanding 4, ICJ memutuskan untuk menerapkan
“multilateral treaty reservation” berdasarkan pada gugatan yang diajukan oleh
Republik Nicaragua
2. Dengan hasil voting 12 berbanding 3, ICJ memutuskan bahwa pembelaan diri
Amerika Serikat terhadap hubungannya dengan aktivitas militer dan
paramiliter di Nicaragua ditolak.
3. Dengan hasil voting 12 berbanding 3, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat telah melanggar kebiasaan internasional terkait dengan tindakannya
dalam melatih, mempersenjatai, mendanai, dan memberikan persediaan
kepada kelompok militer dan paramiliter di Nicaragua.
4. Dengan hasil voting 12 berbanding 3, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat telah melanggar kebiasaan internasional terkait dengan penyerangan di
wilayah Nicaragua pada tahun 1983-1984, yaitu penyerangan di wilayah
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 14/23
P a g e | 14
Puerto Sandino pada tanggal 13 September dan 14 Oktober 1983;
penyerangan di Corinto pada tanggal 10 Oktober 1983; penyerangan diMarkas Angkatan Laut Potosi padang tanggal 4/5 Januari 1984; penyerangan
di San Juan del Sur pada tanggal 7 Maert 1984; penyerangan kapal patroli di
Puerto Sandino pada tanggal 28 dan 30 Maret 1984; dan penyerangan di San
Juan del Norte 9 April 1984.
5. Dengan hasil voting 12 berbanding 3, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat telah melanggar kedaulatan Nicaragua terkait dengan penerbangan
yang diatur oleh Amerika Serikat yang melewati wilayah Nicaragua.
6. Dengan hasil voting 12 berbanding 3, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat telah melanggar kebiasaan internasional terkait dengan pemasangan
ranjau di wilayah perairan teritorial Republik Nicaragua.
7. Dengan hasil voting 14 berbanding 1, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat telah melanggar Pasal XIX dari Treaty of Friendship, Commerce and
Navigation antara Amerika Serikat dan Republik Nicaragua yang ditanda
tangani pada tanggal 21 Januari 1956 atas tindakannya terhadap penerbangan
yang melintasi wilayah Nicaragua.
8. Dengan hasil voting 14 berbanding 1, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat telah gagal dalam memberitahukan keberadaan dari ranjau yang
dipasangnya di wilayah perairan Nicaragua.
9. Dengan hasil voting 14 berbanding 1, ICJ memutuskan bahwa pedoman yang
dipublikasikan Amerika Serikat pada tahun 1983 yang berjudul “Operaciones
sicologicas en guerra de guerrilas” yang diberikan kepada pasukan Contra,
merupakan tindakan yang bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.
10.Dengan hasil voting 12 berbanding 3, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat telah melanggar objek dan tujuan dari Treaty of Friendship,
Commerce and Navigation antara kedua pihak tersebut yang ditandatangani di
Managua pada tanggal 21 January 1956 berkaitan dengan penyerangan di
wilayah Nicaragua dan embargo perdagangan dengan Nicaragua pada tanggal
1 Mei 1985.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 15/23
P a g e | 15
11.Dengan hasil voting 12 berbanding 3, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat telah melanggar Pasal XIX dari Treaty of Friendship, Commerce and Navigation antara kedua pihak tersebut yang ditandatangani di Managua pada
tanggal 21 January 1956 berkaitan dengan penyerangan di wilayah Nicaragua
dan embargo perdagangan di Nicaragua pada tanggal 1 Mei 1985.
12.Dengan hasil voting 12 berbanding 3, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat harus bertanggung jawab untuk mencegah kerugian lebih lanjut atas
pelanggaran-pelanggarannya pada kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi
olehnya.
13.Dengan hasil voting 12 berbanding 3, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat harus bertanggung jawab atas reparasi dari segala kerugian Republik
Nicaragua terkait dengan pelanggaran dari kebiasaan internasional yang
berlaku.
14.Dengan hasil voting 14 berbanding 1, ICJ memutuskan bahwa Amerika
Serikat harus bertanggung jawab atas reparasi dari segala kerugian Republik
Nicaragua terkait dengan pelanggaran dari Treaty of Friendship, Commerce
and Navigation antara kedua pihak tersebut yang ditandatangani di Managua
pada tahun 21 January 1956.
15.Dengan hasil voting 14 berbanding 1, ICJ memutuskan untuk menentukan
bentuk dan biaya reparasi yang dibutuhkan, apabila kedua pihak tersebut tidak
mencapai kesepakatan atas ganti rugi yang dilakukan.
16. ICJ menyarankan agar kedua belah pihak menyelesaikan permasalahan di
antara mereka dengan damai sesuai dengan hukum internasional.
Pertimbangan Putusan
1. Dalam pembelaan yang diberikan oleh Amerika Serikat, Amerika menyatakan
bahwa tindakannya dalam membantu aktivitas militer dan paramiliter ini
semata-mata demi kepentingan El Salvador, agar dapat terlindungi dari
serangan Nicaragua sehingga Amerika Serikat telah menerapkan hak untuk
membela diri dari serangan Nicaragua. Amerika Serikat juga menyatakan
bahwa ICJ tidak memiliki yurisdiksi untuk menangani kasus ini.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 16/23
P a g e | 16
2. ICJ menyatakan bahwa kasus ini tetap berada dalam yurisdiksi ICJ.
Dikarenakan ketentuan yang telah dilanggar oleh Amerika Serikat berjumlahlebih dari satu, yaitu kebiasaan internasional dan Treaty of Friendship,
Commerce and Navigation antara kedua negara tersebut, maka prinsip
“multilateral treaty reservation” dapat diberlakukan.
3. ICJ juga menyatakan bahwa pendapat Amerika Serikat dalam memberikan
batuan terhadap aktivitas militer dan paramiliter di Nicaragua tidak
berdasarkan pada tindakan membela diri, sebab El Salvador tersebut tidak
pernah memohon bantuan dari Amerika Serikat.
4. Putusan yang dikeluarkan oleh ICJ ini semua berdasarkan pada pelanggaran
dari Amerika Serikat dalam menyediakan persenjataan dan pelatihan kepada
pasukan pemberontak di Nicaragua yang berkaitan dengan panduan
peperangan yang bernama Operaciones sicologicas en guerra de guerrillas. Ini
merupakan bukti adanya campur tangan dari Amerika Serikat dalam aktivitas
militer dan paramiliter di Nicaragua.
5. Adanya penyebaran Operaciones sicologicas en guerra de guerrillas dan
pemasangan ranjau di wilayah perairan di Nicaragua merupakan bukti bahwa
Amerikas Serikat telah melanggar kedaulatan dari Nicaragua dengan cara
mengganggu permasalahan dalam negeri dari negara yang bersangkutan.
Tindakan lainnya yang berupa penerbangan tanpa izin yang melintasi wilayah
Nicaragua, pemasangan ranjau di perairan Nicaragua, dan penambangan di
wilayah Nicaragua juga merupakan pelanggaran terhadap kebiasaan
internasional ini.
6. Adanya embargo perdagangan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat
terhadap Nicaragua juga merupakan bentuk pelanggan dari perjanjian yang
telah mereka bentuk sebelumnya, yaitu Treaty of Friendship, Commerce and
Navigation yang dibentuk pada tanggal 21 Januari 1956 di Managua.
Analisis Putusan
1. Dalam kasus ini dapat kita lihat bagaimana penerapan kebiasaan internasional
dan perjanjian imternasional dalam melindugi kepentingan dari suatu negara
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 17/23
P a g e | 17
yang telah dilanggar kepentingannya oleh negara lain yang merupakan
anggota dari perjanjian tersebut.2. Pada dasarnya, dari seluruh putusan yang dikeluarkan oleh ICJ terhadap
pelanggaran Amerika Serikat yang berupa bantuan militer terhadap kelompok
pemberontak gerilya di Nicaragya, semuanya berdasarkan pada prinsip umum
yang berlaku dalam hukum internasional yang telah menjadi suatu kebiasaan
internsional, yaitu prinsip untuk tidak mengganggu kedaulatan dari negara
lain.
3. Suatu negara tidak boleh turut campur dalam urusan dalam negeri dari negara
yang lain tanpa adanya dasar perbuatan yang jelas. Oleh karena itu, tindakan
Amerika Serikat ini merupakan pelanggaran dar prinsip tersebut terkait
dengan bantuannya terhadap aktivtitas militer dan paramiliter di Nicaragua,
pemasangan ranjau di perairan Nicaragua tanpa sepengetahuan Nicaragua itu
sendiri, pelanggaran perbatasan Nicaragua atas penerbangan yang diatur dan
dilakukan oleh Amerika Serikat, dan penambangan di wilayah Nicaragua.
4. Dikarenakan campur tangan Amerika Serikat tersebut Nicaragua telah
mengalami kerugia besar, sudah seharusnya bagi Amerika Serikat untuk
bertanggung jawab atas segala kerugian yang telah ditimbulkan diakibatkan
adanya campur tangan dari Amerika Serikat.
5. Treaty of Friendship, Commerce and Navigation antara Amerika Serikat dan
Republik Nicaragua yang ditanda tangani pada tanggal 21 Januari 1956
tersebut, juga telah dilanggar oleh Amerika Serikat terkait dengan tindakannya
di dalam pemerintahan Nicaragua. Dikarenakan Amerika Serikat telah
melanggar dua ketentuan yang mengikat dirinya dengan Nicaragua, yaitu
kebiasaaninternasional dan Treaty of Friendship, Commerce and Navigation,
maka kedua ketentuan terssebut dapat diterapkan untuk mengatasi
permasalahan yang dialami oleh Nicaragua ini.
Sumber-Sumber
• Nicaragua v. United States of America, International Court of Justice, June
27, 1986, Merits. http://lawofwar.org/. Diakses pada tanggal 25 April 2009.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 18/23
P a g e | 18
• Nicaragua v. United States. http://en.wikipedia.org/. Diakses pada tanggal 24
April 2009
Case Concerning Legality of the Threat or Use of Nuclear Weapons, ICJ
1996
Fakta Hukum
1. Perkara ini adalah mengenai permintaan pendapat hukum kepada Mahkamah
Internasional tentang legalitas pemilikan dan penggunaan senjata nuklir oleh
negara.
2. Sejak 1945 tidak ada penggunaan senjata nuklir oleh negara-negara. Selain itu
beberapa resolusi yang dikeluarkan Majelis Umum PBB diantaranya resolusi
1653 (XVI) tanggal 24 November 1961 mengenai senjata nuklir,
menunjukkan adanya suatu bentuk pelarangan senjata nuklir.
3. Meskipun tidak pernah menggunakannya, beberapa negara masih memiliki
senjata nuklir. Selain itu beberapa kebijakan internal negara-negara tersebut
juga cenderung menolak adanya pelarangan terhadap pemilikan senjata nuklir.
4. Pada tanggal 3 September 1993, yang pertama sekali mengajukan permohonan
kepada ICJ untuk membuat Advisory Opinion atas “Legality of The Threat or
Use of Nuclear Weapon” adalah WHO (World Health Organization).
5. WHO menyadari bahwa bahaya penggunaan senjata nuklir mengancam
kehidupan manusia. Karena itu satu-satunya jalan untuk menanganinya adalah
dengan melarang penggunaan maupun pemilikan senjata nuklir.
6. WHO kemudian mengajukan masalah ini kepada Majelis Umum PBB. Majelis
Umum PBB kemudian mengajukan suatu permintaan pendapat hukum kepada
Mahkamah Internasional.
7. Dalam proses di Mahkamah, ada partisipasi dari beberapa negara yang
mewakili negara pemilik senjata nuklir dan negara penentang pemilikan
senjata nuklir.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 19/23
P a g e | 19
Permasalahan Hukum
1. Dari sudut pandang efek terhadap kesehatan dan lingkungan, apakah penggunaan senjata nuklir oleh suatu negara dalam perang atau konflik
bersenjatata lainnya merupakan pelanggaran terhadap kewajiban negara dalam
hukum internasional termasuk Konstitusi WHO?
Putusan
1. Dengan suara 11 berbanding 3, Mahkamah berpendapat bahwa tidak ada
hukum perjanjian internasional maupun hukum kebiasaan internasional dan
pelarangan universal mengenai ancaman atau penggunaan senjata nuklir.
Pertimbangan Putusan
1. Mahkamah melihat masih adanya pertentangan yang kuat antara negara-
negara yang pemilik senjata nuklir dengan negara-negara penentangnya.
Fakta-fakta tersebut membuat Mahkamah berpendapat bahwa ia tidak dapat
menemukan adanya suatu opinio juris.
2. Mengenai resolusi 1653 (XVI) yang menjadi salah satu rujukan tentang
pelarangan senjata nuklir, para negara pemilik senjata nuklir menyatakan
bahwa resolusi tersebut tidak memiliki kekuatan mengikat. Resolusi tersebut
juga tidak dianggap sebagai suatu pernyataan kebiasaan internasional
mengenai pelarangan senjata nuklir. Negara-negara pemilik senjata nuklir
tersebut juga menganggap bahwa resolusi tersebut tidak hanya tidak mendapat
persetujuan dari negara pemilik senjata nuklir tapi juga dari negara lainnya.
3. Mahkamah berpendapat bahwa meskipun resolusi Majelis Umum PBB tidak
mengikat, terkadang resolusi tersebut memiliki nilai normatif. Resolusi
tersebut dapat menjadi bukti yang penting untuk membuktikan keberadaan
suatu ketentuan atau munculnya suatu opinio juris. Untuk mengetahui apakah
kondisi tersebut dialami oleh resolusi Majelis Umum ini, maka perlu
diperhatikan isi dan kondisi resolusi tersebut saat dibuat. Selain itu juga
penting untuk melihat apakah ada suatu opinio juris sebagai karakter
normatifnya. Atau apakah serangkaian resolusi yang menunjukkan perubahan
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 20/23
P a g e | 20
secara gradual terhadap opinio juris yang dibutuhkan untuk membentuk suatu
hukum kebiasaan.4. Secara umum, resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB
menunjukkan bahwa penggunaan senjata nuklir merupakan pelanggaran
langsung terhadap Piagam PBB dan penggunaan senjata itu harus dilarang.
Akan tetapi perlu diingat fakta bahwa dalam pembuatan dan ketika diadopsi
oleh Majelis Umum, resolusi-resolusi tersebut mendapat voting negatif dan
abstain dari negara-negara anggota. Selain itu meskipun resolusi-resolusi
tersebut menitikberatkan pada masalah senjata nuklir, resolusi tersebut masih
belum cukup menunjukkan adanya suatu opinio juris mengenai ilegalitas dari
penggunaan senjata tersebut.
Analisis Putusan
1. Negara yang menghendaki pelarangan senjata nuklir menyatakan bahwa
pelarangan tersebut bersumber salah satunya dari hukum kebiasaan
internasional. Mereka berpendapat bahwa tidak adanya penggunaan senjata
nuklir sejak perang dunia ke 2 tahun 1945 telah membentuk suatu kebiasaan
internasional. Fakta tersebut, menurut mereka juga menunjukkan adanya suatu
opinio juris mengenai pelarangan senjata nuklir.
2. Sementara negara yang tetap mendukung pemilikan senjata nuklir menyatakan
bahwa tidak adanya penggunaan senjata nuklir tidak berarti bahwa hal itu
telah menciptakan suatu kebiasaan internasional. Tidak adanya penggunaan
senjata nuklir lebih dikarenakan belum munculnya keadaan-keadaan yang
dapat memicu ataupun membenarkan penggunaan senjata nuklir. Mereka
menyatakan tetap membutuhkan pemilikan senjata nuklir dalam keadaan
darurat menyangkut kepentingan vital negaranya. Menurut negara-negara ini
fakta tersebut juga tidak mencerminkan adanya suatu opinio juris.
3. Agar suatu kebiasaan internasional dapat menjadi hukum kebiasaan
internasional, ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu states practice dan
opinio juris. Dalam kasus ini states practice tidak terpenuhi karena masih
banyak negara-negara yang menolak pelarangan pemilikan senjata nuklir.
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 21/23
P a g e | 21
Opinio juris juga tidak terpenuhi karena resolusi-resolusi yang dijadikan
rujukan ternyata tidak menunjukkan adanya hal tersebut. Penolakan terhadapresolusi tersebut juga mengurangi legitimasinya dalam mengatur senjata
nuklir. Karena syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi maka tidak ada suatu
hukum kewajiban internasional yang melarang pemilikan senjata nuklir.
4. Dengan tidak adanya kewajiban internasional yang melarang pemilikan
senjata nuklir tersebut, maka satu-satunya hal yang mempengaruhi bagaimana
penggunaan dari teknologi nuklir tersebut adalah kebijakan dari negara yang
memiliki teknologi tersebut. Lagipula suatu pelanggaran penggunann senjata
nuklir baru dapat dilihat apabila di dalam penggunaan tersebut terdapat
pelanggaran terhadap ketentuan yang ada yang berlaku secara internsional
atau adanya pelanggaran terhadap kebiasaan internasional yang telah diakui.
5. Jika kita lihat dari sudut pandang Kemanusiaan, dimana senjata Nuklir
dipandang sebagai senjata penghancur missal,dan hal ini secara umum dan
universal dilarang oleh kebiasaan Internasional. Jika dipandang dari
kegunaannya, yaitu untuk membunuh mahluk hidup secara missal, maka
Hukum internasional melarang itu, dan demi perdamaian Dunia di masa yang
akan datang.
Sumber-Sumber
• Shaw, Malcolm N., International Law, Cambridge University Press,
Cambridge, 2003
• ICJ Report of Advisory Opinion, Legality of the Use by a State of Nuclear
Weapon in Armed Conflict, Advisory Opinion of 8 July 1996
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 22/23
P a g e | 22
Studi Kasus Hukum Internasional
Studi Kasus atas Kebiasaan Internasional
1. North Sea Continental Shelf cases
2. Asylum Case, Colombia v. Peru, ICJ Rep. 1950
3. Nicaragua Case, 1986
4. Case Concerning Legality of the Threat of Use of
Nuclear Weapons, ICJ, 1996
Studi Kasus
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Kasus Hukum
Internasional
Disusun Oleh :
Sandy Ramadhan 110110060054
Jonathan Adityo L. 110110060219
Fadli Yuliansyah 110110060240
Theo Agustinus 110110060243Chandra 110110060402
Mario A.F. Sianipar 110110060368
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2009
5/11/2018 HI - Noth Sea, Asylum, Nicaragua & Nuclear - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hi-noth-sea-asylum-nicaragua-nuclear 23/23
P a g e | 23
Factory at Chorzow Case
1) Pihak yang bersengketa :
Jerman vs Polandia
2) Latar Belakang Persengketaan
Kasus ini dimulai pada akhir dari Perang Dunia 1, ketika Upper Silesia
yang sebelumnya merupakan wilayah Jerman, menjadi bagian dari Polandia.
Sebuah perusahaan Jerman telah mendirikan pabrik nitrat di Chorzow di Upper
Silesia yang terikat kontrak dengan Pemerintahan Jerman. Tetapi, Pemerintahan
Polandia yang baru mengambil alih kepemilikan pabrik tersebut. Jerman pun
menuntut kompensasi.
3) Putusan Pengadilan
Pengadilan menyimpulkan kompensasi ini sebagai suatu pelanggaran dari
obligasi yang merupakan hasil dari perjanjian antara Negara. Adalah prinsip dari
hukum internasional bahwa suatu kompensasi yang salah dapat mengandung
kompensasi yang bergantung pada kerusakan di mana negara yang dirugikan telah
mengalami kerugian sebagai hasil dari tindakan yang berlawanan dengan prinsip
hukum internasional.
4) Sumber Hukum yang Digunakan :
Kompensasi