hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · industri kecil kerajinan rumah tangga...

107
Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model pemberdayaan yang efektif memandirikan pengrajin, membentuk perilaku wirausaha yang berkualitas guna memajukan usaha kerajinan dan meningkatkan keberlanjutan usaha. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Posisi geografis Kabupaten Sidoarjo terletak berdekatan dengan Ibukota Provinsi Jawa Timur. Batas sebelah utara Kabupaten Sidoarjo adalah Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, sebelah selatan adalah Kabupaten Pasuruan, sebelah timur adalah Selat Madura dan sebelah barat adalah Kabupaten Mojokerto. Kabupaten Magetan terletak di bagian barat Jawa Timur, sekitar 200 km arah barat Kota Surabaya. Sebelah barat berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Madiun dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo. Kedua daerah ini merupakan daerah yang menjadi sentra Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan pengrajin di beberapa desa di kedua kabupaten ini dijelaskan pada Tabel 18. Tabel 18Jenis Produksi Kerajinan Sentra IKKR Barang dari Kulit di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Sidoarjo Tabel 18. Jenis Produksi Kerajinan Sentra IKKR Barang dari Kulit di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Sidoarjo Desa Kecamatan Kabupaten Jenis Produksi Balegondo Magetan Magetan Ringinagung Magetan Magetan Sepatu dan sandal, ikat pinggang, jaket, dompet, tas, dan berbagai asesories dari kulit. Kludan Tanggulangin Sidoarjo Kalisampurno Tanggulangin Sidoarjo Kedensari Tanggulangin Sidoarjo Tas, koper, dompet, ikat pinggang, jaket, sepatu sandal, sepatu, rompi, rok, celana, dan berbagai asesories dari kulit. Berdasarkan Tabel 18, pengrajin memiliki variasi dalam menghasilkan produk kerajinannya. Pengrajin Sidoarjo merupakan penghasil produksi tas dan koper yang dominan. Usaha ini diawali oleh orang tua mereka yang membuat

Upload: lekhanh

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model pemberdayaan yang

efektif memandirikan pengrajin, membentuk perilaku wirausaha yang berkualitas

guna memajukan usaha kerajinan dan meningkatkan keberlanjutan usaha.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Posisi geografis Kabupaten Sidoarjo terletak berdekatan dengan Ibukota

Provinsi Jawa Timur. Batas sebelah utara Kabupaten Sidoarjo adalah Kota

Surabaya dan Kabupaten Gresik, sebelah selatan adalah Kabupaten Pasuruan,

sebelah timur adalah Selat Madura dan sebelah barat adalah Kabupaten

Mojokerto. Kabupaten Magetan terletak di bagian barat Jawa Timur, sekitar 200

km arah barat Kota Surabaya. Sebelah barat berbatasan dengan provinsi Jawa

Tengah, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Madiun dan sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten Ponorogo. Kedua daerah ini merupakan daerah yang menjadi sentra

Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa

Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan pengrajin di beberapa desa

di kedua kabupaten ini dijelaskan pada Tabel 18.Tabel 18Jenis Produksi Kerajinan Sentra IKKR Barang dari Kulit di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Sidoarjo

Tabel 18. Jenis Produksi Kerajinan Sentra IKKR Barang dari Kulitdi Kabupaten Magetan dan Kabupaten Sidoarjo

Desa Kecamatan Kabupaten Jenis Produksi

Balegondo Magetan Magetan

Ringinagung Magetan Magetan

Sepatu dan sandal, ikat pinggang,jaket, dompet, tas, dan berbagaiasesories dari kulit.

Kludan Tanggulangin SidoarjoKalisampurno Tanggulangin SidoarjoKedensari Tanggulangin Sidoarjo

Tas, koper, dompet, ikatpinggang, jaket, sepatu sandal,sepatu, rompi, rok, celana, danberbagai asesories dari kulit.

Berdasarkan Tabel 18, pengrajin memiliki variasi dalam menghasilkan

produk kerajinannya. Pengrajin Sidoarjo merupakan penghasil produksi tas dan

koper yang dominan. Usaha ini diawali oleh orang tua mereka yang membuat

Page 2: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

koper terlebih dahulu, kemudian mengembangkan jenis produk dengan membuat

tas, ikat pinggang, dompet, jaket, dan berbagai perlengkapan dari kulit. Pengrajin

di Magetan memulai usaha dengan membuat sepatu dan sandal, yang kemudian

berkembang menghasilkan ikat pinggang, jaket, dan berbagai produk dari kulit.

Terdapat beberapa pola saluran distribusi produk kerajinan di Sidoarjo dan

Magetan. Gambaran saluran distribusi yang diterapkan pengrajin dijelaskan pada

Gambar 13.

Gambar 13. Saluran Distribusi Produk KerajinanBarang dari kulit di Jawa Timur

Gambar 13Saluran Distribusi Produk Kerajinan Barang dari kulit di Jawa Timur

Pengrajin mendistribusikan produknya di dalam negeri dengan satu atau

lebih pola saluran distribusi sebagaimana tercantum pada Gambar 14. Pengrajin

yang menjadi anggota koperasi dapat memasarkan produknya melalui koperasi.

Bagi non anggota dapat memasarkan melalui: show room sendiri, agen kota, atau

juragan. Pada saluran distribusi ekspor, pengrajin masih belum bisa mengekspor

langsung tetapi melalui perusahaan trading atau eksportir.

Pengrajin Konsumen

Pengrajin Juragan Agen luarkota

Konsumen

Pengrajin Koperasi /Agen kota

Konsumen

Pengrajin Juragan Konsumen

Pengrajin Juragan Eksportir /Trading

Konsumenpemakai

Saluran distribusi dalam negeri

Saluran distribusi Ekspor

Page 3: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Daerah pemasaran produk kerajinan meliputi: seluruh Jawa Timur,

sebagian kota besar di pulau Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Kalimantan.

Sebagian kecil adalah ekspor ke Malaysia, Singapura, Brunei, Australia, Arab

Saudi, dan beberapa negara di timur tengah. Kemampuan pengrajin

mendistribusikan produknya ke beberapa daerah pemasaran (jangkauan

pemasaran) dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) lokal meliputi kota di wilayah

Jawa Timur, (2) nasional meliputi kota-kota diseluruh Indonesia, (3) nasional dan

ekspor meliputi kota di seluruh Indonesia dan ekspor ke luar negeri. Sebaran

jangkauan pemasaran produk kerajinan ditampilkan pada Tabel 19.Tabel 19Jangkauan Pemasaran Produk Kerajinan

Tabel 19. Jangkauan Pemasaran Produk Kerajinan

KabupatenSidoarjo Magetan

TotalJangkauan pemasaran *

N % N % N %Lokal (Jawa Timur) saja 48 33.1 63 55.3 111 42.9Nasional 90 62.1 45 39.5 135 52.1Nasional dan Ekspor 7 4.8 6 5.3 13 5.0Jumlah 145 100.0 115 100.0 260 100

*Hasil Uji Beda One Way Anova, Nyata pada α= 0,05, (P=0,003; F-Hitung=9,226)Modus = Nasional

Sebagian besar (95 persen) pengrajin memiliki jangkauan pemasaran

secara nasional, pengrajin mampu memasarkan produk kerajinannya di kota-kota

di Indonesia. Terdapat perbedaan yang nyata pada jangkauan pemasaran pengrajin

di Sidoarjo dan Magetan; jangkauan pasar pengrajin Sidoarjo lebih luas dibanding

pengrajin Magetan. Keterjangkauan transportasi dan jarak antara Sidoarjo dengan

Surabaya yang dekat mendukung pengrajin menjangkau pasar yang lebih luas.

Untuk menjalankan usaha kerajinan, pengrajin mempergunakan modal

kerja. Modal kerja yang dijalankan pengrajin adalah jumlah dana yang dimiliki

pengrajin untuk kegiatan produksi dalam jangka waktu satu bulan diluar aktiva

tetap berupa mesin, peralatan, dan tempat usaha. Modal kerja ini yang diputar

pengrajin setiap bulannya untuk membeli bahan baku, bahan penunjang dan

biaya produksi lainnya. Sebaran responden menurut modal kerja yang dikelola

terdapat pada Tabel 20.

Page 4: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Tabel 20. Sebaran Responden Berdasarkan Modal Kerja yang Dikelola

KabupatenModal Kerja*Sidoarjo Total

Total

N % N % N %< Rp.2juta 83 57.2 75 51.7 158 60.8

Rp.2 juta - Rp.4 juta 38 26.2 30 20.7 68 26.2

> Rp.4 juta 24 16.6 10 6.9 34 13.1

Total 145 100.0 115 100.0 260 100.0*Hasil Uji Beda One Way Anova, Nyata pada α= 0,05, (P=0,035; F hitung=4,469)Rataan= Rp.2.650.000Tabel 20Sebaran Responden Berdasarkan Modal Kerja yang Dikelola

Rata-rata pengrajin mempergunakan modal kerja perbulan Rp. 2.650.000.

Jika diperhatikan persentasenya, lebih dari setengah pengrajin mempergunakan

modal kerja dibawah dua juta rupiah. Pengrajin memperoleh modal dari beberapa

sumber permodalan yaitu: (1) modal sendiri, (2) modal pinjaman (diperoleh dari:

bank, koperasi, dan pribadi), (3) modal dari juragan, dan (4) modal ventura.

Seorang pengrajin bisa mengakses satu atau lebih sumber permodalan tergantung

pada kemauan dan kemampuan pengrajin. Pada beberapa pengrajin tidak mau

mengakses modal dari bank dengan alasan tidak tahu prosedurnya dan beberapa

pengrajin tidak mampu mengakses modal dari lembaga keuangan formal

(perbankan atau koperasi) karena tidak mampu memenuhi persyaratan agunannya.

Modal kerja yang dikelola dipergunakan untuk membeli bahan baku dan

perlengkapan usaha. Bahan baku diperoleh di lokasi industri melalui pedagang

pemasok bahan baku. Bahan baku tersebut sebagian diperoleh dari sentra

penyamakan kulit di Magetan, Yogyakarta, Blitar, dan Malang dengan harga Rp

13.000 - Rp 15.000 per feet. (1 feet = 28 cm persegi). Menurut pengrajin, bahan

baku dari Indonesia diakui kualitasnya terbaik sehingga banyak industri luar

negeri yang mencari bahan baku kulit dari Indonesia. Kebijakan yang kurang

mendukung menyebabkan banyak bahan baku yang diekspor, dalam hal ini tidak

ada kuota dalam ekspor bahan baku kulit sehingga kebutuhan lokal terganggu.

Page 5: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Menurut beberapa pengrajin, kulit yang diekspor itu adalah kulit dengan kualitas

terbaik sehingga pengrajin kesulitan untuk memperolehnya.

Pemda Kabupaten Sidoarjo telah mendirikan pabrik yang mampu

mengerjakan pengecoran segala jenis logam non besi, untuk keperluan usaha

kerajinan, misalnya: asesoris tas dan koper serta perhiasan dari bahan kuningan,

tembaga dan zink. Para pengrajin yang sebelumnya tergantung pada asesoris dari

luar dapat lebih menghemat dan dapat mengembangkan kreativitasnya dalam

mendapatkan model tertentu sebagai ciri khas. Di Kabupaten Magetan terdapat

UPT Penelitian dan Pengembangan Kulit, sehingga beberapa hasil kajian tentang

pengembangan industri penyamakan dapat mendukung perkembangan bahan baku

yang dapat memenuhi kebutuhan pengrajin di Magetan dan Sidoarjo.

Seluruh pengrajin memiliki peralatan pokok usaha kerajinan kulita yaitu

mesin jahit, dan alat pemotong. Pengrajin yang memiliki modal besar memiliki

beberapa mesin yang diberi nama lokal: mesin plong, mesin seset, mesin press,

mesin grinda, oven listrik, dan lain-lain. Pengrajin yang tidak memiliki mesin

tersebut dapat menggunakan mesin milik pengrajin lain dengan membayar uang

sewa. Pengrajin melaksanakan kegiatan produksi di rumah masing-masing (secara

home industry).

Pengrajin yang menjalankan usaha kerajinan dikelompokkan

menjadi tiga kelompok umur, sebagaimana ditampilan pada Tabel 21.

Rata-rata pengrajin yang menjalankan usaha kerajinan kulit di Jawa Timur

berusia 37 tahun, mereka adalah generasi penerus usaha kerajinan yang

dijalankan orang tua atau keluarga. Para pengrajin telah menjalankan

usaha secara turun menurun dari orang tua dan keluarga mereka

sebelumnya.

Tabel 21. Sebaran Responden Menurut Umur

Kabupaten TotalUmur Sidoarjo Magetan

N % N % N %Muda ( < 31 tahun) 45 31.0 42 36.5 87 33.5Dewasa (31-47 tahun) 52 35.9 34 29.6 86 33.1Lanjut (>47 tahun) 48 33.1 39 33.9 87 33.5Total 145 100 115 100 260 100

Hasil Uji Beda One Way Anova, Tidak Nyata pada α= 0,05, (P=0,208; F hitung=0,649)Rataan=37,4 tahun

Page 6: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Tabel 21Sebaran Responden Menurut Umur

Pengalaman usaha yang dimiliki juga bervariasi, sebaran responden

menurut pengalaman berusaha di bidang kerajinan dapat dilihat pada Tabel 22.

Rata-rata pengalaman berusaha di bidang kerajinan kulit 12 tahun, suatu masa

yang cukup penting untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih baik.

Pengrajin bekerja sebagai petani, pedagang, karyawan swasta dan buruh pabrik

sebelum bekerja di bidang kerajinan ini.

Tabel 22Sebaran Responden Menurut Pengalaman BerusahaTabel 22. Sebaran Responden Menurut Pengalaman Berusaha

Kabupaten TotalPengalaman Berusaha Sidoarjo Magetan

N % N % N %Pemula ( <14 tahun) 42 29.0 42 36.5 84 32.3Menengah (14-24tahun) 48 33.1 35 30.4 83 31.9

Lanjut (>24 tahun) 55 37.9 38 33.0 93 35.8Jumlah 145 100 115 100 260 100

Hasil Uji Beda One Way Anova, Tidak Nyata pada α= 0,05, (P=0,228; F hitung=1,458)Rataan=12,7 tahun

Apabila pengalaman usaha tersebut dikaitkan dengan umur pengrajin

(rata-rata pengrajin berumur 37 tahun), maka dapat diketahui bahwa mereka rata-

rata memulai karir pengrajin pada usia 24 tahun. Kronologis umur memulai usaha

berkontribusi terhadap keberhasilan jangka panjang karena wirausahawan muda

cenderung akan memiliki karir yang lebih lama dan potensial untuk dapat

mengembangkan karir wirausahanya (Perry, Batstone dan Pulsarum, 2003).

Hasil usaha kerajinan yang dijalankan pengrajin dipergunakan untuk

menghidupi anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Pengrajin memiliki

tanggungan keluarga yang dijelaskan pada Tabel 23.

Tabel 23Sebaran Responden Menurut Tanggungan KeluargaTabel 23. Sebaran Responden Menurut Tanggungan Keluarga

Kabupaten TotalSidoarjo Magetan

Jumlah Tanggungankeluarga

N % N % N %Sedikit (< 2 jiwa) 24 16.6 31 27.0 55 21.2Sedang (2-4 jiwa) 66 45.5 57 49.6 123 47.3Banyak (>4 jiwa) 55 37.9 27 23.5 82 31.5Jumlah 145 100 115 100 260 100.0

*Hasil Uji Beda One Way Anova, Nyata pada α= 0,05, (P=0,005; F hitung=7,851)

Page 7: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Rataan=4 jiwaBerdasarkan Tabel 23, diketahui bahwa jumlah anggota keluarga yang

menjadi tanggungan pengrajin rata-rata 4 orang. Terdapat perbedaan yang nyata

pada aspek tanggungan keluarga di kedua lokasi, tanggungan keluarga pengrajin

di Sidoarjo lebih besar dari Magetan. Sidoarjo adalah daerah pinggiran perkotaan

yang memiliki daya tarik bagi pendatang, sehingga anggota keluarga yang

berasal dari daerah lain di wilayah Jawa Timur turut tinggal di tempat pengrajin

dan menjadi tanggungan keluarganya.

Kegiatan pembinaan belum banyak dirasakan oleh pengrajin. Kegiatan

pembinaan berupa pelatihan baru dirasakan oleh 67 persen pengrajin, artinya 33

persen pengrajin pengrajin belum pernah mendapatkan pembinaan melalui

pelatihan atau pendidikan non formal, mereka bisa melakukan proses produksi

karena belajar dari pengrajin lainnya. Beberapa kegiatan pembinaan yang pernah

dilakukan di kedua lokasi dijelaskan pada Tabel 24.

Tabel 24Kegiatan Pembinaan Bagi Pengrajin di Kabupaten Magetan dan SidoarjoTabel 24. Kegiatan Pembinaan Bagi Pengrajin di

Kabupaten Magetan dan Sidoarjo

Kegiatan Substansi/Materi Tempat Penyelenggara

Produksi Magetan danSidoarjo

Manajemen Magetan danSidoarjo

SDM Sidoarjo

Pelatihan

Akuntansi Sidoarjo

Disperindag, Diskop & UKM,Koperasi, LIPI, PerguruanTinggi, LSM.

Pendampingan Bantuan modalpinjaman danteknik produksi.

Magetan danSidoarjo

PT POS, PT Telkom, PT BRI,NOKIA.

Penyelenggaraan pembinaan dilaksanakan berdasarkan keinginan

penyelenggara dan bersifat tidak kontinyu. Karena tidak ada koordinasi antar

penyelenggara, sering materi yang diberikan saling overlap. Aspek pemerataan

untuk mengakses kegiatan pembinaan masih rendah karena mereka terhalangi

oleh beberapa klik pada jalur birokrasi desa seperti perangkat desa (pamong

praja), koperasi, atau aktor-aktor dalam Lingkungan Industri Kecil (LIK). Faktor

klik yang ada pada jalur birokrasi tersebut terbentuk dari aspek kekeluargaan dan

kepemilikan modal

Page 8: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Sarana promosi industri kecil di Jawa Timur yang sering diakses pengrajin

adalah kegiatan pameran kerajinan di tingkat Provinsi atau Nasional. Selain itu,

Dinas Koperasi dan UKM juga telah membuat situs internet dengan alamat

www.diskopjatim.go.id yang menampilkan fitur potensi UKM kulit di Jawa

Timur.

Karakteristik Individu Pengrajin

Usaha kerajinan barang dari bahan kulit di Kabupaten Sidoarjo dan

Magetan dikelola oleh pengrajin yang selain sebagai pemilik usaha, tenaga

produksi / pekerja, pengelola keuangan juga sebagai tenaga pemasar. Pada usaha

kerajinan ini pengrajin merupakan aktor kunci dalam menggerakkan usaha

kerajinan. Melihat posisi individu yang multi fungsi tersebut, maka karakteristik

individunya akan menentukan bagi upaya pengembangan usahanya.

Karakteristik individu pengrajin diukur berdasarkan: pendidikan,

pengalaman usaha, motivasi berusaha, tingkat pemenuhan kebutuhan, intensitas

komunikasi dan aspek gender. Ukuran ini diperoleh dari hasil analisis faktor

konfirmatori, sebelumnya terdapat delapan indikator yang diperoleh dari sintesis

teori dalam kerangka berpikir penelitian. Setelah dilakukan analisis faktor,

indikator umur, tanggungan keluarga, dan pengalaman usaha tidak valid untuk

dimasukkan dalam model pengukuran variabel karakteristik individu. Deskripsi

responden menurut karakteristik individu ditampilkan pada Tabel 25.

Berdasarkan Tabel 25, terlihat bahwa aspek karaketeristik individu yang

menonjol pada pengrajin di Sidoarjo dan Magetan adalah motivasi berusaha dan

intensitas komunikasi. Setengah pengrajin di Sidoarjo memiliki motivasi berusaha

yang tinggi dan sangat tinggi, pengrajin telah memiliki motivasi berusaha yang

mengarah pada orientasi ekonomi dan perkembangan usaha. Intensitas

komunikasi yang dilakukan pengrajin di Sidoarjo juga tinggi, hampir setengah

pengrajin melakukan komunikasi dengan intensitas yang tinggi dan sangat tinggi

karena didukung oleh kemudahan menggunakan alat komunikasi, keterbukan, dan

kemudahan memperoleh sarana transportasi dan prasarana transportasi.

Aspek pendidikan non formal pengrajin di kedua lokasi masih sangat

rendah. Pengrajin mendapat pendidikan non formal melalui pelatihan yang

Page 9: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

diselenggarakan pemerintah daerah dan organisasi non pemerintah namun dengan

intensitas yang masih sangat rendah.

Tabel 25. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Individu

Kabupaten TotalSidoarjo Magetan

Karakteristik Individu Kriteria

N % N % N %Lulus SD 50 34,5 46 40,0 96 36,9Lulus SMP 61 42,1 41 35,7 102 39,2Lulus SMA/PT 34 23,4 28 24,3 62 23,8

Pendidikan FormalSelang skor (6-16)Rataan=9 tahun

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Rendah ( < 10 jam) 119 82,1 89 77,4 208 80,0Sedang (10–20jam) 18 12,4 12 10,4 30 11,5Tinggi (> 20 jam) 8 5,5 14 12,2 22 8,5

Pendidikan Non FormalSelang skor (skor 0-40)Rataan=2,8jam

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 16 11,0 21 18,3 37 14,2Rendah 36 24,8 44 38,3 80 30,8Sedang 32 22,1 12 10,4 26 10,0Tinggi 20 13,8 12 10,4 50 19,2Sangat Tinggi 41 28,3 26 22,6 67 25,8

Motivasi Berusaha(X15)*Selang skor (skor 0-100)Rataan=55.5

Jumlah 145 100 115 100 260 100Sangat rendah 21 14,5 28 24,3 49 18,9Rendah 29 20,0 20 17,4 49 18,9Sedang 32 22,0 34 29,6 66 25,4Tinggi 28 19,3 21 18,3 49 18,9Sangat Tinggi 35 24,1 12 10,4 47 18,1

PemenuhanKebuthn(X16)*Selang skor (skor 0-100)Rataan=50.2

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 16 11,0 32 27,8 48 18,5Rendah 23 15,9 24 20,9 47 18,1Sedang 40 27,6 23 20,0 63 24,2Tinggi 39 26,9 20 17,4 59 22,7Sangat Tinggi 27 18,6 16 13,9 43 16,5

Komunikasi (X17)*Selang skor (skor 0-100)Rataan=52.0

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 50 34,5 42 36,5 92 35,4Rendah 23 15,9 9 7,8 32 12,3Sedang 36 24,8 39 33,9 75 28,8Tinggi 6 4,1 5 4,3 11 4,2Sangat Tinggi 30 20,7 20 17,4 50 19,2

Aspek Gender (X18)*Selang skor (skor 0-100)Rataan=33.3

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Tabel 25Sebaran Responden Menurut Karakteristik Individu

Keterangan:Kriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi:skor 61-80, Sangat Tinggi: skor 81-100.* Berdasarkan hasil uji beda rata-rata One Way Anova, nyata padaα= 0,05.

Pendidikan

Berdasarkan Tabel 25, hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa

rata-rata pengrajin menempuh tingkat pendidikan formal di tingkat SMTP atau

Page 10: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

masa studi pendidikan formal 9 tahun. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada

tingkat pendidikan di kedua lokasi. Masa tempuh pendidikan non formal

pengrajin masih sangat rendah, rata-rata pengrajin hanya menempuh pendidikan

non formal 8 jam selama kurun waktu menjalankan usaha di bidang kerajinan.

Pendidikan (baik formal maupun non formal) merupakan sarana untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Pada umumnya seseorang yang

berpendidikan lebih baik dan berpengetahuan teknis yang lebih banyak, akan lebih

mudah dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik Semakin tinggi pendidikan

formal akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk menerima, menyaring dan

menerapkan inovasi yang dikenalkan kepadanya.

Rata-rata pendidikan pengrajin rendah atau setingkat SMP. Pengrajin yang

berpendidikan tinggi mempunyai potensi untuk meraih keberhasilan lebih lanjut

dengan memanfaatkan pendidikan yang dimilikinya, sebagaimana dikemukakan

oleh Perry, Batstone dan Pulsarum (2003) yang menemukan bahwa pendidikan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan usaha kecil menengah.

Rajagapolan dan Datta (1996) menemukan adanya hubungan antara tingkat

pendidikan dan pengalaman usaha terhadap tingkat pertumbuhan usaha. Temuan

ini juga mendukung temuan Haber dan Reichel (2006) yang menyatakan bahwa

pendidikan menjadi prediktor yang bagus untuk memulai usaha yang beresiko dan

kesuksesan penguatan jejaring.

Motivasi dan Pemenuhan Kebutuhan

Rata-rata motivasi berusaha pengrajin di Sidoarjo adalah sedang

(skor=55,5). Terdapat perbedaan yang nyata pada motivasi berusaha pengrajin di

kedua lokasi, pengrajin di Sidoarjo memiliki motivasi yang lebih tinggi dari

pengrajin Magetan. Kabupaten Sidoarjo merupakan kawasan industri di Jawa

Timur, dinamika lingkungan usaha yang tinggi cenderung mendorong pengrajin

untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi juga kebutuhan

pertumbuhan dan keberlanjutan usahanya di masa depan.

Motivasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk menimbulkan

dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan. Motivasi berusaha merupakan

alasan pokok yang mendasari pengrajin untuk berperilaku dan memutuskan untuk

Page 11: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

tetap bertahan melakukan kegiatan usaha di bidang kerajinan. Agar dapat

mengembangkan usahanya, seyogyanya seorang pengrajin yang juga seorang

wirausahawan memiliki motivasi berusaha yang tinggi guna menggerakkan

pengrajin untuk memenuhi kebutuhan perkembangan usaha.

Motivasi berhubungan dengan kebutuhan, minat (sifat nurani yang timbul

dengan sendirinya dan memiliki daya dorong) dan keinginan (sifat hati nurani

yang timbul karena orang berminat terhadap sesuatu dan mendorong terbentuknya

motif untuk berbuat). Motif yang besar akan timbul manakala ada kebutuhan yang

disadari yang menimbulkan keinginan, menimbulkan minat dan menimbulkan

motif. Salah satu faktor pendorong yang penting bagi pengrajin dalam berusaha

adalah tuntutan memenuhi kebutuhan keluarga. Hubungan antara tingkat

pemenuhan kebutuhan dan motivasi berusaha ditampilkan pada Tabel 26.

Tabel 26. Distribusi Persentase Pengrajin menurut MotivasiBerusaha dan Pemenuhan Kebutuhan

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan TotalMotivasiberusaha Sangat

rendahRendah Sedang Tinggi Sangat

TinggiN % N % N % N % N % N %

Sangat rendah 12 32 20 25 3 13 7 13 7 10 49 19Rendah 12 32 21 26 4 14 7 14 5 7 49 19Sedang 10 27 22 28 7 28 14 28 13 19 66 25Tinggi 0 0 8 10 7 25 13 25 22 33 49 19Sangat Tinggi 3 8 9 11 5 20 10 20 20 30 47 18Jumlah 37 100 80 100 26 100 50 100 67 100 260 100

*Hasil Uji Chi-Square, Nyata pada α= 0,05, (P=0,00)Kriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi:skor 61-80, Sangat Tinggi: skor 81-100.Rata-rata motivasi berusaha sedang (skor=55,5)Tabel 26Distribusi Persentase Pengrajin menurut Motivasi Berusaha dan Pemenuhan Kebutuhan

Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan karena pengrajin memiliki

motivasi yang rendah. Mereka menjalankan usaha kerajinan mengikuti teman,

tetangga dan orang tua. Alasan-alasan ekonomi kurang menjadi pertimbangan

dalam memilih berusaha sebagai pengrajin. Upaya memenuhi kebutuhan hidup

merupakan salah satu bentuk tanggung jawab terhadap keluarga yang menjadi

tanggungannya.

Hubungan antara motivasi berusaha dengan tanggungan keluarga pada

Tabel 27 menunjukkan bahwa semakin tinggi tanggungan keluarga, maka

Page 12: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

semakin tinggi motivasi berusaha. Pada komunitas pengrajin, terdapat satu

keterkaitan antara tingkat pemenuhan kebutuhan, tanggungan keluarga dan

motivasi berusaha. Tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang

menjadi tanggungannya, menjadi pendorong yang signifikan bagi pengrajin untuk

berusaha.

Tabel 27. Distribusi Persentase Pengrajin menurut TanggunganKeluarga dan Motivasi Berusaha

Motivasi berusaha* TotalTanggungan

KeluargaSangatrendah

Rendah Sedang Tinggi SangatTinggi

N % N % N % N % N % N %Kurang dari 2 orang 6 17 13 17 4 17 8 17 11 17 43 172-4 orang 9 23 19 23 6 23 12 23 16 23 61 23Lebih dari 4 orang 22 60 48 60 16 60 30 60 40 60 156 60Jumlah 37 100 80 100 26 100 50 100 67 100 260 100

Keterangan:*Hasil uji chi-square nyata pada α= 0,05.Kriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi:skor 61-80, Sangat Tinggi: skor 81-100.Tabel27Distribusi Persentase Pengrajin menurut Tanggungan Keluarga dan Motivasi Berus aha

Komunikasi

Pengrajin melakukan komunikasi dengan tingkat yang baik dengan rataan

sedang (rata-rata skor=52). Suatu kondisi yang potensial untuk mendukung

program pemberdayaan pengrajin, karena mereka telah memiliki bekal intensitas

komunikasi yang baik. Intensitas komunikasi yang dilakukan pengrajin

berhubungan dengan tingkat pendidikannya. Hubungan antara intensitas

komunikasi dan pendidikan ditampilkan pada Tabel 28.

Berdasarkan hasil uji chi square pada Tabel 28 terbukti bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara komunikasi dengan tingkat pendidikan. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pengrajin, maka semakin

tinggi intensitas komunikasinya. Pengrajin yang memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi lebih mampu melakukan komunikasi interpersonal, akses media cetak dan

elektronik serta kosmopolitansi daripada pengrajin yang tingkat pendidikannya

rendah.

Page 13: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Tabel 28. Distribusi Persentase Responden Pengrajin menurutIntensitas Komunikasi dan Pendidikan

Intensitas Komunikasi* TotalTingkatPendidikan Sangat

rendahRendah Sedang Tinggi Sangat

TinggiN % N % N % N % N % N %

LulusSD/Kurang

18 37 17 37 23 37 22 37 16 37 96 37

Lulus SMTP 19 39 18 39 25 39 23 39 17 39 102 39Lulus SMTA keatas

11 24 11 24 15 24 14 24 10 24 62 24

Jumlah 48 100 47 100 63 100 59 100 43 100 260 100Keterangan:*Hasil uji chi-square nyata pada α= 0,05.Kriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi: skor 61-80,Sangat Tinggi: skor 81-100.Rata-rata intensitas komunikasi sedang (skor=52,03)Tabel 28Distribusi Persentase Responden Pengrajin menurut Komunikasi dan Pendidikan

Komunikasi diperlukan oleh seseorang demi terpenuhinya kebutuhan

berinteraksi dengan orang lain. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan

sosial dengan orang lain, yang terpenuhi melalui pertukaran pesan yang

merupakan jembatan untuk relasi sosial antar manusia. Begitu pula pada

pengrajin, tanpa komunikasi pengrajin akan terisolasi dengan dunia di luar

dirinya, yang diperlukan untuk kebutuhan usaha dan sosialnya.

Bagi pengrajin, berkomunikasi dengan konsumen, pemasok, teman sesama

pengrajin, pemberi modal sangat penting untuk keberlangsungan usaha

kerajinannya. Pengrajin memiliki kemampuan untuk mengkases media cetak dan

elektronik yang masih rendah, akses ini terkait dengan informasi model produk.

Aspek Gender

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, aspek Gender dalam

kegiatan usaha kerajinan masih rendah dengan skor rataan kesetaraan gender pada

kedua lokasi menunjukkan nilai yang rendah (33,26). Terdapat perbedaan yang

nyata pada aspek gender di kedua lokasi, aspek gender di Sidoarjo lebih tinggi

dari Magetan. Pengrajin di Sidoarjo memiliki persepsi tentang adanya kesetaraan

hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan yang lebih

tinggi dari pengrajin Magetan. Kabupaten Sidoarjo merupakan wilayah industri

Page 14: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

dan dekat dengan pusat perdagangan di Jawa Timur. Hal ini menyebabkan banyak

tenaga kerja wanita yang bekerja di sektor industri / pabrik yang mengikuti

standar upah minimum. Kesadaran wanita akan hak-haknya menjadi lebih baik,

posisi tawar wanita untuk bekerja dengan upah yang setara dengan laki-laki

menjadi lebih tinggi karena ada pembanding yaitu bekerja di pabrik.

Pada Kabupaten Magetan yang wilayahnya jauh dari pusat industri dan

lebih dekat dengan pertanian, pengrajin masih membedakan upah untuk tenaga

kerja wanita dan laki-laki. Terdapat kesenjangan dalam pembagian tugas

kerajinan, kegiatan produksi lebih banyak dilakukan oleh laki-laki. Perempuan

mendapat tugas di bagian penjualan sebagai penjaga toko (show room), finishing

dan tenaga pemasaran. Sedangkan kegiatan produksi, pengadaan bahan baku,

pengaturan keuangan dan permodalan lebih banyak dijalankan oleh laki-laki.

Sistem pengupahan pada kegiatan produksi dilakukan per unit produk yang

dihasilkan dengan upah untuk sepatu Rp. 6.000,- per unit, tas Rp.3.000,- sampai

Rp.5.000, perunit, ikat pinggang dan dompet Rp.3.000 per unit. Sedangkan untuk

pekerjaan yang biasa dikerjakan perempuan di bidang kerajinan digaji

Rp.200.000,- per bulan, sehingga terdapat kesenjangan dalam upah yang diperoleh

pengrajin laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender dalam hal penggajian dan

pembagian tugas diangkat dalam penelitian kerajinan ini karena usaha kerajinan

membutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam proses produksi. Hubungan antara

aspek gender dengan kemandirian produksi diuji dengan chi square, yang

ditampilkan pada Tabel 29.

Tabel 29. Distribusi Persentase Responden Pengrajin menurutAspek Gender dan Kemandirian Produksi

Aspek Gender* TotalSangatrendah

Rendah Sedang Tinggi SangatTinggi

KemandirianProduksi

N % N % N % N % N % N %Sangat rendah 22 24 9 28 14 19 0 0 14 10 49 19Rendah 41 45 2 6 14 19 2 18 3 7 49 19Sedang 16 17 2 7 9 12 2 18 3,7 19 66 25Tinggi 8 9 8 24 24 32 2 18 12 33 49 19Sangat Tinggi 5 5 11 34 14 19 5 45 17 30 47 18Jumlah 92 100 32 100 75 100 11 100 50 100 260 100

Keterangan:*Hasil uji chi-square nyata pada α= 0,05. Chi-square hitung=16,07

Page 15: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Kriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi:skor 61-80, Sangat Tinggi: skor 81-100.Rata-rata aspek gender rendah (skor=33,26)Tabel29Distribusi Persentase Responden Pengrajin menurut Gender dan Kemandirian Produksi

Terdapat hubungan yang nyata antara aspek gender dengan kemandirian

produksi, rendahnya kemandirian produksi salah satunya adalah disebabkan oleh

kesetaraan gender yang rendah. Ada diskriminasi penggajian dan pembagian

tugas antara laki-laki dan perempuan sehingga perempuan kurang memiliki

kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam usaha kerajinan ini.

Proses produksi yang dijalankan pengrajin dalam membuat tas, sepatu atau

asesoris lainnya membutuhkan kegiatan menjahit, mengelem atau merapikan yang

membutuhkan ketelitian. Keterlibatan perempuan berpeluang lebih meningkatkan

hasil dan mutu produk kerajinan ini.

Peran dan posisi perempuan dalam kegiatan usaha tidak lepas dari

konstruksi masyarakat yang dikuatkan dengan produk-produk budaya yang bias

laki-laki. Produk budaya yang bias laki-laki yang terkait dengan kondisi kedua

kabupaten adalah bahwasanya perempuan memiliki tugas primer sebagai ibu

rumah tangga, sehingga dalam usaha kerajinan memiliki fungsi sekunder.

Faktor Pendukung Usaha

Berdasarkan hasil analisis faktor diperoleh empat faktor yang layak untuk

mengukur kualitas pendukung usaha yaitu: berdasarkan kualitas bahan baku,

ketersediaan pasar, ketersediaan teknologi peralatan produksi, dan

keterjangkauan sarana transportasi. Deskripsi responden menurut kualitas

pendukung usaha ditampilkan pada Tabel 30.

Ketersediaan Bahan Baku

Rata-rata faktor ketersediaan bahan baku adalah rendah (skor rataan=37,4).

Ketersediaan bahan baku di kedua lokasi berbeda nyata, ketersediaan bahan baku

di kabupaten Magetan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten Sidoarjo.

Bahan baku sangat mutlak diperlukan untuk menghasilkan produk kerajinan

bermutu. Kabupaten Magetan merupakan salah satu penghasil kulit yang potensial

di Indonesia sehingga pengrajin lebih mudah mengakses bahan baku ini. Pengrajin

di Kabupaten Sidoarjo mengeluh sering kekurangan bahan baku. Kurangnya

bahan baku kulit ini menyebabkan pengrajin hanya mampu memenuhi 50 persen

Page 16: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pesanannya, proses produksi menjadi terlambat dua minggu dari jadwal dan biaya

produksi meningkat dua kali lipat.

Tabel 30. Sebaran Responden Menurut Kualitas Pendukung Usaha

KabupatenSidoarjo Magetan

TotalKualitasPendukung Usaha

Kriteria

N % N % N %Sangat rendah 45 31,0 19 16,5 64 24,6Rendah 11 7,6 6 5,2 17 6,5Sedang 56 38,6 39 33,9 95 36,5Tinggi 15 10,3 25 21,8 40 15,4Sangat Tinggi 18 12,4 26 22,6 44 16,9

Bahan Baku*Selang skor(0-100)Rataan=37,4

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 17 11,7 27 23,5 44 16,9Rendah 50 34,5 37 32,2 87 33,5Sedang 19 13,1 18 15,7 37 14,2Tinggi 30 20,7 15 13,0 45 17,3Sangat Tinggi 29 20,0 18 15,6 47 18,1

Pasar*Selang skor (0-100)Rataan=40,3

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 11 7,6 30 26,1 41 15,8Rendah 36 24,8 47 40,9 83 31,9Sedang 14 9,6 7 6,1 21 8,1Tinggi 56 38,6 24 20,9 80 30,8Sangat Tinggi 28 19,4 7 6,0 35 13,4

Teknologi*Selang skor (0-100)Rataan=44,4

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 14 9,6 29 25,2 43 16,5Rendah 28 19,3 28 24,3 56 21,5Sedang 26 17,9 19 16,5 45 17,3Tinggi 36 24,8 23 20,0 59 22,7Sangat Tinggi 41 28,4 16 13,9 57 21,9

Transportasi*Selang skor (0-100)Rataan=44,6

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Keterangan:Kriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi:skor 61-80, Sangat Tinggi: skor 81-100.* Berdasarkan hasil uji beda rata-rata One Way Anova, nyata padaα= 0,05.Tabel 30Sebaran Responden Menurut Kualitas Pendukung Usaha

Meskipun peraturan pemerintah melarang ekspor bahan baku kulit setengah

jadi, masih banyak industri penyamak kulit yang mengekspor bahan bakunya ke

luar negeri tanpa memperhatikan kebutuhan lokal. Keterbatasan bahan baku

menyebabkan harga menjadi naik. Pengrajin juga semakin kesulitan mendapat

bahan baku karena industri penyamakan kini menerapkan sistem pembayaran

uang tunai. Pengrajin mengharapkan pemerintah ikut memikirkan persediaan

bahan baku bagi industri kecil. Dampak dari kelangkaan bahan baku ini sangat

dirasakan oleh pengrajin yang berorientasi ekspor.

Page 17: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Ketersediaan Pasar

Faktor ketersediaan pasar bagi pengrajin adalah rendah (rata-rata 37,4).

Terdapat perbedaan yang nyata pada ketersediaan pasar diantara kedua lokasi,

lebih dari setengah pengrajin Magetan berhadapan dengan ketersediaan pasar yang

rendah sedangkan empat puluh persen pengrajin di Sidoarjo menyatakan bahwa

ketersediaan pasar tinggi.

Jangkauan pemasaran produk kerajinan masih belum optimal dilayani oleh

pengrajin Magetan. Pengrajin baru mampu menjangkau pasar lokal (wilayah Jawa

Timur). Pasar nasional dan ekspor belum banyak dijangkau oleh pengrajin

Magetan, tetapi aspek loyalitas konsumennya bagus. Pengrajin Magetan memiliki

konsumen yang loyal dengan produk tersebut karena sepatu kulit yang dihasilkan

lebih tahan lama, khususnya produk sepatu sekolah.

Ketersediaan pasar di Sidoarjo relatif lebih tinggi karena konsumen lebih

mudah menjangkau produk dengan mendatangi lokasi sentra kerajinan dan

perdagangan di Sidoarjo, selain itu kedekatan dengan pusat perdagangan

(Surabaya) juga mendukung kemudahan pendistribusian produk ke daerah lain.

Ketersediaan Sarana Teknologi

Ketersediaan sarana teknologi penunjang proses produksi tas dan sepatu

pada kedua lokasi adalah sedang (skor rataan= 44,4). Ketersediaan teknologi

kerajinan di kedua lokasi berbeda nyata, lebih dari setengah pengrajin di Sidoarjo

memiliki ketersediaan teknologi relatif tinggi sedangkan hampir tujuh puluh

persen pengrajin di Magetan memiliki ketersediaan teknologi yang rendah.

Pengrajin di Sidoarjo memiliki ketersediaan teknologi yang lebih tinggi dari

Magetan karena perkembangan peralatan pada pengrajin di Sidoarjo dipengaruhi

oleh lingkungan industri yang berkembang pesat di kawasan tersebut. Pengrajin

lebih mudah melakukan modifikasi mesin-mesin yang tersedia karena komponen

mudah diperoleh di sekitar Sidoarjo. Pada pengrajin di Magetan, peralatan yang

dimiliki jarang diperbaharui, pengrajin kurang mempertimbangkan aspek

Page 18: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

penyusutan peralatan terutama acuan ukuran sepatu, sehingga mempengaruhi

kualitas proses dan produk yang dihasilkan.

Keterjangkauan Sarana Transportasi

Keterjangkauan sarana transportasi untuk kegiatan usaha kerajinan di kedua

lokasi berbeda nyata, lebih dari setengah pengrajin di Sidoarjo memiliki

keterjangkauan teknologi relatif tinggi sedangkan lebih setengah pengrajin

Magetan memiliki keterjangkauan transportasi yang rendah.

Pengrajin di Magetan mengalami hambatan dalam biaya transportasi yang

semakin meningkat, kenaikan harga bahan bakar minyak dirasakan amat

memberatkan pengrajin dalam melakukan pengiriman ke luar daerah. Selain itu

kepemilikan sarana transportasi yang masih rendah mengakibatkan semakin

mahalnya biaya yang berdampak pada keterjangkauan sarana transportasi rendah.

Pengrajin Sidoarjo dapat mengakses sarana transportasi Kereta Api untuk

pendistribusian produknya, keberadaan sarana transportasi kereta api meringankan

beban biaya transportasi karena pengiriman barang di Pulau Jawa bisa di jangkau

dengan transportasi ini dengan biaya relatif murah.

Faktor Lingkungan

Lingkungan ini memberikan dukungan pada pelaksanaan usaha kerajinan,

sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan-tindakan pengrajin. Hasil

analisis faktor membuktikan bahwa dukungan lingkungan yang melingkupi

pengrajin dan usaha kerajinan layak diukur berdasarkan: dukungan keluarga,

dukungan pemimpin informal, bimbingan Pemerintah Daerah, dan bimbingan

Organisasi non pemerintah. Deskripsi indikator dalam variabel lingkungan

tercantum pada Tabel 31.

Dukungan Pemimpin Informal

Tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda di lingkungan pengrajin

berinteraksi dengan pengrajin pada kegiatan sosial dan keagamaan. Pada

pertemuan-pertemuan tersebut terjadi komunikasi antara pemimpin informal

Page 19: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

dengan pengrajin yang menyampaikan informasi di bidang sosial kemasyarakatan

dan pesan-pesan yang terkait dengan kegiatan kerajinan. Dukungan pemimpin

informal terhadap usaha kerajinan ini adalah sedang (rata-rata 50,3), terdapat

perbedaan nyata pada dukungan pemimpin informal di kedua lokasi.

Tabel 31. Sebaran Responden Menurut Dukungan Lingkungan Usaha

KabupatenDukungan LingkunganUsaha Sidoarjo Magetan

TotalKriteria

N % N % N %Pemimpin Informal* Sangat rendah 34 23,4 14 12,2 48 18,5Selang skor (0-100) Rendah 26 17,9 29 25,2 55 21,1Rataan=50,3 Sedang 32 22,1 18 15,6 50 19,2

Tinggi 29 20,0 30 26,1 59 22,7Sangat Tinggi 24 16,5 24 20,9 48 18,4Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Keluarga* Sangat rendah 35 24,1 19 16,5 54 20,8Selang skor (0-100) Rendah 11 7,6 18 15,7 29 11,1Rataan=51,2 Sedang 48 33,1 19 16,5 67 25,8

Tinggi 34 23,5 33 28,7 67 25,8Sangat Tinggi 17 11,7 26 22,6 43 16,5Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Bimbingan Pemda* Sangat rendah 32 22,1 39 33,9 71 27,3Selang skor (0-100) Rendah 30 20,7 31 26,9 61 23,5Rataan=31,2 Sedang 23 15,9 13 11,4 36 13,8

Tinggi 25 17,2 15 13,0 40 15,4Sangat Tinggi 35 24,1 17 14,8 52 20,0Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Bimbingan Ornop* Sangat rendah 18 12,4 47 40,9 65 25,0Selang skor (0-100) Rendah 43 29,7 22 19,1 65 25,0Rataan=33,7 Sedang 30 20,7 5 4,3 35 13,5

Tinggi 18 12,4 11 9,6 29 11,1Sangat Tinggi 36 24,8 30 26,1 66 25,4Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Keterangan:Kriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi: skor 61-80,Sangat Tinggi: skor 81-100.* Berdasarkan hasil uji beda rata-rata One Way Anova, nyata padaα= 0,05.Tabel 31Sebaran Responden Menurut Dukungan Lingkungan Usaha

Hubungan sosial kemasyarakatan antara pemimpin informal dan

masyarakat mengarahkan masyarakat berinteraksi lebih intensif dengan

pemimpinnya. Hampir setengah pengrajin Magetan mendapat dukungan

pemimpin informal relatif tinggi, namun terdapat hubungan sosial

kemasyarakatan yang cenderung lemah pada masyarakat di Sidoarjo yang dekat

dengan pusat pertumbuhan ekonomi.

Dukungan Keluarga

Page 20: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Dukungan keluarga pada usaha kerajinan di kedua lokasi adalah sedang

(rata-rata 51,2). Terdapat perbedaan yang nyata dukungan keluarga pada usaha

kerajinan di kedua lokasi, pengrajin di Sidoarjo mendapat dukungan keluarga

lebih rendah dari Magetan. Pengrajin menjalankan usaha kerajinan ini secara

turun temurun dalam lingkup rumah tangga. Kegiatan kerajinan yang dijalankan

dalam keluarga menjadikan mereka memiliki pemahaman yang mendalam dalam

usaha kerajinan ini.

Terdapat hal menarik untuk dikaji pada pengrajin di Sidoarjo, meskipun

keluarga besar telah menjalankan usaha kerajinan yang sama namun dukungan

terhadap usaha kerajinan yang dijalankan pengrajin relatif rendah. Lingkungan

berusaha di Sidoarjo mengarah pada lingkungan yang kompetitif sehingga tingkat

dukungan kepada anggota keluarga yang menjalankan usaha kerajinan cenderung

kurang. Hal ini tidak ditemui pada pengrajin di Magetan, lebih dari setengah

pengrajin di Magetan mendapat dukungan keluarga relatif tinggi.

Bimbingan Pemerintah Daerah

Bimbingan yang diberikan pemerintah daerah pada pengrajin di kedua lokasi

berbeda nyata, lebih dari setengah pengrajin di Magetan mendapat bimbingan dari

pemerintah daerah yang relatif masih rendah. Kurang intensifnya bimbingan yang

diberikan pemerintah daerah pada pengrajin di Magetan diketahui berdasarkan

banyaknya pengrajin yang belum pernah mendapat bimbingan pelatihan atau

pendampingan (33 persen). Kunjungan petugas dinas kepada pengrajin juga

jarang dilakukan kepada pengrajin di Magetan ini.

Pengrajin di Sidoarjo memperoleh bimbingan yang lebih baik dari pengrajin

di Magetan, kedekatan dengan pusat pemerintahan menjadikan pengrajin relatif

lebih sering mendapat pelatihan atau kunjungan baik dari dinas perindustrian dan

perdagangan maupun dinas koperasi dan UKM provinsi dan kabupaten.

Bimbingan Organisasi Non Pemerintah

Organisasi non pemerintah yang memberikan bimbingan kepada pengrajin

adalah: perusahaan swasta, perusahaan milik negara, perguruan tinggi, lembaga

penelitian, dan LSM. Bimbingan yang diberikan organisasi non pemerintah pada

Page 21: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pengrajin di kedua lokasi adalah relatif rendah (skor rata-rata 33,7). Terdapat

perbedaan yang nyata pada faktor bimbingan organisasi non pemerintah antar

pengrajin Magetan dan Sidoarjo. Bimbingan organisasi non pemerintah kepada

pengrajin di Sidoarjo relatif lebih tinggi dari Magetan karena lokasi Sidoarjo

relatif lebih dekat dan mudah untuk didatangi oleh organisasi tersebut.

Gambaran Perilaku Wirausaha Pengrajin

Perilaku wirausaha merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi dalam

diri pengrajin yang ditunjukkan oleh pengetahuan, sikap dan ketrampilannya

untuk melakukan usaha dengan inovatif, inisiatif, berani mengambil resiko dan

berdaya saing. Gambaran tentang perilaku wirausaha pengrajin di kedua lokasi

penelitian ditampilkan pada Tabel 32.

Tabel 32. Sebaran Responden Menurut Perilaku WirausahaKabupaten

Sidoarjo Magetan TotalIndikator PerilakuWirausaha Kriteria

N % N % N %Keinovatifan* Sangat rendah 23 15,9 34 29,6 57 21,9Selang skor (0-100) Rendah 14 9,7 28 24,3 42 16,2Rataan=32,5 Sedang 25 17,2 31 27,0 56 21,5

Tinggi 45 31,0 13 11,3 58 22,3Sangat Tinggi 38 26,2 9 7,8 47 18,1Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Inisatif* Sangat rendah 27 18,6 27 23,5 54 20,8Selang skor (0-100) Rendah 25 17,2 26 22,6 51 19,6Rataan=34,4 Sedang 27 18,6 27 23,5 54 20,8

Tinggi 48 33,1 18 15,7 66 25,4Sangat Tinggi 18 12,4 17 14,8 35 13,5Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Pengelolaan Resiko* Sangat rendah 41 28,3 18 15,7 59 22,7Selang skor (0-100) Rendah 34 23,4 28 24,3 62 23,8Rataan=27,6 Sedang 14 9,7 19 16,5 33 12,7

Tinggi 29 20,0 25 21,7 54 20,8Sangat Tinggi 27 18,6 25 21,7 52 20,0Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Daya Saing* Sangat rendah 29 20,0 32 27,8 61 23,5Selang skor (0-100) Rendah 32 22,1 25 21,7 57 21,9Rataan=31,7 Sedang 18 12,4 5 4,4 23 8,9

Tinggi 33 22,8 34 29,6 67 25,8Sangat Tinggi 33 22,8 19 16,5 52 20,0Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Perilaku Wirausaha Sangat rendah 30 20,7 21 18,3 51 19,6Selang skor (0-100) Rendah 24 16,6 24 20,9 48 18,5Rataan=33,8 Sedang 28 19,3 30 26,1 58 22,3

Tinggi 29 20,0 21 18,3 50 19,2Sangat Tinggi 34 23,4 19 16,5 53 20,4Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Page 22: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Keterangan:Kriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi: skor 61-80,Sangat Tinggi: skor 81-100.* Berdasarkan hasil uji beda rata-rata One Way Anova, nyata padaα= 0,05.Tabel 32Sebaran Responden Menurut Perilaku Wirausaha

Perilaku wirausaha pengrajin (keinovatifan, inisiatif, pengelolaan resiko,

dan daya saing) adalah relatif rendah (rata-rata skor dibawah 40). Terdapat

perbedaan yang nyata pada seluruh faktor perilaku wirausaha pengrajin di kedua

lokasi. Aspek perilaku wirausaha yang menonjol pada pengrajin Sidoarjo adalah

keinovatifan dan inisiatif, sedangkan pengrajin Magetan yang menonjol adalah

pengelolaan resiko dan daya saing.

Keinovatifan Pengrajin

Rata-rata tingkat keinovatifan pengrajin adalah masih rendah (skor=32,5).

Terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat keinovatifan pengrajin, lima puluh

tujuh persen pengrajin Sidoarjo memiliki tingkat keinovatifan tinggi dan lima

puluh empat persen pengrajin Magetan memiliki tingkat keinovatifan rendah.

Tingkat keinovatifan pengrajin yang diukur berdasarkan parameter

pengetahuan, sikap dan ketrampilan pengrajin ditampilkan pada Gambar 15.

Gambar 14Tingkat Keinovatifan Pengrajin

Keterangan:Kriteria: (1) Sangat Rendah: skor 0-20; (2) Rendah: skor 21-40, (3) Sedang: skor 41-60,(4)Tinggi: skor 61-80, (5)Sangat Tinggi: skor 81-100.

Gambar 14. Tingkat Keinovatifan Pengrajin

Magetan TotalSidoarjo

Pengetahuan

0

5

10

15

2025

30

35

4045

50

1 2 3 4 5

Per

sen

Sikap

0

510

1520

25

30

35

4045

50

1 2 3 4 5

Pers

en

Ketrampilan

0

5

1015

20

25

30

3540

45

50

1 2 3 4 5

Pers

en

Page 23: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Berdasarkan Gambar 14 diketahui bahwa lebih dari setengah pengrajin di

kedua lokasi memiliki pengetahuan inovasi usaha yang rendah, empat puluh

persen pengrajin memiliki ketertarikan untuk menerapkan inovasi pengrajin yang

tinggi, dan hampir setengah pengrajin memiliki ketrampilan penerapan inovasi

yang masih rendah.

Setengah pengrajin di kedua lokasi memiliki pengetahuan dalam inovasi

usaha rendah, namun pengrajin memiliki ketertarikan terhadap inovasi berusaha

yang lebih baik. Empat puluh persen pengrajin memiliki ketertarikan untuk

menerapkan inovasi yang tinggi, pengrajin di Sidoarjo memiliki ketertarikan

untuk mencari inovasi baru yang terkait dengan model atau bentuk produk.

Ketrampilan penerapan inovasi secara keseluruhan adalah rendah.

Pengrajin kurang cermat dan teliti untuk mencoba membuat cara-cara berusaha

baru yang lebih baik. Pengrajin cenderung mengikuti cara-cara berusaha yang

telah ada dan mencoba menerapkan inovasi setelah orang lain menerapkannya.

Inisiatif Pengrajin

Inisiatif pengrajin dalam berusaha di kedua lokasi adalah relatif rendah

(rata-rata skor 34,4). Gambaran pengetahuan, sikap dan ketrampilan pengrajin

dalam menginisiasi suatu usaha dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15Tingkat Inisatif PengrajinKeterangan:Kriteria: (1) Sangat Rendah: skor 0-20; (2) Rendah: skor 21-40, (3) Sedang: skor 41-60,(4)Tinggi: skor 61-80, (5)Sangat Tinggi: skor 81-100.

Pengetahuan

05

1015

2025

3035

4045

50

1 2 3 4 5

Per

sen

Sikap

05

1015

20

25

3035

4045

50

1 2 3 4 5

Pers

en

Ketrampilan

05

10

15

2025

3035

4045

50

1 2 3 4 5

Pers

en

Magetan TotalSidoarjo

Page 24: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Gambar 15. Tingkat Inisatif Pengrajin

Aspek pengetahuan, sikap,dan ketrampilan dalam faktor inisiatif berusaha

pengrajin di kedua lokasi lebih kondusif dibandingkan ketiga faktor lain dalam

variabel perilaku wirausaha. Aspek yang menonjol pada faktor inisiatif berusaha

adalah aspek sikap, lebih dari empat puluh persen memiliki ketertarikan terhadap

peluang usaha yang tinggi. Lebih dari setengah pengrajin memiliki pengetahuan

tentang insiatif memulai usaha pada kategori sedang, dan tiga puluh lima persen

pengrajin memiliki ketrampilan memulai usaha baru yang masih rendah.

Terdapat perbedaan nyata pada inisiatif pengrajin di kedua lokasi, empat

puluh lima persen pengrajin di Sidoarjo memiliki inisiatif relatif tinggi sedangkan

empat puluh enam persen pengrajin di Magetan memiliki inisiatif relatif rendah.

Rendahnya inisiatif berusaha pengrajin di Kabupaten Magetan ini dapat dilihat

dari rendahnya pengetahuan, sikap dan ketrampilannya. Tiga puluh sembilan

persen pengrajin memiliki tingkat pengetahuan (tentang peluang usaha, cara

memanfaatkan peluang usaha dan cara mengidentifikasi peluang usaha) yang

rendah. Terdapat pemikiran pengrajin untuk tidak memproduksi kerajinan dengan

jenis produk, model dan pelanggan yang lain karena produk yang dihasilkan saat

ini dianggap bisa dipasarkan.

Ketertarikan pengrajin (terhadap peluang usaha, cara memanfaatkan

peluang usaha dan cara mengidentifikasi peluang usaha) adalah rendah. Sikap

pengrajin ketika berhadapan dengan jenis produk dan pangsa pasar baru juga tidak

kondusif, mereka tidak tertarik untuk memanfaatkan peluang usaha yang baru

sebelum ada teman sesama pengrajin yang memulainya. Selain itu mereka lebih

tertarik melayani dan menekuni pasar yang sudah ada sehingga cenderung

mengabaikan peluang usaha baru karena takut mengalami kerugian.

Ketrampilan pengrajin dalam (menemukan peluang, melakukan

identifikasi peluang usaha, dan memanfaatkan peluang usaha) cenderung rendah,

tingkat ketelitian dan kecermatan memulai usaha juga cenderung rendah. Lima

puluh lima persen pengrajin menjalankan kegiatan usaha kerajinan mengacu

kegiatan yang sejenis dengan pengrajin lain.

Inisiatif yang lebih baik terdapat pada pengrajin di Kabupaten Sidoarjo,

mereka senang terhadap jenis dan pangsa pasar baru serta cermat dalam

Page 25: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

memproduksi dan memanfaatkan peluang pasar baru. Ketika produk telepon

seluler (ponsel) mulai banyak digunakan orang, beberapa pengrajin menjalin

hubungan dengan produsen ponsel Nokia untuk membuat sarung ponsel dari kulit.

Pengelolaan Resiko

Pengelolaan resiko usaha pada kedua lokasi adalah rendah dengan rata–

rata skor 27,6. Kemampuan mengelola resiko pengrajin di kedua lokasi berbeda

nyata, lebih dari setengah pengrajin di Sidoarjo memiliki pengelolaan resiko

relatif rendah sedangkan setengah pengrajin di Magetan memiliki pengelolaan

resiko yang relatif tinggi. Pengrajin di Magetan melaksanakan pekerjaan

cenderung tanpa mempertimbangkan kemungkinan terjadinya resiko, mereka juga

takut menghadapi resiko kegagalan dan berputus asa pada saat menghadapi resiko.

Hal ini relevan dengan pernyataan sebelumnya bahwa mereka memiliki

keengganan untuk memproduksi produk dengan jenis lain yang berbeda dengan

produk dan pasar yang telah ditekuninya. Gambaran kemampuan pengrajin dalam

pengelolaan resiko para pengrajin dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16Tingkat Pengelolaan Resiko

Keterangan:Kriteria: (1) Sangat Rendah: skor 0-20; (2) Rendah: skor 21-40, (3) Sedang: skor 41-60,(4)Tinggi: skor 61-80, (5) Sangat Tinggi: skor 81-100.

Gambar 16. Tingkat Pengelolaan Resiko

Magetan TotalSidoarjo

Pengetahuan

0

510

152025

3035

4045

50

1 2 3 4 5

Per

sen

Sikap

0

5

1015

202530

35

40

4550

1 2 3 4 5

Pers

en

Ketrampilan

0

5

1015

2025

3035

40

4550

1 2 3 4 5

Pers

en

Page 26: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Berdasarkan Gambar 16 terlihat bahwa aspek pengetahuan dan

ketrampilan di bidang pengelolaan resiko masih rendah, setengah pengrajin

memiliki pengetahuan tentang pengelolan resiko yang rendah, dan empat puluh

persen pengrajin memiliki ketrampilan pengelolaan resiko yang rendah. Aspek

sikap dalam pengelolaan resiko menunjukkan arah yang lebih kondusif, empat

puluh persen pengrajin memiliki kategori sikap yang positif untuk mengelola

resiko usaha.

Tingkat pengetahuan tentang pengelolaan resiko pengrajin adalah sedang.

Pengrajin telah mengetahui cara-cara memperkiraan resiko, menjalankan usaha

beresiko, dan menghindari resiko meskipun masih terbatas. Pengetahuan

pengelolaan resiko pengrajin Sidoarjo lebih unggul dari pengrajin Magetan.

Sikap pengrajin pada usaha yang beresiko cenderung rendah, pengrajin

cenderung menolak terhadap kemungkinan terjadinya resiko dalam berusaha.

Pengrajin juga masih rendah ketrampilan pengelolaan resikonya. Pengrajin sering

dihadapkan pada pembayaran dengan cek kosong, pemesan yang tidak mengambil

pesanannya karena ketidakjelasan perjanjian dan proses pemesanan khususnya

untuk produk dalam jumlah besar.

Daya Saing

Daya saing pengrajin di kedua lokasi adalah relatif rendah dengan rata-rata

skor 31,7. Terdapat perbedaan yang nyata pada aspek daya saing pengrajin di

kedua lokasi, sebagian besar pengrajin di Sidoarjo memiliki daya saing relatif

lebih tinggi dari pengrajin di Magetan. Gambaran aspek pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan tercantum pada Gambar 17.

Magetan TotalSidoarjo

Pengetahuan

0

510

15

2025

3035

4045

50

1 2 3 4 5

Per

sen

Sikap

05

10

1520

25

3035

40

4550

1 2 3 4 5

Pers

en

Ketrampilan

0

510

15

2025

3035

4045

50

1 2 3 4 5

Per

sen

Page 27: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Gambar 17Tingkat Daya Saing PengrajinKeterangan:Kriteria: (1) Sangat Rendah: skor 0-20; (2) Rendah: skor 21-40, (3) Sedang: skor 41-60,(4)Tinggi: skor 61-80, (5) Sangat Tinggi: skor 81-100.

Gambar 17. Tingkat Daya Saing Pengrajin

Aspek yang paling menonjol pada faktor daya saing adalah aspek sikap,empat puluh persen pengrajin memiliki sikap yang cenderung tinggi dalam haldaya saing, namun aspek pengetahuan dan ketrampilan masih rendah.Pengetahuan pengrajin tentang daya saing sangat kondusif untuk keberlanjutanusahanya pada masa mendatang.

Pengrajin memiliki kiat-kiat menghadapi persaingan secara normatif telahdimiliki sebagian besar pengrajin. Sikap ulet dalam usaha dan bersaing secaraetis serta ketertarikan terhadap persaingan relatif tinggi. Pengrajin memilikiketertarikan terhadap persaingan yang diwujudkan secara sederhana dalamkegiatan usaha keseharian berupa pengamatan terhadap setiap perubahan hargaproduk kerajinan dan jumlah permintaan/pesanan dari pengrajin lain. Namunketrampilan mencapai tingginya daya saing masih kurang, pengrajin belummemperhatikan kecenderungan model yang dibutuhkan konsumen, serta kualitashasil produksi belum menjadi perhatian pengrajin untuk meningkatkan daya saingusahanya.

Tingkat Kemandirian Usaha

Gambaran tentang total tingkat kemandirian usaha pengrajin (aspek

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) dalam hal permodalan, proses produksi,

kerjasama dan pemasaran terdapat pada Tabel 32. Tingkat kemandirian usaha

(modal, produksi, kerjasama, dan pemasaran) adalah relatif rendah (rata-rata skor

dibawah 40), sedangkan tingkat kemandirian proses produksi adalah sedang (rata-

rata skor 47,3). Terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat kemandirian usaha di

kedua lokasi. Aspek yang menonjol pada pengrajin di Sidoarjo adalah faktor

kemandirian pemasaran sedangkan pengrajin Magetan memiliki kelebihan dalam

kemandirian produksi. Pengrajin yang mempunyai kemandirian dalam berusaha

adalah pengrajin yang memiliki kemampuan dalam kegiatan produksi, pemasaran

dan permodalan yang tidak tersubordinasi dengan pihak lain.

Page 28: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Tabel 33. Sebaran Responden Menurut Tingkat Kemandirian Usaha

KabupatenIndikator TingkatKemandirian Usaha Sidoarjo Magetan

Total

(Selang Skor )

Kriteria

N % N % N %Sangat rendah 18 12,4 37 32,2 55 21,2Rendah 30 20,7 26 22,6 56 21,5Sedang 25 17,2 10 8,7 35 13,5Tinggi 35 24,1 27 23,5 62 23,8Sangat Tinggi 37 25,5 15 13,0 52 20,0

Kemandirian Modal*Selang skor (0-100)Rataan=28.7

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 24 16,6 39 33,9 63 24,2Rendah 17 11,7 29 25,2 46 17,7Sedang 29 20,0 27 23,5 56 21,5Tinggi 28 19,3 12 10,4 40 15,4Sangat Tinggi 47 32,4 8 6,96 55 21,2

Kemandirian Produksi*Selang skor (0-100)Rataan=37.3

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 33 22,8 23 20,0 56 21,5Rendah 16 11,0 33 28,7 49 18,8Sedang 39 26,9 17 14,8 56 21,5Tinggi 29 20,0 20 17,4 49 18,8Sangat Tinggi 28 19,3 22 19,1 50 19,2

Kemandirian Kerjasama*Selang skor (0-100)Rataan=29,2

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 31 21,4 21 18,3 52 20,0Rendah 25 17,2 16 13,9 41 15,8Sedang 36 24,8 26 22,6 62 23,8Tinggi 30 20,7 24 20,9 54 20,8Sangat Tinggi 23 15,9 28 24,3 51 19,6

Kemandirian Pemasaran*Selang skor (0-100)Rataan=31.6

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Kemandirian Usaha Sangat rendah 21 14,5 29 25,2 50 19,2Selang skor (0-100) Rendah 28 19,3 24 20,9 52 20,0Rataan=35,9 Sedang 37 25,5 19 16,5 56 21,5

Tinggi 29 20,0 19 16,5 48 18,5Sangat Tinggi 30 20,7 24 20,9 54 20,8Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Keterangan: Tabel 33Sebaran Responden Menurut Tingkat Kemandirian UsahaKriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi:skor 61-80, Sangat Tinggi: skor 81-100.* Berdasarkan hasil uji beda rata-rata One Way Anova, nyata padaα= 0,05.

Kemandirian Permodalan

Kemandirian permodalan relatif adalah rendah (rata-rata skor 28,7).

Kemandirian permodalan pengrajin di Sidoarjo lebih unggul dari pengrajin

Magetan, artinya pengrajin di Sidoarjo memiliki kemampuan dalam

pengelolaan modal secara hemat dan akumulatif. Pengrajin di Magetan

masih tergantung pada sumber permodalan yang dapat diakses saat ini

yaitu modal sendiri dan modal pinjaman pribadi dari lembaga keuangan

non bank. Gambaran tingkat kemandirian pengrajin di bidang permodalan

disajikan pada Gambar 18.

Page 29: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Magetan TotalSidoarjo

Pengetahuan

05

101520253035404550

1 2 3 4 5

Pers

en

Sikap

05

101520253035404550

1 2 3 4 5

Pers

en

Ketrampilan

05

10

1520

25

30

3540

45

50

1 2 3 4 5

Per

sen

r 18Tingkat Kemandirian PermodalanKeterangan:Kriteria: (1) Sangat Rendah: skor 0-20; (2) Rendah: skor 21-40, (3) Sedang: skor 41-60,(4)Tinggi: skor 61-80, (5)Sangat Tinggi: skor 81-100.

Gambar 18. Tingkat Kemandirian Permodalan

Berdasarkan Gambar 18, aspek yang paling menonjol pada faktor

kemandirian permodalan adalah aspek sikap, sebanyak empat puluh lima persen

pengrajin memiliki ketertarikan pada sumber permodalan alternatif dan menyukai

sifat hemat dalam pengelolaan modal yang tinggi sedangkang aspek pengetahuan

dan ketrampilan di bidang permodalan masih belum kondusif.

Tingkat pengetahuan tentang sumber-sumber permodalan, cara mengakses

modal, dan cara pengelolaan modal cenderung rendah. Ketrampilan di bidang

permodalan cenderung rendah, pengrajin masih lambat dalam mencari dan

mengakses sumber permodalan. Aspek permodalan yang menonjol pada pengrajin

Magetan adalah sikap. Pengrajin memiliki ketertarikan pada sumber permodalan

alternatif dan menyukai sifat hemat dalam pengelolaan modal. Pengrajin di

Sidoarjo memiliki ketrampilan mengelola permodalan yang cenderung tinggi,

pengrajin mampu secara cepat mengakses sumber permodalan alternatif dan

secara cermat mengelola modal untuk usaha kerajinannya.

Kemandirian Proses Produksi

Kemandirian proses produksi adalah relatif rendah (rata-rata skor 47,3).

Faktor kemandirian produksi di kedua lokasi berbeda nyata, empat puluh persen

pengrajin di Sidoarjo mencapai kemandirian kerjasama yang relatif tinggi,

sedangkan hampir setengah pengrajin di Magetan memiliki kemandirian proses

produksi yang rendah.

Pengetahuan

10152025303540

4550

Pers

en

Sikap

10152025303540

4550

Ketrampilan

1015202530

35404550

Pers

en

Page 30: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Keterangan: Gambar 19Tingkat Kemandirian ProduksiKriteria: (1) Sangat Rendah: skor 0-20; (2) Rendah: skor 21-40, (3) Sedang: skor 41-60,(4)Tinggi: skor 61-80, (5)Sangat Tinggi: skor 81-100.

Gambar 19. Tingkat Kemandirian Produksi

Berdasarkan Gambar 19 setengah pengrajin memiliki tingkat pengetahuan

produksi yang rendah, empat puluh persen pengrajin memiliki sikap mandiri

dalam melakukan proses produksi yang cenderung tinggi, dan lebih dari empat

puluh persen pengrajin memiliki ketrampilan proses produksi yang tinggi.

Setengah dari pengrajin memiliki tingkat pengetahuan produksi rendah, artinya

aspek pengetahuan rancangan produksi, tahapan proses produksi, dan

pemahaman cara kerja peralatan belum banyak dikuasi pengrajin. Sikap pengrajin

di bidang proses produksi, tanggapan terhadap perkembangan peralatan/mesin

yang lebih modern, dan sikap terhadap perkembangan bahan baku dan

perlengkapan produksi relatif bagus.

Pengrajin di Sidoarjo memiliki ketrampilan produksi cenderung tinggi.

Pengrajin mampu membuat dan mengembangkan desain produk sesuai dengan

perkembangan permintaan konsumen. Kecermatan dan kecepatan merancang pola

cenderung tinggi, pengrajin bisa membuat pengembangan desain dengan cepat

beserta polanya setelah melihat suatu produk di suatu Media, namun aspek

kehalusan dan kerapian dalam menghasilkan produksi masih rendah. Pengrajin di

Magetan belum memiliki ketrampilan produksi yang kondusif terhadap tuntutan

konsumen. Pengrajin juga belum berupaya melakukan modifikasi peralatan secara

efisien dan sesuai dengan tuntutan standar produk. Pengrajin cenderung puas

dengan produksi yang telah dihasilkan saat ini.

Kemandirian Kerjasama

Page 31: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Kemandirian kerjasama adalah relatif rendah (rata-rata skor 29,2). Faktor

kemandirian kerjasama di kedua lokasi berbeda nyata, lebih sepertiga pengrajin di

Sidoarjo mencapai kemandirian kerjasama yang relatif tinggi, sedangkan hampir

setengah pengrajin di Magetan memiliki kemandirian kerjasama rendah. Tingkat

kemandirian kerjasama tercantum pada Gambar 20.

Keterangan: Gambar 20Tingkat Kemandirian KerjasamaKriteria: (1) Sangat Rendah: skor 0-20; (2) Rendah: skor 21-40, (3) Sedang: skor 41-60,(4)Tinggi: skor 61-80, (5)Sangat Tinggi: skor 81-100.

Gambar 20. Tingkat Kemandirian Kerjasama

Berdasarkan Gambar 20, terlihat bahwa aspek yang paling menonjol pada

tingkat kemandirian kerjasama aadalah aspek sikap. Empat puluh lima persen

pengrajin memiliki sikap mandiri dalam kerjasama. Sikap pengrajin terhadap

tindakan subordinasi dan deprivasi dalam kerjasama, sikap mengutamakan

kerjasama kemitraan (partnership), dan sikap percaya diri dalam bekerjasama

adalah kondusif. Pengrajin tidak setuju terhadap bentuk tindakan deprivasi

terhadap dirinya atau orang lain. Namun aspek pengetahuan dan ketrampilan

dalam bekerjasama masih rendah.

Keberdayaan pengrajin ditentukan oleh kemandiriannya dalam melakukan

kerjasama dengan pihak lain yang terkait dengan kegiatan usahanya. Wawasan

yang dimiliki pengrajin di kedua lokasi tentang bentuk kerjasama, pengetahuan

perjanjian kerjasama, dan pengetahuan tentang cara melakukan kerjasama relatif

rendah. Mereka memperoleh pengetahuan tentang kerjasama sebatas dari sesama

pengrajin atau pemasok bahan baku kulit yang sebagian besar diperoleh dari

sekitar lingkungan mereka. Sikap pengrajin terhadap tindakan subordinasi dan

Magetan TotalSidoarjo

Pengetahuan

05

101520253035404550

1 2 3 4 5

Pers

en

Sikap

05

1015

202530

3540

4550

1 2 3 4 5

Per

sen

Ketrampilan

05

101520253035404550

1 2 3 4 5

Pers

en

Page 32: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

deprivasi dalam kerjasama, sikap mengutamakan kerjasama kemitraan

(partnership), dan sikap percaya diri dalam bekerjasama cenderung tinggi.

Pengrajin tidak setuju terhadap bentuk tindakan deprivasi.

Ketrampilan dalam bekerjasama relatif rendah, artinya masih rendah

kemampuannya dalam melakukan kerjasama dengan pemodal dan pemasok bahan

baku, pengrajin kurang cermat dalam melakukan kesepakatan kerjasama karena

berorientasi pada tercukupinya kebutuhan akan modal atau bahan baku saja.

Kerjasama dengan pembeli juga masih lemah, hanya berlandaskan pada azas

kepercayaan. Pada beberapa pengrajin sering mengalami pembayaran dengan cek

kosong karena tidak ada data pembeli yang jelas dan belum adanya perjanjian

kerjasama dengan pembeli. Rendahnya kemandirian kerjasama pengrajin di kedua

lokasi rentan terhadap bentuk-bentuk penindasan oleh pihak yang memiliki

penguasaan tinggi atas sumber daya yang dibutuhkan pengrajin, diantaranya:

pemodal, penyedia bahan baku atau pihak yang terlibat dalam pendistribusian

produk hasil kerajinan.

Kemandirian Pemasaran

Kemandirian pemasaran adalah relatif rendah (rata-rata skor 31,6). Faktor

kemandirian pemasaran di kedua lokasi berbeda nyata, kemandirian pemasaran

pengrajin di Sidoarjo lebih unggul dari pengrajin di Magetan. Tingkat

kemandirian pemasaran pengrajin ditampilkan pada Gambar 21.

Keterangan: Gambar 21Tingkat Kemandirian PemasaranKriteria: (1) Sangat Rendah: skor 0-20; (2) Rendah: skor 21-40, (3) Sedang: skor 41-60,(4)Tinggi: skor 61-80, (5)Sangat Tinggi: skor 81-100.

Gambar 21. Tingkat Kemandirian Pemasaran

Magetan TotalSidoarjo

Pengetahuan

05

101520253035404550

1 2 3 4 5

per

sen

Sikap

05

101520253035404550

1 2 3 4 5

Pers

en

Ketrampilan

05

101520253035404550

1 2 3 4 5

Pers

en

Page 33: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Berdasarkan Gambar 21, terlihat bahwa secara keseluruhan aspek

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan pengrajin dalam melakukan kegiatan

pemasaran secara mandiri masih rendah. Empat puluh persen pengrajin

memiliki pengetahuan pemasaran yang rendah, empat puluh delapan

persen pengrajin memiliki sikap memasarkan produknya secara mandiri

yang rendah, dan empat puluh persen pengrajin adalah rendah

ketrampilan pemasarannya.

Aspek kemandirian pemasaran yang lemah pada pengrajin di Magetan

terutama pada sikap, pengrajin belum tertarik melakukan promosi untuk

memperkenalkan produknya pada jangkauan pasar yang lebih luas. Pengrajin

masih rendah ketanggapannya terhadap perkembangan teknik-teknik menjual, dan

kurang mengutamakan kualitas pelayanan prima.

Pengrajin di Sidoarjo memiliki keunggulan pada pengetahuan di bidang

pemasaran. Artinya pengrajin telah memiliki pengetahuan tentang bauran

promosi, teknik menjual, dan mutu mutu pelayanan yang bermanfaat bagi

pelaksanaan kegiatan pemasaran produk kerajinan. Pengrajin di kedua lokasi

memiliki ketrampilan yang rendah di bidang pemasaran (kecermatan

mempromosikan produk, kecepatan menjual produk, dan keluwesan melayani

pelanggan). Pengrajin hanya mampu memasarkan produk yang dapat dibuat

(berorientasi produk), belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen dengan

optimal. Pelayanan yang dilakukan terhadap pembeli adalah masih sebatas

kemampuan pelayanan sehinggga cenderung mengabaikan kepuasan konsumen

dan kualitas pelayanan.

Keberdayaan Pengrajin

Pengrajin dikedua lokasi rata-rata masih memiliki kualitas perilaku

wirausaha dan tingkat kemandirian usaha yang relatif masih rendah. Hanya

sebagian kecil pengrajin yang mempunyai kualitas perilaku wirausaha dan tingkat

kemandirian usaha yang tinggi. Pengrajin yang berperilaku wirausaha dan mandiri

dalam berusaha merupakan pengrajin yang berdaya dalam usaha kerajinan dari

bahan kulit.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap pengrajin yang

termasuk dalam kategori pengrajin yang berdaya terdapat beberapa ciri yaitu: (1)

Page 34: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

mampu menghasilkan produk secara inovatif sesuai dengan perkembangan model

yang ada di pasar, (2) mampu memenuhi permintaan konsumen dengan pelayanan

yang memuaskan, (3) sanggup menerima dan memulai usaha baru yang diyakini

akan memajukan usahanya pada masa yang akan datang, (4) mampu

menghasilkan produk yang berkualitas dengan memiliki ciri khas usaha

kerajinannya terutama untuk kebutuhan ekspor, (5) mampu menyediakan modal

untuk usahanya secara mandiri dan tanpa tekanan dari pihak penyedia modal jika

modal berasal dari pihak lain, (6) mampu mengelola kegiatan penjualan produk

kerajinan secara luas dengan jumlah yang cenderung meningkat dan menghasilkan

marjin laba yang tinggi, (7) mampu menjalankan proses produksi dengan teknik

yang selalu diperbaharui dan didukung dengan peralatan yang cukup, (8) terbebas

dari tekanan atau penindasan oleh pihak lain dalam menjalankan usahanya. Ciri

pengrajin yang berdaya tersebut telah dimiliki oleh sebagian pengrajin di

Kabupaten Sidoarjo dan Magetan namun dalam jumlah yang relatif kecil (kurang

dari 20 persen).

Tingkat Kemajuan Usaha

Kemajuan usaha pengrajin dari bahan kulit di Provinsi Jawa Timur diukur

berdasarkan pertumbuhan usaha, efisiensi usaha dan efektivitas usahanya.

Gambaran tentang tingkat kemajuan usaha pengrajin tercantum pada Tabel 34.

terlihat bahwa kemajuan usaha pengrajin relatif rendah (rata-rata skor 37,8). Tidak

terdapat perbedaan yang nyata pada faktor kemajuan usaha pengrajin di kedua

lokasi, hampir setengah pengrajin di Sidoarjo dan Magetan memiliki kemajuan

usaha yang rendah.

Pertumbuhan Usaha

Pertumbuhan usaha pengrajin adalah rendah (skor rata-rata=27,0),

rendahnya pertumbuhan usaha pengrajin di kedua lokasi diketahui dari rendahnya:

pertumbuhan volume penjualan yang diperoleh pengrajin, pertumbuhan

permintaan konsumen. Akumulasi keuntungan yang diperoleh dari pertumbuhan

permintaan konsumen dan pertumbuhan volume penjualan belum mampu

meningkatkan pertumbuhan aktiva.

Page 35: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Pengrajin menghasilkan produk dengan variasi jenis produk kerajinan

yang masih rendah, terutama pada pengrajin di Magetan yang cenderung bertahan

dengan jenis produk yang ada. Perkembangan pangsa pasar produk kerajinan juga

masih rendah, pengrajin belum memiliki segmen pasar yang lebih variatif.

Sebagian besar pengrajin memenuhi kebutuhan konsumen individu, konsumen

industri masih belum banyak dijangkau pengrajin (misalnya: permintaan souvenir

untuk industri perhotelan atau kemasan beberapa produk industri).

Tabel 34. Sebaran Responden Menurut Tingkat Kemajuan Usaha

KabupatenSidoarjo Magetan TotalIndikator Tingkat

Kemajuan UsahaKriteria

N % N % N %Pertumbuhan Usaha* Sangat rendah 40 27,6 24 20,9 64 24,6Selang skor (0-100) Rendah 24 16,6 12 10,4 36 13,8Rataan=27,0 Sedang 23 15,9 29 25,2 52 20,0

Tinggi 34 23,4 18 15,7 52 20,0Sangat Tinggi 24 16,6 32 27,8 56 21,5Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Efisiensi Usaha* Sangat rendah 51 35,2 19 16,5 70 26,9Selang skor (0-100) Rendah 24 16,6 17 14,8 41 15,8Rataan=31,5 Sedang 15 10,3 40 34,8 55 21,2

Tinggi 31 21,4 22 19,1 53 20,4Sangat Tinggi 24 16,6 17 14,8 41 15,8Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Efektivitas Usaha* Sangat rendah 24 16,6 43 37,4 67 25,8Selang skor (0-100) Rendah 29 20,0 36 31,3 65 25,0Rataan=46,3 Sedang 30 20,7 11 9,57 41 15,8

Tinggi 19 13,1 16 13,9 35 13,5Sangat Tinggi 43 29,7 9 7,83 52 20,0Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Kemajuan Usaha Sangat rendah 37 25,5 22 19,1 59 22,7Selang skor (0-100) Rendah 27 18,6 25 21,7 52 20,0Rataan=37,8 Sedang 18 12,4 24 20,9 42 16,2

Tinggi 31 21,4 23 20,0 54 20,8Sangat Tinggi 32 22,1 21 18,3 53 20,4Total 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Keterangan: Tabel 34Sebaran Responden Menurut Tingkat Kemajuan UsahaKriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi: skor 61-80,Sangat Tinggi: skor 81-100.* Berdasarkan hasil uji beda rata-rata One Way Anova, nyata pada α= 0,05.

Efisiensi Usaha

Pengrajin di Sidoarjo lebih menonjol efisiensi usahanya dibanding

pengrajin Magetan, tiga puluh delapan persen pengrajin memiliki tingkat efisiensi

yang relatif tinggi, namun secara keseluruhan rata-rata efisiensi usaha pengrajin di

kedua lokasi adalah rendah (skor rata-rata=31,5).

Page 36: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Pengrajin di Magetan masih kurang efisien dalam memanfaatkan waktu

dalam berusaha. Masih ada waktu menganggur (idle time) di kalangan pengrajin

karena belum memiliki penjadwalan kerja, dan urutan proses produksi yang belum

terencana dengan baik. Pada pengrajin yang belum memiliki mesin seset atau pres

dia tergantung pada penggunaan fasilitas milik pengrajin lain. Pengrajin yang

memiliki tukang, masih belum mempertimbangkan aspek mutu sumber daya

manusia dalam mencari tenaga kerja.

Efisiensi biaya belum diperhatikan secara baik oleh pengrajin, hal-hal

yang dapat memberi nilai tambah dan pendapatan masih belum menjadi perhatian.

Limbah potongan kulit (perca) yang bisa dimanfaatkan belum dikaji secara baik

agar dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapatan. Perencanaan keuangan

juga belum dilakukan dengan baik oleh pengrajin, yang berakibat meningkatnya

biaya tak terduga.

Efektivitas Usaha

Efektivitas usaha pengrajin di Kabupaten Magetan relatif lebih rendah,

lebih dari tiga perempat pengrajin tingkat efektivitas usahanya rendah. Hal ini

berbeda nyata dengan pengrajin di Sidoarjo yang empat puluh persen

pengrajinnya mencapai efektivitas usaha yang relatif tinggi.

Pengrajin di Magetan belum membuat target produksi dan target penjualan

yang didasarkan perkiraan sederhana tentang jumlah barang yang akan dihasilkan

atau akan dijual. Pengrajin menetapkan jumlah barang yang dihasilkan

berdasarkan kebiasaan menghasilkan seperti hari-hari sebelumnya. Pengrajin

belum membuat perencanaan target pencapaian keuntungan, dan cenderung

bersikap pasif atas kerugian atau penurunan keuntungan.

Berdasarkan deskripsi tentang pertumbuhan usaha, efisiensi usaha, dan

efektivitas usaha di atas, maka diketahui bahwa tingkat kemajuan usaha pengrajin

di kedua lokasi relatif rendah. Kemajuan usaha adalah perkembangan usaha yang

ditunjukkan oleh adanya peningkatan asset, penjualan, keuntungan, dan

diversifikasi produk serta dicapainya efektivitas dan efisiensi usaha. Usaha

kerajinan yang maju adalah usaha yang berkembang secara efektif dan efisien

serta mengalami peningkatan dari segi keuangan (profit dan asset),

Page 37: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pengembangan produk dan perluasan jejaring (networking). Upaya peningkatan

kemajuan usaha dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan pertumbuhan

usaha, efisiensi, dan efektivitasnya.

Tingkat Keberlanjutan Usaha

Keberlanjutan usaha pengrajin di Jawa Timur diukur berdasarkan sikap

proaktif terhadap kontinyuitas produksi, kontinyuitas penjualan dan kontinyuitas

bahan baku pada masa yang akan datang. Sebaran keberlanjutan usaha

berdasarkan indikator penelitian yang terdiri dari kontinyuitas produksi, dan

kontinyuitas bahan baku ditampilkan pada Tabel 35.

Tabel 35. Sebaran Responden Menurut Tingkat Keberlanjutan Usaha

KabupatenIndikator KeberlanjutanUsaha Sidoarjo Magetan

Total

(Selang Skor danRataan)

Kriteria

N % N % N %

Sangat rendah 12 8,3 34 29,6 46 17,7Rendah 41 28,3 23 20,0 64 24,6Sedang 37 25,5 24 20,9 61 23,5Tinggi 27 18,6 17 14,8 44 16,9Sangat Tinggi 28 19,3 17 14,8 45 17,3

Kontinyuitas Produksi*Selang skor (0-100)Rataan=50,9

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 13 8,97 38 33 51 19,6Rendah 39 26,9 23 20 62 23,8Sedang 30 20,7 15 13 45 17,3Tinggi 36 24,8 18 15,7 54 20,8Sangat Tinggi 27 18,6 21 18,3 48 18,5

Kontinyuitas Penjualan*Selang skor (0-100)Rataan=59,5

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Sangat rendah 32 22,1 14 12,2 46 17,7Rendah 24 16,6 24 20,9 48 18,5Sedang 47 32,4 31 27 78 30,0Tinggi 17 11,7 37 32,2 54 20,8Sangat Tinggi 25 17,2 9 7,83 34 13,1

Kontinyuitas BahanBaku*Selang skor (0-100)Rataan=58,9

Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0Keberlanjutan Usaha * Sangat rendah 18 12,4 34 29,6 52 20,0Selang skor (0-100) Rendah 27 18,6 26 22,6 53 20,4Rataan=48,9 Sedang 34 23,4 17 14,8 51 19,6

Tinggi 36 24,8 14 12,2 50 19,2Sangat Tinggi 30 20,7 24 20,9 54 20,8Jumlah 145 100,0 115 100,0 260 100,0

Keterangan: Tabel 35Sebaran Responden Menurut Tingkat Keberlanjutan UsahaKriteria Sangat Rendah: skor 0-20; Rendah: skor 21-40, Sedang: skor 41-60, Tinggi: skor 61-80,Sangat Tinggi: skor 81-100.* Berdasarkan hasil uji beda rata-rata One Way Anova, nyata padaα= 0,05.

Page 38: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Kontinyuitas Produksi

Secara keseluruhan, kontinyuitas produksi pengrajin di kedua lokasi

adalah sedang (rata-rata skor 50,9). Empat puluh sembilan persen pengrajin di

Magetan memiliki tingkat keberlanjutan produksi yang relatif rendah dan tiga

puluh delapan persen pengrajin Sidoarjo memiliki tingkat keberlanjutan produksi

yang relatif tinggi.

Pengrajin di Sidoarjo telah memiliki sikap proaktif tentang kelancaran

proses, dan memiliki tanggapan yang baik terhadap tingkat kontinyuitas hasil

produksi pada masa yang akan datang sehingga kontinyuitas produksinya lebih

tinggi dari pengrajin di Magetan. Pengrajin memiliki ketergantungan yang tinggi

pada usaha kerajinan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini menjadi salah

satu pendorong bagi pengrajin untuk tetap proaktif menjaga kelancaran

produksinya. Pengrajin mampu memproduksi kerajinan secara terus menerus

sepanjang tahun.

Ketertarikan pengrajin Magetan terhadap upaya meningkatkan produksiyang kondusif bagi pemenuhan kebutuhan dan selera konsumen masih rendah.Pengrajin merasa aman dengan produksi yang sudah ada dan kurang proaktifdalam mengupayakan keberlanjutan produksinya.

Kontinyuitas Penjualan

Kontinyuitas penjualan di kedua lokasi berbeda nyata, empat puluh dua

persen pengrajin di Sidoarjo mencapai kontinyuitas penjualan yang relatif tinggi

sedangkan empat puluh tiga persen pengrajin di Magetan memiliki kontinyuitas

usaha yang relatif rendah.

Pengrajin di Magetan kurang proaktif dalam mengupayakan menarik

minat konsumen untuk membeli. Promosi yang dilakukan pengrajin di Magetan

masih belum menjangkau khalayak sasaran di luar Jawa Timur, tidak seperti yang

telah dilakukan pengrajin Sidoarjo yang secara proaktif melakukan promosi ke

luar Jawa Timur melalui agen atau pembeli yang datang ke Sidoarjo.

Tanggapan terhadap pelayanan bermutu kepada pelanggan masih belum

optimal dilaksanakan pengrajin Magetan, masih sering terjadi penundaan

pengiriman barang yang dipesan. Hal ini mengganggu keberlanjutan penjualan

Page 39: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pada masa yang akan datang karena konsumen tidak puas dengan pelayanan yang

diberikan pengrajin.

Kontinyuitas Bahan Baku

Kontinyuitas bahan baku pengrajin di Magetan lebih menonjol dari

pengrajin Sidoarjo. Tiga puluh sembilan persen pengrajin Magetan memiliki

kontinyuitas bahan baku relatif tinggi. Sikap antisipatif terhadap kelancaran bahan

baku pada pengrajin Magetan ditunjukkan melalui tingginya persediaan bahan

baku bermutu dan sikap antisipatif merencanakan kebutuhan bahan baku yang

tepat. Secara periodik pengrajin telah mengupayakan tersedianya bahan baku

secara kontinyu.

Pengrajin di Sidoarjo memiliki tanggapan perencanaan bahan baku yangrelatif rendah, pengrajin melakukan pembelian bahan baku secara mendadak padasaat produksi dijalankan. Ketersediaan bahan baku saat ini dirasakan pengrajinmasih mencukupi kebutuhan mereka, sehingga pengrajin tidak memilikipersediaan bahan baku untuk jangka waktu lebih dari satu minggu karenadianggap sebagai modal kerja yang menganggur. Kondisi ini akan berpengaruhpada keberlanjutan bahan baku pada masa depan. Jika pengrajin tidak tertarikpada perencanaan bahan baku untuk masa depan, maka kondisi ketidakpastianharga bahan baku akan berpengaruh terhadap kemampuan menyediakan bahanbaku secara berkelanjutan.

Berdasarkan deskripsi kontinyuitas produksi, penjualan, dan bahan baku diatas, sebagian besar pengrajin di kedua lokasi memiliki tingkat keberlanjutanusaha yaitu kontinyuitas produksi, kontinyuitas penjualan, dan kontinyuitas bahanbaku dalam kategori sedang. Terdapat kecenderungan yang baik pada diripengrajin di kedua lokasi, dalam menyikapi posisi usaha pada masa depan beradapada tingkat yang sedang. Usaha kerajinan barang dari kulit sudah dimulai padatahun 1960-an, sampai saat ini usaha ini masih berjalan terus menerus. Aktivitasproduksi yang dilakukan pengrajin dan penjualan produk kerajinan ini berjalansecara berkelanjutan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengrajin, permintaan barang daribahan kulit tidak pernah berhenti sehingga penjualan tetap berjalan dari waktu kewaktu. Keunikan yang ada pada produk sepatu dari bahan kulit yang dihasilkanpengrajin adalah kekuatan/daya tahan sepatu yang dapat diandalkan sehinggakonsumen loyal terhadap produk sepatu yang dihasilkan pengrajin di Magetan.Pada pengrajin di Sidoarjo, produksi tas dan koper yang dihasilkan pengrajinmemiliki keunggulan beberapa keunggulan. Tas dari bahan kulit yang halus,harga terjangkau, mengikuti trend mode, tersedia dalam variasi yang banyaksehingga permintaan konsumen yang beroerientasi pada mode dan harga tetap adadari waktu ke waktu.

Page 40: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Pada sisi produsen, semangat pengrajin untuk tetap berusaha di bidangkerajinan ini telah menggantungkan hidupnya pada usaha kerajinan ini sejak lama.Pengrajin merasakan usaha ini mampu menghidupi diri dan keluarganyameskipun dengan keterbatasan. Usaha yang telah dijalankan oleh keluarga secaraturun temurun juga menjadi alasan bagi pengrajin untuk tetap menekuni usahakerajinan ini. Keunikan dari sisi permintaan dan dari sisi pengrajin inilah yangmenghasilkan tingkat keberlanjutan usaha yang cenderung sedang.

Usaha yang berkelanjutan adalah usaha yang mampu berproduksi

secara terus menerus dan mampu menjual produknya ke pasar secara

kontinyu. Keberlanjutan usaha akan dapat dicapai jika para pengrajin

memiliki kiat-kiat untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang akan

dihadapi usahanya pada masa yang akan datang. Keberlanjutan usaha

diartikan sebagai sikap proaktif pengrajin dalam mengantisipasi kebutuhan

dan selera konsumen mendatang.

Perbedaan Perilaku Wirausaha, Kemandirian,Kemajuan dan Keberlanjutan Usaha

Deskripsi tentang tingkat kemandirian usaha, perilaku wirausaha, kemajuan

usaha dan keberlanjutan usaha pada kedua lokasi akan diuji lebih lanjut tingkat

perbedaannya. Sebagaimana dirumuskan pada hipotesis 5 ”Terdapat perbedaan

tingkat kemandirian usaha, perilaku wirausaha, kemajuan usaha, dan

keberlanjutan usaha pengrajin di kedua lokasi penelitian”. Hipotesis ini diuji

dengan menggunakan uji beda rata-rata one way anova. Ringkasan hasil uji beda

One Way Anova ditampilkan pada Tabel 36.

Tabel 36. Ringkasan Hasil Uji Beda Rata-Rata One Way Anova

Variabel Kabupaten N Rata-rata F-hit P

Sidoarjo 145 36.3 4.365 0.038Keinovatifan

Magetan 115 29.5

Sidoarjo 145 39.2 12.714 0.000Inisiatif

Magetan 115 28.4

Sidoarjo 145 18.3 40.310 0.000PengelolaanResiko Magetan 115 35.1

PerilakuWirausaha

Daya Saing Sidoarjo 145 29.1 4.620 0.033

Page 41: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Magetan 115 35.0

Sidoarjo 145 32.1 4.456 0.036Kemandirianpermodalan Magetan 115 26.0

Sidoarjo 145 51.6 5.721 0.017Kemandirianproduksi

Magetan 115 43.8

Sidoarjo 145 32.4 5.439 0.020Kemandiriankerjasama Magetan 115 25.2

Sidoarjo 145 39.1 35.879 0.000

Tingkatkemandirianusaha

Kemandirianpemasaran

Magetan 115 22.2

Sidoarjo 145 30.3 4.620 0.033Pertumbuhanusaha

Magetan 115 24.3

Sidoarjo 145 35.2 4.207 0.041Efisiensi usaha

Magetan 115 28.6

Sidoarjo 145 54.4 30.912 0.000

KemajuanUsaha

Efektivitasusaha

Magetan 115 36.1

Sidoarjo 145 55.2 6.682 0.010Kontinyuitasproduksi Magetan 115 45.6

Sidoarjo 145 54.1 4.140 0.043Kontinyuitaspenjualan Magetan 115 43.9

Sidoarjo 145 45.7 7.073 0.008

KeberlanjutanUsaha

Kontinyuitasbahan baku

Magetan 115 51.5

* Nyata pada α= 0,05. Tabel 36Ringkasan Hasil Uji Beda Rata-Rata One Way Anova

Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 36, terbukti bahwa perilaku wirausaha

(keinovatifan, inisiatif, pengelolaan resiko, dan daya saing) pengrajin Sidoarjo

berebda nyata dengan pengrajin Magetan. Rata-rata keinovatifan dan daya saing

pengrajin Sidosrjo lebih tinggi dari Magetan, sedangkan rata-rata pengelolaan

resiko dan daya saing pengrajin Magetan lebih tinggi dari Sidoarjo.

Tingkat kemandirian usaha (permodalan, produksi, kerjasama, dan

pemasaran) pengrajin Sidoarjo dan Magetan berbeda nyata. Rata-rata kemandirian

permodalan, produksi, kerjasama, dan pemasaran pengrajin Sidoarjo lebih tinggi

dari Magetan.

Page 42: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Tingkat kemajuan usaha (pertumbuhan usaha, efisiensi usaha, dan

efektivitas usaha) pengrajin Sidoarjo dan Magetan berbeda nyata. Rata-rata

pertumbuhan usaha, efisiensi usaha, dan efektivitas usaha pengrajin Sidoarjo lebih

tinggi dari Magetan.

Terdapat perbedaan yang nyata pada keberlanjutan usaha (kontinyuitas

produksi, penjualan, dan bahan baku) di kedua lokasi; rata-rata kontinyuitas

produksi dan penjualan pengrajin di Sidoarjo lebih tinggi dibanding Magetan.

Pengrajin di Sidoarjo sudah terlihat proaktif dalam mengantisipasi kebutuhan dan

selera konsumen pada masa yang akan datang. Meskipun belum mengalokasikan

dana untuk kegiatan promosi, namun keramahtamahan dalam melayani konsumen

merupakan refleksi dari tindakan proaktif untuk melayani konsumen cenderung

baik. Promosi dan perencanaan produksi belum dilaksanakan dengan intensif

sehingga trend penjualan masih stagnant meskipun pengrajin mampu

menghasilkan produksi barang secara terus menerus. Keberlanjutan usaha yang

menonjol pada pengrajin Magetan adalah kontinyuitas bahan baku, aspek

kontyuitas bahan baku pengrajin magetan lebih tinggi dari pengrajin Sidoarjo

karena kedekatan lokasi dengan sumber bahan baku.

Faktor-Faktor yang Berpengaruhterhadap Perilaku Wirausaha

Hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ”Perilaku wirausaha

dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik individu pengrajin, pendukung usaha

dan lingkungannya.” Hipotesis ini untuk menjawab pertanyaan penelitian yang

pertama. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan melalui uji lintas. Hasil uji

faktor yang berpengaruh terhadap perilaku wirausaha tercantum pada Tabel 37.

Tabel 37. Ringkasan Hasil Uji Faktor-Faktor yang Berpengaruhterhadap Perilaku Wirausaha

Page 43: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

PeubahTerikat

PeubahBebas

KoefisienJalur

(Standardized)

StandarError

Nilai thitung

HasilUji

α=0,05.

R2

PerilakuWirausaha

KarakteristikIndividu

0,50 0,17 3,02 * 0,88

PendukungUsaha

0,05 0,11 0,43 NS

DukunganLingkungan

0,39 0,08 4,84 *

*Nyata pada α= 0,05, t-tabel = 1,965 . Tabel 37Ringkasan Hasil UjiFaktor -Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Wirausaha

Perilaku wirausaha dipengaruhi secara nyata oleh faktor karakteristik

individu dan dukungan lingkungan, berarti rendahnya perilaku wirausaha

pengrajin disebabkan oleh rendahnya karakteristik individu dan dukungan

lingkungan. Faktor pribadi pengrajin merupakan faktor yang paling besar

pengaruhnya terhadap perilaku wirausaha. Faktor pendukung usaha tidak

berpengaruh secara nyata positif terhadap perilaku wirausaha. Rendahnya faktor

pendukung usaha bukan menjadi penyebab rendahnya perilaku wirausaha.

Peningkatan perilaku wirausaha pengrajin perlu dilakukan karena

pengrajin yang memiliki perilaku wirausaha yang berkualitas adalah ciri-ciri

pengrajin yang berdaya, dan keberdayaan pengrajin sangat diperlukan untuk

meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan hidupnya. Menurut Perry, Batstone

dan Pulsarum (2003), pendekatan kewirausahaan akan membimbing dan

mengarahkan usaha kecil meraih hasil yang lebih baik. Faktor-faktor yang

berpengaruh langsung pada perilaku wirausaha digambarkan dalam Gambar 22.

R 2 = 0,88

KarakteristikIndividu

0,05

ζ=0,22

PendukungUsaha

PerilakuWirausaha

0,50

Page 44: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Gambar 22Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha

Gambar 22. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha

Pengaruh Karakteristik Individuterhadap Perilaku Wirausaha

Faktor karakteristik individu memiliki pengaruh yang terbesar terhadap

perilaku wirausaha. Aspek-aspek yang menjadi indikator karakteristik individu

yang diajukan dalam penelitian ini adalah : umur, pendidikan, tanggungan

keluarga, pengalaman berusaha, motivasi berusaha, pemenuhan kebutuhan,

intensitas komunikasi, dan aspek gender. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan

dengan analisis SEM, agar semua indikator yang dianalisis benar-benar terbebas

dari kekeliruan maka dalam penelitian ini digunakan analisis faktor konfirmatori

yang bertujuan untuk mengevaluasi pola-pola hubungan korelatif indikator dan

konstruknya.

Berdasarkan hasil analisis faktor terhadap karakteristik individu pengrajin

terdapat beberapa indikator yang tidak fit dengan data yaitu indikator umur,

tanggungan keluarga, dan pengalaman berusaha yang ditunjukkan oleh nilai GFI

yang kurang dari 0,90 sebagaimana tercantum pada Lampiran 3. Indikator yang

tidak fit tersebut dikeluarkan dari model dengan didasarkan pada pertimbangan

aspek teoritis, sehingga diperoleh lima aspek yang mengukur tingkat karakteristik

individu pengrajin yaitu: pendidikan, pendidikan, motivasi, pemenuhan

kebutuhan, intensitas komunikasi, dan aspek gender.

Hasil analisis SEM menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara

karakteristik individu dengan perilaku wirausaha. Beberapa aspek penting pada

pribadi pengrajin adalah pendidikan, motivasi, pemenuhan kebutuhan, intensitas

komunikasi, dan aspek gender. Penjelasan lebih lanjut tentang pengaruh masing-

Lingkungan0,39

Page 45: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

masing aspek dalam karakteristik individu terhadap perilaku wirausaha adalah

melalui analisis jalur yang digambarkan pada Gambar 23.

Gambar 23Pengaruh Indikator Karakteristik Individu terhadap Perilaku Wirausaha

Gambar 23. Pengaruh Indikator Karakteristik Individuterhadap Perilaku Wirausaha

Aspek intensitas komunikasi yang dilakukan pengrajin memiliki pengaruh

terbesar pada perilaku wirausaha dengan koefisien lintas sebesar 0,76.

Kemampuan pengrajin dalam mengakses jaringan komunikasi interpersonal masih

rendah. Kontak dengan pemodal alternatif masih kurang, biasanya pengrajin

cenderung melakukan kontak dengan pemodal (yang mereka sebut sebagai

juragan) yang ada di desanya ketika mereka berada pada kondisi membutuhkan

modal. Pada aspek kontak dengan sesama pengrajin, mereka melakukannya secara

intensif karena tinggal dalam lingkungan yang sama. Pertukaran informasi yang

bersifat inovatif terjadi pada saat mereka melakukan kontak dengan sesama

pengrajin ini.

Komunikasi dengan konsumen terjadi pada saat konsumen datang ke lokasi

usaha kerajinan mereka dan tempat berjualan, informasi yang dipertukarkan

terkait dengan harga, model produk, atau kualitas produk. Informasi dari

konsumen ini ditanggapi secara beragam oleh pengrajin. Pada pengrajin yang

tanggap akan menangkap informasi ini sebagai bahan untuk mengembangkan

daya inovasi usahanya, tetapi pada pengrajin yang kurang tanggap akan

Perilaku Wirausaha

Kebutuhan

Motivasi

Pendidikan

0,46

0,41

0,58

0,76

Aspek Gender

0,26

Komunikasi

Page 46: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

membiarkan informasi itu berlalu tanpa dijadikan pertimbangan dalam kegiatan

usahanya.

Pada pengrajin di Sidoarjo, kontak dengan pemasok bahan baku sangat

kurang dengan alasan jarak antara pemasok dengan pengrajin, sehingga mereka

mengalami kendala dalam penyediaan bahan bakunya. Sebaliknya, pengrajin di

Magetan tidak mengalami kendala dalam hal aksesibilitas dengan pemasok bahan

baku, karena penyamak kulit berada pada lingkungan mereka, bahkan dalam satu

keluarga ada yang berprofesi sebagai penyamak kulit sehingga dapat memenuhi

kebutuhan bahan bakunya.

Akses pada media cetak berupa surat kabar dan majalah tidak dilakukan

secara rutin dengan berlangganan atau membeli media cetak secara kontinyu.

Keterbatasan dalam akses media cetak ini sangat tampak pada pengrajin di

Magetan, sehingga inovasi tentang trend produk yang banyak diinformasikan oleh

majalah, tabloid atau surat kabar yang menyajikan perkembangan mode tidak

dapat diakses dengan optimal oleh pengrajin.

Tingkat kosmopolitansi pengrajin relatif tinggi terjadi pada pengrajin di

Sidoarjo, pengrajin sering mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan di Surabaya

untuk mencari informasi tentang model atau perkembangan teknik menjual

produk barang dari kulit. Sehingga banyak ditemui jenis produk terbaru yang

dijual pada butik terkenal dari luar negeri yang mampu diproduksi pengrajin di

Sidoarjo ini.

Pengrajin di Magetan relatif rendah dalam mencari informasi tentang

usaha kerajinan keluar dari sistem sosialnya (sifat kekosmopolitan). Rata-rata

intensitas pengrajin mencari informasi keluar sistem sosialnya rendah (43%),

maka dapat dikatakan pengrajin di Magetan masih bersifat lokalit. Sifat ini

berpengaruh terhadap rendahnya perilaku wirausaha. Hasil penelitian ini

dikuatkan oleh Mardikanto (1996) yang menyatakan bahwa bagi masyarakat yang

bersifat “localite” (tertutup, terkungkung di dalam sistem sosialnya sendiri, proses

adopsi inovasi akan berlangsung sangat lamban karena tidak adanya keinginan-

keinginan baru untuk hidup lebih baik seperti yang telah dinikmati oleh orang-

orang lain di luar sistem sosialnya sendiri

Page 47: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Pengrajin yang melakukan kontak dengan sumber informasi inovatif

(pemasok bahan baku, sesama pengrajin, konsumen, dan penyedia modal) untuk

membicarakan hal-hal yang terkait dengan kegiatan usaha secara intensif dan

memiliki frekuensi terpaan media massa yang tinggi, mampu meningkatkan

perilaku wirausaha terutama dari aspek keinovatifan dan inisiatif. Menurut Rogers

dan Shoemaker (1976) tingginya komunikasi akan berpengaruh terhadap

tingginya kemampuan petani melakukan adopsi inovasi.

Pemenuhan kebutuhan merupakan aspek kedua yang memiliki pengaruh

besar terhadap perilaku wirausaha dengan koefisien bobot faktor sebesar 0,58.

Rendahnya pemenuhan kebutuhan menyebabkan rendahnya perilaku wirausaha

pengrajin yang muncul dalam bentuk perasaan minder atau tidak percaya diri

dalam mengambil keputusan.

Aspek karakteristik individu berikutnya yang memiliki pengaruh terhadap

perilaku wirausaha adalah motivasi berusaha. Rendahnya motivasi berusaha

menimbulkan rendahnya ketertarikan pengrajin untuk: menerapkan inovasi,

memanfaatkan peluang usaha, mengelola usaha yang dianggap beresiko, dan

menerapkan strategi bersaing. Pengrajin lebih tertarik untuk berusaha nyaman

dengan cara-cara berusaha yang diterapkan saat ini. Rendahnya motivasi dan

pemenuhan kebutuhan menyebabkan rendahnya perilaku wirausaha. Hal ini ini

relevan dengan pernyataan Bird (1996) yang memasukkan faktor motivasi sebagai

elemen pembentuk perilaku wirausaha yang penting bagi peningkatan kemajuan

usaha.

Aspek gender memiliki pengaruh yang nyata terhadap perilaku wirausaha.

Terdapat kesenjangan dalam hal penggajian dan kewajiban dikalangan pengrajin

pria dan wanita pada usaha kerajinan ini. Sehingga menyebabkan rendahnya

keinovatifan, inisiatif, pengelolaan resiko, dan daya saing pengrajin. Bias gender

pada usaha kerajinan barang dari kulit seyogyanya tidak terjadi karena pengrajin

wanita memiliki potensi untuk bekerja secara ulet dalam usaha kerajinan ini serta

pengrajin wanita memiliki ketangguhan dalam mengelola resiko.

Pendidikan juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perilaku

wirausaha, dengan koefisen lintas sebesar 0,46. Rendahnya pendidikan formal dan

pendidikan non formal pengrajin menyebabkan rendahnya perilaku wirausaha.

Page 48: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Sebagian besar pengrajin memiliki pendidikan non formal yang rendah, pengrajin

kurang mendapat pelatihan yang terkait dengan faktor kewirausahaan berpengaruh

terhadap rendahnya kemampuan pengrajin pada aspek keinovatifan, inisiatif,

pengelolaan resiko, dan daya saing). Pengetahuan dan ketrampilan mengelola

resiko usaha masih rendah, pendidikan nonformal tentang manajemen resiko

masih rendah. Pemerintah daerah atau organisasi non pemerintah belum pernah

memberikan bimbingan atau pelatihan dengan materi manajemen resiko.

Pengrajin juga masih rendah keunggulan bersaingnya (penerapan standar mutu

produk dan strategi bersaing), sehingga rendah kemampuannya untuk menembus

pasar ekspor. Rendahnya keunggulan bersaing ini karena pengrajin masih rendah

tingkat pendidikan tentang keunggulan bersaing

Faktor pendidikan memiliki pengaruh langsung yang relatif lebih rendah

jika dibandingkan dengan intensitas komunikasi dan tingkat pemenuhan

kebutuhan, padahal pendidikan merupakan faktor penting untuk meningkatkan

perilaku wirausaha, sebagaimana dikemukakan oleh Stewart Jr. et al. (1998).

Haber dan Reichel (2006) juga menyatakan bahwa pendidikan menjadi penentu

keberhasilan kewirausahaan. Oleh karena itu dilakukan penelusuran terhadap

pengaruh tidak langsung faktor pendidikan melalui intensitas komunikasi dan

pemenuhan kebutuhan terhadap perilaku wirausaha sebagaimana digambarkan

pada diagram lintas pada Gambar 24.

PerilakuWirausaha

Kebutuhan

Motivasi

Pendidikan

0,4676

0,41

0,58

0,76

AspekGender

0,43

0,230,36

0,36

0,42

0,38

Komunikasi

Page 49: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Gambar 24Pengaruh langsung dan Tidak Langsung Karakteristik Individu terhadap Perilaku Wirausaha

Gambar 24. Pengaruh langsung dan Tidak Langsung KarakteristikIndividu terhadap Perilaku Wirausaha

Secara grafis, dapat diketahui pengaruh langsung pendidikan, motivasi,

pemenuhan kebutuhan, intensitas komunikasi, dan aspek gender terhadap perilaku

wirausaha. Selain itu juga dapat diketahui pengaruh tidak langsung pendidikan,

motivasi, dan aspek gender terhadap perilaku wirausaha melalui komunikasi dan

pemenuhan kebutuhannya terhadap perilaku wirausaha, yang kemudian diringkas

dalam Tabel 38.

Tabel 38. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung IndikatorKarakteristik Individu dengan Perilaku Wirausaha

PengaruhTak langsung melalui

Indikator KarakteristikIndividu Langsung

PemenuhanKebutuhan

IntensitasKomunikasi

Total taklangsung

Total

Pendidikan 0,46 0,25 0,28 0,53 0,99Motivasi 0,41 0,22 0,17 0,39 0,80Pemenuhan Kebutuhan 0,58 - - - 0,58Intensitas Komunikasi 0,76 - - - 0,76Aspek gender 0,26 0,24 0,27 0,51 0,77*Nyata pada α= 0,05. Tabel 38Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Indikator Karakteristik Individu dengan Perilaku Wirausaha

Berdasarkan Tabel 38 diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan,

maka semakin tinggi perilaku wirausaha. Melalui pemenuhan kebutuhan dan

intensitas komunikasi ternyata pendidikan memiliki total pengaruh yang paling

besar terhadap perilaku wirausaha. Hal ini berarti pendidikan mampu

meningkatkan perilaku wirausaha dengan didukung oleh pemenuhan kebutuhan

dan intensitas komunikasi yang tinggi.

Tingkat pendidikan formal pengrajin rata-rata pada tingkat SMTP (masa

pendidikan 9 tahun) dan tingkat pendidikan formal yang dalam kategori rendah

(rata-rata 2,8 jam). Rendahnya tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap

rendahnya kemampuan komunikasi pengrajin terutama ketika pengrajin

berhadapan dengan aktor penyedia sumber daya usaha yang memiliki kemampuan

lebih tinggi, baik pemodal, pemasok bahan baku maupun konsumen. Tingkat

Page 50: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pendidikan menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya perilaku wirausaha di

kalangan pengrajin di kedua lokasi. Sebagai salah satu contoh, berdasarkan hasil

wawancara, rendahnya aspek kognitif pada aspek pengelolaan resiko dan daya

saing usaha disebabkan pengrajin belum pernah mendapat pendidikan non formal

tentang kedua aspek tersebut.

Tingkat pendidikan pengrajin yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat

pemenuhan dasar dan tingkat pemenuhan kebutuhan pendidikan anak. Tingkat

pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan di kalangan pengrajin rendah yang

disebabkan pengetahuan tentang kesehatan yang rendah, sehingga berdasarkan

hasil wawancara diketahui bahwa pengrajin tidak memeriksakan diri ke dokter

atau Puskesmas jika menderita sakit, kecuali jika sudah dalam kondisi yang parah.

Begitupula pada pemenuhan kebutuhan pendidikan anak yang masih rendah

karena rendahnya pengetahuan tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan

anak. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan rendahnya tingkat pemenuhan

kebutuhan, selanjutnya rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan menjadi salah

satu penyebab rendahnya perilaku wirausaha.

Melalui pemenuhan kebutuhan dan intensitas komunikasi, motivasi

memiliki pengaruh terbesar kedua setelah aspek pendidikan terhadap perilaku

wirausaha. Motivasi yang dimiliki pengrajin mampu mendorong tingkat

pemenuhan kebutuhan pengrajin. Motivasi berhubungan dengan kebutuhan, minat

dan keinginan. Motif yang besar pada diri pengrajin muncul ketika mereka

dihadapkan pada kebutuhan yang disadarinya. Salah satu faktor pendorong yang

penting bagi pengrajin dalam berusaha adalah tuntutan memenuhi kebutuhan

keluarga. Rendahnya motivasi berusaha di kalangan pengrajin menyebabkan

rendahnya pemenuhan kebutuhan, dan rendahnya pemenuhan kebutuhan menjadi

salah satu penyebab rendahnya perilaku wirausaha.

Motivasi berusaha juga memiliki pengaruh yang nyata terhadap perilaku

wirausaha melalui intensitas komunikasi. Kesadaran tentang pentingnya

berkomunikasi dengan aktor penyedia sumber daya usaha masih belum dimiliki

pengrajin, hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa

mereka berkomunikasi dengan penyedia sumberdaya usaha seperlunya atau jika

dibutuhkan, motivasi untuk berkomunikasi secara intensif masih rendah karena

Page 51: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pengrajin belum sadar terhadap kebutuhan berkomunikasi. Rendahnya motivasi

ini menjadi penyebab rendahnya intensitas komunikasi, selanjutnya rendahnya

komunikasi menyebabkan rendahnya perilaku wirausaha.

Secara tidak langsung, aspek gender memberikan pengaruh yang lebih

besar terhadap perilaku wirausaha melalui intensitas komunikasi. Kesenjangan

dalam melihat posisi gender membelenggu seseorang untuk dapat berkomunikasi

dengan bebas dengan orang yang berlawanan jenis, hal ini dipengaruhi oleh nilai-

nilai dan budaya yang ada pada kelompok masyarakat tersebut. Hal ini terjadi juga

pada kelompok masyarakat pengrajin di Magetan dan Sidoarjo. Kesenjangan

dalam pembagian tugas antara pria dan wanita, pengelolaan sebagian besar usaha

dilakukan kaum pria dan kaum wanita mengelola sebagian kecil tugas dalam

usaha kerajinan ini. Rendahnya kesetaraan gender menyebabkan rendahnya

intensitas komunikasi di kalangan pengrajin, yang kemudian menyebabkan

rendahnya perilaku wirausaha.

Aspek gender juga memiliki pengaruh tidak langsung terhadap perilaku

wirausaha melalui pemenuhan kebutuhan. Kesenjangan dalam hal penggajian

antara kaum pria dan wanita pada usaha kerajinan ini secara logika menyebabkan

rendahnya penerimaan pendapatan di kalangan pengrajin wanita yang bekerja di

sektor ini, sehingga rendahnya kesetaraan gender menyebabkan rendahnya

pemenuhan kebutuhan, dan rendahnya pemenuhan kebutuhan menjadi salah satu

penyebab rendahnya perilaku wirausaha.

Pengaruh Dukungan Lingkunganterhadap Perilaku Wirausaha

Dukungan lingkungan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perilaku

wirausaha, artinya rendahnya aspek dukungan lingkungan (pemimpin informal,

keluarga, bimbingan pemerintah daerah, dan bimbingan organisasi non

pemerintah) menyebabkan rendahnya perilaku wirausaha pengrajin. Peran

masing-masing aktor dalam lingkungan dalam meningkatkan perilaku wirausaha

pengrajin dianalisis lebih lanjut dengan analisis jalur sebagaimana tercantum pada

Gambar 25.

Perilaku Wirausaha

Bimbingan Pemerintah

Pemimpin Informal

Keluarga

0,49

0,42

0,62

Page 52: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Gambar 25Pengaruh Indikator Dukungan Lingkungan terhadap Perilaku WirausahaGambar 25. Pengaruh Indikator Dukungan Lingkungan

terhadap Perilaku Wirausaha

Bimbingan pemerintah daerah memiliki pengaruh yang paling besar

terhadap perilaku wirausaha dengan koefisen lintas sebesar 0,62. Rendahnya

bimbingan dari pemerintah daerah dan bimbingan organisasi non pemerintah

selama ini menjadi salah satu penyebab rendahnya perilaku wirausaha. Bimbingan

pemerintah relatif rendah (rata-rata skor 31,2), bahkan jika dirinci lagi terdapat

lebih dari seperempat pengrajin mendapat bimbingan yang sangat rendah dari

pemerintah daerah. Bimbingan yang diberikan pemerintah daerah dalam bentuk

pelatihan, yaitu pelatihan tentang produksi dan manajemen usaha kecil masih

belum berkesinambungan. Oleh karena itu peningkatan bimbingan pemerintah

daerah dapat meningkatkan perilaku wirausaha pengrajin.

Bimbingan organisasi non pemerintah terhadap pengrajin memiliki pengaruh

besar, namun organisasi non pemerintahan yang memberikan pembinaan terhadap

pengrajin kulit di Jawa Timur masih sedikit (1,9 persen) dari total pembinaan bagi

pengrajin kulit di Jawa Timur (BPS, 2003). Kegiatan pembinaan yang pernah

dilakukan di kedua lokasi belum menyentuh aspek perilaku wirausaha. Rendahnya

perilaku wirausaha pengrajin (terutama pada aspek pengelolaan resiko dan daya

saing) disebabkan oleh rendahnya bimbingan organisasi non pemerintah.

Dukungan faktor lingkungan yang penting berikutnya adalah dukungan yang

berasal dari keluarga dengan koefisien lintas sebesar 0,49. Dukungan keluarga

secara nyata berpengaruh terhadap keinovatifan, inisiatif, pengelolaan resiko, dan

daya saing. Keberadaan keluarga sangat penting dalam memberikan pembelajaran

tentang wirausaha bagi pengrajin sebab sebagian besar pengrajin memiliki orang

Page 53: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

tua dan keluarga yang telah menekuni usaha ini sebelumnya. Pembelajaran yang

diterima dari keluarga penting untuk membentuk keinovatifan, orang tua dan

anggota keluarga yang lebih tua telah terbiasa membuat pola. Pembuatan pola

mengacu pada majalah mode yang berisi iklan produk tas merek terkenal yang

kemudian diajarkan kepada anak atau keluarganya.

Pada komunitas pengrajin di Jawa Timur terdapat pemimpin informal yang

disegani yaitu tokoh agama, pengrajin yang maju, juragan, dan guru pada lembaga

pendidikan formal. Pertemuan dengan pemimpin informal terjadi pada saat

kegiatan keagamaan, kebiasaan saling berkunjung pemimpin informal juga sering

dilakukan masyarakat pengrajin. Dukungan pemimpin informal merupakan salah

satu aspek yang mempengaruhi perilaku wirausaha dengan koefisien lintas 0,42

Indikator pembentuk konstruk lingkungan kondusif memberikan pengaruh

terhadap perilaku wirausaha dan menjadi faktor penting dalam membangun

perilaku wirausaha pengrajin di Jawa Timur. Pada persamaan Lewin (Hersey,

Blanchard dan Johnson, 1996) dinyatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari

interaksi antara sifat individu dengan lingkungannya, persamaan ini diartikan

bahwa perilaku adalah fungsi yang ada dalam diri individu dan di luar individu

yaitu situasi.

Hal ini sejalan dengan konteks kewirausahaan yang dikembangkan oleh Bird

(2000) bahwasanya faktor lingkungan yang memiliki kekuatan yang lebih besar

adalah faktor: sosial, ekonomi, dan politik yang mendukung atau menghambat

wirausaha. Konteksnya meliputi hak cipta, modal, keyakinan dan nilai-nilai dalam

hal usaha, teknologi, sumber daya lokal, inkubator, jejaring, teman sesama

pengusaha, partner dan dukungan keluarga.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh TerhadapTingkat Kemandirian Usaha

Pengujian terhadap hipotesis kedua penelitian ini tercantum pada Tabel 39.

Hasil uji hipotesis menunjukkan diterimanya hipotesis yang menyatakan bahwa:

”Tingkat kemandirian usaha dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik individu,

pendukung usaha, lingkungan dan perilaku wirausaha.”

Page 54: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Faktor karakteristik individu, perilaku wirausaha, dukungan lingkungan, dan

kualitas pendukung usaha berpengaruh secara positif dan nyata terhadap tingkat

kemandirian usaha dengan koefisien lintas masing-masing sebesar 0,58, 0,56,

0,26, dan 0,20. Rendahnya tingkat kemandirian usaha pada pengrajin barang dari

kulit disebabkan oleh masih rendahnya karakteristik individu, perilaku wirausaha,

dukungan lingkungan, dan kualitas pendukung usaha.

Tabel 39. Ringkasan Hasil Uji Faktor-Faktor yang BerpengaruhTerhadap Tingkat kemandirian usaha

Peubah Bebas PeubahTerikat

Koefisien Jalur(Standardized)

StandarError

Nilai thitung

Hasil Ujiα=0,05.

R2

KarakteristikIndividu

0,58 0,12 4,67 * 0,87

PendukungUsaha

0,26 0,09 3,06 *

DukunganLingkungan

0,20 0,07 2,86 *

Tingkatkemandirianusaha

PerilakuWirausaha

0,56 0,12 4,66 *

*Nyata pada α= 0,05, t-tabel = 1,965. Tabel 39Ringkasan Hasil Uji Faktor- Faktor yang Berpengaruh Tingkat kemandirian usaha

Hubungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemandirian

usaha digambarkan dalam Gambar 26.

Berdasarkan Gambar 26 terlihat bahwa tingkat kemandirian usaha

dipengaruhi secara langsung oleh faktor-faktor: karakteristik individu, pendukung

usaha, dukungan lingkungan, dan perilaku wirausaha.

Page 55: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Gambar 26 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Langsung Tingkat Kemandirian UsahaGambar 26. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Langsung

terhadap Tingkat Kemandirian Usaha

Pengaruh Faktor Perilaku Wirausaha terhadapTingkat Kemandirian Usaha

Perilaku wirausaha yang dibentuk dari faktor keinovatifan, inisiatif,

pengelolaan resiko, dan daya saing berpengaruh secara nyata terhadap

kemandirian usaha. Pada konteks pertanian, kemandirian petani akan mantap

apabila potensi petani diwarnai dengan aspek perilaku petani yang berciri

modern, efisien, dalam bisnis pertanian yang berdaya saing yang menghasilkan

kesaling tergantungan yang berkesinambungan (Sumardjo, 1999). Sedangkan

pada konteks industri kecil, kemandirian usaha di bidang kerajinan dimaknai

sebagai kemampuan pengrajin dalam kegiatan produksi, pemasaran dan

permodalan yang tidak tersubordinasi dengan pihak lain serta kemampuan

kerjasama dengan individu, kelompok atau organisasi untuk mencapai kemajuan

terbesar bersama. Kemandirian usaha yang tinggi dapat dicapai ketika pengrajin

mengelola usaha mengelola usaha dengan perilaku wirausaha yang berkualitas.

Untuk menjelaskan lebih lanjut pengaruh masing-masing aspek dalam

perilaku wirausaha terhadap tingkat kemandirian usaha adalah melalui analisis

jalur yang digambarkan pada Gambar 27.

R 2 = 0,87

KarakteristikIndividu

0,26

ζ=0,13

PendukungUsaha

DukunganLingkungan

KemandirianUsaha

0,58

0,20

PerilakuWirausaha

0,56

Page 56: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Gambar 27 Pengaruh Indikator Perilaku Wirausaha terhadap Tingkat Kemandirian Usaha

Gambar 27. Pengaruh Indikator Perilaku Wirausahaterhadap Tingkat Kemandirian Usaha

Keinovatifan pengrajin paling besar pengaruhnya terhadap tingkat

kemandirian usaha dengan koefisen lintas sebesar 0,67. Rendahnya aspek

keinovatifan pada pengrajin menyebabkan rendahnya tingkat kemandirian

permodalan, kemandirian produksi, kemandirian pemasaran, dan kemandirian

kerjasama. Keinovatifan pengrajin dalam usaha kerajinan kerajinan masih rendah

(rata-rata skor 32,5), pengrajin cenderung menerapkan cara-cara berproduksi

yang sudah mereka terapkan selama bertahun-tahun. Hal ini menyebabkan

rendahnya kemandirian produksi (rata-rata skor 47,3).

Rendahnya keinovatifan pengrajin juga menyebabkan rendahnya

kemampuan pengrajin menghasilkan produk yang memiliki unifikasi sesuai

dengan standar yang diinginkan konsumen. Keunikan ini merupakan salah satu

ciri kemandirian produksi bagi pengrajin barang dari kulit. Perkembangan

permintaan konsumen terhadap produk dari bahan kulit mengikuti perkembangan

cara-cara berpakaian masyarakat saat ini. Konsumen akan memilih produk yang

sesuai dengan mode, sehingga pengrajin yang tidak mampu menghasilkan produk

yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan konsumen kurang diminati

konsumen. Jadi keinovatifan penting bagi upaya peningkatan kemampuan

pengrajin meraih kemandirian produksi (menghasilkan produk bermutu) dan

berdaya saing.

Rendahnya faktor keinovatifan relevan dibahas bersama-sama dengan

rendahnya inisiatif, karena inisiatif juga memiliki pengaruh yang nyata terhadap

kemandirian usaha. Ketidakmampuan menghasilkan produk sesuai standar

Tingkat KemandirianUsaha

Pengelolaan Resiko

Inisiatif

Keinovatifan

0,67

0,63

0,49

0,57

Daya Saing

Page 57: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

kebutuhan konsumen disamping karena rendahnya keinovatifan, juga karena

kemampuan untuk memasuki pasar baru yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan

dari inisiatif pengrajin untuk memprakarsai atau memulai usaha pada pangsa pasar

dan jangkauan pasar baru yang masih rendah (rata-rata 34,4 persen). Pengrajin

masih memproduksi produk yang sejenis dengan pengrajin lainnya, kemampuan

untuk segera memulai memproduksi jenis produk baru yang dibutuhkan pasar

masih rendah.

Inisiatif yang rendah ini juga berdampak pada rendahnya kemandirian

pemasaran (rata-rata skor 31,6). Pengrajin masih memiliki ketergantungan pada

agen pemasaran yang memasarkan produknya, karena belum mampu mencari

alternatif agen pemasaran baru. Agen pemasaran yang menjual produk kerajinan

berupa lembaga (koperasi dan toko eceran) dan individu (juragan dan tenaga

penjual) merupakan saluran pemasaran yang dipergunakan pengrajin untuk

memasarkan produknya. Agen pemasaran hanya memberikan pemasukan sebesar

30 persen dari nilai penjualan yang diterima. Tingginya selisih pemasukan yang

diterima pengrajin dengan yang diterima agen pemasaran mengindikasikan

ketidakberdayaan pengrajin dalam pemasaran hasil produksinya.

Apabila inisiatif pengrajin untuk memulai memasuki pangsa pasar baru atau

saluran pemasaran baru ditingkatkan, maka akan meningkatkan alternatif saluran

distribusi produknya, hal ini akan meningkatkan kemandirian pengrajin di bidang

pemasaran. Aspek inisiatif yang ditingkatkan terutama adalah terkait dengan sikap

dan ketertarikan mengidentifikasi peluang pasar dan alternatif saluran distribusi

yang ada, karena ketertarikan ini yang akan mendorong pengrajin bertindak untuk

memulai peluang usaha baru sehingga tidak tergantung pada saluran distribusi

pemasaran yang ada. Saluran distribusi pemasaran ini tidak harus berupa lembaga

yang besar tetapi individu yang berusaha di bidang eceran yang potensial dan

memiliki perputaran yang kontinyu dapat menjadi alternatif saluran distribusi baru

bagi pengrajin.

Upaya mendorong pengrajin meningkatkan keinovatifan dan inisiatif sangat

penting untuk meningkatkan kemandirian produksi dan pemasaran, pengrajin

mampu sesegera mungkin memanfaatkan peluang usaha yang ada dengan

menghasilkan produk yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan konsumen.

Page 58: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Daya saing memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat

kemandirian usaha, setelah aspek keinovatifan dan inisiatif. Pengrajin yang

berdaya saing memiliki kekuatan untuk memenangkan persaingan pasar yang

semakin banyak dimasuki oleh produk dari China dengan harga yang sangat

murah. Berdasarkan hasil wawancara, pengrajin yang memiliki keinovatifan

tinggi berupa keunikan model dan kehalusan produk yang dihasilkan tidak merasa

kesulitan menghadapi pesaing dari luar karena mereka mampu menjalin kerjasama

yang baik dengan agen pemasaran. Perilaku wirausaha yang berkualitas secara

nyata mampu membentuk kemandirian usaha pengrajin.

Pengaruh Faktor Karakteristik Individu terhadapTingkat Kemandirian Usaha

Berdasarkan Gambar 26, terlihat bahwa karakteristik individu berpengaruh

secara positif dan nyata terhadap tingkat kemandirian usaha, faktor karakteristik

individu yang rendah menyebabkan tingkat kemandirian usaha rendah. Teori

perkembangan manusia juga menyatakan bahwa faktor pribadi berpengaruh

terhadap perkembangan kemandirian individu (Salkind, 1989). Untuk

menjelaskan lebih lanjut pengaruh masing-masing aspek dalam karakteristik

individu terhadap perilaku wirausaha adalah melalui analisis jalur yang

digambarkan pada Gambar 28.

Gambar 28Pengaruh Indikator Karakteristik Individu terhadap Tingkat Kemandirian Usaha

Gambar 28. Pengaruh Indikator Karakteristik Individuterhadap Tingkat Kemandirian Usaha

Tingkat KemandirianUsaha

Kebutuhan

Motivasi

Pendidikan

0,47

0,36

0,50

0,63

Aspek Gender

0,44

Komunikasi

Page 59: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Faktor intensitas komunikasi besar pengaruhnya terhadap tingkat

kemandirian usaha, yang ditunjukkan oleh tingginya pengaruh intensitas

komunikasi terhadap kemandirian (koefisien lintas 0,63). Rendahnya faktor

intensitas komunikasi pengrajin dengan aktor penyedia sumber daya usaha

(pemodal, pemasok bahan baku, agen pemasaran, dan konsumen) menyebabkan

rendahnya tingkat kemandirian usaha. Pengrajin masih rendah intensitas

komunikasinya dengan pemodal dan pemasok bahan baku, sehingga pengrajin

belum memiliki kemampuan untuk melawan tindakan subordinasi yang dilakukan

kedua aktor tersebut. Pengrajin yang melakukan pemesanan bahan baku sering

dihadapkan pada ketidakpastian dalam waktu penerimaan dan kualitas bahan.

Pengrajin masih rendah kemampuannya melawan tindakan subordinasi ini

karena tidak dimilikinya informasi yang cukup tentang keberadaan aktor penyedia

sumber daya alternatif. Terdapat ketidakseimbangan hak dan kewajiban dalam

kerjasama yang dilakukan antara pengrajin dan pemodal. Pengrajin memperoleh

modal dari juragan tetapi pengrajin memiliki kewajiban untuk mendistribusikan

produk kerajinannya kepada pemodal dengan harga yang ditentukan oleh

pemodal.

Pemenuhan kebutuhan merupakan aspek yang berpengaruh nyata terhadap

tingkat kemandirian usaha dengan koefisen lintas sebesar 0,50. Rendahnya

pemenuhan kebutuhan menyebabkan rendahnya tingkat kemandirian usaha

pengrajin, dengan kata lain pengrajin memiliki ketergantungan yang tinggi pada

aktor penyedia sumber daya usaha kerajinan, baik itu pemodal, penyedia bahan

baku, agen pemasaran, maupun konsumen.

Aspek karakteristik individu berikutnya yang memiliki pengaruh terhadap

kemandirian adalah pendidikan pengrajin, dengan koefsien lintas 0,47. Rendahnya

tingkat pendidikan pengrajin terutama pendidikan non formal menyebabkan

rendahnya kemandirian pengrajin. Pengetahun dan ketrampilan pengrajin di

bidang proses produksi masih rendah, terutama tentang mutu produk. Pengrajin

belum mengetahui standar nasional tentang mutu produk barang kerajinan dari

kulit. Pengrajin juga belum memiliki ketrampilan yang tinggi untuk menghasilkan

produk bermutu secara tepat. Hal ini disebabkan pengrajin belum pernah

mendapat sentuhan pendidikan nonformal tentang standar mutu produk.

Page 60: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Pengrajin pernah mendapat pendampingan tentang pengelolaan modal yang

diberikan oleh badan usaha, namun pengrajin belum pernah mendapat penyuluhan

tentang aksesibilitas sumber permodalan alternatif dan metode bekerjasama

dengan sumber permodalan. Sehingga pengetahuan tentang sumber permodalan

alternatif dan ketrampilan mengakses sumber permodalan masih rendah.

Ketrampilan mempromosikan produk dan menjual produk secara luwes yang

berorientasi pada kepuasan pelanggan adalah rendah, pengrajin belum pernah

mendapat bimbingan tentang teknik-teknik promosi, teknik menjual, dan

pengelolaan kepuasan pelanggan.

Pengrajin sering menerima tindakan subordinasi pada saat bekerjasama.

Pengrajin belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan membuat perjanjian

secara tertulis. Sehingga ketika terjadi pelanggaran dalam perjanjian pengrajin

berada pada pihak yang lemah dan terkalahkan. Rendahnya kemandirian dalam

kerjasama ini disebabkan pengrajin belum pernah mendapat pendidikan

nonformal tentang perjanjian kerjasama. Pendidikan sangat penting bagi

peningkatan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan ketrampilan pengrajin dalam

memproduksi produk kerajinan bermutu yang sesuai dengan perkembangan

kebutuhan konsumen.

Rendahnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hal penggajian

dan kewajiban dalam usaha kerajinan berpengaruh terhadap kemandirian usah

adengan koefisen lintas sebesar 0,44. Hal ini terutama terjadi pada aspek

kemandirian produksi dan pemasaran. Terdapat bias gender pada usaha kerajinan

barang dari kulit, seluruh pekerjaan utama produksi dikerjakan oleh kaum laki-

laki sedangkan wanita menjadi asisten pekerjaan suami dalam produksi atau

melakukan pekerjaan sebagai tenaga penjaga toko dan pemasaran. Keterbatasan

pekerjaan wanita di bidang produksi mengurangi satu peluang dihasilkannya

produk yang bermutu, wanita bisa menyelesaikannya dengan lebih halus dan teliti.

Pengaruh Faktor Pendukung Usaha terhadapTingkat Kemandirian Usaha

Tingkat kemandirian usaha mendapat pengaruh positif yang nyata dari

pendukung usaha. Rendahnya faktor pendukung usaha yang tersedia (ketersediaan

Page 61: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

bahan baku, ketersediaan pasar, ketersediaan teknologi, dan keterjangkauan

transportasi) berpengaruh terhadap rendahnya tingkat kemandirian (permodalan,

produksi, pemasaran, dan kerjasama). Pengaruh masing-masing faktor tersebut

terhadap tingkat kemandirian pengrajin akan ditelusuri lebih lebih lanjut

berdasarkan analisis jalur pada Gambar 29.

Gambar 29Pengaruh Indikator Karakteristik Individu terhadap Tingkat Kemandirian UsahaGambar 29. Pengaruh Indikator Pendukung Usaha

terhadap Tingkat Kemandirian Usaha

Pengaruh paling besar dari aspek pendukung usaha terdapat pada faktor

ketersediaan pasar, dengan koefisien lintas sebesar 0,62. Ketersediaan pasar

kondusif bagi upaya peningkatan kemampuan pengrajin untuk memasarkan

produk sesuai dengan kebutuhan pasar dan berpengaruh kecermatan pengrajin

dalam bekerjasama dengan pihak yang terlibat dalam pendistribusian produk hasil

kerajinan. Ketersediaan pasar akan mendorong pengrajin untuk mampu membuat

dan mengembangkan desain produk sesuai dengan perkembangan permintaan

konsumen, serta memiliki unifikasi sesuai dengan standar yang diinginkan

konsumen. Terhadap aspek kemandirian kerjasama, ketersediaan pasar akan

mendorong pengrajin untuk menjalin kerjasama seluas-luasnya dengan konsumen,

penyalur, penyedia bahan baku, dan pihak yang terlibat dalam usaha kerajinan.

Ketersediaan bahan baku berpengaruh nyata terhadap peningkatan

kemandirian usaha dengan koefisien lintas sebesar 0,54. Bahan baku yang

terjamin (mutu, kuantitas, dan ketersediaannya) akan mendorong pengrajin untuk

melakukan proses produksi secara tepat waktu dan menghasilkan produk bermutu.

Tingkat KemandirianUsaha

Teknologi

Pasar

Bahan Baku

0,54

0,62

0,51

0,53

Transportasi

Page 62: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Faktor transportasi juga berpengrauh nyata terhadap tingkat kemandirian

usaha dengan koefisien lintas sebesar 0,53. Transportasi yang terjangkau oleh

pengrajin akan memfasilitasi pengrajin untuk menjangkau bahan baku, melakukan

kontak dengan penyedia sumber daya, mempercepat pendistribusian hasil

produksi penjualan, dan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada

konsumen. Kehalusan dalam melakukan produksi ditunjang oleh ketersediaan

peralatan yaitu peralatan yang berkembang sesuai kebutuhan, harga peralatan

yang terjangkau dan kemudahan memperoleh peralatan.

Faktor penting lainnya yang berpengaruh nyata terhadap tingkat

kemandirian usaha adalah ketersediaan teknologi dengan koefsien lintas sebesar

0,51. Teknologi yang tersedia akan menjamin kelancaran proses produksi dan

mendukung pengrajinmenghasilkan produk bermutu sesuai dengan tuntutan pasar.

Pengaruh Dukungan Lingkungan terhadapTingkat Kemandirian Usaha

Dukungan lingkungan (keluarga, pemimpin informal, bimbingan pemerintah

daerah, dan organisasi non pemerintah) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap

tingkat kemandirian usaha. Rendahnya dukungan keempat aktor tersebut terhadap

pengrajin di kedua lokasi menyebabkan rendahnya tingkat kemandirian usaha.

Aktor yang paling berperan dalam meningkatkan kemandirian usaha

pengrajin dapat dilihat dari hasil analisis jalur pada Gambar 30.

Gambar 30 Pengaruh Indikator Dukungan Lingkungan Tingkat Kemandirian UsahaGambar 30. Pengaruh Indikator Dukungan Lingkungan

terhadap Tingkat Kemandirian Usaha

Tingkat KemandirianUsaha

Bimbingan Pemerintah

Pemimpin Informal

Keluarga

0,35

0,42

0,63

0,61

Bimbingan OrganisasiNon Pemerintah

Page 63: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Dukungan pemerintah melalui bimbingan yang diberikan kepada pengrajin

memiliki pengaruh yang besar bagi peningkatan kemandirian usaha. Bimbingan

yang diberikan pemerintah daerah berupa pelatihan tentang ketrampilan produksi

kerajinan bermutu sehingga pengetahuan dan kemampuan pengrajin dalam

menghasilkan produk bermutu dan berdaya saing masih rendah. Pemerintah

daerah juga telah memberikan pelatihan manajemen usaha kerajinan, namun

frekuensinya masih sedikit sehingga masih banyak pengrajin yang memiliki

kemampuan yang rendah dalam mengelola usaha kerajinan. Pelatihan tentang

perjanjian kerjasama dan permodalan belum pernah dilakukan pemerintah daerah

yang menyebabkan rendahnya kemandirian di bidang kerjasama dan permodalan.

Organisasi non pemerintahan yang memberikan bimbingan kepada pengrajin

terdiri dari: badan usaha, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, dan lembaga

swadaya masyarakat. Bimbingan yang diberikan organisasi non pemerintah

memiliki kontribusi yang besar bagi peningkatan kemandirian usaha pengrajin

dengan koefsien lintas sebesar 0,61. Pembinaan yang pernah dilakukan oleh badan

usaha berupa pendampingan terhadap pengrajin yang diberi modal. Pembinaan

dari aspek produksi berupa pelatihan produksi sepatu, tas, dan penanganan bahan

kulit dilakukan oleh badan usaha dan lembaga swadaya masyarakat, namun

pembinaan tersebut tidak berkesinambungan dan jumlah pengrajin yang mendapat

pembinaan juga masih terbatas. Oleh karena itu, rendahnya pembinaan yang

dilakukan organisasi pemerintah menyebabkan masih rendahnya tingkat

kemandirian usaha. Aspek pemasaran masih belum pernah mendapat sentuhan

pembinaan atau bimbingan baik oleh pemerintah daerah atau organisasi non

pemerintah, sehingga kemampuan pengrajin dalam menerapkan teknik pemasaran

baru, dan kecepatan menjual produk kepada konsumen dengan pelayanan bermutu

msih rendah.

Pemimpin informal pada komunitas pengrajin di kedua lokasi memiliki

kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan kemandirian pengrajin dengan

koesfien lintas sebesar 0,42. Pengrajin maju dan pemimpin kelompok usaha pada

sentra kerajinan memberikan dukungan dalam kegiatan pengrajin berupa arahan

tentang informasi pasar, model produk, atau tentang proses produksi.

Page 64: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Dukungan faktor lingkungan yang penting berikutnya adalah dukungan yang

berasal dari keluarga dengan koefisien lintas sebesar 0,35. Pembelajaran yang

diberikan oleh keluarga lebih mudah diterima pengrajin karena mereka melihat

dan mempraktekkan langsung (learning by doing) terutama tentang proses

produksi dan pemasaran.

Faktor-Faktor yang Berpengaruhterhadap Kemajuan Usaha

Ringkasan hasil uji hipotesis ketiga yang tercantum pada Tabel 40,

menunjukkan diterimanya hipotesis yang menyatakan bahwa ”Kemajuan usaha

dipengaruhi secara langsung oleh perilaku wirausaha dan tingkat kemandirian

usaha.”

Tabel 40. Ringkasan Hasil Uji Faktor-Faktor yang BerpengaruhTerhadap Kemajuan Usaha

VariabelBebas

VariabelTerikat

KoefisienJalur

(Standardized)

StandarError

Nilai thitung

HasilUji

α=0,05.

R2

PerilakuWirausaha

0,35 0,18 1,97 * 0,49KemajuanUsaha

Tingkatkemandirianusaha

0,34 0,15 2,26 *

*Nyata pada α= 0,05, t-tabel = 1,965 Tabel 40 Ringkasan Hasil Uji Faktor- Faktor yang Berpengaruh TerhadapKemajuan Usaha

Perilaku wirausaha dan tingkat kemandirian usaha berpengaruh secara

positif dan nyata terhadap kemajuan usaha, masing-masing sebesar 0,35 dan 0,34.

Rendahnya perilaku wirausaha dan tingkat kemandirian usaha menyebabkan

rendahnya tingkat kemajuan usaha. Hubungan langsung antara faktor perilaku

wirausaha dan tingkat kemandirian usaha terhadap kemajuan usaha terlihat pada

Gambar 31.

Pengaruh Faktor Perilaku Wirausahaterhadap Kemajuan Usaha

Berdasarkan Tabel 40 terlihat bahwa perilaku wirausaha berpengaruh

secara positif dan nyata terhadap kemajuan usaha. Perilaku wirausaha sangat

penting bagi peningkatan kemajuan usaha, aspek keinovatifan, inisiatif,

Page 65: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pengelolaan resiko, dan daya saing memiliki kontribusi yang besar bagi kemajuan

usaha. Stewart JR et al (1998) menilai kemajuan usaha seorang wirausahwan

berdasarkan kecemerlangan aspirasi wirausahawan dalam memandang peluang di

masa depan yang penuh resiko, hal ini dapat meningkatkan keberhasilan usaha.

Gambar 31Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Usaha

Gambar 31. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Usaha

Rendahnya tingkat kemajuan usaha disebabkan oleh rendahnya

kemampuan pengrajin untuk menghasilkan inovasi dan menerapkan inovasi

tersebut dalam usaha kerajinan kerajinannya masih rendah (rata-rata skor 32,5).

Kecenderungan menerapkan cara-cara yang sudah lama mereka terapkan,

menyebabkan kejenuhan pada model yang dihasilkan sehingga tidak sesuai lagi

dengan mode yang disukai konsumen terutama untuk produk yang berorientasi

ekspor. Lebih dari seperempat pengrajin di Kabupaten Magetan memiliki

keinovatifan rendah yang berakibat produk sepatu yang dihasilkan tidak mampu

diserap pasar secara optimal dari segi kuantitas dan jangkauan pemasaran.

Pengrajin Magetan sebagian besar memasarkan produknya untuk kebutuhan lokal

(55,3 persen). Rendahnya keinovatifan menyebabkan seperempat pengrajin

memiliki tingkat pertumbuhan usaha (penjualan, jenis produk, aktiva, volume

produksi, dan pangsa pasar) sangat rendah.

Keinovatifan (pemahaman tentang penciptaan inovasi produk, ketertarikan

untuk menciptakan inovasi, dan kecermatan menghasilkan inovasi dengan

peralatan produksi atau teknik produksi terbaru kondusif) akan meningkatkan

pertumbuhan produksi. Pengetahuan sumber informasi tentang teknik pemasaran

PerilakuWirausaha

R 2 = 0,49

ζ=0,51

KemandirianUsaha

KemajuanUsaha

0,34

0,35

Page 66: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

dan pelayanan kepada pelanggan yang inovatif akan mendorong pengrajin untuk

meningkatkan pertumbuhan penjualan.

Faktor inisiatif juga memiliki pengaruh besar terhadap tingkat kemajuan

usaha. Ketidakmampuan sebagian besar pengrajin menjangkau pasar ekspor

disamping karena rendahnya keinovatifan juga karena kemampuan untuk

memasuki pasar baru yang masih rendah yang ditunjukkan dari inisiatif pengrajin

untuk memprakarsai atau memulai usaha pada pangsa pasar dan jangkauan pasar

baru yang masih rendah (rata-rata 34,4). Upaya mendorong pengrajin

meningkatkan inisiatif sangat penting untuk meningkatkan kemampuan pengrajin

menjangkau pasar yang lebih luas terutama pasar ekspor yang baru 5 persen

dijangkau pengrajin. Kecermatan dalam memanfaatkan peluang usaha dengan

perencanaan yang matang kondusif untuk mengembangkan kecermatan dan

ketepatan mengelola usaha ecara efisien. Ketertarikan dan ketelitian dalam

mengidentifikasi peluang usaha yang didukung dengan kemampuan pengrajin

dalam mencari sumber informasi inovatif dan kecermatan dalam menghasilkan

inovasi usaha akan menjadikan usaha lebih dinamis dan produk menjadi lebih

bervariasi.

Daya saing yang dimiliki pengrajin juga berpengaruh secara nyata terhadap

tingkat kemandirian usaha. Rendahnya daya saing produk kerajinan menyebabkan

rendahnya tingkat kemandirian usaha. Pengrajin masih menggunakan standar

lokal pada produk yang dihasilkan. Secara logika, dengan jangkauan pasar yang

lebih luas akan menuntut standar mutu produk yang lebih tinggi karena persaingan

semakin luas. Produk yang menjadi pesaing tidak hanya produk lokal tapi produk

nasional bahkan internasional. Sebagai salah satu contoh, pengrajin tidak dapat

menggunakan standar ukuran sepatu untuk orang Indonesia untuk memenuhi

kebutuhan pasar Eropa atau Timur Tengah.

Pengetahuan dan pemahaman tentang cara memprediksi resiko, sikap

terhadap resiko, dan ketepatan dan kecermatan mengelola resiko masih rendah

yang menyebabkan pertumbuhan usaha dan efektivitas usaha juga rendah.

Pengrajin perlu berhati-hati dan teliti dalam menjalankan usaha secara efisien dan

efektif. Peluang usaha baru yang berhasil diidentifikasi dan dijalankan pengrajin

akan membuka kesempatan untuk meningkatkan volume penjualan dan perluasan

Page 67: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pangsa pasar. Kecermatan menemukan peluang usaha dan ketepatan memprediksi

terjadinya resiko dalam menjalankan usaha baru yang didukung perencanaan

biaya produksi yang baik akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, faktor perilaku wirausaha sangat penting

diperhatikan untuk meningkatkan kemajuan usaha pengrajin. Pengrajin yang

berkualitas perilaku wirausaha sangat kondusif untuk dapat meraih kemajuan

usaha. Variabel tersebut penting untuk dikembangkan melalui program

pemberdayaan masyarakat. Sehingga pengrajin mampu meraih pertumbuhan

usahanya serta dapat bekerja secara efisien dan efektif. Hasil temuan ini relevan

dengan temuan Perry et al (2001), Adnyana (2004), dan Steier (2000).

Pengaruh Faktor Tingkat KemandirianUsaha terhadap Kemajuan Usaha

Kemandirian usaha berpengaruh secara positif dan nyata terhadap kemajuan

usaha. Rendahnya kemajuan usaha (pertumbuhan usaha, efektivitas usaha, dan

efisiensi usaha) dengan rata-rata skor 35,9 disebabkan oleh rendahnya tingkat

kemandirian usaha (kemandirian permodalan, produksi, pemasaran, dan

kerjasama) dengan rata-rata skor 37,8.

Pertumbuhan usaha yang rendah (terutama faktor pertumbuhan volume

produksi) disebabkan oleh kemandirian produksi yang rendah (ketrampilan proses

produksi). Pengrajin masih belum mampu mencapai tingkat pertumbuhan

produksi yang tinggi karena ketepatan dalam menjalankan tahapan produksi masih

rendah, pengrajin masih belum membuat perencanaan jumlah barang yang akan

diproduksi sehingga tidak bisa selesai tepat waktu.

Efek kemandirian produksi yang rendah juga berpengaruh pada rendahnya

efisiensi waktu. Pengrajin memiliki keterbatasan akses terhadap peralatan besar

(mesin pres, pemotong, dan seset) yang tidak dimilikinya dengan menyewa pada

pengrajin lain sehingga menimbulkan waktu menganggur.

Faktor kemandirian permodalan yang dimiliki pengrajin masih rendah, hal

ini menyebabkan rendahnya kemajuan usaha. Pemahaman tentang pengelolaan

modal, sikap hemat dalam mengelola modal, dan ketepatan mengakses sumber

Page 68: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

permodalan alternatif masih rendah, sehingga pertumbuhan usaha menjadi rendah,

terutama pertumbuhan volume produksi dan pertumbuhan aktiva.

Rendahnya pertumbuhan usaha (pertumbuhan penjualan dan perkembangan

pangsa pasar) disebabkan oleh kemandirian pemasaran pengrajin yang masih

rendah. Kemandirian pemasaran pengrajin masih belum kondusif untuk

meningkatkan volume penjualan dan menjangkau pasar yang lebih luas terutama

pasar ekspor. Pengrajin masih rendah dalam ketanggapan terhadap perkembangan

teknik menjual, promosi produk kerajinan dan keluwesan dalam memberikan

pelayanan yang memuaskan pelanggan sehingga pencapaian target penjualan dan

perkembangan pangsa pasar masih rendah.

Kemandirian kerjasama yang rendah juga menyebabkan kemajuan usaha

yang rendah. Kemampuan pengrajin dalam melakukan kerjasama dengan pihak

yang berkaitan dengan bidang usaha kerajinan (pemodal, pemasok bahan baku,

agen pemasaran, dan konsumen) masih rendah sehingga pertumbuhan usaha

terutama perkembangan pangsa pasar, pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan

aktiva menjadi rendah. Pengrajin belum mampu membuat perjanjian dalam

kerjasama dan belum mampu memposisikan dirinya sebagai mitra yang sejajar

dengan aktor terkait sehingga timbul tindakan subordinasi oleh aktor tersebut.

Sikap percaya diri pengrajin dalam menjalin kerjasama masih rendah,

sehingga menghambat perkembangan jangkauan pemasaran. Pengrajin belum

mampu memperluas akses jaringan kerjasama, jika pengrajin mampu maka

semakin luas dan semakin banyak alternatif jaringan kerjasama yang dimiliki

pengrajin akan semakin tinggi kemampuan mencapai pertumbuhan usaha dan

semakin tinggi pencapaian target usaha.

Faktor-Faktor yang Berpengaruhterhadap Keberlanjutan Usaha

Kemajuan usaha yang dicapai oleh pengrajin diuji pengaruhnya terhadap

tingkat keberlanjutan usaha. Ringkasan hasil uji hipotesis yang tersebut pada

Tabel 41 menunjukkan bahwa hipotesis ”Keberlanjutan usaha dipengaruhi secara

langsung oleh kemajuan usaha” diterima.

Page 69: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Tabel 41. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Kemajuan Usahaterhadap Keberlanjutan Usaha

VariabelBebas

VariabelTerikat

KoefisienJalur

(Standardized)

StandarError

Nilai thitung

HasilUji

α=0,05.

R2

KeberlanjutanUsaha

KemajuanUsaha

0,76 0,09 8,46 * 0,57

*Nyata pada α= 0,05, t-tabel=1,965. Tabel41 Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Kemajuan Usaha Keberlanjutan Usaha

Kemajuan usaha berpengaruh secara positif dan nyata terhadap

keberlanjutan usaha sebesar 0,76. Rendahnya keberlanjutan usaha disebabkan

rendahnya tingkat kemajuan usaha yang diraih pengrajin dari satu periode ke

periode. Usaha yang senantiasa tumbuh dari aspek penjualan, keuntungan dan

modal yang dimiliki serta berjalan secara efektif dan efisien mampu

meningkatkan keberlanjutan usahanya pada masa mendatang. Hubungan langsung

kemajuan usaha terhadap keberlanjutan usaha terlihat pada Gambar 32.

Gambar 32Pengaruh Kemajuan Usaha terhadap Keberlanjutan UsahaGambar 32. Pengaruh Kemajuan Usaha terhadap Keberlanjutan Usaha

Rendahnya keberlanjutan usaha disebabkan oleh rendahnya tingkat

kemajuan usaha. Hampir setengah pengrajin (43 persen) memiliki kontinyuitas

produksi rendah yang disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan usaha, efektivitas,

dan efisiensi usaha. Pengrajin kurang tanggap terhadap pentingnya perencanaan

dan penyusunan target produksi. Jumlah barang yang akan diproduksi ditentukan

dengan pendekatan tradisional, jumlah yang diproduksi pada bulan ini sama

dengan jumlah yang diproduksi pada bulan lalu, tanpa melakukan prediksi atau

Kemajuan Usaha

Keberlanjutan usaha

0,76

ζ=0,43

Page 70: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

perencanaan produksi. Ketanggapan pengrajin terhadap tingkat kekerapan hasil

produksi pada masa yang akan datang masih rendah dan pengrajin kurang proaktif

pada kelancaran proses produksi.

Sikap pengrajin dalam mengantisipasi tercapainya kontinyuitas produksi

berupa kelancaran proses produksi, meningkatnya mutu produk dan terpenuhinya

kebutuhan konsumen akan produk kerajinan yang bermutu masih rendah, hal ini

disebabkan pertumbuhan usaha masih rendah dan pengrajin belum menjalankan

usahanya secara efektif dan efisien.

Tingkat kontinyuitas penjualan cenderung rendah, hampir setengah

pengrajin (43 persen) memiliki kontinyuitas penjualan rendah dan sangat rendah.

Rendahnya kontinyuitas penjualan disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan usaha

(pertumbuhan penjualan dan perkembangan jenis produk kerajinan) dan

efektivitas (pencapaian target penjualan) yang rendah.

Kesadaran akan pentingnya pelayanan bermutu dalam usaha kerajinannya

masih rendah. Penerapan standar mutu produk yang berlaku di pasar masih

rendah, standar yang digunakan sebatas kemampuan yang dimiliki dan masih

rendah penerapan prinsip-prinsip pelayanan yang memberikan kepuasan pada

pelanggan.

Peningkatan dan diversifikasi produk kerajinan yang dihasilkan dicapai

pengrajin pada kondisi saat ini dengan sebelumnya akan mendorong sikap

proaktif pengrajin untuk dapat memenuhi selera konsumen atas produk kerajinan

pada masa yang akan datang. Sikap proaktif atas kontinyuitas penjualan ini masih

rendah terutama dalam hal membuat perencanaan biaya dan target penjualan,

peningkatan pelayanan, dan kesadaran melakukan promosi.

Rata-rata kontinyuitas penjualan sedang (rata-rata 59,5), hal ini

ditunjukkan oleh oleh pencapaian target produksi dan penjualan yang rendah.

Pengrajin masih lemah dalam hal mengantisipasi terpenuhinya input bahan baku

dengan jumlah yang tepat dan memiliki mutu yang sesuai dengan kebutuhan dan

selera konsumen pada masa karena pertumbuhan volume produksi dan penjualan

masih rendah. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan usaha maka akan

meningkatkan semangat pengrajin untuk mengantisipasi keterpenuhan bahan baku

dengan membuat perencanaan persediaan, pengendalian persediaan, dan mutu

persediaan.

Page 71: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Model Persamaan Struktural Keberdayaan Pengrajin

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pengrajin masih memiliki

keberdayaan yang rendah, hal ini ditunjukkan dengan perilaku wirausaha dan

tingkat kemandirian usaha yang rendah. Perilaku wirausaha (tingkat keinovatifan,

inisiatif, pengelolaan resiko dan daya saing) pengrajin adalah rendah. Pengrajin

lebih sering menerapkan cara-cara berusaha yang telah ada dan mencoba

menerapkan inovasi setelah pengrajin lain menerapkannya. Kecenderungan yang

terjadi pada pengrajin adalah memproduksi barang yang sejenis dengan pengrajin

yang lain. Mereka kurang merespon peluang usaha baru karena takut mengalami

kerugian atau kegagalan. Sebagian besar pengrajin hanya berupaya menjual

produk semampunya, seperti yang telah dicapai pada hari-hari sebelumnya.

Tingkat kemandirian usaha (permodalan, proses produksi, kerjasama dan

pemasaran) masih rendah. Pengrajin mengelola modal dengan pertimbangan

jangka pendek dan belum memiliki orientasi mengakumulasikan keuntungan

dalam investasi modal. Pada aspek permodalan pengrajin juga kurang proaktif

dalam mencari sumber permodalan alternatif. Pengrajin menghasilkan produk

dengan menggunakan pola yang sudah ada yang telah lama mereka pergunakan

dengan mengacu pada standar internal. Kemampuan memodifikasi peralatan agar

sesuai dengan kebutuhan pasar masih belum banyak dilakukan. Kemandirian

kerjasama belum dicapai pengrajin karena mereka melakukan kerjasama dalam

lingkup yang masih terbatas, sehingga tidak jarang mereka menerima tindakan

subordinasi karena tidak mampu mencari alternatif lain. Orientasi kerjasama juga

masih dalam tujuan keuntungan jangka pendek sehingga kurang kontinyu.

Berdasarkan kondisi perilaku wirausaha dan tingkat kemandirian usaha

pengrajin yang dijelaskan di atas, tampak bahwa pengrajin masih belum berdaya

dalam menjalankan usaha kerajinannya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model

pemberdayaan bagi pengrajin, sehingga pada masa mendatang diperoleh pengrajin

yang berdaya dan mampu meraih kemajuan dan keberlanjutan usahanya. Hasil

model persamaan struktural secara keseluruhan (overall) yang digunakan dalam

menguji hipotesis satu sampai dengan hipotesis empat dievaluasi lebih lanjut

untuk mengkonfirmasi layak-tidaknya model teoritis yang diajukan untuk

menduga hipotesis penelitian. Menurut Ferdinand (2002) suatu model dikatakan

Page 72: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

fit atau sesuai dengan data apabila matriks kovarian sampel tidak berbeda dengan

estimasi matrik kovarians populasi yang dihasilkan. Sehingga model baik untuk

digunakan menduga populasi. Nilai Goodness-of-Fit Index (GFI) merupakan

ukuran kesesuaian model secara deskriptif. Dalam penelitian ini nilai GFI adalah

sebesar 0,93 atau lebih besar dari 0,90 yang mengindikasikan model fit atau

model dapat diterima. Nilai GFI ini juga menunjukkan bahwa 93 persen data

penelitian mampu menerangkan kenyataan di lapangan.

Model persamaan struktural digunakan sebagai landasan untuk

merumuskan model pemberdayaan pengrajin menuju kemajuan dan keberlanjutan

usaha. Pengujian hipotesis telah membuktikan bahwa secara empiris pada

komunitas pengrajin faktor-faktor karakteristik individu, pendukung usaha, dan

lingkungan berpengaruh nyata terhadap keberdayaan pengrajin (perilaku

wirausaha dan tingkat kemandirian usaha). Keberdayaan pengrajin berpengaruh

secara nyata terhadap kemajuan usaha yang menjadi faktor penentu keberlanjutan

usaha pengrajin di masa depan. Faktor-faktor penentu keberdayaan pengrajin

menuju kemajuan dan keberlanjutan usaha tersusun dalam model persamaan

struktural (SEM) pada Gambar 33.

Gambar 33Model Persamaan Struktural Keberdayaan Pengrajin* Nyata pada α= 0,05.Jalur Strategis: Karakteristik Individu Perilaku Wirausaha Tingkat kemandirian usahaTingkat kemajuan usaha Keberlanjutan usaha

Gambar 33. Model Persamaan Struktural Keberdayaan Pengrajin

ζ=0,13

KarakteristikIndividu

PendukungUsaha

DukunganLingkungan

KemandirianUsaha

PerilakuWirausaha

KemajuanUsaha

KeberlanjutanUsaha

0,34*

0,35*

ζ=0,51

ζ=0,22 ζ=0,43

0,26*

0,58*

0,39*

0,20*

0,050,50*

0,56*0,76*

Keberdayaan Pengrajin

Page 73: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Model persamaan struktural keberdayaan pengrajin pada Gambar 33

menunjukkan bahwa faktor-faktor dalam karakteristik individu (pendidikan,

motivasi, pemenuhan kebutuhan, intensitas komunikasi, dan aspek gender)

memiliki peran strategis untuk memberdayakan pengrajin yaitu meningkatkan

kualitas perilaku wirausaha dan kemandirian usahanya. Peningkatan keberdayaan

pengrajin ini didukung oleh lingkungan dan pendukung usahanya. Terdapat nilai

residu (ζ) yang merupakan faktor di luar model yang diduga berpengaruh terhadap

keberdayaan, kemajuan, dan keberlanjutan usaha pengrajin. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pengrajin, iklim usaha merupakan salah satu faktor yang

diduga berpengaruh terhadap keberdayaan pengrajin.

Hasil penelusuran melalui analisis jalur dari indikator yang ada pada

karakteristik individu pada Tabel 38 menunjukkan bahwa faktor pendidikan dan

motivasi merupakan faktor strategis yang menentukan kualitas perilaku

wirausaha, terutama setelah melalui pemenuhan kebutuhan dan intensitas

komunikasi. Seyogyanya pemberdayaan diarahkan pada upaya memotivasi

pengrajin dan menambah intensitas penyuluhan guna meningkatkan perilaku

wirausahanya melalui komunikasi yang intensif antara penyuluh dan aktor yang

terlibat dalam pemberdayaan. Dukungan lingkungan (keluarga, pemimpin

informal, bimbingan pemerintah daerah, dan bimbingan organisasi non

pemerintah) secara nyata berpengaruh terhadap perilaku wirausaha, terutama yang

diperankan oleh pemerintah daerah dan organisasi non pemerintah, sehingga

keterlibatan kedua aktor tersebut secara intensif sangat diperlukan untuk

meningkatkan kualitas perilaku wirausaha.

Penelitian ini juga mengkaji lebih lanjut pengaruh keberdayaan pengrajin

pada kemajuan dan keberlanjutan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kemajuan usaha secara nyata dan positif dipengaruhi oleh keberdayaan pengrajin

yaitu perilaku wirausaha dan tingkat kemandirian usahanya. Kemajuan usaha

masih rendah (rata-rata skor 37,8), ini terjadi karena keberdayaan pengrajin masih

rendah (perilaku wirausaha rendah dengan rata-rata skor 33,8 dan tingkat

kemandirian usaha rendah dengan rata-rata skor 35,9). Kemajuan usaha yang

masih rendah berdampak pada masih banyaknya usaha pengrajin yang memiliki

tingkat keberlanjutan yang rendah.

Page 74: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Pengembangan kemandirian usaha perlu dilakukan melalui peningkatan

perilaku wirausaha pengrajin terutama pada aspek keinovatifan, inisiatif, dan daya

saing bagi pengrajin. Hal ini telah dibuktikan melalui analisis jalur pengaruh

indikator perilaku wirausaha dan tingkat kemandirian usaha pada Gambar 27.

Selain itu, juga sangat ditentukan oleh karakteristik individu (intensitas

komunikasi, pemenuhan kebutuhan, pendidikan, motivasi, dan aspek gender) dan

dukungan lingkungan. Dukungan lingkungan perlu mendapat perhatian serius

terutama bimbingan pemerintah daerah, bimbingan organisasi non pemerintah,

keluarga, dan pemimpin informal. Pendukung usaha juga perlu mendapat

perhatian terutama pada aspek pasar, bahan baku, transportasi, dan teknologi.

Faktor strategis penentu keberdayaan pengrajin pada kedua lokasi adalah

sama yaitu faktor karakteristik individu dan lingkungan, namun penekanan

pengembangan masing-masing faktor berbeda. Model persamaan struktural

keberdayaan pengrajin Sidoarjo disajikan pada Gambar 34.

Gambar 34Model Keberdayaan Pengrajin di Sidoarjo

* Nyata pada α= 0,05.Jalur Strategis: Karakteristik Individu Perilaku Wirausaha Tingkat kemandirian usahaTingkat kemajuan usaha Keberlanjutan usaha

Gambar 34. Model Keberdayaan Pengrajin di Sidoarjo

Pengembangan dukungan lingkungan menjadi faktor selanjutnya yang

perlu diperhatikan untuk meningkatkan keberdayaan pengrajin di Sidoarjo

terutama melalui bimbingan organisasi non pemerintah dan bimbingan pemerintah

daerah. Faktor keluarga dan pemimpin informal memiliki peran yang seimbang,

KarakteristikIndividu

0,14*PendukungUsaha

DukunganLingkungan

TingkatKemandirian

Usaha

0,42*

0,12* PerilakuWirausaha

0,49*

ζ=0,04

TingkatKemajuan

Usaha

KeberlanjutanUsaha

0,28*

0,44*

0,28*

0,35* 0,36*

ζ=0,09

ζ=0,06 ζ=0,41

0,77*

Keberdayaan Pengrajin

Page 75: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

sehingga kedua-duanya sama diperlukan untuk meningkatkan keberdayaan

pengrajin. Adapun model persamaan struktural keberdayaan pengrajin Magetan

disajikan pada Gambar 35.

Gambar35Model Keberdayaan Pengrajin di Magetan* Nyata pada α= 0,05.Jalur Strategis: Dukungan Lingkungan Perilaku Wirausaha Tingkat kemandirian usahaTingkat kemajuan usaha Keberlanjutan usaha

Gambar 35. Model Keberdayaan Pengrajin di Magetan

Rendahnya keberdayaan pengrajin di Magetan perlu ditingkatkan melalui

pengembangan dukungan lingkungan terutama melalui bimbingan pemerintah

daerah. Intervensi yang dilakukan oleh pemerintah daerah penting untuk

mengembangkan perilaku wirausaha pengrajin yang masih rendah.

Pengembangan perilaku wirausaha dan intervensi yang dilakukan pemerintah

daerah akan meningkatkan kemandirian pengrajin. Keterlibatan organisasi non

pemerintah dan keluarga juga penting bagi peningkatan keberdayaan pengrajin

Magetan yang memiliki hubungan yang kuat antar sesama anggota keluarga yang

secara sinergis mendukung kegiatan usaha kerajinan.

Perhatian yang serius terhadap karakteristik individu pengrajin mampu

meningkatkan perilaku wirausaha dan tingkat kemandirian usaha pengrajin

Magetan. Faktor karakteristik individu yang mempunyai kontribusi paling penting

bagi keberdayaan pengrajin Magetan adalah pendidikan pengrajin. peningkatan

pendidikan pengrajin terutama pada aspek pendidikan non formal mampu

meningkatkan keberdayaan pengrajin.

KualitasPribadi

0,04

ζ=0,17

PendukungUsaha

DukunganLingkungan

TingkatKemandirian

Usaha

0,21*

0,35* PerilakuWirausaha

0,42*

TingkatKemajuan

Usaha

KeberlanjutanUsaha

0,36*

0,31*0,33*

0,060,29*

ζ=0,25

ζ=0,05 ζ=0,51

0,70*

Keberdayaan Pengrajin

Page 76: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Visi, Misi dan Strategi Pengembangan Industri Kecil

Visi Pengembangan Industri Kecil

Pengembangan industri kecil diorientasikan kepada visi agar menjelang

tahun 2020 dapat terwujud industri kecil berbasis ekonomi kerakyatan yang maju,

kompetitif, mandiri dan berperan secara berarti sebagai basis dan salah satu motor

penggerak bagi pengembangan sektor industri secara keseluruhan (Deperindag,

2002).

Memperhatikan visi tersebut, maka yang dibangun oleh pemerintah adalah

aspek industri kecilnya agar menjadi tumpuan utama kehidupan ekonomi

masyarakat di sektor industri, menjadi penyedia lapangan kerja ataupun sumber

penghidupan yang luas dengan sumbangan nilai tambah yang besar.

Menurut O’Connor (1996) visi atau wawasan adalah lampu jarak jauhyang dapat memberikan arah untuk setiap upaya. Jika visi ini jelas dancemerlang, maka perhatian orangpun akan tertarik dan minat sertapengetahuannya akan terangsang. Bahkan sekalipun rinciannya tersamar atautidak jelas, maka visi dapat digunakan sebagai pengikat.

Nilai-nilai filosofis yang dijadikan acuan atau landasan perilaku dari setiap

pelaku pengembangan industri kecil demi tercapainya tujuan yang ditetapkan

tersirat dalam pernyataan “industri kecil sebagai motor penggerak

pengembangan”, yang diartikan sebagai suatu kondisi industri kecil pada saat

menjelang 2020 merupakan segmen industri yang (bersama-sama dengan segmen

lainnya) telah berkemampuan mendinamisasi dan memajukan dirinya sendiri

bekerja bersama-sama dengan segmen usaha dan pemerintah tanpa saling

membebabni Hal ini sejalan dengan falsafah penyuluhan “helping people to help

them selves”. Bahwasanya pengembangan industri kecil diarahkan pada upaya

memberi kemampuan pada industri kecil untuk menolong dirinya sendiri, namun

di dalam visi tersebut tidak tercantum secara jelas adanya aspek pendidikan dalam

kegiatan pengembangan industri kecil, sehingga masih belum relevan dengan

konteks penyuluhan.

Misi Pengembangan Industri Kecil

Page 77: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Misi pengembangan industri kecil adalah memperluas penciptaan lapangan

kerja melalui penciptaan dan pengembangan lapangan berusaha, meningkatkan

pendapatan masyarakat luas secara lebih merata, menyebarkan kegiatan

pembangunan dengan seoptimal mungkin mendayagunakan sumberdaya dalam

negeri (indigeneous resources) secara efisien dalam rangka pendalaman struktur

industri atas prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

meningkatkan ekspor, serta menjadikan industri kecil sebagai wahana bagi

pelestarian dan pengembangan seni-budaya bangsa (Deperindag, 2002).

Misi berisi penjabaran visi ke dalam kegiatan operasional yang nyata

untuk mendorong tercapainya tujuan. Untuk mewujudkan industri kecil berbasis

ekonomi kerakyatan yang maju, kompetitif, mandiri dan berperan sebagai basis

dan motor pengembangan tidak hanya dapat dicapai dengan penciptaan dan

pengembangan lapangan berusaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat luas

secara lebih merata sebab berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa aspek

karakteristik individu dan intervensi lingkungan secara nyata berpengaruh

terhadap kemandirian usaha. Misi pengembangan belum mencantumkan aspek

sumber daya manusia dan industri kecil yaitu pengelola usaha atau pengrajinnya.

Tujuan Pengembangan Industri Kecil

Deperindag (2002) menetapkan tujuan dilakukannya pengembangan

Industri Kecil adalah untuk mewujudkan kemajuan pembangunan industri berupa:

(1) Meningkatnya kesempatan berusaha, kesempatan kerja, dan pendapatan

masyarakat secara lebih merata. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya

jumlah unit usaha, sentra produksi, lapangan kerja, output, serta nilai

tambah yang dihasilkan.

(2) Terwujudnya struktur industri yang kuat, yang ditandai dengan tingginya

keterkaitan antara industri kecil dengan industri menengah dan dengan

industri besar. Hal tersebut juga ditandai dengan berkembangnya industri

pendukung skala kecil menengah, berkurangnya impor suku cadang,

komponen dan bahan baku, serta meningkatnya penggunaan hasil produksi

dalam negeri.

Page 78: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

(3) Semakin banyaknya industri kecil yang berbasis pada hasil karya intelektual

yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledgebased) yang ditandai

dengan meluasnya penggunaan teknologi informasi yang dapat

mendinamisasi bisnis industri kecil, serta tumbuhnya industri kecil

menengah software komputer (beserta komponen hardwarenya), serta

industri yang berbasis bio-teknologi.

(4) Meningkatnya persebaran industri kecil ke berbagai daerah di luar Pulau

Jawa, khususnya daerah terpencil dan daerah perbatasan, yang berarti akan

mendorong pemerataan kegiatan pembangunan, penggairahan kehidupan

dan pertumbuhan ekonomi daerah, serta memperkecil kesenjangan sosial

antar daerah maupun dengan masyarakat di negara tetangga.

(5) Meningkatnya ekspor produk industri kecil, baik dalam nilai, dalam ragam

jenis produk yang semakin bergeser ke arah produk industri hilir, produk

industri yang berteknologi/bernilai tinggi, maupun dalam pangsa saham

kontribusinya terhadap nilai ekspor nasional.

(6) Terwujudnya upaya pelestarian dan pengembangan seni-budaya melalui

kegiatan produktif yang bernilai ekonomis, yang ditandai dengan lestarinya

berbagai produk seni dan budaya utamanya yang berciri khas daerah dan

mempunyai nilai sejarah maupun nilai seni yang tinggi, sehingga kekayaan

seni dan budaya nasional tersebut sekaligus dapat berkembang karena dapat

dijadikan sumber penghidupan bagi masyarakat secara berkesinambungan.

Memperhatikan keenam tujuan pengembangan industri kecil yang

dicanangkan oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah Departemen

Perindustrian, maka terlihat bahwa tujuan lebih diarahkan pada upaya mendorong

produktivitas dengan terwujudnya struktur industri yang kuat, penyebaran industri

kecil ke beberapa daerah di luar Pulau Jawa, dan peningkatan orientasi ekspor.

Pengembangan industri kecil juga ditujukan untuk menciptakan lapangan

kerja dan pendapatan masyarakat, namun aspek kualitas sumber daya manusianya

terutama peningkatan perilaku wirausaha dan kemandirian usaha belum menjadi

salah satu tujuan pengembangan, padahal kedua aspek ini secara nyata

berpengaruh terhadap kemajuan usaha yang diukur dari peningkatan pendapatan

dan keuntungan industri kecil. Selain itu aspek keberlanjutan usaha belum

Page 79: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

menjadi salah satu tujuan pengembangan industri kecil, meskipun di Pulau Jawa

memiliki populasi industri kecil dalam jumlah yang besar, namun hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa aspek keberlanjutan usahanya masih rendah.

Misi Pengembangan Industri KecilBarang dari Kulit

Misi pengembangan industri kecil barang dari kulit yang termasuk dalam

kelompok industri kecil berorientasi ekspor adalah untuk :

(1) Meningkatkan nilai perolehan devisa bersih (net foreign currency gain) dan

sekaligus meningkatkan kontribusi ekspornya terhadap ekspor nasional.

(2) Memberikan motivasi dan semangat orientasi ekspor kepada semua pelaku

industri nasional khususnya industri kecil, dengan memacu peningkatan mutu

dan kapasitas pemasokan tepat waktu.

(3) Menjadi wahana untuk peningkatan penggunaan teknologi, termasuk

teknologi informasi.

(4) Menjadi motor penghela bagi kemajuan/modernisasi industri kecil, dengan

tujuan untuk memperluas lapangan kerja dan meningkatkan sumbangan nilai

tambah bagi ekonomi.

(5) Mendorong industri kecil yang memiliki kemampuan diversifikasi produk

ekspor yang bernilai tambah lebih tinggi.

(6) Memacu industri kecil lainnya untuk meningkatkan daya saing.

(7) Memperluas lapangan kerja.

(8) Menciptakan hubungan bisnis (networking) antara industri kecil lokal dengan

pemasok dunia.

Strategi Umum Pengembangan Industri KecilBarang dari Kulit

Pengembangan industri kecil berorientasi ekspor diarahkan untuk

meningkatkan volume dan nilai ekspor industri kecil, baik yang selama ini secara

potensial mempunyai kinerja ekspor yang tinggi maupun produk-produk yang

berpotensi dapat diekspor melalui peningkatan berbagai faktor internal dan

eksternal perusahaan agar dayasaingnya di luar negeri meningkat. Selain itu juga

Page 80: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

akan didorong kemampuan mengakses pasar ekspor dalam rangka membantu

persaingan pasar ekspor yang semakin ketat.

Pengembangan industri kecil orientasi ekspor diarahkan untuk menggeser

basis dayasaing ekspor industri kecil dari resoursed-based dan labour-based

industries ke arah knowledged-based industries menuju ke pembentukan

keunggulan kompetitif. Kemajuan yang ingin dicapai ini antara lain akan

ditunjukkan dengan porsi saham nilai ekspor industri kecil yang semakin

membesar terhadap nilai outputnya, serta indikator daya saing komparatif

terhadap produk sejenis dari negara lain.

Strategi umum pengembangannya mengikuti prinsip demand-pull dan

supply-push strategy dengan mengutamakan muatan pembinaan dari aspek

teknologi mutu, sistim perangsang, pemberdayaan manajerial khususnya dari

aspek fasilitasi dan pengembangan jaringan ekspor, serta dukungan sumberdaya/

pendanaan. Peningkatan permintaan pasar (pull factors) dilakukan dengan cara:

(a) Membuka outlet-outlet pemasaran untuk produk ekspor di dalam dan luar

negeri.

(b) Meningkatkan bisnis intelejen dan marketing di luar negeri.

(c) Meningkatkan promosi dan pemasaran melalui pameran di luar negeri dan

pameran internasional di dalam negeri

(d) Melakukan kemitraan usaha dengan trader/eksportir besar

(e) Memperbaiki iklim usaha perdagangan luar negeri agar para pedagang

eceran dengan mudah dan murah keluar masuk Indonesia.

(f) Peningkatan intensitas komunikasi dengan Departemen Perindustrian

Peningkatan kemampuan produksi perusahaan (push factors) dilakukan melalui

(a) Meningkatkan produktivitas dan effisiensi perusahaan industri kecil

(b) Meningkatkan kemampuan teknis produksi industri kecil melalui service

centre, Bisnis Development Centre, maupun bantuan langsung ke

perusahaan.

(c) Meningkatkan kemampuan diversifikasi produk dan berkembangnya

desain/ produk baru

(d) Fasilitasi permodalan ( modal investasi dan modal kerja).

(e) Peningkatan manajemen mutu ditingkat perusahaan.

Page 81: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Aspek produktivitas juga masih menjadi hal yang penting pada misi dan

strategi pengembangan kelompok industri kecil barang dari kulit, aspek SDM

pengrajin belum banyak dibahas dalam misi tersebut.

Kebijakan Pengembangan Industri Kecil

Pemerintah menetapkan kebijakan pengembangan industri kecil yang

pelaksanaannya akan didukung bersama oleh semua pihak/instansi terkait, serta

tersusun dari komponenkomponen kebijakan yang universal (kebijakan dan

strategi yang bersifat spesifik bagi industri kecil terletak pada kadar kepedulian di

tiap komponen kebijakan, serta bentuk langkah dan program spesifik dalam

strategi pembinaannya,misalnya diprioritaskannya pengolahan SDA dan karya

seni tradisional di masing-masing daerah (fokus pembinaan), insentif khusus,

prioritas pemberdayaan untuk industri kecil, bantuan teknik, kampanye penyatuan

visi tentang keberpihakan industri kecil semua instansi, dan proyek-proyek

spesifik industri kecil) yaitu :

(1) Menggariskan prioritas sektoral pengembangan industri kecil melalui

pemilihan jenis-jenis industri yang dijadikan fokus pengembangan, untuk

dijadikan acuan prioritas bagi aparat pembina secara terpadu/lintas instansi,

baik di pusat maupun di daerah, di mana pilihan jenis industri dan komoditi

yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kecocokan potensi dan prospek

tumbuh di daerah pengembangan yang bersangkutan, dengan mengutamakan

pengembangan ke daerah luar Pulau Jawa, khususnya daerah terpencil,

wilayah perbatasan dan kawasan timur Indonesia.

(2) Melakukan kegiatan pemberdayaan agar para pelaku industri kecil:

(a) Mempunyai wawasan dan jiwa wirausaha yang ulet, patriotik (cinta

produk dalam negeri), dan profesional.

(b) Mampu mengidentifikasi, mengembangkan ataupun memanfaatkan

peluang usaha.

(c) Mampu mendayagunakan sumberdaya produktif dan mengakses pasar

(lokal, dalam negeri maupun ekspor).

(d) Mempunyai kemampuan manajemen usaha, keahlian dan ketrampilan

teknis/teknologis.

Page 82: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

(e) Mampu membangun daya saing (berwawasan efisiensi, produktivitas dan

mutu, proaktif-kreatif-inovatif).

Pemberdayaan terhadap institusi (instansi-instansi teknis pembina, lembaga

litbang industri, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga keuangan, dunia

usaha, LSM, politisi, tokoh masyarakat, dan sebagainya) yang berkaitan

dengan pengembangan industri kecil juga dilakukan agar mereka :

(a) Mempunyai komitmen kuat untuk memajukan industri kecil yang

diwujudkan dalam bentuk pemberian perhatian, alokasi sumberdaya/dana,

upaya dan waktu yang lebih banyak untuk pengembangan industri kecil.

(b) Mempunyai wawasan konseptual untuk membuat program pengembangan

industri kecil yang berdayaguna dan berhasilguna.

(c) Bersikap konsisten dalam semangat keterpaduan untuk secara bersama

mendukung/melaksanakan program pengembangan industri kecil sesuai

dengan peran, fungsi dan tugas masing-masing.

(3) Mengembangkan iklim usaha yang lebih mendorong, melindungi dan

memberikan keleluasaan lebih besar kepada para pebisnis industri kecil untuk

tumbuh berkembang maju. Komponen iklim usaha yang bersifat teknis

utamanya adalah :

(a) Kepastian hukum dan kejelasan/kesederhanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang kondusif dan tidak membebani ekonomi.

(b) Tersedia cukupnya prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi

(investasi publik maupun swasta).

(c) Sistim insentif yang secara efektif dapat merangsang kegairahan ekonomi

melalui industri kecil.

(d) Kebijakan makro ekonomi yang menunjang, khususnya dari segi

ketersediaan dan kemudahan akses permodalan, suku bunga yang relatif

rendah, kestabilan nilai tukar valuta asing, dan sebagainya.

(e) Bantuan teknik dan subsidi pemerintah untuk program prioritas.

(f) Citra aparat pembina/fasilitator yang bersih (good governance).

(4) Meningkatkan pemberian layanan prima (fasilitasi) kepada pelaku industri

kecil, baik layanan administratif (perijinan/pencatatan/legalisasi/ketetapan

fasilitas/ rekomendasi, informasi kebijakan, dan sebagainya), maupun layanan

Page 83: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

bisnis berupa informasi bisnis yang diperlukan (pasar, peluang usaha,

teknologi, permodalan, mitra usaha, dan sebagainya.) maupun sistem dan

sarana penunjang yang dapat mendinamisasi dan memajukan daya-saingnya

(utamanya dengan mensosialisasikan penggunaan teknologi informasi yang

mutakhir).

(5) Selalu mengembangkan program yang inovatif, realistik dan membumi

(menyentuh kepentingan pelaku pasar di sektor riil), mampu menjawab

masalah aktual yang dihadapi sesuai kondisi nyata obyek binaan di lapangan.

Model Pemberdayaan Pengrajin

Kebutuhan peningkatan kapasitas pengrajin sangat mendesak untuk

dilakukan guna mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada konteks

pengrajin, makna pemberdayaan diartikan sebagai proses pembelajaran

berkesinambungan yang ditujukan untuk memberikan kekuatan kepada pengrajin

agar: (1) memiliki kesadaran atas kebutuhannya, (2) meningkat kualitas perilaku

berusahanya, (3) mandiri dalam seluruh aspek kegiatan usahanya, (4) memiliki

motivasi yang tinggi untuk memajukan usahanya, dan (5) peka dan tanggap dalam

melakukan perencanaan untuk keberlanjutan usahanya di masa mendatang.

Penyuluhan mempunyai fungsi yang sangat penting bagi pemberdayaan

pengrajin terutama dalam fungsi pengembangan sumberdaya manusia.

Penyuluhan yang telah dilakukan pada sentra industri kecil kerajinan di

Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan belum dilakukan secara melembaga

oleh penyuluh resmi yang ditugasi untuk pengembangan industri kecil.

Keberlanjutan program juga masih kurang, bahkan beberapa pengrajin

menyatakan belum pernah mendapat sentuhan penyuluhan.

Model pemberdayaan bagi komunitas pengrajin di kabupaten Sidoarjo dan

Magetan disusun dengan pendekatan input-process-output-outcome yang

didasarkan pada model teoritis yang telah teruji dan dikonfirmasi melalui model

persamaan struktural. Model pemberdayaan ini juga dilandasi oleh hasil sintesa

model intervensi komunitas Rothman (1974), yang merupakan gabungan

(intermixed) antara pendekatan development planning dan local development.

Pertimbangannya adalah: (1) masih rendahnya intensitas kegiatan penyuluhan, (2)

Page 84: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pengrajin masih sangat membutuhkan kontribusi dari pihak luar, (3) pengrajin

memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi, namun

masih banyak aspek yang belum kondusif.

Pada dasarnya model pemberdayaan ini merupakan upaya meningkatkan

keberdayaan pengrajin melalui proses pembelajaran yang menggunakan prinsip-

prinsip pendidikan orang dewasa yang dilaksanakan secara berkelanjutan oleh

seluruh stakeholder pembangunan komunitas pengrajin. Berdasarkan model

persamaan SEM yang terlihat pada Gambar 28, maka dirumuskan model

pemberdayaan pengrajin menuju kemandirian dan keberlanjutan usaha yang

tergambarkan pada Gambar 36.

Gambar 36 Model Pemberdayaan Pengrajin

Gambar 36. Model Pemberdayaan Pengrajin

Input Pengrajin

PROSESPenyuluhan yangmemberdayakan:

Fokus padaperubahanperilaku

PartisipatifPengrajin subyek

penyuluhanPenyuluh sebagai

educator,motivator,fasilitator, danadvokator.

Kelembagaanyang tepat

Diskusikelompok, praktekkerja, kunjunganlapangan.

OUTCOMEKemajuan

UsahaKeberlan-

jutanUsaha

INPUT

PengrajinLingkungan

(Pemda,NGO,Keluarga,Pemimpininformal)KebijakanPendukung

Usaha

OUTPUT

KualitasPerilakuWirausahaPengrajin:InovatifMampu

berinisiatifMampu

mengelolaresiko

Berdayasaing

KemandirianUsahaPengrajin:Permodala

nProses

produksiKerjasamaPemasaran

Pengrajin berdaya

Monitoring dan evaluasi

Page 85: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Kebutuhan pengrajin perlu diidentifikasi dengan jelas agar tidak terjadi

bias dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan. Diharapkan penyuluhan dapat

memberikan kepuasan bagi pelanggan, untuk memberikan kepuasan diperlukan

kesamaan antara kebutuhan pengrajin dengan substansi penyuluhan.

Berdasarkan hasil analisis desriptif, keberdayaan pengrajin masih rendah

yang ditunjukkan oleh aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan pengrajin dalam

berwirausaha dan dalam kemandirian usaha. Oleh karena itu, identifikasi

kebutuhan materi penyuluhan didasarkan pada perlunya peningkatan pengetahuan,

sikap dan ketrampilannya. Data tentang SDM pengrajin ini menjadi input bagi

penyelenggaraan program pemberdayaan.

Input Lingkungan

Tersedianya penyuluh yang kompeten merupakan prasarat

terselenggaranya penyuluhan yang mampu memberdayakan pengrajin. Karena

belum tersedia penyuluh lapang, maka proses fasilitasi dapat dilakukan oleh

penyuluh swakarsa atau swadaya. Penyuluh dikoordinasikan oleh pemerintah

daerah (melalui dinas perindustrian dan perdagangan dan dinas koperasi dan

UKM) bersama-sama dengan organisasi non pemerintah (badan usaha swasta,

perguruan tinggi, LSM, atau orkemas lainnya) dengan melibatkan pengrajin maju,

tokoh masyarakat, dan anggota masyarakat yang berpengalaman dalam persoalaan

pengrajin.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh penyuluh adalah komitmen yang

kuat untuk membimbing pengrajin melakukan perubahan mencapai keberdayaan

hidupnya. Penyuluh hendaknya: (1) memiliki pemahaman tentang masalah yang

dihadapi pengrajin, (2) mampu mengembangkan interaksi sosial yang harmonis

dengan segenap lapisan masyarakat, (3) memfasilitasi pengrajin agar dapat

melaksanakan siklus program secara mandiri dan berkelanjutan, dan (4) mampu

menumbuhkan jejaring secara internal dan eksternal untuk kebutuhan

pengembangan pengrajin.

Input Pendukung Usaha

Page 86: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Ketersediaan pendukung usaha terbukti berpengaruh positif terhadap

perkembangan kemandirian usaha. Oleh karena itu dibutuhkan ketersediaan

pendukung tersebut yaitu: bahan baku yang berkualitas, kepastian pasar,

ketersediaan teknologi peralatan produksi, dan keterjangkauan sarana transportasi.

Pemerintah perlu memberi dukungan kebijakan yang kondusif bagi ketersediaan

dan keterjangkauan pendukung usaha pengrajin.

Input Kebijakan

Dukungan kebijakan diperlukan dalam pengembangan industri kecil,

berupa pengalokasian anggaran untuk program pemberdayaan pengrajin dan

kebijakan untuk melembagakan kegiatan penyuluhan bagi pengrajin mengingat

belum adanya organisasi penyuluhan industri kecil yang otonom di kedua lokasi

usaha pengrajin.

Pemerintah juga perlu membuat kebijakan yang mendukung terciptanya

iklim berusaha yang kondusif, tata niaga bahan baku kulit, kebijakan impor

produk-produk sejenis yang dihasilkan negara lain, penyediaan infrastruktur yang

mampu mendukung perkembangan industri kecil seperti membangun sarana

informasi yang merata (akses informasi yang mudah). Sebab dalam rangka

otonomi daerah, pemerintah daerah paling berperan dalam pengambilan

keputusan pembangunan industri kecil.

Proses Penyuluhan Pemberdaya Pengrajin

Pokok-pokok pikiran mengenai proses penyuluhan yang memberdayakan

pengrajin merupakan hasil sintesa model intervensi komunitas (Rothman, 1968)

dan paradigma baru penyuluhan pembangunan (Slamet, 2003). Paradigma

penyuluhan yang memberdayakan pengrajin dideskripsikan pada Tabel 42.

Fokus Penyuluhan

Pengembangan industri kecil barang dari kulit didasarkan kepada

semangat untuk menumbuhkan ekonomi yang berciri kerakyatan, serta demi

untuk menghemat sumberdaya pembangunan yang terbatas. Pengembangan

industri kecil ditempuh dengan memilih sektor-sektor atau kelompok industri

Page 87: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

pilihan yang diprioritaskan sebagai penghela pertumbuhan industri kecil (fokus

pengembangan).

Tabel 42. Paradigma Penyuluhan yang Memberdayakan Pengrajin

Pokok Pikiran Paradigma Penyuluhan yang Memberdayakan

Fokus Penyuluhan Perubahan perilaku pengrajin dan keluarganya agardapat meningkatkan kesejahteraanya melalui usahakerajinan.

Pendekatan ▪PartisipatifPeran Pengrajin ▪Subyek penyuluhan

▪Sumber informasi dan pengolah informasiPeran penyuluh ▪Educator, penyuluh sebagai pendidik yang

menerapkan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa.▪Fasilitator, mendampingi pengrajin dalam kegiatan

usahanya, membangun network (jejaring) denganpasar, penyedia input atau dengan pemerintah.

▪Motivator, memotivasi pengrajin untuk menumbuhkankesadaran kritisnya hingga mampu menolong dirinyasendiri.

▪Advocator, berperan sebagai konsultan untukmenangani masalah pengrajin.

Aktor yang terlibat ▪Pemerintah daerah; organisasi non pemerintah(lembaga pendidikan, badan usaha swasta, koperasi,LSM, lembaga penelitian, atau LSM); pemimpininformal; dan keluarga.

Kelembagaan ▪Lembaga pemberdayaan yang independen adalahlembaga yang memiliki tenaga profesional dalambidang perilaku dan pemberdayaan yang memilikiakses pada tenaga ahli lintas disiplin ilmu.

Teknik Penyuluhan ▪Pelatihan▪Diskusi kelompok▪Simulasi▪Demonstrasi▪Praktek kerja▪Kunjungan lapangan

Output ▪Peningkatan kualitas perilaku wirausaha.▪Peningkatan kemandirian usaha.

Outcome ▪Kemajuan dan keberlanjutan usaha pengrajinTabel 42Paradigma Penyuluhan yang Memberdayakan Pengrajin

Pemerintah mengelompokkan industri kecil barang dari kulit

dikelompokkan ke dalam kelompok industri kecil berorientasi ekspor dengan

kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk memilih sektor-sektor prioritas atau

dijadikan fokus pengembangan adalah :

Page 88: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

(1) Ketersediaan bahan baku di dalam negeri.

(2) Tingkat dan jenis ketrampilan yang diperlukan sudah ada di dalam negeri.

(3) Tersedia dan terbukanya pasar.

(4) Komoditas/produk mempunyai prospek dipasarkan meskipun pada waktu ini

produksinya belum berkembang.

(5) Membutuhkan banyak tenaga kerja.

(6) Menunjang daerah terbelakang yang akan dikembangkan, khususnya daerah

terpencil, daerah perbatasan dan kawasan timur Indonesia.

(7) Terkait dengan upaya pelestarian seni-budaya daerah.

Industri berorientasi ekspor adalah industri yang telah mempunyai peluang

untuk mengisi/memasok kebutuhan pasar dunia di bidang produk yang dihasilkan,

baik atas dasar kelangkaan karena kurangnya pemasokan dari negara lain,

tingginya permintaan akan jenis produk spesifik dari Indonesia (keunggulan

komparatif), maupun terutama karena produknya telah berdayasaing tinggi

(unggul kompetitif).

Fokus pengembangan industri kecil yang ditetapkan pemerintah belum

menyentuh aspek afektif pengrajin sebagai pelaku usahanya padahal aspek ini

merupakan inti yang menggerakkan pengrajin untuk bertindak. Kegiatan

penyuluhan tidak hanya terfokus pada peningkatan pengetahuan dan ketrampilan

yang terbatas pada teknologi dan informasi yang dianjurkan, tetapi pada juga pada

teknologi dan informasi yang dibutuhkan petani dan keluarganya. Serta perubahan

pada kawasan afektif yang selama ini jarang mendapat sentuhan kegiatan

penyuluhan perlu lebih ditekankan (Tjitropranoto, 2003).

Berpijak pada pendapat tersebut, maka dalam konteks penyuluhan bagi

pengrajin, perlu difokuskan pada kawasan sikap pengrajin untuk berusaha secara

mandiri serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengembangkan

usaha kerajinannya sesuai dengan kebutuhan riilnya. Agar dapat mewujudkan

harapan tersebut, maka proses penyadaran pengrajin akan kebutuhan riilnya

menjadi salah satu prioritas kegiatan penyuluhan.

Penyuluhan yang memberdayakan pengrajin membutuhkan partisipasi

pengrajin dalam kegiatan perencanaan, implementasi, evaluasi. Oleh karena itu

Page 89: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

kesadaran pengrajin akan kebutuhan untuk berubah mampu menarik minat

pengrajin untuk terlibat dalam kegiatan penyuluhan.

Peran Pengrajin dan Penyuluh

Penyuluhan bagi pengrajin merupakan proses perubahan perilaku individu

pengrajin dan keluarganya melalui kapasitasi atau pengembangan kapasitas

sumberdaya manusia yang memegang prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa.

Pengrajin dibantu penyuluh untuk: mengakses informasi, menganalisis situasi

yang sedang mereka hadapi dan menemukan masalah-masalah, melakukan

perkiraan ke depan, melihat peluang dan tantangan, meningkatkan pengetahuan

dan mengembangkan wawasan, menyusun kerangka berpikir berdasarkan

pengetahuan yang mereka miliki, menyusun berbagai alternatif pemecahan

masalah yang mereka hadapi, dan melakukan monitoring dan evaluasi.

Pemerintah memposisikan pengelola usaha industri kecil sebagai

kelompok yang menjadi target pembinaan dan pengembangan industri kecil

barang dari kulit, sebagaimana disebutkan bahwa : “target group pembinaan

industri kecil adalah: (1) pengusaha industri kecil menengah yang produk dan

proses produksinya sudah mampu memenuhi persyaratan ekspor atau dapat

dengan mudah dibina sehingga memenuhi ketentuan dan persyaratan ekspor, dan

(2) para pedagang/trader yang menjembatani produsen industri kecil menengah

dengan pasar ekspor” (Deperindag, 2002).

Seyogyanya pengrajin diposisikan sebagai subyek pengembangan yang

sangat diharapkan keterlibatannya dalam proses penyuluhan, karena pengrajin

sebagai subyek pembangunan memiliki informasi yang sangat penting untuk

merencanakan program yang berhasil, termasuk tujuan, situasi, pengetahuan, serta

pengalaman mereka dengan teknologi dan struktur sosial masyarakat mereka.

Pengrajin yang dibina seyogyanya tidak dipatok persyaratan tertentu (misalnya:

ekspor atau mudah dibina) karena hal tersebut belum tentu menjadi kebutuhan

pengrajin. Selain itu, pengrajin akan lebih termotivasi untuk bekerjasama dalam

program pembangunan jika ikut bertanggung jawab didalamnya. Pada masyarakat

yang demokratis, pengrajin berhak terlibat dalam keputusan mengenai tujuan

Page 90: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

yang ingin mereka capai. Partisipasi masyarakat sebagai kelompok sasaran dalam

keputusan kolektif sangat dibutuhkan (van den Ban, 1999).

Peran penyuluh dalam kegiatan pemberdayaan pengrajin adalah sebagai:

(1) Educator, penyuluh sebagai pendidik yang menerapkan prinsip-prinsip

pendidikan orang dewasa; (2) Fasilitator, mendampingi pengrajin dalam kegiatan

usahanya, membangun network (jejaring) dengan pasar, penyedia input atau

dengan pemerintah, dan (3) Motivator, memotivasi pengrajin untuk

menumbuhkan kesadaran kritisnya hingga mampu menolong dirinya sendiri.

Pemerintah telah mengupayakan pemberdayaan aktor yang berperan dalam

pengembangan industri kecil agar: (1) mempunyai komitmen kuat untuk

memajukan industri kecil yang diwujudkan dalam bentuk pemberian perhatian,

alokasi sumberdaya/dana, upaya dan waktu yang lebih banyak untuk

pengembangan industri kecil, (2) mempunyai wawasan konseptual untuk

membuat program pengembangan industri kecil yang berdayaguna dan

berhasilguna, dan (3) bersikap konsisten dalam semangat keterpaduan untuk

secara bersama mendukung/melaksanakan program pengembangan industri kecil

sesuai dengan peran, fungsi dan tugas masing-masing (Deperindag, 2002).

Pemberdayaan aktor ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen dan

profesionalitas aktor dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan.

Pada penyuluhan yang memberdayakan pengrajin, diperlukan penyuluh

profesional yang memiliki keahlian sebagai penyuluh bukan keahlian dalam

penguasaan materi penyuluh. Menurut Tjitropranoto (2003) penyuluh yang

profesional tidak cukup hanya sebagai penyedia atau penyampai teknologi dan

informasi saja tetapi lebih diperlukan sebagai motivator, dinamisator, fasilitator

dan sebagai konsultan.

Kelembagaan penyuluhan danAktor yang Terlibat

Sebelum dilaksanakan tahap proses pemberdayaan dibutuhkan pelembaga-

an kegiatan penyuluhan melalui koordinasi dan komunikasi antar aktor yang

terlibat dalam penyelenggaran penyuluhan karena ini selamam ini penyuluhan

masih bersifat sporadis.

Page 91: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Pemerintah daerah didorong untuk secara bottom-up mengembangkan

program/proyek berdasarkan kajian potensi ekonomi daerah dan prospek pasar

masing-masing, dengan mengikuti kebijakan nasional sebagaimana termuat dalam

pedoman dan arahan pengembangan industri kecil. Setiap daerah didorong untuk

melakukan :

(1) Identifikasi sentra industri kecil yang berpotensi untuk ditumbuhkembangkan

berdasarkan peluang pasar lokal/regional dan nasional.

(2) Identifikasi terhadap peluang intervensi pemerintah, aspek kelemahan, dan

hambatan yang mengganggu suksesnya pengembangan industri kecil di

daerahnya, misalnya :

(a) Investasi pemerintah daerah (maupun kerjasama dengan swasta) untuk

pengembangan prasarana dan sarana usaha industri kecil.

(b) Bantuan teknik yang diperlukan.

(c) Pengaturan yang dapat menciptakan kepastian usaha dan iklim kondusif

bagi kegiatan usaha industri kecil, termasuk sistim insentif.

(d) Pengembangan sistim layanan fasilitatif dan penataran aparat pembina.

(e) Pemberdayaan para pelaku usaha.

(3) Identifikasi peluang investasi industri kecil yang memiliki bobot manfaat

tinggi bagi pembangunan masyarakat dan memiliki prospek layak usaha.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak hanya pemerintah

(pemerintah daerah) saja yang perlu memberikan dukungan bagi pada

pemberdayaan pengrajin, akan tetapi organisasi non pemerintah, keluarga dan

tokoh masyarakat juga sangat dibutuhkan keterlibatannya. Oleh karena itu

diperlukan koordinasi dalam bentuk fasilitasi program penyuluhan (penjadwalan,

penyiapan materi, penyediaan tenaga penyuluh, dan pendanaan) yang disesuaikan

dengan kebutuhan riil pengrajin. Keterkaitan antar aktor yang terlibat dalam

penyuluhan untuk pengrajin digambarkan pada Gambar 37.

Page 92: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Gambar 37Keterkaitan Antar Aktor Yang Terlibat dalam Penyuluhan Untuk PengrajinGambar 37. Keterkaitan Antar Aktor Yang Terlibat dalam

Penyuluhan Untuk Pengrajin

Peran aktor-aktor yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan adalah:

(1) Pemerintah Daerah yang terdiri dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan

Dinas Koperasi dan UKM sebagai fasilitator (penyuluh) yang selama ini

menyelenggarakan kegiatan pembinanaan dan pengembangan usaha kerajinan.

(2) Lembaga Pendidikan (Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta) yang berfungsi

sebagai pakar, penyedia informasi IPTEK dan dukungan pendidikan,

pelatihan, konsultasi, bimbingan dan penyuluhan.

(3) Lembaga Swadaya Masyarakat, sebagai fasilitator/penyuluh yang

menyelenggarakan proyek pembinaan dan pendampingan bagi pengrajin.

(4) Badan usaha (Perusahaan Swasta, BUMN, dan koperasi) memberikan

pembinaan terhadap pengrajin dalam bentuk pendanaan, konsultansi,

penguatan jejaring, dan pemagangan.

Selama proses pelaksanaan penyuluhan, pemerintah daerah dan organisasi

non pemerintah berkoordinasi dan berkomunikasi agar tidak terjadi overlapping

pada materi kegiatan. Pengrajin perlu berkelompok dengan didukung keluarga dan

pemimpin informal menyediakan suasana yang kondusif dalam penyelenggaraan

kegiatan penyuluhan.

Sumber dana pengembangan industri kecil dapat disediakan dari APBN,

APBD, hasil penyisihan laba BUMN untuk pembinaan usaha kecil dan koperasi

Pengrajin

Penyuluh

LembagaPendidikan

Pemda Badan Usaha

LSM

Kebutuhan Riilpengrajin

Fasilitasi programpenyuluhan

Page 93: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

(PUKK), dana untuk pelatihan tenaga kerja hasil kontribusi dari tenaga ekspatriat

(DPKK), dana dari hasil kerjasama gabungan antara pemerintah dengan swasta

(misalnya program Riset Unggulan Kemitraan/RUK untuk inovasi teknologi,

khususnya yang berkaitan dengan upaya memajukan industri kecil), serta dana

dari hibah maupun pinjaman dari luar negeri untuk pengembangan industri kecil.

Sumber dana alternatif yang perlu ditingkatkan penggunaannya adalah dari badan

usaha sebagai bentuk dari tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat,

khususnya pengrajin, yang dalam penelitian ini ditemukan terdapat beberapa

instansi badan usaha swasta yang telah mengalokasikan dananya untuk

pengembangan industri kecil.

Teknik dan Materi Penyuluhan

Menurut Tjitropranoto (2003) materi penyuluhan yang dibutuhkan klien

harus didasarkan pada kesempatan, kemauan dan kemampuan klien untuk

menerapkan dan atau memanfaatkannya.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang menunjukkan rendahnya

perilaku wirausaha dan kemandirian pengrajin, serta kecilnya kesempatan

pengrajin untuk memperoleh pendidika n non formal yang terkait dengan aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik dalam berwirausaha secara mandiri, maka

dirumuskan materi penyuluhan untuk memberdayakan pengrajin. Tujuan

penyuluhan adalah menyadarkan pengrajin akan kebutuhan mengelola usaha

secara mandiri agar kesejahteraannya meningkat oleh karena intervensi yang

dilakukan melalui kegiatan penyuluhan akan memberikan kesempatan pengrajin

untuk mencapai tujuan tersebut.

Kegiatan penyuluhan kewirausahaan lebih menekankan pada upaya

perubahan perilaku yang meliputi: pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang

berhubungan dengan keinovatifan, inisiatif, daya saing, dan pengelolaan resiko.

Materi yang perlu disampaikan dalam kegiatan penyuluhan kewirausahaan secara

ringkas tersaji pada Tabel 43

Tabel 43. Materi Pokok Penyuluhan Kewirausahaan

Materi PokokPerilaku Ranah Materi Penyuluhan

Teknik Penyuluhan

Page 94: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

WirausahaPengetahuan Sumber informasi inovatif

Penciptaan inovasiPenerapan inovasi

Sikap Ketertarikan terhadap sumber informasiinovatifKetertarikan untuk menciptakan inovasiKetertarikan menerapkan inovasi

Ketrampilan Kecepatan mencari sumber informasiinovatifKecepatan menghasilkan inovasi

Keinovatifan

Kecermatan menerapkan inovasi

Pendidikan/pelatihanMagangRiset danpengembangan

Pengetahuan Peluang usahaCara mengidentifikasi peluang usahaCara menjalankan peluang usaha

Sikap Ketertarikan terhadap peluang usahaKetertarikan melakukan identifikasipeluang usahaSikap dalam menjalankan peluang usaha

Ketrampilan Kecermatan menemukan peluang usahaKetelitian melakukan identifikasipeluang usaha

Inisiatif

Ketepatan menjalankan peluang usaha.

Pendidikan/pelatihanMagangBimbingan usaha

Pengetahuan Cara memprediksi resikoCara menghindari resikoCara menjalankan usaha yang beresiko

Sikap Sikap menghadapi kemungkinanterjadinya resikoSikap menghindari resikoSikap terhadap usaha yang beresiko

Ketrampilan Ketepatan memprediksi terjadinyaresikoKecermatan menjalankan usaha yangberisiko

PengelolaanResiko

Kecepatan menghindari risiko

MagangPendidikan/pelatihanBimbingan usaha

Pengetahuan Strategi bersaingKeunggulan bersaingEtika persaingan

Sikap Sikap untuk menghadapi persainganSikap terhadap etika persaingan usahaKetertarikan terhadap penerapan strategiusaha

Ketrampilan Kemampuan menghasilkan keunggulanbersaingKecepatan merumuskan strategibersaing

Daya Saing

Ketepatan memenangkan persaingan

MagangPendidikan/pelatihanBimbingan usaha

Tabel 43Materi Pokok Penyuluhan KewirausahaanKegiatan penyuluhan tentang kemandirian usaha bertujuan meningkatkan

kemandirian pengrajin melalui berubahnya perilaku meliputi: pengetahuan,

ketrampilan dan sikap yang berhubungan dengan proses produksi, pemasaran,

permodalan, kerjasama dan pengelolaan usaha dengan tujuan untuk meningkatan

pendapatan dan kesejahteraan pengrajin dan akhirnya dapat memperbaiki kualitas

Page 95: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

kehidupan pengrajin. Materi yang perlu disampaikan dalam kegiatan penyuluhan

tentang kemandirian usaha secara ringkas tersaji pada Tabel 44.

Tabel 44. Materi Pokok Penyuluhan tentangKemandirian Usaha

Materi PokokKemandirianUsaha

Ranah Materi penyuluhanTeknikPenyuluhan

Pengetahuan Sumber permodalanCara mengakses sumber permodalanPengelolaan modal

Sikap Tanggapan terhadap sumber permodalan alternatifKetertarikan mengakses sumber permodalan alternatifHemat dalam pengelolaan modal.

Ketrampilan Kecepatan mencari modalKetepatan mengakses sumber permodalan

(5) Permodalan

Kecermatan mengelola modal.

Pendidikan/pelatihanBimbinganpermodalan

Pengetahuan Tahapan proses produksiCara kerja peralatan produksiPersyaratan mutu produksi

Sikap Ketertarikan atas setiap tahapan produksiKetertarikan atas cara kerja peralatan produksiKetertarikan terhadap pentingnya mutu produksi

Ketrampilan Ketepatan menjalankan tahapan produksiKecermatan menggunakan peralatan produksi

(6) ProsesProduksi

Ketepatan memenuhi persyaratan mutu produksi

MagangPendidikan/pelatihanRiset danpengembanganBimbinganproduksi

Pengetahuan Bentuk kerjasamaPerjanjian kerjasamaCara melakukan kerjasama

Sikap Sikap mengutamakan kerjasama kemitraan(partnership)Sikap percaya diri dalam bekerjasamaSikap terhadap tindakan subordinasi dan deprivasikerjasama

Ketrampilan Kecermatan memilih bentuk kerjasamaKetelitian menyusun perjanjian kerjasama

(7) Kerjasama

Kecermatan bekerjasama dengan pihak lain

MagangPendidikan/pelatihanBimbingankerjasama

Pengetahuan Bauran promosiTeknik menjualMutu pelayanan

Sikap Ketertarikan terhadap kegiatan bauran promosiTanggapan terhadap perkembangan teknik menjualSikap mengutamakan kualitas pelayanan

Ketrampilan Kecermatan mempromosikan produkKecepatan menjual produk

(8) Pemasaran

Keluwesan melayani pelanggan

MagangPendidikan/pelatihanBimbinganpemasaran

Tabel 44Materi Pokok Penyuluhan tentang Kemandirian Usaha

Dalam program penyuluhan bagi pengrajin, warga belajarnya adalah orang

yang dewasa, mereka mempraktekkan langsung hal yang ingin dikembangkan

pada dirinya, terutama kemampuan untuk mengelola usaha serta dalam mengubah

Page 96: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

sikap sendiri. Memperhatikan kondisi tersebut, maka teknik penyelenggaraan

penyuluhan menekankan pada cara berfikir reflektif dengan konsep aksi dan

refleksi. Penyuluhan dilakukan dalam bentuk: (1) pendidikan/pelatihan yang

menggunakan teknik diskusi kelompok, simulasi, atau demonstrasi, (2)

pemagangan pada badan usaha yang lebih besar atau pengrajin maju untuk

memberi pengalaman langsung tentang materi tertentu, (3) bimbingan usaha oleh

penyuluh/fasilitator secara berkelanjutan dalam membantu pemecahan masalah

pengrajin.

Proses belajar dapat dilakukan dimana saja, sehingga proses belajar tidak

hanya harus berlangsung di dalam kelas. Setiap materi yang diberikan dalam

proses belajar merupakan alternatif pemecahan masalah. Warga belajar akan

mengenal proses pemecahan masalah melalui keikutsertaannya secara langsung

dan mereka mampu menghubungkan pemecahan masalah yang dipelajari.

Kegiatan penyuluhan yang menggunakan prinsip-prinsip pendidikan orang

dewasa perlu memegang teguh tujuh falsafah-falsafah yang dapat menyukseskan

keberhasilan penyuluhan (Asngari, 2001) yaitu: (1) Falsafah Pendidikan, (2)

Pentingnya Individu, (3) Falsafah Demokrasi, (4) Falsafah Bekerjasama, (5)

Falsafah Membantu Klien untuk Membantu Dirinya Sendiri, (6) Falsafah

Kontinyu, dan (7) Falsafah membakar sampah secara tradisional yaitu membantu

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi klien dengan memilah-milahkan

keadaan individu klien.

Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah pusat dalam

mengembangkan industri kecil pada kelompok industri kecil barang dari kulit

adalah:

(1). Pemberian Bantuan Teknik, Bantuan Modal dan Prasarana /Sarana Penunjang

Dalam rangka peningkatan kemampuan, pemberian dukungan kelancaran

usaha, akses pasar, penyediaan prasarana dan sarana usaha, dukungan

permodalan, pengenalan teknologi dan alat produksi, dan sebagainya., intervensi

pemerintah untuk memajukan Industri Kecil (selain melalui pemberdayaan SDM)

dapat berupa pemberian bantuan antara lain : (a) pengembangan feeder points

untuk penyediaan bahan baku/ bahan penolong, (b) bantuan hibah barang modal

(mesin dan peralatan), (c) bantuan promosi melalui penyelenggaraan pameran, (d)

Page 97: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

bantuan sarana usaha lingkungan industri kecil, dan (e) bantuan alokasi dana

untuk modal usaha kecil (modal ventura, dana bergulir, penyisihan laba BUMN,

kredit industri kecil, kredit modal kerja permanen.).

(2). Pemberdayaan SDM (Pendidikan dan Pelatihan)

Kegiatan pemberdayaan kemampuan SDM melalui Pendidikan dan

Pelatihan yang pernah dilakukan adalah : (a) kursus/pelatihan manajemen

sederhana, (b) pelatihan teknologi produksi untuk berbagai jenis usaha industri

kecil, (c) pelatihan manajemen dan teknik pemasaran, dan (d) pelatihan desain

produk.

(3). Kelembagaan

Pengembangan kelembagaan yang telah dilakukan untuk memajukan

industri kecil, antara lain: (a) pembangunan sentra-sentra industri kecil dan (b)

pengembangan pusat promosi khusus.

Output

Pemerintah menetapkan output yang dihasilkan oleh pengembangan

industri kecil kelompok barang dari kulit yaitu:

(1) Bertambahnya jumlah perusahaan yang mampu membuat produk yang

memenuhi permintaan ekspor (memenuhi persyaratan QCD)

(2) Meningkatnya produktivitas dan effisiensi industri kecil binaan sehingga

mampu memenuhi persyaratan permitaan ekspor.

(3) Berkurangnya jumlah dan nilai impor dari produk orientasi ekspor dipasaran.

(4) Meningkatnya minat, volume dan nilai ekspor para eksportir produk IKM.

(5) Penghematan devisa.

Kelima output tersebut belum mampu menunjukkan keberdayaan dan

keberlanjutan usaha pengrajin karena lebih banyak pada output produktivitas dan

ekspor. Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran keberhasilan kegiatan program

pemberdayaan pengrajin adalah perubahan perilaku wirausaha dan tingkat

kemandirian usahanya. Oleh karena itu, disamping aspek produktivitas dan

orientasi ekspor, seyogyanya program pengembangan industri kecil mampu

menghasilkan pengrajin dengan perilaku wirausaha yang berkualitas tinggi adalah

memiliki ciri: (1) ulet mencari informasi baru, (2) melakukan modifikasi untuk

meningkatkan kinerja usaha, (3) mampu menghasilkan inovasi penunjang

Page 98: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

perkembangan usaha, (4) mengupayakan untuk memulai memproduksi jenis

produk baru, (5) mengupayakan untuk melayani pangsa pasar baru, (6) sesegera

mungkin memanfaatkan peluang usaha, (7) memprediksi terjadinya resiko pada

setiap akan dimulainya usaha, (8) selalu percaya diri dalam menghadapi resiko,

(9) mengupayakan meningkatkan kemungkinan sukses dan mengurangi

kemungkinan gagal, (10) mengupayakan pembuatan produk yang bermutu sesuai

selera konsumen dan permintaan pasar, (11) berusaha meraih penjualan tertinggi

dibanding pengrajin lainnya, dan (12) mengamati setiap perubahan lingkungan

persaingan dan menyiapkan strategi bersaing yang tepat/sehat.

Pengrajin yang mandiri usahanya adalah memiliki ciri: (1) mampu

membuat dan mengembangkan desain produk sesuai dengan perkembangan

permintaan konsumen, (2) terampil, cekatan dan teliti dalam berproduksi mampu

menghasilkan produk sesuai memiliki unifikasi sesuai dengan standar yang

diinginkan konsumen, (3) melakukan upaya modifikasi peralatan efisien dan

sesuai dengan tuntutan produk, (4) mampu mengembangkan teknik produksi yang

paling efisien dan sesuai dengan tuntutan produk, (5) menghasilkan produk yang

dibutuhkan konsumen (orientasi pasar), (6) melayani pembeli dengan pelayanan

prima, (7)mempromosikan produk untuk meraih loyalitas pelanggan, (8) meng-

utamakan kepuasan konsumen mampu mencari sumber permodalan alternatif, (9)

mampu meraih modal sesuai kebutuhan usaha, (10) mampu mengelola modal dan

berkeinginan tinggi mengakumulasikan keuntungan ke dalam investasi modal,

(11) percaya diri dalam bekerjasama dalam lingkup yang lebih luas, (12) mampu

bekerjasama dengan pelanggan, distributor, supplier dan pemodal demi kemajuan

bersama, (13) mampu bersinergi dengan menghindari subordinasi dan deprivasi

dalam kerjasama, dan (14) memiliki orientasi kerjasama untuk jangka panjang dan

kemitraan.

Penilaian keberhasilan pemberdayaan sebaiknya dilakukan pengrajin

karena mereka yang paling merasakan adanya perubahan perilaku tersebut.

Apabila pengrajin menilai program belum memberikan hasil yang memuaskan,

maka pengrajin dapat memberikan umpan balik untuk penyempurnaan

pemberdayaan pada masa mendatang.

Outcome

Page 99: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Hasil jangka panjang dari peningkatan pemberdayaan pengrajin adalah

tercapainya kemajuan usaha dan keberlanjutan usaha. Usaha yang maju ditandai

dengan: (1) volume produksi meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan

konsumen, (2) mengalami peningkatan (improvement) volume penjualan dan

perluasan daerah pemasaran, (3) terdapat variasi jenis produk yang dihasilkan, (4)

terdapat peningkatan jumlah modal, (5) selalu mengupayakan penggunaan waktu

secara lebih produktif, (6) mengupayakan penggunaan sumber daya manusia lebih

berkualitas secara optimal, (7) berusaha meningkatkan nilai tambah dan meraih

peluang, (8) melakukan kegiatan penganggaran pada setiap kegiatan usaha

sebagai acuan pengeluaran biaya, (9) menyusun perencanaan berbasis pada

evaluasi, (10) memiliki struktur yang mengikuti fungsi pencapaian tugas,

(11)mempunyai target dan pencapaian target pada setiap periode tertentu, dan

(12)mengevaluasi pencapaian target berdasarkan periode tertentu.

Usaha yang berkelanjutan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) mampu

menghasilkan produksi barang secara terus menerus, (2) melakukan perencanaan

produksi dengan didasarkan prediksi jumlah kebutuhan konsumen, (3) selalu

mengupayakan dihasilkannya produk bermutu sesuai kebutuhan konsumen,

(4)senantiasa mengupayakan terpenuhinya target penjualan trend penjualan

meningkat, (5) selalu melakukan tindakan proaktif untuk melayani konsumen,

(6)secara sadar mengalokasikan dana untuk promosi, (7) melakukan perencanaan

kebutuhan bahan baku yang tepat dan secara periodik, dan (8) selalu

mengupayakan pengendalian bahan baku secara cermat selalu mengupayakan

terpenuhinya kebutuhan bahan baku yang bermutu.

Monitoring dan Evaluasi

Tujuan dari monitoring dan evaluasi adalah untuk memberikan umpan

balik berupa koreksi atau pelurusan apabila terjadi penyimpangan dalam

pelaksanaan dan berupa rekomendasi-rekomendasi bagi perbaikan dan

penyempurnaan proses perencanaan selanjutnya.

Kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan secara formal oleh

penyuluh berdasarkan tolak ukur perilaku wirausaha dan kemandirian usaha yang

telah disusun bersama-sama dengan pengrajin pada tahap perencanaan. Ukuran

Page 100: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

keberhasilan program yang dilakukan oleh penyuluh tersebut tidak akan

memberikan dampak yang lebih baik bagi penyempurnaan kegiataan tanpa

didukung evaluasi yang dilakukan oleh pengrajin, mengingat pengrajin sebagai

subyek pemberdayaan yang lebih merasakan terjadinya perubahan pada

perilakunya.

Program Aksi Pengembangan Industri Kecil

Model pemberdayaan pengrajin yang dirumuskan di atas, juga masih

relevan untuk memperoleh dukungan dari beberapa program aksi pengembangan

industri kecil dan menengah yang telah dirumuskan pemerintah melalui jalur

pengembangan sektoral yaitu pengembangan kelompok-kelompok industri.

Pemerintah telah merumuskan beberapa program pendukung yang secara umum

diperlukan untuk memfasilitasi pengembangan dan merangsang pertumbuhan

kelompok-kelompok industri kecil. Namun program tersebut belum sepenuhnya

diterapkan pada kelompok industri kecil barang dari kulit. Perlu dilakukan

evaluasi terhadap efektifitas dan pemerataan program-program tersebu pada

kelompok industrik ecil yang ada pada masing-masing daerah. Adapun jenis-jenis

program pendukung yang masih relevan dengan model pemberdayaan pengrajin

adalah program yang bersifat pengembangan kelembagaan, program penunjang

iklim usaha, dan fasilitasi bagi kemajuand an keberlanjutan usaha pengrajin.

Pengembangan Business Development Services (BDS)

BDS atau Layanan Pengembangan Usaha didefinisikan oleh Committee of

Donor Agencies for Small Enterprise Development sebagai jasa layanan non-

finansial yang mencakup beraneka upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan

dan pembangunan daya tumbuhnya ke depan (khususnya industri kecil), seperti

penguatan sumberdaya produktifnya, akses dan pengembangan pasarnya, maupun

peningkatan kemampuan bersaing lainnya.

Keaneka-ragaman layanan BDS meliputi berbagai bentuk seperti :

konsultansi manajemen (teknis, produksi, riset pasar, pemasaran, keuangan,

pengembangan usaha), pelatihan, pengembangan desain, jasa informasi, dan

Page 101: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

sebagainya. dengan bentuk lembaga pelayanan antara lain melalui pembangunan

Unit Pelayanan Teknis (UPT), pembentukan kelompok Tenaga Fungsional

Penyuluh Perindustrian (TFPP), Klinik Layanan Kemasan dan Merk, Unit

Pelayanan Informasi, Unit Pengembangan Desain Produk, maupun dorongan

pembentukan usaha jasa di bidang BDS oleh swasta yang beroperasi secara

profesional dan komersial, khususnya bagi segmen industri menengah atas

(maupun besar). Keberadaan BDS bagi industri kecil binaan akan banyak

membantu penyehatan dan pengembangan usahanya, dalam batas-batas beban

biaya yang ringan atau tidak terlalu berat.

Jenis-jenis layanan yang diberikan melalui BDS disesuaikan dengan

kebutuhan industri kecil di tiap daerah, tergantung pada jenis industrinya maupun

kondisi kehidupan industri di lokasi masing-masing. Pembiayaan operasi

pelayanan BDS untuk industri kecil utamanya dipikul oleh pemerintah, baik dari

APBN, APBD, maupun yang berasal dari dana bantuan luar negeri, kecuali bagi

usaha industri menengah atas yang sudah mampu tumbuh sehat secara mandiri

dibenarkan untuk memungut fee oleh lembaga swadana pemberi layanan milik

pemerintah maupun oleh konsultan swasta.

Klinik Layanan Kemasan dan Merek

Klinik ini berfungsi membantu pengusaha industri kecil untuk

memperbaiki dan mengembangkan sistim pengemasan produk yang dihasilkan,

serta memecahkan masalah kemasan yang dihadapinya. Klinik ini juga membantu

pengusaha industri kecil dalam pengembangan merek produk yang dihasilkan,

dengan adanya klinik ini diharapkan para pengusaha industri kecil akan lebih

terbantu dan teringankan upaya dan bebannya untuk melakukan promosi

penjualan produknya dengan penuh percaya-diri karena lebih memperoleh citra

positif dari segi mutu dan kesan elitis di mata konsumen.

Lingkup Industri yang dilayani klinik ini adalah: industri-industri pangan,

sandang dan kerajinan tertentu. Lokasi/Daerah diadakannya Klinik ini disesuaikan

dengan populasi industri sasaran layanan yang tergolong prioritas.

Pengembangan Trading House

Page 102: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Trading House merupakan kegiatan usaha bersemangat kemitraan yang

berfungsi membantu memasarkan berbagai produk-produk industri kecil secara

bulk khususnya untuk ekspor, berhubung kemampuan mengekspor para produsen

industri kecil secara individual terbatas, atau kalau dilakukan sendiri kurang

efisien (upaya ekspor kurang sepadan dengan hasilnya). Trading house diharapkan

dapat membantu melakukan modifikasi penampilan produk (misalnya melalui

pengemasan dan pemberian merk) agar dapat lebih memenuhi selera pasar di

negara tujuan ekspor.

Trading house juga berfungsi untuk melakukan survey pasar dan

mempelajari fenomena pasar dalam rangka menghimpun permintaan pasar dunia,

termasuk menghimpun pesanan barang beserta spesifikasi teknis dan mutunya,

untuk dipesankan pembuatannya kepada para produsen industri kecil dalam

negeri. Trading house juga dapat menyelenggarakan promosi dagang, dengan

adanya trading house maka pemasaran ekspor produk industri kecil akan sangat

terbantu kelancaran dan peningkatannya. Lingkup komoditi yang ditangani

ekspornya lebih diutamakan bagi produk-produk industri kecil.

Layanan Informasi

Layanan Informasi baik informasi bisnis maupun informasi mengenai

kebijakan dan ketentuan administratif dimaksudkan untuk memberikan

kemudahan dan keringanan bagi pengusaha industri kecil yang pada umumnya

kurang berkemampuan dalam mendapatkan informasi yang sangat mereka

perlukan untuk menunjang usahanya. Tersedianya informasi yang dapat diperoleh

secara mudah dan murah akan sangat membantu para pengusaha untuk

mengambil keputusan dan langkah bisnisnya secara cepat dan tepat. Hal ini akan

membantu pengusaha industri kecil dalam memanfaatkan peluang pasar, peluang

usaha, peluang akses permodalan, peluang kemitraan usaha, peluang

memanfaatkan fasilitas, dan sebagainya.

Jenis informasi yang ditawarkan dalam layanan terutama diutamakan yang

berkaitan dengan kebutuhan kalangan industri kecil, khususnya industri kecil yang

tergolong prioritas untuk dikembangkan. Adapun fungsi dan kegunaannya adalah:

Page 103: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

memasyarakatkan penggunaan perangkat penunjang (yaitu teknologi

informasi) untuk memodernisasi sistim pengelolaan usaha bagi industri

kecil.

membantu pengusaha industri kecil untuk mendinamisasi langkah-langkah

bisnis yang perlu diambil oleh para pengusaha agar dapat mengambil

keputusan cepat, memudahkan pengelolaan dan pengendalian bisnisnya

secara lebih cepat, tepat dan akurat, sehingga tidak akan ketinggalan dalam

persaingan usaha.

Adapun lingkup teknologi informasi yang perlu dimasyarakatkan di

kalangan industri kecil terutama adalah yang berkaitan dengan kegiatan spesifik

bidang usahanya, misalnya sistim administrasi pengadaan barang, keuangan,

pemasaran dan informasi pasar.

Pengembangan Desain Produk

Program ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran para pengusaha

industri kecil akan peran pentingnya desain produk untuk merebut pasar. Dengan

tumbuhnya kesadaran dan tertariknya para pengusaha untuk berpeduli kepada

aspek desain produk, diharapkan akan dapat menambah kemampuan bersaing dan

agresivitas para pengusaha industri kecil dalam merebut pasar.

Pemberian SME’s Award

Pemberian penghargaan kepada pihak yang telah berjasa ikut

mengembangkan industri kecil dimaksudkan sebagai salah satu sistim perangsang

pelengkap yang ditujukan untuk mendorong semua pihak berpeduli kepada upaya

memajukan industri kecil. Sistim pemberian award ini memperoleh dukungan dari

pemegang otoritas tertinggi (Kepala Negara). Hal ini diharapkan akan dapat

menimbulkan citra dan reputasi baik bagi mereka yang telah berjasa

mengembangkan industri kecil, selain itu juga dapat berpengaruh terhadap simpati

dan dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap kegiatan profesi/usaha

maupun gerakan moral pembangunan dari yang bersangkutan.

Page 104: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

Sistim perangsang pemberian award ini diharapkan akan bisa ikut

mendorong semakin banyaknya peminat dan pemerduli untuk menjadi penggerak

pengembangan industri kecil. Lingkup Penerima Penghargaan adalah:

Para pengusaha industri kecil yang telah berhasil mengembangkan industri

kecil dengan sukses dan berkembang, dengan bobot nilai prestasi yang

besar.

Anggota masyarakat lainnya yang dinilai telah berjasa ikut memajukan

industri kecil.

Pemasyarakatan HaKI

Pemasyarakatan HaKI di kalangan pengusaha industri kecil dimaksudkan

untuk menimbulkan kesadaran akan pentingnya daya kreasi dan inovasi

intelektual sebagai kemampuan yang perlu diraih oleh para pengusaha industri

yang ingin maju sebagai faktor pembentuk kemampuan daya saing industri. Oleh

karena itu karya temuan orang lain yang didaftarkan untuk dilindungi harus

dihormati dan dihargai.

Di samping itu kesadaran dan wawasan mengenai HaKI diharapkan akan

dapat menimbulkan motivasi dan dorongan agar pengusaha industri kecil

terdorong untuk berkreasi dan berinovasi di bidang produk dan teknologi

produksi, serta manajemen. Lingkup pemasyarakatan dilakukan terhadap:

Pemasyarakatan HaKI kepada para pengusaha.

Bimbingan penerapan HaKI pada level unit usaha.

Pengembangan Klinik HaKI di daerah.

Pengembangan kerjasama antara Klinik HaKI Pusat dan Daerah.

Pengembangan Prasarana dan Sarana Fisik

Prasarana dan Sarana Fisik bagi industri kecil antara lain meliputi :

Kawasan Industri Kecil dan Menengah dengan sewa murah, showroom bagi

produk industri kecil menengah dan kerajinan, pergudangan dan pengangkutan,

unit pengo lahan limbah, situs informasi (website) dan fasilitas penunjang lainnya.

Kebutuhan akan prasarana dan sarana penunjang ini dipertimbangkan menurut

Page 105: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

tingkat kebutuhan, efisiensi dan kelaikannya untuk diadakan/dibangun bagi

kepentingan industri kecil secara bersama di suatu daerah/atau skala nasional

Prasarana dan sarana fisik ini diadakan untuk memfasilitasi kegiatan usaha

industri kecil di suatu daerah/nasional secara lebih efisien, cepat dan efektif,

termasuk promosi pemasarannya, dengan efisiensi dan kelancaran operasi yang

diraih akan menimbulkan dampak peningkatan daya saing industri kecil (di

tingkat daerah, nasional maupun global) yang pada gilirannya akan memperluas

pasar dan kapasitas produksi.

Industri kecil yang dibantu dengan fasilitas prasarana/sarana penunjang

hanya segmen industri kecil yang kondisinya di daerah yang bersangkutan dinilai

mendesak dan mutlak tingkat kebutuhannya akan dukungan fasilitas tersebut

untuk bisa tumbuh berkembang secara sehat dan berkelanjutan.

Pemasyarakatan Sistim Gugus Kendali Mutu (GKM)

GKM adalah suatu sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk

meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka

meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan. Sistim ini dilaksanakan melalui

pemasyarakatan cara pandang, cara analisa dan diagnosa dan solusi sesuatu

masalah (inefisiensi, produktivitas rendah dan rendahnya mutu pekerjaan/produk)

di lingkungan kerja seluruh jajaran SDM perusahaan, sehingga dapat membentuk

kebiasaan (habit) yang diterapkan dalam etos kerja dan budaya produksi

kompetitif.

Penerapan/pentradisian GKM di lingkungan perusahaan industri kecil akan

ikut mempercepat sosialisasi budaya produksi kompetitif melalui praktek nyata

dalam kehidupan perusahaan sehari-hari, sehingga hasilnya akan jauh lebih efektif

daripada sistim ceramah teori yang sering terkendala oleh daya-serap peserta dari

kalangan industri kecil.

Apabila pemasyarakatan GKM dapat diterapkan semakin meluas di

kalangan industri kecil, hal ini akan berdampak positif bagi kemajuan dan

pertumbuhan industri kecil terutama oleh faktor pendorong knowledge-based.

Mengingat luasnya sasaran/populasi obyek binaan, maka penerapan

gerakan GKM di kalangan industri kecil perlu menempuh prioritas dengan

Page 106: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

mendahulukan industri kecil yang tingkat tantangan kompetisi pasarnya cukup

tajam. Meskipun demikian, pemasyarakatan GKM tidak boleh diskriminatif bagi

jenis-jenis industri yang sudah waktunya memerlukan, dan penerapannya

dilakukan simultan di semua daerah. Keterbatasan kapasitas pemasyarakatan

GKM mendorong perlunya ditempuh program TOT (Training of Trainers).

Pengembangan Bakat Ketrampilan Tradisional

Karya seni tradisional berpangkal dari bakat seni tradisional yang

diwariskan secara turun-temurun. Potensi adanya bakat ketrampilan karya seni

tradisional ini apabila tidak didayagunakan melalui kegiatan produksi barang seni

yang laku dijual dengan menimbulkan nilai-tambah yang dapat menghidupi, lama

kelamaan akan bisa punah (generasi muda tidak tertarik untuk menggeluti) karena

tidak bisa bersaing dengan lapangan kerja yang lain. Dilain pihak apabila

kekayaan budaya ini dapat dilestarikan dengan improvisasi seni, sentuhan

teknologi dan manajemen yang tepat, maka potensi sumberdaya berupa bakat

ketrampilan seni tradisional daerah tersebut akan dapat dikembangkan menjadi

kegiatan ekonomi yang menghidupi masyarakat secara berkelanjutan, yang

karenanya justru dapat melestarikan peninggalan budaya tersebut.

Pengembangan bakat ketrampilan seni tradisional berguna untuk

menumbuhkannya menjadi kegiatan produktif yang menghasilkan nilai-tambah.

Dengan demikian akan dapat melestarikan bahkan mengembangkan/ memajukan

seni tradisional daerah. Bakat ketrampilan yang dikembangkan tergantung jenis

bakat yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi kegiatan ekonomi

yang menghasilkan nilai-tambah (terutama yang dapat prospek untuk

menghasilkan produk ketrampilan unggulan daerah) yang terdapat di daerah

masing-masing.

Peningkatan Peran Wanita di bidang IDKM

Peningkatan peran partisipasi wanita dalam kegiatan usaha lebih tepat

dimaksudkan sebagai upaya untuk mensosialisasikan wawasan industri atau

wawasan produktif secara lebih cepat meluas ke kalangan masyarakat dengan

mendayagunakan wanita sebagai media sosialisasi/penyebaran. Pendayagunaan

Page 107: Hasil akhir penelitian ini adalah menyusun model ... · Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) barang dari bahan kulit di Jawa Timur. Beberapa jenis produk yang mampu dihasilkan

wanita sebagai media sosialisasi wawasan industri dan wawasan produktif ini

berarti juga untuk mendayagunakannya sebagai media modernisasi bagi

masyarakat. Tingkat peran wanita dalam kegiatan industri tersebar dari tataran

sebagai tenaga pekerja biasa, tenaga pekerja trampil, sampai dengan tingkat

manajemen maupun sebagai wirausaha.

Secara bersamaan, metoda tersebut sekaligus akan menimbulkan dampak

manfaat dan kegunaan dari berbagai aspek, antara lain :

(a) Secara psikologis kaum wanita akan mempunyai kepercayaan diri yang

meningkat karena semakin banyak yang terlibat dalam kegiatan

produktif/industri, sehingga posisi mereka yang pada umumnya terkesan

termarjinalkan akan semakin bergeser menjadi tenaga produktif dalam

ekonomi nasional.

(b) Secara ekonomis, dengan semakin meningkatnya partisipasi kaum wanita

dalam kegiatan produktif, maka secara agregat potensi tenaga produktif secara

nasional akan meningkat secara nyata.

(c) Memperkecil risiko negatif yang dapat diakibatkan oleh kerawanan

pengangguran di kalangan angkatan kerja wanita.

(d) Membantu peningkatan pemerataan kesejahteraan ekonomis di kalangan

masyarakat.

(e) Karakter kerja dan talenta kaum wanita banyak yang cocok dan menunjang

upaya pemenuhan tuntutan mutu produk industri kecil (industri kerajinan,

produk seni, dan produk yang memerlukan ketelitian dan ketelatenan

pengerjaan/workmanship).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan