hamil dengan hbsag +

Upload: rahman-wahyudin

Post on 09-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kedokteran. kebidanan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangInfeksi virus Hepatitis B (HBV) yang pertama kali ditemukan pada tahun 1996, telah terjadi pada lebih dari 350 juta penduduk di seluruh dunia. Infeksi HBV saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar serta serius, karena selain manifestasinya sebagai penyakit HBV akut beserta komplikasinya, lebih penting lagi ialah dalam bentuk sebagai karier, yang dapat menjadi sumber penularan bagi lingkungan.1,3Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak perkutaneus atau permukosal terhadap cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi HBV, melalui hubungan seksual dan transmisi perinatal dari seorang ibu yang terinfeksi ke bayinya. Manifestasi klinis dapat bervariasi mulai dari hepatitis subklinik hingga hepatitis simtomatik, dan meskipun jarang dapat terjadi hepatitis fulminan. Komplikasi jangka panjang dari hepatitis mencakup sirosis hepatis dan hepatoma.1Infeksi VHB pada wanita hamil dapat ditularkan secara tranplasental dan 20 % dari anak yang terinfeksi melalui jalur ini akan berkembang menjadi kanker hati primer atau sirosis hepatis pada usia dewasa. Oleh karena itu bayi yang lahir dari ibu carier HBsAg harus diimunisasi dengan memberikan immunoglobulin dan vaksin hepatitis B segera.Saat ini di seluruh dunia diperkirakan lebih 350 juta orang pengidap HBV persisten, hampir 74 % (lebih dari 220 juta) pengidap bermukim dinegara-negara Asia. Bagian dunia yang endemisitasnya tinggi adalah terutama Asia yaitu Cina, Vietnam, Korea, dimana 5070 % dari penduduk berusia antara 30 40 tahun pernah kontak dengan HBV, dan sekitar 10 15 % menjadi pengidap Hepatitis B Surfase Antigen (HbsAg). Menurut WHO Indonesia termasuk kelompok daerah dengan endemisitas sedang dan berat (3,5 20 %).1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISIHepatitis B merupakan penyakit infeksi virus pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B.2,3 Virus hepatitis B menyerang hati, masuk melalui darah ataupun cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi seperti halnya virus HIV. Virus hepatitis B adalah virus nonsitopatik, yang berarti virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan langsung pada sel hepar. Sebaliknya, adalah reaksi yang bersifat menyerang sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyebabkan radang dan kerusakan pada hepar.3

B. ETIOLOGI DAN PATOGENESISHepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen Australia. Virus ini termasuk DNA virus.2 Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut "Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan menurut sifat imunologik proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini secara epidemiologis penting, karena menyebabkan perbedaan geomorfik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari.3

Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Respon antibody humoral bertanggung jawab terhadap proses pembersihan partikel virus yang berada dalam sirkulasi, sedangkan antibody seluler mengeliminasi sel-sel yang terinfeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi keadaan karier sehat.2

Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi hepatitis akut fulminan. Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif.2,3,4

C. FAKTOR PREDISPOSISIFaktor Host (Penjamu)Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi:a. UmurHepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak (25 - 45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%.8 Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis.b. Jenis kelaminBerdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria.c. Mekanisme pertahanan tubuhBayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang sempurna.d. Kebiasaan hidupPecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.

e. PekerjaanKelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).

Faktor AgentPenyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. VirusHepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg.

Faktor LingkunganMerupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah:a. Lingkungan dengan sanitasi jelekb. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggic. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.d. Daerah unit laboratoriume. Daerah unit bank darah.f. Daerah dialisa dan transplantasi.g. Daerah unit perawatan penyakit dalam5

D. SUMBER DAN CARA PENULARANDalam kepustakaan disebutkan cara penularan virus Hepatitis B berupa:5a. Darah: penerimaan produk darah, pasien hemodialisis, pekerja kesehatan, pekerja yang terpapar darah.b. Transmisi seksual.c. Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa: tertusuk jarum, penggunaan ulang peralatan medi yang terkontaminasi, penggunaan bersama pisau cukur dan silet, tato, akuunktur, tindik, penggunaan sikat gigi bersama.d. Transmisi maternal-neonatal, maternal-infant.

Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2 cara penting yaitu:1a. Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa perinatal. Penularan vertical sebagian besar (95%) terjadi saat persalinan, hanya sebagian kecil saja (5%) selama bayi didalam kandungan. Penularan yang terjadi pada masa perinatal dapat melaluimaternofetal micro infusionyang terjadi pada saat terjadi kontraksi uterus, tertelannya cairan amnion yang mengandung VHB serta masuknya VHB melalui lesi yang terjadi pada kulit bayi pada waktu melalui jalan lahir. Penularan infeksi vertikal juga dapat terjadi setelah persalinanb. Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya.E. MANIFESTASI KLINISBerdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu :1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri atas :1a. Hepatitis B akut yang khasBentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran ikterus yang jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :1) Fase Praikterik (prodromal)Merupakan fase di antara timbulnya keluhan-keluhan dengan gejala timbulnya ikterus. Ditandai dengan malaise umum, mialgia, atralgia dan mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas. 52) Fase lkterikIkterus muncul setelah 5-10 hari. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodormal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata. Terjadi hepatomegali dan splenomegali.5

3) Fase Konvalesen (Penyembuhan)Diawali dengan menghilangnya ikterus dan kelainan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Munculnya perasaan sudah lebih sehat, kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Perbaikan klinis dan laboratorium lengkap akan terjadi dalam 16 minggu.5b. Hepatitis FulminanBentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besar mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir dengan kematian. Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase) memberikan hasil yang tinggi pada pemeriksaan fisik, hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan uremia.22. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB. Ada 3 fase penting dalam perjalanan penyakit hepatitis B kronik:a. Fase imunotoleransi.Pada masa anak-anak sistem imun tubuh dapat toleran terhadap VHB sehingga kadar virus dalam darah dapat sedemikian tingginya namun tidak terjadi peradangan yang berarti. Dalam keadaan tersebut VHB ada dalam fase replikatif denga titer HbsAg yang tinggi, HbeAg positif, anti Hbe negatif, titer DNA VHB tinggi dengan kadar ALT (alanin aminotransferase) yang relatif normal. b. Fase imunoaktif atau fase immune clearance.Pada sekitar 30% individu dengan persistensi VHB akibat terjadinya replikasi VHB yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang ditandai dengan naiknya kadar ALT. Pada keadaan ini pasien mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB. Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi VHB. c. Fase nonreplikatif atau fase residual.Sekitar 70% individu akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel VHB tanpa ada kerusakan sel yang berarti. Pada keadaan ini titer HbsAg rendah dengan HbeAg yang menjadi negatif dan anti Hbe yang menjadi positif secara spontan, serta kadar ALT yang normal, yang menandai terjadinya fase nonreplikatif atau fase residual. Sekitar 20-30% pasien dalam fase residual dapat mengalami reaktivasi dan menyebabkan kekambuhan.

F. DIAGNOSISOleh karena penderita hepatitis B, terutama pada anak seringkali tanpa gejala maka diagnosis seringkali hanya bisa ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium. Kadangkala baru dapat diketahui pada waktu menjalani pemeriksaan rutin atau untuk pemeriksaan dengan penyakit-penyakit yang lain.4Tes laboratorium yang dipakai untuk menegakkan diagnosis adalah:31. Tes antigen-antibodi virus Hepatitis B:a. HbsAg (antigen permukaan virus hepatatitis B)Merupakan material permukaan/kulit VHB. HBsAg mengandung protein yang dibuat oleh sel-sel hati yang terinfesksi VHB. Jika hasil tes HBsAg positif, artinya individu tersebut terinfeksi VHB, karier VHB, menderita hepatatitis B akut ataupun kronis. HBsAg bernilai positif setelah 6 minggu infeksi VHB dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil tetap setelah lebih dari 6 bulan berarti hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau pasien menjadi karier VHB. HbsAg positif makapasien dapat menularkan VHB.b. Anti-HBs (antibodi terhadap HBsAg)Merupakan antibodi terhadap HbsAg. Keberadaan anti-HBsAg menunjukan adanya antibodi terhadap VHB. Antibodi ini memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B. Jika tes anti-HbsAg bernilai positif berarti seseorang pernah mendapat vaksin VHB ataupun immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-HbsAg posistif pada individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatitis B menunjukkan bahwa individu tersebut pernah terinfeksi VHB.c. HbeAgYaitu antigen envelope VHB yang berada di dalam darah. HbeAg bernilai positif menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau membelah/memperbayak diri. Dalam keadaan ini infeksi terus berlanjut. Apabila hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Individu yang memiliki HbeAg positif dalam keadaan infeksius atau dapat menularkan penyakitnya baik kepada orang lain maupun janinnya.d. Anti-HbeMerupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang diproduksi oleh tubuh. Anti-HbeAg yang bernilai positif berati VHB dalam keadaan fase non-replikatif. e. HbcAg (antigen core VHB) Merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di dalam inti sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan keberadaan protein dari inti VHB.f. Anti-Hbc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B) Merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua tipe yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi menunjukkan infeksi akut. IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc negatif menunjukkan infeksi kronis pada seseorang atau orang tersebut penah terinfeksi VHB. 3,4

G. Pengaruh Terhadap Kehamilan dan BayiDilaporkan 10-20 % ibu hamil dengan HBsAg positif yang tidak mendapatkan imunoprofilaksis, menularkan virus pada neonatusnya Dan 90 % wanita hamil dengan seropositif untuk HBsAg dan HBeAg menularkan virus secara vertikel kepada janinnya dengan insiden 10 % pada trimester I dan 80-90 % pada trimester III. Adapun faktor predisposisi terjadinya transmisi vertikal adalah(7) :1.Titer DNA VHB yang tinggi2.Terjadinya infeksi akut pada trimester III3.Pada partus memanjang yaitu lebih dari 9 jamSedangkan 90 % janin yang terinfeksi akan menjadi kronis dan mempunyai resiko kematian akibat sirosis atau kanker hati sebesar 15-25 % pada usia dewasa nantinya. Infeksi VHB tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan insiden Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) dan Prematuritas yang lebih tinggi diantara ibu hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan. Dalam suatu studi pada infeksi hepatitis akut pada ibu hamil (tipe B atau non B) menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap kejadian malformasi kongenital, lahir mati atau stillbirth, abortus, ataupun malnutrisi intrauterine. Pada wanita dengan karier VHB tidak akan mempengaruhi janinnya, tapi bayi dapat terinfeksi pada saat persalinan (baik pervaginam maupun perabdominan) atau melalui ASI atau kontak dengan karier pada tahun pertama dan kedua kehidupannya .Pada bayi yang tidak divaksinasi dengan ibu karier mempunyai kesempatan sampai 40 % terinfeksi VHB selama 18 bulan pertama kehidupannya dan sampai 40 % menjadi karier jangka panjang dengan resiko sirosis dan kanker hepar dikemudian harinya.7VHB dapat melalui ASI sehingga wanita yang karier dianjurkan mendapat Imunoglobulin hepatitis B sebelum bayinya disusui. Penelitian yang dilakukan Hill JB,dkk (dipublikasikan tahun 2002) di USA mengenai resiko transmisi VHB melalui ASI pada ibu penderita kronis-karier menghasilkan kesimpulan dengan imunoprofilaksis yang tepat termasuk Ig hepatitis B dengan vaksin VHB akan menurunkan resiko penularan. Sedangkan penelitian WangJS, dkk (dipublikasikan 2003) mengenai resiko dan kegagalan imunoprofilaksis pada wanita karier yang menyusui bayinya menghasilkan kesimpulan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara ASI dengan susu botol. Hal ini mengindikasikan bahwa ASI tidak mempunyai pengaruh negatif dalam merespon anti HBs.Sedangkan transmisi VHB dari bayi ke bayi selama perawatan sangat rendah.(4)Ibu hamil yang karier VHB dianjurkan untuk memberikan bayinya Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 12 jam sebelum disusui untuk pertama kalinya dan sebaiknya vaksinasi VHB diberikan dalam 7 hari setelah lahir. Imunoglobulin merupakan produk darah yang diambil dari darah donor yang memberikan imunitas sementara terhadap VHB sampai vaksinasi VHB memberikan efek. Vaksin hepatitis B kedua diberikan sekitar 1 bulan kemudian dan vaksinasi ketiga setelah 6 bulan dari vaksinasi pertama. Penelitian yang dilakukan Lee SD, dkk (dipublikasikan 1988) mengenai peranan Seksio Sesarea dalam mencegah transmisi VHB dari ibu kejanin menghasilkan kesimpulan bahwa SC yang dikombinasikan dengan imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi yang ibunya penderita kronis-karier HbsAg dengan level atau titer DNA-VHB serum yang tinggi.4Tes hepatitis B terhadap HBsAg dianjurkan pada semua wanita hamil pada saat kunjungan antenatal pertama atau pada wanita yang akan melahirkan tapi belum pernah diperiksa HbsAg-nya. Lebih dari 90 % wanita ditemukan HbsAg positif pada skreening rutin yang menjadi karier VHB. Tetapi pemeriksaan rutin wanita hamil tua untuk skreening tidak dianjurkan kecuali pada kasus-kasus tertentu seperti pernah menderita hepatitis akut, riwayat tereksposure dengan hepatitis, atau mempunyai kebiasaan yang beresiko tinggi untuk tertular seperti penyalahgunaan obat-obatan parenteral selama hamil, maka test HbsAg dapat dilakukan pada trimester III kehamilan. HbsAg yang positif tanpa IgM anti HBc menunjukkan infeksi kronis sehingga bayinya harus mendapat HBIg dan vaksin VHB.7h. PencegahanPencegahan penularan VHB dapat dilakukan dengan melakukan aktifitas seksual yang aman, tidak menggunakan bersama obat-obatan yang mempergunakan alat seperti jarum, siringe, filter, spons, air dan tourniquet, dsb, tidak memakai bersama alat-alat yang bisa terkontaminasi darah seperti sikat gigi, gunting kuku, dsb, memakai pengaman waktu kerja kontak dengan darah, dan melakukan vaksinasi untuk mencegah penularan.4 Profilaksis pada wanita hamil yang telah tereksposure dan rentan terinfeksi adalah sbb6 :1.Ketika kontak seksual dengan penderita hepatitis B terjadi dalam 14 hari Berikan vaksin VHB kedalam m.deltoideus. Tersedia 2 monovalen vaksin VHB untuk imunisasi pre-post eksposure yaitu Recombivax HB dan Engerix-B. Dosis HBIg yang diberikan 0,06 ml/kgBB IM pada lengan kontralateral. Untuk profilaksis setelah tereksposure melalui perkutan atau luka mukosa, dosis kedua HBIg dapat diberikan 1 bulan kemudian.2.Ketika tereksposure dengan penderita kronis VHBPada kontak seksual, jarum suntik dan kontak nonseksual dalam rumah dengan penderita kronis VHB dapat diberikan profilaksis post eksposure dengan vaksin hepatitis B dengan dosis tunggal.Wanita hamil dengan karier VHB dianjurkan memperhatikan hal-hal sbb : Tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan hepatotoksik seperti asetaminophen Jangan mendonorkan darah, organ tubuh, jaringan tubuh lain atau semen Tidak memakai bersama alat-alat yang dapat terkontaminasi darah seperti sikat gigi,dsb. Memberikan informasi pada ahli anak, kebidanan dan laboratorium bahwa dirinya penderita hepatitis B carier. Pastikan bayinya mendapatkan HBIg saat lahir, vaksin hepatitis B dalam 1 minggu setelah lahir, 1 bulan dan 6 bulan kemudian. Konsul teratur kedokter Periksa fungsi hati.

Rekomendasi dari SOGC (The Society Obstetric and Gynaecologic of Canada) mengenai amniosintesis sbb(6): Resiko infeksi VHB pada bayi melalui amniosintesis adalah rendah. Pengetahuan tentang status antigen HBc pada ibu sangat berharga dalam konseling tentang resiko penularan melalui amniosintesis. Untuk wanita yang terinnfeksi dengan VHB, VHC dan HIV yang memerlukan amniosintesis diusahakan setiap langkah-langkah yang dilakukan jangan sampai jarumnya mengenai plasenta.

Pilihan persalinanPilihan persalinan dengan Seksio sesaria telah diusulkan dalam menurunkan resiko transmisi VHB dari ibu kejanin. Walaupun dari penelitian para ahli cara persalinan tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna dalam transmisi VHB dari ibu ke janin yang mendapatkan imunoprofilaksis. ACOG tidak merekomendasikan SC untuk menurunkan transmisi VHB dari ibu ke janin. Pada persalinan ibu hamil dengan titer VHB tinggi (> 3,5 pg/ml atau HbeAg positif) lebih baik SC sebagai pilihan cara persalinan.\

BAB IIILAPORAN KASUS3.1 IdentitasNama: Ny. SUmur: 20 tahunPekerjaan: IRTAlamat: Ds. Sungai Rebo. Kec. Banyuasin 1. Kab Banyuasin. SumselAgama: IslamTgl. MRS: 14/10/2014 Pukul 12:30 WIBNo. RM: 271772

Identitas suami:Nama: DepriUmur: 21 tahunAlamat: Ds. Sungai Rebo. Kec. Banyuasin 1. Kab Banyuasin. SumselPekerjaan: WiraswastaAgama: Islam

3.2 AnamnesaKeluhan Utama : hamil dengan hepatitis BRiwayat Penyakit Sekarang (RPS) :Pasien datang ke Poli Kebidanan RSMP untuk kontrol dan berkonsultasi tentang kehamilannya karena os mengaku mengidap penyakit hepatitis B yang diderita os sejak kecil. Os sedang hamil anak pertama keluhan nyeri bawah perut, keluar air-air, keluar darah tidak ada. Gerakan janin masih dirasakan ibu. Menurut ibu Os, pada saat usia 3 tahun os pernah dirawat di RS. Charitas dengan keluhan demam dan kuning. Menurut dokter saat itu os menderita sakit kuning. Os dirawat selama sekitar 2 minggu dan pulang dengan perbaikan. Saat kelulusan SMA Os pernah memeriksa kesehatan hasilnya positip mengidap hepatitis B. 1 hari sebelum ke Poli Os kembali memeriksa kesehatanya dan hasilnya positip hepatitis b dengan nilai reaktif yang tinggi. Os disarankan untuk berkonsultasi ke dokter kandungan.

Riwayat Mensturasi:Menarche : 15 tahunSiklus : 28 hariLamanya : 56 hariRiwayat Persalinan:TahunJKBBLPBL

Hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu:Hepatitis : adaAsma : disangkalPenyakit jantung: disangkalDiabetes militus: disangkalHipertensi: disangkalAlergi obat dan makanan : disangkal

Riwayat Penyakit KeluargaHepatitis: disangkalAsma : disangkalPenyakit jantung: disangkalDiabetes militus: disangkalHipertensi: disangkalAlergi obat dan makanan : disangkal

1.3. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: baikKesadaran : compos mentisTanda vital : TD: 120/70 mmHgNadi : 78 x/ menitRR : 20 x/ menitT: 36,8oCKepala : Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-) Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (-) Mulut : tidak ada kelainan Telinga : tidak ada kelainanLeher : tidak ada kelainanThorak : tidak ada kelainanAbdomen : tidak ada kelainanEkstremitas: Acral dingin -

Status obstetriPemeriksaan luar : TFU 2 Jbpx / 36 cm. teratas bokong. Memanjang, Puka, presentasi kepala blum masuk PAP. DJJ: 132 x/m

Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

1.4. PEMERIKSAAN LABORATORIUMTanggal 15/10/14 HB: 11,8 gr/dl Leukosit : 7200/ui Diffcount: 1/0/1/77/11/10 Golongan darah: A Rhesus : + Clotting time : 9 Bleeding time :2 HBs Ag: reaktif : indeks 5266.

1.5. PENEGAKAN DIAGNOSISDari Anamnesis Pasien datang ke Poli Kebidanan RSMP untuk kontrol dan berkonsultasi tentang kehamilannya karena os mengaku mengidap penyakit hepatitis B yang diderita os sejak kecil. Os sedang hamil anak pertama keluhan nyeri bawah perut, keluar air-air, keluar darah tidak ada. Gerakan janin masih dirasakan ibu.Pemeriksaan vital sign TD: 120/70 mmHg, nadi : 78 x/ menit, RR : 20 x/ menit T: 36,8oC. pemeriksaan keadaan spesifik kepala, leher, thorak, abdomen dan ekstremitas dalam keadaan normal. TFU 2 Jbpx / 36 cm. teratas bokong. Memanjang, presentasi kepala blum masuk PAP. DJJ: 132 x/m. Pemeriksaan laboratorium HBs Ag reaktif : indeks 5266.1.6. Diagnosis Kerja G1P0A0 hamil aterm belum inpartu janin tunggal hidup presentasi kepala dengan hepatitis B

1.7. Penatalaksanaan Pro Sc Persiapan operasi: inform consent, Cek laboratorium, konsul dokter anestesi dan Anak IVFD RL gtt XX x/m Kateter urin Antibiotic profilaksis: Cefotaxime 2x1gr IV Puasa 6 jam sebelum operasi. Laporan operasiDilakukan Seksio sesaria elektif pada tanggal 16 oktober 2014 pukul 20:15 Tindakan dimulai Penderita dalam posisi telentang dalam anastesi spinal Dilakukan septik dan antiseptik insisipfannenstiel kulit dirobek sampai facia dengan tajam. Kemudian facia dipisah dengan M. rectus abdominis. Rectus abdominis dipisah dan peritoneum di buka dengan tumpul. Plika dibuat sayantan kemudian di perluas secara tumpul hingga tampak ketuban. Ketuban dipecahkan.Pukul 20:25 : Lahir neonates laki-laki dengan melokalisir kepala. Berat bayi 3000gr. PB: 49 cmPukul 20 :27 Plasenta dilahirkan lengkap. 1 plasenta dan 1 tali pusat Dilakukan penjahitan uterus secara jelujur Perdarahan dirawat. Luka operasi ditutup lapir demi lapis.

Tatalaksana post sc pada Ibu Observasi vital sign dan perdarahan Kateter menetap Mobilisasi Bedrest 6 jam pertama. 6 - 12 jam post SC miring kiri/kanan . 12-24 jam belajar duduk. 24 jam post SC belajar jalan IVFD RL + oksitosin 20 ui + Tramadol 25 mg gtt XX x/m Metronidazol 3 x 500 mg IV Cefotaxime 2 x 1 gr IV Asam tranexamat 3 x 500 mg IV Pronalges supp 3 x 1 intra rectal

Pada neonates 16/10/14 pukul 23:00injeksi immunoglobulin hepatitis b (paha kanan)imunisasi hepatitis 0 dipaha kiri

BAB IVPEMBAHASAN

Pasien datang ke Poli Kebidanan RSMP untuk kontrol dan berkonsultasi tentang kehamilannya karena os mengaku mengidap penyakit hepatitis B yang diderita os sejak kecil. Os sedang hamil anak pertama keluhan nyeri bawah perut, keluar air-air, keluar darah tidak ada. Gerakan janin masih dirasakan ibu.Pemeriksaan vital sign TD: 120/70 mmHg, nadi : 78 x/ menit, RR : 20 x/ menit T: 36,8oC. pemeriksaan keadaan spesifik kepala, leher, thorak, abdomen dan ekstremitas dalam keadaan normal. TFU 2 Jbpx / 36 cm. teratas bokong. Memanjang, presentasi kepala blum masuk PAP. DJJ: 132 x/m. Pemeriksaan laboratorium HBs Ag reaktif : indeks 5266. Dari anamnesis dan pemeriksaan laboratorium diatas jelas bahwa Ny. S G1P0A0 hamil 36 minggu, belum inpatu JTH Preskep dengan menderita Hepatitis B.Pilihan persalinan pada kasus ini adalah seksio sesaria karena untuk menghidari terjadinya infeksi vertical dari ibu ke bayi akibat dari proses persalinan karena sebagian besar (95%) terjadi saat persalinan, hanya sebagian kecil saja (5%) selama bayi didalam kandungan.Segera setelah lahir neonates di beri immunoglobulin hepatitis B dan Vaksin Hepatitis 0 guna mencegah infeksi hepatitis dan membentuk imunitas aktif dari virus hepatitis.

BAB VKESIMPULAN

Hepatitis B merupakan penyakit infeksi virus pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak perkutaneus atau permukosal terhadap cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi HBV, melalui hubungan seksual dan transmisi perinatal dari seorang ibu yang terinfeksi ke bayinya.Penularan vertical sebagian besar (95%) terjadi saat persalinan, hanya sebagian kecil saja (5%) selama bayi didalam kandungan. Sekitar 90 % janin yang terinfeksi akan menjadi kronis dan mempunyai resiko kematian akibat sirosis atau kanker hati sebesar 15-25 % pada usia dewasa nantinya. Menurut WHO Indonesia termasuk kelompok daerah dengan endemisitas sedang dan berat (3,5 20 %). Pada laporan ini didapatkan Os datang ke Poli Kebidanan RSMP untuk kontrol dan berkonsultasi tentang kehamilannya karena os mengaku mengidap penyakit hepatitis B yang diderita os sejak kecil. Os sedang hamil anak pertama keluhan nyeri bawah perut, keluar air-air, keluar darah tidak ada. Gerakan janin masih dirasakan ibu. Hasil pemerkasaan laboratorium HBs Ag reaktif : indeks 5266.Pilihan persalinan pada pasien ini adalah seksio sesaria. Hal itu bertujuan untuk meminimalisir risiko infeksi vertical dari ibu ke bayi.

22