halal dan haram dalam bahan kosmetik
DESCRIPTION
kimia kosmetikTRANSCRIPT
HALAL DAN HARAM DALAM BAHAN KOSMETIK
I. PENDAHULUAN
Kosmetik berasal dari bahasa Inggris Cosmetic yang artinya “ alat kecantikan
wanita”. Dalam bahasa Arab modern diistilahkan dengan Alatuj tajmiil, atau sarana
mempercantik diri. Definisi lebih rincinya menurut badan BPOM ( Badan Pangan,
Obat dan Makanan), Departemen Kesehatan, kosmetika adalah panduan bahan yang
siap untuk digunakan pada bagian luar badan (Epidermis, rambut, kuku, bibir dan
organ kelamin luar ) gigi dan ronggga mulut untuk membersihkan, menambah daya
tarik, mengubah penampilan supaya tetap dalam keadaan baik. Bahan–bahan yang
dapat membahayakan tubuh manusia.
Tampil menarik dan prima adalah dambaan setiap insan. Untuk
itu banyak yang menggunakan berbagai cara guna mengubah dan
memperbaiki penampilan. Salah satu yang menjadi pilihan adalah
kosmetika. Menggunakan kosmetika untuk memperbaiki diri dan
fisik seseorang adalah sah-sah saja. Hal tersebut adalah suatu
kewajaran, asal dilakukan secara wajar dan menggunakan bahan-
bahan yang halal.
Penggunakan kosmetika juga harus dipertimbangkan asal bahannya. Seperti
halnya makanan dan obat-obatan, kosmetika juga harus jelas ketoyyiban dan
kehalalannya. Pada banyak konsumen atau pengguna kosmetik, aspek kehalalan tidak
menjadi perhatian, karena menganggap bahwa pemakaian kosmetika adalah diluar
tubuh. Padahal, dapat saja kosmetika masuk ke tubuh melalui mulut. Apabila
kosmetika hanya digunakan diluar tubuh, tetap saja harus diperhatikan aspek
kehalalannya karena bahan-bahan untuk membuat kosmetika ada yang tergolong
najis, seperti berasal dari bahan haram. Oleh karena itu, kami akan membahas
mengenai kehalalan dan keharaman pada bahan kosmetik.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana pandangan Islam tentang halal dan haram terhadap bahan kosmetik?
B. Apa saja kriteria kehalalan dan keharaman pada bahan kosmetik?
C. Apa saja bahan kosmetik yang di pandang haram dalam dalam tinjauan Islam?
1
III. PEMBAHASAN
A. Halal, Haram dan Keamanan Bahan Kosmetik
Kehalalan dan keamanan produk menjadi suatu hal yang
penting untuk eksistensi produk itu sendiri, demi menjaga rasa
kenyamanan para konsumen. Penduduk Indonesia yang
sebagian besar berpenduduk muslim meyakini bahwa suatu
produk baik pangan, obat maupun kosmetik akan terjaga
kualitas jika telah bersertifikat halal. Di sinilah tugas berat dari
LPPOM-MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan
Kosmetíka Majelís Ulama Indonesía) dibutuhkan.
Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Makanan Majelis Ulama
Indonesia atau (LPPOM MUI) adalah lembaga yang bertugas kuat
untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah
produk-produk baik pangan dan turunannya, obat-obatan dan
produk kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi
kesehatan dan dari sisi pengajaran agama Islam yakni halal atau
boleh dan baik untuk dikonsumsi bagi umat muslim khususnya di
wilayah Indonesia, selain itu memberikan rekomendasi,
merumuskan ketentuan dan bimbingan kepada layanan
masyarakat.1
Halal berasal dari bahasa Arab “halla” yang artinya lepas atau
tidak terikat.2 Menurut Qaradhawi (2007, 31), halal sebagaimana “hadits”:
"Rasulullah s.aw. pernah ditanya tentang hukumnya samin, keju dan keledai
hutan, maka jawab beliau: Apa yang disebut halal ialah: sesuatu yang Allah
halalkan dalam kitabNya; dan yang disebut haram ialah: sesuatu yang Allah
haramkan dalam kitabNya; sedang apa yang Ia diamkan, maka dia itu salah satu
yang Allah maafkan buat kamu." (Riwayat Tarmizi dan lbnu Majah).3
1 http://id.wikipedia.org/wiki/LPPOM_MUI diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 11.43 WIB2 Anonim, Makalah Makanan, Minuman dan Kosmetika antara Halal dan Haram, diakses pada tanggal 22
November 2014 pukul11.46 WIB, diambil dari http://sabilitime.wordpress.com 3 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi alih bahasa H. Mu'ammal Hamidy, 1993, Halal dan Haram dalam Islam
Bangil.: PT. Bina Ilmu
2
Halal bila pendekatannya dari segi “hasil (produk) dan proses”, maka halal
adalah produk (suatu hasil) yang tidak memberi mudharat pada diri sendiri
dan/atau orang lain bila dimakan/dipakai, didapat dan/atau dibuat melalui suatu
kegiatan/proses mengikuti aturan/hukum Islam (yaitu Al Qur’an & Hadits).
Pendekatan ini menjatakan barang yang dimakan, dipakai atau digunakan adalah
produk.4 Kaidah yang dipakai dalam memilih kosmetika halal adalah seperti
memilih makanan halal. Sedangkan haram adalah sesuatu yang Allah
SWT larang untuk dilakukan dengan larangan yang tegas, setiap
orang yang menentangnya akan berhadapan dengan siksaan
Allah di akhirat.5
Prinsip-prinsip tentang hukum halal dan haram, antara lain:
a. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya.
b. Penghalalan dan pengharaman hanyalah wewenang Allah SWT semata.
c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku
syirik terhadap Allah SWT.
d. Sesuatu yang diharamkan karena ia buruk dan berbahaya dengannya tidak lagi
membutuhkan haram.
e. Sesuatu yang menghantarkan pada yang haram maka haram pula hukumnya.
f. Menyiasati yang haram, haram hukumnya.
g. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram.
h. Hati-hati terhadap yang subhat agar tidak jatuh pada yang haram.
i. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua.6
Kosmetik merupakan suatu produk yang pada saat ini sudah
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setiap kosmetik yang
beredar wajib memenuhi standar dan/atau persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.7 Langkah utama untuk menjamin mutu,
keamanan dan kemanfaatan kosmetik bagi pemakainya adalah
4 Anonim, Bagaimana Kriteria Produk Halal?, diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 11.43 WIB, diambil dari http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents
5 Anonim, Makalah Makanan, Minuman dan Kosmetika antara Halal dan Haram, diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 11.46 WIB, diambil dari http://sabilitime.wordpress.com
6 Anonim, Bagaimana Kriteria Produk Halal?, diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 11.43 WIB, diambil dari http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents
7 PERMENKES-1176 kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 19.34 WIB
3
penerapan cara pembuatan kosmetik yang baik pada seluruh
aspek dan rangkaian kegiatan produksi. Sehubungan dengan hal
tersebut dipandang perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan tentang Pedoman Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik (CPKB).8
Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) merupakan
salah satu faktor penting untuk dapat menghasilkan produk
kosmetik yang memenuhi standard mutu dan keamanan.
Mengingat pentingnya penerapan CPKB maka pemerintah secara
terus menerus memfasilitasi industri kosmetik baik skala besar
maupun kecil untuk dapat menerapkan CPKB melalui langkah-
langkah dan pentahapan yang terprogram. Penerapan CPKB
merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan
sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia
internasional. Terlebih lagi untuk mengantisipasi pasar bebas di
era globalisasi maka penerapan CPKB merupakan nilai tambah
bagi produk kosmetik Indonesia untukbersaing dengan produk
sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun
internasional.9
Dalam pembuatan kosmetik, pengawasan yang menyeluruh
disertai pemantauan sangat penting untuk menjamin agar
konsumen memperoleh produk yang memenuhi pesyaratan
mutu yang ditetapkan. Mutu produk tergantung dari bahan awal,
proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan
dan personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan
seluruh aspek produksi dan pemeriksaan mutu. Adapun tujuan
umum dari CPKB adalah untuk melindungi masyarakat terhadap
hal-hal yang merugikan dari penggunaan kosmetik yang tidak
memenuhi persyaratan standar mutu dan keamanan serta untuk
8 CPKB kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 19.57 WIB9 CPKB kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 19.57 WIB
4
meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kosmetik
Indonesia dalam era pasar bebas.10
B. Kriteria Kehalalan dan Keharaman pada Bahan Kosmetik
Penggunakan kosmetika harus dipertimbangkan asal bahannya. Seperti halnya
makanan dan obat-obatan, kosmetika juga harus jelas ketoyyiban dan
kehalalannya. Pada banyak konsumen atau pengguna kosmetik, aspek kehalalan
tidak menjadi perhatian, karena menganggap bahwa pemakaian kosmetika adalah
diluar tubuh. Padahal, dapat saja kosmetika masuk ke tubuh melalui mulut.
Apabila kosmetika hanya digunakan diluar tubuh, tetap saja harus diperhatikan
aspek kehalalannya karena bahan-bahan untuk membuat kosmetika ada yang
tergolong najis, seperti berasal dari bahan haram.
Hal ini didasarkan bahwa sumber-sumber kosmetika dapat berasal dari
tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroba, sintetik kimia dan bahkan dari manusia.
Kaidah yang dipakai dalam memilih kosmetika halal adalah seperti memilih
makanan halal. Apakah sumber bahan yang digunakan untuk membuat kosmetika
adalah bahan halal ataukah haram. Adapun jenis makanan yang disebutkan
keharamannya dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Bangkai (daging binatang yang mati tanpa disembelih)
2. Darah (darah yang mengalir dari seluruh binatang, kecuali ikan)
3. Daging babi (dan seluruh produk dari babi)
4. Daging binatang yang disembelih dengan nama selain Allah SWT.11
Hal tersebut diatas sesuai firman Allah SWT dalam surat Al-Baqoroh ayat
173.
Artinya:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah[108].
tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak
10 CPKB kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 19.57 WIB11 Anonim, Kosmetik Halal dan Haram dalam Islam, diakses pada 22 November 2014 Pukul 10.30 WIB, diambil dari http://dariziva06,blogspot.com
5
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Haram
juga menurut ayat ini daging yang berasal dari sembelihan yang menyebut nama
Allah tetapi disebut pula nama selain Allah.”
Definisi Labelisasi
LPPOM-MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia) didirikan pada 6 Januari 1989, bertepatan dengan 26
Jumadil Awal 1409 H berdasarkan Surat Keputusan No.18/MUI/1989. Lembaga
ini dibentuk untuk membantu Majelis Ulama Indonesia dalam menentukan
kebijaksanaan, merumuskan ketentuanketentuan, rekomendasi dan bimbingan
yang menyangkut pangan, obat-obatan dan kosmetika sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan kata lain LPPOM-MUI didirikan agar dapat memberikan rasa tentram
pada umat tentang produk yang dikonsumsinya.
Sertifikasi halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu
produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk
mencantumlan label halal. Yang dimaksud dengan produk halal adalah produk
yang memenuhi syariat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, yaitu:
1. Tidak mangandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti: bahan-bahan yang
berasal dari organ manusia, darah kotor-kotoran, dan lain sebagainya.
3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembilih menurut tata cara
syariat Islam.
4. Semua tempat penyimapanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat
pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah
digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu
harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam syariat Islam.
5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.12
Salah satu cara yang paling mudah untuk melihat apakah kosmetik ini halal
atau tidak bisa dilihat melalui label dari LPOM MUI. Tidak semua produk
kosmetik mendaftarkan produk mereka agar mendapat sertifikasi halal karena
konsumen seringkali hanya berfokus pada kandungan yang berbahaya. Walaupun
12 Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D, 2008, Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam Labeling Obat dan Makanan, Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
6
begitu, ada juga kosmetik halal yang tidak mendaftarkan merk atau produknya.
Perhatikan komposisi produk untuk melihat apakah produk ini halal atau tidak.
Agar lebih aman maka usahakan untuk membeli kosmetik yang legal. Untuk
mengetahui suatu produk legal atau tidak maka perhatikan nomor pendaftaran
yang diberikan oleh BPOM. Untuk produk lokal, kode pendaftarannya adalah CD
sementara untuk produk import kodenya adalah CL.
Kehalalan produk kosmetik seperti halnya makanan dan obat, sertifikasi juga
dikeluarkan oleh LPOM (Lembaga Pengawas Obat dan Makanan) MUI.
Di luar negeri sudah lebih banyak lagi lembaga resmi maupun independen yang
menerbitkan dan mempublikasikan sertifikasi halal. Malaysia termasuk negara
yang sudah mempunyai lembaga sertifikasi yang established (Standards
Malaysia) dan menjadi salah satu acuan internasional. Di Amerika Serikat, salah
satu lembaga sertifikasi yang cukup komprehensif adalah Muslim Consumer
Group. MCG telah membuat daftar kategori halal, nonhalal, maupun mashbooh
untuk produk-produk makanan dan nonmakanan termasuk kosmetik yang bisa
dijadikan acuan konsumen.
C. Bahan kosmetik yang di pandang haram dalam dalam tinjauan Islam
Berikut daftar beberapa bahan kosmetik mubah yang dapat dihimpun:13
No Nama Bahan Keterangan Haram jika ... Produk
1. Plasenta Plasenta atau ari-ari
diklaim dapat
mempertahankan
kekenyalan kulit. Ia
dapat berasal dari
manusia dan hewan
mamalia seperti sapi,
babi, dan kambing.
Hati-hati karena
bahan ini kadang
disamarkan dalam
kemasan produk
berasal dari
manusia dan
hewan haram.
Sedangkan
plasenta dari
hewan yang halal
dan diperoleh
melalui proses
persalinan, boleh
digunakan.
Lipstik,
pelembab
bibir,
parfum,
cream
wajah,
losion
pelembab
kulit,
sabun
mandi, dan
13 Inten Ratna, Halalkah Cantikmu?, diakses pada 22 November 2014 Pukul 10.00 WIB, diambil dari http://mizhasbeautydiary.blogspot.com
7
dengan nama
‘protein’
bedak
2. Cairan Amnion Merupakan cairan
yang melindungi
janin dari benturan
fisik dalam rahim.
Berfungsi
menghaluskan kulit.
Bahan ini dapat
berasal dari manusia,
sapi, lembu jantan
dan babi.
berasal dari
manusia dan
hewan haram
Pelembab,
lotion
rambut dan
perawatan
kulit
kepala
serta
shampo
3. Glyserin /
Gliserol
Merupakan turunan
lemak hasil samping
pembuatan sabun.
Berfungsi
melembutkan dan
menghaluskan kulit.
Bahan ini dapat
dibuat dari hidrolisis
lemak atau minyak
dari hewan atau
tumbuhan (turunan
lemak), sintetik kimia
yang berasal dari gas
propilena (minyak
bumi) atau produk
microbial.
berasal dari hewan
yang
haram.Pembentuka
n gliserin ini bisa
melibatkan enzim
yang berasal dari
hewan yang juga
harus diwaspadai
aspek
kehalalannya.
Sabun
mandi,
pelembab,
hand and
body
lotion, face
pack,
masker,
liquid face
powder,
lipstick,
lipgloss,
protective
cream (sun
block),
skin
freshener
dan pasta
gigi.
4. Kolagen Kolagen berasal dari
jaringan ikat kulit
babi, biri-biri,
berasal dari
manusia dan
Pelembab,
hand &
body
8
kambing, sapi
(bovine collagen,
zyderm) dan organ
manusia. Berfungsi
menjaga elastisitas
kulit. Kolagen yang
sering digunakan
untuk kosmetik
adalah kolagen dari
babi karena lebih
ekonomis dan lebih
bagus.
hewan haram lotion,
produk
rejuvenasi
kulit baik
secara
implant
maupun
topical
(dioleskan)
5. Vitamin Terdapat beberapa
vitamin yang
mempunyai sifat
tidak stabil, sehingga
harus distabilkan
dengan bahan
penstabil. Bahan
yang sering dipakai
diantaranya adalah
gelatin (yang berasal
babi dan sapi),
karagenan, gum, atau
pati termodifikasi.
Menggunakan
bahan pestabil
berupa gelatin dari
babi
produk
perawatan
kulit dan
rambut.
6. Elastin Elastin merupakan
komponen jaringan
ikat kulit selain
kolagen. Biasanya
terdapat bersama-
sama kolagen
Berasal dari hewan
haram
produk
perawatan
kulit dan
rambut
7. Allantoin dan
turunannya
meliputi
Berfungsi membantu
mempertahankan
kelembaban dan
Berasal dari hewan
haram
produk
deodoran,
anti iritasi
9
Aluminiumchlor
hydroxy
Allantoinate,
Aluminiumdihy
droxy
Allantoinate,
Allantoin N
Acetyl DL
Methionine dll.
kelembutan kulit,
serta anti iritasi kulit.
Allantoin cair dapat
diketemukan pada
janin mahluk hidup,
air seni anjing, benih
gandum, cacing tanah
dan komponen
organik lainnya.
pada
perawatan
bayi,
moisturizin
g cream
and lotion,
pasta gigi,
produk
skin care
dan
sebagai
anti
dandruff
pada
shampo.
8. Lanolin Sejenis
minyak/lemak yang
biasanya berasal dari
hewan.
Berasal dari hewan
haram/proses
penyembelihan
tidak sesuai syariah
produk
lotion,
salep kulit,
whitening
cream dan
pemberi
efek glossy
pada
lipstik.
9. Keratin Dapat berasal dari
protein kacang
kedelai maupun
protein hewan
Berasal dari
rambut manusia
atau protein hewan
haram
produk
pewarna
rambut.
10
.
Asam
Hialuronat
(Hyaluronic
Acid)
Berfungsi menjaga
kesehatan kulit.
Terdapat dalam
cairan mata dan tali
janin.
Berasal dari hewan
haram
whitening
cream dan
perawatan
kulit
10
IV. KESIMPULAN
1. Halal bila pendekatannya dari segi “hasil (produk) dan proses”, maka halal
adalah produk (suatu hasil) yang tidak memberi mudharat pada diri sendiri
dan/atau orang lain bila dimakan/dipakai, didapat dan/atau dibuat melalui suatu
kegiatan/proses mengikuti aturan/hukum Islam (yaitu Al Qur’an & Hadits).
2. Kaidah yang dipakai dalam memilih kosmetika halal adalah seperti memilih
makanan halal. Sedangkan haram adalah sesuatu yang Allah SWT larang untuk
dilakukan dengan larangan yang tegas, setiap orang yang menentangnya akan
berhadapan dengan siksaan Allah di akhirat.
3. Prinsip-prinsip tentang hukum halal dan haram, antara lain:
a. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya.
b. Penghalalan dan pengharaman hanyalah wewenang Allah SWT semata.
c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku
syirik terhadap Allah SWT.
d. Sesuatu yang diharamkan karena ia buruk dan berbahaya dengannya tidak
lagi membutuhkan haram.
e. Sesuatu yang menghantarkan pada yang haram maka haram pula hukumnya.
f. Menyiasati yang haram, haram hukumnya.
g. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram.
h. Hati-hati terhadap yang subhat agar tidak jatuh pada yang haram.
i. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua
4. Adapun jenis makanan yang disebutkan keharamannya dalam Al Qur’an adalah
sebagai berikut:
a. Bangkai (daging binatang yang mati tanpa disembelih)
b. Darah (darah yang mengalir dari seluruh binatang, kecuali ikan)
c. Daging babi (dan seluruh produk dari babi)
d. Daging binatang yang disembelih dengan nama selain Allah SWT
5. Sertifikasi halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu
produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk
mencantumlan label halal. Yang dimaksud dengan produk halal adalah produk
yang memenuhi syariat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, yaitu:
a. Tidak mangandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti: bahan-bahan yang
berasal dari organ manusia, darah kotor-kotoran, dan lain sebagainya.
11
c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembilih menurut tata
cara syariat Islam.
d. Semua tempat penyimapanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat
pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika
pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih
dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam syariat Islam.
e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar
6. Berikut daftar beberapa bahan kosmetik mubah yang dapat dihimpun:
a. Plasenta. Plasenta atau ari-ari diklaim dapat mempertahankan kekenyalan
kulit. Ia dapat berasal dari manusia dan hewan mamalia seperti sapi, babi,
dan kambing. Hati-hati karena bahan ini kadang disamarkan dalam kemasan
produk dengan nama ‘protein’. Bersifat haram jika berasal dari manusia dan
hewan haram. Sedangkan plasenta dari hewan yang halal dan diperoleh
melalui proses persalinan, boleh digunakan.
b. Cairan Amnion, merupakan cairan yang melindungi janin dari benturan fisik
dalam rahim. Berfungsi menghaluskan kulit. Bahan ini dapat berasal dari
manusia, sapi, lembu jantan dan babi. Bersifat haram jika berasal dari
manusia dan hewan haram.
V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat kami menyadari makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapakan.Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku, 2008, Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam Labeling Obat
dan Makanan, Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Yusuf Qardhawi, Muhammad, alih bahasa H. Mu'ammal Hamidy, 1993, Halal dan Haram
dalam Islam Bangil.: PT. Bina Ilmu
12
CPKB kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 Pukul 19.57
WIB
PERMENKES-1176 kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 Pukul 19.34 WIB
Anonim, Bagaimana Kriteria Produk Halal?, diakses pada tanggal 22 November 2014 Pukul
11.43 WIB, diambil dari http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents
Anonim, Kosmetik Halal dan Haram dalam Islam, diakses pada 22 November 2014 Pukul
10.30 WIB, diambil dari http://dariziva06,blogspot.com
Anonim, Makalah Makanan, Minuman dan Kosmetika antara Halal dan Haram, diakses
pada tanggal 22 November 2014 Pukul 11.46 WIB, diambil dari
http://sabilitime.wordpress.com
Ratna Inten, Halalkah Cantikmu?, diakses pada 22 November 2014 Pukul 10.00 WIB,
diambil dari http://mizhasbeautydiary.blogspot.com
http://id.wikipedia.org/wiki/LPPOM_MUI diakses pada tanggal 22 November 2014 Pukul
11.43 WIB
13