halal dan haram dalam bahan kosmetik

21
HALAL DAN HARAM DALAM BAHAN KOSMETIK I. PENDAHULUAN Kosmetik berasal dari bahasa Inggris Cosmetic yang artinya “ alat kecantikan wanita”. Dalam bahasa Arab modern diistilahkan dengan Alatuj tajmiil, atau sarana mempercantik diri. Definisi lebih rincinya menurut badan BPOM ( Badan Pangan, Obat dan Makanan), Departemen Kesehatan, kosmetika adalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (Epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar ) gigi dan ronggga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan supaya tetap dalam keadaan baik. Bahan–bahan yang dapat membahayakan tubuh manusia. Tampil menarik dan prima adalah dambaan setiap insan. Untuk itu banyak yang menggunakan berbagai cara guna mengubah dan memperbaiki penampilan. Salah satu yang menjadi pilihan adalah kosmetika. Menggunakan kosmetika untuk memperbaiki diri dan fisik seseorang adalah sah-sah saja. Hal tersebut adalah suatu kewajaran, asal dilakukan secara wajar dan menggunakan bahan-bahan yang halal. Penggunakan kosmetika juga harus dipertimbangkan asal bahannya. Seperti halnya makanan dan obat-obatan, kosmetika juga harus jelas ketoyyiban dan kehalalannya. Pada banyak konsumen atau pengguna kosmetik, aspek kehalalan tidak menjadi perhatian, karena menganggap bahwa pemakaian kosmetika adalah diluar tubuh. Padahal, dapat saja kosmetika masuk ke tubuh melalui mulut. Apabila kosmetika hanya digunakan diluar tubuh, tetap 1

Upload: muharoroh

Post on 26-Dec-2015

103 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

kimia kosmetik

TRANSCRIPT

HALAL DAN HARAM DALAM BAHAN KOSMETIK

I. PENDAHULUAN

Kosmetik berasal dari bahasa Inggris Cosmetic yang artinya “ alat kecantikan

wanita”. Dalam bahasa Arab modern diistilahkan dengan Alatuj tajmiil, atau sarana

mempercantik diri. Definisi lebih rincinya menurut badan BPOM ( Badan Pangan,

Obat dan Makanan), Departemen Kesehatan, kosmetika adalah panduan bahan yang

siap untuk digunakan pada bagian luar badan (Epidermis, rambut, kuku, bibir dan

organ kelamin luar ) gigi dan ronggga mulut untuk membersihkan, menambah daya

tarik, mengubah penampilan supaya tetap dalam keadaan baik. Bahan–bahan yang

dapat membahayakan tubuh manusia.

Tampil menarik dan prima adalah dambaan setiap insan. Untuk

itu banyak yang menggunakan berbagai cara guna mengubah dan

memperbaiki penampilan. Salah satu yang menjadi pilihan adalah

kosmetika. Menggunakan kosmetika untuk memperbaiki diri dan

fisik seseorang adalah sah-sah saja. Hal tersebut adalah suatu

kewajaran, asal dilakukan secara wajar dan menggunakan bahan-

bahan yang halal.

Penggunakan kosmetika juga harus dipertimbangkan asal bahannya. Seperti

halnya makanan dan obat-obatan, kosmetika juga harus jelas ketoyyiban dan

kehalalannya. Pada banyak konsumen atau pengguna kosmetik, aspek kehalalan tidak

menjadi perhatian, karena menganggap bahwa pemakaian kosmetika adalah diluar

tubuh. Padahal, dapat saja kosmetika masuk ke tubuh melalui mulut. Apabila

kosmetika hanya digunakan diluar tubuh, tetap saja harus diperhatikan aspek

kehalalannya karena bahan-bahan untuk membuat kosmetika ada yang tergolong

najis, seperti berasal dari bahan haram. Oleh karena itu, kami akan membahas

mengenai kehalalan dan keharaman pada bahan kosmetik.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana pandangan Islam tentang halal dan haram terhadap bahan kosmetik?

B. Apa saja kriteria kehalalan dan keharaman pada bahan kosmetik?

C. Apa saja bahan kosmetik yang di pandang haram dalam dalam tinjauan Islam?

1

III. PEMBAHASAN

A. Halal, Haram dan Keamanan Bahan Kosmetik

Kehalalan dan keamanan produk menjadi suatu hal yang

penting untuk eksistensi produk itu sendiri, demi menjaga rasa

kenyamanan para konsumen. Penduduk Indonesia yang

sebagian besar berpenduduk muslim meyakini bahwa suatu

produk baik pangan, obat maupun kosmetik akan terjaga

kualitas jika telah bersertifikat halal. Di sinilah tugas berat dari

LPPOM-MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan

Kosmetíka Majelís Ulama Indonesía) dibutuhkan.

Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Makanan Majelis Ulama

Indonesia atau (LPPOM MUI) adalah lembaga yang bertugas kuat

untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah

produk-produk baik pangan dan turunannya, obat-obatan dan

produk kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi

kesehatan dan dari sisi pengajaran agama Islam yakni halal atau

boleh dan baik untuk dikonsumsi bagi umat muslim khususnya di

wilayah Indonesia, selain itu memberikan rekomendasi,

merumuskan ketentuan dan bimbingan kepada layanan

masyarakat.1

Halal berasal dari bahasa Arab “halla” yang artinya lepas atau

tidak terikat.2 Menurut Qaradhawi (2007, 31), halal sebagaimana “hadits”:

"Rasulullah s.aw. pernah ditanya tentang hukumnya samin, keju dan keledai

hutan, maka jawab beliau: Apa yang disebut halal ialah: sesuatu yang Allah

halalkan dalam kitabNya; dan yang disebut haram ialah: sesuatu yang Allah

haramkan dalam kitabNya; sedang apa yang Ia diamkan, maka dia itu salah satu

yang Allah maafkan buat kamu." (Riwayat Tarmizi dan lbnu Majah).3

1 http://id.wikipedia.org/wiki/LPPOM_MUI diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 11.43 WIB2 Anonim, Makalah Makanan, Minuman dan Kosmetika antara Halal dan Haram, diakses pada tanggal 22

November 2014 pukul11.46 WIB, diambil dari http://sabilitime.wordpress.com 3 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi alih bahasa H. Mu'ammal Hamidy, 1993, Halal dan Haram dalam Islam

Bangil.: PT. Bina Ilmu

2

Halal bila pendekatannya dari segi “hasil (produk) dan proses”, maka halal

adalah produk (suatu hasil) yang tidak memberi mudharat pada diri sendiri

dan/atau orang lain bila dimakan/dipakai, didapat dan/atau dibuat melalui suatu

kegiatan/proses mengikuti aturan/hukum Islam (yaitu Al Qur’an & Hadits). 

Pendekatan ini menjatakan barang yang dimakan, dipakai atau digunakan adalah

produk.4 Kaidah yang dipakai dalam memilih kosmetika halal adalah seperti

memilih makanan halal. Sedangkan haram adalah sesuatu yang Allah

SWT larang untuk dilakukan dengan larangan yang tegas, setiap

orang yang menentangnya akan berhadapan dengan siksaan

Allah di akhirat.5

Prinsip-prinsip tentang hukum halal dan haram, antara lain:

a. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya.

b. Penghalalan dan pengharaman hanyalah wewenang Allah SWT semata.

c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku

syirik terhadap Allah SWT.

d. Sesuatu yang diharamkan karena ia buruk dan berbahaya dengannya tidak lagi

membutuhkan haram.

e. Sesuatu yang menghantarkan pada yang haram maka haram pula hukumnya.

f. Menyiasati yang haram, haram hukumnya.

g. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram.

h. Hati-hati terhadap yang subhat agar tidak jatuh pada yang haram.

i. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua.6

Kosmetik merupakan suatu produk yang pada saat ini sudah

sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setiap kosmetik yang

beredar wajib memenuhi standar dan/atau persyaratan mutu,

keamanan, dan kemanfaatan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.7 Langkah utama untuk menjamin mutu,

keamanan dan kemanfaatan kosmetik bagi pemakainya adalah

4 Anonim, Bagaimana Kriteria Produk Halal?, diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 11.43 WIB, diambil dari http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents

5 Anonim, Makalah Makanan, Minuman dan Kosmetika antara Halal dan Haram, diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 11.46 WIB, diambil dari http://sabilitime.wordpress.com

6 Anonim, Bagaimana Kriteria Produk Halal?, diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 11.43 WIB, diambil dari http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents

7 PERMENKES-1176 kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 19.34 WIB

3

penerapan cara pembuatan kosmetik yang baik pada seluruh

aspek dan rangkaian kegiatan produksi. Sehubungan dengan hal

tersebut dipandang perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan tentang Pedoman Cara Pembuatan

Kosmetik yang Baik (CPKB).8

Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) merupakan

salah satu faktor penting untuk dapat menghasilkan produk

kosmetik yang memenuhi standard mutu dan keamanan.

Mengingat pentingnya penerapan CPKB maka pemerintah secara

terus menerus memfasilitasi industri kosmetik baik skala besar

maupun kecil untuk dapat menerapkan CPKB melalui langkah-

langkah dan pentahapan yang terprogram. Penerapan CPKB

merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan

sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia

internasional. Terlebih lagi untuk mengantisipasi pasar bebas di

era globalisasi maka penerapan CPKB merupakan nilai tambah

bagi produk kosmetik Indonesia untukbersaing dengan produk

sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun

internasional.9

Dalam pembuatan kosmetik, pengawasan yang menyeluruh

disertai pemantauan sangat penting untuk menjamin agar

konsumen memperoleh produk yang memenuhi pesyaratan

mutu yang ditetapkan. Mutu produk tergantung dari bahan awal,

proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan

dan personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan

seluruh aspek produksi dan pemeriksaan mutu. Adapun tujuan

umum dari CPKB adalah untuk melindungi masyarakat terhadap

hal-hal yang merugikan dari penggunaan kosmetik yang tidak

memenuhi persyaratan standar mutu dan keamanan serta untuk

8 CPKB kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 19.57 WIB9 CPKB kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 19.57 WIB

4

meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kosmetik

Indonesia dalam era pasar bebas.10

B. Kriteria Kehalalan dan Keharaman pada Bahan Kosmetik

Penggunakan kosmetika harus dipertimbangkan asal bahannya. Seperti halnya

makanan dan obat-obatan, kosmetika juga harus jelas ketoyyiban dan

kehalalannya. Pada banyak konsumen atau pengguna kosmetik, aspek kehalalan

tidak menjadi perhatian, karena menganggap bahwa pemakaian kosmetika adalah

diluar tubuh. Padahal, dapat saja kosmetika masuk ke tubuh melalui mulut.

Apabila kosmetika hanya digunakan diluar tubuh, tetap saja harus diperhatikan

aspek kehalalannya karena bahan-bahan untuk membuat kosmetika ada yang

tergolong najis, seperti berasal dari bahan haram.

Hal ini didasarkan bahwa sumber-sumber kosmetika dapat berasal dari

tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroba, sintetik kimia dan bahkan dari manusia.

Kaidah yang dipakai dalam memilih kosmetika halal adalah seperti memilih

makanan halal. Apakah sumber bahan yang digunakan untuk membuat kosmetika

adalah bahan halal ataukah haram. Adapun jenis makanan yang disebutkan

keharamannya dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Bangkai (daging binatang yang mati tanpa disembelih)

2. Darah (darah yang mengalir dari seluruh binatang, kecuali ikan)

3. Daging babi (dan seluruh produk dari babi)

4. Daging binatang yang disembelih dengan nama selain Allah SWT.11

Hal tersebut diatas sesuai firman Allah SWT dalam surat Al-Baqoroh ayat

173.

Artinya:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging

babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah[108].

tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak

10 CPKB kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 19.57 WIB11 Anonim, Kosmetik Halal dan Haram dalam Islam, diakses pada 22 November 2014 Pukul 10.30 WIB, diambil dari http://dariziva06,blogspot.com

5

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa

baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Haram

juga menurut ayat ini daging yang berasal dari sembelihan yang menyebut nama

Allah tetapi disebut pula nama selain Allah.”

Definisi Labelisasi

LPPOM-MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika

Majelis Ulama Indonesia) didirikan pada 6 Januari 1989, bertepatan dengan 26

Jumadil Awal 1409 H berdasarkan Surat Keputusan No.18/MUI/1989. Lembaga

ini dibentuk untuk membantu Majelis Ulama Indonesia dalam menentukan

kebijaksanaan, merumuskan ketentuanketentuan, rekomendasi dan bimbingan

yang menyangkut pangan, obat-obatan dan kosmetika sesuai dengan ajaran Islam.

Dengan kata lain LPPOM-MUI didirikan agar dapat memberikan rasa tentram

pada umat tentang produk yang dikonsumsinya.

Sertifikasi halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu

produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk

mencantumlan label halal. Yang dimaksud dengan produk halal adalah produk

yang memenuhi syariat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, yaitu:

1. Tidak mangandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti: bahan-bahan yang

berasal dari organ manusia, darah kotor-kotoran, dan lain sebagainya.

3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembilih menurut tata cara

syariat Islam.

4. Semua tempat penyimapanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat

pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah

digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu

harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam syariat Islam.

5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.12

Salah satu cara yang paling mudah untuk melihat apakah kosmetik ini halal

atau tidak bisa dilihat melalui label dari LPOM MUI. Tidak semua produk

kosmetik mendaftarkan produk mereka agar mendapat sertifikasi halal karena

konsumen seringkali hanya berfokus pada kandungan yang berbahaya. Walaupun

12 Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D, 2008, Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam Labeling Obat dan Makanan, Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

6

begitu, ada juga kosmetik halal yang tidak mendaftarkan merk atau produknya.

Perhatikan komposisi produk untuk melihat apakah produk ini halal atau tidak.

Agar lebih aman maka usahakan untuk membeli kosmetik yang legal. Untuk

mengetahui suatu produk legal atau tidak maka perhatikan nomor pendaftaran

yang diberikan oleh BPOM. Untuk produk lokal, kode pendaftarannya adalah CD

sementara untuk produk import kodenya adalah CL.

Kehalalan produk kosmetik seperti halnya makanan dan obat, sertifikasi juga

dikeluarkan oleh LPOM (Lembaga Pengawas Obat dan Makanan) MUI.

Di luar negeri sudah lebih banyak lagi lembaga resmi maupun independen yang

menerbitkan dan mempublikasikan sertifikasi halal. Malaysia termasuk negara

yang sudah mempunyai lembaga sertifikasi yang established (Standards

Malaysia) dan menjadi salah satu acuan internasional. Di Amerika Serikat, salah

satu lembaga sertifikasi yang cukup komprehensif adalah Muslim Consumer

Group. MCG telah membuat daftar kategori halal, nonhalal, maupun mashbooh

untuk produk-produk makanan dan nonmakanan termasuk kosmetik yang bisa

dijadikan acuan konsumen.

C. Bahan kosmetik yang di pandang haram dalam dalam tinjauan Islam

Berikut daftar beberapa bahan kosmetik mubah yang dapat dihimpun:13

No Nama Bahan Keterangan Haram jika ... Produk

1. Plasenta Plasenta atau ari-ari

diklaim dapat

mempertahankan

kekenyalan kulit. Ia

dapat berasal dari

manusia dan hewan

mamalia seperti sapi,

babi, dan kambing.

Hati-hati karena

bahan ini kadang

disamarkan dalam

kemasan produk

berasal dari

manusia dan

hewan haram.

Sedangkan

plasenta dari

hewan yang halal

dan diperoleh

melalui proses

persalinan, boleh

digunakan.

Lipstik,

pelembab

bibir,

parfum,

cream

wajah,

losion

pelembab

kulit,

sabun

mandi, dan

13 Inten Ratna, Halalkah Cantikmu?, diakses pada 22 November 2014 Pukul 10.00 WIB, diambil dari http://mizhasbeautydiary.blogspot.com

7

dengan nama

‘protein’

bedak

2. Cairan Amnion Merupakan cairan

yang melindungi

janin dari benturan

fisik dalam rahim.

Berfungsi

menghaluskan kulit.

Bahan ini dapat

berasal dari manusia,

sapi, lembu jantan

dan babi.

berasal dari

manusia dan

hewan haram

Pelembab,

lotion

rambut dan

perawatan

kulit

kepala

serta

shampo

3. Glyserin /

Gliserol

Merupakan turunan

lemak hasil samping

pembuatan sabun.

Berfungsi

melembutkan dan

menghaluskan kulit.

Bahan ini dapat

dibuat dari hidrolisis

lemak atau minyak

dari hewan atau

tumbuhan (turunan

lemak), sintetik kimia

yang berasal dari gas

propilena (minyak

bumi) atau produk

microbial.

berasal dari hewan

yang

haram.Pembentuka

n gliserin ini bisa

melibatkan enzim

yang berasal dari

hewan yang juga

harus diwaspadai

aspek

kehalalannya.

Sabun

mandi,

pelembab,

hand and

body

lotion, face

pack,

masker,

liquid face

powder,

lipstick,

lipgloss,

protective

cream (sun

block),

skin

freshener

dan pasta

gigi.

4. Kolagen Kolagen berasal dari

jaringan ikat kulit 

babi, biri-biri,

berasal dari

manusia dan

Pelembab,

hand &

body

8

kambing, sapi

(bovine collagen,

zyderm) dan organ

manusia. Berfungsi

menjaga elastisitas

kulit. Kolagen yang

sering digunakan

untuk kosmetik

adalah kolagen dari

babi karena lebih

ekonomis dan lebih

bagus.

hewan haram lotion,

produk

rejuvenasi

kulit baik

secara

implant

maupun

topical

(dioleskan)

5. Vitamin Terdapat beberapa

vitamin yang

mempunyai sifat

tidak stabil, sehingga

harus distabilkan

dengan bahan

penstabil. Bahan

yang sering dipakai

diantaranya adalah

gelatin (yang berasal

babi dan sapi),

karagenan, gum, atau

pati termodifikasi.

Menggunakan

bahan pestabil

berupa gelatin dari

babi

produk

perawatan

kulit dan

rambut.

6. Elastin Elastin merupakan

komponen jaringan

ikat kulit selain

kolagen. Biasanya

terdapat bersama-

sama kolagen

Berasal dari hewan

haram

produk

perawatan

kulit dan

rambut

7. Allantoin dan

turunannya

meliputi

Berfungsi membantu

mempertahankan

kelembaban dan

Berasal dari hewan

haram

produk

deodoran,

anti iritasi

9

Aluminiumchlor

hydroxy

Allantoinate,

Aluminiumdihy

droxy

Allantoinate,

Allantoin N

Acetyl DL

Methionine dll.

kelembutan kulit,

serta anti iritasi kulit.

Allantoin cair dapat

diketemukan pada

janin mahluk hidup,

air seni anjing, benih

gandum, cacing tanah

dan komponen

organik lainnya.

pada

perawatan

bayi,

moisturizin

g cream

and lotion,

pasta gigi,

produk

skin care

dan

sebagai

anti

dandruff

pada

shampo.

8. Lanolin Sejenis

minyak/lemak yang

biasanya berasal dari

hewan.

Berasal dari hewan

haram/proses

penyembelihan

tidak sesuai syariah

produk

lotion,

salep kulit,

whitening

cream dan

pemberi

efek glossy

pada

lipstik.

9. Keratin Dapat berasal dari

protein kacang

kedelai maupun

protein hewan

Berasal dari

rambut manusia

atau protein hewan

haram

produk

pewarna

rambut.

10

.

Asam

Hialuronat

(Hyaluronic

Acid)

Berfungsi menjaga

kesehatan kulit.

Terdapat dalam

cairan mata dan tali

janin.

Berasal dari hewan

haram

whitening

cream dan

perawatan

kulit

10

IV. KESIMPULAN

1. Halal bila pendekatannya dari segi “hasil (produk) dan proses”, maka halal

adalah produk (suatu hasil) yang tidak memberi mudharat pada diri sendiri

dan/atau orang lain bila dimakan/dipakai, didapat dan/atau dibuat melalui suatu

kegiatan/proses mengikuti aturan/hukum Islam (yaitu Al Qur’an & Hadits). 

2. Kaidah yang dipakai dalam memilih kosmetika halal adalah seperti memilih

makanan halal. Sedangkan haram adalah sesuatu yang Allah SWT larang untuk

dilakukan dengan larangan yang tegas, setiap orang yang menentangnya akan

berhadapan dengan siksaan Allah di akhirat.

3. Prinsip-prinsip tentang hukum halal dan haram, antara lain:

a. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya.

b. Penghalalan dan pengharaman hanyalah wewenang Allah SWT semata.

c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku

syirik terhadap Allah SWT.

d. Sesuatu yang diharamkan karena ia buruk dan berbahaya dengannya tidak

lagi membutuhkan haram.

e. Sesuatu yang menghantarkan pada yang haram maka haram pula hukumnya.

f. Menyiasati yang haram, haram hukumnya.

g. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram.

h. Hati-hati terhadap yang subhat agar tidak jatuh pada yang haram.

i. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua

4. Adapun jenis makanan yang disebutkan keharamannya dalam Al Qur’an adalah

sebagai berikut:

a. Bangkai (daging binatang yang mati tanpa disembelih)

b. Darah (darah yang mengalir dari seluruh binatang, kecuali ikan)

c. Daging babi (dan seluruh produk dari babi)

d. Daging binatang yang disembelih dengan nama selain Allah SWT

5. Sertifikasi halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu

produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk

mencantumlan label halal. Yang dimaksud dengan produk halal adalah produk

yang memenuhi syariat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, yaitu:

a. Tidak mangandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti: bahan-bahan yang

berasal dari organ manusia, darah kotor-kotoran, dan lain sebagainya.

11

c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembilih menurut tata

cara syariat Islam.

d. Semua tempat penyimapanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat

pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika

pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih

dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam syariat Islam.

e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar

6. Berikut daftar beberapa bahan kosmetik mubah yang dapat dihimpun:

a. Plasenta. Plasenta atau ari-ari diklaim dapat mempertahankan kekenyalan

kulit. Ia dapat berasal dari manusia dan hewan mamalia seperti sapi, babi,

dan kambing. Hati-hati karena bahan ini kadang disamarkan dalam kemasan

produk dengan nama ‘protein’. Bersifat haram jika berasal dari manusia dan

hewan haram. Sedangkan plasenta dari hewan yang halal dan diperoleh

melalui proses persalinan, boleh digunakan.

b. Cairan Amnion, merupakan cairan yang melindungi janin dari benturan fisik

dalam rahim. Berfungsi menghaluskan kulit. Bahan ini dapat berasal dari

manusia, sapi, lembu jantan dan babi. Bersifat haram jika berasal dari

manusia dan hewan haram.

V. PENUTUP

Demikian makalah ini kami buat kami menyadari makalah ini

masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun dari para pembaca sangat kami

harapakan.Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

kita semua. Aamiin

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku, 2008, Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam Labeling Obat

dan Makanan, Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Yusuf Qardhawi, Muhammad, alih bahasa H. Mu'ammal Hamidy, 1993, Halal dan Haram

dalam Islam Bangil.: PT. Bina Ilmu

12

CPKB kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 Pukul 19.57

WIB

PERMENKES-1176 kosmetik.pdf di akses pada tanggal 11 Oktober 2014 Pukul 19.34 WIB

Anonim, Bagaimana Kriteria Produk Halal?, diakses pada tanggal 22 November 2014 Pukul

11.43 WIB, diambil dari http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents

Anonim, Kosmetik Halal dan Haram dalam Islam, diakses pada 22 November 2014 Pukul

10.30 WIB, diambil dari http://dariziva06,blogspot.com

Anonim, Makalah Makanan, Minuman dan Kosmetika antara Halal dan Haram, diakses

pada tanggal 22 November 2014 Pukul 11.46 WIB, diambil dari

http://sabilitime.wordpress.com

Ratna Inten, Halalkah Cantikmu?, diakses pada 22 November 2014 Pukul 10.00 WIB,

diambil dari http://mizhasbeautydiary.blogspot.com

http://id.wikipedia.org/wiki/LPPOM_MUI diakses pada tanggal 22 November 2014 Pukul

11.43 WIB

13