hal 1-8jghhjhhgjhgkk
DESCRIPTION
hgcgcjgcghcjhggcjgcjhvjhgchgc,jchgchgchchgcxhgcj,hfjhhkvhjjhvhjcjhchjvhvjhvjhvjhcjhcjhcvjhcjhvjhvjTRANSCRIPT
7
ILUSTRASI KASUSI. IDENTITAS PENDERITA
Nama: Tn. A
Umur: 30 tahun
Jenis Kelamin: Laki-lakiStatus Perkawinan: Menikah
Agama: Islam
Pekerjaan: Swasta Alamat: Dinoyo - Malang
Suku: Jawa
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Sesak nafas
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang dengan sering mengeluh sesak nafas yang sering kambuh apabila terkena debu rumah dan pasien merupakan perokok berat. Pasien juga mengeluh batuk batuk berdahak apabila sesak nafasnya kambuh. Meskipun tidak setiap hari kambuh, dalam satu minggu kekambuhan bisa terjadi satu sampai dua kali. Dalam satu bulan bisa terjadi 2 sampai 3 kali sesak. Pada malam hari kadang tidurnya terganggu. Saat sesak kambuh nafasnya bunyi ngik ngik.
Pasien mengaku sesaknya dialami sejak 5 th yang lalu dan sering kambuh. Pasien mengkonsumsi obat isuprel.C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit gula
: disangkal
Riwayat darah tinggi
: disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan
: disangkal
Riwayat sakit ginjal
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
Riwayat transfusi
: disangkal
D. Riwayat Kebiasaan
Riwayat minum obat-obatan bebas : disangkal
Riwayat minum jamu : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat merokok : (+) sejak SMA , 4-6 batang per hari
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit jantung
: disangkal
Riwayat sakit gula
: disangkal
Riwayat asma bronkiale
: ayah sakit asma
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat sakit kuning
: disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi
: disangkal
F. Riwayat Lingkungan Sosial dan Asupan Gizi
Penderita adalah seorang laki-laki dengan seorang istri dan 1 orang anak. Penderita adalah seorang swasta Malang. Sedangkan istri pasien adalah ibu rumah tangga. Kehidupan sosial dengan keluarga dan tetangga baik, tidak ada masalah.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum: tampak sesak, kesadaran compos mentis ( GCS E4V5M6), status gizi kesan normal Berat badan
: 50 kg
Tinggi badan
: 160 cm
B. Tanda vital
Tekanan Darah: 140/10 mmHg
Nadi
: 88 x/menit,
RR
: 25 x/menit
Suhu
: 36,70C per axiller
C. Kulit: warna sawo matang, lembab, ujud kelainan kulit (-), uji turniquet (-)
D. Kepala: bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut
E. Mata: conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3 mm), bulat, di tengah, mata cekung (-/-)
F. Hidung: nafas cuping hidung (+/+), sekret (-/-)
G. Mulut: bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa basah (+)
H. Telinga:sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)
I. Tenggorok:uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1 T1,
J. Leher
: kelenjar getah bening tidak membesar
K. Thorax
Normochest, simetris, pernapasan thorakoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi :
batas kiri atas
: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
batas kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextrabatas kiri bawah: SIC V 1 cm medial Linea Medio Clavicularis Sinistra
batas kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
pinggang jantung: SIC III Linea Para Sternalis Sinistra
(batas jantung terkesan normal)
Auskultasi: Bunyi jantung III intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi: fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi :
SonorSonor
Sonor Sonor
SonorSonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan :
Ronchi
-
-
-
-
-
-
Wheezing
+
+
+
+
+
+
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi: pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi: fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi:
SonorSonor
Sonor Sonor
SonorSonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan :
Ronchi
-
-
-
-
-
-
Wheezing
+
+
+
+
+
+
L. Abdomen
Inspeksi: dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi: peristaltik (+) normal
Perkusi: timpani
Palpasi: hepar/lien tak teraba, turgor kulit baik
M. Ekstremitas:
Akral dingin
Oedema
- -
--
- -
--
Sianosis ujung jari
Capilary refill time< 2 detik
-
-
IV. DIAGNOSIS KERJA
Asma bronchiale 1. IDENTIFIKASI MASALAH PASIEN
Pasien mengalami Asma bronkial derajat persisten ringan yaitu kondisi medis di mana terjadi peningkatan respiratory rate sehingga pasien merasa sesak.Derajat asma
GejalaGejala malamFaal paru
IntermittenBulananAPE80%
Gejala1x/minggu tetapi2 kali sebulan VEP180% nilai prediksi APE80% nilai terbaik.
Variabiliti APE 20-30%.
Persisten sedang HarianAPE 60-80%
Gejala setiap hari.
Serangan mengganggu aktifiti dan tidur.
Membutuhkan bronkodilator setiap hari.>2 kali sebulan VEP1 60-80% nilai prediksi APE 60-80% nilai terbaik.
Variabiliti APE>30%.
Persisten beratKontinyuAPE 60%
Gejala terus menerus
Sering kambuh
Aktifiti fisik terbatasSering VEP160% nilai prediksi
APE60% nilai terbaik
Variabiliti APE>30%
Sesak nafas bunyi ngik ngik
Batuk berdahak
Saat tidur tidak bisa nyenyak karena nafasnya tidak membuatnya nyaman. Pasien merupakan perokok2. TUJUAN TERAPI1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mengurangi batuk.3. Memberi edukasi kepada pasien untuk berhenti merokok.3. MENENTUKAN P-TREATMENT
Untuk menentukan P Treatment, perlu diketahui aturan pemberian terapi asma bronkial sesuai dengan derajat penyakit. Obat yang digunakan dalam melakukan terapi asma sesuai derajat penyakit antara lain:
a. Yang termasuk obat asma:b. Agonis 2 adrenergikObat ini punya efek anti bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan feneterol memiliki lama kerja 4 6 jam, sedangkan agonis 2 long-acting bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol dan lain-lain.
c. Metilxantin
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan denagn konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang.
d. Antikolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus instrinsik dari saluran nafas
e. Kortikosteroidf. Natrium Kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi non steroid.g. Obat lain: Adrenalin dapat diberikan pada serangan asma yang tidak tersedia 2-agonis. Sedangkan antikolinergik berfungsi sebagai bronkodilator pada serangan asma, namun kerjanya tidak terlalu poten dibandingkan 2-agonis kerja cepat. Sebagai pengendali asma juga terdapat golongan antihistamin seperti ketotifen. Obat asma yang relatif baru adalah leukotriene modifiers yang mekanisme kerjanya menghambat 5-lipoksigenase sehingga memblok sintesis leukotrien dan memblok reseptor leukotrien. Saat ini yang beredar di Indonesia adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien) (PDPI, 2004).