gender dalam pesantren: studi konstruksi sosial …

236
GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL GENDER DALAM TRADISI NDALEM DI PESANTREN DARUSSALAM MEKARSARI LAMPUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Ayu Erviana NIM. 11160321000051 PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL

GENDER DALAM TRADISI NDALEM DI PESANTREN

DARUSSALAM MEKARSARI LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ayu Erviana

NIM. 11160321000051

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 2: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

“GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL GENDER

DALAM TRADISI NDALEM DI PESANTREN DARUSSALAM MEKARSARI

LAMPUNG”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Prodi Studi Agama-Agama

Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ayu Erviana

NIM: 11160321000051

Dosen Pembimbing

Siti Nadroh, M.Ag

NUPN. 9920112687

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 3: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Page 4: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Page 5: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

iv

MOTTO:

“Percayalah bahwa apa yang engkau inginkan itu akan terjadi”

“Karya sederhana ini, aku persembahkan untuk ibu, ayah, adikku tersayang, dan

untuk orang-orang disekelilingku yang aku sayangi, serta untuk diriku dan masa

depanku”

Page 6: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

v

ABSTRAK

Ayu Erviana. 2021. Gender Dalam Pesantren: Konstruksi Sosial Gender Dalam

Tradisi Ndalem di Pesantren Darussalam Mekarsari Lampung. Prodi Studi Agama-

Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini menganalisis mengenai kontruksi gender dalam tradisi ndalem yang

ada di pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung. Secara konseptual,

penelitian ini diorientasikan untuk melihat usaha sosialisasi gender dalam pesantren

khususnya konstruksi gender dalam tradisi ndalem.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dengan metode

kualitatif deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini

adalah pendekatan sosiologi dan analisa gender. Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Kemudian teknik analisa data yang digunakan oleh penulis adalah teknik deskriptif.

Adapun teori yang digunakan yakni teori analisis gender Mansour Fakih sebagai

parameter analisis kesetaraan gender, dan didukung dengan teori hegemoni kultural

Antonio Gramsci untuk menganalisis kekuasaan dominan terhadap konstruksi gender,

dan teori fungsional struktural serta teori keseimbangan oleh Talcott Parsons untuk

menganalisis konstruksi gender dalam tradisi ndalem.

Hasil kajian penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi gender dalam tradisi

ndalem dipengaruhi oleh budaya patriarki dengan adanya hegemoni kiai dalam

pesantren yang menyebabkan kuatnya budaya hubungan patron klien antara santri

dan kiai dengan norma ta‟dziman dan takriman yang mutlak. Santri sebagai subyek

selalu mencari berkah dari kiai akan melakukan apapun untuk mengabdikan diri

kepada sang kiai ssehingga dominasi dalam hubungan keterikatan antara santri

dengan kiai terbentuk dan terjalin secara sukarela tanpa paksaan. Pembagian kerja

dalam tradisi ndalem bersifat tradisional (biological reductionism), terjalin konsep

kemitraan dalam relasi antar keduanya sehingga keduanya sama-sama memiliki

tanggung jawab yang komplementer, saling mengisi, melengkapi, dan tidak

Page 7: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

vi

bertentangan satu sama lain sehingga pembagian peran kerja dalam tradisi ndalem ini

merupakan pembagian kerja yang fungsional karena tidak menimbulkan diskriminasi

ataupun kesenjangan, karena kerja sama yang terjalin sebagai santri ndalem

mengajarkan bahwa kedudukan santri putra dan putri sama. Dalam usaha sosialisasi

gender di pesantren Darussalam Mekarsari Lampung belum sepenuhnya dilakukan

oleh para agen sosialisasi gender, namun sejauh ini indikator PUG yakni akses,

partisipasi, kontrol, dan manfaat sudah berjalan dengan baik karena baik santri laki-

laki maupun perempuan diberikan akses yang sama, hal tersebut terlihat dimana

perempuan tampak ikut hadir berperan dan dilibatkan dalam perkembangan pesantren

yang berpartisipasi sebagai pengurus dan pengasuh yakni santri putri dan ibu nyai,

sehingga hal ini memperlihatkan bahwa keseimbangan peran antara laki-laki dan

perempuan terlihat dalam usaha konstruksi gender di pondok pesantren Darussalam

Mekarsari Lampung.

Kata kunci: Konstruksi Gender, Pesantren, Tradisi Ndalem.

Page 8: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan

kesempurnaan akal pikiran kepada manusia. Shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan

para pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga kelak mendapatkan syafa‟atnya. Amin

Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain ucapan syukur yang amat besar

kepada Allah SWT. Atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang tua penulis dengan

skripsi ini. Penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gender Dalam

Pesantren: Studi Konstruksi Sosial Gender Dalam Tradisi Ndalem di Pesantren

Darussalam Mekarsari Lampung” dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat

selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah

membantu proses penyelesaian skripsi ini. Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis

ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, bapak M. Zuwono dan ibu Yumawati yang telah

mencurahkan segala kasih sayangnya dalam bentuk apapun yang tak mungkin

terbalaskan. Hanya doa tulus yang dapat penulis panjatkan untuk bapak dan

mamak, semoga senantiasa diberikan umur panjang dan kesehatan serta selalu

dalam lindungan-Nya. Teruntuk adikku tersayang, Vina Dwi Jayanti yang

menjadi motivasi penulis untuk terus berjuang agar dapat menjadi kakak yang

baik dan panutan terbaik untuknya. Penulis merasa sangat bangga dan

beruntung memiliki keluarga yang sederhana dan penuh kebahagiaan.

Page 9: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

viii

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku dekan fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

4. Bapak Syaiful Azmi, M.A., selaku Ketua Prodi Studi Agama-Agama,

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Lisfa, selaku Sekretaris Prodi Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi

kemudahan dan membantu mahasiswa dalam memberi informasi administrasi

penyelesaian skripsi.

6. Ibu Dra. Marjuqoh M.A., selaku dosen penasihat akademik yang telah

membantu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses pengajuan

proposal.

7. Ibu Dra. Halimah S.M., MA., yang telah bersedia meluangkan banyak

waktunya untuk menjadi penguji ujian komprehensif.

8. Ibu Siti Nadroh, S.Ag, M.Ag, yang telah bersedia meluangkan banyak waktu

untuk menguji proposal skripsi sekaligus menjadi pembimbing skripsi yang

mengarahkan, membimbing, mengoreksi, bahkan memberikan semangat dan

energi positif kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan baik. Ucapan rasa terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan

untuk beliau yang meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya dalam membantu

penulis menyelesaikan tulisan ini.

9. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya para dosen yang telah membagi ilmunya

dengan sepenuh hati kepada penulis selama ini.

10. Segenap staff perpustakaan, baik perpustakaan Umum ataupun perpustakaan

Fakultas yang menyediakan berbagai referensi yang dibutuhkan penulis.

11. Segenap staff dan karyawan Fakultas Ushuluddin yang telah berkenan

membantu penulis dalam mengurus hal pengadaan surat, serta menyediakan

sarana dan prasarana yang membuat penulis nyaman dalam proses belajar di

Page 10: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

ix

kelas serta beasiswa BLU yang penulis dapatkan hingga akhir semester 8

yang sangat membantu penulis dalam perkuliahan.

12. Segenap kepada desa Mekarsari beserta jajarannya yang telah membantu

memberikan informasi dan data masyarakat desa Mekarsari kepada penulis

serta masyarakat pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung yang

telah memberikan izin serta menyediakan tempat dan waktu untuk penulis

melakukan penelitian khususnya kepada pak kiai dan ibu nyai serta para

pengasuh pondok pesantren Darussalam yakni gus Saikhul Huda yang

membantu penulis dalam perizinan, serta mbak-mbak ndalem dan kang-kang

ndalem dan para santri yang membantu penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini, khususnya mbak Nur, mbak Rohimah, mbak Rifa, dan pengurus

lainnya yang telah memberikan tempat, dan sering mengajak makan bersama

serta membantu penulis selama melakukan penelitian di pondok pesantren,

terima kasih atas kebaikan kalian kepada penulis selama ini.

13. Teman kos penulis Sri Ratna Dani Parwati S.Psi, yang telah membantu,

memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini, terima kasih atas kebaikannya selama ini.

14. Teman-teman Studi Agama-Agama angkatan 2016 Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai teman

seperjuangan dalam belajar dan meraih gelar sarjana.

15. Teman-teman KOMFUSPERTUM khususnya angkatan 2016 yang telah

menjadi teman seperjuangan dalam belajar berorganisasi.

16. Teman-teman FRESH UIN JAKARTA yang telah membersamai penulis

dalam menambah pengetahuan mengenai ilmu penelitian.

17. Terlalu banyak pihak yang berpengaruh bagi penulis yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan ribuan

terima kasi atas segala dukungan, baik dalam bentuk dorongan, motivasi, dan

doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Page 11: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

x

Akhir kata, penulis haturkan terima kasih dan semoga Allah SWT. Membalas segala

kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menjalani proses perkuliahan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan karya selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat secara umum bagi para pembaca dan khusus nya bagi penulis.

Jakarta, 08 Juli 2021

Penulis,

Ayu Erviana

NIM: 11160321000051

Page 12: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. i

ABSTRAK .................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................... 1

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH ..................................................... 3

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ..................................................... 4

D. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 4

E. KERANGKA TEORI ........................................................................................ 7

F. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 10

G. SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................................ 13

BAB II DISKURSUS GENDER: WACANA KETIDAKDILAN GENDER ............ 15

A. KONSTRUKSI GENDER DALAM MASYARAKAT .................................. 15

a. Faktor, Indikator, dan Sosialisasi Ketidakadilan Gender ............................. 20

b. Gender Mainstreaming (Pengarusutamaan Gender) .................................... 32

B. WACANA PEREMPUAN DALAM TEKS DAN HUKUM ISLAM ............. 33

a. Perempuan Dalam Teks Al-Qur‟an .............................................................. 38

b. Perempuan Dalam Teks Hadist .................................................................... 47

c. Perempuan Dalam Hukum Islam (Fikih) ..................................................... 53

Page 13: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

xii

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUSSALAM

MEKARSARI LAMPUNG ........................................................................................ 58

A. LATAR BELAKANG PONDOK PESANTREN DARUSSALAM

MEKARSARI LAMPUNG ..................................................................................... 58

a. Sejarah Perkembangan Pesantren Darussalam Mekarsari Lampung ........... 68

b. Biografi KH. M. Mastur Huda RS ............................................................... 75

B. SISTEM PENGAJARAN DAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN ................... 78

C. TRADISI PESANTREN DARUSSALAM MEKARSARI LAMPUNG ........ 89

D. HUBUNGAN PONDOK PESANTREN DENGAN MASYARAKAT

SEKITAR ................................................................................................................ 97

BAB IV KONSTRUKSI SOSIAL GENDER DALAM TRADISI NDALEM DI

PONDOK PESANTREN DARUSSALAM LAMPUNG ........................................... 99

A. TRADISI NDALEM DALAM PESANTREN ................................................ 99

B. GENDER DALAM PESANTREN ................................................................ 107

C. VARIABEL ANALISIS GENDER DALAM PESANTREN ....................... 117

a. Akses .......................................................................................................... 117

b. Partisipasi ................................................................................................... 118

c. Kontrol ........................................................................................................ 119

d. Manfaat ....................................................................................................... 120

D. KONSTRUKSI SOSIAL GENDER DALAM TRADISI NDALEM ............. 120

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 123

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 123

B. SARAN .......................................................................................................... 125

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 127

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 132

Page 14: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Antara Seks dan Gender .............................................................. 17

Tabel 2. Sistem Reproduksi Laki-Laki ....................................................................... 30

Tabel 3. Sistem Reproduksi Perempuan ..................................................................... 30

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................. 59

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ............................................................. 59

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku ............................................................ 60

Tabel 7. Tingkatan Pendidikan Penduduk Desa Mekarsari ........................................ 62

Tabel 8. Sarana Pendidikan Desa Mekarsari............................................................... 63

Tabel 9. Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Mekarsari ................................. 64

Tabel 10. Sarana Lembaga Ekonomi Desa Mekarsari ................................................ 65

Tabel 11. Jumlah Penduduk Desa Mekarsari Berdasarkan Agama ............................ 66

Tabel 12. Sarana Keagamaan Desa Mekarsari ............................................................ 67

Tabel 13. Jumlah Santri Pondok Pesantren Darussalam Berdasarkan Jenis Kelamin 71

Tabel 14. Jadwal Kegiatan Santri Sehari-hari ............................................................. 71

Tabel 15. Jadwal Kegiatan Ngaji Bandongan ............................................................. 80

Tabel 16. Bahan Ajar Kelas Diniyah Pondok Pesantren Darussalam ......................... 83

Page 15: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi ................................................ 133

Lampiran 2: Surat Izin Penelitian ............................................................................. 134

Lampiran 3: Surat Keterangan Penelitian ................................................................. 135

Lampiran 4: Pedoman Wawancara ........................................................................... 136

Lampiran 5: Pernyataan Informan ............................................................................ 138

Lampiran 6: Hasil Wawancara .................................................................................. 158

Lampiran 7: Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 217

Page 16: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Isu gender dalam dunia pesantren belum mendapat banyak perhatian,

khususnya mengenai tradisi pesantren terhadap kesetaraan gender, bahkan hal

tersebut dianggap krusial untuk dibicarakan ataupun dibahas dalam dunia

pesantren karena konsep tersebut dianggap berasal dari barat, bukan dari

ajaran agama Islam. Dalam konstruksi budaya masyarakat patriarki,

perempuan seringkali ditempatkan sebagai kaum kelas dua dibawah laki-laki

atau bahkan lebih rendah, seperti contoh dalam masyarakat Jawa yang kental

dengan budaya patriarki memberi istilah perempuan sebagai “konco

wingking” yang artinya teman belakang dimana mereka tugas mereka ialah

berperan di dapur, sumur, dan kasur.

Praktik konstruksi sosial gender telah terjadi dalam banyak aspek

kehidupan masyarakat, termasuk dalam lembaga pendidikan agama salah

satunya yakni pesantren. Pesantren merupakan basis bagian dari proses

rekonstruksi kebudayaan masyarakat yang bersumber dari pemaknaan teologis

terhadap realitas kehidupan sosial. Dalam sebuah pesantren terdapat kiai, ia

merupakan tokoh sentral yang memiliki peran penting dalam lingkungan dan

dinamika pesantren serta dinamika masyarakat.1

Zamakhsyari Dhofier menyebut bahwa kiai berperan penting dalam segala

hal di ruang lingkung pesantren serta memegang kekuasaan dan wewenang

mutlak. Selain menjadi pemimpin dalam pesantren, ia juga sebagai guru,

sumber teladan, sekaligus orang tua non-bilogis dan sebagai sumber nasihat

1 Erfan Efendi, (2018), “Gender Perspektif Etika Pesantren (Studi Ttentang Kepemimpinan Kyai

dan Nyai Tentang Sosialisasi Gender di Lingkungan Sosial Pondok Pesantren Wahid Hasyim Sleman

Yogyakarta)” (Jurnal An-Nisa‟ Vol. 11 No. 2), h: 263

Page 17: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

2

bagi para santri.2 Sehingga seorang kiai memiliki pengaruh yang sangat besar

dalam praktik dan usaha konstruksi gender dalam sebuah pesantren.

Pesantren memegang teguh nilai-nilai tradisionalitas terutama pesantren

yang berbasis pendidikan tradisional terlihat dalam praktik tradisi, adat-

istiadat, etika, dan pengajaran tradisional yang masih dipraktekkan hingga

sekarang, salah satunya yakni tradisi ndalem. Istilah ndalem3 sendiri berasal

dari bahasa Jawa krama untuk menyebut kediaman atau rumah sang kiai.

Tradisi ndalem merupakan tradisi dimana santri khususnya santri putri

membantu segala urusan domestik atau pekerjaan rumah tangga sang kiai dan

ibu nyai seperti memasak, menjaga warung, mengasuh anak dan pekerjaan

rumah tangga lainnya yang bersifat urusan domestik dengan maksud

membantu meringankan pekerjaan ibu nyai dan kiai.

Hilma Lutfiana dalam skripsinya menyebut bahwa nilai karakter Santri

ndalem4 mengacu kepada kewibawaan kiai sebagai panutan.

5 Tradisi Ndalem

sangat erat kaitannya dengan dogma atau konsep barokah dan karomah,

dogma tersebut sangat kental dianut dan diamini oleh warga pesantren

khususnya di pesantren tradisional yang ada di Indonesia. Konsep tersebut

sangat kental dalam tradisi pesantren baik dalam etika ataupun norma

kehidupan pesantren.

Salah satu indikator utama persoalan gender dalam ruang lingkup

pesantren adalah adanya indikasi kesenjangan mencolok antara laki-laki dan

perempuan, dan dominasi figur kiai dalam wacana pesantren.6 Sistem

kepemimpinan yang didominasi pihak laki-laki dalam struktur kepengurusan

dan tanggung jawab kegiatan pesantren, interaksi antara guru dan murid yang

2 Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan” (Jurnal

KARSA, Vol. 19 No. 2 Tahun 2011), h: 9

3 Ndalem berasal dari bahasa Jawa Krama yang artinya rumah atau kediaman.

4 Santri Ndalem ialah mereka yang melakukan pengabdian di rumah Kiai, membantu pekerjaan

domestic rumah tangga Kiai, dari memasak, menjaga warung, mengasuh anak, dan lain-lain.

5 Hilma Lutfiana, (2016), “Pengembangan Nilai Karakter dan Kecakapan Hidup Bagi Santri

Ndalem di Pondok Pesantren Roudlaotul Jannah Kabupaten Kudus” (skripsi Universitas Negeri

Semarang), h. 4

6 Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan” (Jurnal

KARSA, Vol. 19 No. 2 Tahun 2011), h: 5

Page 18: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

3

mengacu pada prinsip autoritarianisme yakni berlandaskan figur kharismatik

seorang kiai.7

Pesantren dan tradisinya seringkali dituding mendiskreditkan posisi

perempuan, dan ajaran-ajarannya distigmatisasi belum support gender,

dimana dalam proses pembelajarannya masih menggunakan kitab-kitab klasik

bersifat misoginis yang berisi ajaran bahwa perempuan untuk selalu patuh dan

tunduk pada perintah laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan di bawah

laki-laki.8

Permasalahan tersebut menarik untuk dikaji, karena konstruksi gender

dalam tradisi-tradisi pesantren yang masih bersifat tradisional, hegemoni kiai

yang sangat kental dalam ruang lingkup pesantren, isu gender yang masih

belum mendapat banyak perhatian dalam ruang lingkup pesantren dan tradisi

ndalem yang memfokuskan pembelajaran perempuan dalam ranah domestik

sehingga seringkali dituding mensubordinasi kedudukan perempuan. Maka

perlu melihat dan mengkaji bagaimana konstruksi gender dalam praktik

tradisi ndalem di pesantren, dalam hal ini penulis melakukan penelitian di

pondok Pesantren Darussalam desa Mekarsari kecamatan Pasir Sakti

kabupaten Lampung Timur provinsi Lampung.

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat banyak

tradisi pesantren yang masih bersifat tradisional diamini dan dipraktekkan

hingga sekarang. Maka dari itu, penulis membatasi perhatian penelitian pada

praktek tradisi pesantren, isu-isu gender pada ruang lingkup pesantren dan

implikasinya terhadap konstruksi sosial gender di pondok pesantren

Darussalam Mekarsari Lampung khususnya dalam tradisi ndalem.

7 Wardah Nuroniyah, (2014), “Tradisi Pesantren dan Konstruksi Nilai Kearifan Lokal Di Pondok

Pesantren Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon” (Jurnal Holistik Vol.15 No. 02), h: 4.

8 Siti Mahmudah Noorhayati, (2017), “Pemikiran Islam Terhadap Gender dan Pemberdayaan

Perempuan (Studi Pemikiran dan Model Pemberdayaan Nyai di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton”

(Jurnal Akademika Vol. 22 no. 02), h: 226-227

Page 19: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

4

Dari latar belakang dan pembatasan masalah, penulis mengajukan

rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana konstruksi sosial gender dalam

tradisi ndalem di pesantren Darussalam Mekarsari Lampung?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui

konstruksi sosial gender dalam tradisi ndalem di pesantren Darussalam

Mekarsari Lampung.

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menambah dan

mengembangkan penelitian tentang agama, gender, dan juga

perbandingan agama, terutama dalam memberikan informasi dan

pengetahuan mengenai perlunya kesadaran kesetaraan gender dalam

tradisi dan ruang lingkup pesantren pesantren.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah

satu bacaan yang dapat menambah pengetahuan bagi pembaca

mengenai konstruksi gender dan kesetaraan gender di pesantren, serta

implikasi tradisi pesantren terhadap wacana gender.

3. Manfaat Akademis

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) Agama pada Prodi Studi

Agama-Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Page 20: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

5

Studi mengenai tradisi pesantren dan isu-isu gender dalam pesantren telah

banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, antara lain sebagai

berikut:

Tradisi Pesantren karya Zamakhsyari Dhofier yang membahas mengenai

posisi dan peran kiai dalam kehidupan sosio-religius perkembangan

pesantren. Ia mengatakan bahwa kedudukan otoritas kiai terlihat pada

wewenang mutlak kiai dalam memegang kekuasaan penuh di dalam

pesantren, dan terciptanya struktur hierarki beserta tradisi yang

menggambarkan kuatnya hubungan antara kiai dan santri dan mensyaratkan

sikap hormat dan tunduk santri secara mutlak yang berlaku dalam berbagai

aspek kehidupannya.

Selain literatur diatas, terdapat pula beberapa penelitian seperti: studi yang

dilakukan oleh Marhumah dengan judul Konstruksi gender, hegemoni

kekuasaan, dan lembaga pendidikan yang membahas mengenai rendahnya

sensitifitas gender dan minimnya perhatian pada isu perempuan dalam dunia

pesantren, dibarengi dengan dominannya figur kiai dan ustadz. Namun dalam

tulisannya tersebut, ia berpendapat bahwa sebenarnya peran nyai sangat

penting guna keberlangsungan pesantren, ia menyebutkan bahwa subordinasi

peran dan posisi perempuan dalam pesantren telah muncul dalam beberapa

penelitian lainnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Martin Van

Bruinessen yang menemukan sebuah fakta bahwa identitas penulis dalam

penulisan kitab pengajaran dalam pesantren didominasi oleh nama pengarang

laki-laki, meskipun terdapat nama pengarang perempuan namun namanya

disembunyikan. Hal lain juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan

oleh Mas‟udi dalam meneliti posisi perempuan dalam kitab kuning, ia

menemukan bahwa pandangan kitab kuning terhadap perempuan secara garis

besar berpandangan negatif dikarenakan oleh bias gender yang mempengaruhi

pola pikir di dalamnya.9

9 Ema Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan” (Jurnal

KARSA, Vol. 19 No. 2 Tahun 2011), h: 176

Page 21: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

6

Pentingnya peran nyai dalam mendampingi kiai dalam usaha

keberlangsungan pesantren juga dijelaskan dalam tulisan Erfan Efendi dengan

judul Gender perspektif etika pesantren (studi tentang kepemimpinan kyai dan

nyai tentang sosialisasi gender di lingkungan sosial pondok pesantren wahid

hasyim Selman Yogyakarta), dalam tulisannya itu ia membahas mengenai

peran kepemimpinan kiai dan nyai dalam sosialisasi gender dan

implementasinya terhadap perilaku santri di pesantren wahid hasyim sleman

Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa peran kiai dan nyai dalam sebuah

pesantren sangat mempengaruhi dalam usaha konstruksi gender di dalamnya.

Selain dalam usaha konstruksi gender, peran kiai yang memiliki kharisma

dalam pandangan santri mengakibatkan terjalinnya relasi hubungan yang

langgeng, hal tersebut terlihat dalam artikel yang berjudul “Tradisi pesantren

dan konstruksi nilai kearifan lokal di pondok pesantren nurul huda munjul

astanajapura Cirebon” yang ditulis oleh Wardah Nuroniyah,M.S.I. yang

membahas mengenai konstruksi nilai-nilai kearifan lokal dan dampaknya

terhadap pola pikir dan tingkah laku civitas di pesantren. Dalam

penelitiannya, ia menyimpulkan bahwa terdapat budaya patron yang

mengakar antara santri dan kiai di dalam pesantren, sehingga terjadi hubungan

patron klien antara kiai dan santri dalam sebuah pesantren.

Hubungan yang terjalin antara santri dengan kiai berlangsung langgeng,

seperti yang ditulis oleh M. Syamsul Huda dalam penelitiannya yang berjudul

Kutus Kiai: Sketsa Tradisi Pesantren, yang menyimpulkan bahwa kuatnya

dominasi kiai sebagi figur yang istimewa di mata santri menyebabkan kiai

mendapatkan perlakuan dan hak-hak istimewa dari santri.

Berdasarkan studi literatur dan beberapa penelitian di atas, bahasan

mengenai tradisi pesantren dan isu gender di pesantren memang pernah

dilakukan. Namun belum memberi perhatian pada sosio-kultural dan isu-isu

gender dalam tradisi pesantren khususnya dalam tradisi ndalem. Lebih dari

itu, studi-studi diatas juga belum menelaah mengenai pengkultusan kiai yang

turut berpengaruh terhadap proses konstruksi sosial gender di pesantren

Page 22: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

7

khususnya dalam praktik tradisi ndalem yang sudah lama dipraktekkan di

pondok pesantren tradisional Darussalam Mekarsari Lampung. Maka dari itu,

penelitian mengenai topik dalam proposal ini menjadi perlu untuk dilakukan

penelitian lebih lanjut.

E. KERANGKA TEORI

1. Pesantren

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai

asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan

sebagainya10

. Pesantren berasal dari kata „santri‟, yang diimbuhi walam pe

di deoan dan akhiran –an, yang berarti tempat tinggal para santri. Menurut

Zamakhsyari Dhofier, pesantren adalah sebuah asrama pendidikan Islam

tradisional dimana santri tinggal bersama dan belajar dan dibimbing oleh

seorang guru yang disebut dengan Kiai.11

Sebagai lembaga pendidikan

agama, pesantren merupakan basis proses rekonstruksi kebudayaan yang

bersumber dari pemaknaan teologis atau realitas sosial12

. Dilihat dari segi

sejarah, Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia,

menjadi pusat pembelajaran dan dakwah.13

Dalam pesantren terdapat

tradisi-tradisi yang memiliki arti sebagai adat kebiasaan yang masih

dilakukan oleh masyarakat hingga hari ini.14

2. Kultus

Secara bahasa, kultus / Cult artinya cara memuja.15

Secara sosiologis,

kultus tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pertama, pemusatan

10 Ahmad Muhakamurrohman, “Pesantren: Santri, Kiai, dan Tradisi” (Jurnal Kebudayaan Islam

Vol. 12 No. 2, 2014), h: 111

11

Erfan Efendi, “Gender Perspektif Etika Pesantren” (Jurnal An-Nisa‟ Vol. 11 No. 2, 2018), h.

260

12 Ema Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan” (Jurnal

KARSA, Vol. 19 No. 2 Tahun 2011), h: 9

13

Ema Marhumah, “Konstruksi Sosial Gender……” (2011), h: 3

14

Ahmad Muhakamurrohman, “Pesantren: Santri, Kiai, dan Tradisi” (Jurnal Kebudayaan Islam

Vol. 12 No. 2, 2014), h: 114

15

John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 2007), h:

159

Page 23: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

8

ketaatan kepada seorang pemimpin kharismatik, gaya ketaatan yang

eksesif dan fanatik, sikap ekslusif dan tertutup, pandangan anti-sosial dan

adanya janji keselamatan yang mudah, sederhana dan langsung.16

Pola

hubungan antara kiai dan santri di pesantren yakni adanya rasa hormat dan

kepatuhan yang mutlak seorang santri terhadap kiai, dan hal tersebut

berlaku seumur hidup sang santri. Marx menyebut bahwa fungsi agama

sebagai sumber legitimasi bagi kelas sosial tertentu terhadap kelas sosial

lain yang dikuasainya, sehingga agama kemudian berubah menjadi candu

yang membius masyarakat dalam suasana ketertindasan mereka akibat

kehilangan kesadaran sosialnya, dan agama lalu menjanjikan pahala dalam

kehidupan di akhirat akibat dari proses alienasi kesadaran yang

diciptakannya sendiri oleh agama yang dikuasai kaum elit dan pemegang

otoritas tertinggi dalam agama.17

3. Gender

Gender berasal dari bahasa latin “genus” yang artinya tipe atau jenis.

Secara bahasa, Gender berasal dari bahasa Inggris yang artinya jenis

kelamin.18

Sedangkan secara istilah, Gender merupakan atribut yang

melekat pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara kultural.

Gender adalah ciri-ciri peran dan tanggung jawab yang dibebankan pada

perempuan dan laki-laki, yang ditentukan secara sosial dan bukan berasal

dari Tuhan yang bersifat kodrati. Konsep gender merupakan hasil

konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia yang bersifat tidak tetap,

berubah-ubah serta dapat dialihkan dan dipertukarkan.19

16 M. Syamsul Huda, “Kultus Kiai: Sketsa Tradisi Pesantren” (Teosofi Jurnal Tasawuf dan

Pemikiran Islam Volume 1 Nomor 1, 2011), h: 116

17

Moh. Soehadha, “Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama” (Yogyakarta: SUKA-

Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), h: 40

18

John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 2007), h:

265

19

Orinton Purba, Diakses dari https://gendernews88.wordpress.com/2010/09/07/konsep-dan-teori-

gender/ Gender and Development Konsep dan Teori Gender, diakses pada tanggal 9 Juli pkl 15.10

WIB

Page 24: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

9

Dalam analisis sosial, gender mengacu kepada seperangkat sifat,

peran, tanggung jawab, fungsi, hak, dan perilaku yang melekat pada laki-

laki dan perempuan sebagai hasil bentukan budaya20

. Menurut Mansour

Faqih, kata Gender merupakan pembedaan sifat yang melekat pada kaum

laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun

kultural21

. Jadi, gender merupakan hasil konstruksi dari budaya dalam

masyarakat yang diwariskan secara turun temurun.

Melihat permasalahan yang terjadi, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan teori Analisis Gender yang didukung dengan menggunakan

teori analisis sosial yakni teori Hegemoni Kultural Antonio Gramsci, teori

fungsional struktural dan teori keseimbangan (equilibrium) Talcott

Parsons untuk menganalisis fenomena realitas sosial yang terjadi dalam

tradisi ndalem di pesantren Darussalam Mekarsari Lampung.

Teori analisis gender merupakan konsep untuk menganalisis

kedudukan, peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan

perempuan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga

terciptanya ketidakadilan relasi antara laki-laki dan perempuan yang

berimplikasi terhadap realitas sosial masyarakat.22

Teori hegemoni

kultural Antonio Gramsci berasumsi bahwa kekuatan kekuasaan dominan

mengikat kelompok lain dibawahnya dengan secara paksa/sukarela.

Kemudian dalam teori fungsional-struktural (status quo) yang

dikembangkan oleh Talcott Parsons sebagai tokoh utamanya

mengasumsikan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah

kodrat yang harus diterima dan mengindikasikan peran dan tugas yang

berbeda yang dipengaruhi oleh norma dan nilai budaya masyarakat

20 Ema Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan” (Jurnal

KARSA, Vol. 19 No. 2 Tahun 2011), h: 3

21

Siti Mahmudah Noorhayati, “Pemikiran Islam Terhadap Gender dan Pemberdayaan Perempuan

(Studi Pemikiran dan Model Pemberdayaan Nyai di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton” (Jurnal

Akademika Vol. 22 no. 02, 2017), h: 224

22

Tim Penulis Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian

Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 157-159

Page 25: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

10

setempat.23

Sedangkan dalam teori keseimbangan (equilibrium) berasumsi

bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki peran yang seimbang

dan tanggung jawab secara komplementer, sehingga terjalin hubungan

kemitraan dan keharmonisan untuk kelangsungan hidup manusia.24

F. METODOLOGI PENELITIAN

Metode adalah instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan

data, dan menganalisis data dalam sebuah penelitian,25

jadi metode penelitian

merupakan metode yang digunakan dalam melakukan penelitian.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara field

research yakni kegiatan penelitian yang dilakukan di lapangan. Jenis

penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif

deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan yang tidak dapat dicapai melalui prosedur

pengukuran atau statistik.26

Dalam hal ini, penelitian dilakukan di pesantren Darussalam

Mekarsari Lampung pada bulan oktober 2020 sampai dengan maret 2021.

Dari penelitian tersebut diperoleh data deskriptif baik berupa dokumen

ataupun penjelasan secara lisan mengenai konstruksi gender dalam tradisi

ndalem di pondok pesantren Darussalam Lampung. Data tersebut penulis

peroleh dari kiai, nyai, pengurus dan pengasuh pondok pesantren

Darussalam Mekarsari Lampung, santri putra dan putri khususnya santri

ndalem.

2. Sumber Data

23 Tim Penulis Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian

Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 163

24 Tim Penulis Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian

Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 176

25 Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama (Yogyakarta: SUKA-

Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), h: 62

26

Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama (Yogyakarta: SUKA-

Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), h: 85

Page 26: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

11

Penelitian ini merupakan penelitian field research (penelitian

lapangan), maka dalam pengumpulan data penulis membagi sumber data

menjadi dua bagian, yakni:

a. Sumber data primer mencakup data lapangan yakni yang menyangkut

pondok Darussalam Lampung; seperti kiai sebagai otoritas tertinggi,

dan santri.

b. Sumber data sekunder mencakup referensi maupun penelitian yang

berhubungan dengan Tradisi di pesantren dan konstruksi gender di

pesantren, serta mencakup referensi lain yang berkaitan dengan

pesantren Darussalam Lampung.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan beberapa

cara antara lain sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan

Yakni teknik pengumpulan data dengan menggunakan referensi buku,

jurnal, skripsi atau referensi pustaka lainnya yang relevan dengan

penelitian yang di teliti.

b. Observasi

Yaknik teknik yang bermaksud untuk melakukan pengamatan

secara langsung terhadap lokasi dan kondisi pesantren Darussalam

Lampung.

c. Interview atau wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pokok dalam penelitian

kualitatif, kharakteristik pewawancara sangat mempengaruhi teknik

ini. Sehingga pada hakikatnya, wawancara adalah produk dari

pemahaman situasi lapangan dalam sebuah interaksi yang khas.

Menurut Denzim dan Lincoln, wawancara dalam penelitian kualitatif

Page 27: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

12

adalah percakapan, seni bertanya dan mendengar (the art of asking and

listening).27

Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan

pihak-pihak yang terlibat aktif dalam tradisi ndalem di pesantren

Darussalam Lampung. Maksud dari mengadakan wawancara ini

adalah untuk mengetahui kegiatan santri yang ada di ndalem dan

pandangan kiai pesantren Darussalam Lampung.

d. Dokumentasi

Yaitu teknik yang penulis gunakan untuk memperoleh data tentang

jumlah santri dan dokumen-dokumen lain yang berada di pondok

pesantren Darussalam Lampung.

4. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan analisa gender

dan pendekatan sosiologi. Pendekatan analisa gender yakni proses

penganalisaan data dan informasi secara sistematis tentang kondisi laki-

laki dan perempuan guna mengidentifikasi dan mengungkap kedudukan,

fungsi, peran, dan tanggung jawab dalam proses pembangunan, serta

faktor-faktor yang mempengaruhi akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat

atau yang disingkat dengan APKM. Pendekatan ini mengidentifikasi isu-

isu gender yang disebabkan karena adanya perbedaan peran serta

hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki.

Analisa gender diaplikasikan untuk: (1) mengetahui latar belakang

terjadinya kesenjangan gender atau factor penyebab terjadinya

kesenjangan; (2) mengidentifikasi isu-isu gender yaitu isu yang muncul

karena adanya perbedaan atas dasar gender yang mungkin terjadi di

dallam masyarakat dalam memperoleh akses, kontrol, partisipasi, dan

manfaat dalam pembangunan; (3) memungkinkan para perencana untuk

melakukan perencanaan yang efektif, efisien, berkeadilan dan

27 Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama (Yogyakarta: SUKA-

Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), h: 112

Page 28: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

13

memberdayakan melalui rancangan kebijakan dan strategi yang tepat dan

sensitive terhadap isu-isu gender.28

Maka, penggunaan praktis pendekatan

ini dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengkaji isu-isu gender

dalam tradisi ndalem di pesantren Darussalam Mekarsari Lampung.

Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan untuk berupaya

memahami tindakan-tindakan sosial masyarakat. Dalam penelitian ini,

pendekatan sosiologis akan digunakan untuk menganalisis struktur

pendukung konstruksi gender dalam pesantren, yakni figur kiai dan

pengkultusan sosok kiai dalam tradisi pesantren.

5. Metode Analisis Data

Yakni cara atau teknis dalam pengumpulan data penelitian. Analisa

data dalam penelitian kualitatif bersifat siklus atau melingkar dan

interaktif dilaksanakan selama proses pengumpulan data29

. Proses analisis

data dalam penelitian ini yakni dengan proses reduksi data, display data,

dan proses verifikasi data.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Guna memudahkan pembaca dalam membaca hasil penelitian ini, penulis

memberikan gambaran secara ringkas mengenai sistematika penulisan,

penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, yakni:

Bab pertama, memuat pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

Bab kedua, bab ini membahas mengenai diskursus gender: wacana

ketidakadilan gender yang berisi sub-bab: konstruksi gender dalam

masyarakat, wacana perempuan dalam teks dan hukum islam.

28 Orinton Purba, Diakses dari https://gendernews88.wordpress.com/2010/09/07/mengenal-analisa-

gender/ , Gender and Development Mengenal Analisa Gender, diakses pada tanggal 9 Juli pada pkl

15.23

29

Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama (Yogyakarta: SUKA-

Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), h: 129.

Page 29: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

14

Bab ketiga, bab ini membahas mengenai gambaran umum pondok

pesantren Darussalam Lampung, yang berisi sub-bab: latar belakang pondok

pesantren Darussalam Mekarsari Lampung, sistem pengajaran dan bahan ajar

pesantren, tradisi pesantren Darussalam Mekarsari Lampung, hubungan

pondok pesantren dengan masyarakat sekitar.

Bab keempat, bab ini membahas konstruksi sosial gender dalam tradisi

ndalem di pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung, yang berisi

sub-pembahasan: tradisi ndalem dalam pesantren, gender dalam pesantren,

variabel analisis gender dalam pesantren, konstruksi sosial gender dalam

tradisi ndalem.

Bab kelima, bab ini adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran

Page 30: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

15

BAB II

DISKURSUS GENDER: WACANA KETIDAKDILAN GENDER

A. KONSTRUKSI GENDER DALAM MASYARAKAT

Secara bahasa, gender dan sex memiliki makna yang sama yakni jenis

kelamin1. Untuk mengetahui persoalan ketidakadilan gender kita harus

memahami perbedaan antara keduanya agar tidak terjadi kerancuan dalam

memahami perbedaan keduanya, meskipun secara bahasa makna

keduanya memiliki makna yang sama, akan tetapi pengertian mengenai

pembentukan kedua konsep tersebut berbeda. Sex merupakan pembagian

jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang telah melekat kepada

jenis kelamin tertentu sejak lahir seperti laki-laki memiliki penis, jakun

dan lain sebagainya, sedangkan perempuan memiliki payudara, rahim,

vagina dan lain sebagainya yang mana alat-alat biologis tersebut secara

biologis bersifat permanen melekat pada laki-laki dan perempuan,

merupakan kodrat dari Tuhan, serta fungsinya tidak dapat dipertukarkan.

Maka, sex merupakan istilah yang dipakai untuk melihat manusia secara

biologis, sebagai ciri khas dan pembeda antara laki-laki dan perempuan.2

Sedangkan Pengertian gender di dalam kamus Oxford diartikan

sebagai “grouping of nouns and pronouns into masculine, feminine and

neuter”3, yang artinya ialah pengelompokan seseorang ke dalam kategori

maskulin, feminim, dan netral. Secara istilah, gender memiliki arti peran,

sifat laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi nyata

kultural budaya dan sosial setempat. Menurut Mansour Faqih, gender

merupakan konsep yang berhubungan mengenai sistem peranan dan

hubungan antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh

1 Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h.1

2 Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:

UMM Press, 2002), h. 4-5

3 Oxford learner‟s pocket dictionary, Oxford University Press, 2003, h. 177

Page 31: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

16

lingkungan sosial, politik, ekonomi dan budaya setempat, bukan

ditentukan oleh perbedaan biologis.4

Jadi, gender merupakan suatu konsep atau pandangan mengenai

perbedaan peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara

laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam budaya sosial

masyarakat dan merupakan hasil konstruksi budaya setempat yang

mengalami proses panjang sejarah manusia dan diturunkan secara turun

temurun sehingga konsep ini bisa saja berubah dari waktu ke waktu dan

berbeda antar daerah. Sehingga konsep gender berbeda dengan seks,

dimana seks membagi jenis kelamin berdasarkan faktor biologis yang

bersifat kodrati, sedangkan gender membagi jenis kelamin berdasarkan

non-biologis dan non-kodrati tetapi hasil konstruksi lingkungan budaya

sosial masyarakat setempat dimana tempat manusia itu tumbuh dan

dibesarkan5, konsep tersebut diperkenalkan oleh Oakley.

Gender bersifat fleksibel, bisa diubah, dan tidak bersifat kodrati,

berbeda halnya dengan seks. Masyarakat seringkali salah mengartikan

istilah gender dan menyamakannya dengan konsep seks, padahal kedua

konsep tersebut jelas berbeda. Konsep gender merupakan konsep yang

menggambarkan relasi antara laki-laki dan perempuan yang dianggap

memiliki perbedaan hasil konstruksi sosial budaya yang meliputi

perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab.6 Sedangkan, seks

merupakan sebuah pemberian (given) dari Tuhan yang bersifat kodrati,

tidak dapat dipertukarkan, dan tidak bisa di ubah.

Faktor biologis hormonal dalam konsep seks antara lain sebagai

berikut: secara biologis laki-laki ditandai dengan adanya penis, testis, dan

sperma, sedangkan perempuan secara biologis memiliki payudara, vagina,

4 Dra. Akif Khilmiyah, MA, Menata Ulang Keluarga Sakinah; Keadilan Sosial dan Humanisasi

Mulai dari Rumah (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), h. 9

5 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender (Yogyakarta: Kibar Press, 2007), h.

55-56

6 Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 3

Page 32: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

17

ovum, dan rahim. Maka dari itu, perbedaan antara seks dan gender adalah

jika seks membedakan laki-laki dan perempuan dari faktor biologis yang

merupakan suatu pemberian (given) dari Tuhan yang tidak bisa di ubah

ataupun dipertukarkan. Sedangkan gender membedakan laki-laki dan

perempuan yang dibentuk oleh faktor konstruksi sosial-budaya

masyarakat setempat berkaitan terhadap peran, posisi antara laki-laki dan

perempuan di dalam masyarakat sehingga dapat dipertukarkan dan dapat

diubah. Jadi, gender merupakan:

a. Hasil konstruksi sosial-budaya.

b. Tidak bersifat kodrati karena tidak dimiliki sejak lahir dan bukan

kodrat yang diberikan dari Tuhan.

c. Bersifat relatif yang bisa dibentuk dan bisa dirubah sehingga ia

dapat dipertukarkan.

d. Ia merupakan pandangan buatan manusia yang dipengaruhi oleh:

tempat, budaya, ras, zaman, pemahaman agama, ideologi Negara,

politik, ekonomi, dan hukum sosial masyarakat.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan perbedaan antara seks dan

gender antara lain sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan Antara Seks dan Gender

SEKS (jenis kelamin) GENDER

Ciptaan Tuhan Buatan Manusia

Bersifat kodrati (given) yang

menjadi kodrat dari Tuhan

Tidak bersifat kodrati karena tidak

didapat sejak lahir

Tidak bisa diubah, bersifat

sepanjang masa

Dapat berubah sewaktu-waktu

Tidak dapat dipertukarkan Dapat dipertukarkan

Page 33: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

18

Terbentuk oleh faktor biologis

hormonal

Terbentuk oleh faktor budaya sosial

masyarakat setempat

Istilah gender disosialisasikan sebagai konsep sosiologi oleh

kelompok feminis sejak abad ke-20 sekitar tahun 1977 di London.

Kelompok feminis tersebut mengganti isu-isu patriarchal atau sexist

menjadi wacana gender (gender discourse).7 Sedangkan menurut Zaitunah

Subhan, gender bukan konsep Barat, menurutnya konsep gender

merupakan hasil konstruksi linguistik dari berbagai bahasa yang memberi

kata sandang tertentu guna memberi perbedaan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan, kata tersebut tidak memiliki padanan kata dalam bahasa

Indonesia sehingga kata tersebut hanya bisa dijelaskan.8

Menurut para feminis, kesalahpahaman mengenai konsep gender yang

di samakan dengan konsep seks mengakibatkan terjadinya ketimpangan

dan ketidakadilan gender, meskipun kata gender dan seks secara bahasa

sama-sama mengandung arti yang sama, yakni jenis kelamin9. Laki-laki

dipandang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih unggul dari

pada perempuan sehingga laki-laki dianggap lebih mampu dan lebih layak

untuk mengerjakan urusan publik, keunggulan yang dimaksud ialah

keunggulan dari segi akal dan fisik. Menurut Mansour Faqih, kerancuan

pemikiran tersebut mengakibatkan dehumanisasi sehingga muncul

diskriminasi dan ketidakadilan serta subordinasi terhadap kaum

7 Ema Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan” (Jurnal

KARSA, Vol. 19 No. 2 Tahun 2011), h. 168

8 Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 1

9 Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 2

Page 34: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

19

perempuan dalam ranah publik maupun domestik di dalam masyarakat

dan secara sistematis menjadi perempuan sebagai kaum kelas dua.10

Pada dasarnya konstruksi gender di dalam masyarakat terjadi melalui

proses yang cukup panjang antara lain melalui proses sosialisasi,

penguatan dan konstruksi sosial kultural, keagamaan dan bahkan melalui

kekuasaan negara sehingga dengan berjalannya waktu pembagian gender

tersebut dianggap sebagai ketentuan Tuhan dan juga gender dianggap

sebagai ketentuan biologis yang tidak dapat diubah atau dipertukarkan

antara laki-laki dan perempuan. Ketika konstruksi gender di dalam

masyarakat dianggap sebagai kodrat, maka terjadi kerancuan hingga

ketimpangan gender dan ketidaksetaraan karena pembedaan jenis kelamin

yang dibentuk oleh budaya sosial masyarakat dianggap sebagai ketentuan

dari Tuhan.

Jika demikian, akibatnya mempengaruhi cara pandang manusia dalam

memandang pembagian jenis kelamin yang sebenarnya dibentuk oleh

budaya, posisi, peran laki-laki dan perempuan dalam sosial masyarakat.

Masyarakat sebagai pelaku pembentuk konstruksi pembagian gender

berdasarkan apa yang mereka yakini sebagai suatu keharusan, keyakinan

tersebut mereka wariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi

melalui proses yang panjang sehingga lama kelamaan keyakinan

pandangan mereka mengenai gender dianggap sebagai kodrat, alamiah dan

sesuatu yang normal sehingga mereka menganggap jika melanggar

ketentuan tersebut merupakan perilaku yang melanggar kodrat dan tidak

normal.11

Pandangan tersebut diwariskan dan sosialisasikan secara turun

temurun dalam keluarga, masyarakat, lembaga agama dan pendidikan.12

Konstruksi sosial budaya masyarakat yang membentuk perempuan

10 Dra. Akif Khilmiyah, MA, Menata Ulang Keluarga Sakinah Keadilan Sosial dan Humanisasi

Mulai Dari Rumah (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), h. xi

11

Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:

UMM Press, 2002), h. 10

12

Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan” (Jurnal

KARSA, Vol. 19 No. 2 Tahun 2011), h. 168

Page 35: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

20

menjadi perempuan. Sumber-sumber yang berkontribusi untuk

membentuk diri menjadi perempuan atau menjadi laki-laki ialah sebagai

berikut: pemahaman agama, hukum formal, pendidikan (baik pendidikan

di keluarga, sekolah, dan lingkungan), serta nilai-nilai dan aturan adat

budaya masyarakat setempat.13

Sehingga kesadaran masyarakat perihal kesetaraan gender khususnya

pemahaman mengenai kedudukan perempuan, masyarakat terbagi menjadi

tiga tingkatan : (1) tingkat terendah yang menganggap manusia hanyalah

laki-laki, sehingga mereka beranggapan bahwa laki-laki merupakan

subyek tunggal dalam kehidupan; (2) tingkat menengah yang beranggapan

bahwa perempuan juga manusia, namun dalam standar kemanusiaannya

adalah laki-laki yang menjadi subyek primer dalam kehidupan; (3) tingkat

tertinggi yakni mereka yang memandang perempuan dan laki-laki sama-

sama manusia dan menjadi subyek dalam kehidupan. Standar

kemanusiaan mereka sama sambil memberi perhatian khusus terhadap

pengalaman perempuan.14

a. Faktor, Indikator, dan Sosialisasi Ketidakadilan Gender

Ketidakadilan gender merupakan sebuah sistem atau struktur yang

menjadikan salah satu pihak yakni antara laki-laki atau perempuan

menjadi korban dari sistem tersebut.15

Ketimpangan gender yang terjadi di

dalam kehidupan masyarakat berakar dari sejarah yang panjang selama

berabad-abad, dimana asumsi gender yang ada di masyarakat dibangun

atas dasar tatanan yang timpang sehingga menyebabkan struktur laki-laki

mendominasi atas perempuan, kedudukan laki-laki di dalam masyarakat

13 Presentasi Muzayyanah dini fajriyah ( dosen Gender UI) dalam kegiatan Webinar Nasional

dengan tema Perempuan dan Moderasi Beragama oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Ciputat: 2020)

14

Presentasi Pera Sopianti (direktur RAHIMA) dalam kegiatan Webinar Nasional dengan tema

Perempuan dan Moderasi Beragama (Ciputat: 2020)

15

Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:

UMM Press, 2002), h. 16

Page 36: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

21

ditempatkan sebagai pihak yang superior (kuat) sedangkan perempuan

menempati kedudukan yang inferior (lemah) sehingga tatanan ini tidak

menguntungkan posisi perempuan. Konstruksi tatanan struktural tersebut

dikemas sedemikian rupa selama berabad-abad, sehingga tatanan tersebut

diamini dan bahkan dianggap sebagai sesuatu yang alamiah baik oleh

kalangan laki-laki ataupun perempuan di dalam masyarakat.16

Ghada Karm mengungkapkan bahwa Islam dan sistem patriarki

memiliki pengaruh yang besar terhadap kedudukan perempuan.17

Ungkapan bahwa perempuan adalah sahabat terbaik agama, akan tetapi

agama bukanlah sahabat terbaik bagi perempuan, sepertinya ungkapan

tersebut berdasarkan kebenaran atas realitas agama dan budaya sosial yang

terjadi di masyarakat yang mensubordinasikan posisi perempuan. Di

dalam budaya maupun ajaran agama-agama, perempuan sering kali

diposisikan sebagai kaum kelas dua atau bahkan lebih rendah karena ide-

ide dan sikap negatif masyarakat dalam memandang kedudukan

perempuan di kalangan masyarakat muslim umumnya didorong oleh

dogma teologi yang bersifat misoginis dan androsentris yang dianut dan

diamini.18

Dalam masyarakat patriarki, seringkali terjadi ketimpangan dan

ketidakadilan gender. Ketimpangan peran gender di dalam masyarakat

didukung oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut: faktor budaya dan

faktor tafsir agama. Dalam budaya masyarakat patriarki, berkembang

pemikiran androgini yang menempatkan perempuan seringkali

diidentikkan dengan kaum kelas dua, atau kaum terpinggirkan yang

mendapatkan kedudukan lebih rendah daripada kedudukan laki-laki dan

laki-laki dianggap lebih berkuasa dari pada perempuan. Bahkan di dalam

16 K. H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), h. 5

17

Mai Yamani, Feminisme and Islam Perspektif Hukum dan Sastra (Jakarta: Yayasan Adikarya

IKAPI dan The Ford Foundation, 2000), h. 104

18

Fatima Mernissi-Riffat Hassan, Setara Di Hadapan Allah (Yogyakarta: Lembaga Studi dan

Pengembangan Perempuan dan Anak LSPPA, 2000), h. 48-49.

Page 37: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

22

masyarakat, orang tua seringkali membedakan cara untuk memperlakukan

anak laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Hal tersebut disebabkan

oleh faktor budaya yakni sistem patriarki yang mempengaruhi pola

pengasuhan orang tua terhadap anak.19

Hal tersebut telah mengakar erat

dalam masyarakat, akan tetapi budaya bukan menjadi satu-satunya

pedoman bagi masyarakat beragama meskipun mereka sangat kental

dengan budaya patriarki. Seperti contoh dalam masyarakat Arab dan Jawa,

budaya patriarki secara efektif dilanggengkan dan disuburkan. Kedudukan

perempuan dalam masyarakat Arab dan Jawa tradisional ditunjang oleh

adat dan hukum yang masih berlaku dan ditaati oleh mereka.

Contohnya struktur patriarkal dan hierarkis dalam masyarakat Arab

serta Jawa terlihat dalam hubungannya dengan usia dan jenis kelamin,

maksudnya seperti yang tua dan yang pria memiliki otoritas atau

kekuasaan atas yang muda dan perempuan. Laki-laki memegang posisi

dominan dalam hal kekuasaan dan wewenang dalam sebuah keluarga,

perempuan di pandang rendah kedudukannya dibandingkan suami dalam

sebuah keluarga, perempuan dipandang lemah dan laki-laki lah yang kuat,

dan istri tidak diperbolehkan membangkang suami sehingga suami

diperbolehkan untuk menghukum istri apabila istri membangkang

terhadap perintah suami. Dalam struktur tersebut diatas terlihat bahwa

terjadi polarisasi gender yang sangat mengakar kuat dalam budaya

masyarakat.20

Sehingga dapat dikatakan bahwa sosialisasi ketidakadilan

gender yang ada di masyarakat telah tersosialisasi secara struktural yang

menciptakan kesejajaran antara laki-laki dan perempuan cukup lemah.

Manifestasi ketidakadilan gender tersebut secara mantap dan lambat

laun akhirnya mengakibatkan laki-laki dan perempuan menjadi terbiasa,

kemudian mengamini dan melanggengkannya, bahkan masyarakat percaya

19 Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:

UMM Press, 2002), h. 15

20

Mai Yamani, Feminisme and Islam Perspektif Hukum dan Sastra (Jakarta: Yayasan Adikarya

IKAPI dan The Ford Foundation, 2000), h. 125

Page 38: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

23

bahwa peran gender antara laki-laki dan perempuan merupakan (seolah-

olah) kodrat dari Tuhan sehingga peran tersebut tidak dapat diubah

ataupun digantikan. Maka hal tersebut mengakibatkan terciptanya suatu

struktur dan sistem ketidakadilan gender yang diterima dan tidak lagi

dirasakan sebagai sesuatu yang salah dalam kehidupan masyarakat.21

Diantara penyebab munculnya pemahaman keagamaan yang bias

gender antara lain sebagai berikut: pertama, mayoritas umat Islam

memahami agama secara dogmatis. Kedua, umat Islam pada umumnya

mendapat pengetahuan agama melalui ceramah dari para ulama yang tidak

support gender. Ketiga, pemahaman masyakat muslim mengenai relasi

gender khususnya mengenai kedudukan perempuan mengacu kepada

pemahaman tekstual kitab suci yang bias gender dan mengabaikan

konteks dari ayat tersebut yang lebih egaliter dan akomodatif terhadap

nilai-nilai kemanusiaan.22

Asumsi-asumsi dogma teologi bias gender yang mengimplikasikan

ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan dalam tradisi Islam serta menjadi

faktor yang melestarikan pemikiran ketidakadilan gender di dalam

masyarakat yakni sebagai berikut:

a. asumsi mengenai laki-laki merupakan ciptaan Tuhan yang utama,

sedangkan perempuan diyakini diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.

b. asumsi teologi bahwa perempuan menjadi penyebab dari “kejatuhan”

manusia atau pengusiran adam dan hawa dari surga.

c. asumsi teologi bahwa perempuan diciptakan oleh Tuhan dari (tulang

rusuk laki-laki) dan untuk laki-laki sehingga menjadikan pandangan

bahwa eksistensi penciptaan perempuan tidak memiliki makna yang

mendasar seperti halnya penciptaan Adam. Asumsi bahwa Hawa

diciptakan dari tulang rusuk Adam sangat diyakini oleh orang Islam

awam, maupun kaum Yahudi dan Kristen awam. Pada hakikatnya,

21 K. H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), h. 6

22

Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender (Yogyakarta: Kibar Press, 2007), h.

24

Page 39: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

24

dogma teologi ini berasal dari ajaran Injil dan bertentangan dengan

ajaran Al-Qur‟an, dimana asumsi mengenai penciptaan Adam dan

Hawa tersebut dirujuk dari Genesis bukan dari Al-Qur‟an, bahkan

asumsi tersebut tidak ditemukan dalam Al-Qur‟an. Menurut Al-

Qur‟an, laki-laki dan perempuan adalah setara, keduanya diciptakan

dari substansi dan dengan cara yang sama. 23

Sementara menurut K.H. M.A. Sahal Mahfudz, asumsi bias terhadap

kedudukan perempuan yang pada akhirnya menyebabkan ketidakadilan

gender berawal dari 3 buah asumsi dasar mengenai keyakinan dalam

beragama yakni:

a. asumsi dogmatis yang secara eksplisit menempatkan perempuan

sebagai pelengkap.

b. dogma bahwa bakat moral etik perempuan lebih rendah daripada laki-

laki.

c. pandangan materialistik, seperti halnya ideologi masyarakat Mekah

pra-Islam yang memandang kedudukan dan peran perempuan lebih

rendah dalam ranah domestik ataupun publik. Contohnya: masyarakat

Mekah pra-Islam memandang rendah peran perempuan dalam proses

produksi.24

Sedangkan Konstruksi budaya yang telah mengkristal dalam

masyarakat, dan budaya patriarki yang bersifat androsentris sebagai

dogma yang dijustifikasi dengan pemahaman agama oleh sebagian

pemikir Islam mempengaruhi pandangan dan pemahaman masyarakat

mengenai gender. Faktor-faktor budaya yang mempengaruhi terjadinya

ketidakadilan gender dalam masyarakat antara lain:

a. Mitos-mitos mengenai perbedaan gender antara laki-laki dan

perempuan di masyarakat yang mendiskreditkan posisi perempuan di

23 Fatima Mernissi-Riffat Hassan, Setara Di Hadapan Allah (Yogyakarta: Lembaga Studi dan

Pengembangan Perempuan dan Anak LSPPA, 2000), h. 54-77

24

K. H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), h. 7

Page 40: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

25

dalamnya, mitos-mitos tersebut menimbulkan ketidakadilan gender

karena lebih menguntungkan kaum laki-laki dan mensubordinasi

perempuan. Mitos-mitos tersebut antara lain sebagai berikut: laki-laki

dianggap lebih rasional dari pada perempuan karena perempuan

dipandang lebih mendahulukan perasaannya dari pada logikanya,

perempuan dianggap hanya sebagai konco wingking yang hanya

melakukan fungsi 3M (Masak, Macak, Manak). Masak artinya

memasak yakni perempuan hanya berfungsi untuk melakukan kegiatan

di dapur, macak artinya berdandan yakni mempercantik diri, dan

manak artinya melahirkan seorang anak, dimana ketiga komponen

tersebut sifatnya merupakan kegiatan dalam ranah domestik,

sedangkan bagi laki-laki pantang untuk melakukan pekerjaan yang

sifatnya pekerjaan domestik karena terdapat mitos jika ia

melakukannya maka rezekinya akan sulit. Terdapat ungkapan

mengenai perempuan yakni jika perempuan itu suargo manut neroko

katut25

, artinya perempuan itu mengikuti suami istilahnya jika

suaminya masuk surga ia akan ikut, pun jika suaminya masuk neraka

ia akan ikutan masuk neraka. Mitos-mitos dan ungkapan tersebut

mensubordinasikan posisi perempuan sehingga terlihat tidak memiliki

hak kebebasan tersendiri, dan memandang kedudukan perempuan

lebih rendah dari pada laki-laki karena memandang perempuan dari

segi sex bukan segi kemampuan ataupun aspek-aspek manusiawi

lainnya secara universal.26

b. Hegemoni patriarki merupakan suatu hierarki di dalam masyarakat

dimana garis keturunan berasal dari ayah, dan menganggap kedudukan

perempuan lebih rendah dari pada laki-laki sehingga superioritas laki-

laki atas perempuan dianggap hal yang mutlak sehingga menciptakan

ketimpangan gender selama berabad-abad.

25 Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:

UMM Press, 2002), h. 11

26

Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik…h. 11

Page 41: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

26

c. Sistem kapitalis yang berlaku di masyarakat. Sistem kapitalis yang

dimaksud disini adalah sistem kapitalis yang berlaku di dalam

masyarakat yakni yang berasumsi bahwa orang yang memiliki modal

besara dialah yang menang. Asumsi ini terimplementasikan dalam

hubungan antara laki-laki dan perempuan di masyarakat yakni di

masyarakat laki-laki dilambangkan lebih kuat dari pada perempuan

sehingga laki-laki menduduki peran dan fungsi yang lebih besar

dibandingkan perempuan di dalam sosial budaya masyarakat.27

d. Dikotomi mengenai sifat maskulin yang diidentikkan untuk laki-laki

seperti gagah, berani, rasional serta feminim yang diidentikkan dengan

perempuan yang lemah lembut, dan lain sebagainya merupakan hasil

konstruksi sosial yang ditimbulkan oleh budaya patriarki. Namun pada

realitasnya, tidak semua laki-laki memiliki sifat yang digambarkan

diatas, dan cukup banyak perempuan yang memiliki sifat berani,

rasional, dan sifat-sifat lainnya yang biasanya diidentikkan untuk laki-

laki. Karena pada dasarnya, sifat maskulin dan feminim tersebut

merupakan hasil dari proses panjang konstruksi sosial, masyarakatlah

yang membentuk konsep pemikiran tersebut yang mana hal tersebut

dibakukan dalam norma tradisi, adat, budaya, dan bahkan agama

menjadi pembangun konstruksi sosial dan kultural tersebut sehingga

akhirnya peran gender dipandang sebagai kodrat dari Tuhan,

sunnatullah, harus di terima apa adanya serta tidak bisa diubah lagi.28

Perbedaan gender yang pada akhirnya menimbulkan peran gender

yang terjadi di masyarakat, sebenarnya bukanlah menjadi masalah yang

besar selama hal tersebut tidak mengakibatkan ketidakadilan gender antara

kedudukan laki-laki dan perempuan.29

Akan tetapi, realitas gender di

27 Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:

UMM Press, 2002), h. 12

28

Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 3

29

Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender (Yogyakarta: Kibar Press, 2007), h.

57

Page 42: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

27

masyarakat memperlihatkan bahwa perbedaan gender menimbulkan

ketimpangan serta ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan, terlebih

lagi terhadap kedudukan perempuan sebagai contoh dimana peran gender

tradisional perempuan dianggap lebih rendah dibandingkan peran gender

laki-laki di dalam masyarakat.

Direktur RAHIMA, Pera Sopariyanti mengatakan dalam

presentasinya, bahwa perempuan mengalami 5 pengalaman sosial yang

juga menjadi manifestasi ketidakadilan gender di dalam masyarakat,

yakni: stigmatisasi (cap buruk), marginalisasi (peminggiran), subordinasi

(dipandang tidak penting), kekerasan, dan beban ganda.

Pertama, stigma atau stereotipe ialah pelabelan yang bersifat negatif

yang ditujukan kepada suatu kelompok di masyarakat, hal ini merupakan

bentuk ketidakadilan secara umum di masyarakat. Contoh stigmatisasi

yang sering diterima kaum perempuan di lingkungan sosial masyarakat

ialah pandangan bahwa laki-laki adalah manusia yang kuat, rasional,

perkasa sedangkan perempuan dianggap sebagai sumber fitnah, lemah

akal, lemah agama, dan pandangan buruk lainnya. Stigma atau stereotipe

yang ada dimasyarakat tersebut mengakibatkan banyak tindakan-tindakan

yang menjurus kepada ketidakadilan gender dipandang sebagai sebuah

kodrat.30

Kedua, marginalisasi atau pemiskinan terhadap kaum perempuan

merupakan sebuah manifestasi dari tindakan ketidakadilan gender yang

sering di rasakan oleh perempuan. Mekanisme proses marginalisasi atau

pemiskinan ekonomi di masyarakat terjadi dikarenakan pembagian

perbedaan gender yang berlaku di masyarakat. Sumber marginalisasi di

masyarakat berasal dari dogma tradisi budaya dan keyakinan, tafsiran

agama yang bias gender, serta kebijakan pemerintah, dan lain

30 Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:

UMM Press, 2002), h. 18

Page 43: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

28

sebagainya31

. Contoh dari tindakan marginalisasi yang dialami oleh

perempuan ialah seperti dinikahkan, dipoligami, dan dicerai secara

sepihak, atau secara luas contoh marginalisasi yang disebabkan oleh

perbedaan gender yakni misalnya di bidang pertanian terdapat sebuah

program yang memfokuskan programnya hanya untuk petani laki-laki

sehingga membuat fungsi dan peran petani perempuan tergeser.

Ketiga, subordinasi merupakan suatu asumsi di masyarakat yang

memandang posisi perempuan tidak penting di dalam ranah publik seperti

di bidang politik dimana perempuan dianggap tidak penting dalam urusan

keputusan politik atau yang lainnya bahkan perempuan hanya dipandang

sebagai objek seksual sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan

merupakan pekerjaan yang sifatnya reproduksi dan domestik.

Keempat, yakni kekerasan (violence) merupakan sebuah serangan

terhadap fisik dan mental psikologis seseorang. Kekerasan tersebut berasal

dari berbagai sumber, salah satunya yakni dari keyakinan kekuasaan

gender yang disebut dengan gender-related violence dimana perempuan

juga sering menjadi objek kekerasan baik kekerasan secara verbal maupun

non-verbal baik di ruang domestik maupun publik. Kekerasan terhadap

perempuan disebabkan karena budaya dominasi laki-laki atas perempuan,

sehingga laki-laki sering melakukan kekerasan terhadap perempuan untuk

memenangkan perbedaan pendapat atau bahkan untuk menunjukkan

keberkuasaannya. Singkatnya bahwa kekerasan yang berbasis gender ini

merupakan refleksi dari sistem patriarki yang berkembang dan berlaku di

dalam masyarakat.32

Kekerasan yang di alami oleh perempuan di

masyarakat terbagi dalam dua kategori, yakni: kekerasan di ranah

domestik dan kekerasan di ranah publik. Kasus mengenai kekerasan

terhadap perempuan layaknya gunung es yang terlihat hanya yang ada di

permukaan saja, pada kenyataannya kasus kekerasan yang di alami oleh

31 Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik…, h. 16

32

Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik… (Malang: UMM Press, 2002),

h. 19

Page 44: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

29

perempuan sangat tinggi, tetapi tidak banyak dari perempuan berani untuk

melaporkan kejadian tersebut.

Kelima, beban ganda yang dilimpahkan kepada perempuan untuk

bertanggung jawab atas urusan domestik sekaligus publik, masyarakat

berpandangan bahwa kodratnya seorang perempuan itu harus cakap dalam

urusan domestik dan menganggap bahwa urusan domestik merupakan

kewajiban bagi perempuan yang tidak bisa ditinggalkan meskipun

perempuan bekerja di luar rumah. Maka perempuan menanggung beban

ganda selain harus mengerjakan tugas-tugas domestik seorang perempuan

pekerja juga dituntut professional di dalam bekerja di tempat kerjanya

untuk membantu mencari nafkah.

Riffat Hassan selaku tokoh feminis dalam tesis nya mengindikasikan

bahwa akar dari berbagai gagasan dan asumsi serta sikap negatif yang

menyangkut perempuan dalam masyarakat Muslim dan masyarakat-

masyarakat lainnya terletak pada pandangan teologi dan karena hal

tersebut tidak dapat dilampaui tanpa membongkar dasar-dasar teologis

tersebut.33

Setali tiga uang dengan pemikiran Riffat Hassan, Musdah

Mulia juga berpendapat bahwa salah satu akar masalah kekerasan terhadap

perempuan disebabkan oleh kelirunya memahami ajaran agama Islam.

Salah satunya wacana mengenai pemukulan suami terhadap istri, wacana

tersebut dipahami bahwa suami boleh memukul istrinya, memukul istri

merupakan hak suami dikarenakan suami memiliki kedudukan yang lebih

tinggi sebagai pemimpin dan sebagai pemberi nafkah bagi istrinya.34

Adapun indikator-indikator ketidakadilan gender yang terjadi dalam

pembagian kerja rumah tangga adalah sebagai berikut:

a. Pembagian peran dalam pekerjaan rumah tangga berdasarkan jenis

kelamin, bukan berdasarkan keahlian.

33 Fatima Mernissi-Riffat Hassan, Setara Di Hadapan Allah, (Yogyakarta: Lembaga Studi dan

Pengembangan Perempuan dan Anak LSPPA, 2000), h. xiii

34

K.H. Husein Muhammad, Mencintai Tuhan Mencintai Kesetaraan (Jakarta: PT Gramedia,

2014), h. 170

Page 45: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

30

b. Menganggap rendah pekerjaan domestik.

c. Pekerjaan domestik dianggap sebagai pekerjaan yang ringan.

d. Pekerjaan domestik adalah pekerjaan istri.

e. Istri berdosa apabila tidak menyelesaikan pekerjaan domestik.35

Sedangkan pengalaman biologis atau sistem reproduksi antara laki-

laki dan perempuan tentunya sangat jauh berbeda antara lain sebagai

berikut36

:

Tabel 2. Sistem Reproduksi Laki-Laki

Organ

reproduksi

Fungsi Masa Dampak

Penis Mimpi basah 5 menit Senang

Kantong sperma Hubungan

seksual

9 menit Senang

Sperma Hubungan

seksual

9 menit Senang

Tabel 3. Sistem Reproduksi Perempuan

Organ

reproduksi

Fungsi Masa Dampak

Vagina Hubungan seksual 9 menit Sedih-senang

Indung telur Menstruasi 1 minggu Sedih-senang

35 Dra. Akif Khilmiyah, MA, Menata Ulang Keluarga Sakinah; Keadilan Sosial dan Humanisasi

Mulai Dari Rumah (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), h. 11

36 Presentasi Pera Sopianti (direktur RAHIMA) dalam kegiatan Webinar Nasional dengan tema

Perempuan dan Moderasi Beragama oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UIN

Syarif HIdayatullah Jakarta (Ciputat, 2020)

Page 46: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

31

Sel telur Hamil 9 bulan Sedih-senang

Rahim Melahirkan 1 hari Sedih-bahagia

Hormone

prolactin

Nifas 1-60 hari Sedih-senang

Menyusui 2 tahun Sedih-senang

Dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara,

perempuan menjalankan 3 peran sekaligus yakni: peran reproduktif, peran

produktif, dan peran sosial. Maka dari itu, keadilan hakiki bagi perempuan

ialah pencegahan dan penghapusan stigmatisasi, marginalisasi,

subordinasi, kekerasan, dan beban ganda terhadap perempuan serta

memfasilitasi pengalaman biologis yang dialami perempuan dari

menstruasi, hamil, melahirkan, nifas dan menyusui di dalam

masyarakat.37

Sehingga perempuan penting untuk menjadi subyek baik

dalam peran-peran domestik, publik, dan sosial budaya masyarakat, cita-

cita tersebut harus di bangun, diciptakan, diikhtiarkan bersama-sama

karena untuk mencapai kesetaraan gender tidak bisa dilakukan secara

individual akan tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dan bersifat

institutional38

, dan dikembangkan secara terus-menerus bersama-sama

oleh masyarakat, karena menjadikan perempuan sebagai subyek di dalam

masyarakat merupakan perjuangan riil sebagaimana perjuangan yang juga

dilakukan oleh Rasulullah SAW. Tahapan untuk mencapai cita-cita

mewujudkan perempuan tidak hanya sebagai objek akan tetapi juga

menjadi subjek yakni antara lain sebagai berikut: pertama, pengetahuan.

Kedua, kesadaran. Ketiga, keterlibatan. Keempat, barulah menjadi subyek.

37 Presentasi Pera Sopianti (direktur RAHIMA) dalam kegiatan Webinar Nasional dengan tema

Perempuan dan Moderasi… (Jakarta: Ciputat, 2020).

38

Dra Trisakti Handayani dan Dra Sugiyanti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang:

UMM Press, 2002), h. 12-14

Page 47: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

32

b. Gender Mainstreaming (Pengarusutamaan Gender)

Isu gender merupakan sebuah diskursus persoalan sosial masyarakat

yang mengangkat persoalan mengenai kesenjangan mencolok antara laki-

laki dan perempuan di dalam masyarakat. Secara bahasa, gender artinya

jenis kelamin dan mainstreaming artinya arus utama. Gender

mainstreaming merupakan pokok-pokok pikiran, rencana atau tindakan

yang terkandung dalam sebuah konsep yang mana arus utamanya ialah

pandangan-pandangan mengenai relasi gender.39

Istilah gender mainstreaming pertama kali muncul pada tahun 1985

yakni setelah diadakannya Konferensi Perempuan di Nairobi yang

kemudian menjadi tekanan yang menciptakan isu gender dalam organisasi

pemerintah ataupun lembaga publik yang berkaitan dengan pembuat dan

perancang kebijakan program beserta implementasinya. Pada tahun 1985

di saat pelaksanaan Konferensi Perempuan Dunia yang diadakan di

Beijing, muncul istilah gender mainstreaming (pengarusutamaan

gender/PUG) yang diarahkan untuk dijadikan satu platform aksi yang

akhirnya menjadi keputusan yang disepakati bersama dan

diimplementasikan di berbagai negara. Dalam konferensi ini diarahkan

untuk mengeliminasi pelanggaran gender, melegislasi upaya penghapusan

diskriminasi gender, menciptakan akses yang sama atas partisipasi

perempuan dan sumberdaya perempuan dalam semua aspek kehidupan,

mengupayakan persamaan hak bagi perempuan tanpa membedakan ras,

warna kulit, agama, dan suku dalam segala aspek kehidupan.40

Gender mainstreaming bertujuan agar terselenggaranya perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap kebijakan serta program

pembangunan negara yang berspektif gender dalam rangka mewujudkan

kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga,

39 Pusat Studi Wanita (PSW) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian Gender … h.

239-240

40

Pusat Studi Wanita (PSW) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta:

Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 237-238

Page 48: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

33

bermasyarakat dan bernegara. Secara garis besar, gender mainstreaming

berusaha untuk membentuk sistem kebijakan serta program yang responsif

gender, memberikan perhatian kepada kelompok yang termarginalisasi,

berusaha meningkatkan pemahaman dan kesadaran gender kepada seluruh

pihak baik pemerintah maupun non-pemerintah.

Tujuan akhir dari gender mainstreaming ialah terciptanya keadilan dan

kesetaraan gender, karena gender mainstreaming ialah usaha untuk

memperbaiki nasib perempuan dan meningkatkan kesetaraan antara laki-

laki dan perempuan. Manfaat yang dihasilkan dari usaha pengarusutamaan

gender ini tidak hanya dirasakan oleh kaum perempuan saja, akan tetapi

manfaatnya dirasakan oleh laki-laki dan perempuan sekaligus. Maka dari

itu, gender mainstreaming harus direalisasikan di dalam berbagai aspek

kehidupan dan dilaksanakan oleh seluruh komponen masyarakat sehingga

mampu menciptakan perubahan terhadap sikap dan perilaku gender

ekuitas.41

B. WACANA PEREMPUAN DALAM TEKS DAN HUKUM ISLAM

Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan dari Tuhan

kepada manusia melalui nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam

membawa ajaran-ajaran yang mencakup seluruh segi kehidupan manusia.42

Hakikat Islam sebagai agama terlihat dalam aspek nilai-nilai kemanusiaan

yang terkandung di dalamnya dan memiliki watak sebagai agama yang ramah

terhadap perempuan yang memberikan konsep kemitrasejajaran antara laki-

laki dan perempuan sebagai khalifah fil ard. Meskipun pada prakteknya,

perempuan sering mendapat diskriminasi dan posisi yang kurang

menguntungkan serta terjebak dalam tradisi kelam yang merendahkan posisi

41 Tim Penulis Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian

Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 241-242

42

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia UI-Press, 1985), h. 17

Page 49: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

34

perempuan, akan tetapi Islam tetap teguh dengan konsep kemitrasejajaran

tersebut.43

Dalam Islam, terdapat sumber-sumber utama ajaran Islam yakni seperti:

al-Qur‟an, hadis, dan seperangkat hukum Islam lainnya. Al-Qur‟an

merupakan firman Tuhan yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW

melalui malaikat jibril sebagai wahyu, Al-Qur‟an sebagai kalamullah

merupakan wahyu yang tidak dapat ditiru, diubah, ataupun dipalsukan isinya

serta tidak dapat diganggu gugat keabsahannya hingga akhir zaman44

, akan

tetapi dapat berubah pemahaman dan penafsirannya. Umat Muslim meyakini

bahwa Al-Qur‟an sebagai pedoman dan menjadikannya sebagai pedoman

hidup. Sementara, Hadis merupakan perkataan, perbuatan, dan perilaku nabi

Muhammad SAW.45

Al-Qur‟an berisi ajaran-ajaran yang meliputi seluruh

aspek kehidupan baik dimensi keilahian maupun dimensi kemanusiaan.

Memahami posisi dan peran perempuan dalam Islam, sepatutnya mengacu

kepada sumber-sumber ajaran utama Islam yang tersebut di atas, sumber-

sumber ajaran utama Islam tersebut diteliti serta dikaji ulang khususnya

wacana mengenai teks yang berhubungan kedudukan perempuan.46

Karena

Al-Qur‟an memiliki dua sisi dalam memberikan kedudukan terhadap

perempuan, dimana di satu sisi ayat Al-Qur‟an menekankan betapa

pentingnya isu-isu perempuan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan

dihadapan Tuhan khususnya dalam hal ibadah atau kewajiban agama.

Akan tetapi di sisi lain, terdapat ayat-ayat Al-Qur‟an yang bias gender

yang menekankan ketidakadilan dan memberikan peluang atas diskriminasi

terhadap perempuan seperti dalam masalah nikah, talak, dan lain sebagainya.

Sehingga ayat-ayat teologis yang diinterpretasikan mengandung bias gender

43 Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 36

44

Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan… h. I

45

Neng Dara Affiah, Islam, Kepemimpinan, Perempuan, dan Seksualitas (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2017), h. 117- 129

46

Mai Yamani, Feminisme and Islam Perspektif Hukum dan Sastra (Jakarta: Yayasan Adikarya

IKAPI dan The Ford Foundation, 2000), h. 110-113

Page 50: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

35

tersebut harus dikaji ulang dan ditafsirkan kembali dengan menggunakan

pendekatan kesetaraan dan keadilan hubungan antara laki-laki dan perempuan,

karena prinsip dasar Islam ialah persamaan dan keadilan tanpa membedakan

jenis kelamin, ras, ataupun suku tertentu.47

Dr. Nur Rofiah dalam forum ngaji keadilan gender Islam memberikan

strategi bagaimana cara membaca ayat-ayat bias gender yakni: pertama, ayat

harus dilihat secara utuh. Kedua, harus melihat rumpun ayat. Ketiga,

hubungkan dengan ayat lain yang relevan. Keempat, harus melihat konteks

sosial pewahyuan. Kelima, nilai dan prinsip dasar Al-Qur‟an harus

diperhitungkan. Keenam, gali sebanyak mungkin makna yang bisa lahir dari

ayat tersebut. Ketujuh, uji dampak setiap makna pada realitas konkrit.

Kedelapan, pilih makna ayat yang secara bahasa memungkinkan dan mampu

untuk mempertahankan keadilan bagi laki-laki dan perempuan.

Al-Qur‟an tidak diturunkan dalam masyarakat yang hampa budaya,

sehingga cita rasa ajaran agama yang diturunkan dipengaruhi oleh kondisi

geografis dan kondisi objektif sosial budaya masyarakatnya48

. Kemudian

ajaran suci tersebut berinteraksi dengan beragam budaya manusia maka dari

itu terjadinya distorsi pemahaman yang beragam, hal tersebut disebabkan oleh

pemaknaan tekstual dan mengabaikan konsep kontekstualisasinya terhadap

pemaknaan ayat-ayat Al-Qur‟an yang dilakukan oleh manusia, hal ini di

pengaruhi oleh perbedaan latar belakang sosio-kultural dan tingkat

intelektualitas penafsir.49

Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadist bukan hanya

ditafsirkan secara tekstual akan tetapi juga harus dilihat secara kontekstual.

Karena jika kedua sumber ajaran utama tersebut dikaji secara terpisah antara

teks dengan konteks historis dan sosialnya, maka akan ditemukan kontradiksi

47 K.H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender

(Yogyakarta: LKIS, 2001), h. 29

48

Umnia Labibah, Wahyu Pembebasan Relasi Buruh – Majikan (Depok: Pustaka Alief, 2004), h.

42

49

Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender (Yogyakarta: Kibar Press, 2007), h.

24

Page 51: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

36

dan tak jarang mengesankan pesan ganda bagi pembaca.50

Ayat-ayat al-

Qur‟an harus dipahami secara seimbang, proporsional, dan terintegrasi antara

satu dengan yang lainnya, maka semua ayat di dalam Al-Qur‟an tidak akan

saling bertentangan. Begitu pula ayat-ayat yang memiliki nuansa gender tidak

boleh dipahami secara parsial, harus dipahami secara utuh. Sumber ajaran

Islam yakni Al-Qur‟an dan hadis sejatinya memang tidak hanya dipahami

secara normatif akan tetapi perlu juga dipahami secara kontekstual.

Al-Qur‟an merupakan dua dokumen yakni Pertama, Al-Qur‟an sebagai

dokumen yang berkaitan dengan masalah spiritual, moral, dan filosofis yang

bersifat universal. Kedua, Al-Qur‟an menjadi dokumen yang berhubungan

dengan persoalan-persoalan sosial dan praktis dan dapat dipahami sebagai

respon spesifik terhadap situasi sosio-politik kontemporer, kandungannya

bersifat legislatik dan mengatur.51

Dalam budaya masyarakat Islam, pada hakikatnya sosialisasi

ketidakadilan gender bukan bersumber dari ajaran agama akan tetapi

dikarenakan penafsiran yang bersifat misoginis terhadap teks suci Al-Qur'an

dan hadis52

. Para ahli tafsir dan ahli hadis telah menafsirkan dan memberi

makna atas Al-Qur‟an sejak masa pewahyuannya dan hadis sejak masa

pengumpulannya hingga sekarang. Namun mayoritas tafsir yang dihasilkan

tersebut merupakan produk wacana ulama pria sehingga cenderung bersifat

misoginis yang mensubordinasi perempuan, sehingga menyebabkan

ketimpangan dan ketidakadilan gender yang bersumber dari penafsiran teks

yang bersifat misoginis dan bias gender tersebut.53

Dr. Nur Rofiah dalam forum pengajian keadilan gender Islam

memaparkan mengenai modus tafsir bias agama yang menurutnya seringkali

50 Mai Yamani, Feminisme and Islam Perspektif Hukum dan Sastra (Jakarta: Yayasan Adikarya

IKAPI dan The Ford Foundation, 2000), h. 110-113

51

Mai Yamani, Feminisme and Islam… h. 123

52

Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 9

53

Mai Yamani, Feminisme Islam: Perspektif Hukum dan Sastra (Bandung: Penerbit Nuansa, cet. 1,

2000), h. 3

Page 52: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

37

mengutip ayat yang secara tekstual bias gender seperti ayat pemukulan istri,

kemudian jarang mengutip ayat yang secara tekstual yang adil gender seperti

An-Nisa‟ ayat 19 yang membahasa mengenai musyarah bil ma‟ruf,

membelokkan pesan utama ayat seperti membelokkan pesan utama An-Nisa‟

ayat 34 mengenai tanggung jawab menjadi superioritas, memaknai metaphor

ayat yang memiliki tafsir bagus menjadi jelek, mendistorsi semangat

perlindungan atas perempuan, memaknai kata kunci yang bagus menjadi jelek

seperti dalam Al-Baqarah ayat 222 dimana kata adza yang makna sebenarnya

adalah yang menimbulkan rasa sakit diubah menjadi kotor.

Melihat terdapat kerancuan bahkan kekeliruan atas pemahaman

masyarakat mengenai hakikat hubungan sosial yang melandasi subordinasi

kaum perempuan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya yang bersumber dari

penafsiran bias gender tersebut. Sehingga sebagian penafsir kontemporer

memberikan angin segar atau penafsiran yang baru terhadap ayat-ayat Al-

Qur‟an yang selama ini secara tradisional digunakan untuk mendiskriminasi

perempuan. Para ahli tafsir tersebut disebut dengan feminis Muslim dengan

membawa tafsiran yang lebih ramah gender dan membongkar ayat-ayat Al-

Qur‟an yang tafsirannya bersifat misoginis untuk memberikan hak dan

kesempatan yang sama bagi perempuan dalam banyak aspek kehidupan, dan

dalam masalah fikih terutama dalam hal warisan dan kesaksian perempuan

mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki.54

Peran mufasir dalam membentuk tafsir yang egaliter sangat dibutuhkan

untuk membentuk tafsir agama yang seringkali dijadikan bahan rujukan untuk

mendiskriminasi kedudukan perempuan. Dr. Nur Rofiah dalam forum ngaji

keadilan gender Islam menjelaskan bahwa peran mufasir antara lain sebagai

berikut: pertama, memilih ayat secara utuh. Kedua, memilih ayat pendukung.

Ketiga, memilih hadis pendukung. Keempat, memberi intonasi pada

penggalan tertentu. Kelima, menentukan makna pada lafadz tertentu. Keenam,

54 Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta, Prenadamedia Group: 2015), h: 14

Page 53: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

38

menentukan makna sebuah kalimat. Ketujuh, mengaitkan atau tidak dengan

konteks redaksi ayat. Kedelapan, mengaitkan atau tidak dengan konteks

turunnya ayat. Kesembilan, mengaitkan atau tidak dengan konteks kekinian.

Kesepuluh, menentukan makna perumpamaan. Kesebelas, menentukan pesan

utama ayat.

Untuk mewujudkan pola hubungan yang adil antara laki-laki dan

perempuan, mereka mendekonstruksi penafsiran teks-teks keagamaan yang

bias gender dan misoginis yang seringkali dijadikan sebagai dasar rujukan

untuk mensubordinasi perempuan. Pada dasarnya ajaran Islam memiliki dua

pola ajaran yakni pola ajaran dasar yang bersifat absolut, abadi, dan tidak

berubah serta pola ajaran non-dasar yang bersifat ijtihadi, relatif, tidak abadi

dan bisa berubah-ubah. Ajaran dasar merupakan ajaran yang termaktub dalam

Al-Qur‟an dan sunnah mutawatir, dan ajaran non-dasar yang merupakan

ajaran bersifat ijtihadi atau ajaran yang dihasilkan dari ijtihad manusia dalam

bentuk tafsir, interpretasi ataupun pemikiran ulama yang menjelaskan

mengenai ajaran dasar Islam serta implementasinya dalam kehidupan

manusia.55

a. Perempuan Dalam Teks Al-Qur’an

Distorsi pemahaman umat Islam terhadap ajaran Islam dalam teks Al-

Qur‟an terlihat dalam permasalahan mengenai relasi gender, khususnya

dalam memandang posisi perempuan. Superiotas laki-laki atas perempuan

diakui sejumlah besar ulama terkemuka sebagai pemegang otoritas dalam

wacana pemikiran Islam. Ayat yang mengindikasikan supremasi laki-laki

atas perempuan terlihat dalam berbagai ayat yang membahas mengenai

penciptaan perempuan dan laki-laki.

55 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender (Yogyakarta: Kibar Press, 2007), h.

23

Page 54: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

39

Ayat yang menjelaskan superioritas laki-laki atas perempuan

termaktub dalam dua ayat berikut yang telah Allah firmankan sebagai

berikut:

مىالهم أ قىا م

فهى بعض وبمآ أ

بعضهم عل

ل الل ض

ظاء بما ف

ى الي

مىن عل ى

السحال ق

ج الل

يب بما حفظ

غذ لل

ذ حفظ

ىدلحذ ق الص

ج ف ىشه

ؼىن و

افختى ج

والل

ضاحع واضسبىه فى الم واهجسوه ىه

عظ صلى ف يه

ىا عل

بغجلام ف

عىكطئن أ

ف

بيرا )اليظاء: قلىطبيلا

ا ك ان علي

ك (43 إن الل

Artinya:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah

telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari

harta mereka. Sebab itu, wanita yang saleh56

ialah yang taat kepada Allah

lagi memelihara diri dibalik pembelakangan suaminya (ketika suaminya

tidak sedang dirumah), oleh karena Allah telah memelihara (mereka)57

.

Wanita-wanita yang kamu khawatiri58

nusyuznya59

, maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka60

, dan pukullah

56 Dalam kitab Syarah Uqudullujain yang dimaksud wanita-wanita yang sholeh di dalam ayat

tersebut ialah perempuan yang taat kepada Allah dan suaminya, yakni mereka yang memenuhi hak

suaminya, menjaga farjinya, menjaga rahasia dan barang-barang suaminya

57

Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.

58

Dalam tafsir An-Nawawi disebutkan bahwa makna Takhaafuuna (yang kamu khawatiri)

bermakna Ta‟lamuuna (kamu ketahui) yakni kamu mengetahui dan melihat nusyuz istrimu, yakni

tanda-tanda nusyuz dengan sebab ucapan ataupun perbuatan maka hendaknya seorang suami

menasehatinya, bukan meninggalkan atau bahkan memukulnya.

59

Dalam kitab Syarah Uqudullujain mengartikan perilaku nusyuz yaitu meninggalkan kewajiban

bersuami isteri, seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya dan menentang suami dengan

sombong.

60

Maksud dari “dan pisahkan lah diri dari tempat tidur mereka” sebagaimana dijelaskan dalam

kitab Uqudullujain dan syarah Nihayah „alal Ghayah bahwa maksudnya ialah bahwa suami

diperintahkan untuk meninggalkan istri dari tempat tidurnya ketika perempuan melakukan nusyuz,

Page 55: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

40

mereka61

. kemudian jika mereka menaatimu, Maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkannya62

. Sesungguhnya Allah Maha

Tinggi lagi Maha besar” (Q.S. An-Nisaa‟: 34)

Kata Qawwamun umumnya ditafsirkan sebagai “pemimpin”,

“penanggung jawab”, “penguasa” atau “pengatur” dan “pendidik”

perempuan oleh para ahli tafsir. Dalam tafsir Jalalain menafsirkan ayat ini

sebagai berikut yakni bahwa laki-laki sebagai pemimpin bagi perempuan

yang diberikan kekuasaan atas perempuan sehingga laki-laki harus dapat

menguasai dan mengurus keperluan istri termasuk mendidik budi pekerti

dan tata krama (akhlak) mereka. Karena Allah telah melebihkan kaum

laki-laki atas perempuan atas ilmu, akal, kekuasaan dan lain sebagainya.

Supremasi tersebut juga disebabkan karena laki-laki (suami) memberikan

nafkah dan mas kawin kepada perempuan (istri) dalam pernikahan

sehingga perempuan diharuskan untuk taat kepada suaminya dan menjaga

kehormatannya di saat suaminya sedang pergi.

Penafsiran pada ayat diatas pada dasarnya tidaklah menjadi masalah

sepanjang ditempatkan secara adil dan tidak didasari oleh pandangan yang

diskriminatif terhadap perempuan. Akan tetapi secara umum, ayat ini

digunakan untuk menguatkan superioritas laki-laki atas perempuan,

bahkan para ahli tafsir memandang bahwa superioritas kaum laki-laki atas

perempuan merupakan hal yang mutlak, mereka beranggapan bahwa

superioritas tersebut diciptakan oleh Allah SWT sehingga bersifat absolut

bukan mendiamkan atau bahkan memukul istri. Karena memisahkan diri dari tempat tidur merupakan

salah satu cara yang memberikan dampak baik dalam mendidik perempuan.

61

Dalam kitab Syarah Uqudullujain diterangkan bahwa suami berkewajiban untuk memberikan

nasehat kepada istri bahwa perbuatan nusyuz tersebut bisa menggugurkan nafkah dan giliran untuk

sang istri. Maksud dari “dan pukullah mereka” yakni bahwa istri yang nusyuz tersebut boleh dipukul

dengan pukulan yang tidak menyakitkan tubuh, hal ini boleh dilakukan apabila memberi manfaat akan

tetapi hendaknya suami lebih bai memaafkan.

62

Maksudnya: untuk memberi pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya

haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur

mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak

meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan

seterusnya.

Page 56: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

41

dan tidak bisa berubah. Para penafsir Al-Qur‟an berpandangan bahwa

kelebihan laki-laki atas perempuan di ayat tersebut ialah karena akal dan

fisiknya.63

Beberapa ulama terkemuka dan pemikir besar Islam seperti Az-

Zamakhsyari, Fakhruddin ar-Razi, Ibnu Katsir, Muhammad Abduh,

Muhammad Thahir bin Asyur, Muhammad Husain ath-Thabathaba‟I,

Imam Malik bin Anas, Imam Syafi‟I, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Al-

Mawardi menyetujui serta mengakui supremasi laki-laki atas perempuan.

Keunggulan tersebut meliputi akal, kecerdasan, dan ilmu pengetahuan,

sehingga kepemimpinan, keulamaan ataupun kekuasaan dan jabatan

tertinggi dalam wilayah publik hanya diberikan kepada laki-laki. 64

Mereka berpendapat bahwa kelebihan laki-laki atas perempuan

terdapat dalam banyak aspek yakni aspek hakiki dan syar‟i. pertama dari

aspek hakiki/kenyataan ialah terdapat perbedaan dalam beberapa hal,

yakni:

1. Kecerdasan akal laki-laki melebihi perempuan

2. Laki-laki lebih tabah dalam menghadapi masalah yang berat

3. Laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan

4. Laki-laki memiliki kapasitas yang lebih unggul dalam tulisan

ilmiah dari pada perempuan

5. Laki-laki lebih lihai dan lebih baik dalam keterampilan

mengendarai kuda

6. Lebih banyak laki-laki yang menjadi ulama dibandingkan

perempuan

7. Laki-laki bisa menjadi imam besar ataupun kecil, dan banyak dari

mereka ialah kaum laki-laki dari pada perempuan

8. Laki-laki lebih unggul dalam keterampilan berperang

9. Laki-laki memiliki keutamaan dalam azan, khutbah, dan jumatan

63 K.H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender

(Yogyakarta, LKIS, 2001), h: 23-24

64

K.H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), h. 53

Page 57: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

42

10. Laki-laki unggul dalam iktikaf

11. Laki-laki memiliki kelebihan dalam saksi hudud dan qishas

12. Laki-laki lebih unggul dalam urusan hak waris

13. Laki-laki memiliki kelebihan yakni sebagai wali nikah

14. Laki-laki memiliki kelebihan yakni dalam posisi ashabah

15. Laki-laki lebih memiliki hak untuk menjatuhkan talak

16. Laki-laki juga yang lebih berhak untuk merujuk

17. Laki-laki memiliki hak untuk berpoligami

18. Nasab anak diturunkan dari garis keturunan laki-laki

Kedua, disebutkan di dalam kitab Az-Zawajir bahwa dari aspek syar‟i,

laki-laki harus melaksanakan dan mendapatkan haknya sesuai ketentuan

syara‟ yakni dengan cara memberikan mas kawin dan nafkah kepada istri.

65

Dalil diatas merupakan dalil yang paling popular yang sering dipakai

sebagai dasar untuk memberikan pandangan yang rendah kepada

perempuan dan membatasi ruang gerak perempuan di ruang publik. Kata

ar-Rijal dan an-Nisaa‟ dalam ayat di atas mengandung arti jenis kelamin

yang bersifat biologis, ayat diatas menyatakan bahwa kaum laki-laki

adalah qawwamun bagi kaum perempuan disebabkan karena kaum laki-

laki diberikan Allah SWT sifat qawwamun serta diwajibkan memberi

nafkah untuk kaum perempuan.66

Sesungguhnya kekerasan dan pelecehan yang di alami perempuan

bukan sepenuhnya berasal dari pandangan keagamaan, akan tetapi berasal

dari pengaruh sosio-kultural yang mendorong seseorang untuk berbuat

buruk terhadap orang lain. Karena orang yang benar-benar religius tidak

akan memperlakukan perempuan dengan buruk, meskipun seperti tertera

dalam ayat di atas bahwa suami diperbolehkan memukul istri yang tidak

65 Drs. Afif Busthomi dan Masyhuri Ikhwan, Terjemah Syarah Uqudullujain; Etika Berumah

Tangga karya Syekh Muhammad Bin Umar An-Nawawi (Jakarta: Pustaka Amani, 2000), h. 46-47

66

Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 27

Page 58: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

43

taat, namun seorang suami yang religious tidak akan melakukannya

meskipun apabila suami melakukan hal tersebut bukan di dorong oleh

ajaran agama, akan tetapi lebih di dorong oleh kondisi psikologisnya.67

Sedangkan ayat yang menggambarkan superioritas laki-laki atas

perempuan yang merujuk pada penciptaan manusia dari satu sumber atau

satu diri ( فع terlihat di dalam ayat an-nisa ayat 1 sebagai ( واحد ه

berikut:

اض ها الى يآ ا قىا منهما اج

ق منها شوحها وبث

لفع واحدة وخ

ه م م

كقلري خ

م الك زب

ثيرا ووظآء كزحالا

ظآء جري ح

قىاالله ال زحام واج

ىن به والأ

م زقيبا جل

يكان عل

إن االله ك

(1)اليظاء:

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang

telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya68

Allah

menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang

biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada

Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya69

kamu saling meminta

satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya

Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (Q.S An-Nisa‟: 1)

Ayat di atas dijadikan dasar rujukan para ulama tafsir yang

menjustifikasi bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki

sehingga kualitas pertama lebih rendah dari yang kedua sehingga ayat

tersebut harus dibaca dan ditafsirkan kembali. Yang diungkapkan di

dalam ayat di atas ialah bahwa penciptaan manusia berawal dari

67 K.H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), h. 33-34

68

Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam

a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari

padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

69

Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada

orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti: As aluka billah artinya saya bertanya atau

meminta kepadamu dengan nama Allah.

Page 59: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

44

penciptaan diri yang satu (nafs wahidah), lalu penciptaan pasangan yang

sejenis dengannya, dari pasangan tersebut terciptalah laki-laki dan

perempuan dalam jumlah banyak. Di dalam ayat tersebut tidak terdapat

ungkapan yang jelas apakah “diri” yang dimaksud itu laki-laki atau

perempuan.

Maka dari itu, penafsiran subordinatif perempuan dengan alasan

bahwa yang dimaksud dengan “pasangan”dalam ayat tersebut adalah

perempuan, dan “diri”yang dimaksud ialah laki-laki merupakan hal yang

tidak benar. karena semangat dari ayat tersebut adalah kebersamaan dan

keberpasangan sebagai dasar kehidupan, bukan subordinasi antara satu

dengan yang lainnya.70

Pada hakikatnya laki-laki dan perempuan

diciptakan dengan cara dan dari substansi serta dalam waktu yang sama.71

Pada dasarnya, memahami ayat-ayat yang menjelaskan kedudukan

antara laki-laki dan perempuan di dalam ayat-ayat Al-Qur‟an tidak bisa

dipahami secara parsial, harus dipahami secara tekstual dan juga

kontekstual, karena jika hanya dipahami secara tekstual saja maka akan

mengakibatkan ketimpangan. Di samping ayat-ayat yang bias gender,

terdapat ayat-ayat dalam Al-Qur‟an yang menjelaskan bahwa laki-laki

dan perempuan berada di tingkat yang sederajat, dan memperlihatkan

bahwa Islam menjunjung konsep egaliter atau kesetaraan dengan konsep

kemitrasejajaran yang memberikan kedudukan yang setara antara laki-laki

dan perempuan di hadapan Tuhan. Al-Qur‟an menyebutkan bahwa Allah

telah menciptakan perempuan dan laki-laki setara, mereka diciptakan

secara serempak dan sama dalam substansinya dan caranya.72

Musdah Mulia dan Badriyah Fayumi sependapat bahwa Allah

menggambarkan posisi perempuan dalam Al-Qur‟an dengan pandangan

70 K.H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender

(Yogyakarta: LKIS, 2001), h. 30- 31

71

Fatima Mernissi- Riffat Hassan, Setara Di Hadapan Allah (Yogyakarta: LSPPA, 2000), h. 69

72

Fatima Mernissi- Riffat Hassan, Setara Di Hadapan… h. 77

Page 60: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

45

dan posisi yang mulia73

. Menurut Zaitunah Subhan, Al-Qur‟an

memposisikan perempuan pada posisi yang terhormat, Islam melindungi

hak-hak perempuan, dan menjelaskan peran serta kewajiban sekaligus

memuliakan perempuan. Islam memberikan kedudukan yang lebih mulia

serta mengangkat derajat perempuan dimana kedudukan tersebut tidak

diperoleh di syariat agama samawi terdahulu.74

Al-Qur‟an sering menggunakan ungkapan “laki-laki beriman dan

perempuan beriman” untuk menyeru orang mukmin guna menekankan

persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan yang berhubungan

dengan kewajiban, hak, kebajikan dan kesalehan mereka sebagai seorang

hamba. Sebab, di dalam perihal kewajiban-kewajiban agama, al-Quran

mengakui tidak memberikan keistimewaan antara laki-laki dan

perempuan, karena di hadapan Allah SWT mereka memiliki kedudukan

dan posisi yang sama yakni sebagai hamba.75

Di dalam agama Islam, laki-laki dan perempuan memiliki peluang

yang sama, sehingga perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan

laki-laki. Keduanya sama-sama memiliki kesempatan untuk mencapai

derajat keimanan dan ketakwaan yang tinggi, mendapatkan pahala,

mendapat pengampunan Allah SWT dari segala kesalahan dan kekhilafan

yang telah dilakukan, dan sama-sama memiliki kesempatan untuk masuk

surga. Kemitrasejajaran dalam Islam akan terwujud apabila laki-laki dan

perempuan sama-sama saling menghargai hak-hak dan kewajiban antara

keduanya.

Dalam ajaran agama Islam, perempuan bukanlah hamba laki-laki

yang diciptakan Allah swt untuk boleh direndahkan derajatnya bahkan

73 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender (Yogyakarta: Kibar Press, 2007), h.

17

74

Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 11

75

Mai Yamani, Feminisme dan Islam Perspektif Hukum dan Sastra (Bandung: Nuansa Yayasan

Nuansa Cendekia, 2000), h. 135

Page 61: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

46

dihinakan, sebab keduanya hanyalah hamba Allah yang diciptakan untuk

beribadah kepada Allah swt, Allah berf irman:

ليع ع إلا

والإو قذ الج

ل (65بدون )الرازياث : وماخ

Artinya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku” (Q.S. Ad-Dzariyat: 56)

Selain sama-sama diciptakan sebagai hamba Tuhan untuk beribadah

kepada Allah, baik laki-laki maupun perempuan juga sama-sama

diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, sehingga perempuan bukan

diciptakan untuk mengabdi pada kemaslahatan laki-laki, keduanya

diciptakan untuk bekerjasama mengabdi pada kemaslahatan makhluk-Nya

di muka bumi, seperti yang telah Allah SWT firmankan dalam kitab

sucinya antara lain sebagai berikut:

وليآء بعض مىذ بعضهم أ

ؤ مىىن والم

ؤ مسون جوالم

ؤ س

ىك الم عسوف وينهىن ع

بالم

ه ويطيعىن االله وزطىل

ىةك ىن الص

ج ويؤىةل ئك طيرحمهمالله جويقيمىن الص

ولإن قلىأ

(11االله عصيص حكيم )الخىبت :

Artinya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka

menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,

mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan

Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At-Taubah: 71)

Page 62: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

47

Dalam ajaran Islam, manusia dipandang setara tanpa membeda-

bedakan kelas sosial (kasta), ras, ataupun jenis kelamin. Karena pada

dasarnya semua manusia berasal dari sumber yang sama yaitu Tuhan76

.

Yang membedakan antara manusia dihadapan Tuhan adalah kualitas

takwanya, karena masalah takwa merupakan hak preogratif Tuhan untuk

menilai, bukan manusia. Jadi, baik perempuan ataupun laki-laki sama-

sama memiliki potensi untuk menjadi hamba yang bertakwa, yang artinya

baik perempuan ataupun laki-laki sama-sama sekunder di hadapan Allah

sebagai hamba dan sama-sama primer di hadapan makhluk-Nya sebagai

khalifah fil „ard.77

Karena yang paling utama diantara manusia ialah yang

paling bertaqwa kepada Allah swt bukan berdasarkan jenis kelamin زHal

tersebut termaktub dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13 yang

berbunyi sebagai berikut:

ىا بائل لخعازف

عىبا وق

م ػ

ىاكى وحعل

ثهو أسأك ذ م م

قىاك

لا خ اض إه ها الى ي

ؤ إن ج

م كقج أم عىد الل

سمكك عليم جأ

الل بير )الحجساث : إه

( 14خ

Artinya:

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S. Al-Hujurat: 13)

b. Perempuan Dalam Teks Hadist

76 Mai Yamani, Feminisme dan Islam Perspektif Hukum dan Sastra (Bandung: Nuansa Yayasan

Nuansa Cendekia, 2000), h. 135

77

Neng Dara Affiah, Islam, Kepemimpinan, Perempuan, dan Seksualitas (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2017), h. 3

Page 63: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

48

Teks-teks misoginis yang tidak menguntungkan posisi perempuan

tidak hanya terdapat dalam al-Qur‟an saja, akan tetapi juga terdapat dalam

hadits. Sebagaimana ayat-ayat al-Qur‟an, terdapat hadis yang

menggambarkan perempuan dengan citra yang buruk dan ada pula yang

menggambarkan kedudukan kesejaran antara laki-laki dan perempuan.

Hadist-hadist yang menyangkut persoalan kedudukan perempuan dalam

kebudayaan Islam yang masyhur di kalangan umat Islam

mengartikulasikan bahwa dalam kebudayaan Islam tertanam keyakinan

bahwa perempuan merupakan makhluk yang bengkok yang tidak pernah

bisa dianggap setara dengan laki-laki. Banyak sekali hadist-hadist bias

gender yang tidak support gender dan bersifat subordinatif.78

Bahkan

dalam hadits-hadits shahih Bukhari dan Muslim yang mana keduanya

merupakan kumpulan hadits yang paling berpengaruh di dalam lingkup

Islam Sunni pun terdapat hadits yang bias gender. Salah satu hadist

shahih Bukhari dan Muslim yang mensubordinasi perempuan ialah

sebagai berikut:

Yang artinya: “Abdul Aziz menceritakan kepada kami bahwa dia

telah meriwayatkan dari Abdullah yang berkata: Malik telah

menceritakan kepada kami bahwa ia meriwayatkan dari Abu Zinad dari

al-A‟raj dari Abu Hurairah r.a yang berkata: Rasulullah SAW telah

bersabda: perempuan seperti tulang rusuk, jika kamu berusaha

meluruskannya, ia akan patah. Maka jika kamu ingin memperoleh

manfaat darinya, lakukanlah itu sedangkan dia tetap memiliki beberapa

kebengkok-an.” (H.R. Bukhari)

Kemudian hadits yang sama berasal dari shahih Muslim yang

berbunyi sebagai berikut:

Yang artinya: “Harmalah bin Yahya menceritakan kepada kami: Ibnu

Wahab telah mengabarkan kepada kami: Yunus telah mengabarkan

78 Fatima Mernissi- Riffat Hassan, Setara Di Hadapan Allah (Yogyakarta: LSPPA, Cet. III, 2000),

h. 77-78

Page 64: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

49

kepada kami bahwa dia meriwayatkan dari Ibnu Syihab yang berkata:

Ibnu al-Musayyab telah menceritakan kepada saya bahwa dia

meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a yang berkata: Rasulullah SAW

bersabda: perempuan seperti sebuah tulang rusuk. Bila kamu berusaha

untuk meluruskannya, kamu akan mematahkannya. Dan jika kamu

membiarkannya sendiri kamu akan memperoleh manfaat darinya, dan

kebengkokan akan tetap melekat padanya.” (H.R Muslim)

Kedua hadist di atas dikutip atas otoritas Abu Hurairah yakni seorang

sahabat Nabi SAW, sedangkan matan dalam kedua hadits di atas

menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok

yang mana kebengkokannya tidak bisa diperbaiki dan jika diperbaiki akan

mengakibatkan kerusakan. Kedua hadits tersebut bersifat misoginis dan

bertentangan dengan ajaran al-Quran yang mengajarkan bahwa manusia

diciptakan dengan sebaik-sebaiknya bentuk (fi ahsani taqwim) dan

dengan kemampuan yang paling tinggi

Dalam suatu riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw

menyampaikan pidato ketika haji wada‟ yang menjelaskan mengenai

bagaimana memperlakukan perempuan, berikut pidatonya:

يرا، ظاء خ

وطخىصىا بالي

ال

الك ال

ير ذيئا غ

ػ ىن منه

ملكيع ج

م ل عىان عىدك ماه اه

ف

ير مب ضسبا غ ضاحع واضسبىه

فى الم هجسوه

فعلئن ف

ت مبيىت ، ف

احؼ

جين بف

ؤ ن ، ا ر

جلام فعىكطئن ا ف

ن لا

ا يه

م عل

ك حق

ا، ف م حق

ى وظائك

م عل

ك ان ل

لا، أ طبيلا يه

ىا عل

بغ

م ا

يك عل ه وحق

سهىن، ال

ك جم لم

ن فى بيىجك

ذؤ ىلاسهىه

ك ج م م

كن فساػ

ىجئ ن

يه حظىىاال

رمري واب ماحهج

. )زواه الت عامه

وط ( فى كظىته

Artinya:

Page 65: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

50

“ketahuilah olehmu bahwa kamu sekalian hendaknya melaksanakan

wasiatku, yakni melakukan hal yang terbaik bagi wanita. Mereka itu tertahan

di sisimu. Bagimu tidak ada pilihan lain dalam menghadapi mereka selain apa

yang aku wasiatkan itu, kecuali kalau mereka melakukan fakhisyah secara

jelas. Apabila mereka melakukannya, maka kamu sekalian hendaknya

menghindar dari mereka di tempat peraduan dan berikanlah pukulan yang

tidak memberatkan. Akan tetapi kalau mereka taat kepadamu, maka kamu

sekalian tidak boleh mencari jalan untuk memukul mereka. Ketahuilah bahwa

kamu sekalian mempunyai hak atas istrimu dan merekapun mempunyai hak

atas dirimu. Adapun hak kalian atas mereka adalah bahwa mereka itu tidak

memperkenankan tilam milikmu tersentuh oleh orang lain yang tidak kamu

sukai, dan tidak mengizinkan rumahmu dimasuki orang lain yang tidak kamu

sukai pula. Dan ingatlah bahwa kamu sekalian harus menunjukkan

kebaikanmu terhadap mereka baik dalam memberikan sandang maupun

pangan.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)79

Dalam hadist diatas disebutkan bahwa seorang suami hendaknya

memperlakukan istrinya dengan baik dan dengan lemah lembut, akan tetapi

hadist diatas juga mengindikasikan ketimpangan gender karena dalam kitab

Uqudullujain disebutkan bahwa hadist tersebut muncul karena faktor

lemahnya perempuan, dan termasuk kebutuhan wanita atas keluhuran suami

sebagai orang yang menyediakan hal-hal yang menjadi keperluan istri atau

sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk memberi nafkah,

sehingga istri dituntut untuk patuh dan taat kepada suami dan suami memiliki

kuasa atas istri sehingga disebutkan ketika istri melakukan nusyuz, suami

boleh memukul istri sebagai sanksi atas sikapnya meskipun pukulan yang

dianjurkan ialah pukulan ringan yakni pukulan yang tidak meninggalkan

bekas di tubuh istri. Subordinasi kedudukan perempuan terlihat dalam

beberapa hadis seperti berikut:

79 Drs. Afif Busthomi dan Masyhuri Ikhwan, Terjemah Syarah Uqudullujain; Etika Berumah

Tangga karya Syekh Muhammad Bin Umar An-Nawawi (Jakarta: Pustaka Amani, 2000), h. 17-18

Page 66: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

51

ذ لا

اهكحياء ل

بالةسأ رالم طت

ن الل

اىلاسا ل

ج ا م ف

ظاوي ك

ح

Artinya: “Andaikata Allah tidak menutupi wanita dengan sifat malu,

niscaya ia tidak ada harganya, tidak menyamai harga secakup tanah”80

Ungkapan “suargo manut neroko katut” yang masyhur di masyarakat

mengindikasikan perempuan tidak memiliki hak preogratif dan menempatkan

posisi perempuan dalam posisi yang subordinat. Doktrin ungkapan tersebut

didorong dengan hadits yang berbunyi sebagai berikut:

.ت جى

خاللذ وشوحها زاض دخ

ة باجما امسأ

)زواهئمام الترمىذي(ا

“Wanita yang bermalam sedangkan suaminya ridha kepadanya, maka dia

masuk surga” (HR. Imam Turmudzi)

صبح. )زواه بخازي و مظلم(ى ج حت

تئكلا عىتها الم

فساغ شوحها ل

ة هاحسة

سأ ذ الم

ااباج إذ

“Jika istri itu bermalam meninggalkan tempat tidur suaminya, maka para

malaikat mengutuknya hingga pagi” (HR. Bukhari dan Muslim)81

Dan juga dalam sabda Nabi Saw yang disebutkan dalam kitab Al-Jawahir

oleh As-Samarqandi sebagai berikut:

ة م ما امسأ

ت جى

ذ ال

لذ وشوحها عنها زاض دخ

اج

“Seorang istri yang mati sedangkan suaminya ridha kepadanya, maka ia

masuk surga” (HR. Turmdzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Ummu

Salamah).

80 Drs. Afif Busthomi dan Masyhuri Ikhwan, Terjemah Syarah Uqudullujain; Etika Berumah

Tangga karya Syekh Muhammad Bin Umar An-Nawawi (Jakarta: Pustaka Amani, 2000), h. 36

81

Drs. Afif Busthomi dan Masyhuri Ikhwan, Terjemah Syarah Uqudullujain … h. 48-49

Page 67: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

52

Subordinasi perempuan juga terlihat dalam hadits Nabi yang mengatakan

bahwa perempuan tidak sempurna dalam ibadah (shalat) dikarenakan

mengalami menstruasi, dan tidak sempurna kecerdasannya sehingga

kesaksiannya dihitung kurang dari kesaksian laki-laki. Feminisme muslim

menganjurkan membatasi hadis sebagai rujukan beragama bagi umat islam

dan mendorong pemahaman sejarah sosial perilaku nabi/sunnah dengan

pendekatan historis-kritis.82

Selain hadist-hadist diatas, terdapat hadis- hadis egaliter yang memandang

kedudukan perempuan dan laki-laki sederajat. Dalam kitab Uqudullujain

disebutkan bahwa dalam urusan pahala di akhirat, perempuan dan laki-laki

memiliki hak yang sama. Keduanya sama-sama berhak mendapatkan pahala

yang dilipatgandakan. Dalam tafsir Syaikh Sarbini, beliau menjelaskan bahwa

kelebihan dan kekuasaan laki-laki dari pada perempuan hanya di dunia.

Dalam sebuah Hadis menggambarkan kedudukan laki-laki dan perempuan

yang setara dalam lingkungan sosial masyarakat untuk melakukan kebaikan:

اض عهم للىفهاض أ ير الى

خ

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi

manusia lainnya”

Selain itu, terdapat hadis-hadis yang menjelaskan tentang para perempuan

Anshar di Madinah di masa Rasul yang dicitrakan sebagai perempuan aktif,

bebas, dinamis, kritis, bertanggung jawab, mandiri dan aktif dalam berbagai

bidang kehidupan di ranah publik maupun domestik, namun meskipun begitu

mereka tetap santun dan terpelihara akhlaknya.

Pada dasarnya, Allah SWT menghendaki terwujudnya penegakan nilai-

nilai keadilan dan hak asasi manusia yang termanifestasikan dalam kehidupan

manusia sehingga tidak terjadi diskriminasi, subordinasi, marginalisasi

82 Neng Dara Affiah, Islam, Kepemimpinan, Perempuan, dan Seksualitas (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2017), h. 129

Page 68: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

53

siapapun dan apapun jenis kelaminnya, baik laki-laki ataupun perempuan.

Karena Allah SWT sejatinya melihat kepada hati dan perbuatan baik kita,

bukan pada jenis kelamin. Hal tersebut tersirat dalam sabda Nabi Muhammad

Saw yang berbunyi:

م )زواهعمالك

م وأ

ىبكلى قلس إىظ ك

م ول

ى صىزك

إلم ولا

حظادك

ى أس إلىظ

مظلم إن االله لا

فى صحيحه(

Artinya: “sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan rupa kamu, tetapi

melihat hati dan amal perbuatanmu” (H. R. Muslim)83

c. Perempuan Dalam Hukum Islam (Fikih)

Menurut Kiai Sahal, Fikih adalah ilmu yang berhubungan langsung

dengan perbuatan manusia (af‟al al-mukallafin), maksudnya perbuatan

manusia yang berhubungan dengan Tuhan dan manusia. Fikih merupakan

ilmu yang rasional, karena ia merupakan hasil pemikiran manusia biasa yang

tidak ma‟shum.84

Para feminis memandang bahwa fikih mengandung

peraturan yang sering dijadikan legitimasi untuk bersikap represif dan otoriter

terhadap perempuan. fikih selama ini dinilai bercorak patriarkal dimana

hukum-hukumnya lebih menguntungkan kedudukan laki-laki.85

Hukum fikih

dipandang mensubordinasi kedudukan perempuan seperti dalam hukum

purdah, poligami, ketaatan terhadap suami, semuanya itu perlu untuk

direkonstruksi ulang sehingga menghasilkan pandangan baru yang lebih adil

83 K.H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), h. 60

84

Jamal Ma‟mur Asmani, Mengembangkan Fikih Sosial KH. MA. Sahal Mahfudz: Elaborasi

(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015), h. 174

85

Jamhari dan Ismatu Ropi, Citra Perempuan Dalam Islam: Pandangan Ormas Keagamaan,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 39

Page 69: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

54

yang menempatkan perempuan pada posisi setara dan adil dan mencapai

hukum yang setara serta support gender.86

Seperti hukum ketaatan terhadap suami, dalam kitab Uqudullujain

disebutkan bahwa laki-laki memiliki kelebihan dibandingkan istrinya

sehingga istri harus patuh dan taat kepada suami, hal tersebut berkaitan

dengan hak suami yang diperolehnya atas beban tanggung jawab yang

dipikulnya yakni tanggung jawab memberikan mas kawin dan nafkah untuk

istri.87

Dalam kitab tersebut dikatakan bahwa pada umumnya perempuan itu

kurang sempurna akal dan agamanya. Perempuan sebagai istri diibaratkan

sebagai sahaya dan tawanan lemah yang dimiliki serta dibawah kekuasaan

laki-laki (suami) sehingga perempuan (istri) wajib patuh dan taat serta wajib

memelihara keridhoan suami dan menjauhi murka suami.88

Hal tersebut

sekilas menempatkan posisi perempuan pada kedudukan yang kurang

beruntung.

Ketidakadilan gender dan subordinasi terhadap perempuan dalam hukum

fikih juga terlihat dalam masalah kesaksian perempuan separuh dari laki-laki

dan masalah waris dimana perempuan memiliki hak setengah dari pada laki-

laki, perempuan sebagai objek sekaligus sebagai makhluk domestik. Hal

tersebut menggambarkan bahwa perempuan sepenuhnya berada dalam domain

sentralisme kehidupan serta kekuasaan laki-laki dimana perempuan dijadikan

objek, sehingga mengalami ketidakadilan dan marginalisasi pada sektor

rumah tangga. Seperti contoh: di dalam kasus zina, kesaksian pihak laki-laki

lebih mendominasi dari pada kesaksian perempuan, argumentasi tersebut di

dasarkan pada pendapat Imam empat mazhab dan Syi‟ah Zaidiyah yang

mengemukakan bahwa empat saksi dalam kasus zina semuanya harus laki-

86 Neng Dara Affiah, Islam, Kepemimpinan, Perempuan, dan Seksualitas (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2017), h. 130

87

Drs. Afif Busthomi dan Masyhuri Ikhwan, Terjemah Syarah Uqudullujain; Etika Berumah

Tangga karya Syekh Muhammad Bin Umar An-Nawawi (Jakarta: Pustaka Amani, 2000), h. 16-17

88

Drs. Afif Busthomi dan Masyhuri Ikhwan, Terjemah Syarah Uqudullujain … h. 56

Page 70: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

55

laki, sedangkan kesaksian perempuan dalam masalah ini tidak dapat diterima.

Serta Abdul Qadir Audah menyandarkan perihal tersebut kepada dasar nash

Al-Qur‟an yang menetapkan bahwa jumlah saksi untuk kasus zina dibutuhkan

empat saksi, tidak boleh kurang. Jika terdapat empat saksi dan salah satunya

perempuan, maka kesaksian tersebut tidak cukup dan berlawanan dengan nash

Al-Qur‟an.

Dalam hal ini Ibn Hazm berkomentar bahwa kesaksian dua orang

perempuan dalam kasus zina dapat menggantikan kesaksian seorang laki-laki,

sehingga dalam konteks tersebut kesaksian tiga orang laki-laki dan dua

perempuan, atau dua orang laki-laki dan empat orang perempuan, atau

semuanya perempuan tanpa mengikutsertakan saksi laki-laki asalkan

jumlahnya sesuai dengan hitungan kesaksian maka hal tersebut dapat

diterima. Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa hukum kesaksian

seperti hukum waris dimana perempuan mendapat setengah dari bagian laki-

laki. Hal ini menurut Munawir Syadzali seorang pemikir Islam kontemporer

adalah salah satu bentuk ketidakadilan dan diskriminasi terhadap

perempuan.89

Mazhab Hanafi juga memandang bahwa seorang perempuan itu

bisa menjadi saksi akan tetapi kesaksian dua orang perempuan itu dianggap

seperti halnya kesaksian satu orang laki-laki, sehingga perempuan tidak bisa

jika bersaksi sendiri karena kesaksian satu orang perempuan saja tidak dapat

diterima.

Sedangkan hukum perempuan menjadi seorang hakim, menurut mazhab

Hanafi memiliki ketentuannya sendiri, yakni imam Hanafi memandang bahwa

ketentuan menjadi hakim bagi seorang perempuan sama halnya dengan

hukum kesaksian perempuan. Dalam kitab Wahbah az-zuhaili disebutkan

bahwa Imam Hanafi memperbolehkan perempuan untuk menjadi hakim

dalam masalah Amwal (perdata) yakni dalam sektor kekeluargaan dan

89 Jamhari dan Ismatu Ropi, Citra Perempuan Dalam Islam: Pandangan Ormas Keagamaan,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 39- 41

Page 71: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

56

muamalah saja, sebagaimana hukum kesaksian perempuan. Imam Hanafi

menyandarkan ketentuan kedua hukum tersebut berdasarkan Q.S Al-Baqarah

ayat 282. Sedangkan Mazhab Syafi‟i, Maliki dan Hambali secara mutlak tidak

memperbolehkan perempuan untuk menjadi hakim.90

Di dalam surat an-Nisaa‟ ayat 11 dijelaskan mengenai hak perempuan

dalam warisan, ayat tersebut menjelaskan bahwa hak waris seorang

perempuan mendapatkan setengah bagian dari bagian laki-laki dengan kata

lain seorang laki-laki memiliki hak waris sama dengan bagian untuk dua

orang perempuan. menurut para ulama, hal tersebut dianggap adil karena laki-

laki memiliki sifat qowwamun yang memiliki kewajiban lebih berat dari pada

perempuan yakni kewajiban memberi mahar dan menafkahi istri, maka

perempuan mendapat setengah dari bagian laki-laki atau dua banding satu

merupakan sesuatu pembagian yang adil.

Zaitunah Subhan berpendapat bahwa pada hakikatnya secara umum

pembagian warisan tidak harus demikian, karena hal tersebut harus dilihat

pada faktor posisi, fungsi atau peran gender sebagai orang tua, saudara, suami

atau sebagai istri ataukah sebagai anak dan seterusnya. Husein Muhammad

berpendapat bahwa warisan sangat berkaitan dengan realitas dari struktur

hubungan suami istri karena warisan merupakan logika yang lurus dari relasi

suami istri, selama laki-laki masih diposisikan sebagai penanggung jawab

nafkah keluarga yang membayar mas kawin, membiayai ongkos-ongkos pihak

yang menjadi tanggung jawabnya, dan kewajiban nafkah lainnya, maka

pemberian bagian 2:1 merupakan hal yang adil. Akan tetapi, jika struktur

relasi antara suami istri tersebut berubah maka ketentuan warisan pun bisa

berubah.91

90 Nuranisa Fajriani dan Awaliah Musgamy, Analisis Sosiologis Terhadap Kedudukan Hakim

Perempuan (Perspektif Imam Hanafi dan Ibnu Jarir Ath-Thabari), (Shautuna Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Perbandingan Mazhab, Volume. 1, no. 1, 2020), h. 88

91

Prof. Dr. Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender Dalam

Penafsiran (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 27- 28

Page 72: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

57

KH. Husein Muhammad berpendapat bahwa produk-produk hukum Islam

yang mengakibatkan ketidakadilan gender sudah tidak relevan untuk di

praktekkan hari ini, dimana sumber keagamaan Islam khususnya fikih

seringkali menempatkan perempuan sebagai makhluk kelas dua atau sebagai

makhluk sekunder di bawah otoritas kekuasaan laki-laki, hal tersebut

dikarenakan hukum-hukum tersebut dibangun atas perspektif kebudayaan

patriarki yang melekat di dalam masyarakat sehingga terjadi ketimpangan dan

ketidakadilan gender dalam implementasi produk-produk hukum tersebut.92

92 K.H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), h.27

Page 73: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

58

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUSSALAM MEKARSARI

LAMPUNG

A. LATAR BELAKANG PONDOK PESANTREN DARUSSALAM

MEKARSARI LAMPUNG

Pondok pesantren Darussalam berlokasi di jalan Ki Hajar Dewantara, dusun III

Mojoasri, desa Mekarsari, RT.14/RW.04, kelurahan Mekarsari, kecamatan Pasir

Sakti, kabupaten Lampung Timur, provinsi Lampung. Pondok pesantren Darusssalam

Lampung berlokasi di daerah subur dikelilingi pedesaan dan pesawahan, berada di

satu jalur dengan pusat pemerintahan desa dan kecamatan yang memudahkan pihak

pengurus pondok pesantren untuk mengurus administrasi pesantren.1

Desa Mekarsari merupakan desa berkembang yang berada di wilayah kecamatan

Pasir Sakti kabupaten Lampung Timur, terdiri dari 6 RW (Rukun Warga) dan 21 RT

(Rukun Tetangga). Desa ini memiliki luas 9.875 Ha. Terletak di 105.770299 bujur

timur dan -5.468564 lintang selatan. Desa ini dibentuk pertama kali pada tahun 1998,

akan tetapi tidak diketahui siapa yang pertama kali membentuknya.

Saat ini, desa Mekarsari dipimpin oleh bapak Supardi selaku kepala desa (lurah),

dimana seluas 350 Ha wilayahnya digunakan untuk pemukiman, pekarangan seluas

176 Ha, Tegal/ladang 201 Ha, sedangkan 104 Ha digunakan untuk lahan

pertanian/sawah. Selain itu, desa Mekarsari juga memiliki batas-batas wilayah antara

lain sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan desa Negeri Agung.

- Sebelah selatan berbatasan dengan desa Mulyosari dan kecamatan Pasir Sakti.

- Sebelah timur berbatasan dengan desa Pasir Sakti.

- Sebelah barat berbatasan dengan desa Gunung Mekar kecamatan Jabung.

1 Wawancara pribadi dengan Gus Saikhul Huda S.Pd.I, Selaku ketua bidang pendidikan Pesantren

sekaligus kepala sekolah SMP BP Darussalam, Mekarsari, 05 Oktober 2020.

Page 74: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

59

- Sebelah utara berbatasan dengan desa Gunung Pelindung.2

Secara geografis, jarak tempuh pondok pesantren Darussalam ke Ibu kota

kecamatan sekitar 3 km yang bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor selama 15

menit, sedangkan jarak desa ke ibu kota kabupaten/kota sejauh 80 km yang dapat

ditempuh dengan kendaraan bermotor selama 2 jam, dan jarak desa ke ibu kota

provinsi sejauh 120 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama 4 jam

perjalanan. Dari data monografis Desa Mekarsari, jumlah penduduk di desa

Mekarsari yang tercatat di kantor desa pada tahun ini sekitar 2.528 jiwa, penduduk

laki-laki berjumlah 1.311 jiwa, dan perempuan berjumlah 1.217 jiwa, jumlah kepala

keluarga sebanyak 819 KK. Kepadatan penduduk di desa ini mencapai 256 per km.

Adapun data tersebut akan dipetakan pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-Laki 1.311

2. Perempuan 1.217

Jumlah Total 2.528

Sumber: Data primer yang telah diolah.3

Berikut tabel jumlah penduduk berdasarkan usia, antara lain sebagai berikut:

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Laki-laki Perempuan

1. 0-6 tahun 301 163 138

2 Data monografi desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, tahun 2019-

2020

3 Data Monografi desa Mekarsari , Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Tahun

2019-2020

Page 75: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

60

2. 7-12 251 128 123

3. 13-18 195 104 91

4. 19-24 214 111 103

5. 25-55 1.128 584 544

6. 56-74 401 207 194

7. 75 tahun ke atas 50 27 23

Jumlah Total 2.540 jiwa

Sumber: Data primer yang telah diolah4

Dari data di atas terlihat bahwa penduduk desa Mekarsari paling banyak berusia

25-55 tahun dimana usia tersebut merupakan usia produktif dimana di usia itu

seseorang dianggap dapat menghasilkan suatu produk atau jasa dan berproduksi

untuk menjalani kehidupannya secara optimal.

Masyarakat desa Mekarsari terdiri dari bermacam-macam etnis/suku, warga desa

ini terdiri dari suku Jawa, Batak, Madura, Bali, dan Bugis. Akan tetapi, mayoritas

warga desa Mekarsari merupakan etnis Jawa yang menggunakan bahasa Jawa sebagai

bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

No Etnis/Suku Jumlah Laki-Laki Perempuan

1. Jawa 2.251 1.190 1.061

2. Batak 4 1 3

4 Data monografi desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Tahun

2019-2020

Page 76: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

61

3. Madura 7 5 2

4. Bali 238 102 136

5. Bugis 6 3 3

Jumlah Total 2.506 1.301 1.205

Sumber: data primer yang telah diolah5

Mayoritas penduduk desa Mekarsari beragama Islam dan mengikuti kelompok

keagamaan Nahdlatul Ulama, sehingga secara kultural-budaya keagamaan

masyarakat muslim di mekarsari mengikuti tradisi keagamaan kelompok ahlussunnah

wal jamaah tersebut. Hal tersebut terlihat dalam budaya keagamaan yang dijalankan

seperti kenduri, pengajian-pengajian rutin yang di jalankan, tiba‟an al-barjanji, yasin-

tahlil, manaqib, khataman dan pengajian-pengajian yang menjadi ciri khas

ahlussunnah wal jamaah yang di usung Nahdlatul Ulama pada umumnya dilakukan

oleh masyarakat desa Mekarsari. Hal ini menjadi penyokong bagi perkembangan

pondok pesantren Darussalam yang berlatar belakang Nahdlatul Ulama di desa

Mekarsari salah satunya pondok pesantren Darussalam Mekarsari. Seperti yang

diungkapkan oleh Saikhul Huda bahwa: “mayoritas penduduk desa Mekarsari

notabenenya adalah Nahdlatul Ulama semua, walaupun mereka tidak begitu paham

secara struktural akan tetapi secara kultural mereka sangat NU sekali. Ditandai

dengan yasinan, subuh menggunakan qunut, itu kan kultural NU”

Meskipun terdiri dari berbagai suku dan agama yang berbeda-beda, akan tetapi

belum pernah terjadi indikasi konflik sara baik konflik antar kelompok, antar etnis

dan antar agama. Sehingga desa Mekarsari terhitung sebagai desa yang aman dari

konflik sara.

5 Data monografi desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Tahun

2019-2020

Page 77: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

62

Pendidikan merupakan faktor penunjang perkembangan sebuah daerah. Di desa

Mekarsari, penduduk yang berada pada usia produktif yakni antara 19-55 tahun

berjumlah 695 orang. Adapun data tersebut akan dipetakan pada table berikut ini:

Tabel 7. Tingkatan Pendidikan Penduduk Desa Mekarsari

No Tingkatan

Pendidikan

Jumlah

(orang)

Laki-Laki

(orang)

Perempuan

(orang)

Tamat

SMP/sederajat

673 353 320

Tamat

SMA/sederajat

338 175 163

Tamat S-1/sederajat 25 12 13

Tamat S-2/sederajat 2 2 0

Tidak pernah

sekolah

837 393 444

Tidak tamat SD 48 18 30

Tidak tamat SLTP 56 20 36

Tidak tamat SLTA 37 29 8

Buta huruf 47 20 27

Sumber: data primer yang telah diolah6

Sedangkan yang sedang menempuh pendidikan tingkat TK sebanyak 86 orang,

dan sebanyak 233 orang anak yang sedang bersekolah pada usia 7-18 tahun. Serta

penduduk desa Mekarsari di usia produktif yang buta aksara dan huruf/angka latin

6 Data monografi desa Mekarsari, kecamatan Pasir Sakti, kabupaten Lampung Timur, Tahun 2019-

2020

Page 78: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

63

sebanyak 47 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 20 orang dan perempuan

sejumlah 27 orang.

Dari data di atas menunjukkan bahwa masyarakat desa Mekarsari masih banyak

yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan, hal tersebut terlihat dari

banyaknya jumlah penduduk yang tidak pernah sekolah dan buta huruf serta banyak

yang hanya menamatkan pendidikan hingga jenjang SMP. Hal tersebut juga banyak

disebabkan oleh kondisi ekonomi masyarakatnya karena tingkat kesejahteraan

keluarga di desa Mekarsari terhitung rendah, terlihat dari jumlah keluarga

prasejahtera yang jauh lebih banyak dari pada jumlah keluarga sejahtera tingkat

1,2,3,dan 3 plus, dimana jumlah keluarga prasejahtera di desa ini sebanyak 361

keluarga. Dilihat dari data tersebut, terlihat bahwa perekonomian penduduk desa

Mekarsari banyak yang berkonomian menengah kebawah.

Meskipun demikian, pendidikan di desa Mekarsari mulai berkembang terlihat dari

didirikannya berbagai lembaga pendidikan yang mendukung perkembangan

pendidikan di desa Mekarsari. Di desa mekarsari, terdapat lembaga pendidikan yang

tercatat resmi di kelurahan desa sebanyak 1 lembaga pendidikan agama (Pondok

pesantren), 2 TK, 4 SD, 5 SMP, 3 SMA. Untuk menunjang perkembangan

pendidikan desa, terdapat sarana dan prasarana gedung lembaga pendidikan yang

merupakan milik sendiri (lembaga pendidikan tersebut) sebagai sarana penunjangnya

antara lain perinciannya sebagai berikut: gedung TK/sederajat sebanyak 1 unit,

SD/sederajat sebanyak 2 unit, SMP/sederajat 3 unit, SMA/sederajat sebanyak 1 unit,

dan lembaga pendidikan agama sebanyak 2 unit. Data tersebut penulis sajikan dalam

tabel berikut:

Tabel 8. Sarana Pendidikan Desa Mekarsari

No. Sarana Pendidikan Jumlah

1. TK 2 unit

Page 79: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

64

2. SD 4 unit

3. SMP 5 unit

4. SMA 3 unit

5. Pondok Pesantren 1 unit

Jumlah Total 15 unit

Sumber: data primer yang telah diolah7

Penduduk desa Mekarsari mayoritas bermata pencaharian sebagai petani

sebanyak 1.308 orang, 293 orang bekerja sebagai buruh tani, 45 orang penduduknya

bekerja sebagai pengusaha baik kecil, menengah hingga besar. 19 orang bekerja

sebagai pedagang keliling, 130 orang bekerja sebagai pembantu rumah tangga,

sisanya bekerja sebagai peternak sebanyak 4 orang, nelayan sebanyak 5 orang,

karyawan perusahaan swasta sebanyak 12 orang, pegawai negeri sipil sebanyak 39

orang, dan bidan sebanyak 2 orang. Sedangkan penduduk usia 15-56 tahun yang tidak

bekerja sebanyak 916 orang, penduduk wanita usia 36 tahun yang menjadi ibu rumah

tangga sebanyak 544 orang, serta penduduk usia >15 tahun yang cacat sehingga tidak

bekerja sebanyak 10 orang.

Tabel 9. Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Mekarsari

No Jenis Pekerjaan Jumlah Laki-Laki

(orang)

Perempuan

(orang)

1. Petani 1.308 654 654

2. Buruh tani 293 129 164

3. Pembantu rumah 130 0 130

7 Data Monografi Desa Mekarsari , Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Tahun

2019-2020

Page 80: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

65

tangga

4. Pengusaha (kecil,

menengah, besar)

45 15 30

5. Pegawai Negeri Sipil 39 20 19

6. Pedagang keliling 19 4 15

7. Pegawai perusahaan

swasta

12 8 4

8. Nelayan 5 5 0

9. Peternak 4 4 0

10. Bidan swasta 2 0 2

Sumber: Data primer yang telah diolah8

Desa Mekarsari memiliki potensi sumber daya hasil bumi yakni pertanian dan

perkebunan yang lumayan besar baik memiliki tanah maupun yang tidak memiliki

tanah perkebunan. Terlihat dari sektor pertanian, desa Mekarsari bisa menghasilkan

produksi Jagung seluas 260 Ha yang menghasilkan 5 ton/Ha, padi sawah seluas 400

Ha yang menghasilkan 5 ton/Ha, dan ubi kayu seluas 15 Ha yang menghasilkan 9

ton/Ha. Sedangkan dari sektor perkebunan, warga desa Mekarsari memiliki produksi

kelapa seluas 12 Ha yang menghasilkan 500 ton/Ha, perkebunan kelapa sawit seluas

30 Ha yang menghasilkan 1,5 ton/Ha, kebun karet seluas 8 Ha yang menghasilkan 1,2

ton/Ha. Dalam melakukan aktifitas ekonomi, maka penduduk desa Mekarsari

membutuhkan sarana lembaga ekonomi pendukung. Diantara sarana pendukung

perkembangan ekonomi desa Mekarsari antara lain sebagai berikut:

Tabel 10. Sarana Lembaga Ekonomi Desa Mekarsari

8 Data Monografi Desa Mekarsari , Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Tahun

2019-2020

Page 81: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

66

No. Sarana Lembaga Ekonomi Desa Jumlah

1. Bumdes 1 unit

2. Toko/kios 56 unit

3. Warung makan 3 unit

Jumlah Total 60 unit

Sumber: Data primer yang telah diolah9

Penduduk desa Mekarsari merupakan masyarakat yang beragam suku dan agama,

sehingga penduduk desa Mekarsari memeluk agama yang di akui sah di Indonesia

selain Konghucu yakni agama Islam, Kristen, Budha, dan Hindu. Agama Islam

menjadi agama mayoritas yang dipeluk oleh penduduk desa Mekarsari selain agama-

agama lainnya yang dipeluk oleh masyarakat. Sesuai dengan data pemerintah desa

setempat, penduduk yang beragama Islam berjumlah 2104 jiwa, penduduk yang

memeluk agama Kristen protestan sebanyak 127 jiwa, Hindu sebanyak 238 jiwa yang

berpusat di RW 6, Kristen katolik sebanyak 36 jiwa, dan pemeluk agama Budha

sebanyak 1 jiwa.

Tabel 11. Jumlah Penduduk Desa Mekarsari Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Islam 2.104 jiwa 1.123 981

2. Kristen 127 jiwa 60 67

3. Katholik 36 jiwa 16 20

4. Hindu 238 jiwa 102 136

9 Data Monografi desa Mekarsari , Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Tahun

2019-2020

Page 82: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

67

5. Budha 1 jiwa 0 1

Jumlah Total 2.506 jiwa

Sumber: Data primer yang telah diolah10

Untuk menunjang kegiatan keagamaan masyarakat setempat, telah tersedia 4 buah

masjid, 9 mushalla/langgar, 1 gereja Kristen protestan, 1 buah gereja Kristen katholik,

dan 1 buah pura. Adapun data tersebut penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

Tabel 12. Sarana Keagamaan Desa Mekarsari

Sarana Keagamaan Jumlah

Tempat Ibadah

Masjid

Mushala

Gereja Kristen Protestan

Gereja Katholik

Pura

4 unit

9 unit

1 unit

1 unit

1 unit

Jumlah Total 16 unit

Sumber: Data Primer yang telah diolah11

10 Data monografi desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Tahun

2019-2020

11

Data Monografi desa Mekarsari , Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Tahun

2019-2020

Page 83: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

68

Faham keagamaan (Islam) penduduk desa Mekarsari hampir 95% NU, hal

tersebut terlihat dalam kegiatan pengajian rutin yang dilakukan oleh para warga

meskipun juga terdapat kelompok lain seperti Muhammadiyah dan lain-lain. Terdapat

beberapa kelompok majlis ta‟lim yang ada di setiap masjid di desa Mekarsari, namun

yang dominan dan aktif ialah kelompok muslimat NU yang berperan aktif

mengadakan pengajian-pengajian di setiap masjid di desa Mekarsari.

a. Sejarah Perkembangan Pesantren Darussalam Mekarsari Lampung

Yayasan Pondok pesantren Darussalam Lampung merupakan pondok pesantren

tradisional salafiyah yang berhaluan ahlus sunnah wal jamaah. Pondok Pesantren ini

didirikan pada 04 Februari tahun 2003 Masehi / 03 Dzulhijah 1425 Hijriah oleh KH.

M. Mastur Huda RS selaku tokoh pendiri, pengasuh dan pemimpin pondok pesantren

setelah memisahkan diri dari pondok pesantren Darul Hikmah yang terletak di desa

Pulosari. Pada awalnya beliau menjadi Kiai di pondok pesantren Darul hikmah,

kemudian beliau mendirikan pondok pesantren Darussalam sehingga pondok

pesantren Darussalam merupakan pecahan dari pondok pesantren Darul Hikmah

Pulosari yang telah berdiri sejak tahun 1992 yang di pimpin oleh Kiai Asparudin.

Kemudian beliau berinisiatif untuk mendirikan pondok pesantren sendiri dengan

diikuti oleh beberapa muridnya yang saat itu beliau ajar di pondok pesantren Darul

Hikmah. Sebagaimana yang KH. Mastur Huda Rs sampaikan bahwa: “yang

memotivasi saya untuk mendirikan pondok pesantren ini yang pertama dorongan dari

masyayih / para guru, setelah itu juga dorongan dari orang tua, keluarga besar, dan

juga ada niat dari pribadi.”12

Yayasan pondok pesantren Darussalam dibangun di atas tanah yang pada saat itu

merupakan tanah blukar dan rawa yang tergenang air, sehingga mau tidak mau harus

dilakukan pembabatan dan penimbunan rawa terlebih dahulu sebelum akhirnya

mendirikan sebuah bangunan. Akhirnya beliau beserta para murid yang mengikuti

beliau melakukan kegiatan mengaji dan menyisihkan waktu serta tenaga mereka

12 Wawancara pribadi dengan KH. Mastur Huda RS, selaku pendiri dan pimpinan pengasuh

pondok pesantren Darussalam Lampung, Mekarsari, 08 Maret 2021

Page 84: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

69

untuk membantu pembangunan pondok yakni menimbun rawa-rawa, membabat

ilalang dan melakukan pembangunan pesantren menggunakan alat tradisional yang

serba terbatas.

Pada awal pembangunan pesantren, material bangunan yang digunakan

merupakan hasil jariyah (bantuan) dari orang-orang sekitar yang simpatik terhadap

pembangunan pesantren. Bantuan-bantuan tersebut antara lain seperti genteng-

genteng bekas, material-material kayu yang digunakan untuk pembangunan. Kiai

Mastur Huda RS dan para muridnya berhasil mendirikan tiga buah asrama untuk

santri putra dan satu buah asrama untuk santri putri. Meskipun demikian, tidak

menyurutkan semangat kiai Mastur Huda RS dan para muridnya untuk terus

semangat membangun pondok pesantren ini hingga sekarang. Sebagaimana

dijelaskan oleh Kurniawan Pratama selaku ketua pengasuh pondok putra yayasan

pondok pesantren Darussalam mengatakan bahwa: “waktu pertama kali pindah ke

tempat ini, tempat ini merupakan rawa dengan kegiatan santri yang sudah lama

dengan membangun bangunan-bangunan yang dibantu oleh masyarakat kemudian

jadilah pondok ini dan kemudian di beri nama dan disahkan oleh KH. Ahmad Sodik

selaku pemimpin pondok pesantren Darussalam di Way Jepara, Lampung Timur.

Bangunan yang pertama kali dibangun ialah bangunan yang masih sangat sederhana

yakni bangunan yang terbuat dari geribik atau gedek13

”.

Pada awal pembangunan pondok pesantren Darussalam Lampung banyak sekali

pihak-pihak utama yang terlibat membantu dalam mewujudkan pendirian pondok ini,

mereka antara lain yakni pak Tohari selaku kepala desa Mekarsari, dan juga seluruh

kepala dusun yang ada pada saat itu, kemudian tokoh-tokoh agama desa Mulyosari,

pasir sakti, dan libo, sampai tokoh-tokoh desa buntal semua ikut terlibat dalam

mendirikan bangunan pondok pesantren Darussalam.

Pondok ini berkiblat kepada pondok pesantren Darussalam yang berlokasi di

Blokagung Jawa Timur, dimana KH. M. Mastur Huda RS menimba ilmu agama

13 Gedek adalah bahasa jawa yang artinya tembok yang terbuat dari anyaman bambu

Page 85: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

70

hingga selesai.14

Pada awalnya, pondok pesantren Darussalam berbasis pendidikan

salafiyah15

yang menggunakan metode bandongan dengan memfokuskan

pengajarannya memaknai kitab-kitab ilmu agama yakni dengan menggunakan kitab-

kitab kuning, madrasah diniyah dengan bertingkat dimana pada awalnya hanya ada

madrasah diniyah, ula, dan wustha. Namun saat ini pondok pesantren Darussalam

sudah bertambah hingga ke tingkat ulya dan mendirikan sekolah pendidikan formal

juga. Ciri-ciri pondok pesantren tradisional ialah pesantren yang menggunakan sistem

bandongan dan sorogan sebagai metode atau sistem pembelajarannya dan

menggunakan kitab-kitab kuning (turats) yakni kitab berbahasa arab yang merupakan

hasil karya ulama Islam baik luar negeri maupun luar negeri.16

Selain kiai Mastur Huda RS yang mengajar di pondok Darussalam ini, pada

awalnya beliau dibantu oleh teman-teman dan para santrinya dalam mengajar dan

membangun bangunan pondok pesantren. Setelah menempuh perjalanan yang

panjang, dikarenakan tuntutan zaman yang semakin maju akhirnya pondok pesantren

Darussalam semakin berkembang pesat khususnya dalam bidang pendidikan dengan

tetap berpedoman pada tradisi salafiyah, terlihat dari semakin banyaknya santri maka

pada tahun 2013 didirikannya madrasah formal yakni SMP BP Darussalam yang

dikembangkan dengan baik dari segi kurikulum dan juga pengajarannya, dan 3 tahun

kemudian setelah berhasil menamatkan satu angkatan lulusan akhirnya pondok

pesantren Darussalam mampu mendirikan SMA BP Darussalam, dimana total santri

hingga sekarang adalah sekitar 450 santri. Sehingga pondok pesantren Darussalam

memiliki beberapa tingkat pendidikan, antara lain sebagai berikut: Madrasah diniyah,

SMP BP Darussalam, SMA BP Darussalam, TPQ Darussalam, pondok putra dan

putri, dan tahfidz putra-putri pesantren Darussalam.17

14 Wawancara pribadi dengan Kurniawan Pratama selaku ketua pengasuh pondok putra

Darussalam, Mekarsari, 21 Desember 2020

15

Pondok pesantren yang bersifat tradisional dengan ciri khas Bandongan dan Sorogan.

16

Ahmad Muhakamurrohman, Pesantren: Santri, Kiai, dan Tradisi (Jurnal Kebudayaan Islam,

Vol. 12 No.2, 2014), h: 109-118

17

Wawancara pribadi dengan Kurniawan Pratama selaku ketua pengasuh pondok putra

Darussalam, Mekarsari, 21 Desember 2020

Page 86: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

71

Tabel 13. Jumlah Santri Pondok Pesantren Darussalam Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Nama Jumlah

1. Santri Putra 135 orang

2. Santri Putri 240 orang

Jumlah Total 375 orang

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah santri putri lebih banyak dari pada jumlah

santri putra. Pembangunan di pondok pesantren Darussalam khususnya dalam

pembangunan bangunan pesantren masih melibatkan seluruh santri dalam proses

pembangunannya, hal ini bertujuan agar para santri memiliki andil dalam

pembangunan pesantren.

Aktifitas para santri di pondok pesantren Darussalam tidak berbeda dengan

aktifitas pesantren pada umumnya, khususnya dalam hal kegiatan yang padat. Selain

kegiatan yang diadakan secara rutin, terdapat juga kegiatan yang diselenggarakan

secara berkala. Segala kegiatan-kegiatan pesantren tersebut terdapat acara yang

diselenggarakan khusus untuk santri sendiri, dan ada juga yang diselenggarakan

untuk santri dan masyarakat luas. Kegiatan santri sehari-hari ialah pengajian, baik

mengaji al-Quran, tafsir, maupun mengkaji kitab kuning dengan menggunakan

berbagai metode pengajaran, sholat jamaah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Tabel 14. Jadwal Kegiatan Santri Sehari-hari

Waktu Kegiatan

04.40-05.00

WIB

Jamaah Sholat Subuh

05.01-05.45 Mengaji Bandongan dan Sorogan (mengkaji kitab)

Page 87: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

72

WIB - Ula

- Wustha

- Wustha tsani+ulya mengkaji kitab Nasaihul

Diniyah

06.31-07.30 Mengaji kitab Ihya‟ Ulumiddin

08.00 Sekolah umum

Sorogan Kitab Kuning

12.45 Jamaah shalat dhuhur

13.30 Sekolah madrasah diniyah

16.00 Jamaah shalat ashar

Mengaji kitab ihya‟ ulumiddin

16.30 Kegiatan tpq Darussalam

Kegiatan ubudiyyah

18.00 Jamaah Shalat maghrib

Pengajian kitab tafsir jalalain

18.30 Sorogan kitab kuning/al-quran

Belajar doa-doa

20.00 Shalat Isya‟ Berjamaah

21.00 Taqrar / lalaran madrasah diniyah

22.00 Ngaji Sorogan kitab kuning/pendalaman kitab kuning

dengan metode bandongan

Page 88: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

73

24.00 Shalat malam/istighasah

00.30 Istirahat/tidur

Sedangkan untuk kegiatan yang sifatnya berkala, terdapat kegiatan

mingguan, bulanan, dan tahunan. Acara yang sifatnya berkala yang diadakan

khusus untuk para santri:

1. Nariyahan yakni, membaca shalawat nariyah bersama di masjid yang

dilakukan setiap seminggu sekali pada senin malam setelah shalat

maghrib, dimana diikuti oleh para santriwan dan santriwati di pondok

pesantren Darussalam.

2. Al-kahfian dan sema‟an al-Quran setelah itu diadakan ro‟an atau gotong

royong membersihkan lingkungan pondok pesantren yang dilakukan

setiap hari Jumat.

3. Al-khitobah, al-barjanji yang dilakukan setiap kamis malam atau malam

jumat.

4. Khataman al-Qur‟an (acara mengkhatamkan quran yang dilakukan sehari

sebelum zikrul syafaah yang dilaksanakan oleh para santri dengan cara

membaca al-Qur‟an sendiri-sendiri yang terbagi ayat 1-15 dibacakan oleh

santri laki-laki dan 15-29 oleh santri-santri perempuan kemudian ayat 30

dibacakan oleh para santri-santri laki-laki kembali dengan cara menmbaca

dan mengkhatamkannya sendiri-sendiri yang mana acaranya dibuka oleh

Gus Saikhul Huda.

5. Istoghosah jamaah dzikrul syafaah yang diadakan setiap sebulan sekali

tepat pada tanggal 15 robiul awal bulan hijriah, yakni melakukan zikir dan

doa bersama yang dipimpin oleh kiai Mastur Huda dan diikuti oleh para

santri, wali santri, masyarakat, alumni, dan relawan yang dating ke

pondok. Kegiatan ini telah berjalan kurang lebih 3,5 tahun.

Page 89: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

74

6. Legian atau reuni alumni yang dilakukan setiap satu bulan sekali setiap

minggu legi yang bertempat di pondok pesantren Darussalam Lampung,

yang dipimpin oleh kiai mastur huda dan dihadiri oleh para alumni

pesantren.

7. Manaqib kubro syekh Abdul Qodir Jaelani yang diadakan setiap tanggal

11 bulan hijriah

8. Khataman kitab-kitab kuning yakni kitab Ihya‟ Ulumuddin dan Tafsir

Jalalain yang dilakukan setiap 3 tahun sekali.

Sedangkan acara yang diadakan oleh pondok pesantren Darussalam

Mekarsari Lampung yang melibatkan santri serta masyarakat luas antara lain

sebagai berikut: Khataman kelas akhir ula atau yang biasa disebut dengan

mriti. Setiap khataman kelas 4,5,6,7,8 itu diadakan khataman kelas setiap

tahun dengan cara diadakannya pengajian atau ziarah yang pengadaannya

digilir setahun pengajian dan tahun depannya ziarah, begitu seterusnya yang

di hadiri oleh para santri dan masyarakat. Harlah pesantren yakni acara

peringatan uang tahun pesantren yang diadakan setiap setahun sekali yang

dihadiri oleh santri dan masyarakat

Karakter pondok pesantren tradisional sangat erat memparaktikkan

pemahaman-pemahaman mazhab yang dianutnya. Pondok pesantren

Darussalam lebih menonjolkan kajiannya dalam bidang ilmu tasawuf dari

pada bidang keilmuan-keilmuan agama lainnya seperti tafsir, al-quran,

ataupun hadis. Sehingga hal tersebut menjadikan segala tradisi hubungan

antara kiai dan santri dalam lingkungan pondok pesantren Darussalam

mengutamakan dan mengedepankan akhlakul karimah. Menurut Wardah

Nuroniyah, nilai lokalitas di pesantren tradisional ialah sistem pengajaran

masih menggunakan metode tradisional yakni metode bandongan dan

sorogan, hubungan antara kiai dengan santri menekankan prinsip

Page 90: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

75

autoritarianisme, sistem kepemimpinan berdasarkan figure kharismatik,

dominasi laki-laki dalam struktur kepengurusan pesantren.18

Pengajaran yang ada di pondok pesantren Darussalam bertujuan untuk

mendidik para santrinya agar memiliki karakter agamis yang bermanfaat

untuk masyarakat sesuai dengan hadist nabi SAW yang berbunyi

“khoirunnaas anfa‟uhum linnaasi” yang artinya sebaik-baiknya manusia

adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Seperti yang disampaikan oleh Kiai

Mastur Huda RS bahwa: “Insha Allah apabila santri itu cukup belajarnya dan

bersungguh-sungguh, maka bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk

dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat. Dimanapun santri itu akan tinggal,

disana para santri akan memperjuangkan agamanya Allah SWT. Dengan

perjuangan mereka yang sedemikian, maka insha allah Islam akan terus

berkembang. Itulah cita-cita pondok pesantren untuk mengembangkan agama

Islam, apabila Islam terus berkembang maka insha Allah dunia ini akan selalu

tenteram. Karena al-Islamu ya‟lu wa laa yu‟la „alaihi juga rahmatan lil

„aalamin, Islam akan memberi rahmat kepada seluruh alam. Demikian cita-

cita pondok pesantren dan cita-cita pengasuh untuk mengembangkan ilmu-

ilmunya supaya ilmu ini menjadi amal jariyah pengasuh dan juga keluarga

ndalem semuanya”19

b. Biografi KH. M. Mastur Huda RS

KH. M. Mastur Huda RS berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Beliau

lahir pada tanggal 07 Oktober 1958 dimana kedua orang tuanya merupakan

orang Banyuwangi. Ia merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara. Setelah

tamat dari Madrasah Ibtidaiyah, beliau melanjutkan pendidikan beliau di

pondok pesantren Subulussalam, Sriwangi, BK 16, Belitang, Oku Timur.

18 Wardah Nuroniyah, M.S.I, “Tradisi Pesantren dan Konstruksi Nilai Kearifan Lokal di Pondok

Pesantren Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon” (Jurnal Holistik Volume 15 Nomor 02, 2014), h:

395

19

Wawancara pribadi dengan KH. Mastur Huda RS, selaku pendiri dan pimpinan pengasuh pondok pesantren Darussalam Lampung, Mekarsari, 08 Maret 2021

Page 91: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

76

Setelah meyelesaikan pendidikan pesantren selama 6 tahun di pondok

pesantren Subulussalam Sriwangi Blitang Oku Timur, kemudian beliau

melanjutkan ke pondok pesantren Ringin Agung Kediri, Jawa timur. Setelah

satu tahun belajar disana, beliau menghadapi masalah finansial sehingga

menyebabkan beliau kemudian pindah ke pondok pesantren Darussalam

Blokagung Banyuwangi sampai dengan tahun 1978. Sehingga selama kurang

lebih 20 tahun beliau belajar di tiga pondok pesantren tersebut. Sedangkan

untuk pendidikan formal, beliau hanya tamat sampai sekolah dasar. Setelah

tamat dari pondok pesantren Darussalam di Blok Agung Banyuwangi, beliau

kembali ke desa Pasir Sakti untuk mengembangkan ilmu-ilmu agama yang

beliau dapat di pesantren dengan mengajar di pondok pesantren Darul

Hikmah, Pulosari, dan kemudian beliau mendirikan pondok pesantren sendiri

yakni pondok pesantren Darussalam yang berlokasi di desa Mekarsari yang

masih berkembang sampai sekarang.

Kemudian pada tahun 1987, beliau menikahi seorang perempuan yang

berasal dari Gumuk Mas kabupaten Jember yang pada saat itu sedang

bertempat tinggal dan menetap di desa pasir sakti yakni ibu Nyai

Nikmatusholihah. Ibu Nyai Nikmatusholihah beliau lahir di Jember 01

September 1968, beliau merupakan santri di pondok pesantren Darussalam di

Blokagung sehinggga beliau satu almamater dengan kiai Mastur Huda RS.

Setelah menikah dengan ibu Nyai Nikmatusholihah, KH. M. Mastur Huda

RS bertempat tinggal di desa pasir sakti. Setelah 3 tahun menempati daerah

baru, para sahabat beliau sewaktu mengaji dahulu mulai berdatangan. Beliau

memiliki 4 orang anak dan 3 orang cucu,anak-anak beliau antara lain sebagai

berikut:

1. Zuhairina lailatul fajriah

2. Imroatul azizah

3. Muhammad ali lutfi

Page 92: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

77

4. Fauzun nuril „ain

KH. M. Mastur Huda RS dan ibu nyai Nikmatusholihah memiliki 3 orang

cucu:

1. Muhammad Hanif Nizam Syafi‟i anak dari pasangan Zuhairina Lailatul

Fajriah dan Ismail.

2. Nabila asyfa abidah anak dari pasangan Imroatul azizah dan Syaikhul

Huda.

3. Muhammad Abdullah asyrof nuqoba‟ anak dari I mroatul azizah dan

syaikhul huda.

Dalam lingkungan keluarga ndalem yakni keluarga KH Mastur Huda RS,

beliau mengajarkan anak-anaknya untuk mengedepankan mengaji akan tetapi

tidak melupakan untuk menuntut ilmu dalam pendidikan umum, serta tidak

membatasi anak-anak perempuan beliau untuk mengenyam pendidikan tinggi.

Hal tersebut dikatakan oleh Gus Saikhul Huda selaku menantu Kiai Mastur

Huda Rs: “beliau (Kiai Mastur Huda Rs) tidak pernah membatasi anak-anak

beliau untuk menuntut ilmu baik anak laki-laki maupun anak perempuan

beliau. Beliau memberi kebebasan kepada anak-anak beliau terutama dalam

dalam hal pendidikan sehingga putra-putri beliau memiliki kebebasan untuk

memilih pendidikan karena beliau tidak mendoktrin anak-anak beliau akan

tetapi beliau mewajibkan anak-anak beliau untuk mengaji karena itu hal yang

utama. Jadi, keluarga ndalem itu punya khusus untuk putranya itu untuk ngaji,

kalau sekolah itu terserah, kuncinya itu ngaji”

Dalam pengembangan pesantren, Ibu nyai juga memiliki peran dalam

membantu mengurus perkembangan pesantren yakni dalam lingkungan santri

putri, selain itu beliau juga berperan dalam pengajaran pondok pesantren

Darussalam, beliau mengajar al-Quran untuk para santri putri setelah maghrib

dikarenakan beliau juga merupakan lulusan pesantren yang sama dengan KH.

Mastur Huda RS. Ibu nyai juga mendampingi kiai Mastur Huda RS dan ikut

Page 93: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

78

berjuang dalam pendirian pesantren Darussalam sampai sekarang, dituturkan

oleh kiai Mastur Huda Rs: “dari awal ibu nyai sudah ikut berjuang terus, saya

ajak mulai dari nol sampai seperti sekarang ini. Pahit dikerjakan bersama,

manis dimakan bersama dan seterusnya, sampai dulu kerapkali tidak bisa

makan karena kondisi ekonomi yang kurang memadai. Dulu awalnya saya

juga kerja, pulang dari kerja ngaji, pulang dari kerja jamaah shalat sampai

malam.”20

B. SISTEM PENGAJARAN DAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN

Metode pengajaran serta kurikulum pondok pesantren Darussalam berciri

salafiyah. Pengajaran yang diajar langsung oleh para Kiai, asatidz, santri

senior. Aktivitas para santri dimulai dari ba‟da subuh hingga malam hari.

Pondok ini memadukan dua metode yakni metode salaf dan kontemporer

dengan cara mempelajari kitab-kitab kuning yang berumur ratusan tahun dan

mempelajari kitab-kitab kontemporer, dengan kata lain pondok ini memegang

prinsip untuk mempertahankan yang lama tetapi ada kemungkinan untuk

mengambil perkara baru yang baik akan tetapi tidak tetap meninggalkan

tradisi yang lama. Hal ini disampaikan oleh KH. Mastur Huda RS sebagai

berikut: “dulu awalnya diniyah-salafiyah ya pelajarannya ala diniyah seperti

belajar nahwu, shorof, tajwid, tauhid, hadis dan fikih itu pelajaran-pelajaran

yang ada di diniyah. Kalau yang ngaji kitab kuning itu banyak kitab macem-

macem seperti kitab tafsir jalalin, ihya‟ ulumuddin, dan kitab-kitab fikih

lainnya. Kalau kitab hadistnya ya ada sama kalau tasawuf ya juga ada”21

. Pada

umumnya, ciri khas pengajaran yang dicondongkan dalam lingkungan pondok

pesantren tradisional memang pengajaran-pengajaran yang berbasis nahwu,

shorof, fikih, hadis serta tasawuf.

20

Wawancara pribadi dengan KH. Mastur Huda RS, selaku pendiri dan pimpinan pengasuh pondok

pesantren Darussalam Lampung, Mekarsari, 08 Maret 2021

21 Wawancara pribadi dengan KH. Mastur Huda RS, selaku pendiri dan pimpinan pengasuh pondok

pesantren Darussalam Lampung, Mekarsari, 08 Maret 2021

Page 94: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

79

Dalam pengelolaannya, pondok ini di ditangani oleh kepengurusan yang

terdiri dari pengurus pusat, komplek, kamar, serta kepengurusan yang bersifat

otonom. Pondok ini mengacu kepada pola pembelajaran yang diterapkan oleh

pondok pesantren Darussalam di Banyuwangi yang merupakan tempat dimana

KH. Mastur Huda RS dan ibu nyai mengenyam dan menyelesaikan

pendidikan pesantren.

Metode yang digunakan dalam pendidikan dan pengajaran di pondok

pesantren Darussalam dalam mengajar kitab kuning khususnya Sebagai ciri

khas pondok salaf ada beberapa sistem pengajaran yang digunakan, antara lain

sebagai berikut: sistem Bandongan, sistem sorogan, sistem klasikal.

1. Sistem bandongan

Yaitu metode pengajaran dengan cara kiai membacakan kitab, lalu santri

memberi makna (menulis apa yang dibaca oleh kiai dengan huruf pegon)

setelah itu Kiai memberikan penjelasan.

2. Sistem sorogan

Yakni metode mengajar dengan cara guru membaca sebuah kitab lalu

santri menirukan apa yang dibacakan oleh guru tersebut kemudian

ditashih (dikoreksi) secara langsung oleh guru yang bersangkutan.

Terdapat 3 kitab wajib yang di ajarkan dengan menggunakan metode

sorogan sesuai dengan tingkatannya, yakni: kitab sulamunnajah (untuk

tingkat pertama), ta‟lim muta‟alim (tingkat selanjutnya), lalu kitab fathul

qorib.

3. Sistem Klasikal

Sistem ini diterapkan di pondok pesantren akan tetapi melalui jalur

madrasah atau sekolah.

Terdapat 3 kitab yang di ajarkan langsung oleh kiai Mastur Huda Rs

dengan menggunakan metode bandongan22

yakni kitab Ihya‟ ulumuddin

karya Imam Ghozali, tafsir Jalalain karya Imam Suyuthi dan Mahalli, dan

22 Metode bandongan merupakan metode pengajaran dimana kiai membaca makna kitab kuning

kemudian santri memberi/menulis makna tersebut di kitab masing-masing, kemudian kiai menjelaskan

artinya kepada santri

Page 95: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

80

kitab kuning yang lain yang menjadi kitab wajib dan menjadi ciri khas

pondok pesantren tradisional, serta kitab kuning yang diajarkan

menggunakan sistem sorogan yakni antara lain kitab Sulamunnajah,

Ta‟lim Muta‟alim, dan Fathul Qorib.

Tabel 15. Jadwal Kegiatan Ngaji Bandongan

Waktu Kitab Pengajar

07.00 – 07.30

WIB

16.30 – 17.30

WIB

Ihya‟ Ulumuddin

Ba‟da maghrib Pengajian Tafsir

Jalalain

KH. Mastur Huda RS

Ba‟da Dhuhur Berganti-ganti kitab,

satu kitab khatam ganti

kitab lainnya

Pesantren mengajarkan untuk bergaya hidup sederhana dan memiliki

peraturan atau qonun pondok pesantren yang wajib ditaati oleh seluruh

santri. Peraturan tersebut seperti: tidak memperbolehkan santri khususnya

santri putri untuk berada di luar lingkungan pesantren tanpa seizin dari

pihak pengasuh ataupun pengurus pondok, dan jika hendak pulang ke

rumah harus terlebih dahulu meminta izin kepada Kiai ataupun Nyai di

ndalem atau biasanya disebut dengan istilah sowan. Untuk menegakkan

peraturan tersebut maka diberlakukan lah sanksi yang disebut dengan

ta‟zir. Hal tersebut diberlakukan untuk menegakkan peraturan dan

mendidik santri untuk belajar menjadi pribadi yang lebih disiplin dan taat

terhadap peraturan. Selain mengajarkan untuk disiplin dan hidup

sederhana, pondok pesantren mengutamakan pengajaran akhlakul karimah

yakni adab diantara santri dan kiai, antara murid dengan guru, antara santri

Page 96: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

81

dengan warga ndalem. Maka dari itu, pengajaran tasawuf, adab dan fikih

lebih banyak diajarkan di dalam pesantren untuk membentuk akhlak santri

mulai dari pondok pesantren sampai nanti pulang ke rumah untuk

menebarkan manfaat dan ilmu di lingkungan masyarakat.

Seiring waktu dengan melihat perkembangan zaman dan kemajuan

pendidikan di daerah sekitar Mekarsari, pondok pesantren Darussalam

mulai berkembang sehingga selain mendirikan madrasah yang bersifat

tradisional, pesantren Darussalam juga mendirikan lembaga pendidikan

formal untuk tingkat tsanawiyah dan aliyah. Hal tersebut merupakan

perkembangan yang luar biasa sebagai upaya agar pesantren tidak

tertinggal oleh kemajuan zaman. Jenjang pendidikan diniyah yang ada di

pondok pesantren Darussalam Lampung dibedakan menjadi 3 yakni: ula,

wustha atau mriti, dan ulya. Pondok pesantren Darussalam

menyelenggarakan 2 tipe pendidikan yakni formal dan non-formal:

1. Pendidikan Formal

a. Tingkat Formal terdapat Sekolah Menengah Pertama Berbasis

Pesantren Darussalam (SMP BP Darussalam) yang didirikan sejak

tahun 2013 sampai sekarang sudah memiliki murid mencapai 300-an

murid.

b. Sekolah Menengah Atas Berbasis Pesantren (SMA BP) Darussalam

yang didirikan sejak tahun 2016 yang telah memiliki murid sekitar

120-an murid.

c. Madrasah diniyah terdiri dari 3 tingkat yakni ula/mriti (terdiri dari

kelas 1-4), wustha (kelas 5-6), dan ulya (kelas 7-8).

2. Pendidikan Non-Formal atau yang biasa disebut dengan diniyah, antara

lain sebagai berikut:

a. Pengajian sorogan/tahasus.

b. Pengajian bandongan.

c. Pengajian mingguan.

d. Pengajian umum selapanan/ahad legi.

Page 97: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

82

e. Pengajian kitab kuning klasikal (sorogan dan wetonan).

f. Pesantren kanak-kanak Darussalam.

g. Pesantren tahfidzul quran Darussalam.

h. TPQ Darussalam.

i. Bahtsul Masail.

j. LKSA Darussalam, yakni dimana Pesantren memberikan bantuan

beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu yakni dengan program

LKSA (Lembaga Kesejahteraan Anak) Darussalam yang bekerja sama

dengan dinas sosial kabupaten maupun pusat.

Untuk madrasah diniyah, metode yang digunakan seperti halnya metode

yang digunakan pada sekolah formal, kemudian dalam pengajaran madrasah

diniyah mempelajari kitab-kitab kajian agama dengan menggunakan berbagai

macam kitab-kitab seperti fikih, hadis, al-Qur‟an, tajwid, dan lain-lain.

Pondok pesantren Darussalam menggunakan banyak sekali bahan ajar

pendidikan, kitab-kitab kuning yang diajarkan sesuai tingkatannya

sebagaimana yang di ajarkan di pondok tradisional pada umumnya.

Pengajaran yang wajib yang langsung di ajar langsung oleh Kiai Mastur Huda

terdapat beberapa kitab, yakni: Ihya‟ Ulumuddin yang di adakan setiap pagi

hari jam 06.30-07.30 WIB dan sore hari pukul 15.45-17-30 WIB setiap hari

kecuali selasa dan jumat, Tafsir Jalalain di adakan setiap hari pada pukul

18.40-19.15 WIB kecuali pada senin malam dan kamis malam.23

Selain itu, terdapat kitab taqrib yang dikaji setiap hari pada pukul

13.00-13.30 WIB kecuali hari jumat di ndalem. Kitab-kitab pengajaran

pondok Darussalam meliputi: kitab-kitab bidang fikih, tauhid, tajwid,

nahwu, shorof, balaghoh, mantiq, akhlak, faroid, hadis, falakiyah, ilmu

hisab, dan masih banyak kitab-kitab lain yang dijadikan bahan ajar di

pondok ini mulai dari kitab-kitab dasar hingga kepada kitab-kitab yang

23

Wawancara pribadi dengan Gus Saikhul Huda S.Pd.I, Selaku ketua bidang pendidikan

Pesantren sekaligus kepala sekolah SMP BP Darussalam, Mekarsari, 05 Oktober 2020

Page 98: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

83

mendalam sesuai tingkatan.24

Kemudian bagi para santri yang sudah tidak

sekolah formal mengaji bandongan kitab bihujjatil wasail pada pukul

07.30-08.00 WIB yang diajarkan oleh ustad kurniawan pratama.

Tabel 16. Bahan Ajar Kelas Diniyah Pondok Pesantren Darussalam

Tingkat Kelas Mata

Pelajaran

Kitab Yang

Digunakan

Keterangan

Ula Kelas I Ula Fiqih Mabadi‟ juz I

dan terjemahan

Sejarah Nabi Tarikh Nabi

Tauhid Aqidatul Awam

Akhlaq Tanbihul

Muta‟alim

Fiqih Hidayatussibyan

Nahwu Nahwu Jawan Buku cetak

penulisan

murod

dengan Arab

pegon yang

menjadi kitab

pengajian

wajib dan

pelajaran

yang harus di

hafalkan

24

Wawancara pribadi dengan Kurniawan Pratama selaku ketua pengasuh pondok putra

Darussalam, Mekarsari, 21 Desember 2020

Page 99: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

84

Hadist Hadist 101

Bahasa Arab Md. Durusil

Lughoh

Arobiyyah

Kelas II Ula Nahwu Awamil Buku cetak

penulisan

murod

dengan Arab

pegon yang

menjadi kitab

pengajian

wajib dan

pelajaran

yang harus di

hafalkan

Fiqih Fiqh Wadeh juz I

Tauhid Ibarohim Bajuri

Akhlaq Akhlakul

Banin/Banat juz I

Sejarah Nabi Khulasoh Nurul

Yaqin Juz I

Bahasa Arab Md. Durusil

Loghoh

Arobiyah

Hadist Arbain Nawawi

Page 100: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

85

Ilmu Tajwid Tuhfatul Athfal

Kelas III

Ula

Nahwu Kitab Jurmiyyah

(terjamah

madina)

Fiqih Fiqh Wadleh juz

II

Akhlaq Akhlakul

Banin/Banat juz

II

Sejarah Nabi Khulasoh Nurul

Yaqin Juz II

Shorof Tasriful Istilah Pelajaran

yang harus

dihafalkan

I‟lal Qowa‟idul I‟lal

Jazariyyah

Khoridah

Nahwu Asymawi Buku cetak

penulisan

murod

dengan Arab

pegon yang

menjadi kitab

pengajian

wajib

Page 101: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

86

Kelas IV

Ula

(Imriti)

Nahwu Al-Imriti

Pelajaran

yang harus

dihafalkan

Fiqih Fiqih Wadleh Juz

III

Shorof Maqsud Pelajaran

yang harus

dihafalkan

shorof Tafsir Lughowiy

Akhlaq Akhlakul

Banin/Banat Juz

III

Sejarah Nabi Khulasoh Juz III

Jawahirul

Kalamiyyah

Nahwu Fathul Robbil

Bariyyah

Buku cetak

penulisan

murod

dengan Arab

pegon yang

menjadi kitab

pengajian

wajib

Wustho Kelas I Nahwu Alfiyyah Awwal Pelajaran

yang harus di

Page 102: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

87

Wustho hafalkan

Akhlaq Idzotun Nasyi‟in

Awal

I‟rob Muhimmatun

Nisa‟

Fiqih Waroqot

Kaidah Fiqhi Qowaidul

Fiqhiyah

Fiqih Fathul Qorib

Nahwu Ibnu „Aqil Kitab

pengajian

wajib

Nahwu Qowa‟idul I‟rob

Wustha Kelas II

Wustha

Nahwu Alfiyyah Tsani Pelajaran

yang harus di

hafalkan

Akhlaq Idzotun Nasyi‟in

Tsani

Kaidah Fiqhi Qowaidil

Fiqhiyyah

Ilmu Waris Rohabiyyah

Falaq Falaqiyyah

Page 103: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

88

Nahwu Ibnu „Aqil Kitab

pengajian

wajib

Tashiluturuqot

Ulya Kelas I Ulya Balaghoh Mahluf Kitab

pengajian

wajib dan

pelajaran

yang harus

dihafalkan

Ilmu Hisab Sulamun

Nayyiroini juz I

Husun

Hamidiyah

Ilmu Mantiq Sulam Munauroq

Ilmu Tafsir al-

Quran

Qawaidul

Asasiyah

Ilmu hadis Minhatul

Mughist

Nahwu Ibnu „Aqil Kitab

pengajian

wajib

Ushul Fiqh Lathoiful Isyarot

Ilmu Syi‟ir Ilmu Arudl

Page 104: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

89

Ilmu falaq Ilmu falaq

Fiqh Fathul Mu‟in Kitab yang

menjadi

pengajian

wajib

Tarbiyyah Dedaktik +

bimbingan

konseling

Kegiatan belajar mengajar diniyah pondok pesantren Darussalam tersebut

dilaksanakan setiap hari kecuali hari Jumat, dimulai dari ba‟da dhuhur sampai

sebelum ashar. Bahan-bahan ajar yang dipakai pondok pesantren Darussalam

menjadi acuan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam lingkungan

pesantren. Salah satunya kitab Ihya‟ Ulumuddin merupakan kitab tasawuf

yang diajarkan di pondok pesantren Darussalam Lampung, sedangkan kitab

akhlakul banin/banat, ta‟lim muta‟alim berpengaruh untuk membentuk

pengajaran akhlak santri diajarkan sehingga mengkokohkan doktrin nilai-nilai

moralitas santri. Sedangkan pengajaran mengenai perempuan di ajarkan

melalui kitab muhimmatun nisa‟, dan kitab-kitab lainnya merupakan kitab

untuk ilmu hadis, fikih dan bidang ilmu agama lainnya.

C. TRADISI PESANTREN DARUSSALAM MEKARSARI LAMPUNG

Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan klasik yang memegang

erat tradisionalitas di tengah arus globalisasi dan perubahan zaman. Secara

eksplisit, pondok pesantren Darussalam Lampung berhaluan ahlussunnah wal

jamaah yang memegang kuat prinsip dari maqolah sebagai berikut: “al-

muhafadlotu „ala qodimissholih wal akhdzu biljadidil ashlah, al ishlah ila ma

huwal aslah tsumal aslah fal aslah” yang artinya menjaga perkara lama yang

Page 105: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

90

baik dan mengambil perkara baru yang lebih baik, dan perbaikan pada hal

yang lebih baik.

Tradisi pesantren terus hidup dan dipegang teguh oleh masyarakat

lingkungan pesantren yakni kiai dan para santrinya. Tradisi-tradisi yang ada

didalamnya merupakan nilai-nilai lokalitas tradisional yang menjadi ciri khas

bagi pesantren tradisional. Hal tersebut juga terlihat di pesantren Darussalam

yang masih konsisten untuk mempertahankan tradisi pesantren. Tradisi yang

diutamakan oleh pondok pesantren Darussalam Lampung adalah tradisi yang

mengedepankan akhlakul karimah dan ukhwatun khasanah.

Tradisi-tradisi pesantren Darussalam Lampung antara lain sebagai berikut:

1. Tradisi Ro‟an

Ro‟an merupakan tradisi kerja bakti yakni para santro kerja bersama

untuk membersihkan lingkungan sekitar pesantren ataupun bergotong

royong membantu untuk membangun bangunan pesantren, dalam hal

pembangunan bangunan pesantren biasanya dilakukan setiap 2 minggu

sekali yakni pada hari selasa dan jumat.

2. Tradisi Nggendok

yakni kegiatan memasak sendiri bagi santri yang tidak kos, sehingga

melakukan kegiatan memasak sendiri untuk dimakan sendiri. Biasanya

para santri membawa peralatan dan perlengkapan masak sendiri yang

digunakan untuk mereka masak sehari-hari. Meskipun pondok sudah

memberikan fasilitas kos dimana para santri tidak perlu repot-repot masak

sendiri karena difasilitasi oleh pihak pesantren, akan tetapi tradisi ini

masih dilakukan oleh sebagian besar santriwan-santriwati pondok

pesantren Darussalam Mekarsari Lampung karena menurut mereka lebih

meminimalisir biaya.

3. Tradisi mengkaji kitab-kitab klasik

Tradisi mengkaji kitab kuning menjadi ciri khas dan jatidiri pesantren

tradisional, kitab-kitab klasik yang dikarang oleh para ulama terdahulu

dengan menggunakan berbagai macam metode pengajaran yakni dengan

Page 106: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

91

metode bandongan dan sorogan. Kitab-kitab klasik tersebut biasa disebut

dengan kitab kuning, kitab-kitab tersebut merupakan kitab dalam berbagai

kajian ilmu keagamaan seperti kajian tafsir, hadis, al-Qur‟an, dan bidang

keilmuan lainnya.

4. Tahlilan

Pondok pesantren tradisional yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah

pasti tidak akan meninggalkan tradisi tahlilan yang memang menjadi ciri

khas bagi kalangan NU, sehingga pondok pesantren Darussalam yang

berhaluan ahlus sunnah wal jamaah mempraktikkan kegiatan tahlillan

setiap malam jumat.

5. Tradisi ndalem

Tradisi ini merupakan tradisi unik yang ditemukan di pesantren

tradisional. Ndalem merupakan sebutan untuk kediaman kiai dalam

lingkungan pesantren. Ndalem merupakan tempat yang sakral, tidak bisa

sembarang orang ataupun santri bisa masuk kedalamnya bahkan kerabat

dekat kiai sekalipun tanpa seizin kiai dan ibu nyai. Seperti yang dituturkan

oleh Saikhul Huda selaku menantu KH. Mastur Huda Rs: “ndalem itu

memang berbeda. Saya bagian dari ndalem, akan tetapi keluarga ndalem

itu tidak bisa seenaknya bisa masuk ndalem. Kemudian kalau saya ke

ndalem itu meskipun saya sebagai anak menantu, kemudian beliau sebagai

orang tua, akan tetapi tidak bisa semena-mena bisa masuk, akan tetapi kita

sowan seperti orang biasa kecuali pada jam-jam khusus. Contohnya:

seperti pada saat jam beliau istirahat, jangankan memanggil bahkan masuk

ke ndalem saja saya tidak berani, baik siang maupun malam hari”25

Meskipun demikian, pada hakikatnya semua santri bisa masuk ke

ndalem. Karena peraturan pondok pesantren Darussalam mewajibkan

santrinya yang akan pulang ke rumah atau bepergian untuk meminta izin

ke kiai atau ibu nyai di ndalem. Namun yang sering masuk ke ndalem

25

Wawancara pribadi dengan Gus Saikhul Huda S.Pd.I, Selaku ketua bidang pendidikan Pesantren

sekaligus kepala sekolah SMP BP Darussalam, Mekarsari, 05 Oktober 2020

Page 107: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

92

ialah para santri ndalem sesuai dengan jadwal kegiatan mereka, pengurus-

pengurus pusat yang berkonsultasi mengenai maslahah pondok pesantren

dan hal ini telah berlangsung lama.

Ndalem adalah kata yang berasal dari Jawa yang artinya rumah. Omah

berasal dari bahasa Jawa, dan disebut “Ndalem” karena rumah tersebut

didiami oleh figur kharismatik yang di muliakan oleh lingkungan pondok

pesantren khususnya santri yakni kiai dan ibu nyai. Rasa hormat dan

kepatuhan merupakan suatu hal yang mutlak di dalamnya, ketika kiai

bilang “A” selagi tidak maksiat kepada Allah maka santri akan nurut.

Ndalem merupakan sebutan untuk kediaman Kiai dan Bu Nyai yang

ada di lingkungan pesantren. Santri ndalem adalah sebutan untuk santri

yang berkegiatan di ndalem untuk membantu Kiai dan Bu Nyai. Ndalem

memang sangat spesial di dalam pandangan para santri, karena rumah atau

yang biasa mereka sebut dengan ndalem itu dihuni oleh guru mereka yang

sangat mereka muliakan.

Tradisi ndalem yang dipraktekkan di lingkungan pesantren bertujuan

untuk melatih para santri untuk bekerja sesuai kemampuan masing-

masing. Hal tersebut dilakukan untuk keberlangsungan pembangunan

pesantren, sebagaimana penuturan KH. Mastur Huda RS mengenai tradisi

ndalem ini: “kerja di ndalem sendiri itu ada kerjaan bertani jadi untuk

santri yang senangnya bertani itu ya ke sawah karena kebetulan ndalem

dan pondok punya sedikit sawah jadi para santri itu mengurusnya dan

hasilnya dibawa ke pondok untuk memberi makan orang-orang yang kerja

di pondok pesantren. Lalu, bangunan-bangunan yang ada di pondok

pesantren itu para santri membantu membangunnya, mereka membantu

untuk mengumpulkan bata merah atau batako, mengaduk semen, dan

pekerjaan bangunan lainnya. Terus untuk yang santri putri itu masak tapi

jadwalnya bergilir, memasakkan untuk orang-orang yang kerja, berbeda

dengan tugas santri ndalem yang bertugas di sawah itu adalah santri

pilihan yang sudah tetap dimana tidak bisa bergilir tugas dengan santri

Page 108: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

93

yang lain, dan santri yang bertugas di sawah ini adalah santri ndalem

putra”26

Untuk menjadi santri ndalem ialah dengan cara ditunjuk oleh pengurus

pondok. Kualifikasi untuk menjadi santri ndalem antara lain: sudah

dewasa, memiliki jiwa sosial yang baik, memiliki jiwa akhlakul karimah

dan memiliki sopan santun, serta cekatan, sudah tinggal lama di pondok,

bisa membagi waktu antara kegiatan di ndalem dan mengaji. Untuk

menjadi santri ndalem, bu Nyai bertanya kepada pengurus untuk mencari

santri menjadi santri ndalem.

Menurut pengakuan Nur selaku ibu lurah atau ketua pengurus pondok

putri pesantren Darussalam Lampung, bahwa untuk menjadi santri

ndalem itu memiliki kualifikasinya. Dari hasil wawancara dengan beliau,

beliau mengatakan dengan gaya bahasa jawanya yang artinya sebagai

berikut: “dipilih dan diangkat menjadi santri (putri) ndalem itu awalnya

terutama karena dia sudah dewasa. Terus punya jiwa sosial maksutnya

ulet, namanya santri ndalem itu kan kerjanya mengurusi orang banyak

terutama masak ya harus mengerti masakan, tau dan paham tentang

tugasnya. Tidak sembarang santri dipilih menjadi mbak ndalem, jadi

dipilih. Kalau tidak seperti itu ya bagaimana karena menjadi santri ndalem

itu tugasnya di dalam rumah bu nyai jadi harus punya sopan-santun, jadi

tidak boleh sembrono mengambil apapun yang ada di ndalem. Maksutnya

kita kan tidak boleh makan di rumah kiai tanpa seizin beliau, jadi tidak

boleh asal ambil makanan ketika sedang bertugas di ndalem. Harus

cekatan, dan yang utama dia sudah lama disini. Sudah tau tugas santri

ndalem dan bisa membagi waktu antara kegiatan mengaji dan tugas di

ndalem. Jadi, setelah shalat subuh dan setelah mengaji, para santri ndalem

itu langsung bertugas untuk masak, jadi harus pintar membagi waktu

karena kalau tidak bisa membagi waktu ya dia gak bisa ikut kegiatan

26 Wawancara pribadi dengan KH. Mastur Huda RS, selaku pendiri dan pimpinan pengasuh

pondok pesantren Darussalam Lampung, Mekarsari, 08 Maret 2021

Page 109: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

94

mengaji, seperti itu. Soalnya tujuan utama kesini itukan mau belajar, jadi

untuk masak itu nomor sekian. Jadi sebenarnya tidak ada target harus

berapa tahun disini baru bisa menjadi santri ndalem, yang penting itu

sudah dewasa pemikirannya, telaten, memiliki jiwa sosial yang baik, dan

paham dengan tugas-tugas menjadi santri ndalem.”

Di pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung, santri ndalem

ada 10 orang santriwati dan 5 orang santriwan, kemudian di kediaman ibu

Imroatul Azizah dan gus huda terdapat 2 orang santri ndalem, dan di

kediaman Zuhairina Lailatul Fajriah dengan gus Ismail terdapat 2 orang

santri ndalem untuk membantu kerepotan dapur di kediamannya.

Dalam praktiknya, tradisi ndalem ini sudah lama dipraktekkan dan

masih berjalan sampai sekarang. Manfaat dan keuntungan yang

didapatkan oleh seorang santri ndalem ialah bisa lebih dekat dan akrab

dengan keluarga kiai dan dianggap layaknya anak dan orangtua, dan santri

melakukan tugasnya untuk membantu kiai dan ibu nyai merupakan tanpa

pamrih dan berlandaskan keikhlasan.

Kegiatan santri ndalem tidak jauh berbeda dengan santri lainnya

seperti mengikuti kegiatan belajar mengajar ngaji, kajian kitab kuning, dan

lain-lain. Yang membedakan ialah kegiatan ketika mereka mengerjakan

tugas mereka sebagai santri ndalem. KH. Mastur Huda Rs selaku

pengasuh pesantren mengontrol dan mengarahkan seluruh tugas dan

pekerjaan yang dilakukan oleh para santri ndalem putra, sedangkan santri

ndalem putri diawasi serta diarahkan oleh ibu nyai selaku pengasuh

pondok putri.

6. Tradisi hubungan antara Kiai dan santri berbeda dengan hubungan antara

guru dan murid di sekolah.27

Dalam tradisi pesantren, hubungan antara kiai dan santri berbentuk

hubungan patron klien, dimana kiai memiliki kekuasaan dan pengaruh

27 Wawancara pribadi dengan Gus Saikhul Huda S.Pd.I, Selaku ketua bidang pendidikan Pesantren

sekaligus kepala sekolah SMP BP Darussalam, Mekarsari, 05 Oktober 2020

Page 110: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

95

besar sehingga menjadi tokoh sentral dalam lingkungan pesantren.28

Hubungan keduanya bagaikan hubungan antara ayah dan anak, sekaligus

sebagai sumber nasihat, panutan, dan sumber barokah. Seperti yang

disampaikan oleh Saikhul Huda: “kalau kiai lewat atau papasan dengan

santri, santri langsung sembunyi atau menunduk tapi jika dari dekat

mereka salaman semua ke kiai. Santri nanya ke kiai itu gak ada yang

berani, paling beraninya ke saya itu biasa”

Selain itu meskipun seorang santri dengan kiai sangat dekat, kedekatan

mereka memiliki batas tinggi sehingga tetap terjalin rasa hormta dan

segan. Seperti yang disampaikan oleh kurniawan pratama mengenai

hubungan kedekatannya dengan kiai Mastur Huda Rs: “saya dekat dengan

beliau alhamdulillah mulai saya masuk pengurus pada tahun 2017, sejak

itu kami sangat dekat sekali akan tetapi dengan tanda petik kedekatan

kami hanya sebagai guru dan murid tidak lebih dari itu. Ya tetap saya

anggap beliau ayah saya tanpa mengurangi rasa hormat, karena jika terlalu

dekat saya khawatir nanti rasa hormat saya hilang”29

Wawancara di atas memperlihatkan bahwa rasa hormat dan patuh

santri kepada kiai merupakan perilaku yang mutlak dilakukan dan hal

tersebut memang menjadi qonun/undang-undang yang harus dilakukan

seorang santri untuk selalu takriman dan ta‟dziman kepada pengasuh

sehingga seorang santri memegang prinsip “sami‟na wa ato‟na” yakni

selalu mendengarkan dan patuh apa yang dikatakan oleh pengasuh dan

juga keseluruhan warga ndalem.

Meskipun memiliki kedekatan dengan kiai dengan menjadi bagian dari

santri ndalem dan pengurus pondok, akan tetapi kedekatan tersebut tidak

menghilangkan perasaan ta‟dzim atau hormat kepada kiai. Seperti yang

28 Wardah Nuroniyah, M.S.I, “Tradisi Pesantren dan Konstruksi Nilai Kearifan Lokal di Pondok

Pesntren Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon” (Jurnal Holistik, Volume 15, Nomor 02, 2014), h:

402

29

Wardah Nuroniyah, M.S.I, “Tradisi Pesantren dan Konstruksi Nilai Kearifan Lokal di Pondok

Pesntren Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon” (Jurnal Holistik, Volume 15, Nomor 02, 2014), h:

402

Page 111: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

96

dituturkan oleh KH. Mastur Huda Rs: “ya alhamdulillah semuanya itu

baik hubungannya terus, dan memang niatnya itu untuk memperbaiki. Jadi

santri itu tetap ta‟dziman dan takriman kepada pengasuh dan juga santri

tetap sami‟na wa ato‟na, dimana keadaan itu memang menjadi

qonun/undang-undang. Insha allah sampai santri itu pulang dari pondok

pesantren, ini alumni tetap masih menjadi satu dan mengiblat kepada

pondok. Dan Alhamdulillah sekarang alumni juga sudah mengadakan

kegiatan alumni dengan keadaan tetap ta‟dziman dan takriman dan

sam‟an wa to‟atan. Hubungan santri dan kiai itu bukan hanya pas di

pondok saja, akan tetapi setelahnyapun masih tetap terjalin hubungan baik

yang erat bahkan sampai matipun masih hubungan”30

Ikatan personal antara kiai dan santri tersebut berlaku seumur hidup

santri dan tidak terputus meskipun santri tersebut telah selesai dari belajar

di pondok pesantren tersebut. Hal ini dikarenakan agar ilmu yang mereka

miliki dari hasil belajar selama di pondok mendapatkan ridho dan barokah

dari kiai, sehingga nantinya ilmu mereka bisa bermanfaat ketika mereka

terjun ke masyarakat.

Hubungan yang terjalin antara santri dengan kiai di dalam pondok

pesantren itu mulai dari awal masuk menjadi santri sampai lulus dan hidup

di masyarakat bahkan sampaipun nanti di yaumil qiyamah tetap

“nggandol sarunge kiai”, maksudnya ketika kiai masuk surga maka santri

akan ikut masuk surga bersama kiainya tersebut. Pola hubungan tersebut

selain di pengaruhi oleh tradisi yang ada di lingkungan pesantren yang

mengedepankan ajaran nilai-nilai keta‟dziman, dan juga di pengaruhi oleh

literature pendidikan yang mereka pakai sebagai acuan pengajaran akhlak

salah satunya kitab ta‟lim muta‟alim dan pengajaran akhlak di pondok ini

30 Wawancara pribadi dengan KH. Mastur Huda RS, selaku pendiri dan pimpinan pengasuh

pondok pesantren Darussalam Lampung, Mekarsari, 08 Maret 2021

Page 112: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

97

di ajarkan dari tingkat ula hingga ulya, salah satunya pengajaran mengenai

tasawuf dan fikih yang digunakan untuk membentuk akhlak santri.31

D. HUBUNGAN PONDOK PESANTREN DENGAN MASYARAKAT

SEKITAR

Kehadiran Pondok pesantren Darussalam bagaikan terang dalam

kegelapan, yang membantu memberikan wadah bagi masyarakat sekitar untuk

menimba ilmu agama melalui kegiatan pengajian yang biasanya

diperuntukkan untuk menyapa masyarakat umum seperti acara istighosah

dzikrusyafaat yang ketika sebelum pandemi covid-19 diadakan sebulan sekali

setiap tanggal 15, haul, dan khataman al-Qur‟an.

Dari awal pendirian pondok ini, masyarakat sangat senang dan

mendukung serta membantu mendirikan bangunan asrama-asrama pondok

pertama kali. Hal tersebut dituturkan oleh KH. Mastur Huda RS sebagai

berikut: “Alhamdulillah masyarakat se-desa Mekarsari bahkan satu kecamatan

Pasir Sakti sampai Labuhan Maringgai dan Jabung itu senang dan bergotong

royong membantu mendirikan bangunan pesantren. Kelompok-kelompok

yasinan itu satu unit perkelompok walaupun tidak besar ukurannya, ya

ukurannya itu banyak-banyak 4x6 dan itu juga masih dibangun pakai kayu,

papan, sampai rumah saya sendiri itu dibangunkan oleh masyarakat juga pakai

kayu papan, jadi sampai 3 tahun baru bisa mengganti bata merah sampai

sekarang Alhamdulillah”

Hubungan antara masyarakat dan pihak pesantren terjalin harmonis,

masyarakat sekitar pondok pesantren sangat mendukung adanya pesantren,

mereka memberi dukungan dalam berjalannya kegiatan pesantren seperti

membantu memantau santri yang tidak menaati peraturan pondok. Hal

tersebut disampaikan oleh Saikhul Huda sebagai berikut: “Alhamdulillah

untuk masyarakat sekitar pondok pesantren sangat mendukung dengan

31 Wardah Nuroniyah, M.S.I, “Tradisi Pesantren dan Konstruksi Nilai Kearifan Lokal di Pondok

Pesntren Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon” (Jurnal Holistik, Volume 15, Nomor 02, 2014), h:

403

Page 113: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

98

keberadaan pondok pesantren Darussalam. Paling tidak mereka memberi

dukungan dalam kegiatan di pondok pesantren termasuk sebagai keamanan.

Jadi kalau ada santri berkeliaran di luar jam-jam bebas seperti jam aktif santri

berkeliaran, nanti orang desa ini berkoordinasi dengan pihak pondok. Itu

artinya hubungan sosial mereka dengan pondok terjalin baik”32

Selain membantu keamanan dan kedisiplinan pondok pesantren

Darussalam, masyarakat juga seringkali membantu pondok pesantren ketika

sedang mengadakan acara pondok ataupun acara di ndalem terutama para ibu-

ibu yang tinggal di sekitar pondok pesantren berbondong-bondong membantu,

seperti ketika di ndalem akan ada acara pengajian baik di ndalem ataupun di

pondok pesantren para ibu-ibu yang tinggal dekat dengan pondok pesantren

Darussalam Mekarsari berbondong-bondong datang untuk membantu.

sehingga hubungan antara pondok pesantren dengan pondok pesantren

Darussalam berjalan dengan harmonis.

32 Wawancara pribadi dengan Gus Saikhul Huda S.Pd.I, Selaku ketua bidang pendidikan Pesantren

sekaligus kepala sekolah SMP BP Darussalam, Mekarsari, 05 Oktober 2020

Page 114: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

99

BAB IV

KONSTRUKSI SOSIAL GENDER DALAM TRADISI NDALEM DI PONDOK

PESANTREN DARUSSALAM LAMPUNG

A. TRADISI NDALEM DALAM PESANTREN

Tradisi ndalem merupakan tradisi yang menjadi ciri khas serta menjadi

nilai kearifan lokal dimana melekat dalam lingkungan pesantren tradisional

khususnya di Indonesia. Tradisi tersebut merupakan tradisi turun-temurun,

dimana dipraktekkan dan diteruskan oleh para santri pondok pesantren.

Tradisi yang berlangsung lama di pesantren Darussalam Mekarsari Lampung,

mengadopsi dari tradisi-tradisi yang dipraktekkan oleh pesantren Blokagung

Banyuwangi. Pada dasarnya, pondok pesantren Darussalam berkiblat kepada

pola pengajaran pondok pesantren Darussalam Blokagung di Banyuwangi,

karena KH. Mastur Huda RS dan nyai Ni‟matussholihah merupakan alumni

pondok pesantren tradisionaltersebut. Tradisi ndalem merupakan tradisi yang

lumrah dipraktekkan dalam pesantren tradisional khususnya di Indonesia.

Budaya ndalem yang ada di pesantren tradisional di Indonesia pada

dasarnya dipengaruhi oleh budaya hubungan patron klien antara kiai dengan

santri di dalam pesantren. Hubungan tersebut sangat kental sekali bertumbuh

dan mengakar kuat dalam lingkungan pondok pesantren khususnya di

lingkungan pesantren tradisional yang ada di Indonesia. Doktrin barokah serta

hormat dan kepatuhan yang mutlak kepada kiai, menjadi pengaruh besar

dalam keberlangsungan tradisi ini. Tradisi tersebut bertujuan untuk melatih

santri baik santri putri ataupun putra untuk bekerja dan mandiri. Namun,

dalam pembagian peran sebagai santri ndalem dibedakan berdasarkan kepada

jenis kelamin, dimana santri putra bertani sedangkan santri putri bertugas

untuk memasak. Pembagian peran tersebut merupakan pembagian peran yang

bersifat tradisional.

Tradisi ndalem masih berjalan sampai sekarang karena dipengaruhi oleh

budaya hubungan patron klien yang terjalin antara kiai dan santri, hubungan

Page 115: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

100

antar keduanya mengedepankan ta‟dziman dan takriman yang mutlak

sehingga santri wajib mematuhi perintah kiai, dan para santri yang menjadi

santri ndalem merasa memiliki kedekatan dan keakraban yang lebih dengan

kiai dan keluarga ndalem dibandingkan dengan santri lainnya. Dalam

lingkungan pesantren, seorang kiai memang memiliki pengaruh yang besar

dan memiliki peran yang mendominasi dalam pengambilan kebijakan.

Selain tradisi yang berpengaruh terhadap budaya sosial yang ada di

pesantren, literature yang dipelajari di pondok pesantren juga ikut turut andil

dalam mengembangkan dan melanggengkan tradisi tersebut, seperti contoh

dalam kitab muhimmatun nisa‟ dijelaskan mengenai keunggulan laki-laki

daripada perempuan yang mengorientasikan subordinasi kedudukan

perempuan. meskipun tidak banyak literature kitab mengenai perempuan yang

diajarkan di dalam pesantren ini, namun sudah memberikan dampak yang

signifikan untuk melihat bagaimana kedudukan antara laki-laki dan

perempuan, relasi antara keduanya serta konstruksi gender didalamnya.

Dipilihnya seorang santri menjadi santri ndalem terdapat berbagai hal, ada

yang karena santri tersebut sudah tidak menempuh pendidikan formal

sehingga memiliki banyak waktu luang untuk membantu kerepotan di ndalem,

memiliki pemikiran yang dewasa, sopan santun, dan karena memang memiliki

kecakapan dalam membantu pekerjaan ndalem. Akan tetapi, rata-rata para

santri ingin mengajukan diri sendiri menjadi bagian dari ndalem, selain untuk

belajar bekerja mereka ingin lebih dekat dan akrab dengan keluarga ndalem

karena mereka memandang hal tersebut sebagai suatu yang istimewa. Di

pondok pesantren Darussalam, santri ndalem terdapat santri ndalem putra dan

putri yang memiliki tugas masing-masing yang tersebar di beberapa rumah

ndalem yakni rumah ndalem ibu kiai dan nyai, rumah anak-anak dan menantu

ibu nyai dan pak kiai.

Sayogyanya santri ndalem tidak berbeda dengan santri lain pada

umumnya seperti melakukan kegiatan mengaji dan mengkaji kitab kuning,

namun yang membedakan ialah tugas mereka ketika berada di ndalem.

Page 116: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

101

Hakikatnya santri ndalem bertugas membantu segala pekerjaan yang

dibutuhkan di ndalem. Santri putri ndalem melakukan banyak kegiatan di

dapur seperti memasak makanan yang dihidangkan untuk Kiai dan Bu nyai,

serta santri-santri yang ngekos di ndalem atau tidak memasak sendiri di

pondok pesantren, ataupun bagi orang-orang yang kerja untuk pembangunan

pondok. Santri putri ndalem terbagi menjadi 2 yakni: santri ndalem khusus

yang ada di ndalem, dan santri umum akan tetapi digilir yang bertugas untuk

membantu kegiatan santri ndalem.

Santri putra ndalem bertugas di sawah untuk mengurusi bahan pangan

yakni bekerja di sawah milik Kiai, ataupun membantu kerepotan kiai lainnya

seperti mencuci mobil, menjemur padi, dan lain sebagainya. Bagi santri putri

yang berkegiatan di ndalem, membantu segala kegiatan dan kerepotan yang

ada di ndalem, tugas santri putri ndalem dibagi menjadi beberapa bagian

yakni masak khusus anak-anak kos pondok, masak dan bersih-bersih rumah

khusus kiai, dan laundry. Sehingga konsep konstruksi gender dalam

pembagian peran antara santri putri dan putra dalam tradisi ndalem

mengukuhkan pembagian kerja tradisional.

Meskipun santri ndalem melakukan semua tugas mereka sebagai santri

ndalem mereka lakukan dengan ikhlas tanpa pamrih dan hanya mengharapkan

barokah kiai, namun disamping itu santri ndalem mendapat keringanan biaya,

artinya mereka tidak membayar biaya bulanan hanya wajib membayar

dahriyah (biaya tahunan yang menjadi biaya wajib santri) karena meskipun

mereka di ndalem mereka tetaplah santri, biaya dahriyah bertujuan untuk

menjaga ikatan santri. Untuk makan, santri ndalem makan di ndalem tanpa

membayar. Santri ndalem terdapat 6 orang santri putri, dan 5 orang santri

putra.1

Dengan kegiatan yang padat, para santri ndalem terkadang sulit untuk

membagi waktu mereka antara kesibukan mereka membantu kerepotan di

1 Wawancara pribadi dengan Gus Saikhul Huda S.Pd.I, Selaku ketua bidang pendidikan Pesantren

sekaligus kepala sekolah SMP BP Darussalam, Mekarsari, 05 Oktober 2020

Page 117: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

102

ndalem dengan kegiatan mengaji yang menjadi kewajiban mereka. Santri

ndalem pondok pesantren Darussalam terdapat 14 santri ndalem putri dan 5

santri ndalem putra. Komposisi pembagian kerja santri ndalem masih

dipengaruhi oleh budaya patriarki dan ajaran agama Islam yang dianut dan

diyakini oleh masyarakat pesantren yakni dimana perempuan ditempatkan dan

bertugas dalam ranah domestik. Santri ndalem terdapat yang bertugas di

keluarga ndalem yakni di kediaman kiai, dan nyai, dan ada yang bertugas di

kediaman anak-anak kiai yang telah berkeluarga yang menetap dekat dengan

kediaman kiai,.

Pola pembagian kerja di ndalem antara santri putra dan putri berbeda,

tugas santri putri ndalem Santri ndalem fokus pada bidang konsumsi,

sedangkan santri ndalem putra bertugas dalam bidang persawahan dan

perkebunan atau ladang. Santri ndalem putri bertugas mengerjakan pekerjaan

dalam bidang konsumsi seperti memasak makanan untuk keluarga ndalem dan

para santri yang kos, kemudian laundry, bersih-bersih ndalem. Selain itu,

membuatkan es dan kopi untuk para tukang bangunan yang mengerjakan

bangunan pondok pesantren. Sedangkan santri ndalem putra biasanya bertugas

untuk giling padi, mengambil sayuran, menyiapkan kayu bakar untuk dapur

umum, dan kerepotan ndalem lainnya kecuali memasak dan menyapu.

Pembagian kerja seperti diatas disebut dengan paham biological

reductionism yakni suatu paham yang menjelaskan mengenai reduksi peran

dan posisi sosial antara laki-laki dan perempuan kepada biologi. Paham ini

menyebabkan stereotip yang mengasumsikan bahwa laki-laki yang harus

bekerja di ladang dan perempuan bekerja di dapur, laki-laki yang berhak

untuk memimpin sedangkan perempuan untuk menurut, dan lain sebagainya.2

Pada hakikatnya, menurut teori fungsionalisme-struktural, pembagian peran

asimetris yang berdasarkan jenis kelamin tidak menjadi suatu masalah selama

hal tersebut menimbulkan keseimbangan dan keharmonisan relasi antar

2 Kamila Adnani, dkk, “Resistensi Perempuan Terhadap Tradisi-Tradisi di Pesantren Analisis

Wacana Kritis Terhadap Novel Perempuan Berkalung Sorban” ( Jurnal Kawistara, Volume 7, No. 2,

2016), h. 152

Page 118: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

103

keduanya serta tidak menimbulkan diskriminasi salah satu pihak. Dalam teori

keseimbangan (equilibrium) memandang bahwa model konseptual semacam

itu dianggap fungsional karena tidak timbul konflik ataupun diskriminasi di

dalam pembagian peran tersebut, karena dalam teori ini memandang bahwa

keragaman peran dikarenakan faktor biologis, etnis, aspirasi, minat, pilihan

atau budaya, pada hakikatnya merupakan realitas sosial yang terjadi di

masyarakat.

Figur kiai dalam lingkungan pesantren memiliki posisi yang istimewa

ditambah dengan norma-norma penghormatan yang mutlak dan barokah dari

kiai yang diharapkan setiap santri menjadikan santri sangat menginginkan

untuk mendapatkan posisi sebagai santri ndalem. Pesantren mengajarkan

kepada para santrinya untuk berkhidmat atau melayani kiai, dikarenakan anak

santri sedikit berbeda dengan anak yang tidak pesantren. Tujuan santri

berkhidmat sebagai santri ndalem itu cuma satu yakni menginginkan ridho

dan barokah dari kiai dengan cara mengabdi, sehingga ilmu yang ia dapatkan

dari gurunya menjadi barakah dan mendapatkan kemudahan untuk

mendapatkan ilmu di pesantren.

Barokah dalam istilah pesantren yakni restu keikhlasan yang diberikan

kiai kepada santri, dimana para santri mengharapkan dengan mendapat

barokah kiai maka ilmu yang mereka dapatkan selama di pondok pesantren

akan menjadi ilmu yang bermanfaat dan kelak bisa meneruskan estafet ilmu

kiainya yakni dengan cara meneruskan dakwah agama yang telah dibawa oleh

nabi Muhammad SAW. Bahkan doktrin barokah ini sangat luar biasa diyakini

dalam lingkungan pesantren dimana mereka yakin bahwa kalaupun mereka

(para santri) ini tidak pintar dalam belajar ketika belajar di pondok pesantren

maka mereka mengharap barokah dari kiai sehingga mereka menjadi orang

bermanfaat bagi umat kelak dengan ilmu-ilmu yang mereka dapatkan dari

pesantren, hal tersebut sangat mereka meyakini karena mereka meyakini

bahwa figure kiai merupakan orang yang dekat dengan Allah SWT dan para

Page 119: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

104

santri tersebut bersandar kepada kiainya, bahkan hidup mati mereka bersandar

dengan kiai mereka.

Hal tersebut memperlihatkan betapa istimewa figur seorang kiai di dalam

ruang lingkup pesantren, dan hubungan patron klien tak terbatas yang

terbentuk antara kiai dan santri sehingga terjalin sampai kapanpun. Hubungan

tersebut bersifat hierarki yang kokoh dan disosialisasikan sejak lama dan

turun-temurun. Menurut Wardah Nuroniyah, literatur yang dikaji di dalam

ruang lingkup pesantren sebagai bahan ajar khususnya kitab ta‟lim muta‟alim

berpengaruh besar dalam membentuk pola hubungan yang terjalin antara kiai

dan santri.3 Selain kitab tersebut, pondok pesantren Darussalam Lampung

dalam mensosialisasikan norma hubungan tersebut dipengaruhi oleh literature

pendidikan lainnya yang dipakai sebagai acuan salah satunya ialah kitab

akhlakul banin/banat yang mempelajari bagaimana norma-norma yang harus

dimiliki dan dipraktikkan seorang santri baik santri putra ataupun putri.

Dalam lingkungan pondok pesantren, menjadi santri ndalem merupakan

suatu hal yang istimewa sehingga sangat didambakan oleh para santri, karena

dengan menjadi santri ndalem menjadikan mereka lebih dekat dengan

keluarga ndalem. Motivasi santri menjadi santri ndalem, mayoritas santri

menjawab agar bisa lebih dekat dengan kiai dan ibu nyai ataupun keluarga

ndalem, karena hal tersebut dipandang sebagai sesuatu hal yang mungkin

tidak bisa dilakukan semua santri, dan ingin mendapatkan barokah dari kiai.

Hal tersebutlah yang dianggap sebagai suatu kelebihan yang di dapat pada

saat menjadi santri ndalem. Relasi sosial antara kiai dengan para santri

layaknya keluarga besar dimana kiai bukan hanya sebagai guru saja akan

tetapi dianggap sebagai orang tua, panutan, bahkan lebih dari itu, sehingga

relasi hubungan antara keduanya bersifat tidak terbatas.

Doktrin barokah merupakan doktrin yang sangat kuat mengakar dalam

lingkungan pesantren, dimana doktrin inilah yang mensugesti dan mengikat

3 Wardah Nuroniyah, M.S.I, “Tradisi Pesantren dan Konstruksi Nilai Kearifan Lokal di Pondok

Pesantren Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon” (Jurnal Holistik, Volume 15, No. 02, 2014), h.

403

Page 120: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

105

kuat hubungan kiai dan para santrinya. Maka dari itu, motivasi untuk menjadi

santri ndalem tersebut mayoritas muncul dari keinginan sendiri para santri

dikarenakan ingin mendapat barokah dari kiai yang disebut dengan istilah

“ngalap barokahe kiai”, barokah masih menjadi faktor yang paling utama

bagi santri untuk menjadi santri ndalem selain agar bisa dekat dengan kiai dan

nyai serta keluarga ndalem. Hal tersebut merupakan hal yang tidak dapat

dipungkiri lagi, karena konsep barokah kiai sangat kental di pesantren.

Sebagai contoh dari hasil wawancara dengan santri ndalem di pondok

pesantren Darussalam Mekarsari Lampung, mereka mengatakan bahwa

motivasi utama mereka menjadi santri ndalem ialah untuk mendapat barokah

dari kiai atau guru mereka. Jika motivasi santri lain menjadi santri ndalem

adalah agar mendapat barokah dan ridho kiai dengan membantu keluarga

ndalem, berbeda halnya dengan Ibnu Abdillah salah satu santri ndalem putra

yang memiliki keinginan besar untuk menjadi santri ndalem sejak lama

sebelum akhirnya ia menjadi santri ndalem seperti sekarang, ia memandang

bahwa menjadi santri ndalem memberikan wadah bagi dia untuk belajar

bekerja. Seperti yang dituturkan oleh KH. Mastur Huda RS bahwa tradisi

ndalem bertujuan untuk melatih santri untuk bekerja.

Doktrin untuk menjadi bagian dari santri ndalem sangat kuat

disosialisasikan bertahun-tahun dalam lingkup sosial pesantren Darussalam

dimana doktrin tersebut disebarkan oleh para santri ndalem yang sudah lama

menjadi santri ndalem kepada santri yang lainnya dengan mengajak mereka

ikut membantu kegiatan dan kerepotan santri ndalem ketika melakukan tugas

mereka. Seperti para santri putri ndalem pada awalnya timbul motivasi untuk

menjadi bagian dari ndalem ialah ketika mereka sering mendapatkan jatah

masak bergiliran untuk membantu mbak-mbak ndalem4 memasak di dapur

untuk memasak, dikarenakan sering melihat bagaimana pekerjaan mbak

ndalem, bagaimana kedekatan mereka dengan ibu nyai menimbulkan

keinginan mereka untuk menjadi santri ndalem, seperti yang dikatakan oleh

4 mbak ndalem adalah panggilan untuk santri putri ndalem yang lebih dewasa

Page 121: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

106

Nurul Istikomah selaku santri putri ndalem yang bertugas di ndalem. Hal

serupa juga terjadi dalam ruang lingkup santri putra ndalem, dimana mereka

mengikuti jejak santri ndalem yang lebih senior untuk melakukan kegiatan

ndalem, budaya pesantren menjadi santri ndalem menjadi salah satu budaya

lokal pesantren yang tersosialisasi secara terus menerus.

Jadi pada dasarnya dalam praktik pelaksanaan tradisi ndalem ini sangat

dipengaruhi oleh kuatnya doktrin barokah yang diamini dalam lingkungan

pesantren dimana mereka meyakini apabila mereka mendapatkan ridho dari

kiai maka mereka akan mendapatkan kebaikan yakni dengan cara menjadi

santri ndalem agar bisa lebih akrab dan dekat, karena mereka memandang

bahwa kedekatan dengan seorang kiai dan keluarganya merupakan sebuah

keistimewaan apabila dilakukan sehingga para santri merasa bangga ketika

mereka memiliki kedekatan khusus dengan kiai dan keluarganya sehingga

para santri yang sebagai subyek dalam tradisi ndalem ini akan melakukan

berbagai cara untuk mendapatkan barokah tersebut yakni dengan cara menjadi

bagian dari santri ndalem.

Hubungan yang terjalin antara kiai dengan para santrinya tentu berbeda

seperti halnya sekedar hubungan guru dengan murid, hubungan yang terjalin

ialah hubungan patron. Kedekatan antara santri dengan kiai itu sangat dekat,

kedekatan tersebut dilandasi dengan rasa hormat dan ta‟dzim. Para santri

mengungkapkan rasa kagum kepada Kiai Mastur Huda Rs sebagai sosok guru

sekaligus suri tauladan bagi mereka, disebutkan bahwa rasa kagum tersebut

dalam bentuk dhohir maupun batin dikarenakan beliau telah menjadi guru

sekaligus orang tua dan suri tauladan.

Model hubungan yang terjalin antara kiai dengan santri berdasarkan

perasaan hormat dan patuh yang mutlak dan tak terbatas. Kiai merupakan

figur kharismatik dan sentral dalam lingkungan pesantren, sehingga para

santri memandang bahwa kiai bukan hanya sebagai guru saja akan tetapi lebih

dari itu, kiai bagi mereka adalah sebagai orang tua non-biologis, sebagai

sumber panutan dan barokah dimana para santri mengharapkan barokah

Page 122: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

107

sehingga membantu memudahkan mereka untuk belajar di pesantren dan

berharap ilmu yang mereka dapatkan selama di pesantren menjadi ilmu yang

bermanfaat ketika mereka kembali ke masyarakat, dan para santri memandang

kiai sebagai figur yang alim sehingga menjadi sumber panutan, dan memiliki

posisi yang istimewa dalam lingkungan pesantren.

Hegemoni seorang kiai dalam pesantren merupakan produk kultural

patriarki yang dipraktekkan dan diamini masyarakat hingga hari ini. Dominasi

kiai dalam ruang lingkup pesantren khususnya dalam kebijakan, penerapan

norma-norma, tradisi-tradisi sangat diakui. Sehingga tercipta hierarki dalam

pesantren dimana kiai menduduki posisi paling atas dan pemegang otoritas

tunggal. Sehingga, hampir seluruh pengelolaan pengembangan pesantren

ditangani langsung oleh kiai atau anggota keluarganya dengan bantuan santri

yang dipercayai.

B. GENDER DALAM PESANTREN

Pesantren berasal dari kata “santri” yang dapat diartikan tempat santri.

Menurut steenbrink, istilah pesantren bukan berasal dari istilah bahasa Arab

akan tetapi dari istilah bahasa India.5 Kata santri sendiri berasal dari kata

cantrik (bahasa sanskerta/jawa) yang memiliki arti orang yang selalu

mengikuti guru. Istilah santri juga ada dalam bahasa Tamil, yang artinya guru

mengaji. Berg mendefinisikan bahwa kata santri berasal dari istilah sastri,

yang dalam bahasa India bermakna orang yang tahu buku-buku suci agama

Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.6 Demikianlah

sekelumit asal kata penyebutan santri.

Pesantren dikatakan sebagai sebuah komunitas sosial dimana kiai, ustad

dan santri berada. Dalam kehidupannya, mereka melandaskan diri pada nilai-

nilai Islam dan norma-norma yang akhirnya menjadi kebiasaan-kebiasaan atau

5 Hasani ahmad said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara” (Jurnal Kebudayaan

Islam, Vol. 9, No. 2, 2011), h. 180

6 Hasani ahmad said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara” (Jurnal Kebudayaan

Islam, Vol. 9, No. 2, 2011), h. 181

Page 123: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

108

tradisi tersendiri yang bersifat eksklusif dan membedakan komunitas

pesantren dari masyarakat yang di luar pesantren.7 Pesantren merupakan suatu

fenomena sosial budaya yang memiliki sistem nilai tersendiri dan terpelihara,

misalnya sistem penghormatan santri terhadap kiai yang “tak terbatas”.8

Dimana dahulu pesantren berfungsi sebagai pusat penyebaran Islam dan di

masa sekarang ia menjadi institusi yang multi-fungsi.9 Secara harfiah,

pesantren merujuk pada “tempat santri”, dan secara umum pesantren

merupakan istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sekolah Islam

tradisional.10

Effendi mengibaratkan pesantren sebagai kampung peradaban11

,

dimana pesantren telah lama eksis dan masih di dambakan eksistensinya

hingga sekarang serta pesantren telah terbukti mampu menciptakan system

pendidikan yang setara terus menerus bertahan di tengah masyarakat dan

perkembangan arus modernitas.

Dunia pesantren menjadi pusat persemaian, pengalaman, dan penyebaran

ilmu-ilmu keislaman. Pesantren menjadi bagian dari struktural internal

pendidikan Islam di Indonesia yang dilaksanakan secara tradisional yang

menjadikan Islam sebagai cara hidup dan berpedoman terhadap ajaran agama

Islam. Jadi, pesantren bukan hanya sekedar lembaga pendidikan, akan tetapi

lebih dari itu pesantren juga menjadi lembaga dakwah, bimbingan

kemasayarakatan, dan bahkan lading perjuangan. Mastuhu mendefinisikan

pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam yang mempelajari,

memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan

7 Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan” (Jurnal

KARSA, Vol. 19 No. 2, 2011), h. 177

8 Wardah nuroniyah, “Tradisi Pesantren dan Konstruksi Nilai Kearifan Lokal di Pondok Pesantren

Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon” (Jurnal Holistik, Vol. 15 No. 02, 2014), h. 397

9 Wardah nuroniyah, “Tradisi Pesantren dan…”, h. 395

10

Abd Hannan, “Gender dan Fenomena Patriarki Dalam Sosial Pendidikan Pesantren; Studi

Tentang Hegemoni Kiai Pesantren Terhadap Sosial Pendidikan Bias Gender” (Jurnal Seminar

Nasional Gender dan Budaya Madura III Madura: Perempuan, Budaya dan Perubahan) , h. 232

11

Hasani ahmad said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara” (Jurnal Kebudayaan

Islam, Vol. 9, No. 2, 2011), h. 179

Page 124: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

109

menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-

hari.12

Karakteristik umum pesantren yakni identik dengan pemahaman dan pola

kajian yang bersifat tradisional. Pola-pola umum pendidikan Islam tradisional

adalah sebagai berikut: adanya hubungan yang akrab antara kiai dan santri;

adanya tradisi ketundukan dan kepatuhan seorang santri terhadap kiai;

terjalinnya suasana persaudaraan dan tradisi tolong menolong; pola hidup

sederhana; kemandirian atau independensi; disiplin yang ketat; dan kehidupan

religiusitas yang tinggi.13

Isu gender dalam lingkungan pesantren sangat jarang sekali dibahas

bahkan asing didengar di dalam lingkungan pesantren. Padahal sebagai

sebuah lembaga, sudah seharusnya pesantren menjadi basis proses

rekonstruksi kebudayaan yang bersumber dari pemaknaan teologis terhadap

realitas kehidupan masyarakat.14

Berdasarkan studi, sensitifitas gender di

pesantren terlihat rendah hal tersebut terlihat dari miskinnya perhatian

pesantren terhadap isu-isu perempuan dibarengi dengan dominannya figure

kiai dan ustadz dalam lembaga pesantren. Relasi sosial yang terjadi di dalam

pesantren sangat mengikat dan sedemikian khusus sehingga menjadikan

pesantren menjadi seperti sebuah keluarga besar, dimana dalam keluarga

besar tersebut hubungan antara kiai dan santri bukan hanya sekedar hubungan

antara guru dan murid, bahkan lebih dari itu kiai dianggap sebagai orang tua

non-biologis santri.15

Sosialisasi gender adalah sebuah cara untuk

menyebarkan wacana konstruksi gender. Diskursus gender dalam dunia

12 Hasani ahmad said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara” (Jurnal Kebudayaan

Islam, Vol. 9, No. 2, 2011), h. 181

13

Hasani ahmad said, “Meneguhkan Kembali Tradisi…”, h. 187

14

Dr. Ema Marhumah, Konstruksi Sosial Gender Di Pesantren; Studi Kuasa Kiai Atas Wacana

Perempuan (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2011), h. 9

15

Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan” (Jurnal

KARSA, Vol. 19 No. 2, 2011), h. 177

Page 125: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

110

pesantren mulai berkembang pada pertengahan tahun 90-an dengan diisi isu-

isu gender yang lebih ramah perempuan.16

Indikator utama ketimpangan gender yang mencolok dalam lingkungan

pesantren yakni kesenjangan relasi antara laki-laki dan perempuan.17

Dominasi laki-laki di dalam sebuah pesantren bukan hanya sebuah budaya

perilaku akan tetapi hal tersebut telah menjadi keyakinan ajaran agama yang

dilegetimasi teks-teks agama. Seperti halnya yang dipaparkan oleh Martin

Van Bruinessnen yang mengemukakan bahwa budaya pesantren yang

mengakibatkan kesenjangan gender tersebut berasal dari kitab-kitab kuning

yang dilestarikan menjadi bahan ajarnya yang mengindikasikan subordinasi

kedudukan perempuan dan mengasumsikan maskulinsasi epistimologi

pengetahuan agama.

Ideologi patriarki yang melekat di dalam lingkungan pesantren berubah

menjadi keyakinan yang dilanggengkan tidak hanya bertujuan untuk

kepentingan para ulama yang ingin mempertahankan kekuasaannya akan

tetapi dikarenakan pesantren memiliki nilai dan norma serta budaya yang di

anut yang berasal dari literature utama pesantren yakni kitab kuning. Dalam

lingkungan masyarakat pesantren, kitab kuning dianggap sebagai sebuah

doktrin agama, karena pesantren memandang kitab tersebut sebagai karya

ulama besar berisi dalil-dalil al-Qur‟an dan hadis Nabi SAW yang ditafsirkan

secara skriptural sebagai suatu kebenaran dan mengandung kebaikan yang

datangnya dari agama.18

Nyai dan terlebih lagi kiai merupakan tokoh sentral di dalam pesantren

yang memiliki peran yang substansial dalam mensosialisasikan ajaran agama

di dalamnya. Hubungan antara Kiai, Nyai dengan santrinya diikat oleh ikatan

emosi keagamaan yang sedemikian kuat sehingga menjadikan pandangan dan

16 Marhumah, “Konstruksi Gender, Hegemoni…”, h. 179

17

Dr. Ema Marhumah, Konstruksi Sosial Gender Di Pesantren; Studi Kuasa Kiai Atas Wacana

Perempuan (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2011), h. 5

18

K. H. Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan; Pembelaan Kiai Pesantren

(Yogyakarta, LKIS:2004), h. xxviii

Page 126: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

111

perkataan bahkan perintah Kiai dan Nyai menjadi pegangan bagi para santri.

Hubungan emosional yang dibangun tersebut menyebabkan eksistensi Kiai

dan nyai di dalam pesantren sangat kuat dalam m mensosialisasikan nilai-nilai

baru terhadap para santri dan melanggengkan tradisi-tradisi yang telah diamini

di dalam pesantren.19

Dalam usaha konstruksi gender di dalam pesantren, kiai dan nyai memiliki

otoritas20

yang tinggi sebagai agen sosialisasi gender di dalam lingkup

pesantren. Pesantren sebagai salah satu lembaga sosial yang menjadi tempat

berlangsungnya sosialisasi gender pada tahap anak-anak. Agen sosialisasi

gender ialah orang-orang atau sebuah kelompok sosial yang berperan untuk

menyediakan dan menyampaikan informasi dan pesan-pesan mengenai nilai,

perilaku, dan peran gender. Sehingga dalam sosialisasi gender di pesantren,

Brittan dan Myrnard mengkategorikan santri menjadi dua model sebagai

object yakni strong model dan reflexive model. Dalam kategori strong model,

santri dipandang sebagai subjek yang dapat dibentuk, diproduksi, dan

ditentukan oleh kekuatan para agen sosialisasi gender dan kekuatan sosial di

luarnya sehingga dalam hal ini santri merupakan sosok yang pasif dalam

mengkonfirmasi berbagai kepercayaan sosial yang beredar dalam lingkungan

pesantren. Sedangkan dalam kategori reflexive model, kategori ini

berlangsung dalam dua proses yakni: pertama santri dipandang sebagai

seseorang yang terlibat aktif dalam proses sosialisasi sehingga mereka

memiliki kapasitas untuk memilih, menginterpretasi, memodifikasi, dan

menentukan apakah ia akan menerima atau menolak pesan-pesan sosio-

kultural tersebut. Kedua, sosialisasi gender yang berlangsung menjadi proses

negosiasi yang bersifat kondisional serta lebih bermakna kontekstual.21

19 Erfan Efendi, “Gender Perspektif Etika Pesantren; Studi Tentang Kepemimpinan Kiai dan Nyai

Tentang Sosisalisasi Gender di Lingkungan Sosial Pondok Pesantren Wahid Hasyim Sleman

Yogyakarta” (Jurnal An-Nisa‟, Vol. 11 No.2, 2018), h. 258

20

Maksud dari otoritas ialah kiai dan nyai memiliki kewenangan yang disebabkan oleh kapasitas,

pengaruh, posisi dan kekuatan dalam lingkungan pesantren.

21

Dr. Ema Marhumah, Konstruksi Sosial Gender Di Pesantren; Studi Kuasa Kiai Atas Wacana

Perempuan (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2011), h. 17-18

Page 127: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

112

Sosialisasi gender dipandang sebagai salah satu strategi dan mekanisme

guna mempertahankan kekuasaan yang dilakukan masyarakat maupun

komunitas. Dalam proses sosialisasi gender dalam pesantren yang melibatkan

kekuasaan melalui sejumlah aspek antara lain: (a) mencakup pendisiplinan

tindakan dan perilaku sesuai dengan sistem nilai tertentu, (b) menuntut

pengakuan dan penerimaan atas otoritas, nilai-nilai, ritus, serta supremasi

kebenaran lainnya yang dipercayai dalam budaya tertentu, (c) melibatkan

control budaya, (d) melakukan pelembagaan norma melalui simbolisasi figure

dan model-model kepercayaan tertentu.22

Pada proses pelembagaan norma-norma gender, sosialisasi gender dalam

lingkungan pesantren selalu berhubungan dengan relasi kekuasaan dimana hal

tersebu t diterima kebenarannya. Bentuk-bentuk pelembagaan norma gender

yang mendominasi dalam lingkungan pesantren yakni seperti terlihat dalam

pola norma dan budaya berbusana antara santri laki-laki dan perempuan,

pengaturan kompleks asrama santri laki-laki dan perempuan dimana

perempuan ditempatkan di kompleks-kompleks tertentu yang lebih tertutup,

dalam perihal struktural manajemen kepengurusan pesantren dimana laki-laki

lebih mendominasi dari pada perempuan, dan pelembagaan norma gender

tertentu di kalangan kiai dalam pesantren yang paling menonjol ialah pola

pembagian tugas dan pengambilan keputusan di rumah tangga kiai senior, dan

garis kepemimpinan di pesantren mengikuti garis keturunan laki-laki.23

Antonio Gramsci ialah yang mengembangkan istilah hegemoni. Hegemoni

diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk menyebut sebuah kekuatan

kekuasaan dominan yang mengikat kelompok lainnya yang didominasi baik

secara paksa ataupun sukarela.24

Dalam lingkungan pesantren,

22 Dr. Ema Marhumah, Konstruksi Sosial Gender Di Pesantren; Studi Kuasa Kiai Atas Wacana

Perempuan (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2011), h. 21

23

Dr. Ema Marhumah, Konstruksi Sosial Gender di Pesantren; Studi Kuasa Kiai Atas Wacana

Perempuan (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2011), h. 181

24

Kamila Adnani, dkk, “Resistensi Perempuan Terhadap Tradisi-Tradisi di Pesantren Analisis

Wacana Kritis Terhadap Novel Perempuan Berk alung Sorban” (Jurnal Kawistara Volume 7, No. 2,

2016), h. 152

Page 128: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

113

Kiai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai kata

sapaan kepada alim ulama yakni orang yang cerdik dan pandai dalam agama

Islam. Kiai merupakan pemegang otoritas tunggal dalam pesantren sehingga

dirinya memiliki kebebasan dan kekuasaan di dalam lingkungan pesantren.

Sehingga bisa di katakan bahwa kiai merupakan raja dalam kerajaan kecilnya

yaitu pesantren, dikarenakan hampir seluruh pengelolaan sumber daya baik

fisik maupun finansial ditangani langsung oleh kiai atau anggota keluarga kiai

dengan bantuan santri yang dipercayai.25

Turmudi mengklasifikasikan kiai menjadi 4 macam, yakni: kiai pesantren,

kiai tarekat, kiai politik, dan kiai panggung. Pertama, kiai pesantren ialah kiai

yang fokus kepada pembinaan sumber daya masyarakat melalui pendidikan, ia

sangat dihormati dan ditaati oleh para santri, wali santri dan masyarakat

karena mereka meyakini akan barokah dari seorang kiai jika mentaati dan

menghormatinya. Kedua, kiai tarekat merupakan kiai yang fokus kegiatannya

membangun kecerdasan hati (batin) umat Islam dengan jalan tarekat. Jumlah

pengikut kiai ini lebih banyak dari pada kiai pesantren terlebih lagi apabila

kiai tersebut berkedudukan sebagai mursyid. Ketiga, kiai politik adalah kiai

yang fokus mengembangkan ormas Islam seperti NU (Nahdlatul Ulama) dan

lain-lain yang umumnya terlibat dalam politik praktis. Keempat, kiai

panggung ialah mereka para muballig atau pendakwah yang menyampaikan

ceramah agama di berbagai tempat. Pengikut kiai ini sangat banyak yang

tersebar di berbagai wilayah, apalagi jika ia merupakan kiai panggung yang

popular.26

Nilai lokalitas pesantren tradisional terlihat yakni dari sistem

kepemimpinan berdasarkan figure kharismatik, dominasi pihak laki-laki

dalam struktur kepengurusan pesantren dan tanggung jawab kegiatan

25 Abd Hannan, “Gender dan Fenomena Patriarki Dalam Sosial Pendidikan Pesantren; Studi

Tentang Hegemoni Kiai Pesantren Terhadap Sosial Pendidikan Bias Gender” (Jurnal Seminar

Nasional Gender dan Budaya Madura III Madura: Perempuan, Budaya dan Perubahan) , h. 232

26

Dr. M. Hadi Purnomo, M. Pd, Kiai dan Transformasi Sosial; Dinamika Kiai Dalam Masyarakat

(Yogyakarta: Absolute Media, 2020), h.41-42

Page 129: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

114

pesantren, interaksi antara kiai dan santri menekankan prinsip

autoritarianisme.27

Keberadaan kiai dalam sebuah pesantren memiliki peran

penting dalam usaha konstruksi yang terjadi di pesantren dan merupakan

sosok utama yang menjalankan serta memimpin pesantren. Kiai merupakan

sosok kharismatik yang memiliki dominasi kekuasaan tertinggi dan menjadi

penguasa tunggal yang diakui keabsolutannya dalam pesantren bahkan

dikatakan bahwa ia merupakan pemegang otoritas tunggal yang di hormati,

ditiru, dan didengarkan perkataannya dalam lingkungan pesantren.

Sedemikian keabsolutan dominasi sosok kiai di dalam pesantren,

menjadikan santri selalu terikat dengan kiai selama hidupnya sebagai orang

tua, guru sebagai sumber ilmu, sumber inspirasi, dan sumber keteladanan

sehingga santri merasa memiliki kewajiban untuk mengikuti seluruh arahan

kiai. Sikap hormat, takzim, dan kepatuhan mutlak kepada kiai merupakan

salah satu nilai utama yang ditanamkan pada diri seorang santri, karena

tatanan nilai dan pokok dasar kehidupan yang dipraktekkan di dalam

lingkungan pesantren berasal dari tafsiran literatur agama yang dipelajari di

dalamnya.28

Hegemoni kiai merupakan perilaku penundukan oleh pemegang hierarki

kekuasaan tertinggi terhadap kelas di bawahnya (santri) melalui kekuatan

ideologis yang dimiliki kiai serta simbol (ajaran) agama yang digunakan

sebagai bahan ajar. Martin Van Bruineessen mengatakan bahwa praktik

hegemoni kiai dalam pesantren tersebut ditandai dengan dominasi kiai sebagai

otoritas penguasa tunggal atas komunitas dan konstruksi budaya pesantren,

dimana kiai ditempatkan pada hierarki kekuasaan tertinggi yang pada

akhirnya melahirkan sistem patriarki sehingga menjadi produk kultural yang

mengakar erat di dalam pesantren. Faktor penyebab munculnya hegemoni kiai

tersebut selain kuatnya budaya patriarki ialah penggunaan bahan ajar

27 Wardah nuroniyah, “Tradisi Pesantren dan Konstruksi Nilai Kearifan Lokal di Pondok Pesantren

Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon” (Jurnal Holistik, Vol. 15 No. 02, 2014), h. 395

28

K. H. Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan; Pembelaan Kiai Pesantren

(Yogyakarta: LKiS, 2004), h. xxvi-xxvii

Page 130: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

115

tradisional yakni kitab-kitab klasik yang mempengaruhi menguatnya ideologi

yang digunakan di dalam pesantren.29

Dalam konteks keabsolutan kekuasaan kiai dalam pesantren sejalan

dengan teori yang diungkapkan Foucalt mengenai kekuasaan bahwa

kekuasaan dan pengetahuan secara tidak langsung berimplikasi satu sama lain,

dimana hubungan kekuasaan antar pelaku sosial selalu membentuk sebuah

arena pengetahuan. Karena segala ide, ajaran, dan asumsi mengenai laki-laki

dan perempuan dalam masyarakat selalu mengandung kekuasaan. Maka dari

itu, setiap masyarakat menjalankan sistem kebenarannya sendiri atas

keyakinannya dan menganggapnya sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dikaji

secara kritis kembali melalui berbagai pendekatan.

Sumber-sumber yang berkontribusi membentuk identitas gender dalam

lingkungan pesantren antara lain sebagai berikut: pemahaman keagamaan,

hukum formal, nilai-nilai dan aturan adat budaya, pendidikan (keluarga,

sekolah, lingkungan). Dalam pesantren, istilah gender merupakan hal yang

riskan untuk dibicarakan. Dalam dunia pesantren, istilah gender tidak begitu

dimengerti atau di fahami dengan baik oleh para santri ataupun kiai. Hal

tersebut terlihat ketika penulis melakukan wawancara mengajukan pertanyaan

kepada para santri mengenai gender, para santri justru merasa kebingungan

dan tidak paham dengan maksud istilah tersebut.

Menurut pendapat KH. Mastur Huda RS mengenai gender, beliau

berpandangan bahwa tugas seorang laki-laki sesuai dengan apa yang

ditugaskan pada saat menghadapi itu, seperti contoh kalau laki-laki berjuang

agama pastinya mengaji dan apabila berjuang di desa harus memenuhi

kepentingan desa. Begitu juga dengan perempuan, menurut KH. Mastur Huda

RS seorang perempuan harus menjaga diri, harus bisa membedakan serta

menjaga diri diantara muhrim dan bukan muhrim karena hal tersebut

merupakan hukum Allah SWT. Landasan dari hukum tersebut ialah

29 Abd Hannan, “Gender dan Fenomena Patriarki Dalam Sosial Pendidikan Pesantren; Studi

Tentang Hegemoni Kiai Pesantren Terhadap Sosial Pendidikan Bias Gender” (Jurnal Seminar

Nasional Gender dan Budaya Madura III Madura: Perempuan, Budaya dan Perubahan) , h. 233

Page 131: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

116

bersumber dari Al-Qur‟an dan hadis serta sudah dijelaskan di dalam kitab-

kitab fikih. Sejatinya hidup ini mengikuti hukum Allah SWT bukan menurut

kita. Beliau mengatakan bahwa mengacu kepada syariat Islam itu perempuan

dan laki-laki tidak boleh disetarakan, akan tetapi beliau menjelaskan lebih

lanjut bahwa kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam hukum Negara, ijmak

dan qiyas atas musyawarah para ulama itu diperbolehkan asalkan membawa

maslahah dan tidak membawa kemudharatan serta mafsadat, beliau setuju

dengan hal tersebut. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa KH. Sehingga

dapat dilihat bagaimana KH. Mastur Huda RS mendasarkan pandangannya

mengenai relasi laki-laki dan perempuan berlandaskan hukum al-Qur‟an dan

hadist, akan tetapi beliau juga tidak menolak kesetaraan gender dalam hukum

Negara apabila hal tersebut menimbulkan kebaikan.

Para santri pondok pesantren Darussalam memandang bahwa dalam

agama laki-laki memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada perempuan dalam

hal apapun. Mereka berpandangan bahwa tugas perempuan ialah merawat

rumah dan mengasuh anak karena perempuan sebagai al-umm atau madrasah

pertama, dan laki-laki menjadi pemimpin keluarga dengan cara mengayomi.

Meskipun demikian laki-laki tidak diperbolehkan untuk semena-mena kepada

perempuan dan tetap harus mengayomi. Menurut mereka, dalam Islam

memperbolehkan perempuan yang telah berkeluarga untuk berkarir selama

tidak melupakan tugasnya dan mendapatkan izin dari suaminya, karena

apabila dia melupakan tugasnya maka hukumnya akan berbeda dan surga

perempuan itu berada di suami.

Mengenai peran perempuan dalam keberlangsungan pesantren

Darussalam, perempuan diberikan ruang untuk mengurus kegiatan-kegiatan

pesantren sama halnya dengan santri laki-laki. Bahkan setelah lulus dari

pondok pesantren, santri putra maupun putri sama-sama diharuskan untuk

berjuang menyampaikan ajaran agama dari apa yang telah mereka dapatkan

dari pesantren dan akan menjadi amal sholeh bagi mereka.

Page 132: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

117

KH. Mastur Huda Rs selaku pengasuh dan pendiri pondok pesantren

Darussalam memiliki pengaruh yang besar dalam urusan pesantren meskipun

kepala pengurus madrasah adalah menantunya dan pengurus santri putra

ataupun putri dari kalangan para santri akan tetapi beliau tetap mengawasi

kinerja kepengurusan mereka. Seperti halnya dalam pengambilan keputusan

kebijakan pesantren dilakukan secara musyawarah oleh pengurus putra

maupun putri dan warga ndalem, namun keputusan akhir akan diputuskan

oleh KH. Mastur Huda RS.

C. VARIABEL ANALISIS GENDER DALAM PESANTREN

Analisis gender merupakan suatu alat analisis yang membantu untuk

menganalisis dan mengidentifikasi adanya ketidakadilan gender dalam relasi

sosial antara laki-laki dan perempuan di realitas sosial masyarakat, terutama

ketidakadilan structural dan sistem yang disebabkan oleh gender.30

Dalam penelitian ini, variabel analisis gender digunakan untuk mengukur

konstruksi gender yang terjadi antara laki-laki dan perempuan dalam tradisi

ndalem di pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung, variable

tersebut meliputi beberapa kategori antara lain sebagai berikut: bentuk

kegiatan atau partisipasi, akses terhadap sumber daya, pengambilan keputusan

atau kontrol, dan manfaat yang di peroleh.

a. Akses

Dalam kegiatan yang dilaksanakan di pondok pesantren, santri putra

dan putri sama-sama dilibatkan baik dalam pengajaran ataupun dalam

kepengurusan, serta santri putra dan putri di pondok pesantren Darussalam

mendapatkan hak dan memiliki kewajiban yang sama dalam menjalankan

peraturan di dalam bidang pendidikan pesantren. Para santri tidak

mendapatkan keistimewaan latar belakang orang tua mereka, sehingga

30 Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2003), h: 157

Page 133: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

118

mereka wajib mengikuti seluruh kegiatan dan peraturan pondok pesantren

dan apabila melanggar pasti akan mendapatkan hukuman.

b. Partisipasi

Kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren Darussalam sangat

padat sebagaimana kegiatan belajar mengajar pondok pada umumnya.

Selain pengajian-pengajian wajib yang harus diikuti oleh santri putra dan

putri, seperti sorogan kitab, sorogan al-Qur‟an, tidak kalah pentingnya

para santri baik santri putra dan santri harus terlibat dalam membantu

pembangun pondok pesantren, tujuan dari pelibatan semua santri dalam

pembangunan pondok pesantren tersebut agar para santri punya andil di

pembangunan pondok pesantren sehingga mereka merasa memiliki dan

merawatnya.

Selain itu, nyai Nikmatussholihah juga turut berperan dalam

keberlangsungan pesantren meskipun hanya mencakup ruang lingkup

santri putri, namun hal tersebut membuktikan bahwa perempuan turut

hadir dan berperan dalam pengembanhgan pondok pesantren Darussalam

Lampung, sehingga kiai bukan pemeran tunggal akan tetapi meskipun

demikian, kiai menjadi figur yang mendominasi dalam keberlangsungan

kebijakan pesantren, sehingga dalam lingkungan pesantren kiai

merupakan figur sentral dalam pengasuhan, proses pembelajaran,

pengambilan kebijakan, dan penjagaan nilai-nilai kearifan lokal, dan

penanaman norma-norma tradisi-budaya dalam pesantren.

Partisipasi perempuan dalam pesantren Darussalam Lampung terlihat

dalam struktur pengurus dimana santri putri ikut berpartisipasi dalam

kepengurusan pondok pesantren, diikutsertakan dalam musyawarah

pengambilan kebijakan pesantren yang dilakukan secara musyawarah

meskipun dalam pengambilan keputusan di pondok pesantren Darussalam

Lampung, kiai memiliki kekuasaan dan hak mutlak untuk mengambil dan

Page 134: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

119

memberi keputusan namun tetap mempertimbangkan aspirasi-aspirasi dari

para pengurus pondok putra dan putri.

c. Kontrol

Peran Kiai dan Nyai dalam pondok pesantren Darussalam memiliki

pengaruh yang mendominasi terhadap perkembangan pondok pesantren.

Di pondok pesantren Darusssalam Mekarsari, kiai Mastur Huda Rs

berperan selalu mengawasi segala perkembangan kepengurusan pondok

putra, sedangkan ibu nyai Nikmatussholihah mengawasi dan mengontrol

perkembangan kepengurusan pondok putri dan juga mengontrol serta

mengawasi kegiatan santri ndalem yang memasak setiap pagi dan sore

hari di dapur.

Pondok pesantren Darussalam sepenuhnya diasuh oleh Kiai Mastur

Huda Rs, Kiai Mastur Huda Rs mendominasi dalam segala hal di

pesantren baik dalam pengajian, pengajaran, pembangunan, dan lain

sebagainya dibantu oleh ibu nyai yang ikut terlibat dalam pelaksanaan

belajar mengajar di pondok pesantren, dan juga anak serta menantu yang

membantu mengembangkan pesantren. Meskipun terdapat pengurus yang

mengurus pondok baik putra dan putri akan tetapi seluruh keputusan

mutlak berada di tangan beliau akan tetapi beliau tetap menerima aspirasi

dari para pengurus putra dan putri dengan mengadakan musyawarah.

Setelah dimusyawarahkan maslahah dan keburukannya, kemudian beliau

memberikan keputusan. Dalam hal musyawarah, ibu nyai dan pengurus

putri ikut terlibat aktif dalam menyampaikan aspirasinya.

Dalam konstruksi sosial gender yang terjadi di lingkungan pesantren,

kiai dan nyai memegang peran utama dalam mensosialisasikan ide-ide

kesetaraan gender sehingga terciptanya relasi gender yang seimbang, akan

tetapi kiai dan nyai di pondok pesantren Darussalam Lampung masih

terlihat kurang dalam usaha mensosialisasikan kesetaraan gender.

Page 135: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

120

d. Manfaat

Dalam tradisi ndalem, manfaat yang bisa didapatkan oleh para santri

ndalem ialah belajar untuk bekerja dan melatih santri untuk dapat mandiri,

selain itu santri ndalem juga mendapat keringanan biaya sekolah, dan

gratis biaya makan. Santri ndalem selayaknya santri-santri yang lain,

mereka tinggal di asrama dengan santri-santri yang lain hanya saja

kegiatan mereka berbeda dengan santri-santri yang lain. Untuk santri

ndalem putra ada juga yang tinggal di sawah dan ada juga yang tinggal di

asrama. Dalam proses pengajaran pendidikan di pondok pesantren

Darussalam, santri putra dan putri mendapatkan hak yang sama tanpa

terdapat perbedaan dan pengistimewaan.

D. KONSTRUKSI SOSIAL GENDER DALAM TRADISI NDALEM

Gender yang dikonstruksikan di dalam pesantren bergantung kepada para

agen sosialisasi gender yang ada di pesantren untuk menyebarkan nilai-nilai,

ide-ide, pesan-pesan dan wacana kesetaraan gender sehingga terciptanya relasi

keseimbangan gender non-diskriminatif, agen sentral sosialisasi gender di

dalam pesantren ialah kiai dan nyai. Dalam usaha konstruksi sosial gender di

pesantren, peran kiai dan nyai sangat berpengaruh sekali dalam penerapan

nilai moral pondok, dan tradisi-tradisi yang berada di dalamnya salah satunya

dalam tradisi ndalem yang di praktekkan di dalam lingkungan pondok

pesantren.

Nyai yang memiliki kedudukan sebagai istri kiai, interaksinya sebagai

pengajar dan pengasuh terbatas hanya dengan santri perempuan, sedangkan

kiai memiliki dominasi dalam pengasuhan pondok pesantren. Meskipun

demikian, hal ini menandakan bahwa perempuan juga tampak hadir dalam

laju kembangnya pesantren dan tradisi-tradisi yang ada di dalamnya.

Dalam tradisi ndalem, konstruksi sosial gender masih terpengaruh oleh

pembagian peran dalam budaya patriarki yang bersifat tradisional, namun

Page 136: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

121

meskipun demikian tidak terdapat pihak yang merasa dirugikan dengan

pembagian peran tersebut, karena tercipta kemitraan.

Dari rincian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh

dalam konstruksi sosial gender di pesantren khususnya pada tradisi ndalem

ialah sebagai berikut:

- Norma dan hirarki sosial yang terdapat di pesantren seperti struktur kekuasaan

yang di dominasi oleh laki-laki yakni kiai.

- Kitab-kitab pendidikan yang masih bersifat misogini

- Dogma “barokah” kiai yang akan didapatkan santri dengan cara mengabdi

kepada kiai, dogma ini langgeng

Dalam tradisi ndalem, konstruksi sosial gender dipengaruhi oleh beberapa

faktor sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

Faktor yang mendukung dalam usaha konstruksi gender dalam tradisi

ndalem di pondok pesantren Darussalam Lampung adalah sebagai berikut:

- Hadirnya ibu nyai yang turut berpartisipasi dalam pengembangan

pondok pesantren sebagai pengajar dan pengasuh santri perempuan.

Santri putri berkecimpung dengan kepengurusan putri begitu pula

sebaliknya membuktikan hadirnya partisipasi perempuan di dalamnya.

- Dalam praktek pengajaran di pondok pesantren Darussalam, santri

putri mendapatkan kesempatan dan hak yang sama dalam pendidikan.

- Santri perempuan dan laki-laki sama-sama diberikan akses untuk

menjadi pengurus.

b. Faktor Penghambat

Dalam mencapai kesetaraan dan keseimbangan gender dalam tradisi

ndalem terdapat beberapa faktor yang menghambat untuk mencapainya,

antara lain:

Page 137: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

122

- tradisi lama patriarki dengan pembagian peran tradisional yang

menempatkan peran perempuan di dapur dan menganggap hal tersebut

merupakan hal yang lumrah

- tradisi-tradisi yang dipraktekkan, norma-norma serta doktrin-doktrin

yang disosialisasikan secara turun-temurun dan bertahun-tahun dalam

lingkungan pesantren menjadi salah satu bagian dari proses,

mekanisme dan melatarbelakangi pembentukan konstruksi gender

didalamnya.

- tidak adanya program kebijakan di pondok pesantren Darussalam yang

mendukung kesetaraan gender, serta tidak adanya upaya penerapan

kesetaraan gender di pesantren Darussalam.

- Kurangnya peran kiai dan nyai dalam menyampaikan wacana gender

dimana keduanya sebagai agen sosialisasi gender utama dalam

lingkungan pesantren

- kurangnya perhatian terhadap isu-isu gender dalam pesantren dengan

memperhatikan pengalaman-pengalaman sosial perempuan

- masih terdapat literatur pendidikan pesantren bias gender yang

digunakan sebagai acuan pembelajaran.

Page 138: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

123

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pesantren menjadi tempat rekonstruksi budaya yang bersumber dari

pemaknaan teologis terhadap realitas sosial masyarakat. Tradisi serta norma-

norma yang ada di dalamnya berlandaskan kepada ajaran agama dan

bersumber dari literatur tafsir serta kitab kuning menjadi lokalitas khas

pesantren tradisional yang ada di Indonesia, pesantren sangat memegang

teguh nilai-nilai tradisionalitas dan mempraktikkannya hingga hari ini. seperti

contoh tradisi ndalem.

Isu gender di dalam ruang lingkup pesantren masih kurang mendapat

perhatian lebih, terutama kebijakan-kebijakan yang menyangkut pengalaman

perempuan, Konstruksi sosial gender yang terbentuk dalam tradisi ndalem

terlihat dalam pembagian peran di dalamnya. Pembagian peran kerja yang

dipraktekkan dalam tradisi ndalem di pondok pesantren Darussalam Lampung

merupakan paham biological reductionism dimana pembagian peran antar

keduanya berdasarkan jenis kelamin. Konstruksi pembagian peran seperti itu

pembagian peran yang bersifat tradisional. Pada hakikatnya meskipun

demikian, pembagian peran seperti itu tidak menjadi masalah selama hal

tersebut menimbulkan keseimbangan dan keharmonisan serta tidak

menimbulkan diskriminasi salah satu pihak, karena perbedaan peran dan relasi

antara laki-laki dan perempuan merupakan hasil dari konstruksi sosial dan

tidak bersifat kodrati sehingga dapat berubah sewaktu-waktu.

Hubungan relasi antara kiai dengan santri terjalin sangat erat dan

emosional dimana relasi hubungan tersebut tidak terbatas waktu sampai

kapanpun relasi keduanya tetap terjaga. Hal tersebut dipengaruhi oleh budaya

subordinasi dalam lingkungan pesantren dimana kiai merupakan sosok

kharismatik dan mendominasi dalam ruang lingkup pesantren. Hubungan

antar keduanya berlandaskan rasa hormat dan kepatuhan yang mutlak hal ini

dipengaruhi oleh literature pendidikan yang digunakan sebagai acuan di

Page 139: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

124

pesantren yakni kitab Ta‟lim Muta‟alim yang berisi tentang adab seorang

murid dan guru dalam belajar serta kitab Akhlakul Banin/banat yang berisi

mengenai pembinaan akhlak seorang santri. Doktrin “ngalap barokahe kiai”

sudah mengakar dalam tradisi pesantren, hal tersebut menjadikan tradisi

ndalem yang turun-temurun dilaksanakan di pondok pesantren Darussalam

langgeng hingga hari ini.

Tradisi ndalem merupakan tradisi pesantren tradisional yang menjadi nilai

lokalitas pesantren yang menjadi jati diri pesantren tradisional hingga kini,

namun dalam praktiknya perlu diperhatikan untuk menciptakan

keseimbangan. Dalam tradisi ndalem, dogma barokah sangat berpengaruh

besar dan mengakar kuat, dimana mayoritas motivasi menjadi santri ndalem

berasal dari keinginan pribadi masing-masing santri dimana mereka

mengharapkan barokah dari kiai dan memiliki kedekatan dengan kiai serta

keluarga ndalem sehingga para santri berusaha melakukan banyak hal untuk

mengabdi kepada kiai untuk mendapatkan barokah tersebut. Literature

pendidikan mengenai perempuan yang dipakai pondok pesantren Darussalam

Lampung yakni muhimmatun nisa‟ turut mempengaruhi dalam konstruksi

gender dalam norma dan tradisi yang ada di pesantren khususnya dalam

tradisi ndalem. Kitab muhimmatun nisa‟ terlihat beberapa ajaran misogini

yang bias gender mengenai kedudukan dan relasi laki-laki dan perempuan

sehingga berdampak kepada pembagian peran dalam tradisi tersebut. Namun

partisipasi perempuan dalam konstruksi pembangunan pondok pesantren

Darussalam Lampung terlihat dalam hadirnya peran nyai dalam

mengembangkan pondok pesantren meskipun hanya dalam lingkup

pengasuhan dan pengajaran santri putri saja.

Konstruksi gender dalam tradisi ndalem yang ada di pesantren Darussalam

Mekarsari Lampung dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tersebut diatas, yakni

hegemoni hierarki sosial yang terlihat dalam sistem hubungan antara kiai dan

santri dengan berlandaskan norma ta‟dziman dan takriman mutlak. Konsep

“barokah” dan pengabdian kepada kiai merupakan motivasi utama dalam

Page 140: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

125

praktik tradisi ndalem ini. Pembagian peran dalam tradisi ndalem bersifat

tradisional namun tidak menimbulkan diskriminasi, karena terjalin hubungan

bersifat kemitraan yang memunculkan keharmonisan dalam praktik

pembagian tugas dan peran sebagai santri ndalem. Perempuan juga terlihat

turut andil dalam usaha pengembangan pesantren yakni dengan menjadi

pengurus santri dan pengasuh yakni ibu nyai, meskipun peran mereka masih

terbatas hanya dalam kalangan perempuan saja.

B. SARAN

Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, penulis beranggapan bahwa

dunia pesantren sebagai suatu wadah/lembaga yang mencetak generasi

penerus bangsa harus menempatkan perempuan sebagai subyek sebagaimana

layaknya laki-laki yakni dengan pengetahuan, kesadaran, melibatkan peran

perempuan dalam berbagai bidang, sehingga terciptalah perempuan menjadi

subyek dimana hal ini harus dibangun, diciptakan, diikhtiarkan dan

dikembangkan secara terus-menerus secara bersama-sama sehingga tradisi-

tradisi yang dipraktikkan di pesantren Darussalam Lampung responsif gender,

tidak androsentris, dan mempraktekkan pembagian peran yang setara serta

menampakkan peran perempuan.

Penulis berharap, kiai dan nyai sebagai agen sosialisasi gender dalam

pesantren harus lebih peka dan aktif dalam mensosialisasikan nilai-nilai,

wacana gender dalam pesantren dengan menerapkan kebijakan-kebijakan

yang diberlakukan oleh pondok pesantren. Tradisi-tradisi pondok pesantren

dan literatur pengajarannya haruslah mendukung kesetaraan dan

keseimbangan gender dengan memperhatikan pengalaman-pengalaman sosial

perempuan dan menjadikan perempuan sebagai subyek sehingga terciptanya

konstruksi gender yang adil dan seimbang dalam pesantren baik dalam

tradisinya ataupun dalam pengajarannya.

Demikian penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata

sempurna. Maka dari itu, sumbangan dan kritik yang bersifat membangun

Page 141: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

126

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan pada penulisan selanjutnya.

Namun dari ketidaksempurnaan ini, penulis berharap semoga karya ini dapat

membantu melengkapi penelitian sebelumnya dan menjadi acuan untuk

penelitian selanjutnya.

Page 142: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

127

DAFTAR PUSTAKA

Affiah, Neng Dara, (2017), Islam, Kepemimpinan, Perempuan, dan

Seksualitas, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Adnani, Kamila, dkk, (2016), Resistensi Perempuan Terhadap Tradisi-Tradisi

di Pesantren Analisis Wacana Kritis Terhadap Novel Perempuan Berk alung Sorban,

Jurnal Kawistara Volume 7, No. 2.

Asmani, Jamal Ma‟mur, (2015), Mengembangkan Fikih Sosial KH. MA. Sahal

Mahfudz: Elaborasi, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Busthomi, Drs. Afif, dan Masyhuri Ikhwan, (2000), Terjemah Syarah

Uqudullujain; Etika Berumah Tangga karya Syekh Muhammad Bin Umar An-

Nawawi, Jakarta: Pustaka Amani.

Echol, John M. dan Hasan Shadily, (2007), Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:

PT Gramedia.

Efendi, Erfan, (2018), “Gender Perspektif Etika Pesantren (Studi Ttentang

Kepemimpinan Kyai dan Nyai Tentang Sosialisasi Gender di Lingkungan Sosial

Pondok Pesantren Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta)”, Jurnal An-Nisa‟ Vol. 11 No.

2.

Fajriani, Nuranisa dan Awaliah Musgamy, (2020), Analisis Sosiologis

Terhadap Kedudukan Hakim Perempuan (Perspektif Imam Hanafi dan Ibnu Jarir

Ath-Thabari), Shautuna Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab, Volume. 1

No. 1.

Handayani, Dra Trisakti, dan Dra Sugiyanti, (2002), Konsep dan Teknik

Penelitian Gender, Malang: UMM Press.

Hannan, Abd, (2016), “Gender dan Fenomena Patriarki Dalam Sosial

Pendidikan Pesantren (Studi Tentang Hegemoni Kiai Pesantren Terhadap Sosial

Page 143: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

128

Pendidikan Bias Gender” Prosiding Seminar Nasional Gender dan Budaya Madura

III Madura: Perempuan, Budaya dan Perubahan.

Huda, M. Syamsul, (2011), “Kultus Kiai: Sketsa Tradisi Pesantren”, Teosofi

Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam Volume 1 Nomor 1, Diakses dari DOI:

https://doi.org/10.15642/teosofi.2011.1.1.113-130

Khilmiyah, MA, Dra. Akif (2003), Menata Ulang Keluarga Sakinah;

Keadilan Sosial dan Humanisasi Mulai dari Rumah, Bantul: Pondok Edukasi.

Labibah, Umnia, (2004), Wahyu Pembebasan Relasi Buruh – Majikan,

Depok: Pustaka Alief.

Lutfiana, Hilma, (2016), “Pengembangan Nilai Karakter dan Kecakapan

Hidup Bagi Santri Ndalem di Pondok Pesantren Roudlaotul Jannah Kabupaten

Kudus”, diambil dari skripsi Universitas Negeri Semarang.

Marhumah, (2011), Konstruksi gender, hegemoni kekuasaan, dan lembaga

pendidikan, Jurnal KARSA Vol. 19 No.2.

Marhumah, Ema, (2011), Konstruksi Sosial Gender Di Pesantren ; Studi

Kuasa Kiai Atas Wacana Perempuan, Diakses dari books.google.com.

Muhakamurrohman, Ahmad, (2014), Pesantren: Santri, Kiai, dan Tradisi,

Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 12 No. 2.

Mernissi, Fatima, dan Riffat Hassan, (2000), Setara Di Hadapan Allah,

Yogyakarta: Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak LSPPA.

Muhammad, Husein, (2004), Islam Agama Ramah Perempuan; Pembelaan

Kiai Pesantren, Yogyakarta, LKIS.

Muhammad, K.H. Husein, (2014), Mencintai Tuhan Mencintai Kesetaraan,

Jakarta: PT Gramedia.

Muhammad, K. H. Husein, (2019), Fiqh Perempuan, Yogyakarta: IRCiSoD.

Page 144: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

129

Muhammad, K.H. Husein, (2001) Fiqh Perempuan Refleksi Kiai Atas

Wacana Agama dan Gender, Yogyakarta: LKIS.

Nasution, Harun, (1985), Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia UI-Press.

Noorhayati, Siti Mahmudah, (2017), “Pemikiran Islam Terhadap Gender dan

Pemberdayaan Perempuan (Studi Pemikiran dan Model Pemberdayaan Nyai di

Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton)”, Jurnal Akademika Vol. 22 no. 02

Nuroniyah, Wardah, (2014), “Tradisi Pesantren dan Konstruksi Nilai

Kearifan Lokal Di Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon”,

Holistik Vol.15 No. 02.

Oxford learner‟s pocket dictionary, (2003), Oxford University Press.

Purba, Orinton, Diakses dari

https://gendernews88.wordpress.com/2010/09/07/konsep-dan-teori-gender/ Gender

and Development Konsep dan Teori Gender, diakses pada tanggal 9 Juli pkl 15.10

WIB.

Purnomo, Hadi, M. Pd, (2020), Kiai dan Transformasi Sosial; Dinamika Kiai

Dalam Masyarakat, Yogyakarta: Absolute Media.

Ropi, Ismatu, dan Jamhari, (2003), Citra Perempuan Dalam Islam:

Pandangan Ormas Keagamaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Said, Hasani Ahmad, (2011), Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di

Nusantara, Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 9, No. 2.

Soehadha, Moh, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama,

Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga.

Suralaga, Fadilah, dkk, (2003), Pengantar Kajian Gender, Jakarta: Pusat

Studi Wanita.

Page 145: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

130

Subhan, Prof. Dr. Zaitunah, (2015), Al-Quran dan Perempuan Menuju

Kesetaraan Gender Dalam Penafsiran, Jakarta: Prenadamedia Group.

Siti Musdah Mulia, (2007), Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender,

Yogyakarta: Kibar Press.

Yamani, Mai, (2000), Feminisme and Islam Perspektif Hukum dan Sastra,

Jakarta: Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation.

Sumber Wawancara:

Wawancara pribadi dengan KH. Mastur Huda Rs selaku pengasuh dan pendiri

pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung, 08 Maret 2021.

Wawancara pribadi dengan Saikhul Huda S.Pd selaku kepala bidang

pendidikan madrasah BP Darussalam dan diniyah, 05 Oktober 2020.

Wawancara pribadi dengan Kurniawan Pratama selaku wakil ketua pengurus

putra pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung, 21 Desember 2020.

Wawancara pribadi dengan Siti Nur Hidayah selaku ketua pengurus pondok

putri pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung, 05 Oktober 2020.

Wawancara pribadi dengan Nurul Istiqomah selaku santri ndalem putri, 08

Desember 2020.

Wawancara pribadi dengan Ibnu Abdillah selaku santri ndalem putra, 11

Januari 2021.

Wawancara pribadi dengan Mahfudz Ali Fauzan selaku santri ndalem putra,

11 Januari 2021.

Wawancara pribadi dengan Solihin selaku santri ndalem putra, 11 Januari

2021.

Wawancara pribadi dengan Atik Muflihatul Maftuhah selaku santri ndalem

putri, 08 Desember 2020.

Wawancara pribadi dengan Siti Rohimah selaku santri putri ndalem, 07

Desember 2020.

Page 146: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

131

Wawancara pribadi dengan Ma‟rifatul Hidayah selaku santri putri ndalem, 08

Desember 2020.

Wawancara pribadi dengan Ina Fitria selaku santri putri ndalem, 17 Desember

2020.

Wawancara pribadi dengan Fikih Nur Indah Sari selaku santri putri ndalem,

17 Desember 2020.

Wawancara pribadi dengan Eka Syahibaturrohmah selaku santri putri ndalem,

17 Desember 2020.

Wawancara pribadi dengan Nabilatussyahrani selaku santri putri ndalem, 18

Desember 2020.

Wawancara pribadi dengan Lina Ni‟matussa‟adah selaku santri putri ndalem,

18 Desember 2020.

Sumber Data:

Data monografi desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung

Timur, Tahun 2019-2020.

Page 147: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 148: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

133

Lampiran 1: Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi

Page 149: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

134

Lampiran 2: Surat Izin Penelitian

Page 150: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

135

Lampiran 3: Surat Keterangan Penelitian

Page 151: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

136

Lampiran 4: Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Data Informan

Nama :

Alamat :

Jabatan :

Waktu Wawancara :

Tempat Wawancara :

Daftar Pertanyaan

A. Latar Belakang dan Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Darussalam

1. Bagaimana sejarah awal pendirian pondok pesantren Darussalam?

2. Bagaimana keadaan sosial budaya desa mekarsari ?

3. Bagaimana tanggapan masyarakat ketika pertama kali pondok didirikan?

4. Bagaimana hubungan antara pihak pondok pesantren dengan masyarakat

sekitar?

5. Apa kontribusi pesantren yang cukup dirasakan oleh masyarakat sekitar?

6. Bagaimana sistem pengajaran yang dipakai di pesantren Darussalam

Mekarsari Lampung?

7. Apa saja bahan ajar pendidikan yang digunakan di pesantren Darussalam

Mekarsari Lampung?

B. Tradisi Pesantren

1. Apa saja tradisi pesantren yang ada di pesantren Darussalam yang masih

dipertahankan hingga hari ini?

Page 152: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

137

2. Apa pengertian dari tradisi ndalem?

3. Apa kriteria untuk menjadi santri ndalem?

4. Apa motivasi santri untuk menjadi santri ndalem?

5. Apa tujuan dan manfaat yang dirasakan santri dari tradisi ndalem?

6. Bagaimana pembagian peran dalam tradisi ndalem?

C. Gender Dalam Pesantren

1. Apa yang anda pahami mengenai gender ?

2. Bagaimana relasi antara laki-laki dan perempuan dalam tradisi pesantren?

3. Apa saja akses yang diberikan kepada santri putra dan puteri?

4. Bagaimana partisipasi peran laki-laki dan perempuan dalam

keberlangsungan pesantren?

5. Bagaimana kontrol dan sosialisasi gender dalam pondok pesantren

Darussalam Mekarsari Lampung?

6. Bagaimana konstruksi gender dalam tradisi ndalem di pesantren

Darussalam Mekarsari Lampung?

7. Menurut anda, apa saja faktor yang mendukung usaha konstruksi sosial

gender dalam pesantren?

8. Apa saja faktor yang menghambat dalam usaha mencapai kesetaraan dan

keseimbangan gender dalam pesantren?

Page 153: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

138

Lampiran 5: Pernyataan Informan

Page 154: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

139

Page 155: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

140

Page 156: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

141

Page 157: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

142

Page 158: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

143

Page 159: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

144

Page 160: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

145

Page 161: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

146

Page 162: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

147

Page 163: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

148

Page 164: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

149

Page 165: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

150

Page 166: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

151

Page 167: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

152

Page 168: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

153

Page 169: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

154

Page 170: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

155

Page 171: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

156

Page 172: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

157

Page 173: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

158

Lampiran 6: Hasil Wawancara

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama : KH. M. Mastur Huda RS

Jabatan : Pimpinan pengasuh pondok pesantren Darussalam

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana sejarah perkembangan pondok pesantren Darussalam Mekarsari

Lampung?

= Untuk pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung Timur ini berdiri

tahun 2003, namun pendirian ini bukan pendirian yang pertama kali karena

pindahan dari pasir sakti. Pindah dari pasir sakti pada saat itu akhirnya santri

yang ada di pasir sakti dulu ikut semua di mekarsari. ya Alhamdulillah saat itu

memang awalnya itu diniyah-salafiyah dan mengaji kitab-kitab kuning, setelah

perkembangan zaman, dan setelah anak-anak saya sendiri pulang dari pondok

pesantren terus saya mulai mendirikan kurikulum pendidikan formal smp

pertama kali Alhamdulillah berjala n begitu smp menamatkan satu kali langsung

kita mendirikan sma, sampai sekarang sudah berjalan sampai menamatkan 3x

angkatan sma, kalau smp nya sudah 6 kali. Dengan keadaan demikian, pondok

pesantren melanjutkan dan melaksanakan pendidikan-pendidikan diniyah-

salafiyah mengaji kitab-kitab kuning, sorogan al-quran, sorogan kitab kuning,

juga ada belajar khitabah, belajar qiroatil quran. Itu semuanya untuk mendidik

santri, biar supaya santri mempunyai karakter agamis dan kalau memang santri

itu cukup belajarnya di pondok pesantren ini sampai jenjang akhir, insha allah

santri-santri dirumah akan ada manfaatnya, di masyarakat akan ada manfaatnya

sesuai dengan hadist nabi yang telah disabdakan oleh nabi “khoirunnaasi

anfa‟uhum linnas” “sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa memberi

Page 174: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

159

manfaat kepada manusia yang lain” dan juga insha allah apabila santri itu cukup

belajarnya dan bersungguh-sungguh bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat,

manfaat untuk pribadi sendiri dan keluarga juga bisa bermanfaat untuk

masyarakatnya, dimanapun santri itu bertempat insha allah tempat yang telah

ditempatinya disana akan berjuang agamanya Allah swt, sesuai dengan hadist

nabi yang berbunyi “kulil haqqo walau kaana murron” dan hadist yang lain

“sampaikanlah walau satu kalimat”, dimanapun anda berdapat, dimanapun anda

bertempat, sampaikan sebisa anda jikalau disitu ada m enempat dimana katakan

disitu berjuang agama, dengan perjuangan mereka yang sedemikian insha allah

islam akan terus berkembang. Itulah cita-cita pondok pesantren untuk

mengembangkan agama Islam ini dimana agama Islam itu terus berkembang

insha allah dunia ini selalu tenteram, karena al-islamu ya‟lu wa laa yu‟la „alaihi,

juga al-islami rahmatan lil „aalamin islam akan memberi rahmat kepada

semuanya alam. Demikian cita-cita pondok pesantren dan cita-cita pengasuh

untuk mengembangkan ilmu-ilmunya supaya ilmu ini menjadi amal jariyah

pengasuh dan juga keluarga ndalem kesemuanya.

2. Apa yang memotivasi pak kiai untuk mendirikan pondok pesantren ini?

= Dulu saya pernah belajar pertama setelah saya tamat MI itu saya belajar di

pondok pesantren subulussalam sriwangi bk 16 Belitang, setelah saya tamat dari

pondok pesantren subulussalam saya ke jawa saya ke Kediri di rinago, pare,

Kediri, disitu saya nggak kuat lama disitu hanya satu tahun karena ada beberapa

masalah dan cobaan yang mungkin saya nggak kuat dengan cobaan itu yang jelas

cobaannya kekurangan sangu. Dan setelah itu saya ke banyuwangi di pondok

pesantren Darussalam blokagung banyuwangi, Alhamdulillah sampai saya

mengakhiri belajar itu disana di blok agung banyuwangi, itu kurang lebih ada

puluhan tahun disana, itu khataman dari sana terus saya pulang ke pasir sakti

terus mengembangkan ilmu-ilmu yang saya dapat dari sana mendirikan pondok

pesantren Alhamdulillah berlanjut sampai sekarang. Nah yang memotivasi saya

untuk mendirikan pondok pesantren yang pertama dorongan dar masyayih/para

Page 175: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

160

guru, setelah itu juga dorongan dari orang tua, keluarga besar, juga ada niat dari

pribadi.

3. Bagaimana kondisi sosial budaya desa mekarsari? Dan bagaimana tanggapan

masyarakat mengenai pendirian pondok ini?

= Alhamdulillah masyarakat sedesa mekarsari senang dan sayuk membantu

kesemuanya, bukan hanya dari mekarsari namun hampir se-pasir sakti itu satu

kecamatan bahkan sampai labuhan maringgai sampai jabung itu mendukung

dengan keadaan pondok pesantren yang telah kita dirikan disini. Dan pada saat

itu banyak masyarakat, bukan hanya banyak, semuanya masyarakat itu

membantu memberi asrama satu persatu kelompok satu. Sampai saat itu yang tak

terduga pada perkiraan saya itu nggak akan kayak begitu. Akhirnya para santri

yang ikut dari pasir sakti dari darul hikmah yang dulu itu semua terwadahi,

belajar ada tempatnya, dan menempat tidur ada tempatnya semuanya. Itu dengan

dukungan masyarakat luas, seperti gunung pelindung, dari labuhan maringgai,

dari pasir sakti sendiri, dari jabung, itu semuanya masyarakat begitu itu

kelompok-kelompok yasinan itu memberi satu unit satu unit walaupun tidak

begitu besar ukurannya, ukurannya itu banyak-banyak 4x6, dan itu juga masih

merupakan kayu-kayu, papan-papan, sampai rumah saya sendiri itu dibangunkan

oleh masyarakat juga pakai kayu papan, jadi sampai tiga tahun baru bisa

mengganti bata merah sampai sekarang.

4. Bagaimana peran ibu nyai dalam pengembangan pondok pesantren ini?

=Dari awal ibu nyai sudah ikut berjuang terus, sudah punya anak 4 saya ajak

mulai dari nol sampai seperti sekarang ini, pahit dikerjakan bersama, manis

dimakan bersama dan seterusnya sampai dulu awalnya masih di awal-awal dulu

kerap kali tidak bisa makan, awalnya saya juga kerja, pulang dari kerja ngaji,

pulang dari kerja jamaah shalat sampai malam awal-awalnya dulu.

5. Siapa saja yang terlibat dalam pendirian pondok ini?

= orang-orang yang pokok terutama di mekarsari ini kepala desanya, namanya

pak tohari. Dan juga seluruh kepala dusun yang ada, masyarakat itu kesemuanya,

terus dari tokoh-tokoh agama desa sekitar kayak desa mulyosari, desa pulosari,

Page 176: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

161

desa libo, sampai tokoh-tokoh desa buntal, semuanya ikut terlibat mendirikan

pondok pesantren, ikut mendirikan bangunan yang ada di pondok pesantren.

6. Apa sistem pengajaran yang digunakan dalam pondok pesantren?

= dulu awalnya diniyah-salafiyah ya pelajarannya ya ala diniyah seperti belajar

nahwu, sorof, tajwid, tauhid, hadist, dan fikih, itu pelajaran-pelajaran yang ada di

diniyah. Kalau yang ngaji kitab-kitab kuning, banyak kitab macem-macem itu

seperti kitab tafsir jalalain, terus ihya‟ ulumuddin, dan kitab-kitab fikih yang lain

kayak fathul mu‟in, fathul wahab, kasifatussaja awwaluma, kalau kitab-kitab

hadistnya ya ada kitab hadist bulughul maram, riyadussholihin, sohihul bukhori,

saohihul muslim dan lain sebagainya. Kalau tasawufnya ya ihya‟ ulumuddin itu.

7. Apa ciri khas pesantren khususnya di pesantren Darussalam ini yang

dicondongkan dan dipertahankan sampai sekarang?

= nahwu, shorof, fikih, dan hadist serta tasawuf. Kalau acuannya kita tetap

mengacu ke pusat, ke pondok pesantren Darussalam banyuwangi, kalau di

lampung sendiri kayaknya belum, tapi kalau pesantren bersahabat diantara

pondok-pondok pesantren insha allah keseluruhan pondok pesantren khususnya

lampung timur itu bersahabat.

8. Apa yang diunggulkan oleh pondok pesantren Darussalam dalam

pengajarannya?

= terutama ya akhlakul karimah, adab diantara santri dan kiai, adab di antara

murid dan guru, adab di antara santri dan warga ndalem, terus yang lain dari pada

akhlakul karimah juga mendahulukan tentang tasawuf dan fikihnya untuk

menjadikan akhlak santri mulai di pondok pesantren sampai nanti pulang ke

rumahnya tetap akhlakul karimah, fikih dan tasawuf itu.

9. Bagaimana hubungan antara kiai dan santri dalam ruang lingkup pesantren?

= ya Alhamdulillah semuanya itu baik hubungannya terus, dan memang niatnya

itu memang untuk membaiki. Jadi santri tetap ta‟dziman dan takriman kepada

pengasuh juga santri tetap sami‟na wa ato‟na apa yang dikatakan pengasuh juga

keseluruhan warga ndalem, dimana keadaan itu memang itu menjadi

qonun/undang-undang. Insha allah sampai santri itu pulang dari pondok

Page 177: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

162

pesantren, ini alumni tetap masih menjadi satu dan mengiblat kepada pondok.

Dan Alhamdulillah sekarang alumni juga sudah mengadakan kegiatan alumni

dengan keadaan tetap ta‟dziman dan takriman dan sam‟an wa to‟atan. Hubungan

santri dan kiai bukan hanya pas di pondok saja akan tetapi setelahnyapun masih

tetap terjalin hubungan baik yang erat bahkan sampai matipun masih hubungan.

10. Apa saja tradisi pesantren yang ada di pondok pesantren Darussalam?

= tradisi santri terutama shalat berjamaah ini diutamakan, terus mengaji dan

sekolah diniyah maupun kurikulum itu tetap tradisinya itu diharuskan seperti itu.

Yang lain hubungan dengan masyarakat insha allah tetap terjalin sampai

kapanpun, dan kita selalu mengadakan acara untuk menyapa masyarakat,

menyapa umat seperti istighosah dzikrusyafaat yang diadakan sebelum pandemi

ini, Alhamdulillah pada saat itu wali-wali santri dan masyarakat itu datang pas

pada waktu istighosah pada tiap tanggal 15, satu bulan sekali. Banyak yang

datang itu dari 4 kecamatan, kecamatan pasir sakti, jabung, gunung pelindung,

labuhan maringgai, itu banyak yang datang pada waktu istighosah lebih-lebih pas

ada wali santri yang jauh itu datang ke pondok pesantren pada saat itu juga ikut

istighosah yang diadakan oleh pondok pesantren. Dan istighosah itupun kita

mengacu kepada pusat di pondok pesantren Darussalam blokagung banyuwangi,

itu istighosah dari sana, jadi kita nggak lepas karena dikatakan menjadi santri itu

mulai nyantri sampai di masyarakat sampai hidup di rumah sampaipun nanti di

yaumil qiyamah kita tetap nggandol sarunge kiai, lak kiaine melbu suargo kan

melok melbu suargo. Terus ada istilah pondok pesantren itu yang lain daripada

pondok pesantren lain itu ro‟an, ro‟an itu kerja bakti. Ro‟an di pondok pesantren

itu ada di hari jumat pagi dan selasa pagi, itu kerja bersama untuk membersihkan

lingkungan pesantren. Itu yang kadang-kadang lain daripada pondok pesantren

lain, kadang-kadang pondok pesantren lain itu tidak ada tapi disini itu ada

Alhamdulillah.

11. Apa nilai-nilai yang dikembangkan dan diajarkan di pesantren?

= nilai keta‟dziman, ta‟dzim kepada kiai, ta‟dzim kepada guru, orang tua, saudara

yang tertua dan kepada sesama itu nilai-nilai yang diajarkan di pondok pesantren.

Page 178: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

163

12. Apa yang dimaksud dengan tradisi ndalem?

= tradisi ndalem sendiri melatih santri untuk bekerja, kerjanya menurut

kemampuan masing-masing. Karena di ndalem sendiri, ada kerjaan tani itu santri

yang senengnya kerja tani itu ke sawah dimana sawah ndalem dan pondok itu

sedikit punya sawah itu untuk kerja disana untuk ngopeni sawah itu sendiri dan

hasilnya dibawa pulang. Setelah itu hasil yang khususnya untuk punyaan sawah

itu untuk memberi makan orang-orang yang kerja di pondok pesantren,

bangunan-bangunan yang ada di pondok pesantren itu santri-santri yang ikut

kerja di pondok pesantren seperti ngaduk semen, ngusung bata merah atau

batako, ngusung batu belah, batu keriting dan kesemuanya santri yang kerja.

Terus untuk yang santri perempuan itu masak, memasakkan untuk orang-orang

yang kerja itu, dan itupun juga digilir. Santri yang masak digilir, santri yang kerja

bangunan digilir, kecuali santri yang kerja di sawah, kalau yang kerja di sawah

itu tetap hanya orang-orang itu. Terus kerja bangunan ini bagian tukangnya

kebetulan ngambil dari luar dan sebagian banyak itu dari alumni yang di luar

menjadi tukang, kita ambil untuk kerja di pondok pesantren. Kebetulan pada

tahun ini itu kerjaan ada beberapa tempat, ndalem sendiri di bongkar karena

kayu-kayu yang saat orang-orang dulu membantu itu seadanya dulu sekarang

sudah minta ganti, terus dalam rumahnya anak yang nomor satu juga masang

keramik, anak yang nomor dua buat pawon masak, terus di asrama itu asrama

putri masih membangun, dan setiap rampung satu pindah kesatunya, ada lima

tempat yang merupakan lima rombongan tukang dan lima rombongan meladeni.

Dan itu semua demikian untuk jalannya pondok pesantren biar terus jalan dan

mengembangkan agama bukan hanya dari segi agama itu sendiri namun dari segi

pekerjaan bangunanpun pekerjaan di tani, itu terus dikembangkan oleh pondok

pesantren. Insha allah pekerjaan-pekerjaan yang mereka-mereka ikut itu

semuanya akan dibawa pulang menjadi pelajaran di pondok dan menjadi

pelajaran di rumah nanti yang dikembangkan disana. Seperti alumni-alumni yang

sekarang tukang di pondok pesantren memang dulunya juga belajar nukang di

pondok ini akhirnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat juga dimanfaatkan oleh

Page 179: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

164

pondok pesantren, begitu pondok pesantren itu butuh itu kita panggil. Bangun

ini, pondasi ini, dan lain sebagainya.

13. Nilai-nilai apa yang di dapat dari tradisi ndalem?

=yang di dapat oleh santri sendiri dari tradisi ndalem, kebeneran santri-santri

yang dekat dengan ndalem, dari santri putri, dari santri putra yang deket dengan

ndalem terus pengurus-pengurus putra maupun pengurus putri itu walaupun

nggak semua ya kebanyakan itu kayak anak sendiri, akhirnya itu akrab dan dekat

bahkan yang paling dekat dulu di pondok pesantren itu akhirnya anaknya itu

dipulangkan di pondok pesantren, jadi menjadi anak dan orangtua.

14. Bagaimana pemilihan santri ndalem? Apakah ada kualifikasinya?

= nggak ada, diantara mereka yang ikut ndalem dengan pengurus itu yang

ngurusi pengurus. Kalau ndalem sendiri tinggal menerima dan siapa itu yang

mau tinggal iya gitu aja.

15. Apa saja kegiatan santri ndalem?

= selain pekerjaan, sama dengan santri umum.ya ngaji, sekolah, kapan waktunya

kerja ya kerja, dan lain sebagainya. Gak dibeda-bedakan, yang membedakan

hanya pas mengerjakan kerjaan di ndalem. Tidak semua santri ndalem itu

semuanya pengurus, gak ada yang harus pengurus, malah pengurus yang pokok

itu malah nggak ikut, jadi ngatur suasana pondok ini gimana kerjaan yang itu ya

baiknya yang ngontrol selain saya sendiri sebagai pengasuh, kalau putri ya ibu

nyai sebagai pengasuh putri itu mutlaknya pengurus.

16. Apa saja peraturan yang ada di ndalem?

= nggak ada, di ndalem tidak ada peraturan sendiri untuk gini untuk gini itu gak

ada. Semuanya sama

17. Apa saja akses yang diberikan untuk santri ndalem?

= gak ada, hanya saja dalam pekerjaan itu diarahkan, kalau putri di ndalem itu ya

bu nyai yang mengarahkan. Itu saja kalau yang di sawah itu, saya sendiri sudah

beberapa tahun sudah lama tidak tahu sawah karena cukup anak-anak.

18. Bagaimana peran perempuan dalam keberlangsungan pesantren?

Page 180: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

165

= peran perempuan untuk kelangsungan pesantren ya kita tetap mengalir apa

adanya dan kita bina seharian, mingguan dan bulanan supaya santri itu menjadi

bagaimana yang terbaik terutama dari pengurus itu supaya bisa mengurus dengan

baik untuk kelanjutan pesantren ini kita nanam kader-kader pesantren terutama

ya anak-anak untuk persiapan hari tua atau hari mati setelah nanti saya sendiri

atau ibu meninggal dunia sudah ada kader yang meneruskan kelanjutan pondok

pesantren ini, sudah ditata dengan rapi itu oleh pengurus.

19. Siapa yang berpengaruh besar dalam keberlangsungan pesantren?

= pengurus. Kalau di madrasah diniyah ya pengurus madarasah diniyah, kalau di

pengajian juga pengurus pengajian, kalau di madrasah yang ada kurikulumnya

juga ada kepala-kepala sekolahnya. Untuk pekerjaan bangunan itu saya sendiri,

pengurus dibawah saya, memberi motivasi kepada pengurus

20. Apa saja yang didapat menjadi santri ndalem?

= santri ndalem itu mempunyai kenangan tersendiri kepada keluarga ndalem,

merasa lebih daripada yang lain kayak alumni yang dulu di ndalem merasa lebih

daripada yang lain, merasa lebih dekat dari pada yang lain itu yang di dapat oleh

mereka, semuanya kayak anak sendiri kan lebih daripada yang lain. Lain

daripada pengurus, kalau pengurus juga mempunyai khas yang lebih daripada

yang lain namun dalam jiwa kepengurusan, jiwa kedewasaan, jiwa pengatur.

Sebenarnya jadinya sama sih di masyarakat, dari jiwa pengurus itu sendiri pas

terjun ke masyarakat ingin meneruskan perjuangan, memberi pendidikan kepada

santri-santri yang mengaji kepada mereka, hasilnya juga sama, mengiblat kesini,

semuanya mengiblat kesini, kayak saya mengiblat ke banyuwangi. Jad guru-

murid-guru ke guru-guru ke guru sampai datang rasululullah saw. Itulah pondok

pesantren, jadi nyambung. Itulah ciri khas pondok pesantren.

21. Bagaimana sistem pengambilan keputusan di pondok pesantren ini? Siapa saja

yang terlibat?

= pengambilan keputusan musyawarah bersama, mana yang lebih baik itu yang

dipakai. Pengurus dan warga ndalem.

22. Bagaimana pandangan pak kiai mengenai gender?

Page 181: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

166

= kalau menurut saya dan yang sudah berjalan, santri-santri yang sudah jadi

alumni itu sama gendernya diantara laki-laki dan perempuan itu sama. Jadi begitu

yang laki-laki berjuang dari apa yang mereka dapatkan di pondok pesantren,

begitu juga perempuan berjuang dari apa yang mereka dapatkan dari pondok

pesantren. Memang dari pengasuh itu diarahkan kesana, kalau pulang harus

berjuang. “sampaikan walau satu kalimat”, sampaikan kepada masyarakat

walaupun hanya satu kalimat karena satu kalimat kalau mengembang jadi dua

kalimat, tiga kalimat dan seterusnya. Dan itu kesemuanya itu menjadi amal

sholeh mereka yang akan mengangkat derajat di sisi Allah swt, karena itu

relawan tanpa tanda jasa nggak dapat apa-apa.

23. Apa dan bagaimana tugas dan kewajiban laki-laki dan perempuan?

= menurut pandangan saya tugas laki-laki ya sesuai dengan apa yang ditugaskan

pada saat di menghadapi itu, kalau berjuang agama ya pastinya mengaji, kalau

berjuang di desa ya pastinya apa yang menjadi kepentingan desa. Kalau

perempuanpun juga seperti itu, perempuan juga harus apa yang dilakukan pada

kepentingan perempuan itu sendiri dan harus membedakan dan harus menjaga

diantara mukhrim dan bukan mukhrim, karena itu agama hukum Allah swt.

Landasannya harus al-quran hadis terus dijelaskan dengan kitab-kitab kuning dari

fikihnya, dari saat ibadahnya itu harus mengacu kesana. Itu semua tujuan untuk

hidup inikan menurut Allah semuanya bukan menurut kita, kalau hidup ini

menurut kita rusak kalau menurut aturan Allah swt itulah yang benar. karena

syariat itu turun dari Allah kepada rasul dan disampaikan kepada umat. Jadi

acuannya memang al-quran hadist dan kitab-kitab kuning yang oleh kita orang

ahlussunnah wal jamaah itu dikatakan ijmak dan qiyas.

24. Bagaimana pandangan pak kiai mengenai kesetaraan perempuan dan laki-laki?

= kalau kita mengacu kepada syariat rasul itu memang nggak boleh, disetarakan

memang nggak boleh. Namun menurut Negara, ijmak dan qiyasnya dengan

musyawarahnya para ulama itu ya boleh. Yang penting tidak membawa mudharat

dan mafsadat, yang penting membawa maslahah itu boleh dan setuju.

Page 182: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

167

25. Bagaimana realitas pembagian peran / konstruksi gender antara laki-laki dan

perempuan di pondok pesantren Darussalam khususnya dalam tradisi ndaelm?

=itu nggak ada, nggak ada sistem harus dibagi begini-begitu itu tidak ada.

Namun tinggal nurut apa yang kepentingan pada saat itu, bila saat itu perempuan

pas kerja apa ya dari ibu nyai dan pengurus ngarahin untuk mengerjakannya.

Begitupula dengan yang laki-laki itu, yang laki-laki kalau urusan bangunan, saya

tinggal mengarahkan tukang kemudian santri tinggal membantu pekerjaan

tukang, di sawah juga sama.

26. Apakah program-program di pondok pesantren ini mendukung kesetaraan

gender?

= mendukung

27. Apa saja program-program pesantren Darussalam yang mendukung kesetaraan

gender?

= itu nggak ada, nggak ada yang harus begini atau begitu itu nggak ada. Yang

penting kerja bersama dan belajar bersama nanti hasilnya apa yang mereka dapat

itu yang dibawa pulang. Tidak beda dengan kepentingan masyarakat

28. Apa saja usaha pesantren dalam usaha penerapan kesetaraan gender di dalam

pesantren Darussalam?

= usahanya apa ya, pesantren tidak punya usaha sih. Belum ada

29. Apa saja faktor yang menghambat untuk mewujudkan kesetaraan gender di

pesantren?

= banyak, faktor penghambat itu ya diantaranya pas butuh apa pas bangun

mungkin butuh dana. Kalau dananya nggak ada itu pasti jadi penghambat, tapi

kalau itu kita piker ya jadi hambatan. Tapi kebanyakan itu tidak kita pikirkan jadi

kita jalan dan mengalir apa kehendak Allah swt karena kita selalu bertawakkal

kesana, karena kalau kita tidak bertawakkal kesana kita salah.

30. Bagaimana hubungan pondok dengan masyarakat sekitar?

= masing-masing masyarakat ya juga sama, masyarakat ada yang kontra banyak

yang pro. Yang pro banyak tapi yang kontra yang ada gitu aja. Sebagian

masyarakat juga membantu mengawasi santri, dan masyarakat juga merasa

Page 183: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

168

terbantu yang mereka-mereka itu dagang, santri itu kadang kala membeli kesana

sehingga merasa terbantu. Hubungan yang terjalin tetap harmonis kan pondok

pesantren nggak pernah memberi aturan harus begini harus begitu. Kalau dulu

melibatkan masyarakat pas ada acara pekerjaan membangun pondok pesantren,

namun kalau sekarang cukup santri yang kerja itu dari masyarakat sekarang tidak

ada. Kalau ada acara pengajian itu biasanya melibatkan masyarakat dalam

kepanitiaan, tadi kayak yang saya katakana tadi istighosah tadi itu juga ada

bagian masyarakat yang dilibatkan untuk mengawal dan memotivasi adanya

tamu-tamu yang datang terutama dari pihak ansor dan banser, terus menjaga

keamanan jalan-jalan yang rawan itu, kebetulan saat pandemi ini mulai habis

lebaran sampai sekarang baru dua kali berjalan.

Page 184: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

169

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama : Saikhul Huda S.Pd.I (Menantu Kiai Mastur Huda RS)

Alamat : Pondok Pesantren Darussalam, desa Mekarsari, Kecamatan

Pasir Sakti,

Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

Jabatan : Ketua Bidang Pendidikan Pesantren sekaligus kepala sekolah

SMP BP Darussalam

Daftar Pertanyaan

1. Dimana letak geografis pondok pesantren Darusalam Mekarsari Lampung?

= untuk letak geografis pondok pesantren Darussalam ini memang berada di

tengah-tengah perkebunan dengan persawahan juga agak jauh ke barat, jauh

juga dengan pulosari dan lebih dekat dengan perkebunan akan tetapi

alhamdulillah dekat dengan pusat pemerintahan baik pemerintahan desa dan

pemerintahan kecamatan dan satu jalur sehingga memudahkan untuk

mengurus sesuatunya. Kalau di kabupaten ya lumayan agak jauh jaraknya

kira-kira 80 km. begitulah kira-kira letak geografis pondok pesantren

Darussalam.

2. Bagaimana kondisi sosial budaya masyarakat desa Mekarsari?

= mayoritas penduduk desa mekarsari notabenenya nahdlatul ulama,

semuanya bahkan sekitar sini itu NU semua masyarakatnya NU semua,

walaupun mereka itu untuk strukturalnya tidak begitu paham tapi kulturalnya

NU ditandai dengan yasinan, subuh menggunakan qunut itukan kultural NU.

Jadi untuk semuanya di desa mekarsari ini NU, sampai yang partainya PKS

aja orang NU

Page 185: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

170

3. Bagaimana hubungan pondok pesantren dengan masyarakat sekitar?

= Alhamdulillah untuk masyarakat sekitar pondok pesantren sangat

mendukung dengan keberadaan pondok pesantren, paling tidak mereka

memberi support dalam kegiatan di pondok pesantren termasuk sebagai

keamanan. Jadi kalau ada santri berkeliaran di luar jam-jam bebas seperti jam

aktif santri berkeliaran, nanti dari orang desa ini koordinasi dengan pihak

pondok. Artinya sosial mereka dengan pondok pesantren itu ada

hubungannya.

4. Bagaimana sejarah perkembangan pondok pesantren Darussalam?

= pondok ini didirikan disini pada tahun 2003, pada awalnya memang pondok

pesantren Darussalam ini pecahan dari pondok pesantren Darul Hikmah yang

ada di lintas Pulosari. Kalau di Pulosari, pondok itu didirikan pada tahun

1992-2003 yang pada akhirnya mecah disini, disana ditangani oleh pakde

(Kiai Aparudin) kemudian abah (Kiai Mastur Huda) kesini tahun 2003 sampai

sekarang berarti sudah 17 tahun. Ini pada awalnya ya hanya pendidikan salaf

seperti ngaji bandongan, ngaji memaknai kitab itu dengan ada madrasah

diniyah ula dan wustha dan pada akhirnya sampai sekarang Alhamdulillah

ula, wustha dan ulya sudah ada di pondok pesantren ini selain pengajian-

pengajian wajib seperti ngaji sorogan kitab, sorogan al-quran ini wajib bagi

santri putra maupun putri terus yang tidak kalah pentingnya lagi ini

pembangunan, pembangunan di pondok pesantren ini melibatkan semua

santri. Jadi termasuk yang anda lihat itu semua melibatkan santri kecuali ada

tukang-tukang inti. Artinya apa? Biar mereka punya andil di pembangunan

pondok pesantren Darussalam. Dan total santri sampai sekarang ini sudah

sekitar 450 an. Jenjang pendidikannya kalau di madrasah diniyah ada tingkat

ula,wustha,dan ulya. Ada juga tpq Darussalam, terus untuk tingkat formalnya

ada SMP BP Darussalam yang didirikan tahun 2013 ini sampai sekarang

muridnya sudah sekitar 300 an murid, terus SMA BP Darussalam yang berdiri

di tahun 2016 yang sekarang memiliki murid sekitar 120 an. Untuk anak-anak

yang kurang mampu, ada juga LKSA (Lembaga Kesejahteraan Anak) dimana

Page 186: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

171

pondok bekerja sama dengan dinas sosial kabupaten maupun pusat. Begitulah

sekelumit sejarah yang berhubungan dengan pondok pesantren Darussalam.

5. Bagaimana sistem pengajaran pondok pesantren Darussalam Mekarsari?

=sistem pengajaran untuk di pondok pesantren yang wajib yang langsung

dipegang oleh pengasuh Mbah Yai Mastur Huda ini ada 3 kitab, yang pertama

sebagai ciri khas pondok salaf ini pagi jam 07.00-07.30 WIB sama sore

sekitar jam 16.30-17.30 WIB ini belajar kitab Ihya‟ Ulumuddin, habis

maghrib pengajian tafsir jalalain oleh beliau juga, terus kalau yang habis

dhuhur itu kitabnya ganti-ganti jadi kalau khatam satu kitab maka ganti kitab

lain sama sistemnya yakni sistem bandongan, bandongan itu beliau baca santri

memberi makna habis itu diterangkan, itu sistem yang pertama. Sistem yang

kedua ini sistem sorogan yang diterapkan di pondok pesantren baik al-Quran

maupun kitabnya ada sistem sorogan, untuk yang wajib kitabnya ada 3 yang

wajib untuk di sorogkan sesuai dengan tingkatannya, yang pertama kitab

sulamunnajah ini untuk tingkat pertama, terus tingkat selanjutnya kitab ta‟lim

muta‟alim, terus yang ketiga kitab fathul qorib, ini untuk sorogan. Jadi sistem

sorogan ini guru membaca kemudian diikuti oleh para santri kemudian santri

membaca ditashih langsung atau dibenarkan langsung kebenaran dan

kesalahannya oleh guru yang bersangkutan. Terus sistem klasikal yang ketiga,

sistem klasikal ini diterapkan di pondok pesantren tapi lewat jalur madrasah

ataupun sekolahan .

6. Apa saja bahan ajar di pesantren Darussalam?

= bahan ajarnya banyak sekali, sesuai dengan tingkatan. Jadi untuk fikihnya

juga ada, nahwunya juga ada tingkatannya, terus ulya juga ada.

7. Apa saja tradisi pesantren di pesantren Darussalam?

= tradisi pesantren yang paling utama itu mengedepankan akhlakul karimah

terutamanya, jadi uswatun hasanah itu tradisi pesantren. Jadi ada tradisi yang

saya katakan tadi yakni tradisi ro‟an. Ro‟an itu tradisi kerja bakti, terus bagi

santri yang tidak kos ini juga ada tradisi tersendiri istilahnya nggendok,

nggendok itu masak untuk dimakan sendiri. Banyak sekali tradisinya,

Page 187: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

172

terutama yang berhubungan dengan kita di ndalem, hubungan santri dengan

kiai nya beda dengan hubungan murid dengan guru biasa di sekolah, gak ada

yang berani santri jadi santri kalau ada kiai yang lewat itu mereka langsung

sembunyi kalau papasan dari dekat baru mereka salaman semua, gak ada yang

berani Tanya, santri nanya ke kiai itu gak ada yang berani, paling beraninya

ke saya itu biasa. Di ndalem itu seperti itu, kalau pulang itu santri wajib izin

unuk yang putri izin ke ibu nyai wajib semua itu, untuk santri putra izin ke

abah atau ke saya untuk ketertiban.

8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ndalem?

= memang beda, saya bagian dari bagian ndalem ini terutama tentang beliau

mengajar ke putra-putri beliau ini beda, beliau memberi kebebasan terutama

di pendidikan. Beliau tidak mendoktrin, jadi putra-putra beliau itu diberi

kebebasan untuk memilih pendidikan tapi ada pendidikan yang wajib

contohnya harus ngaji itu yang utama. Jadi keluarga ndalem itu punya khusus

untuk putranya itu untuk ngaji, kalau sekolah itu terserah kuncinya ngaji itu.

Terus kalau kita ke ndalem, walaupun saya sebagai anak terus beliau sebagai

orang tua ini kita tidak bisa semena-mena bisa masuk, kita sowan seperti

orang biasa kecuali di jam-jam khusus, jadi kalau jam-jam pokok jam siang

kalau beliau sudah istirahat jangankan memanggil, masuk ke ndalem saja saya

tidak berani kalau sudah istirahat baik malam maupun siang, itu diantaranya

seperti itu.

9. Bagaimana kualifikasi santri ndalem?

= untuk santri ndalem disini ini ada dua yakni putra dan putri, santri yang

membantu di ndalem. Membantu ini, yang putri kebanyakan membantu di

bagian dapur untuk memasak, ini yang dimasak ini termasuk yang di dahar

oleh kiai dan santri-santri yang kos di ndalem ataupun orang-orang yang

kerja. Jadi orang-orang yang kerja semua kan makan di ndalem, itu yang

masak santri ndalem. Santri ndalem itu ada santri khusus yang di ndalem dan

ada yang digilir santri umum tapi digilir, jadi dijadwal untuk membantu

mbak-mbak ndalem itu karena masaknya kan banyak sekali, sekali masak

Page 188: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

173

dalam sehari itu bisa habis sekitar 20 kiloan beras. Kalau yang putra santri

ndalem ini di sawah, jadi bekerja di sawah. Kalau mereka yakni para santri-

santri ndalem, ini memang ada keringanan masalah biaya, jadi keringanan

biaya itu mereka tidak ditarik biaya bulanan tapi hanya ditarik wajib bayar

dariyah (biaya wajib tahunan santri). Walaupun mereka di ndalem tapi kan

masih santri, jadi untuk ikatan santri itu kan ada. Untuk makan, mereka

makan di ndalem, jadi santri yang ke sawah ataupun yang ada di dapur itu

semuanya makan di ndalem tidak bayar.

10. Ada berapa santri ndalem putra dan putri?

= kurang lebih putri ada sekitar 6 orang, kalau putra ada sekitar 6 orang. Kira-

kira ya segitulah, kalau lebih ya gak banyak lah, gak pernah ngitung saya.

11. Santri ndalem tinggal nya dimana?

= santri ndalem tinggalnya di asrama campur dengan santri yang lain, Cuma

mereka kegiatannya saja di ndalem, kalau yang di sawah ada yang khusus

tinggal disana dan ada juga yang di asrama, kalau yang tua-tua tinggalnya di

sawah.

Page 189: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

174

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama : Kurniawan Pratama

Nama Panggilan : Tama

Jabatan : wakil ketua pengurus putra pondok pesantren Darussalam

Usia : 22 tahun

Masa belajar di pondok : kurang lebih 10 tahun sejak tahun 2011

Pendidikan : tamatan MA

Daftar Pertanyaan

1. Ceritakan bagaimana sejarah dan perkembangan pondok pesantren

Darussalam?

= pondok pesantren Darussalam itu pondok yang didirikan pada tanggal 04

Februari tahun 2003 atau bertepatan dengan 3 dzulhijah 1425 Hijriah.

Pengasuhnya beliau almukarrom room kiai mastur Huda dan ibu nyai

Nikmatus sholihah. Dahulunya memang pondok ini pertama tempatnya itu

memang tempatnya rawa dengan kegiatan santri yang sudah lama

memindahkan kesini dengan bangunan-bangunan yang dibantu oleh

masyarakat jadilah pondok tersebut dan disahkan oleh beliau almukarrom

romo kiai ahmad shodik wayjepara dan yang memberi nama juga beliau.

bangunan pertama masih sederhana masih dengan bangunan bambu, kalau

orang jawa mengatakan gedek. Sebelum itu, dahulu pondok ini menggunakan

metode bandongan madrasah diniyah dengan bertingkat terus berjalannya

waktu karna bertuntutan zaman yang semakin maju maka pada tahun 2013

didirikanlah SMP BP Darussalam, setelah berjalan 3 tahun mengeluarkan satu

Page 190: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

175

lulusan langsung berdiri SMA BP Darussalam, jadi semuanya itu tingkat

pendidikan di pondok pesantren itu ada madrasah diniyah,SMP BP

Darussalam, SMA BP Darussalam, TPQ Darussalam, pondok putra-putri, dan

tahfidz putra-putri Darussalam.

2. Apa saja aktifitas kegiatan santri ?

= kegiatan santri agak berbeda sebenarnya antara putra dan putri, ada yang

sama dan ada yang berbeda tapi kalau saya kan masuknya ke putra. Kegiatan

santri itu mulai dari pagi bangun subuh shalat berjamaah setelah itu ngaji

bandongan metode itu guru membacakan kitab kuning terus santri menulis

sesuai yang telah dibacakan oleh guru di dalam kitab, setelah itu jam 07.30

WIB masuk sekolah formal SMP & SMA BP Darussalam sampai dengan jam

12.30 WIB setelah itu istirahat masuk waktu shalat, setelah shalat dhuhur jam

14.00 WIB masuk madrasah diniyah, madrasah diniyah ini metodenya seperti

sekolah formal tapi pelajarannya berisikan kitab-kitab berbagai macam

pelajaran seperti fikih, hadis, al-quran, tafsir, tajwid, dan lain-lain. Nah setelah

itu pada 16.00 WIB pulang untuk shalat setelah itu 16.30 WIB masuk TPQ

Darussalam, setelah itu jam 17.30 WIB makan sampai dengan maghrib.

Setelah maghrib itu ada tingkatan bagi anak-anak yang masih kelas 1-3 SMP

atau bisa disetarakan dengan 1-3 ula itu masih mengaji al-Quran sistem

sorogan, nah bagi yang sudah besar-besar seperti aliyah ataupun yang sudah

lulus dia mengaji tafsir jalalain langsung kepada almukarrom kiai Mastur

Huda, setelah itu shalat isya‟ kemudian taqrar, taqrar itu seperti sekolah

biasanya dia masuk ke kelas terus ada guru yang masuk wali kelas masing-

masing setelah itu tujuan dari taqrar tersebut sebenarnya untuk santri itu untuk

mengulangi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru pada minggu yang lalu,

jadi itu tujuan dari taqrar agar yang menjelaskan santrinya jadi pelatihan

pelajaran, guru hanya melihat santri yang maju dan didengarkan oleh teman-

temannya. Nah, setelah taqrar sampai jam 22.00 WIB pulang ke asrama

kemudian masih ada satu lagi kegiatan yaitu sorogan kitab kuning, sorogan

yang sifatnya dia menghafal yang telah diajarkan oleh gurunya sampai jam

Page 191: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

176

22.30 WIB, setengah jam kalau paling lama ada yang sampai jam 23.00 WIB

tergantung gurunya, kemudian waktunya istirahat. Dan nanti jam 23.30 WIB

bangun untuk melaksanakan shalat malam baik shalat tahajud, shalat hajat dan

setelah itu istirahat kembali dan melanjutkan kegiatan kembali pagi harinya.

3. Apa perbedaan santri putra dan putri?

= perbedaan di santri putri, santri putri itukan ada kegiatan yang mengatakan

kegiatan pondok nah ada memang kegiatan kebijakan dari pengurus putra-

putri, maksudnya kegiatan tambahan ada seperti yasinan, al-khitobah, al-

barjanji, terus hadroh, tilawatil quran, dan seterusnya. Nah itu biasanya beda

hari atau beda waktu, tergantung dengan kebijakan pengurus masing-masing.

4. Apa saja kegiatan rutin yang di adakan di pondok pesantren Darussalam?

= ada kegiatan mingguan, bulanan, kalau kegiatan mingguan itu biasanya

pada malam selasa itu membaca shalawat nariyah terus pada hari selasa dan

jumat kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan pondok pesantren,

terus pada malam jumatnya seperti yang saya katakan tadi seperti kegiatan

tambahan alkhitobah terus albarjanji itu dilakukan ketika malam jumat. Dan

ketika hari jumatnya, jumat pagi setelah subuh itu membaca surat al-kahfi

setelah itu sema‟an al-quran setelah itu baru gotong royong. Kalau kegiatan

bulanan pondok pesantren itu mempunyai kegiatan satu pada setiap tanggal 11

bulan hijriah itu melaksanakan pembacaan manaqib kubro syekh abdul qodir

al-jaelani, setiap tanggal 15 setiap bulan hijriah ada kegiatan istighosah

jamaah dzikir syafaah itu kegiatan yang sudah berjalan kurang lebih 3,5 tahun

yang diikuti oleh wali santri, masyarakat, alumni, dan relawan yang datang ke

pondok setiap tanggal 15 robiul awal bulan hijriah.

5. Jelaskan secara singkat mengenai biografi kiai Mastur Huda dan ibu Nyai

= beliau al-mukarrom kiai Mastur Huda itu lahir di Banyuwangi tanggal 07

oktober 1958 ibu bapak beliau Banyuwangi. Beliau itu anak terakhir dari 6

bersaudara jadi bungsu. Riwayat pendidikan beliau, beliau menempuh

pendidikan di pondok pesantren formal hanya sampai SD saja, ada 3 pondok

pesantren yang beliau tempati yang pertama itu pondok pesantren

Page 192: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

177

subulussalam di Blitang sriwangi, setelah itu ada 6 tahun beliau pindah ke

ringin agung Kediri jawa timur, setelah mendapatkan satu tahun karena beliau

tidak betah akan cobaan santri ekonomi dan yang lainnya, akhirnya beliau

pindah ke pondok pesantren Darussalam blokagung Banyuwangi jawa timur

sampai dengan tahun 1978 kayaknya. Nah pondok ini memang berkiblat

kepada pondok pesantren Darussalam yang ada di blokagung, jadi ikut

kesana. Ibu nyai nikmatus sholihah itu sama, beliau lahir di jember 01

september 1968. Beliau dengan almukarrom satu almamater, kalau ibu nyai

saya kurang paham tapi yang pasti beliau adalah santri pondok pesantren

Darussalam blokagung Banyuwangi jawa timur, bisa dikatakan salah satu dari

murid almukarrom kiai mastur huda. Abah dan ibu punya 4 anak, 2

perempuan dan 2 laki-laki. Yang pertama namanya jahaurinal lailatul fajriah,

yang kedua imroatul azizah, nomor tiga Muhammad ali lutfi, nomor empat

Muhammad fauzul nuril „ain.

6. Siapa sajakah yang mengajar pada masa awal pembangunan pondok ?

= dahulu awal-awal itu memang masih bukaan itu metodenya masih ngaji

sorogan, masih ngaji bandongan seperti yang ada dibantu dengan alumni-

alumni yang lain, kawan-kawan abah atau orang-orang tua yang dekat jadi

karena dulu masih sibuk menimbun jadi ngaji itu belum terlalu tertata tapi

masih ngaji. Mulai tertata itu ketika memang sudah diresmikan tahun 2003

itu. Kesini kan pindahan dari pondok darul hikmah itu mulai dari 1999, dulu

kan disana tempatnya terus melihat kesini karena kondisi tempat yang belum

memungkinkan jadi dari sana kesini dengan gotong royong membersihkan

tempat untuk dijadikan tempat, nah setelah selesai pembangunan asrama,

mushola dan kelengkapan yang lain diresmikan pada tanggal 2003 itu. Pada

saat itu beliau masih mengajar sendiri dengan bantuan ya 2 atau 3 orang lah

yakni kakak beliau sendiri almukarrom kiai asparudin terus ada bapak

saifudin itu santri yang sudah lama dia dari jawa kesini langsung ngaji tapi

ikut membantu mengajar.

7. Apa saja tradisi di pondok pesantren ini?

Page 193: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

178

= ciri khas pondok pesantren disini itu jelas yang paling menonjol ilmu

tasawufnya. Kadangkan pondok pesantren itu mempunyai kelebihannya lain-

lain seperti fikihnya, atau hadisnya, kalau pondok pesantren Darussalam ini

dia yang kelihatan itu tasawufnya jadi mengutamakan akhlakul karimah.

8. Apakah ada perbedaan antara santri putra dan putri?

= ada perbedaan santri putra dan putri kalau dalam pengurus santri putra itu

boleh membawa alat komunikasi kalau santri putri tidak boleh. Kenapa alas

an santri putra itu boleh bawa alat komunikasi, karna semua tuntutan zaman

sekarang itu kan apa-apa lewat WA pertama, yang kedua semua pembangunan

kegiatan dari ndalem itu langsung koordinasi kepada pengurus putra seperti

mencari dana dan seterusnya itu memang perbedaanya disitu yang lainnya

sama. Dan fasilitasnya sama ada asrama, kamar mandi, kantin, musholla

masjid, tapi kalau disini seperti lemari dan yang lainnya masih bawa sendiri.

9. Jelaskan apa itu ndalem?

= ndalem itu kan aslinya kata jawa yang artinya rumah. Kalau orang jawa

mengatakan “omah”, nah omah itu bagi orang yang biasa, karena rumah itu

diisi oleh pimpinan pondok pesantren yang memang dimuliakan oleh satu

pondok pesantren khususnya santri. Santri itukan kalau sudah kiainya bilang

“A” selagi tidak maksiat kepada Allah dia nurut. Nah karena diisi oleh beliau

orang-orang yang mulia, maka anak pesantren itu menyebutnya pun mulia

makanya ndalem. Aslinya kalau bukan beliau-beliau kalau orang biasa-biasa

seperti saya dan yang lainnya yah nyebutnya omah.

10. Ada berapa santri ndalem putra dan putri?

= santri ndalem putra ada 5, kalau santri ndalem putri ada sekitar 6 orang

11. Apa saja tugas nya?

= santri di ndalem itu dia mengurus sawah, paling dominan dia mengurus

sawah, bahan pangan, kesibukan yang ada di ndalem seperti apa yang kurang

atau apa yang dibutuhkan, apa yang rusak, itu tanggungan bagi santri yang di

ndalem.

12. Apa perbedaan santri ndalem dengan santri yang lain?

Page 194: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

179

= sebenarnya santri ndalem itu sama, cuma di pondok itukan diajarkan anak

santri ditanamkan dari kecil memang dia harus khidmah dalam kata Indonesia

itu melayani. Anak santri itukan agak berbeda dengan anak yang tidak di

pesantren. Tujuan dari anak-anak itu cuma satu, yakni hanya menginginkan

ridho dari kiai nya dengan balasan semoga kelak dia itu bisa walaupun tidak

terlalu pintar dalam pikiran ataupun yang lainnya akan tetapi barokah kalau

kata anak pondok kan ada kata-kata barokah, yang dia minta hanya itu

barokah dari kiainya/gurunya. Kalau perbedaan sistematis sama saja, kalau dia

diniyah ya masih diniyah Cuma nanti ada potongan bayaran dari pondok

pesantren seperti bulanan dan ada perbedaannya kalau itu.

13. Jelaskan apa yang dimaksud dengan barokah?

= barokah itu kalau dalam definisi bahasa itu artinya kan tambah, sebenarnya

barokah secara istilah di pesantren anak-anak santri ini mengharapkan kelak

dirumah bisa meneruskan estafet ilmu beliau yaitu meneruskan agama yang

telah dibawa oleh nabi Muhammad SAW hanya itu. Nah barokah maksudnya,

anak-anak ini karena merasa tidak pintar dia mengharapkan barokah doa dari

gurunya, karena kami yakin guru kami itu orang yang dekat dengan Allah

SWT dan kami ini masih anak-anak yang ya dosa kadang tidak tetap

bersandar kepada beliau, hidup mati kami bersandar dengan beliau.

14. Apakah santri putra dan putri mendapatkan yang sama?

= santri putra dan putri mendapatkan hak yang sama, tidak ada perbedaan

sama sekali dengan latar belakang apapun baik orang tidak mampu ataupun

mampu, anak pejabat, anak orang biasa sama, ketika dia salah dihukum,

ketika dia teraniaya kita proses siapa yang menganiaya tetap sama tidak ada

perbedaan.

15. Apa kewajiban santri putra dan putri disini?

= kewajiban disini kewajibannya hanya selalu mengikuti kegiatan pondok

pesantren yang telah tertulis. Konsekuensinya kalau di pesantren itu kan

ketika dia tidak ikut kegiatan yang telah disusun oleh pengurus ya ada

hukumannya. Kewajibannya itu.

Page 195: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

180

16. Bagaimana pandangan anda terhadap kiai dan ibu nyai?

= pandangan saya pribadi saya masuk mulai 2011 sampai sekarang hanya satu

yang saya bisa ungkapkan untuk beliau berdua kata “kagum”. Kagum kepada

beliau bagaimana proses beliau bisa menjadi sekarang, kagum kepada beliau

dalam hal dhohir dan bathin, menjadi suri tauladan yang baik, hanya itu

semua itu saya kumpulkan hanya kata kagum dan saya yakin beliaulah

memang yakin guru kami.

17. Bagaimana mengenai pengambilan keputusan di pondok ini?

= di pondok pesantren ini masih diasuh oleh beliau, jadi mutlak segala

keputusan itu ada di tangan beliau tapi dengan menerima aspirasi dari yang

lain maksudnya beliau mengumpulkan pendapat-pendapat dari pengurus, dari

penasihat pondok pesantren setelah itu dipertimbangkan dengan musyawarah

karena ciri khas pondok pesantren itu dengan musyawarah. Nah nanti ketika

sudah dipertimbangkan maslahah dan keburukannya, maka akan diputuskan

oleh beliau. Pondok pesantren ini almukarom itu berkecimpung dalam segala

hal baik dalam pengajian, pengajaran, pembangunan, tata letak pondok

pesantren seperti segala bangunan ini semua beliau yang mengondisikan ini

tempatnya ini dibangun ini, dan segala hal. Makanya saya katakan tadi, saya

kagum, semua hal beliau bisa. Nah ibu nyai dan almukarrom itu sama, ibu

nyai itu pengasuh pondok putri yang mengawasi segala kegiatan maju

mundurnya pengurus putri, kalau abah mengawasi segala maju mundurnya

kepengurusan pondok putra.

18. Ceritakan bagaimana hubungan kedekatan anda dengan Kiai dan ibu nyai ?

= saya dekat dengan beliau Alhamdulillah mulai saya masuk pengurus pusat

tahun 2017, saya dilantik menjadi wakil pengurus putra sejak itu kami sangat

dekat sekali bisa dikatakan, tapi dengan tanpa petik dekat kami hanya sebagai

guru dan murid tidak lebih, saya seperti itu. Ya tetap saya anggap beliau ayah

saya tanpa mengurangi rasa hormat dan yang lainnya, karena jika terlalu dekat

saya khawatir nanti rasa hormat saya hilang. Kalau masalah dekat ya dekat,

saya itu sering sekali masuk di ndalem, sering sekali saya ngobrol dengan

Page 196: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

181

beliau tapi mengobrol kami tentang maslahah pondok, tentang pembangunan

dan yang lain-lain, dan itu semua pengurus putra seperti itu pengurus putri

pun sama.

19. Apakah semua santri bisa masuk ke ndalem?

= sebenarnya semua bisa masuk keluar ndalem karena disini kalau mau

pulang atau pergi harus ke ndalem, nah jika yang sering biasanya pengurus-

pengurus pusat yang terdiri dari ketua, wakil, bendahara, sekretaris itu yang

sangat sering masuk ke ndalem. Kalau putri biasanya ada yang namanya mbak

ndalem, mbak ndalem itu beliau dengan teman-teman memasak, itu yang

paling sering berinteraksi dengan ibu nyai, karena ibu nyai juga memeriksa

setiap sore pagi bagi mbak-mbak yang memasak, biasanya yang paling dekat

itu mbak-mbak ndalem dan pengurus pusatnya.

20. Apa metode pengajaran yang digunakan?

= pondok ini memadukan dua metode yakni metode salaf dengan mempelajari

kitab-kitab kuning yang telah berumur ratusan tahun ataupun kitab

kontemporer yang baru-baru dan masih mempelajari formula, dengan kata

lain kami masih mempertahankan yang lama tapi ada kemungkinan

mengambil perkara baru yang baik tapi tidak meninggalkan yang lama.

21. Apa saja kitab yang dikaji?

= kitab yang sering dingaji banyak, kitab yang setiap hari di ngaji kalau

almukarrom beliau biasanya setiap pagi dan sore mengaji kitab ihya‟

ulumuddin karya imam al-ghozali terus setelah maghrib beliau mengaji kitab

tafsir jalalain karya imam suyuthi dan mahalli. Kalau kitab-kitab yang lain itu

masuknya di madrasah diniyah jadi sesuai tingkatan, pelajarannya sama tapi

dia tingkatan kitabnya yang berbeda. Biasanya kelas 1 ula dia mabadiul fikih,

nanti masuk kelas 2 kitabnya semakin tinggi fikhul wadeh, terus masuk lagi

fathul qorib, masuk lagi nanti dia bisa qawaidul fiqhiah, ada ushul fiqh dia

bertingkat-tingkat juga ada yang dasar, ada yang mulai pendalaman.

22. Apa saja kitab fikih yang menjelaskan mengenai perempuan?

Page 197: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

182

= di kitab muhimmatun nisa‟ membahas tentang haid dan nifas, itu kelas satu

wustha. Disini kan diniyah itu lulusnya 8 tahun, jadi dia setelah lulus SMA

tapi dia belum lulus madrasah diniyah masih kurang 2 tahun.

23. Apakah perempuan disini ikut berpartisipasi dalam hal pengambilan

keputusan?

= disini kami beliau khususnya itu sangat menjunjung kata-kata musyawarah,

ketika ada keperluan yang berdampak kepada pondok pesantren kok berkaitan

dengan santri putri, itu pasti dipanggil. Jadi nanti ketika musyawarah, beliau

bersama ibu nyai, pengurus putri, pengurus putra, penasehat, dan keluarga-

keluarga yang memang sudah berkeluarga, yang belum-belum biasanya tidak.

Yang putri sama aksesnya dengan santri putra.

24. Apa partisipasi santri putri dalam pembangunan?

= santri putri itu biasanya dalam bidang konsumsi mbak, seperti memasak,

membuatkan es, membuat kopi dan setiap hari. Saya kira itupun tenaganya

sama dengan yang bekerja, sama saja tidak ada bedanya, kalau dibilang capek

ya semua capek, jadi tidak ada perbedaan. La wong kita katakan masak saja

kan lelah, kerja pun lelah, jadi sama-sama lelah.

25. Menurut anda apa peran dan fungsi laki-laki dan perempuan?

=sebenarnya dalam agama kan kita bisa diambil memang laki-laki itu

derajatnya lebih tinggi dari perempuan dalam hal apapun dalam agama. Yang

jelas laki-laki tujuan utama ya dia ketika sudah berkeluarga ya menjadi

pemimpin dengan cara mengayomi, dalam agama Islam perempuan itu kan

tugasnya memang merawat rumah dengan mengasuh buah hatinya, tapi dalam

Islam itu tidak menutup kemungkinan perempuan itu boleh berkarir selama

tidak melupakan tugasnya, nah ketika dia melupakan tugasnya maka nanti

hukumnya berbeda. Jadi ya itu tadi, kalau menurut agama pandangan kami

kan di agama nah laki-laki tetap di atas perempuan, tapi walaupun laki-laki di

atas perempuan tidak boleh semena-mena, tetap mengayomi yang di bawah.

Ketika perempuan itu akan berkarir, kan ada perempuan itu berkarir ya dia

Page 198: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

183

harus minta izin kepada yang laki-laki dulu karena perempuan itu surganya

ketika sudah bersuami itu di suaminya.

26. Apakah pekerjaan domestic itu adalah pekerjaan perempuan?

= kalau dalam Islam itu kan al-umm madrasatul ula jadi ibu itu adalah

madrasah pertama bagi anak-anaknya. Di dalam Islam itu memang hukum

fikih itu kalau bisa memang perempuan boleh berkarir tapi tugasnya seperti

merawat anak, kalau tugas bersih-bersih sebenarnya kalau dalam ushul fiqh

bukan tugas perempuan, bersih-bersih rumah, cuci baju, sebenarnya itu bukan

tugas perempuan, tugas perempuan apa? Hanya diam dirumah,menjaga anak-

anaknya selesai. Tapi karena perempuan terlalu baik, sifatnya baik, ya dia

bersih-bersih, cuci baju ya kan dia gak mau nganggur di rumah makanya dia

bersih-bersih. Makanya saya katakan tadi laki-laki itu tidak boleh semena-

mena, aslinya mencuci dan pekerjaan yang lain itu tugasnya laki-laki.

27. Bagaimana kesetaraan di pondok pesantren Darussalam?

= kalau disini sama, karena putri berkecimpung dengan putri yang putra pun

demikian. Jadi kami yang putra tidak ikut dalam mengurus yang putri dan

yang putri pun tidak ikut mengurus yang putra, kecuali nanti ketika ada kasus

yang memang melibatkan snatri putra dan santri putri, biasanya kan hubungan

lain jenis seperti pacaran baru itu kami ada musyawarah bersama.

28. Apa hambatan pondok pesantren Darussalam dalam menegakkan kesetaraan

gender?

= sebenarnya tidak ada kalau hambatan, Cuma hambatan kami itu ya tadi

yang jelas kedewasaan karena dewasa itu tidak bisa diukur dengan umur, pola

piker, hanya itu dengan keyakinan pengabdian yang lain-lainnya itulah

kendalanya.

29. Apa peran ibu nyai dalam pesantren?

= beliau mengajar setelah maghrib mengajar al-quran, tadarus al-quran untuk

santri putri.

Page 199: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

184

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama Lengkap : Siti Nur Hidayah

Nama Panggilan : Nur Hidayah

Umur : 21 tahun

Alamat : desa sendang arum, kecamatan Jabung, kabupaten

Lampung Timur, Lampung

Jabatan : ibu lurah (kepala pengasuh pondok putri) dan

ustadzah pondok

Tingkat Pendidikan : diniyah kelas 1 ulya awal dan lulusan SMP

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana kriteria untuk menjadi santri ndalem?

= untuk menjadi santri ndalem itu awalnya karena dia sudah dewasa ya,

pertama itu, sudah tau lama disini, sudah bisa membagi waktu soalnya kan

disini misal kalau pagi habis subuh terus ngaji, habis ngaji langsung masak

jadi harus pintar bagi waktu. Kalau dia nggak bisa bagi waktu pasti dia tidak

bisa ikut ngaji, soalnya tujuan pertama kesini kan untuk belajar ngaji gitu

kalau masak itu kan urutan kesekian. Terus mempunyai jiwa sosial

maksudnya telaten. Namanya santri ndalem kan mengurusi orang banyak kan,

pertama masak itu ya harus mengerti masakan, mengerti pekerjaan. Nggak

sembarang orang dipilih menjadi mbak ndalem, maksudnya ya dipilih gitu,

kalau tidak seperti itu kan ya gimana soalnya kan jadi mbak ndalem gitu kan

tinggalnya di ibu nyai gitu jadi harus punya sopan-santun. Kalau disana tapi

bersikap sembarangan, apa-apa diambil maksudnya kan tidak boleh ya misal

Page 200: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

185

makan ya makanan di tempat kiai kecuali kalau di perintah gitu, tapi kalau

ketika dia di ndalem kan banyak makanan jadi jangan sembarangan. Intinya

itulah jangan sembarangan, harus punya sopan santun, harus cekatan, jangan

lelet gitu soalnya kalau lambat kan yang nunggu buat mau makan kan banyak

gitu. Sudah sih itu kalau dari mbak ndalem, intinya kalau semua itu sudah bisa

langsung dipilih, tidak harus ada target 4 tahun atau 5 tahun tidak seperti itu,

walaupun baru masuk pesantren tapi dia sudah masuk kriteria diatas ya

langsung dipilih jadi santri ndalem gitu.

Biasanya itu bu nyai yang nanya sama pengurus, misal ke saya. Sekarang kan

mbak ndalem ada 6, misalnya yang sudah dewasa ini kan mbak rohimah,

misalnya dia sudah mau selesai mondok dan mau pulang pasti ibu nyai

langsung bilang ke saya “ini rohimah keluar, gantinya siapa? Tolong carikan

anak santri yang mbeneh/mengerti dan paham pekerjaan”, seperti itu. Kalau

nanti saya sudah dapat anak santri yang pas dan cocok, terus nanti saya itu

sowan ke ndalem dan membawa santri yang akan menjadi santri ndalem

tersebut dan memberitahu ke santri tersebut bahwa dia akan menjadi mbak

ndalem, seperti itu dan memberitahunya bahwa menjadi mbak ndalem itu

harus seperti apa.

Ibu nyai pasrah sepenuhnya kepada pengurus, ibu nyai tidak mengatur

sepenuhnya seperti kalau ada apa-apa itu pengurus yang mengurus dan

melapor, jadi tidak harus bu nyai yang harus bertindak. Tapi yang mengurus

pesantren itu pengurus bukan bu nyai, bu nyai itu hanya mengawasi, kalau

kita yang menjalankan.

2. Bagaimana pandangan anda mengenai pembagian peran antara laki-laki dan

perempuan?

= sebenarnya perempuan itu tugasnya macak (berdandan) dan manak

(melahirkan) saja, untuk tugas mencuci dan masak sebenarnya tugas laki-laki.

Tapi apakah pantas ketika ada kita ngapain laki-laki masak, gitu.

Page 201: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

186

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama Lengkap : Nurul Istikomah

Panggilan : Isti

Umur : 18 Tahun

Alamat : Pulomeranti

Jabatan : santri ndalem dan pengurus bagian coordinator kebersihan

Tingkat pendidikan : lulus SMA, dan kelas 1 ulya Diniyah

7 tahun belajar di pondok

1 tahun menjadi santri ndalem

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana awal cerita menjadi santri ndalem?

= awalnya saya merasa gugup, pertama mbak ndalemnya mbak ela. Karena

mbak ela ini mau boyong, kemudian ibu nyai menyuruh untuk mencari

penggantinya kemudian mbak ela memilih saya, mulai dari situ saya mulai

menjadi santri ndalem.

2. Apa motivasi anda menjadi santri ndalem?

= pernah ikut membantu kegiatan mbak ndalem dan ingin merasakan gimana

rasanya menjadi mbak ndalem karena sepertinya enak, bisa dekat dengan kiai

dan ibu nyai, bisa mengabdikan diri, dan yang pasti mengharap berkah dari

keduanya.

3. Apa saja tugas menjadi mbak ndalem?

Page 202: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

187

= masak untuk anak kos, menyapu ndalem. kalau pagi ba‟da subuh sampai

sekitar jam 9 atau paling cepat sekitar jam setengah 8, kalau sore ba‟da ashar

sekitar jam setengah 5 sudah selesai. Selesai belajar diniyah langsung ke

ndalem Kalau pagi masakin untuk anak kos, sama masakin keluarga ndalem.

4. Apa keuntungan jadi santri ndalem?

= enak bisa dekat dengan kiai, biaya juga diringankan seperti uang bulanan itu

sudah tidak bayar, dan tidak membayar biaya makan jadi bisa meringankan

orang tua.

5. Bagaimana anda memandang figur seorang kiai dan ibu nyai di pesantren?

= bijaksana, disiplin. Kalau di pondok kan jauh dari orang tua, jadi orang

tuanya ya abah sama ibu, jadi udah dianggap orang tua sendiri, dihormati, dan

dipatuhi.

6. Apa yang dipelajari selama menjadi santri ndalem?

= bisa belajar memasak sedikit-sedikit, bisa sedikit belajar rajin mengurus

rumah.

7. Bagaimana pembagian kerja di ndalem?

= kalau saya kan tugasnya kalau pagi khusus memasak untuk anak kos, yang

satunya tugasnya nyapu kalau saya masak gitu.

8. Apa bedanya santri ndalem dan santri lainnya?

= sama saja, cuma bedanya lebih enak banyak temannya dan juga bisa lebih

dekat dengan ndalem.

9. Selain memasak, ibu nyai biasanya mengarahkan apa saja?

=ya kadang “gini loh kalau nyapu biar bersih kayak gini”, terus “ini

dibersihkan” gitu.

10. Apakah santri ndalem selalu dikontrol?

=nggak, waktu pertama itu iya dikontrol, tapi kalau lama sudah nggak.

11. Bagaimana hubungan anda dengan kiai dan ibu nyai?

= iya ada andap asor (sopan santun) nya, ya harus lebih santun kalau ada abah

atau ibu lagi jalan ya setidaknya bisa duduk lebih hormat gitu atau menunduk.

12. Bagaimana pandangan anda mengenai gender?

Page 203: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

188

= kalau masak itu kan sudah kewajiban perempuan jadi ya lebih layaknya

perempuan.

Page 204: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

189

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama Lengkap : Ibnu Abdillah

Panggilan : Abdillah

Alamat : Rejomulyo

Jabatan : ketua asrama dan santri ndalem putra

Tingkat pendidikan : lulusan MTS tahun 2015, 6 wistha alfiah tsani. Sudah

di pondok sekitar 5 tahun jalan ke 6 tahun sejak tahun

2015

Daftar Pertanyaan

1. Apa motivasi anda menjadi santri ndalem?

= kalau pribadi saya sebenarnya pertama untuk bantu keluarga ndalem, terus

untuk belajar kerja juga soalnya kan laki-laki ya mbak, jadinya nanti kan akan

menjadi pemimpin di rumah tangga jadi harus bisa kerja. Maka dari itu kita

belajar kerja ikut ke ndalem, apa yang menjadi kerepotan ndalem kita harus

siap seperti itu.

2. Apa tujuan menjadi santri ndalem?

=tujuannya yang namanya santri kan yang pertama ngalap barokah, habis itu

ridho kiai,yang selanjutnya tadi untuk bisa belajar kerja/

3. Berapa lama anda menjadi santri ndalem?

=saya baru menjadi santri ndalem, saya baru setengah tahun ini.

4. Siapa yang memilih anda menjadi santri ndalem?

= kalau yang milih tidak ada, Cuma saya mengajukan diri ke ketua ndalem

yang waktu itu adalah pak ahmad habib zaini siap untuk menjadi santri

ndalem.

Page 205: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

190

5. Apa saja tugas selama menjadi santri ndalem?

= kalau tugas yang paling utama itu di bidang pertanian, hanya kalau ada

kerepotan yang disitu langsung dari ndalem itu harus siap. Seperti giling padi,

kalau misal ada kerepotan ndalem misalnya mengambil sayuran dan lain-lain.

6. Menurut anda, apa keuntungan menjadi santri ndalem?

= yang pasti bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Jadi kalau misalnya

seperti saya ini sudah tidak sekolah formal jadi mau ngapain kalau siang, jadi

bantu-bantu lah pondok.

7. Bagaimana cara anda membagi waktu?

= kalau mengatur waktu kadang-kadang bisa di atur dan kadang tidak.

8. Bagaimana pandangan anda mengenai kiai dan nyai?

= kalau pribadi saya, abah itu seorang figur yang „alim, sangat-sangat „alim.

Misalnya abah itu kalau ngaji ihya‟ dari tahun ke tahun, dari khatam periode

satu kedua atau yang selanjutnya itu kadang makna itu berbeda Cuma

maksudnya itu tetap sama. Itulah figure seorang abah. Kalau ibu nyai sama

yang pastinya „alim, karena katanya jodoh itu cerminan diri kalau abah „alim

berarti ibunya „alim.

9. Bagaimana pembagian kerja sebagai santri ndalem?

=kalau sejauh ini dapur memang urusannya mbak santri, kalau kang santri

kadang ya Cuma disuruh ke sawah, ya Cuma di pertanian itu . kadang kalau

memang ada kesibukan yang memang benar-benar harus dibantu ya kita bantu

mbak santri.

10. Apakah menurut anda urusan dapur adalah urusan laki-laki?

= tidak juga,karena kalau butuh bantuan ya kita harus siap. Karena sama-

santri ndalem.

11. Apa definisi dari barokah?

=barokah itu ya mesti Karena ridho dari guru kita dapat barokah, terus

manfaat juga ilmunya bisa bermanfaat.

Page 206: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

191

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama Lengkap : Mahfudz Ali Fauzan

Panggilan : Mahfudz

Alamat : Ramsai, Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way

Kanan, Lampung

Jabatan : Ketua rayon dan santri ndalem

Tingkat pendidikan : Lulus SMA BP Darussalam 2020 dan diniyah kelas

mriti. Belajar di pondok sudah 4 tahun sejak 2017

Daftar Pertanyaan

1. Apa motivasi anda menjadi santri ndalem?

=motivasinya ya biar kalau besok di masyarakat bisa disiplin, bisa belajar

tirakat atau berjuang di masyarakat.

2. Siapa yang memilih anda?

=ketua ndalem, saya diajak kang solihin

3. Apa saja tugas anda sebagai santri ndalem?

= bantu-bantu kerepotan yang ada di ndalem, contoh kalau beras habis maka

menggiling gabah. Tugas saya di sawah. Kan bagian kerja ada yang di lading

ada dan yang di sawah juga tergantung kerepotan, kalau masih ada kerjaan di

lading/kebun ya dibagi ada yang di kebun dan ada yang di sawah.

4. Sudah berapa lama menjadi santri ndalem?

=baru setahun ini

5. Apa keuntungan yang anda rasakan selama menjadi santri ndalem?

= keuntungannya ya bisa mandiri, bisa disiplin, bisa dekat dengan keluarga

ndalem.

Page 207: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

192

6. Apakah ada perbedaan antara santri ndalem dengan santri yang lain?

= kalau perbedaannya ya ada, di pekerjaannya. Kalau santri yang lain itu ikut

ro‟an, bersih-bersih, kalau santri ndalem itu stand by kalau pagi setiap hari di

sawah kalau nggak di kebun gitu.

7. Bagaimana pandangan anda terhadap sosok kiai?

= menurut saya beliau sosok yang istimewa, baik, kita sebagai santri harus

ta‟dzim, nurut apa yang dikatakan oleh beliau.

8. Apa itu barokah?

=ridho dari kiai, ridho keikhlasan dari kiai untuk kita. Kalau misalnya pas

pulang kita mendapat ridho doa dari beliau.

9. Apa suka duka menjadi santri ndalem?

=kalau sukanya bisa bersama-sama, dukanya tergantung teman kalau

temannya bisa bekerja bareng, optimal kerjanya ya enak.

10. Bagaimana anda membagi waktu?

=kalau ngaji tergantung kesibukan yang ada di sawah atau kebun gitu. Kalau

misalnya mau tandur, pasti sehari itu meninggalkan ngaji terlebih dahulu.

Kalau pagi bangun setela itu mengaji ihya‟, biasanya pulangnya jam 12,

istirahat sebentar habis itu ngaji, ya seperti itu.

Page 208: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

193

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama Lengkap : Solihin

Nama Panggilan : sol

Alamat : Rejomulyo

Tingkat Pendidikan : Kuliah dan diniyah kelas alfiyah tsani

Jabatan : Santri ndalem. Belajar di pondok sudah 6 tahun sejak

2016

Daftar Pertanyaan

1. Apa motivasi anda menjadi santri ndalem?

=pertama, dari kang-kang yang lebih dewasa itu sudah ada doktrin-doktrin

yang mengarahkan kita untuk ke arah situ. Kemudian kita diikutkan perlahan-

lahan dikenalkan dengan apa dan bagaimana sebagai kang ndalem dan lain-

lain. Kemudian diikutkan sebagai anggota.

2. Siapa yang memilih anda menjadi santri ndalem?

= namanya kang qodir yang membimbing pas pertama kali saya jadi santri

ndalem. Beliau dulu juga santri nalem, tapi sekarang sudah menjabat menjadi

ketua pondok.

3. Apa saja tugas santri ndalem?

=tugas pokok santri ndalem itu utamanya itu memenuhi kebutuhan dan

membantu kerepotan dari ndalem itu sendiri, tapi tugas utama kami berada di

pertanian. Seperti mengurusi semua kerepotan, seperti sekarang ini ada kebun

kita menanami apa yang sekiranya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-

hari.

4. Ada berapa santri ndalem putra?

Page 209: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

194

=untuk sekarang ada sekitar 5 orang untuk kang ndalem. Kadang kita bagi-

bagi tugas kadang ada yang ke sawah, ada yang ke kebun juga kadang ada

yang tinggal di pondok untuk stay membantu kerepotan yang ada di pondok.

5. Sudah berapa lama menjadi santri ndalem?

= sekitar 3 tahunan.

6. Apa keuntungan yang anda rasakan selama menjadi santri ndalem?

= kalau keuntungan yang pertama kali dirasakan itu ya bisa lebih dekat

dengan romo yai, intinya yang dicari kalau kang ndalem itu barokahnya kiai.

7. Apa perbedaan santri ndalem dengan santri lainnya?

= sebenarnya tingkatannya itu ya hamper sama saja sama-sama santri, Cuma

kita sebagai kang ndalem lebih dekat dengan romo yai untuk selalu stay

membantu kerepotan kiai dan ibu yai. Dan untuk ngaji sendiri, banyak

kelonggaran untuk kang ndalem, misalnya kang ndalem masih kerepotan ini

kita alfa untuk kegiatan pondok, seringkali seperti itu.

8. Bagaimana pandangan anda mengenai figure kiai?

= kalau saya sendiri sebagai manusia ya kagum. Kalau dibilang saya anggap

beliau sebagai orang tua ya bisa juga, karena dalam angan-angan saya ingin

sekali dianggap bukan hanya sebagai santri akan tetapi dianggap sebagai anak

sendiri, seperti itu. Cuma lihat kualitas dan saya sadar diri untuk hal tersebut.

Beliau berwibawa, tegas, humoris, beliau sangat cocok dan pantas untuk saya

jadikan panutan sebagai seorang kiai, sebagai penuntun saya kedepannya

sampai akhirat insha allah.

9. Apakah akses santri ndalem putra dan putri?

= saya kurang faham kalau hal itu.

10. Apa saja tugas sebagai kang ndalem?

= kalau di dapur, kang ndalem biasanya kang ndalem mencarikan kebutuhan

sayuran, membantu kerepotan yang disana.

11. Apa itu barokah?

Page 210: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

195

=barokah itu menurut saya ridho kiai kepada kita, kerelaan kiai, beliau merasa

terbantu, beban merasa terkurangi. Ya pokoknya itu, saya tidak bisa

nyimpulin gimananya.

12. Apa saja tradisi pesantren yang di jalankan di pondok ini?

= kalau tradisi pesantren kalau habis semesteran gitu kita mengadakan lomba

antar kelas, kemudian ro‟an semua pondok mungkin ada, mungkin hamper

sama dengan pondok-pondok salafiyah lainnya kalau masalah tradisi itu.

13. Bagaimana perasaan anda menjadi santri ndalem?

=perasaan saya sebagai manusia biasa itu berubah-ubah karena kalau

mengabdi sama kiai itu butuh keikhlasan agar mendapatkan ridho dan

barokahnya kiai. Mungkin ada tatkala kita mengeluh pasti ada ketika memang

benar-benar pekerjaan berat, badan lelah, mungkin itu terselip niatan nggak

ikhlas gitu, banyak dan seringkali malahan , kita sebagai manusia santri itu

kan tetap harus belajar untuk selalu memperbaiki diri, mencoba memperbaiki

hati, sebuah pengabdian itu harus ada sebuah keikhlasan, niatan yang baik.

14. Apa suka dukanya menjadi santri ndalem?

= banyak suka dan dukanya, kalau saya sendiri tergantung teman-teman.

Kalau teman-teman senang ya saya senang, saling support, semangat

15. Bagaimana pembagian tugas sebagai santri ndalem?

= kalau memang itu dibutuhkan oleh mbak ndalem, kita harus siap. Kita

sama-sama santri ndalem harus saling membantu mengurus semua kerepotan

yang ada di ndalem baik bersih-bersih, memasak, tapi disini umumnya kalau

memasak itu santri ndalem putri, kalau kang ndalem hanya membantu

mencari bahan-bahan.

16. Apa harapan anda setelah lulus dan Bagaimana hubungan anda dengan kiai?

= harapan saya ketika sudah lulus, saya ingin mengabdi terlebih dahulu

mengamalkan ilmu yang sudah di dapat untuk adik-adik seperti santri lain

pada umumnya, dan ketika sudah alumni dan sudah tidak di pondok atau

disebut dengan boyong,pingin tetap ada hubungan seperti sebulan sekali itu

disini masih ada pengajian alumni, terus semoga kalau bisa sukses bisa

Page 211: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

196

membantu finansial pondok, tetap membantu keuangan dan kerepotan yang

ada di pondok intinya berusaha menjadi alumni yang baik.

Page 212: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

197

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama lengkap : Atik Muflihatul Maftuhah

Nama panggilan : Atik

Umur : 15 tahun

Alamat : Adiluhur

Jabatan : mbak ndalem sekaligus ketua asrama putri

Tingkat pendidikan : 2 SMA dan kelas 1 alfiyah/kelas 5 (wustha) diniyah

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana awal cerita menjadi mbak ndalem?

= baru 1 tahun setengah ini. awalnya dulu pas jatah masak bergiliran, terus

dimintai ibu lurah pondok (mbak halim namanya) untuk jadi mbak ndalem.

Dikasih tau kalau jadi mbak ndalem itu harus bagaimana, dikasih tau kalau

nanti bisa dekat dengan ndalem, biaya diringankan seperti bulanan pondok,

dariyah, terus saya mau.

2. Apa tugas anda ketika menjadi santri ndalem?

= ya masak, ya bantu-bantu kerepotan di ndalem. Saya khususnya memasak

untuk santri kos.

3. Bagaimana pembagian kerja di ndalem?

= bareng-bareng, ya masak ya bersih-bersih.

4. Apa kelebihan menjadi santri ndalem?

= bisa dekat dengan kiai dan ibu nyai, mendapat keringanan biaya, bisa

memasak, lebih bisa mengatur waktu, lebih mikir kira-kira sayur untuk anak

kos cukup atau tidak ya, gitu.

Page 213: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

198

5. Bagaimana pandangan anda mengenai kiai dan ibu nyai?

= dekat dengan santri, ibu nyai selalu mengarahkan santri ketika memasak.

6. Bagaimana pandangan anda mengenai gender?

= harus pintar mengaji karena kan madrasah pertama.

7. Apakah anda mendapatkan akses yang sama dengan santri laki-laki?

= sama

8. Apakah dapur merupakan urusan perempuan saja?

= sebenarnya kalau dalam kitab itu urusan laki-laki gitu, kayak masak,

mencari kayu, tapi hal itu tidak umum untuk sekarang.

9. Tujuan dari menjadi santri ndalem?

= mendapat barokah

10. Apa itu barokah?

= barokah itu yang bisa dirasakan biar ngajinya bisa bermanfaat untuk

nantinya.

Page 214: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

199

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama lengkap : Siti Rohimah

Nama panggilan : Rohimah/imah

Umur : 21 tahun

Alamat : Gunung mekar, jabung

Jabatan : mbak ndalem dan bendahara 2 pondok

Tingkat Pendidikan : Diniyah 1 ulya/Kelas 7

Daftar Pertanyaan

1. Sudah berapa tahun belajar di pondok? Dan sudah sudah berapa tahun jadi

santri ndalem?

= Belajar dipondok setelah lulus sma, sudah 3 tahun belajar. hampir jalan 3

tahun menjadi mbak ndalem

2. Apa yang anda ketahui tentang ndalem itu sendiri?

= Arti ndalem:”kalau menurut saya ndalem itu rumahnya abah ibu.

3. Apa saja kegiatan yang dilakukan selama menjadi santri ndalem?

= kalau ada kerepotan di ndalem pastinya kesana, tapi kan tugasnya dibagi-

bagi. Kalau pas saya jatahnya masak buat anak-anak kos. Kan buat yang

masak untuk abah-ibu sendiri, laundry sendiri

4. Apa motivasi anda menjadi santri ndalem?

= tugasnya mungkin Cuma masak, beres-beres, yang penting ndalem taunya

bersih dan beres. kalau yang tugas ngelaundry ada santri sendiri

5. Apa saja keuntungan yang anda dapatkan selama menjadi santri ndalem?

Page 215: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

200

= seneng, karna bisa dekat dengan abah ibu yai, terus seneng bisa berkhidmat

atau mengabdi gitu”, “keuntungan jadi mbak ndalem itu karna bisa dekat

dengan abah-ibu yai mbak, karna tidak semua santri bisa dekat gitu dengan

beliau.

6. Siapah yang memilih anda menjadi santri ndalem?

= dulu bu lurahnya yang bilang disuruh jadi mbak ndalem karna kan udh gak

sekolah formal lagi

7. Bagaimana pembagian kerja di ndalem?

= selain saya ada ustadzah rifa, atik, ini, fiki dan eka. Ada 6, tapi di dalam

abah ibu ada 2, sebenarnya di ndalem ada 10 mbak ndalem, 6 orang bertugas

buat memasak untuk anak-anak kos, 2 orang khusus yang memasak buat

abah-ibu yai dan beres-beres khusus di ndalem (yakni mbak isti dan mbak

lina), 2 lagi khusus buat ngelaundry (mbak Nabila dan mbak ajeng).” “kalau

tempatnya gus mail juga ada 2 yang membantu buat masak yakni mbak mala

sama mbak riska, kalau tematnya gus huda ada mbak dayah sama mbak iin,

kalau laundry itu kan usaha pondk mbak.

8. Apa yang membedakan anda dengan santri lainnya?

= bedanya santri ndalem dengan santri lainnya yakni kalau santri biasa kan

jarang ketemu dengan abah-ibu yai, kalau di ndalemkan hamper setiap hari

lah bisa ketemu terus ngobrol-ngobrol

9. Bagaimana pandangan anda mengenai seorang kiai?

= kiai mastur orangnya penyabar, penyayang, terus berwibawa, pokoknya

semua yang baik-baiklah pokoknya”, Selain sebagai guru, beliau juga sebagai

ayah untuk semua santrinya, banyaklah sampai tidak bisa saya ungkapkan

10. Menurut anda, apakah hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan?

= seorang laki-laki sebagai suami pastinya mencari nafkah dan memenuhinya

secara lahir dan batin, klau perempuan yang pastinya haknya mendapat semua

nafkah lahir batin, mendapat penjagaan. Terus kalau kewajibannya mungkin

selalu mematuhi, menghormati suami, karna kaitannya itu kan nafkah lahiriah

Page 216: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

201

jadi gak bisa kalau dicari sendiri, jadi kalau urusan dapur memang perempuan

yang mengolah, tapikan sumbernya/asalnya tetap ada yang nyariin.

11. Apa saja tradisi pesantren Darussalam yang anda ketahui?

= yang paling saya senengi tradisi mayoran yakni tradisi makan bersama

sebagai bentuk syukur atau kekeluargaan, ro‟an, sungkem sama kiai pada

waktu hari pertama hari raya idul adha.

Page 217: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

202

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama Lengkap : Ma‟rifatul Hidayah

Nama Panggilan : Rifa

Alamat : Gang 6 Barat, Way mili, Lampung Timur

Jabatan : mbak ndalem dan bendahara

Tingkat Pendidikan : Alumni

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana awal cerita anda menjadi mbak ndalem?

=kan saya kelas akhir, terus saya sering ikut masak sambil belajar mau ngabdi

kan ya udah seperti itu. Saya mengajukan diri sendiri, ya sadar diri disinikan

kalau mbak-mbak ngabdi tuh ngalap barokah ke abah kiai dan ibu nyai. Jadi

mulai di ndalem itu kelas akhir, awalnya saya ikut-ikut.

2. Apa saja tugas anda selama menjadi mbak ndalem?

= ya masak untuk santri yang ngekos. Habis shalat subuh jamaah itu ya

langsung masak sampai siang. Dan tidak lupa abah kiai dan ibu nyai

diambilkan sayurnya meskipun ada santri ndalem yang khusus bertugas

memasakkan beliau tapi tetap diambilkan dari nasi dan sayur yang dimasak

untuk anak kos.

3. Apa motivasi anda menjadi mbak ndalem?

= banyak keuntungannya juga sih menjadi mbak ndalem, untungnya ya bisa

dekat dengan abah kiai dan ibu nyai karena kan pasti dapat doa dari beliau,

karena kan tidak semua santri kan bisa dekat, karena santri ndalem kan sering

ngobrol, sering berkomunikasi jadi bisa dekat dan merasa nyaman di ndalem.

Jadi merasa senang dan bisa memasak. Karena kan kadang ada santri yang

Page 218: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

203

pingin ketemu dan dekat dengan ibu nyai dan pak kiai. Banyak sebenarnya

keuntungan menjadi santri ndalem.

4. Apa perbedaan antara santri biasa dengan santri ndalem?

= kalau santri biasa kalau mau sowan ke ndalem dan meminta izin kadang

merasa segan dan takut, kalau santri ndalem sudah tau bagaimana ibu nyai,

bagaimana keadaan beliau, intinya enak lah kalau jadi mbak ndalem itu.

5. Bagaimana pandangan anda mengenai pak kiai dan ibu nyai?

=terhormat, wibawa. Kalau abah kiai dan ibu nyai tetap berbeda, kalau ibu

nyai ke mbak santri kan sudah biasa ya kalau abah kiai kan tidak banyak

bicara mungkin karena sama santri putri. Kalau ibu nyai ke mbak ndalem itu

sering mengarahkan, menasehati.

6. Bagaimana pandangan anda mengenai gender?

= kalau perempuan yang penting berbakti, sholehah, mendoakan kedua orang

tua. Kalau sebagai istri harus patuh kepada suami, ibarat tuhan bisa

digandakan suami nomor dua. Setahuku, kalau sudah berkeluarga itu,

sandang, pangan, papan itu kewajiban suami, sebenarnya semua kewajiban

suami namun karena jika perempuan yang melakukannya akan menjadi

ladang amal untuk berbakti kepada suami. Untuk perempuan berkarir, ketika

berumah tangga sebenarnya karir tidak terlalu soalnya menurutku tidak begitu

penting juga soalnya karena kalau wanita sholihah, sebenarnya sandang,

pangan, papan ya harus dijamin suami apabila keduanya mengerti.

7. Apa yang dimaksud dengan barokah?

=barokah itu ibaratnya keuntungan, sebenarnya susah sekali untuk dijelaskan.

Misalnya seperti ini: kita sangat pintar ngaji di pondok, tapi tidak barokah dan

guru tidak meridhoi maka pas kembali ke masyarakat tidak akan jadi apa-apa,

meskipun seseorang itu bodoh atau hanya sedikit kemahirannya tapi

dibarokahi dan diridhoi kiai insha allah bisa meneruskan ilmu yang didapat

dari pesantren. Istilahnya al-barokatu bil khidmat, barokah itu didapatkan

dengan cara mengabdikan diri kepada kiai, patuh kepada kiai, mengikuti apa

Page 219: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

204

yang dikatakan kiai. Jadi kiai, bukan hanya sebagai guru, tapi juga panutan

dan membawa kita ke surga.

Page 220: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

205

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama : Ina Fitria

Nama Panggilan : Ina

Umur : 16 tahun

Alamat : pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung

Jabatan : mbak ndalem

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana cerita awal menjadi mbak ndalem?

= awalnya itu ya senang,soalnya kan bisa dekat dengan ndalem dan bisa kenal

dengan mbak-mbak yang lebih besar, terus mudah juga soalnya biasanya

masak sendiri, kalau jadi santri ndalem kan nggak masak sendiri karena sudah

bareng pas masak di ndalem. Waktu masih kelas 2 sudah ada keinginan buat

jadi mbak ndalem, terus sama ibu lurahnya dulu waktu mau buka bersama itu

diajakin buat masak di ndalem jadi sudah merasa tertarik karena kadang seru

aja masak bareng-bareng, pengalamannya banyak, bisa lebih dekat dengan

keluarga ndalem.

2. Apa tugas anda sebagai santri ndalem?

=ya banyak, kadang disuruh masak nasi, sayur untuk santri kos.

3. Apa kelebihan santri ndalem dengan santri lainnya?

= lebih mudah saja

4. Apa suka duka menjadi santri ndalem?

= senangnya itu ya bisa kumpul bareng, susahnya itu kadang kalau ada yang

kurang apa itu kadang mendadak, kadang waktunya selesai sampai maghrib

masaknya.

Page 221: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

206

5. Bagaimana anda membagi waktu?

=kalau masak pagi itu biasanya kan shalat subuh jamaah dulu, tapi kalau lagi

berhalangan ya habis membangunkan santri-santri itu langsung ke dapur buat

masak. Dan kalau sore itu kadang gurunya masuknya kan lama kadang sampai

jam setengah 4, berhubung yang dimasakin banyak kan jadi kadang izin dulu

perkiraan jam 3, jadi harus pintar-pintar mengatur waktu. Biasanya kalau

sudah selesai masak, biasanya hampir jam setengah 8 terus gentian dengan

mbak-mbak yang habis ngaji langsung saya siap-siap buat berangkat ke

sekolah.

6. Apa keuntungan jadi mbak ndalem?

=bulanan pondoknya gratis, dari segi makannya juga ditanggung, jadi lebih

ringan. Ada senangnya dan ada susahnya, susahnya itu ya bagi waktunya.

7. Bagaimana pandangan anda terhadap pak kiai dan ibu nyai?

=kalau ibu nyai kan saya sering ketemu, sering ngobrol, kalau abah yai itu

jarang. Ketemu Cuma waktu ngaji saja. Saya sudah menganggap beliau

sebagai ayah dan ibu di pondok pesantren yang membimbing dan

mengarahkan.

8. Bagaimana pandangan anda mengenai gender?

= perempuan kalau sudah berumah tangga itukan dia ikut pada suami,

mengikuti suaminya. Tugasnya perempuan itu kan aslinya hanya ibu rumah

tangga di rumah, terus kalau tugasnya suami kan melayani istri dengan baik,

mencari nafkah juga. Tugasnya istri kan membersihkan rumah, masak, dan

lain sebagainya, jadi kalau istri bekerja harus membersihkan semuanya

terlebih dahulu, melayani suami baru berangkat kerja. Hal itu dijelasin di

fikih.

9. Bagaimana tata cara/adab sopan santun ke kiai dan nyai?

= yang pertama dalam segi berbicara harus pakai bahasa jawa halus, kalau

salaman dengan beliau yang pertama kan yang dicium telapak tangan

kemudian punggung tangan , terus kalau abah kiai dan ibu nyai lewat itu harus

menunduk karena beliau lebih tua. Ketika sowan ke ndalem, pas ketemu

Page 222: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

207

beliau jalannya harus lebih rendah terus pamitan dengan menggunakan bahasa

halus.

Page 223: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

208

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama : Fikih Nur Indah Sari

Panggilan : Fikih

Umur : 15 tahun

Jabatan : mbak ndalem

Daftar Pertanyaan

1. Sudah berapa lama anda menjadi mbak ndalem?

= sekitar 8 bulan sejak bulan Juni 2020

2. Bagaimana awal cerita menjadi mbak ndalem?

= awalnya cuma ikut-ikut mbak-mbak yang lebih senior, kan dulu pertamanya

saya tidak betah kemudian saya ikut mbak-mbak buat masak di ndalem terus

disuruh buat jadi mbak ndalem.

3. Bagaimana perasaan anda menjadi mbak ndalem?

= pertamanya senang sih, cuma namanya masih bar uterus langsung jadi mbak

ndalem gitu pasti banyak yang ngomongin masih baru kok tiba-tiba udah jadi

mbak ndalem. Pertamanya bingung suruh masak nggak bisa, suruh ngaduk

nasi, suruh apa nggak bisa gitu

4. Apa tugas anda di ndalem?

=ya masak, masak nasi terus bagi-bagi jatah makanan buat santri kos.

5. Bagaimana perasaan anda menjadi santri ndalem?

= senang, karena kadang makanannya enak, bisa berbagi sama mbak-

mbaknya karena kadang biasanya di asrama kadang bosan karena tidak ada

kegiatan.

6. Menurut anda, apa keuntungan menjadi santri ndalem?

Page 224: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

209

= bisa dekat dengan keluarga ndalem, bisa belajar masak biar nanti kalau

dirumah bisa masak, terus tidak bayar kos jadi meringankan beban orang tua.

7. Bagaimana anda membagi waktu anda?

= kadang kalau ngaji TPQ itu nggak sempat, kadang ditinggalin, kalau

sekolah ya telat tapi gurunya bisa memahami.

8. Bagaimana pandangan anda terhadap kiai dan ibu nyai?

= ibu nyai ramah, mengarahkan. Kalau abah yai, saya belum pernah ngobrol

dekat, kalau ibu nyai kan sering ke dapur jadi sering ngobrol, ngasih arahan

pas masak.

9. Apakah fasilitas yang diberikan sama?

= kalau santri laki-laki bisa keluar dari pesantren setiap hari, kalau santri putri

tidak bisa. Kalau santri putri tidak dibolehin karena bahaya, kalau santri putra

boleh keluar buat pergi kemana gitu dan bisa pulang ke rumah setiap hari

jumat. Dan kalau santri laki-laki kalau mainan hp masih boleh, bahkan

pengurus-pengurusnya boleh bawa hp, kalau santri putri bahkan pengurus

putri kan tidak boleh, tapi karena memang keperluan. Fasilitas seperti

computer dan mesin print itu ada di asrama pengurus putra.

10. Bagaimana adat sopan santun ke kiai?

=biasanya kalau ada abah kiai itu harus nunduk, kadang juga kalau bisa

salaman dengan cium tangan beliau.

11. Bagaimana perasaan anda menjadi santri ndalem?

= senang, merasa tidak bosan dan menambah pengetahuan baru.

Page 225: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

210

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama : Eka Syahibaturrohmah

Panggilan : Eka

Umur : 15 tahun

Jabatan : Santri putri ndalem

Daftar Pertanyaan

1. Sudah berapa lama anda belajar di pondok pesantren Darussalam?

= sudah mau 4 tahun, sekarang kelas 1 SMA dan 4 Ula. Masuk pondok

pesantren tahun 2017.

2. Sudah berapa lama anda menjadi mbak ndalem?

= baru sekitar 5 bulanan

3. Ceritakan bagaimana awal mula menjadi mbak ndalem?

= awalnya disuruh bu nyai, namun disampaikan melalui ibu lurah pondok

namanya mbak Nur. Karena keluarga saya juga dekat dengan ibu nyai.

4. Bagaimana perasaan anda menjadi mbak ndalem?

= biasa saja.

5. Apa motivasi anda menjadi mbak ndalem?

= tidak tahu, mau saja gitu tadinya gak ada keinginan buat menjadi mbak

ndalem tapi tidak merasa dipaksa saat dipilih menjadi mbak ndalem.

6. Apa tugas anda selama menjadi santri ndalem?

= ya membuat bumbu masakan, masak sayur dan nasi untuk santri kos.

7. Bagaimana anda mengatur waktu?

= ketika waktunya sekolah ya sekolah, habis itu istirahat. Setelah bangun tidur

langsung shalat subuh, terus masak sampai jam setengah 8 kemudian siap-siap

untuk berangkat sekolah, setelah pulang dari sekolah istirahat karena pandemi

Page 226: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

211

jadi sekolah pulang lebih awal, kemudian lanjut lagi sekolah diniyah setelah

shalat dhuhur, habis sekolah diniyah kemudian masak lagi ke dapur ndalem.

8. Apa suka duka menjadi santri ndalem?

= dukanya ya itu kadang susah membagi waktu, sukanya pas masak itu kan

bareng-bareng.

Page 227: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

212

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama : Nabilatussyahrani

Panggilan : Nabila

Umur : 18 tahun

Jabatan : Sekretaris Bendahara dan mbak ndalem

Daftar Pertanyaan

1. Berapa lama anda belajar di pondok pesantren Darussalam?

= 6 tahun sejak tahun 2014

2. Kelas berapa anda sekarang?

= sudah lulus SMA, dan kelas 1 Ulya di sekolah diniyah

3. Sudah berapa lama anda menjadi santri ndalem?

= baru setengah tahun

4. Boleh ceritakan bagaimana awalnya anda menjadi santri ndalem?

= pertamanya ikut mbak-mbak ndalem yang tugasnya di bagian laundry, terus

kemudian disuruh menemani, tapi ketika sesudah setengah tahun ditinggal

pulang sama mbak tersebut jadi kemudian saya disuruh menggantikan

tugasnya. Yang memilih saya itu mbak nur selaku ibu lurah pondok.

5. Apa tugas anda sebagai santri ndalem?

= mencuci. Kalau pagi mencuci pakaian, kalau sore melipat pakaian.

6. Bagaimana perasaan anda menjadi santri ndalem?

= pertamanya tidak mau karena pasti berat tugasnya. Tapi karena dikasih

tanggung jawab jadi mau bagaimana lagi.

7. Apa motivasi anda menjadi santri ndalem?

Page 228: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

213

= ya semoga mendapat barokah dari abah kiai dan ibu nyai, keluarga ndalem,

agar ilmunya barokah.

8. Bagaimana anda mengatur waktu anda?

= ya dikira-kira saja, kan bagian laundry ada dua jadi sering bergantian pas

ngaji, kadang ada teman yang tidak mengaji jadi kalau pagi dia yang

berangkat ngaji kemudian pas dia pulang dari ngaji saya yang mengaji, tapi ya

sering ketinggalan.

9. Menurut anda, apa keuntungan menjadi santri ndalem?

=keuntungannya bisa dekat dengan keluarga ndalem, makannya gratis dan

bulanan juga diringankan.

10. Punya siapa saja yang anda laundry?

= punya abah kiai dan ibu nyai, kalau santri mau laundry pakaiannya ya bayar

Cuma uangnya ya buat ndalem.

11. Apa bedanya santri ndalem dengan santri biasa?

= tidak ada sepertinya.

12. Bagaimana pandangan anda mengenai figure kiai dan ibu nyai?

= ramah, baik, tidak sombong. Kadang ibunya mengawasi dan mengontrol

apa yang kita kerjakan.

13. Apa yang membedakan tugas laki-laki dan perempuan?

= tidak tahu

14. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan barokah?

= tidak tahu bagaimana menjelaskannya

15. Apa yang dimaksud dengan ndalem?

= ndalem itu rumahnya abah kiai dan ibu nyai,

16. Apa saja aktifitas anda sehari-sehari?

= shalat subuh berjamaah, kemudian ngaji bandongan, kemudian ngaji Ihya

Ulumuddin, kemudian mencuci baju, kemudian istirahat, shalat dhuhur, terus

sekolah diniyah, sepulang dari sekolah diniyah kemudian ke ndalem untuk

melipat pakaian yang kering, habis itu keliling untuk memberikan baju

laundry milik santri, setelah itu shalat ashar berjamaah, dan ngaji Ihya‟

Page 229: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

214

Ulumuddin, kemudian shalat maghrib, ngaji tafsir, kemudian shalat Isya‟, dan

kemudian Taqrar, sorogan, shalat hajat, istirahat.

Page 230: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

215

HASIL WAWANCARA

Data Informan

Nama : Lina Nikmatus Sa‟adah

Panggilan : Lina

Umur : 13 Tahun

Jenjang pendidikan : 3 SMP / 3 Ula

Jabatan : Santri putri ndalem dan bagian keamanan asrama putri

Daftar Pertanyaan

1. Sudah berapa lama anda belajar di pondok pesantren Darussalam?

= sudah 7 tahun

2. Bagaimana awal cerita anda menjadi santri ndalem? Dan bagaimana

perasaannya?

= pertamanya saya disuruh ke kantor, dan dikasih tau kalau saya menjadi

santri ndalem. Perasaan saya senang sekali karena banyak aktifitas, dan

sekarang sudah 1 tahun setengah jadi mbak ndalem.

3. Apa motivasi anda menjadi santri ndalem?

= untuk mendapat barokah kiai dan ibu nyai yang utama.

4. Apa tugas anda sebagai santri ndalem?

= waktu pertama kelas 2 saya di ndalem luar, kemudian waktu kelas 3 saya

disuruh di ndalem dalam yakni rumahnya abah kiai dan ibu nyai. Tugasnya

menyapu, cuci piring, memasak, bersih-bersih, dan lain-lain.

5. Apa keuntungan menjadi santri ndalem?

= dekat dengan abah kiai dan ibu nyai dan dikenal, jadi bisa tau pekerjaan.

6. Apa perbedaan santri ndalem dengan santri lainnya?

= tidak ada bedanya, hanya pekerjaannya yang berbeda. Kalau mbak ndalem

luar itu masak banyak untuk anak kos, kalau saya menyapu, cuci piring,

Page 231: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

216

nyetrika khusus di keluarga ndalem. Kalau mbak isti masak, saya yang

menyapu, kalau saya sudah selesai bantu mbak isti.

7. Bagaimana pandangan anda mengenai figure kiai dan ibu nyai?

= ramah, baik banget, dermawan, suka memberi.

8. Bagaimana pandangan anda mengenai gender?

= apa ya, saya kurang tau. Pekerjaan menyapu, masak itu pekerjaan

perempuan terutama.

9. Bagaimana hubungan kiai/nyai dengan santri?

= kalau ibu nyai lewat ya harus nunduk, kalau bicara harus pelan-pelan dan

pakai bahasa yang halus, dan tidak boleh membantah.

Page 232: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

217

Lampiran 7: Dokumentasi Penelitian

Foto Bersama bapak KH. Mastur Huda RS dan Ibu nyai Nikmatussholihah

Foto bersama Gus Saikul Huda S.Pd selaku Kabid Madrasah sekaligus menantu KH.

Mastur Huda Rs

Page 233: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

218

Foto Ndalem

Foto ketika santri ndalem sedang bersiap-siap untuk memasak

Page 234: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

219

Suasana ketika santri putri ndalem sedang memasak

Suasana santri putri sedang melakukan Ro‟an (gotong royong)

Page 235: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

220

Foto suasana belajar mengajar pondok pesantren Darussalam Mekarsari Lampung

Foto salah satu bahan ajar Pesantren Darussalam Mekarsari Lampung

Page 236: GENDER DALAM PESANTREN: STUDI KONSTRUKSI SOSIAL …

221

Foto ketika beberapa ibu-ibu warga desa membantu memasak di pondok pesantren

saat akan mengadakan acara

Foto dengan kepala desa Mekarsari Foto dengan salah satu santri ndalem