gaya busana eklektik sebagai wujud ekspresi diri …
TRANSCRIPT
118
GAYA BUSANA EKLEKTIK SEBAGAI WUJUD EKSPRESI DIRI DENGAN MATERIAL ANYAMAN POM-PON
Dheasari Rachdantia*
(Magister Seni, Penciptaan Seni Kriya, Kriya Tekstil, ISI Yogyakarta, [email protected], 081328515646)
ABSTRACT Expression is a process of delivering human’s feeling. There is a psychology and physiological reaction related to personal point of view. It can be expressed through various media, one of them is fashion. The style that they wear always shows their identity. Eclectic is a style showing the expression of an individual. It emphasizes the futuristic cutting, avant garde and special material. The special material used is pom-pom plait. The plait was made of wool yarn webbing manually that followed Practice Based research method. The research was a qualitative research that was probably would find a new invention during the process. The works consisted of two main designs. The first design was a pom-pom-plait outwear, a turtle neck shirt and sabrina pants. Meanwhile the second design was a pom-pom-plait tank-top dress, a collared blouse, and an asymmetric midi skirt. Keywords: self-expression, eclectic style, pom-pom plait, practice based research, outfit
ABSTRAK Ekspresi merupakan proses untuk menyatakan perasaan manusia. Sebuah reaksi psikologis
maupun fisiologis yang bersifat subjektif. Media pengungkapannya dapat dilakukan salah satunya melalui fesyen. Cara mereka berpakaian dapat menunjukkan identitas diri yang pemilihannya erat hubungannya dengan ekspresi diri. Gaya busana yang dapat menggambarkan kebebasan ekpresi diri secara bebas disebut gaya eklektik. Gaya yang ciri adalah potongannya yang futuristic, avant garde dan material yang khusus. Bahan khusus yang akan digunakan adalah anyaman pom-pon. Anyaman yang terbuat dari benang wol dengan menggunakan teknik manual yang khas dengan seni kriya. Perwujudannya menggunakan metode Practice Based Research. Metode ini merupakan penelitian kualitatif yang memungkinkan adanya penemuan baru selama proses penciptaan. Karya busana ini berupa outfit dari dua karya, yang pertama terdiri atas outerwear (bolero) anyaman pom-pon, kemeja turtle neck dan celana sabrina. Karya kedua berupa tank top dress anyaman pom-pon, blus dengan kerah dan rok midi asimetris.
Kata Kunci: ekspresi diri, gaya eklektik, anyaman pom-pon, practice based research, outfit. PENDAHULUAN
Manusia yang terlahir di bumi, hadir
dengan dibekali sebuah emosi. Emosi sendiri
memiliki keadaan dan reaksi psikologis maupun
fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan,
keharuan, kecintaan yang bersifat subjektif.
Wujud dari pengungkapan atau proses
menyatakannya disebut dengan ekspresi,
sedangkan ekspresi diri merupakan cara yang
dilakukan untuk mengungkapkan atau
menyatakan apapun yang sedang dirasakan oleh
diri kita.
Dheasari Rachdantia, Eclectic Style Pom-Pom Blanket [ 119
Ekpresi diri dapat dilakukan secara
sederhana melalui tingkah laku kita dalam
keseharian. Misalnya, saat kita gembira kita
akan tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-
bahak, dan ketika sedih kita akan menangis.
Seiring berjalannya waktu bentuk ekpresi diri
bukan hanya untuk menggambarkan kondisi
yang kita alami saat itu secara spotan, bisa saja
apa yang ingin kita ungkapkan atau nyatakan
kepada orang berdasarkan ekpresi apa yang
ingin diperlihatkan tanpa perlu dinyatakan
dalam tingkah laku. Salah satu alat untuk
mengungkapkan ekpresi diri secara tersirat
adalah menggunakan busana.
Busana bukan lagi hanya salah satu
kebutuhan primer manusia yang berfungsi
sebagai pelindung tubuh, tetapi dapat menjadi
media untuk menyampaikan ekpresi diri dari
sang pemakai. Praktiknya sebuah gaya dalam
fesyen merupakan salah satu cara untuk
memudahkan, serta mengatur cara mempadu
padankan busana yang akan kita kenakan.
Terdapat banyak gaya yang dapat dipilih sesuai
dengan selera yang berdasarkan kepribadian,
keperluan suatu acara, maupun tren yang
sedang berkembang. Gaya busana dapat
dibedakan dari yang simpel hingga yang glamor.
Bahkan ada busana dengan gaya tertentu yang
hanya satu kali digunakan.
Standart yang dimiliki masing-masing
gaya (banyak digunakan keseharian) busana
tidak jarang untuk sebagain orang dirasa belum
cukup dalam mengekpresikan diri melalui
sebuah busana dikarenakan cukup monoton dan
kurang berani mengekspresikan diri. Busana
disini merupakan identitas yang mereka bawa di
masyarakat yang memiliki arti mendalam lebih
dari sekedar kenikmatan atau kesenangan fisik
unsur-unsur ini menjadi berhubungan dengan
seni tetapi dalam berbusana (W, 2015, p. 24).
Gambar 1 dan 2. Eclectic Style Diana Rikasari dan Tantri
Namirah (Sumber: Instagram, 10 Oktober 2019)
Gaya busana yang dirasa dapat membuat
kita ‘bebas’ dalam mengekspresikan diri adalah
gaya eklektik. Gaya eklektik adalah gaya pilihan
wanita yang lebih menyukai busana yang tidak
120 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Volume 9 Nomor 2 Tahun 2020
konvensional dan memiliki gaya hidup yang
kreatif, tidak konvensional, dan individualistis
atau yang ingin mencapainya di suatu hari nanti
(Tolentino, 2018). Wanita yang memiliki gaya
eklektik biasanya berani, percaya diri, dan tidak
takut untuk menunjukkannya kepada dunia. Ciri
dari gaya ini adalah potongannya yang futuristic,
avant garde (sering mengacu pada gaya pribadi
yang unik dan berani) (Irma Hardisurya, Ninuk
Mardiana Pambudy, 2010a), tampilannya berani
dengan material dan finishing khusus, hasil
eksperimen dan inovasi. Selain itu pemilihan
warna busana juga menggunakan warna elektrik
merupakan warna-warna yang serba mencolok
dan cemerlang (Irma Hardisurya, Ninuk
Mardiana Pambudy, 2010b).
Gambar 3.Pom-pon berbagai ukuran, 2020
(Sumber: Dokumentasi Dheasari)
Material busana merupakan salah satu
aspek yang cukup sering diperhatikan dalam
menciptakan gaya busana ekletik. Material yang
utama adalah sebuah kain. Kain merupakan hasil
tenunan (anyam), rajutan, atau kempa dari serat
atau benang, dipakai untuk keperluan pakaian
atau untuk kebutuhan lainnya (Irma Hardisurya,
Ninuk Mardiana Pambudy, 2011). Kain yang
digunakan sebagai wujud ekpresi diri pada karya
ini adalah kain yang dihasilkan dari proses anyam
secara manual. Anyaman yang digunakan adalah
anyaman pom-pon. Penamaan anyaman ini
lebih dikenal di luar negeri dengan sebutan
‘Pom-pom blanket’, penyebutan tersebut
berdasarkan fungsi diwujudkan anyaman
tersebut untuk selimut bayi. Kata pom-pom
sendiri di Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan
pom-pon, yang memiliki arti bola-bola kecil dari
bahan wol dan sebagainya yang digunakan
sebagai hiasan pada baju (wanita), sepatu, dan
sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional,
2005).
Mayarakat cukup banyak mengetahui
bahwa pembuatan pom-pon dapat dilakukan
menggunakan alat bantu yang biasanya disebut
dengan pom-pom maker atau secara manual
satu-persatu menggunakan tangan. Alat bantu
berupa pom-pom maker memudahkan apabila
dikehendaki pembuatan banyak dengan ukuran
yang sama. Bulat sempurna sebuah pom-pom
didapatkan melalui proses trimming. Adapula
yang membuat alat sendiri menggunakan bahan
yang ada disekitar kita sebagai alat bantu
pembuatannya. Alat bantu ini memudahkan
apabila dikehendaki pembuatan banyak dengan
ukuran yang sama. Bulat sempurna sebuah pom-
pom didapatkan melalui proses trimming.
Pembuatan anyaman pom-pom berbeda dari
pembuatan pom-pon satuan menggunakan
pom-pom maker. Hasilnya juga sedikit berbeda
karena anyaman pom-pon tidak bulat sempurna
hanya bundar dibagian atas dikarenakan bagian
bawah merupakan sambungan yang berfungsi
sebagai penyambung agar menjadi rangkaian.
Dheasari Rachdantia, Eclectic Style Pom-Pom Blanket [ 121
Gambar 4. Anyaman Pom-pon untuk Sarung Bantal, 2020
(Sumber: Dokumentasi Dheasari)
Anyaman pom-pon adalah anyaman
yang berasal dari serat wol yang dianyam pada
alat pembentang (spanram) biasanya alat
pembentang ini berbentuk persegi maupun
persegi panjang yang dipaku dengan jarak
tertentu sesuai kebutuhan. Hasil dari anyaman
ini adalah rangkaian pom-pon dalam satu lembar
anyaman yang menampilkan bentuk tiga
dimensi. Pemilihan serat wol dilakukan dengan
pertimbangan hasil yang akan tetap sama
apabila dicuci dikarenakan wol dikenal unggul
karena ia tidak ‘lupa’ akan bentuknya semula,
yang memungkinkan tekstur bulat menyempul
akan sama ketika setelah dicuci (Gunawan, 2012,
p. 31).
Setelah adanya penggambaran tentang
bentuk ekpresi diri dari seseorang (wanita) salah
satunya melalui busana yang merupakan bagian
dari presentasi diri menggunakan gaya eklektik
dengan poin utama kreatif, inovatif, tidak
konvensional dan menggunakan warna yang
mencolok. Rumusan penciptaan ini adalah
bagaimana menciptakan busana yang berfokus
pada pembuatan bahan utama berupa anyaman
pom-pon sebagai wujud dari inovasi dan avant-
garde bagian dari bentuk ekspresi diri dalam
berbusana menggunakan gaya eklektik.
terciptanya karya busana ini bertujuan
untuk mewujudkan busana bergaya eklektik
melalui pendekatan teknik pembuatan bahan
utama busana berupa anyaman pom-pon.
Terealisasinya bentuk ekspresi diri sebagai salah
satu identitas manusia melalui busana yang
dapat digunakan dikehidupan sehari-hari
maupun untuk keperluan tertentu di luar rumah.
Tersalurkannya ekpresi diri merupakan bagian
dari mencintai diri sendiri yang diwujudkan.
Selain itu busana ini merupakan salah satu
alternative pembuatan bahan utama busana
non-pabrik yang dapat dilakukan tanpa perlu
alat yang rumit dan tetap mengutamakan unsur
kekriyaan.
METODE
Metode Penelitian Artistik dan Skema Berpikir
Practice Based Research
Metode pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan estetika yang digunakan
dalam proses perwujudan yang
mempertimbangkan wujud (rupa), isi dan
penampilan. Teori estetik dari A.A.M Djelantik
digunakan karena dalam sebuah karya memiliki
122 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Volume 9 Nomor 2 Tahun 2020
nilai estetik, dalam sebuah karya biasanya
mengandung tiga aspek yaitu wujud atau rupa
yang terdiri dari bentuk dan susunan, bobot
berupa sesuatu yang memiliki makna, dan
penampilan (Djelantik, 2004). Metode
pendekatan yang kedua yang digunakan adalah
pendekatan dari Edmund Burke Feldman yang
telah diterjemahkan SP. Gustami tentang fungsi
personal seni dalam kehidupan modern salah
satunya untuk keperluan memuaskan
kebutuhan-kebutuhan individu kita tentang
ekspresi pribadi (Gustami, 1990, p. 2).
Proses penciptaannya menggunakan
metode penciptaan penelitian artistik yang
memfokuskan pada budaya kontemporer,
budaya ini bersifat membuka diri dan
memasukkan yang tidak terkecuali dalam
membangun jembatan antara media ekspresi
dan atau sebagai metode untuk produk
pengetahuan. Cara berpikir metode ini adalah
induktif, dimana cara berpikir ini memaparkan
dari yang bersifat khusus ke umum (Mika
Hannula, Juha Suoranta, 2005, pp. 9–12).
Metode ini juga sebagai alat atau media untuk
membantu menginformasikan sang seniman
serta memudahkan pembaca dalam memahami
arah dari sebuah penelitian. Penelitian ini
bersifat fleksibel, keberlanjutan dan adaptif,
yang memungkinkan adanya penemuan baru
selama proses berlangsungnya penelitian.
Penelitian artistik merupakan penelitian
kualitatif yang mengikutsertakan peneliti
sebagai subjek penelitian untuk menghasilkan
jenis informasi baru. Metode ini akan ditulis
secara ilmiah, dengan mendeskripsikan proses
praktek berkarya secara detail dari pra konsep
hingga karya seni terwujud (Djandjang Purwo
Sedjati, 2020, p. 90). Salah satu cara untuk
memetakan pola berpikir adalah menggunakan
yang dirancang oleh Assoc. Prof. Ramlan
Abdullah (Abdullah, 2010, p. 41):
Skema 1
Practice Based Research (Sumber: Jurnal Perintis Pendidikan UiTM)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian awal proses metode Practice
Based Research adalah merumuskan research
question (pertanyaan penelitian) berupa
bagaimana mewujudkan bentuk ekspresi diri
melalui sebuah busana. Selanjutnya adalah
research context (konteks penelitian) tentang
wujud ekspresi diri dalam berbusana dapat
diwujudkan melalui busana dengan gaya eklektik
yang berfokus pada pemilihan warna yang
berbeda dalam penggunaan outfit saat
bersamaan, pemilihan bahan busana yang tidak
harus baru tetapi belum banyak diketahui, serta
dapat dipadu padankan dengan busana
keseharian yang kita miliki. Tahap ketiga
sebelum proses perwujudan adalah
menentukan reseacrh methods (metode
penelitian), metode pendekatan yang digunakan
adalah metode estetika dan metode kriya
tentang fungsi seni. Sedangkan metode
Dheasari Rachdantia, Eclectic Style Pom-Pom Blanket [ 123
penciptaannya menggunakan practice based
research.
Drawing/Sketches
Langkah berikutnya dilanjut dengan
pembuatan sktesa digunakan untuk acuan
dalam proses awal pembuatan busana sebagai
acuan dalam menentukan warna, penempatan
pom-pom blanket, dan model busana secara
keseluruhan.
Study
Tahap study yang digunakan disini
adalah proses pembelajaran yang dilakukan
selama proses penelitian yang tidak menutup
kemungkinan mendapat adanya hal baru selama
proses penelitian. Penelitian berbasis praktik
memungkinkan banyak didapatkannya proses
belajar selama proses perwujudan karya
terutama pada pembuatan anyaman pom-pon
yang memerlukan banyak percobaan selama
prosesnya hingga terbentuk anyaman pom-pom
yang memiliki tekstur tiga dimensi dihasil akhir.
Serta pemilihan warna dan bentuk busana yang
dapat menggambarkan gaya eklektik yang
bertujuan sebagai bentuk ekspresi diri melalui
busana. Bagian study ini berhubungan dengan
semua aspek dari pembuatan sketsa, pencarian
literatur dan visual yang tepat untuk bahan
penciptaan.
Literature Research
Bagian ini dilakukan untuk membantu
dalam menemukan istilah-istilah penyebutan
mulai dari anyaman pom-pon dan gaya busana
eklektik melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) atau sumber-sumber yang dapat
membantu menerangjelaskan pemaknaan yang
mungkin belum banyak dipahami, serta istilah-
istilah lainnya. Fungsi literature research juga
agar memudahkan sang seniman dalam
menjelaskan maksud dari tema, konsep, proses
perwujudan hingga tahap pertanggung jawaban
berdasarkan data yang dapat dipertanggung
jawabkan tingkat validasi data yang digunakan.
proses ini terjadi selama proses perciptaan dari
awal hingga akhir penelitian.
Visual Research
Penelitian ini menggunakan visual
research sebagai tahapan dalam pencarian
sumber acuan untuk wujud dari karya busana
bergaya eklektik. Sumber acuan busana
menggunakan sejumlah fashion desainer
maupun artis yang menggunakan gaya eklektik
pada kebanyakan busana hariannya seperti pergi
bekerja, atau melakukan kegiatan diluar rumah.
gaya eklektik yang digunakan dari Diana Rikasari
(desainer) dan Tantri Namirah (Publik
Figur/Artis).
Experiment
Bagian ini merupakan bagian utama dari
penelitian berbasis praktek, dimungkinkan
mendapat pengetahuan baru selama proses
penelitian adalah dibagian ini. Eksperimen
penciptaan ini difokuskan pada pembuatan
material khusus outerwear menggunakan
anyaman pom-pon dengan proses pembuatan
secara manual dibantu alat berupa spanram dan
bahan utama benang wol siet. Proses
perwujudan dari lembaran anyaman pom-pon
yang akan diwujudkan menjadi busana
membutuhkan uji coba melalui beberapa kali
percobaan.
Practice
Langkah kedua adalah praktek. Tahapan
praktek meliputi: penentuan ukuran busana,
menyiapkan alat dan bahan, proses non-jahit
(pembuatan anyaman pom-pon), proses jahit
(pembuatan pola busana, pemindahan dan
pemotongan kain, proses penjahitan kain,
penggabungan anyaman pom-pon dan puring
outerwear (bolero), pembentukan tank top
dress anyaman pom-pon) hingga finishing.
Ukuran busana yang digunakan untuk
outerwear (bolero dan tank top dress) adalah
124 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Volume 9 Nomor 2 Tahun 2020
ukuran standart wanita dewasa L (large). Ukuran
ini mengacu pada ukuran pada buku penuntun
membuat pola busana tingkat dasar yang ditulis
Soekarno. Lingkar Badan: 98, lingkar pinggang:
78, lebar dada: 35, lingkar kerung lengan: 48,
lebar bahu: 13, lingkar pergelangan: 21, panjang
lengan: 55, lingkar panggul: 108, panjang celana:
98, lingkar pesak: 70, ½ lingkar paha: 34, ½
lingkar lutut: 26, ½ lingkar kaki: 22 (Soekarno,
2015, p. 17).
Bahan utama busana yang digunakan
untuk anyaman pom-pon adalah benang wol siet
lokal dengan berat 200 gram/gulung. Warna
benang yang digunakan adalah merah, gradasi
(biru dan merah muda), biru (biru muda, biru
sedang, dan biru tua), merah muda. Bahan
selanjutnya kain batik dengan pewarnaan
remasol dan menggunakan teknik pengerjaan
batik tulis. Pemilihan motif kain berbentuk
asimetris dengan motif kawung dan truntum.
Kain lurik yang proses pembuatannya
menggunakan teknik menenun benang. Warna
yang dipilih adalah kombinasi warna merah,
biru, kuning dan putih. Kain lurik ini digunakan
untuk pembuatan kemeja busana sebagai
dalaman outerwear anyaman pom-pon pada
karya pertama. Kain polos untuk blus dan
kombinasi rok asimetris menggunakan kain jenis
katun dan crepe. Bahan penunjang pembuatan
busana Kain Viselin, Invisible Zipper, Benang
jahit, Kancing Lubang, dan renda.
Alat yang digunakan dalam pembuatan
anyaman pom-pon adalah spanram ukuran 110
x 80 sentimeter yang telah dilubang dengan
mata bor ukuran tiga milimeter dengan jarak
masing-masing lubang sekitar 2 sentimeter.
Kayu yang telah dilubangi diisi dengan paku
ukuran lima sentimeter. Alat penunjang lain
dalam pembuatan busana ada pensil, penggaris
pola, spidol, jarum jahit, jarum mesin, jarum
pentul, gunting kain, gunting bordir, pensil Jahit,
metline, spul, skoci, sepatu mesin jahit, mesin
Jahit, mesin obras, dan setrika.
Berikutnya mulai tahapan pembuatan
busana setelah semua alat dan bahan siap
meliputi:
a. Tahapan pembuatan anyaman pom-pon
Gambar 5. Pembuatan Anyaman Pom-pon Menggunakan
Spanram, 2019 (Sumber: Dokumentasi Dheasari)
Pembuatan anyaman menggunakan
pembidang yang besar sekaligus agar waktu
yang diperlukan tidak terlalu lama. Putaran
pada setiap paku dihitung agar hasil akhir
yang diinginkan dapat sesuai. Setelah proses
pelilitan selesai selanjutnya dikunci agar
dapat menghasilkan bentuk bundar pada
hasil akhirnya. Proses mengunci benang
dengan menali dilakukan satu persatu
dengan kekuatan kekecangan yang baik agar
tidak mudah lepas.
b. Tahapan Pembuatan Pola Busana
Gambar 6. Pembuatan Pola Busana, 2019
(Sumber: Dokumentasi Dheasari)
Dheasari Rachdantia, Eclectic Style Pom-Pom Blanket [ 125
Setelah alat dan bahan selesai disiapkan,
selanjutnya adalah membuat pola busana.
Pola ini dibuat di atas kertas Koran bekas.
Pembuatan pola pada Koran bekas dapat
meminimalisir kesalahan ukuran dan
memudahkan dalam mengatur penempatan
pola pada kain.
c. Tahapan Pemindahan, Pemotongan Kain
Gambar 7. Pembuatan Pemindahan Pola pada Kain, 2019
(Sumber: Dokumentasi Dheasari)
Proses pemindahan pola dari Koran bekas ke
kain yang siap dipola. Penentuan ukuran
kampuh jahit diperhatikan disetiap
bagiannya karena masing-masing bagian
memiliki kampuh jahit yang berbeda.
d. Tahapan Penjahitan
Gambar 8. Proses Pemasangan Jarum Pentul Sebelum
Penjahitan, 2019 (Sumber: Dokumentasi Dheasari)
Proses ini merupakan proses lanjutan
setelah pemindahan pola dari Koran bekas
pada kain. Selanjutnya proses
penggabungan kain menjadi busana
menggunakan mesin jahit. Untuk
meminimalisir perubahan ukuran dan terjadi
kesalahan dalam penjahitan diperlukan
penggunaan jarum pentul untuk
menggabungkan sementara.
e. Tahapan penggabungan anyaman pom-pon
dan puring outerwear (bolero)
Tahapan ini menggabungkan anyaman pom-
pon untuk bolero yang telah dipotong dari
lembaran menjadi pecah pola bolero lalu
digabungkan dengan puring dari bahan kain
organdie menggunakan teknik jahit manual
dengan jarum jahit.
f. pembentukan tank top dress anyaman
pom-pon.
Pembentukan tank top dress dilakukan
dengan penggabungan menggunakan
kuncian manual menggunakan jahit manual.
Benang yang digunakan senada dengan
bahan anyaman agar perbedaan tidak
terlihat kentara antara bahan anyaman dan
benang.
g. Tahapan pembuatan pelengkap dan hiasan
busana
Tahapan ini yang dilakukan adalah membuat
kancing bungkus sebagai hiasan pada lingkar
tangan kemeja, proses perekatan renda
menggunakan lem khusus kain yang
transparan hasilnya.
h. Tahapan Finishing
Proses ini merupakan proses akhir, sebagai
penyempurnaan karya yang dapat
menentukan nilai akhirnya. Pemotongan
sisa benang, penyetrikaan busana,
pemasangan kancing.
Possible Outcomes
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah karya
Craft Art (Seni Kriya) berupa dua busana
bertema eklektik sebagai bentuk ekspresi diri.
126 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Volume 9 Nomor 2 Tahun 2020
Pada karya pertama menggunakan bolero
anyaman pom-pon dengan kombinasi kain
organdie dan dipadukan bersama kemeja turtle
neck berbahan lurik dengan celana berbentuk
Sabrina. Karya kedua memadukan tank top dress
anyaman pom-pon dengan blus dengan kerah
funnel tetapi bukaan belakang yang dipadukan
rok midi asimetris berbahan batik tulis motif
asimetris dari kawung dan truntum kombinasi
bahan polos.
Gambar 9. Karya 1, 2019
(Dokumentasi: Dokumentasi Dheasari)
Karya pertama busana anyaman pom-
pon bergaya eklektik yang berjudul “Poms
Emotion: Energi” ini memiliki arti sebagai sebuah
dorongan yang positif menjadikan diri kita
mampu dan kuat untuk menjalani disetiap
bagian hidup. Terkadang tanpa kita sadari
datangnya darimana, dorongan itu bisa muncul
tanpa kita duga sebelumnya. Melalui perantara
apapun bisa terjadi, tetapi yang penting diri
kitalah yang seharusnya pandai menciptakan.
Bagaimanapun kondisi yang akan terjadi sering
kali menjadi sebuah kejutan untuk kita.
Busana ini menggunakan warna merah,
biru, dan jingga. Warna merah menggambarkan
perhatian, keberanian dan apabila dengan shade
lebih gelap akan menggambarkan kedewasaan .
Warna biru menggambarkan keyakinan,
keteguhan, kepercayaan. Warna jingga
menggambarkan semangat, kreatif, hangat.
Warna putih menggambarkan kebenaran,
ketepatan, kejujuran.
Proses pembuatan anyaman dilakukan
menggunakan spanram ukuran 100 x 90
sentimeter. pemasangan paku memerlukan 95
biji paku dengan jarak masing-masing paku 3
sentimeter. dalam satu putaran jalan benang 10
helai dengan enam kali putaran, sehingga satu
bulatan pom-pon terdiri atas 60 helai benang
wol.
Gambar 10. Karya 2, 2019
(Dokumentasi: Dokumentasi Dheasari)
Karya kedua busana anyaman pom-pon
bergaya eklektik yang berjudul “Poms Emotion:
Kasih” ini memiliki arti sebagai sebuah sifat yang
melekat pada kita sejak lahir. Berawal dari
Dheasari Rachdantia, Eclectic Style Pom-Pom Blanket [ 127
perasaan tulus yang diberikan kedua orang tua
pada kita. Seiring berjalannya waktu kita tidak
hanya mengenal arti dari sebuah kasih dari
kedua orang tua, tetapi keluarga, teman, dan
lingkungan juga ikut berpengaruh. Seberapa
besar dan dalam kasih tersebut dapat
membentuk kepribadian kita. Perasaan tersebut
terkadang tidak selalu menimbulkan
kebahagiaan tetapi terkadang ada kesedihan
yang ditimbulkan. Sebuah kasih akan lebih terasa
apabila kita membagikan pada orang lain.
Pembuatan pom-pom blanket
menggunakan spanram ukuran 55 x 80 cm
dengan jumlah paku 44 biji jarak antar paku 3
sentimeter. pemilihan warna menggunakan
empat benang wol, dengan warna merah muda.
Biru tua, biru muda, biru tosca, dan gradasi (biru
dan merah muda) serta terdapat warna hitam
dan putih pada bagian rok asimetris. Masing-
masing warna memiliki makna yang berbeda-
beda untuk mengungkapkan kata kasih pada
busana ini. Biru merupakan gambaran dari rasa
percaya, keteraturan, ketenangan, kesetiaan.
Merah muda melambangkan cinta, feminim,
penyayang, lembut. Hitam bertenaga,
kesedihan, elegan sebagai sisi lain dari kasih
yang dapat kita rasakan juga. Sedangkan putih
menggambarkan tentang ketepatan, kejujuran,
PENUTUP
Bentuk ekspresi diri dalam berbusana ini
memfokuskan pada pemilihan material dan
finishing pada outerwear berupa bolero dan
tank top dress dengan tali spageti. Material
utama yang ingin ditampilkan adalaha anyaman
pom-pon sebagai ganti bahan utama outerwear
berupa kain pabrik. Bentuk ekpresi secara
keseluruhan diperlihatkan melalui outfit atau
serangkaian pakaian yang terdiri atas setelan
berupa outerwear, overblouse, bawahan berupa
rok asimetris dan celana panjang model Sabrina.
Mengkombinasikan antara material khusus dari
anyaman pom-pon dengan tenun lurik, batik
tulis motif asimetris serta bahan kain polos dan
ditunjang dengan perpaduan dari warna yang
berani menjadi salah satu wujud ekspresi diri
dalam berbusana yang cocok bagi penyuka gaya
eklektik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. P. R. (2010). Practice Based
Research in art and design, Why not?
Jurnal Perintis Pendidikan Fakulti Seni Lukis
& Reka UiTM, 18.1, 41.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005).
Kamus Besar Bahasa indonesia (ketiga).
Balai Pustaka.
Djandjang Purwo Sedjati, A. S. (2020). TEPUNG
MAKANAN SEBAGAI ALTERNATIF
PERINTANG DALAM PENCIPTAAN KARYA
SENI TEKSTIL. CORAK, Vol. 9 No., 90.
file:///E:/MATERI KULIAH/artikel jurnal
Corak/TEPUNG MAKANAN SEBAGAI
ALTERNATIF PERINTANG DALAM
PENCIPTAAN KARYA SENI TEKSTIL.pdf
Djelantik, A. A. M. (2004). Estetika Sebuah
Pengantar. Media Abadi.
Gunawan, B. (2012). kenali Tekstur (M. N. R.
Murti (ed.); cetakan 1). Dian Rakyat.
Gustami, D. S. (1990). Seni Sebagai Ujud dan
Gagasan. Fakultas Seni Rupa dan Disain
Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Irma Hardisurya, Ninuk Mardiana Pambudy, H.
jusuf. (2010a). Kamus Mode Indonesia
(Nana Lystiani (ed.)). PT Gramedia Pustaka
Utama.
Irma Hardisurya, Ninuk Mardiana Pambudy, H.
jusuf. (2010b). Kamus Mode Indonesia
(Nana Lystiani (ed.)). PT.
Irma Hardisurya, Ninuk Mardiana Pambudy, H.
jusuf. (2011). Kamus Mode Indonesia. PT
128 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Volume 9 Nomor 2 Tahun 2020
Gramedia Pustaka Utama.
Mika Hannula, Juha Suoranta, T. V. (2005).
Artistic Research-Theories, Methods and
Practices. Academy of Fine Art, Helsinki,
Finland and Universiy of Gothenburg / Art
Monitor, Gothenburg, Sweden.
Soekarno. (2015). Buku Penuntun Membuat Pola
Busana Tingkat Dasar. PT Gramedia
Pustaka Utama.
Tolentino, L. (2018). Eclectic Style – Overview
And Tips For Making It Work For You.
http://www.fashionologymag.com/eclecti
c-style-overview-and-tips-for-making-it-
work-for-you/
W, M. M. N. (2015). METODE PENCIPTAAN
BIDANG SENI RUPA: Praktek Berbasis
Penelitian (practice based risearch), Karya
Seni Sebagai Produksi Pengetahuan dan
Wacana. CORAK, Vol. 4 No., 24.
file:///E:/MATERI KULIAH/artikel jurnal
Corak/METODE PENCIPTAAN BIDANG SENI
RUPA Praktek Berbasis Penelitian (practice
based risearch), Karya Seni Sebagai
Produksi Pengetahuan dan Wacana.pdf