gangguan sendi osteoartritis.doc

12
GANGGUAN SENDI: OSTEOARTRITIS BAB I PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) merupakan sindroma klinis dari nyeri sendi yang disertai gangguan fungsional yang bervariasi serta penurunan kualitas hidup pada orang yang terkena. Osteoartritis masih merupakan penyebab utama peradangan sendi dan kecacatan di seluruh dunia. Sendi lutut, panggul dan sendi-sendi pada tangan adalah tempat predileksi tersering terjadinya OA. Perubahan patologis yang khas dari OA adalah hilangnya kartilago hyalin dan remodelling tulang yang terkena dengan adanya pembentukan osteofit pada tepi-tepi tulang. 1 Faktor resiko terjadinya OA termasuk diantaranya faktor genetik, proses penuaan, jenis kelamin, obesitas, trauma sendi baik karena pekerjaan seperti atlet ataupun karena olahraga biasa untuk rekreasi. Beberapa dari faktor resiko tersebut dapat dicegah dan dihindari agar tidak terlanjur menyebabkan OA seperti obesitas dan trauma sendi akibat kerja ataupun rekreasi. 1 Menurut data dari Arthritis and Musculoskeletal Alliance pada tahun 2004, prevalensi OA dengan predileksi pada sendi lutut, panggul, tangan, meningkat sesuai dengan

Upload: nazrah-elida-huhu

Post on 07-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

GANGGUAN SENDI: OSTEOARTRITIS

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan sindroma klinis dari nyeri sendi yang disertai gangguan fungsional yang bervariasi serta penurunan kualitas hidup pada orang yang terkena. Osteoartritis masih merupakan penyebab utama peradangan sendi dan kecacatan di seluruh dunia. Sendi lutut, panggul dan sendi-sendi pada tangan adalah tempat predileksi tersering terjadinya OA. Perubahan patologis yang khas dari OA adalah hilangnya kartilago hyalin dan remodelling tulang yang terkena dengan adanya pembentukan osteofit pada tepi-tepi tulang.1Faktor resiko terjadinya OA termasuk diantaranya faktor genetik, proses penuaan, jenis kelamin, obesitas, trauma sendi baik karena pekerjaan seperti atlet ataupun karena olahraga biasa untuk rekreasi. Beberapa dari faktor resiko tersebut dapat dicegah dan dihindari agar tidak terlanjur menyebabkan OA seperti obesitas dan trauma sendi akibat kerja ataupun rekreasi.1Menurut data dari Arthritis and Musculoskeletal Alliance pada tahun 2004, prevalensi OA dengan predileksi pada sendi lutut, panggul, tangan, meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Sekitar 8,5 juta jiwa di Inggris diperkirakan mengeluhkan nyeri sendi yang mungkin disebabkan OA (Arthritis Care 2004). Pada orang dewasa yang berusia 45 tahun atau lebih, sendi perifer yang sering terkena merupakan sendi lutut dengan angka kejadian 19 %, dan pada wanita berusia 75 tahun atau lebih merupakan prevalensi tertinggi yaitu 35%.1Orang-orang yang mengalami OA bisa saja tidak memiliki keluhan (asymptomatic), dimana pada saat dilakukan pencitraan dari sendi dengan menggunakan x-ray akan didapati osteofit yang nantinya lama-kelamaan pun akan menimbulkan keluhan. Hal ini didukung dengan data dari Arthritis and Musculoskeletal Alliance (2004) dan Arthritis Research Campaign (2002) dari pemeriksaan x-ray yang dilakukan, ternyata terdapat setidaknya 4,4 juta jiwa di Inggris memiliki OA sedang hingga berat pada sendi tangan, lebih dari setengah juta jiwa mengalami OA sedang hingga berat pada sendi lutut, dan 210.000 orang lainnya mengalami OA pada sendi panggul.1 Kejadian OA ini dapat dicegah untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia. Pencegahan yang dilakukan sesuai tahapan pencegahan penyakit Leavell dan Clark yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan yang terakhir adalah pencegahan tersier.2,3 Pencegahan primer yaitu pencegahan yang dilakukan sebelum penyakit itu terjadi. Pencegahan primer ini dibagi lagi menjadi promosi kesehatan dan perlindungan spesifik.2 Promosi kesehatan menyangkut edukasi tentang osteoartritis, sedangkan perlindungan spesifik mencakup pencegahan trauma sendi dan manajemen berat badan untuk mencegah obesitas yang merupakan faktor resiko terjadinya OA.4Pencegahan sekunder meliputi identifikasi penyakit tertentu atau kondisi-kondisi yang mencerminkan penyakit tersebut pada tahap awal dengan melakukan intervensi untuk mencegah atau membatasi komplikasi atau kecacatan yang terjadi.2 Pada pencegahan sekunder ini meliputi diagnosis dini (early diagnosis), pengobatan yang sesuai (prompt treatment) dan pembatasan kecacatan (disability limitation).3 Pencegahan sekunder pada osteoartritis termasuk di dalamnya self-management education dan aktivitas fisik yang cukup untuk mencegah kaku sendi atau komplikasi lainnya terjadi. Pada deteksi dini OA dapat dilakukan screening pencitraan sendi-sendi pada orang-orang yang dikhawatirkan untuk cenderung menderita OA.4Pencegahan tersier yaitu pencegahan yang dilakukan apabila penyakit atau cacat sudah terjadi dan proses penyembuhan telah dimulai yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dan termasuk di dalamnya meminimalisasi pengaruh dari penyakit tersebut terhadap kualitas hidup.2,3 Pencegahan tersier termasuk rehabilitasi, fisioterapi.5BAB 2

ISI

2.1Pencegahan Primer Osteoartritis.

2.1.1Promosi Kesehatan (Health Promotion)Pada promosi kesehatan yang dilakukan untuk mencegah osteoartritis, edukasi tentang osteoartritis itu sendiri harus mencakupi seluruh lapisan masyarakat baik dari usia muda hingga tua, walaupun angka kejadian terbanyak dari OA ini melanda populasi pada usia paruh baya hingga lansia. Hal ini dilakukan dengan harapan dengan adanya edukasi tentang OA pada usia muda, populasi tersebut lebih sadar dan peduli untuk mencegah OA itu terjadi.

Populasi target untuk mendapatkan edukasi tentang OA ini adalah orang-orang berusia di bawah 40 tahun dimana gejala nyeri sendi pertama kali dikeluhkan pada orang-orang di atas usia ini.6 Edukasi tentang OA ini harus mencakup dari definisi OA, faktor resiko, gejala-gejala yang dapat timbul, pengobatan, serta tentang pencegahan terjadinya OA. Dengan memahami hal-hal tersebut diharapkan mereka yang masih muda dapat menjaga kesehatan agar terhindar dari OA, baik dengan rutin melakukan olahraga dan menjaga berat badan agar tidak menjadi obese atau berat badan berlebih yang mana termasuk faktor resiko terjadinya OA itu sendiri.4Khususnya untuk faktor resiko OA yaitu obesitas, harus disampaikan kepada masyarakat bagaimana mengetahui apakah berat badan mereka sudah melebihi batas normal. Dapat diajarkan dengan cara menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) dengan rumus:IMT atau BMI = Berat badan dalam kg

Tinggi badan dalam m2Kemudian hasil BMI disesuaikan dengan klasifikasi dari WHO tahun 2000 dimana seseorang yang dikatakan obesitas adalah orang-orang yang memiliki IMT 25 kg/m2 dan yang dikatakan normal adalah orang-orang yang memiliki IMT pada rentang 18,5-22,9 kg/m2. Sedangkan pada IMT dibawah 18,5 kg/m2 tergolong underweight dan 23-24,9 kg/m2 dikategorikan orang-orang yang berpotensi menjadi obese.72.1.2Perlindungan Spesifik (Specific Protection)

Pada tahapan pencegahan prier perlindungan spesifik, disini diharapkan agar orang-orang yang memiliki faktor resiko terjadinya OA sudah dapat mengatasi dan mencegah faktor-faktor resiko tersebut berlanjut menjadi penyakit. Misalnya pada atlet-atlet seperti atlet lari ataupun atlet basket yang memang bidang pekerjaannya rentan dengan trauma atau injury saat latihan ataupun pertandingan dapat melindungi dirinya dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu untuk melemaskan otot-otot mereka agar tidak terjadi cedera. Mereka juga dapat menggunakan pelindung seperti ankle brace yaitu karet penahan yang digunakan di pergelangan kaki untuk mencegah terjadinya sprain atau terkilir yang dapat merusak persendian pada pergelangan kaki tersebut.8 Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Cordova dkk., ternyata penggunaan profilaksis external ankle support oleh para atlet sangat berguna untuk mendapatkan stabilitas mekanik dari alat tersebut. Mereka juga mendapatkan bahwa dengan penggunaan alat-alat penyokong persendian dapat meningkatkan ketahanan dari persendian pada saat melakukan gerakan dinamis seperti berlari ataupun saat atlet-atlet tersebut melakukan manuver.8 Hal ini akan membantu terhindarnya cedera yang nantinya dapat menjadi faktor resiko terjadinya OA akibat sendi yang terus menerus mengalami peradangan dan remodelling.

Orang-orang dengan status gizi lebih atau obesitas, dapat memulai olahraga rutin untuk menurunkan berat badan. Dimana akivitas fisik yang direkomendasi oleh Arthritis Foundation dan Center for Disease Control and Prevention atau lebih dikenal sebagai CDC (2010) yaitu:4 Dua jam tiga puluh menit setiap minggunya atau satu jam lima belas menit setiap minggunya dilakukan dengan olahraga aerobik yaitu seperti berjalan berenang atau bersepeda. Setidaknya 10 menit dibutuhkan setiap minggunya untuk beraktivitas fisik.

Durasi olahraga dapat ditingkatkan menjadi 5 jam perminggunya untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik.

Aktivitas olahraga menguatkan otot-otot besar tubuh dianjurkan untuk dilakukan dua hari atau lebih setiap minggunya.

2.2Pencegahan Sekunder Osteoartritis

Pada pencegahan sekunder osteoartritis diajarkan kepada penderita untuk dapat mengedukasi dirinya sendiri dengan untuk memiliki keinginan merubah perilaku kearah yang lebih baik, yaitu keinginan untuk beraktivitas fisik yang rutin, menurunkan berat badan, menggunakan sepatu atau sandal yang nyaman dan aman.92.2.1 Diagnosis Dini (Early Diagnosis)Diagnosis dini dari osteoartritis dapat dilakukan dengan metode terbaru yang ada di dunia kedokteran. Di mana digunakan pencitraan MRI yang dimodifikasi untuk melihat kadar glycosaminogycan (GAG) yang sebagai indikator bahwasanya apabila GAG tersebut rendah di dalam tubuh maka onset penyakit osteoartritis dan penyakit gangguan tulang rawan lainnya telah terjadi. GAG di dalam tubuh berfungsi mengikat air yang nantinya akan memberikan efek kuat dan elastisnya tulang rawan.102.2.2Penatalaksanaan yang Sesuai (Prompt Treatment)

Mengatasi nyeri yang timbul, meningkatkan fungsi sendi dan menjaga sendi agar tetap stabil adalah tujuan dari pengobatan OA. Obat-obatan yang dapat digunakan nyeri pada sendi termasuk golongan NSAID (Non-Steroidal Anti Inflammation Drugs), COX-2 inhibitor, atau injeksi intraartikular kortoikosteroid.6 Penggunaan obat penghilang rasa sakit ternyata terbukti meningkatkan kepatuhan pasien untuk tetap berolahraga agar menghindarkan kecacatan atau kaku sendi yang dapat muncul sewaktu-waktu.11Penatalaksanaan nutrisi juga penting bagi penderita OA. Dengan target bahwa mereka yang menderita OA dengan obesitas diharapkan dapat menurunkan berat badan agar tidak menambah beban terhadap sendi yang terkena. Diet rendah kalori dapat dikonsumsi bagi mereka yang mengalami obesitas. Suplemen multivitamin, glukosamin dan kondroitin juga dibutuhkan para penderita OA untuk mencegah perburukan penyakit yang begitu cepat.122.2.3Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)

Beberapa penelitian yang dilakukan ternyata didapati bahwa ketidakseimbangan dan kelemahan dari otot dapat mempengaruhi terjadinya cedera pada OA. Makadari itu aktivitas fisik yang rutin diharapkan dapat memperkuat fungsi otot dan dapat memperbaiki fungsi sendi. Pada aktivitas fisik atau olahraga pada penderita OA harus diawasi oleh ahlinya dengan mempertimbangkan jenis latihan mana yang sesuai, durasi dan intensitas yang tepat dengan penderita OA.4 Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang jauh dari kemungkinan terjadinya cedera yaitu bersepeda, jalan santai, atau pun berenang. Pada penderita-penderita OA yang tidak mampu melakukan olahraga dianjurkan tidak membatasi aktivitas fisik harian seperti berjalan santai, berkebun ataupun bersepeda ke tempat kerja.112.3Pencegahan TersierPada pencegahan tersier OA, dapat dilakukan dengan cara mengadakan alat-alat penyokong bagi penderita-penderita OA yang telat mengalami cacat. Alat-alat ini diharapkan dapat membantu penderita lebih leluasa bergerak (mobilitas) seperti tongkat untuk berjalan ataupun kursi roda. Fisioterapi yang dijalani para penderita OA diharapkan dapat meningkatkan fungsi atau mengembalikan fungsi dari sendi yang terkena.13,141. The National Collaborating Centre for Chronic Conditions. Osteoarthritis: National Clinical Guideline for Care and Management in Adults. Royal College of Physicians.

2. National Public Health Partnership. The Language of Prevention. Diakses tanggal 19 Maret 2013, dari: www.nphp.gov.au3. Leavell and Clarks Three Levels of Prevention. Diakses tanggal 19 Maret 2013, dari: www.RNpedia.com4. Arthritis Foundation. A National Public Health Agenda for Osteoarthritis 2010. Diakses tanggal 19 Maret 2013, dari: www.cdc.gov/arthritis/docs/oaagenda.pdf5. Cavanagh, Kristie. What is Tertiary Prevention? Diakses tanggal 19 Maret 2013, dari: www.eHow.com/about_5081710_tertiary prevention.htm6. Harold, Catherine. Musculoskeletal Disorders. In: Professonal Guide to Diseases, 9th ed. China:Lippincott Williams & Wilkins, 2009. 321-370.

7. Annurad, Erdembileg, Kuninori Shiwaku, Akiko Nogi, Keiko Kitajima et al. The New BMI Criteria for Asians by the Regional Office for the Western Pacific Region of WHO are Suitable for Screening of Overweight to Prevent Metabolic Syndrome in Elder Japanese Workers, J Occup Health, 2003;45:335-343.

8. Cordova, Mitchell L., Christopher D. Ingersoll dan Riann M. Palmieri. Efficacy of Prophylactic Ankle Support; An Experimental Perspective, J Athl Train, 2002; 37(4); 446-457.

9. National Institute for Health and Clinical Excellence. Osteoarthiritis: The Care and Management of Osteoarthritis in Adults, 2008.10. Dylewski,Adam. New test to Diagnose Osteoarthritis Early. Diakses tanggal 19 Maret 2013, dari: www.eurekalert.org/pub_releases/2008-08/acs-ntt072308.php11. Valderrabano, Victor dan Christina Steiger. Treatment and Prevention of Osteoarthritis through Exercise and Sports, Journal of Aging Research, 2011

12. BDA: The British Dietetic Association. Diet and Osteoarthritis. Diakses tanggal 19 Maret 2013 dari: www.bda.uk.com/foodfacts13. Chandran, Rabin F.C. dan John B. Murphy. Osteoarthirtis. Diakses tanggal 19 Maret 2013, dari: www.drugswell.com14. Mobility Aids. Athritis Care. Diakses tanggal 19 Maret 2013, dari:www.arthritiscare.org.uk/LivingwithArthritis/Independentliving/Mobilityaids