fraktur femur akibat kecelakaan kerja blok28 rudy

47
Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja Rudy Hermawan Cokro Handoyo 102010097-B2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna Utara no. 6, Jakarta 11510 Email: [email protected] Abstrack Every Job that exist in this world always has a physical aspect, biology, chemistry, ergonomics and psychology. These aspects are very closely related to the Occupational Health and Safety. If these aspects are ignored then any accidents can not be avoided. Health and Safety levels are also influenced by the personal protective equipment used in the workplace. Abstrak Setiap pekerjaan yang ada di dunia ini selalu memiliki aspek fisik, biologi, kimia, ergonomis dan psikologi. Aspek-aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3). Apabila aspek-aspek ini diabaikan maka kecelakaan kerja pun tidak dapat dihindari. Tingkat Kesehatan dan Keselamatan Kerja juga dipengaruhi oleh alat-alat pelindung diri yang dipakai di tempat kerja. Pendahuluan Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terus-menerus berkembang. Sekitar 75% nya merupakan pekerja di negara sedang berkembang yang risiko di tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus cedera akibat kerja yang mengakibatkan 330.000 kematian.1 Jika kita masukkan juga kasus penyakit akibat 1

Upload: rudy-hermawan

Post on 24-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja

Rudy Hermawan Cokro Handoyo

102010097-B2

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna Utara no. 6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

Abstrack

Every Job that exist in this world always has a physical aspect, biology, chemistry,

ergonomics and psychology. These aspects are very closely related to the Occupational Health

and Safety. If these aspects are ignored then any accidents can not be avoided. Health and Safety

levels are also influenced by the personal protective equipment used in the workplace.

Abstrak

Setiap pekerjaan yang ada di dunia ini selalu memiliki aspek fisik, biologi, kimia,

ergonomis dan psikologi. Aspek-aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja(K3). Apabila aspek-aspek ini diabaikan maka kecelakaan kerja pun tidak dapat

dihindari. Tingkat Kesehatan dan Keselamatan Kerja juga dipengaruhi oleh alat-alat pelindung

diri yang dipakai di tempat kerja.

Pendahuluan

Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terus-menerus

berkembang. Sekitar 75% nya merupakan pekerja di negara sedang berkembang yang risiko di

tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus cedera akibat kerja

yang mengakibatkan 330.000 kematian.1 Jika kita masukkan juga kasus penyakit akibat

pekerjaan, kira-kira 1,1 juta orang di seluruh dunia meningeal setiap tahunnya. Setiap tahun

sekitar 160 juta kasus baru penyakit terkait pekerjaan terjadi di seluruh dunia. Semua perkiraan itu

tentu saja berada di bawah angka sebenarnya karena laporan dari berabgai wilayah di dunia tidak

dapat reliabel.Tenaga manusia sebagai salah satu faktor produksi di perusahaan, merupakan satu

kesatuan biologis yang mempunyai peran sama dengan faktor produksi lainnya (dana permodalan,

alat produksi, dan sebagainya). Karena itu pemeliharaan dan pengembangan tenaga manusia,

memerlukan perhatian khusus di samping perhatian terhadap faktor produksi lainnya. Tanpa

pemeliharaan dan pengembangan tenaga manusia, pemeliharaan dan pengembangan faktor

produksi lainnya, tidak akan punya arti apa-apa ditinjau dari produktivitas kerja di perusahaan.

Kecelakaan kerja pada manusia bukan terjadi, tapi disebabkan oleh kelemahan di sisi majikan,

pekerja, atau keduanya. Akibat yang ditimbulkannya dapat memunculkan trauma bagi keduanya:

1

Page 2: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

bagi pekerja, cedera dapat berpengaruh terhadap pribadi, keluarga, dan kualitas hidupnya,

sedangkan bagi majikan, berupa kerugian produksi, waktu terbuang untuk penyelidikan, dan yang

terburuk biaya untuk proses hukum.1

Skenario

Seorang laki-laki, Tn. B, 40 tahun datang dengan tungkai kanan tidak dapat digerakkan.

Diagnosis Klinis

Anamnesis

1. Identitas:

a. Nama: Tn. B

b. Usia: 40 tahun

c. Pekerjaan: Cleaning Service

d. Status pernikahan: Menikah

e. Alamat: Rawamangun

f. Pendidikan terakhir: SLTA

g. Agama: Islam

2. Keluhan utama: tungkai kanan tidak dapat digerakkan sejak 6 jam yang lalu.

3. Riwayat penyakit sekarang: apakah nyeri? (nyeri), apakah nyerinya terus menerus? (Ya, nyeri

terus menerus), apakah terasa kaku? Apakah bengkak? Bagaimana kondisi tungkai sebelah

kiri?

Pencetus: tiba-tiba terjatuh saat membersihkan kaca luar gedung di lantai 4.

Ditanyakan juga: Bagaimana jatuhnya dan posisi saat jatuh? apakah ada luka? Apakah kepala

pasien terbentur sesuatu? Apakah pasien sempat pingsan? Apakah pasien mengalami sesak

napas?

4. Riwayat Penyakit Dahulu:

Apakah pernah mengalami hal yang sama dulu? (ya, keluhan serupa beberapa kali, berobat ke

poli RSP 3x (September 2010, November 2011, Januari 2013).

Riwayat hipertensi (-), DM (-), alergi (-), Asma (-), sakit jantung (-), Stroke (-)

5. Riwayat penyakit keluarga:

Riwayat hipertensi (-), DM (-), alergi (-), Asma (-), sakit jantung (-), Stroke (-)

6. Riwayat Sosial dan Pribadi

Sudah berapa lama bekerja sebagai Cleaning Service? (10 tahun), Apakah saat bekerja

menggunakan Alat Pelindung Diri? (tidak), Bagaimana kebersihan pribadi pasien? merokok?

olahraga? minum alkohol?

2

Page 3: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Pemeriksaan Fisik

1. Kesadaran: Compos Mentis

2. Keadaan umum: Tampak sakit berat

3. Tanda-tanda vital: Nadi 72x/menit, Napas 16x/menit, Tekanan Darah 120/70 mmHg, suhu

36oC

4. Status gizi: BB 30 kg, TB 150 cm, IMT 13.33 (Severe Thinness < 16)

5. Pemeriksaan Kepala

- inpeksi rambut dan rasakan keadaan rambut, serta kulit dan tulang kepala

- Inspeksi keadaan muka pasien secara sistematis.

6. Mata

- endo/eksoptalmus, strabismus, nistagmus, fungsi otot gerak mata.

- Kelopak Mata: ptosis, entro/ekstropion, alismata rontok, lesi. Dengan palpasi, catat adanya

nyeri tekan dan keadaan benjolan kelopak mata

- Konjungtiva, sclera dan kornea: anemia / pucat. ( normal : tidak anemis ). Kemudian amati

sclera, catat adanya kelainan : icterus, vaskularisasi, lesi / benjolan ( normal : putih )

- Pupil: menggunakan pen light lebar pupil, reflek pupil menurun, bandingkan kanan

dan kiri. Normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm. Abnormal : reflek pupil

menurun/-, Anisokor, medriasis/meiosis.

- Pemeriksaan tekanan bola mata

- tajam penglihatan: snelen cart dan letakkan dengan jarak 6 meter dari pasien.

- Pemeriksaan lapang pandang

7. Telinga

- daun telinga: bentuk, adanya lesi atau bejolan.

- Lubang telinga: lesi, cerumen, dan cairan yang keluar. Menggunakan othoskop amati

lubang telinga dan catat adanya serumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang.

- membrane tympani, catat : warna, bentuk, dan keutuhannya. ( normal : warna putih

mengkilat/transparan kebiruan, datar dan utuh )

- fungsi pendengaran:

Rinne test (letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid, dan jelaskan pasien agar

memberitahu bila tidak merasakan getaran. Bila pasien tidak merasakan getaran, dekatkan

ujung jari garputala pada lubang telinga, dan anjurkan penderita agar memberitahu

mendengar suara getaran atau tidah. Normalnya : pasien masih mendengar saat ujung

garputala didekatkan pada lubang telinga.

3

Page 4: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Weber test getarkan garputala, Letakkan pangkal garputala di tengah-tengah dahi pasien,

Tanya kepada pasien, sebelah mana teinga mendengar lebih keras ( lateralisasi kana/kiri).

Normalnya getaran didengar sama antara kanan dan kiri.

Scwabach Test Getarkan garputala, letakkan ujung jari garputala pada lugang telinga

pasien, kemudian sampai pasien tidak mendengar, lalu bandingkan dengan pemeriksa.

Test Audiometri

- Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan Test Romberg

8. Hidung

- Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus kesimetrisan, adanya benjolan, tanda

radang, adanya nyeri tekan.

- Inspeksi hidung bagian dalam benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung,

keadaan septum nasi. Masukkan spikulum hidung, amati lubang hidung bagian dalam,

catat : benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi.

9. Mulut dan Tonsil

- Bibir merah, cyanosis, lesi, kering, massa/benjolan, sumbing

- Mulut kebersihan dan bau mulut, lesi mukosa, kebersihan gigi, karies gigi, gigi

berlubang, gigi palsu.

- Lidah kesimetrisan, warna, lesi.

- Uvula kesimetrisan dan tanda radang.

- tonsil pembesaran dan tanda radang tonsil

10. Toraks dan Paru

- Inspeksi: simetris? Bentuk dada? Gerakan dada saat bernapas? Tampak sesak napas?

- Palpasi: Nyeri? Benjolan? Gerak napas simetris? Simetris? Vokal fremitus?

- Perkusi: Batas paru hati, batas paru jantung, perkusi paru

- Auskultasi: suara napas

11. Jantung

- Inspeksi: Bentuk perkordial, Denyut pada apeks kordis

- Auskultasi: irama dan frekuensi jantung, Bising bunyi jantung

- Palpasi: tekanan ringan, palpasi daerah aorta, pulmo dan trikuspidalis adanya pulsasi?

(Normal tidak ada pulsasi), meraba ictus cordis

- Perkusi: Tentukan batas-batas jantung

12. Abdomen

- Inspeksi: datar, tidak tegang, Strie livide/gravidarum, tidak ada lesi, bentuk perut simetris?

- Auskultasi: peristaltic usus?

4

Page 5: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

- Perkusi: timpani, redup bila ada organ dibawahnya ( misal hati ), batas dan tanda

pembesaran hepar.

- Palpasi: ketegangan, adanya nyeri tekan, dan adanya masa superficial atau masa feces

yang mengeras, pemeriksaan organ hati, Lien, Ginjal.

13. Muskuloskeletal

- Otot: Bentuk, ukuran, kesimetrisan, atrofi, kontraksi, tremor, spasme

- Tulang: kelainan bentuk, deformitas, massa abnormal (besar, konsistensi, mobilitas), tanda

radang, tanda fraktur.

- Inspkesi tulang: catat adanya deformitas, tanda radang, benjolan abnormal

- Palpasi tulang: tentukan kwalitas benjolan, nyeri tekan, krepitasi

- Persendian: Tanda radang, krepitasi, kaku, keterbatasan gerak

14. Kulit

- Inspeksi: warna kulit, tekstur, lesi-lesi kulit

- Palpasi: Tekstur, konsistensi, suhu kulit, turgor, anastesi, nyeri tekan

- CR ( capillary Refill ): Tekan Ujung jari berarapa detik, kemudian lepas, catat perubahan

warna. Normal : warna berubah merah lagi < 3 detik. Abnormal : > 3 detik gangguan

sirkulasi

- Edema: Tekan beberapa saat kulit tungkai, perut, dahi amati adanya lekukan ( pitting ).

Normal : tidak ada pitting. Abnormal : terdapat pitting ( non pitting pada beri-beri )

15. Kuku

- warna kuku, bentuk kuku, elastisitas kuku, lesi, tanda radang

16. Saraf

- Sensasi taktil (kapas Anestesia, hipestesia, hiperestesia)

- Sensasi Nyeri superficial jarum salah satu runcing dan tumpul. Menilai: Analgesia,

Hypalgesia, hiperalgesia.

- Pemeriksaan sensasi suhu: Termastesia, termhipestesia, termhiperestesia, isotermognosia

- Sensasi Gerak dan posisi: Pasien memejamkan mataBagian tubuh ( jari-jari ) digerakkan

pasif oleh pemeriksa. Minta pasien menjelaskan posisi dan keadaan jari

- Pemeriksaan Fungsi motorik:

o Posisi Tubuh postur hemiplegia, decorticate, deserebrate.

o Gerakan involunter tremor, chorea

o Tonus otot Spastis, kekakuan, flasid

o Koordinasi Tunjuk hidung jari : perintahkan pasien menyentuk hidung dan jari

bergantian dan berulang-ulang, catat adanya kegagalan.

5

Page 6: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

- Refleks Fisiologis: Bisep, trisep, patella, Achilles, Babinsky

- Refleks Meningeal: Kaku kuduk, Kernig sign, Brudzinsky

- Saraf kranial

o I ( olfaktorius ): pemeriksaan fungsi penghidu

o II ( Optikus ): periksa fungsi penglihatan dan lapang pandang

o II, III ( Optikus dan Okulomotoris ): periksa reaksi pupil terhadap cahaya

o III, IV, VI ( Okulomotoris, trokleal, abdusen ): periksa gerakan bola mata

o V ( trigeminal ): Raba kontraksi temporal , Periksa gerakan mengunyah otot

maseter, Periksa reflek kornea, Uji sentuhan dan nyeri pada wajah

o VII ( fasialis ): Periksa gerakan otot wajah tersenyum, mengkerutkan dahi,

cemberut

o VIII ( akustik ): Periksa fungsi pendengaran

o IX, X ( Glusofaringius dan vagus ): Amati kesulitan menelan, Dengarkan suara,

Amati naiknya langit-langit dg bunyi “ ah “, Amati gangguan refleks.

o XI ( Aksesoris ): Kaji kemampuan mengangkat bahu, Kaji gerakan berputar wajah

o XII ( Hipoglosal ): Dengarkan artikulasi pasien, Julurkan lidah, amati adanya

atropi, asimetris.

Pemeriksaan Penunjang

Foto Pol os

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun demikian

pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.

Untuk menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum

dilakukan pemeriksaan radiologis. Tujuan pemeriksaan radiologis:

- Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

- Untuk konfirmasi adanya fraktur

- Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya

- Untuk menentukan teknik pengobatan

- Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

- Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler

- Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

- Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.

6

Page 7: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Darah Rutin

- Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)

- Hematokrit (Ht)

- Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential count)

- Hitung trombosit / platelet count

- Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)

- Hitung eritrosit 

Working Diagnosis

Fraktur Distal Femur

7

Page 8: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Fraktur distal femur melibatkan aspek distal atau metafisis femur. Daerah ini mencakup 8-

15 cm bagian distal femur. Fraktur ini sering melibatkan sendi. Sistem klasifikasi AO yang

diperbaharui oleh Muller diterima secara luas.Sistem ini mencakup pembagian fraktur menjadi

ekstra-artikular (tipe A), unikondilar (tipe B), dan bikondilar (tipe C).klasifikasi ini kemudian

dibagi lagi menjadi 3 subtipe pada masing-masing kelompok.derajat keparahan fraktur semakin

meningkat dan prognosisnya semakin buruk sejalan dengan peningkatan tipe dari A ke C, juga 1-

3. Pasien dengan fraktur distal femur mengalami pembengkakan jaringan lunak sekitar,

kekenyalan, dan deformitas pada daerah bagian distal paha dan lutut.Kulit harus diinspeksi untuk

kemungkinan adanya fraktur terbuka.

Meskipun luka arterial di daerah ini jarang

terjadi daripada fraktur proksimal tibia,

diperlukan pemeriksaan neurovascular secara

cermat.Hadirnya dan kuatnya denyut nadi

kaki dan fungsi dari nervus peroneus

communis dan nervus tibialis posterior harus

diperiksa.Penggunaan ultrasonografi Doppler

dapat mengarahkan penilaian sirkulasi pada

tungkai. Nervus peroneus lebih dimungkinkan

untuk mengalami luka karena fraktur distal femur daripada nervus tibialis posterior. Nervus

peroneus mungkin rusak karena gaya langsung dari sisi posterolateral lutut (disebabkan oleh

hantaman bemper mobil) atau dari luka peregangan yang mengenai saraf ini saat fraktur

mengalami angulasi dan displacement. Evaluasi ekstremitas bawah terus-menerus sangat penting

saat beberapa hari pertama setelah fraktur sehingga sindrom kompartemen yang sedang

berkembang dapat dideteksi.Tekanan kompartemen harus diukur jika tanda-tanda klinis dan gejala

dari sindrom kompartemen terjadi, meskipun adanya nadi yang utuh. Foto radiologi posisi AP dan

lateralpada ujung distal femur dapat mengungkap fraktur. Dengan kemungkinan adanya fraktur

pada beberapa tulang, radiografi terhadap seluruh tulang dapat dilakukan, termasuk sendi yang

berada di atas atau di bawah titik luka. Demikian, radiografi seluruh femur, termasuk sendi

panggul dan lutut, harus dilakukan ketika pasien dimulai untuk dievaluasi.2

Differential Diagnosis

a. Fraktur Proximal Femur

Intracapsular fraktur termasuk femoral head dan leher femur.

Capital : uncommon

Subcapital : common

8

Gambar 1. Fraktur distal femoris.2

Gambar 2. Fraktur caput femoris.2

Page 9: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Transcervical : uncommon

Basicervical : uncommon

Entracapsular fraktur termasuk trochanters

(Intertrochanteric , Subtrochanteric)

b. Fraktur Collum Femur

Tingkat kejadian yang tinggi karena faktor

usia yang merupakan akibat berkurangnya

kepadatan tulang. Fraktur leher femur

dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke

head femur) dan extra- (suplai darah intak)

capsular. Diklasifikasikan berdasarkan

anatominya. Intracapsular dibagi kedalam

subcapital, transcervical dan basicervical.

Extracapsular tergantung dari fraktur pertrochanteric. Biasanya pada wanita dewasa; dibawah

usia 60 tahun, laki-laki lebih sering terkena (biasanya extrakapsular fraktur). Sering ditemukan

pada pasien yang mengkonsumsi berbagai macam obat seperti corticosteroids, thyroxine,

phenytoin and frusemide. Kebanyakan hanya berkaitan dengantrauma kecil.

Fraktur Intracapsular diklasifikasikan:

Grade I :Incomplete, korteks inferior tidak sepenuhnya rusak

Grade II : Complete, korteks inferior rusak, tapi trabekulum tidak angulasi

Grade III : Slightly displaced, pola trabekular angulasi

Grade IV : Fully displaced, grade terberat, sering kali tidak ada kontinuitas tulang

c. Fraktur Batang Femur

9

Gambar 3. Fraktur collum femoris.2

Gambar 4. Fraktur collum femoris.2

Gambar 5. Fraktur collum femoris.2

Page 10: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Pada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahan dalam cukup luas dan besar sehingga

dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri,

tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar,

terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat pendarahan ke dalam

jaringan lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan secara tertutup, dan

normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.2

Etiologi dan Mekanisme Terjadinya Fraktur

Fraktur terjadi ketika kekuatan yang diterima tulang melebihi kekuatan tahanannya. Pola

fraktur berhubungan terhadap kekuatan tulang dan kekuatan yang menyebabkan fraktur.Individu

yang aktif dan muda mempunyai tulang yang kuat.Tulang anak-anak dapat mengalami plastic

deformation dan dapat bengkok tanpa patah.Pada orang tua yang osteoporosis tentu saja

mempunyai tulang yang lemah.Defek tulang fokal dapat melemahkan tulang secara signifikan

sehingga dapat terjadi fraktur patologis. Penyebab fraktur patologi antara lain tumor, infeksi, atau

dysplasia, dapat pula karena kondisi umum yang menyebabkan kelemahan tulang parah, seperti

osteoporosis. Banyaknya energi yang menghasilkan fraktur dinilai dari anamnesis pasien dan pola

fraktur.Remuk (adanya lebih dari dua fragmen fraktur) mengindikasikan luka berenergi tinggi

yang menghasilkan garis fraktur multiple. Pindahnya dan adanya kerusakan lokal jaringan lunak

juga merefleksikan banyak energi yang terserap. Fraktur spiral terjadi karena gaya torsional tak

langsung. Kerusakan jaringan lunak yang ringan umumnya ada, tetapi fraktur spiral comminutiva

yang parah dapat terjadi karena tenaga yang menyebabkan setiap fragmen seolah-olah menjadi

“misil internal” berkecepatan tinggi, menghasilkan kerusakan yang signifikan pada jaringan

sekitar. Fraktur distal femur paling sering disebabkan oleh gaya langsung ke sisi anterior atau

lateral paha atau jatuh dari ketinggian. Trauma langsung femur distal dapat terjadi dari trauma

kendaraan, jatuh dengan kaki terfleksi, atau saat aktivitas olahraga. Pada anak-anak kurang dari 4

tahun, terutama yang kurang dari 1 tahun, berhubungan dengan kekerasan terhadap anak.

Kurangnya penjelasan yang beralasan dari luka tersebut, penundaan mencari bantuan medis yang

tak masuk akal, atau adanya luka tambahan membuat kekerasan terhadap anak menjadi bukti kuat.

Fraktur plastis berbentuk busur pada metafisis distal femur yang telah digambarkan dapat pula

menyerupai subluksasi kongenital lutut. Pada anak yang lebih tua, fraktur dislokasi atau fraktur

stress dapat terjadi. Pasien tersebut yang mengalami nyeri lokal dan kekenyalan, dan radiografi

membuktikan tulang periosteal baru. Kemungkinan dari fraktur patologis dapat diasumsikan pada

pasien ini. Fraktur distal femur juga dilaporkan berasosiasi dengan beberapa kondisi

musculoskeletal, sepertiosteogenesis imperfecta, spinal muscular atrophy, dan hemofilia.Trauma

tak langsung disebabkan karena gaya varus/valgus atau hiperekstensi/hiperfleksi; menghasilkan

10

Page 11: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

kompresi simultan terhadap satu aspek fisis dengan distraksi ke yang lain. Yang paling khas,

patah tulang Salter-Harris tipe 2 merupakan yang tersering. Luka sekunder pada kelahiran

sungsang atau arthrogryposis dapat menyebabkan fraktur ini.2

Epidemiologi

Fraktur distal femur merupakan kejadian fraktur yang jarang terjadi. Data yang telah

diambil dari beberapa laporan menyebutkan bahwa pria lebih sering mengalami fraktur distal

femur, dengan kejadian penyebab fraktur terbanyak adalah jatuh dan kecelakaan lalu lintas.

Dilaporkan pula bahwa orang tua lebih sering mengalami fraktur, mungkin disebabkan karena

proses degeneratif yang menyebabkan berkurangnya BMD orang tua, seperti osteoporosis. 2/3

dari kasus fraktur merupakan fraktur Salter-Harris tipe 2 dan terjadi pada remaja.

Pajanan yang Berkaitan

Tabel 1. Pajanan yang terjadi.

Urutan kegiatan Bahaya potensial Potensial gangguan

kesehatan

Risiko

kesehatan

kerja

fisik kimia biologi psikis Ergonomi

Berangkat dan

pulang kerja

Panas

Hujan

Bising

Polusi

Debu

Asap

Serangga

Bakteri

Virus

Jamur

Stress 1. Vibrasi

2. Posisi yang

statis

- Radang pada mata, kulit,

telinga, radang saluran

pernafasan

- Gangguan muskulo-skeletal

-Kecela-kaan

lalu lintas

Membersihkan

dan

membereskan

Panas

Lembab

Dingin

Debu

Desinfektan

Sabun

Karbol

Serangga

Bakteri

Virus

Jamur

stress 1. Posisi statis

2. Posisi sulit atau

janggal.

3. Melakukan

gerakan

berulang

-Radang pada mata, kulit,

telinga, radang saluran

pernafasan

-Gangguan muskulo-skeletal

-Jatuh

terpeleset

-Trauma

-Tertimpa

Hubungan Pajanan dengan Diagnosis Klinis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada

penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan

tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut

kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali. Ada dua golongan

penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang

meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri

yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari suatu kecelakaan dilakukan

analisis kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah sebagai berikut. Seorang pekerja

mengalami kecelakaan kerja dikarenakan oleh kejatuhan benda tepat mengenai kepalanya.

Sesungguhnya pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia mengikuti pedoman

11

Page 12: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja agar tidak berjalan di bawah

katrol pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah faktor manusia. Faktor

mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud

tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok

pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh,

pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan (manual), menginjak atau terbentur

barang, luka bakar oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang

menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi, maupun di tempat

datar. Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan. Sebaliknya gangguan

kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab kecelakaan. Orang sakit tidak boleh dipaksa bekerja,

ia perlu pengobatan, perawatan dan istirahat. Jika dipaksakan untuk bekerja, sangat besar

kemungkinan orang sakit mengalami kecelakaan. Bukan hanya penyakit keras saja, gangguan

kesehatan ringan pun misalnya pusing kepala, rasa kurang enak badan, atau sekedar merasa

hidung tersumbat menyebabkan risiko terjadinya kecelakaan. Sekalipun ringan, gangguan

kesehatan menurunkan konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan sehingga kecelakaan terjadi.

Apabila ditelaah lebih dalam, kecelakaan kerja yang terjadi dapat dibagi berdasarkan faktor dari

tempat kerjanya dan faktor individu. Yang dimana faktor tempat kerja dapat dibagi lagi menjadi

fisika, kimia, biologik, ergonomic dan psikologis (lebih ke arah individu) dan industrial hygene.

Faktor lingkungan kerja

Di dalam tempat kerja akan banyak dijumpai faktor-faktor pajanan yang apabila diabaikan akan

sangat membahayakan keselamatan ketika bekerja.

a. Fisika

Banyak pajanan yang berupa fisik yang dapat dijumpai di tempat kerja manapun. Pajanan

bahaya potensial faktor fisik antara lain : kebisingan, suhu panas dan dingin, getaran,

pencahayaan dan radiasi elektromagnetik.

- Kebisingan

Bising adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki. Kualitas bising ditentukan

oleh : frekuensi bunyi(Hz) dan Intensitas bunyi(db). Dengan NAB (Nilai Ambang

Batas) : 85 db per 8 jam/hari.

Dampak kesehatan yang terlihat : kerusakan auditorik dan non-auditorik.

Kerusakan auditorik : trauma akustik, ketulian sementara(Temporary Threshold

Shift), dan Ketulian menetap(Permanen Temporary Shift ) dan akan menjadi NIHL

12

Page 13: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

(Noisy Induction Hearing Loss) apabila dibiarkan dan tidak ada upaya

pencegahan/preventif.

Kerusakan non-auditorik : gangguan komunikasi, gangguan fisiologis dan juga

gangguan perilaku. Untuk gangguan perilaku akan timbul paranoid dan depresi.

Upaya pencegahan : Program konservasi pendengaran (Hearing Conservation

Program) dan penggunaan sumbat telinga(earplug), penutup telinga(earmuff) dan

helm pelindung telinga(ear protektif helmet).3,4

- Suhu panas dan dingin

Terdapat mekanisme kontrol yang terlihat yakni : evaporasi, konveksi, radiasi dan

juga vasodilatasi. Lalu dapat menciptakan tekanan panas yakni kombinasi dari suhu

udara, radiasi, kelembaban dan pergerakan udara.

Satuan : Indeks suhu basah dan bola (ISBB).

Apabila tekanan panas secara terus-menerus terpajan maka akan mempengaruhi

kesehatan pekerjanya , antara lain : heat fatique, heat rash, heat syncope, heat

cramps, heat exhaustion dan heat stroke.

Sedangkan untuk tekanan dingin yang terpajan terus-menerus juga dapat

mempengaruhi kesehatan pekerjanya antara lain: Hipoterm, Frosbite, Trenchfoot dan

Chillblain.4

- Getaran/vibrasi

Suatu fenomena dimana terjadi peningkatan dan penurunan dimensi terhadap suatu

nilai dasar secara berulang-ulang sesuai waktu. Dimana dimensinya adalah jarak,

kecepatan dan akselerasi.

Unit akselerasi : m/s2. Dengan NAB : 4 m/s2.

Sumber vibrasi : segmental dan juga seluruh tubuh(kendaraan forcliff)

Efek getaran terhadap tubuh : Motion sickness, penglihatan kabur, kelelahan dan

ketidaknyamanan dan Hand-Arm Vibaration (HAV) yang dimana memiliki beberapa

gangguan. Gangguan pada sirkulasi darah berupa Vibration induced White Finger

(VWF) yang dimana gejalanya seperti Raynuad’s syndrome : blanching, numbness,

tingling dan Cyanosis.3

- Pencahayaan

Faktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik dimana nantinya akan

menimbulkan suasana nyaman dan tentunya meningkatkan produktivitas pekerja.

13

Page 14: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Ada 2 jenis faktor yang mempengaruhi pencahayaan, yakni : Intensitas cahaya (luks)

dan juga tingkat kesilauan (brightness)

Dan juga terdapat 2 kategori cahaya yang menyilaukan, yakni : Discomfort glare

(sudah menimbulkan rasa yang tidak nyaman tapi belum menimbulkan keluhan

organ) dan juga Disability glare(sudah menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan

juga keluhan organ sudah timbul).3,4

- Radiasi elektromagnetik

Radiasi sinar ultraviolet, sumber : sinar UV , las. Dan dapat menimbulkan penyakit

kulit yakni iritasi kulit dan mata. Terdapat upaya pencegahan yakni dengan

menggunakan kacamata kobal saat las.

Radiasi sinar infra merah, Sumber : peleburan baja, peleburan gelas, dan bara logam.

Tentunya dapat meningkatkan beban panas tubuh. Dan juga mempunyai efek

terhadap mata yaitu katarak.

Radiasi gelombang mikro, dapat mengakibatkan penyakit : konjungtivitis, gangguan

sistem saraf, dan gangguan reproduksi.

Radiasi pengion dan partikel berenergi tinggi, efek radiasi berupa : efek stokastik dan

non-stokastik. Memiliki efek akut : eritem, depresi sum-sum tulang, penurunan

fertilitas sementara/permanen. Efek kronis : kemandulan, kanker, cacat kongenital

dan juga katarak.3

b. Biologik

Pajanan biologi adalah bahan biologi yang ada si sekitar manusia, dalam bentuk

mikroorganisme(virus, bakteri, jamur, parasit), tumbuhan(debu organic), dan binatang.

Pajanan biologi di tempat kerja sering tidak dapat dihindari. Harus dapat dibedakan : penyakit

akibat pajanan biologi di tempat kerja atau yang biasa terjadi di masyarakat luas.

Penggolongan pajanan biologi :

- Pajanan biologi akibat kerja

Pajanan yang dialami akibat bekerja langsung dengan bahan biologi atau merupakan hasil

langsung dari proses kerja yang dilakukan pekerja.

- Pajanan biologi lingkungan kerja

Pajanan yang dialami akibat tercemarnya lingkungan kerja, dan merupakan akibat tidak

langsung akibat proses kerja, seperti higine dan pemeliharaan tempat kerja yang kurang

baik.

14

Page 15: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

- Pajanan biologis alamiah/bukan akibat kerja

Pajanan biologi yang secara alamiah berada di wilayah lingkungan tempat kerja, yang

banyak menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat di tempat tersebut, seperti

malaria, demam berdarah.

- Penyakit akibat pajanan biologi :

Penyakit Legionaire

Terjangkit melalui pernapasan dalam(menghirup) udara ber-aerosol yang tercemar.

Tidak menular dari orang ke orang. Kuman ini dapat ditemukan di danau sungai tapi

juga dapat pada alat-alat maupun tempat-tempat tertentu, seperti : system buatan

manusia seperti menara pendingin pada AC, humidifiers, system sirkulasi air hangat,

kamar mansi system semprot, kran air, alat pembangkit uap, air mancur hias, peraltan

pengobatan saluran pernafasan. Gejala : demam Pontiak(gejala seperti flu), infeksi

yang lebih serius termasuk pneumonia.

Penyakit di sektor pertanian : Misalnya antraks. Merupakan PAK (Penyakit Akibat

Kerja) pertama menurut ILO. Transmisi melalui udara, makanan dan kontak.

Penyebabnya adalah Bacillus anthracis.

Avian flu: Menyebabkan pneumonia berat dan progresif dan transmisinya melalui

udara dari unggas ke manusia.4

c. Kimia

Yang terpenting untuk mencegah PAK (Penyakit Akibat Kerja) karena bahan kimia

diperlukan suatu kriteria yang dikatakan wajib ada pada bahan kimia tersebut. Hal yang

terpenting tersebut adalah MSDS (Material Safety Data Sheet). Dari MSDS tersebut maka

akan langsung diketahui semua informasi mengenai bahan kimia tersebut. MSDS adalah suatu

Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) memberikan informasi yang penting yang dapat

digunakan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan kimia dan meningkatkan

standar kesehatan dan keselamatan tempat kerja. MSDS meliputi : nama bahan kimia,

informasi tentang komposisi bahan, sifat-sifat fisik dan kimiawi, kestabilan dan daya reaktif,

identifikasi bahaya, tindakan P3K, tindakan pemadam kebakaran, tindakan penyelamatan

kecelakaan, metode penanganan dan penyimpanan yang tepat, pengawasan dan perlindungan

diri yang diperlukan, informasi tentang toksikologi (keracunan), informasi tentang

ekologi(lingkungan), pertimbangan pembuangan, informasi tentang angkutan, informasi

tentang peraturan, informasi tambahan.4

d. Ergonomik

15

Page 16: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Ilmu yang mempelajari kemampuan dan karakteristik manusia yang mempengaruhi rancangan

peralatan, system kerja dan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi,

keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Definisi lain : Ilmu seni dan penerapan teknologi

untuk meyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun

mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Unsur-unsur

ergonomik yakni :

1. Anatomi: Antropometri (dimensi tubuh manusia) dan biomekanik (aplikasi tenaga).

2. Fisiologis

Fisiologis kerja : pengeluaran energi.

Fisiologis lingkungan : efek lingkungan fisik.

3. Psikologis

Psikologi ketrampilan proses informasi dan pembuatan keputusan. Psikologi kerja

meliputi training, usaha dan perbedaan individu. Manfaat data antropometrik : merupakan

data statistik mengenai ukuran manusia, massa dan bentuknya, yang dapat digunakan di

tempat kerja, membuat tempat duduk serta untuk keperluan desain peralatan.

Kriteria antropometrik :

o Jarak ruangan: Ruang untuk kepala, ruang kaki, ruang siku termasuk kemudahan

melalui rintangan

o Jangkauan: Termasuk lokasi control atau penyimpanan material, serta pelabgai situasi

menjangkau melalui rintangan.

o Postur/sikap tubuh: Termasuk lokasi display dan control ditempat ketinggian.

o Kekuatan

Dikatakan pada kasus di atas, stager yang dipakai pastinya juga memenuhi standar

ergonomik suatu alat, namun sayangnya stager mungkin tidak di periksa secara

berkala(rapuh termakan usia). Ditambah pula unsafe action yang dilakukan oleh pekerja

tersebut yang tidak memakai tali pengaman untuk menghinfari kecekalakaan yang terjadi

tiba-tiba. Lebih kearah unsafe action yang dilakukan oleh pekerja tersebut.3

Faktor individu

Untuk faktor individu ini lebih mengarah ke arah psikologi seseorang pada saat melakukan

pekerjaannya sehari-hari. Psikologi kerja ini merupakan bagian dari unsur ergonomik (anatomi,

fisiologis, psikologi). Stress akibat kerja adalah gangguan perilaku dan jiwa yang terjadi karena

berbagai faktor seperti : kepribadian, stress di lingkungan kerja yang dialami, coping mechanism

16

Page 17: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

dan mekanisme pertahanan. Stress di lingkungan kerja berkaitan dengan lingkungan fisik tempat

kerja, bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihn, bekerja monotonic, mutasi dalam

pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja, konflik dengan teman kerja dan lain-lain. Yang dapat lebih

mudah mengalami stress dan akibat lainnya yaitu penyakit jantung adalah orang yang memiliki

kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe kepribadian dengan ciri seperti dorongan

kompetisi yang tinggi, ketaatan yang tinggi akan waktu, ambisius, agresif, bekerja untuk

pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan relative tidak sabar. Jenis kepribadian tipe A selalu

dalam keadaan stress dan tegang. Sehingga orang yang memiliki kepribadian seperti ini sangat

rentan sekali. Stress akibat kerja adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh kondisi-

kondisi di tempat pekerjaan yang berdampak negative pada kinerja seseorang dan atau kesehatan

fisik dan jiwanya. Stress merupakan problem kesehatan kerja yang penting karena secaraa

signifikan menyebabkan kerugian ekonomis. Stress kerja mempunyai aspek fisik, aspek perilaku

dan emosi. Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja, 2 hal diantaranya adalah :

Gaya management (diri) yang buruk dan juga adanya faktor psikososial. Gaya management (diri)

yang buruk , diantaranya :

a. Kurangnya partisipasi pekerja untuk pengambila keputusan.

b. Komunikasi yang uruk di tempat kerja.

c. Tidak ada/kurangnya kebijakan yang peduli keluarga.

d. Hubungan interpersonal/ lingkungan sosial yang buruk.

e. Jenjang karir yang tidak jelas.

f. Kondisi lingkungan : sesak, bising, polusi udara, masalah ergonomic.

g. Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.

Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja, antara lain:

a. Gaji yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional(UPR)/Upah Minimum Provinsi (UMP)

b. Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.

c. Tidak prospek dalam jenjang karir.

d. Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.

e. Kurang penghargaan.4

Jumlah Pajanan yang Dialami

Berdasarkan keterangan pasien, pasien telah bekerja selama 10 tahun dan selama bekerja tidak

pernah menggunakan alat pelindung diri. Lingkungan tempat pasien bekerja cukup besar karena

terdiri dari beberapa tingkat dan berisiko untuk terjadinya kecelakaan kerja.

Peranan Faktor Individu

17

Page 18: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Penyakit akibat kerja bisa juga ditimbulkan karena faktor dari individunya sendiri, sepertinya

adanya kelainan genetik atau turunan dari keluarganya. Yang perlu diperiksa untuk mengetahui

adanya faktor peran adalah adanya alergi, riwayat penyakit dalam keluarga, kebiasaan

berolahraga, status kesehatan mental, dan juga higiene perorangan. Kesehatan fisik umumnya

sangat mempengaruhi dan tingkat pengetahuan yang kurang, serta kesadaran akan perlunya

pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) yang kurang,sangat meningkatkan resiko kecelakaan kerja.

Dalam kasus ini, Pasien tidak memiliki faktor individu seperti riwayat atopi atau alergi maupun

penyakit kronis dalam keluarga.

Faktor Lain Di luar Pekerjaan

Faktor lain di luar pekerjaan adalah hobi dan pekerjaan sambilan lain yang dapat mengurangi

waktu tubuh untuk beristirahat dan memperberat kerja tulang dan otot untuk menopang dan

menjaga keseimbangan tubuh. Berdasarkan keterangan pasien, tidak terdapat faktor lain di luar

pekerjaan pasien yang turut berperan menimbulkan risiko fraktur femur.

Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) atau bukan PAK

Berdasarkan diagnosis klinis dan bukti yang didapatkan dari referensi mengenai faktor kecelakaan

kerja, maka dapat ditegakkan diagnosis okupasi Tn. B ialah fraktur tertutup femur 1/3 dextra et

causa kecelakaan kerja.

Definisi Kecelakaan Kerja

Yang dimaksud kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak disengaja seperli kejadian-

kejadian yang tidak diharapkan dan tidak terkontrol. Kecelakaan tidak selalu berakhir dengan luka

fisik dan kematian. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan peralatan dan material dan

khususnya yang menyebabkan luka perlu mendapat perhatian terbesar. Semua kecelakaan tanpa

melihat apakah itu menyebabkan kerusakan ataupun tidak perlu mendapatkan perhatian.

Kecelakaan yang tidak menyebabkan kerusakan peralatan, material dan kecelakaan fisik dari

personil kerja dapat menyebabkan kecelakaan lebih lanjut.

Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan

Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak

diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Dan tempat kerja

merupakan tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga

kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana

terdapat sumber cahaya.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, dalam

kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian

muncul dua permasalahan:

18

Page 19: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau;

b. Kecelakaan terjadi saat mclakukan pekerjaan.

Adakalanya ruang lingkup keeelakaan kerja diperluas, sehingga meliputi kecelakaan tenaga

kerja pada saat perjalanan dari dan ke tempat kerja. Kecelakaan di rumah, atau pada waktu

rekreasi dan cuti berada di luar makna kecelakaan kcrja, sekalipun pencegahannya sering

disertakan dalam program keselamatan kerja/kesclamatan perusahaan. Keeelakaan demikian,

termasuk kecelakaan umum yang mcnimpa tenaga kcrja di luar pekerjaannya.5

Teori Kecelakaan Kerja

a. Teori Domino Heinrich

Heinrich (1931) dalam risetnya menemukan sebuah teori yang dinamainya Teori Domino.

Teori itu menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang menimbulkan cidera, terdapat lima

faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai lima domino yang berdiri sejajar, yaitu:

kebiasaan/situasi, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman (hazard), kecelakaan,

serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya

adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat. Misalnya, dengan membuang hazard, satu

domino di antaranya.

Birds (1967) memodifikasi teori domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen

yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu: manajemen, sumbcr

penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian. Dalam teorinya, Birds itu mengemukakan

bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktek di bawah standar atau unsafe acts dan

kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung suatu

kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.

Beberapa contoh tipikal penyebabnya adalah:

Situasi kerja

o pengendalian manajemen yang kurang

o standar kerja yang minim

o tidak memenuhi standar

o perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi.

Kesalahan orang

o keterampilan dan pengetahuan yang minim

o masalah fisik atau mental

o motive yang minim atau salah pencrnpatan

o perhatian yang kurang

19

Page 20: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Tindakan tidak aman

o tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui

o mengambil jalan pintas

o menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.

Kecelakaan

o kejadian yang tidak terduga

o akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya

o terjatuh

o terhantam mesin atau material yang jatuh, dan sebagainya.

Cedera/kerusakan

o terhadap pekerja: sakit dan penderitaan & kehilangan pendapatan kehilangan

kualitas hidup

o terhadap majikan: kerusakan pabrik, pembayaran kompensasi kerugian produksi,

kemungkinan proses pengadilan.

b. Teori Multiple Causation

Teori ini menyebutkan bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya banyak penyebab.

Penyebab kecelakaan tersebut adalah kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan tindakan

yang tidak aman (unsafe action).

c. Teori Gordon

Menurut Gordon (1949), Kecelakaan terjadi karena adanya kontak diantara 3 (tiga) hal yaitu

korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan dan lingkungan yang kompleks. Untuk

itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab terjadinya kecelakaan, harus diketahui

karakteristik dari korban kecelakaan, perantara dan lingkungan secara detail.

d. Teori Domino Terbaru

Teori Domino yang terbaru berkembang sekitar tahun 1969. Dalam teori tersebut diungkapkan

bahwa penyebab terjadinya kecelakaan adalah adanya ketimpangan manajemen. Teori tersebut

merupakan pengembangan dari Teori Heinrich yang menunjukkan bahwa manajemen juga

ikut berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja.

Dampak kecelakaan kerja

Kecelakaan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan baik bagi pekerja maupun

bagi pengusaha. Bagi pekerja, kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan penderitaan baik

merupakan kematian, luka/cidera berat maupun ringan, maupun penderitaan bagi keluarga mereka

bila pekerja meninggal dunia atau cacat. Sedangkan bagi pengusaha, kecelakaan yang terjadi

dapat menimbulkan kerugian berupa biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya langsung

20

Page 21: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

terdiri dari biaya kompensasi pekerja, biaya perawatan medis dan rumah sakit, santunan untuk

pekerja yang menderita cacat, santunan kematian, serta premi asuransi yang dikenakan atas

kebakaran, kehilangan, atau kerusakaan properti, serta atas tuntutan dari masyarakat sekitar.

Sedangkan biaya tak langsung misalnya biaya untuk mengganti peralatan yang rusak, biaya

tambahan karena pekerjaan terhenti, biaya yang timbul karena waktu yang terbuang untuk

mencari tenaga kerja pengganti, untuk membersihkan lokasi pekerjaan dan untuk memberikan

pertolongan, dan sebagainya. Selain itu biaya tak langsung yang timbul juga dapat berupa

penurunan kualitas pekerjaan, penurunan produktivitas pekerja, dan penurunan nama baik

perusahaan. Besarnya biaya tak langsung dapat mencapai 4-7 kali biaya langsung. Oleh karena

itu, terlihat bahwa kecelakaan kerja berpengaruh terhadap biaya, waktu, mutu pekerjaan,

produktivitas pekerja dan nama baik perusahaan.5

Penatalaksanaan Fraktur secara Umum

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan

pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi

(circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru

lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting

ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila

lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis

secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai

dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada

jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.2

Penatalaksanaan Kedaruratan

Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur dan

berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk

imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.

Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan

pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah

gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri,

kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.

Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari

gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting untuk

mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera diimobilisasi

21

Page 22: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat

dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan

membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi

ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau

lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk

menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah

kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan bila

ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di atas.

Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan dengan

lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin

harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk

mencegah kerusakan lebih lanjut.2

Prinsip Penanganan Fraktur

Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian

fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

a. Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.

Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan posisi anatomis normal.

Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik

normalnya.

Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.

Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya

tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk

mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan

perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera

sudah mengalami penyembuhan

Metode reduksi :

o Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)

dengan “Manipulasi dan Traksi manual”. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien

harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan

diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara

gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi

22

Page 23: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

dan menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan

untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

o Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya

traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

o Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka.

Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk

pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk

mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang

solid terjadi.

b. Imobilisasi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi

dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Sasarannya adalah mempertahankan

reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan. Metode untuk mempertahankan

imobilisasi adalah dengan alat-alat “eksternal” (bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator

eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat “internal” (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).

c. Rehabilitasi

Sasarannya meningkatkan kembali

fungsi dan kekuatan normal pada

bagian yang sakit. Untuk

mempertahankan dan

memperbaiki fungsi dengan

mempertahankan reduksi dan

imobilisasi adalah peninggian

untuk meminimalkan bengkak,

memantau status neurovaskuler,

mengontrol ansietas dan nyeri,

latihan isometrik dan pengaturan

otot, partisipasi dalam aktifitas

hidup sehari-hari, dan melakukan

aktifitas kembali secara bertahap

dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas.2

Komplikasi

23

Tabel 2. Perkiraan Waktu Imobilisasi yang Dibutuhkan untuk Penyatuan

Tulang Fraktur.5

Page 24: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

- Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi dengan

transfusi darah yang memadai.

- Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.

- Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi

dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak

menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.

- Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis

pafragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus

diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.

- Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi.2

Prognosis

Prognosis dari fraktur distal femur bergantung terhadap penanganan yang dilakukan serta

tipe fraktur yang dialami. Jika penaganan dilakukan segera secara tepat, maka tingkat kesembuhan

akan besar. Risiko terjadinya sindrom kompartemen dapat diatasi dengan melakukan tinjauan

terus-menerus pada pasien setelah penanganan trauma diberikan. Secara umum, dengan

penanganan yang tepat prognosis dari fraktur ini baik.

Penatalaksanaan Okupasi

Yang dilakukan untuk mengatasi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, yaitu:

Primer

1. Penyuluhan

a. Penyuluhan gizi kerja

Melakukan penyuluhan tentang gizi dan kesehatan terhadap semua pengusaha, karyawan,

termasuk staf dan petugas kantin serta pihak manajemen. Dengan tujuan agar adanya

perubahan kesadaran karyawan akan pentingnya makan pagi, kesadaran pengusaha akan

makanan sehat dan bergizi untuk karyawan, menigkatkan pengetahuan karyawan tentang

makanan-makanan yang sehat dan bergizi. Gizi kerja adalah pemberian gizi yang

diterapkan kepada masyarakat pekerja dengan tujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan, efisiensi, dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Pemenuhan

kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat

keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat

kesehatan pekerja. Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi

kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi

mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan

angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja.

24

Page 25: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Metode yang biasa digunakan untuk pengukuran kecukupan gizi adalah indeks massa tubuh

(IMT), yaitu berat badan (kg) dibahagi dengan (tinggi badan x tinggi badan dalam meter).

Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : Usia, Ukuran tubuh, Jenis kelamin. Faktor

lain penentu kebutuhan gizi yaitu Jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari

dam keadaan fisiologis seperti: kehamilan, selama menyusui, anemia, kelebihan berat badan.

Tabel 3. Status gizi berdasarkan IMT.5

Kebutuhan energi selama bekerja (8 Jam) adalah 40-50% dari kebutuhan sehari. Bila

diterjemahkan kedalam menu menjadi kebutuhan untuk 1 kali makan dan 1 kali snack. Kebutuhan

energi dan protein selama bekerja seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4. Kebutuhan energi dan protein selama bekerja (8 jam).5

Tabel 5. Kebutuhan Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas Fisik.5

Tabel 6. Contoh Menu Makanan Bagi Pekerja Selama Bekerja (8 jam).5

25

Page 26: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Penilaian kesehatan: Penyuluhan macam-macam alat pelindungan dan manfaatnya untuk

menyadarkan pekerja akan bagian tubuh yang rawan kecelakaan dan pentingnya alat

pelindung diri untuk mencegah kecelakaan tersebut.

2. Perubahan perilaku

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan merubah gaya hidup pekerja menjadi lebih sehat dan

terkontrol. Misalnya pekerja yang dulunya sering merokok dapat diberikan dorongan untuk

tidak lagi merokok

3. Olahraga

Berolahraga adalah cara yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh pekerja. Pekerja

yang bekerja dalam suatu perindustrian lebih rentan terkena penyakit baik yang ditularkan

oleh orang lain maupun yang terpapar ditempat kerja itu sendiri. Cukup dengan berolahraga

secara rutin 4-5 kali seminggu selama 20-30 menit akan menurunan angka kesakitan dan

meningkatkan jumlah produksi.5

Sekunder

26

Page 27: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

1. Alat pelindung diri. Pada saat melaksanakan pekerjaan yang resiko terjadi kecelakaan agar

terlindungi diri dari resiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan, maka pekerja perlu

menggunakan alat-alat pelindung ketika malksanakan suatu pekerjaan.

2. Atmosfer ruangan tempat kerja. Untuk suhu ruangan yang panas, dibutuhkan ventilasi yang

baik agar udara dapat bertukar dan angin dapat masuk untuk mengurangi suhu panas didalam

ruangan. Ventilasi juga penting untuk menghindari tumbuhnya jamur yang suka pada keadaan

lembab, hal ini tentunya akan membuat jamur tidak dapat tumbuh karena kondisi ruangan

tetap terjaga. Udara didalam ruangan yang juga terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia

berbahaya akan dapat dikurangi apabila ventilasi dalam ruangan itu diatur dengan baik

sehingga bisa terjadi pergantian udara dalam ruangan. Pemasangan kipas angin dan air

conditioner (AC) juga dapat membantu suhu dan sirkulasi ruangan tetap terjaga. Ventilasi

yang baik harus memasok udara bersih lebih dari 5-8 liter/detik/pekerja.

3. Isolasi. Ruangan yang terkontaminasi berlebihan oleh zat-zat kimia berbahaya harus diisolasi

dan dibersihkan udaranya. Para pekerja tidak diperkenankan masuk dalam ruangan itu selama

masih dalam keadaan yang berbahaya. Udara juga perlu di uji kontaminasi secara berkala agar

kondisi udara tetap sehat untuk proses industri.

4. Sistem komunikasi yang baik dan terintegrasi, seperti bunyi alarm atau tanda bahaya lain serta

kalau memungkinkan dilengkapi dengan radio komunikasi.

5. Sistem pengamanan terpadu dalam suatu rangkaian kegiatan proses produksi.

6. Modifikasi dan perbaikan peralatan produksi yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja,

seperti menutup peralatan mesin yang terbuka.

7. Setiap karyawan yang bekerja pada bagian yang berisiko tinggi selalu diberikan pelatihan,

pemeriksaan kesehatan dan makanan ekstra seperti susu dan lainnya.

8. Pencahayaan juga harus memadai dan mencukupi. Jika memungkinkan manfaatkanlah cahaya

alami. Lampu darurat (emergency lighting) harus disediakan untuk berjaga-jaga seandainya

lampu utama mengalami kegagalan dan menimbulkan bahaya.

9. Perawatan (housekeeping). Seluruh ruangan pabrik dipastikan harus tetap bersih. Memeriksa

penumpukan debu di atas permukaan datar terutama pada struktur gedung, balok girder

penopang atap, dan sebagainya agar dapat menghindari terhirupnya debu oleh para pekerja.

Dinding yang dicat harus dibersihkan dan dicat ulang secara berkala atau setelah dilakukannya

perombakan pabrik atau gedung. Sampah jangan sampai menumpuk karena dapat

menimbulkan resiko kesehatan dan kebakaran.

27

Page 28: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

10. Tempat duduk. Di manapun pekerjaan dilakukan, tempat duduk harus tersedia. Tempat duduk

harus sesuai untuk jenis pekerjaannya dan memiliki sandaran punggung dan penumpu kaki

(foot rest). Harus dalam kondisi baik dan setiap kerusakan harus di perbaiki atau diganti.

11. Lantai. Harus rata, mulus, tidak berlubang, bergelombang atau rusak yang mungkin

menyebabkan bahaya sandungan. Tidak licin dan bebas hambatan.

12. Pasokan air minum harus mencukupi dan dapat diminum. Mudah dijangkau dan selalu

tersedia. Dilengkapi dengan gelas atau wadah minum lainnya.

13. Ruang istirahat. Disediakan atau diganti dengan area istirahat. Dilengkapi dengan fasilitas

P3K dan toilet serta dipasangi tanda dilarang merokok.

14. Kantin. Terpisah dari area kerja. Dilengkapi meja dan kursi yang nyaman. Dilengkapi dengan

bak cuci atau tempat pencucian peralatan makan. Harus selalu rapi dan bersih. Dilengkapi

juga dengan lemari pendingin untuk mejaga agar makanan tetap segar. Memiliki alat untuk

memanaskan makanan.1,5

Tersier

Yang masuk dalam pencegahan tersier adalah surveilans kesehatan kerja. Dalam

surveilans kesehatan kerja dilakukan pemantauan terhadap kondisi kesehatan pekerja dan

lingkungan pekerja. Manfaat program surveilans bagi kesehatan pekerja, yaitu8

- Mengukur besarnya masalah kesehatan dan pajanan

- Mengidentifikasi kelompok yangg beresiko

- Memonitor waktu dan trend masalah kesehatan dan pajanan

- Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan faktor resiko dari masalah kesehatan

- Sebagai sumber data untuk menemukan hubungan sebab akibat yang sebelumnya tidak

dapat diidentifikasi.5

Sistem Manejemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3)

SMK3 diatur dalam Permenaker No.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja. Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tujuan Sistem Manajemen

K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat

mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja

yang aman, efisien, dan produktif. Tujuan Umum K3 sesuai gdn UU No.1 th 1970 adalah:

a. Melindungi tenaga kerja di tempat kerja agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya

sehingga dapat diwujudkan peningkatan produksi dan produktifitas kerja.

28

Page 29: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

b. Melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja yang selalu dalam keadaan selamat

dan sehat

c. Melindungi bahan dan peralatan produksi agar di capai secara aman dan efisien.

Tujuan khusus:

1. Mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja kebakaran, peledakan dan PAK (Penyakit

Akibat Kerja).

2. Mengamankam mesin, instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil produksi.

3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara pekerjaan

dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan.

Alasan Penerapan SMK3

Karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja

tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi

pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri antara

lain:

Manfaat Langsung:

a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.

b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.

c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman

dalam bekerja.

Manfaat tidak langsung :

a. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.

b. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.

c. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat

semakin lama

Dasar Hukum SMK3 menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970

Pasal 3 ayat 1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d. Memberi pertolongan pada kecelakaan

e. Memberi alat-alat pelindung diri kepada pekerja

f. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, pskikis, keracunan,

infeksi dan penularan

g. Dan lain-lain

29

Page 30: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga

kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat

kerja, wajib menerapkan SMK3.5

Alat Pelindung Diri

Peralatan Perlindungan Diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya

dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya. Alat-

alat demikian (APD) harus memenuhi persyaratan:

1. Enak dipakai

2. Tidak mengganggu kerja

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya

Jenis-jenis Peralatan Perlindungan Diri dan Kegunaannya:

1) Alat Pelindung Kepala

a. Topi Pelindung, Pengaman (Safety Helmet) atau topi proyek

Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus

listrik.

b. Alat Pelindung Muka & Mata berfungsi untuk melindungi muka dan mata dari:

i. Lemparan benda-benda kecil. 

ii. Lemparan benda-benda panas.

iii. Pengaruh cahaya.

iv. Pengaruh radiasi tertentu.

c. Alat Pelindung Telinga (ear plug). Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja

di tempat yang bising.

2) Alat pelindung pernapasan

Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti:

a. kekurangan oksigen 

b. pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam)

c. pencemaran oleh gas atau uap

3) Alat Pelindung Tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat

mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di esuaikan dengan fungsi

masing-masing pekerjaan.

4) Alat Pelindung Kaki

30

Page 31: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat.

Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam

atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.

5) Pakaian Pelindung. Berfungsi melindungi tubuh dari percikan air, bunga api, dan sebagainya

saat bekerja.

6) Safety Belt

Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada

pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler dan harus dapat menahan

beban sebesar 80 Kg. Jenis- jenisnya :

a. Penggantung unifilar 

b. Penggantung berbentuk U Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U

c. Penunjang dada (chest harness)

d. Penunjang dada dan punggung (chest waist harness)

e. Penunjang seluruh tubuh (full body harness)

Kesimpulan

Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bisa muncul dalam suatu perusahaan apabila tingkat

keamanan, sanitasi, gizi pekerja, dan pengetahuan dari pekerja buruk. Hal ini perlu ditinjau

kembali agar tingkat produktivitas dalam suatu perusahaan bisa meningkat. Yang perlu dilakukan

adalah dengan melakukan surveilans, mengontrol berbagai hazard yang bisa saja terjadi dalam

perusahaan, memberikan gizi yang baik bagi para pekerja, dan mengatur komunikasi yang baik.

Pengetahuan dari dokter perusahaan sangat dibutuhkan dalam bidang ini, agar masalah dalam

perusahaan tersebut dapat ditangani sehingga angka kecelakaan dan absensi pekerja dapat

diturunkan dan produktivitas perusahaan bisa meningkat.

Daftar Pustaka

1. McKenzie, F James. Kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dalam Kesehatan

Masyarakat. Dalam: McKenzie, F James. Kesehatan keselamatan kerja. Edisi ke-4. Jakarta:

EGC;2007.h.615-20.

2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Penerbit PT Yarsif Watampone;

2009.h.355-361.

3. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes). Dalam: Editor:

Jonathan Oswari, ed. Materi-materi pokok ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Widya

Medika;2003.h.71-8.

4. Ridley J. Kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga, 2008.h.84-95.

31

Page 32: Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Kerja BLOK28 RUDY

5. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya. Dalam: Suardi R. Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-24.

32