four books of confucius
DESCRIPTION
It will hopefully be revised soon enough.TRANSCRIPT
The Four Books of Confucius’ TeachingThe Four Books of Confucius’ Teaching
BEDAH BUKU31 Januari 2011
Books Lovers Community, LPKIA Bandung
Confucius (Konghucu)Confucius (Konghucu)551 SM - 479 SM551 SM - 479 SM
Su Si Su Si ((Si Shu, the Four Books, Kitab yang Empat)Si Shu, the Four Books, Kitab yang Empat) Merupakan Kitab Suci bagi pemeluk
agama Konghucu yang langsung bersumber dari Nabi Khongcu hingga Bingcu.
Merupakan hasil himpunan tulisan para penerus Konghucu.
Merupakan kitab yang terdiri dari :
The Four BooksThe Four Books KITAB THAI HAK (Da Xue, Great Learning, Ajaran Besar) Merupakan Kitab Tuntunan Pembinaan Diri. Merupakan Ajaran Permulaan untuk masuk Pintu Gerbang Kebajikan. Mengantar seseorang kepada pengetahuan tentang urutan cara belajar
orang-orang jaman dahulu Yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu
sendiri. Ditulis oleh murid Nabi Khongcu dari angkatan muda, yang bernama
Cingcu (Zheng Zi atau Cham/Can alias Cu I/Zi Xing). KITAB TIONG YONG (Zhong Yong, Doctrine of Mean, Tengah
Sempurna) Merupakan Kitab Keimanan atau ajaran rohani bagi umat agama
Konghucu. Yang tersurat pada Bab Utama adalah ayat langsung dari Nabi Khongcu
sendiri. Ditulis oleh cucu Nabi Khongcu, yang bernama Cu Su (Zi Si) alias Khong
Khiep, dan diserahkan kepada Bingcu.
The Four BooksThe Four BooksKITAB LUN GI (Lun Yu, Analects of Confucius, Sabda
Suci) Memaparkan seluruh aspek tentang Nabi Khongcu dan
ajarannya, selaku Bok Tok (Genta Rohani). Merupakan kumpulan tulisan percakapan dan diskusi,
terutama antara Cingcu dengan Yucu. KITAB BINGCU (Meng Zi, Mencius, Bingcu) Merupakan penegasan Bingcu dalam menegakkan
Kemurnian Ajaran Agama Khonghucu. Merupakan kumpulan tulisan yang mencatat percakapan
Bingcu dangan para raja-raja jaman itu, tokoh-tokoh berbagai aliran dan murid-muridnya.
Sebagian ditulis Bingcu sendiri, dan sisanya merupakan catatan murid-muridnya yang bernama Ban Ciang (Wan Zhang) dan Khongsun Thio (Gong Sunchou).
Ajaran BesarAjaran BesarBab Utama: Jalan Suci yang dibawakan Ajaran Besar ialah menggemilangkan
Kebajikan Yang Bercahaya; mengasihi rakyat, dan berhenti pada Puncak Kebaikan. (1)
Tiap benda mempunyai pangkal dan ujung, dan tiap perkara mempunyai awal dan akhir. Maka orang yang mengetahui mana hal yang dahulu dan mana yang kemudian, ia sudah dekat dengan Jalan Suci. (3)
Dengan meneliti hakekat tiap perkara dapat cukup pengetahuannya, dapat mengimankan tekadnya, meluruskan hatinya, membina dirinya, membereskan rumah tangganya, mengatur negerinya, dan dapat dicapai damai di dunia. (5)
Dari raja sampai rakyat jelata mempunyai satu kewajiban yang sama, yaitu mengutamakan pembinaan diri sebagai pokok. (6)
Ajaran BesarAjaran BesarBab I: Kebajikan Yang Bercahaya Untuk memperoleh Kegemilangan itu hanya tergantung pada
usaha orang itu sendiri. (4)
Bab II: Menjadi Rakyat Baru Di tempayan Raja Thong terukir: “Bila suatu hari dapat
memperbaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya.” (1)
Bab III: Puncak Kebaikan Di dalam Kitab Sanjak tertulis “Sungguh agung dan luhur Raja
Bun, betap gemilang budinya karena selalu di Tempat Hentian; sebagai raja berhenti dalam Cinta Kasih; menteri pada sikap Hormat (akan tugas); anak ada Sikap Bakti; … dalam pergaulan dengan rakyat pada Sikap Dapat Dipercaya. (4)
Gwan YiGwan Yi
Ajaran BesarAjaran BesarBab V: Meneliti Hakekat Tiap Perkara Adapun yang dinamai meluaskan pengetahuan itu ialah: bila kita
hendak meluaskan pengetahuan, kita harus meneliti Hukum (Li) sembarang hal sampai sedalam-dalamnya. (1)
Bab VI: Mengimankan Tekad Mengimankan tekad ialah tidak mendustai diri sendiri, yakni
sebagai membenci bau busuk dan menyukai keelokan. Maka seorang Kuncu sangat hati-hati pada waktu seorang diri. (1)
Bab VII: Meluruskan Hati Untuk membina diri harus meluruskan hati: marah, takut, gemar,
sedih, sesal. (1) Bila hati tidak pada tempatnya, sekalipun melihat takkan tampak,
mendengar takkan terdengar, dan makan takkan merasakan (2).
Ajaran BesarAjaran BesarBab VIII: Membina Diri Orang yang dapat mengetahui keburukan pada apa yang disukai
dan kebaikan pada apa yang dibencinya, amat jarang kita jumpai. (1)
Bab IX: Membereskan Rumah Tangga Mengatur Negara “Laku tanpa cacat akan meluruskan hati rakyat di empat penjuru
negara.” Dapat melaksanakan tugas sebagai bapak, sebagai anak, sebagai kakak, dan sebagai adik, barulah dapat berharap rakyat menelada kepadanya. (1)
Bab X: Teratur Negara Damai Dunia ‘Damai di dunia berpangkal pada teraturnya negara’ ialah: bila
para pemimpin dapat hormat kepada yang lanjut usia, rakyat akan bangun rasa baktinya; pemimpin dapat merendah diri kepada atasannya, rakyat bangun rasa rendah hatinya, pemimpin dapat berlaku kasih dan memperhatikan anak yatimpiatu, rakyat tidak mau ketinggalan. (1)
Tengah SempurnaTengah Sempurna Firman Thian dinamai Watak Sejati. Berbuat mengikuti
Watak Sejati dinamai menempuh Jalan Suci. Pimpinan untuk menempuh Jalan Suci dinamai Agama. (Bab Utama:1)
Gembira, marah, sedih, senang itu sebelum timbul dinamai Tengah, setelah timbul tetapi masih dalam batas Tengah dinamai Harmonis. (Bab Utama:4)
Tengah SempurnaTengah Sempurna Bila dapat terselenggara Tengah dan Harmonis, maka
kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan terpelihara. (Bab Utama:5)
Jalan Suci tidak terlaksana, karena yang pandai melampaui, sedangkan yang bodoh tidak dapat mencapai. (Bab III:1) Tiada seorangpun yang tanpa makan dan minum, namun jarang yang mengetahui rasanya (Bab III:2)
Adapun yang menyebabkan Raja Sun besar bijaksananya: ia suka bertanya dan meneliti kata-kata yang sederhana sekalipun. (Bab V:1)
Banyak orang berkata ‘aku pandai’ tetapi jika suatu ketika bertekad hidup dalam Tengah Sempurna, ternyata tidak dapat mempertahankannya sekalipun hanya sebulan. (Bab VI:1)
Tengah SempurnaTengah Sempurna Hal memanah seperti sikap seorang Kuncu. Bila
meleset dari bulan-bulananna, si pemanah berbalik mencari sebab-sebab kegagalannya dalam diri sendiri. (Bab XIII:5)
Jalan Suci mempunyai Lima Perkara (hubungan raja dengan menteri, ayah dengan anak, suami denganistri, kakak dengan adik, kawan dengan sahabat) dan Tiga Kebajikan (Kebijaksanaan, cinta kasih, dan berani). (Bab XIX:8)
Ada orang yang sejak lahir sudah bijaksana, ada yang karena belajar, ada yang karena menanggung sengsara. (Bab XIX:9)
Sabda SuciSabda Suci Cu-kong bertanya “Seorang yang pada saat miskin
tidak mau menjilat dan pada saat kaya tidak sombong, bagaimanakah dia?” Guru menjawab: “Itu cukup baik, tetapi alangkah baiknya bila pada saat miskin tetap gembira dan pada saat kaya tetap menyukai kesusilaan.” (I:15)
Guru bersabda: “Jangan kuatir orang tidak mengenal dirimu, kuatirlah kalau tidak dapat mengenal orang lain.” (I:16)
Guru bersabda: “Belajar tanpa berfikir, sia-sia; berfikir tanpa belajar, berbahaya!” (II:15)
Pada waktu sembahyang kepada leluhur … kepada Roh, merasalah akan kehadirannya … (III:12)
Sabda SuciSabda Suci Cingcu menjawab: “Jalan Suci Guru itu tidak lebih tidak
kurang ialah Setia dan Tepasarira.” (IV:15) Guru bersabda: “Bila melihat seorang yang bijaksana,
berusahalah menyamainya dan bila melihat seorang yang tidak bijaksana, periksalah dirimu sendiri.” (IV:17)
Guru bersabda: “Seorang Kuncu lambat bicara tetapi tangkas bekerja” (IV: 24)
Guru bersabda: “Sayang, aku belum menemukan orang yang setelah dapat melihat kesalahan sendiri lalu benar-benar menyesali dan memperbaiki diri” (V: 27)
Sabda SuciSabda Suci Guru bersabda: “Sungguh Bing Ci-hwan tidak suka
menonjolkan diri, (pada waktu tentaranya menderita kekalahan) ia berjalan di belakang untuk melindungi barisan. Setelah di muka pintu gerbang kota, dicambuklah kudanya dan berkata: “Bukan keberanianku untuk dibelakang, hanya kuda ini tidak dapat lari cepat”” (VI: 15)
Guru bersabda: “Seorang kuncu diam di mana pun, tiada tempat yang buruk baginya” (IX: 14)
Guru bersabda: “Sebelum mengabdi kepada manusia, betapa dapat mengabdi kepada para Roh?” “Sebelum mengenal hidup, betapa mengenal hal setelah mati?”(XI: 1-2)
Sabda SuciSabda Suci Guru bersabda: “Yang tidak susila jangan dilihat, yang
tidak susila jangan didengar, yang tidak susila jangan dibicarakan, dan yang tidak susila jangan dilakukan” (XII: 2) : “” (: )
BingcuBingcu Raja Hwi dari Negeri Liang berkata: “Di dalam
mengatur negeri, dengan sungguh-sungguh kuperhatikan. Bila di daerah Hoo-lwee menderita bahaya kelapara, kupindahkan penduduknya ke daerah Hoo-tong; dan kelebihan hasil bumi kukirimkan ke daerah Hoo-lwee. Demikianlah pula kulakukan bila daerah Hoo-tong menderita bahaya kelaparan. Kalau kuteliti, negeri-negeri tetangga dalam pemerintahannya ternyata tidak sepenuh hati seperti aku, tetapi mengapakah rakyat negeri-negeri tetangga itu tidak menjadi lebih sedikit dan rakyatku tidak bertambah banyak?” (IA:3:1, p. 314)
BingcuBingcu Negeri Coo berperang melawan Negeri Lo. Rajamuda
Bok dari negeri Coo bertanya: “Aku sudah kehilangan 33 perwira, tetapi belum ada di antara rakyat yang mau berkorban membela mati-matian. Kalau rakyat akan kuhukum mati, tentulah tidak mungkin karena sebanyak itu; tetapi kalau tidak kuhukum mati, mereka tetap menutup mata tidak mau menolong atasannya yang terbunuh. Bagaimanakah baiknya?” (IB: 12:1, p. 360)
Sampai di sini dulu.Sampai di sini dulu.Thank you.Thank you.