formal caregiver strain dengan subjective well...
TRANSCRIPT
i
FORMAL CAREGIVER STRAIN DENGAN SUBJECTIVE WELL
BEING PADA GURU PEMBIMBING KHUSUS
SKRIPSI
Oleh :
Fajrul Islam
201110230311313
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
i
FORMAL CAREGIVER STRAIN DENGAN SUBJECTIVE WELL
BEING PADA GURU PEMBIMBING KHUSUS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi
Oleh :
Fajrul Islam
201110230311313
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well
Being Pada Guru Pembimbing Khusus
Nama Peneliti : Fajrul Islam
NIM : 201110230311333
Fakultas : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Waktu Penelitian : 18 September – 29 Desember 2015
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si
Anggota Penguji : 1. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si ( )
2. Hudaniah, S.Psi, M.Si ( )
3. Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi ( )
Pembimbing I Pembimbing II
Ni'matuzahroh, S.Psi, M.Si Yuni Nurhamida, S.Psi, M,Si
Malang, 29 Januari 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra.Tri Dayakisni, M.Si
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Fajrul Islam
Nim : 201110230311333
Fakultas : Psikologi
PerguruanTinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah ini yang berjudul :
Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well Being Pada Guru
Pembimbing Khusus
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak
bebas royalti noneksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
Mengetahui, Malang, 29 Januari 2016
Ketua Program Studi Yang Menyatakan
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si Fajrul Islam
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
"Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well Being Pada Guru
Pembimbing Khusus", sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga dibutuhkan adanya kritik dan saran yang membangun dari berbagai ahli dan
praktisi psikologi, khususnya psikologi pendidikan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si selaku dosen wali kelas Psikologi G dan dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingannya
hingga selesainya skripsi ini.
3. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan
bimbingan dan dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
4. Para dosen dan staff Tata Usaha Fakultas Psikologi yang telah banyak
memberikan pembelajaran serta proses pendewasaan.
5. Kedua orang tua penulis, Zaenal Abidin dan Basyaroh. Terimakasih atas
kesabaran, ketekunan serta keuletan untuk merawat dan membimbing penulis
tanpa keluh kesah, walaupun penulis tahu di setiap perjalanan hidupnya,
keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya.
6. Kakak tercinta dan keluarga kecilnya, Zakiyatul Fakhiroh, Iwan Badi’ dan si
kecil Tiara terimakasih atas kepercayaan yang selalu diberikan untuk penulis.
Serta semua keluarga yang telah memberikan dukungan dalam segala aspek
mulai awal perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.
v
7. Keluarga besar Imroatuz Zakiyah yang telah memberikan dukungan, motivasi,
dan dukungan aspek lainya untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi.
8. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2011 khususnya kelas G yang
memberikan semangat, dukungan serta berbagi ilmu dan saling melengkapi
kekurangan masing-masing.
9. Keluarga di kontrakan perumahan Joyo Grand, terimakasih sudah banyak
memotivasi, memberikan dukungan dan do’a.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, dan semoga menjadi amal ibadah yang diterima oleh Allah SWT.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik
dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Malang, 29 Januari 2016
Penulis
Fajrul Islam
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 2
TINJAUAN TEORI ................................................................................................. 4
METODE PENELITIAN............................... ......................................................... 9
1. Rancangan Penelitian ....................................................................................... 9
2. Subyek Penelitian ............................................................................................. 9
3. Variabel dan Instrumen Penelitian .................................................................... 9
4. Validitas Instrumen ........................................................................................... 10
5. Reliabilitas Instrumen ....................................................................................... 10
6. Prosedur dan Analisa Data Penelitian ............................................................... 11
HASIL PENELITIAN ............................................................................................. 12
DISKUSI ................................................................................................................. 14
SIMPULAN DAN IMPLIKASI.............................. ................................................ 17
REFERENSI.......... .................................................................................................. 19
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian .............................................................. 11
Tabel 2 Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian .......................................................... 12
Tabel 3 Deskripsi Subjek .............................................................................................. 12
Tabel 4 Perhitungan T-Score Skala Caregiver Strain ................................................... 13
Tabel 5 Perhitungan T-Score Skala Subjective Well Being ........................................... 13
Tabel 6 Korelasi Caregiver Strain dengan Subjective Well Being ................................ 13
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Blue Print Skala (Try Out) ..................................................................... 22
LAMPIRAN 2 Kuesioner Try Out ............................................................................... 24
LAMPIRAN 3 Tabulasi Data Try Out .......................................................................... 30
LAMPIRAN 4 Output Hasil Try Out Skala Caregiver Strain ...................................... 33
LAMPIRAN 5 Output Hasil Try Out Skala Subjective Well Being .............................. 35
LAMPIRAN 6 Blue Print Skala Penelitian .................................................................... 37
LAMPIRAN 7 Kuesioner Uji Coba ............................................................................. 39
LAMPIRAN 8 Kuesioner Setelah Uji Coba .................................................................. 45
LAMPIRAN 9 Output Hasil Penelitian Skala Caregiver Strain .................................... 50
LAMPIRAN 10 Output Hasil Penelitian Skala Subjective Well Being (item gugur)
............................................................................................................................................... 52
LAMPIRAN 11 Output Hasil Penelitian Skala Subjective Well Being ............................ 54
LAMPIRAN 12 Output Hasil deskripsi Data Penelitian .................................................. 56
LAMPIRAN 13 Output Hasil Uji Korelasi Product Moment .......................................... 58
LAMPIRAN 14 Output Hasil Uji Nilai Koefisien Determinasi....................................... 60
LAMPIRAN 15 Tabulasi Data Penelitian ........................................................................ 62
LAMPIRAN 16 Surat Penelitian ...................................................................................... 69
1
Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well Being Pada Guru
Pembimbing Khusus
Fajrul Islam
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Guru Pembimbing Khusus merupakan guru dengan latar belakang pendidikan luar
biasa yang bertugas menjembatani kesulitan anak disabilities, guru kelas dan guru
mata pelajaran dalam proses pembelajaran. Tantangan yang masih terus dihadapi
oleh Guru Pembimbing Khusus hingga saat ini adalah kurangnya pengetahuan dan
keterampilan dalam menangani anak disabilities, sedangkan anak-anak tersebut
membutuhkan banyak perhatian dan perawatan selama di sekolah. Keadaan
tersebut menimbulkan reaksi subjektif yang bermacam-macam bagi Guru
Pembimbing Khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara formal caregiver strain terhadap subjective well being pada guru
pembimbing khusus di sekolah inklusi. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah kuantitatif korelasi dengan skala caregiver strain dan skala subjective well
being. Jumlah subjek 50 orang Guru Pembimbing Khusus di wilayah Malang,
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode analisa data yang
digunakan adalah korelasi product moment. Hasil penelitian menyatakan bahwa
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan subjective
well being.
Kata kunci : formal caregiver strain, subjective well being, guru pembimbing
khusus, anak berkebutuhan khusus, pendidikan Inklusif.
Special guidance teacher is teacher with disabilities educational background that
having job to bridge the difficulties of disability children, classroom teachers and
subject teachers in the learning process. The challenge still faced by Special
guidance teacher to the present is the lack of knowledge and skills in handling
disabilities children, whereas these children need a lot of attention and care during
the school day. The situations cause various subjective reactions for the Special
Guidance Teacher. The purpose of this study is to know the relationship between
the formal caregiver strain toward subjective well being on Special Guidance
Teacher in school inclusion. The data collection methods used in this study is a
quantitative correlation with caregiver strain scale and the scale of subjective well
being. The subjects are 50 Special Guidance Teachers in Malang, using purposive
sampling technique. The Data analysis method used in this study is the product
moment correlation. The result of this study states that there is a significant
negative relationship between caregiver strain and subjective well being.
Keywords : formal caregiver strain, subjective well being, special guidance
teacher, children with special needs, inclusive education.
2
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa
melihat multidimensi perbedaan baik itu status sosial, budaya, keturunan dan lain-lain
untuk memperoleh pendidikan yang ideal, dimana sistem tersebut menyesuaikan
dengan kebutuhan setiap anak. Hal tersebut sejalan dengan konsep inklusi menurut
UNESCO (1994) yang didasarkan pada prinsip bahwa semua anak tanpa memandang
kemampuan atau kecacatan memiliki hak dasar untuk dididik bersama teman-teman
mereka di sekolah lokal. UNESCO mendefinisikan pendidikan inklusi sebagai sebuah
pendekatan untuk mencari cara bagaimana mengubah sistem pendidikan guna
menghilangkan hambatan yang menghalangi siswa untuk terlibat secara penuh dalam
pendidikan. Hambatan tersebut dapat berhubungan dengan latar belakang suku, gender,
status sosial, kemiskinan dan kecacatan.
Pada umumnya, sekolah-sekolah umum hanya menyelenggarakan pendidikan reguler,
dimana siswa-siswanya adalah anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus
dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan sangat lama dan menjadi kebiasaan
umum bahwa anak-anak normal biasanya belajar di sekolah umum, sementara
anak-anak berkebutuhan khusus belajar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Keadaan ini
bisa terjadi karena pola pikir masyarakat sudah mengarah kepada pendidikan khusus
bagi anak-anak berkebutuhan yang menempatkan mereka berbeda dengan siswa lain
yang normal. Banyak hal yang dapat mempengaruhinya, mulai dari sikap orang tua
yang tidak menerima kehadirannya, atau menerima tetapi menjadi overprotective,
hingga stigma masyarakat yang menempatkan dalam kelas terpinggirkan, yang
menjadikan anak-anak berkebutuhan khusus kurang dapat mengakses pendidikan
yang luas. Perlakuan yang seperti inilah yang kemudian membuat sebagian anak
berkebutuhan khusus di Indonesia mempunyai sensitivitas yang sangat tinggi, minder,
tertutup, dan mengganggap dirinya hanya menjadi beban orang lain serta tidak
berguna. Dalam kondisi seperti ini, pendidikanlah yang mampu menjembatani segala
pola pikir kita untuk berubah dan mencoba memahami bahwa setiap anak mempunyai
potensi masing-masing untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Peneliti telah melakukan studi pendahuluan di salah satu sekolah inklusi di Kota
Surabaya pada tanggal 31 Oktober 2014. Berdasarkan data yang diperoleh melalui
wawancara pada salah satu guru pembimbing khusus disekolah inklusi tersebut,
diperoleh informasi bahwa tantangan yang masih terus dihadapi dalam pendidikan
inklusi adalah kurangnya tenaga didik yang memiliki kemampuan linier sesuai
dengan kebutuhan pendidikan, sedangkan anak-anak dengan kebutuhan khusus
membutuhkan banyak perhatian dan waktu sehingga tidak mudah untuk mengajar
mereka di kelas reguler. Para guru berpendapat bahwa kebanyakan dari mereka tidak
memiliki keterampilan khusus mengenai anak-anak disabilities untuk memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik yang beragam, sehingga mau tidak mau mereka harus
beradaptasi dengan lingkungan pendidikan yang baru, dimana terdapat anak-anak
yang tidak biasa di sekolah mereka. Keadaan tersebut tentunya menimbulkan reaksi
subjektif yang bermacam-macam. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Newton (2014) yang memaparkan bahwa sembilan puluh persen dari
guru yang diwawancarai menyatakan persepsi negatif mengenai pendidikan inklusi.
Ia juga mengungkapkan bahwa faktor yang paling umum mempengaruhi persepsi
negatif guru adalah kurangnya pelatihan dalam pendidikan khusus dan pendidikan
inklusif, serta kurangnya sumber daya manusia. Penelitian lain yang juga
3
berkesinambungan dengan penelitian tersebut dikemukakan oleh Hansen dkk (2013)
yang menyebutkan bahwa status pengasuh sebagian besar berhubungan dengan
aspek-aspek kesejahteraan, dan efek ini lebih ditandai pada pengasuh perempuan
dengan tingkat pendidikan yang rendah. Cramm & Nieboer (2011) juga memaparkan
bahwa stres yang terjadi pada orang tua dan perasaan depresi pada anak sangat
dipengaruhi oleh kesejahteraan psikologis dari pengasuh/perawat. Oleh karena itu,
untuk melindungi kesejahteraan psikologis dari pengasuh/perawat, layanan dukungan
harus membahas mengenai perasaan depresi di kalangan anak-anak cacat intelektual,
memfasilitasi kegiatan sosial dari pengasuh/perawat, dan mengurangi stres mereka.
Anak-anak berkebutuhan khusus yang kita tahu pada umumnya memiliki banyak
kesulitan. Pada kemampuan interaksi sosial, mereka mengalami keterbatasan
mengenai social awareness. Hal tersebut membuat anak-anak menjadi sulit untuk
merasakan perasaan timbal balik, berbagi aktivitas atau kesenangan dengan orang lain,
memahami perasan orang lain, serta dapat memunculkan berbagai perilaku yang tidak
sesuai. Selain itu, mereka juga ada yang memiliki kesulitan untuk mengembangkan
kemampuan bahasa, kesulitan melakukan percakapan timbal balik dan mengalami
kesulitan dalam beberapa mata pelajaran tapi menunjukkan prestasi di bidang
pelajaran lainnya. Dari fenomena tersebut, tampaklah bahwa anak-anak berkebutuhan
khusus tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari mereka secara mandiri. Mereka
membutuhkan orang lain yang dapat memahami kebutuhan mereka. Mereka juga
membutuhkan orang lain untuk menentukan penanganan yang tepat dan sesuai dengan
kondisi mereka. Kondisi tersebut membuat individu membutuhkan cargiver dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang pendidikan sewaktu di
sekolah. Cargiver merupakan seseorang yang dapat memberikan perawatan dan
bantuan kepada anggota keluarga yang menderita ketidakmampuan fisik, gangguan
mental, penyakit kronis atau anggota keluarga yang berusia lanjut (Duxbury, 2009).
Caregiver dibutuhkan untuk memberikan bantuan dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari, memberikan dukungan dan memantau kondisi kesehatan seseorang.
Menurut Alliance (2012), caregiver dibagi menjadi dua kategori yaitu formal
caregiver dan informal caregiver. Formal caregiver merupakan individu yang berasal
dari organisasi kesehatan yang dipekerjakan untuk membantu merawat dan memenuhi
kebutuhan seseorang dengan dua situasi, yaitu formal caregiver berada di suatu tempat
untuk melakukan perawatan dan orang yang membutuhkan datang ke tempat tersebut
atau formal caregiver memberikan perawatan dengan cara mendatangi rumah orang
yang membutuhkan, sedangkan informal caregiver merupakan individu (pasangan,
teman, anggota keluarga atau tetangga) yang terlibat dalam kegiatan membantu
aktivitas kehidupan sehari-hari dan/atau tugas medis orang lain tanpa dibayar.
Pada bidang pendidikan, individu yang berperan sebagai formal caregiver tentunya
akan lebih rentan mengalami stres dan tekanan-tekanan dibandingkan dengan orang
lain yang tidak memiliki anak didik yang berkebutuhan khusus. Tekanan-tekanan pada
mereka tersebut disebut sebagai caregiver strain, dimana Duxbury (2009) mengatakan
bahwa caregiver strain merupakan tuntutan tambahan dan dampak dari tuntutan
tersebut bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga berkebutuhan khusus.
Berkaitan dengan permasalahan diatas, guru pembimbing khusus dalam
sekolah-sekolah inklusi merupakan salah satu formal caregiver utama dari individu
yang berkebutuhan khusus di bidang pendidikan yang juga sering mengalami
4
caregiver strain.
Bagi setiap orang, tak terkecuali bagi guru pembimbing khusus di sekolah inklusi yang
menangani anak berkebutuhan khusus, kebahagiaan dianggap sebagai suatu hal yang
utama karena kebahagiaan sangat penting bagi kehidupan manusia. Winarsih (2006)
mengungkapkan bahwa pakar psikologi membagi kebahagiaan menjadi dua macam,
yaitu kebahagiaan yang bersifat objektif dan subjektif. Kebahagiaan objektif diukur
dengan menggunakan sebuah standar, misalnya aturan agama, sedangkan kebahagiaan
subjektif tidak didasarkan pada ketentuan manapun, melainkan mengacu pada
masing-masing pribadi, sehingga pada setiap orang dapat berbeda. Kebahagiaan
subjektif inilah yang disebut sebagai subjective well-being.
Linley (2004) menjelaskan bahwa individu dikatakan memiliki subjective well-being
tinggi jika mengalami kepuasan hidup, sering merasakan kegembiraan, dan jarang
merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti kesedihan atau kemarahan.
Sebaliknya, individu dikatakan memiliki subjective well-being rendah jika tidak puas
dengan kehidupannya, mengalami sedikit kegembiraan dan afeksi, serta lebih sering
merasakan emosi negatif seperti kemarahan atau kecemasan.
Berdasarkan dari fenomena itulah peneliti merasa tertarik untuk mengetahui mengenai
hubungan antara formal caregiver strain terhadap subjective well being pada guru
pembimbing khusus di sekolah inklusi, sehingga penyelenggaraan pendidikan inklusi
nantinya diharapkan mampu mencetak generasi penerus yang dapat memahami dan
menerima segala bentuk perbedaan sehingga tidak menciptakan diskriminasi dalam
kehidupan masyarakat ke depannya.
Subjective Well-being
Menurut Diener (1999), definisi dari subjective well-being dapat dibuat menjadi tiga
kategori. Pertama, subjective well-being bukanlah sebuah pernyataan subjektif tetapi
merupakan beberapa keinginan berkualitas yang ingin dimiliki setiap orang. Kedua,
subjective well-being merupakan sebuah penilaian secara menyeluruh dari kehidupan
seseorang yang merujuk pada berbagai macam kriteria. Arti ketiga dari subjective
well-being jika digunakan dalam percakapan sehari-hari yaitu dimana perasaan positif
lebih besar daripada perasaan negatif. Merujuk pada pendapat Diener (1999) tersebut,
dapat disimpulkan bahwa subjective well-being menurutnya terletak pada pengalaman
setiap individu yang merupakan pengukuran positif dan secara khas mencakup pada
penilaian dari seluruh aspek kehidupan seseorang.
Linley (2004) mendefinisikan subjective well-being sebagai penilaian seseorang
terhadap diri mereka sendiri, dan penilaian tersebut dapat berdasarkan kepada respon
kognitif dan emosional. Menurutnya, individu dikatakan memiliki subjective
well-being tinggi jika mengalami kepuasan hidup, sering merasakan kegembiraan, dan
jarang merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti kesedihan atau kemarahan.
Sebaliknya, individu dikatakan memiliki subjective well-being rendah jika tidak puas
dengan kehidupannya, mengalami sedikit kegembiraan dan afeksi, serta lebih sering
merasakan emosi negatif seperti kemarahan atau kecemasan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa subjective well-being adalah
5
persepsi seseorang terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri dari evaluasi kognitif
dan afeksi terhadap hidup dan merepresentasikan dalam kesejahteraan psikologis.
Aspek Subjective Well-being
Pengukuran subjective well-being mengacu pada konsep Diener, Suh & Oishi (1997),
Kahneman dan Krueger (2006) yang menyatakan bahwa subjective well-being terdiri
atas tiga buah aspek umum. Ketiga aspek tersebut merupakan faktor global dari
variabel-variabel yang salingberinterelasi. Tiga aspek tersebut adalah :
1. Afek Positif
Afek positif mempresentasikan mood dan emosi yang menyenangkan seperti kasih
sayang. Emosi positif atau menyenangkan adalah bagian dari subjective
well-being karena emosi-emosi tersebut merefleksikan reaksi seseorang terhadap
peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bahwa hidup berjalan sesuai dengan apa
yang diinginkan. Afek positif terlihat dari emosi-emosi spesifik seperti tertarik
atau berminat akan sesuatu (interested), gembira (excited), kuat (strong), antusias
(enthusiastic), waspada atau siap siaga (alert), bangga (proud), bersemangat
(inspired), penuh tekad (determined), penuh perhatian (attentive), dan aktif
(active).
2. Afek Negatif
Afek negatif adalah pravelensi dari emosi dan mood yang tidak menyenangkan
dan merefleksikan respon negatif yang dialami seseorang sebagai reaksinya
terhadap kehidupan, kesehatan, keadaan, dan peristiwa yang mereka alami. Afek
negatif terlihat dari emosi-emosi spesifik seperti sedih atau susah (distressed),
kecewa (disappointed), bersalah (guilty), takut (scared), bermusuhan (hostile),
lekas marah (irritable), malu (shamed), gelisah (nervous), gugup (jittery),
khawatir (afraid).
3. Kepuasan hidup
Kepuasan hidup merupakan komponen kognitif dalam subjective well-being, yang
mengacu pada penilaian global tentang kualitas hidup dan dapat menilai kondisi
hidupnya. Mempertimbangkan kondisi dan mengevaluasi kehidupan dari tidak
puas hingga menjadi atau merasakan puas akan hidup.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek subjective well-being terdiri dari
komponen afektif yang menggambarkan pengalaman emosi berdasarkan kesenangan
dan kegembiraan, dan juga komponen kognitif yang sesuai dengan kepuasan yang
mengacu pada kepercayaan atau perasaan subjektif yang dijalani dengan baik.
Faktor yang Mempengaruhi Subjective Well-Being
Beberapa faktor yang mempengaruhi subjective well-being menurut Diener et al
(1997); Kashdan (2004); dan Kahneman dan Krueger (2006) adalah :
1. Tempramen
Tempramen memiliki pengaruh yang kuat terhadap subjective well-being.
Sifat-sifat kepribadian khusus merupakan prediktor tingkat subjective well-being
tertentu.
2. Faktor biososial atau demografik
Beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, status pekerjaan,
6
pendidikan, aktifitas sosial juga turut memiliki pengaruh terhadap subjective
well-being
3. Faktor psikososial
Adanya subjective well-being dalam jangka waktu yang relatif pendek akan
berpengaruh pada aktifitas social yang dilakukan
4. Faktor budaya
Konstruksi budaya tempat tinggal individu berpengaruh cukup signifikan dalam
membentuk pola pikir (mind set)
Dalam hal ini terdapat empat faktor yang dapat dikaitkan dengan subjective well-being,
yaitu tempramen, faktor biososial atau demografik, faktor psikososial dan faktor
budaya.
Formal Caregiver Strain
Menurut Duxbury (2009), caregiver adalah seseorang yang dapat memberikan
perawatan dan bantuan secara fisik, kognitif maupun mental kepada orang yang
menderita ketidakmampuan fisik, gangguan mental, penyakit kronis, atau anggota
keluarga yang berusia lanjut. Menurut Alliance (2012), caregiver dibagi menjadi dua
kategori yaitu formal caregiver dan informal caregiver. Formal caregiver merupakan
individu yang berasal dari organisasi kesehatan yang dipekerjakan untuk membantu
merawat dan memenuhi kebutuhan seseorang dengan dua situasi, yaitu formal
caregiver berada di suatu tempat untuk melakukan perawatan dan orang yang
membutuhkan datang ke tempat tersebut atau formal caregiver memberikan perawatan
dengan cara mendatangi rumah orang yang membutuhkan, sedangkan informal
caregiver merupakan individu (pasangan, teman, anggota keluarga atau tetangga) yang
terlibat dalam kegiatan membantu aktivitas kehidupan sehari-hari dan/atau tugas medis
orang lain tanpa dibayar.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa formal caregiver adalah
individu yang dapat memberikan perawatan sehari-hari, menyediakan kebutuhan
medis, dan membantu menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari secara fisik,
kognitif, maupun mental kepada anggota keluarga yang sakit atau memiliki kebutuhan
khusus.
Caregiver pada anggota keluarga dari anak yang berkebutuhan khusus akan lebih
rentan mengalami caregiver strain dibandingkan keluarga yang tidak memiliki
anggota keluarga yang berkebutuhan khusus. Menurut Thornton (2003), strain pada
caregiver adalah persepsi caregiver atas segala masalah yang dihadapi atau keadaan
well-being yang berubah selama proses caregiving. Pendapat lain disampaikan oleh
Duxbury (2009), yang mengatakan bahwa caregiver strain merupakan tuntutan
tambahan dan dampak dari tuntutan tersebut bagi keluarga yang memiliki anggota
keluarga berkebutuhan khusus. Hal tersebut dikarenakan, individu yang berperan
sebagai caregiver selain mengurus dirinya sendiri juga memiliki tugas untuk
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang membutuhkan. Given (2008)
mengemukakan bahwa seorang caregiver memiliki tugas yang cukup kompleks,
mereka memiliki tugas untuk membantu melakukan perawatan langsung seperti
mengangkat dan mengubah posisi, mengubah lingkungan sesuai kebutuhan,
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, serta memantau keadaan dari
7
individu yang dirawat.
Walker (2007) membagi caregiver strain menjadi dua kategori, yaitu :
a. Physical strain, muncul karena adanya kebutuhan fisik dalam proses caregiving.
Faktor utama yang dapat menyebabkan physical strain adalah banyaknya
kebutuhan fisik selama proses caregiving dan kurangnya waktu tidur.
b. Emotional strain, adalah perasaan kelelahan dan kekhawatiran mengenai
bagaimana cara untuk menghadapi masalah yang muncul. Penyebab terjadinya
emotional strain adalah kelelahan, beban kerja yang terlalu banyak dan
kekhawatiran akan masa depan orang yang mereka rawat.
Caregiver strain dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu maupun karakteristik
orang yang dirawat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya diantaranya adalah :
a. Usia
Ha, Hong, Seltzer, dkk (2008) mengatakan usia caregiver dapat mempengaruhi
bagaimana ia dapat menerima kondisi anak dan dapat menangani masalah yang
timbul selama proses caregiving.
b. Jenis kelamin caregiver
Penelitian pada pria dan wanita yang menjadi caregiver menunjukkan bahwa
wanita mengalami tekanan dan strain yang lebih tinggi dibandingkan pria (Hoyert
dan Seltzer, 1992)
c. Durasi perawatan
Ha, Hong, Seltzer, dkk (2008) mengatakan bahwa ada dua kemungkinan
mengenai dampak negatif caregiving yang dialami caregiver berkaitan dengan
durasi perawatan. Pertama, semakin lama durasi perawatan maka dampak negatif
yang dirasakan menjadi berkurang. Hal ini dapat terjadi karena adanya adaptasi
selama proses caregiving. Kedua, semakin lama durasi perawatan maka dampak
negatif yang dirasakan semakin bertambah. Hal ini dapat terjadi karena adanya
efek kumulatif dari berbagai dampak negatif yang dirasakan caregiver.
Caregiver strain penting untuk diperhatikan karena dapat berdampak pada
terganggunya kesehatan fisik dan kesehatan mental, seperti stres, depresi, hingga dapat
menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan hidup (Duxbury, 2009). Strain yang dapat
diatasi dapat mempengaruhi aspek-aspek lain dalam kehidupan caregiver termasuk
mempengaruhi kondisi well-being caregiver (Wu, Cho, Li, Chen, Tse, 2010).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa formal caregiver strain merupakan
tuntutan tambahan yang dirasakan oleh individu yang memberikan perawatan
sehari-hari, menyediakan kebutuhan medis dan membantu menjalankan aktifitas
kehidupan sehari-hari secara fisik, kognitif maupun mental untuk anak-anak
berkebutuhan khusus.
Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well Being Pada Guru
Pembimbing Khusus
8
Keterbatasan yang dimiliki oleh siswa inklusi membutuhkan bantuan dari orang lain
dalam melakukan aktifitas sehari-harinya di sekolah, dan bantuan tersebut dapat
diberikan oleh seorang caregiver. Pada umumnya, peran caregiver pada siswa inklusi
dilakukan oleh guru pembimbing khusus, karena guru pembimbing khusus dianggap
memiliki tugas untuk merawat anak didiknya dan lebih mengerti akan kebutuhan
mereka. Selama proses perawatan siswa inklusi, nyatanya guru pembimbing khusus
sering mendapatkan dampak negatif seperti caregiver strain. Terdapat dua kategori
caregiver strain, yaitu physical strain dan Emotional strain. Caregiver strain penting
untuk diperhatikan karena dapat berdampak pada terganggunya kesehatan fisik dan
kesehatan mental, seperti stres, depresi, hingga dapat menyebabkan rendahnya tingkat
kepuasan hidup.
Caregiver strain juga dapat mempengaruhi proses perawatan yang dilakukan oleh guru
pembimbing khusus. Strain yang tidak dapat diatasi dapat mempengaruhi aspek-aspek
lain dalam kehidupan caregiver termasuk menurunkan kondisi subjective well being
guru pembimbing khusus sebagai caregiver. Caregiver yang mengalami physical
strain cenderung memiliki subjective well being negatif, karena banyaknya kebutuhan
fisik selama proses caregiving dan kurangnya waktu tidur yang mereka alami. Pada
caregiver yang mengalami emotional strain, seseorang juga cenderung memiliki
subjective well being negatif, akibat perasaan kelelahan yang mereka alami, beban
kerja yang terlalu banyak, juga kekhawatiran akan masa depan orang yang mereka
rawat.
9
Kerangka Berpikir
Hipotesa
Ada hubungan yang negatif antara formal caregiver strain dengan subjective well
being. Semakin tinggi formal caregiver strain maka akan semakin rendah subjective
well being, sebaliknya semakin rendah formal caregiver strain maka akan semakin
tinggi subjective well being
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasi. Menurut
Azwar (2013), penelitian kuantitatif korelasi merupakan jenis metode penelitian yang
Subjective Well Being Rendah
Akibat yang dirasakan :
1. Mudah marah
2. Merasa gelisah
3. Gugup
4. Kurang maksimal dalam
menjalankan aktifitas
5. Mudah menyerah
Mengalami ketegangan
Memberikan perawatan
Memberikan dukungan
Memantau kondisi kesehatan
Informal Caregiver Formal Caregiver
Caregiver
1. Berangkat lebih
pagi dari guru kelas
2. Memberikan terapi
3. Mengajar pada
banyak kelas
4. Kelelahan
Ketegangan fisik 1. Kecamasan yang berlebihan
2. Kekhawatiran akan masa
depan anak didik
3. Minimnya penguasaan
materi dalam mendampingi
anak ABK
Ketegangan emosi
1. Tidak merasakan kenyamanan
2. Merasa pesimis dalam menjalankan
aktifitas
3. Tidak memiliki kontrol diri yang
baik
4. Merasa tidak memiliki dukungan
sosial dari lingkungan sekitar
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
10
menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu
atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi, dengan begitu peneliti dapat
memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi diantara formal
caregiver strain dan subjective well being, bukan mengenai ada tidaknya efek
variabel diantara keduanya.
Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah guru pembimbing khusus di sekolah inklusi di
kota Malang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan
teknik non-probability sampling. Teknik non-probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2008).
Teknik non-probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling, dimana peneliti hanya akan meminta informasi dari individu
yang dinilai memiliki kriteria yang sesuai dengan karakteristik partisipan penelitian
yang sebelumnya telah ditetapkan. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50
Guru Pembimbing Khusus dari tingkat PAUD sampai SMA/SMK dari 18 sekolah di
kota Malang.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah formal caregiver strain dan
subjective well being. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah subjective
well-being. Subjective well-being adalah penilaian seseorang terhadap diri mereka
sendiri, dan penilaian tersebut didasarkan pada respon kognitif dan emosional yang
diukur dengan indikator afek positif, afek negatif dan kepuasan hidup. Sedangkan
variabel bebas adalah formal caregiver strain, yaitu tuntutan tambahan yang diterima
oleh pengasuh akibat memberikan perawatan dan pemenuhan kebutuhan pada anak
berkebutuhan khusus, sehingga mengakibatkan terjadinya ketegangan fisik seperti
kelelahan, dan ketegangan emosional yang diukur dengan indikator physical strain dan
emotional strain.
Metode pengumpulan data variabel caregiver strain dengan menggunakan skala
caregiver strain yang disusun berdasarkan aspek-aspek caregiver strain, yakni
physical strain dan emotional strain. Variabel subjective well being diukur dengan
skala subjective well being yang juga disusun berdasarkan aspek-aspek subjective
well being yaitu : afek positif, afek ngatif dan kepuasan hidup.
Pengujian validitas dalam penelitian ini akan menggunakan pengujian validitas aitem
atau validitas konstruk yang akan diuji dengan pengujian terhadap hasil tes yang
dihitung menggunakan korelasi product moment. Penghitungan korelasi product
moment dilakukan karena penelitian ini ingin mengetahui hubungan antar variabel
yang diteliti. Perhitungan ini akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu
program SPSS versi 16.0 for Windows. Dengan mengacu pada penggunaan batas
skor diatas 0,3 untuk menentukan valid atau tidaknya aitem tersebut. Perhitungan uji
reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji reliabilitas koefisien alpha cronbach
dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows. Koefisien Alpha Cronbach
yang digunakan sebagai batas reliabel adalah diatas > 0,9.
11
Validitas Instrumen
Menurut Arikunto (2006), validitas merupakan ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, dengan kata lain validitas
mengukur seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap gejala atau bagian yang akan
diukur. Sugiyono (2008) membagi pengujian validitas menjadi tiga jenis, yaitu
validitas konstrak, validitas isi dan validitas eksternal.
Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas konstrak, yaitu validitas
yang menunjukkan sejauh mana item-item tes mengukur konstrak teoritik yang
hendak diukur. Uji validitas konstrak dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor
tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor total. Syarat yang
harus dipenuhi agar aitem dapat dinyatakan memuaskan menurut Azwar (2010)
adalah memiliki koefisien minimal 0,30, dengan begitu jika terdapat aitem yang
bernilai kurang dari 0,30 maka aitem tersebut dianggap tidak memuaskan, tidak akan
dibetulkan atau tidak akan diteliti lebih lanjut. Aitem yang valid ditentukan dari skor
correction item total correlation yang lebih besar dari 0,30. Pengujian terhadap hasil
tes dilakukan dengan analisis aitem dengan menggunakan alat bantu program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 16.00 for windows. Berikut hasil
pengujian validitas instrument.
Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Alat ukur validitas Jumlah item
Diujikan
Jumlah Item
Valid
Indeks
Skala caregiver strain 19 19 0.322 - 0.869
Skala subjective well being 24 21 0.373 - 0.769
Berdasarkan tabel 1, diperoleh hasil sebanyak 19 item valid dari skala caregiver
strain yang diujikan. Indeks validitas dari skala caregiver strain berkisar antara 0.322
- 0.869, sedangkan dari 24 item skala subjective well being yang diujikan, terdapat 21
item valid setelah diujikan melalui uji statistik menggunakan program SPSS. Indeks
validitas dari skala subjective well being berkisar antara 0.373 - 0.769
Reliabilitas Instrumen
Arikunto (2006) menjelaskan reliabilitas sebagai suatu instrumen yang cukup
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
dapat dikatakan sudah baik. Dalam penelitian ini, reliabilitas yang digunakan adalah
teknik Alpha Cronbach. Hasil uji reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas
yang angkanya berada dalam rentang 0 hingga 1,00. Jadi semakin tinggi koefisien
reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya,
sebaliknya jika koefisien yang semakin rendah mendekati 0 berarti reliabilitasnya
juga semakin rendah (Azwar, 2010). Perhitungan akan dilakukan dengan
menggunakan bantuan dari program SPSS (Statistical Product and Service Solution)
versi 16.00 for windows.
Sebuah skala dapat dikatakan reliabel apabila koefisien (rxx) tersebut bernilai ≥ 0,80.
Wibowo (2012) mengelompokkan skala Aplha Cronbach dengan interpretasi sebagai
berikut :
12
a. Nilai Aplha Cronbach > 0,20 berarti reliabel sangat rendah.
b. Nilai Aplha Cronbach 0,20 – 0,399 berarti reliabel rendah.
c. Nilai Aplha Cronbach 0,40 – 0,599 berarti reliabel cukup.
d. Nilai Aplha Cronbach 0,60 – 0,799 berarti reliabel tinggi.
e. Nilai Aplha Cronbach 0,80 – 1,00 berarti reliabel sangat tinggi
Tabel 2. Indeks Reliabitas Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur Nilai Reliabilitas
(Cronbach’s Alpha) Keterangan
Skala caregiver strain 0,928 Reliabel
Skala subjective well being 0,913 Reliabel
Hasi uji reliabilitas pada skala caregiver strain yang telah disebar memiliki nilai
reliabilitas sebesar 0,928, sedangkan skala subjective well being memiliki nilai
reliabilitas sebesar 0,913. Menurut Wibowo (2012), apabila nilai Alpha Cronbach
berada dalam rentang 0,80 – 1,00 maka reliabilitas skala tersebut tergolong sanggat
tinggi. Jadi sesuai dengan kriteria tersebut maka skala caregiver strain dan subjective
well being tergolong dalam kriteria sangat reliabel.
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan
analisa. Tahap persiapan terdiri dari mempersiapkan instrumen berupa skala yaitu
skala caregiver strain dan skala subjective well being. Setelah kedua skala siap untuk
digunakan, kemudian peneliti melakukan try out (uji coba) pada 24 guru pembimbing
khusus di sekolah inklusi di wilayah Malang, Jawa Timur. Berdasarkan hasil yang
telah didapatkan dari uji coba, peneliti melakukan beberapa perbaikan pada aitem
skala caregiver strain juga skala subjective well being. Perbaikan ini dimaksudkan
agar penelitian pada tahap selanjutnya dapat mengungkap hasil yang sebenarnya, dan
mendapat hasil terbaik dari penelitian terhadap guru pembimbing khusus. Penelitian
dilakukan mulai tanggal 18 September – 29 Desember 2015. Analisis terhadap data
hasil penelitian akan dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Pada
penelitian ini analisis data yang akan digunakan adalah analisis assosiatif (hubungan)
yang bertujuan untuk mengatahui hubungan variabel bebas dengan varibel terikat.
Analisis akan dilakukan dengan menggunakan product moment dengan bantuan
program SPSS versi 16.00 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari 50 orang guru pembimbing khusus,
sebanyak 37 subjek berjenis kelamin perempuan, dan 13 subjek berjenis kelamin
laki-laki. Hasil penelitian menunjukan adanya variasi sampel yang meliputi usia, jenis
kelamin, dan lamanya bekerja sebagai guru pembimbing khusus (GPK).
Tabel 3. Deskripsi Subjek
Kategori Prosentase
13
Usia
18 – 28 tahun 30 orang (60%)
29 – 39 tahun 14 orang (28%)
40 – 50 tahun 6 orang (12%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 orang (26%)
Perempuan 37 orang (74%)
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa subjek penelitian sebanyak 50 orang guru
pembimbing khusus yang terdiri dari 13 subjek laki-laki (26%) dan 37 subjek
perempuan (74%). Sedangkan usia guru pembimbing khusus dibagi dalam 3 rentang
usia. Rentang usia 18 – 28 tahun terdiri dari 30 orang (60%), 29 – 39 tahun terdiri
dari 14 orang (28%) dan usia 40 – 50 tahun terdiri dari 6 orang (12%).
Tabel 4. Perhitungan T-Score Skala Caregiver Strain
Kategori Interval Frekuensi Prosentase
Tinggi T-skor > 50 14 28%
Rendah T-skor < 50 36 72%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa subjek yang memiliki caregiver strain
rendah lebih banyak dari pada subjek yang memiliki caregiver strain tinggi. Hal
tersebut dikarenakan terdapat 14 subjek yang memiliki caregiver strain tinggi atau
setara dengan 28% dari total subjek, sedangkan subjek yang termasuk dalam
caregiver strain rendah berjumlah 36 atau setara dengan 72% dari total subjek.
Tabel 5. Perhitungan T-Score Skala Subjective Well Being
Kategori Interval Frekuensi Prosentase
Tinggi T-skor > 50 49 98%
Rendah T-skor < 50 1 2%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki subjective well
being tinggi lebih banyak dari subjek yang memiliki subjective well being rendah.
Hal tersebut dikarenakan terdapat 49 subjek yang memiliki subjective well being
tinggi atau setara dengan 98% dari total subjek, sedangkan subjek yang termasuk
dalam subjective well being rendah berjumlah 1 atau setara dengan 2% dari total
subjek.
Tabel 6. Korelasi Caregiver Strain Dengan Subjective Well Being
Koefisien Korelasi (r) Indeks Analisis
Koefisien korelasi (r) -0.30
Koefisien determinasi (r2) 0.091
14
Taraf kemungkinan kesalahan 5% (0.05)
P (nilai siginifikan) 0.03
Berdasarkan penghitungan koefisien korelasi dengan SPSS, diperoleh angka korelasi
(r) -0,302 yang menunjukkan arah hubungan yang negatif antara kedua variabel. Nilai
signifikansi 0.03 yang ditunjukkan pada tabel 3 lebih kecil dari taraf signifikansi yang
digunakan, yaitu 0.05 (0.033 < 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan negatif yang sangat signifikan antara caregiver strain dan subjective well
being pada guru pembimbing khusus. Hal ini menunjukkan semakin tinggi caregiver
strain maka semakin rendah subjective well being pada guru pembimbing khusus,
atau semakin rendah caregiver strain maka semakin tinggi subjective well being pada
guru pembimbing khusus. Demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian
diterima.
DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat dijelaskan bahwa caregiver strain memiliki
hubungan negatif dengan subjective well being pada guru pembimbing khusus.
Penelitian ini memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 0.091, yang mengartikan
bahwa caregiver strain menjadi faktor yang cukup penting untuk mempengaruhi
subjective well being pada guru pembimbng khusus yang bersangkutan. Faktor
caregiver strain memberikan sumbangan efektif sebesar 9,1% untuk menurunkan
subjective well being pada guru pembimbing khusus, sedangkan sisanya sebesar
90,9% dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diungkap dalam penelitian ini,
namun Diener, dkk (2005) menyatakan bahwa faktor kepribadian dan faktor
demografis memiliki hubungan dengan subjective well being, sedangkan yang
dimaksud dengan faktor demografis meliputi usia, jenis kelamin, dan pendapatan.
Peneliti belum menemukan penelitian yang spesifik mengenai hubungan caregiver
strain dengan subjective well being pada guru pembimbing khusus, namun terdapat
tiga penelitian yang mendukung hasil penelitian ini. Pertama, penelitian yang telah
dilakukan oleh Abbeduto, dkk (2004) pada ibu dari anak dengan autism spectrum
disorder di Amerika yang menunjukkan bahwa ibu mengalami tingkat kecemasan,
stress, depresi tinggi yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan dan perilaku
maladaptif anak. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Shaffer (2012) pada ibu dari
anak dengan autism spectrum disorders yang juga menunjukkan adanya level stress
dan depresi yang tinggi serta penurunan kondisi fisik dan psikologis yang disebabkan
oleh sulitnya menghadapi perilaku anak, serta rendahnya penerimaan perilaku
stereotip anak oleh lingkungan sekitar. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Putri
(2013) pada ibu dari anak dengan autism spectrum disorders, yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan
psychological well being pada ibu sebagai caregiver dari anak dengan autism
spectrum disorders. Sejalan dengan ketiga penelitian tersebut, hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa kegiatan perawatan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah
dapat menimbulkan strain dan menurunkan subjective well being pada guru
pembimbing khusus.
15
Faktor penentu keberhasilan pendidikan inklusif yang terpenting adalah adanya
tenaga pendidik atau guru yang professional dalam bidangnya masing-masing,
sehingga mereka dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal,
untuk membina dan mengayomi anak berkebutuhan khusus. Dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif didalamnya terdapat tenaga pendidik meliputi guru kelas, guru
mata pelajaran dan guru pembimbing khusus, dan salah satu aspek penting ketika
sebuah sekolah akan dikembangkan menjadi sekolah model inklusif adalah
tersedianya guru pembimbing khusus sebagai pendamping di sekolah tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Malak (2013) menghasilkan salah satu cara terbaik
untuk menghasilkan guru yang berkualitas, yakni guru harus memperkaya
pengetahuan, sikap, pengalaman dan keterampilan dalam pendidikan inklusif dengan
mengefektifkan program pendidikan guru ketika mereka selama di universitas,
dengan begitu pengalaman belajar ketika selama di universitas memiliki pengaruh
besar bagi guru pembimbing khusus terhadap anak berkebutuhan khusus. Perilaku
guru di kelas menentukan bagaimana siswa akan belajar, sehingga guru yang tidak
memiliki pengalaman dalam mengajar anak berkebutuhan khusus akan mengalami
frustasi dan stress yang mengakibatkan guru tidak bisa mengajar dengan baik.
Sejalan dengan penelitian tersebut, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa aspek
yang mendominasi terjadinya caregiver strain adalah aspek emosional, dimana aspek
emosional merupakan perasaan kelelahan dan kekhawatiran mengenai bagaimana cara
untuk menghadapi masalah yang muncul, sedangkan penyebab terjadinya emotional
strain adalah kelelahan, beban kerja yang terlalu banyak dan kekhawatiran akan masa
depan orang yang mereka rawat. Berdasarkan keterangan pada tabel 4, diketahui
bahwa subjek yang memiliki caregiver strain rendah lebih banyak dari pada subjek
yang memiliki caregiver strain tinggi. Hal tersebut dikarenakan terdapat 14 subjek
yang memiliki caregiver strain tinggi atau setara dengan 28% dari total subjek,
sedangkan subjek yang termasuk dalam caregiver strain rendah berjumlah 36 atau
setara dengan 72% dari total subjek. Guru Pembimbing Khusus menyadari bahwa
mendidik kelas inklusi merupakan tanggung jawab yang tidak mudah, dan salah satu
yang harus dipersiapkan dalam menghadapi kelas inklusi adalah fisik yang kuat,
karena diperlukan banyak tenaga untuk menghadapinya. Keadaan ini menurut mereka
cukup menguras tenaga sehingga membuat mereka merasa kelelahan.
Menurut Duxbury (2009), kelelahan fisik, tekanan secara emosional, kurangnya
waktu untuk beristirahat cenderung dapat menyebabkan caregiver strain. Strain yang
dialami oleh guru pembimbing khusus tidak hanya berasal dari karaketristik anak
didik melainkan juga dapat berasal dari karakteristik guru pembimbing khusus itu
sendiri dan juga lingkungan sekitar. Strain yang dimiliki guru pembimbing khusus
dapat menjadi penghambat dalam pelaksanaan proses caregiving. Wu (2010)
menambahkan bahwa strain yang tidak dapat diatasi dapat mempengaruhi
aspek-aspek lain dalam kehidupan caregiver termasuk mempengaruhi kondisi
subjective well being caregiver. Situasi yang dialami oleh guru pembimbing khusus
ini juga memberikan pengaruh pada kondisi kesehatan fisik dan psikologisnya.
Subjective well being pada caregiver dapat diartikan sebagai keseimbangan antara
afek positif, negatif dan evaluasi kognitif individu terhadap kehidupannya secara
16
keseluruhan. Dalam konsep ini individu yang memiliki subjective well being yang
tinggi adalah mereka yang merasakan afek positif yang lebih sering, dan merasakan
kepuasan terhadap kehidupannya secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil penelitian, aspek yang mendominasi subjective well being pada
penelitian ini adalah kepuasan hidup, yang merupakan komponen kognitif dalam
subjective well-being. Kepuasan hidup mengacu pada penilaian global tentang kualitas
hidup dan dapat menilai kondisi hidupnya. Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa
subjek yang memiliki subjective well being tinggi lebih banyak dari subjek yang
memiliki subjective well being rendah. Hal tersebut dikarenakan terdapat 49 subjek
yang memiliki subjective well being tinggi atau setara dengan 98% dari total subjek,
sedangkan subjek yang termasuk dalam subjective well being rendah berjumlah 1
atau setara dengan 2% dari total subjek. Guru pembimbing khusus mengaku lebih
merasa bersyukur dengan apa yang sudah mereka dapatkan dan tidak ingin
menukarnya dengan kehidupan orang lain, karena walaupun mereka merasa lelah
dalam mendidik anak berkebutuhan khusus selama di sekolah, namun mereka berusaha
mencari hikmah dari semua aktifitas dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Woo
(2009), keadaan tersebut bisa saja terjadi karena setiap orang menerima situasi secara
berbeda. Mereka dikondisikan oleh pendidikan yang berbeda serta pengalaman hidup
yang berbeda yang dibentuk oleh budaya. Oleh karena itu latar belakang budaya
seseorang memainkan peran yang sangat penting dalam mempertajam sikap dan
perilakunya.
Schimack (2002) berpendapat bahwa kepuasan individu terhadap kehidupannya
merupakan hasil evaluasi individu terhadap kehidupannya secara umum dan khusus.
Aspek afektif memiliki pengaruh yang besar terhadap proses kognitif yang terjadi,
sedangkan afek afektif sendiri sangat dipengaruhi oleh situasi dan lingkungan dimana
individu berada. Menurut Smith (1983) dalam konteks lingkungan kerja, keberadaan
lingkungan kerja yang positif terlihat dengan adanya dukungan yang berasal baik dari
rekan kerja, anak didik, ketersediaan dukungan emosional, pemberian identitas sosial
dan peningkatan kepuasan kerja serta komitmen organisasi.
Subjective well being yang didapatkan oleh guru pembimbing khusus ketika berada
dalam sekolah merupakan tolak ukur sejauh mana mereka berhasil atau gagal dalam
mengelola dan menyikapi strain yang sedang mereka alami. Hal ini dikarenakan guru
pembimbing khusus memiliki tugas untuk membantu individu dengan anak
berkebutuhan khusus menjalankan kegiatan sehari-hari selama di sekolah. Schoeder
& Remer (2007) mengatakan bahwa selama membantu melakukan kegiatan
sehari-hari, caregivers berhadapan dengan kebiasaan interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku stereotip yang muncul. Kebiasaan pada interaksi sosial dan komunikasi
membuat caregivers mengalami kesulitan memahami apa yang diinginkan anak,
seperti tidak mampu memahami apa yang dikatakan oleh caregivers. Keadaan ini
terkadang membuat mereka merasa kesal karena anak tidak dapat mengerti.
Perkembangan kemampuan individu dapat bervariasi dari yang cepat hingga sangat
lambat (Howlin, 1998). Guru pembimbing khusus harus bersabar dalam
mendampingi, memberikan dukungan pada anak didik, serta menghargai sekecil
apapun perkembangan kemampuan anak didik yang ditunjukkan. Guru pembimbing
17
khusus juga harus menyediakan waktu lebih banyak untuk merawat mereka selama di
sekolah. Hal tersebut terkadang cukup menyita waktu Guru pembimbing khusus
untuk melakukan aktifitasnya yang lain. Di sisi lain, guru pembimbing khusus
dituntut untuk dapat mengontrol emosi dan mencari cara untuk dapat memahami
kondisi anak. Selain membantu menjalankan kegiatan sehari-hari selama di sekolah
dan menghadapi berbagai kemungkinan yang dimiliki anak, guru pembimbing khusus
juga bertugas untuk menyediakan penanganan seperti tempat terapi yang sesuai
dengan kebutuhan anak (Howlin, 1998). Sementara penelitian lain yang telah
dilakukan oleh Serrata (2012) mengatakan bahwa perawatan anak berkebutuhan
khusus yang cukup banyak pada akhirnya akan dapat menimbulkan stress.
Kepemilikian subjective well being pada guru pembimbing khusus nyatanya menjadi
faktor yang cukup penting karena secara tidak langsung, mereka menjadi orang
terdekat yang melakukan interaksi atau komunikasi yang cukup sering dengan anak
berkebutuhan khusus. Kondisi subjective well being yang baik menjadi penting untuk
dimiliki oleh caregiver karena subjective well being yang baik dapat menjadi faktor
protektif terhadap berbagai macam psychological distress yang dapat dialami oleh
individu dan dapat membantu meningkatkan daya juang individu setelah mengalami
kesulitan atau kejadian tertentu (Linley, 2004). Hal tersebut dapat mendukung Guru
Pembimbing Khusus sebagai caregiver dari anak berkebutuhan khusus untuk
menjalankan kegiatan perawatan sehari-hari dan membuat keputusan mengenai
penanganan yang dibutuhkan.
Di sisi lain, terdapat beberapa alternatif untuk dapat meningkatkan subjective well
being seseorang. Secara singkat, psikologi positif mengungkapkan bahwa individu
dapat memperoleh SWB dengan meningkatkan emosi positif dan melakukan kegiatan
positif yang mengerahkan kekuatan-kekuatan diri dalam area-area utama kehidupan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Seligman (2002), yang mengungkapkan bahwa
SWB seseorang dapat bertambah dengan meningkatnya emosi dan kegiatan positif,
serta melatih kekuatan karakter yang sesuai dengan diri individu. Dengan demikian
penerapan kekuatan individu dalam hidup merupakan jalan untuk mencapai
kebahagiaan.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dari 50 orang guru pembimbing khusus dalam sekolah
inklusi yang berpartisipasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara caregiver strain dengan subjective well being. Hal ini sesuai dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara caregiver strain
dengan subjective well being. Hal tersebut diperkuat dengan nilai korelasi sebesar
-0.30 dengan nilai signifikasi 0.03.
Implikasi dan penelitian ini yaitu, bagi sekolah inklusi untuk dapat memfasilitasi dan
memberikan kesempatan kepada tenaga pengajar untuk mengkaji pembinaan profesi
secara rutin, namun materi yang dikaji lebih diarahkan pada pengenalan terhadap
anak berkebutuhan khusus, menyusun rencana aktifitas pembelajaran kolaboratif
serta mengembangkan pembelajaran dalam setting pendidikan inklusif. Selain itu,
18
perlunya kerjasama antara pihak sekolah dengan guru pembimbing khusus juga harus
menjadi perhatian, karena tidak jarang terjadi misunderstanding antara pihak sekolah
inklusi mengenai peran dari guru pembimbing khusus di sekolahnya. Tanggung jawab
terhadap anak berkebutuhan khusus dikelas tidak serta merta dipegang sepenuhnya
kepada guru pembimbing khusus, melainkan antara guru kelas dan guru pembimbing
khusus harus saling bekerjasama dalam melayani anak berkebutuhan khusus, mulai
dari mengidentifikasi anak, mengasesmen anak, sampai pada menyusun program
pembelajaran individual. Bagi guru pembimbing khusus, diharapkan untuk dapat
lebih memahami keadaan anak didik. Diharapkan guru pembimbing khusus dapat
melakukan proses penilaian secara berkelanjutan atau terus menerus, tidak hanya
didasarkan pada standar pendidikan pada umumnya, sehingga guru pembimbing
khusus dapat mengadaptasi perencanaan dan pengajaran selanjutnya menurut
kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan begitu, akan memudahkan
kinerja guru pembimbing khusus dalam memberikan perawatan terhadap anak
berkebutuhan khusus dan secara tidak langsung dapat meningkatkan subjective well
being pada guru pembimbing khusus yang bersangkutan. Bagi peneliti selanjutnya
yang tertarik dengan tema yang sama, peneliti sangat menyadari bahwa penelitian ini
masih ada sisi kekurangan dan kelemahan baik dilihat dari aspek metodologis
maupun analisis. Kekurangan dan kelemahan dirasakan peneliti setelah adanya
masukan dari berbagai pihak baik dalam kritik maupun saran, hal ini yang
mendorong peneliti untuk berharap kepada peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan penelitian yang sudah peneliti lakukan dengan melakukan
pengembangan permasalahan atau variabel-variabel yang dirasakan perlu untuk
diteliti, sehingga menghasilkan simpulan yang memiliki akurasi dan validitas yang
lebih baik serta menghasilkan temuan baru yang bermanfaat bagi pengembangan
pendidikan inklusif
19
REFERENSI
Abbeduto, L., Seltzer, M. M., Shattuck, P., dkk (2004). Psychological well being and
coping in mothers of youths with autism, down syndrome, or fragile x syndrome.
American journal on mental retardation. 109, 3, 237-254
Alliance, F. C. (2012). Fact sheet : Selected caregiver statistics. (online)
http://www.caregiver.org. diakses pada 14 Novermber 2014
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian ( Susunan Pendekatan Praktek ) Revisi VI.
Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar. S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Compton, W.C. (2005). Introduction to Positive Psychology. New York : Thomson
Wodsworth. (online). http://www.mheducation.co.uk. diakses pada 23 November
2014
Cramm, J. M. and A. P. Nieboer. (2011). Psychological well-being of caregivers of
children with intellectual disabilities : Using parental stress as a mediating factor.
Journal of Intellectual Disabilities. 15(2) 101–113. (online).
http://www.researchgate.net. diakses pada 23 November 2014
Diener, ED., Scollon, CN., Oishi, S., Dzukoto, V., dan Suh, M. (1997). Recent
Findings on Subjective Well-Being. Indian Journal of Clinical Psychology. 1.
159-76. (online). http://siteresources.worldbank.org. diakses pada 14 Januari
2015
Diener, E. dkk. (1999). Subjective Well Being : Three Decades of Progress.
Psychological Bulletin, 2: 276-302. (online). http://doi.apa.org. diakses pada 23
November 2014
Duxbury, L., Higgins, C. & Schroeder. B. (2009). Balancing paid work and
caregiving responsibilities : A closer look at family caregiver in Canada. (online)
http://www.cprn.org, diakses pada 12 Januari 2015
Given, B., Given, C.W., & Sherwood, P. R. (2008). What knowledge and skills do
caregivers need. American journal of nursing, 108, (9), 28-34.
Ha, J., Hong, J., Seltzer, M. M., dkk. (2008). Age and gender differences in the
well-being of midlife and aging parents with children with mental health or
developmental problems : Report of a national study. Journal of health and social
behavior, 49 (3), 301-316. (online). http://www.ncbi.nlm.nih.gov. diakses pada 14
Januari 2015
Hoyert, D. L. & Seltzer, M. M. (1992). Factor related to the well-being and life
activities of family caregivers. Family relations, 41(1), 78-81 Linley, P.A &
Joseph S. 2004. Positive Psychology in Practice. New Jersey: John Wiley & Sons.
Inc. (online). http://www.waisman.wisc.edu. diakses pada 23 November 2014
20
Howlin, P. (1998). Children with autism and asperger syndrome : A guide for
practitioners and carers. West Sussex : John Wiley & Sons
Kahneman, D and Krueger, A.B (2006). Developments in the Measurement
of Subjective Well-Being. Journal of Economic Perspectives. 20(1), 3–24.
(online). http://international.ucla.edu. diakses pada 14 November 2014
Kashdan, T.B (2004). The assessment of subjective well-being (issues raised by the
Oxford Happiness Questionnaire). University at Bu.alo, Department
of Psychology, State University of New York : Park Hill. (online).
http://mason.gmu.edu. diakses pada 24 November 2014
Linley, P.A & Joseph S. (2004). Positive Psychology in Practice. New Jersey: John
Wiley & Sons. Inc. (online). http://www.imd.inder.cu. diakses pada 14 Januari
2015
Liu, J. (2013). Caregiver Strain Among Chinese Adult Children of Oldest Old Parents.
Dissertation. University of Lowa : Lowa Research Online. (online).
http://ir.uiowa.edu/etd/2568 diakses pada 11 Desember 2015
Malak, M. (2013). Inclusive education reform in Bangladesh: pre-service teacher’s
responses to include students with special educational needs in regular
classrooms. International Journal of Instruction. 6 (1), 210-211.
Newton, N. G. L., Janelle C. J. (2014). What does teachers' perception have to do with
inclusive education : A bahamian context. International journal of special
education. 29(1).
Putri, G. K. R. (2013). Hubungan antara caregiver strain dan psychological well-being
pada ibu sebagai caregiver dari anak dengan autism spectrum disorders. Skripsi.
Depok : Universitas Indonesia
Shaffer, C. M (2012). Dissertation : Parenting stress in mothers of preschool children
recently diagnosed with autism spectrum disorder. New Jersey : The state
university of New Jersey
Seligman, M.E.P. (2002). Autenthic Happiness. Bandung : Mizan Media Utama
Serrata, C. S. (2012). Psychosocial aspects of parenting a child with autism. Journal
of applied rehabilitation counseling. 43, 4, 29-35
Schimmack, U., Oishi, S., Diener, E. (2002). Cultural influences on the relation
between pleasant emotions and unpleasant emotions : Asian dialectic
philosophies or individualism-collectivism?. Cognition and Emotion Volume 16
p705-719. Psychology Press. http://www.tandf.co.uk/journals /pp/02699931.html
Schoeder, C.E. & Remer, R. (2007). Perceived Social Support and Caregiver Strain in
Caregivers of Children with Tourette's Disorder. Journal of Child and Family
Study, 16, 888-901.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
21
Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta : Penerbit
ANDI
Smith, C. A., Dennis, W. O., Janet, P. N. (1983). Organizational Citizenship Behavior:
Its nature and antecedent. Indiana University : School of Business
Thornton, M. & Travis, S. S. (2003). Analysis of reliability of the modified caregiver
strain index. Journal of gerontology, 58B, 2, 127-132
Walker, J. (2007). Teens in Distress Series Adolescent Stress and Depression,
Minnesota University. (online) http://www.extension.umn.edu di akses pada 26
April 2015
Wibowo, A. E. (2012). Aplikasi praktis SPSS dalam penelitian. Yogyakarta : Gaya
Media
Winarsih, Tri. (2006). Subjective Well-Being pada Wanita Menopause. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi
Woo, B. (2009). Cultural effects on Work Attitudes & Behavior: The case of American
and Korean fitness employees. Desertation The Ohio State University
Wu, K. K., Cho, V. W., Li, A., dkk. (2010). Development of a psychological well-being
for family caregivers in palliative care. East asian arch psychiatry. 20, 3, 109-115
22
LAMPIRAN
1
23
Blue Print Skala (Try Out)
a. Skala Caregiver Strain
No Aspek Favorable Unfavorable Total
1. Physical Strain 5,6,13,14,21,22,29,
30
3,4,11,12,19,20 14
2. Emotional Strain 1,2,9,10,17,18,25,2
6
7,8,15,16,23,24,2
7,28 16
Total 16 14 30
b. Skala Subjective Well Being
No Aspek Favorable Unfavorable Total
1. Afek Positif 5,6,17,18,23,24,29,
30
8
2. Afek Negatif 9,10,19,20,25,26,31
,32
8
3. Kepuasan hidup 1,2,13,14,21,22,27,
28
3,4,7,8,11,12,15,1
6 16
Total 24 8 32
24
LAMPIRAN
2
25
Instrumen Penelitian : Kuesioner Try Out
Identitas Responden
Nama (inisial) :
Tempat, tanggal lahir :
Usia :
Jenis Kelamin : P / L*
* = coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian
Dengan hormat,
Di tengah kesibukan Saudara saat ini, perkenankanlah saya memohon bantuan
Saudara untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi skala yang saya lampirkan.
Hal-hal yang perlu saya jelaskan dalam skala ini adalah sebagai berikut :
1. Bahwa skala ini saya buat murni untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah,
maka saya mengharapkan kejujuran Saudara dalam mengisinya
2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga Saudara tidak perlu ragu-ragu
untuk menentukan pilihan jawaban
3. Semua jawaban yang Saudara berikan kami jamin kerahasiaannya
4. Kami mohon jangan sampai ada satu nomorpun yang terlewati jawabannya
Bacalah baik-baik setiap pernyataan berikut dan pilihlah salah satu alternatif
jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Saudara dengan memberi tanda check list
(√) pada salah satu jawaban yang sudah tersedia, yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Atas kesediaan dan bantuan Saudara untuk mengisi skala ini, saya ucapkan terima
kasih
Peneliti
26
SKALA X
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya tidak tahu bagaimana rasanya hidup tentram,
karena kegiatan ini membuat saya gelisah.
2
Saya merasa kelelahan sehingga mudah sekali
menganggap takdir yang diterima oleh siswa
berkebutuhan khusus tidak adil
3
Saya tidak membutuhkan banyak tenaga ketika
mendidik siswa inklusi karena saya memiliki
metode yang efektif bagi mereka
4 Saya tidak merasa lelah walaupun harus seharian
membimbing siswa inklusi
5
Membimbing siswa inklusi cukup menguras
tenaga saya sehingga membuat saya mudah
merasa lelah
6 Saya merasa bahwa tugas sebagai guru
pembimbing khusus menguras banyak tenaga
7
Saya terbiasa berterima kasih dalam hati/lisan,
karena takjub dengan kebesaran Tuhan atas
perbedaan pada anak-anak didik saya
8
Saya menerima tanggung jawab sebagai guru
pembimbing khusus dengan rasa percaya diri
yang tinggi
9 Saya merasa tidak nyaman berada dalam kelas
inklusi
10 Saya mudah mengeluh jika membimbing kelas
inklusi
11
Ketika kelas inklusi belum menunjukkan
perkembangan yang signifikan, saya semakin
bekerja keras untuk memberikan bimbingan
khusus pada mereka
12 Saya bekerja keras demi hasil terbaik, walaupun
harus mengorbankan banyak waktu
13
Salah satu yang harus dipersiapkan dalam
menghadapi kelas inklusi adalah fisik yang kuat,
karena diperlukan banyak tenaga untuk
menghadapinya.
14 Saya merasa mudah lelah jika kelas inklusi
membuat kegaduhan
15 Saya yakin bisa menjalankan tugas saya sebagai
guru pembimbing khusus dengan baik
16 Mendidik kelas inklusi merupakan tanggung
jawab yang cukup mudah bagi saya
17 Saya mengajar kelas inklusi dengan setengah hati
karena mudah bosan dan tidak menikmatinya.
18 Saya merasa putus asa ketika tidak bisa
27
menemukan metode pembelajaran yang tepat
untuk mengembangkan kemampuan dan potensi
kelas inklusi
19 Saya tidak merasa letih dan lesu ketika
berinteraksi dengan kelas inklusi
20
Saya rela kehilangan sedikit waktu istirahat saya
demi mempersiapkan kebutuhan bagi kelas
inklusi
21
Saya menghabiskan lebih banyak waktu di
sekolah bersama dengan siswa inklusi daripada
dirumah sehingga saya secara fisik menjadi
mudah lelah
22
Mempersiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan
kelas inklusi membuat waktu tidur saya menjadi
berkurang
23 Saya senang bisa beraktifitas dengan kelas
inklusi, bebas tanpa beban
24 Saya bersemangat ketika harus berinteraksi
dengan kelas inklusi
25
Saya tidak mengerti apa yang ada di balik
kehidupan ini, mengapa Tuhan mentakdirkan saya
sebagai guru pembimbing khusus.
26
Dengan menjadi guru pembimbing khusus, beban
kerja saya semakin berat yang membuat saya
merasa khawatir tidak mampu melakukan tugas
dan kewajiban saya dengan baik
27 Waktu yang saya miliki, akan sepenuhnya saya
dedikasikan untuk mendidik kelas inklusi
28 Saya tidak merasa lelah ketika harus mendidik
kelas inklusi
29 Berkurangnya waktu istirahat saya membuat
pekerjaan saya terbengkalai
30 Saya menjadi sering mengantuk dalam kelas
karena kurangnya waktu tidur
28
SKALA Y
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya bersyukur dengan kehidupan saya dan tidak
ingin menukarnya dengan kehidupan orang lain
2 Saya menemukan pelajaran berharga dari banyak
aktifitas dan peristiwa khidupan
3 Saya ingin menukar hidup saya dengan hidup
orang lain yang lebih menyenangkan
4 Kehidupan saya berisi aktifitas yang monoton dan
membosankan
5 Saat bangun di pagi hari, saya tidak sabar
memulai hari dan melakukan aktifitas
6
Rutinitas yang saya lakukan membuat saya
bersemangat dan ingin menambah pengalaman
baru
7 Saya merasa tidak beruntung dan iri, karena orang
lain diberi lebih banyak reeki oleh Tuhan
8 Saya rasa apa yang sudah saya lakukan tidak
sebanding dengan apa yang saya dapatkan
9 Kehidupan ini terasa mengecewakan, karena jauh
dari kehidupan yang saya impikan
10 Saya jarang semangat menjalani hari-hari karena
kecewa dengan keadaan hidup saat ini.
11 Saya merasa beban kerja saya sangat berat
12 Status pekerjaan yang saya dapatkan saat ini tidak
sesuai dengan apa yang saya inginkan
13 Dalam banyak hal, hidup saya mendekati
kehidupan ideal yang saya inginkan
14 Hidup ini indah, dengan cerita sedih dan bahagia,
saya berusaha mencari hikmah positif
15 Saya memahami bahwa hidup ini sulit untuk
dijalani
16 Saya iri ketika membandingkan hidup saya
dengan hidup orang lain.
17 Saya jarang menganggur, karena selalu aktif dan
semangat ingin melakukan kegiatan
18 Setiap hari saya bersemangat menjalani hari
karena bahagia dengan kehidupan ini.
19
Dalam sehari, ada saja yang membuat saya
terancam dan terbebani, hingga saya mudah tahut
dan cemas
20 Saya sedih dan kecewa karena hal-hal yang terjadi
dalam hidup ini
21 Saya menerima apapun yang Tuhan berikan untuk
saya
22 Saya bersyukur dengan materi dan status
29
pekerjaan, termasuk tempat tinggal yang membuat
saya nyaman
23 Karena bangga menjadi diri sendiri, saya merasa
dilimpahi kasih sayang Tuhan
24 Hal kecil pun bisa membuat saya gembira, karena
hal tersebut adalah anugerah dari Tuhan
25 Saya tidak tahu bagaimana merasa tentram,
karena hidup ini membuat saya gelisah
26 Dalam satu hari, ada saja sesuatu yang membuat
saya gelisah atau jengkel
27
Saya merasakan anugerah yang besar karena
keluarga dan lingkungan tempat tinggal saya
mendukung apa yang saya lakukan
28
Hidup ini indah dengan hal yang terjadi
didalamnya, itu prinsip yang membuat saya
tenang dan tentram
29
Saya senang bisa beraktifitas bebas tanpa beban,
tetapi tetap bertanggung jawab sebagai pribadi
yang mandiri
30
Saya menunjukkan kepedulian dan saling
perhatian dengan orang-orang terdekat setiap
harinya.
31 Karena merasa rendah diri, saya sedih dan merasa
tidak beruntung
32 Saya mudah emosi dan bermusuhan dengan orang
lain karena hal sepele.
30
LAMPIRAN
3
31
TABULASI DATA TRY OUT
SKALA SUBJECTIVE WELL BEING
NOIDENTITAS
SUBJEK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah
1 UP 4 4 4 4 2 4 4 4 3 2 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 116
2 JK 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 2 3 1 3 2 3 2 4 3 3 87
3 RM 2 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 2 3 1 2 2 2 3 3 3 2 73
4 ASF 2 3 3 3 1 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 84
5 AB 3 2 3 3 1 3 3 3 1 2 3 3 3 3 1 3 2 3 2 1 3 3 2 3 2 1 2 2 2 3 3 3 77
6 MS 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 1 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 4 2 3 2 4 3 2 88
7 FR 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 86
8 MK 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 2 3 4 4 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 95
9 MG 2 3 2 3 2 2 2 3 1 1 3 3 3 3 4 3 3 4 2 1 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 83
10 MM 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 88
11 M 2 4 4 4 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 90
12 SP 3 3 4 4 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 2 3 3 1 1 2 3 4 3 3 3 84
13 FK 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 73
14 IEBE 3 4 3 4 2 3 4 3 2 2 3 4 3 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 99
15 KH 2 3 2 3 3 2 3 4 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 1 2 3 3 3 3 3 80
16 G 2 2 2 3 4 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 2 2 3 1 1 2 3 2 3 3 2 78
17 NQ 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 3 3 3 3 4 3 3 3 1 1 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 2 78
18 MAI 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 83
19 NM 2 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 4 3 2 1 2 3 3 4 4 2 85
20 AZ 2 3 3 3 3 3 2 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 84
21 ZF 2 3 2 2 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 4 3 3 3 1 1 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 82
22 MBT 2 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 2 2 3 4 3 4 4 3 95
23 HM 2 3 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 86
24 JW 3 3 3 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 2 2 3 4 3 4 4 3 97
32
TABULASI DATA TRY OUT
SKALA CAREGIVER STRAIN
NOIDENTITAS
SUBJEK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
1 UP 3 2 3 3 4 4 2 3 2 3 2 2 4 3 2 4 2 3 3 2 3 3 2 2 3 4 2 3 3 3 84
2 JK 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 4 2 1 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 46
3 RM 1 1 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 3 2 2 3 2 3 2 3 3 68
4 ASF 4 2 2 2 4 3 2 1 2 2 1 2 4 3 2 3 1 1 3 2 2 2 2 1 1 3 1 4 2 2 66
5 AB 2 3 1 3 3 3 1 1 2 2 2 1 2 3 1 3 1 3 1 2 3 2 2 1 4 3 3 1 4 3 66
6 MS 2 2 1 2 3 2 1 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 59
7 FR 2 2 1 3 2 2 2 1 1 2 1 2 3 3 1 4 1 1 2 2 1 3 2 1 1 2 4 2 2 2 58
8 MK 1 2 3 3 3 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 61
9 MG 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 66
10 MM 3 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 3 1 3 1 3 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 1 2 57
11 M 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 68
12 SP 2 1 3 3 3 2 1 1 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 68
13 FK 1 1 2 4 3 1 2 2 1 1 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 1 2 4 3 2 2 61
14 IEBE 2 3 2 1 3 2 1 1 2 2 1 1 4 2 1 1 2 2 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 3 3 54
15 KH 2 2 3 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 3 2 3 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 63
16 G 2 1 1 3 3 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 69
17 NQ 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 65
18 MAI 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 63
19 NM 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 68
20 AZ 1 1 4 3 3 2 1 1 1 1 2 3 3 3 2 3 2 1 4 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 66
21 ZF 1 1 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 1 2 3 2 2 3 60
22 MBT 3 3 2 3 3 3 1 3 2 2 2 2 4 3 2 4 2 3 3 2 4 3 2 2 3 3 2 3 3 2 79
23 HM 3 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 2 4 4 2 4 2 3 3 2 3 3 2 2 3 4 3 3 2 2 85
24 JW 2 3 3 3 3 4 2 3 2 2 2 2 4 3 3 4 2 3 3 2 3 3 2 2 3 4 2 4 3 2 83
33
LAMPIRAN
4
34
Output Hasil Try Out Skala Caregiver Strain
a. Validitas
b. Reliabilitas
35
LAMPIRAN
5
36
Output Hasil Try Out Skala Subjective Well Being
a. Validitas
b. Reliabilitas
37
LAMPIRAN
6
38
Blue Print Skala Penelitian
a. Skala Caregiver Strain
b. Skala Subjective Well Being
No Aspek Item
Favorable Unfavorable
1 Physical strain 2, 3, 7, 8, 14, 15 1, 13, 18, 19
2 Emotional strain 5, 6, 11, 12, 17 4, 9, 10, 16
No Aspek Item
Favorable Unfavorable
1 Afek positif 5, 13, 14, 17, 18, 21
2 Afek negatif 23, 24, 19, 20, 22
3 Afek kepuasan hidup 1, 2, 10, 11, 15, 16 3, 4, 6, 7, 8, 9, 12
39
LAMPIRAN
7
40
Instrumen Penelitian : Kuesioner uji coba
Identitas Responden
Nama (inisial) :
Tempat, tanggal lahir :
Usia :
Jenis Kelamin : P / L*
* = coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian
Dengan hormat,
Di tengah kesibukan Saudara saat ini, perkenankanlah saya memohon bantuan
Saudara untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi skala yang saya lampirkan.
Hal-hal yang perlu saya jelaskan dalam skala ini adalah sebagai berikut :
1. Bahwa skala ini saya buat murni untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah,
maka saya mengharapkan kejujuran Saudara dalam mengisinya
2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga Saudara tidak perlu ragu-ragu
untuk menentukan pilihan jawaban
3. Semua jawaban yang Saudara berikan kami jamin kerahasiaannya
4. Kami mohon jangan sampai ada satu nomorpun yang terlewati jawabannya
Bacalah baik-baik setiap pernyataan berikut dan pilihlah salah satu alternatif
jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Saudara dengan memberi tanda check list
(√) pada salah satu jawaban yang sudah tersedia, yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Atas kesediaan dan bantuan Saudara untuk mengisi skala ini, saya ucapkan terima
kasih
Peneliti
41
SKALA X
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya tidak merasa lelah walaupun harus seharian
membimbing siswa inklusi
2
Membimbing siswa inklusi cukup menguras
tenaga saya sehingga membuat saya mudah
merasa lelah
3 Saya merasa bahwa tugas sebagai guru
pembimbing khusus menguras banyak tenaga
4
Saya menerima tanggung jawab sebagai guru
pembimbing khusus dengan rasa percaya diri
yang tinggi
5 Saya merasa tidak nyaman berada dalam kelas
inklusi
6 Saya mudah mengeluh jika membimbing kelas
inklusi
7
Salah satu yang harus dipersiapkan dalam
menghadapi kelas inklusi adalah fisik yang kuat,
karena diperlukan banyak tenaga untuk
menghadapinya.
8 Saya merasa mudah lelah jika kelas inklusi
membuat kegaduhan
9 Saya yakin bisa menjalankan tugas saya sebagai
guru pembimbing khusus dengan baik
10 Mendidik kelas inklusi merupakan tanggung
jawab yang cukup mudah bagi saya
11 Saya mengajar kelas inklusi dengan setengah hati
karena mudah bosan dan tidak menikmatinya.
12
Saya merasa putus asa ketika tidak bisa
menemukan metode pembelajaran yang tepat
untuk mengembangkan kemampuan dan potensi
kelas inklusi
13 Saya tidak merasa letih dan lesu ketika
berinteraksi dengan kelas inklusi
14
Saya menghabiskan lebih banyak waktu di
sekolah bersama dengan siswa inklusi daripada
dirumah sehingga saya secara fisik menjadi
mudah lelah
15
Mempersiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan
kelas inklusi membuat waktu tidur saya menjadi
berkurang
16 Saya bersemangat ketika harus berinteraksi
dengan kelas inklusi
17
Saya tidak mengerti apa yang ada di balik
kehidupan ini, mengapa Tuhan mentakdirkan saya
sebagai guru pembimbing khusus.
42
18 Saya tidak merasa lelah ketika harus mendidik
kelas inklusi
19 Saya bekerja keras demi hasil terbaik, walaupun
harus mengorbankan banyak waktu
43
SKALA Y
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya bersyukur dengan kehidupan saya dan tidak
ingin menukarnya dengan kehidupan orang lain
2 Saya menemukan pelajaran berharga dari banyak
aktifitas dan peristiwa khidupan
3 Saya ingin menukar hidup saya dengan hidup
orang lain yang lebih menyenangkan
4 Kehidupan saya berisi aktifitas yang monoton
dan membosankan
5
Rutinitas yang saya lakukan membuat saya
bersemangat dan ingin menambah pengalaman
baru
6 Saya merasa tidak beruntung dan iri, karena
orang lain diberi lebih banyak reeki oleh Tuhan
7 Saya rasa apa yang sudah saya lakukan tidak
sebanding dengan apa yang saya dapatkan
8 Saya merasa beban kerja saya sangat berat
9 Status pekerjaan yang saya dapatkan saat ini
tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan
10 Dalam banyak hal, hidup saya mendekati
kehidupan ideal yang saya inginkan
11 Hidup ini indah, dengan cerita sedih dan bahagia,
saya berusaha mencari hikmah positif
12 Saya iri ketika membandingkan hidup saya
dengan hidup orang lain.
13 Saya jarang menganggur, karena selalu aktif dan
semangat ingin melakukan kegiatan
14 Setiap hari saya bersemangat menjalani hari
karena bahagia dengan kehidupan ini.
15 Saya menerima apapun yang Tuhan berikan
untuk saya
16
Saya bersyukur dengan materi dan status
pekerjaan, termasuk tempat tinggal yang
membuat saya nyaman
17 Karena bangga menjadi diri sendiri, saya merasa
dilimpahi kasih sayang Tuhan
18 Hal kecil pun bisa membuat saya gembira, karena
hal tersebut adalah anugerah dari Tuhan
19 Dalam sehari, ada saja yang membuat saya
terbebani, hingga saya mudah merasa cemas
20 Saya sedih dan kecewa karena hal-hal yang
terjadi dalam hidup saya
21
Saya senang bisa beraktifitas bebas tanpa beban,
tetapi tetap bertanggung jawab sebagai pribadi
yang mandiri
44
22 Saya jarang semangat menjalani hari-hari karena
kecewa dengan keadaan hidup saat ini.
23 Karena merasa rendah diri, saya sedih dan
merasa tidak beruntung
24 Saya mudah emosi dan bermusuhan dengan
orang lain karena hal sepele.
45
LAMPIRAN
8
46
Instrumen Penelitian : Kuesioner setelah uji coba
Identitas Responden
Nama (inisial) :
Tempat, tanggal lahir :
Usia :
Jenis Kelamin : P / L*
* = coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian
Dengan hormat,
Di tengah kesibukan Saudara saat ini, perkenankanlah saya memohon bantuan
Saudara untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi skala yang saya lampirkan.
Hal-hal yang perlu saya jelaskan dalam skala ini adalah sebagai berikut :
1. Bahwa skala ini saya buat murni untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah,
maka saya mengharapkan kejujuran Saudara dalam mengisinya
2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga Saudara tidak perlu ragu-ragu
untuk menentukan pilihan jawaban
3. Semua jawaban yang Saudara berikan kami jamin kerahasiaannya
4. Kami mohon jangan sampai ada satu nomorpun yang terlewati jawabannya
Bacalah baik-baik setiap pernyataan berikut dan pilihlah salah satu alternatif
jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Saudara dengan memberi tanda check list
(√) pada salah satu jawaban yang sudah tersedia, yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Atas kesediaan dan bantuan Saudara untuk mengisi skala ini, saya ucapkan terima
kasih
Peneliti
47
SKALA X
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya tidak merasa lelah walaupun harus seharian
membimbing siswa inklusi
2
Membimbing siswa inklusi cukup menguras
tenaga saya sehingga membuat saya mudah
merasa lelah
3 Saya merasa bahwa tugas sebagai guru
pembimbing khusus menguras banyak tenaga
4
Saya menerima tanggung jawab sebagai guru
pembimbing khusus dengan rasa percaya diri
yang tinggi
5 Saya merasa tidak nyaman berada dalam kelas
inklusi
6 Saya mudah mengeluh jika membimbing kelas
inklusi
7
Salah satu yang harus dipersiapkan dalam
menghadapi kelas inklusi adalah fisik yang kuat,
karena diperlukan banyak tenaga untuk
menghadapinya.
8 Saya merasa mudah lelah jika kelas inklusi
membuat kegaduhan
9 Saya yakin bisa menjalankan tugas saya sebagai
guru pembimbing khusus dengan baik
10 Mendidik kelas inklusi merupakan tanggung
jawab yang cukup mudah bagi saya
11 Saya mengajar kelas inklusi dengan setengah hati
karena mudah bosan dan tidak menikmatinya.
12
Saya merasa putus asa ketika tidak bisa
menemukan metode pembelajaran yang tepat
untuk mengembangkan kemampuan dan potensi
kelas inklusi
13 Saya tidak merasa letih dan lesu ketika
berinteraksi dengan kelas inklusi
14
Saya menghabiskan lebih banyak waktu di
sekolah bersama dengan siswa inklusi daripada
dirumah sehingga saya secara fisik menjadi
mudah lelah
15
Mempersiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan
kelas inklusi membuat waktu tidur saya menjadi
berkurang
16 Saya bersemangat ketika harus berinteraksi
dengan kelas inklusi
17
Saya tidak mengerti apa yang ada di balik
kehidupan ini, mengapa Tuhan mentakdirkan saya
sebagai guru pembimbing khusus.
48
18 Saya tidak merasa lelah ketika harus mendidik
kelas inklusi
19 Saya bekerja keras demi hasil terbaik, walaupun
harus mengorbankan banyak waktu
49
SKALA Y
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya bersyukur dengan kehidupan saya dan tidak
ingin menukarnya dengan kehidupan orang lain
2 Saya menemukan pelajaran berharga dari banyak
aktifitas dan peristiwa khidupan
3 Saya ingin menukar hidup saya dengan hidup
orang lain yang lebih menyenangkan
4 Kehidupan saya berisi aktifitas yang monoton
dan membosankan
5
Rutinitas yang saya lakukan membuat saya
bersemangat dan ingin menambah pengalaman
baru
6 Saya merasa tidak beruntung dan iri, karena
orang lain diberi lebih banyak reeki oleh Tuhan
7 Saya rasa apa yang sudah saya lakukan tidak
sebanding dengan apa yang saya dapatkan
8 Saya merasa beban kerja saya sangat berat
9 Status pekerjaan yang saya dapatkan saat ini
tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan
10 Hidup ini indah, dengan cerita sedih dan bahagia,
saya berusaha mencari hikmah positif
11 Saya iri ketika membandingkan hidup saya
dengan hidup orang lain.
12 Saya jarang menganggur, karena selalu aktif dan
semangat ingin melakukan kegiatan
13 Setiap hari saya bersemangat menjalani hari
karena bahagia dengan kehidupan ini.
14 Saya menerima apapun yang Tuhan berikan
untuk saya
15
Saya bersyukur dengan materi dan status
pekerjaan, termasuk tempat tinggal yang
membuat saya nyaman
16 Karena bangga menjadi diri sendiri, saya merasa
dilimpahi kasih sayang Tuhan
17 Hal kecil pun bisa membuat saya gembira, karena
hal tersebut adalah anugerah dari Tuhan
18 Dalam sehari, ada saja yang membuat saya
terbebani, hingga saya mudah merasa cemas
19 Saya sedih dan kecewa karena hal-hal yang
terjadi dalam hidup saya
20
Saya senang bisa beraktifitas bebas tanpa beban,
tetapi tetap bertanggung jawab sebagai pribadi
yang mandiri
21 Saya jarang semangat menjalani hari-hari karena
kecewa dengan keadaan hidup saat ini.
50
LAMPIRAN
9
51
Output Hasil Penelitian Skala Caregiver Strain
A. Validitas
B. Reliabilitas
52
LAMPIRAN
10
53
Output Hasil Penelitian Skala Subjective Well Being (item gugur)
54
LAMPIRAN
11
55
Output Hasil Penelitian Skala Subjective Well Being
A. Validitas
B. Reliabilitas
56
LAMPIRAN
12
57
Output Hasil Deskripsi Data Penelitian
58
LAMPIRAN
13
59
Output Hasil Uji Korelasi Product Moment
60
LAMPIRAN
14
61
Output Hasil Uji Nilai Koefisien Determinasi
62
LAMPIRAN
15
63
Tabulasi Data Penelitian
SKALA CAREGIVER STRAIN
Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Jumlah Respon
den
1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
2 1 1 3 1 2 2 4 2 2 3 1 4 2 1 1 2 4 1 1 38
3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 4 1 1 3 2 2 3 1 3 2 45
4 3 2 2 2 2 3 4 3 2 4 1 1 3 2 2 3 1 3 2 45
5 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 1 3 3 46
6 2 2 2 2 1 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 42
7 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 43
8 2 2 3 2 1 2 3 4 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 42
9 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 39
10 3 2 2 1 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 1 39
11 1 2 2 2 1 1 4 2 1 3 3 1 2 1 2 1 1 2 2 34
12 2 2 2 2 1 2 3 3 2 3 1 1 2 2 1 2 1 2 1 35
13 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 40
14 1 3 3 1 1 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 39
15 2 2 2 1 2 1 3 1 1 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 32
16 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 2 2 3 2 1 2 1 36
17 2 3 1 1 1 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 4 2 1 35
18 3 2 2 3 1 2 2 2 2 4 1 2 2 2 3 3 4 2 2 44
19 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 32
20 3 2 3 2 1 1 3 3 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 39
21 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 44
22 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40
23 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 39
24 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 48
25 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2 2 39
26 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 2 1 1 2 3 4 1 1 2 42
64
27 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 43
28 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 40
29 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 1 41
30 2 2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 45
31 2 3 3 3 2 1 4 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 1 1 48
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 55
34 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 3 2 44
35 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 53
36 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 54
37 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 54
38 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 49
39 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 63
40 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 53
41 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 57
42 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 58
43 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 57
44 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 42
45 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 63
46 2 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 49
47 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 51
48 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 49
49 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 50
50 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 52
65
Tabulasi Data Penelitian
SKALA SUBJECTIVE WELL BEING
(Item Gugur)
Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jumlah Respon
den 1 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 1 85 2 4 4 2 2 2 4 1 2 2 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 1 72 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 83 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 82 5 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 1 77 6 3 4 2 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 68 7 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 73 8 4 4 4 3 4 3 2 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 83 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 2 75 10 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 1 2 80 11 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 1 1 77 12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 85 13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 70 14 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 78 15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 1 87 16 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 84 17 4 4 1 3 3 4 2 3 2 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 1 1 75 18 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 1 78 19 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 1 85 20 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 82 21 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 1 1 77 22 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 82 23 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 1 1 78 24 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 68
66
25 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 85 26 4 4 4 3 4 3 2 2 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 1 77 27 4 4 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 75 28 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 1 1 78 29 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 66 30 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 67 31 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 74 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 90 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 1 1 67 34 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 1 55 35 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 4 67 36 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 65 37 4 3 3 4 4 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 71 38 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 1 68 39 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 2 2 79 40 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1 1 69 41 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 73 42 4 4 2 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 69 43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 70 44 2 3 4 3 4 3 2 3 2 2 4 4 3 4 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 65 45 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 1 1 76 46 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 1 1 77 47 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 1 63 48 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 62 49 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 64 50 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 1 66
67
Tabulasi Data Penelitian
SKALA SUBJECTIVE WELL BEING
Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah Respon
den 1 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 80 2 4 4 2 2 2 4 1 2 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 68 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 78 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 77 5 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 72 6 3 4 2 4 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 7 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 66 8 4 4 4 3 4 3 2 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 68 10 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 74 11 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 72 12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 78 13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 14 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 72 15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 82 16 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 79 17 4 4 1 3 3 4 2 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 70 18 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 74 19 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 79 20 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 74 21 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 72 22 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 23 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 74 24 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61 25 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 80 26 4 4 4 3 4 3 2 2 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 72
68
27 4 4 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 69 28 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 73 29 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 60 30 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61 31 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 68 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 62 34 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 49 35 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 59 36 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 60 37 4 3 3 4 4 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 64 38 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 63 39 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 72 40 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 64 41 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 67 42 4 4 2 4 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 63 43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 63 44 2 3 4 3 4 3 2 3 2 4 4 3 4 2 2 2 2 3 2 3 2 59 45 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 71 46 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 72 47 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 58 48 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 55 49 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 60 50 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 60
69
LAMPIRAN
15
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87