forklin didiet

13
Naskah Ujian Kasus Forensik Klinik VISUM ET REPERTUM KASUS PENGANIAYAAN Disusun oleh : BENHARDIET W.SONDA NIM. 0920.221.111

Upload: vina-subaidi

Post on 03-Aug-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Forklin didiet

Naskah Ujian Kasus Forensik Klinik

VISUM ET REPERTUM

KASUS PENGANIAYAAN

Disusun oleh :

BENHARDIET W.SONDA

NIM. 0920.221.111

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO

Page 2: Forklin didiet

JAKARTA, 2011

BAB I

KASUS

IDENTITAS KORBAN

Nama : Sofian Fri Alamsyah

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 20 Januari 1991

Jenis kelamin : Laki-laki

Warganegara : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Kali Pasir gg. Tembok RT 06/010 Kel.Kebon Sirih Kec. Menteng

Jakarta Pusat

ANAMNESIS

Korban mengaku sekitar satu setengah jam sebelum pemeriksaan, dipukul oleh kakak mertua,

karena ingin membawa pulang istri yang sudah satu tahun tinggal bersama mertuanya,

ditampar dua kali, lalu dipukul punggung kiri.

Setelah kejadian korban mengaku pipi kiri terasa sakit, merasa pusing dan mual tetapi tidak

muntah, dan tidak pingsan.

PEMERIKSAAN FISIK

Korban datang dalam keadaan sadar.

Keadaan umum baik.

Pemeriksaan tanda-tanda vital.

Tekanan darah: 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 88 x / menit.

Frekuensi nafas : 18 x / menit

Suhu : 37,3o C

Pemeriksaan fisik umum lainnya dalam batas normal.

Page 3: Forklin didiet

STATUS LOKALIS

1. Pada punggung kiri, empat sentimeter dari garis pertengahan belakang, dua sentimeter

di bawah puncak bahu, terdapat luka lecet, ukuran empat sentimeter kali nol koma tiga

sentimeter.

2. Pada pipi kiri, lima koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan, tiga sentimeter

di di bawah sudut luar mata terdapat memar berwarna merah keunguan, ukuran tiga koma

lima sentimeter kali empat sentimeter.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

TINDAKAN/PENGOBATAN

Tidak dilakukan

KORBAN DIPULANGKAN.

Page 4: Forklin didiet

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan MedikolegalFakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Salemba Raya No. 6, Jakarta 10430

Nomor : 9.057/076.111/VR/IV/11 Jakarta, 30 April 2011Perihal : Hasil pemeriksaan terhadap Sofian Fri AlamsyahLampiran : -.-

PRO JUSTITIAVISUM ET REPERTUM

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Benhardiet, dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta, atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Sektor Metro Menteng dengan suratnya bernomor : 084/VER/IV/2011/Sek.Menteng, tertanggal 30 April 2011, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal tiga puluh april tahun dua ribu sebelas, pukul lima Waktu Indonesia Barat bertempat di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi 349-43-13, yang menurut surat tersebut adalah :Nama : Sofian Fri Alamsyah-------------------------------------------------------------Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 20 Januari 2011.------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki.--------------------------------------------------------------------------Warganegara : Indonesia.-------------------------------------------------------------------------Agama : Islam.------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Swasta.----------------------------------------------------------------------------Alamat : Jl.Kali Pasir gg.Tembok RT06/010 Kel.Kebon Sirih Kec.Menteng.-----

Jakarta Pusat.--------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan uumu sakit ringan.

----------------------2. Korban mengaku sekitar satu setengah jam sebelum pemeriksaan, dipukul dan ditampar

berkali-kali pada pipi, lalu dicakar pada punggung oleh kakak mertua korban. Setelah kejadian korban mengeluh nyeri pada pipi kiri, pusing, dan mual.-------------------------------

3. Pemeriksaan fisik umum:-------------------------------------------------------------------------------Tekanan darah seratus enam puluh per seratus milimeter air raksa; frekuensi nadi seratus lima belas per menit; frekuensi pernapasan dua puluh kali per menit; suhu tiga puluh tujuh koma tiga derajat celsius.-------------------------------------------------------------------------------

4. Luka-luka:-------------------------------------------------------------------------------------------------a. Pada pipi kiri, lima koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan, tiga sentimeter

di bawah sudut luar mulut, terdapat memar berwarna merah keunguan ukuran tiga koma lima sentimeter kali empat sentimeter.---------------------------------------------------

b. Pada punggung kiri, empat sentimeter dari garis pertengahan belakang, dua sentimeter di bawah puncak bahu, terdapat luka lecet ukuran empat sentimeter kali tiga sentimeter.

Page 5: Forklin didiet

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan MedikolegalFKUI – RSCM

Lanjutan Visum et RepertumNomor : 9.057/076.111/VR//IV/11

Halaman ke 2 dari 2 halaman.

5. Terhadap korban tidak dilakukan pemeriksaan penunjang dan pengobatan.--------------------

6. Korban dipulangkan.-------------------------------------------------------------------------------------

KESIMPULAN ---------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan korban laki-laki berumur dua puluh tahun ini, ditemukan luka memar pada pipi kiri dan luka lecet pada punggung kiri akibat kekerasan tumpul.--------------------------------Luka-luka tersebut tidak menimbulkan penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah visum et repertum ini........

Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dokter tersebut diatas,

Dr. Benhardiet W.SNIM. 0920.221.111

Page 6: Forklin didiet

BAB II

PEMBAHASAN KASUS

PROSEDUR MEDIKOLEGAL

Korban pada kasus ini datang ke IGD RSCM dengan membawa surat permintaan visum

luka dari Kepolisian Sektor Metro Menteng. Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan yang

dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan

medik terhadap manusia, baik hidup atau mati, ataupun bagian atau diduga bagian tubuh

manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan.

Terbitnya surat permintaan visum oleh penyidik/Kepolisian memiliki dasar hukum yaitu pasal

133 ayat (1) KUHAP, yaitu „“dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani

seorang korban baik luka, keracunan, maupun mati yang diduga karena peristiwa yang

merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli

kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.“

Permohonan Permintaan keterangan ahli ini dilakukan secara tertulis yaitu dalam

bentuk surat permintaan visum (SPV). SPV harus memuat keterangan mengenai identitas

korban dan permintaan untuk dilakukan pemeriksaan luka, seperti tertulis dalam pasal 133

ayat (2) KUHAP, yang berbunyi “Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk

pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat“. Pada kasus

ini permohonan visum dibuat secara tertulis diberikan oleh penyidik kepada dokter di Rumah

Sakit, sehingga sudah sesuai dengan prosedur medikolegal.

Dokter sebagai pihak yang dimintai keterangan oleh penyidik terkena kewajiban untuk

memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya dan wajib memeriksa korban serta

membuat VeR setelah sebelumnya didapatkan persetujuan pemeriksaan dari korban.

Sanksi bagi dokter yang menolak melakukan pemeriksaan tercantum dalam pasal 216

ayat (1) KUHP, “Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang

dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh

pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah,

Page 7: Forklin didiet

menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam

dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak

sembilan ribu rupiah“.

PEMERIKSAAN KORBAN

Berbeda dengan ilmu kedokteran lain, kedokteran forensik tidak ditujukan untuk

mengobati melainkan mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat keparahan luka.

Derajat luka berdasarkan KUHP dibagi menjadi 3 yaitu luka ringan, luka sedang, dan

luka berat. Luka ringan terjadi akibat penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan (pasal 352

KUHP). Sedangkan luka sedang merupakan luka yang mengakibatkan halangan atau

kehilangan fungsi melakukan aktivitas sehari-hari sementara waktu/reversibel (pasals 351 (1)

dan 353 (1) KUHP).

Kategori luka berat, sesuai pasal 90 KUHP, adalah jatuh sakit atau mendapat luka yang

tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; yang

menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas jabatan atau

pekerjaan pencaharian; yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera; yang

menimbulkan cacat berat (verminking); yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh;

terganggunya daya pikir selama empat minggu atau lebih serta terjadinya gugur atau matinya

kandungan seorang perempuan.

Pada pemeriksaan terhadap korban ini ditemukan memar pada pipi kiri, dan luka lecet

pada punggung kiri akibat kekerasan tumpul.

Keadaan umum korban baik dan kesadaran kompos mentis. Pemeriksaan fisik tidak

menunjukkan tanda-tanda bahaya. Organ tubuh pada daerah yang terluka masih dapat

berfungsi dengan baik. Tidak didapatkan adanya tanda-tanda patah tulang. Oleh karena itu,

tidak dilakukan pemeriksaan penunjang dan tidak diberikan pengobatan.

Dari kondisi tersebut, maka luka luka pada korban dikategorikan sebagai luka derajat

ringan karena luka tersebut tidak mengganggu kegiatan aktivitas korban sehari-hari. Setelah

dilakukan pemeriksaan korban diperbolehkan pulang.

Page 8: Forklin didiet

BAB III

KESIMPULAN

1. Dokter yang dimintai keterangan ahli oleh penyidik yang berwenang wajib memberikan

keterangan ahli, termasuk dalam bentuk visum et repertum, atas dasar pemeriksaan medik

terhadap korban di dibuat secara obyektif.

2. Prosedur medikolegal pada kasus ini sudah terpenuhi sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku, dikarenakan adanya surat perintah Visum et Repertum (SPV) dari penyidik

kepada dokter pemeriksa yang dengan jelas menyebutkan permohonan dilakukan

pemeriksaan terhadap luka pada korban.

3. Pada kasus ini derajat luka dikategorikan sebagai luka derajat ringan karena korban

tidak mengakibat penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/pencaharian.

HUKUM

Pelaku tindak pidana dalam kasus ini dapat diancam hukuman penjara maksimal tiga

bulan, sesuai pasal 352 ayat 1 KUHP yang berbunyi “Kecuali yang tersebut dalam pasal 353

dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan,

dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu

lima ratus rupiah. Pidana dapat ditampah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu

terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.“

Serta Pasal 170 ayat 1 KUHP yaitu barang siapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama

menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling

lama lima tahun enam bulan.

Page 9: Forklin didiet

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta :

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.

2. Bagian Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Edisi

pertama, cetakan kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 1994.