fome konjungtivitis.doc
TRANSCRIPT
Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA No. RM :
Berkas Pembinaan Keluarga Nama pasien : Ny. KE
PKM Cemoro Donomulyo Nama KK : Tn. AH
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. AH
Alamat lengkap : Desa Mulyosari Rt.8 Rw.3
Bentuk Keluarga : Extended Family
No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien
PKM
Ket
1 Tn.
AH
Suami
(KK)L 21 Th SMP Petani T -
2 Ny.
KE
Istri P 20 Th SD Swasta Y Konjungt
ivitis
ODS
3 Ny.H Ibu Suami P 55 Th SD - T -
4 An.D Anak 1 L 1 Th - - T -
Sumber : Data Primer, 21 Mei 2012
Kesimpulan :
Keluarga pasien merupakan extended family yang terdiri atas 4 orang. Pasien
adalah Ny. KE, umur 20 tahun, beralamat di Ds. Mulyosari Rt.8, Rw.3. Diagnosa
klinis pasien adalah Konjungtivitis ODS. Pasien tinggal bersama dengan Suami
(Tn.AH, 21 Th), anaknya (An.D, 1 Th) dan Ibu Tn. AH (Ny.H, 55 Th).
1
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 PENDAHULUAN
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita
konjungtivitis, berjenis kelamin perempuan dan berusia 20 tahun. Mengingat
kasus konjungtivitis masih sering terjadi di masyarakat, beserta permasalahannya
seperti masih kurangnya pengetahuan tentang penanganan yang tepat sehingga
dapat menyebabkan komplikasi. Oleh karena itu, penting kiranya bagi penulis
untuk memperhatikan dan mencermatinya dan kemudian bisa menjadikannya
sebagai pengalaman di lapangan.
1.2 ANAMNESIS
1.2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. KE
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta (buka warung)
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Ds. Mulyosari Rt.8 Rw.3
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal Periksa : 21 Mei 2012
1.2.2 Keluhan utama : Mata merah
1.2.3 Riwayat penyakit sekarang :
2
Pasien datang ke Poliklinik Puskesmas Cemoro dengan keluhan mata
kanan dan kiri merah. Pada awalnya mata kanan merah sejak kurang lebih 3
hari kemudian diikuti oleh mata kiri keesokan harinya.
Selain itu pasien juga mengeluh bahwa matanya bengkak, rasa berpasir
pada mata, sering keluar air mata (nerocoh), dan jika pagi hari ketika bangun
tidur terasa lengket karena mengeluarkan kotoran mata (belekan) berwarna
kuning kehijauan, gatal, pasien juga sering mengucek-ngucek kedua matanya.
Pasien tidak mengeluh silau dan penglihatan kabur. Pasien sudah memberi
obat tetes mata vision yang dibeli sendiri tetapi sakit tidak kunjung sembuh.
1.2.4 Riwayat penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat mondok : disangkal
- Riwayat diabetes : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat pemkaian kacamata : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga sakit serupa : disangkal
- Riwayat diabetes : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
1.2.6 Riwayat kebiasaan
- Riwayat olahraga : jarang sekali
- Riwayat pengisian waktu luang : istirahat dirumah
1.2.7 Riwayat sosial ekonomi
Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan didapat dari suami yang
bekerja sebagai petani maupun dari pasien yang bekerja dirumah dengan
membuka warung bahan keperluan sehari-hari. Keluarga Ny.KE memiliki
hubungan sosial dengan tetangga yang cukup bagus, meskipun Ny.KE dan
suami bekerja, tetapi mereka saling mendukung dan saling memperhatikan.
Hubungan Ny.KE dan suami nampak saling mendukung, karena suami
tampak menemani saat pasien berobat di PKM Cemoro.
3
1.2.8 Riwayat Gizi :
Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali/hari. Berupa nasi sepiring, sayur,
dan lauk pauk. Terkadang dengan telur, tahu, tempe, ayam dan daging. Sering
makan buah-buahan seperti jeruk dan pisang dan jarang minu minum susu
karena tidak suka. Minum air putih ± 1/2 liter. Lebih sering minum kopi atau
teh.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sehat
Derajat kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
T : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit, regular, isi tegangan cukup
RR : 20 x/ menit, kedalaman cukup, reguler
Suhu : 36,3 0C peraksila
BB : 57 kg
TB : 154 cm
- Kulit
Kulit sawo matang, ikterik (-), venektasi (-), spider nevi (-).
- Kepala
Bentuk Normocephal, luka (-), makula (-), papula (-), nodul (-), bells palsy (-).
- Mata
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm).
- Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-)
- Mulut
bibir pucat (-), sianosis (-),
- Telinga
Daun telinga bentuk normal, sekret (-/-)
- Tenggorok
Uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil T1 - T1.
4
- Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar.
- Thoraks
Bentuk : normochest, retraksi (-/-)
Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V LMCS, tidak kuat angkat
Perkusi :
Batas kiri atas : SIC II Linea parasternalis Sinistra
Batas kiri bawah : SIC IV Linea Mid clavicularis sinistra
Batas kanan atas : SIC II Linea parasternalis Dextra
Batas kanan bawah : SIC IV Linea parasternalis Dextra
Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih cembung daripada dinding dada, caput
medusae (-)
Auskultasi : bising usus (+) N
Perkusi : pekak
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
- Ekstremitas
Akral Dingin
- -
- -
Capillary refill time < 2 detik
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
5
Oedem
- -
- -
Status Oftalmicus:
OD OS
AV - -
Tanpa koreksi - -
Dengan koreksi - -
TIO
Kedudukan Simetris Simetris
Pergerakan membuka dan menutup mata (+),
tertinggal (-), pergerakan ke
segala arah (+)
membuka dan menutup mata
(+), tertinggal (-), pergerakan ke
segala arah (+)
Palpebra edema (-), hiperemi (-), hematom
(-), benjolan-benjolan (-)
edema (-), hiperemi (-), hematom
(-), benjolan-benjolan (-)
Konjungtiva folikel (-), corpus alienum (-),
injeksi konjungtiva (+), injeksi
siliar (-)
folikel (-), corpus alienum (-),
injeksi konjungtiva (+), injeksi
siliar (-)
Kornea Jernih, Corpus alienum (-) Jernih, Corpus alienum (-)
Bilik mata depan jernih (+) jernih (+)
Iris/pupil reflek pupil (+), bulat (3-4mm),
central (+), jernih (+)
reflek pupil (+), bulat (3-4mm),
central (+), jernih
Lensa jernih jernih
Vitreus Sde sde
Retina Sde sde
1.4 RESUME
6
Ny.KE, umur 20 tahun, datang ke Balai Pengobatan PKM Cemoro
Donomulyo dengan keluhan awalnya mata sebelah kanan merah sejak 3 hari yang
lalu dan kemudian diikuti mata kiri keesokan harinya. Pasien juga mengeluh gatal,
keluar kotoran, lengket, sering keluar air mata, dan pasien sering mengucek-
ngucek matanya.
Pemeriksaan fisik didapatkan KU: tampak sehat, CM, Tanda vital: T: 110/70
mmHg, Nadi: 82 x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu: 36,1 0C. Mata: hiperemis, injeksi
konjungtiva (+)
1.5 DAFTAR MASALAH
1. Mata kanan kiri merah
2. Mata kanan kiri gatal
3. Mata kanan kiri sering berair
4. Mata kanan kiri sering keluar kotoran
5. Pemeriksaan fisik Mata: injeksi konjungtiva pada kedua mata
1.6 DIAGNOSIS HOLISTIK
Ny. KE, 20 Th, mata kanan kiri merah dengan keluarga yang saling
memperhatikan, serta saling mendukung.
1.6.1 Diagnosis Biologis
ODS Konjungtivitis Bakterialis
1.6.2 Diagnosis Psikologis
Hubungan antar anggota keluarga cukup baik. Dapat dilihat dari suami
yang sangat memperhatikan kesehatan pasien.
1.6.3 Diagnosis Sosial Ekonomi
Keluarga Ny.KE memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup
bagus. Status ekonomi Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan
didapat dari suami yang bekerja sebagai petani maupun dari pasien sendiri
yang bekerja membuka warung keperluan sehari-hari.
1.7 PENATALAKSANAAN
1.7.1 Non Medika mentosa
7
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita merupakan
penyakit yang dapat disembuhkan, namun dapat menular kepada orang –
orang sekitar.
Menganjurkan pasien untuk tidak menggosok – gosok matanya. Setiap kali
pasien memegang mata yang sakit pasien harus mencuci tangan.
Sapu tangan, handuk dan kain lap sebaiknya digunakan terpisah agar tidak
menularkan ke orang lain.
Menggunakan kaca mata untuk melindungi mata dari debu dan angin yang
dapat memperparah gejala.
Penggunaan botol obat tetes digunakan untuk satu orang, jangan dipakai
bersama-sama.
Jika mata terasa gatal jangan mengucek-ngucek mata dengan tangan, tetapi
dapat menggunakan tisue basah tanpa kandungan alkohol ataupun tisue
kering, supaya kotoran yang menempel dimata tidak menggesek-gesek
kornea mata dan mencegah bakteri dari tangan masuk menyebar ke mata.
1.7.2 Medikamentosa
Tetes mata antibiotik : sulfacetamid ED 3 dd gtt I ODS
1.8 PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
8
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
2.1 FUNGSI HOLISTIK
2.1.1 Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari Suami (Tn.AH, 21 Th), Istri (Ny.KE 20 Th), dan
Ibu Tn.AH (Ny.H 55 Th), dan anak (An.D 1 Th).
2.1.2 Fungsi Psikologis
Penderita tinggal bersama suami, anak, dan ibu mertua. Ny.KE adalah
seorang istri yang bekerja mebuka warung di depan rumahnya. Hubungan
Ny.KE dan keluarga cukup terjalin dengan baik dan saling memperhatikan,
walaupun Ny.KE dan suami kesehariannya sibuk bekerja, tetapi selalu
dapat bertemu setiap hari. Hal ini terbukti pada saat pasien berobat, suami
dan anak pasien menemani pasien saat berobat.
2.1.3 Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Ny.KE hanya sebagai anggota
masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat. Dalam kehidupan sosial Ny.KE cukup berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan, dikarenakan pekerjaannya dan suami tidak
menuntut harus keluar kota dan dapat ditinggalkan sewaktu-waktu.
2.1.4 Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan Ny.KE yang bekerja
membuka toko dan suami yang bekerja sebagai petani. Untuk biaya hidup sehari-
hari seperti makan, minum, atau iuran membayar listrik mengandalkan uang yang
ada.
Kesimpulan :
9
Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga kesimpulannya
adalah Keluarga Ny.KE umur 20 tahun dengan Konjungtivitis ODS, fungsi
psikologis dan fungsi sosial ekonomi baik.
2.2 FUNGSI FISIOLOGIS
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga
yang lain. APGAR score meliputi :
1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup
dan 8-10 adalah baik.
Tabel 2. APGAR score Ny.KE =
APGAR Ny. KE Terhadap Keluarga Sering/Selalu
Kadang-kadang
Jarang/Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
10
membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Untuk Ny.A APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :
Adaptation : Saat Ny.KE sedang memiliki masalah biasanya tidak ditanggung
sendiri dan bisa berbagi dengan keluarga karena kedekatan Ny.KE dengan
keluarga.
Score : 2
Partnership : Pekerjaan Ny.KE yag membuka warung di depan rumah tidak
menyebabkan hambatan dalam berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari
dengan keluarga.
Score : 2
Growth : keluarga tidak selalu mendukung setiap keinginan dan cita-cita Ny.KE
karena semua tergantung hasil diskusi dan keputusan keluarga.
Score : 1
Affection : Ny.KE jarang mengekspresikan perhatian terhadap keluarga secara
langsung.
Score : 1
Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga cukup, karena
pekerjaan Ny.KE yang membua warung di depan rumah menungkinkan Ny. KE
dapat bertemu keluarga setiap saat.
Score : 2
Total poin = 8
Tabel 3. APGAR score Tn.AH. =
APGAR Tn.AH Terhadap Keluarga Sering/Selalu
Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
11
keluarga saya bila saya menghadapi masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Untuk Tn.J APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :
Adaptation : Saat Tn.J sedang memiliki masalah biasanya tidak ditanggung
sendiri dan bisa berbagi dengan keluarga karena kedekatan Tn.J dengan
keluarga.
Score : 2
Partnership : Pekerjaan Tn.J sebagai petani tidak menyebabkan hambatan dalam
berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan keluarga.
Score : 2
Growth : keluarga tidak selalu mendukung setiap keinginan dan cita-cita Tn.AH
karena semua tergantung hasil diskusi dan keputusan keluarga.
Score : 1
Affection : Tn.AH jarang mengekspresikan perhatian terhadap keluarga secara
langsung.
Score : 1
Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga cukup karena
pekerjaannya yang tidak terikat yang dapat membuat Tn.AH pulang setiap saat
kecuali waktu panen tiba.
Score : 2
Total poin = 8
Tabel 4. APGAR score Ny.H =
12
APGAR Ny.H Terhadap Keluarga Sering/Selalu
Kadang-kadang
Jarang/Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Untuk Ny.A APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :
Adaptation : Saat Ny.A sedang memiliki masalah biasanya tidak selalu
dibicarakan dengan keluarga karena Ny.H sungkan dengan anak dan mantunya.
Score : 1
Partnership : Ny.H yang tidak bekerja tidak menyebabkan hambatan dalam
berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan keluarga.
Score : 2
Growth : keluarga tidak selalu mendukung setiap keinginan dan cita-cita Ny.H
karena semua tergantung hasil diskusi dan keputusan keluarga.
Score : 1
Affection : Ny.H jarang mengekspresikan perhatian terhadap keluarga secara
langsung.
Score : 1
Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga cukup, karena
Ny.H tidak bekerja menungkinkan Ny.H dapat bertemu keluarga setiap saat.
Score : 2
Total poin = 7
APGAR score keluarga Ny.A = (8+8+7) : 3 = 7,6
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny.A adalah baik.
13
2.3 FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis dari keluarga Ny.KE dinilai dengan menggunakan alat
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 5. SCREEM keluarga pasien
Kesimpulan
Keluarga Ny.A mempunyai fungsi patologis di bidang religious, educational dan
medical.
2.4 POLA INTERAKSI KELUARGA
Diagram 1. Pola interaksi keluarga Ny.KE
14
SUMBER PATOLOGI KETSocial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan cukup aktif.
-
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
-
Religion Pemahaman agama kurang. Penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang tidak rutin menjalankan sholat lima waktu dan jarang mengikuti pengajian-pengajian.
+
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong cukup, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, mampu mencukupi kebutuhan sekunder namun tidak mememiliki rencana ekonomi.
-
Education Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran kurang karena menurut mereka untuk kebutuhan sehari-hari saja tidak cukup apalagi buat membeli buku-buku atau koran.
+
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga tidak mempunyai kartu jaminan kesehatan sehingga bila ada anggota keluarga yang sakit yang membutuhkan biaya yang sangat banyak, maka mereka mencari hutangan. Sehingga jika sakitnya hanya sakit biasa mereka tidak mau berobat
+
Tn. AH, 21 th
Keterangan :
Hubungan baik
Hubungan tidak baik
Kesimpulan : Hubungan antara Ny.KE dengan keluarga baik
2.5 GENOGRAM KELUARGA
Alamat lengkap :Ds, Mulyosari Rt.8, Rw.3
Bentuk Keluarga : Extended Family
Diagram 2. Genogram keluarga Ny.KE
Kesimpulan:
• Riwayat Konjungtivitis tidak ditemukan pada anggota keluarga lainnya.
15
Ny. KE
Tn. AH
Tn. M Ny.H
An.D
Ny. KE, 21 th
An. D, 1 thNy. H, 55 th
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
3.1 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
3.1.1 Faktor Perilaku Keluarga
Ny.KE adalah seorang perempuan mengeluh mata sebelah kanan kiri
merah sejak ± 3 hari yang lalu, pasien kemudian berobat ke PKM Cemoro
Donomulyo. Suami, mertua, dan anaknya belum banyak memiliki
pengetahuan tentang kesehatan khususnya komplikasi yang ditimbulkan oleh
Konjungtivitis dan penularannya. Namun, ketiganya selalu memperhatikan
kesehatan Ny.KE. Saat sakit tersebut, keluarga sudah meminta Ny.KE untuk
berobat namun karena Ny.KE merasa bisa sembuh akhirnya Ny.KE hanya
membeli obat tetes mata diluar.
Suami Ny.KE mengantar Ny.KE saat berobat ke PKM Cemoro. Akan
tetapi, mertua Ny.KE tidak mengantar Ny.KE bukan karena tidak perhatian
dengan sakit Ny.KE tetapi karena harus menjaga anak Ny.KE yang masih
bayi,
3.1.2 Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
berkecukupan. Sumber penghasilan berasal dari suami dan pasien sendiri.
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai, karena cukup memenuhi
standar kesehatan. Pencahayaan ruangan cukup, ventilasi cukup, fasilitas WC dan
kamar mandi yang cukup bersih. Dapur memiliki akses udara yang bebas dan
pencahayaannya cukup. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga
ini jika sakit adalah puskesmas.
16
Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
3.2 Identifikasi Lingkungan Rumah
3.2.1 Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan rumah
tetangganya. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Rumah
berukuran 10x13 m2. Memiliki ruangan yang dijadikan warung di rumah
bagian depan. Terdiri dari ruang tamu dan ruang keluarga, dua kamar tidur,
satu dapur, dan memiliki fasilitas jamban keluarga. Pintu masuk dan keluar
ada dua, di bagian depan rumah dan di belakang. Jendela kaca ada. Lantai
rumah sebagian diplester/semen, sebagian berbahan tanah. Ventilasi dan
penerangan rumah cukup. Perabotan rumah tangga cukup. Secara
keseluruhan kebersihan rumah sudah cukup.
Pembuangan limbah keluarga belum memenuhi sanitasi lingkungan karena
limbah keluarga dialirkan ke penampungan yang terbuka di belakang rumah,
serta belum adanya got pembuangan limbah keluarga. Sampah keluarga dibuang
di pembuangan sampah yang ada di depan rumah.
17
Keluarga Ny. KE
Pengetahuan :Keluarga kurang
mengetahui penyakit pasien
Keturunan:Tidak ada faktor keturunan
Sikap:Keluarga cukup memperhatikan penyakit pasien
Lingkungan:Keluarga kurang memahami
pentingnya kebersihan lingkungan terhadap
kesehatan pasien
Pelayanan Kesehatan:Jika sakit Ny. S sering berobat
ke puskesmas
Tindakan:Keluarga
mengantarkan Ny. KE untuk periksa ke
dokter
3.2.2 Denah Rumah
Kesimpulan :Lingkungan rumah cukup memenuhi syarat kesehatan,
namun kesehatan lingkungan kurang terjaga.
18
DapurKamar mandi
Kamar tidur
Kamar tidur
Ruang tamu
BAB IV
DAFTAR MASALAH
4.1 MASALAH MEDIS :
1. ODS Konjungtivitis Bakterialis
4.2 MASALAH NON MEDIS :
1. Tingkat pengetahuan keluarga Ny.KE tentang
kesehatan kurang.
2. Kesehatan lingkungan rumah Ny.KE kurang.
4.3 PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Diagram 5. Permasalahan Ny.KE
4.4 MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
Tabel 6. Matrikulasi masalah
No Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxRP S SB Mn Mo Ma
1. Tingkat pengetahuan
keluarga Ny.KE
tentang kesehatan
kurang
5 5 4 2 4 3 4 9.600
2. Kesehatan lingkungan
rumah Ny.KE kurang
5 4 4 2 4 3 4 7.680
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
19
Ny.KE 20 thODS Konjungtivitis
Tingkat pengetahuan keluarga Ny. KE tentang
kesehatan kurang
Kesehatan lingkungan rumah
Ny.KE kurang
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn: Man (tenaga yang tersedia)
Mo: Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
4.5 PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Ny.KE adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan keluarga Ny.KE tentang kesehatan kurang.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah tingkat pengetahuan keluarga Ny.KE
tentang kesehatan kurang, sehingga mempengaruhi kondisi kesehatannya.
2. Kesehatan lingkungan rumah Ny.KE kurang
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah kesehatan lingkugan rumah Ny.KE
kurang bersih, sehingga mempengaruhi kondisi kesehatannya dan
kesembuhan penyakit.
20
BAB V
HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA
DENGAN KASUS KONJUNGTIVITIS Ny.KE
A. EKONOMI KELUARGA
Kondisi perekonomian keluarga Ny.KE termasuk cukup, hal ini
dikarenakan pasien dan suaminya bekerja, sehingga dapat untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Untuk pemenuhan kesehatan keluarga
Ny. S tidak memiliki kartu jaminan kesehatan, namun karena kondisi
ekonomi penderita yg cukup penderita apabila sakit selalu ke puskesmas
atau ke rumh sakit dan minum obat yang diberikan oleh dokter.
B. HAMBATAN SOSIAL BUDAYA PENANGANAN DKI
Secara garis besar hambatan sosio budaya dalam penanggulangan
konjungtivitis tidaklah terlalu besar walaupun pengetahuan pasien kurang,
namun apabila pasien ada masalah pasien dapat mengakses pusat
kesehatan terdekat, baik karena kondisi ekonomi dan dekatnya pusat
kesehatan yg ada.
Baik faktor kebiasaan, kepercayaan, dan sikap, tidak terlalu bepengaruh
pada penanganan Konjungtivitis.
21
BAB VI
TINAJUAN PUSTAKA KONJUNGTIVITIS
6.1 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva
terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang
mengganggu (Vaughan, 2010). Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia
ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret
purulen kental (Hurwitz, 2009).
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada
mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan
topical dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien
dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani
terapi imunosupresif (Therese, 2002).
6.2 Epidemiologi
Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat
diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada
dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi
keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada
masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005).
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering
dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak Hygiene.
6.3 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:
a. Konjungtivitis bakteri.
b. Konjungtivitis klamidia.
c. Konjungtivitis viral.
d. Konjungtivitis ricketsia.
e. Konjungtivitis jamur.
22
f. Konjungtivitis parasit.
g. Konjungtivitis alergi.
h. Konjungtivitis kimia atau iritatif (Vaughan, 2008).
6.4 Tanda dan Gejala
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah
olehvtangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang
dapatvmenyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.
Konjungtivitis bakteri bisa dicurigai pada setiap pasien dengan inflamasi
konjungtiva bilateral dan sekret purulen. Biasanya keluhan konjungtivitis yang
disebabkan bakteri adalah iritasi dan kemerahan kedua mata, kelopak mata
menempel sehingga mengakibatkan sulit dibuka di pagi hari, keluar kotoran pus
kekuningan,kadang-kadang kelopak mata bengkak.
Tanda klinis yang ditemukan seperti inflamasi konjungtiva bilateral,
injeksi konjungtiva, secret purulen, dan edema palpebra. Onset dan keparahan
inflamasi konjungtiva serta sekret yang keluar dapatdigunakan untuk memprediksi
kemungkinan bakteri penyebab konjungtivitis.
Pada konjungtivitis bakteri hiperakut gejala klinisnya yaitu onset injeksi
konjungtiva yang cepat, edema palpebra, sekret purulen banyak, kemosis, dan
rasatidak nyaman atau nyeri.
Konjungtivitis bakteri akut sering terdapat dalam bentuk epidemik dan
disebut “mata merah” oleh orang awam. Penyakit ini ditandai dengan dengan
hiperemia konjungtiva secara akut dan biasanya sembuh sendiri.
Penyebab tersering adalah S pneumoniae, S aureus, dan H influenzae.
S pneumoniae merupakan penyebab tersering konjungtivitis bakteri akut dengan
manifestasi klinis sekret purulen, edema palpebra, kemosis, perdarahan
konjungtiva, dan adanya membran konjungtiva pada konjungtiva palpebralis.
6.5 Pemeriksaan Laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas
23
dengan pulasan Gram atau Giemsa, pemeriksaan ini
mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear.
Kerokankonjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan
disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen,
bermembran atauberpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik,
namunsebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiris. Bila hasil sensitifitas
antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan.
6.6 Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
a. Ulserasi kornea.
b. Membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis).
c. Membaliknya seluruh tepian palpebra (enteropion).
d. Obstruksi ductus nasolacrimalis.
e. Turunnya kelopak mata atas karena kelumpuhan (ptosis) (Vaughan, 2008).
6.7 Prognosis
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun
jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Keratitis,
Glaukoma, katarak maupun ablasi retina (Barbara C.Long, 1996).
24
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Diagnosis Holistik :
Ny.KE 20 tahun, dengan Konjungtivitis ODS dengan hubungan antar anggota
keluarga cukup baik. Dapat dilihat dari suami dan mertua pasien yang sangat
memperhatikan kesehatan pasien.
1. Segi Biologis
Konjungtivitis ODS
2. Segi Psikologis
Penderita tinggal bersama suami, mertua dan anaknya. Ny.KE adalah
seorang istri yang bekerja. Hubungan Ny.KE dan keluarga cukup
terjalin dengan baik dan saling memperhatikan, walaupun Ny.KE dan
suami kesehariannya sibuk bekerja, tetapi selalu bertemu setiap haridan
dapat meluangkan waktu kapanpun karena pekerjaan mereka sifatnya
tidak mengikat. Hal ini terbukti pada saat pasien berobat, suami
menemani pasien saat berobat.
3. Segi Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Status ekonomi mencukupi kebutuhan.
b. Pengetahuan yang kurang tentang kesehatan.
c. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang memenuhi standar
kesehatan.
7.2 SARAN
Menganjurkan pasien untuk tidak menggosok – gosok matanya. Setiap kali
pasien memegang mata yang sakit pasien harus mencuci tangan.
Sapu tangan, handuk dan kain lap sebaiknya digunakan terpisah agar tidak
menularkan ke orang lain.
Menggunakan kaca mata untuk melindungi mata dari debu dan angin yang
dapat memperparah gejala.
25
Penggunaan botol obat tetes digunakan untuk satu orang, jangan dipakai
bersama-sama.
Jika mata terasa gatal jangan mengucek-ngucek mata dengan tangan, tetapi
dapat menggunakan tisue basah tanpa kandungan alkohol ataupun tisue
kering, supaya kotoran yang menempel dimata tidak menggesek-gesek
kornea mata dan mencegah bakteri dari tangan masuk menyebar ke mata.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S.2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Layunsari, Dini. 2010. Laporan Kasus Konjungtivitis. http://www.scribd.com/doc/
44881149/konjungtivitis. Diakses pada tanggal 12 Juni 2012
Saragi, L.F. 2010. Konsep Keluarga. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103
/jtptunimus-gdl-mardekawat-5135-2-bab2.pdf . Diakses pada tanggal 11 Juni
2012.
Vaughan, D., dkk., 2000. Oftalmologi Umum. Edisi ke-14. Jakarta:
WidyaMedika3.
27