laporan fome

68
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik,maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari -hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Kemenkes RI, 2014), yang mengacu pada ke. Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan merupakan suatu hal yang sangat berharga yang harus dipelihara dan ditingkatkan melalui suatu upaya kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 1

Upload: hanif-abdurrachman-latif

Post on 06-Nov-2015

121 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

IKKOM, Community Medicine

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

0. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik,maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari -hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Kemenkes RI, 2014), yang mengacu pada ke. Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan merupakan suatu hal yang sangat berharga yang harus dipelihara dan ditingkatkan melalui suatu upaya kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2004). Pembangunan kesehatan bertujuan mencapai kehidupan sehat bagi tiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional (Kemenkes RI, 2009).

Dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang merupakan program Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah dengan memperkuat Sistem Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) (WHO, 2006). Salah satunya adalah dengan pelayanan kedokteran keluarga yang holistik dan komprehensif (Bappenas, 2009). Selain dari itu, Kementerian Kesehatan RI memiliki misi untuk Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif. Untuk itu diperlukan data kesehatan berskala nasional berbasis fasilitas maupun komunitas yang dikumpulkan secara berkesinambungan dan dapat dipercaya (SKN, PP Nomor 72 Tahun 2012). Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Dalam pendidikan kedokteran masa kini ditetapkan salah satu kurikulum berbentuk blok yaitu blok Community Medicine (COME). Dalam blok COME mahasiswa memepelajari tentang teori dan praktek tentang kedokteran keluarga dalam program Family Oriented Medical Education (FOME). Pada program FOME ini mahasiswa deberikan tanggungjawab untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dari berbagai aspek (lingkungan, sosial, ekonomi, budaya, dan politik) pada satu keluarga, melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan tersebut, dan meng-evaluasi hasil dari intervensi yang telah dilakukan.

Program FOME juga bertujuan untuk membentuk karakter dokter pada mahasiswa yaitu 6 STARS doctor yang oleh Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health Organization (WHO) digambarkan sebagai profil dokter masa depan yang mencakup dokter sebagai pemberi pelayanan (care provider), komunikator (communicator), pengambil keputusan (decision maker), pemimpin masyarakat (community leader), manajer (manager), dan peneliti (researcher) (Larasati, 2014).

Pada program FOME ini kami diberi tugas untuk melakukan identifikasi, intervensi dan evaluasi masalah kesehatan pada keluarga Tn. AK yang bertempat tinggal di Jl. Banten Kampung 40, Desa Kemuning Jaya, RT 05, Lingkungan 02, desa Kemuning Jaya, Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung. Intervesnsi yang kami lakukan berkaitan dengan kadar asam urat Tn. AK yang tinggi.

0. Tujuan1. Tujuan UmumMengidentifikasi masalah dan resiko kesehatan individu dan keluarga Tn. AK. serta menerapkan tindakan promosi dan pencegahan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada pada keluarga1. Tujuan Khusus1. Mengembangkan hubungan yang baik dengan keluarga Tn. AK.1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dalam keluarga Tn. AK serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.1. Melakukan intervensi dalam bentuk promosi dan prevensi kepada keluarga Tn. AK dalam hal kesehatan.

0. Manfaat

1. Bagi mahasiswa Dapat memahami masalah kesehatan secara luas dan tidak hanya dilihat dari individu, serta juga melihat pengaruh penyakit terhadap keluarga dan pengaruh keluarga terhadap penyakit individu.1. Bagi keluarga Terwujudnya keluarga yang sehat dan lebih memprioritaskan untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.1. Bagi pemerintah/institusiMendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan angka kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

II. HASIL KEGIATAN

2.1 Identitas Keluarga

Pada kegiatan Family Oriented Medical Education (Fome) yang dilakukan oleh FK Unila tahun 2015 pada keluarga binaan dialakukan beberapa kegiatan yang berpacu pada Berkas Keluarga FOME. Kegiatan pertama adalah kunjungan I terhadap keluarga binaan yang dilksanakan pada tanggal 13 dan 17 April 2015 sebagai perkenalan dan identifikasi masalah yang ada. Keluarga binaan yang menjadi mitra kami adalah keluarga Tn. AK (73th) yang beralamat di Jl. Banten Kampung 40, Desa Kemuning Jaya, RT 05, Lingkungan 02, desa Kemuning Jaya, Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung. Penghuni yang tinggal didalam rumah merupakan 3 anggota keluarga yang hidup bersama, yaitu Tn. AK, Ny. H, dan Tn. DW yang dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 1. Identitas Keluarga Tn. AK

NoNamaKedudukanL/PUsiaPendidikanPekerjaanKeterangan

1.Tn. AKKepala KeluargaL73 tahunSD-Menderita nyeri otot berdenyut saat berjalan sejak 1tahun lalu, Perokok aktif, Kadar As. Urat tinggi (9,2)

2.Ny. HIstri Tn. AKP64 tahunSD-Mengeluh nyeri pinggang Seteah mengangkat ember berisi air 1bulan lalu

3.Tn. DWCucu Tn. AK & Ny. HL24 tahunSMAPegawai pada Perusahaan air minum dalam kemasan-

Keluarga Tn. AK merupakan keluarga orang tua lansia dengan seorang cucu yang tinggal bersama, dimana didalam rumah ditinggali oleh Tn. AK yang berusia 73 tahun bersuku Lampung, Ny. H yang berusia 64 tahun bersuku Sunda dan Tn. DW yang berusia 24 tahun. Tn. DW sendiri merupakan cucu Tn. AK dan Ny. H dari anak yang ketiga dari kelima anaknya. Kelima anak Tn. AK dan Ny. H telah keluar dari rumah dan membina keluarganya masing-masing. Tn AK dan Ny. H merupakan lansia yang telah berhenti bekerja sejak kurang lebih 10 tahun terakhir. Pekerjaan Tn AK yang merupakan lulusan SD (dahulu Sekolah Rakyat) bekerja sebagai tenaga kasar yang lebih banyak mengerjakan pekerjaan kuli bangunan, sedangkan Ny. H merupakan lulusan SD yang ibu rumah tangga, sedangkan Tn. DW merupakan lulusan SMA yang bekerja sebagai pegawai dari perusahaan air minum dalam kemasan. Peranan Tn. AK didalam keluarga berperan sebagai kepala rumah tangga yang mengambil keputusan, suami dari Ny. H dan kakek dari Tn. DW. Peranan Ny. H didalam sebagai ibu rumah tangga yang menyiapkan makanan, membereskan & membersihkan rumah, yang juga sebagai istri dari Tn. AK serta nenek dari Tn. DW. Sedangkan peranan Tn. DW sebagai tulang punggung keluarga yang mencari nafkah dan cucu yang menjaga Tn. AK dan Ny. H.Tn. AK dan Ny. H memiliki 5 orang anak yang dari buah perkawinan mereka yang menurut keterangan mereka dilaksanakan saat Tn. AK berusia 25 tahun dan Ny. H berusia 16 tahun. Berdasarkan keterangan yang didapat dari Tn. AK dan Ny. H, pohon keluarga dari Tn. AK dan Ny. H dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Genogram keluarga Tn. AK menggunakan software GenoPro

Household

Gambar 2. Simbol dan legenda pada Software GenoPro

Tn. AK merupakan pemeluk agama Islam dan bersuku Lampung dan Ny. H merupakan pemeluk agama islam dan bersuku bangsa Sunda yang berasal dari Kota Bandung, Jawa Barat. Tn. AK dan Ny. H menikah saat Tn. AK berumur 25 tahun dan Ny. H berumur 16 tahun. Tn. AK dan Ny. H telah merantau ke pulau Jawa dan kembali ke Bandar Lampung pada tahun 1992 dan membeli sebidang tanah di Kelurahan Bakung yang sekarang menjadi rumah yang saat ini ditempati. Rumahnya dahulu hanya berupa banguanan semi permanen yang berdinding gribik (anyaman bambu), Rumahnya kembali dibangun pada tahun 2013 hingga 2014 akhir menjadi bangunan permanen berdinding bata merah berlapis plester yang kini masih dalam tahap penyelesaian. Pembangunan yang sedang dikerjakan merupakan hasil dana patungan dari anak dan cucu Tn. AK dan Ny. H. Tempat tinggal yang sekarang ditempati didominasi oleh orang-orang transmigran dari Jawa Tengah. Pengalaman Tn. AK dan Ny. H yang telah merantau ke berbagai tempat membuat Tn. AK dan Ny. H dapat beradaptasi, dan diterima oleh lingkungan sekitar serta fasih dalam berbahasa Indonesia.

2.2 Keadaan Rumah

Gambar 3. Denah rumah Tn. AKKeterangan :RT : ruang tamu RM : ruang makan T : terasRK : ruang kamar WC: water closed : pintuRkel : ruang keluarga D: dapur : jendela

Rumah keluarga Tn. AK cukup besar dengan ukuran kurang lebih 11,5m x 7,5m yang terdiri atas 1 ruang tamu, 3 ruang tidur/kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur, 1 kamar mandi, dan terdapat teras di sisi rumah. Tembok rumah belum dicat dan lantai belum dikeramik, semua hanya sebatas plaster semen. Keseluruhan rumah belum ditutupi plavon.

Ruang tamu memiliki ukuran 3m x 2,5m. Terdapat 1 buah pintu dengan 2 daun dan 2 buah jendela serta 4 buah jalosi yang cukup besar diatasnya. Didalam ruangan terdapat 1 set kursi berupa sofa dan 1 buah lemari sudut tanpa ada hiasan pada dindingnya. Pada sudut ruang tamu terdapat pintu yang mengarah ke ruang keluarga.

Ruang keluarga memiliki luas kira-kira 6,5m x 3m. terdapat 6 buah pintu; 1 pintu dari arah ruang tamu, 3 buah pintu ruang tidur (RT1, RT 2, dan RT 3), 1 buah pintu menuju dapur, 1 buah pintu menuju teras; dan 1 buah jendela besar dengan jalosi diatasnya. Ruang tamu berisi 1 buah bufet dengan 1 buah TV LED 21 diatasnya, 1 buah lemari perkakas, 1 buah meja dengan 1 buah dispenser diatasnya, beberapa buah kursi, dan terdapat beberapa hiasan didinding berupa foto-foto keluarga dan kalender. Penerangan cukup namun pencahayaan kurang disebabkan cahaya dari luar yang akan masuk ke jendela terhalang oleh atap teras.

Terdapat 3 buah kamar tidur. Kamar tidur I merupakan kamar tidur kosong yang hanya diisi apabila terdapat sanak saudara atau tamu yang menginap. Luas kamar tidur kira-kira 3m x 3m. Terdapat 1 buah pintu menuju ruang keluarga dan 1 buah jendela denga jalosi diatasnya. 2 buah kasur tanpa dipan dan 1 buah lemari pakaian. Pencahayaan dan penerangan ruangan cukup.

Kamar tidur II merupakan kamar cucu Tn. AK yaitu sdr. DW. Luas kamar kira-kira 3m x 2,5m. Terdapat 1 buah pintu menuju ruang keluarga dan 1 buah jendela dengan jalosi diatasnya. Terdapat 1 buah dipan dengan kasur diatasnya dan 1 buah lemari pakaian. Pencahayaan dan penerangan cukup.

Kamar tidur III merupakan kamar Tn. AK dan istrinya, Ny. H. luas kamar kira-kira 3m x 2,5m. Terdapat 1 buah pintu menuju ruang keluarga dan 1 buah jendela dengan jalosi diatasnya. Terdapat 1 buah dipan dengan kasur diatasnya dan 1 buah lemari pakaian. Pencahayaan dan penerangan cukup.

Dapur memiliki luas kira-kira 2m x 3m. Terdapat 3 buah pintu; 1 pintu mneuju ruang makan, 1 buah pintu menuju toilet, 1 buah pintu menuju halaman belakang; dan jendela dengan jalosi diatasnya. Seperangkat alat masak, magic jar, lemari perkakas dapur, dan wastafel. Pencahayaan dan penerangan cukup.

Ruang makan memeiliki luas kira-kira 2m x 2,5m. Terdapat 1 buah pintu dari arah dapur dan 1 buah jendela denga jalosi diatasnya. Terdapat 1 set meja makan dan sebuah kulkan. Pencahayaan dan penerangan cukup.

Toilet memiliki luas kira-kira 2m x 1,5m. Terdapat lubang aingin yang cukup besar,1 buah kloset, dan beberapa ember gayung untuk keperluan mandi. Sumber air dialirkan menggunakan pompa air. Pencahayaan dan peneraangan cukup.

Teras berada di sisi rumah dengan ukuran 4,5m x 1,5m. Beratapkan asbes dan berlantaikan tanah. Rumah tersebut merupakan rumah yang baru dibangun kembali pada 2013 sampai akhir 2014, namun belum selesai dan telah ditempati dari 3 bulan lalu.

2.3 Keadaan Keluarga

Dalam memulai kehidupan berkeluarga, Tn. AK dan Ny. H tidak melakukan perencanaan seputar jumlah anak yg diinginkan, jenis kelamin anak yang diinginkan, ataupun jarak antar anak. Tn. AK dan Ny. H tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan anak pertama, 1 tahun setelah pernikahan mereka dikaruniai anak laki-laki. Menurut pengakuan Ny. H tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.

Dahulu Tn. AK bekerja sebagai buruh di pasar Cimeng, Teluk Betung. Namun berhubung kondisi Tn. AK sudah tidak sebugar dahulu dan juga sebab permintaan dari anak-anak nya maka Tn. AK tidak lagi bekerja. Sedangkan Ny. H sedari dulu hanya sebagai ibu rumah tangga.

Tn. AK memiliki keluhan kesehatan berupa nyeri-nyeri pada beberapa baigan tubungnya, hal ini sudah dirasakan sejak 1 tahun lalu dan terdapat sedikit progresivitas dalam keluhannya. Sedangkan Ny. H memiliki keluhan berupa nyeri pada bagian belakang panggulnya (low back pain). Keluhan ini muncul setelah beliau mengangkat beban yang cukup berat yaitu ember berisi air kurang lebih 2 bulan yang lalu.

Tn. DW bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan air minum dalam kemasan dibagian pensortiran produk. Jam kerja Tn. DW terbagi menjadi 3 jenis shift kerja berdasarkan waktu. Shift I dimulai dari pukul 7.00 sampai dengan pukul 14.00. Shift II dimulai dari pukul 14.00 sampai dengan pukul 22.00. Shift III dimulai dari pukul 22.00 sampai dengan pukul 7.00. Sedangkan penjadwalan shift adalah; minggu pertama shift I, minggu kedua shift II, minggu ketiga shift III dan begitu seterusnya. Menurut keterangan yang kami dapatkan, Tn. DW tidak memiliki keluhan seputar kesehatan.

Seluruh anggota keluarga binaan setiap hari berkumpul. Sedangkan untuk waktu bertemu Tn. DW tergantung dari jenis shift kerjanya. Anggota keluarga lain yang berada diluar houshold sering berkunjung ke rumah Tn. AK kecuali Ny. S (anak kedua) yang bekerja di Malaysia, Ny. R (anak ketiga) dan suami yang bekerja dan menetap di Palembang, dan Tn. A (anak kelima) sekeluarga yang bekerja dan menetap di Jogja. Frekuensi kunjungan tidak terlalu intens tetepi dalam seminggu psati terdapat kunjungan. Hubungan seluruh anggota keluarga adalah sangat dekat. Berikut ini adalah family map keluarga Tn. AK.

Tn.DWGambar 4. Hubungan tiap anggota keluarga (family map)2.4 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

Kebutuhan ekonomi anggota keluarga yang tinggal dirumah sebagaian didapatkan dari penyisihan penghasilan Tn. DW yang bekerja di perusahaan air minum dalam kemasan dan sebagian pemberian anak serta cucu Tn. AK dan Ny. H yang lain. Dahulu Tn. AK dan Ny. H mendapatkan penghasilan dari Tn. AK yang bekerja menjadi Tenaga kasar terutama bekerja sebagai kuli bangunan. Penghasilan yang didapat saat itu dipakai untuk biaya hidup sehari-hari serta menyekolahkan anak dan cucunya.

Untuk kebutuhan pendidikan, saat itu Tn. AK dan Ny. H bercerita bahwa mereka adalah orang yang kurang mendapat pendidikan sehingga kesulitan dalam mendapatkan penghasilan, sehingga mereka bertekat anak dan cucunya harus dapat mengenyam pendidikan yang lebih sehingga mendapat kehidupan yang layak dari hasil kerja kerasnya sebagai tenaga kasar. Sehingga, saat ini semua anaknya minimal merupakan lulusan SMA dan ada yang hingga perguruan tinggi. Hal tersebut membuat anak cucu Tn. AK dan Ny. H dapat memenuhi kebutuhan ekonominya minimal hingga sekunder.

Saat ini Tn. AK dan Ny. H merupkan lansia yang telah tidak bekerja lagi sejak kurang lebih 10 tahun terakhir, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Namun, berkat tekatnya dahulu untuk membuat anak cucunya menjadi orang yang hidup dengan layak, sehingga keadaan Tn. AK dan Ny. H yang telah tidak bekerja bukan suatu permasalahan besar. Saat ini kebutuhan hidup Tn. AK dan Ny. H sepenuhnya ditunjang oleh anak cucunya yang telah bekerja. Anak dan cucunya secara sukarela dan bangga menyisihkan penghasilannya untuk memberi Tn. AK dan Ny. H.

Untuk pemenuhan dalam bidang spiritual dilaksanakan kadang secara bersama-sama antara Tn. AK dan Ny. H , namun kadang Tn. AK beribadah di Mushola dan Ny. H beribadah dirumah. Hal tersebut disimpulkan dari keterangan Tn. AK dan Ny. H.

Untuk pemenuhan dalam bidang kesehatan dipenuhi Tn. AK dan Ny. H dengan mendatangi puskesmas maupun memanggil mantri desa. Kunjungan ke puskesmas maupun pemanggilan mantri desa jarang dilakukan. Frekuensi banyaknya pemenuhan dalam bidang kesehatan sebanyak 3-4 kali selama setahun. Kunjungan ke puskesmas atau pemanggilan mantri desa biasanya dilakukan ketika ada keluarga yang sudah merasakan gejala penyakit yang cukup parah, ketika hanya panas, demam, batuk, pilek sedikit lebih memilih beristirahat dan minum obat di warung.

2.5 Gaya Hidup Keluarga

Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Tn. AK dan Ny. H mengenai gaya hidup keluarga. Pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan sehari-hari pada keluarga Tn. AK dipilih, dimasak dan disiapkan oleh Ny. H. Makanan yang dimasak dan disajikan sering kali hanya diperuntukan untuk Tn. AK dan Ny. H saja, dikarenakan Tn. DW lebih sering makan di perusahaan tempat dia bekerja saat mendapatkan shif dia bekerja. Makanan yang disajikan di rumah dimasak setiap pagi dan sore hari. Pagi hari memasak lauk, sayur dan nasi untuk makan sarapan pagi dan makan siang, sedangkan sore hari mengangatkan lauk, sayur dan memasak nasi kembali untuk makan pada malam hari.

Berdasarkan hasil keterangan makanan yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa jenis makanan yang dimasak dan disajikan termasuk makanan yang memiliki gizi seimbang antara sumber energi, protein dan serat. Sedangkan jumlah asupan yang dimakan oleh setiap anggota keluar berdasarkan keterangan adalah 2-3 kali dalam sehari dengan setiap makannya berkisar - piring. Selain dari pada itu dipaaparkan pula bahwa sering diselingi makanan ringan seperti roti dan gorengan diantara waktu makan, walaupun tidak dilakukan setiap hari untuk makanan selingannya.

Kebiasaan konsumsi air dalam keluarga Tn. AK dan Ny. H dipenuhi menggunakan air minum dalam kemasan yang kebetulan didapatkan dari tempat Tn. DW bekerja. Kebutuhan minum untuk Tn. AK dikhususkan disajikan dalam kondisi hangat oleh Ny. H dikarenakan apabila disajikan dalam kondisi dingin atau tidak hangat maka Tn. AK mengeluh merasa kembung dan tidak bisa minum banyak. Frekuensi minum berdasarkan penjelasan Tn. AK dan Ny. H, 3-5 gelas seukuran kurang lebih 200ml yang berarti setara dengan 600-1000ml dalam setiap harinya untuk Tn. AK dan 2-4 gelas seukuran kurang lebih 200ml yang berarti setara dengan 400-800ml dalam setiap harinya untuk Ny. H.

Untuk kebiasaan berolah raga dalam keluarga dinyatakan sangat kurang atau hampir tidak pernah dilakukan untuk 5-10 tahun terakhir bagi Tn. AK dan Ny. H, namun masih rutin dilakukan oleh Tn. DW disela-sela kesibukannya. Kebiasaan berolah raga yang sangat kurang disebabkan karena kondisi fisik Tn. AK dan Ny. H yang sudah tidak memungkinkan. dan Tn. DW yang sibuk bekerja. Bagi Tn. DW sendiri sering kali berolah raga dengan bermain sepak bola bersama teman kantornya. Hal ini dikarenakan Tn. DW merupakan salah satu pemain tetap dalam tim sepak bola di perusahaan tempat dia bekerja.

Berdasarkan penjelasan Tn. AK dan Ny. H tentang kebiasaan minum alkohol dalam keluarga disangkal. Mereka memaparkan bahwa dilingkungannya sempat pernah ada kebiasaan negatif berupa minum-minuman dan pemakaian obat terlarang. Namun, hal itu tidak pernah mengenai keluarganya.

Untuk kebiasaan merokok dilakukan oleh Tn. AK. Kebiasaan merokok sendiri diakui sulit dihilangkan karena sudah dilakukan sejak kecil walaupun sudah pernah dilarang oleh Ny. H dan anggota keluarga lainnya. Frekuensi rokok Tn. AK diakui sampai 1 bungkus (12-16batang) dalam sehari semalam. Tn. AK merokok disaat waktu senggang dan setelah makan pokok maupun makan makanan selingan. Tn. AK sendiri, walaupun sudah merokok sejak kecil, tetap dengan tegas tidak memperbolehkan anggota keluarganya yang lain merokok seperti dia.

2.6 Lingkungan Hidup Keluarga

Keluarga Tn. AK dan Ny. H tinggal disalah satu perkampungan dibilangan Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung. Lingkungan perkampungan tersebut merupakan jenis perkampungan tempat tinggal permanen yang cukup jauh dari jalan raya. Lingkungan dalam perkampungan tersebut cukup padat, namun ada beberapa rumah yang masih memiliki halaman yang luas termasuk rumah Tn. AK dan Ny. H.

Untuk Higienitas lingkungan rumah Tn. AK dan Ny. H dapat dikatagorikan sebagai lingkungan yang bersih namun tidak teratur sesuai panduan Berkas Keluarga FOME FK Unila. Rumah tempat tinggal Tn. AK dan Ny. H dapat dikatakan bersih karena saat kunjungan tidak dilihat serakan sampah, limbah dan jauh dari aliran air limbah. Rumah Tn. AK dan Ny. H dikatakan tidak teratur dikarenakan kondisi bangunan rumah yang baru saja dibangun dan belum selesai pembangunannya, sehingga terdapat barang-barang yang belum sepenuhnya ditata dan keadaan halaman yang masih gersang dan kurang ditumbuhi tanaman.

Untuk keamanan Lingkungan perkampungan sendiri dapat dikatagorikan sebagai kategori aman dengan penjagaan berdasarkan kategori panduan Berkas Keluarga FK Unila. Selama tinggal di perkampungan tersebut Tn. AK dan Ny. H menjelaskan tidak ada kejahatan yang cukup mengancam. Namun, ancaman keamanan masih ada, yang terakhir kali adalah kehilangan 2 motor dalam waktu sebulan ditahun 2014 yang dialami oleh Tn. DW, Tn. AK dan Ny. H. kejadiannya sendiri berada di depan rumah yang ditinggali sekarang dengan kronologi yang hampir sama antara kehilangan yang pertama dan kedua, yaitu motor diparkir di depan rumah tanpa pengawasan pada siang hari.

Untuk paparan partikel/zat yang ada di dalam rumah dan lingkungan sekitar sendiri adalah debu. Debu yang berasal dari dalam rumah merupakan debu bangunan yang belum selesai dibangun & dicat, serta debu dari atap rumah yang belum dilapisi langit-langit/plavon. Debu yang berasal dari lingkungan merupakan debu tanah halaman yang gersang dan diterbangkan oleh angin.

Status lingkungan pekerjaan pada keluarga Tn. AK dan Ny. H hanya dimiliki oleh Tn. DW. Tn. DW bekerja pada perusahaan air minum dalam kemasan. Dalam perusahaan air minum dalam kemasan, Tn. DW bekerja sebagai pen-sorting (penjaga kualitas) kemasan air minum yang layak dipasarkan dan harus dipisahkan untuk diulangi yang dapat dikatagorikan sebagai pekerja fisik dilapangan berdasarkan panduan Berkas Keluarga FOME FK Unila. Pekerjaannya sendiri memiliki resiko seperti kecelakaan kerja dan strees kejenuhan, sedangkan untuk paparan zat/partikel yang mungkin ada dalam pekerjaannya sehari-hari adalah paparan dari bising dan getaran yang berasal dari mesin-mesin tempat dia bekerja.

Status sosial dalam keluarga pada keluarga Tn. AK dan Ny. H adalah sebagai anggota dari beberapa perkumpulan yang ada di lingkungannya. Perkumpulan yang diikuti oleh Tn. AK di lingkungannya adalah anggota dari pengajian dan baca Yasin yang rutin dilakukan setiap kamis malah setelah solat Isya (Bada Isya), sedangkan perkumpulan yang sering diikuti oleh Ny. H adalah sebagai anggota pengajian ibu-ibu yang rutin dilakukan setiap hri Jumat sore dan Sabtu sore setelah solat Ashar (Bada Ashar)

Kedudukan keluarga Tn. AK dan Ny. H sendiri ditengah lingkungan sosial dihormati secara sewajarnya. Penghormatan yang diberikan kepada keluarga Tn. AK dan Ny. H terbangun dari beberapa faktor, diantaranya karena Tn. AK dan Ny. H merupakan anggota masyarakat yang sudah cukup berumur dan berpengalaman, Tn. AK dan Ny. H merupakan tetangga yang aktif dan dikenal sering membantu dan memperhatikan tetangganya, istri dari anak Tn. AK dan Ny. H yang pertama, yaitu Ny. N merupakan kader puskesmas senior.

Paparan stress sosial yang kami tanyakan sebagai gangguan, tekanan, atau faktor pembuat pusing sebagai warga lingkungan maupun dari warga lingkungan dijawab tidak ada. Faktor terdekat yang dinyatakan adalah karena sekarang Tn. AK dan Ny. H tidak bisa lagi terlalu jauh kalo mau jalan-jalan muter kampong kayak dulu lagi. Di luar faktor diatas, Tn. AK dan Ny. H mengaku tidak ada, karena mereka menganggap sesuatu yang membuat mereka pusing sekarang tidak pernah mereka pikirkan berlebihan.

2.7 Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga

Setelah melakukan kunjungan I sebannyak 2 kali, yaitu tanggal 13 dan 17 april 2015, dimana saat itu kami melakukan perkenalan, dan identifikasi masalah kepada seluruh anggota keluarga yang tinggal di rumah. Identifikasi masalah dilakukan dengan cara meng-anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan glukosa darah dan asam urat darah melalui darah tepi. Dari hasil identifikasi, didapatkan

2.7.1 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan karakteristik keluarga

Keluarga Tn. AK dan Ny. H merupakan keluarga lansia dengan seorang cucu, sehingga terdapat beberapa resiko kesehatan dari faktor usia dan tingkat pendidikan Tn. AK dan Ny. H. Faktor resiko yang mungkin terdapat dari keluarga Tn. AK dan Ny. H karena usia mengarah pada penyakit degeneratif untuk Tn. AK dan Ny. H yang telah berumur 73 tahun dan 64 tahun. Faktor resiko pada keluarga Tn. AK dan Ny. H yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah adalah berupa kebiasaan prilaku yang belum menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Permasalahan kesehatan yang telah timbul terkait keadaan karakteristik keluarga Tn. AK dan Ny. H adalah keadaan nyeri otot yang dirasakan Tn. AK dan nyeri pinggang yang dirasakan Ny. H. Masalah kesehatan yang timbul selain dari itu, setelah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa penilaian kadar gula darah dan asam urat, didapatkan asam urat Tn. AK adalah 9,2mg/dl. Keadaan nyeri otot yang dirasakan Tn. AK adalah nyeri berdenyut yang terjadi pada regio cruris sejak setahun lalu dan menjalar ke bagian abdomen anterior dan posterior. Nyeri dirasakan semakin parah ketika berjalan lebih dari 30-50m tanpa istirahat. Keadaan nyeri yang dirasakan Ny. H adalah nyeri pinggang belakang (low back pain). Nyeri yang dirasakan oleh Ny. H timbul ketika Ny. H mengangkat 1 ember berisi air 1,5 bulan lalu. Nyeri pada Ny. H semakin parah ketika diurut 1 bulan lalu. 2.7.2 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan keadaan rumah

Resiko kesehatan yang ada juga dapat berasal dari keadaan rumah rumah keluarga Tn. AK dan Ny. H yang saat ini dalam proses pembangunan dan telah ditempati sebelum selesai sepenuhnya. Resiko kesehatan yang ada berasal dari paparan debu yang dihasilkan karena dinding rumah yang belum dicat, debu dari atap rumah yang belum dilapisi langit-langit/palvon, dan kondisi lantai rumah yang sulit debersihkan.

Lingkungan hidup sekitar rumah dimana keluarga Tn. AK tinggal saat ini juga dapat menyebabkan beberapa resiko kesehatan bagi anggota keluarga yang hidup dirumah. Resiko kesehatan yang dapat timbul dari keadaan lingkungan hidup keluarga ini adalah halaman yang gersang dan mudah meniupkan debu ketika ada angin yang cukup kencang.

Resiko kesehatan lain yang dapat timbul adalah lokasi tempat tinggal yang tidak cukup jauh dari lokasi Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Bakung. Faktor resiko tersebut adalah timbulnya bau sampah menyengat saat hujan dan arah angin mengarah ke perkampungan tempat tinggal keluarga yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, serta mudahnya penyebaran penyakit maupun vektor penyakit melalui udara maupun aliran air yang ada.

2.7.3 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan fungsi keluarga

Anggota keluarga Tn. AK yang tinggal didalam rumah merupakan keluarga lansia dengan seorang cucu. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan fungsi keluarga dapat timbul pada cucu Tn. AK dan Ny. H, yaitu Tn. DW yang telah tinggal bersama Tn. AK dan Ny. H sejak usia 8 bulan, dan jarang sekali bertemu atau kontak dengan orang tuanya yang tinggal di Palembang. Faktor resiko tersebut dapat mengancam dari psikologi Tn. DW yang sudah tinggal jauh dari kedua orang tuanya sejak kecil.

Faktor resiko lain yang mungkin terjadi dengan kaitannya fungsi keluarga juga dapat timbul pada Tn. AK dan Ny. H. Resiko kesehatan itu iyalah tekanan psikologis pada Tn. AK dan Ny. H yang disebabkan Tn. DW yang akan menikah dan keluar dari rumah pada bulan Juni 2015.

Dalam keluarga Tn. AK terdapat perencanaan yang biasanya dimusyawarahkan kepada seluruh anggota keluarga yang dirumah. Hasil dari musyawarah dikonsultasikan juga kepada anggota keluarga yang tinggal didekat rumah, yaitu Tn. I sebagai anak pertama Tn. AK dan Ny. H, dan Ny. M sebagai anak keempat. Keputusan perencanaan diputuskan oleh Tn. AK sebagai kepala keluarga.

2.7.4 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga

Saat ini keluarga Tn. AK merupakan keluarga orang tua lansia dengan seorang cucu. Sumber ekonomi keluarga sebagian berasal dari penghasilan Tn. DW yang telah disisihkan dan sebagian pemberian setiap bulan oleh seluruh anak dan cucu Tn. AK dan Ny. H yang telah berkeluarga dengan sukarela dan tanpa penentuan besarnya. Pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga Tn. AK dapat dikatagorikan dalam pemenuhan sekunder berdasarkan panduan Berkas Keluarga FOME FK Unila, dan belum ditemukan resiko kesehatan berarti yang berasal dari faktor pemenuhan kebutuhan keluarga.

Dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan dalam keluarga dapat dikatagorikan sebagai terpenuhi pendidikan menengah berdasarkan Berkas Keluarga FOME FK Unila 2014. Kategori tersebut karena 4 dari kelima anak Tn. AK dan Ny. H berpendidikan terakhir SMA, dan satu dari kelima anaknya berpendidikan terakhir sarjana di kota Yogyakarta.

2.7.5 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup keluarga

Berdasarkan keterangan yang telah dijelaskan oleh Tn. AK dan Ny. H mengenai gaya hidup keluarga dalam pertemuan I terdapat beberapa resiko kesehatan yang mengancam. Resiko kesehatan yang pertama datang dari kebiasaan pola makanan yang dipilih, dimasak dan disajikan oleh Ny. H sebagai ibu rumah tangga. hal ini dapat menyebabkan beberapa kemungkinan dari resiko kesehatan bagi keluarga Tn. AK berhubungan dengan asupan gizi.

Resiko kesehatan kedua yang berhubungan dengan gaya hidup keluarga adalah kebiasaan merokok Tn. AK masih berlanjut sampai saat ini. Tn. AK mengaku untuk kebiasaan merokok telah dilakukannya sejak kecil dan dia tidak bisa bila minta berhenti, bahkan menurut keterangan Ny. H, Tn. AK pernah marah ketika terus terusan diminta untuk berhenti merokok olehnya dan oleh anggota keluarga yang lainnya. Kebiasaan merokok ini dapat menjadi faktor resiko dari beberapa penyakit yang berhubungan dengan jantung, paru, dan pembuluh darah (Cardiorespirovascular diseases) bagi Tn. AK sebagai perokok aktif, maupun anggota keluarga lainnya yang tinggal di dalam rumah sebagai perokok pasif.

Resiko kesehatan ketiga yang berhubungan dengan gaya hidup keluarga adalah kurangnya, bahkan tidak adanya aktivitas olah raga bagi Tn. AK dan Ny. H. Kurangnya olah raga bagi Tn. AK dan Ny. H diakibatkan karena kondisi fisik lansia mereka yang sudah memungkinkan untuk melakukan olah raga. Keadaan kurang olah raga bagi Tn. AK dan Ny. H dapat menyebabkan penurunan kebugaran tubuh dan penumpukan energy yang berlebihan.

2.8.Urutan Prioritas Masalah Keluarga

Setelah mendapatkan informasi yang kami anggap cukup dari Tn. AK, Ny. H, dan Tn. DW secara langsung, maka kami menetapkan beberapa permasalahan berdasarkan prioritasnya dengan menggunakan metode USG. Adapun prioritas permasalahan pada keluarga Tn. AK sebagai berikut :a. Kadar asam urat yang tinggi pada Tn. AK b. Kebiasaan merokok Tn. AK.c. Kondisi rumah rumah yang berdebu.d. Low back pain yang dialami Ny. H

III. Hasil dan Pembahasan

3.1 Alasan Penyusunan Prioritas Masalah KeluargaUntuk menentukan prioritas masalah yang akan ditangani, kami menggunakan metode USG (urgensi, seriosness, growth), yang dijabarkan pada tabel berikut.Tabel 2. Penentuan prioritas masalah menggunakan metode USGNoDaftar masalahNilai KriteriaNilai Akhir

USG

1Kadar asam urat Tn. AK yang tinggi.44413

2Kebiasaan merokok Tn. Ak24410

3Kondisi rumah yang berdebu4239

4Low back pain yang dialami Ny. H43411

Dari beberapa masalah kesehatan yang berhasil diidentifikasi, setelah dilakukan perhitungan tingkat perioritas menggunakan metode USG, masalah kadar asam urat Tn. AK yang tinggi menjadi prioritas tertinggi kami. Jika dibandingkan dengan yang lainnya, masalah kadr asam urat Tn. AK yang tinggi dilihat dari sisi seriousness yang mana Tn. AK sering mengeluhkan nyeri-nyeri pada bebrapa bagian tubuhnya dan hal tersebut menyebabkan penurunan produktifitas dari Tn. AK. Masalah tersebut cukup fiable bagi kami untuk kami intervensi.

3.2Rencana Pemeliharaan Kesehatan Pada KeluargaLangkah selanjutnya setelah kami menentukan prioritas masalah yang akan ditangani adalah melakukan intervensi. Sebelum melakukan intervensi diperlukan strategi atau perencanaan agar tujuan yang dinginkan terceapai atau paling tidak dapat menurunkan masalah yang ada. Berikut ini tabel perencanaan pemeliharaan kesehatan keluarga dan intervensi.Tabel 3. Rencana pemeliharaan kesehatan keluarga dan intervensiPerencanaanTahap Intervensi (2)Hasil Intervensi (3)

Tujuan KegiatanMateri KegiatanCara PembinaanSasaran Individu

Edukasi diet rendah purin.Daftar bahan pangan rendah purin dan contoh menu rendah purin.Memberikan edukasi seputar bahan pangan tinggi purin dan penjelasan daftar bahan pangan dan contoh menu rendah purin.Tn. AK dan Ny. H.Tn. AK mengikuti anjuran untuk mengikuti diet rendah purin dan Ny. H men-support dengan menyajikan menu rendah purin setiap hari.Terdapat penurunan kadar asam urat Tn. AK

3.3Pelaksanaan IntervensiPelaksanaan intervensi dilakukan pada tanggal 24 April 2015 pukul 7.30 sampai dengan selesai. Intervensi dilakukan dengan menggunakan media yaitu berupa beberapa poster berukuran A3 berisi daftar bahan pangan dan contoh menu rendah purin serta lembar catatan makanan yang dimakan setiap hari. Penjelasan mengenai media intervensi sebagai berikut.a. Poster daftar bahan pangan dan contoh menu rendah purin.Poster tersebut dibuat dengan ukuran A3 dengan isi sebagai berikut: Makanan pokokYang boleh dikonsumsi : Nasi, ketan, bubur nasi, bihun, roti, gandum, makaroni, pasta, kentang, ubi, talas, singkong.Yang harus dikurangi : Tidak adaYang tidak boleh dikonsumsi: Tidak ada

Lauk-paukYang boleh dikonsumsi: TelurYang harus dikurangi: - Daging (ayam, sapi, kambing) maksimal 1 potong/ hari ata 50 gram/hari. Ikan bandeng, tongkol, tenggiri, bawal. Maksimal 1 potong/ hari ataa 50 gram/hari. Udang. Tahu, tempe. Maksimal 1 potong/ hari atau 50 gram/hari.Yang tidak boleh dikonsumsi: Jeroan (hati, ampela, usus, paru, babat dll), sarden, kaldu daging, bebek, burung, angsa, remis, dan ragi.

Sayur-sayuranYang boleh dikonsumsi: Wortel, sawi, labu siam, kacang panjang, terong, pare, oyong, ketimun, labu air, selada air, tomat, selada, lobak.Yang harus dikurangi:Bayam, buncis, daun/biji melinjo, kapri, kacang polong, kembang kol, kangkung, jamur. Maksimal 1 ons/hari.Yang tidak boleh dikonsumsi: Tidak ada

Buah-buahanYang boleh dikonsumsi: Semua macam buah. Dianjurkan makan buah pepaya, jambu, jeruk, tomat, pisang.Yang harus dikurangi: Tidak adaYang tidak boleh dikonsumsi: Tidak ada

MinumanYang boleh diminum:Semua minuman yang tidak beralkohol dan bersoda.Yang harus dikurangi: Teh kental, kopi. Maksimal 1 gelas/hariYang tidak boleh diminum: Minuman bersoda (coca cola, fanta, sprit), minumal beralkohol (tuak, arak, ciu dll)

Lain-lainnyaYang boleh di konsumsi:Semua bumbu gunakan secukupnyaYang harus dikurangi: Makanan yang berlemak, santan kental, makanan yang digoreng.

Contoh menu rendah purinContoh menu 1 Pagi : nasi, telur, tomat, susu.- Pukul 10.00 pagi : pisang, jambu.- Siang: nasi, ikan sayur asam (tanpa buah atau daun melinjo), pisang atau pepaya.- Pukul 4.00 sore: teh manis.- Malam : nasi, tumis sawi dengan tomat, timun, pisang.

Contoh menu 2 Pagi: nasi, telur dadar isi wortel dan tomat, teh manis.- Pukul 10.00 pagi: semangka.- Siang: nasi, ikan (1 potong), tempe bacem (1 potong kecil), sayur sop, buah jeruk.- Pukul 4.00 sore: pisang.- Malam: nasi, daging (1 potong), pepes tahu, tumis sawi dan tomat, buah pisang ambon.

Gambar 5. Media intervensi daftar bahan pangan dan contoh menu rendah purin.

b. Lembar catatan makanan yang dimakan sehari-hariLembar ini berfungsi layaknya diary dimana makanan yang dimakan setiap hari ditulis di kolom yang disediakan sesuai dengan hari dan jenis konsumsinya (makanan atau minuman). Tujuan dari lembar ini adalah selain untuk mengetahui apa saja yang dikonsumsi sehari-hari juga bertujuan agar apabila intervensi diet rendah purin membuahkan hasil maka jenis konsumsi yang telah dikonsumsi dihari-hari sebelumnya seperti yang terdapat dalam lembar catatan dapat digunakan sebagai panduan menu dihari-hari selanjutnya.Untuk pencatatan makanan yang dimakan sehari-hari kami minta cucu Tn. AK yaitu sdr. DW untuk mencatatnya.

Gambar 6. Media intervensi lembar catatan makanan yang dimakan sehari-harib. Food recall via telphoneSelain meminta Tn. AK dan Ny. H untuk mencatat apa saja yang sikonsumsi sehari-hari, kami juga melakukan food recall via telphone setiap malam pukul 19.30 dan kemudian dicatat. Tujuan food recall via telphone ini adalah untuk mengetahui apa saja yang dikonsumsi keluarga Tn. AK (evaluasi) dan juga untuk mengingatkan apabila terdapat kesalahan dalam pemilihan bahan pangan dan jumlah konsumsi yang tidak sesuai dengan menu diaet rendah purin.

3.4 Hasil IntervensiTahap selanjutnya setelah intervensi adalah evaluasi. Evaluasi kami lakukan pada tanggal 8 Mei 2015 pukul 15.30 18.00. tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh setelah intervensi.Media evaluasi yang kami gunakan adalah alat pengukur kadar asam urat dan juga catatan dari hasil food recall via telphone yang kami lakukan setiap hari.Hasil dari pengecekan kadar asam urat menunjukkan penurunan walaupun masih dalam kadar diatas normal yaitu 8 mg/dL. Tn. AK juga bercerita bahwa keluhan yang dialaminya seputar nyeri-nyeri pada beberapa bagian tubuhnya juga mulai berkurang.

48

Gambar 7. Hasil evaluasiMenurut catatan hasil recall dan dicocokkan dengan lembar catatan makanan yang dimakan sehari-hari yang telah kami minta kepada sdr. DW untuk mencatatnya menunjukkan bahwa Tn. AK dan Ny. H menjalankan diet rendah purin dengan baik. Kepatuhan ini disebabkan oleh adanya kemauan dari Tn. AK dan Ny. H untuk hidup lebih sehat dan juga didukung dengan daftar menu diet rendah purin yang telah kami berikan.

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Prioritas masalah dari keluarga Tn. AK adalah tingginya kadar asam urat Tn. AK . Hasil intervensi diet rendah purin telah cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi dimana terjadi penurunan kadar asam urat Tn. AK stelah mengikuti diet rendah purin dan terjadi perbaikan pola yang sehat yang sesuai dengan kondisi Tn. AK.

4.2 Saran Adapun saran yang dapat kami berikan kepada keluarga Tn. AK adalah sebagai berikut.4.2.1 Tn. AK dan Ny. S harus selalu memotivasi diri sendiri untuk selalu mengikuti diet rendah purin.4.2.2anggota keluarga lain, dalam hal ini sdr. DW, juga harus memberi motivasi dan mengingatkan Tn. AK dan Ny. H untuk selalu menjaga pola makan diet rendah purin.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Singkat Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia 2009.Kemenkes RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan RI 133 (2009). Retrieved from http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_uu/UU No. 36 Th 2009 ttg Kesehatan.pdfLarasati T. A. dan Reni Zuraida. 2014. Buku Panduan Family Oriented Medical Education. FK Unila. Bandar Lampung.Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Departemen Kesehatan RI (2004).Republik Indonesia, 2012, Peraturan pemerintah no. 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan NasionalRepublik Indonesia, 2014, Kementrian Kesehatan RI no. 75 tahun 2014 tentang Sistem Kesehatan NasionaWHO,UNICEF. 2006. Meeting The MDG Drinking Water and Sanitation Target: The Urban and Rural Challenge of The Decade. WHO Press. Geneva.Hal 1- 41

LAMPIRAN

Identifikasi masalah

Intervensi

Evaluasi

Media intervensi