fix hal 4
TRANSCRIPT
8/20/2019 fix hal 4
http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 1/5
Hayati, Darcmber 1994, hlm. 37-41
ISSN
0854-8587
Vol 1 No 2
Kapang pada Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi
OKKY SETYAWAT1 DHARMAPUTRA
Jurusan Biologi FMIPA IPB, Jala n Raya Pajajaran, Bogor 16144
dun
SEAMEO
Bwtrop, Kotak Pos 116, Bogor 16001
Diterima 11 Agustus 1994D isetujui 3 November 1994
Mold s fro m So me Varieties of Milled-Rice. Fourtee n species of molds were isolated from st or ed .
milled-rice, deri ved fro m thre e different rice variety s follows: Arlhrinium sp., Aspergillus candidus,
A.
flavus, A. niger, A. penicilloides,
A.
versicdor, A. wentii, Cladosporium cladosporioides, Endomyces
Jibuliger, Eu m iiu m chevalieri,
E.
mpens, Mu cor circinelloides, Penicillium citrinum a n d
P.
herquei. Tbe
predom inant species were A. j lavus an d
P.
ci tr inum. Total mold populat ion an d moisture co ntent
increased with tbe Increase of s torage durat ion, wbile cnrbobydrnte content decreased with the
increase of s tor age durat ion,
PENDAHULUAN
Beras merupakan bahan pangan utama di Indonesia.
Selarna penyimpanan beras dapat mengalami kerusakan yang
antara lain disebabkan oleh serangga, tungau, mikro-
organisme, tikus dan burung.
Menurut Christensen dan Kaufmann (1974) serangga dan
kapang masing-masing me rupakan penyebab utama dan kedua
kerusakan bahan pangan yang disimpan. Serangan kapang
pasca panen pada bahan pangan dapat mengakibatkan
perubaban wama, susut bobot, penurunan kandungan nutrisi,
pemanasan dan bau tengik, serta kemungkinan terjadinya
produksi mikotoksin (Christensen dan Kaufrnann, 1969).
Di Indonesia penelitian mengenai kapang pada beras
belum
banyak dilakukan. Conway et al. (1991) melaporkan
bahwa be tas yang disimpan di beberapa gudang di Indonesia
terserang oleh kapang dengan setangan yang cukup berat.
K a p n g yang dominan ialah Aspergillus flavus, A. candidus,
A @migatus, Penicillium islandicum dan beberapa spesies
dari Mucorales.
Beras dengan derajat sosoh 90 setelah disimpan selama
tiga bulan pada kondisi laboratorium terserang oleh
A
condkhq A. penicilloides, Eurotium chevalieri dan E rubrion
dengan populasi masing-masing 555, 285 333, 1667 dan 14
056 kolonilg. Selain itu kandungan lemak total dan protein
berm semakin menurun dengan semakin meningkatnya lama
penyimpanan (Dharm aputra et al., 1993).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapang yang
menyerang beras selama penyimpanan dalam jangka waktu
tertentu. Di sarnping itu juga untuk mengetahui kadar air dan
kandungan karbohidrat beras setelah masa penyimpanan.
BAHAN D N M E T O D E
vietas
Beras. Beras yang digunakan pada penelitian ini
berasal dari tiga varietas padi yang disarankan oleh Direktorat
Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, Departemen Pertanian,
yaitu ckadane,
IR
64 dan atomita
4.
Varietas cisada ne dan
IR
64 mempunyai penyebaran luas, sedangkan atomita
merupakan varietas yang baru dilepas. Gabah dari ketiga
varietas tersebut diperoleh dari perum Sang Hyang Seri,
Sukaman di. Dera jat sosoh beras yang digunakan yaitu 90 .
Penyimpanan Beras. Sebanyak 200 g beras dari setiap
varietas dengan kadar air kuran g lebih 13 ditempatkan di
dalam stoples yang ditutup dengan kain batis dan disimpan
selama 1, 2 dan
3
bulan. Sebelum disimpan beras difumigasi
dengan fosfin (2 glton) selama enam hari. Selama penyim-
panan, suhu dan kelembaban relatif ruangan diukur dengan
menggunakan termohigrograf.
Contoh Beras. Contoh sebanyak
200
g yang berasal dari
setiap stoples dibagi dengan pembagi contoh sebanyak dua
kali sehingga diperoleh contoh kerja masing-masing kurang
lebih 50 g. Contoh ini digunakan untuk analisis kadar air,
kapang, karbohidrat dan contoh cadangan.
Analisis K ad ar A ir. Analisis kadar air (berdasarkan berat
basah) sebelum penyimpanan,
1,
2
dan
3
bulan penyimpanan
dilakukan dengan menggunakan ove n pada suhu 130°C selama
dua jam (BSI, 1980). Untuk setiap perlakuan dibuat tiga
ulangan (tiga stoples), dan setiap ulangan terdiri dari tiga
sub-ulangan. Kadar air beras dapat d ihitung dengan rumus:
Kadar air (BB BK)/BB x 100
BB berat basah, BK berat kering
Analisis Kapang. Analisis kapang dilakukan dengan
metode pengenceran pada medium agar gliserol Dicl~loran
18 (Dichloran 18 Glycerol Agar DG 18). Untuk setiap
ulangan terdiri atas dua subulangan. Beras sebanyak 20 g
(untuk setiap satu subulangan) digiling dengan gilingan
Moulinex selama satu menit. Untuk setiap subulangan dibuat
5
suspensi dengan pengenceran 1: 10 sampai 1: 10..
Satu mililiter dari setiap pengenceran dipindahkan dengan
pipet ke cawan Petri (diameter 9 cm), kemudian dituangi
medium DG 18 yang suhunya kira-kira 45'C sebanyak 15 ml.
Untuk setiap pengenceran dibuat tiga ulangan (tiga cawan
Petri). Cawan Petri digoyang dengan tangan agar suspensi
beras merata ke seluruh media. Inkubasi dilakukan pada suhu
ruang selama enam hari.
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah koloni setiap
spesies kapang dari pengenceran yang mernberikan koloni
kapang secara terpisah. Kapang diidentifikasi berdasarkan
Samson el al. (1984) serta Pitt dan Hocking (1985).
8/20/2019 fix hal 4
http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 2/5
KEANEKARAGAMAN KAPANG PADA BERAS 38
Selanjutnya populasi se tiap spesies kapang per gram beras
subulangan dihitung dengan menggunakan
rumus
:
Tabel 1.
Kadar Air
Betas
Cisadane, IR 64
dan Atomita
4
selama
Pen
yi
mpa na n
Kadar
Air
95)
1/[X x Y])
z
= volume suspensi beras yang dipindahkan ke tiap cawan
Petri,
=
pengenceran yang memberikan koloni kapang secara
terpisah,
= jumlah rata-rata koloni tiap spesies kapang dari t i p
cawan Petri.
Varietas
ama
Peny impn an (bulan)
A n r b b
Karbohidrat. Analisis karbobidrat dilakukan
n m enggunakan me ode Anthrone (Yosh ida
ct
a 1976;
et aL 1989).
Tabel
2.
Kisaran Suh u dan
Kelembaban
Relatif
Ruang
Simpan
Lama Penyimpanan Suhu Kelernbaban-
Relatif
(bula n)
( c) ( )
HASIL
Kadar Air. Kadar air beras cisadane pa& awal
1,
2
dan
3
bulan penyimpanan berturut-turut
12.81,
13.84, 13.78 dan 13.89 (Tabel 1). Kadar air
IR 64 pada lama penyimpanan ya ng sama berturut-turut
13.92 dan
14.0596,
sedangkan kadar ai r a t o d a
berturut-turut 13.07,
13.19,
13.73 dan 13.95 . Pada
Kadar air terendah terdapa t pada varietas
pada awal pen
y
impanan (12.8
I ),
sedangkan kadar
pada varietas IR
64
setelah t i p bulan
(14.05%).
Kadar air sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban
udara ruang
simpan.
Selama penyimpanan suhu ruang
berkisar antara 26.0-303 C, sedangkan kelembaban
tif udanr 61.7-89.7 (Tabel
2).
Spesies dam Populasi Kapaag Pasca Panen. Dari hasil
asi diperoleh 14 spe sies k apang, yai tu Arthrinium sp.,
A.
flaws,
A.
eiger, A.
penicilloides, A.
Tabel 3 Keberadaan Setiap
S p i e s Kapang pada
b r a s
Varietas
Cisadane
IR
64
dan Atomika
4
selama Penyimpanan
Lama Penyimpanra bulan)
Spesies b p a n g
Cisadcute
IR 64 Atomdo 4
A
rthrinium
sp,
A.
niger
A. pmicilloides
A. wentii, Cladospor um cladosporbides,
omyces fibuliger, Eurotium ch e v t z l e E. repens, Mucor
citrinwn
dan
P. herquei.
Kapang
yang
dominan pada ketiga
variet'as
yaituA. flavus
P.
citrinum. Arth rkium sp. banya terdasptpada ckadane9
E. fibuliger dan M. circinelloides hanya terdapat
atomita 4 (Tabel 3).
Di antara spesies kapang yang terisolasi hanya diperoleh
tu spesies
kapang
lapangan y aitu C ladosporwdes.
VIvietas
C ne.
Populasi
A.
flavus
pa&
awal
1,2dan 3 bulan setelah penyimpanan
55, 225, 199 dan 253 kolonilg, sedangkan
P. citrinum berturut-turut 16,46, 116 dan 6 7 kolonilg
4).
MU
ci ci~elloides
Pcnuillium citrinum
P.
herquei
=
ada
= tidak ada
Tabel
4.
Populasi
Setiap
Spesies Kapang pa&
k r a s
Varietas
Cisadane selama Penyi mpanan
Populasi Ka pang
kol onilg
beras)
Spesies
Kapang Lama Penyimpanan (bulan)
Dengan semakin lamanya penyimpanan populasi total
g semakin meningka
t.
Populasi total kapang
pada
awal
1,2dan 3 bulan setelah penyimpanan
turut-turut 123 ,30 0,3 59 dan 374 koloni/g.
VarkQs I 64. Populasi A. flavus pada awal
kemudian 1,2den 3 bulan setelah penyimpanan
25, 228,
169 dan
346 kolonilg, sedangkan
P. citrinum berturut- turut
7,27,
113 den
87
kolonilg
abel
5).
Dengan semakin lamanya penyimpanan populasi total
semakin
meningka . Populasi total kapang pada awal
1,2
dan 3 bulan setelah penyimpanan
64,281,352 dan 519 kolonilg.
A
rthrinium sp.
AqergiIfus candidus
A .
flavus
A. niger
A. penicilloidrs
A. r?ersicolor
A* wentii
Cladosporium cladosporioides
Eurotium
chew
ier i
E. repcus
Penicillium
citrinum
P.
henpei
,.
8/20/2019 fix hal 4
http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 3/5
39 DHARMAPUTRA
Hayati
Tabel
5.
Populasi Setiap S p i e s Kapang pada Betas Varietas
IR 64
selama Penyimpanan
Populasi Kapang (kolonilg beras)
Spesies Kapang Lama Penyimpanan (bulan)
Aspergillus candidus
0 0 0
A
flavus
25 228 169 346
A. nigcr
0 7 58 7
A. penicilloides
2 2 0 3
A. versicolor 3
2 0
6
A . uanti i 4
2 7
Cladosporium clndmporioidrs
12
7 20
Eurotium chcvnlicri
2 2 19
E.
repens
11 2
0
2
Peniciffium cib inum
7 27
113
87
P.
herquei
2
0 0 15
64
8
1
352
519
Varietas
Atomita 4.
Populasi
A. j lavus
pada awal
penyimpanan, kemudian 1 , 2 dan
3
bulan setelah penyimpanan
berturut-turut 35, 203, 163 dan 158 kolonilg, sedangkan
populasi
P
citrinum
berturut-turut 10, 25, 79 dan 5 2 kolonilg
(Tabel 6).
Dengan semakin larnanya penyimpanan populasi total
kapang semakin meningkat. Populasi total kapang pada awal
penyimpanan, kemudian 1 , 2 dan
3
bulan setelah penyimpanan
berturut-turut yaitu 81,266,268 dan 28 8 kolonilg.
Kandungan Karbobidmt Kandungan karbohidrat (
glukosa) beras cisadane pada awal penyimpanan, 1, 2 dan 3
bulan penyimpanan berturut-turut 1.120, 0.902, 0.807 dan
0.09496 (Tabel 7); beras R
6
berturut-turut 0.976, 0.839,
0.827 dan 0.106 , dan beras atomita 4 berturut-turut 1.276,
0.831,0.226 dan 0.129 (Tabel 7).
Semakin lama penyimpanan, kandungan karbohidrat beras
semakin menurun. Kandungan karbohidrat terendah terdapat
pada varietas
c isadane
setelah tiga bulan penyimpanan
(0.094 ),
sedangkan kandungan karbohidrat tertinggi terdapat
pada varietas atomi ta
4
pada awal penyimpan an (1.276 ).
PEMBAHASAN
Kadar Air Kadar air sangat penting dalam penyimpanan
bahan pangan karena kehidupan dan perkembangan serangga,
mikroorganisme dan reaksi kerusakan bahan pangan sangat
erat hubungannya dengan kadar air (Muir, 1973; Sinha, 1973).
Walaupun pada penelitian ini semakin lama penyimpanan
kadar air beras setiap varietas semakin meningkat, tetapi
pfz nin gk ata ~y a dapat dikatakan relatif kecil. Hal tersebut
dapathisebabkan oleh (i) derajat sosoh setiap varietas beras
sama (90 ) dan (ii) setia p varietas beras disimpan pada
ruangan yang mempu nyai suhu d an kelembaban relatif sama.
Menurut Araullo
et a l .
(1976) butiran pati yang terdapat di
dalam endosperma beras bersifat sangat higroskopik, sehingga
kadar air beras akan segera berubah dengan berubahnya suhu
dan kelembaban relatif ru ang simpan.
Suhu dan kadar air bahan adalah dua faktor fisik yang
sangat berpengaruh terhadap kerusakan biji-bijian selama
penyimpanan (Muir, 1973). Biji-bijian dan hasil pertanian
lainnya yang berkadar air rendah akan tahan disimpan dalam
jangka waktu yang relatif lama tanpa mengalami kerusakan
(Pixton, 1983).
Tabel 6. Populasi Setiap Spesies Kapang pada k r a s Varietas
Atomita
4
selama Penyimpanan
Populasi Kapang (kolonilg beras)
Spesies Kapang Lama Penyimpanan (bulan)
1
2 3
Aspergillus cnndidus
6
3
0 0
A flavus
35 203 16 158
A. niger
0 10
7
6
A. penicilloides
6 5
0 0
A. versicolor
3
3
0 0
A ~ ~ c n t i i
10 0 0
CLrdosponcrm sl~rtiospono riirs
2 3 S ;
Endomycrs fibuliger
0
0 3
Eurotium chevnlieri
4 9 13
E.
repens
9 0 2 0
Mucor circinelloides
0 12
Penicillium cibinum
10 25 79 52
P , herquei
0
0 12
81 266
269
288
Tabel
7.
Kandungan Karbihidrat Betas
Cisadane,
IR
64
dan
Atomita
4
selama Penyimpanan
Populasi Kapang (koloni/g beras)
Varietas Lama Penyimpanan (bulan)
cisadane 1.120
0.902
0.807 0.094
IR
64
0.976
0.839
0.827 0.106
atomita
4
1.276
0.831
0.226 0.129
Menurut Bulog (1994) kadar air beras yang disimpan
hendaknya tidak lebih dari 14 . Pada penelitian ini selama
penyimpanan kadar air beras varietas
cisaliane,
IR
6
dan
atomita
4 masing-masing berkisar antara 12.81-13.89 ,
13.17-14.05 , 13.07-13.95 .
Spesies dan Populasi Kapang Pasca Pan en
Dharnlaputra
et aL
(1993) melaporkan dari segi kimia kerugian yang timbul
akibat serangan kapang pada beras antara lain ialah penurunan
kandungan nutrisi (protein dan lemak).
Negara dengan iklim tropik seperti Indonesia menyediakan
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkem-
bangan kapang. Pada penelitian ini
Aspergi l lus, E i t rot ium
dan
Pen ic i l l ium
merupakan kapang yang paling sering dijumpai.
Pitt dan Hocking 1991) melaporkan bahwa di daerah tropik
kapang pasca panen yang berperan yaitu Aspergi l lus dan
Eurot ium, sedangkan Pen ic i l l ium tidak begitu berperan.
Kapang lapangan
C. c ladospor w ides
yang diisolasi diduga
menyerang biji padi seb elum dipanen (masih di lapangan) dan
bertahan hidup selama penyimpanan. Menurut Christensen
dan Kaufmann (1969) kapang lapangan mem erlukan kadar air
dalam keseimbangan dengan kelembaban relatif yang tinggi
yaitu sebe.sar 90 atau lebih untuk pertumbuhannya.
Rendahnya populasi total kapang selama tiga bulan
penyimpanan dapat disebabkan oleh populasi total kapang
yang rendah pada awal penyimpanan. Selain itu perturn-
buhan kap ang juga d ipengaruhi oleh kadar air yang pening-
katannya selama penyimpanan tidak begitu besar. Daya
simpan dipet~ garuh i oleh kondisi awal penyimpanan.
Christensen dan Kaufmam 1969) melaporkan bahwa jagung
8/20/2019 fix hal 4
http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 4/5
KEANEKARAGAMAN
KAPANG
PADA BERAS 40
gandum yang belum terserang kapang pas= panen d a p t
pda b d a r
air
15
selama
9-12
bulan tanpa
suhu ruang simpan 45-S F, tetapi bila biji
telah
terserang kapang pasca panen dan disimpan
ne n kader
air 15
dan suhu 45-SOT maka kapangnya
an b e r h b a n g te rus dan dalam
waktu
enam bulan akan
yang
lebih parah.
Varietn Cbdn e , IR 64 dam
Atmira
4. Padi varietas
IR
64
dan a~omittz4 masing-masing tersebut hasil
n varietas pc lita
I
IR 5657dengan IR 2061,dan hasil
asi va rietas cisadane. Ketiga va rietas tersebut berasal dari
1993).
Pada umumnya spesies
yang men yeran g ketiga varietas tersebut sarna, karena
tersebut berasal d ari golongan yang ama
Menurut Juliano
(1972)
seti ap va rietas memil iki bentuk
@anjang
dan lebar) biji yang berbeda. Distribusi
beta pecah kulit (kariopsis) adalah
1 246; aleuron dan tegmen 449 ; sekam kelopak
d m endosperma 89094 .
Beras dengan derajat sosoh
90
adalah beras yang masih
dan lembaga sebesar 1096 Soenarjo et aL,
yang
lebih tebal dibandingkan
jenis beras
yang
onjong panjang.
Populari A.
f l a w s
dan P. citn nurn. Pada awal penyim-
A. flaw pada setiap varietas lebih tinggi
spesies kapang lainnya (Tabel
4, 5
dan
6).
gillus P v u s kemunglcinan telah menyerang padi
ungan m endukung pertumb uham ya.
Penicillium citrinum merupakan kapang dorninan yang
A.
flavus. Walaupun pada
C.
gan lebih mendu kun g pertumbuhan P citrinum.
Kandungan KarbohMrat. Sebagian besar karbohidrat
ulosa, hemiselulosa, da n gula (Juliano, 1972). Juliano (1979)
90 dari bobot k ering beras adalah pati.
Jenis gula utama yang terdapat dalam lembaga dan
osa . Beras
pecah
kuli me nga ndu ng 0.83-1.3696 total gula
glukosa (Juliano,
1972).
Beras dengan derajat sosob 90 adalah beras yang masih
isi aleuron dan lembaga sebes ar 10 . Proses penyosohan
besarnya kandungan karbohidra
beres karena karbohidrat lebih banyak terdapat pada
gian endosperma. Endosperma adalah bagian b r a s yang
et
aL
1991).
Kandungan glukosa berbeda
pada
setiap varietas padi
(1993) kandungan karbohidrat yang ditentukan
pada varietas
cisadane
IR
64
dan
masing-masing ialah 20.0,24.1 dan 21.33 .
Menurunnya kandungan karbohidrat selama penyimpan-
kemungkinan disebabkan o leh beberapa faktor antara lain:
glukosa digunakan oleh biji untuk melakukan proses
henda hidup yang terus mengadakan metabolisme, yang
kemudian diubah menjadi
O z dan Hz0
(Pomeranz,
1974)
dan (ii) gJukosa digunakan oleb kapang sebagai sum ber nutrisi
(Wallace, 1973).
Meskipun gula selain glukosa dapat juga menyebabkan
pertumbuban
yang
baik bagi kapang, namun kebanyakan
kapang menggunakan glukosa untuk menunjang pemm-
buhannya
Hal ini dapat disebab kan kernarnpuan knpang untuk
dapa
menggunakan gula ter entu bergantung pada bgaimena
mudahnya gula tersebu dapat dikonversikan untuk dapat
rnemasuki rantai respirasi (M oore-Landecker, 1990).
Glukosa merupakan mnosakarida. Monosakarida adalab
karbohidrat yang
tak
drrpst dibidrolisis menjadi senyawa yang
lebih sederhana dan memiliki ikatan rantai yang lebib
sederbana dari polisakarida. Dengan demikian
ikatan
rantainya
lebih mudah diputu dan oleh eazi mz nzi m perombak daripada
bentuk karbohidrat
y
an g lain seperti amilosa
yang
mempkan
polisakarida, yang memiliki ikatan rantai lebih banyak dari
monosakarida (Ma
yes,
1981).
UCAPAN
TERIMA
KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr.
Haryanto Susilo dan Ir. h a Retnowati SEAMEOBiotrop);
Dr. Hariyadi Halid (kabid. Litbang ~ e h o l o g i , ulog); dan
It.
Sri Sudarsih (alumnus Jurusan Biologi FMIPA Institut
Pertanian Bogor), atas bantuannya dalam melaksanakan
penelitian. Ucapan terima kasih disampaikan
juga
kepada
SEAMEO Biotrop yang telah memberikan dana bagi
peneli ian ini
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A.,
D.
Fardiaz, N. Puspitasari , Sedamawati,
d a n
S.
Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Pusat
Antar Universi as
IPB.
Araullo E.V., D.B.
de
Padua, a n d M. Graham. 1976. Rice
Postharvest Technology. Ottawa: International Develop-
ment Research Centre.
Balittan, 1993 Deskripsi
Varietus
Ck a h n e IR
64
d n
Atomita
4.
Bogor: Balittan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Bulog.
1994.
Tatacara Teknis PerneriRFaan Kualitas Gabah,
Beras dan Karung Goni/Plastik dalam Rangka Pengad aan
Dalam
Negeri.
Jakarta: Badan Urusan Logistik.
BSI. 1980. Methods of Test for Cereals and Pulses. Part 3.
Deterrni nation of Moisture Content of C ereals and Cereal
Products (Routine Method). B ritish Stan dards Institution.
Christensen, C M
and
H H Kaufmaan . 1969. Grain
Storage: the
Role of
Fungi in Quality Loss. Minneplis:
University
of
Minnesota.
Ch&teasen, C M n d H.H. Kaufmaan.
1974.
Mic~oflcna,
p. 158-192. I n C M hristensen (ed.), Storage
of Ckeal
Grains and
Their Products.
St.
Paul, Minnesota: American
Association of Cereals Chemist,
Inc.
Coaway,
J.A.,
Me
idik
and
Ha
alid.
1991.
Quality/Value
Relation ships
in
Milled Rice Stored in Conventional
Warehouses in Indonesia, p. 55-81. In J.O. Naewbanij and
A A Manilay
(ed.),
Proceeding 14111 ASEAN Seminar
on
Grain Postrhnrvest
Technology
Manila, Philippines,
5-8
November 1991.
8/20/2019 fix hal 4
http://slidepdf.com/reader/full/fix-hal-4 5/5
Hayati
D h a p u t m
O.S,
H.
Halid H. Susib mad A.S.R. PuM.
1993.
The Effect of Milling Degree on Fungal Infection,
Protein and Lipid Contents in Milled Rice, p. 177-195. In
J.O. Naewbanij, A.A. Manilay, and AS. Frio
ad.),
P r o c d g 16th
SE N
Scrninar on Grain P o s t h s t
Technology, Pbuket, Thailand, 24-26 August 1993.
J u b s q
80
972.
Tbe Rice Caryopsis and Its Composition,
p 16-74. n D.F. Houston (ed.), Rice Chcm13try
and
Technology.
9
aul, Minnesota: American Association of
Cereal Chemist, Inc.
JrUanq
B 0
1979. Ibe Chemical Basis of Rice Grain
Quality,
p 69-85. n P r d i n g s
4
he
Workshop
on
Chemical Aspect
o
Rice Grain Quality. Los Banos,
Le pna, Philippines:
IRRI.
Mayerr PA.
1981. Carbohydrates, p. 141-151. n D.W.
Martin,
P.A.
Mayes, and
V.W.
Rodwell (ed.), 18th
ad
Harper s Review of Bw chanktry. California: Lange
Medical Publication LosAltos.
Moorr-Landeck E. 1990.
Fundamental of
the
Fungi 3rd
ed. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Muir
W.E. 1973.
Temperature and Moisture in Grain
Storages,
p.49-70. n
RN. Sinha and W.E. Muir (ed.),
Gra in Storage: Pa rt of a System. Connecticut: The Avi
Publishing Company.
P
J I
a dA.D.
Hgckhg.
1985. ungi
and
Food Spoilage.
Sydney: Academich.css.
Pitt
J 1
and A D Hocking.
1991.Significance of Fungi in
Stored Products. I n B.R. Champ, E. Highley, A.D.
Hocking, and J I Pitt (ed.), p 16-21. Proceedinp of an
International Conference on Fungi and Mycotoxins in
Stored Products. Bangkok, Thailand,
23-26
April
1991.
Pixton
S.W. 1983. The Importance of Moisture and
Equilibrium Relative Humidity in Stored Products.
Trop ical Stored Products Information 43:10-24.
Pomeranq
Y. 1974.Biochemical, Functional, and Nutritive
Changes During Storage, p
56-114. n
C.M. Christensen
(ed.),
Storage of Cereal Grains and
heir
Products.
St.
Paul, Minnesota: American Association of Cereal
Cbemist.
Samson,
RA.
E.S.
HoekstrP and CA.N. van Oorsc~ot
1984. Introciuction to Foodborne Fungi. Baam,
The
Netherlands: Central bureau voor Scbimmelcultures.
Shba R.N.
1973.
nterrelation of Physical, Chemical and Bio
logical Variables in the Deterioration of Stored Grains,
p.1547. I n
R N
Sinha and
W.E.
Muir (ed.), Grain
Storage: Pa rt of a System. Connecticut: The Avi
Publishing Company.
Soenarjo
E.
D.S. Damaflati dam
M.
Syam.
1991.
Padi.
Buku 3. Bogor: Balittan, Pusat Penelitian dan Pengem-
bangan Tanaman Pangan.
Wallace
HAH. 1973.Fungi and Other Organism Associated
with Storage Grain,
p
71-98.n R.N. Sinha and W.E. Muir
(ed.), Grain Storage: Pa rt of a System Connecticut: The
Avi Publishing Company.
Yoshida S. D A Forno J.H.
Cook,
and
K.A.
Gomez.
1976. Laboratory Ma nua l for Physiological Studies of
Rice.
Los Banos: IRRI.