fismod icas

4
5.7 POTENSIAL TANGGA DAN HALANG Dalam jenis persoalan umum berikut, kita akan menganalisis apa yang terjad sebuah partikel yang sedang bergerak (juga dalam satu dimensi ) dalam berpotensial tetap tiba-tiba bergerak memasuki suatu daerah berpotensial berbeda tetap nilainya. Kita dapat menentukan secara garis besar langkah-langkah yang pe untuk mendapatkan pemecahan tersebut. Dalam bahasan ini kita akan mengambil E Se energi total (yang tetap) dari partikel dan , sebagai nilai energi potensial tetapnya. 1. Apabila E lebih besar daripada maka pemecahan persamaan schrondingernya berbentuk ( ) (5.50) Dimana ( ) (5.51) A dan B adalah dua tetapan yang dapat ditentukan dari syarat no kekontinuan. Jika E adalah energi total dan lebih besar daripada maka kita dengan mudah dapat menuliskan pemecahanpersamaan schrondinger dalam kedua daerah inisebagai berikut: ( ) x < 0 (5.52a) ( ) ( ) x > 0 (5.52a) Hubungan antara keempat tetapan A,B,C dan D dapat dicari dengan persyaratan bahwa ( ) ( ) haruslah kontinu pada batas kedua daerah, jadi ( ) , ( ) , ( ) ( ) . Perhatikan bahwa penerapan syarat kekontinuan menjamin peralihan mu gelombang yang satuke yang lain pada titik batas. Kita dapatmenggunakan persamaan untuk mentransformasikan kedua pemecahan ini dari bentuk sinus dan kosinus ke dalam bentuk kompleks , yakni: ( ) x < 0 (5.53a)

Upload: muchlas-yulianto

Post on 21-Jul-2015

66 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5.7 POTENSIAL TANGGA DAN HALANG Dalam jenis persoalan umum berikut, kita akan menganalisis apa yang terjadi apabila sebuah partikel yang sedang bergerak (juga dalam satu dimensi ) dalam suatu daerah berpotensial tetap tiba-tiba bergerak memasuki suatu daerah berpotensial berbeda yang juga tetap nilainya. Kita dapat menentukan secara garis besar langkah-langkah yang perlu diambil untuk mendapatkan pemecahan tersebut. Dalam bahasan ini kita akan mengambil E Sebagai energi total (yang tetap) dari partikel dan 1. Apabila E lebih besar daripada berbentuk ( ) (5.50) , sebagai nilai energi potensial tetapnya. maka pemecahan persamaan schrondingernya

Dimana ( ) (5.51)

A dan B adalah dua tetapan yang dapat ditentukan dari syarat normalisasi dan kekontinuan. Jika E adalah energi total dan lebih besar daripada maka kita dengan mudah dapat

menuliskan pemecahan persamaan schrondinger dalam kedua daerah ini sebagai berikut: ( ) ( ) ( ) x0 (5.52a) (5.52a)

Hubungan antara keempat tetapan A,B,C dan D dapat dicari dengan menerapkan persyaratan bahwa daerah, jadi ( ), ( ) ( ), ( ) ( ) ( ). haruslah kontinu pada batas kedua

Perhatikan bahwa penerapan syarat kekontinuan menjamin peralihan mulus dari gelombang yang satu ke yang lain pada titik batas. Kita dapat menggunakan persamaan ( ) untuk mentransformasikan kedua pemecahan ini dari

bentuk sinus dan kosinus ke dalam bentuk kompleks , yakni: x0

(5.53b)

Apabila ketergantungan pada waktu dimasukkan dengan mengalikan masing-masing suku dengan , maka kita dapat menafsirkan masing-masing komponen gelombang ini. ) adalah fase gelombang yang bergerak dalam arah x positif, ) adalah fase gelombang yang bergerak dalam arah x negatif, dan bahwa Ingatlah bahwa ( kx sedangkan ( kx +

kuadrat nilai mutlak dari tiap-tiap koefisien memberikan intensitas dari komponen gelombang yag bersangkutan . Pada daerah x < 0, persamaan (5.53a) menyatakan superposisi antara sebuah gelombang berintensitas | A|2 yang bergerak dalam arah x positif (dari - menuju 0) dengan sebuah gelombang berintensitas | B| 2 yang bergerak dalam arah x negatif. Maka | A |2 memberikan intensitas gelombang datang (atau lebih tepat lagi, gelombang deBroglie yang menyatakan berkas partikel datang) dan | B| 2 / | A|2 memberikan fraksi intensitas gelombang datang. Dalam daerah x > 0, gelombang dengan intensitas | D|2 yang bergerak dalam arah negatif x (dari x = + menuju x = 0) tidak dapat hadir jika partikel-partikelnya kita tembakan dari sebelah kiri, jadi untuk situasi percobaan istimewa ini, kita dapat mengambil D sama dengan nol. Dengan demikian intensitas gelombang transmisi ini adalah | C|2 . Kita dapat menganalisis semua pemecahan di atas dari sudut pandang energi kinetik. Pada daerah di mana energi kinetik partikel adalah terbesar, momentum linear p (= ) akan pula menjadi yang terbesar , dan panjang gelombang deBroglie (= h/p) akan menjadi yang terkecil. Jadi, panjang gelombang deBroglie dalam daerah x > 0 lebih kecil daripada yang di dalam daerah x < 0. 2. Apabila E lebih kecil daripada Vo maka, maka kita peroleh pemecahan berbeda : ( ) Dimana K= ( ) (5.55) tidak

(5.54)

Jika daerah pemecahan ini meliputi dari + atau - , kita harus menjaga agar

menjadi tak hingga dengan mengambil A atau B sama dengan nol, jika daerahnya hanya mencakup koordinat x yang berhingga,hal ini tidak perlu dilakukan.

Sebagai salah satu contohnya, jika dalam soal sebelumnya, E lebih kecil daripada Vo, maka pemecahan bagi tetapi pemecahn ( )o

(untuk x < 0) akan tetap diberikan oleh persamaan (5.52a) atau (5.53a), x > 0) menjadi k1 = ( ) (5.56)

1 (untuk

Kita harus memastikan bahwa semua pemecahan ini bersambung mulus pada batas-batas daerah berlaku masing-masingnya, penerapan syarat batas ini dilakukan seperti pada kasus sebelumnya. (kita mengambil C = 0 agar menghindari ). Pemecahan ini mengilustrasikan suatu perbedaan penting antara mekanika klasik dan kuantum. Secara klasik, partikelnya tidak pernah dapat ditemukan pada daerah X > 0, karena energi totalnya tidak cukup untuk melampaui potensial tangga. Tetapi, mekanika kuantum memperkenankan fungsi gelombang, dan karena itu partikel, untuk menerobos masuk kedalam daerah terlarang klasik. Rapat probabilitas dalam daerah x > 0 adalah | sebanding dengan e-2kix

( ) menjadi takhingga bila x

+

|2 , yang menurut persamaan (5.56) adalah

, jika kita definisikan jarak terobosan x sebagai jarak dari x = 0

higga ke titik dimana probabilitasnya menurun menjadi 1/e, maka e -2k1x = e-1 (5.57)

(

Agar vpartikel dapat memasuki daerah x > 0, ia harus sekurang-kurangnya mendapat tambahan energi sebesar Vo E agar dapat melampaui tangga potensial, jadi ia harus memperoleh tambahan energi kinetik jika ia memasuki daerah x > 0. Tentu saja, ini melanggar kekekalan energi bila partikel memperoleh sebarang tambahan energi secara tibatiba, tetapi menurut hubungan ketidakpastian E t ~, kekekalan energi tidak berlaku pada selang waktu lebih kecil daripada t kecuali hingga suatu jumlah energi sebesar E ~/ t. Artinya, jika partikel meminjam sejumlah energi E dan mengembalikannya dalam selang waktu t~/E, maka kita sebagai pengamat tetap percaya bahwa energi kekal. Andaikanlah kita meminjam sejumlah energi tertentu yang cukup untuk menyebabkan partikel memiliki suatu energi kinetik K dalam daerah terlarang.

Energi pinjaman adalah (Vo E) + K, suku (Vo E) mengangkat partikel ke puncak tangga dan suku sisa K memberikn geraknya. Energinya harus kita kembalikan dalam selang waktu t = Karena partikel bergerak dengan laju V = adalah x = t = (5.59) (5.58) , maka jarak yang dapat ditempuhnya

(hadirnya faktor disebabkan karena dalam selang waktu t partikel harus menerobos jarak x dan kemudian kembali). Dalam limit K , maka menurut persamaan (5.59) jarak terobos x menuju nol, karena 0 dalam limit K , karena selang waktu

partikel memiliki kecepatan nol, begitu pula, x

tempuhnya t dapat dikatakan nol. Di antara kedua limit ini, harus terdapat suatu nulai maksimum dari x untuk suatu nilai K tertentu. Dengan mendiferensiasiakan persamaan (5.59), maka nilai maksimum ini dapat kita cari , yaitu xmaks =( )

(5.60)