fisiologi mendengar dan menelan

29
Oleh: Linda Agustini 06700050 Eri Dwi Susanto 08700018 I Gede Ardi Pratama 08700125 Dira Tirta Devianti 08700144 SMF THT - KL Kepaniteraan Klinik FK UWKS RSD Dr. Haryoto Lumajang Pembimbing : dr. Aliyah Hidayati Sp.THT-KL Fisiologi Mendengar dan Fisiologi Menelan

Upload: ardi-pratama

Post on 29-Dec-2014

84 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Oleh:

Linda Agustini 06700050

Eri Dwi Susanto 08700018

I Gede Ardi Pratama 08700125

Dira Tirta Devianti 08700144

SMF THT - KLKepaniteraan Klinik FK UWKS

RSD Dr. Haryoto Lumajang

Pembimbing :

dr. Aliyah Hidayati Sp.THT-KL

Fisiologi Mendengar dan

Fisiologi Menelan

Page 2: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

FISIOLOGI PENDENGARAN

Page 3: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

MEKANISME PENDENGARAN

Sinyal bunyi dari lingkungan dikumpulkan oleh daun telinga, kemudian melewati MAE dan mengenai membran timpani. Getaran pada membran timpani kemudian diteruskan ke Telinga Tengah melalui rantai tulang pendengaran yang terdiri dari tulang Maleus, Incus dan Stapes

selanjutnya Stapes menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar.

Page 4: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang - cabang N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis

Page 5: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

MEKANISME PENDENGARAN

Page 6: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Mekanisme pendengaran dapat dibagi menjadi:

1) Konduksi mekanik dari bunyi (Conductive Apparatus)

2) Transduksi dari energi mekanik menjadi energi listrik (Sensory System of Cochlea)

3) Konduksi energi listrik ke otak (Neural Pathway)

Page 7: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

1. KONDUKSI BUNYISeseorang yang berada dalam air tidak dapat mendengarkan bunyi yang dibentuk oleh udara karena 99,9% dari energi bunyi akan dipantulkan dari air. Hal ini dikarenakan adanya tahanan. Hal yang sama juga terjadi pada telinga dimana ketika udara mengalirkan bunyi sehingga dapat mencapai cairan koklear.

Rangsangan bunyi dalam perjalanannya dari telinga luar sampai telinga dalam sebagian besar akan hilang atau tertahan akibat perpindahan media (udara - padat - cair). Udara yang hilang ini mencapai 99,9% sehingga rangsangan bunyi yang mencapai organ corti tinggal 0,1%. Dalam rangka mengurangi tahanan tersebut, telinga tengah mempunyai mekanisme “impedance matching” atau “transformer action” yang terdiri dari mekanisme ungkit dan sistem hidrolik, kurva efek membran

Page 8: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

KEKUATAN PENGUNGKIT TULANG PENDENGARAN

Pada mekanisme ungkit, maleus dan inkus terangkai berbentuk “U” dengan artikulasio ikudomalearis sebagai basisnya. Kaki huruf “U” dibentuk oleh manubrium malei yang lebih panjang dan inkus yang lebih pendek dengan perbandingan 1,3:1 dengan konstruksi tersebut maleus dan inkus bekerja seperti ungkit dengan sumbu terletak di artikulasio ikudomalearis dan energi suara akan diperbesar 1,3 kali pada basis stapes atau foramen ovale.

Page 9: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

KEKUATAN HIDROLIK MEMBRAN TIMPANI

Perbedaan ukuran luas antara membran timpani dan foramen ovale dengan perbandingan 21:1. Bagian membran timpani yang efektif menghantarkan suara hanya pars tensa yang luasnya 2/3 dari seluruh membran timpani, sehingga luas membran timpani yang efektif dibanding luas foramen ovale 14:1

Page 10: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

KURVA EFEK MEMBRAN

Pergerakan membran timpani lebih banyak pada perifer daripada central, dimana tangkai maleus berdempetan. Kurva efek membran ini juga menyediakan beberapa pengungkit

Page 11: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

PERBEDAAN FASE JENDELA OVAL dan BUNDAR

Gelombang bunyi mengenai membran timpani tidak mencapai jendela oval dan bulat secara bersamaan. Pada membran timpani yang utuh, gelombang bunyi merangsang jendela oval dulu, dan terdapat jeda sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat.

Namun bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar, gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.

Page 12: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

RESONANSI ALAMI TELINGA

Berdasarkan anatomi dan fisiologi telinga luar dan telinga tengah, hanya frekuensi tertentu yang bisa lewat lebih mudah sampai ke telinga dalam

Resonansi alami kanalis

Dengan demikian penghantaran bunyi terbaik adalah di antara 500 - 3000 Hz. Ini adalah frekuensi paling penting pada manusia untuk percakapan sehari - hari.

Page 13: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

RESONANSI ALAMI TELINGA

Berdasarkan anatomi dan fisiologi telinga luar dan telinga tengah, hanya frekuensi tertentu yang bisa lewat lebih mudah sampai ke telinga dalam

Resonansi alami kanalis

- Telinga Luar : 3000 Hz

- Telinga Tengah : 800 Hz.

- Frekuensi paling efisien disalurkan tulang – tulang pendengaran : 500 – 2000 Hz

- membran timpani : 800 - 1600 Hz.

Dengan demikian penghantaran bunyi terbaik adalah di antara 500 - 3000 Hz. Ini adalah frekuensi paling penting pada manusia untuk percakapan sehari - hari.

Page 14: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

2. TRANSDUKSI

Pergerakan dari stapes membuat membran basilaris bergetar. Sel - sel rambut juga ikut bergetar terhadap membran tektorial, akibatnya akan terbentuk suatu pola gelombang energi listrik yang berjalan sepanjang membran basilaris dari basis ke apeks koklea

Gelombang bunyi, bergantung pada frekuensi, mencapai amplitudo maksimum pada suatu tempat pada membran basiler dan merangsang bagian itu. Frekuensi tinggi diintepretasikan pada basal koklea, dan frekuensi yang rendah diintepretasikan pada apeks koklea

Page 15: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Lokalisasi frekuensi di koklea

Page 16: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

3. JALUR NEURALSel - sel rambut mendapat inervasi dari sel - sel bipolar ganglion spiral. Terlepasnya neurotransmiter ke dalam sinaps menimbulkan potensial aksi ganglion spiralis

Potensial aksi ini dilanjutkan ke nukleus olivarius superior, kolikulus inferior, genikulatum medialis, sampai akhirnya mencapai tujuan akhir yaitu di girus lateral lobus temporalis serebrum.

Page 17: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

FISIOLOGI MENELAN

Page 18: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Menelan merupakan proses memasukkan makanan ke dalam tubuh melalui mulut

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan.

Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 saraf cranial, 4 saraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan

Page 19: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Fase menelan dibagi menjadi tiga fase:

Fase Oral Fase Faringeal Fase Esophageal

Page 20: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot - otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di sadar.

Fase Oral

Page 21: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Mandibula  Bibir     Mulut & pipi  Lidah

n. V.2 (maksilaris)  n. V.2 (maksilaris)     n.V.2 (maksilaris)  n.V.3 (lingualis)

N.V : m. Temporalis, m. maseter, m. pterigoid n. VII : m.orbikularis oris, m. zigomatikum, m.levator labius oris, m.depresor labius oris, m. levator anguli oris, m. depressor anguli oris n.VII: m. mentalis, m. risorius, m.businator n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus  

Page 22: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato faringeus (n.IX, n.X dan n.XII)

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf kranial n.V2 dan n.V3 sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen (motorik).

Page 23: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh

arkus faring anterior (arkus palatoglosus) sehingga

refleks menelan segera timbul. Pada fase

faringeal ini terjadi :

m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli

palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksi

menyebabkan palatum mole terangkat,

kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior

sehingga menutup daerah nasofaring.

m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika

(n.IX,n.X) m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X)

berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara

sehingga laring tertutup.

Fase Faringeal

Page 24: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I)

Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Page 25: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut afferen dan

n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

Page 26: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3 - 4 cm/ detik.  

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

 

Fase Esophageal

Page 27: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik dan berlangsung selama 8 - 20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot - otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

Page 28: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

Peranan Sistem Saraf dalam Proses Menelan

Page 29: Fisiologi Mendengar Dan Menelan

TERIMAKASIH