fisiologi haid.doc

8
FISIOLOGI HAID Ciri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahan-perubahan siklik pada alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini adalah suatu proses yang kompleks dan harmonis meliputi serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, glandula tireoidea, dan kelenjar-kelenjar lain yang kini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dewasa ini telah banyak diketahui tentang apa yang terjadi pada perubahan-perubahan siklik tersebut di atas dengan jalan mempelajari perubahan-perubahan siklik yang sama pada kera. Pada siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi, di bawah pengaruh secara ritmik hormon- hormon ovarium: estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini dapat ditemukan antara lain di dalam air kencing, dan pengeluarannya setiap 24 jam dapat diukur, estrogen sebagai estriol dan progesteron sebagai pregnandiol. Pemeriksaan urine tiap 24 jam ini dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi ovarium normal. Pekerjaan ini amat rumit, sehingga hanya dilakukan bila memang sungguh-sungguh diperlukan. Di klinik, untuk mengetahui apakah ada ovulasi cukup dengan mengerjakan biopsy endometrium. Biopsi ini dikerjakan pada hari pertama haid untuk menghindarkan kemungkinan mengganggu kehamilan muda. Bila ada ovulasi, maka dapat ditemukan bagian-bagian endometrium dalam masa sekresi. Perubahan siklik hormonal ini dapat pula dilihat pada suhu basal, sitologi vaginal, getah serviks, dan pH getah vagina. Adanya ovulasi diikuti oleh pembentukan korpus luteum yang mengeluarkan progesteron; dapat dilihat bahwa suhu basal pada saat ovulasi turun untuk kemudian naik dan menetap di sekitar 37 0 , sampai pada permulaan haid turun lagi. Dalam hal menilai sitologi vaginal dapat dikemukakan bahwa mukosa vagina memang mencerminkan keadaan hormonal wanita yang diambil usap vaginanya. Dari usap vagina yang 1

Upload: nita-herawati

Post on 04-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FISIOLOGI HAID.doc

FISIOLOGI HAID

Ciri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahan-perubahan siklik pada alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini adalah suatu proses yang kompleks dan harmonis meliputi serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, glandula tireoidea, dan kelenjar-kelenjar lain yang kini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Dewasa ini telah banyak diketahui tentang apa yang terjadi pada perubahan-perubahan siklik tersebut di atas dengan jalan mempelajari perubahan-perubahan siklik yang sama pada kera. Pada siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi, di bawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium: estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini dapat ditemukan antara lain di dalam air kencing, dan pengeluarannya setiap 24 jam dapat diukur, estrogen sebagai estriol dan progesteron sebagai pregnandiol. Pemeriksaan urine tiap 24 jam ini dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi ovarium normal. Pekerjaan ini amat rumit, sehingga hanya dilakukan bila memang sungguh-sungguh diperlukan.

Di klinik, untuk mengetahui apakah ada ovulasi cukup dengan mengerjakan biopsy endometrium. Biopsi ini dikerjakan pada hari pertama haid untuk menghindarkan kemungkinan mengganggu kehamilan muda. Bila ada ovulasi, maka dapat ditemukan bagian-bagian endometrium dalam masa sekresi.

Perubahan siklik hormonal ini dapat pula dilihat pada suhu basal, sitologi vaginal, getah serviks, dan pH getah vagina. Adanya ovulasi diikuti oleh pembentukan korpus luteum yang mengeluarkan progesteron; dapat dilihat bahwa suhu basal pada saat ovulasi turun untuk kemudian naik dan menetap di sekitar 370, sampai pada permulaan haid turun lagi. Dalam hal menilai sitologi vaginal dapat dikemukakan bahwa mukosa vagina memang mencerminkan keadaan hormonal wanita yang diambil usap vaginanya. Dari usap vagina yang diambil secara berturut-turut, dapat ditentukan apakah ovulasi telah terjadi dan bila ovulasi terjadi, ini dapat diketahui menentukan persentase indeks kariopiknotik. Dihitung 100 - 200 sel-sel superfisial, intermedier, dan parabasal. Bila ditemukan 75% sel-sel superfisial dan sel-sel intermedier, maka ini menunjukkan masa proliferasi. Bila ditemukan sel-sel intermedier dan 35% sel-sel superfisial, maka ini berarti pascaovulasi ;Pemeriksaan sitologi vaginal memerlukan usap vagina yang lebih baik, tidak boleh ada infeksi. Pewarnaan secara Shorr atau modifikasi menurut Papanicolaou telah memberikan hasil yang memuaskan bagi yang telah dapat pelatihan dalam vaginal.

Cara yang lebih sederhana untuk menilai apakah ada ovulasi ialah dengan menilai getah serviks. Pada hari ke 9 sampai ke 15 siklus haid getah serviks lebih cair dan bila diambil dari kanalis servikalis dengan pinset, getah tersebut tidak terputus -putus

1

Page 2: FISIOLOGI HAID.doc

sampai sepanjang 10 - 20 cm. Gejala ini disebut Spinnbarkeit. Bila getah serviks ini dikeringkan di atas kaca obyek dan dilihat di bawah mikroskop. Akan tampak kristalisasi getah tersebut dalam bentuk daun pakis. Bertambahnya yang keluar pada ovulasi dapat mengubah pH getah vagina. Pengukuran perubahan pH ini memerlukan alat yang sensitif. Lamanya siklus haid yang normal atau yang dianggap sebagai siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Siklus ini dapat berbeda-beda pada wanita yang normal dan sehat.

Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut:1) Masa haid selama dua sampai delapan hari. Pada waktu itu endometrium dilepas,

sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum).

2

Page 3: FISIOLOGI HAID.doc

2) Masa proliferasi sampai hari keempat belas. Pada waktu itu endomentrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari kedua belas dan keempat belas dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

3) Sesudahnya, dinamakan masa sekresi. Pada ketika itu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesterone ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah ke arah sel-sel desidua, terutama yang berada diseputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi.

Sekarang ternyata bahwa dalam proses ovulasi bukan hanya harus ada suatu kerja sama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis, dan ovarium, melainkan ada pengaruh pula dari glandula tireoidea, korteks adrenal, dan kelenjar-kelenjar endokrin lain. Dewasa ini ternyata prostaglandin dan serotonin mempunyai peranan pula dalam ovulasi dengan mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis. Pula ditemukan pengaruh ACTH terhadap korteks adrenal dikaitkan dengan sistem renin angiotensin di ovarium pada ovulasi.

Dalam sistem endokrin beberapa susunan saraf pusat tertentu seperti glandula pinealis, glandula amigdalae, dan hipokampus mempunyai hubungan neural dan humoral - yang disebut juga hubungan neurohumoral - dengan hipotalamus dan

3

Page 4: FISIOLOGI HAID.doc

hipofisis. Di dalam hipotalamus sendiri terdapat releasing hormones dalam jumlah yang sedikit sekali. Zat-zat ini lalah polipeptida yang kecil sekali, terdiri atas sejumlah asam amino tertentu.

Dikenal: 1) FSH - RH yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH (follicle stimulating hormone releasing hormone); 2) LH - RH yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan LH (luteinizing hormone - releasing hormone); 3) PIH (prolactme inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin; dan 4) beberapa RH untuk somatotropin, TSH (thyroid stimulating hormone), dan ACTH (adrenocorticotropbic hormone).

Pada tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu, berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH (luteinising hormone). Seperti telah diuraikan, kedua hormon gonadrotropin (FSH dan LH) adalah di bawah pengaruh hormones (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Pula oleh pengaruh dari luar, seperti cahaya, bau-bauan melalui bulbus olfaktorius, dan hal-hal psikologik. Salah satu contoh ialah di negara bermusim dingin dan panas kehamilan terjadi lebih banyak pada musim semi (mulai ada cahaya) ini panas (adanya banyak cahaya). Sampai di mana bau-bauan mempunyai pengaruh terhadap manusia masih harus diselidiki lebih lanjut. Akan tetapi, apa yang ditemukan pada percobaan dengan pheromones (bau-bauan yang merangsang berahi) pada kera menyokong dugaan bahwa bulbus olfaktorius mempunyai peranan untuk mempengaruhi pengeluaran releasing hormones. Pheromones terdiri atas berbagai asam lemak, seperti asam asetat, propionat, isobutirat, isovaleriat, dan isokaproat. Bahwa faktor psikologik mempunyai peranan pula dapat ditemukan antara lain pada wanita dengan pseudocyesis.

Bila penyaluran releasing hormones normal berialan baik, maka produksi gonadotropin-gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium: menyebabkan endometrium tumbuh atau berproliferasi. Waktu ketika proses berproliferasi terjadi disebut masa proliferasi.

Dibawah pengaruh LH folikel de Graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (imettschmerz). Pula dapat diikuti oleh adanya perdarahan vagina sedikit. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum (berwarna merah oleh karena perdarahan di atas), yang akan menjadi korpus luteum (warnanya menjadi kuning) di bawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones), suatu hormone gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai

4

Page 5: FISIOLOGI HAID.doc

pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi).

Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis. Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut di atas di pertahankan, bahkan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis (gambar 4 -1 B)

5

Page 6: FISIOLOGI HAID.doc

6