fisiologi cara kerja jantung

9
FISIOLOGI CARA KERJA JANTUNG CARA KERJA JANTUNG Jantung normal berdenyut dengan irama teratur, pada bayi jantung berdenyut normal sekitar 120-160 kali per menit. Denyut ini dapat meningkat atau sebaliknya, tergantung aktivitas dan keadaan pada saat itu. Denyut jantung terjadi karena adanya mekanisme kontraksi dan relaksasi otot-otot atrium dan ventrikel secara berirama. Mekanisme tersebut dimungkinkan terjadinya karena adanya perubahan potensial listrik pada pacu jantung dan secara berurutan tersebar melalui sistem hantarannya keseluruh bagian-bagian jantung. Rangkaian perubahan potensial listrik di dalam jantung ini bersumber pada pacu jantung yang terletak di simpul sinus. Dan sebagai akibatnya terjadilah perubahan mekanik berupa kontraksi dan relaksasi otot-otot jantung. Dengan adanya kemampuan sel-sel jantung yang bersifat pacu jantung khususnya yang terdapat didalam simpul sinus, maka pusat-pusat tersebut dapat mengeluarkan impuls secara terus-

Upload: whana-nirwana

Post on 05-Feb-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Fisiologi Cara Kerja Jantung

TRANSCRIPT

Page 1: Fisiologi Cara Kerja Jantung

FISIOLOGI CARA KERJA JANTUNG

CARA KERJA JANTUNG

          Jantung normal berdenyut dengan irama teratur, pada bayi jantung berdenyut normal

sekitar 120-160 kali per menit. Denyut ini dapat meningkat atau sebaliknya, tergantung

aktivitas dan keadaan pada saat itu. Denyut jantung terjadi karena adanya mekanisme

kontraksi dan relaksasi otot-otot atrium dan ventrikel secara berirama. Mekanisme tersebut 

dimungkinkan terjadinya karena adanya perubahan potensial listrik pada pacu jantung dan

secara berurutan tersebar melalui sistem hantarannya keseluruh bagian-bagian jantung.

            Rangkaian perubahan potensial listrik di dalam jantung ini bersumber pada pacu

jantung yang terletak di simpul sinus. Dan sebagai akibatnya terjadilah perubahan mekanik

berupa kontraksi dan relaksasi otot-otot jantung. Dengan adanya kemampuan sel-sel jantung

yang bersifat pacu jantung khususnya yang terdapat didalam simpul sinus, maka pusat-pusat

tersebut dapat mengeluarkan impuls secara terus-menerus dan otomatis, sehingga

menyebabkan jantung dapat berdenyut dengan sendirinya, walaupun saraf yang memelihara

jantung diputus.

Page 2: Fisiologi Cara Kerja Jantung

SISTEM HANTARAN JANTUNG

            Dengan sistem hantaran jantung, maka irama denyut jantung dapat dikendalikan agar

tetap dalam batas-batas normal. Sistem hantaran jantung diawali pada simpul sinoatrial atau

simpul sinus yang terdapat dibagian atrium kanan, didekat muara vena cava superior.

Simpul sinus normal merupakan ’primary cardiac pacemaker’ tetapi dalam kondisi

tertentu maka pacu jantung ( cardiac pacemaker) yang terdapat didalam simpul

atrioventrikular atau disepanjang sistem hantaran jantung dapat menggantikannya dan dengan

demikian jantung dapat tetap berdenyut.

Sistem hantaran jantung tersebut terdiri dari simpul sinus, preferential internodal pathways,

simpul atrioventrikular, berkas His dan sistem purkinje.

SIMPUL SINUS DAN PACU JANTUNG

Urutan normal bagian fungsional jantung yang berdenyut merupakan kontraksi atrium

yang disusul dengan kontraksi ventrikel dan akhirnya relaksasi jantung. Periode kontraksi dan

relaksasi ini terjadi dalam satu siklus jantung. Terjadinya denyut jantung akibat suatu sistem

hantaran impuls, sangat khusus yang dimulai dari pusat pacu jantung yang tertinggi di dalam

atrium dan disebut sebagai simpul sinoatrial atau simpul sinus.

            Sistem hantaran ( impuls ) jantung atau Specialized Conducting System ( SCS)

mampu menghasilkan impuls dan menghantarkan keseluruh bagian sel otot jantung, 

sehingga dimulai depolarisasi bagian-bagian jantung dan disusul kontraksi jantung. Pada

dasarnya sistem hantaran khusus terdiri dari sel khusus seperti sel pacu jantung, sel purkinje,

sel transisional dan myocardium sel. Sel-sel tersebut berhubungan satu sama lain melalui

Page 3: Fisiologi Cara Kerja Jantung

membran plasma dan intercalated disc. Dan telah banyak diketahui  bahwa simpul sinus

memiliki tingkat otomatisitas yang tertinggi dibandingkan dengan bagian-bagian lain, dan

selalu memproduksi impuls yang baru sehingga menyebabkan jantung selalu berdenyut

dengan irama yang ritmik.

            Di dalam sistem hantaran khusus, sel-sel khusus yang menghasilkan ’rapid inherent

rhytm’ disebut sebagai sel pacu jantung dan pada keadaan normal dominan di bagian simpul

sinus. Tetapi pada keadaan tertentu, dengan simpul sinus tidak mampu lagi memproduksi

impuls, maka bagian lain SCS seperti simpul atrioventrikular akan menggantikannya. Dengan

demikian maka irama kontraksi otot-otot jantung dikendalikan oleh   adanya alur-alur impuls

yang diproduksi  oleh simpul sinus secara ritmik dan kemudiaan impuls dihantarkan ke otot-

otot jantung malalui SCS.

            Sel miokardium, karena mengandung sel-sel khusus tersebut mungkin memiliki sifat-

sifat yang paling khas yaitu otomatisitas, ’rhythmicity’, konduktivitas dan kontraktilitas.

Otomatisitas jantung merupakan kemampuan sel miokardium untuk menghasilkan impuls

mandiri secara ritmik dan mampu mempengaruhi perubahan-perubahan denyut jantung ( aksi

kronotropik ), konduktivitas jantung menempuh kemampuan sel miokardium untuk cepat

menghantarkan impuls cepat, sedangkan kontraktilitas jantung menempuh kemampuan sel

miokardium untuk berkontraksi sesuai dengan hukum kekuatan kontraksi otot dan bersifat

generatif.

SIMPUL ATRIOVENTRIKULAR

            Letaknya di dekat  annulus katup mitral dan di bagian belakang dekat dengan ostium

sinus coronarius dan batas bagian distal berhubungan dengan berkas His. Di dalam simpul

atrioventrikular terdapat jaringan kolagen dan sel-sel jantung, tempat serabut-serabut selnya

di bagian distal meneruskan diri sebagai berkas atrioventrikular dan di bagian proksimal

berhubungan dengan lintasan internodal.

            Penjalaran impuls di dalam simpul atrioventrikuar termasuk yang paling lambat yaitu

sekitar dua per sepuluh sampai lima per sepuluh meter per detik dan kelambatan ini

disebabkan oeh 1) Serabut-serabutnya amat kecil dibandingkan dengan bagian lain, 2) kurang

permeabel terhadap ion-ion natrium atau kalium, 3) asal embrionik serabut-serabutnya

berbeda dengan bagian SCS lainnya, 4) tidak semua impuls yang datang ke simpul

atrioventrikular tepat pada saat periode refrakter relatif dan kebanyakan  pada saat periode

refrakter absolut. Walaupun demikian terdapat keuntungan, karena adanya kelambatan

Page 4: Fisiologi Cara Kerja Jantung

penjalaran impuls ini memberikan kesempatan pada atrium untuk berkontraksi mendorong

darah kedalam ventrikel, sebelum ventrikel ikut berkontraksi.

BERKAS HIS

            Berkas His terbagi menjadi dua cabang yaitu cabang berkas His kiri dan cabang

berkas kanan. Pada cabang berkas kanan, serabut-serabutnya melalui septum interventrikular

menuju ke bagian epicardium sedangkan pada cabang berkas kiri serabut-serabutnya melalui

sebelah kiri septum interventrikulare kemudian masuk ke bagian posterior katup aorta dan

selanjutnya berkas cabang kiri bercabang lagi menjadi ranting anterosuperior yang melayani

sebagian besar permukaan anterosuperior ventrikel kiri dan ranting posteroinferior yang

melayani bagian pertukaran posteroinferior ventrikel kiri.

            Berkas His ini merupakan lanjutan simpul atrioventrikular dan setelah bercabang

lagi,  maka serabut-serabutnya kemudian membentuk anyaman purkinje dan tersebar luas di

antara serabut kontraktil myocardium. Serabut-serabut purkinje inilah yang menghantarkan

impuls secara cepat.

video kerja jantung

ELEKTROKARDIOGRAM

            Setiap siklus kontraksi dan relaksasi jantung dimulai dengan depolarisasi spontan

pada nadus sinus. Peristiwa ini tidak tampak pada rekaman EKG. Gelombang P merekam

peristiwa depolarisasi dan kontraksi atrium. Bagian pertama gelombang P menggambarkan

Page 5: Fisiologi Cara Kerja Jantung

aktivitas atrium kanan, bagian kedua mencerminkan aktivitas atrium kiri. Sewaktu aliran

listrik sampai pada nodus AV akan timbul masa istirahat yang singkat, dan gambaran EKG

menjadi hilang.

Selanjutnya gelombang depolarisasi itu menyebar sepanjang  sistem konduksi

ventrikel ( berkas His, cabang-cabang berkas, dan serabut purkinje ) dan keluar menuju ke

miokardium ventrikel. Bagian ventrikel yang pertama kali terdepolarisasi adalah  septum

interventrikulare. Dan proses depolarisasi ventrikel inilah yang menimbulkan kompleks QRS.

Gelombang  T merekam repolarisasi ventrikel, repolarisasi atrium tak tampak dalam rekaman

EKG. Berbagai segmen dan interval menyatakan jarak waktu antara peristiwa –peristiwa

berikut :

Interval PR mengukur waktu dari permulaan depolarisasi atrium sampai pada saat

mulainya depolarisasi ventrikel.

Segmen ST merekam waktu dari akhir depolarsasi ventrikel sampai saat mulainya

repolarisasi ventrikel

Interval QT mengukur waktu dari mulainya depolarisasi ventrikel sampai pada akhir

repolarisasi ventrikel.

Untuk mempermudah pengamatan suatu aritmia pada EKG maka sangat perlu

mempertimbangkan 2 hal  yaitu : 1). gambaran kompleks QRS- nya, jika didapatkan

gambaran kompleks QRS yang normal berarti peristiwa depolarisasi ventrikel berlangsung

secara normal melalui sistem hantarannya di dalam ventrikel dan sebaliknya jika kompleks

QRS ternyata tidak  normal, misalnya kompleks QRS melebar maka terdapat dugaan bahwa

peristiwa depolarisainya terganggu. Keadaan yang terakhir tersebut biasanya diikuti oleh

irama EKG yang tidak normal, walaupun kadang-kadang frekuensinya masih terdapat dalam

batas-batas normal. Tergantung pada faktor letak penyebabnya, jika didapatkan sumber

kelainan pada daerah supraventrikular misalnya di daerah atrium atau simpul atrioventrikular

dan berkas His, maka kelainan irama denyut jantung tersebut dikenal sebagai aritmia

supraventikular. 2). Dengan memperhatikan hubungan gelombang P dan kompleks QRS,

pada EKG normal sesudah gelombang P selalu diikuti oleh kompleks QRS. Pada aritmia

tidak demikian halnya, karena setiap depolarisasi atrium tidak selalu diikuti oleh QRS.                   

Rekaman EKG 24 jam ( holter ) berguna dalam pemantauan terapi dan dalam mendeteksi

takikardi yang berjalan singkat yang mungkin tidak bergejala. Penilaian singkat

Page 6: Fisiologi Cara Kerja Jantung

pengendaliaan aritmia dapat dilakukan disamping tempat tidur dengan menggunakan pacu

transesofagus.      

 

 KELAINAN IRAMA JANTUNG

            Irama jantung yang normal terjadi apabila simpul sinus dapat mengendalikan denyut

di seluruh bagian jantung dan seirama denganya.

 Karena setiap depolarisasi berasal dari depolarisasi nodus sinus, irama jantung setiap hari

yang biasa itu disebut irama sinus normal. Irama selain itu disebut aritmia/disritmia.

            Istilah aritmia merujuk kepada setiap gangguan pada frekuensi, keteraturan, tempat

asal denyut atau konduksi impuls listrik jantung. Aritmia dapat berupa sebuah denyut tunggal

yang menyimpang atau bahkan jeda yang lama antar denyut atau gangguan irama yang

bertahan lama dan dapat menetap seumur hidup pasien.

            Banyak aritmia  terjadi tanpa terasa oleh pasien dan ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan fisik atau EKG rutin. Namun, seringkali aritmia menimbulkan salah satu dari

beberapa gejala yang khas.

            Pertama yang terpenting adalah palpitasi, yakni orang tersebut merasakan denyut

jantungnya sendiri. Pasien dapat menceritakan sebentar-sebentar denyut jantungnya

bertambah cepat atau melambat atau denyut jantungnya terus menerus cepat yang mungkin

teratur atau tidak teratur. Perasaan seperti ini bisa hanya sekedar gangguan ringan atau

merupakan pengalaman yang benar-benar menakutkan.

            Gejala yang lebih serius adalah mengurangnya curah jantung yang dapat terjadi bila

aritmianya mengganggu fungsi jantung, gejalanya pusing dan sinkop. Aritmia cepat dapat

meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium dan menyebabkan angina. Mulainya aritmia

secara mendadak pada pasien yang sudah menderita penyakit jantung dapat juga

mencetuskan gagal jantung kongestif.

            Kadang-kadang manifestasi klinik aritmia yang pertama adalah kematian mendadak.

Pasien yang sedang sekarat akibat infark miokardium akut menghadapi resiko kematian

mendadak akibat aritmia, dan karena itulah mereka harus di opname di unit perawatan

jantung sehingga frekuensi dan irama jantungnya dapat secara terus-menerus dimonitor.