filsafat esensialisme
TRANSCRIPT
Esensialisme.
a. Hakikat dan prinsip esensialisme
Filsafat Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan pada nialai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Ia muncul pada
zaman renaissance dengan ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan
utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksebelitas, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu.[5] Essemnsialisme memandang bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memeiliki kejelasan dan tahan lama
yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
[6] essensislisme suatu aliran filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide filsafat
idealisme objektif di satu sisi dan realisme objektif di sisi lainnya.[7] Oleh karena itu
wajar jika ada yang mengatakan Platolah sebagai peletak asas-asas filosofis aliran ini,
ataupun Aristoteles dan Democratos sebagai peletak dasar-dasarnya. Kendatipun
aliran ini kemunculan aliran ini di dasari oleh pemikiran filsafat idealisme Plato dan
realisme Aristoteles, namun bukan berarti kedua aliran ini lebur kedalam paham
esensialisme.[8] Aliran filsafat essensialisme pertama kali muncul sebagai reaksi atas
simbolisme mutlak dan dogmatisme abad pertengahan. Filsafat ini menginginkan agar
manusia kembali kepada kebudayaan lama karena kebudayaan lama telah banyak
melakukan kebaikan untuk manusia.[9]
Dari paparan diatas dapat disimpulkanb bahaw prinsip=prinsip Essensislisme
adalah :
1). Esensialisme berakar pada ungkapan realisme objektif dan idealisme
objektif yang moderen, yaitu alam semesta diatur oleh hukum alam sehingga
tugas manusia memahami hukum alam adalah dalam rangka penyesuaian diri dan
pengelolaannya.
2). Sasaran pendidikan adalah mengenalkan siswa pada karakter alam dan
warisan budaya. Pendidikan harus dibangun atas nilai-nilaiyang kukuh, tetap dan
stabil[10]
3). Nilai (kebenaran bersifat korespondensi ).berhubungan antara gagasan
dengan fakta secara objekjtif.
4). Bersifat konservatif (pelestarian budaya) dengan merefleksikan
humanisme klasik yang berkembang pada zaman renaissance.
Aliran Esensialisme dalam Filsafat Pendidikan
PENDAHULUAN
P endidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang
bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu kehilangan
arah. Berhubung dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas
nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi
maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang
jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi
adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4
abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaisans, sebagai
pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal.
Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat
manusia.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ALIRAN ESENSIALISME DAN
SEJARAHNYA
Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama.
Mereka beranggapan bahwa kebudayaan lama itu telah banyak
memperbuat kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang mereka
maksud dengan kebudayaan lama itu adalah yang telah ada semenjak
peradaban manusia yang pertama-tama dahulu. Akan tetapi yang
paling mereka pedomani adalah peradaban semenjak zaman
Renaissance, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11,
12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah
berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan
kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala,
terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance itu
merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak timbulnya
individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang
dari aktivitas manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu terletak
dalam ajaran para ahli filsafat, ahli-ahli pengetahuan yang telah
mewariskan kepada umat manusia segala macam ilmu pengetahuan
yang telah mampu menembus lipatan qurun dan waktu dan yang telah
banyak menimbulkan kreasi-kreasi bermanfaat sepanjang sejarah
umat manusia.
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan
pendidikan yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari
gerakan progrevisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam
warisan budaya/ sosial. Menurut Esensialisme, nilai-nilai kemanusiaan
yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras
dan susah payah selama beratus-ratus tahun, dan didalamnya berakar
gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan
waktu.
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, Pendidikan
Sebagai Pemelihara Kebudayaan. Karena ini maka aliran Esensialisme
dianggap para ahli “Conservative Road to Culture” yakni aliran ini
ingin kembali kekebudayaan lama, warisan sejarah yang telah
membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Esensialisme percaya bahwa pendidikan itu harus didasarkan kepada
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat
manusia.
Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama
sehinga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
B. CIRI-CIRI UTAMA ALIRAN ESENSIALISME
Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance
mempunyai tinjauan yang berbeda dengan progressivisme mengenai
pendidikan dan kebudayaan. Jika progressivisme menganggap
pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan,
tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai
dapat berubah dan berkembang, maka aliran Esensialisme ini
memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan
fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya
pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan
tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah
diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah
teruji oleh waktu, tahan lama dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan
dan terseleksi
Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari
kebudayaan dan filsafat yang korelatif, selama empat abad
belakangan ini, dengan perhitungan zaman Renaisans, sebagai
pangkal timbulnya pandangan-pandangan Esensialistis awal. Puncak
refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke
sembilan belas.
Idealisme dan Realisme adalahaliran-aliran filsafat yang
membentuk corak Esensialisme. Sumbangan yang diberikan oleh
masing-masing ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat ini
bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi
satu. Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat utama masing-masing.
Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme,
titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik;
sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-
pandangannya bersifat spiritual.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah
sama dengan substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni
fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang
merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang
berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji
menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat
mencapai kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri.
Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang
disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut :
1. minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari
upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian
bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
2. pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa
adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan
ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.
3. oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi
tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
4. esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat
tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya
(progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
C. POLA DASAR PENDIDIKAN ESSENSIALISME
Uraian berikut ini akan memberikan penjelasan tentang pola
dasar pendidikan aliran esensialisme yang didasari oleh pandangan
humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah
kepada keduniaan, serba ilmiah dan materialistik.
Untuk mendapatkan pemahaman pola dasar yang lebih rinci kita
harus mengenal dari referensi pendidikan esensialisme. Imam
Barnadib (1985)11) mengemukakan beberapa tokoh terkemuka yang
berperan dalam penyebaran aliran essensialisme dan sekaligus
memberikan pola dasar pemikiran mereka.
1. Desidarius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir
abad ke15 dan permulaan abad ke 16, adalah tokoh pertama yang
menolak pandangan hidup yanag berbijak pada “dunia lain”. Ia
berusaha agar kurikulum di sekolah bersifat humanistis dan bersifat
internasional, sehingga dapat diikuti oleh kaum tengahan dan
aristokrat.
2. Johann Amos Comeniuc (1592-1670), tokoh Reinaissance yang
pertama yang berusaha mensistematiskan proses pengajaran. Ia
memiliki pandangan realis yang dogmatis, dan karena dunia ini
dinamis dan bertujuan, maka tugas kewajiban pendidikaan adalah
membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan.
3. John Lock (1632-1704), tokoh dari inggris dan populer
sebagai “pemikir dunia” mengatakan bahwa pendidikan hendaknya
selalu dekat dengan situasi dan kondisi.
4. Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827), mempunyai
kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia,
sehingga pada diri manusia terdapat kemampuan-kemampuan
wajarnya. Selain itu ia percaya kepada hal-hal yang transendental,
dan manusia mempunyai hubungan transendental langsung dengan
Tuhan.
5. Johann Frederich Frobel (1782-1852), seorang tokoh
transendental pula yang corak pandangannya bersifat kosmissintetis,
dan manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian
dari alam ini. Oleh karena itu ia tunduk dan mengikuti ketentuan dari
hukum-hukum alam. Terhadap pendidikan ia memandang anak
sebagai makhluk yang berekspresi kreatif, dan tugas pendidikan
adalah memimpin peserta didik kearah kesadaran diri sendiri yang
murni, sesuai fitrah kejadiannya.
6. Johann Fiedrich Herbart (1776-1841), salah seorang murid
Immanuel Kant yang berpandangan kritis. Ia berpendapat bahwa
tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan
kebajikan dari Yang Mutlak, berarti penyesuaian dengan hukum-
hukum kesusilaan, dan ini pula yang disebut “pengajaran yang
mendidik” dalam proses pencapaian pendidikan.
7. Tokoh terakhir dari Amerika Serikat, William T. Harris (1835-
1909)-pengikut Hegel, berusaha menerapkan Idealisme Obyektif pada
pendidikan umum. Menurut dia bahwa tugas pendidikan adalah
mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti,
berdasarkan kesatuan spiritual. Keberhasilan sekolah adalah sebagai
lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan
menjadi penuntun penyesuaian diri setiap orang kepada masyarakat
D. BEBERAPA PANDANGAN DALAM ESENSIALISME
Sebagai reaksi dalam tuntutan zaman yang ditandai oleh suasana
hidup yang menjurus kepada keduniaan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang mulai terasa sejak abad ke15,
realisme dan idealisme perlu menyusun pandangan-pandangan yang
modern. Untuk itu perlu disusun kepercayaan yang dapat menjadi
penuntun bagi manusia agar dapat jadi penuntun bagi manusia agar
dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan itu. Kepercayaan
yang dimaksud diusahakan tahan lama, kaya akan isinya dan
mempunyai dasar-dasar yang kuat.
Dasar-dasar yang telah diketemukan, yang akhirnya dirangkum
menjadi konsep filsafat pendidikan esensialisme ini, tamapk
manifestasinya dalam sejarah dari zaman Renaisans sampai timbulnya
Progresivisme.
1. PANDANGAN MENGENAI REALITA
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah
suatu konsepsi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela,
yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula, ini berarti
bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah
disesuaikan dengan tata tersebut. Dibawah ini adalah uraian
mengenai penjabarannya menurut realisme dan idealisme.
a. Realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme
obyektif karena mempunyai pandangan yang sistematis mengenai
alam serta tempat manusia didalamnya. Terutama sekali ada dua
golongan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi realisme ini.
Dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa
tiap aspek dari alam fisik ini dapat dipahami berdasarkan adanya tata
yang jelas khusus. Ini berarti bahwa suatu kejadian yang
sederhanapun dapat ditafsirkan menurut hukum alam, seperti
misalnya daya tarik bumi.
b. Idealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih
optimis dibandingkan dengan realisme obyektif. Yang dimaksud
dengan ini adalah bahwa pandangan-pandangannya bersifat
menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu. Dengan
landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada
hakikatnya adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan suatu
pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata. Ajaran-ajaran
Hegel memperjelas pandangan tersebut diatas.
2. PANDANGAN MENGENAI NILAI
Nilai, seperti halnya pengetahuan berakar pada dan diperoleh
dari sumber-sumber obyektif. Sedangkan sifat-sifat nilai tergantung
dari pandangan yang timbul dari realisme dan idealisme. Kedua aliran
ini menyangkutkan masalah nilai dengan semua aspek peri kehidupan
manusia yang berarti meliputi pendidikan. Pandangan dari dua aliran
ini, yang mengenai nilai pada umumnya dan nilai keindahan pada
khususnya akan dipaparkan berikut ini.
Untuk hal yang pertama, dapatlah ditunjukan bahwa nilai
mempunyai pembawaan atas dasar komposisi yang ada. Misalnya,
kombinasi warna akan menimbulkan kesan baik, bila penempatan dan
fungsinya disesuaikan dengan pembawaan dari komponen-komponen
yang ada.
Untuk hal yang kedua, dapatlah diutarakan bahwa sikap, tingkah
laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan
kualitas baik dan buruk.
3. PANDANGAN MENGENAI PENDIDIKAN
Pandangan mengenai pendidikan yang diutarakan disini bersifat
umum, simplikatif dan selektif, dengan maksud agar semata-mata
dpat memberikangambaran mengenai bagian-bagian utama dari
esensialisme. Disamping itu karena tidak setiap filsuf idealis dan
realis mempunyai faham esensialistis yang sistematis, maka uraian ini
bersifat eklektik.
Esensialisme timbul karena adanya tantangan mengenai perlunya
usaha emansipasi diri sendiri, sebagaimana dijalankan oleh para filsuf
pada umumnya ditinjau dari sudut abad pertengahan. Usaha ini diisi
dengan pandangan-pandangan yang bersifat menanggapi hidup yang
mengarah kepada keduniaan, ilmiah dan teknologi, yang ciri-cirinya
telah ada sejak zaman Renaisans.
Tokoh yang perlu dibicarakan dalam rangka menyingkap sejarah
esensialisme ini adalah William T. Harris (1835-1909). Sebagai tokoh
Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh Hegel ini berusaha
menerapkan idealisme obyektif pada pendidikan umum. Menurut
Harris, tugas pendidikan adalah mengijinkan terbukanya realita
berdasarkan susunan yang tidak terelakan (pasti) bersendikan
kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-
nilai yang telah turun-menurun, dan menjadi penuntun penyesuaian
orang kepada masyarakat.
Oleh karena terasaskan adanya saingan dari progresivisme, maka
pada sekitar tahun 1930 timbul organisasi yang bernama Esentialist
Comittee for the Advancement of Education. Dengan timbulnya
Komite ini pandangan-pandangan esensialisme (menurut tafsiran
abad xx), mulai diketengahkan dalam dunia pendidikan.
4. PANDANGAN MENGENAI PENGETAHUAN
Pada kacamata realisme masalah pengetahuan ini, manusia
adalah sasaran pandangan sebagai makhluk yang padanya berlaku
hukum yang mekanistis evolusionistis. Sedangkan menurut idealisme,
pandangan mengenai pengetahuan bersendikan pada pengertian
bahwa manusia adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari
Tuhan dan yang timbul dari hubungan antara makrokosmos dan
mikrokosmos.
5. PANDANGAN MENGENAI BELAJAR
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai
pribadi individual dengan menitikberatkan pada aku, menurut
idealisme, seseorang belajar pada taraf permulaan adalah memahami
akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia
obyektif. Dari mikrokosmos menuju kemakrokosmos.
Sebagai contoh, dengan landasan pandangan diatas, dapatlah
dikemukakan pandangan Immanuel Kant (1724-1804). Dijelaskan
bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia lewat indera
memerlukan unsur a priori, yang tidak didahului oleh pengalaman
lebih dahulu.
6. PANDANGAN MENGENAI KURIKULUM
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu
hendaklah berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang kuat.
Bersumber atas pandangan ini, kegiatan-kegiatan pendidikan
dilakukan. Pandangan dari dua tokoh dipaparkan dibawah ini.
Herman Harrell Horne menulis dalam bukunya yang berjudul This
New Education mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu
bersendikan atas fundamental tunggal, yaitu watak manusia yang
ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan
perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik tersebut.
Atas dasar ketentuan ini berarti bahwa kegiatan atau keaktifan anak
didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen
itu.
Bogoslousky, dalam bukunya The Ideal School, mengutarakan hal-
hal yang lebih jelas dari Horne. Disamping menegaskan supaya
kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran
yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai
sebuah rumah yang mempunyai empat bagian, ialah :
a. Universum. Pengetahuan yang merupakan latar belakang dari
segala manifestasi hidup manusia, diantaranya adalah adanya
kekuatan-kekuatan alam, asal-usul tata surya dan lain-lainnya. Basis
pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang
diperluas.
b. Sivilisasi. Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup
masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan
pengawasan terhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, hidup
aman dan sejahtera.
c. Kebudayaan. Karya manusia yang mencakup diantaranya
filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian
mengenai lingkungan.
d. Kepribadian. Bagian yang bertujuan pembentukan
kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan
kepribadian yang ideal.
Jadi, tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi
bahagia didunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu
pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakan
kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan
semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran
kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah
perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai
pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya.
Sehingga peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa
berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang
ada dimasyarakat.
PENUTUP
SIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Aliran filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama.
b. Aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang
bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk
dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah,
mudah goyah, kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil.
c. Ciri-ciri filsafat pendidikan Esensialisme oleh William C.
Bagley sebagai berikut :
1) Minat-minat yang kuat dan tahan lama yang sering tumbuh
dari upaya-upaya belajar awal.
2) Pengawasan, pengarahan dan bimbingan orang yang dewasa
adalah melekat dalam masa balita yang panjang.
3) Kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan
pendidikan.
4) Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh tentang
pendidikan
d. Tokoh-tokoh terkemuka yang berperan dalam penyebaran
aliran esensialisme diantarnya adalah Desidarius Erasmus, Johann
Amos Comenius, John Locke, Johann Henrich Pesta Lozzi, Johann
Friederich Frobel, Johann Friedrich Herbart dan William T. Harris.
e. Beberapa pandangan dalam esensialisme diantaranya :
1) Pandangan mengenai realita,
2) Pandangan mengenai nilai pendidikan,
3) Pandangan mengenai pengetahuan,
4) Pandangan mengenai belajar, dan
5) Pandangan mengenai kurikulum.
Note :
makalah ini dibuat ketika saya dan teman-teman masih kuliah dan
berhasil persentasi makalah dengan predikat A, makalah dibuat oleh :
1. Kaharuddin Eka Putra (saya Sendiri)
2. Mahmudah
3. Siti Rahmah
4. Sri Syauqah
Dosen : Dra. Tarwilah M.Ag
DAFTAR PUSTAKA
1. H.B. Hamdani Ali, M.A.M.Ed.1986. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang
2. Redja Mudyahardjo. 2001. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
3. Mohammad Noor Syam. 1986. Fisafat Pendidikan Islam. Surabaya: Usaha Nasional
4. Dra. Zuhairini, dkk.1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
5. Drs. H. M. Djumberansyah Indar, M.Ed. 1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama
6. Prof. Imam Barnadib, M. A. Ph. D. 1990.Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME
Aliran pada esensialisme adalah pendidikan harus didasarkan nilai-nalai kebudayaan yang telah ada semenjak awal peradaban umat manusia.
1) Pandangan antilogi esensialisme
a) Sentesa ide idealism dan realism tentang hakekat realita berarti esensialisme mengakui adanya objektif disamping konsep-konsep.
b) Aliran esensialisme dipengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern
c) Penafsiran Spritual atas sejarah
d) Paham Makrokosmos dan Mikrokosmos
Paham makrokosmos adalah keseluruhan semestanya dalam suatu design dan kesatuan menurut teori kosmologi. Paham mikrokosmos adalah sebahagian tunggal suatu fakta yang terpisahg keseluruhan baik tingkat umum pribadi manusia maupun lembaga.
2) Pandangan Epistemologi Esensialisme
a) Konstaversi Jasmaniah rohaniah perbedaan idealism dan realism
b) Idealism adalah manusia mengetahui sesuatu hanya didalam melalui ide, rohaniah sedangkan realism adalah manusia mengetahui sesuatu realita di dalam melalui jasmani dan rohani.
c) Apporocch
Personalisme adalah manusia bagian dan rasio tuhan yang maha sempurna.
Approach personalisme adalah manusia tak mungkin mengetahui sesuatu yang hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya pengamalan ( Men-Unit Th Green ).
Bagi hegel adalah mental tercermin pada hokum logika (Mikrokosmos) hokum alam (Makrokosmos), hokum dialetika berfikir, hokum perkembangan sejarah dan kebudayaan manusia (Teori dinamis).
3) Appoach Realisme Pada Pengetahuan
Realism adalah menafsirkan manusia dalam rangka hokum alam. Cara menafsirkan manusia dalam realism dibedakan :
a) Menurut Teori Associationisme
Teori ini membicarakan bahwa jiwa adalah penginderaan dan pengamatan
b) Menurut Teori behaviorisme kehidupan mental tercermin pada tingkah laku(behavior).
Hokum behaviorisme adalah bahwa manusia ditentukan semata mata oleh hokum. Hokum idealisme adalah bahwa manusia seluruhnya ditentukan oleh hokum-hukum rohanuah.
c) Menurut Teori Conectionisme
Semua makhluk hidup termasuk manusia terbentuk tingkah lakunya pada pola-pola hubungan antar sirmulasi dan respon kulikulum sangat mengutamakan proses.
4) Tipe Epistimologi Realisme
1. Pandangan Axiollogi
Teori nilai menurut idealism Teori nilai menurut realism
Teori nilai menurut Idealisme menyatakan bahwa hokum-hukum efisiensi adalah hokum kusmos, nilai-nilai yang terkandung didalamnya adalah :
(a) Teori nilai idealism modern
(b) Teori social idealism
(c) Teori estetika idealism
Teori ini menurut realism bahwa sumber-sumber pengalaman manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Kecenderungan ini melahirkan :
(a) Etika determinisme
(b) Teori social realism
(c) Teori estika realisme
1. Peranan sekolah
Menurut esensialisme sekolah berfungsi untuk warga Negara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga social yang ada didalam masyarakat.
1. Peranan Aliran Esensialisme
Sebagai sako guru dalam kebudayaan modern Sebagai pemeliharaan kebudayaan (warisan kebudayaan)
1. Fungsi pemeliharaan Kebudayaan
1) Membina sikap jiwa untuk menjunjung tinggi dan menyesuaikan terhadap hokum-hukum dan kebenaran yang ditemukan manusia di alam.
2) Hukum harus dipahami dalam konteks dan kebudayaan.
http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html
I. FILOSOFIS PENDIDIKAN
1. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Ciri-ciri berfikir filosfi :
1. Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.2. Berfikir secara sistematis.3. Menyusun suatu skema konsepsi, dan4. Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1. Sebagai dasar dalam bertindak.2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2. FILSAFAT PENDIDIKAN
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1. Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.2. Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan3. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
3. ESENSIALISME DAN PERENIALISME Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.
4. PENDIDIKAN NASIONAL
Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa
Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara plural dan banyak dijumpai pandangan-pandangan mengenai pendidikan secara global maupun Indonesia pada khususnya. Pendidikan dan kehidupan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hubungan keduanya ibarat tubuh dengan jiwa manusia. Jiwa berpotensi menggerakkan tubuh, sementara kehidupan manusia digerakkan oleh pendidikan menuju tujuan hidup yang didambakan (Jalaluddin, 2007).
Berbicara mengenai filsafat pendidikan terdapat hal yang perlu diketahui mengenai aliran-aliran filsafat pendidikan salah satunya adalah aliran filsafat pendidikan Esensialisme, banyak yang perlu kita ketahui dalam aliran tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana sebenarnya aliran filsafat pendidikan esensialisme itu, mencakup tentang esensialisme itu sendiri, tokoh-tokoh esensialisme, Tempat Asal Aliran Esensialisme Dikembangkan, Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan, Pandangan tentang Aliran Esensialisme segi ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
1. B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini selain sebagai tugas individu mata kuliah Filsafat Pendidikan juga untuk mengetahui :
1. Konsep Dasar aliran Filsafat Esensialisme2. Tokoh-tokoh Esensialisme3. Tempat Asal aliran pendidikan Esensialisme dikembangkan4. Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di bidang Pendidikan5. Pandangan tentang Aliran Esensialisme dari segi ontologi,Epistemologi dan
aksiologi
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Konsep Dasar Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.
Realisme modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. John Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu alam adalah yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat.
Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik. Dan disana terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsi-persepsi yang tidak semata-mata bersifat mental. Dengan demikian disini jiwa dapat diumpamakan sebagai cermin yang menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan mengenai adanya kenyataan itu tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah,
berarti bukan hanya dari subyek atau obyek semata-mata, melainkan pertemuan keduanya. Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak
terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan.
Menurut pandangan ini bahwa idealisme modern merupakan suatu ide-ide atau gagasan-gagasan manusia sebagai makhluk yang berpikir, dan semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta segala isinya. Dengan menguji dan menyelidiki semua ide serta gagasannya maka manusia akan mencapai suatu kebenaran yang berdasarkan kepada sumber yang ada pada Allah SWT.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa aliran esensialime merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia
1. B. Tokoh-Tokoh Esensialime2. 1. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)
Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak.
1. 2. George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri(memilih,melaksanakan
1. C. Tempat Asal Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme Berkembang
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan.
1. D. Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di bidang Pendidikan 1. 1. Pandangan Essensialisme Mengenai BelajarIdealisme
sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Pandangan Immanuel Kant, bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera merperlukan unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu. Bila orang berhadapan dengan benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah mempunyai bentuk, ruang dan ikatan waktu.
Bentuk, ruang dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atau pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi kepada benda, lelapi benda-benda itu yang terarah kepada budi. Budi membentuk, mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.
Seorang filosuf dan ahli sosiologi yang bernama Roose L. Finney menerangkan tentang hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan rohani yang pasif, yang berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang telah tertentu yang diatur oleh alam. Berarti pula bahwa pendidikan itu adalah sosial. Jadi belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan di teruskan kepada angkatan berikutnya.
Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas:
1. Determiuisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang harmonis.
2. Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan.
2. Pandangan Essensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Bogoslousky mengutarakan di samping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian:
1. Universum: Pengetahuan merupakan latar belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup manusia. Di antaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal usul tata surya dan lain-Iainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas.
2. Sivilisasi: Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan tcrhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup aman dan sejahtera .
3. Kebudayaan: Kebudayaan mempakan karya manusia yang mencakup di antaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.
4. Kepribadian: Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Dalam kurikulum hendaklah diusahakan agar faktor-faktor fisik, fisiologi, emosional dan ientelektual sebagai keseluruhan, dapat berkembang harmonis dan organis, sesuai dengan kemanusiaan ideal.
Robert Ulich berpendapat bahwa meskipun pada hakikatnya kurikulum disusun secara fleksibel karena perlu mendasarkan atas pribadi anak, fleksibilitas tidak tepat diterapkan pada pemahaman mengenai agama dan alam semesta. Untuk ini perlu diadakan perencanaan dengan keseksamaan dan kepastian. Butler mengemukakan bahwa sejumlah anak untuk tiap angkatan baru haruslah dididik untuk mengetahui dan mengagumi Kitab Suci. Sedangkan Demihkevich menghendaki agar kurikulum berisikan moralitas yang tinggi .
Realisme mengumpamakan kurikulum sebagai balok-balok yang disusun dengan teratur satu sama lain yaitu disusun dari paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks.
Susunan ini dapat diutarakan ibarat sebagai susunan dari alam, yang sederhana merupakan fundamen at au dasar dari susunannya yang paling kompleks. Jadi bila kurikulum disusun atas dasar pikiran yang demikian akan bersifat harmonis.
1. E. Pandangan tentang Aliran Esensialisme dari segi ontologi, Epistemologi dan aksiologi
2. 1. Pandangan secara Ontologi
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada pula. Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.
1. 2. Pandangan secara Epistemologi
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensialisme. Sebab jika manusia mampu menyadari realita scbagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestiannya.
Berdasarkan kualitas inilah dia memperoduksi secara tepat pengetahuannya dalam benda-benda, ilmu alam, biologi, sosial, dan agama.
1. Pandangan Kontraversi Jasmaniah dan Rohaniah
Perbedaan idealisme dan realisme adalah karena yang pertama menganggap bahwa rohani adalah kunci kesadaran tentang realita. Manusia mengetahui sesuatu hanya di dalam dan melalui ide, rohaniah. Sebaliknya realist berpendapat bahwa kita hanya mengctahui sesuatu realita di dalam melalui jasmani.
1. Pendekatan (Approach) ldealisme pada Pengetahuan
Kita hanya mengerti rohani kita sendiri, tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain. Sebab kesadaran kita, rasio manusia adalah bagian dari pada rasio Tuhan yang Maha Sempurna. Menurut T.H Green, approach personalisme itu hanya melalui introspeksi. Padahal manusia tidak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya pengamatan. Karena itu setiap pengalaman mental pasti melalui refleksi antara macam-macam pengamalan.
1. Menurut Teori Koneksionisme
Teori ini menyatakan semua makhluk, termasuk manusia terbentuk (tingkah lakunya) oleh pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara) stimulus dan respon.
Dan manusia dalam hidupnya selalu membentuk tata jawaban dengan jalan memperkuat atau memperlemah hubungan antara stimulus dan respon.
1. Tipe Epistemologi Realisme
Terdapat beberapa tipe epistemologi realisme. Di Amerika ada dua tipe yang utama:
1. Neorealisme
Secara psikologi neorealisme lebih erat dengan behaviorisme Baginya pengetahuan diterima, ditanggap langsung oleh pikirar dunia realita. ltulah sebabnya neorialisme menafsirkan badan sebagai respon khusus yang berasal dari luar dengan sedikit atat tanpa adanya proses intelek
b. Cretical Realisme
Aliran ini menyatakan bahwa media antara inetelek dengan realita adalah seberkas pengindraaan dan pengamatan.
1. 3. Pandangan secara Aksiologi
Pandangan ontologi dan epistemologi sangat mempengaruhi pandangan aksiologi. Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal, tergantung pada pandangun-pandangan idealisme dan realism sebab essensialisme terbina aleh kedua syarat tersebut.a. Teori Nilai Menurut Idealisme
Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. Menurut idealisme bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas tertentu.
b.Teori Nilai Menurut Realisme
Prinsip sederhana realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi bahwa sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa mengenai masalah baik-buruk khususnya dan keadaan manusia pada umumnya, realisme bersandarkan atas keilumuan dan lingkungan. Perbuatan seseorang adalah hasil perpaduan yang timbul sebagai akibat adanya saling hubungan antara pembawa-pembawa fisiologis dan pengaruh-pengaruh dari Iingkungan.
BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan 1. Aliran esensialime merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia2. Tokoh-tokoh Aliran Esensilisme
1. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)2. George Santayana
3. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan.
4. Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di bidang Pendidikan 1. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar Idealisme
sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku.
1. Pandangan Essensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat
1. Pandangan tentang Aliran Esensialisme dari segi ontologi, Epistemologi dan aksiologi
1. Pandangan secara Ontologi2. Pandangan secara Epistemologi3. Pandangan secara Aksiologi
1. B. Saran
Bagi pembaca agar menggunakan makalah ini dengan sebaik-baiknya untuk menambah pengetahuan dan menjadi bahan referensi untuk makalah yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin & Abdullah Idi . 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Anonim a. 2009. Aliran Filsafat Pendidikan Esensilisme ( Online ) http://edu-articles.com, diakses 22 Maret 2010
Anonim b. 2009. Aliran Filsafat Pendidikan Esensilisme ( Online ) http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_utama , diakses 22 Maret 2010
Anonim c. 2009. Aliran Esensialisme ( Online ) http://www.geocities.com/athens/parthenon/4926/rencana/tunjang.htm diakses 22 Maret 2010
Fadliyanur. 2008. Aliran Esensilisme ( Online ) http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-esensialisme.html, diakses 22 Maret 2010