filsafat dan penciptaan ilmu - 1

36
FILSAFAT DAN PENCIPTAAN ILMU FPI

Upload: ahmad-danial

Post on 17-Sep-2015

247 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

MATA KULIAH FILSAFAT DAN PENCIPTAAN ILMU TEKNIK KIMIA UGM

TRANSCRIPT

  • FILSAFAT DAN PENCIPTAAN ILMU FPI

  • Arti Filsafat

    a. Dari segi Etimologi

    Philosophia : philein (mencintai), philos (teman) sophos (bijaksana), sophia (kebijaksanaan)

    Filsafat : 1) mencintai hal-hal yg bersifat bijaksana

    2) teman kebijaksanaan

    Lover of wisdom : pencinta kebijaksanaan

    Sophia : kerajinan, kebenaran pertama, pengetahuan yg

    luas, kebajikan intelektual, pertimbangan yg sehat,

    kecerdikan dlm memutuskan hal-hal praktis.

    Intinya : mencari keutamaan mental

    (the pursuit of mental excellence)

  • F. Berfikir secara Kefilsafatan

    Berfilsafat adlh berfikir, tp tdk berarti berfikir adlh berfilsafat.

    Befilsafat adalah berfikir dengan ciri2 sbb.

    a. Radikal : berfikir sampai hakikat& esensi.

    b. Universal : pengalaman umum dari umat manusia (common experience of mankind)

    c. Konseptual (hasil generalisasi & abstraksi)

    d. Koheren & konsisten (runtut : sesuai dg kaidah2 berfikir & tdk mengandung kontradiksi).

    e. Sistematik (sistem : kebulatan dari sejumlah unsur yg saling bhb menurut tata pengaturan utk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan ssuatu peranan ttt).

    f. Komprehensif (mencakup secara menyeluruh)

    g. Bebas

    h. Bertanggungjawab (thd hati nurani)

  • H. Aliran-aliran Filsafat

    1. Aliran2 dlm Persoalan Keberadaan

    1.1. Keberadaam dari segi jumlah (kuantitas)

    (1) Monoisme (hanya ada satu kenyataan fundamental:jiwa, materi, Tuhan atau substansi lain yg tdk dpt diketahui)

    (2) Dualisme (serba dua, adanya dua substansi yg masing2 berdiri sendiri) : dunia indera (bayang2) dan dunia intelek (ide).

    (3) Pluralisme (serba banyak)

    1.2. Keberadaan dari segi sifat (kualitas)

    (1) Spiritualisme (kenyataan terdalam : roh)

    (2) Materialisme (tdk ada yg nyata kecuali materi: kelihatan, dpt diraba, berbentuk, menempati ruang)

  • 1.3. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian atau perubahan

    (1) Mekanisme (serba-mesin): semua gejala (peristiwa) dpt dijelaskan berdsrkan asas2 mekanik, seperti sebab kerja (efficient cause) dan sebab tujuan (final cause)

    (2) Teleologi (Serba tujuan) : yg berlaku dlm kejadian alam bukanlah kaidah sebab akibat, tp sejak semula memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan yg mengarahkan alam ke suatu tujuan.

    (3) Vitalisme : khd tdk dpt dijelaskan secara fisika-kimiawi

    (4) Organisisme (hidup : suatu struktur yg dinamik, suatu kebulatan yg memiliki bagian2 yg heterogen, tp yg utama adalah adanya sistem yg teratur.

  • 2. Aliran-aliran dalam Persoalan Pengetahuan

    2.1. Persoalan pengetahuan yg bertalian dg Sumber2 pengetahuan

    (1) Rasionalisme (semua pengetahuan bersmber pada Akal). Akal dari indra shg mendasarkan pd metode deduksi (umum ke khusus)

    (2) Empirisme (pengetahuan diperoleh lewat indera)

    (3) Realisme (objek yg diketahui adalah nyata dlm dirinya sendiri).

    (4) Kritisisme (berusaha menjawab persoalan pengetahuan)

  • 2.2. Persoalan Pengetahuan yg menekankan pd hakekat pengetahuan

    (1) Idealisme (pengetahuan adalah proses2 mental ataupun proses2 psikologis yg sifatnya subjektif)

    (2) Empirisme (hakikat pengetahuan adalah berupa pengalaman)

    (3) Positivisme (kepercayaan2 yg dogmatis harus digantikan dg pengetahuan faktawi). Sikap negatifnya telah mempengaruhi pemikiran : pragmatisme, instru-mentalisme, naturalisme ilmiah dan behaviorisme.

    (4) Pragmatisme tidak mempersoalkan apa hakikat pengetahuan melainkan menanyakan apa guna pengetahuan tsb.

  • 3. Aliran-aliran dalam Persoalan Nilai-nilai (Etika)

    (1) Idealisme Etis (meyakini : nilai2, asas2 moral, atau aturan2 untuk bertindak; lebih mengutamakan hal2 yg bersifat spiritual atau mental drpd yg bersifat indrawi atau kebendaan; lebih yg umum drpd yg khusus)

    (2) Deontologisme Etis : formalisme : kewajiban (sesuatu tindakan dianggap baik tanpa disangkutkan dg nilai kebaikan sesuatu hal)

    (3) Etika Teleologis (bag etika aksiologis : etika berdasar nilai), yg membuat ketentuan bahwa kebaikan atau kebenaran suatu tindakan sepenuhnya bergantung pada sesuatu tujuan (hasil)

    (4) Hedonisme (menganjurkan manusia untuk mencapai kebahagian yg didasarkan pada kenikmatan, kesenangan (pleasure))

    (5) Utilitarisme (pand yg menyatakan bahwa tindakan yg baik adalah tindakan yg menimbulkan kenikmatan atau kebahagiaan yg sebesar-bersanya bagi manusia yg sebanyak-banyaknya)

  • SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

    Perkembangan ilmu pengetahuan

    Tidak berlangsung secara mendadak

    Melainkan terjadi secara bertahap, evolutif.

    Penemuan tidak terpusat, tapi menyebar dari Babylonia, Mesir, Cina, India, Irak, Yunani, hingga daratan Eropa.

    FPI_Lecture 2

  • B. Zaman Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM)

    Konsep-konsep penting

    1. Selalu manusia itu berpikir untuk melengkapi dirinya dengan peralatan (batu, kayu, tulang)

    2. Trial dan eror merupakan metode untuk seleksi material sampai sekarang.

    3. Know how yg dilandasi pengalaman empirik

    4. Pusat-pusat peradaban dan ilmu: Yunani, babilonia, mesir, cina, india, timur tengah dan Eropa.

    Mesir: alat-alat perunggu 17 abad SM Eropa

    Cina: alat perunggu 15 abad SM, dan alat besi 5 abad SM.

    India: sistem bilangan desima, angka nol.

  • C. Zaman Yunani Kuno (abad 7-2 SM)

    Zaman keemasan Filsafat : orang memiliki kebebasan untuk mengungkapan ide-ide atau pendapatnya.

    Yunani dianggap sbg gudang ilmu dan filsafat, tidak percaya mitologi, dan tidak dpt menerima pengalaman yg didasarkan pada sikap receptive attitude (menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (sikap menyelidiki sesuatu secara kritis)

  • Plato dan Aristotle: Dua perspektif

    RefRobinson:

    Plato Aristotle

    Top down approach

    One starts with an idea

    Theory laden observation

    Rational tradition

    DEDUCTIVE REASONING

    Bottom up approach

    Drawing conclusions from

    observation

    Empirical tradition

    INDUCTIVE REASONING

    Plato and Aristotle: Two perspectives

  • Zaman pertengahan (abad 2-14 M)

    Tampilnya para teolog dilapangan ilmu pengetahuan.

    Aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.

    Peran utama era ini:

    1. Menerjemahkan peninggalan bangsa yunani, mengkritisi dan menyebarluaskannya.

    2. Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia ilmu bumi dan ilmu botani.

    3. Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

    Yang lain: modern banking sistem (sistem cek), modern teaching/school untuk semua lapisan masyarakat, dan arsitektur.

  • Zaman renaisance (abad 14-17 M)

    Era berpikir bebas dari dogma-dogma agama.

    Manusia pada zaman renaisace merindukan biusa berpikir bebas seperti jaman yunani kuno.

    Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri tidak didasarkan atas campur tangan ilahi.

  • Kepler Ibnu Sina

    Einstein

    Ibnu Rushdi

    Al Battani

    Universitas. Al-Azhar

    Tekn destilasi tungku bakar, Lab. kimia

    DapurTekan

    mobil Besi lempeng

    Mesin uap, pintal

    Mesin cetak

    Baterai listrik, Telegraf, Telpon, Lampu Edison, Paten wireless

    Teknik Hidrolika Skala Besar

    Observat astronomi

    Teknik kompas dan navigasi

    Rumah Sakit pertama

    Kapal dagang

    Tek. Bendungan Kincir air

    Pesawat terbang TV,Komputer, Material Baru

    Teknik jalan, Jembatan, Benteng, Bangunan, Kota.

    Al Farabi

    20000

    8000 Copernicus

    Newton

    Adam Smith

    Rmh Sakit modern

    2000 1400 1200 1000 800 600 1600 1800

    Alat astronomi astrolabus

    Tek. Irigasi

    Kompas dr Cina

    Dasar2 Alat fotografi

    Rumah Ilmu

    Arab ambil bilangan India

    Al Kindi

    Al Ghazali

    Bacon

    Galileo

    EROPA ABAD KEGELAPAN

    ABAD KEEMASAN BANGSA-BANGSA ARAB Bersamaan dengan penguasaan Spanyol

    RENAISANS

    REV.SAINS, TEKNOLOGI &INDUSTRI

    REV.EKON

    16000

    12000

    4000

    2000

    6000

    10000

    14000

    TAHUN MASEHI

    TREND KEMAJUAN SAINS& TEKNOLOGI

    500

    PETA Dokumen milik Ary Mochtar Pedju

    James Watt

    Th. A. Edison

    PRODUK TEKNOLOGI Menurut perioda sejarah

    Tanpa skala

    Angg. Majelis Penelitian PT, Dewan Pendidikan Tinggi

    Adelard

    Calvin

    Marthin Luther

    Reformasi Agama

    CINA

    $ p

    erk

    ap

    ita

    E

    rop

    a

    $ p

    erk

    ap

    ita

    C

    ina

    8/33

  • FPI _Lecture 3 LANDASAN PENELAAHAN ILMU

    Kegiatan keilmuan dan pengembangan ilmu memerlukan 2 pertimbangan :

    1. Objektivitas yg tertuju kepada kebenaran merupakan landasan tetap yang menjadi pola dasarnya.

    2. Nilai-nilai hidup kemanusiaan merupakan pertimbangan pada tahap pra-ilmu dan pasca-ilmu.

    Nilai-nilai kemanusiaan merupakan dasar, latar belakang dan tujuan dari kegiatan keilmuan.

  • Ilmu-Ideologi-etik

    Hanya dg menjaga jarak antara ilmu dan ideologi, maka pertimbangan etik bagi ilmu pengetahuan menjadi mungkin untuk dilaksanakan yaitu demi kepentingan masyarakat.

    Dalam lingkungan budaya dan konstelasi sospol ttt, pertimbangan ilmu dpt saja berubah, tetapi tdk pada sistem ilmu itu sendiri shg harus ada pembatasan pada saat mana ilmu bebas nilai dan saat bagaimana taut nilai

    Jadi pengembangan ilmu pengetahuan memerlukan 2 pertimbangan : dari segi ilmu yg statik (metode ilmiah), dan segi ilmu yang dinamik (pedoman, asas-asas).

  • 3 Landasan pengetahuan (Jujun Suriasumantri)

    1. Ontologi membahas ttg apa yg ingin diketahui atau dg kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori ttg ada.

    2. Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yg terlihat dlm usaha untuk memperoleh pengetahuan (teori pengetahuan) metode ilmiah

    3. Dasar Aksiologis ilmu membahas ttg manfaat yg diperoleh manusia dari pengetahuan yg didapatkannya.

  • 1) Bahasa Imiah

    2) Logika dan matematika

    3) Logika dan statistika

    SARANA BERFIKIR ILMIAH

    FPI_Lec 4

  • Fungsi Sarana Berfikir Ilmiah

    Bahasa ilmiah berfungsi sbg alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berfikir ilmiah.

    Wittgenstein: Batas bahasaku adalah batas duniaku.

    Logika & matematika mempunyai peranan penting dlm berfikir deduktif shg mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya.

    Logika & statistika mempunyai peranan penting dlm berfikir induktif untuk mencari konsep-konsep yg berlaku umum.

  • Perbedaan selengkapnya

    Bahasa Alami : antara kata & makna satu kesatuan utuh atas dasar kebiasaan sehar-hari, karena bahasanya :

    Bahasa Buatan : antara istilah & konsep satu kesatuan bersifat relatif, karena bahasanya :

    1. Secara spontan 1. Berdasarkan pemikiran

    2. Bersifat kebiasaan 2. Sekehendak hati

    3. Intuitif (bisikan hati) 3. Diskursif (logis, luas arti)

    4. Pernyataan scr langsung 4. Pernyataan tdk langsung

  • II. Penjelasan atau Defisini

    Bahasa mempunyai 3 fungsi pokok

    1. Fungsi ekspresif atau emotif : pencurahan rasa takut serta takjub yg dilakukan serta merta pada pemujaan-pemujaan, demikian juga pencurahan seni suara maupun seni sastra.

    2. Fungsi efektif atau praktis : untuk menimbulkan efek psikologis thd orang-orang lain dan sbg akibatnya mempengaruhi tindakan-tindakan mereka ke arah kegiatan atau sikap tertentu yg diinginkan.

    3. Fungsi simbolik : fungsi logik serta komunikatif, karena arti itu dinyatakan dlm simbol-simbol bukan hanya untuk menyatakan fakta saja melainkan juga untuk menyampaikan kepada orang lain.

  • Macam-macam Definisi

    1. Definisi Nominalis : sinonim, simbolik, etimologis, semantis, stipulatif, dan denotatif.

    2. Definisi Realis :

    esensial (analitis dan konotatif),

    deskriptif (aksidental, kausal)

    3. Definisi Praktis :

    Operasional, dan

    Fungsional

  • Logika dan Matematika

    Logika & matematika : 2 pengetahuan yg selalu berhubungan erat, sbg sarana berfikir deduktif,

    Bahasa yg digunakan : bahasa artifisial, murni bahasa buatan, yg terbebas dari aspek emotof dan afektif serta jelas kelihatan hubungannya.

    Keduanya lebih mementingkan bentuk logisnya pernyataan-pernyataan mempunyai sifat yg jelas.

    Pola berfikir deduktif banyak digunakan baik dlm bidang ilmiah maupun bidang lain yg nerupakan proses pengambilan kesimpulan yg didasarkan pada premis-premis yg kebenarannya telah ditentukan

    Matematika sendiri tdk mengandung kebenaran ttg sesuatu bersifat faktual mengenai dunia empiris, hanya merupakan alat yg memungkinkan ditemukannya serta dikomunikasikannya kebenaran ilmiah lewat disiplin keilmuan.

  • 1. Hukum Dasar Penalaran

    Dlm penalaran deduktif bentuk penyimpulan yg banyak digunakan adalah sistem silogisme, dan bahkan silogisme ini disebut juga sbg perwujudan pemikiran deduktif yg sempurna.

    Hukum silogisme : silogisme yg berkesimpulan tepat dan pasti kemudian dikemukakan bentuk logisnya.

    1. Hukum berbentuk silogisme kategorik

    2. Hukum berbentuk silogisme majemuk

  • Hukum Penyimpulan Kategorik

    Perumusan silogisme yg jika diungkapkan dlm bentuk diagram hanya ada satu bentuk (satu bentuk logis), seperti :

    1. Di antara dua hal yg sama, jika yg satu diketahui sama dg hal ketiga, maka yg lain-pun pasti sama

    2. Di antara dua hal yg sama, jika sebagian yg satu termasuk dlm hal ketiga, maka sebagian yg lainpun termasuk di dalamnya.

    3. Di antara dua hal, jika yg satu sama dan yg lain berbeda dg hal ketiga, maka dua hal itu berbeda.

    4. Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan keseluruhan, maka diakui pula sebagai sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.

    5. Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan bagian dari suatu keseluruhan, diakui pula

    6. Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang meliputi suatu keseluruhan, maka meliputi pula bagian-bagian dari keseluruhan itu.

    7. Jika sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan maka tidak diakui pula oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.

  • Hukum Penyimpulan Majemuk

    Perumusan silogisme yg jika diungkapkan dlm bentuk diagram setelah adanya penegasan, hanya ada satu subhimpunan (satu kelompok) yg dimaksudkannya.

    Hukum yg berbentuk silogisme majemuk ini akan dikemukakan bentuk logis penyimpulannya dg menggunakan rumusan simbolik.

    1. Modus ponendo ponen If today is Tuesday, then I will go to work. Today is Tuesday, therefore I will go to

    work

    2. Modus tolendo tolen If I am the axe murderer, then I used an axe. I cannot use an axe. Therefore, I am

    not the axe murderer.

    3. Modus ponendo tolen Ann and Bill cannot both win the race.Ann won the race. Therefore,

    Bill cannot have won the race. 4. Modus tolendo ponen

  • Kaidah-kaidah Dasar

    Hukum-hukum penyimpulan tsb, jika diperbandingkan antara yg menggunakan bahasa biasa dg bahasa simbolik, akan tampak lebih jelas pola penalarannya dg bahasa simbolik, dan hukum-hukum yg sederhana ini akan dikembangkan lebih lanjut dlm matematika.

    Hukum-hukum tsb dpt diterapkan pada sesuatu hal apapun yg bentuk logisnya sama.

    Hukum-hukum logika yg kemudian dikembangkan dlm matematika adalah yg berbentuk persamaan.

    Hukum-hukum logika inipun sbg sarana untuk mengembangkan ilmu, yaitu : Dobel negasi, konversi, inversi, kontraposisi, bikondisionaliti, kondisionaliti, negasi ekuivalen, negasi implikasi, De Morgan, dan distribusi.

  • 2. Fungsi Penalaran Deduktif

    Logika dan matematika dg menggunakan bahasa simbolik yg mudah ditangkap struktur logisnya berfungsi sbg alat berfikir yg terlepas dari isi.

    Oleh karena itu ilmu-ilmu ttt yg akan mengisi bentuk logis tsb sesuai dg kebutuhannya.

    Ilmu merupakan pengetahuan yg mendasarkan kepada analisis dlm menarik kesimpulan menurut pola berfikir logis

    Logika dan matematika adalah metode berpikir logis, oleh karena itu ilmu mutlak perlu menggunakan logika dan matematika untuk pengembangan ilmunya.

    a) Struktur Logis Hukum

    b) Logika dan Teknologi

  • Logika Deduktif

    Sistem penalaran yg menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yg sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yg dihasilkan sbg kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya (premisnya).

    Yg terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal, jika telah runtut dan sesuai dg pertimbangan akal yg dpt dibuktikan tdk ada kesimpulan lain, maka proses penyimpulannya itu adalah tepat dan sah.

    Karenanya sering disebut logika formal, juga disebut logika simbolik, karena yg dibicarakan hanya bentuknya saja terlepas isi apa yg dibicarakan.

    Sbg sarana penarikan kesimpulan yg lebih terperinci dan mendalam logika deduktif berpaling pada matematika

  • Logika Induktif

    Sistem penalaran yg menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yg sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yg bersifat boleh-jadi

    Sering disebut logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip penalaran yg bergantung kesesuaiannya dg kenyataan

    Karenanya kesimpulannya hanyalah kebolehjadian, dlm arti selama kesimpulannya tdk ada bukti yg menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tdk dpt dikatakan pasti.

    Logika ini merupakan pokok bahasan metodologi ilmiah, atau metodologi ilmiah merupakan perluasan logika ini.

    Sbg sarana penarikan kesimpulan yg lebih rumit dan mendalam logika induktif berpaling pada statistika

  • D. Logika dan Statistika

    Dlm pembahasan sarana berfikir deduktif adalah logika sebagai dasarnya, yaitu logika deduktif,

    Sarana berfikir induktif yg akan dibicarakan juga logika sebagi dasarnya, yaitu logika induktif.

    Keduanya sbg dasar filsafat dan sarana ilmu.

    Sbg dasar filsafat karena untuk berfilsafat yg baik harus dilandasi logika.

    Sedangkan sbg sarana ilmu karena semua ilmu harus didukung oleh penalaran logis dan sistematis yg merupakan salah satu syarat sifat ilmiah.

  • 1. Pola Penalaran Ilmiah

    Logika induktif tdk memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk premis-premis ttt dpt ditarik suatu kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah

    Statistika merupakan pengetahuan yg memungkinkan untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tsb, yg berdasarkan teori peluang.

    Penalaran induktif dlm bidang ilmiah yg bertitik tolak pd sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sbg hukum ilmiah, dg urutan proses penalaran tertentu.

  • Proses penalaran

    1. Observasi dan eksperimen

    2. Hipotesis ilmiah

    langkah kedua dlm induksi, yaitu suatu dalil sementara yg diajukan berdasarkan pengetahuan yg terkumpul sbg petunjuk bagi penelitian lebih lanjut, dgn syarat harus:

    a) dpt diuji kebenarannya (dg fakta),

    b) terbuka dan dpt meramalkan bagi pengembangan konsekuensinya

    c) Runtut dg dalil-dalil atau prinsip-prinsip yg sudah dianggap benar

    Dpt menjelaskan fakta-fakta yg dipersoalkan .

    3. Verifikasi dan pengukuhan.

    4. Teori dan hukum ilmiah : hasil akhir induksi ilmiah.

  • 2. Penyimpulan Kausal

    Merupakan penarikan kesimpulan yg didasarkan atas hubungan sebab akibat.

    Penyimpulan ini termasuk hal terpokok, karena untuk menentukan sesuatu hal yg terjadi itu disebabkan oleh apa.

    Penentuan sebab ini pula hukum ilmiah sbg hasil akhir penalaran induktif mudah tersusun.

    Penyimpulan kausal ditinjau dari segi bentuknya termasuk penalaran deduktif, yaitu membicarakan tentang konstruksi logisnya, tapi jika ditinjau dari segi materinya merupakan penalaran induktif.

    Hubungan sebab akibat adalah merupakan suatu hubungan yg intrinsik, suatu hubungan asasi, shg kalau yg satu (sebab) terwujud maka yg lain (akibat) pasti terjadi.

  • 2. Penyimpulan Kausal

    Penyimpulan kausal telah dirumuskan dlm bentuk suatu metode, yg khusus menaik kesimpulan dg hubungan sebab akibat, disebut metode kausal (metode Mill) :

    1. Metode persesuaian (Method of agreement)

    2. Metode perbedaan (Method of difference)

    3. Metode gabungan persesuaian dan perbedaan (Joint method of agreement and difference)

    4. Metode sisa (method of residues)

    5. Metode perubahan seiring (method of concomitant variations) atau metode variasi metode kuantitatif