filsafat ilmu

55
ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU Tugas Akhir Semester I MATA KULIAH: PENGANTAR FILSAFAT Dosen : Prof. Dr. Dr. dr Theodorus Immanuel Setiawan Oleh : Afaf Alhawariyah NIM : 1715135938

Upload: afaaf-alhawariyah

Post on 14-Jun-2015

2.063 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

tugas akgir semester 1 . meresume buku fisafat ilmu. Prof.Dr.Asmal Bakhtiar.M.A. (edisi revisi)

TRANSCRIPT

Page 1: filsafat ilmu

ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU

Tugas Akhir Semester I

MATA KULIAH: PENGANTAR FILSAFAT

Dosen :

Prof. Dr. Dr. dr Theodorus Immanuel Setiawan

Oleh :

Afaf AlhawariyahNIM : 1715135938

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTAFAKULTAS ILMU PENDIDIKANBIMBINGAN DAN KONSELING

NON REGULER 2012

Page 2: filsafat ilmu

Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan nikmatNya

sehingga kita masih dapat terus untuk menuntut ilmu hingga sekarang, dan

analisis buku Filsafat Ilmu ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Analisis buku Filsafat Ilmu ini adalah tugas akhir semester yang diberikan

oleh Dr. Dr. dr. Theodorus Immanuel Setiawan selaku Dosen Pengantar Filsafat

Bimbingan Konseling. Banyak manfaat yang saya rasakan dalam mengerjakan

tugas ini salah satunya adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam

membaca buku dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai filsafat itu

sendiri. Terimakasih kepada Beliau yang telah memberikan tugas ini. Terimakasih

juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian resume buku

ini terutama kepada teman-teman BK yang telah bekerja sama meminjamkan

bukunya untuk bahan pembanding resume ini.

Saya menyadari analisis buku ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran yang membangun saya harapkan untuk perbaikan di waktu berikutnya.

Jakarta, 25 Desember 2012

Penulis

Page 3: filsafat ilmu

Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………………………………………

Daftar Isi ………………………………………………………………………

Identitas Buku ………………………………………………………………..

Pendahuluan........................................................................................................

PEMBAHASAN

BAB I Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat ………………………

B. Pengertian Filsafat Ilmu …………………………………

C. Tujuan Filsafat Ilmu ………………………………………

BAB II Sejarah Perkembangan Ilmu

A. Landasan Ilmu pada Zaman Yunani …………………….

B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam ………………………

C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern…………..

D. Kemajuan Ilmu Zaman Kontemporer …………………..

BAB III Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran

A. Definisi dan Jenis Pengetahuan …………………………

B. Hakikat dan Sumber Pengetahuan ………………………

C. Ukuran Kebenaran ………………………………………

D. Klasifikasi dan Hierarki Ilmu ……………………………

BAB IV Dasar- Dasar Ilmu

A. Ontologi ………………………………………………...

B. Epistemologi …………………………………………..

Page 4: filsafat ilmu

C. Aksiologi …………………………………………….

BAB V Sarana Ilmiah

A. Bahasa ……………………………………………….

B. Matematika …………………………………………..

C. Statistik ………………………………………………..

D. Logika …………………………………………………

BAB VI Tantangan dan Masa Depan Ilmu

A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Keuangan ………………

B. Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia …………..

Riwayat Hidup.......................................................................................

Penutup ………………………………………………………………..

Daftar Pustaka …………………………………………………………

Page 5: filsafat ilmu

PENDAHULUAN

Buku Filsafat Ilmu adalah buku yang berisi kajian tentang pengetahuan

yang disusun secara sistematis dan sistemik dalam membangun ilmu pengetahuan.

Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M. A. adalah pengarang dari buku yang memiliki enam

bab ini, enam Bab tersebut terdiri atas:

1. BAB I RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

2. BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

3. BAB III PENGETAHUANBDAN UKURAN KEBENARAN

4. BAB IV DASAR-DASAR ILMU

5. BAB V SARANA ILMIAH

6. BAB VI TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU

Page 6: filsafat ilmu

RIWAYAT HIDUP

Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M. A. dilahirarkan pada tanggal 19 Desember 1960, di Padang Panjang, Sumatra Barat. Tugas utamanya adalah dosen tetapdi Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, ia juga mengajar di beberapa perguruan tinggi: Universitas Islam Empat Lima (UNISMA). Al-Akidah dan perguruan tinggi thawalib jakarta.

Riwayat pendidikan mantan aktvis mahasiswa ini dimulai dari Sekolah Dasar (tamat 1972); melanjutkan Thawalib Padang Panjang (1975); kemudian melanjutkan ke Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur. Sebelum kuliah, dia menjadi tenaga da’I di Sumber Agung, Kinali Sumatra Barat selama dua tahun (1980-1982). Dia lalu melanjutkan ke Fakultas Usuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), hingga meraih Sarjana Muda (tahun1985), Sarjana Lengkap (1987), Magister Agama (1993), dan terakhir meraih gelar Doktor tahun 1998, sedangkan pangkat Guru Besar diraihnya pada tahun 2005.

Sekarang ia dipercaya menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sebelumnya ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah jakarta untuk periode 2002-2006. Sebelum menjadi Dekan, ia menjabat sebagai Asisten Direktur Pascasarjana UIN syarif hidayatullah jakarta (2000-2002). Kegiatan informal lain yang diembannya adalah Ketua I Ikatan Alumni UIN Jakarta dan pernah menjadi Sekretaris Umum Yayasan Syahid UIN Jakarta.

Karya-karya yang sudah diterbitkan adalah: metode tauhid: upaya menjelaskan alam metafisika (editor) jakarta, pustaka beta, 1989; “epistemologi aliran mu’tazilah dan asy’ariyah”, dalam ilmu kalam, Jakarta, Antara, 1995; filsafat ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004; “Tarekat dan Tasawuf, ed. Bandung, Pustaka Husna, 2004; “tarekat Qadariyah” dalam tarekat-tarekaat Mu’tabarah, jakarta: Prenada, 2004; Pergulatan Pemikiran dalam Filsafat Islam: Perbandingan antara al-Gazali dan Ibn Rusyd; Jakarta: Pustaka Husna, 2005; “Meneladani Pengorbanan Nabi Ibrahim dalam Rangka Mewujudkan Masyarakat Madani”, dalam Masyarakat Madani, Bina Cipta Insani, 2000.

Page 7: filsafat ilmu

IDENTITAS BUKU

Judul Buku

FILSAFAT ILMU

Pengarang

Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M.A

Edisi Revisi

Tebal 266 halaman

Penerbit

Raja Grafindo Persada

JAKARTA

Tahun Penerbitan

2012

Page 8: filsafat ilmu

PEMBAHASAN

BAB I

Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat

Pada dasarnya ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material

dan objek formal. Objek material adalah sesuatuu yang dijadikan sasaran

penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.

Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material

tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Objek material filsafat

adalah segala yang ada. Segala yang mencangkup ada yang tampak dan tidak

tampak. Yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan yang tidak tampak

adalah alam metafisika. Objek material filsafat dibagi atas 3 bagian, yaitu

yang ada di dalam alam empiris, yang ada di dalam alam pikiran, dan yang

ada di dalam alam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut

pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.

Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang

merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini

adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang

menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmu

berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing, sehingga ilmulah

secara praktis membelah gunung dan merambah hutan. Setelah itu, filsafat

kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh.

(Jujun S. Suriasumantri dalam Filsafat Ilmu).

Filsafat tidak hanya dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi

sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami

spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencangkup keseluruhan,

Page 9: filsafat ilmu

tetaoi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hokum, dan

filsafat ilmu adalah perkembangan dari perkembangan filsafat yang sudah

menjadi sektoral dan terkotak pada bidang tertentu. Filsafat ilmu yang sedang

dibahas ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tuntutan tersebut karena

filsafat tidak dapat hanya berada pada laut lepas, tetapi diharuskan juga dapat

membimbing ilmu.

Tugas filsafat diantaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri

agar tidak terjadi bentrokan antara berbagai kepentingan. Dalam konteks

inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan

didalami.

B. Pengertian Filsafat Ilmu

1. Filsafat

Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, dalam bahasa Yunani

adalah philosophia, yang terdiri dari 2 kata, yaitu : philos (cinta) atau

philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopos (hikmah, kebijaksanaan,

pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara

entimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of

wisdom). Orangnya disebut filosif yang dalam bahasa Arab disebut

failasuf.

Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan

filosof adalah :

1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik

serta lengkap tentang seluruh realitas.

2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta

nyata.

3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan.

4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan

yang diajukan oleh barbagai bidang pengetahuan.

Page 10: filsafat ilmu

Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu melihat apa yang

dikatakan dan untuk mrngatakan apa yang dilihat. Plato mengatakan

bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolute

lewat dialektika. Sementara Aristoteles (tokoh utama filosof klasik)

mengatakan bahwa filsafat menyelidiki sebab dan asas segala terdalam

dari wujud. Karena itu ia menamakan filsafat dengan “teologi”.

Immanuel Kant mengatakan bahwa filsafat itu ilmu dasar segala

pengetahuan yang mencangkup di dalam empat persoalan, yaitu :

1. Apakah yang dapat kita ketahui?

2. Apakah yang boleh kita kerjakan?

3. Sampai dimanakah pengharapan kita?

4. Apakah yang dinamakan manusia?

2. Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘alima, ya’lamu, ;ilman, yang

berarti mengerti, memahami, benar-benar. Dalam bahasa Inggris

disebut science, dari bahasa latin disebut scientia (pengetahuan), scire

(mengetahui). Jadi pengertian ilmu yang ad pada kamus Bahasa

Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun

secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat

digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang

pengetahuan itu.

Adapun cirri ilmu menurut terminology yaitu :

1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren,

empiris, sistematis, dapat diykur dan dibuktikan.

2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan

kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu

Page 11: filsafat ilmu

menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang

sama dan berkaitan secara objek.

3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan

masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat

memuat didalam dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-

teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.

4. Di pihak lain yang sering berkaitan dengan konsep ilmu adalah

ide bahwa metode-metoode yang berhasil dan hasil-hasil yang

terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencarian

ilmu.

5. Cirri hakiki lainnya dari ilmu adalah metodologi, sabab kaitan

logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan

tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide-

ide yang terpisah.

6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.

Teori skolatik mengenai ilmu membuat pembeda antara objek

material dan objek formal.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya :

1. Mohammad hatta mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang

teratur tentang pekerjaan hokum kausal dalam suatu golongan masalah

yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari

luar, maupun menurut bangunan-bangunannya dari dalam.

2. Ashley Montagu, Guru Basar Anthropologi di Gutgers University

menyimpulakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam

satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk

menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

3. Afanasyef, seorang penikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu

adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran.

Page 12: filsafat ilmu

Dari keterangan para ahli tentang ilmu diatas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai

cirri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal,

objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif.

C. Tujuan Filsafat Ilmu

1. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh kita

dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan keamajuan ilmu

di berbagai bidang sehingga kita mendapat gambaran tentang proses

ilmu kotemporer secara historis.

3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami

studi di perguruan, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah

dan non ilmiah.

4. Mendorong para calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam

mendalami ilmu dan mengembangkannya.

5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu

dan agama tidak ada pertentangan

Page 13: filsafat ilmu

BAB II

Sejarah Perkembangan Ilmu

A. Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam

sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola

piker manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola piker mitosentris

adalah pola piker masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk

menjelaskan fenoomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa

bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang

menggoyangkan kepalanya. Namun ketika filsafat diperkenalkan,

fenomena alam tersebut tidak dianggap lagi sebagai aktifitas dewa, tetapi

aktifitas alam yang terjadi secara kausalitas.

Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam

menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek

penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang

dari rahim filsafat, yang pada akhirnya kita nikati dalam bentuk teknologi.

Karena itu periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin

untuk memasuki peradaban baru umat manusia.

Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani,

Sophia diberi arti kebijaksanaan, Sophia juga berarti kecakapan. Kata

philosofis mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos

(540-500 SM). Sementara orang yamg menyatakan bahwa kata tersebut

mula-mula dipakai oleh Phytagoras (580-500 SM). Namun pendapat yang

lebih tepat adalah pendapat yang menyatakan bahwa Heraklitoslah yang

pertama menggunakan istilah tersebut. Menurutnya, philosopos harus

mempunyai pengetahuan luas sebagai pengejawatan dari pada

kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada

masa kaum sofis dan Socrates yang member arti philosophein sebagai

penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoretis. Philosipia

Page 14: filsafat ilmu

adalah hasil dari perbuatan yang disebut Philosophein itu, sedangkan

philosophos adalah orang yang melakukan philosophein.

Orang Yunani pada awalnya sngat percaya dengan dongeng dan

takhayul, tetapi lama kelamaan terutama setelah mereka mampu

membedakan yang riil dengan yang ilusi mereka mampu keluar dari

lingkungan mitologi dan mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Inilah

titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus

mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.

Karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas

dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui tentang ala mini. Lalu

timbul pertanyaan dalam pikirannya daromana datangnya ala mini,

bagaimana kejadiannya, bagaimana kemajuannya dan kemana tujuannya.

Pertanyaan inilah yang selalu menjadi pertanyaan filosof Yunani.

Filosof alam yang pertama yang mengkaji tentang asal usul alam

adalah Thales (624-546 SM). Ia digelari bapak filsafat karena dialah orang

yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan “apa sebenarnya asal

usul alam semesta ini?” pertanyaan ini sangat mendasar terlepasa apapun

jawabannya.

Setelah Thales munculah Anaximandros (610-540 SM), ia

mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, tidak

terbattas, dan meliputi segalanya. Dia tidak setuju bahwa unsure utama

alam adalah salah satu unsure-unsur yang ada seperti tanah,dll. Berbeda

lagi, Heraklitos (540-480 SM) melihat alam semesta ini selalu dalam

keadaan berubah, dia berkesimpulan tidak ada satupun yang benar-benar

ada.

Selain itu masih banyak lagi filsuf Yunani yang terkenal, seperti

Parmenides (515-440 SM), ia menegaskan bahwa yang ada itu pastilah

ada, merupakan suatu kebenaran. Berikutnya adalah Phytagoras (580-500

SM), ia menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada satupun yang terlepas

dari bilangan, semuanya dapat diukur.

Pada masa-masa itulah filsafat mengalami kemajuan karena

banyaknya orang-orang yang berfilsuf dan mengemukakan banyak teori

Page 15: filsafat ilmu

yang berdasar, tepatnya pada ujung zaman Helenisme, yaitu pada ujung

sebelum masehi menjelang Neo Platonisme, filsafat benar-benar

mengalami kemunduran.

B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam

Dalam perjalanan ilmu dan jiga filsafat di dunia Islam pada

dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi, dalam arti mendekatkan dan

mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan seringkali ekstren,

antara pandangan filsafat Yunani, seperti filsafat Aritoteles dan Plato,

dengan pandangan keagamaan dalam islam yang seringkali menimbulkan

benturan-benturan.

Selanjutnya ketika berbicara tentang proses penyampaian ilmu dan

filsafat Yunani ke dunia Islam, kita harus melihat sisi lain yang juga

menunjang keberhasilan Islam dalam menemukan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan. Sisi lain itu adalah aktivitas penerjemahan dan

penafsiran buku-buku Yunani di negeri-negeri Arab dimulai jauh dari

sebelum lahirnya agama Islam atau penaklukan Timur Dekat oleh bangsa

Arab pada tahun 641 M. jauh sebelum umat Islam dapat menaklukan

daerah-daerah di Timur Dekat, pada saat itu Suriah merupakan tempat

bertemunya dua kekuasaan dunia, Romawi dan Persia. Atas dasar itu

disebut-sebut memainkan peran pebting dalam menyebarkan kebudayaan

Yunani ke Timur dan Barat. Di kalangan umat Kristen Suriah, terutama

kaum Nestorian, ilmu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan

melalui sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah

tersebut menyebaeluaskan pengetahuan injil, namun pengetahuan ilmiah

seperti kedokteran, banyak diminati oleh para pelajar. Sayangnya pihak

gereja memandang ilmu kedokteran itu sebagai ilmu sekuler dan dengan

demikian posisinya lebih rendah dibandingakan dengan ilmu pengobatan

spiritual yang merupakan hak istimewa para pendeta.

Pada masa kejayaan umat Islam, khususnya pada masa

pemerintahan dinasti Umayyah dan dinasti Abassiyah, ilmu berkembang

Page 16: filsafat ilmu

sangat maju dan pesat. Kemajuan ini membawa islam pada masa

keemasannya, dimana pada saat yang sama wilayah-wilayah yang jauh

dari kekuasaan islam masih berada pada masa kegelapan peradaban (dark

age).

Dalam sejarah Islam kita mengenal nama-nam seperti Mansur, al

Maimun, dan Harun Al Rasyid, yang memberikan perhatian teramat besar

bagi perkembangan ilmu di dunia islam. Pada masa pemerintahan al

Mansur proses penerjemahan karya-karya filosof Yunani ke dalam bahasa

Arab berjalan dengan pesat. Pada masa Harun Al Rasyid proses

penerjemahan itu juga masih berlangsung, diterjemahkan pula karya-karya

dalam bidang Astronomi seperti Sidhatta, sebuah risalah India yang

diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al Fazari. Perkembangn

berikutnya terjasi pada masa A l Ma’mun (813-833 M), ia telah berjasa

besar dalam mengembangkan ilmu di dunia Islam dengan membangun

Bait al Hikmah, yang terdiri dari sebuah perpustakaan, sebuah

observatium, dan sebuah departemen penerjemahan. Orang terpenting

dalam Al Hikmah adalah Hunain, dia berjasa dalam menerjemahkan buku-

buku Plato, Aristoteles, Galenus, Appolonius, dan Archimedes. Selain

tokoh diatas kita juga mengenal Al Kindi, seorang ilmuan yang lebih

sering disebut saintis ketimbang filosofis, yang berminat besar dalam

bidang matematika dan fisika.

Sederetan nama diatas hanyalah sebagian kecil saja dari para

saintis dan juga filosof muslim yang memberi sumbangan tak ternilai

harganya bagi kemajuan ilmu. Selain mereka juga masih banyak terdapat

tokoh-tokoh lainnya.

C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern

1. Masa Renaisans

Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan

dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman

yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap

Page 17: filsafat ilmu

keesaan dan supermasi gereja Khatolik Roma, bersamaan dengan

berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan

kesanian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa,

Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan kira-kira pada tahun 1440

masehi dan ditemukannya benua baru oleh Columbus memberikan

dorongan yang lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu.

Pada zaman ini manusia Barat mulai berfikir secara baru, dan

secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja

yang selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan

kebenaran filsafat dan ilmu. Tokohnya antara lain adalah Nicholas

Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626). Copernicus

adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan bahwa matahari

berada di pusat jagat raya, dan bumi mamiliki dua macam gerak, teori ini

disebut Heliosentris, dimana matahari adalah pusat jagat raya, buakan

bumi yang sebagaimana dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat

Gereja (teori Geosentris).

Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam

semesta, terutam bidang astronomi. Bacon adalah seorang pemikir yanh

seolah-olah loncat dari masanya dengan melihat perintis filsafat ilmu.

Ungakapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power

(Pengetahuan adalah Kekuasaan), ada 3 contoh yang membuktikan

pernyataan ini :

1. Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern

2. Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan

3. Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu

Keppler juga mengembangkan Astrologi untuk memperoleh uang guna

memelihara perkembangan astronomi. Keppler menemukan 3 hukum

astronomi, yaitu :

1. Orbit dari semua planet berbentuk elips

2. Dalam waktu yang sama garis perhitungan antara planet dan

matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.

Page 18: filsafat ilmu

3. Bila jarak antara kedua planet A dan B ke matahari adalah X dan

Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P

dan Q, maka P+ : Q+ = X+ : Y+

Ketiga hukum Keppler ini ditemukan setelah dilakukan

perhitungan selama 10 tahun tanpa logaritma, karena pada waktu itu

memang belum dikenal logaritma. Ketiga hokum ini masih

dipergunakan sampai sekarang, meskipun terjadi perbaikan disana-sini.

Setelah Keppler munculah Galileo (1546-1642) dengan penemuan

lintas peluru, penemuan hokum pergerakan, dan penemuan tata bulan

planet Jupiter. Lalu ditemukannya logaritma oleh Napier (1550-1617).

Pada masa Desarque (1593-1662) ditemukan projective geometri. Di

samping itu juga terdapat teori aljabar oleh Fermat. Dan Fermat

bersama Pascal menyusun dasar-dasar perhitungan statistic.

2. Masa Modern

Setelah Galileo, Fermat, Pascal, dan Keppler berhasil

mengembangkan penemuan mereka dalam ilmu, maka pengetahuan

yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan 2 sarjana, yang dalamilmu

modern memegang peran sangat penting. Mereka adalah Isac Newton

(1643-1727) dan Leibniz (1646-1716). Di tangan dua orang sarjana

inilah sejarah ilmu modern dimulai.

Lahirnya Teori Gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika

merupakan karya besar Newton. Kemudian pada masa setelah Newton,

perkembangan ilmu selanjutnya adalah ilmu kimia. Jika pada masa

Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan

astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi

perkembangan ilmu yang sangat menarik.

Joseph Black (1782-1799) dikenal sebagai pelopor pemeriksaan

kualitatif, ia menemukan gas CO2. Ia melakukan pemanasan terhadap

kapur. Sarjana lain yaitu Joseph Prestley (1733-1804) menemukan

Sembilan macam hawa No dan oksigen yang antara lain dapat

dihasilkan oleh tanaman. Oksigen ini dapat menyegarkan hawa yang

Page 19: filsafat ilmu

tidak dapat lagi menunjang pembakaran. Antonine Laurent Lavoiser

(1743-1794) jadilah sarjana yang meletakan dasar ilmu ilmiah

sebagaimana yang kita kenal sekarang.

Disamping perkembangan ilmu kimia, zaman yang sama

ditemukan bermacam-macam mesin tanpa ada dasar ilmunya,

melainkan atas dasar percobaan, misalnya mesin uap yang kemudian

menjadi kereta api, percobaan-percobaan listrik dan lain-lainnya.

Semua penemuan itu melandasi Revolusi Industri (terutama di

Inggris), tetapi kemudian meluas k eke seluruh benua Eropa.

Percobaan selanjutnya dilakukan oleh J.L. Proust (1754-1826)

mengenai atom. Demikian pula dengan John Dalton (1766-1844) yang

mendapatkan ilham untuk menentukan kesatuan untuk mencari

keterangan tentang perbandingan yang selalu tetap. Sejak Dalton, teori

tentang atom terus dapat dipergunakan dalam lapangan ilmu kimia,

juga oleh Fredrich Wohler (1800-1828) untuk menentukan sintesis

urea pada tahun 1828. Pada sekitar tahun 1985, Henry Becquerel

(1852-1908) bersama Curie dan J.J. Thompson menemukan radium,

logam yang dapat berubah menjadi logam lain, sedangkan Thompson

menemukan electron. Dengan penemuan ini, mulailah ilmu baru dalam

kerangka fisika-kimia, yaitu fisika nuklir, yang pada zaman sekarang

dapat mengubah macam-macam atom.

Secara singkat dapat ditarik sebuah sejarah ringkas ilmu-ilmu yang

lahir pada saat itu. Perkembangan ilmu pada abad ke 18 telah

melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus dan statistika.

Di abad ke 19 lahir semisal pharmakologi, geofisika, gheomorphologi,

palaentologi, arkeologi dan sosiologi. Sementara pada abad ke 20

emengenal ilmu tentang informasi, logika matematika, mekanika

kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiology, psikologi, dll.

D. Kemajuan Ilmu Zaman Kotemporer

Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa

dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perobahan pola hidup manusia dari

waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah

Page 20: filsafat ilmu

perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam

konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan dan ilmu.

Kemajuan ilmu dan tekhnologi dari masa ke masa dalah ibarat

mata rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang

ditemukan pada suatu masa menjadi unsure penting bagi penemuan-

penemuan lainnya pada masa berikutnya. Demikianlah semuanya saling

terkait. Oleh karena itu melihat perkembangan ilmu zaman kotemporer,

tidak lain adalah megamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut

dari rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi inilah yang kemudian

mengalami percepatan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di

luar dugaan manusia itu sendiri.

Yang dimaksud zaman kotemporer dalam konteks ini adalah era

tahun-tahun terakhir yang kita jalani sampai saat ini. Hal yang

membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman

kotemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu

yang dimulai sekitar abad ke-15, sementara zaman kotemporer adalah

memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang

terjadi hingga saat ini.

Beberapa contoh perkembangan ilmu kotemporer :

1. Santri, priyayi, dan abangan : tiga lingkungan yang berbeda yaitu

pedesaan, pasar dan kantor pemerintahan, yang dibarengi dengan latar

belakang sejarah kebudayaan yang berbeda (yang berkaitan dengan

masuknya agama serta peradaban Hindu dan Islam di Jawa) telah

mewujudkan adanya Abangan (yang menekankan pentingnya

animistic), Santri (yang menekankan aspek-aspek Islam), dan Priyayi

(yang menekankan aspek-aspek Hindu).

2. Teknologi rekayasa genetic (cloning)

3. Teknologi informasi

4. Teori partikel elementer

Page 21: filsafat ilmu

BAB III

Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran

A. Definisi dan Jenis Pengetahuan

Secara entimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa

Inggris yaitu knowledge. Dalam ensiklopedia filsafat dijelaskan bahwa

definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan secara

terminology menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang

diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil

dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah

semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahua merupakan

hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

1. Jenis Pengetahuan

a. Pengetahuan biasa : pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan

dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good

sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima

secara baik. Semua orang menyebutnya merah karena itu memang

merah, orang menyebutnya panasena itu memang panas, dsb.

b. Pengetahuan ilmu ; ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam

pengertian yang sempit diartikan untuk menunjukan ilmu

pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.

c. Pengetahuan filsafat : pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran

yang bersifat kotemplatif dan spekulatif.

d. Pengetahuan agama : pengetahuan yang hanya diperoleh dari tuhan

lewat para utusanNya. Pengetahuan agama bersifat mutlah dan

wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

2. Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu

Pengetahuan merupakan hasil tau manusia terhadap sesuatu, atau

segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

Ilmu adalah suatu bentuk aktiva manusia yang dengan

melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan

Page 22: filsafat ilmu

senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa

lampau, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan

dirinya pada dan mengubah lingkungannya sertanmengubah sifat-

sifatnya sendiri. (Paul Freedman dalam The Liang Gie).

A. Hakikat dan Sumber Pengetahuan

1. Hakikat Pengetahuan

Pengetahuan pada dassrnya adalah keadaan mental. Megetahui

sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata

lain menyusun gambaran tentang fakta yang da di luat akal.

Persoalannya adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau

tidak?, apakah gambaran itu benar atau tidak?, atau apakah gambaran

itu dekat pada kebenaran atau malah jauh dengan kebenaran?.

Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu :

a. Realisme : pandangan realistis terhadap alam

b. Idealisme : untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar

sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.

2. Sumber Pengetahuan

Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari

mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuannitu di

dapat. Dari situ timbul pertanyaan bagaimana caranya kita memperoleh

pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan kita?, pengetahuan

yang ada pada kiat diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang

merupakan sumber pegetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa

pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain :

a. Empirisme : menusia memperoleh pengetahuan melalui

pengalamannya.

b. Rasionalisme : manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan

menagkap objek.

Page 23: filsafat ilmu

c. Intuisi : hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan

ini mirip dengan insting. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa

diramalkan.

d. Wahyu : Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah

kepada manusia lewat perantara para Nabi.

B. Ukuran Kebenaran

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan suatu

pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi seseorang belum

tentu benar bagi orang lain. Karena itu kegiatan berpikir adalah usaha

untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu atau criteria kebenaran.

Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama criteria kebenarannya karena

sifat dan watak pengetahuan itu berbeda.

Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah

untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak sampai di situ saja.

Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya

epistimonolgi. Telaah epistimologi terhadap kebenaran membawa

seseorang kepada sesuatu kesimpulan bahwa perlu debedakan adanya 3

jenis kebenaran, yaitu kebenaran epistimonologis, kebenaran ontologism,

dan kebenaran sistematis. Kebenaran epistimonologis adalah kebenaran

yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Kebenaran dalam arti

ontologism adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada

hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan. Kebenaran dalam arti

sistematis adalah kebenaran yana ada dan melekat dalam tutur kata dan

bahasa.

C. Klasifikasi dan Hierarki Ilmu

Secara umum ada 3 basis yang sangat mendasar dalam menyusun secara

hierarki ilmu-ilmu metodologis, ontologism, dan etis. Hampis ke tiga criteria

ini dipakai dan diterima oleh para ilmuan Islam yang sudah membuat

klasifikasi ilmu-ilmu.

Page 24: filsafat ilmu

Al Farabi membuat klasifikasi ilmu secara filosofis ke dalam wilayah,

seperti ilmu-ilmu matematis, ilmu alam, metafisika, ilmu politik, dan terakhir

yurisprudensi dan teologi dialektis. Sedangkan Al Ghazali secara filosofis

membagi ilmu ke dalam ilmu syariiyyah dan ilmu aqliyyah. Dr. Muhammad

Al Bahi membagi ilmu dari sumbernya yang terbagi menjadi 2 : olmu yang

bersumber dari tuhan dan ilmuu yang bersumber dari manusia.

Sejak abad ke 19 dunia Islam telah merasakan perbenturan dengan Barat.

Sebagaimana yang telah di singgung oleh Fazlur Rahman, bahwa hegemono

Barat dengan membawa nilai-nilai sekularnya pun menembus pada sendi-

sendi,struktur-struktur, ilmu-ilmu islam, seperti di tingkat teoritis berupa

gejala rasionalis buta yang tidak mengindahkan nuansa-nuansa religious, dan

akhirnya menghambat ke tingkat praksisi berupa westternisasi. Oleh karena itu

format ideal struktur imu-ilmu keislaman seharusnya di susun ulang secara

konfeherensif, dengan merumuskan pengakuan secara sadar, atau menuju

kepada kesadaran ilahiyah terhadap sumber ilmu yang bersifat esa. Yang

diwahyukan dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi-nya.

Page 25: filsafat ilmu

BAB IV

Dasar-Dasar Ilmu

A. Ontologi

Kata ontology berasal dari perkataan Yunani, on=being dan

logos=logic. Jadi ontology adalah teori tentang keberadaan sebagai

keberadaan. Ontology itu mencari ultimate reality untuk menceritakan

diantara contoh pemikiran ontology adalah pemikiran. Tjales, yang

berpendapat bahwa airllah yang menjadi ultimate substance yang

mengeluarkan semua benda, jadi semua benda hanya satu saja yaitu air.

Neong Muhadjir dalam bukunya filsafat ilmu mengatakan bahwa

ontology membahas tentang yang ada, yang tidak terkait oleh suatu

perwujudan tertentu. Ontology membahas tentang yang universal,

menampilkan pemikiran semesta universal. Ontology berusaha mencari

inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau dalam rumusan Lorens

Bagus menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua

bentuknya. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar

Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontology membahas apa yang ingin

kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain

suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Ontology adalah ilmu tentang yang ada.

2. Ontology ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang

merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani maupun

rohani.

Di dalam pemahaman ontology dapat dikemukakan pandangan-pandangan

pokok tentang pemikiran, yaitu :

1. Monoisme : Paha mini menganggap bahwa hakikat yang asal dari

seluruh kenyataan ini adalah satu saja.

Page 26: filsafat ilmu

a. Materialisme : aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal

yaitu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut juga

naturalism.

b. Idealisme : aliran ini dinamakan juga spiritualisme. Idealism

berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh.

2. Dualisme :Bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal

sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan ruh,

jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul

dari benda. Kedua hakikat ini masing-masing berdiri sendiri.

Tokohnya adalah Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai bapak

filsafat modern.

3. Pluralisme : Bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.

Pluralism bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap

macam bentuk itu semuanya nyata. Tokohnya adalah William James

(1842-1910).

4. Nihilisme : Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti tidak ada.

Sebuah doktrin yang tidak megakui validitas alternative yang positif.

Istilah nihilism diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev (1862).

5. Agnostisisme : Paha mini mengingkari kesanggupan manusia untuk

mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat

rohani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang

mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya

kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.

B. Epistimologi

Epistimologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang

berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-

pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas

pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan

lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan,

diantaranya adalah :

Page 27: filsafat ilmu

1. Metode Induktif : suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-

pernyataan hasil observasi yang disimpulkan dalam suatu pernyataan

yang lebih umum.

2. Metode Deduktif : suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data

empiric diolah lebih lanjut dalam suatu system pernyataan yang runtut.

3. Metode Positivisme : Metode ini berpangkal dari apa yang telah

diketahui, yang factual, yang positif.

4. Metode Kotemplatif : Adanya keterbatasan indera dan akal manusia

untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilaknpun

akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal

yang disebut dengan intuisi.

5. Metode Dialektis : Metode Tanya jawab untuk mencapai kejernihan

filsafat. Plato menyebutnya sebagai diskusi logika.

C. Aksiologi

Beberapa definisi tentang aksiologi diantaranya :

1. Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti nilai, dan

logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalh teori tentang nilai.

2. Arti aksiologi yang berasal dari buku Jujun S. Suriasumantri Filsafat

Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi adalah teori nilai

yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama moral

conduct (tindakan moral), bidang ini melahirkan disiplin khusus yaiti

etika. Ke dua esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini

melahirkan keindahan. Ketiga sosio political life, yaitu kehidupan

social politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.

Page 28: filsafat ilmu

BAB V

Sarana Ilmiah

A. Bahasa

Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam

hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia

jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang

biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-

pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari

ciptaan lainnya.

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia. Tanpa bahasa

tiada komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi

dan apakah manusia layak disebut sebagai makhluk sosial?. Sebagai

sarana komunikasi maka hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi

tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam menggapai

ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain tanpa mempunyai kemampuan

bahasa seseorang tidak mampu berpikir secara sistematis dan teratur.

Unsur-unsur yang terdapat dalam bahasa :

1. Simbol-simbol : sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain

2. Simbol-simbol vocal : bunyi-bunyi yang urutan bunyi-bunyinya

dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubuh dengan

system pernafasan.

3. Simbol-simbol vocal abtiter : tidak perlu adanya hubungan yang valid

secara filosofi antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya.

4. Suatu system yang berstruktur dari symbol-simbol yang abtiter.

5. Yang digunakan oleh para anggota suatu kelompok social sebagai alat

bergaul satu sama lain.

1. Fungsi Bahasa

1. Fungsi Instrumental : Penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal

yang bersifat materi seperti makan, minum dan sebagainya.

Page 29: filsafat ilmu

2. Fungsi regulatoris : Penggunaan bahasa untk memerintah dan

perbaikan tingkah laku.

3. Fungsi Interaksional : Penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan

perasaan pemikiran antara seseorang dengan orang lain.

4. Fungsi Personal : Seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan

perasaan dan pemikiran.

5. Fungsi Heuristik : Penggunaan bahasa untuk mengunagkap tabir

fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.

6. Fungsi Imajinatif : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan

imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery

seseorang dan tidak sesuai dengan realita.

7. Fungsi Representasional : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan

pemikiran dan wawasan serta menyampaikan pada orang lain.

2. Bahasa Sebagai Sarana Ilmiah

Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai

criteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan

menguasai hal tersebut tujauan yang akan digapai akan terwujud.

Disamping menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh

sarana berupa bahasa, logika matematika, dan statistika.

Berbicara masalah sarana ilmiah, ada dua hal yang harus

diperhatikan, yaitu pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam

penggertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan

berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berfikir induktif

dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Ke dua, tujuan

mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah

secara baik.

Dengan demikian, jika hal tersebut dikaitkan dengan berfikir

ilmiah, sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan

untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.

Sarana berfikir ini juga mempunyai metode tersendiri yang berbeda

dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Ini disebabkan

Page 30: filsafat ilmu

sarana ini adalah alat bantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan

ilmu itu sendiri.

B. Matematika

Berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentu saja

tidak lepas dari usaha para ilmuan dalam mengembangkannya, maka

dalam hal ini akan dibahas tentang matematika sebagai salah satu sarana

kegiatan ilmiah. Pembahasannya meliputi sarana berpikir ilmiah,

matematika sebagai bahasa, matematika sebagai sarana berfikir deduktif,

dan matematika untuk ilmu alam dan ilmu social.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan

sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya

penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir

ini merupakan suatu hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuan.

Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat

dilakukan.

C. Statistik

Secara etimologi, kata “statistic” barasal dari kata status (bahasa

latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris),

yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Negara. Pada

mulanya, kata “statistic” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan

(data), baik yang berwujud angka (data kualitatif) maupun yang tidak

berwujud angka (data kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan

kegunaan yang besat bagi suatu Negara”. Namun pada perkembangan

selanjutnya, arti kata statistic hanya dibatasi pada kumpulan bahan

keterangan yang berwujud angka.

Dalam kamus ilmiah popular, kata statistic berarti table, grafik,

daftar informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statiska berarti

ilmu pengumpulan, analisis, klasifikasi data, angkai sebagai dasar untuk

induksi. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk mebuat

keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.

Page 31: filsafat ilmu

Peran statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan sangat

penting. Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam kegiatan

keilmuan yang dapat dirinci sebagai berikut :

1. Observasi

2. Hipotesis

3. Ramalan

4. Pengujian Kebenaran

D. Logika

Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat

dipertnaggung jawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berfikir sesuai

dengan aturan-aturan berfikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar

daripada satu.

Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering berfikir secara de

jure. Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begitu banyak

jenis dan macamnya, maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang

sesuai. Pikiran di ikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga kini

belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukum-hukum

tertentu.

Memang sebagai perlengakapan ontologisme, pikiran kita dapat bekerja

secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik, lebih-

lebih dalam hal yang biasa, sederhana, dan jelas. Namun, tidak demikianlah

halnya apabila menghadapi bahan yang sulit, berliku-liku dan apabila harus

mengadakan pemikiran yang panjang dan silit sebelum mencapai kesimpulan.

Dalam situasi seperti ini dibutuhkan adanya yang formal, pengertian yang

dasar akan hokum-hukum pikiran beserta mekanismenya secara eksplisit.

Maksudnya hokum-hukumpikiran beserta mekanisme dapat digunakan secara

sdar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu.

Page 32: filsafat ilmu

Aturan cara berpikir yang benar :

1. Mencintai kebenaran

2. Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan

3. Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakana

4. Buatlah pembedaan dan pembagian yang semestinya

5. Cintailah devinisi yang tepat

6. Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini dan begitu

7. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan usaha dan tenaga, serta sangguplah

mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga megenali

sebab-sebab kesalahan pemikiran.

Page 33: filsafat ilmu

BAB VI

Tantangan dan Masa Depan Ilmu

A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujua untuk

mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah

menimbulkan keresahan dan kekuatan baru bagi kehidupan manusia.

Ibarat cerita Raja Midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya

menjadi emas, ternyata ketika keinginannya dikabulkan, dia tidak semakin

senang, tetapi semakin gelisah bahkan gila. Sebab, tidak saja rumah dan isi

rumah yang menjadi emas, tetapi istri dan anak yang disentuh pun menjadi

emas. Sehingga sang raja akhirnya meratapi nasib yang kesepian tanpa ada

makhluk hidup yan mendampinginya.

Begitu juga kemajuan ilmu dan tekhnologi, yang semula untuk

memudahkan urusan manusia, ketika urusan itu semakin mudah, maka

muncul kesepian dan keterasingan baru, yakni lunturnya rasa solidaritas,

kebersamaan dan silaturahmi. Contohnya penemuan televisi, computer,

dan handpone telah mengakibatkan kita terlena dengan dunia layar. Layar

kemudian menjadi teman setia, bahkan kita lebih memperhatikan layar

disbanding istri dan anak sekalipun. Bayangkan, hamper setiap bangun

tidur kita menekan tombol televisi untuk melihat layar, pergi ke kantor

menekan tombol handphone melihat layar untk ber sms ria atau main

game, sampai dikantor tersedia layar computer atau layar. Begitu juga

ketika pulang dari kantor sampai di rumah layar televise yang dilihat

terlebih dahulu bukan anak dan istri. Akibatnya, hubungan antar anggota

keluarga renggang dan satu sama lain asik dengan layarnya masing-

masing. Ini baru dalam rumah tangga sendiri, apalagi dengan tetangga

mungkin bertemu tetangga hanya ketika bendera kuning (tanda kematian)

berdiri di depan rumah tetangga. Ketika itu, kita baru sadar ada anggota

tetangga yang wafat. Dengan sedikit basa basi kita membesuk sebentar

sebelum pergi ke kantor.

Page 34: filsafat ilmu

Teknologi yang telah melanda kehidupan kita sekarang juga ibarat

orang yang betah tinggal disamping kandang ayam, saking asiknya dia

tidak sadar bahwa teknologi layar membuat dia terpinggirkan dari sebuah

kebutuhan mendasar. Dai hanya berimajinasi sesuai dengan apa yang

ditayangkan televise, apalagi yang menonton itu anak-anak yang belum

mampu membedakan antara yang nyata dan visual. Tuntutan melarang

penayangan acara smack down disalah satu stasiun televise adalah siatu

contoh betapa besarnya akibat acara tersebut bagu kepribadian anak. Anak

sekolah dasar dan menengah yang meniru apa yang mereka tonton dan

tidak segan-segan berbuat sadis sehingga berakibat fatal bagi fisik dan

bahkan ada yang meninggal.

Umat manusia sekarang amat tergantung dan dimanjakan oleh

teknologi, ketergantungan yang terus-menerus menjadikan dia terlena dari

eksistensi dirinya yang bebas dan kreatif. Dia kemudian tidak sadar

dipenjara oleh teknologi itu sendiri, sehingga tidak kreatif dan reflektif

lagi. Contoh, teknologi layar membuat manusia tergantung pada layar,

bahkan kalau handphone rusak atau computer rusak, maka dia sangat repot

karena semua urusan ada disana, mulai dari agenda harian sampai proposal

mega proyek.

Setelah ditemukan kemajuan teknologi yang begitu hebat tanpa

disadari teknologi itupun pemenjarakan manusia. Artinya penjara manusia

tidak berkurang dengan kemajuan teknologi, tetapi semakin bertambah.

Pada konteks inilah manusia perlu disadarkan dari penjara yang bernama

teknologi. Dia harus sadar bahwa teknologi bukan tujuan, tetapi sekedar

sarana untuk memudahkan urusan, oleh karena itu dalan beberapa

kesempatan kita perlu membebaskan anak-anak dalam pengaruh layar agar

mereka tidak tergantung dan terpenjara oleh layar.

Jika kita tidak mau kehilangan exsistensi kemanusiaan dan

terhindar dari krisis kemanusiaan, maka kita harus berjuang untuk

membebaskan diri dari lingkungan teknologi kembali pada exsistensi awal,

yaitu manusia yang kreatif dan dinamis. Penyadaran terhadap bahaya yang

begitu besar bagi kemanusiaan perlu terus dikumandangkan, terutama

Page 35: filsafat ilmu

kepada penguasa yang memiliki otoritas dalam mengambil kebijakan.

Etika global perlu dirumuskan bersama karena krisis akibat teknologi tidak

hanya berdampak untuk Negara tertentu, tetapi mencangkup semua

Negara. Pemanasan global akibat asap buangan dari pabrik dan kendaraan

mengakibatkan es di kutub utara mencair sehingga akibatnya daratan

semakin menyempit. Tempat tinggal manusia semakin menyempit,

padahal jumlah penduduk semakin meningkat. Pada konteks ini, akan

muncul berbagai persoalan dan krisi kemanusiaan itu sendiri.

B. Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia

Agama dan ilmu dalam beeberapa hal berbeda, namun pada sisi

tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan

menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), cenderung ekslusif, dan

subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru, tidak terlalu terikat

dengan etika, progresif, bersifat inklusif, dan objektif. Kendati agama dan

ilmu berbeda, keduanya memiliki persamaannya, yakni bertujuan

memberri ketenangan dan kemudahan bagi manusia.

Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji

kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu member ketenangan dan sekaligus

kemudahan bagi kehidupan di dunia. Agama mendorong umatnya untuk

menuntut ilmu, hamper semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk

mencari ilmu sebanyak mungkin. Agama dan ilmu sama-sama

memberikan penjelasan ketika terjadi bencana alam, seperti abnjir dan

gempa bumi. Gempa bumi dalam konteks agama adalah cobaan tuhan dan

sekaligus rancangannya tentang alam secara keseluruhan. Oleh karena itu,

manusia harus bersabar atas cobaan tersebut dan mencari hikmah yang

terkandung di balik setiap bencana. Adapun menurut ilmu, gempa bumi

terjadi akibat pergeseran lempengan bumi atau tersumbatnya lava gunung

berapi. Oleh karena itu, pare ilmuan harus mencari ilmu dan teknologi

untuk mendeteksi kapan gempa akan terjadi dan bahkan kalau perlu

mencari cara mengatasinya.

Page 36: filsafat ilmu

Karakteristik agama dan ilmu tidak selalu harus dilihat dalam

konteks yang berseberangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana

keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih

layak. Contohnya ilmu dan teknologi mampu mengantarkan manusia

hidup dalam tataran yang global, yang juga sering disebut dengan era

informasi, tetapi kehidupan yang global itu pula yang menyengsarakan

sebagian besar penduduk di kulit bumi ini. Akibat dari kemajuan teknologi

informasi, masyarakat miskin di daerah tertentu semakin transparan,

sebaliknya orang super kaya juga terlihat dengan kasat mata. Tidak hanya

persoalan miskin dan kaya yang kasat mata, tetapi persoalan politik sampai

hiburan dan bahkan aktifitas nyamuk di hutan belantara sungai Amazon di

Amerika Latin pun dapat ditonton.

Teknologi ternyata disadari atau tidak menciptakan sesuatu yang

tidak di prediksi sebelumnya. Ilmu dan teknologi mengalami degradasi

nilai dan akhirnya dapat memenjara ilmu dan teknologi itu dalam satu

kerangkeng tertentu. Contohnya, televisi adalah bentuk dari kerangkeng

teknologi informasi karena ketika informasi masuk dalam kotak yang

bernama televisi, maka pada waktu itu teknologi informasi menjadi budak

bagi kepentingan kotak tersebut.

Jelas bahwa di satu sisi teknologi menjadi penjara bagi manusia,

namun pada sisi lain teknologi itu pun dipenjara oleh kepentingan

manusia.

Page 37: filsafat ilmu

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, A., (2012). Filsafat Ilmu. Jakarta: RajaGrafindo persada.

Bertens, K., (1999). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Dagun. S.M., (1990). Filsafat eksistensialisme. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadiwijono, H., (1980). Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius.

Semiawan, C.R dan Listyasari, W. D., (ed.). (2010). Spirit Inovasi dalam Filsafat

ilmu. Jakarta: Indeks