filsafat

12
Dasar-Dasar Filsafat Tugas MPKT-A Oleh: Devara C. P. / Teknik Metalurgi & Material / 1406552521 Muhammad Rifqi / Teknik Kimia / 1406608031 Rhesa G. / Teknik Mesin / 1406551954 Septian R. / Teknik Industri / 1406553253 Timothy Oliver / Teknik Elektro / 1406608435

Upload: rifqimuhammad

Post on 08-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Filsafat coy

TRANSCRIPT

Dasar-Dasar FilsafatTugas MPKT-A

Oleh:Devara C. P. / Teknik Metalurgi & Material / 1406552521Muhammad Rifqi / Teknik Kimia / 1406608031Rhesa G. / Teknik Mesin / 1406551954Septian R. / Teknik Industri / 1406553253Timothy Oliver / Teknik Elektro / 1406608435

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIADEPOK2014DASAR-DASAR FILSAFAT

1. PendahuluanFilsafat ilmu berkaitan dengan asumsi, fondasi, metode, dan implikasi dari ilmu pengetahuan. Kajian ini juga berkaitan dengan penggunaan dan manfaat ilmu pengetahuan, serta eksplorasi apakah hasil ilmiah sungguh-sungguh menghasilkan kebenaran. Filsafat ilmu juga mempertimbangkan masalah yang berlaku untuk ilmu tertentu. Hasil karya Weiner Heisenberg dan Karl Popper keduanya memberikan indikasi kuat bahwa filsafat dan ilmu pengetahuan saling membutuhkan. Ada tiga bidang kajian filsafat yaitu pertama adalah Etika, ilmuwan dituntut bertindak secara etis, baik dalam aktivitas mencari pengetahuan maupun penerapan pengetahuan. Kdua adalah Epistemologi, sebagai bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan, epismetologi diperlukan oleh ilmu pengetahuan. Ketuga adalah logika. Tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat memastikan langkah langkah perolehan pengetahuan yang benar.2. Pengertian FilsafatKata filsafat pertama kali ditemukan dalam tulisan sejarawan Yunani Kuno, Herodotus (484-424 SM). Ia menggunakan kata kerja berfilsafat dalam percakapannya dengan Croesus yang kemudian menyampaikan kepada Solon bahwa ia mendengar Solon telah melakukan perjalanan melalui berbagai negeri untuk berfilsafat digerakkan oleh hasrat akan pengetahuan.Kata berfilsafat di situ mengindikasikan bahwa Solon mencari pengetahuan untuk pengetahuan semata. Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berati pencinta kebijaksanaan; philos berarti kebijaksanaan, dan sophos berarti pecinta dari kata dasar sophia yang berarti cinta.Penggunakan kata filsuf selanjutnya digunakan oleh beberapa penulis Yunani, di antaranya Xenophon (430-354 SM) dan Plato (427-347 SM). Pengertian filsuf dalam tulisan-tulisan mereka adalah orang yang mencurahkan diri dan hidupnya untuk mencari kebijaksanaan atau untuk melakukan pembelajaran. Dalam arti sempitnya, filsuf adalah orang yang menyelidiki dan mendiskusikan sebab-sebab benda dan kebaikan tertinggi (Thayer, 2011).Jika kita pelajari lebih lanjut pemikiran-pemikiran filosofis sejak Yunani Kuno hingga abad ke-21, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis.Istilah kritis dalam pengertian filsafat berasal dari istilah latin kritein yang berarti memilah milah dan kritikos yang berarti kemampuan menilai. Sifat kritis filsafat mengandung dua pengertian ini. Berfilsafat berarti memilah-milah obyek yang dikaji dan memberi penilaian terhadap obyek itu. Dalam berfilsafat, para filsuf memilah satu hal dari hal lainnya untuk diperbandingkan. Hasil perbandingan kemudian dinilai guna mengetahui hubungan antara hal. Penilaian diberikan dalam bentuk yang paling sederhana seperti lebih kecil atau lebih besar hingga bentuk yang kompleks seperti hubungan sebab-akibat dan dialektika (perpaduan dua hal yang berlawanan dengan dasar pemikiran yang lebih abstrak). Secara lebih khusus lagi kritis di sini diartikan sebagai terbuka pada kemungkinan-kemungkinan baru, dialektis (menjajaki kemungkinan perpaduan dua hal yang bertentangan), tidak membakukan dan membekukan pikiran-pikiran yang sudah ada, serta selalu hati-hati dan waspada terhadap berbagai kemungkinan kebekuan pikiran. Berfilsafat berarti juga berpikir kritis. Lebih khusus lagi, yang dimaksud berpikir kritis di sini adalah usaha yang dilakukan secara aktif untuk memahami dan mengevaluasi informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak atau belum dapat diputuskan penerimaannya karena belum jelas. Sifat utama filsafat yang lain adalah radikal. Istilah radikal berasal dari kata radix yang berarti akar. Radikal berarti mendalam, sampai ke akar-akarnya. Pemahaman yang ingin diperoleh dari kegiatan filsafat adalah pemahaman yang mendalam. Berpikir kritis memungkinkan orang untuk dapat berpikir radikal. Dengan berpikir kritis yang sifatnya luas dan mendalam, orang tidak begitu saja menerima apa yang ada, melainkan mencermati, menemukan masalah dan lubang-lubang pada pengetahuan yang sudah ada, lalu mencari pejelasan baru yang lebih lengkap. Penjelasan baru itu bisa jadi menggantikan penjelasan terdahulu, membongkar dasar dan mencabut akar-akar pemikiran sebelumnya. Sifat radikal pada filsafat memungkinkannya memahami persoalan sampai ke akar-akarnya dan mengajukan penjelasan yang mendasar. Berfilsafat dilakukan secara sistematis. Asal kata sistematis adalah systema yang berarti keteraturan, tatanan dan saling keterkaitan. Sistematis di sini memiliki pengertian bahwa upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan menurut suatu aturan tertentu, runut dan bertahap, serta hasilnya dituliskan mengikuti suatu aturan tertentu pula. Sifat sistematis itu disertai dengan jaminan langkah-langkah berpikir yang tepat. Dengan kata lain, sifat sistematis dalam filsafat sekaligus mencakup sifat logis. Dari sini dapat dipahami bahwa filsafat mencakup logika. Artinya, filsafat selalu memegang keyakinan akan daya argumen dan penalaran. Logika yang digunakan dalam filsafat merupakan logika baru untuk jamannya. Jika kita cermati pemikiran para filsuf besar dunia, maka kita temukan di sana logika yang mereka gunakan untuk memahami perwujudan kenyataan yang dikajit.Berdasarkan pengertian filsafat yang sudah dipaparkan di sini, dapat disimpulkan bahwa berpikir filosofis berarti merenung yang bukan mengkhayal atau melamun. Merenung yang dimaksudkan adalah berkontemplasi, yaitu berpikir mendalam, kritis, dan universal dengan konsentrasi tinggi yang terfokus atau menitikberatkan pada segi usaha mengetahui sesuatu. Perenungan filosofis ialah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri. Perenungan itu dapat dilakukan oleh perseorangan, sama seperti cara bertanya kepada diri sendiri, dan bisa juga secara berkelompok yang diisi dengan dialog yang bersifat analitis dan kritik secara timbal balik.Hasrat filosofis ialah berpikir secara ketat. Kegiatan filosofis sesungguhnya merupakan perenungan atau pemikiran yang sifatnya kritis, tidak begitu saja menerima sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lainnya, menanyakan mengapa, dan mencari jawaban yang lebih baik dari jawaban pertama (pandangan awal). Suatu perenungan filosofis harus bersifat koheren atau runtut (tidak boleh mengandung pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan alias tidak runtut (inconsistent)). Dua pernyataan yang saling bertentangan (contradictory), tidak mungkin kedua-duanya benar.Jadi, seorang filsuf pada hakikatnya membicarakan tiga hal, yaitu dunia di sekitarnya, dunia yang ada dalam dirinya, dan perbuatan berpikir itu sendiri. Dalam filsafat tidak boleh ada misteri. Misteri adalah sesuatu yang gelap, belum terpecahkan, bahkan bisa jadi tidak akan pernah terpecahkan karena gaib. Misteri yang telah terpecahkan turun statusnya menjadi problem. Problem adalah sesuatu masalah yang dapat dipecahkan (ada ilmu untuk itu: how to solve the problem). Objek filsafat haruslah menyangkut sesuatu yang nyata dan jelas. Pada dasarnya filsafat menelaah segala masalah yang dapat dipikirkan oleh manusia. Namun, masalah yang dipikirkan itu harus jelas, bukan yang misterius.3. Cabang dan Aliran FilsafatAda berbagai cara untuk membagi filsafat menjadi cabang-cabang yang memiliki obyek kajian khusus. Kita dapat menemukan pembagian filsafat berdasarkan sistematika permasalahan (Gazalba, 1979) atau area kajian filsafat yang secara garis besar terdiri dari ontologi, epistemologi dan axiologi. Kita juga bisa menemukan pembagian filsafat berdasarkan obyek kajian dengan cabang-cabang di antaranya filsafat alam, filsafat matematika, filsafat ilmu, filsafat sejarah, filsafat ketuhanan, filsafat bahasa, filsafat agama dan filsafat politik. Di sini kita akan fokus pada pembagian filsafat berdasarkan sistematika permasalahannya. Seperti yang sudah disebut, filsafat secara sistematis terbagi menjadi 3 bagian besar: 1) Ontologi; Ontologi secara umum didefinisikan sebagai studi filosofis tentang hakikat ada (being), eksistensi, atau realitas, serta kategori dasar keberadaan dan hubungan mereka. Sebagai bidang kajian filsafat tentang ada, ontologi dalam arti umum dibagi dua menjadi dua subbidang, yaitu ontologi (dalam arti khusus) dan metafisika. Ontologi dalam arti khusus mengkaji ada yang keberadaannya tidak disangsikan lagi. Dalam ontologi kita berfilsafat tentang sesuatu yang keberadaannya dipersepsi secara fisik dan tertangkap oleh indra. Sedangkan metafisika mengkaji ada yang masih disangsikan kehadirannya. 2) Epistemologi; Epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji teori-teori tentang sumber-sumber, hakikat, dan batas-batas pengetahuan. Oleh karenanya kajian ini masuk juga dalam ruang lingkup epistemologi. Pertanyaan epistemologis yang hendak dijawab di sini adalah bagaimana proses perolehan pengetahuan pada diri manusia dan sejauh mana ia dapat mengetahui. Dalam epistemologi terdapat empat cabang yang lebih kecil (1) epistemologi dalam arti sempit; (2) filsafat ilmu; (3) metodologi; dan (4) logika. Epistemologi dalam arti sempit merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan yang ditelusuri melalui 4 pokok, yaitu 1) sumber pengetahuan, 2) struktur pengetahuan, 3) keabsahan pengetahuan, dan 4) batas-batas pengetahuan. Filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mengkaji ciri-ciri dan cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan (science). Metodologi adalah cabang filsafat yang mengkaji cara-cara dan metode-metode ilmu pengetahuan memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis, sahih (valid), dan teruji. Logika adalah kajian filsafat yang mempelajari teknik-teknik dan kaidah-kaidah penalaran yang tepat.3) Axiologi Axiologi adalah bidang filsafat yang mencoba menjawab pertanyaan Apa yang dilakukan manusia dan apa yang seharusnya dilakukan manusia? Di sini yang dibicarakan adalah nilainilai (kata axiologi sendiri dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang menjadi sumbu perilaku 31 penghayatan dan pengamalan manusia). Axiologi mengkaji pengalaman dan penghayatan dari perilaku-perilaku manusia. Di dalamnya dibahas tentang nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik. Selain itu juga dibicarakan tentang nilai rasa manusia yang dikaitkan dengan keindahan. Cabang filsafat yang termasuk dalam axiologi adalah etika dan estetika.Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik. Cabang ini meliputi apa dan bagaimana hidup yang baik, menjadi orang yang baik, berbuat baik, dan menginginkan hal-hal yang baik dalam hidup. Kata etika menunjuk dua hal. Pertama: disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya. Kedua: pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup manusia yang sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku manusia.Pada dasarnya, pembahasan tentang nilai menyangkut banyak cabang pengetahuan yang berkaitan atau bersangkutan dengan masalah nilai yang khusus seperti ekonomi, estetika, etika, agama, dan epistemologi. Dari lima cabang ilmu tersebut, ada tiga nilai yang berbeda namanya, tetapi mempunyai persamaan dalam penafsiran. Etika berkaitan dengan masalah kebaikan; epistemologi dengan masalah kebenaran; dan estetika dengan masalah keindahan.Kattsoff (2004:324) berpendapat bahwa istilah nilai mempunyai bermacam makna, yakni mengandung nilai (artinya, berguna); merupakan nilai (artinya, baik atau benar atau indah); mempunyai nilai (artinya, merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap menyetujui atau mempunyai sikap nilai tertentu); dan memberi nilai (artinya, menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu).Aliran Filsafat Pemahaman terhadap filsafat dapat juga dilakukan melalui pemahaman terhadap tokohtokoh dan aliran-alirannya. Seorang filsuf biasanya terfokus pada satu atau dua wilayah sistematika saja. Hanya Immanuel Kant yang menjelajahi ketiga wilayah sistematika filsafat secara lengkap lewat tiga bukunya: Critic of Pure Reason, Critic of Practical Reason, dan Critic of Judgement. F.W. Nietzsche, seorang filsuf Jerman, hanya menelaah wilayah epistemologi, 33 metafisika, estetika dan etika. Filsuf-filsuf lain yang cukup terkenal dan berpengaruh di antaranya Rene Descartes, David Hume, F.G.W. Hegel, Edmund Husserl, Karl Marx dan Bertrand Russell.Berikut adalah beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan filsafat: a. Rasionalisme: aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber dari akal (rasio), ditegaskan di sini bahwa akal yang mampu mendapatkan pengetahuan secara jernih (clear) dan lugas/terpilah (distinct) tentang realitas. b. Empirisme: aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.c. Kritisisme: aliran filsafat yang dibangun oleh filsuf besar: Imanuel Kant. Aliran ini pada dasarnya adalah kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang dianggap terlalu ekstrem dalam mengkaji pengetahuan manusia. Akal menerima bahan-bahan yang belum tertata dari pengalaman empirik, lalu mengatur dan menertibkannya dalam kategori-kategori.d. Idealisme: aliran filsafat yang berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subyektif. Materi tidak memiki kedudukan yang independen melainkan hanya merupakan materialisasi dari pikiran manusia.e. Vitalisme: aliran filsafat yang memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati. Manusia memiliki kehendak yang mampu mengubah keadaannya yang statis menjadi lebih dinamis.f. Fenomenologi: aliran filsafat yang mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan memandang gejala dan kesadaran selalu saling terkait.

4. Alternatif Langkah Belajar FilsafatSecara umum, filsuf berusaha memperoleh makna istilah-istilah dengan cara melakukan analisis terhadap istilah-istilah itu berdasarkan pengenalan obyeknya dalam kenyataan. Analisis didefinisikan sebagai pemilahan bagian-bagian satu satu hal berdasarkan kategori yang relevan. Analisis terhadap istilah dilakukan dengan memilah-milah bagian makna atau isi pikiran dari istilah berdasarkan kategori tertentu. Meski pada dasarnya para filsuf memulai filsafat dari benda-benda dan bukan dari kata atau istilah, pemakaian istilah yang tepat harus dilakukan. Bahasa adalah medium filsafat dan oleh karena itu istilah dan pernyataan yang merupakan bagian dari bahasa menjadi penting dalam filsafat. Analisis terhadap istilah merupakan langkah penting yang harus dilakukan untuk mendapatkan makna yang tepat dan memadai.

Setelah analisis istilah, filsuf berusaha untuk memadukan hasil-hasil penyelidikannya melalui aktivitas sintesis. Dalam aktivitas sintesis, filsuf membanding-bandingkan bagian-bagian dari makna istilah yang dihasilkan dari aktivitas analisis. Lalu ia mencari benang merah antar-bagian untuk kemudian menemukan kesamaan makna di antara mereka. Dari situ diperoleh satu makna istilah yang komprehensif yang memayungi semua bagian sekaligus menjelaskan hubungan antar-bagian istilah.Penggunaan analisis dan sintesis dalam filsafat ini disebut metode analisis-sintesis. Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh filsuf. Menganalisis adalah melakukan pemeriksaan konsepsional terhadap istilah-istilah yang digunakan atau pernyataan-pernyataan yang dibuat. Tujuannya adalah (1) memperoleh makna baru yang terkandung dalam istilah-istilah yang bersangkutan, dan (2) menguji istilah-istilah itu melalui penggunaannya, atau dengan melakukan pengamatan terhadap contoh-contohnya. Analisis istilah berarti perincian istilah atau pernyataan ke dalam bagiannya sedemikian rupa sehingga orang dapat melakukan pemeriksaan terhadap makna yang dikandungnya. Tujuan pemeriksaan ini adalah penentuan makna apa yang akan diberikan.Menurut Kattsoff (2004), secara filosofis analisis adalah pengumpulan semua pengetahuan yang dapat dikumpulkan oleh manusia untuk menyusun suatu pandangan tentang dunia. Sedangkan sintesis dapat didefinisikan sebagai aktivitas menemukan benang merah antar-bagian yang dipilah berdasarkan kategori tertentu untuk kemudian menemukan kesamaan makna di antara bagian-bagian itu.Langkah-langkah umum yang disarankan dalam menganalisis dan sintesis.1.Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya. 2.Masalah umumnya terpecahkan dengan mengikuti dua langkah, yakni menguji prinsip-prinsip kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarannya (untuk menyimpulkan kebenaran yang lain). 3.Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan kebenaran. 4.Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan menguji penyelesaian-penyelesaian mereka. 5.Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang diajukan. 6.Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan. 7.Menarik simpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan filsuf untuk menemukan pengetahuan diperlukan juga oleh bidang ilmu lain. Selain sifat filsafat, kritis, radikal dan sistematis, cara filsuf menemukan pengetahuan juga dimanfaatkan oleh ilmuwan untuk menemukan pengetahuan. Hanya saja, para ilmuwan sangat mementingkan juga bukti empirik dari penjelasan tentang gejala. Bagi ilmuwan, cara berpikir filosofis, yaitu kritis, radikal dan sistematis ditambah dengan bukti empirik harus muncul bersama untuk menghasilkan solusi permasalahan yang dianggap paling tepat atau paling benar.Dengan berpikir filosofis orang dapat berpikir mendalam dan mendasar. Orang juga dapat memperoleh kemampuan analisis, berpikir kritis dan logis sehingga ia mampu juga berpikir secara luas dan menyeluruh. Berpikir filosofis juga membuat orang dapat berpikir sistematis dalam mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin secara tertata. Berpikir filosofis juga membantu orang untuk menjajaki kemungkinan baru sehingga dapat memperoleh pengetahuan baru. Orang dapat terus menerus menambah pengetahuannya dengan berpikir filosofis. Di sisi lain, berpikir filosofis juga memberikan kesadaran kepada orang mengenai keterbatasan pengetahuannya. Kesadaran akan masih banyaknya hal yang tidak diketahui membuat orang menjadi rendah hati, terbuka dan siap untuk memperbaiki pengetahuannya. Dengan demikian, berpikir filosofis merupakan satu cara untuk membangun keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatan-kekuatan yang dikandungnya.