ficky budaya

36
ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA DI SUMENEP - MADURA Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : ANTROPOLOGI Dosen Pengampu: Bapak Nana Sudiana Di susun oleh : Nama : Fiki Ari Siswadi Nim : 010701036 Psik : A

Upload: badrul-rasyid-changen

Post on 03-Jul-2015

159 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ficky Budaya

ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA

DI SUMENEP - MADURA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : ANTROPOLOGI

Dosen Pengampu: Bapak Nana Sudiana

Di susun oleh :

Nama : Fiki Ari Siswadi

Nim : 010701036

Psik : A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN

2011

Page 2: Ficky Budaya

BAB I

PENDAHULUAN

Pada umumnya orang – orang yang diluar Pulau Madura atau orang yang

belum mengenal Pulau Madura cenderung mempunyai anggapan bahwa Madura

itu gersang, tandus dan orang – orangnya keras serta sulit untuk diajak konpromi.

Pokoknya hal – hal yang negatif banyak diarahkan pada masyarakat Madura,

utamanya bagi orang Madura yang diperantauan.

Kenyataannya hal itu tidak semuanya benar, panjang sekali masalah tersebut

kalau penulis uraikan dalam kesempatan ini.

Untuk waktu yang relatif singkat dan mendesak, melalui tulisan ini, penulis

hanya ingin mencoba mengenalkan aspek – aspek budaya Madura yang sangat

perlu diketahui oleh generasi Madura saat ini, yang menurut pengamatan penulis

sudah tidak lagi difahami anak muda Madura, yang tinggal di Madura, apalagi

yang sudah diluar Madura dan tidak lagi berkomunikasi dengan komunitas

Madura.

Mudah – mudahan melalui tulisan yang sederhana ini, dapat kembali

menggugah mereka, mengenal lebih banyak Madura yang kita cintai ini.

Tulisan ini memang sengaja penulis susun sangat sederhana dengan

kekurangan – kekurangan, agar dari kekurang itu, pembaca akan berusaha

menambah, mencari, dan menggali tentang budaya Madura.

Letak Dan Keadaan Alam Pulau Madura

Pulau Madura terdiri dari 4 ( Empat ) Kabupaten, yaitu : Bangkalan,

Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.

Letaknya, ditimur laut pulau jawa dengan koordinat 7o lintang selatan dan

antara 112o dan 114o bujur timur.

Panjang pulau Madura, ±190 Km jarak terlebar ±40 Km, luasnya keseluruhan

±5.304 Km.

Page 3: Ficky Budaya

Tingginya dari permukaan laut antara 2 meter sampai dengan 350 meter,

ketinggian yang paling rendah ada di daerah – daerah pantai (Barat – Utara –

Timur – dan Selatan).

Daerah – daerah yang tersebar di bagian tengah pulau, berupa deretan

pegunungan – pegunungan kecil.

Pulau – pulau kecil yang berada di kepulauan Madura jumlahnya mencapai

lebih dari 100. Diantara Pulau tersebut ada yang tidak berpenduduk.

Stratifikasi Sosial / Pelapisan Sosial Masyarakat Madura

1. Oreng Kene’ / Dume’ = Sebagai Lapisan Terbawah, Yaitu : masyarakat

yang biasanya kebanyakan bekerja sebagai petani – nelayan – pengrajin

dan orang yang tidak mpunya mata pencaharian tetap.

2. Ponggaba, Yaitu : orang yang bekerja di Instansi normal terutama di

Kantor Pemerintah.

3. Parjaji, Yaitu : Lapisan masyarakat yang berada paling atas.

Parjaji ada 2 macam pengertiannya :

Orang – orang yang masih keturunan raja di Madura pada saat itu.

Biasanya tingkatan Gelar Ke Bangsawanan nya seperti RA-RP-RB-

R.mas-R ( Untuk laki – laki ) R.Ayu / R.Ajeng, R.Roro ( Untuk

wanita ).

Orang – orang berpangkat menengah sampai dengan tinggi pada saat

Pemerintahan Belanda, seperti Asisten Wedana (Camat) – Wedana

Patih – Kanjeng / Bupati, dsb.

Stratifikasi di lingkungan masyarakat agama / pesantren

Page 4: Ficky Budaya

Stratifikasi di lingkungan masyarakat agama / pesantren yang kita kenal ada 4

Tingkatan, Yaitu ( Dari yang ter-atas ) :

KEYAE

Adalah seseorang yang dikenal sebagai pemuka Agama (Ulama) karena

menguasai banyak Ilmu Agama Islam. Selain berfungsi sebagai pembina

ummat juga sebagai penerus / pengajar ajaran para Nabi pada santri –

santrinya.

BINDARAH

Adalah orang – orang yang telah mendapatkan / men-tamatkan

pendidikannya di Pondok Pesantren, dan mereka telah memiliki

pengetahuan keagamaan yang cukup banyak tetapi belum setara dengan

pengetahuan Keyae.

Ada Pula Bindarah yang sudah banyak didatangi orang untuk NYABIS

terutama di Desa / Dusun yang agak jauh dari seorang Keyae.

SANTRE

Adalah orang – orang yang masih sedang menuntut Ilmu keagamaan di

sebuah Pondok Pesantren.

BANNE SANTRE

Seseorang yang tidak pernah Mondok / tidak pernah menuntut Ilmu

keagamaan di sebuah Pondok Pesantren.

TINGKAT BAHASA ( Dag ondagga basa )

Page 5: Ficky Budaya

Dalam Bahasa Madura kita kenal 5 tinggkatan Bahasa :

1. Bahasa Kraton = Abdi Dalem – Junan Dalem

Biasa digunakan di lingkungan keluarga Kraton

2. Bahasa Tinggi = Abdina – Panjennengan

Biasa digunakan oleh ponggawa / bawahan pada atasan, baik di

Lingkungan Kraton maupun di Lingkungan Pemerintahan, atau

Santre pada Keyae.

3. Bahasa Halus = Kaula – Sampeyan

Biasa digunakan oleh yang lebih muda pada yang lebih tua / pada

yang dihormati.

4. Bahasa Menengah = Bula – Dika

Biasa digunakan oleh yang lebih tua pada yang lebih muda tetapi di

hormati.

Misal : Mertua pada menantunya.

5. Bahasa Mapas / Kasar = Sengko’ – Ba’na – Kakeh – Sedeh

Biasa digunakan oleh yang lebih tua pada yang lebih muda, orang

yang mempunyai posisi yang lebih tinggi pada bawahannya, dan

orang yang seumur / sebaya (teman).

Page 6: Ficky Budaya

BAB II

ISI

Wilayah Sumenep telah dikenal semasa kerajaan Singosari. Dulu disebut

Sungenep, lalu Songennep, dan akhirnya Sumenep. "Sri Ranggawuni atinggal putra

lanang, aran Sri Kertanagara; sira Mahisacampaka atinggal putra lanang, aran Raden

Wijaya. Siraji Kertanegara sira anjeneng prabhu, abhiseka bhatara Siwabudha. Hana

ta wongira, babatanganira buyuting Nangka, aran Babak Wide sinungan

pasenggahan Arya Wiraraja, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon adhipatia

ring Sungenep, anger ing Madura Wetan."

Artinya, Sri Ranggawuni meninggalkan seorang putra laki-laki, bernama Sri

Kertanagara, beliau Mahisacampaka meninggalkan putra laki-laki, bernama Raden

Wijaya. Beliau raja (aji) Kertanagara menaiki tahta, dengan gelar penobatan betara

Siwabudha. Ada orang beliau, juru terka/penasehat buyut di desa Nangka, bernama

Babak wide, diberi nama Arya Wirarajaya, dan tidak dipercaya oleh beliau

(Kertanagara), dijauhkan dan diperintahkan supaya menjadi adhipati di Sungeneb,

bertempat tinggal di Madura Timur.

Menjadi jelas bahwa sebelum Kertanagara memimpin Singosari, wilayah

Sungenep telah dikenal. Karenanya banyak pakar berpendapat bahwa kata

''Sungenep'' berasal dari bahasa Jawa Kuno.

Dari segi asal kata atau etimologi, perkataan Sungeneb berasal dari ''sung''

dan ''eneb''. Dalam bahasa Jawa Kuno sung (song) berarti rongga, lobang, teluk atau

semacam tempat berlabuh. Perkataan eneb berkaitan dengan endap (mengendap),

tenang, tutup. Jadi Sungeneb berarti tempat berlabuh, tempat mengendap, berteduh,

dan tenteram.

Namun menurut pendapat Sukarto Atmodjo, Sungenep dapat berarti pula

sebagai tempat berlabuh yang baik. Sebab ''su'' menurut bahasa Jawa Kuno berarti

baik.

Page 7: Ficky Budaya

Argumen semacam ini didukung fakta, yakni lokasi Sumenep yang sekarang

terletak hanya 5 km dari pantai Kertasada, Marengan Kecamatan Kalianget. Menurut

Drs Abdurahman, mantan bupati Sumenep, meyakini bahwa pelabuhan Kalianget

dan Sumenep dahulu kala merupakan pelabuhan yang penting dan ramai, dan

banyak perahu berlayar hilir mudik yang menghubungkan Tuban, Surabaya,

Madura, dan Bali.

Pada waktu itu perahu-perahu masih dapat berlayar masuk ke dalam sampai

berlabuh di Kalianget, tepatnya di Desa Marengan. Sedangkan kantor bea cukainya

ada di Desa Pabian yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Kota Sumenep.

Masih menurut Edi Setiawan SH, ia juga sependapat dengan argumen bahwa

Sungenep mengacu pada arti tempat berlabuh, sebab menurutnya, dulunya kawasan

Sungenep ini banyak berupa rawa-rawa. Ia mengutip penelitian antropolog Dr Adi

Sukadana, bahwa pemukiman awal di Madura terdapat di bagian tengah atau

punggung pulau Madura, yang umumnya terdiri dari pegunungan atau bukit-bukit

kecil. Sedang di daerah-daerah yang terletak di dataran rendah, termasuk Sumenep,

pada masa lalu sebelum abad XIII masih tergenang air rawa.

Lalu sesuai dengan lidah orang Madura, Kota Songennep lebih dikenal

daripada Sungenep. Menurut Edi, dalam bahasa madura huruf "O" lebih banyak

digunakan daripada huruf "U". Bahkan menurutnya, pengarang buku sejarah Madura

juga menyebut Songennep dan bukan Sungeneb.

Perkembangan berikutnya sebutan Songennep menjadi Sumenep. Kitab kuno

seperti Kidung Ranggalawe dalam nyanyian 1 telah menyebut Sumenep dan bukan

Sungeneb.

"Mungge ing Sumenep pernah Madhura Wetan, lawasipun anganti, patang

puluh tiga, duk andon balanabrang, sira Wiraraja dadi arasa-rasa, denen dinohan

apti" yang kalau diindonesiakan, bertempat di Sumenep di Madura Timur, lamanya

menanti empat puluh tiga, sewaktu berangkat bala menyeberang, beliau Wiraraja

berfikir mengapa dijauhkan kehendaknya.

Page 8: Ficky Budaya

Sumenep kota paling ujung di Pulau Madura ternyata sampai saat ini

memiliki potensi wisata yang perlu untuk terus dilestarikan. Misalnya saja terdapat

banyak gedung peninggalan Belanda yang memiliki potensi wisata. Salah satunya

adalah benteng dan makam belanda yang banyak dijumpai. Adanya banteng tersebut

sebagai salah satu saksi kalau jejak Belanda di Sumenep. Namun, riwayat benteng

tersebut sampai saat masih terabaikan .

Sebagai bukti bahwa kolonial Belanda pernah menginjakkan kakinya di

Sumenep adalah banyaknya peninggalan kolonial Belanda yang masih dapat kita

jumpai di kota Sumenep, hanya saja semua situasi yang memberikan goresan sejarah

itu lapuk ditelan zaman.

Yang masih cukup baik adalah bangunan Belanda berupa Dam Air di Desa

Kebunagung, 1 km ke arah barat Kota Sumenep. Lainnya hampir dalam kondisi

yang memprihatinkan.

Bahkan, kalau kita dapat melihat perkampungan Belanda di kota Sumenep, di Desa

Marengan, Kecmaatan Kalianget, yang sepanjang jalan raya berjajar bangunan

peninggalan Belanda, namun nampak tidak terpelihara dan sebagian lain diabadikan

sebagai tempat sarang burung walet. Penghuninya pun lebih banyak bersifat

keturunan.

Kini, benteng itu teronggok lesu. Pohon-pohon tumbuh liar disela-sela

tembok. Akar pohon itu menerobos bebatuan tembok, menambah kerusakan yang

tampak pada benteng Kalimo'ok.

Benteng tersebut merupakan simbol heroisme bagi rakyat Sumenep, jika saja

kekayaan ini dapat di pelihara, dilestarikan keindahan dan keagungan bangunannya

maka secara pasti akan menjadi potensi wisata dan banyak generasi muda di Belanda

yang ingin tahu sepak terjang para leluhurnya di bumi Indonesia.

Sebenarnya mereka dapat bernostalgia di Benteng Kalimo'ok. Mereka dapat

berandai-andai waktu leluhurnya datang ke Kota Sumenep. Ini adalah potensi wisata

sejarah bangsa Indonesia khusunya rakyat Sumenep. Mengapa kita tidak mencoba

Page 9: Ficky Budaya

menggarapnya, meski bukan tanpa makna untuk merawatnya kembali.*

Pembangunan Kepulauan Masih Diskriminatif

Di antara kabupaten di Madura, mungkin Sumenep yang memiliki potensi

sumber daya alam (SDA) laut yang melimpah. Misalnya, pengeboran Migas lepas

pantai di Pagerungan, Kecamatan Sapeken, rumput laut, minyak mentah, ikan kelas

ekspor, dan lain sebagainya. Sayangnya, eksplorasi minyak tersebut masih

menyisakan sejumlah persoalan.

MISALNYA, ketidakjelasan penerimaan PBB untuk daerah Sumenep,

kontrak kerja, produksi, luas area, dan lain sebagainya. Meski begitu, pihak Arco -

sekarang berganti BP (Beyond petrolium)- tetap memperhatikan lingkungan

masyarakat setempat.

Salah satunya dengan meningkatkan sumber pendapatan subsektor perikanan

yang merupakan mata pencaharain utama penduduk Pagerungan Besar. Selain itu,

sekaligus juga melestarikan terumbu karang melalui program community

development telah dipasang 30 buah rumpon piramida dan I buah rumpon horizontal

dari 200 buah ban truk di 3 lokasi terpilih.

Di lain pihak, guna meningkatkan mutu hasil tangkapan ikan, juga dibangun

fasilitas cold storge dan pabrik es untuk penduduk lokal, yang kemudian dikelola

melalui Kelompok Usaha Bersama Ekonomi (KUBE). KUBE ini kelak diharapkan

menjadi cikal bakal kegiatan perekonomian desa, terutama dalam menghadapi

permasalahan peralihan tenaga kerja dari tenaga proyek.

Padahal untuk memasuki otonomi daerah (Otda) Januari 2001, SDA tersebut

dapat menjadi primadona Sumenep untuk meningkatkan PAD-nya.

Seandainya saja ada kepastian dan kejelasan informasi tentang eksplorasi minyak

tersebut, ini dapat berhasil untuk mengangkat potensi yang ada di kepulauan. Ini

pula berarti juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumenep secara

keseluruhan.

Page 10: Ficky Budaya

Herannya lagi, kepulauan juga dijadikan tempat "pembuangan" bagi para

pejabat nakal. Padahal, tindakan tersebut berakibat pada pelayanan publik yang

sangat merugikan masyarakat.

Sebenarnya masyarakat kepulauan berharap sekali keterlibatan Pemkab

dalam membantu beban transportasi. Karena selama ini dari pemerinatah hanya

menggunakan perintis seminggu sekali dari Kangean - Kalianget - Masalembu.

Sementara yang sejenis dengan itu. Kalau pejabat tersebut tetap dipertahankan,

hanya akan menjadi parasit bagi pemerintahan. Demikian harapan Ketua DPR

Sumenep Drs KH Busyro Karim dalam sambutannya dalam sidang paripurna

istimewa di gedung DPR Sumenep

''Untuk itu, menuju Suemnep baru yang dicita-citakan bersama, dimensi yang sama

sekali tidak boleh dilupakan adalah reformasi mental aparat pemerintah dan

masyarakat,'' ujarnya.

A. Upacara adat pengantin dan busana

Dl kabupaten sumenep madura

Perkawinan merupakan Upacara paling sakral dalam perjalanan kehidupan

manusia. Suatu kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas beberapa Suku Bangsa,

Agama, Adat Istiadat yang berbeda, dengan latar belakang sosial budaya yang

beraneka ragam. Masing-masing daerah mempunyai tata cara tersendiri .tak

terkecuali dalam adat prosesi perkawinannya, baik Jawa, Sumatera, Kalimantan,

dan Madura pada umumnya. Pada Upacara Perkawinan biasanya kedua

mempelai dirias berbusana secara khusus. Berbeda apa yang mereka pakai pada

pesta-pesta resepsi sehari-hari. Tata rias dan busana pengantin menjadi pusat

perhatian. Masyarakat dan khususnya menarik perhatian para tamu yang hadir

dalam pesta itu. Oleh karena itu, hal yang demikian itu ternyata juga dilakukan

oleh suku bangsa Madura pada umumnya dan khususnya Sumenep sendiri.

Pakaian pengantin dan alat-alat rias disediakan secara khusus serta

pemakainya mempunyai tata cara dan aturan-aturan tertentu yang harus

Page 11: Ficky Budaya

dipatuhi, maka diharapkan salah satu tujuan tata rias akan berhasil yaitu

pengantin akan kelihatan ( benne bahasa madura ) atau pengantin putri akan

tampak lebih cantik dan anggun, pengantin pria nampak tampan. Tata rias

pengantin kecuali mengandung arti keindahan ( estetis ) relegius dan ada

kalanya mengandung arti simbolis serta fungsi dalam kehidupan masyarakat.

Prosesi Adat ( Lamaran )

Sebelum dilakukan lamaran biasanya di Madura didahului dengan adanya :

Ngangini ( memberi angin / memberi kabar )

Arabar pagar ( membabat pagar / perkenalan antar orang tua)

Alamar nyaba " Jajan "

Ater tolo ( mengantar bedak perlengk.apan kecantikan, beras, pakaian adat

untuk lebaran )

Nyeddek temmo ( menentukan tanggal hari H perkawinan ).

Kalau pelaksanaan pernikahan ingin dipercepat, biasanya dilengkapi

dengan pisang susu yang berarti kesusu, jangan lupa sirih dan pisang. Lalu satu

perangkat bahan pakaian termasuk ikat pinggang ( stagen ) yang berarti anak

gadisnya sudah ada yang mengikat.

Setelah bawaan pihak laki-laki digelar diatas meja didepan para tamu

sambil tutupya dibuka untuk disaksikan apa isinya oleh para pini sepuh. Tetapi

semua barang yang dibawa bergantung kepada kemampuan orang tua. Setelah

ada penyerahan kemudian oleh-oleh tersebut dibawa masuk. Pada pertengahan

acara pihak laki-laki meminta supaya anak gadisnya diperkenalkan. Lalu

disuruh sungkem kepada calon suami dan para pini sepuhnya yang sudah siap

dengan amplop yang berisi uang untuk diberikan kepada calon mantunya.

Setelah tamu pulang maka oleh-oleh dikeluarkan lagi untuk dibagikan kepada

pini sepuh, sanak famili serta tetangga dekat, untuk memberi tahu bahwa anak

gadisnya sudah bertunangan. Pada malam harinya calon mantu laki-laki diantar

Page 12: Ficky Budaya

oleh kerabat untuk berkenalan dengan calon mertuanya.

Seminggu kemudian pihak perempuan mengadakan kunjungan balasan

dengan membawa nasi lengkap dengan lauk pauknya antara lain: hidangan

nasi : 6 piring karang benaci ( ikan kambing yang dimasak kecap ) ,1 waskom

gulai kambing , 6 piring ikan kambing masak putih, 6 piring masak ikan ayam

masak merah, 6 sisir sate yang besar-besar ( 1 sisir 10 tusuk ), 2 sisir pisang

raja.

Balasan jajan untuk calon mantu laki-laki terdiri dari satu tenong berisi

nasi lengkap dengan lauknya. Setelah acara lamaran ini maka resmilah

hubungan antara anak gadisnya dengan calon mantunya.

Acara Sebelum dan Pada Saat Perkawinan

Perawatan untuk calon mempelai wanita, 40 hari sebelum melangsungkan

pernikahan biasanya calon mempelai wanita Madura sudah dipingit artinya

dilarang meninggalkan rumah, dalam masa ini biasanya calon mempelai

melakukan perawatan-perawatan tubuh dengan:

Meminum ramuan jamu Madura.

Untuk perawatan kulit menggunakan:

Bedak penghalus kulit

Bedak dingin

Bedak mangir wangi

Bedak kamoridhan

Bedak bida, Yang berkhasiat:

Menjaga kesehatan kulit

Menghaluskan kulit muka

Menjadikan kulit langsat kuning

Menghilangkan bau badan dll.

Menghindarkan makanan yang banyak mengandung air misalnya buah-

buahan ( nanas, mentimun, pepaya, ) Perawatan rambut wangi-wangian

Page 13: Ficky Budaya

menggunakan dupa.

Upacara Pernikahan

Pada saat melangsungkan pernikahan calon mempelai pria mengenakan

BESKAIC BLANGKON, dan KAIN PANJANG dengan diiringi oleh orang tua,

pini sepuh dan kerabat keluarga.

Sedangkan untuk calon mempelai wanita menggunakan kebaya dan kain

panjang dengan dandanan sederhana. Upacara Akad Nikah dilaksanakan oleh

penghulu dengan dua orang saksi ( Ijab Kabul ) dengan disaksikan oleh para

undangan yang pada umumnya dengan mas kawin berupa Al Qur'an dan

Sajadah ( bentuk apa saja menurut kehendak ) dan selanjutnya dengan syukuran

bersama. Maka resmilah anak gadisnya menjadi istri dari anak keluarga laki-

lakinya. Kemudian mempelai laki-laki pulang dulu kerumahnya dilanjutkan

dengan resepsi pernikahan pada malam harinya.

Resepsi Perkawinan

1. Tata rias penganten Sumenep ada 3 macam:

2. Penganten malam pertama : Rias Lega

3. Penganten malam kedua : Rias Kapotren

4. Penganten malam ketiga : Rias Lilin.

1.1 Resepsi Malam Pertama

Pada malam resepsi perkawinan kedua mempelai datang ketempat

resepsi dengan diiringi oleh perias dan para pini sepuh beserta kerabatnya

atau dengan diantar oleh paman mempelai wanita memasuki ruang resepsi.

Kemudian dilanjutkan dengan upacara Muter Duleng yaitu penganten

wanita duduk bersila pada sebuah baki besaf dengan membelakangi arah

datangnya penganten pria. Penganten pria berjalan jongkok menuju

penganten wanita dan memutar baki sampai berhadapan dengan artian

bahwa penganten pria sudah siap memutar roda rumah tangga.

Page 14: Ficky Budaya

Sesudah penganten pria memegang ubun-ubun penganten wanita

dengan mengucap " AKU ADALAH SUAMIMU DAN ENGKAU

ADALAH ISTRIKU " kemudian penganten wanita diajak menuju

pelaminan dengan menggunakan pakaian adat (LEGA). Sedangkan

Undangan adalah para pini sepuh, handai taulan dan semua sanak saudara

serta para kerabat dari kedua belah pihak.

1.2. Resepsi Malam Kedua

Pada malam kedua busana manten adalah KAPUTREN dan undangan

terdiri para pini sepuh dan kalangan dekat saja.

1.3. Resepsi Malam ketiga

Pada malam ketiga ini penganten menggunakan rias Lilin dengan

kebaya putih dengan hiasan melati menandakan lambang kesucian dan

merupakan malam pertama untuk penganten. Pada hari yang ke empat

penganten sudah mengadakan kunjungan keluarga kepada mertua dan sanak

famili, dan manten wanita setiap berkunjung akan selalu mendapat

ONTALAN yaitu berupa pemberian uang dengan ucapan " SELAMAT

MENEMPUH HIDUP BARU ".

B. Karapan Sapi di Madura

Berawal dari sebuah tradisi perayaan keberhasilan panen. Sapi-sapi

pembajak sawah dijajal adu kecepatan ditanah datar. Sangat menarik menambah

hiburan dalam keceriaan sukses panen. Semakin semarak karena kian banyak

yang senang. Semakin terkenal setelah menjadi olahraga tradisional.

Sapi karapan adalah sapi pilihan. Saling memacu kecepatan, bersaing

Page 15: Ficky Budaya

menjadi yang terdepan. Dalam keunikan tradisi lomba, yang menang dan yang

kalah sama bisa jadi juara. Keakraban tetap menyatu dalam wadah menjunjung

tinggi nilai tradisi.

Lahan kering nan tandus menjadi tantangan untuk dihadapi. Bukan

hambatan bagi pasangan sapi demi terus berlari. Memacu otot, untuk menghibur

dahaga hati. Demi keinginan berkumpul, dalam kegembiraan yang hangat. Demi

sebuah bukti kemampuan diri dengan selendang prestasi.

Tidak unik semata, tapi mampu memberi nilai tertentu lebih banyak

diminati. Membangun karya bercermin pada kolaborasi fungsi pada setiap

elemen dalam karapan sapi. Secara utuh melaju menuju asa bersama.

Sapi

Bukan semua jenis sapi bisa ikut serta dalam karapan. Sapi pilihan dengan

jenis dan warna Madura. Kriteria khusus, sehat dan kuat serta pejantan yang

cukup tingginya, diterapkan dengan ketat. Pra syarat ditentukan, semata

menjaga keseimbangan dalam jalannya karapan. Pilihan bibit sapi karapan

dilakukan secara cermat. Perawatan khusus dilakukan agar mampu membentuk

tubuh sapi yang kuat. Menjelang karapan, persiapan fisik, mental hingga

spiritual sapi pun menjadi kewajiban.

Ambhin dan Obhit

Sebelum masuk ke arena balapan, pasangan sapi muncul dengan

penampilan yang khas. Ambhin, pakaian kebesaran sapi karapan yang

mempunyai ciri masing-masing daerah. Sebagai unjuk kreativitas sang pemilik

sapi, perlengkapan yang bernilai mahal ini segera dilepas ketika sapi siap

beradu. Dilengkapi dengan obhit yang tidak sekedar sebagai hiasan kepala

semata. Bebat yang dipasang dikepala sapi ini juga membuat pesan spiritual.

Ketika sapi memasuki arena balapan, seluruh hiasan ditubuhnya harus dilepas.

Page 16: Ficky Budaya

Hingga tinggal kaleles dan obhit yang tersisa. Tak ada sapi karapan yang tidak

mengenakan bebat ini, ia juga membentuk benteng pecaya diri sapi.

Kaleles dan Anjar

Media tunggang dimana panongkok berada. Kalçlçs harus kuat, terbuat

dari bambu duri pilihan. Bahannya harus tebal, padat dan relatif kecil. Banyak

pertimbangan dan perhitungan dalam pendesainannya. Kalçlçs menjadi tumpuan

dalam kesatuan panongkok (joki) dan sapi. Beberapa bagian seperti jangka,

somilah, dan raçt berpadu membentuk kalçlçs secara utuh. Helai kain yang

menghiasi kalçlçs sebagai hiasan penambah wibawa penampilan sapi karapan.

Selalu berjumlah ganjil, ada yang tiga ada pula yang hanya satu. Selain fungsi

dekoratif, juga menjadi tanda untuk membedakan antara sapi dalam ajang

karapan. Warna selendang yang digunakan joki, senada dengan warna anjar.

Paraksa dan Pangereng

Paraksa orang paling dekat dengan sapi-sapi karapan. Melayani kebutuhan

sehari-hari dari sang sapi mulai dari makanan sampai jamu-jamuan untuk

meningkatkan stamina sapi adalah tugasnya. Menjelang ajang karapan, paraksa

memijat setiap otot-otot sapi. Sampai tiba waktunya beradu, sebuah tim

Pangereng siap mendukung. Demikian ketika sapi bersiap didepan garis pacu,

sekian orang pengiring sapi bersiap dibelakang sapi. Pecut, ju-arju hingga

kelontongan merupakan perlengkapannya. Dengan segala daya menimbulkan

bunyi demi sapi segera berlari melesat menuju garis akhir.

Panongkok

Nyawa, menjadi taruhan dari kerja joki karapan sapi. Ketika sapi begitu

bersemangat berlari, joki pun semakin menggebu memacu. Berbekal sebelah

kaki terkait dikaleles. Kedua tangan diekor-ekor sapi. Keseimbangan badan

Page 17: Ficky Budaya

kecilnya sagnat menentukan. Kaitan emosi antara panongkok dan sapi begitu

erat. Komunikasi yang terjalin diantara keduanya membentuk kebiasaan bagi

sapi untuk bepacu lurus nan kencang. Menggunakan raco, merupakan piranti

penting dalam karapan sapi. Terbuat dari rotan dengan duri-duri, terikat dikedua

pergelangan tangan sang panongkok. Sebagai alat untuk merangsang sapi agar

terus berlari kencang tiada henti, hingga digaris finish.

Saronen

Karapan sapi merupakan luapan kegembiraan. Simbol semarak ditandai

dengan hadirnya sekelompok orang yang memainkan musik tradisional madura.

Sembilan orang dengan perlengkapannya masing-masing menghibur dan

menebar aroma khas pulau garam. Sapi-sapi karapan turut menikmati irama

yang didominasi suara alat sejenis terompet itu. Kaki-kaki kokohnya melangkah

seirama dengan musik yang dimainkan pria-pria berseragam warna mencolok.

Saronen mendukung predikat yang diraih sepasang sapi karapan.

C. Wisata

Daya Tarik Wisata Religi Di Madura

Bagi kaum muslimin di 4 kabupaten Pulau Madura, kehadiran hari raya

seusai menunaikan ibadah puasa sebulan suntuk, tidak hanya disikapi sebagai

hari "kemenangan akbar melawan hawa nafsu", tetapi juga direfleksikan dalam

berbagai bentuk tradisi ritual bermakna religius. Tradisi sakral ini umumnya

dilakukan oleh kalangan orang tua, ulama, tokoh masyarakat, sesepuh desa dan

tokoh panutan lainnya. Sementara para kawula mudanya, terutama mereka yang

masih dalam kisaran ABG ("anak baru gede"), lebih getol meletupkan

kegembiraan mereka diberbagai obyek wisata pantai.

Seperti biasanya, setiap kali hari raya Idul Fitri tiba, 4 kabupaten di Pulau

Madura yang mayoritas dihuni kaum muslimin, pasti dilanda kesibukan luar

Page 18: Ficky Budaya

biasa. Sejak jam 04.30 seusai Sholat Subuh, sekitar 2,5 juta lebih Umat Islam di

Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, berduyun-duyun

menuju ribuan mesjid di desa-desa, ibu kota kecamatan dan mesjid agung di

masing-masing kabupaten.

Mereka akan menunaikan Sholat Ied pada saat fajar mulai menyingsing,

sekaligus sebagai perwujudan hari kemenangan bagi mereka dalam memerangi

hawa nafsu selama bulan suci Ramadhan. Dari sinilah, serbaneka tradisi unik itu

akan bermula.

Satu pesona yang bisa kita petik pada saat menjelang Sholat Ied dimulai,

adalah tongkrongan kaum muslimin dan muslimat yang rata-rata tampil beda.

Mereka, mulai dari kalangan bapak, ibu, pemuda, remaja dan anak-anak, benar-

benar tampil serba wah dan menor. Mulai dari baju, sarung, songkok, sandal,

sejadah, kerudung, kain panjang, kebaya, mukena dan ragam asesori lainnya,

semuanya serba baru dan mentereng. Bau parfum-pun mewarnai seputar areal

mesjid baik di desa, ibu kota kecamatan maupun mesjid agung kabupaten.

Tidak hanya itu, ekosistem lingkungan di mana mereka berdomisili, entah

itu Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, juga ikut-ikutan

berdandan menterang. Mesjid, mushola, langgar, rumah-rumah penduduk

umumnya dihias dengan warna-warni cat baru. Tak terkecuali, seantero jalan-

jalan perkotaan juga bersih kelimis, bahkan tak jarang dihiasi kelap-kelip lampu

hias warna-warni."Yah, begitulah cara Umat Islam di Madura merayakan

kemenangan mereka melawan hawa nafsu pada saat hari raya Idul Fitri,"

komentar seniman asal Kabupaten Pamekasan, Drs H Parso Adyanto.

Ke Situs Keramat

Seusai Sholat Ied dan ziarah ke makam leluhur di pemakaman umum,

tradisi bernuansa religius di Pulau Madura masih berlanjut. Biasanya, para

ulama, tokoh masyarakat, pemuka desa, pejabat, pengusaha dan kebanyakan

orang dewasa lainnya, lalu melanjutkan ziarah mereka ke pelbagai situs keramat

Page 19: Ficky Budaya

yang ada. Umumnya, obyek yang mereka kunjungi adalah para tokoh Islam

terkemuka tempo dulu.

Hal serupa juga dilakukan kebanyakan Ulama dan tokoh masyarakat di

Kabupaten Sumenep, Pamekasan dan Sampang. Di Sumenep, situs keramat

yang biasa diziarahi seusai sholat Ied adalam kompleks makam raja-raja Asta

Tenggi, tempat bersemayamnya Panembahan Bindara Saod alias Tumenggung

Tirtonegoro I (l750 - 1762), Panembahan Somala Asirudin alias Notokusumo I

(l762 - 1811), Sultan Abdurachman (1811 - 1854), Panembahan Somala M

Saleh alias Notokusumo II (1854 - 1879 ) , Panembahan Pakuningrat (1879 -

l901) dan Pangeran Ario Praningkusumo (1901 - 1926). "Semasa hidupnya,

raja-raka itu terkenal sebagai tokoh Islam yang memiliki kesaktian tak lumrah

manusia," kata budayawan kondang Sumenep, Edy Setyawan SH." Jadi

wajarlah kalau Asta Tenggi banyak diziarahi Umat Islam di hari raya Idul Fitri,"

tambahnya.

Selain itu, situs keramat di Sumenep yang kaprah pula diziarahi di hari

raya, adalah makam Sayyid Yusuf di Pulau Poteran, kuburan Jokotole alias

Panembahan Secodiningrat III di Desa Sah-Asah, Kecamatan Manding dan

masih banyak lagi. Sementara di Kabupaten Pamekasan, para peziarah biasa

sowan ke situs keramat Batuampar yang kesohor, berikut di Kabupaten

Sampang ziarah ke makam raja-raja di bekas Kraton Madegan.

Umumnya, para peziarah keberbagai situasi keramat itu, sejenak

melakukan tirakatan, wiridan dan laok ritual lainnya. Intinya, setelah mereka

merayakan kemenangan akbar melawan hawa nafsu, lalu memohon kepada

Allah SWT, agar kehidupan mereka untuk satu tahun ke depan, dimuliakan

seperti para tokoh Islam terkemuka yang bersemayam di balik kuburan keramat

itu.

Tak kalah artistiknya adalah bangunan cukup bagian kiri Asta Tenggi di

Page 20: Ficky Budaya

Sumenep, tempat makam Panembahan Somala Asirudin, Sultan Abdurachman,

Panembahan Somala M Saleh, Panembahan Pakuningrat dan Pangeran Ario

Praningkusumo. Bedanya, cungkup ini berwujud perpaduan seni asrsitektur

Islam Eropa dan Tiongkok Kuno. Jadi, tidaklah berlebihan, siapapun yang

berziarah keberbagai situs keramat di Madura itu, sama halnya dengan

melakukan perjalanan wisata religius.

bagi para ulama, tokoh masyarakat dan kalangan tokoh panutan

lainnya,nampaknya memang ajeg pada kebiasaan mereka untuk berziarah

keberbagai situ keramat seusai Sholat Ied di hari raya Idul Fitri. Lalu, para

kawula mudanya melancong ke mana ? Merekapun, terutama muda-muda yang

masih berusia ABG , kaprah menyerbu berbagai obyek wisata pantai.

Di lain pihak, para muda-mudi Kabupaten Sumenep, suntuk hingga sore

hari berleha-leha di kawasan pantai elok Lombang di Kecamatan Batang-Batang

atau Pantai Slopeng di Kecamatan Slopeng yang kondang akan keajaiban

gunung pasirnya. Umumnya, sambil mengenakan busana baru, para kawula

muda di Madura itu, amat senang menikmati keelokan laut sambil ikut perahu

pesiar, mandi di laut, atau juga tak jarang yang keliling seputar pantai naik

andong atau becak.

Pantai-pantai yang banyak dikunjungi dikabupaten sumenep yaitu yang

sudah disebutkan diatas yaitu lombang, slopeng, dan masih banyak lagi seperti,

talang siring pasongsongan, tanjung dan yang lainnya

Page 21: Ficky Budaya

BAB III

KESIMPULAN

Wilayah Sumenep telah dikenal semasa kerajaan Singosari. Dulu disebut

Sungenep,lalu Songennep, dan akhirnya Sumenep. "Sri Ranggawuni atinggal putra

lanang, aran Sri Kertanagara; sira Mahisacampaka atinggal putra lanang, aran Raden

Wijaya. Siraji Kertanegara sira anjeneng prabhu, abhiseka bhatara Siwabudha. Hana

ta wongira, babatanganira buyuting Nangka, aran Babak Wide sinungan

pasenggahan Arya Wiraraja, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon adhipatia

ring Sungenep, anger ing Madura Wetan."

Artinya, Sri Ranggawuni meninggalkan seorang putra laki-laki, bernama Sri

Kertanagara, beliau Mahisacampaka meninggalkan putra laki-laki, bernama Raden

Wijaya. Beliau raja (aji) Kertanagara menaiki tahta, dengan gelar penobatan betara

Siwabudha. Ada orang beliau, juru terka/penasehat buyut di desa Nangka, bernama

Babak wide, diberi nama Arya Wirarajaya, dan tidak dipercaya oleh beliau

(Kertanagara), dijauhkan dan diperintahkan supaya menjadi adhipati di Sungeneb,

bertempat tinggal di Madura Timur.

Di antara kabupaten di Madura, mungkin Sumenep yang memiliki potensi

sumber daya alam (SDA) laut yang melimpah. Misalnya, pengeboran Migas lepas

pantai di Pagerungan, Kecamatan Sapeken, rumput laut, minyak mentah, ikan kelas

ekspor, dan lain sebagainya. Sayangnya, eksplorasi minyak tersebut masih

menyisakan sejumlah persoalan.

di samping itu budaya di kabupaten sumenep ini punya corak tersendir

contoh adat perkawinan sebagai nilai budaya di sumenep. Perkawinan merupakan

Upacara paling sakral dalam perjalanan kehidupan manusia. Suatu kenyataan bahwa

Indonesia terdiri atas beberapa Suku Bangsa, Agama, Adat Istiadat yang berbeda,

dengan latar belakang sosial budaya yang beraneka ragam. Masing-masing daerah

mempunyai tata cara tersendiri .tak terkecuali dalam adat prosesi perkawinannya,

Page 22: Ficky Budaya

baik Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Madura pada umumnya. Pada Upacara

Perkawinan biasanya kedua mempelai dirias berbusana secara khusus. Berbeda apa

yang mereka pakai pada pesta-pesta resepsi sehari-hari. Tata rias dan busana

pengantin menjadi pusat perhatian. Masyarakat dan khususnya menarik perhatian

para tamu yang hadir dalam pesta itu. Oleh karena itu, hal yang demikian itu

ternyata juga dilakukan oleh suku bangsa Madura pada umumnya dan khususnya

Sumenep sendiri.

:

Gambar, kerapan sapi

Page 23: Ficky Budaya

Daftar Pustaka

Kompas.25 November 2010.

Zawawi Imron. 1989. Santra Madura yang hilang belum berganti, dalam

Jonge, Huub de (ed). Agama, kebudayaan dan ekonomi: studi-studi interdisipliner

tentang masyarakat Madura. Jakarta: Rajawali.

www.info-indo.com/java/madura.