famycetine sulfate) pada tikus putihthesis.umy.ac.id/datapublik/t20675.pdf · perbedaan kecepatan...

28
PERBED DERAJA (F Sa F U DAAN KE AT 2 DEN FAMYCET Untuk arjana Keper PROGR AKULTAS UNIVERSIT ECEPATA GAN OLE TINE SULF Kary k Memenuhi rawatan Uni NUR AG 2 RAM STUD S KEDOKTE TAS MUHA i AN KESEM ESAN MA FATE) PA ya Tulis Ilm Syarat Mem iversitas Mu GUS HIDA 200703200 DI ILMU K ERAN DAN AMMADIY 2011 MBUHAN ADU MUR ADA TIKU miah mperoleh Der hammadiyah AYANA 26 KEPERAWA N ILMU KE YAH YOGY N LUKA B RNI DAN US PUTIH rajat h Yogyakart ATAN ESEHATAN YAKARTA BAKAR TULLE H ta N

Upload: doannhan

Post on 09-Mar-2019

268 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

 

PERBED

DERAJA

(F

Sa

F

U

DAAN KE

AT 2 DEN

FAMYCET

Untukarjana Keper

PROGR

AKULTAS

UNIVERSIT

ECEPATA

GAN OLE

TINE SULF

Kary

k Memenuhi rawatan Uni

NUR AG

2

RAM STUD

S KEDOKTE

TAS MUHA

i

AN KESEM

ESAN MA

FATE) PA

ya Tulis Ilm

Syarat Memiversitas Mu

GUS HIDA

200703200

DI ILMU K

ERAN DAN

AMMADIY

2011

MBUHAN

ADU MUR

ADA TIKU

miah

mperoleh Derhammadiyah

AYANA

26

KEPERAWA

N ILMU KE

YAH YOGY

N LUKA B

RNI DAN

US PUTIH

rajat h Yogyakart

ATAN

ESEHATAN

YAKARTA

BAKAR

TULLE

H

ta

N

LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT 2 DENGAN PEMBERIAN OLESAN MUDU MURNI DAN TULLE

(FRAMYCETINE SULFATE) PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR

Nur Agus Hidayana

20070320026

Telah disetujui pada tanggal:

15 JULI 2011

Pembimbing

drh. Zulkhah Noor, M.kes (………………………………)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2011

iii

 

LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT 2 DENGAN PEMBERIAN OLESAN MUDU MURNI DAN TULLE

(FRAMYCETINE SULFATE) PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR

Oleh

Nur Agus Hidayana

20070320026

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 22 Juli 2011 dan telah diperbaiki sesuai

dengan masukan Tim Penguji.

Yogyakarta, 22 Juli 2011

Pembimbing: drh. Zulkhah Noor, M.kes (………………)

Penguji: Yuni Permatasari I. S.kep., Ns.,MKep, Sp.Kep.MB ( ………………)

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(dr. H. Erwin Santosa SpA.,Mkes.)

iv

 

MOTTO  

 

Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka

terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja.

Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.

( Ernest Newman )

 

“Ilmu itu akan melapangkan hati, meluaskan cara pandang, dan membuka cakrawala”

(Bukhari Muslim)

Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat

suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya

ia dengan kemajuan selangkah pun.

( Bung Karno )

 

 

Slow but sure___________

v

 

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya yang sederhana ini peneliti persembahkan kepada:

Ayah dan bundaku tercinta, Ayah Miftakul Huda dan bunda Sulasmini yang

selama ini telah membimbing dan mendoakan dengan tulus cintamu, Engkau

adalah muara dari segala hal yang aku butuhkan dan sumber inspirasiku.

Adikku Nur Khumaidah (Idhut) tersayang, kau adalah salah satu sumber

motivasi ku tuk menggapai cita-cita. Rajin belajar ya, kalian pasti bisa menjadi

lebih baik dari kakak.

Semua keluarga besarku dari pihak bapak maupun ibu yang selalu mendoakan

segala hal yang terbaik untukku. I Love U aLL

Baiq Wulan iswansari , yang selaku partner penelitian saya terimaksih atas

waktu, bantuan, motivasi selama penelitian ini berlangsung.

Teman-teman spesial, Aji, Restu, Budi, Uya, Adhit, Wahyu Atin, Jatu,

Danang, Arum, arin, ryanti Bersama kalian aku merasakan kebersamaan,

kekompakan dan kadang ada juga konflik tapi alhamdulillah sampai sekarang

kita masih solid. semoga silaturrahim ini tetap terjalin dengan baik hingga

kapanpun. Oiya “mari kita jalan-jalan lagi..”

Teman-teman PSIK angkatan 2007, mari kita melangkah bersama-sama untuk

memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan ilmu yang kita dapatkan

di FKIK UMY. Be professional nurse!!

vi

 

Tim futsal dan Tim badminton PSIK 07, terimkasih karena dari sini hobi

olahraga ku bisa tersalurkan.

Kepada keluarga besar AlcaTraz kos (pak peck, mas joe,mb may, mas tomy,

mas heru, mas arip, bang yos, kipli,dll) terimakasih atas dukungan kalian

semua alcatras adalah rumah keduaku selama diperantauan.

Nunik, Lusi, Adit, Dida, Winda, Rista sahabatku semua walaupun kalian jauh

tetap memberikan dukungan kepadaku.....”kapan kita reunian???? Miss U

guys..

Kepada mas Eko lab, masih yah buat bantuannya mengurus tikus2

penelitianku..

Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Thank’s for all

vii

 

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT,

karena berkah rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan KTI ini dengan judul “Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka

Bakar Derajat 2 Dengan Pemberian Olesan Madu Murni Dan Tulle (Framycetine

Sulfate) Pada Tikus Putih Strain Wistar”.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya KTI ini berkat adanya bantuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Kedua orang tua tercinta ayah (Miftakul Huda) dan Bunda (Sulasmini) serta

adik (Nur Khumaida) yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun

materiil.

2. dr. H. Erwin Santosa, Sp.A.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun karya tulis

ilmiah.

3. Fitri Arofiati, Ns. MAN selaku kepala Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus DPA yang telah

membimbing saya selama di perkuliahan.

4. drh. Zulkhah Noor, Mkes. Selaku dosen pembimbing dalam menyelesaikan

KTI saya. Terimakasih atas waktu dan ilmu yang diberikan selama penelitian

ini berlangsung.

viii

 

5. Yuni Permatasari Istanti, Mkep, Sp.KMB selaku dosen penguji yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi, dan memberikan

masukan serta saran terhadap karya tulis ini.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada

umumnya serta staf pengajar prodi Ilmu Keperawatan khususnya, terimakasih

atas segala pengetahuan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di

Fakultas ini.

7. Seluruh staf Laboratorium FKIK UMY, terimakasih atas izin dan keramahan

yang telah diberikan ke penulis untuk melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Atas kekurangan dan kesalahan dalam karya tulis ilmiah ini, penulis mohon maaf.

Demi kebaikan karya tulis ilmiah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi

semua pihak. Amin ….

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 17 Juli 2011

Nur Agus Hidayana

ix

 

Hidayana, N.A. (2011). Perbedan Kecepatan Kesembuhan Luka Bakar derajat dua dengan Pemberian Madu Murni dan Tulle (Framycetine Sulfat) pada tikus putih strain Wistar Pembimbing : drh. Zulkhah Noor, M.Kes

INTISARI Salah satu luka yang sering terjadi adalah luka bakar. Luka bakar

merupakan luka yang memiliki waktu sembuh lama dan resiko terjadinya infeksi tinggi. Madu mempunyai kekuatan untuk mempercepat penyembuhan luka dan menurunkan resiko infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecepatan kesembuhan luka bakar derajat 2 dengan pemberian madu dan tulle (framycetine sulfat) pada tikus putih strain wistar.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperimen pada hewan coba tikus betina strain wistar sebanyak 15 ekor, umur 3-4 bulan, berat 150-250gr. Tikus dinduksi/dibuat luka bakar derajat 2 pada punggung tikus dengan menempelkan logam tembaga murni diameter 20 mm yang dialiri listrik 80 watt, 240 volt selama 10 detik, kemudian dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok dengan olesan madu murni, dengan tulle (framycetin sulfate), dan tanpa perlakuan. Pengamatan fase penyembuhan luka dilakukan secara makroskopik dengan cara scoring dan persentase kesembuhan luka. data dianalisis dengan uji Krusskal-Wallis dan selanjutnya dengan uji Man Whitney.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok madu memilki skor terendah pada fase inflamasi (p=0,001), sementara kelompok control memiliki skor terendah fase proliferasi (p=0,03 & p=0,04). Rata-rata waktu sembuh luka bakar derajat 2 dengan olesan madu murni paling cepat yaitu selama 21±0,00 hari, pada kelompok tulle (framycetine sulfat) adalah 21,40±0,54 hari dan pada kelompok control mempunyai waktu sembuh paling lama yaitu 22,80±0,44 hari dengan nilai (P=0,004). Madu dapat menurunkan respon inflamasi dan mempercepat waktu sembuh luka bakar derjat 2. Saran penelitian lebih lanjut untuk diaplikasikan ke pasien dengan luka bakar didampingi tenaga medis yang berkompeten.

Kata kunci : luka bakar derajat 2, madu, tulle (framycetine sulfat)

x

 

Hidayana, N.A. (2011). The Difference Speed Of The Second Degree Of Burns Healing With The Provision Of Pure Honey And Tulle (Framycetine Sulfate) In White Rats Wistar Strain advisers : drh. Zulkhah Noor, M.Kes

ABSTRACT

One of the most common injuries is a burns. The burn is a wound that has healed a long time and high risk of infection. Honey has the power to accelerate wound healing and reduce risk of infection. The purpose of this study was to determine the differences in of the speed of second-degree burn wound healing between honey, tulle (framycetine sulfate) and without treatment in white rats of wistar strain.

This research was quasi experimental research in animal experiments with female rats of wistar strain as much as 15 tail with 3-4 months of age, weighing 150-250gr. The burn was made by attaching a pure copper metal with a diameter of 20 mm, and electrical specification 80 watts, 240 volts for ten seconds on the backs of mice. Then, rats were divided into 3 groups: first group with a smear of pure honey, second group tulle (framycetin sulfate), and third group without treatment. The observation of wound healing phase was done by macroscopic scoring and percentage of wound healing. The data analysis was done by Krusskal-Wallis test followed by a test of man whitney.

The results showed group of honey was lowest score inflammation pashe (p = 0.001), while the group of control was lowest score in proliferation pahse (p = 0.03 & p = 0.04). The average time second-degree burns heal with pure honey spreads most rapidly ie for 21 ± 0.00 days, in groups of tulle (framycetine sulfate) was 21.40 ± 0.54 days and in the control group had the longest recovery time is 22.80 ± 0.44 days. value (P = 0.004) honey can reducing inflamtion respons and it can accelarate to recovery time of wound. Suggestions for further research, to be applied to patients with burns accompanied by competent medics. Key words: second degree of burns, honey, tulle (framycetine sulfate)

xi

 

DAFTAR ISI Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii MOTTO ................................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii INTISARI ............................................................................................................... ix ABSTRACK ........................................................................................................... x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv BAB I ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

1. Tujuan Umum ........................................................................................... 6 2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6 1. Praktek keperawatan ................................................................................. 6 2. Masyarakat / pasien .................................................................................. 7 3. Rumah Sakit ............................................................................................. 7 4. Peneliti Lain ............................................................................................. 7

E. Keaslian penelitian ....................................................................................... 7 BAB II ..................................................................................................................... 9

A. Luka (vulnus) ............................................................................................... 9 1. Pengertian Luka ........................................................................................ 9 2. Penyebab Terjadinya Luka ..................................................................... 10 3. Jenis jenis luka ........................................................................................ 12 4. Penatalaksanaan dan perawatan luka bakar ............................................ 16 5. Proses Penyembuhan luka ...................................................................... 19 6. Komplikasi luka bakar ............................................................................ 21 7. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka..................................... 22

B. Madu .......................................................................................................... 23 1. Pengertian Madu ..................................................................................... 23 2. Jenis-jenis madu ..................................................................................... 24 3. Kualitas madu ......................................................................................... 28 4. Komposisi dan khasiat madu .................................................................. 30

C. Tulle (framycetin sulfat) ............................................................................ 34 D. Kerangka konsep ........................................................................................ 35

xii 

 

E. Hipotesis ..................................................................................................... 36 BAB III ................................................................................................................. 37

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 37 B. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 37 C. Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................................... 37 D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 37 E. Definisi Operasional .................................................................................. 38 F. Alat Dan Bahan Penelitian ......................................................................... 40 G. Cara penelitian ........................................................................................... 41

1. Bahan ...................................................................................................... 41 2. Pembagian Kelompok Perlakuan ........................................................... 41 3. Pemberian Perlakuan .............................................................................. 42 4. Pengamatan............................................................................................. 43 5. Penilaian ................................................................................................. 43

H. Uji Validitas Dan Reliabilitas .................................................................... 45 I. Pengolahan dan Metode Analisis Data ...................................................... 45 J. Diagram Alur Penelitian ............................................................................ 46

BAB IV ................................................................................................................. 47 A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 47 B. Pembahasan ................................................................................................ 53

BAB V ................................................................................................................... 60 A. Kesimpulan ................................................................................................ 60 B. Saran ........................................................................................................... 60 C. Kekuatan Penelitian ................................................................................... 62 D. Kelemahan Penelitian ................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63  

xiii

 

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Syarat mutu madu nasional Indonesia .................................................. 29 Tabel 2 Kandungan alami madu ........................................................................ 31 Tabel 3 Kandungan vitamin dalam madu ........................................................... 32 Tabel 4 Kandungan mineral dalam madu ........................................................... 32 Tabel 5 Rerata score proses kesembuhan luka ................................................... 48 Tabel 6 Prosentase kesembuhan luka bakar derajat 2 ........................................ 51 Tabel 7 Waktu Kesembuhan luka bakar derajat dua .......................................... 52

xiv

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Skema Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 35 Gambar 2 Cara Mengukur Diameter Luka ........................................................... 44 Gambar 3 Alur Penelitian ..................................................................................... 46 Gambar 4 : Grafik 5 Proses Kesembuhan Luka .................................................. 49 Gambar 5 : Grafik 6 Rerata Proses Kesembuhan Luka ...................................... 51 Gambar 6 Proses Pembuatan Luka Bakar ................................................. lampiran Gambar 7 Proses Perawatan Luka Kelompok Madu ................................. lampiran Gambar 8 Proses Perawatan Luka Kelompok Tulle .................................. lampiran Gambar 9 Perawatan Luka Kelompok Kontrol ......................................... lampiran Gambar 10 Luka Sembuh Kelompok Madu .............................................. lampiran Gambar 10 Luka Sembuh Kelompok Tulle ............................................... lampiran Gambar 10 Luka Sembuh Kelompok Kontrol ........................................... lampiran  

1

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah yang sering dialami manusia pada daerah kulitnya adalah luka,

salah satunya adalah luka bakar. Kejadian luka bakar di Amerika kurang lebih

2,5 juta penduduknya memerlukan pertolongan medis setiap tahunnya dan

12.000 diantaranya meninggal akibat luka bakar yang berat (Brunner &

Suddarth, 1996). Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Sleman, (2010)

menyatakan kejadian luka bakar di Indonesia belum disebutkan secara jelas.

Jumlah korban luka bakar di Indonesia khususnya di Yogyakarta pasca

bencana erupsi gunung merapi sekitar 277 jiwa dinyatakan meninggal dan

puluhan orang mengalami luka bakar yang cukup serius.

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat

kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas, listrik, zat kimia,

atau radiasi(Hidayat, 2009). Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan

kedalaman dan luas daerah yang terbakar. Kulit dengan luka bakar akan

mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan

tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas

atau penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau

gangguan kematian sel-sel (Effendi, 2010).

Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan

“proses peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama yaitu

bengkak, kemerahan, panas, nyeri dan kerusakan fungsi. Proses responnya

 

mencakup 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan fase maturasi yang

secara praktis dikenal sebagai fase pembersihan, fase granulasi dan fase

epitelisasi. Ketiga fase tersebut tidak daapat dipisahkan karena merupakan

proses yang berkesinambungan (Navy, 2009).

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan

dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler yang terjadi saling

berkesinambungan dan tidak hanya terbatas pada sebuah proses regenerasi

yang bersifat lokal, namun dipengaruhi juga oleh faktor dari luar maupun dari

dalam tubuh manusia itu sendiri. Terdapat dua hal yang dihasilkan pada proses

penyembuhan luka yaitu sembuh yang diharapkan dan yang tidak diharapkan.

Penyembuhan yang diharapkan merupakan hasil yang baik dan permukaan

kulit kembali sembuh seperti semula. Sementara, penyembuhan yang tidak

diharapkan merupakan hasilnya tidak cukup baik bahkan tumbuh jaringan

parut yang dapat menjadikan seseorang trauma terhadap luka karena terdapat

bekas pada daerah lukanya (Navy, 2009).

Perawatan luka secara umum meliputi pembersihan luka, pemberian zat

antiseptik dan pembalutan. Setelah pembersihan luka biasanya diberi

antiseptik untuk menjaga luka dalam keadaan steril akan tetapi pada

kenyataanya zat antiseptic tersebut dapat menggangu proses penyembuhan

luka karena zat tersebut tidak hanya membunuh bakteri pada luka akan tetapi

juga membunuh leukosit atau sel darah putih yang dapat membunuh bakteri

pathogen dan jaringan fibroblast yang akan membentuk jaringan baru. Pada

dasarnya dengan adanya luka akan menghambat aktivitas penderitanya

 

sehingga dibutuhkan perawatan yang benar untuk untuk membatu proses

penyembuhan luka dengan cepat dan tepat (Sari, 2009).

Perkembangan perawatan luka (wound care ) mulai berkembang

dengan sangat pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang

berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan modern

dressing dimana disebutkan dalam beberapa literature lebih efektif untuk

proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional.

Salah satu yang digunakan adalah sufratule yang dapat digunakan untuk luka

bakar dan luka yang sifatnya ringan akan tetapi dalam prakteknya obat-obat

yang digunakan cenderung lebih mahal. Hal itu yang membuat masyarakat

mencari alternatif solusi yang lebih murah di antaranya melalui obat-obat

herbal (Rosyadi, 2008).

Sekarang ini banyak digunakan obat-obat herbal untuk menyembuhkan

luka salah satunya adalah madu. Madu merupakan cairan alami yang

umumnya memiliki rasa manis, dihasilkan oleh lebah madu, dari sari bunga

tanaman (floral nectar) atau bagian lain dari tanaman(extra floral nectar) atau

ekskresi serangga yang berkhasiat dan bergizi tinggi(Anonim, 2007).

Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui manfaat dan

kandungan dari madu. Gultom (2010) mengungkapkan banyak manfaat dan

kandungan dari madu yang dikaitkan dengan penyembuhan luka. Madu

merupakan antibiotik alami yang hebat. Terdapat 4 faktor yang berperan

terhadap aktivitas antibakteri pada madu. Pertama yaitu kadar gula madu

yang tinggi dan kadar kelembaban yang rendah akan membuat madu memiliki

 

daya osmolaritas yang tinggi dan mudah diserap oleh tubuh hal itulah yang

akan menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tidak dapat hidup dan

berkembang. Kedua yaitu tingkat keasaman (pH 3.65) akan mengurangi

pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga bakteri tersebut mati. Ketiga yaitu

adanya senyawa radikal hidrogen peroksida yang bersifat dapat membunuh

mikroorganisme pathogen. Keempat yaitu adanya senyawa organik yang

bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam.

Diantaranya yang telah teridentifikasi antara lain seperti polyphenol,

flavonoid, dan glikosida.

Kandungan alami setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori

1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5,5751 susu, atau 1,680 kg daging.

Madu memiliki nilai gizi yang baik untuk kesehatan. Khasiat madu sangat

berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi, yakni fruktosa 41%,

glukosa 35%,dan sukrosa 1,9 %. Kadar protein dalam madu sendiri relatif

kecil, sekitar 2,6%, namun kandungan asam aminonya cukup beragam, baik

asam amino essensial maupun non essensial. Kandungan unsur lainnya,

seperti tepung sari ditambah berbagai enzim pencernaan. Kandungan vitamin

yang terdapat dalam madu yang beragam, antara lain vitamin B1, vitamin B2,

B3, B6, dan vitamin C. Kandungan mineral yang terkandung dalam madu

juga sangat beragam antara lain Kalium, Natrium, Kalsium, Magnesium, Besi,

Tembaga, Fosfor, dan Sulfur. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, mineral

madu merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena keseimbangan dan

jumlah mineral madu mendekati yang terdapat dalam darah manusia. Madu

 

juga mengandung zat antibiotik dimana kandungan ini merupakan salah satu

keunikan madu (Gultom, 2010).

Obat dapat diperoleh dari berbagai sumber alam, bahkan pengobatan

dalam literatur islam di dalam Al Qur’an menyatakan bahwa Allah SWT telah

berfirman :“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan

tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah

itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya

terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-

orang yang memikirkan” (Qur’an Surat An Nahl 69).

Sedangkan hadits shahih Rasulullah S.A.W yang mengungkapkan

madu sebagai obat adalah sebagi berikut: Dari Ibnu Abbas R.A. dari

Rasulullah S.A.W. : ”Kesembuhan dari penyakit itu dengan melakukan tiga

hal : berbekam, minum madu dan dibakar dengan besi panas. Tetapi aku

melarang umatku membakar dengan besi panas itu”. HR. Shahih Bukhari.

Berdasarkan referensi diatas, biasanya madu digunakan dengan cara

diminum dan belum banyak diketahui bila digunakan sebagai obat oles. Hal

ini sangat menarik untuk diteliti apakah pemberian olesan madu murni dapat

mempercepat persembuhan luka bakar?. Apakah terdapat perbedaan waktu

kesembuhan luka bakar derajat 2a yang diolesi madu murni dan

antibiotic/sufratule.

 

B. Rumusan masalah

Apakah terdapat perbedaan waktu kesembuhan luka bakar derajat 2 pada

tikus putih yang diolesi madu murni atau pemberian tulle (framycetin sulfat).

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya perbedaan waktu kesembuhan luka bakar derajat 2 antara

yang diolesi dengan madu murni atau pemberian tulle (framycetin sulfat)

pada tikus putih.

2. Tujuan khusus

a) Diketahui waktu kesembuhan luka bakar derajat 2 kelompok tikus

putih yang dioles dengan madu murni.

b) Diketahui waktu kesembuhan luka bakar derajat 2 kelompok tikus

putih yang diberi tulle (framycetin sulfat).

c) Diketahui perbedaan waktu persembuhan luka bakar derajat 2 pada

tikus putih.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Praktek keperawatan

Mengembangkan ilmu keperawatan profesional, khususnya dalam

manajemen perawatan luka bakar dengan menggunakan madu murni.

 

2. Masyarakat / pasien

Memberikan informasi tentang manfaat penggunaan madu dalam

perawatan luka bakar dan sebagai salah satu pengobatan alternatif

manajemen perawatan luka bakar.

3. Rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pertimbangan dalam

manajemen perawatan luka.

4. Peneliti lain

Menjadi bahan referensi atau pustaka untuk dapat dikembangkan dalam

penelitian selanjutnya.

E. Keaslian penelitian

Penelitian terdahulu dari Kartini (2009) dengan judul “efek penggunaan

madu dalam manajemen luka bakar”. Dengan hasil penggunaan madu terbukti

4kali lebih cepat dibandingkan dengan agen perawatan luka yang lain.

Penelitian lainya Santosa, (2010) dengan judul “Perbedaan Kesembuhan Luka

Bakar Antara Olesan Propolis 5% Dan Teh Hijau Konsentrasi 6,4gr% Pada

Tikus Putih( Rattus Norvegicus)” dengan hasil luka bakar yang diolesi

propolis lebih cepat menutup dibanding dengan dengan the hijau 6,4 gr% dan

penelitiannya Rintiswati, N., Winarsih, N.E., Mauleka, R.G. (2003) dengan

judul “Potensi Anticandida Ekstrak Madu Secara In Vitro dan In Vivo”

dengan hasil ekstrak madu dapat secara efektif menghambat bahkan

membunuh pertumbuhan jamur Candida albicans. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Maemonah, S.A., Sari, E.K., Himawan, W.(2009) dengan

 

judul “Pemanfaatan Madu Apis Mellifera Sebagai Faktor Pertumbuhan

Jaringan Kulit Pada Luka Luar”. Penelitian ini menggunakan empat

perlakuan pada kelinci yaitu pemberian madu murni, campuran madu dengan

betadin, betadin dan tanpa perlakuan. Hasilnya pemberian madu dicampur

dengan betadin yang paling efektif untuk pertumbuhan jaringan dibanding

ketiga perlakuan yang lain. Perbedaan penelitian ini dari ketiga penelitian

diatas terdapat pada aspek prinsip pembuatan luka, proses penelitian dan juga

variabel penelitiannya.

9

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Luka (vulnus)

1. Pengertian luka

Brunner & Suddarth, (1996) menyatakan bahwa, Luka merupakan

suatu kerusakan kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan penyembuhan

luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut, serta rusaknya

kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi

jaringan yang rusak atau hilang. Beberapa efek yang akan muncul

diantaranya hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress

simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, serta

kematian sel (Navy, 2009).

Luka adalah rusaknya kesatuan / komponen jaringan, dimana secara

spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Berdasarkan

kedalaman dan luas lukanya, luka dibagi menjadi : a) luka superficial;

terbatas pada lapisan epidermisnya, b) luka “partial thickness” ; hilangnya

jaringan kulit pada lapisan epidermis dan lapisan lapisan bagian atas

dermis, c) luka “full thickness” ; jaringan kulit yang hilang pada bagian

epidermis, dermis dan fasia, tidak mengenai otot dan d) luka pada c dan

mengenai otot, tendon dan tulang (Widasari, 2008). Luka adalah kerusakan

anatomi karena hilangnya kontinuitas jaringan oleh sebab dari luar. Luka

terbagi menjadi dua yaitu Luka terbuka (Vulnus Appertum) dan Luka

tertutup (Vulnus Occlusum). Jenis-jenis luka terbuka adalah Luka iris

10 

 

(Scissum), Tusuk (Ictum), Bakar (Combustio), Lecet (Excoriasi/Abrasio),

Tembak (Sclopetum), Laserasi, Penetrasi, Avulsi, Open Fracture dan Luka

Gigit (Vulnus Morsum). Jenis-jenis luka tertutup adalah Memar

(Contusio), Bula, Hematoma, Sprain, Dislokasi, Close Fracture, Laserasi

organ dalam. Luka baru yang belum memasuki waktu kontaminasi

Frederich (6 – 8 jam post trauma) dapat dirawat secara primer yaitu

dengan melakukan pembersihan luka dan daerah di sekitar luka,

pembuangan debris dan kotoran serta penjahitan luka secara sempurna,

sedangkan yang melebihi waktu kontaminasi bisa dilakukan pembersihan

luka dan daerah sekitar luka, merapikan luka dan penjahitan sementara

atau situasi. Penjahitan luka membutuhkan pengetahuan tentang

penyembuhan luka, serta alat dan bahan untuk menjahit dan yang paling

penting adalah menguasai teknik jahitan (Widodo & Endradita, 2008).

2. Penyebab terjadinya luka

Terdapat beberapa yang menyebabkan terjadinya luka, diantaranya

oleh karena faktor kecelakaan, tertusuk benda tajam, tergores ataupun

tersayat. Luka dapat disebabkan karena adanya beberapa trauma antara

lain adalah :

a. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terpukul,

tertusuk, terbentur, tersayat, dan terjepit.

b. Trauma elektris, dengan penyebab cedera karena listrik, dan petir.

c. Trauma termis, disebabkan oleh panas, dan dingin.

11 

 

d. Trauma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa,

serta zat iritatif dan korosif lainnya (Karakata & Bachsinar, 1992).

Luka juga dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik,

vaskuler, penekanan dan keganasan. Luka dapat diklasifikasikan dalam 2

bagian yaitu :

a. Luka akut

Luka akut merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat

penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak ada

komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan

penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan Contoh: luka

sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury. Luka operasi dapat

dianggap sebagai luka akut yang dibuat oleh seorang ahli bedah yaitu

seperti: luka jahit, skin grafting.

b. Luka kronik

Luka kronik merupakan luka yang berlangsung dalam waktu lama

atau sering timbul kembali (rekuren) dimana terjadi gangguan pada

proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah

beberapa faktor dari penderita. Pada luka kronik atau luka yang gagal

sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap

terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Luka tersebut

diantaranya: ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar

dll (Perdanakusuma, 2008).

12 

 

3. Jenis jenis luka

Jenis-jenis luka dibagi dua bagian, yaitu luka tertutup (closed wound) dan

luka terbuka (open wound).

a. Luka tertutup

Luka dimana tidak terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar.

Luka tertutup dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1) luka trauma (vulnus traumaticum)

Luka trauma dapat terjadi di dalam tubuh, tetapi tidak tampak dari

luar. Dapat memberikan tanda-tanda seperti hematom hingga

gangguan sistem tubuh. Apabila melibatkan organ vital, maka

penderita dapat meninggal mendadak. Contohnya luka yang terjadi

pada benturan di dada, perut, leher, dan kepala yang dapat

menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam.

2) Luka memar (vulnus cotusum)

Pada keadaan luka memar kondisi kulit baik-baik saja akan tetap

kondisi pembuluh darah subkutan dapat rusak, sehingga terjadi

hematom. Bila hematom kecil, maka akan diserap oleh jaringan

sekitarnya dan apabila hematom besar, maka dapat membuat

penyembuhan memerlukan waktu yang lebih lama (Karakata &

Bachsinar, 1992).

13 

 

b. Luka terbuka

luka dimana terjadinya hubungan antara luka dengan dunia luar.

Macam-macam Luka terbuka antaralain:

1) Luka sayat (Vulnus scissum/incisivum)

Pada keadaan luka sayat tepi luka tajam dan licin terjadi karena

sayatan benda tajam. Bila luka sejajar dengan garis lipatan kulit,

maka luka tidak terlalu terbuka. Jika memotong pembuluh darah,

maka darah sukar berhenti karena sukar tebentuk cincin trombosis

(trombose ring).

2) Luka lecet (Vulnus excoriation, Abraded Wound)

terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya

dengan benda yang tidak tajam.

3) Luka tusuk (Vulnus punctum ,Punctured Wound)

terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk

kedalam kulit dengan diameter yang kecil. Dari luar luka tampak

kecil, tetapi di dalam menusuk (besarnya, kotornya) dan daerah

yang tertusuk. Luka tusuk yang mengenai abdomen atau thorax

sering juga disebut vulnus penetrosum (luka tembus). Pemeriksaan

yang paling penting untuk mencari organ yang terkena dan

menentukan tingkat bahaya kerusakan tersebut. Luka ini sebaiknya

dilakukan tindakan eksplorasi (membuka dan melebarkan luka).

14 

 

4) luka robek (Vulnus laceratum,)

luka robek biasanya disebabkan oleh benda tumpul, tepi luka tidak

rata, dan perdarahan sedikit karena mudah terbentuk cincin

trombosis akibat pembuluh darah yang hancur dan memar

5) luka potong (Vulnus caesum)

Luka potong adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam yang

besar, misalnya kampak, klewang, dsb., disertai tekanan. Tepi luka

tajam dan rata, dan luka sering terkontaminasi, oleh karena itu

keungkinan infeksi lebih besar.

6) luka tembak (Vulnus sclopetorum)

Luka tembak dapat terjadi karena tembakan, granat, ranjau, bom,

dsb. Tepi luka dapat tidak teratur. Corpus alienum (benda asing)

dapat dijumpai dalam luka, misalnya pecahan granat, anak peluru,

sobekan baju yang mengikuti peluru kedalam tubuh, dsb.

Kemungkinan infeksi dengan bakteri lebih besar terutama anaerob

dan gangren gas lebih besar.

7) Luka gigit (vulnus morsum)

Pada keadaan luka gigit yang disebabkan oleh gigitan binatang atau

manusia, kemungkinan infeksi lebih basar. Bentuk luka tergantung

bentuk gigi penggigit (Karakata & Bachsinar, 1992).

8) Luka bakar (vulnus combustion)

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan

jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas