fakultas tarbiyah institut agama islam negeri (iain...
TRANSCRIPT
RELEVANSI KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT 41
DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN PADA MAPEL BIOLOGI
MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Jenjang Strata Satu (SI) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan PAI
Oleh:
Oleh:
RINI FAUZIATI
NIM : 063811032
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rini Fauziati
Nim : 063811032
Jurusan/Program Studi : Tadris Biologi
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
.
Semarang, 27 Mei 2011
Saya yang menyatakan,
Rini Fauziati
NIM: 063811032
iii
DEPARTEMEN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH JL. Prof. Dr. HAMKA (Kampus ) Ngalian Semarang
Telp. (024) 7601291 Fax.7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41
dengan Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi
Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Nama : Rini Fauziati
NIM : 063811032
Jurusan : Tadris
Program Studi : Tadris Biologi
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam
Semarang, 15 Juni 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris,
Drs. Wahyudi, M.Pd. Lianah, M.Pd
NIP. 19680314 199503 1001 NIP. 19590313 198103 2007
Penguji I, Penguji II,
Nur Khasanah, S.Pd Dr. Ahwan Fanani, M.Ag
NIP. 19751113 200501 2001 NIP. 19780930 200312 1001
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs.Listyono, M.Pd Drs Achmad Sudja'i, M.Ag
NIP. 19691016 200801 1 008 NIP. 19511005 197612 1 001
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 27 Mei 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamua’alaikum Wr.Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum
Ayat 41 dengan Pelestarian Lingkungan Pada Mapel
Biologi Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Nama : Rini Fauziati
NIM : 063811032
Jurusan : Tadris
Program Studi : Tadris Biologi
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing I,
Drs.Listyono, M.Pd
NIP. 19691016 200801 1 008
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 27 Mei 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamua’alaikum Wr.Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum
Ayat 41 dengan Pelestarian Lingkungan Pada Mapel
Biologi Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Nama : Rini Fauziati
NIM : 063811032
Jurusan : Tadris
Program Studi : Tadris Biologi
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing II,
Drs Achmad Sudja'i, M.Ag
NIP. 19511005 197612 1 001
vi
ABSTRAK
Judul: Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan
Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok
Pencemaran Lingkungan
Penulis: Rini Fauziati
NIM : 063811032
Yang menjadi rumusan masalah yaitu bagaimana anjuran al-Qur'an
tentang pelestarian lingkungan? Bagaimana integrasi kandungan al-Qur'an
Surat al-Baqarah Ayat 205, al-A'raf Ayat 56, ar-Rum Ayat 41, al-Rahman
Ayat 19-20, al-Jatsiyah Ayat 13, Ibrahim Ayat 34, al-Hijr Ayat 85 dengan
Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok Pencemaran
Lingkungan?
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data primer
yaitu al-Qur'an Surat al-Baqarah Ayat 205, al-A'raf Ayat 56, ar-Rum Ayat 41,
al-Rahman Ayat 19-20, al-Jatsiyah Ayat 13, Ibrahim Ayat 34, al-Hijr Ayat 85.
Dalam mengumpulkan data melalui riset kepustakaan (library research).
Dalam membahas dan menelaah data, peneliti menggunakan metode deskriptif
analitis.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa anjuran al-Qur'an tentang
pelestarian lingkungan, bahwa al-Qur’an banyak mengandung muatan dan
isyarat pendidikan, termasuk di dalamnya persoalan pencemaran lingkungan
hidup yang menjadi salah satu bagian materi pelajaran biologi. Al-Qur'an dan
Sunnah secara bersama-sama telah memberikan perhatian yang mendalam
terhadap masalah lingkungan. Perhatian ini tentu sangat menarik untuk
diketahui oleh para peneliti yang obyektif. Konsep al-Qur'an tentang
lingkungan dalam pengertian luas merupakan upaya untuk merevitalisasi misi
asal ekologi, back to basic ecology. Misi asal ekologi adalah untuk mengkaji
keterhubungan timbal balik antar komponen dalam ekosistem. Dalam hal ini
tidak terbatas hanya komponen manusia dan ekosistemnya, melainkan seluruh
komponen dalam ekosistem. Visi lingkungan yang utuh menyeluruh, holistik
integralistik. Visi lingkungan yang holistik integralistik diproyeksikan mampu
menjadi garda depan dalam pengembangan kesadaran lingkungan guna
melestarikan keseimbangan ekosistem. Sebab seluruh komponen dalam
ekosistem diperhatikan kepentingannya secara proporsional tidak ada yang
dipentingkan dan tidak ada pula yang diterlantarkan oleh visi lingkungan
Islam yang holistik integralistik. Dalam rangka menggali manfaat dari
lingkungan, tidak boleh diabaikan pula upaya untuk melestarikan lingkungan
itu sendiri. hendaklah dijaga keseimbangan ekologi dan dihindari pencemaran,
diupayakan agar kekayaan alam itu dipergunakan sehemat mungkin. Bumi ini
dikatakan bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari
anak cucu kita. Selaku peminjam kita harus pandai dan adil, tidak ceroboh,
supaya barang pinjaman itu dapat kita kembalikan sebagaimana aslinya, atau
mungkin lebih baik lagi.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, bahwa atas
taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul “Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat
41 dengan Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok
Pencemaran Lingkungan”, ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Bapak Rektor IAIN Walisongo, yang telah memimpin lembaga tersebut
dengan baik.
2. Bapak Dr. Suja'i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Bapak Drs.Listyono, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs
Achmad Sudja'i, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan izin dan
layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen, staf dan karyawan di lingkungan civitas akademik Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan pelayanan yang
baik serta membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
viii
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN ................................................................................................ ii
PENGESAHAN ................................................................................................ iii
NOTA PEMBIMBING ................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Penegasan Istilah ......................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 9
E. Kajian Pustaka ............................................................................. 9
F. Metode Penelitian........................................................................ 12
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
A. Nilai-Nilai Pelestarian Lingkungan Hidup …............................. 14
B. Lingkungan Hidup ................................................................. 21
1. Pengertian Lingkungan Hidup ................................................ 21
2. Pencemaran Lingkungan Hidup .............................................. 25
3. Kerusakan Lingkungan Hidup ................................................ 29
BAB III: KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT 41
A. Ayat-Ayat yang Berhubungan dengan Pelestarian Lingkungan . 36
B. Pelestarian Lingkungan dalam al-Qur'an .................................... 41
C. Tafsir terhadap Pelestarian Lingkungan dalam Surat Ar-Rum
Ayat 41 ....................................................................................... 49
x
BABIV: ANALISIS RELEVANSI KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-
RUM DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN PADA MAPEL
BIOLOGI MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN
A. Analisis Kandungan al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 tentang
Pelestarian Lingkungan ...... ........................................................ 58
B. Relevansi Kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan
Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok
Pencemaran Lingkungan .. ……………………………………..67
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 77
B. Saran-Saran ................................................................................. 78
C. Penutup ....................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang disahkan pada tanggal 11 Juni 2003, antara lain
didasari oleh mendesaknya proses demokratisasi pendidikan, desentralisasi
pendidikan, pentingnya keterlibatan dan peran serta masyarakat, wawasan
kesetaraan, keseimbangan dan kualitas peserta didik. Salah satu pasal dalam
undang-undang tersebut menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan
hendaknya dilakukan dengan mengedepankan prinsip demokrasi. Lebih
terperinci Bab III, Pasal 4 ayat 1 menyebutkan bahwa: "pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural
dan kemajemukan bangsa."1
"Amanah undang-undang tersebut pada akhirnya melahirkan
keniscayaan bahwa pelaksanaan pendidikan di sekolah harus
memperhatikan keragaman peserta didik, baik dalam konteks
kemampuan berpikir, kreativitas, keterampilan. Bahkan, tidak boleh
mengabaikan adanya keragaman etnis dan budaya yang dimiliki oleh
peserta didik. Dengan kata lain, dalam proses pendidikan
(pembelajaran) perlu mengedepankan proses yang demokratis dan
tidak diskriminatif. Di samping itu, jika dipahami secara filosofis,
pendidikan pada hakikatnya adalah "kehidupan". Oleh karena itu,
kegiatan atau aktifitas pembelajarannya pun harus dapat membekali
peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency)
yang sesuai atau selaras dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan
peserta didik. Pemecahan masalah secara reflektif sangat penting
dilakukan dalam proses pembelajaran melalui kerja sama yang
sinergis dan demokratis. Bahkan, dalam rumusan UNESCO
disebutkan bahwa pendidikan haruss diletakkan pada empat pilar,
yakni (1) belajar mengetahui (learning to know); (2) belajar
1Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), (Bandung: Nuansa Aulia, 2009), hlm. 8.
2
melakukan (learning to do); (3) belajar hidup kebersamaan (learning
to live together); (4) belajar menjadi diri sendiri (learning to be)."2
Tujuan pendidikan menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.3
Tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas memiliki hubungan
yang erat dengan al-Qur'an dan hadis yang mempersoalkan masalah
lingkungan hidup. Dalam al-Qur'an dan hadis bahwa manusia harus
melestarikan lingkungan karena menjadi indikasi sebagai warga negara yang
bertanggung jawab. Sedangkan warga negara yang bertanggung jawab
merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian
pendidikan nasional bertujuan agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam berbuat dan
beraktivitas untuk mencapai keilmuan tidak terlepas dari al-Qur'an dan hadis.
Keempat pilar yang telah disebutkan sebelumnya, tidak boleh
bertentangan dengan al-Qur'an sebagai sumber hukum utama. Dalam al-
Qur'an secara global terdapat isyarat dan nilai-nilai pendidikan biologi. Al-
Qur'an sebagaimana dikatakan Manna Khalil al-Qattan dalam kitabnya
Mabahis fi Ulum al-Qur'an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya
selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. la diturunkan Allah kepada
Rasulullah, Muhammad Saw untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang
2Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005), hlm. 149. 3Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: BP.
Cipta Jaya, 2003), hlm. 7.
3
gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.4
Semua isi Al-Qur'an merupakan syari'at, pilar dan azas agama Islam, serta
dapat memberikan pengertian yang komprehensif untuk menjelaskan suatu
argumentasi.5
Al-Qur’an banyak mengandung muatan dan isyarat pendidikan,
termasuk di dalamnya persoalan pencemaran lingkungan hidup yang menjadi
salah satu bagian materi pelajaran biologi. Dalam al-Qur'an Surat al-Baqarah
Ayat 205, al-A'raf Ayat 56, ar-Rum Ayat 41, al-Rahman Ayat 19-20, al-
Jatsiyah Ayat 13, Ibrahim Ayat 34, al-Hijr Ayat 85 sebagai berikut:
نهج هبسة باإلثم فحزالع هذتأخ ق اللهات يل لهإذا قوادهالم لبئسو م
)٢٠٥: البقرة(Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak
menyukai kebinasaan (QS. al-Baqarah: 205).
ي األروا ففسدال تو تمحعا إن رطمفا ووخ وهعادا وهالحإص دعض بسننيحالم نم قريب ٥٦: األعراف( الله(
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan.
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik. (QS. al-A'raf: 56).
ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي )٤١: الروم( عملوا لعلهم يرجعون
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
perbuatan mereka, agar mereka kembali. (QS. ar-Rum: 41).
4Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,
1973), hlm. 1. 5Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur'an dan Paradigma Peradaban, Terj. M. Thohir dan
Team Titian llahi, (Yogyakarta: Dinamika, 1996), hlm. 16.
4
انيقلتن ييرحالب جر١٩{م {يغبلا ي خزرا بمهنيب١٩: الرمحن( ان( Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing (QS. al-
Rahman: 19-20).
ذلك وسخر لكم ما في السماوات وما في الأرض جميعا منه إن في )١٣: اجلاثية( لآيات لقوم يتفكرون
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS.al-Jatsiyah: 13)
وآتاكم من كل ما سألتموه وإن تعدوا نعمت الله ال تحصوها إن اإلنسان كفار ٣٤: إبراهيم( لظلوم(
Dan Dia telah memberikan kepadamu dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (QS. Ibrahim: 34).
وما خلقنا السماوات واألرض وما بينهما إال بالحق وإن الساعة آلتية فح الصيلفاصمالج ٨٥: احلجر( فح(
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat itu pasti akan
datang, maka maafkanlah dengan cara yang baik (QS. al-Hijr: 85).
Pada ayat-ayat di atas ditegaskan bahwa kerusakan di darat dan di laut
disebabkan perbuatan tangan manusia. Ayat tersebut dapat dijadikan motivasi
untuk memelihara lingkungan hidup dari bahaya pencemaran. Para ahli
banyak yang menaruh perhatian tentang kerusakan yang terjadi di darat karena
bekas buatan manusia ialah apa yang mereka namai polusi, yang berarti
pengotoran udara, akibat asap dari zat-zat pembakar, minyak tanah, bensin,
solar dan sebagainya. Bagaimana bahaya dari asap pabrik-pabrik yang besar-
besar bersama dengan asap mobil dan kendaraan bermotor yang jadi
5
kendaraan orang ke mana-mana. Udara yang telah kotor itu dihisap tiap saat,
sehingga paru-paru manusia penuh dengan kotoran.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi mengangkat tema ini
dengan judul: Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan
Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok Pencemaran
Lingkungan
B. Penegasan Istilah
Agar pembahasan tema dalam skripsi ini menjadi terarah, jelas dan
mengena yang dimaksud, maka perlu dikemukakan batasan-batasan judul
yang masih perlu mendapatkan penjelasan secara rinci.
1. Al-Qur'an
Al-Qur'an sebagaimana dikatakan Manna Khalil al-Qattan dalam
kitabnya Mabahis fi Ulum al-Qur'an adalah mukjizat Islam yang kekal
dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia
diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad Saw untuk
mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta
membimbing mereka ke jalan yang lurus.6 Semua isi Al-Qur’an
merupakan syari’at, pilar dan azas agama Islam, serta dapat memberikan
pengertian yang komprehensif untuk menjelaskan suatu argumentasi
dalam menetapkan suatu produk hukum, sehingga sulit disanggah
kebenarannya oleh siapa pun.7
2. Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup selalu mempergunakan istilah "lingkungan hidup" di
dalam berbagai ketentuannya. Pasal 1 ayat (1) dari Undang-undang itu
memuat rumusan tentang lingkungan hidup sebagai berikut!:
6Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,
1973), hlm. 9. 7Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan
Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996), hlm. 16.
6
"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya
keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.8
Rumusan ini sebenarnya adalah penyederhanaan atau hasil
kompromis daripada beberapa perumusan yang dikenal sebelumnya.
Lingkungan adalah jumlah semua benda kondisi yang ada dalam ruang
yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Secara teoritis
ruang itu tidak terbatas jumlahnya, oleh karena misalnya matahari dan bin
tang termasuk di dalamnya. Namun secara praktis kita selalu memberi
batas pada ruang lingkungan itu. Menurut kebutuhan kita batas itu dapat
ditentukan oleh faktor alam seperti jurang, sungai atau laut, faktor
ekonomi, faktor politik atau faktor lain. Tingkah laku manusia juga
merupakan bagian lingkungan kita, oleh karena itu lingkungan hidup
harus diartikan secara luas, yaitu tidak saja lingkungan fisik dan biologi,
melainkan juga lingkungan ekonomi, sosial dan budaya".9
3. Pencemaran Lingkungan Hidup
Bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan dari
waktu ke waktu ialah "pencemaran" dan perusakan lingkungan. Ekosistem
dari suatu lingkungan dapat terganggu kelestariannya oleh karena
pencemaran dan perusakan lingkungan. Orang sering mencampur-
adukkan antara pengertian pencemaran dan perusakan lingkungan padahal
antara keduanya terdapat perbedaan. Undang-undang juga membedakan
antara keduanya:
a. Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau proses alam, sehingga kwalitas lingkungan turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
8Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, .Jilid.I. Hukum
Lingkungan Nusantara, (Bandung: Binacipta, 1982), hlm. 2. 9Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, tth), hlm. 48
7
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1 ayat
12 Undang-undang No. 23 Tahun 1997).10
b. Perusakan lingkungan: adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati
lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang
berkesinambungan (pasal 1 ayat 14 Undang-undang No. 23 Tahun
1997).11
Perbedaan itu memang tidak "terlalu" prinsipil karena setiap orang
melakukan perusakan lingkungan otomatis juga melakukan pencemaran.
dan sebaliknya. Bedanya hanya terletak pada intensitas perbuatan yang
dilakukan terhadap lingkungan dan kadar akibat yang diderita oleh
lingkungan akibat perbuatan tersebut.
"Istilah pencemaran sebagai istilah teknis dalam bahasa Indonesia
adalah merupakan suatu istilah yang baru. Dalam kamus-kamus lama
seperti Kamus W.J.S. Poerwadarminta memang ada dijumpai istilah
seperti cemar, mencemarkan, tercemar dan sebagainya. Tetapi kata
pencemaran tidak dijumpai. Istilah ini mulai dipergunakan sejak tahun
1970. Istilah "pencemaran" itu mulai digunakan untuk pertama kalinya
guna menterjemahkan arti istilah asing "pollution" pada Seminar Biologi
II di Ciawi Bogor pada tahun 1970.12
Sejak cetusan pertama di Ciawi itu,
nampak bahwa penggunaan istilah "pencemaran" tersebut mulai menjadi
menyebar dan merata dalam bahasa Indonesia yang memang sedang
mengembang. Istilah "pencemaran" malahan telah digunakan juga dalam
pidato resmi Kepala Negara Republik Indonesia di hadapan DPR pada
tanggal 16 Agustus 1972, Dalam Buku REPELITA II : 1974/75-1978/79
pada pasal 244 istilah pencemaran nampak digunakan dalam pengertian
seperti, telah disepakati pada, Seminar Biologi II di Ciawi Bogor pada
10
Siswanto, Himpunan Undang-Undang Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2011), hlm. 5 11Ibid., hlm. 6.
12Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, .Jilid.I. Hukum
Lingkungan Nusantara, (Bandung: Binacipta, 1982), hlm. 30.
8
tahun 1970. Melalui REPELITA II itu menjadi makin tersebar
penggunaannya dan pemakaiannya dalam percakapan dan tulisan-
tulisan".13
Secara mendasar dalam "pencemaran" terkandung pengertian
pengotoran (Contamination) dan pemburukan (deterioration). Pengotoran
dan pemburukan terhadap sesuatu semakin lama akan kian
menghancurkan apa yang dikotori atau diburukkan sehingga akhirnya
dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi rumusan
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana kandungan al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 tentang
pelestarian lingkungan?
2. Bagaimana relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan
Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok Pencemaran
Lingkungan?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kandungan al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 tentang
pelestarian lingkungan
2. Untuk mengetahui relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41
dengan Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok
Pencemaran Lingkungan.
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan yang objektif dalam meningkatkan proses belajar
mengajar tentang pelestarian lingkungan
13Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, .Jilid.I. Hukum Lingkungan Nusantara,
(Bandung: Binacipta, 1982), hlm. 30.
9
2. Mengetahui pelestarian lingkungan dalam al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41
pada mapel biologi materi pokok pencemaran lingkungan.
E. Kajian Pustaka
Sepanjang pengetahuan peneliti, belum dijumpai penelitian yang
membahas relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan
pelestarian lingkungan pada Mapel Biologi materi pokok Pencemaran
Lingkungan. Adapun penelitian yang membahas lingkungan hidup di
antaranya:
Skripsi yang disusun oleh Nadirin berjudul: Bimbingan Islam dalam
Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup dari Bahaya Pencemaran Menurut
Perspektif Dakwah. Dalam temuannya penyusun skripsi tersebut menjelaskan
bahwa semua kerusakan lingkungan hidup tidak lain merupakan akibat dari
keserakahan manusia, sehingga mengeksploitasi alam lingkungannya habis-
habisan. Oleh karena itu sejak awal Allah memperingatkan akan adanya akibat
ulah manusia tersebut. Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut,
maka menurut penulis, timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup
adalah sebagai akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi
tanggungjawab sebagai khalifah di bumi banyak yang tidak melaksanakan
dengan baik. Padahal manusia mempunyai daya inisatif dan kreatif, sedangkan
makhluk-makhluk lain tidak memilikinya.
Konsep al-Qur'an sesuai dengan asas fitrah bimbingan Islam.
Bimbingan Islam merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk
mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak
tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia,
menurut Islam dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai
kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai Muslim atau
beragama Islam. Bimbingan membantu klien konseli untuk mengenal dan
memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala
pernah tersesat, misalnya merusak lingkungan hidup. Dengan bimbingan
Islam diharapkan individu atau kelompok orang menghayati arti pentingnya
10
melestarikan lingkungan hidup sehingga dengan demikian akan mampu
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat karena bertingkah laku
sesuai dengan fitrahnya itu yaitu tidak merusak lingkungan hidup.
Tesis yang disusun Bintoro berjudul: Pertanggungjawaban Korporasi
terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997. Pada intinya temuan peneliti memaparkan bahwa
pertanggungjawaban korporasi terhadap pencemaran lingkungan hidup
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 menganut strict liability.
Inti dari konsep strict liability adalah bahwa dalam hal seseorang menjalankan
jenis kegiatan yang dapat digolongkan sebagai extrahazardous atau
ultrahazardous atau abnormally dangerous, ia diwajibkan memikul segala
kerugian yang ditimbulkan, walaupun ia telah bertindak sangat hati-hati
(utmost care) untuk mencegah segala bahaya atau kerugian tersebut, dan
walaupun kerugian itu, yang tidak dihubungkan dengan apa kesengajaannya.
Oleh karena itu, dalam strict liability terdapat suatu kewajiban tergugat untuk
memikul tanggung jawab atas kerugian, yang tidak dihubungkan dengan apa
kesalahannya. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 35 UU Nomor 23 Tahun
1997, dinyatakan sebagai berikut:
"Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan
kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun,
bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan,
dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika
pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan (ayat
(I)). Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari
kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup disebabkan salah satu alasan di
bawah ini, (a) adanya bencana alam atau peperangan; atau (b) adanya
keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; atau (c) adanya
tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup".
Dari berbagai pengaduan dan gugatan kasus-kasus pencemaran
maupun kerusakan lingkungan ditemukan berbagai penyebab terhambatnya
penyelesaian sengketa lingkungan sebagai berikut: a). tidak terdapatnya
11
kelembagaan khusus, terutama di tingkat pemerintah daerah yang memiliki
mandat untuk menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terhadap
kasus-kasus lingkungan; b). tidak adanya prosedur-prosedur serta mekanisme
pengaduan, penelitian dan penuntutan ganti kerugian dalam kasus pencemaran
dan kerusakan lingkungan; c) tidak adanya wadah penyedia jasa penyelesaian
sengketa (service provider) di luar pengadilan melalui mediasi, konsolidasi,
atau arbitrase seperti yang dimiliki oleh Filipina, Jepang, Taiwan, dan Korea
Selatan; d). keterbatasan akses masyarakat korban maupun kelompok
kepentingan (organisasi lingkungan) ke lembaga pengadilan.
Dengan mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
posisi penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang penulis susun.
Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu belum mengungkapkan tema
relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan pelestarian
lingkungan pada Mapel Biologi materi pokok pencemaran lingkungan.
F. Metode Penelitian
Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama
dalam menggunakan data. Apabila seseorang mengadakan penelitian kurang
tepat metode penelitiannya, maka akan mengalami kesulitan, bahkan tidak
akan menghasilkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan. Berkaitan dengan
hal ini Winarno Surachmad mengatakan bahwa metode merupakan cara utama
yang digunakan dalam mencapai tujuan.14
Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama
dalam menggunakan data. Apabila seorang mengadakan penelitian kurang
tepat metode penelitiannya, maka akan mengalami kesulitan, bahkan tidak
akan menghasilkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan. Berkaitan dengan
hal ini Winarno Surachmad mengatakan bahwa metode merupakan cara utama
yang digunakan dalam mencapai tujuan.15
14
Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian llmiah: Dasar-Dasar Metode dan
Teknik, (Bandung: Tarsito Rimbuan, 1995), hlm. 121. 15
Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian llmiah: Dasar-Dasar Metode dan
Teknik, (Bandung: Tarsito Rimbuan, 1995), hlm. 121..
12
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut
Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai
penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.16
Analisis ini akan
digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun,
menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan
secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian, yaitu
menguraikan dan menjelaskan relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-
Rum Ayat 41 dengan pelestarian lingkungan pada Mapel Biologi materi
pokok pencemaran lingkungan.
2. Sumber Data
a. Data Primer yaitu al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41
b. Data Sekunder yaitu sejumlah literatur yang relevan dengan judul ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menempuh langkah-langkah
melalui riset kepustakaan (library research) yaitu penelitian kepustakaan
murni. Metode riset ini dipakai untuk mengkaji sumber-sumber tertulis.
Sebagai data primernya adalah al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41. Di
samping itu juga tanpa mengabaikan sumber-sumber lain dan tulisan valid
yang telah dipublikasikan untuk melengkapi data-data yang diperlukan.
Misalnya kitab-kitab, buku-buku, dan lain sebagainya yang ada kaitannya
dengan masalah yang penulis teliti sebagai data sekunder.
4. Metode Analisis Data
Dalam membahas dan menelaah data, penulis menggunakan
metode deskriptif analitis yang akan digunakan dalam usaha mencari dan
mengumpulkan data. menyusun, menggunakan serta menafsirkan data
yang sudah ada. Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
R.osdakarya, 2000), hlm. 2
13
terhadap suatu obyek penelitian, yaitu menguraikan dan menjelaskan
pelestarian lingkungan dalam al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41.
14
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
A. Nilai-Nilai Pelestarian Lingkungan Hidup
Nilai merupakan tema baru dalam filsafat: aksiologi, cabang filsafat
yang mempelajarinya muncul pertama kali pada paroh kedua abad ke-IX.1
Menurut Riseri Frondizi, nilai itu merupakan kualitas yang tidak tergantung
pada benda; benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidak tergantungan ini
mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas a priori.2
Menurut Langeveld, dalam bahasa sehari-hari, kata “barang sesuatu
mempunyai nilai”. Barang sesuatu yang dimaksudkan di sini dapat disebut
barang nilai. Dengan demikian, mempunyai nilai itu adalah soal penghargaan,
maka nilai adalah dihargai.3 Sejalan dengan itu, Juhaya Praja dengan singkat
mengatakan, nilai artinya harga. Sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang
karena ia berharga bagi dirinya. Pada umumnya orang mengatakan bahwa
nilai sesuatu benda melekat dan bukan di luar benda. Tetapi ada juga yang
berpendapat bahwa nilai ada di luar benda.4
Nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan)
yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (yakni manusia
yang meyakini). Sedangkan pengertian nilai menurut J.R. Fraenkel
sebagaimana dikutip Chabib Toha5 adalah a value is an idea a concept about
what some one thinks is important in life.
1Riseri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 1. 2 Ibid., hlm. 1. 3Langeveld, Menuju Kepemikiran Filsafat, (Jakarta; PT.Pembangunan, tth), hlm.
196. Lihat juga Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), hlm. 26 4Juhaya Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Prenada Media, 2005),
hlm. 59. 5Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 60
15
Dengan demikian, pengertian ini menunjukkan atau memberi indikasi
bahwa hubungan atau relevansi antara subjek dengan objek memiliki arti yang
penting dalam kehidupan objek. Sebagai contoh segenggam garam lebih
berarti bagi masyarakat Dayak di pedalaman dari pada segenggam emas.
Sebab garam itu lebih berarti untuk mempertahankan kehidupan atau mati,
sedangkan emas semata-mata untuk perhiasan. Sedangkan bagi masyarakat
kota, sekarung garam tidak berarti dibandingkan dengan segenggam emas,
sebab emas lebih penting bagi orang kota.
Sidi Gazalba sebagaimana dikutif Chabib Toha, mengartikan nilai
sebagai berikut:
Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda
konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang
menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.6
Pengertian tersebut menunjukkan adanya hubungan antar subjek
penilaian dengan objek, sehingga adanya perbedaan nilai antara garam dengan
emas. Tuhan itu tidak bernilai bila tidak ada subjek yang memberi nilai, Tuhan
menjadi berarti setelah ada makhluk yang membutuhkan. Ketika Tuhan
sendirian, maka ia hanya berarti bagi diri-Nya sendiri. Garam menjadi berarti
seolah ada manusia yang membutuhkan rasa asin. Emas menjadi berarti
setelah ada manusia yang mencari perhiasan.
Namun demikian nilai-nilai semata-mata terletak kepada subjek
pemberi nilai, tetapi di dalam sesuatu tersebut mengandung hal yang bersifat
esensial yang menjadikan sesuatu itu bernilai. Tuhan mengandung semata sifat
kesempurnaan yang tiada taranya dari segenap makhluk apapun di jagat raya
ini; garam mengandung zat asin yang dibutuhkan manusia; dan emas
mengandung sesuatu yang tidak akan berkarat. Apabila unsur yang bersifat
esensial ini tidak ada, maka manusia juga tidak akan memberikan harga
terhadap sesuatu tersebut.
6Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 61.
16
Menurut Louis O. Kattsof nilai diartikan sebagai berikut:
1. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi
kita dapat mengalami dan memahami secara langsung kualitas yang
terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-mata
subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti yang terletak pada esensi
objek itu.
2. Nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang berada
dalam kenyataan maupun pikiran dapat memperoleh nilai jika suatu ketika
berhubungan dengan subjek-subjek yang memiliki kepentingan.
Pengertian ini hampir sama dengan pengertian antara garam dan emas
tersebut di atas.
3. Sesuai dengan pendapat Dewey, nilai adalah sebagai hasil dari pemberian
nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan.
4. Nilai sebagai esensi nilai adalah hasil ciptaan yang tahu, nilai sudah ada
sejak semula, terdapat dalam setiap kenyataan namun tidak bereksistensi,
nilai itu bersifat objektif dan tetap.7
Dari pengertian tersebut, menurut Chabib Toha, nilai merupakan
esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.
Esensi belum berarti sebelum dibutuhkan oleh manusia, tetapi tidak berarti
adanya esensi karena adanya manusia yang membutuhkan. Hanya saja
kebermaknaan esensi tersebut semakin meningkat sesuai dengan peningkatan
daya tangkap dan pemaknaan manusia sendiri.
Hakekat kehidupan sosial kemasyarakatan adalah untuk perdamaian,
perdamaian hidup merupakan esensi kehidupan manusia. Esensi itu tidak
hilang walaupun kenyataannya banyak bangsa yang berperang. Nilai
perdamaian semakin tinggi selama manusia mampu memberikan makna
terhadap perdamaian, dan nilai perdamaian juga berkembang sesuai dengan
daya tangkap manusia tentang hakekat perdamaian.
7Louis Kattsof, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1986), hlm.333.
17
Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan, yang menyebabkan
terdapat bermacam-macam nilai, antara lain:
1. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham
Maslaw dapat dikelompokkan menjadi:
a) Nilai biologis,
b) Nilai keamanan.
c) Nilai cinta kasih
d) Nilai harga diri
e) Nilai jati diri.8
Kelima nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan. Dari kebutuhan yang paling sederhana, yakni kebutuhan akan
tuntutan fisik biologis, keamanan, cinta kasih, harga diri dan yang terakhir
kebutuhan jati diri.
Apabila kebutuhan dikaitkan dengan tata-nilai agama, akan
menimbulkan penafsiran yang keliru. Apakah untuk menemukan jati diri
sebagai orang muslim dan mukmin yang baik itu baru dapat terwujud
setelah kebutuhan yang lebih rendah tercukupi lebih dahulu? Misalnya
makan cukup, tidak ada yang merongrong dalam beragama, dicintai dan
dihormati kemudian orang itu baru dapat beriman dengan baik, tentunya
tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan tidak tergantung pada kondisi
ekonomi maupun sosial budaya, tidak terpengaruh oleh dimensi ruang dan
waktu.
2. Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan
mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a) Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi, dan psikomotor.
b) Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi, motivasi
berafiliasi, motivasi berkuasa. 9
8Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 62-63. 9Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
2008), hlm. 133.
18
3. Pembagian nilai didasarkan atas sifat nilai itu dapat dibagi ke dalam (1)
nilai-nilai subjektif, (2) nilai-nilai objektif rasional, dan (3) nilai-nilai
objektif metafisik10 Nilai subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi
subjek terhadap objek, hal ini sangat tergantung kepada masing-masing
pengalaman subjek tersebut. Nilai subjektif rasional (logis) yakni nilai-
nilai yang merupakan esensi dari objek secara logis yang dapat diketahui
melalui akal sehat. Seperti nilai kemerdekaan, setiap orang memiliki hak
untuk merdeka, nilai kesehatan, nilai keselamatan badan dan jiwa, nilai
perdamaian dan sebagainya. Sedangkan nilai yang bersifat objektif
metafisik yakni nilai-nilai yang ternyata mampu menyusun kenyataan
objektif, seperti nilai-nilai agama.
4. Nilai bila dilihat dari sumbernya terdapat (1) nilai illahiyah (ubudiyah dan
muamalah), (2) nilai insaniyah. Nilai ilahiyah adalah nilai yang
bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan nilai insaniyah adalah
nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh
manusia pula.
5. Dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya nilai dapat dibagi
menjadi (1) nilai-nilai universal dan (2) nilai-nilai lokal.11 Tidak tentu
semua nilai-nilai agama itu universal, demikian pula ada nilai-nilai
insaniyah yang bersifat universal. Dari segi keberlakuan masanya dapat
dibagi menjadi (1) nilai-nilai abadi, (2) nilai pasang surut dan (3) nilai
temporal. 12
6. Ditinjau dari segi hakekatnya nilai dapat dibagi menjadi (1) nilai hakiki
(root values) dan (2) nilai instrumental.13 Nilai-nilai yang hakiki itu
bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai instrumental dapat
bersifat lokal, pasang-surut, dan temporal.
10Louis Kattsof, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1986), hlm. 331. 11Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
2008), hlm. 34. 12Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
2008), hlm. 34. 13Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
2008), hlm. 34.
19
Perbedaan macam-macam nilai ini mengakibatkan menjadikan
perbedaan dalam menentukan tujuan pendidikan nilai, perbedaan strategi yang
akan dikembangkan dalam pendidikan nilai, perbedaan metoda dan teknik
dalam pendidikan Islam. Di samping perbedaan nilai tersebut di atas yang
ditinjau dari sudut objek, lapangan, sumber dan kualitas/serta masa
keberlakuannya, nilai dapat berbeda dari segi tata strukturnya. Tentu hal ini
lebih ditentukan dari segi sumber, sifat dan hakekat nilai itu.14
Sistem nilai atau sistem moral yang dijadikan kerangka acuan yang
menjadi rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim ialah
nilai dan moralitas yang diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah,
yang diturunkan kepada utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad saw.
Nilai dan moralitas Islami adalah bersifat menyeluruh, bulat dan
terpadu, tidak terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang satu sama lain
berdiri sendiri. Suatu kebulatan nilai dan moralitas itu mengandung aspek
normatif (kaidah, pedoman) dan operatif (menjadi landasan amal perbuatan).
Nilai-nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti dilihat dari segi
normatif, yaitu baik dan buruk, benar dan salah, hak dan batil, diridhai dan
dikutuk oleh Allah SWT. Sedang bila dilihat dari segi operatif, nilai tersebut
mengandung lima pengertian kategori yang menjadi prinsip standardisasi
perilaku manusia, yaitu sebagai berikut: 15
1. Wajib atau fardu, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat pahala dan
bila ditinggalkan orang akan mendapat siksa Allah.
2. Sunat atau mustahab, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat pahala
dan bila ditinggalkan orang tidak akan disiksa.
3. Mubah atau jaiz, yaitu bila dikerjakan orang tidak akan disiksa dan tidak
diberi pahala dan bila ditinggalkan tidak pula disiksa oleh Allah dan juga
tidak diberi pahala.
4. Makruh, yaitu bila dikerjakan orang tidak disiksa, hanya tidak disukai oleh
Allah dan bila ditinggalkan, orang akan mendapatkan pahala.
14Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 63-65. 15H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005), hlm. 126
20
5. Haram, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat siksa dan bila
ditinggalkan orang akan memperoleh pahala.
Kelima nilai kategorial yang operatif di atas berlaku dalam situasi dan
kondisi biasa. Dan bila manusia dalam situasi kondisi darurat (terpaksa),
pemberlakuan nilai-nilai tersebut bisa berubah. Sebagai contoh pada waktu
orang berada dalam situasi dan kondisi kelaparan karena tidak ada makanan
yang halal, maka orang diperbolehkan memakan makanan yang dalam
keadaan biasa haram, seperti daging babi, anjing, bangkai, dan sebagainya.
Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan
komponen atau subsistem adalah sebagai berikut.
1. Sistem nilai kultural yang senada dan senapas dengan Islam.
2. Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi
kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.
3. Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu yang
didorong oleh fungsi-fungsi psikologisnya untuk berperilaku secara
terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya, yaitu Islam.
4. Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung
interrelasi atau interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah laku ini
timbul karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup
yang banyak diwamai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya.16
Perlu dijelaskan bahwa apa yang disebut "nilai" adalah suatu pola
normatif yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem
yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-
fungsi bagian-bagiannya.17 Nilai lebih mengutamakan berfungsinya
pemeliharaan pola dari sistem sosial. Sedangkan pengertian "norma" di sini
ialah suatu pola yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu
bagian (unit) atau kelompok unit yang beraspek khusus dan yang
membedakan dari tugas-tugas kelompok lainnya.18 Nilai adalah sesuatu yang
bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya
16H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005), hlm. 126
17H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005), hlm. 127.
18H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005), hlm. 128
21
persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi. Jadi sesuatu
yang dianggap bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu telah ampai pada
taraf kebermaknanaannya nilai tersebut pada dirinya. Sehingga sesuatu
bernilai bagi diri seseorang belum tentu bernilai bagi orang lain. Nilai itu
sangat penting dalam kehidupan ini, serta terdapat suatu hubungan yang
penting antara subyek dengan obyek dalam kehidupan ini.19
B. Lingkungan Hidup
1. Pengertian Lingkungan Hidup
Masalah lingkungan hidup mulai bergema pada tahun 1968 ketika
diangkat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa karena ditemukannya kasus-
kasus pencemaran lingkungan, antara lain, berupa kabut asap yang
mengganggu pernapasan di Los Angeles dan New York, Amerika Serikat,
kematian massal burung pemakan ikan di beberapa kawasan Eropa, yang
ternyata diakibatkan oleh kadar pestisida yang tinggi dalam tubuh burung-
burung itu, serta beberapa peristiwa pencemaran lain di Jepang. Itu di
negara-negara maju. Di negara-negara berkembang, terjadi juga
pencemaran lingkungan dalam bentuk erosi, kerusakan lahan, musnahnya
beberapa jenis flora dan fauna tertentu, penyakit menular, dan sebagainya.
Dari hari ke hari krisis tersebut semakin parah dan mengkhawatirkan
karena dari hari ke hari pula muncul berbagai macam pencemaran
lingkungan.20
Istilah Lingkungan yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah
merupakan terjemahan dari istilah "environment" dalam bahasa Inggris
atau "I' evironement" dalam bahasa Perancis, "Umwelt" dalam bahasa
Jerman, "millieu" dalam bahasa Belanda, "Alam sekitar" dalam bahasa
19Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2005), hlm. 98. 20M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.
366
22
Malaysia, "kapaligiran" dalam bahasa Tagalog, atau "Sinvat-lom dalam
bahasa Thais.21
Istilah tersebut, secara teknis dimaksudkan dengan lingkungan
hidup atau lebih lengkap lagi lingkungan hidup manusia. Undang-undang
No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup selalu
mempergunakan istilah "lingkungan hidup" di dalam berbagai
ketentuannya. Pasal 1 ayat (1) dari Undang-undang itu memuat rumusan
tentang lingkungan hidup sebagai berikut!:
"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya
keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.22
Rumusan ini sebenarnya adalah penyederhanaan atau hasil
kompromis dari beberapa perumusan yang dikenal sebelumnya, antara
lain:
1) Michael Allaby:
Environment;
1) The physical, chemical and biotic condition surronding and
organism.
2) Intern, the interculaluir fluit which bathes body cell intertebrates
esp. The composition of this medium is maintend constant.
2) Seminar segi-segi hukum pengelolaan lingkungan hidup.
Lingkungan hidup adalah semua benda dan kondisi, termasuk
manusia dan tingkah lakunya yang ada dalam ruang yang kita tempati
yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan serta kesejahteraan
manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.
3) Emil Salim :
"Secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala
benda, kondisi keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan
21Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni,
2005), hlm. 6. 22Supriadi, Hukum Lingkungan Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika,
2006, hlm. 338.
23
yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk
kehidupan manusia. Batas ruang lingkungan menurut pengertian ini
bisa sangat luas, namun untuk praktisnya kita batasi ruang lingkungan
dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor
alam, faktor politik, faktor ekonomi,-faktor sosial dan lain-lain.23
4) St. Munadjat Danusaputra
"Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di
dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam
ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan
hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.24
5) Otto Soemarwoto :
"Lingkungan adalah jumlah semua benda kondisi yang ada
dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.
Secara teoritis ruang itu tidak terbatas jumlahnya, oleh karena
misalnya matahari dan bin tang termasuk di dalamnya. Namun secara
praktis kita selalu memberi batas pada ruang lingkungan itu. Menurut
kebutuhan kita batas itu dapat ditentukan oleh faktor alam seperti
jurang, sungai atau laut, faktor ekonomi, faktor politik atau faktor lain.
Tingkah laku manusia juga merupakan Raglan lingkungan kita, oleh
karena itu lingkungan hidup harus diartikan secara luas, yaitu tidak
saja lingkungan fisik dan biologi, melainkan juga lingkungan
ekonomi, sosial dan budaya".25
Selanjutnya para ahli mengadakan pengelompokan lingkungan ini
atas beberapa macam, secara garis besarnya lingkungan hidup manusia itu
dapat digolongkan atas golongan:
a) Lingkungan fisik (physical Environment)
23Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2004), hlm. 17. 24Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku I: Umum, .(Bandung: Binacipta,
2006), hlm. 67. Abdurrahman, op.cit., hlm. 8. 25Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2005), hlm. 48
24
Lingkungan fisik adalah segala sesuatu di sekitar kita yang
berbentuk benda mati seperti rumah, kendaraan, gunung, udara, sinar
matahari dan lain-lain yang macamnya.
b) Lingkungan biologis (Biolocal Environment)
Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang berada di
sekitar manusia yang berupa organisme hidup lainnya selain dari
manusia sendiri, binatang, tumbuh-tumbuhan, jasad renik (plankton)
dan lain-lain.
c) Lingkungan Sosial (Social Environment)
Lingkungan sosial adalah manusia-manusia lain yang berada
disekitarnya seperti tetangga, teman dan lain-lain.26
M. Quraish Shihab menyatakan:
"Lingkungan adalah "semua yang mempengaruhi pertumbuhan
manusia atau hewan", sedangkan lingkungan alam adalah
"keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan
tingkah laku organisme", demikian Kamus Besar Bahasa
Indonesia menjelaskan. Yang dimaksud dengan Lingkungan
hidup adalah "Segala sesuatu yang berada di sekeliling
makhluk hidup (organisme) yang mempunyai pengaruh
timbal-balik terhadap makhluk hidup tersebut". Formulasi
"lingkungan hidup" yang dimasukkan dalam Pasal 1 Butir 1
Undang-Undang Lingkungan Hidup adalah: "Kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya."27
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa manusia dalam
hidupnya mempunyai hubungan secara bertimbal balik dengan
lingkungannya. Manusia dalam hidupnya baik secara .pribadi maupun
sebagai kelompok masyarakat selalu berinteraksi dengan lingkungan
dimana ia hidup dalam artian manusia dengan berbagai aktivitasnya akan
26Fuad Amsyari, Prinsip-Prinsip Masalah Penomoran Lingkungan, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009, hlm. 11-12. Abdurrahman, op.cit., hlm. 9. 27M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.
367.
25
mempengaruhi lingkungannya dan perubahan lingkungan akan
mempengaruhi kehidupan manusia. Hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungannya membentuk suatu sistem yang lazim
disebut dengan "Ekosistem". Dalam pasal 1 ayat 4 Undang-Undang No.
23 Tahun 1997 dirumuskan bahwa Ekosistem adalah tatanan unsur
lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup.
Lingkungan hidup saat ini telah menjadi sebuah aset bagi suatu
negara dalam melaksanakan pembangunan. Oleh karena itu, sangat wajar
kalau pemerintah melakukan perlindungan terhadapnya. Sebab kalau
terjadi perusakan atau pencemaran lingkungan hidup, maka pemerintah
dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan tindakan represif. Hal
ini dapat dibuktikan dengan tersedianya 3 (tiga) wadah atau sarana yang
dijadikan dalam menuntut pelanggaran terhadap lingkungan hidup, yaitu
sarana hukum administrasi, sarana hukum perdata, dan sarana hukum
pidana. Ketiga sarana hukum ini memegang peranan yang sangat penting
dalam penegakan hukum lingkungan hidup.28
2. Pencemaran Lingkungan Hidup
Bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan dari
waktu ke waktu ialah "pencemaran" dan perusakan lingkungan. Ekosistem
dari suatu lingkungan dapat terganggu kelestariannya oleh karena
pencemaran dan perusakan lingkungan. Orang sering mencampur-
adukkan antara pengertian pencemaran dan perusakan lingkungan padahal
antara keduanya terdapat perbedaan. Undang-undang juga
memperbedakan antara keduanya:
a. Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan
28Supriadi, Hukum Lingkungan Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika,
2006, hlm. 285.
26
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses
alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1 ayat 12).29
b. Perusakan lingkungan: adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati
lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang
berkesinambungan (pasal 1 ayat 14).30
Perbedaan itu memang tidak "terlalu" prinsipil karena setiap orang
melakukan perusakan lingkungan otomatis juga melakukan pencemaran.
dan sebaliknya. Bedanya hanya terletak pada intensitas perbuatan yang
dilakukan terhadap lingkungan dan kadar akibat yang diderita oleh
lingkungan akibat perbuatan tersebut.
Istilah pencemaran sebagai istilah tehnis dalam bahasa Indonesia
adalah merupakan suatu istilah yang baru. Dalam kamus-kamus lama
seperti Kamus W.J.S. Poerwadarminta memang ada dijumpai istilah
seperti cemar, mencemarkan, tercemar dan sebagainya.31 Tetapi kata
pencemaran tidak dijumpai. Istilah ini mulai dipergunakan sejak tahun
1970. Menurut Aprilani Soegiarto istilah "pencemaran" itu mulai
digunakan untuk pertama kalinya guna menterjemahkan arti istilah asing
"pollution" pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor pada tahun 1970.
Sejak cetusan pertama di Ciawi itu, nampak bahwa penggunaan istilah
"pencemaran" tersebut mulai menjadi menyebar dan merata dalam bahasa
Indonesia yang memang sedang mengembang. Istilah "pencemaran"
malahan telah digunakan juga dalam pidato resmi Kepala Negara
Republik Indonesia di hadapan DPR pada tanggal 16 Agustus 1972,
29Tim Srikandi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Surabaya: CV. Srikandi, 2008), hlm. 3-4. 30Ibid
31W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai
Pustaka, 2006), hm. 194.
27
Dalam Buku REPELITA II : 1974/75-1978/79 pada pasal 244 istilah
pencemaran nampak digunakan dalam pengertian seperti, telah disepakati
pada, Seminar Biologi II di Ciawi Bogor pada tahun 1970. Melalui
REPELITA II itu menjadi makin tersebar penggunaannya dan
pemakaiannya dalam percakapan dan tulisan-tulisan.32
Secara mendasar dalam "pencemaran" terkandung pengertian
pengotoran (contamination) dan pemburukan (deterioration). Pengotoran
dan pemburukan terhadap sesuatu semakin lama akan kian
menghancurkan apa yang dikotori atau diburukkan sehingga akhirnya
dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya.33
Dengan digunakannya istilah "pencemaran" menjadi istilah tehnis
ilmu lingkungan, sehingga terbentuk pengertian pencemaran lingkungan
maka istilah pencemaran lingkungan itu menurut Munadjat Danusaputro
berkembang menjadi "istilah ilmiah", yang seperti lazimnya diberikan
pembatasan-pembatasan secara pasti agar pengertiannya menjadi terang
dan jelas. Berdasarkan "pengertian ilmiah" itu kemudian istilah tersebut
digunakan dalam rangka ilmu-ilmu lain, seperti misalnya dalam ilmu
hukum, sehingga akibatnya terbentuklah "istilah hukumnya".
Demikianlah, istilah "pencemaran lingkungan" itu sekarang juga banyak
digunakan sebagai istilah hukum. Dalam berbagai macam peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup, khususnya dalam
peraturan-peraturan perundang-undangan tentang pencemaran (Hukum
Pencemaran).34
Terhadap pengertian itu diberikan rumusan yang bermacam-
macam tergantung dari segi mana yang bersangkutan melihatnya. R.T.M.
Sutamihardja umpamanya merumuskan pencemaran adalah penambahan
32Soedjono, Pengaman Hukum terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat Industri,
(Bandung: Alumni, 2006), hlm. 21. 33Aprilani Soegiarto, Bibliografi Beranotasi tentang Lingkungan Laut dan
Pencemaran Laut, (Jakarta: Lembaga Oceandogi Nasional, LIPI, 2005), hlm. IV.
Abdurrahman, op.cit., hlm. 96. 34Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, (Bandung:
Binacipta, 2009), hlm. 36. Abdurrahman, op.cit., hlm. 97.
28
bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke
lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap
lingkungan itu.35
Sedangkan Munadjat Danusaputra merumuskan pencemaran
lingkungan sebagai suatu keadaan dalam mana suatu materi, energi dan
atau informasi masuk atau dimasukkan di dalam lingkungan oleh kegiatan
manusia dan/atau secara alami dalam batas-batas dasar atau kader tertentu,
hingga mengakibatkan terjadinya gangguan kerusakan dan atau penurunan
mutu lingkungan, sampai lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, dilihat dari segi kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan
hayati.36 Tetapi kedua rumusan itu secara prinsip tidak begitu berbeda
dengan perumusan yang dijumpai di dalam Undang-undang No. 23 Tahun
1997.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan istilah dan pengertian
"pencemaran lingkungan" ini maka terbentuklah pengertian-pengertian;
pencemaran tanah; pencemaran air, pencemaran laut, pencemaran udara,
pencemaran pandangan; pencemaran pendengaran, pencemaran masa dan
sebagainya. Malahan telah mulai merata juga pengertian tentang
"pencemaran kebudayaan" dan bahkan wakil Negara Kenya (Afrika)
pernah menaburkan pengertian tentang "Pencemaran Hati Nurani" (the
pollution of mind) sewaktu ia berbicara dalam Konferensi PBB tentang
lingkungan hidup manusia di Stocholm pada tahun 1972.37
Pencemaran lingkungan menurut golongannya pencemaran itu
dapat dibagi atas:
a. Kronis; di mana kerusakan terjadi secara progresif tetapi lambat;
b. kejutan atau akut; kerusakan mendadak dan berat, biasanya timbul dari
kecelakaan;
35Sutamihardja, Kualitas dan Pencemaran Lingkungan, (Bogor: Sekolah, Pasca
Sarjana, Bogor: IPS, 2004), hlm. 1. Abdurrahman, op.cit., hlm. 97. 36Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, (Bandung:
Binacipta, 2009), hlm. 36. 37Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni,
2005), hlm. 98
29
c. Berbahaya; dengan kerugian biologis berat dan dalam hal ada
radioaktivitas terjadi kerusakan genetis.
d. katastrofis; di sini kematian organisme hidup banyak dan mungkin
organisme hidup menjadi punah.38
3. Kerusakan Lingkungan Hidup
Kerusakan bumi sudah terjadi sejak lama. Hal itu baru kini
disadari secara merata oleh manusia. Kerusakan bumi telah mewabah,
sejak dari kawasan lokal, regional hingga ke tingkat internasional. Muncul
pembicaraannya di bangku-bangku kuliah, seminar-seminar, bahkan di
pesantren dan Masjid-masjid. Dipertanyakan mengapa terjadi kerusakan
bumi berlangsung; dan apa jalan keluarnya? Melihat kenyataan
lingkungan di beberapa bagian dunia semakin rusak, juga menyadari masa
depan penghuni bumi yang semakin terancam keselamatannya, maka pada
Juni 1972 PBB mengadakan Konferensi Khusus Tentang Lingkungan
Hidup, yang dihadiri oleh wakil-wakil Pemerintah setingkat Menteri
Negara seluruh Dunia.39
Hasil Konferensi Khusus PBB tersebut diterima secara
menyeluruh. Pemerintah RI sendiri ikut menandatangani Konvensi 1972
itu. Sejak itu pula masalah Lingkungan Hidup menjadi masalah penting
ditanggapi pemerintah. Kemudian pada tahun 1978, yakni memasuki
Repelita ketiga, Presiden Mandataris MPR mengangkat seorang Menteri
yang khusus menangani masalah Lingkungan Hidup dalam Kabinet
Pembangunan III. Sejak itu penanganan masalah lingkungan terkesan
serius, baik oleh pemerintah, lembaga-lembaga sosial maupun oleh rakyat
Indonesia secara menyeluruh.40
38Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni,
2005), hlm. 98 39Abu Jamin Roham, et all, al-Islam dan Iptek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), hlm. 142 40Abu Jamin Roham, et all, al-Islam dan Iptek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), hlm. 142.
30
Allah telah menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya. Alam
semesta yang indah dan menakjubkan ini adalah benar-benar hadir dan
sekaligus merupakan bukti keagungan penciptanya. Allah juga telah
menciptakan hukum-hukum yang berlaku umum yang menunjukkan
kemahakuasaan dan keesaan-Nya. Langit dan bumi dan segala isinya
diciptakan Allah secara serasi dan teratur.41
وهو الذي خلق السماوات واألرض بالحق ويوم يقول كن فيكون ةادهالشب ويالغ مالر عوي الصف نفخي موي لكالم لهو قالح لهقو
بريالخ يمكالح وه٧٣: األنعام(و(
"Dia adalah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan
benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu
terjadilah", dan milik Allah lah segala kekuasaun di waktu sangkakala
ditiup. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS.
Al-An'am: 73)".42
Oleh karena itu, alam mempunyai eksistensi yang riel dan obyektif
serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Alam raya sebagai
ciptaan dari sebaik-baik pencipta, yaitu Allah, maka alam mengandung
kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis.
كن لهي لملدا وذ وختي لمض والأرو اتاومالس لكم ي لهالذ )٢: الفرقان(شريك في الملك وخلق كل شيء فقدره تقديرا
"(Allah) yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langitdan bumi, dan Dia
tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam
keluasaun(Nya), dan.Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
41M. Romly, Medan dan Bahan Dakwah, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005),
hlm. 76. 42R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 198.
31
menetapkan ukuran-ukuran-Nya dengan serapi-rapinya. (QS. al-
Furqan: 2).43
ظن كال ذلاطا بمهنيا بمو ضالأراء وما السلقنا خموا وكفر ينالذ )٢٧: ص(فويل للذين كفروا من النار
"Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya sia-sia (tanpa hikmah dan palsu). Yang demikian
itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang
kafir itu karena mereka akan masuk neraka".44
Kemudian dalam ayat lain Allah menolak anggapan bahwa
diciptakannya alam ini hanya sekedar main-main, tanpa maksud dan
tujuan.
بنيا لاعمهنيا بمو ضالأرو اتاوما السلقنا خما } ٣٨{ وم )٣٩-٣٨: الدخان(خلقناهما إلا بالحق ولكن أكثرهم لا يعلمون
"Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di
antara keduanya dengan main-main. Kami tidak menciptakan
keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui". (QS ad-Dukhaan: 38-39).45
.
Pandangan Islam juga berbeda dengan penganut aliran
materialisme. Aliran materialisme memang menyatakan bahwa alam ini
benar-benar ada, riel dan obyektif. Namun eksistensi alam ini dalam
dugaan aliran materialisme adalah ada dengan sendirinya. Sedangkan
menurut pandangan Islam, alam raya ini diciptakan Allah, Tuhan Yang
43R.H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 559. 44R.H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 736. 45R.H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 811.
32
Maha Esa. Allah yang menciptakan sekaligus memelihara alam ini serta
mengatur segala urusannya.
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup sebagai akibat
perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai
khalifah di bumi banyak yang tidak melaksanakan dengan baik. Padahal
manusia mempunyai daya inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk-
makhluk lain tidak memilikinya.
Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan
dengan kemajuan tersebut, perkembangan persenjataan dan alat perusak
lingkungan maju pula.
Banyak contoh yang dapat dilihat dari kerusakan lingkungan yang
diakibatkan ulah manusia. Misalnya banyak pohon atau hutan ditebang
dan dibakar tanpa ada usaha untuk menanamnya kembali. Bukit dan
gunung digali untuk menimbun daratan rendah yang akan dijadikan
pemukiman. Akibatnya banyak musibah terjadi seperti gangguan asap,
banjir, tanah longsor, dan sebagainya terjadi di mana-mana. Kemudian
binatang yang hidup di sungai ditangkap bukan dengan cara yang baik.
Tetapi karena keserakahan mereka menangkapnya dengan racun atau
dengan dinamit. Terumbu-terumbu karang dirusak pula. Akibatnya
merusak ekosistem.
Lingkungan bertambah parah dengan banyaknya kendaraan
bermotor dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara
(polusi). Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia
dan kehidupan sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik seringkali dibuang
seenaknya ke sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula
kapal-kapal tanker yang membawa minyak sering mengalami kebocoran,
sehingga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya air sungai dan laut
beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat
beracun, yang lebih dahsyat adalah kerusakan lingkungan akibat perang.
33
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup manusia akan
mengganggu keseimbangan lingkungan karena peran komponen
lingkungan berubah. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena campur
tangan manusia atau karena faktor alami. Dampak dari perubahannya
belum tentu sama, namun akhirnya manusia juga yang harus memikul
serta mengatasinya.
Perubahan lingkungan karena campur tangan manusia contohnya
adalah penebangan hutan, pembangunan permukiman, dan intensifikasi
pertanian. Penebangan hutan secara liar dapat mengurangi fungsi hutan
sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang.
Penggundulan hutan juga dapat menyebabkan terjadinya banjir dan erosi.
Akibat lain adalah munculnya harimau, babi hutan, dan ular di
permukiman penduduk karena habitat asli hewan tersebut semakin sempit.
Pembangunan permukiman pada daerah yang subur merupakan salah satu
tuntutan kebutuhan papan. Akan tetapi, tindakan ini dapat memicu
munculnya persoalan lain yang lebih serius. Semakin padat populasi
manusia, lahan yang semula produktif dapat menjadi tidak atau kurang
produktif lagi.
Pembangunan jalan di kampung dan desa dengan cara betonisasi
menyebabkan air sulit meresap ke dalam tanah. Akibatnya, daerah tersebut
rnudah mengalami banjir jika hujan lebat. Selain itu, tumbuhan di daerah
sekitarnya menjadi kekurangan air sehingga tumbuhan tidak efektif
melakukan fotosintesis. Akibat lebih lanjut, kita merasakan keadaan
semakin panas akibat tumbuhan tidak dapat secara optimal memanfaatkan
CO.
Penerapan intensifikasi pertanian dengan panca usaha tani di satu
sisi meningkatkan produksi, sedangkan di sisi lain dapat merugikan.
Misalnya, penggunaan pupuk dan pestisida dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Contoh lainnya, pemakaian bibit unggul dalam
sistem pertanian monokultur dapat mengurangi keaneragaman. Dalam
sistem pertanian monokultur, satu kawasan lahan hanya ditanami dengan
34
satu macam tanaman. Dengan sistem ini, ekosistem dalam keadaan tidak
stabil sehingga keseimbangan ekosistem sulit diperoleh. Dampak yang lain
akibat penerapan sistem ini adalah terjadinya ledakan populasi hama.
Perubahan lingkungan secara alami disebabkan oleh bencana alam, seperti
kebakaran hutan di musim kemarau, letusan gunung berapi, gempa bumi,
banjir, dan sebagainya.
Keseimbangan lingkungan secara alami dapat berlangsung karena
beberapa hal, yaitu memiliki komponen yang lengkap, terjadi interaksi
antarkomponen, setiap komponen berperan sesuai dengan fungsinya,
terjadi pemindahan energi (arus energi), dan daur biogeokimia.
Keseimbangan lingkungan dapat terganggu jika terjadi berbagai
perubahan, misalnya berkurangnya fungsi dari komponen atau hilangnya
sebagian komponen sehingga memutus mata rantai dalam ekosistem.
Salah satu faktor penyebab terganggunya lingkungan adalah pencemaran
atau polusi.
Kegiatan manusia maupun proses alami dapat mengubah tatanan
lingkungan. Hal itu menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran lingkungan (polusi)
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam lingkungan. Polusi juga dapat diartikan
sebagai berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses
alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu. Hal
itu menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi
berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Undang-Undang Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut
polutan. Suatu zat dapat disebut polutan apabila jumlahnya melebihi
jumlah normal serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat.
Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara bermanfaat
bagi tumbuhan, tetapi lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek
merusak. Polutan dapat bersifat merusak untuk sementara, yaitu jika
35
setelah bereaksi dengan zat di lingkungan menjadi tidak merusak lagi.
Polutan juga dapat merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya, timbel
(Pb) tidak merusak jika konsentrasinya rendah. Akan tetapi, dalam jangka
waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai ke tingkat
yang merusak.
36
BAB III
KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT 41
A. Ayat-Ayat yang Berhubungan dengan Pelestarian Lingkungan
Al-Qur'an dan Sunnah secara bersama-sama telah memberikan
perhatian yang mendalam terhadap masalah lingkungan. Perhatian ini tentu
sangat menarik untuk diketahui oleh para peneliti yang obyektif. Disebutkan
dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 17;
قتلخ فون إلى الإبل كينظر١٧{أفلا ي{
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan (QS. Al-Ghasyiyah: 17).
Di sini Al-Qur'an menyebutkan unta, bukan hewan lain. Pertanyaan
ini menunjukkan pentingnya memperhatikan hewan-hewan yang antik dan
proses penciptaannya, juga keunikan dan manfaat yang dimiliki hewan
tersebut. Sebab, unta adalah hewan yang paling akrab dengan kehidupan
bangsa Arab; bangsa yang diajak bicara oleh Al-Qur'an sebelum bangsa-
bangsa lain. Penyebutan secara berulang-ulang nama-nama binatang tertentu
semisal unta, sapi dan kambing tanpa menyebutkan binatang lain yang
hidup di dunia, hanyalah karena Al-Qur'an ingin mengingatkan orang-orang
yang diserunya akan sumber daya hewani yang ada dalam lingkungan
mereka.1
Maksudnya, dengan begitu, diharapkan mereka dapat mengambil
manfaatnya dan mensyukuri nikmat Allah. Daging binatang-binatang itu
bisa dimakan dan susunya bisa diminum. "Bersih, menyenangkan dan
mudah diminum." Mereka juga dapat menikmatinya sebagai pemandangan
ketika binatang-binatang itu sedang pulang ke kandang atau pergi ke tempat
pengembalaan. Allah berfirman: "Dan kamu memperoleh pandangan yang
1Yusuf Al-Qardawi, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj.
Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hlm. 174
37
indah darinya, ketika kamu membawanya ke kandang dan ketika kamu
melepaskannya ke tempat penggembalaan " (Al-Nahl: 6)
}٦{ولكم فيها جمال حني ترحيون وحني تسرحون Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika
kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu
melepaskannya ke tempat penggembalaan (QS. An-Nahl: 6).
Contoh lain ialah berita Al-Qur'an tentang lebahnya, rumahnya, jenis
dan manfaatnya, baik sebagai bahan minuman maupun obat-obatan. Hal ini
terdapat dalam Surat yang memakai namanya (An-Nahl). Al-Qur'an juga
menjelaskan tentang pohon kurma, anggur, tanaman dengan berbagai
macam buah, zaitun, dan delima yang serupa dan tidak sama (rasanya).2
Istilah yang digunakan oleh al-Qur'an untuk memperkenalkan istilah
lingkungan sebagai ruang kehidupan adalah kata al-bi'ah. Kata al-bi'ah
merupakan derivasi dari kata ba'a, yabu'u, bau'an, yang berarti kembali,
menempati wilayah, ruang kehidupan dan lingkungan. Secara faktual, yang
digunakan oleh al-Quran adalah kata derivan al-bi'ah bukan kata al-bi'ah itu
sendiri. Meski demikian, tidak mengurangi komitmen al-Qur'an pada
lingkungan, sebab makna substansial yang terkandung dalam ayat-ayat
terkait cukup mendukungnya. Secara kuantitatif, kata ba'a dan derivasinya
digunakan dalam al-Quran sebanyak 18 kali tersebar dalam 15 ayat.3
Sedangkan secara kualitatif, derivasi kata al-bi'ah dalam al-Qur'an tidak
selalu berkonotasi lingkungan sebagaimana kehidupan, tetapi juga
berkonotasi pada arti lain
Sesuai dengan konteksnya, derivasi kata al-bi'ah dalam ayat-ayat Al-
Quran tersebut di atas adalah bukan bermakna lingkungan, akan tetapi
bermakna berulangkali, lagi, memancing, mengundang dan pulang kembali.
Adapun derivasi kata al-bi'ah yang berkonotasi lingkungan sebagai
ruang kehidupan antara lain terdapat dalam Al-Qur'an:
2Yusuf Al-Qardawi, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj.
Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hlm. 175. 3Muhammad Fuâd Abdul Bâqy, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâz Al-Qur'ân al-Karîm,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1981), hlm. 177.
38
)١٢١: آل عمران(وإذ غدوت من أهلك تبوئ المؤمنني مقاعد للقتال
Ingatlah... ketika pagi-pagi kau tinggalkan keluargamu untuk menempati
medan laga perang bersama orang-orang yang beriman....(QS. Al-Imran:
121)
... جعلكم خلفاء من بعد عاد وبوأكم في األرض واذكروا إذ )٧٤: األعراف(
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-
pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat
bagimu di bumi....(QS. Al-'Araf: 74)
لقدق ودأ صوبيل مائرني إسا بأنو٩٣: يونس...( ب( Dan sesungguhnya kami menempatkan Bani Israil di tempat kediaman
yang bagus....(QS. Yunus: 93)
Berdasarkan data penggunaan arti derivasi kata al-bi'ah dalam Al-
Qur'an seperti terungkap di atas, tampak berkonotasi pada lingkungan
sebagai ruang kehidupan khususnya bagi spesies manusia. Penggunaan
konotasi derivasi kata al-bi'ah atau lingkungan sebagai ruang kehidupan
tampak pararel dengan tradisi ekologi yang lazim memahami bahwa
lingkungan merupakan segala sesuatu di luar suatu organisme. Segala
sesuatu diluar organisme adalah identik dengan ruang kehidupan. Dengan
demikian, ketika Al-Qur'an memperkenalkan lingkungan dengan istilah
ruang kehidupan, al-bi'ah, dapat dikatakan bahwa walaupun secara faktual
Al-Qur'an hadir jauh sebelum teori ekologi modern muncul, namun rumusan
pengungkapan istilah lingkungan dengan menggunakan istilah ruang
kehidupan, al-bi'ah, ternyata memiliki pijakan mapan selaras dengan teori
ekologi modern.
Bertitik tolak dari uraian tentang istilah yang digunakan oleh Al-
Qur'an untuk memperkenalkan konsep lingkungan dengan istilah seluruh
spesies, al-'alamin, jagad raya, al-sama ruang tempat atau bumi, al-ardl, dan
39
lingkungan sebagai ruang kehidupan, al-bi'ah, dapat dikatakan bahwa
konsep lingkungan hidup menurut Al-Qur'an adalah lingkungan dalam arti
luas yakni meliputi lingkungan alam planet bumi, ruang angkasa dan
angkasa luar. Lingkungan dipahami bukan hanya meliputi lingkungan hidup
manusia, melainkan lingkungan hidup seluruh spesies baik yang ada di
ruang bumi maupun di ruang angkasa bahkan yang ada di ruang angkasa
luar. Sebab pada kenyataannya, keseimbangan ekosistem di ruang bumi juga
memiliki berhubungan dengan ekosistem di luar ruang bumi. Oleh karena
itu, menurut ajaran agama Islam manusia wajib menjaga kelestarian daya
dukung lingkungan bukan saja dalam lingkungan planet bumi, melainkan
juga di angkasa luar serta di luar angkasa. Konsep demikian diturunkan dari
visi ayat-ayat lingkungan antara lain:
ل لكمعي جاء الذاء بنمالساشا ورف ضالبقرة(األر( Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap....(QS. Al-Baqarah: 22).
Kata kunci yang terdapat pada ayat ini adalah kalimat yang artinya:
"dan ruang atmospher sebagai pelindung bagimu". Kalimat tersebut
mengandung arti bahwa lapisan atmospher merupakan lapisan pelindung
seluruh spesies baik biotik maupun abiotik yang berada di lapisan bumi.
Perubahan dan kerusakan lapisan atmosphere berpengaruh pada seluruh
spesies yang ada di ruang bumi. Dengan kata lain, ekosistem yang berada di
ruang kehidupan bumi memiliki keterhubungan yang kuat dengan lapisan
atmospher.
)األنبياء...( وجعلنا السماء سقفا محفوظا
Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara...(QS.
Al-Ambiya': 32).
Kata kunci yang dijadikan rujukan dari ayat ini adalah pada kalimat
yang artinya: "Kami jadikan lapisan ozon di stratospher sebagai atap
pelindung yang aman". Kalimat tersebut memiliki muatan ekologis yang
40
mapan, bahwa lapisan ozon merupakan lapisan pelindung bumi yang
terletak di bagian atas lapisan atmospher. Lapisan ozon berfungsi menahan
sinar ultraviolet dari sinar matahari menuju ke bumi. Sinar ultraviolet
merupakan sinar yang cukup berbahaya bagi seluruh komponen ekosistem
yang berada di bumi. Dengan demikian, keseimbangan ekosistem di ruang
kehidupan bumi memiliki keterkaitan yang cukup kuat dengan ruang
angkasa.
Konsep Islam tentang lingkungan dalam pengertian luas merupakan
upaya untuk merevitalisasi misi asal ekologi, back to basic ecology. Misi
asal ekologi adalah untuk mengkaji keterhubungan timbal balik antar
komponen dalam ekosistem. Dalam hal ini tidak terbatas hanya komponen
manusia dan ekosistemnya, melainkan seluruh komponen dalam ekosistem.
Dengan demikian, visi Islam tentang lingkungan adalah visi lingkungan
yang utuh menyeluruh, holistik integralistik. Visi lingkungan yang holistik
integralistik diproyeksikan mampu menjadi garda depan dalam
pengembangan kesadaran lingkungan guna melestarikan keseimbangan
ekosistem. Sebab seluruh komponen dalam ekosistem diperhatikan
kepentingannya secara proporsional tidak ada yang dipentingkan dan tidak
ada pula yang diterlantarkan oleh visi lingkungan Islam yang holistik
integralistik.
B. Pelestarian Lingkungan dalam al-Qur'an
Secara etimologis kata pelestarian akar katanya adalah lestari
mendapat imbuhan pe-an. Kata lestari merupakan kata pungutan yang
diserap dari bahasa Jawa lestari. Kata lestari memiliki arti tetap selama-
lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sedia kala. Kemudian kata
melestarikan berarti menjadikan dan membiarkan sesuatu tetap tidak
berubah.4 Kemudian, kata lestari diberi imbuhan pe-an yang memiliki
makna leksikologis membuat jadi atau menjadikan sesuatu seperti pada kata
4W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai
Pustaka, 2006), hlm. 592.
41
dasarnya. Oleh karena itu, pelestarian berarti membuat sesuatu jadi lestari
atau menjadikan sesuatu lestari, tetap selama-lamanya, kekal dan tidak
berubah.
Dengan ungkapan lain, pelestarian merupakan upaya mengabadikan,
memelihara dan melindungi sesuatu dari perubahan. Dalam bahasa Arab
pelestarian semakna dengan kata al-ib'ah atau al-ishlah yang berarti
menjadikan sesuatu tetap adanya. Menjaga keberadaannya karena dilandasi
rasa kasih dan sayang.5 Dengan demikian pelestarian lingkungan (ibqa' al-
bay'ah) berarti menjaga keberadaan lingkungan karena dilandasi rasa cinta
dan kasih sayang. Sedangkan secara istilahinologis, makna fungsional
ekologis kelompok kata pelestarian lingkungan, ishlah al-hayah,
dimaksudkan sebagai istilah yang memiliki arti spesifik yakni pelestarian
terhadap daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara terlanjutkan
pertumbuhan dan perkembangan yang diupayakan oleh pembangunan.6
Secara faktual yang dilestarikan bukan lingkungan itu sendiri,
melainkan daya dukung lingkungan. Karena, lingkungan sendiri adalah
bersifat dinamis selalu berubah, bahkan terlalu kecil peluang
melestarikannya dalam pengertian etimologis. Perubahan lingkungan dapat
terjadi secara alamiah, natural, maupun sebagai akibat perilaku ekologis
manusia, antropogenik. Perubahan lingkungan yang bersifat alami adalah
perubahan melalui proses geologis, volkanologis dan sebagainya.
Sedangkan perubahan lingkungan antropogenik adalah perubahan
lingkungan yang terjadi karena intervensi manusia terhadap lingkungan.
Perubahan tersebut ada yang direncanakan dan ada yang tidak direncanakan.
Perubahan lingkungan yang direncanakan lazim dikenal dengan istilah
pembangunan. Dengan demikian, pembangunan hakikatnya adalah
pengelolaan perubahan lingkungan yang dilakukan oleh manusia dengan
5Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'lam, (Beirut: Dâr al-Masyriq, 1986),
hlm. 45. 6Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2005), hlm. 77-82.
42
tujuan untuk mengurangi resiko negatif lingkungan dan memperbesar
manfaat dan daya dukung lingkungan.7
Pelestarian merupakan padanan dari istilah perlindungan,
conservation lan Campbell memberi pencerahan tentang konservasi Apakah
konservasi itu istilahasuk ilmu pengetahuan, seni, sikap, pandangan hidup
ataukah filsafat? Inilah berbagai pertanyaan yang terkesan membingungkan
berkaitan dengan istilah konservasi. Istilah konservasi merupakan satu kata
tetapi memiliki banyak pemaknaan tergantung pemakai dan konteksnya.
Betapapun demikian ternyata terdapat kesepakatan di kalangan masyarakat
ekologi bahwa konservasi identik dengan perlindungan, preservation. Salah
satu definisi operasional menyatakan bahwa konservasi adalah penggunaan
secara nalar, intellect utilization.
Tegasnya, konservasi berarti penggunaan sumber daya alam dan
lingkungan berdasarkan perhitungan rasional, yang dimaksud dengan
perhitungan rasional di sini adalah rasional ekologis. Di samping itu,
terdapat definisi lebih umum yang menyatakan bahwa konservasi adalah
pemanfaatan secara bijaksana, wise use.
Dengan ungkapan beda, konservasi adalah pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan yang diimbangi dengan upaya pemeliharaan daya
dukung lingkungan bagi kehidupan. Inilah yang dimaksud dengan
pemanfaatan secara bijak bestari.
Dalam hal ini Al-Qur'an menyadarkan manusia pada dua hal yang
sangat penting:
1. Supaya menikmati unsur keindahannya. Al-Qur'an menyebutkan: "Dan
(perhatikan pulalah) kematangannya." (Al-An'am: 99)
وهو الذي أنزل من السماء ماء فأخرجنا به نبات كل شيء فأخرجنا نية منه خضرا نخرج منه حبا متراكبا ومن النخل من طلعها قنوان دا
7Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2005), hlm. 79.
43
وجنات من أعناب والزيتون والرمان مشتبها وغير متشابه انظروا }٩٩{إلى ثمره إذا أثمر وينعه إن في ذلكم آليات لقوم يؤمنون
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka
Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang
menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai
yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan zaitun dan delima
yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah dan kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman.
2. Supaya memanfaatkan unsur materinya, di samping harus menunaikan
kewajibannya kepada Allah. Allah berfirman: "Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin)
dan janganlah kamu berlebih-lebihan. " (Al-An'am: 141).8
عرالزل وخالنو اتوشرعم رغيو اتوشرعم اتنأ جي أنشالذ وهو رهن ثمكلوا م ابهشتم رغيابها وشتان ممالرون وتيالزو فا أكلهلتخم
سال تو هادصح موي قهوا حآتو رإذا أثم نيرفسالم بحال ي هرفوا إن}١٤١{
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa dan
tidak sama . Makanlah dari buahnya bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya ; dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.
Di samping itu al-Qur'an telah berkali-kali melarang manusia agar
tidak berbuat kerusakan di bumi. Setelah Allah ciptakan dengan baik dan
dipersiapkan untuk dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang
8Yusuf Qardawi, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj. Setiawan
Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hlm. 175.
44
memakmurkannya. Allah tidak senang pada perusakan bumi dan pelakunya,
baik perusakan itu berupa pengotoran, ketidakadilan ataupun
penyalahgunaan lingkungan dari tujuan penciptaannya oleh Allah.
Perbuatan semacam ini merupakan salah satu bentuk sikap kufur nikmat
yang bisa mendatangkan siksa-Nya.9
Disepakati oleh para pakar lingkungan bahwa tujuan pengelolaan
lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia
dengan lingkungan hidup. Keselarasan dalam ajaran Islam mencakup empat
sisi, yaitu (a) keselarasan dengan Tuhan, (b) keselarasan dengan masyarakat,
(c) keselarasan dengan lingkungan alam, dan (d) keselarasan dengan diri
sendiri.
Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan Allah dalam
bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia. Allah yang
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, adakah engkau lihat sesuatu yang tidak
seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu tanpa menemukan satu cacat pun, dan penglihatanmu itu
pun dalam keadaan payah (QS Al-Mulk [67]: 3-4).10
Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang
keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem
sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada
beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi
pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan
tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)
air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian
luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt. Menciptakan juga sungai dengan
9As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj. Setiawan Budi Utomo,
(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hlm. 175. 10M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.
369.
45
airyang segar tawar. Agar kedua air tersebut tidak bercampur sehingga
kesemuanya menjadi asin, diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih
tinggi dari lautan, sehingga walaupun air sungai yang jumlahnya tidak
sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia tidak dapat mengubah
keasinannya. Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai
karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah,
sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah
(pemisah) yang diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia
membiarkan kedua lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya
kemudian bertemu. Antara keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing
tidak saling menghendaki (bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).11
Islam memiliki sistem keyakinan yang cukup jelas bahwa Allah swt
telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan daya dukung bagi
kehidupan. Fakta spiritual menunjukkan bahwa Allah swt telah memberikan
fasilitas daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu,
secara teologis berpeluang dinyatakan bahwa ekoteologi Islam meyakini
pelestarian lingkungan istilahasuk bagian integral dari sistem keberimanan
seseorang. Hal ini didasarkan pada dua pendekatan yakni pendekatan
ekologis dan pendekatan teologis Islam. Secara ekologis, pelestarian
lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak dapat ditawar oleh
siapa pun dan kapan pun bagi keberlangsungan kehidupan. Oleh karena itu,
pelestarian lingkungan mutlak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan
secara ekoteologis Islam, Allah swt secara definitif menyatakan secara
eksplisit akan kepedulian-Nya terhadap pelestarian lingkungan.12 Hal ini
antara lain diungkapkan dalam Al-Qur'an surat Luqman ayat 20:
1. Surat Luqman ayat 20
11M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.
370. 12Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur'an. (Disertasi:
Pascasarjana (Jakarta: PPs, S.3, IAIN Syarif Hidayatullah, 2006), hlm. 209.
46
ألم تروا أن الله سخر لكم ما في السماوات وما في الأرض ي اللهل فادجن ياس مالن نمة وناطبة ورظاه همنع كمليغ عبأسو
)٢٠: لقمان(بغير علم ولا هدى ولا كتاب منري Tidakkah kau cermati bahwa Allah telah menjadikan sumberdaya
alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi
kebidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada
sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara
sembrono. Yakni mempertanyakan tanpa alasan ilmiah, landasan
etik dan referensi memadai (QS. Luqman: 20).
Pesan inti ayat ini terdapat pada kalimat yang artinya: "Tidakkah kau
cermati bahwa Allah swt telah menjadikan sumber daya alam dan
lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia secara
optimum".
Makna fungsional ekologis dari ungkapan ini dapat dinyatakan
bahwa ungkapan oratorik yang digunakan dalam ayat tersebut mengandung
arti keharusan yang lebih serius untuk dilakukan dibandingkan dengan
ungkapan perintah biasa. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan menuntut
perhatian serius dari manusia dan harus dilakukan. Dengan demikian, perlu
dirumuskan bahwa pelestarian lingkungan istilahasuk dalam sistem
keberimanan masyarakat beragama. Dalam pengertian bahwa sumber daya
alam dan lingkungan diciptakan oleh Allah sebagai daya dukung bagi
kehidupan secara optimum. Agar optimasi daya dukung lingkungan dapat
dipertahankan maka harus dilestarikan oleh manusia.13
2. Surat al-Jatsiyah ayat 13:
وات وما في الأرض جميعا منه إن في وسخر لكم ما في السما )١٣: اجلاثية(ذلك لآيات لقوم يتفكرون
13Ibid., hlm. 210.
47
Dan Allah telah menjadikan sumberdaya alam dan lingkungan
sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Yang
demikian ha-nya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya
nalar memadai (QS. Al-Jatsiyah: 13)
Pokok pikiran ayat ini terdapat pada kalimat yang artinya: "...yang
demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar
memadai. Dalam perspektif ekoteologi Islam, yang dimaksud dengan orang-
orang yang memiliki daya nalar memadai dalam ayat ini adalah orang-orang
yang memiliki kesadaran lingkungan dan kearifan lingkungan serta
memiliki kepedulian lingkungan cukup tinggi. Selanjutnya, kesadaran,
kearifan dan kepedulian lingkungan tersebut dikristalisasikan dalam tindak
pelestarian lingkungan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
pelestarian lingkungan sebagai kristalisasi dari kesadaran, kearifan dan
kepedulian lingkungan menjadi bagian integral dari keberimanan
masyarakat beragama Islam. Teologi pelestarian lingkungan dapat
dijabarkan dalam berbagai bentuk mulai dari perumusan supra struktur
ekologis, struktur ekologis maupun infra struktur yang berwawasan
lingkungan. Perumusan supra struktur ekologis antara lain dapat diciptakan
sistem teologi pelestarian lingkungan. Sedangkan penciptaan struktur
ekologis antara lain dapat dibuat rumusan tatanan hukum, pranata sosial,
lembaga sosial yang berwawasan lingkungan.
Adapun penjabaran infra struktur ekologis dapat dilakukan dengan
menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kondusif bagi pelestarian
lingkungan. Singkatnya, teologi pelestarian lingkungan merupakan teologi
reflektif bukan teologi verbalistis.
Berdasarkan pendalaman dan pengembangan makna fungsional
ekologis dari dua ayat Al-Qur'an tersebut di atas dapat diambil natijah
bahwa berdasarkan pendekatan rasional ekologis dan spiritual religius Islam
pengembangan kesadaran, kearifan dan kepedulian lingkungan menjadi
keniscayaan yang tidak dapat ditawar sedikitpun. Sebab, secara rasional
ekologis pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis, the
objective of environment Hal ini karena manusia merupakan makhluk
48
lingkungan. Antara manusia dengan lingkungan memiliki keterhubungan
mutual simbiosis cukup kuat Manusia membutuhkan lingkungan sebagai
tempat melangsungkan kehidupannya. Fakta menunjukkan bahwa manusia
tidak dapat hidup di luar lingkungan. Sebab, lingkungan telah menyediakan
fasilitas kehidupan bagi manusia berupa daya dukung lingkungan secara
optimum. Di sisi lain, lingkungan juga membutuhkan manusia. Sebab,
manusia merupakan makhluk yang paling berpeluang menjadi makhluk
yang bertanggungjawab dalam tindak pelestarian lingkungan. Dengan
ungkapan lain, manusia sebagai subyek pengelola lingkungan mampu
membuat perencanaan, mampu melaksanakan dan mampu mengawasi
tindak pelestarian lingkungan baik yang dilakukan oleh manusia sendiri
ataupun yang dilakukan oleh komponen lain.
Dengan demikian, pelestarian lingkungan memerlukan partisipasi
aktif dari manusia. Inilah relevansinya dinyatakan bahwa antara manusia
dengan lingkungan memiliki keterhubungan mutual simbiosis cukup kuat.
Yang dimaksud dengan pelestarian/kelestarian alam adalah upaya
melestarikan kemampuannya sehingga selalu serasi dan seimbang. Dengan
demikian, pelaksanaan tugas kekhalifahan (pembangunan) tidak boleh
mengakibatkan terganggunya keserasian dan keseimbangan yang menjadi
ciri alam raya sejak diciptakannya. Apabila dalam proses melaksanakan
tugas kekhalifahan (pembangunan) itu terjadi dampak yang kurang baik,
maka segera harus dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling tidak
mengurangi sedapat mungkin dampak-dampak negatif itu. Inilah yang
diistilahkan oleh Al-Quran dengan ishlah (perbaikan).14
14M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.
377.
49
C. Tafsir terhadap Pelestarian Lingkungan dalam Surat Ar-Rum Ayat 41
1. Surat Ar-Rum Ayat 41,
ضعم بيقهذياس لي الندأي تبا كسر بمحالبو ري البف ادالفس رظه )٤١: الروم(الذي عملوا لعلهم يرجعون
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (QS. Ar-
Rum: 41).15
Ditinjau dari asbab al-nuzul surat Ar-Rum ayat 41, maka Tafsir Ibnu
Katsir menjelaskan bahwa surat Ar-Rum ayat 41 itu menjadi petunjuk
bahwa berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan adalah karena
banyak perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya. Abul
Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah
di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya
kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan.16
Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, dalam Tafsîr al-Marâgî memberi
komentar terhadap surat Ar-Rum ayat 41, bahwa ayat itu menjadi isyarat
bahwa telah muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai akibat dari
peperangan dan penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-pesawat terbang,
kapal-kapal perang dan kapal-kapal selam. Hal itu tiada lain karena akibat
dari apa yang dilakukan oleh umat manusia berupa kezaliman, banyaknya
lenyapnya perasaan dari pengawasan Yang Maha Pencipta. Mereka
melupakan sama sekali akan hari hisab, hawa nafsu terlepas bebas dari
kalangan sehingga menimbulkan berbagai macam kerusakan di muka bumi.
Karena tidak ada lagi kesadaran yang timbul dari dalam diri mereka, dan
agama tidak dapat berfungsi lagi untuk mengekang kebinalan hawa
15R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 645. 16Ismâ'îl ibn Kasîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, juz 3, (Beirut:
Dâr al-Ma’rifah, 1978), hlm. 1438.
50
nafsunya serta mencegah keliarannya. Akhirnya Allah SWT. merasakan
kepada mereka balasan dari sebagian apa yang telah mereka kerjakan berupa
kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan lalu yang berdosa. Barangkali mereka
mau kembali dari kesesatannya lalu bertaubat dan kembali kepada jalan
petunjuk. Mereka kembali ingat bahwa setelah kehidupan ini ada hari yang
pada hari itu semua manusia akan menjalani penghisaban amal
perbuatannya. Maka apabila ternyata perbuatannya buruk, maka
pembalasannya pun buruk pula. Sehingga keadilan menaungi masyarakat
semuanya, orang kuat merasa kasih sayang kepada orang yang lemah, dan
adalah manusia mempunyai hak yang sama di dalam menggunakan fasilitas-
fasilitas yang bersifat umum dan masyarakat semuanya bekerja dengan
kemampuan yang seoptimal mungkin.17
Sesudah Allah menjelaskan bahwa timbulnya kerusakan sebagai
akibat dari perbuatan tangan manusia sendiri, lalu Dia memberikan petunjuk
kepada mereka, bahwa orang-orang sebelum mereka pernah melakukan hal
yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka. Akhirnya mereka
tertimpa azab dari sisi-Nya, sehingga mereka dijadikan pelajaran buat
orang-orang yang sesudah mereka dan sebagai perumpamaan-perumpamaan
bagi generasi selanjutnya.18
Terhadap keterangan dua ahli tafsir tersebut, Hamka dalam tafsirnya
menjelaskan bahwa kadang-kadang istilahenung kagum kita memikirkan
ayat ini. Sebab dia dapat saja ditafsirkan sesuai dengan perkembangan
zaman sekarang ini. Ahli-ahli fikir yang memikirkan apa yang akan terjadi
kelak, ilmu yang diberi nama "Futurologi", yang berarti pengetahuan
tentang yang akan kejadian karena memperhitungkan perkembangan yang
sekarang. Misalnya tentang kerusakan yang terjadi di darat karena bekas
buatan manusia ialah apa yang mereka namai polusi, yang berarti
pengotoran udara, akibat asap dari zat-zat pembakar, minyak tanah, bensin,
17Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi
Al-Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 101 18Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi
Al-Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 102
51
solar dan sebagainya. Bagaimana bahaya dari asap pabrik-pabrik yang
besar-besar bersama dengan asap mobil dan kendaraan bermotor yang jadi
kendaraan orang ke mana-mana. Udara yang telah kotor itu dihisap tiap saat,
sehingga paru-paru manusia penuh dengan kotoran.
Kemudian diperhitungkan orang pula kerusakan yang timbul di
lautan. Air laut yang rusak karena kapal tangki yang besar-besar membawa
minyak tanah atau bensin pecah di laut. Demikian pula air dari pabrik-
pabrik kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan, kian lama
kian banyak. Hingga air laut penuh racun dan ikan-ikan jadi mati. Pernah
sungai Seine di Eropa menghempaskan bangkai seluruh ikan yang hidup
dalam air itu, terdampar ke tepi sungai jadi membusuk, tidak bisa dimakan.
Demikian pula pernah beratus ribu, berjuta ikan mati terdampar ke tepi
pantai Selat Teberau di antara Ujung Semenanjung Tanah Melayu dan pulau
Singapura. Besar kemungkinan bahwa ikan-ikan itu keracunan.19.
Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut, maka menurut
penulis, timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup adalah sebagai
akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab
sebagai khalifah di bumi banyak yang tidak melaksanakan dengan baik.
Padahal manusia mempunyai daya inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk-
makhluk lain tidak memilikinya.
Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan
dengan kemajuan tersebut, perkembangan persenjataan dan alat perusak
lingkungan maju pula. Banyak contoh yang dapat dilihat dari kerusakan
lingkungan yang diakibatkan ulah manusia. Misalnya banyak pohon atau
hutan ditebang dan dibakar tanpa ada usaha untuk menanamnya kembali.
Bukit dan gunung digali untuk menimbun daratan rendah yang akan
dijadikan pemukiman. Akibatnya banyak musibah terjadi seperti gangguan
asap, banjir, tanah longsor, dan sebagainya terjadi di mana-mana.
19Hamka, Tafsir Al Azhar, Jilid 21, (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1999), hlm. 95-
96.
52
Kemudian binatang yang hidup di sungai ditangkap bukan dengan
cara yang baik. Tetapi karena keserakahan mereka menangkapnya dengan
racun atau dengan dinamit. Terumbu-terumbu karang dirusak pula.
Lingkungan bertambah parah dengan banyaknya kendaraan
bermotor dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara (polusi).
Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia dan
kehidupan sekelilingnya.
Limbah-limbah pabrik seringkali dibuang seenaknya ke sungai yang
akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal tanker yang
membawa minyak sering mengalami kebocoran, sehingga minyaknya
tumpah ke laut. Akibatnya air sungai dan laut beracun yang menyebabkan
mati atau tercemarnya ikan dengan zat beracun, dan yang lebih dahsyat
adalah kerusakan lingkungan akibat perang.
Semua kerusakan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan
akibat dari keserakahan manusia, sehingga mengeksploitasi alam
lingkungannya habis-habisan. Oleh karena itu sejak awal Allah
memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia tersebut.
Demikianlah tuntunan Allah bagaimana seharusnya sikap manusia
terhadap lingkungan hidup dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada
taranya bagi orang yang senantiasa memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup serta tidak membuat kerusakan.
Jika semua manusia bersikap terhadap lingkungan hidup sesuai
tuntunan Allah dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan ditimpa
malapetaka akibat ulahnya sendiri.
2. Surat al-Baqarah ayat 205:
وإذا تولى سعى في األرض ليفسد فيها ويهلك الحرث والنسل ادالفس بحال ي الله٢٠٥: البقرة(و(
53
Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak,
dan Allah tidak menyukai kebinasaan (QS. Al-Baqarah: 205).20
3. Surat al-A'raf Ayat 56,
وال تفسدوا في األرض بعد إصالحها وادعوه خوفا وطمعا إن سننيحالم نم قريب الله تمح٥٦: األعراف(ر(
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan
harapan . Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik (QS. Al-A'raf: 56).21
4. Surat al-Rahman Ayat 19-20,
جرم انيقلتن ييرح١٩{الب { انيغبلا ي خزرا بمهنيالرمحن(ب :٢٠-١٩(
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian
bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-
masing (QS. Al-Rahman: 19-20).22
5. Surat al-Jatsiyah Ayat 13,
وسخر لكم ما في السماوات وما في الأرض جميعا منه إن في )١٣: اجلاثية(ذلك لآيات لقوم يتفكرون
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Al-
Jatsiyah: 13)23
6. Surat Ibrahim Ayat 34,
20R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 73. 21R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 222. 22R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 889. 23 R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 817.
54
وآتاكم من كل ما سألتموه وإن تعدوا نعمت الله ال تحصوها إن )٣٤: إبراهيم(ظلوم كفار اإلنسان ل
Dan Dia telah memberikan kepadamu dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu,
sangat zalim dan sangat mengingkari (QS. Ibrahim: 34).24
7. Surat Al-Hijr Ayat 85:
وما خلقنا السماوات واألرض وما بينهما إال بالحق وإن الساعة )٨٥: احلجر(آلتية فاصفح الصفح الجميل
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat itu
pasti akan datang, maka maafkanlah dengan cara yang baik" (QS. Al-
Hijr: 85).25
Disepakati oleh para pakar lingkungan bahwa tujuan pengelolaan
Lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia
dengan lingkungan hidup. Keselarasan dalam ajaran Islam mencakup empat
sisi, yaitu (a) keselarasan dengan Tuhan, (b) keselarasan dengan masyarakat,
(c) keselarasan dengan lingkungan alam, dan (d) keselarasan dengan diri
sendiri.
Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan Allah dalam
bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia. Allah yang
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, adakah engkau lihat sesuatu yang tidak
seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan
24R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 384. 25R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 395.
55
kembali kepadamu tanpa menemukan satu cacat pun, dan penglihatanmu itu
pun dalam keadaan payah (QS Al-Mulk [67]: 3-4).
Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang
keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem
sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada
beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi
pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan
tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)
air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian
luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt. Menciptakan juga sungai dengan
airyang segar tawar. Agar kedua air tersebut tidak bercampur sehingga
kesemuanya menjadi asin, diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih
tinggi dari lautan, sehingga walaupun air sungai yang jumlahnya tidak
sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia tidak dapat mengubah
keasinannya. Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai
karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah,
sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah
(pemisah) yang diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia
membiarkan kedua lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya
kemudian bertemu. Antara keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing
tidak saling menghendaki (bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).
Apabila menyikapi dan mencermati masing-masing surat-surat dan
ayat maka setiap surat dan ayat memiliki hubungan yang saling melengkapi,
memperjelas dan mendukung bahwa pelestarian lingkungan hidup
merupakan bagian yang dianjurkan al-Qur'an.
Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan Allah dalam
bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia. Allah yang
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, adakah engkau lihat sesuatu yang tidak
56
seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu tanpa menemukan satu cacat pun, dan penglihatanmu itu
pun dalam keadaan payah (QS Al-Mulk (67): 3-4).
Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang
keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem
sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada
beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi
pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan
tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)
air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian
luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt. Menciptakan juga sungai dengan
airyang segar tawar. Agar kedua air tersebut tidak bercampur sehingga
kesemuanya menjadi asin, diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih
tinggi dari lautan, sehingga walaupun air sungai yang jumlahnya tidak
sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia tidak dapat mengubah
keasinannya. Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai
karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah,
sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah
(pemisah) yang diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia
membiarkan kedua lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya
kemudian bertemu. Antara keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing
tidak saling menghendaki (bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).
Pelestarian dimaksud bukan berarti kelanggengannya dalam keadaan
statis (tidak berubah), karena yang demikian itu tidak sejalan dengan
pengangkatan manusia sebagai khalifah. Yang dimaksud dengan
pelestarian/kelestarian alam adalah upaya melestarikan kemampuannya
sehingga selalu serasi dan seimbang. Dengan demikian, pelaksanaan tugas
kekhalifahan (pembangunan) tidak boleh mengakibatkan terganggunya
keserasian dan keseimbangan yang menjadi ciri alam raya sejak
diciptakannya. Apabila dalam proses melaksanakan tugas kekhalifahan
57
(pembangunan) itu terjadi dampak yang kurang baik, maka segera harus
dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi sedapat
mungkin dampak-dampak negatif itu. Inilah yang diistilahkan oleh Al-
Quran dengan ishlah (perbaikan).
58
BAB IV
ANALISIS RELEVANSI KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-RUM
AYAT 41 DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN PADA MAPEL
BIOLOGI MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN
A. Analisis Kandungan al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 tentang
PELESTARIAN LINGKUNGAN
Pelestarian berarti membuat jadi atau menjadikan sesuatu lestari, tetap
selama-lamanya, kekal dan tidak berubah. Dengan ungkapan lain, pelestarian
merupakan upaya mengabadikan, memelihara dan melindungi sesuatu dari
perubahan. Sedangkan secara fungsional ekologis kelompok kata pelestarian
lingkungan dimaksudkan sebagai istilah yang memiliki arti spesifik yakni
pelestarian terhadap daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara
terlanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang diupayakan dalam
pembangunan.
Secara faktual yang dilestarikan bukan lingkungan itu sendiri
melainkan daya dukung lingkungan. Karena lingkungan sendiri adalah bersifat
dinamis selalu berubah bahkan terlalu kecil peluang melestarikannya.
Perubahan lingkungan bisa jadi bersifat alami, natural, atau akibat ulah
manusia. Perubahan lingkungan yang bersifat alami adalah perubahan melalui
proses geologis, vulkanologis dan sebagainya. Sedangkan proses perubahan
lingkungan yang anthropogenic adalah perubahan lingkungan yang terjadi
karena intervensi manusia terhadap lingkungan baik yang direncanakan
ataupun yang tidak direncanakan. Perubahan yang direncanakan lazim dikenal
dengan istilah pembangunan. Dengan demikian, pembangunan hakikatnya
adalah perubahan lingkungan yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan
untuk mengurangi risiko lingkungan dan memperbesar manfaat lingkungan.
Pembangunan bisa jadi berupa pengelolaan tata guna lingkungan, bahkan
dapat pula berupa pengubahan tata guna lingkungan, misalnya: pengubahan
59
hutan menjadi lahan pertanian, pengubahan lahan pertanian menjadi daerah
industri atau pemukiman dan lain sebagainya. Dengan demikian,
dilaksanakannya pengelolaan atau pengubahan lingkungan yang merupakan
keniscayaan, tidak lain hanyalah dalam kerangka untuk melestarikan daya
dukung lingkungan bagi kehidupan.
Islam memberikan panduan yang cukup jelas bahwa sumber daya alam
dan lingkungan merupakan daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia.
Sebab fakta spiritual menunjukkan bahwa Allah swt telah memberikan
fasilitas daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu,
dalam perspektif al-Qur'an status hukum pelestarian lingkungan hukumnya
adalah wajib. Hal ini didasarkan pada dua pendekatan yakni pendekatan
ekologis dan pendekatan spiritual fiqhiyah Islamiyah. Secara ekologis
pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak dapat
ditawar oleh siapapun dan kapanpun. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan
tidak boleh tidak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan secara spiritual
fiqhiyah Islamiyah Allah swt., ternyata memiliki kepedulian ekologis yang
paripurna. Hal ini dinyatakan secara eksplisit dalam ayat-ayat al-Qur'an antara
lain:
a. Al-Qur'an surat Luqman ayat 20:
ألم تروا أن الله سخر لكم ما في السماوات وما في الأرض وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة ومن الناس من يجادل في الله بغير علم ولا
)٢٠: لقمان(هدى ولا كتاب منري "Tidakkah kamu cermati bahwa Allah telah menjadikan sumber daya
alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi
kehidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada
sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara
sembrono yakni tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi
memadai" (QS. Luqman: 20)
Ide dasar ayat ini terdapat pada kalimat:
60
ألم تروا أن الله سخر لكم ما في السماوات وما في الأرض وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة
Tidakkah kau cermati bahwa Allah Swt telah menjadikan sumber
daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi
kehidupan manusia secara optimum. Oleh karena itu, pelestarian daya
dukung lingkungan menuntut perhatian serius dari umat manusia dan
wajib dilaksanakan.
b. Al-Qur'an surat al-Jatsiyah ayat 13:
ي الأرا فمو اتاومي السا فلكم م رخسو كي ذلإن ف هنيعا ممض ج )١٣: اجلاثية( لآيات لقوم يتفكرون
Dan (Allah) telah menjadikan semua sumber daya alam dan
lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bag! kehidupan
manusia. Yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang
memiliki perhatian serius pada lingkungan (QS. al-Jatsiyah: 13)
Ide dasar ayat ini terdapat pada kalimat:
ن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون
"...yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki
kepedulian lingkungan". Implementasi dari ungkapan ini adalah dapat
dikatakan bahwa pengembangan kesadaran peduli lingkungan wajib
dilakukan agar pelestarian daya dukung lingkungan dapat dilakukan oleh
manusia.
Berdasarkan pengembangan dan pendalaman makna dua ayat al-
Qur'an tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia sebagai
spesies berdimensi rasional ekologis dan spiritual religius wajib hukumnya
mengembangkan kesadaran pelestarian lingkungan. Sebab, secara rasional
ekologis pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak
dapat ditawar lagi. Hal ini karena manusia merupakan makhluk lingkungan.
Antara manusia dan lingkungan memiliki keterhubungan mutual simbiosis
61
cukup kuat. Manusia membutuhkan lingkungan dan lingkungan
membutuhkan manusia. Lingkungan dibutuhkan oleh manusia sebagai ruang
kehidupan, manusia tidak dapat hidup di luar lingkungan. Sebab, secara
faktual lingkungan menyediakan fasilitas kehidupan bagi manusia yakni
berupa daya dukung sumber daya alam dan lingkungan secara memadai. Di
sisi lain, manusia sebagai makhluk rasional mampu mengelola lingkungan
secara bertanggung jawab. Dengan ungkapan lain, manusia sebagai subyek
pengelola lingkungan mampu membuat perencanaan, mampu melakukan
dan mengawasi tindak pelestarian lingkungan secara lestari yang
dilakukannya sendiri. Pengelolaan lingkungan secara lestari yang dilakukan
oleh manusia akan mempertinggi kualitas kelestarian lingkungan. Dengan
demikian, kelestarian lingkungan memerlukan partisipasi positif manusia.
Inilah relevansinya dinyatakan bahwa manusia dengan lingkungan memiliki
keterhubungan mutual simbiosis yang cukup kuat.
Secara implementatif, pelestarian lingkungan dapat dilakukan
melalui tiga ranah kegiatan yakni ranah perlindungan terhadap sistem
penyangga kehidupan, pemeliharaan terhadap keanekaragaman hayati dan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara lestari. Ketiga ranah
kegiatan tersebut akan dijabarkan rincian dan status hukumnya berikut ini.
Pertama, Perlindungan keseimbangan ekosistem. Ranah
perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan hakikatnya adalah
perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem. Yang dimaksud dengan
keseimbangan ekosistem adalah kondisi dinamis suatu ekosistem yang
didukung oleh fungsi ekologis masing-masing komponennya secara wajar
sehingga memiliki daya dukung lingkungan yang optimum. Misalnya, suatu
ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen, materi dan informasi jika
masing-masing komponen tersebut berfungsi secara wajar maka akan terjadi
keseimbangan ekosistem. Sebaliknya, jika masing-masing komponen
tersebut berfungsi secara tidak wajar maka akan terjadi kerawanan
ekosistem. Sebab, berkurang atau berlebihnya fungsi ekologis komponen-
komponen dalam ekosistem dapat memperendah dan memperlemah daya
62
dukung lingkungan bagi kehidupan. Oleh karena itu, melindungi
keseimbangan ekosistem berarti melindungi optimasi daya dukung
lingkungan bagi kehidupan. Sebaliknya, merusak keseimbangan ekosistem
berarti merusak optimasi daya dukung lingkungan bagi kehidupan. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa keseluruhan upaya perlindungan
terhadap sistem penyangga kehidupan berpeluang menempati status hukum
wajib.
Artinya, perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem karena
merupakan keniscayaan ekologis maka tidak boleh tidak harus dilakukan
oleh manusia. Jika perlindungan keseimbangan ekosistem dilakukan dengan
baik maka memberi barakah ekologis bagi manusia, pahala ekologis.
Sebaliknya, jika manusia tidak melindungi terhadap keseimbangan
ekosistem maka laknat ekologis akan menimpanya, dosa ekologis.
Selebihnya, perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem juga akan
diminta pertanggungjawabannya secara spiritual kelak di akhirat. Surga loka
adalah tempat bersemayamnya para pelindung keseimbangan ekosistem dan
neraka adalah tempat terkaparnya perusak keseimbangan ekosistem.
Penempatan status hukum wajib bagi perlindungan terhadap sistem
penyangga kehidupan memiliki multiarti. Maksudnya, selain berpahala bagi
yang melakukannya, juga merupakan upaya yang memang tidak boleh tidak
harus dilakukan dalam kehidupan. Dengan ungkapan lain, melindungi
penyangga kehidupan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak dapat
ditawar. Sebaliknya, merusak atau tidak melindungi penyangga kehidupan
selain berarti berdosa bagi yang melakukannya, juga merupakan upaya yang
memang tidak boleh ada dalam kehidupan. Sebab, dalam perspektif
ekologis, upaya perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem didasarkan
pada suatu fakta bahwa kehidupan merupakan suatu sistem yang terdiri dari
berbagai komponen. Semua komponen ekosistem berproses dengan
interdependensi dan interkorelasi yang kuat antara satu komponen dengan
komponen lain.
63
Adapun dalil yang dijadikan landasan hukum pewajiban
perlindungan terhadap penyangga kehidupan, keseimbangan ekosistem,
antara lain:
a. Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 32:
اسل النا قتمض فكأني األرف ادفس فس أور نيفسا بغل نن قتم )٣٢: املائدة(جميعا
"Barangsiapa yang membunuh spesies, bukan karena alasan hukum,
sama halnya dengan membunuh seluruh spesies" (QS. Al-Maidah:
32).
Kata kunci ayat ini adalah pada kalimat:
من قتل نفسا بغير نفس أو فساد في األرض فكأنما قتل الناس جميعا
Membunuh spesies tanpa alasan yuridis sama halnya dengan
membunuh seluruh spesies. Dengan ungkapan lain menghilangkan salah
satu komponen ekosistem sama halnya merusak keseimbangan ekosistem.
Dengan demikian, implikasi yuridis ayat ini adalah bahwa manusia wajib
menjaga kelestarian seluruh spesies dalam ekosistem. Sebab setiap spesies
memiliki unsur ekologis yang tidak dapat digantikan oleh spesies lainnya.
Dengan demikian, melindungi kelestarian ekosistem adalah wajib
hukumnya.
Kaitan ayat tersebut bahwa setiap orang yang merusak apalagi
membunuh komponen yang terdapat dalam lingkungan hidup maka berarti
merusak dan membunuh seluruh komponen yang terkait dengan
lingkungan hidup.
b. Al-Qur'an surat al-Isra' ayat 84:
قل كل يعمل على شاكلته فربكم أعلم بمن هو أهدى سبيال )٨٤: اإلسراء(
"Katakanlah bahwa semua komponen ekosistem memiliki peran dan
fungsi ekologis masing-masing" (QS. al-Isra': 84) .
64
c. Al-Qur'an surat al-Qamar ayat 49:
)٤٩: القمر(إنا كل شيء خلقناه بقدر
"Seluruh spesies telah ditetapkan fungsi ekologis masing-masing".
Ayat tersebut mengisyaratkan adanya hubungan saling
mempengaruhi, melengkapi dan menunjang keseimbangan ekosistem
d. Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 26:
ينا الذا فأمقها فوة فموضعا بثال مم ربضيي أن يحتسال ي إن اللهم قالح هون أنلمعوا فيناذا آمقولون موا فيكفر ينا الذأمو همبن ر
أراد الله بهـذا مثال يضل به كثريا ويهدي به كثريا وما يضل به إال نيق٢٦: البقرة(الفاس(
"Sungguh Allah tidak segan membuat peran dan fungsi ekologis
walau sekecil organisme dalam ekosistem. Hal ini diyakini oleh
orang-orang yang beriman yakni orang-orang yang memiliki
kearifan lingkungan. Sebaliknya, hal ini ditolak oleh orang-orang
kafir yakni orang yang tidak memiliki kearifan lingkungan, mereka
mempertanyakan peran dan fungsi ekologis organisme dalam
ekosistem, mereka itulah pembalak lingkungan" (QS. al-Baqarah:
26).
Kedua, Pelestarian Keanekaragaman Hayati Allah Swt.,
menciptakan alam binatang dan alam tumbuh-tumbuhan, flora dan Fauna
dengan beraneka ragamnya. Keanekaragaman flora dan fauna demikian, kini
dikenal dengan istilah keanekaragaman hayati. Kriteria penentuan tingginya
nilai keanekaragaman hayati dari flora dan fauna adalah tingkat kelangkaan
dan keunikannya. Semakin tinggi tingkat kelangkaan dan keunikannya,
semakin tinggi pula peringkat kualitas keanekaragamannya.
Keanekaragaman hayati merupakan anugerah dan kekayaan agung yang
perlu dan harus dilestarikan. Karena salah satu pilar pelestarian lingkungan
adalah pelestarian terhadap keanekaragaman hayati.
65
Dalam perspektif al-Qur'an, pelestarian keanekaragaman hayati
adalah wajib hukumnya. Sebab keanekaragaman hayati merupakan satu
unsur penting dari lingkungan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata
lain, pelestarian lingkungan selain difokuskan pada pelestarian ekosistem
juga pada keanekaragaman hayati. Hal mi disebabkan oleh dua (dua) hal:
Pertama, keanekaragaman hayati adalah karunia Allah. Hal ini
didasarkan pada firman Allah swt dalam al-Qur'an:
a. Surat al-Rahman: 11-13:.
والحب ذو العصف } ١١{فيها فاكهة والنخل ذات الأكمام )١٣-١١: الرمحن(فبأي آلاء ربكما تكذبان } ١٢{والريحان
"Disana terdapat keanekaragaman hayati yang tak terbantahkan
manfaatnya"
b. Surat al-Waqi'ah: 28-33:
ودضخر مدي س٢٨{ف { ودنضطلح مو}٢٩ { وددمل مظولا مقطوعة } ٣٢{وفاكهة كثرية } ٣١{وماء مسكوب } ٣٠{
ةوعنملا م٣٣-٢٨: الواقعة(و( "Mereka berada di lingkungan yang berdaya dukung optimum.
Keanekaragaman flora yang tak terhingga nilainya"
Dari dua ayat di atas dapat dinyatakan bahwa keanekaragaman
hayati merupakan nikmat karunia agung yang wajib dilestarikan. Kedua,
pelestarian keanekaragaman hayati adalah wajib. Hal ini didasarkan pada
ayat hukum lingkungan antara lain:
a. Surat al-An'am ayat 41:
بل إياه تدعون فيكشف ما تدعون إليه إن شاء وتنسون ما تشركون )٤١: األنعام(
"Dialah Allah yang menciptakan keanekaragaman flora sebagai sumber
energi bagimu. Manfaatkan secara wajar jangan dieksplorasi secara
berlebihan. Tuhan sendiri tak suka berlebihan" (QS. al-An'am: 41).
66
b. Surat al-Fatir ayat 27:
ألم تر أن الله أنزل من السماء ماء فأخرجنا به ثمرات مختلفا ألوانها هانألو فلتخم رمحو بيض ددال جالجب نمو ودس ابيبغرفاطر(ا و :
٢٧( "Ketahuilah Allah menurunkan hujan kemudian menumbuhkan
keanekaragaman hayati dengan menciptakan keindahan alam. Flora dan
fauna adalah keanekaragaman hayati. Hal ini hanya diketahui oleh orang
yang peduli lingkungan" (QS. al-Fatir: 27).
c. Surat al-Maidah ayat 32:
اسل النا قتمض فكأني األرف ادفس فس أور نيفسا بغل نن قتم )٣٢: املائدة(جميعا
"Barang siapa merusak apalagi memusnahkan keanekaragaman hayati,
hakikatnya ia merusak dan memusnahkan seluruh kehidupan. Sebaliknya,
barangsiapa melestarikan keanekaragaman hayati hakikatnya la
melestarikan lingkungan" (QS. al-Maidah: 32).
Berdasarkan tiga ayat di atas dapat dinyatakan bahwa pelestarian
keanekaragaman hayati adalah wajib hukumnya. Artinya, menjadi
keharusan ekologis yang wajib diindahkan oleh semua pihak untuk
melestarikan keanekaragaman hayati. Sebab, flora dan fauna yang langka
dan unik merupakan kekayaan lingkungan yang sangat mahal harga
ekologisnya. Dalam hal ini haram hukumnya merusak dan memusnahkan
hewan dan tumbuh-tumbuhan langka dan unik seperti badak bercula, orang
hutan, burung kepodang, bunga raflesia, taman laut dan biotanya. Selain
dapat dikenai sanksi pidana lingkungan, juga dapat dikenai hukuman
qishash yang diperluas bagi pelakunya.
67
B. Relevansi Kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan
Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok Pencemaran
Lingkungan
Surat Ar-Rum Ayat 41,
ضعم بيقهذياس لي الندأي تبا كسر بمحالبو ري البف ادالفس رظه )٤١: الروم(الذي عملوا لعلهم يرجعون
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (QS. Ar-
Rum: 41).1
Ditinjau dari asbab al-nuzul surat Ar-Rum ayat 41, maka Tafsir Ibnu
Katsir menjelaskan bahwa surat Ar-Rum ayat 41 itu menjadi petunjuk
bahwa berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan adalah karena
banyak perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya. Abul
Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah
di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya
kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan.2
Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, dalam Tafsîr al-Marâgî memberi
komentar terhadap surat Ar-Rum ayat 41, bahwa ayat itu menjadi isyarat
bahwa telah muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai akibat dari
peperangan dan penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-pesawat terbang,
kapal-kapal perang dan kapal-kapal selam. Hal itu tiada lain karena akibat
dari apa yang dilakukan oleh umat manusia berupa kezaliman, banyaknya
lenyapnya perasaan dari pengawasan Yang Maha Pencipta. Mereka
melupakan sama sekali akan hari hisab, hawa nafsu terlepas bebas dari
kalangan sehingga menimbulkan berbagai macam kerusakan di muka bumi.
Karena tidak ada lagi kesadaran yang timbul dari dalam diri mereka, dan
1R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 645. 2Ismâ'îl ibn Kasîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, juz 3, (Beirut:
Dâr al-Ma’rifah, 1978), hlm. 1438.
68
agama tidak dapat berfungsi lagi untuk mengekang kebinalan hawa
nafsunya serta mencegah keliarannya. Akhirnya Allah SWT. merasakan
kepada mereka balasan dari sebagian apa yang telah mereka kerjakan berupa
kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan lalu yang berdosa. Barangkali mereka
mau kembali dari kesesatannya lalu bertaubat dan kembali kepada jalan
petunjuk. Mereka kembali ingat bahwa setelah kehidupan ini ada hari yang
pada hari itu semua manusia akan menjalani penghisaban amal
perbuatannya. Maka apabila ternyata perbuatannya buruk, maka
pembalasannya pun buruk pula. Sehingga keadilan menaungi masyarakat
semuanya, orang kuat merasa kasih sayang kepada orang yang lemah, dan
adalah manusia mempunyai hak yang sama di dalam menggunakan fasilitas-
fasilitas yang bersifat umum dan masyarakat semuanya bekerja dengan
kemampuan yang seoptimal mungkin.3
Sesudah Allah menjelaskan bahwa timbulnya kerusakan sebagai
akibat dari perbuatan tangan manusia sendiri, lalu Dia memberikan petunjuk
kepada mereka, bahwa orang-orang sebelum mereka pernah melakukan hal
yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka. Akhirnya mereka
tertimpa azab dari sisi-Nya, sehingga mereka dijadikan pelajaran buat
orang-orang yang sesudah mereka dan sebagai perumpamaan-perumpamaan
bagi generasi selanjutnya.4
Terhadap keterangan dua ahli tafsir tersebut, Hamka dalam tafsirnya
menjelaskan bahwa kadang-kadang ia kagum memikirkan ayat ini. Sebab
ayat tersebut dapat saja ditafsirkan sesuai dengan perkembangan zaman
sekarang ini. Ahli-ahli fikir yang memikirkan apa yang akan terjadi kelak,
ilmu yang diberi nama "Futurologi", yang berarti pengetahuan tentang yang
akan kejadian karena memperhitungkan perkembangan yang sekarang.
Misalnya tentang kerusakan yang terjadi di darat karena bekas buatan
manusia ialah apa yang mereka namai polusi, yang berarti pengotoran udara,
3Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi Al-
Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 101 4Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi Al-
Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 102.
69
akibat asap dari zat-zat pembakar, minyak tanah, bensin, solar dan
sebagainya. Bagaimana bahaya dari asap pabrik-pabrik yang besar-besar
bersama dengan asap mobil dan kendaraan bermotor yang jadi kendaraan
orang ke mana-mana. Udara yang telah kotor itu dihisap tiap saat, sehingga
paru-paru manusia penuh dengan kotoran.
Apabila dipikirkan dan direnungi kerusakan yang timbul di lautan,
maka terlihat air laut yang rusak karena kapal tangki yang besar-besar
membawa minyak tanah atau bensin pecah di laut. Air dari pabrik-pabrik
kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan, makin banyak,
sehingga air laut penuh racun dan ikan-ikan jadi mati. Pernah sungai Seine
di Eropa menghempaskan bangkai seluruh ikan yang hidup dalam air itu,
terdampar ke tepi sungai sehingga membusuk, tidak bisa dimakan.
Demikian pula pernah beratus ribu, berjuta ikan mati terdampar ke tepi
pantai Selat Teberau di antara Ujung Semenanjung Tanah Melayu dan pulau
Singapura, besar kemungkinan bahwa ikan-ikan itu keracunan.5
Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut (Hamka, Ibnu
Kasir, al-Maraghi, maka dapat disimpulkan bahwa timbulnya kerusakan
alam atau lingkungan hidup adalah sebagai akibat perbuatan manusia.
Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai khalifah di bumi
banyak yang tidak melaksanakan dengan baik. Padahal manusia mempunyai
daya inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lain tidak
memilikinya.
Sejak awal Allah memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia
tersebut.
ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم )٤١: الروم(بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون
Telah nampak (nyata) kerusakan di darat dan di laut disebabkan
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
5Hamka, Tafsir Al Azhar, Jilid 21, (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1999), hlm. 95-
96.
70
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang lurus). (QS. Ar-Rum: 41).
Demikianlah tuntunan Allah bagaimana seharusnya sikap manusia
terhadap lingkungan hidup dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada
taranya bagi orang yang senantiasa memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup serta tidak membuat kerusakan.
Jika semua manusia bersikap terhadap lingkungan hidup sesuai
tuntunan Allah dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan ditimpa
malapetaka akibat ulahnya sendiri.
Surat al-Baqarah ayat 205:
وإذا تولى سعى في األرض ليفسد فيها ويهلك الحرث والنسل ادالفس بحال ي الله٢٠٥: البقرة(و(
Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak,
dan Allah tidak menyukai kebinasaan (QS. Al-Baqarah: 205).6
Surat al-A'raf Ayat 56,
وال تفسدوا في األرض بعد إصالحها وادعوه خوفا وطمعا إن نم قريب الله تمحر سننيح٥٦: األعراف(الم(
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan
harapan . Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik (QS. Al-A'raf: 56).7
Surat al-Rahman Ayat 19-20,
انيقلتن ييرحالب جر١٩{م { انيغبلا ي خزرا بمهنيالرمحن(ب :٢٠-١٩(
6R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 73. 7R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 222.
71
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian
bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-
masing (QS. Al-Rahman: 19-20).8
Surat al-Jatsiyah Ayat 13,
وسخر لكم ما في السماوات وما في الأرض جميعا منه إن في )١٣: اجلاثية(ذلك لآيات لقوم يتفكرون
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Al-
Jatsiyah: 13)9
Surat Ibrahim Ayat 34,
تحصوها إن وآتاكم من كل ما سألتموه وإن تعدوا نعمت الله ال كفار ان لظلوم٣٤: إبراهيم(اإلنس(
Dan Dia telah memberikan kepadamu dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu,
sangat zalim dan sangat mengingkari (QS. Ibrahim: 34).10
Surat Al-Hijr Ayat 85:
وما خلقنا السماوات واألرض وما بينهما إال بالحق وإن الساعة )٨٥: احلجر(آلتية فاصفح الصفح الجميل
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat itu
pasti akan datang, maka maafkanlah dengan cara yang baik" (QS. Al-
Hijr: 85).11
8R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 889. 9R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 817. 10R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 384. 11R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),
hlm. 395.
72
Tujuan pengelolaan Lingkungan hidup adalah tercapainya
keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup.
Keselarasan dalam ajaran Islam mencakup empat sisi, yaitu (a) keselarasan
dengan Tuhan, (b) keselarasan dengan masyarakat, (c) keselarasan dengan
lingkungan alam, dan (d) keselarasan dengan diri sendiri.
Alam raya oleh Al-Qur'an dinyatakan sebagai diciptakan Allah
dalam bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia.
Allah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Manusia sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak
seimbang. Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatan manusia
terhadap alam semesta ini tidak ditemukan satu cacat pun (QS Al-Mulk
(67): 3-4).
Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang
keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem
sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada
beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi
pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan
tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)
air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian
luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt menciptakan juga sungai agar air
tersebut tidak bercampur sehingga kesemuanya menjadi asin, diciptakannya
sungai dalam posisi yang lebih tinggi dari lautan, sehingga walaupun air
sungai yang jumlahnya tidak sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia
tidak dapat mengubah keasinannya.
Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai karena
pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah, sedangkan
sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah (pemisah) yang
diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia membiarkan kedua
lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya kemudian bertemu. Antara
73
keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing tidak saling menghendaki
(bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).
Apabila menyikapi dan mencermati masing-masing surat-surat dan
ayat maka setiap surat dan ayat memiliki hubungan yang saling melengkapi,
memperjelas dan mendukung bahwa pelestarian lingkungan hidup
merupakan bagian yang dianjurkan al-Qur'an.
Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan Allah dalam
bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia. Allah yang
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, adakah engkau lihat sesuatu yang tidak
seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu tanpa menemukan satu cacat pun, dan penglihatanmu itu
pun dalam keadaan payah (QS Al-Mulk (67): 3-4).
Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang
keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem
sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada
beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi
pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan
tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)
air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian
luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt. Menciptakan juga sungai dengan
air yang segar tawar. Agar kedua air tersebut tidak bercampur sehingga
kesemuanya menjadi asin, diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih
tinggi dari lautan, sehingga walaupun air sungai yang jumlahnya tidak
sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia tidak dapat mengubah
keasinannya. Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai
karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah,
sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah
(pemisah) yang diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia
74
membiarkan kedua lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya
kemudian bertemu. Antara keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing
tidak saling menghendaki (bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).
Pelestarian dimaksud bukan berarti kelanggengannya dalam keadaan
statis (tidak berubah), karena yang demikian itu tidak sejalan dengan
pengangkatan manusia sebagai khalifah. Yang dimaksud dengan
pelestarian/kelestarian alam adalah upaya melestarikan kemampuannya
sehingga selalu serasi dan seimbang. Dengan demikian, pelaksanaan tugas
kekhalifahan (pembangunan) tidak boleh mengakibatkan terganggunya
keserasian dan keseimbangan yang menjadi ciri alam raya sejak
diciptakannya. Apabila dalam proses melaksanakan tugas kekhalifahan
(pembangunan) itu terjadi dampak yang kurang baik, maka segera harus
dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi sedapat
mungkin dampak-dampak negatif itu. Inilah yang diistilahkan oleh Al-
Quran dengan ishlah (perbaikan).
Berdasarkan keterangan seluruh ayat di atas, dapat ditarik benang
merah bahwa dalam rangka menggali manfaat dari lingkungan, tidak boleh
diabaikan pula upaya untuk melestarikan lingkungan itu sendiri. Artinya,
hendaklah dijaga keseimbangan ekologi dan dihindari pencemaran serta
diupayakan agar kekayaan alam itu dipergunakan sehemat mungkin. Bumi
ini dikatakan bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan
pinjaman dari anak cucu kita. Selaku peminjam kita harus pandai dan adil,
tidak ceroboh, supaya barang pinjaman itu dapat kita kembalikan
sebagaimana aslinya, atau mungkin lebih baik lagi. Al-Qur'an
mengisyaratkan:
ذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقوا وليخش ال )٩: النساء( الله وليقولوا قوال سديدا
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak cucu yang lemah, mereka
khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh karena itu hendaklah
75
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar". (Qs an-Nisa': 9).
Pengertian lemah dari ayat tersebut mempunyai banyak makna:
lemah, bisa saja karena manusia-manusia yang ditinggalkan itu tidak
memiliki skill, dan bisa pula karena alam yang telah habis dipergunakan
secara mewah, boros dan berlebihan, sehingga generasi berikutnya tidak
dapat lagi mengecapnya.
Yang lebih tegas diperingatkan lagi, agar manusia jangan melakukan
perusakan. Kerusakan di bumi bisa terjadi, karena perbuatan manusia yang
semena-mena terhadap lingkungan, dan bisa pula karena akibat penggunaan
kekayaan alam yang boros dan mubazir. Beberapa ayat dalam Al-Qur'an
telah memperingatkan manusia dalam hubungan ini:
لكةهإلى الت يكمدلقوا بأيال ت١٩٥: البقرة( و( "Dan Janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan" (Qs l-
Baqarah/2: 195).
لدنيا وأحسن وابتغ فيما آتاك الله الدار الآخرة ولا تنس نصيبك من ا بحلا ي ض إن اللهي الأرف ادغ الفسبلا تو كإلي الله نسا أحكم
ينفسد٧٧: القصص( الم(
"Carilah dengan nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepadamu
kebahagiaan untuk kehidupan akhirat, dan Janganlah engkau
lupakan bahagiamu di dunia. Berbuat baiklah engkau kepada Allah
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
engkau berbuat kerusakan di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah
tidak sama pada orang-orang yang berbuat kerusakan" (Qs al-
Qashash/28: 77).
)٧٦: األعراف(وال تفسدوا في األرض بعد إصالحها"Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini setelah Allah
memperbaikinya" (Qs al-A'raf/7:56).
76
ل وسالنث ورالح كلهيا ويهف فسديض لي األرى فعلى سوإذا تو اللهادالفس بح٢٠٥: البقرة( ال ي(
"Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di muka bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan
binatang-binatang ternak; dan Allah tidak menyukai kebinasaan"
(Qs al-Baqarah/2: 205).
Lihat pula Al-Rum: 41, Hud: 117, Al-Fajr: 11-13 dan bahkan lebih
dari 60 ayat lagi yang senada memperingatkan agar manusia selalu berbuat
baik dan menjauhi berbuat kerusakan terhadap lingkungan di muka bumi
ini. Tulisan ini kami tutup dengan mengemukakan ayat Al-Qur'an yang
menyatakan bahwa:
ولو أن أهل القرى آمنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء : األعراف( واألرض ولـكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون
٩٦( "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada. Mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatan-perbuatannya" (Qs al-
A'raf/7: 96).
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Anjuran al-Qur'an tentang pelestarian lingkungan, bahwa al-Qur’an
banyak mengandung muatan dan isyarat pendidikan, termasuk di
dalamnya persoalan pencemaran lingkungan hidup yang menjadi salah
satu bagian materi pelajaran biologi. Al-Qur'an dan Sunnah secara
bersama-sama telah memberikan perhatian yang mendalam terhadap
masalah lingkungan. Perhatian ini tentu sangat menarik untuk diketahui
oleh para peneliti yang obyektif. Konsep al-Qur'an tentang lingkungan
dalam pengertian luas merupakan upaya untuk merevitalisasi misi asal
ekologi, back to basic ecology. Misi asal ekologi adalah untuk mengkaji
keterhubungan timbal balik antar komponen dalam ekosistem. Dalam hal
ini tidak terbatas hanya komponen manusia dan ekosistemnya, melainkan
seluruh komponen dalam ekosistem. Dengan demikian, visi Islam tentang
lingkungan adalah visi lingkungan yang utuh menyeluruh, holistik
integralistik. Visi lingkungan yang holistik integralistik diproyeksikan
mampu menjadi garda depan dalam pengembangan kesadaran lingkungan
guna melestarikan keseimbangan ekosistem. Sebab seluruh komponen
dalam ekosistem diperhatikan kepentingannya secara proporsional tidak
ada yang dipentingkan dan tidak ada pula yang diterlantarkan oleh visi
lingkungan Islam yang holistik integralistik.
2. Berdasarkan keterangan seluruh ayat di atas, dapat ditarik benang merah
bahwa dalam rangka menggali manfaat dari lingkungan, tidak boleh
diabaikan pula upaya untuk melestarikan lingkungan itu sendiri. Artinya,
hendaklah dijaga keseimbangan ekologi dan dihindari pencemaran serta
diupayakan agar kekayaan alam itu dipergunakan sehemat mungkin. Bumi
78
ini dikatakan bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan
pinjaman dari anak cucu kita. Selaku peminjam kita harus pandai dan adil,
tidak ceroboh, supaya barang pinjaman itu dapat kita kembalikan
sebagaimana aslinya, atau mungkin lebih baik lagi.
B. Saran-Saran
Kajian terhadap lingkungan hidup hendaknya dibuka lebih luas lagi
dengan harapan nilai pendidikan yang terkandung dalam setiap ayat dan surat
dapat terus menerus dijadikan pelajaran dalam rangka lebih mengintensifkan
pengamalan al-Qur'an.
C. Penutup
Segala puji bagi Allah SWT, dengan karunianya telah dapat disusun
tulisan yang jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Dengan berjuang sekuat tenaga, disusun tulisan sederhana ini dengan
menyadari mungkin adanya kesalahan atau kekeliruan sebagai hasil
keterbatasan wawasan penulis, terlebih lagi bila ditinjau dari aspek metodologi
maupun kaidah bahasnya. Karenanya segala kritik dan saran yang bersifat
membangun menjadi harapan. Akhir kata penulis mengucapkan alhamdulillah
semoga tulisan di atas ada manfaatnya bagi pembaca budiman.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Mujiyono, Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur'an. (Disertasi:
Pascasarjana (Jakarta: PPs, S.3, IAIN Syarif Hidayatullah, 2006).
Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni,
2005).
Amsyari, Fuad, Prinsip-Prinsip Masalah Penomoran Lingkungan, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2009)
Arifin, H.M., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005).
Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan
Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996).
Bâqy, Muhammad Fuâd Abdul, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâz Al-Qur'ân al-
Karîm, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1981).
Danusaputra, Munadjat, Hukum Lingkungan Buku I: Umum, .(Bandung:
Binacipta, 2006).
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Dimasyqî, Ismâ'îl ibn Kasîr al-Qurasyî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, juz 3, (Beirut:
Dâr al-Ma’rifah, 1978).
Hamka, Tafsir Al Azhar, Jilid 21, (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1999).
Isna, Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2005).
Ma’luf, Louis, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'lam, (Beirut: Dâr al-Masyriq,
1986).
Marâgî, Ahmad Mustafâ, Tafsîr al-Marâgî, (Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi,
1394 H/1974 M).
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
R.osdakarya, 2000).
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai
Pustaka, 2006).
Qardawi. Yusuf, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj. Setiawan
Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999).
Qattan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,
1973).
Roham, Abu Jamin, et all, al-Islam dan Iptek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006).
Romly, M., Medan dan Bahan Dakwah, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005).
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005).
Shihab, M. Quraish, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007).
Siswanto, Himpunan Undang-Undang Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2011).
Soedjono, Pengaman Hukum terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat Industri,
(Bandung: Alumni, 2006).
Soegiarto, Aprilani, Bibliografi Beranotasi tentang Lingkungan Laut dan
Pencemaran Laut, (Jakarta: Lembaga Oceandogi Nasional, LIPI, 2005)
Soemartono, Gatot P., Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2004).
Soemarwoto, Otto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2005).
Soenarjo, R..H.A., Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’,
1992).
Supriadi, Hukum Lingkungan Indonesia Sebuah Pengantar, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006)
Surachmad, Winarno, Pengantar Penelitian llmiah: Dasar-Dasar Metode dan
Teknik, (Bandung: Tarsito Rimbuan, 1995).
Sutamihardja, Kualitas dan Pencemaran Lingkungan, (Bogor: Sekolah, Pasca
Sarjana, Bogor: IPS, 2004).
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), (Bandung: Nuansa
Aulia, 2009).
Tim Srikandi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Surabaya: CV. Srikandi, 2008).
Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
BP. Cipta Jaya, 2003).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rini Fauziati
Tempat / Tanggal Lahir : Kudus, 16 Maret 1988
Alamat Asal : Desa Besito Kauman RT 6 RW 3 Gebog Kudus
Pendidikan : - MI Al-Khurriyah II Kudus lulus th. 2000
- MTsN Kudus lulus th. 2003
- MAN II Kudus lulus th. 2006
- Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Angkatan 2006
Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Rini Fauziati
BIODATA DIRI DAN ORANG TUA
Nama : Siti Mutmainah
NIM : 063811032
Alamat : Jowan Dorolegi RT 14 RW 1 Godong Grobogan
Nama orang tua : Bapak Ahmad Fadholi dan Ibu Mujiyatun
Alamat : Jowan Dorolegi RT 14 RW 1 Godong Grobogan